Buletin Serantau Edisi Desember-Januari 2019

Page 1

B U L E T I N

EDISI : DESEMBER 2018 JANUARI 2019

versi online akses di : www.buruhmigran.or.id

SERANTAU Media informasi yang terbit setiap bulan. Buletin ini dibuat oleh beberapa Pekerja Indonesia di Malaysia sebagai ruang untuk saling belajar dan berbagi informasi antar sesama pekerja migran Indonesia di Malaysia.

Saling belajar & berbagi informasi

Pertemuan organisasi pekerja migran Indonesia dan Filipina membicarakan persoalan yang dihadapi pekerja migran di Malaysia, Minggu, 13/01/2019

BERITA UTAMA

Pekerja Migran Sektor Rumah Tangga di Malaysia Rentan Disiksa dan Ditipu Oleh Desi Lastati

P

ekerja migran di sektor rumah tangga rentan terhadap praktik diskriminasi, seperti penyiksaan dan penipuan. Faktor penyebabnya adalah tidak adanya jaminan hari libur, minimnya pemahaman mengenai hak-hak pekerja migran, serta hak berserikat di negara penempatan yang belum dijamin undangundang. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Ridwan Wahyudi, Program Manager Infest Yogyakarta, yang menjabarkan berbagai masalah yang dihadapi pekerja migran sektor rumah tangga dalam pertemuan Consultation Meeting-Organizing Indonesian Domestic Workers yang diselenggarakan oleh International Domestic Workers Federation (IDWF), Minggu, 13/01/2019.

tidak memperoleh perlindungan sosial,� ujar Ridwan Wahyudi. Pertemuan yang melibatkan pekerja migran sektor rumah tangga dari Indonesia dan Filipina, serta beberapa NGO dan Serikat Buruh Malaysia tersebut merupakan ajang untuk saling bertukar informasi isu-isu terkini mengenai pekerja migran beserta permasalahan yang dihadapi. Glorene, dari Tenaganita (NGO di Malaysia) memaparkan bahwa undang-undang untuk mengubah istilah pelayan menjadi pekerja masih belum cukup untuk memberikan jaminan perlindungan hukum kepada pekerja.

“Beberapa permasalahan yang dihadapi pekerja migran sektor rumah tangga adalah jam kerja yang sangat panjang, kerja lebih dari satu rumah, belum ada regulasi tepat untuk gaji minimum, pekerja tidak memiliki akses komunikasi, terisolasi, serta

“Undang-undang tidak menjamin perlindungan karena situasi pekerja masih terisolir sehingga pemerintah tidak bisa mengawasi secara penuh,� ungkap Glorene. Sementara Alex Ong dari Migrant Care menuturkan beberapa usulannya kepada pemerintah bersambung ke halaman 3

Buletin Serantau | Edisi Desember 2018 - Januari 2019

1


Salam Redaksi Sobat seperantauan, Buletin Serantau Edisi Desember-Januari 2019 ini menampilkan beberapa artikel yang menarik untuk dibaca. Rubrik Berita Utama edisi kali ini menampilkan tema tentang kondisi pekerja migran rumah tangga di Malaysia yang sampai saat ini masih rentan terhadap praktik-praktik diskriminasi. Jejak Kasus kembali menampilkan kasus yang lagi-lagi kerap terjadi di Malaysia, yakni seorang PMI asal Blitar yang hilang kontak dengan keluarganya. Di rubrik Panduan, pembaca akan disuguhi langkah-langkah bagi pekerja migran yang ingin membantu menangani kasus yang dihadapi oleh teman atau saudaranya. Opini pada edisi kali ini menampilkan artikel tentang strategi perekrutan anggota yang dilakukan oleh kelompok ekstrem radikal. Artikel pada opini juga menampilkan tentang tema yang penting bagi pekerja migran, yakni menjaga kesehatan mental di perantauan.

Foto : Pixabay

Rubrik sastra dan budaya memuat cerita pendek dari anggota Serantau dengan tema perantauan. Sedangkan rubrik pengalaman migran memuat cerita tentang pengalaman Castirah bekerja di Arab Saudi dan Malaysia. Singkat kata, selamat membaca untuk sobat Serantau!

CATATAN REDAKSI: Sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 18 tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, nomenklatur atau tata nama penyebutan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) secara otomatis berubah menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI). Untuk itu, mulai dari sekarang dan seterusnya, buletin Serantau menggunakan istilah Pekerja Migran Indonesia (PMI).

Tim Redaksi Penanggung Jawab : Muhammad Irsyadul Ibad Pemimpin Redaksi : Desi Larasati Editor : Sofia Gayuh Winarni Tim Redaksi : Abdiyanto, Annisa Savitri, Driyanto, Ghofar, Imas Masriah, Mohamad Sucipto, Moha, Nasrikah, Rahma Yeni, Risa Rustia Widdy, Samsuri, Figo Kurniawan Tata Letak : Jihadul Akbar Email : serantau@buruhmigran.or.id Website : www.buruhmigran.or.id Alamat Redaksi Infest Yogyakarta, Jl. Veteran UH IV/734 Warungboto, Umbulharjo 55164. Telepon/fax: 0274-417004 Majalah Serantau diterbitkan oleh Komunitas Serantau Malaysia dan Pusat Sumber Daya Buruh Migran, INFEST Yogyakarta dengan dukungan United Nation Entity for Gender Equality and Empowerment of Women (UN Women). Isi dari terbitan ini sepenuhnya tanggungjawab Komunitas Serantau dan Infest Yogyakarta serta tidak selalu mencerminkan pandangan UN Women. Siapapun bisa mengutip, menyalin dan menyebarluaskan sebagian atau keseluruhan tulisan dengan menyebutkan sumber tulisan dan jenis lisensi yang sama, kecuali untuk kepentingan komersil.


Pekerja Migran Sektor Rumah Tangga di Malaysia Rentan Disiksa dan Ditipu Malaysia, diantaranya; rekomendasi memindahkan keputusan dari Kementerian Dalam Negeri ke Kementerian Tenaga Kerja, ratifikasi konvensi internasional khususnya Konvensi ILO 189, rekomendasi sistem perekrutan kerja secara online untuk mengurangi unsur korupsi dalam proses perekrutan dan bayaran tinggi di agensi, majikan memohon melalui Kementerian Tenaga Kerja sehingga ada filter terhadap majikan, rekomendasi pekerja rumah tangga, Pekerja Rumah Tangga (PRT) layak mendapatkan pensiun dan PRT mendapat perlakuan yang sama seperti pekerja lokal di tempat pekerja. AMMPO, serikat pekerja rumah tangga Filipina yang diwakili oleh Jeena menuturkan bahwa tidak mudah membangun sebuah organisasi di negara penempatan.

