B U L E T I N
EDISI : OKTOBER NOVEMBER 2018
versi online akses di : www.buruhmigran.or.id
SERANTAU Media informasi yang terbit setiap bulan. Buletin ini dibuat oleh beberapa Pekerja Indonesia di Malaysia sebagai ruang untuk saling belajar dan berbagi informasi antar sesama pekerja migran Indonesia di Malaysia.
Saling belajar & berbagi informasi
Dahlian Kusuma Dewi memaparkan isu yang dihadapi KBRI Kuala Lumpur dalam Peringatan Sumpah Pemuda Minggu, 28/10/2018 (dok. Serantau).
Tiga Isu Penting yang Dihadapi KBRI di Malaysia
BERITA UTAMA
Oleh Desi Lastati
Kuala Lumpur | Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur menyikapi dengan serius berbagai isu menyangkut Pekerja Migran Indonesia (PMI). Hal ini disampaikan oleh Dahlia Kusuma Dewi, Pelaksana Fungsi Konsuler KBRI Kuala Lumpur, saat menghadiri acara Hari Sumpah Pemuda yang digelar oleh Komunitas Serantau pada Minggu (28/10/2018). Ada pun tiga isu besar yang menjadi perhatian KBRI Kuala Lumpur di antaranya masalah deportasi, pemulangan warga yang ada di shelter dan kasus penganiayaan terhadap PMI. Banyak warga yang tidak bisa pulang dan tertahan di imigrasi karena faktor biaya pemulangan. Tidak semua dari mereka yang Buletin Serantau | Edisi November 2018
tertangkap pada operasi Pendatang Asing Tanpa Izin (PATI) memiliki uang untuk membeli tiket pulang. Mengenai dokumen mereka, KBRI tentu bisa membantu, ungkap Dahlia. Menurut Dahlia, saat ini KBRI Kuala Lumpur juga sedang mengupayakan untuk diskusi dengan pemerintah Malaysia membahas masalah deportasi. Selain deportasi bagi PATI, isu pemulangan warga yang tinggal di shelter juga menjadi tugas berat bagi KBRI. Pasalnya, sekarang sudah tidak ada lagi hak istimewa bagi kedutaan untuk memulangkan Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di shelter. bersambung ke halaman 3
1
Salam Redaksi Sobat pekerja migran di Malaysia, buletin Serantau di edisi November 2018 ini memuat berita utama mengenai isu penting yang dihadapi KBRI di Malaysia, acara pengesahan anggota baru PSHT Kuala Lumpur dan PMI asal Sragen yang membantu korban bencana Palu-Donggala. Tak lupa dalam rubrik jejak kasus ada berita mengenai pekerja migran asal Madura yang menghilang di Malaysia. Dengan adanya berita ini, yang menyebar baik dalam bentuk online dan ofine, semoga pekerja migran tersebut diketemukan kembali oleh keluarganya. Pembaca dapat juga menikmati sajian panduan mewaspadai pergaulan bebas ketika bekerja di luar negeri dan cara-cara agar dapat terhindar dari pergaulan bebas. Penting diingat bahwa pergaulan bebas memiliki dampak yang dapat merugikan pekerja migran sendiri. Dalam rubrik opini, terdapat tulisan dari Dosen STAIN Cirebon, Faqihuddin Abdul Kodir, mengenai sikap terhadap perbedaan budaya di negeri rantau. Selain itu terdapat juga opini dari Komisioner Komnas Perempuan, Imam Nakhe'i, mengenai toleransi dan kesejukan beragama.
Foto : Pixabay
Di halaman-halaman terakhir Buletin Serantau terdapat rubrik mengenai sastra dan budaya yang pada edisi kali ini menampilkan puisi dari Aya Jayita dan tulisan dari Anisa SaďŹ tri. Ada juga rubrik humor yang sangat menghibur ditulis oleh Rahma Yeni. Di akhir rubrik terdapat info penting mengenai pekerja sub kontraktor dan isbat nikah. Singkat kata, selama membaca dan selamat menikmati sajian dalam buletin ini! CATATAN REDAKSI: Sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 18 tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, nomenklatur atau tata nama penyebutan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) secara otomatis berubah menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI). Untuk itu, mulai dari sekarang dan seterusnya, buletin Serantau menggunakan istilah Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Tim Redaksi Penanggung Jawab : Muhammad Irsyadul Ibad Pemimpin Redaksi : Desi Larasati Editor : Sofia Gayuh Winarni Tim Redaksi : Abdiyanto, Annisa Savitri, Ardirian, Driyanto, Ghofar, Imas Masriah , Mohamad Sucipto, Nasrikah, Rahma Yeni, Risa Rustia Tata Letak : Jihadul Akbar Email : serantau@buruhmigran.or.id Website : www.buruhmigran.or.id Alamat Redaksi Infest Yogyakarta, Jl. Veteran UH IV/734 Warungboto, Umbulharjo 55164. Telepon/fax: 0274-417004
Majalah Serantau diterbitkan oleh Komunitas Serantau Malaysia dan Pusat Sumber Daya Buruh Migran, INFEST Yogyakarta dengan dukungan United Nation Entity for Gender Equality and Empowerment of Women (UN Women). Isi dari terbitan ini sepenuhnya tanggungjawab Komunitas Serantau dan Infest Yogyakarta serta tidak selalu mencerminkan pandangan UN Women. Siapapun bisa mengutip, menyalin dan menyebarluaskan sebagian atau keseluruhan tulisan dengan menyebutkan sumber tulisan dan jenis lisensi yang sama, kecuali untuk kepentingan komersil.
Tiga Isu Penting yang Dihadapi KBRI di Malaysia Anggaran yang dimiliki KBRI saat ini tidak mencukupi. Dianggarkan kurang lebih RM 3000 atau setara dengan Rp10.500.000 bagi setiap orang, sementara itu di shelter terdapat kurang lebih 160 orang. Dulu masih ada keringanan biaya pemulangan, tapi sekarang sudah tidak ada lagi, terang Dahlia. Selanjutnya mengenai isu penganiayaan, masih kerap terjadi penganiayaan di sektor Pekerja Rumah Tangga (PRT). KBRI harus hati-hati saat melakukan penyelamatan setelah ada aduan karena ada aturan-aturan dari Pemerintah Malaysia yang harus dipatuhi. Aturan itu di antaranya adalah harus melibatkan polisi Malaysia dan harus memiliki surat dari kepolisian setempat.
PSHT Cabang Kuala Lumpur Syukuran Pengesahan Anggota Baru Oleh Nasrikah
BERITA UTAMA Sekarang harus hati-hati karena harus ada surat dan melibatkan polisi setempat. Lebih buruk lagi jika majikan menuntut balik, maka KBRI harus bersinggungan dengan masyarakat setempat," jelasnya.
