CONTAIN Neraca Sumber Daya Alam ISU STRATEGIS WILAYAH PROGRAM STRATEGIS WILAYAH POSTER ISU & PROGRAM
STUDIO College Tasks Urban and Regional Planning Program Kumpulan tugas-tugas mata kuliah Studio pada program studi Perencanaan Wilayah & Kota selama 6 semester. Jenis tugas terdiri dari membuat analisis dan rencana wilayah & kota, keduanya saling berkaitan satu sama lain. Semoga bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu perencanaan wilayah & kota.
made by :
HIJRAH ANANTA Undergraduate student urban & regional planning program gadjah mada university male kebumen, April 12nd 1994 Moslem major interest : Urban design, housing, real estate
Metode Teknik Analisis Rencana Wilayah
Neraca Perikanan Laut Kabupaten Pati
Disusun oleh Hijrah Ananta 12/333516/TK/39867
Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
1
NERACA SUMBER DAYA PERIKANAN LAUT KABUPATEN PATI 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Pati secara geografis terletak di area pesisir utara Pulau Jawa memiliki panjang garis pantai ±60 km membentang dari Kecamatan Batangan hingga Kecamatan Dukuh Seti dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa hal ini mengakibatkan masyarakatnya memiliki corak kultur di bidang kelautan dan perikanan. Daerah di sepanjang pesisir Kabupaten menjadi lebih berkembang dibanding dengan daerah lainnya, seperti Tayu dan Juwana yang sekarang sudah memiliki hierarki sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) bagi Kabupaten Pati. Perikanan merupakan salah satu komoditas unggulan yang dimiliki Kabupaten Pati sehingga berdampak cukup signifikan terhadap perekonomian masyarakatnya dan juga menjadi salah satu matapencaharian masyarakat pesisir Kabupaten Pati, selain itu kawasan pesisir Kabupaten Pati juga memiliki sarana pendukung berupa pelabuhan berskala regional yang terintegrasi dengan Tempat Pelelangan Ikan(TPI), dan juga Industri pengolahan ikan yang terkoneksi dengan baik dengan jalur nasional PANTURA, hal ini menjadikan proses mobilitas barang hasil produksi menjadi semakin baik. Karenanya dibutuhkan analisis lebih jauh mengenai potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Pati agar nantinya sumber daya perikanan yang ada bisa dimanfaatkan seefektif mungkin sehingga tidak terjadi eksploitasi yang berlebihan dan kelestarian sumber daya perikanan laut bisa tetap terjaga. 1.2. Acuan Normatif Dasar hukum yang menjadi acuan dalam penyusunan neraca sumber daya perikanan adalah: Pedoman Penyusunan Neraca Sumber Daya Perikanan Laut, Pusat Survei Sumber daya Alam Laut, BAKOSURTANAL. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014, Tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014, Tentang Sistem Logistik Perikanan Nasional SNI-19-6728-3-2002 tentang Pedoman Penyunan Neraca Sumber Daya Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten Pati 2010 - 2030. Peta Keragaan Perikanan Tangkap Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) Tahun 2011
1.3. Maksud & Tujuan Maksud dari penyusunan neraca adalah memberikan gambaran mengenai ketersediaan sumber daya perikanan Kabupaten Pati agar bisa dilakukan tindakan pemanfaatan secara lebih baik dan memperhatikan aspek keberlanjutan. METODE TEKNIK ANALISIS WILAYAH
NERACA SUMBER DAYA PERIKANAN KAB. PATI
2
Adapun tujuan dari penyusunan Neraca Sumber daya Perikanan Kabupaten Pati yaitu : 1. Mengetahui jumlah besaran potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Pati baik dalam bentuk bobot kuantitatif dan juga valuasi ekonomi moneter. 2. Mengetahui jumlah besaran Aktiva dan Pasiva sumber daya perikanan Kabupaten Pati dalam bentuk bobot kuantitatif dan juga evaluasi ekonomi moneter. 3. Memberikan arahan rekomendasi berdasarkan hasil analisis sumber daya perikanan Kabupaten Pati agar lebih baik dan berkelanjutan (sustainable). 1.4. Lingkup Pengamatan 1.4.1. Substansial - Sebaran area tangkapan ikan nelayan (fishing ground) Kabupaten Pati. - Besaran seluruh potensi sumber daya perikanan yang bisa diperoleh berdasarkan asumsi jumlah sarana perikanan dan nelayan yang tersedia. - Besaran sumber daya perikanan yang telah dimanfaatkan berdasarkan SDM dan sarana perikanan yang tersedia baik dalam bentuk kuantitatif fisik dan moneter. - Besaran cadangan sumber daya perikanan yang masih tersedia berdasarkan SDM dan sarana perikanan yang tersedia baik dalam bentuk kuantitatif fisik dan moneter. 1.4.2. Areal Meliputi wilayah perairan perikanan nasional sesuai data sekunder Dinas Kelautan Kabupaten Pati yaitu Laut Jawa, Kepulauan Masalembo, Selat Karimata, Selat Makasar, Perairan Natuna. 1.4.3. Temporal Pengamatan dilakukan menggunakan data primer dan data sekunder Time Series dari tahun 2008 s.d. 2013 yang berlaku di Kabupaten Pati.
