Gaung Bandung 2018: Menghempas Batas Ruang Kita

Page 1



GAUNG BANDUNG menghempas batas ruang kita

Panitia Gaung Bandung 2018 Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma Program Studi Arsitektur Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung Bandung 2018


Gaung Bandung 2018 Menghempas Batas Ruang Kita

Editor

: Adi Nur Khamim

Kepala Tim : Adi Nur Khamim Tim Materi : Almajid Habibullah Brian Filbert Pradharma Calvin Timothy Krisna Agustriana Muhammad Arif Mappe Amir Muhammad Barkah Ni Wayan Primastuti Raden B. M. Louay Safarilla Tata Letak : Adi Nur Khamim Aries Fadli Prayoga Sampul

: Yahya Ayyash Asaduddin (Ilustrasi) Diah Cahyamawarni (Foto)

Foto

: Dokumentasi Gaung Bandung 2018

Editor Foto : Aries Fadli Prayoga (Kurator Foto) Adi Nur Khamim Hak cipta milik Panitia Gaung Bandung 2018.



Editorial

Foto oleh M. Arifandy

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Editorial

EDITORIAL Masyarakat Kota Bandung dengan segala keragamannya dipandang telah merasakan kehidupan yang bahagia. Infrastruktur yang memadai, trotoar dengan bola-bola menggemaskan di sisinya, taman-taman bertema yang selalu ramai pada akhir pekan, serta keramahan orang-orangnya yang melegakan hati. Tapi di sisi lain, banyak hal yang tak terekspos secara kentara. Kesenjangan pada berbagai aspek masih terasa. Antara ia yang kaya dan yang tak mampu, antara yang normal dan difabel, antara muda-tua, antara yang termarginalkan dan mereka yang bonafide, mereka semua masih membatasi diri, atau mungkin dibatasi oleh keadaan. Terkadang keangkuhan seseorang terlalu didewakan sehingga melupakan mereka yang dianggap lebih rendah. Upaya untuk menghilangkannya pun ditolak secara alami oleh arogansi. Bagaimana bisa kota yang inklusif dapat terwujud jika masih demikian?

Adi Nur Khamim Kepala Tim Redaksi

Melalui Gaung Bandung 2018 serta merunut tujuan utamanya yang terus ditanamkan untuk membantu mewujudkan Kota Bandung yang ramah huni, kami membawa tema ‘Inklusi dalam Akses’ yang kerap perlu diperhatikan oleh semua orang, awam sekalipun. Walau kegiatan yang kami jalankan tidaklah berdampak signifikan, tapi semoga ia telah memberikan pengetahuan baru, perasaan anyar, serta kepekaan yang semakin mendalam bahwa kita hidup sebagai manusia berdampingan dengan manusia lainnya. Gaung Bandung 2018: Menghempas Batas Ruang Kita merangkum seluruh rangkaian kegiatan Gaung Bandung 2018, menampilkan lantunan memori yang didengungkan untuk menceritakan kisah yang telah, sedang, dan akan kami jalani. Rangkaian bunga indah atas pengorbanan kami dalam lebih dari dua caturwulan diuntai melalui antologi ini. Secercah asa yang kami bangun, yang kami harapkan akan terbangun, benar-benar kami bangun. Inilah persembahan terbaik Gaung Bandung 2018.

vi—vii


Prakata

Foto oleh Vinsensius A.B.

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Prakata

PRAKATA Gaung yang berbunyi “dung” menggema ke luar dan ke dalam, diartikan sebagai suara yang diberikan ke masyarakat akan sampai dan memantul kembali ke penggerak untuk saling menebar manfaat. Gaung Bandung yang menggaung sejak tahun 2011 merupakan bentuk kritik oleh Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma ITB terhadap masalah isu sekitar mereka. Arti dari kritik yang merupakan “penggeseran” bertujuan melihat masalah dari sudut pandang berbeda. Dengan demikian, diharapkan muncul pemikiran lain yang mampu menjawab dari isu tersebut. Tahun ini isu ‘Inklusi dalam Akses’ menjadi sorotan utama Gaung Bandung dengan tujuan menghempas batas ruang kota kita agar semua orang dengan berbagai macam latar belakang dapat mengaktualisasi dirinya.

Aries Fadli Prayoga Ketua Gaung Bandung 2018

Visi utama untuk menggaungkan isu tersebut adalah mempertemukan antara sang perancang dan sang pengguna. Pada praktik profesional, umumnya sang perancang mewujudkan mimpi klien dan menggunakan standar-standar yang sudah tertera pada peraturan sebagai dasar agar bangunan yang mereka rancang dapat digunakan oleh pengguna. Harapan di balik pertemuan tersebut adalah menyamakan tujuan antara pengguna dan perancang agar perancang tidak dianggap sebagai “dukun” yang mewujudkan mimpi klien semata. Visi tersebut akan berujung menjadi angan-angan belaka tanpa adanya kerja sama dari teman-teman panitia dan segala pihak yang telah berkolaborasi. Semoga jerih payah kita bersama mampu memberikan manfaat tak hanya bagi masyarakat umum, namun juga dapat mengembangkan potensi kita sebagai penggerak. Gerakan ini diharapkan dapat menjadi percikan yang akan menghasilkan percikan-percikan lainnya di kemudian hari. Nuhun dibalik nuhun!!!

viii—ix


Kata Pengantar

Foto oleh Dyah Cahyamawarni

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Kata Pengantar

KATA PENGANTAR “Menghempas Batas Ruang Kita� merupakan seruan Gaung Bandung 2018 yang dibawakan tahun ini dengan semangat mahasiswa dalam memperkenalkan keilmuan arsitektur untuk masyarakat. Seruan tersebut sebagai tanda bahwa permasalahan Kota Bandung tidak akan pernah selesai dan akan terus menjadi tugas masyarakat untuk tetap menjaganya. Dalam kasus ini, IMA-G memosisikan dirinya sebagai masyarakat itu sendiri. Sebuah usaha yang terus mengingatkan kepada masyarakat untuk tetap membuat Kota Bandung menjadi layak huni bagi siapapun, IMA-G sendiri mendapat kesempatan untuk menuangkan keilmuannya yang dapat diaplikasikan.

Guntur Mahardika I. M. Damanik Ketua IMA Gunadharma 2018

Ketika mahasiswa dihadapkan dengan kasus yang nyata, banyak yang terjadi di luar bayangannya saat belajar di dalam kampus. Pada proses inilah mahasiswa akan belajar untuk membuat pola pikirnya tersentuh dengan adanya rasa dari kejadian nyata, karsa yang muncul dari niat dan keinginan akan perubahan, serta asa sebagai harapan yang terus mendorong mereka. Ketika IMA-G melaukan hal tersebut, rasa kepuasan dalam karya tersebut akan muncul dan memicu keresahan akan kepuasan dalam berkarya lagi. Pada proses inilah yang membuat kepekaan IMA-G terhadap permasalahan perkotaan tidak akan pernah berhenti, tidak hanya karena ada permasalahan tetapi karena keinginan orang-orangnya dalam menyelesaikan permasalahan tersebut dengan kompetensi yang dimiliki dengan asas cinta mereka akan berkarya. Gaung Bandung 2018 ini semoga menjadi pemicu untuk tahun-tahun ke depannya akan potensi mahasiswa arsitektur untuk tetap terus berkarya bagi masyarakat. Harapannya, pengetahuan yang didapatkan tahun ini dapat diambil manfaatnya dan dapat disimpan kenangannya. Semua usaha yang dituangkan dalam keberjalanan ini pastinya tidak akan siasia. Percayalah itu. Terima kasih untuk Gaung Bandung 2018 yang sudah memberikan kesempatan besar pada tahun 2018 ini. Terima kasih juga untuk seluruh pihak luar yang sudah membantu dalam keberjalanannya. Terakhir, untuk kalian teman-temanku di IMA Gunadharma, aku ucapkan terima kasih sudah berjuang bersama menuangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk bergerak dalam perjalanan eksplorasi ini. Selamat menikmati Gaung Bandung 2018! Vivat Vivat G! IMA-G Tetap Jaya!

x—xi


Kata Pengantar

Foto oleh Dyah Cahyamawarni

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Kata Pengantar

KATA PENGANTAR Ketika dua orang mahasiswa panitia Gaung Bandung 2018 datang menghadap saya menyampaikan bahwa tema Gaung Bandung kali ini adalah inklusi, saya tidak langsung berkomentar. Saya hanya menatap kedua mahasiswa tersebut sambil sesekali membaca draf proposal yang mereka sodorkan. Beberapa saat setelah itu saya baru bertanya alasan pemilihan tema. Ada rasa bahagia dan bangga mendengar penjelasan yang disampaikan dengan antusias. Pilihan tema inklusi menunjukkan bahwa selama ini mahasiswa tidak hanya belajar memahami ilmu dan menguasai keterampilan mendesain aristektur, tetapi juga belajar memahami kebutuhan universal manusia sebagai makhluk sosial.

Lily Tambunan Pembina Kemahasiswaan Arsitektur ITB

Kesadaran bahwa sebuah hasil desain yang baik haruslah dapat dinikmati oleh semua kalangan tanpa kecuali yang kemudian mengental menjadi sebuah idealisme yang direpresentasikan dalam tema Gaung Bandung 2018 inilah yang sesungguhnya adalah esensi dari arah pembinaan kemahasiswaan yang selama ini dilakukan. Kepekaan terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar perlu dilatih terus-menerus agar tidak menjadi tumpul, yakni kepekaan untuk mengasah ketajaman rasa yang akan menggugah rasa peduli dan keinginan untuk bertindak nyata. Oleh karena itu, saya sebagai Pembina Kemahasiswaan menyambut baik dan sangat berharap diskursus seperti ini terus dilanjutkan dan dikembangkan. Teladan baik tentang mahasiswa yang masih memiliki kepedulian sosial yang kuat di sela-sela kesibukan urusan akdemik mesti terus dijaga dan diwariskan ke angkatan-angkatan selanjutnya. Selamat dan sukses untuk panitia Gaung Bandung 2018 serta semua pihak yang telah berpartisipasi. Semoga kerja keras yang telah dilakukan bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa. Aamiin.

xii—xiii


Kata Pengantar

Foto oleh Albertus S. Y.

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Kata Pengantar

KATA PENGANTAR Buku yang Anda baca ini adalah dokumentasi program Gaung Bandung 2018 yang dilaksanakan oleh Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma ITB. Gaung Bandung adalah program reguler tahunan himpunan mahasiswa yang memiliki tema berbeda-beda, namun tujuannya sama yakni menggaungkan atau menyuarakan gagasan/ konsep dari masyarakat untuk Kota Bandung yang lebih baik. ‘Inklusi dalam Akses’ dipilih menjadi tema Gaung Bandung 2018 terkait dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Tema ini menjadi penting karena inklusi sendiri merupakan faktor utama sebuah kota yang layak huni dan berkelanjutan. Dalam hal tersebut, Gaung Bandung ini terdiri dari beberapa kegiatan yakni sebagai berikut.

Aswin Indraprastha Ketua Prodi Arsitektur ITB

1. Sayembara Tanpa Batas yang diikuti oleh mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia. Juara 1 merupakan tim dari Universitas Udayana. 2. Bandung Inclusive Trip atau jalan-jalan di seputar Bandung sambil berdiskusi dengan para pakar dan difabel tentang fasilitas publik yang inklusif di Bandung. 3. Pameran Tanpa Batas yang dilaksanakan di GOR Saparua, Bandung, yang menyedot cukup banyak peminat. 4. Lokakarya yang melibatkan para difabel dalam Festival Tanpa Batas. 5. G-Nite yang merupakan malam pentas seni sekaligus menutup rangkaian penyelenggaraan Gaung Bandung 2018. Di tengah padatnya program kurikuler, ternyata para mahasiswa memiliki semangat dan idealisme dalam merencanakan dan mengeksekusi program yang cukup padat ini. Diperlukan energi positif yang luar biasa untuk tetap fokus dan produktif. Luar biasa! Program Gaung Bandung yang dilaksanakan sejak tahun 2011 hingga 2018 ini semoga dapat menambah kontribusi mahasiswa Program Studi Arsitektur ITB terhadap perbaikan Kota Bandung. Kami dari Program Studi Arsitektur ITB mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam program Gaung Bandung 2018 yang Insyaallah memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Kota Bandung. Kepada semua mahasiswa Panitia Gaung Bandung 2018, kami mengucapkan selamat atas penerbitan dokumentasinya dan sangat mengapresiasi program yang sangat baik ini. Semoga semua semangat dan energi positif dapat terus dipelihara dan ditularkan kepada rekan-rekan mahasiswa lainnya. Akhir kata, selamat menikmati dokumentasi Gaung Bandung 2018: Menghempas Batas Ruang Kita. Hatur nuhun. xiv—xv


Daftar Isi

Gaung Bandung 2018

DAFTAR ISI

01 06 18 58

Prolog Gaung Bandung 2018 Sayembara Tanpa Batas Bandung Inclusive Trip


Menghempas Batas Ruang Kita

Daftar Isi

94 Pameran Tanpa Batas 158 Festival Tanpa Batas 194 Gunadharma Nite 225 Epilog

xvi—xvii


Prolog

Gaung Bandung 2018

PROLOG

Foto oleh M. Arifandy


Menghempas Batas Ruang Kita

Prolog

kota kami mengenang masa muda tak jua dilalui dengan ria semata nyala kami dalam dada tak mungkin terjeda untuk berbagi cinta kepada kota

Jati diri adalah keniscayaan milik kami yang terengkuh dalam sanubari. Kegiatan penuh makna dan renjana kami jalani agar menimbulkan jejak yang akan dikenang oleh setiap insan. Kami bergerak sebagai satu jiwa, dalam Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma Institut Teknologi Bandung, untuk menemukan jati diri itu. Mungkin tak sepenuhnya kami temui, tapi Gaung Bandung 2018 membantu kami amat cukup. Proses perencanaan melalui ‘formatur’ dimulai dengan kajian tentang esensi, nilai, serta tujuan kami. Tidaklah mudah kami akui. Namun kami yakin bahwa yang terlintas dalam pikiran dapat kami wujudkan segera. Babak baru Gaung Bandung 2018 kami rangkai lebih dari tiga triwulan lalu, dan ... cerita kami dimulai.

Prolog dan puisi oleh Adi Nur Khamim 1—2


Prolog

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Prolog

Foto oleh: Esther Dorothy, Arkansyah F., Albertus S.Y., Adrio Fachrezzy, M. Arifandy, Vinsensius A.B. 3—4


Pengantar

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Pengantar

GAUNG BANDUNG 2018

5—6


Seputar

Gaung Bandung 2018

APA ITU GAUNG BANDUNG?


Menghempas Batas Ruang Kita

Gaung Bandung merupakan kegiatan tahunan IMA Gunadharma yang mulai diinisiasi tahun 2011 dengan tujuan utama untuk mengajak elemen masyarakat kota untuk menyuarakan dan bergerak membentuk Kota Bandung yang nyaman. Gaung berarti juga suara yang memantul sebagian sehingga kita serta masyarakat meneriakan kata “Bandung” akan kembali kepada kita dalam bentuk “dung”. Sebagian suara yang kembali kepada kita dianalogikan sebagai manfaat bagi kita dan sebagian lainnya sebagai manfaat bagi masyarakat dan Kota Bandung.

Seputar

GAUNG BANDUNG 2018: INKLUSI DALAM AKSES

Setiap tahunnya, Gaung Bandung mengangkat isu yang berbeda sesuai dengan konteks pada tahun tersebut, namun tetap mengacu pada tujuan utama Gaung Bandung. Tema Gaung Bandung 2018 adalah “Inklusi dalam Akses”. Tujuan Gaung Bandung 2018 1. Merayakan ulang tahun ke-67 IMA Gunadharma. 2. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya inklusi untuk mewujudkan kota ramah huni. 3. Menjadi wadah aktualisasi diri bagi mahasiswa khususnya mahasiswa arsitektur. 4. Berkolaborasi dengan elemen eksternal terkait isu inklusi.

7—8


Foto oleh Dyah Cahyamawarni

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) adalah arah gerak yang dibuat oleh PBB sebagai referensi pembangunan di berbagai bidang pada 2015-2030, sebagai tindak lanjut dari Tujuan Pembangunan Milenium. Berdasarkan Forum Politik Tingkat Tinggi yang diselenggarakan Dewan Ekonomi dan Sosial PBB, fokus utama pembangunan berkelanjutan tahun 2018 meliputi tujuantujuan berikut.

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Tujuan 6. Air bersih dan sanitasi layak. Tujuan 7. Energi bersih dan terjangkau. Tujuan 11. Kota dan permukiman yang berkelanjutan. Tujuan 12. Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Tujuan 15. Ekosistem daratan. TUJUAN NOMOR 11 Berkaitan dengan isu inklusi yang diangkat oleh Gaung Bandung 2018, Tujuan 11 juga membahas mengenai permukiman dan kota yang inklusif. Tujuan 11 memiliki 10 target yang intinya menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Berdasarkan Instrumen Penilaian Kota Inklusif, inklusi merupakan jantung dari TPB. Beberapa poin target mengenai inklusi adalah mengenai akses terhadap perumahan, sistem transportasi, keselamatan lalu lintas, ruang publik, dan ruang terbuka hijau yang aman, inklusif, dan mudah dijangkau terutama oleh perempuan, anak-anak, manula, dan penyandang difabel. Dalam konteks yang lebih luas, pembangunan semestinya mendukung hubungan ekonomi, sosial, dan lingkungan antara urban, pinggiran kota, dan perdesaan dengan memperkuat perencanaan pembangunan nasional dan daerah. Pengembangan kota yang inklusif ini merupakan upaya mewujudkan kota yang ramah huni.

9—10


Foto oleh Dyah Cahyamawarni

Kota Ramah Huni

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Konsep livable city (kota ramah huni) menjadi kata kunci dalam perencanaan kota untuk menyelesaikan berbagai masalah kota dengan cara menaikan kualitas hidup masyarakat sehingga mampu mengakses infrastruktur, makanan, udara bersih, perumahan, lapangan pekerjaan, dan ruang terbuka hijau. Berdasarkan analisis oleh komunitas Livable City di San Fransisco, prinsip kota ramah huni meliputi empat hal.

Kota Ramah Huni

KOTA RAMAH HUNI

1. Keberlanjutan dan Ketahanan Kota yang ramah huni melestarikan sumber daya alam, menghormati keanekaragaman lingkungan, dan meminimalkan polusi serta limbah. 2. Kesehatan dan Kebahagiaan Kota yang ramah huni mempromosikan kesehatan dan kebahagiaan penghuninya serta menyediakan peluang untuk perawatan kesehatan yang berkualitas. 3. Ekuitas Kota yang ramah huni menyediakan akses yang adil dan inklusif untuk mencapai berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam kehidupan sipil, ekonomi dan budaya kota. 4. Demokrasi dan Komunitas Kota yang ramah huni memberi hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan perencanaan komunitas. Secara umum, untuk mewujudkan kota yang ramah huni, aspek-aspek tersebut mengacu pada pemenuhan kebutuhan masyarakat kota akan spasial, sosial, dan ekonomi secara inklusif dan adil. Pada dasarnya, salah satu cara membentuk kota ramah huni, sesuai tujuan utama Gaung Bandung, adalah dengan menerapkan inklusi pada segala aspek.

11—12


Foto oleh Vinsensius A.B.

Inklusi

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Pemenuhan kebutuhan masyarakat kota akan spasial, sosial, dan ekonomi secara inklusif dan adil menjadi konklusi dari konsep kota ramah huni. Aspek-aspek tersebutlah yang menjadi dasar dalam mewujudkan kota inklusif.

Inklusi

INKLUSI

RUANG LINGKUP INKLUSI 1. Inklusi spasial Perumahan yang terjangkau, fasilitas publik dan infrastruktur tersedia secara memadai dengan akses yang mudah serta dapat digunakan oleh segala kalangan tanpa memandang jenis kelamin, fisik, dan usia. 2. Inklusi sosial Hak dan partisipasi masyarakat terjamin secara adil sehinggga menyuarakan pendapatnya secara bebas dan berani berekspresi secara kreatif, serta menerima segala bentuk perbedaan secara terbuka. 3. Inklusi ekonomi Lapangan pekerjaan dan kesempatan bagian setiap masyarakat untuk menikmati pertumbuhan ekonomi tersedia. Semua bentuk kebutuhan dasar manusia harus dapat terpenuhi secara terjangkau sehingga tidak menyulitkan kehidupan ekonomi sehari-hari. Pembentukan kota yang inklusif tidak lepas dari kemudahan masyarakat mengakses aspek-aspek tersebut. Dengan akses yang mudah, kualitas kehidupan masyarakat suatu kota turut meningkat. Masyarakat kota juga akan lebih menghargai perbedaan latar belakang karena sadar akan hak dan kewajibannya terhadap anggota masyarakat lain untuk mendapat akses yang adil. Dengan demikian, atmosfer kota yang inklusif akan terwujud.

13—14


Foto oleh M. Arifandy

Akses

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Inklusi tak dapat terlepas dari konsep akses. Dalam mewujudkan inklusi, hal yang paling mudah dilihat adalah akses masyarakat terhadap kebutuhannya. Konsep akses ini cukup kompleks meliputi lima kriteria sebagai berikut.

Akses

AKSES

1. Ketersediaan Keadaan tersedia dan kesiapan suatu layanan untuk diakses oleh masyarakat. 2. Aksesibilitas Derajat kemudahan pencapaian suatu layanan oleh masyarakat serta kenyamanan dalam menggunakan layanan tersebut. Dalam hal ini, aksesibilitas cenderung berkaitan dengan kondisi spasial suatu lingkungan seperti jarak. 3. Akomodasi Tingkat kebutuhan yang mampu diwadahi oleh suatu layanan serta kesesuaian layanan dengan kebutuhan masyarakat. 4. Keterjangkauan Kemudahan mendapatkan layanan yang sesuai dengan keadaan ekonomi masyarakat. 5. Penerimaan Kegunaan suatu layanan yang dimanfaatkan oleh masyarakat, apakah layanan digunakan oleh masyarakat atau tidak, serta bagaimana masyarakat menggunakan layanan tersebut bersama dengan anggota masyarakat lain. Dalam hal ini, penerimaan cenderung berkaitan dengan kondisi sosial suatu masyarakat. Kriteria akses tersebut dapat digunakan sebagai instrumen dalam penilaian tingkat inklusi. Akses terhadap suatu layanan dapat dikategorikan terjamin apabila seluruh kriteria tersebut terpenuhi. Segala hambatan terhadap akses yang melumpuhkan partisipasi harus dihilangkan agar tercipta inklusi.

15—16


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Sayembara Tanpa Batas

SAYEMBARA TANPA BATAS

17—18


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

Foto oleh M. Arifandy

SAYEMBARA TANPA BATAS


Menghempas Batas Ruang Kita

Sayembara Tanpa Batas

kauresapi sekitarmu, kaupahami mereka yang menafikan kesaksamaan, lalu kauubah jadi karya gagasan yang kautanam pun merekah tersampaikan apik dalam lembaran fitrah

Kegelisahan kami akan manusia kota yang semakin individualistis, riuhnya kehidupan kota yang semakin padat, dan fasilitas publik yang kian tak terawat, mendorong kami untuk menggugah teman-teman kami berani menuangkan ide terbaiknya guna kehidupan kota yang lebih ramah huni. Kami menghimpun karya terbaik untuk memecahkan masalah inklusi pada perkotaan dalam Sayembara Tanpa Batas. Sayembara Tanpa Batas menantang untuk menghasilkan karya yang menjawab pertanyaan, “Bagaimana suatu rancangan mampu menghilangkan batas antarmasyarakat pada zona transisi agar hidup berdampingan dan memiliki kesetaraan dalam mengakses aspek kehidupan guna mewujudkan lingkungan yang inklusif?�

Puisi oleh Adi Nur Khamim 19—20


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

LATAR BELAKANG Inklusi merujuk pada pengembangan lingkungan secara terbuka, mengajak dan mengikutsertakan semua orang tanpa melihat perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik, dan budaya. Segala bentuk perbedaan akan diterima dalam lingkungan yang inklusif. Hal ini mendorong setiap orang berani dalam mengaktualkan dirinya tanpa hambatan. Oleh karena itu, inklusi sangat diperlukan dalam pengembangan sebuah kota. Pada kenyataannya, dalam masyarakat kota masih dijumpai permasalahan mengenai inklusi. Ketimpangan yang mencolok antaranggota masyarakat kerap terjadi pada berbagai aspek baik ekonomi, sosial, budaya, lingkungan alam, psikologis, maupun aksesibilitas. Hal tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang menghambat seseorang untuk memanfaatkan akses dan kesempatan yang tersedia.

Disparitas ini cenderung terjadi pada zona yang biasa disebut sebagai zona transisi. Zona transisi adalah zona terjadinya persinggungan dua atau lebih anggota masyarakat dengan perbedaan latar belakang yang signifikan. Zona ini dapat bermakna sebagai transisi antara perumahan formal dan informal di perkotaan. Namun dalam konteks lain, zona ini dapat pula bermakna sebagai zona dengan adanya masyarakat tua-muda, bonafide-marginal, normaldifabel, pria-wanita, dan perpadanan sejenis lainnya, yang hidup secara berdampingan pada suatu wilayah yang sama. Zona transisi merupakan zona yang cukup sensitif untuk dibahas.Terlebih lagi, saat ini banyak terjadi ketidakadilan antara kedua sisi (atau bahkan lebih) dalam mengakses kebutuhannya. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan dan perancangan guna menciptakan inklusi dalam akses pada zona transisi untuk mengubah ketimpangan menjadi kesetaraan. Dengan demikian, terwujudlah kota yang inklusif dengan akses yang adil bagi setiap masyarakat.


Menghempas Batas Ruang Kita

Latar Belakang-Kriteria Isu

KRITERIA ISU Isu utama dalam perancangan adalah inklusi dalam akses pada zona transisi. Dalam merancang, ruang lingkup inklusi yang dirancang dapat memilih salah satu atau bahkan ketiga kategori berikut. INKLUSI SPASIAL Perumahan yang terjangkau, fasilitas publik dan infrastruktur tersedia secara memadai dengan akses yang mudah serta dapat digunakan oleh segala kalangan tanpa memandang jenis kelamin, fisik, dan usia. INKLUSI SOSIAL Hak dan partisipasi masyarakat terjamin secara adil sehingga menyuarakan pendapatnya dengan bebas dan berani berekspresi kreatif, serta menerima segala bentuk perbedaan secara terbuka. INKLUSI EKONOMI Lapangan pekerjaan dan kesempatan bagi setiap masyarakat untuk menikmati pertumbuhan ekonomi tersedia. Semua bentuk kebutuhan dasar manusia harus dapat terpenuhi secara terjangkau sehingga tidak menyulitkan kehidupan ekonomi sehari-hari.

Ilustrasi oleh Arkansyah F. S.

KAK dapat diunduh pada tautan berikut.

bit.ly/sayembaratanpabatas 21—22


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

KRITERIA DESAIN KETERSEDIAAN Apakah rancangan sesuai dengan masalah yang ingin diselesaikan? AKSESIBILITAS Apakah rancangan dapat diakses oleh semua orang tanpa memandang perbedaan latar belakang? Apakah rancangan mudah diakses dari lingkungan sekitarnya? AKOMODASI Apakah rancangan sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada zona transisi yang dijumpai? Apakah rancangan digunakan oleh semua masyarakat pada zona transisi tersebut?

KETERJANGKAUAN Apakah rancangan memiliki nilai ekonomis yang mampu dijangkau semua masyarakat pada zona transisi tersebut? Bagaimana rancangan dapat dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat? PENERIMAAN Apakah rancangan diterima oleh semua orang? Apakah rancangan membuat semua orang dalam zona transisi tersebut berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya?

Foto oleh M. Arifandy


Menghempas Batas Ruang Kita

Kriteria Desain-Kriteria Tapak

KRITERIA TAPAK Lokasi perancangan berada pada perkotaan yang padat. Lokasi perancangan berada pada zona transisi. Contoh: zona dengan penduduk yang memiliki perbedaan status sosial (formal-informal), ekonomi (bonafidemarginal), fisik (normal-difabel), usia (tua-muda), jenis kelamin (pria-wanita), dan lain-lain. Batasan fisik tapak memiliki besaran seluas ruang ATM sebagai skala terkecil (3 m2) dan SPBU Kelas C (1.500 m2) sebagai skala terbesar.

Foto oleh M. Arifandy

23—24


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

DEWAN JURI

Penjurian Sayembara Tanpa Batas dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama atau penjurian tertutup dilaksanakan pada Senin, 22 Oktober 2018 di Galeri Arsitektur Institut Teknologi Bandung. Pada tahap ini, dewan juri yaitu Budi Faisal (Dosen Arsitektur ITB), Yu Sing Lim (Studio Akanoma), dan Ramalis Sobandi (Tunas Nusa), menetapkan 10 besar dan 5 besar karya terbaik sayembara. Karya-karya terbaik tersebut dipamerkan pada Pameran Tanpa Batas, sementara 5 besar karya menjadi finalis pada penjurian terbuka.

Foto oleh: Albertus S.Y., M. Arifandy


Menghempas Batas Ruang Kita

Dewan Juri

Penjurian terbuka Sayembara Tanpa Batas dilaksanakan pada Jumat, 2 November 2018 di GOR Saparua, Bandung. Juri yang hadir pada penjurian ini meliputi Yu Sing Lim (Studio Akanoma), Deddy Wahjudi (LABO), Rachmita Maun Harahap (Dosen Desain Interior Universitas Mercu Buana), dan M. Yudiaputra Mashudi (Dosen SBM ITB). Finalis mempresentasikan karyanya masing-masing menggunakan media Powerpoint, maket, dan panel karya. Dewan juri memberikan pertanyaan dan tanggapan yang sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Sebagian besar tanggapan yang dilontarkan membahas mengenai aspek aksesibilitas bagi difabel, metode konstruksi, serta dampak secara ekonomi dan sosial.

25—26


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

KARYA SAYEMBARA

Sayembara Tanpa Batas telah mencapai batasnya. Lebih dari tiga puluh karya kami himpun. Lantas karya terbaik disampaikan agar semua pihak mengetahui gagasan mereka, agar memahami permasalahan yang belum disadari, lalu solusi yang mereka tawarkan dapat pula diterapkan pada permasalahan yang serupa. Kami persembahkan karya-karya terbaik sayembara ini. Semoga memberi dampak tak terbatas kepada masyarakat. Karya terbaik merupakan hasil kolaborasi mahasiswa Arsitektur Universitas Udayana yang menunjukkan bahwa inklusi dapat diciptakan melalui ruang kaya aktivitas, namun memiliki kesan alami dan syahdu, serta dapat bernostalgia dengan budaya.

Karya sayembara secara lengkap dapat diakses pada tautan berikut.

bit.ly/KaryaSTB2018-drive bit.ly/KaryaSTB2018-issuu


Menghempas Batas Ruang Kita

Karya Sayembara

Foto oleh Adi Nur Khamim 27—28


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

SUARA RUANG ALAM a space for humanity STB_051 (Juara 1) Putu Juliendy Palguna I Gusti Ngurah Alit Ardika I Gusti Agung Khrisnan Urbha Ningrum

pekerjaan yang lebih mudah dibandingkan 8 kabupaten lainnya di Bali.