Sumber : https://buruhmigran.or.id/en/2018/11/02/ tiga-isu-penting-yang-dihadapi-kbri-di-malaysia/
Sementara misi PSHT menurut keterangan Virginia, Sekretaris PSHT Cabang Khusus Kuala Lumpur dan Ashter Timor Leste, yakni mempertebal iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu menjunjung tinggi cinta kasih terhadap sesama umat manusia. Selain itu, kata Virginia, PSHT juga punya misi untuk menjalin hubungan persaudaraan dengan seluruh masyarakat yang multikultural. Warga PSHT juga diharapkan bisa meningkatkan fisik dan mental spiritual melalui kegiatan latihan pencak silat. Misi PSHT yang lain adalah mendidik kerohanian dengan kekuatan alam dan ilmu keyakinan, sehingga diharapkan bisa menghasilkan atlet-atlet pencak silat PSHT yang berprestasi, berkualitas, profesional dan berjiwa Pancasila, katanya.
Beberapa anggota PSHT cabang Kuala Lumpur berpose di sela-sela latihan (dok.PSHT).
Kuala Lumpur | Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Khusus Kuala Lumpur, Rayon Kuala Kubu, menyelenggarakan syukuran pengesahan warga baru. Dalam acara yang digelar pada Minggu, (28/10/2018) di Sungai Jang, Kuala Kubu, sebanyak delapan siswa dinyatakan resmi menjadi warga dan ‘dulur’ atau saudara PSHT. PSHT sendiri merupakan sebuah organisasi bela diri yang mempunyai visi berprestasi, berjiwa pancasila, menjadi manusia berbudi pekerti luhur, tahu benar salah, memayu hayuning bawono, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbasis persaudaraan yang bersifat kekal dan tanpa melihat latar belakang sosial anggotanya. Buletin Serantau | Edisi November 2018
Acara syukuran warga baru 2018, lanjut Virginia, berjalan dengan lancar meskipun dalam cuaca yang tidak mendukung, yakni kabut gelap, hujan dan berlumpur. Virginia mengucapkan terima kasih atas kedatangan tamu dari Batu 30, Kandidus Luan dan Bapak Alex Maria Loda dari Tanjumg Malim. Selain itu ia juga mengucapkan terima kasih pada Sukrianto dan Pangestu, Ketua Komisariat Kuala Lumpur, Ketua Dewan Cabang Khusus Kuala Lumpur, Budi, beserta jajaran pengurus lainnya.
Sumber : https://buruhmigran.or.id/en/2018/11/06/psht-cabangkuala-lumpur-syukuran-pengesahan-anggota-baru/
3
PMI Malaysia Asal Sragen Bantu Korban Bencana Palu-Donggala Oleh SoďŹ a Gayuh
Kuala Lumpur | Kumpulan Wong Sragen (KWS), salah satu komunitas Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia melakukan penggalangan dana untuk saudara-saudara kita yang mengalami bencana Gempa dan Tsunami di Palu-Donggala. Acara penggalangan dana dilakukan sekaligus untuk memperingati hari jadi KWS yang ke-11. Peringatan dan penggalangan dana oleh KWS dilaksanakan pada Minggu, (14/08/2018) di Rumah Makan Jawa, Sungai Way, Petaling Jaya, Malaysia. Kegiatan ini dihadiri oleh PMI asal Sragen dengan diikuti komunitas lain, salah satunya adalah Komunitas Serantau. Menurut Muhammad Khairuddin, Ketua KWS, silaturahmi antara PMI ini meningkatkan rasa persaudaraan sekaligus menginformasikan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempererat tali silaturahmi diantara PMI asal Sragen dan juga komunitas lain serta meningkatkan rasa persaudaraan dan peduli terhadap sesama. Tujuan lainnya juga untuk mempersatukan warga Sragen yang berada di Malaysia dan berbagi pengalaman kerja sesama PMI di Malaysia.
keberadaan KWS yang merayakan hari jadi ke-11. Dari kegiatan ini juga diharapkan adanya pertukaran pengalaman dengan pekerja dan komunitas lainnya selama di Malaysia.
4
“Penggalangan dana ini akan disalurkan secara langsung oleh perwakilan KWS di lokasi bencana. Adapun dana yang berhasil dikumpulkan dari penggalangan dana pada acara tersebut sebesar RM1977 atau senilai dengan Rp6.900.000 yang berhasil dikumpulkan oleh komunitas KWS,� ujar Muhammad Khairuddin. Tidak hanya di Malaysia saja, KWS Indonesia juga membuat penggalangan dana di berbagai cabang KWS lain, sehingga dana yang keseluruhan terkumpul mencapai Rp28.500.000. Dana yang sudah dikumpulkan tersebut kemudian akan disalurkan ke KWS Pusat dan akan disumbangkan ke KWS cabang yang sedang berada di tempat bencana. Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah sebelumnya mengimbau bahwa kebutuhan saat ini bagi korban adalah bantuan berupa barang logistik. Dengan demikian, atas himbauan tersebut KWS memutuskan bahwa dana yang dikumpulkan akan dibelanjakan barang-barang sesuai kebutuhan para pengungsi korban bencana Gempa dan Tsunami di Palu dan Donggala.
Sumber : https://buruhmigran.or.id/en/2018/11/09/pmi-malaysia-asalsragen-bantu-korban-bencana-palu-donggala/
Buletin Serantau | Edisi November 2018
JEJAK KASUS
Pekerja Migran Asal Madura Menghilang di Malaysia Oleh Nasrikah
Selangor | Pekerja Migran Indonesia (PMI) bernama Sujai (33) asal Bangkalan, Jawa Timur dilaporkan menghilang dari tempat kerjanya sejak Selasa, (28/8/2018). Rofiih, teman korban, telah membuat laporan ke polisi di Balai Polis (kantor polisi) Selayang pada Sabtu (8/9/2018). Dalam laporannya, Rofiih menyebutkan bahwa Sujai meninggalkan tempat kerjanya di Bandar Baru Selayang, Selangor pada Selasa tengah hari. “Pada hari Selasa sekitar pukul 13.07 kawan saya yang bernama Sujai telah berjalan kaki entah ke mana tujuannya. Saya sudah berusaha memanggilnya, tetapi dihiraukan. Hingga sekarang, kawan saya masih belum pulang ke rumah. Saya membuat laporan polisi ini karena merisaukan keselamatannya dan khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” ungkap Rafiih dalam laporannya ke polisi. Adik ipar Sujai, Abdul Ghafur, memberi keterangan bahwa Sujai sebenarnya telah berencana untuk pulang ke Indonesia pada (20/9/2018) lalu. Namun, tiba-tiba ia menghilang dari tempat kerjanya tanpa membawa paspor dan telepon genggam. Abdul Ghafur menambahkan selama empat tahun di Malaysia, Sujai bekerja sebagai pekerja konstruksi dan berstatus masih bujangan. Sujai selama ini merupakan orang yang pendiam dan selama ini tidak pernah bertingkah laku aneh. “Sujai rencananya pulang bulan September lalu karena sudah habis (masa berlaku, red) permitnya, tetapi dia menghilang tanpa membawa paspor dan telepon genggam. Kami sudah mencarinya ke penjara Kajang dan Semenyih, juga ke kantor imigresen di Jalan Duta. Tetapi usaha kami gagal, tidak mendapatkan informasi apa pun,” kata Abdul Ghafur, Kamis (11/10/2018).
