“DIARY TAPAL BATAS” -Catatan Pembelajaran Bersama TKI dan Masyarakat Perbatasan-

Page 1

“DIARY TAPAL BATAS� -Catatan Pembelajaran Bersama TKI dan Masyarakat Perbata

Daerah penempatan : Desa Sei Limau, Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantara Utara

Fadjar Mulya (Universitas Gadjah Mada) Penerima Manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara #4


Kata Pengantar Puji Syukur kehadirat Allah swt karena berkat limpahan rahmat dan karunianya penulis dapat merampungkan sebuah buku dari catatan pembelajaran Marching for Boundary Beasiswa Aktivis Nusantara (Baktinusa), Dompet Dhuafa, penempatan Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Shalawat selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad saw sebagai inspirasi kepemimpinan bagi umat dunia. Buku ini merupakan kumpulan catatan harian penulis saat penempatan program, kisah inspiratif dari perjuangan sang pejuang di daerah sebatik. Penulis juga memaparkan pengalaman penulis saat membersamai para TKI buruh yang bekerja untuk negara malaysia.

Sebuah pembelajaran yang begitu luar biasa, kurang lebih satu bulan belajar menjadi masyarakat perbatasan, masyarakat yang jauh dari jangkauan elit pemerintahan, masyarakat yang terkadang luput dari pandangan bangsanya, masyarakat yang sangat rentan dengan reaksi negara tetangga. Banyak sekali tentunya pembelajaran yang dapat diambil disini, pulau sebatik-pulau yang bertuankan dua negara. Pembelajaran ini akan menjadi modal bagi penulis kedepannya untuk terus belajar merawat Indonesia.

Ucapan Terimakasih banyak penulis haturkan kepada :

1. 2.

3.

Beasiswa Aktivis Nusantara Dompet Dhuafa sebagai media pembelajaran penulis hingga saat ini Bapak Camat Sebatik Tengah beserta jajaran kecamatan, Bapak Harman, S.IP yang selalu mendampingi kami, memberi masukan dan pembelajaran selama kegiatan. Bapak Kepala Desa Sungai Limau, Bapak Mardin yang sangat membantu mendukung seluruh kegiatan yang kami laksanakan didesa.


4.

5.

6.

Umi Suraidah, M.Ph, dan para guru sekolah tapal batas yang banyak memberikan kesempatan belajar menjadi guru di sekolah tapal batas. Kak Wiwi, Bang Rizal, Bapak dan Ibu di rumah yang mengizinkan kami tinggal di rumah, menjadi bagian dari keluarga, dan banyak mengajarkan kami tentang makna kehidupan. Semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga pembelajaran ini bermanfaat bagi kita semua, dan semoga sedikit yang penulis kontribusikan di Sebatik dapat bermanfaat bagi masyarakat sebatik, sangat berharap pembelajaran ini menjadi akad untuk terus merawat Indonesia. Sebatik, 18 September 2015

Penulis


DAFTAR ISI

Mengenal Tapal Batas Indonesia ....................................................... Ekspedisi Tapal Batas ......................................................................... Yuk, Sekolahtapalbatas.com ............................................................... Garuda didadaku, Ringgit di perutku ............................................... Semangat baru terus istiqomah ..........................................................

1 3 5 7 9

Generasi Tapal Batas........................................................................... Pantai Sebatik ...................................................................................... Mengajar di Tapal Batas .................................................................... Pemerintah yang Konyol ! .................................................................. Ibu Desa yang bersemangat ...............................................................

11 13 15 18 20

Festival Desa Teladan ......................................................................... Nunukan dan Bupatinya .................................................................... Pramuka dan Pengakap ..................................................................... Menyelami Laut Perbatasan .............................................................. Belajar dari Pak Mardin .....................................................................

22 24 26 28 29

Bergosong, Penjajah siapa yang salah ? ........................................... Pangkab dan Tawau ........................................................................... Anak-anak tapal batas #2 ................................................................... Survey Klaster Mandiri Dompet Dhuafa ........................................... Dompet Dhuafa bersama masyarakat................................................

32 34 35 37 39

Dzikir Akbar dan Silaturahmi Pejuang ............................................ Kader PKK dan Olahan Pisang ......................................................... Sehari ini untuk Tapal Batas ............................................................. Almamater yang tak tergadaikan ...................................................... Pamit Pulang .......................................................................................

41 43 45 47 49

Membersamai TKI di dalam jeruji besi ............................................ 51 Menuju Bumi Pengembangan Insani ................................................. 55


Hari 1 : �Mengenal Tapal Batas Indonesia

Perjalanan Shubuh kami mulai dari Cengkareng, mengudara sekitar 3 jam sampai lah kami di Kota Tarakan, kota dimana dalam sejarah dikatakan sebagai tempat pertama kalinya jepang menginjakkan kaki di Indonesia. Logat melayu menyambut kedatangan kami di kota ini, kami hanya sebentar disini karena tujuan kami adalah Pulau Sebatik, tempat kami belajar mengabdi selama 1 bulan kedepan.

Dari Tarakan kami melanjutkan perjalanan laut menuju Pulau Nunukan, perjalanan kami tempuh menggunakan speed boat dengan waktu 3 jam. Sesampai di Nunukan kami disambut kakak-kakak Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet Dhuafa, ada Kak Wiwi, Kak Dena dan Kak Rijal. Nunukan menjadi tempat untuk kami berdiskusi sambil makan siang bersama para guru hebat SGI.

Selanjutnya perjalanan kami teruskan menuju Pulau Sebatik, Kak Wiwi merupakan alumni SGI V yang dulu ditempatkan di sebatik dan sekarang menjadi guru tetap disana. Perjalanan menggunakan speed boat dengan rentang waktu satu jam. Dermaga Blambangan menyambut kami dengan rinai hujan, kami melanjutkan perjalanan dengan taksi menuju kantor camat, sebelum menuju kantor kami menjemput mbak harini, Guru SGI angkatan VI yang ditempatkan di Desa Sungai Limau.

Sesampai di Kantor Camat kami bertemu dengan Camat Sebatik tengah untuk bersilaturahmi sekaligus berdiskusi terkait kerjasama apa yang bisa dibuat, banyak gagasan-gagasan kreatif dari Pak Camat, Pak Camat sendiri merupakan camat muda yang progressif, beliau merupakan lulusan Hubungan Internasional Unhas. Pada Kesemapatan di kantor camat pula kami dipertemukan dengan Ibu Suraidah, beliau merupakan penggagas Sekolah Tapal Batas.

1


Pak Camat, Ibu Suraidah dan Mbak Wiwi bagi kami merupakan orang-orang inspiratif disini, mereka bersama-sama menggagas Sekolah Tapal Batas, Sibuk berfikir untuk kesejahteraan masyarakat disini. Benar adanya bahwasanya negeri ini masih banyak pejuang hebat yang jauh dari hingar bingar lampu sorot dan kemeriahan tepuk tangan.

Sekolah Tapal Batas merupakan Sekolah yang diperuntukkan untuk anak-anak perbatasan, siswanya berasal dari dua negara, indonesia dan malaysia. Namun sesungguhnya mereka semua adalah tunas muda Indonesia, sebagian yang tinggal di Malaysia karena orang tua mereka adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI), karena Bapak Ibu mereka bekerja sebagai buruh di perusahaan malaysia, pendidikan pun sulit mereka akses, belum lagi keadaaan geografis di lingkungan sekolah tapal batas, tidak ada listrik, kesulitan air bersih dsb. Keresahan-keresahan tersebutlah yang membawa Pak Camat, Ibu Suraidah dan Mbak Wiwi menginfakkan diri mereka untuk mengabdi membangun daerah perbatasan dengan meretas sekolah perbatasan.

Sekolah Perbatasan sendiri tidak hanya sebatas kegiatan belajar mengajar, disini juga sebagai pos kesehatan daerah perbatasan, para TKI yang sakit akan


sulit menerima akses kesehatan, posyandu pun cukup jauh. Pos Kesehatan Tapal Batas kemudian hadir memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Selain itu ada juga kelompok ibu-ibu yang membuat olahan makanan di sekolah tapal batas, olahan makanan yang banyak dibuat berbahan dari pisang, karena tumbuhan pisang sangat mendominasi disini. Olahan pisang sendiri dibuat menjadi cendol pisang, kerupuk pisang, nasi pisang, kue broncong dsb.

Kami menginap untuk sementara di rumah tokoh masyarakat desa ajikuning, disini masyarakatnya beragam mulai dari suku asli borneo, bugis dan timor. Rumah Panggung khas Kalimantan tempat kami berteduh malam ini. Bapak tempat kami menginap berasal dari sulawesi selatan yang bersuku bugis, beliau bermata pencaharian di kebun.

Hari 2 : “Ekspedisi Tapal Batas�

Shubuh pertama di sebatik kami isi dengan shalat berjamaah di rumah, indah sekali menunggu pagi dengan secangkir milo (buatan malaysia) hangat dan makanan khas kampung yang dibuat mamak. Slogan Garuda di dadaku, malaysia di perutku memang menjadi guyonan masyarakat disini karena memang suplai makanan banyak dari malaysia sedang penduduk asli hanya mengirim bahan mentah dari kebun ke tawau (malaysia).

Sarapan sesungguhnya datang, satu mangkok sop ayam dengan sepiring nasi menjadi santapan luar biasa pagi ini sebagai modal ekspedisi selanjutnya. Kami memulai pagi dengan silaturahmi ke beberapa sekolah di desa aji kuning mulai dari SD, SMP, dan SMA. Berdiskusi tentang program apa yang bisa kami berikan disini. Banyak inspirasi yang kami temukan disini, para guru luar biasa yang mau mengajar jauh dari rumah, anak-anak dengan semangat belajar,

3


fenomena yang aneh dimana warung makan sekolah menerima uang rupiah dan ringgit, layaknya transaksi internasional, bapak kantin menerima uang jajan dari anak-anak, umumnya anak-anak memakai ringgit karena banyak orangtua mereka yang jadi TKI di negeri sebelah.

Selepas dari sekolah kami melanjutkan silaturahmi menuju ke kantor desa aji kuning untuk bersilaturahmi. Pemerintah desa juga menawarkan kami untuk mengajarkan komputer pegawai desa dsb. Beberapa program yang nanti kami buat diantaranya pelatihan IT dan gerakan desa bebas narkoba. Desa Aji Kuning adalah desa yang berbatasan langsung dengan malaysia jadi masyarakat disini secara ekonomo sudah cukup baik.

Adzan dzuhur berkumandang, kami shalat dzuhur di masjid kecamatan dan kemudian selepas itu berkunjung ke SMA, disini SMP dan SMA bergantian memakai gedung, siswa SMP belajar pagi sedangkan SMA belajar siang begitulah fenomena pendidikan disini. Kepala sekolah SMA 1 sebatik tengah menyambut kami dengan baik, ada beberapa tawaran program, terkhusus motivasi pendidikan melanjutkan perguruan tinggi, karena disini para siswa jarang yang melanjutkan studi karena masalah biaya dsb.