METODE TEKNIK ANALISIS WILAYAH
NERACA SUMBER DAYA PERIKANAN KAB. PATI
3
1.5. Kerangka Berpikir WILAYAH TANGKAPAN NELAYAN
PETA KERAGAAN PERIKANAN TANGKAP
HASIL TANGKAPAN TANGKAPAN HASIL (PASIVA) (AKTIVA)
POTENSI MAKSIMAL LESTARI WILAYAH TANGKAPAN NELAYAN
MONETER
FISIK
HARGA PER TON IKAN
CADANGAN (AKTIVA)
MONETER POTENSI
MONETER PASIVA
MONETER AKTIVA
PEMANFAATAN
ada
UNDER FISHING
tidak
OVER FISHING
UPAYA PENANGANAN
METODE TEKNIK ANALISIS WILAYAH
NERACA SUMBER DAYA PERIKANAN KAB. PATI
4
2. KONDISI WILAYAH 2.1. Letak Geografis Kabupaten Pati adalah salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah, terdiri dari 21 Kecamatan dan 401 desa & kelurahan terletak diantara 1000, 50 – 1110,15 bujur timur dan 60 ,25 – 70,00 lintang selatan. Batasan wilayah Kabupaten Pati adalah sebagai berikut: Sebelah utara : Kab. Jepara dan Laut Jawa Sebelah barat : Kab. Kudus dan Kab. Jepara Sebelah selatan : Kab. Grobogan dan Kab. Blora Sebelah timur : Kab. Rembang dan Laut Jawa 2.2. Kondisi Fisik Kabupaten Pati mempunyai luas wilayah 150 368 Ha yang terdiri dari 59 332 ha lahan sawah, 66 086 ha lahan bukan pertanian. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Pati di tahun 2012 sebanyak 192 mm dengan 60 hari hujan selama setahun. Dilihat dari jarak dengan ibukota Kabupaten maka Kecamatan Sukolilo dengan j arak 36 KM, sedangkan yang paling dekat dengan Kecamatan Pati adalah Kecamatan Margorejo dengan jarak 4 KM. Kecamatan dengan rata-rata ketinggian wilayah terendah adalah Kecamatan Gabus dengan rata-rata ketinggian setinggi 3,92 m di atas permukaan laut, dan rata-rata tertinggi adalah Kecamatan Gembong setinggi 219 m di atas permukaan laut. 2.3. Kondisi Sosial dan Ekonomi Jumlah sekolah SD/MI sederajat di tahun 2012 sebanyak 877 sekolah yang terdiri dari 656 sekolah SD Negeri, 21 SD swasta, dan Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 200 sekolah. Dengan jumlah murid keseluruhan sebanyak 122 592 orang dengan jumlah guru sebanyak 9 968 orang. Tingkat SMP/sederajat ada 212 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 57 843 orang dengan jumlah guru sebanyak 4 614 orang, serta tingkat SMA/sederajat sebanyak 112 sekolah dengan jumlah murid 40 221 orang, jumlah guru sebanyak 2 697 orang. Jumlah puskesmas dan puskesmas pembantu yang ada di Kabupaten Pati sebanyak 29 puskesmas dan 50 puskesmas pembantu yang tersebar di 21 Kecamatan, serta 9 rumah sakit dan 6 rumah sakit bersalin. Dengan jumlah dokter umum 61 orang, dokter spesialis 23 orang, dokter gigi sebanyak 16 orang, dan tenaga bidan sebesar 404 orang. Tahun 2012 jumlah apotik sebanyak 70 dan toko obat sebanyak 9 buah. Jumlah peserta keluarga berencana baru di tahun 2012 sebanyak 37 568 orang, yang 67% -nya peserta KB memilih alat cara KB jenis suntik, yang paling tidak disukai adalah alat/cara KB jenis MOP hanya sebesar 0,03%. Jumlah kecelakaan lalu lintas sepanjang tahun 2012 sebanyak 881 kejadian,turun 12,71% dibanding tahun 2011 sebesar 993 kejadian. Dengan jumlah korban meninggal sebanyak 165 orang, dan luka berat 62 orang. Jumlah sarana peribadatan kebanyakan tidak mengalami perubahan dibanding tahun sebelumnya. Banyaknya calon jamaah haji di tahun 2012 mengalami penurunan dibanding tahun 2011 yaitu sebesar 1 135 orang, sedang di tahun 2011 sebanyak 1 199 orang. Jamaah haji terbanyak dari kecamatan Pati. METODE TEKNIK ANALISIS WILAYAH
NERACA SUMBER DAYA PERIKANAN KAB. PATI
5
3. METODE 3.1. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data menggunakan data sekunder yang di dapatkan dari Dinas Perikanan Kabupaten Pati, selain itu juga dilakukan penambahan data sekunder melalui informasi di internet dan juga beberapa hasil survei lapangan berkaitan dengan kondisi perikanan setempat. 3.2. Metode Pengolahan & Penyajian Data + Asumsi Sumber daya ikan laut sangat sulit dibatasi berdasarkan batas wilayah administrasi. Oleh karena itu, potensi sumber daya ikan laut tidak dapat ditentukan oleh luasan daerah tangkapan(fishing ground). Penentuan besarnya potensi sumber daya ikan laut dapat melalui perhitungan statistik perikanan. Dalam penyajian dan pengolahan data neraca sumber daya, penulis menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut :  Fishing Ground kapal nelayan Kabupaten Pati hanya meliputi wilayah Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan; Laut Jawa; dan Selat Makasar dan tiap tahunnya dianggap selalu konstan.
 
Potensi maksimum lestari perikanan tiap tahunnya dianggap konstan, tidak ada faktor yang mempengaruhinya. Harga sumber daya ikan per ton didapatkan dari data sekunder melalui perbandingan antara total nilai produksi dengan total produksi fisik (ton). Tidak ada pengaruh deplesi dan inflasi.
