Edisi JULI 2021 PK identitas Unhas

Page 1

Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

identitas Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin

Konversi SKS

NO. 925, TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021


DARI REDAKSI

2 TAJUK

KARIKATUR

KOSAKATA

Sinergi Kebijakan Kampus Merdeka

K

ini penerapan program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) sudah berlangsung. Kebijakan yang diluncurkan pada 2020 lalu oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mendapat respon yang cukup positif, bahkan antusias dari mahasiswa, dengan harapan mampu memberikan pengalaman dan angin baru bagi perubahan proses pembelajaran. Meski demikian, pada penerapan Kampus Merdeka, sering kali masih ditemui persoalan dari segi penerapan di tingkat perguruan tinggi hingga ke fakultas maupun program studi. Tidak terkecuali di Universitas Hasanuddin. Salah satu program MBKM, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengambil program mata kuliah (matkul) hingga mencapai 20 Sistem Kredit Semester (SKS) di luar program studi (prodi). Tentu banyak yang berharap dengan program ini, mahasiswa dapat mengambil pengalaman berupa keahlian atau kompetensi di luar prodi. Pertukaran mahasiswa memang menggiurkan, namun matkul dan kurikulum tiap perguruan tinggi bahkan untuk tiap prodi tidak bisa disamaratakan. Maka ujung-ujungnya, semua dikembalikan sepintar-pintarnya kampus dalam hal ini fakultas dan prodi mampu mensinergikan antara penguruan tinggi pengirim dan penerima pertukaran mahasiswa. Meskipun sering kali muncul kebingungan. Dari penyesuian kurikulum hingga sistem konversi SKS. Lantas tidak mengherankan pada April 2021 lalu, Mas Nadiem Makarim mengimbau agar perguruan tinggi tidak mempersulit mahasiswa dalam mengonversi dan pengakuan SKS. Ini harus menjadi perhatian, sinergi atas kebijakan kampus merdeka sangat diharapkan.n

ILUSTRASI/IVANA FEBRIANTY

SURAT DARI REDAKSI

IDENTITAS/OKTAFIALNI RUMENGAN

Kelas Peliputan : Wakil Manajer Kompas Nasrullah Nara membawakan materi liputan mendalam ke Kru Penerbitan Kampus (PK) identitas Unhas, di Rumah Kecil identitas Unhas, Jumat (18/6).

S

Beradaptasi

alam Pers Mahasiswa! Lebih dari setahun sejak pandemi Covid-19 memasuki Indonesia. Mengharuskan kita untuk mengerjakan seluruh aktivitas dari rumah. Pandemi mengharuskan kita menyesuaikan diri melakukan kegiatan secara daring. Begitu pula dengan PK identitas yang mengalihkan kegiatan keredaksian menjadi daring. Dari wawancara, pengusulan berita, hingga rapat redaksi. Koran PK

identitas

NO. 925, TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

identitas Edisi Juli 2021 hadir kembali untuk civitas akademika Unhas. Pada edisi ini, kami menyajikan informasi Jejak Langkah wartawan yang memimpin 60 brand majalah, mengulas soal Merdeka BelajarKampus Merdeka sebagai liputan Civitas, dan rubrik lain yang semoga dapat menyegarkan pikiranpikiran kita di tengah pandemi Covid-19.n Selamat membaca!

Disorientasi: kesamaran arah; Kehilangan daya untuk mengenal lingkungan, terutama yang berkaitan dengan waktu tempat dan orang. Gigantik: Berukuran sangat besar; berukuran raksasa Celoteh: obrolan atau percakapan yang tidak keruan; ocehan Kenes: Lincah dan menawan hati; Suka bergaya dan tingkah laku dibuat- buat supaya menarik perhatian; genit; mengangungkan diri Gamang: Merasa takut Nuraga: Simpati; berbagi rasa Ranum: Sangat masak (tentang buah- buahan) Undagi: Tenaga ahli Binar: sinar Derana: Tahan dan tabah menderita sesuatu Maharani: Raja perempuan; ratu, permasisuri Misoginis: orang yang membenci wanita Selesa: Luas; lega; leluasa Encim: Wanita keturunan Cina yang sudah bersuami Senewen: Gugup; bingung; hilang akal; agak gila Temperamen: Sifat batin yang tetap mempengaruhi perbuatan, perasaan dan pikiran Arloji: Jam kecil; Jam tangan Metro: Jaringan jalan kereta api di bawah tanah Intimasi: Keakraban

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Muh. Restu, Sumbangan Baja, A. Arsunan Arsin, Muh. Nasrum Massi n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, M Dahlan Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi nKetua Penyunting: Ahmad Bahar nKetua Penerbitan: Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Arisal nKoordinator Liputan: Santi Kartini nLitbang Data: Nadhira Noor R Sdiki nStaf Penyunting: Khintan nFotografer: Nur Ainun Afiah, Friskila Ningrum YusufnArtistik dan Tata Letak: Annur Nadia Felicia Denanda nIklan/Promosi: Nurul HikmanReporter: Irmalasari, Risman Amala Fitra, Anisa Luthfia Basri nTim Supervisor: Nasruddin Azis, Nasrul Alam Azis, Muchlis Amans Hadi, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Arifuddin Usman, Abdul Haerah, Ibrahim Halim, Ahmad Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar, Abdul Chalid Bibbi Pariwa, Muhammad Yunus n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245. Website: www.identitasunhas.com, E-mail: bukuidentitas@gmail. com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).

Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).

Sampul Edisi Juli 2021 Ilustrasi : Identitas Unhas Layouter : Annur Nadia F. Denanda


WANSUS

identitas

NO. 925 TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

3

Reformasi Birokrasi di Tangan Pemimpin Daerah

R

eformasi 1998 memiliki berbagai agenda, salah satunya menciptakan pemerintahan yang bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Sehingga reformasi birokrasi dilakukan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional, berintegritas dan bebas KKN. Maka itu dengan Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Nomor 52 Tahun 2020 dibentuklah Tim Independen Reformasi Birokrasi Nasional (TIRBN). Salah satu Guru Besar Ilmu Administrasi Negara FISIP Unhas dipercaya sebagai anggota tim ini. Lantas bagaimana tim reformasi birokrasi ini bekerja? Simak wawancara Muhammad Alif M dengan Prof Dr Sangkala M Si, melalui Zoom, Jumat (6/08). DOKUMENTASI PRIBADI

Apa tugas dari Tim Independen Reformasi Birokrasi Nasional (TIRBN) dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi? Tim ini bersifat independen sehingga ditugaskan memberikan saran pemecah masalah kepada Tim Reformasi Birokrasi Nasional agar dapat dilaksanakan program reformasi birokrasi. TIRBN bukan pelaksana pada reformasi birokrasi nasional, hal tersebut diutamakan kepada masing-masing kementerian, lembaga, pemerintah daerah. Menurut laporan Ombudsman (24/02/2020) pola pikir birokrat sebagian besar menempatkan diri sebagai penguasa bukan pelayan publik sehingga reformasi birokrasi sulit dilakukan. Strategi seperti apa yang akan dilakukan menangani permasalahan ini? Pada tahun 2015-2019, tim reformasi biokrasi memiliki berbagai sasaran strategis yakni pertama untuk menciptakan birokrasi yang bersih dari KKN, kedua birokrasi yang mampu, ketiga birokrasi yang melayani. Tapi berbagai hal mengakibatkan progres reformasi birokrasi terhambat. Jika dibenahi sebenarnya dapat terlihat perubahan tersebut. Aspek yang dapat diperbaiki seperti pengawasan, akuntabilitasi, transparansi dan sumber daya manusia (SDM). Namun hingga kini belum dirasakan dan jika dilihat secara statistik juga belum. Dilihat adanya 514 kabupaten/ kota dan 34 provinsi dapat dikatakan sulit sebab jika diklasifikasikan terdapat zona hijau, kuning, oranye dan merah. Dari evaluasi tahunan kita, masih banyak merah dalam artian kepemimpinan daerah kurang melaksanakan reformasi birokrasi. Misalnya Papua hampir 99 persen belum melaksanakan reformasi birokrasi dan begitu juga Sulawesi, Sumatera dan

Kalimantan. Kita bisa menyimpulkan kepala daerah masih kurang mengikuti reformasi birokrasi. Mengingat pemimpin daerah yang kurang aktif dalam reformasi birokrasi, lantas bagaimana langkah Tim Reformasi Birokrasi dapat meningkatkan keaktifan pejabat dalam reformasi birokrasi? Saya pernah mengikuti rapat implementasi birokrasi, program prioritas Jokowi adalah reformasi birokrasi. Secara rinci adalah pengurangan jenjang jabatan yaitu struktur birokrasi seperti Eselon I, II, III, IV. Menurut Jokowi, birokrasi bukan mempercepat investasi dan memperbaiki pelayanan tapi justru yang jadi masalah adalah mengurangi jabatan struktural. Mengenai hal tersebut, perintah presiden adalah mengurangi dua jenjang. Misalnya kalau di daerah, Eselon I adalah Sekretaris Daerah (Sekda) dan kepala dinas adalah Eselon II. Jadi jabatan administratif dan pengawas itu langsung dipangkas. Pada tanggal 30 Juni, kita rapat secara kolektik dengan mengundang kementerian, lembaga, pemerintah daerah ditemukan di tingkat kementerian masih ada sembilan yang belum melaksanakan. Begitu pun dengan kabupaten/kota hampir 99 persen maupun provinsi. Perintah presiden sudah sejak 2019, namun munculnya banyak masalah, kami mencari penyelesaian agar dipercepat program ini. Sayangnya perintah presiden hingga 2021 belum tuntas. Apakah ada hasil nyata yang dapat dilihat dari saran-saran yang telah diberikan oleh TIRBN? Jika dilihat secara statistik, penilaiannya apakah reformasi telah dilakukan dengan baik itu menggunakan nilai C, CC, B, BB, A, AA di mana C paling rendah dan AA tertinggi.

Sekarang baru ada satu provinsi yang mencapai nilai AA sedangkan yang mendapat A barusan empat. Ini berarti kita belum optimal dari segi pertanggunjawaban. Kalau dari 34 provinsi baru satu yang termasuk paling bagus, ini jauh dari harapan. Kendalanya terdapat pada kepemimpinan di mana salah satu aspek kepentingan birokrasi adalah manajemen perubahan. Jadi perubahan dalam artian pola pikir, budaya dan mendorong keterlibatan pemimpin. Pandangan dan budaya kita yang mendapatkan jabatan struktural berarti orang yang terhormat. Proses ini lama terlaksana karena jabatan-jabatan di daerah masih banyak terlibat pada unsur-unsur politik sehingga sulit dipangkas Eselon III, IV. Manfaat apa saja yang dapat diberikan jika reformasi birokrasi dilakukan dengan baik? Dalam 10 tahun terakhir ini, dapat dikatakan target atau sasarannya belum teruwujud secara optimal. Secara substansi reformasi berupaya meningkatkan peran pemerintah dalam situasi perubahan yang drastis seperti sekarang. Jika birokrasi mampu meminimalisir KKN dengan uang yang lembaga gunakan dapat dipertanggung jawabkan. Dan meskipun mereka diawasi oleh Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK), nyatanya sekarang ada 140 kepala daerah yang sudah ditangkap oleh KPK sehingga kita belum sukses. Kepala daerah seharusnya menjadi teladan yang dapat menciptakan birokrasi yang bersih dan berorientasi memudahkan kehidupan masyarakat. Pemerintah pun mestinya bersifat responsif dalam artian sebelum masyarakat mengeluh, pemerintah telah mengatasi hal tersebut. Bagaimana harapan Anda mengenai reformasi birokrasi di Indonesia? Jadi untuk percapainnya reformasi birokrasi nasional tentunya ada indikator pencapaian yang akan dinilai. Indikator pencapaian seperti transparansi nasional, indeks persepsi korupsi, daya saing, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Penilaian dilakukan oleh lembagalembaga dari luar sehingga jika tercapai dapat dikatakan sebagai reformasi birokrasi. Tercapainnya reformasi birokrasi akan menciptakan pemerintahan yang dapat menciptakan daya saing bangsa. Adanya kami (TIRBN) bisa memberikan masukan, berkolaborasi, mensinergikan untuk mengimplementasikan programprogram prioritas pada reformasi birokrasi nasional.n

Data Diri Nama Lengkap

: Prof. Dr. Sangkala, M.Si

Tanggal Lahir

: 11, November 1963

Pendidikan : n S1, Fisip Universitas Hasanuddin, Makassar, 1988 n S2, Fisip Universitas Indonesia, Jakarta, 1999 n S3, Fisip Universitsa Indonesia, Jakarta, 2005


4 DOKUMENTASI PRIBADI

OPINI

identitas

NO. 925, TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

Kekerasan Oknum TNI-AU, Menuntut Terbitnya UU Peradilan Umum "

Tidak seorang pun boleh disiksa atau diperlakukan kejam, diperlakukan atau dihukum secara tidak manusiawi."

