Indonesia Emas 2045

Page 1

Presented by

Kontribusi Diaspora Muda dalam Menyambut Indonesia Emas 2045

In collabration with

Supported by


EDITOR TEAM Karya Dept. Kajian Strategis Permitha COPYRIGHT 2018. PERMITHA

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang All RIght Reserved

EDITOR: DEPT. KAJIAN STRATEGIS

Ilustrasi sampul: Ariya Eka Alel PENULIS: ANGGOTA PERMITHA, ,

Cetakan Pertama: Juli 2018 ISBN: -

PERMITHA DEPT. KAJIAN STRATEGIS THAILAND KOLABORASI KARYA INSTAGRAM:@PPITHAILAND FACEBOOK: PPI THAILAND TWITTER: PERMITHA LINE: @EJK2807C


Saya menyambut baik semangat rekan-rekan Permitha untuk ikut menelurkan gagasan tentang visi Indonesia 2045. Buku ini adalah manisfestasi semangat nasionalisme anak-anak muda Indonesia yang berkarya di luar negeri. Semoga buku ini dapat menjadi referensi untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Salam Diaspora! -Prof. Dr. Mustari(Atdikbud KBRI Bangkok)

i


100 Tahun kemerdekaan Indonesia bukanlah momen yang biasa, momen tersebut menjadi tolak ukur sejauh mana perjalanan suatu bangsa menjadi bangsa yang lebih baik. Indonesia 2045 adalah tantangan untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang maju, untuk menyambutnya kita harus mempersiapkan Visi Indonesia 2045 yang melibatkan semua elemen bangsa tersebut salah satunya anak muda. Gagasan yang dituliskan oleh rekan-rekan dari Permitha adalah salah satu bukti bahwasanya anak muda Indonesia masih bisa diharapkan untuk menjadi pemimpin bangsanya dan membawa bangsanya jauh lebih baik lagi -Yurdi Yasmi, Ph.D(Presiden IDN-THA)

ii


Sebuah kebanggaan tersendiri bagi Permitha kepengurusan 2018/19 dapat melahirkan sebuah buku yang berisi gagasan anak muda tentang Visi Indonesia 2045. Penulis buku ini berasal dari klaster keilmuan yang berbedabeda. Perbedaan adalah kekuatan jika disatukan dengan sebuah Visi untuk membangun bangsa, harapannya kedepan anak-anak muda Indonesia konsisten untuk berkolaborasi dalam mewujudkan kontribusi yang nyata untuk tanah air. Sedikit persembahan dari kami, mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di negeri gajah putih (Thailand), semoga gagasan ini dapat menjadi inspirasi untuk kita semua. Salam Diaspora! -Fadjar Mulya (Presiden Permitha)-

iii


DAFTAR ISI Kata Sambutan

i

Daftar Isi

iv

Diaspora Muda Munuju 2045: Inspiratif, Produktif dan Inovatif (IPI)

1

Indo-Travel-Health: Sebuah Gagasan Diaspora Muda untuk Cakrawala Pesona Indonesia Sehat

5

Mengemas Ancaman menjadi Tantangan (Upaya Sinergisitas Kontribusi Generasi Diaspora Muda Indonesia dan Kehadiran Negara dalam menghadapi Indonesia Emas 2045)

11

Pemuda Indonesia, entitas bebas dari berbagai penjuru dunia

13

Diaspora Muda Indonesia sebagai Ujung Tombak Revolusi Mental menyambut Indonesia Emas 2045. Sebuah Refleksi Peran Diaspora Indonesia dalam Mengisi Kemerdekaan

16

Diaspora Muda Sebagai Aset Diplomasi Publik Kepariwisataan Indonesia

21

“Diaspora Muda: Generasi Emas Untuk Indonesia Emas 2045�

25

Indonesia Sehat Jiwa 2045

29

Investasi Inklusif untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045

32

Menyambut Visi Indonesia 2045 dengan Semangat Penelitian

35

iv


DAFTAR ISI Menuju Indonesia Emas 2045 dengan SMART

37

Tantangan Diaspora Muda Menuju Negara Poros Maritim Dunia dalam Menyongsong Satu Abad Generasi Emas Indonesia

40

Pemanfaatan Sampah Tebu (Sugar Cane Waste) menjadi Energi Alternatif (Bio Oil Production) Menggunakan Proses Fast Pyrolysis

44

Tentang Penulis

v


1 Diaspora Muda Munuju 2045: Inspiratif, Produktif dan Inovatif (IPI) -Ariya Eka AlelMahasiswa Petroleum and Energy Technology Chulalongkorn University Hebohnya persoalan istilah “generasi micin” khususnya di tanah air nampaknya bukanlah isapan jempol belaka. Monosodium Glutamat (MSG) atau yang lebih populer dengan istilah “micin” ini sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia sebagai salah satu bahan penyedap rasa pada makanan yang paling fenomenal di lingkungan para penjaja kuliner. Konon katanya mengonsumsi micin dipercaya dapat merusak jaringan otak dan menurunkan kecerdasan, meskipun hingga kini belum terbukti kebenarannya. Lalu siapakah “generasi micin” yang dimaksud? Saat ini, istilah “micin” selalu dikaitkan dengan orang-orang yang berkelakuan tidak wajar atau orang-orang yang selalu menunjukkan kebobrokan moralnya. Di era media sosial yang kini tengah menjangkit generasi muda Indonesia dapat dengan mudah ditemukan “micin” yang aktif menjelajah di dunia maya,

memposting berbagai informasi yang sama sekali tidak berguna yang bersifat provokatif, bullying, menyebar hoax bahkabangga memamerkan kenakalannya. Pada hakekatnya “micin” hanyalah sebatas penyedap yang memperkuat cita rasa makanan, yang membuat makanan terasa semakin gurih. Namun kenyataannya yang membuat makanan tersebut terasa nikmat tetaplah perpaduan rempahrempah, gula, garam, dan bumbu lainnya. Begitu juga yang disebut dengan “generasi micin” mereka hanya sebatas meramaikan jagat tanah air tanpa pernah berpikir bagaimana membuat negara ini menjadi maju dan beradab dengan potensi yang dimilikinya, tujuannya hanya satu yaitu memperoleh popularitas. Sebagai generasi diaspora muda yang hidup jauh dari bumi pertiwi sudah menjadi tanggung jawab kita untuk menyelamatkan

generasi penerus bangsa dari efek “generasi micin” yang kian hari kian mewabah. Tinggal di luar negeri bukan berarti kita dapat menutup mata dari perkembangan yang terjadi di tanah air, justru hal ini menjadi kesempatan emas bagi para diaspora untuk mengubah Indonesia menjadi negara yang lebih maju dan beradab dengan ilmu serta pengalaman yang diperolehnya selama tinggal di negara orang, baik itu karena bekerja maupun karena menuntut ilmu. Menjadi sebuah kewajiban bagi kita sebagai generasi diaspora muda Indonesia untuk terus berbakti dan berkontribusi terhadap negara, mengingat negara ini juga lahir dari sepak terjang anak mudanya. Peristiwa di Rengasdengklok 73 tahun yang lalu merupakan bukti nyata kontribusi generasi muda Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Golongan muda yang tergabung dari

Penulis : Ariya Eka Alel


2 berbagai organisasi mendesak golongan tua untuksegera memproklamasikan kemerdaan Indonesia secepatnya. Berkali-kali ditolak dengan alasan menunggu putusan sidang BPUPKI tidak menyurutkan semangat juang mereka. Segala daya upaya termasuk akhirnya menyulik kedua Bapak Proklamator Indonesia Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok untuk segera memproklamasikan kedaulatan NKRI. Dengan lantang mereka menghimbau bahwa kemerdekaan Indonesia tidak perlu menunggu perintah dari Jepang, kita bisa merdeka dengan tangan kita sendiri. Golongan muda dengan semangat juangnya yang tak pernah padam, senantiasa mengakses informasi tentang kekalahan Jepang di perang dunia II. Momentum inilah yang menjadi tombak emas bagi bangsa Indonesia ketika itu untuk berani mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan mengibarkan sangsaka merah putih sebagai negara yang merdeka dan berdaulat pada tanggal 17 Agustus 1945.

Generasi emas 2045 tentu menjadi sebuah visi yang sangat mulia, sebagai hadiah dari peringatan seratus tahun kemerdekaan Indonesia. Visi besar ini mengajak generasi diaspora Indonesia untuk terus menggali potensi diri agar bisa ikut serta mewujudkannya. Menjadi “golongan muda” yang ikut serta bertempur di medan perang demi merebut kemerdekaan tentu tidak bisa dilakukan, akan tetapi menjadi “generasi micin” yang aktif berkomentar di semua media sosial bukanlah sebuah pilihan. Namun dari kedua golongan ini, diaspora muda bisa mengambil pelajaran bahwa untuk mencapai kesuksesan diperlukan semangat juang dan mimpi yang besar seperti yang dilakukan “golongan muda” 1945. Lalu dari “generasi micin” dapat diambil pelajaran bahwa sosial media adalah tempat yang efektif untuk memberikan informasi dan menebar kebaikan. Untuk bisa mencapai generasi emas 2045 maka diaspora muda Indonesia harus mampu berkontribusi

terhadap negara yaitu dengan cara menjadi diaspora IPI yakni diaspora yang Inspiratif, Produktif dan Inovatif. Diaspora muda harus bisa menjadi role model bagi masyarakat Indonesia terutama yang berada di dalam negeri. Diaspora harus bisa menjadi generasi yang inspiratif, yang dapat menjadi contoh bagi generasi muda Indonesia lainnya. Banyak jalan menuju Roma, banyak pula cara menjadi sosok yang inspiratif yang mampu memotivasi banyak orang untuk sama-sama berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Rachmat Wahab mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta menyebutkan bahwa saat ini kita telah memasuk era literasi digital, dimana pemanfaatan internet sudah sangat luas termasuk di dalam negeri. Begitu juga dengan penggunaan media sosial sebagai wadah bertukar informasi tak kalah hebohnya memenuhi jagat dunia maya.Selaku diaspora muda kita juga harus mengambil kesempatan ini, diaspora muda harus aktif menggunakan media sosial sebagai wadah komunikasi

Penulis: Ariya Eka Alel


3 dan diskusi tanpa batas.Contohnya berbagi informasi mengenai berbagai beasiswa kuliah di luar negeri atau sharing mengenai kehidupan berkuliah di luar negeri. Dan yang paling penting adalah Diaspora muda haruslah menjadi insan yang berkarakter dan berprestasi agar bisa menginspirasi dan memotivasi anak muda lainnya sehingga visi generasi emas 2045 akan dengan mudah tercapai. Selanjutnya, diaspora muda Indonesia haruslah diaspora yang produktif. Banyak hal yang bisa kita lakukan agar bisa berkontribusi terhadap negara, salah satunya adalah menjadi generasi yang produktif. Siapakah generasi produktif? Yaitu generasi yang selalu melakukan hal-hal positif. “Youth people is a leader and agent of change� merupakan jargon yang paling sering dipakai di berbagai forum International untuk mengangkat peran anak muda bagi keberlangsungan peradaban dunia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kestabilan ekonomi dan politik,

serta perdamaian dunia adalah tanggung jawab generasi muda. Mengikuti berbagai leadership forum International merupakan satu hal positif yang dapat dilakukan diaspora muda, bertemu dengan berbagai anak muda dari seluruh penjuru dunia untuk berbagi ilmu tentang kepemimpinan dan berbagai isu terkini kemudian di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bekal membangun negara. Selain itu, cara yang paling mudah untuk menjadi generasi produktif adalah dengan tidak melakukan halhal yang tidak berguna, aktif di perkuliahan, dan tidak membuat masalah di lingkungan sosial. Generasi produktif juga mampu mengemukakan idenya sebagai seorang yang kritis dan berpendidikan, serta mau melakukan perubahan sekecil apapun menjadi seorang yang terus berkembang. Terakhir, generasi diaspora merupakan generasi yang inovatif. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat menuntut kita untuk mampu

beradaptasi di tengah persaingan dunia. Diaspora muda harus mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi melalui jalur pendidikan yang ditempuhnya. Pemerintah Indonesia tengah aktif memberikan dana setiap tahunnya untuk pengadaan research di berbagai perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Bahkan setiap tahun pemerintah mengadakan yang namanya Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang merupakan wadah bagi mahasiswa Indonesia untuk berinovasi, berkreativitas, serta menuangkan ide guna mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang diperolehnya selama mengenyam pendidikan. Begitupun diaspora muda, kita harus senantiasa berkembang dan terus mengupdate diri agar mampu bersaing dengan anak muda di seluruh dunia. Dengan berbekal ilmu pengetahuan yang kita miliki maka kita akan mampu menghasilkan research yang baik, yang hasilnya bisa diterapkan untuk kemajuan bangsa dan negara. Indonesia merupakan

Penulis : Ariya Eka Alel


4 salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, saat ini jumlah penduduk Indonesia terhitung sebanyak 265 juta jiwa (BPS,2018). Pada tahun 2045 indonesia diprediksi akan memperoleh bonus demografi karena hampir dari 60% dari total penduduk Indonesia berusia dibawah 30 tahun. Ini artinya, akan ada banyak penduduk Indonesia berusia produktif dan berpendidikan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Bonus demografi ini bisa memberikan sinyal yang baik apabila dimanfaatkan dengan maksimal (Media keuangan, 2017). Bahkan menurut Mentri Luar Negeri Retno Marsudi terdapat sekitar 4,3 juta penduduk Indonesia yang tinggal di luar negeri dan sebagian diantaranya merupakan anak muda. Dengan jumlah yang besar ini, kita percaya bahwa diaspora muda Indonesia mampu mencapai visi generasi emas 2045.