Setelah shalat ashar kami berdiskusi bersama mbak wiwi dan mbak nur, dua orang sebatik yang bekerja di dompet dhuafa kaltim, tiba-tiba datang dua mahasiswa universitas tadulako palu, mereka adalah tim ekspedisi tapal batas yang sedang membuat film dokumenter yang dikompetesikan di final eagle award, kami pun berkenalan dan sharing, kemudian kita berkunjung ke perbatasan indonesia malaysia. Perbatasan yang sangat aneh, tapal batasnya pun tidak jelas, karena memang ini hanya diisi kebun sawit, kakau dan semak belukar, namun jika perjalanan diteruskan kita akan bertemu dengan perusahaan malaysia yang mempekerjakan TKI di perusahaannya.


Perjalanan dilanjutkan dari tapal batas menuju markas Panpas (pasukan perbatasan). Shalat maghrib di masjid sebelah markas dan sharing bersama TNI perbatasan disana, selepas berkunjung kami shalat isya berjamaah, setiba di rumah kami kedatangan tamu teman-teman KKN dari UMY Jogjakarta, kami pun mencoba bersinergi belajar membangun desa di sebatik ini.

Hari 3 : “Yuk, Sekolahtapalbatas.com !�

Hari ini kami kembali semangat untuk memulai hari, berdasarkan diskusi dari manajer sekaligus kakak pendamping kami di wilayah penempatan, banyak sekali garapan yang akan kami buat di sebatik ini, mulai dari sektor pendidikan, ekonomi, keagamaan dan sosial.

5


Pagi ini kami akan membantu mbak wiwi membuat website sekolah tapal batas, sebelum memulai website kami berbelanja di sebuah toko modern, terkejutnya kami melihat transaksi yang dilakukan dengan menggunakan ringgit malaysia. Kami pun banyak bertanya kepada mbak wiwi, ya karena memang disini banyak yang bekerja di malaysia sehingga uang yang diperoleh pun ringgit bukan rupiah, jarak antara sebatik dan tawau hanya 15 menit jika menggunakan speed kecil.

Setelah berbelanja makanan ringan kami pun mulai menggarap website, mbak wiwi mengumpulkan artikel dan foto yang akan dipublish sedangkan kami sibuk mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan lain dalam website tersebut. Setlah empat jam bekerja website itupun terbangun, sekolahtapalbatas.com laman yang kami buat untuk menjelaskan daerah perbatasan di sebatik ini. Kami mengangkat sekolah tapal batas karena memang sekolah inilah yang menjadi salah satu ikon di sebatik, laman website ini tidak hanya memuat berita terkait sekolah tapal batas tapi juga suara-suara perbatasan, perekonomian, sosial dan fasilitas kesehatan di perbatasan. Harapannya website ini mampu menjadi jembatan bagi kita untuk melihat bagaimana daerah perbatasan kita kemarin, hari ini dan mungkin nanti kedepan.

Setelah menggarap website kami makan siang di salah satu rumah makan sambil berdiskusi terkait program yang akan kami eksekusi. Mbak wiwi juga menjelaskan kepada kami kembali tentang sebatik ternyata ada dua pemimpin keren berprestasi disini, ialah Pak Camat Harman yang profilnya di muat di koran kompas dan Pak Mardin, Kepala Desa Sungai Limau yang dua tahun berturut menjadi kepala desa berprestasi nasional. Kami sangat berharap dapat belajar dari dua sosok keren tersebut.


Sore harinya kami diajak nonton bola kebetulan di sebatik lagi diadakan turnamen sepakbola se-pulau sebatik. Sambil bersilaturahmi kepada masyarakat dan berkenalan bersama beberapa rekan mahasiswa yang sedang menjalani kuliah kerja nyata pengabdian masyarakat di Sebatik diantaranya, Universitas Borneo Tarakan dan Universitas Muhammadiyah Jogjakarta.

Hari 4 : “Garuda didadaku, Ringgit di perutku�

Sebelum memulai hari seperti biasa sesuai dengan “SOP� penerima manfaat dompet dhuafa saat adzan berkumandang kami bersiap untuk shalat shubuh berjamaah kemudian tilawah sekitar 5-10 menit. Milo hangat dan cempedak goreng sudah tersedia, setiap hari sarapan kami selalu disajikan milo, saya pun bertanya mbak wi, ternyata memang harga milo dibanding teh beda tipis, tidak

7


seperti di jawa yang cukup jauh, mengingat prodkuksi milo ini sangat dekat dari sebatik yaitu di sabah malaysia.

Seperti desa pada umumnya di aji kuning pun punya pasar rakyat pekanan. Pasar tradisional ini menjual sembako, hasil laut dan juga makanan malaysia. Kita pun juga dapat menggunakan dua mata uang, rupiah ataupun ringgit. Malah dominan menggunakan ringgit karena perbandingan rupiah yang sangat lemah jika dibandingkan ringgit. Sorotan kami pun tertuju kepada makanan khas malaysia seperti roti canai, roti jon, milo jely dsb. Kami pun meronggoh kocek untuk membeli makanan tersebut karena penasaran dengan rasanya.

Beberapa hari diawal ini memag kami disibukkan dengan tahap persiapan atau pembekalan program seperti tekniks kedepan membahas kontribusi di sektorsektor yang telah kami targetkan, hari ini kami mencoba mendesain industri ekonomi kreatif di sebtaik kekbetulan mbak wiwi juga mendampingi ibu kader PKK untuk memproduksi beberapa olahan makanan dari pisang seperti nasi pisang, kripik, sale, cendol dsb. Hanya saja mereka tidak memiliki surat-surat terkait izin dagang seperti SIUP, PIRT dsb.

Disini lah kami mencoba berdiskusi terkait teknis eksekusi, pelaksanaan, analisis pasar dsb. Memang jika kita lihat tawau cukup berpotensi menjadi pasar target, mengingat di tawau sendiri juga banyak suku bugis yang berwarga negara malaysia. Keluarga bapak sendiri juga banyak yang menjadi warga negara malaysia, menetap dan bekerja disana. Bapak sendiri dulu ketika ada surat lintas batas, tiap minggu selalu berkunjung ke tawau. Cerita dan pengalaman ini tentu menjadi semangat tersendiri bagi kami selama di sebatik ini.


Hari ke 5:�Semangat baru terus istiqomah�

Jumat barokah hari ini kami sangat semangat menyambut hari seperti biasanya kegiatan pagi yang kami lakukan shalat shubuh berjamaah, tilawah dan sarapan, pagi ini kami dirumah saja karena memang lokasi mengajar pun cukup jauh hingga waktu shalat jumat tiba kami bersiap untuk shalat di masjid al aqsha, masjid terbesar di kecamatan. Shalat jumat memang menjadi momen penting untuk bersilaturahmi kepada bapak-bapak, pemuda, dan anak-anak sebatik.

Dari shalat jumat akhirnya kami banyak berkenalan dan diminta untuk bersinggah kerumah bapak-bapak tersebut. Waktu makan siang pun datang,

9


makan bersama bapak sekaligus sharing terkait kebun bapak, kebetulan di depan bapak juga menanam pohon kelapa pandan, kata bapak kelapa didepan sangat manis dan harum coba saja. Dengan semangat selepas makan kami bersiap membawa parang. Saya pun memanjat pohon kelapa yang tidak terlalu tinggi lalu membacok kelapa yang sangat menggoda itu. Akhirnya setelah mengambil dua kami pun pesta menikmatinya. Air nya yang segar dan manis memancarkan bau yang wnagi seperti pandan, dagingnya lembut dan lezat. Sungguh nikma, kata bapak kelapa ini hanya tumbuh di rumah kita saja, beberapa rekan bahkan pejabat kecamatan mencoba meminta bibit dari bapak, namun tidak tubmbuh. Hari hari esok tentunya akan kami isi dengan mengajar, kata mbak wiwi menjadi pengajar harus rapi akhirnya kami ke salon untuk merapikan rambut agar terlihat seperti guru teladan. Mbak wiwi sudah menjelaskan sebelumnya bahwa 95% yang membuka salon atau pangkas rambut yang bagus adalah bencong, kami pun siap dengan segala resiko.

Sampailah kami disalon tante eka, sebagai bentuk penghormatan kami, kami panggilah bencong utu dengan titel tante. Tante eka adalah bencong senior di kawasan sebatik, sudah sekitar 15 tahun dia menetap di sebatik, asalnya adalah jakarta, kemudian merantau ke tawau dan akhirnya disebatik, sambil pangkas sepanjang ia memotong saya selalu mengajak berdiskusi takutnya kalau saya diam nanti tantenya malah neyeleh.

Dengan potongan khas guru umar bakri kami pun siap menempuh hari sebagai pengajar disebatik ini. Malamnya kami berkunjung ke rumah tokoh masyarakat di desa sebatik, dan banyak belajar dari pengalaman mereka, sungguh hari ini sangat luar biasa.


.

Hari 6 : “Generasi Tapal Batas�

Sabtu ini kami mempunyai dua agenda utama yaitu pengecekan alat vacum frying dan berbagi inspirasi bersama generasi tapal batas SMAN 1 Sebatik tengah. Seperti biasanya shubuh kami mulai dengan shalat berjamaah dan tilawah, sarapan dengan secangkir milo hangat, karena memang disini harga milo lebih murah mengingat negara yang memproduksi barang tersebut berdekatan dengan daerah kami. Pagi harinya kami sibukkan dengan mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk program inspirasi bersama anak SMA 1 sebatik tengah.

Pendamping kami yaitu mbak Siti Dwi Arini merupakan lulusan Sekolah Guru Indonesia angkatan V, beliau sangat detail dalam mengajarkan kami terkhusus

11


SOP penampilan dan presentasi khas Dompet Dhuafa yang beliau dapat saat pelatihan SGI, mulai dari slide, pakaian, sepatu dsb. Persiapan selesai pukul 11.00 WIB

Setelah itu kami sudah ada janji dengan kepala desa sungai limau untuk mengecek alat vacum frying yang merupakan bantuan pemerintah untuk desa setempat, sebenarnya bapak desa tidak mau menerima bantuan ini karena desa sungai limau sendiri tidak memiliki listrik, hanya bermodalkan genset, namun bagaimana lagi itu adalah program nasional yang diperuntukkan untuk daerah perbatasan, yang lebih parahnya alat tersebut hanya dikirim tanpa adanya pelatihan dari tenaga ahli untuk mensosialisasikan alat tersebut kepada masyarakat. Imbasnya sejak maret 2012 hingga kini alat itu hanya disimpan di gubuk tua.

Kami pun mencoba mengidentifikasi alat tersebut, kemudian mencoba membuat modul agar alat tersebut dapat digunakan masyarakat, terkhsus alat tersebut harus diremajakan mengingat beberapa bagian mesuinnya sudah karatan dan sulit untuk digunakan.

Selapas pengecekan kami makan siang bersama dan kemudian langsung menuju SMAN 1 Sebatik tengah. Sekolah ini kebanyakan diisi oleh siswa yang orang tuanya merupakan TKI yang bekerja di malaysia. Beberapa pun ada yang rumahnya di malaysia namun bersekolah di sana. Mereka sangat antusias dengan presentasi kami mengingat belum ada siswa SMA terseut yang bersekolah di UGM maupun ITB.

