identitas
Penerbitan Kampus Universitas Hasanuddin
NO. 855 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR MARET 2016
Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
Waspada Jerat DO Setiap tahun, ada saja mahasiswa yang harus angkat kaki dari Unhas, nyatanya drop out bukan hanya tanggung jawab mahasiswa saja, namun butuh peran sivitas akademika lain didalamnya. Lanjut ke halaman 8
2
identitas
NO. 855 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR MARET 2016
tajuk
UKT, tidak ada lg biaya trmsuk praktek lapang, tp Pertanian dan MIPA, mhsiswa hrus mmbyr trlbih dhulu, karna dana UKT blum ada. bgimna tnggpn Anda?
karikatur
Berujung Hiasan Perpustakaan atau Abu
EUFORIA wisuda periode ketiga terdengar begitu riuh. Menjelang perhelatan toga yang tersisa beberapa hari lagi, terlihat mahasiswa mengunjungi beberapa jasa penyewaan toga dan perlengkapan wisuda lainnya, Kamis (17/3). Kemenangan yang dinanti kini di depan mata, perjuangan menjadi mahasiswa akhirnya selesai. Menjadi sarjana tentu menjadi impian semua mahasiswa. Tepuk tangan riuh gemuruh saat nama dipanggil dan berjabat tangan bersama anggota senat dan rektor. Apalagi bagi mereka yang menyandang status lulusan terbaik. Ditambah kehadiran orang tua dan orang-orang terkasih lainnya turut hadir menambah suka cita. “Masuk Unhas, susah masuknya dan susah juga keluar,” sebuah ungkapan yang tak asing lagi tentunya. Sejak mahasiswa baru hingga lulus, kalimat yang seakan jadi slogan mahasiswa tingkat akhir ini sering digemakan. Ya, agar keluar dari universitas, tak hanya Unhas tapi semua perguruan tinggi mewajibkan mahasiswanya mengerjakan tugas akhir. Untuk strata satu disebut skripsi. Pengerjaan skripsi inilah yang terkadang menghambat mahasiswa untuk segera sarjana. Pengerjaan skripsi bukan hal mudah, serangkaian proses harus dilalui. Mulai dari pengajuan proposal, pelaksanaan penelitian, ujian dan revisi dan lahirlah sebuah skripsi. Tapi apa yang terjadi setelah skripsi tersebut selesai? Apakah berujung sebagai sumber ilmu pengetahuan ataukah hanya menjadi hiasan perpustakaan? Bahkan dibakar dan jadi abu? Seperti belum lama ini media heboh dengan pemberitaan salah satu kampus negeri di Makassar yang membuang dan memusnahkan ribuan karya ilmiah berupa skripsi, tesis dan disertasi. Kejadian ini sontak mengundang banyak komentar dari berbagai pihak. Bagaimana tidak, karya ribuan mahasiswa yang diperjuangkan sekian lama dan megeluarkan biaya tak sedikit harus berujung menjadi abu. Mendigitalisasi karya tersebut tidak menjadi alasan yang tepat. Meski saat ini kebanyakan orang lebih senang mengakses secara digital, namun tak menutup kemungkinan masih banyak juga yang lebih senang membacanya langsung lewat kertas. Jika alasan digitalisasi dibenarkan, seharusnya kampus tak lagi mewajibkan penyetoran skripsi di kampus merah ini juga tak pernah jauh dari masalah perawatan dan pemanfaatan skripsi. Tahun 2010 lalu contohnya, ditemukan penyia ngan skripsi oleh perpustakaan. Selain itu perawatan dan ketersedian ruang juga masih saja menjadi kendala. Alhasil ribuan skripsi hanya menumpuk digudang perpustakaan. Sementara skripsi yang berada diruang baca perpustakaan pun tak terawat dngan baik. Digitalisasi diharapkan menjadi solusi akan hal ini. Jika tak ada lagi ruang untuk menampung dan kekurangan tenaga untuk merawat maka digitalisasi adalah solusi terbaik. Selain mengurangi biaya yang dikeluarkan mahasiwa, juga dapat mengurangi penggunaan kertas. Jangan sampai karya-karya mahasiswa hanya menjadi hiasan perpustakaan yang tak menarik lagi bagi mahasiswa, ataukah berujung abu karena dimusnahkan.n
derderian@deridenk @identitasonline cerita lama,pihak fakultas kerap memungut biaya praktik dgn alasan belum dianggarkan dana UKT,ujungny tetap tidak digantikn. Sangat diperlukan transparansi anggaran dari dana UKT ttg pembiayaan praktik,krna pengadaan alat memang tidak bisa menunggu.
KARIKATUR/SRI HADRIANA
dari redaksi
StatistikaUH @anindita_zahraH @identitasonline menurut sy tidak masalah yang penting setelah dananya cair kembalikan uang mahasiswa.. itu baru adil.
Bila anda memiliki informasi, harapan, dan saran mengenai kondisi Unhas silahkan hubungi dan kunjungi kami di
identitasonline @identitasonline bukuidentitas@gmail. com
identitasunhas.com IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Penghargaan: Magang PK identitas Sri Hardiana menerima hadiah sebagai penulis kampusiana online terbanyak selama Februari lalu. Penghargaan ini diberikan oleh Redaktur Pelaksana Ramdha Mawaddah di rumah kecil identitas, Rabu (9/3).
Sibuk TERCATAT sudah enam edisi berhasil kami lalui. Meski tertatih dari satu rapat ke rapat berikutnya, dengan penugasan yang seolah tidak ada habisnya. Yah, roda redaksi memang akan terus berputar. Ditengah kesibukan mengerjakan tugas redaksi, nyatanya ada hal lain yang tidak bisa diabaikan, yaitu pemagangan, kepanitiaan dan tentu saja kekeluargaan. Akhir Maret pun menjadi waktu-waktu tersibuk kru untuk mengurus para penerus. Mulai dari penggodokan magang, sebelum berubah status menjadi kru identitas, dan pendampingan kepanitiaan diklat dasar jurnalistik. Selain itu, kami pun mendapatkan kesempatan untuk berbagi pengalaman jurnalistik. Beberapa kru pun diutus untuk memberikan materi jurnalistik Lembaga Pers Mahasiswa yang ada di Unhas. Tercatat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
Unhas. BEM Fakultas Kehutanan, BEM Fakultas Kedokteran Gigi dan LPM Sinovia Fakultas Kedokteran Unhas sempat kami sambangi.Menunjukkan betapa bergeliatnya kegiatan mahasiswa kini meski dibawah berbagai tekanan Meski disibukkan dengan seabrek kegiatan kepanitiaan dan penggodokan, tak membuat kami lupa untuk kembali menyapa pembaca setia. Dengan sajian, evaluasi drop out empat semester yang kini menghantui mahasiswa dan peran sivitas akademika, dalam liputan khusus. Kami juga menyoroti hasil karya ilmiah mahasiswa yang susah payah dibuat namun justru tak terawat dalam sajian sivitas “skripsiku sayang, skripsiku malang” dan yang paling hangat adalah pengenaan sanksi skorsing kepada empat mahasiswa Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan akibat melanggar jam malam dalam rubrik kronik. Selamat Membaca! n
082196362838 089632301019
sms inbox Pihak kemahasiswaan ditanya tentang beasiswa malah nda merespon dengan baik. Malah disuruh ke bagian kemahasiswaan fakultas. Saya bingung, kenapa harus difakultas kalau memang infonya ada di kemahasiswaan pusat? Seharusnya info beasiswa dipajang di mading kemahasiswaan pusat, agar lebih tersebar luas informasinya. Demi membantu kami, mahasiswa yang sedang mencari beasiswa dan supaya mahasiswa juga tidak menganggu pegawai yang sedang bertugas dengan pertanyaan mahasiswa yang silih berganti datang ke pegawai kemahasiswaan, jadi kedua belah pihak bisa di untungkan. Terima kasih. n +628124153XXXX
identitas diterbitkan Universitas Hasanuddin berdasarkan STT Departemen Penerangan RI No: 012/SK/Dirjen PPG/SIT/1975/tanggal 20 Januari . ISSN:0851-8136. Beredar di lingkungan sendiri (non komersial) nKetua Pengarah: Dwia Aries Tina Pulubuhu nAnggota Pengarah: Junaedi Muhidong, Muhammad Ali, Abdul Rasyid Jalil, Budu n Penasehat Ahli : Anwar Arifin, Hamid Awaluddin, M. Akib Halide, Ishak Ngeljaratan, Razak Thaha, S.M. Noor, Aidir Amin Daud, M. Darwis, Nasaruddin Azis, Husain Abdullah, Sukriansyah S. Latif nKetua Penyunting: M. Dahlan Abubakar nKetua Penerbitan:Fajar S.Juanda nPenyunting Pelaksana: Akhmad Dani nKoordinator Liputan: Novianto Dwiputra Addi, Nur Alfianita N. nLitbang: Ermi Ulia Utami, Siti Atirah, Risky Wulandari nStaf Penyunting: Ramdha Mawaddha, Asmaul Husna Yasin, Fransiska Sabu Wolor nReporter: Khusnul Fadilah, Riyami, Nur Rismawati nFotografer: Nursari Syamsir (Koordinator), Kun Arfandi Akbar nArtistik dan Tata Letak: Radiah Annisa (Koordinator)nIklan/Promosi: Devika Saputri nTim Supervisor: Amran Razak, Maqbul Halim, Ibrahim Halim, Ahmad Bahar, Nasrullah Nara, Jupriadi, Nasrul Alam Azis, Tomi Lebang, Ikbal Latief, Abdul Haerah, Amiruddin PR, Muchlis Amans Hadi, Muh Ishak Zaenal, Zaenal Dalle, Sayid Alwi Fauzy, Arif Fuddin Usman, Gunawan Mashar, Rasyid Al Farizi, Ahmad Khatib Syamsuddin, Munandar Kasim, Supa Atha’na, Irmawati Puan Mawar n Alamat Penerbitan: Kampus Unhas Tamalanrea, Gedung UPT Perpustakaan Lt 1 Jl Perintis Kemerdekaan KM 10, Telp (0411) 589899, Fax 510088-Telex 71179, Makassar 90245. Website: www.identitasonline.net, E-mail: bukuidentitas@gmail.com nTarif Iklan: (Hitam/Putih) Rp 500 mm/kolom (Mahasiswa), Rp 1000,- mm/kolom (Umum), (Warna) Rp 1000,- mm/kolom (Mahasiswa), Rp 2000,- mm/kolom (Umum).
Redaksi identitas menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, puisi, ringkasan skripsi,/tesis/disertasi/penelitian & karikatur. Pihak redaksi identitas berhak mengedit naskah sepanjang tak mengubah nilai/makna tulisan. Tulisan yang termuat mendapat imbalan secukupnya (sebulan setelah terbit bisa diambil).
Sampul Edisi Akhir Maret 2016 Desain: Benny Suhardi Wiranata Layouter: Irmayana
identitas
NO. 855 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR MARET 2016
3
4
opini
identitas
NO. 855 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR MARET 2016
Beda Fakultas, Tak Beda Visi Demi Pertanian Oleh : Semuel PERBINCANGAN kami tentang wacana pembentukan dua fakultas baru Unhas di Rumah Ilmiah UKM KPI tiba-tiba berhenti. Pandangan kami tertuju pada seorang wanita yang tengah berjalan menghampiri membawa beberapa eksamplar Koran Identitas edisi awal maret 2016. Tema perbincangan kami malam ini, se nada dengan laporan utama yang diangkat identitas yakni “Status Baru, Fakultas Baru”. Cita-cita Unhas sejak tahun 2013 untuk membentuk fakultas baru dengan otonomi sendiri kini terealisasi. Setelah Fakultas Peternakan dipisahkan dengan Fakultas Pertanian pada tahun 1983 melalui Kepmendikbud RI No. 0154/O/1983 yang merupakan penjabaran dari PP. No. 5 Tahun 1980 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Hasanuddin. Kemudian dengan perkembangan dan dinamika perguruan tinggi tahun 2007 Fakultas Kehutanan memisahkan diri dari Fakultas Pertanian. Kini di tahun
2016 Fakultas Pertanian kembali memiliki anak ketiga yakni Fakultas Teknologi Pertanian, seolah menjadi hadiah bagi statuta baru Universitas Hasanuddin sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH). Setelah terbentuknya Fakultas Teknologi Pertanian, maka Fakultas Pertanian kini menyisakan dua program studi yakni Prodi Agribisnis yang terdiri atas Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dan Prodi Agrotek nologi dengan tiga jurusan yakni Jurusan Agronomi, Jurusan Ilmu Tanah dan Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman. Di Fakultas Pertanian sendiri khususnya Prodi Agroteknologi, ada perbedaan de ngan beberapa Fakultas lainnya di Unhas. Mahasiswa mengambil program studi terlebih dahulu, kemudian pada semester lima, mahasiswa akan memilih jurusan apa yang hendak ditekuninya, Jurusan Agronomi, Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman atau Jurusan Ilmu Tanah. Terbentuknya fakultas baru di Universitas Hasanuddin memang masih menyisakan pro dan kontra di kalangan sivitas akademika Unhas, banyak yang setuju khususnya dari Jurusan Teknologi Pertanian dan Prodi Keperawatan tapi tak sedikit pula yang tidak setuju dengan pertimbangan bahwa beberapa program studi di Unhas masih tertatih dalam mencapai progressnya dalam hal pemenuhan sarana dan prasarana.
Terlepas dari pro dan kontra itu mari kita melihat sesuatu yang lebih esensi dari dua fakultas yang terpisah ini yakni Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknologi Pertanian. Berpisahnya dua fakultas ini tidak lantas memisahkan visi kedua fakultas ini dalam bidang pertanian. Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknologi Pertanian masih memiliki peran yang sama, yakni bagaimana menyelesaikan persoalan pertanian di tanah air yang begitu kompleks. Beda fakultas namun tak beda visi untuk pertanian Indonesia, baik Fakultas Pertanian maupun Fakultas Teknologi Pertanian yang baru. Sebagai stakeholder pertanian berkewajiban mewujudkan pertanian Indonesia yang berdaulat. Kedua fakultas ini memiliki tugas yang sama bagaimana mereka dapat berperan untuk menjaga ketersediaan dan kesinambungan pangan yang harus tersedia untuk menghidupi kurang lebih 250 juta penduduk Indonesia.
Menuju Kebangkitan?
