Buletin Serantau_BMI Malaysia_Edisi_Agustus 2015

Page 1

Edisi Agustus 2015 Buletin Serantau, merupakan media informasi yang terbit setiap bulan. Buletin ini dibuat oleh beberapa Pekerja Indonesia di Malaysia sebagai ruang untuk saling belajar dan berbagi informasi antar sesama pekerja migran Indonesia di Malaysia. Informasi versi online bisa diakses diakses di www.buruhmigran.or.id

Berita Utama BMI Malaysia, Ikuti Upacara Kemerdekaan di KBRI Kuala Lumpur Oleh: Miya Riswanto Suasana pengibaran bendera merah putih saat upacara peringatan kemerdekaan RI di KBRI Kuala Lumpur.

Setiap 17 Agustus, bangsa kita memperingati lahirnya kemerdekaan Indonesia. Jutaan rakyat khususnya pejabat, guru, maupun pelajar melaksanakan upacara kemerdekaan untuk memperingatinya. Di luar negeri, upacara kemerdekaan juga diikuti oleh Buruh Migran Indonesia (BMI), seperti upacara yang dilaksanakan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur Senin (17/08/2015). Upacara kemerdekaan di wilayah Kuala Lumpur diadakan oleh KBRI Kuala Lumpur yang berada di Jalan Tun Razak Kuala Lumpur. Selain di KBRI, upacara juga diadakan di Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI). "Tahun ini saya berkesempatan mengikuti upacara di KBRI pada pagi hari, berbeda dengan tahun kemarin yang hanya bisa mengikuti upacara penurunan bendera pada sore hari." ungkap Miya. Upacara kemerdekaan di KBRI Kuala Lumpur dihadiri oleh seluruh staf KBRI Kuala Lumpur, perwakilan aparat keamanan pemerintah, bapak/ibu guru dan murid Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL), Pramuka Gugus Depan KBRI, perwakilan Mahasiswa Indonesia di Malaysia, perwakilan masyarakat umum di Malaysia, dan tentu saja perwakilan kelompok BMI/TKI. Halaman 1 | Buletin Serantau | Edisi Juli 2015

Para peserta antusias mengikuti upacara, terlihat dari banyaknya peserta yang berbondong-bondong memasuki gerbang KBRI dan menempatkan diri di barisan masing-masing. Tepat pukul delapan pagi waktu Malaysia upacara dimulai dan peserta mengikuti jalannya upacara dengan hikmat. Duta Besar Indonesia, Herman Prayitno, bertindak sebagai inspektur upacara dan Atase Angkatan Udara, Kolonel Bustan Jefri, sebagai komandan upacara. Sedangkan pasukan pengibar bendera yang berjumlah 10 orang diwakili oleh siswa-siswi SIKL. "Momentum kemerdekaan RI, adalah momentum membangkitkan semangat nasionalisme, ini juga momentum bersama untuk memerdekakan BMI/TKI dari berbagai tindak kejahatan, dari perdagangan orang, penipuan, pemerasan, tindak kekerasan, pelecehan seksual hingga pelayanan publik yang diskriminatif."imbuh Ridwan Wahyudi Upacara kemerdekaan dilaksanakan kurang lebih sekitar 45 menit. Selesai upacara para peserta berkesempatan berfoto dengan pasukan pengibar bendera, bapak dan ibu duta besar, serta para peserta upacara lain. Selesai mengabadikan momen dengan berfoto, para peserta upacara dijamu makan pagi yang sudah di hidangkan oleh pihak KBRI.


Salam Redaksi

SALAM SOLIDARITAS. MERDEKA...!!, Segenap redaksi Buletin Serantau mengucapkan selamat Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70. Semoga momentum kemerdekaan ini mampu menumbuhkan semangat untuk menyelesaikan pelbagai persoalan bangsa, termasuk karut marut tata kelola penempatan dan perlindungan. Pada edisi kali ini redaksi akan memuat reportase tentang kemerdekaan RI bagi BMI di Malaysia, sementara pada rubrik jejak kasus akan mengulas modus perdagangan anak dan kasus perobekan paspor TKI oleh petugas imigrasi. Sementara rubrik inspirasi akan menghadirkan artikel tentang peluang investasi bagi BMI Malaysia. Serantau akan terus mengembangkan partisipasi dari para BMI/TKI di Malaysia untuk terlibat sebagai kontributor, seperti pada edisi kali ini yang turut diramaikan oleh kontribusi tulisan dari Miya Ristanto dan Catur Setyo Rahayu. Tim Serantau kedepan juga berencana mengembangkan kapasitas para pegiatnya, melalui pelatihan pewartaan buruh migran. Diharapkan melalui kegiatan tersebut, akan lebih banyak lagi BMI/TKI yang terlibat untuk saling berbagi informasi dan pengetahuan. Selamat membaca.

