Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
identitas
NO. 932, TAHUN XLVIII, EDISI JUNI 2022
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
SAYUP- SAYUP
GAUNG INSTITUT
Temukan kami melalui: identitas_unhas
identitas Unhas
Identitas Online
@identitasonline
identitasunhas.com
Identitas Unhas
FOTO : NIRWAN
Seruan Sang Pejuang Rakyat
D A F TA R I S I
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) Ketua Pengarah: Jamaluddin Jompa Anggota Pengarah: Muh. Restu, Sumbangan Baja, A. Arsunan Arsin, Muh. Nasrum Massi Penasehat Ahli: Anwar Arifin, M Dahlan Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi Ketua Penyunting: Ahmad Bahar Ketua Penerbitan: Fajar S.Juanda Penyunting Pelaksana: Risman Amala Fitra Koordinator Liputan: Annur Nadia Felicia Denanda Sumber Daya Manusia: Anisa Luthfia Basri Litbang Data dan Riset: Nur Ainun Afiah Bendahara: Friskila Ningrum Yusuf, Sekretaris: Nurul Hikma Staf Penyunting: Arisal Fotografer: Oktafialni Rumengan Marketing: Nur Alya Azzahra Editor: Khairil Anwar Reporter: Ivana Febrianty, Muhammad Alif, Winona Vanessa HN Tim Supervisor: Nasruddin Azis, Nasrul Alam Azis, Muchlis Amans Hadi, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Arifuddin Usman, Abdul Haerah, Ibrahim Halim, Ahmad Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar, Abdul Chalid Bibbi Pariwa, Muhammad Yunus
Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt. 1 Jl. Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245. Website: www.identitasunhas.com, E-mail: onlineidentitas@gmail.com
EDISI JUNI 2022 Koordinator: Friskila Ningrum Yusuf
Desain Sampul: Nur Mutmainnah Layouter: Annur Nadia F. Denanda Nur Mutmainnah
20
RISET Baja Sebagai Alternatif Pengganti Gading Kapal Kayu
34
LIPUTAN KHUSUS Prahara institut Teknologi Hasanuddin
42
Wawancara Khusus Peretasan Media Sosial Ancam Kebebasan Berpendapat
50
Resensi Kabar Baik di Balik Daun Ganja yang “Jahat”
EDITORIAL
Tradisi Melepas yang Matang biar Mandiri DALAM meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM), lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi memiliki peran yang sangat penting. Upaya peningkatan SDM diiringi dengan semakin menjamurnya perguruan tinggi di Indonesia. Dilansir dari databoks. katadata.co.id, ada 3.115 perguruan tinggi di seluruh Indonesia pada tahun 2020. Banyaknya jumlah perguruan tinggi ini didukung dengan adanya metode pemekaran. Unhas sebelum menjadi universitas, dulunya merupakan cabang dari Universitas Indonesia. Tuntutan kebutuhan SDM yang berkualitas serta impian adanya perguruan tinggi di Makassar menjadi alasan lahirnya kampus Unhas. Peristiwa kuncup mekarnya perguruan tinggi khususnya hasil pemekaran dari Unhas sudah beberapa kali terjadi sebelumnya. Selama berdiri, Unhas telah memberikan kontribusi besar terhadap ilmu pengetahuan di Indonesia Timur termasuk dalam pengembangan perguruan tinggi lain. Nama Universitas Negeri Makassar sudah tidak asing lagi bagi kita. Universitas yang dulunya bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ujung Pandang ini merupakan pengembangan dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unhas. Fakultas ini dikembangkan berdasarkan SK Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) 1 Agustus 1961 sampai dengan 31 Agustus 1964 yang kini menjadi Universitas Negeri Makassar. Ada juga Politeknik Negeri Ujung Pandang yang dulunya bernama Politeknik Unhas. Politeknik ini berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor: 128/O/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Negeri Ujung Pandang, yang kemudian memisahkan Politeknik ini dari naungan Unhas. Ada pula beberapa PTN yang dulunya sempat
menjadi kampus cabang Unhas, diantaranya Universitas Tadulako (Palu), Universitas Sulawesi Tenggara (Kendari), dan Universitas Halu Oleo (Kendari). Begitupun dengan Fakultas Teknik (FT) Unhas sejak dipindahkan ke Gowa, beberapa pihak telah mendorong fakultas ini menjadi institut teknologi. Sebut saja Dwia Aries Tina Pulubuhu, Arsyad Thaha, Muhammad Saleh Pallu. Selain karena kebutuhan SDM keteknikan di Kawasan Indonesia Timur (KTI), ada keuntungan lain bila FT melepaskan diri. Fakultas ini dapat berkembang di bidang studi yang semakin beragam dan terspesifikasi. Kerja sama pun akan lebih praktis karena tidak perlu melalui jalur universitas. Saleh Pallu mengatakan bahwa banyak institusi di dalam maupun luar negeri yang bersedia memberikan sponsor kepada institut teknologi yang tidak dapat diraih FT yang masih dalam bentuk fakultas. Di sisi lain, FT Unhas adalah fakultas yang ramai peminat dan menjadi fakultas dengan jumlah mahasiswa yang besar. Lepasnya FT juga bisa berarti lepasnya ribuan mahasiswa Unhas. Ada pula resiko penurunan akreditasi, mengingat besarnya kontribusi FT dalam hal inovasi, riset, dan sumber daya manusia. Namun di samping keuntungan dan kekurangan yang telah disebutkan, pengembangan institut sebagai penyongsong kebutuhan kemajuan teknologi di Indonesia Timur adalah harapan bersama. FT Unhas sejak lama telah banyak berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan teknologi di Indonesia. Ditambah dengan berdirinya Institut Teknologi BJ Habibie di Parepare sebagai institut teknologi negeri pertama di Indonesia Timur sejak 2014. Akankah FT Unhas menjadi fakultas berikutnya yang akan berdiri sendiri?
FOTO : MUHAM M AD AL IF
LAMUN Gerombolan ikan mencoba bersembunyi di antara lamun dan sebuah bongkahan terumbu karang. Ikan yang terlihat disebut sebagai coral catfish atau Plotosus lineatus. Ikan tersebut merupakan salah satu ikan serupa lele yang dapat ditemukan di perairan terumbu karang di pulau Samatellu Borong, Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep), Kamis (26/05).
Riset
Menyelisik
Penggunaan Penginderaan Jauh dalam Pemetaan Padang Lamun
J
ika berbicara t u m b u h a n laut, mungkin yang ada di pikiran Anda adalah rumput laut. Namun pernahkah Anda mendengar lamun? Kedua t u m b u h a n tersebut sering dianggap sama namun berbeda.
FOTO: NUR AINUN AFIAH
Lamun termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang tumbuh secara bergerombol di laut. Ekosistem tersebut dinamakan padang lamun. Keberadaannya tidak kalah penting jika dibandingkan dengan ekosistem lainnya seperti terumbu karang dan hutan mangrove. Selama ini pengambilan data dan pemantauan padang lamun dilakukan secara manual dengan terjun langsung ke lokasi. Tetapi sebenarnya, teknologi penginderaan jauh (remote sensing) dapat mempermudah aktivitas pemantauan dan konservasi padang lamun. Teknologi ini
Infografis: Muhammad Alif
sudah ada sejak era 1960-1970, namun fungsinya belum begitu dioptimalkan. Ekosistem padang lamun yang luas Pada tahun 2021, Nurjannah Nurdin beserta timnya memanfaatkan teknologi penginderaan jauh. Penelitian tersebut terbit di Oceans Sains Journal berjudul Estimation of Seagrass Biomass by In Situ Measurement and Remote Sensing Technology on Small Islands, Indonesia. Tujuan penelitiannya yaitu memetakan distribusi penyebaran lamun dan menghitung estimasi biomassa lamun di tiga pulau kecil yang ada di Indonesia.
Cara kerja penginderaan jauh cukup sederhana. Teknologi penginderaan jauh pada satelit atau pesawat menggunakan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam obyek maupun fenomena mengenai bumi. Hasil tersebut dapat ditafsirkan sehingga menghasilkan informasi yang berguna untuk mengolah data sebaran padang lamun. Doktor di bidang penginderaan jauh ini memilih tiga pulau sebagai tempat penelitiannya. Ketiga pulau yaitu Barrang Lompo, Barrang Caddi, dan Kodingareng Lompo yang merupakan bagian dari
No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
9
Kepulauan Spermonde. Pulau-pulau ini memiliki penduduk terpadat. Setelah memperoleh data, ada beberapa tahapan yang dilakukan untuk mengetahui luasan tutupan lamun. Tahapan tersebut yakni pre-processing, klasifikasi gambar berdasarkan persentase tutupan dan densitas lamun. Hasilnya, total luasan lamun pada ketiga pulau yakni 126,37 ha. Secara lebih rinci, ada tiga kategori tutupan persentase lamun yaitu rendah (0-29%), medium (30-59%) dan tinggi (60-100%). Artinya, ketiga pulau ini menyimpan sekitar 18 persen dari seluruh luas padang lamun di Kepulauan Spermonde. Hal menarik dari hasil data ini karena jika dinilai secara kuantitatif, luas lamun di pulau yang berpenduduk padat jauh lebih banyak daripada yang kurang atau tidak berpenduduk. Hal ini diduga merupakan akibat dari aktivitas antropogenik seperti buangan limbah (sampah) organik yang dibuang ke laut secara langsung oleh penduduk setempat. Contoh sampah limbah organik adalah sisa-sisa makanan rumah, sisa potongan sayur, air cucian beras, dan lain-lain. “Buangan organik dari masyarakat membuat lamun tumbuh secara subur. Pada penduduk yang berpulau, sebaran penduduknya tidak merata dan kita bisa melihat korelasi bahwa kepadatan lamun sebanding dengan kepadatan penduduk,” ujar dosen kepakaran penginderaan jarak jauh itu. Walaupun gangguan antropogenik pesat, masih terdapat ekosistem padang lamun yang cukup padat. Selain itu, belum terdapat sebuah studi untuk menganalisis kerapatan lamun dan biomassa lamun di tempat tersebut. Hasil citra satelit masih kurang akurat Pengolahan data citra menggunakan dua satelit (Landsat 8 dan Sentinel-2) ternyata masih kurang akurat. Penggunaan teknologi penginderaan jauh rupanya masih kurang
10
identitas Unhas
efektif. Resolusi gambar yang kurang memadai ditengarai menjadi sebab. Kemampuan citra satelit sudah teruji dalam memetakan objek khusunya tanaman hijau yang tumbuh pada dasar perairan dangkal. Melalui perpaduan perhitungan indeks kehijauan (greennes index). Hasilnya menunjukkan korelasi positif yang kuat antara indeks kehijauan dengan persentasi tutupan lamun. Selain itu, mereka mencari alternatif penggunaan teknologi lain agar hasilnya lebih akurat. “Kita membuka wawasan anak ilmu pengetahuan bahwa penginderaan jauh kurang efektif dikarenakan citra satelit yang digunakan berada pada resolusi rendah. Makanya kami melanjutkan dengan analisa yang berbeda yakni menggunakan pesawat tanpa awak (Unmanned Arial Vehichle/UAV) dengan ketinggian terbang yang lebih rendah yakni sekitar 100m dari permukaan laut,” ucapnya saat diwawancarai di ruangannya, Senin (23/05). Memengaruhi iklim dunia Kepala Pusat Penelitian Pengembangan Laut Pesisir dan Pulua-Pulau Kecil, ini mengatakan permasalahan meningkatnya karbon di dunia menjadi salah satu alasan penelitian ini. Padahal, laut dan wilayah pesisir memiliki ekosistem karbon biru yang tinggi di dunia. Padang lamun merupakan salah satu ekosistem karbon biru yang dapat menyimpan karbon di dalam dasar perairan. Gas-gas seperti karbon memiliki dampak buruk jika dilepaskan di udara. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menyebutkan salah satu pengaruhnya yaitu meningkatkan efek rumah kaca. Kemampuan padang lamun sebagai karbon biru ini mencakup 10-18 persen dari seluruh penyimpanan karbon di dunia. Sehingga kerusakan atau kurangnya padang lamun di dunia dapat mempengaruhi iklim global. Muhammad Alif M.
Foto: Muhammad Alif
Biodiversitas (keanekaragaman biota) pada padang lamun dan terumbu karang sangat tinggi. Di antara lamun dan karang terdapat jenis ikan yang bergerombol. Tingkah laku ini disebut sebagai schooling. Ini dilakukan sebagai bentuk pertahanan diri dari ikan predator.
No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
11
Riset
Intervensi Teknologi Ciptakan Potensi Ragam Cita Rasa Kopi
N
gopi sudah menjadi budaya sejak dulu. Meminum kopi merupakan gaya hidup dikalangan masyarakat, bahkan kopi kini telah menjadi salah satu komoditas pertanian terpenting di dunia. Data Food and Agriculture Organization (2019) menyebutkan ekspor kopi setiap tahunnya berkisar di angka 7 juta ton atau sekitar 21 milyar USD. Di Indonesia, terdapat dua jenis kopi yang menjadi komoditas ekspor, yakni Arabika dan Robusta. Namun kualitas kopi yang dihasilkan masih belum menandingi standar internasional.