IBUKOTA DAN PENGHUNINYA

Berbanding lurus dengan fakta tersebut, maka tak heran masyarakat dari luar Kota Denpasar dengan jumlah yang tak sedikit merantau ke Kota Denpasar, atau disebut duktang (penduduk pendatang). Umumnya mereka mengadu nasib bekerja atau untuk menuntut ilmu.

Kota adalah suatu wadah yang memiliki batas administrasi wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, salah satunya Denpasar, yang hampir disebut kota metropolitan dengan jumlah penduduk kurang lebih 897.300 jiwa. Fakta ini didukung oleh Denpasar sebagai pusat pemerintahan dan pendidikan Provinsi Bali. Hal tersebut berpengaruh terhadap strata sosial ekonomi sehingga berimbas kepada ketersediaan sarana pendidikan yang tinggi serta lapangan

Duktang tersebut tentunya membawa karakter dan latar belakang mereka sendiri sehingga terbentuklah masyarakat heterogen. Keberagaman tersebut akan berpengaruh kepada proses interaksi sosial sehari-hari. Biasanya proses interaksi dari berbagai macam latar belakang ini akan menjadi lebih panjang karena dibutuhkannya penyesuaian dari masing-masing individu. Keberagaman ini juga dapat menimbulkan ketimpangan.

Teknik Arsitektur Universitas Udayana


Menghempas Batas Ruang Kita

Suara Ruang Alam

29—30


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

Ibu Putu merupakan penduduk pendatang yang tinggal di sekitar area tapak sejak 1978. Beliau menceritakan dengan detail perkembangan daerahnya pada tahun 70-an hingga saat ini. Terdapat perbedaan suasana antara dulu dan sekarang. Kesan ruang yang dirasa Ibu Putu sangatlah alami saat itu. Suara gemericik air sungai, suara burung, dan gesekan daun-daun oleh pepohonan masih sangat mudah dijumpai. Lalu kami mulai bertanya mengenai persepsi Ibu Putu tentang pengalaman ruang yang dirasa dulu hingga sekarang, serta hal positif dan negatif masing-masing.


Menghempas Batas Ruang Kita

Suara Ruang Alam

pindai untuk sampel suara

Dahulu, tapak yang tenang sunyi juga kadang kala memberi kesan hampa. Sekarang, kondisinya sudah tidak tenang, tetapi memiliki sisi positif, yakni memberi kesan kehidupan. Kami menemukan ide konsep desain untuk menciptakan ruang yang kaya akan aktivitas, namun kesan ruang yang alami dan syahdu masih dapat dirasakan di dalamnya. Tapak berada di lingkungan dengan masyarakat yang heterogen. Dengan kondisi demikian, kami berusaha mengajak masyarakat tersebut untuk berkumpul dan berbaur di tengah perbedaan tanpa menyangkutpautkan latar belakang agar tercipta kondisi lingkungan yang inklusif.

Kami meresponnya dengan desain yang dianalogikan dari orang-orang berkumpul dan saling merangkul sehingga terciptalah bentuk massa lingkaran. Proses berinteraksi antarkelompok masyarakat tentunya akan memunculkan pendapat dan persepsi yang berbeda-beda. Kami mencoba mengaplikasikannya menjadi instalasi permainan musik bambu seperti rindik bali, namun telah dimodifikasi sedemikian rupa.

31—32


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

BAM-BUNG (BAMBU PENGHUBUNG) STB_165 (Juara 2) Yensen Febrian Dennis Owen Cindy Margaretha Arsitektur Podomoro University

Kesenjangan antarwilayah merupakan fenomena global yang sering terjadi di negara berkembang. Kesenjangan yang terjadi di Indonesia berdampak buruk pada kehidupan sosial saat ini sehingga sangat dibutuhkan penanganannya. Hal ini diprediksi akan semakin parah pada masa mendatang. Adapun peningkatan eksklusivitas tersebut adalah ketidaksamaan kesempatan, lapangan pekerjaan, serta masalah mengenai lokasi tempat tinggal. Jakarta memiliki rasio tertinggi terhadap ketimpangan sosial yakni mencapai 0,394 (BPS, Maret 2018), padahal DKI Jakarta merupakan provinsi dengan luasan terkecil, namun memiliki penduduk terbanyak.


Menghempas Batas Ruang Kita

Suara Ruang Alam

33—34


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

KAMPUNG JAWA RIVERSIDE CENTER STB_065 (Juara 3) Erwin Trisnajaya Karthana Tosandy Gustinova Putu Genta Ananda Este Bagus Teknik Arsitektur Universitas Udayana

Harmoni dalam Inklusi Di Denpasar, Bali, terdapat beberapa zona-zona transisi yang berdampak pada timbulnya ketimpangan baik spasial, sosial, dan maupun ekonomi. Salah satu zona transisi yang memiliki ketiga isu tersebut adalah Kampung Jawa. Kampung Jawa merupakan sebuah permukiman kecil yang sudah dikenal oleh masyarakat Bali khususnya Denpasar sebagai pusat jual-beli kambing. Seperti namanya, “Kampung Jawa� dihuni oleh masyarakat yang merupakan keturunan dari daerah Jawa yang menetap di Denpasar dari dahulu sampai sekarang. Kampung Jawa selama ini dikenal sebagai permukiman kumuh dan juga tempat pusat perdagangan kambing di Denpasar.


Menghempas Batas Ruang Kita

Kampung Jawa Riverside Center

35—36


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

ENERGI BERSAMA

STB_133 (Juara 4) Fajar Wisnu Triwibowo Sigit Priswanto Hardi Putra Pratama Arsitektur Universitas Teknologi Yogyakarta Energi Era baru yang telah terjadi sekarang menuntut bangunan dapat menghasilkan energi sendiri guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan listrik (energi terbarukan) yang dapat digunakan pada perangkat komunikasi, kendaraan listrik, atau pada pengguna kursi roda elektrik dan juga hoverboard. Bersama Konsep ‘bersama’ menyatakan suatu hal

dilakukan secara bersama-sama tidak dibatasi perbedaan ras, fisik, gender, dan usia. Berbagi hal baik pada sesama manusia adalah bentuk perasaan peduli akan kekurangan manusia lainnya. peduli akan perbedaan itu adalah bentuk pemahaman individu terhadap kondisi individu yang lain. Shelter Berbagi Shelter ini berupaya saling berbagi sebuah energi kehidupan pada era baru yang terimplementasikan pada sebuah ruang publik yang menyediakan energi terbarukan yang gratis dan dapat digunakan semua kalangan. Banyaknya kalangan yang membutuhkan untuk mengisi daya pada perangkat masing-masing menimbulkan komunikasi yang saling memahami akan kondisi individu, juga saling peduli/ bersimpati pada individu yang kurang beruntung tak mendapatkan energi tersebut, atau mereka dapat saling berbagi.


Menghempas Batas Ruang Kita

Energi Bersama

37—38


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

SARENGAN

Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta

komersial dan pariwisata di Kota Bandung. Cihampelas dulunya merupakan pemandian sebagai awal pergerakan ekonomi, kemudian didukung oleh perkembangan fesyen. Produksi jin juga merupakan daya dukung utama, serta tumbuhnya factory outlet yang menjadikan Cihampelas menjadi kawasan komersial padat.

Pemilihan lokasi di Bandung dilandasi beberapa alasan secara makro dan mikro. Secara makro, Bandung menjadi sasaran pariwisata sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat. Selain itu, Bandung merupakan salah satu kota mode dengan industri fesyen yang cukup tinggi. Namun hal tersebut mendorong adanya kesenjangan ekonomi dan sosial, serta budaya yang memudar akibat pertumbuhan ekonomi dan produk berlabel luar lebih diminati. Lokasi yang dipilih pada perancangan ini adalah Cihampelas sebagai salah satu pusat aktivitas

Untuk mengatasi masalah kepadatan tersebut, pemerintah Kota Bandung menawarkan solusi berupa skywalk bagi PKL dan pejalan kaki. Namun terdapat masalah baru seperti esensi skywalk yang kurang sesuai, kios yang tidak terintegrasi, dan akses terbatas. Di skywalk yang diberi nama Teras Cihampelas itu juga kurang tempat bernaung sehingga panas dan tidak ramah terhadap pengguna. Modul kios juga tidak sesuai dengan kebutuhan kios awal. Struktur skywalk juga merusak akar pohon di Jalan Cihampelas.

STB_046 (Juara 5) Yesicha Theresia Haloho Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan

Dominicus Yesa Mahendra Antonius Lanang Tegar W. P.


Menghempas Batas Ruang Kita

Sarengan

39—40


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

LINKaran HUBung

STB_137 (Juara Favorit) Billi Kurniawan Steven Verdianta Arnott Ferels Arsitektur Podomoro University Minimnya ruang publik di Kota Jakarta juga menjadi salah satu masalah yang dialami oleh penduduk menengah ke bawah maupun ke atas sehingga mereka mempunyai ‘zona nyaman’ masing-masing karena tidak ada ruang interaksi yang layak untuk kedua pihak tersebut.

Figure ground Kawasan Kebon Melati menunjukkan bahwa kawasan tersebut sangat berkembang. Kepadatan penduduk dan bangunan sangatlah tinggi serta kurangnya ruang publik yang mewadahi aktivitas masyarakat sekitar. Waduk yang membatasi sisi Timur dan Barat kawasan tersebut hanya berfungsi sebagai penampungan air padahal masih banyak potensi yang dapat dimanfaatkan di waduk itu. Berdasarkan hasil analisis, Waduk Kebon Melati memisahkan sisi Timur dan Barat Kawasan Kebon Melati yang juga terdapat status sosial, umur, ekonomi, dan budaya sehingga dibuatlah konektivitas untuk menciptakan aksesibilitas dan ruang interaksi bagi masyarakat sekitar.


Menghempas Batas Ruang Kita

Linkaran Hubung

41—42


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

PELESIRAN’S FIVE SENSES INCLUSIVE SPACE STB_038 Khretachta Arya Agasatya Hudaya Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan

Salah satu dampak nyata tidak terciptanya lingkungan inklusif yang disebabkan oleh zona transisi adalah pada area transisi antara perumahan berkepadatan sedang-tinggi Kawasan Pelesiran dengan pusat komersial (Cihampelas Walk) dan Hotel Sensa. Dampak tersebut memicu terjadinya beberapa masalah sebagai berikut.

Masalah Ekonomi Kesenjangan dari segi ekonomi tercipta karena kehadiran pusat komersial yang eksklusif sehingga tidak dapat dijangkau oleh beberapa kalangan tertentu. Masalah Sosial Transisi di daerah Cihampelas menimbulkan kesenjangan sosial antarmasyarakat sehingga sebagian masyarakat pada zona ini tidak mampu berpartisipasi aktif dalam mengekspresikan kreativitasnya dan tidak mendapat jaminan haknya untuk menyuarakan pendapat secara bebas. Masalah Spasial Infrastruktur dan fasilitas yang tersedia belum mampu dijangkau dan diakses secara efektif dan efisien oleh sebagian kalangan masyarakat.


Menghempas Batas Ruang Kita

Pelesiran’s Five Senses Inclusive Space

43—44


Sayembara Tanpa Batas

SEKOLAH APUNG MODULAR STB_097 Nathanael Hanli Yoshua Triwisnu Haryanto Indah Dwi Allanis Arsitektur Universitas Tarumanegara Letak yang strategis serta kemudahan akses laut dan sungai menjadikan kawasan pesisir pantai Penjaringan sebagai titik awal perkembangan Kota Jakarta. Berkembangnya kawasan tersebut sebagai pusat perdagangan ditandai oleh dibangunnya pelabuhan Sunda Kelapa serta pusat Kota Batavia lama dilengkapi dengan kastil tempat para bangsawan tinggal dalam naungannya sementara di sekelilingnya tumbuh permukiman-permukiman kaum buruh pekerja kasar yang didatangkan guna menunjang aktivitas perdagangan di kawasan

Gaung Bandung 2018

pelabuhan tersebut. Eksklusivitas telah mengakar pada pesisir Jakarta semenjak era kolonial melalui didirikannya kastil dan benteng guna menegaskan batas spasial kekuasaan. Walaupun kini kastil tersebut telah tiada, nyatanya kawasan pesisir tetap saja didominasi oleh dinding tinggi yang membatasi kompleks perumahan, apartemen, serta pusat perbelanjaan yang ditujukan secara eksklusif, memecah garis pantai Jakarta menjadi blok kekuasaan individu. Eksploitasi pesisir menyisakan segelintir ruang dan sumber daya bagi masyarakat nelayan lokal untuk berkehidupan. Pembangunan serta eksploitasi alam memperparah kondisi tersebut, mengancam terendamnya kawasan pesisir akibat penurunan muka tanah dan kenaikan air laut. Menyesalkan permasalahan tersebut dapat menjadi momentum guna mengubah paradigma bersama akan cara hidup masyarakat pesisir Jakarta. Alih-alih membangun tanggul dan pulai reklamasi eksklusif, kita dapat mengusung arsitektur nonpermanen sebagai solusi jangka panjang melalui sekolah apung modular.


Menghempas Batas Ruang Kita

Sekolah Apung Modular

45—46


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

TAMAN REKAM

STB_128 Eriza Agustin D. Elvin Janitra Roberto S. Teknik Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana Lintas generasi menjadi tantangan dalam mengembangkan keberagaman yang bersifat universal. Penerimaan kepada berbagai pihak menjadi gaung yang belum terselesaikan sepenuhnya pada aspek desain. Salah satunya adalah lansia dengan kondisi fisik yang melemah disertai fungsi kognitif menurun, menyebabkan aktivitas semakin terbatas terutama interaksi dengan lingkungan sekitar. Tak sedikit konsekuensi sosial yang mereka terima karena keterbatasan ini sehingga menjadi sulit untuk mengekspresikan diri mereka.

Taman Rekam merupakan wadah bagi masyarakat dalam menerima, memberi, membagi, serta menemani, yang bertujuan membangun paradigma positif mengenai pentingnya kehidupan dan relasinya, serta merangkul lansia dan anak muda berkarya bersama untuk membangun aspek universal, menepis batasan fisik, usia, dan sosial dalam sebuah ruang aktivitas. Taman Rekam melakukan pendekatan desain universal melalui aspek kebutuhan dan aktivitas masyarakat khususnya lansia. Konsep keterbatasan dalam berinteraksi menjadi mungkin untuk menumbuhkan rasa solidaritas serta kepercayaan satu sama lain sehingga dapat menumbuhkan paradigma positif terhadap lansia serta kehidupan lingkunngan sekitar dan meningkatkan kolaborasi berbagai kalangan masyarakat.


Menghempas Batas Ruang Kita

Taman Rekam

47—48


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

MAPHAR STREET WORKSHOP STB_160 Jasson Evan Hansabian Teknik Arsitektur Universitas Tarumanegara

Wilayah Maphar dikenal sebagai salah satu titik finansial strategis di Jakarta, hal ini dapat dilihat dari posisi wilayah maphar yang terkoneksi langsung kepada kantongkantong perekonomian terpenting ibukota seperti Glodok dan Mangga Besar. Potensi tersebut menarik minat warga untuk berpindah tempat ke Jakarta demi memperoleh pertuntungaan lebih. Namun tingginya arus urbanisasi ini tidak sejalan dengan ketersediaan lapangan pekerjaan

yang ada serta tingginya kompetisi kerja di ibukota tak lupa pula reaksi para penduduk asli ibukota kurang menerima kehadiran para pendatang. Alhasil, banyak pendatang yang berakhir menjadi pekerja serabutan maupun pengangguran, yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan kriminal untuk bertahan hidup. Dari isu tersebut, perancang terdorong untuk menawarkan program lokakarya terbuka di kawasan Maphar berfokus pada pemanfaatan ruang-ruang jalan sekitar. Kehadiran lokakarya ini diharapkan tidak hanya memfasilitasi rehabilitasi sosial para pekerja eks-kriminal ini, namun juga kembali menguatkan relasi dan empati masyarakat setempat dengan para eks-kriminal dan secara makro kepada seluruh warga pendatang dalam suasana inklusif yang kuat.


Menghempas Batas Ruang Kita

Maphar Street Workshop

49—50


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Sayembara Tanpa Batas

Foto oleh M. Arifandy 51—52


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Sayembara Tanpa Batas

Foto oleh: M. Arifandy, Albertus S.Y., Trinanda S.K. 53—54


Sayembara Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

PENUTUP Memang Sayembara Tanpa Batas menghasilkan karya-karya terbaik guna memecahkan permasalahan inklusi di sekitarnya. Lewatnya, mahasiswa, setidaknya mahasiswa arsitektur, menjadi turun ke masyarakat untuk melihat sekelilingnya, dan menelaah lebih dalam kehidupan sekitarnya. Mereka tergerak hatinya untuk berperan demi kota, lalu berpikir kreatif menciptakan gagasan-gagasan luar biasa yang belum terpikirkan dalam benak siapapun sebelumnya. Mereka lebih peka terhadap jati dirinya, terhadap identitas lingkungan sekitarnya, pun menjadi kritis dalam setiap keputusan yang diambil.


Menghempas Batas Ruang Kita

Penutup

Foto oleh Albertus S.Y.

Apalagi terhadap isu inklusi yang bisa dikatakan jantung dari pembangunan, isu yang menjadikannya mempertimbangkan segala jenis manusia dengan beragam aktivitas dan karakter. Setidaknya mereka menjadi sadar pentingnya implementasi inklusi dalam setiap desain. Pada dasarnya, sayembara menjadi ajang bagi mahasiswa, bahkan arsitek, mengasah kompetensinya dalam desain. Bisa jadi apa yang mereka dapatkan dari sayembara ini dapat diterapkan pada desain mereka kelak. Semoga. Namun karya-karya tersebut jangan sampai dibiarkan hanya menjadi memori bagi panitia sayembara, atau pada portofolio desain, tetapi tidak diimplementasikan secara nyata.

55—56


Bandung Inclusive Trip

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Bandung Inclusive Trip

BANDUNG INCLUSIVE TRIP

57—58


Gaung Bandung 2018

Bandung Inclusive Trip

BANDUNG INCLUSIVE TRIP

Foto oleh Vinsensius Ardinan


Menghempas Batas Ruang Kita

Bandung Inclusive Trip

perjalanan menyusuri ruang kota menyisakan empati bagi setiap insan bahwa masih ada yang terlunta dalam kasta semua menjadi jelas setelah bertukar lisan

Bandung Inclusive Trip (BIT) mengajak peserta dari berbagai latar belakang untuk menumbuhkan rasa empati terhadap pentingnya mengaplikasikan aspek inklusi pada setiap desain mereka. Rasa empati diwujudkan dengan pembekalan dari para ahli, kunjungan ruang-ruang publik langsung bersama teman-teman difabel, dan lokakarya sebagai proses kreatif dari penyelesaian masalah. Sebagai proses empathize, acara ini diharapkan akan menumbuhkan rasa empati pada peserta terhadap pentingnya mengaplikasikan inklusi pada setiap desain mereka. Pada tahap define, peserta ditantang untuk peka terhadap permasalahan inklusi pada ruang publik tersebut sehingga mencoba berpikir secara kreatif untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut yang merupakan penjawaban tahap ideate. Ide yang dihasilkan berupa desain arsitektural dalam bentuk lokakarya yang dipandu oleh seorang narasumber yang berlatar belakang arsitek. Karya terbaik diwujudkan dalam bentuk purwarupa dan diuji coba pada Festival Tanpa Batas yang merupakan perwujudan tahap prototype dan testing.

Puisi oleh Adi Nur Khamim 59—60


Gaung Bandung 2018

Bandung Inclusive Trip

NORMAN YULIAN

Norman Yulian selaku Ketua Dewan Pengurus Pusat Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (DPP PPDI) Jawa Barat, membahas peran difabel dalam keluarga dan negara. Dalam lingkungan keluarga, difabel sebaiknya didorong untuk beraktivitas di luar rumah. Saat ini masih banyak pemikiran bahwa difabel akan diperlakukan tidak adil apabila keluar rumah. Padahal sebenarnya difabel dapat berprestasi di dunia kerja. Sebagai contoh, difabel menjadi atlet dalam kegiatan Asian Para Games 2018 yang diselenggarakan di Jakarta pada 6-13 Oktober 2018. Pada kegiatan tersebut, atlet-atlet difabel dalam berbagai macam kompetisi olahraga mampu meraih medali dan penghargaan yang mengharumkan nama bangsa.

Foto oleh Esther Dorothy


Menghempas Batas Ruang Kita

Norman Yulian

Dalam lingkup pelayanan pemerintah kepada difabel, masih terdapat perlakuan yang kurang sesuai serta pembedaan dengan orang normal. Pemerintah seharusnya memberikan hak yang sama bagi difabel seperti pada program pengurusan KTP dan pemilu. Namun, kenyataannya sarana pelayanan masih belum memenuhi standar disabilitas. Sebagai contoh, tunanetra mengalami kesulitan dalam perekaman iris mata pada proses pengurusan KTP. Contoh lain, pada pemilu, masih terdapat pula keterbatasan surat suara Braille. Padahal setiap pemilih yang memiliki hak pilih sangat menentukan jumlah suara yang didapatkan. Apabila difabel mengalami kesulitan dalam memilih, bisa jadi jumlah suara tersebut juga akan berkurang. Hal ini menunjukkan kurangnya kebebasan suara bagi difabel. Secara umum, baik dalam lingkungan keluarga ataupun skala besar melalui pemerintah, hak-hak difabel harus dijamin secara adil agar mereka memiliki kebebasan dalam bekerja dan bersuara, layaknya orang normal.

61—62


Gaung Bandung 2018

Bandung Inclusive Trip

RACHMITA MAUN HARAHAP

Rachmita Maun Harahap merupakan Dosen Desain Interior Universitas Mercu Buana. Beliau berbagi pengalamannya menjadi bagian dari teman difabel dalam menggunakan fasilitas umum. Sebagian besar bangunan belum sepenuhnya dapat digunakan dengan baik oleh difabel. Dalam hal aksesibilitas, perlu penambahan hal-hal yang membantu difabel dalam menggunakan bangunan seperti petunjuk bahasa isyarat untuk teman tuli dan landaian (ramp) bagi pengguna kursi roda.

Foto oleh Esther Dorothy, M. Arifandy


Menghempas Batas Ruang Kita

Rachmita Maun Harahap

Berdasarkan pengalaman beliau terkait ruang publik di Kota Bandung, beliau masih menemui beberapa masalah aksesibilitas, terutama bagi difabel. Sebagai contoh, di Kampus ITB, beliau belum menemui guiding block bagi tunanetra. Hal ini mendorong beliau untuk menulis makalah berjudul “Implementation of Universal Design Application for Hearing Disabilities in Campus Environment� yang menjelaskan permasalahan lingkungan belajar bagi tunarungu di Kampus ITB.

63—64


Gaung Bandung 2018

Bandung Inclusive Trip

AGUS SOERIAATMADJA

Dalam kegiatan Bandung Inclusive Trip, Agus Soeriaatmadja menjadi pembicara sekaligus juri utama pada kegiatan lokakarya. Dalam sesi diskusi, beliau menjelaskan mengenai kenyamanan sesama pengguna fasilitas publik. Kenyamanan menjadi aspek yang lebih sulit dicapai dari pada aksesibilitas pada sebuah ruang publik. Setiap pengguna memiliki tingkat kenyamanan yang berbedabeda, tergantung pada aktivitas yang dilakukannya. Kenyamanan pengguna perlu diperhatikan dengan mempertimbangkan beban sebuah proyek pada waktu-waktu tertentu, serta faktor lain seperti material dan pencahayaan. Ketika beban proyek sudah diperhitungkan secara matang, pemilihan material dan jumlahnya juga akan menyesuaikan sehingga fasilitas publik tidak akan cepat rusak. Teman-teman difabel

Foto oleh Esther Dorothy & M. Arifandy


Menghempas Batas Ruang Kita

Agus Soeriaatmadja

maupun orang normal akan mampu menggunakan ruang publik tersebut tanpa terhambat rusaknya fasilitas. Menurut beliau, saat ini Kota Bandung masih jauh dalam implementasi desain universal. Masalah yang terjadi biasanya pada komunikasi antarpemangku kepentingan. Spesialisasi pekerjaan menjadi penting dalam setiap pekerjaan pada ruang publik. Perancang ahli furnitur lighting akan lebih paham mengenai pencahayaan dari pada mereka yang merupakan spesialis signage (rambu-rambu), begitu sebaliknya. Komunikasi antara pekerja lapangan, pemerintah, dan pengguna juga perlu diperhatikan dengan baik. Koordinasi antarpemangku kepentingan menjadi isu penting dalam penciptaan ruang publik dengan fasilitas memadai dan ramah terhadap segala jenis pengguna.

65—66


Gaung Bandung 2018

Bandung Inclusive Trip

GITA NOFIEKA

Gita Nofieka Dwijayanti saat ini adalah cofounder dan team leader dari suatu proyek bernama TuneMap. TuneMap merupakan sebuah aplikasi berbasis GPS untuk memudahkan mobilitas teman tunanetra. Aplikasi ini difungsikan memberikan informasi tentang keadaan jalanan dan trotoar bagi penyandang tunanetra. Terdapat juga aksi MapMyDay yang digalakkan untuk menunjang aplikasi tersebut, yakni sebuah kegiatan untuk melakukan pemetaan kondisi jalan secara bersama-sama.

Foto oleh Esther Dorothy, Vinsensius Ardinan, M. Arifandy


Menghempas Batas Ruang Kita

Gita Nofieka

Dalam kegiatan Bandung Inclusive Trip, Gita menjadi moderator kedua sesi diskusi yang membahas mengenai peran dan pengalaman difabel dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat sesuai dengan latar belakangnya yang amat peduli terhadap teman tunanetra yang diwujudkan dalam aplikasi TuneMap.

67—68


Gaung Bandung 2018

Bandung Inclusive Trip

FASILITATOR

Untuk membantu peserta lokakarya merumuskan gagasan solusi mengenai perancangan kembali Taman Inklusi dan Taman Maluku, terdapat lima fasilitator yang merupakan dosen dan alumni Arsitektur ITB. Suhendri, Aris Adhi Nugraha, Tubagus M. Aziz Soelaiman, Kisby N., Sri Suryani, masing-masing mendampingi dua kelompok. Dengan penuh bersemangat, mereka membantu peserta menjelaskan ketentuan desain, membimbing dalam mendesain, hingga menyusun strategi presentasi. Fasilitator juga berkesempatan membantu juri utama, yakni Agus Soeriaatmadja untuk menilai hasil sayembara, tentunya dengan transparan tanpa membanggakan peserta yang mereka fasilitasi.

Foto oleh Esther Dorothy, Vinsensius Ardinan, M. Arifandy


Menghempas Batas Ruang Kita

Fasilitator

69—70


Bandung Inclusive Trip

Gaung Bandung 2018

PERJALANAN

Sesuai dengan namanya yang menggunakan kata ‘trip’, kegiatan ini tidaklah lengkap tanpa kegiatan berjalan-jalan. Alih-alih sekadar jalan-jalan, survei pun turut dilakukan dengan menyusuri ruang publik di Bandung. Bersama dengan teman difabel dari Bandung Independent Living Center (BILiC) dan Wyata Guna, serta Komunitas Tanpa Batas yang terlibat sebagai pemandu, kegiatan survei dan jalan-jalan dimulai dari Taman Balai Kota Bandung untuk memahami sebuah taman kota dengan tingkat inklusi yang cukup baik. Permainan air mancur pada taman badak dimanfaatkan anakanak dan orang tuanya berinteraksi dengan orang lain. Taman ini ramai pengunjung yang kebanyakan warga Bandung sendiri, menyiratkan bahwa area pemerintah pusat di Kota Bandung menjadi inklusi dan terbuka bagi setiap orang. Walau demikian, berdasarkan hasil survei, taman ini masih kurang aksesibel bagi difabel karena kemiringan landaian yang tidak sesuai standar atau jalur ‘kuning’ bagi teman tunanetra yang terbatas. Survei kemudian dilanjutkan pada Taman Maluku dan Taman Inklusi dengan agenda yang cukup sama. Hanya saja, banyak permasalahan desain yang amat menghambat pergerakan hampir setiap orang yang mengunjunginya. Hal ini mendorong adanya perancangan kembali Taman Maluku dan Taman Inklusi melalui lokakarya.


Menghempas Batas Ruang Kita

Perjalanan

Foto oleh Nabila Fauriza 71—72


Bandung Inclusive Trip

Gaung Bandung 2018

LOKAKARYA

Pada kegiatan Bandung Inclusive Trip ini terdapat kegiatan lokakarya untuk melakukan perancangan kembali Taman Maluku dan Taman Inklusi. Desain yang dihasilkan harus sesuai dengan analisis kebutuhan penyandang difabel dan aksesibilitas pada FGD. Desain tidak hanya mengakomodasi kebutuhan difabel, tetapi semua orang, namun memungkinkan untuk difabel mengakses seluruh lokasi pada Taman Inklusi secara mandiri tanpa pertolongan, sedangkan pada Taman Maluku masih diperkenankan mendapat pertolongan secara minor. Batasan perancangan kembali meliputi: jalan dan jalur sirkulasi utama tetap dipertahankan dengan pengembangan kualitas atau penambahan fasilitas pada jalan tersebut; danau dan sungai dipertahankan dengan pengembangan kualitas atau penambahan fasilitas; dan bagian yang boleh dirancang ulang adalah taman bermain, plaza berbentuk lingkaran (karena masih dalam konstruksi), entrance/pintu masuk, elemen lanskap lainnya. Fungsi-fungsi yang harus ada dalam perancangan meliputi: toilet laki-laki (urinoir, closet, wastafel) dan perempuan (closet, janitor, wastafel); area permainan yang dapat digunakan oleh semua orang termasuk anak-anak, lansia, wanita hamil, dan penyandang difabel; tempat duduk sebagai area pejalan kaki beristirahat; jalur pejalan kaki; jogging track; dan tempat berkumpul.

Berikut kami persembahkan karya terbaik hasil lokakarya Bandung Inclusive Trip.