METODE TEKNIK ANALISIS WILAYAH
NERACA SUMBER DAYA PERIKANAN KAB. PATI
6
4. HASIL & PEMBAHASAN 4.1. Hasil Inventarisasi Data Sumber Daya Perikanan Laut 4.1.1. Sebaran dan Potensi Wilayah Tangkapan Perikanan (Fishing Ground):  Peta Sebaran Fishing Ground Nelayan Kabupaten Pati
METODE TEKNIK ANALISIS WILAYAH
NERACA SUMBER DAYA PERIKANAN KAB. PATI
7
Tabel 1. Potensi Maksimum Fishing Ground Nelayan Kab. Pati No
Nama Perairan
1
Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan Laut Jawa Selat Makasar Jumlah Rata-Rata
2 3
Jumlah Potensi (ton/ribu/tahun) 1059
TAC (Ton/ribu/tahun) 80% Catch Lestari 847,2
836,6 669,28 929,7 743,76 2825,3 941,7666667 Sumber : Peta Keragaan Perikanan Tangkap Tahun 2011
Berdasarkan data publikasi Kementrian Kelautan dan Perikanan Peta Keragaan Perikanan Tangkap Tahun 2011, wilayah fishing ground nelayan di Kabupaten Pati memiliki estimasi potensi sumberdaya perikanan seperti pada tabel di atas. 4.1.2. Hasil Produksi Perikanan Laut Tahun 2008-2013 Tabel 2. Hasil Produksi Perikanan Laut Kabupaten Pati Tahun 2008-2013 No Tahun Produksi (Ton) Nilai (Rp) 1 2008 31.472 164.414.750.800 2 2009 35.377 150.044.003.700 3 2010 34.846 177.797.924.800 4 2011 39.639 210.524.761.500 5 2012 42.819 204.844.705.000 6 2013 28.954 175.677.523.400 Sumber : Dinas Kelautan Kab. Pati
Tingkat Produksi Perikanan Kab. Pati (Ton) 45,000 40,000
35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 2007
2008
METODE TEKNIK ANALISIS WILAYAH
2009
2010
2011
2012
2013
2014
NERACA SUMBER DAYA PERIKANAN KAB. PATI
8
Sumber : Olah Data Penulis
Berdasarkan data sekunder Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pati, hasil perikanan laut dalam kurun waktu 6 tahun terakhir cenderung fluktuatif. 4.2. Neraca Sumber Daya Perikanan Laut 4.2.1. Potensi Maksimal Lestari Sumberdaya Perikanan Jadi berdasarkan analisis diketahui untuk rata-rata potensi maksimum lestari sumber daya perikanan adalah sebesar 941.767 Ton. Menurut kesepakatan internasional mengenai perikanan yang tertuang pada Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF), maka sumberdaya yang boleh ditangkap hanya sekitar 80 persen dari potensi yang ada. Tabel 3. Potensi Maksimal Lestari Sumber Daya Perikanan Tahun Catch-Lestari (Ton) TAC (Ton) 80% Catch Lestari 2008 941.767 753413,36 2009 941.767 753413,36 2010 941.767 753413,36 2011 941.767 753413,36 2012 941.767 753413,36 2013 941.767 753413,36 Sumber : Olah Data Penulis
4.2.2. Pasiva Sumberdaya Perikanan Tabel 4. Pasiva Sumber Daya Perikanan kabupaten Pati Tahun Catch-Aktual (Ton) 2008 31.472 2009 35.377 2010 34.846 2011 39.639 2012 42.819 2013 28.954 Sumber : Dinas Kelautan Kabupaten Pati
Pasiva merupakan besar sumber daya yang telah dimanfaatkan. Pasiva Kabupaten Pati didapatkan dari angka total produksi sumber daya perikanan tiap tahunnya berdasarkan data sekunder dari dinas terkait.
METODE TEKNIK ANALISIS WILAYAH
NERACA SUMBER DAYA PERIKANAN KAB. PATI
9
4.2.3. Tingkat Pemanfaatan Tabel 5. Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan Kabupaten Pati Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Catch-Aktual (Ton)
Catch-Lestari (Ton) 941.767 941.767 941.767 941.767 941.767 941.767
31.472 35.377 34.846 39.639 42.819 28.954
TAC (Ton) 80% Catch Lestari 753413,36 753413,36 753413,36 753413,36 753413,36 753413,36
Pemanfaatan (%) 4% 5% 5% 5% 6% 4%
: Under Fishing
Sumber : Olah Data Penulis
Tingkat pemanfaatan sumber daya digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat penggunaan sumber daya, dalam sumber daya perikanan apabila pemanfaatan < 100%, maka Under fishing artinya pemanfaatan belum melebihi kapasitas maksimalnya, sedangkan jika pemanfaatan > 100%, maka Over fishing artinya pemanfaatan sudah melebihi batas potensi maksimal lestarinya. 4.2.4. Cadangan (Aktiva) Sumber Daya Perikanan Tabel 6. Cadangan/Aktiva Sumber Daya Perikanan Kabupaten Pati Tahun Potensi Lestari (Ton) Pasiva (Ton) Cadangan(Aktiva) (Ton) 2008 753.413 31.472 721.941 2009 753.413 35.377 718.036 2010 2011 2012 2013
753.413 753.413 753.413 753.413
34.846 39.639 42.819 28.954
718.567 713.774 710.594 724.460 Sumber : Olah Data Penulis
Cadangan /Pasiva merupakan selisih dari potensi maksimal yang ada di kurangi dengan aktiva yang ada. Berdasarkan analisis data diketahui jumlah pasiva/cadangan sumber daya perikanan Kabupaten Pati masih sangat melimpah, sehingga masih bisa mendukung kegiatan perekonomian masyarakat pesisir Kabupaten Pati hingga beberapa tahun ke depan.
