Haluan 11 Desember 2017

Page 1

2

UTAMA

SENIN, 11 DESEMBER 2017 22 Rabiul Awal 1439 H

Benda Aneh Mirip Bom Ternyata “Apel Jin”

BENDA ANEH “Apel Jin” saat diamankan petugas Kepolisian di Mapolsek Lengayang. Benda ini sebelumnya sempat membuat warga di Kambang Barat resah karena mengiranya bom. OKIS MARDIANSYAH

PAINAN, HALUAN — Warga Lakuak, Pasir Putih Pasar Gompong Kenagarian Kambang Barat Sabtu (9/ 12) lalu dihebohkan dengan penemuan sebuah benda yang mencurigakan. Mereka, awalnya mengira bom. Setelah diamankan polisi setempat, ternyata diketahui benda aneh itu disebut “Apel Jin”, sebagian menyebutnya wadah pelaris. Hal ini ditegaskan Kapolsek Lengayang, AKP Arnanda Putra kepada Haluan. Menurutnya berdasarkan keterangan dari sejumlah pakar dan hasil penelusuran lewat Google, benda aneh hasil temuan warga saat itu adalah Apel Jin sebagai wadah untuk pelaris. “Karena rasa penasaran, akhirnya pihak Kepolisian bertanya ke sejumlah pakar dan orang pintar. Akhirnya benda tersebut diketahui adalah wadah untuk pelaris. Malam tadi sekitar pukul 23:15 WIB, langsung kami bawa ke Mapolsek untuk diamankan. Jadi pihak kita,

tak perlu menunggu tim Gegana Polda Sumbar lagi,” sebut Kapolsek. Minggu (10/12). Menurut Kapolsek, rasa penasarannya muncul ketika melihat benda aneh itu terbungkus kain putih, ada tulisan arab gundul yang diduga bahasa turki sebagai jimat. Selain itu, benda berukuran berat sekitar 1/2 kg berbentuk tabung gas elpiji tersebut, ternyata tidak satu, ditempat yang sama juga ditemukan satu alat lagi yang menyerupai benda tumpul dari bahan tembaga dan benda ini diduga sebagai alat kelengkapan dari Apel Jin. “Kita menduga, beberapa hari ini Apel Jin sengaja ditimbun di sekitar Pasir Lakuak oleh warga sebagai pelaris nelayan pergi melaut. Jadi, bagi siapa yang merasa kehilangan silahkan datang ke Mapolsek Lengayang untuk menjemput. Berikut sertakan dengan bukti dan saksi yang bisa meyakinkan pihak Kepolisian,” tegasnya Arnanda. (h/kis)

Banjir Rusak Tanaman Siap Panen Polres Pasbar Tangkap Pengedar Uang Palsu PASBAR,HALUAN — Jajaran Polres Pasaman Barat, menangkap dua orang yang diduga pengedar uang palsu di daerah Jorong Kampung Cubadak Nagari Lingkung Aur Kecamatan Pasaman, Jumat (8/12) malam. “Kita menangkap Evinda Upin (22) dan Khairul Amin dipanggil Adek (26). Saat ini keduanya sudah ditahan di Polres Pasaman Barat untuk pemeriksaan lebih jauh,” tutur Kepala Polres Pasaman Barat, AKBP Iman Pribadi Santoso melalui Kepala Satuan Intlekam, Iptu Elvis Susilo kepada Haluan, Sabtu (9/12). Ia mengatakan penangkapan terhadap kedua tersangka berawal dari adanya laporan masyarakat ke Unit Opsnal Satuan Intelkam adanya adanya transaksi jual beli uang palsu di jalan lintas Kampung Cubadak Nagari Lingkung Aur Kecamatan Pasaman. Mendapatkan laporan itu maka pada Jumat (8/12) sekitar pukul 23.00 WIB, Unit Opsnal Satuan Intelkam bersama Unit Opsnal Satuan Reskrim Polres Pasaman Barat langsung bergerak melakukan penangkapan yang dipimpin langsung oleh Kasat Intelkam Polres Pasaman Barat Iptu Elvis Susilo terhadap tersangka Evinda Ipin (22) yang diduga berperan sebagai pengedar uang palsu. Kemudian sekitar pukul 23.45 WIB tim gabungan melakukan pengembangan di Joring Lubuk Landur Nagari Aua Kuning Kecamat an Pasaman dan melakukan penangkap an ter hadap tersangka ke dua Khairul amin yang biasa dipanggil Adek yang d iduga berperab sebagai pencentak uang palsu yang bekerja di salah satu percetakan Aksara Offset Simpang Empat. (h/idn)

