Ruang #15 Hak Atas Kota

Page 1

ED I SI

15

|

MEI 2018

hak atas kota

//Local News:

Toilet Ramah Kaum Difabel dan Perempuan Di Bawah Tanah Titik Nol Yogyakarta

//OPINI:

Hak Atas Kota, Hak Kolektif Masyarakat Pemilik Kota

//PROJECT CAMPAIGN: We Are Equal


DAFTAR ISI 2

Daftar isi, Awak Ruang, Salam Redaksi

12

Opini

3

Prolog: Hak Atas Kota

13

Project Campaign

4

Local News: Toilet Ramah Kaum Difabel

14

Resensi Film: “Daun di Atas Bantal”

5

Esai Foto

15

TTS

6

Riset dan Infografis

Profil Komunitas: 10 Kampung Ledhok Timoho

Penerbit: HMTPWK UGM Pelindung: Abdurrahman Faisal M. Pemimpin Umum: Nabila Elvanya Larasati Pemimpin Redaksi: Novita Aini Wakil Pemimpin Redaksi: Nafiari Adinda Puspitarini Redaksi: Najmuna Ratri L. Luthfia Deka Fany Alvira H. Alya Puspita Nadela Fitrizqy Yhona Deborata Galuh Purnamaningrum Sari Ratih Chrysan Easter B. Jalu Risang Herawan

Desain Grafis: Azizah Kharisma Almira Nadia Anisya Febriana Naufal Habib Nurdita Hasanah Nahda Saniyya Yudi Priyatno

SALAM REDAKSI Assalamualaikum wr.wb Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan limpahan-Nya kita masih diberikan kesempatan untuk terus berkarya dan RUANG edisi Mei 2018 bisa hadir ditengahtengah kita. RUANG edisi ini mengangkat tema, yakni “Hak Atas Kota”. RUANG merupakan wadah kreasi mahasiswa HMT PWK UGM melalui tulisan untuk melakukan social campaign kepada publik agar peka terhadap permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar dan dampaknya di masa depan. Besar harapan kami agar RUANG dapat terus eksis ditengah-tengah masyarakat dan memberikan banyak manfaat untuk mewujudkan ruang yang baik untuk kehidupan yang akan datang.


PROLOG

HAK ATAS KOTA Ol e h: Yh o n aDe b o r a

F o t o: Al f i Hi l ma n

K

ot amer upakanr uangbagikehi dupanmas yar aka tdal am mel akukankegi a t an s ehar i har i .Mas yar aka tyangt i nggaldidal am kot aadal ahmer ekayang memi l i kihakdankewaj i bana t asper kembangankot anya.Mas yar aka ti t us endi r i t er di r idar ikaum ma yor i t asdanmi nor i t as ,namundimaj al ahr uangi niakanl ebi h menj el as kanbagai manas ehar us nyas emuamas yar aka tt anpat er kecual imempunyai hakunt uki kutber par t i s i pas idal am pembangunankot a. Mas yar aka tmi nor i t asyangdi maks udl ebi hmenekankankepadamas yar aka t s eper t ipenyandangdi f abel i t asdankaum war i a.Ter dapa tpul akons epkot ayang di aj ukans es uait emar uangi niadal ahdenganmembua tkot ai nkl us i f .Tuj uankot a i nkl us i fi niunt ukmenci pt akanmas yar aka tyangs al i ngt er bukat anpamemandang l a t arbel akang,agama,r as ,s uku,danbuda ya.Ol ehs ebabi t u,s ehar us nyaor ang yangmempunyaikekuas aant i nggidapa tmel i ha tkej adi andi s kr i mi nas ii nidengan membua tkot amenj adii nkl us i f .

“ Spacei sr eali nt he s ames ens et hat commodi t i esar er eal s i nce( s oci al )s pacei s a( s oci al )pr oduct � ( Lef ebvr e2000: 26)

RUANG| #1 5 HMTPWKUGM

3


Local News

Toilet Ramah Kaum Difabel dan Perempuan di Bawah Tanah Titik Nol Yogyakarta oleh : Nadela Fitrizqy