Masalah besar yang dihadapi sumber daya manusia pertanian di Indonesia saat ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Menteri Pertanian adalah kurangnya tenaga kerja bidang pertanian dan sema kin berkurangnya minat generasi muda untuk turun ke dunia pertanian. Oleh karena itu, Fakultas Teknologi Pertanian harus mampu mengadopsi perkemba ngan ilmu teknologi pertanian dari nega-
ra-negara maju, dengan harapan mampu menumbuhkan semangat generasi muda terjun ke dunia pertanian dengan mengikuti perkembangan ilmu teknologi pertanian di negara-negara maju. Tahun 1980-an merupakan masa kejayaan pendidikan di bidang pertanian hal ini terbukti dari minat lulusan SMA/ Se derajat untuk masuk di Fakultas Pertanian menempati urutan ke tiga setelah Fakultas Kedokteran dan Fakultas Teknik. Pada masa tersebut, ada kebanggaan tersendiri menjadi mahasiswa pertanian. Hal ini karena masa tersebut erat kaitannya dengan prioritas pembangunan di bidang pertanian. Tahun 1990-an sampai saat ini, merupakan masa suram pendidikan pertanian di Indonesia. Minat alumni SMA sederajat untuk mengenyam pendidikan di bidang pertanian menurun dari tahun ke tahun. Akankah dengan hadirnya Fakultas Teknologi Pertanian di Universitas Hasanuddin minat generasi muda untuk menggeluti sektor pertanian akan terwujud? Ataukah hanya sekedar menjadi bu nga-bunga bagi kampus merah? n Penulis adalah Mahasiswa Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian, Angkatan 2014 Staf Ahli Ekstern Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (POPMASEPI) Periode 2015-2017
kolom
PTN - BH Unhas di Mata JK
Oleh: Ahmad Bahar SUDAH setengah jam para petinggi Unhas menunggu di bawah “atap” yang jadi gerbang penyambutan kedatangan JK (sebutan Wakil Presiden Bapak HM Jusuf Kalla). Makin lama kian banyak orang berjubel di pelataran Rektorat yang dikawal ketat petugas keamanan. Meski sudah beberapa kali bertandang ke Unhas, kedatangannya tetap selalu dinanti. Sirine mobil pengawal mulai memekakkan telinga. Mobil berlabel Indonesia 2 itu pun tiba di depan gedung rektorat Unhas. Pak JK keluar dari mobil dibantu pengawalnya. Ia sumringah disambut Rektor Unhas dan jajarannya. JK tersenyum kepada kerumunan warga Unhas lain yang menyambutnya. Yang dekat mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, sedang yang jauh cukup dengan melambaikan tangan. JK membalasnya, kelihatan wajah-wajah itu tidak asing baginya. Tidak lama kemudian rapat perdana
Majelis Wali Amanat (MWA) Unhas di Lantai 8 dimulai. Rektor Unhas Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA membuka pertemuan, menyampaikan kondisi Unhas dan rencana-rencana yang ingin dicapai Unhas ke depan. Maklum, yang hadir banyak juga diri luar Unhas. Ada Gubernur Sulsel Dr Syahrul Yasin Limpo, Prof Intan Ahmad mewakili Menristek Dikti. Dari perwakilan tokoh masyarakat ada mantan Rektor Unhas Prof Basri Hasanuddin, Dirut BRI yang alumni FE Unhas Bapak Asmawi Syam, dan Bapak Gita Wi riawan yang berhalangan hadir. Jumlah anggota MWA 19 orang, 6 orang ex-officio, 3 tokoh masyarakat, 8 orang perwakilan dosen, dan 2 orang perwakilan tenaga kependidikan. Diibaratkan sebuah perusahaan orang-orang di MWA ini adalah dewan komisaris. Pemaparan Ibu Rektor tidak terlalu lama. Kelihatannya memang anggota MWA sudah tidak sabar mendengar arahan dari RI 2 tersebut. Pak JK menghadiri rapat MWA selaku Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unhas. Sebuah organisasi yang sudah lama diembannya. Karena kecintaannya kepada Unhas sehingga ia enggan melepas. “Menjadi anggota MWA di Unhas sudah yang keempat bagi saya,” kata JK membuka arahannya. “Sebelumnya pernah di UI,
IPB, UPI Bandung, dan sekarang di Unhas,” ujarnya. Apa sih itu PTN-BH? “Bagi saya, PTN-BH ingin melibatkan masyarakat dalam mengembangkan dirinya agar tumbuh lebih baik,” JK memandang Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH) dengan simpel. “Lebih baik kita menatap jauh ke depan, agar kita bisa bangga di masa depan,” ujar JK. “Kalau ada perguruan tinggi atau universitas yang selalu melihat ke belakang, berarti perguruan tinggi itu salah konsep. Karena yang selalu melihat ke belakang itu adalah museum,” ujarnya tanpa merinci maksudnya. Namun sekilas saya menangkap, jangan-jangan karena PIP Unhas di bidang kelautan yang kerap mengangung-agungkan kejayaaan ma ritim kita di masa lalu. Universitas itu, lanjut JK, mestinya menjadi solusi bagi berbagai persoalan bangsa. Karena itulah riset-riset harus dikembangkan dan hasilnya yang bisa dipakai industri dan dunia usaha. Ia mengharapkan Unhas mencari kekuatan sentralnya sehingga nantinya bisa menjadi perguruan tinggi rujukan. Universitas juga mesti otonom dengan menjadikan fakultas-fakultas sebagai pusat aktifitasnya. Beri kewenangan yang lebih besar untuk bisa berkembang. Mahasiswa juga banyak dilibatkan pada berbagai kegiatan. Jiwa kewirausahaan
harus dikembangkan dari perguruan tinggi. Sistem magang juga harus diperbanyak agar mahasiswa bisa menimba pengalaman lebih banyak. JK mewanti-wanti, mahasiswa yang dikeluarkan harus bisa mandiri jika universitas tidak mau melahirkan pengangguran-pengangguran terpelajar, karena 5 tahun ke depan, negeri ini melakukan moratorium PNS. Artinya, tidak akan ada pengangkatan pegawai negeri baru. JK kelihatan tahu betul masalah yang dihadapi Unhas di era PTN BH ke depan. Arahan-arahannnya sesekali disampaikan rada keras, mungkin karena greget ingin melihat almamaternya lebih baik lagi. GOR yang belum rampung pemba ngunannya dan berbagai fasilitas rumah sakit pendidikan Unhas yang belum ada, dijanji akan dibantu penyelesaiannya. Begitulah JK, permasalahan selalu ingin diselesaikan dengan simpel. Arahan-arahannya disampaikan dengan lugas, apa lagi di depan sejawat dan almamater yang telah dianggapnya rumah sendiri. Unhas telah mengandung dan melahirkannya. Menjadi orang kedua sebanyak dua kali di negeri ini tentu bukan orang biasa. PTN BH ini era baru bagi Unhas. Perangkat-perangkatnya juga telah siap. Perahu telah jadi. Layar telah dikembangkan. Bismillah. n
wansus
identitas
NO. 855 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR MARET 2016
Wadah Mengejar Substansi Bukan Simbol Ilmu
Literasi adalah segala hal yang berhubungan dengan baca, tulis dan diskusi. Aktivitas literasi sangat dekat dengan mahasiswa. Hanya saja, sebagian besar mahasiswa melakukannya hanya jika berkaitan dengan perkuliahan dan jurusannya. Padahal mahasiswa juga seharusnya mengembangkan diri dengan mengetahui bidang ilmu lain. Menurut Sulhan Yusuf jika tidak punya tradisi literasi selain bidang ilmu maka mahasiswa hanya akan jadi robot di tempat kerja. Bayangkan kalau seseorang bekerja di suatu tempat dan tidak punya imajinasi dan wawasan maka dia hanya menerima apa yang diperintahkan, tanpa mampu mengembangkan diri. Berikut petikan wawancara reporter identitas, Khusnul Fadillah dengan Penggiat Literasi Sulawesi Selatan Sulhan Yusuf pada kegiatan diskusi dengan tema “Gerakan Literasi untuk Mahasiswa” yang diadakan oleh Ikatan Keluarga Mahasiswa Bidik (IKAB) Unhas, di Pelataran Baruga AP Pettarani, Jumat (17/03). Bagaimana Anda melihat minat mahasiswa terhadap literasi ? Jadi mahasiswa itu kan sebenarnya hampir seluruh aktivitasnya adalah literasi. Cuma masalahnya literasinya masih sangat konvensional yaitu se kedar membaca dan menulis yang berkaitan dengan tugas kampus. Pada hal seorang mahasiswa itu harusnya juga memperluas wawasan di bidang ilmu lain. Saat ini mahasiswa terkesan ma las untuk bergelut dalam literasi di luar bidang akademiknya tersebut. Apa penyebabnya? Mungkin karena tuntutan dari kam pus sendiri yang kadang-kadang lebih mengorientasikan supaya mahasiswa itu cepat menuntaskan masalahmasalah perkuliahannya, kemudian juga ruang-ruang untuk mengembang kan tradisi literasi tidak begitu banyak. Jadi, ketemulah antara ruang yang tidak begitu banyak dengan tuntutan untuk segera menyelesaikan perkulia hannya juga. Itulah yang menyebab kan tidak tumbuhnya tradisi literasi tahapan ketiga bahwa orang membaca dan menulis itu tidak hanya terkait urusan perkuliahan tapi benar-benar karena kebutuhan rohani atau kebutu han jiwa. Jadi seseorang memiliki tahapan literasi? Iya, ada tiga tahapan kapasitas litera si. Tahapan pertama, suatu posisi yang sekadar mengentaskan diri dari buta huruf dan tuna tulis. Kedua, tahapan literasi seseorang yang berkaitan de ngan kepentingan profesinya. Dan
Apakah tradisi literasi yang dibangun sejak awal berpengaruh pada dunia ker ja? Ya, karena apapun profesi anda, kalau tidak punya tradisi literasi maka hanya akan jadi robot di tempat kerja. Bayangkan kalau seseorang bekerja di suatu tempat dan tidak punya imajinasi dan wawasan maka dia hanya menerima apa yang diperintah kan. Tidak bisa mengembangkan diri. Kalau
ketiga, tahapan paling mutakhir, ketika tradisi literasi seseorang muncul ka rena kebutuhan jiwa. Dan kalau masih sampai pada tahapan kedua maka dapat dikatakan bahwa kapasitasnya masih rendah. Seberapa pentingnya gerakan li terasi selain di bidang akademik ma hasiswa? Dapat dibayangkan kalau mahasiswa kemampuan baca tulisnya sebatas kepada yang berkaitan dengan tugas perkuliahan saja. Maka itu parah seka li, karena itu akan mengarah kepada sebuah spesialisasi penjurusan yang sangat ekstrim, sementara hakikat uni versitas yaitu kita diajak untuk berpikir spesialis tapi mengarah kepada univer sal. Dengan sering melakukan aktivitas literasi, maka itu akan memelihara bahkan memaksimalkan kerja otak. Selain itu bisa membantu tumbuhnya kecerdasan lain yang dimiliki sese orang. Oleh karena itu, tradisi literasi dapat membantu mahasiswa mencapai prestasi. Karena literasi adalah wadah seseorang untuk tidak sekedar menge jar simbol-simbol ilmu, tetapi membu ru substansi ilmu.
Data Diri Nama Lengkap : Sulhan Yusuf n Riwayat Pendidikan: SMA Negeri 1 Bantaeng; Jurusan Pendidikan Dunia Usaha IKIP Ujung Pandang n Tempat Tanggal Lahir: Bantaeng 20 Februari 1967 nPekerjaan: Penggiat Literasi Sulawesi-Selatan; Pendiri Institut Paradigma; Pendiri Komunitas Boetta Ilmoe di Bantaeng.
5
kapasitas literasi kita hanya pada tahapan yang kedua bisa-bisa besok mahasiswa ini tidak terpakai, diganti robot-robot. Kan banyak sekarang pekerjaan-pekerjaan di kantor-kantor yang bisa diganti dengan mesin. Bagaimana cara menumbuhkan bu daya literasi tersebut? Pihak kampus harus berperan pen ting. Kalau di sekolah-sekolah sekarang kan sudah ada upaya, Menteri Anies Bas wedan mengeluarkan sebuah peraturan pemerintah yang intinya 15 menit per tama sebelum mata pelajaran dimulai siswa diharuskan membaca, dan itu tidak berkaitan dengan mata pelajaran, itu kena dengan tahapan ketiga yang mau ditum buhkan yaitu untuk kebutuhan jiwa. Nah, di kampus sendiri harusnya lebih ‘liberal’, lebih luas. Makanya harapan saya kepada mahasiswa, kalau dukungan kampus tidak begitu memadai harus beraksi sendiri. Jadi saya berharap di kampus-kampus tumbuh komunitas-komunitas yang men dukung gerakan literasi. Mahasiswa harus membenahi diri untuk naik kepada ta hapan yang mutakhir yakni tradisi literasi pada tahap membaca dan menulis untuk menumbuhkan jiwanya. Pesan Anda kepada mahasiswa ? Mahasiswa saya harapkan segera ber benah, kita memang harus jujur juga yah, bahwa dunia kemahasiswaan kita begeser, kalau kita pakai pendekatan teori genera si, generasi sekarang adalah generasi Y,Z, generasi yang tumbuh bersama gadget sehingga kadang-kadang bertabrakan generasi gadget ini dengan iklim kampus. Kalau dulu misalnya generasi X itu medi um-medium untuk menumbuhkan tradisi literasi adalah buku misalnya semakin banyak buku yang dibaca semakin tu mubuh tradisi literasinya, nah mahasiswa sekarang yang tumbuh dari tradis gadget mana ada yang mau pegang buku, lebih senang dengan gadgetnya. Untuk menumbuhkan tradisi literasi, bisa memanfaatkan media sosialnya, tidak hanya sekedar bikin status, tulislah yang mencerahkan, yah bisa dimulai dari situ. Karena terkadang Anda itu diukur berdasarkan aktivitas anda di medsos, apa yang anda upload dan tulis. n
agenda Pendidikan Dasar XX dan Technical Meeting oleh Tim Bantuan Medis Calcaneus Fakultas Kedokteran Unhas Waktu : 29 Februari-24 Maret 2016 (Technical Meeting, Selasa 15 April 2016 di LT5 RKF) Tempat : Makassar, Maros, Gowa Donor Darah Tema: “Satu Kantung Darah Anda, Selamatkan Nyawa Mereka” oleh Fakultas Kehutanan Unhas Waktu : Kamis 24 Maret 2016 Tempat : Aula Fakltas Kehutanan CP : 085242277697 (Sulianadani)
Lomba Foto dan Idegrafi Kupu-kupu oleh Himpunan Mahasiswa Biologi, Fakultas MIPA. Waktu : 25 Maret 2016 (pengenalan jenis kupu-kupu) bertempat di Gedung Science Building Fakultas MIPA Unhas, lomba Foto (sabtu 26 Maret 2016) di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung CP: 081256258888 Info selanjutnya : http://jamborekupukupu.himbiofmipaunhas.org
ret-5 April 2016 Pengumuman 10 besar: 15 April 2016 Presentasi karya tulis: 30 April 2016 Fieldtrip: 1 Mei 2016 Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi: www. himafi-fmipa.unhas.org CP: 081245334530 (Dedy) 081241894567 (Iqlal) 089624764996 (Sultan)
LKTI Mahasiswa Nasional 2016 dengan tema “Saintis Muda Sebagai Akselerator Kemajuan Sains dan Teknologi di Indonesia oleh Himafi FMIPA Unhas Pendaftaran dan pengumpulan karya tulis ilmiah: 1 Ma-
Seminar Nasional “Optimalisasi pengelolaan Hutan Pendidikan” oleh Fakultas Kehutanan Waktu : Sabtu 26 Maret 2016 Tempat : Aula Fakultas Kehutanan Unhas CP : 081242751777 (Ichwan)
Seminar Nasional Keanekaragaman Hayati dan Jambore Kupu-kupu 2016 “Peranan Biologi Dalam Peningkatan Konservasi Keanekaragaman Hayati” yang diadakan oleh Himpunan mahasiswa biologi, Fakultas MIPA Waktu : Senin 28 Maret 2016 Tempat : Aula Fakultas Kehutanan Unhas CP : 081256258888 Info selanjutnya : http://conference.unhas.ac.id/semnasbiologi/home.html Job Fair Unhas Career Makassar Expo oleh Job Placement Center Tempat : Gedung Pusat Kegiatan Penelitian Unhas Waktu : 30-31 Maret 2016 (CP : 085702018769)
6
potret
identitas
NO. 855 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR MARET 2016
Wisata Edukasi Gerhana Matahari
LUBANG JARUM
Naskah dan Foto: Sriwidiah Rosalina Bst
GAMBAR GERHANA
AMATI DENGAN TELESKOP
“KECINTAAN kami terhadap bintang-bintang terlalu besar untuk takut akan kegelapan malam� itulah tema yang diangkat pada pengamatan gerhana matahari di Pelataran Gedung Ipteks Unhas, Rabu (9/3). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Astronom Amatir Makassar (AAM) dan Komunitas Bawah Pohon bekerjasana dengan Universitas Hasanuddin. Berbagai cara dilakukan untuk melihat gerhana matahari oleh pengunjung yang memadati gedung yang berada di pinggir danau. Seperti melalui teleskop, lubang jarum, kacamata khusus dan lain sebagainya. Selain itu, juga dilaksanakan salat gerhana matahari berjamaah. n
REFLEKSI GERHANA MATAHARI
AMATI BERSAMA
PANTULAN GERHANA
civitas
identitas NO. 855 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR MARET 2016 NO. 855 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR MARET 2016
Skripsiku Sayang
Skripsiku Malang
Unhas telah meluluskan ribuan sarjana dan melahirkan setumpuk skripsi. Lalu bagaimana Unhas menjaga hasil karya ilmiah mahasiswa agar tak rusak termakan usia.
