Majalah Edisi Ketiga PK identitas Unhas September 2022

Page 1

Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin identitasPendidikan, Penelitian, dan Pengabdian pada Masyarakat NO. 933, TAHUN XLVIII, EDISI SEPTEMBER 2022 Riset: Bantu Sobat Netra ‘Melihat’ Dunia /12 TERSANDUNG PROSEDUR SANG PELINDUNG Kasus kekerasan seksual bisa terjadi kapan saja di lingkungan kampus. Civitas akademika butuh perlindungan Satgas PPKS.
Temukan kami melalui: identitas_unhas Identitas Online identitasunhas.com @identitasonline identitas Unhas Identitas Unhas
FOTO: IDENTITAS/MUHAMMAD MUKRAM MUSTAMIN

identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial)

Ketua Pengarah: Jamaluddin Jompa Anggota Pengarah: Muhammad Ruslin, Subehan, Farida Patittingi, Adi Maulana, Sumbangan Baja.

Penasehat Ahli: Anwar Arifin, M Dahlan Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi. Ketua Penyunting: Ahmad Bahar Ketua Penerbitan: Fajar S.Juanda

Penyunting Pelaksana: Risman Amala Fitra Koordinator Liputan: Annur Nadia Felicia Denanda

Sumber Daya Manusia: Anisa Luthfia Basri Litbang Data dan Riset: Nur Ainun Afiah Bendahara: Friskila Ningrum Yusuf, Sekretaris: Nurul Hikma Staf Penyunting: Arisal Fotografer: Oktafialni Rumengan Marketing: Nur Alya Azzahra Editor: Khairil Anwar Reporter: Ivana Febrianty, Muhammad Alif, Winona Vanessa HN

Tim Supervisor: Nasruddin Azis, Nasrul Alam Azis, Muchlis Amans Hadi, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Arifuddin Usman, Abdul Haerah, Ibrahim Halim, Ahmad Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar, Abdul Chalid Bibbi Pariwa, Muhammad Yunus

Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt. 1 Jl. Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245. Website: www.identitasunhas.com, E-mail: onlineidentitas@gmail.com

Nurul Hikma

Desain Sampul: Risman Amala Fitra Layouter: Annur Nadia F. Denanda Nur Muthmainnah

4 identitas Unhas

EDISI SEPTEMBER 2022 Koordinator:
08 RISET Ketimpangan Akses Pendidikan dalam Ruang Kehidupan Masyarakat Pesisir RESENSI Menemani Brianna and Bottowise Menyusuri Mimpi Para Musisi16 LAPORAN UTAMA Kasus KKN Butuh Satgas Ideal32 WAWANCARA KHUSUS Cacar Monyet, Jadi Pandemi Baru?42 REKOMENDASI

Nama Baik Lembaga atau Kolega?

MIRNA (nama samaran), seorang mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon mengaku telah dilecehkan oleh dosen pembimbingnya, IL. Ia beberapa kali mendapatkan perlakuan tidak bermoral itu baik melalui pesan elektronik maupun ketika sedang bimbingan skripsi. Kasus ini kemudian terdengar oleh Ketua Jurusan Sosiologi Agama IAIN Ambon, jurusan tempat Mirna menjalankan studinya. Mirna kemudian menceritakan perundungan seksual yang dilakukan IL padanya, dengan harapan ia memperoleh perlindungan.

Harapan itu sekejap sirna ketika ketua jurusannya justru memintanya untuk tidak membesar-besarkan kasus itu. “Ketua jurusan panggil beta dan bilang masalah ini sudah aman. Usahakan tutup rapat,” terang Mirna. Ketua jurusannya bahkan mengancam, jika masalah ini tersebar, bukan hanya IL tapi Mirna pun akan dikeluarkan dari kampus. Semua itu dilakukannya dengan dalih “demi nama baik kampus”.

Itulah sepenggal cerita dari banyaknya kisah memilukan pelecehan seksual yang terkuak dalam Majalah LPM Lintas IAIN Ambon Edisi II-Januari 2022. Peristiwa ini menjadi bukti nyata maraknya kasus kekerasan seksual di institusi pendidikan. Lebih menyedihkannya lagi, kampus cenderung memilih untuk bungkam terhadap kasus kekerasan seksual demi menjaga nama baik dan reputasi. Padahal, itu bukan sikap yang mestinya diambil.

Dari kasus di atas, ketika kampus memilih untuk bungkam, korban justru tidak mendapatkan keadilan. Bayangkan saja, IL masih mengajar, mungkin bisa saja mencari korban yang baru. Tidak demikian dengan Mirna yang pastinya trauma dengan IL, bahkan diselimuti rasa takut ketika harus berhadapan kembali dengan dosen mesum itu.

Pada intinya, diperlukan suatu badan khusus yang dapat memberikan perlindungan dan

keadilan terhadap korban kekerasan seksual. Badan yang tidak mempedulikan jabatan maupun kekuasaan pelaku. Badan yang diharapkan sejalan dengan Permendikbud Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) di lingkungan perguruan tinggi.

Pemikiran tentang kasus kekerasan seksual dapat menodai nama baik kampus seharusnya sudah ditinggalkan. Apalagi mengorbankan hak korban hanya demi melindungi kolega yang bejat. Sungguh suatu prestasi yang gemilang ketika sebuah perguruan tinggi dapat menyelesaikan semua kasus kekerasan seksual yang terjadi di kampusnya. Sekalipun terlihat bahwa angka kasus pelecehan meningkat, tetapi semua kembali pada bagaimana kasus itu diselesaikan.

Kasus kekerasan seksual bukanlah sebuah aib yang mesti ditutup-tutupi. Alangkah harumnya kampus yang memberikan keadilan bagi korban dan sanksi tegas bagi pelaku. Calon pelaku lain pun akan berpikir seribu kali ketika mengetahui sanksi tegas yang akan dijatuhkan pada mereka.

Mewujudkan kampus yang ramah untuk semua memang bukanlah impian yang mudah untuk digapai. Dibutuhkan kerja sama dan persamaan persepsi terhadap dampak dari kekerasan seksual. Kampus harusnya bisa menjadi tempat yang aman untuk menimba ilmu, alih-alih membuat kita khawatir akan keselamatan diri. Cukuplah ketidakadilan yang terjadi selama ini di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Jangan biarkan Unhas menjadi salah satu yang gagal melindungi civitas akademikanya dari kekerasan seksual.

No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022 5
EDITORIAL
FOTO: REJEKY KENE Patorani: Nelayan Patorani bersiap pulang setelah melakukan perawatan kapal dan peralatan yang digunakan berburu telur ikan.

Enam

tahun berlalu (2016-2022) sejak dikeluarkannya kebijakan perihal Poros Maritim Dunia (PMD) di era Presiden Joko Widodo yang berdampak besar dalam pembangunan negara. Dalam penelitian Nainggolan (2015), menjelaskan bawa sektor maritim di Indonesia kian penting. Kepentingan sektor maritim untuk Indonesia sebenarnya telah ada bahkan sebelum menjadi negara Republik Indonesia (RI), kerajaan-kerajaan terdahulu memprioritaskan perkembangan pada sektor ini.

Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Zuzzy Anna, menjelaskan bahwa nelayan merupakan salah satu profesi termiskin di dunia. “Sebanyak 11,34 persen orang dari sektor perikanan tergolong miskin, jauh lebih tinggi dibandingkan sektor lain seperti yang memiliki persentase 5,56 persen pelayanan restoran, 9,86 persen konstruksi bangunan dan 9,62 persen pengelolaan sampah,”.

Sebagian besar masyarakat pesisir berprofesi sebagai nelayan dan masih terpuruk dalam kemiskinan, namun mengapa mereka tetap melanjutkan profesinya?

8 identitas Unhas Riset

Anak: Anak-anak Pulau Kodingareng Makassar bermain bersama di sore hari sepulanh sekolah.

KETIMPANGAN AKSES PENDIDIKAN DALAM RUANG KEHIDUPAN

MASYARAKAT PESISIR

Setelah ditelusuri, Dr Ade Yolanda Latjuba MA dalam penelitiannya menggambarkan bahwa masyarakat pesisir memiliki etos kerja tinggi walau mereka tidak mampu secara materi.

“Kalau melihat masyarakat pesisir, memang kehidupan mereka begitu saja, namun soal kinerja nya itu luar bisa,” jelasnya saat diwawancarai secara langsung, pada Jumat (26/08).

Dalam penelitiannya, ia menjelaskan bahwa kemiskinan bukan karena masyarakat pesisir miskin atau tidak berpendidikan seperti

orang pada umumnya memandang. Namun ada berbagai faktor yang mengakibatkan fenomena tersebut.

Penelitian Ade Yolanda Latjuba bersama Hasbullah berjudul Poverty in Indonesia Coastal Communities: Discourse Study Based on Corpus Linguistic menggali lebih mendalam mengenai kemiskinan melalui metode modified corpus linguistic

“Metode ini mencari sebuah gagasan melalui bahasa (teks) di mana saya mengumpulkan data-data (kata kunci) tersebut melalui teks nonfiksi dan fiksi (novel). Setelah dikumpulkan

No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022 9

maka saya dapat mewacanakan bagaimana kehidupan masyarakat pesisir,” tuturnya. Pandangan masyarakat pesisir terhadap pendidikan

Menurutnya, tingkat pendidikan masyarakat pesisir sangat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung dalam menentukan tingkat kesejahteraan mereka. Terutama bagaimana mereka mementingkan pendidikan dan pandangannya yang berbeda dengan masyarakat umum.

“Sejauh analisis saya, mereka kadang memikirkan buat apa pendidikan, yang penting ikannya bisa dijual dan uangnya dipakai untuk makan. Tapi seharusnya pendidikan ini berkaitan dengan bagaimana mencerdaskan pikiran,” jelas dosen Sastra Prancis itu.

Dosen dari Sosiologi Unhas, Dr Sakaria Anwar S Sos M Si menggambarkan bahwa ada alasan utama mengapa masyarakat pesisir tidak mengutamakan pendidikan yakni prasaranasarana dan fasilitas yang tidak mendukung.

Berdasarkan pengalaman langsung di lokasi, bahwa tidak semua pulau tersedia lembaga pendidikan (sekolah). Belum tentu sekolah dasar (SD) ada di setiap pulau apalagi jenjang ke atasnya. Contohnya data dari Dinas Parawisata Kota Makassar 2019, hanya terdapat 10 SD, 6 SMP dan 1 SMA dari jumlah 12 pulau Kepulauan Spermonde Kota Makassar.

“Anak-anak jika ingin lanjut ke SMP, mereka harus menyebrang ke pulau terdekatnya dan itu pun mereka harus bermalam di sana. Apalagi kalau SMA, mereka tentunya ke kota atau kabupaten dan meninggalkan pulaunya. Mereka butuh mobilisasi, mencari keluarga, kemudian jika tidak ada keluarga, mereka harus

cari tempat lain yang tentunya akan makan biaya,” tuturnya saat ditemui di ruangannya, Jumat (2/9).

Melihat tingkat kesejahteraan mereka yang umumnya pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat pesisir akan berpikir panjang untuk melanjutkan pendidikan. Hanya satu dua orang di antara mereka yang mampu menempuh pendidikan dan biasanya dari kalangan Ponggawa (pemilik modal).

Dosen dengan konsentrasi bidang sosiologi pedesaan dan pulau-pulau kecil ini menambahkan bahwa selain itu ada nilai yang tertanamkan yakni ‘’Untuk apa sih sekolah itu?,’’

“Ada semacam nilai yang dipahami oleh masyarakat pesisir bahwa untuk apa sekolah, lebih baik cepat bantu saja orang tua cari uang karena mencari ikan adalah pekerjaan yang mudah dilakukan dan bisa dilakukan oleh anak-anak,” jelasnya.

Kedua dosen ini menyepakati bahwa pendidikan amat penting untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat pesisir dan dimulai dari kesadaran mereka masing-masing.

Pengaruh struktur Ponggawa-Sawi

Ade dalam penelitiannya menyebutkan bahwa masyarakat pesisir yang berprofesi nelayan relasi-kuasa. Sakaria menjelaskan secara detail bahwa relasi tersebut adalah yang dikatakan sebagai Ponggawa (pemilik modal)-Sawi (pekerja) yang tertancap dalam kehidupan masyarakat pesisir.

Dalam sistem Ponggawa-Sawi yang rugi adalah sawi. Lulusan S1 Sosiologi Unhas ini, melukiskan fenomena yang terjadi yakni jika

Salah satu alasan mereka mengapa bisa miskin secara terus menerus karena struktur yang telah dibangun. Struktur atau sistem yang dikenal dengan PonggawaSawi ini telah menjadi penyebab mengapa mereka sulit keluar dari rantai kemiskinan.”

10 identitas Unhas Riset

sawi nya pergi melaut maka keluarganya akan dibelikan kebutuhan rumah tangga oleh Ponggawa. Hal tersebut berujung pada jerumus utang-piutang.

“Hati para sawi diambil dengan memenuhi kebutuhan rumah tangga oleh Ponggawa dan terhitung dalam bentuk hutang. Di saat nelayan pulang, mereka akan jual hasil tangkapannya ke Ponggawa dengan harga lebih murah, dan akibatnya hasil untung bersihnya sedikit sisa, akibat ini maka mereka akan terjun pada siklus utang-piutang,” ucapnya.

Menurutnya, hubungan sosial ponggawasawi ini membutuhkan intervensi kuat dari pemerintah sebab hubungan ini seolah-olah sengaja dipelihara. Sistem ini padahal jelas eksploitasi para sawi sangat menguntungkan para ponggawa.