Menghempas Batas Ruang Kita

Lokakarya

Foto oleh Nabila Fauriza 73—74


Bandung Inclusive Trip

Gaung Bandung 2018

INCLUSIVE PARK: AN ENTICING ENVIRONMENT FOR ALL Taman Inklusi merupakan salah satu dari sekian taman tematik di Bandung yang dibuat untuk para disabilitas supaya mereka bisa berkegiatan dan bermain di sana. Taman Inklusi yang bersatu dengan Taman Maluku ini dirancang memiliki ayunan yang didesain khusus untuk para tunadaksa, seluncuran pendek dengan papan yang lebar, serta mainan putar-putaran yang luas dan muat untuk beberapa kursi roda. Sayangnya, hal-hal krusial seperti akses masuk yang masih terhalang, jalan yang tidak rata dan pecah, mainan yang belum bisa digunakan penyandang disabilitas secara mandiri, serta ramp yang terlalu curam menjadikan Taman Inklusi tidak inklusif untuk semua kalangan. Selain membahas tentang inklusi yang pada awalnya digagas pada desain Taman Inklusi ini, letak kedua taman tersebut berdekatan dengan pusat pergerakan orang di daerah sekelilingnya seperti GOR Saparua beserta deretan PKL-nya, Jalan L.L.R.E. Martadinata dengan factory-outlet-nya, lapangan tenis Taman Maluku, BIP, hingga Stadion Siliwangi yang lokasinya tidak terlalu jauh dari taman ini. Namun, pengunjung pada kedua taman

JUARA 1 : Kelompok 2

ini jumlahnya tidak sejalan dengan potensi lokasinya yang strategis. Pada perancangan kembali Taman Inklusi dan Taman Maluku ini, terdapat 3 tujuan utama, yaitu menginklusifkan Taman Inklusi, memberikan daya tarik taman, serta merespon titik-titik pergerakan manusia di sekitarnya. Oleh karena itu, diambil konsep ‘An Enticing Environment for All’, yang bermakna sebuah lingkungan yang memikat hati bagi semua kalangan. Lingkungan yang dimaksud terdiri dari kombinasi kondisi fisik alami dan buatan dengan manusia sebagai pengguna yang merespon keadaan tersebut. Pengguna lingkungan terdiri dari berbagai kalangan, tua-muda, dengan kondisi fisik dan mental apapun. Menginklusifkan Taman Inklusi bukan berarti membedakan taman ini dari taman lainnya di Bandung, melainkan ingin membuat semua orang dapat bersamasama menikmati dan mengakses taman. Harapannya, kemudahan akses pada kedua taman ini dapat diikuti oleh taman-taman lain di Bandung.


Menghempas Batas Ruang Kita

Inclusive Park: An Enticing Environment for All

Perspektif Mata Burung

Rencana Tapak 75—76


Bandung Inclusive Trip

Gaung Bandung 2018

Perspektif Zona Transquil

Perspektif Zona Vibrant


Menghempas Batas Ruang Kita

Inclusive Park: An Enticing Environment for All

Peta Aspek Inklusi

Dari konsep di atas, desain pada Taman Inklusi dan Maluku dibagi menjadi dua zona, yaitu Zona Tranquil untuk aktivitas yang lebih tenang dan Zona Vibrant untuk aktivitas dengan banyak impuls dan lebih bersemangat. Untuk memberi daya tarik kembali pada taman diwujudkan dengan fitur-fitur yang diselipkan pada masing-masing zona. Zona Vibrant akan merespon pergerakan dari arah GOR Saparua sehingga dibuat kantin dan taman bermain yang inklusif. Zona Tranquil akan memberikan fitur yang memberikan ketenangan seperti viewing deck untuk melihat danau, amphitheater, urban farm, dan jogging track. Fitur-fitur taman yang diberikan pada desain tidak akan menjangkau semua sasaran apabila tidak dibuat fasilitas-fasilitas yang mempermudah semua kalangan untuk mengakses fitur taman tersebut. Oleh karena itu, dibuat fasilitas pendukung taman berdasar semua jenis disabilitas. Apabila dari fasilitas ini dapat mempermudah para disabilitas, tentu juga akan memudahkan akses semua kalangan masyarakat dari muda hingga tua.

77—78


Bandung Inclusive Trip

Gaung Bandung 2018

TAMAN PANCA INDERA

Perancangan kembali Taman Inklusif ini mengedepankan makna taman itu sendiri dengan dapat dinikmati oleh semua orang dan dapat mewadahi kebutuhan bagi anakanak, remaja, orang tua, lansia, penyandang disabilitas, maupun ibu hamil dengan mengoptimasi adanya fasilitas, akses, pengalaman, edukasi, dan hiburan.

JUARA 2 : Kelompok 6

Semua hal tersebut diwujudkan dengan membuat taman yang menyediakan wahana fungsional yang mewadahi kebutuhan desain universal, memiliki akses mudah, dan mempunyai estetika yang baik. Perancangan taman ini memilih konsep indera yang dipunyai oleh manusia karena dari inderalah manusia dapat merasakan dan menikmati fasilitas dan wahana yang ada di taman. Beberapa aspek yang ingin dimunculkan pada desain ini adalah: 1) primer, berupa simbol, tactile, pengarah suara, dan ramp, serta 2) sekunder, berupa estetika visual, penghawaan, aroma, dan perabaan.


Menghempas Batas Ruang Kita

Taman Panca Indera

79—80


Bandung Inclusive Trip

Gaung Bandung 2018

MALUKU WATERPARK

Taman atau ruang publik secama umum merupakan sebuah hak bagi seluruh warga kota, kaya atau miskin, pria atau wanita, jauh atau dekat, sehingga seharusnya istilah ‘taman inklusi’ disematkan pada seluruh ruang publik. Artinya semua ruang publik harus dapat diakses oleh siapapun secara inklusif. Taman Maluku dan Taman Inklusi, dua taman yang bersebelahan di pusat Kota Bandung, seharusnya menjadi ruang publik yang hidup dan berkontribusi pada vitalitas kota. Namun sekarangan taman kurang terawat, tidak aksesibel, dan belum bisa dinikmati oleh seluruh kalangan terutama kaum difabel. Oleh karena itu, diusulkan perancangan ulang Taman Maluku dan Taman Inklusi dengan memanfaatkan aliran air dan eksisting sebagai elemen utama desain. Air memberikan pengalaman sensorial berua auditori, visual, dan taktil. Keberadaan air dapat dirasakan melalui pengalaman sensorial tersebut.

JUARA 3 : Kelompok 4

Selain itu, aliran air pada taman digunakan untuk memunculkan sekuens dari awal masuk taman hingga plaza dan ke luar taman. Aliran air ‘dipermainkan’ mulai dari tenang, gemericik, deras, air terjun, hingga mencapai klimaks pada plaza ketika pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan air. Sekuens ini juga dapat menjadi petunjuk orientasi bagi tunanetra. Plaza yang menjadi pusat taman merupakan media interaksi dari pengunjung taman dari berbagai kalangan. Perbedaan level dimainkan dari jalur pedestrian di samping kolam, ketinggian kolam, dan plaza berair mancur. Selain itu, terdapat pula alat-alat bermain yang dapat digunakan siapapun termasuk kaum difabel. Dengan strategi desain tersebut, diharapkan taman ini dapat menjadi model dari taman yang benar-benar inklusif dengan memaksimalkan potensi yang sudah ada pada taman.


Menghempas Batas Ruang Kita

Maluku Waterpark

81—82


Bandung Inclusive Trip

Gaung Bandung 2018

BANDUNG UNIVERSAL PARK

Dalam mewujudkan kota inklusif, Kota Bandung sudah memulainya secara simbolis dengan mewujudkan Taman Inklusi. Perawatan dan penjagaan terhadap Taman Inklusi dibutuhkan agar dapat selalu dimanfaatkan bagi masyarakat untuk menjadi ruang terbuka Bersama. Gagasan perawatan dan perbaikan Taman Inklusi ini dimulai dengan rebranding dari Taman Inklusi menjadi ‘Bandung Universal Park’, dengan harapan taman ini benar-benar bisa mewujudkan tempat interaksi dan ruang terbuka bagi siapapun tanpa memandang perbedaan. Bandung Universal Park mengusung konsep yang sama dengan Taman Inklusi sebelumnya. Perubahan yang dilakukan adalah dengan menambah dan memperbaiki fitur-fitur pada taman. Taman ini kemudian dicanangkan sebagai sebuah landmark yang dapat melibatkan beberapa indera manusia sehingga tidak hanya dinikmati oleh satu indera saja. Indera-indera tersebut di antaranya adalah indera penciuman, pendengaran, dan perasa. Perwujudan keterlibatan indera ini adalah

TOP 5 : Kelompok 9-10

dengan membuat beberapa kolam air mancur buatan dan memanfaatkan danau dengan membuat dek, serta menambah fitur air mancur. Fitur air mancur ini dimaksudkan agar para pengunjung dapat menikmati gemericik air, serta merasakan sentuhan dan cipratan air tersebut. Selain itu, aliran sungai dimanfaatkan sebagai area waterfront. Perwujudan keterlibatan indera penciuman diwujudkan dengan memperbanyak floraflora yang menghasilkan bau sedap yang dapat dinikmati. Perbaikan lainnya yang dilakukan adalah meningkatkan fasilitas olahraga dan permainan bagi difabel, serta membuat ramp yang sesuai untuk pintu masuk menuju taman. Diharapkan dengan adanya perancangan kembali, dapat meningkatkan jumlah pengunjung Bandung Universal Park.


Menghempas Batas Ruang Kita

Bandung Universal Park

83—84


Bandung Inclusive Trip

Gaung Bandung 2018

RE-DESIGN TAMAN INKLUSI DAN TAMAN MALUKU Redesain Taman Inklusi dan Taman Maluku dilakukan agar menjadi inklusif dan aksesibel untuk semua orang. Pada redesain taman ini, terdapat 3 zonasi yang terdiri dari: 1) Zona Dinamis, mempermudah jalur pengguna kursi roda; 2) Zona Semidinamis; dan 3) Zona Diam, menambah fasilitas amphitheater, toilet umum, dan toilet difabel. Selain itu, sirkulasi pada taman membuatnya ramah untuk semua kalangan sehingga dilengkapi dengan fasilitas yang aksesibel bagi semua, terutama difabel. Hal tersebut diwujudkan dengan adanya guiding block untuk tunanetra dan ramp yang sesuai standar untuk tunadaksa. Setiap material juga dibedakan pada tiap zonasi dengan menyesuaikan standar kebutuhan tiap zonasi.

TOP 5 : Kelompok 3

Pembatasan dari tiap zonasi ditandai oleh vegetasi-vegetasi dengan wewangian yang berbeda untuk merangsang indera penciuman. Hal ini berguna bagi tunanetra yang mengandalkan indera selain penglihatan untuk bernavigasi di dalam taman. Inovasi desian lainnya adalah penambahan toilet difabel dengan ramp pada pintu masuk untuk mengakomodasi kebutuhan tunadaksa, serta permainanpermainan yang ramah difabel. Harapannya, Taman Inklusi benar-benar dapat mengaplikasikasikan inklusi pada desain, bukan hanya sekadar nama.


Menghempas Batas Ruang Kita

Re-Design Taman Inklusi dan Taman Maluku

85—86


Bandung Inclusive Trip

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Bandung Inclusive Trip

Foto oleh Esther Dorothy, Dyah Rani, Vinsensius A.B., M. Arifandy 87—88


Bandung Inclusive Trip

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Bandung Inclusive Trip

Foto oleh Esther Dorothy, Dyah Rani, Vinsensius A.B., M. Arifandy 89—90


Bandung Inclusive Trip

Gaung Bandung 2018

PENUTUP Mengekang diri tidaklah menyelesaikan masalah. Apalagi tak acuh pada sekitar, hanya berdiam diri, pun takkan bermanfaat. Berempati adalah hal yang tepat dilakukan dengan menyusuri ruang publik di Kota Bandung untuk memahami kehidupan di sekitar. Dengan tema inklusi ini, mengetahui realitas yang terjadi secara langsung memang harus dilakukan agar tepat sasaran dan melingkupi seluruh kalangan.


Menghempas Batas Ruang Kita

Penutup

Foto oleh Adrio Fachrezzy

Melalui Bandung Inclusive Trip, semua orang diajak untuk peka terhadap pentingnya aspek inklusi pada ruang publik, lantas menerapkannya pada setiap desain. Jikalau kegiatan ini fokus terhadap kebutuhan aksesibilitas termasuk bagi difabel dengan membantu menemukan ide desain, desain tersebut bisa jadi kurang tepat apabila tidak melibatkan kembali calon pengguna. Asesmen oleh pengguna mungkin bisa dilakukan sejak perencanaan hingga pembangunan.

91—92


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Pameran Tanpa Batas

PAMERAN TANPA BATAS

93—94


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

PAMERAN TANPA BATAS

Foto oleh Nabila Fairuza


Menghempas Batas Ruang Kita

Pameran Tanpa Batas

mari gugah manusia-manusia kota itu bahwa karya-karya itu kan menggema memberitahukan bahwa semua manusia harus menyatu dalam dunia yang penuh norma

Pameran Tanpa Batas merupakan acara utama dari serangkaian acara Gaung Bandung, berlangsung pada 2-4 November 2018. Pameran ini merupakan ajang ditampilkannya karya-karya arsitektur yang memiliki perhatian lebih terhadap isu inklusi kota. Pameran Tanpa Batas menjadi wadah ekspresi karya untuk mahasiswa dan alumni arsitektur ITB yang memiliki ketertarikan pada isu inklusi. Selain itu, Pameran Tanpa Batas menyajikan karya-karya terbaik para peserta Bandung Inclusive Trip. Pameran Tanpa Batas juga akan menjadi wadah ditampilkannya beberapa hasil karya terbaik Sayembara Tanpa Batas, sekaligus menjadi tempat penjurian terbuka dan pemberian penghargaan bagi pemenang sayembara tersebut. Pameran Gaung Bandung akan dilengkapi dengan kegiatan gelar wicara (talkshow) mengenai isu inklusi dan desain inklusif. Gelar wicara diisi oleh para narasumber dari latar belakang yang berbeda, yaitu praktisi arsitektur dan aktivis inklusi.

95—96


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

PAMERAN TANPA BATAS

Sebagai bagian dari Gaung Bandung 2018, Pameran Tanpa Batas merupakan usaha untuk menyampaikan pesan bahwa kota yang layak huni bagi masyarakatnya dapat diwujudkan dengan menciptakan ruang-ruang inklusif. Arsitektur sebagai disiplin ilmu memiliki peran langsung dalam mewujudkan ruang-ruang tersebut. Pameran ini menampilkan karyakarya arsitektur yang memberikan perhatian terhadap isu-isu inklusif. Karya-karya yang ditampilkan antara lain adalah 15 karya mahasiswa dan alumni Arsitektur ITB, 4 karya biro arsitektur profesional, 10 karya terbaik Sayembara Tanpa Batas, dan 5 karya hasil lokakarya Bandung Inclusive Trip. Pameran Tanpa Batas berlangsung selama 3 hari, dibuka bersamaan dengan penjurian terbuka Sayembara Tanpa Batas. Pada hari kedua pameran, diadakan pula gelar wicara ‘Apa Kabar Kota Ramah Huni?’ sebagai usaha untuk membuka ruang diskusi dan interaksi terhadap tema yang diangkat pada Pameran Tanpa Batas. Pameran Tanpa Batas ditutup dengan Festival Tanpa Batas yang merupakan puncak acara Gaung Bandung 2018.


Menghempas Batas Ruang Kita

Pameran Tanpa Batas

Foto oleh M. Arifandy 97—98


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

APA KABAR KOTA RAMAH HUNI?

Untuk membahas lebih dalam terhadap isu yang dibawa pada Gaung Bandung 2018, diadakan Gelar Wicara ‘Apa Kabar Kota Ramah Huni?’ yang membahas isu tentang inklusi dengan mempertemukan 4 narasumber dari latar belakang yang berbeda: praktisi arsitektur, perancang kota, akademisi, dan aktivis difabel, untuk saling memaparkan isu inklusi dari sudut pandangnya masing-masing dan menceritakan peran setiap elemen dalam mewujudkan kota yang ramah huni bagi seluruh kalangan. Setiap pembicara memberi pandangan, mimpi, dan kendala yang dilalui dalam menghadapi isu inklusi tersebut.

Materi dapat diunduh pada tautan berikut.

bit.ly/MateriTalkshowGB2018

Gelar Wicara ‘Apa Kabar Kota Ramah Huni?’ diadakan pada hari kedua pameran, 4 November 2018. Gelar wicara ini dipandu oleh Nadya Victoryka dari PSUD sebagai moderator dan menampilkan 3 narasumber, yaitu Adrian Sinaga dari Urban+, Paskalis Khrisno dari Han Awal & Partners Architect, Rachmita Harahap sebagai Dosen Desain Interior Universitas Mercu Buana, dan Cucu Saidah dari Bandung Independent Living Center. Gelar wicara dimulai dengan Nadya Victoryka selaku moderator memberi pengantar terhadap tema gelar wicara dan memperkenalkan latar belakang setiap pembicara, dilanjutkan dengan presentasi setiap pembicara, serta ditutup dengan diskusi dan tanya jawab bersama dengan peserta gelar wicara. Dalam gelar wicara tersebut dihadirkan juga Dian Irawati selaku Kepala Subdit Penataan Bangunan dan Lingkungan Khusus Kementerian PUPR untuk memberikan pandangan dari sudut pandang pemerintah dalam menyikapi isu inklusi di Indonesia.


Menghempas Batas Ruang Kita

Gelar Wicara

Foto oleh Nabila Fairuza 99—100


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

CUCU SAIDAH

Cucu Saidah merupakan perempuan luar biasa yang menjadi penggerak Jakarta Free Barrier Tourism (JFBT) pada 2012, yakni komunitas yang memberikan advokasi bagi difabel agar mendapatkan fasilitas yang memadai. Pada gelar wicara ‘Apa Kabar Kota Ramah Huni?’, Cucu menekankan bahwa kota butuh kemandirian. Saat ini kota menjadi tidak ramah huni terutama bagi difabel karena menjadikan mereka sebagai beban.

Foto oleh Nabila Fairuza


Menghempas Batas Ruang Kita

Cucu Saidah

Padahal difabel sebenarnya dapat berprestasi, sama halnya dengan orang normal. Sayangnya, kurangnya dukungan dari kota membuat mereka menjadi tersisihkan. Etika publik terhadap difabel juga masih kurang. Banyak orang yang tidak menyadari kursi roda merupakan bagian tubuh mereka. Seharusnya kita harus bersama-sama menciptakan ruang publik yang dapat memenuhi kebutuhan setiap pengguna.

101—102


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

RACHMITA MAUN HARAHAP

Rachmita Harahap sebagai Dosen Universitas Mercu Buana, sekaligus pendiri Yayasan Sehjira, konsultan universal design dan aksesibilitas, mengangkat tema universal design and accessibility for all dengan judul “Menciptakan Ruang Publik yang Nyaman, Inklusif, dan Dapat Diakses oleh Semua Pengguna” pada gelar wicara ‘Apa Kabar Kota Ramah Huni?’. Penciptaan ruang publik ini ditunjang dengan pengetahuan dan pemahaman praktik desain universal yang baik.

Foto oleh Nabila Fairuza


Menghempas Batas Ruang Kita

Rachmita Maun Harahap

Beliau menjelaskan bahwa desain universal memiliki 7 prinsip yakni kesetaraan dalam penggunaan, fleksibilitas dalam penggunaan, penggunaan yang sederhana dan intuitif, informasi yang jelas, antisipasi kesalahan, upaya fisik yang rendah, serta ukuran dan ruang untuk pendekatan dan penggunaan. Beliau juga memberikan beberapa referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan seperti Kebijakan Permen PUPR No. 14/PRT/M/2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung, pedoman desain universal dan aksesibilitas, pedoman deaf space design guide oleh Hansel Bauman, dan panduan Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN) 2015. Beliau pun menjelaskan bahwa sivitas akademik memiliki peluang dalam menyebarluaskan wawasan desain universal melalui penciptaan mata kuliah Desain Universal, penerimaan mahasiswa difabel lebih banyak, dan asesmen bagi mahasiswa.

103—104


Pameran Tanpa Batas

PASKALIS KHRISNO

Gaung Bandung 2018

Paskalis Khrisno Ayodyantoro merupakan seorang arsitek di Han Awal and Partners. Pada gelar wicara ini, Paskalis membahas mengenai pentingnya ruang publik di perkotaan, dihubungkan dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang memiliki kegiatan di luar rumah sejak dahulu. Beliau menuturkan terdapat beberapa program yang dapat menarik untuk terciptanya ruang publik. Hal terpenting dari ruang publik adalah ia milik publik dan berpihak pada publik. Ruang publik harus dibuat dengan visi bersama komunitas dengan tujuan utama bagi masyarakat. Ruang publik yang baik memiliki bentuk yang dinamis dan multifungsi agar suasana yang tercipta lebih kaya, bukan sekadar taman melainkan memiliki fungsi tertentu yang menarik. Ia bisa juga menjadi penghubung antara suatu

Foto oleh Nabila Fairuza, Amanda Aufa


Menghempas Batas Ruang Kita

Paskalis Khrisno

destinasi dengan destinasi lainnya. Ruang ini harus memiliki elemen ‘kecil’ dalam desain, naun sangat berfungsi untuk menarik perhatian orang seperti titik untuk berfoto. Aksesibilitas untuk semua orang juga amatlah penting; jangan pernah mendesain dengan melupakan pejalan kaki. Ruang publik pun harus memiliki aspek kecairan ruang. Ia mampu beradaptasi terhadap setiap pengguna karena ruang publik bukan milik sekelompok saja. Kelengkapan fasilitas seperti signage dan karya seni sebagai pelengkap mendorong pengguna untuk cenderung merawatnya, bukan merusak. Pihak pengelola pun harus berperan dalam hal mengelola fasilitas publik ini agar pihak yang tak berkepentingan tidak dapat mengakses dan merusaknya.

105—106


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

ARDZUNA SINAGA

Ardzuna Sinaga atau lebih dikenal Mas Angga, merupakan urban designer pada konsultan Urban+. Dalam gelar wicara pada Pameran Tanpa Batas ini, beliau mendiskusikan tema ‘Towards Inclusive City: An Observation of Urban Inclusivity�. Menurutnya, salah satu hal yang menciptakan inklusi dalam kota adalah membuat trotoar berfungsi karena troroar menjadi koneksi antara aktivitas berhuni, bekerja, dan bermain. Ia menjadi jalur antara asal dan tujuan. Trotoar yang baik dirancang secara terintegrasi, mulus, dan mengaktivasi kegiatan di atasnya seperti space event, market place, dan historical jewel. Trotoar berperan dalam penciptaan budaya karena ia menghubungkan berbagai tempat penting di kota seperti komersial, taman, perkantoran, dan simpul transit.

Foto oleh Nabila Fairuza, Dyah Cahyamawarni


Menghempas Batas Ruang Kita

Ardzuna Sinaga

Sejatinya desain trotoar maupun urbanscape lainnya yang inklusif tak dapat diwujudkan tanpa tiga elemen utama yakni desain, eksekusi, dan regulasi. Desain yang baik harus memiliki skala manusia, elemen yang terintegrasi, serta menerapkan prinsip-prinsip universal desain. Regulasi dan kebijakan politik juga berperan untuk mewujudkannya melalui visi jangka panjang, koordinasi antarotoritas yang optimal, serta adanya peningkatan kebijakan dan peninjauan. Apabila keduanya telah sepakat, eksekusi desain dilakukan melalui penggunaan material berkualitas unggul, konstruksi mutakhir, pemangku kepentingan yang teintegrasi, dan pengawasan secara intensif.

107—108


Pameran Tanpa Batas

NADYA VICTORYKA

Gaung Bandung 2018

Nadya Victoryka merupakan urban designer dari PSUD. Pada gelar wicara ini, beliau menjadi moderator yang mengawal jalannya diskusi. Beliau menyimpulkan diskusi bahwa selain dengan mengetahui standar dan prinsip desain universal, diperlukan juga empati agar pengguna menggunakan ruang publik secara optimal, agar atmosfer inklusif tercipta. Saat ini, sudah banyak instrumen dan pengetahuan untuk menciptakan ruang publik yang inklusif guna mewujudkan kota ramah huni.

Foto oleh Nabila Fairuza, M. Arifandy


Menghempas Batas Ruang Kita

Nadya Victoryka

Tetapi kota ramah huni tidak hanya memikirkan masyarakat yang memiliki hambatan. Ia juga memiliki lingkungan hidup yang baik. Setiap pertimbangan desain dan detail pada pengembangan kota akan berdampak kepada masyarakatnya. Dalam lingkungan kota, keberagaman pasti ada di sekitar, dan kita harus menyadarinya, lalu memberdayakan mereka sebagai masyarakat yang memiliki kapabilitas untuk hidup berdampingan.

109—110


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

PSUD

Pusat Studi Urban Desain (PSUD) merupakan sebuah komunitas berbasis penelitian independen di bidang rancang kota, arsitektur, dan perencanaan, yang didirikan oleh Prof. Ir. M. Danisworo pada tahun 1994. PSUD bertujuan menghubungkan kebutuhan kepentingan publik, dengan membantu pemerintah daerah, kelompok masyarakat, dan perusahaan pengembangan, untuk menghasilkan rencana holistik untuk perencanaan, desain, manajemen, dan kualitas lingkungan perkotaan. PSUD bercita-cita menjadi pusat sumber daya desain perkotaan di Indonesia dan negaranegara berkembang lainnya, melalui tindakan penelitian & desain, pendidikan berbasis masyarakat, serta publikasi. Tiga hal penting yang dilakukan PSUD adalah study, create, dan educate. Edukasi dilakukan PSUD melalui pemetaan, seminar, gelar wicara, dan diskusi, serta publikasi melalui buku dan media sosial. Pun PSUD mengindikasikan desain skala kota layaknya perancangan rencana induk pengembangan berorientasi transit di Jakarta dan Surabaya, rencana induk reklamasi, dan panduan desain bangunan bersejarah di Kota Tua Jakarta. Sesuai namanya, PSUD juga melakukan studi melalui kegiatan diskusi sore dan jejak pendapat tiap Senin (Monday Poll).

Foto oleh Amanda Aufa


Menghempas Batas Ruang Kita

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang diwakili Dian Irawati, menyampaikan mengenai pandangan pemerintah dalam menanggapi isu inklusi pada gelar wicara ‘Apa Kabar Kota Ramah Huni?’. Beliau menjelaskan bahwa upaya-upaya pemerintah telah diwujudkan dengan mengikuti Agenda Global Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dalam bentuk peraturan perundangan. PUPR menekankan bahwa penerapan prinsip desain universal harus mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan penyandang disabilitas, anak-anak, lanjut usia, serta ibu hamil. Beberapa upaya pemerintah dalam mewujudkan wacana inklusi adalah melalui pembinaan kepada pemerintah daerah dan penyelenggara bangunan gedung. Pemerintah mengharapkan terdapat tindak lanjut melalui sosialisasi berupa kampanye publik kreatif, serta stimulant percontohan fasilitas publik yang inklusif.

PSUD-PUPR

DIAN IRAWATI

Foto oleh Amanda Aufa 111—112


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Gelar Wicara

Foto oleh Amanda Aufa, Nabila Fairuza, M. Arifandy, Dyah Cahyamawarni 113—114


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Gelar Wicara

Foto oleh Amanda Aufa, Nabila Fairuza, M. Arifandy, Dyah Cahyamawarni 115—116


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

KARYA PAMERAN

Karya pameran secara lengkap dapat diakses pada tautan berikut.

bit.ly/KaryaPameranGB2018

Kota bukanlah sekadar dinding-dinding yang membentang tinggi, yang memisahkan satu orang dengan orang lainnya. Di balik sekat-sekat tersebut, masyarakat hidup dan menyusun narasinya masing-masing. Keberlanjutan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat pun menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kota. Munculah pertanyaan, bagaimana seseorang dapat hidup di suatu lingkungan jika lingkungan tersebut tidak mampu menunjang kebutuhan dan haknya? Di sinilah upaya untuk menciptakan kota ramah huni bagi semua kalangan menjadi kebutuhan yang penting. Pemenuhan kebutuhan masyarakat kota akan spasial, sosial, dan ekonomi secara inklusif menjadi konklusi konsep kota ramah huni. Arsitektur menjadi keilmuan yang bersinggungan langsung dengan kota dan setiap fenomenanya memegang peran penting sebagai salah satu elemen yang turut serta mewujudkan ruang kota yang inklusif, untuk menghempas batasan-batasan yang ada di sekitar kita. Usaha ini kami coba presentasikan dalam bentuk pameran, berisi karya-karya dari mahasiswa dan alumni Arsitektur ITB sekaligus menampilkan karya-karya dari biro arsitektur professional yang memberikan perhatian khusus terhadap isu inklusi. Pameran juga menampilkan buah pemikiran para peserta terbaik Sayembara Tanpa Batas dan hasil lokakarya desain dalam kegiatan Bandung Inclusive Trip. Keterkaitan antara kenyamanan kota dengan pemenuhan aspek inklusi sangatlah erat. Melihat masyarakat kota saat ini, kepedulian terhadap kualitas ruang kota hanya bergumul dalam aspek-aspek yang berdampak langsung terhadap kehidupan mereka. Bagaimana wacana isu inklusi dalam realitas kota yang sebenarnya? Apakah kota-kota yang kita tinggali saat ini sudah layak disebut sebagai ‘kota ramah huni’? Kondisi kota kita saat ini mungkin masih jauh dari visi tentang ruang yang ramah bagi semua kalangan. Kami melihat dalam realitanya bahwa isu inklusi belum menjadi aspek yang diprioritaskan.


