Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
identitas
NO. 926, TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
‘
n
Kronik Unhas Buka Layanan Isolasi Mandiri Bagi Sivitas Akademika
n
Jeklang Kisah Sukses Sang Dokter, AntaraI mpian dan Keinginan Orangtua
/7 /16
'
DARI REDAKSI
2 TAJUK
P
Suara Menteri
emilihan Rektor Unhas 20222026 kini tengah memasuki tahap penjaringan bakal calon rektor. Setelah melewati tahap penjaringan dan penyaringan, nama-nama yang lolos akan mengikuti proses pemilihan dalam Majelis Wali Amanat (MWA). Di dalam MWA, terdapat 19 orang yang akan memilih, dari menteri, gubernur, perwakilan dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan masyarakat. Keterlibatan unsur lain di luar kampus, seperti menteri sudah diatur dalam Peraturan Menristekdikti Nomor 19 Tahun 2017 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Pemimpin Perguruan Tinggi Negeri. Aturan ini berisi menteri pendidikan dan kebudayaan mempunyai hak 35 persen suara dalam pemilihan rektor. Suara ini dimaksudkan pemerintah sebagai suara penyeimbang dari 65 persen dalam kampus. Campur tangan pemerintah dalam menentukan kepemimpinan di dalam universitas hingga kini masih menuai pro dan kontra. Intervensi ini dinilai menciderai proses demokrasi yang berlangsung di dalam kampus. Pemerintah beralasan perguruan tinggi merupakan milik negara, yang mestinya harus tetap dibawah kontrol pemerintah, disamping juga universitas diberikan anggaran oleh negara. Sehingga, pantas-pantas saja menteri mendapat hak suara 35 persen. Hak menteri 35 persen dalam pemilihan rektor nyatanya dapat menggagalkan suara mayoritas di dalam kampus. Hal ini menimbulkan permasalahan sendiri nantinya di kalangan civitas akademica, dari tidak didukung sepenuhnya rektor terpilih, rentang kebijakan kampus diintervensi, hingga jelang pemilihan memungkinkan terjadi lobi-lobi ke kementerian, partai politik dan istana, demi meraih suara menteri, akibatnya pemilihan rektor terkesan politis. Ini pun menjadikan proses demokratisasi dalam kampus tidak berjalan sepenuhnya, yang di mana semestinya universitas menjadi contoh, akar dan miniatur dalam negara ini. Sangat disayangkan sekali keterlibatan pemerintah dalam penentuan nahkoda kampus. Menunjukkan ketidakpercayaan pemerintah kepada universitas dalam menentukan nasibnya sendiri. Perguruan tinggi harus bebas dari intervensi seperti ini, harus lebih mandiri, menghindari campur tangan pemerintah daerah dan pusat. Keberdikarian harus terus dikonsolidasikan dalam kehidupan berdemokrasi di kampus.n
KARIKATUR
KOSAKATA
ILUSTRASI/NUR ALYA AZZAHRA
SURAT DARI REDAKSI
TANGKAPAN LAYAR
Pelatihan Presenter : Tim Identitas Edukreator menggelar pelatihan Presenter dan Voice Over dengan pemateri Rafika Mustaqimah Wardah pada Sabtu dan Mingu, (28-29/8). Kegiatan ini merupakan salah satu item pelatihan selama sebulan dengan empat item pelatihan yakni Reporter, Fotografer dan Videografer, dan Desain Grafis.
Mengasah Asa
K
ami sangat senang di bulan kemerdekaan ini, semangat menahkodai kapal yang kami sebut PK identitas Unhas terus membentangkan layarnya. Sambil berlayar kami menyiapkan meriam yang kami nama identitas edukreator. Suatu wadah untuk mewujudkan kegiatan pelatihan jurnalistik, maupun di luarnya. Namanya juga wadah, tempat itupun menjadi ruang belajar
identitas
NO. 926, TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
bagi kru dan magang yang letih dengan rutinitas kuliah. Kami terus menjaga semangat dan keinginan untuk mengembangkan identitas Unhas yang lebih baik lagi. Beriringan dengan itu, kami kembali menerbitkan Edisi Agustus yang mengulas civitas sistem pemilihan rektor dari masa ke masa, kemudian hasil penelitian mahasiswa mengenai perubahan garis pantai di Maros. Selamat membaca!n
Bantar: menolak (mencegah) penyakit dan sebagainya Bapakisme: praktik hubungan pemimpin dan bawahan yang meniru pola hubungan bapak dan anak Barbur: bercempung-cempung dalam air; suka menghamburhamburkan uang; boros Cakrabuana: roda dunia Celek: buta mata sebelah Celutak: suka makan sesuatu yang tidak patut karena bukan hak atau jatahnya; suka menggoda wanita. Dayah: orang perempuan (ibu) yang diserahi mengasuh atau menyusui anak orang lain. Degil: tidak mau menuruti nasihat orang; keras kepala; kepala batu Edan: tidak waras Emendasi: perubahan yang bersifat perbaikan pada naskah atau teks. Falsifikasi: kekeliruan. Fibrasi: getaran. Fortuna: keberuntungan; tuah Ganar: bingung; kehilangan akal. Hajib: penjaga pintu. Hapaheman: tidak tahu berterima kasih seolah-olah tidak terpecahkan Indolen : lesu; tanpa kemauan; tidak bersemangat; malas Interim : Sementara waktu.
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Muh. Restu, Sumbangan Baja, A. Arsunan Arsin, Muh. Nasrum Massi n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, M Dahlan Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi nKetua Penyunting: Ahmad Bahar nKetua Penerbitan: Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Arisal nKoordinator Liputan: Santi Kartini nLitbang Data: Nadhira Noor R Sdiki nStaf Penyunting: Khintan nFotografer: Nur Ainun Afiah, Friskila Ningrum YusufnArtistik dan Tata Letak: Annur Nadia Felicia Denanda nIklan/Promosi: Nurul HikmanReporter: Irmalasari, Risman Amala Fitra, Anisa Luthfia Basri nTim Supervisor: Nasruddin Azis, Nasrul Alam Azis, Muchlis Amans Hadi, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Arifuddin Usman, Abdul Haerah, Ibrahim Halim, Ahmad Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar, Abdul Chalid Bibbi Pariwa, Muhammad Yunus n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245. Website: www.identitasunhas.com, E-mail: bukuidentitas@gmail. com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).
Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Sampul Edisi Agustus 2021 Ilustrasi : Rizka Ramli Layouter : Annur Nadia F. Denanda
identitas
NO. 926 TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
JEKLANG
3
Berkah di Balik Bencana Kabut Asap Setiap bencana pasti ada hikmahnya. Siapa yang sangka anak korban Bencana Kabut Asap kini melejit ke Negeri Matador.
C
hatarina Elita Amadea, mahasiswa Program Studi Sastra Arab Unhas angkatan 2019 ini sedang berbahagia. Elita sapaan akrabnya lolos program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2021 yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Berkat prestasinya tersebut, dara kelahiran 2001 ini diberi kesempatan belajar di Spanyol selama satu semester. Tidak hanya Elita, namun 20 mahasiswa Indonesia lainnya juga mendapat kesempatan ini. Saat diwawancarai reporter identitas, Elita mengakui awalnya ia sempat pesimis dan tidak menyangka akan terpilih jadi salah satu perwakilan mahasiswa Indonesia. Namun, ia yakin kemampuan menguasai tiga bahasa asing yang membantunya lolos program ini. Elita berkisah, kemampuan bahasa asing ia asah ketika bencana kabut asap melanda daerahnya Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Saat itu tahun 2015 dan ia masih duduk di bangku SMP. Semua sekolah ditutup sehingga proses belajar mengajar berhenti. Berada di situasi yang tidak memungkinkan keluar rumah, Elita akhirnya mengisi waktu dengan menonton film DVD luar negeri, bahkan membaca buku-buku bahasa asing koleksi orang tuanya. “Seseorang dapat menguasai bahasa ibunya karena terbiasa dengan lingkungan yang menggunakan bahasa tersebut. Dalam menguasai bahasa asing, hal tersebut juga berlaku untuk saya, karena terbiasa sejak kecil menonton dan membaca konten bahasa asing, akhirnya saya bisa banyak bahasa,” ucapnya yang menguasai Bahasa Inggris, Jepang
dan Arab. Alumni SMAN 1 Pinrang ini juga sangat bersyukur hidup di lingkungan yang suportif. Keluarganya terbiasa menggunakan bahasa asing dalam komunikasi seharihari sehingga ia makin fasih. Selain itu, dalam program IISMA 2021, ia juga merasa didukung penuh oleh dosen dan staf di Prodi Sastra Arab Unhas. Ia berbagi proses yang harus dilalui sebelum menjadi awardee. Pertama, mengikuti seleksi berkas, lalu mengurus sertifikat Bahasa Inggris untuk kebutuhan universitas tujuan. Tidak hanya itu juga ada surat rekomendasi dari prodi, transkrip nilai, surat izin orang tua, dan surat keterangan berbahasa inggris. Di tingkat nasional, ia harus menyertakan esai dan surat pernyataan kesungguhan mengikuti program. “Awal mula saya dengar program IISMA dari sosialisasi kampus merdeka yang dilakukan oleh dosen di prodi, lalu saya coba daftar. Setelah lolos, alhamdulilah ada dana bantuan dari kampus untuk mengurus kebutuhan yang tidak ditanggung oleh Kemendikbud, seperti pembuatan visa di Jakarta,” katanya saat diwawancara via telepon, Senin (16/8). Kini, Elita tengah mempersiapkan studinya di University of Granada. Ia berencana berangkat ke Spanyol pada tanggal 26 September 2021. Lalu kembali sebagai alumnus program beasiswa IISMA pada 23 Desember 2021. Ia merasa senang sekali karena ketika sampai di sana, pemerintah Spanyol
DOKUMENTASI PRIBADI
selaku pelaksana program telah menyiapkan asrama bagi mahasiswa penerima beasiswa. Jadi, ia tidak perlu khawatir akan kesulitan mencari tempat tinggal. Elita bertekad sepulang dari Spanyol nanti, ia mau mendirikan komunitas menulis. Perempuan yang gemar membaca ini ingin mengajak banyak orang untuk menulis tentang Islam dan juga Sastra Arab. Saat ditanya siapa yang menginspirasinya, Elita menceritakan sosok Agatha Christie. Pengidap disleksia yang menghasilkan banyak karya. Tidak tanggung-tanggung bukunya diterjemahkan dalam berbagai bahasa. “Saya ingin orang banyak tahu tentang fakta-fakta tentang Sastra Arab terutama dari berbagai sudut pandang, tentang sisi lain dari ilmu Bahasa Arab dan tentang bagaimana cara belajar bahasa yang
sangat menyenangkan,” ungkapnya. Di akhir perbincangan, Elita berbagi bahwa keputusannya fokus belajar Sastra Arab sempat ditentang oleh ibunya. Sang ibu menginginkan perempuan kelahiran Kalimantan ini kuliah jurusan diplomatis seperti Hubungan Internasional. Tapi, Elita berjodoh dengan Sastra Arab, pilihan keduanya ketika seleksi masuk perguruan tinggi. Ia bertekad lebih tekun belajar Bahasa Arab karena dengan mengerti bahasa ini maka bisa beribadah dengan lebih baik lagi. “Dengan mengerti bahasa Arab, membaca al-Qur’an dan mendirikan sholat jadi lebih khusyuk karena paham maksud bacaannya,” tutup Elita. n
Anisa Luthfia Basri
4
OPINI
identitas
NO. 926, TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
Suksesi Rektor Unhas: Pergerakan “Tanpa Bola” dan “Invisible Hand”
J
abatan dua periode Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu, M A sebagai Rektor Unhas akan berakhir 28 April 2022. Kini sudah tercatat delapan orang yang mengajukan diri sebagai kandidat pengganti Dwia. Mereka itu seluruhnya menjabat guru besar. Enam orang di antaranya masih dan pernah menjabat Dekan Fakultas. Seorang lainnya menjabat direktur jenderal di Kementerian Kesehatan RI dan seorang lagi memangku jabatan “struktural” di organisasi Majelis Wali Amanah (MWA), entitas yang akan memilih mereka sebagai rektor kelak. Grup Whatsapp (WAG) Ikatan Alumni Unhas Jabodetabek dalam beberapa hari terakhir ini melakukan polling perihal calon rektor Unhas pilihan waganet. Pada pukul 13.45 Wita tanggal 24 Agustus 2021 saya sempat menengok data hasil polling tersebut. Data yang masuk 20.994 voters menempatkan Abdul Kadir (AK) masih meraih pilihan terbanyak, 5.491 (26,2%), Farida Patittingi (FP) 4.246 (20,2%), Budu (B) 2.969 (14,1%), Armin Arsyad (AA) 2.465 (11,7%), Jamaluddin Jompa (JJ) 2.094 (10,0%), Sumbangan Badja (SB) 1.487 (7,1%), Muhammad Restu (MR) 1.336 (6,4%), dan Indrianti Sudirman (IS) 908 (4%). Hasil polling ini hanya merupakan gambaran daftar akumulasi keinginan dari mereka yang telah memberikan suara dengan melihat figur yang ditawarkan. Sebab yang menentukan adalah suara para anggota MWA Unhas yang berjumlah 19 orang itu. Meskipun demikian, selain suara dari MWA, ada suara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi 35 persen. Campur tangan Menteri yang memiliki kuota suara 35 persen semula banyak diprotes perguruan tinggi negeri karena dianggap ada intervensi terhadap demokratisasi kampus dalam memilih nakhodanya. Tetapi pemerintah beralasan, suara menteri yang mewakili pemerintah itu sebagai penyeimbang suara internal perguruan tinggi negeri yang bersangkutan karena perguruan tinggi negeri merupakan perpanjangan tangan pemerintah dalam melaksanakan kegiatan pendidikan. Pengenaan suara Menteri yang 35 persen itu mulai berlaku ketika
Muhammad Nuh menjabat Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi dan dikeluarkanlah Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2017 dan Nomor 20 Tahun 2018 tentang tahapan pengangkatan Rektor Perguruan Tinggi Negeri. Tahap I pemilinan dilakukan dengan penjaringan oleh Senat Akademik untuk mencari 4 calon. Tahap II menyaring lagi untuk memperoleh 3 calon yang akan disampaikan ke Menteri yang selanjutnya akan menelusuri rekam jejak mereka. Jika ternyata dari salah seorang nama itu ada rekam jejaknya yang “tidak berkenan” di hati Menteri, maka akan dilakukan penyaringan ulang. Tahap III pemilihan Rektor dalam rapat senat tertutup oleh menteri dan anggota MWA yang terdiri atas Gubernur, perwakilan dosen, perwakilan
masyarakat, alumni, mahasiswa, dan tenaga pendidikan. Di sini perbandingan suara Menteri 35 persen dan MWA 65 persen. Wakaupun tiga calon bakal bersaing memperoleh suara hampir seimbang di MWA, tetapi nasibnya akan ditentukan oleh kuota 35 persen suara menteri. Jika suara total untuk pemilihan rektor ini N =100 persen, berarti 19 suara MWA 65 persen, sementara 35 persen suara menteri ekuivalen dengan 6,65 suara, sehingga total suara pemilihan 19+7 (dibulatkan) = 26 suara. Sehingga, seorang calon jika sudah meraih maksimal 10 suara saja dari MWA akan menang jika kuota menteri jatuh padanya. Bahkan kalau pun tiga calon bersaing ketat sama-sama meraih 6-6-7 suara, salah seorang di antaranya akan menjadi rektor jika “bintang” yang 35 persenitu “menimpanya”. Gerakan Tanpa Bola Dari delapan calon Rektor Unhas tersebut, Fakultas Kedokteran mengajukan dua calon. Di atas kertas jelas suara anggota senat akademik dari kubu fakultas ini akan terpecah antara memilih AK
DOKUMENTASI PRIBADI
atau B. Akan halnya dengan FP bisa terjadi akan berkolaborasi dengan beberapa fakultas tetangganya, Ilmu Budaya, Ekonomi, dan Fisipol. Saya mengajukan Ekonomi dan Fisipol, meskipun mengajukan calon rektor sendiri, tetapi lebih menguntungkan jika akan melakukan “bergaining position” dengan FP. Mudahmudahan prediksi saya ini keliru, majunya dua calon tersebut boleh jadi untuk mempersiapkan posisi tawar dengan calon mana yang akan menggaetnya. Calon lain, JJ, SB, dan MR, jika melihat jumlah anggota senat akademik dari fakultasnya, boleh jadi akan sulit bersaing . Tetapi ini hanya prediksi belaka. Semuanya akan ditentukan saat penyaringan oleh Senat Akademik dan penetapan tiga calon yang akan dipilih Menteri dan MWA. Pergerakan tanpa bola akan kencang terjadi ketika tiga nama sudah dikirim ke Menteri untuk selanjutnya akan dipilih oleh Menteri dan MWA. Di sini, orang akan mulai berhitung siapa yang “kuat” dikenal dan mengenal orang di pusat pemerintahan republik ini.
