Laporan Dokumentasi Kegiatan
Mandalamekar 2-5 Juni 2012
“Optimalisasi Peran Pemerintah Desa
dalam Pembangunan Kawasan Menuju Pemerintahan yang Akuntabel, Terbuka, Partisipatif dan Berpihak pada Masyarakat�
LAPORAN KETUA PANITIA
Salam sejahtera
teriring doa semoga rahmat dan hidayah Tuhan Yang
Maha Esa selalu tercurah dalam kehidupan kita. Gerakan Desa Membangun (GDM) adalah gerakan yang lahir dari prinsip swadaya, kebersamaan, dan bergerak tanpa menunggu bantuan dari luar. Desa memahami keterbatasan yang ada dan membalikkan keterbatasan itu menjadi sebuah peluang untuk menuju cita-cita yang telah ditetapkan. Rangkaian pertemuan yang dikemas dalam strategi berbagi antara desa itulah yang mempelopori lahirnya GDM. Para pelopor GDM yang kebetulan dari desa-desa di wilayah Selatan Pulau Jawa kemudian merencanakan sebuah ajang pertukaran pengetahuan. Kegiatan berbagi pengalaman dan pengetahuan tersebut selanjutnya dikemas dalam sebuah ajang bernama Festival Jawa Kidul (kemudian disebut JadulFest). JadulFest terselenggara atas niatan tulus dari desa-desa yang mengalami pelbagai kesenjangan pembangunan di wilayah Selatan Jawa. Sadar akan segala keterbatasan, pegiat GDM memperkuat diri dengan berswadaya dan berjejaring untuk meningkatkan kapasitas tata kelola pemerintahan desa. Acara ini (JadulFest) akan terus bergulir dari desa ke desa melalui pelbagai kegiatan desa membangun. Desa dengan kesenjangan pembangunan infrastrukturnya akan membuktikan keberadaannya sampai tingkat nasional. Kami sampaikan terima kasih kepada desa-desa yang tergabung dalam GDM atas kontribusinya dalam menyukseskan JadulFest. Terima kasih juga kami sampaikan kepada pelbagai pengiat dan lembaga pendukung GDM. Atas keterlibatan berbagai lembaga dan organisasi masyarakat sipil tersebut, ragam pengetahuan dan keterampilan yang disajikan di JadulFest telah bermigrasi ke desa-desa. GDM akan terus memompa inti gerak desa menuju kemandirian. Salam dari Desa
Irman Meilandi
TENTANG JAWA KIDUL FESTIVAL
Mengapa Jawa Selatan?
Siapa Saja Peserta JadulFest?
Wilayah Jawa bagian selatan mengalami gap terkait pembangunan infrastruktur, akses pendidikan, kesehatan, dan eksploitasi sumber daya alam. Kebersamaan beberapa desa di kawasan Jawa Kidul untuk menyuarakan gap kebijakan pembangunan tersebut dihadirkan dalam Festival Jawa Kidul. Para pegiat Gerakan Desa Membangun (GDM) menyampaikan protes tersebut melalui cara yang cukup unik, protes mereka sampaikan dalam wujud karya dan semangat belajar.
Peserta utama festival adalah 100 desa anggota GDM yang tersebar di Kabupaten Kulonprogo, Kebumen, Cilacap, Banyumas, Ciamis, Tasikmalaya, Cianjur, Garut, Lebak dan Sukabumi. Selama ini mereka melakukan jejaring kerja untuk mengambil inisiatif perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan secara kolektif. Selain jejaring anggota GDM, JadulFest juga diikuti oleh puluhan perwakilan desa di Kabupaten Tasikmalaya, beberapa desa di Majalengka, Cirebon, Yogyakarta, hingga perwakilan perangkat desa di Kalimantan, NTB, dan NTT.
Apa Saja yang Dilakukan Selama JadulFest? Selama festival, peserta berbagi cerita permasalahan dan keberhasilan mereka mendorong pembangunan di desa, terutama tata kelola sumber daya perdesaan. Peserta juga mengikuti pelbagai kelas atau klinik pengetahuan sebagai bentuk penguatan pengatahuan perangkat desa dan pegiat perdesaan. Selain para pegiat perdesaan, pelbagai Organisasi Masyarakat Sipil, dan media massa turut menyemarakkan JadulFest.
Desa Membangun merupakan gerakan desa untuk mengambil inisiatif pengembangan desa, baik dalam pengelolaan sumber daya dan perbaikan tata layanan pemerintahan. Desa Membangun menjadi lingkar belajar antardesa untuk meraih kedaulatan. Gerakan desa membangun dipelopori desa-desa yang berada di wilayah Pulau Jawa bagian Selatan. Pengalaman Desa Melung dan Desa Dermaji di Banyumas dan Mandalamekar di Tasikmalaya menunjukkan desa dapat melakukan perubahan sosial yang signifikan untuk mendorong perubahan yang lebih luas. Pengalaman ketiga desa tersebut menunjukkan keterbatasan adalah tantangan untuk
TENTANG Gerakan Desa Membangun memajukan desa. GDM mencoba menjadi inspirasi bagi sesama desa dan negara terkait dengan tata kelola pemerintahan yang bermartabat, prima dan terbuka. Dunia perdesaan tidak dapat lepas dari pengelolaan sumber daya alam, baik pertanian, perkebunan, maupun kehutanan. Di lain sisi, pelbagai persoalan muncul dan harus dihadapi oleh desa, seperti masalah privatisasi sumber mata air dan eksploitasi tambang. Pelbagai pekerjaan rumah lain menumpuk di hadapan desa, seperti tata kelola buruh migran, kependudukan, pemberdayaan ekonomi dan partisipasi masyarakat. Pegiat GDM memiliki semangat yang besar untuk belajar, saling berbagi, dan perkuat diri dalam menjaga, serta membangun kedaulatan desa.