Menghempas Batas Ruang Kita

Pameran

Foto oleh Amanda Aufa 117—118


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

RE-GREEN-ERATION JAKARTA DUKUH ATAS TRANSPORTATION HUB Lokasi : Dukuh Atas, Jakarta Pusat Tahun : 2018 Luas : 12.500 m2

Pengindonesiaan Moda Raya Terpadu resmi digunakan untuk Mass Rapid Transit (MRT). Peresmian MRT ini diluncurkan pada Pra Pembukaan Kongres Bahasa Indonesia XI di Hotel Grand Sahid Jaya yang dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Dukuh Atas Transportation Hub terletak pada lokasi persilangan lima moda transportasi berbeda yang dipersiapkan untuk pengembangan beriorientasi transit. AIRMAS ASRI Jakarta web airmasasri.com ig @airmasasri 119—120

Rancangan ini tidak hanya mengenai bangunan transit, tetapi plaza transit yang mengintegrasikan MRT, kereta Bandara Soekarno-Hatta, kereta rel listrik (KRL), bus Transjakarta, dan Light Rail Transit (LRT) tanpa batas sehingga pengguna dapat berpindah moda tanpa perlu bersinggungan dengan jalur kendaraan pribadi. Agar tercipta kawasan yang inklusif, plaza transit mengintervensi dan merekayasa jalur kendaraan pribadi sehingga berada pada level jalan dan membuat pejalan kaki tidak perlu menaiki jembatan atau terowongan awah tanah untuk berpindah. Kawasan yang tadinya dipenuhi kemacetan lalu lintas akan menjadi kawasan yang ramah bagi pejalan kaki. Bangunan transit yang bermuara pada plaza menjadi bangunan yang memberi nafas pada kawasan. Sebagai tempat menunggu pengguna moda transportasi, lantai dasar bangunan ditinggikan dari


Menghempas Batas Ruang Kita

Re-green-eration Jakarta

level jalan dan memiliki akses berupa ram untuk memudahkan pengguna yang memiliki kebutuhan khusus. Lantai dasar yang terbuka seakan menjadi jalur-pejalankaki besar yang berada di dalam bangunan dan dipenuhi retail untuk memfasilitasi kebutuhan pengguna. Lantai podium terdiri dari retail dan pujasera, sedangkan lantai atas menjadi perkantoran. Wujud bangunan lahir dari kotak-kotak yang dimaju-mundurkan untuk menghasilkan balkon hijau pada area perkantoran. Permukaan masif pada sisi Barat dan Timur ditujukan memenuhi peraturan bangunan setempat dan mencegah cahaya matahari langsung masuk ke area kerja. Penampilan batu alam, tanah liat, dan dinding hijau menjunjung lokalitas dan identitas baru bangunan tinggi tropis sebagai langkah melakukan regenerasi hijau di Jakarta. 119—120


“real simulation” bagi pengunjung dimana kami mencoba untuk mengembalikan lagi konsep edukasi dalam berlalu

Pameran Tanpa lintas yang Batas baik dan benar, kontekstual dengan jaman, dan

Gaung Bandung 2018

sekaligus juga menyenangkan bagi anak-anak sebagai lanjutan dari konsep edukasi yang hanya berupa teori dengan praktek yang masih sangat terbatas yang diterapkan oleh pengelola sebelumnya. Dengan desain baru yang ditawarkan, untuk melengkapi jalur kereta yang telah ada sebelumnya, penambahkan jalur bus dan sepeda baru, serta jembatan, Pengunjung (terutama anak-anak) dimungkinkan untuk dapat mengalami langsung experince berkendara di dalam area Taman Lalu Lintas, untuk mengitari seluruh kawasan baru ini yang di bagi menjadi 3 zona (zona kota, zona gunung, zona air) terinspirasi dari suasana dan bentang alam yang ada di kota bandung Selain merekayasa jalur berkendara yang harus sesuai dengan peraturan berlalu lintas yang telah ditetapkan serta tuntutan agar mampu memberikani experience berkendara seperti

kondisi

sebenarnya,

membagi

site

untuk

mengakomodasi kebutuhan rekreasi dengan spot- spot yang iconic juga menjadi pertimbangan dalam mendesain, hal ini karena mengingat selain sebagai wahana edukasi, Taman Lalu

Lintas

ini

juga

merupakan

tujuan

rekreasi

bagi

masyarakat. Hal lain yang yang juga menjadi concern dalam desain proyek ini adalah menjaga Koofisisen Dasar Hijau (KDH) dari site ini yang harus tetap diatas 80 % mengingat Taman Lalu Lintas juga adalah Ruang Terbuka Hijau kota Bandung. Selain plotting dua bangunan baru (bangunan penerima dan bangunan panggung) yang disesuaikan dengan titik pohon eksisting untuk menghindari adanya pohon yang ditebang,

TAMAN LALU LINTAS menyerap dan mengembalikan air hujan ke dalam tanah adalah beberapa contoh strategi desain yang digunakan. ADE IRMA NASUTION

serta menggunakan material perkerasan yang mampu

Aplikasi

bentukan

yang

sederhana,

soft,

terbuka

dan

mengalir pada bangunan dan semua elemen arsitektural lainnya dipilih untuk menyelaraskan dengan kondisi site Lokasi : Sumur Bandung, Bandung yang dipenuhi dengan pohon dan juga representasi dari Tahun : 2015-2017 motion anak-anak yang dinamis. Pemilihan tone warna putih Luas : 34.965 m2material semen ekspose juga dipilih dan abu-abu muda dari untuk

menjadikannya

kontras

namun

tetap

harmonis

dengan background site yang hijau dan rimbun.

Proyek Revitalisasi Taman Lalu Bandung ini merupakan kerja sama antara Pemkot Bandung dan Yayasan Ade Irma Suryani Nasution dengan Toyota Astra Motor (TAM) melalui skema hibah CSR. LABO Architecture & design sebagai pemenang dari sayembara tertutup yang diadakan oleh TAM untuk proyek ini sebelumnya, mengusulkan

LABO. Bandung

LABO

WebsiteBandung : labo.are.ma Instagram : @labo_____ labo.are.ma

@labo_____

konsep ‘real simulation’ bagi pengunung. Kami mencoba untuk mengembalikan lagi konsep edukasi dalam berlalu lintas yang baik dan benar, kontekstual dengan zaman, dan sekaligus menyenangkan bagi anakanak sebagai lanjutan dari konsep edukasi yang hanya berupa teori dengan praktik yang masih sangat terbatas oleh pengelola sebelumnya. Proyek Revitalisasi Taman Lalu Bandung Dengan desain baru yang ditawarkan, untuk melengkapi jalur kereta yang telah ada sebelumnya, penambahan jalur bus dan sepeda baru, serta jembatan. Pengunjung (terutama anak-anak) dimungkinkan untuk dapat mengalami langsung experience berkendara mengitari seluruh kawasan baru yang dibagi menjadi 3 zona (zona kota, gunung, dan air) yang terinspirasi dari suasana dan bentang alam Kota Bandung.


anak-anak) dimungkinkan untuk dapat mengalami langsung experince berkendara di dalam area Taman Lalu Lintas, untuk mengitari seluruh kawasan baru ini yang di bagi

Menghempas Batas Ruang Kita

menjadi 3 zona (zona kota, zona gunung, zona air) terinspirasi

Taman Lalu Lintas Ade Irma Nasution

dari suasana dan bentang alam yang ada di kota bandung Selain merekayasa jalur berkendara yang harus sesuai dengan peraturan berlalu lintas yang telah ditetapkan serta tuntutan agar mampu memberikani experience berkendara seperti

kondisi

sebenarnya,

membagi

site

untuk

mengakomodasi kebutuhan rekreasi dengan spot- spot yang iconic juga menjadi pertimbangan dalam mendesain, hal ini karena mengingat selain sebagai wahana edukasi, Taman Lalu

Lintas

ini

juga

merupakan

tujuan

rekreasi

bagi

masyarakat. Hal lain yang yang juga menjadi concern dalam desain proyek ini adalah menjaga KooďŹ sisen Dasar Hijau (KDH) dari site ini yang harus tetap diatas 80 % mengingat Taman Lalu Lintas juga adalah Ruang Terbuka Hijau kota Bandung. Selain plotting dua bangunan baru (bangunan penerima dan bangunan panggung) yang disesuaikan dengan titik pohon eksisting untuk menghindari adanya pohon yang ditebang, serta menggunakan material perkerasan yang mampu menyerap dan mengembalikan air hujan ke dalam tanah adalah beberapa contoh strategi desain yang digunakan. Aplikasi

bentukan

yang

sederhana,

soft,

terbuka

dan

mengalir pada bangunan dan semua elemen arsitektural lainnya dipilih untuk menyelaraskan dengan kondisi site yang dipenuhi dengan pohon dan juga representasi dari motion anak-anak yang dinamis. Pemilihan tone warna putih dan abu-abu muda dari material semen ekspose juga dipilih untuk

menjadikannya

kontras

namun

tetap

harmonis

dengan background site yang hijau dan rimbun.

LABO. Bandung Selain merekayasa jalur berkendara yang Website : labo.are.ma harus sesuai dengan peraturan berlalu lintas Instagram : @labo_____ serta memberikan pengalaman berkendara, membagi tapak untuk mengakomodasi kebutuhan rekreasi dengan spot-spot ikonik juga menjadi pertimbangan dalam mendesain. Hal ini dilakukan karena mengingat selain sebagai wahana edukasi, Taman Lalu Lintas merupakan tujuan rekreasi masyarakat.

Hal lain yang menjadi perhatian dalam desain adalah menjaga Koefisien Dasar Hijau dari tapak tetap 80% mengingat Taman Lalu Lintas merupakan RTH Kota Bandung. Selain peletakkan dua bangunan baru (bangunan penerima dan bangunan panggung) yang disesuaikan denagn titik pohon eksisting untuk menghindari penebangan pohon, serta menggunakan material perkerasan yang mampu menyerap dan mengembalikan air hujan ke dalam tanah adalah beberapa contoh strategi desain yang digunakan.

Aplikasi bentukan yang sederhana, lembut, terbuka, dan mengalir pada bangunan dan semua elemen arsitektural lainnya dipilih untuk menyelaraskan dengan kondisi tapak yang dipenuhi dengan pohon dan juga representasi dari gerakan anak-anak yang dinamis. Pemilihan rona warna putih dan abu-abu muda dari material semen ekspos juga dipilih untuk menjadikannya kontras namun tetap harmonis dengan latar belakang tapak yang hijau dan rimbun.

121—122


4. Penataan dan jenis tanaman yang sesuai dengan zonasi kegiatan di

UN AIMAS Pameran Tanpa Batas alun-alun.

Gaung Bandung 2018

n Sorong,Perlakuan Papua Baratkhusus pada alun-alun Aimas.

Kondisi Alun-Alun Aimas saat ini memerlukan penataan yang seksama

buka Publik dari segi arsitektur, penataan kota, dan lansekap yang baik. Perlakuan

khusus tersebut dimaksud untuk meningkatkan aktifitas publik. Beberapa perlakuan khusus pada Alun-Alun yang dapat diterapkan untuk ruang interaksi masyarakat dapat dimulai dari : 1. Perencanaan baru permukaan lansekap, zonasi, desain pagar, penambahan tempat parkir, ornamen monumen, dan desain gerbang. 2. Penambahan jalur pejalan kaki dan perangkatnya, beserta vegetasi di sekeliling alun-alun. 3. Penataan jalur pejalan kaki dan perangkatnya beserta veg¬etasi di sisi seberang alun-alun. 4. Perencanaan permukaan jalan dan persimpangan di sekeliling alunalun sebagai fungsi “Traffic Calming”. 5. Penataan Pasar Mama dan PKL. Jalur Pedestrian dan Median Jalan Perlakuan Khusus pada Jalur Pejalan Kaki/ Jalur Pedestrian dan Median Jalan. Penataan yang dilakukan berupa:

1. Rencana jalur pejalan kaki/ jalur pedestrian yang bersih dan menerus ALUN-ALUN dengan melakukan eliminasi objek hambatan yang terdapat pada i pun harus diikuti oleh penataan detail ruang AIMAS pejalan kaki/ jalur pedestrian. tu nya adalah jalur Kawasan Alun-alun Aimas yang

h mengalami perkembangan kota yang cukup

ntahan Kabupaten Sorong dan juga 2. Pengadaan inletmerupakan dan bak

ting di kawasan tersebut. Alun-alun aimas ini

pinggir jalan.

kontrol untuk menghindari genangan di

kurang layak, Pemkab Sorong berencana ini menjadi destinasi kota yang berkualitas dan ruang ncana untuk menata kembali kawasan alunberfungsi sebagai perluasan jalur pejalan kaki/ jalur pedestrian. terbuka publik yang inklusif bagi masyarakat. hingga menjadi salah satu destinasi kota yang Kabupaten Sorong telah mengalami 4. Rencana median pada pertengahan jalan sebagai jalur hijau dan buka publik yang inklusif untuk masyarakat. perkembangan kota yang cukup pesat. Penataan ruang publik Kota Baru Aimas pemisah lajur kendaraan. Perkembangan ini pun harus diikuti oleh ini meliputi area alun-alun beserta Kota Baru 5. Aimas ini melingkupi area alu-alun Pengadaan perlengkapan jalanSalah yang bersifat kenyamanan dan penataan detail ruang kota yang baik. jalur pejalan kaki dan jalur kendaraan di ki dan juga jalur mobil di sekitarnya. Konsep satunya adalah Kawasan Alun-alun keamanan seperti lampu jalan,Aimas pohon peneduh, batas penghalang, sekitarnya. Konsep penataan secara umum adalah dengan memperbaiki kualitas ruang dan sebagai pusat pemerintahan Kabupaten adalah memperbaiki kualitas ruang dan dsb.ruang publik yang sekaligus kota pada elemen Sorong dan salah satu destinasi penting. menambahkan identitas kota pada elemen penataan ruang kota. Alun-alun Aimas terletak di Jalan Sorongruang publik sekaligus menjadi poin inklusi Aimas yang saat ini menjadi jalur utama dari penataan ruang kota. Alun-Alun: menuju bandara. Karena kondisinya yang

: Kab. Sorong, Papua g – Aimas Lokasi yang saat ini menjadi jalur utama

Barat

2017maka Pemerintah kembali kawasan 3. dibuat menjadi drainase/saluranmenata tertutup yang dapat kondisinyaTahun yangDrainase/saluran kurang: layak,

Alun Aimas saat ini memiliki dua permukaan

Perencanaan Taman di Alun-alun

n rumput. Kondisi tersebut berpotensi URBANE sebagai INDONESIA BandungURBANE INDONESIAKondisi taman saat ini memiliki dua si aktifitas publik sekaligus sebuah tengaran web urbane.co.id permukaan lanskap: perkerasan dan rumput. Kabupaten Sorong. Atas dasar tersebut, perlu ig @urbane.indonesia Kondisi tersebut berpotensi sebagai faktor erbuka yang memenuhi syarat keamanan dan BANDUNG pembagian zonasi aktivitas publik sekaligus Tim: Ridwal Kamil, Reza an: Nurtjahja, Achmad Tardiyana, tengaran. Atas dasar tersebut, perlu lihan jenis perkerasan yang sesuai dan tidak Ismail Reza, Adhitya Website : urbane.co.id penataan ulang yang memenuhi syarat yaitu: Kurniadilaga, Melvina s. : @urbane.indonesia 1) penataan dan pemilihan jenis perkerasan Pramadya,Instagram Dini Fauziah, r lansekap seperti area duduk, tempat sampah, Asmita Puspasari, Amanda yang sesuai dan tidak mengganggu aktivitas; ngan untuk meningkatkan kenyamanan dan Arifiana

anaman yang sesuai dengan zonasi kegiatan di


an Khusus pada Jalur Pejalan Kaki/ Jalur Pedestrian dan Median

uai dan tidak enataan yang dilakukan berupa:

URBANE INDONESIA

cana jalur pejalan kaki/ jalur pedestrian yang bersih dan menerus

Menghempas Batas Ruang Kita

gan melakukan eliminasi objek hambatan yang terdapat pada

Tim Desain:

pejalan kaki/ jalur pedestrian. mpat sampah,

gadaan inlet dan bak kontrol untuk menghindari genangan di

Alun-alun Aimas

Ridwan Kamil Reza Nurtjahja Achmad Tardiyana Ismail Reza Adhitya Kurniadilaga Melvina Pramadya Dini Fauziah Asmita Puspasari Amanda Arifiana

gir jalan. yamanan dan

nase/saluran dibuat menjadi drainase/saluran tertutup yang dapat

ungsi sebagai perluasan jalur pejalan kaki/ jalur pedestrian.

cana median pada pertengahan jalan sebagai jalur hijau dan

misah lajur kendaraan.

gadaan perlengkapan jalan yang bersifat kenyamanan dan

asi kegiatan di pohon peneduh, batas penghalang, manan seperti lampu jalan,

URBANE INDONESIA

yang seksama BANDUNG

aik. Perlakuan Website Instagram

blik. Beberapa

: urbane.co.id : @urbane.indonesia

n untuk ruang

desain pagar,

esain gerbang.

erta vegetasi di

ALUN-ALUN AIMAS Lokasi

: Kabupaten Sorong, Papua Barat

Tahun

: 2017

Konteks

: Ruang Terbuka Publik

URBANE INDONESIA Tim Desain: Ridwan Kamil Reza Nurtjahja Achmad Tardiyana Ismail Reza Adhitya Kurniadilaga Melvina Pramadya Dini Fauziah Asmita Puspasari Amanda Arifiana

eg¬etasi di sisi

ekeliling alun-

n dan Median Kabupaten Sorong telah mengalami perkembangan kota yang cukup pesat. Perkembangan ini pun harus diikuti oleh penataan detail ruang

h dan menerus

erdapat pada

kota yang baik, salah satu nya adalah Kawasan Alun-alun Aimas yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Sorong dan juga merupakan salah satu destinasi penting di kawasan tersebut. Alun-alun aimas ini terletak di Jalan Sorong – Aimas yang saat ini menjadi jalur utama menuju Bandara. Karena kondisinya yang kurang layak, maka Pemerintah Kabupaten Sorong berencana untuk menata kembali kawasan alunalun kota baru aimas sehingga menjadi salah satu destinasi kota yang

genangan di

berkualitas dan ruang terbuka publik yang inklusif untuk masyarakat.

2) penambahan furnitur lanskap seperti area duduk, tempat sampah, dan elemen up yang dapat penerangan; 3) perencaan gazebo; dan destrian. 4) penataan jenis tanaman sesuai zonasi alur hijaukegiatan. dan Penataan ruang publik Kota Baru Aimas ini melingkupi area alu-alun beserta jalur pejalan kaki dan juga jalur mobil di sekitarnya. Konsep

penataan secara umum adalah dengan memperbaiki kualitas ruang dan

menambahkan identitas kota pada elemen ruang publik yang sekaligus menjadi poin inklusi dari penataan ruang kota. Perencanaan Taman di Alun-Alun:

Kondisi taman di Alun-Alun Aimas saat ini memiliki dua permukaan lansekap; perkerasan dan rumput. Kondisi tersebut berpotensi sebagai faktor pembagian zonasi aktifitas publik sekaligus sebuah tengaran

(landmark) Kota Aimas/ Kabupaten Sorong. Atas dasar tersebut, perlu penataan ulang ruang terbuka yang memenuhi syarat keamanan dan

Perlakuan Khusus pada Alun-alun Aimas yamanan dan Kondisi alun-alun saat ini memerlukan s penghalang, penataan yang saksama untuk meningkatkan aktivitas publik. Beberapa perlakuan khusus yang dapat diterapkan untuk ruang interaksi masyarakat dapat dimulai dari: 1) perencanaan baru permukaan lanskap, zonasi, desain pagar, tempat parkir, ornamen monumen, dan desain gerbang; 2) penambahan dan penataan jalur pejalan kaki, perangkatnya, dan vegetasi; 3) perencanaan permukaan jalan dan persimpangan sebagai o.id fungsi ‘traffic calming’; dan 4) penataan Pasar e.indonesia Mama dari PKL. kenyamanan, yaitu dengan:

1. Penataan dan pemilihan jenis perkerasan yang sesuai dan tidak mengganggu aktifitas.

2. Penambahan furnitur lansekap seperti area duduk, tempat sampah,

dan elemen penerangan untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan.

3. Perencanaan gazebo.

4. Penataan dan jenis tanaman yang sesuai dengan zonasi kegiatan di alun-alun.

Perlakuan khusus pada alun-alun Aimas.

Kondisi Alun-Alun Aimas saat ini memerlukan penataan yang seksama

dari segi arsitektur, penataan kota, dan lansekap yang baik. Perlakuan khusus tersebut dimaksud untuk meningkatkan aktifitas publik. Beberapa perlakuan khusus pada Alun-Alun yang dapat diterapkan untuk ruang interaksi masyarakat dapat dimulai dari :

1. Perencanaan baru permukaan lansekap, zonasi, desain pagar,

penambahan tempat parkir, ornamen monumen, dan desain gerbang.

2. Penambahan jalur pejalan kaki dan perangkatnya, beserta vegetasi di sekeliling alun-alun.

3. Penataan jalur pejalan kaki dan perangkatnya beserta veg¬etasi di sisi seberang alun-alun.

4. Perencanaan permukaan jalan dan persimpangan di sekeliling alunalun sebagai fungsi “Traffic Calming”.

5. Penataan Pasar Mama dan PKL.

Jalur Pedestrian dan Median Jalan

Perlakuan Khusus pada Jalur Pejalan Kaki/ Jalur Pedestrian dan Median Jalan. Penataan yang dilakukan berupa:

1. Rencana jalur pejalan kaki/ jalur pedestrian yang bersih dan menerus dengan melakukan eliminasi objek hambatan yang terdapat pada jalur pejalan kaki/ jalur pedestrian. 2. Pengadaan inlet dan bak kontrol untuk menghindari genangan di

Jalur Pedestrian dan Median Jalan Pada jalur pedestrian dan median jalan dapat pinggir jalan.

3. Drainase/saluran dibuat menjadi drainase/saluran tertutup yang dapat berfungsi sebagai perluasan jalur pejalan kaki/ jalur pedestrian.

4. Rencana median pada pertengahan jalan sebagai jalur hijau dan pemisah lajur kendaraan.

dilakukan penataan berupa: 1) perencanaan jalur pejalan kaki yang bersih dan menerus dengan eliminasi objek hambatan; 2) pengadaan inlet dan bak kontrol untuk menghindari genangan di pinggir jalan; 3) perencanaan drainase tertutup untuk memperluas jalur pejalan kaki; 4) perencanaan median pada pertengahan jalan sebagai jalur hijau dan pemisah lajur kendaraan; dan 5) pengadaan perlengkapan jalan.

5. Pengadaan perlengkapan jalan yang bersifat kenyamanan dan keamanan seperti lampu jalan, pohon peneduh, batas penghalang, dsb.

URBANE INDONESIA

123—124


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

TOWARDS JAKARTA TRANSIT ORIENTED CITY Kota berorientasi transit yang baik ialah kota yang vibrant dan livable. Untuk mencapai status tersebut, aksesibilitas dan konektivitas elemen-elemen di dalam kota menjadi penting. Salah satu elemen yang fundamental ialah keberadaan trotoar yang menghubungkan pejalan kaki dengan titiktitik destinasi, seperti sekolah, bank, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, taman, dan fasilitas. 1. Connecting origin-destination Konsep ini bertujuan mendorong interaksi antara pedestrian di street frontage dan URBAN+ Jakarta web www.urbanplus.co.id ig @urbanplus.id

meningkatkan karakter kawasan. Desain harus seamless, active, dan complete. “Provide safe and inclusive pedestrian walkway” 2. Improving transit hub point Konsep ini bermaksud meningkatkan pengalaman pengguna transportasi publik dari halte ke lokasi tujuan, seperti pusat bisnis, komersial, budaya, dan taman kreatif. Desain harus memperhatikan convey, wayfinding, seamless, dan rediscover. “Elevate life quality trough better mobility” 3. Creating cultural corridor Konsep ini berarti menciptakan koridor pedestrian yang dinamis dan mendukung keberagaman pengguna dan aktivitas, membangkitkan sense of place, budaya lokal, dan sejarah. Desain harus enhance marketplace, embrace historical place, dan space create event. “Promote proper culture and behavior of street user”


Menghempas Batas Ruang Kita

Towards Jakarta Transit Oriented City

125—126


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

PROPOSAL PASAR RANCACILI, BANDUNG Pasar sebagai Prakarsa Perkembangan Kota yang Autentik dan Berkelanjutan Lokasi Tahun Luas

: Bandung : 2017 : 10.000 m2

Rancacili sebagai daerah relokasi bagi penduduk terdampak penataan kota belum memiliki aktivitas ekonomi yang memadai. Walaupun demikian, Rancacili yang berada di Kawasan Gedebage akan berkembang pesat sesuai dengan rencana pemerintah untuk menjadikannya sebagai ADI Nur Khamim @adinurkhamim Aries Fadli PraYOGA @yogaaries BONIfasius Dimas A. @bonibanget FIKRI Anam @anamfikri NUGRAHA Sulaiman I. @ragairsyad

pusat teknologi. Namun hal tersebut bertentangan dengan fakta bahwa Rancacili merupakan daerah parkir air dan resapan Kota Bandung. Sebagai penjawaban masalah tersebut, diperlukan sebuah rancangan yang menginisiasi aktivitas sosial-ekonomi serta mampu mempertahankan fungsi lahan sebagai daerah resapan. Pasar Rancacili inilah yang akan menjawab gagasan tersebut dengan konsep perancangan yang memiliki lokalitas, berkelanjutan, inklusif, dan menjadi akupuntur kota. Daerah Rancacili merupakan daerah yang belum terolah. Delapan puluh persen daerah masih berupa persawahan dan perkebunan, sedangkan sisanya merupakan permukiman dan sebagian kecil daerah industri. Kepadatan penduduk masih rendah yakni hanya 88 jiwa/hektare. Mata pencaharian penduduk sekitar adalah berbasis agraris. Perekonomian masyarakat Rancacili masih belum cukup berkembang. Daerah ini


Menghempas Batas Ruang Kita

berpotensi dengan lahan yang luas serta sumber daya manusia yang banyak (dari penduduk terelokasi). Pasar Rancacili dengan luas lahan sekitar 10.000 m2, pasar akan mampu menjangkau 6 km. Dengan demikian, pasar ini akan mampu memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang belum dicukupi oleh Pasar Gedebage, Pasar Ciwastra, dan Pasar Rancabolang. Dari aspek ruang dan lingkungan hidup, Gedebage merupakan kawasan parkir air bagi Kota Bandung, yakni kawasan resapan air sebuah kota. Jika tidak ada parkir air, maka akan terjadi banjir. Oleh karena itu, desain pasar ini memelihara fungsi lahan sebagaimana mestinya. Dalam skala bangunan, pasar dirancang dengan mengedepankan aspek inklusi. Terdapat ramp yang menghubungkan lantai dasar menuju lantai paling atas. Ramp digunakan sebagai pengganti tangga agar dapat

Pasar Rancacili

digunakan oleh sebanyak orang, difabel sekalipun. Perkembangan sebuah kota dan keberadaan pasar mempunyai hubungan timbal balik yang vital. Pasar dan kota saling menunjang dalam perkembangannya. Walau terjadi modernisasi, pasar masih akan tetap terjaga eksistensinya. Dalam hal ini ketika Gedebage menjadi teknopolis, maka seolah terjadi eksklusivitas terhadap modernisasi yang berkembang pesat dan mendesak. Namun agar tidak kehilangan identitas dengan perkembangan tersebut, sejatinya Pasar Rancacili ini diperlukan sebagai pondasi kegiatan ekonomi dan sosial yang otentik dan berkemasyarakatan. Pasar Rancacili ditujukan menjadi generator ekonomi yang membuat taraf perekonomian meningkat dengan memanfaatkan potensi pertambahan penduduk.

127—128


mempunyai rasa kepemilikan atas rumahnya sendiri. sehingga sering menjadikan rumah yang sudah diberikan menjadi

Pameran Tanpa untuk Batas dijual kembali. komoditas

Gaung Bandung 2018

Konsep Umum Konsep partisipatif diwujudkan dalam desain inkremental pada bangunan dengan konstruksi yang mudah sehingga menghasilkan rumah mikro yang layak huni yang dapat mendukung kebutuhan hidupnya, mengakomodasi keinginan masing-masing penghuni terhadap rumahnya sendiri untuk menimbulkan rasa kepemilikan terhadap rumah sendiri. Inkremental : Penyesuaian terhadap kebutuhan Kepemili Kepemilikan dapat dibentuk dengan penyesuaian pribadi masing masing penduduk kepada rumahnya masing masing. Penyesuaian ini juga dapat digunakan untuk menunjang kebutuhan masing masing penduduk yang beragam. Desain inkremental ini difokuskan dengan lantai dasay yang dibuat pilotis sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pemilik

yang

beragam.

Contohnya,

lantai

dsar

pengembangannya dapat dijadikan warung makan atau bahan sembako.

DARI, OLEH, UNTUK

Pembangunan Rumah Mikro dengan Pendekatan Partisipatif untuk Memanusiakan Manusia Lokasi : Bantaran Sungai Cikapundung, Bandung Tahun : 2017 Luas : 12 m2 Status : Juara 4 Sayembara Desain Microhouse

Aries Fadli PRAYOGA ARIES@yogaaries FADLI PRAYOGA KESHIA SIMATUPANG DAVIN Gery Lineker DAVIN GERY LINEKER @davingeel_ KESHIA Simatupang Mahasiswa Arsitektur ITB @_kepang Instagram : @yogaaries Mahasiswa Arsitektur ITB @_kepang @davingl

Proses urbanisasi merupakan sebuah keniscayaan bahwa pertambahan penduduk tak dapat dihindarkan sedangkan jumlah luasan tempat tinggal manusia tetap. Hal ini menyebabkan kepadatan penduduk terus bertambah sehingga perlu solusi rumah tinggal yang kompak dan mampu menjawab kebutuhan warga kota. Kami ditantang untuk merancang sebuah rumah dengan ukuran tapak maksimal 12 m2 dan luas bangunan maksimal 24 m2. Solusi ini diharapkan dapat diterapkan pada kampung-kampung kota dengan lingkungan binaan yang kurang baik. Dalam penerapannya cenderung terjadi penolakan oleh masyarakat sehingga kami menerapkan konsep utama partisipatif. Mengapa partisipatif? Pendekatan partisipatif digunakan untuk menggantikan sistem karikatif yang membuat masyarakat yang dibantu tidak


sistem karikatif yang membuat masyarakat yang dibantu tidak

diperlukan solusi rumah tinggal yang compact dan mampu

mempunyai rasa kepemilikan atas rumahnya sendiri. sehingga menjawab kebutuhan merancang sebuah sering menjadikan rumah yang sudah diberikan menjadi

warga kota. Kami ditantang untuk

rumah dengan ukuran tapak maksimal

komoditas untuk dijual kembali.

Solusi ini diharapkan dapat diterapkan pada kampung -

Konsep Umum

jumlah luasan tempat tinggal manusia luasannya tetap. Hal ini menyebabkan kepadatan penduduk terus bertambah. Maka diperlukan solusi rumah tinggal yang compact Dari, dan mampu oleh, untuk

Menghempas Batas Ruang Kita

sebesar 12m2 dan luas bangunan ma maksimal 24m2.

kampung kota yang lingkungan binaannya kurang baik. Biasanya, dalam penerapanya banyak penolapan dalam

Konsep partisipatif diwujudkan dalam desain inkremental

masyarakat maka kami menerapkan konsep utama yaiu

pada bangunan dengan konstruksi yang mudah sehingga partisipatif.

menjawab kebutuhan warga kota. Kami ditantang untuk merancang sebuah rumah dengan ukuran tapak maksimal

sebesar 12m2 dan luas bangunan ma maksimal 24m2.

menghasilkan rumah mikro yang layak huni yang dapat Mengapa Partisipatif? mendukung kebutuhan hidupnya, mengakomodasi keinginan

Pendekatan partisipatiff digunakan untuk menggantikan

masing-masing penghuni terhadap rumahnya sendiri untuk sistem karikatif yang membuat masyarakat yang dibantu tidak menimbulkan rasa kepemilikan terhadap rumah sendiri. mempunyai rasa kepemilikan atas rumahnya sendiri. sehingga sering menjadikan rumah yang sudah diberikan menjadi

Inkremental : Penyesuaian terhadap kebutuhan

komoditas untuk dijual kembali.

Biasanya, dalam penerapanya banyak penolapan dalam masyarakat maka kami menerapkan konsep utama yaiu

Kepemili Kepemilikan dapat dibentuk dengan penyesuaian pribadi Konsep Umum Konsep partisipatif masing masing penduduk kepada rumahnya masing masing.

