Buletin Suluh Edisi 11

Page 1

SULUH Edisi 11, Juni - Juli 2015

IAIN Pontianak

20

halaman

Jimly Asshiddiqie

SARJANA BARU, HARUS PUNYA PERAN DALAM MEMBANGUN MORAL, MENTALITAS, DAN KARAKTER BANGSA

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 1


Buletin Civitas Akademika IAIN Pontianak

SULUH Edisi 11, Jun - Jul 2015

PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag EDITOR Eka Hendry, Ar., M.Si Aspari, S.Pd.I REDAKTUR Handes, M.I.Kom KESEKRETARIATAN Farninda, Aditya, S.Pd.I LAYOUT Setia Purwadi, S.EI TIM PENYUSUN Syamsul Kurniawan, M.S.I Sharach Septiarni Dewi, SH. Khairul Muttaqin Ona Sutiono ALAMAT REDAKSI Kampus IAIN Pontianak Jalan Letjen Soeprapto No.19 Telp./Fax: 0561-734170, Pontianak 78121 Website: www.iainptk.ac.id email: humas@iainptk.ac.id

2 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

REKTOR LETAKKAN BATU PERTAMA, PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH Tanggal 1 Ramadhan 1436 H atau bertepatan 18 Juni 2015, Dipimpin oleh Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag., meletakkan batu pertama pembangunan gedung kuliah baru, dihadiri Wakil Rektor, Dekan Fakultas dan Pejabat stuktural lainnya. Sebelum meletakkan batu pertama, Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag dalam sambutannya, mengatakan, gedung yang akan dibangun setinggi lima setengah lantai ini bisa menjadi gedung kebanggaan IAIN dan umumnya untuk masyarakat Kalbar. “Gedung ini akan menelan biaya sekitar 32 milyar, menjadi gedung utama untuk menampung aktivitas belajar mengajar di IAIN Pontianak, karena akan ada 62 ruang kelas baru yang akan dibangun gedung lima lantai ditambah dengan setengah lantai khusus untuk 2 ruang pertemuan ruang pertemuan berkapasitas 150 orang ebagai pengganti ruangan Teater, dan gedung ini akan menjadi gedung tertinggi di lingkungan IAIN Pontianak�, terang Hamka. Hamka juga mengajak pada seluruh civitas akademik untuk mendukung pembangunan gedung ini dengan menjelaskan kepada siapapun yang bertanya tentang proyek ini dengan penjelasan yang membawa kemaslahatan bagi siapapun. Karena hambatan atau masalah yang mungkin ada akan bisa diminimalisir dengan usaha dan doa dari kita semua. Melalui momentum awal bulan Ramadhan ini, pungkasnya, dipilih untuk memulai pembangunan gedung ini bisa menjadi barokah dari Allah untuk semuanya, baik itu saat pengerjaannya mudah-mudahan lancar dan selesai tepat pada waktu yang ditentukan. Acara tersebut berlangsung singkat, dimulai dengan pembacaan do`a yang dipimpin oleh Drs. H. Dulhadi, M.Pd, kemudian sambutan Rektor IAIN Pontianak dan sesi peletakkan batu pertama oleh Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag dan dilanjutkan peninjauan lokasi pembangunan gedung.


KONTEN BERITA UTAMA

SARJANA BARU, HARUS PUNYA PERAN DALAM MEMBANGUN MORAL, MENTALITAS, DAN KARAKTER BANGSA Melalui kegiatan wisuda ini sebagai momentum untuk mulai belajar dari kenyataan hidup, dan mulai untuk bertindak sesuai dengan apa yang didapatkan selama di bangku kuliah

LAILIAL MUHTIFAH:

Guru Professional Adalah Guru yang Memiliki Kemampuan Mumpuni dalam Melaksanakan Tugas

hal. 08

KHAIRUNAS: Mengutamakan 5 Nilai Budaya Kerja Kementerian Agama

hal. 10

Membangun Kesadaran Budaya Mutu

hal. 14

Ilmu dalam Perspektif Epistimologi Barat dan Islam

hal. 16

NASRI: PTKIN Unggul, Dengan Perencanaan yang Bermutu

hal. 18

IAIN PONTIANAK MESTI PUNYA PERAN DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT INTERNASIONAL

HAL. 6

MAHASISWA KKL HARUS MENJADI DUTA IAIN PONTIANAK

PENYALAHGUNAAN WEWENANG JABATAN (ABUSE OF POWER)

KKL Integratif menguatkan kompetensi akademik mahasiswa, hal ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengembang kan dan mengkontekstualisasikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh selama dibangku perkuliahan.

“Seseorang akan cenderung menyalahgunakan jabatan atau kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi apabila mempunyai kesempatan”

HAL. 12

“IAIN Pontianak tidak boleh berhenti berbenah. Kita semua paham, bahwa era globalisasi menuntut adanya kesiapan untuk menghadapi tantangan dan persaingan yang semakin kompetitif, termasuk di bidang pendidikan dan dakwah Islam”

HAL. 20

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 3


SARJANA BARU, HARUS PUNYA PERAN DALAM MEMBANGUN MORAL, MENTALITAS DAN KARAKTER BANGSA

M wisuda ini sebagai momentum untuk mulai belajar dari kenyataan hidup, dan mulai untuk bertindak sesuai dengan apa yang didapatkan selama di bangku kuliah, dan bekerja untuk kemajuan bangsa di bidang keahlian masing-masing.

4 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

antan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie, mengucapkan selamat kepada para wisudawan IAIN Pontianak, mudah-mudahan sesudah menjadi sarjana bisa melanjutkan tugas untuk belajar dari kehidupan nyata, jika sebelumnya belajar dari buku, ucapnya. “Sebagai umat Islam dan seluruh umat manusia, mari kita belajar sebagaimana Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah Saw, pertama kali mendapat wahyu yakni dengan perintah membaca (iqra), sedangkan Allah SWT mengetahui ketika pertama kali nabi Muhammad Saw tidak dapat membaca buku, maka perintah Iqra itu maknanya tidak lain, bukan membaca leterlek seperti yang


kita pahami, membaca disitu adalah membaca kehidupan”, kata Jimly. Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum RI (DKPP-RI) 2012-2017 ini juga mengajak segenap sarjana baru agar memulai membaca kehidupan, bukan sekedar lagi membaca buku. Buku oleh penulisnya menjelaskan dan menceritakan realitas masa lalu, sering kali buku ketinggalan zaman. Jadi, terangnya, kalau selama ini rajin membaca buku, jangan-jangan pengetahuan kita sudah ketinggalan, maka kita harus membaca dunia nyata sambil menjadikan buku sebagai referensi, karena itu membuat kita terus menerus bergaul dengan perkembangan informasi kehidupan dan terlibat dalam perkembangan teknologi. Kepada kedua orangtua wisudawan, Jimly, sekali lagi mengucapkan selamat putra-putrinya telah menjadi sarjana, mudah-mudahan menambah kualitas kualifikasi generasi muda bangsa yang menempati posisi intelektual yang dapat memberikan kecemerlangan, sinar bagi kemajuan umat. Bangsa Indonesia, menurut Jimly, adalah bangsa yang sangat kaya raya, tetapi kekayaan alam yang dimiliki itu bisa dua kemungkinan yaitu bisa menjadi anugerah dan bisa menjadi sumber malapetaka. Pasalnya, semua Negeri Islam mulai dari Maroko sampai Marauke kaya akan sumber daya alam, itu sebabnya di jajah oleh bangsa Barat. Jimly, mengutip Joseph E. Stiglitz, dalam tesisnya, escaping from the curse of natural resources, kekayaan sumber daya alam itu bisa menjadi anugrah dan bisa menjadi sumber kutukan, gara-gara kaya bangsanya dijajah, termasuk Indonesia belum mengalami pencerahan, disebab kan rata-rata tingkat pendidikan masih rendah. Sarjana baru IAIN Pontianak hendaknya bisa menambah kualitas generasi baru Indonesia yang menduduki lapisan SDM yang dapat mengelola dan mengurusi Negara dan bangsa Indonesia ke depan. Jimly menyerukan, agar moment wisuda dijadikan sebagai momentum untuk mulai belajar dari kenyataan hidup, dan mulai untuk bertindak sesuai dengan apa yang didapatkan selama di bangku kuliah, dan bekerja untuk kemajuan bangsa di bidang keahlian masing-masing. Selain ahli dibidangnya juga punya peran dalam membangun moral, mentalitas, dan karakter bangsa. Apa lagi

