identitas
NO 790 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL APRIL 2013
1
2
tajuk
identitas
NO 790 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL APRIL 2013
Kampus Dogmatis “SAYA tak mau berkomentar, saya tidak mau menerima resiko jika bicara soal ini…” sedikit petikan wawancara dengan salah seorang mahasiswa Unhas dengan identitas. Petikan ini tersirat ketakutan tuk berpendapat dan mengatakan kejujuran di saat menyoal kekuasaan. Manusia yang harunya bebas berekspresi dan berpendapat kini terkunci mulutnya karena rasa takut. Walaupun belum semua mahasiswa takut berkicau, namun beberapa skors yang diterapkan kampus, cukup tuk menekan daya kritis mahasiswa. Apa yang salah disini? Tak adakah lagi ruang tuk berdialog? Pertanyaan yang harus dicari jawabannya, di saat dunia akademik tak lagi mampu memberi ruang berpendapat pada peserta didiknya. Tekanan dan aturan yang kian menumpuk telah menyihir kaum intelektual menjadi seonggok daging tak berdaya. Menjadi masyarakat kampus yang tak lagi mampu menjulurkan kalimat yang kritis. Mendogma setiap langkah mahasiswanya. Sikap takut kemudian bisa saja disebabkan faktor tekanan yang besar. Misalnya di saat setiap kesalahan diganjar skors. Niatnya baik, untuk memberi efek jerah bagi dia yang dianggap “nakal.” Sebab, pelanggaran tak boleh didiamkan begitu saja, harus ada langkah tegas agar kenakalan serupa tak terjadi lagi. Memberi contoh sanksi skors tuk menakuti siapa saja yang punya pikiran bebas dan kadang brutal. Faktanya kebijakan birokrat makin memperlihatkan wajah bopeng birokrasi. Aturan demi aturan. Skors, skors, dan skors, terus begulir di hampir semua fakultas di Unhas. Dari skors mahasiswa FIKP, Teknik, Sastra dan seterusnya. Skors seakan jadi bayangbayang yang selalu mengikuti langkah mereka yang melawan kebijakan. Terlebih lagi saat sanksi tak melalui prosedur dialog lebih dahulu. Bisa jadi birokrat tak lagi mampu menemukan cara lain mengahdapi anak didiknya. Dan pada akhirnya memilih sanksi skors tuk mendidik mereka yang melanggar. Jika diperhatikan, pilihan skors sebagai efek jerah tak efektif saat ini, bahkan makin mengacaukan hubungan mahasiswa dan birokrasi. Tanpa dialog, sanksi itu justru akan menumbuhkan rasa tak percaya pada birokrat. Kampus sebagai pabrik intelektual, baiknya mengutamakan dialog ketimbang sanksi skors. Jika tidak, mungkin ini yang diindikasikan kampus tak lagi memiliki kultur demokrasi –salah satu kandungan makna kultur universitas yang dijelaskan dalam buku Pendidikan, Proyek Peradaban yang Terbeng kalai. Bahwa dalam kultur demokrasi universitas, ada ruang kontrol dan kesetaraan. Sehingga dalam kehidupan kampus mengharuskan adanya dua hal itu. Tak hanya dosen atau bikrokrat yang boleh melakukan kontrol terhadap mahasiswa. Sebaliknya pun berlaku. Kontrol berararti saling mengingatkan untuk mencapai masyarakat kampus yang makin baik. Jika mahasiswa melakukan kesala han telah menjadi keniscayaan mereka mendapat teguran, namun jika kebijakan atau langkah birokrat keliru, pun tak ada salahnya jika minta tuk diingatkan dan tentu bersikap lapang dada saat diingatkan. Sedangkan kesetaraan berarti setiap sivitas akademika berada pada posisi yang setara dalam ruang dialog, agar terjadi diskusi. Kampus lahir tuk memberi pendidikan dan pencerahan. Melahirkan intelektual. Menciptakan sarjana yang sadar dan peka terhadap permasalahan bangsa. Dan semua itu lahir dari lingkungan yang kritis dan dengan perasaan bebas. Bukan sekadar dogmatis. Atau justru jadi kampus dengan segudang aturan agar masyarakatnya patuh. Sebab universitas hadir tak untuk menciptakan boneka yang mudah digerakkan kemanapun melalui kekuasaan. Tidak juga sebagai pabrik anak bangsa yang diperuntukkan untuk jadi buruh, pesuruh, dan budak di negeri sendiri. Jika penekanan yang kaku dalam mendidik selalu diterapkan, maka kampus hanya akan menghasilkan sarjana tanpa integritas.n
karikatur
wall facebook SkRipSi-SkRipSi di Unhas sering ditemukan dengan tema yang sama, dan masih ada banyak permasalahan lainnya soal skripsi ini. Lantas, bagaimana anda sbg civitas akademika memerhatikan kualitas skripsi di unhas dan fakultas anda masingmasing? LHin Way TeRJadi pebedaan nyata, syrat2capai gelar serjana kenapa bedabeda tiap jurusan dalam 1 fakultas(swm fakultas)?? ada yg Skripsix wajib selesai ru wisuda trus ad juga yang udah 2 minggu udah wisuda bru asistensi Skripsi..Syrat yg benar mana??? KArIKATUr/mUH TAHIr
dari redaksi
Sunny Sil BenaR..ini adlh mslh yg serius bgi kmpus yg tengah dirintis mn jadi world class university..perlu diketahui dua mggu yg lalu sy s4 mnemukan 3 skripsi yg kalimat x persis sma. Ya..mdh2an in bkn fktor sngaja olh penulis2x.. wallahu’alam.. Witha Zaigetariuz kLU tema yang sama bisa aja sama, tapi belum tentu analisa yang dihasilkan sama krn tiap skripsi memberikan hasil yang berbeda beda jika di eksakta Fadly Sudin TUk mnghasilkan skripsi yg brkualitas, data base skripsi hrs lbih baik shingga plagiat tdk mngkin dlakukan, penguji pun hrs teliti dlm mnilai skripsi yg ada.
IdenTITAS/eSA rAmAdAnA
Bagi Pengalaman: Senior Penerbitan Kampus identitas Unhas Gunawan mahsyar membagi pengalamannya selama berkecimpung menjadi wartawan identitas. Ia berdampingan dengan litbang Sdm Khairil Anwar saat berdiskusi bersama magang-magang identitas di ruang rapat, (6/4).
Keluarga Baru
Ada yang beda di bulan ini. Jika biasanya sekertariat hanya di ‘isi’ oleh kru dan senior, bulan ini penghuni identitas bertambah. Mereka adalah adik-adik magang yang tengah semangat-semangatnya mengejar mimpi menjadi jurnalis kampus. Selama sekira sembilan bulan, para calon kru ini akan didik menjadi seorang wartawan kampus yang baik. Mereka akan diberikan materimateri jurnalistik seperti penulisan berita, teknik wawancara dan lain sebagainya. Pematerinya pun bukan sembarangan. Wartawan-wartawan profesional dan praktisi media yang berkompeten. Semua demi kelanjutan identitas. Di edisi ini identitas menyuguhkan laporan utama mengenai skripsi di Unhas. Kami ingin memberi tahu
kepada pembaca sekalian bahwa skripsi selayaknya jangan hanya sekadar prasyarat lulus saja. Namun harus berbobot dan dapat bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu ada pula berita tentang kasus pembocoran sprindik KPK oleh seorang alumni Unhas, UKM Teknik yang terancam kehabisan kader, banyaknya sepeda Unhas yang rusak dan juga Undang-undang Perguruan Tinggi yang kembali menuai protes dari mahasiswa. Kami berharap di edisi ke tujuh ini kami dapat terus meningkatkan kualitas dan menjaga semangat untuk dapat terus menyajikan berita-berita seputar Unhas. Semoga dengan hadirnya keluarga baru, keluarga ‘lama’ dapat lebih solid dan bertambah semangat untuk berkarya. Ewako!!!n
Kunjungi Grup ‘Identitasonline’ dan Follow Twitter @identitasonline Untuk Berbagi Informasi, Sharing, dan Diskusi.
sms inbox Aslm. saya mw bertanya mengapa beasiswa di Unhas sulit ditemukan informasinya. hanya sedikit saja orang yang tahu. dibagian apa yang mengurusi dan dimana lokasix. 08525597xxx
Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan kirim sms ke 082393645164
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:08518136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Idrus A. Paturusi nAnggota Pengarah: Dadang Ahmad Suriamiharja, A. Wardihan Sinrang, Nasaruddin Salam, Dwia Aries Tina Pulubuhu n Penasehat Ahli : Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Husain Abdullah nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Mustafa nKoordinator Liputan: Abdul Rahman, Ernawati nLitbang: A. Sulastri, Muh. Iswandi Baadillah, Khairil Anwar nStaf Penyunting: Rasdiana Sinala nReporter: Nur Alfianita N, Alfiah Alif, Akhmad Dani, Risky Wulandari, Ermi Ulia Utami, Cita Surya Elisa, Muammar Qhadafi nFotografer: Esa Ramadana (Koordinator), Muhammad Arafat, Siti Atirah nArtistik dan Tata Letak: Sita Nurazmi M (Koordinator), Novianto Dwiputra Addi nIklan/Promosi: Waode Asnini Rahayoe nTim Supervisor: Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Jupriadi, Dahlan, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum). Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Sampul edisi Awal April 2013 desain: novianto dwiputra Addi
opini
identitas
NO 790 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL APRIL 2013
3
Rekonstruksi Gerak Mahasiswa, Upaya Menghambat Laju Sang Penguasa
oleh: Abd Kahar Muzakkir
peRkeMBanGan peradaban merupakan suatu kejadian yang selalu terjadi. Kejadian yang tak lepas dari keberadaan manusia berinteraksi. Sehingga, memberi warna di setiap zaman. Salah satu warna dari interaksi manusia ialah terjadinya pembagian struktur sosial manusia. Secara umum, yaitu adanya “pengendali” dan “dikendali”. Proses pembagian struktur yang semestinya harus dipahami. Oleh sebab, setiap pembagianpembagian struktur di ranah sosial memiliki peranan masing masing. Seperti yang dipaparkan Hegel bahwa dalam proses analisis dialektis terdapat ranah yang besar atau keberadaan roh absolut (sang dewa) dalam se buah negara. Keberadaan negara sangatlah erat keterkaitannya dengan adanya hasil interaksi sosial antara pengen dali sebagai para pemimpin dan dikendali sebagai warga negara. Ketika analisis Hegel berujung pada negara, dia menganggap bahwa dalam sebuah ne gara terdapat pengendalian hajad hidup manusia dan orangorang yang mampu mengendalikan, ketika dia
memiliki jiwa seperti sang dewa (selalu benar dan baik). Artinya, pemimpin negara merupakan suatu pe ranan yang berfungsi untuk menciptakan kondisi kesejahtraan warga negaranya melalui serangkaian proses yang benar dan baik. Namun realitas kenegaraan yang terjadi di Indo nesia berkata lain. Misalnya beberapa pemimpin negara di Indonesia yang seharusnya memikirkan kondisi warga negaranya justru lebih mementingkan diri sendiri dan kelompoknya dengan merampas hak warga negara dengan tindakan korupsi. Demikian dilaporkan Transparency International, melalui pener bitan Coruption Perception Index (CPI) tahun 2012 bahwa Indonesia tercatat di peringkat 118 dari 176 negara bebas korupsi (http://www.antaranews.com). Selain itu, dalam pemberitaan salah satu koran terbesar di tanah air Kompas.com, memuat hasil pe nemuan Indonesian Corruption Watch yang di dalam terpapar fakta bahwa beberapa proses pemilihan umum kasus politik ditemukan kasus politik uang. Belum lagi, soal hasil penemuan panitia pengawas pemilihan umum (pemilu) yang menyatakan bahwa adanya tindakan penyebar black campaign di bebera pa proses pemilu. Dari kejadian besar yang terjadi ini, mampu menje laskan betapa bobroknya serangkaian proses pemilu hingga pada akhirnya pemimpin memerintah dan ini disebut sebagai penguasa yang tak hentinya mencip takan kegaduhan dengan kemasan titisan sang dewa. Sebagian besar masalah di atas dapat diselesai kan dengan baik. Jika ada pengawalan yang serius dan jelas. Pengawalan ini tercapai apabila terdapat suatu gerakan sadar, sistematis yang terkoordinir dengan baik. Semuanya ini, harus dilalui dengan cara pembekalan teori dan praksis. Dengan hadirnya kaum intelektual, sangat me
mungkinkan untuk merealisasikan skema gerakan di atas. Sebab, intelektualitas sangat bertentangan dengan proses mobilisasi dan doktrinisasi. Intelektu alitas sarat dengan keberpihakan akan nilainilai ke benaran, perjuangan untuk menciptakan kesejahte raan atau diistilahkan humanisasi. Kaum intelektual memungkinkan dijumpai di sekerumunan mahasiswa. Namun, tidak semua mahasiswa mampu untuk itu. Olehnya itu, mari bersama menerapkan azas intelek tual sehingga pengawalan dari proses pemilu secara khusus dan pengawalan terhadap segala upaya yang meru sak eksistensi negara Indonesia ini mam
6000 pada saat penandatanganan berkas. Kenapa mahasiswa diwajibkan melakukan itu? Terima kasih. mahasiswa Fkm angkatan 2011 Tanggapan Terima kasih pertanyaannya. Aturan itu ditetapkan dan dikeluarkan oleh Dikti. Kami hanya sebatas menjalankan tugas. Mengenai aturan ini, Dikti mengeluarkan surat bernomor 0610/E3.1/2013, tentang pemberitahuan penyaluran dana Bidikmisi tahun anggaran 2013. Di dalamnya dibahas mengenai perubahan tata cara penyaluran dana bantuan Bidikmisi tahun anggaran 2013. Termasuk aturan yang mengharuskan mahasiswa membawa materai dan tanda tangan kwitansi. Hasan Staf kemahasiswaan unhas
kami tetap akan melihat kembali tanggal penyetorannya. Kalau di bawah tanggal sepuluh, kemungkinan masih bisa cair. Karena pada tanggal itu batas penyetoran LPJ. Kami pernah mengirim surat himbauan pemberitahuan batas akhir penyetoran LPJ. Kalau lewat batas itu, maka dananya masuk anggaran 2013. Artinya, harus dimasukkan kembali untuk anggaran tahun ini. Namun, harus ada perbaikan LPJ yang mengatakan kegiatan itu dilaksanakan di tahun 2013. Karena memakai anggaran di 2013. Wakil rektor iii ir nasaruddin Salam mT
pu benarbenar sesuai dengan harapan para penda hulu bangsa ini.n penulis adalah ketua Himpunan Mahasiswa islam komisariat FiSip Unhas Cabang Makassar Timur
ILUSTrASI/nOVIAnTO dWIPUTrA AddI
dari pembaca Mempertanyakan Alokasi Dana Bidikmisi
aSSalamualaikum identitas. Saya salah satu mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi Angkatan 2010. Tahun ini saya melihat beasiswa Bidikmisi ada aturan barunya. Dana yang akan diterima hanya 3,9 juta. Sedangkan setahu saya, dana Bidikmisi sebesar enam juta per semester. Alokasi dana 2,1 juta itu digunakan untuk apa saja selain pembayaran SPP? Terima kasih. mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan teknik elektro angkatan 2010 Tanggapan Terima kasih pertanyaannya. Jadi, masalah ini sudah sering saya sampaikan dalam pertemuan Bidikmisi yang dilaksanakan di Baruga AP Pettarani. Alokasi dana 2,1 juta tersebut digunakan untuk biaya hidup dan biaya pendidikan. Biaya pendidikan itu sendiri kemudian dibagi tiga. SPP, pengembangan karakter dan pemondokan. Kesemuanya itu sudah mencakup 2,1 juta tersebut. Sekarang dana Bidikmisi akan dicairkan langsung ke rekening mahasiswa dan ditangani oleh Dikti. Jadi Unhas hanya melengkapi berkas-berkas mahasiswa lalu dikirim ke Dikti. Untuk selanjutnya, Dikti yang bertanggungjawab semuanya. Termasuk permasalahan uang yang sekarang ada di DIPA Dikti. Ini berlaku di seluruh Indonesia, bukan hanya di Unhas. ir nasaruddin Salam mT Wakil rektor Bidang kemahasiswaan
Aturan Baru Bidik Misi
Salam identitas. Saya mahasiswa penerima Bidikmisi angkatan 2010. Saya mau mempertanyakan perihal aturan baru Bidikmisi. Aturan yang mengharuskan mahasiswa membawa dua lembar materai
LPJ Masuk, Dana Kegiatan Tidak Dicairkan
aSSalamualaikum. Saya mau menanyakan perihal permohonan bantuan dana kegiatan. Beberapa waktu lalu, UKM saya memasukkan surat permohonan dana beserta proposalnya kepada Wakil Rektor III Ir Nasaruddin Salam. Kegiatan kami dilaksanakan bulan Desember 2012. Tapi sampai saat ini dana tersebut belum cair. Padahal LPJ sudah dikumpul seminggu setelah kegiatan. Terima kasih. mahasiswa Hukum angkatan 2011 Tanggapan Terima kasih. LPJ yang dimaksudkan nanti akan kami cek kembali. Apakah betul sudah dimasukkan atau tidak. Meskipun sudah dimasukkan sejak bulan Desember,
Beasiswa online Masih Bermasalah
Salam identitas. Beberapa bulan lalu saya mengisi berkas beasiswa online, tapi selalu bermasalah. Situsnya tidak bisa diakses. Saya akses beberapa minggu kemudian, masih bermasalah. Tidak bisa masuk menggunakan NIM mahasiswa. Apakah situsnya sudah bisa diakses sekarang? Kenapa bisa seperti itu? Terima kasih. mahasiswa Fkm angkatan 2009 Tanggapan Terima kasih pertanyaannya. Jadi masalah situs yang bermasalah pengaruhnya karena jaringan internet yang kurang bagus. Nah, kalau NIM yang tidak bisa masuk itu artinya responden server sedang menginput data yang banyak. Sehingga NIM yang dimasukkan menunggu untuk diinput. Inilah yang menyebabkan NIM mahasiswa belum bisa masuk. Jika mau mengakses sebaiknya pada waktu-waktu server tidak diakses oleh banyak responden. Pada waktu seperti itu akan mempermudah masuk. Jika dilampiran muncul kata NIM belum lengkap, itu
tandanya menunggu. Maka ketik terus angka yang mau dimasukkan sampai bisa. Itu menunjukkan antri data. Tim icT Beasiswa online lukman Sarkim
GBRP Mata Kuliah Dipertanyakan