Reputasi dan prestasi akan sangat dipertaruhkan. Namun tidak boleh dilupakan, serangan “undercover” yang dilakukan kalangan tertentu, dalam hal ini para politisi akan ikut menentukan, Dalam hal ini, diakui atau tidak, para penghuni Senayan jelas akan bermain. Di Indonesia praktik ini belum bisa lepas dengan keterlibatan “invisible hand” (tangan tersembunyi) seperti ini. Tentu saja, yang akan dilirik adalah para anggota Dewan di komisi yang berminra dengan Menteri Pendidikan Kebudayaan dan Riset dan Teknologi. Dengan posisi tersebut, mereka akan dapat melakukan “soft press” terhadap Menteri. Bisa saja. n
Penulis M. Dahlan Abubakar merupakan Dosen Tidak Tetap Unhas dan Penasihat Ahli PK identitas Unhas.
identitas
NO. 926 TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
IPTEKS
5
DOKUMENTASI PRIBADI
Mahasiswa Unhas Buat Perangkap Hama Padi
H
ama merupakan organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Hama masih dan akan selalu menjadi musuh yang paling ingin dihindari oleh petani karena dapat menyebabkan kerusakan maupun kerugian yang besar. Cara demi cara pun telah banyak dilakukan untuk dapat menghindarkan tanaman dari gangguan hama. Pemakaian pestisida kimia sintetik pun turut digunakan para petani untuk mengendalikan serangan hama, bila terus menerus dibiarkan akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan maupun manusia. Melihat hal itu, Tim Program Kreatifitas Mahasiswa Penerapan Iptek (PKM-PI) Universitas Hasanuddin yang terdiri mahasiswa Agroteknologi Ratna dan Siti Indarwati Asriana, mahasiswa Teknik Elektro Warsito Alamsah, mahasiswa Teknik Mesin Mochammad Ryo Maulana Iqbal, mahasiswa Fisika Israil, tergerak membuat inovasi baru bernama “Integrated Smart Hibrid Trap”
dalam menekan laju populasi dan serangan hama pada tanaman padi. Alat ini dapat mengendalikan hama utama pada tanaman padi, di antaranya, wereng coklat, wereng hijau, penggerek batang padi putih (PBPP), dan hama tikus sawah. Keluaran Integrated Smart Hibrid Trap ada dua yakni Light Trap dan Live Trap. Light trap menggunaan cahaya lampu berwarna kuning dengan 1500 lumen atau 20 Watt yang dapat menarik perhatian dari hama penggerek batang dan jika sudah mendekat pada cahaya, maka hama tersebut akan tersedot oleh kipas suction yang dipasang tepat dibawah lampu. Teknologi ini bertenaga panel surya 70 WP sebagai sumber listrik utama. ”Alat ini diaktifkan secara otomatis mulai pukul 18.00-06.00. Hama yang terperangkap dapat dijadikan sebagai indikator populasi hama sekaligus sebagai pengendali hama,” ungkap Ratna Minggu (15/8). Sedangkan Live Trap (Tikus Trap) menggunakan 2 ember yakni ember dalam dan ember luar yang dibenamkan di dalam tanah. Ember dalam sebagai penampung dari tikus
yang terperangkap. Mekanisme kerja dari tikus trap yaitu dengan menggunakan umpan kelapa bakar dan gabah untuk memancing hama tikus datang ke perangkap. Setelah hama tikus terperangkap, maka sensor Passive Infra Red (PIR) yang dipasang pada tikus trap akan mengirim sinyal ke light trap yang akan diteruskan lebih jauh ke lampu indikator portabel. “Apabila lampu indikator menyala, menandakan pada tikus trap terdapat tikus yang terperangkap sehingga pada pagi hari petani petani turun ke sawah mengambil ember yang didalamnya terdapat tikus dan membersihkannya. Jika pada malam hari lampu indikator tidak menyala dapat dipastikan tidak ada tikus yang masuk ke perangkap,” jelasnya lebih lanjut. Penggunaan alat ini sangat ramah lingkungan karena menggunakan Photovoltaic (PV). Photovoltaic ini menangkap energi cahaya yang datang, kemudian mengubahnya menjadi energi listrik. Maka dengan demikian, alat tersebut juga sangat ekonomis. Inovasi ini pertama kali diuji coba di kelompok Tani Jurwati di Dusun
Pattene Desa Minabaji Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros pada Senin (12/07). Pada tahap uji coba light trap sebelumnya menggunakan media air sebagai penghisap alatnya, namun melihat kenyataan bahwa serangga tidak langsung terperangkap masuk ke air, maka diperbaharuilah alat tersebut dengan menggunakan kipas suction sehingga serangga dapat langsung terhisap ke dalam perangkap. Menurut Ketua Tim PKM-PI Ratna pembuatan alat ini dikerjakan selama kurang lebih satu bulan dengan biaya Rp 5.500.000. “ Dengan alat ini, petani dapat meningkatkan produksi,” harapnya. Mahasiswa angkatan 2018 ini mengatakan petani sangat merespon positif inovasi smart hybrid trap. Petani pun merekomendasikan kepada tim agar dapat memproduksi alat ini. Lantaran alat tersebut dapat mengendalikan hama padi, dan menekan penggunaan pestisida. Dengan demikian tim berencana bekerja sama dengan dinas pertanian untuk mencari dukungan dalam memproduksi alat ini. n Azzahra Zainal
CERPEN
6
identitas
NO. 926, TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
Gadis Berjilbab Merah ILUSTRASI/A. SRI SARTIKA SHAFIRA
A
ku sedang dalam perjalanan pulang di dalam angkot menuju indekos sore itu. Dari arah Jl. A. P. Pettarani sebelum berbelok menuju Jl. Abdullah Daeng Sirua (Abdesir), naiklah seorang gadis yang tinggi mengenakan jilbab berwarna merah yang menutupi kepalanya hingga setengah dari badannya. Dia duduk di depan pintu angkot, tepatnya di belakang sopir. Hanya wajahnya yang bisa ku pandang, seluruh tubuhnya tertutupi dengan pakaian yang santun. Wajahnya putih tetapi tidak pucat, pipinya merona seperti apel matang yang baru dipetik dari pohonnya, bibirnya tertutup tetapi seolah memancarkan senyum dan itu sangat nyaman untuk dipandang. Matanya yang bulat serasi dengan bulu matanya yang lentik, memerhatikan segala aktifitas orang-orang yang ada di pinggir jalan. Terkadang dia menatap langit senja yang mulai tertutupi dengan awan gelap, sembari bibirnya menggumamkan sesuatu namun suaranya tak kunjung terdengar. Sore itu mendung dengan semilir angin yang membawa debu-debu kendaraan di jalan. Sangat sejuk sehingga membuatku hampir terlelap di tengah kemacetan. Namun mataku tertuju kepada gadis itu lagi, dia kini memegang sebuah buku kecil seukuran saku bertuliskan kaligrafi. Aku coba memanjangkan leher dan memicingkan mata ke arahnya untuk bisa lebih fokus melihat buku apa yang sedang dia baca. Baru beberapa saat aku dapat melihat tulisan yang dapat aku mengerti, di sampul berwarna coklat tertulis ‘’Dzikir Pagi dan Petang’’. Aku sering melihat kawanku Hafid membaca buku dengan judul yang sama. Hafid mengatakan dzikir adalah salah satu cara berdoa dalam agamanya untuk meminta perlindungan dari Allah. Ketika dibaca saat sore, maka Allah akan menjaganya hingga pagi, dan
ketika dibaca saat pagi maka Allah akan menjaganya hingga sore. Itu mengapa dia selalu mengulangi bacaannya setiap pagi dan sore hari. Kini aku tahu, bahwa gadis itu juga sedang berdoa, meminta penjagaan dari Tuhannya. Angkot kini berbelok ke Jl. Urip Sumiharjo, jalannya lebih besar dari Jl. Abdesir tadi, sehingga bisa memuat lebih banyak kendaraan dan mengurangi kemacetan. Angkot kini melaju lebih kencang dibandingkan yang tadi, sang supir mengendarai angkot ini tanpa banyak mengerem. Terlihat sebuah gedung besar yang menjadi pusat perbelanjaan di sebelah kanan jalan besar ini, banyak kendaraan yang terparkir rapi serta orang-orang yang hilir mudik memasuki gedung tersebut. Sang supir angkot mengerem dengan tiba-tiba ketika mendengar salah satu penumpang memberinya aba-aba. “Kiri Daeng” kata wanita muda yang hendak turun dari angkot. Wanita muda itu berjalan keluar dari angkot, gadis itu menarik kakinya yang meghalangi jalan keluar penumpang tadi, tak lupa dia mempersilahkannya dengan wajah tersenyum. ‘’Aah manis sekali dia’’ batinku. Inginku menyapa dan menanyakan namanya. Namun aku ragu akan mendapatkan balasan hangat seperti penumpang wanita yang baru saja turun. Gadis ini terlihat tidak nyaman dengan keberadaanku ini, dia selalu menghindari kontak mata denganku saat dia tak sengaja memerhatikan orang-orang disebelah kiri jalan. Mungkin dia sadar selama perjalanan ini aku terus memerhatikannya, walaupun dia terlihat sangat menikmati buku bacaannya. Angkot ini melaju kembali, gadis itu menyudahi bacaannya dan menyimpan bukunya di tas selempang mungil berwarna hitam yang dikenakannya. Dia mencoba mencari sesuatu di dalam tasnya. Tak lama raut wajahnyapun berubah, yang awalnya ceria dengan
sedikit senyuman, kini keningnya yang mulai berkerut dan bibir bawahnya dia gigit. “Apakah ada yang salah dari tasnya itu? Batinku. Dia mengeluarkan telepon genggamnya, “Halo Assalamualaikum Rik, iya Rik afwan, sepertinya dompetku tertinggal di dalam tasmu?. Iya ada. Alhamdulillah. Tapi Rik, aku tidak punya uang sekarang, bisakah kamu keluar ke halte untuk menungguku?). Oh oke oke, makasih nah, maaf merepotkan. Oke Assalamualaikum.’’ Kurang lebih seperti itulah percakapannya bersama seseorang bernama Rik, aku tak tahu Rik adalah panggilan untuk laki-laki atau perempuan. Namun yang pasti, percakapannya dengan si Rik ini membuatnya sedikit demi sedikit kembali terlihat tenang. Beberapa saat setelah kejadian itu, ‘’kiri Daeng, kiri, kiri.’’ Angkot pun berhenti tepat di depan sebuah rumah makan yang di depannya tercantum baliho besar betuliskan Coto Paraikatte. Asap yang mengepul dari depan rumah makan ini sangat memikat hidung para pengendara yang lewat di depannya. Aroma dari rempah-rempah yang diracik oleh koki di rumah makan ini mampu mengalahkan bau dari asap kendaraan di jalan serta bau keringat para penumpang yang ada dalam angkot ini. Wanita tersebut beranjak turun sembari memberikan uang pecahan sepuluh ribu ke tangan gadis yang berada di sampingnya. “Dek, ini tolong nanti saya dibayarkan.” Pintanya kepada gadis itu. Gadis itu terlihat bingung dengan kalimat yang baru saja didengarnya. Dia memegang uang tersebut dengan raut wajah kebingungan dan mengangkat tangannya mengarah ke wanita tadi yang membelakanginya dan kini berada di luar angkot. ‘’Ibu, Ibu makasih.’’ Teriak nya kepada wanita yang sudah sampai di depan pintu masuk warung makan tersebut. Ku lihat wanita itu berbalik dan melemparkan senyum kepadanya. ‘’makasih banyak Bu.’’ Teriaknya kembali kepada wanita itu. Gadis itu terlihat senang melihat uang yang ada ditangannya, dia tidak berhenti tersenyum sendiri dan sesekali mengucapkan sesuatu dari mulutnya. Rasanya seperti sedang menonton pelajaran sekolah dasar dari nasehat guru-guru ku dahulu, untuk bisa senantiasa saling tolong menolong. Wanita yang menolong gadis itu sangat peka terhadap suasana di sekitarnya, dia menolong gadis di sebelahnya yang bahkan tidak pernah bertegur sapa selama di angkot. ‘’Luar biasa dia,’’ batinku kagum terhadap kebaikan wanita itu. Angkot berbelok masuk ke dalam kampus yang di belakangnya terdapat daerah tempat tinggal para
mahasiswa maupun masyarakat. “Mungkinkah gadis ini seorang mahasiswa yang juga tinggal di asrama kampus ini? Semoga saja dia searah denganku. Aku ingin berkenalan dengannya jika bisa turun dari angkot ini bersama. Aku sangat ingin tahu siapa namanya.’’ Harap ku dalam hati. Angkot terus melaju menyusuri jalanan di kampus ini. Beberapa ratus meter ke depan, lorong menuju rumahku sudah terlihat dan itu berarti aku harus turun di lorong itu. Aku memperhatikan gadis itu. Melihat dari gerak geriknya yang mulai mengemasi barang-barang bawaanya, ku pikir dia pun akan segera turun. Belum sampai keluar suaraku untuk meneriakan abaaba kepada sang supir, terdengar suara gadis itu memberikan aba-aba. “Kiri Pak.” Katanya lembut. Hatiku terkejut bukan main, baru saja aku meminta sesuatu kepada Tuhan, Dia langsung saja menjawab doaku. Gadis itu turun dari angkot sambil memberikan uang yang di berikan oleh wanita tadi kepada sang supir. Akupun mengekor di belakangnya dan tak lupa untuk menyerahkan uang pecahan lima ribu untuk imbalan sang supir. Gadis itu disambut oleh seorang gadis lain yang gaya pakaiannya sama dengannya, hanya saja dia memakai warna hitam. “Eh Jihan, ndak di bayar ji?.’’ Tanya gadis kedua ini kepada dirinya.’’Ya Allah Rika, senangku, bersyukur sekali ka’ nah, alhamdulillah tadi ada ibu yang memberiku uang sepuluh ribu dan menyuruhku untuk membayarkan ongkosnya. Jawabnya kepada temannya. Terjawab sudah siapa yang gadis itu ajak berbicara di telepon. Aku yang berjalan di belakang mereka mencoba untuk mengumpulkan keberanian mengajaknya berkenalan. Belum lagi aku menyusulnya, tiba-tiba seorang pengendara menghentikan mobilnya yang berwarna merah di samping mereka. Ku dengar seorang wanita memanggil mereka dari balik mobil. “Jihan, Rika mau pulang? Mari kuantar.” “Oh Iyye. Ayo mii Rika’’ ajaknya kepada temannya. Gadis itupun membuka pintu mobil bagian depan, dan temannya duduk di bagian belakang. Setelah mereka masuk, mobil itu melaju pergi meninggalkan aku yang tak bisa berbuat apa-apa. Ada rasa kecewa yang menjalar di hati ini, kecewa karena tidak bisa berkenalan dengan gadis berjilbab merah itu, dan juga kecewa karena tidak bisa membantunya di dalam angkot tadi. Tapi aku sedikit senang, karena berhasil mengetahui namanya. JIHAN. n
