Edisi Juni 2021
EDISI NOVEMBER 2020
WARTA BURUH MIGRAN w w w . b u r u h m i g r a n . o r. i d
BERITA UTAMA
INFEST Yogyakarta Perluas Penerima Manfaat Program Pelindungan Pekerja Migran di Kabupaten Ponorogo
KABAR MIGRAN
OPINI
SOSOK
Praktik Perdagangan Orang dalam Bisnis Penempatan Pekerja Migran
Pemberdayaan Pekerja Migran Melalui Koperasi
Yogya Pramono: Solidaritas Sesama Pekerja Migran di Malaysia
WARTA BURUH MIGRAN Pusat Sumber Daya Buruh Migran merupakan inisiatif pengelolaan pengetahuan, pendidikan, dan advokasi yang bertujuan untuk mendukung perbaikan pelayanan serta pelindungan kepada pekerja migran, keluarga, mantan, dan calon pekerja migran. Media ini didedikasikan bagi kelompok pekerja migran sebagai bahan rujukan pengetahuan dan pembelajaran dari ragam inisiatif perbaikan tata kelola pelindungan dan pelayanan pekerja migran. Inisiatif ini dikelola oleh INFEST Yogyakarta.
SUSUNAN REDAKSI Penanggungjawab Muhammad Irsyadul Ibad Pemimpin Redaksi Ridwan Wahyudi Tim Redaksi Anny Hidayati, Edi Purwanto, Fadillah Adkiras, Nisrina Muthahari, Sofwan Hadi Tata Letak Azka Maula Alamat Redaksi Infest Yogyakarta Jl. Wonocatur Gg. Menur No.456, RT.11/ RW.35, Wonocatur, Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55198 Telp./fax 0274 -380839 — Warta Buruh Migran diterbitkan oleh Pusat Sumber Daya Buruh Migran, INFEST Yogyakarta dengan dukungan AWO International melalui pendanaan dari Kementerian Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ) Pemerintah Jerman. Isi, pandangan, dan pernyataan dari terbitan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab INFEST Yogyakarta sebagai mitra dan tidak mencerminkan pandangan AWO international dan/atau BMZ.
Siapapun bisa mengutip, menyalin dan me nye barluaskan sebagian atau keseluruhan tulis an dengan menyebutkan sumber tulisan dan jenis lisensi yang sama, kecuali untuk kepentingan komersil.
SALAM REDAKSI WARTA BURUH MIGRAN edisi Juni Tahun 2021 hadir di hadapan pem-
baca. Pelindungan pekerja migran Indonesia (PMI) menjadi tema utama Warta Buruh Migran edisi ini. Redaksi telah menyiapkan 15 tulisan dari para kontributor dan pegiat pelindungan pekerja migran. Sebagai ber ita utama, kami hadirkan kabar tentang aktivitas pendampingan yang dilakukan INFEST Yogyakarta di Kabupaten Blitar dan Ponorogo. Edisi kali ini, redaksi juga menyajikan hasil wawancara dengan Barno Kepala Desa Bringinan, Kecamatan Jambon, Ponorogo. Saat ini, Desa Bringinan telah mempunyai Peraturan Desa (Perdes) mengenai pe lindungan PMI. inisiatif ini penting untuk melihat sejauh mana kesiapan desa untuk melindungi warganya yang bekerja di luar negeri. Barno juga berkisah tentang proses yang dilakukan di Bringinan serta tantangannya. Pada rubrik Opini, Anwar Maarif mengisahkan pengalaman Serikat Bu ruh Migran Indonesia (SBMI) merintis koperasi. Pemberdayaan ekonomi purna PMI menjadi salah satu pendekatan yang dilakukan oleh SBMI. Kemudian, Figo Kurniawan menyoroti tentang kasus perdagangan orang dalam penempatan PMI. Tulisan Figo berangkat dari hasil laporan inves tigasi SBMI pada 2020. Pada rubrik sosok, redaksi mengangkat kisah Ketua Yoga Pramono, Ketua Jaringan Komunikasi Organisasi Pekerja Migran Indonesia (KOMI) di Jo hor Bahru, Malaysia. Meskipun jauh dari kampung halaman dan keluarga, solidaritas pekerja migran di Malaysia cukup kuat. Mereka berserikat dan berjejaring sebagai media untuk mengembangkan diri, kapasitas, dan saling menolong. Pada rubrik kebijakan, redaksi mengulas ringkas peraturan pembebasan biaya penempatan PMI dan Konvensi ILO Nomor 188 tentang Pekerjaan dalam Penangkapan Ikan. Pembebasan biaya penempatan telah menjadi amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (UU PPMI). Pada pasal 30 UU PPMI telah tertu lis dengan lugas bahwa, “Pekerja Migran Indonesia tidak dapat dibebani biaya penempatan.” Merujuk pada pasal tersebut, Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Republik Indo nesia Nomor 09 Tahun 2020 tentang Pembebasan Biaya Penempatan Pekerja Migran Indonesia. Selamat membaca.
BERITA UTAMA
INFEST Yogyakarta Perluas Penerima Manfaat Program Pelindungan Pekerja Migran di Kabupaten Ponorogo Oleh Anny Hidayati
Y
ayasan Lembaga Kajian Pengembangan Pend idikan, Sosial, Agama, Keb ud ayaan (INFEST) Yogyakarta telah menyel engg a rakan program pelindungan pekerja migran Indo nesia (PMI) di Kabupaten Ponorogo sejak tahun 2018. Selain di Ponorogo, program dengan tajuk “Pelindungan Pekerja Migran dari Hulu ke Hilir ” ini juga berjalan di Kabupaten Blitar, Malaysia, dan Hongkong. Pada siklus pertama (2018-2021) di Kabupaten Ponorogo, program dilakukan di tiga desa yaitu
Desa Pondok Kecamatan Babadan, Desa Bringinan Kecamatan Jambon, dan Desa Gelanglor Ke camatan Sukorejo. Kemudian, pada siklus kedua (2021-2023) ini, ada penambahan dua desa sebagai penerima manfaat program. Setelah dilakukan pe neraan dengan mempertimbangkan keberadaan PMI, kesiapan administrasi dan sosial, keberadaan komunitas terhadap enam desa, akhirnya terpilih dua desa yakni Desa Pager, Kecamatan Bungkal dan Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong.
Edisi Juni 2021 | Warta Buruh Migran
3
BERITA UTAMA ▶ Sosialisasi program di Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Rabu (28/4/2021).
Sebagai langkah awal, INFEST mengadakan so sialisasi program di masing-masing desa. Selasa, (27/4/2021) sosialisasi digelar di Desa Karangpatihan. Kegiatan ini dihadiri oleh Sekretaris Kec amatan Balong, Ari Wahyu Basuki, kepala desa, perangkat desa dan para purna PMI dari Desa Karangpatihan.
melalui proses yang legal dan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Kepala Desa Karangpatihan Eko Mulyadi berharap program INFEST bisa bermanfaat bagi masyarakat Desa karangpatihan. Hal senada juga diungkapkan oleh Ari Wahyu. Dalam sambutannya, ia mengungkapkan terima kasih kepada INFEST Yogyakarta dan bisa berkolaborasi dengan desa untuk memberdayakan dan meningkatkan keterampilan purna PMI.
Sementara itu, Joko Setyawan dari Dinas Pem berdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Ponorogo berharap agar komunitas pekerja migran Indonesia (KOPI) yang akan terbentuk nantinya dapat bersinergi dengan pemerintah desa. Masya rakat dapat berkonsultasi dan mencari informasi terkait migrasi kepada KOPI. Joko juga mengatakan bahwa KOPI di desa lain telah banyak berkontribusi dan membantu desa dalam banyak hal.
"Penting bagi para PMI untuk mengetahui hakhaknya dan dapat menggunakan hasil jerih pa yahnya untuk hal-hal produktif. Kepada pemerintah desa, kami berharap dapat memberikan pember dayaan dan peningkatan keterampilan bagi para PMI yang telah pulang ke desa, sehingga mereka bisa bertahan di desa merintis usaha dan tidak kembali ke luar negeri," ujar Ari Basuki. Kemudian, pada Rabu, (28/4/2021) sosialisasi juga dilangsungkan di Desa Pager. Bertempat di Balai Desa Pager, sosialisasi dihadiri oleh perwakilan Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Ponorogo, kepala desa, perangkat desa, para purna PMI Desa Pager. Muhammad Khudori, perwakilan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Ponorogo menyampaikan pesan agar masyarakat yang akan bekerja ke luar negeri 4
Warta Buruh Migran | Edisi Juni 2021
“Kami juga berharap agar program INFEST dapat bermanfaat bagi masyarakat, saling bersinergi dan koordinasi,“ tutur Khudori.