BERITA UTAMA Filipina. Nuning, pekerja migran yang turut hadir dari Komunitas Ngapak mengungkapkan bahwa sesi berbagi informasi dan isu terkini yang dihadapi pekerja migran sangat bermanfaat. Selain bisa menambah pengetahuan, kita juga bisa memberi masukan kepada pihak-pihak yang memiliki kemampuan untuk membuat perubahan, baik itu dalam perlindungan maupun pemenuhan hak-hak pekerja, khususnya dalam bagi pekerja rumah tangga,” kata Nuning.

AMMPO, organisasi yang mulai berdiri pada tahun 2015 tersebut bermula dari tiga orang pekerja saja. Kendala yang dialami untuk berorganisasi tidak jauh beda seperti yang dialami pekerja migran dari Indonesia. Sumber daya manusia, alokasi dana dan kurangnya akses informasi menjadi tantangan terbesar mereka. Perjuangan yang AMMPO lakukan tidak sia-sia, selain semakin banyak anggota (saat ini 200 orang), AMMPO juga turut memberikan pelatihan pra dan pasca pemberangkatan ( Post and Pre Arrival) bagi pekerja

Sumber : https://buruhmigran.or.id/2019/01/24/ pekerja-migran-sektor-rumah-tangga -di-malaysia-rentan-di siksa-dan-ditipu/

PMI Asal Blitar Tiga Tahun Hilang Kontak di Malaysia Oleh Figo Kurniawan

K

asus hilang kontak kembali terjadi pada Pekerja Migran Indonesia (PMI), kali ini PMI yang hilang kontak berasal dari Desa Kedawung, RT01/RW08, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. PMI bernama lengkap Nuriyadi dilaporkan hilang kontak dengan keluarganya sejak tiga tahun lalu. Informasi yang diterima dari keterangan pihak keluarga, Nuriyadi bekerja di sebuah perkebunan karet di Malaysia. Pihak keluarga sejauh ini tidak mengetahui alamat pasti Nuriyadi tinggal di Malaysia. Menurut keterangan ibunya yang bernama Tumi, Nuriyadi sudah enam tahun bekerja di Malaysia. Pada awalnya, Nuriyadi masih sering berkomunikasi dengan keluarga melalui sambungan telepon dari awal masuk ke Malaysia hingga tiga tahun lalu. Sejak tiga tahun terakhir, Nuriyadi tidak pernah menghubungi keluarga dan tidak pernah pulang sama sekali. “Sejak tiga tahun yang lalu Nuriyadi tidak menghubungi keluarga sama sekali. Kami tidak tahu dia bekerja di Malaysia daerah mana. Nomor teleponnya sudah tidak bisa dihubungi lagi,” kata Tumi, Jumat (11/1/2019).

Buletin Serantau | Edisi Desember 2018 - Januari 2019

Melalui selembar foto Nuriyadi ini, keluarga berharap keberadaan Nuriyadi dapat ditemukan di Malaysia. “Walaupun Nuriyadi tidak bisa pulang, kami berharap setidaknya dia dapat memberi kabar pada kami,” harap Tumi. Tumi berharap dan meminta tolong kepada siapa pun yang pernah mengenal dan/atau mengetahui keberadaan Nuriyadi di Malaysia agar menghubungi nomor telepon berikut ini :

+62852-5713-1874.

Sumber : https://buruhmigran.or.id/2019/01/14/ pmi-asal-blitar-tiga-tahun-hilang-kontak-di-malaysia/ 3


PANDUAN

MENANGANI KASUS PEKERJA MIGRAN DI MALAYSIA Oleh Ummy

Minggu, 22/01/2019, Komunitas Serantau menyelenggarakan diskusi mengenai persoalan Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia dan langkah-langkah yang perlu ditempuh PMI jika ingin menyelesaikannya. Sebagai seorang pekerja, PMI perlu mengetahui hak yang kita didapat dan kewajiban yang harus ditanggung. Diskusi ini dibuka dengan pembahasan mengenai masalah-masalah PMI di Malaysia seperti tercatat di bawah ini : 1. Gaji (gaji tidak dibayar, gaji tidak sesuai dengan perjanjian, overtime atau lembur yang tidak dibayar penuh dan sebagainya) 2. Masa atau waktu kerja yang tidak menentu 3. Cuti atau libur yang tidak diberikan oleh majikan 4. Bayar denda apabila tidak habis kontrak 5. Bekerja di lebih dari satu tempat. Misal pagi disuruh kerja di rumah bos, siangnya disuruh kerja bersihkan rumah saudara atau keluarga lainnya 6. Ditipu agensi 7. Medical check up atau tes medis yang tidak dibayar majikan 8. Penyiksaan, eksploitasi tenaga kerja dan kasus-kasus lainnya. Diskusi tersebut juga mengajarkan bagaimana jika kita (sesama pekerja migran) dimintai tolong oleh teman yang mendapatkan kesusahan berkaitan dengan hak sebagai pekerja. Berikut ini merupakan langkah-langkah yang perlu ditempuh ketika ada pekerja migran yang meminta tolong : 1. Dengarkan cerita dan permasalahan teman Anda. Pastikan masalahnya bukanlah masalah pribadi, tetapi masalah pekerjaan yang berkaitan dengan hak mereka sebagai pekerja migran; 2. Sebelum Anda melaporkan majikan atau agensi, pastikan Anda telah mempunyai informasiinformasi pendukung yang menjadi penyebab Anda melaporkan majikan atau agensinya.

4

Buletin Serantau | Edisi Desember 2018 - Januari 2019


Berikut informasi-informasi pendukung yang menjadi penyebab Anda melaporkan majikan atau agensi : 1

DATA IDENTITAS KORBAN

Paspor yang berisi nama korban, nomor paspor, tanggal pembuatan paspor, tanggal masa habis paspor. NOTE : Teman-teman yang akan bekerja ke luar negeri, sebelum terbang sebaiknya pastikan foto identitas yang ada di paspor dan kirim foto paspor tersebut pada keluarga di kampung melalui aplikasi pesan instan seperti WhatsApp, Line, Telegram dan sebagainya. Jika sesuatu terjadi pada Anda, fotocopy paspor tersebut akan berguna untuk membantu menyelesaikan permasalahan Anda.

2

INFORMASI MENGENAI MAJIKAN

Nama, alamat, nomor telepon majikan. NOTE: Pekerja migran yang akan diterbangkan ke negara penempatan biasanya memiliki dokumen perjanjian kerja yang telah ditandatangani. Sebelum berangkat, foto dokumen perjanjian kerja (perjanjian kerja biasanya memuat nama majikan, alamat, nomor telepon) dan kirimkan pada keluarga Anda melalui aplikasi pesan instan.

3

INFORMASI AGENSI DI MALAYSIA

Nama, alamat dan nomor telepon agensi di Malaysia.