12
identitas Unhas
Mentaktisi hal tersebut, Prof Dr Ir Salengke MSc PhD dan timnya melakukan penelitian berjudul “Intervensi Teknologi untuk Mengeluarkan Potensi Rasa Kopi Arabika Dari Dataran Tinggi Sulawesi.” Metodenya adalah dengan melakukan intervensi teknologi berupa fermentasi (proses basah) berbantuan pemanasan ohmic untuk meningkatkan rasa dan aroma kopi. Saat diwawancarai reporter identitas Senin (23/5), Guru Besar Fakultas Pertanian, Salengke, mengatakan potensi kopi di Indonesia kualitasnya belum optimal. Salah satu yang menjadi
masalah ialah aspek kualitas. “Sebenarnya, kopi arabika kita itu punya kualitas yang cukup baik karena ditumbuhkan pada ketinggian diatas 1300 m. Namun, proses pascapanen tidak dilakukan dengan baik sehingga tidak mendapatkan kualitas sesuai dengan potensinya. Untuk itu kita ingin ubah dengan mengembangkan teknologi ini,” ujar Salengke saat ditemui di ruang Dekanat Fakultas Pertanian Unhas. Cara intervensi teknologi dengan pemanasan ohmic Intervensi teknologi berupa fermentasi (proses basah) berbantuan pemanasan ohmic merupakan teknologi yang mampu mengontrol suhu. Teknologi yang efisien dalam penggunaan waktu ini bertujuan mendapatkan kopi dengan karakteristik rasa dan aroma kopi sesuai potensinya. Tetapi jika dilakukan dengan kurang tepat, dapat merusak cita rasa. Dalam penelitian, parameter pengolahan yang dipelajari meliputi lamanya waktu fermentasi, kadar oksigen, dan peningkatan konsentrasi karbon dioksida, serta jenis ragi dan bakteri yang terlibat
“
Kami ingin kembangkan teknologi yang dapat mempertahankan suhu pada level yang diinginkan.”
atau digunakan dalam proses fermentasi. Ada beberapa intervensi yang dilakukan oleh Salengke dalam penelitian ini. Misalnya, mengatur suhu, lama fermentasi, penggunaan mikroba atau tanpa mikroba. Tujuannya untuk mengetahui pada suhu berapakah mikroba bekerja secara optimal dalam proses fermentasi. “Dari sini, kami ingin kembangkan teknologi yang bisa mempertahankan suhu pada level yang diinginkan,” terangnya. Sebelum melakukan proses fermentasi, Salengke bersama timnya mempersiapkan alat yang terdiri dari tabung dan pipa pvc. Tabung tersebut dirangkaikan dengan pipa pvc ukuran 12 inci dengan diameter 25 sentimeter dan panjang satu meter serta tinggi 20 sentimeter. Saat alat sudah dirangkaikan, langkah selanjutnya yaitu mempersiapkan bahan utama yaitu biji kopi. Proses fermentasi ini dilakukan dengan memasukkan biji kopi ke dalam tabung. Menariknya, cara ini memungkinkan biji kopinya tidak lagi dikupas saat proses fermentasi. Bagian paling krusial yaitu menambahkan tiga jenis mikroba, yakni ragi dan bakteri, bakteri penghasil asam laktat, dan bakteri penghasil asam sitrat. Secara alamiah, sudah banyak bakteri dan
No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
13
Riset
ragi pada permukaan biji kopi. Saat kulitnya dikupas, mikroba tersebut akan berinteraksi dengan biji kopi sehingga terjadi fermentasi. Kendati begitu, bakteri tersebut tidak bisa dikontrol. Dampaknya, kemungkinan terbentuk rasa yang berbeda. “Nah, karena itu kami lakukan intervensi dengan pemberian mikroba untuk mengetahui mikroba apa yang cocok untuk mengoptimalkan rasa kopi,” tambah Salengke. Cikal bakal meneliti teknologi ini sudah dimulai sejak 1993 dan terus dikembangkan. Terhitung selama lima tahun terakhir, sekitar 50 atau 60 kopi yang dikirim ke Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember untuk analisis cita rasanya. Secara konsisten dapat menghasilkan biji kopi dengan kualitas tinggi yang ditunjukkan dengan skor akhir cupping dan dapat digunakan di tingkat kelompok tani. “Penerapan teknologi berbasis pemanasan ohmic untuk fermentasi kopi dapat secara signifikan meningkatkan kualitas rasa biji kopi,” kata Salengke. Menjaga ekosistem komoditas kopi Lebih lanjut, Dekan Fakultas Pertanian ini menjelaskan, teknologi ini belum diberikan kepada masyarakat u n t u k
digunakan sendiri karena tidak adanya aturan dari Unhas yang mengatur tentang lisensinya. Namun, jika digunakan oleh masyarakat teknologi ini sangat ekonomis. Misalnya saja pada skala kelompok yang terdiri 25 orang yang memiliki satu hektar per petani berarti ada 25 hektar. Jika siklus panennya diatur dengan baik, setiap hari akan memanen sekitar 100 kilo/kelompok tani. “100 kilo hanya butuh dua tabung dengan biaya konstruksi dua tabung sekitar sepuluh ribu paling mahal dan bisa digunakan bertahun-tahun,” ungkap Salengke. Penggunaan metode ini akan meningkatkan kualitas kopi. Peningkatan kualitas berbanding lurus dengan nilai jual kopi. Kopi dari Indonesia sendiri hanya dibeli sekitar dua puluh hingga empat puluh dollar perkilonya. Jika dirupiahkan, tidak lebih dari enam ratus ribu rupiah. Sedangkan, untuk sekilo kopi di pasar internasional dapat dibeli hingga 2 ribu dolar. Jika kualitas kopi dari Indonesia bisa lebih baik, bukan tidak mungkin harga jualnya pun akan meningkat. Dengan demikian, ekosistem antara penikmat kopi, kafe, pedagang, serta petani sektor kopi terus terjaga. “Selain itu, butuhnya hilirisasi yang juga perlu dilakukan Unhas terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Unhas banyak inovasi dikembangkan tapi hilirisasi kelihatan sangat lambat, sehingga butuh pemikiran yang lebih seksama,” pungkas Salengke. Winona Vanessa HN
14
identitas Unhas
Sulawesi Selatan (Sulsel) merupakan salah satu produsen kopi terbesar yang menyumbang 12,5 persen dari produksi Nasional. Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Sulsel, tingginya produksi ini didukung luas perkebunan kopi yang mencapai 690.283 hektar. Foto: Oktafialni Rumengan
Proses fermentasi biji kopi dalam tabung khusus. Fermentasi dilakukan dengan menambahkan ragi serta bakteri penghasil asam. Proses ini mampu mengontrol bakteri agar dapat memaksimalkan cita rasa kopi.
No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
15
Riset
VIDEO ANIMASI MOTIVASI SISWA TUNARUNGU CEGAH OBESITAS
“
Cara mudah mengenali anak yang menderita obesitas dapat dilihat melalui ciri-ciri di antaranya wajah bulat, pipi tembem, bahu rangkap, perut buncit, serta leher yang relatif pendek.”
D
i Indonesia, terkait pemenuhan dan permasalahn gizi tidak hanya menyangkut mengenai kekurangan gizi kronik, namun juga dalam hal ini kelebihan gizi (obesitas). World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 menyebutkan tingkat obesitas anak dan remaja di dunia meningkat menjadi hampir 6 persen pada anak perempuan sebanyak 50 juta dan hampir 8 persen pada anak laki-laki sebanyak 74 juta. Selain itu, berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018, sekitar 18–19 persen anak berusia 5-12 tahun di Indonesia memiliki berat badan berlebih dan 11 persen anak di usia tersebut menderita obesitas.
16
identitas Unhas
Obesitas terjadi ketika lemak yang menumpuk di dalam tubuh sangat banyak akibat kalori masuk lebih banyak dibandingkan yang dibakar. Penumpukan lemak ini terjadi akibat ketidakseimbangan asupan energi yang digunakan dalam waktu yang lama. Penyakit jantung, stroke, diabetes, dan beberapa jenis kanker termasuk penyakit yang penyebab utamanya adalah obesitas. Cara mudah mengenali anak yang menderita obesitas dapat dilihat melalui ciri-ciri di antaranya wajah bulat, pipi tembem, bahu rangkap, perut buncit, serta leher yang relatif pendek. Khusus pada anak laki-laki, dadanya membusung dan payudara sedikit membesar. Sedangkan, pada anak perempuan biasanya
Foto: Zidan Patrio Ilustrasi foto pelatihan bahasa isyarat.
ditandai dengan datangnya pubertas lebih awal yakni kurang dari 9 tahun. Menurut data yang diperoleh dari Centers for Disease Control (CDC), menunjukkan bahwa sebanyak 20 persen penyandang disabilitas berusia 10 hingga 17 tahun termasuk tunarungu menderita obesitas. Menanggapi hal tersebut, upaya preventif dalam hal edukasi kesehatan dan modifikasi perubahan perilaku telah banyak dilakukan, tapi terbatas pada masyarakat umum dan masih sangat kurang pada penyandang disabilitas. Menanggapi hal ini, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas, Nasrah SKM M Kes melakukan penelitian yang dimuat dalam jurnal berjudul “Modifikasi Perilaku
Pencegahan Obesitas Pada Anak Penyandang Tunarungu Di Kota Makassar”. “Saya adalah seorang relawan bagi penyandang tunarungu, saya melihat bahwa penyandang tunarungu sangat kesulitan dalam mendapatkan informasi-informasi, terutama informasi kesehatan,” ungkapnya dalam wawancaranya bersama identitas Unhas, Minggu (22/05). Fokus penelitiannya mengarah pada pencegahan obesitas. Penelitian ini digarap selama masa pandemi, di mana terjadi pembatasan aktivitas yang memaksa semua orang untuk mengurangi kegiatan di luar ruangan, termasuk mereka penyandang Tunarungu. “Mereka kurang dalam beraktivitas
No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
17
fisik dan memiliki kecenderungan mengalami obesitas,” tambahnya. Nasrah kemudian melakukan penelitian di beberapa sekolah khusus tunarungu di Kota Makassar. Terdapat tiga sekolah khusus, tetapi hanya Sekolah Luar Biasa- B (tunarungu) Yayasan Pembinaan Anak Cacat (SLB-B YPAC) Makassar yang dipilih sebagai lokasi untuk melakukan intervensi. Alasannya karena memiliki jumlah murid terbanyak, yaitu 58 siswa. Sekelompok siswa inilah yang diberikan edukasi melalui video. Kemudian menjadikan SLB-B Yayasan Pembina Pendidikan Luar Biasa (YPPLB) Makassar sebagai kelompok kontrol, di mana kelompok ini diberikan edukasi melalui leaflet, semacam
18
identitas Unhas
poster dalam bentuk gambar terkait pencegahan obesitas. Media video tersebut dipilih karena dapat digunakan untuk merangsang motorik anak penyandang tunarungu. “seperti yang kita tahu bahwa informasi ini kita tujukan kepada penyandang tuna rungu, di mana mereka memiliki keterbatasan dalam memahami informasi. Adapun alasan mengapa tidak menggunakan media lainnya seperti buku karena kebanyakan dari mereka itu belum bisa baca tulis,” ungkapnya. Media edukasi video efektif sebagai metode edukasi karena tunarungu cenderung lebih suka diam, menutup diri, dan malas untuk bergerak, serta cenderung pasif. Adapun penayangan
Vidio edukasi dapat diakses melalui kode bar di atas.
videonya dilakukan satu kali pada kelompok intervensi. “Videonya berbentuk animasi, kita memilih animasi karena anak-anak pada umumnya menyukai animasi, sehingga mereka akan tertarik dan merasa bahwa itu adalah suatu hiburan, “ tambah Nasrah. Lalu, dalam animasi tersebut menyertakan Bahasa isyarat, dimana yang menjadi penerjemah Bahasa isyarat adalah guru mereka sendiri yang sudah terlatih dan fasih. Isi kontennya membahas informasi terkait pencegahan obesitas dimana ini juga menggunakan rujukan pedoman dari Kementerian Kesehatan RI. Penelitian yang berlangsung kurang lebih lima bulan ini menggunakan pendekatan kontrol dan intervensi dengan melibatkan masing-masing 30 siswa sebagai sampel penelitian. Metodologi yang digunakan adalah time series. Metode ini bertujuan untuk menguji beberapa kali informasi yang telah disampaikan, untuk melihat seberapa lama informasi tersebut bertahan. Selama menggarap penelitian ini, Nasrah bersama timnya terkendala pada susahnya akses untuk bertemu secara tatap muka karena masih kondisi pandemi. Hal ini membuatnya beberapa kali harus menunggu momen di mana mereka datang ke sekolah. Ia pun menambahkan terkait pendanaan kegiatan, “Dana yang habis kira-kira ada 18 juta, untuk proses dari persiapan hingga selesai penelitian dan semuanya merupakan dana penelitian internal Unhas,” tambahnya. Setelah dilakukan penelitian, didapatkan hasil bahwa kelompok intervensi menunjukkan tidak ada perubahan terhadap pengetahuan tentang obesitas, tetapi ada perubahan pada niat untuk hidup lebih sehat dan tindakan mencegah obesitas. Sedangkan pada kelompok kontrol, terdapat perubahan terhadap pengetahuan tentang obesitas dan tindakan mencegahnya, tapi tidak ada pada perubahan niat untuk penerapannya. “Dari uji statistik menunjukkan bahwa ada perubahan antara niat. Perubahan dan tindakan pada kedua kelompok sebelum dan setelah diberikan video,” jelasnya. Penelitian yang dilakukan Nasrah bisa diterapkan ke SLB atau sekolah formal lainnya, “Apabila sasaran itu memiliki karakter yang sama dengan objek penelitian, datanya bisa diterapkan. Perlu kita ketahui bahwa videonya itu bukan memakai bahasa lokal tetapi Bahasa Indonesia, sehingga bisa diterapkan di berbagai daerah baik untuk sekolah biasa ataupun penyandang disabilitas,” ungkapnya. Ia berharap, informasi mengenai kesehatan tidak terbatas pada masyarakat umum saja, tetapi edukasi kesehatan utamanya pada penyandang disabilitas juga bisa lebih diperhatikan. Nurul Hikma
No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
19
Riset
“ S
Nenek moyangku seorang pelaut, gemar mengarungi luas samudra.”