Dalam rangkaian sosialisasi ini, para purna PMI juga mengungkapkan kasus yang pernah mereka alami, diantaranya jenis pekerjaan yang tidak sesuai dengan kontrak, penahanan dokumen dan pajak yang tidak dibayar. Khudori, berpesan supaya ma syarakat tetap berhati-hati ketika akan dan sedang bekerja ke luar negeri. Ketika ada masalah, PMI bisa mengadukan kasusnya ke perwakilan negara Indonesia yang ada di negara tersebut. Sumber: https://buruhmigran.or.id/ en/2021/04/29/infest-yogyakartaperluas-penerima-manfaat-programpelindungan-pekerja-migran-dikabupaten-ponorogo/
BERITA UTAMA
▶ Diskusi penggalian informasi untuk penyusunan modul kewirausahaan bagi pekerja migran di Ponorogo (3/5/2021)
Peneraan untuk Penyusunan Modul Kewirausahaan bagi Calon Pekerja Migran Oleh Fadillah Adkiras
Y
ayasan Lembaga Kajian Pengembangan Pendidikan, Sosial, Agama, dan Kebudayaan (INFEST) Yogyakarta melakukan peneraan untuk penulisan modul kewirausahaan bagi calon pekerja migran Indonesia (PMI) beserta kel uar ganya. Pada 3 Mei 2021, proses peneraan dilang sungk an di Kabupaten Ponorogo dengan mel i batkan perwakilan KOPI Desa Bringinan, Pondok, dan Gelanglor. Kemudian, pada 4 Mei, proses pe neraan dilangsungkan di Blitar dengan melibatkan perw akilan KOPI Desa Gogodeso, Jatinom, dan Pandanarum. Peneraan ini menjadi proses pengamatan awal se kaligus penggalian informasi untuk proses penu lisan modul kewirausahaan. Untuk itu, melibatkan angg ota KOPI sebagai sumber informasi menja di penting supaya modul bisa diaplikasikan dan sejalan dengan kebutuhan komunitas. Sebab, pa
da periode 2021-2023, selain memperluas pe nerima manfaat program, INFEST Yogyakarta ju ga mulai memfokuskan diri pada pendampingan kew irausahaan kepada enam KOPI di Blitar dan Ponorogo. Proses pendampingan kewirausahaan untuk mempersiapkan kemandirian masing-masing komunitas. Peneraan dilakukan oleh konsultan INFEST Yogyakarta untuk penulisan modul kewirausahaan, Ayu Dini Kartika Putri. Secara teknis, peneraan di lakukan dengan metode wawancara kepada satu per satu informan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan antara lain mengenai pengalaman, bentuk usaha, taktik, kendala dan bagaimana dukungan keluarga terkait usaha yang pernah maupun se dang dilakukan. Selain itu, pertanyaan mengenai harapan dan manfaat yang diinginkan dari modul kewirausahaan ini juga diajukan. Edisi Juni 2021 | Warta Buruh Migran
5
BERITA UTAMA Proses peneraan berlangsung lancar dan interaktif. Sebagian besar peserta dapat menceritakan ba gaimana keadaan usaha yang sedang mereka ja lankan saat ini beserta kendala. Ada pula salah satu anggota KOPI yang telah memiliki usaha cu kup besar dan justru membagikan pengalaman usahanya kepada anggota KOPI yang lain saat ke giatan ini berlangsung.
Para peserta yang belum memiliki usaha antusias mengikuti kegiatan ini. Mereka juga berharap agar modul ini bisa diaplikasikan dan menjadi panduan dalam merancang kegiatan usaha. Di akhir per temuan, dilakukan diskusi singkat tentang rencana pengembangan ekonomi komunitas di masingmasing desa. Sumber: https://buruhmigran.or.id/ en/2021/05/25/perencanaan-modulkewirausahaan-bagi-calon-pekerjamigran-beserta-keluarganya-diblitar-dan-ponorogo/
“Senang bisa terlibat dan berharap ada pelatihan karena pernah merintis usaha dan gagal karena ma najemen waktu yang buruk,” ujar Khairul Rahmanto, anggota KOPI Desa Pondok, Ponorogo yang saat ini sedang merintis usaha sembako.
KABAR BLITAR
KOPI Desa Jatinom Bergerak Merancang Ekonomi Komunitas Oleh Suparno, KOPI Desa Jatinom
J
umat malam, (19/2/2021) anggota dan pe ngurus KOPI Desa Jatinom berdiskusi penuh semangat untuk mewujudkan mimpi tentang kemandirian ekonomi komunitas. “Bagaimana para pegiat pelindungan pekerja migran dapat bekerja secara maksimal bila urusan perut dan dapur tidak terjamin,” ujar Edi Purwanto, pendamping program Yayasan Lembaga untuk Pengembangan Pendidikan, Sosial, Agama, dan Budaya (INFEST) Yogyakarta. Edi menambahkan, fokus pendampingan program yang dilakukan INFEST Yogyakarta pada tahun 2021 ini ialah pengembangan ekonomi komunitas. Selama tiga tahun, Infest Yogyakarta telah menginisiasi dan memberdayakan KOPI di tiga desa di Blitar, Desa Jatinom, Gogodeso, dan Pandanarum. Selama tiga tahun itu, KOPI di masing-masing desa telah belajar mengenai tata kelola organisasi, penulisan berita, penanganan kasus hingga advokasi kebijakan di level desa. “Pada dasarnya tujuan utama KOPI adalah menolong orang lain dengan agenda kegiatan pada Tahap I atau 3 tahun pertama yaitu pertama Organisasi Komunitas, kedua Pengembangan di Desa, ketiga Ekonomi Komunitas,” ujar Edi. Untuk pengembangan ekonomi, INFEST Yogyakarta memberikan kebebasan kepada komunitas untuk menentukan sendiri jenis produk yang akan dibuat dan dipasarkan. Juga, mengenai tata cara pemasaran
6
Warta Buruh Migran | Edisi Juni 2021
KABAR BLITAR
K U d u U
O
▶ Pertemuan KOPI di Blitar untuk membahas usaha komunitas
dan pengelolaan usaha akan diserahkan kepada ko munitas. Yayasan INFEST juga akan menyediakan bantuan modal yang sifatnya stimulan kepada ma sing-masing KOPI yang merencanakan dan melak sanakan kegiatan ekonomi produktif. “Beberapa pelatihan pernah digelar di Desa Jatinom. Pelatihan terakhir yang diikuti oleh Kader Desa Jatinom ialah pelatihan membuat sirup kweni atau pakel. Saya mengusulkan mendirikan food court yang bergerak memasarkan produk-produk hasil olahan kader Desa Jatinom,” ujar Cindy Dwi Lestari, anggota KOPI Desa Jatinom. “Kita dapat mengembangkan budidaya lele dengan pasar untuk konsumsi dan untuk kolam pancing, jadi apabila sudah melebihi berat konsumsi maka lele akan dibesarkan dan dipasarkan di kolam pancing,” usul Waluyo, Ketua KOPI Desa Jatinom.
Selanjutnya, KOPI Desa Jatinom akan menindaklanjuti pertemuan malam itu melalui pertemuan dengan agenda khusus merancang kegiatan ekonomi yang bermanfaat bagi anggotanya. Beberapa usulan yang sudah masuk antara lain pembuatan sirup kweni atau pakel, ternak lele dan budidaya cacing maggot. Dan, pada Mei atau Juni akan diadakan pelatihan bagi anggota KOPI untuk pembekalan pengembangan ekonomi komunitas. Sumber: https://buruhmigran.or.id/ en/2021/02/20/kopi-desa-jatinombergerak-merancang-ekonomikomunitas/
Edisi Juni 2021 | Warta Buruh Migran
7
KABAR PONOROGO
KOPI Desa Pondok Usulkan Percetakan dan Toko Kemitraan untuk Rencana Usaha Komunitas Oleh Arif Yulianto, Pegiat KOPI Desa Pondok
M
ungkin masih banyak yang asing dengan nama Komunitas Pekerja Migran Indonesia atau disingkat KOPI. KOPI sendiri berang gotakan pekerja migran aktif, purna migran, keluarga migran, perwakilan dari perangkat desa, perwakilan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), pemuda, serta masyarakat yang peduli dengan isu pekerja migran. Di Ponorogo ada tiga komunitas KOPI yang aktif yakni Desa Pondok, Desa Bringinan, dan Desa Gelanglor. Komunitas ini lahir dari proses pendampingan yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Kajian Pengembangan Pendidikan, Sosial, Agama dan Kebudayaan (INFEST) Yogyakarta. Pada periode sebelumnya, INFEST fokus pada pro gram peningkatan kapasitas anggota KOPI, melalui berbagai macam pelatihan, di antaranya pelatihan paralegal, manajemen organisasi, jurnalistik, pe ngelolaan informasi, perencanaan apresiatif desa, dan sebagainya. “Kegiatannya banyak, di antaranya mengadakan pelatihan pelatihan untuk mengem bangkan sumber daya manusia dan pengalaman dari anggota,” terang pegiat KOPI Desa Pondok, Abdul Hadi.
8
Warta Buruh Migran | Edisi Juni 2021
Pada periode di tahun 2021 ini, INFEST mulai fo kus pada upaya pemberdayaan ekonomi KOPI. Se bagaimana pada Jumat, (20/2/2021), pengurus dan anggota KOPI dari tiga desa di Ponorogo membuat perencanaan usaha yang nantinya akan dikelola oleh masing-masing komunitas. “Pada periode ini KOPI akan berlatih membangun usaha, sehingga masing masing kopi dari tiga desa diminta membuat usulan program usaha,” jelas Anny Hidayati, Pendamping Program INFEST di Kabupaten Ponorogo. Masing-masing komunitas kemudian mengajukan rencana usaha yang akan dijalankan. Usulan usaha itu antara lain usaha penggemukan sapi dan kambing, ternak lele, dan usaha budidaya bawang merah. Se mentara, pegiat KOPI Desa Pondok mengusulkan rencana usaha percetakan, menjual alat tulis kantor (ATK), serta toko kemitraan. Usaha percetakan dan ATK dipilih karena di Desa Pondok banyak terdapat perkantoran serta sekolah sehingga usaha di bidang ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan para kar yawan perkantoran dan siswa sekolah. Sedangkan toko kemitraan dipilih karena di Desa Pondok banyak pengrajin dan industri rumahan yang kesulitan dalam mempromosikan dan mema sarkan produknya. Diharapkan dengan adanya pen dampingan usaha dari INFEST, para pengrajin dan industri rumahan ini berkembang dan bisa memenuhi kebutuhan para pekerja migran di luar negeri, khu susnya yang berasal dari Desa pondok. Semoga segala rencana dan niat baik ini bisa ter wujud. Amiin. Sumber: https://buruhmigran.or.id/ en/2021/03/22/kopi-pondok-usulkanpercetakan-dan-toko-kemitraanuntuk-rencana-usaha-komunitas/
KABAR PONOROGO
KOPI Desa Gelanglor Dampingi Kasus Pembayaran Sisa Pajak PMI di Taiwan Oleh Anny Hidayati
“Saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman KOPI, yang telah membantu masalah saya. Akhirnya saya menerima pengembalian sisa pajak selama satu tahun di Taiwan,“ ungkap IE.