Terima kasih identitas atas kesempatannya. Saya mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional. Semester ini saya merasa mata kuliah yang diberikan dosen kurang terarah dan tidak jelas materinya. Dalam artian mata kuliah itu jalan saja tanpa ada judul-judul tertentu yang difokuskan untuk dipelajari. Mohon tanggapannya. mahasiswa FiSiP Jurusan Hubungan internasional angkatan 2010 Tanggapan Terima kasih masukannya sangat bagus untuk bahan evaluasi. Jadi, beberapa waktu lalu Jurusan Hubungan Internasional sudah melakukan lokakarya yang dihadiri dosen dari setiap mata kuliah yang ada di jurusan. Kegiatan iu untuk melakukan evaluasi masalah kurikulum, termasuk GBRP. Kegiatan ini rutin kami lakukan setiap semester. Hasil evaluasi sedang dipersiapkan. Secara sistematis, hasil evaluasi itu baru akan ditindaklanjuti sesuai dengan kekurangan yang ada. ketua Jurusan Hubungan internasional adi Suryadi culla
Bila Anda mempunyai pertanyaan yang membutuhkan jawaban terkait Universitas Hasanuddin, silahkan ke sekretariat identitas di Gedung Lantai I Perpustakaan Unhas atau hubungi 082393645164. email: bukuidentitas@gmail.com
4
wansus
identitas
NO 790 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL APRIL 2013
Infotainment Bukan Jurnalistik Hiburan gosip, biasa disebut infotainment ramai mengisi layar kaca televisi tiap harinya. Berbagai topik pemberitaan diberikan kepada pemirsa. Para pekerja infotainment ini pun melakukan kegiatankegiatan laiknya wartawan atau jurnalis seperti mencari informasi, mengolah dan menyajikan informasi tersebut dalam berita. Jumlah penikmatnya pun lumayan banyak yang terdiri dari semua kalangan masyarakat. Berikut petikan wawancara kru identitas Sita Nurazmi dengan Ketua Aliansi Jurnalisme Indonesia Eko Maryadi, yang akrab disapa Item saat menyelenggarakan Uji Kompetensi Jurnalistik, Minggu (17/3). Bagaimana aJi melihat infotainment sebagai sebuah praktek jurnalistik? Pertama AJI tidak mengakui keberadaan jurnalisme infotainment. Kami menyebutnya sebagai pekerja infotainment. Jadi kami tidak pernah menyebut mereka wartawan ataupun jurnalis. Menurut AJI infotainment itu bukan merupakan praktek jurnalistik yang murni. Meskipun mereka menggunakan cara-cara jurnalistik dalam bekerja. Mereka melakukan wawancara, investigasi, juga penulisan dan penyiaran atas hasil reportasenya. Tapi, menurut kami sesuai dengan fungsi pers yang empat, mereka hanya memenuhi dua unsur pers saja. Yaitu informasi dan hiburan sedangkan unsur edukasi tidak dipenuhi. Jadi itu sebabnya mengapa AJI tidak mengakui infotainment sebagai komunitas wartawan atau pers. menurut anda, kalau untuk memenuhi kebutuhan publik, bagaimana infotainment memenuhi hal tersebut? Kepentingan publik itu kan suatu yang sebetulnya relatif. Dalam artian suatu kepentingan publiknya infotainment itu siapa. Kalau kita lihat sih sebetulnya masyarakat Indonesia menyukai produkproduk hiburan. Tapi yang jadi masalah adalah banyak produk-produk infotainment itu yang sebetulnya menabrak atau menyalahi kode etik jurnalistik. menyalahi kode etik seperti apa yang anda maksudkan? Misalnya dia menabrak atau melanggar privasi narasumber. Kemudian mengungkapkan hal-hal yang sebetulnya tidak pan-
tas atau tidak patut. Misal dia mengungkap sesuatu yang sifatnya sama sekali tidak ada hubungannya dengan urusan kepentingan publik. Contoh, apa urusannya perceraiannya penyanyi Aril dengan istrinya untuk kepentingan publik, jawabannya tidak ada. Kemudian juga banyak hal yang sifatnya itu pribadi, dicampuradukkan menjadi sebuah berita. Jadi menurut kita, infotainment itu tidak masuk dalam kategori jurnalistik. menyadari pelanggaran yang dilakukan para pekerja infotainment, apa yang dilakukan aJi? AJI menyerahkan seluruh kasus pelanggaran etika tersebut kepada Dewan Pers dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Dewan Pers fungsinya menegakkan aturan terhadap pelanggaran di media online dan cetak. Sedangkan KPI menegakkan aturan terhadap pelanggaran yang dilakukan media penyiaran seperti TV dan radio. Jadi saya kira KPI sudah menjalankan fungsinya dengan menegur. Misalnya KPI pernah menegur satu produk infotainment namanya Silet.. Karena menyalahi aturan penyiaran atau etik penyiaran. Namun, bagi saya boleh dikatakan tidak pernah menonton produk-produk infotainment tersebut. Menurut saya itu tidak ada manfaatnya. melihat maraknya acara infotainment di indonesia. apakah aJi mengikuti setiap pelanggaran-pelanggaran untuk mengontrol tayangan mereka? Tidak bisa. AJI tidak punya fungsi itu. AJI adalah organisasi wartawan, bukan pengontrol infotainment. Tidak ada satu
Data Diri: nNama Lengkap: Eko Maryadi nTTL: Jawa Tengah, 8 Maret 1968 nSapaan: Item nJabatan: Ketua AJI, Jurnalis freelance nRiwayat Pendidikan: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Bandung 1987-1993 nPengalaman Organisasi: Komite Pergerakan Mahasiswa untuk Rakyat Indonesia (KPMURI), Badan Koordinasi (Bakor) Mahasiwa Bandung, Asia Student Association (ASA), Beyond Border Youth Tour (BBYT 1993, Australia), Forum Wartawan Independen (FOWI) Bandung, Aliansi Jurnalis Independen (1994-sekarang) nPekerjaan: Jurnalis Freelance untuk media asing di Jakarta (pernah bekerja untuk lebih dari 20 organisasi media) diantaranya : Pusat Data Analisa (PDA) Tempo, Majalah D&R, Washington Post, New York Times, Newsweek, LA Times, Newsday New York, ABC Australia, Internews, Kyodo News Service, Knight Ridder, BBC-TV, CNBC-TV, Nine Networks TV Australia.
pun anggota AJI yang bekerja di infotain- din dan urusan keluarganya. Infotainment. Infotainment di TV itu biasa berada ment sekarang ini kan kalau terjadi suatu masalah pada satu artis, ibunya juga jadi di bawah rumah produksi sendiri yang berbentuk PH. Sehingga tidak dikatakan artis, adiknya, anaknya, kakaknya, pembantunya pun jadi artis . Ini apa perusahaan pers. Nah kalau misalnya infotainment masuk di perusahaan pers di gitu loh. Kalau infotainment ingin masuk bawah divisi news, baru itu bisa kita atur. ke keluarga jurnalistik, harus mengikuti seperti jurnalis mainstream pada umumnya. Tetapi sejauh ini tidak ada anggota AJI Wartawan kan tidak pernah mengadukyang bekerja di infotainment. Jadi kalau infotainment kenapa-kenapa kita tidak bisa aduk. Misalnya kita memberitakan Anas turut campur. Kalau dia melanggar etik, di- Urbaningrum. Anaknya kan baik-baik saja tanggung sendiri akibatnya dengan ditegur jadi kita tidak pernah diwawancarai. Ini tanggungjawabnya Anas Urbaningrum oleh KPI dan Dewan Pers. sebagai ketua Partai Demokrat jadi yah kita kalau melihat sendiri mengenai kasus fokus ke dia. Tidak usah kita aduk-aduk agenda setting di sebuah acara infotain- masalah pribadinya. Apalagi mengenai Anas tidurnya berapa jam sehari, dia ment, bagaimana menurut anda? Yah itu hanya bagian dari pelanggaran celana dalamnya merk apa. Itu kan bukan lain. Infotainment itu banyak sekali menab- urusan kita. Kerja infotainment seperti itu,dengan mengaduk-aduk urusan pribadi rak kode etik, kode perilaku jurnalistik, dan melanggar kode etik jurnalistik. dan juga kemudian banyak melakukan manipulasi. Kemudian mereka juga menJika ingin bergabung dengan aJi, dramatisir fakta dengan melebih-lebihkan bagaimana seharusnya yang dilakukan insuatu fakta. Itu semuanya menabrak koridor kode etik. Jadi misalkan membuat fotaiment? Kalau mau masuk ke AJI seharusnya agenda setting yang palsu, itu sama memmereka berpandangan infotainbuat laporan palsu. ment itu mengikuti aturan kode etik jurnalistik. Tapi menurut anda, bagaimana kalau tidak mau, tidak apaseharusnya infotainment? apa.n Jadi seharusnya infotainment itu kalau mau menjadi bagian dari produk jurnalistik, mereka harus mengikuti standar peliputan dan standar profesi jurnalis. Tidak menabrak privasi. Jadi beritakan saja berita-berita yang sifatnya fakta. Bagaimana contohnya? Misalnya seorang artis itu punya prestasi apa saja. Misalnya menerima Oscar Academy Award atau yang lainnya. Tapi tidak usah mengadukaduk urusan priba-
civitas
identitas
NO 790 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL APRIL 2013
5
bundel Edisi April 1978
IdenTITAS/eSA rAmAdAnA
Di Balik Lokakarya Kerja Sama Unhas dengan PWI
Sepeda rusak: Satpam Unhas memperlihatkan sepeda-sepeda yang mengalami kerusakan di Pos I Unhas, (16/11). Kini, ketersediaan sepeda dengan biaya gratis ini terbatasi oleh banyaknya sepeda yang rusak.
Sepedaku Sayang, Sepedaku Malang
keRJa sama Unhas dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) telah ditandata ngani. Pada 23 Februari 1978, penandatanga nan diadakan di ruang senat Unhas. Diikuti 20 peserta dari berbagai profesi di media, diantaranya wartawan, staf dan pimpinan redaksi yang ada di Sulawesi Selatan. Seperti koresponden KOMPAS Jakarta untuk Sulawesi selatan, staf pemberitaan TVRI Ujung Pandang, wartawan harian Gema dan lainlain. Kerja sama tersebut merupakan sebuah kejutan. Hal itu merupakan inisiatif yang baru disampaikan dalam rapat kerja PWI di Solo, pasca Presiden Soeharto meresmikan monu men pers nasional. Tujuannya agar diadakan nya kontak langsung antara PWI dengan perguruanperguruan tinggi di Indonesia. “Meskipun kegiatan ini telah berlalu dan dirasakan begitu singkat, namun cukup memberikan kesan, ada dinamika antara pers dan kampus untuk melaksanakan tugas bagi kelanjutan pembangunan pemerintah orde baru, dewasa ini,” kata wakil peserta, A Rahim Honre, yang juga menjabat pemimpin redaksi harian Gema ketika memberikan sambutan pada acara lokakarya tersebut.n
Katanya sih gratis...Tapi kok banyak yang rusak?
D
engan langkah penuh semangat, Irna dan kawan-kawan menuju pos satpam di pintu satu untuk meminjam sepeda. Mereka ingin menikmati sore di hari Jumat, 29 Maret, sambil bersepeda santai mengelilingi Unhas. Sesampainya di sana, rupanya Irna dan kawannya harus menunggu. Sebab, banyak mahasiswa lain yang tiba lebih dulu untuk meminjam sepeda. Setelah lama mengantre, akhirnya sepeda yang akan dipinjam tiba juga. Irna dan kawannya pun menghampiri sepeda tersebut. Namun sayang, setelah beberapa menit memilih, Irna tak kunjung mendapatkan sepeda yang layak. Sepeda-sepeda tersebut rusak. Akhirnya, Irna dan kawannya pulang dengan rasa kecewa. Niatnya yang semula ingin bersepeda tak dapat kesampaian. Hingga tahun ini, tercatat Unhas memiliki 400 unit sepeda. Sepeda tersebut merupakan sumbangan dari beberapa instansi. Seperti BNI, BTN, wakil gubernur Sulsel dan BJ Habibie. BTN menjadi penyumbang sepeda terbanyak, 200 unit sepeda. Lalu BNI 100 unit sepeda dan Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu’mang dan BJ Habibie masing-masing 50 unit sepeda. Bersepeda merupakan salah satu program dari Green, Health and Safer (GHS) yang dicanangkan sejak 2009 lalu. Hingga kini program itu masih berjalan. Berbagai hal telah dilakukan untuk mewujudkan program tersebut. Mulai dari pembuatan halte, pengadaan sepeda, pemisahan sampah kering dan sampah basah, penanaman pohon dan penghijauan, sampai pengalihan trayek pete-pete. Hal ini dimaksudkan agar nantinya, civitas akademika Unhas menggunakan sepeda saat melintasi area kampus. Sehingga dapat mengurangi polusi udara di sekitar kampus. Namun tujuan mulia tersebut masih
“
Saya dan temanteman setiap sore mau naik sepeda. Tapi, setiap berada di pintu satu untuk meminjam, sepeda sering tidak tersedia Irnawati
Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
jauh dari kenyataan. Seiring waktu, sepeda Unhas mulai berkurang satu persatu. Sejak awal, hanya ada 50 unit sepeda yang layak pakai. Sebanyak 40 unit disimpan di pintu satu dan 10 unit di pintu nol. Yaitu beberapa unit dari pemberian wakil gubernur, BJ Habibie dan BTN. Sedangkan 100 unit sepeda yang disumbangkan oleh BNI rusak sejak awal. Dari semua sepeda, beberapa di antaranya mengalami kerusakan berat maupun ringan. Tak jarang, mahasiswa mengeluh kesulitan menggunakannya. Selain harus berjuang menyesuaikan diri dengan kondisi sepeda yang kurang baik, mahasiswa juga harus mengantre agar dapat meminjam. “Saya dan teman-teman setiap sore mau naik sepeda. Tapi, setiap berada di pintu satu untuk meminjam, sepeda sering tidak tersedia,” tutur Irnawati mahasiswa FISIP angkatan 2011, Jumat (5/4). Selain di pintu satu dan jalan masuk dari pondokan, sebagian sepeda juga disimpan di dekat tugu Tridarma. Tapi sepeda tersebut hanya sebatas pajangan. Sebab besinya sudah rapuh. Jika digunakan, maka akan menambah kerusakan pada sepeda tersebut. Pihak rektorat telah berusaha menyiapkan beberapa alat untuk perawatan. Namun, alat yang disediakan tidak sebanding dengan jumlah sepeda yang ada. Maka perbaikan dan perawatan me-
nyesuaikan dengan jumlah alat yang ada. Bahkan tak jarang terlihat tak ada satu pun sepeda yang terparkir. Bukan karena dipakai namun karena rusak. Andi Ilham, satpam yang selama ini berjaga di pintu satu membenarkan hal tersebut. Berdasarkan catatan, sepanjang bulan maret, terdapat 18 sepeda yang rusak. Dalam sehari, sedikitnya dua sepeda mengalami kerusakan. Kerusakan sepeda disebabkan kurangnya peralatan dan perawatan. Kerusakannya banyak terjadi pada bagian pedal, ban, rantai, sadel dan bautnya. Seperti rantainya yang berkarat, baut sadel setirnya longgar, bannya kempes, hingga remnya blong dan lain sebagainya. Selain karena kurangnya perawatan, kerusakan juga disebabkan oleh kelalaian pemakai. Dari 40 sepeda yang dipinjam, 10 di antaranya kembali dalam keadaan rusak. Kurangnya rasa memiliki mahasiswa membuat mereka menggunakan sepeda dengan sesukanya. Tanpa memikirkan kerusakan yang akan disebabkan. Kerjasama pemakai dalam menjaga aset kampus juga dibutuhkan dalam hal ini. “Mereka kurang menjaga aset universitas, biasanya dipakai melompat sampai bautnya longgar,” tutur Sub Bagian Rumah Tangga, Moreks. Ketika ditanya perihal pembiayaan Kepala Biro Administrasi dan Umum, Halim Doko mengatakan seharusnya pembiayaan memang ada. Namun, sampai sekarang belum dapat direalisasikan. Kemungkinan, pembiayaan masih menunggu konfirmasi kapan akan diberikan. “Sampai sekarang kami masih menunggu konfirmasi dari atas kapan dananya bisa direalisasikan. Saat ini, untuk sementara kami masih menggunakan alat yang ada saja,” jelas Kepala Biro Administrasi dan Umum Halim Doko.n (cya/ian)
Edisi Kamis, 15 April 1993
Jadikan Unhas Sebagai Research University UnHaS seharusnya di masa mendatang telah menjadi research university (universitas riset). Mengenai sarana fisik yang dapat menunjang penelitian, Prof Drs H Burhamzah, Ketua Lembaga Penelitian Unhas berobsesi untuk mendirikan sebuah research centre (pusat riset) di Unhas. Duta besar Jepang untuk Indonesia. “Saya yakin hari ini akan tercapai,” katanya optimis katanya optimis “saya yakin hari ini akan tercapai” harapan itu telah terbuka karena sekarang Ia menugaskan dua orang untuk memberikan masukan tentang gedung reseech centre. Unhas sekarang seharusnya menjual hasil penelitiannya ke pada masyarakat tidak sep erti hanya menyimpang file-file yang mesti di ubah. Mengenai dana sponsor menurut Dirut BPD sulsel ini adalah cara yang konvensional agar Unhas tidak semakin ketinggalan di banding perguruan tinggi yang ada di pulau Jawa. Burhamzah menyarankan agar perlu mel akukan Uniform dan menciptakan academic culture dengan mengubah tradisi lama seperti dosen malas, seminar, Mahasiswa Malas Membaca buku, rebut di belakang kelas saat ada sebagian lain yang sedang kuliah, dan perubahaan ini mesti di mulai sekarang dan di lakukan secara kontiyu.n
6
civitas
identitas
NO 790 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL APRIL 2013
Sprindik yang Berujung Pelik
kronik Mahasiswa Sastra Duduki Gedung Dekanat Selama tiga hari, Senin-Rabu (25-27/3), puluhan mahasiswa sastra mengelar aksi damai dengan menduduki pelataran gedung Dekanat Fakultas Sastra. Aksi ini menyebabkan para dekan dan wakilnya tidak bisa memasuki ruangan. Aksi ini dilatarbelakangi oleh jatuhnya putusan skorsing terhadap tiga mahasiswa FS yaitu Arsyad Irawan dari Jurusan Sastra Arab yang juga sebagai ketua Maperwa FS, Jusmail dari Jurusan Sastra Inggris dan Andre Pranata dari Jurusan Sastra Inggris. Dalam aksinya itu, mereka menuntut dicabutnya putusan skorsing terhadap kawan-kawan mereka. Selain mahasiswa FS, turut pula hadir beberapa perwakilan dari lembaga mahasiswa di Unhas sebagai bentuk solidaritas. “Cabut putusan skorsing terhadap tiga kawan kami,’’ kata Muhclis Abduh, Ketua BEM FS.n
Pencuri di Unhas Semakin Leluasa Beraksi
Identitas/esa ramadana
Dukung Wiwin: Mahasiswa dari Lembaga Pers Mahasiswa Hukum (LPMH) Unhas menggelar aksi tolak politisasi kasus Sprindik di depan Unhas Tamalanrea, (6/4). Wiwin Suwandi yang juga pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi LPMH ini dituduh Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai pembocor sprindik Anas.