epotong lirik lagu ciptaan Ibu Sud tersebut merupakan bentuk representasi bangsa Indonesia sebagai pelaut ulung. Bahkan dalam kebudayaan suku Bugis Makassar, sebagai pelaut ulung, mereka memiliki kapal ikonik bernama pinisi yang sudah ada sebelum tahun 1500-an. Kendati sudah sejak lama menggunakan perahu, tapi perkembangan teknologi kapal belum banyak mengalami kemajuan. Dalam kebudayaan masyarakat pesisir di Indonesia, sebagian besar menggunakan kayu sebagai bahan utama pembuatan kapal. Sedangkan dalam penelitian pada 2021 yang dilakukan Subandi dan temannya, menyebut
20
identitas Unhas
bahan kayu pembuatan kapal semakin berkurang dan sulit didapatkan. Bahkan dalam waktu jangka panjang, penebangan kayu untuk pembuatan kapal dapat merusak kelestarian lingkungan. Sehingga diperlukan alternatif lain yang digunakan untuk pembuatan kapal. Situasi tersebut dilihat oleh Lukman Bochary sebagai sebuah masalah. Dosen Teknik Perkapalan Unhas ini akhirnya melakukan sebuah penelitian. Di tahun 2012 lalu, ia menggunakan material baja sebagai alternatif konstruksi gading pada kapal kayu. Ia melakukan percobaan tersebut pada kapal kayu milik nelayan Takalar pada 2019. Penelitian tersebut kemudian dikembangkan di tahun 2021
Baja Sebagai
Alternatif Pengganti KAYU PADA Kapal
Foto: Oktafialni Rumengan
dengan mengujicobakan material baja pada konstruksi lunas kayu. Hasilnya, material baja lebih mudah didapatkan, lebih murah, dan tentunya lebih kuat dibanding kayu. Struktur rangka dari kapal yang menguatkan bagian lambung kapal dan membentuk badan kapal ialah gading. Gading ini menghubungkan kulit kapal satu dengan yang lainnya. Kemudian, komponen konstruksi kapal yang terletak pada bagian bawah disebut lunas. Peran lunas dalam mendukung kekuatan kapal sangat besar karena beban yang terjadi pada kapal bermuara pada konstruksi lunas. Baja pengganti kayu Kayu yang digunakan pada gading ialah kayu jati yang telah melengkung secara alami. Bentuk lengkungan ini dapat memperkuat kekuatan kapal. Sedangkan lunas ialah kayu ulin yang berasal dari Pulau Kalimantan. Namun, kayu-kayu tersebut relatif sulit
didapatkan sesuai bentuk dan karakteristik yang digunakan. Kesulitan memperoleh jenis kayu ulin membuat pengrajin kapal juga mengambil kayu dari tempat lain. Seperti Kendari dan Papua yang memiliki biaya pengiriman lebih mahal. Hal ini berarti penggunaan kayu selalu diperlukan. “Jumlah gading yang digunakan dalam satu kapal mencapai 40% sehingga penggunaan baja dapat mendukung pembangunan kapal kayu secara berkelanjutan,” ungkap Lukman. Baja yang digunakan ialah jenis Marine Plate yang khusus digunakan di laut dan memiliki sifat yang sama atau mendekati sifat kayu. Jenis kapal yang diproduksi adalah kapal penangkap ikan dengan ukuran 10, 15, dan 20 Gross Tonnage (GT). Panjang ukuran ini setara dengan 12-22 meter. “Durasi waktu penggunaan kapal dengan material antara kayu dan baja diperkirakan
No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
21
Dua orang nelayan tengah berlabuh meninggalkan Dermaga Paotere Makassar diiringi dengan mentari yang perlahan meninggi (28/5). Tampak tumpukan kardus tak berisi di tengah kapal pertanda hasil tangkapan mereka habis terbeli oleh masyarakat. Foto: Muhammad Mukram
Paotere, sebuah pelabuhan kecil yang di dalamnya terdapat pelelangan ikan. tempat di mana para nelayan menjual hasil tangkapan mereka di malam hari, mulai dari terbitnya fajar hingga terbenam, lokasi ramai akan pembeli. Foto: Ilham Anwar
Pembuatan kapal secara konvensional oleh masyarakat di Pesisir Desa Sampulungan, Takalar.
Foto: Oktafialni Rumengan
Lukman Bochary menunjukkan purwarupa hasil riset baja sebagai pengganti gading kapal kayu (23/5).
Foto: Ahmad Akbar M.
sama. Hanya saja, penggunaan baja memerlukan pemeliharaan yang lebih, seperti mengganti cat anti karat setiap setahun sekali,” jelas Lukman. Biarpun begitu, jika terjadi kerusakan pada kapal penggunaan material kayu akan sulit untuk diperbaiki. Sebagian besar dibuang karena kerusakan yang parah. Pada titik ini, penggunaan material baja lebih menguntungkan karena dapat diperbaiki sehingga terkesan lebih ramah lingkungan. Hasil penelitian gading baja sebagai pengganti gading kayu telah disosialisasikan kepada beberapa pengrajin kapal kayu di Sulawesi Selatan. Pada 2019, Lukman memberikan pelatihan kepada masyarakat Kabupaten Takalar terkait penggunaan baja sebagai pengganti kayu pada gading kapal kayu. Sayangnya, berdasarkan hasil prosiding lain yang terindeks Scopus pada 2019, Lukman menyebut saat ini biaya konstruksi baja masih relatif lebih mahal 3% dibanding menggunakan kayu. “Namun saya yakin lama kelamaan kayu akan lebih mahal karena semakin sulit kayu didapatkan,” jelas pria kelahiran 1956. Baja dukung pelestarian hutan kayu Pada 2021 lalu, Jaringan Pemantau Independen Kehutanan (JPIK) mencatat 15 kasus penebangan hutan yang mencakup ribuan meter kubik kayu ditebang secara ilegal dari berbagai hutan di seluruh Indonesia.
Kebanyakan kayu itu berasal dari hutan lindung, suaka marga satwa, serta taman nasional yang dilindungi oleh UndangUndang. Kesulitan memperoleh bahan kayu untuk konstruksi kapal mengancam keberlanjutan proses pembangunan kapal kayu. Jika hal ini terus terjadi, maka dikhawatirkan suatu saat kapal kayu tidak dapat lagi diproduksi di Indonesia. Penggunaan material kayu tidak hanya pada pembuatan kapal. Kertas, tisu, hingga furnitur bangunan juga menggunakan material kayu. Banyaknya pohon yang ditebang hanya untuk mencari profil kayu yang sesuai dapat mengancam ekosistem kayu. Demi mendukung keberlanjutan proses pembangunan kapal kayu di Indonesia, maka dilakukan usaha untuk mencari material alternatif. Pengganti material kayu pada konstruksi kapal kayu yakni baja. Material alternatif berupa baja yang diujicobakan oleh Lukman setidaknya mampu menekan penggunaan kayu yang berlebihan pada pembuatan kapal. Kendati masih dalam skala yang kecil tapi apa yang dilakukan Lukman bisa dilihat sebagai sebuah gerakan kecil upaya pelestarian hutan. Coba bayangkan jika di sektor lain yang menggunakan material kayu dalam jumlah besar mampu menemukan alternatif bahan pengganti kayu seperti yang Lukman lakukan. Nur Ainun Afiah No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
23
Riset
MASALAH HUKUM DAN DAMPAK PILKADA TERHADAP KESEJAHTERAAAN MASYARAKAT Penulis: Andi Pangerang Moenta
M
emperhatikan judul tulisan ini, terdapat dua hal yang berbeda yaitu bagaimana masalah hukum yang muncul dalam pelaksanaan pilkada dan bagaimana keterkaitan antara dampak pilkada terhadap kesejahteraan masyarakat. Melakukan identifikasi terhadap masalah hukum yang muncul dalam pelaksanaan pilkada langsung dan serentak memang tidak luput dari berbagai masalah hukum. Begitu pula dengan bagaimana dampak pilkada terhadap kesejahteraan masyarakat. Proses pemilihan kepala daerah yang
24
identitas Unhas
semula dipilih oleh DPRD di era Orde Baru, kemudian dipilih langsung oleh rakyat di era Reformasi. Perubahan kemudian dilakukan lagi dengan pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara langsung dan serentak. Dengan pilkada langsung dan serentak ini, diharapkan terpilihnya pemimpin daerah yang sah dan mampu meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Dibutuhkan pula peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat dalam berbagai segi kehidupan. Menurut data yang diperoleh dari databoks.katadata.co.id, Pilkada langsung 2018 diselenggarakan di
171 daerah, yang terdiri atas 17 provinsi, 39 kota dan 115 kabupaten. Setidaknya 71 dari 171 daerah penyelenggara Pilkada berakhir dengan sengketa di Mahkamah Konstitusi (MK). Angka tersebut mencapai 41% dari total daerah penyelenggara. Kendati demikian, hanya 6 kasus yang memenuhi syarat berdasarkan Pasal 158 PKPU dengan maksimal 2% selisih suara. Seiring perkembangannya, bertambah 5 kasus lagi sehingga menjadi 11 kasus. Ke-5 kasus tersebut sebenarnya tidak memenuhi syarat, namun karena MK mengedepankan keadilan substantif (bukan keadilan prosedural) sehingga 5 kasus tersebut ikut diperiksa dan diselesaikan oleh MK. Pelaksanaan pilkada langsung dan serentak sudah berlangsung beberapa kali di beberapa daerah. Adapun dasar hukum pelaksanaan pilkada langsung dan serentak tersebut adalah berdasarkan UU No. 1 tahun 2015 sebagai penetapan Peraturan Presiden Pengganti UU (Perpu) No. 1 tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Kepala Daerah. UU No. 1 tahun 2015 disempurnakan lagi dengan UU No. 8 tahun 2015 tentang
Perubahan UU No. 1 tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi UU. Terakhir dikeluarkan UU No. 10 tahun 2016 tentang perubahan kedua UU No. 1 tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota yang kemudian diubah melalui Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang menjadi Undang-Undang. Penulis telah melakukan penelitian yang dilaksanakan di lima tempat yaitu Jakarta, Provinsi Sulawesi Selatan, Kota Makassar, Kabupaten Pinrang, dan Kabupaten Bantaeng. Data yang diperoleh dalam bentuk hasil wawancara dan kuesioner. Jumlah kuesioner yang diedarkan sebanyak 66 eksemplar yang tersebar di tiga daerah, yakni Makassar, Pinrang, dan Bantaeng. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari tahu harapan dan pandangan masyarakat mengenai pelaksanaan pilkada serentak.
Pertanyaan yang mungkin perlu dijawab adalah mengapa politik uang sering mengemuka dalam setiap pemilihan (baik pilkada maupun pemilu)
?
No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
25
Masalah hukum dalam pilkada Penyelenggaraan pilkada masih belum berjalan baik hingga kini. Setidaknya dalam penelitian ini ditemukan banyak permasalahan hukum selama proses pilkada, mulai dari adanya keterlibatan Aparat Sipil Negara (ASN) dalam politik praktis, akurasi daftar pemilih kurang cermat, politik uang, kampanye hitam, pilkada biaya tinggi, dan kampanye di luar jadwal. Di antara masalah-masalah tersebut, maka yang paling krusial dapat merusak sistem demokrasi adalah politik uang dan kampanye hitam. Pertanyaan yang mungkin perlu dijawab adalah mengapa politik uang sering mengemuka dalam setiap pemilihan (baik pilkada maupun pemilu)? Sepanjang yang dapat dipantau penulis, politik uang sering terjadi karena adanya mentalitas potong kompas oleh para kontestan. Mereka ingin mendapatkan suara sebanyak mungkin dengan cara instan, menggunakan uang untuk memuluskan citacita. Di lain sisi, politik uang ini juga umumnya disenangi masyarakat karena keterbatasan penghasilan atau ekonomi masyarakat yang belum membaik (miskin). Akibat kemiskinan masyarakat inilah yang menjadi penyebab pokok mengapa rakyat mudah dibeli atau disuap dengan uang. Walaupun masyarakat apalagi pemberi uang sudah tahu bahwa hal itu dilarang oleh peraturan perundang-undangan. Pelaku politik uang biasanya memperhalus tindakannya dengan mengganti uang menjadi barang, bahkan melalui pembangunan infrastruktur seperti membangun jalan, jembatan, ataupun fasilitas umum lainnya kepada masyarakat. Lain halnya jika itu berupa janji kepada masyarakat bahwa jika menang akan memberikan sesuatu atau fasilitas, walaupun yang dijanjikan itu untuk kepentingan umum. Inilah yang biasa disebut dengan janji politik, yang biasanya dipaparkan pada masa kampanye. Bentuknya dapat berupa program kerja yang akan dilaksanakan atau diwujudkan jika menang dalam pilkada. Berbeda dengan politik uang, kampanye hitam dilakukan dengan memberikan serangan 26
identitas Unhas
negatif yang dapat merusak reputasi lawan politik, baik itu fakta maupun kabar bohong. Hal ini dapat memicu berpalingnya simpatisan lawan politik. Kampanye hitam menjadi fenomena yang massif ketika akan dilaksanakan Pilkada bahkan Pemilu sekalipun.
