identitas
Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
K
NO. 927, TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
eterlambatan Dana ampus Merdeka
n Wansus Dibalik Penemuan Kerangka Manusia Purba di Maros/
3
n Civitas Bantuan Program Kampus Merdeka Tertatih-tatih /
10
n Kronik Kesiapan Unhas Kuliah Terbatas Oktober 2021/
17
DARI REDAKSI
2 TAJUK
KARIKATUR
KOSAKATA
Program Baru Butuh Penyesuaian
Ambau : rakit yang dipasang di kiri kanan perahu supaya perahu tidak mudah terbalik; pelampung perahu; gandung;
M
ahasiswa yang mengikuti Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), Studi Independen, Magang Bersertifikat, dan Kampus Mengajar, kini tengah melaksanakan programnya di tempat masing-masing secara luring. Hal ini didukung situasi dan kebijakan pemerintah terhadap status pandemi Covid-19. Program yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai persiapan karier di masa depan. Keuntungan lain, mahasiswa dapat merasakan langsung interaksi budaya di daerah tersebut. Selain itu, mahasiswa juga mendapatkan insentif dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Dari bantuan biaya hidup selama di perguruan tinggi penerima sebesar 700 ribu perbulan, ditambah lagi mahasiswa yang ingin berangkat ditanggung biaya tiket pesawatnya. Serta bantuan lainnya yang dapat dibaca di panduan MBKM. Antusias mahasiswa harus disambut dengan koordinasi yang sepaham antara kampus penerima dan pengirim. Di awal pertukaran mahasiswa, dan keberangkatan magang, mahasiswa mendapati kendala kepengurusan dana dari MBKM. Keterlambatan dana cair, menyebabkan mahasiswa harus menanggung biaya MBKM. Dengan biaya sendiri mahasiswa tetap berangkat, demi kesempatan mengasah kemampuannya. Akhirnya kita tetap mengharapkan pihak MBKM dapat melakukan penyesuaian terhadap sistem pencairan dana MBKM. Sehingga mahasiswa dapat berangkat tanpa adanya beban, maka keinginan meningkatkan wawasan dan skill di lokasi kampus penerima dapat terwujudkan.n
identitas
NO. 927, TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
Rimpuh : Sudah tua sekali sehingga sudah lemah Dewana : tergila- gila Palamarta : baik hati, ramah ILUSTRASI/NUR ALYA AZZAHRA
SURAT DARI REDAKSI
Derana : tabah Lindap : redup, samar Wiyata : pelajaran Faktitius : yang sengaja dibuat atau diadakan dan tidak asli; buatan; rekaan. Fiat : Persetujuan penuh dan resmi Mangkus : mustajab, mujarab, manjur Melaung : berteriak kuat-
DOKUMENTASI IDENTITAS
Magang 51 : Penerbitan Kampus (PK) identitas Unhas mengadakan In House Training di rumah kecil identitas Unhas, Sabtu (4/9). Kegiatan yang juga disiarkan melalui Zoom ini merupakan rangkaian dari penerimaan magang baru.
Mengasah Potensi
B
agi mahasiswa, mengikuti organisasi merupakan salah cara untuk mewarnai kehidupan kampus. Melalui organisasi, mahasiswa dapat mengasah soft skill, menemukan potensi baru, dan bahkan menjadi wadah untuk membangun relasi. Memasuki September, banyak Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Himpunan dan Organisasi lainnya mengadakan open recruitmen, membuka kesempatan untuk mahasiswa mengasah kemampuan di luar akademiknya. Tentu saja, PK identitas Unhas termasuk di dalamnya. Melalui program pemagangan, identitas membuka kesempatan
bagi seluruh mahasiswa angkatan 2021 hingga 2019 dalam mengasah kemampuan jurnalistik, olah suara, serta teknik pengambilan gambar berdasarkan spesifikasi yang tersedia. Mereka akan membantu menyajikan informasi kepada para pembaca. Di samping itu, tentu saja kami tetap menggarap terbitan Edisi September. Terbitan kali ini, kami menyajikan Civitas mengenai Pendanaan Kampus Merdeka dan Wansus terkait penemuan kerangka manusia purba. Ada pula Potret Aksi memperingati Hari Tani, Kronik mengenai Konflik Fakultas Teknik dan Fakultas Peternakan, serta rubrik menarik lainnya. Selamat Membaca! n
kuat Rebas : bertitikan; berjatuhan (air, air mata ) Berandang : tampak dengan jelas Bahrulhayat : laut kehidupan Balkas : kantong besar Bangir : mancung Bantat : belum masak benar dan keras
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Muh. Restu, Sumbangan Baja, A. Arsunan Arsin, Muh. Nasrum Massi n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, M Dahlan Abubakar, SM Noor, Hamid Awaluddin, Aidir Amin Daud, Amran Razak, Sapri Pamulu, Tomi Lebang, Jupriadi, Abdullah Sanusi nKetua Penyunting: Ahmad Bahar nKetua Penerbitan: Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Arisal nKoordinator Liputan: Santi Kartini nLitbang Data: Nadhira Noor R Sdiki nStaf Penyunting: Khintan nFotografer: Nur Ainun Afiah, Friskila Ningrum YusufnArtistik dan Tata Letak: Annur Nadia Felicia Denanda nIklan/Promosi: Nurul HikmanReporter: Irmalasari, Risman Amala Fitra, Anisa Luthfia Basri nTim Supervisor: Nasruddin Azis, Nasrul Alam Azis, Muchlis Amans Hadi, Amiruddin PR, Nasrullah Nara, Supratman, Sayyid Alwi Fauzy, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Arifuddin Usman, Abdul Haerah, Ibrahim Halim, Ahmad Khatib Syamsuddin, Irmawati Puan Mawar, Abdul Chalid Bibbi Pariwa, Muhammad Yunus n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Makassar 90245. Website: www.identitasunhas.com, E-mail: bukuidentitas@gmail. com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).
Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Sampul Edisi September 2021 Ilustrasi : Rizka Ramli Layouter : Annur Nadia F. Denanda
Safira Yuni Puspita
identitas
NO. 927 TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
P
WANSUS
3
Dibalik Penemuan Kerangka Manusia Purba di Maros
enemuan manusia purba di Maros merupakan penelitian pertama Unhas yang masuk ke publikasi Nature. Kerangka manusia yang diberi nama Besse ini, berasal dari bahasa Bugis yang memiliki makna kultural sebagai gadis yang baik, dan sopan. Selain itu, Besse juga diberikan karena kerangka tersebut berjenis kelamin perempuan berumur 18 tahun. Besse ditemukan dalam keadaan jongkok seperti dalam kandungan bayi. Di sekitarnya disusun batu dan terdapat alat mata panah, alat
menyerut, alat untuk berburu, dan tulang sisa makanan. Hal ini diartikan manusia pada zaman itu sudah memiliki kepercayaan penguburan. Lantas, bagaimana upaya tim penemu dalam menemukan manusia purba ini? Berikut kutipan wawancara khusus reporter identitas, Nur Ainun Afiah dengan Pimpinan Proyek, Prof Dr Akin Duli MA di Ruang Dekanat Fakultas Ilmu Budaya Unhas, Senin (13/9).
Bagaimana awal ditemukan kerangka manusia purba ini? Proyek penggalian arkeologi dilakukan selama tiga minggu, sekitar Juni-Juli pada 2015. Lokasi penemuannya agak dalam dan sulit untuk digali. Namun, karena naluri pengalaman yang banyak meneliti kuburan sehingga Besse dapat ditemukan. Tetapi kami terhenti ketika ingin mengangkat kerangka ini, lantaran membutuhkan peralatan pendukung dan biaya yang besar. Maka penggalian sempat kita tutup dengan prosedur ilmiah untuk rencana penelitian selanjutnya. Baru pada 2017, kita melanjutkan penelitian ini.
Namun, belum ada sepenuhnya yang menemukan kerangka manusia yang lengkap. Nah, kita temukan lengkap.
Siapa saja yang terlibat? Unhas bekerja sama dengan Universitas Sains Malaysia, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Makassar, Universitas Griffith Australia, dan Jerman. Masingmasing berlatarkan bantuannya seperti peralatan, dana, ahli, dan yang dibutuhkan di lokasi.
Apakah penelitian ini dapat merubah catatan sejarah? Di Sulawesi nenek moyang kita berasal dari Ras Austromelanesoid dan Ras Mongoloid. Ras Austromelanesoid menurunkan langsung orang Irian dan orang Aborigin di Australia yang terdapat di dalam darah beberapa persen. Sedangkan Ras Mongoloid sekitar 80 persen. Besse bukan keduanya, ia sangat dekat dengan Ras Denisovan yang sama dengan penduduk asli Australia dan DNA orang Melanesia. Ini membuktikan nenek moyang kita memiliki tiga ras, yaitu Ras Austromelanesoid, Ras Mongoloid, dan Ras Denisovan.
Untuk tahap awal dan sampai pada analisis DNA berapa dana yang digunakan? Selain membutuhkan teknologi yang tinggi, kami juga membutuhkan ahli, tentunya itu butuh biaya yang besar. Anggaran awal dengan Malaysia kurang lebih 70 juta, lalu untuk pengangkatan kerangka kami mendapatkan bantuan 50 juta dari Unhas. Kemudian anggaran analisis di laboratorium sekitar 300 juta. Sebelum ditemukan apakah ada penelitian lain? Penelitian ini dilakukan melalui morfologi tipografi dan temuan sebelumnya, seperti lukisan yang berumur 40.000 tahun yang menunjukkan gua itu dihuni manusia di masa lampau. Untuk mengetahui penghuninya, telah banyak peneliti lain yang mencoba mencari tahu.
Setelah penemuan ini, apa langkah selanjutnya? Sebagai akademisi hasil penelitian ini sangat memuaskan dan membawa sebuah temuan baru khususnya kehadiran manusia di Sulawesi Selatan pada masa lampau dan bisa memberikan sumbangan baru pada penulisan sejarah kebudayaan kita. Terutama ras nenek moyang yang selama ini diyakini hanya dua ras ternyata tiga ras. Mungkin ke depannya, bisa saja ada ras lain.
Setelah penemuan Besse apakah ada penelitian lebih lanjut? Berdasarkan penelitian orang Jerman di Maros yang mengatakan 30.000 tahun lalu sudah ada padi-padian di Sulawesi, maka ini juga perlu diteliti apakah Besse sudah mengenal padi. Kemudian, kami juga perlu penelitian kalau orang Bugis-Makassar secara etnik juga beragam. Namun saat ini, kami meneliti penyakitnya yang sampai sekarang analisis tentang ini belum di dapat.n Nur Ainun Afiah
IDENTITAS/NUR AINUN AFIAH
DATA DIRI Nama: Prof. Dr. Akin Duli, M.A. Tempat/Tanggal Lahir: Kumila, 16 Juli 1964 Pendidikan: n S1 Arkeologi. 1988. Universitas Hasanuddin n S2 Arkeologi. 2001. Universitas Indonesia n S3 Arkeologi. 2012. Universiti Sains Malaysia
OPINI
4
identitas
NO. 927, TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
Tahun 1954, Bung Karno Beri Nama Unhas
D
ua tahun menjelang Universitas Hasanuddin resmi berdiri, 1956 Presiden Soekarno menyambangi Sulawesi Selatan pada 1954. Pada tahun itu, Putra sang Fajar tersebut berpidato di Gubernuran Sulsel di Makassar. Dia menyebut “I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Mohammad Bakir Tumenanga Riballa Pangkana”, Raja Gowa XVI yang tidak lain adalah Sultan Hasanuddin sebagai nama universitas yang kemudian berdiri resmi pada 10 September 1956 dan pada hari ini genap berusia 65 tahun. Hanya di dalam Lembaran Negara No.39 Tahun 1956, baik pada judul maupun pada pada klausul memutuskan: Menetapkan Peraturan Pemerintah itu masih disebut pendirian Universitas Hassan Uddin di Makassar. Lembaran Negara itu pada pasal 1 juga menyebutkan, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat di Makassar dipisahkan dari Universitas Indonesia. Pasal 2, di Makassar, Universitas Hassan Uddin yang terdiri atas: 1. Fakultas Ekonomi di Makassar; 2. Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat di Makassar; 3. Fakultas Kedokteran di Makassar; Fakultasfakultas lain yang jenis dan tempatnya ditentukan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan; dan yang meliputi Perguruan Tinggi Pendidikan Guru di Tondano. Peraturan Pemerintah yang berlaku 1 September 1956 itu ditetapkan 8 September 1956 dan ditandatangani Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Sarino Mangunpranoto, sementara Menteri Kehakiman yang menekan diundangkannya peraturan pemerintah ini adalah Moeljatno. Tentu saja rekaman sejarah yang terungkap ini jarang diketahui publik. Salah seorang yang berjasa dalam pendirian adalah Mattulada (Prof.Dr.). Dia seorang pejuang tulen. Pernah menjadi polisi, guru, kepala SMA, dosen, dekan, rektor, Ketua Senat, dan Guru Besar Unhas pada masa hidupnya. Cendekiawan asal Bulukumba ini bahkan disebutkan sebagai sosok penting dari latar belakang berdirinya Unhas, sejak kepemimpinan Oom No (Arnold Mononutu). Ia ikut menghadap presiden Republik Indonesia, yang saat itu masih Soekarno guna mendesak berdirinya sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Makassar. Namun, karena sang presiden saat itu sedang ke Sumatera, ia hanya bertemu dengan Mohammad Hatta, Wakil Presiden RI.