Bantuan pemerintah dan tindak lanjutnya

Harapannya penulis riset yang terindeks scopus internasional ini, bahwa pemerintah dapat memberikan bantuan dalam bentuk dana maupun pelatihan dan perlu

ditindaklanjuti.

“Saya lihat pemerintah memberikan dana atau pinjaman yang untuk usaha atau pelatihan namun perkembangannya tidak signifikan,” ucapnya.

Sakaria menanggapi usaha pemerintah telah berjalan, namun yang belum adalah proses pembinaan.

“Dari segi bantuan permodalan telah ada namun yang berjalan semestinya adalah proses pembinaan,” jelasnya.

Solusi dan harapan

Potensi kelautan yakni 19.840 triliun rupiah, hanya 6 persen yang telah dimanfaatkan. Sebagai negara maritim kita perlu memperhatikan potensi yang dapat digali untuk membangun negara ini.

Perlu adanya penegasan dan perhatian kepada aspek pendidikan di masyarakat pesisir dan struktur ponggawa-sawi. Perubahan orientasi pikiran dari masyarakat pesisir, pemilik modal, dan pemerintah diperlukan untuk mensejahterakan negara ini agar dapat lebih maju.

No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022 11
FOTO: IDENTITAS/OKTAFILNI RUMENGAN

Bantu Sobat Netra

12 identitas Unhas Riset
‘Melihat’ Dunia FOTO: IDENTITAS/NUR ALYA AZZAHRA Ilustrasi penggunaan aplikasi.

Difabel

merupakan bagian masyarakat yang memiliki hak untuk memperoleh kesejahteraan dalam beraktivitas. Namun realitanya, Indonesia tidak seramah itu bagi penyandang disabilitas. Pada Tahun 2015, terjadi kasus kecelakaan pasien tunanetra yang jatuh dari lantai dua Rumah Sakit Umum Daerah Kota Palopo, Sulawesi Selatan. Pernah pula terjadi kasus tunanetra jatuh terperosok ke dalam celah antara peron stasiun dan kereta rel listrik (KRL) Cikini, Menteng, Jakarta Pusat pada 2019. Mirisnya, hingga kini kasus kecelakaan sobat netra masih banyak terjadi karena terbatasnya sarana dan prasarana yang disediakan.

Kota Makassar sebagai salah satu wilayah metropolitan di Indonesia yang telah memiliki sejumlah regulasi terkait sahabat difabel, salah satunya tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pemenuhan HakHak Penyandang Disabilitas belum mampu memaksimalkan eksekusi. Seperti yang diungkapkan oleh Syarif, dampak regulasi tersebut belum bisa dirasakan secara penuh oleh sahabat difabel Kota Makassar.

“Kesetaraan dan kesejahteraan bagi sahabat difabel hanya dapat diraih jika semua orang dapat mengakses layanan secara maksimal. Oleh karena itu, penerapan teknologi untuk memungkinkan sahabat difabel melakukan aktivitas yang lebih aman dan lebih mudah harus menjadi perhatian,” ungkapnya, Sabtu (20/8).

Menanggapi kebutuhan tunanetra, Dosen Fakultas Teknik Unhas, Dr Indrabayu ST

MT MBus Sys dan tim* mengembangkan aplikasi untuk membantu sobat netra dalam mengidentifikasi rintangan seperti api, lubang, hingga kendaraan yang berpotensi melukai serta menghambat pekerjaan sobat netra (red: sebutan untuk sahabat difabel).

Inspirasi pembuatan alat berawal dari keresahan sobat netra yang sampai ke Bayu. Dosen Teknik Informatika ini ternyata menemukan banyak kasus sobat netra yang tongkatnya tersangkut lubang hingga terluka akibat api. Termasuk keluhan berupa portal, motor parkir sembarangan, dan hambatan lainnya yang umum ditemukan di wilayah Indonesia.

Di sejumlah negara, beberapa teknologi telah dikembangkan untuk membantu sobat netra. Pada Tahun 2020, Microsoft telah mengembangkan aplikasi Seeing AI yang bisa menarasikan lingkungan sekitar penggunanya. Di tahun yang sama, aplikasi serupa juga diluncurkan untuk pengguna iPhone, dengan nama Aipoly. Bahkan, fitur Intelligent Virtual Assistant (IVA) seperti Siri, Cortana, Google Assistant juga dikembangkan untuk membantu sobat netra dalam mengakses dunia digital melalui respon suara.

Menurut Bayu, kondisi negara tempat pengembangan aplikasi sebelumnya jauh berbeda dengan Indonesia. Bisa jadi, negara pengembang alat bantu yang saat ini tersedia telah menerapkan sistem terstandarisasi bagi sahabat difabel, sehingga tidak begitu memerlukan aplikasi penunjang.

Namun, berbeda dengan di Indonesia. Masih banyak didapatkan fokus pengembangan fasilitas yang belum memperhatikan kebutuhan

No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022 13
Kami sangat mengapresiasi jika ada aplikasi yang dibuat untuk memudahkan aktivitas penyandang disabilitas.” Ketua Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (PerDIK), Nur Syarif Ramadhan.

sahabat difabel. Contohnya guiding block terhalang pohon hingga terputus tiba-tiba.

“Sebaiknya teknologi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan bangsa, diciptakan oleh anak bangsa itu sendiri. Jika ingin maju, jangan mengandalkan teknologi luar, karena belum tentu sesuai dengan kebutuhan, ekonomi, sosial, dan budaya kita,” ujar lelaki berkacamata itu.

Bayu mengusulkan sebuah sistem berbasis Android untuk mendeteksi hambatan dan mengukur jarak untuk membantu sobat netra agar terhindar dari bahaya terkena api, terperosok ke lubang, hingga kemungkinan menabrak kendaraan.

Pria kelahiran 1975 tersebut beranggapan bahwa penggunaan alat bantu oleh sobat netra berupa tongkat masih memiliki banyak keterbatasan. Seperti tidak dapat mendeteksi jenis benda dan memperkirakan jarak dan posisi relatif sobat netra terhadap suatu benda. Oleh karena itu, ia dan tim berfokus pada penggunaan teknologi untuk membantu penyandang tunanetra dalam mendeteksi dan memperkirakan jarak agar terhindar dari hambatan saat beraktivitas.

Selain menitikberatkan pada fungsi deteksi, Bayu juga menggunakan penyangga kamera atau point of view camera (povie) sebagai dudukan smartphone sehingga gambar diambil dalam posisi stabil dan aman bagi sobat netra. Povie ditempatkan di leher pengguna. Sistem ini dipercaya lebih nyaman dibandingkan menggunakan tongkat karena dapat membebaskan tangan.

Aplikasi diaktifkan dengan perintah suara “nyalakan”. Selanjutnya, ketika ada lubang, api, atau hal lain yang dideteksi, aplikasi kemudian akan memperingatkan dengan suara. Peringatan akan diberikan setiap pengguna berada pada jarak tertentu dari objek yang dideteksi.

Walaupun aplikasi pendukung sobat netra telah banyak dikembangkan, kelebihan yang dimiliki oleh inovasi ini

dapat menganalisis gerakan dinamis dan warna untuk mengetahui keberadaan api. Sistem tersebut memungkinkan objek lain yang memiliki warna menyerupai api, seperti lampu jalan atau lampu kendaraan dapat dibedakan dengan akurat.

Hal ini didasari pada proses pembuatan program berbasis pengenalan warna menggunakan prinsip Red, Green, Blue (RGB) yang mengenali cahaya merah, hijau, dan biru sebagai warna dasar. Selain itu, aplikasi tersebut juga menggunakan model warna Hue, Saturation, Value (HSV) dalam mendefinisikan warna.

“Api terus-menerus mengalami perubahan ukuran dan gerakan yang tidak teratur. Karena karakteristik ini, analisis blob diterapkan untuk menganalisis perubahan objek yang terus berubah. Keuntungan utama dari teknik ini adalah fleksibilitasnya yang tinggi dan kinerja yang sangat baik,” ungkap pria 47 tahun itu.

Dalam pengembangan aplikasi, Bayu dan tim selalu berusaha untuk memenuhi keluhan dan masukan dari sahabat difabel sebagai pengguna melalui kuesioner dan Focus Group Discussion (FGD).

Saat ini, timnya juga sedang berusaha untuk membuat aplikasi yang dapat memfasilitasi teman-teman tunarungu (tuli), tunawicara (bisu), dan tunadaksa (cacat fisik) kedepannya.

Dr Indrabayu ST MT MBus Sys

Dr Eng Intan Sari Areni

Anugrayani Bustamin

Nur Latifah Jamaluddin ST

Rahmat Hardian Putra ST

Ingrid Nurtanio ST

14 identitas Unhas Riset
ST MT
ST MT
No. 933,
Tahun XLVIII, Edisi
SEPTEMBER 2022 15
FOTO: IDENTITAS/NUR ALYA AZZAHRA Ilustrasi penggunaan aplikasi.

Brianna dan Bottomwise

Menemani Menyusuri Mimpi Para Musisi

Terkadang,

dalam menjalani kehidupan akan ada masa di mana kita merasa cita dan mimpi itu begitu berat untuk diwujudkan. Seperti ingin menenggelamkannya saja dalam palung terdalam di bumi. Pada masa-masa itu, rasanya bagai berada di titik akhir hidup, di mana dunia tidak berputar sesuai rencana. Lalu bisakah kita terhindar dari konsekuensi itu dengan melupakan mimpi dan cita-cita?

Kerapuhan dan perjuangan dalam bermimpi tergambar dalam sebuah cerita fiksi karya Andrea Hirata “Brianna dan Bottomwise”. Buku ini mengajak pembaca tak gentar untuk menggapai mimpi. Novel ini mengisahkan tekad kuat musisi dalam menggapai impian, mulai dari tokoh musisi jenius ternama John Musiciante sampai musisi telinga kuali yang tak berbakat.

John Musiciante adalah seorang musisi internasional ternama yang dikenal brilian dalam meracik musik. Gitaris dengan genre Punk Rock ini bahkan digadang-gadang sebagai filsuf pada era itu karena karya musiknya yang fenomenal. Selama 30 tahun melahirkan komposisi musik paling top, John Musiciante ditemani Gitar elektrik miliknya, Vintage Sunburst keluaran 1960. Tidak hanya mahal nan antik, gitar itu memiliki nilai sentimental tersendiri bagi John. Sayangnya, John Musiciante harus kehilangan gitarnya karena ulah kriminal amatir.

Gitar yang menemani John selama 30 tahun sejak ulang tahunnya yang ke-12, untuk pertama kalinya lenyap dari pandangannya. Seketika dunia hiburan menjadi gempar. Bagaimana tidak, seorang musisi brilian dunia terancam tidak akan pernah bermusik lagi. Karena kesedihan mendalam kehilangan gitarnya, ia menjadi lesu dan tidak punya semangat bermusik.

Bukan perihal tidak bisa membeli gitar baru, toh John Musiciante memiliki kekayaan yang luar biasa. Tapi, nada yang mengalun dari setiap petikan gitar itu, mengobati rindu John terhadap ibunya. Kabar ini pun tersampaikan kepada detektif swasta ternama yang dikenal cerdik dan jeli, Brianna dan Angle Bottomwise. Mereka spontan melibatkan diri dalam pencarian gitar milik John Musiciante. Di sinilah kisah petualangan mereka dimulai. Akankah Brianna dan Bottomwise berhasil membawa kembali gitar John Musiciante? Dalam perjalanan Brianna dan Bottomwise dalam mencari gitar John Musiciante, sesekali ditipu hingga hampir tidak percaya dengan siapapun yang memberi mereka informasi. Perkelahian dan perbedaan pendapat juga seringkali terjadi di antara mereka sehingga membuat segalanya menjadi lebih rumit. Namun, pembaca tidak akan dibuat bosan dengan alur cerita novel ini, malahan pembaca akan tertawa terbahak-bahak kemudian menangis tersedu-sedu dalam sekejap.

16 identitas Unhas Resensi
“ Mereka yang melupakan mimpimimpinya akan bangun tidur setiap pagi, dalam keadaan kalah. ”

Pasalnya, Andrea Hirata menyelipkan kisahkisah menarik dari beberapa tokoh dengan watak, usia, dan latar yang berbeda-beda dari beberapa wilayah di Indonesia, namun dengan satu mimpi yang sama yaitu menjadi musisi.

Kisah sedih menyayat hati yang dibentuk Andrea dalam karakter Alma, kisah memilukan oleh karakter Pak Mu, sampai cerita mengocok perut yang dibangun karakter Sadman sukses membuat suasana hati pembaca tak karuan. Kisah mereka juga membuat pembaca bertanya-tanya, apakah sebenarnya kaitan antara tokohtokoh itu dengan kasus hilangnya gitar John Musiciante.

Novel pertama dwilogi Brianna dan Bottomwise karya Andrea Hirata ini akan membawa pembaca menjelajah waktu di masa lalu. Pasalnya, latar waktu kejadian yang berada pada tahun 1980-an, membuat alur cerita menjadi semakin kompleks karena mempersempit peluang tokoh untuk mewujudkan mimpinya. Perjalanan masing-masing tokoh beserta karakternya digambarkan begitu kuat oleh penulis, selayaknya dalam novel karya Andrea sebelumnya, Laskar Pelangi yang membekas di ingatan membuat pembaca gagal move on.

Selain memberi pesan tentang pentingnya meraih mimpi, Andrea Hirata menyelipkan pesan-pesan moral lainnya tentang kawan dan kejujuran. Misalnya ketika kisah musisi telinga kuali yang ingin membuat orkes melayu harus menghadapi pahitnya kejujuran bahwa ia tak berbakat dalam bermusik.