M
eskipun masih seumur jagung, keberadaan Komunitas Peduli Pekerja Migran Indonesia (KOPI) Desa Gelanglor telah memberikan manfaat bagi masyarakat. Terbentuk pada September 2020, KOPI Desa Gelanglor beranggotakan para pekerja migran Indonesia (PMI), purna PMI dan ke luarganya serta orang-orang yang mempunyai ke pedulian terhadap isu PMI. Berbagai kegiatan pelatihan telah diikuti oleh KOPI, antara lain pelatihan penanganan kasus PMI. Melalui pelatihan ini diharapkan para pegiat KOPI mampu membantu masyarakat apabila ada yang mengalami masalah saat bekerja di luar negeri atau sebelum berangkat dan setelah kepulangan ke desa. Mengingat Desa Gelanglor merupakan salah satu kantong PMI di Kabupaten Ponorogo. Salah satu kasus yang didampingi ialah masalah yang dialami oleh warga Gelanglor berinisial IE. Men dapatkan laporan dari IE, Tohari, Ketua KOPI Desa Gelanglor bersama para pegiat lainnya bergerak cepat dengan menyusun data dan kronologi kasus. Selanjutnya tim penanganan kasus KOPI Gelanglor menganalisis pokok perkara yang dihadapi oleh IE dan strategi penanganannya.
Cerita ringkas perkara yang dihadapi IE adalah pa da Januari 2020, IE diberhentikan sepihak dari per usahaan tempatnya bekerja di Taiwan. Namun, uang sisa pembayaran pajak pekerja migran belum dikem balikan oleh perusahaan penempatan.
IE diberangkatkan ke Taiwan oleh PT. Citra Catur Utama Karya (CCUK) pada Juni 2018 dengan peker jaan di perusahaan alat rumah tangga. Selama satu setengah tahun, semua pekerjaan berjalan lancar. Namun, pada Januari 2020, terjadi kesalahpahaman antara IE dengan petugas keamanan perusahaan. Setelah ditangani oleh kepolisian Taiwan, IE dipu langkan ke Indonesia. Pada saat dipulangkan, hakhak IE sudah diberikan, termasuk dokumen penting. Namun demikian, kembalian sisa pajak selama satu tahun di Taiwan belum diberikan oleh perusahaan penempatan. Oleh karena itu, IE kemudian mela porkan kasus ini kepada KOPI Desa Gelanglor. Setelah semua data dan kronologi kasus IE lengkap, KOPI Desa Gelanglor mengadukan kasus ini kepada Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI). Laporan ini kemudian diteruskan kepada Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taiwan. Setelah mendapatkan data lengkap dari IE, pegawai KDEI kemudian menghubungi pihak per usahaan penempatan. Berdasarkan peraturan Taiwan, bagi semua pekerja migran harus membayar pajak sebesar 6% dari gaji kotor yang kurang dari $NT 370.000 setahun. Sementara jika melebihi nilai tersebut tapi kurang dari $NT 990.000, maka pekerja migran dikenakan 13% setahun. Terkadang, nilai pajak yang dibayarkan oleh pekerja migran melebihi dari prosentase pajak yang dibebankan, sementara perusahaan penempatan sudah terlanjur memotong secara penuh. Untuk itu, dalam mengatasi hal ini diperlukan perhitungan yang cermat dan alat bukti yang mencukupi serta valid. Diperlukan waktu sekitar empat bulan untuk proses penyelesaian pembayaran sisa pajak IE. Hingga, pada Februari 2021, IE memberikan kabar kepada KOPI Desa Gelanglor bahwa dia sudah menerima pengembalian sisa pajak. “Saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman KOPI, yang telah membantu masalah saya. Akhirnya saya menerima pengembalian sisa pajak selama satu tahun di Taiwan,“ ungkap IE. Sumber: https://buruhmigran.or.id/ en/2021/04/05/kopi-desa-gelanglordampingi-kasus-pembayaran-sisapajak-pmi-di-taiwan/
Edisi Juni 2021 | Warta Buruh Migran
9
KABAR MIGRAN
▶ Ilustrasi: buruhmigran.or.id
Praktik Perdagangan Orang dalam Bisnis Penempatan Pekerja Migran Oleh Figo Kurniawan
P
ermasalahan pekerja mi gran Indonesia (PMI) me rup akan persoalan yang sangat kompleks. Akibat keren tanannya, pekerja migran se ringk ali menjadi korban dalam proses migrasi yang sejatinya ber tujuan untuk memperbaiki kon disi perekonomian untuk masa dep an diri dan keluarganya. Ti dak hanya menjadi korban pe nyiks aan, penyekapan, dan gaji tidak dibayar, sebagian pekerja migran bahkan ada yang terjebak dalam praktik perdagangan orang dengan modus pengiriman tenaga kerja ke luar negeri. Melalui analisis dokumen pe nan gana n kasus, Serikat Bur uh
10
Migran Indonesia (SBMI) meng ungk ap adanya pelanggaran praktik migrasi yang cenderung mengarah pada kasus perd a gangan orang. Dalam dokumen laporan investigasi SBMI bertajuk “Jeratan Perdagangan Orang da lam Bisnis Penempatan Buruh Migran” (1), kelompok yang pa ling rentan menjadi korban per dagangan orang yaitu pekerja mi gran yang bekerja di sektor Pekerja Rumah Tangga (PRT); Anak Buah Kapal (ABK) Perikanan yang be kerja di kapal berbendera asing; ser ta perempuan-perempuan yang ditempatkanke luar negeri dengan iming-iming materi yang menggiurkan bermodus pengantin pesanan.
Warta Buruh Migran | Edisi Juni 2021
Dalam kurun waktu delapan tahun (2012-2020), dari 1.519 kasus PMI sektor PRT yang diadvokasi SBMI, 262 kasus (17,2%) telah memenuhi tiga unsur indikasi adanya Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yaitu proses, cara, dan tu juan. Sayangnya, proses hukum penanganan kasus TPPO dengan korban pekerja migran seringkali tidak berjalan maksimal. Ada be berapa faktor penyebab terkenda lanya penanganan kasus melalui jalur hukum antara lain: 1. Pelaku masih saudara atau bahkan saudara kandung; 2. Seringkali korban dan keluarga mendapatkan ancaman dan intimidasi
KABAR MIGRAN dari pihak luar untuk tidak melanjutkan kasusnya ke ranah hukum. Bahkan, ada beberapa yang meminta untuk mencabut kuasanya dari SBMI dengan mencoba untuk menyuap; 3. Korban memilih penyelesaian kasus yang cepat, sementara proses penanganan melalui jalur hukum lebih lama; 4. Adanya oknum dari pihak penyidik yang tidak berperspektif korban dan cenderung menyalahkan korban. Kondisi tersebut menyebabkan korban enggan melaporkan dan meneruskan aduannya; 5. Adanya penyidik yang tidak memiliki kecukupan pengetahuan tentang tindak pidana perdagangan orang, sehingga laporan ditolak, dan/atau dihentikan, atau tuntutannya menjadi ringan karena tidak mendasarkan UU PTPPO dalam berkasnya. Mirisnya, berdasarkan laporan in vestigasi yang dilakukan SBMI, je ratan perdagangan orang dalam bisnis penempatan PMI ke luar negeri dilakukan sesuai prosedur dan peraturan yang melibatkan puluhan Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI). Dengan demikian, terjebaknya para pekerja migran dalam praktik per dagangan orang bukan sematamata karena ketidaktahuan atau kekurangpahaman mengenai tata cara proses migrasi yang sesuai prosedur, melainkan karena adanya praktik kotor yang dilakukan pelaku bisnis penempatan pekerja migran. Pun demikian, praktik perd a gangan orang yang mengorban
kan para ABK yang bekerja di kapal-kapal berbendera asing. Lap oran investigasi SBMI me nyebut adanya keterlibatan per usahaan penempatan ABK (man ning agency) di Indonesia yang melakukan perekrutan dan pe nempatan di kapal ikan luar ne geri. Modus perekrutan yang di lakukan oleh sponsor sebagai perp anjangan tangan manning agency antara lain dengan meng gunakan iming-iming gaji besar, proses mudah, bekerja di atas kapal yang bagus, bekerja di ne gara maju, situasi kerja baik ser ta mendapatkan bonus tinggi. Laporan investigasi SBMI juga me nyebut, para ABK tersebut menjadi korban TPPO dengan praktik per budakan modern (modern slavery). Bahkan, sembilan dari 11 indikator kerja paksa yang ditetapkan Inter national Labour Organization (ILO) telah dialami ABK, yaitu 1) Penyalahgunaan kerentanan; 2) Menga lami penipuan mulai dari proses keberangkatan, saat ber ada di atas kapal dan saat ke pulangan ke daerah asal; 3) Ak s e s p e rg e r a ka n d i b a t a s i ; 4 ) Penahanan dokumen pribadi; 5) Mend apatkan kekerasan verbal dan fisik; 6) Penahanan hak gaji, bonus tangkap, dan uang jaminan; 7) Mendapatkan intimidasi dan an caman; 8) Pembatasan atas akses kebebasan ABK untuk mengakhiri hubungan kerja; serta 9) Kondisi kerja yang tidak layak serta jam kerja berlebih. Terkait kasus TPPO dengan modus pengantin pesanan yang merupakan bentuk dari perdagangan manusia, laporan investigasi SBMI menyebut adanya keterlibatan berbagai pihak baik lembaga maupun perorangan. Bahkan, masyarakat kerap kali ti
dak menyadari bahwa mereka te lah berpartisipasi dalam kegiatan perdagangan manusia. Hampir sama dengan kasus sebelumnya, proses hukum kasus perdagangan orang dengan modus pengantin pesanan juga tidak berjalan mak simal. Laporan investigasi SBMI me nyimpulkan, dalam penyelesaian perkara pidana pengantin pesan an, sering kali hukum lebih menge depankan hak-hak tersangka atau terdakwa daripada korban. Banyak kasus, korban kejahatan kurang mendapatkan pelindungan hukum yang memadai. Bagaimanapun, migrasi ketenagakerjaan antar negara terjadi karena adanya fak tor pendorong dan faktor pena rik. Kemiskinan dan susahnya lap angan kerja di dalam negeri merupakan faktor pendorong uta ma masyarakat, khususnya ma syarakat di wilayah kantong ke miskinan di pedesaan melakukan migrasi ketenagakerjaan hingga ke luar negeri. Sementara faktor penariknya antara lain adanya pangsa pasar kerja yang terbuka luas di luar negeri. Sepanjang akar persoalan migrasi tidak segera mendapatkan so lusi yang tepat, proses migrasi ket en agakerjaan antar negara yang berpotensi menjadikan bu ruh migran sebagai korban per dag angan orang masih akan terus berlangsung. Sebagai pe nyelenggara negara, pemerintah mempunyai tanggung jawab men carikan solusi untuk memastikan para buruh migran yang mengadu nasib ke negeri orang dapat ter lindungi secara maksimal. Dengan segala daya upaya, peme rintah di segala tingkatan, baik pe
Edisi Juni 2021 | Warta Buruh Migran
11
KABAR MIGRAN merintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota hingga pemerintah desa harus menyediakan dan membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya agar masyarakat tidak perlu melakukan migrasi ke luar negeri yang berpotensi menjadi korban TPPO. Melalui Gugus Tugas Pencegah an Tindak Pidana Perdagangan Orang Pemerintah harus meningkatkan sosialisasi untuk mencegah terja dinya praktik perdagangan orang dengan modus penempatan pe kerja migran dan berbagai modus lainnya. Pemerintah Daerah juga harus menguatkan peran Gugus Tugas Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang di daerah masing-masing.