METODE TEKNIK ANALISIS WILAYAH
NERACA SUMBER DAYA PERIKANAN KAB. PATI
10
4.3. Nilai Ekonomi Sumber Daya Perikanan Laut 4.3.1. Harga Sumber Daya Perikanan Per Ton Tabel 7. Nilai Produksi Sumber Daya Perikanan Kabupaten Pati No
Tahun
1 2 3 4 5 6
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Produksi (Kg) 31.472 35.377 34.846 39.639 42.819 28.954
Nilai (Rp)
Harga Berlaku Per Ton Komoditas Ikan (Rp)
164.414.750.800 150.044.003.700 177.797.924.800 210.524.761.500 204.844.705.000 175.677.523.400
5.224.149,138 4.241.229,391 5.102.355,502 5.311.053,017 4.783.969,079 6.067.527,945
Sumber : Dinas Kelautan Kabupaten Pati & Olah Data Penulis
4.3.2. Moneter Potensi Maksimal Lestari Sumber Daya Perikanan Tabel 8. Nilai Moneter Potensi Maksimal Lestari Sumber Daya Perikanan Kabupaten Pati Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Potensi Lestari (Ton) 753.413 753.413 753.413 753.413 753.413 753.413
Harga Berlaku Per Ton Komoditas Ikan (Rp) Rp 5.224.149 Rp 4.241.229 Rp 5.102.355 Rp 5.311.053 Rp 4.783.969 Rp 6.067.527 Jumlah
Jumlah Moneter Sumber Daya (Rp) Rp 3.935.943.651.231 Rp 3.195.398.591.419 Rp 3.844.182.424.463 Rp 4.001.418.285.868 Rp 3.604.306.158.426 Rp 4.571.355.903.961 Rp 23.152.605.015.368 Sumber : Olah Data Penulis
4.3.3. Moneter Pasiva Sumber Daya Perikanan Tabel 9. Nilai Moneter Pasiva Sumber Daya Perikanan Kabupaten Pati Tahun Pasiva (Ton) Harga Berlaku Per Ton Komoditas Ikan (Rp) 2008 31.472 Rp 5.224.149 2009 35.377 Rp 4.241.229 2010 34.846 Rp 5.102.355 2011 39.639 Rp 5.311.053 2012 42.819 Rp 4.783.969 2013 28.954 Rp 6.067.527 Jumlah
METODE TEKNIK ANALISIS WILAYAH
Jumlah Moneter Sumber Daya (Rp) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
164.414.746.449 150.043.989.882 177.797.907.305 210.524.760.823 204.844.701.635 175.677.496.053 1.083.303.602.147 Sumber : Olah Data Penulis
NERACA SUMBER DAYA PERIKANAN KAB. PATI
11
4.3.4. Moneter Aktiva Sumber Daya Perikanan Tabel 10. Nilai Moneter Aktiva Sumber Daya Perikanan Kabupaten Pati Tahun Cadangan(Aktiva) Harga Berlaku Per Ton Komoditas Ikan (Ton) (Rp) 2008 721941 Rp 5.224.149 2009 718036 Rp 4.241.229 2010 718567 Rp 5.102.355 2011 713774 Rp 5.311.053 2012 710594 Rp 4.783.969 2013 724460 Rp 6.067.527 Jumlah
Jumlah Moneter Sumber Daya (Rp) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
3.771.527.353.209 3.045.355.106.244 3.666.383.925.285 3.790.891.544.022 3.399.459.667.586 4.395.680.610.420 22.069.298.206.766 Sumber : Olah Data Penulis
4.3.5. Grafik Moneter Neraca Sumber Daya Perikanan Moneter Neraca Sumber Daya Perikanan Kab. Pati 25,000,000,000,000
20,000,000,000,000
15,000,000,000,000
10,000,000,000,000
5,000,000,000,000
Moneter Potensi Maksimal Lestari
Moneter Aktiva
Moneter Pasiva
Sumber : Olah Data Penulis
METODE TEKNIK ANALISIS WILAYAH
NERACA SUMBER DAYA PERIKANAN KAB. PATI
12
5. REKOMENDASI ď ś Perlu dilakukan intensifikasi di bidang perikanan laut agar bisa dimanfaatkan secara maksimal dengan cara meningkatkan kualitas Industri Pengolahan perikanan agar nilai tambah dari hasil produksi perikanan bisa meningkat sehingga memberikan dampak ekonomi yang maksimal terhadap masyarakat Kabupaten Pati terutama nelayan ď ś Pemerintah harus lebih mengembangkan lagi kawasan pesisir Kabupaten Pati karena diketahui bahwa sumber daya alam terutama perikanan laut memiliki potensi yang sangat besar sehingga dibutuhkan pembangunan sarana dan prasarana umum yang baik dan saling reintegrasi agar nantinya bisa mendukung kegiatan yang berbasis kelautan dan perikanan, misalnya dengan melakukan pembangunan pelabuhan-pelabuhan ikan baru untuk meningkatkan produktivitas perikanan Kabupaten Pati.