“Kejujuran adalah sifat paling baik di dunia ini, sekaligus paling brutal”.

Tak hanya pesan moral bagi pembaca yang mencoba menyusun kembali mimpimimpinya, novel ini juga sangat relevan dengan musisi-musisi muda yang baru ingin mengawali karir di bidang seni musik. Khususnya musisi yang memainkan instrumen gitar elektrik, akan mendapatkan suasana yang dimaksudkan penulis, serta

akan memahami setiap akor nada yang dideskripsikan Andrea Hirata dalam tiap-tiap halaman.

Dalam penggarapan novel ini, Andrea Hirata nyatanya sempat mengalami kesulitan dalam mengkombinasikan tema musik dan karakter yang dibuatnya. Namun pada akhirnya ia berhasil membawa pembaca menjelajahi kehidupan dalam tulisannya yang penuh mimpi dari berbagai karakter unik melalui tema musikal.

Karya ini tak hanya mengajarkan tentang sikap pantang menyerah, tapi juga mengajarkan tentang kesabaran dan rasa bersyukur. Sabar menunggu mimpi yang digantungkan setinggi langit jatuh ke genggaman, serta rasa syukur dengan skenario yang telah ditakdirkan.

DATA BUKU

Penulis : Andrea Hirata

Judul Buku : Brianna dan Bottomwise

Tebal : 380 halaman

Penerbit : Bentang Pustaka

No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022 17
FOTO: IDENTITAS/NIRWAN

Pusat Statistik (BPS) menemukan bahwa prevalensi balita kekurangan gizi di Indonesia tahun 2018 mencapai 17,7 persen, sedangkan untuk di Sulawesi Selatan menunjukkan 23 persen. Hal tersebut membuktikan bahwa masih terdapat kekurangan gizi di Sulawesi Selatan dan terus mengalami peningkatan tiap tahunnya.

Masalah gizi dapat terjadi pada siklus hidup manusia, dimulai dari dalam kandungan, janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa, fase kehamilan, dan seterusnya. Ada periode yang sangat signifikan dampaknya bila terjadi, itu disebut sebagai periode seribu hari pertama kehidupan.

“Dampak bayi yang kekurangan gizi akan terlihat

18 identitas Unhas Riset Badan

Pengemasan: Tim peneliti melakukan pengemasan terhadap produk sirup dispersi ikan gabus di laboratorium.

SIRUP

IKAN GABUS

Solusi Asupan Gizi bagi Anak-Anak

saat berada di usia anak-anak. Seperti pada aspek kecerdasan dan perkembangan otak, karena otak itu dibentuk paling cepat di usia kandungan dan begitu pula seterusnya sampai dua tahun pertama,” ungkap Dosen Ilmu Gizi Unhas, Prof dr Veni Hadju MSC PhD.

Masalah tersebut menarik perhatian Dosen Fakultas Pertanian sekaligus Direktur Inkubator Science Techno Park (IBT-STP) Unhas, Prof Dr Ir Abu Bakar Tawali untuk membuat inovasi produk suplemen makanan dalam bentuk sirup sebagai sumber asupan gizi pada anak-anak.

Produk ini disebut dengan sirup dispersi ikan gabus.

Sebelumnya, suplemen ini berbentuk kapsul dan memiliki merek paten yaitu Probumin dengan bekerja sama lintas fakultas, bersama Prof. dr. Veni Hadju M Sc Ph D. Kemudian, terpikir kalau anak-anak tidak bisa konsumsi dalam bentuk kapsul. Akhirnya kita berpikir untuk membuat dalam bentuk dispersi,” ungkapnya.

Sirup dispersi ikan gabus merupakan produk yang berbahan baku konsentrat ikan gabus dengan kandungan protein hewani yang bermanfaat untuk kesehatan

No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022 19
DOKUMENTASI PRIBADI

khususnya pada anak-anak. Potensi ikan gabus telah diidentifikasi melalui penelitian dasar sejak 2005 lalu dengan mengkarakterisasi komponen yang terdapat dalam ikan gabus.

”Awal mulanya pada saat saya berkunjung ke Universitas Cendrawasih dan lewat di daerah danau Sentani, Jayapura. Pada saat itu, saya melihat adanya ikan gabus berukuran besar berada di danau tersebut, padahal jika dibiarkan akan menjadi hama bagi ikan asli yang berhabitat di Danau Sentani. Dari situ saya berpikir bahwa ikan itu bisa dimanfaatkan,” paparnya.

Prof Abu menjelaskan bahwa ikan gabus mengandung makro nutrien terutama protein albumin yang berperan dalam membangun sel-sel tubuh. Selain itu, ikan gabus juga kaya akan mikro nutrien seperti mineral esensial. Pemanfaatan ikan gabus sebagai bahan baku pada pembuatan suplemen makanan juga merupakan langkah yang dilakukan dalam meningkatkan konsumsi ikan sebagai sumber daya lokal.

Di balik kandungan protein yang tinggi dan manfaat lainnya pada ikan gabus, tidak semua orang dapat mengonsumsi produk berbahan baku ikan khususnya pada anakanak karena aroma amis pada ikan gabus. Permasalahan tersebut tentu saja menjadi tantangan bagi Prof Abu dalam mensiasati kekurangan itu.

“Persoalan yang dihadapi dari aromanya. Anak-anak tidak menyukai bau ikan sehingga menjadi tantangan untuk menyesuaikan dengan kondisi anak-anak. Nah, bau ikan tersebut sudah diatasi dengan pemberian cita rasa lalu divariasikan, dan itu masih diuji dengan cita rasa yang paling disukai anak-anak,” paparnya.

Produk yang dikenal dengan merek paten yaitu Metabumin Sirup, dibuat dengan konsentrat ikan gabus dengan bahan tambahan lainnya seperti madu, perisa (Tutty Fruity), asam sitrat, pengawet dan penstabil.

Alih-alih memiliki rasa khas ikan, suplemen ini disempurnakan dengan

adanya penambahan madu dan perisa pada proses produksinya. Perisa tutty fruity dapat memberikan aroma, rasa, serta warna yang berbeda sehingga mengurangi rasa khas ikan.

Tujuan penambahan konsentrasi madu dilakukan agar menambah tingkat kemanisan dari sirup dispersi ikan gabus, sehingga rasanya dapat lebih diterima. Hasil dari riset dalam penyempurnaan produk

berbentuk sirup ini, yaitu adanya perubahan konsentrasi madu yang ditambahkan.

Tantangan lain yang dihadapi Prof Abu dalam penelitiannya yaitu lama penyimpanan suplemen ikan gabus. Ia menjelaskan bahwa saat diteliti, waktu simpan hanya bertahan hingga enam bulan, sementara syarat untuk komersialisasi produk diharuskan memiliki masa simpan minimal satu tahun.

Agar produk yang dihasilkan dapat maksimal, maka perlu alat-alat untuk produksi skala besar sehingga memudahkan proses produksinya, seperti alat pasteurisasi dengan suhu yang dapat diatur.

Metabumin Sirup dikembangkan seiring waktu hingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan bermutu tinggi. Keberhasilan dalam pengembangan produk ini tidak terlepas dari hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pembuatannya.

“Tahap pembuatannya secara garis besar yaitu pembuatan konsentrat protein albumin dari ikan gabus. Setelah itu, dilarutkan dan dicampur dengan bahan tambahan seperti perisa, madu, pengawet, dan penstabil. Penentuan formulasi terbaik amat penting karena berpengaruh pada rasa yang dapat diterima oleh anak-anak. Selanjutnya dipasteurisasi dan dilakukan pembotolan pada produk,” tutur Prof Abu.

Konsentrat ikan gabus yang diinginkan yaitu memiliki ukuran partikel nano sehingga mampu dilarutkan. Hal ini dikarenakan perlakuan tersebut mampu mengurangi laju pengendapan akibat besarnya ukuran partikel. Selain itu kecepatan pengadukan yang tepat akan menghalangi terjadinya pemisahan fase yang mengakibatkan

terbentuknya endapan pada sirup.

Tahapan lainnya dalam proses produksi Metabumin Sirup salah satunya yaitu uji klinik. Ini bertujuan untuk melakukan validasi manfaat sirup terhadap anakanak. Keunggulan lain dari sirup ini tidak hanya tinggi kandungan albumin, tapi juga kaya akan zat gizi lainnya seperti asam amino, lemak esensial, vitamin B12, dan mineral makro (Fe, Zn, dan Cu) yang dapat membantu tumbuh kembang anak serta peningkatan pada sistem imun.

Metabumin Sirup baik digunakan untuk anak usia kurang dari 10 tahun yang batas usia minimal 2-3 tahun dengan dosis konsumsi 5 ml takaran sendok per dua kali dalam sehari. Uniknya, meskipun produk ini dikhususkan untuk anak-anak, tapi anak di usia 10 tahun ke atas hingga dewasa dapat pula mengonsumsi sirup ini sebagai suplemen makanan dengan dosis konsumsi 5 ml takaran sendok per tiga kali dalam sehari. Produk ini tidak dianjurkan bagi siapapun yang memiliki alergi terhadap ikan ataupun protein albumin.

Prof Abu berharap agar penelitian ini mampu berkontribusi dalam penyiapan sumber protein untuk anak-anak. Ia mencanangkan agar tahap uji klinis sirup dispersi ikan gabus dapat dirampungkan pada akhir tahun 2022 sehingga dapat dilakukan pengajuan izin ke BPOM.

Di sisi lain, Prof Veni sebagai ahli gizi menyampaikan beberapa hal terkait penelitian kolaborasi yang mereka lakukan.

“Anjuran konsumsi ikan dari pemerintah merupakan salah satu bagian kecil dari sekian banyak program dalam pilar food security dan ini masih kurang. Anak yang asupan gizinya cukup saja itu masih perlu suplemen, sehingga penelitian oleh prof Abu itu luar biasa dan harus diapresiasi kedepannya untuk menjadi salah satu suplemen yang bisa dikonsumsi,” jelas Prof Veni. Ivana Febrianty

DANGKE

Kelas

22 identitas Unhas Riset
Naik
FOTO: IDENTITAS/NIRWAN

Sapi Perah: Susu sapi perah, bahan dasar untuk membuat produk dangke berasal dari olahan susu sapi.

Banyak

yang mengira dangke ialah kue tradisional, namun dangke adalah keju. Dangke terbuat dari susu kerbau atau sapi yang diolah secara tradisional dengan cara direbus sampai mendidih. Tandanya, jika tampilannya berubah warna dari putih bersih menjadi kekuningan artinya dangke sudah matang.

Pangan olahan yang ada sejak 1905 ini dibuat dengan penambahan getah pepaya sebagai penggumpal. Tanaman pepaya (Carica papaya L) mengandung cairan

getah yang larut di dalam air, yang banyak terdapat pada buah yang muda, tangkai daun, dan batang yang boleh ditoreh.

Keju dangke yang aman untuk kesehatan ini berbentuk mirip tahu, memiliki rasa gurih dengan aroma khas yang tak kalah dengan keju buatan luar seperti Italia. Komposisinya tanpa sedikit pun mengandung campuran bahan pengawet, membuat dangke hanya bertahan beberapa hari.

Salah satu kendalanya, tidak ada standarisasi dalam pengolahannya. Hal ini mengakibatkan rentan mengalami

No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022 23

kegagalan serta rawan terjangkit mikroba. Kondisi ini melatarbelakangi Prof Dr drh Ratmawati Malaka MSc melakukan pengembangan dangke untuk hilirisasi produk.

Standarisasi produk

Penelitian dilakukan Ratmawati untuk memberikan solusi standarisasi pembuatan. Mulai dari pasteurisasi yaitu pemanasan susu yang dilakukan mulai dari awal pembuatan hingga tahap penyaringan dan pencetakan.

Dosen Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin mengatakan sejak dulu masyarakat mengelola dangke dengan cara memanaskan hingga mendidih yang membuat protein pada susu rusak. “Yah siasia jadinya kalau protein itu tidak ada lagi, tidak ada nilai gizi,” ujar Ratmawati, Selasa (6/9).

Maka, Ratmawati melakukan standarisasi dengan mengubah tahap pertama menjadi pasteurisasi dengan tujuan untuk mengurangi populasi mikroorganisme pembusuk sehingga lebih awet, dilakukan dengan suhu 65oC (LTLT) maupun dengan suhu 71oC (HTST) dengan panci terbuka diaduk untuk menghindari pemanasan setempat. Pengadukan perlu dilakukan untuk memastikan semua partikel air susu mendapatkan pemanasan yang cukup dan merata.

Tahap selanjutnya dari pembuatan dangke yaitu penambahan getah pepaya yang mengandung enzim protease sulfhydryl atau papain. Enzim ini berfungsi mengkatalisis reaksi-reaksi biologi yang akan menggumpalkan susu. Ditambahkan pada 10 menit pemanasan susu, getah dari buah pepaya dicampur dengan air kemudian dikocok-kocok hingga tercampur rata. Standar konsentrasi papain kasar 0,5 persen dengan suhu pemanasan 75oC dapat menghasilkan dangke dengan kadar protein, kadar lemak, dan kadar laktosa yang tertinggi.

Setelah penambahan larutan getah pepaya, selanjutnya penyaringan gumpalan (curd) dari cairan (whey) yang sekaligus sebagai tahap pencetakan dangke. ‘Susu sesaat’ setelah penambahan larutan getah pepaya diaduk perlahan agar enzim proteolitik dan suhu pemanasan dapat menyebar secara merata pada semua partikel susu. Setelah itu, susu didiamkan hingga terbentuk gumpalan yang memisah dari cairan berwarna kuning.