Kementerian Ketenagakerjaan dan Badan Pelindungan Pekerja Migran (BP2MI) harus memper kuat pengawasan, agar proses penempatan buruh migran Indo nesia tidak masuk dalam jeratan praktik perdagangan orang. Agar perlindungan terhadap bur uh migran bisa lebih optimal, Ke menterian Ketenagakerjaan harus seg era menyelesaikan seluruh peraturan turunan mandat dari Undang Undang No 18 tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI), yang seharusnya selesai pada 22 No vember 2019.
yang menangani kasus tindak pidana perdagangan orang, ter utama di Polda dan Polres yang berada di daerah kantong pe ngirim buruh migran. Dalam hal penyediaan informasi tentang tata cara migrasi yang aman dan adil, terkait pendataan, pemantauan, dan pemberdayaan calon Buruh Migran Indonesia, Pemerintah Desa harus menjalankan perannya secara maksimal sebagaimana diamanatkan UU PPMI. Sumber: https:// buruhmigran. or.id/ en/2021/04/27/ praktikperdaganganorang-dalambisnispenempatanpekerja-migran/
Terkait proses hukum penanganan kasus TPPO, khususnya yang ber modus pengiriman buruh migran, pihak kepolisian sebagai institusi penegak hukum harus men ing katkan kapasitas para penyidik
OPINI
Pemberdayaan Pekerja Migran Melalui Koperasi Oleh Anwar Ma’arif, Sekretaris Jenderal SBMI
▶ SBMI Mart di Ngantang Malang, dikelola oleh Koperasi SBMI. Foto: SBMI.
12
P
ekerja migran Indonesia (PMI) mengalami ban yak pers oalan, baik sebelum, pada saat maupun sesudah be kerja. Dari pembacaan atas ber bagai tantangan dan persoalan itulah, Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) merancang berb agai program dan kegiatan ant ara lain pengorganisasian,
Warta Buruh Migran | Edisi Juni 2021
advokasi kasus dan kebijakan, riset, pendidikan dan pelatihan, media dan informasi, serta pem berdayaan. Bagi SBMI, pembelaan hak dan pemberdayaan pekerja migran mer upakan dua kegiatan yang saling berhubungan. Pekerja mi gran sering kali kesulitan dalam
OPINI menghadapi kasus pelanggaran hak. Tak jarang, mereka berada dalam posisi rentan dan lemah. Dalam kondisi inilah, dukungan dan pembelaan hak pekerja migran mendesak untuk dilakukan. Sementara, pemberdayaan da pat diartikan sebagai proses, ca ra, perbuatan menguatkan, men dapatkan tenaga untuk melakukan tindakan. Ada beragam cara pem berdayaan yang dilakukan oleh SBMI, di antaranya melalui bantuan modal, pelatihan, dan pemb en tukan koperasi. Dalam pem berd ayaan ekon omi, semangat solidaritas dan kebersamaan te rus dijaga. Untuk itulah, bentuk koperasi yang dapat menaungi kepentingan dan usaha ekonomi anggota menjadi pilihan. Dalam menjalankan program pem berdayaan, SBMI bekerja sama de ngan dengan berbagai lembaga mulai dari lembaga pemerintah, jejaring organisasi, lembaga sosial, hingga dan organisasi antar negara di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa. Pemberdayaan dalam bentuk ban tuan permodalan dipandang cara yang cepat untuk membantu me mulihkan keadaan pekerja migran yang lemah. Kendati, di satu sisi, pendekatan ini dipandang kurang mendidik, seperti memberi ikan tanpa kail. Pendekatan ini dida sarkan atas kondisi bahwa mem perjuangkan hak pekerja migran bukan pekerjaan mudah. Ada ba nyak hambatan dan tantangan, baik dari internal maupun eksternal. Oleh karena itu, norma-norma inter nasional memandang perlu adanya prinsip penyelesaian (remedy) da lam pembelaan dan pemenuhan hak pekerja migran serta pemulihan dari
trauma yang dialami. Dalam konteks tindak pidana perdagangan orang, prinsip itu masuk dalam istilah reintegrasi. Jadi, selain memberikan bantu an permodalan, SBM I juga me lakukan penguatan melalui ber bagai pel atihan, antara lain: pelatihan keterampilan, tata bo ga, migrasi ketenagakerjaan, a dv o k a s i , p e n g o r g a n i s a s i an, literasi dan pengelolaan ke uangan, penggalangan dana, menulis, analisis kebijakan, serta kemampuan diplomasi. Keragaman pelatihan ini disesuaikan dengan kapasitas peserta migran yang menjadi peserta latih. Sebagai contoh, SBMI bek er jas ama dengan Kem ent er ia n Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyel eng garakan pelatihan untuk calon PMI. Pelatihan ini bertajuk “Penguatan Mental Cal on Pekerja Migran Indonesia”. Program ini sudah berjalan lebih kurang lima tahun. Dalam modulnya ada beberapa kecakapan yang diajarkan, meliputi gender dan migrasi, migrasi kete nagakerjaan, komunikasi afektif, mengenal kepribadian dan menge lola stres. Kemudian, SBMI juga melakukan pemberdayaan mant an pekerja migran melalui pelatihan ke ter ampilan usaha kecil dan me nen gah berdasarkan potensi dan sumber daya desa. Melalui program ini diharapkan para man tan pekerja migran memiliki sum ber-sumber ekonomi produktif untuk menunjang kesejahteraan keluarganya. Dalam proses ini, tantangan pasca produksi, khu susnya pemasaran menjadi tan tangan utama. Oleh karena itu,
pada tahun 2020, SBMI mencoba untuk menciptakan ruang untuk memasarkan produk-produk hasil karya mantan pekerja migran termasuk anggota keluarganya melalui “SBMI Mart”. Koperasi Serikat Buruh Migran Indonesia Melalui Koperasi SBMI, pengelola dapat mengorganisir keuangan, keterampilan dan hasil produk m a n t a n p e ke r j a m i g r a n d a n anggota keluarganya. Dengan demikian, Koperasi SBMI dapat dimaknai sebagai sintesis dari pemberdayaan melalui bantuan permodalan dan pelatihan keterampilan yang selama ini dilakukan. Pada debut pertamanya, SBMI mendirikan dua SBMI Mart. SBMI Mart salah satu unit usaha yang di kembangkan oleh Koperasi SBMI. Pertama didirikan di Kelurahan Pengadegan, Kecamatan Pa n c o r a n , J a k a r t a S e l a t a n . Dan, yang kedua berada di Ke cam atan Ngantang, Kabupaten Malang. Berangkat dari dua lokasi ini, SBMI Mart rencananya akan dikembangkan terus menerus s e s u a i d e n g a n ke m ampuan pengurus dan anggota Koperasi SBMI di berbagai daerah. Koperasi SBMI sudah diinisiasi sejak 2018. Nama Koperasi SBMI sendiri berangkat dari refleksi pen gal aman sebelumnya. Pada 2009, SBMI pernah menginisiasi pendirian koperasi berbasis program pemerintah. Kekhasan berada pada penamaannya yaitu diawali dengan nama “Koperasi Purna Tenaga Kerja Indonesia (TKI)”. Sudah puluhan Koperasi Purna TKI didirikan oleh SBMI di pelbagai daerah. Tentu saja
Edisi Juni 2021 | Warta Buruh Migran
13
OPINI
KEBIJAKAN
pendirian koperasi ini menjadi wujud nyata dari ikhtiar yang baik dari pemerintah. Namun demikian, seiring berja lannya waktu, pen gelolaan ko per asi ini semakin jauh dari je jaring dan solidaritas SBMI. Jadi, meskipun dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya sudah disepakati bahwa sebagian keuntungan diperuntukkan untuk mendanai kegiatan SBMI, na mun seiring kemajuan koperasi dan pergantian pengurusnya, ter jadi perubahan dalam anggaran dasar dan rumah tangganya. Ke beradaannya seakan menjadi ahis toris. Walhasil nama SBMI hilang dalam angg aran dasar dan ru mah tangganya. Hal ini tentu saja disayangkan karena mimpi ke mandirian serta kerja keras pegiat SBMI terdahulu tidak ada jejaknya. Untuk itu, Koperasi SBMI menjadi semangat baru bagi kreativitas pengurus dan anggota. Semangat itu terlihat dari antusiasme ang gota untuk bergotong royong da lam permodalan. Masing-masing anggota berkontribusi sebesar Rp 500 ribu sebagai iuran pokok bagi anggota Koperasi SBMI. Melalui usaha koperasi ini diharapkan ke mandirian ekonomi mantan pekerja migran dan organisasi dapat ter wujud. Sumber: https:// buruhmigran. or.id/ en/2021/04/27/ pemberdayaanpekerja-migranmelalui-koperasi/
14
Warta Buruh Migran | Edisi Juni 2021
Sekilas tentang Peraturan Pembebasan Biaya Penempatan Pekerja Migran Indonesia Oleh Redaksi
P
