Tabloid Indralaya Post Edisi XV

Page 1

Menyoroti Pembangunan di Unsri Jaket Almamaterku, Tak Sakral Fasilitas FKIP yang Memprihatinkan Unsri Punya DPR


sapa redaksi Assalamualaikum wr.wb Salam Pers Mahasiswa Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan ridho-Nya Lembaga Pers Mahasiswa Gelora Sriwijaya (LPM GS) Universitas Sriwijaya (Unsri) berhasil menyelesaikan Tabloid Indralaya Post Edisi XV, Oktober – November 2018. Tabloid ini merupakan produk tabloid terbitan ke-15 yang mengusung tema “Wajah Baru Unsri”. Secara garis besar, membahas tentang wajah baru dari Unsri dilihat dari segi pembangunan yang saat ini tengah gencar dilakukan. Menuju penghujung Tahun 2018, Unsri telah melakukan pembangunan dan renovasi terutama pada gedung fasilitas pendukung kegiatan perkuliahan. Bukan hanya memper-

cantik gedung, penambahan jalur pada pintu masuk gerbang belakang Unsri, pemasangan dan perluasan akses Wi-Fi, serta pembangunan taman-taman di beberapa lokasi. Hal ini memberikan tanda bahwa, saat ini pihak birokrat tengah serius menata dan membuat Unsri terkhususnya kampus yang berada di Indralaya terlihat lebih layak dan nyaman. Terutama bagi mahasiswa dan civitas akademis yang lainnya. Pemaknaan pembangunan bisa memiliki arti yang luas, bila dilihat dari berbagai sudut pandang. Pembangunan secara fisik yaitu sarana prasana maupun pembangunan yang sifatnya ke arah sikap dan sifat pribadi manusia. Diharapkan adanya pembangunan mental khususnya bagi mahasiswa agar menjadi pribadi yang lebih kritis dan berprestasi. Pada rubrik laporan utama tabloid ini, kami memfokuskan pembaha-

san mengenai pembangunan dan renovasi yang sedang berlangsung di kampus pusat Unsri. Terkhususnya pembangunan pada rusun, renovasi perpustakaan, serta pembangunan aula serbaguna di Fakultas Ekonomi. Kemudian pada rubrik inovasi dan prestasi memberikan informasi dan inspirasi bagi mahasiswa mengenai ide inovatif serta cerita dibalik prestasi mahasiswa Unsri. Semoga dengan apa yang kami sajikan dalam tabloid ini dapat memberi informasi yang bermanfaat dan diterima dengan baik oleh pembaca. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi menjadikan Tabloid Indralaya Post lebih baik kedepannya. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Fury Aura Bahri

Pembangunan Infrastruktur di Unsri

Hal yang tidak bisa dipisahkan dalam pembangunan infrastruktur adalah mengenai dasar atau alasan, tujuan, sumber pendanaan dan progresivitas pelaksanaan. Belakangan ini pembangunan infrastruktur di Universitas Sriwijaya (Unsri), baik di ranah kampus maupun fakultas terkhusus Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam (FMIPA), tak lepas dari 4 perspektif tersebut. Melihat perspektif dasar dan tujuan yang selaras dengan target Rektor dalam mengupayakan Unsri menuju World Class University (WCU). Tak luput dari kondisi fasilitas yang menjadi salah satu indikator tercapainya target tersebut. Sedangkan kondisi Unsri saat ini masih jauh dari kata memadai dalam hal infrastruktur yang ideal dalam menyukseskan Tridharma perguruan tinggi. Melihat dari perspektif sumber pendanaan, Unsri termasuk salah satu Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (PTN BLU) dalam arti sumber keuangan bisa diperoleh dari Pemerintah, Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan pihak lain (swasta). Maka, salah satu indikator yang sangat berpengaruh terkait kondisi pembangunan Unsri saat ini dalam segi kualitas maupun kuantitas, dan prospek pembangunan disesuaikan dengan jumlah anggaran yang dimiliki. BERSAMBUNG DI HLM 8

Rekor baru di PK2 2018

M BERGABUNG BERSAMA KAMI DI LEMBAGA PERS MAHASISWA GELORA SRIWIJAYA

enyambut Mahasiswa Baru (Maba) Angkatan 2018, Universitas Sriwijaya (Unsri) selenggarakan agenda perkenalan kehidupan kampus (PK2) yang dilaksanakan di kampus Unsri Indralaya pada Rabu(1/8). PK2 2018 mengangkat tema “Mahasiswa Regenerasi Sriwijaya (Mars)” yang bersentuhan dengan inovasi karya. Data yang di dapat dari Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Unsri, jumlah mahasiswa baru yang diterima adalah 7594 mahasiswa. BERSAMBUNG DI HLM 7

Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Gelora Sriwijaya. Pelindung : Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE. | Pembina: Ferdiansyah Rivai, Zulkarnain, M.Med.Sc | Pemimpin Umum : Toharudin | Sekretaris Umum : Mustina Ayu | Bendahara Umum : Jimmi Porwanto | Pemimpin Redaksi : Muslim | Pemimpin Perusahaan: Fajar Satria | Pemimpin Litbang: Viko Oktara | Redaktur Pelaksana : Fury Aura Bahri | Reporter: Fury Aura Bahri, Amalia Ulfa, Dinar Wahyuni, Annisa Ayu Lestari, Annisa Dwi Kurnia, Dwi Ratna kusuma Wati, Fatta Sofiana S , Juniancandra, Herniwidya Retha, Fadhlur Rahman DZ. | Editor : Fatta Sofiana S, Dinar Wahyuni | Fotografer : Fury Aura Bahri | Tata Letak : Fadhlur Rahman, Muslim | Illustrasi : Annisa Ayu Lestari, Amalia Ulfa, Annisa Dwi Kurnia, Fadhlur Rahman | Desain Sampul : Annisa Dwi Kurnia, Fadhlur Rahman Dz, Muslim | Alamat : Bilik Pers Lantai 1 Gedung Student Center Universitas Sriwijaya, Jalan Raya Palembang - Prabumulih Km.32, Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan 30662 Kontak : 0821 8689 1126 E-Mail : redaksilpmgsunsri@gmail.com

Redaksi Menerima Tulisan, Opini dan Foto dari Pembaca, Redaksi berhak mengedit tulisan yang akan di muat dengan tidak menguba maknanya.

2

Edisi ke-15


INOVASI

SKY FARMING

P

- Solusi Teknologi Pertanian Masa Depan -

rihatin dengan keadaan lingkungan serta pertanian, memunculkan ide Sky Farming sebagai bentuk dari upaya menanggulangi dampak dari kerusakan lingkungan. Adanya pembakaran hutan sebagai akibat dari pembukaan lahan besar-besaran, serta peningkatan tinggi muka air laut merupakan beberapa bentuk dari dampak climate change atau perubahan iklim yang bisa dirasakan secara nyata saat ini. Atas dasar tersebutlah, David Setiawan Husain mahasiswa Fakultas Pertanian jurusan Teknologi Pertanian Tahun 2015, mengembangkan idenya dengan mengusung “Sky Farming berbasis Green Technology sebagai Rumah Penyedia Kebutuhan Pangan dan Energi Ramah Lingkungan”. Secara sederhana Sky Farming merupakan teknologi pertanian yang dilakukan dengan menerbangkan ke langit. Hal ini sebagai upaya untuk mengatasi keterbatasan lahan yang ada di Indonesia khsususnya. Sky Farming sendiri berbasis green technology, sebagai rumah penyedia kebutuhan pangan dan energi, untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. “Selain itu, dari Sky Farming ini kita masukkan juga untuk supply listrik. Sehingga, bisa menjadi sistem pembangkit listrik disamping selain menyediakan kebutuhan pangan," kata David. Untuk sistem kerja dari Sky Farming ini terdiri dari balon yang berbahan zeppelin. Dilengkapi dengan panel surya yang bersifat fleksibel serta tambahan turbin angin. “Dilihat dari gambarnya, di Sky

Farming itu ada sistem pertanian. Simpelnya, sistem pertanian diterbangkan dengan dua balon pada sisi kiri dan kanan dan dilapisi dengan panel surya dan turbin angin sebagai pembangkit listrik. Kalau untuk sistem pertaniannya hidroponik dan aeroponik," tambahnya. Ide yang berawal dari tugas mata kuliah met-

odologi penelitian ini, muncul sebagai pemenang peraih medali emas dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-31 yang diselenggarakan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Dari salah satu cabang Pekan Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis PKMGT-1, bersama dengan teman setimnya, Timotius Wira Yudha mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Cynthia Caroline mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer. Dilombakan dalam cabang Gagasan Tertulis (GT), sifat dari gagasan ini merupakan futuristik, seperti halnya Sky Farming. Berdasarkan GT yang dibuat untuk ukuran dari Sky Farming sendiri, David mengatakan, sebesar dua kali lapangan sepak bola atau kurang lebih sebesar kapal induk yang bisa membawa pesawat. Jadi, tidak mungkin direalisasikan dengan dana belasan juta. Terkait dengan adanya teknologi ini, diharapkan bisa mengatasi keadaan lingkungan dan pertanian yang sekarang cukup mengkhawatirkan. David juga menyatakan bahwa masih banyak orang yang belum sadar terhadap permasalahan tersebut, “Dampaknya sudah kita rasakan saat ini, untuk itu jika tidak sekarang menanggulanginya, kapan lagi”, tutupnya.

Penulis : Fury Aura Bahri Editor : Fatta Sofiana S

Memberdayakan

S

Masyarakat Melalui Usaha “Sukayaku”

ekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Peribahasa tersebut mungkin bisa menggambarkan kegiatan yang tengah dilakukan oleh Reza Abinta, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) jurusan Pendidikan Ekonomi tahun 2015 Universitas Sriwijaya (Unsri). Melalui usahanya yang dinamakan “Sukayaku” ia mampu memberdayakan sebagian dari masyarakat Desa Muara Penimbung. Usahanya dimulai sejak Agustus 2018, berawal dari bentuk kepeduliannya terhadap masyarakat di sana yang dirasa kurang mampu memaksimalkan potensi yang ada. Yaitu, mengelola sungai dengan baik sebagai sumber daya alam yang telah tersedia. Fokus utamanya ialah meningkatkan taraf hidup ekonomi masyarakat. Sempat terkendala modal, tetapi hal itu tidak menyuruti semangatnya untuk terus melanjutkan usahanya. “Saya coba dengan modal seadanya, modal awal 12 juta. Uang tersebut hasil dari uang saku dan iuran dari teman-teman, kemudian dibuatkan tiga kolam untuk satu rumah”, tambahnya. Setelah satu periode masa budidaya ikan,

dengan memakan waktu dua setengah bulan, hasil yang didapatkan belum maksimal. Disebabkan beberapa kendala seperti penyakit, dan juga kentungannya saat itu masih minim. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dapat diantisipasi dari tanda-tanda yang muncul. “Ketika hampir terkena penyakit biasanya akan muncul tanda-tandanya. Jadi, kolamnya segera kami kuras dan ikannya di olah, sehinngga tingkat kerugiannya tidak terlalu besar,"jelas Reza. Setelah melewati periode awal pembudidayaan Ikan Lele, muncul inovasi lain untuk membuat olahan makanan yang bahan utamanya hasil dari budidaya tersebut. Penggunaan nama Sukayaku (Sukaiaku), merupakan pertanda dari pengembangan usaha budidaya ini. Sedangkan target pemasarannya masih belum begitu luas. “Target pemasarannya baru mahasiswa, karena kembali lagi terkendala modal dan waktu. Selain itu, mahasiswa juga sukanya makanan cepat saji," ungkapnya. “Saat ini masih ada tiga produk yang kami luncurkan yaitu ada nugget lele, kerupuk lele, bakso lele dan juga beberapa varian lain lagi yang mungkin akan ditambahkan," jelas Reza. Untuk sekarang proses pemasaran masih menggunakan media sosial seperti Instagram, broadcast melalui Line dan Whatsapp, serta melalui mulut ke mulut. Dengan mempekerjakan sebanyak 8 mahasiswa, produk-

si perharinya dapat menghasilkan kurang lebih 50 sampai 100 pcs makanan berbasis Lele. Keuntungan perhari yang didapatkan sekitar Rp300.000 sampai Rp500.000. Jumlah tersebut belum termasuk keuntungan bersih. Reza menyatakan bahwa untuk target di bulan Januari 2019 jumlah produksi dalam perharinya akan meningkat hingga 300 pcs. “Doakan saja kami dapat asupan modal sehingga bisa mengembangkan usaha ini dan akan membuka cabang di Palembang, dengan target pemasaran masih mahasiswa,” ujarnya. Untuk target terdekatnya, Reza menyatakan akan menambah jumlah rumah yang akan mengelola ikan lele tersebut. Periode awal bulan Desember nanti ia sudah menargetkan 4 rumah yang kriterianya kurang mampu dan dekat dengan sungai untuk dijadikan lokasi kolam. Harapannya untuk 2 tahun ke depan, desa Muara Penimbung sudah memiliki 1 paket kolam demi peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat. Selain itu, ia juga mengatakan dalam beberapa tahun kedepan desa tersebut dapat menjadi agroekowisata, karena dilihat dari potensi yang ada di sana. Penulis : Fury Aura Bahri Editor : Fatta Sofiana S