T

indakan anggota militer terhadap penyandang difabel yang terjadi di Merauke, Papua pada Senin, 26 Juli 2021 merupakan arogansi dan tindakan rasisme, yang menyayat batin. Bagaimana tidak, dua anggota TNIAU seharusnya menjaga keselamatan rakyat justru melakukan tindakan kekerasan dengan dalih menjaga keamanan serta ketertiban. Lantas, apa bedanya dengan penjajah kolonial yang menjaga kekuasaan? Walhasil penyelesaian kasusnya hingga kini hanya berupa ungkapan permintaan maaf dari kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dan pengevaluasian terhadap dua oknum tersebut. Dalam kaca mata Hukum Internasional, kekerasan seperti ini sangat dikecam dan dilarang. Dasar hukumnya sudah jelas tertuang dalam Universal Declaration of Human Right pada 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) Pasal 5 “No one shall be subjected to torture or to cruel, inhuman or degrading treatment or punishment” (Tidak seorang pun boleh disiksa atau diperlakukan kejam, diperlakukan atau dihukum secara tidak manusiawi). Pertanyaan yang kemudian menjadi sorotan publik adalah apakah aksi menginjak kepala warga penyandang difabel di atas aspal oleh oknum tentara merupakan perbuatan manusiawi atau tidak? Kendati penilaian kemanusiaan bersifat abstrak namun setiap hati nurani bisa turut

serta merasakan. Bila mencermati hukum yang mengatur Hak Asasi Manusia (HAM) tindakan ini memang tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran HAM berat, tetapi kejadian tersebut telah melanggar UU No.39 Tahun 1999 Pasal 1 angka 6 dan Pasal 33 Juncto Pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Pelanggaran ini memang tidak dapat masuk ke pengadilan sebagai pelanggaran HAM sesuai UU No.26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, namun instansi terkait dapat melakukan penuntutan pada oknum yang telah mencedarai hak warga sipil penyandang difabel tersebut dengan pasal 351 KUHP. Salah satu pegiat HAM yakni Veronica Koman mendesak agar dua orang anggota TNI AU ini diadili lewat pengadilan sipil bukan militer. Namun pokok permasalahannya adalah tindakan kekerasan yang dilakukan oleh aparat militer tidak dapat langsung masuk ke pengadilan umum atau sipil. Hingga saat ini, antara peradilan militer dengan peradilan umum terjadi carut marut kekuasaan mengenai tindakan pidana umum yang dilakukan oleh TNI. Pada Ketetapan Majelis Perwakilan Rakyat Indonesia (MPR RI) Nomor VII/MPR/2000 di dalamnya telah dijelaskan ketika terjadi pelanggaran hukum militer, maka seorang anggota TNI harus tunduk pada peradilan hukum militer dan ketika melakukan pelanggaran umum maka harus tunduk pada peradilan umum. Ternyata sampai saat ini perkara pidana umum yang dilakukan anggota TNI belum diatur dalam peradilan

umum. Adanya kekosongan hukum ini menyebabkan anggota TNI tetap tunduk terhadap peradilan militer sebagaimana yang diatur dalam UU No.31 Tahun 1997 tentang Pengadilan Militer Juncto UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI. Upaya pemberhentian keanggotaan dua oknum TNI tersebut bukan jawaban untuk menyelesaikan masalah di atas. Pengadilan militer acap kali dirasa memberikan impunitas bagi anggotanya sehingga kekerasan terhadap masyarakat terus terulang. Menurut data dari Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menyatakan peristiwa kekerasan dan pelanggaran HAM yang melibatkan anggota TNI dari Oktober 2019 hingga september 2020 telah mencapai 76 peristiwa. Oleh karena itu, apakah anggota TNI dapat diadili melalui peradilan umum atau tidak? Pertama, apabila dua anggota TNIAU ini memungkinkan diberhentikan dari masa jabatannya sebagai aparatur negara, maka mereka dapat diadili melalui pengadilan umum, sebab statusnya bukan lagi sebagai anggota militer yang tunduk dan patuh pada UU No.31 Tahun 1997 tentang Pengadilan Militer Juncto UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI. Kedua, ketika status keanggotaannya tidak dicabut maka pengadilan umum tidak dapat mengadili oknum terkait, sebab belum ada hukum yang mengaturnya. Ketiga, bisa jadi status keanggotaannya dicabut melalui putusan pengadilan militer maka kemungkinan dapat berlakunya asas hukum pidana “nebis in idem” terhadap perkara yang sama tidak dapat dituntut untuk kedua kalinya. Setelah melakukan analisis terhadap kasus di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa melihat wajah hukum Indonesia saat ini, pemerintah seharusnya lebih tegas

dalam menegakkan hukum untuk kepentingan rakyat. Agar tidak ada lagi oknum yang tidak bertanggung jawab dalam mengemban tugasnya; mereka yang seharusnya melindungi tetapi justru mencederai hak-hak warga sipil. Dalam menyelesaikan sebuah perkara hukum, pemerintah justru terkesan menyepelekan, sebab kedua oknum yang melakukan pelanggaran tidak diberikan sanksi sebagai mestinya dikarenakan adanya kekosongan hukum. Prof Ahmad Ali dalam bukunya “Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan” menjelaskan aturan hukum adalah penuntun perilaku hukum (guiding behavior of law). Adanya kekosongan hukum terhadap pidana umum yang dilakukan oleh anggota TNI untuk diselesaikan di peradilan umum harus segera dijawab oleh pemerintah dengan melahirkan UU tentang Peradilan Umum TNI. Lahirnya undang-undang sangat diharapkan ke depannya dan harus berlaku terhadap tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anggota kepolisian juga. Sebab dengan tindakan represif yang kerap terjadi dan penyiksaan dalam proses interogasi di negeri ini, sering dilakukan oleh oknum kepolisian. Oleh karena itu, gagasan ini diharapkan bisa mewakili suara rakyar yang ditujukan kepada pemerintah sebagai tanda keseriusan melahirkan hukum yang progresif dan mampu mewujudkan amanat konstitusi. Pemenuhan Hak Asasi Manusia sebagai bagian dari negara hukum. Jika memang ini mampu diterapkan, ke depannya tidak akan ada lagi terdengar atau terlihat di media sosial, menyoal permasalahan dianggap selesai hanya dengan klarifikasi permintaan maaf dari mereka yang telah merenggut hak asasi orang lain.n Penulis Khulaifi Hamdani, Merupakan mahasiswa Fakultas Hukum Unhas, angkatan 2020.


identitas

5

IPTEKS

NO. 925 TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

Manfaat Limbah Pohon Pinus

"Bukan emas, giok, ataupun berlian yang paling berharga di dunia, melainkan alam yang menjadi tali manusia menggantungkan hidupnya."

ILUSTRASI/IVANA FEBRIANTY

S

udah setahun sejak Covid-19 mewabah di Indonesia, namun sampai kini masih tidak terlihat tanda akan berhenti. Di masa pandemi ini, salah satu kebutuhan masyarakat sebagai bentuk perlindungan dari penularan Covid-19 adalah hand sanitizer. Penyanitasi tangan atau hand sanitizer merupakan benda cair yang berisi kandungan utama ethanol sebagai anti bakteri dan kuman. Untuk memenuhi kebutuhan pembersih tangan ke masyarakat, banyak penelitian dan inovasi dilakukan dalam rangka mencari alternatif lain. Seperti yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kehutanan, Rika Faradhillah bersama kedua rekannya Fitriaseh, dan Asmaul Husna memanfaatkan alam yakni limbah kayu pohon pinus untuk membuat hand sanitizer alami dan ramah lingkungan. Ide membuat pembersih tangan dari limbah pohon pinus muncul setelah mereka membaca literatur penelitian yang dilakukan Badan Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi (BLI) Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan (KLHK) pada 2010, mengenai cuka kayu dan bambu yang memiliki daya bunuh terhadap virus, bakteri, dan kuman, 70 kali lipat dibanding alkohol. “Berdasarkan penelitian BLI, kami tertarik untuk mengaplikasikannya ke dalam bentuk hand sanitizer yang sesuai dengan kondisi pandemi Covid-19,” ucapnya Kamis (24/6) Disamping itu, penelitian ini dapat mengurangi limbah pohon pinus di lokasi penelitian Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, dan untuk mengatasi kelangkaan produk disinfektan di pasaran akibat permintaan yang tinggi di tengah pandemi. Penelitian yang dilakukan pada 2021 ini, dimulai dengan mengumpulkan limbah pohon pinus, ranting, dan akar. Kemudian, dibuat menjadi arang menggunakan tungku drum yang telah dimodifikasi. Tungku pengarangan yang digunakan dilengkapi pendingin asap berupa pipa berbentuk spiral yang terpasang dalam drum yang diisi air. Asap yang telah dingin kemudian dialirkan dan

ditampung dalam ember plastik, sehingga diperoleh asap cair atau cuka kayu yang merupakan bahan utama hand sanitizer. “Cuka kayu (wood vinegar) merupakan cairan berwarna coklat pekat dan berbau sangit yang diperoleh dari proses kondensasi asap pembakaran biomassa seperti kayu yang mengandung lignosellulosa, dan cuka kayu menghasilkan senyawa-senyawa yang memiliki efek antimikroba, antibakteri, dan antioksidan,” jelas Rika. Selain itu, cuka kayu memiliki manfaat seperti pengawet makanan karena mengandung senyawa-senyawa antibakteri dan antioksidan, sebagai insektisida atau pembasmi rayap, nyamuk, dan semut pada tanaman. Mahasiswa angkatan 2018 ini menjelaskan hand sanitizer dari limbah pohon pinus sangat efektif membunuh virus, bakteri dan kuman dibandingkan dengan 70 persen ethanol yang selama ini digunakan sebagai bahan utama pembersih tangan. “Uji coba yang dilakukan oleh BLI juga membuktikan konsentrasi

1 persen cuka kayu atau bambu memiliki kemampuan lebih baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri dibandingkan ethanol 70 persen, sehingga menjadikannya layak untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona¸” ujarnya. Rika mengatakan selama sosialisasi pembuatan hand sanitizer dilaksanakan, masyarakat begitu antusias dan tertarik dengan hal baru bagi mereka. Selama sosialisasi ia dan timnya tidak memiliki masalah apa pun baik itu dari segi teknis maupun anggaran. “Tidak ada kendala. Anggaran sebesar tiga juta rupiah dari program Call for Student Proposal yang diadakan oleh Departemen Kehutanan Unhas juga cukup,” ucapnya. Dengan adanya penelitian ini diharapkan kebutuhan pembersih tangan di masyarakat dapat terpenuhi, dan dapat memberikan nilai tambah secara ekonomi dari limbah pohon pinus yang belum dimaksimalkan penggunaannya.n Annur Nadia F. Denanda


6

CERPEN

identitas

NO. 925, TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

ILUSTRASI:A SRI SARTIKA

Perihal Hadiah Terkasih

S

eorang wanita bertubuh gempal dengan mata berbinar mengamati barisan jam tangan mewah yang tersusun di etalase toko. Di antara jajaran jam tangan yang menguarkan kilaunya seakan menarik si pelihat untuk memilikinya, ada satu yang sejak tadi menarik perhatian wanita itu. Dengan tali coklat gelap dan kepala jam silver yang entah terbuat dari bahan apa, sangat mengingatkan wanita itu pada suaminya, Ben. Hanya saja, label harga yang terpajang di sana menciutkan dirinya. Wanita itu sekali lagi memutari etalase toko dengan harapan bisa menemukan jam tangan yang lebih murah. Tetapi, sekali lagi perhatiannya hanya tersedot pada jam tangan tadi. “Hanya jam itu yang tampak sempurna di tangan Ben,” gumam lesu wanita yang biasa dipanggil Mia itu. Dia ingin menghadiahkan jam tangan itu pada suaminya sebagai perayaan pernikahan mereka yang ketiga. “Apa ada yang bisa aku bantu?” seorang wanita muncul dengan topeng senyum yang terpasang di wajahnya. Mia tahu wanita itu memperhatikannya sejak tadi hanya berkeliling di sekitar etalase. “Ah, tidak. Aku hanya melihat-lihat saja.” Mia keluar dari toko itu tidak lama setelahnya. Dia berpikir dari mana harus mendapatkan uang sebelum

sore hari suaminya pulang. Sebagai seorang penjahit di toko kecil, dia tidak punya banyak uang, bahkan uang untuk dia tabung pun nyaris tidak ada. Semuanya dipakai untuk kebutuhan sehari-harinya dan sang suami. Begitu dia memasuki rumah kontrakan mungilnya, dia terdiam sebentar. Sebuah ide tiba-tiba terlintas di kepalanya. Buru-buru mengambil sebuah cincin emas di laci meja yang berada tepat di samping tempat tidur. Cincin itu adalah cincin yang pernah Ben berikan sewaktu mereka pacaran, namun sudah lama tidak dia pakai. Cincin itu telah menjadi saksi atas perjalanan yang sudah Mia dan Ben lalui. Cincin itu bersama dengan hadirnya Ben telah memberi banyak kenangan bahagia bagi hidup Mia. Rasanya berat jika Mia harus menjualnya. Tapi biar bagaimana pun, cincin itu tidaklah berarti apa-apa jika hanya disimpan di laci tua saja. Mia membawa serta cincin itu untuk dijual di sebuah toko perhiasaan. Lalu dengan uang yang dia dapatkan, kemudian membeli jam tangan yang dia inginkan di toko tadi. Mia pulang dengan rasa puas yang menggebu di dadanya setelah membeli jam tangan yang dia inginkan, namun terdapat rasa kehilangan jika mengingat cincinnya yang sudah dijual. Mia menarik napas dalamdalam dan mengembuskannya dengan

pelan. Cincin itu memang berharga baginya, tapi alangkah lebih baik jika cincin itu mendapati orang baru yang bisa menggunakannya lebih baik darinya. Mia percaya semua benda yang ada di dunia ini mempunyai tujuannya masing-masing. Dengan hati-hati, Mia menaruh kotak jam tangan di atas laci meja; menempati tempat kosong di mana cincin emas yang telah dia jual tadi berada. *** Mia sudah selesai memasak makanan sederhana ketika dia mendengar suara langkah kaki suaminya dari balik pintu. “Aku pulang, sayang,” sapa Ben begitu dia melihat Mia sedang menata makanan di satu-satunya meja yang bisa ditaruh di kontrakan mereka yang tidak luas. “Langkah kakimu lebih dulu memberitahuku.” Mia tersenyum selebar yang dia bisa. “Sana ganti bajumu dulu baru makan.” “Siap, Nyonya. Ini aku belikan ayam kalasan kesukaanmu,” Ben memberi kantong kresekkan yang dia pegang dan berbalik namun terhenti sedetik kemudian. “Ngomong-ngomong, kau tidak lupa hari ini hari apakan?” “Tentu saja. Aku sudah siapkan sesuatu yang mungkin kau suka.” Ben mengedipkan matanya dengan jenaka, “aku juga,’ katanya sebelum menghilang dari pandangan Mia. ***