S

ebagai kota yang terkenal dengan pariwisatanya, pemerintah selalu mengupayakan pembangunan fasilitasfasilitas umum yang layak untuk digunakan masyarakat dan para wisatawan sehingga mereka dapat merasa nyaman saat sedang berjalan-jalan di kawasan wisata. Salah satu wujud dari upaya pemerintah tersebut adalah dengan membangun toilet bawah tanah di Titik Nol Jogja yang memiliki fasilitas khusus untuk kaum difabel dan perempuan. Toilet ini dibangun karena pemerintah menyadari bahwa penyediaan fasilitas umum di Jogja yang diperuntukkan untuk kaum minoritas seperti kaum difabel dan juga perempuan masih minim. Dengan adanya toilet ini, diharapkan semua kalangan masyarakat dapat mendapatkan kenyamanan yang setara. Toilet bawah tanah ini secara resmi dapat digunakan masyarakat pada 1 Februari 2018. Toilet yang terletak persis di depan Bank Indonesia tersebut mengalokasikan dana sebesar 5 milyar di bawah pengerjaan Dinas PUP ESDM DIY dan digadanggadang memiliki kualitas layaknya toilet di hotel-hotel bintang lima. Proyek ini merupakan bagian dari proyek revitalisasi Malioboro tahap kedua, dimana tahap ini meliputi revitalisasi kawasan Pasar Bringharjo sampai ke depan Gedung Bank Indonesia di Jalan Panembahan Senopati. Total anggaran yang dibutuhkan untuk revitalisasi tersebut mencapai Rp 23,1 miliar. Selain memiliki kamar toilet yang banyak, dimana toilet underground ini memiliki 12 toilet wanita, 6 toilet pria, 10 urinoir, 1 ruang laktasi dan 1 toilet difabel, fasilitas yang disediakan di dalamnya juga tidak tanggung-tanggung, yaitu berupa toilet duduk, toilet jongkok, urinoir, wastafel serta pendingin ruangan. Bukan hanya itu, toilet bawah tanah tersebut menyediakan fasilitas toilet untuk difabel beserta lift kaum difabel (stair lift) sehingga memudahkan akses kaum difabel khususnya pengguna kursi roda. Stair lift ini juga sudah terjamin kualitasnya karena didatangkan langsung dari Swiss. Di dalam toilet khusus difabel, terdapat pegangan besi (grab bar) untuk memudahkan pengguna saat hendak duduk maupun berdiri. Selain toilet ramah kaum difabel, toilet ini juga menyediakan ruang khusus untuk perempuan menyusui (ruang laktasi). Di dalam ruang laktasi, terdapat sebuah sofa, meja, cermin, serta tempat pencuci tangan.

4

RUANG | #15 HMT PWK UGM

Sri Sultan mengatakan bahwa toilet bawah tanah tersebut dapat dikatakan sudah sangat berkualitas, walaupun terdapat sedikit kekurangan yang bersifat parsial, seperti semprotan air yang kurang kuat. Karena kualitasnya, toilet ini bisa dikategorikan berstandar internasional. Dengan tersedianya fasilitas yang sedemikian, diharapkan para wisatawan dapat merasa nyaman saat menggunakan toilet umum yang mungkin masih sulit dirasakan di toilet-toilet umum lainnya. Sri Sultan berharap toilet ini dapat dijadikan contoh untuk pembangunan fasilitas umum di Indonesia kedepannya.

sumber: daerah.sindonews.com Sri Sultan Hamengku Buwono X sedang meninjau lokasi toilet difabel


Esai FotoÂ

Hak Atas Kota

sumber : AlďŹ Hilman

oleh : Jalu Risang Herawan

Kota ini milik siapa? Di sini rumah reyot, di sana gedung menjulang. Milik si kakek peyot? Atau malah si bos yang jarang pulang? Hingar-bingar si kaya, sedu-sedan si miskin. Tunanetra yang kesusahan jalan, tunawisma yang tidur di emperan. Sebenarnya, kota ini milik siapa?

#15 | RUANG HMT PWK UGM

5


RISET DAN INFOGRAFIS

WARIA

Diri yang Termarjinalkan atau Temarjinalkan Oleh Diri? Oleh: Najmuna Ratri L, Luthfia Deka

Foto: Fulvio Bugani

I

stilah waria sudah sudah tidak asing bagi kita semua. Menurut Atmojo (1986) waria adalah laki– laki yang berdandan dan berperilaku sebagai wanita, istilah waria diberikan bag i penderita transeksual yaitu seseorang yang memiliki ďŹ sik berbeda dengan jiwanya. Waria merupakan bagian dari kaum transseksual yatu male-to-females transsexual (Suwarno, 2004), Waria atau juga disebut dengan Wadam (Wanita Adam) ia terlahir dengan ďŹ sik berkelamin laki-laki, namun keadaan jiwanya menginginkan untuk menjadi wanita, sehingga berdampak pada penampilannya yang cenderung lebih mengikuti gaya seorang wanita. Sebuah transformasi