TIM Redaksi Serantau >> Koordinator: Muhammad Anom, Keuangan: Desi, Sekretaris: Emmawati, Tim Redaksi: Abdi, Emma, Nasrikhah, Umy Syafaah, Tyas Maulita, Elfa, Editor: Ridwan, Kontributor: Fitriyanti Wahyudi, Miya R, Catur Setyo Rahayu Email: serantau@buruhmigran.or.id Website: www.buruhmigran.or.id

Siapapun bisa mengutip, menyalin, dan menyebarluaskan sebagian atau keseluruhan tulisan dengan menyebutkan sumber tulisan dan jenis lisensi yang sama, kecuali untuk kepentingan komersil.

Buletin ini diterbitkan oleh Pekerja Indonesia di Malaysia atas dukungan program Pusat Sumber Daya Buruh Migran (PSD-BM), kerja sama Infest Yogyakarta dan Yayasan Tifa.

Halaman 2 | Buletin Serantau | Edisi Juli 2015


Berita Utama

Para BMI sekaligus mahasiswa Universitas Terbuka saat menyemarakkan perayaan HUT Kemerdekaan RI yang ke-70 di Malaysia

Perayaan HUT RI Membuat BMI Rindu Kampung Halaman Oleh: Desi Lastati Setiap 17 Agustus, hampir seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) di dalam maupun luar negeri turut merayakan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Hari dan tanggal tersebut selalu menjadi hari yang sakral bagi masyarakat Indonesia, karena merupakan momentum kemerdekaan Indonesia dari cengkraman penjajah. Serba-serbi menyambut perayaan HUT Republik Indonesia pun sudah dimulai sejak awal Agustus, dimulai dari pemasangan atribut bendera merah putih maupun bersih desa. Perayaan kemerdekaan di negara yang menjadi tujuan kebanyakan Buruh Migran Indonesia (BMI) untuk mencari rezeki juga tak kalah seru. Beberapa instansi pemerintah yang berada di luar negeri seperti KBRI maupun KJRI, juga perusahaanperusahaan Indonesia yang beroperasi di Malaysia melakukan perayaan. Tellin Malaysia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi turut memeriahkan HUT RI di Community Center Grapari, sebuah pusat berkumpul BMI yang bertempat di chow Kit, Kuala Lumpur. Halaman 3 | Buletin Serantau | Edisi Juli 2015

Mereka membuat serangkaian lomba-lomba menarik seperti yang biasa dilakukan ketika di Indonesia. Ada lomba Kelereng, makan kerupuk, ambil koin dalam tepung, memasukkan paku dalam botol, playstation dan goyang balon. Permainan-permainan seru berhadiah tersebut disambut antusias oleh buruh migran. Menurut Agus Purwanto yang telah bekerja di Malaysia lebih dari 10 tahun, kegiatan-kegiatan tersebut sangat menyenangkan. Selain jarang dilakukan kecuali pada peringatan HUT RI, ia juga bisa mengingatkan kembali kenang-kenangan akan kemeriahan perayaan kemerdekaan yang pernah dilaluinya sewaktu kecil di kampung halaman. Selain berbagai lomba, ada juga upacara bendera yang dilaksanakan di KBRI Kuala Lumpur. Peserta upacara dari berbagai golongan pekerjaan, pekerja pabrik, buruh konstruksi, pekerja Rumah Tangga, ekspatriat dan juga dari golongan pelajar. Momentum upacara sendiri selalu memberikan kesan sendiri bagi siapapun terlebih lagi BMI yang tinggal jauh dari Negara Indonesia. Selalu ada perasaan rindu kampung halaman dan jiwa patriotik yang bangkit ketika bendera merah putih dinaikkan tiang bendera di negeri orang.


Berita Utama

Pendapatan IMAN Rp. 75 Milyar dari Buruh Migran di Malaysia Oleh: Ridwan Wahyudi Kuala Lumpur,- Pagi hari ketika tanah masih basah, pukul 06.00 (05.00 WIB) kami melangkah keluar dan memulai aktivitas dengan pergi ke kantor IMAN Resources. Redaksi Serantau berkesempatan mengikuti seluruh proses pemulangan mandiri salah seorang buruh migran Indonesia yang tidak berdokumen di IMAN Resources pada Kamis (11/06/2015). Ketika sampai di daerah Sri Rampai, Wangsa Maju, Kuala Lumpur, situasi sudah ramai. Banyak buruh migran overstay yang hendak mengurus kepulangan melalui jasa IMAN Resources. Tentu saja momen puasa dan lebaran menjadi alasan untuk mudik ke kampung halaman dan berkumpul dengan keluarga. Dari pemandangan itu tidak ketinggalan banyak calo yang menghampiri kami dengan menawarkan jasanya.