Edisi ke-15

3


LAPORAN UTAMA

MENYOROTI PEMBANGUNAN DI UNSRI

D

i sepanjang tahun 2018, Universitas Sriwijaya (Unsri) telah banyak melakukan pembangunan dan renovasi. Hingga saat ini, pembangunan yang telah selesai salah satunya ialah gedung pembelajaran Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) kampus Indralaya. Sedangkan yang masih dalam tahap penyelesaian terdiri dari Rumah Susun Mahasiswa (Rusunawa), aula serbaguna Fakultas Ekonomi (FE) kampus Indralaya, Taman Firdaus, serta renovasi student center dan perpustakaan. Rektor Unsri, Anis Sagaff menyatakan bahwa tujuan dilaksanakannya pembangunan infrastruktur di Unsri untuk mengejar ketertinggalan. Di samping itu, pembangunan ini juga dimaksudkan sebagai penunjang akreditasi tri dharma: akademik, riset, pengabdian. Tujuan lain pun dikemukakan oleh Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan Kerja Sama dan Sistem Informasi, A. Muslim. “Tujuan dilakukannya pembangunan dan renovasi di Unsri ini ialah untuk mencapai World Recognizing University (WRU), untuk kemudian bisa berstatus sebagai World Class University (WCU)," paparnya. Selain itu, banyak cara lain yang dilakukan oleh pihak universitas dalam mencapai WCU ini. Di antaranya ialah meningkatkan kompetensi tenaga pengajar. Muslim manyatakan pembangunan ini bersifat bertahap dan akan terus berlanjut. Ditemui saat penanaman pohon di Taman Firdaus, ia menjelaskan mengenai pembangunan di Unsri. “Fokus pertama memperbaiki infrastruktur, lalu yang kedua melanjutkan bangunan yang kemarin sempat terhenti karena kendala pada anggaran," jelasnya. Adapun pembangunan dan renovasi yang masih dalam proses ialah sebagai berikut. 1. Perpustakaan Unsri

tambah dan ditingkatkan," ungkapnya. Amrifan Saladin Mohruni, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan Unsri menyampaikan rencana pemasangan flap barrier yang akan direalisasikan pada tahun 2019. Rencana pemasangan flap barrier ini dilatarbelakangi oleh kemalasan mahasiswa untuk mengisi buku daftar pengunjung. Selain renovasi fisik, hal yang akan dibenahi oleh perpustakaan ialah ketersediaan buku serta perangkat-perangkat digital. Amrifan pun mengungkapkan bahwa kendala selama proses renovasi ialah ada pada dana. “Renovasi perpustakaan ini mengikuti postur dana," tegasnya. 2. Rumah Susun Mahasiswa (Rusunawa)

Pembangunan Rusunawa telah dilakukan dari bulan Juni dengan target penyelesaian akhir Desember dan pada bulan Januari sudah dapat digunakan mahasiswa. “Sampai saat ini sudah 70 persen tahap pembangunan yang telah selesai, bangunan terdiri dari 4 lantai," ujar mandor yang bertugas memimpin jalannya pembangunan Rusunawa. Rizal, penjaga Rusunawa mengungkapkan bahwa sistem penggunaan Rusunawa tersebut akan sama seperti dulu, yakni satu kamar dua orang. Ia pun menyampaikan tentang rencana renovasi apartemen. Seperti yang dijelaskan oleh mandor, kendala pembangunan Rusunawa ini ada pada material bangunan yang kurang. “Material bangunannya didatangkan dari Jakarta, karena bahan bangunan dari Sumatera Selatan ini tidak memenuhi," imbuhnya. 3. Student Center

Perpustakaan Unsri saat ini tengah melakukan renovasi. Penghancuran dinding di dekat mushola perpustakaan juga dimaksudkan utuk perluasan perpustakaan hingga ke gedung Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK). Muslim menguraikan bahwa saat ini Unsri tengah mengubah perpustakaan menjadi berbasis digital. “Jadi fokus utama Unsri ialah meningkatkan buku-buku dan jurnal elektronik. Namun, buku-buku fisik juga akan tetap di-

4

Edisi ke-15

ke student center. Tujuan dipindahkannya ICT ini adalah untuk membuat student center lebih ramai. Lift lantai 4 dan 5 akan diperbaiki. Renovasi gedung student center ini akan selesai pada tahun 2018.

Gedung yang menjadi tempat pusat kegiatan mahasiswa ini sedang berada dalam tahap renovasi. Rektor Unsri, Anis Sagaff mengungkapkan bahwa akan ada sedikit perubahan yang terjadi, seperti Information and Communication Technologies (ICT) yang akan dipindahkan

4. Taman Firdaus Setelah dilaksanakan penanaman pohon bersama yang ketiga kalinya di Taman Firdaus, beberapa pohon di taman tersebut kini telah berbuah. Muslim menyebutkan bahwa taman ini akan menjadi sumber plasma nutfah. Ia juga mengatakan bahwa pembangunan Taman Firdaus merupakan salah satu bentuk badan usaha yang dibangun Unsri. “Target kedepannya ada 2000 tanaman, untuk hasil buah dari tanaman di sini ‘kan nantinya bisa dijual dan dimanfaatkan sebagai bahan industri fungsional, seperti makanan dan obat-obatan," tuturnya.

5. Gedung Aula Fakultas Ekonomi (FE) Pembangunan juga dilakukan di beberapa fakultas. Fakultas Ekonomi adalah salah satunya. Fakultas tertua di Universitas Sriwijaya itu kini tengah membangun sebuah aula yang diperkirakan berkapasitas 400 orang, dan dilengkapi tribun. Bangunan kokoh menjulang itu kini sudah memasuki tahun ketiga pembangunan. Aula tersebut akan digunakan untuk berbagai kegiatan fakultas, seperti yudisium, kuliah umum, dan Pengenalan Kehidupan Kampus (PK2), serta beberapa ruangan akan menjadi sekretariat Organisasi Mahasiswa (Ormawa) di Fakultas Ekonomi. Kepala Sub Bagian (Kasubag) Keuangan dan Kepegawaian Fakultas Ekonomi, Mulyadi mengaku bahwa lamanya proses pembangunan disebabkan oleh keterbatasan dana. “Dana yang dipakai berasal dari penerimaan


LAPORAN UTAMA

Negara Bukan Pajak (PNBP), seperti dana SPP. Anggaran dana ini sifatnya terbatas, karena seluruhnya digunakan untuk pembangunan, kegiatan lain akan terhambat pelaksanaannya," paparnya. Selain itu, karena anggaran tiap fakultas dibatasi, jadi pembangunannya bertahap. Pembangunan aula Fakultas Ekonomi ini menghabiskan dana 14 Miliar Rupiah. Pembangunan gedung aula ini merupakan kehendak dari Fakultas Ekonomi, berdasarkan analisis kebutuhan. Pembangunan diperkirakan akan rampung pada akhir tahun 2018. Pernyataan ini dibenarkan oleh Rektor Universitas Sriwijaya, Anis Sagaff. “Pembangunan aula Fakultas Ekonomi tahun ini selesai," pungkasnya. Selain pembangunan prasarana, peningkatan sarana juga menjadi target utama Unsri. Di mana Unsri mencoba untuk merevitalisasi laboratorium serta memperbaiki dan meningkatkan peralatan laboratorium. Unsri juga berusaha mewujudkan kelas yang sesuai dengan Revolusi 4.0. “Ini (peningkatan sarana) masih dilakukan perlahan-lahan, karena alat-alat tersebut mahal dan anggaran kita masih terbatas. Kita tidak bisa seperti negara luar yang dapat membangun universitasnya secara langsung dan lengkap, karena anggaran dari negara juga sifatnya bertahap," terangnya. Saat ini pun Unsri sedang mencoba memperbaiki dan meningkatkan koneksi internet dengan memasang kabel Fiber Optik (FO) yang bisa dinikmati di seluruh penjuru Unsri. Pembangunan kabel FO ini sudah dimulai sejak 18 Oktober 2018 lalu, dan akan selesai pada bulan Desember. Menanggapi keluhan mahasiswa tentang sukarnya koneksi internet di student center, kepala Tata Usaha (TU) ICT mengatakan bahwa apa yang saat ini dilakukan bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi. “Dulu, di arah student center ada tower tapi roboh karena diterjang angin. Untuk membangunnya kembali itu butuh prosedur, karena yang akan dipakai itu dana negara," tandasnya. Pemasangan kabel FO menjadi solusi untuk masalah koneksi Wi-Fi yang tidak bisa didapatkan di setiap tempat. Sehingga, dengan adanya kabel FO, seluruh civitas akademika di Unsri dapat mengakses dan menikmati Wi-Fi di manapun. Pembangunan Unsri sendiri masih tergantung pada anggaran yang telah ditetapkan secara nasional. Namun, untuk mempercepatnya, Unsri turut mengundang pihak ketiga untuk berkerja sama. “Karena kalau hanya tergantung dari dana pusat akan memakan waktu yang lama, jadi solusinya mengundang pihak ketiga untuk kerjasama”, tutupnya. Penulis : Dinar Wahyuni dan Febri Anastasia Editor : Fatta Sofiana S

Tampak beberapa pekerja sedang melakukan pekerjaannya hingga malam hari, untuk merampungkan gedung aula Fakultas Ekonomi yang diperkirakan dapat menampung hingga kapasitas 400 orang. (Foto: Fury Aura Bahri)

Pembangunan aula dan pusat kegiatan mahasiswa Fakultas Ekonomi tampak depan, yang telah memasuki tahun ketiga dan rampung pada Desember 2018. Aula tersebut perdana digunakan pada yudisium ke 138 Fakuktas Ekonomi pada Januari 2019. Selanjutnya, aula ini akan menjadi pusat kegiatan mahasiswa Fakultas Ekonomi. (Foto: Fury Aura Bahri)

Pembangunan rusun empat tingkat yang dikerjakan oleh 48 pekerja kuli bangunan dan telah selesai pada penghujung Desember 2018. Pembangunan rusun baru ini kabarnya hanya akan digunakan untuk mahasiswa Exchange dari kampus luar Unsri, mengingat ketika ada mahasiswa pertukaran dari luar ditempatkan di Apartemen mahasiswa yang kondisi kamarnya cukup banyak kerusakan. (Foto: Fury Aura Bahri)

Seorang pekerja terlihat tengah melakukan pengeboran bagian teras bangunan rumah susun mahasiswa (Rusunawa), sebagai tahapan akhir dari renovasi rusunawa. Pengeboran dilakukan guna meratakan lantai yang telah rusak dan berlobang. Selama proses renovasi dilakukan, mahasiswa yang menghuni dilarang menempati Rusunawa selama masa perbaikan. (Foto: Fury Aura Bahri) Edisi ke-15

5


infografis

Jaket Almamater ku, tak sakral

1

Warna Jaket Almamter berbeda setiap tahunnya, pihak rektorat beralasan dikarenakan tender yang berbeda.