B
eberapa waktu lalu publik dikejutkan dengan peristiwa pembuangan skripsi yang dilakukan oleh pihak Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Fotofoto yang banyak beredar di media sosial pun memperlihatkan skripsi yang ditum puk tak beraturan di halaman perpustakaan kampus. Hal ini diakui sebagai kegiatan penyia ngan sebagai akibat dari keterbatasan ruang perpustakaan. Penyiangan ini memang untuk pertama kalinya dilakukan terhitung sejak berdirinya UIN Alauddin. Sehingga koleksi skripsi, disertasi maupun thesis menumpuk sejak tahun 1970-an. Tak hanya itu koleksi bahan pustaka lain seperti buku, karya ilmiah dan lainnya juga tak luput dari penyia ngan. Namun penyiangan untuk koleksi bahan pustaka sudah sering dilakukan dan merupakan rutinitas mereka. Menurut M Quraishi Mathar selaku Kepala Pusat UPT Perpustakaan UIN Alauddin dikutip dari Koran Fajar edisi selasa 8 Maret 2016, prosedur penyiangan dengan kegiatan alih media dari bentuk cetak ke bentuk digital. Tak bisa dipungkiri, jika sebagian memang telah dimusnahkan karena kondisi yang tak layak. Hal ini memang sempat mendapat kritik dari berbagai pihak, meski hal seperti ini pun pernah dilakukan oleh sejumlah universitas di Indonesia tengok saja Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UGM telah melakukan ini sejak tahun 2010. Karya ilmiah termasuk skripsi yang dimusnahkan pun berasal di bawah tahun 2008 yang sebelumnya telah dilakukan proses digitalisasi. Begitupun halnya dengan USU yang jauh sebelumnya sudah pernah memusnahkan koleksi skripsinya di tahun 90-an. Berbeda dengan Unhas, kegiatan pe nyiangan (weeding) dilakukan dengan cara digudangkan.“Memang ada istilah penyiangan, namun disini dilakukan dengan cara digudangkan. Jadi skripsi yang sudah lama dimasukkan dalam gudang,” kata Dr Iskandar S Sos MM selaku koordinator pelayanan umum perpustakaan pusat Unhas. Jumat (4/3). Pengarsipan dengan cara digudangkan ini atas pertimbangan masih adanya alumni yang mencari skripsinya “Saya merasa kasian kalau ada alumni yang mencari skripsinya,” kata Andi St Aisyah selaku kepala sub bagian layanan karya ilmiah. Jumat (11/3). Ia juga kadang merasa tidak enak hati jika tidak mendapatkan skripsi yang dicari karena kondisinya yang dibiarkan bertumpuk tak beraturan dan berdebu di dalam gudang sehingga kesulitan untuk mendapatkannya. Kondisi tersebut memang sangat wajar karena tak adanya mekanisme khusus perawatan disebabkan fasilitas yang kurang seperti rak buku sedangkan skripsi terus bertambah. Hal ini pun di-
akui oleh Dr Muh Nadjib, M Lib M Ed selaku kepala perpustakaan Unhas. “Perawatan seharusnya ada, di gudang harusnya disiapkan rak buku. Itu sudah kita minta sejak dulu cuma belum direalisasikan. Jadi penumpukan itu sebenarnya tindakan penyelamatan pertama karena keterbatasan sarana,” tutur Najib. Kamis (17/3). Melihat kondisi tersebut, bukan tak mungkin di Unhas juga akan dilakukan pemusnahan karya ilmiah karena kondisi yang tak layak pula, baik dari segi sarana maupun kondisi karya ilmiah itu sendiri yang usang termakan usia. Tak disangkal oleh dosen Jurusan Ilmu Komunikasi ini. Baginya karya ilmiah juga perlu dilestarikan termasuk pembakaran. “Kalau sudah penuh mungkin juga akan dipertimbangkan namun untuk saat ini kami belum melihat kesitu karena tempat juga masih cukup yang jelas semua harus masuk dulu dalam repository, sehingga masih bisa diakses,” tambahnya. Tetapi ia mengatakan tak hanya pembakaran yang jadi solusi. Skripsi juga bisa disumbangkan ke universitas yang membutuhkan. Dan paling baik adalah digitalisasi dengan kelebihan mudah di-
akses dan bisa di cetak ulang. Di lain tempat, dosen kehutanan, Prof Dr Ir Musrizal Muin M Sc angkat bicara. Ia mengatakan tak setuju apabila karya tulis dibakar. Sebagai gantinya agar skripsi tak bertumpuk dan terbengkalai ia mengatakan harus ada kebijakan yang tepat untuk itu. “Tak boleh membakar karya tulis. Seharusnya kita mencontoh luar negeri yang karya tulis ilmiahnya tipis, hanya inti-intinya saja yang dimasukkan, kalau disini sampai puluhan halaman,” kata Musrizal. Senin (14/3). Hal ini dimaksudkan agar ruang bisa dimanfaatkan secara efisien. Sehingga penumpukan bisa dihindari. Karena skripsi yang dibiarkan begitu saja lama-kelaman akan lengket dan bisa dimakan jamur. Ia pun menawarkan solusi lain agar skripsi lebih awet. Yaitu dengan menggunakan kertas bebas asam seperti yang dilakukan di luar negeri agar kertas tak cepat menguning karena proses oksidasi. “Kertas yang dipakai disini tahan kalau dirawat tapi menguning kalau sudah lama. Di negara maju kertas yang dipakai harus bebas asam (acid free paper), jadi tidak rusak karena oksidasi, tidak ada alasan nanti kabur,” tambahnya. n (Irn/Vit)
7
bundel mEdisi Akhir Maret 1999
Kemana Gaung Sosial Mahasiswa?
SEBUAH anekdot mengatakan di Unhas meski Krisis Moneter (Krismon). Seminar kini menjadi makanan pokok kedua setelah nasi, karena maraknya kegiatan seminar. Bukan hal yang salah, layaknya kegiatan lain, seminar pun direncanakan matang oleh lembaga mahasiswa. Heriyanto misalnya, menurutnya pemilihan kegiatan dalam bentuk seminar telah menjadi program sejak tahun 1998 dengan alasan sudah menjadi program kerja lembaganya. Tak bisa dipungkiri hal ini menunjukkan kepekaan sosial mahasiswa yang tumpul. Contohnya mahasiswa Jurusan Teknik Elektro lebih memilih kegiatan sosial yang langsung menyentuh masyarakat. Menurut salah seorang panitia, Nurhaedah, mereka lebih tertarik untuk melakukan kegiatan sosial karena kondisi masyarakat yang lebih membutuhkan bantuan daripada sebuah seminar tanpa suatu realisasi yang nyata. Apalagi menurutnya, biaya seminar lebih banyak menghabiskan dana daripada kegiatan sosial. Menurut Pembantu Rektor III Prof Dr Amran Razak banyaknya seminar dibandingkan kegiatan sosial mungkin karena adanya euforia reformasi. Amran menilai bahwa para panitia tidak menjadi bagian output yang dihasilkan pada seminar tersebut, namun kegiatan mahasiswa tetap punya nilai plus baik karena mengabdi pada masyarakat maupun nilai akademisnya. Sebaiknya, mahasiswa membentuk kesepakatan menyisipkan dana seminar untuk aksi sosial. Sebab, jangan hanya dibicarakan tetapi perut rakyat tetap keroncongan.n
mEdisi Akhir Maret 2005
Peneliti Muda yang Tak Dilirik
Cari Referensi : Mahasiswi Fakultas Pertanian Unhas mencari referensi sebagai bahan penelitian skripsinya, Jumat (18/3). Penyimpanan skripsi dengan dalam CD-R sudah dilakukan sebagai metode penyimpanan yang tidak mengambil banyak ruang.
SEJAK 1996, di akhir kepemimpinan Prof Basri Hasanuddin, Unhas telah menggembar-gembor kan dirinya menjadi institusi pendidikan yang me nitikberatkan visi sebagai research university yang menelorkan peneliti-peneliti qualified ditengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tak heran jika birokrat kampus tak sungkan menghabiskan uang negara sejumlah 18 Juta US dollar untuk membangun gedung pusat penelitian. Hingga kini dibawah pelanjut tongkat estafet kepemimpinan Unhas ke sepuluh. Rady A Gany doktor bidang pertanian ini sangat jelas disentil berkaitan pengembangan universitas beberapa tahun kedepan. Menemukan dosen dan mahasiswa berwatak peneliti di Unhas memang tak muda. Selain itu tak adanya subsidi tetap dari pihak univesitas yang dialokasikan untuk penelitian juga telah turut memberi andil terhadap lesunya minat meneliti di Unhas. Kendati perhatian universitas terhadap ke sejahteraan mahasiswa peneliti terbilang minim. “Sulit tembus, kecuali setelah kita menang,” ung kap mahasiswa yang berhasil menyabet gelar juara tiga kategori obat tradisional pada kejuaraan peringatan hari sumpah pemuda 2003 di Jakarta. Sangat menggelitik, Unhas selaku institusi pendidikan yang telah mengukuhkan dirinya sebagai research unuiversity dinyana masih minim dalam soal pendanaan. “Dikti lebih banyak ambil andil,” ujar Syarifuddin dari Jurusan Fisika. Setiap penelitian dibiayai oleh Dikti dengan alokasi dana sebanyak lima juta rupiah. Tampak nya, keseriusan Unhas menelorkan peneliti-peneliti yang handal di masa depan hanya akan menjadi gugusan pasir dihempas ombak. n
8
8
identitas identitas
NO. 855 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR MARET 2016 NO. 855| TAHUN XLI| EDISI AKHIR MARET 2016
Perbaiki Diri atau Angkat Kaki
akademika Identifikasi Lewat Sidik Jari SIDIK jari, jejak tubuh yang ditinggalkan oleh telapak tangan dan telapak kaki manusia. Karena sidik jari manusia tidak ada yang sama maka tak heran jika sidik jari digunakan sebagai alat identifikasi manusia, untuk membedakan manusia
satu dengan lainya. Seiring perkembangan zaman, dirumah sakit bersalin kini sidik jari digunakan untuk mengidentifikasi bayi yang baru lahir. Selain itu sidik jari sangat berguna untuk mengenali mayat yang rusak dan susah untuk diidentifikasi. Selain itu sidik jari juga berfungsi untuk memberikan gaya gesek sehingga genggaman lebih erat, perkembangan sidik jari sekarang telah mengarah pada sistem keamanan, misalnya saja mesin absensi menggunakan sidik jari. Berterima kasih lah pada Nehemia Grew yang pertama kali menemukan sidik jari dan menjadikannya sebagai bagian dari anatomi. Bermula dari inspirasi struktur pohon palem. Ahli fisika tersebut menghubungkan struktur kulit jari dengan pohon palem yang lalu ditulis dalam bukunya yang terbit pada Tahun 1684. Nehemiah Grew adalah seorang ahli anatomi tanaman Inggris dan fisiologi, yang dikenal sebagai bapak anatomi tumbuhan. Lahir pada 25 September 1641. Alumni Pembroke College, Cambridge kemudian mendapatkan gelar M.D nya setelah sepuluh tahun berguru di Universitas Leiden. Dia memulai pengamatan tentang anatomi tanaman pada tahun 1664, dan pada tahun 1670 esainya yang berjudul “The Anatomy of Vegetable Begin” yang berhasil diterbitkan oleh Royal Society pada Tahun 1672. Pada tahun 1682, Grew lalu memunculkan karya yang membuat namanya tercatat sebagai orang yang memiliki sumbangsih dalam dunia ilmu pengetahuan. Mengenai Anatomi Tanaman, yang dibagi menjadi empat buku. ‘Anatomi Vegetable Begin’, ‘Anatomi Roots’, ‘Anatomi Trunks’ dan ‘Anatomi Anatomy of Leaves, Flowers, Fruits and Seeds’. Tumbuh juga dianggap sebagai salah satu pelopor dari daktiloskopi atau orang yang bergelut dibidang sidik jari. Dia adalah orang pertama yang mempelajari dan menjelaskan cekungan , alur, dan pori-pori di tangan dan telapak jari tangan dan kaki. Pada 1684, ia berhasil menerbitkan gambar yang akurat dari pola jari. Berdasar hasil penelitiannya itulah diketahui bahwa pola sidik jari bersifat permanen. Dalam artian, dari bayi hingga dewasa pola itu tidak akan berubah sebagaimana garis tangan. Setiap jari pun memiliki pola sidik jari berbeda. Ada empat pola dasar dermatoglyphic tentang sidik jari yang perlu diketahui, yakni Whorl atau Swirl, Arch, Loop, dan Triradius. Selain itu hanyalah variasi dari kombinasi keempat pola ini. Pria yang lahir di Kota Warwickshire ini, kemudian meninggal pada 25 Maret 1712 di usianya yang ke 70 tahun, namun warisan ilmu pengetahuannya hingga kini masih dimanfaatkan utamanya dalam penyelidikan kasus kriminal. Setiap orang memiliki bentuk sidik jari yang berbeda dan tidak ada peluang untuk memiliki sidik jari yang sama dengan orang lain. Hal inilah yang sekarang dimanfaatkan oleh kepolisian untuk menemukan dan melacak pelaku kejatan dengan mencari sidik jari yang ada di tempat kejadian, lalu mencocokan sidik jarinya. n Dien Syahruddin
liputan khusus
Peraturan Drop Out (DO) yang dibuat untuk memacu mahasiswa belajar nyatanya tidak sesuai harapan, ratusan mahasiswa justru harus angkat kaki dari Unhas.
