Buletin Voice of Migrants Edisi Desember 2019

Page 1

Edisi Desember 2019

▶ Suasana Diskusi dengan Tema Pahlawan dan Pekerja Migran Indonesia (PMI), Minggu, 10/11/2019.

Berita Utama

Menjadi Pahlawan PMI Tidak Harus dengan Menumpahkan Darah Dwi Noviana Voice of Migrants

B

e r te p atan den gan Hari Pah­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­l awan Nasional, Voice of Mi­g rants (VoM) Hong Kong, me­nye­­lenggarakan dis­kusi san­tai di Victoria Park, Cause­way Bay, pada Minggu (10/11/2019). Dis­­kusi ini di­­la­kukan bersamaan de­ngan pe­lun­curan edisi perdana bu­letin VoM sembari mengenalkan lebih dekat komunitas-komunitas PMI yang berada di sekitar tenda putih, Victoria Park. Diskusi yang ber­judul Kepahlawanan dan PMI ini menampilkan dua orang nara­

sumber, yakni Sari Widita, Konsul Muda Protokol dan Konsuler, dan Romo Guntur dari komunitas Katolik. Sari Widita menyampaikan hal me­­ narik dalam diskusi mengenai ke­ terhubungan pekerja migran Indo­ nesia (PMI) dengan ke­pah­la­­wanan. Menurutnya, sebelum PMI menjadi pahlawan devisa dan pah­lawan bagi keluarganya, PMI hen­daknya mampu menjadi pah­­lawan untuk dirinya sen­ diri.

“Memperhatikan kesehatan di­r i PMI dan hal-hal lain yang ber­sifat primer sebelum menjadi pah­ lawan bagi orang lain,” ujar Sari Widita. Dalam diskusi tersebut, Romo Guntur sedikit bercerita me­nge­­ nai penyematan istilah pah­l a­ wan devisa yang diberikan oleh pemerintah terhadap PMI. Istilah

▶ Bersambung ke halaman 3


Edisi Desember 2019 Penanggungjawab Muhammad Irsyadul Ibad Pimpinan Redaksi Dwi Noviana Redaktur Pelaksana Ratih Tim Redaksi Purwanti, Lasiyem, Puji, Kasiyah, Aline, Umi, Icha, Dwi Noviana, Ratih, Lilik Supartini Tata Letak Azka Maula Alamat Redaksi Infest Yogyakarta Jl. Veteran UH IV/734 Warungboto, Umbulharjo, Yogyakarta 55164. Telepon/fax 0274-417004 Email vom@buruhmigran.or.id Hotline VoM +852 95480701 ——

MAJALAH VOICE OF MIGRANTS diterbitkan oleh beberapa organisasi pekerja mi­gran di Hong Kong yang tergabung da­lam kelompok kerja (Pokja) ber­sama dengan Pusat Sumber Daya Bu­ruh Migran, INFEST Yogyakarta. Isi dari terbitan ini sepenuhnya tanggung ja­wab or­ganisasi yang tergabung da­lam kelompok kerja dan INFEST Yogyakarta.

Siapapun bisa mengutip, menyalin dan me­ nye­barluaskan sebagian atau ke­seluruhan tulis­an dengan menyebutkan sumber tulisan dan jenis lisensi yang sama, kecuali untuk kepentingan komersil.

2

Buletin Voice of Migrants | Edisi Desember 2019

Salam Redaksi SETIAP 10 NOVEMBER, bangsa Indonesia memperi­ngati hari pahlawan. Ditetapkannya 10 November sebagai hari pahlawan bukan tanpa alasan, pada tahun 1945 di tanggal dan bulan tersebut terjadi peristiwa per­ tempuran antara arek-arek Surabaya dengan tentara Belanda. Peristiwa itu terjadi karena kedatangan tenta­ ra se­kutu ke Surabaya yang di­p im­p in oleh Jen­deral Mallaby. Saat ini hari pahlawan diperingati dengan berbagai cara seperti melalui upacara resmi, pentas seni, mau­­ pun kegiatan diskusi seperti yang dilakukan oleh ke­­ lompok kerja (Pokja) Voice of Migrants (VoM). Di da­ lam diskusi yang diselenggarakan VoM dengan tema pahlawan dan PMI, terdapat beberapa hal me­­narik yang dibicarakan narasumber yang hadir. La­p oran mengenai diskusi tersebut dapat dinikmati di dalam rubrik Berita Utama Buletin VoM edisi Desember 2019. Berita utama edisi ini juga dimeriahkan dengan la­poran ten­tang pemenang lomba vlog dalam rangka peri­ngat­ an hari kemerdekaan Indonesia. Selain itu ter­d apat ju­g a laporan mengenai Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Hong Kong yang be­kerja sama dengan BNI Remittance menerbitkan KARTANU. Di rubrik panduan terdapat panduan bagi Pekerja Mi­ gran Indonesia (PMI) agar mawas diri terhadap se­gala bentuk titipan barang dari siapa pun, agar PMI tidak dijebak menjadi kurir narkotika. Rubrik opini menampilkan tulisan mengenai eks­tre­ misme dan mengapa PMI perlu mengetahui ten­tang eks­tremisme. Pojok Komunitas edisi kali ini menge­ nalkan tentang Madani Inspiring Community, sebuah ko­munitas keagamaan yang berbasis di Hong Kong. Wisata ke museum cokelat dan syair rindu merupakan bagian dari rubrik hiburan di edisi ini. Terakhir, di ru­ brik Info Penting terdapat informasi mengenai jadwal peng­gantian kartu identitas Hong Kong lama. Selamat hari pahlawan duhai para pahlawan devisa dan selamat membaca!