6

RUANG | #15 HMT PWK UGM

menyangkal jatidiri untuk menjadi wanita yang tidak sejati. Adanya waria bukan lagi hal yang masih perlu kita cari. Eksistensinya mulai terekspos di Indonesia sejak didirikannya Himpunan Wadam Djakarta (HIWAD). Organisasi tersebut merupakan organisasi Waria pertama di Indonesia yang terletak di Jakarta. Organisasi tersebut berdiri dan difasilitasi oleh Gubernur DKI Jakarta Raya, Ali Sadikin. Hingga saat ini jumlah waria mengalami peningkatan, hingga tahun 2010 Kementrian Sosial mencatat sebanyak 31.179 waria terdapat di 33 provinsi di Indonesia.


RISET DAN INFOGRAFIS Dikotomi manusia menjadi dua jenis kelamin (pria dan wanita) menyebabkan waria berada pada posisi yang tidak memiliki kejelasan status. Parameter dimana 'normal' dikatakan sebagai suatu kondisi yang sama dengan mayoritas menyebabkan kaum waria dianggap sebagai pihak abnormal. Posisi mereka yang tergolong dalam kelompok abnormal membuat mereka merasa terkucilkan oleh masyarakat dan menerima diskriminasi baik dari segi sosial dan pelayanan publik dasar layaknya pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Akses terhadap fasilitas pelayanan dasar seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi sebenarnya terbuka dan sama bagi seluruh masyarakat baik itu pria, wanita, maupun waria. Bahkan kaum waria merupakan salah satu sasaran dari penerima bantuan sosial. Pelayanan dasar publik oleh pemerintah tidak memberikan aturan tertutup bagi kalangan minoritas tertentu terkhusus dalam hal ini waria. Dari segi kesehatan misalnya, diatur dalam UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan dalam pasal 5 ayat 1 sampai 3 dijelaskan bahwa setiap masyarakat memiliki hak yang sama dalam memeroleh akses kesehatan. Mereka berhak untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu, berkualitas dan terjangkau, bahkan masyarakat berhak untuk menentukan jenis pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan. Perlindungan terhadap kaum waria sebagai kaum marjinal sebenarnya juga sudah

dideklarasikan pada tahun 1999 melalui UU no 39 tahun 1999 pasal 5 ayat 3 yang berbunyi “setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya.�. Hal-hal yang menyangkut aspek sensitif mengenai inklusivitas kota sebenarnya sudah diupayakan sedemikian rupa oleh pemerintah. Tidak hanya melalui peraturan belaka, namun juga program-program yang diadakan guna mewujudkan cita-cita yang tercantum dalam perundang-undangan. Dalam hal sosial misalnya, Seksi Pelayanan Sosial Kelompok Minoritas Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial Kementrian Sosial RI telah mengadakan program berupa kegiatan bimbingan sosial dan keterampilan usaha kemandirian bagi PMKS (Penerima Manfaat Kesejahteraan Sosial), ODHA (Orang dengan HIV dan Aids) dan waria yang pada akhir program tersebut, setiap peserta akan diberi dana untuk merintis usaha mandiri mereka. Pelayanan Program ini merupakan salah satu bukti upaya pemerintah dalam mewadahi kaum-kaum marjinal. Tidak hanya pemerintah, organisasi-organisasi sosial pun turut turun tangan membantu merehabilitasi hingga memberdayakan kaum waria. Bantuan-bantuan sosial banyak digelontorkan oleh banyak pihak khusus untuk kaum waria. Berdasarkan hasil penelitian Universitas Atmajaya mengenai kualitas hidup waria di