Kami menyimpulkan banyak pelajar disana tidak paham bagaimana alur untuk mendaftar di perguruan tinggi negeri. Diperparah mindside mereka lebih baik kerja di negeri malaysia ketimbang melanjutkan sekolah, dari rumusan masalah itulah kami membuat model presentasi yang persuatif bagaimana mereka punya niatan untuk melanjutkan sekolah di perguruan tinggi negeri.


Hari ke 7 : “Pantai Sebatik�

Agenda hari ini tidaklah seperti biasa, hari ini kami diajak ke pantai oleh mas rizal (suami mbak wiwi) untuk ke pantai karena kebetulan ada kegiatan kemah bersama pelajar se-sebatik di pantai. Seperti biasa shubuh kami mulai dengan berjamaah kemudian tilawah bersama, selepas itu sarapan dan kemudian persiapan ke pantai.

Pantai di sebatik memang tidak seindah pantai di wakatobi ataupun raja ampat, tapi cukup serulah buat bermain bola pantai. Kami bersama Keluarga mas rizal pergi menggunakan mobil kebetulan mbak wiwi tidak bisa bergabung karena sudah ada agenda di bergusung (malaysia).

13


Sesampainya di pantai kami coba mengidentifikasi pantai ini, karena memang pantai ini selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat sebatik. Kebetulan ada beberapa mahasiswa KKN dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Borneo Tarakan, kami pun ikut gabung untuk bermain sepakbola.

Selepas bermain sepakbola kami cob mengunjungi beberapa kedai di pantai untuk berdiskusi terkait pengelolaan pantai dan potensi pantai ini, Memang pantai ini selalu menjadi keramaian sehingga cukup berpotensi untuk mencari uang, bukan hanya rupiah tapi juga ringgit.

Sepas dari pantai kami balik kerumah, shalat dzuhur kemudian membuat modul alat vacum frying yang nantinya akan kami berikan kepada kepala desa sungai limau. Modul ini kami harap bermanfaat untuk pengoperasian mesin tersebut.

Selesai membuat modul kami menyiapkan bahan ajar untuk esok senin, karena kami diagendakan mengajar dan berbagi inspirasi di sekolah tapal batas, sekolah tapal batas adalah sekolah bagi para anak TKI yang bekerja di malaysia


dimana mereka belum mendapatkan fasilitas sebaik sekolah umum diperparah jarak rumah mereka yang cukup jauh ke sekolah ini, dan sekolah ini adalah sekolah paling dekat antara perbatasan indonesia-malaysia. Mereka tinggal di malaysia namun bersekolah di indonesia.

Hari ke 8 : “Mengajar di Tapal Batas�

Pagi-pagi saya dan aryo sangat semangat menyambut hari, karena pagi ini kami akan menjemput motor di rumah pak desa, bapak desa sungai limau (pak mardin) menghibahkan kami sebuah motor trail untuk akomodasi kegiatan selama di sebatik. Motor dengan tipe trail berkenalpot fiz-R ini tentu sangat enak di bawa, motor ini biasanya dibawa pak mardin ke kebun, karena medannya yang cukup rawan makanya pak mardin memodifikasi motornya menjadi motor trail.

Motor tersebutpun kami gunakan muntuk mengajar ke sekolah tapal batas karena memang jarak tempat kami tinggal menuju sekolah tapal batas cukup jauh. Tepat pukul 08.00 WIB kamipun tiba di sekolah, kemudian diberi kesempatan untuk mengajar disini. Siswa sekolah tapal batas umumnya adalah anak-anak TKI yang tinggal di malaysia, untuk bersekolah mereka melintasi dua negara, malaysia tempat mereka hidup dan Indonesia tempat mereka belajar sekaligus tanah air mereka.

Mengajar anak TKI membutuhkan tenaga ekstra karena memang mereka sedikit tertinggal di banding anak-anak umumnya, bahkan jika tidak ada sekolah tapal batas ini mereka tidak akan mengenyam pendidikan mengingat sekolah umum cukup jauh dari sini. Untuk bersekolah disini mereka harus berjalan kaki sekitar satu setengah jam dari rumah mereka menuju sekolah.

15


Pada kesempatan ini kami mengajarkan materi keprofesian, karena wawasan mereka terkait keprofesian hanya sedikit seperti guru, tentara dan polisi, parahnya mereka mengenal profesi tersebut dengan bahasa negara tetangga, tentara itu kombet, polisi itu polis dan guru adalah cikgu. Kami pun mengenalkan profesi lain seperti arsitek, ilmuwan, perawat, bankir dsb.

Selain mengajar keprofesian kami juga mengajarkan wawasan nusantara, karena memang mereka belum mengenal indonesia secara keseluruhan, bahkan jakarta dan bandung adalah kata-kata baru di memori mereka, dibandingkan kota-kota indonesia, kota di negara malaysia menjadi familiar bagi mereka terutama Kuala lumpur dan Tawau (kota negeri sabah).

Lelah juga mengajar mereka karena bagi kami ini pengalaman pertama mengajar dari pagi sampai sore. Ada pengalaman yang berkesan bagi kami dimana mereka berbelanja di warung sekolah menggunakan ringgit karena memang orangtua mereka berpenghasilan dengan ringgit. Ternyata saat kami mengajar bertepatan dengan shooting film eagle award dari eagle institute yang juga mengangkat sekolah tapal batas. Berkumpulah Pak Camat Harman, Ibu Suraidah dan beberapa kameramen profesional dari metro tv. Selepas mengajar, kami pun berdiskusi dengan mereka terkait prospek sebatik menuju kota strategis dan juga masa depan sekolah tapal batas. Rekan-rekan mahasiswa bukan kami saja, ada mahasiswa dari tadulako palu yang sedang mengikuti kompetisi eagle award dan juga mahasiswa UMY yang sedang KKN.


Jam 5 sore kami pun pulang menuju desa aji kuning, perjalanan ini seperti naikturun gunung, ketika naik kami melihat pemandangan kota tawau dari sini. Semoga nanti bisa bersilaturahmi ke kota sebelah. Mbak wiwi mengajak kami jajan di warung, roti canay dan milo jelly menjadi penghapus lelah setelah mengajar, di sebatik juga banyak warung-warung yang menjual kuliner malaysia.

Selepas shalat maghrib dan shalat isya kami evaluasi sekaligus membahas hari esok, keesokan hari kami diagendakan untuk bersilaturahmi ke kantor desa sungai limau.

17


Hari ke 9 : “Pemerintah yang Konyol !�

Hari ini kami bergegas ke kantor desa sungai limau, Pak Mardin adalah kepala desa ini, setelah semalam bersilaturahmi dan belajar kami banyak mendapatkan arahan terkait peran dan kontribusi yang dapat kami ambil.

Sesampai di desa kami mencoba berdiskusi lagi, permasalahan yang menarik bagi kami salah satunya adalah kondisi TKI di bergosong sebatik malaysia, bagaima penindasan yang mereka alami sebagai buruh di negeri orang, akses kesehatan, pendidikan dsb yang sangat minim dan terbatas. Pak Mardin sangat kenal dengan hidup menjadi TKI karena orang tua dan beliau pun TKI, hanya saja setelah memiliki uang yang cukup dari jerih payah nya menjadi TKI dia membeli kebun dan berwirausaha di kebunnya sehingga dari jerih payahnya berwirausaha di kebun dan beternak kondisinya mapan dan dengan mudahnya mengeluarkan uang untuk program desa.

Pak Mardin memaparkan ada sebuah masalah yaitu masalah besar dari bantuan masyarakat. Beliau awalnya menolak bantuan ini, bantuan ini adalah seperangkat mesin vacum frying lengkap dengan oil dtrying, press sealing dan automati cutting. Mesin tersebut digunakan jika kita ingin membuat keripik buah dari kondisi vakum seperti yang dilakukan industri kreatif masyarakat di malang yang membuat kripik dari apel. Konyolnya bantun ini awalnya dijanjikan akan diberi pelatihan, tapi nyantanya trainer sendiri di hari pelatihan kebingungan, ada 7 perangkat mesin yang tersebar di sebatik tengah tapi tidak digunakan dan menjadi barang rongsok padahal dibeli dalam kondisi baru. Jika diakumulasikan seperangkat mesin bisa mencapai 20 juta. Konyolnya mesin ini ditaruh oleh kontarktornya di sebuah gubuk kayu yang sempit, dan lebih parahnya mesin ini membutuhkan daya hingga 1000 watt sednagkan desa sungai limau belum teraliri listrik hingga kini, mesin itu masuk dari awal tahun 2012 hingga kini hanya sebatas seonggok besi yang tak digunakan, memang sebuah kemunduran intelektual bagi oknum pemerintah yang mengirimkan mesin itu ke desa sungai limau, pemerintah yang memberi bantuan itu adalah badan yang mengurusi kemajuan daerah perbatasan. Kami pun berazam selama


di sebatik akan menyelesaikan mesin itu untuk dpaat digunakan oleh masyarakat sebatik.

Apalagi jika melihat potensi hasil kebun, satu kali panen sebatik mampu menghasilkan 300 ton pisang, belum lagi hasil sawit dan kakao yang semua mentahannya dikirim ke negeri sabag malaysia

19


Hari ke 10 : “Ibu Desa yang bersemangat�

Pagi ini kami mendapatkan masalah, selepas shubuh berjamaah dan tilawah, kami bersiap melanjutkan aktivitas namun ternyata motor trail yang kami gunakan bermasalah, sehingga kami bagi tugas, saya memperbaiki motor ke bengkel sedangkan aryo mencari referensi sekaligus membuat laporan kegiatan.

Sesampai di bengkel ternyata kami harus mengantri sehingga cukup lama, hingga dzuhur tiba mbak wiwi merekomendasikan kami untuk menyewa satu motor untuk perjalanan malam apalagi esok harinya kami juga harus survei tempat untuk kegiatan remaja masjid bersama KKN UMY.

Motor Jupiter MX berwarna merah menjadi partner kami sambil menunggu motor trail, ternyata sore hari motor trail sudah bisa di ambil, memang motor trail ini kurang tepat jika digunakan ke kota atau perjalanan jauh karena


memang tidak ada lampu, ditamah nantinya jika ada masalah mesin, motor ini ternyata bermasalah di bagian pengapian.

Sambil menunggu motor diperbaiki kami mengunjungi rumah buk desa sungai limau yaitu buk mardin karena memang ada beberapa hal yang perlu didiskusikan terkhusus perbaikan mesin vacum frying (desain ekonomis dan tata letak alat). Ibu menyambut diskusi kami dengan antusias, bagaimana ibu memaparkan konsep ekonomi desa sungai limau kedepannya mengingat hasil alam di desa sungai limau sangat berpotensi. Setelah sharing dengan ibu kami pun menjemput motor di bengkel.

Setelah menjemput motor, saya dan aryo berkunjung ke lapangan sepakbola kecamatan di desa aji kuning karena memang lagi ada turnamen bola dan penontonnya sangat ramai, tujuan kami adalah silaturahmi bersama beberapa warga.