4

Garis tepi pada kelopak melati tidak konsisten. Sesuai dengan Pedoman Akademik dan Kemahasiswaan Unsri. Warna kelopak melati adalah Biru. Namun di beberapa Jaket alamamater ternyata garis tepi hitam.

Hal ini menunjukan bahwa Unsri tidak memiliki warna baku Jaket Almamater. Sebab warna kuningnya akan berubah sesuai tender.

2

Masih menjadi misteri boleh atau tidaknya menambahkan atribut lain pada jaket almamater Unsri. Karena belum ada kejelasan hal demkian.

Atribut Merah Putih masih di perbolehkan sesuai aturan Pasal 21 ayat

1 poin a, dengan cara diletakan dibahu kanan.

3

Kancing pada jaket almamater biasanya menggunakan Pin Besi Berlogo Unsri. Namun pada beberapa jaket almamater ditemukan hanya menggunakan kancing

plastik.

Desain Grafis : Fadhlur Rahman Dzakwan Terlintas di kepala kita, apa sebenarnya fungsi dari jaket almamater ? Salah satunya sebagai bentuk adanya persatuan kita sebagai mahasiswa di suatu Universitas Sriwijaya (Unsri). Memiliki dan menggunakan jas almamater adalah suatu kebanggaan bagi mahasiswa apa lagi mahasiswa baru. Bahkan jaket almamater dianggap suatu benda yang sakral, sampai kumal dan jarang dicuci, karena terlalu sayang. Namun, seiring berkembangnya zaman jas almamater Universitas Sriwijaya mengalami perubahan. Mulai dari bentuk kancing dan warna yang berbeda-beda. Pergantian kancing dikarenakan adanya penyesuaian dari universitas-universitas lain, terkait warna berubah se-

6

Edisi ke-15

jak 2016 hingga sekarang dan seterusnya. Adapun perbedaan warna pada beberapa almamater itu karena kesalahan dari proses produksinya. Padahal warna sudah ada ketentuan dari pihak kampus. Namun alasan warna jaket almamater yang berbeda dikarenakan tender yang berbeda. Jadi apakah warna jaket almamater ditentukan oleh tender ? Selain itu, adanya keterlambatan distribusi almamater itu ada pada tahun 2017 dan 2018. Hal ini disebabkan karena adanya pergantian tender dan terlambatnya Surat Keputusan (SK) penetapan pembuatan almamater dan lamanya penentuan pemenang tender. Hal ini dikatakan oleh salah satu bagian keuangan Zaqqi Yamani. S.SI, sebagai ketua dari pengurusan jas al-

mamater tahun 2018. Ada yang menarik dari pembahasan jas almamater ini, sering kita lihat beberapa mahasiswa menambahkan atribut organisasi yang mereka ikuti pada jas almamater tersebut. Jika jas almamater sebagai pemersatu mahasiswa di suatu universitas, maka bagaimana jika atribut bebas dipasang begitu saja. Setelah dikonfirmasi ke bagian Biro Akademik dan Kemahasiswaan, memang belum ada ketentuan atau larangan dari adanya pemasangan penambahan atribut pada jas almamater mahasiswa. Penulis: Fatta Sofiana S Editor : Dinar Wahyuni


kilas balik

Rekor baru di PK2 2018

M

enyambut Mahasiswa Baru (Maba) angkatan 2018, Universitas Sriwijaya (Unsri) selenggarakan agenda Perkenalan Kehidupan Kampus (PK2) yang dilaksanakan di kampus Unsri Indralaya pada Rabu(1/8). PK2 2018 mengangkat tema “Mahasiswa Regenerasi Sriwijaya (Mars)” yang bersentuhan dengan inovasi karya. Data yang di dapat dari Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Unsri, jumlah mahasiswa baru yang diterima adalah 7.594 mahasiswa. Pelaksanaan PK2 berlangsung selama tiga hari di tempat yang berbeda. Pada hari pertama Rabu(1/8), berlokasi di auditorium Unsri. Hari kedua Kamis(2/8), kegiatan di fakultas masing-masing, dan hari ketiga Jumat (3/8), melakukan penanaman 5.000 pohon di taman Firdaus Unsri. Pada PK2 tahun ini, membawa tanjak sebagai bentuk pengenalan budaya Palembang yang telah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Dika Marinda, Sekretaris Kementerian Dalam Negeri BEM Unsri mengatakan sebagai anak daerah tentunya kita wajib memperkenalkan budaya kita ke kancah nasional & internasional. “tanjak ini merupakan salah satu kebudayaan Kota Palembang yang harus dilestarikan, sebagai anak daerah tentunya kita wajib memperkenalkan budaya kita ke kancah nasional & internasional.” Museum Rekor Indonesia (MURI) berikan penghargaan adanya rekor baru yakni “Mengenakan Tanjak Terbanyak oleh Mahasiswa," yaitu kurang lebih 7500 tanjak. Tanjak merupakan topi adat yang berasal dari Sumatera Selatan. Pemakaian tanjak ini pun dimaksudkan untuk memperkenalkan kebudayaan

Palembang yang telah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Menurut Triono, salah satu tim dari Muri Jakarta. Terdapat 3 kriteria penilaian agar memperoleh rekor muri; yang pertama adalah sesuatu yang belum pernah ada, Superlatif yaitu seperti jumlah terbanyak, terbesar, terkecil atau segala sesuatu yang bisa di ukur, dan ketiga adalah unik atau langka. “Pemuda sekarang, meskipun tidak semuanya, bisa dikatakan sudah mulai melupakan kebudayaan-kebudayaan daerah, maka dari itu kami lakukan rekor ini,” ujar Firman selaku Ketua Pelaksana PK2 Unsri. Dengan adanya Asian Games 2018, yang akan dilaksanakan di Jakarta dan Palembang ini merupakan suatu momentum yang sangat tepat untuk menunjukkan inilah Sumatera Selatan lewat tanjaknya. “Tanjak simpel, elegan, dan mudah dibawa. Harganya pun cukup terjangkau. Semoga pemecahan rekor Muri ini dapat menjadi inspirasi masyarakat luas khususnya masyarakat Sumatra Selatan untuk terus mencintai kebudayaan asli melayu seperti tanjak," tambah Firman. “Pemecahan rekor Muri pemakaian tanjak tadi sangat bagus dan mempunyai makna, dengan adanya rekor ini secara tidak langsung kita telah mempromosikan kebudayaan asli dari Palembang yaitu tanjak, dan kalau benar ini termasuk rekor dunia tentunya lebih bagus lagi. Tanjak dapat dikenal oleh seluruh dunia," ujar Faril Imanul Haq Maba Unsri Fisip 2018. Penulis : Amalia Ulfa Editor : Fatta Sofiana S

Kemplang Kulit Ikan Gabus Melangkah ke PIMNAS

E

mpat mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri) berhasil membawa kemplang kulit ikan gabus lolos di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-31, Selasa(7/8).- Mereka adalah Verda Novita Sari (Pendidikan Kimia), Halimatuhssahdia (Pendidikan Kimia), Bella Wahyuni (Pendidikan Kimia), Putri Andini (Kesehatan Lingkungan), serta dosen Pendamping Dr. Hartono, M.A. Verda Novita Sari selaku ketua tim mengatakan, pemilihan limbah kulit ikan gabus sendiri dilihat dari banyaknya limbah tersebut yang melimpah namun tidak diolah di pasar. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Silvia Febriana Wibowo (peneliti asal IPB) menyebutkan terdapat 16,57% kolagen dalam kulit ikan gabus yang bermanfaat sebagai anti aging. “Jadi limbah kulit ikan gabus tidak hanya dibuang saja tetapi bisa dimanfaatkan dan bernilai jual tinggi," ujar Verda. Ia juga mengungkapkan alasan mereka memilih kulit ikan gabus untuk diolah menjadi kemplang. “Karena di Sumatera Selatan khususnya di Ogan Ilir, kemplang disajikan dalam bentuk yang kurang menarik. Selain itu, packing-nya juga kurang menarik. Nah, kami membuat ini supaya bisa mengangkat makanan kemplang yang biasa disajikan menjadikan bentuk yang lebih unik lagi dan packing-nya lebih menarik, sehingga bernilai jual tinggi," tuturnya. Dari kreasi atas kegelisahan tersebut, mereka berhasil menjadi salah satu peserta pada Pimnas ke-31 di Universitas Negeri Yogyakarta, Selasa(28/8). “Awalnya tidak menyangka bisa lolos, ini saja masih

seperti mimpi karena melihat kelompok lain yang luar biasa, tapi harapan masih ada untuk meraih emas," ungkap Verda. Terkait pendanaan kegiatan ini didanai Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sebesar delapan juta rupiah. Rincian dana tersebut untuk biaya produksi, transportasi, Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP), dan biaya kemasan. ` “Kami melakukan produksi biasanya pada hari Sabtu dan Minggu," jelas Verda. Untuk setiap bulannya, ia mampu memproduksi kemplang 2.000 bungkus, mengingat bahwa kemplang ini memiliki daya simpan yang baik. Setelah mengikuti Pimnas, produk makanan yang diberi nama Kepalibus atau Kemplang Panggang Kulit Ikan Gabus ini sudah pernah dipasarkan melalui ajang pameran. Seperti pameran Ogan Ilir di ajang Asean Games dan mendapat pesanan oleholeh ke Jakarta. Verda menyebutkan banyak sekali momen yang tidak bisa dilupakan, “Seperti perjuangan Kepalibus hingga mengantarkan kami jalan-jalan bertemu dengan orang-orang se-Indonesia, dan tanggal 9-13 kemaren Kepalibus membawa kami ke Bogor dalam ajang Ekspo KMI,” ujarnya.