Halaman 4 | Buletin Serantau | Edisi Juli 2015

Dari pantauan Redaksi Serantau, suasana di lantai 3 tempat dimana IMAN Resources berkantor sudah sangat ramai. Padahal kantor IMAN sendiri baru buka pukul 07.00 pagi. Suasana desak-desakan pun tidak dapat dihindarkan untuk berebut nomor urut. Kami berusaha mewawancarai salah seorang pegawai IMAN. Namun, tidak satu pun bersedia memberikan keterangannya dengan alasan Datuk Azzrin (Direktur Utama IMAN) sedang berada di luar kota. Kami hanya dipersilahkan mengambil gambar proses pelayan di sana. Menurut data dari KBRI Kuala Lumpur, jumlah buruh migran yang melalui jasa IMAN Resources sebanyak 29.126 orang sepanjang 2014. Lalu pada 1 Januari 2015-21 Mei 2015 sebanyak 21.787 orang.


Berita Utama melalui IMAN Resources, dikali biaya jasa RM422, dikali rate kurs Rp. 3.500. Masih ditambah juga dengan pendapatan dari monopoli penjualan tiket kepulangan. Hariyanto menyayangkan bahwa praktik privatisasi di Malaysia sangat parah. Pelayanan untuk pemulangan, menurut Hariyanto seharusnya dilakukan oleh pemerintah. Tapi dilimpahkan kepada swasta yang cenderung profit-oriented.

Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri (kanan) saat bersama Bos Iman SDN, BHD (kiri). Sumber Web Imantki.com

Perusahaan ini melayani pemulangan mandiri bagi buruh migran di Malaysia yang tidak berdokumen di semua negeri Malaysia, kecuali Sabah dan Serawak. Jasa pemulangan IMAN Resources merupakan satusatunya perusahaan yang ditunjuk oleh Kementrian Dalam Negeri (KDN) Malaysia. Hal ini untuk mendukung kebijakan KDN terkait program 6P (Program Pendaftaran, Pemutihan, Pengampunan, Pemantauan, Penguatkuasaan dan Pengusiran). HSB (nama samaran), seorang buruh migran pengguna jasa IMAN Resources mengatakan jika biaya pengurusan untuk pulang terlalu mahal. “Saya membayar RM.822 untuk compoun/denda dan RM760 untuk tiket pesawat pulang ke Surabaya yang juga beli di sana. Belum lagi ongkos transporasi bolakbalik untuk pengurusan ke sini,”ujar HSB. Kebijakan pemulangan ini dinilai sangat diskrimanatif bagi buruh migran Indonesia. Andik, Ketua Pertimad, mempertanyakan kenapa hanya buruh migran asal Indonesia saja yang melalui IMAN Resources, sedangkan buruh migran dari negara lain tidak.

“Berbisnis boleh, tapi ada etikanya. Kalau ini pemerasan namanya. Padahal tak semua buruh migran kita menjadi tak berdokumen karena disengaja, tetapi banyak dari mereka menjadi seperti itu karena tertipu oleh agen,” tukas Hariyanto. Sebagai upaya perlindungan sudah selayaknya pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Tenaga Kerja melakukan koordinasi, duduk bersama untuk mengevaluasi proses pemulangan dan pelayanan dokumen keimigrasian bagi BMI/TKI berstatus tanpa dokumen yang diselenggarakan oleh pihak swasta yang bersifat komersil seperti Iman Sdn, Bhd. “Sudah seharusnya Pemerintah Indonesia mengevaluasi keterlibatan pihak swasta yang bersifat komersil. Upaya diplomatik butuh dilakukan agar pelayanan kepada BMI/TKI tanpa dokumen di Malaysia tidak diskriminatif dan membebani para TKI.” papar Nisrina, salah satu pegiat PSDBM.

“Pekerja overstay Bangladesh juga membayar compoun/denda lebih murah, yakni RM600. Dan kalau membayar ke Imigrasi hanya RM400,” ungkap Andik.

Alih-alih mempermudah pelayanan bagi BMI/TKI tanpa dokumen, dengan menyetujui skema pelayanan melalui Iman Sdn, Bhd yang ditawarkan Kementerian Dalam Negeri Malaysia, hal ini sejatinya menunjukkan bahwa Pemerintah RI tidak memiliki daya tawar, karena membiarkan warga negaranya menjadi obyek komersialisasi oleh pihak swasta.

Ketika ditanyakan pada Wakil Dubes RI untuk Malaysia, Hermono, mengenai mahalnya biaya, ia menjawab jika KBRI Kuala Lumpur telah berusaha untuk meminta biaya tersebut turun menjadi RM600, tetapi belum direspon.