Selepas maghrib saya berinisiatif mengunjungi posko rekan-rekan KKN UMY sekaligus berdiskusi terkait desain web sekolahtapalbatas.com, bersyukur ada beberapa teman yang bisa diajak berkolaborasi mendesain web tersebut agar lebih kelihatan keren. Adzan isya berkumandang saya pulang untuk shalat dan kemudian selepas shalat kita bersama KKN UMY mebahas rapat untuk persiapan outbond remaja masjid kecamatan yang akan diadakan minggu esok. Dari hasil rapat kamis esok akan diadakan survey untungnya kami memiliki dua motor sehingga dapat membantu rekan-rekan UMY. Mungkin hari ini tidak terasa begitu sibuk karena memang ada beberapa rapat dan persiapan untuk eksekusi teknis acara yang kami buat, bersama temanteman UMY nantinya kami juga akan membantu kegiatan seperti mengajar di sekolah dan posko KKN karena memang banyak anak-anak yang belajar di posko sana.

21


Hari ke 11 : “Festival Desa Teladan�

Hari ini desa aji kuning disibukkan dengan kegiatan desa teladan karena beberapa petinggi provinsi hadir untuk menjadi juri desa teladan, mengingat sejarah desa di kecamatan sebatik tengah dua tahun berturut menjadi desa teladan nasional yaitu desa sungai limau dan tahun ini desa aji kuning sedang berjuang di tingkat kabupaten.

Festival desa dibuka dengan longmarch diikuti ratusan masa dimuali dari pelajar, guru, ibu PKK, dan beberapa komunitas masyarakat lainnya. Pada momen ini pulalah kami berkesempatan kenal satu sama lain bersama temanteman KKN UMY, UB Tarakan, Sekolah Guru Indonesia penempatan Sebatik dsb.

Festival Desa Teladan menjadi puncak acara setelah rangkaian turnamen seperti sepakbola, takraw dan olahraga lainnya. Desa Aji Kuning memang sangat memprioristaskan agenda bersama terkhsus olahraga. Saya menyimpulkan bahwa Desa Sebati Tengah yang selalu menjadi desa teladan di Nunukan hebat karena program desa yang banyak merangkul masyarakat.


Tepat pukul 3 sore kai dan mbak wiwi dijemput oleh Pak Camat bersama Perwakilan KKN UMY untuk pergi ke Nunukan karena memang esok hari kami akan bertemu dengan Bupati. Perjalanan darat kai tempuh sekitar 20 menit dari aji kuning menuju bambangan, kemudian disambung dengan perahu sekitar 30 menit sampai ke Nunukan.

Malam harinya kami beristirahat di rumah Camat Harman, Camat Muda yang banyak menginspirasi di sebatik tengah. Pembelajaran pun banyak kami dapat dari diskusi bersama Camat Harman. Beliau banyak bercerita tentang masa mudanya saat menjadi aktivis, beliau punya kompetensi kepemimpinan yang sangat baik dan luar biasanya beliau tidak fanatik dengan golongan, jabatan adsb sehingga beliau mampu merangkul semua golongan. Banyak pesan yang beliau sampaikan kepada aktivis, jangan sampai aktivis muda hanya bisa berbicara saja namun tidak bisa mengimplementasikan gagasannya, kita bisa melihat wajah-wajah aktivis era Camat Harman yang sekarang banyak di penjara karena kasus korupsi, bahkan banyak juga yang menjadi wakil rakyat tapi tidak bermartabat.

23


Hari ke 12 : “Nunukan dan Bupatinya�

Setelah di malam hari kami banyak mendapatkan inspirasi dari diskusi bersama Camat Harman, Paginya langsung kami terapkan, belum adzan shubuh kami sudah bangun dari tempat tidur, mengambil wudhu dan bersiap menanti adzan. Shalat rawatib, tilawah dan shubuh berjamaah kami lakukan bersama-sama. Sambil menanti pagi diskusi pun kami jalankan lagi di kamar bersama rekan dari UMY sekaligus membahas apa poin-poin yang dirasa penting nantinya ketika berhadapan dengan Bupati.

Persiapan sekaligus sarapan telah kami lakukan tepat pukul 7 kami berangkat, naumn sebelum ke kantor Bupati kami diajak berputar di kota nunukan sekaligus mengantar Ibu Camat yang merupakan Dokter gigi di rumah sakit nunukan. Sambil berputar pak camat banyak menjelaskan tempat-tempat di kota nunukan.

Sampailah kami di kantor bupati nunukan, kantor yang megah dengan fasilitas yang luar biasa, sambil menunggu bupati tiba kami berdiskusi bersama Sekda, Asisten I dan II. Diskusi santai yang disipkan canda tawa membuat kami tertarik mengikutinya karena memang diskusi politik bagi kami cukup menggairahkan.

Sekita dua jam menunggu dapatlah kesempatan kami bertemu bupati di ruangannya, namun sebelum kami menyampaikan gagasan dan hasil yang kami bawa, kami harus mendengarkan dulu pemaparan dari PLN yang sedang risau dicari masyarakat. Memang banyak daerah di Nunukan yang belum teraliri listrik, apalagi Nunukan bukan hanya satu pulau tapi lebih dan jaraknya cukup jauh. ‘


Sampailah pada waktu dimana kami memaparkan program dan gagasan kami, namun sayangnya bupati nunukan bukanlah tipe pendengar yang baik, belum banyak kami berbicara beliau sudah banyak memberi nasehat, kamipun mendengar saran beliau terkait apa yang sydah kami lakukan. Tidak banyak yang didapat dari pertemuan bersama bupati nunukan, itupun tak lebih sekedar memberikan laporan dengan disisipi basa-basi politik, mengingat akhir tahun nanti bakal ada Pilkada nunukan.

Ada waktu satu jam sebelum adzan dzuhur berkumandang, kami coba manfaatkan 40 menit waktu untuk berdiskusi bersama kepala dinas kesehatan Nunukan terkait gagasan desa bebas narkoba yang diiisasi oleh Dompet Dhuafa dan KKN UMY di desa maspul kecamatan sebatik tengah. Dinas Kesehatan Kabupaten mendukung penuh adanya gagasan ini mereka berharap nantinya jika berhasil desa maspul bakal menjadi desa percontoha, apalagi di daerah sebatik banyak ditemukan pengendar narkoba yang berasal bukan hanya dari indonesia, tapi juga malaysia dan filipina

25


Kami mendapatkan kesempatan untuk shalat jumat berjamaah di salah stau masjid di kota Nunukan, setelah melaksanakan kewajiban kami makan bersama dan kemudian berkunjung ke Pertamina Cabang Nunukan untuk berdikusi membahas sekolah tapal batas dan bantuan yang akan diberikan pertamina. Diskusi yang dijalankan bukan hanya soal kerjasama, manager cabang nunukan juga memaparkan terkait kilang migas terkhusus mahakam, beliau juga berbagi keresahan tentang pertamina dan kepercayaan pemerintah dan Indonesia yang rendah, menganggap remeh sumber daya manusia, ternyata revolusi mental jokowi belum banyak memberikan kebermanfaatan langsung. Ditambah dengan kasus mobil listrik ricky elson yang dibeli malaysia, selain isi diskusi banyak memaparkan kekecewaan anak bangsa terhadap pemerintah dan elit politik harapan kami dari diskusi membuat kami semangat untuk merawat bangsa ini, bukan soal posisi tapi kontribusi untuk masyarakat.

Hari 13 ; “Pramuka dan Pengakap�

Hari hari selalu kami jalani dengan kegiatan yang berbeda, pagi ini setelah shubuh dan sarapan kami langsung bergegas ke rumah pak mardin kepala desa sungai limau, dimana disana kami bekerjasama dalam memuliakan mesin vacum frying hasil hibah dari pemerintah kepada desa sungai limau.

Mesin ini semenjak dihibahkan tidak dioptimalkan karena memang kongkalikong pemerintah dengan kontraktor yang tidak profesional, alhasilrangkain mesin dengan harga kisaran 20 jutaan rupiah ini pun layaknya seonggok besi yang tak ada gunanya namun harganya mahal.

Mati suri selama tiga tahun sejak 2012, kami mencoba membangunkan dan menghidupkan mesin ini, harapannya dia dapat memberikan manfaat kepada warga sekitar, alhasil ada beberapa mesin yang sangat potensial diperbaiki


dengan biaya minim, namun beberapa lagi harus mengganti komponen motor yang membutuhkan dana sekitar 1 jutaan mengingat komponen tersebut rusak karena karat.

Selepas dari memperbaiki mesin kami shalat dzuhur berjamaah kemudian barulah kami mengunjungi sekolah tapal batas untuk mengajarkan pramuka bersama teman-teman KKN UMY juga. Ternyata wawasan kepramukaan anak-anak sekolah tapal batas cukup oke, dengan semangatnya mereka menyanyikan lagu-lagu kebangsaan seperti indonesia raya, bangun pemudapemudi, lagu kepramukaan seperti hymne pramuka, mars pramuka dsb.

Mereka juga berbagi cerita tentang pengakap, pramukanya negeri seberang (malaysia), kabupaten nunukan jika mengadakan jambore suka mengundang pengakap dari negeri sabah, sehingga bisa dikatakan itu adalah jambore internasional, anak-anak semangat dengan pramuka karena menambah kepercayaan diri mereka, menambah wawasan pengetahuan dan juga memperbanyak teman.

27


Malamnya kami isi kegiatan dengan briefing panita upgrading Remaja Masjiq Al Aqsha sebatik tengah, kebetulan dari kami juga diminta menjadi panitia dan pemberi materi untuk upgradding ini, alhamdulillah peserta upgradding di atas angka 50, dan mereka semangat dengan kegiatannya.

Hari 14 ; Menyelami Laut Perbatasan

Hari ini kami bersiap lebih cepat karena pagi ini kami akan ke pantai untuk membersamai Remaja Masjiq Al Aqsha Sebatik tengah dan juga teman-teman UMY dalam Upgradding Remaja Masjid. Kegiatan diadakan dipantai sungai taiwan yang merupakan pantai terluar indonesia menuju malaysia timur.

Seperti upgradding kampus kegiatan ini juga dibawa dengan santai, outbond menjadi kegiatan inti dari acara ini, di outbond lah kami mencoba berbagi pengalaman dan materi yang kami punya kepada adik-adik remaja masjid, di sepanjang trip akan ada beberapa pos dan di pos itulah akan diajarkan nilainilai dan wawasan kepada mereka.

Kegiatan outbond selesai saat waktu dzuhur tiba, kemudian dilanjutkan makan siang dan setelah itu acara bebas, awalnya kami isi dengan bermain sepak bola bersama baru kemudian berenang di laut lepas. Meski lautnya tidak sebiru


wakatobi ataupun seindah raja ampat tapi setidaknya dari laut ini kita bisa melihat negara sebelah yang katanya lebih maju dari kita.

