identitas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
NO. 850| TAHUN XLII | EDISI AWAL JANUARI 2016
Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
Cambuk Introspeksi Diri Pimpinan Lembaga Pemimpin lembaga mahasiswa dinilai tidak visioner. Visi dan misi berlembaga yang mapan, tidak sejalan dengan cita-citanya di masa depan. Lanjut hal. 7
identitas
wall facebook
NO. 850 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JANUARI 2016
tajuk
Masihkah Menyoal Penolakan?
ORDE Baru, 1968 hingga 1998. Adalah masa pergerakan mahasiswa yang paling dikenang sepanjang masa. Kala itu mahasiswa tengah gencar melakukan aksi demonstrasi. Mahasiswa menjadi harapan masyarakat dalam menyampaikan aspirasi. Di zaman mengekang ini mahasiswa dilarang tampil dalam panggung politik, baik di kampus terlebih lagi dalam skala nasional. Pergerakan mahasiswa saat itu didukung penuh oleh birokrasi kampus. Pengaderan yang dilakukan lembaga mahasiswa pun sangat keras. Tak hanya dari sisi mental mahasiswa saja, tapi juga fisik yang terbangun harus kuat. Hasilnya, lahir banyak pemimpin-pemimpin tangguh di era ini. Kampus adalah pencetak generasi intelektual. Tak hanya me lahirkan insan akademisi saja, tapi sejatinya mampu melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang berkarakter. Zaman telah berubah? Tentu saja. Seiring berjalannya waktu, pergerakan mahasiswa juga menghadapi tantangan yang berbeda. Semua termodifikasi berdasarkan masanya. Di era demokrasi ini, mahasiswa telah bebas berpendapat dimana saja, bebas mengkritik siapa saja. Namun eksistensi lembaga mahasiswa saat ini tentu memiliki tantangan tersendiri. Tak hanya berkutat dengan masalah internal kelembagaan saja, tapi mereka dituntut untuk melakukan pergerakan secara lebih aktif dan kreatif. Terutama banyaknya kebijakan kampus yang berakibat pada pelemahan lembaga kemahasiswaan. Diawal tahun 2016 ini lembaga mahasiswa masih dihadapkan pada perubahan status universitas menjadi badan hukum. Pro kontra di kalangan mahasiswa juga mulai terlihat. Agustus 2014 lalu, Aliansi Unhas Bersatu melakukan demonstrasi terkait penolakan terhadap PTN-BH. Jauh panggang dari api, aksi penolakan tersebut seolah tak berdampak banyak. Lewat Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2014 Unhas menjadi salah satu dari sebelas universitas yang resmi menyandang status badan hukum. Aksi mahasiswa pun masih terus berlanjut hingga detik ini. Meski aturan dan organ yang harus ada dalam PTN-BH sudah mulai rampung. Hingga pembentukan Senat Akademik (SA), Majelis Wali amanat (MWA) dan Komite Audit (KA). Awal Oktober 2015 akhirnya dikukuhkan 82 anggota SA dan Rapat senat yang berlangsung pada (17/12) lalu telah menghasilkan 10 anggota MWA dari tenaga pendidik dan nonpendidik (pegawai). Sementara hingga detik ini mahasiswa belum mengutus satu perwakilan sebagai salah satu anggota pengawasan non akademik ini. Polemik dikalangan mahasiswa masih saja terjadi. Penolakan status badan hukum ini masih mendominasi dikalangan mahasiswa hingga enggan untuk mengutus perwakilan ke MWA. Jika masih menyoal penolakan terhadap otonomi kampus apa itu yang dikatakan idealisme mahasiswa? Khususnya lembaga mahasiswa harus lebih peka melihat tantangan dan peluang yang ada. Yang dinamakan pergerakan tak melulu harus menolak dan menentang kebijakan. Melalui MWA ini mahasiswa diberi kepercayaan untuk ikut andil mengambil keputusan. Pergerakan mahasiswa tentu tak akan lumpuh jika menerima kondisi otonomi ini. Justru harus disambut dengan idealisme yag semakin matang dan pegerakan yang semakin kreatif melalui wakil untuk MWA. Jangan terlalu larut menyoal penolakan yang hingga kini belum berdampak secara nyata. Tapi bagaimana pergerakan mampu menjawab setiap tantangan perubahan yang ada. Bagaimana positifnya dapat terlaksana dengan baik maupun negatifnya yang harus diminimalisir. n
karikatur
Selamat sore sivitas akademika Un has. Edisi Awal Januari 2016 memba has tentang Perwakilan Mahasiswa dalam Majelis Wali Amanat (MWA). Januari mendatang 19 anggota MWA sudah terbentuk. Sementara salah satu elemen dari MWA adalah per wakilan mahasiswa yang berupa ketua senat/ketua lembaga. Namun, hingga detik ini ini belum ada perwa kilan mahasiswa yang diutus dengan alasan mahasiswa masih menolak Unhas berstatus PTN-BH. Bagaimana tanggapan Anda?
KARIKATUR/ BENNY SUHARDI WIRANATA
dari redaksi
Ahmad Akbar Syuaib Mohon lebih dikontrol. Jangan ditutup terus-menerus. Malah menjadi Penyebab jalan masuk kampus terhambat dan macet. Muh Ilham Enrekang Massenrempulu Tidak ada angin tidak ada hujan. Baru kali ini, saya mendengar Majelis Wali Amanah (MWA). Program dari mana tuh? Saking penasarannya saya! Sampai-sampai ada perwakilan mahasiswa yang diutus sebagai de legasi seperti BEM, himpunan, senat, lembaga, atau semacamnya. Bisa nggak dideskripsikan seperti apa itu MWA biar civitas akademika mengetahui? M Dahlan Abubakar MWA elemen PTN BH dan perwakilan mahasiswa ada di didalamnya. Persoalan jangankan perwakilan di MWA, orang tingkat universitas saja tidak ada.
IDENTITAS/M ASHAR AHMAD
2
Foto Bersama: Senior, kru, dan magang Penerbitan Kampus identitas saat perayaan ulang tahun ke-41 di lantai Dasar Rektorat Unhas, Sabtu (19/12/2015). Dalam perayaan ulang tahun kali ini mengangkat tema “Satu identitas Sejuta Rasa.”
Hai Januari!
SELAMAT Tahun Baru. Hai Januari. Ucapan kerap kali diucapkan diawal tahun. Menandai berakhirnya tahun 2015 digantikan dengan tahun 2016. Lembar kehidupan lama telah berlalu, digantikan dengan lembaran yang baru, dengan berbagai resolusi yang ingin dicapai. Momentum awal tahun ini sebaiknya menjadi ajang introspeksi diri bagi kita untuk berubah, karena sejatinya itulah gunanya perjalanan hidup, sedang untuk menjadi lebih baik adalah sebuah keharusan. Jika pergantian tahun identik dengan nuansa glamor dan hura-hura. Lain halnya dengan kru identitas. Ajang pergantian tahun menjadi penanda lahirnya tanggung jawab baru yang lebih besar, demi menyajikan berita secara berimbang untuk disuguhkan kepada segenap
civitas akademika. Bukan itu saja, istilah tahun baru, awal baru dan semangat baru rasanya sangat pas bila disandingkan dengan keadaan dapur identitas saat ini. Selain karena pergantian kepengurusan yang kini dinahkodai oleh saudari Ramdha Mawaddha, kami pun mencoba untuk lebih cepat menyapa pembaca dengan menerbitkan identitas lebih awal, yakni di tanggal 5 untuk edisi awal dan 20 untuk edisi akhir. Edisi awal januari ini kami menyaji kan laporan utama mencari mahasiswa visioner Kampus Merah. Selain itu, pasca berstatus Badan Hukum Unhas kini disibukkan dengan pembentukan Majelis Wali Amanat (MWA), namun hingga kini mahasiswa masih urung untuk berpartisipasi dalam civitas ‘MWA Minus Mahasiswa’. Selamat Membaca! n
Muhammad Sirul Haq Harus ditolak Herry Sonjaya Menurut pendapat saya rugi mahasiswa tidak menerima tawaran dari pihak Unhas, dengan tidak adanya perwakilan aspirasi mahasiswa, maka tidak lagi dapat diselesaikan masalahnya, minimal diketahui oleh pimpinan universitas. Soal penolakan Unhas sebagai PTNBH oleh lembaga kémahasiswaan, saya pikir kurang bijak karena dengan PTNBH Unhas dapat leluasa mengatur dirinya sendiri dan punya otonomi dalam beberapa kebijakan, seperti pengangkatan dosen, pemanfaatan aset untuk kemandirian Unhas dalam pengembangan akademik dan kesejahteraan sivitas akademika...janganlah tabu untuk menerima perubahan reformasi menuju kearah yang lebih baik. Justru dengan adanya perwakilan mahasiswa, wakilnya harus cerdas memperjuangkan kepentingan mahasiswa terutama dlm peningkatan mutu akademik dan luaran Unhas. Jelas wakil itu merupakan hasil kompromi dari BEM di lingkungan Unhas dan harus didukung oleh semua kalangan mahasiswa. Wakil itu harus mempunyai integritas yang tinggi, cerdas dan berkarakter, mempunyai kemampuan untuk menggali permasalahan mahasiswa dan memperjuangkan ditingkat WA - UH.
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:08518136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, Hamid Awaluddin, M. Akib Halide, Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Nasaruddin Azis, Husain Abdullah, Sukriansyah S. Latif nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Akhmad Dani nKoordinator Liputan: Novianto Dwiputra Addi, Nur Alfianita N. nLitbang: Ermi Ulia Utami, Siti Atirah, Risky Wulandari nStaf Penyunting: Ramdha Mawaddha, Asmaul Husna Yasin, Fransiska Sabu Wolor nReporter: Khusnul Fadilah, Riyami, Nur Rismawati, Annisa Senja RucitanFotografer: Nursari Syamsir (Koordinator), Marhawanti, Kun Arfandi Akbar nArtistik dan Tata Letak: Radiah Annisa (Koordinator), Suriadi, Ayu Amriani nIklan/Promosi: Devika Saputri nTim Supervisor: Amran Razak, Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Ahmad Bahar, Nasrullah Nara, Jupriadi, Nasrul Alam Azis, Tomi Lebang, Ikbal Latief, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na, Irmawati Puan Mawar n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline. net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum). Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Sampul Edisi Awal Januari 2016 Foto: Nursari Syamsir Layouter: Benny Suhardi Wiranata
opini wansus
identitas identitas 33
NO. 850NO. | TAHUN XLII | EDISI 2016 2016 850 | TAHUN XLII |AWAL EDISIJANUARI AWAL JANUARI
Perbaiki Masyarakat Melalui Sastra Islami Siapa yang tidak mengenal Habiburrahman El Shirazy, no velis yang pernah dinobatkan se bagai novelis nomor satu Indone sia oleh Insani Undip Semarang pada 6 Januari 2008. Selain itu ia juga dikenal sebagai sutradara, dai, penyair, sastrawan, pimpinan pesantren, dan penceramah. Buku-bukunya menjadi best seller, dan beberapa telah diang kat ke layar lebar. Karya-karyanya banyak dimina ti tak hanya di Indonesia tapi juga di mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Hongkong, Taiwan, Australia dan Komuni tas Muslim di Amerika Serikat. Karya-karya fiksinya dinilai dapat membangun jiwa. Berikut kuti pan wawancara reporter identitas, Khusnul Fadilah bersama Kang Abik, begitu ia biasa disapa, keti ka hadir dalam acara pembukaan Festival Sastra Islam Nasional 2015 di Universitas Islam Makas sar, Rabu 16/12. Apa motivasi Kang Abik sehingga menuliskan novel bertema Islami? Saya lihat banyak kecaman terhadap Islam sendiri. Jadi saya berusaha mema sukan nilai Islam dalam sebuah novel yang ceritanya mengalir. Sehingga ini bisa menjadi alternatif di antara banyaknya novel yang ada saat ini. Karya yang Anda buat kerap menjadi best seller, adakah siasat yang dilakukan di setiap novel Anda agar laku dipasaran? Siasat itu pasti ada. Penulis harus jeli dalam melihat dan mengembangkan tema. Tema-tema kan tiap tahun berganti. Setiap tahun trennya berubah. Saya tidak mungkin terus menulis tentang Mesir. Itu adalah salah satu bagian dari siasat. Sejauh mana keinginan Anda untuk terus mengembangkan karya sastra yang sesuai dengan budaya islam? Selama hayat dikandung badan saya masih mau menulis seperti itu. Masih banyak hal yang ingin saya tulis. Tidak hanya novel saja, tetapi saya ingin men
ISTIMEWA
coba menulis dengan bentuk lain yang saya mampu. Ada anggapan bahwa merosotnya moral sekarang akibat kurangnya membaca sastra. Apa sebenarnya kaitan membaca karya sastra dengan moral? Sejarah membuktikan bahwa peru bahan-perubahan di dunia itu terjadi diawali dengan tulisan. Sejak revolusi industri, bahwa sejak masa-masa klasik dulu itu sebelum perubahan bersifat psikis, selalu ada perubahan yang beru pa literasi. Sebelum ada revolusi industri di Perancis, sudah ada revolusi bacaan. Kalau di Indonesia harus ada revolusi ba caan, kemudian bacaan itu baik. Bacaan itu harus mampu menyemangati orang Indonesia, mengajak orang Indonesia berbuat baik. Dalam satu artikel Anda mengatakan membuat karya yang dapat melawan pornografi. Apa hanya karya sastra agamis yang dapat melawan pornografi? Tentu saja tidak. Pornografi itu harus
Data Diri: TTL Pendidikan Buku Penghargaan
: Semarang, Jawa Tengah, 30 September 1976 : Universitas Al-Azhar, Kairo,Mesir : Ayat-Ayat Cinta, Di Atas Sajadah Cinta ,Ketika Cinta Ber buah Surga ,Pudarnya Pesona Cleopatra ,Ketika Cinta Bertasbih,Ketika Cinta Bertasbih 2 ,Dalam Mihrab Cinta, Bumi Cinta, The Romance,Langit Makkah Berwarna Merah,Bidadari Bermata Bening,Bulan Madu di Yerussalem, Api Tauhid, Ayat-Ayat Cinta 2 : Pena Award 2005, The Most Favorite Book and Writer 200, IBF Award 2006
dilawan dengan sastra yang bentuknya san tun. Sastra yang santun banyak ditulis oleh orang, misalnya Gusmus itu punya cerpen yang santun. Pak Kuntowidjaya punya cer pen yang santun. Tidak harus dengan nov el-novel yang agamis, apalagi Islami. Kare na tidak semua pelaku pornografi adalah orang-orang Islam. Ituk`an hanya masalah cara penyampaian. Ini adalah bagian dari cara menyampaikan pesan untuk juga me lawan pornografi. Pesan apa yang ingin disampaikan melalui novel Anda? Dari novel, saya ingin menyam paikan banyak pesan moral. Pesan yang saya angkat misalnya tentang kejujuran. Pesan tentang amanah juga saya ang kat. Itu kan ada di Ayat-Ayat Cinta, ke tika Fahri dipenjara kemudian saking putus asa istrinya mau menyuap. Nah, itu kan saya mengajak untuk amanah, supaya jujur dalam bertindak. Pesan lainnya yang banyak saya angkat adalah menghormati orang tua, mencintai sesa ma, dan juga mencintai kawan. Ada juga pesan moral untuk membangun mental mandiri, tidak bergantung kepada orang lain, dan mental wirausaha seperti Azam dalam Ketika Cinta Bertasbih. Apa harapan Anda untuk para pembaca novel Anda? Harapan saya para pembeli novel saya tidak hanya menjadi pembaca saja. Mereka bisa juga menjadi penulis. Boleh terinspirasi atau boleh menulis yang lain. Pesan yang ingin saya sampaikan hendak nya tidak berhenti pada pembaca karya saja, tetapi juga bisa disebarkan lagi de ngan cara yang lain. n
kronik Menjadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswa Unhas Meninggal Dunia SETELAH sempat heboh dimedia sosial, korban tabrak lari yang juga merupakan mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Alam (FMI PA) Unhas, Muballigulhaq akhir nya menghembuskan nafas terakhir setelah sempat koma tiga hari Sabtu (2/1) tepat pukul 18.05 Wita di ruang ICU Lantai 3 RS Awal Bros. Berawal dari Subuh 30 Desember lalu, mahasiswa Unhas Geofisika ini berangkat ke Unhas mengendarai sepeda miliknya dari Jalan Barang Lompo. Nasib naas lalu menimpa nya, ketika melintas di depan Rumah Sakit Awal Bros, ia ditabrak oleh mo bil Panther. Alhasil lelaki yang akrab disapa Balig ini, dilarikan ke rumah sakit dengan keadaan tengkorak kepala pecah. Puluhan mahasiwa FMIPA datang memadati ruang ICU dan bergantian melihat jenazah Muballigh. Sekiranya pukul 18.50 hadir juga Wakil Dekan III Fakultas MIPA, Dr Andi Ilham Latun ra, MSi. untuk melihat kondisi terakhir anak didiknya. Disusul kedatangan dosen-dosen dari FMIPA. Menurut Reza teman jurusan kor ban, sejam sebelum meninggal kondi si Muballigh mengalami penurunan. “Kabar terakhir kami dengar karena demam dia tidak bisa transfusi darah, sementara trombositnya menurun,” tuturnya, Sabtu (2/1). Sejak hari pertama kecelakaan, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FMIPA terus mengawal kondisi Muballigh hingga melakukan pen carian dana. Menurut Pramudya se laku Koordinator, dana yang telah terkumpul sekitar 54 juta di rekening pengurus BEM FMIPA. Rencananya dana tersebut akan digunakan untuk membantu biaya operasi Muballigh. “Terakhir di cek rekening BEM sudah 54 juta, Sudah sekitar 90 jutaan dana yang ada digunakan untuk biaya ru mah sakit,” tuturnya. n
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
SAMPAH: Tumpukan sampah yang berada di depan Rumah Sakit Pendidikan Unhas, Sabtu (2/1). Hingga saat ini di depan RSP masih dijadikan tempat pembuangan sampah. Pemasangan papan larangan membuang sampah tidak dipedulikan oleh pengunjung rumah sakit.