Ilustrasi: Novanda Kezia
Pilkada dan kesejahteraan rakyat Berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui: a) Peningkatan kesejahteraan rakyat b) Pemberdayaan c) Peran serta masyarakat d) Daya saing daerah Dengan demikian, untuk melihat dampak pilkada langsung serentak, khususnya istilah kesejahteraan rakyat, perlu melihat empat parameter tersebut secara empiris dan membahasnya satu persatu. Dari data kuesioner yang dikumpulkan, terdapat mayoritas masyarakat menyatakan bahwa pelayanan pemerintahan sudah baik (66%). Sisanya dikategorikan tidak setuju. Dengan banyaknya masyarakat menyatakan pelayanan sudah baik, maka dapat dikatakan
parameter pelayanan masyarakat sudah tercapai. Dalam hal pemberdayaan masyarakat, sebanyak 73% warga masyarakat menyatakan terjadi pemberdayaan masyarakat selama berlangsungnya pilkada langsung dan serentak. Dari hasil wawancara dengan pihak Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri) dan pemerintah daerah (pemda), juga mengakui adanya pemberdayaan masyarakat selama era pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung dan serentak ini. Untuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah, data menunjukkan bahwa terdapat 73% masyarakat mengakui adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Demikian juga dengan hasil wawancara dengan pemda menunjukkan bahwa memang ada partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah, termasuk
pengawasan dalam pelaksanaan pilkada langsung dan serentak. Pada peningkatan daya saing daerah, data menunjukkan bahwa 77% telah terjadi peningkatan daya saing daerah. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan 1) Masalah-masalah hukum yang menonjol muncul selama berlangsungnya pilkada langsung. Antara lain selain ASN banyak terlibat dalam politik praktis, kurang akuratnya data pemilih, juga politik uang yang merebak di mana-mana. 2) Dampak Pilkada langsung terhadap kesejahteraan rakyat sebagaimana yang diharapkan dalam UU No, 23 tahun 2018 yaitu terwujudkan kesejahteraan rakyat dengan parameter diantaranya adanya peningkatan pelayanan, pemberdayaan, peran serta, dan daya saing daerah, tampaknya secara umum sudah terpenuhi, walaupun belum maksimal dirasakan masyarakat secara luas. No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
27
Riset
Penghematan Cadangan Karbon, Redam Pengaruh Gas Rumah Kaca
E
ksploitasi alam oleh manusia bukanlah sebuah fakta baru. Hal ini berdampak bagi keseimbangan bumi dan makhluk yang hidup di dalamnya. Salah satu yang cukup signifikan yaitu pemanasan global. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) melaporkan peningkatan suhu permukaan bumi terjadi pada kisaran 0,65-1,06 C selama periode 1880-2012. Anomali peningkatan suhu di atas
28
identitas Unhas
satu derajat ini berpotensi memicu gelombang panas bahkan pancaroba. Salah satu penyebabnya yaitu peningkatan efek gas rumah kaca seperti karbon dioksida. Penelusuran 2 Degrees Institute menyebutkan terjadi peningkatan tingkat karbon dioksida secara drastis pasca tahun 1900. Angkanya melebihi 400 ppm dan diperkirakan akan terus melonjak tiap tahunnya. Padahal sebelumnya selalu stabil direntang 170-300 ppm. Jika
Indonesia memiliki hutan karbon seluas 125, 9 Juta Hektar. Jumlah ini mampu menyerap emisi karbon sebesar 25,18 milyar ton.
Sumber Foto: www.freepik.com oleh Wirestock
ini terus terjadi, maka kenaikan suhu rata-rata berpotensi akan membakar permukaan bumi. Meningkatnya gas rumah kaca di atmosfer tidak lepas dari cadangan karbon yang semakin berkurang. Cadangan karbon adalah karbon yang tersimpan sebagai unsur organik dalam makhluk hidup. Jumlah karbon pada tanaman hidup menggambarkan banyaknya gas CO2 yang diserap tanaman saat fotosintesis. Sedangkan
ada juga cadangan karbon yang masih tersimpan dalam bagian tumbuhan yang telah mati atau membusuk di dalam tanah. Jika bagian tanaman yang telah mati ini terbakar akibat kebakaran hutan atau pembakaran lahan, maka karbon yang tersimpan di bagian tanaman akan terlepas kembali ke atmosfer menjadi gas rumah kaca.
No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
29
Variasi penggunaan lahan Burhanuddin Rasyid menyarankan solusi untuk mengatasi permasalahan cadangan karbon. Doktor di Fakultas Pertanian ini mengatakan perlu melakukan variasi penggunaan lahan. Hal tersebut dijelaskan dalam penelitiannya yang berjudul “Estimasi Stok Karbon pada Beberapa Tutupan Lahan: Hutan Sekunder, Agroforestri, Perkebunan Kelapa Sawit dan Sawah”. Rasyid memaparkan bahwa semakin tinggi keragaman populasi tumbuhan, komposisi diameter pohon, umur pohon, dan berat jenis vegetasi maka cadangan karbon semakin banyak. Oleh karena itu, sistem polikultur atau metode penanaman lebih dari satu jenis tanaman bisa menjadi salah satu pilihan solusi. Walaupun begitu, cadangan karbon pasti masih tetap lebih rendah dari hutan. Namun, menurutnya metode tersebut bisa dipertimbangkan. Selain pada tanaman hidup, karbon juga dapat dijumpai pada serasah hingga tanah. Setiap komponen ekosistem termasuk tanaman dan tanah memiliki jumlah cadangan karbon berbeda. Berkurangnya cadangan karbon di alam diakibatkan alih fungsi lahan yang tidak bertanggung jawab. Ini adalah salah satu alasan Burhanuddin meneliti tentang perbedaan jumlah cadangan karbon berbagai tutupan lahan. Pria 58 tahun itu memilih Kabupaten Luwu Timur sebagai lokasi pengambilan sampel karena aktivitas alih fungsi lahan yang masif. Banyak hutan yang dialihfungsikan menjadi lahan pertanian kelapa sawit dan persawahan. Lulusan Iwate University ini menghitung lalu membandingkan cadangan karbon
30
identitas Unhas
pada hutan sekunder, agroforestri, lahan kelapa sawit dan sawah. Pendugaan cadangan karbon dilakukan dengan menghitung massa senyawa organik tanaman hidup (biomassa) dan yang telah mati (nekromassa). Massa senyawa organik tanah dan serasah juga menjadi parameter yang diteliti. Total semua senyawa tersebut merupakan hasil estimasi akhir dari simpanan karbon suatu tutupan lahan. Berdasarkan penelitian Burhanuddin, sawah menyimpan cadangan karbon dalam jumlah cukup kecil, yaitu 70.50 ton per hektar. Berbanding terbalik dengan hutan sekunder yang mampu menyimpan karbon hingga 265.86 ton per hektar. Tingginya jumlah cadangan karbon hutan membuktikan bahwa kenaikan suhu rata-rata tidak lepas dari eksploitasi yang tidak bertanggung jawab. Dari hutan ke lahan pertanian Alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian secara semena-mena tidak dianjurkan. Anisa Nurpita (2017) dalam jurnalnya mengungkapkan segudang dampak buruk dari pemanfaatan lahan yang tidak bijak. Celakanya, terkadang pengalihan itu harus dilakukan mengingat jumlah penduduk yang membutuhkan sumber pangan semakin meningkat setiap tahun. Hal ini memaksa petani membuka lahan lebih banyak untuk memenuhi permintaan tersebut. Badan Pertanahan Nasional (BPN) mencatat alih fungsi lahan pertanian dari tahun 1990 mencapai sekitar 30.000 hektar per tahun. Angka tersebut terus meningkat pada 2019 yang mencapai 150.000 hektar.
Semakin banyak hutan diubah menjadi lahan pertanian merupakan ‘pintu kemalangan’ menuju bumi yang kian panas. Proses penyerapan karbon dioksida yang terus berkurang menjadi pangkal masalah. Untuk meminimalisir dampak negatif, Burhanuddin menegaskan bahwa regulasi pengalihan lahan harus melewati perhitungan dan pertimbangan yang matang. Tentunya dengan memperhatikan seberapa besar urgensi pengalihan lahan tersebut. “Kolaborasi pemerintah, masyarakat dan akademisi diperlukan sebagai langkah antisipasi perubahan kestabilan ekosistem serta keberlanjutan kualitas lahan di Indonesia,” ungkap Burhanuddin.
Burhanuddin juga menegaskan, dalam pengalihan fungsi, evaluasi kesesuaian lahan dibutuhkan. Monitoring kualitas lahan juga perlu sebelum pengambilan kebijakan. Evaluasi dan monitoring dapat meminimalisir kecenderungan terjadinya bencana. Selain itu, kedisiplinan dan kesadaran manusia dalam menggunakan lahan tidak kalah berpengaruh. Penelitian Dosen Ilmu Tanah ini dapat menjadi acuan dalam pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang baik. Selain itu, dapat menjadi sumber informasi dan bahan pertimbangan dalam pemanfaatan dan pengelolaan tutupan lahan. “Semoga dapat menambah pemahaman tentang potensi cadangan karbon pada berbagai tutupan lahan. Ini juga bisa jadi bahan penilaian serta dasar perhitungan bagi masyarakat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan karbon di masa depan,” pungkasnya. Anisa Luthfia Basri
Ilustrasi: Rizka Ramli
No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
31
Fakultas bekas gedung i d s ki u rl te , n a alam. ya Vitruvian M ubungan manusia dengan n a ry ka m la a h inci d gisyaratkan Leonardo da V kisan ini men u L . a re n la a Teknik Tam
Gedung Teknik dari luar, terlihat sampah berserakan dan rumput-rumput liar.
Bongkahan kapal atribut kegiatan Pesiar 2009.
F O T O : A H M A D A K B A R D A N I L H A M A N WA R
TapakTeknik DI TA M AL AN RE A
Ruangan Laboratorium yang masih terpampang jelas perintah “utamakan keselamatan kerja
Sepuluh tahun berlalu sejak Fakultas Teknik meninggalkan Kampus Unhas Tamalanrea. Serpihan puing-puing dan sarang laba-laba bertebaran di mana-mana, menutupi gedung yang masih berdiri kokoh tersebut. Sampah berserakan dan lumut yang menempel di dindingnya menambah angker suasana. Berikut potret peninggalan yang terekam dalam lensa identitas.
L I P U TA N K H U S U S
Prahara Institut Teknologi Hasanuddin Niat meningkatkan SDM di Pulau Sulawesi, menuai badai.
K
abar burung mengendap-endap dari meja makan pesohor di Jakarta. Pertemuan pada Februari 2022 lalu itu, ramai diperbincangkan hingga kian menimbulkan pertanyaan. Gelombang protes pun mengemuka agar pembahasan kajian Institut Hasanuddin atau Makassar, atau Gowa, apapun namanya nanti institut ini direncanakan menjadi pusat teknologi di Kawasan Indonesia Timur (KTI), agar dibuka ke publik khususnya ke sivitas akademika Unhas. Wacana Fakultas Teknik Unhas yang akan berdiri menjadi institut teknologi muncul kembali ke permukaan di akhir periode Dwia Aries Tina Pulubuhu menjabat Rektor Unhas. Geliat pengembangan Fakultas Teknik (FT) Unhas menjadi institut bukan hal baru. Berdasarkan terbitan identitas edisi Maret 2004, FT Unhas rencananya akan direlokasi ke lahan bekas pabrik kertas di Kabupaten Gowa. Pemindahan ini akibat dari beberapa faktor, seperti jumlah kapasitas ruang kelas yang kian terbatas, dan seringnya terjadi tawuran yang melibatkan FT Unhas. Dekan Fakultas Teknik periode 2002-2010 Prof Muhammad Saleh Pallu menjadi salah satu inisiator dalam pemekaran FT Unhas. Ketika ditemui di Ruang Rektor Universitas Bosowa (11/04), Saleh Pallu mengatakan pemekaran ini telah ada sejak masa jabatannya sebagai dekan. “Tahun 2003, Jusuf Kalla (JK) menginginkan atau memberi jalan tengah untuk mahasiswa teknik yang sering berkelahi di kampus. Saya siap pindahkan tapi dengan catatan kalau
34
identitas Unhas
pindah harus menjadi institut,” jelas Saleh Pallu. Sejak 2004 hingga hari ini, pemekaran FT Unhas menjadi institut tetap menjadi wacana saja. Menurut terbitan identitas edisi April 2004, Untuk menjadikan FT sebagai institut, Unhas sendiri belum berfikir ke arah sana, tetapi antusias akan adanya institut teknologi di KTI menjadi harapan. Rektor Unhas 1997-2006 Prof Radi A Gany juga menyetujui dan menerima terobosan pemindahan Fakultas Teknik, bila nanti FT memang tidak lagi dalam naungan Universitas Hasanuddin. “Apapun namanya, yang pasti universitas menginginkan pemekaran FT bukan hanya berbentuk institut, tapi University of Technology satu-satunya di Kawasan Indonesia Timur (KTI). Namun Rady menekankan rencana ini masuk dalam tahap jangka panjang,” dikutip dari Laporan Utama identitas Unhas edisi awal April 2004. Gedung FT di Tamalanrea mulai sepi dari aktivitas perkuliahan. Sivitas akademika FT Unhas mulai menggunakan fasilitas di kampus Bontomarannu Gowa sejak 2012 silam, kurang dari sejam perjalanan dari Tamalanrea. Pemekaran fakultas yang berdiri sejak 1960 ini menjadi institut teknologi kemudian kembali mencuat setelah terbitnya Surat Keputusan Pendirian Institut Teknologi Hasanuddin (ITH) Nomor: 25482/UN4/KP.45/2014, dan kemudian menyusul surat keputusan tentang pengangkatan panitia persiapan pendirian ITH, maka diperlukan mengangkat Tim Implementasi pada Februari 2020. Tim Implementasi Pendirian ITH terdiri
L I P U TA N K H U S U S
atas pengarah Prof Muhammad Arsyad Thaha, Prof Baharuddin, Dr Muhammad Rusman, dan Mukti Ali PhD, Ketua Prof Saleh Pallu, Sekretaris Dr Ilham Bakri, anggota seperti Dr Muhammad Isran Ramli, Dr Abdul Rachman Rasyid, Dr Syamsul Asri, Dr Fauzy Arifin, Dr Suandar Baso, Rahimuddin PhD, Dr Purwanto, Dr Chairul Paotonan. Lebih lanjut, Saleh Pallu menjelaskan beberapa pihak dalam internal Unhas masih mengkhawatirkan akan adanya penurunan peringkat apabila fakultas nomor keempat Unhas ini memisahkan diri. Namun, dia menyanggah dan mengatakan FT Unhas memberikan kontribusi yang besar, tetapi juga menyerahkan beban yang besar untuk Unhas “Malahan kalau FT keluar dari Unhas, maka kampus merah akan semakin berkembang karena beban yang paling berat sudah keluar,” tegasnya. Khawatiran lain juga telah disampaikan oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir kala menghadiri peresmian JK Center di Kampus Gowa, pada 2015 lalu. Keinginan melepaskan FT berdiri sebagai institut teknologi adalah kemunduran. Sebagai PTN-BH, Unhas diharapkan lebih mandiri dan dapat mengembangkan kampus lebih baik. Selain itu, belum adanya institut di KTI juga menjadi semangat agar keberadaan institut teknologi dapat dihadirkan di Sulawesi. Geliat mendirikan institut di luar Pulau Jawa telah berkembang pada tahun 2010-an. Terbukti dari Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sepanjang 2009 hingga 2014 telah mendirikan 36 PTN baru. Pemerintah mendorong peningkatan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) serta pemerataan pendidikan tinggi bidang teknologi di luar Pulau Jawa, maka perlu mendirikan PTN teknologi di wilayah tersebut. Dengan kebutuhan SDM di bidang
Infografis: Nurul Hikma
keteknikan yang sangat diperlukan. Dua institut teknologi baru berhasil didirikan sebagai jawaban ketertinggalan SDM, yakni Institut Teknologi Sumatera (2014) dan Institut Teknologi Kalimantan (2014). Sebelumnya telah ada Institut Teknologi Bandung dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Hal ini juga berlaku di Pulau Sulawesi. Senada dengan itu, Dekan Fakultas Teknik Unhas Periode 2018 -2022 Prof Muhammad Arsyad Thaha menyampaikan sebab utama pentingnya pendirian institut teknologi lantaran akselerasi pembangunan di kawasan timur masih terbelakang dari kawasan barat Indonesia. “Ketimpangan terjadi salah satunya disebabkan kurangnya investor melakukan investasi di kawasan timur Indonesia. Penanaman modal sulit lantaran terkendala bidang teknologi, interkoneksi antar pulau, sumber daya manusia teknik yang belum mencukupi,” ucap dosen teknik ini, Rabu (27/4). Ditambah lagi adanya jargon Indonesia Emas 2045 juga telah menjadikan fakultas teknik sebagai pilihan untuk dikembangkan sebagai institut teknologi. “Kita mengarah pada Indonesia Emas 2045, sisa 23 tahun dari sekarang, tidak mungkin kita dapat berkontribusi jika mendirikan perguruan tinggi baru,” tutupnya saat ditemui di pelataran Baruga AP Pettarani.