4

NFORMASI PJTKI/P3MI DI INDONESIA

Nama, alamat dan nomor telepon PJTKI/P3MI di Indonesia

5

RIWAYAT TANGGAL

Tanggal masuk dan tanggal mulai kerja di Malaysia

6

KONTRAK KERJA

Bukti kontrak kerja dalam bentuk lisan atau tulisan

3. Bukti-bukti pendukung sebagai penguat laporan. Bukti ini bisa berupa riwayat medis, foto (jika majikan melakukan kekerasan), slip gaji (jika gaji tidak sesuai dengan perjanjian) serta bukti-bukti tambahan lainnya. Dokumentasikan hal-hal tersebut lebih dahulu sebelum Anda melapor ke Jabatan Tenaga Kerja (JTK), serikat buruh atau NGO. Jika Anda melapor tanpa ada data-data, akan sulit untuk mendapatkan bantuan atau penanganan. Semoga panduan ini bermanfaat bagi teman-teman sesama sesama pekerja migran.

Sumber : https://buruhmigran.or.id/2019/01/24/ panduan-menangani-kasus-pekerja-migran-di-malaysia/

Buletin Serantau | Edisi Desember 2018 - Januari 2019

5


OPINI

Strategi Perekrutan Anggota oleh Kelompok Radikal Oleh Sukanto | Ketua Pusat Rehabilitasi Korban NII

Faktor penarik maupun pendorong seseorang untuk memutuskan ikut dalam sebuah kelompok radikal tidaklah statis. Keduanya cenderung dinamis mengikuti perkembangan politik yang membentuknya. Kelompok radikal sangat jeli dalam menangkap gejala ini. Perekrutan pun berubah seiring waktu, baik dalam pola maupun sasaran. Hanya satu yang tidak berubah, doktrin kekerasan menggunakan ayat Tuhan yang ditafsirkan sembarangan sesuai dengan kepentingan kelompoknya.

Foto : Pixabay

ndonesia mengalami beberapa gelombang ancaman radikalisme atas nama agama sejak diproklamasikan pada tahun 1945, baik yang bersifat separatisme maupun terorisme berskala besar dan kecil. Separatisme kelompok Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang bermula dari Jawa Barat dan menggerogoti kedaulatan Indonesia pada 1960-an adalah salah satu contohnya. Ancaman terorisme dengan bom skala besar yang menyasar simbol Barat oleh kelompok Jamaah Islamiyah (JI) bermula pada tahun 2000-an. Ancaman teror kemudian bergeser pada aksi pembunuhan kepada anggota kepolisian yang disasar kelompok Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) sejak enam tahun belakangan. Ketiga kelompok itu memiliki kurun waktu sendiri yang berkembang atas dimensi geopolitik tertentu, baik tekanan politik lokal maupun gejolak politik global. Tujuan utamanya adalah berdirinya Negara Islam di Indonesia dan menjadi bagian dari kekhalifahan dunia.

I

(NII), menawarkan ide berdirinya negara Islam sebagaimana digagas Kartosoewirjo. Kelompok ini muncul kembali dengan tampilan baru yang lebih lunak. Dipimpin oleh Abdussalam Panji Gumilang, NII bergerak di bawah tanah merekrut kalangan muda membangun jaringan yang solid. Pada saat yang sama, mereka memunculkan entitas lain yang mewujud dalam bentuk pendidikan formal terbesar di Indonesia dengan memanfaatkan celah hukum untuk mengelabui mata pemerintah mengenai gerakan mereka. Lain lagi dengan JI, kelompok yang awalnya dipimpin oleh Abdullah Sungkar dan diteruskan oleh Abu Bakar Baasyir ini meluaskan perjuangannya dari lokal ke Asia Tenggara yang meliputi Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand Selatan. Perubahan arah gerakan ini merupakan pengaruh ideologi salaďŹ jihadi yang didapat dari Afghanistan ketika mereka bergabung dengan kelompok Al Qaidah pimpinan Usamah bin Ladin untuk mengusir Uni Soviet.

Setiap kelompok radikal memiliki program besar yang dibangun untuk menarik massa. Tampilan bisa diatur kemudian sesuai dengan segmentasi pasar yang mendominasi dan sasaran targetnya. DI/TII misalnya, atau dikenal dengan nama Negara Islam Indonesia

Sementara yang paling mutakhir adalah Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Kelompok yang muncul pada tahun 2014 ini awalnya merekrut para aktivis NII dan JI yang melihat medan jihad sudah terbuka di bumi

6

Buletin Serantau | Edisi Desember 2018 - Januari 2019


Syam. Setelah Abu Bakar Al Baghdadi menjadi khalifah dan membentuk Islamic State of Iraq and Syam (ISIS), JAD pun merasa telah memiliki negara impian berbendera hitam layaknya yang disebutkan dalam hadits rasul. Dampaknya, perekrutan pun diperluas bukan hanya dari kalangan gerakan radikal saja, melainkan kalangan umum. Tidak terkecuali kelompok Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri.

Strategi Perekrutan Kelompok Radikal Menggarap seseorang hingga tertarik menjadi anggota radikal tidak perlu menggunakan pola yang kaku. Pertama, proses screening (penyaringan) dilakukan sebelumnya untuk memahami calon rekrutan dengan cara memantau keseharian, hobi, permasalahan hingga kekuatan maupun kelemahannya. Ini dilakukan untuk mempermudah infiltrasi doktrin yang disesuaikan dengan kebutuhan calon rekrutan. Dengan pendekatan yang variatif berdasarkan informasi yang didapat sebelumnya, calon rekrutan akan mudah terperdaya hingga memutuskan untuk bergabung. Kedua, guna memastikan keberhasilan, calon rekrutan akan dibatasi ruang geraknya dengan orang lain. Para aktivis kelompok akan menjadikan diri mereka sebagai teman, sahabat bahkan keluarga yang berperan signifikan kepada calon rekrutan untuk membuat mereka merasa diperhatikan dan diterima. Dari semua kelompok di atas, perekrutan anggota dilakukan dengan cara rahasia. Ada yang menggunakan pendekatan offline (luar jaringan), langsung dengan tatap muka maupun melalui jalur online (dalam jaringan) via media sosial. Sasaran utama perekrutan adalah keluarga dan teman terdekat. Bila itu sudah tidak ada lagi, maka sasaran bisa didapatkan dari perkenalan baru. Tahapan yang harus dilalui setiap calon rekrutan adalah indoktrinasi intens dalam bentuk kajian tertutup yang diteruskan dengan prosesi hijrah atau pembaiatan sekaligus menandakan seseorang telah menjadi bagian dari kelompok. Setelah dinyatakan sah, anggota baru akan diaktifkan dalam struktur organisasi (biasanya menggunakan sel terputus). Dalam struktur terkecil inilah setiap anggota akan ikut serta dalam program kelompok,

Perekrutan anggota dilakukan dengan cara rahasia. Ada yang menggunakan pendekatan offline (luar jaringan), langsung dengan tatap muka maupun melalui jalur online (dalam jaringan) via media sosial. ”