A
turan akademik yang ditetap kan tahun 2009 lalu memba has tentang beban dan masa studi yang mewajibkan ma hasiswa menyelesaikan masa studinya dengan jumlah kredit 144 Sistem Kredit Semester (SKS) dalam kurung waktu 14 semester. Bila tidak, DO menanti didepan mata. Nyatanya, aturan yang dibuat untuk memacu mahasiswa menyelesaikan studinya tidak sesuai harapan. Faktanya dari tahun 2012 sampai 2015 terdapat 763 mahasiswa putus studi ditiap ta hunnya, baik dengan alasan tak mampu mencapai kredit SKS maupun berstatus tidak aktif. Aturan DO tidak hanya dikenakan untuk mahasiswa ‘tua’ saja, mahasiswa baru pun patut waspada pada aturan DO kini, utamanya bagi mahasiswa semester empat untuk bulan Maret ini, beberapa mahasiswa yang dianggap tidak menca pai 48 SKS dikirimi surat peringatan ter tulis, waspada drop out. “Mahasiswa dinyatakan putus studi apabila akhir semester empat tidak men capai Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 2,00 dengan perhitungan 48 SKS yang lulus,” dalam peraturan akademik Unhas No 1870/114/P/2009 BAB VII Pasal 38 ayat 3 dan 11 tentang evaluasi lanjut studi. Pettarani Sastranegara misalnya, Ia tidak berhasil mencapai kredit 48 SKS pada semester empat. Ini terjadi karena bebera pa mata kuliah yang diambilnya bernilai error. Akhirnya membuat mahasiswa Fakultas Kehutanan ini, terancam DO. Tak tinggal diam, Pettarani mencoba meminta bantuan dari dosen Pendam ping Akademik (PA) dan Badan Ekse kutif Mahasiswa (BEM). Hingga berbuah titik terang. Berhubung jumlah SKS yang diperolehnya semester empat sebanyak 30 SKS. Akhirnya Pettarani dapat bantuan oleh wakil dekan bidang akademik untuk mencapai 48 SKS pada semester empat, dengan mengambil 18 SKS yang tertinggal. Fenomena maraknya mahasiswa yang drop out memang tak bisa lepas dari se buah institusi pendidikan. Apalagi bagi universitas sebesar Unhas yang memi liki ribuan mahasiswa dengan kendala yang berbeda-beda utamanya dibidang akademik. Hal inilah yang dimaksud Wakil Rektor I Bidang Akademik periode sebelumnya Prof Dr Dadang Ahmad Suriamihardja M.Eng, bahwa banyaknya mahasiswa drop out berarti perlu dikaji penyebab nya sampai ke akarnya. “Misalnya saja ada ketidak-cocokan minat sebenarnya dengan program studi yang dijalani sang
mahasiswa, bisa menjadi penyebab ma hasiswa tidak bersemangat berkuliah,” tegasnya saat diwawancarai, Rabu (9/3) Senada dengan Prof Dr H A Arsunan Arsin M Kes, menurutnya perlu dilaku kan penyaringan penerimaan maha siswa. “Pastikan bahwa pilihan jurusan itu karena pilihan sendiri, jangan sam pai mahasiswa sudah lama di dalam lalu frustasi karena tidak cocok dengan ju rusannya itukan bisa jadi penyebab DO,” Senin (14/3). Hal inilah yang dimaksud oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik, Prof Dr Ir Junaedi Muhidong M Sc, permasala han setiap mahasiswa berbeda-beda utamanya dibidang akademik, yang jus tru diperlukan oleh mahasiswa adalah kemampuan manajemen diri sendiri. “Unhas hanya mampu sebatas mengi ngatkan, dengan memberikan surat pe ringatan satu tahun sebelum dike
luarkan, sisanya tinggal kemampuan manajemen diri dari mahasiswa,” tutur Junaedi, Senin (14/3). Namun, Arsunan mengharapkan ma hasiswa DO ini merupakan langkah tera khir ketika sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan. “Betul –betul semua jalan su dah dioptimalkan dan pada akhirnya ma hasiswa ini harus DO,” tuturnya. n
Tim Lipsus: Koord. Lipsus: Devika Saputri Anggota: Sriwidiah Rosalina Bst Rasmilawanti Rustam
liputan khusus
identitas identitas
NO. 855 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR MARET 2016
NO. 855| TAHUN XLI| EDISI AKHIR MARET 2016
Menyokong dari Belakang
Berat sama dipikul ringan sama dijinjing, mahasiswa yang terancam drop out berhasil ‘dipertahankan’ justru oleh sivitas akademika dengan alasan peduli dan rasa kekeluargaan.
K
etua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan Robiul Hardika tidak tinggal diam melihat mahasiswa angkatan 2014 dan 2009 mendapat surat peringatan DO. Semangat kekeluargaan membuat mahasiswa angkatan 2012 ini melakukan pendekatan kepada mahasiswa yang sudah mendapat peringatan batas akhir studi. Pendekatan tersebut dilakukan dengan mengingatkan kuliah dan mempercepat tugas akhir untuk diselesaikan. Selain itu, pihak lembaga kemahasiswaan juga melakukan advokasi ke pihak birokrat untuk meminta kebijakan keringanan pengurusan administrasi akademik seperti tutup strata. “Kita ketemu pihak pembina akademik dan kemahasiswaan serta Wakil Dekan III untuk meminta kebijaksanaan,” kata Robi, Kamis (10/3). Jalan yang ditempuh Robi dalam menghadapi perkara DO yang menimpa salah satu warganya tidak mudah. Sebab, setiap mata kuliah dipegang beberapa dosen, dan mereka memiliki kebijakan yang berbeda-beda. “Dosen yang satunya sudah setuju dan yang satunya lagi belum, ini yang negosiasi menjadi alot,” ungkap Robi. Meski demikian, mahasiswa semester delapan ini tetap optimis untuk tetap melanjutkan proses advokasi yang telah dilakukakannya. Ia pun berharap kepada mahasiswa untuk tidak mudah putus asa dan tetap melanjutkan studinya. Cerita berbeda datang dari Ketua Bem Fakultas Pertanian Irwan Gunawan. Usaha yang ditempuh Irwan dalam membantu mahasiswa yang terancam DO dengan memberikan pendampingan khusus dari anggota lembaga kemahasiswaan.
Pendampingan ini berguna untuk membantu mengingatkan mahasiswa utamanya terkait akademik. “Ada pendampingan dari lembaga kemahasiswaan untuk membantu mengurus berkas dan bantu bertemu dengan pembimbing,” kata Irwan saat diwawancarai via telepon, Rabu (16/3). Selain itu, mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian ini sebelumnya mengawal mahasiswa sejak memasuki semester tiga. Bentuk pengawalannya dengan melihat kekurangan jumlah Satuan Kredit Semester (SKS). Sehingga ketika memasuki semester empat agar mengambil jumlah SKS yang bisa menutupi kekurangan SKS pada semester sebelumnya. “Biar bisa diberi kebijakan khusus dari Wakil Dekan I untuk mengambil SKS lebih dari 24,” sambung Irwan. Pembina Kemahasiswaan Fakultas Kehutanan Dr Makkarennu SHut MSi PhD juga mengambil peran dalam membantu mahasiswa yang masuk dalam daftar peringatan DO. Setelah mendapat daftar nama mahasiswa dari pihak akademik maka langkah yang diambil dengan mendekati teman angkatan dan senior yang tergabung dalam anggota BEM. Dosen yang akrab disapa Ibu Nunu ini pro aktif menjalin komunikasi dengan tiap ketua angkatan untuk memudahkannya mengontrol mahasiswa yang te rancam DO “Saya minta temannya untuk memantau ada juga saya minta untuk menghadap ke saya untuk menanyakan kendalanya,” jelas Nunu saat ditemui diruangannya, Rabu (16/3). Mengontrol mahasiswa dalam perkulia han juga dilakukan Nunu. Sejak awal mengisi Kartu Rencana Studi (KRS) dirinya telah mengarahkan dalam
mengambil mata kuliah yang kemudian membantu mengingatkan dalam proses perkuliahan. “Secara berkala saya lakukan pada saat dia mengisi KRS. Saya memantau perkuliahannya kemudian menanyakan lagi keteman dekatnya, jadi ada kontak selain dia,” papar Nunu. Terkhusus mahasiswa angkatan 2009 dosen pengasuh mata kuliah Metode Penelitian ini merasa kesusahan bertatap muka secara langsung. Sebab mahasiswa tersebut sudah jarang melakukan aktifi tas di kampus. “Mahasiswa angkatan lama agak sulit dideteksi, temannya juga sudah jarang ada yang liat,” keluh Nunu. Peran Nunu yang juga sebagai dosen Pembimbing Akademik membuatnya memberikan perhatian lebih terhadap mahasiswa. sebanyak 20 mahasiswa bimbingannya rutin melakukan pertemuan tiap kamis sebagai upaya pendekatan. Dari pendekatan itulah dijadikannya sebagai wadah untuk saling berbagi. “Kita ada arisan untuk kumpul dan sharing tentang kendala mahasiswa selama ini, progress kuliahnya seperti apa,” tutur Nunu. Peran sivitas akademika pun diharapkan mampu membantu peran mahasiswa yang terancam angkat kaki dari Unhas. Menurut Prof Suparlan Suhartono Med PhD fakultas semestinya membuat jadwal pertemuan bersama para dosen untuk membahas permasalahan kegiatan perkuliahan. “Saat mahasiswa meminta tanda ta ngan di dosen Pembimbing Akademik (PA) baiknya terjadi konsultasi seputar pencapaian akademik, jadi tidak hanya sekedar minta tanda tangan,” tuturnya. Dosen PA juga harusnya programkan mahasiswa untuk memberi pemahaman pada bidang studinya secara mendasar. PA semestinya terus mengikuti mahasiswa sampai pada tahap proposal dan penelitian. n
9
9
kronik Bakar Ikan Berujung Skorsing KOMISI Disiplin (Komdis) Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) langsung menjatuhkan huku man skorsing pada empat mahasiswanya, Jumat (11/3), setelah dianggap melanggar aturan jam malam dengan melakukan kegiatan ramah tamah, Kamis (7/1). Mereka adalah ketua angkatan 2015 Husni Awal, Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Ke lautan Abdilah Salihin, Koordinator Lapangan Om bak 2015 Faiz Fachri Masalan dan Ketua Panitia Ombak Rover Manaba. Padahal, kegiatan mahasiswa ini hanya ingin mengakrabkan senior dan mahasiswa baru angka tan 2015. Naasnya, malah berbuah hukuman skor sing karena dianggap melanggar aturan main oleh Wakil Dekan (WD) III FIKP Prof Dr Amran Saru ST MSi. “Mahasiswa ini mendapat sanksi karena tidak mengikuti aturan main, dan keempat mahasiswa dari Ilmu Kelautan ini telah dengan sengaja mengabaikan perintah dari atasan,” ucapnya saat diadakan Dialog Akademik mahasiswa FIKP, Kamis (17/3). Setelah dijatuhi hukuman, keempat mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan ini berniat mengajukan ban ding ke Komdis FIKP karena merasa sanksi yang didapatkan tidak sesuai dengan aturan Tata Tertib Kehidupan Kampus berdasarkan Keputusan Rektor Unhas Nomor : 1595/UN4/05.10/2013 yang diguna kan WD III dalam mempertimbangkan hukuman. Dalam Bab V pasal 7 ayat 2 peraturan ini, melaku kan aktivitas pada pukul 22.00-06.00 wita harus men dapat izin pimpinan universitas atau pimpinan fakultas yang bersangkutan. Ketika dilanggar akan mendapat sanksi ringan sesuai dengan bab VII pasal 10. Pemberian sanksi ringan dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis dan pernyataan tidak puas secara tertulis. Namun, realitanya yang diterima keempat mahasiswa ini ialah sanksi sedang berupa pemberhentian sementara sebagai mahasiswa (skorsing). Hal ini sempat dipertanyakan oleh Muh Fauzi Rafiq mahasiswa angkatan 2012 Jurusan Ilmu Kelautan dalam dialog akademik. Menurut Amran Saru ia telah melakukan proses peneguran pada keempat mahasiswa ini sebelumnya lewat telepon seluler namun diabaikan. Tapi, menurut Fauzi, apa yang dilakukan oleh Wakil Dekan III adalah sebuah kekeliruan, karena keempat mahasiswa ini sebelumnya tidak pernah melanggar aturan tata tertib kampus. “Dalam kasus ini kan ada Awal mahasiswa baru yang diskor sing dan tiga orang mahasiswa yang tak pernah berkasus sebelumnya, jika memang ia harus men dapat hukuman, seharusnya bukan skorsing,” Te gas lelaki yang akrab disapa Oci ini. n
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Belum Terangkut: Sampah plastik di depan Mas jid Kampus Unhas berserakan, Selasa (15/9). Masjid kampus sebagai tempat ibadah sivitas akademika Unhas dan masyarakat umum seyog yanya mendapat perhatian.