SIJUNJUNG, HALUAN — Puluhan hektar lahan pertanian warga di Nagari Padang Sibusuk Kecamatan Kupitan kabupaten Sijunjung siap panen rusak disapu luapan air Batang Lasi, Minggu dini hari (10/12). Luapan air Batang Lasi mulai sejak pukul 03.15 WIB dini hari.Banjir diperkirakan akibat hujan dengan intensitas tinggi di hulu Batang Lasi.

Diperkirakan, banjir tersebut surut pukul 06.00 WIB. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sijunjung, Hardiwan mengatakan, luapan air

Batang Lasi itu, selain merusak tanaman padi berumur 60 hingga 80 hari, luapan air yang disertai lumpur juga menyapu sayuran warga siap panen. “Data sementara, ada sekitar 31 hektar padi dan sayuran warga rusak disapu air bercampur lumpur,” kata Hardiwan kepada Haluan melalui WhatsApp, Minggu (10/13).

www.harianhaluan.com

tarisir tanaman padi dan sayuran petani yang rusak disapu banjir,” ujarnya. Meski merusak tanaman padi dan sayuran warga setempat, luapan air Batang Lasi yang disertai lumpur itu tidak menimbulkan korban jiwa. “ Sejauh ini tidak ada korban jiwa akibat luapan air Batang Lasi tersebut,” katanya. (h/azn/ogi)

Kadin Sumbar Bentuk Tim Khusus PADANG, HALUAN — Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumbar bentuk tim, untuk mencari solusi dan formulasi persoalan yang ada antara Sengaja Budi syukur dan Kadin Sumbar. "Hari ini, kita sudah menggelar rapat pleno yang diperluas Kadin Sumbar dalam rangka menindaklanjuti hal-hal yang berkembang terakhir," ungkap Ketua Kadin Sumbar Ramal Saleh, Sabtu (9/12) usai rapat pleno di kantor Kadin Sumbar. Pada rapat pleno sudah dikaji secara hukum, adat dan organisasi kemudian hasil dari musyawarah di rapat pleno tersebut, diputuskan membuat tim formulasi untuk penyelesaian masalah tersebut dengan Ketua Basir Jabar, Syamsalam, dan Oktavianus. Ketua Dewan Penasehat Kadin Sumbar Basir Jabar mengatakan, rapat yang dilaksanakan sangat moderat karena kalau rapat dilaksanakan dengan kaku maka rapat akan selesai lebih cepat. Artinya, kesepatan yang dibuat oleh Budi Syukur dan Ramal Saleh yang ditandata-

ngani oleh Ketua Kadin Indonesia tidak memenuhi aspek legal. Diketahui, Ramal Saleh dan S Budi Syukur menandatangani kesepakatan beberapa waktu lalu di Jakarta dan salah satu poin dalam kesepakatan tersebut Budi Syukur meminta agar ia diangkat menjadi ketua Dewan Pertimbangan yang saat ini dijabat oleh Leonardy Hermaini. Perjanjian tersebut dibuat atas kesepakatan, dengan dicabutnya gugatan Budi Syukur ke Kadin karena menilai Musprov yang telah selesai tidak sesuai AD/ ART. "Ramal Saleh bukan sebagai ketua umum Kadin disana, namun atas nama pribadi di surat itu jadi tidak ada kaitannya dengan Kadin. Namun demikian, kita kan orang minang menjunjung musyawarah dan rapat ini berjalan secara moderat karena saudara Budi bukan orang lain," ujarnya. Karena dalam rapat tidak ditemukan satu kesepakatan yang bulat, akhirnya dibentuklah tim untuk mengatur pertemuan di