Buletin Serantau | Edisi Desember 2018 - Januari 2019

Perbedaan paling mencolok antara anggota kelompok radikal dengan masyarakat umum dengan tampilan fisik dan pakaian yang sama adalah sikapnya yang merasa paling benar, arogan, minim empati dan gampang memberikan label kafir atau thagut kepada pemerintah dan aparatur nya.

seperti penggalangan dana, kajian rutin hingga pelatihan fisik sebagai persiapan aksi teror yang dianggapnya sebagai jihad. Seiring bergabungnya seseorang ke dalam kelompok radikal, perubahan pun terlihat, baik dalam tampilan fisik, gaya berpakaian hingga sikap kepada orang lain. Pemandangan yang umum dapat dijumpai melalui ciri-ciri fisik, seperti memanjangkan jenggot, celana cingkrang serta penggunaan cadar. Akan tetapi, ciri-ciri tersebut tidak selalu menjadi indikasi utama bahwa seseorang bergabung dalam kelompok radikal. Karenanya, hal itu perlu diperiksa lagi berdasarkan pola pikir, gagasannya, sumber rujukan pengetahuannya dan sikapnya yang mengarah kepada kekerasan dengan mempergunakan dalil-dalil agama. Namun demikian, kerap kali ciri-ciri itu menjadi ‘syarat’ tak tertulis yang harus ditampilkan anggota kelompok radikal (terutama kelompok JAD-ISIS) sebagai bagian dari syiar mereka untuk menunjukkan eksistensinya dan membedakan antara dirinya yang telah beriman dan orang lain yang dianggapnya kafir. Perbedaan paling mencolok antara anggota kelompok radikal dengan masyarakat umum dengan tampilan fisik dan pakaian yang sama adalah sikapnya yang merasa paling benar, arogan, minim empati dan gampang memberikan label kafir atau thagut kepada pemerintah dan aparatur nya.

Kerentanan PMI Sebagai Target Rekrutmen Alasan setiap orang untuk bergabung ke dalam kelompok radikal berbeda-beda, seperti berawal dari yang ingin berjihad membantu kaum muslimin, merasa mendapat pencerahan dan menemukan Islam atau bergabung hanya karena ikut-ikutan dan kesepian. Alasan mendapat pencerahan dan ikut-ikutan menjadi

7


jumlah terbanyak dalam rekrutmen kelompok radikal. Pusat Rehabilitasi Korban NII mencatat 64.538 orang dari kalangan buruh kasar dan Pekerja Rumah Tangga (PRT) telah mampu direkrut oleh kelompok NII di Jakarta dalam kurun waktu sepuluh tahun (1977-2007). Jumlah tersebut melampaui angka rekrutan dari kalangan mahasiswa dan pelajar (Pusrehab NII, 2011). Kasus besar yang pernah terekspos publik terkait dengan perekrutan dan mobilisasi PRT untuk kebutuhan penggalangan dana kelompok NII terjadi pada April 2002, (Liputan 6, 2002). Lebih dari 30 PRT tertangkap karena melakukan pencurian atas dasar doktrin radikal dalam rangka mendirikan negara Islam. Dari hasil penyidikan kepolisian, bergabungnya para PRT ke dalam NII adalah karena kedekatan kesamaan nasib di tanah rantau dan merasa memiliki soliditas dalam kebersamaan. Jarang dari mereka yang memang mengerti secara mendalam tentang agama, bahkan terhadap doktrin NII sendiri. Berkaca pada kasus tersebut, segmen PRT di dalam negeri maupun PMI di luar negeri memiliki kerentanan yang sama untuk menjadi target perekrutan kelompok radikal. Mereka jauh dari keluarga, minim pengawasan, kesepian dan butuh perhatian dari sesama. Latar belakang psikologis ini yang menjadi celah besar bagi kelompok radikal untuk memainkan perannya dalam meraih perhatian mereka. Sementara doktrin agama digunakan hanya sebagai pelengkap yang menyempurnakan sentimen kebencian berlegitimasi ayat-ayat Tuhan.

Belajar dari Pengalaman Pusat Rehabilitasi NII

Bergabungnya para PRT ke dalam NII adalah karena kedekatan kesamaan nasib di tanah rantau dan merasa memiliki soliditas dalam kebersamaan. Jarang dari mereka yang memang mengerti secara mendalam tentang agama, bahkan terhadap doktrin NII sendiri.

kesamaan nasib, kesepian dan membutuhkan perhatian dari sesama. Maka pembentukan komunitas yang mengakomodir keresahan mereka menjadi penting. Dari komunitas ini pula disuntikkan pemahaman tentang pola rekrutmen gerakan radikal termasuk pola penanganannya. Jadikan hal ini sebagai masalah bersama yang membutuhkan perhatian setiap individu PMI kepada saudaranya yang lain di tanah rantau. Tidak perlu hal yang membebani, komunikasi dan sharing informasi berkesinambungan dapat meminimalisir perekrutan di kemudian hari. Toh, serigala hanya memangsa domba-domba yang tersesat sendirian, bukan.

Kasus terbanyak yang ditangani Pusrehab NII adalah rehabilitasi korban dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Banyaknya laporan langsung dari orang tua korban memudahkan langkah taktis dilakukan segera. Pola penanganan korban diadopsi dari pola perekrutan ketika masuk NII, yaitu pemutusan komunikasi, doktrinasi dan mobilisasi. Pertama, cara pemutusan komunikasi adalah dengan cara dirumahkan yang disertai dialog intens dengan keluarga hingga korban masuk dalam tahap membuka diri. Kedua, tahap rehabilitasi dilakukan dengan bertatap muka dan berdiskusi dengan para mantan aktivis kelompok radikal demi memberikan perbandingan pemikiran serta menanamkan kembali nilai-nilai Islam yang Rahmatan Lil Alamin. Terakhir, para mantan korban digugah untuk mengeluarkan teman-temannya yang telah direkrut dengan pendampingan dari Pusrehab NII. Berbeda dengan kalangan pelajar dan mahasiswa, strategi deradikalisasi di atas tampak sulit dilakukan untuk menangani kasus rekrutan dari kalangan PRT atau mungkin PMI. Mengingat, umumnya mereka telah dewasa, berdiri sendiri dan jauh dari keluarga. Namun demikian, pola yang lebih memungkinkan digunakan adalah menilik dari alasan mereka bergabung, yaitu 8

Sumber : https://buruhmigran.or.id/ 2019/01/20/strategi-perekrutananggota-oleh-kelompok-radikal/

Buletin Serantau | Edisi Desember 2018 - Januari 2019


OPINI

Mengelola Stres Saat Bekerja di Luar Negeri dengan Tepat Oleh: Sabiqotul Husna S.Psi.,M.Sc | Staf Pengajar Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga

Foto : Pixabay

Bekerja di luar negeri bagi mayoritas pekerja migran Indonesia (PMI) menjadi pilihan hidup yang harus dijalani bertahun-tahun guna mencari sumber penghasilan. Tentu memasuki negara lain dalam keadaan jauh dari sanak keluarga dan berkenalan dengan budaya baru yang mungkin sama sekali berbeda dari negara asal, serta adanya rutinitas bekerja yang padat sehari-hari biasanya membuat PMI membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk beradaptasi. Kondisi kehidupan yang baru di tempat baru tersebut juga kemungkinan akan menimbulkan stres dan kesulitan yang dirasakan PMI.