“Jadi siapa terlebih dahulu yang ingin menyerahkan hadiahnya?” tanya Ben begitu dia datang ke dapur mengenakan kaos abu-abu polos dan celana olahraganya. Dia menarik satusatunya kursi kosong yang ada di meja; satu kursi lain sudah diduduki Mia. Makanan sederhana dari ayam kalasan dan sayur asem tersaji di meja makan. Namun, kata Ben, makanan akan menjadi lebih enak jika hati bahagia. Karena itu, sudah menjadi tradisi di antara mereka untuk berbagi hadiah terlebih dahulu sebelum menyantap makanan. Mia berdehem, “aku dulu, deh.” Dia kemudian memberikan kotak hitam yang tadi dia ambil dari laci. “Apa ini?” tanya Ben selagi dia mengambil kotak hitam yang disodorkan kepadanya. Mia menunggu sampai Ben membuka hadiahnya, lalu berkata “sebulan terakhir ini, aku tidak pernah melihatmu memakai jam tangan. Aku pikir mungkin karena jammu sudah rusak, jadi aku membeli jam tangan baru buatmu.” Mia menunggu respon dari Ben, namun laki-laki itu tidak mengucapkan apa-apa selain menatap pada jam bertali cokelat yang dia pegang. Hal itu lantas membuat Mia menjadi khawatir, “Apa kau tidak menyukai hadiahku?” “Tidak, jam tangannya bagus, kok.” katanya sambil menggeleng. “Aku hanya tidak menyangka kau bakal memberiku ini. Karena aku sebenarnya menjual jam tanganku untuk memberimu ini.” Ben mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya dan menyodorkannya pada Mia. Betapa Mia merasa terharu melihat isi dari kotak itu adalah sebuah cincin silver dengan permata kecil indah menghiasi di tengahnya. “Aku sudah lama berniat memberimu cincin ini. Ah, tidak, aku awalnya berniat melamarmu dengan cincin ini. Tapi baru sekarang uangku berhasil terkumpul. Aku minta maaf, baru bisa memberi sekarang.” Mia menggeleng dengan haru yang mengisi dadanya. “Kau tahu, sayang? Aku membelikanmu jam tangan itu dengan menjual cincin lama yang kau berikan padaku tujuh tahun yang lalu. Tapi sekarang kau malah menghadiahkanku sebuah cincin baru.” “Benarkah?” Ben melepaskan tawanya yang lega. “Syukurlah. Aku pikir sekarang kita seimbang.” Mia mengangguk, memasang cincin permata itu di tangannya dengan bantuan Ben. Keyakinannya jika semua benda akan berpulang ke tujuannya masing-masing tidaklah pernah salah. n Penulis, Sitti Aisyah, merupakan mahasiswa Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, angkatan 2019


identitas

NO. 925, TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

AKADEMIKA

7

Rekam Jejak Menteri Pemberdayaan Perempuan Kedua Indonesia

T

ahun 1978 merupakan era kepemimpinan Presiden Soeharto. Di masa itu, pemerintah Indonesia membangun sebuah lembaga pemberdayaan perempuan. Lembaga yang dibangun untuk menjalankan tugas sesuai pedoman pembangun nasional dengan istilah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Salah satu fokus utama dari delapan jalur tersebut adalah pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khusunya bagi generasi muda dan kaum wanita. Munculnya pedoman pembangunan nasional ini menjadi cikal bakal dilantiknya menteri muda. Di mana Presiden Soeharto memilih dan melantik Lasiyah Sutano sebagai Menteri Muda Urusan Peranan Wanita (Menmud UPW). Munculnya kementerian yang membidangi ‘urusan wanita’ ini merupakan awal kisah menarik bagi pengabdian sosok perempuan kelahiran Jakarta dalam dunia perjuangan anak dan perempuan. Ia adalah Anindyati Sulasikin Murpratomo menggantikan Lasiyah Soetanto Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan pada 1983 hingga 1987 dalam Kabinet Pembangunan IV. Sosok perempuan cantik ini dilahirkan dan diberi nama Sulasikin Mupratomo pada tanggal 18 April 1927. Anak dari pejabat Kementerian Agama, tumbuh menjadi perempuan yang patuh pada kedua orang tua. Memiliki cita-cita kuliah hukum dan menjadi Meester in de Rechten (gelar yang diperoleh setelah menyelesaikan studi pada sebuah universitas yang berlaku di Belanda dan Belgia). Sayangnya, mimpi tersebut harus ditepis, lantaran ayahnnya berkeinginan untuk menjadikan Sulasikin seorang guru. Setelah tamat dari Frobel Kweekschool (jenjang pendidikan resmi untuk menjadi guru masa itu), kedua orang tuanya yaitu R Hadrodipuro dan Rd Nganten Iskiatin mendorong Sulasikin agar menikah dengan R Moepratomo. Sifat Sulasikin yang memiliki kepatuhan kuat pada orang tuanya hanya dapat menerima pernikahan. Hingga ayahnya meninggal pada 1948, kehidupan Sulasikin berubah. Ibu, kakak dan empat adiknya turut tinggal bersama di kediaman Sulasikin. Pada saat itu, Sulasikin ingin menggapai mimpi lamanya untuk berkuliah dan menjadi seorang sarjana. Ia kemudian kembali lanjut di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI) jurusan Sastra Inggris. Tahun 1952

DOKUMENTASI PRIBADI

menjadi awal perjalanannya di dunia perjuangan perempuan. Turut andil dalam Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) Ranting Senen dan bergabung dalam golongan karya (Golkar, kala itu belum dapat dikatakan sebagai partai). Setelah bergabung di Golkar, Sulasikin menjadi salah seorang kepercayaan Presiden Soeharto dan diberi mandat menjadi Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (Meneg UPW). Inilah yang menjadi titik balik kehidupan Sulasikin. Mulai berkarier dan menjadi tokoh penting bagi perempuan Indonesia maupun di bidang pendidikan. Menilik kisah pencapainnya tersebut, Sulasikin juga pernah bekerja di Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk anak, khususnya dalam lembaga UNICEF. Bergabungnya dalam lembaga ini, membuat Sulasikin terlatih dari berbagai aspek. Mulai dari pembuatan perencanaan, anggaran, evaluasi, hingga pemantauan. Bermodalkan ilmu tersebut, Sulasikin akhirnya mampu memahami konsep birokarsi. Meski demikian, kisah perjuangan Sulasikin tak semulus yang dikira. Bahkan diawal pengangkatanya sebagai menteri, banyak pihak yang kontra dengannya. “Ketika saya diangkat menjadi Menteri UPW, ada juga yang meragukan pengetahuan saya mengenai

birokrasi, saya diam saja, kemudian baru mereka mengakui,” akunya, dilansir dari Kepustakaan Presiden Perpusnas. Memiliki tekad yang kuat membuatnya terus berkiprah dalam dunia tersebut, hingga menunjukkan prestasi dengan mendirikan Pusat Studi Wanita (PSW), sebuah lembaga yang menjadi tunas Pusat Studi Wanita di berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Berbekal pengalamanya di UNICEF mengenai analisis data, Sulasikin memiliki cara tersendiri untuk berkomunikasi dan melaporkan kinerjanya kepada kepala negara kala itu. Ia sajikan data kepada presiden dan langsung berbicara kepadanya. Berbeda dengan menteri lainnya yang harus konsultasi terlebih dulu dengan pihak lainnya. Bahkan riset yang Sulasikin lakukan bukan hal enteng, sebagian besar membahas mengenai ketertinggalan perempuan pada eranya, yang notabene kala itu masih didominasi oleh lelaki. Tak hanya itu, Sulasikin memiliki strategi tersendiri saat menjabat sebagai menteri. Misalnya dengan merangkul para penjabat yang memiliki kedudukan untuk mengambil keputusan agar dapat membantunya, di antaranya Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Departemen Keuangan. Sibuk sebagai menteri tak membuat

Sulasikin melupakan kepeduliannya kepada sesama. Ia selalu menyempatkan waktu untuk mengurus organisasi sosial kemasyarakatan. Salah satunya adalah Yayasan Amal Bakti Ibu (YABI) yang ia dirikan bersama teman-temanya. Banyaknya fenomena kekerasan di ruang publik dengan alasan etnis, ras, suku dan agama menjadi latar belakang terbentuknya organisasi tersebut. YABI sendiri memilih konsep khusus dalam menciptakan suasana yang cocok untuk mengajarkan budaya kepada anakanak usia taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD). Tak hanya mengajarkan budaya, YABI juga melatih guru TK, SD, pesantren dan bahkan ibu-ibu untuk mendidik murid dan anaknya mengenai konsep hidup damai antar suku, etnis, agama, lapisan sosial, cinta tanah air, kebersamaan, dan tolong menolong. Berkat kerja keras dan dedikasi Sulasikin, kini YABI telah berada di delapan provinsi dan bekerja sama Departemen Pendidikan Nasional untuk melatih ribuan guru, berdasarkan Kepustakaan Presiden Perpusnas. Sayangnya, sosok teladan ini telah berpulang ke Rahmatullah pada tanggal 23 Januari 2019 lalu. Dilansir dari Kepustakaan Presiden Perpusnas, Sulasikin mengucap “Saya tidak pernah menyerah, bila sudah saya putuskan, akan saya usahakan sampai berhasil”.n Muhammad Alif M.


8

JEKLANG

identitas

NO. 925, TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

Kisah Sukses Sang Wartawan Hingga Memimpin 60 Brand Majalah Jangan pernah ragu melakukan hal baru, kalau ada kesempatan, ambil.

DO

KU

ME

NT AS

IP

Hendra Noor Saleh

B

egitulah Hendra Noor Saleh memotivasi dirinya. Pria asal Makassar ini, sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) bukan tipe siswa yang sibuk dalam organisasi. Semua berbeda saat memasuki kampus. Proses pencarian jati diri membuatnya aktif berkegiatan seperti latihan kepemimpinan, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan jurnalistik. Hendra membuka kisah menceritakan awal ketertarikannya pada dunia kewartawanan. “Saya pertama kali mengikuti pelatihan jurnalistik sekitar tahun 1985 di pulau Kayangan, Makassar,” ucap pria kelahiran 1966 ini. Selama mengikuti kegiatan pelatihan, alumni Jurusan Ekonomi Unhas ini mendapat tantangan dari instrukturnya. Sang instruktur mengatakan bahwa tulisanya masih mentah. Ia pun sampai begadang hingga jam 3 pagi untuk mengubah tulisannya. Hasil kerja sampai pagi pun mendapatkan pujian dari instruktur. Semangat menulis terus ia latih dengan mengikuti pelatihan jurnalistik hingga tingkat nasional. Ia juga sering meminta pendapat dari para senior mengenai cara menulis. Ia juga sering kali memanfaatkan kepiawaiannya dalam menulis untuk mencari uang. Namun ia belum meyakini jurnalistik adalah jalan hidupnya. Setelah menyelesaikan program Sarjana Ekonomi. Ia berangkat ke Jakarta mengikuti seleksi dosen Politeknik Akuntansi pada 1991. Hendra memasuki tiga besar untuk terpilih menjadi dosen, namun

pada akhirnya tidak lulus. Walaupun begitu, ia tetap bersyukur pintu rezeki lain terbuka untuknya. Balik dari Jakarta, Hendra bekerja di perbankan Danasakti. Merasa bosan dengan rutinitas pekerjaannya, ia memilih berhenti dan kembali memutuskan ke Jakarta pada 1993. Hendra melanjutkan kariernya kembali sebagai dealer di perbankan valuta asing di Jakarta. Perasaan yang sama kembali muncul, merasa tidak sejalan dengan jiwanya. Ia memutuskan untuk hengkang dari perusahaan tersebut pada 27 Februari 1994. Pada hari pertama menganggur ia teringat seorang senior yang menjabat redaktur pelaksana di suatu majalah. Akan tetapi, ia dikabarkan sedang bertugas ke luar negeri. Sambil menunggu kabar tersebut, Hendra ke Kompas Gramedia. “Saat itu saya salah masuk ruangan hingga takdir mengantarkan berjumpa dengan teman dan menawarkan mengikuti tes masuk wartawan tabloid otomotif,” katanya kepada identitas Februari 2021 lalu. Potensi dan kemampuan jurnalistiknya membuahkan hasil. Ia diterima secara resmi bekerja di tabloid otomotif sebagai wartawan muda. Walaupun minatnya terhadap otomotif tidak banyak, ia tetap menekuni pekerjaannya di rubrik otomotif. Sosoknya yang tekun mengerjakan

RI

BA D

I

sesuatu tergambar ketika biasa memilih menginap di kantor menyelesaikan tulisannya. Guna mengatur waktu untuk pekerjaan lain. Di mana, ia sering kali mendapat panggilan menjadi komentator acara TV seperti Formula 1, MotoGP. Berkat kerja kerasnya, ia dipercayakan menjadi penjaga rubrik otomotif pada 1994 dan tak membutuhkan waktu lama menjadi redaktur pelaksana pada November 1996. Menjadi redaktur pelaksana hampir 5 tahun, Hendra mengungkapkan menjadi pemimpin redaksi tentu tidak mudah. Apalagi, Hendra pun kemudian akan tercatat menjadi pemimpin redaksi majalah Auto Bild Indonesia, majalah JIP, tabloid Otosport, majalah Auto Expert, majalah Otosport, tabloid soccer, majalah National Geographic Indonesia, majalah NG Traveler indonesia, website Auto Bild, majalah Fortune Indonesia, dan Otomotif (TV) Production House. Sepak terjangnya di beberapa

majalah tersebut, membuat alumni Ilmu Komunikasi UI ini diamanahkan jabatan pemimpin umum (Publisher) 60 brand majalah dan tabloid produk Kompas Gramedia pada 2008. Ia diberi kewenangan melakukan perbaikan secara fundamental pada berbagai media tersebut dengan mengganti redaktur pelaksana dan lain-lainnya. Catatan prestasi Hendra, kemudian menjadi sumber acuan mempromosikan ia menjadi Group Publisher Director dan bertanggung jawab hingga 80 brand majalah dan tabloid Kompas Gramedia pada 2013. Setahun kemudian, Hendra menjadi salah satu Direktur di PT Dyandra Promosindo, bagian dari Kompas Gramedia. Ia pun sudah 27 tahun bekerja di Kompas Gramedia. “Jika ada kesempatan, ambil dan jangan pernah takut melakukan hal baru. Sebab ketika nyaman dengan kondisi sekarang, mengibaratkan seperti katak dalam tempurung,” tutupnya.n Ivana Febrianty


identitas

NO. 925, TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

9

RESENSI FILM

Menyelami Kenyataan Pulau Jawa yang Perlahan Tenggelam “Mereka pasrah, kemudian bertindak. Mereka berteriak tapi tidak terdengar, setidaknya sampai mereka benar-benar tenggelam”

T

inggal di Indonesia memang sebuah anugrah yang patut untuk disyukuri. Ribuan pulau berbaris membentuk sebuah kepulauan nan megah pun kaya. Tetapi negara kepulauan bukan jaminan kesejahteraan bagi penduduknya. Di pesisir pulau Jawa, ada suatu bencana yang diam-diam mengintai, perlahan merampas tanah, sekolah, hingga rumah warga sekitar. Sebutlah ia banjir rob. Banjir rob bagai sebuah bisikan yang sekejap menjadi teriakan dari alam untuk menegur kita para manusia, bahwa alam kini sedang tidak baikbaik saja. Begitulah yang pesan yang disampaikan Watchdoc berkolaborasi bersama Greenpeace dalam sebuah dokumentasi yang bertajuk “Tenggelam dalam Diam”. Film besutan sutradara Muhamad Sridipo ini bercerita tentang petualangan Dulia Rahab dan Airin Barlian secara terpisah menyusuri pesisir utara Pulau Jawa. Seperti judulnya, mereka berdua yang samasama gemar fotografi, berpetualang ke tempat-tempat yang melukiskan secara nyata dampak dari naiknya permukaan air laut akibat pemanasan global dan perubahan iklim. Mereka selalu ditemani oleh rekan-rekan seniman yang berbeda di setiap tempat yang mereka kunjungi. Dulia memulai perjalanannya di Kecamatan Penjaringan, Jakarta