Pertunjukan Pencak Silat Sebagai Sebuah Tradisi Beladiri di Sunda
Kawih tepang suno /paduan suara selamat datang
Kesenian Gondangan dari Desa Mandalahurip, merupakan perpaduan tarian, musik lesung, dan nyanyian yang berkisah tentang kehidupan di Desa
Evi Silviadi, Raja Galuh Pakuan saat membuka Festival Jawa Kidul di Desa Mandalamekar
Kesenian Kecapi Cianjuran dari desa mandalamekar, berkisah tentang alam sekitar dan kemakmuran desa
Pra acara JAWA KIDUL FESTIVAL
Kerja Bakti Masyarakat Desa Mandalamekar
Persiapan Sekretariat dan Media Center Jawa KidulFestival
Siaran di radio komunitas Ruyuk FM Desa Mandalamekar sosialisasikan kegiatan Jadulfest pada para pendengar
PRESENTASI GERAKAN DESA MEMBANGUN
S
ebagai sebuah gerakan baru, Gerakan Desa Membangun (GDM) dipandang perlu menjelaskan pelbagai hal terkait tujuan dan pola gerakan. Presentasi Gerakan Desa Membangun sekaligus membuka rangkaian kegiatan Festival Jawa Selatan (2/06/2012). Kegiatan tersebut digelar di Panggung Rakyat halaman Ruyuk FM.
desa. Konsep desa membangun menempatkan desa menjadi subyek pembangunan dan bukan obyek. Sebagai subyek, desa adalah entitas pemerintahan yang memiliki inisiatif untuk berkembang dan memberdayakan masyarakat.
Sungging S menjelaskan prinsip umum tentang GDM adalah akuntabilitas, keterbukaan informasi, Presentasi beberapa pegiat GDM seperti Kodirin keterlibatan warga, dan penguatan komunitas (Desa Karangnangka, Banyumas); Irman Meilandi perdesaaan. Sebagai sebuah jaringan kerja, GDM (Mandalamekar, dan Koordinator GDM Jawa Barat); menjadikan sesama desa sebagai sistem atau dan Sungging S (Dewan Kehutanan Nasional dan Fasilitator GDM Banyumas) berlangsung semarak saat lingkar belajar yang saling terhubung. Melalui pola ini, keikutsertaan desa-desa dalam GDM sangatlah dipandu Muhammad Irsyadul Ibad. cepat. Penggunaan teknologi komunikasi dan informasi menjadi salah satu bagian penting untuk Penjelasan GDM dimulai dengan filosofi desa mempermudah pelayanan publik. membangun yang dapat dibedakan dari membagun
Yana Noviadi, Kades Madalamekar dan Farid, Kades Kertarahayu selaku tuan rumah penyelenggaraan JadulFest saat menyampaikan sambutan
Tarian Selamat Datang
Yana Noviadi saat menemani para tamu undangan peserta JadulFest
Aksi Periksa Golongan Darah oleh PMI Tasikmalaya
Pendidikan Internet Sehat dari Kominfo untuk Siswa SMPN Mandalamekar Jatiwaras
Siswa SMPN Mandalamekar Jatiwaras antusias mengikuti pendidikan internet sehat dan aman
Kelas Pararel K
elas pararel adalah sesi tematik yang menyajikan pelbagai pengetahuan teknis seputar isu dan dukungan pemberdayaan desa. Kelas ini diselenggarakan secara pararel dalam waktu yang bersamaan. Dengan cara ini, setiap desa bisa memilih salah satu kelas yang menjadi bagian dari kebutuhan masingmasing desa. Materi dalam kelas pararel ini disajikan
lewat dua sesi yang berbeda. sesi kelas pararel ini dilaksakan pada hari kedua (3/06/2012). Penyajian materi diskusi dibagi menjadi dua sesi. Sesi Pertama berlangsung pada pukul 11.00 hingga 13.00 WIB. Sesi kedua berlangsung pada pukul 14.00 WIB hingga 17.00 WIB. Adapun kelas-kelas pararel pada dua sesi tersebut adalah:
Kelas BlankOn Membangun
BlankOn adalah sistem operasi yang dikembangkan oleh
Komunitas BlankOn Indonesia yang berbasis piranti lunak bebas dan terbuka (free and open source software). BlankOn yang dikembangkan oleh anak negeri ini menjadi pilihan utama sistem operasi untuk dukungan teknologi yang digunakan di jaringan Gerakan Desa Membangun (GDM). Penggunaan BlankOn atau sistem operasi berbasis opensource bertujuan lain untuk membangun kemandirian teknologi komputer dari ketergantungan atas penggunaan sistem operasi berbayar. Kemandirian dalam penggunaan sistem operasi ini juga dapat memotong biaya belanja pemerintah desa. Kelas BlankOn membangun difasilitasi oleh Prianthon Subardio (BlankOn Banyumas), Agung (Yayasan Air Putih), dan Ahmad Safrudin (Direktur BlankOn). Kelas ini diikuti oleh 25 peserta dari desa dan organisasi undangan.
Kelas Kritis Menonton Televisi
K
eterbukaan akses masyarakat terhadap tayangan televisi perlu diikuti dengan pengetahuan warga untuk memilih tayangan sesuai kebutuhan, serta mengidentifikasi tayangan-tayangan bermuatan negatif. Pelibatan warga untuk memilih secara sadar dan kritis menjadi sebuah prasyarat penting dalam masyarakat terbuka. Darmanto (Masyarakat Peduli Media) dan Mujtaba Hamdi (Perkumpulan Medialink) mencoba menyajikan perspektif lain tentang menonton dan menerima tayangan televisi. Kritis menonton televisi, tidak berarti meninggalkan televisi secara keseluruhan, melainkan selektif memilih tayangan televisi dan tepat. Kemampuan memilah informasi dan sajian media secara tepat adalah bagian penting dari proses demokratisasi media, demikianlah kata kunci pada kelas ini.