Akhir November tahun 2009, identitas memuat sebuah tulisan di rubrik Bias tentang prahara di KPK. Tiada yang pernah menyangka jika empat tahun kemudian penulisnya justru tersandung kasus di lembaga yang sama.
T
erjadi huru-hara di sebuah negeri antah berantah bernama Indokorup yang dipimpin oleh Raja bernama Paduka Tidak berani. Buaya mengamuk karena sarangnya diacak-acak oleh Cicak. Buaya juga dituduh oleh Cicak melakukan korupsi yang merugikan negara. Tak terima dituduh begitu, Buaya kemudian menyerang sarang Cicak. Belum selesai huru-hara itu, muncul masalah lain. Sebuah skandal mega korupsi mengguncang bank pusat Indokorup. Sang bendahara bank dituduh memberikan bantuan uang ilegal kepada bank lain bernama Centylan. Sang Raja yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah justru gamang dan tak mampu bertindak tegas. Itulah ringkasan dari tulisan bertajuk ‘Opera Cicak vs Buaya’. Penulisnya bernama Wiwin Suwandi, alumnus Fakultas Hukum (FH) angkatan 2003. Wiwin adalah aktivis ‘tulen’ semasa masih mahasiswa. Dia aktif di Unit Kegiatan Pers Mahasiswa Unhas dan pernah menjabat sebagai Pimpinan redaksi Lembaga Pers Mahasiswa Hukum. Diawal bulan ini nama Wiwin ramai dibicarakan. Sebagai sekertaris pribadi ketua KPK, Abraham Samad, ia dituduh sebagai pelaku pembocoran Surat Perintah Penyidikan alias Sprindik atas nama tersangka Anas Urbaningrum. Ceritanya, Wiwin diperintahkan oleh Abraham untuk membuat kopi dokumen draf sprindik. Wiwin kemudian memotret dokumen sprindik tersebut menggunakan Blackberry lalu mengirimkannnya ke wartawan tanpa sepengetahuan Abraham. Karena Wiwin dan Juga Abraham berasal dari Unhas, mau tak mau nama Kampus Merah ini pun terbawa-bawa. Muncul isu
bahwa kejadian ini akan membuat nama Unhas dan Fakultas Hukum tercoreng. Namun Prof Dr Aswanto SH MH selaku dekan FH membantah isu tersebut. Menurutnya apa yang Wiwin lakukan itu tujuannya adalah untuk menjawab kritikan bahwa KPK dianggap lambat menangani tindak pidana korupsi. “Saya agak ragu kalau itu (sprindik, red) tidak dibuka sampai sekarang Anas tidak akan jadi tersangka,” kata Aswanto. Ia menambahkan bahwa tindakan Wiwin tersebut mungkin dilandasi oleh idealisme yang kuat sebagai seorang aktivis semasa di kampus. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Rektor Unhas, Prof Dr dr Idrus A Patturusi SpB SpBO. Ia beranggapan bahwa kasus tersebut adalah urusan Komisi Etik. Kasus
“
Saya agak ragu kalau itu (sprindik, red) tidak dibuka sampai sekarang Anas tidak akan jadi tersangka Prof Dr Aswanto SH MH Dekan Fakultas Hukum
ini menurutnya bukanlah masalah besar karena apa yang dibeberkan oleh Wiwin bukan surat resmi dan bukan pula merupakan rahasia negara. “Mungkin Wiwin kesal sehingga dia secara main-main membeberkan sprindik itu,” kata Idrus.n
Pencurian kembali terjadi di Unhas. Kali ini menimpa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pantun. Sabtu dinihari, sekitar pukul 01.30 Wita, pintu sekretariat UKM Pantun dibuka paksa saat semua penghuninya sedang pergi. Empat buah komputer jinjing, satu tablet dan dua dompet raib dicuri. Para pencuri tampaknya sudah lama mengamati kegiatan para penghuni sekertariat. Sebab selang waktu pencurian hanya sekitar 30 menit. Dengan kata lain si pencuri sudah tahu kapan para penghuni sekertariat itu pergi. Dugaan ini diperkuat dengan keterangan Satpam Unhas yang berjaga tak jauh dari lokasi kejadian. “Memang ada orang yang mencurigakan memakai tas hitam tadi lewat di sekitar sini,” kata seorang Satpam. Pencurian ini tercatat yang ketiga kalinya pada bulan April. Di awal bulan, sekretariat Radio Kampus EBS FM juga mengalami hal yang serupa, satu buah laptop yang diletakkan di dalam sekretariat lenyap digondol maling. Sehari sebelumnya Penerbitan Kampus identitas juga mengalami hal yang sama. Sebuah Blackberry Gemini milik seorang kru juga raib.n
Ant,Hya/Ran
Dukungan dari Unhas Meskipun banyak yang mencaci karena tindakannya dianggap mencoreng wibawa KPK, Wiwin tetap didukung oleh juniornya di LPMH dan kawankawan seperjuangannya di Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Makassar. Kamis (4/4) mereka turun aksi di pintu satu Unhas untuk mendukung Wiwin dan KPK. Mereka menolak politisasi terhadap KPK dan menguatkan kembali KPK yang saat ini cenderung lebih lemah. Abdul Azis selaku ketua LPMH me ngatakan bahwa LPMH tetap mem-
berikan dukungan moril kepada Wiwin. “Walaupun sudah dipecat mudah-mudahan perlawanan melawan korupsi tetap dilanjutkan sekalipun ia bukan lagi di KPK,” kata Aziz. Dukungan juga datang dari BEM FH. Nurdiansyah selaku ketua BEM mengatakan bahwa mereka mendukung tindakan LPMH yang juga merupakan tempat bernaung Wiwin semasa kuliah dulu. “Intinya bahwa kita tolak kalau ini dikriminalisasikan karena ini bukan dokumen rahasia negara,” katanya.n Ant,Hya/Ran
Identitas/esa ramadana
Sisa inaugurasi: Truk melintas depan tumpukan sampah. Sampah-sampah yang tercecer ini berada di depan Baruga AP Pettarani Unhas usai pementasan salah satu inaugurasi fakultas, (31/3).
laporan utama
identitas identitas
NO 790 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL APRIL 2013 NO 790| TAHUN XXXIX | EDISI AWAL APRIL 2013
Skripsi Mesti Punya Isi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang dikerjakan oleh mahasiswa strata satu tingkat akhir. Banyak yang mengerjakannya sekadar untuk menggugurkan kewajiban.
S
kripsi adalah istilah yang digunakan orang Indonesia dalam menamai karya tulis ilmiah. Istilah ini dikhususkan pada karya tingkat sarjana. Dalam proses penyusunannya terdapat kaidah-kaidah. Hal ini bertujuan agar penelitian dapat menghasilkan data yang baik. Kaidah ini pula yang membantu mahasiswa menyusun dan menulis karya ilmiah sesuai dengan bidang ilmunya. Kewajiban menulis skripsi bagi setiap mahasiswa tingkat akhir telah diatur dalam peraturan pemerintah No 60 pasal 16. Penulisan kripsi juga telah diatur dalam Undang-undang No 20 tahun 2003. Di luar dari itu, skripsi merupakan bagian dari kurikulum. Skripsi memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menginteraksikan pengetahuan-pengetahuan yang sudah didapatkan selama kuliah. Setelah menjalani proses perkuliahan yang diisi dengan berbagai teori, skripsi
merupakan salah satu cara mengeluarkan gagasan. Tugas akhir ini akan melatih kemampuan mahasiswa dalam menciptakan sesuatu yang baru. Sehingga dalam hasilnya, skripsi harus memiliki unsur kebaruan. Baik itu membuat teori berdasarkan data-data baru, maupun menolak teori karena tidak sesuai data ciptaan. Skripsi biasanya membahas permasalahan atau fenomena sesuai bidang ilmu si penyusun. Harapannya, dengan adanya skripsi mata kuliah yang didapatkan selama di bangku kuliah dapat teraplikasikan. Keterampilan dari skripsi inilah yang menjadi modal awal mahasiswa dalam dunia kerja kelak. “Skripsi itu sebagai alat mahasiswa untuk mencapai karir,” ujar Ir Machmud Syam DEA, dosen Jurusan Teknik Mesin Unhas. Namun, proses pengerjaan skripsi tidaklah mudah. Mahasiswa sering mendapat kesulitan karenanya. Selain karena datanya
rumit dan memerlukan waktu yang lama, proses penyusunannya pun kerap mengalami kendala. Sampai saat ini, skripsi masih menjadi masalah besar bagi mahasiswa yang ingin menyelesaikan masa studinya. Betapa tidak, skripsi merupakan tiket bagi mahasiswa untuk meraih gelar sarjananya. Mahasiswa yang melakukan penelitian memiliki tujuan dan cara berbeda. Beberapa mahasiswa memilih untuk bersungguhsungguh dalam melakukan tugas akhirnya. Sengaja mencari penelitian terbaru dan tidak biasa. Penelitian yang tidak pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya agar penelitiannya berbeda dan tak sekadar asal jadi. Akhirnya pengerjaan berlarut-larut dan tak kunjung usai. Penelitiannya pun berakhir dengan kondisi yang menyulitkan penyusun. “Menurut saya, jika kita menginginkan sesuatu yang wah, maka kita butuh sesuatu yang wah pula,” ujar Andika Jamaluddin, mahasiswa Teknik Mesin yang tengah mengerjakan tugas akhirnya. Tugas akhir seperti ini biasanya membanggakan sang peneliti. Mereka merasa penelitiannya lebih baik dari yang lain. Hal ini menjadi ajang keren-kerenan bagi mahasiswa. Tugas akhir seperti ini, kadang kurang mempertimbangkan apakah penelitiannya telah mewakili semua aspek mata kuliah yang pernah dilalui atau tidak. Tidak memikirkan apakah penelitian tersebut berhubungan dengan target pekerjaannya kelak. Akhirnya, penelitiannya tidak membantu dilapang ketika ia telah berada di dunia kerja. Tak jarang pula mahasiswa mengerjakan tugas akhir seadanya saja. Penelitian yang dipilih serupa tapi beda data dengan yang pernah ada sebelumnmya. Biasanya, tugas akhir seperti ini tinggal merubah salah satu unsur dari penelitian sebelumnya. Tujuannya agar memudahkan pengambilan data dan penyusunannya. Sehingga, gelar sarjana dapat segera dikantongi. Penelitian tersebut memang merupakan penelitian yang baru. Tapi, tugas akhir ini kurang bermanfaat bagi si peneliti. Mereka yang tergolong dalam pembuat
7 7
“
Beri arahan, apa alasan pembuatan tugas akhir dan bagaimana dia bisa melakukannya, akan ada kesadaran muncul. Machmud Syam Dosen Fakultas Teknik
skripsi seperti ini tidak memanfaatkan skripsi dengan sebaik-baiknya. Skripsi hanya dijadikan sebagai beban dalam mencapai gelar sarjana. Padahal, selain unsur kebaruan, dalam tugas akhir juga perlu dimasukkan unsur kreatifitas. Agar skripsi menjadi tugas akhir yang inovatif dan memberi sumbangsi bagi peneliti dan orang lain. “Kualitas karya ilmiah ada unsur kreativitas, kemanfaatan, unsur relevansi dan kebaruan,” jelas Ketua UPT Perpustakaan, Prof Dr Muh Nadjib MEd M Lib Penanaman akan pemahaman esensi dan tujuan penelitian patutlah diberikan kepada mahasiswa. Hal ini diharapkan agar mahasiswa tidak lagi menganggapnya sebagai beban. Sehingga mereka bisa membuat penelitian yang bermanfaat baginya dan orang lain. Target penelitiannya pun dapat tercapai dengan maksimal. Selain itu juga dapat mewakili semua aspek perkuliahannya selama ini, sesuai dengan bidang ilmunya. Hal tersebut disepakati oleh dosen Fakultas Teknik Machmud Syam. Baginya, sebelum mahasiswa menyusun skripsi, mereka perlu diberikan pemahaman terlebih dahulu. Apa sebenarnya tujuan membuat skripsi. Lalu, hasil seperti apa yang mereka inginkan. Setelah itu, dianalisis apakah telah sesuai dengan target pekerjaannya kelak. “Beri arahan, apa alasan pembuatan tugas akhir dan bagaimana dia bisa melakukannya, akan ada kesadaran muncul,” tutur Machmud Syam.n Tim Laput
Parade Pendapat Prof Dr Dadang A Suriamihardja MEng (Wakil Rektor I)
Fenomena skripsi berulang itu bukan masalah. Meskipun objek atau lokasi peneli tian saja yang membedakan dengan skripsi sebelumnya. Mungkin metodenya sama. Namun, harus ada hal baru. Mahasiswa membuat skripsi hanya formalitas belaka itu tidak memanfaatkan waktu yang diberikan untuk berpendapat. Setelah sekian lama menjalani proses perkuliahan, saat itulah kesempatan mereka mengeluarkan pendapat mereka.
Prof Dr Andi Niartiningsih (Dekan FIKP)
Ya, kita berharap mahasiswa mengi kuti metode yang ada dalam buku pe nuntun. Dan tidak ada lagi mahasiswa yang plagiat. Penuntun untuk mempermudah ma hasiswa dalam menulis. Tentunya proses penulisan sudah dimulai dari mereka membuat tugas. Nantinya mereka tidak akan kaku lagi. Dipenulisan laporan praktikum mereka juga sudah diarahkan dalam menu lis.
Prof Dr Muh Nadjib MEd M Lib (Kepala UPT Perpustakaan)
Banyak faktor yang mempengaruhi kulitas skripsi. Salah satunya maha siswa, pembimbing dan pengujinya. Kuali tas akhir skripsi tergantung dari proses pengujian dan pembimbingan. Sebelum mengusulkan judul, harus ada bibiliography study. Selain berulang, sangat banyak skripsi bertumpuk tanpa ada keberlanjutan. Hal ini karena kualitasnya tidak baik. Tidak ada yang tertarik membaca. Permasalahan yang diangkat juga tidak memiliki kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.
Dr dr Citrakesumasari MKes (Dosen FKM)
Skripsi merupakan syarat penyelesa ian SKS. Kegunaan skripsi terbagi menjadi tiga yaitu keilmuan, praktis dimasyarakat dan institusi di mana ia kuliah. Skripsi kebanyakan penelitian dan mengambil sampel di masyarakat. Diharapkan, den gan adanya skripsi, dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat. Sedangkan untuk institusi, skripsi sebagai bukti bahwa ia telah lulus dari institusi terse but.
Dra Muslimat MHum (Dosen Jurusan Sastra Indonesia)
Skripsi merangkum semua mata kuliah untuk melihat kemampuan peng etahuan ilmu dan sejauh mana penerapan ilmunya. Bukan skripsinya yang penting, tetapi penelitiannya. Banyak yang ingin dicapai. Misalnya, mampu kah dia memahami konsep ilmu yang sudah dia peroleh. Lalu dari pemahamannya itu, mampukah dia terapkan se cara mandiri. Skripsi mempunyai dua fungsi, pertama harus bermanfaat secara teoritis. Kedua, bermanfaat secara praktis. Jadi, hasil penelitian harus memberi kan kebaikan terhadap kehidupan sosial.
Rury Hasdianti Asman (Mahasiswa FIB angkatan 2008)
Skripsi yang ada di perpustakaan kalau bisa diperbaiki tempat dan susu nannya. Biasanya mahasiswa yang ingin menyusun skripsi selanjutnya kurang berminat membaca skripsi dengan kondisi seperti sekarang. Kumpulan skripsi yang mempunyai satu topik yang sama sebaiknya dikumpulkan. Lalu jadikan buku bacaan dan disum
bangkan, dari pada terbuang dan tidak terpelihara. Saya berharap mahasiswa lebih aktif dan serius dalam membuat skripsi. Mengingat fungsi mahasiswa sebagai agen perubahan.
A Panca Wahyuni (Mahasiswa FIKP angkatan 2009)
Tentu kita membuat suatu penelitian bukan hanya untuk diteliti semata. Tapi bagaimana kita mencoba memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat umum. Bagaimana cara nya supaya skripsi ini dapat menjadi referensi bagi banyak orang. Kalau masih kurang maksimal, atau masyarakat kurang mendapat manfaat, maka alter natif terbaiknya yah kita berikan penyuluhan lanjutan.
Tim Laput
Koord. Laput: Rasdiyanah Sinala Waode Asnini Rahayoe
Anggota: Novianto DP Addi, Nur Alfianita Akhmad Dani, Cita S Elisa, Ermi Ulia Utami, Alfiah Alif, Siti Atirah.