10
civitas
identitas
NO. 855 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR MARET 2016
Bagi - Bagi Dana Kemahasiswaan
koridor Catatan kegiatan Seminar Nasional dengan tema “Sinergitas Penegakan Hukum dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,” Senin (14/03). Bertempat di Aula Prof Amiruddin dalam rangka Dies Natalis Fakultas Hukum.
Polemik Tindak Pidana Korupsi INDONESIA merupakan negara besar dengan kekayaan yang melimpah. Namun kekayaan tersebut belum bisa membuat masyarakatnya sejahtera secara merata. Penyebabnya yakni Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang terjadi di negara ini belum bisa teratasi. Sehingga muncullah ungkapan bahwa rakyat Indonesia bagaikan tikus yang mati kelaparan di lumbung beras. Terkhusus pada permasalahan korupsi, ada banyak faktor yang menyebabkan pemberantasannya mengalami kegagalan. Pertama, persepsi bangsa dan negara ini terhadap hal tersebut sangatlah buruk. Buktinya perilaku koruptor telah dianggap sebagai suatu hal yang biasa oleh masyarakat, seperti gratifikasi, contek mencontek, dan perilaku tercela lainnya. Kedua, para lembaga yang ada seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) seakan berjuang sendiri untuk dapat eksis secara konstitusional atau berubah menjadi lembaga eksklusif yang ingin memiliki seluruh sumber daya. Dengan cara membentuk tim penyidik sendiri, atau mengurangi jumlah pegawai yang berasal dari pemerintahan. Padahal seharusnya KPK dapat menjadi pemimpin pemberantasan korupsi dengan mengoptimalkan fungsi kejaksaan dan kepolisian. Ketiga ialah tidak fokusnya dan masih parsialnya upaya pemberantasan korupsi. Keempat, lemahnya kepemimpinan yang ada serta rendahnya remunerasi pejabat pemilik kewenangan atau pejabat publik. Hal tersebut merupakan indikator bahwa tidak adanya pemahaman, visi dan misi yang sama dalam upaya pemberantasan korupsi. Padahal, jika ada kesamaan otomatis akan menghilangkan hambatan-hambatan yang terjadi seperti ego sektoral dari sektor-sektor yang ada dan pembagian tugas menjadi jelas. Sehingga tercipta kerjasama yang dapat mempercepat tercapainya tujuan bersama, yakni pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor). Berdasarkan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan peraturan yang dituangkan dalam instruksi presiden nomor 7 tahun 2015 tentang aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi yang terdiri dari 96 rencana aksi yang merupakan aktualisasi dari political will pemerintah. Selain itu, juga sebelumnya telah terdapat undangundang lainnya yang dibuat secara massif antara lain : undang-undang terkait kriminalisasi perbuatan-perbuatan tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, pidana pencucian uang, perlindungan saksi dan korban. Maka dari itu, harapan untuk menciptakan Indonesia yang bebas dari tindak pidana korupsi semakin besar. Pun telah banyak pelaku Tipikor yang berhasil ditangkap oleh lembaga atau pihak yang berwenang. Namun prestasi tersebut belumlah cukup untuk menyelamatkan Indonesia dari Tipikor. Pemberantan korupsi seyogyanya bukan hanya sekedar memberikan penghukuman, yang semata-mata hanya untuk membuat malu para pejabat publik. Tapi lebih kepada social engineering, yakni upaya yang merubah pola pikir, budaya, dan cara bertindak dari pejabat publik, dari level terendah hingga level tertinggi. Sebenarnya Indonesia merupakan negara yang memiliki instrumen pemberantasan korupsi yang cukup lengkap. Jadi yang perlu dilakukan ialah menghilangkan segala perbedaan dan menyamakan persepsi bahwa pemberantasan korupsi harus berjalan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan tentu saja dalam mengimplementasikannya harus didasari oleh keinginan politik yang kuat dari segenap elit politik. n Atikah
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Registrasi: Dua mahasiswa melakukan registrasi pada seminar nasional yang diselenggarakan oleh lembaga kemahasiswaan eksternal Garda Tipikor Fakultas Hukum Unhas di Aula Prof Amiruddin Fakultas Kedokteran Unhas, Jumat (4/3).
“Dana kemahasiswaan bisa saja dialokasikan ke organisasi eskternal. karena orang-orang diorganisasi itu juga mahasiswa Unhas,” ungkap Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Dr.Ir.Abd.Rasyid Jalil, M.Si
T
idak jelasnya aturan terkait dana kemahasiswaan di Unhas menyebabkan terjadinya per bedaan perlakuan terhadap pe rangkat kampus, seperti organisasi ke mahasiswaan. Sekarang ini saja, sistem pemberian dana ke lembaga, kemaha siswaan berbeda-beda tiap fakultas. Pembagian dana kemahasiswaan yang juga diberikan kepada organisasi eksternal,mengundang lalu berbuah tanya. Misalnya saja, di Fakultas Hu kum yang memiliki organisasi inter nal dan eksternal yang kedua-duanya sama-sama aktif. Nada protes menga lir dari pengurus Badan Eksekutif Ma hasiswa (BEM) Hukum, yang merasa alokasi dana untuk organisasi eksternal yang lebih banyak, dibandingkan pem berian uang BEM. “Tidak adil jika eks ternal memeroleh dana lebih banyak, sedangakan mereka tidak diatur dalam aturan apapun, beda dengan BEM yang jelas diatur dalam kemendikbud Kementrian No. 155/U/1998.” Ujar Ke tua BEM Hukum Ahmad Tojiwa Ram, Minggu (21/02). Hal berbeda datang dari Ketua Lem baga Debat Hukum dan Konstitusi (Le dhak) Raniansyah, sekalipun ia mem benarkan aturan lembaga yang diakui yaitu BEM dan perangkat dibawahnya. Namun, Mahasiswa angkatan 2013 ini berpendapat bahwa soal dana siapa pun bisa dapatkan, Walaupun orga nisasi eksternal, tetapi dia melakukan kegiatan kemahasiswaan yang positif. Ia berhak memeroleh bantuan dana dari birokrat fakultas maupun univer sitas. “Terkait pendanaan tidak melihat organisasinya, tapi lebih kepada kegia tannya.” ujarnya, Sabtu (27/02) Meski sama-sama memiliki orga
nisasi kemahasiswaan eksternal dan internal, hal berbeda justru datang dari Fakultas Matematika dan Ilmu Penge tahuan Alam (MIPA). Menurut Taufik Hidayat, penggunaan dana kemaha siswaan diperuntukkan bagi organisasi kemahasiswaan internal saja. “Tidak ada dana kemahasiswaan untuk orga nisasi eksternal, kecuali mereka me minta dana atas nama BEM melalui bentuk kerjasama,” ucap koordinator divisi pengaderan BEM ini, Minggu (21/02) Hal sama terjadi di Fakultas Keseha tan Masyarakat (FKM). FKM hanya me miliki satu organisasi eksternal yaitu HMI dan tidak pernah membatasi ter bentuknya organisasi kemahasiswaan eksternal lainnya. Tetapi, untuk pem berian dana kemahasiswaan hanya diperuntukkan bagi BEM. “Pengakuan nya hanya sekedar lisan, tidak ada pe ngakuan tertulis, dana kemahasiswaan juga diperuntukkan bagi BEM dan or ganisasi yang kami naungi,” tegas Muh. Al-Thakhrik selaku Presiden BEM FKM, Kamis (25/02) Pendapat beragam pun datang dari ‘pengucur’ dana kemahasiswaan be berapa fakultas, salah satunya adalah Wakil Dekan (WD) III Bidang Kema hasiswaan FKM Sukri Palutturi, SKM, M.Kes, MSc.PH, PhD yang mengatakan tidak ada pengalokasian dana untuk organisasi eksternal. Meskipun posisi kedua organisasi ini sama, utamanya dalam hal keanggotaan yang sama-sa ma mahasiswa Unhas. “Mereka (orga nisasi eksternal-red) tidak diatur dalam aturan apapun. Jadi, tidak boleh ada dana dari kemahasiswaan untuk mere ka,” ucapnya, Senin (29/02). WD III Bidang Kemahasiswaan Fakul
tas Ilmu Budaya Dr. Andi Muhammad Akhmar, M.Hum juga berpendapat lain. Ia tidak menerima adanya organisasi eksternal di fakultasnya. Aturan Ke mendikbud No.155/U/1998 pun menjadi alasan ia tidak mengakui organisasi ini. “Kalau pun ada organisasi eksternal di Sastra, tapi tidak ada hubungannya de ngan fakultas.” Ucapnya. Kamis (25/02). Sehingga, dana kemahasiswaan hanya dialokasikan ke BEM, Maperwa, HMJ, dan UKM. Pendapat berbeda datang dari Wa kil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Hukum Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H., menurutnya, walaupun or ganisasi yang diakui oleh universitas hanya BEM, akan tetapi, dana kema hasiswaan peruntukannya untuk ma hasiswa Unhas. Siapa pun bisa men dapatkannya selama menguntungkan Universitas. “Namanya saja dana ke mahasiswaan, jadi bukan milik BEM saja, tapi milik mahasiswa Fakultas Hukum,” ucapnya, Senin (22/02). Menanggapa hal ini, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Dr Ir Abd Ra syid Jalil, M Si membenarkan bahwa organisasi secara resmi yang dimiliki oleh Universitas ialah BEM, Maperwa, Himpunan, dan perangkat dibawahnya. organisasi lainnya digolongkan ke dalam organisasi eksternal, misalnya organisasi profesi dan keagamaan. Namun, menurutnya dana kema hasiswaan bisa saja dialokasikan ke organisasi eskternal. “Masa orang yang mau berbuat baik ke Unhas tidak dibantu.” Menurutnya, Senin (29/02). Sedang, Keputusan Menteri Pendidi kan dan Kebudayaan Republik Indo nesia Nomor 155/U/1998 menyatakan bahwa setiap perguruan tinggi hanya terdapat satu organisasi kemaha siswaan intra yang menaungi semua aktivitas kemahasiswaan. n M24/Vit
rampai
identitas
NO. 855 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR MARET 2016
11
Berkarya di Balik Layar
Camera, rolling, and action... SUATU tontonan pasti akan memberikan dampak bagi kehidupan kita. Entah itu positif maupun negatif. Fungsinya, mulai sebagai penghibur dikala penat datang, hingga pengajaran moral. Karena itu, kita dituntut senantiasa harus memfilter film yang kita tonton. Terlebih bagi orangorang yang bergelut di bidang pembuatan film, wajib menyajikan tontonan yang bermanfaat dan sarat akan pesan kehidupan. Jika mahasiswa lain disibukkan dengan seabrek kegiatan akademik kampusnya. mahasiswa yang tergabung ke dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Liga Film Unhas, tetap meluangkan waktu membuat film yang sehat untuk ditonton oleh semua kalangan. Menilik sejarahnya, UKM ini resmi terbentuk 10 Juni 1993 yang digagas oleh Syamsuddin Asis selaku Dosen Komunikasi dan tiga koleganya, Ancha Nurdiansyah, Aswar Hasan, serta Igor Suardi. Dalam struktur organisasinya saat ini, Liga Film Mahasiswa (LFM) memiliki lima divisi, terdiri dari divisi produksi, pendidikan, minat dan bakat anggota, kritik dan apresiasi film, dan devisi eksternal. Kini, tercatat 29 anggota yang aktif bergiat di UKM ini. Awalnya, LFM hanya bergerak di bidang apresiasi film saja. Apresiasinya berupa diskusi film, pemutaran film, dan bedah film. Namun seiring waktu, ada niat untuk membuat film. “Awalnya memang hanya aktif di bidang apresiasi film saja. Lama-kelamaan, terpikir untuk produksi juga ,” tutur Amal Darmawan, ketua UKM Liga Film Unhas. Mengingat tujuan pembuatan film adalah untuk menyampaikan pesan kepada penonton melalui tingkah laku tokoh. Mereka berusaha untuk memproduksi film yang menyisipkan nilai moral di dalamnya. Niat itu pun terwujud film berjudul “Daya” yang dibuat M Zulkamar di tahun 2006. Film itu bercerita tentang penindasan yang terjadi di Pasar Sentral Daya. Kisah seorang gadis kecil jelata yang ha nya bisa merintih kesakitan dalam batinnya. Karena ketakutannya untuk menjerit kepada pembeli yang berlalu-lalang dan menginjak kakinya. Bahkan mengaduh pada ibunya pun tak ia lakukan. Ia me rasa sadar bahwa dirinya hanya orang
miskin dan kecil yang tak bisa untuk memberontak terhadap kezaliman orangorang besar. Kami berharap, pesan moral yang di sampaikan melalui film, bisa dirasakan oleh penonton. Kita sebagai manusia sebaiknya tetap santun dalam memperlakukan orang-orang kecil. Jangan menginjakinjak harga diri mereka, walau semiskin apapun mereka dan setinggi apapun strata sosial kita. Tak semudah membalikkan telapak tangan. Seperti kebanyakan masalah organisasi, LMF pun mengalami kekura ngan kader. Biasanya mahasiswa yang ingin bergabung mengira UKM ini hanya wadah bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi. Alhasil mereka mengurungkan niat, sebelum mencari tahu lebih jauh. Dalam pembuatan film pun tak lepas dari kendala. Misalnya saja pembuatan film yang gagal pada saat tahap praproduksi dan produksi. Bahkan ada yang
sampai pada pasca produksi dan berujung dengan kegagalan pula. “Gagalnya produksi film, biasanya karena orangorang terlalu menganggap mudah proses pembuatan film,” keluh mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik jurusan Komunikasi Unhas ini. Walau pernah vakum selama dua tahun (2002-2004) karena ketidakjelasan kepe ngurusan, para anggotanya tetap produktif dalam berkarya. Sudah puluhan karya yang telah diciptakan oleh LFM, seperti dalam bentuk film pendek seba nyak 16 buah, klip video, film dokumenter, komunitas tertib, profil perusahaan (company profile), dan pelayanan iklan publik (public service announcement). Berkat kegigihan dan kerja keras, para anggotanya pun telah berhasil menyabet juara dalam beberapa ajang film nasional. Pada tahun 2012, film berjudul “Emoticon” sukses membawa Widya Triayuastuti ke Jakarta bertemu dengan
20 sutradara dalam kompetisi film itu banyak rasa dari good day. Tak hanya itu, lewat film “Reuni” yang dirilis tahun 2011 karya Irwanto Hamid, LMF meraih peringkat ke- tiga dalam Ahmad Wahib Award 2013/2014. Dan baru-baru ini, “A Note of Love” yang rilis tahun 2013 karya Wahyudi, berhasil meraih Juara 1 Festifal Film Mahasiswa Indonesia kategori fiksi terbaik nasional. Film itu berpesan bahwa setiap hak perlu diperjuangkan, walau hanya sebuah perasaan suka. Untuk sekarang ini, UKM Liga Film sedang berinisiatif untuk menyelesaikan dua film barunya yang berjudul “Time” dan “Cinta Abu-Abu,” sebelum melakukan kongres pergantian ketua. “Semoga kedepannya UKM liga film dapat terus berproduksi karena produksi tanda kontribusi mahasiswa bagi almamater merah tercinta,” harap Amal mengakhiri wawancara, Rabu (9/03). n Andi Ningsih
12
resensi
identitas
NO. 855 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR MARET 2016
Saat Media Temukan Titik Terang Banyak orang tahu tentang suatu masalah, namun membiarkannya terjadi. KIRA-KIRA seperti itulah hal yang ingin dibongkar oleh film Spotlight. Sebagai Best Original Screenplay dalam Piala Oscar 2016, ini adalah film yang tepat apabila masyarakat ingin mengetahui bagaimana proses jurnalistik yang sebenarnya. Di dalamnya ditampilkan bagaimana tiap wartawan mengendus, mencari, menyusuri, mewawancarai dan mengejar sumber berita. Mereka melapor, rapat dan berdebat sembari saling membandingkan perolehan data, berkelahi soal prioritas dan berujung pada rasa frustasi, untuk kemudian meneruskan penelusuran dan menguak skandal kepada publik. Spotlight sendiri merupakan film yang diangkat dari kisah nyata, tentang sebuah tim reporter investigasi pada koran Boston Globe bernama “Spotlight.” Berlatar pada tahun 2001, tim ini, menginvestigasi kasus pedofilia di kota Boston, dimana para Pastur Gereja Katolik di kota tersebut sebagai pelakunya. Anggota dari tim Spotlight itu sendiri adalah editor Walter Robinson (Michael Keaton), serta 3 orang jurnalis investigasi yakni Michael Rezendes (Mark Ruffalo), Sacha Pfeiffer (Rachel McAdams), dan pimpinan redaksi Matt Carroll (Brian d’Arcy), serta Marty Baron (Liev Schrei ber). Investigasi besar mereka dimulai dari pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang pendeta. John Geoghan namanya. Yang menjadi permasalahan adalah ketika Kardinal Law dari Uskup Besar Boston diduga mengetahui hal itu namun malah mendiamkannya.