Penulis Radiatul Jannah, merupakan mahasiswa jurusan Akuntansi, angkatan 2016
identitas
NO. 926, TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
AKADEMIKA
7
Perempuan di Balik Studi Kedokteran Hewan
S
iapa yang tidak mengenal Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH) Unhas? Prodi ini pertama kali dibentuk untuk wilayah Indonesia bagian Timur pada 2010. Selain itu, juga lembaga kependidikan hewan yang kesepuluh di Indonesia, dilansir dari med.unhas.ac id/kedokteranhewan. Terbentuknya prodi ini tidak terlepas dari peran Guru Besar, Prof Dr Drh Lucia Ratna Winata MSc. Awal mula terbentuknya prodi PSKH karena Lucia melihat jauhnya perbandingan jumlah dokter hewan dan populasi ternak yang ada. Kala itu, hanya 14 ribu dokter hewan sedangkan populasi ternak sekitar 28 juta. Satu orang dokter hewan harus melayani sampai dua ribu ekor hewan. “Idealnya seorang dokter hewan hanya melayani 70 ekor hewan,” jelasnya dikutip dari antaranews.com. Pemikiran ini akhirnya berbuah lahirnya Prodi PSKH di bawah naungan Fakultas Kedokteran pada kepemimpinan Rektor Unhas Idrus Patturusi. Pada tahun ajaran 2010/2011
untuk pertama kalinya PSKH melakukan penerimaan mahasiswa. Tidak hanya sebagai pendiri, Lucia juga dipercayakan menjadi Kepala PSKH selama 2010-2018. Dalam perjalanan kariernya sebagai ketua Prodi, Lucia dan tim mengajukan akreditasi Kedokteraan Hewan di Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Di tahun 2014, akhirnya berhasil mendapatkan akreditasi B. Pada 2001, berdasarkan data dari identitasunhas.com, perempuan kelahiran Bogor ini pernah maju sebagai bakal calon Rektor Unhas. Ada sembilan calon Rektor saat itu yang meramaikan pemilihan. Setelah dipilih oleh Senat Universitas, hanya tersisa lima calon, termasuk Lucia. Ia memperoleh 4 suara di Senat Universitas. Sayangnya, sebelum pemilihan tahap kedua, doktor dari IPB ini mengundurkan diri bersama dua calon rektor lainnya. Sehingga, Senat Universitas memilih Radi A. Gany sebagai rektor Unhas 2001-2006. Selain aktivitasnya sebagai pengajar di Unhas, alumni Magister James
Cook University Bidang Mikrobiologi ini aktif di berbagai organisasi. Ia jadi salah satu pendiri Ikatan Alumni Australia (IKAMA) Cabang Sulawesi Selatan (Sulsel). Lucia bahkan pernah menduduki jabatan Dewan Penasehat Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Sulsel periode 20142018. Prof Lucia menjadi panutan dalam hal kegigihan dan dedikasi. Saat usianya sudah 70 tahun dan masuk masa purnabakti bagi seorang dosen bergelar profesor, ia tetap mengajar walaupun telah pensiun. Inilah yang membekas diingatan orang yang mengenalnya. Sosok tegas yang suka berbicara terus terang dan konsisten dalam mengejar target yang diinginkan. Menurut Ketua Program Studi Kedokteraan Hewan, Dr Drh Dwi Kesuma Sari, Prof Luci adalah pribadi yang senang merawat relasi. “Prof itu orangnya senang menghadiri undangan. Tidak peduli itu dari mahasiswa atau alumni. Bahkan jika undangannya itu di luar kota,” kenangnya saat diwawancarai
DOKUMENTASI PRIBADI
melalui Whatshapp (27/1). Prof Lucia menghembuskan nafas terakhirnya, Jumat, 15 Januari 2021 jam 4 subuh. Kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam. “Tentunya sangat berduka karena ia masuk rumah sakit tiba-tiba dan begitu cepat kepergiannya,” ucap Dwi Kesuma Sari.n
Muhammad Akram
KRONIK
Unhas Buka Layanan Isolasi Mandiri Bagi Sivitas Akademika
S
ebagai upaya mengendalikan penyebaran Covid-19, Universitas Hasanuddin (Unhas) hadirkan kawasan dan fasilitasi karantina bagi civitas akademica yang positif Covid-19. Bertempat di Asrama Mahasiswa (Ramsis) Unhas, isolasi mandiri ini sudah dimulai sejak Senin (09/08). Dalam sambutan peresmian kawasan karantina, Ketua Satgas Covid-19 Unhas Prof dr Budu menyampaikan tempat ini memberikan wadah bagi civitas akademica Unhas yang tidak memadai untuk isolasi mandiri di rumah. Selain itu, Ramsis dipilih sebagai tempat karantina lantaran kamar yang memadai, jauh dari keramaian, dan lokasinya yang strategis yakni berdekatan dengan dua rumah sakit dan posko Satgas Covid-19 Unhas. “Untuk tahap awal telah disiapkan 40 kamar dengan fasilitas lengkap yang awalnya ini dipakai asrama Mahasiswa Internasional. Selain karantina ini, sejak pandemi Satgas Covid-19 Unhas
telah aktif mendukung upaya preventif Covid-19 seperti Swab PCR dan layanan vaksinasi bagi sivitas akademika Unhas,” ujar Budu. Koordinator Logistik, Humas dan Kesekretariatan Satgas Covid-19 Unhas dr Idrianti Idrus Sp KK M Kes menyampaikan adanya isolasi ini agar mata rantai penularan bisa terputus, dan melacak data penyebaran virus ini. Menggunakan Ramsis sebagai tempat isolasi pasien Covid-19, mesti memperhatikan masyarakat dan mahasiswa di sekitar Ramsis sendiri. Menurut Idrianti Idrus penggunaan Ramsis sebagai tempat isolasi mandiri sudah dilakukan klasifikasi zona. “Mahasiswa Ramsis mengetahui informasi terkait zona hijau, merah, atau kuning. Zona merah ditandai dengan adanya police line dengan itu yang tidak berkepentingan tidak dibolehkan berkeliaran,” lanjutnya melalui pesan Whatsapp Sabtu (28/08). Uche sapaan akrabnya menambahkan isolasi ini dikhususkan bagi dosen,
keluarga dosen, tenaga pendidikan (tendik), dan mahasiswa yang terpapar Covid-19. Pembiayaan dikelola oleh Satgas Covid Unhas-19 bersumber dari Rektorat Unhas dan beberapa donasi. Fasilitas yang didapatkan seperti mentoring kesehatan, program harian, konsumsi, laundry, pengelolaan limbah dan penitipan. “Program ini tidak dipungut biaya alias gratis karenanya kami juga terus berupaya menyebarkan informasi ini melalui media sosial dan penyampaian ke berbagai fakultas,” ucap Uche. Dalam pelaksanaan kegiatan seharihari di Ramsis, katanya belum terdapat hambatan yang besar dan isolasi berjalan lancar dibantu oleh beberapa mahasiswa. Koordinator Lapangan Isolasi Mandiri Ramsis Unhas Ashrul Ainunjari Al Fajri menyampaikan kurang lebih 31 peserta telah selesai mengikuti karantina, di antaranya terdapat 3 peserta dirujuk ke rumah sakit. Lebih lanjut Ashrul menjelaskan
syarat mengikuti isolasi mandiri, yakni dengan surat keterangan positif Covid-19 minimal tes antigen dan tanda pengenal, kemudian perserta dapat mendaftar melalui nomor 082245477624, 082194298494 (Anti). Mahasiswa angkatan 2018 ini juga mengungkapkan relawan yang turut berpartisipasi berasal dari beberapa unit kegiatan mahasiswa seperti BEM Unhas, UKM Resimen, Pramuka dan KSR. Sedangkan dari wilayah medis seperti TBM FK Unhas, Mahasiswa Kedekteran, Keperawatan, Fisioterapi dan Farmasi. “Kami sampai saat ini masih membuka donasi untuk kebutuhan makanan, vitamin, dan alat bahan desinfeksi. Untuk bantuan dana dapat disalurkan melalui rekening 1920201921 BNI a.n Tim Satgas Covid-19 Unhas. Sedangkan bantuan logistik dapat di antarkan langsung ke Ramsis,” tutup Ashrul. n
Nurul Hikma
8
JEKLANG
identitas
NO. 926, TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
Dokter Unhas Raih Gelar Kehormatan dari Kaisar Jepang
Pertama kali masuk kamar operasi RS Universitas Hiroshima 1976
T
he Order of The Rising Sun, Gold Rays with Neck Ribbon merupakan sebuah gelar kehormatan tertinggi yang diberikan oleh pemerintahan Jepang. Gelar ini diberikan oleh Kaisar Jepang kepada warga dan bukan warga Jepang yang telah berkontribusi kepada Jepang, baik kepada promosi budaya, kemajuan bidangnya dan pengembangan kesejahteraan maupun pelestarian lingkungan. Di Indonesia, beberapa orang pernah menerima penghargaan ini seperti Menteri Perencanaan Pembanguan Nasional 2009-2014 Satryo Soemantri Brodjonegoro, Pendiri ITB STIKOM Bali dan Budayawan Bali Prof Dr I Made Bandem MA, Ketua Program Studi Jepang Universitas Indonesia Prof I Ketut Surajaya, Rektor Universitas Dharma Persada 20062011 Kamarudddin, Rektor Universitas Dharma Persada 2011-2015. Guru Besar Fakultas Kedokteraan Prof Andi Husni Tanra MD PhD, Unhas juga memperoleh prestasi membanggakan ini. Hal ini diumumkan oleh Pemerintah Jepang pada 3 November 2020. Kabar yang membahagiakan itu diterima Husni melalui sambungan telepon. Konsulat Jepang menyampaikan nama
DOKUMENTASI PRIBADI
Husni masuk dalam daftar nama-nama yang akan menerima gelar kehormatan dari Kaisar Jepang. Kabar ini ia terima sepekan sebelum pengumuman resmi bahwa ia mendapatkan penghargaan tersebut. Penganugerahan diterima atas jasajasanya dalam memperkokoh hubungan antara Jepang dan Indonesia, khususnya dalam peningkatan pertukaran akademisi dan hubungan persahabatan antara Jepang dan Indonesia. Husni kaget bukan kepalang. “Saya kaget saat menerima kabar dan bahkan menangis karena tidak terduga akan saya mendapat gelar ini,” cerita Husni ketika diwawancara reporter identitas. Dia tak pernah menduga atau bahkan bermimpi suatu hari akan menerima gelar kehormatan. Keistimewaan penghargaan ini tampak pada sertifikat yang diberikan oleh pemerintahan Jepang di mana terdapat tiga stempel yaitu Kaisar Jepang, Perdana Menteri, dan Ketua Komite Penghargaan. Di balik penghargaan yang diterima Husni, terdapat usaha dan pengabdian selama mengajar tidak sedikit. Husni mulai ceritanya dari peristiwa demonstrasi dan kerusuhan sosial Malapetaka Lima Belas Januari (Malari). Di mana mahasiswa maupun rakyat
Setelah menyelesaikan studi, membakar produk-produk Jepang. Husni kembali ke Indonesia untuk Akibat dari peristiwa tersebut, pada mengembangkan Fakultas Kedokteran Agustus 1974 pemerintahan Jepang Unhas. Saat itu, Husni adalah lulusan mengundang tokoh-tokoh mahasiswa dokter bidang Anestesiologi lulusan ke Jepang mengikuti seminar. Kegiatan Jepang yang pertama di Indonesia. seminar tepatnya diselenggarakan di Dia juga mengetahui ada peningkatan Universitas Hiroshima, dan Husni lulusan Jepang dari Unhas saat dia adalah perwakilan dari mahasiswa pulang. Unhas. Husni adalah sosok yang pernah Saat seminar berlangsung, dia mengukir sederet prestasi. Pernah bertemu dengan rektor kampus tersebut menjadi Ketua Perhimpunan Alumni yaitu Ijizima Souichi. Sang rektor adalah dari Jepang Sulsel (PERSADA SULSEL) seorang dokter. Saat berjumpa, Souichi pada 1987-2000. Menjadi Chairperson menawarkan Husni untuk melanjutkan Association of Medical Doctor of Asia studinya di Hiroshima. “Heh, siapa yang (AMDA) Indonesia. Organisasi yang mau sekolah di Jepang?” kenang Husni berawal dari Jepang ini bergerak saat diwawancara. Setelah mengikuti untuk membantu orang di tempat yang seminar, Husni pun kembali ke mengalami bencana alam seperti gempa Indonesia dan menyelesaikan kuliahnya dan tsunami. pada tahun berikutnya. Uniknya, Husni saat di Jepang Setelah mendapatkan gelar M.D, dipanggil Tanra. Nama itu menjelaskan Husni memiliki keinginan untuk lanjut dia hanya bermodalkan tiga hal yakni studi di luar negeri, Mantan Ketua Senat rajin, jujur, dan tekun. “Rajin, karena FK-UH ini menceritakan keinginannya semua orang rajin tidak ada yang tidak belajar di luar negeri. “Meskipun suka, kedua jujur, karena semua orang luar negeri dan saya paling bodoh, tidak ada yang tidak suka jujur dan setidaknya saya yang paling pintar ketiga semua orang akan senang dengan setelah kembali karena mendapatkan saya,” tuturnya. sesuatu yang baru,” jelasnya. Selain itu, Husni berpendapat Husni optimis bisa sukses ketika keikhlasan adalah salah satu hal yang lanjut studi di luar negeri. Dia pun ingat penting baginya. Sehingga itulah janji Rektor Universitas Hiroshima saat yang membuat Husni tetap mengajar berkunjung mengikuti seminar. Husni meskipun sudah pensiun. Apapun yang lalu mengirimkan surat kepada Ijizima dikerjakan dengan ikhlas maka semua Souichi yang isinya. “Profesor, saya hal akan dianggap dengan enteng dan sudah selesai studi, bagaimana dengan jika mendidik harus ikhlas agar selalu janji Anda? Dengan kalimat tersebut, dikenang. n saya kirimlah kartu pos tersebut,” cerita Husni mengenai isi surat yang Muhammad Alif M dikirimnya. Beberapa bulan setelah Husni mengirim surat, Dia mendapat kabar dirinya diterima lanjut studi di Fakultas Kedokteran Universitas Hiroshima. Husni lalu berangkat pada Maret 1976 untuk melanjutkan studinya. Usai satu tahun menempuh pendidikan, Husni ditawarkan untuk memasuki program PhD yaitu S3. Awalnya Husni tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan studi dikarenakan membutuhkan waktu lama. Akan tetapi, salah seorang profesor di kampus Husni menimba ilmu menjelaskan dia tidak bisa menerima beasiswa jika hanya mengambil spesialis. Husni pun memutuskan untuk DOKUMENTASI PRIBADI lanjut studi S3 dan mendapat Bersama Prof Soichi Iijima Rektor Universitas gelar PhD pada1981. Hiroshima Agustus 1974
identitas
KRONIK
NO. 926, TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
W
aspada!