6. DAFTAR PUSTAKA Pedoman Penyusunan Neraca Sumber Daya Perikanan Laut, Pusat Survei Sumber daya Alam Laut, BAKOSURTANAL Peta Keragaan Perikanan Tangkap Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) Tahun 2011
Laporan NSDA Lahan Ternak dan Jumlah Ternak Kabupaten Boyolali Tahun 2013, Tri Handoyo
METODE TEKNIK ANALISIS WILAYAH
NERACA SUMBER DAYA PERIKANAN KAB. PATI
KETIMPANGAN TINGKAT AKSESIBILITAS INTERNAL ANTARKECAMATAN DI KABUPATEN PATI
HIJRAH ANANTA
12/333516/TK/39867
GARIS BESAR ISU STRATEGIS WILAYAH Kabupaten Pati mamiliki luas wilayah 150.368 Ha, yang terdiri dari 21 kecamatan. Letaknya yang strategis ka r e n a d i l a l u i j a l u r PA N T U R A menjadikannya sangat potensial untuk dijadikan area produksi. Namun, jika ditinjau dari aspek aksesibilitas seharusnya dengan wilayahnya yang luas, antarkecamatan yang ada harusnya terkoneksi dengan baik oleh infrastruktur jalan serta terlayani sarana publik. 36% jalan di Kab. Pati
kondisinya rusak berat, prasarana transportasi angkudes hanya 468 unit untuk melayani 1,2 juta penduduk, beberapa wilayah kecamatan tidak terlayani angkudes seper ti Kec. Dukuhseti dan Kec. Cluwak. Pembangunan infrastruktur masih terkonsentrasi di Kec. Pati, hal ini dibuktikan dengan nilai Network 2 Density 2,6 Km/Km, sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan Kec. Sukolilo, Kec. Jaken yang nilainya <500 m/Km.2
ISU STRATEGIS KESENJANGAN TINGKAT AKSESIBILITAS INTERNAL ANTARKECAMATAN DI KABUPATEN PATI Oleh : Hijrah Ananta
1. PENDAHULUAN
S
alah satu aspek penting dalam
Transportasi merupakan salah satu
m e n d u k u n g p e r ke m ba n g a n d a n
aspek yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
pertumbuhan wilayah adalah
dan perkembangan ekonomi wilayah dengan
tersedianya pelayanan aksesibilitas dan
adanya transportasi yang baik, maka diharapkan
mobilitas yang baik dalam wilayah tersebut.
aksesibilitas wilayah akan menjadi lebih baik
Menurut pakar definisi aksesibilitas merupakan
sehingga mobilitas internal wilayah menjadi
ukuran kenyamanan atau kemudahan suatu tata
lebih efisien karena hal tersebut mengakibatkan
guna lahan berinteraksi satu sama lain dan
produktifitas peduduk meningkat baik dari segi
mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai
produksi barang-jasa dan pendapatan regional-
melalui sistem jaringan transportasi (Black,
per kapita.
1981). Definisi mudah atau susah setiap orang
Dampak adanya infrastruktur
pasti berbeda-beda, karena penilaian ini
transportasi begitu berpengaruh terhadap
cenderung bersifat subjektif. Sebagian orang
perkembangan ekonomi, oleh karena itu isu ini
ada yang menilai aksesibilitas dipengaruhi oleh
menjadi penting untuk dikaji dari nilai
jarak dari dua lokasi. Artinya makin pendek jarak
aksesibilitas, sehingga pada selanjutnya dapat
2 lokasi maka makin tinggi aksesibilitas, karena
diketahui apa saja variabel yang mempengaruhi
mudah untuk dijangkau. Tetapi pada saat terjadi
tingkat aksesibilitas di Kabupaten Pati dan
macet, secara otomatis tempat yang kita tuju
sebaran wilayah di Kabupaten Pati yang memiliki
(Destination) tidak mudah dijangkau lagi
kondisi aksesibilitas yang buruk serta kaitannya
walaupun pada kenyataannya jaraknya dekat
dengan aspek lain seperti kemiskinan dan
bahkan mungkin dekat sekali. Sehingga orang
penyediaan infrastriktur.
pun akan menganggap bahwa waktu lebih tepat untuk menentukan aksesibilitas pada suatu tata guna lahan dari pada jarak. Sebagai contoh 2 lokasi yang berjauhan akan tetapi mempunyai infrastruktur yang memadai dan didukung sistem
“Simple accessibility indicators consider only intraregional transport infrastructure expressed by such measures as total length of motorways, number of railway stations” (e.g. Biehl, 1986; 1991)
transportasi yang dapat dilewa dengan kecepatan
MINA
I UM
nggi yang mengakibatkan waktu perjalanan
B
m e n j a d i p e n d e k , y a n g m a n a ko n d i s i i n i PA T
I
O
menunjukkan bahwa aksebilitas kedua lokasi nggi.
TA
NI
X
ISU STRATEGIS 2. METODE ANALISIS Pembahasan isu mengenai tingkat aksesibilitas ini dalam prosesnya menggunakan metode skoring beberapa variabel yang memiliki pengaruh dan keterkaitan terhadap aksesibilitas internal wilayah, dengan cara menganalisis variabel-variabel terpilih yang ada di tiap kecamatan di Kabupaten Pati. Berdasarkan referensi beberapa penelitian yang sudah pernah di lakukan terdapat banyak variabel yang bisa digunakan, karenanya dalam pembahasan isu kali ini penulis menggunakan 5 variabel berdasarkan data sekunder yang telah diperoleh dari survei lapangan dan instansi pemerintah setempat, variabel tersebut antara lain : Jumlah Pelayanan Sarana (Pendidikan, Ekonomi, Kesehatan) Kodisi Prasarana Jalan Jarak Rata-Rata Antarkecamatan Tingkat Kerapatan Jalan (Network Density) Jumlah Pelayanan Trayek Transportasi Umum
Flow Char t kerangka berpikir ter sebut merupakan garis besar alur menganalisis tingkat aksesibilitas penjelasannya sebagai berikut : 1. IDENTIFIKAS DATA SEKUNDER, pada tahap ini penulis melakukan proses seleksi data yang memiliki keterkaitan dan pengaruh terhadap tingkat aksesibilitas. 2. MA P P ING VA RIA B E L S EB AGAI PAREMETER, setelah mendapatkan data terpilih lalu ditentukanlah variabel yang digunakan untuk melakukan analisis. 3. ANALISIS METODE SKORING, pada tahap ini penulis melakukan analisis data menggunakan metode skoring untuk menentukan tingkatan daerah mana yang memiliki nilai tertinggi dan terendah gunanya nanti untuk menentukan hierarki tingkat aksesibilitas berdasarkan kriteria yang dibuat penulis.