M

enurut hasil penelitian hampir semua pekerja migran menghadapi kesulitan psikologis saat menjalani proses adaptasi dan berbaur dengan lingkungan dan budaya baru. Hal pertama yang biasanya dialami adalah gegar budaya yaitu reaksi-reaksi emosi yang timbul saat mereka tidak bisa memahami dan memprediksi perilaku orang lain di budaya baru tersebut. Selain itu, mereka juga menghadapi ketidakpastian mengenai standar kehidupan, situasi masa depan dan ekspektasi baik pribadi maupun dari orang lain. Bentuk riil dari gegar budaya ini biasanya terwujud dalam tingkat kecemasan yang tinggi, kebingungan, stres, dan sikap apatis dalam diri PMI. Tantangan yang dihadapi dalam titik ini oleh para PMI adalah bagaimana mengelola efek dari gegar budaya tersebut dengan cara yang tepat. Buletin Serantau | Edisi Desember 2018 - Januari 2019

Lebih lanjut, banyak peneliti telah berusaha mengidentiďŹ kasi efek dari migrasi dan bekerja di negara baru terhadap kondisi kesehatan mental seseorang. Hasil yang sejauh ini didapat adalah migrasi dan bekerja di negara baru menimbulkan efek psikis yang tidak ringan akibat perpisahan jangka panjang dengan anggota keluarga, perubahan relasi sosial dan kesulitan sehari-hari yang dihadapi saat bekerja. Dalam kondisi ini, gegar budaya dan manifestasi kondisi psikis yang kurang baik akibat dari perubahan kultur dan tantangan bekerja di negara baru perlu dipahami sebagai sesuatu yang normal dalam konteks standar reaksi manusia secara umum. Dan hal tersebut adalah bagian dari 9


Migrasi dan bekerja di negara baru menimbulkan efek psikis yang tidak ringan akibat perpisahan jangka panjang dengan anggota keluarga, perubahan relasi sosial dan kesulitan sehari-hari yang dihadapi saat bekerja.

adaptasi normal pada tekanan budaya dan situasi baru yang dihadapi. Satu hal yang perlu diperhatikan pada titik ini adalah bagaimana mengelola stress dan memiliki cara penanggulangan stres yang tepat dan mudah untuk dilakukan dalam menjalani proses adaptasi sembari bekerja. Hal penting yang mungkin perlu diperhatikan adalah mengenali sumber atau alasan dari stres atau cemas tersebut. Tentu sudah cukup mudah dipahami dari uraian di atas hal-hal apa saja dan kondisi seperti apa yang memicu para PMI memiliki kecemasan ataupun tingkat stres yang cukup tinggi ketika memasuki negara baru dan bekerja. Stres secara umum muncul akibat adanya kesenjangan antara kondisi dan situasi yang sedang dihadapi dengan kemampuan seseorang untuk menghadapi dan mencernanya. Bagaimana seharusnya kita mengelolanya? Setelah mengenali sumber stres dan cemas, hal yang bisa dilakukan adalah menemukan dan mengimplementasikan strategi penanggulangan stres. Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk mengatasi stres: Pertama adalah mencari dukungan dalam mengelola stress, yang bisa dijangkau. Ketika PMI masuk lingkungan baru dan menghadapi tuntutan bekerja produktif sehari-hari, besar kemungkinan proses adaptasi membutuhkan waktu karena orangorang yang dikenal di lingkungan baru tersebut adalah orang-orang baru pula. Dalam proses adaptasi tersebut, jika stres dan cemas muncul hal yang bisa dilakukan PMI adalah mencari dukungan dari orang lain yang bisa mereka jangkau dan mereka percayai. Bercerita dengan saudara di negara asal melalui komunikasi jarak jauh adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk masa awal. Selanjutnya para PMI juga akan mampu 10

menemukan dukungan di lingkungan yang baru, bisa dari rekan rekan sesama PMI atau ketika mereka bisa membuka diri mengikuti komunitaskomunitas yang tentunya sejalan dengan tujuan mereka bekerja sebagai PMI. Tentunya banyak dinamika yang dirasa akan berbeda dari satu individu dengan individu lainnya, namun tanpa menaďŹ kan hal tersebut, strategi membuka diri dan berbicara pada seseorang adalah salah satu cara untuk mengelola stres. Dalam hal ini, isolasi atau menutup diri dari orang lain dan dunia luar di sekitar justru akan memicu stres berkelanjutan dan bahkan mungkin depresi. Jadi menjangkau dan berbicara serta bercerita dengan teman yang bisa dipercayai akan membuka celah untuk menurunkan tekanan psikis yang sedang dirasakan. Dalam hal ini, prinsip mencari dukungan dan bercerita pada teman adalah membagi beban psikis yang sedang dirasakan. Teman yang menjadi pendengar tidak harus lantas memperbaiki keadaan yang sedang dihadapi. Ia hanya perlu menjadi pendengar yang baik dan menguatkan serta memberi dukungan untuk mencari solusi yang mungkin bisa memperbaiki keadaan. Strategi kedua adalah penyeimbangan kegiatan bekerja sehari-hari dengan relaksasi singkat di selasela bekerja dan hari libur. Banyak dari kita yang belum menyadari bahwa hal-hal kecil dapat kita lakukan untuk menurunkan stres dan menjadikan kondisi psikis kita lebih baik. Pada konteks ini, kita menyadari bahwa beban kerja PMI tentu bisa dikatakan besar, bahkan ada banyak PMI yang terjebak dalam kondisi beban kerja yang tinggi dan bahkan berlebih seperti bekerja melampaui standar jam kerja tanpa waktu untuk istirahat. Hal tersebut bisa jadi adalah sumber stres itu sendiri. Bagaimana lantas menyikapi hal tersebut? PMI bisa melakukan relaksasi ringan di sela-sela bekerja. Lima sampai tujuh menit jeda bisa diisi dengan mendengarkan lagu kesukaan sembari relaksasi. Relaksasi dapat dilakukan melalui olah pernafasan: tarik dan hembus nafas secara teratur dan berulang.

Berbicara serta bercerita dengan teman yang bisa dipercayai akan membuka celah untuk menurunkan tekanan psikis yang sedang dirasakan. Dalam hal ini, prinsip mencari dukungan dan bercerita pada teman adalah membagi beban psikis yang sedang dirasakan.

Buletin Serantau | Edisi Desember 2018 - Januari 2019


positif, dukungan keagamaan dan lain lain. Sedang yang kedua adalah coping yang bersifat maladaptif (a) dan destruktif meliputi penghindaran, isolasi diri, mencari pelarian dengan menggunakan zat-zat terlarang, seperti narkotika) dan lain lain.