KELAS PARAREL Blogger Ndeso Konsep Blogger Ndeso muncul untuk menjawab anggitan
masyaraka desa terbelakang dalam pengelolaan informasi melalui teknologi internet (daring). Blogger Ndeso muncul sebagai konsep keterlibatan warga desa dalam pengelolaan informasi secara luas berbasis jurnalisme warga untuk turut serta menyuarakan pelbagai aspirasi, pendapat dan fakta dengan menggunakan perspektif warga. Perspektif warga adalah salah satu yang seringkali tidak muncul dalam pengelolaan informasi yang dikelola oleh media arus utama.
Media Komunitas Bikin Rakyat Makin Cerdas
S
alah satu persoalan penting yang menjadi fokus Gerakan Desa Membangun (GDM) adalah partisipasi dan keterlibatan warga dalam pengelolaan pemerintahan desa. Keterlibatan tersebut tidak terbatas pada akses terhadap perencanaan pembangunan desa, tetapi juga keterlibatan dalam kegiatan pemberdayaan. Keteraksesan atas informasi kunci adalah persyaratan penting dalam pemberdayaan masyarakat. Kelas media komunitas mencoba meperkenalkan adanya media komunitas yang dapat berkembang seiring dengan ketersediaan media arus utama. Kelas ini memperkenalkan kemungkinan keterlibatan warga dalam pengelolaan informasi secara mandiri untuk mempercepat demokratisasi dan perbaikan tata kelola pemerintahan desa. Beberapa jenis media komunitas yang diperkenalkan dalam sesi ini adalah radio komunitas, media cetak komunitas dan media dalam jaringan (daring/online). Kelas ini memang secara sengaja tidak banyak membicarakan hal teknis, melainkan fokus membincangkan idiologi, bentuk, dan peran media komunitas dalam upaya membangun pemerintahan yang demokratis dan masyarakat yang dekat dengan isu-isu spesifik yang berkembang di sekitar mereka (level desa). Kelas yang difasilitasi oleh Sinam Suntoro (Jaringan Radio Komunitas Indonesia) dan Sarwono (Suara Komunitas) ini diikuti oleh peserta yang berasal dari desa dan komunitas lain yang menjadi peserta kegiatan ini.
Konsep lain Blogger Ndeso adalah upaya melibatkan warga untuk turut serta menjadi pemilik dan kontributor pada portalportal desa. Portal desa yang semula hanya digunakan dan dikelola oleh pemerintah desa, digeser menjadi portal yang dikelola secara partisipatif dengan turut melibatkan warga. Keterlibatan warga dalam pengelolaan informasi pada portal desa diharapkan selalin memerkaya konten, juga memberikan keberimbangan atas informasi yang diproduksi oleh pemerintah desa itu sendiri. Melalui proses ini, kemerdekaan berpendapat dan berekspresi menjadi salah satu hal yang terdorong pada pengelolaan informasi di level desa.
KELAS PARAREL
Bikin Peta Kampung P
ersoalan tata kelola kawasan adalah bagian penting dalam pengelolaan pemerintahan desa. Tata kelola kawasan tidak hanya terkait dengan kepemilikan lahan yang umumnya dikelola oleh desa. Pada beberapa kasus, tata kelola lahan terkait erat dengan pihak-pihak lain yang berada di atau sekitar desa yang turut mempergunakan lahan. Konflik agraria, seperti pada kasus tata kelola hutan kerap menempatkan warga sebagai kelompok yang dipinggirkan. Pemetaan partisipatif adalah upaya membangun data kawasan yang memungkinkan desa dan masyarakat turut serta membangun pengetahuan kawasan secara mandiri. Ketersediaan data kawasan secara mandiri ini dapat mendukung upaya pemerintah desa dan warga untuk membangun skema perencanaan pembangunan secara lebih terperinci dan partisipatif. Sesi pemetaan partisipatif ini berisi pengenalan pemetaan dasar dan manfaat pembangunan database kawasan bagi masyarakat sipil dan pemerintah desa. Pemetaan ini juga diarahkan sebagai database advokasi untuk menyelesaikan pelbagai persoalan tata kelola kawasan yang timbul akibat penggunaan lahan, seperti perkebunan, hutan dan kawasan tambang. Sesi ini dipandu langsung oleh tim dari pegiat Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP)
Peta Kampung Bersama Tim dari JKPP
JAWA KIDUL FESTIVAL
KELAS PARAREL Pengelolaan sumber daya alam di lingkup desa menjadi salah satu tanangan pembangunan kawasan desa di masa depan. Desa dengan pelbagai bentuk kekayaan membutuhkan sistem pengelolaan yang memungkinkan warga memperolah keuntungan ekonomi langsung dari penggunaan sumber daya alam dengan tetap memerhatikan aspek ketahanan ekologis. Java Learning Center (Javlec) pada sesi ini memaparkan pengalaman dan pelbagai bentuk pengelolaan sumber daya alam desa untuk pemberdayaan dan penguatan ekonomi warga terutama di kawasan hutan. Hutan yang lekat dengan kehidupan masyarakat di pelbagai desa kerap menjadi sumber konflik ketika tidak ditempatkan menjadi salah satu sumber daya yang dapat turut mensejarhterakan warga. Koperasi Wana Lestari Menoreh Kulon Progo, dalam sesi ini memaparkan pengelolaan hutan untuk kepentingan pengembangan ekonomi masyarakat. Tidak hanya menjadikan hutan sebagai pusat konservasi, masyarakat dalam jaringan koperasi ini mampu memanfaatkan hutan sebagai lahan produktif yang memberikan nilai tambah
ekonomi warga. Koperasi Wana Lestari Menoreh memamparkan konsep pengelolaan hutan rakyat yang menjadi salah satu model pengelolaan sumber daya kawasan hutan sebagai wilayah yang juga dapat memberikan manfaat ekonomi. Koperasi tersebut juga memberikan dukungan kapasitas penguatan ekonomi, seperti pengolahan hasil tanam masyarakat sehingga memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Pengalaman penting lain yang disajikan oleh Koperasi Wana Lestari adalah pembentukan Credit Union (CU) yang kini menjadi salah satu lembaga ekonomi pendukung pemberdayaaan masyarakat Kulon Progo. Pengelaman kedua organisasi tersebut diharapkan menjadi prototipe dan masukan kepada pihak desa dalam jaringan Gerakan Desa Membangun (GDM) terkait dengan pemanfaatan hutan dan pengembangan ekonomi warga.