Penulis : Ariya Eka Alel


5 Indo-Travel-Health: Sebuah Gagasan Diaspora Muda untuk Cakrawala Pesona Indonesia Sehat -Nyoman Agus Jagat RayaMahasiswa Prince of Songkla University

Generasi muda Indonesia merupakan sumber daya manusia (SDM) yang menjadi aset bangsa dalam mewujudkan visi Indonesia 2045. Optimisme Indonesia terhadap generasi mudanya tampak pada tahun 2010 lebih dari 50% usia produktif di Indonesia dan diprediksi tidak terlalu signifikan berubah pada tahun 20351. Selain itu, Indonesia merupakan negara dengan usia produktif tertinggi di Asia Tenggara sebesar 41%2,3. Berdasarkan data tersebut, generasi muda Indonesia memiliki harapan besar dalam mewujudkan visi Indonesia 2045 dengan banyaknya usia produktif di Indonesia melalui ide-ide kreatif dan inovatif pada bidang-bidang keahlian masing-masing, seperti pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, pariwisata, kebudayaan, pertahanan dan keamanan, ekonomi, sosial, politik, dan kesehatan. Ide kreatif generasi muda bangsa

Indonesia tidak hanya terbatas pada pengembangan di bidang ilmu yang dikuasai, akan tetapi bentuk kolaborasi antarbidang ilmu sangat diharapkan sehingga terbentuk suatu gagasan dan karya yang komprehensif demi pembangunan di Indonesia. Semisal saja, sebuah gagasan kolaborasi bidang pariwisata dan kesehatan di Indonesia. Dunia telah mengenal Bali sebagai salah satu tujuan wisata terbaik di dunia. Sayangnya, pariwisata Indonesia tidak hanya Bali semata. Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata telah meluncurkan sebuah slogan “Pesona Indonesia�. Pesona pariwisata Indonesia tidak semata-mata hanya dimiliki oleh Bali. Indonesia adalah negara kepulauan, sebuah cakrawala nusantara yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari pulau Miangas sampai pulau Rote. Pesona yang dimiliki dari masing-masing daerah di

Indonesia sangat unik dan memiliki ciri khas adat dan budaya yang berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Budaya adi luhung yang selalu menjunjung tinggi etika dan kesantunan masyarakat Indonesia menjadi sebuah jati diri bangsa Indonesia di mata dunia. Hal ini tersirat dengan jelas dalam konsep Sapta Pesona yang terdiri dari keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahtamahan, dan kenangan. Dalam sebuah penelitian analisis persepsi wisatawan, konsep Sapta Pesona dapat diterapkan dalam konsep desa wisata4. Potensi inilah yang seharusnya terus dikembangkan pada budaya lokal dan tiada henti diperkenalkan kepada seluruh dunia. Permasalahan dasar yang muncul dalam memperkenalkan keunggulan

Penulis : Nyoman Agus Jagat Raya


6 sebuah daerah di Indonesia, khususnya daerah terpencil dengan potensi wisata yang mengagumkan adalah fasilitas transportasi baik darat, laut, dan udara yang menjamin tingkat keselamatan dan kenyamanan wisatawan. Transportasi di tempat-tempat wisata yang ada selama ini “barangkali� perlu pemantauan dan evaluasi lebih lanjut, terutama perihal keselamatan para wisatawan. Kondisi ini mengingat Indonesia adalah cakrawala khatulistiwa nusantara dengan banyaknya pulau-pulau yang tersebar luas. Oleh karena itu, kerjasama dengan kementerian perhubungan dan stakeholder yang terkait, sangat perlu dijalin dalam mewujudkan keselamatan perjalanan wisata, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Standar keselamatan wisatawan di Indonesia masih belum didukung dengan jaminan kesehatan dalam melakukan perjalanan wisata. Indonesia adalah negara yang masih terdapat permasalahan kesehatan, baik penyebaran penyakit menular ataupun yang tidak menular. Jika

berbicara tentang penyakit tidak menular, hal tersebut dominan terjadi karena pola dan gaya hidup yang kurang sehat, sebagai contohnya diabetes dengan prevalensi yang meningkat dari 5,7% di tahun 2007 menjadi 6,9% di tahun 20135. Namun, berbeda halnya dengan permasalahan penyakit menular. Kondisi yang terjadi di Indonesia sebagai negara yang cukup sering dikunjungi wisatawan asing adalah risiko tinggi terhadap penyakit menular dari negara asal wisatawan. Permasalahan ini kerap terjadi beberapa waktu lalu, seperti SARS, flu burung (H5N1), flu babi (H1N1), dan kondisi yang masih terjadi di Indonesia saat ini adalah HIV/AIDS dengan kasus pertama tahun 1987 di Bali saat diketahui bahwa wisatawan asing sedang berlibur di Bali dan dinyatakan positif HIV. Permasalahan kesehatan lainnya yang timbul oleh wisatawan yang berkunjung ke Indonesia adalah ketidakcocokan dan perlu adaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungan di Indonesia. Salah satu contohnya adalah tipe

makanan di Indonesia yang berbeda dengan kondisi di negara asal wisatawan. Masalah yang sering timbul adalah gangguan padapencernaan atau lebih dikenal dengan diare. Pernyataan ini didukung oleh sebuah penelitian di Bali tentang gambaran permasalahan kesehatan wisatawan asing yang berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan tahun 2015, dilaporkan sebanyak 46,1% mengalami diare. Masalah kesehatan bagi wisatawan yang berkunjung ke Indonesia, meliputi kecelakaan, terpapar hewan, alergi obat-obatan, terpapar sinar matahari, infeksi menular seksual, dan gangguan pernapasan. Masalah kesehatan bagi wisatawan yang berkunjung ke Indonesia dirasa sangat perlu diperhatikan sebab tidak hanya membuat wisatawan nyaman dan selamat dalam perjalanan wisatanya, namun sebagai bentuk kualitas pariwisata Indonesia di mata dunia yang berkelas dan berstandar international. Data dari arsip Kementerian

Penulis : Nyoman Agus Jagat Raya


7 sebuah daerah di Indonesia, khususnya daerah terpencil dengan potensi wisata yang mengagumkan adalah fasilitas transportasi baik darat, laut, dan udara yang menjamin tingkat keselamatan dan kenyamanan wisatawan. Transportasi di tempat-tempat wisata yang ada selama ini “barangkali� perlu pemantauan dan evaluasi lebih lanjut, terutama perihal keselamatan para wisatawan. Kondisi ini mengingat Indonesia adalah cakrawala khatulistiwa nusantara dengan banyaknya pulau-pulau yang tersebar luas. Oleh karena itu, kerjasama dengan kementerian perhubungan dan stakeholder yang terkait, sangat perlu dijalin dalam mewujudkan keselamatan perjalanan wisata, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Standar keselamatan wisatawan di Indonesia masih belum didukung dengan jaminan kesehatan dalam melakukan perjalanan wisata. Indonesia adalah negara yang masih terdapat permasalahan kesehatan, baik penyebaran penyakit menular ataupun yang tidak menular. Jika

berbicara tentang penyakit tidak menular, hal tersebut dominan terjadi karena pola dan gaya hidup yang kurang sehat, sebagai contohnya diabetes dengan prevalensi yang meningkat dari 5,7% di tahun 2007 menjadi 6,9% di tahun 20135. Namun, berbeda halnya dengan permasalahan penyakit menular. Kondisi yang terjadi di Indonesia sebagai negara yang cukup sering dikunjungi wisatawan asing adalah risiko tinggi terhadap penyakit menular dari negara asal wisatawan. Permasalahan ini kerap terjadi beberapa waktu lalu, seperti SARS, flu burung (H5N1), flu babi (H1N1), dan kondisi yang masih terjadi di Indonesia saat ini adalah HIV/AIDS dengan kasus pertama tahun 1987 di Bali saat diketahui bahwa wisatawan asing sedang berlibur di Bali dan dinyatakan positif HIV. Permasalahan kesehatan lainnya yang timbul oleh wisatawan yang berkunjung ke Indonesia adalah ketidakcocokan dan perlu adaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungan di Indonesia. Salah satu contohnya adalah tipe

makanan di Indonesia yang berbeda dengan kondisi di negara asal wisatawan. Masalah yang sering timbul adalah gangguan padapencernaan atau lebih dikenal dengan diare. Pernyataan ini didukung oleh sebuah penelitian di Bali tentang gambaran permasalahan kesehatan wisatawan asing yang berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan tahun 2015, dilaporkan sebanyak 46,1% mengalami diare. Masalah kesehatan bagi wisatawan yang berkunjung ke Indonesia, meliputi kecelakaan, terpapar hewan, alergi obat-obatan, terpapar sinar matahari, infeksi menular seksual, dan gangguan pernapasan. Masalah kesehatan bagi wisatawan yang berkunjung ke Indonesia dirasa sangat perlu diperhatikan sebab tidak hanya membuat wisatawan nyaman dan selamat dalam perjalanan wisatanya, namun sebagai bentuk kualitas pariwisata Indonesia di mata dunia yang berkelas dan berstandar international. Data dari arsip Kementerian

Penulis : Nyoman Agus Jagat Raya


8 Pariwisata Indonesia (2017), dilaporkan jumlah wisatawan asing ke Indonesia meningkat 21,88% dari tahun 2016 sebanyak 11.519.275 wisatawan menjadi 14.039.799 wisatawan pada tahun 20178. Jumlah yang tinggi ini sangat perlu adanya program keselamatan dan penjaminan kesehatan para wisatawan asing ke Indonesia sebab tidak hanya akan menguntungkan bagi wisatawan asing, tetapi juga kesehatan warga lokal juga akan terhindar dari penyakit menular. Program ini juga mendukung pertumbuhan industri pariwisata Indonesia dalam menopang visi Indonesia 2045. Sebuah gagasan mengacu pada slogan “Pesona Indonesia� dengan berinovasi pada masalah kesehatan, yaitu pesona Indonesia sehat dalam Indo-Travel-Health. Indo-Travel-Health merupakan gagasan inovatif yang tidak hanya sekedar sebuah imajinatif, tetapi sudah terbukti keilmiahannya dengan berdasarkan pada sebuah teori travel medicine pada dunia kedokteran. Konsep teori travel medicine diadopsi dari model tiga serangkaian kesehatan

wisata, meliputi: wisatawan, risiko perjalanan wisata, dan intervensi9. Kata Indo merupakan akronim dari kata Indonesia dan Indo-TravelHealth merupakan sebuah gagasan program yang membangkitkan ciri bangsa Indonesia akan kepedulian terhadap wisatawan yang berkunjung ke Indonesia dan melakukan perjalanan wisata di Indonesia. Gagasan program ini ditujukan pada kementerian pariwisata yang bekerja sama dengan kemeneterian kesehatan di Indonesia. Proses mekanisme program ini berdasarkan model tiga serangkaian kesehatan wisata. Pertama adalah wisatawan itu sendiri dengan melakukan beberapa pengkajian meliputi usia, riwayat alergi dan status imunitas, riwayat penyakit kronis, riwayat pengobatan, kesehatan reproduksi. Kedua, risiko yang mungkin muncul pada saat perjalanan wisata, seperti halnya lokasi tujuan wisata, daerah tempat wisata, tujuan wisata, durasi tinggal, dan riwayat pengalaaman perjalanan wisata. Ketiga, intervensi yang bisa diberikan

seperti imunisasi, pendidikan kesehatan terkait perjalanan wisata, alat-alat perlindungan dan perawatan diri, dan beberapa edukasi tentang malaria dan diare. Setelah tiga rangkaian ini dilakukan oleh pihak tenaga kesehatan, tahap berikutnya adalah kerjasama pada pemangku kepentingan pariwisata di masing-masing agen wisata. Kerjasama antara pariwisata dan kesehatan meliputi: 1) Agen wisata atau biro perjalanan wisata harus memiliki prosedur keselamatan bagi wisatawan pada area atau kegiatan perjalanan wisatanya; 2) Perusahaan transportasi baik darat, laut, udara juga harus memiliki standar operasional prosedur dalam mengangkut penumpang selamat sampai lokasi tujuan; 3) Pemandu wisata diberikan edukasi mengenai cara menyampaikan panduan kesehatan yang harus dilakukan oleh wisatawan sebelum melakukan perjalanan wisata; 4) Pemandu wisata pembekalan/pelatihan mengenai bantuan hidup dasar seperti resusitasi

Penulis : Nyoman Agus Jagat Raya


9 jantung paru (RJP) dan pertolongan pertama pada kecelakaan, 5) Agen wisata disarankan memiliki seorang dokter dan perawat atau memiliki nomor darurat kesehatan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan oleh para wisatawan, dan 6) Menjelaskan medan yang akan dilalui atau kondisi lingkungan yang akan didiami oleh wisatawan. Segala prosedur ini wajib dilakukan oleh para pemangku kepentingan pariwisata, khususnya yang memiliki agen pemandu wisata. Kerjasama yang dilakukan antara pariwisata dan kesehatan tidak akan berarti jika tidak didukung oleh masyarakat lokal setempat. Edukasi yang dilakukan kepada tokoh masyarakat lokal agar mampu menghimbau warganya dalam menerapkan Sapta Pesona. Hal ini sangat tidak mudah dilakukan dalam merubah perilaku masyarakat setempat. Salah satu metode yang bisa dilakukan adalah dengan menekankan keuntungan yang didapat dari daerah jika mampu mengembangkan Sapta Pesona di daerahnya.

Beberapa keuntungan yang akan didapatkan adalah meningkatkan ekonomi kreatif, mengurangi jumlah pengangguran, meningkatnya angka wirausaha, daerah yang semakin dikenal dunia, mengurangi paparan penyakit pada daerah yang dikunjungi, dan mendukung peningkatan industri pariwisata di Indonesia dan siap menghadapi revolusi industri 4.0−lebih matang menanti revolusi industri 5.0. Tahap akhir yang tidak kalah krusial adalah kerjasama dengan stakeholder dan negosiasi pada pemangku kebijakan, baik dari pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah daerah melalui sistem otonomi daerah. Stakeholder dari pihak swasta sangat membantu dalam penanaman modal dan saham pada agen-agen wisata. Dunia akademisi dapat membantu dengan memasukan kurikulum kesehatan wisata pada jenjang perguruan tinggi, baik bidang kesehatan maupun pariwisata. Para peneliti terus melakukan pengembangan keilmuan dengan melakukan penelitian lebih lanjut tentang kesehatan wisata di Indonesia.

Sistem yang dilakukan secara komprehensif dengan stakeholder terkait, akan berdampak positif pada kemajuan pariwisata dan kesehatan di Indonesia. Slogan “Pesona Indonesia� sudah mendunia dengan sebutan “Wonderful Indonesia�. Pariwisata Indonesia yang sudah terkenal karena alam, budaya, adat, dan keramahan masyarakatnya, akan semakin menjadi kenangan bagi wisatawan apabila menerapkan Sapta Pesona di setiap daerah wisata di Indonesia. Wisatawan akan menjadi sangat nyaman, apabila keamanan, keselamatan, dan kesehatan wisatawan terjamin. Indo-Travel-Health menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan industri pariwisata dengan berkolaborasi pada sektor kesehatan. Keuntungan yang dirasakan tidak hanya pada pemerintah pusat, akan tetapi masyarakat lokal setempat dapat merasakan manfaatnya. Sektor kesehatan pun akan mendapatkan manfaat dengan semakin luasnya l

Penulis : Nyoman Agus Jagat Raya


10 ingkup lapangan pekerjaan, khususnya bagi dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya. Sebuah gagasan ini bertumpu pada generasi muda melalui diaspora sebagai pionir yang tetap optimis dalam mewujudkan visi Indonesia. “Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia” – Ir. Soekarno –

Penulis : Nyoman Agus Jagat Raya


11 Mengemas Ancaman menjadi Tantangan (Upaya Sinergisitas Kontribusi Generasi Diaspora Muda Indonesia dan Kehadiran Negara dalam menghadapi Indonesia Emas 2045) -Muhammad Fatih QodriMahasiswa Chulalongkorn University Nasionalisme Pemuda dan Apatisme Negara sebagai Permasalahan utama Diaspora Muda untuk berkontribusi Indonesia

dihadapi oleh diaspora Indonesia sangatlah kompleks. Diaspora Indonesia dituntut untuk terus mengembangkan ilmu dibidang sains dan teknologi Pada tahun 2045, agar mampu bersaing di Indonesia akan memasuki satu kancah dunia. Sumber daya abad. Untuk sebuah negara manusia yang berkualitas Indonesia berada pada level adalah hal yang harus dewasa dalam hal pengelolaan ditekankan pada seluruh negara dan sumber daya diaspora Indonesia. manusia. Pada tahun tersebut Pertanyaannya adalah Indonesia mendapatkan bonus maukah dispora Indonesia demografi dimana jumlah membangun bangsa ditengah penduduk suatu Indonesia tawaran-tawaran menarik di akan didominasi oleh usia negara lain? Dan yang kedua, produktif (15-64 tahun). Pada sudah mampukah negara tahun tersebut tentulah menyediakan wadah bagi persaingan global akan diaspora Indonesia yang menjadi sangat ketat. kompeten? Dalam waktu 10 Teknologi canggih banyak tahun kedepan diperkirakan ditemukan, ilmuwan ilmuwan bidang-bidang yang baru bermunculan. Masalah unkonvensional akan terus masalah yang dihadapai oleh berkembang. Energi diaspora Indonesia harus terbarukan, teknologi segera diatasi dalam informasi, bioteknologi menghadapi tantangan negara infrastruktur, transportasi di usianya yang semakin adalah salah satu contoh ilmu dewasa. yang mulai berkembang pesat Pemasalahan yang di dunia. Banyak diaspora