Saat itu Hatta menuturkan bahwa pemerintah memang berencana mendirikan sebuah PTN di Makassar. Ketika mendapat tanggapan demikian, Mattulada langsung menghadap Gubernur Sulawesi Selatan, yang waktu itu dijabat Andi Pangerang Pettarani guna membicarakan hasil pertemuannya dengan Hatta. Pada awal tahun 1956, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), yang waktu itu Bahder Djohan berkunjung ke Makassar. Saat sedang berada di Baraya, Mattulada bersama kawan-kawannya ‘menghentikan’ mobil yang ditumpangi menteri dan beberapa tokoh pendidikan saat itu. Keperluannya tak lain hanya mendesak Menteri untuk membangun PTN di Makassar. Bahder hanya
mengangguk-angguk dan meminta Mattulada dan temannya bersabar. Tak puas dengan ucapan lisan, Mattulada menyodorkan kertas putih sambil meminta Bahder membuat surat tanda setuju. Setelah Bahder menuruti keinginan para pemuda itu, barulah mobilnya dilepas pergi. Tak berselang lama, datanglah Soekarno di kantor gubernur untuk menyatakan pendirian PTN dan menamainya Universitas Hasanuddin. Beberapa bulan kemudian, Mohammad Hatta datang meresmikannya. Almanak menunjuk 10 September 1956.
DOKUMENTASI PRIBADI
Fenomena inilah yang membuat Muhammad Ramli Otoluwa yang akrab disapa M.Ramto, almarhum, mengatakan, Mattulada termasuk salah seorang inspirator di balik berdirinya Universitas Hasanuddin di samping para tokoh yang lainnya. Pasca-penghadangan itu, beberapa bulan kemudian, Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PP & K) melalui Surat Keputusan Nomor 3369/S/ tanggal 11 Juni 1956, PP No.23 tanggal 8 September 1956 dan Lembaran Negara No.39 Tahun 1956, terhitung 1 September 1956, Universitas Hasanuddin yang waktu itu sudah memiliki sejumlah fakultas sebagai cikal bakal, seperti Fakultas Ekonomi, Hukum, dan Kedokteran, resmi berdiri dan diresmikan pada 10 September 1956 oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta. Mattulada bersama Hamzah Daeng Mangemba pada tahun 1950an menggubah Mars Universitas Hasanuddin. Sebelumnya pelukis Razak Djalle membuat logo Unhas. Hanya
saja apakah logo tersebut sama persis dengan yang disaksikan sekarang? Ternyata meskipun mars Unhas yang selalu dinyanyikan pada setiap penerimaan mahasiswa baru dan upacara besar di Unhas (dies natalis dan wisuda) perlu memiliki “kawan”, yakni himne. Taufiq Ismail, penyair Angkatan 66 pun menulis himne Unhas dan memberinya judul “Lihat Pinisi Berlayar ke Cakrawala”. Himne ini kemudian diaransemen oleh Piet Leiwakabessy yang juga pelatih Paduan Suara Universitas Hasanuddin, Himne itu pertama kali menggema pada Dies Natalis ke-40 Unhas tahun 1996, setahun menjelang Prof.Dr.Basri Hasanuddin, M.A., menuntaskan masa tugas dua periodenya yang sangat fenomenal. Kini, Universitas Hasanuddin berusia 65 tahun. Jika dibandingkan seorang manusia, ia bagaikan sudah memasuki lansia. Jika disebut lansia, berarti sudah tidak dapat berkreasi lagi. Tetapi Unhas adalah bagaikan kelapa, yang makin tua
kian banyak santannya. Meskipun sudah lansia, dia harus tetap bagaikan seorang gadis manis yang harus tetap bersolek tiada henti untuk terus berkreasi dan berinovasi serta diminati. Tentu saja ini akan sangat ditentukan oleh siapa yang akan menakhodai universitas ini ke depan, sepeninggal Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu, M A., perempuan cantik yang sudah memimpin almamater ini dua periode dengan segudang prestasi dan inovasi. Dirgahayu almamaterku yang hari ini bertepatan dengan 11 tahun Shafira Alifia, cucu ketigaku. n
Penulis M. Dahlan Abubakar, merupakan Dosen Tidak Tetap Unhas Sekaligus Penasehat Ahli PK identitas Unhas
identitas
NO. 927 TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
IPTEKS
5
DOKUMENTASI PRIBADI
Inovasi Boneka Tani Berbasis IoT
K
eberadaan hama menjadi tantangan besar bagi petani saat ini. Tidak sedikit petani mengalami gagal panen akibat serangan hama. Dalam pengendaliannya, petani masih bergantung pada pupuk kimia yang berbahaya bagi lingkungan. Menyadari permasalahan tersebut, tiga mahasiswa pertanian Muslih Nur Husain dan Muhammad Risywar Rasyid dari program studi Keteknikan Pertanian, serta Shelfina Indrayanti dari prodi Agroteknologi, merakit alat pengendali hama berupa Boneka Tani berbasis Internet of Things (IoT) atau yang dinamakan BonIoT. Muslih mengungkapkan penggunaan bahan kimia yang berlebihan hanya akan menyebabkan hama menjadi resistan sehingga untuk mengendalikan hama diperlukan penggunaan dosis yang semakin tinggi. Hal ini tentunya akan menimbulkan masalah baru baik rusaknya lingkungan dan juga akan meningkatkan pengeluaran petani akibat penggunaan dosis semakin tinggi. Oleh karena itu, alat ini dibuat sebagai pengendali hama ramah lingkungan. BonIoT diciptakan menggunakan metode baru dalam pengendalian hama tanaman dengan menggabungkan beberapa teknologi yang sudah ada sebelumnya yaitu teknologi Light Trap dan Ultrasonic Repellent. Prinsip kerja
Light Trap yaitu penggunaan cahaya untuk menarik perhatian serangga masuk ke perangkap pada malam hari. Sedangkan, Ultrasonic Repellent merupakan alat pengusir hama menggunakan frekuensi bunyi tertentu. “Kami menambahkan sensor cahaya matahari yang berfungsi memutus arus pada Light Trap ketika siang hari dan menyalakan Light Trap pada malam hari secara otomatis,” jelas Muslih, Selasa (7/8). Mahasiswa angkatan 2018 tersebut melanjutkan, Ultrasonic Repellent dirancang untuk mengeluarkan audio dengan dua jenis frekuensi sekaligus. Ultrasonic Repellent juga dilengkapi dengan sensor LDR sebagai pengontrol kerja speaker. ”Sensor yang ditanamkan pada Ultrasonic Repellent berfungsi seperti pada Light Trap. Bedanya sensor Ultrasonic Repellent akan mengaktifkan frekuensi 18-20 khz untuk mengusir burung pipit pada siang hari dan secara otomatis frekuensinya akan berubah menjadi 30-40 khz pada malam hari untuk mengusir tikus,” ujarnya. Perakitan alat yang dibimbing oleh Dosen Program Studi Keteknikan Pertanian Unhas, Dr Abdul Aziz STP Msi tersebut telah melewati uji coba dan simulasi yang dilakukan di daerah persawahan Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep pada Sabtu (4/9).
Menurut Muslih, selama uji coba petani merespon dengan baik, mengingat hama menjadi permasalahan yang dapat merugikan petani, utamanya jika serangan muncul pada waktu keluar buah, atau mendekati musim panen. Tidak hanya itu, Muslih dan tim juga menambahkan sistem monitoring lahan jarak jauh. Teknologi ini mencakup kamera pengintai yang diletakkan pada alat, serta pembacaan kelembapan tanah yang terhubung langsung ke gawai petani. Sistem monitoring jarak jauh ini dilakukan sehingga frekuensi kegiatan petani di lahan dapat berkurang. Telah melalui proses perakitan selama dua bulan yang mencakup desain, pengadaan bahan, perakitan hingga pengujian, Muslih mengungkapkan tidak sedikit kendala yang dihadapi selama pengerjaan. Ia dan tim agak terkendala saat akan menentukan model, serta cara mengombinasikan semua teknologi yang terpasang pada alat, mulai dari Light Trap, Ultrasonic Repellent, kamera, dan lainnya. Walaupun saat ini masih difokuskan pada uji coba di lahan sawah. Muslih mengatakan penggunaan boneka tani ini juga berpotensi diterapkan di
perkebunan dengan hama serupa, misalnya pada lahan perkebunan bawang. “Semoga boneka tani ini bisa mendatangkan manfaat bagi petani mitra yang jadi sasaran. Kami juga berharap inovasi ini dapat terus dikembangkan dan disempurnakan,” pungkasnya.n Anisa Luthfia Basri
6
KRONIK
identitas
NO. 927, TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
Peringati Hari Tani Nasional, Berikut Tuntutan Mahasiswa Unhas
S
ejumlah Mahasiswa Unhas menggelar aksi sebagai bentuk peringatan Hari Tani Nasional. Seruan sumpah mahasiswa terdengar menggelegar di sepanjang jalan menuju titik utama di Jalan A P Pettarani tepatnya di bawah fly over, Jumat (24/9). Koordinator lapangan (Korlap) dari Fakultas Pertanian angkatan 2019, Wisnu memimpin jalannya aksi yang diikuti oleh mahasiswa dari berbagai fakultas. Selain itu, aksi ini juga menuntut “Cabut Omnibus Law” dan “Wujudkan Reforma Agraria” yang tertulis dalam spanduknya. Disamping itu, Humas Aksi, Meli juga menyebutkan tuntutan dalam aksi peringatan Hari Tani Nasional, berikut tuntutannya: 1. Wujudkan ketahanan pangan 2. Stop kriminalisasi Hak Asasi Manusia (HAM) 3. Wujudkan pendidikan tinggi gratis 4. Lawan neoliberalisasi sektor agraria 5. Selamatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dari pungli
IDENTITAS/ANDI FAUZAN
6. Berikan hak dasar rakyat pada masa pandemi 7. Tangkap dan adili koruptor serta menyita aset 8. Sahkan Rancangan Undang-Undang Masyarakat Hukum Adat (RUU MHA) dan RUU Pengahapusan Kekerasan Seksual (PKS) 9. Kembalikan tanah adat Masyarakat Marafenfen “Tren isunya tetap Omnibus Law tapi ada tuntutan turunan karena ketimpangan yang ada. Khususnya polemik mengenai agraria, itu semua berawal dari hadirnya Omnibus Law,” jelas Mahasiswa Kehutanan tersebut. Tak hanya itu, Meli juga berharap hak-hak petani bisa dikembalikan. “Kami harapannya ada negosiasi dengan pemerintah. Seperti negosiasi terkait dikembalikannya tanah adat Masyarakat Marafenfen yang hari ini sedang bersitegang,” pungkasnya. n Friskila Ningrum Yusuf
Konflik FT dan Fapet, Kepala Satpam: Tidak Ada Korban Luka
K
onflik antar Fakultas Peternakan (Fapet) dan Fakultas Teknik (FT) Unhas kembali terjadi. Menurut Kepala Satuan Pengamanan Unhas Sukono S, sebelumnya telah terjadi insiden perusakan spanduk di Fapet oleh mahasiswa FT sekitar pukul 03.30 Wita, Sabtu (18/9). Sukono mengungkapkan, pihak keamanan diundang untuk mediasi secara kelembagaan pasca kejadian, Minggu (19/9). Dalam pelaksanaannya, mediasi dilakukan
dengan menghadirkan ketua lembaga masing-masing fakultas yang menghasilkan kesepakatan damai antar dua fakultas. “Walaupun telah dilakukan mediasi, kami dari staf keamanan mengeluarkan perintah, jangan ada tidur untuk berjaga-jaga mengantisipasi kejadian ini berulang,” jelas Sukono. Insiden kedua kemudian terjadi di Kawasan Gedung Ekskul Fakultas Peternakan, Kamis (23/9). Sukono mengatakan awalnya memang ada
empat orang dari pihak FT yang datang ke Gedung Ekskul Fapet. Sukono mengatakan empat pihak FT yang masuk ke kawasan gedung ekskul Fapet, tidak melakukan apapun karena memang respon dari tim pengamaan cepat untuk pencegahan. “Sudah ada tim keamanan stand by di Gedung Ekskul Fapet pada malam itu, jadi cepat penangannnya”ujarnya. Lebih lanjut, Sukono menegaskan tidak ada korban luka dan tidak ada laporan tentang korban yang masuk ke satpam. Ia juga menambahkan,
tidak ada fasilitas yang rusak. “Di gedung belakang itu memang banyak batu berserakan sebagai bentuk antisipasi mahasiswa peternakan. Jadi mahasiswa peternakan sendiri yang menyebarkan batu-batu itu,” imbuhnya. “Pada malam kejadian, kami menginformasikan ke Kepolisian sektor (Polsek) BTP. Kemudian, mereka melakukan penangkapan dua puluh enam orang di luar Unhas, sekitar daerah Perintis,“ pungkasnya. Hia, Ai
identitas
NO. 927, TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
7
LISTICAL NEWS
7
Makanan yang Membuat Bahagia Menurut Sains Apa kamu lagi bad mood sekarang? Urungkan bad mood kamu dengan menyimak 7 makanan yang ampuh membuat kamu bahagia.
