PENERBIT
CV TIGAMEDIA PRATAMA NOVEMBER 2015 www. gamedia.co.id
Tim penyusun mengucapkan terima kasih banyak kepada Tim KKL destinasi Jakarta-Bandung dan mentor kami, Ibu Titien dan Pak Resza, atas buah pemikirannya, tak lupa juga semua pihak yang turut membantu, juga terima kasih banyak kepada penerbit kami karena telah mendengarkan dan memahami setiap detail yang kami inginkan.
Kepustakaan Nasional, Katalo Dalam Terbitan Sebuah Catatan Perjalanan Kuliah Kerja Lapangan Jakarta Bandung: House of Indonesian Architect
Penulis: Tim KKL Jakarta-Bandung Arsitektur Undip 2015
Editor: Intan Findanavy Ridzqo
Desain logo: Umar Faruq
Desain grafis konten: Cut Atthiya Keumala Danastri Listyaning Prabowo Intan Findanavy Ridzqo Raď€ ka Mulia
Cetakan pertama, November 2015 14,8 x 21 cm iv + 150 halaman ISBN:
Hak cipta dilindungi Undang-undang All rights rserved Diterbitkan oleh: CV Tigamedia Pratama Jl. Prof Soedarto, SH - LPPU II no. 12 Tembalang, Semarang Indonesia www. gamedia.co.id
Sebuah catatan perjalanan kuliah kerja lapangan
Jakarta-Bandung: House of Indonesian Architect
24-28 Agustus 2015
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Copyright Š 2015 ISBN ................
Naskah dan Foto Tim KKL Des nasi Jakarta-Bandung Editor Intan Findanavy Ridzqo Layout Cut A hiya Keumala Danastri Listyaning Prabowo Intan Findanavy Ridzqo Rafika Mulia Logo Sampul Umar Faruq Mentor Dr. Ir. Ti en Woro Mur ni, MSA Resza Riskiyanto, ST, MT
Tim KKL Cut A hiya Keumala Heru Topan Wijaya Desy Nurariyani Intan Novita Intan Findanavy Ridzqo Besty Linawa Manik M. Khoirur Rijal Danastri Listyaning Prabowo Rafika Mulia Novitasari Arsiyd Awaliyah Zakki Rachmani Frans Canigia Bangun Evan Agung Pratama Arief Ahmad Fajar Bijak Bestari Umar Faruq Sufi Se awan Carista Sulanda Marina Inez Febianka Funy Agus na M. Galib Triadha K.A. Nadia Desiana Sari Sherley Ika Chris an Ken Mo g Saraswa Kumalasari Putri Suryaningtyas Nurul Azizah Lela Nur Azizah Fadhil Muhammad Kar ka Gelahara Shofiyatul Haya Yus n Imelda Banundi
SAMBUTAN
oleh Ketua KKL Destinasi Jakarta-Bandung Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatNya buku yang berjudul Sebuah Catatan Perjalanan Kuliah Kerja Lapangan House Of Indonesian Architect ini telah dapat diselesaikan. Buku ini merupakan hasil dari pembelajaran mahasiswa program studi Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik (JAFT) Universitas Diponegero angkatan 2012 dalam Kuliah Kerja Lapangan di Jakarta-Bandung. Banyak hal yang ingin kami sampaikan melalui buku ini dari hasil perjalanan yang kami lakukan khususnya mengenai keadaan arsitektur Indonesia yang berkaitan dengan pendidikan (akademik), dunia konsultan arsitektur, idealisme arsitek, dan mengenai perkembangan di bidang arsitektur yang sedang terjadi. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Ir. Titien Woro Murtini, MSA dan Resza Riskiyanto, ST, MT selaku dosen pendamping dan mentor kami dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan. Terima kasih pula kepada Intan Findanavy Ridzqo yang telah terlibat dalam proses editing dan juga terima kasih kepada teman-teman yang ikut serta dalam
pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku ini. Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku ini sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan buku ini. Diharapkan buku ini dapat menjadi gambaran mengenai perkembangan bidang arsitektur di Indonesia yang kami sajikan dari hasil perjalanan yang kami lakukan. Semoga buku ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
1
DAFTAR ISI 1 Sambutan oleh Ketua KKL Destinasi Jakarta-Bandung 2 Daftar Isi 4 Sebuah Pengantar: KKL dan House of Indonesian Architect
2
6 Menemukan Indonesia dalam Arsitektur 10 Antara Idealisme dan Realitas dalam Berarsitektur di Indonesia 13 Arsitektur Lokalitas dan Materialitas 25 Tropical Architecture Bagi Ren Katili 41 Belajar dari Yang Lain 51 Yori Antar, Pendekar Arsitektur Nusantara 71 Yu Sing dan Akanoma 91 URBANE Indonesia: Konsultan Arsitektur Bernilai Tambah 109 Architecture as a Self Expression 129 Wika Satrian, Manifestasi Kebudayaan dalam Arsitektur 149 Akhiran: Sebuah Refleksi
AWALAN Sebuah Pengantar: KKL dan House of Indonesian Architect Tim Penyusun Buku
Menemukan Indonesia dalam Arsitektur Titien Woro Murtini
Antara Idealisme dan Realitas dalam Berarsitektur di Indonesia Resza Riskiyanto
SEBUAH PENGANTAR: KKL DAN HOUSE OF INDONESIAN ARCHITECT
4
Sebuah perjalanan hanya dapat dinikmati oleh sang pelakunya saja. Pengalaman ini tidak bisa tertular saat ia tidak menceritakannya pada orang lain. Proses menceritakannya bisa melalui berbagai cara, secara oral atau secara tulisan. Kami memilih untuk menceritakan kembali pengalaman berharga kami menempuh perjalanan KKL ini melalui sebuah catatan tulisan, agar kelak, selain dapat dinikmati bagi pembacanya, kualitas substansi juga tetap terjaga
KULIAH KERJA LAPANGAN KKL (Kuliah Kerja Lapangan) adalah sebuah kegiatan yang ilmiah yang berupa kajian materi perkuliahan dengan menggunakan pendekatan keilmuan terhadap objek di luar kelas yang terkait dengan jurusan dan progam studi tertentu. Kegiatan tersebut dilakukan oleh
mahasiswa di bawah bimbingan dosen pembimbing di lapangan. KKL merupakan sebuah kegiatan yang nantinya dapat memberikan inspirasi baru bagi mahasiswa. Mahasiswa arsitektur memiliki peran yang besar dalam proses pembangunan bangsa ini. Sebagai agent of change, mahasiswa berperan untuk melakukan perubahanperubahan yang dianggap perlu untuk mencapai kemajuan pembangunan bangsa ini. Pembelajaran di dalam kelas perkuliahan belum cukup untuk memberikan bekal mahasiswa dalam memiliki kemampuan yang memadai dan kepekaan sebagai calon arsitek. Oleh karena itu, diperlukan adanya kunjungan lapangan yang bisa membekali mahasiswa dalam praktiknya nanti sebagai seorang arsitek. Ilmu yang diberikan di perkuliahan setiap semesternya hanya memberikan dampak kepada mahasiswa sekitar 25%, sisanya adalah pengalaman mahasiswa dalam mencari ilmu di luar perkulihan seperti talk show dengan arsitek, seminar, dan kunjungan. Jakarta dan Bandung merupakan wilayah Indonesia yang perkembangan pembangunannya di bidang
arsitektur sangat pesat dibandingkan kota-kota lain di Indonesia, oleh karena itu banyak arsitek-arsitek yang tinggal dan menetap di Jakarta dan Bandung. Kami memanfaatkan mata kuliah KKL ini untuk melakukan kunjungan ke arsitek-arsitek yang ada di Indonesia, dalam hal ini arsitek-arsitek yang ada di Indonesia berada di daerah Jakarta dan Bandung. Pada akhirnya kami ingin melakukan kunjungan ke beberapa arsitek-arsitek di Jakarta dan Bandung untuk memberikan sebuah pengalaman berharga yang tidak kami dapat saat perkuliahan. HOUSE OF INDONESIAN ARCHITECT Rumah adalah kata yang tepat menggambarkan keadaan yang nyaman, nyaman untuk beristirahat, belajar, mencari inspirasi, dan tempat menemukan kehangatan. Rumah banyak digunakan sebagai kata tempat yang asyik seperti rumah baca, rumah belajar, rumah inspirasi, dan lain sebagainya. Rumah juga merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang saling mengenal dan akrab sehingga tidak ada rasa canggung di antaranya. Rumah bagi seorang arsitek adalah studionya, tempat ia berproduksi melahirkan karya-karya baru, ide-ide produktif dan luar biasa yang muncul karena tenang dan hangatnya sebuah atmosfer “rumah”. “Rumah” pun tidak
selalu kehangatan yang tercipta berasal dari elemenelemen fisiknya saja, kehadiran orang-orangnya turut serta melahirkan hangatnya atmosfer rumah. Hal-hal non-fisik ini tidak selalu mudah dijumpai pada rumah-rumah biasa, namun “rumah”, yakni studio. Jakarta dan Bandung merupakan dua kota besar di Indonesia yang cukup terkenal akan lahirnya arsitekarsitek ternama Indonesia. Hingga kini pun masih banyak para arsitek yang tinggal dan berkarya di sana. Karya-karya yang luar biasa pun banyak dibangun di sana. Selain sebagai kanvas bagi berdirinya karya arsitektur, tentu hingga kini Jakarta dan Bandung masih menjadi rumah dan “rumah” bagi mereka. Konsep rumah yang salah satunya sebagai tempat belajar yang nyaman ini kami usung agar para arsitek Indonesia tersebut dapat mentransferkan ilmu, atmosfer, serta segala hal yang berkaitan dengan dunia arsitektur kepada kami dengan suasana rumah yang hangat, akrab, dan berharga bagi kami.
5
MENEMUKAN INDONESIA DALAM ARSITEKTUR Berselancar Memahami Arsitek dan Arsitektur Indonesia Titien Woro Murtini
6
Pembelajaran tidak semata dengan cara membaca buku referensi saja, pengalaman melihat adalah salah satu cara untuk memahami sesuatu yang diharapkan dapat memperkaya ilmu yang kita inginkan.