Indonesia yang mengambil ilmu-ilmu tersebut namun tidak tahu apakah di Indonesia sudah seberkembang pesat seperti negara maju lainnya. Pada akhirnya nasionalisme akan kembali dipertanyakan apabila negara belum siap akan industry yang menaugi bidang bidang tersebut. Diaspora Indonesia akan memilih jalan pintas untuk bekerja di luar negeri. Ancaman Indonesia Emas 2045 Ancaman yang akan dihadapi Indonesia apabila tidak adanya sinergi negara dalam, hal ini adalah pemerintah Indonesia dengan diaspora Indonesia adalah dampak-dampak sosial yang akan menjadi beban negara dan membawa Indonesia dalam jurang keterbelakangan suatu negara. Melihat permasalahan yang diatas, ancaman yang paling

Penulis : Muhammad Fatih Qodri


12 mungkin dihadapi disaat Indonesia berusia 2045 adalah ilmuan-ilmuan yang kompeten Indonesia hanya akan tersebar di luar tanpa peduli kondisi di dalam negeri, pengelolaan negara yang dilakukan dengan cara-cara yang kuno dan konvensional serta tidak adanya tranparansi, dan pemasalahan-permasalahan lain yang mungkin timbul dari ketidakhadiran negara untuk diaspora Indonesia. Disamping itu negara juga akan semakin terpuruk dengan tidak siapnya industri vital yang menjadi penopang negara. Indonesia hanya akan berpaku pada sumber daya alam dan industri-industri konvensional. Mengemas Ancaman menjadi Tantangan sebagai Solusi dalam menghadapi Indonesia Emas 2045

1. Diaspora Indonesia harus belajar untuk berkontribusi kepada negara dan dituntut untuk menumbuhkan ideologi dan sikap nasionalisme pada seluruh diaspora Indonesia. Diaspora Indonesia secara aktif dan melibatkan diri pada berbagai keanggotaan organisasi di Indonesia, salah satunya adalah Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI). 2. Diaspora Indonesia harus terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan dipersiapkan untuk persaingan global. Diaspora Indonesia yang berada dipenjuru dunia haruslah sadar untuk mempersiapkan diri dalam tantangan ke depan. 3. Diaspora Indonesia dituntut untuk memahami dan disarankan untuk terlibat aktif dalam perpolitikan di Indonesia. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa politik adalah salah satu jalan untuk diaspora Indonesia untuk berkontribusi dalam pengelolaan negara.

Ancaman-ancaman yang dihadapi Indonesia harus segara dicari solusinya dan menuntut kontribusi aktif diaspora Indonesia dalam membangun bangsa untuk menjawab tantangan Indonesia di tahun 2045. Solusi yang 4. Mendorong pemerintah penulis tawarkan adalah: Indonesia agar meningkatkan riset-riset di bidang-bidang

unggulan seperti sains dan teknologi agar diaspora diaspora yang belajar di luar negeri ada wadah dan bisa kembali pulang untuk mengabdi di Indonesia. 5. Medorong diaspora Indonesia untuk membuka banyak ‘start up’, melakuan banyak inovasi dan entrepreneurship dan industri-industri strategis di Indonesia serta membuka lowongan sebanyak banyaknya di Indonesia. Dengan mengemas ancaman menjadi tantangan diharapkan adanya sinergi antara pemerintah Indonesia dan diaspora muda Indonesia untuk memperispkan diri menuju Indonesia Emas 2045. Diapora Indonesia juga diharapkan mampu menjadi calon pemimpin dan penggerak roda negara yang menjadikan Indonesia bermartabat di mata dunia.

Penulis : Muhammad Fatih Qodri


13 Pemuda Indonesia, entitas bebas dari berbagai penjuru dunia -Imas ArumsariMaster’s degree in Food and Nutrition Program Chulalongkorn University, Thailand

Pergerakan pemuda adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah bangsa Indonesia sejak jaman kolonial. Tak dapat dipungkiri, pemuda mengambil peran penting dalam setiap pergolakan dinamika politik yang pada akhirnya menentukan masa depan bangsa. Kemunculan Boedi Oetomo pada 1908 menandai munculnya gerakan pembaharuan yang diinisiasi oleh pemuda, khususnya kaum terpelajar, dalam menunjukkan kesadaran kebangsaan di kalangan rakyat Indonesia. Tidak hanya itu, di periode yang sama, pelajar Indonesia yang bersekolah di luar negeri pun menunjukkan taringnya. Adalah Mohammad Hatta yang saat itu sedang menempuh pendidikan di Rotterdam, menginisiasi berdirinya Indische Vereeninging yang kemudian berkembang menjadi Perhimpunan Indonesia pada 1925. Puncaknya, pada 1928 muncullah kebangkitan kaum pemuda yang ditandai dengan

diikrarkannya Sumpah Pemuda pada Kongres Pemuda. Sejak saat itu, sejarah mencatat peran pemuda dalam setiap peristiwa penting negeri ini saat 1945, 1966, 1974, hingga yang paling membekas dalam ingatan, peristiwa 1998. Diaspora Indonesia, termasuk di dalamnya (1) warga negara Indonesia yang menetap atau bekerja di negara setempat, (2) warga negara asing eks warga negara Indonesia, (3) warga negara asing yang orangtuanya eks warga negara Indonesia, dan (4) warga negara asing yang orangtuanya eks warga negara Indonesia berjumlah sekitar 4.7 juta jiwa atau 1.86% dari jumlah penduduk Indonesia (Basnur, 2017). Keberadaan diaspora pelajar Indonesia di luar negeri yang tercatat sejak era prakemerdekaan (1900-1945) telah menjadi salah satu kontrol pemerintah yang berkuasa melalui media

perhimpunan pelajar Indonesia di luar negeri (yang saat ini bernama PPI). Tercatat, media pelajar Indonesia di luar negeri saat itu seperti Hindia Poetra, Oedaya, dan Tjerita Hindia merupakan media efektif untuk membangkitkan semangat nasionalisme masyarakat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Pada era reformasi hingga saat ini, media perhimpunan pelajar Indonesia di dunia (PPI Dunia) seperti Radio PPI Dunia adalah salah satu media menarik yang mempersatukan seluruh pelajar Indonesia yang tersebar di seluruh dunia tanpa mengenal batas geografis dan perbedaan waktu (Widodo, 2017). Diaspora pelajar Indonesia memiliki peran penting dalam menumbuhkan “nasionalisme jarak jauh� pemuda Indonesia. Hal ini menarik mengingat pada umumnya pelajar Indonesia di luar

Penulis: Imas Arumsari


14 negeri bebas akan kepentingan politik golongan. Mereka yang sedang menempuh pendidikan dalam berbagai disiplin ilmu memiliki peran strategis dalam berbagai sektor yang pada akhirnya memiliki kontribusi dalam tercapainya tujuan Indonesia dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Bagi Indonesia, implementasi SDGs sejalan dengan agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Sebagai negara berpenduduk ke-empat terbesar dunia, tercapainya SDGs di Indonesia tentu akan berkontribusi terhadap kesejahteraan global. Lebih dari itu, Indonesia akan mencapai bonus demografi pada tahun 2030 saat penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan mencapai 70% dari total jumlah penduduk Indonesia. Bonus demografi yang akan dicapai Indonesia ini bagaikan dua mata pisau. Di satu sisi, bonus demografi akan menggenjot perekonomian Indonesia karena melimpahnya jumlah tenaga kerja produktif. Namun

di sisi lain, jika mereka yang berada usia produktif ini tidak memiliki keahlian dan kompetensi yang mumpuni, maka angka pengangguran akan semakin meningkat. Sehingga, alih-alih dapat menggenjot perekonomian, jumlah pengangguran yang meningkat justru akan menjadi beban negara. Lalu siapa yang akan menjadi bagian dari 70% populasi ini? Tentu mereka yang saat ini berusia 3-50 tahun. Termasuk di dalamnya pemuda yang saat ini tengah aktif menempuh pendidikan di berbagai universitas terbaik di dunia. Pemuda adalah aset sumber daya manusia yang menentukan nasib Indonesia di tahun-tahun mendatang, sehingga tidak heran jika pemerintah berani menggelontorkan dana dalam jumlah besar untuk memberikan beasiswa kepada putra-putri terbaik bangsa agar dapat menempuh pendidikan tinggi di dalam maupun luar negeri. Sebagai contoh, sampai dengan akhir 2016, jumlah alumni beasiswa LPDP adalah 2.051 orang dan 4.260 orang sedang menempuh

pendidikan (LPDP, 2016). Jika pada dekade sebelumnya kita hanya bisa bermimpi anak-anak kita bisa kuliah tinggi, sekarang pemerintah memfasilitasi dan membuka kesempatan untuk kita mewujudkan mimpi itu. Maka, tidak ada hal yang lebih baik untuk kita lakukan selain optimis akan masa depan bangsa ini. Tahun 2045, Indonesia akan mencapai usia satu abad. Setidaknya, ada empat poin pilar visi Indonesia tahun 2045. (1) Pembangunan SDM dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, (2) Pembangunan ekonomi berkelanjutan, (3) Pemerataan pembangunan, dan (4) Ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan (KementrianPPN/Bappenas, 2017). Pemerintah mengharapkan, selaras dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, kotakota kecil di seluruh wilayah Indonesia juga terus bertumbuh. Di sini, putraputri daerah memiliki peran strategis. Diharapkan, putraputri daerah turut berperan

Penulis : Imas Arumsari


15 serta dalam pembangunan di tiap daerah. Pemerintah juga optimis, pada tahun 2045, Indonesia akan menjadi salah satu negara dengan PDB terbesar di dunia. Pada rentang 20262035, pemerintah menargetkan percepatan pertumbuhan berbasis inovasi. Di sini, kompetensi sumber daya manusia diuji. Penduduk usia produktif diharapkan tidak hanya menjadi tenaga terampil, namun juga mampu melahirkan inovasi. Untuk mencapai hal tersebut, kaum terpelajar diharapkan tidak hanya menjadi “generasi penghapal� namun juga menjadi “generasi pencipta�. Namun, untuk mampu melahirkan inovasi, tentunya perlu didukung dengan fasilitas penelitian yang mumpuni. Oleh karena itu, kaum intelektual yang berkesempatan menempuh pendidikan di luar negeri dengan fasilitas dan teknologi yang lebih baik dapat turut andil dalam menggenjot iklim penelitian di dalam negeri. Selain itu, kerjasama sektor pemerintah-swasta-dan perguruan tinggi juga merupakan strategi penting untuk meningkatkan iklim

penelitian yang bermanfaat bagi pembangunan negeri. Sektor kesehatan juga menjadi perhatian khusus bagi pemerintah mengingat kesehatan menjadi salah satu penentu dalam menghasilkan SDM berdaya saing tinggi. Saat ini, stunting dan anemia masih menjadi permasalahn gizi utama masyarakat Indonesia. Keduanya berperan penting dalam meningkatkan produktivitas sumber daya manusia. Sebagai contoh, stunting berkaitan erat dengan kecerdasan kognitif. Stunting dapat dicegah dengan pemberian asupan gizi sesuai angka kecukupan gizi pada ibu sejak hamil. Untuk menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat ini, kerjasama dari berbagai sektor sangat penting, diantaranya, akses untuk mencapai pelayanan kesehatan terdekat, kompetensi tenaga kesehatan, akses untuk mendapatkan air bersih, kualitas produk pangan yang beredar di masyarakat, dan daya beli masyarakat. Menyelesaikan permasalahan bangsa dan mencapai cita-cita pembangunan bukanlah

hanya tugas presiden dan para menterinya. Pemuda merupakan kelompok yang sangat strategis yang menentukan nasib bangsa di masa mendatang. Sumber daya manusia yang terampil dan inovatif dari berbagai disiplin ilmu harus dipersiapkan untuk menyambut bonus demografi 2030 dan menyongsong visi seabad Indonesia pada 2045.

Penulis : Imas Arumsari


16 Diaspora Muda Indonesia sebagai Ujung Tombak Revolusi Mental menyambut Indonesia Emas 2045 Sebuah Refleksi Peran Diaspora Indonesia dalam Mengisi Kemerdekaan -Muhammad Indrawan JatmikaSoutheast Asian Studies Chulalongkorn University Diaspora dan Sejarah Revolusi Mental Bangsa Indonesia Lebih dari tujuh puluh tahun sudah Indonesia merdeka, negeri ini sudah menjelma menjadi Bangsa dan Negara yang besar, baik dilihat dari segi populasi, ekonomi, luas wilayah, hingga keanekaragan demografinya yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Namun dalam perjalanan mengisi kemerdekaan, masih tersisa beberapa masalah yang belum dapat diselesaikan dengan baik oleh Bangsa Indonesia. Salah satu masalah yang masih menjadi perhatian utama adalah mental dari Bangsa Indonesia itu sendiri. Koentjaraningrat (2004: 37-38) Secara khusus menjelaskan bahwa manusia Indonesia terjebak dalam mentalitas yang lemah. Kelemahan mentalitas manusia Indonesia diakibatkan oleh dua hal yaitu karena sistem nilai budaya negatif yang berasal dari bangsa

sendiri dan dari luar akibat dari penjajahan bangsa lain. Secara rinci dia menjelaskan bahwa kelemahan mentalitas manusia Indonesia diantaranya: memiliki sifat mentalitas yang meremehkan mutu; sifat mentalitas yang suka menerabas; sifat tak percaya kepada diri sendiri; sifat tak berdisiplin murni; dan sifat mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh. Gerakan Revolusi Mental yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo – terlepas dari ada tidaknya muatan politik di dalamnyamenunjukkan bahwa dewasa ini mental bangsa adalah sebuah isu yang harus segera ditangani dengan baik. Kebutuhan akan adanya revolusi mental secara khusus dicanangkan untuk menghadapi tiga problem pokok bangsa yaitu; merosotnya wibawa negara, merebaknya intoleransi, dan terakhir melemahnya sendi-

sendi perekonomian nasional. Revolusi mental diharapkan membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Dewasa ini sangat jarang kita mendengar akan gagasan- gagasan dan usaha merevolusi mental bangsa yang datang dari manusia Indonesia yang berada di luar negeri. Yang sering kita dengar justru perilaku diskriminatif secara sosial dari dua sisi, baik dari diaspora Indonesia di luar negeri maupun dari cara pandang masyarakat Indonesia yang ada di dalam negeri secara luas terhadap diaspora Indonesia yang berada di luar negeri. Tindakan diskriminatif yang dilakukan Diaspora Indonesia