Namun, selepas mengikuti Ekpo Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (KMI) di Bogor tanggal 9-13 November, produksi Kepalibus terpaksa ditunda sementara hingga Januari tahun depan. Hal ini dikarenakan ingin fokus terlebih dahulu dengan kuliah. “Untuk keberlanjutannya sendiri, nanti kami akan melengkapi administrasi seperti surat Izin Rumah Tangga (IRT), label halal, cek komposisi dan semua kekurangannya. Jika sudah mengurus administrasinya, kami akan bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan ritel seperti 212 mart. Kemudian, kami akan melakukan evaluasi lagi, setelah itu baru bekerja sama dengan perusahaan ritel yang lebih besar seperti Indomaret, Alfamart dan sebagainya," tutup Verda. Penulis : Amalia Ulfa Editor : Fatta Sofiana S

Edisi ke-15

7


OPINI

Fasilitas FKIP yang Memprihatinkan

P

embangunan saat ini sedang gencar-gencarnya dilakukan pemerintahan kita. Baik dari segi pihak nasional, daerah maupun pihak sekolah atau kampus. Dalam lingkungan kampus sendiri banyak sekali rehabilitasi sana-sini yang sudah gencar-gencarnya dilakukan oleh pihak birokrat. Rehabilitasi yang paling terlihat di Universitas Sriwijaya (Unsri) sendiri adalah adanya pembangunan yang akhir-akhir ini terjadi. Mulai dari perbaikan perpustakan, penambahan bangunan rusunawa, Taman Firdaus yang sedang asyik-asyiknya disosialisasikan. Kemudian yang paling penting adalah pembangunan Masjid As-Saggaff yang sedang dicanangkan dan di gadang-gadang wujudnya akan menyerupai Masjid Nabawi di Madinah. Dilihat dari banyaknya pembangunan yang diadakan, tentu saja

dana yang keluar tidak sedikit. Bahkan ketika kemarin dalam pembukaan MTQ Unsri yang ke2, ditayangkan rencana pembangunan Masjid As-Saggaff yang setidaknya menelan angka sebesar 13 Milyar. Jumlah yang fantastis, bukan? Pembangunan-pembangunan yang sedang dilaksanakan di kampus, tentu saja sudah ditimbang dari berbagai sudut pandang, kebermanfaatan dan ketergunaan bagi masyarakat Unsri sendiri. Namun, pembangunan yang dilakukan sebagai salah satu wujud dari pihak birokrat dalam menambah fasilitas sendiri masih hanya sebatas membangun penampilan luar saja. Dimana dibalik pembangunan yang dilakukan nyatanya masih terdapat banyak kekurangan fasilitas dari segi internal. Berbicara mengenai fasilitas apakah sudah sejalan dengan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang dibayarkan. Itu dapat kita tinjau dari segi kacamata kebutuhan dari setiap fakultas. UKT yang dibayarkan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) rata-rata menengah ke atas dimana kebanyakan dari mereka membayar UKT sebesar dua juta rupiah lebih. Sangat disayangkan memang, dari sekian banyak mahasiswa yang masuk di FKIP, sedangkan UKT yang dibayarkan lumayan menguras dompet tidak diringi dengan fasilitas yang dibutuhkan guna menunjang aspek belajar dan mengajar. Jangankan berbicara laboratorium, mengenai fasilitas di kelas

Pembangunan Infrastruktur di Unsri terkait kondisi kampus berdasarkan

SAMBUNGAN DARI HLM 2

P

erspektif dari progresivitas dalam pelaksanaanya bisa dikatakan belum maksimal, terutama dalam menuntaskan target Unsri menuju WCU. Meskipun dalam pelaksanaanya terdapat prioritas-prioritas pembangunan yang disesuaikan dengan efektivitasnya. Seperti pembangunan Taman Firdaus, program e-library, adanya bus kampus gratis Closed Circuit Television (CCTV) tiap fakultas, pembangunan asrama baru, dll. Dalam prosesnya mahasiswa ikut berpartisipasi menyuarakan prioritas-prioritas pembangunan. Misalnya dalam program Bedah Kampus Berkelanjutan yang diadakan oleh Kementerian/Dinas Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Menampung aspirasi mahasiswa

8

Edisi ke-15

apa yang mahasiswa rasakan. Serta adanya kebutuhan-kebutuhan realistis yang sebenarnya perlu diprioritaskan. Notabene itu adalah kebutuhan yang mereka perlukan dalam kegiatan sehari-hari. Misalkan, minimnya lampu penerangan jalan di kampus, minimnya akses Wi-Fi di tiap fakultas, Fasilitas WC yang kurang memenuhi standar yang ideal. Terkhusus di FMIPA yang merupakan pusat penelitian bidang sains, tentu memiliki laboratorium beserta instrumen-instrumen penunjang yang saat ini digunakan oleh 3 fakultas, yaitu FMIPA, Fakultas Teknik & Fakultas Pertanian. Memiliki banyak sekali kekurangan baik peralatan dan perlengkapan laboratorium yang tidak memadai. Misalnya, lemari asam yang kurang bekerja secara optimal, buret-buret yang bocor, spektrofotometer yang

saja terkadang kami masih kekurangan. Seperti bangku yang merupakan elemen penting bagi setiap pelajar. Nyatanya, fasilitas yang sangat vital ini saja kami sering kekurangan. Dalam satu kelas biasanya tidak disediakan bangku yang memuat jumlah kelas tersebut sehingga membuat kami harus meminjam ke kelas lain. Tak kalah pentingnya adalah fasilitas proyektor dimana berkali-kali jika ingin menggunakannya, kami harus meminjam kepada admin yang bertugas. Fakta yang lebih parahnya bahwa proyektor yang disediakan pihak kampus sedikit dan mengharuskan kami untuk datang lebih awal. Mengantre demi dapat meminjam proyektor tersebut, yang seharusnya tiap kelas sudah disediakan proyektor secara permanen. Beralih dari kampus utama Unsri yang ada di Indralaya menuju kampus Unsri lainnya di Kilometer (Km) 5 Palembang. Mahasiswa dari fakultas lain mungkin tidak mengetahui adanya kampus ini, tapi di sinilah sebagian dari saudara kami belajar menimba ilmu. Disana setidaknya ada lima program studi (prodi) dari FKIP yang nyatanya nasibnya lebih parah dari kami. Lebih dari kekurangan bangku dan minimnya proyektor. Fasilitas yang diberikan lagi-lagi tidak berjalan mulus, semulus dengan besarnya UKT yang dibayarkan sebesar Rp. 5.520.000 per orang. Kursi rusak, kekurangan air baik di toilet maupun masjid. AC yang tak bersahabat terkadang bernyawa, terkadang tak bernyawa sudah menjadi makanan sehari hari. Belum lagi ditambah dengan ruang kelas yang bocor dan teras yang banjir ketika hujan melanda. Sangat wajar jikalau kami sebagai mahasiswa memperjuangkan hak kami demi mendapatkan kenyamanan dalam belajar. Bukan dari fakultas kami saja yang kekurangan, baik dari sudut kelas sudah tidak berfungsi, sistem pembuangan limbah dan air yang sering rusak. Banyak terdapat kerusakan yang tak kunjung diperbaharui. Serta permasalahan fasilitas lainnya, yang pada output-nya birokrasi lambat bahkan tidak menindaklanjuti atas aspirasi yang dikeluhkan oleh mahasiswa. Kebermanfaatan atas pembangunan infrastruktur dan fasilitas dilakukan untuk kepentingan civitas akademika kampus. Mahasiswa yang sejatinya menjadi sasaran utama dalam kebermanfaatan tersebut. Sehingga sudah semestinya mahasiswalah yang layak menjadi sumber atas perspektif dasar atau alasan dalam pembangunan ini. Maka dapat dikatakan bahwa pembangunan infrastruktur ini belum berjalan efektif, efisien dan optimal karena tidak melibatkan mahasiswa di dalamnya, dan tidak sinkron dengan apa yang dibutuhkan oleh ma-

maupun fasilitas tetapi ada banyak fakultas yag memiliki nasib serupa. UKT yang dibayarkan harus sejalan dengan fasilitas yang diadakan. Sama seperti hubungan antara hak dan kewajiban. Kewajiban kami sebagai mahasiswa yang patuh terhadap aturan sudah dilaksanakan, tinggal pihak birokrat yang menentukan perbaikan. Bukan hanya fasilitas internal seperti kekurangan bangku, namun juga keamanan. Hal ini yang tak kalah penting menjadi sorotan di dalam kampus. Sudah menjadi privasi publik jika sering kali terjadi kehilangan di dalam lingkungan kampus. Dari hal terkecil yaitu hilangnya sound di beberapa prodi FKIP hingga akhir-akhir ini hilangnya motor di kampus Km 5 Palembang. Pemberlakuan peningkatan kemanan harus lebih diperhatikan. Seharusnya pihak universitas memberikan fasilitas CCTV di kampus agar kejadian yang sama tidak terulang lagi. Bisa mengkritik juga harus bisa memberikan saran yang terbaik. Perbaikan yang paling awal dilakukan, sebaiknya dengan penambahan jumlah kursi yang memuat jumlah mahasiswa. Rehabilitasi kelas juga diperlukan dalam ranah pembangunan. Kelas yang terlalu sempit sehingga mengurangi gerak mahasiswa dalam belajar. Rehabilitasi juga harus memperhatikan kesetaraan, dalam artian harus bisa memfokuskan diseluruh kampus Unsri. Bukan hanya kampus utama saja melainkan kampus lainnya juga. Aspirasi dalam setiap elemen mahasiswa hendaklah ditampung dengan baik, didiskusikan bersama dan direalisasikan dalam bentuk yang apik. Sehingga memberikan keuntungan bagi semua pihak. Penulis : Ayu Aulia Zaqqia Kholfi, FKIP-PGSD 2017

hasiswa secara umum. Tindak lanjut ke depan yang tepat adalah birokrasi tingkat universitas maupun fakultas harus menyinkronkan pembangunan infrastruktur dengan kebutuhan mahasiswa. Baik melalui jaring aspirasi secara langsung ataupun pengoptimalisasian kerja sama dengan BEM. Sehingga tidak ada lagi ketidaksesuaian antara pembangunan infrastruktur atau fasilitas yang dilakukan birokrasi dengan yang dibutuhkan mahasiswa. Penulis : Muhammad Gulam Zakia, FMIPA-Kimia 2016


LIFESTYLE Minimnya Budaya Literasi, Hoaks Merajalela

D

i era milenial yang serba canggih seperti saat ini, perkembangan Teknologi Informasi (TI) banyak membawa dampak positif bagi masyarakat khususnya dalam hal penyebaran informasi. Tak dapat dipungkiri jika penyebaran informasi kian pesat dan dapat diakses oleh siapa pun dengan mudah. Ditambah lagi dengan ketergantungan masyarakat akan internet dan media sosial yang tanpa batas. Namun, fenomena ketergantungan ini disamping membawa manfaat, muncul fenomena lain yaitu suburnya penyebaran hoaks di dunia digital yang semakin akrab dengan masyarakat. Berita bohong atau hoaks saat ini menjadi persoalan yang serius karena dapat menimbulkan permusuhan, perpecahan bangsa dan merusak kepercayaan masyarakat terhadap media. Seringkali informasi yang bersifat hoaks dapat dengan mudah diterima melalui media sosial. Survei Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (Mastel) menunjukkan sebanyak 92,40 persen masyarakat mendapat berita hoaks melalui media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter. Sedangkan sebesar 62,880 persen penyebaran hoaks diterima melalui aplikasi chatting seperti pesan personal maupun siaran grup via Whatsapp. Lalu diurutan ketiga situs web menjadi media penyebaran hoaks, diikuti dengan televisi, media cetak, email dan radio di posisi terakhir. Sehingga, bukan hal baru jika saat ini percaya terhadap hoaks menjadi gaya hidup masyarakat meskipun berada di era modern. “Semakin modern suatu zaman, semakin merajalela penyebaran hoaks.” Tidak salah dengan perkembangan zaman yang membuat segalanya menjadi lebih canggih. Namun, yang perlu dibenahi adalah pada individu yang dapat dengan mudah mempercayai sebuah informasi tanpa memastikan kebenarannya dan melakukan cross check ulang sebelum menyebarkan informasi yang diterima. Pemicu Mudahnya menerima Hoax Menurut Journal Science pada konvensi tahunan American Psychological Association (APPA) di California, Amerika Serikat yang disampaikan oleh Mark Whitmore, Ph.D., mengatakan bahwa hoaks memiliki daya tarik karena masyarakat yang bias konfirmasi. Bias informasi diartikan sebagai keadaan dimana seseorang cenderung menerima informasi yang telah diyakini sebelumnya dan mengabaikan informasi yang tidak sejalan dengan keyakinan sebelumnya. Pada dasarnya individu memiliki kecenderungan untuk menerima

4

informasi yang sesuai dengan keyakinannya. Itulah mengapa hoaks mudah berkembang di masyarakat. Disamping bias informasi jika merujuk pada hasil analisis dengan alat Functional Magnetic Resonance Imaging (FMRI) oleh Pakar Psi-

2. Lakukan verifikasi dengan mencari sumber pembanding Jika kita mengalami keraguan ketika membaca suatu berita terkait kebenarannya, maka sebaiknya lakukan verifikasi dengan mencari berita serupa pada media lainnya. Periksa kembali pada media besar lainnya apakah informasi yang disampaikan sama atau malah sebaliknya.