Berita Utama

▶ Anggota Pokja Voice of Migrants Membawa Buletin yang Mereka Terbitkan.

tersebut diberikan karena PMI mem­berikan sumbangsih signifikan terhadap per­e ko­n omian. Hanya saja penghargaan terhadap PMI tersebut hendaknya tidak perlu diwujudkan dalam bentuk pujian ataupun gelar, melainkan diberikan dalam bentuk perhatian, bantuan, dan pendampingan yang komplit.

“Buletin ini mempunyai konten yang bagus dan semoga bermanfaat bagi PMI Hong Kong,” kata Teguh.

“Dengan adanya keuntungan negara yang di­ da­p at dari PMI, hendaknya tidak ditindaklanjuti dengan menempatkan PMI ke luar negeri sam­pai membludak. Namun diimbangi dengan me­nam­bah lapangan kerja baru di dalam negeri,” kata Romo Guntur.

Selain diskusi mengenai kepahlawanan dan hu­ bungannya dengan pekerja migran, or­ga­nisasi yang tergabung dalam Pokja VoM juga meng­i nfokan tentang visi misi dan program kerja VoM. Peserta diskusi juga berkesempatan melakukan konseling terbuka mengenai masalah-masalah PMI. Beberapa permasalahan yang diutarakan di antaranya menyangkut kontrak kerja, asuransi kesehatan dan klinik di KJRI Hong Kong. Kon­s e­ling terbuka seperti itu memberi manfaat yak­ni membuka ruang untuk belajar menghargai se­sama dan meluaskan toleransi yang didasari kasih dan sayang.

Romo Guntur juga mengingatkan untuk menjadi pahlawan, PMI tidak perlu menumpahkan darah, tetapi bisa dengan banyak cara dan banyak la­dang. Teguh Subaryanto, Staf KJRI Hong Kong, hadir dalam diskusi tersebut dan memberikan komentar mengenai konten-konten yang terdapat dalam buletin VoM. Ia menyoroti konten tentang kebijakan menyumbang serta perlunya kehati-hatian PMI mengenali organisasi/instansi yang mempunyai izin untuk melakukan penarikan sum­bangan.

Anggota Pokja Voice of Migrants Membawa Bu­le­tin yang Mereka Terbitkan.

Sumber

https://buruhmigran.or.id/2019/11/15/ menjadi-pahlawan-pmi-tidak-harus-denganmenumpahkan-darah/

Edisi Desember 2019 | Buletin Voice of Migrants

3


Berita Utama

Pemenang Lomba Vlog dalam Rangka Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia Lilik Supartini Voice of Migrants

S

ebelum peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus 2019, BNI Remittance Hong Kong mengadakan workshop nge-vlog dan mengedit video bersama Kumparan. BNI Remittance Hong Kong yang bekerjasama dengan Kumparan membawa Bayu Skak sebagai bintang tamu. Bayu Skak adalah seorang vlogger yang sudah berpengalaman di dunia vlogging, penulis skrip, sutradara film, dan seorang aktor film di Indonesia. Dirinya diundang datang ke Hong Kong menemui Pekerja Migran Indonesia (PMI) untuk berbagi ilmu tentang tips, teknik dan cara-cara mengedit video sebelum dibagikan di media sosial. Antusiasme pekerja migran luar biasa pada saat itu, peserta hampir memenuhi aula gedung BNI di Admiralty. Dunia vlogging saat ini memang sedang menjadi tren dalam arus informasi yang semakin deras ini. Memang tidak mudah untuk nge-vlog, dibutuhkan keberanian dan rasa per­caya diri untuk mencobanya. Tak hanya itu, di­perlukan kreativitas, seni, dan juga bahasa tubuh yang menarik untuk memulai nge-vlog, supaya setiap orang yang melihatnya bisa tertarik.

BNI Remittance Hong Kong menyelenggarakan workshop tersebut untuk mendorong para na­sabah dan PMI Hong Kong belajar dan me­nye­im­bangkan perubahan zaman yang serba digital. Peserta juga didorong untuk membagikan sesuatu yang positif melalui vlog kepada ma­sya­rakat dan teman-teman di media sosial. Mitha Aprilia, salah satu peserta di workshop ter­sebut, berkeinginan memulai dan berkreasi da­lam kompetisi vlogging yang diselenggarakan oleh KJRI Hong Kong dengan tema “Semangat Ke­merdekaan dari Hong Kong”. Dalam kesempatan ini, Mitha Aprilia, berkeinginan mengasah kemampuannya di dalam dunia vlog­ ging. Ia juga ingin mengembangkan bakatnya serta berharap kanal Youtube-nya akan semakin berkembang dan memiliki banyak subscriber. Mitha memotivasi para Pekerja Migran Indonesia (PMI) di 4

Buletin Voice of Migrants | Edisi Desember 2019

▶ Mitha Aprilia, Pemenang Lomba Vlog BNI Remittance Hong Kong.

Hong Kong untuk berani mencoba se­s uatu yang baru seperti dirinya untuk meng­a sah ke­m am­ puannya sebagai Youtuber. Mitha pun ber­harap PMI di Hong Kong bisa lebih maju dan be­rani berinovasi demi kemajuan dirinya sendiri. Dalam perlombaan tersebut, terdapat beberapa peserta yang masuk final. Pekerja Migran Indonesia di Hong Kong sangat luar biasa da­lam menunjukkan bakat dan kreativitasnya. Semangat cinta Indonesia dalam memperingati hari kemerdekaan ditunjukkan para finalis de­n gan mempersembahkan ide dan kreasinya de­mi hasil terbaik dan pengalaman baru. Pada Minggu, (13/11/2019) saat puncak perayaan hari ke­merdekaan Republik Indonesia di Shim Tsa Tsui Community Hall, Hong Kong, pemenang lomba nge-vlog pun diumumkan. Mitha Aprilia di­nobatkan sebagai pemenang pertama dengan hadiah tabungan dari BNI Remittance Hong Kong sebesar 5 juta rupiah. Sumber

https://buruhmigran.or.id/2019/11/17/ pemenang-lomba-vlog-dalam-rangkaperingatan-hari-kemerdekaan-indonesia/