Buletin Serantau | Edisi November 2018
Sujai (33), Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Bangkalan yang menghilang.
Abdul Ghafur berharap dan meminta tolong kepada siapa pun yang bertemu atau mengetahui keberadaan Sujai agar menghubungi nomor telepon +6011 1192 6896. Keluarga Sujai mengharapkan bantuan dari sesiapa saja yang dapat membantu menemukan dan mengembalikan Sujai pada keluarganya. “Mungkin ada yang mengenali ataupun pihakpihak yang bisa membantu menemukan abang ipar saya. Orang tua kami di kampung sangat kepikiran dan mengkhawatirkannya. Keluarga berharap supaya Sujai bisa segera ditemukan dan bisa pulang secepatnya,” harap Abdul Ghafur.
Sumber : https://buruhmigran.or.id/2018/11/04/pekerja-migranasal-madura-menghilang-di-malaysia/
5
PANDUAN
Waspadai Pergaulan Bebas Ketika Bekerja di Luar Negeri Oleh Masriah
Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja di luar negeri harus berhadapan dengan berbagai tantangan. Bukan hanya tantangan terhadap pekerjaan yang sedang digeluti, namun juga pergaulan yang dapat menjerumuskan pada aktivitas negatif seperti narkoba, seks bebas atau tindakan kriminal lainnya. Banyak hal yang membuat pekerja begitu mudah terjerumus dalam pergaulan yang salah. Salah satu contohnya adalah berkenalan melalui media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter dan berbagai aplikasi media sosial.
L
ewat media sosial, pekerja migran dapat terhubung dengan dengan orang-orang yang tak dikenal, baik dari sesama Indonesia atau negara lain. Pada banyak kasus, akses pada internet tersebut terkadang menjerumuskan pekerja migran dalam situasi sulit yang merusak tujuan utama migrasi: bekerja untuk ekonomi keluarga yang lebih baik. Ada beberapa contoh kasus pergaulan bebas yang menimpa pekerja migran, seperti seks bebas yang mengakibatkan kehamilan. Perilaku ini tidak semata membawa risiko penularan penyakit seksual, tetapi juga menimbulkan persoalan lain. Terdapat beberapa kasus PMI yang mengalami depresi dan melakukan percobaan bunuh diri akibat hamil di luar ikatan perkawinan. Terdapat pula kasus pekerja migran yang membuang bayi setelah melahirkan anak hasil dari perilaku seks bebas. Selain itu, masih banyak pula kasus lain, seperti narkotika. Perlu diingat, Pemerintah Malaysia menjatuhkan hukuman berat bagi orang yang terbukti terlibat kasus narkotika di Malaysia
. Isi Waktu Luang dengan Kegiatan Positif Banyak sekali kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan oleh pekerja migran pada saat hari libur, misalnya, kursus Bahasa Inggris gratis oleh Edukasi Untuk Bangsa (EUB) yang diadakan setiap hari Minggu di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL). Ada juga kursus keterampilan menjahit, pijat, komputer, tata rias hingga sekolah kejar paket B (setara SMP) & C (setara SMA). Selain di SIKL, beberapa komunitas di Malaysia juga menyelenggarakan kegiatan-kegiatan positif lainnya. Umumnya, rencana dan jadwal kegiatan tersebut diumumkan melalui media sosial. Mengikuti Kajian Agama Kajian agama juga merupakan kegiatan positif yang bisa membuat kita berbaur dengan orang-orang yang menyukai ilmu-ilmu agama. Sambil mengisi hari libur, sambil belajar agama untuk kebaikan, perdamaian dan toleransi. Dengan memiliki sifat toleransi dan saling menghormati, kita dapat menghindari terjadinya pertikaian, permusuhan atau perpecahan yang dapat memicu konik lebih besar. Perlu diingat, dalam mendalami agama PMI perlu berhati-hati memilih guru agama (baca ustadz dan ulama). Pemerintah Malaysia mengawasi ketat pula pengajaran agama, seperti di Masjid. Jangan sekali-kali mengikuti dan terlibat dalam kegiatan agama pada organisasi yang dilarang di Malaysia, 6
Foto : Pixabay
seperti Hizbut Tahrir dan organisasi yang beraďŹ liasi pada terorisme seperti ISIS. Merujuk Yusron Ambary, koordinator Konsuler di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia, PMI juga sebaiknya tidak menyimpan simbol-simbol organisasi yang terkait dengan organisasi terlarang dan teroris. Hal tersebut memiliki konsekuensi hukum yang tidak ringan di Malaysia. Mengembangkan Hobi Setiap orang dikarunia Tuhan dengan talenta, namun selain talenta kita juga dikarunia minat untuk menekuni bidang tertentu. Menekuni hobi bukan hanya menyenangkan, tapi juga dapat mengasah keterampilan dan akhirnya bisa menjadi modal di masa depan. PMI di Malaysia pun dapat berkumpul dengan orang-orang yang memiliki hobi sama, contoh untuk pecinta fotograďŹ kita dapat bergabung dengan Komunitas PhotograďŹ Indonesia di Malaysia (KPIM) yang sering mengadakan pertemuan berkala. Berkumpul bersama orang-orang yang memiliki hobi sama dapat membuat kita saling belajar. Boleh Pacaran tapi Hati-hati Urusan asmara bukan sesuatu yang mudah bagi siapa pun. Lebih lanjut, tidak ada orang yang bisa melarang kita saat kita sedang jatuh cinta pada seseorang. Namun, sobat PMI Malaysia perlu tetap menjaga logika saat jatuh cinta atau ketika sedang berpacaran. Jangan sampai kita terjerumus pada hal-hal yang nantinya akan merugikan diri kita sendiri, maka dari itu kita harus menimbang berbagai risiko di masa yang akan datang. Pada banyak pengalaman, banyak PMI asal Indonesia yang berpacaran dengan warga negara lain yang terjerat dalam hubungan seks bebas dan terpenjara dalam eksploitasi baik seksual maupun keuangan. Waspadalah agar tidak terjerembab dalam masalah ini.