Dalam hal ini membekali dan memfasilitasi para PMI oleh pihak-pihak terkait sebelum berangkat ke luar negeri untuk bekerja dengan pelatihan pembentukan karakter, keterampilan sosial, komunikasi dan adaptasi di budaya baru serta kemampuan mengelola stres tentunya menjadi sangat dibutuhkan oleh PMI.

Aktivitas ini dapat dilakukan pada setiap sesi bekerja di luar waktu istirahat. Hal tersebut memang terlihat sepele namun sebetulnya akan membantu untuk mengendurkan tegangan tubuh dan menyegarkan pikiran. Jika para PMI memiliki hari libur, hal tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan relaksasi dengan berjalan-jalan, olahraga ringan dan menikmati hari tersebut untuk menyegarkan tubuh dan pikiran. Hal ketiga adalah mencari layanan konsultasi dengan tenaga profesional, yaitu psikolog atau konselor yang bisa dijangkau. Banyak LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan lembaga yang memiliki perhatian lebih terhadap kesejahteran PMI baik secara sosial dan psikis yang saat ini mungkin telah banyak mensosialisasikan tentang pentingnya menjaga kesehatan mental bagi PMI saat bekerja. Maka, jika dalam beberapa konteks beban psikis dirasa telah di luar batas dan mengganggu aktivitas sehari-hari dalam bekerja dan bersosialisasi, maka PMI bisa mencari layanan konsultasi dengan konselor atau psikolog yang mungkin bisa dimediasi oleh lembaga pemerhati kesejahteraan PMI tersebut.

i: Yu V, Granskaya., Lizhenkova E.V.,(2015) Coping with Stress in Migrant Workers, Psychology and Law,Vol 5 no 4, 106-126, doi 10,17759/psylaw.2015050410, ISSN; 22225196 (a) maladaptif: kegagalan individu mengintegrasikan aspekaspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis

Sumber : https://buruhmigran.or.id/ 2019/01/23/mengelola-stres-saat-bekerja -di-luar-negeri-dengan-tepat/

Pada prinsipnya, jika kita berbicara lebih lanjut mengenai cara atau strategi mengelola stress, ada dua kategori yang bisa kita simpulkan. Pertama adalah strategi mengelola stress yang konstruktif dan adaptif yang meliputi pencarian solusi atas masalah yang tengah dihadapi (problem-solving), mencari dukungan sosial, fokus pada emosi-emosi Buletin Serantau | Edisi Desember 2018 - Januari 2019

11


SASTRA DAN BUDAYA

Dinar di Negeri Jiran

Oleh Anisa Vitri

Pagi itu Bandara Soekarno Hatta sudah dipadati penumpang pesawat yang akan pergi atau tiba dari berbagai tujuan. Di antara kesesakan itu terlihat seorang gadis cantik tengah sibuk menarik koper dan menggendong tasnya berjalan ke counter check in. Dialah Dinar, seorang gadis berparas cantik pemilik kulit sawo matang. Dinar baru saja menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA), wajahnya lugu namun terlihat penuh keberanian dan semangat. Wajahnya tak menampakan apa yang sedang ia rasakan dalam hati kecilnya. Ia merasa gelisah dan hatinya menangis, tapi ia harus kuat demi impian untuk mengubah setitik jalan hidup keluarganya.

D

inar tahu tidak ada pilihan lagi selain pergi jauh ke negri jiran, mencoba peruntungan di negeri orang. Hatinya berusaha tegar ketika temantemannya sibuk dengan ujian masuk perguruan tinggi. Dinar harus sibuk mencari nafkah untuk keluarganya dan sibuk menyemangati diri sendiri. Dinar sadar bahwa citacitanya sulit dicapai, tetapi Dinar selalu optimis. Dinar tak pernah membayangkan bahwa ia harus pergi jauh dari keluarga yang selalu melindungi dan menyayanginya. Dinar paham begitu besar harapan keluarga pada dirinya sehingga ia tidak boleh lemah dan menyerah. Dinar yakin bahwa ia akan mampu menghadapi semua, tak perduli apa yang orang katakan, yang dia tahu hanyalah berjuang untuk keluarganya. Dinar baru saja keluar dari perut sang singa yang mengantarkannya jauh ke negeri seberang. Hati Dinar mulai berdebar, matanya sibuk melihat kanan dan kiri membaca petunjuk untuk keluar. Dinar masih tak percaya kalau ia sudah berada jauh dari tanah air. Matanya mulai memerah ingin menangis namun berusaha ia tahan. Kakinya terus berjalan keluar menyusuri bandara KLIA sambil mencari seseorang yang menjemputnya siang ini. Dari kejauhan seorang lelaki paruh baya memakai kemeja biru dan celana hitam melambai tangan pada Dinar.

12

"Hey ..Dinar ye?" lelaki itu memanggil Dinar dan menghampirinya. " Eh, ya pak," jawab Dinar singkat. "Oh ya, name saya Azman," lelaki itu memperkenalkan diri dengan logat Melayu yang khas. "Ya pak," kata Dinar "Ok, kalau macam tu jom kita pegi tengok hostel awak," kata Dinar. Dinar mengikutinya dari belakang. "Macam mana Dinar, tadi perjalanan ok tak?" tanya Azman. "Oh ok aja bang, tapi tadi agak takut nyasar hehe," jawab Dinar malu. "Ohh...tape, ďŹ rst time memang macam tu, dah sampai sini juga ok lah tu," ujar Azman. Sesampainya di depan hostel, Dinar berdiri merenung bangunan tinggi di hadapannya. Disinilah rumahku, rumah yang akan menjadi tempat berlindungku dari panas dan hujan yang akan menjadi tempat ku bersembunyi dari segala tangis kerinduan. "Dinar.. " suara Azman membuyarkan lamunannya. "Ya pak," jawab Dinar segera. "Ini kunci rumah awak, awak naik cari bilik nombor Buletin Serantau | Edisi Desember 2018 - Januari 2019


terlalu asyik mengobrol dengan Desi, Dinar hampir saja lupa mengabari keluarganya. Dinar segera masuk kamar dan menelpon bapaknya di kampung halaman. "Assalamu'allaikum pak?," suara Dinar riang, menutupi rasa sedihnya. "Wa'allaikumussalam, ya Dinar. Kamu sudah sampe nak?" jawab Bapaknya. "Ya pak, maaf baru ngabarin tadi Dinar ketiduran," kata Dinar. "Ya nggak apa-apa sayang, tapi maaf udah dulu ya, bapak lagi di pasar nanti kita sambung lagi," terang Bapaknya. "Ya pak, nggak apa-apa, bapak hati-hati ya. Nanti Dinar telepon lagi,"katanya.