ILUSTRASI BY : AMALIA ULFA

kologi dan Ilmu Saraf, penyebab lainnya adalah berasal dari kecenderungan otak manusia. Secara alami memercayai informasi yang mudah dicerna karena tedapat hormon dopamin pada otak manusia. Hormon dopamin merupakan hormon yang mengatur perilaku manusia atas reaksi yang menyebabkannya merasa positif, lebih bahagia dan nyaman. Sehingga, ketika manusia dihadapkan pada sebuah informasi kompleks dan rumit, maka bagian otak korteks sensorik akan lebih aktif dalam mengatur rasa sakit atau kesal. Hal itulah yang menjadi penyebab seseorang akan lebih menyukai informasi yang mudah dicerna jika dibandingkan informasi rumit yang memerlukan pemikiran lebih dalam. Namun, walaupun budaya literasi sangat penting dalam memerangi fenomena hoaks, hal ini sulit diimbangi. Menurut survei yang dilakukan oleh UNESCO minat baca masyarakat Indonesia masih sangat minim yaitu sebesar 0,001 persen. Artinya hanya ada satu orang yang minat membaca diantara seribu orang. Hal ini didukung dengan survei “Most Littered Nation in The World” pada bulan Maret 2016 yang menyatakan bahwa Indonesia menduduki peringat ke-60 dari 61 negara dalam hal minat membaca. Dengan minimnya budaya literasi pada masyarakat Indonesia, maka beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menyangkal berita hoaks yang marak terjadi adalah sebagai berikut:

L

engkapnya fasilitas perpustakaan, tentunya telah menarik minat mahasiswa untuk berkunjung ke sana dengan berbagai tujuan dan aktivitas yang dilakukan. Setidaknya terdapat 4 tipe aktivitas mahasiswa saat di perpustakaan, yaitu sebagai berikut:

2. Si kelompok diskusi belajar Bukan hanya penikmat bisokop mini, kelompok diskusi

3. Cari faktanya Ketika menerima sebuah berita, biasakan untuk mencari kebenarannya, dengan mencari tahu siapa sumber berita tersebut. Apakah berita tersebut berasal dari hasil wawancara tokoh yang dapat dipercaya atau tidak. Perhatikan juga keseimbangan sebuah berita. Apakah berita tersebut menyertakan dua sumber di dalamnya. Karena jika hanya menyertakan satu sumber, maka berita dapat dikatakan tidak objektif atau bisa menjadi opini yang sifatnya subjektif berdasarkan pemikiran si penulis berita saja. 4. Tingkatkan minat membaca Minat membaca berarti menjadikan seseorang gemar membaca dimanapun dan apa pun jenis bacaannya, sehingga ia akan lebih banyak memilki pengetahuan dan wawasan yang menjadikannya mampu berpikir kritis dalam menelaah informasi. Minat membaca memiliki peran penting, karena seseorang akan lebih mudah peka terhadap hal-hal yang teridentifikasi unsur hoaks. Hoaks mungkin sulit untuk dihilangkan. Namun dengan menjadi pembaca cerdas yang memiliki budaya literasi baik, kita dapat menyangkal hoaks dan mencegah perpecahan bangsa dengan tidak ikut serta menyebarluaskan berita yang tidak jelas kebenarannya.

Penulis : Herni Widyaretha Editor : Fatta Sofiana S dengan game-nya. Dari banyak jenis game yang dimainkan, PUBG Mobile menjadi game yang paling sering dimainkan oleh mahasiswa. Fenomena seperti ini menjadikan Perpustakaan Unsri semakin mirip Warung Internet (Warnet).

Tipe Aktivitas Mahasiswa di Perpustakaan Unsri

1. Penikmat bioskop mini perpustakaan Penyediaan unit komputer dengan akses internet yang tanpa batas di perpustakaan Unsri telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para mahasiswa. Namun, akses internet yang tanpa batas justru telah beralih manfaat menjadi fasilitas “bioskop mini perpustakaan”. Tak hanya menonton film secara offline, melalui online dari Youtube hingga streaming drama korea pun menjadi tontonan wajib sebagian mahasiswa bersama teman-temannya. Kegiatan menonton film yang dilakukan dalam waktu yang lama disebut dengan istilah “movie marathon”. Nah, jika sudah seperti ini kita tak perlu menyisihkan uang untuk pergi ke bioskop ya!

1. Lihat media pengunggah berita Untuk menyangkal hoaks, kita dapat melihat media mana yang menggunggah berita tersebut. Karena biasanya untuk ukuran media yang sudah besar dan dikenal luas oleh masyarakat, mereka akan sangat menjaga kredibilitasnya dengan tidak mengunggah berita-berita yang tidak pasti kebenarannya.

ILUSTRASI BY : AMALIA ULFA

belajar juga menjadi pemandangan yang mendominasi jika kita pergi ke perpustakaan. Biasanya terdapat lebih dari 5 mahasiswa yang berada dalam kelompok belajar ini. Mereka akan duduk dan memenuhi meja-meja yang telah disediakan pihak perpustakaan. 3. Si mahasiswa gamers Jika penikmat drama korea biasa dipenuhi oleh para mahasiswi, lain halnya dengan mahasiswa yang memilih game di komputer yang telah tersedia. Umumnya, para gamers ini mudah dikenali karena penampilannya yang mencolok. Menggunakan earphone khusus game, duduk di sudut ruangan, hingga hentakan tangannya di atas keyboard komputer yang menandakan mereka sedang sibuk

4. Si sosialita Neng’s Bakery Tipe aktivitas terakhir yang dapat ditemui yakni para sosialita yang sering “sekedar nongkrong” di Neng’s Bakery. Dengan model desain kafe, toko roti di dalam perpustakaan ini hampir tak pernah sepi pengunjung. Mereka biasanya datang hanya dengan membeli beberapa potong roti dan minuman, lalu memilih menikmatinya di dalam toko roti ini. Dengan dilengkapi akses WiFi tentunya menambah perhatian mahasiswa untuk datang, bahkan tak jarang tempat ini dijadikan sebagai tempat untuk merayakan ulang tahun dan berswafoto saja. Itulah beberapa tipe aktivitas mahasiswa yang dapat kita temui di Perpustakaan Unsri. Termasuk tipe mahasiswa yang manakah kamu? Eits, apapun tipe aktivitasnya sudah sepatutnya fasilitas yang telah disediakan dapat kita manfaatkan dengan bijak dan digunakan sebaik-baiknya. Tidak lupa, bukan hanya menggunakannya saja, tetapi kita juga dituntut untuk mampu merawat fasilitas tersebut. Penulis : Herni Widyaretha Editor : Fatta Sofiana S Edisi ke-15

9


KAMPUSIANA

Curhat kok di CAU???

C

urahan hati (Curhat) galau, patah hati, cari sensasi, curhat manja, ingin famous, info kehilangan, mau pasang iklan, dan hanya iseng saja, semua ada di Curhat Anak Unsri (CAU). Curhat tentang asmara di CAU jadi tren saat ini, daripada bicara langsung kepada orang yang bersangkutan. Eh, CAU itu apa sih? CAU adalah sebuah akun Line yang kerap mengekspos curhatan mahasiswa Unsri. Bahkan di timeline pun sering muncul kiriman dari akun ini. Tidak jarang, kita temukan pesan-pesan menggelitik, hingga yang bisa membawa pada suasana melankolis atau baper. Ulah iseng para netizen yang notabenenya merupakan mahasiswa Unsri, dalam menanggapi pesan yang diunggah pun terkadang jauh lebih menarik untuk dibaca.

Namun, ada yang menjadi permasalahan, ketika sebuah curhatan berupa ungkapan kagum atau rasa suka pada seseorang, yang dengan jelas menyebutkan nama penerima pesan. Justru, kadang menimbulkan rasa kurang respek dari si penerima pesan sendiri. Hal ini terkadang tidak dipertimbangkan oleh si pengirim pesan. Alih-alih mengungkapkan perasaan terpendam, malah balasan ketidaksukaan yang diterima. Tenang saja para pengagum rahasia, ada Tuhan yang siap menerima dan menyampaikan pesan rindu lewat do’a-do’a diujung malammu itu. Mengapa harus curhat lewat akun sosial media? Kenapa tidak pada teman terdekat atau orangorang yang memang bisa dipercaya di dunia nyata? Apakah saat ini virtual life lebih bisa memberikan kepuasan dibanding real life? Setiap orang akan memiliki jawaban yang berbeda-beda. Namun, dari fenomena ini bisa kita lihat bahwa CAU memberikan fasilitas bagi mereka yang tidak mampu atau tidak bisa mengatakan langsung pada mereka, si penerima pesan. Mungkin, jika mengatakan langsung pada orang yang dituju akan menimbulkan banyak masalah. Maka, CAU hadir sebagai solusi bagi para pengagum rahasia. Bagi mereka yang sedang patah hati, mungkin curhat di CAU bisa menyembuhkan luka-luka yang tak berkesudahan. Curhat kok di CAU? Sering sekali kita bertanya-tanya kenapa menyampaikan pesan perasaannya lewat CAU. Terkadang tidak semua pesan curhatan yang disampaikan memang benar-benar untuk disampaikan pada seseorang, salah satunya, Rena Alda mahasiswa Administrasi Negara 2017 mengatakan

bahwa alasan mengirim pesan berupa curhatan di CAU bukan benar-benar ingin curhat, tetapi hanya sekedar iseng dan coba-coba saja. Selain itu, di CAU kita juga bisa mencari informasi, seperti kehilangan dan info-info terbaru. Jika diperhatikan, melalui CAU kita juga bisa mendapat informasi sekaligus hiburan yang menggelitik, atau justru menjadi baper. Lewat CAU, kadang kita menemukan sikap kritis mahasiswa dituangkan lewat pesan-pesannya. Namun sayang, komentar netizen justru kadang banyak mengacau esensi pesan yang hendak disampaikan. Jika ada yang ingin mempromosikan usahanya, tenang, guys! CAU ternyata juga bisa membantu, lho! Pemasangan iklan dipatok dengan tarif satu kali pos Rp. 20.000,00–. Sedangkan bubble broadcasting sebesar Rp. 30.000,00–. dan dua bubble + satu kali unggahan tarifnya Rp. 50.000,00–. Mungkin sebagian dari kita bertanya-tanya, siapakah pemegang akun CAU? Hal ini masih menjadi misteri kita bersama. Meskipun beberapa dari kalian mungkin ada yang mengetahui siapa founder dari akun ini. Tapi percayalah, mereka merahasiakannya dari publik. Apakah hal yang menjadi alasan untuk memunculkan akun ini? Jawabannya ada pada siapa si pemegang akun ini. Netizen dengan maha kebenarannya hanya bisa menerka dan menikmati setiap pesan yang menggelitik tanpa tau siapa dia yang mengutak-atik. Penulis : Fatta Sofiana S Editor: Dinar Wahyuni