T
ak terasa sudah setahun kita menjalani social distancing untuk mencegah penyebaran Covid-19. Perasaan sedih, bosan, jenuh hingga stres sudah kita rasakan selama pembatasan ruang gerak ini. Yah, berada di rumah aja berasa sepi banget kan, yah? Jangan sedih, meski masih dalam situasi pandemi, tidak berarti kita tidak bisa bahagia. Sebab perasaan bahagia dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh untuk menangkal virus. Memang tidak dimungkiri kesedihan merupakan suatu perasaan yang hampir semua orang pasti pernah merasakannya. Namun banyak orang sedih yang melakukan berbagai cara untuk membuat hatinya kembali bahagia. Salah
satunya dengan makan. Jose Youssef yang merupakan editor International Journal of Gastronomy and Food Science mengatakan, terdapat hubungan ilmiah antara makanan yang dikonsumsi dengan suasana hati. Sering kali dikatakan bahwa keberagaman yang ada akan membuat hidup berwarna. Maka dengan makanan yang beragam juga dapat membuat pikiran dan tubuh senang. Nah, tahukah kamu, terdapat beberapa makanan yang dapat mengembalikan suasana hati menjadi bahagia. Yuk simak 7 makanan yang dapat membuat hati merasa lebih santai, nyaman, dan senang! n
ILUSTRASI/ IVANA FEBRIANTY
Teh Hijau Pisang Pisang termasuk makanan yang bisa kamu konsumsi dan akan memunculkan rasa bahagia. Pisang memiliki kandungan vitamin, probiotik, dan antioksidan sehingga dapat membantu proses pencernaan dengan baik dan tentunya juga secara langsung mempengaruhi mood. Dengan mengonsumsi pisang, ini akan membantu kerja bakteri usus yang juga dikaitkan dengan dapat mengurangi depresi.
Kelapa Kelapa juga merupakan makanan yang dapat meningkatkan mood. Hal ini disebabkan oleh kandungan elektrolit yang ditemukan dalam air kelapa. Kandungan tersebut dapat meningkatkan suasana hati dengan cepat. Selain itu, daging kelapa juga sangat baik untuk meningkatkan pikiran positif.
Teh hijau dikenal karena manfaatnya bisa menurunkan berat badan dan kulit yang baik. Teh hijau kaya antioksidan dan serotonin yaitu bahan kimia yang sama dalam pisang yang bisa meningkatkan suasana hati dan memberi kesehatan yang seimbang. Teh hijau juga merupakan salah satu minuman terbaik sebagai detoksifikasi.
Cokelat Makanan satu ini adalah favorit banyak orang. Cita rasanya yang lezat serta baunya yang khas membuat coklat banyak disukai. Tak mengenal umur, cokelat banyak disukai oleh orang dari berbagai kalangan, baik anak-anak maupun dewasa. Namun tahukah kamu? Cokelat ternyata termasuk makanan yang dapat membuat suasana hati bahagia. Itu disebabkan karena cokelat kaya antioksidan yang mampu melepaskan hormon bahagia.
Kacangkacangan Es Krim Menurut penelitian di Inggris, konsumsi es krim dapat memengaruhi perasaan manusia. Hasil penelitian menunjukkan, ada korelasi antara es krim dan kebahagiaan. Orang yang memakan es krim terlebih dahulu, lebih mudah untuk bersyukur dan menunjukkan perasaan positif. Sementara studi lain, menunjukkan bahwa es krim juga dapat memberikan pengaruh positif di beberapa bagian otak, terutama bagian Orbitofrontal cortex (OFC) yang berfungsi memproses emosi dan keputusan yang dibuat. Ketika seseorang memakan es krim, muncul respons emosional positif yang dihasilkan oleh OFC.
Kacang mengandung serotonin, yakni bahan kimia yang membuat tubuh terasa nyaman dan senang. Jika tubuh kekurangan pasokan ini, dapat membuat suasana hati sedih atau kurang baik. Olehnya itu, mengkonsumsi kacang-kacangan dapat membuat meningkatkan suasana hati. Kacang-kacangan tersebut diantaranya, Kacang Mete, Kacang Brazil, Kenari, dan Kacang Almond.
Kuaci
Selain terdapat di kacang almond, tyrosine juga terdapat di kuaci bunga matahari. Tyrose yang terkandung di dalam kuaci ini juga bermanfaat untuk mengubah suasana hati. Selain itu, kuaci bunga matahari juga mengandung vitamin E dan selenium. Vitamin E ini juga berguna bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah kita. Nur Ainun Afiah
8
JEKLANG
identitas
NO. 927, TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
Cerita Keakraban Mace ‘Sahabat’ dengan Mahasiswa
B
ekerja sebagai penjual makanan berat sejak 1996 di Unhas, ia punya kenangan tersendiri bersama mahasiswa dan kampus Unhas. Sekitar pukul 15:00 Wita, kami menyambangi Mace di kediamannya sekaligus tempat ia menjual makanan pokok di teras rumahnya. Saat itu, perempuan yang lebih akrab disapa Mace ini telah menutup warungnya. Warung yang menyajikan makanan ala rumahan seperti tempe tahu menjadi menu paling laku. Katanya, mahasiswa banyak rindu dengan masakan rumahan. Warungnya dibuka mulai Pukul 07.00 Wita hingga menu jualannya habis. “Kalau siang sudah habis ya kita tutup, biasanya sekitar jam satu atau sore hari,” ucap Mace. Lokasi dimana Mace menjual makanan rumahan di Jln. Sahabat 3, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar. Lokasi itu tidak terlalu jauh dari Unhas. Maka tidak heran jika menjadi pilihan mahasiswa untuk sarapan atau makan siang. Walau sudah 13 tahun berpindah tempat menjual, tak menjadikan warungnya sepi, Mace tetap menjadi pilihan mahasiswa ketika ingin mengisi perut. Selain harga makanan terjangkau, warung Mace juga punya cerita tersendiri dengan mahasiswa Unhas. Awal perkenalan Mace dengan
IDENTITAS/RADY
mahasiswa, saat ia mulai menjual nasi bungkus di Fakultas Teknik Unhas, kampus Tamalanrea. Seiring ia menjual, mahasiswa pun memakai jasanya dibuatkan nasi bungkus demi keperluan penggalangan dana. “Dari situ mahasiswa bilang bagaimana kalau Mace yang masakan. Terus lama-kelamaan mahasiswa panggil teman-temannya,” ucapnya. Sejak saat itu nasi bungkus yang dijualnya mulai banyak diketahui mahasiswa. Alhasil keputusan untuk membuka warung pun muncul, di depan Masjid Ramsis. Di Ramsis, perempuan umur 53 tahun ini mulai sering dipanggil Mace. Sementara mahasiswa asal Malaysia yang tinggal di Ramsis sering memanggilnya dengan sebutan ma’ci. Sebutan lain pun muncul dari mahasiswa asal Kalimantan, dengan panggilan Mace. Nani, itulah nama sebenarnya. Perempuan asal Enrekang ini mulai sering dipanggil Mace sejak di Ramsis. Bila ada yang memanggilnya diluar panggilan Mace, maka dipastikan orang itu baru datang untuk makan di warung miliknya. Bukan hanya Nani, suaminya yang bernama Hamidin sering pula dipanggil Pace. Mace dan Pace yang hidup berdampingan dengan mahasiswa, dalam artian kedekatan mereka sangat
akrab. Apalagi berprofesi sebagai pengelola Ramsis pada tahun 2000-an. Kedekatan dengan mahasiswa terbangun sejak dirinya cukup sering bermain catur dan bermain bola bersama. Bahkan sampai mengadakan perlombaan untuk setiap penghuni kamar Ramsis. Mahasiswa juga kerap kali membantu Pace Hamidin dan Mace saat membersihkan pelataran Ramsis. Hal itulah yang membuat mereka akrab, selain karena seringnya mahasiswa menyambangi warungnya, juga karena rasa peduli yang saling dimiliki. Pace Hamidin dan Mace kembali mengingat masa-masa mereka bersama mahasiswa di Ramsis dulu. Setiap malam Pace Hamidin akan begadang untuk bermain catur bersama mahasiswa penghuni Ramsis lainnya. Bahkan ketika ada mahasiswa yang sakit, Mace dengan senang hati akan merawat mereka sama seperti anaknya sendiri. Mace membuatkan bubur. “Mereka tidak anggap kami sebagai penjual tapi orang tua. Semua anak-anak itu baik, kalau yang sakit di Ramsis, kita dulu yang rawat. Mahasiswa panggil kami mace dan pace jadi kayak anak sendiri,” ungkap Mace. Wanita kelahiran 1968 ini menambahkan cerita kedekatannya dengan mahasiswa, membuat mahasiswa sering curhat tentang apa saja dengan Mace. Ada banyak hal
yang mereka jadikan sebagai bahan perbincangan bahkan candaan. Hingga Mace pindah tempat ke Jln. Sahabat kerap kali mahasiswa bertandang untuk makan dan bercerita dengan Mace. “Pokoknya kita dengan mahasiswa itu banyak diobrolkan, sering juga bercanda sama-sama. Bahkan sampai sekarang saya juga masih sering cerita-cerita dengan mahasiswa kalau ada datang seringnya menanyakan kabar,” katanya. Sewaktu Pace Hamidin dan Mace masih bermukim di Ramsis, mahasiswa pada tahun itu sering membuat perlombaan, salah satunya berupa pertandingan sepak bola antar blok. Ada juga lomba kebersihan antar blok yang diadakan setiap tahun oleh penghuni Ramsis. Melalui hal itu menumbuhkan jiwa kepedulian dan kekompakan mereka. “Dulu itu kepeduliannya mahasiswa lebih hebat. Kepedulian mereka dengan asrama itu luar biasa. Mereka bikin taman-taman sendiri, menyapu sendiri karena pada waktu itu belum ada cleaning service,” ucap Hamidin. Bahkan Hamidin kembali mengungkap pada masa itu Ramsis memiliki ketua RT pada masing-masing blok yang diketuai oleh mahasiswa sendiri. Mahasiswa tersebut akan mengecek kebersihan dan kerapian asrama, seperti menegur mahasiswa yang menjemur pakaian mereka di railing balkon. “Itu kan di teras lantai dua dan tiga ada pagar teras yang terbuat dari besi, mahasiswa dilarang menjemur di situ karena kumuh kelihatan. Makanya biasa ketua RT-nya yang datang menegur kalau ada dia dapat pakaian yang terjemur,” ungkap Hamidin. Begitulah pengalaman-pengalaman Mace dan Hamidin alami ketika tinggal di Ramsis. Kemudian tahun 2008 silam warung Mace pun berpindah tempat dari Ramsis ke Jalan Sahabat. Di Jalan Sahabat dengan mudah ditemukan dari spanduk bertuliskan warung Mace terpasang rapi di depan tembok pagar rumahnya. Kala di Ramsis warungnya tidak memiliki nama, maka setelah pindah nama Mace baru ditorehkan agar orang tahu bahwa Mace Ramsis telah pindah ke Jalan Sahabat. Ketika diwawancara perihal pernah tidaknya mahasiswa berhutang dan tidak membayar, ia hanya mengatakan masalah bayar membayar tergantung, yang penting kita baik dan ikhlas. “Kadang-kadang kalau ada mahasiswa yang sudah berhasil ia bayar makanannya lalu tidak ambil kembaliannya,” tutupnya. n Friskila Ningrum Yusuf
identitas
NO. 927, TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
9
AKADEMIKA
Prof Laode, Merangkul dalam Kerja Sama “Sosok yang tidak suka peneliti yang bekerja sendiri”
B
egitulah sebuah kalimat yang terucap dari Dekan Fakultas Fisip Unhas, Prof. Dr. Armin Arsyad, M.Si pada Selasa, (12/02) yang diwawancarai melalui telepon. Bagi Prof Armin sosok Prof Laode Asrul begitu dekat kala menjadi teman karib waktu almarhum menjabat Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) 2016-2018. Pria kelahiran Raha 7 Maret 1963 ini sering menjalin kerja sama dengan siapa saja. Terbukti ketika menjabat ketua LP2M, ia mengandeng perusahaan industri, pemerintah daerah, dan masyarakat luar. Waktu menjalin kerja sama, Laode mengusahakan untuk mensinergikan kerja sama dengan penelitian yang ada di LP2M,” ucap Prof Armin. Selain itu, karakter yang mampu memahami dan mengerti cara menjalin kerja sama yang baik, membuat LP2M mengalami perkembangan signifikan. Dan juga berpengaruh pada meningkatnya keuntungan yang diterima. “Saya tinggalkan LP2M 2018 lalu, pemasukan yang berhasil dikumpulkan lebih dari 153 miliar. Uangnya bersumber dari Unhas sendiri dan kerja sama,” ujar Prof Armin. Berkat kolaborasi internal dan eksternal, LP2M berhasil meraih peringkat dua,berdasarkan penilaian dari Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Ristekdikti). Dimana mampu menyaingi kampus
lain seperti Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Institut Pertanian Bogor. “Waktu itu LP2M berhasil meraih penghargaan 2017 tapi baru 2018 akan diterima penghargaannya,” kata professor ilmu politik ini, Senin (12/01). Lebih lanjut, ia mengatakan Laode juga memiliki rasa perhatian dan kepedulian yang tinggi kepada para pegawainya. Dalam memberi tugas, ia sampaikan dengan baik. Tidak sekali pun memarahi bawahannya ketika ada hal yang kurang berkenan, jika pun ada ia menyampaikannya dengan sangat baik. Disamping itu, Laode aktif juga sebagai peneliti yang berfokus pada analisa dampak lingkungan. Tidak mengherankan proyek atau penelitian mengenai lingkungan kala itu cukup banyak. Laode dimasa kepemimpinananya berusaha menerima dan memperbaiki proposal-proposal yang ditolak oleh penelitian eksternal. Sehingga proposal yang tadinya ditolak, akan diperbaiki dan diterima kemudian mendapat anggaran yang lebih banyak dari Dikti. Dosen yang memegang prinsip Together, progress and opportunity tersebut selama memimpin LP2M tak pernah merasa mengalami kendala yang besar. Hanya masalah kecil yang dapat segera diatasi. “Setiap ada kegiatan pasti disertai dengan masalah. Tapi masih bisa diatasi dan dicarikan solusi yang tepat,” ujar Prof Armin.