Berenang di laut lepas tentu harus sangat berhati-hati selain karena kedalam terkadang gigitan ubur-ubur juga menggangu keasyikan berenang, hingga waktu menunjukkan pukul 3 kami kemudian pulang, bersiap mandi lalu shalat ashar. Bersyukur dengan adanya kegiatan ini selain memperkuat kekeluargaan teman-teman remaja masjid bagi kami acara ini juga sebagai forum kami saling mengenal harapannya banyak juga adik-adik dari sebatik yang bisa kuliah di UGM dan ITB yang merupakan kampus terbaik di negeri ini.

Malamnya kami isi dengan kegiatan keluarga karena kebetulan kami malam ini menginap di rumah opik, opik adalah keponakan dari mbak wiwi, disana rumahnya cukup ramai orang karena memang terletak di desa aji kuning yang merupakan pusat keramaian kecamatan sebatik tengah.

Hari 15 : “Belajar dari Pak Mardin�

Pagi hari kami mulai lagi dengan melanjutkan perjuangan memperbaiki vacum frying, mesin penggoreng buah untuk menjadi kerupuk, mesin ini terdiri dari 4 komponen yaitu mesin penggoreng, mesin press sealer, mesin pemotong dan mesing pengering. Bersama pak desa sungai limau yaitu pak mardin kami mencoba mengidentifikasi potensi mesin yang segera cepat kami perbaiki karena memang tinggal dua minggu lagi kami akan pulang ke jakarta.

Setelah 4 jam mengidentifikasi dapatlah bagian-bagian yang diperbaiki, ada bagian yang bisa langsung diperbaiki ditempat dengan bermodal kunci 14-16,

29


obeng bunga dsb, ada juga beberapa mesin yang harus diganti, nah untuk yang diganti kami coba buat rekomendasi dan opsi-opsi apa saja sebaiknya yang bisa dilakukan, akhirnya selesai memperbaiki hanya dua mesin yang bisa digunakan langsung yaitu mesin press sealer dan mesin pengering, mesing lainnya bermasalah karena komponennya harus diganti dan membutuhkan dana yang lumayan.

Setelah memperbaiki mesin kami berdiskusi bersama pak mardin, beliau berbagi tentang pengalamannya menjadi kepala desa, ternyata sudah dua periode beliau memimpin desa sungai limau, beliau membawa desa ini menjadi desa terbaik nasional dua tahun berturut dari 2014 dan 2015, sehingga banyak terpampang foto beliau bersama Bapak SBY dan pembantu istananya di tahun 2014, dan juga Bapak Jokowi beserta koleganya di tahun 2015. Tentu sebuah prestasi yang luar biasa menjadi kepala desa yang mengantarkan desanya menjadi desa terbaik nasional berturut-turut.

Namun dengan prestasinya yang begitu mentereng, sosok pak mardin adalah sosok bapak sederhana yang tidak banyak bermimpi besar, beliau menjalankan roda pemerintahan dengan apa adanya, keikhlasan dan keinginan belajar adalah kuncinya, beliau bercerita bagaimana ketika terpilih mewakili kabupaten nunukan untuk berkompetisi desa berprestasi di tingkat provinsi, banyak sekali kepala desa yang pintar dibanding beliau, banyak pula kepala desa yang pintar dalam presentasi, namun yang ditampilkan pak mardin adalah kesederhanaan dan keinginan belajar.

Desa limau sendiri termasuk desa yang cukup tertinggal dibanding desa-desa lain di kabupaten nunukan, tidak ada listrik, sinyal pun baru hadir 17 agustus 2015 kemarin, masyarakat disini menengah kebawah, hanya bermodal berkebun dan menjadi TKI di negeri sebelah, desa inilah yang mempunyai batas terpanjang dengan negara tetangga malaysia, terkadang banyak mafia dari malaysia ataupun filipina yang kabur dan masuk kedesa karena membunuh ataupun narkoba.


Namun semangat pak mardin bersama masyarakat desa untuk belajar lebih baik lah yang membuat desa ini perlahan maju dan berusaha menjadi yang terbaik. Bapak mardin bercerita kepada kami bagaimana nanti jika saya telah selesai jabat, saya takut tidak banyak yang mencalonkan diri menjadi kepala desa menggantikan saya, sebuah kegagalan jika pemimpin tidak mampu melahirkan pemimpin lain, sebuah pembelajaran yang luar biasa kami dapat dari beliau.

Setelah dari rumah pak mardin, kami shalat dzuhur berjamaah, dan melanjutkan perjalanan ke sekolah tapal batas untuk bertemu dengan adik-adik madrasah diniyah. Hingga sore kemudian kami balik dan maghrib kemudian isya berjamaah, lalu kami kedatangan tamu dari tim sekolah guru indonesia yang bersilaturahmi kerumah

31


Hari 16 “Bergosong, Penjajah siapa yang salah ?�

Hari ini kami begitu bersemangat, karena hari ini kami akan berkunjung ke negara tetangga yaitu malaysia. Selepas shubuh berjamaah dan tilawah kami sarapan dan bersiap untuk pergi ke sekolah tapal batas. Sesampai di sekolah tapal batas kami mencoba mengajak anak-anak bermain sambil menunggu teman-teman SGI karena kita akan berkunjung ke bergosong malaysia. Tepat jam 10 bersama pak Kom salah satu wali murid siswa sekolah tapal batas kami melanjutkan perjalanan ke bergosong, lintas batas negara ini tidak perlu menggunakan pasport hanya sekedar surat izin karena ada petugas yang bertanggung jawab dengan izin itu.

Perjalanan sekitar 30 menit dengan medan yang cukup ekstrim melewati kebun kelapa sawit dan tanah merah dengan kerikil serta tanjakan dan turunan yang tajam, jika tidak berhati-hati kita akan tergelincir. Sampailah kami di garis perbatasan dua negara ini, garis ini hanya ditandai dengan tonggak kayu, berbeda sekali dengan perbatasan Hat Yai (Thailand) dengan Kedah (Malaysia) ataupun Johor (Malaysia) dengan Singapore yang sangat ketat dan didampingi petugas dan polisi. Kami masuk kemudian merasakan perbedaan luar biasa, perjalanan di lintas indonesia dengan jalan ekstrim, jelek dan kotor sedangkan daerah malaysia jalannya lurus bersih dan bersemen, sehingga dengan mulusnya kami melaju meski harus mengadapi tanjakan dan turunan.

Sampai lah kami ke rumah pak Kom di bergusung, kami disambut dengan apollo yang merupakan roti buatan malaysia dan cempedak goreng buatan ibu Kom, Pak Kom secara strukturalis pekerjaan termasuk buruh berpengalaman dan cukup tinggi pangkatnya dibanding buruh TKI yang bekerja di perusahaan sawit malaysia ini, rumah pak kom sendiri sering digunakan untuk sekolah Paket A bagi para pekerja yang buta huruf. Pengajarnya adalah pak kom, istrinya dan relawan yang mau mengajar. Pak Kom bercerita jika tidak ada sekolah tapal batas tidak akan ada anak TKI yang mengenyam pendidikan, biasanya para bocah hanya dirumah untuk bermain, setelah cukup umur 8 atau 9 mereka membantu orang tua menombak atau membersihkan kebun, di usia


ke 14 mereka sudah disuruh kawin dan bekerja di kebun. Sistem tengkulakpun dilakukan oleh perusahaan di malaysia ini, mereka dikasih gaji namun mereka juga harus membeli kebutuhan di syawalayan yang dibuat oleh perusahaan, bahkan boleh hutang akibatnya uang gaji seakan hilang belum sampai keringat mengering, perbudakan yang luar biasa bukan ?

Tentunya kita tidak dapat menyalahkan pemerintah malaysia kenapa mengizinkan sistem perbudakan, apalagi itu adalah perusahaan swasta yang membuat sistem. Yang harusnya kita pertanyakan bagaimana kabar pemerintah negara kita sendiri, sudah 70 tahun merdeka, 70 tahun pula berikrar untuk bersama berjanji melunasi hutang kemrdekaan terutama pendidikan, namun yang kita perjuangkan selama ini hanyalah keuntungan golongan kita, pimpinan negara tidak perlu orang cerdas, orang bodoh yang tidak paham pun bisa saja menjadi pimpinan dengan syarat patuh kepada atasan. Begitulah potret negara kita hari ini, yang di istana heboh beradu pendapat dan menghabiskan uang negara, yang dibawah ditindas, dijajah serasa budak di zaman belanda

Keadilan yang selalu kita suarakan seakan menghilang, Pancasila yang selalu kita agungkan serasa menjadi simbol pertanyaan, begitulah yang saya rasakan ketika melihat saudara-saudara TKI di tanah bergosong. Hari ini amat lah berkesan, sebuah pembelajaran yang patut direnungkan tentang keadilan dan perjuangan.

33


Hari 17 ; “Pangkab dan Tawau�

Hari ini saya mengawali hari dengan olahraga bersama kawan dari SMAN 1 Sebati tengah namanya rizal, karena memang kebetulan dia bersekolah mulai jam 1. SMAN 1 Sebatik tengah sedang menunggu gedung baru mereka, maka dari itu mereka sekolah setiap siang. Kali ini kami berolahraga di jembatan pangkab, jembatan yang cukup panjang sekitar 2 km. Diujung jembatan terdapat dermaga tempat kapal besar berhenti. Ujung laut adalah negara tetangga malaysia yang diwakili oleh kota tawau. Rizal merupakan wakil ketua osis SMAN1 Sebatik tengah dan sangat bercita-cita masuk UGM, setiap kami berjalan beliau selalu menannyakan UGM dan Jogja, ya kampus UGM sangatlah favorit di daerah ini kata beliau, susah betul masuknya, makanya beliau sangat ingin bersekolah di UGM.

Rizal setiap habis isya berkunjung kerumah untuk belajar dan menanyakan PR, paginya dia mengajak ke jembatan pangkab dan melihat tawau, setelah berolahraga kamipun kembali dan melanjutkan aktivitas masing-masing. Hari ini saya sengaja mengosongkan agenda pagi hingga siang karena ingin membantu dirumah dan menyelesaikan laporan, selepas dzuhur bersama bapak


saya diminta memanjat pohon kelapa untuk mengambil kelapa muda, kelapa muda disini sangat segar dan manis, kata bapak kelapa ini dulunya ambil bibit di tawau malaysia.

Habis isya rizal kerumah, kebetulan saya ajak saya dia mengerjakan PR di luar, saya ingin main ke pangkab lagi melihat tawau di malam hari. Sebelum ke pangkab kami makan malam di restauran malaysia, roti canau dan jelly milo adalah menu kesukaan saya. Kebetulan di depan restauran ada deklarasi tim pemenangan pemilihan bupati nunukan yang diadakan di pulau sebatik. Tempat kami makan adalah daerah sungai nyamuk, desa yang paling maju dan bisa dikatakan ibukotanya sebatik.

Selepas makan barulah kami berkunjung kembali ke jembatan pangkab, ya fenomena pangkab malah hari dengan nyanyian ombak dan gemerlap lampu kota tawau menjadi fenomena indah malam ini, kemudian kami balik kerumah untuk belajar dan mengerjakan PR. Kami belajar hingga jam 11 malam, ya saya yakin jika rizal bersemangat untuk belajar dia pasti bisa menjadi mahasiswa UGM nantinya, kampus yang selalu dia impikan dan sangat antusias jika bercerita membahas UGM.