No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
35
L I P U TA N K H U S U S
Mimpi Fakultas, Bukan Universitas Studi kelayakan pemekaran fakultas teknik menjadi institut mestinya melibatkan setiap pemangku kepentingan di dalam kampus.
D
alam pendirian Perguruan Tinggi Negeri (PTN) telah diatur syaratsyarat yang harus dipenuhi seperti memiliki studi kelayakan, rancangan statuta, rancangan program akademik, rencana strategis. Hal ini sudah ditetapkan di Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 17 tahun 2014. Di dalam internal kampus sendiri, proses pemisahan atau pendirian mesti melewati Senat Akademik (SA) Unhas dan Majelis Wali Amanat (MWA) kemudian dikeluarkan surat rekomendasi. Namun setelah pertemuan Rektor Unhas Periode 2018-2022, Prof Dwia Tina Aries Pulubuhu, Jusuf Kalla, Mendikbud Ristek, Nadiem Makarim serta Wakil Rektor Bidang Pembangunan dan Perencanaan Prof Sumbangan Baja, pada Februari 2022, menunjukkan adanya titik terang akan pendirian institut teknologi dari pemisahan Fakultas Teknik Unhas. Sebelum pertemuan dengan Nadiem dan Jusuf Kalla di Jakarta, belum pernah dilakukan presentasi atau penyerahan proposal ke SA dan MWA. Padahal jika melihat Statuta Unhas Pasal 31, Senat Akademik menjalankan fungsi penetapan kebijakan, pemberian pertimbangan dan pengawasan di bidang akademik. Sekretaris Komisi III SA, Prof Ambo Ako, mengatakan SA berperan untuk memberikan persetujuan. Lebih lanjut, Dosen Fakultas Peternakan ini mengatakan ketika ingin membuka program studi baru, dokumennya terlebih dahulu dibahas di SA. Apabila disetujui, barulah rektor dapat mengajukan ke MWA. Jika proposal telah diterima oleh MWA, maka dapat dikirim
36
identitas Unhas
ke Dikti untuk dibuka sebuah prodi. “Saya kira juga terkait pembukaan u n i ve r s i t a s. Jika hanya membuka prodi harus melalui serangkaian proses itu, terlebih ketika mendirikan perguruan tinggi yang kasusnya lebih besar,” ucapnya, Selasa (31/5). Selama terlibat sebagai Senat Akademik, Ambo Ako sendiri belum tahu terkait proposal pelepasan fakultas yang berdiri sejak 1960 ini. Dia mengatakan apabila proposal itu telah masuk ke SA, maka bagian administrasi yang paling mengetahui, akan tetapi proposal tersebut belum pernah dirapatkan oleh Senat Akademik. “Jika telah dirapatkan pasti saya terlibat,” jelas Guru Besar bidang Tatalaksana Ladang Ternak itu. Saat dikonfirmasi, Dwia menentang pertemuan bersama Nadiem yang disinyalir membahas penyerahan proposal pelepasan FT Unhas. Dia mengatakan saat itu dirinya menemani JK untuk membicarakan tanah perumahan dosen Unhas. “Tujuan utamanya membahas tanah perumahan dosen, saat itu tidak ada penyerahan
L I P U TA N K H U S U S
proposal,” ujar Dwia, Senin (23/5). Dwia pun tidak mengetahui tentang adanya proposal. Dia menjelaskan proposal itu bisa saja proposal dari fakultas bukan universitas. Sejauh ini langkah terakhir yang pernah dilakukan selama menjabat Rektor Unhas, hanya sebatas mengirim surat untuk meminta pertimbangan MWA. Meskipun dalam pertemuan itu Mendikbud Ristek telah meminta agar Unhas segera memasukkan proposal jika memang ingin menjadikan FT sebagai institut. “Kementerian sudah meminta proposal dan studi kelayakan tapi kita belum kirim karena belum dibahas di MWA,” ucap Guru Besar Departemen Sosiologi itu. Tak hanya itu, Dwia juga mengungkapkan jika yang membuat proposal haruslah tim universitas bukan fakultas. Apabila ini dilakukan oleh fakultas, maka penyerahannya hanyalah sebatas rektor. “Kalau fakultas buat proposal, dia serahkan ke rektor. Tapi ketika proposal itu keluar, harus atas nama universitas,” jelas Rektor Unhas dua periode itu. Saat meminta keterangan dari MWA, Prof Bahruddin Thalib mengatakan pernah diadakan rapat terbatas membahas FT Unhas menjadi institut yang hanya dihadiri oleh segelintir anggota MWA seperti Prof Syamsul Bachri (Fakultas Hukum), Prof Ambo Ala (Fakultas Pertanian). Bahkan Bahruddin mengaku kurang mengetahui kondisi saat itu sehingga rapat diadakan secara dadakan dan terbatas. Memang dalam MWA terdapat tingkatan rapat yakni
rapat terbatas dan pleno. “Kalau melihat konteks pembahasan harusnya diplenokan karena sangat krusial makanya keputusan tidak bisa diwakili,” kata Bahruddin, Jumat (17/6). Lebih lanjut Guru Besar Kedokteran Gigi ini menyatakan FT Unhas untuk menjadi institut bukan persoalan yang sederhana, harus ada keterlibatan semua pihak. Di internal FT perlu melakukan kajian mendalam sebelum masuk ke SA Unhas. Kemudian SA harus membahas lebih detail dan ketat sebelum dibawa ke MWA. Tahapan-tahapan seperti ini penting dilakukan karena akan memisahkan fakultas yang memberikan kontribusi besar. Tidak sederhana, harus ada kajian lebih komprehensif. Setali tiga uang, mewakili Rektor Unhas periode 2022-2026, Direktur Komunikasi Suharman Hamzah PhD, mengatakan memisahkan FT dari Unhas bukan persoalan setuju atau tidak setuju. Unhas harus memiliki kajian lebih dalam dan bagaimana manfaatnya. Suharman menegaskan kembali pernyataan yang kerap diulang Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa M Sc selaku Rektor Unhas, bahwa pelepasan FT Unhas tidak boleh terburu-buru dan harus ada kajian mendalam. Bukan hanya dari pihak FT, tetapi mencakup Unhas secara keseluruhan dan kampus butuh waktu untuk mempelajari itu. Rektor sendiri pun tentunya memperhitungkan. “Banyak pilihan yang bisa ditempuh dari hasil kajian. Apakah ujungnya melepas atau tidak itu urusan kesekian,” tutupnya.
Tim Liputan Khusus Koordinator: Friskila Ningrum Yusuf Anggota: Risman Amala Fitra Nur Ainun Afiah Nurjihan Shahid
No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
37
L I P U TA N K H U S U S
Simalakama
Institut Teknologi Hasanuddin Bagai makan buah simalakama, Fakultas Teknik Unhas dihadapkan pada dua pilihan yang sangat sulit untuk dipilih
M
enuju satu abad Indonesia Merdeka pada 2045, pemerintah sejak 2014 berupaya meningkatan mutu, pemerataan, dan akses pendidikan tinggi melalui penambahan jumlah perguruan tinggi. Entah itu universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, dan akademi baru. Menanggapi hal tersebut, melalui Surat Keputusan Rektor Universitas Hasanuddin nomor 254821 UN4/ KP.45/ 2014, Unhas membentuk Panitia Persiapan Pendirian Institut Teknologi Sultan Hasanuddin (ITSH) pada Agustus 2014. Di saat yang bersamaan, Pemerintah Kota Parepare berkeinginan membangun institut teknologi dengan nama B.J Habibie, rencana tersebut juga telah disampaikan ke Rektor Unhas kala itu Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu. Dalam perjalanannya, kemudian terbitlah Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 152 pada Oktober 2014 tentang pendirian Institut Teknologi Bacharuddin Jusuf Habibie di Parepare. Pada tahun yang sama juga diresmikan Institut Teknologi Sumatera, dan Institut Teknologi Kalimantan. Sebagai upaya menjawab ketertinggalan SDM di luar Pulau Jawa. Sejak saat itu gaung Fakultas Teknik menjadi institut kian hilang, hingga mengemuka kembali pada 2020 dengan terbitnya surat
38
identitas Unhas
keputusan pembentukan tim implementasi Institut Teknologi Sultan Hasanuddin. Dosen Teknik Mesin Prof Andi Erwin Eka Putra mengatakan peraturan pemerintah nomor 4 tahun 2014 mengenai penyelenggaraan pendidikan tinggi dan pengelolaan kampus tidak disebutkan mengenai pemekaran perguruan tinggi. “Jawaban yang telah didengungkan mengenai pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan tinggi di bidang teknologi di Provinsi Sulawesi sudah ada, bukan Fakultas Teknik yang harus keluar,” tegas Guru Besar Bidang Ilmu Rekayasa Termal saat ditemui di ruangannya di Kampus Unhas Gowa, Selasa (24/5). Lebih lanjut, Erwin menjelaskan Fakultas Teknik Unhas mengelola 13 prodi sarjana, 11 prodi magister, dan 5 prodi doktor sehingga hal ini yang perlu dikembangkan. “Pengembangan Fakultas Teknik, bukan pemisahan,” jelas anggota Senat Akademik FT Unhas itu. Menurutnya jika pemisahan dilakukan mengakibatkan dosen FT akan mutasi besarbesaran. Dari mahasiswa, dosen, aset, hingga akreditasi diperlukan waktu minimal dua tahun untuk bisa terakreditasi unggul. Dia menyarankan agar Unhas sebaiknya membuat Sekolah Bisnis untuk menunjukkan signifikansi lembaga sebagai perguruan tinggi. “Saat pertama kali dibangun pada 2009, aset
L I P U TA N K H U S U S
FT bernilai 1,2 triliun yang keluarkan negara. Andai kata aset ini harus dikeluarkan menjadi institut, tentu Unhas rugi jika melepasnya. Artinya jika Unhas kehilangan aset sampai 1,2 triliun, bagaimana kampus bisa survive sebagai PTN BH,” ucapnya. Berbeda dengan itu, Dosen Perkapalan Dr Syamsul Asri menerangkan tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari pemisahan FT Unhas. “Wacana ini sebenarnya dari 2004, semenjak kampus dua dibangun di Gowa. Isu itu sudah ada, jadi bukan sesuatu yang baru,” tutur Syamsul, Selasa (24/5). Kendati demikian, menurut Syamsul konsekuensinya terdapat pada biaya manajemen yang meningkat. “Karena level dekan menjadi level rektor, kemudian jurusan akan meningkat menjadi fakultas,” ujarnya. Pemisahan FT Unhas ini tak henti-hentinya digaungkan beberapa pihak. Hal ini juga tentunya menuai pro dan kontra dikalangan mahasiswa. Berdasarkan keterangan Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik, Syaiful, mengatakan untuk saat ini mereka belum setuju karena lebih banyak kerugian yang didapatkan. “Dari hasil kajian Organisasi Kemahasiswaan Fakultas Teknik (OKFT) lebih banyak mudarat ketika menjadi institut,”
jelasnya, Minggu (15/05). Oleh karena nama dan akreditasi Unhas sudah baik. “Belum lagi masalah privilege menjadi mahasiswa Unhas, tentunya akan lepas dari kami sebagai mahasiswa di Fakultas Teknik,” ujar Mahasiswa Departemen Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Imam Adryzal, Sabtu (16/4). Salah satu alasan pemindahan FT dari Tamalanrea ke Gowa ialah demi memajukan perkembangan teknologi di Indonesia Timur. Mahasiswa Teknik Elektro Warsito Alamsah mengatakan, saat ini FT sudah sangat mendukung perkembangan dan kemajuan di bidang teknik. “Jika diubah menjadi institut, maka terkait akreditasi, sarana dan prasarana, juga dari segi struktural, kurikulum, serta tenaga kependidikan perlu diperbarui kembali,” keluh Ito, sapaan akrabnya, Senin (18/4). Ito menambahkan, mekanisme kolaborasi FT bersama program studi lain akan lebih sulit, terlebih terkait keberlanjutan pengembangan teknologi tepat guna. “Tidak perlu diubah menjadi institut cukup dimaksimalkan saja kualitasnya, sarana prasarananya menjadi lebih baik lagi,” pungkasnya saat ditemui di Student Center FT Unhas.