Penipuan melalui Pembajakan Whatsapp hingga Pengincar Narahubung Acara
M
alam itu, Rabu pukul 20.00 Wita (15/8), Nur Ersa Annisa mencoba menghubungi salah satu dosennya, Dr Andjarwati Sadik M Ed dengan maksud menanyakan informasi tentang perkuliahan yang akan dimulai. Mahasiswa Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas ini, terkejut ketika dosen yang ia hubungi, tiba-tiba meminta agar Ersa mengisikan pulsa untuknya. “Bisa ki bantu sebentar isikan pulsa, tetapi uangnya sebentar dikirimkan tidak apa-apa kan? Soalnya mau dipakai sekarang pulsanya. Isikan 200 ribu ke nomor 082299599135,” tulisnya melalui pesan Whatsapp. Ersa sontak terkejut sekaligus langsung menaruh curiga. Cara dosennya mengetik tidak seperti biasa, terlebih lagi tertera notifikasi akun Whatsapp dosennya telah berubah menjadi akun bisnis. Awalnya Ersa menghubungi dosennya untuk menanyakan pembagian jadwal mengajar awal semester. “Terus saya curiga sebab dosen ini, tiba-tiba pakai akun bisnis. Jadi saya chat mi kembali, langsung dibalas ‘Sekarang lagi di mana?’ tanpa menjawab pertanyaan saya terlebih dahulu,” terang Ersa saat dihubungi. Ersa mengabaikan permintaan ‘dosen’ itu, dan segera menyebarkan informasi ini ke teman-temannya. Benar saja, dosen yang ia hubungi ternyata tengah menjadi korban pembajakan Whatsapp. “Tidak berselang lama, baru menelpon bu Andjar lewat nomor lain, menginformasikan kalau Whatsapp-nya dibajak,” lanjut Ersa Penipuan bermodus pembajakan Whatsapp kini kerap terjadi. Belakangan beberapa Civitas Akademica Unhas juga ikut menjadi korban pembajakan, baik mahasiswa maupun dosen. Pelaku membajak Whatsapp korbannya dengan menelpon korban terlebih dahulu. Biasanya, pelaku akan mengaku sebagai kasir mini market yang salah mengisi nomor telepon pembeli pulsa atau top-up saldo e-wallet. Pelaku kemudian mencoba mengakses akun Whatsapp korban dan ketika kode one time password (OTP) telah diterima korban melalui SMS, pelaku akan berdalih jika kode tersebut adalah kode yang dibutuhkan untuk memulihkan saldo yang salah tujuan. Jika korban lengah dan mengirimkan kode OTP miliknya, pelaku dapat mengambil alih akun Whatsapp korban. Korban harus menunggu selama 7-24 jam untuk dapat merebut kembali akun Whatsapp-nya. Selama itu pula, pelaku memiliki kesempatan untuk melancarkan aksinya. Penipuan ini juga dialami oleh mahasiswa
Sastra Jepang 2019 yang pernah mengambil program mata kuliah Wawasan Sosial Budaya Maritim. Dosen pengampu tiba-tiba mengirim pesan ke grup Whatsapp yang sudah tidak digunakan sejak 2020. “Assalamualaikum, di grup ini ada yang jual pulsa? Atau ada yang bisa bantu pengisian pulsa tolong kabari,” tulisnya (17/8). Pelaku bahkan sempat menghubungi salah satu reporter PK identitas Unhas. Sama halnya dengan yang terjadi pada Ersa, pelaku juga meminta dikirimkan pulsa senilai 200 ribu. Akun yang digunakan pelaku pun berubah menjadi akun bisnis. “Tapi uangnya sebentar tidak apa-apa kan, Isikan 200 ribu di nomor 082350535770,” pintanya. Kami mencoba mengorek informasi lebih dalam, sembari berpura-pura akan segera mengirimkan pulsa ke pelaku. Namun, pelaku kemudian curiga dan tidak lagi menanggapi. Disamping maraknya pembajakan Whatsapp, para mahasiswa yang sedang menggarap kegiatan juga tidak luput menjadi celah oknum tidak bertanggung jawab untuk memperoleh keuntungan. Salah satunya kontak person yang tertera pada pamflet kegiatan kuliah umum. Corvi, Mahasiswa Sastra Jepang (FIB) Unhas, yang tergabung dalam kepanitiaan kuliah umum, tiba-tiba dihubungi oleh kontak tak dikenal yang mengatasnamakan dosen sekaligus moderator dalam kuliah umum yang digarap Corvi. “Kejadian ini terjadi pada Rabu malam pukul 18:49 Wita, ada nomor tidak dikenal menghubungi saya dan bertanya, ‘Corvi, teman yang jualan pulsa siapa?,” tulisnya kepada identitas melalui pesan Whatsapp (10/8). Mahasiswa FIB ini tidak mengubris chat tersebut. Lantaran curiga karena pelaku mencantumkan nama dosen lengkap dengan gelarnya di chat tersebut. Kejadian ini juga dialami Adam, rekan kepanitiaan kuliah umum, yang juga mendapat pesan yang sama. Setelah kami telusuri melalui aplikasi Get Contact. Kami menemukan, sudah banyak orang yang menjadi korban pelaku. Berdasarkan 100 tag yang tercantum pada nomor yang pelaku gunakan. Beberapa tag bahkan menerangkan bahwa pelaku memang mengincar narahubung dari sebuah kegiatan, kemudian mengaku sebagai dosen. Semakin berkembangnya teknologi informasi, semakin beragam pula modus penipuan semakin berkembang. Sikap skeptis perlu digunakan ketika kita menerima informasi yang janggal.n Rsm
9
10
CIVITAS
identitas
NO. 926, TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
Rektor Baru, Pilihan Sivitas Akademika atau Menteri? “Beda masa, beda cara” Begitulah gambaran pemilihan rektor Unhas selama ini.
A
pril 2022, Unhas bakal mengganti nahkoda baru. Rektor baru. Proses pemilihannya pun berbeda dari sebelum-sebelumnya. Hal ini dikarenakan, sejak 16 Januari 2017 Unhas resmi berganti status dari Badan Layanan Uumum (BLU) ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN)-Berbadan Hukum, dan hingga sekarang telah ada 12 perguruan tinggi berbadan hukum. Terdapat perbedaan mekanisme pemilihan rektor pada PTN-BH, dengan PTN yang masih berstatus BLU, PTN Satuan Kerja Kementerian (Satker), dan PTN-Baru. Tata cara tahap penjaringan dan penyaringan diatur dalam statuta PTN masing-masing. Pemilihan Rektor di Unhas, memiliki cerita tersendiri. Dalam sejarahnya, sebelum mengajukan nama kepada Menteri Pendidikan Nasional, calon rektor ditentukan sepenuhnya oleh suara Senat Universitas. Mereka terdiri dari guru besar, dekan dan dua perwakilan dosen dari tiap fakultas. Suara dosen, mahasiswa, dan pegawai yang menjadi bagian dari masyarakat kampus tak berperan banyak. Penyeleksian bakal calon rektor dilakukan secara perwakilan atas kesepakatan bersama. Aturan itu kemudian berubah saat pencalonan kedua Prof Dr Ir Radi A Gani, tepatnya 2001 beriringan dengan awal berisiknya sistem demokrasi di Indonesia. Berdasarkan surat keputusan Universitas Hasanuddin No. 4962/KP.35/2001, pemilihan di tingkat senat dilakukan secara langsung atau dengan sistem pemungutan suara.
Gagasan ini dimotori oleh Lektor dan Asisten (Sebuah forum dosen dan asisten). Untuk mengusulkan ide ini, mereka harus mengumpulkan 800 tandatangan dosen yang menyepakati pemilihan langsung. Namun aturan ini dinilai memunculkan aliansi pendukung sesuai dengan disiplin ilmu atau berdasarkan kesamaan suku seperti kelompok Bosowa (Bone, Soppeng, Wajo), Ajatappareng (Pare-pare, Barru, Sidrap) dan Makassar. Radi yang saat itu pernah menjabat sebagai Bupati Bone dan lahir di Soppeng menggaet suara lebih banyak dari Bosowa, ditambah lagi solidaritas dari sektor Agrokompleks (Pertanian, Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan). Sehingga muncul nggapan, terpilihnya rektor saat itu bukan atas misi bersama tapi seberapa kuat solidaritas disiplin ilmu dan kedarahan. Tak jauh berbeda, pada pemilihan Prof Dr Ir Idrus Paturusi Sp B Sp Ot (K). Pada terbitan identitas awal September 2005, pemilihan saat itu melibatkan semua sivitas akademika Unhas meskipun yang mengetuk palu pengajuan calon rektor masih ditangan senat. Kala itu, Unhas membentuk Komisi Pemilihan Calon Rektor Unhas (KPCR), tugasnya mencatat bakal calon (balon) rektor dari dosen dan mahasiswa. Lalu nama-nama yang diusulkan tersebut akan diseleksi berdasarkan aturan statuta Unhas. Setelah diseleksi, bakal calon rektor akan diumumkan dan meminta saran dari dosen dan mahasiswa. Baru kemudian melakukan
pemilihan langsung oleh seluruh dosen ditingkat fakultas. Memasuki periode kedua pemilihan Idrus, keterlibat dosen dikurangi, yaitu hanya terdaftar sebagai anggota senat saja. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir konflik antara tim sukses. Drama sukesi rektor pun kembali terjadi saat pemilihan Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu MA (2014). Keputusan menetapkan rektor tidak lagi 100 persen dari Manteri, melainkan ada pembagian. Di mana, Senat sebanyak 65 dan Menteri 35 persen. “Dulunya suara ini 100 persen dari Kementerian. Namun, karena ingin menghargai pemikiran dari guru besar di internal kampus, maka kami berlakukan aturan tersebut,” kata Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Pendidikan Tinggi, Dr Ir Illah Sailah MS pada bundel identitas tahun 2014. Namun, saat Dwia terpilih, Wardinan yang menjadi rivalnya turut menggugat. Kata salah satu anggota senat, Prof Dr Aswanto SH MSi, permasalahan pemilihan saat itu akibat tidak diterapkannya aturan dengan baik. Jika disesuaikan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 33 Tahun 2012, maka Menteri hanya menyumbang 100 suara, sedangkan pada Pilrek terdapat 155 suara. Pada pemilihan Rektor Unhas periode 2018-2022, Dwia secara aklamasi diputuskan menjabat sebagai Rektor Unhas untuk kedua kalinya oleh seluruh anggota MWA. Walaupun kala itu, anggota MWA hanya berjumlah 18 orang. Lantaran belum adanya wakil dari mahasiswa. Unhas kini menanti rektor baru setelah Dwia. Di mana pemilihan rektor tengah memasuki tahapan seleksi syarat administratif para bakal calon (balon) Rektor sampai 15 September 2021. “Kalau sudah lolos seleksi maka bakal calon akan diundang untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di hadapan majelis dokter yang dibentuk panitia, pemeriksaan lengkap termasuk psikotes,” jelas Ketua Umum P2R, Prof Syamsul Bachri dalam wawancara, Selasa (24/8). Setelah proses ini selesai, Bakal Calon akan ditetapkan sebagai Bakal
Calon Rektor yang ditetapkan oleh MWA, kemudian disampaikan ke Senat Akademik untuk dilakukan penyaringan. Selanjutnya, bakal calon akan memaparkan kertas kerja dihadapan civitas akademica yang akan dilakukan di empat zona, yakni Agrokompleks, Medikalkompleks, teknik, dan Fiskompleks, dari tanggal 1 sampai 25 Oktober 2021. “Di situ akan kita dilihat bagaimana pemaparan visi misi, wawasan, nasional dan internasional terhadap pengembangan Unhas oleh masingmasing bakal calon rektor,” ucap Guru Besar Hukum Unhas ini. Pemilihan rektor periode ini akan melibatkan mahasiswa melalui Ketua BEM tingkat universitas. Anggota MWA Unhas yang berjumlah 19 orang, terdiri atas unsur masyarakat 3 orang, unsur dosen 8 orang, unsur tenaga kependidikan 2 orang, dan ex-officio 6 orang. “Ada perwakilan mahasiswa yakni Ketua BEM. Ketua BEM ini termasuk ex-officio, tertulis di dalam SK,” lanjutnya, dikutip dari identitasunhas. com. Proses penyaringan dilakukan dengan pemungutan suara dengan metode satu anggota satu suara, setelah bakal calon rektor menyajikan dan mendiskusikan visi dan misi serta program pengembangan Unhas dihadapan panelis, anggota Senat Akademik (SA) dan Sivitas Akademika Unhas. Tiga calon Rektor terpilih berdasarkan suara terbanyak ditetapkan oleh SA, kemudian disampaikan ke MWA. Di dalam MWA, akan dilakukan pemilihan rektor dan pengesahan rektor dengan dua cara pemilihan yakni melalui musyawarah dengan aklamasi atau pemungutan suara. Bila melakukan pemungutan suara, maka melibatkan anggota MWA yang terdiri dari 19 orang, di mana satu orang mempunyai satu suara dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi memiliki suara 35 persen. Dan sesuai dengan aturan pemilihan Rektor Unhas Nomor 1/ UN4.0/2021, Ketua SA dan Rektor tidak memiliki hak suara. Maka total yang akan memilik yakni 17 orang. Sivitas akademika tentunya sangat berharap rektor yang terpilih betulbetul keinginan dari sivitas akademika Unhas. n San/Sal
identitas
NO. 926 TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
IPTEKS
11
Mahasiswa FIKP Unhas Temukan Perubahan Garis Pantai Maros
I
ndonesia dianugerahi kawasan teritorial laut yang sangat luas. Inilah salah satu alasan Indonesia mendapat julukan negara maritim. Sebutan maritim telah melekat pada Indonesia, bahkan sudah mendunia. Secara geografis, luas lautannya diperkirakan dua per tiga lebih besar dibandingkan luas daratan. Ribuan pulau terbentang dan berjajar dari Sabang hingga Merauke menjadikan Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia. Keadaan geografis terus berubah, salah satunya ditandai dengan perubahan garis pantai. Berubahnya garis pantai tidak lepas karena faktor alam dan antropogenik. Hal ini dapat terjadi dengan waktu yang tidak bisa ditentukan. Perubahan garis pantai merupakan proses tanpa henti yang dapat terjadi secara cepat maupun lambat. Inilah yang terjadi di wilayah pesisir Kabupaten Maros, Sulsel. Untuk mengetahui secara cepat dari perubahan garis pantai, maka dibutuhkan sebuah teknologi. Berangkat dari situ, salah satu mahasiswa Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan, departemen Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Unhas, Jordan Parenta, melaksanakan penelitian analisis perubahan garis pantai.