Berawal dari satu nama pendeta, fakta-fakta baru berhasil didapatkan. Pada tahap awal, sejumlah tiga belas nama berhasil dikantongi. Salah seorang mantan pendeta yang kemudian menjadi psychotheraphist, Richard Sipe memberikan tambahan informasi bagi Tim Spotlight lewat Rezendez. Mengejutkan, jumlah tersangka bertambah menjadi 90 orang. Sungguh, penelusuran kasus yang Tim Spotlight lakukan tidaklah berjalan mudah. Selain para pastur dan korban yang terlibat tidak mau berbicara “terbuka,” fakta mengejutkan lainnya muncul. Kasus besar ini nyatanya sangat ditutup dengan rapat oleh jaksa, polisi, bahkan pihak ge reja sendiri. Ini membuat para pemimpin harian Boston Globe merasa dilematis, untuk memutuskan apakah mereka tetap akan meneruskan investigasi dan mulai menulis serial laporan. Sementara di sisi lain, mereka bakal sangat memojokkan Gereja dan itu akan berakibat fatal bagi seluruh Boston. Satu adegan ledakan emosi dari Michael, salah satu reporter pun muncul. Sebab, ia tak tahan melihat para atasannya kurang cekatan memutuskan kapan berita itu diturunkan. Akhirnya, Baron selaku Pemred pun angkat bicara, “Kita akan menghajar sistem, karena setiap kali ada kasus, pastur itu hanya direlokasi, tidak dihukum apalagi dituntut pidana.” Disinilah nilai jurnalistik yang mengedepankan keadilan terlihat. Film yang disutradari Tom McCarthy ini,
terbilang berani mengangkat tema yang sensitif. Bahkan mungkin akan mengganggu banyak orang. Namun, ia berhasil untuk tidak mengeksploitasi secara berlebihan sebuah cerita. McCarthy yang juga penulis skenario film ini, secara hati - hati berhasil membangun sebuah jalinan cerita yang mengena di hati dan ‘menyentil’, tanpa harus secara ekstrem menyudutkan suatu pihak tertentu. Ia membuat film ini tetap sederhana dan fokus, agar penonton dapat terhubung dan merasa dekat de ngan para karakter dan kisah yang mereka tonton. Memang, diperlukan pikiran yang terbuka untuk dapat menerima dan menafsirkan pesan film ini. Tentunya, film ini juga takkan bisa diterima dan diresapi dengan baik, jika kita adalah orang yang fanatik. Film ini sangat disarankan untuk ditonton oleh mereka yang bergelut dibidang jurnalistik, yang mana mereka sebagai wartawan harus berani bersusah payah mengungkap kebenaran. Tak hanya sekedar menyajikan berita instan. Perusahaan medianya juga harus punya idealisme. Jangan karena kedekatan, kebenaran di
sembunyikan. Ya katakan ya, tidak katakan tidak. Selamat menonton! n Andi Ningsih
ISTIMEWA
Judul Film Sutradara Durasi Tanggal Rilis Penghargaan
: Spotlight : Thomas McCarthy : 128 Menit : 17 Februari 2016 : Best Original Screenplay dalam Piala Oscar 2016
ragam
Pro Kontra LGBT BEBERAPA tahun belakangan ini Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT) menjadi isu hangat dan kontroversial. Tentunya hal tersebut mengundang pro dan kontra dari masyarakat. Di media sosial pun acapkali mengundang perdebatan mengenai LGBT. Masing-masing pribadi memiliki pendapat berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan kepercayaannya. Di Indonesia sendiri, fenomena ini sebenarnya sudah ada sejak dulu. Dan dianggap sebagai perilaku menyimpang. Para pelakunya pun terkesan dikucilkan oleh masyarakat. Namun dewasa ini, telah banyak organisasi atau komunitas yang berdiri untuk memperjuangkan hak-hak para LGBT. Mereka menuntut untuk tidak didiskriminasi dalam kehidupan bermasyarakat dan mendapatkan hak-hak nya layaknya masyarakat lainnya. Dalam dunia pendidikan, terkhusus di Unhas isu LGBT ditanggapi dengan cara beragam. Ada yang bersikap biasa saja, menolak namun memilih diam, melakukan aksi dalam rangka menolak LGBT dengan cara menyebarkan selebaran-selebaran yang berisi penolakan, ataupun memilih untuk hidup secara berdampi
ngan. Menurut Andi Rewo Batari Wanti, seseorang yang memilih untuk menjadi LGBT tak sepatutnya dijauhi. “Kita seharusnya membantu mereka sembuh, bukan dengan mengucilkannya tetapi tetap berteman. Bisa jadi penyebab mereka begitu karena pergaulan, jadi bisa dicarikan solusi, misalnya dengan rehabilitasi,” kata mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan tersebut, Kamis (10/03). Lain halnya dengan Uswatun Hasanah, ia berpendapat bahwa LGBT itu harus ditolak. “Bukankah dalam ajaran agama, pe rempuan untuk laki-laki dan laki-laki untuk perempuan. Jadi jika saya ditanya pro atau kontra tentu saja saya kontra. Tapi itu tergantung pendapat pribadi masingmasing, kita ini negara demokrasi. Sebagai orang beragama, kita tetap harus memfilter pemahaman-pemahaman se perti itu,” jelasnya, Kamis (10/03). Sementara itu Dian Fadhilah, mahasiswa Jurusan Administrasi Negara me ngakui memiliki teman yang memilih lesbian. Menurutnya, secara pribadi ia menolak. Akan tetapi, dalam bergaul ia
tidak berusaha menjauhi. “Dalam pergulan sehari-hari tidak mungkin saya jauhi. Setiap orang punya hak menentukan pilihannya. Lagian saya juga tidak pernah diajak untuk jadi seperti dia,” katanya, Kamis (10/03). Senada dengan Dian, Herdianto mahasiswa Fakultas Sastra juga merasa tidak ada masalah bergaul dengan pelaku LGBT. “Selama mereka tidak mengganggu dan menyebarkan paham-pahamnya, tidak ada salahnya bergaul. Yang salah itu kalau ikut bergabung diorganisasinya. Kan menurut saya LGBT itu penyakit, maka harus disembuhkan,” ujarnya, Jumat (11/10). Dosen Psikologi Triani Arfah SPsi MPsi menyebutkan, LGBT dalam psikologi dise but sebagai Same Sexual Attracted (SSA) dimungkinkan terjadi jika terjadi permasalahan pada fase pembentukan identitas diri. “Pembentukan identitas diri terjadi sejak masa kanak-kanak”, ungkapnya Jumat (26/2). Anak akan mengidentifikasi dirinya dengan individu yang dianggap penting baginya. Apabila fase ini tidak berlangsung dengan baik maka individu akan
mengalami kebingungan identitas, sehingga kebingungan identitas berdampak pada orientasi seks individu dimasa yang akan datang. Selain itu, faktor lain adalah proses belajar sosial individu melalui perilaku model disekitarnya, bukan hanya dari keluarga, tetapi juga sahabat, teman, masyarakat, dan lain-lain. Lebih lanjut, Triani menjelaskan bahwa jika disebabkan oleh kelainan biologis pengobatannya melalui obat oleh ahlinya. Jika karena gangguan perilaku maka bisa melalui terapi modifikasi perilaku. Dan jika pemahamannya melenceng maka dikembalikan pada pemahaman yang benar. Tentu saja orang yang mengalaminya harus terlebih dahulu menyadari bahwa ada yang salah pada dirinya dan datang kepada ahli-ahli yang berkompeten untuk menangani seperti psikiater, psikolog atau tokoh agama. Terlepas dari semua itu, pemikiran yang berbeda- beda tak bolehlah menimbulkan terjadinya diskriminasi. Semua orang mempunyai hak yang sama tanpa memandang status sosial, agama ataupun pemahaman. n Khusnul Fadilah
cerpen
identitas
NO. 855 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR MARET 2016
Balada Tikus Sawah
puisi
Oleh : Fatmawati Liliasari
HAMPIR setiap musim tanam diawal hingga pertenga han tahun kami berpesta, ikut serta memanen hasil jerih payah para petani yang saban hari tiada bosan merawat tanaman berdaun sempit nan panjang itu hingga bulir nya muncul serempak, menua, dan berisi. Kenalkan aku Kus, setidaknya kawananku sering memanggilku dengan nama itu. Kami tinggal di liang tanah di sekitar pematang. Tempat yang hangat di malam hari tetapi teduh pada siang hari. Akulah tikus termuda diantara kawananku. Berbicara soal hidup, kehidupan seekor tikus ternyata amat membosankan. Lahir, tumbuh besar, makan, tidur, kawin, melahirkan, lalu mati. Hanya terkadang saja da tang peristiwa yang membangkitkan semangat hidup contohnya saja ketika para petani bersepakat memburu kawanan kami. Bagiku itu adalah permainan paling me nyenangkan sepanjang masa. Beradu siapa paling gesit lagi cepat, siapa paling cerdik bersembunyi, menguji adrenalin−menantang maut. Menyenangkan menyaksikan manusia-manusia itu bersatu membentuk pasukan untuk menyerang kami, yang mereka anggap sebagai pesaing atas bulir-bulir padi masak yang manis itu. Padahal kudengar-dengar Tuhan Penguasa Alam Semesta telah menitahkan tiap-tiap makhluk telah ditetapkan bagiannya masingmasing. Atau manusianya saja yang terlalu pelit untuk membagi sedikit saja penghidupan buat kami, sebab setahuku bumi ini bukan hanya milik manusia saja. Mengapa kukatakan menyenangkan melihat manu sia menyerang kami dalam formasi yang rapi? Sebab dengan begitu, secara tidak langsung keberadaan kami menjadi sebab pemersatu bagi mereka yang sudah sering berpecah-belah antar sesamanya. Kemalangan dan musibah kadang jauh lebih mudah mempersatukan jiwa. Rasa senasib dan sepenanggungan membuat mereka bersaudara. Hal lain yang menyenangkan lagi ialah saat petang atau pagi hari ketika bulan masih setia di langit subuh. Lewat pintu liang aku senang memandangi bulan yang berada tepat di atas pohon kelapa di sisi pematang. Biasanya para petani di waktu-waktu tersebut telah asyik menyiangi rerumputan liar di sela-sela padinya. Sesekali mencangkul pinggiran pematang tempat salu ran air, atau iseng membakar jerami dan menjejalkan nya di mulut liang tempat tinggal kami. Para petani itu, melihat kesungguhan serta kesa barannya selama berbulan-bulan kadang-kadang mem buatku iri, sering pula aku malu. Mereka bisa membuat
makanannya sendiri sementara kami mengais-ngais makanan sisa bila paceklik tiba. Dengan menanam mereka bukan hanya memberi makan sesamanya teta pi juga memberi makan dan tempat hidup bagi makhluk lain. Belalang, burung-burung, cacing-cacing, dan tikus sekalipun. Sering kawananku mengejek, bilang aku tidak nor mal. “Kenapa musti iri dan malu? Kita ditakdirkan hidup seperti ini kok. Yang diberi kemampuan bekerja kan manusia, bukan tikus macam kita. Jadi wajarlah, hitung-hitung apa yang kita ambil dari mereka adalah sedekahnya.” Itu salah satu celetukan dari Kas−abang ku paling besar, juga paling banyak makan. Apa yang dikatakan abangku mungkin ada benarnya, tapi tetap saja aku kasihan melihat wajah-wajah kecewa lagi nelangsa dari petani-petani itu bila melihat bulir-
13
bulir padi yang sekian lama mereka usahakan, mereka rawat penuh sabar, dengan seenaknya kami renggut tanpa permisi. Belakangan abangku sering menegur lantaran selalu mendapatiku bermenung-menung. Aku sebenarnya se dang berpikir keras. Apa yang bisa kami lakukan untuk para petani itu biar keberadaan kami tak melulu me nyusahkan mereka. Ingin mencontoh cacing, adanya di tanah menggemburkan lahan. Ingin juga seperti kawa nan bangau yang membantu mengurangi populasi ulat penggerek. Hey! Apa ada yang bisa membantuku? n Penulis adalah Mahasiswi Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi Angkatan 2012
Kabar Cinta Sang-Gibran Oleh: Fitri De Coresa
Seperti sang-Gibran pelukis cinta setabah pohon di padang pasir, aku pun tabah mendiamkan rindu. Aku tidak menggambarkan aliran sungai sebagai baju besi seperti kata Al-I’timad, sebab aku menggambar kannya alunan senja berkabar cinta. Aku memetik melodi dalam bayangan, engkau lagilagi menari dalam ingatanku. Cintaku sama halnya ketika mencapai ekstase kecin taan dalam tarian Darwish –tarian dzikir Turki-, aku menemukan cinta untuk Tuhan dalam dirimu, seperti cinta kepada Tuhan dalam syair Jalaluddin Rumi. Aku benar merasakan hujan di padang pasir ketika kabar namamu kembali mengibaskan lamunanku, aku mengalir dalam hatimu. Sepanjang waktu, Aku kirimkan doa pada Tuhan atas ketabahan cinta. Andai kau tau, aku masih tabah meski syairku tidak menggantung pada dinding ka’bah, mu’allaqat. Sebab kugantung ia pada sayap-sayap indahmu. Aku tidak pandai ber-Khalil Gibran-syair. Tapi aku fasih mengejakan cinta dengan namamu, -pada ha tiku yang melangkah- kapan saja. Semakin kudiamkan rinduku, aku pun semakin fasih membaca syair cinta sang-Gibran hingga aku pandai menamaimu –cinta- berkabar syair. Aku tidak setabah penyair –Khalil Gibran- tapi kali ini aku menjadi sang-Gibran yang menabahkan cinta. Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Asia Barat Angkatan 2013