Kunjungi Grup‘Identitasonline’ dan Follow Twitter @identitasonline Untuk Berbagi Informasi, dan Diskusi. Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silakan kirim sms ke 085242409140
4
opini
identitas
NO. 850 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JANUARI 2016
Oleh: Izzatul Fathiyah TERANGKAI untaian kata-kata indah penuh makna. Berpadu menjadi satu meski manusia tercipta dengan beragam warna. Indahnya nilai-nilai kebudayaan yang mencerminkan keindahan jiwa nampaknya mulai bergeser akibat runtuhnya jati diri manusia, yang dulunya menjaga sipakatau berubah menjadi kesombongan hati yang disertai dengan sebuah kalimat tanya penuh perendahan, siapa kau. Para leluhur Bugis begitu hebat merangkai filosofi kehidupan yang kemudian diturunkan menjadi nilai-nilai kebudayaan sebagai landasan dalam berperilaku sehari-hari. Kata-kata indah yang tentu saja bukan sekadar kata, “sipakatau, sipakalebbi, dan sipakainge” merupakan nilai-nilai yang sarat makna, menyadarkan manusia agar memahami fitrah dirinya sebagai makhluk yang mulia dan dimuliakan. Memahamkan kepada kita semua arti kemanusiaan dan memanusiakan manusia. Ketiga nilai tersebut merupakan konsep moralitas yang jika diterapkan dalam kehidupan akan mengantarkan kita menjadi makhluk
sosial yang bermoral dan pantas mendapatkan gelar “manusia”. Satu di antara nilai tersebut yakni sipakatau. Sipakatau yang berarti saling memanusiakan, mengajarkan kita untuk memperlakukan orang lain sebagaimana kita sendiri ingin diperlakukan demikian. Sipakatau memberikan makna bahwa pada hakikatnya semua manusia adalah sama di hadapan Tuhan. Meskipun tercipta dengan beragam perbedaan, namun kita semua memiliki hak yang sama untuk hidup, untuk mendapatkan cinta, penghormatan, kesetiaan, penerimaan, dan rasa dihargai. Hal tersebut merupakan sebuah kebutuhan dasar manusia. Bahkan seorang ilmuwan Psikologi, Abraham Maslow menerangkan dalam teorinya mengenai tingkatan kebutuhan manusia, bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan harga diri atau rasa dihargai (self-esteem need) dan kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki (love and belonging need). Artinya, konsep sipakatau telah terbukti secara ilmiah menjadi sebuah sikap yang perlu ada pada diri setiap orang sebagai pemenuhan salah satu kebutuhan untuk dihargai dan dicintai sebagai manusia. Orang-orang terdahulu, sebut saja kakek-nenek kita, begitu memahami nilai tersebut sehingga dapat kita lihat betapa kehidupan mereka berlangsung harmonis. Mereka memahami konsep sipakatau bukan hanya di kepala, tapi
dari pembaca Fasilitas MKU TERIMAKASIH kepada identitas telah memuat pertanyaan saya. Mengapa fasilitas di kelas Mata Kuliah Umum (MKU) seperti toilet dan kursi tidak memadai? Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Angkatan 2015 Tanggapan TERIMAKASIH atas pertanyaannya. Di kelas MKU PB sebenarnya ada toilet tapi jauh dan bangunan ini sebenarnya milik MIPA, untuk kursi-kursinya tidak pernah ada dana untuk pengadaan kursi jadi kursi yang rusak diperbaiki sendiri oleh petugas dan tidak ada proyek untuk perbaikan. Sapriadi Pjs. Sekretaris MPR/MBB
Beasiswa Pemprov ASSALAMUALAIKUM. Saya ingin menanyakan kapan beasiswa pemprov untuk angkatan 2015 cair? Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Angkatan 2015 Tanggapan WAALAIKUMSALAM. Untuk Surat Keputusan Gubernur tentang Penetapan Penerima Bantuan Program Gratis Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan bagi Mahasiswa Baru Strata Satu Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Provinsi Sulawesi Selatan Semester 1 Tahun Akademik 2015/2016 Nomor : 2432/XI/Tahun 2015 Tanggal : 5 November 2015 sudah ada, tapi untuk kepastian pembayarannya belum ada informasi dari Pemerintah Provinsi. Esan Lamban, S.Sos, M.Si Kepala Sub Bagian Kemahasiswaan
ILUSTRASI/ BENNY SUHARDI WIRANATA
Antara “Sipakatau” dan “Siapa Kau”
tertanam di hati mereka. Nilai tersebut seakan telah menyatu dengan kepribadian mereka. Hasilnya, sampai tua mereka terlihat begitu mesra saling menyapa dengan kawan seperjuangannya seolah orang itu sangat berarti baginya dan hanya satu-satunya teman dalam hidup mereka. Begitulah sipakatau membuat hubungan antar sesama manusia terasa begitu indah. Namun, dalam perkembangan dunia yang begitu pesat, ketika kita telah memasuki abad 21, manusia begitu disibukkan dengan sejuta aktivitas yang memusingkan kepala. Hubungan antar sesama manusia tidak lagi hangat. Interaksi antar manusia menjadi sebatas hubungan transaksional dimana interaksi baru akan terjadi hanya ketika ada kepentingan pribadi yang bersifat menguntungkan. Lalu secara tidak langsung terjadi pemisahan antara golongan atas dan golongan bawah, yang buruknya lagi berpengaruh pada sikap dan perilaku mereka yang kehilangan rasa saling memanusiakan. Salah satu bukti yang dapat kita amati untuk mengetahui adanya pemisahan kelas sosial
dalam masyarakat adalah ketika ada sebuah acara di lingkungan masyarakat Bugis. Tempat duduk orang golongan atas yang diukur dari tingkat pendidikan, jabatan, dan kekayaan biasanya menempati posisi paling depan, semakin ke depan artinya semakin tinggi kelas sosialnya dan semakin ke belakang artinya semakin rendah kelas sosialnya. Padahal apa pengaruhnya kalau misalnya semua disamaratakan? Toh, esensi dari acara-acara itu biasanya untuk bersilaturahmi, bukan ajang untuk pamer kelas sosial. Dalam interaksi sehari-hari, sebagian kecil masih ditemukan orang-orang yang saling bertegur sapa tanpa mengenal kelas sosial. Mereka masih saling melemparkan senyum dan salam satu sama lain. Tapi sebagian yang lain, terkadang jika bertemu di jalan bahkan berpura-pura tidak melihat dengan sibuk memainkan gadget di tangannya. Jika berbicara dengan orang yang kelas sosialnya lebih rendah, sering kali disertai dengan tatapan sinis dan kata-kata yang pedis. Jangankan kata-kata yang manis, mendapatkan senyum saja rasanya hampir mustahil.
Ketika melihat ada orang yang tertimpa musibah di jalan, kebanyakan orang lebih memilih menonton daripada menolong. Selalu saja ada pertimbangan-pertimbangan sebelum melakukan kebaikan kepada orang lain, yang seringkali pertimbangan itu terwakili dengan kalimat “siapa kau?”. Sepertinya ada cara pandang yang keliru, bahwa menolong orang lain hanya membuang-buang waktu dan tidak memberikan keuntungan apapun. Yah mungkin seperti itulah jika keuntungan selalu diukur dengan materi. Penanaman nilai sipakatau perlu ditinjau kembali ke diri masing-masing. Hal ini jadi mengherankan, betapa nilai budaya yang ditanamkan oleh orang-orang terdahulu yang begitu indahnya ternodai oleh rasa tinggi hati, merasa lebih baik dari orang lain. Para leluhur begitu bijaknya menetapkan nilai-nilai budaya yang dianggap mampu menjadikan hidup ini lebih bermakna, namun kita sebagai penerus justru menjadi generasi yang mengingkari kearifan lokal tersebut. Saat materi dan jabatan menjadi tolok ukur seseorang layak dihargai, maka dimanakah makna sipakatau itu? Bukankah dalam ideologi dasar negara kita pun menerangkan bahwa semua manusia berhak diperlakukan secara adil? Lalu mengapa ini yang terjadi? Sungguh sebuah ironi, saat budaya hanya sekedar nama tanpa makna. Ketika orang-orang bergelar manusia tapi tak jelas budayanya. Nilai-nilai tidak lagi menjadi panutan, yang ada hanya keangkuhan. Meniadakan orang lain karena merasa tak sepadan. Penuh pertimbangan untuk sebuah kebaikan kecuali jika punya kepentingan. Akhirnya, jadilah kita generasi-generasi yang tak punya identitas dan miskin moralitas. n Penulis adalah mahasiswa Jurusan Psikologi Unhas 2012 Salah satu pemenang lomba Opini PK identitas 2015
Agenda Harmonisasi Alam Prosesi penerimaan calon anggota baru UKM Teater Kampus Unhas tahap tiga : Tempat: Gedung PKM 1 Lantai 2 Waktu : Jum’at-Minggu,8-10 Januari 2016 Pengkaderan Tahap Dua Himpunan Mahasiswa Kimia (HMK) Menggelar pengaderan mahasiswa baru : Waktu: Jum’at-Minggu,8-10 Januari 2016 Gladimula 22 Pandu Alam Lingkungan Waktu : 25-31 Januari 2015 Tempat : Hutan Pendidikan Unhas Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros
Winslow Goes To School Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) menyelenggarakan: Penyuluhan ke beberapa SMP dan SMA di Makassar Waktu : Senin-Sabtu 25-30 Januari 2016 CP : 082293926215 (Mey)
Pembayaran SPP dan Pengisian KRS online Semester akhir 2015-2016 Waktu : 04-22 Januari 2016
Celebes Robot Contest Himpunan Mahasiswa Elektro Fakultas Teknik Hari/Tanggal: Minggu, 10 Januari 2016 Tempat: Fort Rotterdam, Makassar Kontak: 0853-9763-0993 (Nining) 0823-9333-1417 (Bayu)
Evaluasi Tunda 4&14 Semester Karena Cuti Akademik Waktu : Senin, 11 Januari 2016
Pendaftaran Maba Program Pascasarjana TA. 15/16 Waktu : 04 Januari-31 Maret 2016
Batas lulus ujian & memiliki no. Alumni Waktu : Kamis, 22 Januari 2016 Penyiapan Perkuliahan Waktu : Senin-Jumat, 25-29 Januari 2016
civitas
identitas
NO. 850 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JANUARI 2016
Katanya Nyisir, Kok Ngusir?
bundel Edisi Awal Januari 1981
Dokter Tak Bisa Kaya, yang Kaya adalah Pedagang
Berdalih melakukan pengamanan pasca bentrok yang terjadi minggu 6 desember lalu, penyisiran oleh aparat keamanan berbuah pengusiran mahasiswa dari sekretariatnya.
IDENTITAS/NURSARI SYAMSIR
D
ominasi pihak birokrasi kembali mengintervensi mahasiswa. Terbukti dengan kedatangan beberapa aparat polisi dan militer beberapa waktu lalu untuk penyisiran didalam kampus. Bermula saat 7 Desember malam sekitar pukul 22.00 WITA. Beberapa pengurus lembaga kemahasiswaan Unhas dikejutkan dengan kedatangan puluhan aparat secara tiba-tiba. Wakil Rektor III Dr Abdul Jalil Rasyid, Msi bersama puluhan satpam dan beberapa anggota polisi dan tentara meminta mahasiswa untuk mengosongkan sekretariat mereka. Seperti yang dituturkan oleh Muhammad Fujianto Manati, Ketua Senat Organisasi Kemahasiswaan Fakultas Teknik (OKFT) mengaku didatangi kurang lebih 30 aparat termasuk satpam dan polisi. Meski tetap bersikukuh untuk tinggal, tak ada pemaksaan dari pihak aparat melihat jumlah mereka yang jauh lebih sedikit. “Kapan mereka paksa, akan pecah perkelahian” katanya Selasa (22/12) Lain halnya yang dialami oleh pengurus BEM Fakultas Kedokteran Gigi (FKG). Menurut Ketua BEM FKG Muhammad Faried aparat datang ketika diskusi sedang berlangsung. Meski awalnya sempat menolak, akhirnya pengurus menyerah karena kalah jumlah dengan aparat. “Mereka datang dengan tidak sopan, langsung masuk dan menyuruh kami keluar. saya akhirnya minta supaya ada beberapa yang tinggal, karena banyak barang berharga dalam sekret,” ujar Faried. Senin (28/12) Pengakuan yang sama datang dari salah satu pengurus BEM FKM yang berada di sekretariatnya saat peristiwa penyisiran berlangsung. Ia mengatakan sempat terjadi adu argumen dengan salah satu satpam karena bersikeras tidak mau keluar. Keadaan makin memanas saat satpam tersebut mengatakan katakata yang dianggap tidak sopan. “Mauko saya pukul dulu kah baru keluar?,” tutur mahasiswa FKM yang enggan disebutkan namanya tersebut menirukan perkataan satpam. Selasa (22/12) Ketika dikonfirmasi mengenai hal ini, Kepala Satuan Pengamanan (Satpam) Unhas Nurdin SE membantah hal tersebut. “Kita mau memukul wah tidak semudah itu, itu cari masalah namanya,” tuturnya saat dihubungi, Minggu (3/1) Alasan penyisiran dilakukan,
Aparat Masuk Kampus: Terlihat Brigade Mobil (Brimob) masuk kampus di area Fakultas Ilmu Budaya, Jumat (30/5/2014). Desember tahun kemarin pihak aparat kepolisian serta TNI kembali masuk kampus dan melakukan penyisiran pada tiap-tiap lembaga kamahasiswaan.
karena sehari sebelumya, Minggu (6/12) sempat terjadi bentrok, namun sangat disayangkan karena yang dilakukan aparat bukan hanya sekedar melakukan penyisiran, tetapi dirangkaikan dengan aksi memulangkan mahasiswa dan mengosongkan sekretariat lembaga kemahasiswaan dibeberapa fakultas. Berdasarkan keterangan dari Wakil Rektor III, Dr Ir Abdul Jalil Rasyid Msi bahwa penyisiran dilakukan dengan alasan kegiatan malam cenderung menjadi pemicu bentrok. Apalagi setelah keluarnya peraturan ketertiban kampus pasal 7 ayat 2 yang menjelaskan tidak boleh ada kegiatan pada malam hari mulai pukul 22.00 sampai dengan pukul 06.00 pagi. “Jadi siapapun yang ada dalam kampus pada waktu tersebut harus kita minta keluar,” tegasnya Rabu (30/12) Melihat kondisi tersebut, terlihat jelas bahwa berbagai upaya dilakukan oleh pihak birokrasi kampus untuk membatasi aktifitas kemahasiswaan. Adanya tata tertib larangan jam malam ini sebagai salah satu bukti nyata. Sedang bagi mahasiswa, malam hari merupakan waktu produktif untuk berlembaga karena siang hari mereka harus kuliah. Jika perampasan hak untuk berorganisasi seperti ini terus berlanjut, maka ruang-ruang untuk diskusi mahasiswa serta mengkritisi kebijakan-kebijakan yang dianggap tidak pro terhadap mahasiswa akan semakin sempit.
