Menilik Kondisi Laboratorium Unand yang Perlu Pembenahan
M
ahasiswa Sains dan Teknologi (Saintek) sangat sarat kaitan perkuliahannya dengan kegiatan praktikum di laboratorium untuk lebih memahami teori yang ditransfer dosen pada mahasiswa. Keberadaan laboratorium dapat meningkatkan pemahaman, pun dapat menjadi latihan dasar untuk bekal penelitian mahasiswa menuju sarjana nanti. Mahasiswa yang berkuliah di jurusan saintek, tentu mengidam-ngidamkan tempat belajar yang nyaman dan mampu melakukan praktik teori yang mereka pelajari, itu berlaku untuk semua kampus di Indonesia, tak terkecuali Universitas Andalas (Unand). Unand sudah berdiri sejak 23 Desember tahun 1955 dan diresmikan oleh Wakil Presiden Indonesia pertama yang memang berasal dari ranah Minang yakni Moh Hatta pada 13 September 1996. Sejak saat itu dimulailah kisah perjalanan Unand menjadi kampus terbaik di luar Pulau Jawa. Menjadi kampus terbaik tentu tak serta merta hanya dinilai dari eloknya penelitian dan jejak alumni Unand, segala yang terikat atas nama Unand adalah bagian yang menjadi tolak ukur kenapa kampus dengan sebutan kampus ranger mendapat kedudukan kampus yang termasuk terbaik di luar Jawa. Wajah Unand sering kali disandingkan dengan kampus lain yang konon katanya lebih menarik dari kampus Unand, sementara Unand hanya bermodal bangunan klasik bergaya modern. Entah bagaimana isinya menjadi teka teki sebagian orang. Dilansir dari majalah Tempo, Unand menduduki posisi ke 14 dan menjadi posisi pertama kampus terbaik di luar Pulau Jawa berdasarkan kapasitas alumni yang diserap oleh dunia usaha. Dalam portal Unand.ac.id dibubuhkan Unand sudah memiliki 15 fakultas sejak tahun 2012 yang diantaranya baru saja diresmikan yaitu Fakultas Kedokteran gigi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Keperawatan, dan Fakultas Teknologi Informasi. Dari 15 Fakultas tersebut 11 diantaranya adalah fakultas Saintek dan sisanya adalah fakultas Sosial Humaniora. Fasilitas Labor Unand terbatas Sudah 64 tahun Unand berdiri sejak diresmikan oleh Wakil Presiden Indonesia, bangunan kokoh yang didominasi oleh Fakultas Saintek, kini berangsur lusuh satu persatu, namun Unand terus berupaya memperbaiki dan
merenovasi yang sudah usang, meski tak semuanya dapat diatasi. Seperti keadaan laboratorium di masing-masing fakultas yang sudah mulai menua dimakan usia, lantai labor di setiap fakultas saintek saat melihatnya seakan menceritakan bagaimana perjuangannya mengabdi hingga melahirkan puluhan ribu alumni Unand. Keadaan pintu-pintu yang sudah menjadi tempat tinggal rayap sangat kalah dengan pintu modern yang mengandalkan kaca dengan bingkai aluminium atau kayu dengan bahan terbaik di zaman kini. Saat memasuki ruangan labor terpampang jelas cat dinding yang tak lagi secerah dulu memagut ruangan labor yang isinya pun ikut menua dengan bangunan labor. Besibesi dari mikroskop cahaya yang sudah berkarat, beberapa alat yang sudah tak lagi memiliki badan yang utuh atau memang alat yang tak pernah dijamah lagi dan rusak seiring bergelutnya dengan waktu, bahkan pergantian penanggung jawab labor tak dapat merubah raut ceria dari ruangan dan labor yang sudah usang tadi. Hal ini tentu menjadi kendala yang menjadi kawan cerita bagi mahasiswa Unand, tentang bagaimana kisah mereka yang terkadang hanya menatap asisten mengerjakan contoh cara kerja alat atau tentang waktu yang membuat mereka harus bersabar bergantian menggunakan alat laboratorium yang katanya biayanya cukup mahal sehingga sangat dilarang untuk merusak barang. Kegiatan praktikum di laboratorium Unand tetap berjalan meski dengan berbagai keterbatasan alat. Khairunnisa Fidany, mahasiswa Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) harus rela menjadi penonton dari sekian banyak praktikum yang ia lakukan, lantaran praktikum yang dilaksanakan harus dikerjakan secara berkelompok. Bukan karena tak mau mencoba, itu hanyalah tentang alat yang harus digunakan secara bersama-sama saat praktikum. Keadaan itu, sering kali membuat Nisa salah fokus antara harus bergantian menggunakan atau hanya mewakili satu orang dari kelompok mereka. Menurut Nisa, ketersediaan dan kelayakan alat untuk praktikum selayaknya menjadi perhatian yang perlu ditingkatkan, karena praktikum tidak hanya dilaksanakan sekali dua kali. Selain itu, laboratorium tidak menyediakan seluruh keperluan untuk kegiatan praktikum, ada beberapa bahan yang perlu dibeli secara pribadi. “Alat-
Foto : Ariesta L AB ORA TORIUM : Salah satu ruangan laboratorium di Fakultas ABORA ORATORIUM Peternakan.
