VIDEOPERFORMANCE Menghadirkan hal yang performative dalam sebuah performance art adalah sebuah
To present something performative in performance is a must and inevitable. In video art,
keharusan yang tak bisa terbantahkan. Dalam seni video, hal sama juga terjadi, yaitu
similar thing happens, to present a ‘representative’ thing in the medium of video thus is
menghadirkan hal yang 'representative' dalam medium video adalah keniscayaan
necessity to the medium itself. But then how those two things can present
medium itu sendiri. Bagaimana dua hal ini hadir secara bersamaan? Sebuah karya
simultaneously? A video work that is performative or a performance work that is
video yang performative atau sebuah karya performance yang 'representasi’.
'representative'.
Dua medium seni itu berangkat dari latar yang sama, yaitu kritisisme, dimana kedua
Both mediums of art depart from similar background, which is criticism, where both
medium menyasar status quo medium-medium seni sebelumnya sekaligus menjadi
target the status quo of the established medium of art prior to them and socio-political
isu sosial politik dan kebudayaan sebagai roh kehadirannya. Pada Edisi VII 69
issues as their spirits. In this Edition VII of 69 Performance Club, participants are invited
Performance Club, partisipan diajak untuk berkesperimentasi atas kedua medium
to do experiment on both mediums to create videoperformance works in which the
ini, menjadi karya videoperformance yang tidak saling terpisah antara satu medium
medium cannot be separated from one another.
dengan medium lainnya.
HAFIZ RANCAJALE - Curator
69 Performance Club adalah sebuah inisiatif yang digagas oleh Forum Lenteng untuk studi fenomena sosial kebudayaan melalui seni performans. Didirikan oleh Hafiz Rancajale, Abi Rama, Hanif Alghifary, Rachmadi dan Muhammad Fauzan. Kegiatan 69 Performance Club berupa workshop, performans setiap bulan, diskusi dan riset tentang perkembangan performans di Indonesia. Inisiatif ini terbuka untuk para pemerhati, peminat dan pelaku performans untuk terlibat secara aktif menjadi bagian dari program-program 69 Perfomance Club. 69 Performance Club was initiated by Forum Lenteng to study socio-cultural phenomenon through performance arts. This initiative was founded by Hafiz Rancajale, Abi Rama, Hanif Alghifary, Rachmadi and Muhammad Fauzan. 69 Performance Club is doing activities such as conducting workshops, monthly performance, discussion and research on the development of performance arts in Indonesia. This initiative is open to observers, enthusiasts and performance actors to engage actively and be part of the 69 Perfomance Club programs.
69 Perfomance Club Forum Lenteng Jalan H. Saidi No. 69 Tanjung Barat Jakarta 12530 69performance.club
KURATOR: RAGIL DWI PUTRA
HAFIZ Menyelesaikan pendidikannya di Institut Kesenian Jakarta jurusan Seni Rupa pada tahun
Baru saja lulus dari Institut Kesenian Jakarta jurusan seni rupa. Kadang-kadang bekerja
1994. Ia adalah seorang seniman, kurator, pendiri Forum Lenteng dan ruangrupa. Juga
sebagai desainer grafis untuk beberapa acara. Ragil juga merupakan anggota kelompok
sebagai Direktur Artistik OK. Video Festival (2003-2011) dan Arkipel - Jakarta International
musik Bremol, sebuah band yang membawa permasalahan seni grafis dalam musik dan lirik
Documentary & Experimental Film Festival.
mereka. Kini aktif di Forum Lenteng dan Visual Jalanan.
Graduated Fine Arts at Jakarta Institute of Arts (IKJ) in 1994. He is an artist, curator, founder of
Student of Jakarta Institute of The Art majoring in Fine Art spefically graphic art. Sometimes
Forum Lenteng and ruangrupa. Editor in Chiet at www.jurnalfootage.net. He is also the Artistic
working as graphic designer for several events. He also a member of Bremol Band that bring
Director of OK. Video – Jakarta International Video Festival (2003-2011) and Arkipel – Jakarta
printmaking culture issue in their music and lyric. His work mostly bring political and social issue
International Documentary and Experimental Film Festival.
that using wheatpaste in public space.
PARTISIPAN: ABI RAMA Membentuk Klub Karya Bulu Tangkis bersama rekan-rekannya di Visual Jalanan, sebagai
REZA 'Asung' AFISINA Belajar sinematografi-fokus pada audio recording-di Institut Kesenian Jakarta. Telah menampilkan karya-karya performance dan instalasinya di dalam dan luar negeri. Asung adalah anggota aktif Ruang Rupa dan bekerja secara kolaboratif dengan banyak seniman
ruang eksperimen dan eksplorasi visual, teknologi dan gaya hidup anak muda perkotaan.
internasional, juga sebagai direktur artistik ArtLab ruangrupa.