Inovasi lain pada penelitian ini yaitu menganti larutan getah pepaya berbentuk kering yang lebih muda pengolahannya. Alat pencetak dangke yang digunakan 100% adalah tempurung kelapa di mana cairan yang tersisa dari penyaringan awal akan keluar melalui lubang pada bagian bawah tempurung. Gumpalan dicetak harus dalam kondisi panas agar satu sama lain dapat melekat sehingga tekstur dangke yang dihasilkan padat dan kompak.

Standarisasi ini menjawab kesalahan kerapnya dangke yang diproduksi pahit serta mudah basi. Selain itu, standarisasi ini juga memberi peranan dalam pengembangan dangke di Kabupaten Enrekang. Mengingat pengembangan usaha pengolahan dangke di Kabupaten Enrekang ini berperan penting dalam mendukung peningkatan konsumsi susu nasional. Produksi dangke juga meningkatkan penyerapan susu hasil produksi peternak lokal serta memberikan nilai tambah dari susu itu sendiri.

Selain merupakan wahana dalam upaya penyerapan tenaga kerja di pedesaan, usaha dangke juga menjadi penggerak roda perekonomian serta pelayanan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

Hal tersebut dimungkinkan mengingat karakteristik usaha kecil yang fleksibel terhadap krisis ekonomi. Alasannya karena dijalankan dengan ketergantungan yang rendah terhadap pendapatan sektor moneter. Keberadaannya terletak di seluruh pelosok negeri sehingga mudah dijangkau oleh sebagian besar masyarakat.

24 identitas Unhas Riset

Keju ripening dangke

Inovasi lainnya dalam penelitian ini yaitu membuat diversifikasi keju yang menjadikan dangke “naik kelas”. Menggunakan teknologi ripening yaitu mematangkan keju dengan melakukan inkubasi pada suhu tertentu yang membentuk fermentasi alami mikroba pada susu.

Dilanjutkan dengan teknologi inokulasi yaitu kegiatan pemindahan starter kultur probiotik dari medium yang lama ke medium yang baru. Proses itu menjadikan keju yang diproduksi skala laboratorium ini tidak mudah terkontaminasi bakteri.

Keju ripening dengan kandungan probiotik yaitu mikroorganisme baik yang mengandung antioksidan untuk membantu melindungi dan memelihara kesehatan sistem pencernaan, terutama lambung dan usus. Selain itu, memiliki keunggulan gizi dan kaya akan protein yaitu sebesar 35-40 persen.

Keju yang telah memiliki merek dagang “Dancess” teruji lebih awet dari dangke biasanya. Alasannya karena penguapan air yang membuat aktivitas air rendah sehingga keju ini dapat disimpan selama tiga bulan pada suhu ruangan.

Berdasarkan sifat dan teksturnya keju ripening tergolong keju lunak (soft cheese) dengan kadar air sekitar 45,75 persen. Tampilannya pun cukup menarik dengan kemasan plastik pangan olahan yang mirip daun pisang agar tidak menghilangkan ciri khas dangke tradisional.

Penelitian yang dikembangkan sejak tiga tahun lalu ini akan terus dilanjutkan dan dipromosikan baik dalam juga luar negeri. “Saya ingin dangke dan produk Dancess ini dikembangkan lebih lanjut dan semoga nantinya dapat dikomersilkan secara industri,” harap guru besar Fakultas Peternakan itu.

Nur Alya Azzahra

No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022 25
SUMBER FOTO: YOUTUBE (RATMAWATI MALAKA) Foto:
IDENTITAS/Nur Alya
FOTO:
IDENTITAS/NIRWAN

Suara klakson dan kicauan burung saling beradu menemani seorang petani di desa Borongpa'la'la, Kamis (8/9) yang tengah menyemprotkan pestisida di sawahnya.

LAHAN SEMPIT PETANI MENJERIT

Seorang petani di kompleks Wesabbe, Kecamatan Tamalanrea, kota Makassar, Rabu (14/9) sedang berdiri dibawah jaring sambil mengawasi padinya agar tidak habis dimakan burung pipit.

Indonesia

dikenal sebagai negara agraris, memiliki tanah yang subur sehingga tanaman apapun dapat tumbuh di Indonesia. Karena hal itu, juga membuat masyarakatnya banyak yang bekerja sebagai petani.

Namun sayangnya tantangan yang dihadapi petani setiap hari semakin banyak, mereka tidak hanya dihantui oleh tingkat kesejahteraan yang rendah, namun pada kenyataannya, kondisi lahan yang semakin menyempit akibat dari fenomena urbanisasi makin sering terjadi.

Dilansir dari Sindonews.com, Sabtu (17/9), data terakhir yang dikeluarkan oleh Badan Pertahanan Nasional (BPN) tercatat 2.035 hektare lahan yang tersisa di kota Makassar.Angka tersebut menunjukkan adanya penurunan sebanyak 601 luas lahan dibandingkan data luas kawasan pertanian di Makassar pada tahun 2017 lalu yang mencapai 2.636.

FOTO DAN NASKAH: IDENTITAS/ILHAM ANWAR
“Stop Kekerasan Seksual.” Korban kekerasan seksual berpotensi besar mengalami depresi yang dapat berujung gangguan kejiwaan. Korban juga menjadi lebih sering menyendiri dan lebih sulit untuk mempercayai orang lain. Tangan Binal Mencari Korban
FOTO: IDENTITAS/MUHAMMAD MUKRAM MUSTAMIN

KAMPUS HARUS PUNYA SENJATA PAMUNGKAS NADIEM

Kasus kekerasan seksual yang terpendam kini mulai mencuat ke permukaan setelah adanya regulasi yang dianggap bisa menjadi solusi dari keresahan para penyintas.

Kekerasan

seksual di lingkungan kampus akhir-akhir ini ramai diperbincangkan. Topik ini meledak lantaran kampus yang seharusnya merupakan tempat ruang aman justru menjadi tempat oknum bejat memuaskan hasratnya. Sungguh ironis ketika tempat yang diharapkan menjadi wadah berkembangnya ilmu pengetahuan, justru dicoreng oleh tangantangan yang tidak bertanggung jawab.

Jumlah kasus kekerasan seksual yang meningkat setiap tahunnya membuat Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim berinisiatif untuk membuat peraturan yang bisa menggandeng seluruh kampus dalam memerangi kekerasan seksual.

“Angka kasus pada tahun 2021 melampaui tahun lalu (2020), periode Januari-Juli 2021 sudah mencapai 2.500 kasus.” jelasnya dalam sambutan di acara Nonton Bareng (Nobar) Virtual dan Webinar 16 Hari Anti Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan.

Bahkan dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Kemendikbudristek pada 2020, sebagian besar responden survei (dosen) mengakui adanya tindak kekerasan seksual di lingkup perguruan tinggi.

“Kami pernah melakukan survei, 77 persen dari dosen yang mengisi survei menyatakan kekerasan seksual pernah terjadi, 63 persen dari 77 persen ini tidak melaporkan karena stigma yang telah dibangun oleh masyarakat,” tuturnya di acara Mata Najwa, Kamis (11/11/2021).

Berangkat dari hal tersebut, Nadiem lalu menetapkan regulasi yang ditetapkan dalam Permendikbudristek No. 30 tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan

Kekerasan Seksual di Lingkup Perguruan Tinggi yang disahkan pada tanggal 31 Agustus 2021. Peraturan tersebut nantinya akan menjadi pedoman bagi kampus untuk menyusun kebijakan dan mengambil tindakan pencegahan serta penanganan kekerasan seksual.

Usai disahkannya peraturan tersebut, terdapat banyak kontroversi muncul dari berbagai kalangan umum mengenai kandungan di dalamnya. Banyak kritikan mengenai Permendikbudristek yang seolah mendukung dan melegalkan seks bebas, utamanya pada pasal yang menyebutkan kata “consent” atau persetujuan kedua belah pihak. Nadiem tentu saja membantah hal tersebut dan menegaskan bahwa peraturan ini berfokus pada perspektif korban.

“Kemendikbudristek tidak pernah mendukung dan melegalkan seks bebas atau zina, kesalahpahaman ini terjadi karena terdapat klausul yang diambil di luar konteks,” jelas Nadiem.

Walau banyak polemik yang menyorot peraturan ini, Nadiem optimis Permendikbudristek mampu memberikan respon positif bagi situasi darurat yang menimpa perempuan, khususnya pelajar dan mahasiswa. Dalam peraturan ini pula, ia menghendaki agar setiap perguruan tinggi memiliki Satuan Tugas (Satgas) Penanganan dan Pencegahan Kekerasan Seksual (PPKS) sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Dilansir dari Kompas.com, Nadiem menekankan adanya Satgas PPKS sebagai pemimpin edukasi tentang pencegahan, penanganan semua laporan, hingga melakukan pemantauan dan evaluasi terkait kasus kekerasan seksual di dalam kampus.

30 identitas Unhas LAPORAN UTAMA

Satgas: Di tengah maraknya kasus pelecehan seksual yang bermunculan di kampus-kampus, Kemendikbudristek menghimbau seluruh universitas untuk membentuk satgas.

FOTO: IDENTITAS/OKTAFIALNI RUMENGAN

“Untuk menumbuhkan kehidupan kampus yang manusiawi, bermartabat, setara, inklusif, kolaboratif, serta tanpa kekerasan di antara mahasiswa, pendidik, tenaga kependidikan, dan warga kampus di Perguruan Tinggi,” visi yang tertulis dalam Permendikbud No. 30 tahun 2021 pasal 2b.

Nadiem pun mewajibkan setiap perguruan tinggi membentuk Satgas PPKS paling lambat setahun setelah ditetapkannya Permendikbudristek. Kampus yang tidak ikut serta dalam mewujudkan peraturan tersebut akan diberi sanksi administrasi berupa penghentian bantuan keuangan atau sarana dan prasarana bahkan penurunan tingkat akreditasi.

Anggota satgas PPKS nantinya berasal dari unsur civitas akademika, yaitu dosen, tenaga kependidikan (tendik), dan mahasiswa. Hal itu dilakukan untuk mengurangi relasi kuasa yang terkadang menjadi penyebab utama terjadinya kekerasan seksual. Misalnya, kekerasan seksual yang dilakukan dosen ke mahasiswa.

Seperti yang terjadi kepada salah satu mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Riau (Unri) pada 2021, ia diduga mengalami kekerasan seksual oleh dosennya saat melakukan bimbingan skripsi. Ia mengaku dicium pipi dan keningnya oleh pelaku, bibirnya pun hampir dicium.

“Dia mendongak kepala saya dan bilang ‘mana bibir, mana bibir’. Saya ketakutan dan gemetar,” katanya dalam video yang viral di media sosial setelah diunggah akun Instagram @komahi_ur, Kamis (4/11/2021).

Apabila satgas PPKS telah terbentuk di seluruh kampus yang ada di Indonesia, diharapkan satgas tersebut bisa melakukan pendampingan dan penjaminan kepada hak-hak korban. Harapan terbesar tentu saja agar satgas ini dapat menekan tingginya kasus kekerasan seksual di perguruan tinggi.

Akan tetapi, di tengah gencarnya realisasi aturan-aturan Permendikbudristek yang cemerlang itu, masih ada saja kampus yang belum sigap dalam membentuk satgasnya yang ideal. Setelah lebih dari setahun aturan tersebut disahkan beberapa kampus masih tersandung kendala yang beragam dalam upaya pembentukan satgasnya. Unhas menjadi salah satu perguruan tinggi yang menemui kendala. Meskipun telah memiliki satgas, sayangnya satgas tersebut belum sesuai dengan prosedur yang ditetapkan Kemendikbudristek. Lantas bagaimana Unhas menanggulangi hal ini? Mengingat satgas ini sangat penting untuk direalisasikan.

No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022 31 LAPORAN UTAMA

SATGAS IDEAL KASUS KKN BUTUH

Kasus pelecehan KKN di Kabupaten Takalar belum menemukan titik terang, lantaran penanganan Satgas PPKS Unhas belum ideal sesuai prosedur kementerian.

Apa

sih yang terlintas dalam benak kalian jika mendengar kata KKN? Pengabdian? Dapat gebetan baru? Atau sesuatu hal menyenangkan lainnya? Nyatanya hal tersebut, tidak sesuai dengan ekspektasi Luna (nama samaran korban).

Malangnya nasib Luna mendapatkan teman KKN yang kurang menyenangkan. Suatu hari, ia menangkap basah teman poskonya mengambil gambar saat dirinya mengganti pakaian. Hingga membuat kasus ini viral dan masuk dalam penanganan Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) Unhas.

Ini merupakan satu dari banyaknya kasus

kekerasan seksual di lingkungan kampus. Bahkan tahun sebelumnya, tercatat terdapat 2.500 kasus kekerasan seksual dalam laporan Komisi Nasional Anti Kekerasan Seksual (Komnas) Perempuan periode Januari-Juli 2021.

Tak menutup kemungkinan, angka ini akan terus bertambah jika dibiarkan begitu saja. Bahkan di Kampus Merah sudah tercatat terdapat 16 kasus kekerasan seksual sepanjang tahun 2019-2021, seperti yang tertulis dalam Catatan Tahunan (Catahu) Komite Anti Kekerasan Seksual Unhas yang diterbitkan pada Maret 2022.

“Adapun bentuk kekerasan seksual yang banyak terjadi adalah kekerasan fisik

32 identitas Unhas LAPORAN UTAMA
FOTO: IDENTITAS/MUHAMMAD MUKRAM MUSTAMIN

(penganiayaan dan pemukulan), pelecehan, dan Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO). Pelaku pelecehan di antaranya 38 persen mantan pacar, 25 persen teman, dan 13 persen pacar,” tertulis dalam Catahu Komite Anti Kekerasan Seksual Unhas.