Penulis : Muhammad Indrawan Jatmika


17 adalah dengan menarik diri dari kehidupan masyarakat Indonesia yang ada di dalam negeri karena mereka menganggap bahwa masyarakat yang hidup di dalam negeri terjebak dalam tatanan sosial yang sudah rusak dan sulit diperbaiki. Hal ini terlihat jelas dari isu- isu kontemporer ketika kita mendengar dari media sosial dimana manusia Indonesia yang hidup di luar negeri membanding- bandingkan keadaan sosial yang mereka alami dan superioritas mental yang mereka miliki dengan masyarakat di dalam negeri. Seringkali kesimpulan yang mereka dapat tidak menyertakan solusi yang kongkrit akan bagaimana cara merubah mentalitas dan tatanan sosial yang mereka anggap rusak agar menjadi lebih baik. Justru yang seringkali kita temukan dalam kesimpulan tersebut adalah penegasan akan superioritas mereka secara mental dan sosial. Sama halnya dengan yang terjadi pandangan manusia Indonesia yang ada di dalam negeri. Banyak dari mereka yang menganggap bahwa

meninggalkan Indonesia dan hidup di luar negeri merupakan bentuk pelarian dari tanggung jawab sosial di dalam negeri. Diskriminasi ini secara luas sudah terjadi sejak masa silam hingga saat ini. Mulai dari ketika pada awal Orde Baru ketika Diaspora Indonesia dikhawatirkan mengkhianati ideologi bangsa, hingga saat ini dimana diaspora Indonesia dianggap melarikan diri dari tanggungjawab sosial yang mereka pikul di dalam negeri. Salah satu contoh kontemporer yang sangat jelas adalah ketika ketua PSSI mengeluarkan pernyataan yang menganggap bahwa pemain Sepakbola yang ingin berkarir di luar negeri sebagai individu yang tidak nasionalis (CNN Indonesia, 2017). Tidak adanya sinergi antara masyarakat Indonesia yang tinggal di luar negeri sebagai diaspora dan masyarakat Indonesia yang ada di dalam negeri menjadi sebuah hambatan yang cukup pelik terutama dalam usaha merevolusi mental sebuah bangsa. Hal ini tentunya cukup mengkhawatirkan apabila kita

menarik sejarah revolusi mental yang menunjukkan bahwa diaspora muda Indonesia pernah secara harfiah menjadi pionir dan memiliki peran besar dalam merevolusi mental bangsa sehingga berhasil mewujudkan kemerdekaan Bangsa Indonesia dari kaum penjajah. Pada era kebangkitan nasional tahun 1908- 1928 peran diaspora Indonesia yang berada di negeri Belanda menjadi awal revolusi mental bangsa yang hancur lebur ditindas oleh kekuatan kolonial. Salah satu kontribusi penting dari diaspora muda Indonesia yang pada waktu itu tergabung dalam organisasi Perhimpunan Indonesia dalam merevolusi mental bangsa adalah dengan penciptaan Manifesto Politik Indonesia, sebuah pernyataan sikap politik dari Indonesia untuk menuntut diakhirinya kolonialisme Belanda di wilayah Indonesia. Dalam manifesto tersebut dijelaskan bahwa kemerdekaan penuh untuk Indonesia hanya dapat dicapai dengan tindakan bersama oleh semua

Penulis : Muhammad Indrawan Jatmika


18 nasionalis, agama dan pejuang Indonesia lainnya atas dasar kekuatan mereka sendiri (Kartono and Fatmawati, 2010, p.12). Manifesto politik ini kemudian ditindaklanjuti dengan komunikasi aktif dengan pemuda Indonesia yang ada di dalam negeri, salahsatunya dengan mengirimkan secara rutin majalah Indonesia Merdeka terbitan pelajar Indonesia di Belanda. Komunikasi intens ini akhirnya berbuah manis dengan terwujudnya Kongres Pemuda I dan II dimana Sumpah Pemuda 1928 menjadi buah utama revolusi mental Bangsa Indonesia pada saat itu yang menginginkan sebuah kesatuan nasional untuk mengusir penjajah.

mental yang lebih kuat dengan pengalaman mereka hidup jauh dari kampung halaman dan terjun langsung dalam pergaulan internasional. Apalagi dengan beban sejarah sebagai pelopor revolusi mental yang membuahkan kemerdekaan Bangsa. Untuk itu diperlukan solusi kongkrit dari diaspora Indonesia dalam menghadapi tiga masalah tersebut. Yang pertama adalah dalam usaha mengembalikan wibawa Negara. Hal ini dapat dilakukan ke dua arah yaitu keluar dan kedalam. Diaspora Indonesia yang secara khusus diberikan tugas oleh Negara sebagai corong Track II Diplomacy harus menunjukkan bahwa mereka memiliki mental yang kuat dan Peran Diaspora Muda dapat bersaing dengan aktorIndonesia dalam Merevolusi aktor lain di pergaulan Bangsa di era Kontemporer Internasional. Ini akan menjadi Sebagai pihak yang modal awal dalam usaha memiliki privilege untuk melihat mengembalikan wibawa dunia yang lebih luas, tentunya Negara ke arah dalam negeri. peran diaspora Indonesia Pengalaman ini secara khusus dalam merevolusi mental harus digunakan masyarakat bangsa sangatlah dinantikan Indonesia di luar negeri yang terutama untuk menghadapi memiliki potensi keahlian di tiga problem pokok bangsa. berbagai bidang untuk Diaspora Indonesia secara membantu pembangunan umum dianggap memiliki nasional Indonesia

Pemikiran bahwa tatanan sosial didalam negeri adalah sesuatu yang sudah rusak harus dibuang jauhjauh oleh seluruh insan diaspora Indonesia terutama diaspora muda yang menjadi motor pembangunan dan merevolusi mental bangsa. Kewajiban untuk berkontribusi terhadap pembangunan nasional tidak boleh lagi menjadi beban yang muncul seperti yang kita lihat dalam retorikaretorika pergaulan dikalangan diaspora Indonesia sekarang ini. Menjadi aktor pembangunan nasional untuk mengembalikan wibawa bangsa harus dijadikan sebuah kehormatan bagi setiap individu diaspora Indonesia untuk dapat berkontribusi dalam pembangunan nasional dan mengembalikan wibawa bangsa di pergaulan internasional. Yang kedua adalah mengkampanyekan keberagaman dan toleransi. Di era pergaulan modern ini peran diaspora Indonesia untuk menjadi ujung tombak melawan intoleransi

Penulis: Muhammad Indrawan Jatmika


19 sangatlah penting. Pengalaman bergaul dengan masyarakat dunia yang berasal berbagai macam latar belakang agama, suku, dan bangsa menjadi modal berharga bagi diaspora muda Indonesia dalam mengkampanyekan hidup bertoleransi. Lewat berbagai macam media, diaspora Indonesia dapat menunjukkan bagaimana cara hidup bertoleransi dengan berbagai macam golongan tanpa membeda- bedakan. Namun yang harus digaris bawahi adalah pemikiranpemikiran yang menghakimi bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang intoleran harus dihilangkan. Masyarakat Indonesia kebanyakan hanya belum beruntung mendapatkan priviledge untuk memperluas perspektif mereka akan toleransi. Untuk itu diaspora muda Indonesialah yang harus memberikan pemahaman tentang bagaimana hidup bertoleransi dan melawan diskriminasi dari pengalaman mereka bergaul di dunia Internasional. Bukan justru menjadi aktor diskriminasi dengan membedakan antara

diaspora Indonesia yang memiliki perspektif yang luas, dan masyarakat Indonesia yang masih terjebak dalam pemikiran sempit. Yang ketiga adalah menguatkan sendi- sendi ekonomi bangsa. Salah satu tindakan nyata yang dapat dilakukan adalah memberantas korupsi kolusi dan nepotisme. Pengalaman hidup diaspora Indonesia yang hidup di lingkungan dengan tingkat korupsi yang relatif rendah menjadi modal berharga sebagai ujung tombak bangsa dalam melawan korupsi. Ketika kelak diaspora muda Indonesia mengemban tanggung jawab membangun Indonesia menuju Indonesia emas, semangat anti korupsi harus menjadi sesuatu yang dikedepankan. Apa yang mereka lihat dan mereka alami sendiri Negara tempat mereka tinggal dapat diaplikasikan sebagai bentuk reformasi birokrasi untuk melawan korupsi sehingga dapat memperkuat ekonomi bangsa ketika mereka menjadi pemimpin Indonesia menuju Indonesia emas. "Revolusi Mental adalah

suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyalanyala." Kutipan pidato Ir. Soekarno yang disampaikan pada peringatan hari kemerdekaan Indonesia tahun 1956 tersebut harus menjadi pedoman bagi seluruh insan Indonesia terutama diaspora muda Indonesia untuk membangun mental yang kuat dan siap bersaing di pergaulan nasional maupun Internasional. Priviledge untuk memperluas wawasan dengan bergaul dengan dunia internasional harus dimanfaatkan untuk menjadi manusia baru yang memiliki cita- cita besar membangun sebuah bangsa terutama dengan adanya momen menyambut Indonesia emas 2045. Pengaplikasian tersebut juga harus dibarengi dengan sinergi dengan masyarakat Indonesia secara umum baik yang berada di dalam maupun luar negeri sehingga stigma- stigma negatif yang muncul di

Penulis : Muhammad Indrawan Jatmika


20 masyarakat dapat dihindari. Komunikasi adalah kunci penting dari terciptanya sinergi antara Diaspora Indonesia dan masyarakat luas dalam mewujudkan mental yang kuat menghadapi Indonesia emas. Dengan komunikasi yang terjalin baik, maka semua pihak dapat menyatukan pandangan dan cita- cita untuk meraih kesuksesan dalam mewujudkan Indonesia yang kuat secara mental untuk menyongsong Indonesia Emas.

Penulis: Muhammad Indrawan Jatmika


21 Diaspora Muda Sebagai Aset Diplomasi Publik Kepariwisataan Indonesia -Khairil RamadhanMahasiswa master di Jurusan Kajian Asia Tenggara, Universitas Chulalongkorn, Thailand.

Diaspora muda Indonesia merupakan aset penting bangsa. Berbagai potensi sangat mungkin untuk digali terhadap eksistensi diaspora muda Indonesia. Salah satu potensi esensial yang dapat diperankan oleh diaspora muda Indonesia adalah sebagai diplomat tak resmi (unofficial diplomat). Sebagai diaspora muda yang tersebar di seluruh dunia, mereka tentu memiliki koneksi yang luas terhadap masyarakat luar negeri lainnya. Hal ini tak dapat diragukan lagi karena interaksi dengan orang-orang luar baik dalam lingkungan akademis maupun ruang kerja adalah sebuah kegiatan harian. Menuju 2045, Indonesia dihadapkan dengan beberapa tantangan. Namun demikian, diaspora muda Indonesia dapat menjadi bagian dari solusi atas tantangan tersebut. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor substansial untuk dikembangkan dalam

agenda Indonesia Emas 2045. Atraksi kebudayan dan alam Indonesia merupakan perpaduan keindahan yang tak terjamah secara maksimal. Sektor ini menyimpan potensi untuk pembangunan bangsa. Akan tetapi, meskipun sektor ini merupakan sektor strategis, dunia kepariwisataan Indonesia belumlah berkembang pesat. Eksostisme alam dan budaya Indonesia nyatanya belum mampu menjadi motor penggerak datangnya turis internasional dalam jumlah besar ke Indonesia. Dibandingkan dengan negara tetangga – Malaysia, Singapura, dan Thailand, mereka lebih mampu menjadi pesona bagi para turis internasional. Pada tahun 2017, Indonesia masih berada pada posisi terbawah bawah dibanding tiga negara tersebut dengan total 14.08 juta turis internasional. Sementara itu, Malaysia, Singapura, dan Thailand secara berurutan

mencapai angka 25.9 juta, 17.4 juta, dan 35.3 juta. Angka 14.08 juta yang diraih Indonesia di tahun 2017 merupakan suatu pertumbuhan yang baik. Pada 2016, Indonesia mencapai lebih dari 12 juta turis internasional. Dengan demikian terjadi pertumbuhan lebih dari 2 juta jiwa. Namun demikian, angka 14.08 juta tidaklah mencapai 15 juta turis internasional yang ditargetkan Kementerian Pariwisata. Dalam hal ini, beberapa aspek tentu memiliki peran atas tidak tercapainya target tersebut. Pada kasus 2017, erupsi volcano Gunung Agung memiliki peran dalam menghambat kedatangan turis internasional, terutama ke Bali. Sebagai peristiwa alam yang tak bisa terhindarkan, perisitwa erupsi Gunung Agung tentu tak bisa dipersalahkan. Namun demikian, diverfisifikasi tujuan wisata diperlukan agar

Penulis : Khairil Ramadhan


22 para turis memiliki alternatif tujuan wisata selain Bali. Dalam hal ini, diaspora muda Indonesia dapat memainkan peran sentral. Sebagai segmen yang memiliki jaringan luas, diaspora muda Indonesia di dunia dapat menjadi promotor sentral dalam promosi kepariwisataan Indonesia di negeri-negeri seberang. Berbeda dengan upaya promosi resmi dari pemerintah, promosi yang dijalankan para diaspora muda memiliki fleksibilitas, target atau segmentasi pasar yang cenderung mudah dijamah, serta jangkauan yang luas. Dalam hal fleksibilitas, diaspora muda tentu tidak menggunakan pendekatan kaku dalam promosi kepariwisataan. Adanya lingkungan yang memang mewajibkan mereka berinteraksi dengan masyarakat internasional menjadikan komunikasi antar mereka dinamis. Dengan ini, komunikasi promosi kepariwisataan dapat berjalan layaknya percakapan sehari-hari. Selain itu, dengan adanya kontinuitas interaksi yang positif antar mereka

dengan kolega-kolega internasional, diaspora muda justru dapat menjadi daya tarik awal bagi masyarakat internasional untuk berkunjung ke Indonesia. Artinya, diaspora muda dapat menjadi alasan awal bagi masyarakat internasional untuk mengenal lebih jauh eksotisme keindahan alam dan budaya Indonesia. Dengan berjalannya hal tersebut dan dengan koneksi luas yang dimiliki oleh diaspora muda, pengakselerasian distribusi informasi mengenai kepariwisataan indonesia akan dapat menjangkau titik yang lebih luas secara bertahap. Dengan keunggulan atas apa yang dimiliki diaspora muda dan kemampuan diaspora muda untuk melengkapi cara promosi yang dilakukan pemerintah, sektor pariwisata Indonesia akan dapat mengakselerasi dirinya. Sebagai para pemuda yang berdomisili di luar negeri dengan peran sentralnya dalam pengakselerasian sektor pariwisata, terdapat beberapa hal yang harus diimplementasikan. Masyarakat luar nampaknya lebih sering ditawarkan

informasi negatif daripada informasi positif tentang Indonesia. Hal ini berdampak pada kewaspadaan dan ketakutan mereka untuk berkunjung ke ‘atlantis pertiwi (baca Indonesia)’. Oleh sebab itu, selain pemerintah yang harus berinvestasi pada diplomasi publik untuk memberikan citra positif kepada masyarakat internasional, diaspora muda juga harus mampu mendistribusikan ataupun mengalirkan citra-citra positif sehingga mampu menekan citra negatif yang selama ini menjadi konsumsi utama. Lebih jauh lagi, sebagai upaya diversifikasi tujuan wisata, disamping Bali, diaspora muda dapat mempromosikan tujuan wisata alternatif. Dengan ini, dampak dari peristiwa tak terhindarkan seperti bencana alam di suatu tempat terhadap kunjungan wisatawan internasional ke Indonesia dapat diminimalisir dengan tersedianya tujuan wisata alternatif. Dalam upaya membangun diaspora muda dalam kepentingan ini, pembangunan sebuah