Berita Utama

PCI NU Hong Kong & BNI Remittance Terbitkan KARTANU Lilik Supartini Voice of Migrants Kong, PCI NU di beberapa negara seperti Taiwan dan Korea Selatan juga menerbitkan KARTANU bagi WNI dan PMI di sana. Di Hong Kong, saat ini kartu sedang dalam proses pe­n er­b itan dan akan diluncurkan pada bulan Januari 2020. Di samping sebagai kartu identitas ke­ang­go­taan, KARTANU dari PCI NU Hong Kong juga mempunyai fungsi lain, yaitu:

▶ PCI NU dan BNI Remittance Meluncurkan KARTANU, Kartu Bagi Anggota NU di Hong Kong, Minggu, 3/11/2019.

P

engurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Hong Kong bekerja sama dengan BNI Remittance menerbitkan Kartu Anggota Nahdlatul Ulama (KARTANU), Minggu, 3/11/2019. KARTANU merupakan gabungan kartu ATM debit master card sekaligus kartu anggota jamaah PCI NU di Hong Kong dan Macau. Kartu ini berfungsi untuk memudahkan pendataan jamaah PCI NU di Hong Kong dan Macau yang mayoritas Warga Negara Indonesia (WNI) dan Pekerja Migran Indonesia (PMI). Muhammad Ali, Wakil Ketua Tanfidz PCI NU, mengatakan bahwa kartu ini bertujuan untuk memudahkan jamaah PCI NU bertransaksi dan mengirimkan uang kepada keluarga di Indonesia.

“PCI NU Hong Kong memilih bank BNI karena hanya BNI yang punya mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Hong Kong. Dengan adanya me­sin ATM, nasabah mudah bertransaksi dan juga menge­cek saldo,” ungkap Muhammad Ali. Di Indonesia, KARTANU sendiri sudah diluncurkan sejak tiga tahun yang lalu. Saat ini telah banyak anggota jamaah NU yang sudah memiliki dan merasakan manfaat dari kartu tersebut. Selain Hong

1. Sebagai kartu identitas keanggotaan jama’ah Nahdlatul Ulama di Hong Kong dan Macau 2. Sebagai kartu ATM dan debit yang dapat digunakan untuk transaksi atau berbelanja di swalayan dan pusat perbelanjaan; 3. Memudahkan pembayaran zakat, infak, dan sedekah yang kemudian disalurkan kepada badan zakat di bawah naungan PBNU yaitu LAZISNU; 4. Tabungan umroh dan haji; 5. Tabungan masa depan atau biaya pensiun; 6. Sarana transaksi jual beli online sesama jama’ah NU; 7. Pembayaran polis asuransi, tagihan listrik (PLN), tagihan air, tagihan telepon, pulsa dan sebagainya. Dengan desain menarik dilengkapi nomor chip dan nomor keanggotaan, kartu ini dapat dikatakan istimewa. Bahkan, kartu berlogo NU ini dapat digunakan di seluruh bank internasional yang mencantumkan logo Master Card. Sementara ini KARTANU hanya akan diberikan kepada jamaah NU yang sudah terdaftar majelisnya di PCI NU Hong Kong. Targetnya, 1.000 kartu akan diterbitkan di awal peluncurannya, bulan Januari 2020 mendatang. Bagi PMI di Hong Kong yang ingin memiliki KARTANU harus mendaftar terlebih dahulu me­lalui perwakilan PCI NU Hong Kong. Untuk itu, PCI NU Hong Kong su­dah melantik para sukarelawan yang terpilih dan mem­punyai nomor referal sesuai ranting yang ada di Hong Kong. Nomor referal tersebut diberikan oleh Bank BNI untuk mendata para pendaftar KARTANU.

Edisi Desember 2019 | Buletin Voice of Migrants

5


Berita Utama Setiap pendaftar akan didata sesuai distrik dan ran­ tingnya masing-masing. Selanjutnya, Bank BNI Hong Kong akan mudah bekerjasama dengan PCI NU un­tuk program kerja di masa mendatang bagi PMI seperti latihan dan kelas-kelas yang ber­manfaat. BNI Remittance Hong Kong juga akan mem­fasilitasi ja­ maah NU dengan gedung aula gratis untuk kegiatan belajar dan berdakwah tanpa harus repot membuat pro­posal dan mem­bantu mendatangkan da’i untuk ke­giat­an ke­agamaan. Khusus untuk jamaah NU, pendaftaran gratis dan potongan administrasi akan diberikan jika membuat rekening di BNI Remittance Hong Kong. Bagi WNI/ PMI yang sudah mempunyai rekening tidak perlu membuat rekening baru lagi, cukup mendaftar dengan membawa paspor dan buku rekening, ke­ mu­dian memberikan data kepada sukarelawan yang telah ditunjuk. Biaya yang ditetapkan oleh BNI Remittance Hong Kong untuk pembuatan KARTANU adalah: 1. Pendaftaran dan pembuatan rekening, HKD100 (berbeda dengan pendaftar pembukaan rekening biasa); 2. gratis menabung pertama, biaya untuk menabung pertama biasanya sebesar HKD35; dan 3. biaya untuk yang ingin konversi KARTANU HKD50 Pengambilan buku tabungan dan KARTANU ha­nya akan dilayani di kantor pusat yaitu Gedung Galeri BNI Admiralty Hong Kong. Nasabah baru wajib membawa identitas diri seperti paspor, kon­trak kerja, dan kartu identitas Hong Kong (ID HK) saat pengambilan KARTANU. Sementara itu untuk nasabah konversi wajib membawa buku ta­bungan, paspor, dan kartu ATM saat pengambilan KARTANU. Cara konversi ATM biasa ke KARTANU dapat ditanyakan kepada ketua atau sukarelawan yang sudah ditunjuk oleh PCI NU dan BNI. Sumber

https://buruhmigran.or.id/2019/11/19/pci-nuhong-kong-dan-bni-remittance-terbitkankartanu/