Kuliah kerja lapangan adalah kegiatan yang menggabungkan antara teori dan praktik, sehingga secara nyata kita dapat melihat wujud dari hasil pemikiran berarsitektur yang menggabungkan teori dan kondisi serta situasi lingkungan. Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk membuat mahasiswa agar semakin dekat dengan dunia profesinya. Berselancar menyusuri karya-karya arsitekarsitek Indonesia pada kegiatan kuliah kerja lapangan adalah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan memahami bagaimana arsitek mengungkapkan ide sesuai dengan keinginan pemberi tugas dan mengungkapkan rasa dan jiwa diri pribadinya dalam berarsitektur untuk diwujudkan dalam desain. Memahami karya-karya arsitek Indonesia tentu saja bukan bermaksud untuk mengikuti idealisme mereka, tetapi semua itu untuk dijadikan pembelajaran bagaimana mereka bersikap terhadap arsitektur Indonesia yang memiliki keberagaman wujud dan kondisi alam lingkungan Indonesia yang beriklim tropis,
yaitu dengan dua musimnya, panas dan hujan. Hal inilah yang harus kita sikapi dalam mewujudkan rancangan bangunan dengan merespon iklim tropis. Menciptakan rekayasa bangunan adalah mengubah lingkungan alam menjadi lingkungan binaan namun hendaknya dengan menggunakan rasa yang bijaksana terhadap alam dan lingkungan. Dalam kunjungan lapangan yang menjadi obyek pada kegiatan kali ini, kami melakukan kunjungan ke beberapa arsitek yang mewujudkan karyakaryanya sesuai dengan idealisme mereka. Ren Katilli sang arsitek tropis. Yori Antar sebagai pendekar arsitektur nusantara karena kecintaannya terhadap kekayaan arsitektur
nusantara serta sebagai penggagas Rumah Asuh. Yu Sing sang arsitek, yang dikenal sebagai arsitek 'rumah murah'. Ia juga termasuk arsitek yang memiliki perhatian terhadap lokalitas. Salah satu karya Yu Sing yang kami kunjungi adalah Wika Satrian, sebuah perwujudan bangunan modern yang memiliki jiwa lokal. Tidak sekadar hanya hasil imajinasi seorang arsitek yang terwujud dalam rekayasa bangunan, tetapi juga sebagai wadah pengejawantahan karakter para pemimpin yang digladi dalam suasana alami yang tidak tercabik dengan keinginan menguasai alam. Yu Sing dan Wika Satrian berkomitmen untuk berusaha mengolah alam lingkungan dengan bijaksana. 7
1
2
š Sharing session m KKL Undip dengan Yori Antar di kantor PT Han Awal and Partners Architect. ² Sharing session m KKL Undip dengan Yu Sing di Studio Akanoma.
3
8
Âł Tim KKL Undip mengunjungi pusat pela han kepemimpinan, Wika Satrian. â ´ Tim KKL Undip saat mengunjungi PT Urbane Indonesia.
4
Para arsitek lainnya tergabung dalam konsultan Urbane Indonesia yang sempat digawangi Ridwan Kamil sekarang menjabat sebagai walikota Bandung. Urbane menciptakan rekayasa bangunan dengan memegan teguh konsistensinya terhadap idealisme arsitektur Indonesia, meskipun proyek-proyek mereka adalah proyek dengan skala yang besar.
Para arsitek lainnya tergabung dalam konsultan Urbane Indonesia yang sempat digawangi Ridwan Kamil sekarang menjabat sebagai walikota Bandung. Urbane menciptakan rekayasa bangunan dengan memegan teguh konsistensinya terhadap idealisme arsitektur Indonesia, meskipun proyek2 mereka adalah proyek dengan skala yang besar. Dalam kegiatan kuliah kerja lapangan ini, selain berkunjung langsung ke “rumah-rumah� arsitek, juga dilakukan kunjungan ke perguruan tinggi yaitu Universitas Bina Nusantara, Jakarta dan Universitas Parahyangan, Bandung. Tujuan kunjungan adalah sebagai benchmarking terhadap materi pembelajaran dan metoda yang diterapkan di universitas lain, apakah yang sudah diterima mahasiswa dalam pembelajaran selama ini 5
6
â ľ Usai kuliah bersama oleh dosen BINUS University, Ren Ka li. â ś Sharing session m KKL Undip dengan dosen Arstektur Unpar.
sudah cukup memadai, di samping itu juga untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang karya-karya mahasiswanya, mulai dari Studio Perancangan Arsitektur (SPA) hingga Tugas Akhir (TA). Dari kunjungan tersebut juga didapatkan pengetahuan yang diberikan oleh dosen dari masing-masing perguruan tinggi yang dikunjungi sebagai tambahan wawasan bagi mahasiswa. Hal ini pun direspon dengan baik oleh perguruan tinggi yang dikunjungi untuk saling tukar kuliah umum dari dosen tamu. Harapan dari perjalanan yang menarik ini adalah semoga pada akhirnya ini menjadi bekal dan wawasan bagi mahasiswa kelak di kemudian hari yang akan lahir sebagai arsitek akan memiliki idealisme berarsitektur yang baik dan benar serta konsisten terhadap kaidah-kaidah yang berlaku.
9
ANTARA IDEALISME DAN REALITAS DALAM BERARSITEKTUR DI INDONESIA Resza Riskiyanto
10
Perjalanan menelusuri pemikiran dan gagasan dari arsitek Indonesia mengenai arsitektur Indonesia memang tidaklah mudah. Bukan secara ď€ sik perjalanan yang ditempuh terasa berat, namun penyelaman terhadap pemikiran masingmasing arsitek yang ditemui untuk mengetahui idealism dan gagasan dari setiap arsitek membutuhkan energi yang tidak sedikit serta membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam. Belum lagi melihat kenyataan bahwa karakter dari setiap arsitek berbeda satu sama lain.
Pembahasan mengenai arsitektur Indonesia sudah sejak lama terjadi bahkan mungkin hingga kini sulit diperoleh titik temu mengenai definisi arsitektur Indonesia. Akan tetapi, apakah harus ditemukan? Perjalanan ini memang tidak bertujuan untuk menemukan, menyimpulkan, atau bahkan mendefinisikan arsitektur Indonesia dari pandangan arsitek yang berarsitektur di Indonesia. Meski paling tidak perjalanan ini dapat memperkaya pengetahuan, khususnya mengenai arsitektur Indonesia yang tidak akan cukup hanya dengan melihat karya dari seorang arsitek di Indonesia melalui media. Kehadiran raga untuk merasakan langsung karya-karya arsitek Indonesia dapat membantu memahami setiap gagasan, pemikiran, dan pandangannya dalam berarsitektur. Perjalanan ini juga tentang belajar bersikap. Sikap para arsitek Indonesia dalam berarsitektur di Indonesia.
Sikap yang mengkompromikan antara idealisme seorang arsitek dengan realita yang ada, di mana idealisme dan karakter dua faktor yang mempengaruhi sikap itu sendiri, di samping pergaulan, lingkungan, ataupun pendidikan yang seringkali turut andil di dalamnya. Namun pertanyaannya adalah sejauh mana idealisme tersebut mampu menyikapi realita yang dihadapi? Ren Katili memiliki idealisme sebagai seorang arsitek tropis. Idealisme ini sudah dibawanya sejak awal menempuh pendidikan arsitektur. Menurutnya, arsitektur Indonesia adalah arsitektur tropis, yaitu suatu konsep bangunan yang mengadaptasi iklim tropis. Dengan merespon iklim, kita dapat menerapkan desain yang dapat membuat udara masuk ke rumah tanpa halangan, sementara matahari sebagai sumber panas dapat terhalangi masuknya ke dalam bangunan. Konsistensi sikap ini berusaha ditunjukkannya dalam setiap karyanya untuk selalu mengutamakan prinsip-prinsip dalam arsitektur tropis, khususnya mengenai sistem pengudaraan alami, di samping beberapa prinsip lain untuk berdamai dengan iklim tropis, yaitu layout, spacing, opening, dan room organizing. Belajar tentang arsitektur tropis di Indonesia yang terbaik adalah belajar pada tradisi, lokalitas, genius loci. Yori Antar, arsitek yang kini banyak dikenal sebagai pendekar arsitektur nusantara, telah memantapkan idealismenya untuk kembali menghidupkan arsitektur nusantara. Meskipun demikian, pada dasarnya Yori Antar tidak ingin menetapkan dirinya sebagai arsitek tradisional. Yori tetap menganggap dirinya adalah arsitek modern namun sebagai seseorang arsitek modern yang tetap menghargai sejarahnya sendiri. Yori juga tidak menyebut dirinya sebagai arsitek tropis, namun setiap karyanya secara tidak langsung menunjukkan bahwa perhatian terhadap iklim tropis telah menjadi bagian dalam proses perancangannya. Secara tidak langsung pula Yori juga mengajarkan bahwa bersikap sebagai arsitek Indonesia yang mendesain arsitektur
Indonesia tidak perlu membatasi diri pada suatu hal tertentu, seperti tradisional, vernakular, yang pada akhirnya hanya menghasilkan bangunan yang sifatnya tiruan dari bentuk lokal. Tidak ada salahnya menggunakan pemikiran modern, untuk membangun sesuatu yang modern. Namun yang terpenting adalah bangunan modern tersebut harus memiliki 'jiwa' di dalamnya, contohnya adalah beberapa bangunan modern di Jepang, meski tampil modern namun 'jiwa' Jepang seolah masih hidup di dalamnya. Hal berbeda yang dapat kita temukan pada bangunan-bangunan modern di Hongkong ataupun Singapura. Kota itu tumbuh dengan berbagai bangunan modern 'tanpa jiwa'. Terkait hal ini, sikap kita sebagai arsitek Indonesia mengenai arsitektur nusantara yang harus ditumbuhkan untuk memberikan jiwa pada bangunan semodern apapun yang kita rancang. Yu Sing, meskipun lebih banyak dikenal sebagai arsitek 'rumah murah', namun Yu Sing juga termasuk arsitek yang memiliki perhatian terhadap lokalitas. Perhatiannya tersebut berusaha ditunjukkannya dalam beberapa karyanya. Menara Phinisi dan Wika Satrian adalah dua karya terakhir mengenai perwujudan bangunan modern yang memiliki jiwa lokal. Menara Phinisi lebih mudah diterjemahkan karena dibangun dengan konsep analogi yang kuat, layar terkembang. Sebaliknya berbeda dengan Wika Satrian, meskipun sama-sama menggunakan konsep analogi, yaitu Semar, namun penerjemahan analogi pada desain Wika Satrian tidak semudah apabila dibandingkan dengan analogi pada Menara Phinisi. Wika Satrian menjadi menarik sebagai bangunan modern yang memiliki jiwa justru pada sikap bangunan tersebut dalam memahami konteks. Sikap yang ditunjukkan oleh sang arsitek dalam memahami Indonesia adalah melalui segi lingkungan dan alamnya. Bangunan tersebut menjadi tampil apa adanya, sederhana, dan menyatu dengan lingkungannya. Sikap inilah yang dapat menjadi contoh perwujudan arsitektur Indonesia. Tidak harus meniru secara fisik,