Bagi Pembaca identitas yang ingin memasukkan opini, cerpen puisi dan tulisan perjalanan, bisa dikirim melalui e-mail resmi identitas, bukuidentitas@gmail.com atau diantar langsung ke Sekretariat PK identitas LT 1 Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin ILUSTRASI/IRMAYANA
14
ipteks
identitas
NO. 855 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR MARET 2016
cermin Melarikan Diri
Oleh : Khusnul Fadilah
PAGI ini saya tak membeli makanan di warung langganan seperti biasanya. Melainkan hanya memasak mie instan sebagai sarapan. Maklum, semalam saya begadang hingga dini hari. Demi menyelesaikan tugas yang tak sedikit dan kini enggan beranjak bahkan untuk sekedar berjalan membeli makanan. Akh, tak mengapalah. Saya tidak menikmati seberapa instan makanannya, melainkan seberapa cepat mie itu bisa mengatasi rasa lapar saya. Instan? Ya terkadang orang memang ingin mendapatkan sesuatu secara instan. Namun rasanya, tidak ada hal yang berlaku benar-benar instan di dunia ini. Bahkan makanan atau minuman instan pun disajikan tidak benarbenar langsung jadi. Jangankan makanan, hubungan dengan orang lain pun butuh proses. Tanpa proses, hasil yang didapatkan tentu mengecewakan. Sejatinya instan selalu tidak “menyehatkan”. Bagi saya, menjalani sesuatu memang membutuhkan proses. Proses itulah yang menentukan hasilnya. Terlepas dari hasilnya yang baik atau buruk, selalu, dari proses itulah kita bisa mengambil banyak pelajaran. Di organisasi yang saya geluti beberapa tahun terakhir ini, membuatku diperhadapkan berbagai masalah. Padatnya kuliah ditambah tugas redaksi yang menuntut untuk segera diselesaikan. Tak banyak yang bisa bertahan dengan hal itu. Bahkan lebih banyak yang memilih ‘lari’ karena merasa tidak mampu menjalani proses. Namun, dengan melarikan diri apakah itu akan menyelesaikan semua permasalahan? jawabannya tentu tidak. Lagipula, seberapa jauh dan seberapa lama kita bisa melarikan diri? Sebenarnya, seperti apapun bentuk melarikan diri kita, tentu fokus utama penyebabnya adalah satu, yakni masalah, karena harapan kita yang sayangnya tak sesuai kenyataan. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari selain sebagai seorang mahasiswa dan juga aktif sebagai jurnalis kampus, saya telah banyak menemui orang-orang yang ragu dengan dirinya sendiri. Berpikir pesimis tentang dirinya, lalu akhirnya memilih lari dari kenyatan,yang seharusnya ia hadapi dengan sikap dewasa. Kedewasaan itu diukur dari cara bertindak utamanya dalam menyelesaikan masalah. Dan melarikan diri bukanlah pilihan yang tepat. Karena orang lain tidak akan tahu “apa yang kita inginkan” dari mereka. Olehnya itu, saya mulai belajar, mengungkapkan apa yang saya rasakan kepada orang lain. Saya belajar untuk selalu mengkomunikasikan segala sesuatu dengan baik. Saya pun menyadari bahwa terkadang banyak masalah yang muncul hanya dikarenakan kurangnya komunikasi. “Maaf, itu diluar kemampuan saya, lagian bukankah ada atau tidak adanya saya, tidak akan ada pengaruhnya ? saya juga merasa tidak dibutuhkan,” suatu waktu saya pernah mendengar kata-kata itu. Sejatinya, kita dibutuhkan atau tidak, bukan mereka yang menentukan. Akan tetapi, sikap dan pandangan kita yang seharusnya membuat mereka membutuhkan kita. Jangan menunggu kita dibutuhkan, barulah kita akan merasa bangga. Sebaiknya, berbanggalah ketika kita punya inisiatif untuk berbuat dan menunjukkan bahwa kita memang benar-benar dibutuhkan. “ Saya tidak kuat lagi,” di lain waktu oleh orang yang berbeda. Akan tetapi, bukankah masih banyak orang-orang di sekitar yang bisa mengulurkan tangannya. Memberikan bantuan. Dengan kita mengutarakan perasaan, bercerita, berbagi masalah, terkadang bisa meringankan beban. Hanya saja, tidak semua orang punya keberanian untuk mengutarakan perasaannya atau menghadapi ketakutannya sendiri . Tidak baik rasanya jika kita menyelesaikan masalah dengan melarikan diri, dengan maksud melupakannya. Meskipun lupa persoalan waktu, karena waktu bisa menjadi obat yang baik untuk melupakan. Namun pikiran bisa menjadi waktu yang lebih cepat ketimbang waktu itu sendiri. Karena memori, sang mesin waktu di kepala kita, dikendalikan oleh kita sendiri. Terkadang, melarikan diri memang bisa dilakukan sebatas untuk merenungkan apa yang kita perbuat. Dan sungguh childish nya ketika kita melarikan diri hanya karena seseorang marah kepada kita. Tahukah bahwa marah seseorang kepada kita adalah bentuk kepedulian orang itu? Menegur, mengkritik, mitosnya adalah karena orang itu sayang kepada kita. Sebagian besar hal itu benar, karena memang itulah bentuk kepeduliannya kepada kita. Orang itu menginginkan kita menjadi baik, meskipun dalam taraf penilaiannya yang terkadang tidak bisa pula dibenarkan seutuhnya. Namun, bayangkan saja bila kita tak lagi diurusi, tak lagi ditanyakan kabarnya, atau tak lagi dipandang di setiap kesempatan. Lebih menyakitkan, bukan? n Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Inggris, Angkatan 2013 Staf Penyunting PK Identitas
‘Umpan Kendali’ untuk Si Pemakan Kayu Kecil, tapi jangan diacuhkan. YA, Rayap namanya. Hewan kecil berkoloni yang tak bisa disepelekan, walau kerap dikenal sebagai serangga perusak bangunan. Dalam ekosistem, hewan ini sangat berperan nyata dalam perbaikan sifat fisik maupun kimia tanah. Selama ini, Prof Dr Ir Musrizal Muin MSc melihat bahwa Rayap hanya dipandang dari satu sisi saja. Sisi dimana Rayap merusak bangunan atau benda-benda yang terbuat dari kayu. Padahal kenyataannya, hewan ini dapat menjadi pekerja untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. “Rayap hanya dilihat dari satu sisi, sehingga ketika ingin melindungi bangunan hewan ini malah dimatikan. Padahal sebenarnya dapat jadi dekomposer yang hebat,” tutur Dosen Fakultas Kehutanan Unhas ini. Hal itulah yang menjadi latar belakang Ahli Pengawetan Kayu ini, dalam mengembangkan penelitian terkait sistem kontrol aktivitas Si hama kayu. Agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan, yakni perlindungan bangunan dan perbaikan lahan. Termasuk di dalamnya upaya dalam mengatasi limbah kertas, sampah yang banyak dihasilkan oleh mahasiswa dan perkantoran. Dalam risetnya, pria kelahiran 1965 silam ini memanfaatkan peluang pengendalian Rayap dengan memanfaatkan daya tarik sumber makanan. Caranya dengan memformulasikan bahan umpan yang terdiri dari kayu pinus terdegradasi, kertas HVS limbah, kertas koran limbah, kertas karton limbah, dan air rebusan kacang kedelai. Untuk perbandingan bahan dalam formulasi umpan ini, alumnus program doktoral Universitas Kyoto ini tak bisa menjelaskan secara detail. Lantaran hasil penelitian ini belum mendapatkan paten. Dalam penerapannya, umpan itu harus di siapkan dalam tempat yang didesain tertutup. Tetapi tetap memberikan akses terhadap Rayap
untuk dapat masuk ke dalamnya. Setelah me nunggu sekitar enam minggu, jadilah limbah kertas terkonversi menjadi produk biogenik. Produk yang dihasilkan serangga ordo isoptera ini, kaya akan unsur hara dan bahan organik yang berguna sebagai pupuk kompos. Sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur tanah, dan meningkatkan produktivitas lahan. “Apabila masyarakat mampu menerapkan sistem ini, maka mereka tak perlu menggunakan pupuk kimia yang dapat merusak lahan,” jelas Prof Rizal, saat ditemui di Laboratorium Terpadu Fakultas Kehutanan Unhas. Dalam pelaksanaan penelitiannya, ia mendapatkan mitra kerja dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) Dikti. Tak hanya itu, Universitas Tanjung Pura dan salah satu institusi pendidikan di Jepang juga turut terlibat. Nantinya, kerja sama itu akan dikembangkan untuk menghasilkan produk yang dapat melindungi ketahanan bangunan dari Rayap. Kedepannya, dosen mata kuliah Termitologi ini akan membuat brosur pedoman pelaksanaan sistem kontrol Rayap bagi masyarakat. Dirinya tidak ingin hanya berfokus pada paten, pengabdian kepada masyarakat tetap jadi prioritas. Menurutnya, hidup ini ada pada persoalan nilai ekonomi dan nilai ekologi. Segala sesuatu harus dipikir agar dapat bernilai ekonomis. Namun, disisi lain pun harus dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan kualitas lingkungan. Harapannya, peneitian ini dapat menjadi bahan ajar bagi mahasiswa. “Jalani pekerjaanmu dengan baik, berikan manfaatmu kepada orang secara ekonomi, dan berikan manfaatmu kepada alam secara ekologi,” pesannya saat mengakhiri wawancara, Kamis (17/3). n Hartina Sapa
ILUSTRASI/IRMAYANA
kampusiana
identitas
NO. 855 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR MARET 2016
Mahasiswa Unhas Dilatih Berwirausaha
PROGRAM Mahasiswa Wirausaha (PMW) mengadakan Pelatihan Dasar Kewirausahaan, Kamis-Jumat (3-4/3). Kegiatan yang berlangsung di Gedung Ipteks ini diselenggarakan untuk memberi pemahaman kepada mahasiswa mengenai PMW serta memberi motivasi untuk berwira usaha. Kegiatan yang mengangkat tema “Menumbuhkembangkan Mahasiswa Berkarakter Wirausaha”. Melalui kegiatan ini, mahasiswa ingin diubah cara berpikirnya dari yang dulunya hanya seeker job menjadi job creator dengan menciptakan peluang sendiri. Hadir dalam pelatihan yakni pengusaha jebolan PMW Ismunandar yang menjadi pengusaha antena yang memperkuat signal dan Faradilla pengusaha keripik bayam. Keduanya telah mendapat omset jutaan rupiah tiap bulannya. “Apapun aktivitas kita, apapun kegiatan kita, mari kita mulai dengan niat baik. Niat baik akan mengahasilkan hasil yang baik pula,” ujar Ilham Jaya selaku Ketua PMW menutup kegiatan. (M21)
Perisai Gelar Kontes Debat Bahasa Inggris
PERHIMPUNAN Mahasiswa Sastra Inggris (Perisai) adakan Perisai English Contest (Pilot) lomba untuk siswa tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Kegiatan yang kali ke 14 ini memperebutkan piala bergilir serta uang jutaan rupiah. Mengusung tema Press your creativity, increase your capability, and show your identity, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas siswa. Pilot ini berlangsung di tiga lokasi yakni Unhas, diantaranya Aula Prof Mattulada, Aula Ramsis dan Pelataran Gedung IPTEKS. Salah satunya item lomba yakni debat bahasa Inggris yang berlangsung di Pelataran Gedung Ipteks Unhas, Jum’at (4/3). Kegiatan ini dihadiri oleh 22 SMA dari Sulawesi Selatan, Selawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara. “Semoga kegiatan ini berjalan lancar, kedepan dapat pula bertambah jumlah regional dapat diundang,” ungkap Novwanto Alfin B selaku ketua panitia. (M21)
Komunitas Pecinta Anak Jalanan Adakan Kelas Ahad
BERTEMPAT di pelataran Gedung Pertemuan Alumni (GPA), Komunitas Pecinta Anak Jalanan (KPAJ) adakan kelas ahad, Minggu (6/3). Kegiatan rutin setiap pekannya dengan tema yang berbeda, serta pemateri berbeda pula. Pada pekan ini, salah satu relawan Sri Ismayanti yang berasal dari Jurusan Psikologi mengajar pembuatan menara dari pipet. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kerjasama dan kebersamaan para anak jalanan ini. Sebanyak 20 anak ikut bergabung dalam kelas ahad ini. Sri berharap anakanak dapat termotivasi. “Saya berharap dengan kegiatan ini anak jalanan bisa termotivasi untuk belajar hingga akhirnya mereka bisa tetap lanjut bersekolah la yaknya anak-anak lain,” katanya, Minggu (6/3). (M25)
Muslimah Hizbut Tahrir Ajak Mahasiswa Tolak LGBT
MUSLIMAH Hizbut Tahrir Indonesia cabang Unhas adakan bincang-bincang mengenai tolak Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). Sesuai de ngan topik, tema yang diusung yakni “Kebe-
IDENTITAS/SRIWIDIAH ROSALINA BST
Diskusi: Lingkar Advokasi Mahasiswa (LAW) Unhas paparkan hasil riset mengenai kualitas penyelenggaraan akademik di Unhas, Kamis (10/3). Diskusi ini menghadirkan penanggap antara lain salah satu anggota Senat Akademik Unhas Prof Dr Alfian Noor MSc dan Dosen Sastra Inggris Unhas Drs Alwy Rachman Dip Tefl.