8
laporan
identitas
NO 790| TAHUN XXXIX | EDISI AWAL APRIL 2013
Butuh yang (Lebih) Kreatif Fenomena tema judul skripsi sama semakin menjamur. Ide kreatif mahasiswa lebih dibutuhkan.
T
ampak coretan menghiasi lembar demi lembar rancangan skripsi mahasiswa ini. Dengan ekspresi muram menghiasi parasnya, ia bertekad kembali esok dengan perbaikan yang dinanti sang dosen pembimbing. Penulisan skripsi menjadi dilema tersendiri bagi calon sarjana. Pasalnya, perbedaan pandangan terhadap skripsi menentukan kualitas penelitian-penelitian nantinya. Ada mahasiswa yang menganggap skripsi sebagai ajang pembuktian, menghasilkan penelitian yang “tidak biasa”. Sisi lain, mahasiswa menganggap skripsi hanyalah sekedar penutup usia perkuliahan. Beberapa mahasiswa ada juga yang berusaha menghadirkan ide-ide kreatif. Berbeda dari yang lain. Mahasiswa Fakultas Teknik Andika Jamaluddin, dengan skripsi berjudul “Studi Gasifikasi sebagai Alternatif Energi untuk Kebutuhan Rumah Tangga”, ia mencoba keluar dari sosok mahasiswa yang berpikir praktis. Berbekal keinginan memotivasi teman-teman lain untuk keluar dan berkarya sesuai dengan konsepnya
sendiri. Baginya, hasil adalah akibat dari usaha yang dilakukan. “Ketika kita menginginkan yang luar biasa maka kita harus melakukan yang luar biasa pula,” tuturnya, Kamis (4/4). Sentuhan inovasi yang diberikan pada judul skripsi biasanya terkait tempat atau variabel penelitian. Seperti skripsi yang sedang dalam tahap awal oleh Izran, mahasiswa Fakultas MIPA berjudul “Ekspolarasi Mikroba Penghasil Enzim Lipolitik pada Sumber Air Panas Lemosusu Pinrang SulSel”. Penelitian ini pernah dilakukan sebe lumnya. Hanya lokasinya yang berbeda. “Ini merupakan modifikasi judul. Tidak pernah dipermasalahkan,” akunya. Seperti yang dikemukakan Dekan Hukum, Prof Dr Aswanto SH MS DFM. Menurutnya, sejauh ini kalau masalah metode belum memperlihatkan kendala yang begitu besar. Yang jadi permasalahan adalah objek penelitian. “Di Fakultas Hukum setiap tahunnya banyak mahasiswa meneliti dengan permasalahan berulang. Seperti pidana,” jelasnya. Skripsi sebagai hasil penelitian layaknya
menjadi sumber referensi dan pengembangannya dapat diterapkan dalam masyarakat. Menanggapi persepsi skripsi hanya sebagai formalitas belaka, Dra Muslimat MHum selaku dosen Fakultas Sastra menganggap kita harus bangga dengan skripsi yang kita buat. Karena hasil dari kerja keras sendiri. “Bila pengerjaannya tidak sepenuh hati, tidak akan membawa kesan, sarjana asal-asalan,” tambahnya. Fenomena skripsi berulang selalu berupaya dihindari. Termasuk upaya pembimbing dalam mengarahkan mahasiswa. Menurut Muslimat, sebagai tenaga pendidik kita
harus mengajarkan ilmu moralitas, menjiplak itu tidak bermoral. “Alasan mahasiswa membuat skripsi berulang karena mereka malas dan tidak menghargai ilmu dan kecerdasannya. Itu sayang sekali, akan bera kibat pada manfaatnya nanti,” tambahnya. Cobalah keluar dari zona aman. Saatnya mahasiswa sebagai kalangan intelektual menghasilkan karya yang lebih bermanfaat bagi masyarakat. Bukan sekadar menuntaskan kewajiban. Wujudkan ide kreatif, pengabdian pada masyarakat.n Tim Laput
Buah Kerja Keras yang Terabaikan
“ Pembuatan skripsi membutuhkan waktu, tenaga hingga materi ekstra. Ditumpuk dan terlupakan adalah hasil akhirnya.
S
kripsi merupakan tugas akhir dari mahasiswa program strata satu. Tujuannya agar dapat menjabarkan akumulasi pemahaman materi sesuai dengan bidang ilmunya. Selain itu, dapat memberi manfaat untuk dirinya dan orang lain. Untuk memudahkan proses pengerjaan skripsi, mahasiswa difasilitasi oleh dua orang dosen pembimbing. Dosen tersebut diharapkan dapat membantu penyusunan skripsi mahasiswa. Baik itu dalam hal teknis, metode penelitian, maupun isinya. Kesibukan sebagai dosen tak ayal membuatnya sulit untuk ditemui. Tak jarang, dosen pembimbing pun menjadi masalah tersendiri oleh mahasiswa. Tugas akhir biasanya dibuat dengan tujuan yang besar. Skripsi dirumuskan agar dapat memberi manfaat. Selain untuk menciptakan pendapat yang baru, skripsi juga diharapkan tidak hanya sekadar sebagai penggugur kewajiban. Skripsi bisa dijadi-
kan bahan referensi, tolak ukur kebijakan di suatu daerah, dan lain sebagainya. Berbagai saran yang bijak nan ilmiah diharapkan lahir dari tugas akhir ini. Setelah terkumpul, biasanya skripsi di bawah ke perpustakaan untuk disimpan. Penyimpanan di perpustakaan diharapkan dapat menjadikan skripsi awet dan dijadikan bahan referensi. “Kita lakukan penyiangan di suatu tempat khusus, karena dikhawatiran suatu saat akan ada orang yang butuh sebagai bahan referensi,” imbuh Kepala UPT Perpustakaan Umum Prof Dr Muh Nadjib MEd M Lib. Sebagian orang enggan melirik benda rapuh tertumpuk di perpustakaan tersebut. Hal ini membuatnya terlupakan dan menjadi memori yang hilang. Tidak tersentuhnya skripsi tersebut membuatnya tidak lagi mendatangkan manfaat bagi orang lain. Kini, keberadaannya pun telah menjadi pertanyaan. Jika sudah begini, apalah arti dari berbagai pengorbanan yang telah ditempuh
Kita lakukan penyiangan di suatu tempat khusus, karena dikhawatiran suatu saat akan ada orang yang butuh sebagai bahan referensi.
Prof Dr Muh Nadjib MEd M Lib Kepala UPT Perpustakaan mahasiswa? Akankah penelitian-penelitian tersebut berlalu begitu saja? Dalam hal ini, peran peneliti, penasehat akademik dan dosen pembimbing sangat dibutuhkan. Pengawalan yang baik diharapkan hadir agar penelitian ilmiah ini dapat tersalurkan dengan baik. Sehingga hasilnya sampai kepada target dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Penelitiannya pun tidak lewat begitu saja dan hilang seiring berjalannya waktu. “Dengan cara kita tidak memutuskan tali komunikasi, kita membuat organisasi untuk para alumni-alumni. Organisasi ini yang nantinya terjun langsung ke masyarakat,” tutur Dr dr Citrakesumasari Mkes, salah satu dosen pembimbing di FKM. Di tahun 2012, Dikti mengeluarkan kebijakan mewajibkan pembuatan jurnal bagi mahasiswa sebelum sarjana. Jurnal tersebut
bisa berasal dari hasil penelitian tugas akhir mahasiswa. Hal ini dapat menjadi salah satu solusi akan masalah penumpukan skripsi. Dengan adanya jurnal ini, hasil penelitian mahasiswa dapat terpublikasikan dan sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat. Orang tidak perlu lagi bersusah payah mendatangi perpuskataan untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian tertentu. Tidak perlu lagi mengamati setiap tumpukan skripsi yang ada untuk mendapatkan judul tertentu. Hasil penelitian dari mahasiswa pun tidak berakhir begitu saja. Masih ada pihak-pihak yang memanfaatkannya. Selain itu, jurnal dapat menghindari duplikasi skripsi. Solusi seperti ini mulai diterapkan pula oleh Unhas. Setiap mahasiswa diwajibkan mengirim abstrak skripsinya ke repositori Unhas. Tujuannya agar skripsi mahasiswa tidak diduplikat dan terpublikasikan. “Sudah diwajibkan bagi mahasiswa kirim ke repositori Unhas abstrak dari skripsinya, juga untuk menghindari duplikasi,” ujar Wakil Rektor 1 Prof Dr Dadang A Suriamiharja MEng. Kedepannya, diharapkan solusi-solusi serupa datang dari pihak mahasiswa bersangkutan dan pembimbingnya. Sebagai pihak yang terjun langsung di lapangan, mahasiswa patutnya iba terhadap hasil karyanya tersebut. Batinnya haruslah tergerak untuk menyalurkan. Sehingga manfaat dari skripsi tidak lagi dipertanyakan. Jangan sampai skripsi hanya menjadi syarat sarjana dan berakhir di ‘tempat penumpukan skripsi’.n Tim Laput
ran utama
identitas
NO 790| TAHUN XXXIX | EDISI AWAL APRIL 2013
9
Pentingnya Pembimbing Skripsi Tidak mudah menyelesaikan skripsi. Arahan pembimbing juga menentukan kualitas skripsi.
M
ahasiswa yang menempuh studi akhir harus melahirkan sebuah karya ilmiah yang secara sah diakui. Skripsi merangkum pengetahuan ilmu dan sejauh mana penerapan ilmu mahasiswa selama kuliah yang tertuang dalam sebuah penelitian. Penentuan judul tugas akhir mahasiswa tak terlepas dari sosok pembimbing. Tempat mengadu ketika mahasiswa butuh saran dan arahan terhadap tugas akhirnya.
Menghasilkan karya yang bagus dan diakui harus berbekal ide mahasiswa yang inovatif. Disamping bimbingan dari dosen yang sudah ditetapkan. Dra Muslimat MHum, dosen Jurusan Sastra Indonesia menegaskan bahwa skripsi itu tidak boleh dipandang sebatas tulisan yang ringan. Harus benar-benar diarahkan. Mahasiswa harus serius dalam mengerjakan skripsi karena itu uji kemampuan ilmiah mahasiswa. Saat ditanya mengenai kualitas skripsi,
dosen yang aktif dalam kegiatan keperempuanan ini menambahkan ukuran skripsi berkualitas itu banyak. Pertama, terdapat suatu masalah yang diangkat untuk dianalisis, yang benar-benar memperlihatkan kebenaran mengembangkan ilmu itu sendiri. Kedua, skripsi bermanfaat secara praktis terhadap kehidupan masyarakat. Senada dengan Muslimat, Machmud Syam, dosen Jurusan Teknik Mesin mengatakan bahwa ia paling tidak suka skripsi dengan tema berulang. “Saya suka sesuatu tema yang sama sekali tidak ada di Unhas tapi ada di dunia, kemampuan membaca dan menggali informasi,” kata Machmud. Mahasiswa menganggap Muslimat sebagai salah satu dosen yang ketat dalam membimbing mahasiswa. Saat dikonfirmasi, ia mengatakan bahwa kita ingin melahirkan sarjana yang berkualitas, bermanfaat dan memberikan kontribusi kepada masyarakat. Bukan sekadar menyandang gelar. “Saya ketat membimbing karena ingin mereka mempunyai prinsip hidup dan mandiri, mampu menghadapi masalah. Mampu mempertanggungjawabkan dan mempertahankan apa yang ditulis,” tegas Muslimat. Sosok pembimbing ‘killer’ yang satu ini juga melihat peran pembimbing begitu penting. Machmud Syam mengatakan pembimbing yang membantu mendesain seperti apa produk akhirnya. “Kalau men-
“
Saya ketat membimbing karena ingin mereka mempunyai prinsip hidup dan mandiri, mampu menghadapi masalah. Mampu mempertanggungjawabkan dan mempertahankan apa yang ditulis. Dra Muslimat MHum Dosen Fakultas Sastra
urut saya kualitas penulisan itu betul-betul terkait pembimbing dan mahasiswa, tapi pembimbing berperan besar,” tambahnya. Kerjasama yang baik, kombinasi mahasiswa dan pembimbing akan melahirkan karya yang berkualitas. Dengan skripsi yang berkualitas, apa yang kita lakukan tidak sia-sia. “Kami membimbing agar mahasiswa meraih prestasi dalam akademis diluar kendala pribadi. Bila ada masalah pribadi, kita tetap terbuka dan memberikan solusi,” ujar Muslimat.n Tim Laput
Acuan yang Diacuhkan Buku penuntun penelitian menjadi acuan mahasiswa dalam menyusun skripsi. Beberapa fakultas mengacuhkan manfaat dari buku ini.
S
elama kuliah, mahasiswa disuguhkan materi-materi. Berbagai teori diberikan untuk menunjangnya. Setelah semua telah dijalani, mahasiswa akan dihadapkan pada tugas akhir, skripsi. Penulisan biasanya berdasar pada materi dan teori yang telah didapatkan selama proses perkuliahan. Tujuannya agar dapat menginterasikan pengetahuan-pengetahuan yang sudah didapatkan. Sebelum menjalani penulisan skripsi, biasanya mahasiswa diwajibkan mengikuti mata kuliah penunjangnya. Mata kuliah ini sering disebut mata kuliah metode penelitian. Sesuai dengan bidang ilmu masing-masing tentunya. Dengan adanya mata kuliah ini, pihak fakultas berharap mahasiswa tidak lagi mendapat kesulitan dalam penyusunan skripsinya kelak. Namun, beragamnya cara penulisan kerap membingungkan mahasiswa. Setiap fakultas mempunyai cara penulisan tersendiri. Hal ini menyebabkan banyak perbedaan antara skripsi yang disusun oleh mahasiswa dengan skripsi yang diinginkan dosen. Akibatnya, mahasiswa mengalami kesulitan dalam proses penyusunan. Kurangnya pendalaman mengenai proses penelitian dan sistem penulisan kepada mahasiswa merupakan salah satu faktornya. Akhirnya, skripsi mahasiswa pun terhambat. Melihat hal ini, beberapa fakultas memberikan solusi atas masalah mahasiswa tersebut. Menyatukan pendapat dan menyeragamkan sistem lalu memutuskannya. Langkah konkritnya ialah dengan membuat buku penuntun penelitian. Dalam buku tersebut telah terjabarkan sistem yang
dianut sebagai acuan. Sehingga, tidak ada lagi perbedaan cara yang memicu skripsi dapat terhambat. Sebut saja Fakultas Kesehatan Masyarakat. Untuk lebih memudahkan mahasiswa dalam menyusun skripsi, pihak fakultas pun mengeluarkan kebijakan penggunaan buku penuntun tersebut. Setiap mahasiswa tingkat akhir diwajibkan memiliki buku ini. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa lebih memahami dan mendalaminya. “Jadi buku penuntun skripsi dibuat melalui tim, hal ini untuk memudahkan mahasiswa dalam menyusun skripsi,” ujar Prof Alimin Maidin. Ada pula beberapa fakultas yang tidak menerapkan kebijakan tersebut. Sebut saja Fakultas Teknik. Fakultas ini juga memiliki cara penulisan tersendiri. Namun, pihak fakultas tidak mengeluarkan kebijakan wajib menggunakan buku penuntun bagi mahasiswa. Akibatnya, mahasiswa merasa kesulitan dalam menyusun skripsi. Belum lagi dihadapkan pada masalah data dan pengolahannya, mahasiswa terpaksa berhadapan dulu dengan masalah penulisan yang membuatnya bolak-balik dosen pembimbing meminta petunjuk. Bingung dengan cara penulisan, Supriadi pun berusaha sendiri mencari contoh dari skripsi sebelumnya. Meskipun berhasil menulis skripsinya dengan baik, mahasiswa Fakultas Teknik ini tetap menganggap bahwa kebijakan buku penuntun sangatlah penting. Baginya, buku penuntun menjadi landasan menulis sesuai prosedur. Karena tidak menutup kemungkinan tetap terdapat kesalahan dengan melihat contoh skripsi. “Itu jadi landasan untuk melakukan sesuai
“
Beberapa fakultas harus cepat membuat buku penuntun, karena akan membantu mahasiswa, urutan-urutan tulisan harus mengikuti panduan, yang dilatar belakangi oleh bidang studi.
Prof Dr Dadang A Suriamiharja MEng Wakil Rektor I prosedur yang di tentukan. Sehingga kita tidak mengulang hanya karena kesalahan format,” jelas Supriadi. Namun hal ini dibantah oleh pihak fakultas. Menurut Dekan Fakultas Teknik Dr Ing Ir Wahyu H Piarah MSME pihak fakultas telah mengeluarkan kebijakan buku penuntun bagi mahasiswa. Buku tersebut dikeluarkan dan dikelolah oleh jurusan masing-masing. Setiap mahasiswa yang akan melakukan tugas akhir bisa mendapatkan buku penuntun di jurusan masing-masing.
“Ada buku penuntun masing-masing jurusan. Untuk menyeragamkan format skripsi itu,” tukas Wahyu Piarah. Pihak universitas telah mengeluarkan kebijakan mengenai buku penuntun. Buku ini berisi penjelasan mengenai penulisan skripsi secara umum. Dalam penulisan skripsi ada cara penulisan tersendiri untuk setiap bidang ilmunya. Dan penjelasan secara khusus tersebut bisa didapatkan pada buku penuntun yang dikeluarkan setiap fakultas maupun jurusan. Oleh karena itu, diperlukan buku penuntun yang dikeluarkan oleh setiap fakultas maupun jurusan. Menurut wakil rektor 1 Prof Dr Dadang A Suriamiharja MEng ada gaya penulisan yang berlaku secara khusus. Pihak universitas memang sudah mengeluarkan buku penuntun. Namun, setiap konsentrasi punya gaya penulisan tersendiri. “Beberapa fakultas harus cepat membuat buku penuntun, karena akan membantu mahasiswa, urutanurutan tulisan harus mengikuti panduan, yang dilatar belakangi oleh bidang studi,” tuturnya.n Tim Laput
10
civitas
identitas
NO 790 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL APRIL 2013
Pendidikan Tinggi (Masih) Didagangkan Uji materi soal Undang-Undang Pendidikan Tinggi (UU-PT) yang dilakukan Universitas Andalas mendapatkan dukungan dari Unhas. Produk ini dinilai sebagai wujud komersialisasi pendidikan?