Foto : ’Ain
“Unand punya kkebijak ebijak an untuk mendor ong sebanyakebijakan mendorong banyaknya akreditasi internasional, jikalau akreditasi internasional maka semua prosesnya berstandar internasional juga. Sudah disampaikan dalam rapat, siapa yang mau A UN-QA mak a merek a yang didahuluk an.” maka mereka didahulukan.” AUN-QA Mansyurdin -Wakil R ektor I UnandRektor alatnya banyak, tapi tidak berfungsi,” kata Nisa. Hal yang sama juga dirasakan oleh Asisten Laboratorium (Aslab) Mikrobiologi FMIPA Zakia Nur Halima. Ia menyebutkan peralatan yang dimiliki labor kuantitasnya masih kurang, sehingga penggunaan alat laboratorium harus digunakan secara bersama antara mahasiswa penelitian dan praktikan. Ketika disaat yang bersamaan, mahasiswa penelitian lebih diutamakan daripada praktikan. Padahal diposisi yang sama praktikan juga butuh alat untuk melaksanakan praktikum. Cara mengatasi situasi itu, maka aslab akan mencarikan solusi dengan meminjam alat ke laboratorium lain agar praktikum tetap berjalan. Keresahan Zakia, juga dirasakan mahasiswa tahun akhir Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan (Faterna) Erlanda mengutarakan keresahannya dengan alat labor yang masih sangat kurang. Hal yang tidak kalah menyedihkan, kata Erlanda, ketika alat yang digunakan untuk praktikum tidak dimiliki laboratorium Faterna, maka mahasiswa peternakan harus pergi ke Fakultas Pertanian (Faperta) untuk meminjam dan menggunakan alat. Tidak sampai di sana saja, ketika tidak bisa dilakukan di Faperta, maka mereka harus pergi ke Bandar Buat, di sana mereka akan meminjam alat untuk melakukan penimbangan. Keterbatasan alat juga dirasakan oleh Aslab Ternak Potong Faterna Silmi Rahima, ia mengatakan kalau untuk saat ini laboratorium sangat minim peralatan dan bahan. Kebanyakan peralatan praktikum yang ada di laboratorium memang sangat kurang mengimbangi para praktikan yang akan melakukan praktikum. Banyaknya peralatan yang rusak juga mempengaruhi pelaksanaan praktikum. “Peralatan kebanyakan memang banyak yang tidak bisa digunakan, banyak yang kurang dan memang tidak memadai untuk jumlah praktikan yang banyak,” kata Silmi. Saat melakukan praktikum tidak hanya peralatan yang perlu diperhatikan,
tapi juga diperlukan bahan untuk menunjang agar praktikum tersebut tetap berjalan lancar. Bahan yang merupakan unsur penting dalam praktikum juga masih sangat kurang. Jika bahan praktikum itu kurang, maka untuk menanggulanginya harus dibeli menggunakan uang laboratorium. Pengunaan uang ini dikarenakan belum turunnya dana dari pihak fakultas, meskipun sebelumnya sudah dibuat pelaporan untuk kekurangan bahan praktikum dan rusaknya peralatan yang ada di labor. Pada salah satu kegiatan praktikum ternak potong Faterna tidak disediakan daging untuk praktikumnya, jikapun disediakan hanyalah daging yang telah lama. Sehingga asisten harus membeli daging yang baru dengan uang sendiri agar praktikum tetap berjalan. “Kalau pun ada itu paling menggunakan daging yang lama, tapi untuk uji organoleptik tidak mungkin kita pakai daging yang lama, kasihan nanti praktikannya,” tambah Silmi. Keadaan ini berbeda dengan labor Sistem Tenaga Distribusi Elektrik (STDE) Mohamad Hanif Hakim mengatakan sarana prasarana yang ada cukup baik. Alat-alat praktik labor STDE lengkap dan semuanya layak pakai. Meskipun tetap saja ada barang laboratorium yang rusak, namun itu dapat ditanggulangi. “Biasanya akan diusahakan untuk diperbaiki oleh asisten, namun bila tidak bisa diperbaiki barang yang rusak akan dilaporkan ke jurusan,” kata Hanif. Mahasiswa jurusan Teknik Elektro angkatan 2016, Eka Maryani mengatakan bahwa di Jurusan Teknik Elektro alat-alat praktikum dikoordinasi oleh kepala laboratorium, untuk kemudian ditindaklanjuti ke jurusan. Menurut Eka banyak hal yang perlu dibenahi, mulai dari asisten yang harus punya banyak ilmu kalau sistem praktikum ingin dibenahi. Persiapan praktikum seperti alat, koordinasi dosen juga perlu dibenahi. “Tapi disamping itu, sistem praktikum di teknik sudah tertata rapi,” katanya. Sementara ada Laboratorium