Kadin yang nanti akan memformulasikan jalan keluar. Namun, kalau seandainya tidak ada jalan keluar maka akan kembali ke ranah hukum dan tidak ada ranah hukumnya untuk Kadin Sumbar karena Budi Syukur sudah mencabut gugatannya. "Untuk itulah, dibentuk tim agar bagaimana membentuk suatu kesepakatan atas keinginan Budi Syukur yang meminta jabatan ketua dewan pertimbangan. Intinya, nanti akan ada negosiasi antara tim dengan Budi," ujarnya. Hasil negosiasi antara tim dan budi akan dibawa dalam rapat umum, kalau hasil negosiasi bisa diterima dalam rapat umum maka selesai secara keseluruhannya namun kalau forum tidak menerima maka akan dikembalikan pada Budi, "Terserah budi, dia boleh kok menggugat. Tidak ada masalah, hak dia kok," tegasnya. Ia juga menegaskan, jika

Korban ...................................................... Dari Halaman. 1 ka tidur di tenda pengungsian dan dilantai 2 Masjid Mubarak,” ujar Pengurus Opakai Bukittinggi, Yanche Dede Saputra, Sabtu (9/12). Menurut Yanche yang juga warga terdampak, sepuluh warga yang dilarikan ke RSAM itu, 8 orang di antaranya wanita lansia dan 2 orang anak-anak. Mereka dilarikan ke RSAM dengan menggunakan ambulans dari PMI Bukittinggi. “Setelah mendapat pengobatan dari dokter jaga dan perawat IGD RSAM, akhirnya mereka diperbolehkan pulang,” ungkapnya. Ia menjelaskan, pascapengosongan lahan Stasiun Bukittinggi, setidaknya ada sekitar 60 KK warga Stasiun yang terdampak yang tidak memiliki tempat tinggal, karena mereka tidak mempunyai biaya untuk sewa rumah. Dengan kondisi yang demikian, maka mereka memilih tinggal di tenda pengungsian yang didirikan PMI Kota Bukittinggi bersama Opakai, disamping ada yang menempati lantai II Masjid Mubarak Stasiun. “Karena pikiran yang tidak menentu, dan ditambah pula dengan pola makan yang tidak lagi teratur serta minimnya mendapatkan air bersih, membuat warga stasiun yan berada di tenda pengungsian itu menderita berbagai pen-

Hardiwan sendiri belum bisa memastikan berapa kerugian petani akibat luapan air Batang Lasi tersebut. Pasalnya, pihak UPTB BPP Kecamatan Kupitan sedang menginventarisir kerugian petani akibat banjir tersebut.” Hingga saat ini belum dapat dipastikan berapa kerugian, karena UPTB BPP Kecamatan Kupitan masih menginven-

yakit. Apalagi sekarang ini musim penghujan, tentu sangat rentan akan penyakit,” terang Yanche. Diakuinya, lima hari pasca pengosongan areal Stasiun Bukittinggi oleh PT KAI, serta adanya warga yang tinggal di tenda pengungsian dan di masjid, membuat sejumlah pihak dan warga lainnya merasa simpati dan prihatin. Sehingga bantuan demi bantuan mulai mengalir dari berbagai donatur. Seperti Jumat (8/12), Polres Bukittinggi melalui Satlantasnya menyerahkan bantuan berupa sembako di Posko PMI depan Masjid Mubarak Stasiun. Bantuan yang diantarkan langsung oleh Kasatlantas Polres Bukittinggi AKP. Sukur Hendri S itu diterima oleh pengungsi . Esoknya Sabtu (9/12) pagi, Kasatlantas Polres Bukittinggi itu kembali datang ke Posko pengungsian warga. Kedatangannya untuk kedua kalinya ini guna mengantarkan puluan kodi buku tulis, pensil, pena dan alat tulis lainnya untuk anak anak warga stasiun. Bantuan kedua itu juga atas permintaan dari anak anak sekolah yang orang tuanya terdampak dari pengosongan lahan. Pada Sabtu sore, bantuan juga datang dari jajaran Partai Demokrat Bukittinggi. Rombongan yang di-