tujuh ye, tak paya takut nanti ada banyak kawan. Sekarang dia orang tengah buat kerja, tunggu kawankawan balik kerja nanti boleh sembang dengan kawan," kata Azman. "Ya pak, terima kasih," singkat Dinar. Setelah Azman pergi, Dinar masuk dalam bangunan itu. Kakinya mulai melangkah menaiki anak tangga sambil kesusahan membawa koper, matanya memandang setiap nomor yang melekat di pintu rumah. Mata Dinar melihat ke atas, terlihat angka 7 melekat di pintu. Dinar tersenyum, langsung naik ke atas dan segera masuk ke dalam rumah at nya. Rumah itu sejuk dan tertata rapi, Dinar masuk kamar lalu duduk di atas kasur yang telah disiapkan untuknya. Dinar mulai membayangkan seperti apa rupa dan perangai teman-teman satu rumahnya. Siang itu Dinar benar-benar sangat lelah hingga ia langsung tertidur di atas kasur. Samar-samar Dinar mendengar seseorang membuka pintu, ia bangun untuk melihat siapa yang datang. Terlihat seorang perempuan duduk di kursi yang sepertinya sedang kelelahan. "Eh, anak baru ya," perempuan itu melihat Dinar berdiri di pintu kamar dan langsung menyapanya. "Hehe ya teh, kenalin nama saya Dinar," ucap Dinar diiringi senyum manisnya. "Oh, Dinar. Saya Desi, tadi dateng jam berapa, Din?" katanya. "Jam 2-an teh,"melihat prilaku Desi yang begitu ramah pada Dinar membuat rasa takut Dinar sedikit reda. Setelah mengenal salah satu teman satu rumahnya, dari obrolan mereka Dinar dapat tahu kalau Desi berasal dari Bandung dan usia mereka berbeda 6 tahun. Desi ialah perempuan yang bertubuh lebih kecil dari Dinar. Desi memiliki kulit yang cerah dan berparas cantik, karena Buletin Serantau | Edisi Desember 2018 - Januari 2019

Sebelum menutup telepon Dinar mendengar suara batukbatuk yang membuat hatinya menjadi gusar. “Pokoknya aku harus rajin kerja ,biar bisa periksain bpk kedokter dan bpk gak usah kerja lagi,� ucap Dinar lirih. Tanpa terasa air matanya menetes, Dinar sadar tidak ada siapapun yang bisa diharapkan keluarganya selain dirinya sendiri. Hari pertama Dinar masuk kerja terlihat wajahnya penuh semangat dan ceria hingga orang lain tak bisa menerka betapa sakit rasa hatinya. Dinar tak sabar ingin segera tahu apa yang akan ia kerjakan nanti, karena Dinar belum tau apa yang ia akan kerjakan. Dinar hanya tau ia bekerja sebagai operator, ia tak peduli susah atau tidaknya pekerjaan itu. Dinar hanya tahu ia datang untuk bekerja dan mendapatkan uang untuk keluarganya. Delapan jam Dinar tegak berdiri, dua tangannya sibuk mengikuti ritme kerja yang cepat. Dinar mulai merasakan kaki dan tangannya lelah, namun ia tetap tersenyum. Hampir setiap malam Dinar membalurkan hot cream ke kaki dan tangannya yang sakit, ia belum terbiasa dengan ritme kerja di kilang. "Kenapa Din? Sakit kaki ya?," tanya Desi sambil sedikit tertawa. "Ya teh, belum biasa kali ya hehe, " kata Dinar. "Ya bener, nanti kalau udah biasa nggak sakit lagi kok," jawab Desi meyakinkan. Bagi Dinar sakit di kaki dan tangannya tak seberapa sakit jika dibandingkan dengan sakit hatinya saat melihat bapaknya sakit dan keluarganya dalam kesusahan. Beban hidupnya terlalu berat untuk dipikul sendiri, Dinar hanyalah seorang gadis 18 tahun yang berani mengadu nasib ke negeri jiran , demi menafkahi keluarganya.

Sumber : https://buruhmigran.or.id /2019/01/19/dinar-di-negeri-jiran/ 13


PENGALAMAN MIGRAN

Ceritaku Oleh: Castirah Pekerja Migran Indonesia di Malaysia, Anggota Serantau

Menjadi Pekerja Migran di Arab Saudi dan Malaysia

P

engalamanku menjadi pekerja migran ke luar negeri dimulai saat umur 18 tahun dengan penempatan pertama ke Arab Saudi. Proses mulai masuk ke P3MI/PJTKI hingga penempatan ke negara tujuan saat itu empat bulan. Kehidupan di Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) (saat itu PJTKI) tidak seindah yang dibayangkan. Tidur hanya beralaskan kain batik yang saya bawa dari rumah dan beberapa pakaian yang dijadikan bantal. Makanan disajikan seperti makanan ayam dengan piring plastik berisi satu centong nasi, satu iris tempe, satu ikan asin dan dua kerupuk. Sesampai di negara tujuan, saya langsung dihantarkan ke rumah majikan di kawasan Wadida Waser, Arab Saudi. Saya tidak punya pengalaman bekerja sama sekali waktu itu, tetapi majikan sangat baik dan mau mengajari saya. Saya tinggal bersama dengan majikan laki-laki dan perempuan dengan tiga orang anak yang masih kecil-kecil. Saya tinggal di rumah besar bertingkat, harus bersih-bersih setiap hari dan menyiapkan makan pagi, siang dan malam. Saya menyelesaikan kontrak dalam waktu dua tahun dan harus pulang kembali ke tanah air. Waktu itu tidak ada niatan lagi untuk kembali ke Arab Saudi. Setiba di rumah terjadi pertengkaran dengan suami karena ada perempuan lain dalam kehidupan rumah tangga kami. Sakit hati saat saya berjuang di luar

14

negeri, suami bersenang-senang dengan perempuan lain. Setelah tiga minggu di rumah, saya memutuskan untuk pergi ke Arab Saudi kembali, kali ini di Kota Riyadh. Baru sepuluh bulan bekerja, saya mendapatkan pelecehan seksual dari adik majikan yang tinggal satu rumah dengan majikan. Akhirnya saya minta dipulangkan ke Indonesia dan tanpa banyak tanya majikan langsung memulangkan saya. Setelah bertahun-tahun di rumah, akhirnya saya hamil anak kedua. Setelah anak itu lahir dan berumur lima tahun, saya pergi lagi ke Uni Emirat karena keadaan ekonomi yang kurang baik. Majikan baik pada saya, selama dua tahun bekerja saya dibawa umroh ke tanah suci Mekkah sebanyak dua kali. Dua bulan sebelum selesai kontrak, saya pulang ke tanah air karena ibu meninggal dunia. Setelah kepergian ibu, saya pergi kembali ke Arab Saudi, di majikan ini saya diperlakukan tidak manusiawi. Saya hanya tidur di lantai tanpa alas selimut atau bantal, majikan juga tidak peduli apakah pekerjanya makan atau tidak. Di rumah majikan ini, saya mendapat pelecehan seksual dari majikan. Akhirnya baru satu bulan kerja saya memutuskan lari dari majikan. Sewaktu lari saya mendapat pertolongan dari seseorang yang sedang mencuci mobil di pinggir jalan. Orang itu menelpon polisi dan datanglah dua orang polisi yang membawa saya ke kantor polisi. Majikan datang dan merayu saya agar saya mau balik kerja Buletin Serantau | Edisi November 2018