Utara, di sebelah barat Pulau Jawa. Hal pertama yang disadari pemusik itu adalah permukaan air laut sudah lebih tinggi dari daratan. Warga Penjaringan hanya dilindungi oleh sebuah tanggul setinggi lima meter, yang masih bisa dilewati air ketika laut pasang. Warga yang rerata adalah pekerja kasar dengan penghasilan rendah, harus membeli air bersih 600 ribu rupiah per bulan untuk kehidupan sehari-hari. Airin Barlian memulai perjalanannya dari sebelah timur Pulau Jawa, tepatnya di Gresik, Jawa Timur. Dengan kamera di tangannya, Airin memotret keseharian masyarakat pesisir Gresik yang di tambak bandeng yang mereka kelola. Tambak yang mampu memproduksi 40 ton ikan bandeng itu kini kian menyusut karena kenaikan permukaan air laut. Warga pemilik tambak harus terus meninggikan tanggul tambah mereka setiap enam bulan sekali agar banjir rob tak membawa kabur bandeng mereka. Beberapa petambak bahkan rela memanen bandengnya lebih awal karena khawatir merugi. Apa yang terjadi di atas itu hanyalah awal dari film yang membuktikan sebuah ironi memilukan. Kenyataan bahwa Pulau Jawa tenggelam 2,5 sentimeter per tahunnya adalah pernyataan yang semakin lama semakin terasa dampaknya. Airin dan Dulia melihat berbagai bangunan di dermaga yang harus ditinggikan setiap tahunnya

agar tidak dilahap banjir. Sebuah reruntuhan masjid terbengkalai sudah nyaris tenggelam di laut, menjadi patok bahwa manusia pernah beraktivitas sampai di masjid itu sebelum alam mengambilnya lagi secara paksa. Di Kampung Geting, Muara Gembong, Dulia mengunjungi warga yang setiap harinya harus berjibaku dengan banjir. Setiap hari selama 12 tahun. Hal yang sama juga ditemui oleh Airin di Kampung Nelayan, Tambak Rejo, Semarang. Ia mengunjungi seorang warga yang harus merendahkan kepala setiap kali memasuki rumah agar kepalanya tidak membentur atap. Hal itu karena lantai rumah yang harus dinaikkan sekian meter per tahun agar tidak tergenang banjir rob. Warga yang mampu mungkin akan meninggalkan rumah mereka, sebagian lagi mungkin akan meninggikan rumahnya, tetapi bagi warga miskin, tetap tinggal bersama banjir adalah satu-satunya pilihan mereka. Di Pekalongan yang berada di tengah Pulau Jawa, menjadi tempat Airin dan Dulian bersua. Namun, sebelum itu, mereka juga menyaksikan Pekalongan juga merasakan dampak yang sama. Batik dari Pekalongan yang masyhur itu ternyata ikut digerus naiknya banjir rob. Airin mengunjungi sebuah produsen batik yang telah berkali-kali meninggikan lantai pabrik mereka berkali-kali. Mereka tetap terkena dampak dari banjir rob, meskipun bibir pantai berjarak empat kilometer dari pabrik. Di akhir, Airin dan Dulian kemudian

bertukar cerita tentang apa yang mereka temui selama berpetualang. Sembari menampilkan foto hasil jepretan mereka di layar proyektor, menjadi bukti bahwa naiknya permukaan air laut bukan hanya menenggelamkan kampung, tetapi juga sumber penghidupan yang berpengaruh ke segala aspek. Film berdurasi satu jam ini seharusnya sudah cukup untuk menjadi bukti bahwa kenaikan permukaan air laut adalah bencana yang sangat merusak. Meskipun perlahan, semua pasti akan tenggelam jika kita masih acuh terhadap masalah lingkungan. Apa yang terjadi pada pesisir Pulau Jawa bisa saja terjadi kepada pesisirpesisir lain di seluruh Indonesia bahkan di seluruh dunia. Hal yang bisa kita lakukan hanyalah menjaga agar lingkungan tetap sehat dan alam tidak rusak. Pilihan ada di tangan kita, bersuara untuk alam yang lebih baik, atau ikut tenggelam dalam diam?n Risman Amala Fitra

DATA BUKU Judul: Tenggelam dalam Diam Sutradara: Muhamad Sridipo Produser: Watchdoc Documentary & Greenpeace Durasi: 60 menit Tayang: YouTube 2021


10

CIVITAS

identitas

NO. 925, TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

Pertukaran Mahasiswa Dulu, Konversi SKS Kemudian TANGKAPAN LAYAR

T

ahun lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nadiem Makarim meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Dalam kebijakan tersebut, terdapat program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) yang sangat diminati oleh mahasiswa. Hanya saja, program itu mengalami berbagai permasalahan saat konversi Satuan Kredit Semester (SKS). Dalam kegiatan sosialisasi outbound PMM MBKM Unhas, Sabtu (21/8) yang membahas pertukaran mahasiswa. Mahasiswa Ilmu Sejarah, Nurhajrah mengeluhkan dan mempertanyakan mengenai konversi SKS dalam program ini. Sebab setelah konsultasi dengan Penasehat Akademik (PA), dosennya mengatakan mata kuliah (matkul) tersebut bisa dikonversikan, namun hanya menjadi matkul pilihan. Kasus lain, juga menimpah Mahasiswa Antropologi, Vio Alvionita, ia memprogramkan SKS penuh di universitas asal dan di program PMM, lantaran takut matkul yang diprogramkan tidak dikonversikan. “Jadi saya ambil 24 SKS di perguruan tinggi (PT) asal dan 20 juga di PT mitra,” jelasnya. “Setelah saya melihat matkul di PT mitra, tidak ada sama sekali yang sama dengan jurusan, dan memang tidak ada jurusan Antropologi. Saya konsultasi dengan pihak departemen, mereka bilang tidak usah ambil karena tidak bisa dikonversikan nilainya,” ucap mahasiswa angkatan 2019. Ditambah lagi ada matkul yang bisa dikonvesikan, sayangnya sudah diprogram pada semester sebelumnya.

Masalah sistem Konversi SKS ini juga menuai sejumlah komentar dari kalangan dosen. Mereka mengeluh dan mengalami kesulitan dalam penentuan sistem konversi SKS. Apalagi kurikulum belum dibenahi untuk menyesuaikan dengan MBKM sehingga kesulitan untuk konversi SKS. Selain itu mereka bergantung kepada Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) yang sama atau mirip agar dapat dikonversikan. Hal ini dibenarkan oleh Wakil Dekan Bidang Akademik FISIP Unhas, Dr Phil Sukri PhD. Ia mengatakan dalam konversi SKS, dibutuhkan CPL yang mirip di setiap mata kuliah yang ingin dikonversi. “Untuk konversi nilai dalam rangka kurikulum adalah matkul yang kira-kira sejalan atau mirip CPL-nya terkait pembelajarannya sehingga kemudian secara mudah dapat dikonversikan secara langsung,” ucapnya melalui telepon Whatsapp, Kamis (26/08). Senada dengan itu, Kepala Program Studi (Prodi) Kehutanan Muhammad Alif K Sahide SHut MSi, mengatakan prodiprodi tertentu tidak dapat menyetarakan matkul tersebut. “Contohnya ada mahasiswa yang memprogram Fundamental Grammar, bagaimana kita dapat menyetarakan matkul-nya? Namun ini merupakan hak mahasiswa. Di sisi lain jika mengambil matkul tersebut, kemampuan Bahasa Inggris mereka akan meningkat,” jelasnya melalui Zoom Meeting, Selasa (24/08). Walau begitu, kata Alif, untuk penyetaraannya prodi tidak diberikan kewenangan secara bebas. Lantaran prodi memiliki capaian belajar yang harus diperhatikan, sehingga prodi

sama sekali tidak memfasilitasi semua program MBKM baik yang disediakan oleh Kemendikbud. Di samping itu, persoalan lain yang dihadapi prodi yakni proses administrasi. Bagi Alif kebijakan yang bersifat sentralistik seharusnya memiliki koneksi bagus dengan pusat. Jadi harapannya sebelum mendaftar di MBKM sudah dapat diketahui CPL-nya, matkul-nya di prodi tersebut. “Tidak hanya sekedar mengambil haknya belajar di luar prodi, tapi mengetahui apa yang akan ia pelajari dan sistem penilaian akan dipermudah,” katanya. Bila ini diterapkan, tidak harus melalui prodi dan langsung secara otomatis masuk ke pusat. Hal ini sama dengan program MBKM yang dilaksanakan dari prodi sendiri, relatif bisa lebih berjalan lancar dibanding kebijakan dari pusat. Lain hal dengan Alif, Kaprodi Matematika, Dr Nurdin SSi Msi menjelaskan bahwa kurikulum perlu dibenahi sehingga dapat disesuaikan sama program MBKM. Menurut ia, ini membutuhkan waktu yang tidak pendek dan harus memperlihatkan faktor-faktor yang lain. “Prodi lagi dibenahi agar dapat beradaptasi terhadap MBKM dan perlu juga diketahui umur kurikulum masingmasing prodi berbeda. Revisi kurikulum bukan dalam satu atau dua bulan namun tahunan,” jelasnya melalui telepon Whatsapp, Sabtu (29/08). Penyesuaian kurikulum terhadap MBKM sebenarnya sudah ditegaskan pada PERMENDIKBUD No. 3 Tahun 2020 Januari untuk seluruh perguruan tinggi (PT) dan waktu yang diberikan satu tahun dan nilai cukup menurut para

ahli. Namun Ketua Tim Kelompok Kerja (Pokja) PMM MBKM, Drs Andi Ilham Makhmud DipSc MM Apt menjelaskan bahwa awalnya sedikit PT yang telah menyesuaikan sehingga dikeluarkan KEPMENDIKBUD No. 74 Tahun 2021. Tetapi belakangan persentase PT yang telah menyesuaikan meningkat menjadi 70 persen. Namun, nyatanya masih terdapat banyak matkul yang belum jelas CPL-nya, sehingga kesulitan untuk dikonversikan. Meskipun begitu, kata Ilham untuk CPL yang berbeda-beda ada empat cara konversi SKS. Salah satunya akan dijadikan SKPI, apabila berbeda CPL. “Permasalahan lain yang kami temukan, SKPI yang didapatkan, tidak ada CPL-nya sama sekali atau belum jelas.” Hal ini menurut Ilham masih perlu dibenahi. Ilham pun mengimbau agar semua dosen baik yang kurang jelas CPL-nya maupun yang sudah jelas agar segara mengunggah modul pembelajaran merdeka di SPADA DIKTI yang merupakan pembinaan untuk dosen. “Pengunggahan modul ini, diharapkan dapat mengoreksi materi dari dosen,” ucapnya saat diwawancarai melalui Zoom Meeting, Selasa (31/08). Jika hal ini dapat diperlakukan, keinginan mahasiswa pada mata kuliah yang diprogramkan dapat dikonversikan, namun hal tersebut belum terwujud kepada PT mitra maupun fakultas asal sendiri. Selain karena CPL, menurut Ilham hal ini dikarenakan tidak ada tata kelola. Jika terdapat tata kelola maka akan meminimalisir miskomunikasi hal tersebut. “Semua kita fasilitasi dan membentuk Person In Charge (PIC) di mana mereka bertanggung jawab untuk menghindari miskomunikasi. Kalau ada tata kelolanya maka tidak mungkin terjadi hal tersebut. PT yang tidak mempunyai tata kelola, menyebabkan Kaprodi atau Dekan tidak paham mengenai KEPMENDIKBUD No. 74,” tuturnya. Adanya permasalahan yang dihadapi oleh civitas akademika dan Kemendikbud terkait sistem konversi SKS, CPL, kurikulum, hingga tata kelola, menjadi tanda bahwa program PMM ini membutuhkan penyesuaian dalam pelaksanaannya. Program PMM diharapkan dapat dijalankan mahasiswa dan bukan sekadar program uji coba.n

Muhammad Alif M, Wyonna Vanessa, Lusius Kasimirus Aga


identitas

NO. 925 TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

IPTEKS

11

Upaya Pelestarian Pohon Eboni Mahasiswa kehutanan Unhas meneliti hubungan serangga dengan tegakan Eboni, merupakan upaya melestarikan pohon langka ini.