embebasan biaya penempatan telah menjadi amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (UU PPMI). Pada pasal 30 UU PPMI telah tertulis dengan lugas bahwa, “Pekerja Migran Indonesia tidak dapat dibebani biaya penempatan.” Merujuk pada pasal tersebut, Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2020 tent ang Pembebasan Biaya Penempatan Pekerja Migran Indonesia. Peraturan kepala BP2Mi tentang pembebasan bia ya penempatan ini telah diundangkan pada 15 Juli 2020. Dengan demikian, aturan ini harusnya berlaku efektif pada 15 Januari 2021 atau enam bulan setelah diundangkan. Namun demikian, Kepala BP2MI Benny Ramdhani menyatakan bahwa masa transisi implementasi Peraturan BP2MI tentang pembebasan biaya penempatan diperpanjang hingga 15 Juli 2021. Komponen Biaya Penempatan yang Dibebaskan Dalam Peraturan BP2MI pasal 3 ayat (2), PMI tidak dibe bankan biaya penempatan yang meliputi: a. tiket keberangkatan; b. tiket pulang; c. Visa kerja; d. legalisasi Perjanjian Kerja; e. pelatihan kerja; f. sertifikasi kompetensi kerja g. jasa perusahaan; h. penggantian paspor; i. surat keterangan catatan kepolisian;
KEBIJAKAN j. Jaminan Sosial Pekerja Migran Indonesia; k. pemeriksaan kesehatan dan psikologi di dalam negeri; l. pemeriksaan kesehatan tambahan jika negara tertentu mempersyaratkan; m. transportasi lokal dari daerah asal ke tempat keberangkatan di Indonesia; dan n. akomodasi. Komponen biaya penempatan pelatihan kerja dan kompetensi kerja dibebankan kepada Pemerintah Daerah yang dapat bekerjasama dengan lembaga pendidikan dan lembaga pelatihan kerja milik pe merintah dan/atau swasta yang terakreditasi. Se mentara, biaya penempatan selain kedua hal tersebut dibebankan kepada Pemberi Kerja. Jenis Pekerjaan yang Dibebaskan dari Biaya Penempatan Pada pasal 3 ayat (3), jenis pekerjaan PMI yang di bebaskan dari biaya penempatan meliputi: a. pengurus rumah tangga; b. pengasuh bayi; c. pengasuh lanjut usia (lansia); d. juru masak; e. supir keluarga; f. perawat taman; g. pengasuh anak; h. petugas kebersihan; i. pekerja ladang/perkebunan; dan j. awak kapal perikanan migran. Hanya saja, pada pasal 8 (a) disebutkan bahwa biaya penempatan masih bisa diberlakukan hanya pada calon PMI yang sudah memiliki identitas pekerja migran Indonesia. Sumber: https://buruhmigran. or.id/2021/03/04/sekilas-tentangperaturan-pembebasan-biayapenempatan-pekerja-migranindonesia/
Mengenal Konvensi ILO Nomor 188 tentang Pekerjaan dalam Penangkapan Ikan
H
ingga hari ini, Pemerintah Indonesia be lum meratifikasi Konvensi Perburuhan Internasional Nomor 188 Tahun 2007 tentang Pekerjaan dalam Penangkapan Ikan atau dikenal juga dengan “ILO 188”. Padahal, Indonesia merupakan salah satu negara asal awak kapal perikanan terbesar yang bekerja di kapal asing. Menurut data Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) 2011-2019, terdapat 30.864 awal kapal Indonesia yang bekerja di kapal berbendera asing. Sementara, menurut data Kementerian Luar Negeri, dalam rentang waktu 2013-2015, terdapat 200.000 awak kapal yang bekerja di kapal berbendera asing. Konvensi ILO Nomor 188 Konvensi ILO 188 merupakan instrumen in ternasional yang mengatur pelindungan ke pada awak kapal perikanan. Konvensi ini telah disahkan pada 14 Juni 2007 dan mulai ber laku pada tahun 2016. Konvensi ini ILO 188 terdiri dari sembilan bagian berisi mengenai minimum layanan, usia, pengupahan, kerja kontrak, akomodasi dan makanan, pelindungan kesehatan dan perawatan medis, jaminan so sial, serta kepatuhan penegakan hukum. Konvensi ILO 188 telah diratifikasi oleh 18 ne gara antara lain Angola, Bosnia, Kongo, Argen tina, Prancis, Maroko, Lithuania, Estonia, Nor wegia, Inggris, Namibia, Senegal, Denmark, Afrika Selatan, Belanda, Portugal, Polandia, dan Irlandia Utara. Sementara, Indonesia sampai hari ini belum meratifikasi Konvensi C188. Begitu pula dengan Tiongkok, Taiwan, dan Korea
Edisi Juni 2021 | Warta Buruh Migran
15
KEBIJAKAN Selatan di mana banyak pekerja mi gran Indonesia yang bekerja seba gai awak kapal di negara tersebut. Sesuai dengan pasal 2, konvensi ini berlaku untuk awak kapal dan semua jenis kapal penangkap ikan yang terlibat dalam kegiatan pe nangkapan ikan komersial. Artinya, konvensi ini tidak berlaku untuk kapal pencari ikan tradisional. Pe lindungan konvensi ini diberikan kepada awak kapal yang bekerja di kapal penangkapan ikan dengan panjang 24 meter atau lebih atau yang biasa di laut selama tiga hari. Awak kapal yang dimaksud da lam konvensi ini ialah setiap orang yang dipekerjakan atau beker ja dalam kapasitas apapun atau melaksanakan pekerjaan di kapal penangkap ikan, termasuk mere ka yang bekerja di kapal dan di bayar berdasarkan pemb ag ia n hasil tangkapan tetapi tidak ter masuk mualim (jabatan perwira di departemen dek), personil laut, aparat negara, dan pekerja ber basis daratan yang melaksanakan tugas di kapal penangkap ikan. Bentuk Pelindungan di Kapal Penangkap Ikan Berikut beberapa bentuk pelin dungan yang diatur dalam Kon vensi ILO 188: Usia Konvensi ILO 188 menetapkan usia minimal untuk bekerja di kapal pe nangkap ikan ialah 16 tahun atau usia 15 tahun bagi mereka yang sudah mengikuti pelatihan atau pendidikan di bidang penangkapan ikan. Sementara untuk pekerjaanpekerjaan tertentu di atas kapal yang dapat mengganggu kesehat
16
an, keselamatan dan moral remaja tidak boleh di bawah 18 tahun. Pemeriksaan Medis Semua awak kapal yang bekerja di kapal pen angk ap ikan harus mempunyai sertifikat medis sah yang menyatakan mereka fit untuk melaksanakan tugas. Pihak ber wenang yang berkompeten harus menetapkan sifat dan isi pemerik sanaan medis. Waktu Istirahat Setiap negara anggota yang me nand atangani konvensi ILO 188 harus menetapkan undang-un dang, peraturan, atau tindakan lain yang mengharuskan pemilik kapal yang mengibarkan benderanya untuk memastikan kapal dioperasikan de ngan cara yang aman dan mema dai di bawah kendali nahkoda yang berkompeten. Setiap awak kapal di berikan waktu istirahat yang teratur dan cukup untuk menjaga kesehatan dan keselamatan mereka. Waktu istirahat minimal tidak boleh kurang dari: 10 jam untuk jangka waktu 24 jam dan 77 jam untuk jangka waktu 7 hari. Daftar Awak Kapal Konvensi ini menyatakan bahwa setiap kapal harus membawa daftar awak kapal, dimana salinannya harus diserahkan kepada pihak berwenang di darat sebelum atau saat kapal berangkat. Perjanjian Kerja Awak Kapal Awak kapal berhak untuk memiliki salinan perjanjian kerja yang mu dah dipahami. Pemilik kapal juga harus mempunyai kontrak yang menyediakan kondisi pekerjaan dan kehidupan yang layak di kapal. Dan, dalam konvensi ini juga meng
Warta Buruh Migran | Edisi Juni 2021
atur bahwa negara anggota juga harus mempunyai aturan yang menga tur sarana penyelesaian perselisihan terkait perjanjian kerja. Gaji dan Repatriasi Setiap awak kapal harus dipastikan memperoleh gaji bulanan atau gaji tetap lainnya. Awak kapal juga ber hak atas sarana untuk mengirim kan sebagian atau seluruh gaji yang mereka terima kep ada keluarga tanpa dipungut biaya. Sementara itu, biaya pemulangan atau repatriasi karena perjanjian kerja berakhir ditanggung oleh pemilik kapal. Perawatan dan Pelindungan Kesehatan Kapal penangkap ikan wajib mem bawa peralatan medis dan obatobatan yang memadai untuk la yanan kesehatan di kapal. Awak kapal juga berhak atas perawatan medis di darat dan hak untuk di kirim ke darat dengan cepat untuk dirawat apabila mengalami cedera atau sakit serius. Untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja setiap awak kapal harus diberikan baju dan alat pelindung pribadi. Selain itu, awak kapal juga harus menerima pelatihan dasar dan mempunyai pengetahuan yang mem ad ai mengenai peralatan keselamatan dan tindakan keselamatan. Setiap awak kapal jug a berhak untuk mendapatkan pelindungan jaminan sosial dengan prinsip kesetaraan. Sumber:https:// buruhmigran. or.id/2021/03/10/ mengenalkonvensi-ilonomor-188tentang-pekerja an-dalampenangkapanikan/
SOSOK
Solidaritas Sesama Pekerja Migran di Malaysia Oleh Sofwan Hadi
“Meskipun bukan keluarga kandung, teman-teman di perantauan itu sudah menjadi saudara dekat,” ujar Yoga Pramono nengah kejuruan (SMK) di Blitar, Jawa Timur. Selepas lulus dari SMK, ia kemudian bekerja di beng kel elektronik di Tulungagung. “Bapak menyarankan saya untuk merantau, ikut saudara yang di Batam,” kisahnya saat dihubungi melalui sambungan telepon. ▶ Yogya Pramono, Ketua KOMI Johor.