Penulis: Khairil Ramadhan


23 platform adalah sebuah kebutuhan. Platform ini diharapakan dapat memudahkan implementasi kerja. Platform ini akan menghubungkan tidak hanya antara diaspora muda di seluruh dunia tetapi juga para calon turis internasional di dunia yang menjadi segmentasi pasar para diaspora dunia. Platform tersebut dapat berupa media sosial (maupun sebuah aplikasi) dimana informasi keindahan negeri dari Sabang hingga Merauke dengan penekanan terhadap tujuan wisata strategis teralirkan. Media sosial ini akan dikendalikan oleh diaspora muda dan dipromosikan kepada para calon turis internasional. Sosial media tersebut harus memungkinkan semua pihak terkait dapat melakukan komunikasi, baik antar diaspora muda, antar calon turis internasional, maupun antar diaspora muda dan calon turis internasional. Hal ini memungkinkan terjadinya hubungan pertemanan antar segala pihak yang diharapkan dapat membentuk koneksi yang nantinya dapat mempermudah,

melancarkan, dan mengasyikkan perjalanan mereka ke dan di Indonesia. Bila hal ini dapat dicapai dengan baik, maka memori baik atas perjalanan ke dan di Indonesia akan terkristalisasi secara bertahap. Dalam hal ini, manusia selalu menginginkan pengulangan romantisme memori baik tersebut sehingga memori baik yang tertanam pada turis internasional pada saat berkunjung ke dan di Indonesia akan sangat berdampak baik bagi sektor pariwisata. Peran diaspora muda sangatlah substansial dalam mencapai hal tersebut. Mereka harus mampu menyebarluaskan citra-citra positif mengenai Indonesia serta keindahan alam dan budayanya. Lebih jauh, diaspora muda harus menjadi citra positif Indonesia di luar negeri agar bangsa memiliki representasi yang menawan di komunitas internasional. Diaspora muda harus mampu menjadi representasi dari keramahan, kewibawaan, keindahan, serta kekayaan bangsa Indonesia. Dalam hal

ini, mereka dapat dikatakan menjadi diplomat tak resmi untuk mengurangi konsumsi penyebaran citra negatif negeri di komunitas internasional. Selain itu, mereka harus mengalirkan informasi kekayaan alam dan budaya Indonesia yang masih belum mendapatkan popularitas yang layak. Selanjutnya, mereka harus aktif baik dalam komunikasi tatap-muka (face to face communication) maupun komunikasi digital (screen communication) untuk memastikan segala sesuatunya berjalan secara baik dan bertahap. Hal ini tentu saja tak akan dapat berjalan dengan baik bila kementerian terkait tidak memberikan dukungan, setidaknya moral, terhadap eksistensi dan potensi diaspora muda Indonesia di dunia. Kerjasama diperlukan sebagai upaya perumusan kebijakan mengenai potensi para diaspora muda Indonesia dunia sebagai diplomat tak resmi, khususnya dalam hal ini pada sektor pariwisata. Diaspora muda Indonesia merupakan potensi besar

Penulis : Khairil Ramadhan


24 bagi pengimplementasian diplomasi publik untuk mengindahkan citra positif Indonesia di mancanegara. Oleh sebab itu, melakukan pemberdayan dan memberikan dukungan moral terhadap para diaspora muda Indonesia dapat meningkatkan citra indah negeri. Dengan adanya dukungan dari kementerian terkait, para diaspora muda tentunya dapat berkontribusi bagi sektor pariwisata yang tentunya secara bertahap akan meningkatkan standar hidup dan memakmurkan masyarakat Indonesia. Dengan demikian, Indonesia akan siap untuk Indonesia Emas 2045.

Penulis : Khairil Ramadhan


25 “Diaspora Muda: Generasi Emas Untuk Indonesia Emas 2045” Oleh: Muhammad N. Hassan

Berbicara tentang pemuda, ada sebuah kutipan yang sangat populer dari bapak pendiri bangsa Ir. Soekarno, yaitu “beri aku sepuluh orang pemuda maka akan ku guncang dunia!”. Berdasarkan pernyataan ini, maka pemuda dapat didefinisikan sebagai generasi emas yang akan membangun peradaban bangsa sebuah negara bahkan dunia. Musthafa Al-ghulayyani dalam kitab Jazariyyah juga pernah mengatakan bahwa “Sesungguhnya di tangan pemuda hari ini adalah perkara-perkara umat dan masa depan umat ada pada pemuda hari ini”. Sebuah harapan yang memang tidak main-main ini telah disematkan. Nasib bangsa dan negara berada di tangan para pemudanya. Amanah bangsa Indonesia dititipkan kepada generasi muda. Lalu bagaimana peran pemuda itu sesungguhnya, khususnya para diaspora muda di berbagai belahan dunia dalam

menyambut Indonesia Emas 2045 nanti? Mengacu hasil Kongres Diaspora Indonesia ke-4 yang diselenggarakan di Kasablanka Hall Jakarta pada tanggal 1-4 Juli 2017, Ketua Board of Trustees Indonesian Diaspora Network Global (IDNG) Dino Patti Djalal menyatakan bahwa Indonesia memiliki jumlah diaspora yang termasuk 10 besar di dunia. Mereka berjumlah 6-8 juta yang berstatus WNI dan sekitar 10-15 juta orang keturunan Indonesia. Dari jutaan diaspora tersebut, hanya kurang lebih dua juta orang merupakan TKI yang memberikan kontribusi nyata ke Tanah Air. Sementara sisanya ialah para profesional, seniman, dan pelajar yang kontribusinya untuk Indonesia belum bisa dihitung secara jelas. Padahal mereka memiliki bakat dan keahlian yang telah terbukti di kancah internasional (Kompas Online, 2017).

Hal ini dikarenakan karakteristik diaspora muda Indonesia yang umumnya middle class dan pemalu. Diaspora muda perlu didorong agar tidak cenderung low profile dan kurang percaya diri. Parahnya, sebagian diaspora muda meski sebagai aset bangsa namun masih ada yang tidak peduli (acuh) terhadap nasib Indonesia. Padahal diharapkan apa yang didapatkan di luar negeri melalui pendidkan dan karirnya dapat memberikan dampak positif terhadap kemajuan Indonesia. Jika mereka semua bersinergi membangun negeri, alangkah mudahnya visi dan misi Indonesia Emas 2045 itu terwujud. Jika kembali lagi menengok sejarah, telah tercatat kiprah pemudapemuda yang tidak kenal waktu dan selalu berjuang dengan penuh semangat biarpun jiwa raga menjadi

Penulis: Muhammad N. Hassan


26 taruhannya. Indonesia merdeka pun tidak terlepas dari peran pemuda-pemuda Indonesia yang berjuang, contohnya: H. Oemar Said Tjokroaminoto, Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Sutan Sjahrir, Bung Tomo, KH. Hasyim Ashari, Moh. Yamin, Prof. Soepomo, Ki Hajar Dewantara, KH. Wahid Hasyim, H. Agus Salim dan lain-lain. Mereka telah mengorbankan dirinya demi bangsa dan negara. Mereka adalah tokoh-tokoh pemikir dan penggerak massa untuk menghadapi para penjajah yang mulai melakukan perlawanan dari segala penjuru Indonesia, serta yang telah mencanangkan dasar negara Indonesia (merumuskan Piagam Jakarta hingga Pancasila). Lantas pertanyaannya sekarang adalah apakah masih ada pemuda seperti mereka? Akankah Indonesia kembali berjaya? relevan lagi jika pemuda masa kini harus turun lapangan, ikut andil dalam berjuang dan berperang melawan penjajah. Namun penjajahan dan peperangan zaman sekarang yang harus

dihadapi oleh para pemuda yakni problematikaproblematika yang tengah melanda bangsa ini. Banyak isu-isu lokal, nasional dan global, antara lain: merosotnya moral dan identitas bangsa, kedaulatan dan ideologi negara mulai terancam, tergerusnya budaya dan warisan Indonesia, soal toleransi dan multikulturalisme, persaingan global, kekurangan tenaga kerja terampil dan lowongan pekerjaan, kualitas pendidikan, inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi, korupsi merajalela, isu radikalisme/terorisme, penegakan demokrasi, konflik dan pelanggaran HAM, dan masih banyak lagi. Mengingat diaspora muda merupakan generasi penerus sebuah bangsa (kader bangsa). Mereka diharapkan mampu sebagai agent of change (agen perubahan), berpotensi sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa, dan sumber insani bagi pembangunan bangsa. Diapora muda Indonesia memiliki kemampuan intelektual yang tidak kalah dengan negara-negara lain,

diyakini memiliki international knowledge (pengetahuan internasional) luar biasa yang mampu melihat Indonesia dalam perspektif global, dan juga memiliki kompetensi untuk berdaya saing sehingga dapat mendorong kemajuan Indonesia di tingkat global. Harapan dan potensi pemuda tersebut sejalan dengan pencanangan Indonesia emas 2045. Di dalam dokumen Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang disusun oleh Menko Perekonomian, bahwa pada 2045 nanti Indonesia diproyeksikan menjadi satu dari tujuh kekuatan ekonomi di dunia dengan pendapatan per kapita 47.000 dollar AS. Tahun 2045 akan menjadi momentum paling penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Karena tahun itu merupakan tonggak sejarah kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada usia 100 tahun. Selain itu, di dalam kurun 2015-2045 piramida penduduk Indonesia akan sangat ideal dengan

Penulis : Muhammad N. Hassan


27 penduduk mayoritas berusia 15-45 tahun (usia produktif). Indonesia saat itu akan menikmati apa yang disebut dengan bonus demografi. Namun, dampak negatif dari bonus demografi jika tidak disiapkan dan dikelola dengan baik maka akan terjadi bencana sosial, semisal pengangguran, konflik sosial, kesehatan dan lainnya. Di sini lagi-lagi peran pemuda dipertaruhkan. Para diapora muda sebagai generasi emas menjadi salah satu kunci kekuatan negara yang harus disiapkan sejak dini sehingga mampu bersama-sama dengan negara mendeteksi dini, mencegah dini, dan menghadapi tantangan dan ancaman negara. Untuk menyiapkan Indonesia emas 2045, diperlukan usaha dan kinerja yang sinergis antara semua pihak. Seiring berjalan bersama pemerintah, dalam hal ini diaspora muda memiliki tiga peran penting yaitu meningkatkan daya saing Sumber Daya manusia (SDM), memiliki karakter yang baik, dan komitmen menjaga ideologi bangsa Indonesia. Peran dalam menguasai dan mengembangkan diri

dalam bidang keilmuan ini menjadi penting, selain untuk memikul tanggung jawab intelektualnya juga dikarenakan mereka akan menjadi dinamisator perubahan masyarakat menuju perkembangan yang lebih baik dan kontrol terhadap perubahan sosial yang sedang berlangsung. Di samping itu, karena diaspora muda merupakan dinamisator perubahan masyarakat menuju perkembangan yang lebih baik. Tidak dapat dipungkiri pula kecerdasan merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas dan daya saing generasi muda. Kurangnya budaya membaca dan mencari informasi sebanyak banyaknya merupakan salah satu penyebab kurangnya kualitas dan daya saing SDM di Indonesia. Bidang ilmu yang harus dikuasai sebagai modal bersaing di tingkat regional dan global juga harus mampu menjawab kebutuhan pasar. Selain itu, penguasaan keterampilan juga sangat diperlukan pada abad ke-21 dikarenakan masyarakat masa depan ditandai dengan masyarakat yang berilmu

pengetahuan (knowledgebased society). Salah satu ketrampilan yang dibutuhkan adalah penguasaan teknologi informasi dan komunikasi dalam berbagai segi kehidupan manusia. Diperlukan juga lingua franca dunia masa depan, yaitu bahasa Inggris harus dikuasai tanpa mengurangi pentingnya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional seperti bunyi sumpah pemuda 1928. Jika dua skills tersebut dimiliki, maka generasi muda pasti sanggup bersaing dengan tenaga kerja asing yang akan membanjiriIndonesia. Di era globalisasi ini pun mencari informasi sangatlah mudah. Adanya internet dan teknologi canggih sangat memudahkan kita dalam menggali ilmu dan informasi. Selanjutnya, akses pendidikan yang baik merupakan kunci atau fondasi utama untuk meningkatkan kecerdasan, kualitas, dan daya saing generasi muda. Serta membentuk pemuda dengan wawasan yang luas, cerdas dan inovatif, sehingga mampu membuat karya

Penulis : Muhammad N. Hassan


28 nyata serta mandiri. Di samping kecerdasan intelektual, moral dan karakter menjadi faktor penting untuk meningkatkan kualitas dan daya saing generasi muda. Kecerdasan tanpa moral dan etika itu tidak ada gunanya. Maka diaspora muda harus menjadi generasi Indonesia emas 2045 yang berkarakter, dengan cara mengikuti bimbingan dan pembinaan karakter melalui kegiatan non akademik untuk membentuk generasi muda yang lebih baik. Hal yang tidak kalah penting lainnya adalah membekali generasi muda adalah memberikan keteladanan. Keteladanan dari para pemimpin negara dan elit politik sangat penting dalam rangka menyiapkan generasi muda sebagai generasi penerus Indonesia Emas 2045. Jika para pemimpin negara dan elit politik menunjukkan perilaku dan kinerja yang baik dan jujur, maka hal tersebut akan menjadi inspirasi dan keteladanan bagi generasi muda yang akan menjadi pemimpin berikutnya. Peran terakhir bagi diaspora muda Indonesia adalah harus menjadi pemuda

yang bukan biasa-biasa saja, tetapi pemuda hebat seperti harapan tinggi yang tertuang di dalam Deklarasi Diaspora Indonesia di Los Angeles pada 8 Juli 2012 lalu. Caranya ialah menyiapkan mental agar selaras dengan ideologi negara. Jangan sampai terjadi ketika tinggal sebagai waga negara asing, ideologi para diaspora muda terbawa arus dan tergerus. Nilai-nilai luhur Pancasila, cinta tanah air, dan sikap nasionalisme harus tetap terpupuk dan tumbuh di dalam lahir-batin diaspora muda. Pemerintah perlu mengawal dan memastikan bahwa diaspora muda yang dididiknya tetap terjaga mental ideologinya. Kesetiaan pada Pancasila dan UUD 1945 menjadi syarat mutlak bagi diaspora muda sebagai dasar negara menuju Indonesia Emas. Sehingga pembinaan terkait dengan visi kebangsaan yang menjadi cita-cita para pendiri bangsa juga wajib diberikan agar ideologi mereka terjaga dan tetap kokoh. Dengan modal pendidikan yang baik, keterampilan matang, berkarakter dan memiliki mental ideologi serta

sikap nasionalisme, maka diaspora muda saat ini diharapkan mampu menjadi pemimpin dan penggerak roda negara yang berkualitas. Lebih dari itu, mereka harus berjanji untuk bergerak bersama rakyat dan pemerintah membangun bangsa dan negara tercinta. Oleh karena itu, mereka mesti senantiasa merenung dan selalu berintrospeksi diri sebagai seorang “diaspora muda� agar mau berkomitmen “hijrah�. Hijrah dari kemalasan menuju kerja keras, hijrah dari sikap pesimis menuju sikap optimis, berani keluar dari zona nyaman menempuh kesulitan, peduli dan tanggap terhadap permasalahan umat. Sehingga masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera pada usia Indonesia Emas nanti bukan hanya impian belaka. Pada akhirnya diaspora muda mampu mewujudkan cita-cita dan harapan bangsa ini. Menyongsong Indonesia emas 2045 sebagai negara yang cerdas, modern dan berkarakter. Salam Diaspora Muda! Salam Generasi Emas Bangsa!