anty ebri F a Ivan asi: r t s Ilu
No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
39
Aksi Mahasiswa
6 April lalu adalah hari di mana sejumlah mahasiswa turun ke jalan menggelar aksi sebagai bentuk ketidaksetujuan terhadap wacana penundaan Pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden. Toa yang mereka genggam adalah saksi dari lantangnya suara meneriakan tuntutan kepada penguasa. FOTO : F RIS K IL A NINGRUM Y U S U F
Wansus
Peretasan
Media Sosial Ancam
Kebebasan Berpendapat
W
acana penundaan pemilihan umum (pemilu) 2024 mulai dikeluarkan oleh Menteri Investasi, Bahlil Lahaladia, dalam rapat kerja Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada 31 Januari lalu. Isu ini pun menuai polemik di kalangan masyarakat khususnya mahasiswa. Karena penundaan pemilu bertolak belakang dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 22E Ayat (1) yang menyatakan pemilihan umum dilaksanakan lima tahun sekali. Ketidaksetujuan dengan wacana ini pun berujung dengan terjadinya peristiwa demonstrasi besar-besaran mahasiswa pada 11 April lalu. Namun menjelang aksi nasional tersebut rupanya sejumlah mahasiswa mengalami peretasan akun media sosial. Salah satu korban yakni Koordinator Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), Kaharuddin. Akun media sosial Kaharuddin tidak dapat diakses dan laman Instagram-nya pun menyebar informasi hoaks, yakni pembatalan rencana demonstrasi mendatang. Tidak diketahui siapa dalang di balik peretasan dan penyebaran informasi tersebut. Hal ini jelas melanggar Undang-Undnag Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) terkait kebebasan berpendapat. Namun melihat kasus peretasan tersebut apakah termasuk ke dalam bentuk ancaman kebebasan berpendapat? Lantas bagaimana kebebasan berpendapat di Indonesia?
42
identitas Unhas
Simak wawancara khusus reporter identitas Muhammad Alif M dengan Aktivis era 1998, Hasbi Lodang. Bagaimana menurut Anda tentang peretasan media sosial dan apakah kemajuan teknologi membuat pergerakan mahasiswa mengalami kemunduran? Sebenarnya peratasan ini merupakan konsekuensi dari kemajuan teknologi. Kemampuan orang-orang melakukan tindakan tersebut sangat luar biasa. Meskipun jika melihat perkembangan teknologi membuat pergerakan mahasiswa lebih maju dibanding dahulu. Banyak manfaatnya seperti mempercepat pertukaran informasi. Namun kehadiran teknologi bisa pula menjadi kemunduran apabila tidak digunakan secara bijak. Kita tahu dengan kemajuan teknologi masing-masing orang dapat membuat berita. Jika melihat situasi politik pada 2014, banyak informasi hoaks yang tersebar. Saat membaca berita kami harus verifikasi ulang mengenai informasi yang mereka dapat, bisa menimbulkan berbagai permasalahan apalagi jika langsung bagi ke media sosial. Bagaimana menurut Anda dengan dugaan pemerintah terlibat dalam tindakan peretasan terhadap beberapa massa aksi? Jika hal tersebut benar, maka termasuk pelanggaran dan menjadi kemunduran dalam kebebasan berpendapat. Padahal kebebasan berpendapat adalah hasil dari era reformasi.
Tetapi pemerintah juga berhak untuk mengklarifikasi berita yang tidak betul. Lantas sebenarnya bagaimana bentuk kebebasan berpendapat yang harus diterapkan oleh mahasiswa? Kebebasan berpendapat berarti kita diberi kebebasan dalam memberi pendapat. Namun adapula batasannya, apabila ada bahasa seperti mencaci itu bukan lagi demokrasi karena telah dibungkus oleh kebencian. Kebebasan berpendapat juga manifestasi dalam berdemokrasi. Harus ada orang-orang yang kritis yang bebas dalam berbicara, namun dapat bertanggung jawab. Misalnya memberikan koreksi kepada pemerintah. Saya percaya kemurnian gerakan masih berada pada tangan mahasiswa. Tetapi jika ada menyimpang atau bergeser untuk kepentingan tertentu, sadar tidak sadar pasti ada pihak-pihak tertentu yang diuntungkan. Misalkan lawan politik pemerintah. Kecuali jika mahasiswa dalam kesadaran membangun aliansi atau kelompok pembenci, saya tidak sepakat. Tapi jika mahasiswa masih dalam garis memperjuangkan kejujuran, kebenaran dan keadilan itu harus. Saya harap mahasiswa tetap begitu. Jangan terkontaminasi atau dikontrol oleh kelompok kepentingan. Mahasiswa adalah kaum intelektual yang dijadikan panutan. Mereka mesti berada di garda terdepan untuk memberikan edukasi atau kesadaran kepada masyarakat. Tak hanya itu, setiap isu yang akan diangkat harus benar-benar dikaji secara bersama agar di lapangan tidak ada suara yang
berbeda. Apakah kebebasan berpendapat sudah diterapkan di Indonesia? Sangat diterapkan. Hasil dari reformasi itu termasuk kebebasan berpendapat. Dulu pada masa orde baru tidak ada perkumpulan yang bebas berpendapat. Bahkan saya masih ingat ketika era reformasi. Di kamar tempat saya tinggal ada tulisan “Gantung Soeharto”. Saat itu teman-teman yang diperiksa di Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) melihat bukti foto itu. Jadi luar biasa pengintaian oleh intel kala itu. Sekarang sudah tidak ada, apapun yang kita katakan tak menjadi masalah. Terlebih lagi demokrasi dan kebebasan berpendapat saat ini adalah hak semua orang. Berbeda pada masa orde baru, media massa yang memberitakan tentang kebengisan, kediktatoran atau keotoriteran apalagi jika menyentil Soeharto ketika menjabat sebagai presiden pasti diberedel. Apa harapan Anda mengenai kebebasan berpendapat di Indonesia? Kebebasan berpendapat adalah tanggung jawab kita bersama. Artinya akan ada suatu masa tidak ada lagi demonstrasi di Indonesia jika yang diharapkan sudah tercapai. Kadang kebebasan sangat tidak terkontrol, sehingga menurut saya hal itu menciderai reformasi.
Foto: Muhammad Alif
Nama: Hasbi Lodang Pendidikan: Sastra Asia Barat Unhas 1993 Pengalaman Organisasi: n Ketua Aksi Satuan Mahasiswa (KAMU) Unhas 1998 n Koordinator Aliansi Mahasiswa Pro Demokrasi Makassar (AMPD) 1998 n Presiden Nasional Persatuan Aktivits Mahasiswa 1998 – Sekarang No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
43
Biografi
Dokter Hewan Sang Perintis
Fakultas Peternakan
F
akultas Peternakan (Fapet) Universitas Hasanuddin merupakan fakultas kesembilan yang didirikan pada 1 Mei 1964. Saat ini fakultas tersebut telah memiliki satu program studi (prodi) S1 yakni Prodi Peternakan begitu pun di tingkat S3, serta prodi Ilmu dan Teknologi Peternakan untuk S2. Di balik berdirinya Fakultas Peternakan terdapat sosok yang bekerja keras. Salah satunya adalah drh H Muhammad Gauss Siregar. Ia merupakan lulusan Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bandung (IPB) sekitar 1958. Setelah menyelesaikan pendidikannya, Gauss kemudian ditugaskan ke Kota Makassar sebagai dokter hewan. Pria yang lahir di Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara itu dulunya seorang Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kota Madya Makassar. Sembari bekerja di Dinas Peternakan, ia bersama beberapa dokter hewan lain merintis berdirinya Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin melalui pembentukan Panitia Pendiri Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (FKHP). Kepanitiaan tersebut diketuai oleh Syamsuddin Dg Mangawing, yang kemudian anggotanya terdiri dari drh H Muhammad Gauss Siregar, A Pangerang Petta Rani dan drh Achmad Dahlan. Awalnya FKHP berstatus swasta dan memulai perkuliahan pada tanggal 10 Oktober 1963. Kemudian FKHP memperoleh gelar negeri pada 1 Mei 1964 yang diintegrasikan ke dalam Universitas Hasanuddin dengan nama Fakultas Peternakan.
44
identitas Unhas
Pria kelahiran 1933 itu juga mengajar para penyuluh di Sulawesi Selatan (Sulsel) di bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Tak hanya itu, ia pun membuka usaha ternak ayam ras pertama di Sulsel pada 1968. Salah satu usahanya berada di daerah Pattalassang, Gowa, yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya yang juga merupakan Dosen Fakultas Peternakan, Prof Dr Ir Ahmad Ramadhan Siregar. Selain itu, Gauss juga mengajar pada tahun 1964 dan menjadi dosen pertama di Fakultas Peternakan yang kala itu mahasiswanya tidak sampai 50 orang. Meskipun saat itu ia memegang jabatan sebaga kepala dinas, tetapi ia mengabdikan dirinya di bidang pendidikan karena saat itu dosen yang ada masih sanga kurang. Ia seorang dokter hewan, ia juga mengajar anatomi di Fakultas Kedokteran Unhas. Salah satu alumni angkatan kedua Fakultas Peternakan sekaligus mahasiswa Gauss kala itu, Dr Ir Abdul Latief Fattah mengatakan di kalangan mahasiswa Gauss adalah sosok yang cinta peternakan. Ia juga dikenal sebagai seorang pekerja keras, tegas, disiplin dan penuh perhatian. Saat mengajar, pendiri usaha ternak ayam ras pertama di Sulsel itu selalu bersungguh-sungguh dalam membagikan ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada mahasiswanya. Termasuk memberi praktek dan tidak sekadar teori di dalam saja, tetapi disertai dengan pengaplikasian ilmu di lapangan. “Ketika mengajar tidak hanya dalam bentuk pemaparan materi, tetapi juga disertai dengan praktek,” ucap Abdul Latief saat ditemui di
kediamannya yang terletak di Perumahan Dosen Unhas, Selasa (19/4). Terbesit di ingatan Abdul Latief kala dirinya masih menjadi mahasiswa Fakultas Peternakan yang diajar oleh Gauss. Dosennya itu sering kali membawa sang buah hati untuk ikut bersama dirinya ketika mengajar. Di samping itu, salah satu Dosen Fakultas Peternakan Unhas sekaligus putra dari Gaus, Prof Dr Ir Ahmad Ramadhan Siregar, mengatakan ayahnya adalah seorang pekerja keras dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Kemudian sosok yang selalu mendidik anaknya dengan baik.
Dokumentasi Pribadi
“Ia mendidik anak-anaknya untuk selalu mandiri,” tutur Ahmad ketika diwawancara melalui telepon. Dosen pendiri Fakultas Peternakan itu juga selalu mengedepankan pendidikan sehingga tak heran ia dikenal sebagai sosok yang tidak pelit akan ilmu. Ia pun pernah menjabat sebagai Kepala Balai Penyidikan Penyakit Hewan di Maros di bawah Kementerian Pertanian sebelum meninggal dunia pada 3 April 2022 lalu. Novanda Kezia
No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
45
Jeklang
SRIKANDI PENERJEMAH
I LA GALIGO
“
Seperti halnya menemukan pasangan, begitu pula saat jatuh cinta dengan ilmu pengetahuan. Kalau suka pasti kita penasaran terus, yah? Banyak pertanyaan yang harus dijawab.”