Jimly Asshiddiqie “Setelah 15 tahun reformasi, justru mentalitas dan etika kehidupan berbangsa yang melorot dan memprihatinkan”.

pemerintah saat ini mencanangkan revolusi mental, atau gerakan nasional revolusi mental dengan maksud menjadikan mentalitas dan moralitas menjadi korp bisnis pembangunan bangsa. Hal ini diakuinya, setelah 15 tahun reformasi, justru moralitas dan etika kehidupan berbangsa jadi “melorot” dan “memprihatinkan”. “Hukum kita carut marut, politik membuat orang berburu kekuasaan dengan berbagai macam cara, demokrasi membuat orang bebas mencari nafkah untuk memperkaya diri sendiri”, tegasnya. Dampaknya adalah kehidupan liberalisme pasca reformasi yang menyebabkan turunnya kualitas moral berbagai lini sehingga kehidupan berbangsa mengalami kerusakan. Karena itu, bangsa ini sangat memerlukan sarjana yang memenuhi aspek moralitas, etika dan karakter. Mudah-mudahan sarjana IAIN Pontianak dapat memanfaatkan peluang dan mengambil peran dalam membangun bangsa, ajak Jimly. Jimly menuturkan, kehidupan moral bangsa saat ini sedang menghadapi masalah, tingkat kriminal sedang meningkat tajam, fakta menunjukkan penjara diseluruh wilayah Indonesia penuh dengan orang-orang yang bermasalah. Hukum yang ditegakkan tidak mengurangi tingkat kriminalitas, tentu hal ini disebabkan moral bangsa ini sedang rusak, oleh sebab itu urusan moral harus dijadikan sasaran untuk berdakwah, dan perubahan, ini menjadi tantangan para sarjana IAIN Pontianak, pungkas Jimly.

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 5


IAIN PONTIANAK MESTI PUNYA PERAN DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT INTERNASIONAL Momentum alih status dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak saat ini telah dimanfaatkan secara maksimal. “IAIN Pontianak tidak boleh berhenti berbenah. Kita semua paham, bahwa era globalisasi menuntut adanya kesiapan untuk menghadapi tantangan dan persaingan yang semakin kompetitif, termasuk di bidang pendidikan dan dakwah Islam�, kata Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag, saat menyampaikan pidato rektor pada wisuda IAIN Pontianak, Rabu, 3 Juni 2015. Sebagai Rektor IAIN Pontianak, Hamka, punya pandangan ke depan menjadikan perguruan tinggi ini kelas dunia (world class university) dan perguruan tinggi percontohan (model university) dengan tata kelola yang baik (proper management), beridentitas kerakyatan (populy identity) serta berakar

pada sosio-kultur Indonesia (Indonesian sociocultural based). Dia menegaskan, IAIN Pontianak mesti punya peran secara signifikan dalam perkembangan masyarakat internasional, sehingga diupayakan agar terus meningkatkan kualitas pada semua bidang dan mengarahkannya untuk mencapai posisi strategis. Di bidang hubungan dan kerjasama luar negeri, terangnya, IAIN Pontianak sudah mengirimkan mahasiswa untuk kuliah dan kerja lapangan di luar negeri. Tahun ini adalah tahun kedua mengirimkan mahasiswa untuk KKL di Sarawak Malayasia berjumlah 30 orang, sebelumnya pada tahun lalu telah mengirimkan 20 mahasiswa. Ke depan, Hamka, berencana, akan jajaki Thaiand dan Brunei Darussalam untuk kuliah dan kerja lapangan bagi mahasiswa. Berbagai program ini tidak lantas

6 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK


Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag Rektor IAIN Pontianak “IAIN Pontianak mesti punya peran secara signifikan dalam perkembangan masyarakat internasional, sehingga diupayakan agar terus meningkatkan kualitas pada semua bidang dan mengarahkannya untuk mencapai posisi strategis”.

Ekspresi kegembiraan peserta wisuda “apa yang dicapai pada hari ini, tidak lepas dari jerih payah kedua orangtua, bersimpuhlah ucapkan terima kasih”

menampik ciri khas keIslaman dan lokalitas. Wisuda sarjana dan pascasarjana IAIN Pontianak, 3 Juni 2015 yang diikuti sebanyak 300 wisudawan, yang terdiri dari wisudawan pascasarjana sejumlah 32 orang. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Pontianak 179 orang. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan Pendidikan bahasa Arab IAIN Pontianak 13 orang. Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam (FSEI) Jurusan Ekonomi Islam 47 orang. Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam (FSEI) Jurusan Muamalah 7 orang. Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam sejumlah 8 orang. Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) jurusan Bimbingan dan Konseling Islam sejumlah 14 orang. Kepada wisudawan, Rektor IAIN Pontianak mengucapkan selamat. Dia berpesan, kita semua sependapat bahwa ilmu yang diperoleh, adalah alat, akan sangat tergantung pada, dan untuk apa, serta bagaimana ilmu tersebut digunakan. Nilai universal dari pemanfaatan ilmu, adalah untuk kemashlahatan umat dan bangsa secara keseluruhan.

Sekaranglah saatnya saudara-saudara mengamalkan ilmu tersebut di masyarakat. Buktikanlah

tambahnya, bahwa tidak ada satu pun kampus yang mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan kai-

bahwa gelar yang diperoleh menunjukkan kompetensi yang dimiliki. Bentuknya adalah karya nyata. Ilmu yang didapat selama dibangku perkuliahan ringkasnya hendaklah dimanfaatkan secara positif dan kreatif. Jadilah tokoh-tokoh pembaharu di masyarakat. Berbuatlah yang terbaik untuk umat dan bangsa di manapun kelak saudara/i bekerja. Para wisudawan adalah duta kampus IAIN Pontianak. Oleh karena itu, dia “menitipkan” nama baik kampus ini. Ketika saudara-saudari berhasil di masyarakat, maka nama IAIN Pontianak akan terbawa baik juga. Sebaliknya dari itu, apabila saudara gagal dan terlibat dalam kasus-kasus yang merugikan Negara, nama IAIN Pontianak akan terbawa-bawa pula. Meskipun kita paham,

dah-kaidah kebaikan. “Karena itu para lulusan ingat dan peganglah kuat nilai-nilai agama, nilai-nilai kejujuran, kebenaran dan keadilan. Sebagai pencerminan dari keluhuran budi, kejujuran, kebenaran, dan keadilan apabila digabung dengan kemampuan ilmu pengetahuan serta semangat pengabdian, sebagai wujud nilai kepahlawanan pada masa kekinian, insya Allah akan menjadi amunisi yang besar untuk membangun Indonesia yang lebih baik lagi”, tegas Hamka sebelum mengakhiri pidatonya. Selain daripada itu, tutup Hamka, apa yang saudara capai pada hari ini, tidak lepas dari jerih payah kedua orang tua. Setelah wisuda ini, segeralah bersimpuh untuk mengucapkan terimakasih. Jadilah anak yang berbakti pada orangtua.