Sementara disisi lain, mahalnya proses pemulangan melalui layanan Iman Sdn, Bhd, membuat beberapa TKI/BMI tanpa dokumen memilih untuk pulang melalui jalur pelabuhan “tikus” (laut) yang berbahaya.

Sementara itu Hariyanto, Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), mengkritisi jika ada monopoli dan keuntungan yang dikeruk oleh IMAN Resources. Setidaknya ada 75 milyar lebih uang yang telah dikeruk oleh IMAN Resources dari buruh migran. Hasil itu didapat dari penjumlahan buruh migran yang pulang

“Wajar para TKI merasa dirugikan dan mempertanyakan upaya diplomatik pemerintah, karena mereka membandingkan proses yang lebih murah bisa diterapkan bagi buruh migran Bangladesh, mengapa Indonesia tidak bisa desak pemulangan dan pengurusan dokumen secara mandiri?” ungkap Joni, salah satu BMI Malaysia melalui sosial media.

Halaman 5 | Buletin Serantau | Edisi Juli 2015


Inspirasi Rantau

Nabung Saja Tidak Cukup, Buruh Migran Harus Pintar Berinvestasi Oleh: Emawati Puspita Ningrum Setiap tahun harga bahan pangan, biaya sekolah, bahan bakar minyak, dan barang kebutuhan lain ikut naik. Minimnya pendapatan di Indonesia membuat sebagian dari masyarakat kita bermigrasi ke luar negeri. Tujuan migrasi TKI tentu saja untuk medapat penghasilan dan modal lebih agar bisa dikembangkan di Indonesia. Inilah yang kemudian mendasari adanya Seminar Investasi untuk Buruh Migran Indonesia di Malaysia. Seminar investasi diadakan Minggu (23/08/15), di Kedai GraPari, Tellin, Malaysia. Seminar yang berjudul “Kerja Tenang, Hati Senang, Pulang Bawa Uang Segudang� ini hanya diikuti 20 BMI, sehinga proses belajar lebih fokus dan materi bisa dicerna lebih jelas oleh para peserta seminar. Kokolato, begitu Ia kerap disapa, bernama asli Eko, seorang Trader Saham yang sudah malang melintang di dunia investasi. Menurut Kokolato, untuk memperoleh penghasilan yang maksimal di perantauan kita harus mampu melakukan tiga hal. Ketiga hal tersebut ialah, meningkatkan penghasilan, mengatur gaya hidup dan mengelola keuangan. Pertama, meningkatkan penghasilan dapat dilakukan dengan berbagai cara, bisa dengan menjadi reseller pulsa atau jualan skala kecil yang tidak menganggu kewajiban kerja di tempat kerja kita. Halaman 6 | Buletin Serantau | Edisi Juli 2015

Foto peserta seminar investasi TKI/BMI (doc.Emawati)

Mengembangkan hobi yang menghasilkan, misalnya bagi buruh migran yang memiliki hobi menulis atau nge-blog bisa mencari kerja sambilan sebagai content writer atau sejenisnya. Bisa juga dengan berjualan minuman dingin di sela-sela kerja. Kedua, mengatur penghasilan, buruh migran perlu pandai memilah dan memilih mana yang termasuk kebutuhan dan keinginan. Biasanya buruh migran mengalami masa dimana tidak bisa menjadi bisa, tidak memiliki apa-apa bisa membeli apa saja yang diinginkan dengan gaji yang mereka dapatkan. Membeli handphone canggih, belanja keperluan yang sebenarnya tidak terlalu perlu. Nongkrong di mall atau kafe yang mahal juga dapat mengurangi penghasilkan yang mereka dapatkan. Dengan gaya hidup boros seperti itu akan menyulitkan buruh migran pada waktu kontrak kerja sudah habis. Ketika masa kembali ke tanah air tiba, uang yang didapat baru sedikit. Ketiga, mengelola keuangan sebagai buruh migran yang cerdas, kritis dan peka terhadap perkembangan zaman. Buruh migran/TKI harus pintar mengelola keuangan agar tidak menyesal di kemudian hari.


Inspirasi Rantau Buruh migran harus pandai mengatur penghasilan dan memperkecil pengeluaran yang tidak perlu. Harus mempunyai tujuan finansial. Misalnya, satu tahun lagi ingin memiliki rumah atau membuat usaha. Sehingga setiap bulan buruh migran harus menyisihkan berapa persen dari gajinya untuk dana pembangunan rumah satu tahun ke depan. Komitmen dan kedisiplinan harus diterapkan disini.