Sepatu-Sepatu Nakal Milik Mahasiswa

P

erpustakaan pusat Universitas Sriwijaya (Unsri) memiliki segudang buku terbitan tahun 90-an hingga 2000-an, bahkan dari berbagai macam genre baik fiksi maupun non fiksi. Selain terdapat buku fisik, pada tahun 2016-2017 Unsri me-launching buku elektronik dengan targetan 600 unit komputer. Perpustakaan yang terdiri dari dua lantai itu buka pukul 07.00 – 22.00 WIB, dari pagi hingga malam hari kegiatan mahasiswa di perpustakaan masih terlihat. Pada umumnya aktivitas para mahasiswa mengerjakan tugas kuliah, skripsi, kerja kelompok atau bahkan hanya sekedar duduk santai dan mengobrol serta sesekali berdiskusi. Perpustakaan Unsri tidak pernah sepi pengunjung karena lingkungannya yang nyaman. Dilengkapi dengan fasiltas seperti AC, TV, sofa, mushola hingga kafe yang menyediakan makan dan minum. Selain itu, adanya Wi-fi gratis juga faktor utama bagi mahasiswa untuk mengunjunginya. Jika dilihat dari segi fasilitas sudah cukup memadai, tetapi disayangkan masih banyak mahasiswa Unsri yang kurang menaati peraturan. Bahkan peraturan tertera jelas terpasang di dinding tangga sebagai jalan keluar masuk. Peraturan itu bertuliskan “TEMPAT SEPATU ADA DI DALAM”. Kata sederhana yang singkat, padat dan jelas, ukuran font yang besar memenuhi kertas ukuran A4 dan sudah dibold pula. Rasanya tidak mungkin jika tidak terlihat. Namun, realitanya masih ada sepatu yang diletakkan di anak tangga. Padahal, perpustakaan sudah memiliki ruang khusus untuk meletakkan sepatu lengkap dengan rak-raknya yang tersusun rapi. Lalu, mengapa mahasiswa masih melanggar peraturan tersebut? Saya sudah mewawancarai beberapa pengunjung, dan alasannya kurang lebih sama. Seperti alasan, mahasiswa yang masuk ke dalam perpustakaan hanya sebentar saja, lalu kelu-

10

Edisi ke-15

ar. Selain itu, alasan lain terkait ruangan sepatu yang pengap dan berbau tak sedap. Alasan-alasan ini lah yang menyebabkan mahasiswa masih enggan menaati peraturan untuk meletakkan sepatunya di rak yang sudah disediakan. Jika seperti itu, “berarti mahasiswa yang masih kurang menaati peraturan, kesadaran dirinya juga kurang,” ujar Tanjar. Sebenarnya peraturan kecil seperti itu, mengajarkan kita sebagai seorang mahasiswa untuk belajar bertanggung jawab dan mengatur diri sendiri agar bisa menaati peraturan-peraturan lain yang ada di luar sana nantinya. Apalagi kita sebagai Mahasiswa memiliki peran sebagai “agent of change” atau agen perubahan. Lalu, perubahan seperti apa? Perubahan yang mengarah ke arah lebih baik dari sebelumnya secara singkat seperti itu. Sudah akrab sekali di telinga kita bahwa mahasiswa adalah kaum intelektual terdidik yang diharapkan oleh lapisan masyarakat sebagai senjata pamungkas. Sebagai agen perubahan bagi bangsa, menyandang gelar “Mahasiswa” sebenarnya tanpa kita sadari memikul beban masyarakat yang luar biasa berat, karena ada secercah harapan masyarakat dan bangsa dari gelar tersebut untuk membawa perubahan yang lebih maju. Ini kita sudah berbicara dalam konteks masyarakat, perubahan, bangsa dan kemajuan yang hakikatnya berdampak pada orang ban-

yak. Masih ada mahasiswa yang melanggar peraturan untuk meletakkan sepatu pada tempatnya. Itu termasuk gambaran sudahkah mampu kita sebagai mahasiswa mengemban amanah lebih besar lagi dalam perubahan suatu bangsa yang lebih baik lagi. Realitanya kita masih terlena akan zona nyaman. Menaati peraturan kecil saja seperti meletakkan sepatu pada tempatnya masih sulit dilakukan oleh sebagian mahasiswa. Kita sebagai mahasiswa sudahkah pantas disebut agen perubahan? Sedangkan kita masih sering melanggar peraturan yang terkadang kita anggap remeh. Kita terkadang belum mampu melawan rasa malas yang telah menempel pada diri kita. Ayo, bersama kita menjadi agen perubahan! Dimulai dari hal-hal kecil. Menaati peraturan yang mungkin kita anggap remeh sekalipun. Kita memiliki peluang yang sama dalam menentukan masa depan. Jadilah mahasiswa taat peraturan, letakkan sepatu pada tempat yang telah disediakan. Sebab ”mahasiswa taat peraturan itu menarik untuk diperhatikan!." Penulis : Dwi Ratna Kusumawati Editor : Fatta Sofiana S


KAMPUSIANA

UNSRI PUNYA DPR S aya rasa kita semua sudah khatam tentang ketatanegaraan pusat di Indonesia. Sejak duduk dibangku sekolah dasar sampai kita kuliah di-cekoki dengan bentuk struktur ketatanegaraan beserta fungsinya. Struktur pemerintahan dimulai dari Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Nah, bagian Legislatif ini terdiri dari MPR, DPR dan DPD. Percaya tidak, jika Unsri memiliki DPR? Disini saya akan mengangkat cerita tentang DPR, tetapi bukan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) melainkan DPR (Dibawah Pohon Rindang). Mahasiswa menyebutnya sebagai “DPR Unsri”. Sama penyebutan, sama pula singkatannya namun berbeda ranah maknanya. Dulu, sewaktu saya masih mahasiswa baru, saya diajak berkumpul di DPR dengan salah satu kakak tingkat di organisasi ke-

daerahan. Pikir saya “wow, kedaerahan saya keren sekali, kumpul saja di DPR”, tetapi anehnya kenapa ia mengajak saya jalan kaki ke DPR? Sejak itu, saya merasa janggal dan setelah sampai ditempat terbesit dalam hati “ini toh DPR Unsri” sambil tersenyum remeh. Eh, bukan remeh merendahkan maksudnya, hanya saja tidak menyangka singkatan tempat ini sungguh memikat hati mahasiswa baru yang belum tahu seluk beluk Unsri. Mungkin kalian pernah mengalami hal yang sama, sempat bingung dimana DPR Unsri atau diantara kalian sudah tahu artinya. Lokasi DPR Unsri berada di depan Auditorium. Jika memasuki dari gerbang utama Unsri, sepanjang jalan sebelah kanan hingga depan Auditorium adalah DPR. Deretan pohon rindang inilah sebutan untuk lokasi DPR. Biasanya mahasiswa berkumpul di DPR setelah waktu Ashar atau selesai jam mata kuliah. Ketika sore hari banyak sekali mahasiswa dan masyarakat melaksanakan aktivitasnya di DPR. Di sana, kalian akan menemukan pemandangan sekelompok mahasiswa yang duduk melingkar. Sering disebut juga sebagai “akar rumput” dihadiri

Pilih Transportasi Tepat, Agar Berhemat

U

niversitas Sriwijaya (Unsri) memiliki kampus utama yang berada di Indralaya (kampus Layo) Kabupaten Ogan Ilir. Sedangkan terdapat juga kampus yang berada di Kota Palembang (kampus Bukit). Jarak antara keduanya terbilang tidak dekat, karena ditempuh sekitar satu jam perjalanan. Banyak pula mahasiswa yang Pulang-Pergi (PP) dari Palembang ke Indralaya. Dengan menempuh perjalanan yang terbilang tidak dekat, sudah tentu menguras dompet mahasiswa un-

tuk biaya transportasi tiap harinya. Selain itu, belum lagi uang jajan dan uang tak terduga lainnya. Meskipun mereka tinggal bersama keluarganya, setidaknya dengan menghemat meraka dapat mengurangi beban orangtua. Dengan alasan itu lah mereka mencari alternatif untuk berhemat, salah satunya menggunakan transportasi yang murah. Unsri Layo sendiri memiliki dua terminal bus. Pertama, terminal bus angkutan kota yang berada di depan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

berbagai macam jurusan, fakultas, organisasi mahasiswa bahkan warga sekitar Unsri juga ikut meramaikan. Kegiatan melingkar ini bukan hanya sekedar bentuk melingkar saja akan tetapi mahasiswa mengisinya dengan kegiatan diskusi. Seperti membahas Program Kerja (Proja) himpunan daerah masing-masing, diskusi bersama mengenai isu politik negara maupun isu-isu di dalam kampus sendiri. Selain itu, adanya kegiatan mentoring dan Liqo’ dari Lembaga Dakwah Fakultas. Ada juga yang berlatih bela diri atau hanya sekedar menikmati lalu lalang kendaraan dan berswafoto ria. DPR Unsri sangat nyaman untuk melepaskan penat seharian dari kegiatan kampus. Dengan rindangnya pohon menambah ruang terbuka bebas oksigen. Maklumlah terkadang kami para mahasiswa menyebut kota kecil ini sebagai

negara pasir bak di film "Avatar Aang". Pasalnya setelah keluar dari Unsri sepanjang jalan dihiasi dengan debu-debu menari riang. Selain itu, rumput teki tumbuh menjalar luas ibarat karpet alam sebagai alas untuk duduk. Sebagai mahasiswa Unsri, kita diharapkan dapat melestarikan budaya seperti “akar rumput” yaitu melakukan diskusi isu-isu terkini dan kegiatan positif lainnya. Mahasiswa yang berintelektual bukan hanya mengembangkan potensi akademik saja tetapi mencintai lingkungan, dengan cara menjaga serta peka terhadap kebersihan sekitar. Tidak membuang sampah sembarangan dan tidak merusak sarana umum yang telah disediakan.

(FKIP). Bus ini beroperasi dari pagi hingga menjelang magrib, melayani mahasiswa yang ingin pulang ke Palembang. Kedua, terminal bus Damri dan Trans Musi yang berada di depan perpustakaan pusat Unsri. Bus ini juga beroperasi dari pagi, tetapi hanya sampai sekitar pukul 14.00 WIB. Biaya transportasi yang ditetapkan juga relatif murah mulai dari Rp. 5.000–Rp. 10.000, tergantung kebijakan bus. Kebanyakan mahasiswa lebih memilih bus Damri yang menawarkan harga paling murah di antaran armada bus yang lain, meski selisih harganya hanya Rp. 3000–Rp. 5000. Bagi mahasiswa hal itu menjadi nominal yang cukup disayangkan untuk dikeluarkan, apa bila ada pilihan lain yang lebih murah. Jika diperhitungkan dengan Matematika, misal kita naik bus dengan harga RP. 5.000, jika PP dalam sehari maka mengeluarkan uang sebesar Rp. 10.000 saja. Sedangkan kita naik transportasi dengan harga Rp. 10.000, dengan sehari PP sudah mengeluarkan Rp. 20.000. Maka di dapati selisih Rp. 10.000 dalam sehari, nominal itu tentu saja menggiurkan bagi mahasiswa. Pada umumnya perkuliahan hanya berjalan hari Senin-Jumat, jika selisih tersebut dikali lima kali berarti kita dapat menghemat Rp. 50.000 dalam seminggu. Dengan harga yang minim, bus Damri menjadi idaman para mahasiswa. Namun, karena ting-

ginya minat mahasiswa akan bus Damri menyebabkan mahasiswa berdesakan. Selain itu, Iqbal mahasiswa Sosiologi 2017 menyatakan terdapat fenomena berebut bangku dan mem-booking bangku. “Seharusnya kita bisa mengantre dengan tertib agar tidak terjadinya desak-desakan, tidak ada salahnya jika kita mengantre karena lebih aman jika kita tertib”, tambahnya. Selain itu, bus Damri juga mengeluarkan kebijakan menggunakan e-money untuk memudahkan dalam pembayaran, dan juga sebagai peningkatan edukasi bagi mahasiswa. Tetapi, belum semua bus Damri menggunakan e-money “Ketika saya naik belum menemukan penggunaan e-money, tapi kata teman-teman yang lain sudah ada yang menggunakan e-money," tambah Iqbal. Dikonfirmasi dari pihak sopir, memang masih membebaskan penggunaan e-money atau bisa juga dengan uang tunai, jelas Iqbal lebih lanjut.