Menilik Orde Baru Normalisasi
Kegiatan
Kam-
5
pus (NKK) merupakan langkah represif yang dikeluarkan oleh pemerintah orde baru (orba) ini, bermula dari keluarnya aturan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.1/U/1978 dan Nomor 037/U/1979 tentang larangan aktifitas politik mahasiswa. Untuk mencegah gejolak mahasiswa dibentuklah Badan Koordinasi Kampus (BKK) sebagai lembaga non struktural yang berfungsi untuk mengontrol kegiatan mahasiswa, sehingga secara otomatis membatasi pergerakan mahasiswa, saat itupun militer dibebaskan untuk keluar masuk kampus untuk menangkap mahasiswa yang dianggap membahayakan rezim orba. Namun kini, pembatasan pergerakan mahasiswa mengalami transformasi. Aktifitas mahasiswa justru datang dari institusi pendidikan itu sendiri. Dibuatnya aturan pembatasan aktifitas dimalam hari adalah salah satu contohnya. Sedang bagi mahasiswa, malam hari merupakan waktu produktif untuk berlembaga karena siang hari mereka harus kuliah. “Aturan jam malam itu ala-ala orba, padahal efektifnya kegiatan kemahasiswaan itu malam hari,” tutur Muhammad Fujianto Manati Selasa (22/12) Jika perampasan hak untuk berorganisasi seperti ini terus berlanjut, maka ruang-ruang untuk diskusi mahasiswa serta mengkritisi kebijakan-kebijakan yang dianggap tidak pro terhadap mahasiswa akan semakin sempit. Lalu apa bedanya kondisi birokrasi dengan pemerintahan Orde Baru ala Soeharto. Irn/Vit
Dr Ham Akil berpendapat bahwa hal ini bisa terjadi karena efek sampingan kemajuan teknologi. Hal ini menyebabkan telah bergesernya nilai manusiawi profesi kedokteran yang materialistik. Dokter yang dekan ini sendiri, membuka praktek dari jam 16.0020.00. Bila ada pasien yang datang meminta bantuan pengobatan diluar jam prakteknya kepada pasien ini tidak dipungut bayaran apapun. Hal ini dikarenakan ia beranggapan bahwa kalau dia datang diluar jam praktek maka dia mau minta pertolongan. Masa orang minta tolong disuruh membayar. “Kalau profesi kedokteran dikaitkan dengan materi maka habislah sudah. Sebenarnya tak perlu jadi begini, karena mempunyai aturan-aturan yang jelas dalam etika dan susila kedokteran. Tuntutan materilah yang menyebabkan terjadinya hal-hal menyimpang. Oleh karena itu, setiap dokter harus benar-benar beragam,” kata dokter Akil. Dalam kaitan ini, bagi mahasiswa kedokteran akan diadakan diskusi dan kuliah rutin tentang etika dan susila kedokteran. Adapun yang sudah dokter, harus ada kerjasama yang erat dan sungguh-sungguh antara pihak fakultas, Kanwil Depkes dan IDI.
Ini digarap serius sekarang. “Makin banyak saja dokter yang membuka laboratorium sendiri, atau foto rontgen sendiri di tempat prakteknya. Ataukah di depan mahasiswa di RS ada bagian yang melakukan kerja dari bagian yang lain. Ini kan jelasjelas tak baik,” kata Akil. Memang kita harus kembali ke pemeo lama kedokteran yaitu “Dokter tak bisa kaya, yang bisa kaya ialah perdagangan,” “Adanya RS Regional atas usaha bersama Gubernur dan Rektor, diharapakan mahasiswa tak lagi tersebar-sebar seperti sekarang ini dikarenakan lokasi RS tetap di kampus Unhas dan seluruh kegiatan kedokteran akan dipusatkan disini. Selain itu, pendidikan akan mudah dikontrol dan dikordinir karena dijadikan Rumah Sakit Pendidikan (Teaching Hospital). Kecuali, ada kemungkinan Fakultas Ilmu-Ilmu Kedokteran sekarang ini bisa menjadi empat fakultas yakni Kedokteran, Kedokteran Gigi, Fakultas Pasca Sarjana dan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Tetapi semuanya masih dalam proses. Sekarang sedang dalam proses penyelesaian ialah usaha pemindahan segera kedokteran Gigi kedalam Kampus Baraya” Kata Beliau.
Edisi Awal Januari 1992
Dosen Harus Pahami Metode Mengajar Musim ujian adalah masa paling penting bagi seorang mahasiswa yang ikut menentukan tercapai tidaknya kesarjanaan seseorang. Makanya tak aneh jika muncul berbagai tingkah mahasiswa menjelang atau selama musim ujian. Menurut ketua tim Organisasi dan Manajemen Unhas Prof Wim Poli PP 30 bahwa ada dua program pendidikan yakni pendidikan akademik dan pendidikan profesional. “Kedua program ini memiliki ciri khasnya masing-masing,” ujarnya kepada identitas peka lalu. Jika pendidikan akademik cenderung teoritis, maka pendidikan profesional lebih mengutamakan praktek lapang. Dengan demikian, Unhas sebagai institusi pendidikan akademis, kerap kali dituding ikut memperpanjang intelektual. Hal ini bukanlah kesalahan
mahasiswa. Ada pihak yang yang ingin “memprofesionalkan” jurusannya dengan acuan mempersiapkan tenaga-tenaga siap pakai. Akibatnya mahasiswa sering kali jadi korban kurikulum. Apalagi jika diingat bahwa kedua pendidikan yang dimaksud PP 30 membutuhkan syarat yang tidak ringan. “Ada dua faktor yang harus dipenuhi oleh kedua jenis pendidikan, ialah faktor pendidikan yang harus kualified dan cermat dalam metode mengajarnya,” kata Prof Wim Poli. “Selain kedua faktor di atas, faktor fasilitas pun tak kalah pentingnya. Jika ketiga faktor itu dipenuhi maka sebuah universitas akan melahirkan manusia yang mandiri, tidak bergantung pada orang lain, serta mampu ditempatkan dimana dan kapan saja,” kata Wim Poli.
6
rampai
identitas NO. 850 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JANUARI 2016 NO. 850 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JANUARI 2016
Titip Pesan Lewat Radio Lewat radio, aku sampaikan.. Kerinduan yang lama terpendam.. LIRIK lagu Sheila On 7 ini melayangkan angan ke masa kecil. Saat itu, radio jadi media komunikasi yang sangat eksis. Setiap hari kita berbondongbondong nongkrong dekat radio mendengar berita, request lagu dan kirim salam serta curhat. Eksistensi radio dimulai sejak zaman penjajahan Indonesia oleh Jepang. Radio menjadi satu-satunya media komunikasi tercepat yang menyebarkan informasi kemerdekaan Indonesia pada 1945. Berkat manfaat yang besar dalam menyebarkan informasi, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Radio Kampus terbentuk. Awal mulanya mahasiswa Jurusan Teknik Elektro berkumpul dan melakukan percobaan seperti membuat pemancar, rakitan dan mixer. Berpedoman dari sini, akhirnya terbentuk Radio Siaran Pendidikan (Rasipen) di Unhas pada 16 Agustus 1988 dengan bantuan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Soesilo Soedarman. Saat berdiri, gelombang radio yang digunakan masih Amplitudo Modulation (AM). Namun, sejak 1993 gelombang berubah menjadi Frequency Modulation (FM) dengan frekuensi 107,3 MHz. Nama pun berubah menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa Electro Broad-
casting System (UKM EBS) FM Unhas. Tahun itu, EBS berdomisili di Lantai 4 Jurusan Elektro Fakultas Teknik Unhas. Tak lama kemudian, frekuensi berubah menjadi 107.2 MHz dan sekretariat dipindahkan ke Lantai 8 Rektorat Unhas. Mei 2004, nama Electro Broadcasting System diubah menjadi Education Broadcasting Station FM. Studionya juga kembali dipindahkan di Kompleks Perpustakaan hingga saat ini. Dipindahkannya kembali radio kampus ini semata untuk mendekatkan publik dan aktivitas mahasiswa. Empat tahun setelahnya, frekuensi radio kembali berubah menjadi 107,7 MHz. Ini terjadi karena regulasi baru dari Departemen Komunikasi dan Informasi tentang pengaturan slot frekuensi. Perubahan tak jarang dialami organisasi ini, namun jangan salah meski sering berubah, komitmen untuk selalu menyapa pendengar tetap dijunjung tinggi. Selama 28 tahun berkiprah di dunia penyiaran, UKM ini setia menyuguhkan informasi untuk sivitas akademika Unhas. Diantaranya Good Morning, Opini, Unhas on air, Playlist, Campus Cell, Relax Time, Infotek, Dinding Kampus, Sujud, Cabling Down, Night Request, After Dark dan Begadang. Siaran ini dimulai pukul 06.00 hingga 02.00 Wita
DOK. PRIBADI
dini hari. Dalam menjalankan tugasnya, UKM ini disokong oleh lima divisi yang dibawahi oleh Deputy Station Manager (DSM). DSM ini berada di bawah Station Manager (SM) atau ketua. Selain itu, SM didampingi oleh Administration Manager (AM) yang mengurus keluar masuknya surat, Financial Manager (FM) yang bertanggungjawab dengan keuangan UKM Radio. Lima divisi di UKM ini yakni External Relation, Human Re-
sourches Development, Logistik, Broadcasting Manager (BM) dan Teknisi. Khusus untuk divisi BM, dibagi lagi menjadi production house, program director, music director dan reporter. Kepengurusan ini dikawal langsung oleh Dewan Kehormatan dan Dewan Penasehat yang teridiri dari alumni UKM Radio. Untuk menjadi anggota UKM ini, peminat harus melalui proses pemagangan. Ketika ingin mendaftar, calon anggota
DOK. PRIBADI
harus memenuhi persyaratan magang, umumnya tulisan tentang diri sendiri dan pengetahuan tentang EBS. Waktu yang dibutuhkan untuk menjadi anggota pun tidak paten. Tetapi standarnya dua sampai empat bulan pemagangan. Setelah itu akan diadakan screening untuk menjadi anggota. Jika yang diangan-angankan menjadi penyiar, maka di dalam juga ada seleksi siaran. Proses ini dikawal oleh alumni dan kru EBS. Bahkan untuk penyiaran pertama akan dilakukan dengan cara tandem. UKM Radio Kampus pernah meraih beberapa penghargaan. Diantaranya menjadi satu-satunya komunitas dalam nominasi program acara di Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID Awards), 2013 dan Juara III inventaris dalam Unhas Award. Alat Siar Rusak, Organisasi Harus Tetap Jalan Sebagai organisasi yang berkutat dalam dunia penyiaran, UKM Radio Kampus EBS FM sering ter kendala saat alat dan perangkat menyiar yang rusak. Me nurut Ketua UKM Radio EBS, Rezky Ameliah Wati kondisi alat yang sudah tua sering menghambat siaran. Namun, mahasiswa Jurusan Manajemen angkatan 2013 ini berprinsip organisasi tidak akan mati jika tak menyiar. “EBS itu tidak sebatas definisi menyiar, jika tak ada siaran masih banyak kegiatan orga nisasi lainnya yang bisa dikerjakan,” ujarnya saat diwawancarai, Minggu (1/1). n Rasmilawanti Rustam
laporan utama
identitas NO. 850 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JANUARI 2016 identitas
NO. 850 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JANUARI 2016
7
7
Cambuk Introspeksi Diri Pimpinan Lembaga Pemimpin lembaga mahasiswa Unhas bak macan ompong. Visi dan misi berlembaga yang mapan, tidak sejalan dengan visi misi diri untuk masa depan.