11
12
namun menggunakan kekuatan setempat sebagai bagian dari perwujudan fisiknya. Berbeda dengan beberapa arsitek di atas, URBANE yang tumbuh sebagai perusahaan menunjukkan sikap yang berbeda. Idealisme yang dibangun pada skala yang cukup besar, terlihat dari visi utamanya sebagai perusahaan konsultan arsitektur yang memiliki perhatian lebih banyak kepada persoalan perkotaan, yaitu tentang bagaimana meningkatkan kualitas ruang kota melalui wujud arsitektur bangunan. Sebagian besar karya URBANE adalah proyek skala besar dengan klien yang yang didominasi kapitalis. Bukan hal yang mudah untuk mewujudkan idealisme mengenai arsitektur Indonesia bila dibandingkan beberapa arsitek lain dengan skala proyek lebih kecil dan klien yang memiliki pemahaman yang sama pula, namun idealisme besar ini tetap menjadi prinsipnya. Meskipun demikian, usaha untuk menghadirkan wujud arsitektur Indonesia dalam beberapa karya URBANE sudah pernah dilakukan. Satu hal yang perlu dikritisi yaitu beberapa bentuk fisik bangunan masih sebatas permukaan. Terkait hal ini, URBANE tidak dapat disalahkan sepenuhnya. Terkadang idealisme yang dibangun seringkali harus berkompromi dengan kondisi di lapangan. Apalagi bila proyek yang dihadapi tadi termasuk skala besar, menghadapi waktu penyelesaian yang singkat dan lebih banyak berpihak pada faktor ekonomi dan komoditas, pada akhirnya wujud arsitektur hanya bersifat pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada sebelumnya. Perjalanan ini pada akhirnya bermuara ke suatu pemahaman bahwa idealisme tetap penting dalam berarsitektur. Terutama idealisme untuk menghadirkan jiwa nusantara dalam setiap karya yang dibangun. Idealisme itu tidak harus sama antara satu dengan yang lain. Satu hal yang penting justru pada proses untuk mewujudkan idealisme tersebut ke dalam hasil rancangannya. Tidak dapat dipungkiri, menjadi hal yang
tidak mudah pada saat idealisme itu menghadapi realita di lapangan. Untuk saat ini, realita di Indonesia menunjukkan kondisi yang lebih banyak berpihak pada kapitalis. Faktor klien, waktu, dan skala perancangan terkadang menjadi bahan kompromi terhadap idealisme. Pada saat inilah sikap menjadi suatu hal yang penting. Sikap dalam mengkompromikan berbagai faktor yang menjadi batasan dalam proses perancangan dengan idealisme masingmasing. Tanpa harus mengorbankan idealisme maupun mengabaikan realita yang ada. Meskipun demikian, pada suatu waktu tertentu diperlukan sikap untuk memilih satu di antaranya. Seandainya realita tidak lagi dapat dikompromikan dengan idealisme yang kita miliki. Namun sanggupkah idealisme harus dikorbankan demi pemenuhan hidup? Penghargaan terhadap idealisme seorang arsitek di Indonesia memang belum cukup besar untuk saat ini. Akan tetapi itu bukan hal yang mustahil, suatu saat nanti idealisme seorang arsitek Indonesia akan mendapat tempat untuk mengubah pandangan kaum kapitalis. Sebelum sampai saat itu, satu hal yang dapat kita lakukan saat ini adalah menebarkan idealisme kita kepada pihakpihak yang dapat menerima dengan baik, idealisme mengenai arsitektur yang baik. Penghargaan dalam bentuk materi mungkin tidak akan sebesar dari yang diberikan oleh kaum kapitalis. Namun efek baik jangka panjang yang diharapkan mampu bertahan sampai waktu yang lebih baik tiba suatu saat nanti.
ARSITEKTUR LOKALITAS DAN MATERIALITAS Rumah Baca, Achmad D. Tardiyana Bandung, 27 Agustus 2015
1
14
š Material pada lantai dua Rumah Baca. Kayu sebagai dinding memungkinkan cahaya matahari memasuki celah-celahnya. ² Pak Apep sebagai pemilik sekaligus arsitek Rumah Baca.
2
Sebuah ungkapan Tadao Ando: Arsitektur adalah sebuah proses dalam mengonstruksi tapak, arsitektur muncul secara alamiah atau merupakan respon [1] terhadap tapak. Respon dalam hal ini harus dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap lingkungan tempat tersebut. Dengan kata lain arsitektur harus dapat menunjukkan lokalitas setempat, yang dapat dilakukan dengan respon terhadap site atau dapat juga dengan pengunaan potensi material setempat atau materialitas. Salah satu karya arsitektur Achmad D. Tardiyana yang lebih akrab disapa Pak Apep ini adalah kediaman beliau sendiri atau biasa disebut Rumah Baca. Rumah Baca merupakan salah satu implementasi karya
arsitektur lokalitas dan materialitas. TEORI DESAIN ACHMAD D. TARDIYANA Menurut Ir. Achmad D. Tardiana, MUDD, karya arsitektur yang baik adalah arsitektur yang secara spesifik mampu merespon lokasi di mana bangunan didirikan. Pemahaman terhadap lokasi bertujuan untuk memunculkan gagasan mengenai bentukbentuk arsitektural, bentukbentuk ruang yang lebih jelas. Hal ini biasanya dilakukan dengan melihat langsung kondisi site sehingga dapat memahami potensi serta kekurangan site. Dalam proses perancangan, Pak Apep cenderung menggunakan teori yang berkaitan dengan fenomenologi sebagai pedomannya, antara lain seperti teori tentang place, tektonika, serta materialitas. Pak Apep memiliki pandangan tentang arsitektur dan kemungkinannya untuk menjadi bagian dari komunitas lokal dan hal inilah yang menjadi pegangan Pak Apep dalam perancangan desain yang dilakukannya.
[1] Roy Foragen dalam artikel Rumah Baca pada majalah FuturArc 2011
RUMAH BACA: KARYA ARSITEKTUR LOKALITAS DAN MATERIALITAS Rumah Baca berdiri di atas tanah seluas 330 m2 dan hanya memanfaatkan lahan sebesar 120 m2 untuk bangunannya. Rumah ini mulai dibangun pada tahun 2009 oleh arsitek sekaligus pemilik rumah tinggal ini, yaitu Achmad D. Tardiyana. Sebutan Rumah Baca ini didasari dengan adanya perpustakaan pada program ruangnya. Perpustakaan tersebut didedikasikan untuk warga di lingkungan sekitar atas dasar banyaknya anak dan ibu rumah tangga. Perpustakaan merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep Rumah Baca yaitu open to community/public. Konsep rumah terbuka untuk masyarakat sekitar karena seyogyanya Rumah Baca
merupakan bagian dari lingkungan sosial budaya dan masyarakat sekitarnya. Secara fungsi, desain, dan penggunaan material, bangunan ini cukup mencerminkan preseden yang selama ini dipegang Pak Apep yaitu secara spesifik mampu merespon lokasi di mana bangunan didirikan. TATA RUANG LUAR, OPEN TO COMMUNITY/PUBLIC Desain tata ruang luar dibuat terbuka supaya masyarakat sekitar dapat mengakses rumah tersebut dengan mudah karena lantai dasar Rumah Baca terdapat perpustakaan yang di dalamnya memang difungsikan sebagai ruang publik. Pada belakang rumah terdapat taman dan mini open theater dari anak tangga yang langsung terhubung dengan perpustakaan yang dijadikan tempat interaksi masyarakat sekitar. Âł Suasana ruang luar, teras belakang Rumah Baca.
3
15
16
Ske
tsa
oleh
Fran
s Ca
nigia
.
17
4 â ´ Sketsa tampak depan Rumah Baca. Rumah ini dirancang tanpa adanya arogansi sang arsitek sehingga tampak sederhana.
â ľ Material bata ekspos dengan susunan yang unik. â ś Bambu keprek sebagai elemen penutup lantai. â ˇ Bambu sebagai sekat dan rotan sebagai plafon.
5
7
6
TATA RUANG DALAM Rumah Baca memiliki beberapa ruang layaknya rumah pada umumnya namun konsep dari Rumah Baca adalah memfungsikan lantai dasar Rumah Baca tersebut menjadi ruang publik. Pada lantai pertama sifat ruang yakni semi privat yaitu terdapat dapur dan ruang keluarga. Lantai kedua terdapat ruang-ruang yang paling privat yaitu kamar tidur utama dan ruang kerja. Pembagian sifat ruang mulai dari publik, semi privat, privat diletakkan pada tiap-tiap lantai bangunan ELEMEN PEMBENTUK RUANG Pak Apep mencoba melakukan eksperimen dengan penggunaan bambu keprek untuk lantai yang presedennya berasal dari rumah tradisional di Jawa Barat. Penggunaan material ini selain dana yang dibutuhkan tidak besar juga untuk menggunakan material lokal dari daerah sekitar. Penggunaan bambu keprek ini dapat ditemukan pada
lantai teras lantai satu. Rumah baca menggunakan material dinding batu bata merah. Dinding batu bata dipilih karena material ini termasuk material lokal yang mudah didapat. Penyusunan batu bata ekspos untuk dinding juga dibuat sangat atraktif dan tidak biasa. Lubang-lubang pada dinding bata ekspos juga dimanfaatkan untuk menambahkan cahaya yang masuk ke ruangan dan memaksimalkan cross ventilation. OPEN TO AIR AND LIGHT Konsep open to air and light diusung untuk mengakomodasi kondisi iklim tropis di Indonesia. Bukaan berupa jendela-jendela yang cukup lebar serta lubang-lubang cahaya pada elemen dinding yang didapat dari penyusunan dinding bata ekspos mengoptimalkan potensi dari cahaya matahari namun juga mereduksi dampak negatif yang ditimbulkan dari sinar matahari yang berlebih.