DOKUMENTASI IDENTITAS
Pria yang baik dalam menjalankan kerja sama tersebut juga memiliki hal yang tidak disukainya, yakni tidak menyukai jika ada peneliti yang tidak melalui LP2M dalam artian hanya mau bekerja sendiri. “Dia tidak suka denga peneliti yang tidak mau melalui LP2M padahal menurut aturan harus melalui LP2M. itupun kalau sepert itu dia sampaikan kepada orangnya atau saya disuruh panggil yang bersangkuan untuk memberitahu teknisnya seperti ini,” ungkapnya Selama masa jabatan Prof Laode,
para bawahannya memiliki kesan yang berbeda. Nyatanya Prof Laode adalah seorang pemimpin yang sangat baik dan sering mewadahi aspirasi teman-teman disekitarnya. Disini pun ia menjalin pertemanan dengan siapa saja. “Ia pemimpin yang mengakomodasi seluruh aspirasi teman-teman dan sangat luar biasa dalam menjalin sebuah relasi,” tutup Prof Armin. n Friskila Ningrum Yusuf
KAMPUSIANA
M
Mahasiswa Sastra Daerah, Terjemahkan Episode La Galigo
ahasiswa Departemen Sastra Bugis-Makassar Fakultas Ilmu Budaya Unhas, Abdi Mahesa mengangkat objek La Galigo sebagai tugas akhir. La Galigo merupakan karya sastra terpanjang di dunia. Lebih panjang daripada epik India, Mahabarata, dan Ramayana. Juga lebih panjang daripada epik Yunani, Homerus. Kitab kuno berbentuk puisi ini berisi mitos penciptaan dari peradaban Bugis. Abdi mengatakan memiliki
ketertarikan dan kecintaan terhadap La Galigo sejak menjadi mahasiswa baru. “La Galigo bukan hanya sekedar karya sastra, melainkan bukti monumental Budaya Bugis yang tertuang secara naratif dalam bentuk prosa yang memiliki ribuan bait syair,” ucapnya melalui wawancara, Sabtu (14/8). Ia mengangkat La Galigo khususnya Episode Taggilina Sinapatie dengan total 305 halaman. Ini juga merupakan episode terakhir karena berkisah tentang akhir kekuasaan dan kedudukan dewa yang ada di langit dan laut, serta
menyinggung masuknya islam. “Saya cukup kesulitan dalam proses pengerjaan tugas akhir ini karena naskah di atas 100 tahun, tulisan buram, tidak berspasi, bahasa yang cukup tua, sehingga membutuhkan kemampuan interpretasi supaya bisa mengetahui maksud sesungguhnya dari teks,” ungkap Abdi. Abdi menghabiskan waktu sekitar 1 tahun 5 bulan yang diawali dengan studi katalog di kantor Arsip Sulawesi Selatan (Sulsel) dan mengunjungi tempat yang masih merawat tradisi La Galigo.
“Mengunjungi daerah yang masih merawat tradisi galigo seperti bissu yang ada di Bone dan Sigeri, juga mengunjungi pasure atau pelantun La Galigo yang ada di Buloi, Kabupaten Wajo,” sebut Abdi. Abdi berharap agar kajian La Galigo tidak hanya dilakukan oleh dirinya seorang, “Anak muda lain juga dapat menjadikan kajian budaya dan sejarah sebagai sumber pengetahuan dan giat identitas mereka,” harapnya. Lusius Kasimirus Aga
CIVITAS
10
P
identitas
NO. 927, TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
Bantuan Program Kampus Merdeka Tertatih-tatih
ada tahun 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nadiem Makarim, mengeluarkan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang beragam program di antaranya magang bersertifikat, pertukaran mahasiswa merdeka (PMM), kampus mengajar, dan studi independen. Program yang ditawarkan Kemendikbud menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Ditambah lagi tantangan dari adanya Pandemi Covid-19 menyebabkan proses belajar mengajar dialihkan ke dalam jaringan. Namun setahun lebih Covid-19 berlangsung, dan pada saat ini telah mengalami penurunan kasus. Pemerintah pun telah mengeluarkan instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 44 Tahun 2021 yang tertulis status Covid-19 di kota Indonesia khususnya juga kota Makassar telah berada pada level 2 yang sebelumnya level 4. Berdasarkan instruksi tersebut, pemerintah pusat mengizinkan sekolah dan perguruan tinggi di wilayah PPKM level 2 untuk menggelar pembelajaran tatap muka dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Dengan kebijakan, mahasiswa telah mempersiapkan diri untuk mengikuti perkuliahan tatap muka. Begitu pun dengan Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) antara perguruan tinggi yang telah disiapkan akan digelar secara langsung. Tetapi dalam proses persiapan keberangkatan mahasiswa maupun kesiapan perguruan tinggi penerima dan menerima mendapati permasalahan. Berdasarkan Panduan Operasional Buku (POB) bagi mahasiswa PMM, mahasiswa mendapatkan bantuan langsung yang dijanjikan terdiri dari,
biaya transportasi tiket, biaya rapid antigen sebanyak 2 kali (pergi dan pulang) Rp 250.000, Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar 2.400.000, biaya hidup Rp 700.000, biaya akomodasi 500.000 selama 4 bulan efektif kegiatan, biaya pulsa sebesar Rp 800.000. Masing-masing jenis bantuan memiliki ketentuan tersendiri. Menurut mahasiswa Peternakan Muhammad Jibran, ia belum menerima bantuan finansial sama sekali. Lantaran dana yang belum cair dan perlu menyesuaikan persyaratan administrasi. “Ada banyak persyaratan administrasi yang akan dilakukan untuk mencarikan dana bantuan,” ucapnya saat diwawancari via Whatsapp, Senin (20/09). Bukan hanya peserta PMM yang mengalami kendala bantuan finansial, tetapi peserta Studi Independen pun mengalaminya. Asril Mahadi yang sudah berada di lokasi magang yakni Kabupaten Banyuwangi. Ia menceritakan bahwa temannya ada yang membeli sendiri tiket perjalanan ke lokasi perusahaan karena belum diberikan bantuan dari pihak MBKM. Tetapi menurutnya uang itu akan diganti. “Beberapa peserta membeli tiket keberangkatannya sendiri sebab belum dikasih, namun pihak MBKM memberikan informasi bahwa bakal diganti,” jelasnya mahasiswa angkatan 2019, saat diwawancari via Whatsapp, Senin (20/09). Lain hal dengan mahasiswa luar yang sedang mengikuti perkuliahan di Makassar. Mahasiswa Universitas Pattimura Mikel, menceritakan ia tidak mengalami kendala dana. Dalam hal ini biaya tes polymase chain reaction (PCR), pengingapan dan uang saku selama di
kampus penerima. Namun mengenai potongan UKT sudah ditanggung oleh Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi (BIDIKMISI). “Selama di Makassar tidak ada kendala secara dana,” tuturnya. Terkait bantuan pulsa sebesar Rp 800.000 yang tercantum dalam Panduan Operasional Buku PMM. Mikel mengatakan belum menerima bantuan tersebut. Hal ini dikonfirmasi Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Sub PMM MBKM, Drs Andi Ilham Makhmud menjelaskan mengenai biaya pulsa ditiadakan dikarenakan Kemendikbud telah memberikan bantuan pulsa sampai November untuk seluruh mahasiswa. “Bantuan pulsa sebesar Rp 200.000 per bulan atau Rp 800.000 dalam satu semester tidak bisa dilakukan karena Kemendikbud telah menyiapkan bantuan kuota sampai November untuk seluruh mahasiswa, jadi sementar kami memberhentikan dulu,” jelasnya. Kemudian, Ilham mengakui terjadi permasalahan di awal mahasiswa berangkat ke kampus penerima PMM, sebab belum menerima bantuan pada proses keberangkatannya. Ilham menjelaskan bantuan finansial ini menggunakan sistem “bisnis proses” di mana tim keuangan dari masingmasing perguruan tinggi mempunyai kelompok sendiri. Selain itu, program MBKM didukung oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). “Bisnis proses” merupakan kunci bagi mahasiswa untuk kelancaran menerima bantuan finansial yang disediakan pihak MBKM, yang dimaksud bisnis proses ialah tata cara proses agar mahasiswa dapat menerima dana tersebut. Salah satu bagian bisnis proses adalah data mahasiswa yang mereka input. Dosen farmasi Unhas ini
menceritakan program ini pertama kali dilakukan, dengan itu mereka harus berhati-hati dalam mengambil kebijakan agar tidak memunculkan kekeliruan. “Kita dengan LPDP setiap hari berkoordinasi bagaimana mencari solusi dari persoalan-persoalan tersebut, bagaimana tata keuangannya yang accountable sehingga tidak akan salah arah,” jelasnya saat diwawancarai via Zoom, Selasa (05/10). Menurut Ilham banyak data yang tidak akurat diterima oleh Sub Pokja PMM, seperti nomor rekening yang berbeda, nama mahasiswa yang disingkat, sehingga menyulitkan untuk dibaca. Apalagi di sistem LPDP kemarin, ada satu mahasiswa yang bermasalah, akan menghalangi 8,000 mahasiswa yang lain. Namun permasalahan ini telah ditemukan jalan keluarnya. “Ada empat mahasiswa yang mengalami masalah, hal ini akan menghalangi yang 8000 mahasiwa lainnya sehingga kami berbincang dengan LPDP untuk memberikan solusi dimana kami mendahulukan 4000 mahasiswa dan kemudian tahap keduanya 4000 lagi. Yang sudah beres di dahulukan sehingga tidak menghalangi yang lainnya dan yang masih bermasalah kami perbaiki,” tuturnya. Namun begitu, ia tetap berharap mahasiswa mendapatkan benefit di semua progran MBKM. Walau terdapat kekurangan menurutnya hal ini jangan menjadi kendala. Di samping itu, ia menginginkan mahasiswa memberi masukan dan akan menjadi refleksi bagi tim Pokja.
Tim Civitas Muhammad Alif M Nur Alya Azahra Lusius Kasimirus Aga
identitas
NO. 927 TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
IPTEKS
11
DOKUMENTASI PRIBADI
P
Bantu Masyarakat Olah Umbi Porang
otensi tumbuhan yang ada di sekitar perlu dimanfaatkan sebaik mungkin. Dengan adanya teknologi, manusia sejatinya bisa memaksimalkan potensi yang ada. Hal ini dilakukan tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Penerapan Ipteks (PI) Unhas. Mereka membantu masyarakat Kampung Bonti, Kecamatan Balloci, Kabupaten Pangkep untuk memaksimalkan potensi umbi porang yang dimiliki. Awal mulanya tim yang beranggotakan lima orang ini, menemukan permasalahan pengolahan umbi porang dari kegiatan bina desa yang dilakukan pemuda Kabupaten Pangkep. Miris rasanya melihat masyarakat di Kampung Bonti harus berjalan kaki selama kurang lebih dua jam dari kaki gunung untuk menanam
umbi porang. Tapi ketika panen, sebanyak 20 ton umbi porang hanya terjual dengan harga Rp 7.000/kg. Beda halnya ketika umbi diolah menjadi tepung porang. Harganya di pasaran naik menjadi Rp 80.000/Kg. Mendapati kasus seperti ini, tim yang diketuai oleh Rikah Octaviana dari Jurusan Teknik Industri berinisiatif untuk membuat sebuah mesin yang dapat mengubah umbi menjadi tepung porang. Bersama dengan Muhammad Rijal dari Jurusan Teknik Mesin, Haykal Dilfansyah Jurusan Teknik Elektro, Zhuhrah Rizqa Jurusan Agribisnis, serta Andi Fadhillah Jurusan Kimia, Rikah pun menghadap ke dosennya Dr. Ir Syarifuffin Mabe Parenreng, ST, MT, CSRS untuk meminta bimbingan. Rikah bercerita, persiapan teknologi dilakukan selama dua bulan,
yakni Juni-Agustus 2021. Di tahap persiapan, timnya melakukan survei dan observasi lokasi, lalu menyiapkan bahan, membuat alat dan menguji kelayakannya. Untuk menghasilkan sebuah mesin yang dapat mengubah umbi porang menjadi tepung, digunakan alat dan bahan, seperti besi hollow, besi siku, besi plat, motor bensin, piringan mata pisau, pulley kombinasi, bearing, baut, belt, penepung fcc disk mill. Mahasiswa angkatan 2018 ini menjelaskan bahwa alat yang dibuat memiliki dua fungsi sekaligus. Pertama, digunakan untuk memotong ubi sekaligus bisa langsung diubah jadi tepung. Teknologi ini dibuat mampu mengerjakan dua fungsi sekaligus secara terpisah dengan mengandalkan motor penggerak dan motor bensin. “Melihat kondisi Kampung Bonti yang masih susah listrik, akhirnya kami putuskan lebih optimal dan efisien jika menggunakan motor bensin dan tidak menggunakan motor listrik,” jelas Rikah. Tahapan pembuatan alat selesai, setelah itu selama dua hari yakni 20-21 Agustus 2021 dilakukan pengimplementasian ke petani porang. Implementasi ini dilakukan
secara daring dan luring karena kondisi pandemi Covid-19. Rikah menambahkan, teknologi seperti ini sudah ada sebelumnya di kalangan industri. Sehingga, jika mengunakan prinsip teknologi yang sama untuk skala Usaha Mikro Kecil Menegah (UMKM), maka perlu desain yang minimalis sesuai dengan kapasitas produksi dari UMKM. “Mesin yang kami buat ini bisa jadi prototipe tipe masyarakat. Cara pemakaiannya juga sangat mudah dan kami sudah membekali masyarakat buku pedoman penerapan Ipteks. Semoga dengan pembuatan buku itu, informasi mengenai teknologi ini juga bisa dibagikan ke orang lain,” pungkas Rikah. Tidak hanya membantu membuat mesin pengubah umbi menjadi tepung, tim PKM PI Unhas juga memfasilitasi petani dengan perusahaan yang berminat membeli olahan umbi porang. Hal ini agar masyarakat tidak perlu khawatir lagi di mana harus memasarkan hasil olahannya. Mengakhiri wawancara, Rikah berharap teknologi yang dibuat bersama teman-temannya bisa dikembangkan dan membantu perekonomian masyarakat. Tidak hanya di Kampung Bonti, tetapi di desa-desa terpencil lainnya yang memiliki potensi umbi porang. n Winona Vanessa HN
RESENSI
12
identitas
NO. 927, TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
Menyelami Arti Kejeniusan Manusia melalui Berbagai Kacamata Peradaban “Kreativitas adalah hubungan, yang berlangsung di persimpangan orang dan tempat,”- Eric Warner.