M
eskipun bukan keluarga kandung, teman-teman di perantauan itu sudah menjadi saudara dekat,” ujar Yoga Pramono, Ketua Jaringan Komu nikasi Organisasi Pekerja Migran Indonesia (KOMI) di Johor Bahru, Malaysia, Kamis, (1/4/2021).
Pram, biasa teman-temannya me manggil, sudah 10 tahun bekerja sebagai pekerja migran Indonesia (PMI). Ia bekerja di perusahaan alih daya yang memberikan la yana n kepada perusahaan int i yang bergerak di bidang minyak dan gas. Ia bekerja pada sektor pabrikasi metal dengan spesia lisasi pengelasan. Pram lulusan teknik elektronik di sekolah me
Pertama di Batam, Pram bekerja di bidang bangunan. Dua bulan kem udian, ia beralih di bidang besi menjadi asisten tukang las. Di situlah ia memperoleh ket e rampilan las. Hingga, ketika ada perusahaan alih daya di bidang minyak dan gas bumi di Malaysia yang membuka lowongan kerja, ia turut mendaftar dan lolos. “Du nia perantauan itu, pergi pagi pu lang malam. Kadang saat tidur pun masih mimpi kerja,” ujar Pram sambil tertawa. Empat tahun di perantauan, Pram turut serta dalam pembentukan komunitas Pejuang Devisa Peduli. Komunitas ini beranggotakan pe kerja migran dan purna PMI dari berbagai negara seperti Malaysia, Taiwan, Singapura, Brunei Darus salam, dan Indonesia. Akt iv itas utama komunitas ini ialah ber
don asi melalui penjualan kaos. Dana yang terkumpul kemudian disumbangkan kepada pekerja mi gran atau keluarganya yang se dang mengalami kesulitan. Dan pada 2017, Pram terlibat dalam pembentukan KOMI yang difasilitasi oleh Yayasan Lembaga Kajian untuk Pengembangan Pendidikan, Sosial, Agama, dan Bud aya (INFEST) Yogyakarta. Dari penuturan Pram, ada lebih kurang 12 komunitas di Johor Bahru yang tergabung di KOMI. Selain itu, KOMI juga berjejaring de ngan organisasi dan komunitas pe kerja migran di Indonesia antara lain, Komunitas Pekerja Migran Indonesia (KOPI) di Ponorogo dan Blitar, serta Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI). Selain itu, KOMI juga sering berkoordinasi dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Johor Bahru dalam menangani kasus atau persoalan yang dihadapi PMI. “Aktivitasnya KOMI, lebih sering nya membantu proses kepulangan kaum rentan hingga membantu pros es pemulangan jenazah PMI ke tanah air. Dibimbing oleh INFEST juga, kita belajar soal hakhak pekerja migran dan sering ber hubungan dengan KJRI,” ujarnya.
Edisi Juni 2021 | Warta Buruh Migran
17
WAWANCARA Tergerak dalam Aktivitas Sosial Pada 2015, Pram pernah menga lami persoalan ketenagakerjaan di Malaysia. Proses yang harus di laluinya tidak mudah. Butuh waktu lebih kurang dua tahun hingga ka susnya bisa selesai. Dalam meng urus kasusnya ini, Pram dibantu Tenaganita, lembaga swadaya ma syarakat di Malaysia yang fokus pada pelindungan pekerja migran, perempuan, anak, dan pengungsi dari anc aman eksploitasi serta perdagangan orang.
Upaya Pelindungan Pekerja Migran di Desa Bringinan, Kabupaten Ponorogo Oleh Sofwan Hadi
D
Dari pengalaman mengurus per karanya, Pram merasa bahwa PMI yang berperkara atau mengalami persoalan di tanah rantau berada pada posisi yang sangat sulit. Selain waktu, banyak energi yang harus dicurahkan. “Di Malaysia, banyak sekali PMI yang mengalami persoalan dan tidak tahu harus berb uat apa dan kepada siapa harus meminta bantuan,” ungkap anak pertama dari tiga bersaudara ini.
esa Bringinan, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur dikenal sebagai kantong pekerja migran Indonesia (PMI) di Ka bupaten Ponorogo. Sejak tahun 1980, banyak warga Desa Bri nginan yang merantau ke luar ne geri untuk meningkatkan pereko nomian keluarga. Sebagai upaya melindungi calon PMI dan PMI dari Desa Bringinan, termasuk keluarga di kampung halaman, Pemerintah Desa Bringinan telah mengesahkan Peraturan Desa (Perdes) Bringinan Nomor 6 Tahun 2019 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia.
Untuk itulah, menurut Pram, ko munitas atau org anisasi PMI di Johor Bahru bisa menjadi wadah untuk bersolidaritas antar pekerja migran. “Saudara kita di sini bukan saudara kandung, tetapi teman-te man seperantauan. Kalau kita ada apa-apa merekalah yang kita mintai bantuan. Lebih dari itu, aktif di komu nitas sosial ini seperti tergerak dari hati,” ujar Pram.
Karena upayanya tersebut, pa da 2020, Desa Bringinan menda patkan dua penghargaan yakni Hassan Wirajuda Perlindungan WNI Awards dari Kementerian Luar Negeri dan Penghargaan Indonesia Migrant Worker Awards. Berikut kutipan wawancara tim redaksi Warta Buruh Migran dengan Ke pala Desa Bringinan, Barno, Kamis, (8/4/2021):
Sumber: https://buruhmigran.or.id/ en/2021/04/13/ solidaritas-sesama-pekerja-migran-di-malaysia/
18
Berapa banyak warga Bringinan yang menjadi PMI? Berdasarkan data desa, pada tahun 2012, total ada 341 warga Bringinan yang bekerja di luar negeri. Jumlah itu cukup besar bisa dibandingkan dengan jumlah
Warta Buruh Migran | Edisi Juni 2021
penduduk Bringinan yang totalnya 1.259 jiwa. Mayoritas bekerja di Malaysia. Namun, jumlah ini se makin tahun semakin turun, sam pai hari ini. Data 2020, ada sekitar 80 orang yang bekerja di luar ne geri dengan negara tujuan yang beragam, seperti Korea, Jepang, Malaysia, Amerika, Taiwan, Hong kong, dan Singapura. Kalau dulu, hampir 80 persennya bekerja di Malaysia. Sejak tahun berapa banyak warga Bringinan yang bekerja di luar negeri? Seingat saya, paling banyak di era 1980 sampai 1990-an. Angka pastinya saya tidak tahu. Karena tidak ada catatan waktu itu. Ratarata bekerja di sektor perkebunan. Saya masih ingat, kakak saya yang pertama berangkat bekerja ke Malaysia pada 1986. Disusul kakak kedua tahun 1990 dan kakak ketiga pada 1995. Saya berangkat pada tahun 1998. Anda juga pernah jadi PMI? Iya. Setelah lulus Aliyah, saya bekerja ke Malaysia. Pendorong utamanya karena faktor ekonomi. Bapak meninggal ketika saya kelas 3 sekolah dasar. Kondisi ekonomi cukup untuk makan dan sekolah sampai Aliyah. Untuk kuliah sudah tidak mungkin. Saya berangkat
WAWANCARA
sebagai bent uk kesepakatan bersama selur uh elemen yang ada di desa. Masyarakat sebagai inisiatornya, kepala desa dan BPD sebagai fasilitatornya.
▶ Barno, Kepala Desa Bringinan di ruang kerjanya. Foto: Desa Bringinan
pada 14 Desember 2017 dan ber henti dulu di Tanjung Pinang. Per mit saya di perkebunan sebagai penyadap karet. Empat tahun ber ikutnya saya pulang. Pulang itu sebenarnya karena diberi cuti selama satu bulan. Karena saya merasa di rumah sudah nyaman dan banyak beraktifitas di karang taruna, saya tidak balik lagi ke Malaysia. Hehe Faktor pendorong utama warga Bringinan menjadi PMI karena faktor ekonomi? Ya, sebagian besar begitu. Bri nginan ini dulu wilayah miskin. Sebagian besar warganya buruh tani. Nyaris tidak ada pegawai atau pedagang. Meskipun area pertaniannya luas, tapi itu hanya dimiliki beberapa orang saja. Se mentara yang lain, jangankan un tuk punya sepeda motor, menye kolahkan anak saja hanya sampai SMP atau SMA. Itu pun susah pa yah. Jadi, untuk meningkatkan per ekonomian, supaya bisa membeli sepeda motor dan membangun rumah ya salah satu caranya men jadi PMI.