â ¸ Open to light diterjemahkan dengan lubang-lubang pada susunan bata. Untuk menghindari tampias air hujan, lubang ditutup dengan kaca.
19
9
10
Walaupun menggunakan penghawaan alami kenyamanan termal pada Rumah Baca cukup baik karena desain yang merespon kondisi lingkungan sekitar. Pada Rumah Baca terdapat cukup banyak bukaan selain sebagai masuknya terang langit, bukaan ini juga sebagai sirkulasi udara keluar masuk ruangan. STRUKTUR Kolom pada Rumah Baca ini mengikuti modul struktur yang telah ditentukan yaitu 3 x 4 meter sebanyak 4 modular. Modul ini dibuat agar dapat menciptakan struktur yang
efektif dan efisien sehingga biaya pembangunan dapat ditekan. Material yang digunakan pada kolom dan balok yaitu beton. Material beton yang digunakan tanpa finishing sehingga terekspos warna dan teksturnya. Desain atap menggunakan atap pelana. Atap pelana dipilih menyesuaikan dengan kondisi sekitarnya baik kondisi lingkungan rumah sekitarnya maupun kondisi iklim tropis di Indonesia. Desain atap pelana pada Rumah Baca mempunyai tritisan yang cukup panjang selain berfungsi menghalau sinar matahari juga untuk menghindari tampias air hujan. 21
⁹ Struktur baja dan beton sebagai frame. ¹⁰ Tri san panjang sebagai respon terhadap iklim tropis. ¹¹ Tri san yang panjang ditopang dengan struktur kayu. 11
12
13
SOFTSCAPING Pada Rumah Baca Pak Apep terdapat space yang berdampingan dengan ruang kerja di lantai dua yaitu terdapat sebuah teras kecil di sisi depan rumah. Teras pada lantai dua ini menjadi jalan masuknya cahaya ke ruangan di lantai dua. Pada teras ini juga terdapat taman kecil dengan beberapa pohon dan tanaman yang menjadi peneduh dan penghijau pada teras tersebut. Teras atau bisa disebut balkon ini tepat berada di depan ruang kerja menjadi view yang cantik dari ruang kerja di lantai dua.
14
¹² Mainan dan souvenir mini dipajang pada jendela yang menghadap balkon. ¹³ View taman belakang Rumah Baca. ¹⁴ Taman belakang sebagai extension ruang berkumpul outdoor. ¹⁵ Suasana ruang tamu sebagai ruang keluarga dengan dapur dan ruang makan.
Rumah Baca dirancang terhubung dengan lingkungan fisik dan sosialnya. Pak Apep merancang rumahnya sendiri sedemikian rupa sehingga ia bisa mempertahankan kondisi kehidupan sosial perkampungan sehari-hari di dalam rumahnya dengan tidak terlihat menonjol namun dengan konsepnya yang open to community/ public rumah ini juga dapat memberikan kontribusi untuk lingkungan sekitarnya. Sebagai seorang arsitek yang berpegang pada prinsip materialitas, Pak Apep melakukan aplikasi teori itu dalam desain Rumah Baca dengan baik. Penggunaan material tidak hanya menerapkan efisiensi dan penghematan, melainkan juga dengan
menggunakan material lokal, dengan konstruksi tradisional yang berpreseden dari budaya lokal, serta seirama dengan iklim setempat. Sehingga Rumah Baca ini tak hanya efektif dan hemat dari sisi ekologis, melainkan juga beiringan dengan kehidupan sosial setempat untuk menonjolkan budaya lokal. Efektifitas dan penghematan yang dilakukan pak Apep pada Rumah Baca juga tak hanya dari sisi aplikasi material, melainkan juga dari sisi struktur. Dengan menciptakan modular ruang yang sederhana Pak Apep tak hanya mendapatkan sisi konstruksi yang mudah dibangun, melainkan juga penghematan biaya konstruksi yang signifikan. 23
15
TIM PENYUSUN NASKAH: M. KHOIRUR RIJAL | LELA NUR AZIZAH | FRANS CANIGIA BANGUN | BESTY LINAWATI MANIK | INEZ FEBIANKA NARASUMBER: ADITYA WIRATAA DAN ADINA FAIZATI (PT URBANE)
REFERENSI: Artikel Rumah Baca oleh Roy Forragen dalam majalah FuturArc edisi tahun 2011
TROPICAL ARCHITECTURE BAGI REN KATILI BINUS University, Ren Katili Jakarta, 24 Agustus 2015
š Sosok Ren Ka li, selain sebagai arsitek, ia dikenal pula sebagai dosen yang menyenangkan bagi mahasiswanya di Jurusan Teknik Arsitektur BINUS University, Jakarta
26
Ren Katili, seorang arsitek tropis masa kini yang tak hanya mendedikasikan hidupnya untuk berkecimpung dalam dunia praktisi, tetapi juga ikut andil dalam dunia akademisi. Ia telah mengubah perspektif masyarakat terhadap peranan arsitek tanggap energi serta yang semula hanya sebuah wacana belaka menjadi suatu fenomena yang nyata. Di matanya, dunia arsitektur adalah dunia yang menarik, yang bisa menciptakan living space for people.
1
ANTARA PRAKTISI DAN AKADEMISI Ren Katili. Seorang pria kelahiran Surabaya, 12 Juli 1973 ini, menjatuhkan segenap ilmu yang dimilikinya untuk mengembangkan dan memberikan inspirasi bagi banyak orang guna memiliki hunian yang lebih baik dan layak. Sebelum mantap menempuh profesi sebagai seorang arsitek, Ren, atas dorongan orang tuanya, ternyata sempat mengenyam pendidikan di bidang Teknik Industri yang kandas setelah enam bulan kuliah. Dan di Institut Tropen Technologie, University of Applied Sciences Cologne inilah tempat Ren menimba ilmu pada akhirnya. Ia sengaja mengambil jurusan arsitektur tropis, karena sesuai dengan iklim yang ada di Indonesia. Setelah meraih master bidang Building in The Tropic di University of Applied Sciences Cologne dan bekerja di Jerman, ayah dua putra ini memutuskan
untuk kembali ke tanah air dan mengembangkan usaha yang sempat didirikannya. Pilihan kariernya adalah menjadi entrepreneur di industri kreatif bidang arsitektur. Oleh karena itu, didirikanlah Navia Dekalima Consultant, sebuah konsultan yang bergerak di jasa arsitektur tropis dan berpusat di Bandung, Jawa Barat. Dalam menempuh karier, Ren berupaya agar ilmu yang didapatnya tidak siasia dan bisa menjadi problem solver bagi masyarakat. Untuk itu, ia tak hanya menjadi seorang praktisi tapi juga akademisi di BINUS University. Baginya, mengajar arsitek sebagai seorang dosen tidak akan membuat ilmu yang dimilikinya akan habis. “Ilmu itu tidak statis tapi dinamis sesuai perkembangan jaman. Dan enaknya buat saya sebagai praktisi sekaligus akademisi adalah saat ke kampus itu seperti mengisi peluru untuk kembali lagi di dunia kerja sebagai seorang praktisi,� [1] tukasnya.
[1] http://marketplus.co.id/2014/03/ren-katili-idealisme-sang-arsitek-tropis/
2
“ ² Konsumsi energi di Amerika sebagian besar diserap oleh sektor bangunan, dalam hal ini arsitektur dan arsitek perlu bertanggung jawab atas desain. (h p://architecture2030.org/build ings_problem_why/)
Âł Ilustrasi garis waktu energi di Indonesia.
2000
ENERGI DAN ARSITEKTUR Arsitektur mengonsumsi 60% dari total konsumsi energi di seluruh dunia. Arsitektur yang dimaksud di sini adalah mengenai konstruksi dan bangunan (bangunan dan produk konstruksi seperti jembatan, jalan, dan lain sebagainya). Angka tersebut berasal dari total energi yang digunakan untuk memproduksi material, proses pembangunan, dan energi untuk operasional. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh US Energy Information Administration sebanyak 41,7% total konsumsi energi di Amerika berasal dari sektor konstruksi dan bangunan. Pada tipologi
2015
bangunan rumah, sebesar 32% energinya dihabiskan untuk heating (membuat rumah tetap hangat), sementara pada bangunan komersil, heating mengonsumsi 16% dan 28% untuk lighting (penerangan). Di Indonesia, sejak tahun 2000 hingga saat ini belum lagi ditemukan sumbersumber energi baru. Akan tetapi, yang dimaksud adalah belum ditemukannya lagi sumur-sumur baru minyak bumi maupun gas. Dua puluh tahun mendatang, 2035, Indonesia akan mengimpor batu bara. Puncaknya, pada tahun 2045, sumber minyak bumi dan gas di Indonesia akan habis.
2035
2045
? 3
27
4
28
⁴ Adaptasi suhu tubuh manusia terhadap temperatur lingkungannya. Pada saat temperatur lingkungan luar lebih rendah dari 33⁰C, maka bagian tubuh yang diusahakan untuk tetap hangat adalah jantung dan otak.
DESIGNING SPACE FOR CLIENT Pemberi tugas arsitek adalah seorang klien, tentunya seorang manusia. Manusia memiliki suhu rata-rata, baik manusia yang tinggal di iklim tropis maupun di area kutub, adalah 37°C. Ini artinya, ruang hidup manusia seharusnya dapat mengakomodasi suhu tubuh manusia. Salah satu peran arsitek peduli energi dalam rancangannya adalah memahami dengan benar konteks geografis proyek itu
berada. Konteks geografis akan membantu menganalisa tapak secara tepat. Analisa tapak di sini mencakup arah sinar matahari, arah angin dan kecepatannya, kelembaban, serta temperatur rata-rata. Keempatnya dapat langsung teridentifikasi dalam satu kata kunci, yakni iklim. Di seluruh dunia terdapat 16 jenis iklim, beberapa di antaranya yang mudah kita amati adalah tropis lembap (tropical humid), tropis kering (arid), temperate, dan kutub. Indonesia berada pada iklim tropis lembap karena letaknya di garis ekuator dan berupa negara kepulauan sehingga angin yang melewati wilayah Indonesia akan membawa butir-butir air. Keberadaannya di garis ekuator tentu membawa dampak, yakni Indonesia hanya memiliki dua musim, berbeda dengan negara yang berada di zona temperate, seperti Jerman, yang memiliki empat musim. Analisa tapak pada kedua negara tersebut tentu akan berbeda pula.