Sumber: https://buruhmigran.or.id/2018/11/28/waspadaipergaulan-bebas-ketika-bekerja-di-luar-negeri/
Buletin Serantau | Edisi November 2018
OPINI
Sikap Bijak terhadap Perbedaan Budaya dan Agama di Rantau Orang
Foto : Pixabay Oleh Faqihuddin Abdul Kodir Dosen STAIN Cirebon dan Dewan Kebijakan Fahmina Institute
“Saya bekerja di sebuah keluarga yang makan babi dan memelihara anjing, apa yang harus saya lakukan ustadz?“, demikian tanya salah seorang buruh migran di Hongkong dalam suatu ceramah keagamaan. Sang penanya sedang galau dengan keyakinannya sebagai Muslim yang berbenturan dengan kenyataan hidup bekerja di rantau orang. Mending, yang dialami masih belum menyangkut nyawa sehingga masih ada waktu untuk menyelesaikan konik beda budaya ini.
D
i Saudi Arabia, tahun 2018 ini, ada 5 pekerja migran Indonesia (PMI) yang diancam hukuman mati karena kasus yang dianggap serius dalam keyakinan orang Arab Saudi, dan mungkin biasa bagi banyak kalangan Indonesia, yaitu kasus sihir. Apa yang disebut sihir dan mengancam nyawa PMI di Saudi Arabia, sesungguhnya tidak lain apa yang biasa disebut banyak masyarakat Indonesia sebagai Jimat (Antara, 25/3/2018). Sesuatu yang dibawa, dirawat, dan ditempatkan pada tempat tertentu, sebagai doa, untuk keselamatan dan ketenangan jiwa, harapan tambah pengasih atau tambah rizki. Jimat adalah biasa bagi masyarakat Indonesia dan bagi banyak masyarakat lain di dunia. Orang-orang Iran yang mencari suaka biasa membawa Nazrs dan orang Mexico membawa Promesa (Ridwan Wahyudi, 2015). Tetapi tidak demikian bagi Saudi yang terkenal dengan paham tekstual Wahabi. Di Arab Saudi, jimat yang dituduhkan sebagai sihir dianggap syirik atau menyekutukan Tuhan. Hal tersebut dapat membawa petaka bagi pemiliknya: hukuman pancungan pedang. Dari perspektif pengguna, jimat sesungguhnya tidak lain dari upaya seseorang untuk menghadapi keterasingan, ketakutan dan kekhawatiran, kebingungan menghadapi benturan perbedaan di rantau orang. Tentu pula jimat digunakan pemiliknya dengan harapan akan keselamatan , sukses, dan bisa kembali ke rumah dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan. Secara umum, hampir semua orang yang bermigrasi ke tempat lain akan menghadapi hal-hal gegar budaya tersebut. Buletin Serantau | Edisi November 2018
Kini setidaknya ada 9 juta PMI di luar negeri yang pasti menghadapi perbedaan-perbedaan budaya, agama, bahasa dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Jika tidak disiapkan dengan cermat sebelum berangkat dan tidak disikapi dengan bijak saat di rantau, perbedaanperbedaan budaya ini bisa menambah daftar panjang persoalan PMI di luar negeri.
Cermat Sebelum Berangkat Seringkali faktor pendorong yang terlalu kuat, seperti kemiskinan dan kebutuhan pekerjaan, dan faktor penarik yang terlalu menggiurkan, seperti janji-janji gaji besar dan hidup nyaman, membuat seseorang kehilangan kecermatan dalam mempersiapkan diri. Bermigrasi ke luar negeri pasti akan menghadapkan PMI pada perbedaan bahasa, agama, dan budaya. Biasanya, seseorang yang memasuki lingkungan baru, dengan segala perbedaan yang ada, akan mengalami keterkejutan budaya (cultural shock). Keterkejutan tersebut bisa berupa ketegangan psikis, rasa kehilanga keluarga, penolakan orang atau nilai-nilai dan kebiasaan asing, perasaan rendah diri dan tidak berdaya (Oberg, 2004). Banyak orang sudah terbiasa mempersiapkan diri sebelum migrasi dalam menghadapi perbedaan bahasa. Tetapi sedikit sekali yang peduli pada perbedaan agama dan budaya. Kegagalan dalam menghadapi perbedaanperbedaan ini bisa mempengaruhi psikis seseorang, seperti mudah frutasi, motivasi yang rendah, kehilangan daya juang dan susah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dan berbeda. Situasi ini menyebabkan seseorang bahkan menjadi tidak nyaman 7
saat bekerja atau beraktivitas lainnya. Pada PMI, situasi ini pada akhirnya bisa menyebabkan kegagalan migrasi atau ahkan bisa berujung kematian. Padahal, semua orang yang bermigrasi menginginkan kesuksesan dan kebahagiaan (Iqbal dan Verdingrum, 2016). Seseorang yang ingin berangkat bekerja di Saudi Arabia atau Hongkong, tentu saja harus mempelajari budaya dan kebiasaan orang-orang di dua negara tersebut. Saat ini, kita bisa googling di internet dengan mudah. Hampir semua informasi mengenai budaya berbagai dunia sudah tersedia. Atau, bisa juga dengan menanyakan kepada mereka yang sudah berpengalaman. Lebih penting dari googling informasi adalah kesiapan mental atau daya juang (adversity quotient). Jika persiapan informasi bisa dilakukan beberapa hari atau minggu sebelum berangkat, kesiapan mental harus jauh sebelum itu. Penyiapan mental bahkan merupakan pelajaran sepanjang hidup, mulai dari pra sekolah dari keluarga dan komunitas, sampai terus dewasa, kapanpun dan dimanapun.
Seseorang yang memiliki daya juang yang baik akan mudah memahami diri, mengenali perannya dan mengambil sikap yang tepat dalam menghadapi kehidupan dengan berbagai perbedaan di rantau orang, sehingga dapat mengembangkan dirinya menuju ke arah pencapaian tingkatan yang lebih baik. Dengan daya juang tinggi, seseorang tidak hanya bekerja sekedar untuk meneruskan hidup, tidak juga sekedar giat dan kerja keras semata untuk perbaikan hidup, tetapi berani memasuki segala tantangan dan mengubahnya menjadi peluang untuk mencapai yang terbaik dalam hidup. Daya juang ini juga bisa membuat seseorang bersikap bijak dalam memahami dan mengelola perbedaan-perbedaan agama dan budaya.