Foto: Getty Images

#15 | RUANG HMT PWK UGM

7


RISET DAN INFOGRAFIS

Foto : Getty Images

Indonesia tahun 2015 sebanyak 93% dari responden pernah menerima bantuan sosial. Sebanyak 91% responden waria pernah mendapat bantuan kesehatan, bantuan berupa uang didapatkan oleh 51% responden dan bantuan berupa barang pernah didapatkan oleh 65% responden. Melihat kondisi yang ada, kita kembali lagi pada kasus rasa diskriminasi waria oleh masyarakat. Pada dasarnya, melakukan standarisasi tidak akan terlepas dari stigmatisasi. Menetapkan standar jenis kelamin hanya laki-laki dan wanita, secara tidak langsung juga akan berdampak pada stigma bahwa laki-laki dan wanita merupakan kelompok normal dan di luar jenis kelamin tersebut merupakan kelompok abnormal. Namun kita kembali lagi pada makna dari stigma itu sendiri. Stigma bisa berdampak pada diri kita yang ikut memberikan stigma akan diri sendiri, atau justru dengan adanya stigma tersebut dapat membangkitkan kualitas diri dengan melakukan introspeksi pada diri kita. Dalam kasus waria sebenarnya tidak semua waria beraktivitas negatif, namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam memunculkan stigma, masyarakat terbiasa dengan prinsip 'sebagian dapat menggambarkan keseluruhan'. Data dari penelitian menunjukkan bahwa hanya 60% waria yang bekerja sebagai PSK, 30% sebagai pengamen, dan sisanya berprofesi lain-lain. 60% tersebut sudah cukup bagi masyarakat untuk memberikan stigma bagi kaum waria.

8

RUANG | #15 HMT PWK UGM

Kesalahan bukan pada masyarakat juga bukan pada kaum waria. Kebenaran pun tidak ada di pihak masyarakat dan waria. Menciptakan kota yang inklusif khususnya untuk kaum waria hanya dapat diwujudkan apabila semua pihak upaya untuk menciptakan inklusivitas tersebut. Tidak terus memposisikan diri sebagai kaum yang termarjinalkan maupun kaum yang menciptakan kemarjinalan tersebut. Masyarakat harus mulai memandang dan memperlakukan waria sebagai manusia yang mempunyai hak perlakuan yang sama alih-alih mendiskriminasikan mereka. Waria pun harus turut mengubah pandangannnya sebagai kaum yang termarjinalkan. Sudah saatnya kaum waria menyadari bahwa inklusivitas itu tidak hanya diciptakan oleh masyarakat namun juga oleh kaum yang merasa termarjinalkan tersebut. Memiliki identitas berupa KK hingga KTP merupakan kewajiban setiap warga negara. Jika mereka tidak memilikinya dan tidak berupaya memilikinya, maka bukan kesalahan aparat apabila mereka terkena razia. Begitu pula razia PSK pun tidak bisa mereka anggap sebagai bentuk upaya inklusivitas oleh negara, karena pada dasarnya kita merupakan negara yang memiliki norma, aturan, dan budaya. Karena pada hakekatnya, kaum marjinal hanya bagi mereka yang tidak mampu menyesuaikan diri dalam dinamika hidup. Karena pada hakekatnya, inklusivitas tidak akan terjadi apabila semua pihak tidak memposisikan diri sebagai kaum yang termarjinalkan


RISET DAN INFOGRAFIS i

Foto: Fulvio Bugani

maupun kaum yang menciptakan kemarjinalan tersebut. Masyarakat harus mulai memandang dan m e m p e rl a k u k a n wa r ia se b a g a i m a n u sia ya n g mempunyai hak perlakuan yang sama alih-alih mendiskriminasikan mereka. Waria pun harus turut mengubah pandangannnya sebagai kaum yang termarjinalkan. Sudah saatnya kaum waria menyadari bahwa inklusivitas itu tidak hanya diciptakan oleh masyarakat namun juga oleh kaum yang merasa termarjinalkan tersebut. Memiliki identitas berupa KK hingga KTP merupakan kewajiban setiap warga negara. Jika mereka tidak memilikinya dan tidak berupaya

memilikinya, maka bukan kesalahan aparat apabila mereka terkena razia. Begitu pula razia PSK pun tidak bisa mereka anggap sebagai bentuk upaya inklusivitas oleh negara, karena pada dasarnya kita merupakan negara yang memiliki norma, aturan, dan budaya. Karena pada hakekatnya, kaum marjinal hanya bagi mereka yang tidak mampu menyesuaikan diri dalam dinamika hidup. Karena pada hakekatnya, inklusivitas tidak akan terjadi apabila semua pihak tidak memposisikan diri sebagai kaum yang termarjinalkan dan terus bergerak menyamakan hak dan kewajiban yang mereka punya.