M

enurut organisasi PBB bidang lingkungan hidup, United Nations Environment Program, pohon eboni digolongkan langka. Sehigga perlu upaya melestarikan pohon ini. Eboni atau Diospyros celebica merupakan pohon endemik yang dapat ditemukan di pulau Sulawesi. Pohon yang memiliki nilai komersial tinggi sehingga diburu banyak orang dan merupakan ladang emas bagi industri penebangan liar. Kayu eboni kerap dikelola oleh tangan-tangan pengrajin untuk menghasilkan produk berharga tinggi, antara lain sebagai bahan mebel, patung, ukiran, alat musik, kipas, kayu lapis mewah hingga hiasan dinding. Penurunan produksi hasil kayu eboni mengakibatkan pohon eboni memasuki kategori Appendix II CITES atau dapat dikatakan agak langka. Kategori tersebut mengakibatkan pohon eboni harus dibatasi perdagangannya. Tiga mahasiswa kehutanan Unhas, Marwan Rajab, Tumanan dan Diky Wahyudi melakukan penelitian untuk mengetahui kondisi tegakan atau persebaran pohon eboni di Sulawesi. Peneliti memperhatikan hubungan serangga dengan pohon langka ini. Sebab serangga memiliki peranan tersendiri seperti penyerbuk, hama, pengurai dan

banyak lagi pada tegakan ini. Ada beberapa faktor mempengaruhi pertumbuhan pohon eboni, dari faktor genetik, lingkungan hingga aktivitas manusia. Faktor lingkungan terbagi atas dua yakni faktor biotik (hama, penyakit, gulma, mikroorganisme tanah) dan faktor abiotik (cahaya matahari, kecepatan angin kelembaban udara, curah hujan, dan kesuburan tanah). Serangga menjadi indikator untuk menentukan produktivitas dan kondisi pada suatu lingkungan. Yang dipengaruhi indikator kondisi, perbedaan kelimpahan, struktur komunitas, dan keanekaragaman serangga pada tegakkan eboni. “Kebetulan belum ada penelitian spesifik mengenai beberapa jenis tegakan eboni, terlebih saya sebagai orang yang berada di Sulawesi,” jelasnya Marwan Rajab saat diwawancarai melalui Zoom, Kamis (17/06). Adapun metode penelitian yang digunakan mengidentifikasi keberagaman dan hubungan serangga dengan tegakan eboni menggunakan metode eksplorasi, dengan pengamatan dan pengambilan sampel serangga langsung di lokasi. Penelitian ini dilakukan mulai pada Mei hingga Juli 2021, berada di Hutan Pendidikan Unhas Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Setelah mengambil

data, tim peneliti ini melanjutkan identifikasi sampel di Laboratorium Terpadu di Fakultas Kehutanan Unhas. Dalam pengambilan sampel serangga digolongkan menjadi dua jenis yakni nokturnal dan diurnal (aktif pada malam dan siang) mengakibatkan pengambilan sampel masing-masing kedua jenis serangga tersebut agak sulit. Untuk mengambil sampel serangga bersifat nokturnal, tim menyediakan lampu untuk memancing dan menyaring serangga nokturnal tersebut. Penelitian ini menggunakan metode indeks Shannon-Wiener dan Indeks Margalef. Indeks Shannon-Wiener merupakan indeks yang sesuai untuk menghitung tingkat keragaman

spesies. Berdasarkan laporan penanggung jawaban penelitian menujukkan keanekaragaman jenis pada tegakan eboni bersifat tinggi. Terdapat 128 individu serangga yang terbagi dari 28 spesies dari 20 famili. Herbivora, dan paraistioid detrivor secara peranan ekologi serangga yang mendominasi. Semakin banyak rantai makanan yang ada, maka akan semakin besar jaringjaring makanan yang terbentuk dan menyebabkan kestabilan semakin tinggi. Keanekaragaman spesies tersebut, berperan sangat penting dalam melestarikan tanaman dan menjaga kelangsungan ekosistem. n Muhammad Alif M.

DOKUMENTASI PRIBADI


OPINI

12

Merespon PPKM Mikro Darurat

DOKUMENTASI PRIBADI

P

emberlakuan Program Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam skala mikro yang bersifat darurat di Pulau Jawa dan Bali dari tanggal 3 – 20 Juli 2021 yang meliputi 14 komponen pengaturan. Masih menyisahkan tanda tanya, terkait bagaimana merespon PPKM darurat ini untuk wilayah pulau Jawa dan Bali? Menurut saya pilihan terbaiknya mengikuti secara penuh program tersebut untuk memberi kontribusi nyata dalam pelandaian kurva Covid-19. Bentuk respon di tingkat akar rumput ternyata sangat beragam. Mulai sangat patuh hingga tetap tidak peduli. Sementara keluaran optimal dari PPKM mikro darurat itu dapat dicapai bila dilaksanakan secara simultan. Mencermati pertumbuhan kasus Covid-19 yang semakin tidak terkendali dengan varian delta dan kappa yang

KRONIK

S

identitas

NO. 925, TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

mengganas hingga melumpuhkan tatanan layanan kesehatan. Bahkan ratusan kasus (sekira 400 kasus; laporan satgas Covid-19) yang meninggal di luar rumah sakit atau di rumah sendiri pada saat isolasi mandiri. Begitu juga yang di fasilitas kesehatan. Laporan kasus harian terus bertumbuh di atas 20.000, bahkan sudah mencapai 27.000 kasus per tanggal 3 Juni 2021. Indikator-indikator epidemiologi sudah memberikan peringatan jumlah kasus aktif terus naik, tingkat positif dikisaran 10-35 persen. BOR ICU dan isolasi sudah di atas 90 persen dan sepertinya respon semakin keteteran. Bila kondisi ini bertahan terus, maka tentu korban jiwa akan semakin bertambah, akan semakin menambah kepiluan bangsa ini. Kelumpuhan layanan di rumah sakit semestinya dapat dikontrol, apabila semua peduli satu dengan yang lain. Tindakan sederhana disiplin terhadap protokol kesehatan, kelihatannya begitu berat untuk dipatuhi. Seperti keabaian masyarakat berdampak buruk terhadap semuanya. Jumlah kasus bertambah terus dan kematian hampir mencapai 400 orang dalam satu hari. Ini bukan prestasi, pengorbanan nyawa yang menyesakkan semuanya. Bagaimana menyikapi situasi ini, supaya wilayah lain tidak mengalami hal yang sama?

1. Laksanakan pilar pengendalian wabah secara benar, laksanakan surveilans terpadu berbasis komunitas secara aktif. 2. Hentikan pertumbuhan kasus baru dengan pelacakan besarbesaran hingga ratio 1:30, intensifikasi testing hingga 5 per 1000 perwilayah. 3. Penyiapan isolasi terpusat untuk yang terkonfirmasi Covid-19 dengan gejala ringan hingga sedang, dan 4. Menyiapkan kapasitas rumah sakit yang optimal. Pada level individu kesadaran bersama untuk saling menyelamatkan harus terus digelorakan, bukan waktunya untuk mementingkan diri sendiri dengan tidak peduli terhadap imbauan pemerintah. Jangan menjadi kelompok anti sosial dengan tidak peduli pada orang lain. Inilah waktunya membangun solidaritas sosial yang tinggi untuk saling menyelamatkan. Suksesnya PPKM Mikro darurat sangat ditentukan oleh dukungan seluruh warga. Karena keterlibatan seluruh simpul masyarakat menjadi sangat penting. Melibatkan tokoh masyarakat, adat, agama hingga tokoh pemuda perlu diberdayakan semaksimal mungkin. Pada bencana kedaruratan masyarakat dengan status PPKM darurat, maka intervensi paling efisien adalah intervensi struktural terukur. Penegakan disiplin, pemberian sanksi

adalah pilihan untuk menggugah kepedulian warga terhadap yang lain. Tanggung jawab sosial menjadi prioritas pada situasi ini, langkah disiplin setiap individu akan berdampak besar pada keselamatan bersama. Langkah selanjutnya adalah penguatan komunikasi risiko. Setiap warga memahami dengan benar langkah yang harus diambil dan atas kesadaran sendiri ikut mengambil bagian dalam menyelesaikan masalah ini, bukan menjadi bagian dari masalah yang sedang menimpa ini. Penguatan literasi kesehatan adalah pilihan yang tepat untuk membangun perspektif tentang pandemi Covid-19. Begitu banyak warga yang belum memahami bagaimana bersikap dan bertindak secara benar untuk mengendalikan pandemi ini. Sehingga pekerjaan menjadi bertambah berat karena kurangnya pemahaman warga. Terjadi distorsi informasi yang perlu diluruskan sebagai salah satu syarat untuk bertindak secara benar. Pemahaman yang keliru adalah awal kegagalan dalam menyelesaikan suatu masalah, termasuk pengendalian Covid-19 ini.n Penulis Prof Ridwan Amiruddin, Merupakan Guru Besar FKM, Unhas Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Sulsel.

Menyoal Belum Dilantiknya Presma Unhas

etelah terpilihnya Presiden Mahasiswa (presma) Unhas, Imam Mobilingo pada 9 April 2021. Beragam dinamika menjadikan kedudukan BEM Unhas semakin tergoyahkan. Salah satunya, belum dilantiknya Presma Unhas yang kini sedang menjabat. Mahasiswa profesi kedokteraan ini, mengatakan telah mendapatkan surat keputusan (sk) pengukuhan pengurus meskipun belum dilantik secara resmi. Menurutnya, pelantikan merupakan ajang seremonial dari pengangkatan. Imam mengungkapkan belum dilantikanya pengurus BEM Unhas, lantaran masih menunggu delegasi

Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) dari tiap-tiap organ internal yang tergabung dalam BEM Unhas, seperti BEM Hukum, BEM FKG, BEM F.Kep, BEM KEMA FK dan BEM KEMAFAR (Keluarga Mahasiswa Fakultas Farmasi) Unhas. “Masih menunggu delegasi untuk BPM, sehingga belum adanya calon anggota maupun ketua. Tapi kegiatan keseharian lembaga tetap berjalan,” ucap Imam, Jumat (29/07). BPM sendiri memiliki fungsi untuk menjalankan fungsi legislatif dan yudikatif dalam kelembagaan. Dari mengawas jalannya kepengurusan, mengesahkan program kerja,

mengevaluasi secara triwulan, hingga membuka musyawarah luar biasa. “Kalau membaca dari konstitusi KM-UH ada fungsi pengawasan dan peradilan yang dipegang BPM untuk mengawasi BEM Unhas,” jelas Ketua BEM Fakultas Hukum (FH) Unhas, Taufik Hidayat. Taufik mengutarakan BEM Fakultas Hukum belum mengutus delegasi BPM. Sebab belum dibukanya kembali Musyawarah Mahasiswa (MM) ke II. “Padahal prosesnya ada di sana, Badan Pekerja juga belum menjalankan tugasnya,” tutur Taufik, Rabu (4/8). Lain hal dengan Ketua BEM KEMA FK, Muhammad Radjadhilah S, BEM

KEMA Fakultas Kedokteran (FK) Unhas telah mengirimkan dua nama sebagai delegasi BPM. “FK sendiri nyatanya mengirimkan dua orang untuk menjadi BPM, namun menjadi masalah tidak ada yang menindaklanjuti di Badan Pekerja (BP),” ucap Radjah, Kamis (5/8). Saat dihubungi reporter Identitas, Syahrul Amiruddin anggota Badan Pekerja BEM Unhas belum menanggapi permintaan wawancara terkait delegasi tiap BPM. n Arf/Esa


identitas

Langkah Pertama untuk Masa Depan Annur Nadia F. Denanda

P

terdiam sambil meremas tangan yang terasa dingin dan gemetar. Saat berbicara yang keluar dari mulutmu adalah bahasa yang tidak dapat dipahami orang, “A..a.anu sa..a-“. Lucukan? Iya, lucu memang bagi mereka yang belum pernah mengalami, karena mereka tidak tahu betapa gugup, takut dan membuat frustasinya itu. Maka itu, aku bertekad belajar bersosialisasi, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan orang lain. Terutama belajar agar tidak lagi merasa panas dingin saat diharuskan berbicara dihadapan puluhan ataupun ratusan pasang mata. Ruang belajar menghilangkan rasa gugup awalnya kutemui di himpunan jurusan dan organisasi lain yang dapat mengenalkan lebih banyak orang baru. Langkah pertama untuk belajar ialah saat mengikuti pengaderan himpunan. Kita dituntut untuk bersosialisasi dan membangun relasi dengan teman dan senior. Di beberapa kesempatan saat pengumpulan, aku selalu memberanikan diri untuk berbicara, melakukan apa pun yang sekiranya dapat menutupi dan menyembuhkan rasa gugupku. Semua tentu tidak mudah, ada rasa takut ‘salah’, takut bila orang lain mungkin tidak setuju dengan pendapatmu, menertawakan tindakanmu, dan rasa takut lainnya yang sering menahanmu. Aku selalu berpikir jika bukan sekarang kapan lagi? Jika seperti ini, lantas apa yang akan aku lakukan di masa depan? Aku punya mimpi menjadi pengusaha. Pekerjaan yang menuntut bisa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik. Apalah jadinya jika kekurangan itu menjadi hambatan dan boomerang di masa depan? Hal ini memotivasiku melawan rasa takut itu. “Selalu ada langkah pertama yang harus dilakukan untuk apapun itu. Kalau bukan sekarang kapan lagi, Nanda? Jangan sampai menyesal nantinya,” mantra ini sering aku ucapkan pada diri sendiri bila

PUISI Diam Masa kecilku yang polos Mengingatkanku pada sebuah lagu pengoyak kenangan Lagu apa yah? Oh begini: Satu, satu, banyak yang sensitif Dua, dua, banyak yang dilarang Tiga, tiga, banyak tutup mata Satu, dua, tiga, semua jadi diam Satu, dua, tiga, diam untuk apa?

"Jangan berlama-lama dengan rasa takut yang nyatanya hanya ilusi, karena jika bukan sekarang maka kapan lagi?"

ernah dengar tipe introvert? Tipe kepribadian yang lebih suka menghabiskan waktu sendiri daripada berinteraksi dengan orang lain. Seseorang yang lebih senang berada di dalam kamar dengan sebuah buku dan segelas susu daripada berkumpul di café bersama teman. Yah, itu aku. Entah sejak kapan, kemungkinan awal masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), aku adalah gadis yang lebih suka berbaring di dalam kamar sambil membaca novel cetak ataupun wattpad. Lebih memilih menghabiskan waktu sepulang sekolah di dalam kamar daripada harus keluar dan jalan bersama teman. Saat teman atau siapa pun mengajak jalan, aku akan berpikir berulang kali untuk menerimanya, bahkan memikirkannya saja sudah cukup melelahkan. Begitupun, saat ibuku mengajak untuk membeli baju dan jalan-jalan di mall. Aku hanya berkata dari balik kamar. “Jangan ma ikut, dehh. Belikan ma saja baju dan Mie Pangsit kalau pulang ki.” Ibuku terkadang sampai menceramahi. “Keluar-keluar mako dari kamarmu, tidak letih baring terus? Lihat kulitmu, pucat sekali macam vampire saja, tidak pernah kena matahari.” Padahal aku tidak berpikir kulitku sepucat itu. Akibat dari kebiasan di rumah dan jarang berinteraksi dengan orang lain. Saat memasuki dunia perkuliahan aku dipaksa untuk belajar berinteraksi dan berbicara di depan umum. Aku sering merasa gugup dan gagap sebab tidak tahu harus mengatakan apa. Tahu rasanya saat kata-kata yang sudah tersusun dengan rapi di kepalamu, namun begitu sulit untuk mengutarakannya. Tentu saja membuat frustasi dan malu. Bayangkan, kamu berbicara di depan umum, dihadapan ratusan pasang mata, tetapi dengan bodohnya

13

CERMIN

NO. 925 TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

mendapat keraguan dan rasa takut menghampiri. Setelah lulus pengaderan. Aku mulai aktif mengikuti kegiatan himpunan, dari mengadakan diskusi, kepanitian, hingga moderator yang memimpin diskusi. Aku pun bergabung dengan Penerbitan Kampus Identitas Unhas agar bisa lebih meningkatan kemampuan komunikasi melalui wawancara bersama narasumber-narasumber hebat. Alhasil, kerja keras itu mengubahku secara perlahan, walau terkadang masih ada rasa gugup. Setidaknya aku bisa mengatasinya sehingga orang lain tidak dapat melihatnya. Orang-orang di sekitarku bahkan mengatakan, aku adalah orang yang pandai berinteraksi dan berkomunikasi. Saat mendengar itu, aku hanya tersenyum dan berkata “Aku tidak seperti itu, kalian pasti belum mengenalku dengan baik.” Yah, aku masih seorang gadis introvert yang lebih suka berada di kamar dengan novel, menghabiskan waktu di tengah keheningan. Perasaan akan kegugupan yang dahulu menghantuiku setidaknya tidak pernah lagi nampak kepermukaan. Kebanyakan orang lain tidak dapat menyadarinya. Jadi, untuk kalian yang mengalami hal serupa, sekali lagi aku katakan. “Lakukan sekarang, ambil langkah pertamamu untuk maju. Terobos semua rasa takut itu. Sebab, aku yakin di masa depan kamu tidak akan menyesalinya.” Aku yakin kamu juga bisa! Ayo berubah bersamasama, jangan berlama-lama dengan rasa takut yang hanya ilusi itu! Ambil langkah pertamamu.n Penulis Annur Nadia F. Denanda Merupakan Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Unhas, Angkatan 2019 Sekaligus Layouter PK identitas Unhas

Hem, atau ini? Satu, satu, banyak tidak paham Dua, dua, tidak mau paham Tiga, tiga, jadi salah sangka Satu, dua, tiga, kita yang dilarang Satu, dua, tiga, kita jadi setan Ah, atau ini? Satu, satu, banyak penasaran Dua, dua, banyak yang bacakan Tiga, tiga, akhirnya paham Satu, dua, tiga, diributkan ulang Satu, dua, tiga, isu dialihkan Eh, kayaknya bukan juga Lebih baik diam, ah! Takut salah Nanti kalau ditanya bilang saja lupa. Penulis Hasnan Sutadi merupakan mahasiswa Jurusan Geofisika, angkatan 2018.