Penulis : Dwi Ratna Kusumawati Editor : Fatta Sofiana

Penulis: Dwi Ratna Kusumawati Editor : Fatta Sofiana S

Edisi ke-15

11


SASTRA

Asa Kita Beda

Ada yang bilang, sakit itu ketika kalian ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. ada juga yang bilang sakit itu ketika pacaran tujuh tahun, tapi nikahnya sama orang lain. Definisi sakit ini banyak ya. Tapi syukurlah tak semuanya menganggap cinta itu pahit. Meski mereka yang pernah dipatahkan, dihancurkan, dilupakan, ditinggalkan. Toh masih ada dari mereka yang berani untuk memulai kembali. Ya karena cinta itu indah. Tidak sia-sia jika Tuhan menganugerahkan sebuah cinta dalam diri setiap manusia. Kali ini aku akan bercerita. Mungkin cerita ini terkesan memaksa atau ada hal-hal yang bersinggungan prinsip masing-masing dari kita. Tapi semoga ada hikmahnya ya. Bukan bermaksud untuk dikasihani apalagi jadi bahan untuk kita tangisi. Ya bukan. Aku hanya ingin kalian tau, cinta itu ada dan kita pasti akan memilikinya. Kami berteman ketika memasuki kuliah, aku hanyalah seorang anak perantauan yang tinggal jauh dari pulau yang ku tempati sekarang. Mungkin nama kita sama, tapi disini aku dikenal sebagai Asa karena kebisaan ku yang menulis di luar nalar manusia, itu sih kata dia ya. Aku memang sendiri di kota ini, tak ada keluarga maupun sanak saudara. Pertama kali kami bertemu itu di simpang taman dekat tangga turun dari gedung administrasi yang dulunya berwarna kecokelatan tapi sekarang sudah dicat ulang jadi warna merah tua. Aku ingat sekali saat itu kami berpapasan lalu dia memberanikan diri memulai sebuah obrolan singkat. Sekedar Hai dan bertanya dimana ruang penyerahan dokumen mahasiswa baru. Karena ruangannya lumayan jauh maka aku berinisiatif untuk menemani. Aku senang semudah itu aku menemui orang baru disini. Setidaknya jika ada hal-hal yang harus aku tanya, dia lah orang yang tepat. Semenjak pertemuan pertama kami, aku dan dia jadi lebih sering berjumpa, kami saling bertukar Id Line maupun nomor Wa. Asik, tidak bosan jadi teman cerita, berwawasan, itu yang aku kagum dari dia. Kami memang beda jurusan, tapi setidaknya letak gedung kami tidak sejauh yang dibayangkan. Ada beberapa hal yang buat ku luluh jika orang-orang membicarakan tentangnya. Ntahlah, mungkin itu awal kami memulai semua kisah suka maupun duka sejauh ini. Kami menjalin hubungan yang kami yakini setiap hari bahwa kelak kami akan bersama dengan semua cinta dan cerita yang telah berjalan saat ini. Hebat, Tuhan memang hebat memainkan peran kami di antara bumi yang terbentang terlalu luas hanya untuk dua insan yang tak sama. Menikmati setiap tawa, bahagia, air mata yang datangnya tiba-tiba. Lucu juga kalo diingat kembali kisah kami di waktu kuliah. Ingin sekali sejenak aku bertukar tempat dan merebut waktu untuk sekedar mengulang. Semua perbedaan yang kami miliki dan terus kami abaikan karena setiap detik indah yang kami rasakan nyatanya tak bertahan lama. Setelah lulus kuliah, dia mulai membuka pembicaraan mengenai langkah hubungan yang lebih serius untuk ke depannya. Sayang kami baru sadar bahwa ada perbedaan yang terjadi. Aku mengiyakan. Oh aku lupa, hubungan ini bukan hanya menyatukan dua insan yang jauh dari ujung dunia yang beda, tapi hubungan ini juga menyatukan dua keluarga yang ada disekelilingnya. Terlalu banyak kisah yang kami simpan bersama yang akhirnya perlahan membuka kedua mata kami yang sudah lama abu-abu oleh cinta. Tuhan kami tak sama. Ketika tau hal itu, semua keluarga kami menolak mentah-mentah dan justru memilihkan jodoh yang menurut mereka lebih layak dipadukan. Kau tahu? seberapa rapuh hati ini ketika tak lagi orang ketiga yang memisahkan kami. Namun sudah dunia yang ikut campur tangan didalamnya. Perbedaan agama, keyakinan, dan Tuhan yang kami miliki. Mana yang harus kami pilih? Cinta dan bahagia? Atau prinsip dan Tuhan yang kami miliki? Setiap waktu kami terus memikirkan dan mencari jalan keluar yang kira-kira dapat membuat kami tetap bersama. Tidak sayang. Inilah takdir kita. Kita tidak mau kehilangan keduanya. Kita harus tetap paham bahwa Tuhan lah pemiliki cinta dan bahagia ini. Sepesan cinta dan penghormatan terakhir untuk kami berdua. Kami berbeda. Kami punya prinsip dan keyakinan yang tak sama. Tapi aku tidak pernah menyesal telah mengenal mu bahkan percaya tentang hati dan perasaan yang sudah ku benamkan dalam lama. Jalan kita memang beda. Tuhan bukan ingin buat kita marah dan menyesal. Tapi percayalah semua yang disediakan sudah tercipta dalam rupa yang terbaik bahkan tak pernah kita sangka. Aku bersyukur, pernah dipertemukan dengan orang sepertimu yang tak akan kedua kalinya ku jumpai dalam ruang yang sama. Biarlah kisah ini bernaung dalam nostalgia kita yang kelak akan kita ceritakan bahwa yang harus kamu cintai adalah Siapa Pemilik cinta itu sebenarnya. Agar kita paham bahwa dunia bukan tak ingin kita menua berdua tapi ia takut akan cemburu ketika ada pasangan yang justru lupa tentang kepada siapa cinta itu sendiri berakhir dengan semestinya. Veren Nita Demi (PSIKOLOGI 17)

Dibawah Renungan Awan Kelabu Karya: Fauzan Azzindani (Ilmu Hukum 2017)

Dikala awan terlihat kelabu Ku mulai berteduh di pohon yang mendayu Seakan ia memanggil dari sudut itu Berharap ditemani saat ia layu Tangisan awan menceritakan sesuatu Yang membuat bunga mekar nan ayu Bagai mengerjakan tentang pilu Yang menjadikannya teguh untukku Bisikan angin mulai menyapa teduhku Seperti bentuk usapan kepada hatiku Agar tidak selalu menyalahkan waktu Karena pangkuan masa lalu Mungkin awan kelabu gambaran sendu Tetapi ia bagai seorang guru

Soal Pembelaan

karya: Annisa Latifa (FKIP, Bahasa Indonesia 2017) Teramat bernafsu menelan demokrasi berkeadaban Sedangkan daku belum teramat paham dunia perkuliahan Bukan soal angka di setiap semesteran Bukan juga soal prestasi dan pecapaian Tapi, tentang kedermaan nurani memelodikan isi pikiran dalam pengabdian Bermahakan almamater mengejar terseok-seok tali toga Amerta bersabda soal persajian pemerintahan Berduka dalam problematika rangkaian Sadarkah dunia pertunjukan melelahkan Apalagi pesakitan kegegagalan pimpinan hanya disajikan Rakyat tak butuh dukungan spanduk berlabelkan “di mana kesejahteraan� Kalau kita melalaikan tugas dan rangkaian pembelajaran Sebab masalah butuh ilmu pembenaran dan perubahan Langkah kita harus realistis tanpa kata apatis di balik aksi pembelaan Ilmuan dibutuhkan untuk membantu meringankan Lakukan perbaikan tanpa alasan apalagi pengatas namaan Bergeraklah selangkah tapi penuh kepastiaan Tak perlu pengakuan dan penyebarluasan Mereka butuh ilmu yang telah kita dapatkan Setidaknya untuk bisa menahan mereka dari keji kehidupan Indralaya, 06 November 2018.

12

Edisi ke-15


PRESTASI

Ayo Berprestasi, Bisa ke Luar Negeri seperti Mereka! Memiliki segudang prestasi tentunya menjadi suatu kebanggan tersendiri. Akan tetapi, untuk memiliki segudang prestasi bukanlah perkara yang mudah. Diperlukannya kerja keras dan mampu untuk menggali berbagi potensi yang ada pada diri kalian. Seperti halnya dua sahabat kita yang tak henti-hentinya terus menggali potensi dalam diri mereka. Mereka adalah Willy Eka Pramana dan Putrie Rizki.

W

illy sapaan akrabnya, merupakan salah satu mahasiswa berprestasi di Universitas Sriwijaya (Unsri). Prestasi yang ia raih yaitu menyabet juara 2 mahasiswa berprestasi Unsri tahun 2018. Berbagai jenis lomba pun telah diikutinya, mulai dari lomba debat nasional bahkan menjadi pemakalah di konferensi internasional. Tentunya semua itu terjadi berkat kerja keras dan terus semangat dalam berprestasi. Pria yang juga aktif diberbagai organisasi ini pernah meraih Best Presenter dalam ajang Academic Summit on Entrepreneurship, Business Intelligence Research and Leadership (SEIRL) di Hongkong beberapa waktu lalu. Dimana paper yang ia bawa ke ajang lomba tersebut sama persis seperti pada waktu mengikuti ajang pemilihan mahasiswa berprestasi. Keikutsertaannya itu sekaligus menjadi pengalaman pertamanya untuk dapat berpergian ke luar negeri. Tentunya untuk dapat ikut serta pada konferensi internasional ini, banyak sekali yang harus dilakukan. Salah satunya adalah dalam hal penggarapan karya tulis yang menjadi modal utamanya untuk dapat mengikuti ajang tersebut. Tema karya tulis yang saat itu digarap berfokus pada salah satu poin dalam Suistanable and Development Goals

yaitu Peace and Justice. Melalui karya tulisnya tersebut, ia memberikan solusi anti teror yang berfungsi me-reduce angka radikalisme dan terorisme di Indonesia. Berbagai pengalaman unik pun dialaminya saat pergi ke Hongkong pada waktu itu. Salah satu yang tidak bisa dilupakannya ialah ketika ia dipisahkan dari rombongan oleh pihak imigrasi Hongkong. Saat itu ia diinterogasi habis-habisan oleh pihak imigrasi karena penampilannya yang di duga teroris, bahkan sempat terpikir bahwa ia tidak akan diizinkan untuk masuk ke Hongkong. Selain itu, kendala untuk mencari makanan halal dan sulitnya berkomunikasi dengan masyarakat disana juga menjadi keunikan tersindiri baginya. Di samping kesibukan untuk berorganisasi dan berprestasi di luar kewajibannya sebagai mahasiswa, Willy juga sangat pandai membagi waktunya. Sehingga, ia tetap mampu memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang baik di kampus. Tercatat bahwa ia memiliki IPK 3,79 saat ini, bukan hal yang mudah bagi penerima beasiswa bidikmisi satu ini untuk tetap bisa berprestasi baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Alumnus SMAN Sumatera Selatan ini juga tak luput dari yang namanya sebuah kegagalan. Jauh sebelum dirinya menuai prestasi seperti saat ini, banyak kegagalan-kegagalan yang terlebih dahulu dialaminya. Namun, kegagalan tersebut menjadikan dirinya untuk terus termotivasi dan akhirnya merasa kebal sendiri dengan sebuah kegagalan. Terlebih lagi, ia tidak ingin membuat keluarga serta pihak-pihak yang telah mendukungnya dalam hal pemberian beasiswa merasa kecewa atas kepercayaan yang telah diberikan. Ia juga menyampaikan bahwa filosofi yang selalu dipegang dari perkataan gurunya dulu adalah nilai yang bisa kamu dapatkan di kelas itu maksimal sebesar 4.00, tidak lebih. Sedangkan 96.00 lainnya ada diluar. Oleh karena itu, mulailah untuk terus mengeksplor diri dan mengeksekusi mimpi-mimpi.