#15 | RUANG HMT PWK UGM

9


PROFIL KOMUNITAS

Kampung Ledhok Timoho,

Kampung yang Terdesak Masa Kini Oleh: Ardiwiryawan, Novita, Adelheid

Fotot: Situasi di kampung Foto: Ledho/Ruang

10

RUANG | #15 HMT PWK UGM


PROFIL KOMUNITAS

bahwa lebih baik bukan berarti sudah layak untuk ditinggali. Penggunaan satu kamar mandi untuk 5 - 10 kepala keluarga, akses jalan yang menurun dengan curam, jumlah lahan yang tidak sesuai dengan penduduk yang ada dan kurangnya penerangan saat malam hari merupakan beberapa alasan mengapa kampung ini masih kurang layak dari segi ďŹ sik untuk ditinggali. Pemaparan di atas mengenai problematika yang ada di Kampung Ledhok Timoho baik secara ďŹ sik maupun non ďŹ sik bangunan. Adanya berbagai masalah ini diharapkan mendapat perhatian khusus dari pemerintah sehingga terdapat kejelasan mengenai nasib warga setempat. Adanya tindakan dan kejelasan dari pemerintah diharapkan dapat mendorong terwujudnya kota inklusif. Tidak hanya kota inklusif yang dipelajari dalam teori, tetapi juga menjadi kota yang nyaman serta tentram bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa pandang b. Foto: Jalan masuk kampung

Foto: Situasi kampung Ledho/Ruang

#15 | RUANG HMT PWK UGM

11


OPI NI

HAKATASKOTA,

HAKKOLEKTI FMAS YARAKATPEMI LI KKOTA Ol e h: Al y aPu s p i t a

S

ebel um ber bi car at er l al uj auhmengenaihakat as kot aakanl ebi hbai kj i kaki t ameni l i kpendapatbeber apat okohyangt el ahmember i kanper ngar uh bes art er hadappandanganat ashakat askot a,diant ar anyaadal ahLef ebvr edanDavi dHar vey . Keduat okoht er s ebutmenekankanbahwahakat as kot at i daks emat amat ahaks et i api ndi vi duunt uk mendapat kankes empat andal am memanf aat kanf as i l i t as f as i l i t asumum maupuns umberdayayangada, s ebab,l ebi hdar ii t u,hakat askot amer upakanper wuj udandar ihakmas yar akatkol ekt i fdal am “ memi l i ki ” kot anya. Apayangdi maks uddenganhakmas yar akatkol ekt i f ? Davi dHar veyber anggapanbahwahakat askot aber ar t ihakmas yar akatkot aunt ukber par t i s i pas idal am mengubahkot anya.Sehi nggat er l al udangkalbi l aki t a ber anggapanbahwahakat askot as ekadarhakkel ompokkel ompokyangmembut uhkanper hat i ankhus us unt ukmemanf aat kanf as i l i t as f as i l i t asf i s i kyangt el ah t er bangun. Hakat askot at i daks ebat ast ent anghakkaum di f abel yangmembut uhkangar i sbant udit r ot oar ,i bumenyus uimembut uhkanr uangkhus us ,pej al ankakimembut uhkant empatpenyebr angan,per empuanmembut uhkanger bongkhus usdiker et a,anakanakmembut uhkant amanber mai n,danmas yar akatkur angber unt ungmembut uhkans ubs i diunt ukber s ekol ahs er ber obat . Tet api ,menur uts aya,bukanber ar t ihakhaks eper t i i t uper l udi kes ampi ngkan,ki t at et aphar usmempr i or i t as kannya,s ebabt anpapemenuhans emuanyaot omat i sakanmemper l ambatt er capai nyakes et ar aankual i t asdal am mas yar akat .Denganbegi t uper wuj udanhak at askot as eper t iyangdi def i ni s i kanol ehHar veypun s emaki nt i dakdapatdi penuhi .s er t aber obat .Tet api , menur uts aya,bukanber ar t i .Mas yar akats emaki nt i dak bi s amembent ukper ubahandikot a. Apabi l aki t aber andai andai ,s eandai nyas emuaf as i l i t asf i s i kyangdi but uhkans udaht er s edi adinegar aki t a, bi s akahki t amewuj udkanpar t i s i pas it er s ebut ?