Apakah kondisi itu masih sama hingga sekarang? Sekarang jauh berbeda. Mungkin juga karena faktor ekonomi se makin sejahtera dan faktor pen didikan yang semakin tinggi tu rut mengubah cara pandang warga. Bahkan sejak adanya Per des Pelindungan PMI di Desa Bringinan, tren itu sudah menurun. Mungkin, selama dua tahun ini ti dak lebih dari 20 orang yang be kerja ke luar negeri. Soal Perdes pelindungan PMI di Desa Bringinan, bagaimana dulu prosesnya penyusunannya? Awalnya, usulan perdes pelin dungan PMI ini berasal dari as pirasi warga, dalam hal ini di dorong oleh Komunitas Pekerja Migran Indonesia (KOPI) Desa Bringinan yang difasilitasi oleh INFEST Yogyakarta pada 2018. Pemerintah desa menyambut baik, begitu pula dengan BPD (Badan Permusyawaratan Desa). Saya pikir, penting bagi pemerintah desa untuk punya payung hukum yang bisa melindungi warganya yang menjadi PMI. Saya mem aknai Perdes ini
Dalam proses penyusunan ini, kami juga banyak belajar. Dulu saya berpikiran, Perdes itu harus menga cu terlebih dahulu pada Pera turan Gubernur, Peraturan Bupati, Peraturan Daerah. Masa lahnya, di Kabupaten Ponorogo ini belum ada peraturan turunan dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2018 tentang Pelindungan PMI (UU PPMI). Tapi ternyata tidak melulu begitu. Yang penting, desa harus punya dulu Perdes mengenai Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa. Di situ, jadi dasar bagi desa untuk menyusun Perdes Pelindungan PMI ini, juga UU PPMI dan UU Nomor 6 Tahun 2014 ten tang Desa. Beruntung dari proses belajar bersama KOPI dan INFEST, kita bisa belajar tentang regulasi. Tantangannya? Per tama tentu soal kapasitas sumber daya manusia di desa be lum ahli soal kebijakan. Kedua, ya itu tadi, kita belum punya Per des tentang Hal Asal Usul dan Kewenangan Lokal Desa. Yang kem udian kami rancang, ba has, dan sahkan bers ama BPD, KOPI, perwakilan dan tokoh ma syar akat, ser ta tok oh agam a di Desa Bringinan. kemudian, di Kabupaten Ponorogo belum ada peraturan daerah atau peraturan bupati yang mengatur mengenai pelindungan PMI. Jadi, kami bolak balik konsultasi ke Kecamatan dan Kabupaten untuk proses penyu sunan Perdes Pelindungan PMI ini. Yang terpenting niatan kami baik dan
Edisi Juni 2021 | Warta Buruh Migran
19
WAWANCARA tidak ada urusan dengan keuangan seperti Perdes Renc ana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). Perdes Pelindungan PMI Ini lebih ke soal pengaturan dan pelindungan masyarakat yang menjadi PMI. Jadi ya berani saja, jalan terus.
itu, saya bilang, “Pak/Bu, kalau mau dapat surat izin harus datang ke kantor desa,” itu dasarnya hanya omongan saya seb agai kepala desa, bukan atas dasar hukum yang mengikat. Sekarang, sebagian besar warga sudah tahu, untuk layanan surat izin di kantor desa dan akan dilayani petugas di kantor desa.
Apa saja yang diatur dalam Perdes Pelindungan PMI?
Proses pendataan juga penting. Seandainya ada warga Bringinan yang mau ke luar negeri, harus dipastikan kemana perginya, me lalui PT (perusahaan penyalur) apa, alamatnya di mana, job-nya apa? Melalui pendataan ini desa punya arsip lengkap, Misal si A per gi ke Malaysia, berangkat tanggal sekian, melalui perusahaan ini, yang merekrut namanya ini, ikut majikan bernama si B. Kedua, setiba di negara tujuan, PMI ini juga punya tugas untuk mengabari desa berkaitan dengan apakah pekerjaanya cocok dengan kontrak atau tidak.
Pertama soal pendataan warga Brin ginan yang menjadi calon PMI atau PMI aktif. Secara garis besarnya ya, antara lain soal la yanan dokumen, informasi, komu nikasi, dan pemberdayaan bagi PMI dan anggota keluarganya. Bagaimana implementasinya? Sebagai sebuah kesepakatan, Per des ini sebenarnya sangat mem bantu. Pertama dia sebagai dasar hukum bagi pemerintah desa untuk melakukan pelindungan. Misalnya soal permohonan surat izin bagi calon PMI. Sebelum ada Perdes
nentukan langkah yang tepat, misal komplain ke perusahaan penyalur atau bekerjasama dengan lembaga pemerintah dan non pemerintah. Apakah ada tantangan dalam implementasi? Sampai saat ini, kami masih te rus berupaya untuk memenuhi dan melakoni semuanya. Sedikit demi sedikit. Misalnya soal poin kesepakatan perceraian yang menjadi isu cukup hangat dan masih dianggap sedikit warga sebagai sesuatu yang ribet. Juga soal pemberdayaan yang sebenarnya sudah kami lakukan sejak lama. Intinya, kita tidak takut menuju perubahan, selama itu untuk kebaikan. Maju terus. Sumber: https:// buruhmigran. or.id/ en/2021/04/15/ upayapelindunganpekerja-migrandi-desabringinankabupatenponorogo/
Melalui basis data yang jelas, kalau ada permasalahan di negara tujuan di sana, pemerintah desa bisa me
PANDUAN
Tujuh Pertimbangan Memilih Kursus Online Bagi Pekerja Migran ▶ Ilustrasi oleh chenspec dari pixabay.com.
20
Oleh Tyas Maulita
Warta Buruh Migran | Edisi Juni 2021
A
da banyak cara bagi temanteman pekerja migran un tuk terus mengembangkan diri. Mulai dari berkomunitas, ber organisasi, mengikuti pelatihan, kur sus, bahkan kuliah. Tak sedikit dari pekerja migran yang meneruskan kuliahnya di negeri rantau. Hal ter sebut membuktikan bahwa bekerja tidak menutup kesempatan meme nuhi dahaga pengetahuan. Terlebih di masa kini, akses internet turut memudahkan kita untuk meng akses ilmu dan pengetahuan. Di sela-sela waktu istirahat dan liburan,
tak ada salahnya meningkatkan ke terampilan dengan cara mengikuti kursus yang diselenggarakan secara daring atau kursus online. Lalu, ba gaimana cara memilih kursus online yang tepat? Berikut beberapa pertimbangan yang dapat membantu teman-te man mencari program pembelajaran daring yang sesuai. 1. Kebutuhan dan Minat Sebelum menentukan kursus apa yang akan diambil, ketahui dulu kebutuhan dan minat. Pilihlah bi dang apa yang ingin dipelajari dan keterampilan khusus apa yang ingin dikuasai. Misalnya, jika ingin belajar tentang kuliner, tentukan apakah akan memilih kursus dasar me masak, kursus membuat kue, atau pun kursus bisnis kuliner. Setelah itu, tetapkan target yang ingin dicapai dari kursus tersebut. Tanpa target yang jelas, tak me nutup kemungkinan akan merasa jenuh ketika mengikuti proses be lajar. Akhirnya kursus pun berlalu begitu saja tanpa hasil yang berarti. 2. Metode Pembelajaran Ada bermacam-macam metode yang ditawarkan oleh kelas daring seperti: എ Pembelajaran sistem siaran langsung melalui Zoom, live Facebook, atau YouTube. എ Belajar dari video rekaman berbasis laman atau file yang dikirim ke alamat email peserta. എ Belajar dalam grup tertutup di WhatsApp, Facebook, atau Telegram.
Nah, perhatikan metode yang di gunakan dalam kursus yang kamu cari. Pastikan perlengkapan yang teman-teman miliki memadai untuk mengikuti sesi pembelajaran. Con toh kasusnya, jika sinyal di tempat tinggal teman-teman tidak begitu kuat, sebaiknya jangan memilih kursus daring via siaran langsung. Pasalnya, gangguan sinyal ketika belajar dapat merusak semangat belajar kita. Atau, pertimbangan lainnya, jika ingin menghemat kuota, maka lebih baik memilih belajar dalam grup de ngan materi berupa teks dan gam bar. Memilih kursus dengan metode belajar sesuai kemampuan tentu dapat meningkatkan kemungkinan sukses dalam menyerap ilmunya. 3. Harga Kursus Jika pernah mencari kursus online tertentu di mesin pencari seperti Google, biasanya media sosial yang digunakan akan dibanjiri iklan kur sus yang berkaitan dengan itu. Se telah menemukan kursus yang di cari, jangan langsung mendaftar melainkan simpan dulu. Jangan ter buru-buru mendaftar karena diskon atau bonus karena bisa jadi harga diskon tersebut sama dengan harga normal di tempat lain. Maka dari itu, sebelum melakukan pendaftaran, buatlah perbandingan beberapa kursus sejenis yang ada. Pastikan juga harganya wajar, tidak terlalu murah atau terlalu mahal dibandingkan kursus serupa. Ji ka terlalu murah, sebaiknya se lidiki kualitas dengan melihat tes timoni dari orang-orang yang pernah mengikutinya. Bahkan, jika kursusnya gratis sekalipun tetap harus mempertimbangkan kualitas agar jangan sampai hanya mem
PANDUAN
buang waktu karena isinya tidak se suai kebutuhan. 4. Jadwal Kursus Simak baik-baik waktu pelaksanaan kursus online agar teman-teman dapat mengikutinya dari awal hing ga selesai. Untuk kursus online siaran langsung atau live biasanya penyelenggara menyediakan re kaman yang dapat dipelajari kem bali. Namun, tentunya lebih baik jika dapat mengikuti materi siaran langsung supaya dapat berinteraksi langsung dengan pemateri dan pe serta lain di sesi diskusi. Catatlah jadwal kursus online yang diikuti dan berikan keterangan apa kah materi dapat diakses kembali. Nah, untuk yang sangat sibuk de ngan jadwal yang tak menentu, se baiknya memilih kursus online beru pa rekaman yang dapat diakses seumur hidup. Dengan begitu, te man-teman dapat belajar kapan saja ketika ada waktu senggang. 5. Profil Pemateri Ketahui siapa pemateri yang mengisi kelas online pilihan teman-teman. Usahakan mencari kursus yang dilatih oleh praktisi di bidangnya. Mereka yang ahli atau telah terjun di bidang tersebut sudah pasti menge tahui seluk beluk keahlian tersebut. Materi yang disusun berdasarkan pengalaman yang mereka miliki ten tunya lebih mudah dipraktikkan da ripada sekadar teori. 6. Fasilitas Tambahan Selain sesi pembelajaran sesuai jad wal, penyelenggara kursus biasanya menawarkan sejumlah fasilitas tam bahan untuk meningkatkan minat calon peserta. Fasilitas tersebut mi
Edisi Juni 2021 | Warta Buruh Migran
21
PANDUAN salnya sertifikat, grup tanya jawab, bimbingan penyaluran keterampilan, konsultasi privat dengan pemateri, e-book, kursus tambahan, ataupun slide presentasi. Teman-teman boleh menjadikan fa silitas dan bonus tersebut sebagai pertimbangan. Namun, pastikan se muanya betul-betul dapat diman faatkan dan bukan sekadar pemanis dari penyelenggara.