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 7


LAILIAL MUHTIFAH:

GURU PROFESSIONAL ADALAH GURU YANG MEMILIKI KEMAMPUAN MUMPUNI DALAM MELAKSANAKAN TUGAS

D

ekan Fakultas Tarbiyah dan ilmu Keguruan (FTIK), Dr. Hj. Lailial Muhtifah, M.Pd., mengatakan Pada hari ini Selasa, 2 Juni 2015 peserta yudisium patut bersyukur kepada Allah SWT, karena FTIK kembali melakukan yudisium bagi putra putri kita yang telah menamatkan studinya. FTIK meyudisium sebanyak 194 orang mahasiswa, yang terdiri dari 181 lulusan pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan 13 lulusan pada Jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Meskipun FTIK telah memiliki 4 Jurusan, namun 2 Jurusan merupakan Jurusan baru yang belum melahirkan lulusan. Dari waktu ke waktu lulusan dari FTIK terus bertambah terutama dari segi jumlah

lulusannya. Dekan FTIK berharap, penambahan jumlah ini hendaknya berjalan seiring dengan peningkatan kualitas lulusan dari FTIK. Kami terus menerus berupaya, ujarnya dalam pidato yudisium, memperbaiki dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan layanan Pendidikan dan Pengajaran di Lingkungan FTIK, agar lulusan yang dihasil dari lembaga pendidikan ini dapat mencapai setidaknya 4 standar minimal sebagai seorang pendidik yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Menurut Lailial yang akrab disapa Laili, guru yang profesional memiliki kriteria: Pertama, kompetensi pedagogik merupakan kom-

8 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

petensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mengikuti perkembangan ilmu terkini karena perkembangan ilmu selalu dinamis. Kedua, kompetensi profesional yang harus terus dikembangkan guru dengan belajar dan tindakan reflektif. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Ketiga, kompetensi sosial bisa dilihat apakah seorang guru bisa bermasyarakat dan bekerja sama dengan peserta didik serta guruguru lainnya dan civitas akademika di kampusnya untuk mengembangkan kampusnya. Keempat, kompetensi ke-

pribadian. Kompetensi ini terkait dengan guru sebagai teladan, beberapa aspek kompetensi ini misalnya: (1) dewasa, (2) stabil, (3) arif dan bijaksana, (4) berwibawa, (5) mantap, (6) berakhlak mulia, (7) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (8) mengevaluasi kinerja sendiri, (9) mengembangkan diri secara berkelanjutan, dan (10) mampu berpikir secara strategis dan mengembangkan strategi-strategi yang efektif untuk mewujudkan visi dan misi hidup anda. Kami berharap ijazah kesarjanaan yang diterima nantinya terpatri dalam raga sarjana FTIK menjadi soft-skills untuk mengokohkan dan menguatkan kepribadian Saudara-Saudara dalam bingkai Akhlak Al-Karimah dan Kepriba-


dian “Mukmin Ulul Albab” dalam lingkup visi FTIK IAIN Pontianak. “Menjadi pusat pengembangan pendidikan dan pengajaran yang ulung, terkemuka dan terbuka dalam riset keagamaan, keilmuan dan kebudayaan borneo”, di tengah era revolusi mental dan persaingan yang sangat ketat di era global ini. Revolusi Mental adalah perubahan cepat dan kerja cepat, dan memiliki komitmen yang tinggi bekerja keras. Laili berpendapat, Revolusi Mental ini “meniru” cara apa yang telah dilakukan Rasulullah Nabi Muhammad SAW pada jaman jahiliyah dahulu di negeri Arab. Mengapa Revolusi Mental ini sangat penting? Ternyata Mental/Akhlak ini mempunyai kedudukan tertinggi. Berikut, urai Laili, beberapa hadits Nabi tentang akhlak; (1) “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”; (2) “Sesungguhnya orang yang terbaik dari kalian adalah orang yang terbaik akhlaknya”; (3) “Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya (di antara mereka)”; (4) “Pergaulilah manusia dengan akhlak yang mulia”; (5) “Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya (di Hari Kiamat) dibanding Akhlak mulia”; (6) “Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat

tempatnya denganku pada hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya”. Guru yang professional adalah guru yang memiliki kemampuan mumpuni dalam melaksanakan tugas jabatan guru. Laili menyadari betul, di era globalisasi seperti sekarang ini, standar Sumber Daya Manusia (SDM) yang diperlukan sangat tinggi. Tuntutan persaingan antara berbagai lulusan Perguruan Tinggi yang ada juga sangat tinggi. Sementara di sisi lain ketersediaan lapangan pekerjaan semakin kompetitif, paparnya. Oleh karenanya, dia terus menerus berbenah dan meningkatkan standar mutu yang ada, mulai dari standar kurikulum, standar proses, standar mutu dosen dan tenaga kependidikannya, standar sarana prasarana hingga standar kelulusan. Laili menyebut, ini semua merupakan agenda besar, bukan pekerjaan seperti membalik telapak tangan. Diperlukan kerja keras, kerja cerdas dan kolaborasi semua pihak. Termasuk dukungan dan partisipasi dari orang tua mahasiswa. Oleh karenanya, kami senantiasa mendorong kerjasama dari semua elemen yang ada, baik dosen, karyawan, mahasiswa, orang tua dan termasuk pemerintah daerah untuk mendorong peningkatan mutu layanan pendidikan di FTIK.

Dr. Hj. Lailial Muhtifah, M.Pd. “Kami terus menerus berupaya, memperbaiki dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan pelayanan Pendidikan dan Pengajaran di lingkungan FTIK”.

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 9


KHAIRUNAS

Mengutamakan 5 Nilai Budaya Kerja Kementerian Agama

S

ejak dilantik oleh Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin pada 23 September 2014, Khairunas, SH., MH., resmi menjadi Keluarga Besar Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Menjabat sebagai Kepala Biro Administrasi Umum, Akademik, dan Kemahasiswaan (AUAK) memberikan tantangan baru untuknya yang selama ini memangku amanah sebagai Auditor Irjen Kementerian Agama sejak 1999 hingga 2014. Mengimplementasikan 5 Nilai Budaya Kerja Kementerian Agama RI diutamakannya dalam menjalankan tugas tersebut. Bekerja sebagai Auditor maupun Kepala Biro AUAK tak harus membuatnya berbeda pandangan terhadap pekerjaanya. Kemana pun, kapan pun ia tetap bekerja secara Integritas, Profesionalitas, Inovasi, Tanggung Jawab, dan memberikan Keteladan. “Saya mempunyai prinsip bahwa saya harus bekerja secara profesional dan maksimal. Apakah saya sebagai Auditor atau menjadi Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, saya tetap bekerja secara Integritas, Profesional, dan memberikan keteladanan pada siapa pun, sebab itu adalah komitmen diri saya�, tegas mantan Ketua Kelompok Bidang Investigasi Inspektorat Jenderal Kementerian Agama ini. Berhadapan dengan administrasi tentu bertolak belakang dengan pengalaman kerjanya yang berurusan dengan kasus dan mengandalkan keahlian khusus keauditoran. Perbedaan signifikan tersebut membuatnya harus beradaptasi, untuk itu berpikir postif, arif, dan bijaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsinya merupakan aplikasi nilai budaya yang ia tanamkan pada dirinya. “Perbedaan yang sangat signifikan saya rasakan, dulu saya menjadi Auditor dan terakhir di investigasi, bekerja me

