EDISI : 142 TAHUN LXIII
SABTU 1 OKTOBER 2011 M / 3 DZULKAIDAH 1432 H
HARGA ECERAN
Rp2500
HARI INI TERBIT 24 HALAMAN
SEJARAH MENCATAT, HALUAN TERBIT SEJAK 1948 DAN MENJADI TUAN RUMAH DI NEGERI SENDIRI
PERINGATAN DUA TAHUN GEMPA SUMBAR
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (QS Al Hajj 22:1)
SUBUH ZUHUR ASHAR MAGHRIB ISYA
04.48 12.08 15.14 18.11 19.19
WIB WIB WIB WIB WIB
http://www.pkpu.or.id
REFLEKSI
63 Tahun Harian Haluan OLEH: H. BASRIZAL KOTO BERTEPATAN dengan peringatan Hari Kesaktian Pancasila, hari ini, Sabtu, 1 Oktober 2011, Harian Haluan yang tengah Anda baca ini, juga merayakan Hari Ulang Tahunnya yang ke-63. Mengapa hari ini? Kenapa tidak 1 Mei atau 1 Desember peringatan ulang
tahun Haluan ? Pilihan 1 Oktober, sesungguhnya adalah sebuah jalan tengah. Jalan tengah yang didasari fakta dan argumentasi jelas, tentunya. Adalah tersebab semasa manajemen lama soal hari jadi Haluan ini tidak terlalu dipersoalkan benar. Dari warih nan bajawek secara generatif, ada perbedaan penafsiran tanggal. Yang pertama tanggal 1 Mei 1948 yang kedua adalah 1 Desember 1948. Namun, setelah ditelusuri, kedua informasi itu, ternyata tidak didukung data yang sahih, termasuk tanggal berapa sebenarnya di bulan Mei atau Desember itu, Haluan terbit pertama kali.
Bersambung ke Halaman 11
Empat Pria NonMuslim Pergi “Haji” ADA-ada saja. Belum lama ini, media di Arab Saudi menyiarkan berita bahwa polisi Arab Saudi menangkap empat pria Nigeria yang melebihi batas tinggal mereka di Mekkah. Setelah ditelusuri, ternyata keempat pria itu bukan beragama Islam atau non-Muslim dan masuk ke Kota Suci Mekkah dengan menggunakan visa haji. Komisi untuk Promosi Kebajikan dan Pencegahan lalu menahan mereka. Menurut harian berbahasa Arab Al-Sabq, empat pria Nigeria sedang menyuci mobil di sebelah barat Mekkah saat ditangkap. Keempatnya dicurigai karena ketika waktu salat Isya tiba, mereka tetap asyik dengan kegiatannya. Sudah menjadi tradisi di Mekkah, tiap kali waktu salat tiba, warga terutama kaum pria harus segera mendatangi masjid atau salat. Bahkan pemandangan salat di trotoar terlihat saat musim haji. Tatkala ditanya mengapa tidak salat, jawaban mereka adalah orang Kristen. Padahal paspor mereka menunjukkan mereka telah memperoleh visa untuk umrah, tulis media ini. Non-Muslim dilarang memasuki Kota Mekkah dan Madinah sampai batas tertentu. Menembus larangan mengapa orang nonMuslim dilarang menginjakkan kaki di tanah Mekkah? Sesungguhnya pertanyaan seperti itu kerap muncul di kalangan umat Muslim sudah lama. Bahkan tatkala jemaah haji dari arah Jeddah memasuki Kota Mekkah, termasuk dari Indonesia, akan bertanya saat di perjalanan menyaksikan satu ruas jalan disediakan pemerintah setempat bagi warga non-Muslim agar tak nyelonong masuk menuju Mekkah.
Bersambung ke Halaman 11
Gempa Jangan Merusak Semangat dan Optimisme MESKI masih menyisakan duka, namun gempa dahsyat yang terjadi di Sumbar dua tahun lalu, jangan merusak semangat dan optimisme. Jauhi maksiat yang bisa mengundang bencana. PADANG, HALUAN — Dua tahun gempa Sumbar 30 September 2009 masih menyisakan duka. Pada peringatan dua tahun gempa Sumbar yang berpusat di Monumen Gempa kawasan Taman Melati Padang pada Jumat (30/9) kemarin, sejumlah anggota keluarga korban tak kuasa membendung air matanya. Bahkan sepasang mata Walikota Padang Fauzi Bahar tampak berkaca-kaca. Begitu juga dengan istrinya Mutia Fauzi Bahar yang sempat terisak ketika berdialog dengan beberapa korban gempa yang mengalami cacat akibat tertimpa puing bangunan dua tahun lalu. Suasana haru mulai membahana di saat pembacaan doa buat korban gempa yang meninggal dunia. Ditambah lagi dengan aksi teatrikal sejumlah mahasiswa ISI Padang Panjang yang bertemakan gempa dengan diiringi musik gemuruh dan menyayat hati membuat sejumlah anggota keluarga korban tak bisa menahan air mata. Jika dibandingkan dengan peresmian Monumen Gempa pada 30 September 2010 lalu, peringatan gempa kali ini bisa dikatakan sangat sederhana. Tidak ada undangan khusus bagi warga asing. Acara seremonial pun terbilang minim. Hanya menyajikan kata sambutan, pembacaan doa, aksi teatrikal dan menempatkan karangan bunga. Jumlah pengunjung dibanding tahun lalu juga tampak merosot sekitar 30 persen. Bersambung ke Halaman 11
PESAWAT JATUH
Evakuasi Terhalang Cuaca
MEDAN, HALUAN — Dua tim penyelamat kecelakaan pesawat Casa 212-200 milik Nusantara Buana Air (NBA) sudah mengetahui lokasi jatuhnya pesawat itu, Jumat (30/ 9) sekitar pukul 16.00 WIB. Sayangnya, upaya evakuasi korban belum dapat dilakukan, karena terhalang cuaca dan medan yang sangat terjal. Helikopter yang digunakan untuk penyelematan tak bisa mendekati lokasi dan hanya tertahan di ketinggian 300 meter. Apalagi hujan lebat menyulitkan anggota tim penyelamat untuk melakukan evakuasi. Bersambung ke Halaman 11
Gedung Pemprov Dilengkapi Shelter
HASWANDI
KARANGAN BUNGA — Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Sekjen DPP Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), menempatkan karangan bunga di Monumen Gempa saat peringatan dua tahun gempa di Monumen Gempa kawasan Taman Melati Padang, Jumat (30/9).