M
enurut Rosalynn Carter seorang pemimpin harus mampu membawa orang lain ke tempat yang ingin mereka tuju, sekalipun orang yang dipimpinnya tidak ingin. Seorang pemimpin sejatinya harus memiliki visi dan misi kedepan, itulah mengapa setiap organisasi harus memiliki pemimpin yang visioner. Leadership dan visioner berkaitan erat dengan kinerja dan keberhasilan pemimpin dalam menjalankan lembaganya. Selama ini, pemimpin dilihat dari sudut pandang yang keliru, mereka menganggap power dan jabatan yang berpengaruh. Padahal sejatinya yang paling berpengaruh adalah peran pemimpin itu sendiri. Sedang jiwa kepempinan adalah hal mutlak yang dimiliki oleh setiap orang. Jika tidak bisa memimpin orang lain, minimal mampu memimpin diri sendiri. Namun seiring perkembangan zaman, dialektika kehidupan kampus justru semakin mengalami pasang surut dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap sistem pengorganisasian mahasiswa. Hal inilah yang menjadikan
Dosen Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Unhas, Dr Muhammad Tamar MPsi tertarik untuk melakukan penelitian model pemberdayaan kepemimpinan mahasiswa berbasis leadership identity di kampus merah. Bersama Drs. Alwy Rahman, Dipl.TEFL dan beberapa dosen, Umniyah Saleh SPsi MPsi Psikolog, Ichlas Nanang Afandi SPsi MA, Ahmad Ridfah SPsi MPsi, Tamar melakukan riset ke 32 orang subjek yang terdiri dari pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa, Himpunan dan Unit Kegiatan Mahasiswa. Menurut Ketua Jurusan Psikologi ini, para pemangku jabatan lembaga kemahasiswaan, hanya terpaku pada organisasi yang tengah digelutinya saat itu saja, sedangkan rencana karir untuk masa depan belum dipikirkan. Padahal seharusnya, mereka sudah mampu merencanakan karir kedepan dan disaat yang sama pula mampu untuk menguatkan lembaga yang tengah dipimpinnya. “Memimpin dilembaga baiknya dijadikan sebagai batu loncatan pembinaan diri untuk karir kedepan, tetapi kebanyakan dari mereka masih belum memikir-
kan itu,” tegas Tamar. Dalam penelitianya, Tamar menggunakan beberapa faktor untuk melihat visoner tidaknya seorang pemimpin mahasiswa. Diantaranya pengaruh lingkungan dalam hidup setiap pemimpin, bagaimana bentuk pengembangan diri yang dilakukan, interaksi dengan sebuah kelompok, pemahaman akan konsep kepemimpinan. Penelitian yang diadakan pada 2014 ini melihat ada hal yang kurang tepat dari proses pengaderan di setiap lembaga mahasiswa. Mahasiswa yang awalnya memiliki niat baik menjadi pengurus lembaga, malah dijadikan robot yang hanya menjalankan skenario buku putih. Seharusnya, dalam pengaderan setiap lembaga melakukan pendekatan humanistik agar mahasiswa baru menemukan dirinya sendiri di tengah arena kebersamaan. “Orientasi model oleh pemikiran pemimpin lembaga sedikit banyak sama dengan tahun 70-an. Harusnya mencari model baru seperti memanfaatkan media sosial, memberi tugas pada kader pada saat kuliah dan melakukan follow up pada hari libur,” saran Tamar. Selain itu, kebiasaan berkon-
IDENTITAS/NURSARI SYAMSIR
sultasi masalah yang dihadapi dalam lembaga selama ini hanya bersama senior. Sebaiknya ini juga dilakukan bersama dosen, karena jika bersama senior itu menggunkan pendekan sebaya. Lembaga mahasiswa membutuhkan tim pendamping yang memang mempunyai kompetensi dasar dan diberi pelatihan khusus. Ada juga jarak sosial antara sesama lembaga mahasiswa dan lembaga dengan birokrat kampus. Hal ini membuat kerjakerja lembaga menjadi stagnan. Setiap lembaga sibuk mengurusi proses pengaderannya yang bersifat tertutup dan seakan benar
sendiri dan memiliki masingmasing buku putih. Teori Leadership Identity ini menginginkan adanya kerjasama dari pihak birokrat dan lembaga mahasiswa yang dinaunginya. “Seyogianya program studi atau jurusan itu harus membackup program kerja lembaga dibawahnya. Try out mengenai penelitian, eksperimen, dan penulisan karya ilmiah harusnya dilakukan, sehingga keilmuan berjalan sebagaimana mestinya. Pemimpin lembaga harusnya menyadari hal tersebut,” ucapnya, Sabtu (30/12).
8
laporan utama
identitas NO. 850 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JANUARI 2016
Pemimpin Harus Mencipta Cita
Pemimpin lembaga mahasiswa seyogianya memiliki cita-cita. Ia bukan hanya memikirkan apa yang harus dilakukan saat menjabat di lembaganya. Idenya senantiasa mengalir agar dalam hidup ada yang terus diperjuangkan. “BERMIMPILAH setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang,” Kutipan ini dilontarkan oleh Pre siden I Bangsa Indonesia, Soekarno. Sebagai seorang pemimpin bangsa, Bung Karno senantiasa memacu semangat pemuda dalam setiap pidatonya. Potensi yang besar dari generasi muda ini diya kininya mampu mengubah kondisi lingkungan sekitar. Ungkapan lain datang dari Robert Greenleaf. “Good leader must first become good servant.” Seorang peneliti ini memperkenalkan model kepemimpinan yang melayani pada 1964. Saat itu, gaya kepemimpinan otoriter banyak diterapkan oleh Amerika dan banyak orang tertindas. Sehingga, Robert menyimpulkan pemimpin seharusnya mampu menjadi pelayan, karena saat melayani
se seorang dirinya ingin memberikan yang terbaik. Sama saja dengan pemimpin yang harus memikirkan kebaikan. Sayangnya, menurut hasil penelitian disertasi Ketua Program Studi Psikologi Unhas, Dr Muh Tamar MPSi fungsionaris lembaga kemahasiswaan tidak visoner. Penelitian ini menggunakan teori Leadership Identity yang diciptakan oleh Susan Komives, pakar pendidikan Amerika. Menanggapi hal ini, Ketua Senat Fakultas Teknik Muh Fujianto Manati angkat bicara. Mahasiswa angkatan 2011 ini merasa itu tidak terjadi dalam dirinya. Fuji, sapaan akrabnya ingin menjadi ketua senat karena ingin berperan untuk memperbaiki lembaganya yang sedang tidak baik-baik saja. Setelah dari senat, mahasiswa Jurusan Teknik Geologi ini ingin
menjadi kepala desa. “Pembangunan itu berawal dari desa, jika desa terkelola dengan baik maka negara bisa maju,” jelasnya saat ditemui di sekretariat Senat Teknik, Jumat (29/12). Hal berbeda diungkapkan oleh Ketua Himpunan Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian (Misekta), Mustammir. Mahasiswa angkatan 2013 ini merasa penelitian kurang visionernya pemimpin lembaga memang benar dan bisa saja terjadi. Tapi, itu kembali ke pribadi masing-masing orang. Sayangnya, motivasi berlembaga yang kini ada juga sudah berbeda. Khusus untuk pribadinya, mahasiswa Prodi Agribisnis ini ingin menjadi pengusaha. “Dengan menjadi pengusaha, saya bisa menerapkan ilmu manajemen kepemimpinan dan kewirausahaan yang saya da patkan selama berlembaga dan berkuliah,” ujarnya saat jumpa, Kamis (31/12). Melihat hal ini, Muhammad Chaeroel Ansar sebagai Ketua Himpunana Mahasiswa Ilmu
Pemerintahan (Himapem) menjelaskan awal mulanya menjadi pemimpin karena banyaknya desakan masalah yang butuh tangani dan perlu diberikan solusi. Mahasiswa angkatan 2013 ini hasil penelitian soal pemimpin yang tidak lagi visioner bisa dijadikan bahan evaluasi untuk ma sing-masing lembaga ke depannya. Saat ditanya mengenai cita-citannya, ia ingin melakukan riset. “Saya mau tau bagaimana perkembangan lembaga di Unhas dan riset mengenai ilmu yang saya geluti,” jelasnya saat ditemui, Sabtu (2/1). Ketua UKM KSR PMI Muyadhil Nurindar berpikir lain lagi. Sebagai calon dokter, mahasiswa yang akrab disapa Adhil ini bergabung di UKM KSR PMI agar bisa menolong orang dengan sukarela. “Saya akan menggunakan ilmu-ilmu yang didapatkan selama menjadi pemimpin saat menjadi dokter nantinya,” katanya, Jumat (1/1). Memimpin di Tengah Tantangan
Di antara banyaknya tantangan yang dihadapi oleh lembaga, pemimpin harus mampu memikirkan jalan keluar yang terbaik. Tantangan yang dialami ini tidak hanya dari luar lembaga, juga ada dalam lembaga itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara reporter identitas dengan keempat ketua lembaga di atas, kebanyakan yang menjadi tantangan internal organisasi ialah kesadaran setiap anggota untuk hadir dalam rapat dan berkontribusi saat ada kegiatan. Selain itu, juga ada perbedaan pendapat antar anggota. Tantangan dari luar ada tekanan birokrasi yang begitu melemahkan lembaga mahasiswa dan susah nya merangkul semua stakeholder yang berhubungan untuk men diskusikan segala hal. PenulisAmerika Jeffrey Gitomer berkata memberi solusi dari tantangan para pemimpin mahasiswa. Pemimpin harus mampu menjadi contoh untuk para anggotanya. “To be a great leader of people-inspire them to follow you, not your rules.” n
Tilikan Sang Pemimpin
Sumber : Litbang Online dan Data PK identitas Polling ini dilakukan dengan metode Random Sampling selama enam hari (30 Desember hingga 4 Januari) dengan responden Ketua Lembaga tingkat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang sedang menjabat untuk mengetahui sikap kepemimpinan lembaga mahasiswa Unhas.
laporan utama
identitas
NO. 850 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JANUARI 2016
9
Mahasiswa Butuh Idealisme SETIAP orang bisa menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri ataupun bagi orang di sekelilingnya. Seorang pemimpin harus punya cita-cita agar dalam kepemimpinannya ada yang diperjuangkan. Sayangnya, menurut hasil penelitian disertasi Ketua Program Studi Psikologi Unhas, Dr Muh Tamar MPsi berdasarkan teori Leadership Indentity yang digunakan kebanyakan pemimpin lembaga mahasiswa di Unhas tidak visioner. Ia tidak tau apa yang harus dikerjakannya seusai menjadi pemimpin di lembaganya. Menanggapi hal ini, seorang budayawan dan dosen Fakultas Ilmu Budaya Unhas Ishak Ngeljaratan memilah hal apa saja yang harus ada dalam diri seorang pemimpin mahasiswa. Berikut wawancara khusus reporter identitas Fransiska Sabu Wolor dan Sriwidiah Rosalina BSt di rumahnya, Sabtu (2/1). Pada umumnya, sikap sep erti apa yang harus dimiliki mahasiswa sebagai pemimpin lembaga kemahasiswaan ? Pertama mahasiswa harus punya integritas. Lalu moral dan akhlak agar bisa menolak yang buruk. Selain itu harus spiritual yang bagus. Jangan hanya jago berbicara tapi jarang beribadah. Ketiga, pemimpin harus mampu melihat apa yang ada di balik realita (insight) sehingga ia mampu menentukan sikapnya saat menghadapi suatu masalah. Harus ada fisikomotorik dan psikomotorik. Mahasiswa jangan hanya diskusi terus, latih di lapangan olahraga. Harus ada olah tubuh sehing ga pikiran makin sehat dan jernih. Hal yang penting lainnya ada human passion atau cita-cita untuk memanusiawikan manusia dan punya pengorbanan yang tinggi. Jika dia idealis dan punya cita-cita maka akan ada yang diperjuangkan bahkan hingga mati.
Tim Laput Koordinator: Fransiska Sabu Wolor Nur Amri Anggota: Ramdha Mawaddha Asmaul Husna Yasin Riyami
Berdasarkan hasil peneli tian yang dilakukan Ketua Ju rusan Psikologi Unhas dengan menggunakan teori Leader ship Identity ditemukan bah wa pemimpin mahasiswa di Unhas sekarang tidak vision er lagi. Bagaimana tanggapan Anda ? Sebelumnya kita harus memahami apa arti visioner itu. Visioner sama dengan ideal ataupun punya cita-cita. Jika ada cita-cita, maka ia akan jatuh dengan cita-citanya dan ingin memperjuangkannya itulah yang disebut idealisme. Pemimpin mahasiswa harus sadar betul bahwa dari banyaknya perbedaan yang ada di kampus, ia mampu merangkul semua orang. Sehingga dalam menjalankan cita-citanya, yang timbul bagaimana cara hidup bersesama bukan bersama. Lantas, mahasiswa dika takan tidak visoner lagi. Sebe narnya apa yang terjadi dalam diri mahasiswa ? Sekarang tiba-tiba muncul kata kunci mahasiswa kita itu kena penyakit pragmatisme pada umumnya. Namun, ada juga yang betul-betul tidak pragmatis. Orang pragmatis itu melihat apa yang bisa cepat ia (mahasiswa red) rebut tanpa melihat kualitasnya. Jangka pendek dan langkah apapun bisa dilakukan. Saya tidak salahkan sepenuhnya mahasiswa, karena negara ini juga dipimpin dengan banyak tindak korupsi. Ini merupakan pragmatisme. Sedangkan, idealisme itu harus cita-cita tinggi. Tanpa cita-cita ia bukan visioner, paling-paling dia peramal saja. Apakah idealisme di kalan gan mahasiswa itu bisa ditum buhkan ? Idealisme itu sebuah potensi. Jadi, ia itu tumbuh sendirinya sejalan dengan karakter yang dimiliki. Idealisme bisa dikendalikan saat seseorang masih bertumbuh melalui teman pergaulannya, buku dan film yang digemari. Lingkungan sangat berpengaruh bagi tumbuhnya idealisme seseorang. Lalu, bagaimana dampak kala mahasiswa tetap saja ti dak visioner ? Dampak dari tidak visionernya mahasiswa jelas negara akan kacau. Mengapa? Karena tidak ada cita-cita yang dia perjuangkan. Tidak idealis, tidak mampu berkorban karena tak ada ide yang dia bawa.
Jika Anda melihat kondi si mahasiswa belakangan ini, apakah pemimpin mahasiswa sudah bisa dikatakan idealis ? Mahasiswa sekarang sangat tidak idealis ketika mengadakan demo. Bakar ban, tutup jalan, naik di atas mobil, berpidato. Jika tidak ada wartawan datang ia belum berpidato. Mereka ini bukan unjuk rasa tapi unjuk perasaan. Mahasiswa apalagi pemim pin mahasiswa harus mampu merespon bukan bereaksi. Jika bereaksi contohnya tangan gatal kita garuk dan akhirnya luka, jika merespon kita akan me ngambil minyak dan mengoba tinya. Kalau saat demo, kita ma rah-marah itu namanya bereaksi
bukan merespon. Menurut Anda, solusi se perti apa yang harus diterap kan mahasiswa sehingga ia idealis dan mampu memper juangkan cita-citanya itu ? Mahasiswa harus tahan kritik. Kritik itu bagi mahasiswa seperti pernapasan. Jangan harap jadi pemimpin yang disuka oleh setiap orang. Pemimpin itu siap berkorban. Dia punya prinsip, seperti Soekarno saat 2000 orang datang berdemo di Istana Negara untuk bubarkan PKI tapi ia bilang tidak. Terlepas dari salah atau tidaknya ia punya alasan dan berani mengambil keputusan. Itu baru
namanya pemimpin. Dia punya prinsip. n
Data diri : Nama TTL Karir
: Ishak Ngeljaratan : Tanimbar, Maluku Tenggara Barat 27 September 1938 : - Mantan Ketua Dewan Kesenian Makassar - Dosen Tamu di La Trobe University, Australias - Dosen Unhas - Budayawan dan Sejarawan Makassar IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
10
identitas
resensi
NO. 850 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JANUARI 2016
koridor Catatan kegiatan Seminar Nasional Kewira koperasian yang bertempat di Gedung Iptek lantai 2 Unhas, Selasa (22/12). Mengha dirkan pengawas koperasi pemuda indonesia Muhammad Arsad Dalimunte sebagai nara sumber .