A
lbert Einstein, Isaac Newton, Leonardo da Vinci, namanama barusan melukiskan sebuah bayangan di pikiran. Manusia bertalenta, intelektual, genius. Ketika memperhatikan orang yang dicap genius, mungkin kita berasumsi kecerdasannya telah berada di atas ratarata dalam standar intelligence quotient (IQ). Pujian ‘cerdas’ atau ‘wawasan luas’ dapat membuat seseorang merasakan another level of happiness atau kesenangan yang tidak seperti biasanya. Terkadang butuh validasi bahwa kita juga merupakan bagian dari mereka— orang-orang genius, atau bila tidak mampu memenuhi label tersebut, kita cukup memilih jalan sebagai ‘orang kreatif’. Akan tetapi, apakah kemampuan berpikir dinilai sebatas itu saja? Apakah konsep genius yang kita pahami sekadar gabungan antara cerdas dan kreatif? Beberapa orang mempunyai tanggapan, genius hanya julukan bagi seseorang ber-IQ tinggi atau semacamnya. Tentu saja arti sejatinya tidak sampai itu. Justru tidak jarang orang-orang dengan kecerdasan dinilai rata-rata bisa mewujudkan sesuatu yang besar. Penulis buku The Geography of Genius ini, Eric Weiner, memiliki definisi favoritnya terkait genius kreatif yang dikemukakan oleh Margaret Boden, peneliti kecerdasan artifisial. Eric berpendapat genius kreatif adalah seseorang dengan ‘kemampuan untuk menelurkan ide-ide yang baru, mengejutkan, dan bernilai’. Pengertian ini bisa dikatakan sesuai dengan kriteria yang dipakai oleh kantor Paten Amerika Serikat (AS) ketika memutuskan sebuah penemuan pantas memperoleh hak paten atau sebaliknya. Eric melakukan perjalanan untuk melanjutkan kariernya yang dihabiskan menceritakan kehebatan umat manusia sembari mencari tahu jawaban pertanyaannya terkait orang genius. Si penulis mengajak kita berjelajah mencari tahu genius itu seperti apa saja. Dari Kota Para Dewa, Athena hingga pusat teknologi AS, Silicon Valley yang telah menjadi inspirasi bangunan Bukit Algoritma di Indonesia. Orang-orang genius tidak hanya tersebar pada kota tertentu apalagi zamannya. Setidaknya masing-masing tempat memberikan gambaran
puncak pencapaian manusia. Tulisan jenakanya berhasil membuat saya terus membalikkan halaman demi halaman buku ini. Selain ikut berpetualang, ada trivia-trivia menarik lalu diikuti penjelasan penelitian yang dia ketahui. Mungkin buku ini bisa disebut buku geografi dengan gaya. Yunani menjadi jejak pertama Eric menelusuri konsep genius. Bangsa yang selalu kita temukan namanya di buku pelajaran atau bahasanya ketika ingin mencari tahu asal-usul sebuah kata, Mitologi, Filsafat dan Demokrasi. Ada teori yang ditolak oleh orang-orang bahwa bangsa Yunani modern bukanlah keturunan Plato, melainkan bangsa imigran. Sayangnya, Yunani modern bukan Yunani kuno yang jadi pusat kegeniusan. Orang-orang genius pada Yunani kuno senang berjalan karena pada saat yang bersamaan, mereka memperoleh pemikiran terbaiknya. Adapun penelitian menyelidiki hal serupa. Hasilnya, kreativitas bagi para pejalan lebih tinggi dibandingkan yang sering duduk. Walaupun begitu, ketika Eric mengunjungi Athena, dia mendapati warga sana tak acuh terhadap apa yang mereka makan. Bisa jadi pola makanan yang sederhana mengakibatkan berpikir secara sederhana namun menakjubkan. Kesederhanaan warga Athena, misalnya menghargai manfaat jalan kaki, searah dengan satu kalimat Plato, “Hal yang dihargai di suatu negeri akan tumbuh di sana”. Genius itu sederhana. Tempat selanjutnya adalah Hangzhou, Cina. Negara penuh inovasi ini tidak diherankan jika menjadi salah satu tempat yang dikunjungi Eric. Saat menikmati teh di sana, ia mengaitkan minumannya dengan kegeniusan. Objek apapun bisa dihubungkan dengan kegeniusan. Apakah itu merupakan perbedaan antara kegeniusan Cina dan Barat? Cina telah mengungguli Barat dari hampir segala aspek. Mereka menciptakan bubuk mesiu yang dipakai untuk bahan peledak, kompas, teknik cetak balok, jam mekanis, bahkan tisu toilet. Uang kertas pertama di dunia pun berasal dari Cina. Kreativitas menurut pandangan Cina berbeda dengan Barat. Bangsa Cina cenderung memedulikan fungsi
Judul: The Geography of Genius Penulis: Eric Weiner Penerjemah: Barokah Bruziati Penerbit: Penerbit Qanita, PT Mizan Pustaka Jumlah Halaman: 575 penemuan yang mampu diteruskan dibanding unsur kebaruan. Kita yang mengamati hal tersebut boleh menyimpulkan bahwa kebiasaan bertautan pada kejeniusan dan jenius itu bukan hal baru. Lokasi awal mulanya Era Renaisans, Kota Florence, dulunya tidak higienis dan penuh kemiskinan hingga mereka menyadari pentingnya uang. Kurang lebih sama dengan Athena, Florence menghargai seni. Kehidupan orang kelebihan uang dan persaingan seniman bisa kita menyimpulkan genius itu mahal. Banyak hal kita dapat kagumi berdasarkan cerita-cerita Eric dalam buku ini. Patung David-nya Michelangelo jadi tolok ukur karya seni lain, Skotlandia merupakan gudang figur-figur terkenal, sebuah forum informal bernama Adda, munculnya peniru-peniru Silicon Valley yang kemudian gagal. Tambahan lagi, Erik tampak senang mengumpamakan
dua hal dengan perumpamaan yang menarik. Misal, jika cetak balok adalah internet pada masanya, maka puisi adalah Twitter, Edinburgh adalah Silicon Valley-nya di ilmu kedokteran saat Zaman Pencerahan, dan Wina-nya Mozart sama musikalnya dengan Winanya Freud. Setelah Eric melanglang buana, ia menyadari bahwa genius banyak bentuknya. Tiap zaman dan tempat pasti masyarakatnya tidak sama sepenuhnya. Kacamata yang digunakan berbedabeda. Pria yang pernah bekerja sebagai reporter di The New York Times ini menganggap faktor genetis bukanlah pelaku adanya kreativitas, melainkan kerja keras dan pengolahan cermatnya. Maka dari itu, kira-kira seperti apakah pemahaman kamu terhadap kegeniusan?
Siti Nurul Fahriza Ramadhanty
identitas
NO. 927 TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
Puisi
Bahasa Cinta: Interpretasi atau Batasan?
Aku, Kamu, tanpa Kita Menatap bayang-bayang pada kacamata hitammu, di tengah deru mesin dan kepulan asapmu. Keluguan seorang anak yang melempar lirikan dari arah sana, Saksi aku memperhatikan dirimu. Dibarengi segudang tanya, aku ingin menyelami matamu.
K
etertarikan yang diikuti rasa sayang terhadap sesuatu disebut cinta. Setidaknya itu yang saya pahami. Tapi nyatanya cinta tak sesederhana itu. Seperti angin, kita meyakini keberadaannya, tapi tidak bisa menebak wujud dan bentuk aslinya. Cinta begitu abstrak, sehingga hampir setiap orang memiliki definisi tersendiri tentang cinta. Orang-orang baru merasa dicintai ketika pasangan mereka mampu mengekspresikan bahasa cinta yang mereka sukai. Kita menyebutnya dengan love language, atau bahasa cinta. Suatu cara penyampaian maksud dalam bentuk tindakan, ucapan, kode sebagai isyarat bahwa kita mencintai seseorang. Kita meyakini, cinta dapat diekspresikan dengan cara apapun, dan dengan siapapun. Dr Gary Chapman, dalam bukunya The Five Love Languages, menyebut bahasa cinta sebagai perilaku yang membuat kamu merasa dicintai. Chapman dalam bukunya membahas lima bahasa cinta. Bahasa cinta pertama menurut dia adalah seseorang yang bahasa cintanya harus berupa kata-kata penegasan. Mereka perlu mendengar pasangan mereka berkata “Aku mencintaimu” dan ingin diberi alasan mengapa dia dicintai. Kedua yaitu orang-orang yang membahasakan cintanya dengan saling memberi perhatian dengan menciptakan waktu berkualitas bersama. Mereka ingin satu sama lain berbagi sesuatu yang bermakna bersama, saling mendengarkan dan berkomunikasi. Ketiga ada yang merasa baru dicintai hanya bila pasangan mereka saling memberi atau menerima hadiah. Orang seperti ini memerlukan tindakan atau bukti nyata, bukan sekedar kata-kata semata. Keempat ada yang membahasakan cinta dengan melakukan hal sederhana bersama seperti membantu meringankan pekerjaan atau tanggung jawab. Dengan begitu, barulah pasangan merasa dicintai. Kelima bahasa cinta paling umum dan paling sering orang ekspresikan yaitu ditunjukkan dengan kontak fisik seperti memeluk, menggandeng tangan, atau sekadar mengelus kepala. Selain lima bahasa cinta tersebut, sebenarnya masih banyak lagi ragam bahasa cinta yang ditunjukkan seseorang terhadap orang yang dicintainya. Kita akan menyadari keberadaan cinta ketika
13
CERMIN
Buku berjalan beradu satu. Aku, kertas coretan yang hanya memandang, mencoba masuk ke dasar, tetapi berakhir dikalahkan ragu. Bayangan senja datang dari seberang pada kegelapan sebuah retakan. Kabar buruk datang bersama kicauan burung. Kabar yang membawaku naik ke permukaan tuk menolak jatuh pada matamu. Aku takut pada diriku, kabar itu, dan bahaya tatapanmu.
DOKUMENTASI PRIBADI
kita diposisikan sebagai penerima. Tapi, bagaimana bahasa cinta saat kita diposisi sebagai pemberi? Ketika kita melakukan sesuatu dan menganggap hal tersebut adalah bahasa cinta kita kepada orang yang kita sukai. Lalu di satu sisi, penerima tidak mendefinisikan perilaku tersebut sebagai bentuk cinta. Apakah kita bisa menyimpulkan bahwa cinta ini tidak ada? Tentu tidak, menentukan bahasa cinta yang pas kepada pasangan atau orang yang kita sukai memang tak gampang. Dibutuhkan pengamatan dan pertimbangan, agar bahasa cinta yang kita tunjukkan sesuai harapan orang tersebut. Cinta terlalu luas dan terlalu kompleks untuk dibatasi dalam beberapa jenis “bahasa”. Sekali lagi saya katakan cinta itu abstrak, tidak diketahui wujudnya. Seseorang menerima cinta dan mengekspresikannya dengan sangat banyak cara, yang rasanya terlalu sempit dan sederhana jika hanya diterjemahkan dalam beberapa jenis bahasa. Kita tidak bisa dengan seenaknya menyimpulkan, karena terlalu banyak model dan kombinasi hingga seseorang bisa merasa
dicintai. Ada kalanya kita senang dan merasa dicintai saat mendapat pujian, dan ada kalanya kita merasa dicintai saat sekadar menghabiskan waktu berkualitas bersama. Kombinasi tersebut dapat dirasakan oleh satu orang yang sama. Karena itu batasan cinta menjadi sangat tidak jelas untuk dibagi dalam beberapa jenis. Cinta pun tidak hanya terbatas pada hubungan antara dua manusia dewasa. cinta ini dapat muncul dari komponen hidup lain, seperti cinta anak untuk ibunya, cinta majikan terhadap hewan peliharaannya, dan lain sebagainya. Cinta itu bagai lukisan, ia bisa menjadi sangat rumit tapi di baliknya, ia adalah hal yang indah dan perlu dieskpresikan. Mengekspresikan cinta tidak perlu ada batasan. Yang penting, penyampaian itu mencapai target dengan sempurna. Jadi apa bahasa cintamu? n
Anisa Luthfia Basri Mahasiswa Agroteknologi, Fakultas Pertanian Unhas, angkatan 2019 Sekaligus, Reporter PK Identitas Unhas
Ingatanku dibawa terbang ke masa lalu, pertemuan pertama. Aku menemukanmu pada sebaris kalimat tanya dalam dunia yang tak kasat mata. Dengan asa berbalut kegelapan, aku menyiapkan rangkaian jawaban untuk sebuah hasrat yang tak berujung. Hebatnya, kalimatmu selalu mampu membungkam jawaban itu. Kadangkala rajutan rasa membumbung ke udara. Kadangkala jua menenggelamkan diri ke dasar lautan. Bak teka-teki yang tak terpecahkan, kamu adalah misteri bernyawa yang selalu mengusik kedamaian pikiran dan hatiku. Seperti saat ini, pertemuan kedua. Pikiran dan hatiku menerka-nerka tanpa henti. Terkaan yang menghadirkan kegelisahan akut. Kegelisahan yang kembali berujung pada ketakutan. Tapi, pada akhirnya... Rasa penasaran mendominasi hingga keberanianku menang di atas ketakutan itu. Kucoba masuk. Manik mata yang mampu menarik diriku menyelamimu. Menyelami kepedihan yang telah lama bersembunyi di balik senyuman palsumu. Dugaan yang sama, tetapi juga berbeda. Kamu, anak kecil yang tumbuh dewasa dengan luka yang tak pernah sembuh. Terima kasih dari sepucuk kertas hitam bertintakan air mata. Tuk manusia sekarat penopang manusia setengah melarat. Jika tak kuat, Tuhan selalu siap menjadi pendengarmu, begitupun diriku. Penulis Dinda, merupakan mahasiswa Antropologi FISIP Unhas, angkatan 2019.