Investasi ialah penyimpanan uang dengan tujuan memperoleh kembali yang lebih besar. Bentuk investasi bermacam-macam bisa dengan investasi tanah, emas batangan, reksa dana, ataupun saham. Instrumen investasi di atas memiliki keuntungan dan kelebihan masing masing. Buruh migran harus berani mengeluarkan sebagian dari tabungannya untuk investasi agar nilai uang yang mereka miliki tidak tergerus oleh kenaikan harga.

Selain tiga uraian di atas tadi, ada satu hal yang lebih penting yang terkadang tak disadari oleh para buruh migran, bahwa menabung saja tidaklah cukup! Nilai tabungan pasti akan tergerus oleh kenaikan harga atau inflasi. Jika ingin membeli rumah, menyiapkan dana sekolah anak untuk masa depan, mambuka usaha ketika sudah di Indonesia maka nilai uang kita harus lebih besar dari inflasi. Dari situlah diperlukan investasi.

Seminar mengenai investasi ini berlangsung cukup seru. Harapan dari seminar seperti ini agar buruh migran mengerti pentingnya investasi dan kedepanya bisa lebih mantab menjalankan keinginan di Indonesia. Entah buka usaha ataupun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan modal yang cukup.

Gara-Gara Udin Telat Ingat Habis datangi Walimahan, Udin dan Dudung duduk santai di warung kopi. "Din, dah enak-enak kerja di Arab, gaji gede, kok malah balik ke Tambun?," tanya Dudung.

"Pas lagi nganter juragan, di tengah jalan ade batu gede. Sebenernye ane dah mau jalan lewat pinggir, eh si juragan malah nunjuk-nunjuk ke arah batu sembari teriak-teriak, "Hajar! Hajar! Hajaaaaarrr!!!" "Terus gimane Din?"

"Iye, bukannye keluar Dung, ane baru sebulan kerja langsung dipecat tanpa pesangon, gaji juga nggak dibayar..."

"Ya ane tabrak... JDER!!! Sampe mobilnye ringsek dan jumpalitan. Juragan masuk rumah sakit, kepalenye bocor. Langsung ane dipecat... ���

"Lha...? Koq bisa gitu???" tanya Dudung, penasaran. Masalahnye... habis dipecat ane baru inget... Bahasa Arabnye 'Hajar' artinye 'Batu'...".

Halaman 7 | Buletin Serantau | Edisi Juli 2015


Jejak Kasus

Sumber gambar: www.pixabay.com

Waspada Perdagangan Anak Bermodus Pekerjaan! Oleh: Nasrikah NK masuk ke Malaysia pada September 2007 dan bekerja di sebuah pabrik di Batu Berendam, Melaka. Ia hanya bekerja sampai Maret 2008 karena pabriknya bangkrut. Ia kemudian ikut seorang buruh migran bernama KA, seorang buruh bangunan yang berasal dari Jawa Timur. Singkat cerita mereka kemudian memutuskan untuk menikah secara agama. Dari pernikahan siri tersebut mereka dikaruniai dua orang anak yakni NS dan RD, keduanya tidak memiliki dokumen. Hingga KA ditahan oleh polisi Malaysia karena tidak ada dokumen perjalanan yang sah (13/4/2014). Ia dimasukkan penjara Imigrasi dan dideportasi ke Indonesia. Tak berapa lama kemudian, KA meninggal dunia di Indonesia (13/11/2014), tinggalah NK bersama anakanaknya. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, NK berupaya untuk tetap bekerja dan menitipkan anak pada teman-temannya saat Ia bekerja, karena biaya untuk penitipan anak di Malaysia sangat mahal. Pada Mei 2015, NK mendapat tawaran bekerja di kedai pembuat kue dengan gaji RM1500 melalui temannya yang bernama JN dan biaya penitipan anak akan ditanggung majikan. Esoknya, NK dipertemukan dengan calon majikannya berinisal AA dan istrinya SH. NK setuju bekerja (tanpa kontrak kerja) sebagai pembuat kue home industry, bergaji RM1500 dan biaya jaga anak ditanggung majikan. Semula anak-anak NK dijaga oleh orang Melayu, tetapi karena selalu menangis keesokan harinya dipindahkan ke pengasuh orang India, dan akhirnya dimasukkan ke Taska Syuhaila (semacam PAUD/TK di Malaysia). Setelah beberapa waktu diketahui bahwa majikannya tidak memiliki home industri. NK hanya dibawa berpindah-pindah dari satu hotel ke hotel lain, tidak menetap di satu tempat tinggal. Halaman 8 | Buletin Serantau | Edisi Juli 2015