Koperasi Lahirkan Insan Produktif dan Mandiri DEWASA ini hampir semua perguruan tinggi memiliki unit kegiatan koperasi mahasiswa (Kopma). Disanalah mahasiswa yang memiliki ketertarikan dalam dunia koperasi atau kewirausahaan bergabung. Karena pada dasarnya koperasi mengajarkan untuk berwirausaha. Koperasi adalah kumpulan orang otonom yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya melalui perusahaan yang mereka miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis. Berwirausaha 95% tentang sikap dan mental, semangat, keyakinan dan keberanian untuk mengambil tindakan. Sementara itu, 5 % nya adalah hal-hal terkait teknis wirausaha itu sendiri. Untuk itu, apabila seseorang ingin menekuni kewirausahaan, hal pertama yang harus dimiliki adalah keberanian memulai dan bergelut dengan dinamika yang terjadi di dalamnya. Hal ini penting, sebab sikap dan mental terbentuk dari perjalanan dan waktu yang kemudian perlahan membentuk percaya diri dan kenyamanan dalam menjalankan wirausaha. Tantangan demi tantangan harus ditaklukkan untuk mencapai hasil yang baik. Seorang mahasiswa harus berfikir dan bertindak visioner agar tidak terjebak pada pragmatisme sempit yang short term. Seorang mahasiswa harus berani mulai membangun mimpi dan memperjuangkannya sampai titik darah penghabisan. Mimpi yang diperjuangkan seharusnya tidak sebatas membentuk kemandirian dirinya tetapi juga berorientasi pada penciptaan harapan hidup bagi lainnya. Memulai dari hal-hal kecil, sebab ‘besar’ adalah imbas kesabaran berproses. Tidak ada capaian tanpa pengorbanan dan berjuang merupakan satu-satunya jalan untuk pantas mengenyam kesuksesan Sayangnya fakta menunjukkan banyak kader Kopma yang telah menyelesaikan studinya memilih untuk tak lagi bergelut dalam dunia koperasi. Sehingga muncullah sebuah pertanyaan “apakah para pemuda pejuang koperasi itu tidak memiliki keyakinan cukup bahwa di koperasi ada masa depan?”. Itu artinya pengetahuan dan pengalaman yang mereka dapatkan ketika masih aktif di Kopma tersebut tidak teraplikasikan lagi. Sementara disisi lain gerakan koperasi Indonesia sedang sangat membutuhkan kehadiran kaum intelektual muda termasuk didalamnya mahasiswa yang memiliki wawasan luas, semangat, integritas perjuangan dan menyukai tantangan. Kehadiran kaum muda diperlukan untuk mewarnai kekinian dengan sentuhan-sentuhan yang kemudian melahirkan perwajahan berbeda dari koperasi. Bersama generasi muda, koperasi harus memainkan aksi-aksi monumental yang melahirkan kemanfaatan nyata. Jika tidak, maka perlahan akan menggerus keyakinan, animo dan apresiasi yang pada akhirnya akan menenggelamkan koperasi dari keseharian masyarakat. Akhirnya, semua kembali tergantung pada keyakinan untuk bersatu dan kemauan untuk saling bahu membahu dalam menumbuhkan manfaat berkoperasi Sehingga terbentuk keyakinan kuat dikalangan kaum muda bahwa koperasi itu perusahaan visioner dan didalamnya terdapat masa depan dan kesejahteraan bagi segenap unsur organisasinya yaitu, pengurus, pengawas dan anggota. Hal ini dinilai penting agar para pemuda pejuang koperasi tidak lagi meninggalkan gelanggang juang sampai keindahan ber-koperasi itu benar-benar nyata. n Andi Ningsi
Kritik Nakal dalam Sebuah Sajak Ketika ia bangun pagi hari Sikat giginya tinggal sepotong Sepotong yang hilang itu agaknya Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali PENGGALAN puisi Sikat Gigi karya Yudhistira ANM Massardi di tahun 70-an menjadi pengantar dalam buku ini. Diringkas oleh Radhar Panca Dharma, karya sastra diibaratkan sakit gigi. Ketika sebuah kesusastraan “kehilangan gigi” atau dengan kata lain sebuah karya sastra memiliki skandal, maka karya sastra tidak akan tampil, karena merupakan variabel penentu. Memanfaatkan isu ‘sakit gigi’ dunia kesusasteraan, Yudhis dalam karyanya mencoba ‘menyikatnya’ kembali dengan menampakkan gaya bahasa, rima sajak, logika, hingga renungan sajak tahun 70-an dalam karya terbarunya, buku 99 sajak. Ada sebelas tema besar yang diangkat dalam buku sajak ini yakni Sajak Sembilan Cinta, Sajak Sembilan Rasa, Sajak Sembilan Surat, Sajak Sembilan Kota, Sajak Sembilan Potret, Sajak Sembilan Daun, Sajak Sembilan Gunung, Sajak Sembilan Bulan, Sajak Sembilan Sungai, Sajak Sembilan Rindu dan Sajak Sembilan Macam. Dimulai Sajak Sembilan Cinta. Pemaknaan cinta pada sajak ini digambarkan sebagai wadah lelucon, promosi politik, serta sebagai ajang pemainan belaka. Seperti pada potongan sajak ini “Kita pun tertegun di zebra cross, menunggu lampu hijau dinyalakan, Si Badut pengiklan shampo...” Tema kedua Sajak Sembilan Rasa. “Ah. kesejukan kini berada dalam kemasan, Gunung dan mata air dibawa ke kota-kota, kenyamanan dikenai banderol dan pajak kemewahan, rakyat hanya
boleh menikmati keringat rasa penat,” jelas dalam penggalan sajak ini terjadi ketimpangan. Sehingga penulis mengkritisi kebijakan pemerintah dengan pajak yang membebani rakyat kecil. Lain lagi dalam Sajak Sembilan Kota. Penulis mengupas tentang salah satu kota di Kalimantan Timur, Balikpapan tepatnya. Kota yang terkenal dengan salah satu produsen minyak mentah menjadi singgungan dalam sajak ini. Limpahan minyak mentah, justru rakyat menderita dengan seringnya bahan bakar minyak langka. Upaya pemerintah untuk pemanfaatannya pun menjadi sindiran. “Ini negeri ironi mentah-mentah. Tempat minyak bumi melimpah, Namun BBM harus diantre dan dijatah. Entah berapa galon sumpah-serapah. Balikpapan namanya” tertulis salah satu potongan sajak. Dari beberapa sajak, tergambar penggunaan kata yang risau terhadap penyair yang menjadikan kesusasteraan sebagai ajang memperkaya diri, politisasi sajak, dan tidak adanya pemaknaan. Selain itu, pun menjadi sindiran bagi pemerintah, ketika tidak dapat membangun dan menyejahterakan rakyat pedalaman. Kumpulan sajak ini merupakan suatu kritisan nakal untuk memperbaiki karakter para sastrawan, penyair khususnya. Membudayakan sajak yang penuh pemaknaan untuk dijadikan referensi hidup sehari-hari adalah tujuan penulis. Perubahan pada karakter setiap tokoh sastra yang terkenal untuk mengembangkan
dan melestarikan sajak dahulu adalah impiannya. Pembelajaran tentang kehidupan, pengelolaan negara maupun sumberdaya melimpah menjadi isi yang banyak dijumpai, sehingga dapat menjadi inspirasi pembaca. Namun, bagi pembaca awam sangat sukar memahami setiap rangkaian sajak penulis. Butuh waktu berulang-ulang agar setiap sajak dapat dimengerti maknanya. Kata yang penuh pemaknaan pun dilengkapi dengan visualisasi karya
ilustrator, Ramadhan Bouqie sehingga mendukung sajak yang ingin disampaikan penulis. Sayangnya ilustrasi yang ditampilkan terlalu “dewasa” dan cukup sukar untuk diartikan maknanya. Secara keseluruhan, buku 99 sajak ini dianjurkan bagi penikmat sastra. Buku ini dapat menjadi acuan bagi yang ingin mengkritik melalui karya sastra, puisi misalnya. Selamat membaca! n Nur Amri
Judul Buku: 99 Sajak Penulis : Yudhistira ANM Massardi Ilustrasi : Ramadhan Bouqie Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Jakarta Cetakan : Agustus 2015 Tebal : xx +228 halaman
civitas
identitas identitas NO. 850 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JANUARI 2016 NO. 850 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JANUARI 2016
MWA Minus Mahasiswa
Majelis Wali Amanat (MWA) telah dibentuk, namun hingga saat ini mahasiswa masih belum mengirimkan perwakilannya. PADA 7 Desember 2015 lalu, MWA telah dibentuk. Penetapan delapan perwakilan dosen dan dua tenaga pendidik merupakan tonggak awal lahirnya MWA, yang seharusnya sudah ada sejak Januari tahun ini. Namun sayangnya sampai kini perwakilan dari mahasiswa masih belum menampakkan batang hidungnya. Ketua Senat Akademik (SA) Prof Dr Ir Muh Restu MP membenarkan kealpaan perwakilan mahasiswa. Padahal jika dilihat dari syarat yang diberikan, justru tidak begitu membebani. Bila dibandingkan dengan syarat perwakilan mahasiswa di Universitas lain, yang juga mencantumkan prestasi akademik sebagai salah satu persyaratannya. “Tidak ada syarat tertentu, di statuta dijelaskan cukup menjadi pimpinan lembaga tingkat universitas, apakah dia namanya senat mahasiswa atau sebutan lain,misalnya bem universitas,” Jelas Restu, Selasa (22/12). Hanya saja saat ini lembaga mahasiswa tingkat universitas belum juga terbentuk. Maka dari itu SA memberikan wewenang bagi para penggiat lembaga kemahasiswaan tingkat fakultas untuk segera membentuk Badan Eksekutif Mahasiswa universitas, kemudian mengusung satu perwakilan mahasiswa di MWA. “Perwakilan bukan representasi dari fakultas tetapi dia representasi lembaga universitas, Jadi kalau memang baru mau membentuk silahkan saja,” tegas Restu. Lebih lanjut Restu mengatakan, kalaupun tahun ini mahasiswa belum juga mengusulkan wakilnya, maka akan dikosongkan. MWA akan tetap berjalan, sembari menunggu adanya usulan perwakilan mahasiswa. Menanggapi hal tersebut, Ketua Senat Fakultas kesehatan Masyarakat Al-Thakrik menyatakan hingga saat ini BEM FKM masih menolak status PTN BH, sehingga secara tidak langsung juga turut menolak adanya MWA. “Sampai sekarang kita masih menolak adanya PTN BH. Jadi, kami menolak adanya perwakilan mahasiswa untuk MWA,” Ungkapnya, Sabtu (26/12). Ketua Senat Fakultas Peternakan Abi Rangga juga angkat bicara. Lelaki yang akrab disapa Abi ini menganggap bahwa perwakilan mahasiswa untuk MWA yang hanya satu orang dirasa tidak cukup untuk mewakili
aspirasi dari mahasiswa. “ kita cuman satu orang, bagaimana jika ada usulan kebijakan yang tidak disetujui, satu orang ini harus melawan delapan belas orang anggota lain, kan sama ji,” tegasnya Sabtu (26/12). Lain halnya dengan Ketua BEM Fakultas Hukum Ahmad Tojiwa Ram, menurutnya adanya perwakilan mahasiswa di MWA sangat penting, tujuannya agar mahasiswa bisa ikut mengambil kebijakan bersama pihak birokrat. “Harus ada perwakilan mahasiswa di MWA, karena akan ada banyak kebijakan yang nantinya melibatkan mahasiswa, kalau tidak ada sama sekali wakil, artinya tidak ada lagi kekuatan kita,” Jelas mahasiswa yang akrab di sapa Oji ini, Selasa (29/12) Senada dengan Oji, Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Tenik, Muhammad Fujianto Manati merasa rugi jika tidak ada perwakilan mahasiswa untuk MWA. Sebab pergerakan mahasiswa akan sulit untuk terakomodir. Menurutnya kekhawatiran tidak mampunyai satu mahasiswa untuk melawan delapan belas pemangku jabatan lain, jangan dijadikan penghalang untuk mengirimkan wakil mahasiswa ke MWA. Lebih lanjut dia menuturkan bahwa sepakatnya mengirimkan utusan untuk MWA bukan berarti menghianati perjuangan lembaga lain untuk menggugat PTN-BH, tetapi setidaknya mahasiswa bisa ikut terlibat dalam pengambilan kebijakan. “Kita jangan dulu selalu terpaku pada ke delapan belas orang ini dan menganggap mereka sebagai lawan, harusnya masuk dulu bertarung di MWA setidaknya kita bisa mengawal kebijakan yang ada,” Jelas Fuji, Senin (28/12) Hingga saat berita ini diturunkan, masih belum ada titik temu yang dihasilkan dari konsolidasi yang dilakukan pengurus lembaga, terkait utusan mahasiswa untuk MWA maupun pembentukan BEM Universitas “Dua-duanya belum menemui titik temu, karena memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi akan terus kami usahakan,” tutup lelaki yang akrab disapa Fuji ini. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2015 tentang statuta Universitas Hasanuddin menjelaskan bahwa Majelis Wali Amanat (MWA) merupakan organ Unhas yang menetapkan, memberikan pertimbangan
pelaksanaan kebijakan umum, dan melaksanakan pengawasan di bidang nonakademik. MWA berjumlah Sembilan belas orang terdiri dari Menteri,
Gubernur, Rektor, Ketua Senat Akademik, Masyarakat tiga orang, Dosen delapan orang, Tenaga Pendidik dua orang, Ketua Ikatan Alumni Unhas, dan
11
Mahasiswa yang merupakan ketua lembaga kemahasiswaan tingkat universitas. n (Dya/Vit)
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Pidato: Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, berpidato sesaat setelah terbentuknya anggota Senat Akademik (SA) di Ruang Senat Unhas, Rabu (30/9). Setelah terbentuknya SA selanjutnya dibentuk Majelis Wali Amanat (MWA), dimana salah satu anggo tanya merupakan perwakilan dari mahasiswa.
