Buletin Payo-Payo Edisi 05

Page 1

HALAMAN 1

PAYO-PAYO

kabar pertanian dan pembangunan dari warga Edisi V Februari 2014

Pangan Lokal untuk Kehidupan REDAKSI PAYO-PAYO

Foto: Anwar Jimpe Rachman

Beberapa bulan terakhir ini sebuah majalah ternama, National Geographic yang bermarkas di Washington melompat ke tahun 2050, di mana mereka mengkhawatirkan ketersediaan pangan untuk makan 9 milyar manusia di planet bumi pada masa yang akan datang. National Geographic dalam beberapa bulan terakhir membuat delapan seri bertema Future of Food Series. Salah satunya edisi April dengan judul, Eat, The New Food Revolution (makan, revolusi pangan baru). Media itu juga membuat kanal khusus food.nationalgeographic.com. Persoalan besar yang mereka informasikan mengenai ledakan jumlah penduduk dan keterbatasan makanan. Puncaknya, tahun 2050, pupulasi manusia meningkat 35%, sehingga dunia butuh 100 milyar ton bahan pangan per tahun.

bentuk kelaparan baru yang tengah melanda warga Amerika Serikat, di mana jutaan pekerja setiap hari memenuhi kebutuhan makanannya yang tak mereka ketahui sumbernya. Di Amerika Serikat, sebagian besar makanan olahan dibuat dari bahan-bahan dengan kadar kemurnian buruk. Seperti, cream yang tak mengandung susu, sari jeruk yang tak mengandung jeruk, atau biskuit keju, yang tak sedikipun me­ ngandung keju. Sebagian besar bahan makanan tersebut berasal dari zat-zat tambahan yang dapat merekayasa rasa.

Sebuah artikel di situs itu, “The New Face of Hunger (Wajah Baru Kelaparan)�, menyajikan Makanan segar hanya bisa dimakan di awal


HALAMAN 2

Di Indonesia, rata-rata tiap rumah tangga petani menggarap 0,89 hektar. Padahal sekitar 17,73 juta petani menanam padi dengan hasil mencapai 72 juta ton beras per tahun. Produksi beras itu memenuhi kebutuhan 98% dari 230 juta perut orang Indonesia. bulan, ketika mereka baru mendapat upah. Ba­ nyak produk makanan di Amerika yang hanya mengandalkan perasa makanan. Jus jeruk tanpa jeruk atau biskuit rasa sayur tanpa sayur sesungguhnya. Akibat makanan yang tak jelas sumbernya itu banyak orang menderita kegemukan. Anak-anak kurang nutrisi. Dan Inilah yang mereka sebut ‘wajah baru kelaparan’.

rut orang Indonesia. Jadi, perut kita diberi makan oleh petani kecil yang hidup pas-pasan.

Lantas, benarkah kita menghadapi ancaman kelaparan akibat ledakan populasi manusia di masa mendatang? Faktanya, hanya setengah dari produksi pangan dunia yang dimakan oleh manusia, 70% nya dicukupi oleh hasil produksi petani kecil. Ke mana makanan yang diproduksi Sekilas tampak masuk akal dan menimbulkan oleh perusahaan-perusahaan agroindustri? kepanikan. Tapi bagaimana dengan solusi yang Agroindustri menghasilkan 36% pangan yang mereka tawarkan mengenai pengembangan tersedia di dunia untuk bahan biofuel, bahan baagrobisnis di mana-mana supaya bisa meme­ kar yang terbuat dari bahan-bahan organik. Di nuhi kebutuhan pangan dunia? negara-negara Eropa Utara dan Amerika Utara, Solusinya lagi-lagi agrobisnis, yang mensyarat- 45% bahan pangan diproduksi untuk makanan kan penggunaan lahan luas, teknologi, dan mo­ ternak dan energi. Sedangkan di Asia dan Afdal yang hanya akan melibatkan segelintir kong­ rika, 70-89% bahan makanan yang diproduksi lomerat atau perusahaan multinasional. Bisnis dimakan manusia. ini akan mempraktikkan pertanian monokul*** tur yang akan menghilangkan keanekaragam­ an pangan dan benih lokal. Benih-benih yang Di Amerika Serikat, negara yang mensponsori diproduksi agrobisnis dipatenkan, sehingga pasar bebas dunia, petaninya dilindungi dan petani tak bisa mengembangkan benih sendiri. disubsidi. Presiden Amerika ke 16, Abraham Sementara pemerintah tunduk pada aturan Lincoln menetapkan undang-undang yang bermain yang mereka bikin untuk kepentingan bis- nama Homestead Act 1862. Dengan peratur­ an tersebut negara membagikan tanah kepada nisnya. petani seluas 65 hektar per unit. Undang-unDi Indonesia persoalannya bukan tentang jarak dang tersebut menjadi bangunan dasar kekuageografis antara produsen dan konsumen, tetapi tan pertanian di Amerika. soal jarak petani dari alat produksi utamanya, tanah. Di Indonesia, ada 26,14 juta petani kecil Dalam masa yang hampir bersamaan, Jepang yang kepemilikan lahannya tidak sampai 1 hek- melakukan reformasi agraria untuk yang pertatar. Beda jauh dengan Amerika Serikat, negara ma kali tahun 1868, tapi gagal. Landreform yang promotor agrobisnis, terdapat 2,1 juta petani kedua, sukses tahun 1945. Sejak itu, reformasi yang menggarap lahan rata-rata seluas 175 ha/ agraria menular ke negara-negara lain, seperti Korea, India dan Iran. Hingga saat ini, subsidi orang. pemerintah negara-negara tersebut terus berDi Indonesia, rata-rata tiap rumah tangga petani lanjut. menggarap 0,89 hektar. Padahal sekitar 17,73 juta petani menanam padi dengan hasil menca- Di Jepang, walaupun industri melesat, tidak pai 72 juta ton beras per tahun. Produksi beras membuat petaninya lemah. Di sana kepemiitu memenuhi kebutuhan 98% dari 230 juta pe- likan tanah malah meningkat sebab peme­


HALAMAN 3

rintahnya melindungi kepemilikan tanah para petani. Khudori dalam bukunya Neoliberalisme Menumpas Petani menyebutkan contoh di Hokkaido. Di sana, rata-rata kepemilikan petani 20 hektar. Para petani dilindungi secara khusus melalui lembaga pemerintah dari gempuran pasar global.

makin berkurang. Laporan itu mengacu pada data Badan Pusat Statistik. Rumah tangga yang menanam padi di tahun 2013 tinggal 20,4 juta rumah tangga, 31,17 rumah tangga petani sepuluh tahun lalu. Untuk usaha tanaman jagung juga terjadi penurunan tahun 2003 ada 6,4 juta, sepuluh tahun kemudian turun menjadi 5,1 juta.

Di Thailand, seperti Indonesia. Thailand meng­ andalkan pangan dari petani kecil. Tapi, di sana petaninya dilindungi oleh pemerintah dari persaingan global, melalui subsidi dan bank khusus petani Bank for Agriculture and Agricultural Cooperatif (BAAC). Demikian juga di Afrika Selatan yang lama ditekan oleh sistem politik apartheid. Dia menyubsidi petani dan mendirikan bank khusus untuk petani untuk menyelesaikan masalah struktural.

BPS mencatat nilai tukar petani mengalami penurunan selama Juli 2014 menjadi 98,04%. Nilai tukar petani tersebut masih stabil di bawah 100% menunjukkan rendahnya kesejahteraan petani tanaman pangan. Nasib serupa juga dialami oleh petani hortikultura. Penurunan nilai tukar itu akibat harga penjual­ an gabah kering petani dan gabah kering giling pada Juli juga turun drastis. Rata-rata harga

Jumlah petani di Indonesia semakin berkurang, dengan mengacu pada data Badan Pusat Statistik. Rumah tangga yang menanam padi pada tahun 2013 tinggal 20,4 juta rumah tangga, 31,17 rumah tangga petani sepuluh tahun lalu. Untuk usaha tanaman jagung juga terjadi penurunan tahun 2003 ada 6,4 juta, sepuluh tahun kemudian turun menjadi 5,1 juta. Pada September 1960, Soekarno mengesahkan Undang-Undang Pokok Agraria 1960. Akan tetapi, program itu tertumpas sendirinya oleh kebijakan Revolusi Hijau oleh Orde Baru. Revo­lusi hijau, kebijakan tata kelola pertanian. Dia mensyaratkan penggunaan bibit unggul, pupuk kimia dan teknologi pertanian. Tujuan utamanya, menghasilkan panen sebanyak-ba­ nyaknya. Tapi revolusi hijau hanya menyisakan kemiskinan dan ketergantungan akut terhadap produk kimia, kerusakan ekosistem, dan utangutang tak terbayar yang memaksa para petani melepaskan lahannya satu per satu. *** Buntut dari revolusi hijau, petani di Indonesia menghuni kantung-kantung kemiskinan. Dari 28,55 juta penduduk miskin, lebih dari separuh­ nya (62,8%) merupakan petani. Di pulau Jawa, setengahnya merupakan petani tak berlahan.

gabah kering sebesar Rp 4.097,92 per kg dan harga gabah kering giling sebesar Rp 4.171,76. Sedangkan, penurunan nilai tukar petani hortikultura akibat jatuhnya harga sayur-sayuran, khususnya harga cabe yang turun hingga Rp 2000 – 4000 di tingkat petani pada awal Juli. Dari jumlah petani yang semakin berkurang itu, petani dihadapkan juga dengan kesulitan mendapat lahan pertanian yang semakin sempit akibat alih fungsi lahan untuk pembangunan infrastruktur, perumahan dan pabrik-pabrik. Termasuk pabrik-pabrik agroindustri yang te­rus melindas tanah-tanah pertanian di pinggir­an kota. ***

Dengan kondisi terpuruk, sebagian petani kecil di Indonesia masih bisa membangun kemandiriannya tanpa campur tangan pemerintah. Di Desa Tompobulu, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, para petaninya berinisiatif memutus Laporan mingguan Geotimes, 25 Agustus 2014 rantai revolusi hijau. Mereka membuat sendiri menunjukkan jumlah petani di Indonesia se-


Foto: Dok. Payo-Payo

HALAMAN 4

Di Indonesia, ada 26,14 juta petani kecil yang kepemilikan lahannya tidak sampai 1 hektar. Beda jauh dengan Amerika Serikat, negara promotor agrobisnis, terdapat 2,1 juta petani yang menggarap lahan rata-rata seluas 175 hektar per orang. pupuk organik untuk padi dan tanaman lain, semisal kacang tanah. Sekarang, bahkan sebagian dari mereka berhasil memanen padi organik dan panen terus meningkat yang selalu bisa memenuhi kebutuhan makan satu desa, yang terdiri dari 700 rumah tangga. Belakangan, mereka bisa menjual surplus berasnya ke luar desa. Mereka juga menghasilkan madu, gula merah dan kacang tanah. Rupanya, keberuntungan desa itu berkat ke­ teguhan para petani tua mempertahankan pengetahuannya. Mereka memilih menggunakan bibit sendiri, ketimbang anjuran para penyu­luh lapangan utusan dinas pertanian. Mitos kelangkaan pangan memang senjata utama para korporasi untuk membenarkan praktik industri pertanian monokultur, supaya benihbenih beranekaragam yang tersebar di seluruh pelosok bumi musnah, diganti dengan benihbenih bikinan pabrik hasil rekayasa genetik. Jika itu terjadi, petani akan semakin berkurang, dan makanan kita dibuat di pabrik-pabrik raksasa.

telah melindunginya. Ini soal ketahanan pangan sekaligus ketahanan budaya,” ujar Vandana Shiva yang dikutip oleh mingguan Geotimes, edisi Agustus. Ia seorang aktivis anti globalisasi asal India. Dia mendirikan ratusan bank benih di seluruh penjuru India. Dalam edisi ini, kami menghantarkan kepada Anda beberapa artikel mengenai pentingnya pangan lokal yang terwakili dalam artikel Wida Waridah berjudul, “Meja Makan Sumber Kesehatan Keluarga” dan kisah seorang perempuan bernama Fitriani A.Dalay. Ia membuang jauh kebiasaan minum obat kimia dan beralih mengkonsumsi buah dan sayur lokal untuk kesehatannya. Ada juga, gagasan dari Sunardi Hawe, yang memaparkan sistem transaksi untuk mendukung petani kecil dan merintis kedaulatan pangan. Sementara itu, Rahiwati merekam kebiasaan suku Tolaki bertukar sagu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Terakhir, artikel dari Hasnulir, mengenai hak dasar manusia atas pangan.

“Semakin banyak kita makan makanan lokal yang beraneka ragam, semakin banyak pula kita Selamat membaca.


HALAMAN 5

Memutuskan Rantai Ketergantungan Impor Pangan SUNARDI HAWI

Kelompok yang paling dimiskinkan dari kebijakan pemerintah mengimpor pa足 ngan adalah petani. Sementara jumlah petani di Indonesia berdasarkan sensus pertanian 2013 ada 20,4 juta rumah tangga petani, menurun dari sepuluh tahun lalu yang berjumlah 31,17 juta rumahtangga. Penyusutan itu akibat kemiskinan yang dialami petani, sehingga mereka berpindah matapencaharian menjadi buruh atau pedagang. Jika ini terus terjadi, produsen pangan akan terus berkurang, dan kita akan semakin tergantung pada pasokan impor. Saat ini, ada lebih dari 15,4 juta ton pangan impor yang membanjiri pasar di Indonesia, sebagaimana dipublikasikan Badan Pusat Statistik periode Januari hingga Oktober 2013. Nilai impor itu sekitar Rp 8,5 triliun. Jenis pangan yang diimpor di antaranya cabai, singkong, kopi, bawang, tepung terigu, kedelai, dan beras, bawang merah. Bahkan untuk pangan yang biasa ditanam orang-orang desa di halaman rumah, macam singkong dan cabai. Pemerintah beralasan produksi petani tidak mencukupi kebutuhan dalam negeri. Proses perdagangan antarnegara memang sulit dihindari dalam posisi Indonesia sebagai negara yang terlibat dalam perdagangan bebas. Namun pemerintah harusnya lebih mengutamakan produksi dalam negeri dan berkewajiban melindungi petani sebagaimana yang dilakukan oleh negara-negara maju, negara yang getol mengampanyekan perdagangan bebas di semua bidang, termasuk bahan-bahan pangan. Meningkatnya biaya sosial, kesehatan, dan pendidikan di tengah minimnya subsidi bagi petani memaksa petani berpindah pekerjaan. Sebagian dari mereka bermigrasi ke kota untuk mencari nafkah. Mereka menempati pekerjaan-pekerjaan informal, seperti buruh bangunan, buruh angkut, ojek, dan lain-lain.

Profesi petani jadi kutukan, melekat dengan kemiskinan. Para pemuda tak berminat menjadi petani. Dalam tulisan ini, saya akan menawarkan sebuah sistem yang bisa menjadi pilihan untuk mendukung usaha pertanian skala kecil di Indonesia, sebuah sistem yang membangun kerjasama antara konsumen di kota dengan petani di desa. Sistem ini dikenal dengan istilah CSA (Community Supported Agriculture atau juga kerap disebut Community Shared Agriculture). Sistem ini bermula dari sejumlah petani dan sekelompok warga di Swiss dan Jepang pada tahun 1960-an. Kemudian pada pertengahan 1980-an, petani dari Swiss dan Jerman me足 ngenalkannya ke Kanada, Amerika Serikat, dan terus mengalami perkembangan hingga kini. Jumlah anggota kelompok meningkat dan banyak terbentuk kelompok-kelompok baru. Dalam sistem ini, warga perkotaan akan be足 kerjasama langsung dengan petani yang ber足 ada di perdesaan ataupun daerah-daerah pinggiran kota. Kerjasama ini dibangun berdasarkan kepercayaan serta kesadaran bersama, dimana kedua belah pihak tidak akan saling merugikan Jadi antara konsumen dan petani tidak memiliki sekat sosial. Konsumen dan petani akan bekerjasama dalam satu kelompok, mendapatkan keuntungan dan menanggung risiko bersama-sama dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga. Dalam satu kelompok CSA tidak lagi terjadi


HALAMAN 6

Sebuah sistem yang bisa menjadi pilihan untuk mendukung usaha pertanian skala kecil di Indonesia, yakni sistem yang membangun kerjasama antara konsumen di kota dengan petani di desa. Sistem ini dikenal dengan istilah CSA (Community Supported Agriculture atau juga kerap disebut Community Shared Agriculture). pemilahan antara konsumen dan produsen, dan distribusi. tapi akan membentuk sebuah kelompok atau Apa keuntungan yang diperoleh melalui siskomunitas sosial dalam sistem produksi batem kerjasama ini? han pangan. Saat ini, ada gerakan yang mengampanyeDalam sistem kerjasama ini, anggota kelom- kan konsumsi pangan lokal ketimbang pok yang bermukim di perkotaan akan men- produk luar. Kelompok-kelompok ini umdapatkan pasokan bahan pangan dari petani umnya diinisiasi oleh kaum kelas menendi kelompoknya secara rutin. Baik mingguan gah perkotaan. Go pangan lokal, salah satuataupun bulanan, tergantung dari produk nya. Selain me­ng­ajak warga mengkonsumsi yang dibutuhkan. pangan lokal, gerakan ini juga bertujuan Jenis produk yang diperdagangkan adalah memunculkan penganekaragaman pangan. an karbohidrat tidak sepeproduk kebutuhan pokok, seperti beras, sa­ Misalnya asup­ yuran, madu, telur, susu, dan produk per- nuhnya dari beras, melainkan dari jagung, tanian lainnya. Selain dengan petani, bisa singkong, pisang, atau sukun. Dengan cara juga dilakukan dengan nelayan untuk me- ini, serapan produksi petani akan meningmenuhi kebutuhan produk laut seperti ikan. kat. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Di Amerika dan Eropa, tanaman hias bah- juga pernah gencar dengan kampanye ini. kan sudah menjadi produk yang disuplai. Tapi gerakan yang hanya mengajak orang CSA bisa dilakukan dengan membentuk kelompok dilengkapi dengan daftar kebutuhan pangan rumah tangga. Daftar kebutuhan tersebut kemudian menjadi dasar bagi petani untuk mengetahui jumlah bahan pa­ ngan yang harus diproduksi sehingga mampu memenuhi kebutuhan anggotanya. Meskipun bisa dikerjakan sendiri, namun pengerjaan berkelompok akan lebih memudahkan serta mengurangi biaya produksi

mengonsumsi pangan lokal terbentur banyak masalah. Salah satunya adalah jarak antara konsumen dengan petani sebagai produsen masih terbentang jauh.

Anggaplah kita lebih memilih pangan lokal daripada impor. Namun apakah itu sudah memberikan insentif kepada petani dan konsumen? Tentu masih menjadi perta­ nyaan besar. Dengan rantai distribusi yang masih sangat bergantung

BULETIN PAYO-PAYO diterbitkan oleh sekolah rakyat petani (SRP) Payo-Payo be­ kerjasama dengan Dewan Mahasiswa Helsinki (HYY). PIMPINAN REDAKSI Nurhady Sirimorok; REDAKTUR PELAKSANA Anwar Jimpe Rachman; TIM KERJA PROGRAM Karno B. Batiran, Hasnulir Nur, Jumadil M Amin, Muh. Imran (Tompo Bulu), As'ad Rauf (Soga), Ibnul Hayat Tanrere (Bonne-Bonne). ALAMAT REDAKSI Kantor SRP PayoPayo, Jalan Poros Maros-Bantimurung No. 111, RT 1 RW 4, Dusun Sege-segeri, Desa Minasa Baji, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia 90561, Telepon: 04113881144, email: srppayopayo@yahoo.com


HALAMAN 7

pada pedagang perantara, konsumen dan risiko dan keuntungan dalam proses produksi. petani tidak akan mendapatkan insentif Misalnya, jika petani mengalami gagal panen, anggota kelompok lainnya akan turut memlebih. bantu menyediakan modal tanam bagi petani Bagi petani, harga turun begitu memasuki yang terkena gagal panen dan akan dibayarmasa panen. Sementara konsumen, tidak kan dengan hasil produksi. memiliki informasi mengenai bahan makanan yang mereka peroleh. Semisal se- Begitupun sebaliknya, petani akan meberapa terbebas bahan pangan yang mereka mastikan kebutuhan anggota kelompoknya konsumsi dari penggunaan kimia, yang su- bisa terpenuhi tepat waktu dengan kualitas dah terbukti menjadi pemicu sejumlah pen- bahan pangan yang bermutu baik. Sesama anggota kelompok akan saling mendukung yakit manusia. dalam pemenuhan kebutuhan pangan ruDengan sistem CSA, petani dan warga mah tangga. [perkotaan] bekerjasama dalam satu kelompok, akan memotong rantai distribusi men- Di Indonesia, sistem seperti ini harus mejadi lebih pendek. Sehingga, petani menda- nyesuaikan dengan tingkat kepemilikan lahan pat harga yang setimpal dari pembeli. Juga rumah tangga petani skala kecil yang rata-rata sebaliknya, bagi pembeli harga tidak akan di bawah 1 hektar. mahal, karena langsung dari petani tanpa Gerakan masyarakat yang mengutamakan perantara. mengonsumsi pangan lokal harus dijaga. Ini Dengan sistem CSA, petani dan warga [perkotaan] be足 kerjasama dalam satu kelompok, akan memotong rantai distribusi menjadi lebih pendek. Sehingga, petani mendapat harga yang setimpal dari pembeli. Juga sebaliknya, bagi pembeli harga tidak akan mahal, karena langsung dari petani tanpa perantara. Anggota kelompok di perkotaan juga akan mendapatkan bahan pangan, lengkap dengan informasi mengenai proses produksi bahan pangan yang akan mereka makan. Bagaimana cara menanamnya, pakai bahan kimia atau tidak. Anggota kelompok yang berada di kota bisa turut serta menanam serta memelihara tanaman. Kegiatan ini bisa dilakukan di setiap hari libur. Dengan demikian akan terbentuk kedekatan dalam satu komunitas CSA, melam足paui hubungan konsumen dan produsen. Dalam sistem CSA, yang paling penting adalah kepercayaan antara anggota kelompok, petani dan konsumen. Karena dalam sistem ini, petani dan konsumen, akan saling berbagi

untuk menjaga produk petani tetap terserap dan tidak tergerus oleh serbuan pangan impor. Apalagi harga barang impor kerap berada di bawah harga produk petani Indonesia. Dan CSA adalah salah satu model yang bisa mendukung kesetaraan antara petani dan konsumennya. Petani mendapat konstribusi yang layak, dan konsumen mendapat jaminan bahan pangan yang bermutu. Dengan demikian, kita akan terputus dari rantai impor pangan dan memperkecil ketergantungan. Sunardi Hawi, aktif di Sekolah Rakyat Petani Payo-Payo dan Komunitas Ininnawa. Ia bisa dihubungi melalui email: lanarditenripakkua@ gmail.com


HALAMAN 8

Meja Makan Sumber Kesehatan Keluarga WIDA WARIDAH

Beberapa tahun terakhir, jika ada orang yang bertanya pada saya, masak apa hari ini? Saya selalu kebingungan menjawabnya. Bukan karena saya tidak bisa memasak. Saya bisa memasak, tapi jarang memasak. Nyaris, sejak menikah sampai memiliki seorang anak, saya lebih sering membeli makanan yang sudah siap santap daripada membeli bahan makanan untuk diolah.

Semua yang menjamur itu, pada kenyataannya tak bisa dihindari. Kita akan selalu berhadapan dengan hal itu setiap saat. Termasuk saya. Saya seringkali tergoda untuk membeli makanan siap santap karena lebih mudah.

Satu hal yang membuat saya menghentikan kebiasaan tersebut. Kesadaran. Kesadaran bahwa meja makan adalah sumber kesehatan keluarga. Apa yang disajikan oleh saya sebagai ibu, di atas meja makan, adalah represenSelain praktis, saya berpikir, kami hanya bertasi dari apa yang akan dirasakan oleh seluruh dua, anak masih kecil, belum bisa makan maanggota keluarga. kanan yang kami makan. Setelah anak semakin besar, lalu adiknya lahir, konsep lebih baik Ketika saya menyajikan makanan yang tidak membeli daripada memasak, sedikit demi jelas dari mana asal bahannya, seperti apa basedikit berganti. Sampai akhirnya terbentuk han makanannya, bagaimana mengolahnya, kesadaran dalam diri saya bahwa lebih baik saya telah mempertaruhkan kesehatan seluruh anggota keluarga. Walaupun jenis mamemasak sendiri daripada harus membeli. kanannya sehat. Kesadaran itu tentu saja tidak jatuh dari langit begitu saja. Semuanya melewati banyak proses, Kesadaran itulah yang membuat saya sedikit ada banyak pertimbangan, ada banyak peristiwa demi sedikit mengubah pola makan dalam keluarga. Apalagi setelah saya menemukan yang menyadarkan saya untuk berubah. pola makan sehat, yaitu Food Combining. Indonesia hari ini dikepung oleh berbagai Pola makan Food Combining sangat produk pabrikan. Jumlah penduduk yang mendukung apa yang menjadi citamencapai dua ratusan juta jiwa menggiurkan cita saya sebagai kepala dapur rumah untuk dijadikan pasar. tangga. Dalam pola makan ini, sayuran Produk pabrikan yang paling tak bisa dimentah dan buah-buahan menjadi mahindari adalah produk jenis makanan dan kanan prioritas. Apalagi jika bahan maminuman. Mulai dari bumbu masak, ikan dan kanan itu dipetik sendiri dari pohonnya daging kalengan, mie, sampai air mineral, serlangsung. Tidak melewati perantara. ta minuman dengan berbagai rasa. Belum lagi makanan ringan yang dikemas dengan sangat Pola makan ini tidak menganjurkan kita untuk mengonsumsi makanan-makanan pabrimenggiurkan. kan. Sebab bahan makanan yang melewati Selain makanan yang diproduksi pabrikan, proses pabrik, adalah bahan makanan yang masyarakat kita juga tidak bisa menghindari tidak menyehatkan. Malah sebaliknya. Mapenjual makanan dan minuman yang sekanan tersebut enak di lidah, tapi tidak enak makin hari semakin menjamur. Mulai dari bagi tubuh. pedagang kaki lima dengan segala jenis makananya. Bakso, sate, nasi goreng, gorengan, Tubuh manusia lebih menerima makanan dan jenis makanan lainnya, sampai warung yang tanpa melewati proses pengolahan, sepnasii dengan skala besar, dan bermacam jenis erti sayuran dan buah-buahan. Dua jenis makanan ini lebih baik dikonsumsi langsung tanpenjual makanan siap saji ala Amerika.


HALAMAN 9

pa melalui proses memasak atau penambah足an na manfaat dari sarapan buah-buahan. Tubuh lebih ringan, tidak cepat ngantuk, dan lebih bahan makanan lain. segar. Saat melakukan aktivitas, tubuh tidak Buah-buahan lebih baik dimakan langsung loyo. Malah cenderung aktif. Apalagi anak daripada harus dijus. Jika pun dijus, sebaik足 kedua saya masih balita, sayur-sayuran dan nya tidak menambahkan gula dan sesedikit buah-buahan membantu ASI saya menjadi air. Begitu pun dengan sayuran. Sayuran lebih semakin berkualitas. baik dimakan mentah. Sebab dengan memakannya mentah, kita tidak membunuh enzim Pola makan seperti ini pun bisa menghemat hidup yang ada dalam sayuran. Ketika mele- anggaran keluarga. Pengeluaran untuk minwati proses memasak, enzim hidup akan mati, yak goreng dan gas elpiji bisa lebih hemat. Sebab untuk sarapan, kita tidak perlu mesebab dia tidak tahan panas. masak, melainkan mengupas. Untuk makan Seorang teman pernah protes dengan pola siang dan makan malam, sayuran mentah makan seperti ini. Dia tidak bisa membayangmenjadi prioritas. Kecuali untuk jenis makankan bagaimana bayam, wortel, kacang panmakanan dari protein, baik protein nabati, jang, kol, buncis, dan sebagainya dikonsumsi atau pun protein hewani, yang masih memermentah setiap hari. lukan proses memasak. Bagaimana dengan pestisida yang mungkin Saya, sebagai kepala dapur dan ibu rumah menempel dalam sayuran yang dikonsumsi? tangga, pada akhirnya bisa merasakan sebuah Sedangkan kita tahu, sayuran tersebut bukankebahagiaan tersendiri ketika bisa menyajilah sayuran organik, yang notabene bebas dari kan makanan yang sehat untuk keluarga. Saya pestisida. bahagia saat setiap pagi melihat anak pertama Ada tips khusus sebetulnya untuk menjawab saya yang berusia 4 tahun melahap buah-buakekhawatiran teman saya itu. Sayuran mentah han sebagai sarapan. yang saya beli di pasar tradisional, saya cuci Sebetulnya, pola makan Food Combining ini dengan air yang ditambahkan dengan sedikit sudah bukan hal yang asing. Buku-buku tencuka apel. Jika tidak ada cuka apel, saya mentang Food Combining sudah banyak. Pakar cucinya dengan sabun khusus untuk sayuran. kesehatan, dan beberapa orang yang menerap足 Jika pun tidak sabun tidak tersedia, sayuran kan pola makan ini sudah banyak menceritaitu saya cuci dengan air mengalir. kan tentang hall ini di buku-buku mereka. Sebetulnya, khazanah budaya kuliner IndoneDengan pola makan seperti ini, saya sia pun sudah banyak sekali mengajarkan kita lebih sering membeli sayuran dan tentang makanan dengan sayuran mentah. Di buah-buahan ke pasar tradisional, daridaerah Sunda ada karedok, lotek, pencok, dan pada membeli makanan pabrikan ke lain-lain. supermarket. Di Solo ada terancam. Ada juga pecel, yang Jika tidak sempat ke pasar, saya tinggal mensemuanya adalah mengolah sayur mentah unggu penjual sayur yang lewat di depan rumenjadi makanan yang lezat untuk disantap. mah. Apalagi saat saya jalan-jalan ke daerah, Pola makan ini mengutamakan buah-buahan saya akan sangat bahagia jika bisa membeli sebagai sarapan. Buah-buahan yang bagus sayuran dan beras, langsung dari petaninya. untuk sarapan adalah buah-buahan yang Melihat bagaimana mereka menanamnya. telah matang pohon. Tidak dianjurkan untuk Saya paling tidak mau membeli sayuran di buah-buahan yang masih mentah atau mengSupermarket. Bukan karena sayuran di pasar kal, apalagi kalengan. Buah-buahan untuk tradisional lebih bagus. Kadang-kadang sarapan membantu pencernaan kita. malah sebaliknya. Namun saya berpikir, bahSaya dan keluarga merasakan sendiri bagaima- wa membeli sayuran di pasar tradisional lebih


HALAMAN 10

menyenangkan, lebih murah, dan kita bisa membeli sesedikit yang kita perlu. Kalau di supermarket, kita cenderung dipaksa untuk membeli sayuran yang sudah dikemas. Dengan kemasan lebih sedikit dibanding pasar tradisional, harganya malah lebih mahal.

kanan sehat di atas meja makan kita. Jika pada hari ini, seorang teman bertanya, masak apa hari ini? Saya dengan mudah akan menjawabnya.

Wida Waridah, ibu rumah tangga dengan dua anak, penulis, editor freelancer. Menyukai jalanUntuk menjadi sehat, sebetulnya tidak mahal jalan. Menetap di Lingkungan Kedungpanjang, dan tidak sulit. Hanya butuh kesadaran dan kon- Maleber, Kabupaten Ciamis. Bisa di hubungi sistensi untuk terus berupaya menyajikan ma- melalui email wida.waridah@gmail.com

Mengubah Pola Makan MULYANI HASAN

Kisah bagaimana seorang perempuan mengubah pola makan dan kebiasaan menggunakan obat kimia dari dokter untuk penyembuhan penyakit. Ia hanya memanfaatkan kandungan sayur dan buah lokal untuk kesehatannya. Foto: Anwar Jimpe Rachman

Suatu saat di bulan November 2013, Fitriani A. Dalay tiba di rumah dengan hati cemas. Ia baru saja mengikuti workshop bagi para kurator muda di Jakarta selama dua minggu. Setibanya di Makassar, berat badannya naik 4 kg menjadi 69 kg. Untuk tinggi badannya, angka itu tidak ideal. Tapi bukan itu masalahnya, sebab bagi perempuan yang belum genap berusia 35 tahun itu, kurus atau gemuk tak membuatnya pusing. Ia percaya diri dan menikmati aktivitasnya sebagai penggiat komunitas kreatif. Dia gemar merajut. Setiap hari, di mana pun benang-benang dan jarum tak lolos dari pintalannya. MacamFitriani A Dalay macam dia bikin. Pernah juga dia bikin sebuah pameran benang rajut bersama teman-teman di kembali sehat. Pikirannya, ia tak ingin mati komunitasnya. Di antara teman-temannya, ia muda. akrab dipanggil Piyo. Langkah pertama, ia menggunakan mesin Ini dia masalahnya. Beberapa hari setelah pencari google untuk mengetahui sebab dan kepulangannya dari Jakarta itu, ibu satu anak gejala dalam tubuh yang ia rasakan. Ia tak itu mendapati tangannya gemetar, tak sang- ingin terburu-buru mendengar analisis dokgup pegang jarum. Dia merasa ada yang salah ter. Dari google ia kumpulkan artikel-artikel dalam tubuhnya. Mudah kram dan kesemut足 yang berkaitan dengan gejala yang ia rasakan. Awalnya, ia cuma ingin membiasakan minum an dan tegang di punggung atas. jus buah, hingga seorang teman mengenalDia mulai panik. Pikirannya berkeliaran. Ia kan pola makan Food Combaining, semacam teringat ibunya yang meninggal dunia akiaturan makan yang didasari pada sistem kerja bat komplikasi berbagai penyakit, mulai dari tubuh. Makanan utama dari pola ini, buah jantung dan hipertensi. Berbagai macam obat dan sayur segar. Karena tubuh bekerja sesuai kimia dia minum, tapi tak membuat tubuhnya


HALAMAN 11

ritme alamiah, untuk itulah kita sesuaikan as- sayur dan buah lokal yang membuatnya sehat. upan makanan yang tepat sesuai ritme tubuh. Kejutan lainnya, selama 8 bulan ini, ia hanya satu kali sakit, flu. Itupun karena dia melenPagi hari, pukul 04.00 sampai dengan pukul ceng dari aturan Food Combaining selama 12.00, tubuh mengeluarkan sisa sisa metabosatu minggu. lisme. Pada masa pengeluaran ini, kita harus makan makanan yang mudah dicerna. Buah paling cocok di fase ini. Mengapa sayuran mentah? Pukul 12.00 hingga pukul 20.00 fase pe­ Karena kalau dimasak, enzim yang terkan­ nyerapan. Di fase ini saatnya tubuh mempro­ dung dalam tumbuhan itu hilang. Tinggal ses makanan yang berat dan lama. Tapi, supaya seratnya saja. Enzim paling dibutuhkan sama alat pencernaan kita tak terlalu kerja keras, tubuh. Orang meninggal enzimnya habis, sekombinasi makanan harus diatur. Karbohid­ dangkan orang sakit enzimnya berkurang. Turat hanya boleh dengan sayur dan protein buh punya enzim pangkal. Prof Iromi bilang, nabati. Sedangkan protein nabati tak boleh enzim itu akan dipecah lagi menjadi miliaran dimakan bersamaan dengan karbohidrat. Dia enzim yang gunanya macam-macam. Misal­ boleh dimakan dengan sayuran. Sedangkan nya, membuat mata basah, air liur, darah, itu buah-buahan harus dimakan pada saat perut semua dihasilkan dari enzim. Untuk mendukung itu harus dipasok dari luar melalui kosong, bukan setelah makan. makanan dari tumbuhan. Kenapa tumbuhan? Pada malam hari, pukul 20.00 sampai pukul Karena tumbuhan sumber makanan paling 04.00 fase penyerapan. Di fase ini tak boleh cocok dengan lambung dan usus manusia. ada makanan masuk, karena tubuh akan terganggu ketika sedang menjalankan fung- Kalau enzim berkurang, tubuh kita akan bersifat asam. Kalau bersifat asam menjadi magnet si penyerapan. bagi penyakit. Daya tahan tubuh menurun. Karbohidrat dan protein hewani perlu wakSekarang kalau saya merasa badan kurang tu cerna lama. Karbohidrat dicerna selama enak, misal sakit tenggorokan, biasanya saya 3 jam, sedangkan protein hewani bisa 4 jam langsung makan minum jus sayur. atau lebih. Itulah sebabnya kedua unsur ini tak boleh bertemu pada saat bersamaan, karena akan memberatkan kerja tubuh. Apa yang dirasakan sekarang ketimbang Perlahan Piyo membiasakan dirinya sarapan waktu masih gemuk? buah segar dan memaksa diri menyukai sa­ Waktu gemuk lambat, tiap bangun tidur leyuran. Komposisinya dia ubah pelan-pelan. mas, sering merasa sesak napas, kram di keDari banyak nasi sedikit sayur, menjadi banyak lingking. sayur, sedikit nasi. Setiap hari berbulan-bulan, ia hanya memburu buah dan sayur ke pasar tradisional. Setelah terbiasa makan sayur, ke- Lalu mengapa lebih mengutamakan sa­ inginannya untuk sehat makin meningkat. Ia yuran dan buah lokal? mencoba sayuran mentah. Dan sekarang sete- Karena semakin dekat jarak panennya, akan lah 8 bulan, hasilnya mencengangkan. Berat semakin aman. Sayuran atau buah impor badannya turun drastis hingga angka 51 kg. perlu berbulan-bulan di perjalanan hingga Lebih dari itu, ia merasa hidupnya lebih sehat, sampai ke meja makan kita. Sementara sayur dan buah secara alami hanya tahan beberapa tidak mudah depresi. hari saja. Supaya awet, tentu saja buah impor “Lebih banyak harapan hidup,” katanya. itu dicampuri pengawet. Biasanya kalau buah Inilah perbincangan saya dengan Piyo. Anda mereka lumuri dengan lilin. Lihat saja, apel akan mendapat penjelasan mengapa hanya impor akan lebih mengilap ketimbang apel


HALAMAN 12

lokal yang kusam. Teman saya pernah mencoba membiarkan tomat di udara terbuka, tiga bulan masih awet. Tomat itu dia beli di supermarket. Saya curiga pake formalin, kalau sampai tiga bulan tidak busuk. Buah-buahan impor itu asalnya jauh dari Tiongkok, Australia, Amerika dan Eropa. Jadi buah dan sayur impor itu sudah mahal, enzimnya sudah berkurang pula karena sudang teroksidasi. Karena tak semua sayur dan buah ditanam dengan cara organik, bagaimana menghindari paparan racun seperti pestisida yang terdapat dalam sayur dan buah? Gampang. Pakai cuka apel, direndam saja. Kalau mau lebih murah, rendam dengan garam kasar atau baking soda. Ada apa dengan garam meja? Garam meja sudah ditambah dengan yodium pabrikan. Sementara yodium yang baik untuk tubuh yang terdapat dalam buah dan sayuran. Yodium pabrikan tidak bisa dicerna tubuh. Ternyata semua berhubungan. Apa yang saya baca soal kedaulatan pangan, termasuk di dalamnya soal garam. Dengan membeli sayur dan buah lokal, secara langsung para petani kita juga terbantu. Paling bagus yang jarak panennya dekat, langsung dari petani. Buah dan sayurnya segar, petaninya juga mendapat mendapat keuntungan secara adil. Banyak yang beranggapan makan buah itu mahal. Pendapat Anda? Itu karena kita terfokus pada buah-buahan impor, seperti apel, anggur, kiwi. Padahal buah lokal seperti pepaya, semangka, melon, salak, pisang itu lebih murah dan sehat. Lagipula, semahal apapun buah, lebih mahal ongkos ke rumah sakit, bayar dokter, dan obat-obatan. Dan saya mulai menyingkirkan persediaan obat-obatan di rumah.

uang Rp 30.000 untuk makan satu keluarga. Itu sudah dapat semua; buah, sayur, ikan. Selain murah, berat badan ideal, dan sehat, apa manfaat dari pola makan ini? Sebelum menjalani ini, saya sering cepat ter足 singgung, stres, dan gampang marah. Sekarang semua itu berkurang, bahkan pikiran saya lebih positif, harapan hidup lebih banyak dan lebih bahagia. Mengapa Anda menyarankan pola ini? Saya pernah baca buku, Orang Miskin Dilarang Sakit. Kalau tidak mau sakit jalani lah pola hidup sehat dengan buah dan sayur lokal dengan cara konsumsi yang benar. Dengan demikian kita akan mengurangi biaya ke dokter yang makin hari makin mahal. Saya juga pernah baca buku Kedaulatan Pangan. Dan apa yang saya baca berhubungan dengan pola makan saya. Dengan membeli bahan pangan lokal, bukan hanya kita yang beruntung, petani juga untung. Food Combaining mengatur asupan makanan sesuai dengan cara kerja sistem pencernaan tubuh supaya PH darah seimbang antara basa dan asam. Pola makan kita selama ini cen足 derung membuat PH bergerak ke asam. Untuk kembali menetralkannya, kita harus makan buah dan sayur sebagai makanan pembentuk basa. Idealnya tubuh manusia memiliki PH 7,35-7,45. Pola makan ini popular sejak seorang ahli bedah ternama di Amerika Serikat pada 1920 menerapkannya. Dia bernama dr. William Howard Hay. Hay mengidap penyakit kronis jantung dan ginjal dan kegemukan. Setelah 3 bulan menjalani pola ini, berangsur-angsur penyakitnya sembuh dan berat badannya menyusut 村 dari hampir 100 kg.

Ternyata untuk menjadi sehat itu tidak mahal. Kita hanya perlu sedikit mengubah kebiasaan makan kita, menjauhi makanan kemasan dan berpengawet. Yang kita butuhkan, bahan pa足 Dalam satu hari, paling saya mengeluarkan ngan lokal.


HALAMAN 13

Bertukar Sagu RAHIWATI SANUSI

Di tengah gempuran pangan impor dan keterbatasan petani terhadap alat produksi, ada yang berbeda pada suku Tolaki. Mereka tidak terpengaruh monopoli harga beras, sebab makanan pokoknya sagu. Mereka juga tak tergantung pada uang, karena pakai sistem barter untuk mendapat kebutuhan pokoknya. Suku Tolaki menghuni beberapa wilayah di Provinsi Sulawesi Tenggara. Saya akan membicarakan suku Tolaki yang berada di Desa Kondara, Kecamatan Pakue, Kabupaten Kolaka.

Mengapa sagu menjadi bahan pangan yang ditukarkan masyarakat Tolaki? Menurut orang足tua saya, hanya suku Tolaki-lah yang biasa dan terampil mengolah pohon rumbia menjadi tepung sagu. Dan kemampuan ini memang tidak dimiliki suku lain yang berDi desa ini rasanya jauh dari ancaman mukim di Kolaka Utara khususunya kecamakekurangan pangan. Masyarakat memtan Pakue ini. Sagu memang selalu ada di ruproduksi, menyalurkan, dan memodifikasi mah orang-orang Tolaki, selain beras. pangan sampai siap makan. Pernyataan orangtua saya juga sama dengan Banyak jenis bahan pangan yang mereka perAbdu Rauf Tarimanan dalam bukunya yang tukarkan, baik sesama masyarakat Tolaki di berjudul Kebudayaan Tolaki terbit tahun desa itu ataupun di luar dari komunitas mere1993. Suku Tolaki sejak zaman berburu dan ka, tapi sagu adalah bahan pangan utama dan meramu pada umumnya menjadikan sagu sepaling banyak mereka pertukarkan. bagai makanan tambahan hingga hari ini. Distribusi pangan dengan cara barter juga Mereka memproduksi sendiri bahan pangan menunjang tersedianya bahan pangan setersebut dan mengolahnya menjadi makanan lalu ada dan dekat. Keuntungan barter bayang siap dimakan, seperti songgi atau kapuhan pangan membuat pangan jadi beragam. rung, sinole, dange, bagea. Sagu yang jadi komoditi di desa itu, biasanya dipertukarkan dengan pakaian, sandal, taplak Kapurung sinole, dan dange adalah bentuk meja, gorden, dan lain-lain. modifikasi pangan pengganti nasi. Ketiga modifikasi pangan ini dikonsumsi berseling Menurut Irwan, seorang warga desa Kon足 dengan nasi. dara berusia 45 tahun, praktik barter ini bisa memenuhi kebutuhan pangan dan sandang. Barter juga tak melulu soal pemenuhan kePraktik ini berlangsung turun temurun, hing- butuhan. Lebih sering warga membantu tega saat ini. tangga atau kerabatnya tanpa ditukar dengan barang yang mereka butuhkan. Kadang sagu Meskipun uang sudah beredar semenjak era ditukar dengan bahan-bahan yang tersedia di 1990 an, tapi barter masih menjadi pilihan pekarangan rumah, seperti sayur dan umbimasyarakat Desa Kondara. Tidak ada yang umbian. Sering juga tidak ditukar dengan tahu persis sejak kapan barter ini mereka apapun. lakukan. Menurut seorang ibu bernama Tenri, Ilai, pria 60 tahun, sejak kecil sudah me足 masyarakat Tolaki di desa itu kebanyakan menyaksikan orang tua mereka melakukan barmiliki tanaman sayur mayur, cabai, tomat di ter bahan pangan dengan tetangga ataupun kebun sendiri. Mereka juga banyak mengammasyarakat desa lain yang bermukim di daebil bahan pangan yang tumbuh liar, seperti rah pesisir. Seperti suku Bugis, dan Luwu.


HALAMAN 14

Sagu memberikan efek mengenyangkan, tetapi tidak menyebabkan gemuk. Ini merupakan salah satu keunikan dari sagu dibanding makanan pokok lainnya. Sagu mencegah sembelit dan dapat mencegah risiko kanker usus. rebung atau bambu muda, pakis yang ban- nya benar. Caranya, durian dipisahkan dari yak tumbuh di pinggir sungai. Sehingga un- kulit dan bijinya, lalu dijemur sampai airnya tuk memenuhi kebutuhan sayur, mereka tak habis. membelinya. Pisang juga bisa diperlakukan sama. Meski Ada juga kebiasaan menarik. Mereka sering- pisang tidak mengenal musim, buah ini juga kali mengolah bahan pangan bersama sama biasa awetkan dengan cara dikupas kulitnya lalu dinikmati bersama-sama. Salah satunya lalu dikeringkan sampai berwarna coklat tua. ma songgi. Pangan ini lebih dikenal nama Hasilnya, dampo pisang. kapurung. Ma songgi berarti membuat kapuMenurut ibu Tenri, pisang jika sudah di tebang rung bersama-sama. Bahan utama makanan paling lama bertahan satu minggu, sebelum ini sagu dan sayur mayur. Untuk membuat membusuk. Jika pisang dari kebun berlimpah, pangan ini bahan bahannya diambil dari ibu-ibu mengolahnya jadi berbagai jenis kudapur, atau kebun mereka sendiri. dapan, seperti barongko atau palabutung. Atau Sagu ternyata bermanfaat untuk kesehatan. dibagi-bagikan ke tetangga. Jika masih tersisa, Salah satunya untuk mencegah kegemukan. baru dikeringkan. Sagu memberikan efek mengenyangkan, tetaSuku Tolaki di desa ini tidak rentan kekuranpi tidak menyebabkan gemuk. Ini merupakan gan pangan. Sebab dari produksi, distribusi, salah satu keunikan dari sagu dibanding mahingga modifikasi pangan mereka terlibat kanan pokok lainnya. Sagu mencegah sembelangsung. Kemampuan inilah yang mereka lit dan dapat mencegah risiko kanker usus. jaga dengan cara mengurangi percampuran Sagu tidak cepat meningkatkan kadar glukosa suku supaya mereka tetap bisa menjalankan dalam darah sehingga dapat dikonsumsi oleh pola-pola interaksi sosial sesuai adatnya. penderita diabetes melitus atau kencing maSuku Tolaki ini hanya bermukim di desa dinis. mana tidak ada suku lain atau jika ada jumlahnya sangat sedikit. Mereka melakukannya Mengawetkan agar tradisi gotong royong tetap bertahan. Jika Masyarakat Tolaki punya kebiasaan lain unkeluar dari komunitas mereka, kemungkinan tuk mengamankan persediaan makanannya. besar kebiasaan tersebut lambat laun punah. Mereka biasa mengawetkan bahan-bahan Cara kerja komunal orang Tolaki pada mentah yang tak termakan. dasarnya berangkat dari nilai nilai budaya Setiap bahan pangan akan ada musimnya diyang mereka anut sejak dulu, yaitu budaya samana mereka akan datang berlimpah. Masa maturu (gotong royong) dan mendulu ronga inilah biasanya ibu ibu mengawetkan bahan mepokko oso (budaya suka tolong menolong pangan agar tetap bisa dimakan sepanjang tadan saling membantu). Untuk itulah mereka hun. memilih menyingkir di desa-desa terpencil. Jika musim durian tiba, kebun mereka berlimpah durian dan tidak semua habis dimakan atau laku terjual. Mereka akan mengolah Rahiwati, selain anggota Komunitas Indurian ini menjadi dampo durian. Makanan ninawa, ia aktif mengelola Sekolah Kami, seini bisa awet berbulan-bulan bahkan sampai buah komunitas pendidikan para pemulung di setahun jika pengolahan dan penyimpanan- Makassar.


HALAMAN 15

Kembalikan Agrikultur kepada Rakyat HASNULIR NUR

Ketika negara Amerika Serikat sedang dibentuk, George Washington, ketua konvensi konstitusi mendapat surat dari seorang diplomat, Thomas Jefferson. Potong­an suratnya, “Pertanian adalah usaha kami yang paling bijak, karena akhir­nya akan berkontribusi pada kesejahteraan, semangat yang baik dan kebahagiaan.” Jefferson ketika itu jadi duta besar Amerika di Prancis ingin mewujudkan konstitusi yang terbangun atas cita-cita tersebut. Ketika manusia modern mulai hidup mene­ tap, agrikultur penyuplai pangan, kebutuhan hidup paling dasar bukan lagi menjadi urusan individu, tapi juga tanggungjawab bersama yang diatur sesuai kesepakatan. Karena itulah agrikultur harus dikelola berdasarkan kebijak­ an pemerintah untuk kemaslahatan manusia. Sejalan dengan itu, Presiden Soekarno mencanangkan reformasi agraria sebagai langkah awal dan utama dalam tata kelola agrikultur. Reformasi agraria mensyaratkan lahan pertanian hanya untuk para penggarap. Prinsip ini muncul mengantisipasi timpang­nya kepemilikan lahan. Tapi, sebelum prinsip tersebut matang sebagai sebuah culture, sudah diganti oleh Orde Baru. Prinsip tata kepemilikan lahan yang sejati­nya merupakan basis terciptanya tata kelola pangan yang adil dan menjamin kesehatan akhirnya digantikan dengan paradigma ketahanan pangan, yang berorientasi surplus pangan melalui kebijak­an Revolusi Hijau. Sekitar seribu tahun lalu, Al-Quran mengenalkan kualifikasi pangan yang harus dikonsumsi dengan istilah halalan tayyiban. Halalan selain mengandung arti esensi zat makanan, berarti pula perolehan sesuap makanan harus berlangsung secara adil, tidak ada pihak yang dirugikan. Sedangkan Tayyiban berarti makanan tersebut berpengaruh baik terhadap tubuh. Kalimat itu menjelaskan bahwa se­ suap makanan tidak hanya berarti materi tapi mengandung arti proses. Bahkan lebih dari itu, tanah tempat pangan tumbuh merupakan bagian eksternal metabolisme kita.

untuk itu itu dia harus bebas dari herbisida dan pestisida atau tubuh kita tidak bisa sembuh,” kata Max Gerson, seorang ahli terapi Jerman (1881-1959). Makanan berkualifikasi halal dan tayyibah adalah kebutuhan mendasar setiap jiwa. Sejatinya, istilah tersebut jangan sampai hanya menjadi domain “religius” sehingga cuma menjadi anjuran moral para pengkhotbah di tempat-tempat suci. Lebih dari itu, harus menjadi landasan utama dalam melakukan pendekatan terhadap pengelolaan makanan dalam keseharian, secara individual maupun sosial. Sehingga konsep tersebut senantiasa melandasi alur pangan mulai dari produsen sampai konsumen. Tentu saja dalam kerangka yang berkeadilan sosial. Itulah sebabnya, akses terhadap pangan merupakan hak azasi manusia yang harus dijamin oleh negara bersama masyarakat, sesuai ketetapan Badan Pangan Dunia, FAO. Indonesia kemudian menjabarkannya dengan Undang-Undang Ketahanan Pangan No. 7/1996. Merujuk pada kebijakan tersebut, Indonesia menjalankan kewajibannya memenuhi hak kecukupan pangan warga dengan menerapkan impor. Namun penerapan kebijakan impor ini menciptakan situasi buruk. Selain tak menjamin mutu pangan, impor juga merusak tata kelola pertanian dalam negeri.

Data terkini BPS memperlihatkan fakta mencengangkan. Nilai impor produk pertanian melonjak 346%, atau empat kali lipat, selama periode 2003-2013. Angka pertumbuhan ini jauh melampaui laju pertumbuhan penduduk selama “Tanah adalah metabolisme eksternal kita, satu dekade. Jumlah penduduk Indonesia 2003


HALAMAN 16

sekitar 214 juta. Pada tahun 2013, meningkat sebagai koreksi paradigma Ketahanan Pangan. melebihi angka 252 juta jiwa atau tumbuh 18%. Guru Besar IPB, Dwi Andreas Santosa menilai isu ini digadang-gadang sebenarnya bertolak beDengan mempertimbangkan laju inflasi dan lakang. Banyak kalang­ an termasuk pemerintah nilai tukar rupiah selama periode yang sama, tidak memahaminya. Kedaulatan pangan adalah pertumbuhan impor produk pertanian masih hak tiap masyarakat menetapkan pangan dan jauh meninggalkan laju pertumbuhan pensistem pertanian bagi dirinya sendiri tanpa menduduk. Itu berarti kemampuan negeri kita dalam jadikannya sebagai subjek kekuatan pasar internamenghasilkan produk pertanian melemah. sional. Kebijakan impor ini menciptakan situasi yang Perbedaan mendasarnya, ketahanan pangan sangat tidak menguntungkan petani. Para mempunyai model produksi pertanian industri petani dilema, antara harus bertahan memsementara kedaulatan pangan adalah agroekoloproduksi pangan, tapi kesejahtera­an makin gis, dan model perdagangannya liberal. Semenmenurun, atau beralih pekerjaan yang belum tara kedaulatan pangan proteksionis dan pasar tentu bisa mengubah pendapatan lebih baik. lokal. Ketahanan pangan, organisasi intinya Tapi akan lebih gawat, jika para petani World Trade Organization, sementara kedaulat­ mening­ galkan pekerjaan mereka. Produksi an melalui Campesina. pangan akan dikuasai segelintir pemodal melSepertinya, paradigma kedaulatan pangan memalui korporasi. Dampaknya, dalam 10 tahun bawa harapan akan terpenuhinya hak warga nerumah tangga usaha tani mengalami penyugara akan tata kelola pangan yang berkeadilan sutan hingga mencapai angka 5,07 juta. sosial sekaligus menyehatkan. Mungkin perkara Menurut peneliti dari Pusat Analisis Sosial akan lebih mudah andai dimulai dari nol. Tapi Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Pantjar dampak kebijakan yang salah arah menuntut Simatupang, ini terjadi karena sejak awal Orde perjuangan lebih keras. Mengembalikan 5 juta Baru menerapkan kebijakan ketahanan pangan lebih rumah tangga petani tentu disertai dengan yang didasarkan pada paradigm ortodoks, yaitu lahan tentu bukan perkara mudah. pendekatan penyediaan pangan (food availabilBudaya bertani instan demi tujuan komersil yang ity approach, FAA). mengandalkan input kimia juga bukan perkara Ketahanan pangan suatu negara ditentukan oleh sepele. Kampanye sistem pertanian organik dan kemampuan menyediakan makanan pokok berkelanjutan yang gencar dilakukan oleh para aktivis yang cukup bagi penduduknya. FAA tidak pemberdayaan masyarakat petani sejauh ini belum memperhatikan aspek distribusi dan akses ter- memperlihatkan hasil maksimal karena petani terhadap pangan karena pendekatan ini berangga- himpit dan desakan pemenuhan kebutuh­an. pan bahwa jika pasokan pangan tersedia maka: Kedaulatan pangan butuh pengawalan kebijapedagang akan menyalurkan pangan tersebut kan pemerintah. Salah satu prinsip kebijakan ke seluruh wilayah secara efisien, dan harga pa­ yang bisa memastikan tercapainya kualifikasi ngan akan stabil di tingkat yang dijangkau oleh pangan yang adil dalam tata kelola dan sehat seluruh keluarga. Paradigma ini tidak menyendikonsumsi adalah dengan mendekatkan kontuh tata kelola pangan yang berkeadilan. sumen dengan sumber pangan. Makin dekat Dari data di atas, kualifikasi makanan yang halal makin menjamin. Dimulai dari yang terdekat, dalam artian cara perolehan yang berkeadilan so- yaitu produsen adalah konsumen. Kebijak­ an sial tidak tercapai dan tentu saja berdampak pada harus memastikan prinsip tersebut matang sekualifikasi thayyib, kurang baik bagi kesehatan. bagai budaya. Paradigma ketahanan pangan berdasarkan ketersediaan dan kebijakan impor harus diubah. Muncullah kemudian istilah “Kedaulatan Pangan”

Hasnulir Nur, aktif di SRP Payo-Payo. Bisa dihubungi di email, hasnulirnur@hotmail.com.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.