Tata Kelola Sumber Daya Alam untuk Tingkatkan Ekonomi Desa
JAWA KIDUL FESTIVAL
KELAS PARAREL
K
ebencanaan adalah sesuatu yang lekat dengan masyarakat. Sebagai entitas terkecil pemerintahan, pemerintah desa berhadapan langsung dengan ancaman kebencanaan. Tata kelola pananganan kebencanaan di level desa adalah target dalam sesi ini. Belajar dari pengelaman Jaringan Informasi Lingkar Merapi (Jalin Merapi), konvergensi media online dan offline, pembangunan database kerentanan masyarakat di level lokal dan upaya mengarusutamakan persoalan kebencanaan, desa diharapkan mampu turut serta untuk menyusun dan membuat perecanaan tata kelola kebencanaan sesuai dengan ancaman yang berbeda pada masing-masing kawasan. Media Center kebencanaan Yayasan Air Putih mencoba memperkenalkan teknologi media center yang menghubungkan desa-desa dalam jaringan media kebencanaan. Fungsi pengelolaan informasi dan pengetahuan ini bertujuan untuk menggalang solidaritas dalam situasi bencana dan mendorong terbentuknya lingkar belajar kebencanaan antar desa dalam jaringan Gerakan Desa Membangun. Pengalaman penanganan kebencanaan Media Center Yayasan Air Putih dan Jalin Merapi dijadikan dua prototipe berbeda yang dapat digunakan oleh desa untuk mempersiapkan penanggulangan kebencanaan.
Tata Kelola Pengurangan Risiko Bencana
JAWA KIDUL FESTIVAL
FOTO DOKUMENTASI
Tim BlankOn Banyumas Saat Berbagi pengetahuan di klinik TIK Pedesaan
KLINIK PENGETAHUAN KELAS PARAREL
Zulkifli Y S, menyampaikan materi Tata Kelola Pengurangan Risiko Kebencanaan
Peta Kampung Bersama Tim Dari JKPP
Sarwono dari Suara Komunitas berbagi pengetahuan di klinik Media Komunitas Bikin Rakyat Cerdas Stand XL turut meramaikan area di sekitar Balai Desa Mandalamekar Selama kegiatan JadulFest
Peserta Klinik TIK Pedesaan antusias mengikuti penyampaian materi oleh tim BlankOn Banyumas
Peserta Klinik BlankOn untuk TIK Pedesaan
Klinik Pembuatan Video Kampung yang dipandu oleh Bowo Leksono, pegiat video komunitas di Purbalingga
Seminar
Narasumber kegiatan ini adalah Dan Satriana (Komisioner Komisi Informasi Jawa Barat), Mujtaba Hamdi (Medialink), Ahmad Munawwar (Kepala Desa Pancasan, Banyumas), dan Bayu Satya Nugraha (Kepala Desa Dermaji, Banyumas).
Seminar Utama yang digelar dalam kegiatan Festival Jawa Selatan bertema “Membangun Keterbukaan Informasi Publik Sejak dari Desa�.
Seminar ini menyajikan pengalaman 2 desa di kawasan Banyumas untuk menyajikan informasi publik secara proaktif. Pengalaman keduanya, diharapkan menginspirasi seluruh anggota GDM dan lembaga-lembaga negara yang lain untuk dapat menerapkan standar pelayanan publik prima dan penyajian informasi publik yang terbuka.
Membangun Keterbukaan Informasi Publik Sejak dari Desa
Melalui portal desa (website), kedua desa tersebut mencoba mengupayakan informasi penting terkait dengan pengelolaan pemerintahan, seperti jenis kegiatan, pembiayaan, pengelolaan dan tata laksana mengakses pelayanan. Dan Satriana dan Mujtaba Hamdi memberikan pemaparan tentang nilai penting keterbukaan informasi pada pengelolaan pemerintah di pelbagai sektor dan level. Keduanya juga memaparkan prinsip-prinsip dasar keterbukaan informasi, seperti yang tertuang dalam Undangundang nomor 14 tahun 2008 tentang ketebukaan informasi publik.