Menindak lanjuti kasus yang dialami Luna, saat dikonfirmasi kepada Ketua Pusat Pengembangan Kuliah Kerja Nyata (P2KKN) Unhas, Muhammad Kurnia PhD, membenarkan hal tersebut.

Hanya saja, Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) itu mengatakan kasus ini bukan lagi kewenangannya tetapi telah diserahkan kepada Satgas PPKS Unhas sebagai implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) No. 30 tahun 2021. “Sudah ada tim khusus yang menangani kasus tersebut,” tuturnya saat ditemui di ruangannya, Selasa (2/8).

Ketua Satgas PPKS Unhas, Prof Dr Farida Patittingi SH MHum menjelaskan kasus pelecehan seksual di KKN memang merupakan kewenangannya. Akan tetapi, ia hanya sebatas memberikan rekomendasi sanksi untuk diteruskan ke Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan. “Kami sudah memberikan pertimbangan ke WR I untuk merespon laporan dari P2KKN,” ucap Farida saat dimintai keterangan, Senin (22/8).

Merespon rekomendasi yang diberikan oleh pihak Satgas PPKS, Prof Muhammad Ruslin selaku WR I menyatakan kasus KKN ini telah dikembalikan kepada Satgas PPKS. “Kami sudah kembalikan ke tupoksinya, takutnya kalau WR I yang menyelesaikan kasusnya, nanti ditanya apa dasarnya,” jelasnya, Selasa (6/9).

Pihaknya telah menindaklanjuti kasus pelecehan mahasiswa KKN di Takalar, dengan meminta keterangan ke Dosen Pendamping KKN (DPK), terduga korban, terduga pelaku, dan teman KKN.

Setelah kembali menangani kasus tersebut, Prof Farida menyampaikan bahwa Satgas PPKS masih ditahap pemeriksaan keterangan

dari terduga pelaku. “Sudah dirapatkan pada 8 September untuk mendengarkan keterangan terduga pelaku,” jelasnya, Jumat (9/9).

Terkait pengambilan keputusan akhir, mantan Dekan Fakultas Hukum ini kembali menjelaskan, rektor yang memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan. “Satgas hanya memberikan rekomendasi, sedangkan yang memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan adalah rektor,” jelasnya.

Layaknya bola pimpong yang tak jelas arah pantulannya, kasus yang ditangani ini belum memberikan kejelasan dalam penanganan. Hal ini didukung dengan tidak tercantumnya Unhas dalam situs merdekadarikekerasan. kemdikbud.co.id sebagai kampus yang memiliki Panitia Seleksi (Pansel) Satgas PPKS.

Meski ada lembaga serupa yang dimiliki, hanya saja belum sesuai dengan prosedur yang ada. Seperti tidak meratanya perwakilan setiap unsurnya. Baik itu mahasiswa, dosen, dan tendik yang terlibat.

Prof Farida mengakui bahwa Satgas PPKS yang dibentuk pada 16 November 2021 oleh Rektor Unhas belum sesuai prosedur. “Rektor sebelumnya (red: Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu MA) yang membentuk Satgas PPKS, namun belum sesuai ketentuan dalam Permendikbudristek,” ucapnya, Senin (22/8).

Begitu pun dengan Satgas yang dibentuk pada masa Prof Jamaluddin Jompa (JJ), di mana Satgas ini merupakan tindak lanjut dari sebelumnya, sesuai keputusan Rektor Unhas No. 5282/UN4.1/KEP/2022 pada 29 Juli 2022. Satgas PPKS ini pun belum sesuai dengan tata cara dari kementerian.

Simpang siurnya penanganan kasus KKN ini, seakan membenarkan bahwa Satgas Unhas belum ideal dalam menangani kasus pelecehan di lingkungan kampus. Hingga berita ini ditulis, Unhas belum mengambil keputusan.

No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022 33 LAPORAN UTAMA

Satgas Ideal di Mata Aturan

Keberadaan

tim yang mencegah dan menangani kasus pelecehan seksual di perguruan tinggi dapat memberi rasa aman civitas akademika dari kekerasan seksual. Maka itu, kampus wajib memiliki Satuan Tugas (Satgas) sesuai dengan Peraturan Mentri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) 30 Tahun 2021.

Mengacu pada peraturan yang terbit Agustus 2021 ini, terdapat mekanisme pembentukan Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS). Anggota Tim Isu Kekerasan Seksual dari Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Rusprita Putri Utami mengatakan setiap kampus wajib menunjuk seorang administrator.

“Seorang administrator dengan tugas menginput nama-nama calon pansel dan data lainnya seperti, curriculum vitae, daftar riwayat hidup, dan surat rekomendasi masing-masing calon anggota,” tutur Rusprita Putri Utami saat diwawancarai via Zoom Meeting, Rabu (31/08).

Tahap awal kampus mengusulkan minimal sepuluh calon Panitia Seleksi (Pansel) ke kementerian melalui administrator. Setelah itu, mereka akan mengikuti pelatihan dan diseleksi di portal merdekadarikekerasan.kemdikbud.go.id/ portalppks

Pansel ini setelah terbentuk akan berfungsi membentuk satgas di kampus masing-masing. Jika mereka memenuhi nilai kelulusan, maka nama-nama tersebut akan diumumkan oleh Kemendikbudristek. Setelah diumumkan, calon Pansel akan melalui uji publik dimana akan menerima saran dari warga kampus dan pihak eksternal yang terkait.

Tahapan hingga terbentuknya Satgas PPKS, menjadi penting lantaran adanya uji publik. Kesempatan ini digunakan calon Pansel untuk menerima masukan dari masyarakat kampus.

Meskipun begitu, belum ada tata cara bagaimana melakukan uji publik dari Permendikbudristek 30 Tahun 2021 . Tetapi sudah ada contoh untuk melaksanakannya.

Tim teknis dari Staf Khusus Menteri Bidang Kompetensi dan Manajemen dalam Isu Kekerasan Seksual, Paula Litha menjelaskan contoh praktik baik bagi kampus yang telah melakukan uji publik dengan mengundang pihak eksternal, seperti Komisi Nasional (Komnas) Perempuan, Polisi Resor (Polres) setempat, dan Dinas Sosial.

“Tidak serta merta harus mengundang lembaga spesifik atau individu, namun idealnya memiliki kompetensi untuk menilai caloncalon Satgas PPKS tersebut,” jelas Paula Litha saat diwawancarai via Zoom Meeting bersama Rusprita.

34 identitas Unhas LAPORAN UTAMA
“Uji publik menjadi poin penting terbentuknya Satgas PPKS yang dicita-citakan.”

Setelah melewati uji publik, akan ditetapkan Pansel melalui Surat Keputusan (SK) dari pemimpin kampus. Pansel akan bekerja menyusun petunjuk teknis, seleksi, merekrut, memilih dan akhirnya merekomendasikan anggota Satgas PPKS kepada pemimpin universitas.

“Setelah itu, Satgas akan mengikuti pelatihan di laman PPKS untuk menambah kapasitas mereka,” ujar Rusprita.

Satgas PPKS memangku kepentingan dalam menindaklanjuti kekerasan seksual berdasarkan laporan, menangani kasus, pemeriksaan, menyusun kesimpulan dan memberikan rekomendasi kepada pemimpin universitas, serta mengawasi pelaksanaan rekomendasi dari Satgas PPKS.

Sayangnya, tidak ada anggaran khusus dari Kemendikbudristek ke Satgas untuk melakukan pencegahan dan penanganan.

Menurut Rusprita memang tidak ada anggaran yang digelontorkan, tetapi Kemendikbudristek siap membantu untuk pendampingan atau penguatan Satgas PPKS.

“Sebenarnya perguruan tinggi wajib menciptakan ruang aman bagi seluruh warga kampus,” kata Rusprita. Maka itu, Permendikbud 30 Tahun 2021 Pasal 37, telah mengatur pemimpin kampus harus memfasilitasi dalam bentuk sarana dan prasarana operasional, pembiayaan pencegahan dan penanganan, perlindungan keamanan anggota Satgas, dan pendampingan hukum anggota Satgas.

Di kampus Unhas, terbentuknya Satgas PPKS sesuai prosedur kementerian masih perlu untuk menunggu, entah sampai kapan? Hanya baru beberapa langkah yang diambil dan belum dapat dikatakan sampai setengah jalan.

No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022 35 LAPORAN UTAMA
INFOGRAFIS: IDENTITAS/NUR MUTHMAINAH

SATGAS PPKS ‘TERSANDUNG’ MASALAH TEKNIS

Kurangnya komunikasi antara pimpinan dengan stafnya menjadi batu sandungan belum terwujudnya Satgas PPKS

Mewujudkan

Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) di Kampus Merah, Unhas telah tanggap sejak awal. Setelah keputusan Peraturan Mentri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) nomor 30 tahun 2021 diresmikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendesakkan seluruh perguruan tinggi wajib membentuk Satgas paling lambat setahun setelah ditetapkan pada 31 Agustus 2021.

Respon terhadap imbauan tersebut, Rektor Unhas Periode 2018-2022, Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu telah membentuk Satgas PPKS, walaupun masih bersifat sementara sebagai respon cepat kampus.

“Dulu, ibu rektor pernah membentuk Satgas, namun belum sesuai dengan ketentuan yang ada di Permendikbudristek. Kami apresiasi karena ibu rektor telah merespon secara cepat,” ucap Prof Farida Patittingi selaku Ketua Satgas PPKS saat diwawancarai, Senin (22/08).

Tertulis dalam surat Keputusan Rektor Unhas No 7087/UN4.1/KEP/2021, Satgas kala itu terdiri dari delapan anggota dengan Ketua Sekretaris Universitas, Prof Nasaruddin Salam. Walaupun pembentukan Satgas belum sesuai dengan pasal 27 dan pasal 28 Permendikbudristek, di mana anggota Satgas harus berjumlah gasal dan melibatkan unsur mahasiswa minimal 50 persen.

Perempuan yang kini menjabat Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia, Alumni,

dan Sistem Informasi mengatakan kurang mengetahui ketidaksesuaian tersebut. “Saya pernah tanya ke Prof Nas (red: sapaan akrab Nasaruddin Salam), menjelaskan bahwa di Permendikbudristek belum ada petunjuk teknisnya,” tuturnya.

Pergantian kepemimpinan universitas dari Prof Dwia ke Prof Jamaluddin Jompa, ikut memperbaharui pembentuk Satgas PPKS. Satgas telah diperbarui berdasarkan Surat Keputusan Rektor Nomor 5282/UN4.1/ KEP/2022, pada Jumat (29/7), menggantikan Satgas pada masa Prof Dwia.

Meskipun Satgas ini masih bersifat sementara juga untuk menangani kasus yang terjadi, seperti pelecehan seksual di kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Prof Farida mengatakan Satgas PPKS yang dibentuk pada 29 Juli 2022 ini mendapatkan perintah dari Rektor Unhas untuk mengimplementasikan Permendikbudristek nomor 30 tahun 2021.

“Tahap awalnya sudah kami lakukan dengan mengirimkan sepuluh nama calon pansel ke Kemendikbudristek. Sudah ada tanda terima, namun belum ada respon Kemendikbudristek,” jelas Dekan Fakultas Hukum Periode 2014-2022

Berdasarkan berita sebelumnya berjudul “Satgas Ideal di Mata Aturan”, dijelaskan secara detail mekanisme pembentukan Satgas PPKS.

Saat dikonfirmasi, Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) dari Kemendikbudristek, Rusprita Putri Utami mengatakan Unhas telah lama menginput nama administrator,

36 identitas Unhas LAPORAN UTAMA

namun belum bekerja sama sekali. “Hingga nama Pansel lama keluar di website kementerian, jadinya calon Pansel tidak dapat mengikuti materi dan proses seleksi,” ucapnya.

Senada dengan itu, Tim Teknis Staf Khusus Menteri Bidang Kompetensi dan Manajemen dalam Isu Kekerasan Seksual, Paula Litha menyampaikan keresahannya. “Saya juga telah menginfokan beberapa kali bahwa dari Unhas belum memasukan data, cap panselnya, dan lain-lain. Saya cukup menyayangkan dari Unhas karena melihat sepertinya kurang inisiatif,” tuturnya saat diwawancara, Rabu (31/08).

Rusprita lebih lanjut menjelaskan Kemendikbudristek telah melakukan berbagai upaya untuk membantu mempercepat terwujudnya Permendikbudristek No. 30 tahun 2021 ini.

“Kami sudah dua kali membuat grup Whatsapp untuk administrator portal PPKS, dua kali pertemuan untuk berdiskusi mengenai apapun, yang kami sebut ‘Berbincang Pagi’, mengingatkan selalu para administrator. Tapi memang dari sisi dia (Unhas) belum ada respon yang baik,” jelas Rusprita.

Saat mendalami mengenai permasalahan ini, administrator yang bertugas, Muhammad Irsan menjelaskan, Unhas baru menginput data dan itupun baru dilakukan September ini.

“Pelaporan secara ke sistem, baru sampai di situ (menginput data), dan baru beberapa hari lalu saya input karena kemarin ada miskomunikasi,” tuturnya saat diwawancara di ruangannya, Senin (5/9).

Lamanya penginputan data lantaran ia tidak mengetahui harus bertanya ke mana untuk menindaklanjuti. Ditambah juga ia punya kesibukan disaat pergantian rektor lama ke rektor baru.

“Saya hanya menunggu perintah dan tidak tahu kelanjutannya bagaimana. Itu hari saat pergantian pimpinan, kami semuanya sibuk dan saya bingung harus berkomunikasi dengan siapa,” ucap pria yang berkantor di Lantai 2 Rektorat Unhas.