Ia menggunakan teknologi penginderaan jauh. Tujuan dari penginderaan jauh adalah untuk menyadap data dan informasi dari citra foto dan nonfoto dari berbagai objek di permukaan bumi yang direkam oleh sensor. Reporter identitas berkesempatan mewawancarai secara langsung Jordan, sang peneliti mengenai perubahan garis pantai. Wawancara dilakukan melalui telepon WhatsApp, 26 Agustus lalu. Saat diwawancara, Jordan menuturkan kegunaan dari penelitian yang ia lakukan adalah untuk mendapatkan data dan informasi spasial mengenai perubahan garis pantai. Data yang didapatkannya itu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan pengelolaan di wilayah pesisir Kabupaten Maros. “Tujuan penelitian mengukur perubahan garis pantai wilayah pesisir Kabupaten Maros dengan memanfaatkan citra Landsat 7 tahun 2011 dan Landsat 8 tahun 2021,” ujar Jordan. Lebih jauh, Mahasiswa Angkatan 2016 ini menjelaskan, teknologi penginderaan jauh merupakan teknologi yang dapat memudahkan dan cepat untuk mengetahui perubahan terkini perubahan garis pantai. “Dengan memanfaatkan citra Landsat 7 tahun 2011 dan Landsat 8
tahun 2021 saya mencoba mengkaji perubahan garis pantai di Kabupaten Maros,” tutur Jordan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Arcgis 10.4.1, ENVI 5.3, Digital Shoreline Analysis System (DSAS) v4.3, Microsoft excel, Global Position System (GPS), dan kamera. “Untuk bahan yang digunakan adalah data pasang surut, citra Landsat 7 akuisisi 21 September 2011 dan Landsat 8 akuisisi 16 Maret 2021, serta peta Rupa Bumi Indonesia (RBI),” tambah Jordan. Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pengumpulan data citra, pengolahan data citra Landsat 7 dan Landsat 8, perubahan tutupan lahan, ground truthing, dan analisis data. “Analisis data yang saya gunakan yaitu analisis Digital Shoreline Analysis System (DSAS) software untuk menghitung perubahan garis pantai secara otomatis, kemudian analisis tutupan lahan, dan uji akurasi,” jelas Jordan. Melalui penelitian yang dilakukan, Jordan mengungkap, perubahan garis pantai sejak tahun 2011 hingga 2021 di wilayah pesisir Kabupaten Maros didapat dengan persentase abrasi sebesar 12 persen sedangkan persentase akresi atau sedimentasi sebesar 88 persen. “Berarti persentase sedimentasi
lebih besar dalam rentang waktu 2011 sampai 2021, sedangkan abrasinya kurang,” tambah Jordan. Menurut Jordan, penelitian ini berfungsi agar masyarakat mengetahui perubahan pantai Kabupaten Maros. Ketika mengetahui perubahan garis pantai, maka dapat dengan mudah menganalisis dampak-dampak yang ditimbulkan. “Misalnya jika terjadi abrasi kita bisa mencegahnya secara lebih luas dan untuk akresi itu sendiri kita harus mempertahankan akresi itu, apalagi akresi sangat bagus untuk wilayah pesisir,” ungkap Jordan. Di Akhir wawancara, Jordan mengatakan sangat optimis dengan penelitian yang dilakukannya dapat berdampak besar ke masyarakat. “Harapannya, semoga masyarakat pesisir atau elemen-elemen masyarakat dapat bersinergi untuk tetap menjaga kelestarian dan menjaga ekosistem yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Maros agar dampak negatif yang ditimbulkan oleh kerusakan dari lingkungan di wilayah pesisir itu terjadi lagi melainkan kita bisa sama-sama menjaga ekosistem itu sendiri,” tutup Jordan. n
Winona Vanessa HN
OPINI
12 DOKUMENTASI PRIBADI
I
ndonesia mencatat kasus kematian akibat Covid-19 tertinggi di dunia selama tiga hari berturut-turut pada 18-20 Agustus. Angka ini terlihat pada 19 Agustus lalu di mana menyentuh 1.492 kasus, yang sebelumnya sekitar 1.128 kasus. Pemerintah Republik Indonesia Presiden Joko Widodo telah menerbitkan peraturan perundangundangan yang diharapkannya bisa menekan laju penyebaran Covid-19 di Indonesia. Peraturan paling pertama adalah Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19 dasarnya adalah UndangUndang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Lalu, diikuti dengan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non alam Penyebaran Covid-19, sebagai Bencana Nasional, dasarnya adalah UndangUndang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Kemudian Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. Di sisi lain, terdapat asas yang mengikat yakni lex posteriori derogate legi priori atau hukum yang baru mengenyampingkan hukum yang lama. Secara tegas Keputusan Presiden No. 11/2020 lebih dahulu terbit ketimbang Keputusan Presiden No. 12/2020,
identitas
NO. 926, TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
Dagelan Kebijakan Covid-19
sehingga jika merujuk pada asas di atas, maka seharusnya digunakan adalah Keputusan Presiden No. 12/2020. Setelah diterbitkannya 2 keputusan presiden tersebut, terdapat pula Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19 sebagai derivasi dari Keputusan Presiden No. 11/2020. Perlu dijelaskan, istilah PSBB hanya ditemukan dalam Pasal 15 ayat (2) huruf b UU Kekarantinaan Kesehatan yang menyebutkan salah satu tindakan kekarantinaan kesehatan adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar. Berdasar dari itu, tentunya terjadi sebuah pembangkangan terhadap asas hukum yang baru mengenyampingkan hukum yang lama, sebab yang seharusnya diberlakukan adalah Keputusan Presiden No. 12/2020 tersebut yang dasarnya adalah UU Penanggulangan Bencana dan UU Wabah Penyakit Menular bukan UU Kekarantinaan Kesehatan. Maka seluruh pengambilan kebijakan harus dilandaskan pada UU Penanggulangan Bencana dan UU Wabah Penyakit Menular. Di sinilah awal kerancuan pengambilan kebijakan oleh Pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19. Pemerintah layaknya tidak menghiraukan segala pandangan ahli hukum yang sejak awal mengomentari kebijakan yang diambil pada tahun 2020. Sebagai contoh pandangan Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun yang menilai terbitnya Keputusan Presiden No. 11/2020 dan Keputusan Presiden No. 12/2020 adalah tumpang tindih. Apalagi lagi terbitnya Keputusan
Presiden No. 12/2020 tidak didahului dengan pencabutan Keputusan Presiden No. 11/2020. Akhirnya muncul kerancuan dan kebingungan di tengah masyarakat sebagaimana diungkapkan oleh Pakar Hukum Tata Negara, Bivitri Susanti adanya kedua Keputusan Presiden tersebut berpotensi tumpang tindih dalam hal pengalokasian anggaran dan koordinasi, serta kebingungan di tengah masyarakat. Kedua pandangan akademisi tersebut sangat logis, karena berdampak pada pengambilan kebijakan teknis penanganan Covid-19 di masa yang akan datang. PSBB yang merupakan bagian dari UU Kekarantinaan Kesehatan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya tidak menjadi langkah akhir pemerintah dalam menangani Covid-19. Kebandelan Pemerintah semakin diperparah dengan munculnya berbagai istilah baru yang menurut penulis adalah sebuah dagelan. Disebut dagelan, sebab istilah yang digunakan dalam kebijakan tersebut tidak ditemukan pada peraturan perundang-undangan manapun. Masih hangat ditelinga terdengar istilah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Istilah PPKM menjadi viral pembahasannya mana kala diterbitkannya Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat Covid-19 di Wilayah Jawa dan Bali. Serta terakhir kali diperpanjang melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2021 tentang PPKM Level 4, Covid-19 di Wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. PPKM yang berlevel tersebut menjadi
dagelan, karena mempunyai levellevel. Serta dasar hukum tertingginya (undang-undang) tidak jelas. Hanya didasarkan pada arahan Presiden. Tentunya hal ini menjadi persoalan akademis dan teknis. Melihat PPKM ini hanya dimuat dalam mendagri yang secara teknis yuridis keberlakuan hanya mengikat ke dalam instansi. Berbeda halnya apabila dalam bentuk Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan seterusnya adalah berlaku secara universal di masyarakat. Apabila melihat kondisi tersebut memang sangat krusial, mengingat UU Wabah Penyakit Menular, UU Kekarantinaan Kesehatan, dan UU Penanggulangan Bencana sudah secara konkret mengatur teknis penanganan apabila terjadi pandemi seperti hari ini. Akan tetapi, terlihat sebuah pengabaian terhadap hal tersebut. Justru Pemerintah membuat istilah baru yang tidak jelas dari mana arahnya. Masyarakat semakin bingung dan angka fatalitas juga semakin meningkat. Berdasarkan hal demikian, sudah seyogianya Pemerintah melakukan perombakan kebijakan dengan menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam menangani Covid-19. Hal itu penting dilakukan agar tercapai kepastian hukum di masyarakat. Sebagaimana maksim hukum yang berbunyi insertum lex non est lex (jika tidak ada kepastian hukum, sama dengan tidak ada hukum sama sekali). n M. Aris Munandar, S.H., M.H. Alumni Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin ILUSTRASI/NUR ALYA AZZAHRA
identitas
NO. 926 TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
Lelah yang Terjawab
N
amaku Ainun, tapi lebih suka dipanggil Ai. Menulis ini, kini usiaku menghitung hari menuju 21 tahun. Usia yang cukup untuk menceritakan beberapa perjalanan singkat tentang apa yang telah ku capai hingga hari ini. Namun, akan ku perkenalkan diriku terlebih dahulu sebagai seorang pemalas. Kalimat yang selalu tercipta ketika orang lain memintaku untuk produktif ialah ‘rebahan for life’ atau ‘kenapa harus aku, jika orang lain bisa?’. Kemudian, di suatu malam aku berkumpul dengan temanteman SMA-ku. Satu-satunya circle pertemananku yang tak habis-habisnya memikirkan masa depan. Salah satunya, pertanyaan untuk dirinya sendiri yang ku pikir itu memotivasinya untuk mengejar masa depan, “Apa yang telah ku capai hingga usia 20 tahun?” ucapnya, sebut saja namanya Evy. Aku cukup terdiam beberapa saat. Tertampar dengan pertanyaan yang bahkan bukan ditujukan untukku. Yahh, kemudian itu juga memotivasiku untuk mencapai sesuatu yang dekat dengan ku saat ini. Di Kampus Merah, aku mengawali karier organisasi sebagai fotografer Penerbitan Kampus identitas Unhas menjadi cerita menarik tersendiri. By the way, aku menyukai fotografi sejak SMA. Entahlah, apa hanya diriku atau kalian juga sama. Aku memperhatikan setiap detail pengambilan gambar dari sebuah film yang ku tonton, senang melihat gambar keren melalui media sosial, juga senang menilai gambar yang diabadikan orang lain. Kurang lebih seperti itulah yang ku sebut suka dengan fotografi. Hal yang paling ku ingat dalam catatan perjalanan fotografer ku, pada Oktober 2020 lalu dalam aksi besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa dari seluruh kampus di Indonesia, terkhusus Makassar. Aku turun sebagai fotografer jurnalis identitas. Aku menganggap hal itu suatu kebanggaan. Berkuliah online sambil meliput aksi adalah suatu hal baru yang ku temukan. Meski sedikit ada rasa
13
CERMIN
kekhawatiran. Khawatir dengan adanya kericuhan dan berakhir fatal pada diri sendiri. Tak bisa dipungkiri hal itu terjadi, beberapa orang saling mendorong dan mundur beberapa langkah. Namun, dorongan kata seorang senior yang seharusnya kita tidak mundur membuatku merasa tertantang untuk mengambil gambar lebih dekat tentang kericuhan yang baru saja terjadi. Take by take. Lebih dari 100 gambar telah masuk
dalam kamera tua yang ku gunakan saat itu. Di antaranya saat mahasiswa meneriakkan orasi, memegang slogan, juga saat mahasiswa Unhas dan mahasiwa kampus lain berdiskusi, serta masih banyak lagi. Tak hanya itu, aku juga pernah ke daerah Sudiang untuk mengambil gambar seorang Dosen Luar Biasa Unhas, Almarhum Nasruddin Razak. Sempat mengeluh dengan jarak dari rumahku yang tidak bisa dikatakan dekat. Namun, sesampaiku di kediamannya dan melihat langsung sosoknya yang sudah tua membuatku kagum akan dirinya yang masih mampu mengajar di usia 84 tahun kala itu. “Menulis itu abadi,” katanya kepadaku. Satu lagi kalimat yang kembali memotivasi ku untuk aktif menulis, meski di identitas adalah menulis jurnalistik. Membaca semuanya seperti berjalan dengan lancar. Namun dibalik semua itu, tentu saja ada
kerja keras, lelah, tangis, bahkan konflik dengan batin sendiri. Ku ceritakan sedikit bagian tangis itu, pernah suatu waktu dihadapkan dengan deadline naskah, praktikum, dan setumpuk tugas dari dosen. Menangis bukan karena sedih, tapi lelah. Namun itu hanya berlangsung beberapa saat, entah dari mana asalnya ucapan salah satu senior tiba-tiba terdengar ditengah isakanku, “Kita pernah merasakan hal yang sama,”. Lalu, ku hapus air mata itu dan kembali mengerjakan satu per satu dengan tenang. Dari sini ku sadari, untuk mencapai apa yang kita inginkan bukan hanya tentang manajemen waktu tapi juga manajemen emosi. Mengulang kembali pertanyaan temanku pada diri sendiri, “Apa yang telah ku capai hingga usia 20 tahun?,” dengan tersenyum aku mengingat beberapa tulisan yang telah tercipta, beberapa foto yang telah terbit dengan credit photo namaku, juga beberapa wawancara dengan orang hebat. Semuanya seakan menjawab lelahku selama ini. Bangga? jelas. Untuk pertama kalinya aku keluar dari zona nyamanku. Melanggar kalimat yang selalu memotivasiku untuk bermalas-malasan. Bertemu orang-orang hebat, dan mengenal banyak teman dari jurusan lain. Saat ini, kalimat yang ku tanamkan pada diri sendiri adalah untuk tidak selalu puas dengan apa yang telah ku capai hingga hari ini agar memotivasi ku untuk tetap berkarya dikemudian hari. n
Penulis Nur Ainun Afiah Mahasiswa Fakultas Peternakan Unhas angkatan 2019 Sekaligus Fotografer PK identitas Unhas
PUISI PENDOSA Hitam putih silih berganti Sayup iba menyelelimuti semesta Meniti kisah demi kisah sang pendosa dalam sebuah tulisan puisi Jiwa yang berlumuran noda yang mengharap pintu ampunan-Nya Tertawa di dalam kemaksiatan Menari di atas jalan kesesatan Tampak tak ada rasa penyesalan Seolah tak akan berjumpa dengan kematian Hidup di atas logika namun memutar balikkan fakta Euforia di balik layar fatamorgana Tak sedikit pun muncul rasa sengsara Lupa pedih akan siksa dan neraka Ketika sifat sombong menguasai hati Membuatnya menjadi lupa diri Tak terhitung lagi dosa yang diperbuat Menelusuri lembah maksiat tak sadar bahwa dirinya seorang laknat Apakah pantas seorang pendosa engkau sebut sebagai hamba? Setelah berbuat apa yang tidak engkau suka dan berlagak bagai seorang penguasa Tak mampu lagi terbendung air mata kala dosa terus terngiang Tersungkur di atas sajadah, seorang pendosa yang malang Penulis RM. Alifuddin Purnomo Kahar Mahasiswa Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Angkatan 2018.