(h p://drsircus.com/medicine/low -body-temperature-symptomscauses-treat/)
⁵ Kemiringan bumi terhadap sumbunya yaitu sebesar 23,5⁰ menyebabkan berbagai belahan bumi merasakan musim yang berbeda-beda se ap tahunnya. (h p://cals.arizona.edu/watershe dsteward/resources/module/Clim ate/climate-intro_pg2.htm)
5
⁶ Skema perbedaan temperatur ruang dalam rumah Igloo dengan lingkungan luarnya. (h p://moss-design.com/igloo/)
⁷ Potongan rumah yang disketsa oleh Hassan Fathy. Sketsa ini menunjukkan arah aliran udara yang melalui rumah. (h ps://www.pinterest.com/pin/8 8523948897152644/)
6
Rumah Igloo adalah sebuah karya arsitektur yang berhasil memberikan kenyamanan bagi penghuninya di area kutub. Igloo, walaupun dibuat dari potongan balok-balok es yang disusun seperti kubah ternyata dapat menghangatkan ruang di dalamnya. Ruang tengah kubah bertemperatur 16°C, di zona inilah para penghuninya tidur, zona yang jauh lebih hangat dan lebih “manusiawi” untuk tidur.
Zona arid, atau tropis kering, terjadi perubahan suhu yang ekstrim dalam seharinya, sangat panas pada siang hari dan berubah menjadi sangat dingin pada malam hari, dengan udara yang mengalir adalah udara kering yang tidak membawa air. Tantangan lain di zona ini adalah badai pasir gurun. Hassan Fathy, seorang arsitek yang dikenal sebagai architect for the poor, berhasil merancang rumah yang responsif iklim tropis kering. Dalam rancangannya, ia menempatkan sebuah kolam ikan (pond) dan banjil. Kolam ikan berada di tengah, sementara banjil, sebuah menara dengan lubang angin pada dinding atasnya dan terdapat susunan gentonggentong air di dalam dinding menara tersebut. Banjil di sini berfungsi untuk memasukkan udara luar yang kering melalui gentong-gentong air sehingga udara itu akan membawa butir-butir air ke dalam rumah. Kolam ikan pun berfungsi demikian.
7
29
8
9
â ¸ Akil Sami House di Mesir oleh Hassan Fathy (h ps://www.pinterest.com/pin/3 86254105512397269/)
â š Bagian dalam Rumah Cassaroni di Kairo oleh Hassan Fathy, menunjukkan adanya elemen air di tengah ruang dalam sebagai media untuk menyediakan air yang akan diubah menjadi uap air oleh udara kering sehingga ruang dalam pun bisa menjadi lebih lembab. (h ps://www.pinterest.com/pin/4 82237072572843893/)
š⠰ Bedzeed Ecovillage oleh Bill Dunster. (h ps://en.wikipedia.org/wiki/Bed ZED)
Pada area temperate, wilayah dengan empat musim, salah satu arsitek yang terkenal dengan karyanya di Jerman, Bedzed Ecovillage, adalah Bill Dunster. Perumahan ini dirancang dengan menerapkan sistem zero energy. Fasad rumah disesain menghadap selatan untuk menangkap sinar matahari, baik sebagai pembangkit listrik maupun penghangat ruang yang ada di dalamnya. Jendela fasad dibuat menggunakan trippley glass (kaca lapis tiga) yang berfungsi sebagai perangkap sinar matahari yang masuk agar panasnya tetap berada di dalam rumah. Karena di Jerman matahari selalu berada di arah selatan, maka sisi atap yang menghadap selatan dilengkapi dengan solar panel. Kemudian puncak atap dilengkapi dengan lubang udara untuk
mengalirkan udara panas keluar dari dalam rumah dan dibagikan pada deretan rumah di belakangnya yang beratap lebih panjang dan rendah dibandingkan atap pada sisi selatan. Di zona iklim tropis lembab (tropical humid), Guthrie Pavilion terletak di Shah Alam, Malaysia, layak dijadikan contoh sebuah climate responsive building. Ken Yeang, sang arsitek, sangat memperhatikan elemen matahari, angin, kelembaban, dan temperatur. Salah satu elemen yang secara kasat mata dapat kita perhatikan adalah terdapatnya ruang antara atap penaung dengan bangunan di bawahnya. Ken Yeang membuat ruang ini untuk mengakomodasi pergerakan angin di bagian atasnya.
10
31
11
¹¹ Guthrie Pavillion oleh Ken Yeang. (h p://www.hamzahyeang.com/2 013/09/guthrie-pavilion-2/)
12
rumah selalu terasa adem karena udara yang selalu mengalir. Arsitektur tropis adalah arsitektur yang mengadaptasi kondisi lingkungan beriklim tropis dan juga arsitektur yang tanggap energi. Arsitektur yang tanggap energi pada akhirnya adalah sebuah keharusan yang menjadi gaya hidup kita. Itu bukan lagi sebuah topik yang digadang-gadang dan serta -merta diucapkan begitu saja saat menyampaikannya kepada orang lain. Tampilkanlah kepada klien bahwa desain kita tetap menuruti keinginan visual dari klien dan tetap pula mengikuti kehendak kita, seperti kalimat yang diucapkan Ren Katili “gaya boleh sesuai selera, tetapi sistemnya tetap low energy.” Biarlah semangat peduli energi hanya kita dan Tuhan yang mengerti. Ibarat berdoa, tampilan visual adalah tangan yang mengadah, terlihat dari luar, sementara semangat peduli energi, biarlah tersimpan dalam diamnya doa.
“
34
Sebuah proyek rumah tinggal karya Ren Katili juga layak dijadikan contoh yang lain. Rumah yang dikenal dengan konsep rendah emisinya itu memiliki sebuah sistem penghawaan alami dengan fenomena stack effect. Stack effect adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari bangunan melalui sebuah lubang udara akibat kemampuan udara panas untuk naik ke atas. Fenomena mengalirnya udara ini terjadi akibat perbedaan suhu dan kelembaban. Semakin besar perbedaan temperatur dan tinggi letak lubang udara maka semakin kuat pula daya naiknya udara. Fenomena ini yang dimanfaatkan dalam sistem cross ventilation. Dalam proyek rumah tinggal tersebut, Ren membuat lubang udara yang panjang dan terletak di dekat atap, serta di bagian bawahnya merupakan tangga. Udara panas di lantai satu dan dua naik melalui void tangga dan mengalir keluar melalui lubang udara tersebut. Hasilnya adalah
¹² Skema proses terjadinya stack effect. (h p://riorenewables.com/efficien t-design/ven la on-airflow)
**Ar kel ini dirangkum berdasarkan kuliah umum oleh Ren Ka li bersama m KKL.
13
š³ Tampak depan BINUS University Kampus Anggrek.
CAKRAWALA BARU DI BINUS UNIVERSITY Memantapkan diri untuk menapaki dunia akademisi bukanlah hal yang mudah bagi seorang Ren Katili. Banyak suka duka yang menyelimuti sebelum akhirnya ia menjadi salah satu anggota dikeluarga besar BINUS University. Berawal dari hanya sebuah institusi pelatihan komputer, kini, Universitas Binus (Bina Nusantara) telah menjadi sebuah institusi pendidikan yang memiliki berbagai macam program pendidikan, yakni Sekolah Sistem Informasi, Sekolah Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Sekolah Bisnis dan
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Sekolah Desain, Fakultas Humaniora, Magister Teknik Informatika, Magister Manajemen Sistem Informasi, Magister Manajemen (Sekolah Bisnis), dan Doktor Riset Manajemen. Butuh perjalanan sejarah yang panjang untuk Universitas Binus bisa sampai pada titik sekarang ini. Universitas Bina Nusantara sendiri memiliki empat gedung kampus yang tersebar di Jakarta Barat dan Tangerang. Empat gedung kampus tersebut adalah Kampus Anggrek, Kampus Syahdan, Kampus Kijang, serta Kampus Alam Sutera.
14
36
¹⁴ Konsep bangunan mall Kampus Anggrek BINUS Unviersity. ¹⁵ ¹⁶ ¹⁷ Berbagai fasilitas nonkomersil dan komersil yang diterapkan dalam bangunan gedung Kampus Anggrek BINUS University.
Salah satu gedung kampus yang cukup unik adalah kampus Anggrek. Bangunan Kampus Anggrek Universitas Bina Nusantara memiliki bentuk bangunan mall. Terdapat void di tengah bangunan yang dikelilingi ruang – ruang bersekat kaca seperti sebuah mall. Beberapa ruangan sudah difungsikan untuk komersial. Menurut seorang dosen yang sudah cukup lama mengajar di Universitas Bina Nusantara, Tri Djoko Wahjono, terdapat alasan mengapa bentuk kampus anggrek seperti sebuah mal. Pada tahun 1995, Universitas Bina Nusantara Hanya memiliki 1 gedung kampus yaitu Kampus Syahdan yang terletak di Jalan K.H. Syahdan. Pada saat itu Kampus Syahdan sudah cukup sesak karena harus menampung 2500 mahasiswa. Kemudian Universitas Bina Nusantara berencana membuat gedung baru di lahan seluas 2 15
Ha yang terletak di Jalan Anggrek Cakra. Akan tetapi, terdapat masalah mengenai regulasi tata ruang kota. Pemerintah DKI Jakarta sudah menetapkan bahwa kawasan tersebut hanya boleh dibangun perumahan dan kawasan niaga (mal) dan tidak diperuntukan untuk dibangun sebuah kampus. Dengan demikian arsitek dari gedung ini, Theo Salim, M.Arch, membuat sebuah desain menyerupai sebuah mal dengan tujuan sebuah antisipasi apabila nantinya pemerintah memaksa mengubah fungsi bangunan tersebut dari sebuah kampus menjadi mall. Fasad timur (depan) kampus Anggrek menghadap Jalan Kebon Jeruk, sedangkan fasad selatan menghadap Jalan Anggrek Cakra. Main entrance dari kawasan kampus Anggrek menghadap Jalan Kebon Jeruk yang merupakan jalan besar sehingga kendaraan lebih mudah memasuki kampus.