KAMPUSIANA
14
Lestarikan Bahasa Daerah melalui Ekspedisi Lingua UNIT Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (UKM PA) Edelweis Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (KM FIBUH) menyelenggarakan agenda pelepasan Tim Ekspedisi Lingua yang bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar dan Pemerintah Daerah (Pemda) Mamuju, Jumat (17/9). Kegiatan ini bertema “Jelajah Karama, Salam Jejak Bahasa Austronesia di Tana Lotong” yang bertujuan untuk penelitian dan pelestarian bahasa yang memiliki kemungkinan untuk punah. Dalam pelaksanaannya, turut hadir Wakil Dekan 3 FIB-UH, Dr Kaharuddin MHum dan lembaga dibawah naungan KM FIB-UH yang terdiri dari 9 himpunan dan 4 UKM. Pemimpin Tim Ekspedisi Lingua, Syailendra Nawafil mengatakan terdapat beberapa tahap dari ekspedisi ini. “Pra operasi lapangan dimana tahapan awal yaitu pencarian dana dan presentasi awal, kemudian agenda operasi lapangan yaitu pengumpulan data yang akan di teliti selama 16 hari
di lokasi dengan melibatkan 9 orang yang merupakan anggota penuh UKM PA Edelweis FIB-UH, serta pasca operasi lapangan yaitu presentasi akhir untuk memaparkan hasil penelitian,” paparnya. Sasaran ekspedisi ini adalah isolek (bahasa yang belum terverifikasi) yang berada di Kabupaten Mamuju, Kecamatan Kalumpang. Hasilnya akan dibuatkan kamus kecil isolek dari lokasi tersebut. “Akan dibuatkan pula peta penyebaran isolek, foto, dan video kegiatan serta Karya Tulis Ilmiah hasil penelitian yang dilakukan,” tambah Afil sapaan akrabnya. Lebih lanjut, Ketua Umum UKM PA Edelweis FIB-UH, Ilham berharap kegiatan ini dapat menjadi warna baru di dunia kepencinta alam. “Saya juga berharap bahwa apa yang dulu menjadi bagian dari kita yaitu kepetualangan tidak melulu soal itu saja, namun juga bisa memberi sumbangsih bagi ilmu pengetahuan,” tutupnya.n Wahidah Yunus
identitas
NO. 927, TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
Medical Youth Research Club Bahas Online Sexual Abuse MEDICAL Youth Research Club menyelenggarakan Mini Symposium part III bertemakan “How to SAY NO!: Online Sexual Abuse”. Kegiatan ini berlangsung secara virtual melalui Zoom meeting, Sabtu (18/9). Menghadirkan Dosen Psikologi Fakultas Kedokteran (FK) Unhas, Istiana Tajuddin SPsi MPsi Psikologi sebagai pemateri pertama dan Dosen Fakultas Hukum (FH) Unhas juga selaku Departemen Dermatovenenerologi FK Unhas, Dr dr Muji Iswanty SH MH Sp KK MKes CMed sebagai pemateri kedua. Mengawali kegiatan, Istiana menyampaikan bahwa awalnya hanya ada Kekerasan Berbasis Gender (KBG) atau kekerasan pada seseorang yang didasarkan atas gender dan seks. Kemudian kekerasan seksual mulai merambat secara online. Hal ini terjadi karena semakin luasnya jangkauan internet serta banyaknya pengguna media sosial hingga menghadirkan kekerasan berbasis gender online (KBGO). “Menurut catatan tahunan Komisi Nasional Antikekerasan pada Perempuan (Komnas Perempuan) terjadi sekitar 940 kasus pada tahun 2020. Melalui catatan tersebut terbukti bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan meningkat empat kali lipat dibanding pada tahun 2019,” ujar Istiana. Selain itu, Istiana juga menjelaskan bentuk-bentuk KBGO diantaranya Cyber grooming. Cyber grooming merupakan upaya kejahatan yang dilakukan seseorang untuk membangun hubungan
secara emosional, sehingga mereka dapat memanipulasi bahkan melakukan tindakan pelecehan. “Pelanggaran privasi terhadap KBGO dapat berupa mengakses, menggunakan, memanipulasi, menyebarkan data pribadi baik foto atau video, serta informasi dan konten pribadi tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan pihak yang terkait. Hal ini terkadang tidak disadari oleh para pelaku pelanggar,” ucap Istiana. Lebih lanjut, Istiana mengatakan bahwa secara psikologis korban KBGO dapat mengalami depresi, kecemasan, ketakutan bahkan rasa ingin melakukan bunuh diri. Dampak secara sosial yang juga dirasakan oleh korban yakni rasa takut dalam bersosialisasi. “Penanganan terhadap korban KBGO, yang dapat dilakukan salah satunya dengan membangun kembali kepercayaan diri bahwa orang lain tidak pantas melakukan hal itu terhadap anda,” tutur Dosen Psikologis tersebut. Adapun materi kedua “Law of Online Sexual Abuse”, yang dibawakan oleh dr Muji. Ia menjelaskan beberapa kasus terkait KBGO. Di mana dalam kasus ini diharapkan agar pemerintah dapat konsisten dan bergerak cepat untuk membuat aturan serta kebijakan mengenai KBGO. “Dibutuhkan pula kerja sama dari para pengajar baik dalam proses akademik maupun non-akademik, pengguna media sosial serta para orangtua, untuk membantu menyelesaikan masalah KBGO ini,” kata dr Muji. n Marhama
Rangkaian Sejarah Berdirinya Unhas dalam Sebuah Buku IDENTITAS/WAHIDA
UKM Pecinta Alam FIB Unhas menyelenggarakan pelepasan tim ekspedisi lingua, Jumat (17/9). Kegiatan ini bertema “Jelajah Karama, Salam Jejak Bahasa Austronesia di Tana Lotong” yang bertujuan untuk penelitian dan pelestarian bahasa yang memiliki kemungkinan untuk punah.
UKM Fotografi Unhas Bahas Foto Jurnalistik KEGIATAN Mahasiswa (UKM) Fotografi Unhas gelar Bincang Foto bertema ‘Jurnalistik’, pukul 20.00 WITA melalui Zoom Meeting, Senin (27/9). Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Pameran Pojok Diksar XXX. Dipandu Adwit B. Pramono, kegiatan ini mengundang Fotografer Kompas, Agus Susanto sebagai narasumber. Dalam kesempatannya, Agus menyampaikan, foto jurnalistik adalah gambar dan kata. Ia menjelaskan ‘kata’ dalam jurnalistik adalah teks yang menyertai sebuah foto. Tanpa teks foto, foto jurnalistik menjadi tidak berguna. Agus mengatakan, fotografi memiliki keistimewaan yakni ingatan kolektif.
“Foto mengabadikan sebuah momen dan menjadikannya simbol yang tertancap di benak manusia,” ucap Agus. Lebih lanjut, Agus mengatakan, untuk dapat melihat gambar dengan pesan yang kuat, seseorang harus peka dan belajar mengamati lingkungan. Agus menuturkan, dalam mengabadikan momen, standar yang dipakai yakni visual yang bagus, komposisi, kedekatan membangun emosi, dan terdapat unsur 5W+1H. “Jadi, kita harus tahu betul apa yang mau kita ceritakan dalam foto,” ujap Agus. n Tris Novita Gesang
UNHAS menggelar Malam Ramah Tamah Dies Natalis ke-65 di JK Arenatorium, Sabtu (18/9). Acara ini dihadiri Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu Ma, Majelis Wali Amanat, Senat Akademik, Dewan Profesor serta tamu-tamu lainnya. Salah satu kegiatannya adalah peluncuran buku “Sejarah Berdirinya Unhas” yang ditulis oleh Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Amrullah Amir SS MA PhD. Diikuti dengan penyerahan buku dari Ketua Panitia Dies Natalis Unhas, Prof Dr Budu MMed Ed SpM(K) PhD kepada Rektor, Ketua Majelis Wali amanat, Ketua Senat Akademik Universitas dan Ketua Dewan Profesor. Dalam sambutannya, Amrullah mengatakan tujuan penulisan buku tersebut untuk mengingat kembali jasa para pendiri dan tokoh berpengaruh untuk perkembangan Unhas. “Ada banyak suka duka yang dialami para pendahulu dalam usaha mereka mengembangkan dan membesarkan Unhas. Namun, banyak diantara mereka
yang mungkin sudah tidak diingat lagi oleh generasi belakang,” paparnya. Buku ini membahas sekitar sepuluh tahun berdirinya Unhas. Awalnya buku itu mengisahkan kisah berdirinya Unhas dengan sepuluh fakultas yang menjadi awal berdirinya Unhas yakni, Fakultas Ekonomi, Hukum, Kedokteran, Keguruan, Sosial dan Politik, Sastra dan Filsafat, Teknik, Pertanian, Peternakan serta Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Lebih lanjut, Amrullah mengaku terkendala pada pencarian arsip di Jakarta karena PPKM. “Karena adanya PPKM, saya terpaksa mencari akses ke Belanda. Olehnya itu, dalam buku ini banyak mencantumkan arsip surat kabar yang berasal dari Belanda,” ungkapnya. Diakhir pemaparannya, Amrullah berharap semoga buku tersebut dapat menjadi awal produktivitas penulisan buku Unhas yang lebih komperehensif. Wahidah Yunus
identitas
NO. 927, TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
KAMPUSIANA
15
Unhas Gelar Sosialisasi Peraturan Pemerintah Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil BAGIAN Kepegawaian Unhas menyelenggarakan Sosialisasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2021 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kegiatan berlangsung mulai pukul 08.00 Wita secara luring terbatas dengan penerapan protokol kesehatan di Aula LPMPP, Selasa (28/9). Sosialisasi ini melibatkan unsur lembaga dan sivitas akademika Unhas yang beraktivitas di kantor pusat (Rektorat) dan sebelumnya kegiatan serupa juga telah dilakukan bagi pegawai pada unit kerja Fakultas Unhas pada Jumat (24/9). Kepala Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi (BAPSI) Unhas, Dra Rosniati MM menyampaikan bahwa peraturan yang disosialisasikan merupakan peraturan pengganti dari Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS). “Sosialisasi ini bertujuan memberikan pemahaman mengenai kewajiban dan larangan bagi pejabat struktural, sehingga dapat menjadi motivasi para pegawai untuk meningkatkan kinerja dalam memberikan pelayanan terbaik,”
Jelas Dra Rosniati melalui rilis Humas Unhas. Kegiatan resmi dibuka oleh Sekretaris Universitas, Prof Dr Ir Nasaruddin Salam MT. Dalam sambutannya, ia menjelaskan bahwa tingkat kedisiplinan kinerja pegawai sangat berkaitan dengan persentase kehadiran, teguran lisan, dan pemberian sanksi. “Ini dapat berpengaruh terhadap pemberian gaji dan insentif serta tunjangan kinerja,” jelasnya. Lebih lanjut, Nasaruddin mengatakan bahwa sikap profesional berkaitan dengan budaya dan perilaku dalam upaya membangun sistem untuk meningkatkan capaian Unhas. Dengan demikian, penerapan PP No. 94 Tahun 2021 diberlakukan bagi PNS dan Non PNS Tetap di lingkup Unhas. Ia berharap melalui sosialisasi ini, pegawai lingkup Unhas dapat menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang. “Dengan peningkatan kinerja diharap dapat mengangkat citra dan nama baik Unhas,” pungkasnya. n Nur Ainun Afiah
Loloskan 26 Tim, Unhas Peringkat Keenam Nasional UNHAS peringkat keenam sebagai universitas dengan jumlah tim terbanyak yang lolos ke PIMNAS-34. Berdasarkan Surat oleh Pusat Prestasi Nasional Nomor 2200/J3/KM.02.13/2021 tentang Pengumuman dan Undangan Peserta PIMNAS ke-34 Tahun 2021 yang dikeluarkan Selasa, (28/9), sebanyak dua puluh enam tim Unhas akan melanjutkan perjuangan ditingkat nasional. PIMNAS termasuk kegiatan kemahasiswaan tingkat nasional yang menjadi bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). PIMNAS merupakan ajang bergensi dalam ranah perguruan tinggi. Pasalnya, setiap universitas mempersiapkan pergelarannya dengan antusias setiap tahun. erdapat 735 judul PKM dari perguruan tinggi se-Indonesia yang akan berkompetisi di tingkat nasional pada ajang PIMNAS tahun ini. Penilaian babak final berlangsung pada tanggal 26 – 30 Oktober 2021 secara daring dengan Universitas Sumatera Utara (USU) sebagai tuan rumah. Dikutip dari rilis Humas dan Informasi Publik Unhas, Rabu (29/9), Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhas, Prof Dr drg A Arsunan Mkes, sangat
mengapresiasi pencapaian yang diraih oleh para mahasiswa Unhas. “Capaian ini tidak terlepas dari peran pembimbing, para Ketua Program Studi, Ketua Departemen, serta jajaran pimpinan fakultas, yang secara konsisten melakukan pendampingan kepada mahasiswa,” ujarnya. Berdasarkan jumlah judul yang lolos PIMNAS ke-34 Tahun 2021, berikut peringkat sepuluh besar perguruan tinggi terbaik: 1.Universitas Gadjah Mada: 124 judul 2.Institut Pertanian Bogor: 66 judul 3.Institut Teknologi Sepuluh November: 59 judul 3.Universitas Brawijaya: 59 judul 4.Universitas Diponegoro: 37 judul 5.Universitas Negeri Malang: 30 judul 6.Universitas Hasanuddin: 26 judul 7.Universitas Airlangga: 19 judul 8.Universitas Sebelas Maret: 18 judul 9.Universitas Negeri Yogyakarta: 14 judul 9.Universitas Islam Indonesia: 14 judul 10.Universitas Negeri Semarang: 11 judul 10.Universitas Negeri Makassar: 11 judul Anisa Luthfia Basri
IDENTITAS/AZZAHRA ZAENAL
Penampilan UKM Belantara Kreatif pada Pentas Karya Talenta di Gedung Sidrap Center, Sabtu (18/9). Dengan tema Singkerru Pa’dennuang, yang dalam bahasa Indonesia berarti “Mengikat Harapan”, diangkat dari hasil observasi sutra di Kabupaten Soppeng, sebagai sumber pendapatan terbesar namun sekarang eksistensinya sudah mulai memudar.