10 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK


nyelesaikan kasus-kasus dimanapun dan kapan pun, mengandalkan keahlian khusus keauditoran. Nah! sekarang saya jadi Kepala Biro harus bekerja di Administrasi Umum, Akademik, dan Kemahasiswaan, dan duduk di belakang meja ngurusin surat-surat dan semacamnya, karenanya saya perlu beradaptasi. Tetapi karena mempunyai semangat mengabdi, pekerjaan bagaimana dan dimana pun tidak menjadi kendala, sehingga walau pekerjaan itu asing akan berjalan lancar, semoga bermanfaat besar, insya Allah”, katanya bersemangat Berkaitan dengan 5 nilai budaya kerja tersebut, Khairunas juga menjadikannya sebagai pola keteladanan kepada pegawai. Dia menunjukannya dengan kedisiplinan jam kerja, berdasarkan rekapitulasi kehadiran Khairunas selalu datang dibawah pukul 07.30 dan pulang lewat pukul 16.00. Selain sebagai tanggung jawab pada pekerjaannya, Khairunas sendiri mempunyai prinsip tidak meninggalkan pekerjaan untuk diselesaikan keeseokan harinya. Maka tidak heran jika mejanya selalu bersih dan rapi dari berkas dan surat-surat. “Saya selalu mengedepankan kedisiplinan dan memberikan contoh teladan kepada pegawai dengan datang lebih awal dan pulang di atas jam 4. Bahkan pulang pun sering malam karena mengerjakan pekerjaan kantor. Sebab saya tidak ingin meninggalkan pekerjaan untuk keesokan hari nya. Semua surat dan berkas saya tuntaskan hari itu juga”, cerita Khairunas di ruang kerjanya. “Saya ingin konsentrasi penuh untuk pengabdian diri saya demi peningkatan pengembangan IAIN Pontianak”, tegasnya. Komitmen bukanlah sekadar pengakuan semata. Hal ini dapat dibuktikan dengan pembenahan yang telah dilakukan. Beberapa di antaranya adalah terlaksananya peng hapusan gedung bangunan MAS dan Masjid Syarif Hidayatullah dan pembangunan kembali ruang perkuliahan. Selain itu, pengembangan kerjasama dengan Perguruan Tinggi Negara lain yang saat ini telah bekerja sama dengan Universitas Malaysia Sarawak (UNIMAS), Terlaksananya upaya sinergisitas dengan pimpinan daerah dalam bentuk MoU dengan Kejaksaan Tinggi Provinsi Kalimantan Barat, Kementerian Agama Kalimantan Barat, dan Pemerintahan Kota Pontianak, Pengembangan keterampilan dan profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM) melalui dorongan studi lanjut, dan partisipasi berbagai kegiatan penelitian dengan memberikan kesempatan pada dosen untuk melakukan penelitian dalam jumlah yang banyak serta meng anggarkan bantuan kepada 12 dosen untuk melanjutkan

studi S3. Khairunas mengaku bahwa berbagai pembenahan yang dilakukan, tak lain untuk pengembangan dan kemajuan IAIN Pontianak, maka berbagai agenda strategis untuk peningkatan kualitas layanan dan mutu telah dirancang. Agenda ini berkaitan dengan Peningkatan kuantitas dan kualitas penerimaan mahasiswa, mutu pelayanan bidang akademik dan non akademik, mutu kurikulum, kualitas mahasiswa dan alumni, hubungan kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah maupun dan perguruan tinggi berkaitan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi serta bidang pengembangan unit usaha dan pemberdayaan aset. Peningkatan tersebut dilakukan melalui pengembangan di kegiatan akademik, kelembagaan, Sarana Prasarana, dan Sumber Daya Manusia baik dosen, tenaga kependidikan serta mahasiswa. “Ada beberapa dimensi yang patut diperhatikan dalam peningkatan kualitas dan kemajuan IAIN Pontianak; pertama, perbaikan mutu pelayanan. Kedua, Penetapan langkah antisipasi dalam menjawab kebutuhan nyata masyarakat. Ketiga, Perbaikan sistem kelembagaan yang lentur agar lebih mudah beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan,” jelas lulusan Magister Hukum Jurusan Pidana Universitas Islam Jakarta. Dimensi lain yang menjadi perhatian pemimpin yang lahir di Batusangkar, Sumatera Barat ini adalah Peningkatan efektivitas kerja sama kelompok dan optimalisasi tim kerja di antara unit-unit yang terkait, penataan manajemen berdasarkan kepemimpinan yang efektif, serta pemberdayaan dan pengembangan sumber daya manusia. Secara gesit, program kerja yang disebutnya sebagai cita-cita itu sebagian besar sedang dalam pembenahan dan beberapa di antaranya telah masuk dalam list target untuk dilakukan segera. ”Ada beberapa yang sedang dan akan dilakukan, di antaranya adalah Pemutakhiran data mahasiswa IAIN Pontianak yang saat ini ada berbagai versi yang berbeda jumlah nya. Penataan analisa beban kerja dan analisa kebutuhan tenaga fungsional dosen, fungsional tertentu lainnya dan pegawai administrasi yang sudah dilakukan dalam bentuk E-Formasi. Kemudian evaluasi kedisiplinan PNS dengan menyurati atasan langsung dan pelanggaran disiplin de ngan memberikan sanksi hukuman dalam rangka pening katan disiplin. Finalisasi STATUTA IAIN Pontianak yang tinggal selangkah lagi yakni dalam penetapan pakaian almamater, senat dan toga akademik serta kondisi jaringan internet”, tutupnya. BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 11


PENYALAHGUNAAN WEWENANG JABATAN (ABUSE OF POWER)

Oleh: Khairunas, SH. MH. (Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak)

A

buse of power adalah tindakan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan seorang pejabat untuk kepentingan tertentu, baik untuk kepentingan diri sendiri, orang lain atau korporasi. Kalau tindakan itu dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara, maka tindakan tersebut dapat dianggap sebagai tindakan korupsi. Ada adagium yang mengatakan bahwa, kekuasaan itu dekat dengan korupsi. Kekuasaan yang tidak terkontrol akan menjadi sema-

kin besar, beralih menjadi sumber terjadinya berbagai penyimpangan. Makin besar kekuasaan itu, makin besar pula kemungkinan untuk melakukan korupsi. Wewenang yang diberikan sebagai sarana untuk melaksanakan tugas, dipandang sebagai kekuasaan pribadi. Karena itu dapat dipakai untuk kepentingan pribadi. Akibatnya, pejabat yang menduduki posisi penting dalam sebuah lembaga negara merasa mempunyai hak untuk menggunakan wewenang yang diperuntukkan bagin-

12 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

ya secara bebas. Makin ting gi jabatannya, makin besar kewenangannya. Tindakan hukum terhadap orang-orang tersebut dipandang sebagai tindakan yang tidak wajar. Kondisi demikian merupakan sebuah kesesatan publik yang dapat merugikan organisasi secara menyeluruh. Dalam keadaan di mana masyarakat lemah karena miskin, buta hukum, buta administrasi, korupsi berjalan seperti angin lewat. Pemerintah pada suatu negara merupakan salah satu unsur atau komponen da-

lam pembentukan negara yang baik.Terwujudnya pemerintahan yang baik adalah manakala terdapat sebuah sinergi antara swasta, rakyat dan pemerintah sebagai fasilitator, yang dilaksanakan secara transparan, partisipatif, akuntabel dan demokratis. Proses pencapaian negara dengan pemerintahan yang baik memerlukan alat dalam membawa komponen kebijakan-kebijakan atau peraturan-peraturan pemerintah guna terealisasinya tujuan nasional. Alat pemerintahan tersebut


adalah aparatur pemerintah yang dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan sekarang disebut dengan Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 5 Tahun 2014. Pembentukan disiplin, etika dan moral ditingkat pejabat pengambil keputusan, sangat diperlukan untuk menangkal kebijakan yang diambil penuh dengan nuansa kepentingan pribadi dan golongan/kelompok. Kalau itu yang terjadi, tanpa

atau sikap mental, masalah pola hidup, kebutuhan serta kebudayaan dan lingkungan sosial. Masalah kebutuhan atau tuntutan ekonomi dan kesejahteraan sosial ekonomi, masalah struktur atau sistem ekonomi, masalah sistem atau budaya politik, masalah mekanisme pembangunan dan lemahnya birokrasi atau prosedur administrasi (termasuk sistem pengawasan) di bidang keuangan dan pelayanan publik.

atau kekuasaan ini merupakan sebagai salah satu unsur penting dari tindak pidana korupsi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 junto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Unsur penting yang dimaksudkan adalah “penyalahgunaan wewenang, yang dapat menyebabkan kerugian keuangan atau perekonomian negara�. Penyalah-

penyalahgunaan kewenangan dalam kekuasaan atau jabatan dapat dipandang sebagai perbuatan melawan hukum. Hal ini dimaksudkan karena perbuatan penyalahgunaan wewenang merupakan perbuatan yang tercela, oleh karena orang cenderung melaksanakan sesuatu tidak sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi yang seharusnya dilaksanakan. Akan tetapi malahan sebaliknya, yaitu memanfa-

disadari bahwa itu merupakan penyalahgunaan wewenang jabatan, yang disebut abuse of power. Perwujudan tindakan penyalahgunaan wewenang jabatan tersebut sebagian besar berdampak pada terjadinya Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Adakalanya tindakan penyalahgunaan wewenang jabatan tersebut disebabkan karena kebijakan publik yang hanya dipandang sebagai kesalahan prosedur dan administratif, akan tetapi apabila dilakukan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang berakibat pada kerugian perekonomian dan keuangan negara, maka sesungguhnya itu adalah tindak pidana. Persolan korupsi yang terjadi dari penyalahgunaan jabatan, terkait dengan kompleksitas masalah moral