Bijak Saat di Rantau Orang
yang biasa dikenal dengan istilah aturan emas atau the golden rule. Dalam pergaulan di rantau orang, kita perlu mengembangkan dan mempraktikkan fiqh ikhtilaf dan fiqh sosial. Fikih ikhtilaf adalah prinsip-prinsip beragama berbasis keniscayaan perbedaan-perbedaan yang melekat dan hidup dalam kehidupan sosial. Diharapkan, dengan prinsip-prinsip ini, perbedaan agama dan keyakinan tidak menjadi pangkal konflik yang menghancurkan masing-masing pihak. Prinsip-prinsip fiqh ikhtilaf adalah sebagai berikut: 1) Perbedaan adalah sesuatu yang sengaja diciptakan Allah Swt dan merupakan bagian dari sunnahNya (QS. 42: 8 dan 10: 19); 2) Keyakinan adalah persoalan pilihah hati masing-masing (QS. 64: 11, 5: 41 dan 6: 125); 3). Karena itu, proses interaksi antar agama dan keyakinan hanya bisa dilakukan dengan penyadaran dan dialog (QS. 16: 125); 4) Pemaksaan sama sekali tidak dibenarkan apalagi dengan kekerasan (QS. 2: 256 dan 10: 99-100; dan 5) Untuk memuluskan hal ini, maka klaim kebenaran hanya milik Allah Swt semata, dan penghakiman kebenaran hanya boleh dilakukan Dia semata (QS. 2: 113, 22: 68-69, dan 42: 10). Sementara prinsip utama dari fikih sosial adalah norma dasar Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin (QS. Al-Anbiya, 21: 107), atau rahmat bagai semesta alam, sehingga harus diwujudkan relasi kemanusiaan yang saling mengasihi, saling menolong, dan saling bekerjasama. Al-Qur’an juga menegaskan tentang pentingnya menjadi orang yang terbaik (khoiru ummah) yang selalu menghadirkan kebaikan (ma’ruf) dan menghindarkan segala keburukan (QS. Ali Imran, 3: 110). Dengan prinsip-prinsip ini, daya juang seseorang ketika hidup di rantau orang bisa diasah dan ditingkatkan untuk menghadirkan segala kebaikan, baik untuk dirinya, bangsa, umat, maupun segenap manusia. Dia juga, tidak mudah terjebak pada pahampaham yang merusak, membunuh, dan menghancurkan. Semoga. Daftar Pustaka:
Salah satu sikap bijak yang diperlukan saat seseorang berada di rantau orang adalah memahami dan menerima perbedaan orang lain dan menjadikannya sebagai titik temu, titik gaul, dan titik persahabatan. Dalam Islam, seperti ditegaskan al-Qur’an (QS. AlHujurat, 49: 13), Allah Swt sengaja menciptakan perbedaan-perbedaan antara manusia ini sebagai wahana untuk saling mengenal dan saling kerjasama.
Siapa pun, manusia di dunia ini, pasti menginginkan kebaikan untuk dirinya. Karena itu, ia juga harus memperlakukan orang lain dengan baik. Jangan mengawali pergaulan dengan orang lain dalam lingkungan baru dengan tuntutan-tuntutan dari perspektif keyakinan kita sendiri. Mulailah kita memahami orang lain terlebih dahulu, agar kita mudah dipahami orang lain. Inilah sikap kesalingan 8
1. Marzuki Wahid (dkk.), 2018, Menggagas Fiqh Ikhtilaf: Potret dan Prakarsa Cirebon, Cirebon: ISIF. 2. Ayomi Amindoni, 2017, “Buruh Migran Rentan Terkena Paham Radikal”, dalam: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia40528552. 3. Muhammad Iqbal dan Anggit Verdaningrum, 2016, “Pengaruh Culture Shock dan Adversity Quotient terhadap Kepuasan Kerja Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Hongkong”, Jurnal Kajian Wilayah, vol. 7, no. 2, 2016. 4. Ridwan Wahyudi, 2015, “Jimat, Kyai, dan Buruh Migran”, dalam: https://buruhmigran.or.id/2015/09/03/jimat-kyai-dan-buruh-migran/. 5. Faqihuddin Abdul Kodir (dkk.), 2006, Fiqh Anti Trafiking: Jawaban atas Berbagai Kasus Kejahatan Perdagangan Manusia dalam Perspektif Hukum Islam, Cirebon: Fahmina Institute.
Sumber : https://buruhmigran.or.id/en/2018/11/27/ sikap-bijak-terhadap-perbedaanbudaya-dan-agama-di-rantau-orang/
Buletin Serantau | Edisi November 2018
OPINI
Foto : Pixabay
Membangun Toleransi Melalui Kesejukan Beragama
Oleh: Imam Nahe’i Dosen Universitas Ibrahimi situbondo dan Komisioner Komnas perempuan 2015-2019
Jika ada kelompok yang paling rentan dan bahkan memiliki kerentanan berlapis maka merekalah pekerja migran Indonesia (PMI) perempuan. Kerentanan ini bersumber dari beberapa status berbeda. Pertama, status sebagai pekerja migran yang bermigrasi dari satu negara menuju negara lain yang tidak pernah dikenalnya. Kedua, status sebagai perempuan di tengah budaya patriarkhi yang memposisikan perempuan sebagai sapu jagat dan tulang punggung keluarga ketika ekonomi keluarga bermasalah.
L
atar kekerasan berbasis gender, jeratan hutang, minimnya pelayanan dan perlindungan baik sejak berangkat dari daerah asal sampai negara tujuan menambah deret sebab kerentanan. Hal tersebut ditambah dengan cara pandang masyarakat yang seringkali tidak menghargai dan merendahkan kelompok ini. Kesemua hal tersebut adalah lapisan-lapisan masalah yang membuat pekerja migran khususnya perempuan mengalami kerentanan yang berlapis. Meminjam bahasa agama, PMI perempuan berada dalam situasi wahnan ala wahnin kelemahan diatas kelemahan baik dalam konteks sosial, ekonomi, budaya maupun perlindungan. Kerentanan ini seringkali diperparah oleh perbedaan budaya, nilainilai yang dianut, perbedaan agama dan keyakinan serta praktik-praktik ritual yang sangat beragam. Buletin Serantau | Edisi November 2018
Berdasar temuan beberapa lembaga yang secara khusus melakukan pendampingan terhadap PMI, keragaman nilai dan perbedaan praktik keberagamaan menjadi salah satu penyebab timbulnya persoalan antara PMI dan pengguna jasa. Pekerja migran muslim yang dipaksa untuk memasak daging atau memandikan hewan yang diyakininya sebagai benda najis dan bahkan mengkonsumsi makanan yang diyakininya haram. Hal ini termasuk larangan terhadap PMI untuk melaksanakan ibadah atau mengenakan simbolsimbol tertentu ketika ibadah. Larangan pengenaan simbol-simbol agama dan larangan melakukan kewajiban-kewajiban lain yang diyakininya sebagai kewajiban agama kesemuanya berpotensi melahirkan ketegangan antara pemilik jasa dan pengguna jasa. 9