Penulis : Muhammad N. Hassan


29 Indonesia Sehat Jiwa 2045 -Putu Ayu Emmy Savitri KarinMaster Student Mental Health and Psychiatric Nursing Faculty of Nursing Mahidol University

Harapan saya untuk Indonesia di tahun 2045 adalah mayoritas generasi muda Indonesia bukan hanya memiliki fisik yang sehat namun juga mental yang sehat. Mental yang sehat menunjukkan individu yang berkualitas. Dengan meningkatnya kualitas individu khususnya generasi muda, maka hal ini juga akan meningkatkan keberhasilan pembangunan bangsa. Seperti yang kita ketahui bersama, pada tahun 2045 Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Bonus demografi yang dimaksud adalah hampir 60 persen penduduk Indonesia berusia di bawah 30 tahun. Artinya, pada tahun 2045 Indonesia akan memiliki penduduk terbanyak pada usia produktif. Peningkatan penduduk usia produktif memberikan dua kondisi yang mungkin akan dihadapi oleh bangsa ini. Pertama, meningkatnya usia produktif akan memberikan

manfaat terhadap pembangunan apabila kelompok usia ini benar-benar bekerja secara produktif sesuai dengan kompetensinya. Kedua, apabila kondisi ini tidak disertai dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang diupayakan mulai saat ini, kelompok usia produktif ini tidak akan benar-benar produktif, salah satunya meningkatnya angka pengangguran yang akan memberikan economic burden bagi negara. Oleh sebab itu, sejalan dengan yang disampaikan oleh Ibu Sri Mulyani dalam Media Keuangan (Agustus 2017), penting untuk melakukan investasi di bidang kesehatan, pendidikan, dan karakter sehingga kualitas hidup penduduk Indonesia dapat meningkat. Investasi untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk Indonesia salah satunya adalah investasi di

di bidang kesehatan. Dalam hal ini, bukan hanya kesehatan fisik saja yang perlu diperhatikan, kesehatan mental atau jiwa pun sangat perlu untuk diupayakan. Kesehatan jiwa seperti yang tercantum dalam UU Nomor 18 tahun 2014 adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mempu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Definisi ini menjelaskan bahwa kesehatan jiwa tidak hanya berarti absennya suatu penyakit kejiwaan, namun mencakup juga bagaimana seorang individu dapat mengatasi dan beradaptasi dengan tekanan yang dialami secara adaptif dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki.

Penulis : Putu Ayu Emmy Savitri Karin


30 Selain itu, definisi individu sehat jiwa menurut The Mental Health Foundation adalah individu yang percaya diri dan asertif; dapat berkembang secara emosional, kreatif, intelektual, dan spiritual; dapat membangun hubungan baik dengan orang lain; peduli dan empati; menghadapi, mengatasi, dan belajar dari permasalahan yang dialami; bermain dan menikmati hidup ; tertawa pada diri sendiri dan dunia. Kesehatan jiwa kini telah menjadi isu global dan mulai menjadi prioritas di beberapa negara. Hal ini dikarenakan meningkatnya prevalensi dan juga dampak masalah kesehatan jiwa secara signifikan terhadap kesehatan, sosial, human rights, stigma dan diskriminasi, dan ekonomi di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) (2018) menyatakan depresi adalah masalah kesehatan jiwa yang paling umum terjadi dan menjadi salah satu penyebab utama disabilitas di seluruh dunia. WHO (2017) melaporkan bahwa 322 juta jiwa penduduk dunia mengalami depresi dan persentase tertinggi yakni 27% a.

dari penduduk tersebut berasal dari Asia Tenggara.Data untuk Indonesia dilaporkan bahwa 3.7% penduduk Indonesia mengalami depresi dimana 6.6% hidup dengan disabilitas (Years Lived with Disability). Selain itu, Peltzer & Pengpid (2018) melaporkan bahwa 21.4% laki-laki dan 22.3% perempuan di Indonesia memiliki tanda dan gejala depresi. Apabila kondisi ini tidak mendapat penanganan yang baik, dapat mengakibatkan individu menjadi tidak produktif dan pada kondisi yang lebih berat dapat menyebabkan bunuh diri (premature death). Selain depresi, masalah kesehatan jiwa yang rentan dialami pada usia produktif adalah substance use dan substance use disorder (SUD). United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) (2017) melaporkan bahwa penggunan obat-obatan dan individu dengan SUD mengalami peningkatan signifikan tiap tahunnya dengan 208 juta jiwa pada tahun 2006 hingga mencapai 255 juta jiwa pada tahun 2015. Sementara Badan Narkotika

Nasional (BNN) (2014) melaporkan penggunaan obat-obatan di Indonesia pada tahun 2010 adalah 0.63% dan 0.59% pada tahun 2015.Meskipun prevalensi pada penggunaan obat-obatan tidak setinggi prevalensi pada depresi, namun dampak yang ditimbulkan cukup serius apabila tidak mendapatkan perawatan yang sesuai. Dampak tersebut meliputi perubahan struktur dan fungsi otak, tidak produktif, ansietas, depresi, schizophrenia, dan masalah kesehatan jiwa lainnya (National Institute on Drug Abuse, 2018). Masih banyak masalah kesehatan jiwa lainnya selain depresi dan penggunaan obat-obat terlarang yang dapat memengaruhi produktifitas dan kualitas hidup seseorang. Oleh sebab itu, sangat perlu bagi setiap individu, keluarga, dan lingkungan sosial untuk mempromosikan pentingnya menjaga kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa termasuk di dalamnya kemampuan untuk megontrol emosi dan perilaku akan memengaruhi pikiran,

Penulis: Putu Ayu Emmy Savitri Karin


31 perasaan, serta perilaku individu sehingga kesehatan jiwa disetiap tahapan tumbuh kembang sangatlah penting. Hal ini dikarenakan apabila mampu menjaga kesehatan jiwa maka individu akan mengetahui dan memahami potensi diri, memiliki mekanisme koping yang baik, produktif, sehingga dapat secara aktif bekontribusi untuk komunitas dan negara. Sebaliknya, apabila tidak mampu menjaga kesehatan jiwa maka individu tersebut akan berisiko memiliki masalah kejiwaan dan gangguan jiwa. Doran dan Kinchin (2017) dalam penelitian mereka menyatakan bahwa terdapat korelasi antara kesehatan jiwa dengan tingginya economic burden. Selain itu, beban yang ditimbulkan dari masalah kesehatan jiwa bukan hanya dialami oleh individu, namun juga keluarga, tempat kerja, dan negara. Beberapa dampak yang disebutkan dalam penelitian ini adalah meningkatnya angka putus sekolah, rendahnya kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, dan penurunan kualitas hidup. Melihat pentingnya

menjaga kesehatan jiwa untuk meningkatkan kualitas hidup dan kulitas sumber daya manusia, maka berdasarkan pemaparan di atas salah satu upaya yang dapat kita lakukan untuk menjaga kesehatan jiwa adalah pencegahan. Dalam hal ini, pencegahan selalu menjadi upaya yang terbaik yang dapat kita mulai dari diri kita masing-masing melalui pembiasaan diri. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga diri agar tetap sehat secara mental, seperti melakukan self-screening, mengenali kekurangan dan potensi diri, menyediakan waktu untuk diri sendiri, berbicara tentang apa yang dirasakaan, melakukan hobi, makan makanan yang sehat dan bergizi, berolahraga secara rutin, meminta bantuan jika memerlukan, beristirahat yang cukup, membangun hubungan baik, mengurangi minum alkohol dan menghindari konsumsi obatobatan terlarang (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018; Mental Health Foundation, 2018). Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatan

kualitas sumber daya manusia salah satunya yaitu dengan melakukan investasi pada sektor kesehatan, baik kesehatan fisik maupun jiwa. Mengingat dampak yang dapat ditimbulkan dari masalah kesehatan jiwa, hal yang dapat kita lakukan untuk menjaga kesehatan jiwa dapat dimulai dari diri sendiri, yaitu dengan melakukan upaya pencegahan melalui pembiasaan diri. Pembiasaan diri untuk bertindak secara sadar, mengenali diri sendiri, menyadari bahwa kita bertumbuh, pembiasaan diri untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan orang lain, dan pembiasaan diri untuk melakukan hal-hal positif lainnya untuk mencapai Indonesia sehat jiwa 2045.

Penulis: Putu Ayu Emmy Savitri Karin


32 Investasi Inklusif untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 -Dwitya AribawaPh.D Candidate in Financial Management, Assumption University of Thailand Dosen dan Peneliti, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Sungguh optimis rasanya menatap Indonesia emas 2045 saat penulis membaca mengenai keberhasilan pemerintah mengambil “hak” bangsa Indonesia yang selama setengah abad lebih dikuasai oleh PT. Freeport Indonesia (tambang emas terkaya di dunia). Hal tersebut direalisasikan dengan kepemilikan 51% saham oleh pemerintah pusat. Yang menarik dari proses divestasi saham Freeport Indonesia adalah pemberian 10% saham dari pemerintah pusat ke Pemerintah Daerah Provinsi Papua dan Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika sebagai bentuk pembangunan inklusif yang selama ini menjadi fokus utama pemerintah di era presiden Joko Widodo. Penulis pun teringat surat dari Bapak Presiden pada penghujung tahun 2015 dengan judul “Impian Indonesia 2015-2085”, dimana surat itu pun ditulis tangan sendiri oleh Jokowi di Timur Indonesia (Maumere)

yang menguatkan argumentasi bahwa pembangunan Indonesia adalah pembangunan inklusif. Pada surat tersebut tertulis tujuh poin, (1) Sumber daya manusia Indonesia yang kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia, (2) Masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius, dan menjunjung nilainilai etika, (3) Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia, (4) Masyarakat dan aparatur pemerintah yang bebas dari perilaku korupsi, (5) Terbangunnya infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia, (6) Indonesia menjadi negara yang mandiri dan paling berpengaruh di asia Pasifik dan (7) Indonesia menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia. Dimana sluruh poin tersebut sejalan dengan visi bangsa Indonesia yang dirumuskan oleh founding father yaitu

“Berdaulat, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam essay ini penulis akan fokus pada “Investasi Inklusif”. Penulis mendefinisikan Investasi Inklusif sebagai “aktivitas penanaman modal yang dilakukan oleh Pemerintah (Government), Swasta (Private) atau Perorangan (Individual) dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimal (Maximizing value added) untuk pemangku kepentingan (stakeholders) secara luas (Holistic) dan berkelanjutan (Sustainable)”. Memulai Investasi Inklusif Pertanyaan yang muncul adalah “Bagaimana peran investasi inklusif dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045?”. Dalam paparan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dengan judul “Visi Indonesia 2045” terdapat empat pilar utama sebagai suksesi dari Visi Indonesia 2045 yaitu (1) Pembangunan Sumber Daya

Penulis : Dwitya Aribawa


33 Manusia dan Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (2) Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, (3) Pemerataan Pembangunan dan (4) Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan. Peran dari Investasi Inklusif yang dilakukan pemerintah, swasta dan perorangan selayaknya searah dengan penguatan dari empat pilar ini. Secara sekilas mungkin investasi sangat erat kaitannya dengan pilar kedua (Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan), namun dengan ada kata inklusif maka keempat pilar dari Visi Indonesia 2045 adalah prioritas yang utama berjalan beriringan dengan niat baik (goodwill) dari seluruh pemangku kepentingan untuk bangsa Indonesia. Revolusi mental adalah kunci pertama dalam pelaksanaan investasi inklusif, dimana dengan mental bangsa Indonesia yang maju maka segala niat buruk akan dikalahkan oleh niat baik dari mayoritas masyarakat. Selanjutnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna. Lulusan perguruan tinggi diharapkan mampu

memberikan katalis positif pada masyarakat luas melalui berbagai aksi nyata, terutama untuk masyarakat yang belum memperoleh kesempatan ke jenjang pendidikan tinggi tersebut. Bentuk aksi nyata tersebut kembali berupa Investasi Inkusif baik dilakukan melalui Pemerintah, Swasta ataupun perorangan. Seorang Nadiem Makarim (Founder Go-Jek) merupakan salah satu contoh terbaik dalam penerapan Investasi Inklusif oleh swasta di bidang teknologi yang tepat guna untuk masyarakat dengan kontribusi ekonomi yang menurut data terakhir sekitar Rp 10 Triliun. Pembangunan infrastruktur yang tepat sasaran di era Jokowi merupakan pilihan yang tidak dapat ditunda untuk mewujudkan pilar kedua dan ketiga dari visi Indonesia 2045 (Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan dan Pemerataan Pembangunan). Investasi inklusif untuk pembangunan infrastruktur merupakan sinergi pemerintah dan swasta dan masyarakat dalam perwujudan pembangunan infrastruktur

dari, oleh dan untuk kepentingan bersama. Penggalangan dana pembangunan infrastruktur oleh pemerintah dalam bentuk obligasi retail (ORI atau SUKUK) yang kerap terjual habis dalam hitungan jam merupakan indikasi optimisme masyarakat pada pembangunan infrastruktur di Indonesia. Satu hal yang terpenting adalah pembangunan infrastruktur diharapkan dapat selalu dilakukan beriringan dengan pembangunan sumber daya manusia. Belajar Dari Sejarah Investasi Inklusif di Indonesia Untuk pembahasan mengenai tata kelola pemerintahan, penulis ingin kembali mengangkat pengambilalihan Freeport oleh pemerintah pusat. Inisiatif ini merupakan wujud nyata peran pemerintah dalam Investasi Inklusif. Dengan suksesnya proses perubahan kepemilikan ini, maka pengelolaan Freeport akan dikendalikan oleh pemerintah Indonesia. Investasi yang tidak bisa

Penulis: Dwitya Aribawa


34 dibilang sedikit ini diharapkan dibarengi dengan semangat pengelolaan perusahaan yang professional dan baik (good corporate governance) oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Perlu digarisbawahi, bahwa Indonesia pernah mengalami kesalahan tata kelola BUMN yang dikenal dengan era nasionalisasi pada akhir akhir era pemerintahan Presiden Soekarno. Cara berpikir yang digunakan masih sama, kapitalis dan imperialis dicitrakan jahat maka jahatlah imperialis dan pemerintah dicitrakan baik. Kalau sektorsektor penting dinasionalisasi, maka kemakmuran dan kesejahteraan rakyat akan meningkat. Sayangnya realita tidak sesederhana itu. Menjalankan sebuah perusahaan mudah, tetapi untuk membuatnya hidup, memerlukan keterampilan, kerja keras dan inovasi. Banyak dari perusahaanperusahaan yang dinasionalisasi pada era tersebut akhirnya mengalami masalah hingga akhirnya tidak mampu bertahan di era pembukaan investasi asing di rezim Orde Baru.