P

utrie Rizki yang kerap disapa Pute, merupakan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) Univeristas Sriwijaya (Unsri) tahun 2018. Terpilihnya Pute sebagai Mawapres telah melalui berbagai macam seleksi. Baik dari tingkat fakultas hingga puncaknya tingkat universitas di bulan Maret lalu. Pada tahun 2016, untuk pertama kalinya Pute hanya coba-coba mengikuti seleksi Mawapres di tingkat fakultas. Namun, karena keisengannya tersebut ia terpilih untuk mewakili Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dalam pemilihan Mawapres Unsri saat itu. Keikutsertaanya pada pemilihan Mawapres, ia berhasil mendapatkan predikat terbaik Karya Tulis Ilmiah (KTI), video dan presentasi dalam Bahasa Inggris. Dari pemilihan Mawapres tersebut, Pute banyak mendapatkan pengalaman dan pelajaran untuk lebih baik lagi kedepannya. Pengalaman yang ia dapatkan mampu merubah banyak hal pada dirinya. Ia mulai membenahi diri, mulai dari prestasi yang memiliki keterkaitan dengan bidang studi yang digeluti dan mempersiapkan pokok bahasan KTI yang diteliti. Sehingga dua tahun kemudian, Pute terpilih kembali untuk mewakili FKM dalam pemilihan Mawapres Unsri. Kerja kerasnya untuk dapat berkompetisi lagi pun terbayar dengan menyabet gelar Mawapres Unsri 2018. Tidak berhenti disitu saja, beberapa bulan setelah itu Pute juga berhasil meraih prestasi Outstanding Young Researcher pada kompetisi Paper Internasional di Korea. Paper yang dibawanya ke kompetisi tersebut merupakan perbaikan dari KTI dalam pemilihan Mawapres. Isi dari paper tersebut mengenai Paper Bank yang merupakan rekomendasi untuk menanggulangi sampah kertas di lingkungan universitas. Singkat cerita, ide dari Paper Bank tersebut timbul berdasarkan hasil survei terhadap mahasiswa yang menghabiskan tiga rim kertas untuk menulis skripsi.

Hal inilah yang nantinya dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Mengatasi masalah itu, diadakannya wadah sebagai tempat pengumpulan sampah kertas. Dengan adanya wadah pengumpulan sampah kertas ini, Pute berharap dapat memberdayakan masyarakat dengan pengelolaan kertas yang kemudian dijual. Hasil penjualannya akan diserahkan ke masyarakat serta pencairan dana untuk mahasiswa yang telah menabung kertas. Untuk implementasinya sendiri, Paper Bank ini rencananya akan ada di setiap fakultas dan mahasiswa akan diberikan kertas yang berisi catatan jumlah setoran kertas. Disamping sibuk untuk terus berprestasi, Pute juga tidak lupa dengan statusnya sebagai mahasiswa. Tujuan utamanya masuk ke dunia kampus ialah untuk belajar sesuai dengan yang diharapkan oleh orang tuanya. Tetapi lambat laun, P u t e menyadari bahwasanya bagus di nilai saja tidak akan membuat dirinya lebih baik daripada orang lain. ­Maka dari itu, dia mencoba menggali setiap potensi dalam dirinya dan mengembangkannya sesuai dengan kemampuan yang ia miliki. Pute juga berpesan kepada teman-teman untuk jangan cepat puas atas setiap pencapaian yang didapat. Penulis : Juniancandra Editor : Fatta Sofiana S

Edisi ke-15

13


KOMIK

14

Edisi ke-15


RESENSI Riset Alien Tentang Perilaku Manusia Sutradara Genre Tayang Pemain

P

eekay adalah salah satu film India bergenre komedi, rilis pada tahun 2014. Amir Khan yang berperan sebagai Alien, mendarat ke bumi untuk kepentingan riset tentang perilaku manusia bumi. Namun, naasnya saat ia tiba di bumi remot kontrolnya dicuri seorang lelaki paruh baya, yang berguna untuk memanggil pesawat luar angkasa agar ia bisa pulang. Pelajaran pertama kali yang ia ambil bahwa, tidak menggunakan pakaian di bumi dianggap tidak sopan, kemudian ia mencuri pakaian. Untuk menemukan remot kontrolnya ia berpikir harus me-

: Rajkumar Hirani : Komedi : 19 Desember 2014 di Indonesia : Aamir Khan , Anushka sharma, Sushant Singh Rajput, Boman Irani, Saurabh Shukla dan Sanjay Dutt

nemukan Tuhan terlebih dahulu. Lalu, ia bertanya kepada Tuhan dimana remot kontrol tersebut, akan tetapi sebelum menemukan Tuhan ia harus belajar bahasa terlebih dahulu agar lebih mudah menemukan Tuhan. Suatu hari PK ditabrak sekelompok pemusik yang kemudian membawanya ke dokter, mereka berpikir PK tidak bisa berbicara karena kecelakaan tersebut, sehingga orang yang menabrak PK membawanya pulang sampai ia sembuh. Dengan memegang tangan semua gadis yang ada di desa tersebut, karena kelakuannya itu banyak yang menganggapnya memiliki nafsu besar dalam hubungan seksual. Padahal yang dilakukan PK sebenarnya untuk menstransfer bahasa ke dalam dirinya. Akibat dari perubatannya, segerombolan penyanyi mengantarkannya ke tempat PSK. Kemudian PK melancarkan aksinya memegang tangan seorang gadis, hingga membutuhkan waktu enam jam untuk ia menstransfer bahasa. Setelah itu, PK bergegas ke luar untuk bercerita mengenai remot kontrolnya yang hilang kepada ketua kelompok penyanyi. Di sebuah padang pasir yang luas terdapat kereta barang yang melintas ke arah New Delhi. Menurut ketua penari, bisa jadi remot kontrol itu dijual oleh pencuri ke Delhi. Selain itu, ia menasehati PK untu berdoa agar remot kontrolnya ketemu. Siapa sangka sesampainya di Delhi banyak agama seperti, Islam, Budha, Kristen dan lain

sebagainya. Kemudian ia jadi buronan masyarakat, karena adat atau cara menyembah Tuhan itu berbeda-beda tergantung agamanya. PK mengira semua Tuhan cara penyembahan itu sama saja. Dengan rasa putus asa ia mencari tahu dimana “Tuhan”. Sampai akhirnya ia membuat selebaran bergambar Tuhan yang bertuliskan, “Siapa yang menemukan Tuhan hubungi saya”. Kemudian ia bertemu dengan reporter TV bernama Jaggu. Menurut Jaggu, ia orang yang aneh bahkan bagus untuk dijadikan sebuah berita sampailah Jaggu mengikuti kegiatannya dan mengajaknya bercerita. Sebelumnya PK pernah mengacau pertunjukan teater, karena mengurung pemeran Dewa Siwa. Ia kira itu memang benar dewa sampai kejar-kejaran dan berhenti di suatu acara Tapa Naswi. Di sana ia menemukan remot kontrolnya, sayangnya dihalangi oleh pihak keamanan Tapa Naswi. Di akhir cerita, PK dan Jaggu membongkar kebohongan Tapa Naswi bahwa remot kontrol itu di akui oleh Tapa Naswi atas pemberian dari Tuhan, padahal itu milik PK. Akhirnya PK mendapatkan remot kontrol tersebut dan pulang ke tempat asalnya.

Penulis : Dwi Ratna Kusumawati Editor : Fatta Sofiana S

S E N Y A P

Sutradara : Joshua Oppenheimer Anonim (ko-sutradara) Genre : Sejarah /Dokumenter Tayang : 10 November 2014 (Indonesia) Pemain : Joshua Oppenheimer, Adi Rukun, M.Y. Basrun, Inong, Kemat, Amir Siahaan

S

enyap merupakan film dokumenter yang menceritakan pembantai Partai Komunis Indonesia (PKI) pada masa orde baru kepemerintahan Soeharto, presiden ke-2 Republik Indonesia. Sebelumnya telah ada film serupa yang berjudul “Jagal”. Film tersebut menceritakan kekejaman pembantai antek-antek PKI bahkan sampai orang yang dituduh sebagai PKI pun ikut dibantai. Film ini juga menggambarkan kesedihan keluarga korban yang amat mendalam sampai saat ini. Film nominasi dokumenter terbaik OSCAR 2016 ini membuat dewan juri dan para penonton bergidik setelah mendengar pengakuan algojo pembantai PKI. Seorang laki-laki duduk diam sambil melihat video yang ia tonton dengan khusyuk. Tak jarang matanya menggambarkan kegelisahan yang dialaminya, orang tersebut bernama Adi. Ia juga sebagai

adik korban pembantaian masa itu. Seorang lelaki tua paruh baya sebagai pelaku pembantaian didalam video itu mulai menceritakan usus yang terkoyak, kepala pecah, dan lidah yang menjulur keluar, terlihat tidak ada penyesalan bahkan beberapa saat ia bernyayi riang. Untuk menemukan informasi atas kematian kakaknya, Ramli. Ia berkeliling mencari informasi tentang pembantaian dengan cara mengaku sebagai optometris, dengan begitu ia lebih leluasa mewawancarai algojo-algojo pembantaian kala itu. Inong lelaki tua bermata rabun, gigi tanggal dan berkulit keriput ini sebagai “pemimpin pasukan tingkat desa” ikut menceritakan bagaimana proses pembantaian para PKI. Dalam ceritanya ia mengaku telah banyak PKI yang ia bunuh pada tahun 1965, ia memiliki beban berat bagi dirinya. Ia mencari cara apapun agar dirinya tetap waras. “Jika saya tidak meminum darah manusia, saya sudah gila. Dengan meminum darah manusia itu, saya merasa lebih berani melakukan apa saja,” ungkapnya. Ia pernah membunuh seorang wanita golongan gerwani, sebelum membunuh ia menyiksanya terlebih dahulu dengan cara memotong payudara wanita tersebut. Selanjutnya Adi menanyakan apa itu PKI, Inong menjawab “Partai Komunis Indonesia, miskin ilmu dan agama sudah itu saja.” Ditambah lagi penjelasan Adi “ada yang mengganjal di perasaan aku, sejarah ini sudah dibelokkan karena orang-orang yang bapak bunuh yang katanyaa tidak memiliki agama itu hanya propaganda.” Pernyataannya yang

menyangkut pautkan agama, membuat Inong pun mulai marah dan menyuruh Adi untuk pergi. Kemudian Adi melanjutkan memilih kaca mata untuk Inong. Ibu Adi, masih terasa akan kematian anaknya sebagai korban bahkan ia tak sanggup menjalani hidup, saat itu ia sedang mengandung Adi. Kerap kali Adi menanyakan atas kematian kakaknya, wanita berumur 100 tahun ini meneteskan air mata. Kemudian, Adi bertemu dengan Ketua Komando Aksi saat itu di Deli Serdang, ia meminta keadilan berupa moral bagaimana yang dia rasakan saat itu. Setelah dia (Komando Aksi) meminta identitas Adi, Adi tidak mau membongkarnya dengan alasan “pembunuh-pembunuh PKI itu masih berkuasa dan menganggap dirinya pahlawan. Masyarakat ini sedang diobok-obok, bisa jadi PKI yang berbahaya itu yang tidak terdaftar” timbalnya. Sesampainya di rumah, Adi menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Pimpinan DPRD Deli Serdang, M.Y. Basrun menjelaskan, pembrontakan PKI itu dilakukan oleh spontanitas rakyat dengan pandangan penghancuran idealisme ideologi PKI. Sebenarnya masih banyak hasil perbincangan Adi dengan massa pembunuh PKI, tetapi tidak disebutkan namanya mereka menceritakan tentang pembunuhan di Kali Ular mulai dari lehernya ditebas, dan banyak kepala manusia mengambang di sungai. Ramli adalah salah satu korban pembunuhan yang sadis di antaranya. Penulis : Dwi Ratna kusumawati Edisi ke-15

15


Baca Juga Tabloid Edisi XIV

Selamat Wisuda ke- 139 Kepada Kru LPM Gelora Sriwijaya

Humas Periode 2018

Pimpinan Perusahaan 2016

Bendahara Umum Periode 2018


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.