Dengan demikian, kasus tindak pidana korupsi dengan modus penyalahgu-

gunaan kekuasaan atau kewenangan khususnya dalam pengelolaan dan pe-

atkan kesempatan yang ada dengan kewenangan atau kekuasaan yang dimiliki untuk melakukan tindak pidana korupsi. Dalam ketentuan perundang-undangan mengatur tentang bagaimana perbuatan atau tindakan penyalahgunaan kewenangan itu harus bersifat merugikan keuangan negara, maka tindakan ini rentan dan seringkali ditemui di kalangan aparatur negara atau pegawai negeri sipil. Mengingat peranan dan kedudukan pegawai negeri adalah aparatur negara yang juga memegang kekuasaan, maka tidaklah berlebihan bahwa dalam diri pegawai negeri terdapat potensi untuk menyalahgunakan kedudukan, kewenangan atau kekuasaannya.

“Seseorang akan cenderung menyalahgunakan jabatan atau kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi apabila mempunyai kesempatan� naan wewenang jabatan bersifat multidimensi dan kompleks. Sekalipun tindak pidana korupsi bersifat multidimensi dan kompleks, akan tetapi ada satu hal yang merupakan penyebab utama terjadinya tindak pidana korupsi khususnya dalam birokrasi, yaitu kesempatan dan jabatan atau kekuasaan. Seseorang akan cenderung menyalahgunakan jabatan atau kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, apabila mempunyai kesempatan. Penyalahgunaan jabatan

runtukkan keuangan negara oleh aparatur negara, sesungguhnya itu merupakan tindak pidana korupsi oleh karena sifatnya merugikan perekonomian negara dan keuangan negara. Artinya bahwa sekalipun itu dipandang hanya sebagai kebijakan publik yang sifatnya administratif, akan tetapi apabila sudah berakibat pada merugikan perekonomian negara dan keuangan negara, maka sesusngguhnya itu adalah merupakan tindak pidana. Mencermati apa yang dikemukakan di atas, maka

Artikel ini versi lengkapnya dapat dibaca di situs: www.khairunas.iainptk.ac.id

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 13


MEMBANGUN KESADARAN BUDAYA MUTU S alah satu bentuk perubahan perguruan tinggi yang sedang berlangsung adalah transformasi spirit corporate culture ke dalam institusi pendidikan tinggi. Artinya, menerapkan prinsip penatakelolaan yang baik ke lembaga pendidikan tinggi. Dengan menerapkan nilai-nilai good governance yang esensial, yaitu; transparansi, akuntabilitas dan responsiveness terhadap budaya akademik dan prakarsa, serta dampaknya terhadap mutu layanan. Ir. Abu Bakar Alwi, MT., Ph.D., mengatakan, membangun mutu perguruan tinggi diperlukan sistem, standar, dan aturan-aturan untuk melaksanakannya dan dijadikan sebuah proses budaya dan budaya itu adalah kita, dimana kita membiasakan diri terhadap sistem, standar dan aturan tersebut. Menurutnya, kesadaran terhadap mutu adalah sesuatu

yang berbeda, jika hanya membicarakan mutu dalam aspek teoritik saja, maka kita hanya akan membuka dan berbicarakan soal apa, dan apa tentang mutu. Untuk itu diperlukan kesadaran dan ada proses gradual pada diri kita untuk menyesuaikan dengan mutu, dan tujuannya adalah kepuasan pelanggan. Alwi menyebut, apapun yang dilakukan jika tidak memberikan kepuasan ter足 hadap pelanggan maka sesungguhnya kita bukan apa dan tidak memberikan apa-apa. Terlebih, di tengah persaingan global, kita ingin keluar sebagai pemenang, dan yang perlu disadari ditengah keinginan itu akan mengalami kegagalan berkali-kali, sehingga kegagalan itu adalah guru dalam memperbaiki kualitas. Mengelola mutu dapat diartikan kita selalu melakukan sesuatu yang benar diwaktu yang tepat, dan selalu berusaha untuk me-

14 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

Sapendi, M.Pd. Ketua LPM IAIN Pontianak, menyampaikan materi pada seminar 足Membangun Budaya Mutu, dia menyampaikan seminar ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap budaya mutu dan mengembangkan mutu pendidikan tinggi.

lakukan perbaikan. Orang yang menjaga mutu tidak bisa diam dan selalu membuat perbaikan secara terus menerus sehingga kualitas semakin baik. Perguruan tinggi memiliki infra struktur mutu pendidikan, sistem, standar, aturan-aturan, dan proses integrasi yang menjadi bagian penting. Mutu tidak bisa berjalan sendiri karena di dalam lembaga terdapat berbagai elemen. Mutu adalah lembaga, mutu bukan

masing-masing elemen dalam lembaga, tegasnya sebagai pembicara dalam seminar Membangun Budaya Mutu yang diselenggarakan LPM IAIN Pontianak. Ketua LPM IAIN Pontianak, Sapendi, M.Pd, dalam kesempatan yang sama, mengungkapkan, seminar Membangun Budaya Mutu pada hari Selasa, 16 Juni 2015, Gedung Biro AUAK, bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap bu-


daya mutu dan mengembangkan mutu pendidikan tinggi baik pada tahapan input, proses, output dan outcam-nya. Membangun budaya mutu sudah diamanatkan oleh undang-undang, Sapendi berharap, seminar yang diselenggarakan dapat memberikan tambahan wawasan tentang mutu, sehingga seluruh komponen yang ada di IAIN Pontianak memiliki kesadaran bersama dalam membangun budaya mutu. Menurut Sapendi, LPM sebagai lembaga hanya memberikan penjaminan mutu, akan tetapi penjamin mutu terselenggaranya pendidikan di IAIN Pontianak melekat pada semua publik internal secara keseluruhan, mulai dari unsur pimpinan, dosen, tenaga administrasi dan mahasiswa. Wakil Rektor I bidang Akademik, Dr. H. Hermansyah, M.Ag, membuka secara resmi dalam sambutannya menekankan sikap disiplin sebagai bagian dari kesadaran budaya mutu IAIN Pontianak, mutu harus memiliki standarisasi, dan harus dimulai dari hal yang terkecil. Hermansyah, berkeinginan menjadikan IAIN Pontianak sebagai lembaga yang besar dan bermutu, saat ini semua jurusan sudah terakreditasi dan rata-rata dengan akreditasi B, sementara akreditasi lembaga masih dalam proses.

“Dari jumlah mahasiswa pun, IAIN Pontianak terus mengalami perkembangan dari sebelumnya hanya menerima sekitar 300 mahasiswa menjadi 1000 mahasiswa baru setiap tahunnya”, terangnya. Dia, menegaskan, jumlah tersebut harus diimbangi dengan mutu pendidikan yang baik, jika tidak secara perlahan akan ditinggalkan atau jika itu berlanjut maka akan melahirkan orangorang yang tidak bermutu dan menjadi masalah di tengah masyarakat, yaitu pengangguran yang terdidik. Namun begitu, Hermansyah, mengingatkan mahasiswa yang hadir dalam acara tersebut, mutu bukan semata-mata urusan Rektor, ketua LPM, Kabiro AUAK, atau Dekan Fakultas, tetapi itu menjadi urusan kita semua dalam hal menjaga dan meningkatkan mutu yang sudah ada. “Seminar ini terselenggara mudah-mudahan dapat memunculkan kesadaran kita semua, bahwa mutu dan budaya mutu di lingkungan pendidikan IAIN Pontianak itu penting. Kita boleh bangga dengan status lembaga sebagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri di Kalbar, tetapi tidak cukup untuk berhenti disitu, dan jauh lebih penting semua yang ada disini berkualitas”, tutup Hermansyah.