basan yang Bablas Mencabut Fitrah Indonesia.” Menurut ketua panitia, Ika Misqawati, S.Farm, Apt asas kebebasan berpendapat yang dianut oleh Indonesia, bisa saja masyarakat memperbolehkan adanya LGBT. Bertempat di Pelataran Gedung Pertemuan Alumni (GPA), kegiatan ini tidak hanya berasal dari mahasiswa Unhas, Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan mahasiswa dari universitas lain, se perti Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Universitas Muhammadiyah (UNISMUH) turut hadir. Harapan pun datang dari ketua panitia kepada peserta yang hadir. “Mereka bisa memahami bagaimana pandangan Islam terkait LGBT, dan bisa meyampaikan ke orang-orang sekitarnya,” ucap Ika, Ahad (6/03). (M24)
Reuni 20 Tahun Alumni Anestesi Kedokteran Unhas
IKATAN Profesi Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (IPDS Anestesi) angkatan 1996 Fakultas Kedokteran Unhas adakan reuni alumni ke 20 tahun. Dengan merajut tema Learning together, working together, sharing each other ke giatan ini berlangsung di Pelataran Gedung Ipteks, Ahad (6/03). Reuni yang kali pertama dilaksanakan oleh IPDS Anestesi ini bertujuan membina hubungan dan kerja sama sesama alumni serta membahas pengembangan spesialis anestesi yang sesuai dengan prinsipnya yaitu kerjasama dan saling berbagi. Ajang reuni ini menjadi titik awal para alumni untuk saling memberi saran sehingga mampu berkontribusi perbaikan mutu. “Keluaran pendidikan dokter spesialis anes tesi dengan mengikuti perkembangan zaman,” ujar dr Muhammad Rum SpAn selaku ketua panitia, Ahad (6/3). (M26)
Pendidikan Dasar dan Kaderisasi UKMF ke-XXV
DENGAN mengangkat tema “Eyenfinite” Unit Kegiatan Mahasiswa Fotografi (UKMF) adakan Pendidikan Dasar dan Kaderisasi Fotografi ke XXV bertempat di Forum Bersama Gedung PKM Unhas, Rabu (9/3). Calon anggota baru yang ikut dalam diksar berjumlah 46 peserta. Kegiatan ini dibuka resmi oleh Andi Firman Ali Syifaat, selaku anggota kehormatan. Dilanjut dengan diadakannya pemberian materi kepada calon anggota UKMF yaitu materi Pengenalan UKMF, Sejarah Fotografi serta Etika dan Motivasi Fotografi. Harapan diksar kali ini agar calon kaderisasi memiliki daya seni yang tidak ter-
batas, dengan mata yang berkarya dalam jangkauan luas untuk berimajinasi. “Saya harap agar calon kaderisasi tetap sema ngat dan punya kreativitas untuk berka rya,” ucap Sigit selaku ketua panitia saat memberikan sambutan.(M25)
“Film Spotlight” Pemenang Oscar 2016 Didiskusikan Identitas
PENERBITAN Kampus identitas Unhas adakan nonton bareng dan diskusi film Spotlight. Film ini merupakan Best Original Screenplay dalam Piala Oscar 2016. Hadir dalam bedah film yakni kru, magang dan senior serta Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Gunawan Mashar. Film ini bercerita tentang tim investigasi Boston bernama Spotlight yang mencari kebenaran tentang kasus pedofilia yang dilakukan oleh pemuka agama ‘pastur’ menjadi daya tarik film ini. “Film ini memilki kekuatan cerita yang lebih dibandingkan cerita film yang lain,” ujar Gunawan, Rabu (09/03). Dalam bedah film ini menjadi cerminan buat media. Ia juga menuturkan tiga poin penting. Pertama, wartawan harus berani bersusah payah. Kedua yakni sistem perusahaan media harus jelas dan terakhir idealisme dalam sebuah media. Nilainilai jurnalistik dapat diperoleh dari film ini. “Salah satunya ialah ketika pemimpin redaksi menegaskan bahwa jangan sekedar menyerang pelakunya, tapi menyerang sistemnya,” tambah Ketua AJI. (M24)
BukaLapak Adakan Workshop Bisnis Online di Unhas
BERTEMPAT di Auditorium Fakultas Kehutanan Unhas diramaikan oleh kegiatan dari BukaLaPak, Jumat (11/3). Workshop ini membahas mengenai bisnis dan usaha online dan mengangkat tema “Usaha Tinggal Selangkah.” Kegiatan ini menghadirkan pemateri Tri Bagus selaku pihak BukaLapak dan Chies selaku seller. Peserta yang hadir berjumlah 310 peserta.“Biar tidak punya pekerjaan yang penting punya penghasilan,” jelas Tri dalam materinya. Workshop ini bertujuan untuk memberi pengetahuan kepada mahasiswa agar memanfaatkan media online untuk melancarkan bisnis dengan modal kecil. “Kegiatan ini diharapkan dapat memberi inspirasi kepada peserta yang hadir untuk memulai bisnis usaha,” harap Muhammad Fauzul AG selaku Event Organizer. (M21)
Fakultas Ekonomi Bisnis Adakan Inaugurasi
FAKULTAS Ekonomi dan Bisnis Unhas
15
(FEB-UH) adakan pegelaran seni dalam rangka inaugurasi mahasiswa baru angkatan 2016. Bertajuk “Harmonisasi hitam putih bertabur karya” inaugurasi ini berlangsung di Baruga Andi Pangerang Pettarani, Sabtu (12/03). Beragam persembahan yang ditampilkan oleh mahasiswa FEB berupa yaitu perkusi, tari paduppa, parodi, puisi, stand up comedy, pemutaran video dokumentasi, dance, menyanyi dan beberapa tampilan lainnya. Hadir dalam acara yaitu Wakil Dekan III FEB, 3 Prof Hj Rahmatia MA, dosen-dosen, Kepala Sub Bagian Kemahasiswaan, Esan Lambang, SSos MSi, mahasiswa serta orang tuamahasiswa. Harapan terucap dari Wakil Dekan III, inaugurasi ini dapat menjadi ajang penyatu sebagai mahasiswa FEB Unhas. “Semoga semuanya bisa menempuh pendidikan dengan dan dapat menjadi orangorang cerdas sebagai generasi penerus bangsa dan negara,” ujar Prof Haji Rahmatia MA.(M26)
Humanis Gelar Kegiatan ASIK
HIMPUNAN Mahasiswa Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (Humanis FISIP) Unhas adakan Ajang Kompetisi Seni dan Keolahragaan (ASIK), Baruga Andi Pangerang Pettarani Unhas, Sabtu (12/03). Kegiatan ini diikuti oleh beberapa kampus di Makassar seperti Universitas Islam Negeri Makassar, Universitas Negeri Makassar. Adapun kegiatan yang diperlombakan yaitu akustik, puisi, Beat Box stand up comedy dan sepak bola. Jonathan Tribuwono selaku ketua panitia berharap kegiatan ini mahasiswa dapat terhibur. “Saya berharap teman-teman yang berpartisipasi dalam kegiatan ini dapat terhibur dan mendapatkan pengetahuan baru,” ujarnya, Sabtu (12/3). (M26)
LK Uswah Gelar Seminar Ketahanan Energi
BERTEMPAT di Gedung Baruga Andi Pangerang Pettarani, Lembaga Kajian Ukhuwah Mahasiswa Islam (LK-Uswah) gelar Unhas Intellectual Forum edisi ke empat. Mengusung tema “Mencari Solusi Ketahanan Energi” kegiatan ini bertujuan bagaimana memanfaatkan potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia berupa minyak dan gas alam, Ahad (13/1). Seminar ini menghadirkan empat pemateri dari berbagai elemen. Dr Ichsanuddin Noorsy, MSi selaku pengamat politik ekonomi Indonesia, Prof Dr Haji Muhammad Asdar, MSi selaku Executive Presidium DPP Ikatan Cendekiawan Keraton Nusantara (ICKN), Ugan Gandar selaku Ketua Dewan Pembina Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu dan Dr Arim Nasim, MSi selaku Direktur Pusat Kajian dan Pengembangan Ekonomi Islam Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia (PKPEI FPEB UPI). Adapun peserta yang hadir tidak ha nya berasal dari mahasiswa Unhas, turut hadir pula mahasiswa Universitas Muslim Indonesia, Universitas Negeri Makassar, Politeknik Negeri Ujung Pandang, dan Universitas Islam Muhammadiyah serta Serikat Pertamina Makassar. Dengan acara ini peserta dapat mecari solusi untuk ketahanan energi. “Peserta, khusunya para mahasiswa bisa menyuarakan akan pentingnya menjaga ketahanan energi,” ucap Rijan Tasman selaku ketua LK Ukhuwah. (M24) n
16
identitas
NO. 855 | TAHUN XLII | EDISI AKHIR MARET 2016
Suara Keberagaman dari Pulau Dewata Memiliki tujuan di akhir perjalanan adalah sesuatu yang bagus, tapi pada akhirnya, yang penting adalah perjalanannya— Ernest Hemingway. SUARA alarm telepon genggam pagi itu sangat mengganggu. Rasanya hari berganti lebih cepat dari biasanya. Pa dahal mata masih lelah karena bega dang mengerjakan tugas. Namun tiket untuk berkesempatan ke Bali tak datang dua kali. Kesempatan untuk mengikuti workshop jurnalistik yang di selengga rakan oleh Serikat Jurnalis untuk Kebe ragaman (Sejuk), tak boleh terlewatkan begitu saja. Awal melakukan perjalanan sendiri harus segera dimulai. Bebenah diri, berkemas, dan segera menuju Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Tepat pukul 08.40 Wita, untuk pertama kalinya saya duduk di ruang tunggu keberang katan bandara ini. Setengah jam ke mudian saya masuk ke dalam pesawat, Jumat (4/3) menjadi saksi, saat pertama kalinya saya merasakan naik si burung besi dan melihat indahnya Pulau Dewa ta dari ketinggian. Akhirnya saya tiba di Bandara Inter nasional Ngurah Rai, Denpasar pada pukul 11.05 WITA. Setelahnya, saya naik taksi hingga tiba di Hotel Hotel Grand Tulip dan bertemu dengan 24 peserta lainnya. Masing-masing berasal dari Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) seIndonesia. Ada dari Bali, Mataram, Flo res, Ambon, Makassar, Medan, Padang, Lampung, Jakarta, Cirebon, Yogyakarta, Salatiga, Semarang, Malang, dan Sura baya. Sungguh, ini sebuah perjumpaan yang mengharuskan saya belajar me nyatu dalam keberagaman, baik latar belakang maupun budaya. Di hari pertama ini, kami dibekali be berapa materi, yakni HAM dan kebeba san beragama, jurnalisme damai oleh jurnalis Tempo Alif Imam Nurlambang dan wajah perempuan di media oleh
Luh De Suriyani dari Sloka Institute Bali. Keesokan harinya, Sabtu (5/3) sebe lum melakukan liputan ke lapangan, kami dibekali dengan materi menulis features kebebasan beragama oleh Budi Kurniawan, salah satu pendiri Sejuk. Giving voice to the voiceless, menyuara kan mereka yang tidak bisa suarakan hak-haknya. Kami pun akhirnya dibagi menjadi dua kelompok, yang masing-masing akan meliput di dua tempat yang ber beda yakni Dusun Tuka yang mayoritas warganya beragama Katolik dan Kam pung Bugis yang terletak di Sarangan. Saya mendapatkan kesempatan berkun jung dan meliput di Kampung Bugis. Bersama sebelas teman dan dua fasi litator pelatihan ini, kami menempuh perjalanan selama 45 menit ke Sera ngan. Tiba di kampung itu saya merasa kan adanya perbedaan, mulai dari ben tuk rumah, yang memang bukan rumah khas Bali. Liputan pun dimulai. Kami mewawancarai Pak Usman se laku Kepala Lembaga Adat Kampung Bugis, di teras Masjid Assyuhada, yang diperkirakan dibangun sekitar abad ke-17. Hal lain yang mencuri perhatian saya, di depan masjid itu terdapat satusatunya rumah panggung khas adat Bugis. Ya, para warga masih peduli dan merawatnya. Menurut cerita yang dituturkan Us man, nenek moyang warga Kampung Bugis datang dari Gowa, Sulawesi Sela tan. Mereka meninggalkan desa asalnya karena menolak aturan bangsa Belanda dalam perjanjian Bongaya. Mereka di terima baik oleh Raja Badung dan di dihadiahi kawasan bermukim di Pulau Serangan karena membantu mengalah kan Kerajaan Mengwai. Mereka pun
hidup berdampingan dengan mayoritas Hindu. Dalam kehidupan sehari-hari, warga Bugis Serangan biasanya mengajak war ga Hindu untuk pergi melaut bersama. Pada hari-hari besar keagamaan seperti Galungan (Hindu) dan Idul Fitri (Islam), tradisi saling berbagi makanan pada kedua umat berbeda keyakinan terus di jalankan dengan suasana penuh persau daraan. Ritual Minter yang dilakukan umat Hindu Bali dengan memutari desa sebagai upaya menolak marabahaya diadaptasi juga oleh Muslim Kampung Bugis dengan menggelicik Al-Quran. Tradisi itu diselenggarakan setiap 1 Mu harram dengan mengitari Kampung Bu gis sambil membawa Al-Quran tua yang ada. Selain itu, di sini para pemeluk agama Islam dan Hindu membuat kesepaka tan bahwa ketika hari Nyepi yang juga bertepatan dengan gerhana matahari, muslim di kampung Bugis tetap boleh keluar rumah di perkarangan kampung. Pihak muslim juga menyetujui untuk tidak menggunakan pengeras suara saat melaksanakan Sholat Gerhana. “Ketika gerhana matahari pun kami telah berte mu untuk berdiskusi, pihak Hindu akan
lintas
sembayang di Pura dan pihak Muslim akan melakukan solat berjemaah di Masjid, pecalang akan bantu menga mankan kedua prosesi tersebut” tutur Pak Muhadi, Kepala Lingkungan (Ka ling) Kampung Bugis. Saya sangat terkesan dengan kunju ngan singkat ini. Bali tak hanya menyu guhkan keramahan bagi turis, namun juga keramahan bagi setiap pemeluk agama. Semua bersinergi menciptakan kedamaian. Seperti kata Pico Iyer, bah wa kita bepergian untuk membuka hati dan mata kita serta belajar lebih banyak tentang dunia, lebih dari yang diberikan oleh surat-surat kabar. Rasanya seperti mimpi pergi ke Bali, Minggu (6/3), kami semua kembali ke daerah masing-masing. Perpisahan yang cukup mengharukan bersama te man-teman. Seperti saya, semua orang punya ceritanya sendiri tentang se buah perjalanan. Walau kadang terke san biasa saja dimata orang lain. Tapi setidak-tidaknya akan meninggalkan jejak pelajaran bagi diri sendiri. Ya, bisa dikatakan sebagai prasasti untuk tetap setia pada peristiwa hidup. n Riyami