Malam dan Kau yang Terluka Malam itu kau datang Dengan senyum yang ku kenal Namun terlihat menyedihkan Tak ada kata yang kau ucap Sayangku, kau baik? Kemana senyum seterang mentarimu? Mengapa sungai terbentuk di pipimu? Siapa yang menyebabkan luka di hatimu? Malam itu, kau datang Dengan mata yang tak bernyawa Membawa luka tak berdarah Mengadu tanpa suara Sayangku, kau tidak baik-baik saja. Kemana perginya sinar di matamu? Mengapa ada merah di pipimu? Siapa yang menoreh biru di kulitmu? Malam itu, kau datang Kurengkuh kau dipelukan Dan aku ... tiba-tiba tersadar Kau hanya akan baik bersamaku. Penulis Annur Nadia F. Denanda Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Angkatan 2019
KAMPUSIANA
14
identitas
NO. 926, TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
Unhas Sambut Kehadiran 6.915 Maba Secara Daring
DOKUMENTASI PRIBADI
Himpunan Mahasiswa Departemen Perkapalan (HMDP) Fakultas Teknik (FT) Unhas menggelar Participatory And Dedication For The Coastal Society (PINISI) di Desa Laikang, Kabupaten Takalar, Sabtu (21/8). Kegiatan ini dilakukan untuk memitigasi bencana dan reparasi kapal dengan penanaman 1000 pohon bakau.
KKN Tamalanrea 21 Unhas Buat Taman Percontohan Untuk Masyarakat KELOMPOK Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tamalanrea 21 mengusung pembuatan taman percontohan di dekat Kantor Kelurahan Tamalanrea Jaya. Kegiatan ini melibatkan petugas kebersihan dan masyarakat setempat. Selaku Koordinator KKN Tamalanrea 21 Irfan menjelaskan alasan memilih lokasi tersebut. “Kami memilih lokasi ini berdasarkan saran Lurah setempat, mengingat ada lahan kosong di daerah itu,” ujarnya. Selama proses pembuatan, terdapat beberapa pohon lebat di lokasi sasaran. Itulah mengapa, kelompok KKN Tamalanrea 21 sempat meminta bantuan untuk memangkasnya menggunakan alat pemotong kayu. “Pohon-pohon ini bisa menutupi
akses cahaya terhadap tanaman, kami juga membersihkan lahan tersebut,” jelas Irfan, Senin (9/8). Adapun pembuatan taman memakan waktu satu minggu lamanya sejak tanggal 1 hingga 7 Agustus 2021. “Kami juga menyarankan penggunaan kembali sampah botol plastik sebagai wadah tanaman,” tambah Irfan. Taman percontohan sendiri ditujukan sebagai daya tarik masyarakat. Menutup wawancara, Irfan menyampaikan beberapa respon positif dari masyarakat. “Semoga mereka tertarik membuat taman dengan memanfaatkan lahan yang ada di sekitar rumah,” harap Irfan. n Ilma Nurfahmi
KKN Unhas Posko Panakkukang 03 Bagikan Masker dan Sembako KKN Unhas Gelombang 106 Posko Panakkukang 03 mengadakan Pembagian Sembako dan Masker Medis di Kampung Pemulung Kelurahan Pandang, Jumat (6/8). Kegiatan tersebut melibatkan 26 orang dari mahasiswa KKN dan beberapa warga Kampung Pemulung. Salah satu mahasiswa Prodi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian (Faperta) Unhas, Muhammad Dhaifullah mengatakan, urgensi pelaksanaan program akibat pandemi Covid-19 dan PPKM level 4. “Tujuannya untuk meringankan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat di Kampung Pemulung. Serta meningkatkan protokol
kesehatan dengan memberikannya masker medis,” jelas Dhaifullah, (7/8). Bertempat di Jalan Mirah Seruni Kampung Pemulung RW 3 RT 5 Kelurahan Pandang, kegiatan ini berlangsung dengan mendatangi langsung satu-satu rumah warga. “Total sembako yang dibagikan berjumlah 50 bungkus sembako,” tutur Dhaifullah. Lebih lanjut, ia menyampaikan semoga program ini bernilai pahala dan dapat membantu meringankan beban masyarakat. Terutama guna memenuhi kebutuhan pokok dan meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan. n Ivana Febrianty
Unhas mengadakan upacara Penerimaan dan Pengembangan Karakter Mahasiswa Baru (P2KMB) 2021/2022. Tercatat 6.915 mahasiswa baru (Maba) mengikuti kegiatan melalui Zoom dan kanal YouTube Unhas, Senin (9/8). Rektor Unhas Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, para wakil Rektor, anggota Majelis Wali Amanat, Senat Akademik dan jajaran dekan di lingkup Unhas turut meramaikan acara ini. Pada kesempatannya, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas Prof drg A Arsunan Arsin MKes menyambut kehadiran Maba sebagai bagian dari keluarga besar Unhas. “Terdapat beberapa tahapan penyambutan mahasiswa baru. Setelah penyambutan di tingkat universitas, selanjutnya dilaksanakan di fakultas dan prodi untuk lebih memperkenalkan mahasiswa baru tentang Unhas secara menyeluruh,” ujar Arsunan. Dwia juga menyambut baik Maba Unhas. Dirinya mengatakan, suatu keberuntungan bisa bergabung di universitas dengan reputasi baik secara nasional dan internasional. “Jumlah peminat Unhas melalui jalur SNMPTN sebanyak 28.906 orang dan yang diterima sebanyak 1.760 orang atau sebesar 6,0 persen. Sedangkan jumlah peminat melalui jalur SBMPTN sebanyak 24.296 orang dan yang diterima sebanyak 4.623 orang atau 19,0 persen,” jelas Dwia. Lebih lanjut, Jalur Mandiri JNS dan POSK diterima sebanyak 1.222 dari 3.607 orang pendaftar (33.8
persen). Di sisi lain, Unhas juga menerima Jalur Mandiri dalam bentuk Undergraduate International Program/ Kelas Internasional, jalur kepemimpinan (Ketua OSIS), dan program Adik Papua dan Afirmasi Daerah 3T. “Untuk Pendidikan Vokasi, Unhas menerima mahasiswa Program Sarjana Terapan di kampus Unhas Sidrap, Soppeng dan Selayar. Baik melalui Jalur SNMPTN, SBMPTN dan Jalur Mandiri,” tambah Dwia Untuk meningkatkan rasa bangga para mahasiswa baru, ia turut memberikan gambaran capaian Unhas baik nasional maupun internasional. Pada pemeringkatan dunia Times Higher Education (THE) Impact Ranking SDG’s Unhas berada pada peringkat 79 dunia, 10 Asia dan 2 Indonesia. Pemeringkatan dunia yang lain Quaquarelli Symonds (QS) World University Ranking, Unhas ada di rangking 1001-1200 dunia, 294-367 Asia dan 8-12 Indonesia. Untuk QS Asia University Rangking (AUR), Unhas di peringkat 351-400 Asia, 61 Asean dan 11 Indonesia). Sementara pada perangkingan khusus riset penelitian yaitu pada Scimago Institutions Rangking, Unhas berada pada peringkat 695 dunia, 230 Asia dan 3 Indonesia. Di level nasional, berada pada peringkat 7 sebagai Perguruan Tinggi terbaik Indonesia. n Nadhira Sidiki
Dosen Unhas Bantu Atasi Gizi Buruk dengan Ikan Gabus DOSEN Fakultas Pertanian (Faperta) Unhas melaksanakan program pengabdian masyarakat bertemakan “Difusi Teknologi Pengolahan Ikan Gabus menjadi Otak-otak Berbasis Surimi untuk Mengatasi Permasalahan Gizi Buruk dan Meningkatkan Pendapatan Masyarakat”, pada Ahad (1/8). Kegiatan yang diketuai Prof Dr Ir Meta Mahendradatta ini dilaksanakan di Kelurahan Benteng Sawitto Kecamatan Paleteang Kabupaten Pinrang. Adapun dosen yang terlibat, antara lain Dr Muhammad asfar STP MSi, dr Suryani MPH, dan Prof Dr Ir Mulyani Muhammad Tahir MS. Selain itu, pelaksanaan kegiatan juga mengikutsertakan para mahasiswa, yakni Nurul Fathanah S TP, Rubiana, dan Kerina Muli Sitepu. Asisten dosen Nurul Fathanah S TP mengungkapkan, pengabdian kali ini berlangsung dengan penerapan protokol kesehatan. Agenda yang dilakukan ialah
menginformasikan pemanfaatan sumber daya perikanan dalam hal ini ikan gabus menjadi otak-otak untuk mengatasi permasalahan gizi buruk. Kemudian, mensosialisasikan cara membuat otak-otak dari ikan gabus dengan teknologi difusi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Selanjutnya, menginformasikan cara memulai usaha, dan sanitasi serta higienitas produksi di lingkup UMKM. “Masyarakat dapat memanfaatkan pangan lokal atau ikan gabus untuk diolah menjadi otak-otak. Utamanya, pemahaman mengenai manfaat ikan gabus bagi kesehatan dan variasi olahan-olahannya,” ucap Fathanah, Selasa (3/8). Ia berharap, kegiatan pengabdian tersebut dapat mengedukasi terkait pemanfaatan ikan gabus menjadi otakotak sekaligus kiat-kiat mitra dalam memulai usaha. n Ivana Febrianty
identitas
NO. 926, TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
KAMPUSIANA
15
KKN Tematik 106 Tamalanrea 7 Ciptakan Peta Penyebaran Covid-19 GUNA mempermudah masyarakat mengetahui data penyebaran Covid-19 di berbagai kecamatan Kota Makassar, kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik 106 Posko Tamalanrea 7 menciptakan peta penyebaran Covid-19. Peta ini diinisiasi oleh mahasiswa Departemen Teknik Pertambangan, pada Senin (2/8). Adapun peta penyebaran Covid-19 diletakkan di kantor kelurahan Tamalanrea Indah RW 09. Anggota KKN Riyon mengatakan, pembuatan peta dikarenakan informasi yang belum memadai. Utamanya melalui media sosial karena terbatas dari segi ekonomi. “Saya membuat peta agar warga yang belum mendapatkan informasi dapat mengetahuinya. Masyarakat yang bepergian juga lebih waspada dan menyiapkan diri mengikuti protokol kesehatan,” ujar mahasiswa angkatan 2018 ini. Adapun tahapan dalam pembuatan peta dimulai dari pengumpulan dan pengolahan data di aplikasi ArcGis, percetakan,
dan pemasangan. “Awalnya, saya mengikuti update perkembangan data Covid-19 melalui riset Kementerian Kesehatan Kota Makassar. Data sendiri akan terunggah seminggu sekali,” jelas Riyon. Selain informasi data penyebaran Covid-19, peta juga dilengkapi dengan peringatan yang berubah setiap waktu. “Saya coba estimasikan peta dari range 1-1000. Hal itu bisa bertahan dua hingga tiga bulan masa pakai,” tambah Riyon. Ia juga mengungkapkan, pengalamannya yang berkesan selama menjalankan program ini. Lurah Tamalanrea Indah RW 09, Sitti Ruhani, SE mengapresiasi manfaat peta penyebaran Covid-19 untuk masyarakat. “Senang dan syukur dapat menyelesaikan peta, saya bisa mendapatkan wawasan serta tantangan baru,” tutup Riyon saat diwawancara melalui telepon WhatsApp, Selasa (3/8). n Winona Vanessa H
Mahasiswa Unhas Rancang Teknologi Pengolahan Umbi Porang TIM Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Penerapan Ipteks (PI) Unhas yang diketuai oleh mahasiswi Teknik Industri, Rikah Octaviana menerapkan ipteks di wilayah Kampung Bonti Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep, Jumat-Sabtu (20-21/08). Tim ini beranggotakan mahasiswa Teknik Mesin Muhammad Rija, mahasiswa Teknik Elektro Haykal Dilfansyah, mahasiswi Agribisnis Zhuhrah Rizqa, serta mahasiswi Kimia Andi Fadhillah. Dosen Prodi Teknik Industri yang berperan sebagai pembimbing Dr Ir Syarifuddin Mabe Parenreng ST MT CSRS menyampaikan harapannya terkait pelaksanaan ipteks. “Semoga pelaksanaan kali ini dapat menjadi solusi permasalahan yang dialami oleh mitra sehingga memberikan manfaat jangka panjang untuk petani porang kampung bonti,” ungkap Syarifuddin. Disampaikan melalui Whatsapp, Rijal menyampaikan, kegiatan ini dilaksanakan secara terbatas dan menerapkan protokol kesehatan. Di sisi lain, akses satu-satunya menuju lokasi mitra harus ditempuh dengan berjalan kaki. “Dari jalan utama, kurang lebih 2 jam melalui pegunungan dan lembah. Namun, hambatan tersebut
tidak menyurutkan semangat kami,” ujar Rijal. Selain penerapan teknologi, mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Pangkep Unhas ini juga mengatakan, pembekalan mencakup pengetahuan, pelatihan keterampilan, sosialisasi tentang tanaman porang, dan pelatihan pengoprasian teknologi. “Latar belakang permasalahan ialah situasi petani porang Kampung Bonti. Meski porang kini menjadi komoditas mahkota Sulawesi Selatan, sayangnya mitra tidak memiliki pengetahuan dan teknologi untuk pengolahan lanjutan umbi porang hingga saat ini,” papar Rijal. Kampung Bonti sendiri mampu menghasilkan sekitar 20 ton porang tiap tahunnya yang dijual dalam bentuk umbi. Dengan harga yang relatif murah, penjualan tidak optimal dalam membantu perekonomian masyarakat. “Penerapan ipteks ini dapat menjadi paket awal dan batu loncatan bagi petani Porang Kampung Bonti. Utamanya, mengambil peluang terhadap tingginya permintaan ekspor porang di Indonesia,” harap Rijal n
Nurul Hikma
DOKUMENTASI PRIBADI
Science Techno Park (STP) Unhas bekerja sama dengan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV menggelar penanaman 1000 pohon mangrove di kawasan Makassar New Port (MNP), Senin (16/8). Kegiatan ini dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun ke-76 Republik Indonesia.
Mahasiswa KKN Sinjai 1 Adakan Program Mengajar di Sekolah Terpencil KELOMPOK Kuliah Kerja Nyata (KKN) 106 Unhas Sinjai 1 mengadakan program mengajar di Sekolah Jarak Jauh SD Lempangan Kampung Boja Desa Puncak Kecamatan Sinjai Selatan, Selasa (3/8). Salah satu anggota KKN Unhas Sinjai 1 Sri Armadani mengatakan, kegiatan dilakukan 2 kali. Pertama, pada Selasa (12/7) ke Kampung Boja bersama kepala Dusun, Babinsa Puncak dan tokoh pemuda. “Kedua, bersama hampir seluruh anggota KKN Sinjai 1 yang beranggotakan 26. Biaya kegiatan sendiri berasal dari patungan yang dikumpulkan para anggota,” ungkap Armadani. Mahasiswi Fakultas Farmasi Unhas 2018 ini kemudian menjelaskan beberapa hambatan yang dilaluinya. Salah satunya ialah kesulitan dalam mencari akses menuju lokasi.