Hari 18 “Anak-anak tapal batas #2�

Pagi-pagi sekali sekitar jam 7 saya sudah pamit kepada ibu untuk mengajar, karena memang aryo lagi di nunukan bersama mbak wiwi untuk bertemu pejabat kabupaten. Saya sengaja datang pagi karena memang penasaran melihat kegaiatan mereka di awal, selama mengajar disini kami hanya dpat mengajar pada jam kedua atau ketiga sekitar jam 9 atau 10.

35


Beberapa anak tapal batas banyak juga yang menginap di sekolah, di atas sekolah disediakan tempat menginap bagi para siswa dan disana makanan pun disediakan. Sebelum masuk kelas mereka berbasis untuk apel pagi, pada apel pagi dilakukan cek kebersihan kemudian hafalan bahasa arab, inggris dsb, barulah mereka masuk kelas. Sebelum belajar mereka juga shalat dhuha bersama, tepat jam 8 kegiatan belajar mengajar dimulai. Pagi ini saya mencoba mengajar mata pelajaran matematika, sebelum memulai pelajaran saya mencoba mengidentifkasi wawasan mereka terhadap ilmu matematika, ternyata mereka belum selesai dengan penjumlahan. Saya pun memulai dengan materi penjumlahan dan pengurangan, dasar hingga bertingkat.

Karena memang sekolah tapal batas ini dirncang untuk anak TKI yang tinggal di malaysia dan tidak akan pernah mengenyam pendidikan sebelum sekolah tapal batas ada jadi pendidikan yang diajarkan lebih utama adalah pendidikan karakter, moral dan adab, untuk pengetahuan akademik masih dinomor duakan. Kelas yang saya ajar pun umurnya beragam dari umur 10 tahun sampai umur 5 tahun ada di kelas ini, sehingga tingkat kecerdasan mereka pun berbeda, awalnya saya bingung karena ketika saya kasih soal banyak yang bisa menjawab namun yang menyelesaikan dengan baik orangnya itu-itu saja.


Jam 9.30 saya selesaikan materi matematika dan coba berbagi tentang wawasan serta mengajarkan adab-adab ketika menuntut ilmu. Jam 9.45 kita istirahat, pergantian guru, karena memang guru tamu di sekolah tapal batas juga diisi teman-teman KKN UMY. Selepas mengajar saya berdiskusi dan berbagi apa yang saya dapat saat mengajar tadi kepada umi (sebutan guru perempuan di tapal batas). Umi pun menyampaikan beberapa saran yang membangun terkait cara mengajar yang efisien di sekolah tapal batas.

Tidak terasa jam sudah sampai pukul 11 saya pun izin pamit lebih dahulu karena juga ingin melihat kegiatan belajar di SD-SMP-SMA sebatik tengah yang merupakan sekolah kompleks, dimana siswa SMP dan SMA bergantian menggunakan ruangannya.

Malamnya kami menginap dirumah opik karena kebetulan ada diskusi bersama teman-teman UMY bertemakan “boboy ingin jadi anak gontor�, boboy adalah abang nya opik yang saat ini kelas 3, ia ingin sekolah di gontor, ibunya pun mengumpulkan kami dan sharing terkait pendidikan di jawa terkhsus gontor karena memang beberapa anak UMY adalah lulusan gontor ponorogo.

Hari 19 ; “Survey Klaster Mandiri Dompet Dhuafa�

Hari ini kami diagendakan untuk membantu menjadi surveyor divisi kesehatan dompet dhuafa yang datang dari jakarta. Desa sasaran adalah beberapa desa di sebatik tengah diantaranya aji kuning, maspul, dan sungai limau.

37


Jam 8 kami mulai keliling, dimulai dengan silaturahmi mohon izin kepada kepala desa aji kuning, barulah kami menyebar, dari kegiatan ini pula kami dapat belajar mengenal masyarakat, dari sini banyak wawasan yang kami dapat, tak terasa dari kuisoner yang ditargetkan kemudian berjalan menjadi diskusi santai yang tidak terasa sudah satu jam berdiskusi bersama bapak/ibu responden.

Dari aji kuning kami menuju maspul, kebetulan di maspul ada kegiatan KKN UMY terkait olahan makanan, lumayan kami pun dapat aneka makanan gratis. Karena ibu-ibu sudah kumpul di acara tersebut kami langsung melakukan survei di tempat itu juga agar lebih cepat.

Waktu sudah menunjukan jam 11 kamipun kemudian makan siang dilanjutkan dengan jumatan di masjid al aqsha. Selepas jumatan kami melanjutkan perjalanan menuju sungai limau, kebetulan responden yang saya wawancara adalah salah satu bapak-bapak yang ikut nongkrong di bale-bale bengkel, yang asyiknya bapak-bapak lain ikut merespon sehingga kuisoner berjalan seperti diskui dan ngobrol-ngobrol santai, dengan target kuisoner yang tetap seperti diawal hanya saja metodenya yang lebih santai.


Kegiatan survei hari ini selesai, dan waktu sudah menunjukkan waktu ashar, kami pun shalat berjamaah di sekolah tapal batas, setelah shalat berjamaah kegiatan dilanjutkan dengan diskusi kebetulan pimpinan yayasan yaitu ibu suraidah juga ada disana, ramenya anak-anak menyambut kami menjadi penghilang capek setelah mengisi kuisoner tadi.

Jam setengah 5 kami balik ke rumah, karena tiga hari kemarin ario di nunukan, dia mengajak saya untuk main ke jembatan pangkab, jembatan panjang yang juga dermaga kapal besar di sebatik. Sampai di pangkab kami bertemu dengan bapak simon dari Sumbawa, beliau sedang mancing, kami pun diajak membantu dengan peralatan sederhana hasil tangkapan cukup lumayan, sampai adzan maghrib kami bergegas untuk ke masjid. Setelah shalat maghrib di masjid kami berjalan ke restauran malaysia untuk makan malam dengan menu khas malaysia seperti roti canai.

Hari 20 ; “Dompet Dhuafa bersama masyarakat

Seperti umumnya hari biasa, kegiatan yang kami lakukan hampir sama di tiap pagi hari, hanya beberapa kegiatan yang coba kami variasi kan. Sabtu hari ini di pagi hari mengisinya dengan kegiatan bersih-bersih selanjutnya bersiap-siap menuju sekolah tapal batas.

Selepas dzuhur kami berangkat menuju sekolah tapal batas yang jaraknya sekitar 5km dari rumah tempat kami menginap, kami membawa beberapa alat peraga untuk mengajar disana. Sesampainya disana anak-anak lagi belajar bersama teman-teman KKN UMY kebetulan esok anak Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Diniyah akan tampil mengisi acara dzikir akbar, mereka berlatih

39


dengan sungguh-sungguh mulai dari pembacaan puisi, pidato bahasa arab, qasidahan dsb.

Kami pun membantu teman-teman KKN UMY untuk bekerjasama melatih anak-anak sekolah tapal batas, harapannya bisa tampil maksimal. Selama di sebatik kami banyak bekerjasama dengan KKN UMY karena memang program KKN juga banyak dan bisa bersinergi dengan program kami.

Adzan ashar pun berkumandang kamipun shalat berjamaah, sekolah tapal batas ini memang serba guna, pagi sampai sore sebagai sekolah, saat adzan berkumandang menjadi musola dan ketika malam tiba menjadi rumah tempat menginap bagi siswa yang enggan pulang karena juahnya jarak.

Setelah selesai mengajar sore ini kami pun pulang bersiap untuk silaturahmi dompet dhuafa kepada warga desa aji kuning di masjid al aqsha. Kebetulan sebatik beberapa hari ini lagi banyak relawan yang datang dari dompet dhuafa seperti dari Sekolah Guru Indonesia, Klaster Mandiri, Divisi pendidIKAN, Divisi Kesehatan dan kami Baktinusa.

Maghrib dan Isya kami isi dengan shalat berjamaah di masjid al aqsha barulah kemudian acara diskusi dibuka, mas eko dari klaster mandiri memimpin forum diskusi dengan memaparkan hasil observasinya selama 5 hari di sebatik, kemudian barulah terjadi diskusi interaktif antara dompet dhuafa dan masyarakat. Masyarakat sangat berterimakasih kepada dompet dhuafa, karena dompet dhuafa tidak sekedar memberi bantuan tapi juga pembinaan dan pendampingan sehingga masyarakat terbangun pola pikirnya mulai dari sektor agama, pendidikan, ekonomi maupun sosial.


Hari 21 ; “Dzikir Akbar dan Silaturahmi Pejuang�

Pagi-pagi sekali kami sudah bersiap untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke masjid raya desa sungai limau, hari ini akan diadakan dzikir akbar dari majelis dzikir di nunukan, dan di acara ini pula murid-murid sekolah tapal batas tampil mengisi acara.

Sesampainya di masjid kamipun sangat senang melihat anak-anak denagn semangatnya memakai busana muslim dan sangat rapi, orang tua mereka dan penduduk sekitar juga hadir, melihat masjid ramaipun kami sangat senang. Kebetulan dzikir juga dihadiri bebeapa pejabat pemerintahan seperti Kepala Depag, Ketua Baznas Nunukan, Camat Sebatik tengah, dsb.

41


Acara dimulai dengan penampilan qasidahan dari anak-anak Madrasah diniyah, kemudian puisi dari madrasah ibtidaiyah dan selanjutnya pembacaan pidato bahasa arab yang dibawakan oleh anak-anak madrasah diniyah. Melihat mereka tampil tentunya membuat decak kagum kami dan juga semua peserta dzikir. Mereka yang awalnya terancam putus sekolah karena terlahir sebagai anak TKI dan bertempat tinggal di pelosok malaysia, dengan keistiqomahan mereka berjalan melintasi batas negeri, lama perjalan satu jam berjalan kaki tidak mereka hiraukan asal mereka bisa sekolah dan belajar. Hari ini mereka menunjukkan hasil dari pembelajaran mereka.

Setelah penampilan itu barulah kemudian kegiatan inti dimulai dengan ceramah dan kemudian dzikir berjamaah. Dzikir berjalan dengan khusyu’ penuh pengkhidmatan. Setelah rangkaian acara, penutup dilakukan dengan memberikan bantuan kepada muallaf.


Kemudian dari masjid kami beranjak ke sekolah tapal batas bersama majelis dzikir, Baznas, Kecamatan dan Dompet Dhuafa. Tujuan ke sekolah karena memang para tamu ingin melihat sekolah yang menjadi rumah belajar anakanak pahlawan devisa negara. Di sekolah tapal batas kami disambut dengan makanan olahan dari ibu kader PKK desa sungai limau. Makanan berupa nasi pisang, kerupuk pisang, cendol pisang dsb. Karena memang pisang merupakan komoditi utama penduduk sebatik.