Melayani panggilan Make Up Wisuda/Pesta, Facial, Lulur, Creambath, Menyewakan baju tarian tradisional, dan Gaun Pesta/Kebaya
12
iptek
identitas
NO. 850 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JANUARI 2016
Pelat Briket Sekam Padi, Solusi Dapatkan Air Bersih
Ini tentang sebuah prinsip pemanfaatan energi: panas matahari, air laut, dan limbah sekam padi. ADAKAH di dunia ini yang tidak butuh air? Tentu tidak ada. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan air bersih pun makin menanjak. Dengan daerah pesisir yang luas, bagaimana kalau kita memanfaatkan air laut menjadi air bersih?. Ya, mungkin sudah cukup banyak kita dengar, ada suatu alat penyaringan air canggih yang mampu melakukannnya. Namun, alat yang memanfaatkan limbah sekaligus energi matahari untuk mengubah air laut menjadi air bersih, menjadi hal baru. Humayatul Ummah Syarif namanya, seorang lulusan Doktoral Program Pascasarjana Unhas yang meneliti pemanfaatan limbah sekam padi untuk menunjang ketersediaan air bersih bagi masyarakat, khususnya di daerah pesisir. Dari disertasinya ini, ia juga secara tidak langsung membantu mengurangi limbah sekam padi yang terus bertambah, untuk dimanfaatkan sebagai briket. Sejak masih menjalani studi D3 di Politeknik Negeri Ujung Pandang tahun 1989 silam, pe rempuan berdarah Bugis asli ini, punya ketertarikan lebih terha-
dap pemanfaatan energi matahari. Hal ini terus berlanjut hingga jenjang S3-nya. Dari banyak referensi jurnal yang dibacanya, ia akhirnya memperoleh pengetahuan tentang pengaplikasian energi matahari dalam mengu bah air laut menjadi air bersih, dengan metode distilasi. Pada sistem destilasi air laut tenaga surya ini, pelat adsorben (penyerap) sangat berperan pen ting. Pelat berfungsi dalam menyerap dan mengonversi sinar radiasi matahari menjadi energi panas yang akan memanaskan air laut yang ada di atasnya. Jika pada umumnya pelat Tembaga digunakan sebagai pelat adsorben. Maka pada alat buatannya ini, Humayatul menggunakan briket sekam padi sebagai pelat adsorben. Alasannya lebih murah dan air yang dihasilkan lebih bersih. “Walaupun nilai daya serap radiasi mataharinya rendah, namun pelat penyerap dari briket sekam padi lebih murah dan daya penyaringannya lebih bagus. Kandungan Silika yang tinggi pada pelat mampu menyerap bau dan zat berbahaya,” tuturnya saat di-
DOK. PRIBADI
wawancarai (31/12). Wadah sistem distilasi ini berbentuk seperti rumah kaca, memiliki kaca penutup dengan kemi ringan 300 dengan ukuran 1x1 m. Cara kerjanya, diawali dari radiasi sinar matahari yang menembus kaca penutup dan mengenai permukaan pelat penyerap dalam bak penampungan, maka pelat penye rap akan panas, dan energi panas dari pelat penyerap akan menjaga air laut tetap dalam keadaan panas. Air akan menguap dan berkumpul dibawah permukaan kaca penu tup. “Hasil kondensasi yang berupa
uap air akan mengalir mengikuti kemiringan kaca penutup dan masuk kedalam selang atau pipa, dan mengalir ke tempat penampungan air bersih. Air bersih pun siap digunakan,” jelasnya. Tak mudah memang mendesain ketebalan dan kerapatan briket sekam padi pada wadah sistem destilasi ini. Untuk mendapatkan briket sekam padi yang sempurna (tinggi kandungan Silika), ia harus gagal beberapa kali hingga menemukan cara pembakaran sekam yang efektif. Tak hanya itu, kendala biaya
dan kelengkapan pe ralatan laboratorium pun menjadi pelengkap cerita dalam penelitian yang dimulai dari tahun 2013 ini. “Alat lab disini belum lengkap. Untuk uji kua litas penyerapan dan kompisisi yang tepat dari briket sekam padi harus melalui SEM (Scanning Electron Microscope) di Jepang. Itu biayanya tidak sedikit, mana lagi biaya tambahan untuk uji kualitas air di Dinas Kesehatan dan biaya-biaya lainnya,” keluh lulusan Prodi Teknik Sipil ini. Hasil karya dosen Universitas Satria Makassar ini, sudah pernah diujicobakan di Kabupaten Jeneponto. Hasil nya alat ini sudah bisa dimanfaatkan oleh ma syarakat. “Semoga alat ini dapat bermanfaat utamanya di daerah yang sulit mendapatkan air bersih, terutama air minum. Kedepannya saya masih akan meneliti material untuk rancang bangun wadah sistem destilasi yang lebih baik,” harapnya. n Rasmilawanti Rustam
ragam
AKHIR tahun menjadi saat yang penuh euforia. Setiap sudut jalan dipenuhi anak-anak yang merengek minta dibelikan pernak-pernik tahun baru, seperti terompet, kembang api bahkan petasan. Di pusat perbelanjaan kota, remaja hingga orang tua rela antri panjang lebar untuk mendapatkan diskon besar-besaran. Penghujung tahun bak surga di mata masyarakat. Malam pergantian tahun selalu menjadi momen yang tak terlupakan. Menjelang tanggal 31 Desember, beberapa orang sudah sibuk merencanakan akan menghabiskan waktu dengan siapa. Di lain sisi, ada yang berkutat dengan resolusi di tahun 2016. Refleksi apa yang terjadi satu tahun lalu dan apa yang semoga terlaksana di tahun depan. Perayaan malam tahun baru ini dimulai oleh kaum Amerika. Sejak bangsa Romawi, menetapkan tahun baru masehi setiap 1 Januari, orang Amerika ramai mengadakan perayaan sehari sebelum tahun baru yakni 31 Desember. Mereka biasanya pergi ke pesta atau berkumpul di jantung kota New York. Saat lonceng te ngah malam berbunyi, kota dipe-
ILUSTRASI/ BENNY SUHARDI WIRANATA
Euforia Menyambut Tahun Monyet
nuhi suara sirine dan kembang api yang diledakkan. Setelahnya masing-masing orang meneriakkan “Selamat Tahun Baru” Berbeda halnya dengan yang dilakukan Inggris, mengikuti tradisi orang Romawi pemimpin bangsa ini mewajibkan kepada rakyatnya untuk saling memberikan hadiah tahun baru. Para suami biasa memberikan istrinya sebuah pin. Hal lain terjadi di Spanyol, negara ini merayakan ta-
hun baru dengan menelan 12 butir anggur dengan cepat. Ini diyakini mampu membawa keberuntungan dan kebahagiaan di tahun berikutnya. Cara merayakan tahun baru pun berkembang hingga saat ini. Menanti tahun Monyet, setiap orang memiliki aksi berbeda khususnya di Indonesia. Entah itu dilakukan di rumah, luar kota atau bahkan keluar negeri. Seperti yang dilakukan Faathiyah Harun, ia mengisi tahun ba-
runya dengan beristirahat. Mahasiswa Fakultas Pertanian ini lebih memilih berada di rumah dibanding keluar dan berhurahura. Baginya, hari-hari biasa tak ada bedanya dengan malam pergantian tahun ini. Selain istirahat, ia lebih memilih nonton televisi bersama keluarga di rumah. “Tidak ada kegiatan khusus, hanya di rumah nonton tv dan membersihkan rumah sama dengan hari-hari biasa,” tuturnya, Minggu (27/12). Jika Faathiyah rutin mengisi tahun baru bersama keluarga, beda lagi yang dilakukan oleh Muh. Fujianto Manati. Ketua Senat Fakultas Teknik ini memilih menghabiskan malam pergantian tahun bersama teman sefakultasnya. Fuji, sapaan akrabnya ingin menciptkan kebersamaan yang nantinya akan jadi kenangan. Ia hanya melalui tahun baru di kampus bersama beberapa teman Fakultas Teknik dengan suguhan acara kecil-kecilan sebagai pelengkap kebersamaan. Baginya, ini menjadi momen terakhir kebersamaan dalam nuansa fungsionaris Orga nisasi Kemahasiswaan Fakul-
tas Teknik Unhas. “Momen tahun baru bisa dijadikan sebagai bentuk refleksi berlembaga,” ujarnya, Jumat (18/12). Hal lain dirasakan Kezia Djelau. Mahasiswa Fakultas Ke sehatan Masyarakat ini memilih memperbaiki diri dan mampu membangun kebersamaan sebagai resolusi yang harus dicapai di tahun 2016. Sebagai wujud dari niatnya itu, Kezia sapaan akrabnya mengikuti kegiatan Youth Camp. Kegiatan tahunan yang dilaksanakan di Kota Batu Malang ini diselenggarakan oleh Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Batu Malang. Kegiatan ini dirangkaiakan dengan seminar, ceramah dan games. Kezia, sapaan akrabnya ingin membangun kebersamaaan melalui kegiatan ini. Mahasiswa angkatan 2014 ini merasa harus ada pengalaman rohani yang didapatkan untuk mengawali tahun yang baru lagi. “Saya rindu dengan kebersamaan dari orang-orang seiman dari seluruh Indonesia juga ingin menambah teman baru melalui kegiatan ini”, katanya Sabtu (2/1). n Rasmilawanti Rustam
cerpen
identitas
NO. 850 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JANUARI 2016
Bintang Pagi Untuk Mama Oleh: Fatmawati Liliasari
puisi Sayap-sayap Kiri Oleh: Umiyati Haris Kami terbang menyoroti kebijakan Tertegun mengepakkan sayap akan ketidaksesuaian yang ada Kejelian membuat benang kesalahan Sang tampuk pemerintah terlihat, Sangat jelas Kami terbang menyoroti kebijakan Kebijaksanaan itu telah lenyap diguncang zaman dimensi ini Menguap menyeruak dibalik indahnya embun di pagi hari Hai, sang tampuk pemerintah Kepercayaan di waktu dulu itu telah terkoyak Diporak-porandakan oleh dikau bak menari-nari di atas kertas hitam-putih Kepercayaan kami hilang, terbang jauh ke negeri seberang Kami bersenang hati membantu kalian diturunkan dari tampuk Lalu pesta rakyat digelar lagi di sudut alun-alun Lalu, sayap-sayap kami dikepakkan lagi menyoroti kebijakan baru itu Tapi ada yang meleset dari pengamatan Melenceng jauh dari kitab UU Apa itu? Sebuah konspirasikah atau memperkaya sanak saudara mereka?
ILUSTRASI/ BENNY SUHARDI WIRANATA
SEBERAPA banyak kena ngan yang bisa kau ingat bersama Mamamu? Banyak. Sedikit. Atau tidak sama seka li? Lumrahnya, keberadaan seorang Mama dalam harihari kita adalah sesuatu yang niscaya. Dialah perempuan paling cantik sekaligus paling hebat sedunia. Peluknyalah yang selalu paling hangat di malam-malam dingin ber hujan. Masakannyalah yang selalu ngangenin, yang per tama kali dirasai oleh lidah mungil kita. Sayangnya aku sama sekali tidak punya kenangan bersa ma Mama yang bisa kuingat. Menurut cerita Papa, Mama dipanggil oleh Tuhan ketika umurku masih enam bulan. Sedang gemas-gemasnya belajar merangkak. Sering cekikikan kesenangan ketika diajak ngobrol dan hanya paham kosa kata “Ma.. ma.. ma..” Apa yang bisa diingat oleh bayi enam bulan? Dia cuma tahu menangis ketika haus. cuma tahu menangis ketika gendongannya tidak senya man biasanya. Sama sekali belum tahu apa-apa soal ke hilangan. Namaku Bintang, dan yang pertama kali kupanggil Mama secara sadar dan utuh adalah Nenekku. Bagaimana tidak, beliaulah tujuanku ke tika takut-takut memegangi titian, terjatuh-jatuh belajar berjalan. Beliaulah yang me nyuapiku ketika aku mena ngis karena lapar. Nenekku lah yang terkantuk-kantuk di sisi pembaringan membu jukku untuk tidur. Nenekku lah yang memandikanku tiap pagi dan sore. Mendandan iku dengan pakaian terbaik dan menaburi bedak bayi ke seluruh tubuhku. Aku tumbuh dengan kedua tangan Nenekku. Maka beta pa aku kebingungan ketika hari raya seluruh kerabat dekat datang, umurku tiga tahun waktu itu. Sepupusepupuku berlarian merang kul ‘Mamaku’ dan dengan riang memanggilnya dengan sebutan Nenek, bukan Tante. Bukankah seharusnya sepu pu-sepupuku memanggil Mamaku dengan sebutan Tante? Belum pulih dari keganji lan barusan, kejadian selan jutnya membuatku makin kebingungan. Papaku berlu tut di depan ‘Mama’ diikuti oleh saudara-saudaranya, menjabat tangan ‘Mamaku’ sambil menangis tersedusedu. “Maafkan Andi, Bu.
13
Anak Ibu terlalu banyak salah,” gumam Papaku di tengah sedu-sedannya. Anak? Telingaku berdenging demi mende ngar kata itu. Apa Papa memintakan maaf untuk ku? Sisa hari itu aku tibatiba jadi pemurung. Meng habiskan waktu di pojokan rumah memperhatikan orang-orang dewasa sibuk berlalu-lalang. Sepupusepupuku bermain, ber larian kesana kemari. Di gendong oleh Mamanya, disuapi. Dan Nenekku. Nenekku dikelilingi oleh cucu-cucunya, saudarasaudara Papa. Aku baru tujuh tahun, sekecil itu untuk meneri ma kenyataan kalau yang kuanggap Mama selama ini ternyata adalah Nenek ku. Ibu dari Papaku. Malam harinya aku memberanikan diri mengetuk pintu kamar Mama atau Nenekku. I ngin memastikan sekaligus ber tanya banyak hal. “Nek...” Kata itu terasa asing sekali di lidahku. Nenekku terpaku di tem patnya demi mendengar panggilan itu diucapkan. “Mama ada di mana?” Pertanyaan polosku saat
itu sukses membuat mata Nenekku berair. Dipeluknya aku erat-erat sambil me negaskan berkali-kali. “Ini Mama, Nak. Aku Mamamu.” Anehnya aku sama sekali tidak percaya. Tetapi malam itu aku tidak berhasil mendapatkan penje lasan, Nenekku tidak pernah mau membicarakannya. Aku ingin bertanya pada Papa, tapi Papa terlalu sibuk. Akhirnya aku menyerah, pertanyaan tentang Mama kusimpan ra pat-rapat dalam hati. Hingga suatu malam, di halaman belakang rumah, umurku lima belas. Aku se dang asyik memandangi bintang muncul satu persatu sehabis hujan lepas maghrib tadi. Rumput yang kuinjak masih basah, udara yang kuhirup masih menyisakan bau tanah. “Mamamu dulu suka seka li memandangi bintang.” Aku dikejutkan oleh suara Nenek yang tiba-tiba duduk di sampingku. Ikut mendo ngakkan kepala ke atas langit malam. Aku tidak langsung menanggapi. Tidak ingin ber tanya, biar nanti Nenek yang menceritakan bila ia ingin. “Mungkin itulah mengapa Mauren memberimu nama Bintang.” Jadi Mamaku bernama
Mauren? Nama yang cantik. “Mamamu juga cantik, Nak. Mamamu pandai seka li memberi nama. Dengan nama itu, Mamamu berharap kamu senantiasa bersinar meski sekelilingmu sedang gulita.” Nenekku sudah tua, uban nya jauh lebih banyak dari pada rambut hitamnya. Aku tidak tahu mengapa Nenek akhirnya mau menceritakan perihal Mama. “Apa aku lahir pada malam hari?” Tanyaku menebak. Nenek menggeleng. “Kamu justru lahir di pagi hari sesaat sebelum matahari terbit. Dan satu bintang di timur langit sedang bersinar amat terang. Mamamu bahagia sekali ke tika pertama kali mendengar tangismu pecah.” *** Namaku Bintang, umurku dua puluh. Aku suka me mandangi bintang di malam hari. Aku adalah penemu termuda di laboratorium as tronomi terkemuka negeri ini. Temuanku adalah Bin tang Mauren. Bintang yang bersinar paling terang di timur langit sesaat sebelum matahari terbit. n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Pertanian Angkatan 2012
Tidakkah kalian ingat peristiwa Yorktown 1781 ? Ya! batu loncatan kami menuju dimensi waktu ini Dikenal orang sebagai pembenaran atas kesalahan, Pemberontakan terhadap tindak kesewenang-wenangan Itulah kami, sayap-sayap kiri Suka tak suka, tetap menjamur dihadapan semua Menarik layar tancap putih kebenaran yang belum terungkap Sebagai bentuk protes akan kebijaksanaan yang dahulu, Sebab sang tampuk kurang akan pegangannya Sayap kami tetap akan membentang jauh, Jauh menutup samudera hingga padang pasir terluas di tempat berpijak Hingga waktu yang tak diketahui, Sayap kami tetap menjadi seperti itu, Sayap-sayap kiri n Penulis adalah Mahasiswi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional FISIP Unhas Angkatan 2012
Bagi pembaca identitas yang ingin memasukkan Cerpen dapat memenuhi syarat penulisan: l Panjang Naskah 2 Halaman l Spasi satu l Ukuran font 12 l Font tipe: Times New Roman Tulisan anda boleh dikirim melalui e-mail resmi identitas Dengan syarat : Melampirkan foto diri dan kartu identitas Alamat: LT1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin. Email: bukuidentitas@gmail.com
kolom Menantikan Peran Besar MWA Unhas
14 14 identitas
NO. 850 850 || TAHUN TAHUN XLII XLII || EDISI EDISI AWAL AWAL JANUARI JANUARI 2016 2016 NO.