Pungguk yang Merindukan Bulan Bagiku, dirimu bagai duri dalam daging Kau selalu memenuhi benakku Aku selalu membayangkan dirimu menjadi milikku Tapi, aku tahu itu hanya harapanku Kau selalu menjadi tempatku kembali Hanya kau lah yang menerimaku di titik terendah Aku menyayangimu sebagai sahabatku Tanpa kusadari aku terjebak dengan perasaanku padamu. Saat aku memiliki pasangan, Entah kenapa dirimu tetap memenuhi benakku Aku mencoba lepas dari dirimu, tetapi ternyata aku tak bisa Hingga saat ini aku tak sanggup melepaskan dirimu Kau menjadi lubang kecil di hatiku Selama ini ku coba mengisi lubang itu Tapi, tidak ada yang benar-benar bisa mengisi lubang itu Hingga ku sadari... Hanya dirimu lah yang kuinginkan Hanya dirimu... Haya dirimu yang bisa mengisi lubang di hatiku Seringkali aku berharap harapanku menjadi kenyataan Tapi, aku sadar mengharapkanmu bagai pungguk merindukan bulan Penulis Luthfia Humairo P, merupakan mahasiswa FIB Angktan 2019


KAMPUSIANA

14

identitas

NO. 925, TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

Unhas Sosialisikan Pemilihan Rektor 2022-2026 PANITIA Pemilihan Rektor (P2R) Unhas mensosialisasikan Peraturan Majelis Wali Amanat (MWA) tentang Pemilihan Rektor Periode 2022-2026. Sosialisasi berlangsung melalui Zoom, Senin (26/07). Ketua MWA Unhas, Komjen Pol (Purn) Dr (HC) Drs Syafruddin MSi menyampaikan apresiasinya kepada seluruh tim dan panitia yang terlibat dalam penyusunan peraturan. Adapun proses yang dilalui berlangsung kurang lebih dua bulan lamanya. “Berbagai proses dilalui, khususnya diskusi dengan berbagai pihak berkompeten.Walaupun sudah dipersiapkan, tentu akan ada dinamika. Proses penyusunan sendiri telah disesuaikan dengan saran serta masukan berbagai pihak,” ungkap Syafruddin.

Dirinya berharap peraturan yang telah disusun dapat menjadi acuan dalam proses pemilihan Rektor Unhas mendatang. Lebih lanjut, sosialisasi dibawakan oleh Ketua P2R Unhas, Prof Dr. Syamsul Bachrie SH MSi. Berlandaskan hukum pada Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2017 Tentang Statuta Unhas pada pasal 27 yang memuat 4 ayat, persyaratan bakal calon Rektor terdiri dari 20 bagian. Salah satunya usia maksimum Rektor ialah 60 tahun pada saat berakhirnya masa jabatan. “Bakal calon Rektor juga harus memiliki integritas, visi, serta wawasan dan minat terhadap pengembangan Unhas. Terdapat tiga tahapan pemilihan, antara lain Penjaringan Bakal Calon Rektor oleh MWA Unhas, Penyaringan

Calon Rektor oleh Senat Akademik Unhas, dan Pemilihan Rektor oleh MWA Unhas,” papar Syamsul. Setelah seluruh tahapan terlaksana, akan ada penetapan Rektor terpilih dan pelantikannya setelah masa jabatan Rektor terdahulu berakhir. Berikut jadwal Pemilihan Rektor Unhas Periode 2022 – 2026. -Pendaftaran Bakal Calon Rektor: 2 – 27 Agustus 2021 -Pengumuman nama-nama Bakal Calon Rektor yang lolos seleksi administrasi: 15 September 2021 -Pemeriksaan kesehatan dan psikotest: 1 – 25 Oktober 2021 -Penetapan Bakal Calon Rektor oleh MWA: 26 Oktober 2021 -Penyerahan nama-nama Bakal Calon Rektor oleh MWA ke Senat Akademik:

28 Oktober 2021 -Proses pemilihan Calon Rektor oleh Senat Akademik: 1 November s.d. 27 Desember 2021 -Penyerahan nama-nama Calon Rektor dari Senat Akademik ke MWA: 31 Desember 2021 (Senat Akademik akan menyerahkan tiga nama Calon Rektor kepada MWA) -Pemilihan Rektor oleh MWA: 27 Januari 2022 -Penetapan Rektor Terpilih oleh MWA: 27 Januari 2022 -Pelantikan Rektor Periode 2022 – 2026: 28 April 2022.n Nadhira Sidiki

KKNT Unhas Panakukkang 3 Ciptakan Taman Baca SALAH satu anggota Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Unhas Posko 3 Panakukkang, Abd Kadir Jaelani menciptakan tanam baca di kompleks perumahan BTN CV Dewi, Selasa (27/7). Mahasiswa Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas ini juga mensosialisasikannya ke warga setempat tentang instalasi rak buku. Kadir menjelaskan, kegiatan ini berawal dari keinginan memaksimalkan taman di kompleks. Mengingat minimnya minat baca warga, ia menginisiasi penyediaan buku dan rak. “Adapun target buku yang akan disediakan adalah 100,” ucap Kadir, Kamis (29/7). Ia mengungkapkan, taman baca tersebut dibuka untuk umum dengan

target yang berfokus pada usia 13 hingga 25 tahun. Lebih lanjut, buku yang disediakan terbagi menjadi tiga kategori. “Di antaranya kategori SMP, SMA, dan buku pendidikan secara umum. Kami pun menyediakan novel yang menghibur,” ungkap Kadir. Proses kegiatannya dimulai dengan observasi, pembuatan rak buku, pengumpulan buku, dan instalasi rak di taman tersebut. Kadir menjelaskan, program kerja itu membutuhkan tiga minggu. “Saya dan rekan posko mengumpulkan buku untuk taman baca. Semoga setiap taman di Sulsel dan Indonesia memiliki wadah untuk membaca guna meningkatkan budaya literasi dan pendidikan,” tutup Kadir.n Muhammad Alif M

Mahasiswa KKN Tematik Takalar 1 Melakukan Pelatihan Pembuatan Susu Jagung MAHASISWA KKN Tematik Gelombang 106 Takalar 1 Posko 1.4 melaksanakan Pelatihan Pembuatan Produk Susu Jagung, di Desa Popo, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar. Kegiatan itu merupakan bentuk pemberdayaan dan pegabdian masyarakat, Jumat (23/7). Latar belakang diadakannya kegiatan ini melihat potensi sumber daya berupa jagung di desa tersebut. Mahasiswa KKN, Dini mengatakan, pelatihan dibatasi sebanyak 5 orang guna mematuhi protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19. “Kami ingin mengembangkan potensi Desa Popo yang kaya akan produk pertanian jagung,” ujar Dini,

Ahad (25/7). Ia menambahkan, jika program ini ditindaklanjuti, produk susu jagung bahkan dapat menjadi local brand Desa Popo. “Seandainya dikelola secara kreatif, pengolahan produk jagung memiliki nilai ekonomis tinggi,” ungkapnya. Ia kemudian berharap, pemberdayaan masyarakat di Desa Popo menjadi titik awal bagi masyarakat untuk berinovasi. “Semoga masyarakat lebih peka, mengingat jagung juga memiliki nilai gizi yang baik untuk dikonsumsi,” tuturnya.n Nadhira Sidiki

DOKUMENTASI PRIBADI

Papan nama: Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unhas 106 Posko Gowa 8 tengah mendiskusikan pembuatan papan nama jalan dengan aparatur Kelurahan Romang Lompoa, Gowa, Jumat (23/7). Papan nama jalan itu tersebar di 24 titik strategis, tepatnya 8 RW dan 11 RT, yakni area Kompleks Eks-PKG, Kompleks Rumah Murah, Kampung Lette, Kampung Berru, dan Danau Mawang.

KKN Tematik 106 Panakkukang III Ciptakan Peta Administrasi KULIAH Kerja Nyata (KKN) Tematik 106 Posko Panakkukang III membuat peta administrasi. Diinisiasi oleh mahasiswa Departemen Teknik Pertambangan, Dzulkifli Tungga’, kegiatan bertempat di kantor kelurahan Panaikang RW 03, Senin (26/7). Mahasiswa angkatan 2018 yang kerap disapa Kido ini menuturkan, hal yang melatarbelakangi terciptanya program ialah pentingnya pembaruan peta administrasi perangkat kelurahan untuk memantau sarana dan prasarana. Hal itu ditujukan guna kemajuan suatu wilayah, khususnya Kelurahan Panaikang. “Tujuan khususnya ialah memberikan suatu penggambaran data administrasi wilayah kelurahan Panaikang. Untuk agenda pada peta sendiri terdiri atas jalan raya, sawah, tempat ibadah, sekolah, rumah sakit, kantor adminstrasi, dan batas-batas wilayah kelurahan,” jelas Kido, Senin (26/7).

Dalam pembuatan peta adminstrasi, terdapat tiga metode. Di antaranya perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan kegiatan. Metode pertama sendiri bisa dikatakan sebagai observasi. “Kemudian, persiapan kegiatan dengan pengambilan data wilayah, mempersiapkan alat dan bahan, hingga membuat peta. Selanjutnya, metode ketiga ialah menyerahkan peta adminstrasi ke kantor kelurahan Panaikang,” ujar Kido. Ia juga mengatakan, Lurah Panaikang RW 03, Hj Andi Haslindah SE MSi sangat mendukung pelaksanaan program ini. Menurutnya, peta administrasi penting diadakan. “Peta tersebut bisa membantu kantor. Kebetulan, di sini belum ada peta administrasi sebelumnya,” ucap Haslindah. n Winona Vanessa HN


identitas

NO. 925, TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

KAMPUSIANA

15

6 Program Unhas Terima Dana Hibah PHP2D 2021

T

ercatat enam program mahasiswa Unhas menerima dana hibah Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) 2021. Program ini diselenggarakan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. PHP2D sendiri adalah kegiatan mahasiswa terkait pembinaan dan pemberdayaan masyarakat melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan atau Lembaga Eksekutif Mahasiswa. Mahasiswa pelaksana PHP2D diharapkan mampu menumbuhkan rasa peduli dan berkontribusi kepada masyarakat di desa agar terbangun desa binaan yang aktif, mandiri, berwirausaha, dan sejahtera. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan

dan Alumni, Prof Dr drg A Arsunan Arsin, MKes menyampaikan, masa pandemi tidak menyurutkan semangat mahasiswa dalam melakukan berbagai aktivitas positif, terutama program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM). “Saya salut dengan mahasiswa yang terus berinisiatif mendaftarkan diri. Berkontribusi dalam bentuk pengabdian, penelitian, dan mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan ilmu yang didapatkan melalui program tersebut,” jelas Arsunan, Jumat (23/7). Dalam mengoptimalkan peningkatan pelaksanaan program kemahasiswaan, dibutuhkan pendekatan melalui perwujudan sinergitas. Di antaranya memacu prestasi mahasiswa, kaderisasi kepemimpinan, serta menjaga kondusifitas atau stabilitas kampus.