NK selalu dipaksa melayani majikan laki-laki, anehnya tindak pelecehan seksual tersebut Ia alami atas paksaan majikan perempuan. NK pun terpaksa mengikuti kemauan mereka karena anak-anaknya berada di Taska (TK) yang alamatnya belum ia ketahui. Suatu saat NK mendengar pembicaraan mereka yang mengatakan “apa perlu orang yang mau mengambil anak,�. Dari situ NK mencoba menyelidiki keberadaan anak-anaknya dan diketahui bahwa ada orang bernama EY yang mengadopsi anaknya tanpa sepengetahuan NK. Mengetahui NK berhubungan dengan EY, majikan tersebut merusak HP NK, kemudian NK nekat melarikan diri dan melacak keberadaan kedua anaknya. Di masa pelariannya, NK bertemu TKI bernama JL. Alih-alih memperoleh pertolongan dari JL untuk mencari anaknya, NK dipaksa tinggal bersama JL dan mengalami pelecehan seksual untuk kedua kalinya. Akhirnya NK menemukan tempat dimana anakanaknya dititipkan, namun NK tidak menjumpai kedua anaknya. Ia hanya memperoleh salinan laporan polisi yang menyatakan NK sudah tidak dapat dihubungi, sudah pulang ke Indonesia, dan tidak menginginkan anak-anak tersebut. EY mengadopsi anaknya yang kecil, EY berkenan mengembalikannya ke NK dengan syarat ada dokumen lengkap yang membuktikan bahwa anak itu adalah anak NK yang sah. Sementara, anak pertama NK masih ada di tangan majikan, mereka meminta uang tebusan sebesar RM4000 atau sekitar Rp.13.200.000. Guna mengurus dokumen anaknya, NK terpaksa bekerja sebagai kuli bangunan dan melayani JL yang memberikan bantuan keuangan selama ini. Hingga berita ini dimuat Tim Serantau, kasus NK saat ini masih ditangani KJRI Johor.


Jejak Kasus

Ilustrasi Paspor (doc.Serantau)

Kisah Paspor BMI Disobek Petugas Imigrasi Malaysia Oleh: Catur Setyo Rahayu SF (30), asal Lumajang, Jawa Timur, mengaku paspornya telah disobek petugas Imigrasi Malaysia. Cerita bermula pada Desember 2014, SF, pulang ke Indonesia ikut program pemutihan 6P. Sebelum pulang, SF bertemu dengan seorang calo (tekong) untuk mengurus dokumen/paspor agar bisa masuk lagi ke Malaysia. Selepas empat bulan, SF yang berada di kampung menghubungi tekong tersebut. Semula SF merasa bimbang dan takut kalau tak bisa membuat paspor karena tidak mempuyai Kartu Tanda Peduduk (KTP). Namun menurut tekong, SF dapat membuat paspor dengan mengunakan salinan SPLP, akhirnya SF mengikuti petunjuk tekong. Setelah dua minggu paspor pun siap dan tekong mengenakan biaya untuk proses paspor sekaligus tiket ke Malaysia (melalui jalur laut via Batam) sebesar 7,5 juta rupiah. Pada 16 april 2015, Ia berangkat dari Jawa ke Batam menggunakan pesawat. Ia tinggal di Batam sehari dan pada 18 April 2015 baru berangkat dari Pulau Batam ke Johor Malaysia. Sewaktu di Imigrasi Malaysia SF diminta untuk memindai (scan) sidik jari, tetapi menurutnya petugas imigrasi hanya geleng kepala dan menyuruhnya menepi. Setelah menunggu selama 30 menit, anak kapal menghampiri SF dan bertanya padanya apakah pernah masuk Malaysia dan pulang menggunakan SPLP.

Halaman 9 | Buletin Serantau | Edisi Juli 2015

SF pun menjawab pernah dan kemudian ia disuruh menunggu di ruang tunggu. Tak lama kemudian petugas Imigasi Malaysia memanggil SF. Ia memberi tahu SF, bahwa paspornya bermasalah dan menawarkan pembayaran sebanyak Rp.500 ribu dan RM100. SF pun terkejut dan bertanya ke petugas imigrasi kenapa harus membayar lagi, tetapi petugas tersebut bertanya balik pada SF mau bayar atau tidak. Kalau SF mau membayar, boleh masuk Malaysia tetapi paspor dikoyak/dirobek. Sementara kalau SF tak mau membayar, ia tidak mengizinkan SF dan harus kembali pulang ke Indonesia. SF pun tak ada pilihan lain dan setuju dengan tawaran tersebut untuk membayar dan masuk Malaysia. Petugas tersebut bertanya lagi pada SF tujuannya kemana. SF pun menjawab akan bekerja ke Puchong. Petugas tersebut bertanya ke Puchong hendak ke rumah siapa?. SF menjawab akan pergi ke rumah pak cik, petugas itu terus bertanya pak cik orang mana?. SF pun menjawab orang Indonesia dan kemudian petugas imigrasi tersebut meminta nomor telepon pakciknya. Selepas menerima nomor telepon dari SF, petugas tersebut menelpon pakcik SF dan bertanya kepada pakcik, apakah kenal dengan SF?. Pakcik pun bilang kenal dan petugas imigrasi bertanya kembali siapa SF itu? dan pakcik pun menjawab anak saudaranya. Petugas tersebut memberi tahu pakcik untuk menyiapkan uang sebanyak Rp500 ribu dan RM100.