16
37
17
18
19
20
Dari keempat kampus tersebut, Kampus Syahdan yang selama beberapa tahun terakhir ini telah menjadi “rumah kedua” bagi seorang Ren Katili karena di sini merupakan sebuah “hunian” bagi mahasiswa Fakultas Teknik termasuk Jurusan Arsitektur. Di Jurusan Arsitektur Binus, terdapat 3 jenis peminatan yaitu Interior, Real Estate, dan Digital. Digital di sini maksudnya seperti membuat teknologi kinetik, video, atau prototipe dari suatu bangunan. Sebagai seorang dosen arsitektur tropis di BINUS University, Ren Katili tentu saja sangat
memberikan banyak ilmu dan inspirasi kepada para mahasiswanya terutama ketika ingin membuat rumah yang berdamai dengan iklim tropis. Ia memaparkan setidaknya ada 4 konsep penting yang harus dipatuhi untuk membuat desain rumah tersebut, yaitu layout, spacing, opening, dan room organizing. ¹⁸ ¹⁹ Kampus lama BINUS University, yaitu Kampus Syahdan. ²⁰ Ren Ka li saat memberikan kuliah umum kepada mahasiswa m KKL Undip dan mahasiswa arsitektur BINUS University.
39
TIM PENYUSUN NASKAH: BIJAK BESTARI | NADIA DESIANA SARI | SUFI SETIAWAN | NOVITASARI ARSIYD AWALIYAH | ARIEF AHMAD FAJAR NARASUMBER: REN KATILI
REFERENSI: http://marketplus.co.id/2014/03/ren-katili-idealisme-sang-arsitek-tropis/ http://binus.ac.id/
ARCHITECTURE AS A SELF EXPRESSION Selasar Sunaryo
Bandung, 26 Agustus 2015
110
Selasar Sunaryo Art and Space, begitulah bangunan ini dikenal masyarakat umum. Selasar Sunaryo ini merupakan buah hasil pemikiran dari seorang arsitek dan seniman Indonesia, sehingga area seluas Âą 5000 2 m ini dirancang dengan sangat baik tanpa meninggalkan nilai budaya sekitar khususnya Sunda. Selain itu pada tahun 2012 Bangunan ini mendapatkan penghargaan IAI National Award kategori bangunan publik dan budaya. Selasar Sunaryo Art and Space terletak dekat dengan taman hutan raya Djuanda, yang
berada di kawasan utara dari kota Bandung, tepatnya di Jalan Bukit Pakar Timur No. 100, Kecamatan Lembang, Bandung. Pembangunan seluruh bangunan Selasar Sunaryo membutuhkan waktu selama 4 tahun (1993-1997).
SENIMAN SUNARYO Beliau adalah satu seniman Indonesia yang yang memiliki banyak keahlian. Selain patung dan seni grafis, beliau juga menghasilkan karya-karya seni keramik dan tekstil. Belakangan ia juga dikenal seniman dengan karya-karya instalasi yang memukau. Lima buah karya grafisnya terangkum dalam buku Contemporary Prints of the World yang terbit tahun 1989, berdampingan dengan namanama seniman besar dunia, seperti Joan Miro, Paul Klee, dan George Braque. Namanya menjadi satu-satunya seniman Indonesia yang terangkum dalam buku itu. Baginya seni memiliki tanggung jawab sosial karena ia lahir melalui proses sosial pula. Oleh sebab itu ia membangun Selasar Sunaryo Art Space. Ia ingin berkomunitas, bergaul, mempresentasikan karya dan pikiran-pikiran serta renungan-renungan tentang
segala hal yang ada di sekitar kita. Maka itu, Selasar Sunaryo Art Space merupakan wadah untuk menampung gelegak kreatifitas kesenian terutama kesenian kontemporer. Sesuai namanya, Selasar Sunaryo Art Space adalah ruang publik untuk berbagai ekspresi kesenian. Ia mengistilahkan selasar itu sebagai base camp seni rupa, yang juga untuk ajang pementasan seni pertunjukan, tari, teater, konser musik, pemutaran film, fotografi, arsitektur dan pembacaan puisi. Selasar juga menggelar diskusi seni, seminar, serta dilengkapi pula dengan perpustakaan.[1]
1 ยน Sosok seniman Sunaryo. (h p://news.indonesiakrea f.net/selasar-sunaryoart-space/)
[1] http://www.selasarsunaryo.com/tentang-kami/profil-sunaryo/
111
112
BASKORO TEDJO Baskoro Tedjo lahir di Semarang. Saat ini beliau menjadi pengajar di Intitut Teknologi Bandung dan mempunyai konsultan arsitektur yaitu Baskoro Tedjo & Associates. Beliau lulus dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 1982 kemudian melanjutkan studinya sebagai arsitek di Polytechnic Institute of New York dan selesai pada tahun 1989. Beliau menerima beasiswa OECF untuk melanjutkan studinya dan mengambil gelar Doktor di Osaka University, Jepang dan selesai pada tahun 1999, sebelum membangun konsultan Baskoro Tedjo & Associates. Beliau juga pernah menerima IAI National Award 2002 untuk desain dari Selasar Sunaryo Art Space Bandung.
2 ² Arsitek Selasar Sunaryo, Baskoro Tedjo. (h p://baskorotedjo.com/index.ph p/proďŹ le.html)
LATAR BELAKANG BERDIRINYA SELASAR SUNARYO Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) adalah sebuah ruang dan organisasi nirlaba yang bertujuan mendukung pengembangan praktik dan pengkajian seni dan kebudayaan visual di Indonesia. Pembangunan seluruh bangunan Selasar Sunaryo membutuhkan waktu selama 4 tahun (19931997). Dan diresmikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Edi Sedyawati, mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan [2] Juwono Sudarsono. Selasar ini mulai dibuka untuk umum sebagai sebuah galeri lukisan sejak September 1998. Awalnya Selasar Sunaryo Art and Space dibangun sebagai tempat mengadakan pameran dan menyimpan karyakarya dari seniman Sunaryo yang juga menjadi nama dari galeri ini.
Sunaryo kemudian menunjuk Baskoro Tedjo sebagai arsitek dan desainer dari galeri ini. Bentukan arsitektur yang ada saat ini adalah hasil kerja sama dan kolaborasi dari seniman dan arsitek, sehingga tidak mengherankan bangunan ini mendapatkan penghargaan IAI National Award di tahun 2012 kategori bangunan publik dan budaya. Awalnya di Selasar Sunaryo hanya terdapat galeri utama, galeri temporer (gallery B dan wing gallery), office, amphitheater, dan mushola, kemudian area Selasar Sunaryo dikembangkan lagi dengan menambahkan bangunan dengan fungsi pendukung lainnya. 113 Âł Main entrance Selasar Sunaryo Art and Space.
[2] http://www.wikipedia.org/ 3
4
â ´ Maket Selasar Sunaryo tampak depan.
5
â ľ Maket Selasar Sunaryo: menunjukkan tampak samping komplek bangunan dengan kontur tanah yang menurun ke belakang site..
SELASAR SUNARYO BUILDING CONCEPT Kondisi site yang berkontur merupakan suatu tantangan sekaligus kelebihan yang dengan baik dimanfaatkan oleh sang arsitek untuk membuat suatu bangunan yang merespon dan memaksimalkan potensi yang ditawarkan oleh tempat ini. Bangunan dan galeri utama dari tempat ini didapat dari analogi dan konfigurasi dari sebuah selasar yang terdiri dari bidang
dinding dan atap layaknya sebuah selasar pada umumnya. Konsep dari desain ini kemudian dieksplor dan digambarkan berupa dua buah bidang dinding, salah satunya bidang masif pada satu sisi yang secara langsung menopang atap miring yang melingkupi bangunan ini dan membentuk ruang di bawahnya. Bidang vertikal yang tidak tertutup oleh dinding lalu menjadi akses untuk pencahayaan alami dari bangunan ini.
7
6
8
â ś Dari arah main entrance, telah terlihat konsep bangunan yang menggunakan bidangbidang masif sebagai elemen bangunan. â ˇ â ¸ â š Jalan sirkulasi yang dominan dibentuk pada bangunan seni ini sebagai konsep utama yang diusung arsitek, selasar.
9
MATERIAL USAGE
Penggunaan material dan finishing dari bangunan galeri dan art space ini dibedakan menjadi dua bagian menurut fase waktu pengembangan desain. Pada tahap pertama, desain dan pengembangan Selasar Sunaryo Art Space ini hanya terdapat bangunan galeri utama, galeri temporer (gallery B dan wing gallery), office, amphitheater, dan musholla dengan penggunaan material tembok bertekstur kasar finished cat abu-abu, batu kali, dan ubin andesit kasar. Terlihat di sini sang arstitek ingin menunjukan kejujuran dan keindahan dari material-material yang digunakan. 118
10
11
119
12
13
¹⁰ Penggunaan material untuk dinding dengan tekstur kasar dan finishing cat abu-abu. ¹¹ Tanaman kamboja dipadankan dengan material berwarna natural seper batu andesit dan batu sikat. ¹¹ Material bata dibiarkan berlumut sehingga muncul kesan yang lain. ¹² Material kaca dipadupadankan dengan beton dan tanaman kamboja.
SELASAR SUNARYO FACILITIES Fasilitas yang disediakan di Selasar Sunaryo yakni galeri utama, galeri temporer (gallery B dan wing gallery), office, amphitheater, dan mushola. Area Selasar Sunaryo kemudian dikembangkan lagi dengan menambahkan bangunan dengan fungsi souvenir shop, pendopo (bale handap), toilet publik, dan bamboo house.
120
Galeri utama digunakan untuk memamerkan karya-karya Sunaryo. Arsitek mendesain bangunan ini dengan memperhitungkan cahaya yang masuk melalui bukaan bukaan yang dibuat serta dengan memperhitungkan juga bahwa beberapa karya tidak boleh terkena matahari langsung. Di area galeri utama terdapat jembatan dan inner court yang sangat unik. Dari sini akan terlihat unsur selasar yang menjadi konsep utama tadi. 14
š⠴ Interior galeri utama yang memamerkan karya-karya Sunaryo. š⠾ Stone garden yang memiliki atmosfer zen garden berlatar belakang dinding galeri utama.
15
Stone garden terletak tepat di sebelah timur masa bangunan utama. Stone garden berbentuk taman dengan desain lanskap yang diisi oleh bidang hijau vegetasi, sand garden beserta instalasi dan batu-batuan yang disusun sedemikian rupa layaknya sebuah zen garden dengan latar belakang berupa bidang dinding masif dari bangunan galeri utama. Stone garden digunakan untuk memamerkan kesenian yang terbuat dari batu, hasil karya Sunaryo. Dari taman ini terlihat bagaimana cara sang arsitek memajang atau memamerkan karya sang seniman dengan sangat apik dan kreatif, dengan memadukan unsur pasir, rumput, tembok, dan bukaan yang ada di sekitarnya.