PADANG, HALUAN — Pembangunan seluruh gedung Pemprov Sumbar yang rusak akibat gempa 2 tahun silam, akan dilengkapi dengan shelter di bagian atapnya. Gedung-gedung itu nantinya juga akan diberi nomor sehingga memudahkan masyarakat mengingatnya saat evakuasi. Namun tidak semua gedung menggunakan prinsip Seismic Base Isolation, memakai bantalan karet yang menghubungkan pondasi dengan konstruksi di atasnya. Prinsip ini hanya digunakan pada gedung-gedung vital dan strategis saja, seperti Escape Building, RSUP M.Djamil dan Gedung Prasarana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman Sumbar. Meski demikian gedung milik pemerintah lainnya tetap dibangun ramah gempa. Kepala BNPB diwakili Deputi Bidang Tanggap Darurat, Ir.Doddy Ruswandi kepada wartawan Jumat (30/9), usai pencanangan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Gedung Bersambung ke Halaman 11
Nilai-nilai Pancasila Korban Ditembak, Uang dan Emas Disikat Mulai Ditinggalkan PERAMPOKAN DI SITIUNG IV
FERI MAULANA
IMRON korban tembakan perampok terbaring di ruang bedah RSUD Sungai Dareh, setelah menjalani operasi, Jumat (30/9).
DHARMASRAYA, HALUAN — Kawanan perampokan bersenjata api kembali beraksi di Jorong Ranah Jaya, Blok D Sitiung IV, Nagari Koto Gadang, Kecamatan Koto Besar sekitar pukul 02.30
WIB, Jumat (30/9). Dalam aksi tersebut, enam perampok berhasil membawa uang tunai sebesar Rp45 juta dan perhiasan emas seberat 69 emas dari rumah H. Asnal Said.
Informasi yang diperoleh Haluan di lokasi kejadian menyebutkan, sebelum mengambil uang barang-barang perhiasan di rumah Asnal Said, kawanan perampok terlebih dulu melumpuhkan Imron (30) kemenakan Asnal dengan sebuah tembakan yang menembus perutnya. Imron sehari-hari membantu Asnal di toko grosir barang-barang kelontong di Pasar Blok D Sitiung. “Perut saya ditembak pelaku saat masuk dan hendak menjarah rumah saya,” ujar Imron ketika ditemui sebelum menjalani operasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sungai Daerah, Dharmasraya, siang kemarin. Imron tertembak pada perut bagian kiri, disamping juga mendapatkan luka cukup serius di kepala. Bersambung ke Halaman 11
PADANG, HALUAN — Pancasila adalah penyelamat bangsa. Nilai-nilai yang dikandungnya seharusnya tak lekang melawan zaman. Namun kini justru yang terjadi Negara bergerak ke arah kapitalisme, nilai yang sangat ditolak di awalnya. Nilai-nilai Pancasila mulai ditinggalkan. Kesimpulan tersebut terangkum dalam wawancara Haluan dengan eksponen ’66, Basril Djabar dan Masfar Rasyid pada kesempatan terpisah, Jumat (30/9) kemarin. “Apa yang kita lihat, rasakan, dan alami sekarang semakin menegaskan jauhnya nilainilai PancaH. MASFAR RASYID H. BASRIL DJABAR sila,” ujar H. Basril Djabar. Menurutnya, kesepakatan bangsa menjalankan nilai-nilai Pancasila tak terlihat dalam perkembangan zaman. Pemimpin Harian Umum Singgalang ini mencontohkan banyaknya nilai-nilai yang dilanggar. Korupsi yang menggurita, berlawanan dengan nilai-nilai kemanusiaan dalam ayat kedua. Menurutnya, korupsi merupakan tindakan anti-perikemanusiaan. Otonomi daerah ia sorot sebagai salah satu jalan pemecah bangsa. “Muncul raja-raja kecil di daerah akibat otonomi,” katanya. “Lantas, persatuan bagaimana yang kita harapkan dari otonomi?” tanyanya berulang-ulang. Banyaknya pengusaha yang tidak bayar pajak, bertentangan dengan sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tidak membayar pajak, katanya, telah menghilangkan hak orang lain yang membutuhkannya. Bersambung ke Halaman 11