Hal inilah yang memperlambat terwujudnya Satgas PPKS di lingkup kampus. Sebagai PTNBH di Indonesia Timur, Unhas tentu harus menjadi contoh bagi perguruan tinggi lainnya.

Seperti yang diucapkan oleh Rusprita, “Alurnya (pembentukan Satgas PPKS) masih panjang untuk Unhas.”

Tim Liputan

INFOGRAFIS: IDENTITAS/NURUL HIKMA

No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022 37 LAPORAN UTAMA
Nurul Habaib Al Mukarramah, Mahasiswa Fakultas Hukum Unhas yang kini aktif di dunia seni digital. Ia kerap
membagikan
pengalaman mengikuti IISMA. Habaib
juga gemar membagikan pemikiran khususnya tentang perubahan iklim melalui akun instagram pribadinya @habaiblulu.
FOTO: IDENTITAS/NIRWAN

Motivasi Didit Menggapai Mimpi

Kalimat

tersebut menjadi pegangan teguh perjalanan hidup dan citacita seorang mahasiswa Unhas, Muhammad Dwi Wahyu, dari dulu hingga sekarang. Tragedi jatuh bangun yang ia alami, tak menghentikan langkahnya untuk terus belajar hingga berhasil menjadi seorang dokter.

Alumnus Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran (FK) Unhas tersebut kini sedang menempuh studi sebagai Ph.D. Student di Universitas Niigata, Jepang. Tak semudah membalikkan telapak tangan, Didit membagikan kisah hidup menjadi seorang dokter yang penuh tantangan melalui Instagram pribadi miliknya (@doc.didit) serta kanal YouTube Doc Didit miliknya.

Content creator yang kini memiliki puluhan ribu pengikut tersebut, menceritakan inspirasi awalnya membuat konten online. Berangkat dari alasan untuk mencari uang tambahan selama studi S3 di Jepang, Didit akhirnya mulai membagikan berbagai hal di akun pribadinya.

“Youtube dan Instagram menjadi media yang potensial karena saya sendiri memiliki kepercayaan diri untuk berbicara di depan kamera,” ujarnya.

Melalui kontennya, Didit berbagi tips kuliah kedokteran, pengalaman pribadi yang kiranya

bisa memotivasi, edukasi kesehatan, dan tak lupa ia juga membagikan kesehariannya sebagai seorang dokter sekaligus mahasiswa S3 di Jepang.

Alumnus SMAN 5 Gowa itu berhasil masuk FK di usia yang terbilang sangat muda, 16 Tahun. Ketertarikannya pada dunia riset dan keilmuan, serta jejak alumni SMA-nya menjadi alasan ia memilih jurusan Pendidikan Dokter.

Perjalanan Didit menjadi seorang dokter tidak bisa dikatakan mudah. Sebelum terdaftar menjadi mahasiswa FK Unhas, ia sempat tertolak hingga enam kali tes masuk di berbagai universitas pada saat itu.

Tidak berhenti sampai di situ, saat menjadi mahasiswa kedokteran Unhas, tantangan seakan datang silih berganti. Didit mengaku sempat mengalami pergolakan kehidupan secara finansial, hingga memicu ketidakstabilan mental selama studinya.

Pria kelahiran 18 April 1996 itu bercerita tentang usaha keluarganya yang bangkrut sampai dua kali, serta merugi hingga seluruh aset senilai miliaran rupiah ludes habis digadai dan dijual. Masa sulit tersebut menjadi momen yang tak terlupakan baginya.

“Untuk membantu keluarga, kala itu saya sering bolos. Tetapi selalu saya tanamkan

40 identitas Unhas
“ Tidak ada yang salah dengan orang-orang yang bermimpi tinggi. ” Jeklang Meneladani

bahwa sesulit apapun keadaan, saya tidak boleh berhenti berkuliah,” jelas Didit.

Pada masa sulit itu, Didit sempat berpikir untuk mengambil cuti. Namun ketakutan akan menjadi beban keluarga untuk menanggung biaya semester yang berkepanjangan membuatnya tetap bertahan.

Sebagai salah satu mantan ketua Medical Youth Research Club (MYRC) FK Unhas, ia mengungkapkan keberhasilannya juga tak luput atas dasar dukungan dan rekomendasi oleh Mantan Wakil Dekan FK pada saat itu, Prof dr Nasrum Massi Ph D dan juga Prof dr A Jayalangkara Tanra, Ph D, Sp KJ (K) untuk melanjutkan studi keluar negeri melalui jalur Monbukagakusho/MEXT Jepang.

Selain menjadi mahasiswa, ia juga merupakan salah satu Co-Founder CITO Indonesia yang didirikan pada 2017 silam. Perusahaan tersebut merupakan Start up yang bergerak di bidang inovasi kesehatan untuk pendidikan kesehatan masyarakat. CITO Indonesia juga memastikan bahwa

konten materi yang diberikan didasarkan pada kedokteran berbasis bukti.

“Saat ini saya bertanggung jawab dibidang content writer dan mempekerjakan beberapa talent dalam penulisan skrip konten di Instagram dan di website CITO Indonesia,” pungkasnya.

Hingga kini, Didit juga aktif sebagai Regional Manager Laboratorium Pendidikan Kedokteran (Medulab) Makassar. Medulab terfokus pada pemberian konsultasi dan pendidikan tambahan bagi mahasiswa kedokteran yang akan mengikuti ujian kualifikasi/lisensi dokter nasional Indonesia.

“Saya sangat senang dengan hal-hal yang berbau edukasi. Walaupun dari jauh, saya membawahi beberapa tentor dan menghubungkannya dengan beberapa mahasiswa yang mengikuti kelas” pungkas Didit.

Mantan residen Rumah Sakit Siloam ini mengatakan, prinsip utamanya memang studi, namun tanggung jawab untuk bekerja juga harus terlaksana. Membuat daftar prioritas menjadi salah satu cara Didit untuk membagi peran untuk belajar dan bekerja. Ia menambahkan, membagi waktu untuk berolahraga dan kumpul sama teman-teman juga penting agar tidak burnout dan stres sendiri.

Saat ditanya tentang tips dan trik melanjutkan studi dan mendapatkan beasiswa di luar negeri, Didit mengusung konsep Grand Design of Life, yaitu penyusunan rencana dengan ditulis dan dibagi dalam target jangka pendek dan panjang. Selain itu, menyiapkan kecakapan dalam berbahasa, salah satunya bahasa inggris yang menjadi gerbang untuk mendaftar beasiswa kemanapun.

Di akhir wawancara, Didit mengungkapkan bahwa ia melewati pahit manis hidupnya dengan terus menggantungkan harap dan mimpinya kepada yang Maha Kuasa.

“Tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan menghendaki. Manusia boleh kecewa, tapi tidak untuk terus berdoa dan berusaha,” pungkas Didit.

No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022 41
DOKUMENTASI PRIBADI

CACAR MONYET, JADI PANDEMI BARU

?

Belum

selesai dengan pandemi Covid-19, akhir-akhir ini dunia kembali digegerkan dengan penyakit cacar monyet. Dilansir dari laman resmi World Health Organization (WHO), cacar monyet adalah penyakit yang menyebar dari hewan ke manusia (zoonosis virus) atau dikenal sebagai virus monkeypox

Cacar monyet pertama kali menjangkit manusia pada 1970 di Republik Demokratik Kongo. Kemudian menyebar ke beberapa wilayah di luar Afrika Barat dan Tengah. Pada Agustus 2022, WHO menyampaikan 75 negara telah mengonfirmasi rakyatnya terinfeksi cacar monyet.

Penyakit yang disebabkan oleh virus monkeypox tersebut telah mengambil alih perhatian dunia. Meskipun telah menjadi endemi di negara bagian Afrika, lantas apakah cacar monyet dapat menjadi

Bagaimana Anda melihat fenomena penyakit cacar monyet?

Cacar monyet sudah berpuluh tahun menjadi endemi di beberapa wilayah Afrika. Hal ini karena sebagian monyet di sana menderita penyakit tersebut dan menularkannya ke manusia. Banyak yang khawatir dengan munculnya cacar monyet karena ditakutkan akan mewabah. Pandemi cacar monyet tidak mungkin terjadi.

Banyak yang memperbincangkan penyakit ini karena muncul di saat Covid-19 masih merajalela. Kekhawatiran terpicu dari rumor bahwa kondisi pandemi sebelumnya kemungkinan terulang. Belum lagi karena informasi tentang penyebaran melalui

pandemi seperti Covid-19? Berikut wawancara khusus reporter PK identitas Unhas, Muh. Amar Masyhudul Haq bersama Ahli Epidemiologi Penyakit Menular, Prof Dr Nur Nasry Noor MPH, Selasa (30/8).

manusia. Padahal di Afrika lebih banyak kasus penularan dari binatang ke manusia dibanding manusia ke manusia.

Penularan penyakit tersebut memerlukan kontak langsung dengan penderita atau dengan benda yang sudah terjangkit virus cacar monyet. Virus ini cepat mati ketika berada di luar tubuh, kecuali ketika dia bersama lendir sehingga tidak berbeda jauh dengan Covid-19. Tetapi, penularan tidak bisa terjadi melalui udara, sehingga kecil kemungkinan menjadi pandemi.

Apa yang membedakan cacar monyet dengan cacar lainnya?

Perbedaan mendasar penyakit ini bukan hanya sekedar mengenai kulit. Saat terjangkit,

42 identitas Unhas Wansus
FOTO: IDENTITAS/MUH. AMAR MASYHUDUL

kelenjar yang berada dalam tubuh akan menjadi panas. Cacar monyet dinilai berbahaya untuk anak-anak di bawah delapan tahun dan lanjut usia. Hal ini karena kategori usia tersebut memiliki imunitas natural yang tidak tahan dengan virus monkeypox. Bagi mereka yang memiliki kekebalan tubuh rendah, cacar monyet sama bahayanya dengan Covid-19.

Orang yang terinfeksi cacar monyet akan menjalani 21 hari masa inkubasi setelah terinfeksi. Lalu akan muncul gejala seperti demam, nyeri otot, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Saat gejala ini sudah muncul, segera ke rumah sakit dan minta pemeriksaan sebelum muncul bercak pada kulit.

Mengapa virus yang awalnya hanya menular antar hewan, sekarang bisa melalui hewan ke manusia bahkan manusia ke manusia?

Virus memang memiliki daya adaptasi yang bagus. Jika sudah menyesuaikan diri dengan manusia maka terjadilah penularan manusia ke manusia. Sama halnya dengan penyakit pes atau sampar ratusan tahun lalu. Awalnya, penularan hanya dari hewan ke manusia. Tetapi begitu muncul jenis pes bubonik, penularan dari manusia ke manusia menjadi mungkin.

Apakah virus cacar monyet memang menyebabkan kematian atau ada faktor lain?

Biasanya, infeksi virus menyebabkan kekebalan tubuh menjadi rentan. Itu sebabnya pada orang lanjut usia dan anakanak angka kematian menjadi tinggi karena imunitas yang rendah. Selain itu, penyakit bawaan seperti diabetes dan hipertensi dapat memperparah kondisi penderita. Namun tidak perlu khawatir infeksi saja tidak dapat menyebabkan kematian. Apakah cacar ini dapat disembuhkan atau sembuh sendiri?

Banyak kasus cacar monyet sembuh dengan sendirinya. Antivirus juga dapat digunakan untuk mengobati cacar monyet. Tetapi sampai sekarang

peneliti masih mencari antivirus mana yang paling cocok untuk melawan penyakit ini. Untuk saat ini, antivirus cacar bisa digunakan meskipun dipakai dalam kondisi yang terbatas. Kalau pemberian antivirus dimasifkan, endemi Afrika dapat dihindari.

Apakah akan ada vaksinasi atau sudah ditemukan vaksinnya?

Belum. Vaksin yang efektif dan tidak berbahaya masih dalam proses pengembangan. Untuk melakukan vaksinasi, banyak yang harus diperhitungkan, termasuk efeknya. Itu harus kita perhatikan. Tetapi, karena cacar monyet ini angka kematiannya tidak tinggi, penularannya juga tidak terlalu meluas, maka saya kira harus berhati-hati menggunakan vaksin.

Apa yang dapat dilakukan pemerintah untuk menangani wabah ini?

Cara terbaik mencegah penyakit cacar monyet adalah menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi. Juga tidak menyentuh barang-barang pribadi mereka. Cuci tangan dan kenakan masker karena setiap cairan tubuh termasuk air liur mereka bisa menjadi media penularan. WHO juga menyarankan mengurangi jumlah pasangan seksual. Karena ketika terpapar, maka harus dipantau kesehatannya minimal selama tiga minggu.

No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022 43 ILUSTRASI: IDENTITAS/ANNUR NADIA F. DENANDA

MARRANG PARANOAN

Perintis Berdirinya FIB dan Budayawan Asal Toraja.

ProfDra Marrang Paranoan MS, seorang pelopor berdirinya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin pada 1960. Salah satu budayawan kelahiran Rantepao, Tana Toraja ini merupakan wanita Toraja pertama yang meraih gelar sarjana dan guru besar.

Setelah melewati masa sekolahnya di Toraja, Marrang berniat melanjutkan pendidikannya di Makassar. Namun tantangan terberatnya ialah izin orang tua, karena pada masa itu perempuan tidak lazim bersekolah dan biasanya langsung dinikahkan. Disisi lain, ia merupakan keturunan bangsawan dan telah dijodohkan dengan seorang pemuda pada saat itu. Dengan berbagai pertimbangan, Marrang pun memutuskan untuk tetap

berangkat ke Makassar. Marrang kemudian menyelesaikan pendidikan sarjananya di fakultas yang ia rintis bersama teman-temannya, dulunya dikenal Fakultas Sastra Unhas. Kemudian melanjutkan pendidikan magister di Fakultas Pascasarjana Kegiatan Pengumpulan Kredit Institut Pertanian Bogor (KPK IPB) – Unhas.