pimpin Ketua DPC Demokrat Bukittinggi H Ismet Amzis yang juga mantan Walikota itu, disambut oleh Ketua Opakai Kumar Z Chan, Yong Happy dan para warga Stasiun yan tinggal di tenda pengungsian. Pada kesempatan itu, selain menyerahkan bantuan berupa Sembako, Ismet Aziz menyampaikan rasa keprihatinannya terhadap warga stasiun yang terkena dampak pengosongan lahan milik PT.KAI. “Kami datang ke tenda pengungsian ini menunjukkan rasa keprihatinan sesama warga Bukittinggi. Apapun yang warga rasakan, kami juga merasakannya. Untuk itulah kami datang untuk berbagi dengan warga Stasiun,” ujar Ismet Amzis. Minggu (10/12) ,tiga balita yang tidur di Masjid Mubarak selama pengungsian dilarikan ke RSAM untuk mendapatkan pertolongan, karena ketiganya mengalami demam. Ketiga Balita itu masing masing, Maryam, Ajir dan Fajrian. “Ketiga Balita itu terpaksa kita larikan ke Rumah sakit karena mengalami demam,” ujar Ketua Opakai Kumar Z Chan. Ia menambahkan, sebelumnya Pemko Bukittinggi pernah m engantarkan sejumlah bantuan untuk

warga terdampak pembongkaran Stasiun. Namun bantuan berupa selimut, matras dan beberapa barang lainnya ditolak oleh warga, sebagai bentuk kekecewaan warga kepada pemerintah daerah. Penolakan bantuan dari Pemko itu sudah menjadi keputusan dan kesepakatan seluruh warga yang saat ini menjalani hidupnya di bawah tenda seadanya dan memanfaatkan lantai dua Masjid Mubarak. “Bantuan yang diantarkan oleh Kepala Dinas Sosial dan Camat mewakili Pemko Bukittinggi, memang ditolak warga. Begitu juga bant uan dari Walikota untuk dapur umum yang juga dikembalikan lagi oleh warga melalui camat. Bukan bantuan itu yang sebenarnya diinginkan warga. Namun bagaimana Pemko lebih memperhatikan warga dari segi tempat tinggal mereka,” ungkap Kumar. Menurut Kumar, keinginan warga adalah masalah tempat tinggal. Warga meminta Pemko Bukittinggi untuk mencarikan dan memperhatikan tempat relokasi warga, bukan ditelantarkan begitu saja. Dari 4,1 hektare areal di kawasan Stasiun ini, apakah tidak bisa Pemko Bukittinggi mengusahakan sedikit lahan untuk dibangunkan tempat tinggal warga. (h/tot/ril)

Budi bisa longgar dalam bernegosiasi tentu s emua akan ada opsi namun jika Budi masih tetap kaku maka akan sulit mencari penyelesaiannya. Untuk itu, ia berh arap agar Budi juga moderat "lamak dek awak katuju dek urang" "kandua bajelo-jelo, tagang badantiang-dantiang". Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan Leonardy H mengatakan, rapat sangat dinamis dan moderat dilihat dari aspek hukum, adat, dan organisasi dan dari hasil rapat menunjuk tiga orang untuk mencarikan solusi, formulasi. Bukan tim negosiasi, namun mencarikan formulasi bentuk apa yang akan dibicarakan pihak yang menggugat dengan tergugat. "Tiga orang ini kan sudah dibentuk, kita tunggu saja. Mudah-mudahan dengan ini bisa melihat semua aspek dan

pandangan, dan menemukan solusi yang baik bagi pribadi-pribadi dan Kadin Sumbar," ujarnya. Jabatan hanya amanah, bisa saja diambil dan datang. Namun ada satu hal, setiap waktu itu ada orangnya dan setiap orang ada waktunya. "Mungkin dia belum waktunya sekarang" ujarnya sambil berseloroh. Dari pantauan Haluan, pada rapat pleno sejumlah angota m enyatakan pendapatnya masing-masing. Salah satunya Wakil ketua Bidagng Hukum Oktavianof, ia menilai kalau dilihat secara hukum surat perjanjian antara Ramal Saleh dan Budi Syukur tidak ada artinya. "Secara hukum tidak ada yang cacat di dalam kepengurusan Kadin Sumbar saat ini, karena kita sudah disahkan beber apa waktu lalu dan SK juga sudah keluar. (h/rin)