B
adai itu belum berlalu. Mahasiswa tetap saja bersiaga. Seperti, yang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa dari berbagai pelosok Indonesia. Mereka yang peduli dan berpikir kritis ini bertindak melawan melalui suatu aksi. Dialah salah satunya. Organisasi kemahasiswaan dari tingkat fakultas dan universitas di Unhas. Kamis, (20/4) usai melalukan konsolidasi di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum dan sesama Ketua BEM dan Senat Mahasiswa se-Unhas. Mereka berkumpul di depan Gedung Perpustakaan mengumpulkan massa. Sebelum akhirnya turun aksi di depan Kampus Unhas Tamalanrea. Unik. Aksi yang dilakukan dengan media karton yang bertuliskan “Cabut UU PT”. Diterpa terik panas sengatan matahari. Keringat yang bercucuran. Dahaga yang tertahan. Mereka berteriak-teriak dengan sebuah alat pengeras suara, bertembang dengan puisi dan lagu. Imajinasi yang seakan-akan mereka berada di hadapan pemangku kebijakan. Dialah pemerintah. Yang mengadakan regulasi yang ditentang oleh mahasiswa. Regulasi soal pendidikan tinggi yang telah disahkan 13 Juli 2012. Aturan bernomor 12 tahun 2012. Usai itu, Selasa (19/3) puluhan mahasiswa dari Keluarga Mahasiswa BEM Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unhas melakukan aksi di Tugu 50 Tahun Unhas. Jika dijumlahkan, keseluruhan aksi yang dilakukan oleh mahasiswa di Unhas sudah mencapai ke sebelas kalinya. Latar belakang aksi, sebagai bentuk solidaritas, dukungan terhadap pengajuan uji materi UU PT yang dilakukan oleh enam mahasiswa Universitas Andalas ke Mahkamah Konstitusi. Uji materil yang diperkarakan nomor 103/PUU-X/2012. Pemohon ini menilai lingkungan pendidi-
kan berorientasi pada keuntungan. Hal yang tentunya, bertolak belakang dengan prinsip pelayanan yang seharusnya dimiliki oleh suatu lembaga pendidikan. Fokus tuntutan mereka pada pasal 64 UU PT, bahwa “otonomi” yang dimaksud merujuk pada kemandirian di bidang akademik dan non akademik. Yang membuka kesempatan kepada PT secara mandiri dalam mengelola, mendapatkan pendapatan, seperti dari perusahaan. Yang tentunya, mengakibatkan pada pelepasan tanggungjawab negara soal pendidikan. Pasal lainnya, yang diindikasikan akan merugikan banyak pihak yakni pasal 65, 73, 74, 86 dan 87. Kesemua pasal inilah yang diajukan dan diuji materinya. Bercak hitam soal regulasi ini menggerakkan lembaga kemahasiswan di Unhas. Seperti, BEM dari Fakultas Kehutanan, Sastra, FMIPA, FKM, Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional dan Lingkar Advokasi Mahasiswa Unhas. “Apabila UU PT ini diterapkan di kampus maka akan mengubah orientasi mahasiswa menjadi tenaga kerja yang lebih mementingkan soal keuntungan,” kata Ketua BEM Kehutanan Dadang Anugrah, Selasa (26/3). Selain itu menurutnya, UU PT ini mempunyai unsur komersialisasi pendidikan yang akan membuat mahasiswa bisa menggunakan dan mengelola fasilitas dengan membayar. Tak hanya itu, dalam aturan Pendidikan Tinggi (Dikti) termuat unsur otonomisasi. Yang dapat membuat kampus lebih leluasa mengatur dan melahirkan aturan-aturan, regulasi-regulasi, kebijakan-kebijakan baru. Misalnya, aturan soal Penerimaan dan Pembinaan Mahasiswa Baru, yang bertentangan dengan orientasi dari berbagai lembaga mahasiswa. Sedangkan dalam bentuk kerjasama kampus misalnya, akan hadir investor-investor.
IdenTITAS/eSA rAmAdAnA
Berteriak: mahasiswa Unhas bergantian memegang pengeras suara sambil meriakkan aksi tuntutan mereka soal Undang-Undang Perguruan Tinggi (UU-PT) di depan kampus Unhas Tamalanrea, (20/3). Produk aturan ini dinilai sebagai wujud komersialisasi pendidikan.
Perusahaan yang akan lebih mudah mencari tenaga-tenaga kerja dengan biaya murah sebagai bentuk timbal balik dari kerjasama yang dilakukan oleh universitas. “Kampus adalah tempat suci yang selevel dengan agama, tempat pelatihan kaum intelektual,” kata Ketua BEM Sastra Muhclis Abduh, Rabu (27/3). “Negara tidak akan tahu menahu lagi tentang anggaran pendidikan. Apabila, itu terjadi maka pendidikan ini akan menjadi aset perdagangan. Artinya industri akan menanamkan modal di kampus sebagai wadah peningkatan modalnya,” kata Ketua BEM FMIPA, Muh Maknun. Sambungnya, bahwa jika aturan ini diterapkan di Unhas biaya perkuliahan akan menjadi naik. Walau belum diterapkan. Kekhawatiran mahasiswa sudah menuai bukti. Misalnya, kemitraan Unhas dengan beberapa perusa-
haan seperti Bank BNI, BTN dalam beberapa pembangunan di Unhas, seperti rumah sakit, shelter sepeda dan lainnya. “Ujungnya industrialisasi ini, bahwa perguruan tinggi, akan dijual secara langsung maupun tidak ke industri yang memiliki modal dan negara yang menjadi regulator, takkan berpihak ke mahasiswa dan rakyatnya,” kata Penggiat LAW Nasrullah. Namun tak semua pihak tidak setuju dengan UU PT. Pakar Hukum Unhas, Dr Anshory Ilyass SH MH justru melihat sisi positif dari UU ini. “Aturan ini tidak ada unsur industrilisasinya. Malahan dengan adanya ini tidak akan banyak membebani perguruan tinggi. Contohnya saja, pemberian beasiswa bagi mahasiswa yang tidak mampu,” sambungnya.n eta/eha
civitas
identitas
NO 790 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL APRIL 2013
11
koridor Catatan Seminar Nasional Fakultas Hukum dengan Tema :“Reaktualisasi Solidaritas Mahasiswa dan Pemuda dalam Mengawal Penegakan Hukum di Indonesia dalam Bingkai Kemaritiman” (6/4) Ruangan Promosi Prof Dr Mr A Zainal Abidin Faried dengan menghadirkan Harismoyo Retnoadi (Fungsional Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK) dan Dakan Fakultas Hukum Prof Dr Aswanto SH MH DFM.
Benang Merah Mahasiswa dan Korupsi
IdenTITAS/eSA rAmAdAnA Genggam: mahasiswa berjalan sambil menggenggam telepon selulernya di sekitar Unit Kegiatan mahasiswa (UKm) Fakultas Teknik Unhas Tamalanrea, (7/4). UKm ini tersaingi dengan hadirnya wadah minat dan bakat bernama gugus kerja.
Detik Terakhir UKM Teknik Di kampus Gowa telah berdiri wadah minat dan bakat bernama Gugus Kerja. Lalu apa kabar UKM Teknik Tamalanrea?
G
edung Persatuan Orang Tua Mahasiswa dan Dosen (POMD) Fakultas Teknik Unhas nampak sepi. Hanya sesekali terlihat mahasiswa lalu lalang di gedung yang menjadi pusat kegiatan mahasiwa itu. Pada salah satu ruangan, terdengar lantunan musik yang berasal dari Creator 09, wadah mahasiswa Teknik menyalurkan minat di bidang penyiaran radio. Namun tak banyak orang yang ada di dalam ruangan itu. Tepat di depannya ada sekertariat Channel 09, Unit Kegiatan Mahasiswa yang gemar berjurnalistik. Sayang, ruang tersebut juga nampak sepi. Hanya ada Jabal Nur, sang pemimpin umum. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fakultas yang berada di bawah naungan Senat Mahasiswa Fakultas Teknik ini berjumlah sepuluh UKM. Sebanyak empat UKM berada di dalam Gedung POMD yang dibangun tahun 2006 silam yakni Welcome 09, Channel 09, Creator 09, dan TOZ 09 adapun lima UKM lainnya Mapala 09, Mata 09, Boozter 09, Komtek 09, dan Sport 09 memilih sekretariat di tempat lain. Unit Kegiatan Mahasiswa pada dasarnya adalah ajang pengembangan diri memacu kreatifitas, pengembangan minat, bakat, maupun pembelajaran organisasi. Namun seiring bergulirnya waktu, unit ini tentunya membutuhkan kader guna kelanjutan organisasi. Namun bak telur di ujung tanduk, seluruh UKM yang berada di bawah naungan Organisasi Kemahasiswaan Fakultas Teknik (OKFT) Unhas kini terancam ‘mati’. Penyebab utamanya adalah tidak adanya kader. Mahasiswa baru angkatan 2012 yang diharap menjadi penerus berada jauh nun di Gowa
sana. Lain kisah di kampus Gowa. Tanggal 16 Maret lalu resmi dibentuk Gugus Kerja bagi Maba FT. Gugus Kerja tersebut disajikan dalam bentuk ekstra kurikuler dan ko-kurikuler. Layaknya UKM, Gugus Kerja menjadi wadah bagi mahasiswa Teknik kampus Gowa dalam menyalurkan minat dan bakat mereka. Mereka akan didampingi langsung oleh dosen. Gugus kerja dibagi dalam tiga kelompok minat dan bakat yang memiliki 22 unit kerja. Pertama kelompok minat olahraga, seperti bulutangkis, bola voli, bela diri dan tenis lapangan. Kemudian kelompok minat kedua, seni, yang meliputi, Paduan Suara, Band, dan Seni Tari. Ketiga adalah minat penalaran, berkaitan dengan Karya Tulis Ilmiah dan Karya Cipta. Ada pula Pramuka, PMI, SAR, Pers, Pecinta Alam dan lainlain. Dr Eng Ardy ST, dosen pendamping sekaligus ketua panitia peluncuran gugus kerja tersebut menuturkan hampir seluruh mahasiswa Teknik Gowa telah bergabung di Gugus Kerja tersebut. Menurutnya, program ini pun telah sejalan dengan pola pembinaan yang dicetuskan bidang kemahasiswaan fakultas. Selain itu, menurut Ihsan ST MT dosen Arsitektur yang menjabat sebagai ketua dosen pendamping mengutarakan bahwa program gugus kerja baru dilaksanakan sekarang dan bukan di awal perkuliahan demi menjaga prestasi akademik mahasiswa. “Untuk menghindari ancaman DO tahun ke dua,” ujar dosen pendamping salah satu ekstra kurikuler ini. Menanggapi pembentukan kegiatan kurikuler ini, beberapa UKM OKFT
pun tak tenang. Ahmad Ardi dari UKM Wellcome 09 OKFT, wadah bagi yang senang debat bahasa Inggris ini menuturkan bahwa dibentuknya Gugus Kerja ini sebagai langkah mematikan lembaga kemahasiswaan Teknik Tamalanrea. “Yang kami sesalkan, mengapa sama sekali tidak pernah ada komunikasi dengan lembaga kemahasiswaan di sini. Padahal kami sebagai senior tentu masih peduli dengan adik kami,” ujarnya, Jumat (22/3). Sementara itu, UKM OKFT lain Channel 09 mengaku pasrah dengan tidak adanya kader. Menurut Jabal Nur yang akan melaksanakan diklat sekaligus ajang peneriman anggotaa baru ini, bahwa mereka hanya mengharap mahasiswa angkatan 2010-2011 saja sebagai kader. “Ingin mengajak adik (junior, red) kami untuk ikut pengaderan saja susah,” ujarnya pasrah. Tapi berbeda dengan Channel 09 dan Wellcome 09, Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) 09 punya cara lain agar tetap eksis. Mereka akan tetap bertahan dengan cara sendiri yang telah dibicarakan secara internal. Kemungkinan besar mereka akan membuka kesempatan bagi mahasiswa luar Unhas untk ikut bergabung. “Jadi bukan mi organisasi mahasiswa yang dibawahi fakultas. Kalau kami mau ngotot tidak bisa juga,” ujar Ketua Mapala 09, Sofyan Bachtiar ketika ditemui di sekretariatnya, Selasa (26/3). Wakil Dekan III FT, Ir Syamsul Asri MT yang dikonfirmasi di ruangannya, Jumat (20/3) menyatakan organisasi tersebut tidak akan mati sepanjang masih melakukan aktivitasnya. Ia pun membantah jika gugus kerja yang dibentuk sebagai langkah mematikan lembaga yang ada. “Yang namanya gugus kerja tidak berbasis pengaderan, tapi berbasis aktivitas. Bukan organisasi,” tegasnya.n ahd/amm
kaSUS korupsi sudah menjadi bahan pembicaraan yang tidak akan pernah habishabisnya. Baik dari kasuskasus lama yang tidak jelas kelanjutan penyele saiannya hingga bermunculan kasuskasus baru yang semakin banyak terkuak. Hingga saat ini telah banyak usaha yang dilakukan untuk memberantas korupsi. Hampir setiap hari media massa memberitakan mengenai kotornya tangantangan birokrat. Namun sampai saat ini hasilnya masih tetap belum sesuai dengan harapan masyarakat. Terakhir pada tahun 2012, dari survei yang dilaku kan oleh transparency.org, sebuah badan independen dari 146 negara, Indonesia menempati urutan nomor 5 negara terkorup di dunia. Citra buruk Indonesia sebagai salah satu negara paling korup di dunia membuat masyarakat kita kehilangan kepercayaan terhadap pemerintahnya sendiri. Kredibilitas dan akuntabilitas pemerintah lun tur di mata warganya sendiri. Ironisnya lagi, lembaga penegak hukum yang semestinya memfungsikan institusinya sebagai kunci dalam menjamin keadilan hukum masyarakat luas justru terkesan sebagai alat penguasa. Di Indonesia korupsi ada dua macam. Pertama ada lah state culture coruption, yaitu korupsi yang terjadi dengan kerjasama partai politik dengan pengusaha. Kedua adalah administratif coruption, yaitu korupsi administratif yang dilakukan oleh lembaga eksekutif melalui kebijakannya. Korupsi yang marak dan menyengsarakan bangsa saat ini adalah state culture coruption. Yang lebih pa rahya lagi, pengusaha tidak hanya menjadi pemasuk modal untuk parpol, tetapi secara langsung telah ma suk ke partai politik. Dengan demikian kekuatan politik dengan modal telah terdapat dalam satu pribadi. Untuk itu, langkah pertama yang idealnya dapat kita dahulukan adalah pemantapan kodifikasi hukum (normatif) yang minimal bisa membuat siapa pun menjadi jera melakukan korupsi (pencegahan). Selain itu, juga perlu memberikan sanksi seberatberatnya bagi pelaku tindak pidana korupsi itu sendiri. Korupsi di negeri ini bukan hanya merupakan bagian kultur birokrasi negara atau swasta, tetapi juga telah berkembang menjadi struktur perilaku manaje men modern. Akibatnya, pengaruh korupsi semakin merata di berbagai bidang kehidupan publik, dengan resiko semakin jauh tercapainya kehendak negara dan bangsa Indonesia untuk bisa menyejahterakan diri sendiri. Korupsi lahir karena para pemimpin tidak berinteg ritas. Yakni keterpaduan antara moralitas yang baik dengan pengetahuan kerja sistem. Pematangan moral harus dilakukan dengan pendiikan sejak dini yaitu melalui pendidikan budi pekerti baik dalam lingku ngan keluarga masyarakat maupun dalam pendidikan nonformal. Sedangkan pengetahuan tentang sistem hanya dapat diperoleh melalui pendidikan formal. Moralitas akan menghasilkan niat, sedangkan sistem akan menghasilkan kesempatan sehingga kedua aspek tersebut sangat saling mempengaruhi, dengan niat yang baik akan mampu merubah sistem. Gerakan antikorupsi yang dilakukan pemerintah tanpa mengakses partisipasi masyarakat, bukan mus tahil justru kontraproduktif untuk keseluruhan kepen tingan pemberantasan korupsi itu sendiri. Karena itu, akses publik dalam gerakan antikorupsi seharusnya diposisikan di depan. Tentunya mahasiswa sebagai agent of change, social control dan moral force harus terlibat dalam realitas sosial, berusaha menemukan perlaku koruptif dan berusaha mengkritisinya.n Muammar Qadhafy
12
kolom
identitas
NO 790 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL APRIL 2013
Melawan Tirani Ole: Kaila iLona Meira Pendidikan sejatinya bermuara pada dua fungsi utama, begitu pendakuan para ahli. Fungsi pertama adalah fungsi intelektual, yakni fungsi yang mengem bangkan kapasitas pengetahuan bagi segenap pembelajar, di sekolah-sekolah dan di lembaga-lembaga perguruan ting gi. Fungsi kedua adalah fungsi profetik, yaitu peran sekolah-sekolah dan lembagalembaga perguruan tinggi untuk mem bentuk sekaligus merawat aspek-aspek yang berhubungan dengan moral, spir itual, dan etika bagi segenap pembelajar. Fungsi intelektual gampang ditakar dan tidak serumit dengan cara memandang bangunan moral, spiritual dan etika bagi kaum terdidik. Gejalanya bisa dilihat den gan benderang di bangsa ini. Nyaris, petinggi-petinggi yang tertangkap karena kasus korupsi bukanlah pribadi-pribadi biasa-biasa. Mereka adalah orang-orang yang terdidik dengan baik secara formal. Mereka juga adalah pribadi yang telah lama menjalani laku sebagai pemimpin. Adakah ini sebuah penanda bahwa kita mesti percaya pada adagium pengetahuan, “Manusia sesungguhnya adalah makhluk tak bermoral, tetapi juga tak jahat.” Manusia menjadi baik dan menjadi jahat sangat ber gantung pada sistem. Jika sistemnya baik, manusia berpotensi menjadi baik sekali pun pada awalnya ia jahat. Jika sistemnya jahat, manusia baik pun menjadi jahat. Ataukah ini sebuah gejala dari ma nusia yang mengalami tirani masa lalu. Bukankah, mereka-mereka yang ter tangkap adalah pribadi-pribadi yang tahu benar pahit getirnya tirani kekuasaan. Lalu, mengapa mereka sendiri menga dopsi laku sang tiran yang merusak dan menghancurkan hak-hak orang lain yang justru memberi amanah kepadanya. Tirani memang adalah senjakala. Bu kan hanya senjakala bagi diri sang tiran, tetapi juga senjakala bagi orang-orang yang dipimpinnya. Inti sebuah tirani ada lah kekerasan yang lebih disebabkan oleh sikap antidialog, mau menang sendiri, dan
semena-mena dalam memperlakukan atu ran secara sepihak. The more restricted the laws, the poorer the people, semakin keras aturan diperlakukan, semakin memiskinkan banyak orang, demikian sindiran para filsuf. Memiskinkan di sini, tentu saja, dalam pengertian dan cakrawala yang luas, bukan dalam pengertian materi dan kebendaan. Inti lain dari tirani adalah kemarahan. Sang tiran akan marah jika disanggah, akan berang jika ditolak, dan akan emosional jika aturan yang dibuatnya diabaikan serta merta. Jika amarah sang tiran memuncak, kekerasan pun dihalalkan. Tirani sesung guhnya adalah kemarahan pada diri sendiri. Tapi, dampak kemarahan tidak sampai di sini. Modus meletupkan amarah kemudian akan menjalar ke generasi-generasi yang dipimpinnya. Di hadapan sang tiran, para pengikutnya mungkin akan diam seribu bahasa, mencoba bersikap wajar dan menurut. Lalu, jika ada kesempatan berek spresi di hadapan orang lain, para pengikut ini menjelma menjadi figur-figur pemarah. Dengan alur logika seperti ini, kita tentu saja dapat mengerti mengapa pribadi-prib adi yang berpendidikan baik, pada akhirnya terjerumus pada laku sang tiran. Hasil pen didikan seperti terbelah. Capaian gelar aka demik adalah satu hal, tetapi kedalam atas fungsi profetik pendidikan adalah hal lain. Sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga perguruan tinggi sejatinya menguatkan fungsi profetik pendidikan. Mengutama kan hal-hal yang profan dari sisi intelek tual sembari mengabaikan hal-hal yang profetik hanya akan menunggu kelahi ran generasi pemarah. Apalagi, semua pihak tahu bahwa sekolah-sekolah diisi oleh generasi muda belia dan kampuskampus diisi oleh generasi muda dewasa. Tak ada yang paling bijak, kecuali membiasakan dialog dan diskusi dengan generasi pemilik masa depan ini. Dialog dan diskusi yang diikuti sikap saling meng hormati, saling berempati, saling men gayomi adalah jalan mencegah tirani.n
cerbung
Baruga Oleh : SM Noor
No. 16
“Memang Kamu yang jadi soal adik manis.” ”Lalu, imbas apa yang terjadi dengan kawan-kawan yang sedang mengikuti kelas?” ”Kamu tahukan, Rian otaknya encer, seencer aliran sungai yang deras. Dia itu asisten bodoh. Kami semua tertahan di situ. Selidik punya selidik ternyata Dia sedang tidak stabil akibat Kamu putus dengan Dia.” ”Ah, Kamu mengada-ada Man. Serendah itukah Dia mempertaruhkan kredibilitas kompetensi ilmu yang dimilikinya? Saya tidak percaya.” ”Buktinya, itu yang terjadi.” ”Jadi? Maumu, Aku yang akan memberi tahu Dia agar Kamu dan kawan-kawan terbebas dari belenggu cengkeraman penahanan nilai-nilai yang Dia pegang.”