K
alimat itulah yang menjadi jawaban akan pertanyaan mengapa Nurhayati Rahman mau menerjemahkan I La Galigo, selama berpuluh tahun lamanya. I La Galigo merupakan naskah terpanjang di dunia dan telah dinobatkan oleh UNESCO sebagai “Memory of the World” pada 2011. “Dari 12 jilid yang telah dinobatkan sebagai Memory of the World, baru tiga jilid yang selesai diterbitkan,” ungkap Nurhayati. Naskah 12 jilid tersebut merupakan naskah terpanjang di dunia, dengan kurang lebih 360.00 bait, menyalip naskah seperti Mahabarata dan Ramayana. Belum lagi, 12 jilid tersebut hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan naskah I La Galigo. Masih banyak lagi yang tersebar di seluruh penjuru dunia, seperti di Harvard University dan Library of Congrest America. Setidaknya 360.00 bait dari 12 jilid naskah itu hanya 1/3 dari keseluruhan naskah yang tersebar di seluruh penjuru bumi. Nurhayati memiliki kekaguman tersendiri terhadap karya ini. Ia merasa takjub bagaimana orang zaman dahulu mampu menciptakan sebuah bahasa dan menuliskannya menjadi sebuah naskah panjang dengan hanya mengandalkan daun
46
Komik: Rizka Ramli identitas Unhas
sebagai media tulis tanpa bantuan teknologi seperti saat ini. “Puncak pencapaian tertinggi dalam peradaban manusia adalah ditemukannya tulisan. Bayangkan, betapa menakjubkannya nenek moyang kita, mereka mampu menciptakan bahasa lontara, kemudian mengekspresikan pikiran dalam bentuk tulisan,” kata Nurhayati. Kisah Perempuan kelahiran Bone itu dimulai hampir 40 tahun yang lalu, saat ia baru saja akan menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1) nya pada Jurusan Sastra Asia Barat dan Kebudayaan Islam di Unhas. Waktu itu, seorang dosen datang menghampiri bersama dengan sebuah naskah kumal dari Soppeng, meminta Nurhayati untuk menerjemahkannya. Ternyata, naskah tersebut berbahasa lontara dan tidak ada yang bisa membacanya di Fakultas Sastra Unhas pada masa itu. “Beliau minta saya baca dan jadikan skripsi. Walaupun memang saya bisa baca Bahasa Lontara, tapi saya berpikir kok ini bahasanya kuno sekali,” ungkap Nurhayati. Walau diterpa kebingungan, jiwa petualang Nurhayati seolah terpanggil. Ia kemudian membawa naskah tersebut kepada Sang Nenek yang kala itu bisa membaca
naskah kuno berbahasa lontara. Dari sana perempuan kelahiran 1957 itu akhirnya tahu ternyata naskah tersebut berisi tentang Islam tetapi bentuk pengungkapannya mengikuti konvensi penulisan I La Galigo. Begitulah kemudian ia dapat menyelesaikan S1 nya pada 3 Mei 1983. Menyelesaikan S1-nya di Unhas, Nurhayati melanjutkan pendidikannya di Universitas Padjajaran Bandung dengan mengambil bidang filologi atas dorongan dari Dekan Fakultas Sastra saat itu, Ambo Ghani. Filologi ini adalah ilmu tentang kajian kebudayaan berkenaan suatu bangsa berdasarkan sumber tertulis dan naskah-naskah. Ia kemudian lulus pada 25 Agustus 1990 dengan judul skripsi “Episode Meong Mpolo Balongge dalam Naskah La Galigo : Suatu Kajian Struktur Mitologis Sastra Bugis”. Tak berhenti pada S1 dan S2-nya, perempuan yang menjabat sebagai dosen pertama Jurusan Sastra Daerah juga itu mengambil I La Galigo sebagai skripsi S3-nya. Nurhayati melanjutkan Program Profesornya di Universitas Indonesia dengan fokus studi yang sama, Filologi. Pada saat itu, pembimbing/promotor S3-nya, Almarhum Prof Mattulada, tidak mengizinkan mengambil I La Galigo sebagai bahan tugas akhirnya. Ia takut, Nurhayati akan lama menyelesaikannya sebab sulit untuk membaca sebuah naskah dengan Bahasa Lontara kuno. “Tapi namanya manusia, semakin ditantang tidak mengetahui sesuatu rasa ingin tahunya makin memuncak. Nah, begitulah saya penasaran terus, akhirnnya saya tetap mengambil I La Galigo,” ujar Nurhayati. Nurhayati mengambil episode yang sangat terkenal dari I La Galigo, yakni Pelayaran Sawerigading ke Cina. Alhasil, Nurhayati membuktikan bahwa apa yang dikhawatirkan semua orang, terutama sang promotor tidak terjadi. Ia berhasil menyelesaikan studinya pada 1998, bahkan mendapatkan gelar Cum laude.
Menggeluti naskah I La Galigo telah membawa Nurhayati mengunjungi berbagai negara, seperti di Kota Amsterdam di Belanda asal naskah tersebut. Ia juga sering kali menjadi professor tamu di berbagai negara. Beberapa diantaranya, di Hankuk University, Universitas Malaya, Indiana Uniersity Filipina, juga Universitas di Osaka Jepang. Guru Besar Fakultas FIB Unhas itu bukan hanya berbicara mengenai I La Galigo, tetapi juga tentang budaya di Sulawesi Selatan, seperti Bugis dan Toraja. Ia menjadi Duta Budaya Indonesia secara akademik khususnya, Sulawesi Selatan, termasuk I La Galigo. Nurhayati telah melalui perjalan panjang dalam menerjemahkan I La Galigo. Kini, wanita yang telah menginjak usia 65 tahun tersebut telah mempersiapkan untuk melakukan transport ilmu. Ia telah menyiapkan dua orang sebagai bentuk regenerasi, melanjutkan menerjemahkan sisa naskah I La Galigo. Annur Nadia F. Denanda
Dokumentasi Pribadi No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
47
FOTOGRAFER: ZIDAN PATR IO
“Your time is limited. Don’t waste it living someone else’s life.” Steve Jobs.
No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
49
Resensi
Kabar Baik di Balik
Daun Ganja “T
idak ada orang yang punya hak untuk mengatur tubuhku sendiri, mengatur apa yang aku makan, minum, dan isap!” teriak seorang warga Amerika yang murka ditangkap polisi karena mengkonsumsi ganja dalam cuplikan film Atas Nama Daun. Siapa yang tidak kenal ganja? tanaman yang juga dikenal dengan nama mariyuana ini termasuk dalam salah satu jenis narkotika di Indonesia. Berdasarkan hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2019, terdapat 65,5 persen penyalahguna narkotika di Indonesia berjenis ganja. Peredaran ganja kemudian menjadi sangat dilarang. Masyarakat biasa bahkan publik figur yang kedapatan mengonsumsi ganja, dianggap sebagai pelaku kriminal. Di Amerika Serikat (AS), sebagian besar negara bagian sejak tahun 2012 telah melegalkan ganja. Baik untuk tujuan medis, maupun rekreasi. Amerika Serikat pada awal 1930-an juga mengilegalkan ganja, namun karena tingginya pengguna dan penjara yang overkapasitas membuat peraturan ini akhirnya dilonggarkan. Peristiwa yang terjadi di AS nyaris 100 tahun yang lalu itu, kini masih terjadi di Indonesia. Itulah yang disorot dalam film Atas Nama Daun yang digarap oleh Anatman Pictures. Berdurasi 70 menit, film ini menceritakan tentang kriminalisasi ganja di Indonesia. Informasi yang dikemas dalam film ini menyingkap sisi lain dari ganja, yaitu manfaatnya yang justru diabaikan karena stigma negatif terhadap tanaman ini sudah mendarah daging.
50
identitas Unhas
yang “Jahat” Seniman visual, artis, pegawai negeri sipil, hingga masyarakat biasa membagikan ceritanya pada film, di mana menggunakan ganja sebagai pengobatan medis tetap ditangkap dan dihukum. Berbagai isu kriminalisasi, diskriminasi, dan rasisme mengenai ganja di Indonesia terkuak pada film ini. Film yang terdiri dari 5 bab ini diawali dengan perjalanan Aristo Pangaribuan yang tengah menggarap karya ilmiah tentang ganja di Amerika, tempat ia berkuliah. Aristo kemudian mewawancarai beberapa orang di Indonesia dari berbagai latar belakang yang pernah berurusan dengan ganja. Salah satunya, Angki Purbandono, seorang seniman visual pernah ditangkap akibat penggunaan ganja pada tahun 2013 dengan jeratan pasal 127 KUHP, dengan barang bukti 56 gram ganja. Ia diadili dan dijatuhi hukuman 1 tahun penjara. Karena berkelakuan baik, Angki lantas mendapat potongan hukuman, akan tetapi dirinya memutuskan untuk tetap tinggal di penjara untuk menyelesaikan instalasi dengan tajuk “Prison Art Program”. Kini Angki ikut memperjuangkan legalisasi ganja dan bergabung dengan Lingkar Ganja Nusantara (LGN). Salah satu karya Angki yang memprotes kriminalisasi ganja di Indonesia diberinya tajuk Atas Nama Daun. Lewat karya ini, Angki ingin memperjuangkan kesetaraan hidup semua tumbuhan termasuk ganja untuk hidup di muka bumi ini dengan berbagai kebermanfaatan. Salah satu pendiri Lingkar Ganja Nusantara, Dhira Narayana menuturkan bahwa penggunaan ganja tidak sejahat korupsi, sehingga
penggunaan ganja tidak bisa dikriminalisasikan. Baginya, perjuangan untuk melegalkan ganja bukan hanya itu, tapi juga urusan pengelolaan ganja agar tidak menjadi sesuatu hal yang sepenuhnya berdampak negatif. Maka dari itulah, Dhira belajar memahami ganja mulai dari karakter, cara penanaman, pengelolaan, hingga pemanfaatannya. Seorang pegawai negeri sipil, Fidelis Arie Sudarwoto dijatuhi hukuman 8 bulan penjara dan denda 1 miliar karena menanam ganja untuk demi pengobatan istrinya, Yeni. Yeni menderita penyakit Syringomyelia atau penyakit sumsum tulang belakang. Berbagai pengobatan telah dijalani, namun tidak berhasil menyembuhkan Yeni. Hingga akhirnya, Idelis menemukan cara pengobatan melalui perbincangan bersama orang yang mengidap penyakit yang sama dengan istrinya. Obat yang mujarab itu adalah ekstrak ganja. Setelah mencoba saran itu, kondisi Yeni mulai membaik. Fidelis kemudian meminta keringanan BNN setempat untuk diperbolehkan menanam ganja dengan alasan kondisi istrinya yang membaik. Tidak berselang lama, Ia ditangkap aparat karena dinilai melanggar hukum, Ia divonis bersalah dan dipenjara. Saat itu pula, istrinya yang tidak lagi mengkonsumsi pengobatan ganja kondisinya semakin memburuk dan pada akhirnya meninggal saat Fidelis masih di dalam jeruji besi. Kondisi ini ternyata tak hanya dialami oleh beberapa orang saja. Kisah lain dialami oleh Dwi Pertiwi yang memiliki seorang anak bernama Musa yang mengidap cerebral palsy atau
lumpuh otak sejak masih bayi. Setiap kali Musa kejang ada sel-sel otak yang mati, yang berarti kemunduran kemampuan untuk Musa. Mulai saat itulah, Dwi menggunakan ganja sebagai pengobatan medis dan terapi untuk Musa di Australia. Merasakan manfaat baik pada musa, pada tahun 2020, Dwi dan beberapa perempuan yang memiliki anak pengidap cerebral palsy mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi agar ganja diizinkan untuk pengobatan medis. Saat perjuangan para Ibu berlangsung, Musa meninggal pada usia 16 tahun. Berbagai realitas dan masing-masing bagian memotret ganja dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Menunjukkan apa yang salah dengan kebijakan terkait ganja di Indonesia. Film ini memberikan pemahaman kepada penonton bahwa ganja juga hanyalah tanaman yang seharusnya memiliki hak sebagai tanaman. Dampak buruknya seakan-akan membuat kita lupa bahwa ganja juga memiliki manfaat yang besar bagi dunia medis. Sayangnya, legalisasi ganja medis di Indonesia tidak kunjung terealisasi akibat pertimbangan atas sulitnya mengontrol peredaran, efek kecanduan, masih kurangnya pemahaman masyarakat, serta aspek lainnya. Di akhir film, kita diantarkan ke titik untuk tidak melihat ganja secara hitam putih dan hanya dari kacamata hukum semata. Jika negara ini tidak siap melegalkan ganja untuk kebutuhan medis, apakah ada solusi lain? Mungkinkah UU yang berlaku akan direvisi? Tidak ada yang tahu dan tidak ada yang tidak mungkin. Penulis, Fathria Affandi Azzahra merupakan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2020
Data Film Judul: Atas Nama Daun Sutradara: Mahatma Putra Produser: Anggi Panji Nayantaka dan Dominique Renee Makalew Durasi: 70 menit Genre: Dokumenter Tanggal Rilis: 24 Maret 2022
No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
51
C A N T I K N Y A L A B U H A L L OW E E N K U
M
endengar kata Halloween, secara refleks t i m b u l berbagai sosok menyeramkan di dalam kepala kita. Halloween identik dengan kata kunci: malaikat pencabut nyawa, kematian, kuburan dan hal-hal berbau mistis lainnya. Atas rezeki dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, saya diberikan kesempatan melaksanakan riset ke University of Colorado Denver, Negara Bagian Colorado, Amerika Serikat. Riset ini dimulai sejak bulan Juni sampai dengan Desember 2021, disponsori oleh Fulbright Visiting Scholar. Halloween dirayakan 31 Oktober setiap tahunnya. Saat itu suhu udara di Denver terasa sangat dingin karena dimulainya musim gugur. Hal ini ditandai dengan memerahnya daun pohon oak dan beberapa pohon lainnya sehingga memberikan panorama cetar membahana untuk mata saya yang terbiasa dengan hijaunya pepohonan di daerah tropis. Hiruk pikuk Halloween sungguh terasa di Kota Denver karena setiap toko yang berada di pusat keramaian menawarkan aneka pernakpernik bermotif penyihir, kucing hitam, tengkorak, kelelawar, dan lain-lain. Tumpukan labu kuning berbagai ukuran yang menjadi ikon Halloween mulai memadati King Soopers, Walmart, dan Target yang menjadi pusat perbelanjaan favorit Warga Denver. Pemandangan luar biasa dan menyenangkan ini menjadi pengobat dinginnya udara yang membuat tubuh serasa membeku. Singkat cerita, Lynx Crossing (nama asrama mahasiswa tempat