Jejak Kasus Pakcik pun tanya, untuk apa lagi SF harus membayar lagi. Di Indonesia ia sudah membayar Rp.7,5 juta. Petugas imigrasi tersebut menjawab bahwa paspor SF ada masalah dan jika tak mau membayar ia tidak bisa mengizinkan SF masuk Malaysia. Jika pakcik bersedia untuk membayar, SF akan dihantar ke Puchong sekarang juga. Akhirnya pakcik SF pun setuju, sesampai di Puchong pakcik pun bayar seperti dalam perjanjian tadi. Selepas pakcik SF bayar dan sebelum SF turun dari kereta, petugas itu merobek paspor SF di bagian halaman kedua dimana terdapat cop masuk Malaysia. Kasus ini menunjukkan fakta penempatan BMI tanpa prosedur juga turut didukung peran dari pihak Imigrasi Malaysia.

"Hal ini seharusnya sorotan bagi Pemerintah RI agar lingkaran setan persoalan dokumen BMI di Malaysia bisa diatasi. Adanya kesengajaan dari pihak imigrasi Malaysia ini butuh dipertanyakan apakah teestruktur sebagai kebijakan politik Pemerintah Malaysia ataukah hanya prilaku korup oknum imigrasi Malaysia?" papar Hariyanto, Ketua SBMI saat menanggapi kasus SF. Belajar dari pengalaman SF, hendaknya kawankawan BMI/TKI di Malaysia lebih berhati-hati dan tetap menghindari calo. Jangan sampai upaya untuk bekerja di Malaysia, justru melahirkan persoalan baru terkait dokumen yang ujungujungnya akan memposisikan BMI/TKI dengan status tanpa dokumen/Pendatang Asing Tanpa Izin (PATI).

Keluarga Almarhum Nonita Belum Ditemukan Oleh: Redaksi Serantau Persatuan TKI Malaysia Anti Diskriminasi (Pertimad), mendapatkan laporan dari seorang WNI bernama MR bahwa seorang kenalannya telah meninggal hari Minggu pukul 03.00 pagi di Dato' Harun. Kenalannya bernama Nonita, adalah seorang buruh migran yang bekerja di Malaysia sejak 30 tahun di sektor konstruksi. Ia telah berpindahpindang dari satu kongsi ke kongsi lain. Menurut MR, perempuan berinisial Nonita tersebut berasal dari Suku Siak Kalimantan dengan nomor paspor P210106. Merasa tidak tahan bekerja di sektor konstruksi, Nonita memutuskan untuk bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT) di rumah SS beberapa waktu yang lalu. Selama empat hari bekerja di sana ia tak memiliki masalah, tetapi tak selang berapa lama ia sakit-sakitan. Diantara kenalan yang ada, tidak ada satu orang pun yang mengetahui saudara dan alamatnya di Indonesia. Dengan bantuan polisi, didapati kemudian nomor mantan suaminya bernama YZ yang berada di Ipoh.

Dokumen Paspor Nonita (dok.Pertimad)

Halaman 10 | Buletin Serantau | Edisi Juli 2015

Setelah dikonfirmasi tim Pertimad, mantan suaminya tersebut tidak mengetahui dimana alamat Nonita di Indonesia. Sampai saat ini jenazah ada di tempat penyimpanan mayat di Jalan Klang Lama dan semua dokumen ada di tangan NK seorang pekerja di perusahaan KL Funeral Service.