Hendaknya kita senantiasa belajar dari sejarah, kegagalan Investasi Inklusif pada zaman dahulu merupakan Ketidaksiapan pemangku kepentingan sebagai pengelola sumber daya kita sendiri. Pada era tersebut masih sangat jarang ditemukan ahli dalam bidang pengelolaan perusahaan, masih mudahnya era tipumenipu, korupsi, kolusi dan nepotisme yang tidak bisa dibendung oleh pemerintah. Reformasi birokrasi dan pengawasan terhadap perusahaan, terutama BUMN merupakan hal yang belum lazim pada era tersebut. Realisasi revolusi mental dan penggunaan teknologi informasi yang tepat guna untuk meminimalkan realisasi niat buruk dari pelaku usaha diharapkan dapat menjadi pemeran utama dari keberhasilan Investasi Inklusif untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Penulis : Dwitya Aribawa


35 Menyambut Visi Indonesia 2045 dengan Semangat Penelitian -Fadjar MulyaMahasiswa Master Chulalongkorn University

Narasi yang dibawakan dalam Kongres Diaspora Muda Indonesia 2018 adalah menjadi bangsa kreator dan innovator. Dua kata tersebut adalah identitas sebuah negara maju, negara maju sangat identik dengan kreatifitas dan inovasi. Suatu materi akan meningkat nilainya ketika didalamnya ditambahkan sisi kreatif dan inovatif. Bapak Lutfi Rauf, duta besar Indonesia untuk kerajaan Thailand mencontohkannya dengan pohon ketapang yang usianya 80 tahun (mati) teronggok di halaman KBRI Bangkok, daripada di buang saya panggil pemahat dari bali, dengan giat pemahat bali itu pun menyulap batang melintang yang mati itu menjadi pohon kayu bernilai seni, dua kepala naga lengkap dengan sisik dan ekornya mempercantik batang melintak tadi, khas kesenian Asia. Itu tadi contoh dari kreatifitas dan inovasi, hendaknya setiap orang yang menjadi bagian dari sebuah bangsa harus

memiliki hal itu. Beberapa tahun kebelakang kemenristekdikti sangat giat mendorong akademisi di Indonesia untuk menghasilkan publikasi ilmiah, dana-dana penelitian digiatkan dengan harapan penelitian tersebut dapat dipublikasikan di jurnal bereputasi. Penelitian adalah kerja yang mensyaratkan kreasi dan inovasi, tujuannya adalah sesuatu yang bersifat kebaruan (novelty). Jika kita berkaca kepada peradaban eropa, sesuatu yang baru itulah yang menjadikan daratan eropa barat menjadi kawasan maju, kita mengenal banyak saintis-saintis terkemuka dari kawasan tersebut, hingga kini mereka masih konsisten memenangkan hadiah nobel sebagai hadiah prestisius dalam bidang sains dan teknologi. Kita berharap bangsa kita mulai memimpikan hadiah tersebut dapat diraih oleh anak bangsa,

menjadi bangsa yang memiliki rakyat peraih nobel adalah sebuah kebanggaan sendiri. Untuk mewujudkan tersebut perlu kerja jangka panjang yang visioner, kita boleh berharap di 2045 kita akan menyumbang namanama besar untuk menyabet penghargaan paling bergengsi tersebut. Maka dari itu syaratnya adalah inovasi dan kreatifitas. Gagasan yang saya tulis disini ingin mengajak semua anak bangsa untuk mulai memperhatikan riset-riset sains dasar (basic science) karena inilah kunci utama peradaban. Penghargaan Nobel sangat dekat dengan sains dasar, nobel penghargaan fisika, kimia, ekonomi, kesehatan, dsb. Juga saya mengajak baik instansi pemerintah dan instansi swasta ikut memberikan suntikan dana kepada institusi penelitian di Indonesia, penelitian adalah investasi untuk menjadi

Penulis: Fadjar Mulya


36 negara maju. Jikalau kita sudah berhasil menanamkan nilai kreatifitas dan inovasi didalam diri setiap anak bangsa, tentunya kita sudah siap menjadi negara maju bersanding bersama dengan negara-negara yang dikenal peradabannya seperti Jerman, Perancis, Britania Raya, Jepang dsb. Syarat yang lain harus dipenuhi untuk mewujudkan tersebut adalah stabilitas politik dan ekonomi. Ketika suatu bangsa dalam keadaan damai dan tercukupi dalam soal pangan serta tidak adanya kesenjangan sosial tentu akan mudah rakyatnya untuk berkreasi dan berinovasi. Miris jikalau rakyat belum tahu untuk makan apa esok hari, tapi dituntut untuk menghasilkan karya yang kreatif dan inovatif, ini hanya berlaku kepada rakyat yang bermental baja. Tapi kita boleh optimis dengan rakyat kita, dengan catatan pemerintah juga harus memperhatikan dua hal tadi, terjaminnya sebuah negara sebagai sebuah negara yang damai, dan terjaminnya pasokan makanan untuk setiap anak bangsa. Mari sama-sama kita kembali merapatkan barisan

sebagai anak bangsa, berkarya dibidang apapun yang kita suka dan saling mendukung antar sesama. Terutama untuk mahasiswa yang bergelut di bidang sains, jadilah manusia yang unggul di bidang tersebut, sains adalah kunci peradaban, tanpa sains tak ada inovasi, tanpa sains tak ada namanya revolusi teknologi. Mari menjadi bangsa yang kreatif dan inovatif.

Penulis: Fadjar Mulya


37 Menuju Indonesia Emas 2045 dengan SMART -Ivana Aprilia PratiwiMahasiswa Food Science for Nutrition Mahidol University (2017)

Pernahkah terpikir dibenak kalian, siapakah yang akan menggantikan para pemimpin kita di 20 hingga 25 tahun mendatang?. Jika hal itu tidak pernah terpikirkan dibenak kalian, mungkin ada 2 hal yang menjadi alasannya. Pertama anda sedang ada di zona nyaman dan sebaiknya segeralah bangun dari zona tersebut. Kedua, anda tidak peduli dengan bangsa kalian (kalian mempunyai potensi tetapi tidak merasa memiliki akan bangsa Indonesia). Sadar dan ketahuilah bahwa bangsa Indonesia membutuhkan kalian, bangunlah dan mulai bekerja untuk Indonesia. Kalau bukan kalian siapa lagi? Pada tahun 2045, Indonesia akan memasuki masa gemilang, hanya jika kita mampu mempersiapkan dengan baik. Banyak orang yang belum mengetahui potensi dan peluang apa yang ada di Indonesia di tahun 2045. Pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan

bonus demografi dimana jumlah penduduk dengan usia produktif (usia 15-64) berada dipuncak atau lebih banyak daripada usia tidak produktif (usia dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun). Itu memberikan peluang yang besar untuk bangsa Indonesia untuk bergerak maju untuk menjadi lebih baik dari segi kualitas. Kesempatan ini mengingatkan kita untuk mempersiapkan momen tersebut, dengan diimbangi peningkatan kualitas sumber daya manusianya, baik dari segi pendidikan dan keterampilan untuk dapat bersaing di Era Keterbukaan. Ada nasehat kuno yang mengatakan “ Jika kamu gagal dalam merencanakan, itu berarti kamu merencanakan untuk gagal�. Tetapi sebenarnya tidak ada rencana yang gagal, jika di rencanakan atau dipersiapkan dengan baik. Jadi, yang harus di pahami adalah bagaimana kita merencanakannya.

Ibarat dalam kondisi berperang, perencanaan menjadi hal yang paling penting. Sedangkan, didalam merencanakan, berpikir SMART menjadi hal yang harus diperhatikan. Seperti namanya, perencanaan berarti berpikir bagaimana mencapai tujuan dengan cara terbaik, tercepat, dan terevaluasi. Sebagai calon generasi bangsa dan diaspora Indonesia, saya dan juga banyak orang lainnya memiliki tanggungjawab dalam berpartisipasi menuju Indonesia Emas 2045. Terangkum dalam kata “SMART�, itulah beberapa hal yang harus dimiliki oleh diaspora muda untuk menuju Indonesia Emas 2045. SETIA, satu kata tetapi tidak semua orang bisa memiliki. Kesetiaan bukanlah hal yang instant, tetapi merupakan hasil dari segala sesuatu yang dipupuk dan dipelihara. Sebagai generasi diaspora muda, sikap setia

Penulis :Ivana Aprilia Pratiwi


38 terhadap bangsa dan negara merupakan hal yang harus diperjuangkan. Bagaimana menahan godaan dari “rayuan” atau tawaran dari negara lain sehingga kita melupakan negeri tercinta bukan hal yang tidak mudah. Bagaimana tidak? Tinggal merantau jauh dari negeri Indonesia dan mungkin dengan “kenyamanan” yang ditawarkan sangat berpotensi menggoyangkan kesetiaan kita. Ada beberapa kondisi yang terjadi dimana kita akan diperhadapkan pada tawaran, pilih “Indonesia” atau “jabatan/ financial/ fasilitas” dan banyak tawaran lainnya. Para diaspora muda, ingatlah motivasimu dan cintailah bangsamu, usahakanlah kesejahteraan negeri mu (Indonesia) dimanapun kalian berada. Tidak harus berada di Indonesia untuk mengharupkan Indonesia, tetapi tujukanlah Indonesiamu dimanapun kalian berada. MENGHORMATI, yang artinya toleransi dan menghargai orang lain. Sebagai negara dengan banyak latar suku, ras, dan agama menjadikan negara Indonesia kaya dengan

keberagaman. Adakah yang salah dengan keberagaman? Tentu tidak, justru keberagaman merupakan modal kita untuk menjadi lebih kuat dan satu. Perpecahaan sangat mudah terjadi jika kita merasa paling baik, benar, dan pintar. Diaspora muda, mungkin kalian punya pendidikan, materi, dan jabatan. Tetapi ingatlah, kalian punya tanggungjawab untuk menghormati bukan menuntut untuk dihormati. Menghomati merupakan bentuk kata aktif yang artinya dipanggil untuk melakukan. Melakukan apa? Menghormati orang lain. Setinggi apapun kita berada, ingatlah bahwa kalian masih berada dibawah langit. AKADEMIK, peribahasa lama mengatakan tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Jika dulu sebagai seorang anak kecil, kita bisa sangat termotivasi dengan kalimat tersebut. Pada zaman dahulu untuk berpergian keluar negeri merupakan hal yang “wah” karena semua serba terbatas. Sehingga tidak heran jika orang mengumpamankan negeri Cina sebagai tujuan. Tetapi, sadarkan kalimat tersebut sebenarnya tidak

menjelaskan tentang seberapa jauh anda menuntut ilmu, tetapi bermakna perjuangan. Sejak dulu, kita diharapkan menjadi sosok yang tangguh dan bukan generasi “instant”. Memang generasi sekarang lebih dipermudah dengan kemajuan zaman, tetapi itu bukan alasan untuk bermalas-malasan. Akademik tidak hanya berbicara tentang gelar pendidikan, tetapi lebih luas dari itu, yaitu sebagai modal ilmu untuk bertahan. Sebagai generasi diaspora muda, yang sudah mengalami banyak pengalaman bagaimana “bertahan” di negeri orang, seharusnya mampu menjadi modal baik secara pengetahuan maupun keterampilan. RAJIN, sebuah kata yang sering kita dengar dari orangtua kita sejak kecil. Rajin pangkal pandai, sebuah kalimat yang seharusnya mampu memotivasi kita untuk tekun dan giat dalam melakukan sesuatu. Rajin memiliki dampak lebih dari sekedar pandai tetapi juga keterampilan yang menjadi

Penulis :Ivana Aprilia Pratiwi


39 bekal untuk mampu bertahan. Mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di luar negeri sering diberi predikat sebagai mahasiswa yang rajin dan tekun. Tentunya kalimat ini bukan sekedar ucapan manis yang dilontarkan oleh dosendosen di luar negeri, tetapi banyak fakta yang membuktikannnya. Tinggal dan menuntut ilmu di negeri orang mampu membentuk karakter diaspora muda khususnya mahasiswa menjadi sosok yang rajin dan tangguh, seharusnya menjadi bisa menjadi modal yang baik untuk dibawa pulang kembali. Ini waktu dan saatnya, sudah cukup berada di zona nyama, bergegas bagun dan gapailah mimpi berasama negeri tercinta. TER-UPDATE, bukan berarti harus menjadi “Kids jaman now” ataupun kekinian. Tetapi artinya sebagai calon diaspora muda harus mampu untuk mengikuti perkembangan yang sedang muncul. Update terhadap perkembangan teknologi dan mampu bersaing untuk mengikuti permintaan “pasar”. Sebagai calon pemimpin bangsa kita jangan idealis dan

menjadi pribadi yang “menutup mata”, tetapi justru membuka mata lebar-lebar sehingga mampu melihat dimana celah untuk bergerak maju. Sebagai diaspora muda harus mampu menggunakan teknologi sebagai “pedang” yang dapat digunakan secara bijaksana untuk bersaing. Tidak ada yang salah dengan kemajuan teknologi, yang menjadi permasalahan adalah siapkah kita menerima kemajuan teknologi. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mampu memperkenalkan dan mempersiapkan masyrakat untuk siap menghadapi kemajuan teknologi. Menuju Indonesia Emas 2045 tidak akan menjadi sekedar mimpi, jika kita secara bersama-sama mampu mepersiapkan dengan baik. Tidak ada perencanaan yang gagal jika direncanakan dengan baik, bersatu bersama menuju Indonesai Emas 2045 dengan SMART.

Penulis :Ivana Aprilia Pratiwi


40 Tantangan Diaspora Muda Menuju Negara Poros Maritim Dunia dalam Menyongsong Satu Abad Generasi Emas Indonesia Oleh: Ayudia Gini Pravisya Master Degree in Southeast Asian Studies Chulalongkorn University

Catatan sejarah membuktikan bahwa Indonesia mengalami kejayaan masa keemasan dalam kekuatan maritim. Armada laut kerajaan yang kuat dalam invasi dan perdagangan sangat disegani dan menyebar ke berbagai belahan negara terutama di kawasan Asia Tenggara. Sektor perdagangan internasional melalui laut dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya pada periode tahun 900-1300 M. Pada masanya, perdagangan melalui laut di Nusantara berkembang lebih pesat apabila dibandingkan dengan perdagangan laut yang dilakukan oleh Jepang. Kejayaan perdagangan melalui laut ini dilanjutkan oleh kekuatan Kerajaan Majapahit. Tidak hanya wilayah Nusantara, pada abad ke-14 Majapahit berhasil menaklukan dan menguasai negara-negara asing yang menjadi tetangganya. Namun, kondisi maritim di masa sekarang sangatlah

berbeda dengan pada masa kedikjayaan maritim di nusantara. Oleh karena itu, bangkitnya kembali wacana negara maritim oleh Presiden RI Joko Widodo dengan program Nawa Cita menjadi hal menarik karena kemunculannya didasari oleh penyebab yang berbeda dengan identitas di masa lampau. Jika di masa lampau identitas negara maritim muncul karena kejayaan di laut, seperti terungkap dalam semboyan Jalesveva Jayamahe, sekarang wacana negara maritim bangkit justru karena keterpurukan. Di masa lampau, identitas kejayaan ini menjadi simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme, sebaliknya di masa sekarang, kemiskinan dan keterpurukan menjadi simbol perlawanan terhadap kemiskinan. Berangkat dari sejarah maritim di Indonesia, maka sudah seharusnya sebagai diaspora muda untuk

membentuk satu ‘visi’ di bidang kemaritiman. Visi tersebut merupakan suatu bentuk rancangan besar dalam membangun kembali peradaban maritim Indonesia yang jaya. Generasi emas 2045 kini menjadi sebuah cita-cita yang harus diwujudkan, sebagai hadiah dari peringatan satu abad kemerdekaan Indonesia. Gagasan Indonesia sebagai salah satu kekuatan maritim dunia tidak akan teraktualisasi tanpa kontribusi para diaspora muda dalam mewujudkan jati diri bangsa. Hal tersebut yang sudah tertuang dalam konsep wawasan nusantara sebagai pola pikir, sikap, dan tindakan bangsa Indonesia dalam bersikap pro aktif pada gugusan kemaritiman. Kegagalan Indonesia menjadi sebuah negara maritim Sebagaimana dikatakan oleh Mahan dalam bukunya “The