Solusi ini diharapkan dapat diterapkan pada kampung kampung kota yang lingkungan binaannya kurang baik.

diwujudkan dalam desain inkremental

partisipatif.

pada bangunan dengan konstruksi yang mudah sehingga

Penyesuaian ini juga dapat digunakan untuk menunjang

menghasilkan rumah mikro yang layak huni yang dapat

kebutuhan masing masing penduduk yang beragam. mendukung kebutuhan hidupnya, mengakomodasi keinginan masing-masing penghuni terhadap rumahnya sendiri untuk

Desain inkremental ini difokuskan dengan lantai menimbulkan dasay yangrasa kepemilikan terhadap rumah sendiri.

sistem karikatif yang membuat masyarakat yang dibantu tidak

dibuat pilotis sehingga dapat disesuaikan dengan Inkremental kebutuhan : Penyesuaian terhadap kebutuhan pemilik

yang

beragam.

Contohnya,

lantai Kepemili dsar Kepemilikan dapat

dibentuk dengan penyesuaian pribadi

masing masing pengembangannya dapat dijadikan warung makan atau penduduk kepada rumahnya masing masing. Penyesuaian ini juga dapat digunakan untuk menunjang

bahan sembako.

Mengapa Partisipatif? Pendekatan partisipatiff digunakan untuk menggantikan

kebutuhan masing masing penduduk yang beragam.

mempunyai rasa kepemilikan atas rumahnya sendiri. sehingga sering menjadikan rumah yang sudah diberikan menjadi komoditas untuk dijual kembali.

Desain inkremental ini difokuskan dengan lantai dasay yang dibuat pilotis sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pemilik

yang

beragam.

Contohnya,

lantai

dsar

pengembangannya dapat dijadikan warung makan atau bahan sembako.

Konsep Umum Konsep partisipatif diwujudkan dalam desain inkremental pada bangunan dengan konstruksi yang mudah sehingga menghasilkan rumah mikro yang layak huni yang dapat mendukung kebutuhan hidupnya, mengakomodasi keinginan masing-masing penghuni terhadap rumahnya sendiri untuk menimbulkan rasa kepemilikan terhadap rumah sendiri. Inkremental : Penyesuaian terhadap kebutuhan Kepemili Kepemilikan dapat dibentuk dengan penyesuaian pribadi masing masing penduduk kepada rumahnya masing masing. Penyesuaian ini juga dapat digunakan untuk menunjang kebutuhan masing masing penduduk yang beragam. Desain inkremental ini difokuskan dengan lantai dasay yang dibuat pilotis sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pemilik

yang

beragam.

Contohnya,

lantai

dsar

pengembangannya dapat dijadikan warung makan atau

ARIES FADLI PRAYOGA KESHIA SIMATUPANG DAVIN GERY LINEKER

ARIES FADLI PRAYOGA KESHIA SIMATUPANG DAVIN GERY LINEKER

bahan sembako.

Mahasiswa Arsitektur ITB

mempunyai rasa kepemilikan atas rumahnya Arsitektur ITB sendiriMahasiswa sehingga sering menjadikan rumah Instagram : @yogaaries yang sudah diberikan menjadi komoditas @_kepang @davingl untuk dijual kembali. Instagram

: @yogaaries @_kepang @davingl

Konsep Umum Konsep partisipatif diwujudkan dalam desain incremental pada bangunan dengan konstruksi mudah sehingga menghasilkan rumah mikro layak huni yang dapat mendukung kebutuhan hidupnya, mengakomodasi keinginan masing-masing penghuni terhadap rumahnya sendiri untuk menimbulkan rasa kepemilkan terhadap rumah sendiri. Inkremental: Penyesuaian terhadap Kebutuhan Kepemilikan dapat dibentuk dengan penyesuaian masing-masing penduduk kepada rumahnya. Penyesuaian ini digunakan untuk menunjang kebutuhan masing-masing penduduk yang beragam.

Desain inkremental ini difokuskan dengan lantai dasar yang dibuat pilotis sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pemilik yang beragam. Contohnya, pengembangan lantai dasar dapat dijadikan warung makan atau toko bahan sembako. ARIES FADLI PRAYOGA KESHIA SIMATUPANG DAVIN GERY LINEKER Mahasiswa Arsitektur ITB

129—130


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

MASTER RENDER Chatterbox

Christopher Toby Santoso Haidar El Haq Mentari Hanifa Dzikrina

Tahun

: 2018

Konteks

: Entri sayembara 120 Hours International Competition 2018

Dengan komunikasi digital, pikiranmu bisa pergi ke mana saja. Tapi apa kabar ragamu? Semakin ke sini, hidupmu hanya berkutat di kepala. Kau makin punya kontrol tentang apa yang mau kau dengar, yang mau kau ucap. Efeknya: kedangkalan. Oversaturasi informasi. Emosi artifisal.

MASTER RENDER

Kau pilah-pilih apa yang ingin kau dengar, sehingga apa

CHATTERBOX

yang kau sebut ‘hubungan dengan orang lain’ hanya sebuah bentuk memuaskan diri sendiri, agar kau merasa ‘ada’ di sini. Dengan ini, kau makin jauh dengan realita, dengan spasio-temporalitas. Kau tidak hidup di sini saat ini. Kau hidup dalam pikiranmu. Kau pikir kau hidup.. Namun apakah kau benar-benar hidup?

Komunikasi digital sudah tak bisa dihindarkan lagi, sudah menjadi kebutuhan primer semua orang. Untuk menunjang komunikasi digital, kegiatan ‘mengisi daya’ (charging) merupakan hal yang lumrah. Tapi apa yang kau lakukan saat

Tahun Status

: 2018 : Entri Sayembara 120 Hours International Competition 2018

menunggu daya penuh?

Ide ‘Chatterbox’ muncul dari kegiatan mengisi daya. Saat

mengisi daya, kau dipaksa duduk dan menungu bersama orang lain, siapapun itu. Atau duduk sendiri.

Bagian leher ke atas dihalangi, namun sisa badanmu tidak.

Indramu masih berhubungan dengan orang di hadapanmu dan lingkungan sekitarmu. Dan kau mulai berkomunikasi dengan orang di depanmu, siapapun itu. Entah hanya saling menatap, membaca gerak tubuh, mengobrol, tertawa bersama. Apapun itu, itu nyata.

Dengan komunikasi digital, pikiranmu bisa pergi ke mana saja. Tapi apa kabar ragamu? Atau kau mulai berkomunikasi pada diri sendiri, mungkin?

Harapannya, kau sadar bahwa kau masih di sini, saat ini.

Bahwa ada orang lain, yang sama sepertimu, sebuah subjek, yang juga berada di sini.

Semakin ke sini, hidupmu hanya berkutat di kepala. Kau makin punya kontrol tentang apa yang mau kaudengar, yang mau kauucap. Efeknya: kedangkalan, oversaturasi informasi, emosi artifisial. Bahwa komunikasi fisik masih punya makna, lebih nyata,

Kaupilah-pilah apa yang ingn kaudengar sehingga apa yang kausebut ‘hubungan dengan orang lain’ hanya sebuah bentuk memuaskan diri-sendiri agar kaumerasa ‘ada’ di sini. Dengan ini, kau makin jauh dengan realita, dengan spasio-temporalitas. Kau tidak hidup di sini saat ini. Kauhidup dalam pikiranmu. Kaupikir kauhidup.

tulus..

Semoga kau selalu ingat.

Chatterbox merupakan submisi kami pada sayembara 120 Hours 2018 dengan tema ’A Room for Communication’.

Kami berusaha untuk merancang sebuah ruang yang bisa

disimpan di mana saja, yang mendorong komunikasi

spontan antarpengguna tanpa mengenal latar belakang masing-masing.

Komunikasi

yang

muncul

dengan

sendirinya, tak dibuat-buat.

PAS FOTO ATAU LOGO BIRO

TOBY HAIDAR HANDZIK Mahasiswa Arsitektur ITB @authenticpotato @elhaqus @elh @hanifadzikrn

Christopher TOBY S. @authenticpotato HAIDAR El Haq H. @elhaqus MENTARI Hanifa Dzikrina @hanifadzikrn Mahasiswa Arsitektur ITB

Namun apakah kau benar-benar hidup? Komunikasi digital sudah tidak bisa dihindarkan lagi. Ia sudah menjadi kebutuhan primer semua orang. Untuk menunjangnya, kegiatan ‘mengisi daya’ (charging) merupakan hal yang lumrah. Tapi apa yang kaulakukan saat menunggu daya penuh? Ide ‘Chatterbox” muncul dari kegiatan mengisi daya. Kaudipaksa duduk dan menunggu bersama orang lain, siapapun itu,


hidup dalam pikiranmu. Kau pikir kau hidup..

Komunikasi digital sudah tak bisa dihindarkan lagi, sudah menjadi kebutuhan primer semua orang. Untuk menunjang Namun apakah kau benar-benar hidup? komunikasi digital, kegiatan ‘mengisi daya’ (charging)

Menghempas Batas Ruang Kita

merupakan hal yang lumrah. kau lakukan Komunikasi digital sudahTapi tak apa bisayang dihindarkan lagi, saat sudah

Chatterbox

menunggu penuh? menjadi daya kebutuhan primer semua orang. Untuk menunjang komunikasi digital, kegiatan ‘mengisi daya’ (charging)

Ide merupakan ‘Chatterbox’hal muncul dari kegiatan Saat yang lumrah. Tapi apamengisi yang kaudaya. lakukan saat menunggu dayadipaksa penuh? duduk dan menungu bersama mengisi daya, kau

orang lain, siapapun itu. Atau duduk sendiri. Ide ‘Chatterbox’ muncul dari kegiatan mengisi daya. Saat mengisi kaudihalangi, dipaksa duduk Bagian leherdaya, ke atas namundan sisamenungu badanmu bersama tidak. orangmasih lain, siapapun itu. Atau dudukorang sendiri. Indramu berhubungan dengan di hadapanmu

dan lingkungan sekitarmu. Bagian leher ke atas dihalangi, namun sisa badanmu tidak. masih berhubungan denganorang orangdididepanmu, hadapanmu DanIndramu kau mulai berkomunikasi dengan dan lingkungan siapapun itu. Entah sekitarmu. hanya saling menatap, membaca gerak

tubuh, mengobrol, tertawa bersama. Apapun itu, itu nyata. Dan kau mulai berkomunikasi dengan orang di depanmu, siapapun itu.berkomunikasi Entah hanya saling membaca gerak Atau kau mulai pada menatap, diri sendiri, mungkin? tubuh, mengobrol, tertawa bersama. Apapun itu, itu nyata.

Harapannya, kau sadar bahwa kau masih di sini, saat ini. Atauada kauorang mulailain, berkomunikasi pada diri sendiri, mungkin? Bahwa yang sama sepertimu, sebuah subjek, yang juga berada di sini. Harapannya, kau sadar bahwa kau masih di sini, saat ini. Bahwa ada orangfisik lain, masih yang sama sepertimu, subjek, Bahwa komunikasi punya makna, sebuah lebih nyata, yang juga berada di sini. tulus.. Bahwa komunikasi fisik masih punya makna, lebih nyata, Semoga kau selalu ingat. tulus.. Semoga kau selalu ingat.

Chatterbox merupakan submisi kami pada sayembara 120 Hours 2018 dengan tema ’A Room for Communication’. Kami berusaha untuk merancang sebuah ruang yang bisa Chatterbox merupakan submisi kami pada sayembara 120 disimpan di mana saja, yang mendorong komunikasi Hours 2018 dengan tema ’A Room for Communication’. spontan antarpengguna tanpa mengenal latar belakang Kami berusaha untuk merancang sebuah ruang yang bisa masing-masing. Komunikasi yang muncul dengan disimpan di mana saja, yang mendorong komunikasi sendirinya, tak dibuat-buat. spontan antarpengguna tanpa mengenal latar belakang masing-masing.

Komunikasi

yang

muncul

dengan

sendirinya, tak dibuat-buat.

TOBY HAIDAR

atauHANDZIK bahkan duduk sendiri. Bagian leher ke Mahasiswa TOBY ATAU Arsitektur ITB HAIDAR atas dihalangi, namun sisa badanmu tidak. LOGO BIRO HANDZIK PAS FOTO @authenticpotato Mahasiswa ATAU Indramu masih berhubungan dengan orang @elhaqus @elh Arsitektur ITB @hanifadzikrn LOGO BIRO di hadapanmu @authenticpotato dan lingkungan sekitarmu. PAS FOTO

@elhaqus @elh @hanifadzikrn

Lalu kaumulai berkomunikasi dengan orang di depanmu, siapapun itu. Entah hanya saling menatap, membaca gerak tubuh, mengobrol, tertawa bersam. Apapun itu, itu nyata. Atau kaumulai berkomunikasi pada diri-sendiri, mungkin?

Kami berusaha untuk merancang sebuah yang bisa disimpan di mana saja dan mendorong komunikasi spontan antarpengguna tanpa mengenali latar belakang masing-masing, yakni komunikasi yang muncul dengan sendiri tanpa dibuatbuat.

Harapannya kausadar bahwa kau masih di sini, saat ini; bahwa ada orang lain yang sama sepertimu; sebuah subjek yang juga berada di sini; bahwa komunikasi fisik masih punya makna, lebih nyata dan tulus. Semoga kau selalu ingat!

Chatterbox merupakan submisi kami pada Sayembara 120 Hours Competition 2018 dengan tema ‘A Room for Communication’. 131—132


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

TANJUNG BARAT STATION MIXED-USE Lokasi Tahun Status ITB

: Jakarta Selatan : 2017 : Tugas Akhir Sarjana Arsitektur

Proyek dengan tipologi bangunan campuran memiliki fungsi meliputi apartemen, fasilitas publik, fasilitas sosial, dan retail. Proyek ini bertujuan menciptakan alternatif perumahan baru yang terletak di dekat simpul transportasi. Penghuni apartemen merupakan masyarakat kelas menengah ke bawah untuk rusunami dan masyarakat kelas menengah untuk anami, sementara podium

DOMINICUS DENNIS PRATAMA Alumni Arsitektur ITB ig @dnspr web issuu.com/ dennispratama

bangunan akan digunakan oleh para komuter dan masyarakat di sekitar daerah tersebut. Konsep proyek ini adalah ‘Pembangunan Inklusif dan Terpadu’. Pengembangan inklusif berarti pengembangan suatu area yang dapat diakses oleh semua orang tanpa batasan apa pun, sedangkan pengembangan terintegrasi dalam konteks ini berarti pengembangan daerah yang unsur-unsurnya saling berhubungan satu sama lain tidak hanya dengan berbagai moda transportasi, tetapi juga dengan fasilitas publik dan komersial di wilayah tersebut. Pendekatan desain yang digunakan dalam proyek ini mencakup pendekatan fungsional dan pendekatan bentuk pada podium. Proyek ini berlokasi di area Stasiun Kereta Tanjung Barat di Jakarta Selatan yang dibayangkan sebagai area Transit Oriented Development (TOD). Lokasi memiliki potensi untuk mandiri karena kedekatannya dengan Stasiun Tanjung Barat dan jaringan jalan.


Menghempas Batas Ruang Kita

Proyek ini terletak di lokasi pengembangan tahap kedua dari Rencana Pembangunan Perumnas Tanjung Barat. Tapak sebagian besar dikelilingi oleh perumahan dan retail. Dalam radius 400 meter (jarak berjalan kaki yang nyaman) ada beberapa fasilitas umum termasuk fasilitas pendidikan (MIS Nurul Iman, Politeknik Bunda Kandung, Sekolah Tinggi Ilmu Akuntansi, SMK Wisata), fasilitas keagamaan (masjid), transportasi umum (Stasiun Tanjung Barat, halte bus). Tidak ada fasilitas kesehatan dalam radius 400 meter, jadi proyek ini memasukkan fasilitas kesehatan dalam program ini. Program proyek ini berisi 60% perumahan dan 40% fasilitas komersial dan publik. Daerah hunian mencakup 75% anami (apartemen komersial) dan 25% rusunami (apartemen yang didanai pemerintah).

Tanjung Barat Station Mixed-Use

Pengembangan massa dimulai dengan memaksimalkan area KDB 45% dan KLB 4. Podium dirancang untuk menjadi ruang publik terbuka yang mengakomodasi koneksi tanpa batas antara Stasiun Tanjung Baratpodium-jaringan pejalan kaki yang ada. Apartemen ini terbagi menjadi tiga tower yang terdiri dari 2 tower anami dan 1 tower rusunami. Ketinggian massa yang meningkat secara bertahap dimaksudkan untuk menciptakan persatuan dan menghilangkan kesenjangan antara kelas-kelas sosial.

133—134


Kawasan bersejarah ini dirancang sebagai ruang publik. Artinya, kawasan ini dapat diakses oleh semua orang berapapun

Pameran Tanpa Batas MONUMEN BUDAYA usianya dan apapun kondisinya. Ruang-ruang pada kawasan ini BANGSA

Gaung Bandung 2018

diharapkan dapat memicu interaksi antara satu orang dengan orang lainnya dan dapat meningkatkan rasa kepemilikan

Lokasi

: Kota Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia

Tahun

: 2018

terhadap Pue Nggari, pendiri Kota Palu.

Luas

: 2736 m2

Konteks

: Entry Sayembara Monumen Budaya Bangsa

Museum Budaya Palu

TKIMAI XXXIV Sulawesi Tenggara

Museum Budaya Palu berada di bawah tanah, di bawah Monumen Bambu. Pintu masuk museum terletak di bawah ramp yang mengelilingi monumen. Di dalam museum ini terdapat sejarah didirikannya Kota Palu dan sejarah mengenai Pue Nggari. Makam Pue Nggari Makam Pue Nggari berada di bawah Monumen Bambu, sebagai bagian dari Museum Budaya Palu. Untuk mengunjungi Makam Pue Nggari, pengunjung harus masuk ke dalam Museum Budaya Palu. Di dalam museum terdapat koridor yang menuju langsung ke makam. Makam tidak dipindahkan sama sekali

dari lokasinya, hanya dipugar dan dibuat di dalam ruangan. MONUMEN BUDAYA BANGSA

Monumen Budaya Bangsa ini didesain sebagai titik nol budaya

bangsa Indonesia. Monumen ini juga didesain sebagai landmark

Masjid

bagi Kota Palu, yang bisa menjadi salah satu destinasi wisata

budaya di Kota Palu. Makam Pue berbentuk Nggari merupakan salah satu Masjid dibuat lingkaran,

agar selaras dengan bentuk

sekarang Makam Pue Nggari ini kurang

Lokasi : Kota Palu, Sulawesi Tengah cagar budaya di Kota Palu. Namun, sekarang Makam Pue Nggari

lanskap kawasan Monumen Budaya Bangsa.diketahui Material yang Tahun 2018banyak sehingga oleh orang banyak sehingga tidak ni kurang diketahui oleh: orang menjadi tidak

2 terawat. Padahal Makam Pue Nggari sebagai sehingga menyerrupai Status : Entri Sayembara Monumen cagar budaya seharusnya dijaga dan diseharusnya dijaga dan dilestarikan. Penggunaan bambu sebagai aksen fasad material monumen. Budaya Bangsa TKIMAI XXXIV lestarikan. Sulawesi Tengah Monumen Bambu adalah upaya untuk menunjukkan efek kontras dengan material Monumen Bambu Monumen dibuat menggunakan material bambu, sebagai bangunannya, yaituterdiri beton. Monumen dibuat menggunakan material material lokal di Indonesia. Monumen darididesain 34 batang Monumen Budaya Bangsa ini bambu sebagai materia lokal di Indonesia. bambu yang membentuk bambu yangIndonesia, saling sebagai titik nolikatan budaya bangsa Monumen terdiri dari 34 batang bambu menyokongserta satu sebagai sama lain,tengaran melambangkan 34 provinsi di Kota Palu yang bisa yang membentuk ikatan dan menyokong ndonesia yang walau berbeda-beda namun saling membantu menjadi salah satu destinasi wisata budaya satu sama lain, melambangkan 34 provinsi di dan mendukung satu sama lain, gotong royong. kota. Makam Pue Nggari merupakan salah Indonesia yang berbeda-beda namun saling satu cagar budaya di Kota Palu. Namun, membantu dan mendukung satu sama lain Ruang Publik dalam semangat gotong-royong. Kawasan bersejarah ini dirancang sebagai ruang publik. Artinya, TERRY,Aditya AYYASH, JOSHUA, NABILA JOSHUA

Luas : 2.736 m sebagai terawat. Padahal, Makam Pue Nggari budaya digunakan sebagai fasadcagar adalah bambu

kawasan ini dapat diakses oleh semua orang berapapun

@josh.aditya

Ruang Publik

usianya dan apapun kondisinya. Ruang-ruang padaPutri kawasan ini NABILA Fauzia

Mahasiswa Arsitektur ITB Kawasan bersejarah ini dirancang sebagai

@nabvla diharapkan dapat memicu interaksi antara satu orang dengan

Theofillus TERRY ruang publik. Artinya, Kawasan ini dapat @theoryterry Instagram : @theoryterry diakses semua orang. Ruang-ruang pada terhadap Pue Nggari, pendiri Kota Palu. Yahya AYYASH Assaduddin @josh.aditya Kawasan ini diharapkan dapat memicu @yahyachan

orang lainnya dan dapat meningkatkan rasa kepemilikan

Museum Budaya Palu

@nabvla interaksi antara satu orang dengan orang

Mahasiswa Arsitektur ITB

Museum Budaya Palu berada di bawah tanah, di bawah

Monumen Bambu. Pintu masuk museum terletak di bawah

amp yang mengelilingi monumen. Di dalam museum ini

terdapat sejarah didirikannya Kota Palu dan sejarah mengenai

lainnya dan dapat meningkatkan rasa

TERRY


kasi : Kotawalau Palu, berbeda-beda Sulawesi Tengah, Indonesia donesia yang namun saling membantu hun : 2018 satu sama lain, gotong royong. n mendukung

as

: 2736 m2

Lokasi

: Kota Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia

Konteks

: Entry Sayembara Monumen Budaya Bangsa

Y, AYYASH, JOSHUA, NABILA

Tahun nteksPublik : Entry Sayembara Monumen Budaya BangsaKita Menghempas Batas Ruang uang Luas TKIMAI XXXIV Sulawesi Tenggara wasan bersejarah ini dirancang sebagai ruang publik. Artinya,

Monumen Budaya Bangsa

: 2018

: 2736 m2

wasan ini dapat diakses oleh semua orang berapapun

TKIMAI XXXIV Sulawesi Tenggara

anya dan apapun kondisinya. Ruang-ruang pada kawasan ini

harapkan dapat memicu interaksi antara satu orang dengan

ang lainnya dan dapat meningkatkan rasa kepemilikan

hadap Pue Nggari, pendiri Kota Palu.

useum Budaya Palu

useum Budaya Palu berada di bawah tanah, di bawah

onumen Bambu. Pintu masuk museum terletak di bawah

mp yang mengelilingi monumen. Di dalam museum ini

dapat sejarah didirikannya Kota Palu dan sejarah mengenai

e Nggari.

akam Pue Nggari

akam Pue Nggari berada di bawah Monumen Bambu, sebagai

Monumen Budaya Bangsa ini didesain sebagai titik nol budaya gian dari Museum Budaya Palu. Untuk mengunjungi Makam bangsa Indonesia. Monumen ini juga didesain sebagai landmark

e Nggari, pengunjung harus masuk ke dalam Museum

bagi Kota Palu, yang bisa menjadi salah satu destinasi wisata

daya Palu. Di dalam museum terdapat koridor yang menuju budaya di Kota Palu. Makam Pue Nggari merupakan salah satu

cagar budaya di Kota Palu. Namun, sekarang Makam Pue Nggari ngsung ke makam. Makam tidak dipindahkan sama sekali

ini kurang diketahui oleh orang banyak sehingga menjadi tidak

ri lokasinya, hanya dipugar dan dibuat di dalam ruangan.terawat. Padahal, Makam Pue Nggari onumen Budaya Bangsa ini didesain sebagai titik nol budaya seharusnya dijaga dan dilestarikan.

sebagai cagar budaya

ngsa Indonesia. Monumen ini juga didesain sebagai landmark asjid

Monumen Bambu

gi Kota Palu, yang bisa menjadiagar salah satu dengan destinasibentuk wisata asjid dibuat berbentuk lingkaran, selaras Monumen

material daya dikawasan Kota Palu. Makam Pue Nggari merupakan salah satu nskap Monumen Budaya Bangsa. Material yang bambu

gar budaya di Kota Palu.adalah Namun, sekarang Makam Pue Nggari gunakan sebagai fasad bambu sehingga menyerrupai

dibuat menggunakan material bambu, sebagai

lokal di Indonesia. Monumen terdiri dari 34 batang yang

membentuk

ikatan

bambu

yang

saling

menyokong satu sama lain, melambangkan 34 provinsi di

kurangmonumen. diketahui oleh orang banyak sehingga tidak aterial Penggunaan bambu sebagaimenjadi aksen fasad Indonesia yang walau berbeda-beda namun saling membantu dan mendukung satu sama lain, gotong royong.

awat. Padahal, Pue Nggari sebagai cagarmaterial budaya alah upaya untukMakam menunjukkan efek kontras dengan

ngunannya, yaitu beton. harusnya dijaga dan dilestarikan.

Ruang Publik Kawasan bersejarah ini dirancang sebagai ruang publik. Artinya, kawasan ini dapat diakses oleh semua orang berapapun

onumen Bambu

usianya dan apapun kondisinya. Ruang-ruang pada kawasan ini

onumen dibuat menggunakan material bambu, sebagai diharapkan dapat memicu interaksi antara satu orang dengan

orang lainnya aterial lokal di Indonesia. Monumen terdiri dari 34 batang

mbu

yang

membentuk ikatan bambu yang TERRY, AYYASH, JOSHUA, NABILA

dan dapat meningkatkan rasa kepemilikan

terhadap Pue Nggari, pendiri Kota Palu.

saling

Museum enyokong satu sama lain, melambangkan 34 provinsi di Budaya Palu Mahasiswa Arsitektur ITB Museum Budaya Palu berada di bawah tanah, di bawah donesia yang walau berbeda-beda namun saling membantu Monumen Bambu. Pintu masuk museum terletak di bawah Instagram : @theoryterry ramp yang mengelilingi monumen. Di dalam museum ini n mendukung satu sama lain, gotong royong. @josh.aditya terdapat sejarah didirikannya Kota Palu dan sejarah mengenai @nabvla Pue Nggari. ang Publik

Makam Pue Nggari wasan bersejarah ini dirancang sebagai ruang publik. Artinya, Makam Pue Nggari berada di bawah Monumen Bambu, sebagai

wasan ini dapat diakses oleh semua orang berapapun bagian dari Museum Budaya Palu. Untuk mengunjungi Makam

Pueini Nggari, anya dan apapun kondisinya. Ruang-ruang pada kawasan

pengunjung harus masuk ke dalam Museum

Budaya Palu. Di dalam museum terdapat koridor yang menuju

harapkan dapat memicu interaksi antara satu orang dengan

langsung ke makam. Makam tidak dipindahkan sama sekali

ang lainnya dan dapat meningkatkan rasa kepemilikan dari lokasinya, hanya dipugar dan dibuat di dalam ruangan.

hadap Pue Nggari, pendiri Kota Palu.

Masjid Masjid dibuat berbentuk lingkaran, agar selaras dengan bentuk

kepemilikan terhadap Pue Nggari, pendiri useum Budaya Palu berada di bawah tanah, di bawah Kota Palu.museum terletak di bawah onumen Bambu. Pintu masuk

useum Budaya Palu

lanskap kawasan Monumen Budaya Bangsa. Material yang digunakan sebagai fasad adalah bambu sehingga menyerrupai material monumen. Penggunaan bambu sebagai aksen fasad adalah upaya untuk menunjukkan efek kontras dengan material

bangunannya, yaitu beton. mp yang mengelilingi monumen. Di dalam museum ini

Monumen Budaya Palu Museum Budaya Palu terletak di bawah akam Pue Nggari tanah, di bawah Monumen Bambu. Pintu kam Pue Nggari berada di bawah Monumen Bambu, sebagai masuk museum terletak di bawah ramp yang gian dari Museum Budaya Palu. Untuk mengunjungi Makam e Nggari, pengunjung harus masuk monumen. ke dalam MuseumDi dalam museum mengelilingi daya Palu. Di dalam museum terdapat koridor yang menuju ini terdapat sejarah Kota Palu dan Pue ngsung ke makam. Makam tidak dipindahkan sama sekali Nggari. ri lokasinya, hanya dipugar dan dibuat di dalam ruangan.

dapat sejarah didirikannya Kota Palu dan sejarah mengenai

e Nggari.

TERRY, AYYASH, JOSHUA, NABILA

Mahasiswa Arsitektur ITB Instagram

: @theoryterry @josh.aditya @nabvla

Makam Pue Nggari Makam Pue Nggari berada di bawah gunakan sebagai fasad adalah bambu sehingga menyerrupai Monumen Bambu sebagai bagian dari aterial monumen. Penggunaan bambu sebagai aksen fasad Museum Budaya Palu. Untuk mengunjungi alah upaya untuk menunjukkan efek kontras dengan material ngunannya, yaitu beton. Makam Pue Nggari, pengunjung harus masuk ke dalam Musem Budaya Palu. Di dalam museum terdapat koridor yang langsung menuju makam. Makam sama sekali tidak TERRY, AYYASH, JOSHUA, NABILA dipindahkan, hanya dipugar dan dibuat di Mahasiswa Arsitektur ITB dalam ruangan.

asjid

sjid dibuat berbentuk lingkaran, agar selaras dengan bentuk

nskap kawasan Monumen Budaya Bangsa. Material yang

Instagram

Masjid Masjid dibuat berbentuk lingkaran agar selaras dengan bentuk lanskap Kawasan Monumen Budaya Bangsa. Material fasad masjid adalah bambu sehingga menyerupai material monumen sebagai upaya menunjukkan efek kontras dengan material bangunannya, yaitu beton.

: @theoryterry @josh.aditya @nabvla

135—136


the table. the phones must not be touched, let alone be used. Pameran Batas inTanpa this intimate, phoneless atmosphere, people can focus on

Gaung Bandung 2018

giving their time to the person next to them.

polycarbonate ro

steel constructio

“no phone” table

“interaction” cha

NO-PHONE SPACE concrete floor

Tahun Status

: 2018 : Entri Sayembara 120 Hours International Competition 2018

polycarbonate roof

steel construction “no phone” table JOSHUA Aditya TERRY NABILA, JOSHUA, @josh.aditya NABILA Putri Fauzia Mahasiswa Arsitektur ITB @nabvla Theofillus TERRY Instagram : @nabvla @theoryterry “interaction” chair

@joshua.aditya

@theoryterry Mahasiswa Arsitektur ITB

Orang memiliki waktu terbatas dalam hidup. Oleh karena itu, waktu sangat berharga dan tidak boleh disia-siakan. Waktu harus digunakan dengan bijak. Berapa banyak waktu yang kamu habiskan dalam sehari berhubungan dengan seseorang di ponsel Anda? Di sisi lain, berapa banyak waktu yang kamu habiskan dalam sehari berinteraksi dengan seseorang secara fisik? Kamu tidak akan menyadari betapa banyak waktu telah berlalu, dan sebelum kamu menyadari bahwa kamu tidak punya waktu lagi. Jangan menghabiskan terlalu banyak waktu terbatasmu di dunia virtual belaka, berkomunikasi tanpa ikatan yang terbentuk oleh interaksi fisik, kehidupan nyata. Jangan biarkan dunia digital mengambil alih hidup Anda.


giving their time to the person next to them. Sayembara 120 Hours International

Menghempas tecture Students Competition

Batas Ruang Kita NO-PHONE

No-Phone Space

SPACE

Tahun

: 2018

Konteks

: Entry Sayembara 120 Hours International

ted time to live. therefore, time is precious and Architecture Students Competition

asted. time must be used wisely.

do you spend in a day connecting with someone

polycarbonate roof

on the other hand, how much time do you people have limited time to live. therefore, time is precious and

teracting with someone physically?

should not be wasted. time must be used wisely.

ize how much time has gone by, and before how much time do you spend in a day connecting with someone have none left. do not spend too much yourphone? on the other hand, how much time do you onofyour

steel construction

a mere virtual world, communicatingspend without in a day interacting with someone physically? d by a physical, real-life interaction. do not let

“no phone” table

take over your life.

you will not realize how much time has gone by, and before you know it, you have none left. do not spend too much of your

hone.