Rembug Nasional Rembug nasional desa dilaksanakan pada hari ketiga pelaksanaan Festival Jawa Selatan (4/06/2012). Rangkaian kegiatan pada hari ketiga ini adalah: (1) Rembug Nasional Kebijakan Desa; (2) Rembug Nasional Tata Kelola Sumber Daya Desa
Rembug Nasional Tata Kelola Sumber Daya Desa
R
embug Nasional Tata kelola sumber daya desa menyajikan beberapa narasumber, yaitu Avi Mahaningtyas (Mewakili UKPPPP), Haedar Laudjeng (Dewan Kehutanan Nasional), Yana Noviadi (Kepala Desa Mandalamekar), Budiman Sudjatmiko (anggota dewan Perwakilan Rakyat Indonesia dan Wakil Ketua Panitia Khusus RUU Desa), dan Chandra Komala (Desa Nusa Tenggara Timur). Yana Noviadi, melalui presentasi berupa film dokumenter singkat menguraikan proses perubahan desa Mandalamekar yang pernah berstatus sebagai desa tertinggal menjadi salah satu desa yang disegani dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta perbaikan tata kelola pelayanan publik. Mewakili Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan, Avi Mahaningtyas mengurai persoalan-persoalan penting terkait dengan keterbukaan informasi publik. Sementara Haedar Laudjeng memaparkan pelbagai kritik tentang prinsipprinsip akomodasi negara terhadap keberadaan desa yang jauh telah lebih dahulu dari berdiri dari Indonesia. Persoalan-persoalan penting yang perlu diperhatikan secara serius oleh negara, salah satunya adalah keberagaman kebudayaan yang menaungi konsep desa. Entitas kebudayaan yang majemuk juga perlu diperhatikan sebagai bahan untuk menentukan bentuk ideal dari pemerintahan desa yang berdaulat sebagai satuan pemerintahan di Indonesia. Pembicara selanjutnya, Candra Komala, menitikberatkan perbincangan tentang pengalaman untuk mengalang kekuatan perempuan dalam pembangunan desa. Perempuan, dalam pembangunan desa, masih menjadi kelompok minoritas yang tidak mememiliki akses setara dengan kelompok laki-laki atau masih belum berdaya. Kesetaraan gender dalam pembangunan desa masih
menjadi salah satu tantangan yang perlu dihadapi oleh kelompok perempuan desa. Sebagai wakil rakyat di DPR RI, Budiman Sudjatmiko dalam pemaparan tentang desa, memandang desa sebagai self governing society atau kelompok yang secara berdaya dapat melakukan pengelolaan dan upaya untuk menentukan pengelolaan pemerintahannya secara berdaulat dengan batasan-batasan tertentu sesuai dengan kerangka Republik Indonesia. Rembug Nasional Kebijakan Desa Sesi rembug nasional kebijkan desa menghadirkan Khalik Arif (Bupati Wonosobo) dan Budi Satrio (Kepala Desa Melung, Kedung Banteng, Banyumas). Keduanya memaparkan pengalaman masing-masing otoritas pemerintahan dalam kaitan tata kelola pemerintahan desa. Kholiq Arif, menguraikan pelbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Wonosobo mendorong kemandirian desa. Upaya ini ditempuh dengan penguatan kapasitas, penguatan ekonomi, dan upaya mengubah pola pikir tradisional desa. Konsep pembangunan desa ideal memerhatikan secara rinci aspek-spek, seperti lokalitas, peningkatan kapasitas, kemandirian, keswadayaan dan keragaman. Konsep kerjasama antar desa pun diarahakan untuk membentuk desa yang tumbuh sebagai desa pendukung, pusat pertumbuhan dan desa yang tumbuh sebagai pendukung. Budi Satrio, Kepala Desa Melung, menyampaikan pengalaman Desa melung dalam kebijakan desa. Pengalaman desa ini merupakan salah satu prototipe penting desa yang mampu memaksimalkan potensi untuk berkembang dan mengelola pelbagai hal yang menunjang pembangunan dari level desa. Tata kelola kawasan lingkungan hidup adalah bagian penting dari desa melung. Desa yang berada di kaki Gunung Slamet ini sejak beberapa tahun lalu mengupayakan terbentuknya sinergi antara pengelolaan lahan hutan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
FOTO DOKUMENTASI REMBUG NASIONAL
Roger Oganda Siahaan, external affairs central region XL saat menyerahkan cenderamata kepada Kades Mandalamekar sesaat setelah menyampaikan presantasinya tentang program Xl.
FORUM BISNIS
F
orum Bisnis didesain untuk mempertemukan desa dengan pelbagai pengambil kebijakan, organisasi masyarakat sipil, komunitas, dan perusahaan untuk bersama-sama menjajaki kemungkinan kolaborasi dan kerja jaringan dalam upaya desa membangun. Forum ini dibagi menjadi 5 kelompok besar, yaitu: TIK Perdesaaan (BlankOn, Relawan TIK, YAP); Tata Kelola Pemerintahan Desa (Kemitraan, LBH); Media
Informasi Desa (JRKI, Blogger Nusantara, COMBINE); Tata Kelola Sumber Daya Alam dan Ekonomi Desa (DKN, Javlec, Telapak, Seruni Banyumas). Kegiatan ini menghasilkan pelbagai rekomendasi dan perencanaan yang akan digunakan untuk mendukung konsolidasi dan penguatan kapasitas desa dalam gerakan desa membangun. Beberapa perencanaan strategis tindak lanjut terpapar pada bagian Gagasan Purna JadulFest dan Rencana Tindak Lanjut.
PENANAMAN POHON
P
eringatan hari lingkungan hidup dalam kerangka JadulFest 2012 dilaksanakan melalui penanaman pohon di Wilayah Hutan Karang Soak yang menjadi hutan mata air bagi Desa Mandalamekar. Pilihan penanaman pohon di Kawasan Karang Soak bertujuan untuk menunjukkan keberhasilan Mandalamekar untuk melakukan restorasi hutan air sejak tahun 2002. Pengalaman upaya restorasi hutan air yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat ini diharapkan menjadi salah satu model upaya mandiri dan partsipatif dari masyarakat pemerintah dan desa lainnya dalam melestarikan lingkungan.
Mandalamekar yang pernah mengalami kekurangan air akibat pembabatan hutan mata air, berhasil merestorasi fungsi hutan tersebut. Keberhasilan tersebut memudahkan warga desa untuk mendapatkan air kini. Seacology Award adalah salah satu penghargaan bergengsi yang diterima oleh desa Mandalamekar sebagai hasil dari upaya pelestarian hutan tersebut. Peringatan Simbolis yang dilakukan sebelum penutupan Festival Jawa Selatan ini diikuti oleh peserta yang megikuti kegiatan ini secara penuh hingga penutupan kegiatan. Sejumlah 500 pohon ditanam dalam prosesi peringatan hari lingkungan hidup tersebut.