Memang pekerja migran sebagai manusia memiliki hak-hak dasar yang dijamin oleh instrumen Hak Asasi Manusia (HAM) yang tidak boleh dikurangi dalam keadaan apapun. Hak tersebut antara lain kebebasan beragama dan berkeyakinan yang masuk dalam wilayah eksternum sehingga tidak boleh siapa pun mengurangi apalagi menghapusnya. Dalam bahasa agama, ada kewajiban-kewajiban agama yang tidak ditawar-tawar karena ia merupakan ajaran pokok atau prinsip-prinsip dalam agama. Namun, tidak semua doktrin-doktrin yang selama ini diyakini sebagai bagian dari agama tidak bisa dikurangi atau ditawar dalam tataran pelaksanaannya. Shalat lima waktu, misalnya, , Bagi ummat Islam merupakan ajaran yang tidak dapat ditawar karena ia bagian dari rukun Islam (tiang peyangga Islam). Namun, bagaimana pelaksanaannya, kapan, syarat-syarat, kesunnahankesunnahan dan model pelaksanaannya bisa berbeda antara satu kondisi dengan kondisi lainnya, antara satu pandangan fikih (madzhab) dengan madzhab lainnya. Sebagai contoh, dalam kondisi tidak normal, misalnya dalam perjalanan atau kondisi-kondisi mendesak (hajat atau dharurat) lainnya, shalat lima waktu bisa rangkap-rangkap waktunya menjadi tiga waktu saja, bahkan bisa dikurangi: yang awalnya empat rakaat bisa menjadi dua rakaat. Rasulullah misalnya, sebagaimana disebutkan dalam hadist-hadist sahih pernah merangkap waktu shalat lima waktu menjadi tiga waktu selama 18, 19, 21 hari dalam suatu perjalanan yang beliau jalankan. Pakaian apa yang dikenakannya tidak selalu putih, kadang kuning, merah dan warna lainnya. Menarik belajar dari cerita di mana salah seorang pendiri madzhab, Asy-Syafi’i tidak membaca doa kunut ketika shalat subuh di tempat yang berdekatan dengan makam Abu hanifah, seorang pendiri madzhab Hanafiyah. Sikap AsySyafi’i tampak berlawanan dengan pandangan fiqihnya yang menganggap doa kunut sebagai hal yang sunnah. Namun Asy-Syafi’i melihat bahwa menghormati Abu Hanifah yang berpandangan doa
Beragama itu mudah, maka janganlah engkau mempersulitnya, jangan berlebihan dalam beragama karena agama pasti akan mengalahkanmu, begitulah pesan Rasulullah kepada umatnya. 10
kunut tidak sunnah, jauh lebih penting dari pada melakukan kesunnahan. Inilah teladan agung, bahwa dalam hal prinsip seorang perlu sikap gigih mempertahannya, akan tetapi lentur dalam cara beragama yang tidak prisip. Beragama itu mudah, maka janganlah engkau mempersulitnya, jangan berlebihan dalam beragama karena agama pasti akan mengalahkanmu, begitulah pesan Rasulullah kepada umatnya. Doktrin agama tidaklah tunggal. Sekalipun ia berasal dari sumber yang sama, akan tetapi pemahaman dan penafsiran ulama telah memperlihatkan keragaman doktrin-doktrin agama itu. Keragaman doktrin agama karena perbedaan penafsiran ulama adalah rahmah, kasih sayang agama kepada umat manusia. Keragaman doktrin agama bukan tidak disengaja oleh Tuhan, melainkan telah direncanakan sebagai wujud kasih sayangnya untuk memberikan kemudahan dan kelenturan kepada mahluknya sesuai dengan kebutuhannya. Pandangan tentang apakah babi dan anjing najis? , dimana benda yang terkena najis keduanya harus dicuci tujuh kali, salah satunya dicampur debu? Ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Sebagian ulama memandang bahwa babi dan anjing tidaklah najis selama masih hidup. Sebagian ulama lain berbendapat najis, namun sama dengan najis-najis yang lain. Sebagian yang lain berpendapat keduanya adalah najis mughalladhah yang harus dibasuh tujuh kali. Buletin Serantau | Edisi November 2018
Pendapat siapakah yang paling benar? Tidak ada satu pun yang bisa menjawab kecuali Tuhan sendiri, nanti di kehidupan setelah kehidupan ini. Akan mengikuti pendapat siapakah? Akankah ikut pendapat yang berat, yang paling kuat dalilnya, yang didukung mayoritas ulama atau yang paling maslahah sesuai dengan kebutuhan setiap orang. Saya, lebih memilih pendapat yang terahir, yaitu bahwa jika terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang doktrindoktrin keagamaan, maka ikutilah pendapat yang paling baik, paling maslahah sesuai dengan kebutuhan. Inilah praktik beragama yang pernah dicontohkan Nabi. Dalam salah satu hadisnya, Nabi bersabda: permudahlah jangan dipersulit, berilah kabar yang membahagiakan jangan kabar yang menyusahkan . Beragama yang lentur, memudahkan, dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi dimana penganutnya berada, khususnya bagi pekerja migran, akan sedikit mengurangi potensi ketegangan dengan pengguna jasa. Jika misalnya pengguna jasa tidak nyaman dengan mukena warna putih, misalnya, maka kenakanlah warna mukena yang sesuai dengan budaya setempat. Jika pengguna jasa meminta bantuan untuk memasak daging, memandikan hewan yang diyakini najis, padahal ada pendapat lain yang mengatakan sebaliknya, maka mengambil pendapat yang sebaliknya jauh lebih baik dari pada bersikukuh dengan keyakinan sempitnya yang berpotensi melahirkan permusuhan. Sebab menghindarkan permusuhan adalah wajib, sementara bersikukuh pada satu pendapat adalah tidak wajib. Melakukan kewajiban lebih utama daripada melakukan seuatu yang tidak wajib. Model keberagamaan yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan publik karena menjadi simbol dari radikalisme beragama, adalah pengenaan cadar oleh pekerja migran muslimah. Tidak bisa dipungkiri bahwa pengenaan cadar adalah bagian dari simbol keberagamaan yang dijamin dan dilindungi oleh Hak Asasi Manusia. Namun, cadar bukanlah simbol satu satunya sebagai lambang keislaman, keshalihan dan kekaffahan Islam seseorang. Cadar adalah wasilah atau media untuk menunjukkan kemuliaan kemanusiaan dan keshalihan seorang. Jadi yang substansi adalah martabat kemanusiaan, sementara cadar adalah medianya. Substansi tidak bisa berubah, sedangkan media bisa berubah sesuai dengan situasi dan kondisi. Sebab itulah Imam Malik, salah satu pendiri madzhab fikih berpendapat bahwa ketika pengenaan cadar justeru melahirkan fitnah di tengah-tengah masyarakat, karena telah berubah Buletin Serantau | Edisi November 2018
tidak lagi menjadi simbol martabat kemanusiaan, maka pengenaan cadar lebih sebagai ekstrimisme (ghuluw) dalam beragama. Dengan demikian, diperlukan kecerdasan dan kearifan dalam beragama. Kemampuan membedakan sesuatu yang substansi dan profan turut dibutuhkan. Begitu pun, perlu upaya membedakan sesuatu yang maqhashid (red: tujuan-tujuan utama) dan mana yang wasa’il (red: media) untuk mencapai tujuan tersebut. Sesuatu yang prinsipil tidak berubah, sementara bersifat turunan bisa berubah. Cara dan model beragama seperti inilah yang mampu menciptakan budaya saling menghormati di antara keragaman penganut agama.