“interaction” chair

limited time on a mere virtual world, communicating without the bond formed by a physical, real-life interaction. do not let the digital world take over your life.

put down your phone. nward space creates an intimate atmosphere sit down. ople inside. everyone must put their phones on

talk.used. ones must not be touched, let alone be

concrete floor

the small and inward space creates an intimate atmosphere phoneless atmosphere, people can focus on between the people inside. everyone must put their phones on to the person next to them. the table. the phones must not be touched, let alone be used. in this intimate, phoneless atmosphere, people can focus on giving their time to the person next to them.

polycarbonate roof

NABILA, JOSHUA, TERRY

Mahasiswa Arsitektur ITB steel construction Instagram “no phone” table

polycarbonate roof

: @nabvla @joshua.aditya @theoryterry steel construction

Letakkan ponselmu. Duduk. Bicara.

“no phone” table

“interaction” chair

“interaction” chair

Ruang kecil dan berorinetasi ke dalam concrete floor menciptakan suasana intim antara orangorang di dalamnya. Setiap orang harus meletakkan ponsel mereka di atas meja. Ponsel tidak boleh disentuh, apalagi digunakan.

concrete floor

Dalam suasana intim dan tanpa ponsel ini, orang dapat fokus pada memberikan waktu mereka kepada orang di sebelahnya.

NABILA, JOSHUA, TERRY

Mahasiswa Arsitektur ITB

NABILA, JOSHUA, TERRY

Instagram

Mahasiswa Arsitektur ITB

: @nabvla @joshua.aditya @theoryterry

Instagram

: @nabvla @joshua.aditya @theoryterry

137—138


Jalan Burangrang merupakan jalan lokal di pusat Kota

Pameran Tanpa Batas

Bandung yang telah berkembang menjadi kawasan komersil.

Kehadiran

perpustakaan

komunitasi

di

jalan

Gaung Bandung 2018

tersebut

diharapkan menjadi oasis bagi masyarakat sekitar. Untuk mengatasi permasalahan sesuai konteks jalan tersebut, perpustakaan ini dirancang untuk menjadi Wajah Ilmu Pengetahuan (Face of Knowledge) yang mengajak dan pengunjung mendorong pengunjungnya untuk giat mencari ilmu. Terdapat dua fungsi dalam satu bangunan, yaitu restoran dan perpustakaan. Restoran dan perpustakaan dipisah secara vertikal. Ruang dalam perpustakaan dibuat dengan split level sehingga terdapat kenaikan level persebagian dan terdapat level peralihan. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan keterbukaan antarlantai agar pengunjung tertarik menjelajahi setiap level dan tidak “terperangkap/terkungkung” di satu level saja. Hal ini juga bermakna, dalam mencari ilmu, pengunjung akan mengalami kenaikan tingkat setiap bertambahnya ilmu. Berkesinambungan dengan konsep organisasi ruang dalam, sirkulasi dalam bangunan dirancang untuk menjelajahi ruang ilmu

semaksimal

menyinggahi

mungkin.

setiap

berkesinambungan

level

Pengunjung

melalui

seperti

spiral.

ramp

akan

dapat

panjang

yang

Karena

bentuknya,

pengunjung diajak berpetualang ke setiap level bukan melalui pengalaman biasa seperti tangga. Kelebihannya, desain ini juga ramah terhadap difabel. Untuk memaksimalkan pencahayaan, dibuat void pada tengah

bangunan sehingga terjadi stack effect building yang PERPUSTAKAAN mengalirkan udara masuk dan keluar berdasarkan perbedaan KOMUNITAS BANDUNG suhu di atas dan di bawah. Void ini juga menambah jalur sumber cahaya yang masuk.

Lokasi Tahun Luas

: Jalan Burangrang, Bandung : 2017 : 4.000 m2

KANIA ATTHAYA ULFA ig @kaniaau KANIA ATTHAYA ULFA

Mahasiswa Arsitektur ITB

Mahasiswa Arsitektur ITB Instagram

: @kaniaau

Jalan Burangrang merupakan jalan lokal di pusat Kota Bandung yang telah berkembang menjadi kawasan komersial. Kehadiran perpustakaan komunitas di jalan tersebut diharapkan menjadi oasis bagi masyarakat sekitar. Untuk mengatasi permasalahan sesuai konteks jalan tersebut, perpustakaan ini dirancang untuk menjadi ‘Wajah Ilmu Pengetahuan’ (Face of The Knowledge) yang mengajak dan mendorong pengunjungnya untuk giat mencari ilmu. Terdapat dua fungsi dalam satu bangunan, yaitu restoran dan perpustakaan. Restoran dan perpustakaan dipisah secara vertikal. Ruang dalam perpustakaan dibuat dengan split level sehingga terdapat kenaikan level persebagian dan terdapat level peralihan. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan keterbukaan antarlantai agar pengunjung tertarik menjelajahi setiap level dan tidak terperangkap/terkungkung pada suatu level saja. Hal ini juga bermakna, dalam mencari


Menghempas Batas Ruang Kita

Perpustakaan Komunitas Bandung

Jalan Burangrang merupakan jalan lokal di pusat Kota Bandung yang telah berkembang menjadi kawasan komersil. Kehadiran

perpustakaan

komunitasi

di

jalan

tersebut

diharapkan menjadi oasis bagi masyarakat sekitar. Untuk mengatasi permasalahan sesuai konteks jalan tersebut, perpustakaan ini dirancang untuk menjadi Wajah Ilmu Pengetahuan (Face of Knowledge) yang mengajak dan pengunjung mendorong pengunjungnya untuk giat mencari ilmu. Jalan Burangrang merupakan jalan lokal di pusat Kota

Bandung yang telah berkembang menjadi kawasan komersil. Terdapat dua fungsi dalam satu bangunan, yaitu restoran dan Kehadiran perpustakaan komunitasi di jalan tersebut perpustakaan. Restoran danmenjadi perpustakaan dipisah secara diharapkan oasis bagi masyarakat sekitar. Untuk vertikal. Ruang dalam perpustakaan dibuat dengan level jalan tersebut, mengatasi permasalahan sesuai split konteks sehingga terdapat kenaikan level persebagian dan terdapat perpustakaan ini dirancang untuk menjadi Wajah Ilmu level peralihan. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan Pengetahuan (Face of Knowledge) yang mengajak dan keterbukaan antarlantai agar pengunjung tertarik menjelajahi pengunjung mendorong pengunjungnya untuk giat mencari ilmu. setiap level dan tidak “terperangkap/terkungkung” di satu level saja. Hal ini juga bermakna, dalam mencari ilmu, pengunjung Terdapat dua fungsi dalam satu bangunan, yaitu restoran dan akan mengalami kenaikan tingkat setiap bertambahnya ilmu. perpustakaan. Restoran dan perpustakaan dipisah secara

vertikal. Ruang dalam perpustakaan dibuat dengan split level Berkesinambungan dengan konsep organisasi ruang dalam, sehingga terdapat kenaikan level persebagian dan terdapat sirkulasi dalam bangunan dirancang untuk menjelajahi ruang level peralihan. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan ilmu semaksimal mungkin. Pengunjung akan dapat keterbukaan agar pengunjung tertarik menjelajahi menyinggahi setiap level antarlantai melalui ramp panjang yang setiap seperti level dan spiral. tidak “terperangkap/terkungkung” di satu level berkesinambungan Karena bentuknya, saja.berpetualang Hal ini juga ke bermakna, dalam mencari pengunjung diajak setiap level bukan melaluiilmu, pengunjung akanseperti mengalami kenaikan tingkat setiap ilmu. pengalaman biasa tangga. Kelebihannya, desain bertambahnya ini juga ramah terhadap difabel.

Berkesinambungan dengan konsep organisasi ruang dalam, Untuk memaksimalkan dibuatdirancang void pada untuk tengahmenjelajahi ruang sirkulasipencahayaan, dalam bangunan bangunan

sehingga terjadi stack mungkin. effect building yang ilmu semaksimal Pengunjung

mengalirkan udara masuk dan keluar perbedaan menyinggahi setiap berdasarkan level melalui ramp

akan

dapat

panjang

yang

suhu di atas dan di bawah. Void ini seperti juga menambah berkesinambungan spiral. jalur Karena bentuknya, sumber cahaya yang masuk. diajak berpetualang ke setiap level bukan melalui pengunjung

pengalaman biasa seperti tangga. Kelebihannya, desain ini juga ramah terhadap difabel. Untuk memaksimalkan pencahayaan, dibuat void pada tengah bangunan

sehingga

terjadi

stack

effect

building

yang

mengalirkan udara masuk dan keluar berdasarkan perbedaan suhu di atas dan di bawah. Void ini juga menambah jalur sumber cahaya yang masuk.

ilmu, pengunjung akan mengalami kenaikan tingkat setiap bertambahnya ilmu. KANIA ATTHAYA ULFA Mahasiswa Arsitektur ITB Berkesinambungan dengan konsep organisasiInstagram ruang: @kaniaau dalam, sirkulasi dalam bangunan dirancang untuk menjelajahi ruang ilmu semaksimal mungkin. Pengunjung akan dapat menyinggahi setiap level melalui ramp panjang yang berkesinambungan seperti KANIA ATTHAYA ULFA spiral. KarenaMahasiswa bentuknya, Arsitektur ITBpengunjung diajak berpetualang setiap level bukan Instagram :ke @kaniaau melalui pengalaman biasa seperti tangga. Kelebihannya, desain ini juga ramah terhadap difabel.

Untuk memaksimalkan pencahayaan, dibuat void pada tengah bangunan sehingga terjadi stack effect building yang mengalirkan udara masuk dan keluar berdasarkan perbedaan suhu di atas dan di bawah. Void ini juga menambah jalur sumber cahaya yang masuk.

139—140


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

TITIK TEMU RIVERFRONT PARK Ketika kebutuhan manusia bertemu dengan keberlanjutan dan harmoni Lokasi Tahun Luas

: Banjarbaru, Kalimantan Selatan : 2018 : 450 m2

Banjarbaru memiliki beberapa sungai yang menjadi pertumbuhan lingkungan. ‘Sungai Rimba’ memiliki kontribusi besar bagi kehidupan Kota Banjarbaru. Ini bisa menjadi sumber ruang terbuka hijau, ekosistem flora dan fauna, penghasil buah-buahan, bahkan ‘penyelamat’ dari banjir. MUHAMMAD HERO UMAR RENALDI ig @herorenaldi bit.ly/portfolio_herorenaldi Alumni Arsitektur ITB

Sungai Rimba sedikit dangkal dan sempit tetapi diolah menjadi saluran pembuangan air oleh masyarakat. Pembalakan liar yang terjadi di hutan Banjarbaru berdampak pada kerusakan ekosistem yang membuat Sungai Rimba mudah meluap dan menyebabkan banjir bagi penduduk di tepi sungai ketika hari hujan tiba. Kebiasaan buruk masyarakat yang sering membuang limbahnya ke sungai membuat kondisi air menjadi keruh dan berbau. Hal tersebut juga membuat warga tidak bisa menggunakan air itu untuk kebutuhan sehari-hari. Titik Temu Riverfront Park adalah implementasi desain untuk memecahkan masalah dengan konsep keberlanjutan dan harmoni untuk memenuhi kebutuhan pengguna, terutama untuk penduduk itu sendiri. Kebutuhan-kebutuhan yang diakomodasi di area tersebut difokuskan pada tiga aspek: sosial, ekonomi, dan ekologi yang merupakan tiga aspek utama


Menghempas Batas Ruang Kita

Titik Temu Riverfront Park

dari pengembangan desain keberlanjutan. Tidak hanya itu, ia juga menerapkan konsep desain universal yang diterapkan untuk mengakomodasi pengguna dari semua kalangan baik untuk anak-anak, orang muda, orang dewasa, orang tua, dan bahkan orang dengan kebutuhan khusus.

141—142


tumpuk. Pameran Tanpa Batas

Tidak hanya itu, bangunan-bangunan pada kompleks ini

Gaung Bandung 2018

juga tetap menggambarkan citra agama Islam. Sehingga diharapkan

kompleks

ini

dapat

menjadi

ikon

baru

Kabupaten Bandung dan tujuan dari kompleks ini dapat terpenuhi dengan baik. Keterbukaan merupakan konsep utama dari bangunan ini. Keterbukaan dalam hal ini yaitu pada aspek akses dan

A. FASILITAS KOMERSIL b. FASILITAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT E. PARKIR MOBIL F. PARKIR MOTOR C. MASJID G. PLAZA D. RUANG SERBA GUNA

penggunanya itu sendiri. Pada aspek akses, bangunan dirancang agar dapat mudah diakses oleh siapa saja. Bagian depan bangunan dibiarkan sangat terbuka dan dapat diakses melalui banyak sisi. Akses menuju masing-masing bangunan dibuat beratap dan teduh, sehingga pengunjung pun akan merasa nyaman ketika berjalan di area bangunan ini. Sedangkan pada aspek pengguna, aksibilitas bangunan juga

memungkinkan

untuk

penyandang

cacat

untuk

mengunjungi bangunan ini. Akses bagi penyandang cacat disediakan dari banyak titik sehingga mereka akan nyaman untuk mengunjungi bangunan ini. Selain itu, inklusivisitas dapat dilihat secara sosial dimana semua orang dapat mengunjungi wilayah ini meskipun pengunjung tersebut tidak menganut agama Islam. Fasilitas PUSAT PENGEMBANGAN AGAMA ISLAM pemberdayaan masyarakat, gedung serba guna, dan plaza DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT pada bangunan ini diletakkan dibagian terdepan, terpisah dengan bangunan masjid. Sehingga pengunjung tidak akan mengganggu privasi dari umat agama Islam yang sedang

Lokasi : Soreang, Kabupaten Bandung beribadah. Tahun : 2018 Luas : 11.400 m2

Dibutuhkan sebuah fasilitas khusus bagi masyarakat Kabupaten Bandung untuk meningkatkan nilai keagamaan khususnya agama Islam. Tidak hanya itu, masyarakat di wilayah Kabupaten Bandung belum memiliki kualitas keterampilan diri yang mantap. Maka dari itu, pengembangan ajaran agama Islam dan pemberdayaan masyarakat sangat

pantas untuk dilakukan dengan membangun sebuah Islamic Center di Kabupaten Bandung, tepatnya di ibukota kabupaten yaitu Soreang. Bangunan ini akan menjadi destinasi baru masyarakat Kabupaten Bandung dengan basis keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Pengunjung Gedung C bangunan ini tidak dikhususkan bagi umat muslim saja, tetapi umat nonmuslim juga diperbolehkan datang.

Bangunan ini dirancang dengan terbuka sehingga dapat mempermudah masyarakat D untukGedung berkunjung. Pengunjung akan nyaman beraktivitas di dalam maupun luar bangunan. Penghawaan pada setiap RAEDI DARMAWAN bangunan diatur sedemikian rupa agar PUTRADERMAWAN PUTRA RAEDI memberikan kenyamanan termal kepada @raedidp pengunjung. Selain itu, ruang luar ditumbuhi www.behance.net/raedidArsitektur ITB A. FASILITAS KOMERSIL p8b52 banyak vegetasi dan dapat dipergunakan E. PARKIR MOBIL b. FASILITAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT F. PARKIR MOTOR C. MASJID sebagai ruang publik. Desain arsitektur Website : www.behance.net/raedidp8b52 Gedung B Alumni Arsitektur ITB G. PLAZA D. RUANG SERBA GUNA juga merespon bangunan di lingkungannya Instagram : @raedidp dengan menggunakan atap tumpuk. Tidak

Ge

Ge

Ge


terpenuhi dengan baik. Keterbukaan merupakan konsep utama dari bangunan ini.

Batas Kita dan KeterbukaanMenghempas dalam hal ini yaitu padaRuang aspek akses

A. FASILITAS KOMERSIL b. FASILITAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT E. PARKIR MOBIL F. PARKIR MOTOR C. MASJID G. PLAZA D. RUANG SERBA GUNA

Pusat Pengembangan Agama Islam

Gedung B

Gedung B

penggunanya itu sendiri. Pada aspek akses, bangunan dirancang agar dapat mudah diakses oleh siapa saja. Bagian depan bangunan dibiarkan sangat terbuka dan dapat diakses melalui banyak sisi. Akses menuju masing-masing bangunan dibuat beratap dan teduh, sehingga pengunjung pun akan merasa nyaman ketika berjalan di area bangunan ini. Sedangkan pada aspek pengguna, aksibilitas bangunan juga

memungkinkan

untuk

penyandang

cacat

untuk

mengunjungi bangunan ini. Akses bagi penyandang cacat

disediakan dari banyak titik sehingga mereka akan nyaman engembangan Agama Islam dan Pemberdayaan untuk mengunjungi bangunan ini. kat Kabupaten Bandung

Raedi Dermawan Putra

Selain itu, inklusivisitas dapat dilihat secara sosial dimana

semua orang dapat mengunjungi wilayah ini meskipun pengunjung tersebut tidak menganut agama Islam. Fasilitas Kabupaten Bandung. pemberdayaan masyarakat, gedung serba guna, dan plaza

pada bangunan ini diletakkan dibagian terdepan, terpisah

m2

dengan bangunan masjid. Sehingga pengunjung tidak akan mengganggu privasi dari umat agama Islam yang sedang beribadah.

uah fasilitas khusus bagi masyarakat

g untuk meningkatkan nilai keagamaan

Islam. Tidak hanya itu, masyarakat di Bandung belum memiliki kualitas yang

mantap.

Maka

dari

itu,

ran agama Islam dan pemberdayaan pantas

untuk

dilakukan

dengan

h Islamic Center di Kabupaten Bandung,

kabupaten yaitu Soreang. Bangunan ini

stinasi baru masyarakat Kabupaten RAEDIsosial, DERMAWAN PUTRA asis keagamaan, pendidikan, dan

jung

dari

bangunan

ini

tidak

Arsitektur ITB

nya untuk umat muslim saja tetapi umat

Website ini.: www.behance.net/raedidp8b52 erbolehkan datang ke bangunan Instagram

: @raedidp

a dirancang dengan terbuka sehingga

dah

masyarakat

bangunan

ini

untuk juga

berkunjung.

akan

nyaman

dalam atau luar bangunan. Penghawaan

unan

diatur

amanan

sedemikian

termal

kepada

rupa

agar

pengunjung.

ar dari kompleks ini ditumbuhi banyak

t dipergunakan sebagai ruang publik.

ngunan di kompleks ini juga merespon

Gedung C

Gedung C

Gedung D

Gedung D

Gedung B

Gedung B

ungannya dengan menggunakan atap

bangunan-bangunan pada kompleks ini

mbarkan citra agama Islam. Sehingga

eks

ini

dapat

menjadi

ikon

baru

g dan tujuan dari kompleks ini dapat

aik.

upakan konsep utama dari bangunan ini. hal ini yaitu pada aspek akses dan

A. FASILITAS KOMERSIL b. FASILITAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT E. PARKIR MOBIL F. PARKIR MOTOR C. MASJID G. PLAZA D. RUANG SERBA GUNA

sendiri. Pada aspek akses, bangunan

edung C diakses oleh siapa saja. Bagian at mudah

dibiarkan sangat terbuka dan dapat

hanya itu, bangunan-bangunan pada kompleks ini juga tetap menggambarkan a aspek pengguna, aksibilitas bangunanIslam sehingga diharapkan citra agama an untuk penyandang cacat untuk ini dapat menjadi ikon baru unan ini. Akses kompleks bagi penyandang cacat yak titik sehingga mereka akan nyaman Kabupaten Bandung.

nyak sisi. Akses menuju masing-masing

eratap dan teduh, sehingga pengunjung

aman ketika berjalan di area bangunan

bangunan ini.

edung D

Keterbukaan menjadi konsep utama bangunan ini. Keterbukaan dalam hal ini yarakat, gedung serba guna, dan plaza yaitu pada aspek akses dan pengguna. Pada diletakkan dibagian terdepan, terpisah masjid. Sehinggaaspek pengunjungakses, tidak akan bangunan dirancang agar i dari umat agama Islam yang sedang dapat mudah diakses oleh siapa saja. Bagian depan bangunan dibiarkan sangat terbuka dan dapat diakses melalui banyak sisi. Akses edung B menuju masing-masing bangunan dibuat beratap dan teduh sehingga pengunjung pun akan merasa nyaman ketika berjalan di

area bangunan ini. Pada aspek pengguna, aksesibilitas bangunan memungkinkan penyandang difabel untuk mengunjungi bangunan ini. Akses bagi difabel disediakan pada banyak titik sehingga mereka akan nyaman untuk mengunjungi bangunan ini.

itas dapat dilihat secara sosial dimana

t mengunjungi wilayah ini meskipun

t tidak menganut agama Islam. Fasilitas

Selain itu, inklusi dapat dilihat secara sosial karena semua orang dapat mengunjungi kompleks ini tanpa harus menganut agama Islam. Fasilitas pemberdayaan masyarakat, gedung serba guna, dan plaza diletakkan di bagian terdepan, terpisah dengan bangunan masjid sehingga pengunjung tidak akan mengganggu privasi umah Islam yang sedang beribadah. 143—144


baru – kemudian ditafsirkan dan disimulasikan untuk desain kotaTanpa baru.Batas Pameran

B a un ga ko tu im d ta k m an ar r a i n am er ca a ol a n ra ? h m ca ny n an g a us ia

Gaung Bandung 2018

ini: Desain yang diusulkan dibagi menjadi empat skala besar: yek pro

Vi Su t al “R pe ity eg rb Co io lo nc na ck e l P S pt os cal iti e on in g”

inspirasi dari konteks lokal, prinsip vitalitas yang diamati dari Vi Su tal “S pe ity up rb Co er lo nc b ck e lo S p ck c t A ale cc es si b ili

Th B eM l H oc o “C ano k st A ar i cc -O Rn es rie si b nt le ed ”

di setiap tingkat desain. Interpretasi inter-skala ini sangat

i

4 tokoh imajiner (terkait dengan aspek inklusi dalam vitalitas

k

kota), masing-masing dengan pekerjaan, kelas ekonomi, kondisi

a

hidup tertentu, dan tuntutan khusus. 4 tokoh yang dipilih

k

adalah: (1) pekerja muda, kelas ekonomi menengah, masih

k

membutuhkan perumahan murah; (2) pengusaha sukses,

i

kelas ekonomi atas, sudah dapat memiliki perumahan mahal;

,

i

n

i

i

m

s

l

i

t

t

a

n

:

n

l

i

Vi H tal “C ano ity ar i Pr A Rn inc cc ip es le si s b 14 ili ty ” Vi H tal “T ano ity P he i R Pri ed E 2 n es dg 70 cip tr e 0 le ia & s 10 n P ar ki ng ” Vi H tal “C ano ity ar i Pr -f R8 in re 0 c e 0 ip le D s ay 5 ”

Vi H tal “A ano ity nc i Pr ho R8 inc r T 00 ip le en s an 4 t”

Vi H tal “P ano ity ub i Pr lic R8 inc Te 00 ipl es rr ac 3 es ”

Vi H tal “G ano ity Ex rou i R Pri te n 80 nc ns dfl 0 ip le io oo s n” r 2

untuk berinvestasi properti; (4) pekerja lapangan, tinggal di desa

Gambar. Aspek inklusi dalam rancangan kot

Pe rso sekitar kota baru, membutuhkan na lahan untuk bekerja selain C Mempromosikan vitalitas kota di daproyek ini, dua ide yang berlawanan pekerjaan harian. Evaluasi ditunjukkan melaluiDalam bagaimana lam proses masterplanning Kota Baru disandingkan: ‘cities for people’ (kota ramah setiap tokoj akan menggunakan ruang di pusat kota Ecopark Ecopark manusia) oleh Jan Gehl (2013), dan ‘cities dari awal hari Vietnam menjelang akhir hari. Evaluasi semacam ini(kota masa depan) dari Le Lokasi : Hanoi, of tomorrow’ Tahun : 2018 Corbusier (1947). Singkatnya, pertanyaan P ers sangat penting untuk memerangi kondisi kota-kota baru Hanoi o A Luas : 50naha yang menarik untuk dieksplorasi dalam yang jarang ruang-ruang Status : Tesismempertimbangkan Magister Urbanism bagaimana Track, proyek ini itu adalah, “Dalam konteks Hanoi, benar-benar TU Delft, Belanda bagaimana cara untuk merancang kota digunakan dan tidak mempertimbangkan faktor ramah manusia (seperti yangPerspektif diususlkan Gambar. mata manusia digunaka inklusi dari ruang-ruang yang diciptakan. Gehl) dari nol (dalam bentuk kota baru yang Le Corbusier usulkan)?” Menanggapi kondisi banyak kota baru Hanoi yang saat ini mengalami kegagalan karena isu inklusi Pe rso n (kota baru hanya direncanakan untuk a B kelas ekonomi menengah ke atas), langkah Pe rso pertama untuk menjawab pertanyaan na D REZA AMBARDI PRADANA tersebut adalah menyelidiki cara kerja @rezaambardi REZA AMBARDI PRADANA pusat kota eksisting yang sudah sangat issuu.com/ vital di Hanoi. Investigasi dilakukan dengan rezaambardipradana Delft University of Technologymemeriksa (TU Delft), Belanda aspek aksesibilitas berdasarkan Delft University of cakupan transit pada radius 800 m, 2.700 Technology, Belanda Website : issuu.com/rezaambardipradana m, dan global. Aksesibilitas dalam proyek Instagram : @rezaambardi ini dianalisis menggunakan simulasi space Re s inv identi e fam stor, al e fro ily m lder m ovin ly Ha no g i

St R ree “P 800 t S ed - e es R8 ctio tr 00 n ia nO rie nt ed ”

s

(3) pensiunan, kebutuhan-kebutuhan khusus CITIES FORmembutuhkan PEOPLE-OF untuk membantu hidupnya, namun memiliki cukup uang TOMORROW

Vi H tal “E ano ity Tr xte i R Pri an n n nc ip sa de le ct d s io 15 n”

Salah satu contoh adalah mengevaluasi desain menggunakan

Vi H tal “M ano ity ot i R Pr or 2 inc b 70 ip ik 0 l es eO rie nt ed ”

yang terkait dengan vitalitas kota dan proses masterplanning. Vi H tal “P ano ity ub i Pr lic R2 inc P 70 ipl ar 0 e s ki 8 ng ”

a

g

Vi H tal “P ano ity ed i Pr es R8 inc tr 00 ip ia le ns O rie nt ed ”

Desain ini kemudian dievaluasi melalui berbagai langkah

Vi Su tal “H pe ity ig rb Co h lo n D c ce en k p si Sc t ty al Li e vi ng ”

Vi H tal “M ano ity Si ixe i R Pri d d n nc ew -u ip le al se s k” 13

i

Vi H tal “P ano ity St ub i R Pri op lic 2 nc ” Tr 70 ipl an 0 es sp 9 or t

Th B eM l H oc o “P ano k st A cc O ed i R rie es 8 es si nt tri 00 b ed an le ” -

Vi H tal “P ano ity ub i Pr lic R2 inc Lo 70 ipl b 0 es by 7 ”

Th B eM l H oc o “M ano k st A cc O ot i R rie or 2 es si nt bi 70 b ed ke 0 le ” -

kalangan, seperti yang telah terjadi di kota eksisting Hanoi.