Para Pakar Akan Telusuri Aksara Minangkabau PADANG, HALUAN — Tim Perumus Pelestarian dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Minangkabau sepakat bahwa keberadaan aksara Minangkabau perlu ditelusuri oleh para pakar. Penelusuran keberadaan aksara Minangkabau merupakan salah satu rumusan yang disepakati oleh tim perumus pada kegiatan prakongres bahasa Minangkabau pada 5—7 Desember 2017 di Kyriad Hotel Bumi Minang, Padang. Salah satu pengusul perlunya keberadaan aksara Minang ditelusuri itu adalah Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, Dr. Hasanuddin. Ia mengatakan, alasannya mengusulkan hal itu adalah karena aksara dalam masyarakat lisan menjadi “barang mahal”, bahkan “sakral”. Oleh sebab itu, dokumendokumen tertulis menjadi “sakral”, seperti manuskrip yang ada pada masyarakat. “Budaya Minangkabau memang dominan tradisi lisan. Nyaris semua komunikasi dan proses literasi di Minang digunakan dengan media lisan. Akan tetapi, ada asumsi atau indikasi bahwa Minangkabau juga memiliki aksara. Bahkan, aksara Kerinci justru merupakan versi t ertentu dalam perkembangan aksara Minang,” ujarnya, Kamis (7/12). Menurutnya, kalau ada

aksara Minang, berarti ada tradisi tulis pada orang Minang dulunya, tetapi bukan untuk komunikasi umum. Informasi awal yang ia ketahui, aksara itu berupa piktograf yang berjumlah 13 hingga 15 piktograf. Artefaknya ada di menhir, motif ukiran di rumah gadang tua, dan lainnya. “Di Abai, Solok Selatan, ada simbol-simbol di rumahrumah gadang dan itu jejak perjalanannya dari pusat Minangkabau menuju Kerinci. Banyak simbol di rumahrumah gadang itu yang tidak dipahami pula oleh orang di sana. Aksara Kerinci diduga bentuk perkembangan dari aksara Minang. Pertanyaan kita, mengapa di Minang sendiri aksara itu hilang? Adakah kaitannya dengan peristiwa paderi yang menghapus semua jejak pra-Islam? Atau ada kaitan dengan pandangan bahwa bahasa Minang bukan sekadar alat untuk berkomunikasi? Bahasa balahie babatin, dan aksara jadi sakral?,” tuturnya. Kalau dikatakan orang Minang murni berbahasa lisan dan tidak melek dengan tradisi tulisan, kata Hasanuddin, ternyata tidak benar juga. Buktinya, ketika orang Minang menguasai aksara Jawi (Arab Melayu), lahir banyak manuskrip (walau sebagian dijadikan benda keramat). Dengan mengu-

 Redaktur: Rakhmatul Akbar

asai aksara Jawi itu, orang Minang menjadi motor penggerak dalam tradisi tulismenulis dalam tradisi tulisan pada awal abad ke-20. “Namun, kalau Minang benar-benar tidak memiliki aksara, benarlah bahwa dalam berkomunikasi, orang Minang tempo dulu tidak memerlukannya. Struktur sosiopolitik masyarakat Minang yang (a) membentuk kelompok-kelompok otonom dengan teritorial relatif kecil bernama nagari (sama dengan sebuah desa di Jawa), (b) sistem kekuasaan kerapatan pangulu (parlementer), (c) bersifat egalitarian dan demokratis murni, (d) lebih menekankan pada kekuatan konsistensi (kato daulu batapati) sekaligus fleksibel dan dinamis sesuai dengan konteks (kato kudian kato bacari), maka (e) administrasi tertulis yang ketat dipandang tidak perlu, tetapi (f) yang paling utama adalah kemampuan diplomasi sehingga (g) tradisi oral lebih penting karena itu jadi kuat. Penelusuran keberadaan Minang itu, kata Hasanuddin, memerlukan linguis (ahli bahasa) secara umum. Filolog (ahli filologi) dari Unand, Dr. Pramono, mengatakan, sampai kini, belum ada seorang ahli paliografi (ilmu tentang tulisan kuno) pun menyatakan keberadaan aksara Minang. (h/dib)     Layouter: Itvand


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.