FH Unhas Berikan Penghargaan Kepada Mahasiswa Berprestasi FAKULTAS Hukum (FH) Universitas Hasanuddin (Unhas) berikan penghargaan khusus kepada peraih juara ajang kompetisi internasional. Kegiatan ini berlangsung di Ruang Video Conference, FH Unhas, Rabu (29/9). Dikutip dari Sub Direktorat Informasi dan Humas Unhas, Kamis (30/9), kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi atas sumbangsi mahasiswa, sehingga FH Unhas menjadi pemenang fakultas berprestasi dari Bidang Kemahasiswaan Unhas selama dua tahun berturut-turut. Sebanyak 10 mahasiswa FH Unhas menyumbangkan medali dan prestasi pada berbagai kompetisi, baik nasional maupun internasional. Ini menjadi bukti komitmen, semangat, dan konsistensi mahasiswa untuk terus berkontribusi serta mengembangkan dirinya. Pemberian apresiasi kepada mahasiswa dilakukan langsung oleh Dekan Fakultas Hukum Unhas, Prof Dr Farida Patittingi SH MHum. “Selamat kepada mahasiswa yang telah meraih medali di tingkat internasional. Semoga penghargaan yang kami berikan menjadi pendorong untuk terus meningkatkan prestasi,” ucap Farida. Ia berharap, FH unhas dapat menjaga konsistensi sebagai pemenang seperti yang telah diraih selama beberapa tahun terakhir. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kemitraan FH Unhas, Dr Muh Hasrul SH MH MAP menyampaikan, terjadi peningkatan jumlah medali emas tingkat internasional yang di raih mahasiswa dibandingkan tahun
sebelumnya. “Tahun ini, medali paling banyak dipersembahkan oleh UKM Gojukai. Mahasiswa FH Unhas meraih 6 medali emas tingkat internasional pada ajang Internasional Karate Championship Open and Festival,” kata Hasrul. Pemberian penghargaan berupa piagam dan uang pembinaan tidak hanya diberikan kepada mahasiswa, tetapi juga kepada pembina UKM dan pelatih yang berperan aktif mendorong capaian prestasi mahasiswa di lingkungan Fakultas Hukum Unhas. Berikut nama-nama yang menerima penghargaan: 1. Rezky Dinda Amaliah Ichwan (1 medali emas perorangan, 1 medali emas beregu) 2. M. Ardinan Salabuddin (1 medali emas) 3. Muhammad Gibran Mursalim (1 medali emas) 4. Fajra Dwi Saskiah (1 medali emas 5. Moh. Arif Tausar (1 medali emas 6. Andia Dian Rezki Ramadhani (Emas beregu) 7. Desak Konang Laksmi Shita Devi (Emas beregu) 8. Asmi Nur Isra (1 medali perak 9. Yusri Mahendra (Peserta Kejuaraan Internasional) 10. Winda Sari (Duta Bahasa Terbaik I Putri) 11. Ismail Alrief, S.H., M.Kn (Pelatih 12. Dr. Ratnawati, S.H., M.H (Pembina UKM Go-Jukai) 13. Hj. Nurhidayah, S. Hum., M.M. (Pustakawan) 14. Ipa Salwah, S. Hum (Pustakawan)n
Annur Nadia F. Denanda
RESENSI
16
E
Misteri di Rumah Teteruga
rni Aladjai kembali memenangi Sayembara Novel Dewan Kesenian pada 2019 lalu. Novel yang berjudul Haniyah dan Ala di Rumah Teteruga ini meraih peringkat ketiga dan diterbitkan pada Januari 2021 oleh Kepustakaan Populer Media. Menceritakan kehidupan seorang ibu dan anak bernama Haniyah dan Ala yang tinggal di Desa Kon di rumah warisan keluarga atau dijuluki Rumah Teteruga yang menyimpan misteri. Bagaimana kehidupan Ala? Apa yang sebenarnya terjadi? Misteri apa yang ada di Rumah Teteruga? Ibu Ala, Haniyah adalah wanita yang baik, lembut, berani, dan pekerja keras. Namun, memiliki ciri khas yang ketika marah ia berdadan rapi setiap kali mengungkapkan kemarahannya. Ala, anak berusia 11 tahun yang lahir dengan kondisi mata kiri juling dan berwarna api. Lahir dari Haniyah dan ayah bernama Timur. Namun, ayahnya meninggal disambar petir saat memperbaiki kandang ayamnya. Tak hanya itu, kelainan ini membuatnya menjadi bahan cemooh. Namun, juga mampu membuatnya melihat hal yang tak kasat mata. Di sinilah awal mula ia mengenal Ido, seorang arwah anak laki-laki yang tewas dibunuh akibat kesalahpahaman ratusan tahun lalu. Ia dibunuh oleh ayah Naf Tikore, seorang pria kejam yang juga seringkali menganiaya istrinya. ILUSTRASI/ NURUL HIKMA
identitas
NO. 927, TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
Naf Tikore merupakan seorang pria tua misterius yang seumur dengan nenek Ala, dipercaya oleh warga memiliki ilmu hitam dan tak memiliki Tuhan sehingga tak seorangpun yang ingin sekedar bercakap dengannya. Jalannya cerita, Ala mampu menjadi seorang teman bagi Naf. Selain itu, pada bab empat, Ido menceritakan asal muasal dan alasan terbunuhnya. Irisan pisau di wajah membuatnya kehilangan banyak darah hingga tewas. Setelah meninggal pun, arwahnya mampu melihat kepalanya dipenggal dan dipisahkan oleh tubuh kecilnya. Diakhir kisah, ia meminta Ala untuk menyatukan bagian tubuhnya yang tersisa di kolong tempat tidur nenek Ala dan bagian lainnya terkubur di kebun cengkih Afo milik Naf Tikore. Tulisan yang menceritakan kisah di tahun 90-an ini mampu mambawa pembaca merasakan suasana yang digambarkan dengan kehangatan dan mudah dipahami. Tak lupa, penulis banyak menambahkan sisi humor yang sangat menghibur, terutama saat pekerja pada musim panen cengkih saling melempar pantun jenaka Buku setebal 143 halaman ini, banyak menyebut mitos yang masih sangat dipercaya dahulu kala. Salah satunya, disebutkan pada halaman 5, Haniyah percaya mata juling Ala diakibatkan saat mengandung ia pernah memukul biawak menggunakan bambu, tepat mengenai
Data Buku Judul Haniyah dan Ala di Rumah Teteruga Tebal 143 halaman Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Tahun Terbit 2021 mata biawak. Di bagian akhir cerita, Desa Kon tak lagi tenang, gelisah, dan marah ketika mengetahui pengumuman harga cengkih berada dalam pengawasan pemerintah. Tak main-main, harga cengkih yang semula Rp85.000 per kilogram menjadi Rp1.500 per kilogram. Desa Kon yang kaya akan cengkih, warga lebih memilih membakar dan membuang hasil panennya daripada harus dipermainkan oleh pemerintah. Selain itu, disebut putra kelima penguasa negara kala itu membuat para petani cengkih menderita. “Ada orang-orang yang tumbuh kejam dalam kehidupan ini, mereka tidak digelayuti rasa bersalah dan memiliki hasrat melahap yang tak pernah surut, mereka sungguh
menakutkan ketimbang hantu dan hewan-hewan buas,” ingat Ala pada kata Ido, kutipan dari akhir novel ini. Selain itu, dalam novel juga menjelaskan kata atau kalimat yang tidak diketahui banyak orang pada bagian bawah halaman. Hal ini menjadi nilai tambah dari novel ini, sehingga tak hanya untuk menghibur tapi juga sebagai pelajaran untuk menambah informasi. Itulah sepenggal cerita dari novel ini. Namun, hingga akhir tidak diungkit bagaimana kelanjutan kedekatan antara Ala dan Naf Tikore. n Nur Ainun Afiah
identitas
NO. 927, TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
KRONIK
17
DOKUMENTASI IDENTITAS
K
Kesiapan Unhas Kuliah Tatap Muka Terbatas Oktober 2021
ementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) mengelurkan surat edaran penyelenggaraan pembelajaran tatap muka pada Senin (13/09). Dalam Surat Edaran nomor 4 tahun 2021 itu ditujukan kepada semua instansi yang ada di lingkungan Kemdikbudristek. Isi surat tersebut menyangkut soal syarat dilaksanakannya pembelajaran tatap muka. Terdapat enam persiapan yang harus dilakukan oleh instansi ketika ingin menyelenggarakan pembelajaran tatap muka, di antaranya: Perguruan tinggi dapat melaksanakan persiapan pelaksanaan pembelajaran tatap muka disesuaikan dengan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri. Perguruan tinggi di wilayah PPKM level 1, level 2, dan level 3 dapat menyelenggaraan pembelajaran tatap muka terbatas dan melaporkan pada satuan tugas daerah setempat. Kemudian, perguruan tinggi hanya diperbolehkan menyelenggarakan kegiatan kurikuler melalui pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Selanjutnya, perguruan tinggi telah siap menerapkan protokol kesehatan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Bersama dan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19. Maka itu, kampus membentuk satuan tugas penanganan Covid-19 di perguruan tinggi untuk menyusun dan menerapkan standar operasional prosedur protokol kesehatan. Pemimpin perguruan tinggi menerbitkan pedoman pembelajaran, wisuda, maupun kegiatan lainnya bagi sivitas akademika dan tenaga kependidikan di lingkungan perguruan tinggi, dan Mendapat izin dari orang tua atau wali bagi mahasiswa yang mengikuti pembelajaran tatap muka. Dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 44 Tahun 2021, tepatnya di poin kesatu huruf t. Instruksi yang dikeluarkan pada Senin (20/9), status Kota Makassar turun dari Level 4 ke level 2. Status Kota Makassar ini mulai berlaku pada 21 September 2021 sampai dengan tanggal 4 Oktober 2021. Dengan instruksi ini pemerintah pusat membolehkan sekolah dan perguruan tinggi di wilayah PPKM
level 2 untuk menggelar pembelajaran tatap muka dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, dan sesuai dengan pengaturan teknis dari Kemdikbudristek. Menurut Wakil Rektor Bidang Akademik Unhas Prof Dr Ir Muh Restu MP, Unhas telah memenuhi semua persiapan yang tertera dalam surat edaran tersebut dan telah mempersiapkan kuliah tatap muka dari semester lalu, tetapi kondisi Covid-19 yang meningkat maka diputuskan untuk tetap melaksanakan kuliah full daring di semester awal 2021/2022. “Unhas sebenarnya sudah mempersiapkan semuanya dari jauh hari, bahkan sudah memiliki draft untuk persiapan kuliah tatap muka terbatas yang mencakup soal persiapan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasinya nanti,” ungkap Restu Senin (20/9). Lebih lanjut, Restu mengatakan setelah dikeluarkannya surat edaran dari Kemdikbudristek, maka Unhas hanya tinggal menunggu pengumuman resmi dari Pemerintah Daerah terkait status level Covid-19 yang ada di Kota Makassar. “Unhas akan melaksanakan uji coba
pembelajaran kuliah tatap muka di minggu ke-8 atau 9 apabila kondisinya memungkinkan,” ucap Guru Besar Fakultas Kehutanan. “Sementara kami sedang membahas hal-hal apa saja yang terkait dengan persiapan kuliah tatap muka secara terbatas dengan wakil dekan bidang akademik di setiap fakultas,” ungkap Restu Rabu (22/9). Ia menambahkan alasan memprioritaskan angkatan 2020 dan 2021 pada perkuliahan tatap muka terbatas ini, lantaran dua angkatan ini belum pernah merasakan suasana kampus dan akan tetap melakukan pembatasan kerumunan di tahap uji coba nantinya. Dalam sistem pembelajaran hybrid learning ini, Unhas akan membatasi jumlah peserta kuliah di dalam kelas dengan mengikuti jarak antar kursi yang berjarak 1,5 meter dan kira-kira hanya kurang lebih 25 orang dalam satu ruangan. “Akan dibuatkan surat edaran yang menjadi acuan dalam pembelajaran kuliah tatap muka secara terbatas ini,” tutup Guru Besar Fakultas Kehutanan ini. n Azzahra Zainal
WANSUS
18
identitas
NO. 927, TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
Kampus Memberi ‘Pengaruh’ Bukan ‘Dipengaruhi’
A