Vi Su tal “T pe ity ra r C ns bl on iti oc ce on k p al Sca t P le la ce ”

Vi H tal “T ano ity ria i P ng Rn rin ci ul p at le s io 12 n”

penting untuk proyek secara keseluruhan. Terutama untuk

)

i

ty ”

pusat kota Hanoi ditafsirkan dan disimulasikan secara berbeda

merencanakan tempat yang dapat digunakan oleh semua

k

Vi M t al “E ast ity A ast erp Co cc -W l n es e an ce si st S pt b ca ili le ty ”

a ert tingkat regional. Karena gagasan utamanya adalah mengambil

p Ini

:

r

Gambar. Proses evaluasi desain dengan men

an nya

Vi M tal “S ast ity B up erp Co lo e l n ck rb an ce s” loc S pt k ca + le N Y

m

la da tingkat sar jalanan, tingkat superblock, tingkat masterplan dan be

Arc famhitec t, fro ily m youn m ovin g Ha no g i

Ind u esta stry o fam blish wne e r, fro ily m d m ovin Hu ng g Yen

La n wo dsca p r the ker, li e v Ec villag ing op e b ark e

Gambar. Proses evaluasi desain dengan menggunakan tokoh imajiner dengan latar belakang yang berbeda-beda untuk menguji aspek inklusi dalam


a

Res C inveidentia fam stor, l el fro ily m derly m ovin Han g oi

dan global (Rn)). Aksesibilitas dalam proyek kelulusan ini dianalisis menggunakan simulasi Space Syntax. Langkah

Menghempas Ruang Kita selanjutnya adalahBatas mengklarifikasi penelitian

melalui pengamatan langsung di lapangan. Pengamatan di lapangan ini dilakukan menggunakan instrumen observasi dari

Pe

lic

n nted ctio 0 rie Se et R80 ian-O Stre 800- estr R ed “P

n ub ctio ar-P Se et -Rn ke-C Stre 2700 orbi ort” R ot sp “M an Tr

Cities for People-of Tomorrow

rso

” n ed ctio 00 rient Se et -R27 ke-O Stre 2700 orbi R ot “M

na

Arch A fam itect , fro ily m youn m ovin g Han g oi

t” n spor ctio Se Tran et lic Stre n-Rn -Pub R ar “C

Gehl Institute dalam tiga blok yang telah didefinisikan dalam analisis konteks: pusat kota Hanoi (R800, R2700, dan Rn). Terlepas dari pengamatan kuantitatif (instrumen observasi dari Gehl Institute), pengamatan kualitatif dilakukan untuk menyelidiki

Pe

rso

na

Indu B esta stry ow fam blishe ne r, fro ily m d m ovin Hun g g Ye n

Vi M t al “D ast ity C en erp Co on s l n ce ity an cep Sc t nt al ra e tio n”

prinsip-prinsip vitalitas perkotaan yang terjadi di setiap pusat kota. Pemahaman dan pengamatan ini – yang mana sangat jarang dilakukan dalam konteks proyek masterplanning kota baru – kemudian ditafsirkan dan disimulasikan untuk desain

Pe

rso

n

aD La nd wor scap the ker, live Ec villageing in op ark besi de

Vi M tal “B ast ity U uil erp Co s e d l nc s” ing an e p M Sc t ix al ed e

kota baru. Desain yang diusulkan dibagi menjadi empat skala besar: tingkat jalanan, tingkat superblock, tingkat masterplan dan

Gambar. Proses evaluasi desain dengan menggunakan tokoh imajiner dengan latar belakang yang berbeda-beda untuk menguji aspek inklusi dalam rancangan kota baru

tingkat regional. Karena gagasan utamanya adalah mengambil Vi M tal “M ast ity ix er Co ed pl n c La an ep nd Sc t a U le se s”

inspirasi dari konteks lokal, prinsip vitalitas yang diamati dari pusat kota Hanoi ditafsirkan dan disimulasikan secara berbeda di setiap tingkat desain. Interpretasi inter-skala ini sangat penting untuk proyek secara keseluruhan. Terutama untuk merencanakan tempat yang dapat digunakan oleh semua Vi M tal “P ast ity ub er Co lic pla nc P n ep ro Sc t vi a si le on ”

kalangan, seperti yang telah terjadi di kota eksisting Hanoi. Desain ini kemudian dievaluasi melalui berbagai langkah yang terkait dengan vitalitas kota dan proses masterplanning. Salah satu contoh adalah mengevaluasi desain menggunakan Vi Su tal “S pe ity oc rb Co ia lo n l C c ce om k S pt c p al os e iti on ”

4 tokoh imajiner (terkait dengan aspek inklusi dalam vitalitas kota), masing-masing dengan pekerjaan, kelas ekonomi, kondisi hidup tertentu, dan tuntutan khusus. 4 tokoh yang dipilih

Gambar. Aspek inklusi dalam rancangan kota baru juga diuji dengan penggambaran situasi di lantai dasar, di mana ruang privat bertemu dengan ruang publik.

adalah: (1) pekerja muda, kelas ekonomi menengah, masih Vi Su tal “P pe ity riv rb Co at lo n e ck ce In S p iti c t at al iv e e N od es

membutuhkan perumahan murah; (2) pengusaha sukses, kelas ekonomi atas, sudah dapat memiliki perumahan mahal; (3) pensiunan, membutuhkan kebutuhan-kebutuhan khusus untuk membantu hidupnya, namun memiliki cukup uang untuk berinvestasi properti; (4) pekerja lapangan, tinggal di desa Vi H tal “C ano ity ar i Pr -O Rn in ci rie p le nt s ed ”

sekitar kota baru, membutuhkan lahan untuk bekerja selain pekerjaan harian. Evaluasi ditunjukkan melalui bagaimana setiap tokoj akan menggunakan ruang di pusat kota Ecopark dari awal hari menjelang akhir hari. Evaluasi semacam ini sangat penting untuk memerangi kondisi kota-kota baru Hanoi St R ree “P 800 t S ed - e es Rn ctio tr n ia nC ar ”

yang jarang mempertimbangkan bagaimana ruang-ruang itu benar-benar digunakan dan tidak mempertimbangkan faktor inklusi dari ruang-ruang yang diciptakan.

St R ree “P 800 t S ed - e es R2 ctio tr 70 n ia 0 nM ot or b ik e”

Gambar. Perspektif mata manusia digunakan untuk menggambarkan kota baru masa depan yang mengedepankan aspek inklusi dalam pengembangannya.

g in esid

St R ree “C n-R t S ar n ec -P tio ub n lic Tr an sp or t

St R ree “M 270 t S ot 0- ec or R tio b 27 n ik 0 e- 0 O rie nt ed ”

St R ree “M 270 t S Tr ot 0- ec an or R tio sp bik n n or e t” -C ar -P ub lic

syntax. REZA AMBARDI PRADANA Langkah selanjutnya adalah mengklarifikasi Delft University of Technology (TU Delft), Belanda penelitian melalui pengamatan langsung di Website : issuu.com/rezaambardipradana Instagram : @rezaambardi lapangan. Pengamatan di lapangan dilakukan menggunakan instrument observasi dari Gehl Institute dalam tiga blok yang telah didefinisikan dalam analisis konteks: pusat Kota Hanoi (R800, R2700, dan Rn). Terlepas dari pengalaman kuantitatif, pengamatan kualitatif dilakukan untuk menyelidiki prinsip-prinsip vitalitas perkotaan yang terjadi di setiap pusat kota. Pemahaman dan pengamatan ini—sangat jarang dilakukan dalam konteks proyek masterplanning kota baru—kemudian ditafsirkan dan disimulasikan untuk desain kota baru.

e

Desain ini kemudian dievaluasi melalui berbagai langkah yang terkait dengan vitalitas kota dan proses masterplanning. Salah satu contoh adalah mengevaluasi desain menggunakan 4 tokoh imajiner (terkait aspek inklusi dalam vitalitas kota),

m rancangan kota baru

masing-masing dengan pekerjaan, kelas ekonomi, kondisi hidup tertentu, dan tuntutan khusus. Empat tokoh yang dipilih adalah: 1) pekerja muda, kelas ekonomi menengah, masih membutuhkan perumahan murah: 2) pengusaha sukses, kelas ekonomi atas, sudah dapat memiliki perumahan mahal; 3) pensiunan, membutuhkan kebutuhan-kebutuhan khusus untuk membantu hidupnya, namun memiliki cukup uang untuk berinvestasi properti; dan 4) pekerja lapangan, tinggal di desa sekitar kota baru, membutuhkan lahan untuk bekerja selain pekerjaan harian. Evaluasi ditunjukkan melalui bagaimana setiap tokoh akan menggunakan ruang di pusat Kota Ecopark dari awal hari hingga menjelang akhir hari. Evaluasi semacam ini sangat penting untuk memerangi kondisi kota-kota baru Hanoi yang jarang mempertimbangkan cara agar suatu ruang benar-benar digunakan dan faktor inklusi dari ruang-ruang yang diciptakan. 145—146


an nt, re ls.

ns er he nt.

ng

c way ay gng

ns of as an nt ed

Balanced Lifestyle Programs for Pameran Tanpa Batas for Various Users Various Users

Smart Smart Building Building

Standardize Standardized Green Building Green building

Various Various Programs

PROGRESSIVE BUSINESS

Seamless Seamless Work Work Experience

Gaung Bandung 2018

BALANCE LIFESTYLE

Experience

Iconic Iconic Gateway Gateway Building Building

BALANCE ENVIRONMENT

Work & & Life Life Work Cohesion Cohesion

Balanced Environment

Giving Back

Giving to toBack nature Nature

District’s District’s Signature Signature Park Park

MASSING CONCEPT SITE PARAMETER

GREEN & BLUE CONNECTIVITY

PERMEABILITY

Building Coverage: 50% Plot Ratio: 4 Green Coverage: 30% GFA: 25.000m2

Site Parameters Total Site Area 2Ha

BASIC PROGRAMS

Continuing Green & Blue Connection

Introduce permeability

TWIN MASSING

OUTDOOR SPACES

Open Space Program

Massing itself formed by combining the basic needs and functions of the building. Shapes of twin building was dictated by the clue of existing green and blue connectivity in the vicinity. Permeablity was maintained in order to give more exposure for passerby or for pedestrian movement to and from the site. By doing this, a working environment with abundant public spaces and biophilic environment can be created

INCLUSIVE DESIGN

DISABLE PARKING

THE EQUILIBRIUM RAMP ON LANDSCAPE AND BUILDING

Digital Working Space Lokasi : BSD, Tangerang Tahun : 2017 Luas : 36.000 m2 Status : Sayembara Sinarmasland Young Architect Competition DISABLE TOILET

talent, improved performance, and more creativity, in other words: progressive business. How do you keep your employees happy? The answer is by providing a balanced lifestyle and a balanced environment.

Massing itself formed by combining the The future generation of the workforce, the basic needs and functions of the building. millennials, seek more than paychecks. They PWD SPACE Shapes of twin building were dictated by the seek values and purpose, skill development, clue of existing green and blue connectivity In order to create an inclusive there are elements and and cohesion between workenvironment, and life. dedicated spaces designed for disable person. Basic element for mobility such the as ramp with 1:12 gradient on landscape and building, spacious lift, in the vicinity. Permeability was maintained Accordingly, future workplace should disable parking space nearby lift core at basement are provided. in order to give more exposure for a accommodate the demands from millennials. Inside the building, disable toilet in each level is provided and open to passerby or for pedestrian movement to main circulation. On safety aspect, PWD space within the fire shaft is provided. This PWD is a space to park the wheelchair and wait for help and from the site. By doing this, a working Keeping employees is no longer a when emergencyhappy event is occured. environment with abundant public spaces choice. Happy employees mean retained and biophilic environment can be created In order to create an inclusive environment, DANIEL Caesar Pratama there are elements and dedicated spaces @danielcaesarp TEAM designed for disable person. Basic element Moch. RIDWAN Fauzi Mochamad@omridwanfauzi Ridwan Fauzi (@omridwanfauzi) for mobility such as a ramp with 1:12 gradient Muhammad Hadyan (@hadyanodon) Muh. HADYAN on landscape and building, spacious lift, Daniel Caesar Pratama (@danielcaesarp) @hadyanodon disable parking space nearby lift core at Steven Widyatmadja STEVEN Widyatmadja


LIFESTYLE Seamless Seamless Work Work Experience

PROGRESSIVE BUSINESS

PROGRESSIVE BUSINESS

Experience

Seamless amless Work erience

BALANCE ENVIRONMENT

Iconic Iconic Gateway Gateway Building Building

Iconic Iconic Gateway Gateway Building Building

Menghempas Batas Ruang Kita

Experience

Work & & Life Life Work Cohesion Cohesion

BALANCE ENVIRONMENT

Work & & Life Life Work Cohesion Cohesion

Balanced Environment

Balanced Environment

District’s District’s Signature Signature Park Park

Giving Back

Giving to toBack nature Nature

District’s District’s Signature Signature Park Park

Giving Back

Giving to toBack nature Nature

MASSING CONCEPT SITE PARAMETER

GREEN & BLUE CONNECTIVITY

ASSING CONCEPT SITE PARAMETER

GREEN & BLUE CONNECTIVITY

Site Parameters Total Site Area 2Ha

PERMEABILITY

Continuing Green & Blue Connection

Introduce permeability

TWIN MASSING

OUTDOOR SPACES

Site Parameters

Continuing Green & Blue Connection

Total Site Area 2Ha

Introduce permeability

THE EQUILIBRIUM digital working space TWIN MASSING

2017 (Sinarmasland Young Architect Competition)

Luas:

36.000 m2

OUTDOOR SPACES

BASIC CONCEPT User Wellness by User Wellness by Biophilic biophilic design

Open Space Program

Healthy lifestyle, Healthy Lifestyle by green mobility, Green inclusive design Mobility

Design

Massing itself formed by combining the basic needs and functions of the building. Shapes of twin building was dictated by the clue of existing green and blue connectivity in the vicinity. Permeablity was maintained in order to give more exposure for passerby or for pedestrian assing itself formed to byand combining needs functions movement from the the site. basic By doing this, and a working environment the building. ofpublic twin spaces building was dictated by the clue with Shapes abundant and biophilic environment can of be created Open Space Program

Lokasi: BSD (Digital Hub District) sting green and blue connectivity in the vicinity. Permeablity was aintained in order to give more exposure for passerby or for pedestrian ovement to and from the site. By doing this, a working environment INCLUSIVE DESIGN th abundant public spaces and biophilic environment can be created Tahun: 2017 (Sinarmasland Young

CLUSIVE DESIGN

The Equilibrium

Keeping employees happy is no longer a choice. Happy employees means retained talent, improved performance, and more creativity, in other word: Progressive business. How do you keep your employees happy? the answer is by providing a balanced lifestyle and a balanced environment.

erage: 50%

age: 30% m2

BASIC PROGRAMS

BSD (Digital Hub District)

Tahun:

Future generation of workforce, the millenials, seek more than paychecks. They seek values and purpose, skill development, and cohesion between work and life. Accordingly, future workplace should acommodate the demands from millenials.

PERMEABILITY

Building Coverage: 50% Plot Ratio: 4 Green Coverage: 30% GFA: 25.000m2

BASIC PROGRAMS

Lokasi:

Balanced Lifestyle

Architect Competition)

Smart Smart Building Building

Standardize Standardized Green Building Green building

Various Various Programs Programs for for Various Users Various Users

BALANCE LIFESTYLE

Luas: DISABLE PARKING 36.000 m2 DISABLE PARKINGgeneration Future

of workforce, the millenials, seek more than paychecks. They seek values and purpose, skill development, and cohesion between work and life. Accordingly, future RAMP ONthe LANDSCAPE workplace should acommodate demands from millenials. AND BUILDING

PROGRESSIVE BUSINESS

Seamless Seamless Work Work Experience Experience

Iconic Iconic Gateway Gateway Building Building

BALANCE ENVIRONMENT

Work & & Life Life Work Cohesion Cohesion

Keeping employees happy is no longer a choice. Happy employees means retained talent, improved performance, and more creativity, in other RAMP ON LANDSCAPE word: Progressive business. do you keep your employees happy? the ANDHow BUILDING answer is by providing a balanced lifestyle and a balanced environment.

Balanced Environment

District’s District’s Signature Signature Park Park

Giving Back

Giving to toBack nature Nature

BASIC CONCEPT MASSING CONCEPT

User Wellness by User Wellness by Biophilic biophilic design

Healthy lifestyle, Healthy Lifestyle by green mobility, Green inclusive design Mobility

Design

DISABLE TOILET

BalancedPWD SPACE Lifestyle

DISABLE TOILET

SITE PARAMETER

Smart Smart Building Building

Standardize Standardized Green Building Green building

Various In order to create an inclusive environment, there are elements and Various Programs Programs for dedicated spaces designed for disable person. Basic element for mobility for Various Users Various Users such as ramp with 1:12 gradient on landscape and building, spacious lift, BALANCE disable parking space nearby lift core at basement are provided.

Site Parameters Total Site Area 2Ha

Seamless Seamless ch as ramp with 1:12 gradient on landscape and building, spacious lift, Work Work Experience able parking space nearby lift core at basement are provided. Experience

side the building, disable toilet in each level is provided and open to ain circulation. On safety aspect, PWD space within the fire shaft is & Life Life & ovided. This PWD is a space Work toWork park the wheelchair and wait for help Cohesion Cohesion hen emergency event is occured.

TEAM

Mochamad Ridwan Fauzi (@omridwanfauzi) Muhammad Hadyan (@hadyanodon) Giving Back Daniel Caesar Pratama (@danielcaesarp) Giving to toBack nature Steven Widyatmadja Nature

Mochamad Ridwan Fauzi (@omridwanfauzi) MASSING CONCEPT Muhammad Hadyan (@hadyanodon) Daniel Caesar Pratama (@danielcaesarp) GREEN & BLUE CONNECTIVITY SITE PARAMETER Steven Widyatmadja

Continuing Green & Blue Connection

Introduce permeability

TWIN MASSING

OUTDOOR SPACES

Iconic Iconic Gateway Gateway Building Building

BALANCE ENVIRONMENT

TEAM

PERMEABILITY

Building Coverage: 50% Plot Ratio: 4 Green Coverage: 30% GFA: 25.000m2

BASIC PROGRAMS

LIFESTYLE PWD SPACE

Inside the building, disable toilet in each level is provided and open to main an circulation. safety aspect, PWDare space within and the fire shaft is order to create inclusiveOn environment, there elements provided. This PWD is a space to park the wheelchair and wait for help PROGRESSIVE dicated spaces designed for disable person. Basic element for mobility when emergency event is occured. BUSINESS

GREEN & BLUE CONNECTIVITY

Open Space Program

Balanced Environment

District’s District’s Signature Signature Park Park

Massing itself formed by combining the basic needs and functions of the building. Shapes of twin building was dictated by the clue of existing green and blue connectivity in the vicinity. Permeablity was maintained in order to give more exposure for passerby or for pedestrian movement to and from the site. By doing this, a working environment with abundant public spaces and biophilic environment can be created

INCLUSIVE DESIGN PERMEABILITY

DISABLE PARKING

Building Coverage: 50% Plot Ratio: 4 Green Coverage: 30% GFA: 25.000m2

Site Parameters Total Site Area 2Ha

BASIC PROGRAMS

Continuing Green & Blue Connection

Introduce permeability

TWIN MASSING

OUTDOOR SPACES

RAMP ON LANDSCAPE AND BUILDING

Open Space Program

Massing itself formed by combining the basic needs and functions basement are provided. of the building. Shapes of twin building was dictated by the clue of existing the green building, and blue connectivity in thetoilet vicinity. Permeablity Inside disabled in each was maintained in order to give more exposure for passerby or for pedestrian movement to and from the site.open By doingto this,the a working environment level is provided and main with abundant public spaces and biophilic environment can be created circulation. On safety aspect, PWD space within the fire shaft is provided. This PWD INCLUSIVE DESIGN space is a space to park a wheelchair and wait for help when an emergency event DISABLE PARKING occurs.

DISABLE TOILET

PWD SPACE

In order to create an inclusive environment, there are elements and dedicated spaces designed for disable person. Basic element for mobility 147—148 such as ramp with 1:12 gradient on landscape and building, spacious lift, disable parking space nearby lift core at basement are provided. Inside the building, disable toilet in each level is provided and open to


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

MUSEUM DAN GALERI SASTRA INDONESIA Lokasi Status

: Sleman, Yogyakarta : Tugas Akhir Arsitektur ITB

Proyek tugas akhir pembangunan Museum dan Galeri Sastra Indonesia merupakan sebuah upaya penyediaan sarana edukasi sastra yang ditujukan meningkatkan minat masyarakat Indonesia terhadap sastra. Tipologi museum dipilih sebagai sarana preservasi dan dokumentasi sastra Indonesia. Tipologi galeri dipilih untuk mewadahi kebutuhan ruang yang cukup fleksibel untuk kegiatan pameran temporer YOGA ADI SANTOSO santoso.yogaadi@gmail. com Alumni Arsitektur ITB

dan pertemuan. Museum dan Galeri Sastra Indonesia direncanakan dibangun di Kota Yogyakarta yang terkenal dengan produktivitas kegiatan seni dan salah satu tempat berkembangnya sastra di Indonesia. Proyek ini dirancang di atas lahan seluas 27.800 m2. Konsep perancangan menekankan perhatian pada kualitas pengalaman ruang, yang secara prinsip dilakukan dengan menerjemahkan bahasa literatur (dua dimensi) menjadi bahasa arsitektur (tiga dimensi) untuk menggambarkan masing-masing periode pada masa perkembangan sastra Indonesia. Massa bangunan yang dihadirkan mampu menggambarkan garis besar perkembangan sastra Indonesia agar menjadi manifestasi dan representasi bagi perkembangan sastra Indonesia.


Menghempas Batas Ruang Kita

Museum dan Galeri Sastra Indonesia

Sirkulasi ruang dirancang mengikuti dinamika dari perkembangan sastra Indonesia. Hal ini dicapai dengan mengatur urutan ruang galeri sesuai dengan fluktuasi dari periode ke periode lainnya. Sirkulasi vertikal menggunakan ramp sebagai penghubung utama antargaleri yang berbeda elevasi selain disediakan juga lift. Ramp difungsikan sebagai sarana untuk menghadirkan pengalaman ruang yang mengalir. Di sisi lain, hadirnya ramp diharapkan mampu digunakan dengan nyaman untuk semua.

149—150


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Pameran

Foto oleh Amanda Aufa, M. Arifandy, Adrio Fachrezzy, Dyah Cahyamawarni 151—152


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Pameran

Foto oleh Amanda Aufa, M. Arifandy, Adrio Fachrezzy, Dyah Rani Cahyamawarni 153—154


Pameran Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

PENUTUP Sebagai sebuah pameran arsitektur yang ditujukan untuk kalangan masyarakat umum, terutama masyarakat Kota Bandung, Pameran Tanpa Batas paling tidak dapat memberi persepsi baru bagi masyarakat umum tentang isu inklusi kota terutama yang terjadi saat ini. Pameran ini juga menjadi wadah untuk memberikan apresiasi terhadap usaha para pelaku arsitektur yang memberikan perhatian lebih terhadap isu inklusi, di saat isu tersebut masih belum banyak diperhatikan dalam praktik berarsitektur saat ini. Dengan adanya pameran ini, diharapkan masyarakat umum sadar bahwa usaha mewujudkan lingkungan yang inklusif membutuhkan andil setiap elemen masyarakat dan sadar bahwa mimpi tentang kota yang ramah huni merupakan tanggung jawab kita bersama.


Menghempas Batas Ruang Kita

Penutup

Foto oleh M. Arifandy

Pada akhirnya, beberapa karya dan gagasan yang ditawarkan dari sudut pandang arsitektur dalam pameran ini hanyalah sebagian kecil dari usaha untuk mencapai mimpi kota ramah huni. Tanpa adanya keselarasan dari seluruh masyarakat kota, harapan untuk menciptakan dan hidup dalam lingkungan yang aman, nyaman, dan ramah bagi semua orang, hanya akan menjadi angan-angan. Sebagian penghuni kota, bagian dari masyarakat kota, dari golongan dan latar belakang manapun, semua memiliki peran dalam mewujudkan mimpi ini. Ruang hanya menjadi salah satu dimensi untuk mencapai atmosfer kota yang inklusif. Tabiat, sikap, dan gagasan langsung masyarakat juga memiliki andil dalam menciptakan kota ramah huni.

155—156


Festival Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Festival Tanpa Batas

FESTIVAL TANPA BATAS

157—158


Festival Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

FESTIVAL TANPA BATAS

Foto oleh Trinanda S. K.


Menghempas Batas Ruang Kita

Festival Tanpa Batas

kata orang mereka berbeda, tak sama kata orang pula, mereka yang lain lebih bahagia ayo lebih kita bertemu, berbagi cerita dan tawa pun biar atmosfer menjadi inklusi bagi manusia

Festival Tanpa Batas merupakan puncak acara dari serangkaian acara Gaung Bandung 2018. Terdapat kolaborasi antara masyarakat umum dan teman-teman difabel untuk berkarya bersama dalam wadah berupa stan pameran karya, serta lokakarya dan panggung kolaborasi yang telah disiapkan. Bentuk acara yang berupa kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan interaksi satu sama lain sehingga tercipta suasana yang inklusif. Selain itu, pada Festival Tanpa Batas terdapat instalasi yang berisi konten success story dari Gaung Bandung 2011 hingga Gaung Bandung 2018, juga dimeriahkan oleh adanya bintang tamu, tenan makanan, serta jenama lokal.

159—160


Festival Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

LOKAKARYA DAN PANGGUNG KOLABORASI

Festival Tanpa Batas bukanlah ajang senang-senang semata. Melalui festival ini, kolaborasi dibangkitkan antara mereka yang kita sebut ‘tereksklusifkan’ seperti difabel, lansia, wanita, dan anak-anak, dengan orang normal pada umumnya. Kolaborasi menunjukkan bahwa difabel juga memiliki kemampuan yang sama dengan yang lainnya. Lokakarya kolaborasi dilakukan oleh peserta bersama komunitas BILiC dan Wyata Guna, Puka, Beliefable, dan Terikat yang mengajarkan keterampilan tangan. Terdapat juga panggung kolaborasi yang diisi dengan penampilan dari Smile Motivator, Apres! ITB, dan Kunci-G. Sebagai penutup festival, bintang tamu utama Dried Cassava menyemarakkan malam yang berawan kala itu.


Menghempas Batas Ruang Kita

Lokakarya dan Panggung Kolaborasi

Foto oleh Trinanda S. K. 161—162


Festival Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

TAPESTRY WORKSHOP

oleh TERIKAT ITB

Terikat merupakan himpunan mahasiswa Kriya Institut Teknologi Bandung. Terikat turut berpartisipasi sebagai pengisi lokakarya kolaborasi. Tapestry workshop atau lokakarya tenun yang terdiri dari 15 orang peserta yang berasal dari masyarakat umum dan teman difabel. Tapestry merupakan kerajinan tekstil dengan konsep menenun dua buah benang yang saling bersilang. Setiap peserta diajarkan proses dengan teknik-teknik dasar lalu mereka diberi kebebasan untuk membuat pola-pola sesuai kreativitas masing-masing. Di akhir acara, peserta dapat membawa karya dan bahan-bahan yang telah diberikan agar dapat mengeksplorasi serta mengembangkan teknik tenun sendiri.


Menghempas Batas Ruang Kita

Tapestry Workshop

Foto oleh Nabila Fairuza 163—164


Festival Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

Foto oleh Nabila Fairuza


Menghempas Batas Ruang Kita

Tapestry Workshop

165—166


Festival Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

EMBROIDERY AND SEQUINS TECHNIQUE WORKSHOP oleh PUKA

Nama Puka merupakan kepanjangan dari bahasa Sunda yaitu pulas katumbiri yang berarti goresan pelangi. Hal tersebut melambangkan keberagaman dan pencampuran warna yang disulam membentuk beragam motif menggunakan benang wol pada setiap produk yang dihasilkan. Dalam menghasilkan produknya, Puka dibantu oleh siswa berkebutuhan khusus dari SLB Al-Mashduqi Garut, Jawa Barat. Setiap siswa diberi kebebasan untuk berkreasi dalam kegiatan menyulam. Pada Festival Tanpa Batas, Puka diundang sebagai salah satu pengisi lokakarya kolaborasi. Lokakarya yang dibawakan adalah embroidery and sequins technique workshop dengan total peserta sebanyak 15 orang. Peserta terdiri dari masyarakat umum dan teman difabel. Karya dibuat pada pouch (kantong), serta setiap peserta diberi kebebasan dalam menghias kantong tersebut dengan bahan yang diberikan dan teknik sulam yang telah diajarkan. Di akhir lokakarya, setiap peserta dapat membawa pulang karyanya masing-masing. Selain itu, Puka turut berpartisipasi sebagai salah satu pengisi stan pameran karya.


Menghempas Batas Ruang Kita

Embroidery and Sequins Technique Workshop

Foto oleh M. Arifandy 167—168


Festival Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

Foto oleh M. Arifandy, Arkansyah F.


Menghempas Batas Ruang Kita

Embroidery and Sequins Technique Workshop

169—170


Festival Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

TIE DYE WORKSHOP

oleh BELIEFABLE

Beliefable merupakan social-commerce (bisnis sosial) pertama di Indonesia yang membantu memasarkan produk buatan tangan teman difabel. Beraneka ragam produk yang dihasilkan oleh teman difabel seperti totebag, pouch, dan sarung bantal. Beliefable turut berpartisipasi untuk mengisi lokakarya kolaborasi. Lokakarya yang diadakan adalah tie dye workshop dengan media totebag. Peserta terdiri dari 20 orang masyarakat umum dan teman-teman difable yang secara bersama membuat totebag dengan teknik tie dye yang diajarkan. Peserta diberi kebebasan dalam memilih warna dan pola ikat sesuai kreativitas masing-masing. Di akhir lokakarya, peserta dapat membawa pulang karyanya masing-masing. Selain berpartisipasi sebagai pengisi pada lokakarya kolaborasi, Beliefable juga turut berpartisipasi pada stan pameran karya untuk memamerkan karya-karyanya. Pengunjung festival dapat pula membeli karya mereka di stan yang disediakan.


Menghempas Batas Ruang Kita

Tie Dye Workshop

Foto oleh Albertus Siswo Y. 171—172


Festival Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Tie Dye Workshop

Foto oleh Albertus Siswo Y. 173—174


Festival Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

SMILE MOTIVATIOR

Smile Motivator merupakan sebuah yayasan yang memiliki visi untuk membuat sejuta senyuman sebagai landasan, serta tujuan menjadi motivator dan inspirator terbaik di Indonesia. Smile Motivator terdiri dari sekumpulan orang berkebutuhan khusus seperti teman tunanetra, teman tuli, dan teman tunadaksa dengan talenta yang luar biasa.

Foto oleh Arkansyah F., Albertus S. Y., M. Arifandy


Menghempas Batas Ruang Kita

Smile Motivator

Pada Festival Tanpa Batas, Smile Motivator menampilkan tiga penampilan yaitu tari Jaipong, nyanyian, dan drama. Penampilan tari Jaipong ditampilkan oleh satu grup terdiri dari 3 orang dan yang membuat penampilan ini banyak menyentuh hati para penonton adalah karena ditampilkan oleh teman-teman tuli. Penampilan selanjutnya adalah sebuah lagu yang dinyanyikan oleh dua kakak beradik dan mereka adalah teman tunadaksa. Lagu yang mereka nyanyikan merupakan lagu yang dibuat sendiri oleh Smile Motivator. Penampilan terakhir merupakan drama yang ditampilkan oleh teman-teman tunadaksa. Selain menghibur, penampilan drama tersebut juga sarat akan makna sehingga menginspirasi para penonton.

175—176


Festival Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

BILiC

TEMAN TANPA BATAS Teman Tanpa Batas adalah sebuah komunitas yang diinisiasi oleh para alumni MBA ITB. Komunitas ini bertujuan menyuarakan hak berekspresi teman-teman difabel. Salah satu inisiator komunitas ini adalah Gerry Bagus Karang, alumni dari jurusan enterpreneurship MBA ITB,yang gelisah ketika melihat teman difabel terasa tidak terangkul. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh komunitas ini yaitu melukis bersama teman-teman tunanetra dari Wyata Guna dan job fair bagi difabel. Pada kegiatan Gaung Bandung 2018, Teman Tanpa Batas menjadi pemandu dalam Bandung Inclusive Trip dan membantu dalam proses perancangan acara.

Foto oleh M. Arifandy, Nabila Fairuza

BILiC merupakan kependekan dari Bandung Independent Living Center, sebuah lembaga nonpemerintah yang memiliki konsep dasar pergerakan independent living atau kemandirian bagi teman difabel. Pada Festival Tanpa Batas, BILiC turut berpartisipasi dalam mengirimkan beberapa teman-teman difabel untuk mengikuti beberapa lokakarya kolaborasi dan untuk meramaikan festival ini. Selain itu, BILiC juga turut membuka stan yang terletak di dalam GOR Saparua. Di dalam stan ini, masyarakat umum dapat mengetahui secara lebih dalam mengenai BILiC dan jika ada yang tertarik untuk menjadi relawan di BILiC mereka dapat mendaftar pada stan tersebut.


Menghempas Batas Ruang Kita

THE ABLE ART The Able Art merupakan perajin karya lukisan yang dibuat oleh teman difabel untuk diterapkan pada media pakai barang kebutuhan sehari-hari. Produk-produk yang dihasilkan berupa tas. pouch, jilbab, bantal, dan lain-lain. The Able Art turut berpartisipasi menjadi pengisi stan pameran karya sehingga pengunjung dapat membeli produk mereka.

BILiC-The Able Art-Art Rodhi

ART RODHI Rodhi Mafhtur yang biasa dipanggil Art Rodhi merupakan seorang pelukis yang merupakan salah seorang anggota difabel. Beliau merupakan salah satu anggota ArtBrut. Art Rodhi berpartisipasi menjadi pengisi stan pameran karya.