6

Buletin Voice of Migrants | Edisi Desember 2019

Panduan

Tips Agar Tidak Terjebak Menjadi Kurir Narkoba Lilik Supartini Voice of Migrants


▶ Sumber gambar: pixabay.com

P

ada hari Selasa, (20/10/2019), KJRI Hong Kong menyelamatkan seorang WNI dari tuduhan sebagai kurir narkoba ke Hong Kong. WNI berinisial UF tertahan dan didapati mem­bawa masuk narkotika seberat kurang lebih 2.000 gram dari Indonesia pada 24 Mei 2018 lalu. UF merasa tidak bersalah dan tidak tahu bahwa barang titipan temannya itu berisi narkotika. Dirinya merasa terkejut saat tas yang dibawanya berisi barang terlarang. Kon­ jen Ricky Suhendar kemudian mengimbau ma­sya­rakat untuk berhati-hati agar kejadian ini tidak terulang kembali. Membawa barang terlarang seperti narkotika baik masuk maupun ke luar negeri adalah kejahatan dan yang dapat dipidanakan. Berikut ini adalah delapan tips yang dapat dipraktikkan agar terhindar dari sa­ sar­an para mafia narkoba: 1. Selektif dalam bergaul. Bergaul dengan orangorang yang berperilaku positif agar tidak terpengaruh narkoba; 2. jangan mudah percaya dengan tawaran gaji besar melalui kenalan di media sosial. Ikuti pepatah Jawa, selidiki dengan benar bibit, bebet, dan bobotnya;

3. fokus pada hal-hal yang positif. Isilah waktu dengan rutinitas dan kesibukan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain; 4. jangan takut kehilangan teman yang berperilaku negatif; 5. bentengi diri dengan menjaga keimanan dan berpegang kepada ajaran agama; 6. periksa barang titipan dari teman atau orang lain di hadapannya dan jangan mau dititipi barang atau tas yang tidak diketahui isinya; 7. selesaikan masalah dengan bantuan orang yang tepat, baik masalah ekonomi (finansial) maupun permasalahan pribadi; 8. selalu menjaga keterbukaan dan hubungan yang baik di tengah-tengah keluarga. Siapa pun dapat menjadi sasaran dan terpengaruh pengedar narkoba jika tidak mampu menjaga diri. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang bahaya men­ jadi kurir atau pengedar narkoba sangat pen­ting, agar terhindar dari penjara dan hukuman mati aki­ bat kedapatan membawa masuk narkoba dari atau ke negara lain.

Edisi Desember 2019 | Buletin Voice of Migrants

7


Opini

Mengapa PMI Perlu Memahami Ekstremisme Kekerasan dan Terorisme? M. Irsyadul Ibad Direktur Eksekutif Infest Yogyakarta

S

aat bertemu dengan beberapa aktivis pe­kerja migran di Hong Kong, saya sempat ber­diskusi soal ekstremisme kekerasan di kalangan pekerja migran Indonesia (PMI). Saat itu­lah saya menerima pertanyaan cukup menarik. “Jumlah PMI yang terlibat terorisme hanya hitungan jari, mengapa harus ada kegiatan dan riset yang mem­bicarakan ekstremisme kekerasan dan terorisme di kalangan PMI?”. Pertanyaan itu bagi saya cukup wajar, mengingat kekhawatiran organisasi-organisasi tersebut terhadap kemungkinan adanya stigma atau label negatif baru bagi PMI.

Selain itu, kekhawatiran ini pun sangat patut di­mak­ lumi dengan mempertimbangkan respon negara tujuan penempatan atas isu tersebut. Semakin ma­ raknya diskusi tentang ekstremisme dan terorisme, bisa saja mengaktivasi respon pemerintah setempat sehingga memperketat pengawasan kepada PMI yang tengah mencari nafkah di negara tersebut. Benarkah demikian? Segala kekhawatiran tersebut sah dan layak dipertimbangkan oleh pegiat isu pelindungan PMI, perdamaian dan peneliti yang berkonsentrasi dengan isu tersebut. Kekhawatiran tersebut perlu pula direspon oleh pemerintah Indonesia di negaranegara tujuan penempatan PMI. Tulisan ini mencoba menjawab kekhawatiran tersebut, sekaligus menjelaskan nilai penting mengapa PMI di negara penempatan perlu memahami ekstremisme kekerasan dan terorisme. Tulisan ini mencoba men­ jelaskan nilai penting pendidikan pencegahan ekstre­ misme kekerasan bagi pekerja migran. 8