Kemudian kami melanjutkan kegiatan dengan shalat dzuhur berjamaah disekolah. Barulah kemudian berfoto bersama dan pamitan. Kami pun pulang ke rumah di desa aji kuning dan kemudian tertidur hingga adzan ashar berkumandang, baru lah shalat ashar dan sore ini kami isi dengan kegiatan menonton turnamen sepak takraw kecamatan

Hari 22 : “ Kader PKK dan Olahan Pisang�

Sejujurnya hari ini kami cukup mengantuk walaupun sudah shalat shubuh dan tilawah karena semalam kami tidur pukul 2 dinihari. Malam tadi kami diminta membantu mengolah data kuisoner yang dilakukan oleh Klaster Mandiri Dompet Dhuafa yang langsung didatangkan dari jakarta, mereka ia lah mas eko dan mbak tyas. Bersama mbak wiwi kami diminta membantu mengolah data dan berdiskusi bersama mereka, ya malam tadi meski tidur hanay sebentar tapi kasur ala hotel sebtaik ditambah air panas cukup membuat badan yabng letih ini termanjakan.

43


Karena hari ini kami diagendakan habis dzuhur untuk melatih pengolahan pisang berbasasis UMKM paginya kami membuat bahan presentasi, saya dan aryo pun membagi tugas, aryo membuat presentasi UMKM sedangkan saya membuat modul operasi untuk alat vacum friying milik desa. Bersyukur wifi hotel cukup suport dalam kegiatan ini.

Selepas shalat dzuhur kami makan siang kemudian melanjutkan perjalana ke desa sungai limau untuk berbagi materi terkait UMKM, nah karena memang kebetulan bapak kepala desa lagi ada rapat bersama bu desa di kecamatan jadinya kita tidak ke rumah dan belum belajar menggunakan operasi mesin, hanya sebatas wawasan UMKM.

Materi yang kami bawa adalah terkait pengertian UMKM dan Koperasi, kemudian berbagi terkait metode biaya produksi dan semangat untuk berUMKM. Karena memang ibu PKK fokus mengolah pisang menjadi keripik, cendol, nasi, sale dsb. Kegiatan belajar mengajar ini cukup seru ditambah aryo selaku pemateri cukup konyol membawakannya sehingga masyarakat terbawa santai dan mudah bertanya.


Selepas dari sana kami kemudian ke sekolah tapal batas untuk mengantar barang, karena kebetulan sore ini kami diminta ke rumah pak desa untuk mengecek mesin pompa yang baru dibeli. Shalat maghrib kami lakukan di desa aji kuning, selepas maghrib kamilangsung menuju sekolah tapal batas.

Luar biasa ternyata pemandagan di malam hari, sebatik dan tawau terlihat berbeda, kegelapan dan kesunyian dapat kita rasakan di sebatik sedangkan keglamoran dan kemegahan kita bisa lihat ke tawau karena memang desa sungai limau lokasinya di ketinggian sehingga bisa melihat dua daerah sebatik di indonesia dan tawau di malaysia. Kami kebetulan belum beruntung karena kebetulan bensin habis sehingga kami harus mendorong motor ke sekolah, jalan naik turun disisi lain menguntungkan karena setelah kami mendorong susah payah ditanjakkan baru kemudian menikmati turunan itu luar biasa rasanya. Akhirnya sampailah kami di sekolah tapal batas.

Hari 23 : “Sehari ini untuk Tapal Batas�

Shubuh ini kami membuka mata di sekolah tapal batas, menginap bersama para pejuang, ya guru dan para murid yang luar biasa. Shalat shubuh berjamaah kemudian kita melingkar melakukan tadarus Al Quran meski hanya ditemani sentir karena memang di desa kami belum masuk listrik. Setelah tadarus kemudian Ibu Suraidah selaku Ketua Yayasan mulai memantik diskusi terkait makna surat dalam kandungan tadarus Al Quran tadi, kebetulan surat yang kami baca adalah surat ali imran 185-194.

45


Memang seharian ini kami banyak belajar dari para guru karena selepas isya malam hari ibu Suraidah dan beberapa guru juga banyak berbagi terkait pengalaman dan semangat mendirikan sekolah tapal batas. Karena memang negeri ini butuh negarawan yang terus berjuang meski tanpa ditemani hingar bingar lampu sorot ataupun meriahnya tepuk tangan.

Pagi ini kebetulan kami dibagi dua pekerjaan, saya mengajar anak-anak sedang aryo bersama Ibu Suraidah pergi ke Balai desa untuk menghadiri rapat desa. Pengalaman menarik tentunya bagi saya kembali mengajar di sekolah ini. Karena memang dari semalam hingga pagi ini rintik hujan masih setia dengan desa sungai limau, sehingga banyak siswa yang tidak hadir ditambah perjalanan melewati batas indonesia malaysia aksesnya sangat jelek, jika hujan maka sangat licin dan medannya ekstrim.


Dengan siswa sebanyak 15 orang saya tetap mencoba melanjtukan pelajaran, jam pertama kedua kami belajar mata pelajaran PPKn, setiap jeda belajar saya sisipkan lagu-lagu kebangsaan seperti indonesia raya, garuda pancasila, sabang-merauke dsb tujuannya agar mereka mengenal negara mereka karena memang mereka sangat rentan mengingat di daerah perbatasan, bahkan suport hidup mereka semua dari malaysia. Jadi memang mengajarkan wawasan nusantara kepada mereka harus gigih dan semangat.

Pelajaran ketiga dan keempat saya diisi dengan belajar matematika terkait penjumlahan agar mereka lebih bersemangat dengan matematika biasanya saya buat lomba cepat menergjakan soal. Lepas shalat dzuhur berjamaah saya bergantian dengan aryo, saya ke bengkel untuk memperbaik sepeda motor dan aryo yang mengajar tentang kreativitas untuk anak madrasah diniyah. Tidak lama di bengkel sampai di sekolah saya sempatkan shalat berjamaah bersama adik-adik.

Kegiatan kami teruskan dengan mengajarkan membuat rumah dari stik, kemudian mengolah kertas origami menjadi burung dan boneka orang. Kelas selesai jam setengah 6, kami pun memohon izin kepada ibu guru untuk pulang ke rumah di aji kuning.

Hari ke 24 : "Almamater yang tak tergadaikan"

Hari ini adalah hari terakhir kegiatan kami di sebatik, kami pun menargetkan hari ini mesin vacum frying rusak yang diamanahkan kami segera selesai dan dapat digunakan sebagaimana mestinya, karena memang beberapa waktu lalu kami sibuk mengurus mesin ini, ditambah di awal kami sudah mengatakan ketika kami diamanahkan maka almamater kami jadi taruhan, ya UGM dan ITB.

47


Setelah shalat shubuh kami mencoba menyelesaikan modul penggunaan mesin tersbut agar dapat digunakan oleh masyarakat sehingga mereka dapat mengoperasikan mesin tersebut. Jam 10 kami sudah memulai kegiatan, aryo melatih ibu-ibu membuat industri UMKM dengan tata cara berbasis keselamatan dan kemanan kerja sedang saya mencoba menyiapkan mesin tersebut agar nanti dapat dioperasikan.

Ibu kader PKK membuat berbagai macam olahan makanan seperti nasi pisang, keripik pisang dan sale pisang. Kegiatan berakhir saat adzan berkumandang. Kami shakat dzuhur kemudian makan siang bersama. Setelah makan kami pun memulai kegiatan sosialisasi dan penggunaan mesin yang disampaikan aryo, kami melatih ibu kader mengoperasikan mesin press sealer dan mesin pengering kerupuk. Setelah ibu-ibu berhasil mengoperasikan kegiatan pun selesai ditutup dengan shalat ashar.

Mesin utama yaitu mesin penggoreng vakum / vacum frying akhirnya sudah dapat dioperasikan, kami membersihkan dan merangkai beberapa kabel yang terputus, akhirnya mendekati maghrib mesin itu sudah bersih dan siap dipakai.


Kami pun pamit karena seusai maghrib sudah ada agenda bersama keluarga dirumah dan memang ini malam terakhir kami di sebatik

Hari ke 25 : “Pamit Pulang�

Hari ini kami disibukkan dengan kegiatan packing, oleh oleh yang menumpuk dari ubu-ibu kader PKK membuat kami bingung barang ini mau dimasukkan kemana. Selain sibuk dengan bungkus-bungkis koper kami juga melakukan pembersihan terutama motor, motor trail yang dipinjamkan kami sangatlah kotor dengan medan sebatik yang banyak lumpur. Pagi itu memang benarbenar sibuk di rumah

Setelah selesai kami pamitan ke rumah warga, berkeliling dan sampai lah kami di rumah kepala desa, kebetulan pak mardin selaku kepala desa dari kemarin belum pulang karena ada pertemuan bersama bupati. Kami pamit kebetulan ada ibu desa dan meminta maaf dengan kesalahan dan kekhilafan kami, suasana yang cukup sedih karena harus meninggalkan sebatik, tak lama bapak desa datang dan kami pun diajak mengobrol terkait mesin, setelah pamitan kami juga pamitan dengan mesin vacum fryng garapan kami selama satu bulan disini. Menunjukkan bapaka beberapa cara operasi mesin tersebut.

49


Tak lama jam sudah menunjukkan jam 12 siang, dan mobil jemputan kami sudah datang kami pun harus segera mengangkat barang dan berpisah kepada semua keluarga di sebatik. Sebelum menuju pelabuhan kami meminta untuk singgah ke sekolah tapal batas untuk berpamitan kepada adik-adik kami disana, bapak sopir pun mengizinkan dan kami pun bertemu dengan adik-adik teman kami belajar di sebatik. Suasana haru menyelimuti sekolah tapal batas saat ini. Setelah selesai berpamitan kami menuju bambangan, pelabuhan di pulau sebatik

Dari bambangan kami menuju nunukan menggunakan perahu kecil, kemudian sampai di nunukan kami singgah ke imigrasi karena aryo ingin mengambil paspornya, mengingat esok hari kami akan bersiltarahmi ke negara tetangga (tawau-malaysia). Dengan menggunakan angkot langganan akhirnya kami sampai di rumah nunukan.

Kebetulan mas dena kakak kami di SGI Nunukan ada pertemuan di nunukan sehingga kami menginap bersama di rumah mbak wiwi di nunukan. Banyak


belajar dari mas dena tentang Sekolah Guru Indonesia, cerita penempatan di seimenggaris dan cerita-cerita keren di SGI. Akhirnya karena kelelahan perjalanan kami pun pemnutup malam dengan tidur yang indah.

Hari 26 : “Membersamai TKI di dalam jeruji besi�

Masa pembelajaran kami di marching for boundary pun berakhir, kurang lebih satu bulan kami mendapatkan kesempatan belajar di desa sungai limau, sebatik tengah. Mengajar anak TKI di sekolah tapal batas, membantu pengembangan desa berbasis koperasi dan UMKM, meramaikan kegiatan di masjid, dsb. Hari ini Jumat 18 September 2015 kami mendapatkan kesempatan berkunjung ke Kota Tawau di negeri Sabah Malaysia. Tawau, kota yang sering disebut oleh masyarakat sebatik sebagai pasar utama penjualan komoditas hasil kebun dari sebatik, tujuan kami berkunjung pun sekedar melihat potensi pasar sebagai target sasaran produksi umkm desa sungai limau.