177—178


Festival Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

TIGA BAND

Apres! ITB turut berkolaborasi pada Festival Tanpa Batas. Mereka mengirimkan tiga band untuk tampil pada pestival. Salah satunya adalah band yang diberi nama JPDS (Jauh Pap Dekat Skidipapap) yang beranggotakan Kinanti Aldhia Naura, Aloysius Adhitya Pratama, dan Nico Joshua Susilo (Teknik Lingkungan ITB 2015). Mereka menyanyikan lagu ‘How Deep is Your Love’ dan ‘Make It Mine’. Terdapat juga penampilan band dari Jehian P. Sijabat dan Lidya Pasaribu, serta Vanny, Namiera, dan temannya.

Foto oleh Adrio Fachrezzy, Trinanda S. K.


Menghempas Batas Ruang Kita

Tiga Band

179—180


Festival Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

KUNCI-G

Selagi lokakarya kolaborasi dilaksanakan di area dalam GOR Saparua, penonton yang berada di sekitar Plaza Saparua dihibur oleh penampilan 4 band yang berasal dari Kunci-G Arsitektur ITB. Kunci-G merupakan kelompok minat Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma dalam hal bermusik. Pada festival ini, Kunci-G diwakili oleh Debora Meciho, Bonifasius Bhaskara, Amara Faza, Yahya Ayyash, Davin Gery, Aji Bayu, dan Kahfi Aziz.

Foto oleh Adrio Fachrezzy, Nabila Fairuza


Menghempas Batas Ruang Kita

Kunci-G

181—182


Festival Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

DRIED CASSAVA

Acara Festival Tanpa Batas ditutup oleh penampilan bintang tamu Dried Cassava. Dried Cassava merupakan band dengan genre alternative rock, funk, dan blues. Dried Cassava membawakan 10 buah lagu selama kurang lebih satu jam. Antusiasme pentonton yang hadir cukup tinggi meskipun saat itu lokasi acara diterpa hujan ringan.

Foto oleh Guntur Damanik


Menghempas Batas Ruang Kita

Dried Cassava

183—184


Festival Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Dried Cassava

Foto oleh Guntur Damanik 185—186


Festival Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Festival Tanpa Batas

Foto oleh Albertus S.Y., Nabila Fairuza, M. Arifandy, Trinanda S.K. 187—188


Festival Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Festival Tanpa Batas

Foto oleh Albertus S.Y., Nabila Fairuza, M. Arifandy, Trinanda S.K., Arkansyah 189—190


Festival Tanpa Batas

Gaung Bandung 2018

PENUTUP Selebrasi bukanlah milik mereka yang berbahagia semata. Yang kurang beruntung pun patut berbahagia. Melalui Festival Tanpa Batas, dibangunlah emosi dalam raga dan empati dalam rasa, agar tergerak hatinya menguntai cerita bersama mereka yang belum dikenal bahkan ditemui sebelumnya. Kolaborasi dibangkitkan, interaksi diciptakan. Tanpa memandang keterbatasan seseorang, terwujud pula suasana inklusif. Mungkin festival ini hanya sejenak, lalu ia akan beranjak dari dada. Tapi kami telah berupaya menghempaskan batas biarlah hilang ekslusivitas. Berharap bahwa inklusi kan terus ditularkan sehingga manusia mampu hidup sebagai manusia.


Menghempas Batas Ruang Kita

Penutup

Foto oleh Albertus S. Y.

191—192


Gunadharma Nite

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Gunadharma Nite

GUNADHARMA NITE

193—194


Gaung Bandung 2018

Gunadharma Nite

GUNADHARMA NITE

Foto oleh Raynaldo T. S.


Menghempas Batas Ruang Kita

Gunadharma Nite

perjuangan memang belum pudar namun ia akan direka dalam nyala selanjutnya maka izinkan sejenak selebrasi kami gelar dan sampaikan selamat ulang tahun tuk Gunadharma

Aktualisasi diri telah kami lalui dalam Bandung Inclusive Trip, Sayembara Tanpa Batas, Festival Tanpa Batas, dan Pameran Tanpa Batas. Kami telah mengerti apa yang sebelumnya tak kami pahami tentang kehidupan. Tapi apalah arti kami tanpa wadah bernama IMA-G yang menaungi perjalanan kami. Inilah saatnya kami berbagi kasih kepada Gunadharma melalui selebrasi atas perjuangan kami. Semoga Gunadharma-Gunadharma lain dapat melanjutkannya lebih baik. Kami persembahkan Gunadharma Nite sebagai penutup rangkaian Gaung Bandung 2018.

195—196


Gunadharma Nite

Gaung Bandung 2018

TEMA Tema G-Nite ke-67 yaitu Disney. Tema ini dipilih berdasarkan suara terbanyak yang dipilih oleh seluruh massa G aktif. Tema Disney yang terpilih meliputi karakter kartun Disney seperti Princess, Toy Story, Star Wars, Disney Channel, dan masih banyak lagi. Mereka semua yang datang ke acara G-Nite sangat antusias yang dapat dilihat dari kostum Disney yang mereka kenakan.

Foto oleh Raynaldo T. S.


Menghempas Batas Ruang Kita

Tema

SELAMAT ULANG TAHUN, GUNADHARMA! Sebelum kegiatan utama Gunadharma Nite, terdapat praacara berupa kegiatan perayaan tepat pada hari ulang tahun IMA-G yakni 15 November 2018. Acara ini diadakan di studio lantai 5, Gedung Arsitektur ITB, dan juga bertepatan dengan acara Gunadharma Fest. Acara ini dimulai pukul 17.30 WIB dengan dibuka oleh sambutan dari Ketua IMA-G dan Ketua Gaung Bandung 2018. Acara dilanjutkan dengan musik sore (musor) dengan lantunan lagu-lagu yang dibawakan Kunci-G. Terdapat pula kuis seputar himpunan dan massa-G. Acara diakhir dan potong kue dan tiup lilin diiringi lagu ‘Selamat Ulang Tahun’.

Foto oleh Mahira R. P.

197—198


Gaung Bandung 2018

Gunadharma Nite

KUNCI-G

Grup musik yang beranggotakan Pascal Abhijana Satya Aji, Nikita Eka Nurwita, Fikri Anam, Yahya Ayyash Asaduddin, Kahfi Aziz, dan Debora Meciho, menghentakan Gedung De Majestic dengan beberapa membawakan lagu ‘Paradox’ dari Dried Cassava, ‘Salah’ dari Potret, dan ‘Hip Hip Hura’ dari Chrisye. Selain itu, terdapat juga band alumni yang terdiri dari Raedi, Jovani, Ajiantama, Maisye, dan dibantu oleh Kahfi Aziz.

Foto oleh Albertus S. Y., Raynaldo T. S., M. Arifandy


Menghempas Batas Ruang Kita

Kunci-G

199—200


Gaung Bandung 2018

Gunadharma Nite

BASKORO TEDJO AND FRIENDS

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pak Baskoro Tedjo selalu menghadiri G-Nite. Beliau pun tak menghilangkan kesempatan untuk menghibur massa Gunadharma. Dengan topi jenis pork pie, rompi kelabu, dan setelah atas-bawah yang gelap, beliau menyanyikan lagu ‘I Want to Break Free’ dari Queen dengan penuh penghayatan. Setiap lirik ‘I want to break free’ dinyanyikan, penonton ikut serta mengikuti menyanyikannya. Penonton yang maju sampai ke depan panggung merasa amat bangga dengan Pak Bas, dosen sekaligus starchitect-nya, dilengkapi pencahayaan berwarna biru-hijau menambah suasana lebih berwarna. Beliau pun menyanyikan dua lagu lagi dengan dibantu oleh Kahfi Aziz (drum), Hans Marvin (gitar), dan Esther Doroty (piano).

Foto oleh Raynaldo T. S., Albertus S. Y.


Menghempas Batas Ruang Kita

Baskoro Tedjo and Friends

Foto oleh Trinanda S. K. 201—202


Gaung Bandung 2018

Gunadharma Nite

DANCIN-G

Penampilan berbeda pada G-Nite ke-67 dipertunjukkan oleh Dancin-G dengan membawa kembali penari laki-laki, setelah tahun sebelumnya hanya wanita yang tampil. Musik ‘Disney Theme’ mengawali penampilan, dilanjutkan dengan Fathia Almia, Shania Maharani, Rafidah Dea, Ni Wayan Primastuti, dan Hanifa Zainafsia, menari dengan lemah gemulai mengikuti iringan musik ‘Married Life’ dari film Up. Dancin-G Boys yang terdiri dari Ihsan Robbany, Adi Nur Khamim, Aries Fadli Prayoga, Eka Kurniawan, Fabian Rukmana, dan Gideon Simangunsong menari dengan enerjik menghentakkan kaki dan tangan diiringi musik ‘Don’t Wanna Know’ oleh Maroon 5. Seluruh Dancin-G Girls, yakni penampil lagu ‘Married Life’ dilengkapi oleh Dinta Tiara, Asia Luthfiah, Yorangga Citra, Raisa Shafira, dan Alya Fitrianadira, menyambut penampilan yang lebih bersemangat mengikuti irama lagu ‘Sorry Not Sorry’ oleh Demi Lovato. Selanjutnya seluruh personel menari bersama dengan lagu ‘No Excuse’ oleh Meghan Trainor dan ‘We’re All in This Together’ pada film High School Musical. Penampilan yang didominasi oleh kostum merah dan jin ini memukau semua audiens untuk bersorak-sorai dan berteriak gembira.

Video dapat ditonton pada tautan berikut.

Foto oleh M. Arifandy, Albertus S. Y., Trinanda S. K.

http://bit.ly/DancingGNITE2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Dancin-G

203—204


Gaung Bandung 2018

Gunadharma Nite

BIDADARSI(O)

Biasanya Bidadarsi berisi wanita-wanita cantik bersuara merdu dari mahasiswa Arsitektur ITB. Pada G-Nite ke-67, terdapat suasana berbeda karena mereka dilengkapi Bidadarso. Dengan berbagai macam kostum Disney yang dikenakan, mereka menyanyikan Disney Medley. Lagu diawali dengan teriakan Davin Gery Lineker menirukan suara Rafiki dalam film The Lion King. Faza Nugraha dna Eka Kurniawan kemudian melanjutkan dengan lagu ‘You’ll Be in My Heart’ oleh Phil Collins.

Foto oleh Raynaldo T. S


Menghempas Batas Ruang Kita

Bidadarsi(o)

Lagu selanjutnya adalah ‘Reflection’ oleh Christina Aguilera yang dinyanyikan oleh Amara Faza, ‘Hakuna Matata’ oleh Nathan Lane dinyanyikan Radel Cecylia, dan ‘Part of Your World’ oleh Jodi Benson dinyanyikan Nikita Eka dan Eka Kurniawan. Bidadarsi(o) kemudian menyanyikan lagu ‘Can You Feel the Love Tonight?’ oleh Elton John secara bersama-sama. Nikita Eka dan Andita Abiyyuna pun melanjutkan dengan lagu ‘Lavender Blue’ oleh Dinah Shore. ‘Colors of The Wind’ oleh Judy Kuhn (Abigael Alisa), ‘How Far I’ll Go’ oleh Alessia Cara (Kevin Oktafarel dan Heidi Asha) pun dinyanyikan. Penampilan diakhiri dengan menyanyikan ‘Circle of Life’ oleh Lebo M. dan Carmen Twillie. Seluruh lagu yang dinyanyikan Bidadarsi(o) menampilkan suasana berbeda, dari sendu hingga ceria.

205—206


Gaung Bandung 2018

Gunadharma Nite

PHILHARMONI-G

Dua bulan lebih telah dilalui oleh Philharmoni-G dalam mempersiapkan penampilan luar biasa mereka. Latihan hampir setiap minggu dilakukan secara individu maupun komunal, terbayar oleh riuh tepuk tangan di akhir penampilan mereka. Lagu ‘Sydney Opera’, berupa rampai musik film Disney yang diaransemen oleh Hans Marvin dan Yahya Ayyash, mengundang suasana khidmat penonton. Dilanjutkan dengan lagu ‘Minggu Pagi’ yang diaransemen oleh Guntario Sukma Cahyani dari ITB Student Orchestra, membawa suasana yang lebih ceria, mengembalikan nostalgia hari Minggu masa kecil ketika menonton kartun kesayangan. Lagu terakhir adalah ‘I See The Light’ yang diaransemen juga oleh Hans dan Yahya ditampilkan melalui kolaborasi dengan Bidadarsi dan Bidadarso.

Foto oleh Raynaldo T. S


Menghempas Batas Ruang Kita

Pengarah Musik Konduktor Biola 1 Biola 2 Biola 3 Selo Gitar Klarinet Pianika Piano

: Hans Marvin, Yahya Ayyash A. : Hanifa Nur Amalina : Ardelia J. Cungwin, Nabila Putri Fauzia, Nava Ivana Cindy, Nisrina A. Fadhila, M. Arya Wicaksono : Vanessa Susanto, Mahira Putri, Muthia Wening, Zahra Dhia Imtinan : Maharani Stavira, Muhammad Hilyah, Ike Kurniawati, Yesaya Christian : Hans Marvin, Calvin Timothy : Yahya Ayyash, Aissya Jelitawati, Melvin Taslim, Velissa Ivory : Bonifasius Bhaskara : Fabian M. Rukmana, Kevin E. Marseli, Aryasena Joti P., Dinta Tiara, Dyah Cahyamawarni : Christoper Toby, William A. Bobby

Philharoni-G

Video dapat ditonton pada tautan berikut.

bit.ly/PhilharmonigGNITE2018

207—208


Gaung Bandung 2018

Gunadharma Nite

PERAGAAN KOSTUM

Massa-G berlomba-lomba naik ke panggung untuk unjuk diri memperlihatkan kostum terbaik mereka. Riasan wajah pun tak luput dari perhatian untuk memaksimalkan penampilan. Hampir semua massa-G mengenakan kostum yang berhubungan dengan teman G-Nite kali ini, yakni Disney. Beberapa kostum yang menonjol seperti Toy Story, Peterpan, Star Wars, Frozen, dan Monster, Inc. Sebelum acara puncak G-Nite dimulai, dibacakan pemenang kostum terbaik. Peterpan (Prayoga Aryasena) dan Bayangannya (Sonita Pingkan) dengan kompak memenangkan kostum terbaik.

Foto oleh Raynaldo T. S, Albertus S. Y., Adrio Fachrezzy


Menghempas Batas Ruang Kita

Peragaan Kostum

209—210


Gunadharma Nite

MEMORI DALAM IMA-G

Gaung Bandung 2018

Suasana G-Nite menjadi semakin meriah ketika ditampilkan video mengenai IMA-G. Video ini berisi kumpulan kegiatan-kegiatan seputar himpunan dan kegiatan akademik di Arsitektur ITB dimulai dari Gunadharma 2014 hingga 2018. Di dalam video tersebut ditampilkan beberapa adegan seperti kegiatan massa G pada saat gawe, syukuran wisuda, arak-arakan, kegiatan ke Cisoka, kegiatan Gaung Bandung, G-Nite, dan musik sore. Beberapa adegan yang ditampilkan juga merupakan aksi kocak dan aneh dari massa-G sehingga menimbulkan gelak tawa setiap audiens. Video yang diedit oleh Marestu Rizki Nugraha ini dibuat dengan apik menyesuaikan lagu latarnya, ‘Bohemian Rhapsody’ oleh Queen. Video ditutup dengan aksi Debora Meciho berselancar di atas papan skate, dilanjutkan tulisan ‘Selamat Ulang Tahun’.


Menghempas Batas Ruang Kita

Memori dalam IMA-G

Video dapat ditonton pada tautan berikut.

bit.ly/VideoIMAG2018

211—212


Gaung Bandung 2018

Gunadharma Nite

MENGEJAR CINTA ARSITEKTUR

“Ini adalah sebuah cerita singkat kehidupan percintaan di jurusan Arsitektur yang jarang terbahas. Ekspektasi dan realitas memang tak selamanya berjalan bersamaan. Terkadang banyak hambatan dan rintangan yang harus dilewati dalam mengejar cinta�. Begitulah kalimat yang mengawali video kabaret ini. Menceritakan kisah Namimi (Debora Meciho) yang rajin mengerjakan tugas di studio yang penuh dengan mahasiswa yang sedang dimabuk asmara. Di lubuk hatinya, ia menyukai Fikri Ahmad (Pascal Abhijana), kakak tingkatnya yang digambarkan tampan, serta jago musik, gambar, dan olahraga. Ternyata Fikri juga memendam rasa pada Mimi. Sepanjang video diceritakan ekspektasi Mimi terhadap Fikri yang sangat bertolak belakang dengan realitasnya, sesuai dengan kalimat di awal


Menghempas Batas Ruang Kita

video. Beberapa adegan menampilkan sosok Mimi maupun Fikri canggung ketika bertemu, bingung memilih kata saat mengirim pesan, dan lain-lain. Lagu-lagu seperti ‘Close To You’ oleh Carpenters dan ‘Lover Boy’ dari Phum Viphurit mengiringi setiap adegan sehingga menambah suasana semakin berdebar dalam kecanggungan dan kebingungan dua insan yang sedang kasmaran itu. Setiap adegan mendapat respon yang beragam ketika video ini ditampilkan. Riuh penonton dan gelak tawa melingkupi Gedung De Majestic Braga kala itu. Pada akhir cerita, dengan lantunan musik ‘You and Me’ yang dinyanyikan HONNE, Fikri memberanikan diri untuk mengajak Mimi pulang bersama, seolah dunia hanya milik mereka berdua. Secara umum, kisah memberi pesan bahwa ekspektasi tanpa aksi nyata takkan menjadi luar biasa.

Mengejar Cinta Arsitektur

Video dapat ditonton pada tautan berikut:

bit.ly/VideoKabaret2018

Produser: Farhan Qalbain; Sutradara: Namira; Pemain: Debora, Pascal, Namira, Nikita, Fian, Cecyl, Fathur, Qolbak, Clifton, Hilman, Vinsen, Fikri, Yanto, Prabu; Kamerawan: Fandy, Adela; Penyunting: Adela, Namira; Penulis Naskah: Qolbak, Namira

213—214


Gunadharma Nite

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Gunadharma Nite

Foto oleh Vinsensius A.B., Dyah Cahyamawarni 215—216


Gunadharma Nite

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Gunadharma Nite

Foto oleh Vinsensius A.B., Raynaldo T. S. 217—218


Prakata

Gaung Bandung 2018

PENUTUP Semakin dalam meresapi hadirnya manusiamanusia yang terus tinggal bersama dalam satu gedung berlantai enam itu, membuat kami kian terbawa atmosfer suka cita. Pesta kostum, video lucu yang diputar, penampilan spektakuler mahasiswa dan dosen, tarian lemah gemulai hingga energik, serta potong kue Olaf, dilalui dengan hati yang riang. Semuanya diiringi gemerlap lampu merah-hijau-biru-ungu yang berganti sesuai pemesanan. Malam perayaan hari jadi Gunadharma pun akan terkenang dan semoga girang tanpa gundah pada perayaan berikutnya. Selamat Ulang Tahun, Gunadharma!


Menghempas Batas Ruang Kita

Penutup

Foto oleh Vinsensius A.B.

219—220


Galeri

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Galeri

GALERI GAUNG BANDUNG 2018

221—222


Galeri

Gaung Bandung 2018

Foto oleh Trisidik Rinanda, Vinsensius Ardinan


Menghempas Batas Ruang Kita

Galeri

Foto oleh Guntur Damanik, M. Arifandy 223—224


Galeri

Gaung Bandung 2018

Foto oleh Nabila Fairuza, M. Arifandy


Menghempas Batas Ruang Kita

Galeri

Foto oleh Vinsensius Ardinan, M. Arifandy 225—226


Epilog

Gaung Bandung 2018

EPILOG

Foto oleh Dyah Cahyamawarni


Menghempas Batas Ruang Kita

Epilog

kami menerpa jiwa, menembus batas dan bukankah mereka telah terlibat apa yang kami perbuat? tapi semua ini tak dapat terangka, lantas walau refleksi bahwa kepincangan masih terikat cukup erat oleh manusia kota yang mulai menanggalkan laras semuanya hanya dapat terhempas, biarlah tak pekat kalau perlahan kausetel mimpi pamungkas bahwa manusia masih manusia

Kami pernah saling bersahut untuk siap mengabdi pada Gunadharma. Kami pernah berjalan bersama, walau tak selalu beriringan, tetapi tetap menyatu. Gunadharma sejatinya bukan cahaya kami, tetapi ia telah menghimpun kami. Ia mengantarkan kami membangun Gaung Bandung 2018 yang teramat menggembirakan ini. Kami berlega hati atas terwujudnya Gaung Bandung 2018, menghilangkan keresahan dalam jiwa sejenak. Bahwa mereka telah bersama kami merangkai perbuatan baik, menggaungkan isu inklusi, mencoba mewujudkan Kota Bandung ramah huni, dan oleh karena itu, kami berterima kasih.

225—226


Gaung Bandung Terdahulu

GAUNG BANDUNG TERDAHULU

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

2017

227—228


Gaung Bandung Terdahulu

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

2016-2015

229—230


Gaung Bandung Terdahulu

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

2014-2013

231—232


Gaung Bandung Terdahulu

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

2012-2011

233—234


Epilog

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Epilog

235—236


Epilog

Gaung Bandung 2018


Menghempas Batas Ruang Kita

Epilog

237—238


Susunan Panitia

Gaung Bandung 2018

Panitia Gaung Bandung 2018

Ketua Aries Fadli Prayoga

Ketua Bidang Marketing Keshia Simatupang

Sekretaris Jenderal Hanifa Nur Amalina

Ketua Divisi Publikasi Raden Cecylia Permata Costania Ketua Divisi Kreatif Yahya Ayyash Asaduddin Ketua Divisi Sponsorship Almira Kridarahmanda Ketua Divisi Dana Usaha Tania Fitriani

Sekretaris Reliya Annisa Putri Bendahara Mutia Ayu Cahyaningtyas Ketua Bidang Materi Adi Nur Khamim Ketua Divisi Sayembara Tanpa Batas Ikyu Tirtodimedjo Ketua Bidang Acara Nikita Eka Nurwita Ketua Divisi Bandung Inclusive Trip Nurul Azizah Hatami Ketua Divisi Pameran Tanpa Batas Fikri Anam Ketua Divisi Festival Tanpa Batas Putri Belinda Ketua Divisi G-Nite Kristina Andre Agung

Ketua Bidang Eksternal Audita Ilhami Rifdah Ketua Divisi Hubungan Masyarakat Zahra Nurul Azmi Ichsantiarini Ketua Divisi Perizinan Slamet Zarkasih Ketua Bidang Supporting Pascal Abhijana Satya Aji Ketua Divisi Artistik Fardhani Yodiatama Ketua Divisi Dokumentasi Muhammad Arifandy Ketua Divisi Logistik William Abil Bobby Setiawan


Menghempas Batas Ruang Kita

Susunan Panitia

239—240


Susunan Panitia

Gaung Bandung 2018

Panitia Gaung Bandung 2018

Sekretaris William Wibowo Raisa Shafira Affandi Bendahara Cantika Wiba Febrina Puti Osfiani Mawangi Tim Materi Almajid Habibullah Muhammad Arif Mappe Amir Ni Wayan Primastuti Raden B. M. Louay Safarilla Brian Filbert Pratama Calvin Timothy Krisna Agustriana Muhammad Barkah Divisi Sayembara Tanpa Batas Muhammad Arkan Haqqi Asia Luthfiah Mario Muhammad Helmi Falah Nur Yodha Sulistiyono Yorangga Citra A. Divisi Bandung Inclusive Trip Edly Tsara Nabilah Javier Daniswara Alamsyah Ratu Intan Mutia Abigael Alisa Adela Amandari Hafidz Muhammad Hasna Lathifah Budiman Prayoga Arya Wirasana Salma Saida Az-Zahra Divisi Pameran Tanpa Batas Joshua Aditya Ahmad Ghozali Shabrina Amalia Ihsanti Zanetta Auriel Ajani Raushanfikra B. Ario Soaduon Abraham Azahra Nuralika Putri Deva Dwirangga Puti Azalia Ichsan

Divisi Festival Tanpa Batas Adilah Nidaul Yumna Bella Febrilia Cherryl Sastiana Zadhine Permata Gabriella Anifa Farah Suryandari Annissa Zhafira Febriyanti Febrina Rahmi Nur Annisa Irvi Syauqi Selendra Larasati Putri Kartika Roiswahid Dimas Pangestu Divisi G-Nite Fabian Mohammed Rukmana Lanna Elvira Farhan Qalbain Iman Kahfi Aziz Abdillah Adelia Tio Novita Alvin Halim Alya Fitrianadira Margaret Yudhia Aditama Namira Anatri Yasmin Safira Fitri A. Divisi Publikasi Andita Abiyyuna Alya Putri Ashyifa Heidi Aisha Shania Maharani Amara Faza Rukmana Flavio Darell Kevin Mochamad Oktafarel Muhammad Irsyad Alfaridzi Ulfatus Sa’adah Sumarna Yovanni Christine Eunike Naibaho Divisi Kreatif Arkansyah Farras Setiawan Keny Wijaya Vanessa Susanto Abdul Aziz Aji Bayu Triantoro Faiz Agra Kurnia Firqi Alfathani Jennifer Gracia S. Nico Lim Pamela Felita Julyanto


Menghempas Batas Ruang Kita

Divisi Sponsorship Diajeng Nashukha Ramadhanty Calista Pranoto Hanifa Zainnafsia Verencya Oktaviani Aurelia Silviana Theodora Geofani Kurniwaty Stella Felisha Utama Velissa Ivory Patricia Yosephina Rania A. Divisi Dana Usaha Aditya Bayu Budiman Baihaqi Dzaky Rizkia Farah Syifa Nabila Gideon Simangunsong Rayi Ruby Annisa Riany K. P. Dimas Satrio Danardono Ike Kurniawati Josephin Maria Pastika Atidipta Khana Kanun Kusumawedana Arini Rahma Diani Kosasih Bunga Aninditya Mayang Pourine Sonita Pingkan Natashya Valeryn Horlanso Yolanda Virgin Regina Divisi Hubungan Masyarakat Davin Gery Lineker Dadang Trio Setiawan M. Arya Wicaksono Nadia Almira Selvia Diwanty Bella Sofie Jayanti Cahaya Albari Iman Diandri Taqia Alnindya Evelyn Sarah R. Nadhira Khansa Adelia Salsabila Ditrasti Divisi Perizinan Aissya Jelitawati Muhammad Fahmi Widiarto Mutia Asmara Dian Okta Viryani Hafidza Fara M.

Susunan Panitia

Nava Iviana Cindy Tricia Deena Hutagaol Shania Adhalia S. Divisi Artistik Devi Kava Nilla Apri Surya Hot Parasian Simbolon Firdha Adelia Said Muhammad Bakam Maulana Deha Ali Arifin Alya Nadhira Auliya Firasyan Muhammad Bonifasius Bhaskara Bryantama Dhayita Mriyanggani Cintantya Diajeng Adiningrum Elfira Cimarko Putri Fadhilah Sayogo Putri Luthfia Khoirunnisa Zufar Azka P. Divisi Dokumentasi Adrio Fachrezzy Albertus Siswo Yulianto Ester Dorothy Nabila Fairuza Amanda Aufa Dyah Cahyamawarni Thea Amalia Trinanda Sidik K. Divisi Logistik Fauzi Ardiansyah Wijaya Melvin Taslim Fransiskus Asisi Dwinugroho Hafid Mubarak Muhammad Yusuf Darien Ilham Hananditya Edison Budi Setiawan Djunaidi Fran William Nathalia Thomas Handoko Salsabila Assyifa Adrizal

241—242


Sponsor

Gaung Bandung 2018

Disponsori oleh

PT PP (Persero) Tbk PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, disingkat PT PP (Persero), merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang perencanaan dan konstruksi bangunan. PT PP berdiri pada tanggal 26 Agustus 1953 dengan nama NV Pembangunan Perumahan. Namanya lalu diganti menjadi PN Pembangunan Perumahan melalui PP NO. 63 tahun 1960. Terakhir, berdasarkan PP No. 39 tahun 1971, statusnya berubah kembali menjadi PT Pembangunan Perumahan (Persero). Sebagai BUMN, mayoritas (51%) kepemilikan saham PT PP dipegang oleh Pemerintah Republik Indonesia dan sisanya (49%) dipegang karyawan dan manajemen PT PP. Sejak melantai di Bursa Efek Indonesia, mayoritas (51%) saham dipegang pemerintah, 21,4% saham publik dan 27,6% saham dipegang karyawan dan manajemen PT PP. Bidang usaha utama PT PP adalah pelaksana konstruksi bangunan gedung dan sipil. PT PP juga mengerjakan bidang usaha terkait lainnya, seperti manajemen gedung, pengembangan properti dan realti.

Adhi Karya Architecten-Ingenicure-en Annemersbedrijf Associatie Selle en de Bruyn, Reyerse en de Vries N.V. (Assosiate N.V.) merupakan Perusahaan milik Belanda yang menjadi cikal bakal pendirian ADHI hingga akhirnya dinasionalisasikan dan kemudian ditetapkan sebagai PN Adhi Karya pada tanggal 11 Maret 1960. Nasionalisasi ini menjadi pemacu pembangunan infrastruktur di Indonesia. Berdasarkan pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, pada tanggal 1 Juni 1974, ADHI berubah status menjadi Perseroan Terbatas. Hingga pada tahun 2004 ADHI telah menjadi perusahaan konstruksi pertama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Status Perseroan ADHI sebagai Perseroan Terbatas mendorong ADHI untuk terus memberikan yang terbaik bagi setiap pemangku kepentingan pada masa perkembangan ADHI maupun industri konstruksi di Indonesia yang semakin melaju. ADHI telah mampu menunjukkan kemampuannya sebagai perusahaan konstruksi terkemuka di Asia Tenggara melalui daya saing dan pengalaman yang dibuktikan pada keberhasilan proyek konstruksi yang sudah dijalankan. Keberhasilan usaha yang sudah diraih ADHI bukan berarti tanpa dukungan dan peran serta masyarakat, untuk itu ADHI berperan aktif dalam mengembangkan program CSR serta Program Kemitraan & Bina Lingkungan Perseroan.


Menghempas Batas Ruang Kita

Sponsor

Didukung oleh

Partner Media

Terima kasih kepada seluruh sponsor, lembaga pendukung, dan partner media yang telah membantu. Terima kasih juga kepada donatur kegiatan ini yaitu Nikolas Fiansa B., Raden Cecylia P. C., Ibunda Almira Kridarahmanda, William Abil Bobby S., Hanifa Nur Amalina, dan Panitia Gaung Bandung 2018. 243—244


Logo ini memiliki arti bahwa semua manusia sama memiliki keunikan dan perbedaan, yang seharusnya memiliki akses yang sama untuk mengeksperiskan diri mereka (diibaratkan dengan warna kuning) dengan ruang di sekitarnya yang mengajak dan mempersatukan orang-orang di dalamnya (warna merah). Logo oleh Yahya Ayyash Asaduddin




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.