cermin “Kenapa aku tak boleh berbuat kesa lahan? Kenapa aku mesti dihukum jika berbuat kesalahan? Jika ini yang semua orangtua pikirkan jika anaknya berbuat kesalahan maka tamatlah masa depan anaknya”
(Tak) Semesra Dulu Lagi
Khairil Anwar Litbang SDM PK identitas Unhas
Tanpa disadari kita selalu dihadapkan pada pilihan. Setiap pilihan membawa sebutir resiko. Seberapa besar butiran resiko yang dibawanya bergantung pada seberapa besar peluang yang mengikutinya. Layaknya seorang anak, aku memiliki tingkat keinginta huan yang besar. Selalu mencaritahu mengapa hal itu dapat terjadi. Seringkali keingintahuanku terkekang oleh harapan orangtua. Harapan yang ingin melihatku menjadi seorang yang penurut dan tak banyak tingkah. Harapan yang me masungku dalam bui kebodohan. Mungkin orangtuaku tak menyadari kalau aturan yang itu dapat mematikan kreativitasku. Tapi aku selalu ingin men coba hal baru. Cerita ini berawal, dari kisahku di bangku perkuliahan. Aku seorang mahasiswa. Layaknya anak dia suh oleh dosen yang kuanggap orangtua. Tak pernah terpikirkan akan mengalami saat-saat seperti ini. Kesalahanku harus kubayar dengan hukuman. Ketika aku dianggap melakukan kesalahan maka orangtuaku serta merta akan memberiku hukuman. Apa yang salah dari ber buat kesalahan? Bukankah itu adalah proses belajar? Akhir-akhir ini, hubunganku dengan orangtuaku tak se mesra dulu lagi. Kisah indah yang pernah terjalin manis antara kami kini mulai terlupakan. Tak lagi kalimat indah yang terucap apalagi sebait puisi. Pujian kini berganti cemo han. Manis itu terasa sangat pahit meski di ujung lidah. Sepakat jalan bersama kini tak kompak lagi. Keromantisan itu telah luluh oleh keegoisan kita. Apa yang salah jika aku berkata sebuah kebenaran? Mengkritik hal yang menurutku tidak tepat kau lakukan. Bukankah kejujuran ini yang selalu kau dengungkan di teli ngaku tiap saat? Tetapi mengapa ketika aku jujur (hal yang buruk) tentangmu, hardikmulah yang menjawabku. Cemo han yang tiada henti hingga hukuman menderaku. Lalu ke jujuran seperti apa yang kau harapkan? Apakah hanya hal baikmu saja yang bisa kukatakan dihadapanmu? Tidakkah kau tahu kalau aku ingin melihatmu lebih baik dari ketidak baikanmu saat ini?
”Bukan begitu juga.” ”Lantas?” ”Komunikasikanlah secara baik-baik. Putus hubungan cinta kan tidak harus putus hubungan persahabatan. Please Sari, nasib kawan-kawan di tanganmu.” ”Terus terang Man, Aku pantangan melibatkan diri untuk urusan-urusan seperti ini, karena memang Aku tidak pernah terlibat dan memang tidak pernah melakukannya, Ayahku profesor, Ibuku dosen, tetapi Aku tidak pernah mau memintaminta kelulusan untuk diriku dan untuk siapapun.” ”Sari. Ini bukan untuk meminta-minta. Bagi kami ini tidak fair. Kami mencium persoalan yang lain sama sekali, ada unsur pribadi dalam urusan ini. Mungkin Saya ini bodoh karena Saya aktifis kampus, malas berdasar penilaian Dia. Tetapi di antara kelompok Kami beberapa yang mempu nyai nilai indeks prestasi empat. Beri Kami tenteren dimana letak kesalahan Kami. Tetapi bagaimana jika hanya dituding terus menerus, salah, salah, salah. Tidak lulus. Apa Kami di kelompok ini bodoh semua untuk menjadi dokter? Kami juga tahu bahwa kelulusan Kami kelak akan menjadi taruhan kelanjutan hidup manusia, tetapi hidup dan masa depan Kami juga hendaknya diperhitungkan.” ”Atau Aku tulis sekarang di koran kampus bahwa seorang asisten di rumah sakit
Ternyata kau tega menskorsingku. Menghukumku dari tempatku menimba ilmu. Hukuman yang kuanggap tak mendidik. Inikah proses akademis itu? Berpikir bahwa ini akan membuatku jera sangatlah salah. Kau telah mengang gapku layaknya pelaku kriminal. Memajang gambarku di sana-sini. Menjadikanku ibarat seorang teroris yang begitu berbahaya. Pun kau jadikan dirimu penindak kejahatan. Hubungan kita bukanlah lagi hubungan kekeluargaan. Pemberian hukuman ini tidak serta-merta akan menye lesaikan masalah. Bahkan akan menjadi masalah berantai dari masalah sebelumnya. Aku membaca teori restorative justice. Dimana dikatakan keadilan harus dapat memulih kan mereka yang telah terluka baik pelaku maupun korban. Namun aku tetap terluka tanpa kau pedulikan. Bahkan dalam hukum ini diperuntukkan agar setiap pihak yang terkena dampak dari suatu tindak pidana (korban) di beri kesempatan untuk berpartisipasi secara penuh dalam penegakan hukum. Dialog berupa musyawarah merupa kan media yang paling utama dilakukan dalam penegakan keadilan. Aku pun berpikir kalau pembahasan semestinya diawali dengan mencari apa yang salah diantara kita. Bukan me nyalahkanku lalu membenarkan dirimu. Kenapa aku ber buat demikian. Bukan tanpa alasan. Tak mungkin seorang anak akan berkata demikian jika tak dipicu oleh sesuatu. Tak ada reaksi tanpa aksi. Tidakkah kau sadar, aku begini karenamu. Karena kau telah mengebiri kebebasanku. Kau tak mau mendengar i nginku. Hanya aturanmu yang patut aku jalankan. Mestinya semua orang bisa menempatkan perilakuku ini sebagai aki bat dan memikirkan penyebabnya. Tapi kau lebih memilih menghukumku dan tak memikirkan perasaanku. Dengan senangnya kau tertawa dan aku terduduk diam merenungi masa depanku. Beginilah kampusku saat ini. Tiada lagi rasa menyayangi dari dosen ke mahasiswanya. Pun tak ada rasa hormat mahasiswa kepada dosennya. Pemberian hukuman skor sing tak lebih dari penunjukan sikap tak mampunya dosen dalam mengurusi mahasiswanya. Bukannya mereka malu jika dianggap tak mampu mengurusi mahasiswanya malah mereka bahagia dengan menghukum mahasiswanya. Jika ini benar merupakan hubungan keluarga, maka saya yakin dosen itu pun akan mengusir anaknya dari rumah jika berbuat kesalahan. Tapi benarkah demikian? Entahlah? Teruntuk kawan-kawan mahasiswa yang terkena skor sing karena berani berlaku jujur dengan apa yang telah diyakininya benar. Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra Angkatan 2009
telah membelenggu nilai-nilai mahasiswa dengan angka mati.” ”Bukan begitu juga. Jika itu yang Kamu lakukan masalah ini akan semakin keruh, bukan saja membahayakan diri Kami, tetapi juga mempertaruhkan kredibilitas universitas.” ”Lalu?” ”Komunikasikan secara baik-baik.” ”Artinya Aku rujuk kembali.” ”Bukan begitu juga, adik cantik. Maksud Saya, nilai-nilai persahabatan lebih penting dari nilai-nilai pacaran.” ”Terus terang Saya tersinggung kalian diperlakukan seperti itu. Picik sekali sih pikiran orang itu.” ”Andai kata pun Kamu akan menyampaikan pada Dia, sebaiknya jangan menginformasikan pada Dia bahwa sumbernya dari Kami-kami semua ini.” ”Pengecut Kalian.” ”Apapun yang Kamu nilaikan pada Kami, terserah. Bagi Kami ini sudah siaga merah.” Suasana Baruga semakin riuh. Beberapa kelompok mahasiswa yang memadati seputar lobi Baruga yang luas sudah pada berdatangan. Riuh-rendah kesana-kemari semakin tampak. ”Baik, Man. Beri Aku waktu. Tetapi ingat, Saya sama sekali tidak menjanjikan apa-apa dalam hal ini. Karena setahu Saya bagaimanapun juga pemberian nilai,
apakah itu di kelas atau di laboratorium sepenuhnya otoritas dosen.” ”Saya mengerti, Sari. Kami bersama kawan-kawan juga tahu itu dan Kami tidak menuntut terlalu jauh, Kami hanya minta sikap yang fair dalam pemberian nilai, kalau memang Kami mendapatkan nilai mati, Kami terima sepanjang nurani Kami terbetik bahwa Kami pantas menerima itu. Tetapi bagaimana kalau sebaliknya?” ”Baik, Man.” ”Oke, Sari, deal?” ”Ya, deal.” ”Terima kasih sebelumnya.” Arman kemudian pergi menjauh sambil menenteng pengeras suara selempang di bahunya. Tidak lama kemudian Dia kembali berkoar-koar seperti orang gila sendirian meneriakkan yel-yel, anti kenaikan harga bebeem, meneriakkan yel-yel anti korupsi. Anehnya teriakan-teriakan Arman itu disambut antusias oleh mahasiswa-mahasiswa yang ada di sepanjang koridor dan lobi Baruga. Karena sudah senja menjelang Magrib, seorang mahasiswa menyalakan lampu-lampu sepanjang koridor dan lobi Baruga yang merupakan gedung terbesar di universitas. Sementara itu sebagian kelompok mahasiswa mengatur diri untuk menjalankan Salat Magrib karena memang waktu Magrib sudah masuk. Beberapa masjid di seputar kampus sudah mengumandangkan azan.n
cerpen
identitas
NO 790 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL APRIL 2013
Mukena Cinta Untuk Bunda oleh : Nirwana
diSePerTiga malam itu, Diza terbangun. Terdiam lama, matanya tertuju pada sesosok tubuh yang terbaring di sampingnya. Ibu sedang tertidur pulas. Wajahnya sungguh teduh, ada kebahagiaan ketika menatapnya. Sekalipun wajah itu terlihat lesu dan termakan usia, tapi wajah itu tetap cantik. Diza tersenyum, dilihatnya tubuh itu semakin meringkuk. Didekapkannya selimut yang tadi menghangatkan tubuhnya. Dibelainya rambut tipis ibu. Dikecupnya kening ibu. Pemandangan sepertiga malam yang begitu indah. Diza melangkahkan kakinya menuju kamar mandi di belakang rumah. Sungguh dingin pagi ini tak ubahnya embun salju. Diza semakin meringkuk. Dipercepatnya langkahnya, dipercepatnya gerakannya. “Ahhh.. sungguh subuh yang menusuk.” desisnya. Diza kembali masuk ke kamar, meraih mukena, menggelar sajadah dan larut dalam khusyuknya Tahajjud. Tahajjudnya usai, terdengar suara ibu terbatuk. Tubuhnya bergerak sedikit demi sedikit. Diza mendekat, dilihatnya ibu tersenyum menatapnya. “Diz, kenapa Ibu tidak dibangunkan juga, biar kita bisa tahajjud sama-sama tadi?” “Diza tidak tega membangunkan Ibu, Ibu terlihat sangat lelap tadi.” “Ya sudah tidak apa-apa. Sekarang Ibu mau wudhu dulu, mumpung belum subuh. Ibu masih bisa tahajjud.” “Iya Bu.” Diza menatap ibunya dari jauh yang tengah khusyuk mengalunkan doa demi doanya. Matanya tiba-tiba tertuju pada mukena yang dikenakan ibunya, tua dan lusuh. Ada perasaan iba seketika, ingin rasanya menghadiahkan sebuah mukena baru untuk ibunya. Sebentar lagi adalah hari ulang tahun ibunya. Diza menelan ludah, rasa getir bercampur iba memenuhi perasaannya subuh itu. *** Usai shalat subuh, Diza dan ibu meninggalkan rumah. Sebelum ke sekolah Diza biasanya membantu ibu di warung. Sekedar bersih-bersih dan mengatur jualan. Diza cukup telaten dan syukurlah ibunya punya anak seperti Diza yang betul-betul siap mengabdikan waktu kosongnya. Pukul 06.30 Diza berpamitan kepada ibu untuk berangkat ke sekolah. Jarak yang cukup jauh dan ditempuh dengan jalan kaki membuat Diza harus berangkat lebih awal agar tidak terlambat. Ketika berjalan melewati sebuah toko busana muslim, tibatiba matanya tertuju pada sebuah mukena yang terpajang di etalase toko. Diza mencoba mendekat, sekedar ingin melihat harga mukena tersebut, mungkin saja dia bisa menghadiahkan mukena itu untuk ibunya.