Buletin Voice of Migrants | Edisi Desember 2019


Belajar dari Kasus Terdahulu Pada 2016, saat Dian Yulia dan Ika Puspita diciduk oleh Datasemen Khusus 88 Antiteror, banyak orang terkejut dengan fenomena ekstremisme tersebut. Tidak banyak yang menduga bahwa PMI juga di­ sa­sar oleh organisasi pelaku teror untuk direkrut dan dijadikan pelaku kekerasan. Dian adalah potret kecil dari terorisme yang tidak secara kebetulan menjangkau PMI. Ada alasan mengapa PMI di luar negeri disasar oleh kelompok ini untuk dijadikan anggota, pendukung atau sekadar simpatisan. Pada September 2019, kembali media internasional dan Indonesia memuat berita mengejutkan soal ditangkapnya 3 orang PMI di Singapura yang diduga menyumbang pendanaan kepada kelompok pelaku terorisme inter­ nasional. Kantor berita al-Jazeera memberitakan bahwa Anindita Afiyantari (33), Retno Hernayani (36) dan Tumini (31) saling mengenal satu dengan lainnya dan teradikalisasi selama bekerja di Singapura. Ketiganya terhubung dengan jaringan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) yang oleh pemerintah Indonesia dan negara-negara lain dinyatakan sebagai organisasi teroris (al-Jazeera, 2019). Dalam kurun waktu 2015 hingga 2019, beberapa kasus mengemuka yang menyangkut PMI dan ekstre­ misme kekerasan (terorisme) di beberapa negara tujuan kerja. Pemerintah Korea Selatan, pada 2016 menangkap Carsim dan menahannya selama 8 bulan. Carsim yang pada akhirnya dideportasi oleh Imigrasi Korea Selatan dinyatakan terbukti mengekspresikan simpati dan dukungan kepada ISIS melalui media sosial (Gatra, 2016).

▶ Sumber gambar: pixabay.com

Ragam kasus ini, seperti dalam pertanyaan di atas, memanglah sedikit dan sama sekali tidak mencerminkan keseluruhan jumlah PMI di negara tujuan penempatan yang diperkirakan 9 juta orang. Saat ini bahkan, jum­lah PMI yang terpapar, ditangani kepolisian dan sampai pada aksi terorisme tidaklah sampai sejumlah jari tangan. Namun, patut dipahami bahwa terorisme bukan semata soal jumlah. Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan saat berbicara terorisme adalah da­ ya rusak. Pertama, jika aksi bom yang direncanakan oleh Dian Yulia dan Ika Puspita dapat dilakukan, maka diperkirakan akan memakan korban nyawa yang tidak sedikit. Efek ini dapat berpengaruh pada stabilitas ekonomi, keamanan dan nama baik kelompok PMI sen­diri. Kedua, saat terpapar ekstremisme kekerasan yang menjadi alasan ideologis terorisme, maka pelaku Edisi Desember 2019 | Buletin Voice of Migrants

9


akan turut berupaya memengaruhi orang lain, seperti keluarga dan rekan sejawat. Pembelajaran penting dari peristiwa bom Surabaya pada pertengahan 2018 yang menyasar gereja adalah betapa anggota keluarga menjadi kunci untuk memasukkan ideologi ke dalam suatu keluarga. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa orang yang terpapar cenderung akan mengajak orang lain pada ideologinya. Cerita tentang pengaruh keluarga juga tampak dari kisah keluarga Djoko Wiwoho yang bersama 25 ang­ gota keluarganya pindah ke Suriah untuk menjadi warga negara ISIS. Keterpaparan keluarga ini bermula dari salah satu anggotanya: Nur Dhania yang saat itu masih berusia 15 tahun dan berstatus sebagai pelajar. Dhania terpengaruh ISIS melalui konten-konten yang diperolehnya di media sosial. Ia pulalah yang meyakinkan keluarganya untuk bersama-sama berpindah ke Suriah (Tempo, 2019). Pada kasus Bom Medan (13/11/2019), istri pelaku diduga menemui terpidana terorisme Ika Puspita Sari dalam tahanan sebelum aksi tersebut terjadi. Saat ini polisi tengah memeriksa kemungkinan keterhubungan aksi teror tersebut dengan tersangka Ika. Model Perekrutan yang Acak dan Jejak Perempuan dalam Aksi Terorisme Persebaran ideologi dan ajaran ekstremisme ke­ke­ rasan pada dekade 1980 hingga 1990-an melahirkan Negara Islam Indonesia (NII) dan kemudian Jamaah Islamiyah (JI) yang merupakan pecahan dari NII. JI ditengarai bertanggungjawab atas aksi terorisme pada kurun waktu 2000 hingga 2009, sangatlah berbeda dengan perekrutan dan propaganda yang dilakukan oleh kelompok teroris saat ini, seperti ISIS. NII masih mengandalkan perekrutan dengan model pertemuan dan kaderisasi bertingkat, sementara ISIS sangat memanfaatkan keberadaan internet, terutama media sosial. Perekrutan model ini menyebabkan acaknya pengikut dan simpatisan ISIS dari pelbagai kalangan, seperti pelajar, mahasiswa, pegawai swas­ ta, hingga aparatur sipil negara (ASN) . Aksi-aksi perekrutan kini tidak lagi menggunakan cara tradisional dengan terfokus pada tatap muka, tetapi beranjak pada penggunaan internet melalui media ko­munikasi terkini, seperti media sosial. Kasus-ka­ sus terorisme dan keterpaparan dalam kelompok ekstre­misme belakangan ini menunjukkan besarnya peran media internet dalam penyebaran paham mau­ 10