“Jalanan sangat licin, berbatu, dan tanjakan. Bahkan, harus menyebrangi sungai sehingga sulit dilalui motor. Karenanya, kami memilih berjalan kaki kurang lebih 1 jam melewati sungai, sawah, dan kebun untuk sampai, ” kata Armadani. Lebih lanjut, tujuan program ialah mewujudkan Tri Darma Perguruan Tinggi di tengah Covid-19 dengan mengajarkan cara menghitung, membaca, dan mencuci tangan serta gosok gigi yang tepat. Kelompok KKN ini bahkan mengadakan beberapa permainan bersama anak-anak. “Uniknya, sekolah ini hanya memiliki satu guru yang mengajar semua kelas di semua mata pelajaran. Hanya satu ruangan kelas yang berisi murid kelas 1-6,” tambah Armadani. n Nurul Hikma
Mahasiswa Unhas Buat Kemasan Daging dari Plastik Ramah Lingkungan DIBIMBING oleh Dosen Prodi Ilmu dan Teknologi Pangan Dr Adiansyah Syarifuddin STP MSi, tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Eksakta (RE) Unhas mengangkat tema “Plastik Biodegradable”. Tim yang diketuai mahasiswa Prodi Ilmu Teknologi Pangan Muhammad Hanif Muflih ini turut melibatkan mahasiswi Prodi Ilmu dan Teknologi Pangan, Nur Azizah dan Andi Nisra Fasirah, serta mahasiswa Prodi Kimia, Aulia Karimah dan Izzatin Rumaisha Zahra. Salah satu anggota tim Azizah menyampaikan pembuatan plastik dalam penelitian ini menggunakan bahan dasar karagenan dari rumput laut. “Kami berfokus pada pengemasan daging dengan penambahan minyak esensial bawang putih agar dapat mempertahankan mutu daging segar,” ucap Azizah, Sabtu (28/8) Berbeda dari penelitian lain, mereka menambahkan komponen nano karbon
(c-dot) dengan bahan dasar daun mangga segar untuk meningkatkan kualitas plastiknya. Sementara itu, banyaknya kerusakan daging berdampak pada tingginya kasus kehilangan makanan dan pencemaran limbah plastik sehingga melatarbelakangi penelitian ini. “Plastik yang saat ini digunakan banyak yang merusak ekosistem,” lanjut Azizah. Namun, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Makassar menjadi kendala terbesar dalam penelitian. “Laboratorium tempat kami meneliti tertutup yang menyebabkan tahapan penelitian banyak tertunda,” keluh Azizah Ia berharap, hasil penelitian dapat diproduksi pada skala komersial sehingga kerusakan daging dapat dicegah dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan plastik tidak dapat terurai. n Nur Ainun Afiah
16
JEKLANG
identitas
NO. 926, TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
Kisah Sukses Sang Dokter, Antara Impian dan Keinginan Orangtua
D
i saat Anda harus memilih meraih impian atau mengikuti harapan dari orangtua, dr. Saharun Iso Sp.KO dapat mewujudkan keduaduanya. Tentu, pilihan yang ia ambil bukan perjalanan yang mudah. Saharun Iso membuka pembicaraan tentang dirinya, yang sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak ada niatan maupun cita-cita menjadi dokter. Menjadi dokter awalnya bukan pilihannya, ia berkeinginan menjadi tentara. Tamat SMA, ia sudah membulatkan tekadnya mengikuti ujian Taruna Akademi Militer (Akmil), namun kedua orang tuanya kurang setuju dengan pilihannya. Orang tuanya lebih memilih Saharun melanjutkan studi kedokteran. Mengikuti perintah orang tuanya, ia kemudian melanjutkan tes masuk perguruan tinggi. Menurutnya, ujian masuk bukan halangan melanjutkan studi di kedokteran Unhas. Lantaran, dari bangku sekolah ia selalu masuk peringkat tiga besar, waktu Sekolah Menengah Pertama (SMP) selalu rangking satu dan SMA sempat rangking satu. Pria asal Buton ini mengatakan masa perkuliahannya di Fakultas Kedokteraan (FK) Unhas membutuhkan waktu 10 tahun. “Zaman saya memang umumnya perkuliahan rata-rata 8 atau 9 tahun kuliah di kedokteran, malah ada yang lebih dari 10 tahun,” ucapnya, Jumat (9/4/2021). Meskipun kala itu, perkuliahan sudah menggunakan sistem Satuan Kredit Semester (SKS),
nyatanya ia masih sangat sulit untuk lulus tepat waktu. Saharun menyampaikan perkuliahan dengan sistem SKS yang dicampur dengan sistem paket menjadi salah satu masalahnya. Di mana syarat untuk mengambil mata kuliah (matkul) semester dua harus lulus pada matkul semester satu. Selain itu, pada tahun 90-an, sistem koas sangat berbeda. Dulunya koas tidak terstruktur dalam artian masih ada selang waktu di antara latihan dan istirahat. Sekarang menurutnya, sistem koas sudah terjadwal dan padat sehingga mahasiswa dapat lulus cepat. Adaptasi juga menjadi persoalan dokter spesialis olahraga ini. Menyesuaikan diri dari status siswa menjadi mahasiswa adalah hal yang perlu proses. Terlebih harus pandaipandai mengatur waktu kegiatan di dalam dan luar kampus. Ia mendeskripsikan ada dua tipe orang belajar, ada kutu buku dan ada betah belajar terus menerus. Akunya, ia orang yang tidak kutu buku. Sering kali juga, perkuliahan sebagai mahasiswa kedokteraan dipengaruhi dengan impian
menjadi tentara. Saat diwawancarai via telepon, ia mengatakan impian menjadi tentara tentu akan mempengaruhi motivasinya. Menjadi seorang dokter memang bukan impian Saharun. Akan tetapi tetap memutuskan untuk menjalani rutinitas menjadi mahasiswa kedokteran. Seperti kata peribahasa, ada air ada ikan. Kalimat itu dapat menggambarkan perjalanan hidup Saharun. Di manapun kita tinggal, rezeki akan selalu ada. Waktu menjalani koasnya, terbuka jalur penerimaan tentara lewat profesi. Ia kemudian mengikuti tes tersebut di Bandung dan akhirnya terterima. Setelah tamat di kedokteraan, ia melanjutkan pendidikan ketentaraan di Magelang selama 7 bulan. “Setelah itu, saya masuk pendidikan kecabangan kesehatan di Pusdikkes di Jakarta selama tiga tahun lebih.” jelasnya. Selepas dari situ, Saharun ditempatkan pertama kali di Kopassus, menjabat sebagai letnan dua pada 2002 hingga 2009. Pada 2009, ia melanjutkan pendidikan Spesialis Dikspes Keolahragaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Selesai pendidikan spesialis, Saharun berkarier di dinas Pusdikkes sebagai pelatih dan guru militer sekitaran 4 tahun. Hingga ia akhirnya kembali ke kopassus. Sosok yang kini menjabat Kepala Kesehatan Kopassus ini mengatakan tidak terdapat perbedaan jauh saat melanjut pendidikan ketentaraan. Prinsip loyalitas dan hubungan senior junior tetap sama pada saat kuliah di kedokteran. “Kita anak kedokteran disiplin dari sisi loyalitas kepada para senior, secara hirarki tidak jauh
berbeda. Cuma berbeda di latihan fisik. Jadi tindakan fisik seperti diminta merayap dan jungkir itu biasa, mungkin layaknya orang Ospek begitu.” jelasnya. Berubah status menjadi dokter militer, ilmu yang ia pelajari di bangku kuliah tetap relevan bagi profesinya. Ketika ada tentara sakit, dokter militer akan siap merawatnya. “Saat di lapangan, bila masih dapat ditangani, dokter militer tersebut akan merawatnya, namun jika tidak, maka akan dirujuk ke rumah sakit (RS) tapi tetap dokter tentara juga di RS tersebut,” ucapnya. Ia juga menceritakan saat berkarier di Kopassus pada 2003-2004 pernah bertugas di Papua dan kemudian ke Aceh sehingga ia tidak pernah bertugas di rumah sakit. Dari pengalaman karier, ia menyimpulkan bahwa segala sesuatu harus dilaksanakan dengan ikhlas. Prinsip ikhlas ini menjadi kekuatan Saharun menekuni profesinya. “Jangan melakukan sesuatu selain alasanya Allah, sebab akan membuat kita pusing karena keinginan seseorang berbedabeda. Keinginannya Allah jelas sehingga kita dapat tenang. Makanya saya enjoy mau tugas di lapangan atau di mana saja, semua dijalani,” tutupnya. n
“
Muhammad Alif M
Jangan melakukan sesuatu selain alasanya Allah, sebab akan membuat kita pusing karena keinginan seseorang berbeda-beda. Keinginannya Allah jelas sehingga kita dapat tenang. dr. Saharun Iso Sp.KO DOKUMENTASI PRIBADI
identitas
NO. 926, TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
CERPEN
17 ILUSTRASI/IVANA FEBRIANTY
Pemakaman Impian untuk Ibu
S
udah lama sekali Pia menarikku bersama jasad ibunya yang sudah kaku—nyaris membusuk. Lewat tengah malam, tapi Pia belum berhenti menyisir trotoar jalanan pinggiran kota yang sepi. Kaus merah muda lusuhnya telah basah terguyur keringat, kaki telanjangnya penuh guratan luka dan lebam. Aku tidak bisa melakukan apapun, bahkan untuk sekadar menenangkannya. Pia berhenti, berbalik menatap jasad ibunya penuh iba, “sebentar lagi kita sampai”. Itu sudah yang kesembilan kalinya ia katakan. Tubuh kurus Pia kembali menarikku, sepasang roda tuaku berdecit, lengan kayuku seperti ingin copot setiap kali ia menariknya. Aku memang sudah tua, banyak hal sudah kulalui bersama Pia. Empat belas tahun lalu, ibunya melahirkan Pia di dalam bakku. Ibunya mengerang hebat, darah menetes hingga warna rodaku berubah merah. Sejak tangisan pertamanya di malam cerah itu, hingga ia sudah mampu menarikku dengan tangannya sendiri, aku selalu melihat Pia menderita. Setiap hari aku digandengnya menyusuri sudut kota, mengumpulkan botol atau kaleng yang sudah tak bertuan demi segenggam kepeng—untuk menyambung hidupnya dan hidup ibunya. Aku benar-benar menikmati saat-saat bersama Pia, aku senang bisa menemaninya selama ini. Berbeda dengan perempuan paruh baya yang kini terbaring pulas di dalam bakku. Bagiku ia terlampau galak untuk menjadi seorang ibu. Sering sekali pipi Pia ditamparnya amat keras hingga Pia tersungkur ke tanah. Penyebabnya hanya karena sedikit rongsokan yang Pia kumpulkan, sehingga mereka harus berpuasa di keesokan harinya. Tapi Pia anak yang baik, luka lebam di pipi atau luka batin di hatinya sedikit pun tidak pernah berubah menjadi dendam. Seekor anak kucing yang kelaparan melintas di hadapannya. Biasanya ia akan singgah sejenak untuk mengelusnya, tetapi kali ini kucing itu diabaikannya begitu saja. Tidak bisa lagi kuragukan betapa dalam rasa kehilangan yang melandanya. Sebenarnya sikap keras ibunya bukan tanpa alasan. Setiap kali ia memarahi Pia, nama Pak Jagang tidak pernah lupa ia salahkan. Konon dia adalah konglomerat yang sudah membuat suaminya meninggal, sekaligus merampas rumah, sawah, dan ladang mereka tanpa sisa. Kini ibunya sudah mati, mungkin karena terlalu sering marah-marah.
Aku bahagia untuk kematiannya, kini ia tak lagi bisa mengukir lebam di kulit Pia. Namun, duka mendalam Pia membuatku berempati. Aku berharap tuhan memberiku mulut untuk berbicara agar setidaknya aku bisa menghiburnya. “Pia, kamu jangan sedih lagi. Kamu tidak sendirian.” Pia terkesiap. *** Saya sangat sedih hari ini. Seandainya saya mengumpulkan lebih banyak kaleng, botol, atau seng, ibu pasti tidak akan marah. Tapi itu sudah terlambat, tadi pagi ibu marah besar sampai pingsan. Saat mau minta maaf, beliau sudah tidak bernapas lagi. Jika saya punya uang, mungkin saya bisa beli napas untuk ibu. Bapak pengepul yang pernah beli untuk anaknya bilang, harganya setara saya mengumpulkan 20 karung gelas plastik bekas. Seandainya saya bekerja lebih giat, mungkin ibu masih ada. Sekarang saya sendirian, saya kesepian. Orang-orang tidak mau melihat saya. Biasanya kalau saya kesulitan selalu ada yang membantu, tapi sekarang tidak ada mau menolong, bahkan sekadar membagi segelas air. Mungkin tidak ada yang mau melihat ibu yang sudah berbau bangkai di gerobak. Saya membawa jasad ibu naik gerobak kayu tua yang selalu saya bawa mencari rongsokan. Saat ingin membawa ibu ke permakaman, sebuah truk gandeng menabrak kami. Namun, saya masih bisa berjalan hingga sekarang, membawa ibu menuju tempat peristirahatan terakhirnya. Perut saya sudah lapar sekali. Saya dan ibu belum makan sejak kemarin malam dan sekarang malam sudah lagi. Ada seorang laki-laki dewasa berdiri di halte. Dandanannya rapi dengan setelan kemeja biru, ia memegang dua botol air. Saya bawa berobak ke tepi jalan, kemudian saya datangi laki-laki itu. “Permisi, pak. Boleh saya minta sedikit airnya?” saya memelas. Dia cuma menatap kosong ke arah jalanan terus menerus, sesekali mengelap air matanya. Saya baru sadar kalau dia sedang sedih, dia menahan isak dan mencoba tetap terlihat tegar. “Boleh saya minta airnya, pak. Saya haus sekali.” Mungkin dia tidak mau diganggu. Saya kembali menghampiri gerobak saya, berharap di perjalanan ada yang masih ada yang bersedia menolong.