KERANGKA BERPIKIR IDENTIFIKASI DATA SEKUNDER
1 MAPPING VARIABEL SEBAGAI PARAMETER
2 ANALISIS METODE SKORING
3
4. KONDISI EKSISITING AKSESIBILITAS KAB. PATI, menjelaskan sebaran dan besaran tingkat aksesibilitas di Kab. Pati, setelah diketahui nilainya kemudian dilakukan elaborasi untuk mendapatkan temuan lain yang berkaitan dengan tingkat aksesibilitas. 5. SOLUSI & ARAHAN REKOMENDASI, berisi tentang arahan mengenai pemecahan masalah atau potensi yang ditemukan berdasarkan hasil analisis data.
KONDISI EKSISTING AKSESIBILITAS KAB. PATI
4 SOLUSI & ARAHAN REKOMENDASI
5
MINA
I UM
SUMBER : Analisis Penulis Tahun 2014
B I
O
PA T
TA
NI
X
ISU STRATEGIS 3. ANALISIS 1. SARANA
2. KONDISI JALAN
Sarana Pendidikan, Ekonomi, Kesehatan di Kab. Pati
Ketersediaan sarana publik yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas menjadi salah satu tolak ukur tingkat aksesibilitas suatu wilayah. Analisis fasilitas sarana publik dilakukan dengan melakukan overlay jangkauan layanan tiap sarana dengan sebaran permukiman di Kabupaten Pati, dengan metode ini bisa mengetahui area-area permukiman mana saja yang memiliki tingkat pelayanan fasilitas sarana yang sudah baik dan yang masih buruk. Berdasarkan peta hasil analisis diketahui ada beberapa area permukiman yang belum terjangkau pelayanan sarana yakni di Kec. Dukuhseti, Kec. Juwana, Kec. Batangan, Kec. Pucakwangi, dan Kec Gembong.
Kondisi prasarana jalan menjadi faktor penting dalam menentukan tingkat efisiensi waktu yang digunakan untuk melakukan perjalanan (dari origin-destination), semakin baik kondisinya maka mobilitas manusia & barang menjadi semakin intensif dan efisien karena minim faktor penghambatnya. Berdasarkan data statistik jalan tahun 2012 kondisi jalan di Kabupaten Pati adalah sebagai berikut : Persentase Kondisi Jalan di Kabupaten Pa
36%
40%
Baik/Good 8%
Sedang/Sufficient 16%
Rusak/Damaged Rusak Berat/Heavy Damaged
No
Kondisi Jalan
1 Baik/Good 2 Sedang/Sufficient 3 Rusak/Damaged 4 Rusak Berat/Heavy Damaged Jumlah/Total
Ï ǾŁǾŒØĢŁÓŁÕ Jumlah (Km) ĢŁÓŁÕI ŁØŊÖÕŁÓÄÒÔ Ā Jalan Provinsi (Km) Jalan Kabupaten (Km) 31.595 72.47 281.67 385.735 2.614 33.12 117.18 152.914 0 1.6 75.84 77.44 0 0 338.04 338.04 34.209 107.19 812.73 954.129
SUMBER : Kabupaten Pati Dalam Angka Tahun 2013
Tidak Terjangkau Pelayanan Sarana
SUMBER : Analisis Penulis Tahun 2014
Analisis ini menggunakan 3 variabel yaitu sarana kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Sarana kesehatan meliputi rumah sakit, puskesmas, RSB, balai pengobatan, posyandu, apotik, & praktik dokter. Sarana pendidikan meliputi TK, SD, SMP, & SMA. Sarana Ekonomi meliputi TPI & Pasar.
X
O
I
Aksesibilitas Sedang
PA T
Aksesibilitas Tinggi Aksesibilitas Rendah
Jumlah jalan dalam kondisi baik di Kabupaten Pa t i t i d a k m e n c a pa i 5 0 % h a l te r s e b u t berdampak pada kinerja jalan yang masih kurang dalam mendukung sistem transportasi. Total jalan yang mengalami rusak berat sebesar 36% dan semuanya adalah jalan Kabupaten (Jalan Lokal), yang mana jenis jalan tersebut ke ba n y a k a n m e l a y a n i w i l a y a h - w i l a y a h perdesaan di Kabupaten Pati, sehingga hubungan urban-rural menjadi terganggu. MINA TA I M NI BU
ISU STRATEGIS 3. JARAK RATA-RATA ANTARKECAMATAN Jarak antarkecamatan menjadi salah satu pa r a m e t e r u n t u k m e n e n t u k a n t i n g k a t aksesibilitas hal tersebut dikarenakan jarak menjadi faktor penentu waktu perjalanan, jika dua titik memiliki jarak yang berdekatan dibandingkan dua titik yang berjauhan dengan asumsi karakteristik perjalan serta faktor penghambat sama maka pastinya dua titik yang berdekatan akan memiliki waktu tempuh yang lebih cepat sehingga aksesibilitasnya lebih baik. Berdasarkan hal tersebut penulis menggunakan perhitungan matematis untuk menentukan jarak rata-rata antarkecamatan di Kabupaten Pati dan hasilnya sebagai berikut Jarak Rata-Rata Antarkecamatan di Kabupaten Pati 50
4. KERAPATAN JALAN (Network Density) Network Density=
Total Panjang Jalan Luas Wilayah
Tingkat kerapatan jalan suatu wilayah mengintepretasikan kuantitas infrastruktur jalan suatu wilayah, karenanya semakin nilainya tinggi maka ketersediaan infrastruktur jalan di wilayah tersebut semakin baik karena bisa menghubungkan antara satu tempat dengan tempat lainnya agar mudah diakses, kerapatan jalan juga berbanding lurus dengan pertumbuhan mobilitas di wilayah tersebut. Setelah dilakukan analisis maka hasilnya adalah sebagai berikut : Network Density (m/Km2) Dukuhse Tayu Cluwak
45
Gungungwungkal
40
Margoyoso
35
Wedarijaksa
30
Tlogowungu
25
Margorejo
Trangkil
Gembong Gabus
20
Pa Jakenan
15
Juwana
10
Batangan Jaken
5
Pucakwangi Winong
0
Tambakkromo Kayen Sukolilo 0.000
500.000
1000.000
1500.000
2500.000
3000.000
Berdasarkan tabel dan graďŹ k di atas diketahui Kec. Pati memiliki nilai kerapatan jalan tertinggi, hal tersebut tidak lepas dari fungsi Kec. Pati dalam struktur ruang kabupaten sebagai PKL, karenanya memiliki tingkat mobilitas paling tinggi sekabupaten karena banyak terdapat kegiatan di sana, dari tabel tersebut juga sangat nampak ketimpangan pembangunan penyediaan prasaran jalan di Kabupaten Pati yang masih terpusat di ibukota kabupaten saja.