Buletin Voice of Migrants | Edisi Desember 2019

pun kaderisasi intensif. ISIS, sebagai contoh, me­mi­ liki website propaganda berbahasa Indonesia yang ditunjang dengan media sosial yang masif. Be­be­ ra­pa kanal media tersebut belakangan diblokir oleh pemerintah Indonesia. Akun-akun media sosial yang berafiliasi dengan ISIS pun banyak ditutup oleh perusahaan media sosial, seperti Twitter yang telah menutup 166.000 akun penyebar konten hasutan dan propaganda terorisme (Mangkunoto, 2019). Facebook sendiri menyebutkan telah menghapus 1.6 juta konten yang terkait propaganda terorisme, baik yang terhubung dengan al-Qaeda maupun ISIS (Jeko, 2018). Data tersebut menunjukkan bahwa ideologi ini di­ ajarkan secara terbuka dan berpeluang diakses oleh siapapun melalui media sosial. Pemerintah Indonesia, di satu sisi, telah memblokir konten-konten yang terkait dengan terorisme namun itu tidak menjamin PMI yang berada di luar negeri terhindar dari akses pada propaganda-propaganda tersebut. Pemblokiran di Indonesia tidak akan efektif menjangkau PMI di luar negeri yang mengakses internet dari saluran berbeda. Apakah semua yang menerima konten akan ter­pe­­­nga­­ ruh? Pertanyaan ini perlu dijawab dengan meng­­­gunakan pendekatan teori kerentanan. Teori kerentanan lebih banyak digunakan dalam lingkup kebencanaan yang terkait dengan bencana alam. Meski demikian, undangundang 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana turut memasukkan bencana sosial sebagai salah satu bentuk ke­ben­canaan yang salah satunya memuat terorisme. Mudah atau tidaknya seseorang menjadi korban, seperti pada kebencanaan, tidak semata disebabkan oleh posisi seseorang yang berada pada lokasi ke­ben­ canaan atau mendapat propaganda. Keterpaparan dan kerentanan bisa saja menjadi lebih besar apabila individu yang menerima konten propaganda tidak memiliki pemahaman memadai untuk membedakan gerakan/organisasi teror dengan organisasi lain yang menggunakan simbol-simbol serupa. Latar belakang sosial, keagamaan dan ekonomi menjadi bagian lain yang menentukan apakah seseorang menerima atau menolak ideologi dan segala komponennya. Faktor-faktor psikologis, yang sangat personal, ke­ mudian ditengarai turut memengaruhi keterpaparan. Pada contoh PMI, Dian Yulia adalah potret terpidana terorisme yang berhasil didekati oleh anggota or­ ganisasi teror, dinikahi dan dipersiapkan menjadi


pelaku pengeboman. Dian adalah potret kekosongan psikologis. Dia terpapar saat sedang mencari jalan untuk mengisi kekosongan dirinya melalui media sosial. Keinginannya untuk kembali ke agama di­tang­ kap dan direspon oleh salah satu sel ISIS. Saat itulah ajar­an kekerasan diterima dan memengaruhi Dian hing­ga persiapan aksi teror pun rela dia ikuti. Dian adalah jejak perempuan pertama yang me­ la­­kukan aksi terorisme di Indonesia. Meski se­be­­ lum­nya, perempuan dalam jaringan organisasi ju­ga tetap mengambil peran dan aksi-aksi teror, se­perti menyembunyikan tersangka saat dalam per­­buruan polisi. Analisis bias gender seringkali menge­nyam­ pingkan peran perempuan dalam ruang-ruang or­ ga­nisasi/kelompok pelaku teror. Aksi Dian dan Bom Surabaya (2017) menunjukkan perempuan mulai me­masuki ruang-ruang kekerasan secara lang­sung se­bagai pelaku di lapangan. Membangun Kesadaran Pencegahan dan Melawan Stigma Pengingkaran dan penolakan (ignorance) atas fe­no­ me­na terorisme yang tidak diikuti dengan se­ma­ngat dan upaya edukasi PMI untuk menyadari ba­haya te­ roris­me akan menguntungkan kelompok-kelompok pelaku teror. Hal tersebut menambah ke­le­luasaan me­reka untuk meneruskan propaganda, mem­perkuat ba­sis dan memperluas pengaruh pada wi­layah yang di­­ang­gap potensial. Namun, kasus-kasus Dian Yulia, Ika Puspita dan du­ ga­an dukungan 3 orang PMI di Singapura terhadap ISIS tidak bisa digunakan sebagai alasan generalisasi un­tuk menyebutkan bahwa PMI secara keseluruhan me­miliki keterancaman untuk terpapar terorisme. Di­ perlukan penjelasan ilmiah penuh kehati-hatian dan pendekatan lebih rinci untuk memeriksa sebab-sebab keterpaparan pada kasus-kasus tersebut. Generalisasi tidak akan menghasilkan apa pun, selain hanya stigma. Itu pun tidak akan sepenuhnya membantu PMI untuk menyadari ancaman tersebut. Kekosongan upaya untuk memeriksa kembali faktor-faktor kerentanan PMI di luar negeri dari keterpaparan terorisme dan analisis kasuistik sempit dapat jatuh pada hal yang berbahaya: stigma bahwa PMI mudah terpapar. Hal ini bisa merugikan PMI akibat timbulnya respon keamanan dari negara-negara tempat bekerja, maupun kemungkinan diskriminasi lainnya. Respon terburuknya dari generalisasi tersebut yakni melalui upaya penindakan dengan pendekatan ke­

amanan tanpa mempertimbangan respon pen­ce­gahan terlebih dahulu. Di lain sisi, kasus-kasus tersebut seharusnya me­naik­ kan kesadaran kelompok PMI untuk bahu-membahu melakukan pencegahan agar kasus-kasus serupa tidak terjadi kembali. Kasus-kasus ini menjadi alasan tepat untuk menyalakan alarm peringatan agar PMI mulai bergiat membangun jejaring pengaman sosial untuk mencegah ekstremisme dan terorisme. Hal ini mem­buka peluang kepada PMI sendiri untuk melawan ke­mungkinan adanya stigma “mudah terpapar” de­ ngan melakukan aksi-aksi nyata pencegahan. Saat PMI, organisasi/kelompok PMI sudah bergerak, maka tia­da lagi alasan stigma-stigma terus dilabelkan. Saat ini, saatnya PMI melawan terorisme dan stigma.