UANG #1 5 1 2R HMTPWKUGM

Meni l i kdar ipendapatLef ebvr emakaj awabannya adal ahbel um bi s a.J i kabol ehs ayas i mpul kan,pada das ar nyahakat askot amer upakanhakunt uk“ memi l i ki ”kot as epenuhnya.Sedangkans aati ni ,s el ar as denganpendapatLef ebvr e,mas i hadai nt er vens idar i pi hakl uaryangmembuatki t at i dakmer as amemi l i ki kot aki t a. Apayangdi maks uddengan“ memi l i ki ”kot a? Ent ahdi s adar ient aht i dak,yangs aati niki t aj umpai danki t as ebuts ebagai“ mas yar akatkot a ”s ebenar nya adal ahs ekel ompokor angyangs ekadarmenempat i nya, bukanmemi l i ki nya.Bahkan,s er t i f i kathakmi l i kat as t anahyangdi t empat it i dakcukupunt ukmenyat akan bahwamer ekabenar benarmemi l i kikot as eut uhnya. Menur utLef ebvr e,f enomenai niber kai t andengan muncul nyaneol i ber al i s me.Ter l ampaubanyakkel ompokkapi t al i syangdat angunt ukmengi nt er vens ikot a danmel akukanpr i v at i s as ir uangkot a. Ti dakdapatdi pungki r i ,kel ompokpemi l i kmodal t er s ebutt er kadangj ugamenyedi akanf as i l i t asyang ber kual i t as ,namunpadakenyat aannyat i daks emua or angbi s amemanf aat kannya,aki bat nyaj us t r uadanya ket i dakef ekt i f an,s ebabdis i s il ai nmas yar akat “ mengemi s ”r uangpubl i kunt uks ekadarber kumpul at auber mai nber s ama.Halt er s ebutmenyebabkan mas yar akatkot aj us t r us emaki nmer as aas i ngber adadi t empat nyas endi r i . Seol ahol ahhakat askot at er s ebutt ur utdi j ual bel i kanber s amadenganpenj ual anr uangkot a.Keber adaan kel ompokkapi t al i syangmenguas ait er s ebutj ugaber pengar uhl angs ungt er hadapket i dakmampuanmas yar akatunt ukber par t i s i pas i . Sudahs ehar us nyakot akot adiI ndones i amengakomodas ikebut uhanmas yar akatkol ekt i f .Tet api ,j i ka yangmengat uradal ahpi hakl ai nt ent upadaakhi r nya t i daks es uaidengankebut uhanempi r i s ,ol ehkar enai t u memangpengat ur an,per encanaan,at aupunhal hal l ai nyangber kai t andenganpengubahanf i s i kdankomuni t asdikot adi l akukanol ehmas yar akatkot a,pemi l i ks es ungguhnya.


PROJECTCAMPAI GN

WEARE

EQUAL P

er kembangankot as aati nis emaki npes at ,s ei r i ng denganber kembangnyat eknol ogiyangmengubahgayadanakt vi t asmas yar akat . Si kapi ndi vi dual i s memul aimeni ngkats ehi nggat i mbul r as at i dakpedul it er hadapkot adanmas yar akat . Dengant emaHakAt asKot a,pr oj ectcampai gnkal ii ni mengaj akmas yar akat ,khus us nyamahas i s waunt uk l ebi hpedul idenganl i ngkungans eki t art er ut amat er hadapkel ompokmar j i nal . Hali nidi l andas kans et i apor angdi l ahi r kandengan memi l i kimar t abatdanhakyangs amanamundengan t akdi rdanj al anhi dupyangber beda.Banyakki t at emukant unawi s mayangber mal am dit r ot oar ,at aupedagangs er abut anyangber j ual andit epij al anhi nggaf aj ar dat ang,namunbanyakj ugadi ant ar aki t ayangt i dak s adarakankeber adaanmer eka.Makadar ii t u,cam pai gni nimengaj akki t aunt uk‘ membukamat a ’ dengan mel i hatapayangs el amai niki t al ewat kandar is et i ap s udutkot ayangbi as aki t al ewat i .Sehi nggamuncul r as as i mpat ihi nggaempat it er hadaps es ama. Di mul aidenganhal halkeci l ,s eper t imel akukan( 3S) s enyum,s al am,s apaket i kamel ewat iat auber papas an denganmer eka.Hali niwal aupunt i dakmembant u s ecar amat er i l ,namunber upadukunganmor i l ,s ehi nggamer ekat et apmer as adi har gaidandi anggapkeber adaannya.Bant uanber upamat er i lj ugadapatki t a l akukandengans es ekal imember i kans edi ki tuangat au makanandanmembel ibar angdaganganmer ekas eki -