MINA
I UM
B I
TA
NI
X
O
PA T
Berdasarkan graďŹ k di atas Kecamatan Pati merupakan kecamatan yang memiliki jarak ratarata paling kecil yakni 19,7 Km terhadap wilayah kecamatan lainnya di Kabupaten Pati, semakin rendah rata-rata jaraknya maka memiliki nilai skoring yang semakin besar. Perhitungan jarak antarkecamatan ini menggunakan panjang jalan yang menghubungkan ibukota masing-masing kecamatan.
2000.000
SUMBER : Analisis Penulis Tahun 2014
SUMBER : Analisis Penulis Tahun 2014
ISU STRATEGIS 4. HASIL ANALISIS & REKOMENDASI 5 . J U M L A H P E L AYA N A A N T R AY E K TRANSPORTASI UMUM Keberadaan transportasi umum yang memadai akan berdampak meningkatkan aksesibilitas d a n ko n e k t i v i t a s a n t a r w i l a y a h k a re n a memudahkan penduduk untuk melakukan p e r j a l a n a n . A re a y a n g t i d a k t e r l a y a n i transpor tasi umum akan menjadi sulit terjangkau oleh masyarakat umum, karena tidak ada moda transpor tasi yang melayani mengakibatkan waktu tempuhnya menjadi lama. Berikut alur impact yang ditimbulkan oleh adanya transportasi umum :
FLOW CHART PENYEDIAAN TRANSPORTASI UMUM
Konek vitas & Aksesibilitas DesaKota Membaik
Travel Cost DesaKota Menurun
Mobilitas Manusia & Barang Meningkat
EKONOMI WILAYAH PERDESAAN MEMBAIK
Peningkatan Pendapatan Masyarakat Desa
Kemudahan Distribusi Input dan Output Hasil Produksi Pertanian
Setiap variabel memiliki satuan yang berbeda, oleh karena itu perlu dilakukan standarisasi untuk menyamakan satuan dengan rumus sebagai berikut. Z=
Nilai yg dinormalisasikan - Nilai rataâ&#x20AC;? sebaran X-u = o Standar Deviasi
S e t e l a h d i d a pa t n i l a i s t a n d a r i s a s i n y a , selanjutnya nilai tiap variabel dilakukan pembobotan berdasarkan variasi nilai yang didapatkan dari data sekunder, setelah itu dilakukan penjumlahan skor tiap kecamatan yang nantinya dibuat klasiďŹ kasi tingkat aksesibilitasnya. Hasil dari perhitungan analisis tersebut di intepretasikan dalam bentuk tabel dan peta sebagai berikut.
SUMBER : Analisis Penulis Tahun 2014
Berdasarkan data Dishubkominfo Kab. Pati tahun 2012 jumlah moda angkutan transportasi umum ada 468 unit dan sebaran jalur trayek di Kabupaten Pati adalah sebagai berikut : NO
KECAMATAN
1 SUKOLILO 2 KAYEN 3 TAMBAKROMO 4 WINONG 5 PUCAKWANGI 6 JAKEN 7 BATANGAN 8 JUWANA 9 JAKENAN 10 PATI 11 GABUS 12 MARGOREJO 13 GEMBONG 14 TLOGOWUNGU 15 WEDARIJAKSA 16 MARGOYOSO GUNUNGWUNG 17 KAL 18 CLUWAK 19 TAYU 20 DUKUHSETI 21 TRANGKIL
Jumlah Pelayanan Transportasi Umum Berdasarkan Jalur Trayek
20 7 2 12 9 2 1 31 3 47 13 0 2 1 3 3 2 0 39 0 2
SUMBER : Analisis Penulis Tahun 2014
dari peta tersebut diketahui Kec. Dukuhseti dan Kec Cluwak belum terlayani sarana transportasi umum, sehingga mengakibatkan kedua wilayah tersebut cenderung tertinggal dibanding lainnya.