Cara Melapor di Rumah Pengaduan Oleh Redaksi
7. Pre-materi Terakhir, pilihlah kursus online yang menyediakan materi pengantar. Tu juannya agar kita lebih memahami materi inti dari kursus online ter sebut. Materi pengantar biasanya berupa slide, rekaman audio, video, atau tautan ke artikel yang harus dibaca sebelum memasuki materi inti. Kursus online memang cara belajar alternatif yang sesuai untuk kondisi saat ini. Penyelenggara kursus juga semakin kreatif dalam menyediakan aneka paket belajar. Tinggal bagai mana memilih kursus yang tepat dan mampu berkomitmen mengikutinya agar pandemi ini memberikan dam pak positif dalam peningkatan kete rampilan kita. Semoga bermanfaat. Sumber: https:// buruhmigran. or.id/ en/2021/04/27/7tujuhpertimbanganmemilih-kursusonline-bagipekerja-migran/
22
K
asus yang dihadapi pe kerja migran Indonesia (PMI) beragam. Mulai dari pra penempatan, saat bekerja, hingga kembali ke tanah air. Da lam menghadapi permasalahan seputar ketenagakerjaan ini, calon PMI maupun PMI aktif seringkali ke bingungan atau bahkan tidak ta hu apa yang harus dilakukan un tuk menyelesaikan persoalannya. Di sisi lain, ada banyak komunitas, organisasi, dan lembaga paralegal yang turut melakukan pendampingan dan penanganan kasus.
Untuk itu, pada 2019, INFEST Yog yakarta mengembangkan sistem penanganan kasus bernama Rumah Pengaduan. Dalam mengembang kan Rumah Pengad uan, INFEST Yogyakarta merangkul sejumlah or
Warta Buruh Migran | Edisi Juni 2021
ganisasi yang selama ini melakukan pelindungan dan penanganan kasus PMI. Menurut Muhammad Khayat, Tim Pengembang Rumah Pengaduan dan IT Specialist INFEST Yogyakarta menerangkan Rumah Pengaduan merupakan platform yang meng akomodasi kebutuhan proses peng aduan, penentuan organisasi pe ngelola kasus, pendokumentasian setiap proses advokasi kasus, hing ga analisis data advokasi kasus yang dilakukan organisasi di setiap wilayah. Selain menjadi alat kerja bersama, Rumah Pengaduan juga menjadi sistem pendokumentasian pena nganan kasus kolaboratif antar lem baga atau paralegal. Apa Saja Kasus yang Bisa Diadukan?
Banyak kasus yang dihadapi oleh pekerja migran Indonesia. Menurut Nisrina Muthahari, Legal Officer INFEST Yogyakarta ada banyak ra gam kasus yang dihadapi PMI, mulai dari kasus hilang kontak atau putus komunikasi, overstay, gaji tidak dibayar, pemutusan hubungan kerja, biaya pe nempatan berlebih (overcharging), sakit, meninggal, penempatan tidak sesuai kontrak kerja, penahanan do kumen, dan lainnya. Bagaimana cara mengadukan kasus melalui Rumah Pengaduan 1. Kunjungi laman rumah pengaduan melalui https:// www.rumahpengaduan. buruhmigran.or.id/. 2. Melakukan registrasi menggunakan akun google. 3. Tekan tombol adukan kasus. 4. Selanjutnya, pada halaman pengaduan kasus, pengadu/ pelapor perlu mengisi beberapa form untuk kelengkapan data pelaporan antara lain
എ എ എ എ എ എ
Data Korban Data Pelapor Pihak yang Terlibat Pembiayaan Informasi Penempatan Permasalahan: pra penempatan, penempatan, atau pasca penempatan എ Narasi Aduan: Mengisahkan kronologi kasus. Bisa melalui tulisan, audio, atau video. എ Tuntutan Korban Meskipun tidak wajib mengisi sem ua form yang tersedia, na mun sebisa mungkin, pelapor/ pengadu melengkapi data yang bisa memudahkan proses pe nanganan kasus. 5. Pada halaman yang sama kamu bisa memilih organisasi yang ditunjuk untuk mengelola kasus. Lalu, klik Kirim Aduan Kasus. Setiap laporan yang masuk akan mendapatkan nomor pengaduan. Selanjutnya, organisasi penerima kuasa akan menindaklanjuti aduan/
PANDUAN laporan yang telah dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut: എ Mengumpulkan buktibukti dan melakukan verifikasi. Salah satunya melalui pengecekan data di sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri (SISKOTKLN) Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI). എ Menghubungi dan mengonfirmasi persetujuan penanganan kasus kepada pelapor/ pengadu/korban.
Selama proses penanganan ber langsung, pengadu/pelapor akan mendapatkan pemberitahuan dan pembaruan informasi mengenai perkembangan kasus yang telah dilaporkan. Sumber: https:// buruhmigran. or.id/2021/04/21/ cara-melaporrumahpengaduan/
BERITA HILANG KONTAK
Amin Bunyamin, Pekerja Migran Asal Tasikmalaya 18 Tahun Hilang Kontak di Arab Saudi Oleh Redaksi
K
asus hilang kontak pekerja migran Indonesia (PMI) kembali diterima Rumah Pengaduan Redaksi Buruh Migran, Sabtu (20/3/2021). Amin Bunyamin, pekerja migran asal Tasikmalaya hilang kontak dengan keluarga sejak 2003. Diperkirakan, usia Amin saat ini 66 tahun. Amin sendiri berasal dari Garut dan setelah menikah menetap di Tasikmalaya.
Edisi Juni 2021 | Warta Buruh Migran
23
Toni Permana, putra Amin menuturkan, ayahnya bekerja di Arab Saudi dengan keahlian menjahit. Amin berangkat menjadi pekerja migran di Arab Saudi pada tahun 2000. Tiga tahun kemudian atau tahun 2003, Amin sempat pulang ke Tasikmalaya selama satu bulan. Kemudian, ia kembali berangkat kembali ke Arab Saudi. “Beberapa bulan setelah beliau sampai di Arab Saudi, beliau putus
kom unikasi dengan keluarga di Tasikmalaya sampai sekarang,” te rang Toni. Toni menuturkan, keluarga sangat berharap bisa kembali bertemu de ngan Amin. Terlebih saat ini sang istri sedang sakit. “Terimakasih sudah membuka kembali harapan. Mengingat ibu saya atau istri beliau sudah mulai sakit-sakitanan. Saya berusaha kembali mencari beliau,
mengingat ibu saya tidak pernah menikah lagi setelah ditinggal beliau,” ungkap Toni. Sumber: https:// buruhmigran. or.id/2021/03/22/ amin-bunyaminpekerjamigran-asaltasikmalaya-18tahun-hilangkontak-di-arabsaudi/
Tuti, Pekerja Migran Asal Jelimpo Kabupaten Landak Hilang Kontak di Malaysia Sejak 1997 Oleh Redaksi
L
aporan pekerja migran Indo nesia (PMI) yang hilang kon tak kembali diterima Redaksi Buruh Migran, (14/3/2021). Tuti, pekerja migran asal Desa Lama tongon, Kecamatan Jelimpo, Ka bupaten Landak, Kalimantan Barat dilaporkan hilang kontak di Malaysia selama 24 tahun. Yudas selaku perwakilan keluarga mengungkapkan bahwa sejak be rangkat kerja ke Malaysia pada 1997, pihak keluarga belum pernah mendapatkan kabar dari Tuti. Bah
kan, sektor pekerjaan, lokasi kerja, dan kontak Tuti pun pihak keluarga tidak ada yang tahu. Sepengetahuan keluarga, Tuti bekerja sebagai pe kerja rumah tangga di Malaysia. Se lebihnya tidak. “Pada tahun 1997, ada calo atau agen yang mencari tenaga ker ja untuk bekerja di Malaysia seba gai pembantu rumah tangga. Ta hun berganti tahun, keponakan kami tidak pernah kirim berita. Ka mi menghubungi calo yang mere krutnya dulu juga tidak ketemu,” te rang Yudas. Pihak keluarga berharap bisa Tuti bisa berkabar dan segera pulang ke
rumah. Tidak ada kabar dan kondisi keluarga selama hampir seperempat abad bukan waktu yang singkat. “Ka mi mohon untuk keponakan kami ini untuk segera pulang ke kampung di Kalimantan barat, karena kedua orang tua dan adikmu sangat merindukan dirimu,” tambah Yudas menyampaikan pesan dari pihak keluarga. Sumber: https:// buruhmigran. or.id/2021/03/15/ tuti-pekerjamigranindonesiaasal-jelimpokabupatenlandak-hilangkontaksejak-1997/
Melalui tulisan ini, pihak keluarga berharap agar orang-orang yang mengetahui keberadaan Amin Bunyamin dan Tuti dapat memberitahukan keberadaanya pada Redaksi Buruh Migran di email pengaduan redaksi@buruhmigran.or.id atau kontak pengaduan WhatsApp di +62 813-2801-6440.