Daftar Rujukan

Hamdani, D. (2016, 25 Maret). Pengadilan Seoul Vonis Carsim 8 Bulan, TKI ini Diduga Simpatisan ISIS. Diakses melalui https:// www.gatra.com/detail/news/192710-pengadilan-seoulvonis-carsim-8-bulan-tki-ini-diduga-simpatisan-isis pada 8 November, 2019.

Jeko, I.R. (2018, 18 Mei). 1,9 Juta Konten Terorisme Bersarang di Facebook. Diakses melalui https://www.liputan6.com/ tekno/read/3528451/19-juta-konten-terorisme-bersarang-difacebook pada 20 ovember 2019. Mangkunoto, W.S. (2019, 10 Mei). Twitter Tutup 166.000 Akun Penyebar Konten Terorisme. Diakses melalui https://www. cnbcindonesia.com/tech/20190510174802-37-71796/twittertutup-166000-akun-penyebar-konten-terorisme pada 8 November 2019.

Aljazeera. (2019, 24 September). Singapore arrests Indonesian domestic workers for 'funding' ISIL. Diakses pada 8 November, 2019, melalui pranala https://www.aljazeera.com/ news/2019/09/singapore-detains-indonesian-domesticworkers-funding-isil-190924060952889.html.

Tempo. (2019, 25 Maret). Nur Dhania Menyesal Telah Yakinkan Keluarganya ke Suriah. Diakses pada 20 November 2019, melalui pranala https://www.tempo.co/abc/3885/nur-dhaniamenyesal-telah-yakinkan-keluarganya-ke-suriah Sumber

https://buruhmigran.or.id/2019/12/08/ mengapa-pmi-perlu-memahamiekstremisme-kekerasan-dan-terorisme/

Edisi Desember 2019 | Buletin Voice of Migrants

11


Pojok Komunitas

Mengenal Lebih Dekat Madani Inspiring Community Husna Kusnaini Voice of Migrants

A

l-Quran dalam satu ayatnya mengatakan mengenai pentingnya saling mengenal. Ini merupakan ajaran mendasar tentang ma­ nusia sebagai makhluk sosial. Manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk hi­dup bersosialisasi dengan cara berinteraksi de­ ngan manusia di sekitarnya. Kebutuhan bersosial manusia tidak terbatas pada tempat asal atau di negara asal mereka saja. Saat manusia saling ber­ in­teraksi, memiliki tujuan yang sama, maka akan terbentuk sebuah kelompok sosial.

di dalamnya. Meskipun tergolong baru, MIC telah berupaya untuk mengukuhkan eksistensinya de­ ngan program offline dan online. Program online yang telah berjalan adalah pembelajaran al-Quran dengan berdasar Matn alJazary dan Tuhfathul Atfaal.

Begitu juga dengan adanya Madani Inspiring Com­ munity (MIC), komunitas ini lahir karena ada­nya per­s amaan latar belakang, persepsi, keinginanke­inginan, dan tujuan yang sama dari pendirinya. Madani sendiri diambil dari bahasa Arab yang arti­nya se­kelompok orang yang beradab dengan pemikiran maju berdasarkan iman, ilmu dan teknologi.

1. Re-connect our Shalah Satu acara yang membahas tata cara salat ber­ dasarkan fiqh madzhab Imam Asy- Syafi'i. Acara ini ditujukan untuk teman-teman mualaf dan me­reka yang baru hijrah, serta untuk non muslim yang ingin mengetahui tentang Islam.

MIC dimotori Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Hong Kong dan dibimbing oleh Didin Sholahudin, Mantan Konsul Ketenagakerjaan, KJRI Hong Kong. Personil MIC berjiwa muda dengan visi terwujudnya satu komunitas yang komunikatif, tidak diskriminatif, besar bersama, pandai bersama dan peduli dengan lingkungan sekitar. MIC dibentuk untuk menjadi satu komunitas dengan fokus terhadap hal-hal yang terlupa disekitarnya dengan 3 ciri khas: 1. Belajar tanpa batas (religi, skill, pengembangan kepribadian, seni dan budaya); 2. bergaul tanpa batas (bersifat terbuka untuk muslim, non muslim, berhijab maupun yang tidak berhijab); 3. berbagi tanpa bayar (tidak ada acara yang diadakan dengan memungut biaya, infaq dan sejenisnya). MIC beranggapan bahwa teman merupakan pe­ nyemangat belajar, bukan rekanan bisnis. Sifat keanggotaan MIC tidak terikat dan siapa saja boleh menjadi bagian dari pencari dan pemberi inspirasi 12

Buletin Voice of Migrants | Edisi Desember 2019

Adapun untuk program offline, baru dua yang bi­ sa diluncurkan dikarenakan beberapa personil di­­ dalamnya mengambil izin untuk persiapan UAS hing­ga pertengahan Desember. Dua program luar jaringan (offline) yang telah terlaksana:

2. Quran in Circle Gathering/ Halaqah Quran. Acara ini merupakan kelas Quran untuk pemula dan yang sudah lancar. Bagi pembaca Quran yang sudah lancar, MIC mengenalkan tata ca­ra membaca Quran secara murotal dengan Lang­ gam/Maqamat. MIC menyelenggarakan murotal dengan memanfaatkan teknologi, yak­ni melakukan live streaming dengan guru di Indonesia. Hal ini sesuatu yang sedikit berbeda, karena yang banyak di sekitar kita adalah ko­munitas Quran untuk Mu­ja­ wad (tilawatil Quran). Dalam waktu dekat MIC juga berencana untuk meng­ adakan kegiatan dengan tema non religi, pem­ bekalan keterampilan dan outing. Untuk infor­masi dan update kegiatan MIC, pembaca dapat meng­ hubungi Facebook Husna Kusnaini atau WhatsApp +85298579250 Sumber

https://buruhmigran.or.id/2019/12/07/ mengenal-lebih-dekat-madani-inspiringcommunity/


