1 minute read
Kelokalan Bangsa Jadi Keunggulan Fashion Tembus Pasar Global
from binder24feb23
Keoala Program Fashion Product Design and Business (FPD) Universitas Ciputra (UC) Surabaya Marini Yunita Tanzil, B.Com.Des., M.Fashion menyebut industri fashion di Indonesia menyumbangkan GDP (Gross Domestic Product ) terbesar di Indonesia. Karenanya dibutuhkan sumber daya dan regenerasi untuk tetap membuat industri fashion Indonesia tetap hidup.
Oleh: Diana Rahmatus Sholichah, Kota Surabaya
Advertisement
"Perlu disikapi dengan cermat dan serius dalam hal regenerasi sumber daya manusia industri fashion sehingga karya yang dihasilkan mampu bersaing di pasar global tanpa meninggalkan ciri khas kelokalan bangsa Indonesia," terang Marini dalam seminar Face the Challenge in Fashion Industry (Learn from The Past and Present), Kamis (23/2). Melihat itu, dunia pendidikan diharapka mampu mencetak para calon fashion designer dan entrepreneur muda yang mumpuni dibidangnya. Serta dapat menghasilkan karya bersaing di pasar nasional dan global. Dalam seminar ini, narasumber perta Founder of Tracing Pattern Foundation, Dr. Sandra Sardjono menjelaskan tentang sejarah tenun dan batik di Nusantara saat ini masih tersim- pan dalam koleksi di Barat. Sementara, narasumber kedua Cempaka Asriani, Founder of Sare Studio, membahas industry fashion dan tekstil dari masa kini termasuk pentingnya sebuah branding.
"Saya pikir sangat penting membuka wawasan mahasiswa tentang fashion mulai dari sejarah fashion, perjalanan fashion hingga sekarang. Hal ini akan mendasari mahasiswa dalam berpikir dan dalam prosesnya menghasilkan karya fashion yang tetap mempertahankan kelokalan, budaya, namun juga karyanya mampu menembus pasar global," terang Marini. Ciri khas kelokalan, menurut Marini diharapkan menjadi keunggulan fashion Indonesia di pasar nasional maupun pasar global. "Jadi ada kekhasan
SMK Dr Soet o (SMEKDORS ) gunakan aplikas jak setahun tera lot proje, SME K aplikasi ini bi sistem pembela Juga mengend a tadinya tidak su tansi menjadi su "Aplikasi ini di 2017. Dikemb a 2022 kemudia n penggunaan leb bentuk pengabd FEB UGM. Ha hanya mencetak bisnis, tapi mem di masyarakat merubah cara b secara tradisiona sis teknologi," pu Selain Suraba juga menekan M di Sleman dan D Sementara itu DOR Juliantono yang unique namun apik," imbuhnya. Dalam kegiatan ini juga ada donasi kain dari Tracing Pattern Foundation dimana yang didonasikan adalah kain-kain tradisional dari Indonesia dan manca negara untuk dimanfaatkan sebagai artefak yang akan digunakan dalam memperkaya pembelajran, inspirasi, dan pengembangan desain motif serta desain fashion di FPD UC. "Jenis kain yang akan didonasikan adalah kain tampan and tapis dari Lampung, Sumatra, kain Pua dan kain bidang buatan orang Iban, rok daun, tas ,dan noken dari benang serat kulit kayu dari Papua, sarong buatan orang Tai di Vietnam Utara, kain upacara dari Butan yang namanya Kira, baju kimono dan obi dari Jepang," pungkas Marini. [*]