“Kami berharap, mahasiswa dapat menggunakan pendanaan sesuai dengan kebutuhan program yang dijalankan. Dengan demikian, dalam pelaksanaannya dapat menjadi kontribusi pada pembangunan daerah,” tambah Arsunan Berikut enam judul program yang menerima dana PHP2D 2021 dengan total pendaanaan Rp 201. 800.000. 1. Mataran Berdaya: Inovasi dan Diversifikasi Dangke Sebagai Pangan Lokal Unggulan Berbasis Pengembangan Ekonomi Kreatif HuluHilir di Kelurahan Mataran Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. 2. Pengentasan Kemiskinan Petani Garam Melalui Peningkatan Kualitas Garam Rakyat Menjadi Garam Industri dengan Portable Hidroextraction di Desa Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

3. Pengembangan Kampung Tematilk Lebah Trigona Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Desa Rompegading Kabupaten Maros. 4. Pemanfaatan Teknologi Irigasi Tenaga Surya untuk Meningkatkan Produktivitas Pertanian Masyarakat Desa Belabori, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa. 5. Optimalisasi Lipa Bira Berbasis Industri Kreatif Sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi dan Kearifan Lokal Kerajinan Tenun Khas Desa Bira, Kabupaten Bulukumba. 6. Profesor (Porang Agroforestri Production Ceter): Pemanfaatan Porang Berbasis Kreatif Guna Meningkatkan Produktivitas Kelompok Petani Porang Setia Hingga Akhir di Desa Borisallo Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa. n Nadhira Sidiki

Para Wisudawan Terbaik Unhas Juli 2021 UNHAS menghasilkan 833 lulusan baru di Wisuda Periode I Tahap 1 Tahun Akademik 2021/2022, Selasa (27/7). Pelaksanaan wisuda kali ini cukup unik. Para lulusan terbaik berkesempatan merasakan wisuda secara langsung di Gedung Baruga AP Pettarani dan secara daring bagi wisudawan lainnya. Sesuai Surat Keputusan Rektor tentang nama-nama lulusan terbaik periode I tahap 1, terdapat 6 pembagian. Di antaranya lulusan terbaik program doktor, magister, spesialis dan profesi, sarjana fakultas eksakta, sarjana fakultas non-eksakta, serta sarjana tingkat fakultas. Pengumuman tersebut dibacakan oleh Direktur Pendidikan Unhas, Dr Ida Leida SKM MS. Adapun program doktor ialah Agustinus Sollu dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas, Prodi Ilmu Sosiologi. Ia meraih IPK 3.98 dengan masa studi 2 tahun 5 bulan dan predikat kelulusan cum laude. Sementara dari program magister ialah Andi Kusumawardani dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unhas, Prodi Manajemen. Kusumawardani mendapatkan IPK 3.97 dengan masa studi 1 tahun 5 bulan dan predikat kelulusan sangat memuaskan. Pada program spesialis dan profesi, terdapat 4 mahasiswa. Di antaranya Ivan Kurniadi dari

Fakultas Kedokteran (FK) Unhas Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Ia menggaet IPK 3.98 dengan masa studi 3 tahun 4 dan predikat kelulusan memuaskan. Kemudian, Putri Farahmida A Abrar dari FK Unhas Profesi Dokter Hewan. Putri meraih IPK 3.96 dengan masa studi 1 tahun 4 bulan dan predikat kelulusan cum laude. “Lainnya ialah Nur Raudha Ihsaniyah Bialangi dari FKG Unhas Profesi Dokter Gigi. Raudha mendapatkan IPK 3.74 dengan masa studi 1 tahun 10 bulan dan predikat kelulusan sangat memuaskan. Lalu. Tiyanda Hanti Arum Kusuma dari Farmasi Unhas Profesi Apoteker dengan IPK 3.98. Masa studinya hanya berlalu 11 bulan dengan predikat kelulusan cum laude,” papar Leida. Di sisi lain, tercatat masingmasing satu orang untuk program sarjana fakultas eksakta dan non-eksata. Mereka ialah Farhana Rahmatillah A dari FK Unhas Prodi Psikologi dengan IPK 3.93. Ia melalui masa studi selama 3 tahun 10 bulan dan mendapatkan predikat kelulusan cum laude. Serta, Agus Rachmat Malaro dari Fakultas Hukum (FH) Unhas Prodi Hukum Administrasi Negara. Agus meraih IPK 3.98 dengan masa studi 3 tahun 10 bulan dan predikat kelulusan cum laude. n Nadhira Sidiki

DOKUMENTASI PRIBADI

Penyemprotan: Guna mencegah penyebaran virus Covid-19, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN) Tematik 106 Biringkanaya 02 melaksanakan penyemprotan disinfektan di beberapa masjid. Didampingi Aparat Kelurahan Daya, kegiatan tersebut tepatnya bertempat di Kelurahan Daya, Kecamatan Biringkanaya, Senin (19/7). Dokumentasi Pribadi.

Dosen FIKP Unhas Raih Penghargaan Program Kepemimpinan SDGs SALAH satu peserta Program Pembelajaran Daring dan Program Kepemimpinan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) angkatan pertama, Dr Nursinah Amir S Pi M P mendapatkan penghargaan The Most Agile Leaders. Sekretaris Departemen Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Unhas ini, turut berkontribusi pada Program Kepimipinan SDGs atas undangan yang diberikan oleh pihak penyelenggara melalui Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas. “Ada tiga nama yang diutus, antara lain saya dari unsur dosen, dan dua pegawai dari unsur tenaga kependidikan. Namun, hanya saya yang memperoleh undangan dari penyelenggara untuk mengikuti program ini,” ujarnya, Senin (26/7).

Selain itu, proyek akhir Nursinah ialah Peningkatan Kualitas Produk Berbahan Dasar Hasil Perikanan. Proyek itu disusun dalam bentuk sustainable bisnis model canvas dengan menyasar kelompok pengolah hasil perikanan di Kota Makassar. “Luaran dalam program ini yakni kelompok pengolah dapat membuat produk berbahan dasar ikan dan limbah hasil perikanan yang berkualitas dan berdaya saing serta dikemas menggunakan bahan ramah lingkungan,” papar Nursinah. Setelah menyelesaikan program kepemimpinan SDGs, ia kelak akan merealisasikan program untuk peningkatan kualitas produk perikanan yang berstandar dan mampu berdaya saing.n Nadhira Sidiki


TIPS

16

identitas

NO. 925, TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

Podcast untuk Belajar Bahasa Inggris

M

ahasiswa yang bisa menguasai bahasa inggris, memiliki kelebihan tersendiri. Soft Skill tersebut bisa meningkatkan potensi dan kesempatan bekerja baik ranah nasional maupun internasional. Tak ayal banyak dari kita sekarang berbondong-bondong mempelajari skill ini baik melalui autodidak atau pun lewat kursus berbayar

1. The English We Speak The English We Speak merupakan salah satu program dari British Broadcasting Corporation (BBC). Podcast yang rata-rata berdurasi 3 hingga 4 menit ini menampilkan frasa dan ungkapan yang digunakan sehari-hari. Penyiar yang terlibat pun sangat baik karena tempo yang mereka sajikan lebih lambat dan artikulasi yang cukup jelas.

Salah satu cara mengasah dan menguasai kemampuan berbahasa inggris yakni keahlian belajar sendiri dengan mendengarkan podcast. Penggunaannya sangat efektif sebab selain gratis, kita bisa mendengarkannya di mana pun dan kapan pun. Melalui aplikasi Spotify, berikut 5 podcast yang kami rekomendasikan untuk kamu yang ingin belajar bahasa inggris.

2. Kampung Inggris LC Kampung Inggris LC diunggah oleh Kampung Inggris LC, sebuah platform podcast yang saat ini sudah terdiri lebih dari 35 siaran. Saat artikel ini dibuat menampilkan guyonan tentang seperti apa bahasa inggris itu, bagaimana bahasa inggris yang kekinian di kalangan anak muda, masalah yang biasa dijumpai dan trik-trik mempelajari bahasa dengan mudah.

3. Sukses Belajar Bahasa Inggris Patrisius Djiwandono melalui channelnya Sukses Belajar Bahasa Inggris menyajikan kiat, tips-tips menghadapi tes, berbagi pengalaman tentang belajar dan mengajar bahasa inggris dengan sukses hingga memberi motivasi untuk berani ngomong inggris.

4. Learn English With Teacher Monica Ini adalah salah satu program yang baik belajar bahasa inggris. Melalui Learn English kita bisa belajar tentang kompenen yang ada dalam bahasa inggris seperti adjective, adverbs, grammar, vocabulary, listening dan yang lainnya. Podcast ini dipandu oleh seorang guru yang disapa teacher monica.

5. Better at English Better at English menampilkan podcast percakapan nyata penutur asli. Topik dalam podcast ini berkisar dari yang serius hingga kekonyolan dengan kecepatan normal. Jangan khawatir Podcast ini disertai dengan transkrip dan catatan sehingga mempermudah kita menemukan kosa kata yang sulit saat mendengarkan. n ILUSTRASI: WARDAH

Nurul Hikma


identitas

NO. 925, TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

RESENSI BUKU

17

Cukupkah 24 Jam dalam Sehari? “Jarum jam terus berputar dan terulang pada keesokan harinya, tetapi hidup adalah keberlanjutan meskipun kita bangun di pagi yang sama.”

D

alam keseharian, setiap orang memiliki waktu 24 jam per hari, tidak lebih dan tidak kurang. 24 jam adalah waktu yang sepenuhnya diberikan dalam menjalankan aktivitas. Dimulai dari bangun pagi, membuat sarapan, bekerja, makan hingga kembali ke tempat tidur untuk beristirahat dari aktivitas seharian yang telah dilakukan. Tetapi sering kali orang-orang menganggap jika waktu yang diberikan kurang dan mereka membutuhkan lebih banyak waktu lagi untuk melaksanakan setiap aktivitas mereka. Dalam buku yang berjudul “Bagaimana Hidup 24 Jam Sehari” yang ditulis oleh Arnold Bennett, adalah buku yang menyajikan nasihat bagaimana menjalani hidup dengan baik dengan memaksimalkan waktu yang kita miliki. Sehingga kita dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang membuat hidup menjadi lebih produktif dan bermanfaat, di luar rutinitas keseharian. Arnold menuliskan dalam bukunya, dunia kerja sering kali menjadi alasan seseorang merasa kekurangan, bahkan kehabisan waktu. Hal ini terjadi karena mereka tidak memanfaatkan waktunya dengan baik. Pekerjaan memang menyita banyak waktu tetapi aktivitas di luar pekerjaan yang tidak begitu penting yang akan menghabiskan waktu kamu. Efisiensi terhadap waktu perlu dilakukan agar 24 jam waktu yang dimiliki itu akan cukup. Seseorang terkadang merasa tidak puas terhadap jadwal kegiatan sehari-hari yang telah dibuatnya. Penyebabnya karena ada tugastugas yang akhirnya tidak dikerjakan dengan alasan tidak memiliki cukup waktu. Ia hanya menunggu kesempatan di mana ia memiliki lebih banyak waktu untuk bekerja, sehingga waktu menunggunya terbuang siasia. Namun pada realitasnya, setiap orang tidak akan pernah mendapat tambahan waktu karena seluruh waktu yang ada telah dimiliki. Maka hal yang perlu dilakukan adalah meninggalkan aktivitas yang dapat membuat hidup menjadi tidak produktif. Arnold berpendapat, seseorang mulai bekerja pukul 08:00 hingga 17:00. Kemudian sisa waktu yang

dimiliki akan terpotong saat orang tersebut dalam perjalanan pulang dan akhirnya beristirahat karena kelelahan setelah bekerja. Dalam kasus tersebut menurutnya adalah hal yang wajar. Banyak hal dari buku ini yang sangat baik untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. misalnya bagaimana seseorang harus dapat mendisiplinkan dirinya. Kedisiplinan tidak hanya terbentuk begitu saja, tetapi dapat dilakukan dengan mengubah kebiasaan walaupun hal itu cukup sulit. Tetapi nantinya akan berdampak baik untuk manajemen waktu kamu. Kemudian hal menarik yang lain yang terdapat pada buku ini yaitu di saat kebanyakan orang mengatakan bahwa; seseorang tidak dapat mengendalikan pikiran mereka sendiri, penulis justru menuliskan bahwa setiap orang bisa mengendalikan pikirannya. Karena tidak ada hal lain yang terjadi pada diri manusia diluar pengendalian otak. Maka penulis menekankan bahwa kemampuan berkonsentrasi dibutuhkan dan mengetahui batas kemampuan pikiran. Sehingga seseorang yang mampu mengendalikan pikiran mereka dapat terhindar dari kekhawatiran. Ketika seseorang berada pada fase kebosanan, mereka dapat mengisinya dengan membaca bacaan sastra dan menikmati seni atau musik. Memanfaatkan waktu yang tersisa setelah lelah bekerja atau pada saat akhir pekan akan sangat baik bagi kesehatan mental. Buku yang ditulis pada tahun 1908 juga menyajikan bagaimana manusia hidup seperti mesin. Mesin yang rumit dan tidak mudah disetel. Penulis mengatakan bahwa manusia adalah mesin paling mengagumkan yang pernah ada. Manusia akan lebih sering menyepelekan dan meremehkan diri mereka sendiri. Keputusasaan dan ketidakberdayaan yang dimiliki akan terus mengganggu hingga membentuk sebuah kecemasan. Telah ditulis pula dalam buku ini, bahwa seseorang membutuhkan konsentrasi dan cara pengendalian terhadap pikiran. Arnold menyajikan bahwa penyempurnaan mesin manusia dapat dilakukan. Di mana otak akan mulai membentuk kebiasaan yang lebih baik dengan

Judul : Bagaimana Hidup 24 Jam Sehari Tebal : 216 halaman Penerbit : Penerbit Gemilang Tahun Terbit : 2021

konsentrasi. Kebiasaan baru yang terbentuk adalah hasil dari tekad yang terdapat dalam otak manusia. Berkali-kali Arnold juga menekankan bahwa ketekunan juga menjadi kunci perubahan yang mengesankan. “Tidak ada yang akan terjadi pada mereka yang tidak tekun.” tertulis sebagai kalimat penutup buku ini. Bagi kamu yang sedang mencoba memaksimalkan produktivitas, buku ini cocok untuk menemani waktu bersantai kamu. Bagus untuk dijadikan pengingat bahwa ada banyak hal yang bisa dilakukan dalam hidup selain bekerja, meskipun

hanya punya waktu 24 jam dalam sehari. Mulailah mensyukuri hal-hal kecil seperti ketika kita masih bisa terbangun dan menghirup udara segar. Itu akan membuat hidup semakin bermakna. Buku setebal 216 halaman ini diterjemahkan dari bahasa Inggris, sehingga bahasa yang digunakan terkesan sedikit kaku. Beberapa kalimatnya pun butuh waktu lebih agar dapat memahaminya dengan baik. Jadi bagaimana denganmu? Apa kamu sudah cukup dengan waktu 24 jam dalam sehari? n Friskila