Hiburan

Berkunjung ke Museum Cokelat di Peak Central Dwi Noviana Voice of Migrants

B

erwisata menurut Kamus Besar Bahasa In­ do­nesia (KBBI) diartikan sebagai be­per­gian bersama-sama untuk memperluas pe­nge­ta­ huan, bersenang-senang. Ditinjau dari sudut pan­ dang agama, berwisata juga merupakan sunnah dan termasuk kebutuhan rohani untuk menghilangkan jenuh, gelisah, dan memperbaharui semangat. Di Hong Kong, setidaknya ada 20 tempat-tempat wisata menarik yang dikategorikan wajib untuk dikunjungi para wisatawan. Jika selama ini sahabat-sahabat PMI telah banyak mengunjungi tempat- tempat wisata alam, mungkin saatnya untuk mengunjungi museum cokelat yang tidak kalah menyenangkan dan juga bisa menambah wawasan. The Chocolate Museum of Hong Kong, terletak di kawasan the Peak Central, Shop 213 dan 215, 2F, Peak Road 118, Peak Galeria. Menuju museum ini dapat dilakukan dengan naik tram ke The Peak atau meng­­gunakan bus Nomor 15/B15 ke arah The Peak. Mu­seum cokelat ini melayani pengunjung dengan wak­tu layanan Senin sampai Kamis 11:00-20:30 dan Jumat sampai Minggu 11:00-21:00. Tim Kelompok Kerja (Pokja) VoM mendapat kesempatan untuk ber­kunjung persis setelah dua hari museum ini res­ mi dibuka. Ada tiga hal yang ditawarkan tempat ini dengan biaya HKD92/orang: 1. Admission (masuk dan hanya melihat-lihat) 2. tasting (mencicipi coklat dari produk mereka) 3. workshop (lokakarya). Ketika pertama masuk ke tempat ini, sapaan da­ ri pemilik museum, Mr.Andrew, memberikan ke­ nyamanan tersendiri. Kita langsung akan dibuat melayang dengan wanginya cokelat yang meng­ goda. Setelah itu kita akan terpesona dengan aneka bentuk cokelat yang tidak lazim sebagaimana biasa kita temui di supermarket-supermarket atau toko khusus cokelat, seperti cokelat yang berbentuk makanan ala restoran China, figura foto, binatang-

▶ Beberapa Cokelat Berbentuk Makanan yang dipajang di Museum Cokelat, The Peak Central.

binatang lucu, buah-buahan, alat-alat perumahan, alat musik dan masih banyak lagi. Museum cokelat juga akan memberikan informasi dari slide gambar dilayar TV tentang sejarah, manfaat cokelat dan tips untuk menyimpan cokelat agar rasa tidak ber­ ubah. Tempat ini didesain oleh pemiliknya agar pe­ngun­ jung tidak hanya bisa melihat tetapi juga bisa ber­ senang-senang dan bermain di dalamnya, ter­ masuk bermain piano, berpura-pura memberikan tampilan dalam sebuah seminar dan berfoto-fo­to. Pengunjung juga diberi kesempatan untuk men­ci­ cipi aneka rasa cokelat yang mereka punya. Atraksi menarik dari museum cokelat ini adalah adanya lokakarya. Di dalam lokakarya kita diberi kesempatan untuk menghias cokelat yang di­b a­ gi­kan dengan beraneka warna. Pengalaman yang menyenangkan dan edukatif ini akan menjadi sa­ yang jika berkunjung sendiri. Makin banyak teman untuk diajak kesini makin lebih menyenangkan. Selamat mengunjungi museum cokelat! Sumber

https://buruhmigran.or.id/2019/12/05/ berkunjung-ke-museum-cokelat-di-peakcentral/

Edisi Desember 2019 | Buletin Voice of Migrants

13


Hiburan

Syair Rinduku untukmu Baginda Hanita Voice of Migrants

Jantung Nadiku berdetak kencang

Ketika kulihat sesuatu yang menakjubkan Sungguh bergetar namun hati riang

Hijau kubahmu menghentakkan impian Duhai betapa ingin kusampaikan

Hijaunya kalbu yang berlumutkan rindu Sembari kupekikkan kalam

Assallamualaika Ya Rasulullah Assallamualaika Ya Nabi

Dalam getar dan linangan airmata kulafalkan Getar kalbuku

Yang berlumut rindu

Lalu menyusul jatuh bening airmataku

Yang di setiap kaca-kacanya saling berpantulkan indahnya namamu Ya habibi bagaimana mungkin daku mampu menahan rindu

Sedang setiap detik khayalan pikiranku hanyalah tentangmu

Sumber

https://buruhmigran.or.id/2019/12/04/syairrinduku-untukmu-baginda/

14

âŚ

Buletin Voice of Migrants | Edisi Desember 2019


Info Penting

Jadwal Penggantian Hong Kong Identity (Hong Kong ID)

TAHUKAH KAMU, pemilik Hong Kong ID (termasuk Pekerja Migran Indonesia) harus mengganti kar足tu yang lama menjadi kartu yang baru? Smart Iden足tity Card terbaru telah diperkenalkan pada 26 November 2018. Fitur keamanan pada kartu, daya tahan kartu serta teknologi chip pada per足lin足dungan data pribadi telah ditingkatkan. Jika tidak mengganti dengan Hong Kong ID baru, maka pemilik kartu identitas akan terkena denda HKD 5000. Berikut ini merupakan jadwal penggantian kartu identitas Hong Kong lama:



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.