Lintas Peristiwa

Gelar Pelatihan Jurnalistik, PPIM Gandeng Mahasiswa dan Diaspora Oleh: Tyas Maulita Bertempat di Ahmad Ibrahim Kulliyah of Law, Universiti Islam Antarbangsa (UIA), Persatuan Pelajar Indonesia di Malaysia (PPIM) menggelar pelatihan jurnalisme warga atau Citizen Journalism, Sabtu, 22/08/2015. Pelatihan dihadiri oleh empat puluh peserta dan beberapa Kompasianer (sebutan bagi kontributor Kompasiana). Iskandar Zulkarnain, Asisten Manajer Kompasiana, didapuk sebagai pemateri dalam pelatihan. Membuka pelatihan sesi pertama dengan perkenalan singkat, Iskandar memaparkan seluk-beluk media massa, mulai dari penulisan berita, editing hingga berita sampai dihadapan pembaca. Jurnalis lulusan Perbankan Syariah, UIN Syarif Hidayatullah, ini juga menerangkan pentingnya jurnalisme warga di zaman berkembangnya media sosial dewasa ini. “Jika hanya menjadi pembaca, maka kita hanya akan dicekoki begitu banyak informasi setiap hari. Jika kita menulis, kita akan lebih banyak menggali dan membagi informasi itu sendiri,� ungkapnya di sela-sela presentasi materi. Iskandar juga membagi jurus-jurus ampuh menulis berita agar menarik dan mendulang angka pembaca yang tinggi. Setelah istirahat makan siang, pelatihan untuk sesi kedua dilanjutkan. Peserta dihibur dengan penampilan akustik dari Garuda Band dan mahasiswa IUKL (Infrastructure University Kuala Lumpur) yang membawakan dua buah lagu. Selanjutnya peserta diberi tantangan untuk menulis berita dengan kategori hard news dan feature dalam waktu lima belas menit. Penjurian dilakukan sendiri oleh Isjet, nama panggilan Iskandar Zulkarnain. Sembari penjurian, salah seorang kompasianer aktif yang juga pengurus PPIM, Mahfudz Tedjani, diberi kesempatan menceritakan pengalaman menulisnya.

Halaman 11 | Buletin Serantau | Edisi Juli 2015

“Menulis di blog pribadi berbeda dengan menulis di komunitas jurnalisme warga seperti Kompasiana. Sejauh pengalaman saya, dengan menyampaikan aspirasi dalam komunitas tersebut, jangkauan pembaca lebih banyak, bukan hanya teman-teman sendiri. Bahkan, aspirasi kita bisa sampai ke telinga pemerintah karena tidak sedikit pejabat dan aparat negara yang juga menjadi jurnalis warga di sana,� ujar kompasianer yang banyak menyuarakan kondisi buruh migran dalam tulisan-tulisannya. Di penghujung acara, Isjet memberikan komentar terhadap beberapa tulisan yang dibuat peserta sekaligus mengumumkan tulisan terbaik dan terfavorit dalam pelatihan tersebut. Nasrihah dan Tyas Maulita (Kontributor Serantau) muncul sebagai pemenang kategori hard news dan feature terbaik. Diikuti Dewi Mariyana, Suci Kusmawarti, Desi dan Puji Sriati sebagai juara favorit. Para pemenang mendapat hadiah berupa merchandise dari Kompasiana yang diserahkan oleh Iskandar Zulkarnain, Subkhan (Ketua PPIM) dan Rahmatullah Agus (Ketua Panitia). Dalam penutupannya, Subkhan, Ketua PPIM, menyampaikan kepada peserta untuk terus menulis dan memanfaatkan media yang ada saat ini, termasuk website dan buletin PPIM. Acara diakhiri dengan foto bersama dan pengambilan sertifikat peserta pelatihan. Pembaca Serantau yang ingin berkenalan dengan Iskandar Zulkarnain, dapat mengikuti akun twitter www.twitter.com/iskandarjet, blog www.iskandarjet.wordpress.com, atau facebook www.facebook.com/iskandarjet.


TTS Serantau

Pertanyaan TTS Serantau Edisi Juni 2015 Menurun

Mendatar

2. Perdagangan manusia (Inggris) 3. Perjanjian antara TKI atau BMI dengan majikan atau perusahaan 5. Sekolah Indonesia Kuala Lumpur 7. Taman kanak-kanak di Malaysia 10. Konsulat Jendral Republik Indonesia 11. Nota Kesepahaman 13. Sebutan lain calo

1. Program baru pengganti 6P 4. Satu wilayah di pinggiran luar Kuala Lumpur lokasi gedung Istana Budaya 6. Wilayah transit TKI tanpa dokumen yang akan ke Malaysia melalui jalur laut 8. Dokumen identitas diri di luar negeri 9. Salah satu wilayah perkebunan Kelapa Sawit di Malaysia 12. Dipulangkan paksa karena tidak memiliki izin tinggal di luar negeri 14. TKW Malaysia asal NTT yang bebas dari hukuman mati 15. Kantor Perwakilan RI di Sabah

Kawan-kawan TKI di Malaysia dapat mengirim jawaban TTS dengan memberi judul “Jawaban TTS Serantau Edisi Agustus 2015�, menyertakan nama, nomor telepon, serta alamat di Malaysia lalu kirim ke alamat email redaksi di serantau@buruhmigran.or.id . Redaksi akan mengundi 3 pemenang yang akan diumumkan pada edisi September 2015. Pemenang yang beruntung akan memperoleh hadiah menarik dari Redaksi Serantau.

Halaman 12 | Buletin Serantau | Edisi Juli 2015


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.