TAHUN 2016 PROSPEK BARU BAGI CALON MAHASISWA JURUSAN PGRA

J

urusan Pendidikan Guru Raudhatul Atfal (PGRA) IAIN Pontianak merupakan destinasi pavorit bagi calon mahasiswa baru, Jurusan ini tidak hanya memberikan prospek baru bagi kejuruan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan menyediakan program pendidikan Taman Kanak-kanak (TK), atau Raudhatul Atfal (RA) sebagai jalur pendidikan formal, jenjang pendidikan pertama ketika anak memasuki usia 4-6 tahun. Pasalnya, program pendidikan ini sedang berkembang di kota-kota sampai ke daerah terpencil, tentu, program ini menjadi perhatian bersama dan perlu disiapkan secara baik tenaga pendidik yang profesional. Hal ini dipandang serius, karena pendidikan pra sekolah bertujuan untuk membantu meletakkan dasar perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri dengan ling­kungannya. Ketua Jurusan PGRA, Nur Hamzah, M.Pd, mengatakan, Pendidikan Guru Raudhatul Atfal FTIK IAIN Pontianak memberikan peluang agar anak-anak dapat berkembang dengan seluruh aspek kepribadian dan lingkungan melalui proses bermain, karena bermain merupakan prinsip yang melekat pada kodrat anak. Pada prinsipnya, lanjutnya, pendidikan guru Raudhatul Atfal yang diselenggarakan, bertujuan untuk memfasilitasi calon pendidik yang profesional dalam mendidik pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Saat ini, Jurusan PGRA FTIK IAIN Pontianak membuka kesempatan bagi siswa-siswi yang akan atau telah menyelesaikan studi tingkat atas untuk mendaftarkan diri ke Jurusan PGRA pada tahun 2016 sebagai mahasiswa baru, dan calon pendidik bagi anak-anak usia dini. Jurusan ini memberikan pelatihan-pelatihan khusus, dan pada tahun 2016 akan menyediakan laboratorium, serta alat peraga lainnya. Salah satunya Alat Permainan Edukatif (APE) sebagai Media Pembelajaran adalah untuk memperdalam konsep dasar bagi calon tenaga Pendidik Raudhatul Atfal. Selain itu, Jurusan PGRA juga memberikan mata kuliah keahlian seperti teori-teori pemkembangan anak dan lainnya guna menyiapkan calon pendidik yang memiliki ide kreatif, wawasan, dan pemahaman teoritik. BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 15


ILMU DALAM PERSPEKTIF EPISTEMOLOGI BARAT DAN ISLAM

P

embicara dalam seminar internasional Pascasarjana IAIN Pontianak, Sabtu, 13 Juni 2015, Nirwan Syafrin, Ph.D, mengatakan, Ilmu dibangun atas landasan epistemologi, dan dibentuk oleh worldview, karena itu konstruk epistemologi setiap peradaban akan berbeda antara satu dengan yang lain. Term Barat disini, menurutnya, tidak merujuk pada letak geografis atau geo politik, tetapi lebih pada worldview atau pandangan hidup. Secara umum, worldview bisa dimaknai sebagai perangkat konsep-konsep penting yang digunakan seseorang untuk memahami dan menginterpretasi fenomena yang ada disekitarnya. Walaupun terdapat titik singgung, terang

16 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

Nirwan, bangun epistemologi tidak bisa dikatakan sama, antara Barat dan Islam atau pun peradaban satu dengan lainnya, namun tetap terjadi perbedaan. Perbedaan itu berasal dari worldview (pandangan) Perbedaan Barat dan Islam dalam berbagai aspek sesungguhnya muncul dari dalam Bahasa Namrib al-Attas disebut sebagai konfrontasi permanen. Worldview, dalam perspektifnya, adalah seperangkat konsep yang dimiliki sesorang yang memahami dan menginterpretasikan objek-objek yang ada disekitarnya. Konsep-konsep disini adalah termasuk konsep penting, diantaranya mengenai tuhan, wahyu, agama, ilmu, pendidikan dan lain sebagainya.

Nirwan Syafrin, MA., Ph.D. sedang menyampaikan materi “Kebenaran diukur sejauhmana ia bisa diterima akal manusia, atau dibuktikan secara empiris, jika gagal dalam memenuhi kriteria akal dan empiris, maka dengan sendirinya dinyatakan salah.�


Usman Syihab, MA, Ph.D. menyampaikan materi menindaklanjuti ide Islamisasi pengetahuan al-Faruqi: Langkah-langkah strategis

Dia menyebut, Terbentuknya epistemologi Barat modern dapat dilacak dari rentetan episode yang dikenal dengan Renaissance, Enlighttenment, dan Modernity. Fase kebangkitan (Renaissance) merupakan awal dari sejarah peradaban Barat modern pada abad 16. Istilah ini mengindikasikan bahwa Barat sebelum fase Renaissance berada pada abad “kematian� atau biasa dikenal dengan dark age. Pada fase ini, tambahnya, benar-benar sedang mengalami kebangkitan dalam bidang seni, kesusasteraan, filsafat, sains, teknologi, agama, sosial, dan ekonomi. Perubahan yang terjadi sangat luar biasa, memberikan efek besar dalam kehidupan masyarakat barat, terutama yang paling menonjol adalah yang terjadi pada bidang sains dan filsafat. Dalam upaya untuk mengungkapkan dan menangkap kebenaran tentang alam, tambahnya memberi contoh, masyarakat Barat modern hanya berpegang pada pengalaman (experience) dan penelitian (observation). Metode observasi dan eksperimen inilah yang kemudian dijadikan standar metodologi saintifik. Dalam perjalanannya, Nirwan mengungkapkan, konsep keilmuan seperti ini kemudian diperkokoh oleh mazhab positivisme yang digagas oleh Agus Comte dan diperkuat oleh lingkaran Wina (Vienna Circle) yang memunculkan mazhab pemikiran baru yang dikenal dengan positivisme logis. Jika metode ini digunakan hanya untuk ilmu alam, mungkin masih bisa dimengerti, tapi motode ini ternyata juga menjadi acuan dalam kajian keilmuan lain seperti ilmu sosial dan humaniora termasuk agama. Dia berpendapat, disinilah awal sekularisasi ilmu, yaitu ketika ilmu dijauhkan dan dilepaskan dari ikatan wahyu. Sains yang dulunya punya hubungan erat dengan dunia metafisis, namun sejak revolusi sains, hubungan keduanya diputus total. Sain jadinya dianggap sebagai produk akal inderawi manusia semata, kebenaran diukur sejauhmana ia

bisa diterima akal manusia, atau dibuktikan secara empiris, jika gagal dalam memenuhi kriteria akal dan empiris, maka dengan sendirinya dinyatakan salah. Sedangkan, ilmu dalam konstruk epistemologi Islam, Nirwan menjelaskan, tauhid adalah fondasi dalam ajaran Islam. Mustahil ada Islam tanpa tauhid, maka dengan demikian mustahil juga ada kebaikan bisa diterima disisi Allah tanpa ketauhidan (al-Zumar: 65). Tauhid-lah esensi ajaran dan peradaban Islam, konstruk epistemologi Islam juga juga tidak bisa dilepaskan dari prinsip tauhid. Nirwan mengatakan, setidaknya ada dua prinsip pokok epistemologi Islam yang bisa diderivasi dari tauhid. Pertama, berdasarkan tauhid, kebenaran bukanlah misteri yang sulit atau tidak bisa ditemukan. Kebenaran merupakan sesuatu yang bisa digapai oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja, selama orang berkenaan memiliki inderawi dan akal sehat. Kedua, prinsip yang bisa diderivasi dari konsep tauhid ini adalah bahwa kebenaran tidak semuanya relative, sebagian kebenaran ada yang memiliki sifat kemutlakan dan manusia dapat mengetahui kebenaran mutlak tersebut. Jika tauhid adalah fondasi epistemologi Islam, maka syirik merupakan penyimpangan epistemologi dan kekeliruan ini sama sekali tidak bisa ditolerir (an-Nisa, 48). Allah dengan tegas menyatakan bahwa pelakunya (musyrik) adalah sesat (an-Nisa: 116) dan akan abadi di dalam neraka (al-Maidah: 72). Begitu besar kekeliruan musyrik, Rasulullah tidak menemukan padanannya dengan kesalahan besar apapun termasuk mencuri dan berzina. Dalam salah satu hadis, Rasulullah menyatakan bahwa orang yang mati dalam kondisi tauhid, masih punya harapan untuk masuk surga, meskipun dia pernah melakukan kejahatan lain seperti mencuri dan berzina (Bukhari: 5489 dan Muslim: 193). Kenapa Islam memperlakukan tauhid sedemikian penting. Kembali dia menyatakan, tauhid adalah dasar epistemologi berpikir dan bertindak seorang muslim. Kekeliruan dalam tauhid sama dengan kekeliruan epistemologis yang sudah pasti berdampak pada kekeliruan perbuatan. Bagaimana mungkin orang bisa mempersepsikan realitas dan berbuat benar jika gambarannya mengenai Allah sebagai al-Haqq (Realitas dan kebenaran mutlak) saja keliru. “Orang bisa saja salah dalam perbuatannya, tetapi jangan sampai salah dalam epistemologinya, karena orang yang salah dalam tataran epistemologi, sulit, bahkan tidak mugkin untuk melakukan perbaikan, selama framework tidak dibenarkan dahulu. Bagaimana seseorang mungkin memperbaiki perbuatannya jika dia sendiri tidak melihat per buatannya itu salah�, tutup Nirwan.