“Kak, harga mukena ini berapa?” “Ohh yang ini lumayan mahal, 150 ribu Dek.” “Wah.. mahal juga yah Kak.” “Iya.. karena bahan dan sulamannya bagus.” “Ohh.. iya Kak. Kak apa boleh saya minta tolong?” “Apa Dek?” “Tolong simpankan mukena ini untuk saya. Saya akan kembali lagi ke toko ini setelah berhasil mengumpulkan uang sejumlah harga mukena ini.” “Tapi, apa kamu bisa menjamin akan kembali lagi?” “Saya janji Kak.. Kakak bisa memegang kalung ini sebagai jaminannya.” ucap Diza sembari melepaskan kalung pemberian almarhum ayahnya dengan ragu. Diza melanjutkan perjalanannya. Yang ada difikirannya saat ini, bagaimana cara mengumpulkan uang untuk membeli mukena itu sebagai hadiah untuk ibunya. Hari-hari Diza lalui dengan semangat. Dia semakin giat bekerja, sepulang sekolah berjualan koran, membantu ibuibu di pasar meski sekedar bersih-bersih, membantu teman-temannya mengerjakan tugas-tugas dan mendapat upah yang menambah tabungannya. Seminggu berlalu. Diza menghitung tabungannya, 110 ribu telah terkumpul. Masih kurang 40 ribu, namun Diza tetap mencoba ke toko tersebut. Mungkin saja kakak di toko itu bisa memberi sedikit keringanan. “Kak.. mukena kemarin masih Kakak simpan?” “Eh, kamu.. iya ini Kakak masih simpan.” Ucapnya sembari memperlihatkan mukena yang terlipat rapi dalam lemari toko. “Kak.. apa harga mukena itu tidak bisa Kakak kurangi? Saya hanya punya uang 110 ribu.” Karyawati itu terdiam, terbesit perasaan iba dalam hatinya. Tapi dia sadar toko itu bukanlah miliknya, dia juga hanya seorang karyawati. “Kalau boleh tahu, mukena itu untuk siapa Dek? Kenapa Adik begitu ingin membeli mukena itu?” “Mukena itu hadiah untuk ulang tahun ibuku, hadiah untuk semua cinta ibu, meski belum cukup tapi mungkin itu bisa membuat ibu sedikit bahagia.” Karyawati itu terdiam, matanya berkacakaca. Perasaan haru tiba-tiba memenuhi hatinya. “Hanya kurang 40 ribu saja, aku masih bisa menutupi. Keinginan anak ini sangat tulus.” gumamnya. Dari jauh rupanya sang pemilik toko tengah memperhatikan. Dia pun berjalan mendekat. “Ada apa?” Karyawati itu tersadar dari lamunannya
kemudian berusaha menjelaskan yang terjadi dengan suara sepelan mungkin. Pemilik toko itu terdiam dan tersenyum menatap Diza yang tampak lemas. “Mukena ini mau kamu hadiahkan untuk ulang tahun ibumu?” Diza mengangguk pelan. “Ambillah! Aku hadiahkan mukena ini untuk ketulusan hatimu pada ibumu.” “Benarkah?” “Tentu saja. Kamu pantas mendapatkannya.” Diza tersenyum, matanya berbinar. “Ini uangnya.” “Jangan! Simpan saja uang ini untuk kamu.” “Tapi..” “Jangan khawatir, saya ikhlas.” “Dan ini kalung yang kemarin kamu jadikan jaminan.” sela karyawati itu. “Terima kasih Kak, Bu..” “Sama-sama.., sampaikan salam Ibu kepada Ibumu yah! Dan tetaplah menjadi malaikat penuh cinta untuk Ibumu.” Diza meraih tangan ibu dan karyawati itu kemudian menciumnya sebelum akhirnya berlari pergi. Sampai di rumah, Diza segera berlari dan memeluk punggung ibunya yang tengah memasak. Ibunya sontak kaget ketika tangan halus Diza melingkar di punggungnya. “Diza punya sesuatu buat Ibu.” “Apa?” “Masaknya dihentikan dulu, terus Ibu nutup mata!” “Memangnya Diza mau ngasih Ibu apa?” tanya ibu sembari menoleh dan menutup matanya. “Ini..” Diza menyerahkan kantongan di tangannya kepada ibu. Ibu terdiam cukup lama, mencoba membuka mata perlahanlahan. “Apa ini Diza?” “Ibu buka saja!” Mata ibu berkaca-kaca. Ada tangis yang ingin menyeruak, menembus pertahanan kokohnya. Gadis kecilnya kini tumbuh menjadi malaikat cantik. Putri tunggalnya yang telah menjadi tawa ditiap pedih hatinya. “Selamat ulang tahun Bu, Diza sayang sama Ibu..” Diza mengecup kening ibunya penuh cinta. “Terima kasih Nak, Ibu juga sayang sekali sama Diza.” ibu memeluk tubuh Diza erat. “Ibu suka kan hadiah Diza?” “Suka sayang.., sangat suka.” ibu semakin mengeratkan pelukannya sambil tidak henti-hentinya mengucap syukur. mahasiswa Fakultas ilmu Budaya Jurusan Sastra inggris angkatan 2012
13
puisi Aku Kau dan Kita Diruangan 4x3 meter ini kita berbagi segalanya. Kau berceloteh tentang kemunafikan yang tak henti. Ku cerna dengan mata dan telinganku. Sesekali kau lupa memakai tanda koma dan spasi di dalam cerita. Katamu tak banyak waktu yang tersisa. Fajar segera menyingsing, hidup tinggal sep ersekian dentingan detik. Di ruang tembok penuh coretan ini kita menoreh cerita. Terbaring di tegel penuh tawa dan canda. Kami hanya menengadah, memandang bintang imajinasi. “Ini Aku, ini Kau dan ini Kita”, Tunjukku ke langit atap malam. Ia berpendar membentuk lingkaran. Tanpa awalan dan akhiran. Maka katakata pun tak mampu melukiskannya. Perasaanku, kau dan kita. Di ruang bercatkan merahhijau ini kita belajar hidup. Melahirkan beberapa malaikat bersayap putih. Dan kehilangan bidadari bersuara surga. Tapi, tawatawa masih reyah dari mulut kita. Di ruangan seperangkat barang berhamburan. Ikrar kita dikukuhkan. Hati ini dikuatkan. Batin pun ditempahkan. Menghasilkan ikatan saudara nyata tanpa maya. Maka di ruangan inilah. Salah satu saksi adanya kita. Cerita hidup dan kenangan kita. Lembaran buku berisi kita. Yang ada hanya kita. Kita untuk kita. Kita selamanya. MUTHMainnaH BaHRi *special for my bestfriend “CUnFaRM” *
Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Cerpen dapat memenuhi syarat penulisan: Panjang Naskah 2 Halaman Spasi satu Ukuran font 12 Font tipe: Times New Roman Tulisan anda boleh dikirim melalui email resmi identitas
Alamat:
LT1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin. Email: bukuidentitas@gmail.com
14
kampusiana
identitas
NO 790 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL APRIL 2013
Rabu (3/4). Kegiatan dibuka Dekan FMIPA Prof Dr H Abd Wahid Wahab MSc di Ruang Senat FMIPA. Pelatihan menghadirkan pemateri Diels Ding, seorang konsultan dari Asia Pasifik. Kegiatan yang dihadiri oleh puluhan peserta mahasiswa baik S1 maupun S2 bertujuan melatih mahasiswa dalam persiapan alat dan penggunaan laser ukuran partikel dalam suatu laboratorium. Dekan FMIPA berharap kegiatan bisa bermanfaat karena dihadiri berbagai bidang yang ada di UH. (Hya)
Seminar Nasional ISMAPETI
identitas/Esa Ramadana
Simposium Internasional: Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Prof Dr Ali Ghufron Mukti MSc PhD membuka acara Makassar Internasional Symposium on Pharmaceutical Science di Baruga AP Pettarani Unhas. Ia didampingi oleh Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Ir Agus Arifin Nu’mang MS, Rektor Unhas Prof Dr dr Idrus A Paturusi dan Dekan Farmasi Unhas Prof Dr Elly Wahyuddin DEA Apt.
Wanita Tidak Perlu Takut Kanker
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin (RS UH) mengadakan Simposium Awam, Sabtu (6/4). Kegiatan yang mengusung tema “Wanita Tidak Perlu Takut Kanker!” menghadirkan Prof Dr dr Syahrul Rauf SpOGK dan dr Septiman SpB (K) Onk sebagai pembicara. Kegiatan tersebut berlangsung di Auditorium Lt.2 RS dengan menghadirkan sekira 100 peserta yang berasal dari lintas profesi. Ada dua materi yang dibahas terkait dengan penyakit kanker yakni kanker payudara yang dibawakan dr Septiman dan seluk beluk penyakit kanker serviks yang dipaparkan Prof Dr Syahrul. “Saya berharap setelah mengetahui informasi, para peserta tidak perlu lagi merasa takut, akan tetapi lebih waspada dengan melakukan pencegahan dan pemeriksaan dini agar terhindar,” tutur Septiman di sela-sela pemaparan materi. (Ada)
Himafi Gelar Seminar Nasional
Himpunan Mahasiswa Fisika (Himafi) FMIPA menyelenggarakan seminar nasional, Jumat (5/4). Dengan mengangkat tema “Physics for Enterpreneurship as One Important Solution”, seminar ini dilangsungkan di Baruga AP Pettarani. Seminar ini adalah rangkaian dalam kegiatan Physics Competition yang nantinya akan dilaksanakan di Baruga AP Pettarani, Labolatorium Fisika Dasar, Labolatorium Instrumentasi, LT. 2 FMIPA, dan Science Building, Sabtu-Minggu 6-7 April 2013
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dirangkaiankan dalam lomba tiap tahunan dari Himafi. Taufik selaku ketua panitia dalam kegiatan ini mengharapkan agar kompetisi fisika ini berjalan dengan lancar hingga penutupan. (Hya)
BEM FK Gelar Bedah Buku Rezim Media
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Hasanuddin (UH) menyelenggarakan kegiatan bedah buku, Rabu (3/4). Kegiatan yang berlangsung di Lecturer Theater (LT) 5 mengkaji buku karangan Iswandi Syahputra, Rezim Media. Dihadiri Rais Reskiawan selaku pembedah buku yang juga Ketua BEM FK Unhas periode , dan sekira 40 peserta. Mengutip dari tulisan dan buku terbitan 2013 itu, Rais memaparkan bahwa kerusakan media muncul pada zaman orde baru, berdampak pada tidak adanya desain media di Indonesia yang jelas, sehingga cenderung liberal dan tidak terkendali. Diperkuat dengan banyak teori yang dibahas dalam buku tersebut. “Dahulu hanya ada beberapa media yang ada, sekarang baik Televisi, Radio maupun media cetak semakin merajalela,” tuturnya saat materi. (Sun)
Jurusan Kimia Gelar Pelatihan Alat Labolatorium
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) adakan pelatihan berbagai alat labolatorium bertemakan “Joint International Workshop on Samples Preparation and Laser Particle Sizer”,
Ikatan Senat Mahasiswa Fakultas Peternakan Indonesia (ISMAPETI) menggelar seminar nasional bertemakan ’’Resposisi Paradigma: Impor Daging dan Peternakan Rakyat Menuju Swasembada Daging Nasional, Sabtu (30/3). Bertempat di Auditorium Prof Amiruddin FK, kegiatan yang diikuti sekira 64 peserta ini dibuka langsung Dekan Fakultas Peternakan Prof Dr Ir Syamsuddin Hasan. Sebagai pemateri dalam kegiatan Direktur Jenderal Pembibitan Ternak RI Ir Abubakar SE MM dan Dosen Fakultas Peternakan Prof Dr Ir Syamsul A Djasmal Msi. Turut hadir pula Kepala Dinas Peternakan Provinsi Sulawesi Selatan Ir H Murtala Ali Ms, dosen-dosen Fakultas Peternakan, mahasiswa dan delegasi Rakernas ISMAPETI se-Indonesia. Seminar ini merupakan rangkaian dari Rakernas ISMAPETI. Dalam seminar banyak dibahas mengenai pengimporan daging, swasembada daging 2014 dan peternakan rakyat yang makin kecil peluangnya untuk bersaing di dunia industri dengan dilakukannya impor daging. ‘’Semoga swasembada daging 2014 dapat tercapai dan impor daging dapat menurun dengan didukungnya perkembangan peternakan rakyat,’’ harap Abubakar saat menyampaikan materi. (Cya, Eta )
Duta Besar Beri Kuliah Umum
Mengangkat tema “Prospek dan Tantangan Implementasi Komunitas ASEAN 2015”, Universitas Hasanuddin mengadakan kuliah umum, Kamis (28/3). Kegiatan yang diselenggarakan di Ruang Senat lantai 2 Gedung Rektorat UH menghadirkan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk kerajaan Thailand, Drs Lutfi Rauf MA. Sekira 150 peserta hadir dalam kegiatan ini. Di akhir kegiatan diisi dengan pemberian cendera yang diberikan langsung Rektor UH, Prof Dr dr Idrus A Patturusi SpB SpBO. “Tentunya kita harus siap dengan Komunitas ASEAN pada 2015,” tutur Lutfi di selasela pemaparan materi. (Sun)
Tunas Kembali Harumkan Nama Unhas
Komunitas Pantun Unhas (Tunas) yang baru berumur 2 tahun kini kembali menambah panjang prestasi yang diraih. Kali ini komunitas yang dibentuk sebagai wadah pecinta Pantun Di Kampus Merah ini memenangai lomba kategori Pembacaan Puisi dan Musikalisasi Puisi tingkat Kota Makassar, Kamis (4/4) Badrun sebagai koordinator komunitas sejak awal mengikuti lomba ini mengungkapkan ada beberapa juara kategori yang berhasil disabet yakni Juara II dan III Kategori Pembacaan Puisi, dan Juara II Musikalisasi Akustik. Lomba bertemakan “Lomba Kreatif Muda Angkatan 2015” ini diadakan di Badan Latihan Kerja Industri (BLKI) Makassar. “Persiapan selama dua malam saja, dan digenjot hingga jam tiga subuh. Musik akustik kami aransemen sendiri, begitu juga puisi”. Tak berhenti disitu mereka akan mengikuti lomba dengan ajang yang sama pada bulan Mei. “ Insya Allah bulan Mei akan mengikuti musikalisasi akustik di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Nobel,” Tambah Badrun. (Ahd)
akademika
Si Tuli Pencipta Singkatan Gregg Kata stenografi berasal dari bahasa Yunani. “Stenos” yang berarti sempit dan “graphe” atau “graphie berarti menulis. Dalam arti luas, stenog rafi artinya teknik menulis cepat. Stenografi ba nyak digunakan dalam dunia tulis-menulis. Ada beberapa macam teknik stenografi. Salah satu yang populer adalah singkatan Gregg yang dibuat pada tahun 1888. Singkatan populer tersebut diciptakan oleh John Robert Gregg. Ia dilahirkan di Shantonagh, Irlandia pada 17 Juni 1867. Anak dari pasangan Robert dan Margaret Gregg ini merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Di hari ke dua sekolah dasarnya ia terjatuh sehingga membuat kepalanya cidera berat. Cela kanya, pendengarannya mengalami kerusakan parah. Sehingga ia tak berpartisipasi penuh di se kolah. Ia tak mampu memahami penjelasan guru nya. Anggapan menjadi cacat mental oleh rekanrekan, guru, dan keluarganya harus diterima. Pada 1877 ketika berumur 10 tahun, John dan keluarganya dikunjungi oleh seorang teman wartawan ayahnya yang sedang berlibur. Saat akan beribadah ke gereja, jurnalis bernama An nesley itu mencatat dengan sistem singkatan Pit man (diperkenalkan Isaac Pitman pada 1837). Penduduk desa sangat terkesan dengan sing katan itu. Tak terkecuali ayah Gregg yang memu tuskan seluruh anaknya harus belajar sistem se derhana itu, kecuali John. Terlalu rumit dipelajari karena menggunakan kecepatan menjadi alasan. Walaupun John harus tertinggal dari keempat saudaranya, ia tetap belajar. Keterpesonaannya dengan sistem singkatan tersebut tidak hilang. Dia menggunakan sistem Samuel Taylor yang unggul saat itu. Ini demi meningkatkan prestasi nya. Sayang nilai John tetap tidak meningkat. Setelah lulus pada 1878, bersama keluarganya ia pindah ke Glasgow, Skotlandia. Ia kemudian memutuskan berhenti sekolah dan memilih be kerja demi membantu keluarga. Selain bekerja di sebuah kantor hukum, ia juga menjadi cleaning service. Usai bekerja, ia melahap buku stenografi dan pembelajaran otodidak di perpustakaan. Tak sia-sia, saat berumur 18 tahun, ia mengikuti lomba mempresentasikan tentang steno. Medali emas pun diraih. Ia aktif di organisasi singkatan untuk memperdalam ilmu. Lalu menjadi guru di sekolah sahabatnya, Malone. Namun kenyataan pahit harus dihadapi. Malone berhianat menjadi penulis tunggal dalam buku berjudul Script Pho nography tahun 1885 yang mereka tulis bersama. Di tahun yang sama, dua saudaranya mening gal. Sehingga ia pindah ke Liverpool, Inggris ber sama saudaranya, Samuel. Dengan modal kecil, ia akhirnya dapat membangun sekolah singkatan di kota tersebut dan menjadi guru di sekolah itu. Pada 1888, John menerbitkan 500 eksemplar “Light-Line Phonetic Handwriting”, sebuah pamflet 28 halaman yang menjelaskan prinsip dasar sis tem singkatannya. Publik pun akhirnya mengenal sistem itu. Ia pun harus melawan Malone di pe ngadilan. Malone mengklaim bahwa sistem sing katan Gregg melanggar hak cipta sistem Malone. Kasus itu dapat berhenti pada tahun 1890. Pada Agustus 1893, ia ke Amerika karena hak ciptanya sedang bermasalah. Dengan bermodal kan semangat dan uang 130 dolar di saku ia ber juang melindungi hak tersebut. Sembari menye barkan kabar tentang singkatan “Light-Line” alias singkatan Gregg di seluruh Amerika Serikat. Hasilnya pada 1896, puluhan sekolah publik Amerika mengajarkan singkatan Gregg. Di ta hun yang sama, asosiasi Gregg Steno pertama dibentuk di Chicago dengan 40 anggota. Tujuan nya memperpanjang penggunaan sistem sambil memberikan manfaat sosial. Setahun kemudian, perusahaan penerbitan Gregg dibentuk. Selain mengurusi keluarga, John bekerja keras atas nama tentara sekutu dan warga sipil Inggris selama Perang Dunia II. Sehingga membuatnya mendapat pengakuan dari Raja George VI yang disimbolkan dengan medali “Services in the Cause of Freedom “ pada 1947. Pada 23 Februari 1948, ia menderita serangan jantung dan meninggal di Cannondale, Connecticut pada usia 80 tahun.n Ermi Ulia Utami
iptek
K Apa kaitan antara pembersih debu dan memanen kopi? Bagi orang biasa itu tak ada hubungannya. Tapi tidak bagi tiga orang mahasiswa Pertanian Unhas.