Kekakuan dalam beragama akan melahirkan klaim atas kebenaran: , menganggap dirinya paling benar dan yang lain salah dalam ruang sosial. Cara pandang terakhir inilah yang melahirkan cara ekstrimisme berpikir dan radikalisme dalam beragama. Hanya dengan sikap membuka diri dan saling menghormati yang lahir dari pemahaman agama yang luas akan tercipta toleransi beragama
Sumber : https://buruhmigran.or.id/en/2018/11/27/ membangun-toleransi-melalui-kesejukan-beragama/ 11
SASTRA DAN BUDAYA
Foto : Wikimedia common
Adat Ngarot sebagai Bentuk Rasa Syukur
A
dat Ngarot "Nga-rot" berasal dari bahasa Sunda yang artinya minum atau ngeleukeu. Nama lainnya adalah Ngurat yang berasal dari Bahasa Sansekerta. Istilah tersebut berarti bebas dari kutukan dewa. Ngarot adalah upacara adat yang terdapat di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu.
Tradisi Ngarot diadakan sebagai bentuk ucapan rasa syukur terhadap datangnya musim tanam. Upacara ini selalu dilaksanakan pada bulan Desember di minggu ke-3 dan selalu dilaksanakan pada hari Rabu karena hari tersebut dianggap keramat oleh penduduk setempat. Tradisi ini diikuti oleh pemuda-pemudi yang belum menikah atau disebut kaum kasinoman. Upacara adat ngarot terdiri dari 3 bagian, yaitu; arak-arakan, seserahan dan pesta pertunjukan. Peserta Ngarot harus menggunakan pakaian khusus. Remaja putri mengenakan kebaya, selendang dan dilengkapi dengan aksesoris seperti kalung, gelang, cincin, bros, peniti emas dan hiasan rambut. Sedangkan pakaian dan aksesori yang dikenakan remaja putra adalah baju komboran, celana gombrang dan ikat kepala. Upacara Ngarot dimulai pada pukul 08.30 WIB pagi. Semua peserta Ngarot berkumpul di rumah Kepala Desa Lelea untuk dirias. Selanjutnya, pemuda-pemudi diarak mengelilingi kampung dengan urutan kepala desa di bagian terdepan disusul oleh remaja putri dan remaja putra 12
Oleh Annisa SaďŹ tri
(kasinoman). Di bagian belakang terdapat pengiring yang memainkan musik khas Indramayu. Setelah mengelilingi kampung semua peserta Ngarot masuk ke balai desa dan disambut tari topeng. Adapun hiasan-hiasan yang dipakai oleh peserta memiliki makna sendiri. Di antaranya : 1. Hiasan kepala yang dipakai remaja putri terbuat dari beberapa rangkaian bunga dan setiap bunga memiliki arti yang berbeda. Bunga Kenanga, pesannya agar remaja putri tetap menjaga keperawanannya Bunga Melati, pesannya agar remaja putra dan putri menjaga kebersihan diri dan kesuciannya Bunga Kertas, pesannya agar remaja putri harus menjaga kecantikannya sebagai kembang desa 2. Simbol pada asesoris kalung, gelang dan cincin mengandung makna bahwa para petani harus bekerja keras dan menggarap sawah 3. Selendang mengandung makna bahwa remaja putri harus menjaga penampilan fisik agar terlihat cantik dan menarik 4. Gelang akar bahar yang dipakai remaja putra memiliki arti bahwa seorang jejaka harus melindungi dan mengayomi keluarga dan masyarakat.
Buletin Serantau | Edisi November 2018
SASTRA DAN BUDAYA
Sudut Perantauan Oleh Aya Jayita
Sudut-sudut yang akan menimbulkan kerinduan Sudut-sudut yang tak lama lagi akan kutinggalkan Sudut-sudut yang telah banyak mengukir kenangan Sudut-sudut yang telah merekam banyak cerita Ada kegagalan dan ada kejayaan Ada tawa dan ada juga tangis yang pernah terdengar Isakan dan rintihan kadang mengiris kalbu Banyak cerita terukir disitu Cerita tentang hidup dan kehidupan Bermacam-macam watak dan peran dimainkan Berbagai pengalaman kulalui Berbagai ilmu ku kecapi Berbagai jalan kutempuh Berbagai lorong ku telusuri
Kadang semangat ini begitu membara Layaknya ingin hidup seribu tahun lamanya Kadang rasa ingin menyerah dan mengalah Ketika hati dirundung duka dan lara Ketika rasa rindu membelenggu kalbu Tantangan demi tantangan datang menyapa Yang kadang terasa tak tertanggungkan Ada setitik cahaya di kejauhan Yang nampak samar-samar Tapi mampu menerangi jiwa dan pikiranku Mengembalikan semangat dan hasratku Kembali ku singsingkan lengan baju Kutepis segala onak dan duri penghalang Demi meraih cita-cita dan harapan Kuala Lumpur, 2 November 2018
Foto : Pixabay
HUMOR
Makan Sus(h)i Oleh Rahma
Fatimah adalah seorang pekerja rumah tangga yang bekerja dengan majikan Tionghoa di Malaysia. Pada suatu hari majikan atau madam berkata pada Fatimah. Madam : Fatimah hari ini tak payah masak, kita orang pergi keluar dan balik petang. Nanti kamu makan dengan Sushi . Fatimah : Ok, Madam . Sampailah jam makan siang, Fatimah masih sibuk menyelesaikan pekerjaannya, sambil berkata "manalah Susi tak ada juga". Waktu pun sudah menunjukan pukul 4 sore dan majikannya pun sudah pulang.
Madam : Fatimah.. Fatimah : Iya, Madam.. Madam : Kamu sudah makan kah? Fatimah : Belum Madam. Madam cakap makan dengan susi, saya tunggu dia tak datang-datang . Madam : Alamaaak Fatimaaah... Inilah sushi . Madam membuka peti sejuk dan mengeluarkan sushi, sejenis makanan Jepang. Fatimah : Hehe.. saya pikir susi itu orang madam, sebab itu saya tunggu . Madam : Alamaaak . Madam menepuk jidat sambil berlalu pergi.