di rumahnya. Saya tidak mau karena mungkin saja majikan akan menyiksa saya dan susah untuk lari lagi. Akhirnya polisi dan majikan sama-sama memutuskan bahwa saya harus di penjara, selama 12 hari di penjara diperlakukan baik karena memang tidak terbukti bersalah. Saya dipulangkan ke tanah air dan paspor saya baru kembali setelah beberapa tahun di rumah. Tahun 2006, saya memutuskan untuk pergi ke Taiwan yakni ke Chongwa. Dalam perjanjian kerja, saya hanya menjaga seorang nenek sehingga saya langsung tanda tangan. Sesampainya di sana, ternyata saya menjaga dua orang, yakni nenek dan kakek. Nenek dan kakek ini sangat pikun dan sering berselisih kehilangan uang yang kemudian menuduh saya yang mengambilnya. Kakek bilang pada anaknya bahwa saya mencuri, anaknya langsung menelpon polisi dan KDEI. Dua orang polisi datang, dua orang dari KDEI datang, agensi juga datang dan memeriksa saya. Polisi mulai memeriksa saya dan tidak ada bukti bahwa saya mencuri uang dari kakek dan nenek. Akhirnya setelah satu tahun setengah, akhirnya saya minta pulang karena tidak tahan lagi selalu dituduh mencuri oleh majikan. Pada tahun 2016, saya pergi lagi ke Malaysia dan mendapat majikan di Melaka setelah sebelumnya diproses oleh P3MI/PJTKI selama 3 bulan. Saya menjaga nenek yang tinggal sendiri di sebuah rumah. Setelah dua bulan bekerja saya dipulangkan ke agensi karena nenek tidak menyukai saya dengan alasan muka saya mirip dengan anaknya yang selama ini dia benci. Sesampainya di agensi saya harus pindah-pindah majikan sampai sembilan

HUMOR

kali dalam kurun waktu 14 bulan. Di majikan terakhir saya dianggap sebagai pembantu kotor yang banyak kuman dan menjijikkan. Pukul tiga pagi di saat majikan sedang lelap tidur, saya memberanikan diri untuk keluar dari rumah dan melompat tembok pagar rumah berjalan tanpa arah tujuan. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya anjing menggonggong karena majikan tinggal di kawasan perumahan orang Tiongkok. Setelah satu jam berjalan kaki, saya memasuki kawasan perumahan Foto : Pixabay orang Melayu dan berjumpa dengan seorang pak cik yang akan mengambil tas nya di mobil. Saya diajak masuk rumah oleh pak cik, disuruh mandi, solat subuh, diberi makan pagi dan disuruh untuk istirahat lebih dulu. Saya meminjam handphone milik pak cik untuk menelpon kawan di Kuala Lumpur. Pukul tiga petang, kawan mengambil saya dan meluncur ke Kuala Lumpur pukul delapan malam. Di rumah majikan baru tersebut ada tiga orang pekerja, salah satunya adalah Nasrikah, Koordinator Serantau. Saya menceritakan semua masalah saya, akhirnya dengan dibantu Serantau dan Tenaganita saya berhasil mendapatkan paspor dan gaji yang belum saya terima sebanyak RM8000 atau setara dengan Rp 28 juta. Sejak saat itu saya tertarik untuk mengikuti kegiatan Serantau karena menurut saya dapat menambah ilmu, pengalaman dan teman-teman di perantauan.

Sumber : https://buruhmigran.or.id/ 2019/01/23/ceritaku-menjadi-pekerjamigran-di-arab-saudi-dan-malaysia/

Oleh Samsuri

Ustadz Bawa Perasaan (Baper) Humor kali ini bercerita tentang ustadz baper yang suatu hari ditanya oleh salah satu santrinya. Santri

: Assalamu’alaikum Ustadz

Ustadz : Wa’alaikumsalam wr.wb Santri

: Ustadz, saya mau tanya, berkumur pake kuah bakso saat kita berpuasa boleh apa tidak?

Ustadz : Ya jelas nggak bolehlah! Santri

: Kenapa kok gak boleh ustadz? (Santri tetap penasaran)

Ustadz : Karena kita tidak boleh berkumur dengan sesuatu yang memiliki rasa, apalagi rasa ingin memiliki. Buletin Serantau | Edisi Desember 2018 - Januari 2019

15


MEMERIKSA

KEBENARAN BERITA DI INTERNET 1

MEMERIKSA ALAMAT WEBSITE

2

PERHATIKAN LOGO DAN NAMA WEBSITE BERITA YANG MEMUAT KONTEN

Jika kita ragu terhadap kebenaran berita di internet, teliti siapa nama orang yang membuat website dan penulisnya. Anda bisa mencari pemilik website dan penulis konten melalui mesin pencari seperti Google

Nama website abal-abal biasanya meniru media resmi, misalnya ada situs media online detik.com. Situs abal-abal bisa dibuat dengan nama

3

WEBSITE ABAL-ABAL MEMUAT BANYAK IKLAN Website abal-abal biasanya banyak sekali iklannya karena pembuat situs itu ingin mendapatkan uang dari banyaknya iklan

4

MEMBANDINGKAN CIRI-CIRI SITUS RESMI DAN DAPAT DIPERCAYA Teliti nama penulis yang jelas dan bisa dipercaya, teliti juga pakah narasumbernya benar-benar ahli dan layak dipercaya.

5

CEK NAMA LEMBAGA

6

HATI-HATI DENGAN JUDUL

7

TELUSURI KONTEN

Setiap media yang bertanggungjawab dan bisa dipercaya selalu mencantumkan nama lembaga yang membuat media, penanggung jawabnya, jajaran redaksi dan alamatnya.

Hati-hati dengan judul dan juga isi informasi yang bombastis atau sensasional karena biasanya ini untuk membangkitkan amarah pembaca.

Bandingkan dan telusuri lebih lanjut informasi dalam konten tersebut ke situs-situs lainnya agar kita bisa mendapatkan perbandingan informasi

Panduan lainnya dapat dibaca di www.buruhmigran.id Infografis ini diterbitkan oleh Pusat Sumber Daya Buruh Migran, INFEST Yogyakarta dengan dukungan United Nation Entity for Gender Equality and Empowerment of Women (UN Women). Isi dari terbitan ini sepenuhnya tanggungjawab Komunitas Serantau dan Infest Yogyakarta serta tidak selalu mencerminkan pandangan UN Women.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.