SUMBER : Analisis Penulis Tahun 2014
MINA
I UM
B I
O
PA T
TA
NI
X
ISU STRATEGIS SARANA NO
KECAMATAN
KESEHATAN PENDDIDIKAN EKONOMI
JARAK RATA KONDISI KERAPATAN ANTARKECAM JALAN JALAN ATAN
JUMLAH PELAYANAN TRAYEK Total Skor KETERANGAN TRANSPORTASI UMUM -0.415 -1.548 Kurang -0.457 -1.200 Kurang
1 Sukolilo 2 Kayen
-0.224
0.168
-0.435
-0.474
-0.474
0.306
-0.192
0.265
-0.435
-0.474
-0.470
0.563
3 Tambakkromo 4 Winong
-0.234
-0.072
-0.448
-0.477
-0.470
1.334
-0.474
-0.841
Sedang
-0.159
0.106
-0.448
-0.477
-0.470
0.549
-0.441
-1.340
Kurang
5 Pucakwangi 6 Jaken
-0.159
0.006
-0.441
-0.477
-0.474
0.596
-0.451
-1.401
Kurang
-0.101
-0.156
-0.461
-0.477
-0.474
0.515
-0.474
-1.627
Kurang
7 Batangan 8 Juwana
-0.253
-0.143
-0.457
-0.474
-0.474
0.747
-0.477
-1.531
Kurang
-0.124
0.096
-0.399
-0.474
-0.470
2.771
-0.380
1.020
Baik
9 Jakenan 10 Pa
-0.231
-0.091
-0.461
-0.477
-0.470
0.809
-0.470
-1.392
Kurang
0.294
0.466
-0.409
-0.474
-0.467
8.092
-0.328
7.175
Sangat Baik
11 Gabus 12 Margorejo
-0.205
-0.007
-0.448
-0.474
-0.467
1.616
-0.438
-0.422
Sedang
-0.192
-0.049
-0.461
-0.474
-0.470
1.747
-0.480
-0.379
Sedang
13 Gembong 14 Tlogowungu
-0.257
0.074
-0.467
-0.477
-0.474
2.402
-0.474
0.328
Baik
-0.273
0.064
-0.467
-0.477
-0.470
1.443
-0.477
-0.657
Sedang
15 Wedarijaksa 16 Trangkil
-0.153
-0.049
-0.454
-0.474
-0.467
2.215
-0.470
0.147
Baik
-0.143
0.006
-0.467
-0.474
-0.467
3.213
-0.474
1.194
Baik
17 Margoyoso 18 Gungungwungkal
-0.137
0.372
-0.461
-0.474
-0.470
2.789
-0.470
1.148
Baik
-0.257
-0.114
-0.474
-0.477
-0.474
1.920
-0.474
-0.349
Sedang
19 Cluwak 20 Tayu
-0.218
0.032
-0.441
-0.474
-0.477
1.650
-0.480
-0.408
Sedang
-0.095
0.210
-0.454
-0.474
-0.474
2.789
-0.354
1.149
Baik
21 Dukuhse
-0.172
0.119
-0.432
-0.477
-0.477
0.993
-0.480
-0.926
Sedang
3. Berdasarkan analisis statistik variabel pengaruh yang terkuat dalam mempengaruhi tingkat aksesibilitas adalah variabel tingkat kerapatan jalan (Network Density) dan kaitannya dengan penyediaan prasarana transportasi yaitu Terminal tipe C Kabupaten Pati berdasarkan SNI 0 3 - 1 7 3 3 - 2 0 0 4 Ta t a C a r a p e r e n c a n a a n lingkungan perumahan di perkotaan masih membutuhkan tambahan 9 unit terminal tipe C.
SUMBER : Analisis Penulis Tahun 2014
A. HASIL ANALISIS Berdasarkan analisis hasil perhitungan diatas diketahui sebaran kondisi aksesibilitas di Kabupaten Pati, sebagai berikut : 1. Sebagian wilayah Pati Selatan yang meliputi Kec. Sukolilo, Kec. Kayen, Kec. Winong, Kec. Jakenan, Kec. Pucakwangi, Kec. Jaken, dan Kec. Batangan memiliki tingkat aksesibilitas “rendah”, hal ini mengindikasikan bahwa di wilayah tersebut memiliki jumlah pelyanan sarana & transportasi umum masih minim serta, ketersediaan infrastruktur jalan yang kurang memadai. 2. Untuk mengelaborasi temuan ini lebih jauh, maka penulis melakukan analisis overlay dengan jumlah sebaran KK miskin dan jumlah rumah tidak layak huni di Kabupaten Pati.
=
B. REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisis dan temuan yang ada maka penulis merekomendasikan beberapa cara untuk menangani permasalahan terkait rendahnya tingkat aksesibilitas di Kabupaten, antara lain : 1. Penyediaan infrastruktur jalan di wilayah dengan tingkat aksesibilitas “Rendah”. Penyediaan ini bisa berupa perbaikan jalan atau pembuatan jaringan jalan baru disesuaikan dengan tingkat demand wilayah masingmasing. 2. Memperbaiki sistem transportasi perkotaan dan perdesaan yang ada di Kabupaten Pati, dengan catatan harus bisa melayani seluruh wilayah di Kabupaten Pati dan bisa menghubungkan wilayah urban-rural, karena beberapa kecamatan seperti Kec. Sukolilo, Kec. Dukuhseti memiliki jarak yang cukup jauh dari ibukota kabupaten agar tercipta timbal balik desa-kota yang seimbang sehingga memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Hasilnya diketahui jika wilayah yang tingkat aksesibilitas “Rendah” rata-rata memiliki jumlah KK miskin diatas 50% dan tingkat jumlah rumah tidak layak huni kategori “Tinggi” (>7001 unit rumah). Untuk itu penulis berpendapat bahwa “secara tidak langsung tingkat aksesibilitas internal wilayah mempengaruhi tingkat kemiskinan(Ekonomi) masyarakat dan juga ketersediaan infrastruktur.”
MINA
I UM
B I
O
PA T
TA
NI
X