Buletin Serantau | Edisi November 2018
13
INFO PENTING
Mengenal Pekerja Migran Sub Kontraktor Oleh: Desi Lastati
Foto : Pixabay
Dinamika global yang disebabkan oleh lajunya penyebaran informasi melalui media menjadikan pekerja dapat secara selektif menentukan proses perekrutan tenaga kerja. Jika pada zaman dahulu pekerja begitu susah mendapatkan akses informasi mengenai pekerjaan, sekarang calon pekerja bisa begitu mudah mengakses informasi perkembangan dan tren global dalam satu langkah. Termasuk di dalamnya adalah mengenali kelebihan dan kekurangan pekerjaan yang sedang dicari baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
M
alaysia menjadi salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki permintaan pekerja asing yang tinggi. Selain itu, Malaysia juga merupakan sebuah negara yang menjadi tujuan pekerja dari berbagai negara termasuk Indonesia, Thailand, Myanmar, Cambodia, Filipina, Bangladesh dan Nepal. Negara ini menjadi tujuan migrasi bagi pekerja berdokumen maupun pekerja tidak berdokumen. Kebanyakan dari mereka mengisi lapangan kerja yang sering dijuluki 3D, dangerous (berbahaya), difficult (sulit), dan dirty (kotor) di sektor-sektor, seperti manufaktur, perkebunan, konstruksi dan jasa restoran. Perekrutan pekerja di masing-masing negara penempatan migran memiliki pola yang berbedabeda. Ada yang begitu ketat terhadap aturan, kadang juga terjadi praktik tawar menawar. Maka penting bagi migran yang akan bekerja di negara tertentu untuk mengenali bagaimana prosedur yang benar dalam proses perekrutan dan tidak terjebak pada praktik-praktik di bawah ini : 1. Dalam proses perekrutan pekerja, perusahaan seharusnya mencantumkan nama perusahaan di permit kerja sesuai dengan perusahaan yang sesungguhnya ditempati pekerja. Dengan ini pekerja akan lebih mudah mendapatkan hakhaknya seperti mendapatkan upah sesuai, mendapatkan cuti kerja, jam lembur dan sebagainya. Prosedur ini memiliki kelemahan karena pekerja tidak bisa tawar menawar gaji dan kebebasan untuk mengambil kerja sampingan. Jika membuat permit melalui agensi atau sering dikenal sebagai permit bebas, pekerja bisa melakukan tawar menawar soal gaji dan bisa bebas bekerja di mana saja. Namun 14
demikian pekerja akan susah untuk menuntut hak-haknya sebagai pekerja dan jika terjadi kecelakaan atau apapun akan rumit mengurusnya. 2. Perusahaan seharusnya membayar levy (pajak) pekerja migrannya. Dalam praktik, pekerja membuat permit kerja melalui agensi menggunakan nama perusahaan tertentu, membayar sendiri biaya levi dan permitnya sendiri. 3. Pekerja migran yang bekerja untuk subcontractor (bukan kontraktor utama dalam proyek) nama yang tertera di permit adalah nama perusahaan yang dibuat melalui agensi. Di sini pekerja menanggung sendiri biaya untuk mendapatkan permit kerja. Seharusnya yang menanggung permit dan nama di dalam permit adalah nama subcontractor. Berhubung sub contractor sendiri merupakan perorangan dan tidak memiliki perusahaan, jadi tidak bisa mengajukan permit kerja pekerjanya. Kekuasaan subcontractor hanya terbatas pada kekuasaan untuk mempekerjakan orang. Kelemahannya pekerja susah untuk menuntut hak-haknya selama bekerja.
sumber : https://buruhmigran.or.id/en/2018/12/10/ mengenal-pekerja-migran-sub-kontraktor/
Buletin Serantau | Edisi November 2018
Penyelenggaraan Sidang Itsbat Nikah di KBRI Kuala Lumpur
Foto : Pixabay
INFO PENTING
KBRI Kuala Lumpur bekerjasama dengan Pengadilan Agama Jakarta Pusat akan menyelenggarakan Sidang Itsbat Nikah pasangan sesama Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah menikah secara Agama Islam (siri) namun belum memenuhi hukum formal perkawinan Indonesia serta belum memperoleh akta nikah. Kegiatan tersebut direncanakan akan diselenggarakan pada pertengahan bulan Januari 2019. KBRI Kuala Lumpur akan memilih 100 pasangan pendaftar pertama yang telah memenuhi syarat untuk dapat mengikuti sidang Itsbat Nikah dimaksud.
P
endaftaran untuk menjadi peserta Sidang Itsbat Nikah di KBRI Kuala Lumpur akan dibuka secara mandiri atau secara kolektif melalui organisasi masyarakat yang ditentukan. Pendaftaran secara kolektif berlangsung mulai tanggal 19-30 November 2018. Pendaftaran secara mandiri berlangsung mulai tanggal 26-30 November 2018 dengan mendatangi secara langsung loket Pelayanan Konsuler KBRI Kuala Lumpur dan membawa kelengkapan dokumen persyaratan. Adapun persyaratan untuk mendaftar sebagai peserta Sidang Itsbat Nikah di KBRI Kuala Lumpur yaitu : 1. Pasangan sesama WNI yang telah menikah secara Agama Islam dan memenuhi syarat serta rukun nikah (mahar, wali nikah & saksi, dll) 2. Mampu menghadirkan 2 (dua) orang saksi yang mengetahui pelaksanaan pernikahan saat sidang itsbat nikah 3. Pasangan sesama WNI yang sudah pernah nikah (resmi/siri) harus menyelesaikan status pernikahannya lebih dulu dengan istri/suami sebelumnya. Apabila statusnya sudah duda/janda resmi harus dilengkapi Akta Cerai Resmi dari instansi terkait 4. Diutamakan bagi pasangan sesama WNI yang telah memiliki anak 5 Membayar panjar biaya perkara sebesar RM35
Buletin Serantau | Edisi November 2018
Dokumen persyaratan yang diperlukan pada saat pendaftaran yaitu : 1. Salinan identitas pasangan suami dan istri (KTP/SIM/Paspor RI atau dokumen identitas lain) 2. Pas foto berwarna ukuran 2x3 dengan latar belakang biru masing-masing 3 lembar 3. Formulir pendaftaran sidang itsbat nikah di KBRI Kuala Lumpur T.A. 2019 Dokumen persyaratan yang dilengkapi pada waktu pelaksanaan Sidang Itsbat Nikah : 1. Formulir permohonan itsbat nikah 2. Surat Pernyataan Bermaterai Rp 6000 dari suami dan istri bahwa mereka tidak memiliki suami/istri selain yang memohon itsbat nikah/tidak dalam proses perceraian. Catatan : - Panjar biaya perkara yang sudah disetorkan ke Pengadilan Agama Jakarta Pusat tidak dapat diambil kembali - Bea Materai Rp 6000 akan ditanggung oleh KBRI Kuala Lumpur
sumber : www.kbrikualalumpur.org
15
KIAT MENANGKAL EKSTRIMISME AGAMA BAGI PEKERJA MIGRAN INDONESIA (PMI)
Panduan lainnya dapat dibaca di www.buruhmigran.id Infografis ini diterbitkan oleh Pusat Sumber Daya Buruh Migran, INFEST Yogyakarta dengan dukungan United Nation Entity for Gender Equality and Empowerment of Women (UN Women). Isi dari terbitan ini sepenuhnya tanggungjawab Komunitas Serantau dan Infest Yogyakarta serta tidak selalu mencerminkan pandangan UN Women.