Pada 2015, menjadi salah satu kurator 'Cinema Civilization in Exhibition #2’, selama ARKIPEL
Studied cinematography—specifically sound recording for film and documentary features—at
Grand Illusion. Juga salah satu kurator untuk 'Visual Jalanan: Bebas TAPI Sopan' di Galeri
Jakarta Institute of the Arts and has been showing performance and installation works at home
Nasional Indonesia sebagai fringe event Jakarta Biennale 2015.
and abroad. Reza is an active member of Ruang Rupa and works collaboratively with artists in
With his fellow artists at Visual Jalanan, forms Klub Karya Bulu Tangkis, a space for
both Indonesia and overseas, also the artistic director of their ArtLab since its inception in 2008.
experimentations and explorations of technology, visual, cultural, and urban youth. In 2015, he was one of the curators for ‘Cinema Civilization in Exhibition #2’, during the ‘ARKIPEL Grand
GELAR SOEMANTRI
Illusion. Also a curator for ‘Visual Jalanan: Bebas Tapi Sopan’ in the National Gallery of Indonesia as fringe event of Jakarta Biennale 2015.
Tinggal dan berkarya di Jakarta. Menamatkan pendidikan Jurnalistik di IISIP Jakarta. Gelar adalah seorang seniman video dan pembuat filem. Anggota Forum Lenteng, dan kini sebagai
HANIF ALGHIFARY
Koordinator Halaman Papua. Pada tahun 2013 ia terlibat sebagai ko-sutradara dalam pembuatan Elesan Deq A Tutuq (2013) bersama Syaiful Anwar. Videonya Ketika Aku Pulang
Anggota Forum Lenteng, mahasiswa Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta, anggota
Tidak Ada Mamah Di Depan Pintu, ditampilkan di Festival Film Rotterdam, ia juga terlibat di
komunitas Kampung Segart, juga salah satu pendiri Klub Karya Bulu Tangkis, Log-Out Corps,
Sidang Hans Bague: Pameran Multimedia Tentang Heboh Sastra 1968, Galeri Cemara, Jakarta
dan Visual Jalanan.
(2013). Kini, di sela-sela kesibukannya, dia mengembangkan proyek laboratorium seni
Member of Forum Lenteng, student of Institute of Social and Political Sciences, Jakarta. Part of
bersama rekan-rekan sesama seniman, bernama Turn Left After Sunday Market.
Kampung Segart Community, now involve in Klub Karya Bulu Tangkis, Log Out Corps and Visual
Lives and works in Jakarta. graduated from journalism faculty, Institute of Social and Political
Jalanan. Last exhibition was with Log Out Corps named “Sidewalk Warfare” in The Japan
Sciences Jakarta. Gelar is a video artist and filmmaker. Member of Forum Lenteng, and now as
Foundation Jakarta.
coordinator of Halaman Papua. In 2013 he was engaged as co-director in the making of Elesan Deq A Tutuq, together with Saiful Anwar. His video ‘Ketika Aku Pulang Tidak Ada Mamah Di Depan Pintu’ shown at the Rotterdam Film Festival, he was also involved in the Sidang Hans Bague:
HAURITSA Lulus dari Institut Kesenian Jakarta, Fakultas Seni Rupa, spesialisasi seni grafis. Tinggal dan bekerja di Jakarta sebagai desainer grafis dan seniman, juga terlibat dalam ARTLAB ruangrupa. Karyanya lebih bersifat sosial, dan apa yang terjadi antara dirinya dan lingkungan sekitar. Ia juga membuat sebuah puisi pendek dan menggunakan seni rupa sebagai media untuk menyajikan puisinya. Ia juga memprakarsai Jakarta Wasted Artist (JWA) bersama dengan tiga seniman lain yang berfokus pada isu-isu kehidupan perkotaan. Graduated from Jakarta Institute of the Arts , Studied Fine Arts specifically Graphic Arts. Living and working in Jakarta as a graphic designer and visual artist. Also involved in ARTLAB ruru as a visual artist. His work is more of a social nature, what happened between personal and the surrounding environment. He also made a short poem and using visual art as the medium to present his poetry. He also initiated Jakarta Wasted Artists (JWA) along with three other artists from Jakarta that focuses on issues of urban life.
PRASHASTI WILUJENG PUTRI Lulus dari Departemen Kriminologi Universitas Indonesia, menjadi penari di Paviliun Jawa Tengah Taman Mini Indonesia Indah dan 'Radha Sarisha' Dance Community. Juga anggota dari Forum Lenteng dan terlibat dalam halamanpapua.org sebagai peneliti. Pada 2015, menjadi adalah salah satu penulis untuk "Visual Jalanan: Bebas Tapi Sopan". Graduated from Criminology Department, University of Indonesia, a dancer from Central Java Pavilion Taman Mini Indonesia Indah and 'Radha Sarisha' Dance Community. Also member of Forum Lenteng and involved in halamanpapua.org as a researcher. In 2015, she was one of the writers for "Visual Jalanan: Free But Proper".
RACHMADI a.k.a. RAMBO Anggota Forum Lenteng dan mahasiswa Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jakarta. Seorang peniup terompet dan pelawak total. Sekarang aktif di Klub Karya Bulu Tangkis dan Visual Jalanan. Dia juga membentuk Kasetan, duo disc jockey yang menggunakan kaset sebagai media utama. Member of Forum Lenteng and student of Institute of Social and Political Sciences, Jakarta. Trumpet Blower and total joker. Now active in Klub Karya Bulu Tangkis and Visual Jalanan. He also forms Kasetan, a disc jockey duo that uses cassette tapes as the main medium with Abi Rama and a band named The Sarinah
Multimedia Exhibition about Literature Furor in 1968, at Cemara Gallery, Jakarta (2013). Now he developed an art laboratory project alongside with his fellow artist, named Turn Left After Sunday Market.