Oleh : Chunank TERTUANG dalam statuta pasal 17 bahwa terdapat tiga organ dalam struktur Perguruan tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH). Majelis Wali Amanat (MWA), Rektor, dan Senat Akademik (SA). Organ SA dan rektor telah terbentuk dan berjalan sesuai fungsi yang diem ban dan tanggung jawab masingmasing. Sementara MWA baru akan dibentuk dalam waktu tidak lama ini, seperti tercantum dalam statuta Unhas, bahwa MWA ada lah organ Unhas yang menetap kan, memberikan pertimbangan pelaksanaan kebijakan umum, dan melaksanakan pengawasan di bidang nonakademik (pasal 1 poin
cermin
3). Selanjutnya Rektor dipilih, di angkat, dilantik, dan diberhenti kan oleh MWA (pasal 27 poin 1). MWA merupakan organ atau badan pembuat keputusan ter tinggi yang mewakili kepenti ngan pemerintah, kepentingan masyarakat umum dan kepenti ngan universitas itu sendiri. Keanggotaan MWA adalah repre sentasi dari berbagai elemen atau unsur pemangku kepentingan di perguruan tinggi. Dalam melak sanakan tugasnya MWA mem bentuk Komite Audit (KA) yang bertugas melakukan supervisi proses audit internal dan ekster nal atas penyelenggaraan Unhas di bidang nonakademik; melak sanakan fungsi manajemen risiko; dan menyampaikan laporan ta hunan kepada MWA (Pasal 24). Mengingat tugas dan peran MWA sangat strategis, segenap sivitas akademika, alumni, pemerintah dan masyarakat umum senantiasa menaruh hara pan besar. Dapat mengendalikan pertumbuhan dan perkemba ngan Unhas yang makin maju
dan bermartabat. Kita berharap anggota MWA terpilih mem punyai wawasan tentang pen didikan tinggi, track-record yang mumpuni, berkomitmen tinggi membangun Unhas, serta me ningkatkan sinergitas hubungan antara institusi Unhas, peme rintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat umum, serta tidak be rafiliasi partai politik untuk meng hindari konflik kepentingaan. Anggota MWA Unhas terpilih akan menghadapi tugas tidak ringan, harus merampungkan setidaknya 13 peraturan MWA yang akan mengatur fungsi, we wenang dan tanggung jawab MWA, serta diharapkan MWA menjadi ‘simpul-harmonisasi` dari aktivitas kegiatan yang meli batkan Rektor, Senat Akademik dan pihak eksternal kampus. Anggota MWA dari dosen harus bisa komprehensif dalam pema haman akademik maupun non akademik, sejatinya lebih me mahami ‘marwah` universitas, karena kesehariannya berhada pan langsung dengan permasala
han seputar ‘transfer konow ledge-skill’ kepada mahasiswa dan perangkat pembelajaran ‘activelearning’ lainnya. Anggota MWA dari alumni adalah keniscayaan dan mutlak pelibatannya dalam memikir kan kejayaan-almamater, dan berkontribusi nyata dalam pem bangunan bangsa. Peran aktifnya ditunjukkan dengan potensi je jaring dimiliki para alumni, da pat berkontribusi memajukan Unhas, kerja sama terintegrasi serta menyalurkan ide gagasan konkrit ke pelbagai stakeholder. Anggota MWA dari tenaga kependidikan dapat memberi kan sumbangsih dalam me nyediakan solusi terbaik jika universitas mengalami ‘ke mandekan-administrasi’, mam pu menyelesaikan permasala han terkait kualitas layanan administrasi dan kepegawaian. Anggota MWA dari mahasiswa dapat memberi warna tersendiri, mahasiswa dapat secara langsung menyuarakan aspirasi kepada pemangku kepentingan, ideal
isme sebagai ciri khas dunia ke mahasiswaan dapat ditawarkan de ngan argumentasi yang kuat, jika dapat meyakinkan anggota MWA lainnya, maka ‘suara-maha siswa’ menjelma jadi suara MWA. Keterwakilannya merupakan ‘given’, sebaiknya mahasiswa me manfaatkan ‘arena-bermain’ ini dalam menyalurkan aspirasinya. Anggota MWA dari masyarakat merupakan tokoh yang memi liki kepedulian tinggi terhadap pengembangan Unhas dan me miliki akses pembangunan na sional, punya ide, gagasan dan pemikiran solutif, kemampuan manajerial, kapabel dan integri tasnya sudah terukur selama ini. Kita menantikan peran besar MWA memajukan Kampus Merah ini, sebab kalau peran MWA tidak optimal dan tidak sinergis de ngan organ lainnya, maka status PTN-BH bisa dicabut oleh peme rintah, seperti yang terjadi di Uni versitas Sumatera Utara (USU). Penulis adalah Dosen FKM Universitas Hasanuddin
Mengapa Kita Harus Memilih?
“Destiny is not matter of change. it is a matter of choice
it is not a thing to be waited for, it is a thing to be achieved” -William Jennings Bryan, 1860-1925KITA terlahir atas sebuah pilihan. Berawal dari pilihan Sang Pencip ta untuk menghadirkan kita ke du nia ini. Hingga mempertemukan kedua orang tua kita dalam sebuah kata jodoh. Kemudian memutus kan mempunyai anak dan akhir nya kita semua terlahir ke dunia. Apakah sejak lahir kita sudah diperhadapkan pada pilihan? Ter ingat dengan dialog bayi bersama Tuhannya sesaat sebelum lahir ke dunia ini. Sang bayi berkata kepada Tuhan bahwa besok dia akan dilahirkan ke dunia. Lan tas dia takut dengan kondisinya yang masih lemah. Sang bayi juga telah merasa nyaman berada di surga, sementara di dunia ka tanya banyak orang yang jahat. Lantas Tuhan menjawab bahwa dia akan memilihkan satu malai kat untuk melindungi sang bayi, yaitu ibu. Dengan senang hati sang bayi memilih terlahir ke du nia dan bertemu malaikatnya. Bahkan sebelum menjadi bayi kita adalah hasil dari se buah pilihan. Kita adalah sel telur pilihan yang berhasil dibuahi oleh sperma hasil persai ngan milyaran sperma lainnya. Kita yang menghirup oksigen saat ini adalah hasil dari sebuah pilihan kita sendiri. Memilih
untuk terlahir ke dunia dengan segala konsekuensi yang siap kita terima. Kemudian kita men jalani hidup. Ada dua pilihan, menjadi orang baik atau jahat. Semuanya adalah sebuah pilihan. Saya kembali teringat dengan cerita Dewi Kwan Im. Dalam ce rita dikatakan bahwa Dewi Kwan Im identik dengan perwujudan dari Buddha yang memilih ting gal di dunia untuk membantu manusia karena masih menden gar tangisan dan penderitaan. Dia mendengar tangisan pen deritaan dari dunia. Dengan meninggalkan tawaran kenikma tan Nibbana, dirinya memilih terlahir kembali ke dunia un tuk membantu jiwa-jiwa men derita yang butuh pertolongan. Juga aku teringat kisah yang pernah kubaca. Seorang anak yang menghadap pada seorang kakek tua yang terkenal bi jak di suatu wilayah. Dia ingin menguji sang kakek dengan se ekor ayam di tangannya. Sang anak berkata, “Kakek yang bi jaksana; katakanlah kepadaku, apakah burung kecil yang ada dalam genggaman tanganku ini masih hidup atau telah mati?” Anak itu berpikir, kalau dijawab sudah mati, maka ia akan melepas
Oleh : Ramdha Mawaddha kan burung yang masih hidup dalam genggaman tangannya itu terbang. Sebaliknya, bila dijawab masih hidup maka ia akan me remuk keras burung tersebut hing ga mati. Dengan begitu kakek tua tersebut akan kehilangan nama baiknya karena menjawab salah. Setelah agak lama berpikir, kakek tua itu pun membuka suara.“Secara jujur harus aku ka takan bahwa aku tak tahu apakah burung kecil dalam genggamanmu itu masih hidup atau telah mati. Namun aku tahu satu hal, yakni bahwa nasib burung itu berada dalam genggaman tanganmu.” Hidup kita pun bagaikan na sib burung kecil dalam geng gaman tadi. Dalam hidup kita diberikan kebebasan untuk
menentukan arah dan nasib hidup kita sendiri. Pilihan itu di tentukan oleh diri kita sendiri. Salah satu pilihan adalah dalam menjalani masa mahasiswa. Apa kah kita memilih menjadi maha siswa yang biasa-biasa saja atau memilih menjadi mahasiswa yang luar biasa. Tengoklah mere ka yang memilih mengorbankan waktunya di lembaga, berdiskusi dan menjadi agen perubahan bagi bangsa ini. Rela menghabiskan waktu untuk rapat, berdiskusi dan mengkaji setiap kebijakan yang ada hingga larut malam. Tak han ya aturan dalam kampus saja tapi untuk kepentingan publik lainnya mereka juga memilih untuk me mikirkannya. Mereka memilih un tuk mengutamakan kepentingan umum dibanding dirinya sendiri. Lantas bagaimana dengan mereka yang memilih fokus den gan akademiknya saja? Apakah mereka salah memilih? Tentu tidak. Tiap pilihan yang mereka ambil tentu punya konsekuensi masing-masing. Memilih fokus menghasilkan nilai akademik yang bagus, menjadi lulusan ter baik dan melanjutkan studi. Mung kin dalam pandangan mereka itulah mahasiswa yang luar biasa. Sementara mereka yang tak biasa-biasa saja telah memilih keluar dari zona nyamannya dan berani menghadapi tantan gan yang ada di depan. Memilih menunda masa studi bahkan memilih menentang sebuah ke
bijakan. Tidak takut membuat pilihan yang berbeda dari orang lain sekalipun itu hanya sendiri. Termasuk pilihan menjadi seorang pemimpin. Jika diper hadapkan pada pilihan ingin dipimpin atau memimpin, mung kin banyak orang yang memilih ingin menjadi pemimpin. Ke mampuan memimpin tak lahir begitu saja sejak kita lahir atau berdasarkan silsilah keluarga. Karena itu berasal dari pilihan proses kehidupan yang kita jalani. Dalam sebuah organisasi misal nya, melakukan proses kade risasi yang sama pada semua anggotanya. Namun nyatanya tak semua yang dihasilkan sama. Karena semua akan kembali pada pilihan yang dijalani oleh masing-masing individu ingin menjalani proses seperti apa. Lantas sampai kapan kita akan terus diperhadapkan pada pili han? Hingga mati pun kita akan tetap memilih. Termasuk mati dengan cara seperti apa. Jika seha ri-hari waktu kita habiskan di jala nan, maka besar kemungkinan hidup kita juga berakhir di sana. Jadi apakah kita harus me milih? Tentu saja. Bahkan ke tika kita tidak memilih sekalipun itu tetaplah sebuah pilihan. n Penulis adalah Mahasiswa FMIPA Unhas Angkatan 2012 Redaktur Pelaksanan PK identitas 2016
kampusiana
identitas
NO. 850 | TAHUN XLII | EDISI AWAL JANUARI 2016
IMM Lantik Pengurus Baru
duppa, tari merak, tari kreasi, tari sampan nelayan, tari zaman, dance, puisi, teatrikal, parodi dan seni keagamaan. Kegiatan ini dipersiapkan selama kurang lebih satu bulan. ”Mari kita kembangkan bakat seni di FIKP tanpa mengganggu mata kuliah dan mudah-mudahan kita juga bisa mengukir prestasi di ajang internasional,” ucap Sapril, SPi selaku panitia acara. (M26)
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Unhas gelar pelantikan pengurus baru periode 2015-2016, Ahad (20/12). Kegiatan yang berlangsung di Aula Harifin Tumpa Fakultas Hukum Unhas ini mengusung tema “Pengejawantahan Trilogi Gerakan Ikatan dalam Landscape IMM Bergerak.” Dalam kegiatan ini lima Pe ngurus Pimpinan Komisariat (Pikom) dilantik. Diantaranya Pikom Ilmu Hukum, Pikom Ilmu Budaya, Pikom Agroteknologi, Teknik, Pikom MIPA, Pikom Ekonomi, Pikom Sosial Politik, dan Pikom Kedokreran. Nur Wahyu sebagai ketua Pikom Kedokteran berharap agar Pikom Kedokteran kembali berjaya. “Semoga IMM Pikom Kedokteran kembali berjaya dan regenerasi kader dapat terus terlaksana, IMM di Unhas juga tidak lagi mempromosikan diri dalam artian giat mencari kader, namun memposisikan diri untuk dicari kader sebab aktivitas IMM jelas memberikan suatu nilai tambah,” harapnya. (Kbs)
Himpunan Mahasiswa Sipil Rayakan Milad Ke-52 Himpunan Mahasiswa Si pil (HMS) Unhas rayakan hari jadinya ke-52 di kampus Teknik Gowa, Ahad (27/12). Bertepatan pada hari jadinya yang jatuh pada 12 Desember 1963 mahasiswa sipil lakukan kegiatan penanaman mangrove di Desa Lantebung Kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea, Makassar. Selain itu, mahasiswa Sipil ini membuat peta lokasi daerah sekitar kampus Teknik Gowa sebagai upaya mempermudah pengunjung baru untuk datang ke lokasi tersebut. Peta ini dibuat sebagai bentuk pengabdian mahasiswa terhadap masyarakat. “Jadi inilah wadah kita menunjukkan kepada masyarakat bahwa inilah misi mahasiswa,” tutur Ketua Himpunan Mahasiswa Sipil, Iwan Setiawan, Senin (28/12). (Dya)
Humanis Gelar Forum Diskusi Himpunan Mahasiswa Administrasi (Humanis) mengadakan Kelas Administrasi kepada seluruh anggotanya sebagai wadah berdiskusi. Kegiatan berlangsung di ruang A Keluarga Mahasiswa (Kema) Fisip Unhas, Senin (21/12). Diskusi kali ini membahas efektivitas program kelompok usaha fakir miskin di kota Makassar, yang dibawakan Andi Ashar Mustafa.
Sebagai program kerja dari Departemen Kajian, tujuan kegiatan ini untuk mewadahi seluruh anggota Humanis yang minat dalam berdiskusi. Selain itu, diskusi ini penting untuk memba ngun jiwa kritis dari mahasiswa.
15
Diskusi Publik Larangan Aktivitas Malam
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Foto Bersama: Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) luncurkan buku berjudul “Badan Usaha Milik Rakyat” di Ruangan Rapat Senat Unhas, Senin (28/12). Peluncuran buku ini dihadiri oleh Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA.
“Melalui forum diskusi diharapkan mahasiswa dapat memiliki jiwa kritis dan semangat belajar yang tinggi. Dan juga kedepannya forum diskusi ini tidak hanya diikuti oleh mahasiswa Administrasi saja, tetapi dapat diikuti dari jurusan lain sehingga pengetahuan dapat lebih luas,” ujar Sat riawan, salah satu anggota Departemen Kajian Humanis. (M07)
LDM Al-Aqsho Gelar Kajian Tematik Islam Lembaga Dakwah Mahasiswa (LDM) AL –Aqsho mengadakan Kajian Tematik Bulanan (Kitab). Mengusung tema “Penyebab Kemunculan dan Runtuhnya Kekuasaan Islam dari Masa ke Masa,” kegiatan ini berlangsung di masjid Al-Aqsho Fakultas Kedokteran, Selasa (29/12). Kajian ini menghadirkan Ustad Surya Darma, LC selaku Ketua Ikatan Da’I Indonesia Wilayah Sulawesi Selatan. Diharapkan kajian ini mampu menguak sejarah islam. “Dengan ini diharap kan ada motivasi dalam diri mereka untuk mempelajari sejarah islam, atau siroh secara mendalam,” ucap Satriyani, selaku koordinator kegiatan. (M23)
UKM PSK Peringati Milad Kelima Unit Kegiatan Mahasiswa Pantun dan Seni Kreatif (UKM PSK) peringati hari jadinya yang kelima di Pelataran Rektorat, Rabu (23/12). Milad kali ini dihadiri oleh semua warga UKM Pantun dan beberapa mahasiswa dari UKM lain.