gar mahasiswa memiliki pengalaman kerja yang nyata di luar kampus dan untuk memberi bekal serta gambaran dunia kerja, peran sektor industri menjadi penting. Menteri Pendidikan Indonesia, Nadiem Makariem melalui beberapa programnya berusaha mewujudkan itu, seperti program Magang Kampus Merdeka. Program ini berusaha untuk mengintegrasikan industri dan dunia perkuliahan untuk mencetak lulusan-lulusan terbaik. Sayangnya, beberapa pihak menganggap terintegrasinya industri dengan kampus berpotensi membunuh kemerdekaan kampus itu sendiri, ruang gerak dari kampus akan terbatasi. Industri memiliki kuasa untuk mengatur jenis lulusan seperti apa yang harus dihasilkan dengan kebutuhan industri. Menyikapi topik yang menuai pro dan kontra itu. Mari kita simak wawancara reporter Annur Nadia F. Denanda bersama dosen Fakultas Ilmu Budaya Unhas, Supratman SS MSc Phd, Kamis (1/10). Menurut Anda sejak kapan industri dan kampus mulai terintegrasi? Di dunia internasional, fenomena ini sudah lama berlangsung terutama di Eropa saat pemimpin negara menginginkan universitas melahirkan konsep ekonomi, politik, dan sosial untuk kepentingan penguasa. Di negara-negara modern, fenomena tersebut
berkembang semakin mengerikan sebab pihak pengusaha selalu mendapat tempat khusus pada sebuah rezim dengan cara berkolusi secara simbiosis mutualisme bersama para penguasa. Mereka membaca peluang untuk mengkooptasi universitas dengan cara menyarankan para penguasa agar memproduksi alumni yang sesuai standar dari perusahaan dan industri. Di Indonesia, awal mula konsepsi tentang integrasi industri dengan kampus dimulai tatkala menawarkan konsep link dan match pada tahun 1990-an. Bagaimana pendapat Anda terkait program Kemendikbud “Kampus Merdeka” yang semakin mendukung integrasi industri dan kampus? Konsep Kampus Merdeka positif saja. Adapun dukungan integrasi kampus dengan industri sebenarnya bukan di situ persoalannya. Masalah sesungguhnya adalah bagaimana posisi industri dan bagaimana pula posisi universitas. Hubungan itu harus adil dan bijaksana, bukan hubungan eksploitatif dan kezaliman. Apabila hubungan ini mengakibatkan suatu komponen merasa terzalimi dan pihak yang satu menzolimi maka disitulah hubungan menjadi masalah. Nah, artinya antara industri tidak boleh
melanggar kesakralan universitas sebagai institusi yang berbasis pada pendidikan yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Di mana pendidikan tidak sekadar pengetahuan atau keterampilan tetapi lebih dari itu adalah pendidikan yang menjaga harkat dan martabat manusia Menurut Anda apa dampak dari terintegrasinya industri dan perkuliahan? Kalau logika integrasi adalah sebuah komposisi yang menempatkan satu entitas yang dominan atau punya kuasa yang lebih atas entitas lainnya maka dengan mudahnya kita mengatakan pihak yang satu itu menjadi pihak yang dikuasai dan didominasi. Sedangkan, pendapat bahwa pihak industri adalah pihak yang menjadi tujuan dari universitas, maka sudah pasti dalam hubungan integrasi ini menjadi keniscayaan institusi pendidikan menyesuaikan kurikulum yang ada untuk direvisi agar sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Dari penyesuaian tersebut diharapkan terwujudnya penyerapan tenaga kerja yang sesuai dengan penawaran pasar. Logika ini tentu memunculkan ancaman bagi peserta didik sebab saat mereka tidak bisa mengikuti kurikulum maka tidak bisa bergabung dalam dunia kerja atau industri. Jadi dunia industri dalam hal ini menjadi tuan. Sebenarnya peran seperti apa yang seharusnya dimiliki indsutri dalam dunia kampus? Industri seharusnya mendukung kampus dari segi fasilitas agar sivitas akademika dapat meningkatkan kapasitas keilmuan baik dalam bentuk penelitian maupun eksperimen yang kreatif dan ramah sosial juga lingkungan.
Langkah seperti apa yang seharusnya diambil untuk mencegah kemungkinankemungkinan buruk dari terintegrasinya industri dan perkuliahan? Bukan masalah integrasi yang menjadi persoalan. Tetapi sikap dan posisi itu yang harus diperbaiki atau diluruskan. Idealnya universitas harus berada pada posisi yang mempengaruhi dunia industri. Dunia industri harus menyesuaikan dengan apa yang ditawarkan oleh universitas dan skill apa yang dimiliki alumni universitas. Dengan pandangan seperti itu maka keilmuan yang berkembang di universitas adalah keilmuan yang berbasis pada sumber daya alam yang tersedia di masyarakat dan berdasarkan dinamika real yang terjadi di masyarakat. Bukan dinamika yang diatur oleh pihak-pihak tertentu demi untuk kepentingan kelompok tertentu dengan tujuan kekuasan dan ekonomi. Jadi, langkah yang dilakukan adalah menuju universitas yang menghasilkan alumni dengan kapasitas dan kualitas yang berbasis pada situasi serta kondisi masyarakat setempat, bukan keilmuan yang berdasarkan pesanan dunia industri. Jadi menurut Anda kampus seharusnya melahirkan tenaga kerja, atau bisnismen, atau seorang inovator atau apa? Manusia merdeka yang bertanggung jawab, berdedikasi, dan kaya akan imajinasi-imajinasi kreatif, inovatif, dan mampu melihat keistimewaan yang terdapat di lingkungan sekitar, seperti budaya, tradisi dan alam di kehidupan sehari-harinya. n Annur Nadia F. Denanda
Nama: Supratman AA MSc PhD Tempat Tanggal Lahir: Pinrang, 9 Maret 1973 Pendidikan: n S1 Sastra Arab, Universitas Hasanuddin n S2 Tarbiyat Modares University, Master of Art in Persian Language and Literature n S3 Al Musatafa International University, Contemporary Muslim Thought IDENTITAS/ARISAL
identitas
NO. 927 TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
POTRET
19
Aksi Hari Tani Tani
S
Foto dan Naskah: Wahida dan Andi Fauzan
ekitar pukul 14:40 pelataran MKU dipadati kurang lebih 163 mahasiswa Unhas dari berbagai fakultas dan akan diikuti pula oleh beberapa organisasi yang akan melakukan aksi di Jl A Pangeran Pettarani, tepatnya di bawah fly over. Aksi ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional, Jumat (24/9). Mahasiswa Unhas yang mengikuti aksi membawa spanduk bertuliskan “Wujudkan Reforma Agraria” dan “Cabut Omnibus Law” serta beberapa spanduk lainnya yang berisi tuntutan. Pada pukul 15:40 massa
aksi tiba di depan Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan berkumpul bersama aliansi yang tergabung dalam Gerak Makassar. Dalam aksi Hari Tani ini, beberapa massa aksi berorasi secara bergantian. Salah satu yang membangkitkan semangat adalah penyampaian Sumpah Mahasiswa oleh perwakilan dari Mahasiswa Unhas di atas mobil komando. Kemudian dilanjutkan oleh beberapa elemen dari formasi massa yang tergabung dalam aksi Hari Tani. n
RAMPAI
20
identitas
21
NO. 927, TAHUN XLVII, EDISI SEPTEMBER 2021
Vestanesia, Menghubungkan Petani dengan Dunia Digital DOKUMENTASI PRIBADI
Berwujud aplikasi, Vestanesia membuka peluang emas untuk petani, pemilik modal dan pasar yang saling terhubung dalam internet.
P
eluang emas itu, berawal dari kegelisahan pada sektor pertanian, keempat founder Vestanesia pun mengeksekusi kecemasan tersebut. Mereka berasal dari beberap fakultas di Unhas dan di luar kampus, seperti A Ikram Rifqi dari FKM Unhas 2012, Alfian Teknik Informatika UIN 2012, Muh Fahmi Aziz dari FKM Unhas 2015, dan Muh Ilmi Ikhsan Sabur dar Agribisnis Pertanian Unhas 2016. Sayangnya, peluang tersebut tidak lepas dari berbagai masalah. Di antaranya akses modal untuk petani dan akses pasar. “Melalui platform digital Vestanesia yang digagas sejak 2019, mereka coba menghubungkan petani muda dan UMKM pertanian dengan orang-orang yang bisa membantu memberikan modal dan pasar,” jelas Muh Ilmi Ikhsan. Ide pembuatan Vestanesia, diinisiasi A Ikram Rifqi. Tidak berlangsung lama, ide tersebut dikembangkan dan ditindaklanjuti. Vestanesia sendiri mendapatkan bantuan dana dari salah satu senior yang kemudian menjadi saham pada perusahaan. Selain itu, tim Vestanesia juga mencoba beberapa peluang pendanaan dari lomba-lomba, investor, dan pemerintah. “Alhamdulillah, dari jejaring dan kepercayaan. Sebenarnya, kami menyadari, presentase keberhasilan startup hanya sekian persen. Tapi inilah kami, kalau tidak memulai tentu tidak akan mengerti,” tegas Ilmi. Pria kelahiran 29 Maret 1998 ini menegaskan pentingnya beralih ke sociopreneur untuk memberikan manfaat yang berdampak. Menurutnya, pertanian bahkan mendampingi kehidupan manusia sejak lama.
Adapun dalam proses penggagasan, terdapat banyak kendala yang ditemui. Di antaranya kesulitan mencari kecocokan dalam tim, menyesuaikan anggota tim dengan kebutuhan perusahaan, ketidakjelasan situasi dalam mendapatkan produk market, keterbatasan modal dan SDM, serta kesulitan membuat produk jasa. Pada 2021 ini, karya alumni Unhas ini mendapatkan pendanaan dari program Akselerasi Startup Mahasiswa Indonesia (ASMI). Program ASMI adalah program yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk pengembangan startup karya mahasiswa. “Sampai saat ini, terdapat 12 anggota tim dari alumni dan mahasiswa. Meski pendapatan belum teratur, kami berusaha keras membangun kepercay aan atas mimpi yang kami miliki. Kita seperti berada di ujung tanduk,” ujar Ketua HMI Komisariat Pertanian Unhas 2019-2020 tersebut. Sampai saat ini, Vestanesia masih proses trial and error. Startup yang satu ini masih berusaha mendapatkan produk pasar, yakni ketika Vestanesia bisa menemukan pasarnya yang tepat. “Mengenai hal ini kemungkinannya ada dua, mati atau bertahan. Hal ini yang kami perjuangkan,” tegasnya. Sementara dalam hal pembuatan produk jasa, Vestanesia berambisi menghubungkan petani dengan internet. Itulah mengapa objek utama ialah petani muda. Ilmi beranggapan, petani muda lebih terbuka dengan perkembangan globalisasi. Sejauh ini, Vestanesia berusaha mempromosikan ke beberapa daerah, seperti Enrekang, Bulukumba, Soppeng, Bone, dan Barru.
Walaupun masih memfokuskan diri ke Sulawesi Selatan. Sebagai hal baru, hanya beberapa orang yang mendaftarkan diri. Tercatat lima kelompok dan individu, antara lain petani porang di Barru dan Bau-bau, petani beras merah di Bulukumba, dan lain sebagainya. Lebih lanjut, terdapat beberapa sistem investasi budidaya pertanian yang ditawarkan Vestanesia pada petani. Pertama, sistem Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bekerja sama dengan bank. Nantinya, Vestanesia akan membeli hasil produk pertanian sebagai penjamin, mengenalkan para petani untuk terhubung dengan bank. Adapun jumlah dana yang dikeluarkan maksimal seratus juta dengan bunga yang relatif lebih rendah. “Sementara ini, kami baru bekerja sama dengan Bank Sulselbar. Kedua, yakni sistem peer to peer landing atau skema dari masyarakat ke masyarakat. Hal ini dikarenakan jumlah dana maksimal yang disalurkan bisa mencapai dua milyar,” terang alumni pertanian ini. Di samping itu, hingga kini Vestanesia masih berusaha membangun jejaring
pasar baru untuk akses petani. Pria yang pernah menjabat sebagai Koordinator Pengaderan Misekta Unhas 2018-2019 ini menambahkan, selama ini terdapat beberapa kali lompatan dalam penjualan hasil pertanian. “Petani selalu menjual hasilnya ke tengkulak setelah panen. Lalu, tengkulak ke pengepul. Hal itulah yang kini kami usahakan, kami ingin menjadikan petani sebagai profesi agung yang diidamkan masyarakat,” harapannya. Cukup disayangkan, profesi petani dewasa ini sering kali diremehkan. Tidak sedikit anak muda menolak untuk menjadikan petani sebagai cita-citanya. Oleh karena itu, Vestanesia terbuka untuk institusi atau sponsor yang ingin menyambut ide mulia tersebut. “Kami ingin mendobrak stigma dan memunculkan peluang emas untuk petani. Semua profesi itu penting, begitu pula dengan petani. Melalui usaha ini, kita dengan mudah mengonsumsi makanan tiga kali sehari,” tegas pria kelahiran Soppeng tersebut. n
Nadhira Sidiki