121
16
Wing gallery difungsikan sebagai ruang pamer untuk menampilkan karya seni dari para seniman muda Indonesia maupun mancanegara. Wing gallery akan dibuka jika ada pameran, namun jika tidak ada, ruangan ini akan ditutup.
¹⁶ Area pintu masuk menuju wing gallery. ¹⁷ ¹⁸ Suasana kafe Kopi Selasar yang rindang karena ditumbuhi pohon-pohon yang tumbuh ke luar atap.
17
Kopi Selasar digunakan untuk menikmati kopi dan makanan kecil sambil menikmati keindahan pemandangan sekitar. Cafe ini sangat unik, mengusung tema outdoor dan terdapat beberapa pohon rindang yang sengaja tidak ditebang. Batang-batang pohon diarahkan tumbuh keluar dari atap sehingga walaupun terdapat pohon tetap tidak ada atap yang terlubangi. Suasana yang dihasilkan pun sangat natural, didukung dengan perabotan-perabotan yang terbuat dari kayu membuat pengunjung merasa sangat nyaman. 18
123
19
Cinderamata Selasar merupakan toko yang menjual souvenir berupa produk kesenian serta buku dan jurnal yang berisikan tentang seni dan budaya. Bangunan ini berada di dekat amphitheater dan bale handap. Toko ini dibangun pada saat pembangunan ke-2 Selasar Sunaryo sehingga terlihat dari material yang digunakanpun dari batu bata yang diekspos dan kini telah ditempeli lumut. Akan tetapi hal ini membuat toko cinderamata ini semakin indah dan terlihat natural.
¹⁹ Masa bangunan toko Cinderamata yang berbentuk kotak dengan bukaan besar jendela kaca. ²⁰ Jalan masuk menuju toko Cinderamata yang diolah mengiku kontur tapak. ²¹ Pintu masuk toko Cinderamata. ²² Sekuen suatu sudut toko Cinderamata.
20
21
22
126
22
Amphitheater ini merupakan ruang terbuka yang membentuk 3/4 lingkaran dan dapat menampung maksimun 300 orang. Area ini digunakan untuk pertunjukan, pembacaan puisi, dan seni-budaya lain. Amphitheater didesain menggunakan perhitungan akustik lingkungan sehingga untuk pertunjukan-pertunjukan tertentu tidak perlu menggunakan sound system. Bentuk dan arah hadap dari Amphitheater ini sendiri merupakan salah satu dari treatment untuk pengolahan site berkontur yang akhirnya dijadikan tempat duduk.
²³ Ampitheatre untuk pertunjukkan yang menggunakan suasana outdoor. ²⁴ Bamboo house disewakan untuk seniman menginap. (h p://hwww.selasarsunaryo.com/)
²⁵ Bale handap digunakan untuk area berkumpul.
Bamboo house merupakan bangunan yang terbuat dari bambu, digunakan untuk seniman yang sedang mengikuti suatu program atau untuk menyambut tamu spesial. Bangunan ini juga digunakan para seniman untuk menghasilkan karya seni. Bangunan ini dibangun pada saat pembangunan ke-2.
127
Bale handap adalah bangunan yang terbuat dari kayu, digunakan untuk seniman yang sedang mengikuti suatu program atau untuk menyambut tamu spesial. Dari bentuk bangunan ini terlihat bahwa bangunan ini adalah salah satu perwujudan dari ketiga konsep desain yang diterapkan oleh sang arsitek yaitu mempunyai unsur Sunda. Di depan pendopo Joglo ini terdapat tempat duduk yang disusun berlapis-lapis, hal ini juga diterapkan untuk merespon kontur tanah.
TIM PENYUSUN NASKAH: KUMALASARI| UMAR FARUQ | PUTRI SURYANINGTYAS | INTAN NOVITA | SHERLEY IKA CHRISTIANTI NARASUMBER: AJAT SUDRAJAT | SETHA WIBHI
REFERENSI: http://atypes.com/archives/selasar-sunaryo-art-space-baskoro-tedjo-associates/ https://id.wikipedia.org/wiki/Selasar_Sunaryo www.selasarsunaryo.com
MANIFESTASI KEBUDAYAAN DALAM ARSITEKTUR Pusat Kepemimpinan Wika Satrian Bogor, 25 Agustus 2015
1
130
Wikasatrian merupakan sebuah komplek bangunan untuk pelatihan kepemimpinan yang didirikan oleh PT Wijaya Karya (Persero). Komplek pelatihan ini dibangun sarat dengan kebudayaan Indonesia agar menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berkarakter nusantara.
Komplek seluas 9,5 hektar ini terletak di Desa Pasir Angin Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pembangunannya diprakarsai oleh seorang pamong utama Wikasatrian, yaitu Tonny Warsono, Direktur SDM dan Pengembangan PT Wijaya Karya. Dalam merancang desain Wikasatrian, ia bekerja sama dengan seorang arsitek, Yu Sing. Mulanya, tempat pelatihan kepemimpinan ini khusus dibangun untuk melatih para petinggi-petinggi PT Wijaya Karya, namun sekarang tempat ini sudah dibuka untuk perusahaan lain yang ingin menyelenggarakan kegiatan pelatihan di sana. š Pamong utama Wikasatrian, Tonny Warsono. Ia adalah seorang yang lembut dan halus bertutur kata. Sikap ini semakin ia dapatkan karena ia memperdalam tentang kebudayaan nusantara, sehingga budi peker nya semakin luhur. ² Konsep berkehidupan seper sarang tawon diusung Wikasatrian dalam mencetak pemimpin-pemimpinnya. (h p://www.wikasatrian.com)
Âł Konsep dasar berkehidupan disokong melalui ga unsur utama. (h p://www.wikasatrian.com)
KONSEP BANGUNAN Kekayaan budaya lokal yang tersebar di seluruh pelosok nusantara kami persatukan dalam bentuk segi enam sarang tawon, sebagai citra koloni lebah yang mengusung semangat gotongroyong tanpa pamrih. Kebhinnekaan ragam budaya nusantara yang terkandung di dalam mosaik sarang tawon tersebut juga dapat terwakili oleh dua alat musik tradisional khas Indonesia, yakni kendang dan gamelan. Sebagai pengejawantahan kepemimpinan dalam bermusik yang serasi, kendang menentukan dan mengatur alur irama keselarasan. Sedangkan gamelan merupakan kekayaan irama nusantara yang perlu terus diresapi dan dimaknai dalam kesejatian diri dan toleransi setiap nilai keluhuran yang tertanam dalam jiwa Bhinneka Tunggal Ika.[1]
2
Wikasatrian memiliki konsep dasar dari tiga unsur utama yaitu religiusitas (ketuhanan), pengharkatan (kemanusiaan), dan pelestarian (alam) yang sebenarnya sudah ada dalam nilai kearifan Indonesia. Tapak Wikasatrian ini dikelilingi oleh 3 gunung sekaligus yaitu Gunung Gede Pangrango, Gunung Geulies, dan Gunung Salak yang dapat disebut sebagai ring of fire.
131
3
religiusitas
TR
pe
ng
ha
rka
AN
S FORM A
SI
pe
tan L U W ES
les
ta
r ia
n
wikasatrian Pusat Kepemimpinan
3
4
Wika Satrian terletak di ketinggian 550 m di atas permukaan laut, sangat menjunjung tinggi asas kearifan Indonesia sehingga dalam mendesain ruang luar atau lansekap dari tempat ini tidak terlalu banyak mengubah atau membuang habitat asli yang sudah ada di sekitar tapak tersebut sebelumnya. Terdapat beberapa blok bangunan pada kawasan ini yaitu Bumi Kemah, Hutan Tanpa Sentuh, Giri Boga, Giri Wijaya, dan Wana Arena.
â ´ Bumi Kemah merupakan area berdirinya tendatenda yang masing-masing hanya dapat diisi oleh 2 orang. Para calon pemimpin peserta pela han akan menginap di tenda-tenda ini. Hal ini dimaksudkan agar para peserta dapat menyatu dengan alam dan memahami alam. â ľ Area hutan tanpa sentuh. â ś Lansekap yang diolah ini berada di sekitar Giri Boga. â ˇ Lansekap yang diolah tanpa menebang pohon yang hidup di tapak, berada di area masuk Wikasatrian.
5
6
7
â ¸ Tampak depan bangunan utama Wikasatrian, Giri Wijaya. Nama Giri berasal dari bahasa Sansekerta yang berar gunung, sementara Wijaya berasal dari nama perusahaan ini, Wijaya Karya.
8
9
10
11
12
⁹ Area lobby Giri Wijaya. Dari area ini kita dapat melihat ke seluruh ruangan. ¹⁰ Giri Sasana, digunakan untuk memberikan paparan materi layaknya kenferensi. ¹¹ Saat layar LCD ditutup naik ke atas, peserta akan melihat view yang can k dan terbingkai oleh struktur pintu masuk yang berbentuk lengkung. ¹² Denah Giri Wijaya berbentuk menyerupai Semar.