Walaupun tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang doktor, ia tetap dapat meraih gelar Guru Besar pada 1989. Saat itu, menyelesaikan pendidikan doktor bukan syarat mutlak untuk meraih gelar guru besar.

Suami Marrang Paranoan juga merupakan dosen Matematika di Unhas, ia dianugerahi tiga anak, bernama Anthon

44 identitas Unhas
Foto Patung Marrang Paranoan
Biografi

Paranoan, Natalia Paranoan, dan Herianto Paranoan. Namun, anak ketiganya meninggal pada 1989 saat masih duduk di kelas 1 SMA.

Dua anak lainnya mengikuti jejak orang tuanya sebagai akademisi. Anthon merupakan dosen teknik dan pernah menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan di Universitas Kristen Indonesia (UKI) Paulus dan saat ini Natalia merupakan Wakil Rektor Bidang Kerjasama, Komunikasi, dan Informasi UKI Paulus Makassar.

Saat ditemui di Rektorat UKI Paulus, Dr Natalia Paranoan SE MSi Ak CA menuturkan bahwa ibunya memiliki jiwa pendidikan yang sangat tinggi. Selama menjalani bangku perkuliahan di Unhas, ibunya juga aktif mengajar sebagai guru di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Makassar pada saat itu.

Walaupun keturunan bangsawan dan mempunyai gelar guru besar, Marrang merupakan orang yang sederhana dan disiplin. “Ia tidak suka terlambat, juga tidak gengsi untuk naik kendaraan umum, seperti pete-pete,” ujar Dosen Akuntansi UKI Paulus, Senin (11/07).

Natalia bercerita, ibunya pernah didatangi seorang mahasiswa untuk berbincang-bincang di kediamannya. Saat hendak pulang, mahasiswa itu meninggalkan amplop tebal berisi sejumlah uang meminta agar diluluskan. Mengetahui hal itu, Marrang memanggil mahasiswa itu dan mengembalikannya.

Pada 2002, Marrang dinyatakan memiliki penyakit kanker darah setelah melakukan pemeriksaan kesehatan tahunan bagi Guru Besar Unhas. Berdasarkan keterangan dokter, pada

saat itu sisa masa hidupnya hanya sekitar enam bulan lagi. Hal itu justru tidak membuatnya takut dan tetap semangat menjalani hidupnya walaupun harus meminum obat kanker yang sulit didapatkan. Tokoh masyarakat Toraja ini kemudian meninggal pada 2006.

Semasa hidupnya, Marrang memberikan banyak kontribusi terhadap masyarakat sekitarnya. Selain aktif dalam dunia pendidikan, Marrang juga aktif mengikuti lomba seperti lomba merangkai bunga dan pidato.

Dengan kepercayaan diri yang tinggi dalam mengikuti lomba membuat dirinya selalu mendapat juara. Bahkan ia juga pernah diwawancara oleh Majalah Kartini, salah satu majalah wanita yang populer pada saat itu. Selain itu, ia sering kali diundang menjadi pembicara di luar negeri.

Natalia bercerita, Marrang tidak suka sendirian. Bahkan sehari sebelum meninggal, ia mengingatkan kembali wasiat agar jasad putra bungsunya dipindahkan berdekatan dengan tempat ia dimakamkan nantinya. “Setelah memastikan itu, ia merasa bersyukur. Keesokan harinya, ia masuk rumah sakit dan malamnya meninggal,” terangnya.

Menutup pembicaraan, Natalia menerangkan, ibunya merupakan orang yang suka menolong dan mudah memaafkan orang lain. Natalia ingat, ibunya pernah berpesan bahwa apa gunanya kita selalu datang ke gereja, berdoa, dan meminta ampun kepada Tuhan, jika tidak dapat memaafkan orang lain.

No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022 45
DOKUMENTASI
PRIBADI
Analisis: Mahasiswa Program Studi Kimia Universitas Hasanuddin menganalisis reaksi kation logam dengan oksin di Laboratorium Kimia Anorganik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada Rabu (14/9). FOTO: IDENTITAS/NUR ALYA AZZAHRA

Alat Bantu

Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan dengan Lampu LED

48 identitas Unhas Riset
DOKUMENTASI PRIBADI

Indonesiayang dikenal sebagai negara maritim, masyarakatnya tidak bisa dilepaskan dari profesi nelayan. Nelayan di Indonesia memanfaatkan kekayaan laut khususnya ikan, dan telah menjadi salah satu sumber perekonomian sejak dahulu.

Potensi ikan Indonesia jika dikelola dengan benar akan memberikan banyak keuntungan bagi nelayan. Tentu, harus dilakukan dengan metode penangkapan yang efektif dan efisien, serta menggunakan cara yang lebih modern. Namun hingga saat ini, tak jarang, nelayan masih menggunakan cara konvensional dalam menangkap ikan. Misalnya, menggunakan alat tangkap seperti, jala, jaring, pancing, dan alat tangkap yang memanfaatkan cahaya.

Alat tangkap ikan menggunakan bantuan cahaya sudah digunakan nelayan sejak dulu. Hanya saja, nelayan masih menggunakan petromaks dan obor. Penggunaan cahaya dalam kegiatan penangkapan ikan dilakukan karena kebiasaan ikan yang menyukai cahaya. Hal ini tentu membantu nelayan dalam hal penangkapan. Namun jika menggunakan petromaks dan obor, sangat dipengaruhi oleh kondisi udara sehingga nyala lampu mudah redup bahkan mati. Selain itu, masa pakai petromaks dan obor lebih singkat, memiliki hawa panas, cahaya tidak dapat diatur, dan tidak ramah lingkungan.

Menaktisi hal tersebut, tim dosen Universitas Hasanuddin coba mengeksplorasi inovasi teknologi light fishing dengan tidak lagi menggunakan petromaks/stromking dan obor. Mereka menggunakan lampu listrik Light Emitting Diode (LED). Tentu, dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan. Dosen Departemen Perikanan, Muhammad Kurnia SPi MSc PhD bersama Prof Dr Ir Musbir MSc dan Prof

Dr Ir Sudirman MP memberi sentuhan teknologi modern dalam kegiatan penangkapan ikan model bagan tancap dengan menerapkan teknologi light fishing menggunakan lampu listrik LED. Perkembangan teknologi kelistrikan ternyata dapat dimanfaatkan dalam bidang penangkapan ikan, khususnya pemanfaatan cahaya lampu sebagai alat penarik dan pengumpul ikan.

Pemanfaatan cahaya dalam menangkap ikan telah dilakukan berpuluh tahun silam. Teknologi light fishing terus berevolusi, hingga kini inovasi light fishing menggunakan lampu listrik LED yang dilakukan Kurnia bersama rekannya di Perairan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) Selat Makassar.

Pemanfaatan lampu listrik LED telah banyak digunakan dalam berbagai penelitian. Lampu LED hemat energi dan ramah lingkungan. Selain itu, kelebihan lampu LED tidak mudah rusak bila terjatuh, terdapat kaca pelindung, dan tahan lama. Sehingga perlu diterapkan dan dikembangkan dalam bidang perikanan tangkap.

No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022 49

Bahkan penelitian yang dilakukan Kurnia bersama tim telah memasuki tahun ketiga.

“Ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya dengan tujuan untuk mengembangkan dan uji coba penerapan teknologi light fishing dalam penangkapan ikan dengan menggunakan alat bantu cahaya lampu LED,” ujar Kurnia.

Pada bagan tancap, teknologi light fishing menggunakan kombinasi warna dari lampu LED. Pada penelitian tersebut, menggunakan dua kombinasi warna, yakni putih-kuning dan putihbiru-kuning. Hal ini bertujuan untuk melihat bagaimana kuantitas ikan yang didapatkan pada masing-masing kombinasi warna. Kombinasi warna lampu dalam pengoperasian bagan tancap merupakan hal penting. Lampu LED ini menggunakan genset sebagai sumber energi.

Lebih lanjut, Kurnia menjelaskan, pengaturan kombinasi dan tata letak warna lampu pada operasi penangkapan ikan selama penelitian, bagian paling luar adalah warna putih, biru, dan kuning. Hal ini sebagai fokus untuk mengkonsentrasikan gerombolan ikan pada catchable area bagan tancap. Selanjutnya, kombinasi warna kedua pada bagian luar adalah putih dan bagian dalam warna kuning sebagai lampu yang berfungsi mengonsentrasikan gerombolan ikan.

“Efektivitas dari sisi kuantitas banyak tidaknya hasil tangkapan berdasarkan kombinasi warna yaitu putih-birukuning,” imbuh Kurnia saat diwawancara di ruangan P2KKN Unhas, Kamis (8/9).

Lampu LED yang digunakan dalam satu bagan tancap berjumlah 14 buah. Pemasangan lampu diatur sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian ikan baik secara vertikal maupun horizontal. Konstruksi lampu dan pencahayaan harus diatur dengan baik, sehingga

pencahayaan dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Generator listrik sebagai sumber pencahayaan menyalurkan dan mendistribusikan listrik ke berbagai bagian bagan. Besarnya aliran listrik pada bagan tancap di bawah 900 Watt.

Saat diwawancara, ia juga menuturkan, teknologi light fishing menggunakan lampu LED pada bagan tancap ekonomis untuk dilakukan masyarakat, terkhusus nelayan. Hal ini karena hasil tangkapan ikan menggunakan teknologi ini cukup banyak dan juga teknologi penggunaan lampu LED yang tahan lama.

“Di Sulawesi Selatan, informasi ini sudah diketahui banyak nelayan, dan mereka telah menerapkannya. Selain daya tahan lampu lebih lama dalam pemanfaatannya, harganya juga murah,” kata Kurnia.

Dalam menerapkan teknologi tersebut, Kurnia menyampaikan tidak ada kendala teknis. Hanya saja kondisi alam tidak bisa diprediksi, kadang dalam proses penelitian, tidak bisa turun akibat bulan purnama, ombak besar, hujan, dan angin.

Saat ini, Kurnia bersama timnya sedang melanjutkan penelitian yang serupa. Adapun lampu LED-nya diletakkan dalam air (underwater). Berbeda dengan penelitian yang sebelumnya yang diletakkan di permukaan saja.

Inovasi instrumentasi alat bantu penangkapan ikan terus dilakukan. Teknologi penangkapan ikan terus berkembang di era disrupsi ini. Untuk itu, Kurnia menekankan, perlunya sosialisasi lebih jauh kepada masyarakat, khususnya nelayan. Bagaimana teknologi di bidang penangkapan ikan sudah sangat maju dan potensi untuk diakses sangat besar. Winona Vanessa HN

50 identitas Unhas Riset
No. 933,
Tahun XLVIII,
Edisi SEPTEMBER 2022 51 DOKUMENTASI PRIBADI

Kebersamaan Harmonisasi Unhas di Usia 66 Th

10September 2022, Unhas kembali berulang tahun dan kini genap berusia 66 tahun. Di usia yang mulai manula dalam demografi sosial, tentu sudah berbilang prestasi yang ditorehkan demi kemajuan dan kemaslahatan bangsa dan negara. Unhas kini menjadi salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia bahkan mancanegara. Ulang tahun Unhas tahun ini mengambil tema “Working Together for Unhas Excellent”, sebagai perwujudan dari prinsip “Unhasku Bersatu, Unhasku Kuat”.

Menurut Rektor Unhas, Prof Jamaluddin Jompa (red: JJ sapaan akrabnya), tagline tersebut bukan hanya semboyan, tetapi menjadi spirit Unhas dalam mewujudkan nilai-nilai integritas, inovatif, katalik dan arif pada setiap pengembangan Unhas. Karena itu, momentum dies natalis tahun ini menjadi kesempatan yang sangat baik bagi seluruh civitas akademika untuk menelusuri jejak kinerja, menakar capaian dan mengevaluasi arah kontribusi Unhas selanjutnya (Laporan Rektor Unhas pada Dies Natalis ke-66, (9/2022)).

Tidak dapat dipungkiri bahwa capaian prestasi akademik dan kelembagaan Unhas sangat menggembirakan. Di tingkat nasional, Unhas sudah termasuk 10 besar perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Di tingkat global (internasional), Unhas masuk pada peringkat 1001-1200 dunia dalam pemeringkatan QS World University Rankings dan peringkat

401-500 pada QS Asian University Rankings. Beragam capaian inilah yang perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan di masa mendatang. Itulah sebabnya, di awal kepemimpinannya sebagai Rektor Unhas, Prof JJ telah merumuskan semangat baru untuk peningkatan kinerja Unhas yang orientasi kebijakannya, diarahkan pada pencapaian 4 hal yaitu: (1) penguatan kelembagaan; (2) transformasi digital; (3) internasionalisasi, dan; (4) kemandirian. Namun, upaya pencapaian ini tidaklah mudah. Diperlukan kesatuan pandangan, gerak, dan tujuan yang sama. Hal ini yang terkadang sulit diwujudkan pada komunitas masyarakat ilmiah.