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 17


Nasri: PTKIN Unggul, dengan Perencanaan yang Bermutu

Foto bersama Tim Kecil Pra Kegiatan FGD Perencanaan PTKIN dengan Rektor IAIN Pontianak bersama istri, dan Kepala Biro AUAK. Kegiatan FGD Perencanaan PTKIN se-Indonesia akan dilaksanakan pada tanggal 14-17 September 2015 di IAIN Pontianak

D

alam rangka persiapan pertemuan FGD Perencanaan PTKIN se-Indonesia, Bagian Perencanaan dan Keuangan IAIN Pontianak menggelar pertemuan Pra Kegiatan FGD (Focus Group Discussion) yang dilaksanakan pada 31 Juli sampai dengan 2 Agustus 2015 di Hotel Orchard Pontianak. Ketua panitia pra kegiatan FGD Perencanaan PTKIN, H. Dimyati, S.Sos. MM, mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan sekarang merupakan persiapan dan sekaligus perumusan untuk kegiatan FGD Perencanaan PTKIN se-Indonesia yang rencananya akan dilaksanakan di IAIN Pontianak. Dia menuturkan, kegiatan Pra FGD saat ini dihadiri tim kecil yang bekerja untuk merumuskan persiapan pertemuan besar, yakni kegiatan FGD Perencanaan PTKIN se-Indonesia yang akan dilaksanakan pada bulan September 2015 mendatang, untuk itu dia berharap, apa yang didiskusikan dalam kesempatan itu, terlaksana sesuai dengan apa yang

18 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

ditargetkan. Sementara itu, ketua FGD Perencanaan PTKIN se-Indonesia, M. Ridwan, M.Pd.I, menyebut, apa yang dilakukan FGD Perencanaan pada tahun ini sudah menghasilkan beberapa output yang diinginkan terutama peningkatan kompetensi perencanaan PTKIN se-Indonesia, dan beberapa dokumen dan regulasi yang bisa dimunculkan dari tim ini. Beberapa output yang telah dihasilkan dari pertemuan sebelumnya, terkait dengan pengembangan perencanaan PTKIN se-Indonesia. M. Ridwan juga memaparkan beberapa pembahasan lainnya yang dihasilkan dalam pertemuan sebelumnya dihadapan peserta yang hadir, seperti juknis BOPTN yang pada hakekatnya bertujuan meningkatkan mutu lulusan, peningkatan mutu layanan perguruan tinggi serta mempelancar proses pembelajaran di PTKIN. Lebih lanjut, terkait dengan kegiatan FGD Perencanaan yang akan dilaksanakan 14-17 September 2015, Kasubbag


Perencanaan Dirjen Pendis, Drs. Nasri, MM., menyampaikan tema kegiatan tersebut, yaitu; PTKIN Unggul, dengan perencanaan yang bermutu. Nasri, menilai, apa yang dilakukan tim perumus dalam kegiatan Pra FGD Perencanaan, pembahasannya sudah kepada mutu Perencanaan lembaga. Walaupun, FGD Perencanaan sendiri, bekerja dilatarbelakangi banyak pemasalahan dalam bidang perencanaan, khususnya untuk penyusunan anggaran, pengadaan barang dan jasa pemerintah. Dalam kesempatan tersebut, guna meningkatkan mutu perencanaan tim kecil pada kegiatan Pra FGD memulai membuat grand desain mutu perencanaan perguruan tinggi. Nasri, mengaku, sebenarnya hal itu sudah disinyalemen dari Bappenas sebelumnya, yakni target akhir dari PTKIN. Selain pemaparan berbagai pembahasan dalam pertemuan itu para peserta juga memberikan beberapa pertanyaan dan masukan mengenai kesamaan persepsi terhadap penyusunan anggara pada tahun 2016. Seperti diketahui, pada tahun 2016 dari sisi teknis di aplikasi akan ada perubahan nomenklatur kegiatan. Kemudian, menata ulang output perencanaan PTKIN sebelumnya, untuk disesuaikan dengan renstra yang ada saat ini. Pada pertemuan FGD di IAIN Pontianak nanti, Nasri berharap, peserta punya persepsi yang sama dalam berbagai macam persoalan hukum yang muncul dan bagaimana menyelesaikannya tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah. Disamping itu, juga terdapat report lainnya yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut. Beberapa uraian-uraian output dari pertemuan sebelumnya dan telah disepakati bersama, dan akan ditindaklanjuti terutama ada beberapa output yang harus disoundingkan dengan pendidikan tinggi, terkait dengan output pusat dan daerah, agar tidak terjadi tumpang tindih. Selain itu, tim juga telah mendiskusikan rencana pertemuan FGD Perencanaan se-Indonesia, rencananya digelar di IAIN Pontianak pada tanggal 14-17 September 2015. Pada akhir pertemuan ditutup dengan penyampaian laporan yang diserahkan oleh Subbag Perencanaan Dirjen Pendis Kemenag RI dan diterima Kepala Biro AUAK, H. Khairunas, SH.,MH., diharapkan dapat menghasilkan sebuah formulasi terbaik. “Saat ini memang diperlukan satu pemahaman bersama untuk membangun Perencanaan Perguruan Tinggi yang bermutu, melalui rumusan grand desain ini, tim akan memiliki kemampuan yang lebih baik lagi dalam hal perencanaan PTKIN”, tambah Nasri.

Drs. Nasri, MM Kasubbag Perencanaan Dirjen Pendis Kemenag RI “Apa yang dilakukan tim dalam kegiatan Pra FGD Perencanaan PTKIN se-Indonesia, pembahasannya sudah sampai pada mutu Perencanaan dan Lembaga”

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 19


Mahasiswa KKL Harus Menjadi Duta IAIN Pontianak

Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag, didampingi ketua dan sekretaris panitia KKL Integratif dan Ketua LP2M IAIN Pontianak KKL Integratif memberikan penekanan pada pengembangan aspek kemandirian, kemampuan pemecahan masalah (problem solving), tanggung jawab sosial (social responsibility) dan keterampilan hidup (live skill).

K

egiatan KKL Integratif IAIN Pontianak yang sedang dilaksanakam di dua daerah menyedot antusiasme yang tinggi dari peserta. Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag., mengatakan, mahasiswa KKL Integratif harus mewakili kampus dalam upaya mempromosikan potensi akademik, dan menjadi sosok mahasiswa yang kreatif, inovatif, dan unggul selama mengabdikan diri kepada masyarakat. Menurutnya, hal itu perlu ditunjang dengan penampilan yang simpatik, santun, dan berdedikasi dalam mensukseskan KKL Integratif 2015. Penyelenggaraan KKL merupakan

20 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

bagian integral dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Hal ini menyangkut perpaduan terbaik dari aspek-aspek yang mencakup pengetahuan umum, pengetahuan akademik, pegabdian, wawasan bermasyarakat dan pengembangan diri. Melalui kegiatan KKL Integratif, Hamka menegaskan, mahasiswa harus menjadi duta IAIN Pontianak. mahasiswa harus meningkatkan disiplin, dedikasi, dan tanggung jawab yang tinggi untuk membantu dan mengabdi kepada masyarakat.