Penulis: Ayudia Gini Pravisya


41 Influence of Sea Power Upon History 1660-1783�, para sejarawan pada umumnya tidak mengenal laut, karena mereka tidak menaruh perhatian khusus terhadapnya. Ditambah lagi mereka tidak memiliki pengetahuan yang khusus tentang laut, dan mereka tidak mengindahkan pengaruh kekuatan laut yang sangat mempengaruhi jalannya sejarah suatu bangsa. Menurut Mahan, ada enam unsur yang menentukan dapat atau tidaknya suatu negara berkembang menjadi kekuatan laut, yaitu 1) kedudukan geografi, 2) bentuk tanah dan pantainya, 3) luas wilayah, 4) jumlah penduduk, 5) karakter penduduk, dan 6) sifat pemerintahannya termasuk lembaga-lembaga nasional. Uraian Mahan sebenarnya ditujukan kepada bangsa dan pemerintah Amerika Serikat, yang lebih berorientasi ke daratan dengan pembukaan wilayah wild westnya, dari pada ke laut, padahal negara tersebut diapit oleh dua samudra besar, yaitu Atlantik dan Pasifik. Orientasi pada daratan telah menghalangi negara ini menjadi sebuah negara besar, dan penguasaan n.

dua samudra perlu dilakukan oleh Amerika Serikat, pun pembangunan Angkatan Laut Amerika Serikat sejak akhir abad ke-19 adalah dampak pengaruh tulisan Maha Dalam enam unsur membangun kekuatan maritim nampaknya Indonesia telah memenuhi kriteria seperti yang disebutkan dalam poin satu sampai dengan poin empat. Namun pada dua poin terakhir, karakter penduduk dan pemerintah pada suatu kebijakan maritim Indonesia masih harus perlu dibina. Berikut ini beberapa rangkuman analisa penulis mengenai kegagalan indonesia dalam mencapai negara maritim. Pertama, minimnya karakter penduduk Indonesia yang belum merata hingga kini menjadi sebuah ancaman besar, contoh paling sederhana seperti kesadaran penduduk bangsa yang menganggap bahwa laut sebagai aset penting untuk meningkatkan kesejahteraan nasional. Mungkin, hanya segelintir para pemuda terdidik yang memahami hal tersebut. Itupun jika tidak ada aksi dan dukungan dari pemerintah,

semua akan menjadi wacana berkelanjutan yang tiada berakhir Kedua, minimnya armada laut serta pangkalan dan pelabuhan. Kurangnya lalu lintas laut menyebabkan distribusi barang tidak dapat sampai ke pelosok dengan harga yang seimbang. Ketidakseimbangan permintaan dan suplai perdagangan di Indonesia menyebabkan tingginya biaya logistik di Indonesia (24% dari PDB) (World Bank, 2015). Hal ini makin menyurutkan minat para investor untuk berinvestasi infrastruktur di daerah timur. Jika dihubungkan lagi, hal ini akan berimbas terhadap rendahnya aktivitas ekonomi. Maka, terjadilah lingkaran setan antara konektivitas, biaya logistik, dan aktivitas ekonomi. Ketiga, lemahnya kebijakan maritim. Terdapatnya tumpang tindih kebijakan dalam hal pengelolaan kemaritiman sehingga dibutuhkan satu sinkronisasi kebijakan dan sinergisitas lembaga terkait untuk pengelolaannya. Implikasi dari adanya tumpang tindih ini menyebabkan persolaan pengelolaan domain kemaritiman yang tidak .

Penulis: Ayudia Gini Pravisya


42 maksimal. Kontribusi Diaspora Muda Indonesia dalam Mewujudkan Generasi Emas 2045; Menuju Negara Poros Maritim Terbesar di Dunia. Diaspora memiliki peran penting dalam meneruskan perjuangan para pendahulu dan pemimpin bangsa dalam meneruskan tongkat estafet perjuangan dalam membangun Indonesia sebagai bangsa maritim yang besar. Untuk dapat mewujudkannya, maka dibutuhkan peran pemuda yang berkualitas serta mampu berkontibusi bagi bangsa dan negara. Terlebih kepada diaspora di seluruh dunia, para pejuang yang merantau di luar negeri baik dengan alasan tujuan pendidikan ataupun karir seharusnya bisa menjadi influencer untuk pemuda di tanah air yang tujuan utamanya untuk realisasi Indonesia sebagai 'Poros Maritim Dunia'. Berikut analisa kontribusi diaspora muda yang mungkin dapat di jalankan menyongsong satu abad generasi emas 2045. Pertama, peran diaspora untuk merubah sejarah

tidaklah mudah, butuh keseriusan dan berkelanjutan, demikain juga membangun jiwa bahari, sungguh tidaklah sederhana dalam menanam kembali gelora bahari. Perlu adanya usaha untuk mengubur cerita rakyat tentang lautan nusantara, hal ini memerlukan pemikiran genius dan kemauan yang kuat, misalnya dengan menggubah kembali kurikulum nasional dan diisi dengan kearifan lokal tentang budaya maritim, ekosistem bahari, ekonomi bahari, pertahanan bahari, filosofi bahari, ini harus secara serius dan berkelanjutan, dimulai dari sekarang dan dari hal yang kecil. Alangkah baiknya, pendidikan tersebut ditanam mulai dari kurikulum pendidikan anak usia dini /pra-sekolah, sekolah dasar, sekolah lanjutan hingga perguruan tinggi. Jika tidak dilakukan secara menyeluruh, maka kenyataan bahwa gelora bahari hanya cita-cita semu yang bermanfaat untuk pemanis pidato para pejabat. Kedua, untuk menyukseskan satu abad Indonesia menuju poros maritim dunia, salah satu langkah strategis bagi diaspora

adalah dengan mengoptimalkan peran media hingga mampu memberikan informasi maritim yang cukup komprehensif. Misalnya, Denmark mampu mengelola opini dan gagasan maritim untuk pembangunan negaranya dengan baik dan bisa menjadi rujukan pemerintah untuk mendorong tumbuhnya media maritim yang komperhensif dalam mendukung pembangunan maritim. Ketiga, sebagai diaspora yang tinggal di luar negeri, diperlukan konsepsi yang lebih komprehensif melalui pendidikan, penataan laut, dan juga riset yang mendalam. Secara khusus, program nawacita memberikan aspek lebih dalam pembangunan maritim, namun perlu lebih diperhatikan pada berbagai aspek. Hal ini memberikan isyarat kepada semua pelaksana pendidikan, utamanya di sektor kelautan dan perikanan, agar terus meningkatkan kompetensi yang dimiliki sehingga tidak tertinggal jauh dalam hal pendidikan dan ilmu pengetahuan dengan sektor lain dan menjadi ujung tombak

Penulis: Ayudia Gini Pravisya


43 yang siap mengelola potensi kelautan Indonesia. Cita-cita Indonesia menjadi negara maritim dapat diwujudkan apabila masyaratnya unggul secara SDM dan mampu merealisasikan konsep. Penerapan ilmu dan teknologi adalah basis dalam mengembangkan kemaritiman Indonesia.

Penulis: Ayudia Gini Pravisya


44 Pemanfaatan Sampah Tebu (Sugar Cane Waste) menjadi Energi Alternatif (Bio Oil Production) Menggunakan Proses Fast Pyrolysis -Ilham MufandiDepartment of Mechanical Engineering, Khon Kaen University, Thailand.

Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat, maka kebutuhan energi akan semakin tinggi. Saat ini, pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia masih mengandalkan pada bahan bakar fosil atau bahan bakar berbasis minyak bumi yang bersifat tidak terbarukan (Non Renuwable). Data dari British Petroleum (2013), produksi minyak mentah Indonesia setiap tahunnya mengalami penurunan. Pada tahun 2000, produksi minyak mentah Indonesia sebesar 1.456.000 barel/hari, tahun 2005 produksi Indonesia turun menjadi 1.096.000 barel/hari dan pada tahun 2012, produksi minyak mentah turun menjadi 918.000 barel/hari. Hal ini berbanding terbalik dengan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang semakin meningkat setiap tahunnya. Konsumsi BBM Indonesia meningkat dari 1.263.000 barel/hari pada tahun 2005, menjadi

1.565.000 barel/hari pada tahun 2012. Dari data tersebut dapat disimpulkan telah terjadi kekurangan pasokan BBM untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Dalam memenuhi kekurangan pasokan BBM pemerintah melakukan impor minyak mentah sejak tahun 2003. Saat ini, masyarakat bergantung pada konsumsi energi berdasarkan bahan bakar fosil. Meningkatnya minat konsumsi energi pada bahan bakar fosil, dapat menyebabkan dua masalah besar terkait energi cadangan di masa depan. Pertama, cadangan bahan bakar fosil terbatas dan langka. Karena bahan bakar fosil adalah salah satu energi yang tak terbarukan. Isu kedua adalah mempercepat kerusakan lingkungan seperti emisi karbon, polusi udara, efek rumah kaca, hujan asam, dan pemanasan global. Energi yang diperoleh dari pengolahan biomass

merupakan energy Renuwable yang harus dikembangkan. Dari pembakaran biomassa akan didapatkan panas, namun panas yang diperoleh tidak maksimum karena biomass masih banyak mengandung air. Pengolahan biomass diantaranya adalah untuk pembuatan briket, mengkonversi menjadi bahan bakar gas atau bahan baku gas kimia (syngas) yang disebut dengan gasifikasi atau gasifikasi termokimia. Proses pembakaran biomass menghasilkan panas, gasgas volatile, carbon, abu dan ter. Energi biomassa dihasilkan melalui pembakaran atau konversi biokimia materi organik yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Materi organik yang digunakan untuk energi biomassa dapat berupa kayu, serbuk gergaji, rumput, jagung, tebu, limbah pertanian, dan tanaman

Penulis :Ilham Mufandi


45 hidup lainnya Solusi alternatif untuk menangani kelangkaan energy di Indonesia yaitu dengan mengkonversi biomass menjadi energy terbarukan seperti pada essay yang saya tulis ini. Saya mencoba menyumbang ide untuk Indonesia emas pada tahun 2045. Indonesia butuh suatu terobosan ide untuk memecahkan masalah energy. Indonesia punya segalanya, Indonesia punya banyak biomass yang belum teroalah sehingga ini menjadi peluang untuk Indonesia menjadi jaya di 2045. Ide yang saya sumbangkan ini adalah mengkonversi biomass dari sampah tebu (Sugar Cane Waste) menjadi energi alternatif seperti Bio-oil Penelitian ini dilakukan dalam sebuah reactor pirolisis pada suhu 200 C, 300 C, 400 C, 500, dan suhu 600 C dalam waktu kurang lebih 3 jam.

dari sugar company di Indonesia, LPG and pasir 2. Alat Perangkat penelitian terdiri dari hopper, two screw feeder, fluidized bed reactor, two cyclones, preheater, two condenser, packed column, pump, dan juga satu set termokopel dan kontrol tekanan. Rangkaian alat Fast Pyrolysis secara lengkap dapat dilihat pada gambar 1. Sebagai berikut :

Methodology Reseach: 1. Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampah tebu yang diperoleh .

Penulis :Ilham Mufandi


Tentang Penulis Ariya eka alel saat ini tengah menempuh pendidikan master di Chulalongkorn University dengan mengambil jurusan Petroleum and Energy Technology. Dara berdarah minang ini sangat hobi menulis, bahkan ia memiliki blog pribadi dan akun watpadd untuk menuangkan hobinya tersebut. Sebelumnya Ia menempuh studi S1 di Universitas Islam Indonesia. Jagat merupakan putra daerah bali yang saat ini menjalani studi S2 di Faculty of Medicine Prince of Songkla University, Thailand. Sebelumnya ia menyelesaikan studi S1 di Universitas Udayana, Jagat aktif di Permitha simpul PSU.

Fatih saat ini menjabat sebagai Ketua Permitha Chulalongkorn, saat ini menjalani studi S2 di Department of Civil Engineering Chulalongkorn University Thailand dengan beasiswa AUNSEEDNET. Fatih menyelesaikan studi S1 nya di departemen teknik geologi, UGM Yogyakarta.

Imas arumsari baru saja menyelesaikan S2 di Faculty of Allied Health Science Chulalongkorn University.Imas menyelesaikan S1 di departemen Gizi Universitas Indonesia. Pernah diamanahi sebagai Sekertaris Umum Permitha.


Indrawan merupakan mahasiswa S2 program ASEAN Studies, Chulalongkorn University Thailand. aktif di departemen seni, budaya dan olahraga Permitha. Indrawan menyelesaika pendidikan S1 nya di departemen Hubungan Internasional, UGM Yogyakarta.

Khairil merupakan mahasiswa S2 program ASEAN Studies, Chulalongkorn University Thailand. Khairil diamanahi sebagai Kepala departemen seni, budaya dan olahraga Permitha. Khairil menyelesaika pendidikan S1 nya di departemen Sejarah, Universitas Airlangga, Surabaya.

Hasan merupakan putra daerah lamongan yang saat ini belajar nanoteknologi di King Mongkut University of Technology Thonburi (KMUTT). Menjuarai beberapa kompetisi kepenulisan membuat menulis menjadi hobinya. Sebelumnya Hasan menamatkan S1 di Jurusan Biologi UIN Malang.

Emmy saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di Mahidol University. Pendidikan S1 nya diselesesaikan di Universitas Udayana Bali. Emmy aktif dalam kegiatan sosial yang bertemakan pendidikan, beliau juga merupakan staff departemen Humas Permitha.


Dwitya merupakan dosen Management di Universitas Atma Jaya Yogyakarta ( UAJY ) Saat ini sedang studi S3 di asssumption university Dwitya merupakan Ketua Permitha Assumption Univ.

Fadjar Mulya, mahasiswa S2 di departemen Kimia, Chulalongkorn University, Thailand. Saat ini diamanahi sebagai Presiden Permitha. Ia menamatkan studi S1 di departemen Kimia UGM YogyakartaPernah menjabat sebagai Ketua BEM KM FMIPA UGM

Ivana merupakan mahasiswa S2 di food science mahidol university, menyelesaikan S1 di Fakultas Teknologi Pertanian Unika Soegijapranata. Pernah aktif di BEM FTP Unika Soegijapranata, saat ini juga aktif sebagai pengurus di Permitha Simpul Salaya

Ilham Mufandi, mahasiswa S2 Teknik Mesin Khon Kae University. Iamenamatkan studi S1 di teknik industri Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Permitha Simpul Khon Kaen.


Ayudia, menyelesaikan studi S1 di jurusan Sejarah, Universitas Padjajaran, saat ini melanjutkan studi S2 program ASEAN Studies di Chulalongkorn University. Saat ini diamanahkan sebagai Bendahara Permitha Chulalongkorn University.


Contact Us

permitha.net

@ppithailand

PPI Thailand - Permitha

@permitha

Sekretariat Permitha: 600-602 Phetchaburi Rd, Khwaeng Thanon Phetchaburi, Khet Ratchathewi, กรุงเทพมหานคร 10400


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.