F OT O: h t t p : / / t i me . c o m/ 44 1 6 3 5 4/ i n d o n e s i a j o k o j o k o wi wi d o d o t e r r o r i s ml g b t e c o n o my /

nyabut uhdandi r as at i dakmember at kan. Medi as os i alj ugadapatdi gunakanunt ukmembant u kel ompoki ni .Denganber bagipengal amanber t emu or angor angyangdapatdi kat egor i kankel ompokmar gi nal ,membuatpos t i nganyangmenj el as kankondi s i or angt er s ebuts ehi nggadapatmengaj akor angl ai n unt ukt ur utmembant u.Ber i kutbeber apapos t i ngan t er s ebut:

#1 5RUANG HMTPWKUGM

1 3


RE S E N S I

F

ilm “Daun di Atas Bantal” berawal dari sebuah project film dokumenter milik Garin Nugroho yang berjudul “Dongeng Kancil untuk Kemerdekaan”. Film dokumenter ini bercerita tentang kehidupan anak jalanan di Yogyakarta pada tahun 1997. Bersama penulis skenario nya, Armantono, Garin Nugroho akhirnya berhasil membuat versi fiksi dari film dokumenter ini dengan judul “Daun di Atas Bantal”. Film ini bercerita tentang kehidupan anak jalanan di Yogyakarta, yaitu Kancil, Heru, dan Sugeng. Sehari – hari, mereka tinggal bersama ibu asuh mereka, Asih, yang bekerja sebagai penjual bunga dan batik untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Seperti film – film Neo-realisme Italy, pemain – pemainnya bukan berasal dari aktor profesional yang mahir berakting. Karakter Kancil, Heru, dan Sugeng dalam film ini adalah anak jalanan asli yang memerankan peran mereka sendiri. Hal ini membuat mereka mampu mendalami setiap adegan dalam film dengan pembawaan yang natural dan jujur. Alunan saxophone yang begitu lirih menghantui gang – gang sempit yang basah. Tanpa basa – basi, kita langsung disuguhkan kesan kelam kerasnya kehidupan jalanan yang akrab dengan rasa lapar dan kriminalitas yang tinggi. Film ini dengan jujur menampilkan situasi yang sebenarnya terjadi di lapangan, di mana negara yang seharusnya memelihara anak terlantar dan fakir miskin, justru malah menelantarkan mereka. Kita bisa melihat anak – anak di bawah umur yang bekerja, merokok, nge-lem, mabuk, dipukuli, dan lain – lain. Film ini berakhir dengan tewasnya ketiga anak jalanan yang menjadi tokoh utama dalam film ini. Kancil meninggal karena terbentur terowongan di atap kereta saat lari dari Heru yang hendak mengambil bantalnya. Tak lama setelah kejadian itu, terdapat kabar bahwa mayat Heru ditemukan tergeletak di pojokan tempat sampah. Heru menjadi korban penipuan berkedok asuransi. Sugeng pun akhirnya menyusul Kancil dan Heru. Sugeng mati ditusuk kelompok orang yang mengira ia adalah orang yang mereka cari. Begitu kerasnya hidup mereka sebagai anak jalanan hingga kematian pun menjemput mereka lewat cara yang mengenaskan.

Oleh: Fany Alvira Hasanah

Film yang sempat diputar dalam seksi un Certain Regard pada Cannes Film Festival tahun 1998 ini tak hanya menjadi dokumentasi potret kehidupan anak jalanan, tapi juga memberikan kritik keras terhadap Pemerintah Kota Yogyakarta atas luputnya tugas mereka dalam pemenuhan hak – hak dasar warganya. Sebagai penonton, kita seperti mendapat tamparan kuat tentang bagaimana Jogja terlihat sangat tidak ramah, khususnya terhadap masyarakat miskin dan anak jalanan. Hingga 20 tahun kemudian, hari ini kondisi yang sama masih tejadi di Kota Yogyakarta. Daun di Atas Bantal, sebuah gambaran kehidupan masyarakat yang hidup termarjinalkan dan jauh dari kemanusiaan. Hingga akhir dari film ini, tidak ada penyelesaian atau anti klimaks. Film ini berakhir dengan menampilkan kehidupan yang sama saja dan berjalan seperti biasanya.



HMT PWK “PRAMUKYA ARCAPADA” UGM hmtpwk.ft.ugm.ac.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.