“Hey, kau haus?” Saya menoleh. “Iya, saya—” “Iya, terima kasih. Aku sudah urus lahan permakaman istrimu. Tempatnya ada di seberang jembatan sana.” Lakilaki lain—yang sepertinya temannya tiba-tiba datang menunjuk searah dengan tempat yang saya tuju. Artinya saya tidak salah jalan. Saya bergegas kembali menarik gerobak. Meskipun tidak dapat air, setidaknya sekarang saya tahu harus ke mana. Ibu akan beristirahat dengan tenang di sana. *** Rasanya saya sudah berjalan jauh sekali, tapi saya tidak melihat jembatan yang dimaksud orang tadi. Saya seperti cuma berputar-putar di tempat yang sama. Barisan rumah yang saya lihat ituitu saja. Apakah saya tersesat? Tapi dari tadi saya cuma berjalan lurus. “Pia, kau jangan sedih lagi. Kau tidak sendirian.” Suara perempuan tua terdengar samar-samar, mungkinkah suara ibu? ”Ibu?” Ibu tidak bergerak sama sekali. Mungkin hanya cuma perasaan saya. “Pia, apa kau mendengarku?” suara itu datang lagi. Saya berhenti, berbalik menatap gerobak itu dan memeriksa setiap sisinya, tidak ada apa-apa selain bau bangkai dari jasad ibu. “Siapa kamu?” “Aku gerobakmu” “Itu tidak mungkin.” Suara itu pasti tidak nyata. Mungkin saya cuma terlalu capek dan haus sampai berpikir aneh-aneh. Saya harus mengabaikannya dan tetap berjalan, ibu harus dimakamkan sebelum besok. “Kita mau ke mana?” “ Ke Permakaman.” saya masih saja tetap menjawab pertanyaannya. “Kenapa tidak kau tinggalkan saja jasad itu? Apa bau busuknya tidak mengganggumu?” “Jaga bicaramu, beliau ibu saya,” saya
menjawabnya ketus. “Tapi dia jahat, dia selalu menyakitimu.” “Kamu berkata begitu karena tidak pernah punya seorang ibu.” Saya harap suara itu segera diam. Benar saja, dia diam, saya mungkin sudah menyakiti hatinya. Rumah-rumah di tepi jalan semakin jarang, hanya tinggal satu atau dua rumah yang ada di sisi kiri dan kanan, lalu benar-benar hilang sama sekali. Hanya ada jalanan aspal hitam yang tidak kelihatan ujungnya. Padang rumput di sekeliling sudah berubah orange diterpa sinar fajar yang mulai menyingsing. Terlihat samar-samar di depan, sebuah jembatan dengan pagar besi di kedua sisinya. Cahaya fajar yang semakin tinggi membuat jembatan itu membias warna emas. Namun, tidak terlihat satu pun makam di seberangnya. Kecewa tidak menemukan permakaman untuk ibu, saya seperti hilang kekuatan. Air mata saya mengalir meskipun saya sudah menahannya kuat-kuat. Saya ingin menatap ibu sekali lagi, tapi saya takut ibu akan marah kalau melihat saya menangis seperti ini. Luka di kaki saya semakin perih karena tertetesi air mata. “Gerobak, kenapa kamu tidak bicara lagi. Apakah kamu juga marah? Saya minta maaf sudah membentakmu.” “Tidak apa-apa. Aku mengerti kau sedang sedih. Sekarang tidak perlu mencari permakaman lagi.” “Kenapa?” “Karena di dunia tempatmu menderita, kalian sudah dimakamkan.”n
Penulis Risman Amala Fitra Mahasiswa Sastra Jepang FIB Unhas
18
IPTEKS
identitas
NO. 926, TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
Pundi-Pundi Uang dari Eceng Gondok
E
ceng gondok merupakan tumbuhan air yang bernama latin Eichhornia crassipes, tanaman yang dapat ditemukan di danau, rawa, atau pun sungai. Tanaman ini memiliki tinggi rata-rata 40-80 cm. Eceng gondok pertama kali ditemukan oleh Carl Friedrich Philipp von Martius pada saat ekspedisinya di Sungai Amazon, Brazil pada 1824 Masehi. Pertumbuhan eceng gondok relatif sangat cepat. Penyebabnya media tumbuh dari air yang mengandung nutrien cukup tinggi, terutama nitrogen, fosfat, dan potassium. Tumbuhan ini biasanya dapat ditemukan tidak jauh dari perkotaan seperti drainase dan kanal-kanal. Pertumbuhan eceng gondok di sistem saluran air perkotaan sering kali mengakibatkan tumpukan sampah hingga mengurangi estetika lingkungan kota. Jika masyarakat terus membiarkan eceng gondok tumbuh dan berkembang, maka eceng gondok dapat merusak lingkungan perairan. Melimpahnya eceng gondok, justru menjadi ide bagi beberapa orang untuk memanfaatkanya. Seperti pengabdian Syamsinar, Juslina, Abbas, dan Ade Firna yang merupakan mahasiswa Program Studi S1 Kehutanan Fakultas Kehutanan Unhas. Mereka memanfaatkan eceng gondok dengan membuatnya menjadi kerajinan tangan. Pelaksanaan pengabdian dengan judul “Peran Ekonomi Kreatif dalam Meningkatkan Pendapatan Pengrajin Tumbuhan Eceng Gondok,” yang
DOKUMENTASI PRIBADI
dilakukan di BTP Blok M Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar pada tanggal 23 Mei 2021. Saat ini, wilayah Tamalanrea telah berkembang menjadi kawasan permukiman di Kota Makassar. Tidak hanya pemukiman, terdapat pula beberapa area yang menjadi tempat penampuangan air untuk menjadi kawasan resapan air pada saat musim hujan. Pada area itu, tumbuh tanaman eceng gondok yang menghasilkan
pundi-pundi rupiah. “Eceng gondok dapat dimanfaatkan dan mampu memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat serta dapat mengurangi tingkat pengangguran,” ujar Syamsinar Selasa (24/8). Di bawah bimbingan Dr Ir Siti Halimah Larekeng SP MP pengabdian ini berhasil meraih pendanaan dari Program Riset Penelitian dan Pengabdian Mahasiswa Fakultas Kehutanan Unhas. Bukan hanya tentang pemanfaatan eceng gondok, tetapi juga upaya untuk meningkatkan kemandirian perempuan di wilayah tersebut. Para pengrajin dapat menjual produk berbahan dasar eceng gondok dengan kisaran harga yang relatif baik. “Kisaran harga produk antara 50 sampai 80 ribu rupiah tergantung produknya seperti tempat tisu, keranjang, alas gelas, dan sebagainya”, jelas Syamsinar. Mula-mula Syamsinar dan tim melakukan
bimbingan pelatihan terkait tahapantahapan pembuatan kerajinan eceng gondok. Tahapan pembuatan olahan, pertama pengambilan eceng gondok, pembersihan, pencucian, pemilahan antara batang dan daun, barulah kemudian penjemuran. Setelah kering, para pengrajin perlu untuk menganyam terlebih dahulu sebelum melakukan proses pembuatan pola. Tahap terakhir berupa penyelesaian produk dengan memberikan warna menggunakan minyak cat atau pernis agar tampak lebih indah. Menurut mahasiswa angkatan 2018 ini, masyarakat belum mampu membuat pola kerajinan sendiri. “Untuk tahap awalnya penyuluh yang mengajarkan masyarakat membuat pola kerajinan,” katanya. Masyarakat yang berada di wilayah tersebut, sangat antusias mengikuti pelatihan itu. Selain teknik pembuatan kerajinan eceng gondok, tim juga memberikan ide-ide kreatif kepada masyarakat mengenai teknik pemasaran produk olahan eceng gondok sehingga bernilai jual tinggi. Syamsinar berharap, semoga ke depannya pengrajin eceng gondok semakin kreatif, dan semakin banya ide-ide yang muncul untuk dipasarkan serta semakin banyak peminat kerajinan eceng gondok. n Muhammad Akram
identitas
NO. 926 TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
RESENSI
19
Cinta Ata dan Karaeng, Sebuah Fakta yang Dibalut Imajinasi
S
ejak zaman dahulu, masyarakat Bugis- Makassar dikenal sebagai masyarakat yang berkelas-kelas. Mereka terbagi menjadi tiga kelas, yakni bangsawan (karaeng), orang kebanyakan (Tau Maradeka ) dan hamba sahaya (Ata). Dalam hukum perkawinan adat, seorang wanita bangsawan tidak boleh dinikahi oleh laki- laki dari strata sosial yang lebih rendah darinya. Di Tanah Adat Kajang, wanita sangat dihormati, harga diri dan keberadaannya sangat diperhatikan. Untuk menikahinya, laki- laki harus memilki materi yang mumpuni, pekerja keras, bertanggung jawab dan tentunya harus memperhatikan latar belakang keluarganya. Pernikahan di Tanah Adat Kajang begitu amat sakral dan memiliki rangkaian prosesi yang amat panjang. Menurut masyarakat Tanah Adat Kajang, pernikahan adalah proses panjang yang membutuhkan perjuangan untuk saling mempertahankan keutuhan hubungan. Pernikahan bukan hanya menyatukan kedua mempelai namun juga menyatukan kedua keluarga. Rumitnya pernikahan di Tanah Adat Kajang yang sering dijuluki sebagai tana kamase- masea (tanah yang sederhana ) membuat pria banyak yang memilih mundur
ILUSTRASI/NURUL HIKMA
sebelum melamar. Banyak yang beranggapan bahwa wanita adalah barang dagangan. Uang panaik adalah hal yang harus dipenuhi untuk mempersunting seorang wanita. Kendati uang panaik terbilang cukup memberatkan, namun hal tersebut masih dapat diusahakan. Hal yang rumit yang tidak bisa diusahakan ialah penghapusan garis keturunan. Perempuan di Tanah Adat Kajang diselimuti perasaan khawatir, dengan siapa hatinya akan berlabuh, apakah hatinya akan berlabuh kepada orang yang sesuai dengan hukum adatnya. “ Beruntunglah perempuan yang terlahir di Tanah Adat Kajang dan meranalah laki- laki yang ingin menikahinya”. Itulah kutipan yang ada dalam novel Cinta Ata dan Karaeng yang ditulis oleh Muslimim Udding, seorang mahasiswa Antropologi Unhas yang berasal dari Kajang. Novel yang tebalnya 279 halaman ini bercerita tentang percintaan antara wanita karaeng dan pria keturunan ata yang tentunya tidak mendapat restu dari orang tua wanita karena alasan adat. Kisah cinta antara Andi Aina dan Sahar adalah sebuah kasus yang marak kita dengar dalam masyarakat Bugis- Makassar khususnya di Tanah Adat Kajang.
Kisah ini dimulai ketika Andi Aina memutuskan merantau untuk menuntut ilmu di salah satu universitas Makassar. Di awal perkuliahan, Andi Aina bertemu sekilas dengan Sahar. Pertemuan itu membuat Aina penasaran dengan sosok Sahar yang pendiam, tinggi, kulit putih bersih dan pakaian yang rapi. Hingga akhirnya, ketika libur semester, Sahar dan teman- temannya berkunjung ke Tanah Adat Kajang untuk melakukan penelitian. Aina dan adiknya menjadi pemandu Sahar dan teman- temannya selama melakukan penelitian. Pertemuan di Tanah Adat Kajang tersebut akhirnya makin menumbuhkan benih cinta antara Andi Aina dan Sahar. Hari-hari mereka lalui dengan cerita cinta hingga akhirnya orang Tua Andi Aina mengetahui jika Sahar adalah anak Sahran Ambas yang merupakan keturunan Ata. Sebelumnya, Sahran Ambas adalah pria Kajang yang jatuh cinta kepada Tante Andi Aina. Karena status sosial yang berbeda, Sahran Ambas akhirnya merelakan cintanya dan memilih keluar dari tanah kelahirannya. Novel ini adalah cerita fiksi yang sebenarnya berisi fakta lapangan masyarakat Bugis – Makassar khsusnya masyarakat Tanah Adat
Judul : Cinta Ata dan Karaeng Tebal : 279 halaman Penerbit: Penerbit Sastrabook Indonesia Tahun Terbit : 2020
Kajang. Kemampuan penulis menyajikan fakta yang dibalut dengan imajinasi membuat novel ini sangat menarik untuk dibaca terutama yang ingin mencari referensi tentang studi adat- istiadat masyarakat suku Kajang. Di dalamnya dijelaskan asal- usul kasta ata dan mengapa pernikahan karaeng dan ata dilarang. Satu hal yang sangat disayangkan dari novel ini ialah masih banyaknya typo. n Irmalasari
LINTAS
20
identitas
21
NO. 926, TAHUN XLVII, EDISI AGUSTUS 2021
Belajar Sambil Bertualang DOKUMENTASI PRIBADI
"Dunia itu seluas langkah kaki. Jelajahilah dan jangan pernah takut melangkah. Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya" Soe Hok Gie
P
enggalan kalimat motivasi dari Gie, memacu semangat saya dan sepuluh teman lainnya untuk belajar dari alam. Menjadi mahasiswa Fakultas Kehutanan yang tinggal di sekitar Kawasan Karst MarosPangkep, membuat kami ingin belajar mengenai kekayaan alam yang ada. Siapa yang tidak takjub berada di sekitar kawasan karst terbesar kedua di dunia? Di balik megahnya gua batu kapur, ditemukan berbagai jejak prasejarah. Selain itu, juga banyak potensi flora dan fauna gua yang perlu kita ketahui. Sehingga kegiatan ekspolarasi gua dibutuhkan. Kami pun merancang Ekspedisi Stalagmit. Kegiatan yang bertujuan untuk mencari potensi gua di Desa Lanne, Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep. Riset kepencintaalaman ini hadir karena dukungan dari Fakultas Kehutanan Unhas melalui program “Call of Student”. Kegiatan lapangan berlangsung selama delapan hari. Saya bersama teman Gladimula 26 Pandu Alam Lingkungan melakukan
identifikasi persebaran mulut gua dan juga pemetaan. Perjalanan dimulai pada 29 April 2021. Kami menuju lokasi pertama di Dusun Manjaling dan Dusun Mario untuk mengambil data. Di lokasi ini, kami diterima dengan baik, bahkan diminta untuk menginap di rumah warga. Tidak perlu memasang tenda dan mendirikan camp. Konon katanya, warga dusun memang selalu menyambut mahasiswa yang berkunjung. Apalagi ketika kita datang untuk meneliti potensi gua yang mereka miliki. Keesokan harinya, kami mulai membagi tim pengambilan data. Ada dua tim yang bertugas mengidentifikasi persebaran mulut gua dan satu tim melakukan pemetaan di Gua Lagara dan Gua Suli. Kami bersyukur karena berada di lingkungan yang sangat kooperatif. Kepala dusun dan warga bekerja sama membantu kami. Mereka setia menemani keliling dusun sebagai penunjuk jalan sambil membantu mencari mulutmulut gua. Aktivitas seperti ini berulang terus hingga hari ke delapan.
Hanya saja di hari ke lima, kami berpindah tempat ke Dusun Tagari untuk mendirikan kamp dan melakukan pengambilan data. Uniknya, meskipun dilakukan di Bulan Ramadhan, tapi semangat kami tidak surut. Ibadah puasa yang kami jalankan tetap bejalan lancar, walau lelah, haus dan lapar menerjang. Pengambilan data yang dimulai dari pagi sampai sore hari terlaksana sesuai jadwal. Selama di lapangan, banyak hal unik yang ditemukan. Di hari keempat, 2 Mei 2021 kami menemukan satu gua yang sama sekali belum pernah ditelusuri dan tidak memiliki nama. Letaknya di Dusun Manjaling. Setelah melakukan penelusuran, kami meminta izin kepada kepala dusun untuk memberi nama pada gua tersebut. Syukurnya kami diizinkan. Nama “Leang Wudilang” melekat pada gua ini. Leang berarti Gua dan Wudilang adalah akronim dari nama anggota tim yang menemukan, Wulan, Diky dan Gilang. Kejadian berkesan lainnya, saat memasuki Gua Pattunuang
yang terletak di Dusun Tagari. Untuk pertama kalinya, saya masuk ke gua prasejarah. Begitu banyak lukisan di dinding gua. Saat melihatnya, kata-kata syukur tak henti keluar dari mulut. Sungguh luar biasa ciptaan Sang Kuasa. Beragam rasa muncul dalam kegiatan ini. Di hari terakhir, kami kaget karena begitu besar potensi karst yang dimiliki Desa Lanne. Ada 49 gua yang ditemukan di empat dusun, yakni Dusun Manjalling, Dusun Mario, Dusun Tagari dan Dusun Maccini. Tidak hanya itu, juga banyak sekali flora dan fauna gua yang ditemukan. Kami bertemu laba-laba, jangkrik, kelelawar, kepiting, burung walet sapi, keong semak, katak hijau dan katak coklat yang hidup di dalam gua. Sedangkan untuk flora, ada American Evergreen¸ Monstera, Kacang Amerika, Pohon Oktopus dan beberapa tumbuhan lainnya yang hanya teridentifikasi nama familinya. Selama ekspedisi, saya belajar banyak hal. Ilmu
penelusuran gua, identifikasi tanaman bahkan pemetaan begitu terasah. Namun jauh daripada itu, belajar bagaimana cara bekerja sama, saling memahami dan mendukung jadi kunci keberhasilan. Merancang sebuah kegiatan dengan orang-orang yang berbeda karakter adalah tantangan. Syukurnya kami semua dapat saling menekan ego dan menyokong satu sama lain. Kami sadar kalau kegiatan ini bukan hanya untuk kami saja. Tapi, untuk siapa saja yang membutuhkan data mengenai potensi gua, orangorang yang mau melestarikan ekosistem karst dan juga pihak pemerintah yang berkewajiban membuat aturan untuk menjaga kekayaan alam.n Penulis Jusniati, merupakan mahasiswi Fakultas Kehutanan Unhas Angkatan 2018. Sekaligus Anggota Pandu Alam Lingkungan