18

IPTEKS

identitas

NO. 925, TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

Strategi Pemberdayaan Perempuan

P

erempuan sejatinya memiliki status dan kedudukan sama dalam kehidupan ini. Upaya mewujudkan kesetaraan perempuan merupakan isu global yang kompleks. Selama ini gerakan emansipasi perempuan selalu berhubungan dengan budaya patriarki yang sudah mengakar selama bertahuntahun. Gerakan emansipasi perempuan pun sudah berlangsung bertahun-tahun dengan corak gerakannya masingmasing. Bahkan telah menembus batas-batas teritorial, dengan berbagai pendekatan gerakan, dari misalnya marxisme, liberal, radikal, anarkis dan sosialis. Serangkaian gerakan baik bersifat sosial, politik dan ideologi, pada intinya memiliki tujuan yang sama yakni kesetaraan bagi perempuan. Selain upaya dari perempuan sendiri, timbul pula kesadaran untuk memberdayakan sesama perempuan, yang dapat dilakukan dalam segi kebudayaan. Pendekatan budaya dilakukan di salah satu perbukitan wilayah Sinjai dengan kondisi lingkungan alam yang masih alami berupa perkebunan, sawah dan hutan. Di sana terdapat Kampung Adat Karampuang, kampung dengan pemukiman tradisional masyarakat suku Bugis Sinjai. Karampuang dulu sebuah kerajaan, dengan cerita munculnya seorang perempuan di tengah lautan secara tiba-tiba berbentuk seperti tempurung

kelapa yang terpelungkup. Peristiwa itu, menjadikannya sebagai raja pertama di Karampuang. Setelah itu, perempuan ini menghilang dan akhirnya datang bersama enam orang laki-laki dengan sebutan tujuh to manurung. Perempuan ini kemudian bertitah kepada enam lelaki itu untuk pergi menjadi raja di tempat lain, namun kebesaran kerajaannya kelak harus melindungi Karampuang. Implikasinya, pada zaman dahulu perempuan sangat mendominasi dan memegang tampuk pemerintahan di Karampuang, perempuan juga mewadahi serta memerintah enam raja-raja kecil itu. Setelah seratus tahun lebih kepemimpinan di desa Adat Karampuang oleh empat pemangku adat yang terdiri hanya satu perempuan. Ada dinamika secara struktur kepemimpinan desa adat ini berubah. Di mana didominasi oleh perempuan, sekarang didominasi laki-laki. Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unhas, Ery Iswary yang melakukan penelitian di kampung Adat Karampuang mengatakan salah satu ciri perempuan dulunya dihormati di wilayah ini. Berupa rumah adat tradisional mereka buat seperti anatomi tubuh perempuan. “Rumah juga menganalogi kepada seorang perempuan sebagai tempat reproduksi dan berproduksi,” ucap Kaprodi Magister Ilmu Linguistik ini. Oleh karena itu, menurut perempuan yang biasa dipanggil Ery ini. Riset berangkat dari rumah Adat Karampuang

dengan menggunakan model analisis bahasa dalam perspektif gender dan ekofeminisme. Ery ingin melihat bagaimana sebenarnya simbol-simbol bahasa, simbol-simbol yang ada pada tradisi baik rumah adat maupun istilah-istilah yang digunakan. Serta bagaimana rekonsolidasi gender, karena tidak ada protes para perempuan di sana setelah raja perempuan meninggal dan kemudian jatah pemimpin hanya satu orang perempuan. Padahal seharusnya jika berdasarkan historis perempuan memiliki andil yang besar dalam memimpin Karampuang. Penelitian dilakukan sejak 2019 hingga 2020. Awalnya membahas strategi pemberdayaan perempuan dengan simbolisme gender berbasis budaya lokal masyarakat Karampuang. Kemudian penelitian kedua membahas mengenai strategi pemberdayaan perempuan berbasis kearifan ekologisnya. Hal ini didasari perempuan Karampuang sangat bersahabat dengan alam, pun jika memanfaatkan alam mereka tidak merusaknya.

“Pada penelitian kedua, kami melihat bagaimana memberdayakan perempuan berbasis kearifan ekologisnya, karena mereka dekat dengan alam dan juga memanfaatkan alam,” jelas Ery Sayangnya, para perempuan Desa Adat Karampuang sangat tertutup sehingga keinginan memberikan pelatihan kadang-kadang mendapat kebuntuan. Namun dalam kaca mata Ery perempuan Karampuang perlu diedukasi dengan pelatihan. Melihat mereka punya banyak keterampilan. Misalnya mencari kemiri, memecahkan dan menjualnya di pasar. Kebuntuan akses ke masyarakat Karampuang, dapat ditaktis dengan pendekatan budaya, menghargai adat mereka. Meminta mereka bekerja sama untuk lebih diberdayakan, Sayangnya ini masih belum berlanjut, menurut Ery masih perlu melakukan penelitian lanjutan sebagai bentuk pengimplementasian dari konsep pemberdayaan yang telah mereka buat. “Belum tuntas jika dijadikan inovasi. Karena dikatakan inovasi bila sudah digunakan masyarakat setempat,” jelasnya pada Rabu (05/05/2021). Dengan dibantu dua rekannya, yakni Dosen Sosial Politik, Rabina Yunus dan Dosen Sastra Daerah Firman Saleh. Mereka masih membutuhkan minimal setahun lagi untuk menguji konsep ini untuk pengimplementasian. “Kami ingin menguji coba strategi ini, misalnya membuat mesin pemecah kemiri. Meskipun tidak lebih modern, karena mereka tidak menerima modernisasi begitu saja.” Dalam wawancara via telepon WhatsApp, Ery menutup pembicaraan dengan harapan dapat menemukan strategi dan gagasan fundamental serta orisinil. Basisnya tentu kearifan lokal dan kearifan ekologis di bidang pemberdayaan perempuan dan peduli lingkungan bagi masyarakat Karampuang.n Winona Vanessa HN


identitas

NO. 925 TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

JEKLANG

19

Yulia Memotivasi Perempuan Jadi Peneliti Hidup yang mempunyai alarm, menjadi pengingat agar tidak lupa waktu dan paling penting dapat membagi waktu."

K

alimat di atas menjadi prinsip hidup Yulia Yusrini Djabir, merupakan dosen Fakultas Farmasi Unhas. Ia memanajemeni waktunya untuk keluarga, meneliti dan akhirnya menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kemitraan. Dari meneliti, ia mendapat penghargaan L’OrealUNESCO for Women in Science National Fellowship award pada 2017. Program L’Oreal-UNESCO for Women in Science (FWIS) merupakan bentuk kerja sama yang terjalin antara UNESCO dengan PT. L’Oreal untuk memajukan serta mengapresiasi perempuan di bidang sains. Di Indonesia, implementasi program L’OrealUNESCO FWIS dijalankan oleh PT. L’Oreal Indonesia bekerja sama dengan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KNIU Kemendikbud) yang berlangsung sejak 2004.

Penghargaan L’Oreal - UNESCO terbagi menjadi dua kategori, pertama bernama material sains. Kategori yang berhubungan dengan material, misal kajian fisika. Kedua, berhubungan dengan makhluk hidup terutama manusia, masuk kategori life science atau ilmu kehidupan. Masing-masing kategori pemenangnya ada dua. Yulia, begitu ia disapa termasuk orang yang memenangkan kategori ilmu kehidupan. Kemudian, pemenang diharuskan melakukan penelitian. “Penghargaan yang diberikan bukan untuk disimpankan, tetapi digunakan untuk melakukan penelitian pada 2018,” ujar Yulia. Saat diwawancarai melalui Zoom, ia mengatakan meraih penghargaan kategori ilmu kehidupan, bukan hanya mempresentasikan kemampuan dirinya. Tetapi juga sebagai representatif kemampuan Unhas. Dari penelitian L’Oreal ini, Yuli berharap bakal ada penerusnya.

Sebab para peneliti setelah dari L’Oreal, telah membuktikan menjadi peneliti handal se-Indonesia. Termasuk yang tergabung dalam Satgas Covid-19 nasional, membuat vaksin, serta pengambilan kebijakan-kebijakan nasional di bidang kesehatan . Selain itu, Yulia dipercayakan menjadi Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kemitraan Fakultas Farmasi Unhas sejak 27 Februari 2020. Ia menganggap jabatan ini merupakan suatu tantangan sebab tidak lagi memikirkan diri sendiri tetapi lebih memikirkan fakultas. Hal ini membuat Yulia harus membagi fokus antara menjadi pejabat struktural dan kegiatan penelitian. Walaupun mendapat cukup banyak pekerjaan di kampus, ia tetap merasa sangat bersyukur sebab mempunyai keluarga yang sangat mendukung. Mendapat dukungan dari suami merupakan hal luar biasa. Mengingat, ia harus mengurusi suami dan anaknya “Alhamdulillah, punya suami yang selalu mendukung aktivitas penelitian,” jelasnya. Di tengah jadwal yang semakin padat. Ia bercerita bagaimana membagikan tips mengurus keluarga dan pekerjaan, yakni saling cerita dengan suami mengenai sistemnya. Sebagai peneliti, Yulia terkadang mesti tinggal sampai larut malam di laboratorium. Apalagi kalau sampel penelitian membutuhkan alat canggih, mau tidak mau harus dibawa keluar negeri. Dalam melakukan penelitian, tentu ini menjadi tantangan, terutama bagi ibu rumah tangga yang memiliki anak. Bagi Yulia, selama ada kemauan dan kemampuan mengapa tidak dicoba.

Ia pun mengharapkan perempuan yang punya potensi dan berkeinginan menjadi peneliti, harus maju terus. Sebab yang paling dibutuhkan adalah manajemen waktu. “Jangan sampai fokus hanya satu tempat saja. Ada saat kita harus prioritaskan keluarga, ada juga waktunya utamakan penelitian,” jelasnya. Bila ini diperhatikan, ia yakin ke depannya semakin banyak perempuan berkiprah di dunia penelitian. Menurut data dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 2015, perbandingan jumlah peneliti perempuan di dunia hanya 30 persen dari total keseluruhan. Sementara di Indonesia sendiri, menurut Plt Debuti Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek/BRIN, Muhammad Dimyati dalam webinar pada Sabtu (8/8), jumlah peneliti perempuan tercatat dari sebaran peneliti yang proposal risetnya mendapat dana dari Kemenristek, perempuan berjumlah 46, 5 persen, untuk pria 53,5 persen. Tren peneliti perempuan ini pada 2019 sempat meningkat, namun pada 2020 turun kembali. “Perempuan butuh dukungan dari keluarga, tanpa dukungan, tidak akan berjalan,” kata Yulia, Selasa (26/1). Yulia dalam waktu dekat ini, berencana meraih gelar profesor. “Syarat jadi profesor harus banyak publikasi. Jadi, mulai dari tahun ini saya ingin berusaha memperbanyak publikasi .Mudah-mudahan 3 hingga 4 tahun ke depan sudah bisa memasukkan berkas untuk mengambil gelar profesor,” tutupnya.n Warda Athirah


LINTAS

20

D

identitas

21

NO. 925, TAHUN XLVII, EDISI JULI 2021

Revitalisasi Kejayaan Benteng Somba Opu

inas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan (Sulsel), merencanakan merevitalisasi kawasan Benteng Somba Opu awal 2020 lalu. Anggaran pun digelontorkan sekitar 700 juta rupiah untuk rencana utama dengan menyiapkan ruang publik. Amfiteater dan lintasan joging akan dibangun. Usulan ini pun ditanggapi cepat Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sulsel. Kemudian BPCB Sulsel melaksanakan kajian pengembangan Benteng Somba Opu pada pertengahan Juli 2020. Hasilnya akan melakukan ekskavasi penyelamatan untuk perekaman total, sebelum dilaksanakannya revitalisasi. Ekskavasi oleh BPCB Sulsel menggandeng Departemen Arkeologi FIB Unhas dan Balai Arkeologi Sulsel, pada 21 Mei hingga 6 Juni 2021. Kegiatan yang melibatkan setidaknya 120 orang, terdiri 43 mahasiswa arkeologi, 12 dosen, 65 orang tenaga BPCB dan Balar Sulsel. Penggalian benteng yang dibangun Raja Gowa ke-9 ini, bukan petama kali dilakukan. Sebelumnya telah di pelopor oleh Lembaga Sejarah dan Antropologi Cabang Ujung Pandang pada 1976. Selanjutnya dilaksanakan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

bersama Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sulsel pada 1977, 1987 hingga 1992. Ekskavasi di abad ke-21 ini, tidak hanya menggunakan metode Arkeologi, dan Ilmu Humaniora, melainkan metode saintifik. Metode saintifik sangat penting untuk menunjang data dalam mengungkap fenomena kebudayaan masa lalu, berbagai alat saintifik digunakan pada ekskavasi kali ini. Penggunaan stasiun total dan drone dilakukan untuk memetakan dan menggambarkan kawasan Benteng Somba Opu. Penetuan grid kotak ekskavasi, pembuatan peta situasi, dan topografinya. Ekskavasi merupakan metode khas arkeologi. Di mana sangat penting dalam menceritakan kronologi sebuah lokasi penelitian. Kotak ekskavasi yang digali di kawasan Benteng Somba Opu akan menceritakan setiap lapisan tanah, artefak-artefak yang ditemukan akan menjawab misteri yang terjadi pada masa lalu. Tujuan ekskavasi yang dilakukan mencoba mencari fakta masa pembangunan, kejayaan, dan kehancuran Benteng Somba Opu nan megah dalam memori kolektif masyarakat.

Dalam arkeologi, apa pun data yang didapat dalam kotak ekskavasi adalah data. ‘No data is data’ merupakan cara para arkeolog dalam menjawab misterimisteri yang ada di Benteng Somba Opu. Teknik penggalian yang digunakan di kawasan Benteng Somba Opu tahun ini, berbeda dengan ekskavasi pada penelitian arkeologi prasejarah. Teknik ekskavasi menggunakan pendalaman lot, pendalam terfokus pada pencarian struktur dan fenomena pada setiap lapisannya. Selain itu, untuk pertama kalinya di Indonesia perekaman data ekskavasi Arkeologi menerapkan konsep penggalian terakhir kertas. Sehingga seluruh data diperoleh akan terekam langsung secara online dalam database yang berbasis cloud. Perekaman ekskavasi ini sangat memudahkan para arkeolog memantau dan mengolah data yang ditemukan dilapangan secara langsung. Hasil penggalian akan direkam secara detail dengan menggunakan fotogrametri dan memindai 3 dimensi. Data 3 dimensi akan membantu dalam mendeskripsikan temuan-temuan ekskavasi.

Pada kegiatan penggalian diharapkan dapat menguak dan mengangkat kembali nilai-nilai penting dalam kawasan Benteng Somba Opu. Di mana dapat memajukan ilmu pengetahuan, penelitian arkelogi, sejarah, dan arsitektur baik skala nasional dan internasional. Jejak arkeologis Benteng Somba Opu kini hanya tersisa tumpukkan batu bata. Kebesarannya hanya terdiam dalam memori kenangan. Terendap dalam peradaban yang dibangun manusia modern. Istana Kerajaan Gowa dalam benteng tak dapat dilihat lagi. Aktivitasaktivitas politik, ekonomi, dan budaya dalam benteng hanya dalam cerita-cerita sejarah. Penulis Muh Hafdal H, merupakan mahasiswa Departemen Arkeologi FIB Unhas, angkatan 2018.n


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.