TAUSIYAH PENUTUPAN JADULFEST
B
agi masyarakat Mandalamekar, upacara penutupan Festifal Jawa Kidul (JadulFest) 2012 yang dilaksanakanpada selasa(5 Juni 2012) sore, tidak lantas menjadi kegiatan terakhir dalamrangkaian JadulFest 2012. Malamnya sekitar pukul 20.00 dilaksanakan pengajian kampung di panggung rakyat JadulFest. Penyampaian Tausiyah merupakan tradisi warga Mandalamekar untuk mengakhiri sebuah kegiatan, baik itu pagelaran seni, pernikahan, maupun kegiatan-kegiatan warga yang lain. demikian penuturan Irman Meilandi, ketua panitia
JadulFest yang juga salah satu tokoh masyarakatdi Desa Mandalamekar. Dalam tausiyahnya Ajengan Asep Hilman, menyampaikan tiga hal utama yang harus dipegang oleh warga desa Mandalamekar. Ketiga hal tersebut antara lain pelestarian kearifan lokal, pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk pemberdayaan, dan menjaga tradisi keagamaan. “Meskipun Mandalamekar kini telah dikenal luas dunia luar berkat pemanfaatan teknologi informasi, kami harapkan warga tetap menjaga tradisi-tradisi yang telah ada�, terangnya.
LAPORAN KEUANGAN KEGIATAN JADULFEST Pemasukan / Income 1. 2. 3. 4. 5.
IdBlogNetwork & XL APJII Kemitraan/Partnership JAVLEC Yayasan Tifa TOTAL
Rp. 21.000.000,- + 400pcs T-shirt @Rp.60.000,Rp. 15.000.000,- + koneksi internet (VSAT) Rp. 45.000.000,Rp. 2.500.000,Rp. 35.250.000,Rp.118.750.000,-
Distribusi Pengeluaran / Distribution of Expenditures IdBlogNetwork & XL 1. ATK dan Perkap 2. Transportasi 3. Honorarium Panitia Lokal (44 Orang) TOTAL APJII 1. Cetak Sertifikat 2. Honorarium Panitia Inti dan Helpdesk 3. Transportasi dan Perlengkapan TOTAL Kemitraan 1. Konsumsi Makan dan Snack 400 Peserta x 3 Hari 2. Perlengkapan TOTAL JAVLEC Hibah Komputer untuk Rakom Ruyuk FM Yayasan Tifa Konsumsi Makan dan Snack 400 Peserta x 1 Hari ATK, honor, akomodasi, dan Kebutuhan Seminar KIP
Rp. 34.514.600,-
TOTAL PENGELUARAN
Rp. 117.996.500,-
Rp. 11.848.400,Rp. 3.700.000,Rp. 5.450.000,Rp. 20.998.400,Rp. 820.000,Rp. 13.500.000,Rp. 641.000,Rp. 14.985.300,Rp. 40.000.000,Rp. 4.998.200,Rp. 44.998.200,Rp. 2.500.000,-
Gagasan dan Rencana Tindak Lanjut pasca JadulFest
P
elbagai gagasan dan perencanaan muncul selama melalui proses dan forum-forum Jadulfest. Beberapa Rekaman rencana tindak lanjut dan hasil, antara lain: 1. Ko m i t m e n D e s a d a l a m G e ra ka n D e s a Membangun untuk melakukan upaya perbaikan tata pelayanan publik dan keterbukaan informasi pengelolaan pemerintahan; 2. Komitmen Desa Gerakan Desa Membangun untuk menggunakan sistem operasi berkode sumber terbuka dan bebas (Free and Opensource) 3. Komitmen desa dalam keterlibatan perencanaan, pengembangan dan pemanfaatan sistem Mitra Desa 1.0 untuk perbaikan tata kelola ke p e n d u d u ka n , p e l aya n a n p u b l i k d a n keterbukaan informasi 4. Launching Mitra Desa 1.0 di Banyumas pada bulan Agustus 2012 5. Komitmen desa Gerakan Desa Membangun untuk turut serta dalam pengembangan ekonomi berbasis lokalitas, kawasan dan partisipatif terkait dengan tata kelola sumber daya alam 6. Rencana pengembangan Gerakan Desa Membangun di beberapa wilayah Kabupaten, seperti Tasikmalaya, Majalengka, Cirebon, Kulon Progo, dan Wonosobo. Perencanaan ini telah disusun dengan melibatkan perwakilan desa dari masing-masing kabupaten.
Komitmen tersebut tertuang dalam beberapa definisi tentang desa-desa dalam gerakan desa membangun yang memiliki beberapa aspek, yaitu: 1. Desa yang memiliki pelayanan prima dan mengutamakan kepuasan masyarakat dalam pelayanan publik 2. Desa yang memiliki kemampuan dalam tata kelola informasi desa 3. Desa yang menggunakan piranti lunak bebas dan terbuka (opensource) guna mengurangi ketergantungan teknologi pada teknologi berbayar (proprieatary) 4. Desa yang memberikan keleluasaan partisipasi warga dalam perencanaan dan pengawasan pembangunan desa 5. Desa yang melibatkan perempuan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa 6. Desa yang berorientasi pada pemberdayaan ekonomi warga berbasis pada pemanfaatansumber daya alam secara adil dan merata dengan memperhatikan aspek kelestarian lingkungan 7. Desa yang memperhatikan kelestarian lingkungan hidup sebagai bagian dari asas pembangunan desa 8. Desa yang akuntabel dan terbuka dalam pelaksanaan pembangunan
Media Informasi Desa 1. Konvergensi media portal desa yang telah dimiliki saat ini, yaitu poral desa dengan beberapa jenis media lain dan saluran informasi lainnya. Jaringan Radio Komunitas Indonesia bersedia untuk menjadi fasilitator dan penyedia pengetahuan terkait dengan pengembangan media komunitas desa melalui radio komunitas. 2. Dukungan pengetahuan dari Blogger Nusantara, Jaringan Radio Komunitas Indonesia dan Suara Komunitas untuk memperkuat kapasitas pengetahuan dan pengelolaan informasi desa di gerakan desa membangun. 3. Pengarusutamaan produk ekonomi untuk pemberdayaan ekonomi warga melalui portal desa. 4. Penguatan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan media-media komunikasi dan informasi desa yang memperluas penyebarluasan pengetahuan dan informasi.