GIRI WIJAYA Giri Wijaya yang merupakan sebuah representasi dari wikasatrian yang terilhami dari bentuk gunung. Gunung merupakan representasi kearifan nusantara menyatunya manusia dan alam dengan segala isinya menjulang menghargai sang Ilahi.[1] Giri wijaya yang menjadi pusat dari semua bangunan di Wikasatrian ini memiliki sebuah sistem konfigurasi ruang yang terilhami dari salah satu budaya yang ada di Indonesia yaitu Punakawan dalam cerita pewayangan Mahabharata. Sosok utama, Semar, mengilhami Yu Sing membuat denah Giri Wijaya. Pintu masuk utama yang diterjemahkan sebagai pintu masuk “goa” karena bangunan ini memiliki konsep sunung sebagai bentuk massanya. Pintu masuk ini juga terilhami dari bentuk jambul Semar. Keseluruhan ruangan dalam Giri Wijaya memiliki fungsi masingmasing yang diberi nama dari tokoh-tokoh Punakawan. Pada lantai 1 terdapat lobby untuk menerima seluruh tamu Wikasatrian sebelum dimulainya acara pelatihan. Di dalam lobby, para tamu dapat melihat seluruh ruangan utama yang ada di dalam Giri Wijaya karena ruangan ini sangat terbuka dan tidak ada sekat-sekat solid yang memisahkan setiap ruangnya. Di sini juga kita dapat melihat struktur utama yang diekspos oleh sang arsitek. Di sisi kanan lobby terdapat ruang Giri Sasana yang merupakan ruang terbesar di bangunan ini dan berfungsi sebagai ruang auditorium tempat peserta
menimba ilmu melalui tiap bentuk pagelaran yang diputar. Dalam konsep Wayang Punakawan, Giri Sasana berwujud seperti Bagong. Wikasatrian sangat memperhatikan detail dari setiap elemen yang dipakai seperti pada ruangan ini, terdapat pintu masuk yang memiliki filosofi tinggi. Pintu yang dipahat menyerupai gelombang air ini menjelaskan makna yang pada dasarnya ada setiap manusia mirip seperti gelombang dan seorang pemimpin diharapkan memimpin dengan sikap aslinya yang memiliki kekurangan namun dengan kekurangan itu tetap bisa menciptakan karya yang luar biasa dari setiap usaha-usaha yang dibuatnya. Di lantai 2 terdapat ruang yang bernama Giri Budaya yang berfungsi sebagai pendapa, ruang berkumpul, dan menjalin persilangan budaya. Ruang ini memberi pesan bahwa setiap insan harus memiliki sikap menghargai keragaman budaya baik kebudayaan nusantara maupun budaya asing. Dalam konteks Punakawan, ruang ini merepresentasikan tokoh Gareng dan Petruk. Pada lantai 3 terdapat ruang terbuka yang berfungsi untuk ibadah bagi para muslim melakukan interaksi dengan Sang Pencipta, ruang ini disebut dengan Giri Cipta (musholla). Berada pada level lantai yang paling tinggi membuat ruangan ini menjadi sangat privat dan nyaman, dengan interior yang mengekspos setiap lekukan dari rangka bangunan. Dalam konsep Punakawan, ruang ini merepresentasikan tokoh Semar itu sendiri yang merupakan jelmaan seorang dewa.
137
13
138
STRUKTUR Fasad Giri Wijaya sangat tidak simetris bila dilihat dari berbagai sudut. Bentuk Giri Wijaya ini menyerupai gunung. Menilik keseluruhan fisiknya, maka dapat langsung terlihat kaca-kaca tebal yang merupakan elemen eksterior utama. Kaca-kaca ini disusun dengan dinding-dinding dan menghasilkan bentuk yang menyerupai sirip. Sirip-sirip ini berjumlah tujuh dari atas ke bawah, representasi dari ceita Ila Galigo. Untuk menopang sirip-sirip ini, terdapat pilar beton yang merupakan struktur pembentuk utama bangunan ini. Pilar-pilar beton ini dibuat dari cor baja dengan finishing dengan warna senada dengan warna sirip-sirip, yaitu putih. Untuk membantu menopang beban 2 lantai, di dalam terdapat kolom silinder berukuran cukup besar. Kolom ini juga merupakan tempat tangga berbentuk kipas Bali dan diberi nama tangga Nautilus. Tangga ini digunakan untuk menuju lantai teratas.
14
15
¹³ Area Giri Cipta yang berfungsi sebagai ruang ibadah peserta muslim. ¹⁴ Kolom pada tangga Nau llus ini berfungsi untuk menopang lantai 2 dan 3. ¹⁵ Area Giri Sasana sebagai auditorium utama untuk memberikan materi. Se ap elemen struktural dan interior di sini memiliki makna dan filosofi tersendiri.
16
š⠜ Struktur utama pada Wikasatrian adalah sirip-sirip dan kolom lengkungnya. Struktur ini berfungsi sebagai pelingkup (dinding) bangunan dan juga sebagai atap penaung bangunan. Sirip-sirip ini berjumlah tujuh buah ke atas. Kaca tebal digunakan untuk menutup celah antar siripsirip.
GIRI BOGA Giri Boga merupakan tempat untuk penyambutan tamu Wika Satrian, juga digunakan sebagai ruang makan atau rapat direksi. Ruang dalam Giri Boga sangat terang pada pagi dan siang hari. Banyaknya bukaan dan ventilasi di sekeliling bangunan menyebabkan cahaya matahari leluasa masuk ke dalam ruangan. Di dalam bangunan ini kita akan
menemukan berbagai macam furnitur pelengkap yang khas dari berbagai suku di Indonesia. Salah satunya adalah sebagai penghias dari interior ruang ini, terdapat topi petani khas Dayak, Kalimantan yang bercorak mata burung Enggang. Hiasan ini tak hanya diam untuk memperindah ruang, namun juga mengajarkan filosofi keselarasan antara nilai budaya, alam dan ketuhanan.
18
19
17
¹⁷ Fasad Giri Boga dengan bentuk yang cenderung lebih sederhana. ¹⁸ Ruang makan Giri Boga dengan ven lasi di atas memungkinkan cahaya matahari masuk menerobos ruangan. ¹⁹ Meja makan yang terkena cahaya matahari. ²⁰ Giri Wijaya yang terlihat dari pintu masuk Giri Boga. Penataan lansekap yang can k membuat Giri Wijaya semakin terlihat indah.
20
21
22
23
²¹ Berbagai elemen interior di Giri Boga. ²² Jalan masuk menuju bangunan-bangunan utama ini masih dijaga kelesa an alamnya oleh Wikasatrian. ²³ Area duduk bagi peserta pela han kepemimpinan. Area ini langsung berhadapan dengan Hutan Tanpa Sentuh.
24
LANDSCAPE Di Wikasatrian pengelolaan desain lansekap terlihat sangat mendukung dari konsep kearifan Indonesia yang salah satunya adalah alam. Mulai dari desain sarana untuk manusia juga untuk pertumbuhan vegetasi sekitar. Banyak vegetasi yang tumbuh di sini dan masih terjaga keasliannya. Terdapat kurang lebih 70 spesies dengan ratusan jenis vegetasi. Terdapat pula Hutan Tanpa Sentuh yang sengaja dilestarikan oleh Wika. Adapula open theater (Wana Arena) untuk berkumpulnya para calon pemimpin Wika. Jalanan yang naik turun juga tetap diperjuangkan untuk dapat tetap selaras dengan alam sekitar. Prinsip tidak menebang pohon dengan sembarangan hanya untuk membangun sebuah bangunan di tapak masih terus dipegang teguh oleh para pamong Wikasatrian. ²⠴ Pepohonan ini dibiarkan hidup tanpa mengganggu desain bangunan kamar mandi. Pelajaran yang didapat dari sini adalah saatnya kini kita yang menyesuaikan diri kembali dengan apa yang telah diberikan oleh alam kepada kita. Dengan demikian manusia dan alam dapat terus hidup berdampingan.
AWARD Karena keindahan dan kearifannya, Wikasatrian meraih peringkat ketiga dalam Penghargaan Arsitektur ASEAN. Penghargaan tersebut diarih dari sebuah kompetisi, yaitu Citation of Excellent Architectural Design Reflecting East Asian Identity. Kompetisi ini diikuti oleh Negaranegara ASEAN seperti Brunei Darussalam, Myanmar, Laos, Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipna dan Singapura.
Penghargaan ini mengangkat tema Expression of Cultural Identity: Emergent Architecture in East Asia. Karena ekspresi bangunan di kompleks Wikasatrian yang sangat sarat kebudayaan Indonesia, karya dari Arsitek Yu sing ini meraih peringkat ketiga dalam kompetisi tersebut. Sebagai warga Indonesia, kita sudah seharusnya turut bangga karena karya anak bangsa diakui di ranah regional ASEAN.
147
TIM PENYUSUN NASKAH: KARTIKA GELAHARA | CUT ATTHIYA K | CARISTA SULANDA M | DESY NURARIYANI | FADHIL MUHAMMAD NARASUMBER: IR. TONNY WARSONO, MM
REFERENSI: http://www.wikasatrian.com/
D
AKHIRAN: SEBUAH REFLEKSI
ari perjalanan KKL ini kami mendapatkan pemahaman berbagai tipologi bangunan. Fungsi dan tipe bangunan yang ada mencerminkan karakter lokasi dan karakter pembuatnya. Hasil karya arsitektur tentu tidak lahir begitu saja, tetapi juga dimulai dari nol. Pembelajaran yang baik selalu dari rumah, yakni bagaimana rumah tersebut dapat memberikan inspirasi yang tidak hanya bagi penghuninya namun juga bagi masyarakat di sekitarnya. Pembelajaran selanjutnya adalah melalui bangku pendidikan. Selain kurikulum yang memicu keingintahuan dan mengasah pola pikir, bangunan pelingkup ruang pendidikan pun ternyata dapat dieksplorasi sehingga menimbulkan kenyamanan tersendiri bagi yang belajar di dalamnya. Setelah melalui jenjang pendidikan, seseorang yang telah belajar arsitektur tentu harus mengimplementasikan ilmunya dengan bekerja sebagai, utamanya, arsitek. Menggali ide dan konsep dapat dipicu dengan penciptaan ruang yang nyaman pula. Kemudian, jenjang terakhir sebagai arsitek
S
adalah mewujudkan idenya dalam karya arsitektur. ebagai masyarakat yang telah tinggal dan menetap di bumi pertiwi, Indonesia, kita selayaknya sudah benar-benar paham situasi dan kondisi serta potensi dan kendala dalam dunia arsitektur di Indonesia. Akan tetapi pada kenyataannya, masih banyak dari kita yang masih belum memahami Indonesia sebagai rumah bagi kita. Kota Jakarta dan Bandung adalah sebagian kecil dari contoh perkembangan arsitektur yang perlu diteladani sisi postifnya. Banyak arsitek dan karya arsitektur di sana yang dapat memberi kita inspirasi dan menumbuhkembangkan nilai-nilai Indonesia. Dengan demikian, dari sekarang sudah selayaknya kita harus kembali pada diri kita lagi, ingin seperti apakah rupa arsitektur Indonesia yang sesungguhnya. Pengejewantahan nilai-nilai nusantara dapat dengan apik diwujudkan dalam karya arsitektur.
149
Sebuah catatan perjalanan kuliah kerja lapangan
Jakarta-Bandung: House of Indonesian Architect 24-28 Agustus 2015
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro