SAHLAN| Bulletin Jum’at IZI | Edisi 03 | April 2016 Mudah dibaca, mudah dipahami
Oleh: Ustadz Adi Setiawan, Lc.
Harta dan Ujian Ketaqwaan
Sumber gambar: zmescience.com
Kisah persahabatan antara dua orang Yahudi, yang satu mukmin taat dengan agamanya, sedangkan yang lain kafir jauh dari tuntunan agamanya. Ketika Yahudi mukmin diuji dengan keterbatasan harta, justru Yahudi kafir yang diuji oleh Allah SWT dengan berbagai kenikmatan di dunia, berupa dua kebun anggur, pohonpohon kurma yang mengelilingi kebun dan sungai di antara dua kebun tersebut. Dia selalu
membangga-banggakan kenikmatan tersebut di hadapan kerabat, saudara dan sahabat. Suatu hari, mereka berdua memasuki kebun-kebun itu. Seraya Yahudi kafir berucap dengan angkuh “Aku yakin kebun ini tidak akan binasa selamanya, aku kira kiamat itu tidak akan datang dan sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhan-ku, pasti aku akan mendapatkan tempat yang lebih baik dari kehidupan dunia ini�.
SAHLAN| Bulletin Jum’at IZI | Edisi 03 | April 2016
Melihat temannya berkata angkuh demikian, yang beriman pun berdo’a sekaligus menegur temannya sebagaimana termaktub dalam ayat 39 dari surat al-kahfi: “Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “maa syaa Allah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan,(QS: AlKahfi Ayat: 39) Di penghunjung kisah ini Allah SWT Memberitakan bahwa semua kenikmatankenikmatan, dua kebun anggur, pohonpohon kurma, dua sungai dan sebagainya dengan quwwata-Nya, Allah SWT musnahkan dalam sekejap. Sehingga orang Yahudi kafir menyesal dengan segala keangkuhannya dan kekufurannya yang mempersekutukan kekuatan dan menyangsikan akan kekuasaan Allah SWT. Begitulah sifat manusia.Terkadang merasa bisa melakukan segalanya tanpa bantuan dan kehendak serta izin Allah SWT Merasa memiliki semua, lupa Allah SWT pemilik hakikinya. Merasa berkuasa, padahal Allah yang Maha Kuasa, kekuasaannya hanya sekedar sarana menyadari betapa lebih besar kekuasaan Allah SWT Merasa kuat padahal Allah lah yang Maha Kuat. Perlu diketahui kata ”quwwata” yang berarti kekuatan dalam ayat di atas berasal dari kosa kata yang sama dengan kata “taqwa” (ketakwan) yaitu qawiya yang berarti KUAT. Sehingga dapat difahami dan perlu diyakini bahwa tidak ada kekuatan dan ketakwaan manusia melainkan atas kehendak Allah SWT dan merupakan anugerah-Nya Al-Qawiyul Aziz (Yang Maha Kuat lagi Berkuasa).
Takwa yang menjadi stasiun akhir dari setiap ibadah manusia merupakan anugerah dari Allah SWT Takwa itu tergantung dengan kekuatan keyakinan dan tingkat keimanan manusia kepada Allah SWT dan takwa itu dapat terlihat dalam setiap kehidupan manusia; baik dalam tataran muamalah, apalagi dalam urusan ibadah. Bagaimana mungkin orang kuat, ikhlas, dan khusyuk ketika ber-takbiratul ihram di awal shalat tanpa taqwa dan quwwata dari Allah? Mengingat takbiratul ihram adalah lambang dari keyakinan dalam hati hamba bahwa hanya Allah SWT yang Maha Besar dan Maha Kuat, semua makhluk kecil, semua ibadah manusia tak sebanding dengan kekuatan dan kekuasaanNya. Bagaimana bisa seseorang menunaikan zakat infak dan sedekah dalam keadaan lapang, lebih-lebih dalam kondisi sulit tanpa taqwanya kepada Allah SWT dan anugerah quwwata (kekuatan) dari Allah SWT? Bagaimana mungkin manusia bekerja, mencari nafkah dengan niat ibadah kepada Allah SWT, memasuki pasar seraya berdo’a, memasuki kebun dengan do’a, menjadi sopir baca basmalah, mau tidur berdo’a, bangun tidur berdo’a lagi, aktifitas apa pun diawali dan diakhiri dengan do’a, tanpa yakin semua kekuatan, kemampuan, keahliannya hanya karena kekuatan dan kehendak Allah SWT? Sepenggal kisah harta yang mengangkat derajat ketaqwaan seorang sahabat Rasulullah SAW. Menjelang perang Tabuk yang terjadi pada masa paceklik, Rasulullah SAW perintahkan kepada para sahabat untuk bersedekah sebagai bekal perang. Datanglah Abdurrahman bin Auf membawa
4000 dirham menghadap Rasulullah SAW. Beliau pun bertanya, “Alangkah banyaknya ini wahai Abdurrahman, tidakkah engkau sisihkan untuk keluargamu?”. Abdurrahman bin Auf menjawab, “Saat ini hartaku berjumlah 8000 dirham; 4000 dirham aku pinjamkan (sedekahkan) untuk kepentingan agama Allah, sedangkan 4000 sisanya aku simpan untukku dan keluargaku”. Mendengar itu Nabi SAW pun mendoakannya, “Semoga Allah memberkahimu dengan apa yang telah kau berikan dan yang kau simpan.” Doa ini pun menjadi kenyataan, ketika Abdurrahman bin Auf menjemput ajal, ia meninggalkan harta warisan untuk kedua istrinya sebesar 180.000 dirham, sehingga masing-masing istrinya mendapat 90.000 dirham. Harta menjadi ujian ketaqwaan pemiliknya. Jangan sampai ketika bersedekah namun kita merusak nilai sedekah tersebut. Ketika menyedekahkan harta namun sering menyebutnyebutnya, atau bahkan dengan sengaja menyakiti, menghina orang yang dibantu. Berinfak namun tujuannya riya’, pamer, ingin dipuji, sekedar mendapat gelar dermawan. Hati-hati ini berpotensi menjadi syirik kecil dan awal dari kekufuran kita, beribadah sekedar dinilai oleh makhluk, lupa penilaian Sang Khalik yang Maha Adil dalam penilaiannya. Dan orang-orang seperti inilah yang Allah SWT permisalkan dengan shafwan, yaitu batu licin yang di atasnya ada debu, kemudian diterpa hujan lebat sehingga batu tersebut kembali licin, tak berbekas. Yang artinya mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang telah mereka upayakan dan dalam hal ini adalah
infak dan juga sedekah mereka. Satu di antara dua hasad, iri yang dibolehkan adalah iri kepada orang yang memiliki harta kemudian ia rajin berinfak. Sebagaimana Ibnu Mas’ud meriwayatkan satu hadits Rasulullah SAW: “Tidak boleh hasad kecuali dalam dua hal, seseorang yang Allah anugerahi harta kemudian ia infakkan dan seseorang yang Allah anugerahi hikmah (faham Al-qur’an) kemudian ia amalkan dan ajarkan kepada orang lain”. (HR. Bukhari). Hasad dalam arti berharap dianugerahi seperti kehidupan mereka, sehingga mampu melakukan amal shaleh seperti apa yang mereka lakukan. Bukan berharap agar Allah SWT mencabut anugerah tersebut dari mereka. Lebih dari itu berharap agar kita mampu mencontoh kebaikan dan mengikuti jejak mereka bahkan fastabiqul khairat berlomba dalam kebaikan, sehingga mampu mengungguli mereka. Selalu dekat dengan Al-quran, terus tilawah membacanya sampai benar-benar hafal dan faham, kemudian mampu mengamalkan kandungannya. Giat bekerja agar punya harta sehingga bisa berbagi kepada sesama. Disinilah hubungan erat antara ujian harta dan ujian ketaqwaan hamba. Setiap aktifitas kita, dalam bekerja, mencari nafkah harus diniatkan untuk ibadah kepada Allah SWT Aktifitas apa pun kita awali dan akhiri dengan do’a. Semuanya dilakukan karena kita menyadari kekuatan, kemampuan dan keahlian yang hari ini kita miliki, hanyalah karena kekuatan Allah SWT dan kehendak serta izin dari Allah SWT sebagai bekal kita mengabdi dan beribadah kepada-Nya. Wallahu A’lam Bisshowab.
SAHLAN| Bulletin Jum’at IZI | Edisi 03 | April 2016
Rumah Singgah Pasien IZI, Membangun Konstruksi Kebaikan Setelah menemukan rumah yang cocok untuk dijadikan rumah singgah, langkah berikutnya adalah membangun konstruksi yang baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konstruksi memiliki arti susunan (model, tata letak) suatu bangunan (jembatan, rumah, dsb). Jadi, tahapan berikutnya adalah membangun model atau tata letak rumah singgah. Baik itu bentuk bangunan yang perlu disesuaikan maupun pengadaan barang-barang yang tepat. Penyesuaian bentuk tata letak pun dilakukan. Rumah yang aslinya merupakan tempat tinggal untuk 1 keluarga, kamis sesuaikan modelnya untuk dijadikan rumah bagi 14 keluarga. Salah satu hal yang krusial untuk dilubah adalah jumlah kamar mandi yang hanya 2 buah kami lipat gandakan jumlahnya menjadi 4 buah. Langkah lainnya yang dilakukan secara paralel adalah memilih barang-barang yang tepat sesuai dengan kebutuhan rumah singgah. Hal yang cukup menyita waktu dalam pengadaan ini adalah memilih tempat tidur. Kami perlu memperhatikan beberapa faktor sebelum memilih. Pertama-tama tentu saja faktor kesehatan, lalu keamanan, serta kenyamanan. Ada 3 pilihan tempat tidur yang kami jumpai. Ada yang dipannya terbuat dari kayu, ada yang dipannya menyatu dengan kasur (spring bed red.), lalu ada pula yang ranjangnya dari besi dan dapat dilipat. Setiap ranjang memiliki kelebihan dan kekurang. Pilihan pun jatuh pada dipan yang terbuat dari kayu dan bahan kasur dari busa. Alasannya adalah bahan dipannya relatif lebih kokoh dan tahan lama. Lalu perawatan dan pembersihan kasurnya juga lebih mudah. Hal lain yang penting adalah membangun sistem operasi yang baik. Sistem yang baik akan membuat Rekening Zakat an. Yayasan Inisiatif Zakat Indonesia
Bank Mandiri 122.002.80000.68 Bank Syariah Mandiri 789.789.1217 Bank BNI Syariah 121.555.3331 Muamalat 301.01.666.14 BCA 5395.500.900
Penghuni dan Pengelola mendapatkan “haknya.” Bagi Penghuni, Rumah Singgah yang aman dan nyaman adalah hak mereka semasa pengobatan berlangsung. Bagi Pengelola, optimalisasi pengelolaan dan datadata keseluruhan rumah singgah adalah haknya. Lalu bagi Muzakki IZI, laporan perkembangan Rumah Singgah adalah haknya karena optimalisasi dana zakat atau donasi mereka terlihat dalam laporan ini. Akhirul kalam, membangun konstruksi yang baik dan menyusun sistem yang mumpuni bukan hanya sekadar membangun konstruksi rumah singgahnya. Lebih dari itu, ini adalah sebuah gerakan membangun “konstruksi kebaikan.” Di mana semua fasilitas yang dapat dinikmati oleh Penghuni adalah sebuah kebaikan yang mereka rasakan di dunia. Dan, “kebaikan-kebaikan” yang mereka rasakan itu merupakan “buah” kedermawanan dari donatur serta orang-orang tergerak untuk terwujudnya program ini. Bagi mereka ini, semoga menjadi kebaikan di dunia dan akhirat. Aamiin.
Rekening Infaq an. Yayasan Inisiatif Zakat Indonesia
KANTOR PUSAT IZI (Inisiatif Zakat Indonesia) Jl. Raya Condet No 54 D-E Batu Ampar Jakarta Timur 13520 - Indonesia Telp : (021) 8778 7325 Fax : (021) 8778 7603
Bank Mandiri 122 002 70000 10 Bank Syariah Mandiri 777.888.1211 Bank BNI Syariah 121.555.4448 Muamalat 301.01.666.15 BCA 5395.100.600
Lembaga Amil Zakat Nasional Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 423 Tahun 2015
Inisiatif Zakat IZI_ID InisiatifZakat 0812 1414 789