Salah satu kunci mewujudkan “Unhasku Bersatu, Unhasku Kuat” adalah memperkuat kebersamaan dan harmonisasi. Walaupun dikategorikan sebagai masyarakat homogen (masyarakat ilmiah), namun harus disadari di dalamnya paling tidak, ada tiga rumpun ilmu yang harus dikembangkan dan disetarakan, yaitu ilmu eksakta, sosial, dan humaniora. Bahkan dengan adanya fakultas baru yang dibentuk (Fakultas Vokasi), maka ilmu vokasi pun perlu mendapat perhatian sebagaimana rumpun ilmu yang telah ada. Konsekuensi logisnya, berbagai kebijakan harus mempertimbangkan beragam kepentingan dalam pengembangan ilmu.

Opini

Cara pandang dalam pengembangan kebijakan keilmuan dan pendidikan, harus mengutamakan dan berorientasi pada keseimbangan, kebersamaan, dan keselarasan. Intinya, kebijakan harus proporsional dan profesional. Tidak boleh ada pemikiran bahwa rumpun ilmu yang satu lebih unggul dibanding rumpun ilmu yang lain, karena rumpun ilmu tersebut lebih memberikan kontribusi materi yang banyak untuk Unhas. Sementara rumpun ilmu yang kurang memberi kontribusi, dinomor duakan. Karena hakikatnya setiap rumpun ilmu pasti memberikan kontribusi untuk kemajuan dan keunggulan Unhas. Walaupun disadari bahwa ada yang berkontribusi langsung memperbesar pundi-pundi keuangan Unhas, ada juga yang tidak langsung.

Oleh sebab itu, perilaku, sikap, dan tindakan dalam kelembagaan Unhas selalu berorientasi keseimbangan dan kebersamaan untuk mewujudkan harmonisasi. Hal ini harus diwujudkan dalam: (1) proses rekrutmen kepemimpinan (pejabat) tingkat Unhas; (2) alokasi program dan anggaran; (3) penguatan kelembagaan, dan; (4) perumusan kebijakan strategis termasuk alokasi sumber daya yang berimbang. Dengan pendekatan ini, tentu akan menciptakan keseimbangan, keselarasan, dan keharmonisan. Termasuk misalnya, proporsi di Senat Akademik (SA) dan Majelis Wali Amanat (MWA) Unhas. Perlu diatur keseimbangan dan keselarasan

tersebut, misalnya saja di SA kalau ketuanya dari ilmu eksakta, maka sekretaris sebaiknya harus dari ilmu sosial atau humaniora, begitu pun sebaliknya.

Dalam kelembagaan MWA Unhas, keseimbangan juga perlu diwujudkan khususnya anggota MWA unsur dosen. Dari 8 anggota unsur dosen, sebaiknya diatur 5 orang dari eksakta dan 3 orang dari ilmu sosial dan humaniora. Ini semua dalam upaya mewujudkan kebersamaan dan keharmonisan. Tentu, semua pandangan ini telah menjadi bagian dari pemikiran dan gagasan strategis Rektor Unhas, Prof JJ. Kita semua tinggal menunggu, semoga “Unhasku Bersatu, Unhasku Kuat”, bisa terwujud dengan baik dan tetap mengedepankan prinsip BugisMakassar yaitu sipakatau, sipakainge, sipakalebbi, sipammaling-malingngi, dan sikapaccei, serta taro ada taro gau. Bravo Unhasku, panjimu kita bawa serta.

Muh. Iqbal Latief

Dosen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanuddin.

DOKUMENTASI PRIBADI

salah satu negara yang memiliki kawasan hutan terluas di dunia dengan luas sekitar 120 juta hektar atau setara dua ribu kali luas negara Singapura. Penggalan lirik lagu “Kolam Susu” yang dipopulerkan oleh Koes Plus dengan jelas mengungkapkan

kekayaan negeri Ibu Pertiwi ini. Tak heran, Indonesia dijuluki sebagai paruparu dunia. Posisi Indonesia yang berada tepat di garis khatulistiwa, disinari matahari sepanjang tahun membuatnya begitu subur.

Sejak dulu, manusia telah memanfaatkan hutan baik jasa ekosistemnya sebagai perlindungan tanah dan air, hingga memberdayakan hasil hutan untuk diolah menjadi berbagai produk, salah satunya kayu lapis. Pemanfaatan hutan produksi

54 identitas Unhas Riset
Tak hanya dimanfaatkan sebagai bahan dasarfurnitur dan mebel, mahoni juga dapat digunakansebagai perekat alami.
Indonesia,

Perekat Kayu Lapis. Dosen Fakultas Kehutanan, Suhasman, mengembangkan perekat kayu lapis berbasis tanin dari ser buk kulit kayu sengon dan mahoni, Rabu (15/9).

FOTO: IDENTITAS/ZIDAN PATRIO

Perekat Kayu Lapis Alami ala

Unhas

menjadi kayu lapis ini bahkan menduduki urutan ketiga dengan produksi sebanyak 3,2 m3 setelah pulp dan kertas. Seperti yang kita ketahui, produk kayu lapis dapat dijadikan konstruksi bangunan penyekat ruangan, pintu, jendela, dan lain sebagainya. Namun, pencapaian tersebut belum sejalan dengan kemajuan teknologi produksi kayu lapis yang masih menggunakan urea formaldehida sebagai perekatnya. Padahal zat tersebut dapat menghasilkan emisi formaldehida yang

memiliki dampak buruk bagi kesehatan jika terhirup di luar ambang batas.

Melihat fenomena ini, Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin (Unhas), Dr Suhasman S Hut M Si dan tim membuat inovasi perekat dari serbuk kayu yang lebih ramah lingkungan dan aman untuk kesehatan. Inovasi yang mereka lakukan mengganti penggunaan perekat urea formaldehida menjadi serbuk kayu. Serbuk kayu yang digunakan ialah kayu komposit, yang

No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022 55

berasal dari gabungan kayu sengon dan kulit kayu mahoni. Jenis kulit kayu ini memiliki banyak jumlah senyawa tanin yang dapat dimanfaatkan sebagai agen perekat.

Produksi perekat serbuk kayu

Tak perlu repot untuk mencari bahan baku dalam penelitiannya, Suhasman diberi akses oleh Unhas untuk mengembangkan inovasi tersebut. Ia dapat memanfaatkan pohon mahoni dari hutan produksi di Hutan Pendidikan Unhas.

Adapun kriteria sampelnya, yakni usia

pohon mahoni berkisar 30 tahun. Dalam proses pembuatan perekat serbuk kayu, ia mengambil bagian pangkal hingga ketinggian dua meter. Setelah itu, dipotong sepanjang 50 milimeter lalu dikeringkan hingga siap digunakan.

Dampak bagi kesehatan

Urea formaldehida sebagai perekat pada umumnya digunakan dalam pembuatan kayu lapis. Cairan tak berwarna ini memiliki aroma tajam yang dapat menghasilkan emisi formaldehida atau gas beracun. Ini kemudian berdampak pada kesehatan manusia

56 identitas Unhas

yang dapat menyebabkan kanker dan gangguan pada sistem pernapasan. Oleh sebab itu, untuk mengurangi emisi formaldehida yang tidak ramah terhadap kesehatan tersebut, digunakan kulit kayu mahoni yang mengandung polifenol alam berupa tanin sebagai pengganti perekat urea formaldehida. Di mana senyawa polifenol alami ini dapat digunakan sebagai perekat tambahan dalam proses pengikatan kayu lapis.

Ketahanan perekat serbuk kayu

Berdasarkan hasil penelitiannya, inovasi perekat serbuk kayu ini memiliki

ketahanan hingga hari ke 30. Kendati demikian, penggunaan sebelum hari tersebut, tidak akan mempengaruhi kualitas kayu lapis yang akan diproduksi. Suhasman berharap, penelitiannya dapat dikembangkan sehingga bermanfaat bagi masyarakat. “Semoga produk ini dapat dikomersialisasikan sehingga masyarakat memiliki pilihan baru yang lebih baik,” pungkasnya, Kamis (01/09).

No. 933, Tahun XLVIII, Edisi SEPTEMBER 2022 57
FOTO: IDENTITAS/ZIDAN PATRIO

KEHIDUPAN MAHASISWA

PERTUKARAN DI

Percayakah

kalian dengan peribahasa

“Experience is the best teacher”? Saya percaya bahwa tingkat pengetahuan seseorang tergantung pada sejauh mana pengalaman yang ia pelajari. Pengalaman yang selalu ia ingat pastinya yang paling memberikan pengaruh besar padanya.

Sebagai mahasiswa, apakah kalian pernah merasakan keingintahuan tentang bagaimana rasanya belajar di negara lain dengan kurikulum, hukum, iklim, suasana, bahasa, budaya hingga masyarakat yang jauh berbeda dengan kita? Betapa menariknya belajar di suasana yang serba asing dan baru seperti itu?

Jika kalian mengambil langkah berani untuk selalu mencoba hal baru dan mengharapkan yang terbaik dari semua yang kalian lakukan, kalian pasti akan berpikir di suatu hari nanti “Betapa luar biasanya pengalaman saat itu”. Seperti yang terjadi pada saya, setelah

mendapatkan pengalaman belajar di Spanyol selama satu semester pada 2021 lalu.

Pada 11 Juni 2021, saya menjadi salah satu awardee Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Program yang memberangkatkan saya ke luar negeri untuk menempuh satu semester penuh di Universidad de Granada (UDG), Kota Granada, Spanyol. Kemudian pada 26 September 2021, pertama kalinya saya menginjakkan kaki di benua Eropa dengan para awardee lainnya.

Setelah dijemput oleh pihak kampus UDG yang diwakili oleh Kantor Pertukaran Pelajar Luar Negeri yang disebut Centro de Lenguas Modernas (CLM), kami diantar ke sebuah bangunan yang menjadi tempat tinggal selama tiga bulan yaitu Residencia El Realejo. Beberapa mahasiswa pertukaran dari negara lain juga tinggal bersama kami di apartemen ini.

Pada minggu pertama di Kota Granada,

58 identitas Unhas
DOKUMENTASI PRIBADI

pola kehidupan sehari-hari saya berubah dengan cepat. Saya memulai hari dengan menu sarapan yang ringan seperti roti panggang, sereal, dan susu atau jus buah. Semua jenis makanan itu sudah disiapkan dengan rapi di atas meja panjang yang menempel di dinding ruang makan yang luas. Kami hanya perlu mengambil peralatan makan yang juga sudah disediakan di dalam lemari di ruangan yang sama. Untuk makan siang dan makan malam, makanan kami akan disediakan di meja pada waktu yang telah ditentukan.

Karena beberapa awardee Indonesia mengambil kelas yang berbeda, kami semua tidak selalu menghabiskan waktu makan bersama. Beberapa kali saya dan teman saya menghabiskan waktu makan bersama mahasiswa lokal dan internasional dari Amerika, Italia, dan negara lainnya.

Saya mengambil lima mata kuliah dalam satu semester. Dua diantaranya menggunakan full Spanish dalam kelas. Lima mata kuliah yang saya ambil adalah History of Arts, Islamic Culture in Spain, dan Arab world: past and future. Kemudian dua kelas lainnya yaitu Writing and Speaking Skills in Spanish Language dan Spanish Grammar menggunakan bahasa Spanyol dalam kelas. Hal yang sangat saya sukai dari kelas bahasa spanyol saya ialah metode pembelajarannya yang sangat unik dan santai sehingga saya ikut termotivasi untuk selalu aktif dalam kelas tersebut.

Tidak hanya belajar di kelas saja, kami juga memiliki kegiatan lain yang telah diatur oleh pihak kampus seperti sport activity, study tour, dan event seru lainnya. Saya juga mengikuti kelas Taller de Acuarela (Workshop of Watercolor), di mana saya mendapatkan teman-teman baru dari negara lain. Beberapa dari mereka adalah mahasiswa sama seperti saya, ada pula yang bekerja sebagai pelukis professional, guru, pelatih senam, serta ibu rumah tangga.

Saya juga sempat berkunjung ke kerajaan Islam terakhir di Andalusia yang disebut Alhambra. Bagi kalian yang menonton drama Korea, Memories in Alhambra, sudah pasti mengenal bangunan terkenal ini dari segi sejarah, agama, serta seni arsitekturnya yang luar biasa. Saya dan teman menghabiskan enam jam untuk

berkunjung saat musim gugur, mendapat kesempatan untuk melihat warna hangat orange, kuning, dan merah dari bunga-bunga yang memenuhi kerajaan yang megah ini.

Kemudian berlanjut pada salah satu event terakhir yang saya ikuti, malam Thanksgiving Malam itu kami diajak untuk makan bersama pelajar-pelajar dari Amerika sekaligus berpamitan dengan para profesor kami.

Setelah kembali ke Indonesia, saya merasakan perubahan yang lebih baik pada diri saya. Baik dari skill maupun pengetahuan umum, saya mendapatkan banyak sekali manfaat dari sesama mahasiswa Indonesia maupun dari teman-teman saya yang berada di luar negeri.

Saya mendapatkan motivasi dan dorongan positif untuk mencoba berbagai hal baru saat saya berada di Spanyol. Seperti meningkatkan public speaking di kelas, meningkatkan jaringan dan komunikasi sosial, art skill, pengetahuan budaya dan masyarakat negara lain, juga pengalaman mengikuti kegiatan petualangan di alam seperti travelling, hiking, dan camping, serta hal luar biasa lainnya.

Saya sangat bersyukur atas rezeki dan pengalaman yang telah diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada saya, dan saya juga ingin berterima kasih kepada diri saya di tahun lalu yang berani mengambil langkah untuk mencari pengalaman baru. Saya harap dengan berbagi cerita pengalaman ini, saya dapat memotivasi siapapun yang saat ini membutuhkan dorongan untuk melakukan hal baru dan mencari pengalaman untuk rencana masa depan mereka. Let’s build our better future together!!

No. 932, Tahun XLVIII, Edisi JUNI 2022 59

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.