Dengan bagitu, lanjut dia, sebagai duta, selain harus mampu mempromosikan IAIN Pontianak, juga harus mampu membantu masyarakat di daerah, menjadi inspirator dan motivator dalam menjalankan peran dan fungsinya di masyarakat. Ada beberapa prinsip yang menjadi paradigma dari KKL Integratif, diantaranya; mengintegrasikan ketiga aspek tri dharma perguruan tinggi menjadi satu kesatuan yang utuh dan menopang satu sama lain; penguatan kompentensi masing-masing jurusan dan prodi, dimana mahasiswa berusaha menterjemahkan nilai kompetensi studi dalam bentuk kegiatan dimasyarakat; bersifat interdisipliner-kolaboratif, kegiatan dilakukan dengan lintas jurusan dan program studi; kontekstual, implementasi KKL harus melihat persoalan dan kecenderungan sosial yang ril dihadapi masyarakat, kemampuan merespon dan mencermati kondisi ril di lapangan menjadi pra syarat penting; dan tangible-measurable, dalam membuat pencapaian program dapat dilihat dan dirasakan masyarakat manfaatnya. Dalam mengaplikasikan pengabdian kepada masyarakat, KKL Integratif memberikan penekanan pada pengembangan aspek kemandirian, kemampuan pemecahan masalah

(problem solving), tanggung jawab sosial (social responsibility) dan keterampilan hidup (live skill). KKL Integratif menguatkan kompetensi akademik mahasiswa, hal ini dimaksud kan agar mahasiswa dapat mengembangkan dan mengkontekstualisasikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh selama dibangku perkuliahan. Mahasiswa harus mengembangkan kemampuan dan keterampilan akademik selama kegiatan KKL Integratif, yakni dengan melakukan observasi dan diskusi tentang masalah yang ril dalam masyarakat, dan dapat menemukan solusi bagi persoalan kelompok. Dengan demikian, mahasiswa dapat menginventarisir segala keluhan dan keinginan masyarakat. Selanjutnya diformulasikan dalam bentuk berbagai kegiatan. Sebanyak 425 Mahasiswa IAIN Pontianak yang melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) tahun 2015 di dua lokasi yaitu, Kabupaten Sambas dan Bengkayang. Kegiatan ini berlangsung selama 40 hari dimulai pada tanggal 31 Juli sampai dengan 7 September 2015. Peserta KKL Integratif dibagi sebanyak 30 kelompok, 7 kelompok ditempatkan di kecamatan Sei Raya Kepulauan Kabupaten Bengkayang, dan 23 Kelompok di Kecamatan Paloh Kabupa-

ten Sambas. Ketua panitia KKL Integratif, Drs. Marsih Muhammad, M.Ag, juga menegaskan kepada mahasiswa untuk melaksanakan KKL Integratif dengan sebaik-baiknya dan mempersiapkan diri baik fisik maupun mental serta persediaan dana yang cukup. Dia menuturkan, KKL Integratif akan menekankan pada penguatan kompetensi akademik mahasiswa, hal ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengembangkan dan mengkontekstualisasikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh selama dibangku perkuliahan. “Mahasiswa harus men-

gembangkan kemampuan dan keterampilan akademik selama kegiatan KKL Integratif, yakni dengan melakukan observasi dan diskusi tentang masalah yang ril dalam masyarakat, dan dapat menemukan solusi bagi persoalan kelompok�, lanjutnya. Selain itu, kepada peserta, dia mengingatkan, agar mahasiswa selama menjalankan kegiatan KKL, hendaknya dapat menjaga nama baik, dengan sering melakukan koordinasi sesama anggota maupun tokoh masyarakat setempat. Untuk itu, ketua kelompok berperan penting untuk menjaga kekompakan anggotanya.

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 21


PRESTASI MAHASISWA PERBANKAN SYARIAH

M

elalui perjuangan panjang dan persaingan ketat, akhirnya IAIN Pontianak kembali menunjukkan prestasinya setelah tiga mahasiswanya terpilih menjadi Duta Genre Kalbar 2015 setelah Faisal Wahyudi dan Wardatul Fadhilah sebagai runner up 1 putra-putri, Isna Ayu Lestari duta Persahabatan, ketiganya merupakan mahasiswa FSEI Jurusan Perbankan Syariah. Pada awalnya, Faisal dan Fadhilah menceritakan, ada informasi di kampus tentang pemilihan Duta Genre Kalbar 2015, sebanyak 22 mahasiswa mengikuti audisi di kampus yang dilakukan oleh Angga yang juga merupakan pemenang Duta Genre Kalbar 2013. Dalam seleksi kampus dipilih delapan besar PIK-M (Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa) untuk mengikuti tes tingkat provinsi tahap pertama mewakili IAIN Pontianak. pada tahap ini mahasiswa diseleksi untuk mencari pigur fasilitator dalam rangka meningkatkan sosialisasi dan promosi program genre, khususnya pengembangan PIK-Mahasiswa sebagai wadah pelayanan informasi dan konseling bagi mahasiswa. Dari situ, lanjut Faisal, terpilih empat mahasiswa untuk masuk seleksi tahap Road Show to Dumas Mahasiswa Genre melakukan kegiatan aksi, kunjungan, dan bulan bakti mahasiswa Genre. Kegiatan ini diisi dengan melakukan kunjungan ke panti jompo, lapas anak, kantor walikota, sekolah autis, sekolah-sekolah dan juga dalam kegiatan Car Free Day di jalan A. Yani Pontianak untuk mengkampanyekan tiga permasalahan remaja HIV, NAPZA, Free Sex dan lainnya seputar tentang KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja). Setelah proses tersebut, secara bergantian, Wardatul Fad-

22 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

hilah yang akrap disapa dengan Dela, menjelaskan, peserta menjalani karantina dan proses penjurian, selanjutnya baru akan dilakukan Grand Final Tingkat Provinsi Kalbar. Pada fase ini berlangsung selama 4 hari 3 malam. “Pada hari pertama dari pagi hingga malam mendengarkan sosialisasi dari pemateri. Lanjut dihari berikutnya adalah proses penentuan duta untuk persiapan penilaian pada acara Grand Final�, tutur Dela yang juga aktivis UKM KSR IAIN Pontianak. Pada tahap ini, ungkap dia, peserta diwawancara dan dinilai langsung oleh juri sebanyak 5 orang yang menilai tentang pengetahuan umum, public speaking, informasi PIK, seputar BKKBN, dan etika kepribadian. Selain itu peserta juga mempresentasikan program unggulan yang telah dibuat oleh setiap peserta untuk dijelaskan dalam waktu 2 menit. Setelah melalui proses penjurian, pada Jumat, 3 Juli 2015 digelar malam penganugerahan Duta Mahasiswa GenRe Tingkat Provinsi Kalbar di gedung Pontianak Convention Centre (PCC). Pada tersebut menjadi detik-detik yang menegangkan, karena semua finalis akan mempresentasikan secara acak berdasarkan tema yang diundi dihadapan juri dan penonton yang memenuhi gedung. Selama proses kegiatan pemilihan, Dela, mengaku, merasakan pengalaman luar biasa dan kerja keras. Selain merasa senang dan bangga bisa meraih hasil yang baik, tentunya perjuangan dia dan rekan-rekannya tidak sia-sia, dan menjadi bekal untuk hal yang lebih baik lagi. Pemenang dalam ajang ini akan mewakili Kalbar dalam pemilihan Duta Mahasiswa Genre tingkat nasional 2015 pada bulan September, akan memperebutkan Piala Ibu Negara.


BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 23


24 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.