Gagasan dan Rencana Tindak Lanjut pasca JadulFest Tata Kelola Sumberdaya Alam 1. Pembentukan perecanaan ekonomi kawasan oleh desa-desa dalam gerakan desa membangun 2. Penguatan secara spesifik pengetahuan pengelolana sumberdaya alam dan ekonomi desa untuk desadesa dalam gerakan desa membangun. 3. Pemanfaatan jaringan kerja sebagai pusat bantuan dan layanan konsultasi pengembangan ekonomi kawasan yang melibatkan beberapa organisasi masyarakat sipil, seperti Java Learning Center, Seruni Banyumas, Telapak dan Serikat Petani Pasundan. 4. Pendidikan pengelolaan ekonomi di level desa menjadi salah satu fokus dan isu yang ikut menjadi fokus dalam Gerakan Desa Membangun.
TIK Perdesaan Rekomendasi pada forum ini terpusat pada persoalan keterlibatan dalam pengembangan TIK perdesaan, penguatan kapasitas, lingkar belajar TIK dan penerapan TIK untuk mendukung perbaikan tata kelola pemerintahan desa. Beberapa rekomendasi yang terangkum dalam forum ini, antara lain: 1. Keterlibatan desa dalam pengebangan piranti lunak sistem informasi desa, seperti yang dilakukan pada pengembangan Mitra Desa 1.0 yang dilakukan melalui lokakarya perencanaan pengembangan yang melibatkan pihak desa. 2. Membangun lingkar belajar TIK perdesaaan yang memungkinkan optimalisasi penggunaan TIK dalam pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan desa 3. Pengayaan konten informasi pada portal desa yang mencakup aspek pendidikan, lingkungan hidup, kebudayaan, ekonomi dan teknologi. 4. Lobi pengambil kebijakan untuk mempercepat pemerataan akses saluran data untuk mempermudah pemerintahan desa.
Tata Kelola Pemerintahan Desa Rekomendasi dalam kelompok forum ini terarah pada aspek pelaksanaan pemerintahan desa, pengawasan pembangunan oleh desa dan masyarakat, serta penguatan kapasitas desa untuk mengkritisi pelbagai kebijakan negara yang menyangkut pembangunan masyarakat perdesaan. Beberapa rekomendasi tersebut, adalah: 1. Keterlibatan warga sebagai salah satu pilar pembangunan desa yang dilakukan oleh Gerakan Desa Membangun 2. Keterlibatan pemerintah desa dalam pengawasan pembangunan, seperti dengan memberikan laporan pelaksanaan pembangunan kepada Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKPPPP). 3. Menjadikan desa sebagai komunitas kritis yang dapat memberikan masukan kepada pemerintah terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, serta dalam penyusunan aturan-aturan yang mengikat dalam proses pembangunan, termasuk pada UU Desa.
Tim Pengarah Yana Noviadi (Kades Mandalamekar, Tasikmalaya) A Budi Satrio (Kades Melung, Banyumas) Bayu Setyo Nugroho (Kades Dermaji, Banyumas) Joko Waluyo (Kemitraan) Budhi Hermanto (COMBINE) Antok Suryaden (Blogger Nusantara) Irsyadul Ibad (Infest) Kasmita Widodo (JKPP) Sungging Septivianto (Dewan Kehutanan Nasional) Budhiana Kartawijaya (Masyarakat Mandiri Informasi) Akhmad Syafrudin (BlankOn Linux) Dyah Sulis (Kehati) Irman Meilandi (ex officio)
Para Koordinator
Tim Panitia Tim Pelaksana: Irman Meilandi (Ketua) Yossy Suparyo (Sekretaris) Ahmad Afif (Bendahara)
Acara : Syarif Hidayat Publikasi dan media : Yudha P. Sunandar Dokumentasi : Alves Fonataba Perkap dan Transportasi: Sandi Kamal Budaya : Dedeh Nurresmiyati Konsumsi : Momoh Salamah Ekonomi Desa : Ade Saputra
Profil Peserta Peserta kegiatan ini berasal pelbagai desa dari beberapa kabupaten, seperti Cilacap, Banyumas, Tasikmalaya, Sukabumi, Bogor, Kapuas, Bima, Kulon Progo, Cirebon, Majalengka, Ciamis, Sukabumi dan Cianjur.
Peserta dalam kegiatan ini tidak hanya berasal dari pemerintah desa, tetapi juga berasal dari pelbagai komunitas, Serikat Petani, Organisasi masyarakat sipil dan Target kehadiran semua elemen tersebut bertujuan untuk mempertemukan aktor-aktor tersebut dalam sebuah forum perrtukaran yang memungkinkan kerja kolaborasi selanjutnya. Secara keseluruhan, peserta terdaftar dalam kegiatan ini berjumlah 299 orang.
PROFIL PENYELENGGARA JADULFEST 2012
Infest Infest Yogyakarta adalah lembaga nirlaba yang bekerja secara swadaya untuk penguatan kapasitas masyarakat sipil dan advokasi. Misi utama Infest untuk mempercepat terbentuknya masyarakat dan pemerintahan yang demokratis; serta terbentuknya kebijakan-kebijakan dan praktek pengelolaan negara yang berpihak kepada masyarakat. http://infest.or.id
Blogger Nusantara Blogger Nusantara digagas sebagai paguyuban blogger yang bersifat lintas daerah dan lintas komunitas dengan cita-cita memupuk semangat kebersamaan dan persaudaraan blogger Indonesia. Diawali dengan niat berkumpul blogger Indonesia dalam satu tempat, satu waktu, satu semangat dan satu kegiatan yang dinamakan Kopdar 1000 Blogger Nusantara, maka lahirlah jejaring Blogger Nusantara. Blogger memiliki energi dan kemauan kuat mewujudkan kebersamaan dan persaudaraan blogger indonesia.