identitas
NO 790 | TAHUN XXXIX | EDISI AWAL APRIL 2013
15
Panen Kopi dengan Pembersih Debu
opi (Coffea sp) adalah salah satu komoditas ekspor penting Indonesia. Data Badan Pusat Statistik Pertanian menunjukkan bahwa Indonesia mengekspor kopi ke penjuru dunia dengan total nilai US$ 588,329,553.00. Sulawesi Selatan (Sulsel) punya andil satu persen dari total ekspor kopi Arabica nasional yang mencapai 400 ribu ton. Tiga kabupaten yang jadi pemasok yaitu Toraja, Enrekang dan Sinjai. Kopi Sulsel begitu terkenal, khususnya kopi Toraja dan kopi Duri. Kopi Duri berasal dari Kabupaten Enrekang yang terletak di ketinggian hingga 2000 meter di atas permukaan laut. Bahkan Enrekang menjadi penyuplai kopi untuk perusahaan besar semacam Starbucks. Melihat tingginya permintaan kopi dunia, seharusnya para petani kopi mendapatkan kehidupan yang layak. Termasuk petani Sulsel yang menjadi tulang punggung produksi biji kopi nasional. Namun kondisi membanggakan tersebut tidak banyak dinikmati petani kopi sendiri. Banyak pemilik kebun kopi berada di bawah garis kemiskinan. Kondisi ini dipengaruhi beberapa faktor. Antara lain harga kopi yang uktuatif dan mahalnya biaya pemanenan. Petani harus mengeluarkan biaya sebesar lima juta rupiah untuk
ILUSTrASI/nOVIAnTO dWIPUTrA AddI
membayar upah buruh panen dalam sekali panen. Mereka juga harus menunggu beberapa minggu untuk memanen semua kopinya. Ini karena mereka masih menggunakan cara tradisional yaitu memetik satu persatu biji kopi menggunakan tangan. Padahal resiko kerugiannya tinggi. Meningkatnya kerusakan biji kopi akibat terlambat dipanen karena daya yang digunakan terbatas juga menjadi ancaman. Berangkat dari permasalahan tersebut, Muh. Ali Akbar, Muammar dan Suhaimi BAR, mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian Unhas berinisiatif menciptakan alat pemanen biji kopi. Rancangan alat yang menggunakan vacuum cleaner tersebut telah lulus Program Kegiatan Mahasiswa Karsa Cipta. Alat yang diberi nama Pangiso’ tersebut telah siap pula didanai pembuatannya bulan ini. Sistem kerja alat yang diperkirakan akan menghabiskan biaya awal
sekitar 12 juta ini memanfaatkan sebagian besar komponen vacuum cleaner atau yang biasa dikenal dengan penghisap debu. Alat ini biasanya digunakan sebagai pembersih kotoran dirumah atau kantor. komponen utamanya adalah penghisap (intake port), saluran keluar (exhaust port), motor listrik, dan kantong debu (dustbag). Mekanisme kerja penghisapnya yaitu dengan menempelkan selang modifikasi pada buah kopi matang dan siap dipanen. Ukuran panjang selang dapat diubah tergantung seberapa tinggi buah kopi yang akan dipanen. Buah dari selang akan dihisap ke kantong yang sebelumnya sebagai kantong debu. Motor listrik pada alat ini berfungsi untuk memutar kipas. Perputaran inilah yang mengakibatkan penurunan tekanan di dalam ruang hampa sehingga buah kopi dapat terhisap. Disediakan pula saluran tempat keluarnya udara
yang dihisap sehingga biji kopi tidak cepat membusuk. Menurut Ali, dengan memanfaatkan alat yang akan dibuatnya masyarakat dapat memanen kopi dengan lebih efisien dan lebih hemat. Potensi kerusakan buah dapat diminimalisir. Pemanenan juga lebih merata karena buah yang kadang tidak dipanen akibat tidak terlihat atau tak terjangkau dengan tangga dengan bantuan alat ini dapat diraih dengan mudah.n akhmad dani
resensi
A
Judul : Surat Dahlan ISBN: 9786027816251 Penulis : Khrisna Pabichara Penerbit : Noura Books Cetakan : I, Januari 2013 Tebal : 396 hlm
Kisah Lanjutan yang Mengharukan
pakah Anda sudah membaca buku Sepatu Dahlan? Sudah tahu perjuangan Dahlan kecil yang tak menyerah pada kemiskinan demi meraih cita-citanya memiliki sepasang sepatu? Tentu Anda akan penasaran dengan sekuelnya yakni Surat Dahlan. Krishna Pabicara kembali menelurkan tulisan yang terinspirasi dari kisah Menteri BUMN, Dahlan Iskan tersebut. Novel ini diawali situasi rumah sakit di China. Dahlan dalam kondisi setengah sadar setelah melakukan transplantasi hati untuk kedua kalinya. Rasa sakit tidak terperikan coba dia alihkan dengan mengingat kembali masa mudanya. Masa penuh semangat, riak idealisme dan tentu saja percik asmara. Jangan membayangkan Dahlan muda dengan kisah romansa menulis surat cinta. Sungguh, sang penulis membuat kita geregetan dan gemas melihat tingkah Dahlan yang dikejar- kejar wanita, namun ia amat pemalu. Bertumpuk-tumpuk surat curahan hatinya tiada pernah terkirim. Tersimpan rapi dalam buku hariannya. Masih dalam belenggu kemiskinan, Dahlan memcoba mempertahankan idealisme ala mahasiswa. Kuliah di Perguruan Tinggi
Agama Islam Samarinda, Dahlan merasa tidak seperti kehidupan intelektual yang didamba. Pasalnya, terlalu banyak belenggu dan kadang mengeluarkan pendapat dianggap pembangkang yang harus dienyahkan. Maka tak heran Dahlan acap kali bertentangan dengan dosen. Bahkan dalam satu kisah, ia tidak masuk kuliah karena silang pendapat. Keseruan akibat pembangkangan Dahlan terus berlanjut. Ketika menetang pemerintahan Soeharto kala itu. Peristiwa yang dikenal dengan sebutan Malari. Dahlan bersama sejumlah mahasiswa idealis lainnya melakukan aksi demonstran. Alhasil, Dahlan dan kawan-kawan dikejar tentara. Meskipun tak ada dalam rencana diburu tentara. Di sinilah letak perubahan hidup Dahlan muda dimulai. Aliran lika-liku hidup anak kelahiran Jawa Timur ini terus mengalir ke sungai yang tak jelas cabangnya. Bercita-cita punya gelar lambang intelektual. Bahkan kala itu Dahlan kuliah di dua tempat. Malah, Chairman Jawa Pos Group ini ujung-ujungnya tidak mendapat gelar sarjana apapun. Ia malah memutuskan fokus pada organisasi sekaligus jadi kuli tinta di Mimbar Masyarakat. Jatuh cinta di dunia jurnalistik, awalnya
karena Dahlan tidak bisa memenuhi cinta pada gadis yang disenanginya. Jadilah pekerjaan wartawan digandrungi setengah mati. Walaupun tulisan pertamanya yang ditulis selama enam jam dirobek di depan matanya, ia pantang menyerah. Hingga akhirnya Tempo meminangnya. Ia pun menjadi berani meminang pujaan hatinya yang menjadi istrinya saat ini. Kelincahan penulis mampu menggambarkan perasaan Dahlan muda secara halus. Seolah-olah kita membaca isi hati Dahlan sesungguhnya. Padahal masih ada bumbubumbu fiktif dalam novel ini. Mantan Direktur PLN ini tidak pula ambil khawatir akan timbul persepsi lain setelah orang-orang membaca novel ini. Dia membebaskan si penulis berimajinasi dan bereksplorasi. Sedang bagi istri Dahlan, Nafsiah Sabri Dahlan novel ini selalu mengingatkan awal masa pertemuan dan pendekatan mereka berdua. Bagi penggemar Dahlan jangan sampai melewatkan salah satu novel dari trilogi novel ini. Insprirasi dan keihlasan menjalani hidup menjadi pelajaran penting yang dapat dipetik. Selamat Membaca.n Siti atirah
16 16
jeklang
identitas identitas
NO 790| 790 |TAHUN TAHUNXXXIX XXXIX||EDISI EDISIAWAL AWALAPRIL APRIL2013 2013
Dosen Muda yang
Kaya Karya Yusnita Rifai M Pharm PhD Apt
IdenTITAS/eSA rAmAdAnA
RUanG laboratorium sedang terbuka. Dalam sua sana hening tampak seorang wanita berjilbab dan berbaju putih lengan panjang tampak serius me lakukan eksperimen. Diamatinya setiap reaksi yang terjadi dalam gelas kaca bening dihadapannya. Sesekali ia menyeka keringat di keningnya.
LeLaki ini baru saja tiba dari Jakarta. Setelah sebelumnya melakukan perjalanan ke Universitas Harvard dalam rangka simulasi konferensi PBB. Wajahnya tidak menampakkan keletihan dari per jalanan jauh. Dengan sikapnya yang ramah dan pe nuh semangat, ia menuntun saya melewati setiap anak tangga hingga ke kamar sosok jeklang kali ini, Ariesmunandar AlAyubi. Sederhana dan rapi kesan pertama saat melihat kamar pria bertubuh kurus ini. Sederet bukubuku tersusun rapi, menyandar di dinding yang berwarna biru langit. Di sudut kiri kamar terpajang beberapa gambar tokoh dan ilmuwan. Seperti kaligrafi nama Nabi Muhammad, foto Albert Enstein, Thomas Alfa Edison, BJ Habibie dan lain sebagainya. Selain buku dan beberapa gambar, terdapat juga seper angkat alat kebutuhan kos. Sambil ia menyuguhkan kopi, kami pun memu lai perbincangan. Pria yang akrab disapa Aries ini mulai bercerita mengenai pengalamannya dalam menggapai setiap prestasi. Saat bercerita, sesekali ia menggunakan bahasa Inggris. Mahasiswa Jurusan Elektro angkatan 2010 ini memulai dengan kisah petualangannya di Amerika sebagai delegasi Unhas pada simulasi konferensi PBB. Pria kelahiran Mapilli Sulawesi Barat 6 No vember 1990 ini mengaku, untuk sampai di univer sitas kelas dunia seperti Boston Harvard Univesity tidaklah mudah. Banyak prosesi yang harus dile wati. Mulai dari lulus tahap seleksi awal, termasuk program belajar intensif di Jakarta setiap dua bulan, hingga berhasil masuk dalam kualifikasi ke Harvard. Perbedaan suhu Asia dan Amerika menjadi tan tangan tersendiri buatnya. Aries termasuk orang yang cukup sulit beradaptasi dengan suhu lebih dingin. Namun, rendahnya suhu udara disana tidak mampu membekukan semangat Aries bersama kawankawannya. Jeda waktu yang singkat mem buatnya harus segera mempersiapkan segala kebutuhan konferensi. “Kita harus segera prepare karena malamnya mulai konferensi komite section satu,” jelas pria yang aktif pada Gerakan Muda Membangun Indonesia ini. Selain menjadi delegasi, pria yang aktif di XL Fu ture Leader Indonesia ini juga sering memenangkan berbagai lomba. Baik itu lomba tingkat universitas, provinsi hingga nasional. Seperti delegasi Unhas
Nama wanita ‘serius’ itu adalah Yusnita Rifai M Pharm PhD Apt. Ia adalah dosen di Fakultas Farmasi Unhas. Bagi Nita, sapaan akrabnya, ruang laboratori um telah menjadi rumah kedua. Setiap hari, waktunya banyak dihabiskan di laboratorium. Meneliti adalah kegemarannya sejak lama. Berkat
ketekunannya dalam meneliti, Nita diganjar berbagai penghargaan. Mulai dari penghargaan dalam negeri maupun luar negeri. Penghargaan paling prestisius adalah pada bulan Desember 2012 ia didaulat se bagai salah satu wanita berprestasi Indonesia oleh UNESCO, organisasi dibawah PBB untuk bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Penghargaan ini sebagai apresisasi atas dedikasinya sebagai wanita muda yang giat meneliti. Seabrek penghargaan lain diraih oleh istri dari Dr Tasrief Surungan MSc ini. Selain berhasil meraih penghargaan dari PBB, pada Bulan Sepetember 2012, Nita didaulat sebagai Finalist of Young Scientist Award 2012 oleh RistekKalbe. Tidak hanya itu, peng hargaan seperti Grant Young Award for Foreign Young Scientist di Jepang, Grant-in-Aid JSPS (The Japan Society for the Promotion of Science), 2011 dan Grant from Flinders Medical Centre Foundation oleh Pemerintah Australia, tahun 2005 pun berhasil diraih. Tidak hanya itu, Nita juga berhasil mendapatkan beberapa beasiswa berkat penelitian yang dihasil kannya. Seperti beasiswa Monbukagakusho oleh Kementrian Pendidikan, Budaya, Olahraga dan Ilmu Pengetahuan Teknologi Jepang tahun 20082011, beasiswa Australian Development Scholarship tahun 20042006 dan lain sebagainya. Melihat sepak terjangnya tersebut, beberapa in stansi sering mengundangnya sebagai pemakalah
maupun pembicara baik itu tingkat nasional mau pun internasional. Kini, ia pun dipercaya untuk memimpin Peneliti Insentif Sains Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia. Bagi Nita, meneliti sudah menjadi kegiatan yang mendarah daging. Penelitian telah menjadi rohnya. Tak salah hal itu dirasakannya. Sebab, ia mulai me neliti sejak menginjak Sekolah Menengah Pertama. Sebelum tertarik meneliti, ibu dari M Attar Musharih dan Sharien Musharih ini telah menggemari tradisi ilmiah dan diskusi. Kegemarannya itulah yang mengantarkan penyuka bacaan filsafat islam ini menyenangi dunia penelitian. “Saya percaya pen dapat tidak boleh hanya sekadar lintasan pikiran, tapi juga kebenaran yang objektif dan lahir dari tradisi ilmiah,” tandasnya. Sejak menginjak Sekolah Dasar, wanita kelahi ran Makassar, 17 November 1975 ini sudah diperk enalkan dengan dunia ilmiah oleh lingkungannya. Berbagai kompetisi pun ia menangkan. Mulai dari juara satu Lomba Mengarang Hemat Energi Ting kat Nasional hingga juara umum CepatTepat TVRI Nasional. Penghargaan seperti itulah yang terus memotivasinya untuk terus meneliti. “Menjadi be ban kalau tidak menang. Khawatir guru di sekolah kecewa,” tutur penggemar salad buah ini. Saat ini saja ia sedang disibukkan oleh peneli tian mengenai aplikasi metode isolasi berbasis target. Metode cepat dan efisien yang digunakan untuk penemuan kandidat anti kanker penghambat Glioma, sejenis tumor yang dimulai di otak atau tu lang belakang manusia. Kelak, ia berharap banyak wanita muda Indone sia yang tertarik menggeluti dunia penelitian sep erti dirinya. Sehingga banyak penelitianpenelitian terbaru bermunculan di Indonesia. Penelitianpe nelitian itulah yang nantinya akan mengantarkan derajat Indonesia ke kelas dunia. “Negara yang berbasis penelitian akan menentukan model kebi jakan negara. Persoalan kebangsaan pun mudah dipetakan lalu dicarikan solusi,” jelasnya.n akhmad dani
Raih Prestasi, Aktif Berorganisasi Ariesmunandar Al-Ayubi
Indonesian Leadership Camp di Universitas Indonesia 2012, juara Bussiness Plan Competition Wirausaha MAPAN 2012, juara pertama Green Debating Cham pionship Kompas “Youth and Green Living” 2012, juara pertama English Engineering Debating Cham pionship 2010, juara pertama English Engineering Debating Championship 2010 dan masih banyak lagi. Menurutnya, prestasiprestasi tersebut tidak serta merta didapatkannya. Sejak kecil, anak dari pasangan M Rahmat dan Rahmatia ini telah membiasakan diri berusaha untuk bisa mewakili sekolahnya dalam ber bagai ajang. Hal ini bisa diraihnya berkat dukungan dari kedua orang tuanya. Menurutnya, sejak kecil, orang tuanya selalu mendukung segala aktifitasnya. Terkadang, justru kedua orang tuanya yang sering mendorong Aries untuk mengikuti berbagai ajang. “Tanpa dukungan dari orang tua, saya tidak bisa sam pai sekarang ini,” tutur pria yang hobi desain grafis ini. Selain aktif mengikuti kegiatan dan lomba, Ar ies juga menyempatkan waktunya berkecimpung diberbagai organisasi. Baik di dalam maupun di luar kampus. Di antaranya, Komunitas Cyber Tech Unhas, Indonesian Bussiness Forum, Design and Produc tion Unhas MUN Club, Divisi Kajian UKM KPI Unhas, Koordinator Humas FLP Unhas, UKM Kempo Unhas, NEO Electrical Media, Welcome 09 SMFT UH, Sains Club 286, English Club PPM AlIkhlas dan lain seba gainya. Dengan berbagai kesibukannya tersebut, terka dang ada yang harus ia korbankan. Misalnya dengan mengikuti kegiatan keluar kota, ada kuliah yang dit inggalkan. Namun, terkadang ada dosen yang tidak peduli, meskipun kegiatan itu membawa nama Unhas ke ajang nasional maupun internasional. Hal itu dapat dimakluminya. Baginya untuk mendapatkan hal besar memang tidaklah murah dan mudah. “Tidak mungkin
kita membeli emas dengan harga murah,” sahut pe nyuka udang tumis ini. Mengikuti kegiatankegiatan seperti ini sangat dis ukainya. Oleh karena itu, selain bekerja keras, mana jemen waktu yang baik juga menjadi modal awalnya. Mulai dari skala prioritas, perjelas visi dan misi hingga membuat jadwal kegiatan. Hal ini dilakukan agar segala aktifitasnya terstruktur baik dengan menggunakan waktu yang maksimal. Menurutnya, mahasiswa Unhas harus lebih semangat dalam menggeluti kegiatan kegiatannya. Harus menyeim bangkan prestasi dan organisa si. Kalau berprestasi minimal di tingkat nasional. Karena kesempatan seperti itu hanya bisa didapatkan saat program sarjana saja. Karena kalau sudah sarjana dan memasuki program magister, orientasi telah berubah. Orietasi menjadi profit dan fokus untuk bekerja. Dari pengamatan nya, sistem pemb elajaran di Amerika sebenarnya tidak ter lalu beda dengan di Indonesia. Salah satu yang menjadi faktor pembeda paling nya ta adalah antusiasme mahasiswa. Oleh ka rena itu ia berharap agar mahasiswa Unhas selalu antu
sias untuk mencetak prestasi. “Jangan mau kalah sama mahasiswa IU, ITB maupun UGM, as enough posibble we can do,” tukas peneri ma beasiswa Shigeru Yu Suganami Jepang ini.n Muammar Qhadafi
IdenTITAS/eSA rAmAdAnA