Pagi-pagi kami sudah ke pelabuhan bersiap menyebrang laut antara nunukan (indonesia) dan tawau (malaysia). Tiket pun sudah di beli, namun ada sedikit kendala, petugas kapal mengatakan bahwa paspor saya telah habis masa berlakunya, meski tertulis disana habis pada 4 oktober 2015. Namun petugas kapal menanyakan tujuan ke tawau dan berapa hari disana, kami pun menyebutkan tujuan kami dan hanya sekedar pulang dan pergi di hari itu juga, kami diantar ke imigrasi nunukan dan cap paspor pun dilakukan. Petugas mengatakan paspor sudah berakhir namun karena tujuannya sekedar berkunjung ditambah dengan tiket pulang pergi ditangan, saya dibolehkan berkunjung ke tawau.

51


Dua jam perjalanan yang kami tempuh akhirnya sampailah di pelabuhan tawau, antrian panjang imigrasi malaysia kami jalani, dimana 90% peserta antrian adalah tenaga kerja indonesia (TKI). Saya diutamakan terlebih dahulu karena paspor saya yang dikhususkan dengan tujuan lintas batas saja, sedangkan rekan saya aryo harus mengikuti antrian. Petugas kapal lalu mengantarkan saya ke petugas imigrasi, disana saya diproses dan sebuah kejutan bagi saya bahwa petugas imigrasi tidak mengizinkan saya masuk ke malaysia, diperparah dengan saya harus di bawa ke sel imigrasi. Sel imigrasi yang berbentuk kotak dengan ukuran 4 x 5 meter bersama jeruji besi disekelilingnya, begitupun dengan pintu dan jendelanya seakan menjadi rumah baru tempat peristirahatan saya di negeri jiran.

Saya masuk dan kebetulan sudah ada seorang anak muda disana, kami pun berdiskusi sambil menunggu proses, beliau bernama Ramli, seorang TKI asal nunukan yang ingin bekerja di tawau. Ramli was-was karena beliau sudah pernah menjalani proses ini. Paspor yang bermasalah sekitar satu tahun yang lalu mengantarkan beliau ke penjara malaysia di kuala lumpur, dua bulan masa tahanan beliau jalani, kegiatan yang dilakukan hanya sekedar makan dan tidur, selepas masa tahanan beliau di buang ke tanjung pinang sumatera dan berlanjut hingga ke jakarta. Cerita Ramli membangkitkan rasa panik saya, terbayang bagaimana jika hukuman tersebut juga jatuh kesaya. Tak lama berselang ternyata sudah ada sepuluh manusia bermasalah di dalam kurungan jeruji besi tersebut, dan semuanya adalah TKI terkecuali saya. Saya pun berdiskusi ke tiap orang yang ada disana menanyakan pengalaman mereka sebagai TKI dan hukuman-hukuman yang telah mereka dapat. Seorang ibu muda bercerita kepada saya sambil menangis, paspor bermasalah sudah kedua kalinya dia alami, pertama beliau harus dibuang ke penampungan TKI bermasalah di Sabah, dua minggu masa tahanan beliau jalani, beliau pun sangat takut jika kejadian itu dapat terjadi karena keinginannya bekerja untuk menghidupi anaknya di indonesia. Ada juga pemuda yang berniat menikahi calon istrinya di sabah, ia merupakan TKI yang bekerja di salah satu kota di sabah, dan dalam bulan ini ingin melamar pujaan hati, ternyata paspor yang bermasalah membuat beliau harus pulang ke indonesia dan tak mungkin bertemu kekasih hati dalam waktu dekat ini.


Banyak sekali cerita yang saya dapat, hingga kurang lebih 5 jam dalam kurungan ada 15 orang yang berada di dalam jeruji besi tersebut. Ada beberapa catatan yang saya garis bawahi, pertama adalah soal jaminan seorang TKI, para TKI hanya mengandalkan toke/juragan mereka, toke seperti bos dari para budak, mereka lah yang mengurus semua urusan TKI hingga mereka dapat bekerja disana, ibarat pemain sepak bola, toke layaknya agen yang mengurus seluruh urusan pemain mulai dari gaji, masa kontrak, transfer dan perpindahan klub, namun parahnya banyak toke yang menguras uang TKI, dimulai dari urusan paspor dimana TKI harus membayar diatas angka satu juta, kemudian juga uang masuk malaysia, uang ini itu dan diperparah dengan kekurangpahaman TKI terhadap undang-undang terkait ketenaga-kerjaan dan hukum lintas batas. Benar jika banyak yang mengatakan banyak TKI yang dibodohbodohi oleh majikannya. Penghasilan mereka di malaysia lebih banyak ketimbang mereka kerja di indonesia, namun dari penghasilan tersebut hanya sedikit yang datang ke tangan mereka karena dipotong ini itu, seperti paspor, pajak dsb, dan padahal tidak ada aturan seperti itu.

Berbekal pengalaman ini saya memohon kepada pemerintah agar kegiatan pembekalan dan pengembangan wawasan TKI benar-benar terlaksana secara menyeluruh, sehingga TKI yang kita kirim pun memiliki wawasan dan pengetahuan, kondisi di nunukan hari ini sangat miris, TKI seakan membawa pengetahuan yang nihil tapi memiliki tenaga yang cukup untuk diperas oleh negara tetangga, sehingga sangat mudah dilakukan pembodohan oleh majikan, toke ataupun juragan mereka di negeri sana. Sepanjang proses dari kapal tiba hingga proses imigrasi, TKI seakan dipandang sebelah mata, dibentak, dihardik, dikasari hingga ada juga yang ditendang dan disuruh pulang. TKI disini layaknya sebagai budak yang seakan tak bernilai harganya dan dipandang sebelah mata, mereka hanya dibutuhkan tenaganya namun belum untuk kecerdasannya.

Saya juga menyoroti perizinan lintas batas yang harus diperketat, kita dapat izin cap di imigrasi indonesia namun sayangnya ada beberapa yang ditolak di imigrasi malaysia sehingga sesampai di malaysia mereka harus dipulangkan kembali, ada dua puluh orang yang dipulangkan hari ini termasuk saya, saya

53


sangat bersyukur mendapatkan pelajaran yang tidak pernah terfikir oleh saya, masuk sel negara tetangga, bercengkrama, berdiskusi dan mendengarkan keluh kesah TKI yang tentu sebagai catatan pembelajaran saya kedepan.

Saya sangat berharap kepada pemerintah dan masyarakat semua agar ikut melirik masa depan TKI kita. Umumnya masyarakat hanya menilai TKI sebatas pekerja rumah tangga, padahal banyak mereka yang bekerja sebagai buruh kebun, buruh industri, tukang angkat dsb. Kisah TKI di bergosong sebatik-malaysia tentunya juga menjadi pengingat bagi kita semua, bagaimana kehidupan TKI disana yang diperas tenaganya namun banyak yang dibatasi akses pendidikannya, banyak anak-anak mereka tidak dapat mengenyam pendidikan dan hanya disuruh orang tuanya menombak serta membersihkan kebun sawit juragannya. Usia 14 tahun beberapa dari mereka sudah dinikahkan dan menjadi budak abadi di perusahaan sawit bergosong.

Terimakasih saya ucapkan kepada Beasiswa Aktivis Nusantara, Dompet Dhuafa yang memberikan kesempatan saya berada di tapal batas indonesiamalaysia, sehingga saya banyak belajar bagaimana kehidupan TKI. Bercengkrama, berdiskusi dan berbagi tawa bersama mereka, mengajar anakanak mereka di sekolah tapal batas serta berkunjung ke kawasan tempat mereka bekerja di malaysia tentu menjadi pengalaman berharga, terkhusus pengalaman membersamai mereka di jeruji besi meski hanya sebatas 5 jam.


Hari 27 : “Menuju Bumi Pengembangan Insani�

Pagi-pagi sekali kami sudah bersiap menuju pelabuhan, karena jam setengah 8 kami sudah harus ke pelabuhan di nunukan, dengan diantarakan teman-teman SGI Nunukan sampailah kami di pelabuhan, dan ternyata mbak wiwi juga ada di pelabuhan untuk mengantar bapak dan mamak yang juga ingin berkunjung ke makassar. Jam berangkat pun tiba akhirnya kami berpamitan dan kebetulan kami satu speed dengan bapak dan mamak jadinya kami bisa saling menjaga.

Perjalan speed sekita tiga jam kami tempuh hingga sampai di pelabuhan tarakan, kebetulan bapak dan mamak bersama beberapa tetangga yang juga ingin berhari raya idul qurban di makassar jadinya kami sewa satu mobil saja.

55


Mobil itu mengantarkan kami ke bandara kota tarakan. Karena pesawat kami adalah pesawat transit kami tetap satu pesawat dengan bapak-mamak sampai di balikpapan, dibalikpapan lah kami berpisah. Kami diagendakan terbang dari balak papan ke jakarta pukul 16.30 WITA dan sampai di jakarta pukul 18.45 WIB.

Karena ada satu jam waktu kosong untuk menunggu boarding, kami keluar bandara dan melihat kota balikpapan keluar, kebetulan bandara dekat dengan laut, sehingga dapat melihat laut balikpapan. Waktu sudah dekat kami pun bersiap borading, dan perjalan sekitar 1 jam 40 menit mengantarkan kami sampai di Cengkareng. Bersama rekan-rekan MFB lainnya kami kembali berkumpul setelah satu bulan yang lalu sama-sama di bubarkan di cengkareng.


57


PROFIL PENULIS

Fadjar Mulya, dilahirkan di Jambi pada tanggal 6 September 1993, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di kota kelahiran. Ketika SMA memutuskan untuk merantau ke kampung halaman melanjutkan sekolah ke SMA N 2 Batusangkar Sumatera Barat, Sejak SD hingga SMA banyak belajar didunia organisasi terutama OSIS dan Pramuka. Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas melanjutkan studi ke Yogyakarta, mengambil Jurusan Kimia di Universitas Gadjah Mada.

Selama kuliah selalu mencoba melibatkan diri dalam organisasi, selama menjadi mahasiswa jurusan Kimia FMIPA UGM Fadjar aktif di berbagai organisasi kampus, diamanahkan sebagai Kepala Departemen HI LSiS FMIPA UGM 2013, Ketua BEM KM FMIPA UGM 2014, Presiden ASEAN Student Organization of Science and Technology Network (ASOSTyN) 2015. Penerima Beasiswa PPA UGM, Lembaga Pendidikan Insani dan Beasiswa Aktivis


Nusantara ini sangat tertarik dengan kegiatan bermasyarakat. Tahun 2012 menjadi peserta Ijen Festival “International Cultural and Language Exchange� selama satu minggu bersama peserta dari 18 negara tinggal di salah satu desa di Kabupaten Bondowoso. Tahun 2015 selama dua bulan belajar di Bumi Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara dalam program KKN LPPM UGM mengangkat tema Pemberdayaan masyarakat transmigrasi mandiri ekonomi dan energi berbasis UMKM. Pada tahun yang sama selama satu bulan menjadi peserta Marching for Boundary, Beasiswa Aktivis Nusantara, penempatan Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.

59


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.