Desa Mandalamekar: Desa Mandalamekar berada di wilayah perbukitan sebelah selatan Kabupaten Tasikmalaya. Dea ini termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Mandalamekar memunyai kekhasan di mana perkampungan atau pemukiman berada di lereng-lereng perbukitan. Desa Mandalamekar berdiri sejak 1978 hasil dari program pemekaran dari Desa Kersagalih yang waktu itu masih termasuk dalam wilayah Kecamatan Salopa. Saat ini, Desa Mandalamekar mempelopori Desa Konservasi Mandiri sebagai usaha untuk menyelamatkan sumber mata air dan potensi pariwisata. Desa Mandalamekar saat dipimpin Yana Noadi turut menjadi pelopor Gerakan Desa Membangun, serta menginspirasi puluhan desa anggota GDM.
Gerakan Desa Membangun Desa Membangun merupakan gerakan desa untuk mengambil inisiatif pengembangan desa, baik dalam pengelolaan sumber daya, maupun perbaika tata layanan pemerintahan. Desa Membangun menjadi lingkar belajar antardesa untuk meraih kedaulatan.
PROFIL PENDUKUNG JADULFEST 2012 Id Blog Network IdblogNetwork adalah Sebuah bisnis online yang menfasilitasi Advertiser atau brand untuk melakukan kampanye pemasaran melalui jaringan blogger Indonesia, pendiri IdblogNetwork adalah orang-orang yang berpengalaman dalam dunia IT dan Digital Advertising, mereka melihat adanya kebutuhan advertiser untuk melakukan pendekatan komunikasi pemasaran secara personal yaitu melalui para blogger.
PT XL Axiata Tbk PT XL Axiata Tbk merupakan salah satu mitra Id Blog Network. XL sendiri adalah salah satu perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia. Mulai beroperasi secara komersial sejak 8 Oktober 1996, XL saat ini adalah penyedia layanan seluler dengan jaringan yang luas dan berkualitas di seluruh Indonesia bagi pelanggan ritel (Consumer Solutions) dan solusi bagi pelanggan korporat (Business Solutions). Kemitraan Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia adalah lembaga multi-pihak yang dibentuk untuk memacu pembaruan tata pemerintahan di Indonesia. Kemitraan merupakan badan hukum Indonesia yang berbentuk perkumpulan perdata nirlaba, yang secara teknis beroperasi sebagai proyek Program Pembangunan Persatuan Bangsa-Bangsa (United Nations Development Programme - UNDP). Yayasan Tifa Yayasan Tifa merupakan lembaga yang fokus pada upaya akselerasi dan meningkatkan kualitas konsolidasi demokrasi, serta upaya mewujudkan gagasan masyarakat terbuka di Indonesia. Pada tahun 2010-2011 agenda tersebut kemudian diwujudkan dalam empat program kunci, Program Demokasi & Tata Kelola Pemerintahan, Hak Asasi Manusia dan Keadilan, Media dan Informasi, serta Program Buruh Migran. JAVLEC JAVLEC atau Java Learning Center merupakan lembaga yang fokus pada peningkatan kapasitas masyarakat desa hutan, memperluas ruang kelola serta memperkuat hak akses masyarakat pada pengelolaan sumber daya hutan. JAVLEC memfasilitasi pengembangan pengetahuan, penguatan organisasi masyarakat sipil, serta pelbagai ikhtiar perbaikan kebijakan penyelenggaraan pengelolaan sumber daya alam yang adil dan demokratis. Semua itu dilakukan JAVLEC dalam rangka ikut berkontribusi bagi terciptanya tata pengurusan hutan yang baik (good forestry governance) di Indonesia.
APJII APJII merupakan singkatan dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. melakukan beberapa program kunci yang dinilai strategis untuk pengembangan jaringan internet di Indonesia antara lain tentang tarif jasa internet, pembentukan Indonesia-Network Information Center [ID-NIC], pembentukan Indonesia Internet Exchange [IIX], negosiasi tarif infrastruktur jasa telekomunikasi, serta usulan jumlah dan jenis provider dan memasyarakatkan internet dan pemanfaatan teknologi informasi melalui seminar, roadshow, klinik.
TERIMA KASIH KEPADA :
dan Terima Kasih, pada seluruh pihak yang turut menyukseskan festival Jadul 2012
TESTIMONI Testmoni -Berkaitan dengan dunia TI, JadulFest memiliki agenda kegiatan yang bertujuan untuk mendalami sistem operasi komputer dan aplikasi desa berbasis Free and Open Source Software (FOSS) (Portal chip.co.id ). -Seperti yang dituliskan dalam akun Twitter-nya @JadulFest, Festival Jawa Kidul bertujuan untuk membangun kerja sama multiaktor. Untuk menghidupkan desa sebagai kekuatan yang berperan membangun, sebagai subjek, dengan mempertemukan berbagai potensi dan sumber daya. (Portal nationalgeographic.co.id) -Begitupun juga orang-orang baru yang tertarik dengan pendekatan ala @desamembangun. Banyak motivasi didapatkan dari berbagai pertanyaan dan pernyataan untuk mandiri dan memiliki data yang diperlukan untuk pengambilan keputusan secara cepat di desa. (Portal suryaden.com) -Sekarang saatnya untuk menunjukkan kemampuan membuat perubahan yang dimulai dari akar rumput, perubahan menuju Negara yang lebih maju dengan dimulai dari lingkungan desa. (Portal akumassa.org) - Pandangan pemerintah yang menempatkan desa sebagai entitas yang lemah terbantahkan oleh inisiatif kreatif dari desa-desa pada JadulFest. Desa memiliki modal besar untuk mendorong upaya-upaya perubahan sosial, terutama membangun pemenuhan kebutuhan warganya. (Portal gentasari.or.id)