saya bertinggal di Denver) tidak mau ketinggalan dalam kemeriahan Halloween. Beberapa orang RA (Resident Assistance adalah mahasiswa senior yang telah tiga tahun bertinggal di asrama) diberikan wewenang untuk melaksanakan Lynx Crossing Programme antara lain: temu muka peningkatan keahlian dan motivasi penghuni asrama, rekreasi untuk para penduduk baru, termasuk menyelenggarakan Halloween dengan berbagai atraksi menarik. Para RA telah bekerja keras mempersiapkan Pumpkin Carving Contest yang akan dilaksanakan pada 30 Oktober 2021. Sekitar tiga minggu sebelum Halloween, sepanjang koridor dan sekitar lift asrama Lynx Crossing mulai terpampang pamflet Pumpkin Carving Contest. Peserta yang berminat diminta membentuk kelompok berisi empat orang dan mendaftar melalui kode bar yang tercantum di dalam pamflet tersebut. Saya merasa sangat tertantang dan berminat luar biasa untuk ikut momen “langka” itu. Kesibukan bekerja di laboratorium mulai pagi sampai sore membuat saya kurang berinteraksi dengan penghuni lain di asrama tersebut. Saya tidak tahu harus menghubungi siapa untuk menjadi anggota kelompok Pumpkin Contest. Tibalah 30 Oktober 2021. Lima belas menit sebelum pukul 17.00 PM waktu Denver, saya turun ke halaman belakang tempat diadakannya Pumpkin Carving Contest. Di sudut halaman belakang dekat pintu kaca, sudah tersedia onggokan labu kuning, beberapa meja berisi alat ukir dan kursi untuk peserta. Beberapa
peserta terlihat sudah mulai mengutakatik labu kuning di hadapannya. Informasi dari panitia pelaksana, ternyata peserta harus mengukir labunya sendiri dan bukan dilakukan secara berkelompok. Alhamdulillah, saya bersorak senang di dalam hati. Yes, I am coming America!!! Dada saya seakan mau meledak saking bahagianya. Saya berdendang riang dan bergegas memilih labu yang akan saya ukir. Berjuta ucapan syukur bergejolak di dalam sanubari. Seumur hidupku, ini kali pertama saya ikut kontes labu yang hanya saya baca ceritanya di majalah. Hari ini saya akan menghasilkan mahakarya dari labu kuning di suatu tempat yang jaraknya ribuan mil dari negaraku. Ini adalah hadiah terindah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Saya begitu terharu, negaranya Joe Biden yang bernama Amerika Serikat telah membuka jalan untuk saya bertinggal dan menimba ilmu. Beralaskan koran bekas, saya menaruh labu indah tersebut di atas meja dan mencari alat untuk mengukirnya. Sayangnya alat yang tersedia sangat terbatas. Saya menyabarkan diri mengantri menunggu giliran memakai beberapa alat ukir yang sedang dipakai oleh peserta lainnya. Oh ya, alat pengukirnya ada tiga macam dan bentuknya unik. Yang pertama, bertangkai panjang mirip obeng, gunanya untuk menusuk kulit labu supaya mudah diukir. Alat kedua bergerigi mirip gergaji dan sangat tajam, berfungsi memotong bagian labu yang tidak diinginkan. Alat yang ketiga adalah sendok besi yang bentuknya mirip centong nasi, digunakan untuk membersihkan dan mengangkat serat dan biji labu yang berada di bagian dalamnya. Tibalah giliran saya mengukir labu. Waktu yang Dokumentasi Pribadi
tersisa sekitar tiga puluh menit sebelum penutupan. Gigi saya gemeretuk menahan dinginnya angin senja di musim gugur yang terasa melumpuhkan tubuh. Berbekal semangat membara dan pola sederhana, saya mulai mengukir labu Halloween. Selama ini saya hanya menahu membersihkan labu jika ingin dibuat menjadi pie atau sayur campur santan. Jiwa artistik saya mengalir deras, menggerakkan gergaji mungil yang saya gunakan mengukir labu. Perlahan tetapi pasti, di permukaan labu tersebut penampakan wajah Jack O’Lantern mulai terbentuk seiring dengan berjalannya waktu. Jari saya lincah menari di atas daging labu yang terasa keras dan bergetah. Akhirnya ukiran labu Halloween saya selesai. Saya minta tolong kepada panitia pelaksana untuk mendokumentasikan saya memegang labu tersebut. Saat panitia menanyakan siapa nama labu itu, saya segera mengucapkan kata Cammo (dalam bahasa Makassar berarti ompong) karena si Jack O’Lantern hanya dihiasi dengan dua buah gigi. Mahasiswa Amerika yang menjadi panitia tertawa kencang melihat labu bermimik lucu buatan saya tersebut. Mereka menepuk bahu saya dengan sangat ramah. Rupanya sayalah orang pertama dari Indonesia yang bertinggal di asrama Lynx Crossing. Selama ini Amerika, Malaysia, Cina dan Korea yang menjadi peserta, baru kali ini ada kontestan dari Indonesia yang ikut Halloween Pumpkin Carving Contest yang diadakan oleh pihak asrama. Duh, rasa senangnya jadi dobel. Akhirnya malam mulai menyelimuti halaman belakang. Saya segera mohon izin kembali ke kamar untuk melaksanakan salat magrib. Dari balik jendela kaca, saya tertawa lepas menyaksikan Si Cammo dan kawan-kawannya sesama labu berjejer rapi di tembok halaman belakang. Di bawah langit malam nan dingin, saya yakin Si Cammo bergosip tentang keindahan kota Makassar kepada semua teman barunya itu. Penulis, Dr. Sri Nur Aminah Ngatimin merupakan Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
53
Cerpen
Lelaki di Rumah Tua
O
liv kini sedang berdiri tepat di depan sebuah pagar besi beserta tas besarnya di punggung. Pemandangan rumah tradisional milik neneknya tampak sama seperti yang ada di ingatannya. Namun sejak kepergian neneknya dua tahun yang lalu, kehangatan yang selalu menyelimuti rumah itu juga ikut menghilang. Oliv masuk dan berjalan menelusuri seisi rumah hingga berakhir pada kamar lantai dua, tempat di mana dulu biasanya tidur jika menginap. Hari sudah sore. Satu-satunya sumber cahaya yang masuk dari kaca jendela berasal dari sinar matahari yang sebentar lagi terbenam. Oliv membuka jendela. Dia termenung sesaat, menikmati angin berhembus mengenai wajahnya. Dari tempatnya berdiri, pemandangan menenangkan dari sekumpulan pepohonan tersaji di depan mata. Di antara pepohonan itu ada satu titik yang selalu menarik perhatiannya. Itu adalah sebuah rumah tua yang ada di hutan. Rumah itu tampaknya tidak pernah berubah. Seakan masa waktu bergeming di sana seperti jam rusak yang enggan berputar. Pernah sewaktu Oliv berusia delapan tahun bertanya perihal rumah tua itu kepada ibunya. Ibunya menjawab tidak ada rumah tua seperti yang dia katakan. Oliv kecil bersikeras bahwa rumah itu benar-benar ada dan memaksa ibunya melihatnya sendiri. Namun, ibunya malah menyuruh dia membantunya memetik tomat di halaman rumah. Sekarang semua tanaman itu tidak lagi ada. Halaman rumah menjadi kosong dengan rumput hijau yang dipangkas rapi. Di sela-sela ketermenungannya, Oliv menangkap seberkas cahaya yang bergerak dari jendela atas rumah tua itu. Dia kemudian menyipitkan mata untuk melihat lebih jelas. Tetapi sesuatu itu tidak lagi tampak. Mengabaikan apa yang baru dia lihat, Oliv membuang tubuhnya yang sangat lelah di atas kasur dan tertidur.
54
identitas Unhas
Pagi pertama datang menyambut. Cahaya matahari yang masuk melalui kaca jendela tanpa gorden menerangi kamar dan memaksa Oliv untuk tersadar. Dia terdiam mengumpulkan kesadaran lalu bangkit dari kasur dan membuka jendela, menikmati suasana rumah yang terasa sangat menenangkan dan damai. Seluruh kesadarannya kemudian terfokus pada rumah tua di seberang sana. Sekarang dia mulai penasaran pada apa yang kemarin dia lihat. Seakan membaca pikirannya, Oliv melihat pintu balkon lantai dua dari rumah itu terbuka dan seseorang keluar dari sana. Sosok itu berkulit seperti awan putih dengan rambut hitam yang senada langit malam. Wajahnya pucat, kosong tanpa emosi kemudian bergerak menatap Oliv langsung tepat di mata. Oliv dengan gugup meneguk ludah. Dia ingin beralih, tapi sosok itu mengunci tatapannya. Tiba-tiba suara ponsel Oliv tiba-tiba berbunyi. Dia sedikit terperanjat dan langsung mengambil ponselnya di atas kasur. Nomor kontak ibunya terlihat di layar. “Halo, Ibu,” sapa Oliv lebih dulu. Terdengar suara cemas dari ibunya yang langsung mengomelinya karena tidak mengangkat teleponnya semalam. “Ah, aku langsung tertidur begitu sampai kemarin sore.” Ibunya mendesah khawatir. “Apa kau baik-baik saja di sana?” “Aku baik-baik saja. Ibu tidak perlu khawatir . Oh, iya,” kata Oliv, “apa Ibu ingat rumah tua di seberang rumah nenek yang pernah aku ceritakan dulu?” Ibunya menjawab, “entahlah, Ibu tidak begitu ingat. Kenapa?” “Aku cuman penasaran apa Ibu sudah lihat rumah itu atau belum. Barusan aku lihat ada orang yang keluar dari sana.” “Tempat nenek tinggal itu berada di tengah hutan, Oliv,” tekan ibunya dengan sedikit nada
Ilustrasi: Rizka Ramli
cemas. “Karena itu dari dulu tidak ada yang tinggal di sana selain nenek.” Kening Oliv berkerut. Aneh, pikirnya. Kalau apa yang dikatakan Ibunya itu benar, lalu mengapa dia bisa melihat rumah itu dan pemiliknya tadi di seberang sana? Lagipula, rasanya terlalu mustahil jika apa yang dia lihat hanyalah khayalannya semata. Setelah ibunya selesai menelepon, Oliv lama memperhatikan rumah itu dari jendela. Tapi sosok yang dia lihat tadi tidak lagi muncul. Dia kemudian memutuskan keluar dari rumah neneknya dan berjalan ke arah barat di mana rumah itu berada. Dia terus menyeret kakinya melintasi jalan lembab yang tidak beraspal. Meski sesekali tersandung bebatuan kecil, pada akhirnya dia berhasil berdiri tidak jauh dari rumah tua itu. “Lihatlah, rumah itu benar-benar ada. Rumah itu ada di depan mataku sendiri,” ujar Oliv. Namun, suasana di sekitar rumah tua itu terasa aneh. Sekitarnya tampak lebih gelap dari yang seharusnya padahal hari masih siang. Tidak ada suara apa pun yang terdengar. Dan entah mengapa dia juga merasa kedinginan padahal tidak ada angin berhembus. Oliv merapatkan jaketnya dan berniat kembali ke rumah neneknya. Tetapi tiba-tiba suara dentingan piano terdengar. Oliv kembali menghadap pada rumah tua itu dengan rasa penasaran. Suara dentingan piano itu terdengar lirih. Seperti nyanyian siren, suara itu seakan menarik Oliv. Dia tanpa sadar mendekat ke rumah itu dan
masuk ke dalam. Di sana, dia berdiri menatap satu objek di sudut ruangan tanpa menyadari pintu di belakangnya tertutup. “Hei,” panggil Oliv pada sosok yang memainkan piano, sosok yang sama seperti yang dia lihat di jendela kamarnya pagi tadi. Sosok itu menghentikan jarinya bermain di atas tuts piano. Dengan pelan, sosok itu bangkit dari kursinya dan mendekat ke arah Oliv. Oliv tiba-tiba merasa udara semakin menyusut. Tidak ada lagi hawa dingin seperti yang dia rasakan sewaktu di luar, yang ada hanya rasa panas yang semakin lama semakin sesak. “Kau bisa melihatku?” tanya sosok itu dengan tatapan mata tanpa emosi. Oliv merasa ketakutan. Serangan panik menghantamnya. Dia ingin pergi dari tempatnya namun, tubuhnya mendadak mematung. “Kau benar-benar bisa melihatku, yah?” Sosok itu menyeringai. Dia bergerak lagi. Bergerak sangat dekat pada tubuh Oliv, hingga jarak nyaris menghilang di antara keduanya. Tangan kanan sosok itu menyentuh bagian belakang kepala Oliv. Dia memajukan wajahnya hingga segaris pada telinga Oliv. Namun, Oliv tidak merasakan hembusan napas yang keluar dari sosok itu. Sosok itu pun berbisik dengan suara yang sangat pelan. “Karena kau bisa melihatku, tinggallah di sini. Temani aku. Selamanya.” Penulis Sitti Aisyah merupakan Mahasiswa Sastra Inggris Unhas angkatan 2019. No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022
55
Potret
Riuh Pesta Panen Sampulungan
J
F O T O D A N N A S K A H : O K TA F I A L N I R U M E N G A N
arum jam tepat menunjuk pukul 12.00 Wita, atmosfer udara sedang panas-panasnya. Namun, satu per satu pengunjung, tak berhenti berdatangan memadati Lapangan Lo’mo’ Ahmad Sampulung, Senin (30/5). Semarak pesta adat bak menguar di udara. Acara adat yang dilaksanakan sekali setahun sebagai wujud syukur atas panen tersebut berlangsung dengan meriah. Tokoh adat serta beberapa pemuda desa turut andil. Di bawah terik matahari mereka berkeliling desa, menjalankan ritual ke makam, sumur, maupun pohon kembar yang dianggap keramat. Pada puncak acara, ditampilkan pula tarian Appaddekko, diiringi gemah gendang dan alu. Tak lupa, penampilan atraksi Siganrang Alu Na Batu, di mana personel (pemain) akan saling memukul punggung personel lain dengan alu atau balok kayu sepanjang satu meter dan batu secara bergantian.
Ilustrasi dan Naskah: Rizka Ramli