Rentetan kegiatan mengisi dalam acara milad kali ini ialah pantun, band, sulap, pantomim, dan berbagai ekspresi bebas lainnya. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mempererat hubungan antar warga UKM Pantun Unhas. “Jalan-jalan ke pulau kayangan, jangan lupa memancing
ikan. Walaupun pantun sudah kampungan tetapi kita harus lestarikan. Semoga dengan bertambahnya umur, pantun menjadi lebih kreatif, dan dapat mempererat hubungan internal UKM pantun kita,” ucap Anwar G selaku Ketua Umum UKM Pantun dan Seni Kreatif. (M23)
Expo PMW 2015 Program Mahasiswa Wira usaha (PMW) mengadakan Expo PMW 2015 di Lantai Dasar Gedung Rektorat Universitas Hasanuddin, Kamis-Jum’at (17-18/12). Kegiatan ini digelar untuk memperkenalkan produk yang telah dihasilkan oleh PMW selama tahun 2015. Ada 40 kelompok yang telah mendapatkan bantuan usaha dan 13 kelompok ikut hadir untuk memamerkan usaha yang telah digelutinya. Seperti Rimba Art, Pondok Jamur Tiram, Co waste, Qhumairach Mobile Salon, Dolfice Cendol Fruit Ice, Kedai Souvenir dan Toolskit, Maman Kreatif Screen Printing, EA Adventure, Our Programmes, Colour Sample dan PMW Buddy Muda. Konteks dasar dari pogram ini merupakan pembelajaran bagi mahasiswa untuk berwirausaha, sehingga bagi anggota PMW diwajibkan untuk ikut dalam seleksi program muda mandiri yang akan diseleksi ketat nanti. “Mudah-mudahan mahasiswa yang telah mengikuti PMW dan menyelesaikan studinya di Unhas, bisa mengembangkan usahanya. Kami akan tetap memfasilitasi untuk mendapatkan dukungan baik dari pemerintah, maupun dari pihak swasta,” ucap Ir Ilham Jaya, MM selaku Ketua Pengelola PMW Unhas. (M26)
Kopma Adakan Seminar Kewirausahaan Nasional Koperasi Mahasiswa (Kopma) adakan seminar nasional
yang bertajuk “Stop Dreaming, Start Your Business with Cooperation”. Seminar ini diadakan di Gedung Iptek Lantai 2 Unhas, Selasa (22/2). Hadir tiga pembicara khusus yakni Muhammad Arsyad Dalimunte selaku Pengawas Koperasi Pemuda Indonesia, Asdar Marzuki selaku CFO Agroniaga, dan Sidiq Pradipta Laksamana sebagai Pemilik Makassar Jeans House. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh ketua Program Mahasiswa Wirausaha, Ir Ilham Jaya, MM. Seminar ini diakhiri dengan pemberian plakat kepada pemateri serta doorprize untuk peserta.”Mudah-mudahan peserta yang hadir bisa bersemangat dalam memulai usaha untuk kemudian mewujudkan mimpi seperti pada tema seminar,” ujar Ahmad Akbar selaku
ketua
panitia.
(M26)
FIKP Resmikan Sanggar Seni Swara Bahari Pelantikan dan peresmian Sanggar Seni Swara Bahari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) di Gedung Baruga Andi Pangeran Pettarani, Sabtu (19/12). Acara ini bertemakan “Indahnya Kebersamaan”. Tema diangkat karena keinginan untuk menghimpun mahasiswa dari berbagai program studi di fakultas ini. Acara ini dihadiri 300 mahasiswa Unhas dan sejumlah keluarga besar FIKP. Selain itu, hadir pula Wakil Rektor III, Dr Ir Abd Rasyid Jalil MSi, Dekan FIKP Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa, M Si, Pembantu Dekan I FIKP Dr Ir St Aisjah Farhum, M Si, Pembantu Dekan III Prof Dr Amran Saru ST, dan dosen FIKP Andi Iqbal Burhanuddin. Adapun rentetan acara yang ditampilkan yaitu penandatanganan Sanggar Seni Swara Bahari FIKP yang dilanjutkan dengan paduan suara, tari pad-
Diskusi publik yang diadakan di pelataran Baruga Andi Pangeran Pettarani Unhas dihadiri oleh 52 mahasiswa. Hadir sebagai pembicara Dosen Ilmu Politik, Endang Sari, SIp MSi dan Saleh Hari Wibowo selaku Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fisip, Rabu (23/12). Mengangkat tema ”Esok malam, Akankah Seindah Malam yang Telah Berlalu?” diskusi ini berlangsung selama beberapa jam terjadi sharing pendapat terkait lara ngan aktifitas malam di kampus. Tujuan diadakan diskusi ini ialah untuk melihat seperti apa respon mahasiswa terhadap larangan aktifitas malam dan kedatangan TNI-Polisi dan wakil Rektor III yang menyisir sekretariat lembaga kemahasiswaan Unhas. Selain itu, pendapat mahasiswa tentang berlakunya PTN-BH juga diulas dalam diskusi ini. “Saya harap kedepannya aktivitas malam mahasiswa bisa tetap berjalan sebab waktu pagi dan sore merupakan waktu kita untuk menjalankan aktivitas akademik di kampus,” ucap Endang selaku pembi cara pada diskusi publik. (M26)
Seminar Nasional Bahaya HIV AIDS Biro Bina Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) dan HIV AIDS SETDA Provinsi Sulawesi Selatan bekerjasama dengan Medicare Center Indonesia (MCI) mengadakan seminar dan workshop nasional kesehatan terbaru 2015, Ahad (27/12). Dengan mengangkat tema “Penanggulangan AKI & AKB dan Bahaya HIV AIDS di Indonesia” kegiatan ini berlangsung di Auditoriun Prof Amiruddin FK Unhas. Hadir sebagai pembicara dr Dewi Setiati, SpOg, M Kes, H Mohommad Husni Thamrin, SKM MKes dan Dr Eddyman W Ferrial. Kegiatan ini tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa Unhas, tapi juga mahasiswa kesehatan dari universitas lain. Kegiatan ini bertujuan agar praktisi ke sehatan lebih mnegetahui update soal kesehatan. “Bagaimana update tenaga kesehatan dan calon tenaga kesehatan lebih update lagi melalui kegiatan ini,” ujar Ramli SKM CH selaku Direktur MCI. (M27) n
jejak langkah Berguru Ke Negeri Paman Sam
identitas 16 identitas
| TAHUN | EDISI AWAL JANUARI 2016 NO.NO. 850850 | TAHUN XLIIXLII | EDISI AWAL JANUARI 2016
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
SIANG yang tidak begitu terik menemani reporter identitas wawancara bersama sosok Jejak Langkah kali ini. Dialah Muhammad Taufik Saputra, mahasiswa Fakultas Pertanian yang berhasil lulus seleksi pertukaran mahasiswa ke Amerika. Sejak mahasiswa baru sebenarnya ia telah memiliki cita-cita untuk keluar negeri. Ia terinspirasi oleh salah seorang seniornya yang lulus seleksi KKN Jepang Six University Initiative Japan Indonesia (SUIJI) 2012. Kala itu seniornya menceritakan pengalaman dan ilmu yang ia dapatkan ketika berada di Jepang, dari situlah ia bertekad mengikuti jejaknya. Mengetahui bahwa salah satu syarat untuk lulus KKN Jepang adalah menguasai bahasa Inggris, Mahasiswa angkatan 2012 ini pun kemudian mengikuti bimbingan belajar bahasa Inggris. Kemudian suatu ketika, ia mendapat informasi bahwa sedang ada program Summer School Jepang. Opi sapaan akrabnya, pun mencoba mendaftar. Namun ternyata keberuntungan belum berpihak kepadanya, alumni Sekolah Islam Athirah Bukit Baruga ini tak lulus seleksi. Hal tersebut tak melunturkan semangatnya, ketika
pendaftaran untuk KKN Jepang dibuka, ia lantas mencobanya dan berhasil. Sepulang dari Jepang, lelaki yang sewaktu kecil bercita-cita jadi artis ini masih berkeinginan untuk bisa keluar negeri lagi. Menjelajah tempat baru dan belajar budaya danhal-hal baru di negeri lain adalah yang paling diharapkannya. Hasil tidak akan menghianati proses. Ungkapan tersebut kiranya tepat untuk menggambarkan perjuangannya. Beberapa kali ia harus menuai kekecewaan. Suatu hari ia mendapatkan informasi mengenai program Young Southeast Asian Leader Initiative (YSEALI), sebuah program yang diusung oleh Presiden Barack Obama. Program ini memberikan kesempatan kepada pemuda ASEAN untuk kuliah secara intensif di Amerika. Syarat dari program ini berupa kemampuan bahasa Inggris dan memiliki proyek sosial. Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian ini pun memantapkan diri untuk mendaftar karena memang ia telah memiliki kemampuan berbahasa Inggris sejak dulu. Lantas, ia memilih kategori enterpreneurship sebab pada awal tahun 2015, ia juga lolos seleksi dalam Program Wirau-
Ono Rego Ono Rupo
ONO reggo ono rupo, ada raga ada wajah. Itulah filosofi hidup dari Prof Dr Abdul Hakim Yassi, Dipl TESL MA. Ada kualitas pasti ada harga. “Dengan demikian mari kita bersaing pada kualitas,” tuturnya. Sosok jejak langkah identitas kali ini datang dari guru besar Fakultas Sastra Unhas. Saat ini ia menduduki dua jabatan penting, yakni sebagai Ketua Program Studi Bahasa Inggris Pascasarjana Unhas dan Rektor di Universitas Satria. Selain itu ia tetap aktif sebagai dosen. Kesuksesannya tersebut tak ia raih dengan mudah. Banyak proses yang dilaluinya. Bahkan Pria kelahiran Sidrap 28 November 1956 ini pun tak pernah bermimpi akan bergelut dalam dunia pendidikan. Awalnya alumni Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) ini bekerja di pabrik gula ketika tamat pada 1973. Setelah itu di institusi penelitian padi Fi lipina yakni Internasional Rice Research Institute (IRRI), lalu pindah ke kantor yang bertempat di Maros, yang bergerak dalam penelitian pangan. Pada tahun 1983, ayah dari tiga anak ini pun mendaftar di Unhas Jurusan Sastra Inggris dengan harapan hidupnya akan lebih baik jika mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Sembari aktif kuliah, ia pun tetap bekerja di kantor sembari masih sesekali bermain band untuk membiayai hidup dan kuliahnya. Padatnya jadwal yang ia miliki membuatnya hampir tak memiliki waktu untuk belajar. Namun, itu tak lantas mem-
buatnya abai terhadap pelajaran. “Saya harus membiayai hidup dan kuliah saya sendiri. Jadi saya harus belajar keras karena tidak ingin perjuangan yang saya lakukan demi bisa kuliah itu sia-sia.” tuturnya. Kemauan kerasnya untuk selalu belajar tersebut menjadikannya wisudawan terbaik Fakultas Sastra tahun 1987 dengan Indeks Prestasi 3,7. Hakim lalu mendapat tawaran pekerjaan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Museum La Galigo sebagai staf edukasi. Pada 1989 ia kembali melanjutkan pendidikan S2 di Unhas. Berkat ketekunannya untuk mencari beasiswa, ia di terima Universitas Victoria, New Zaeland dalam program Postgraduate Diploma. Dan kembali mendapatkan beasiswa S2 di di Universitas Sidney, Australia Dalam bidang Applied Linguistics. Semangat kerja kerja kerasnya terbawa saat menempuh pendidikan di luar ne geri, ia memilih kuliah sambil bekerja. Dengan manajemen waktu yang baik, ia berhasil lulus dengan nilai yang memuaskan pada tahun 1997. Setelah itu Hakim pun kembali ke tanah air dan mengabdi sebagai dosen di Unhas sembari melanjutkan studi S3 di Unhas dalam bidang linguistik dengan Beasiswa BPPS Dikti. Semenjak itu ia semakin aktif meneliti, juga menulis buku. Sampai saat ini tercatat sudah lima buku yang berha sil dibuatnya.“Professor itu jangan hanya dijadikan gelar semata, professor itu bagi
saha Mahasiswa (PMW) dengan usaha Pondok Jamur Tiram bersama temannya. Usahanya tersebut yang ia jadikan sebagai proyek sosial. Pria yang juga aktif dalam himpunan Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian (Misekta) berhasil lulus tahap wawancara. Namun, ia mendapatkan masalah dikarenakan wawancara yang harus melalui Skype tersebut tak berjalan lancar. Jaringan saat itu sedang tidak baik, hingga, ia harus menghubungi tim pewawancara sampai tiga kali .“Sebenarnya setelah wawancara, harapan saya untuk lulus sudah pupus karena melihat empat kandidat lainnya yang lebih baik,” ujarnya. Namun, keberuntungan rupanya berpihak pada putra pasangan H Eddy T SH dan Hj Rosdiar Iskandar. Sebulan kemudian setelah tahap wawancara ia dinyatakan lulus. Dari empat yang lulus tahap wawancara, hanya dua yang berkesempatan untuk mengikuti program ini. Termasuk dirinya yang mewakili Unhas dan satu lagi pemuda yang berasal dari Surabaya. Disana nantinya ia akan mempelajari enterpreneurship lebih
saya yah harus banyak meneliti dan menerbitkan buku,” jelasnya. Pada 2013, dengan ilmu dan pe ngalamannya, ia kembali mendapatkan beasiswa Fullbright Senior Research Program di Universitas California, Los Ange les. Selain itu dipercayai untuk menduduki jabatan sebagai Ketua Program Studi Pascasrjana (KPPS) Bahasa Inggris Unhas. Dimasa kepemimpinannya selama tiga tahun ia berhasil menjadikan akreditasi Pascasrjana Bahasa Inggris dari akreditasi C menjadi A. Tak hanya itu, Ketua Harian Kushin Ryu M-Karatedo Sulsel ini berhasil terpilih menjadi rektor Universitas Satria Makassar dan dilantik pada November lalu. Hal yang membuatnya tertarik menjadi rek tor sementara juga masih menjabat sebagai KPPS Bahasa Inggris Unhas yaitu karena ia merasa mempunyai kualitas untuk itu dan ingin me lakukan hal yang bermanfaat bagi banyak orang.“Disetiap jabatan yang saya pegang baik itu dosen, ketua program studi maupun rektor saya ingin berusaha memperbaiki kualitas baik itu sumber daya manusia maupun kualitas dari segi fasilitas agar
mendalam. Dijadwalkan ia akan berangkat ke Amerika tanggal 20 Februari mendatang hingga 26 Maret. Hal ini bertepatan dengan rentetan KKN nya yang masih akan berlangsung di Pulau Barang Lompo, Februari nanti. Alhasil ia dihadapkan pada dua pilihan. “Harus ada yang dikorbankan,” katanya. Akhirnya keinginannya untuk ke luar negeri membuatnya mengambil keputusan untuk memilih ke Amerika. Sayangnya kedua orangtua sempat tidak memberi dukungan atas niatnya ini. Alasannya, mereka tidak menginginkan anak tunggalnya untuk pergi jauh lantaran khawatir dengan kuliah yang mungkin bisa terhambat. Namun, karena keteguhan hatinya, pria yang sementara menyusun proposal skripsi ini mampu meyakinkan orangtuanya. Kedepannya pria bersuara merdu ini akan menuntut ilmu dan akan banyak belajar di negeri Paman Sam. “Saya bisa banyak belajar di sana dan harus ada saya bisa bawa pulang, baik untuk pribadi, keluarga, negara saya sendiri dan semua yang baik diserap,” harapnya. n Asmaul Husna Yasin
manfaatnya dirasakan bagi banyak orang” jelasnya. Sriwidiah Rosalina BST