1 minute read
Psikologi Anak Harus Diperhatikan
Memorandu muri m
Surabaya, Memorandum
Advertisement
Sejumlah wali murid mengeluhkan aturan pendaftaran peserta didik baru (PPDB) jenjang SD negeri (SDN) untuk jalur zonasi. Keluhan itu terkait adanya regulasi yang memprioritaskan sekolah untuk menerima anak yang usianya lebih dari 7 tahun. Namun, masuk SD bukan hanya soal usia. Melainkan mental anak harus benar-benar siap.
Melainkan mental
Psikolog Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya Suhadianto SPsi MPsi menuturkan, dibutuhkan kesiapan mental yang cukup sebelum anak memasuki jenjang sekolah dasar. Mendongkrak kemampuan akademis anak sejak dini memang bagus, akan tetapi orang tua juga perlu mempersiapkan perkembangan psikologis anak dengan matang. b jen Men an a psik
Usia Lebih dari Tujuh Tahun Prioritas Utama
KEPALA Dinas Pendidikan (Disdik)
Surabaya Yusuf Masruh mengatakan, memang ada kebijakan khusus soal umur masuk SD. Aturan itu berlaku bukan di Surabaya saja, daerah lain juga ada. Regulasi baku tersebut, kata dia, tidak bisa diutak-atik lagi.
”Ada aturannya dari Kemendikbud. Usia minimal adalah 7 tahun. Nah, siswa yang usianya lebih berapa bulan masuk ke prioritas untuk diterima,” katanya.
Dia meminta orang tua tidak perlu kecewa apabila anaknya tidak diterima lewat jalur zonasi kecamatan. Sebab, dispendik masih menyediakan jalur zonasi kota.
”Kalau zonasi kota ini di mana pun bisa daftar. Peluangnya lebih besar karena yang jalur zonasi kecamatan sudah terserap,” paparnya.
Lebih lanjut, Yusuf meminta orang tua untuk terus meng-update informasi PPDB. Misalnya, soal ketersediaan kuota dan pagunya. Tujuannya, bisa menelaah sekolah yang hendak dituju. Yusuf Masruh mengungkapkan, seleksi jalur zonasi PPDB SDN dengan merangking skor usia CPDB atau siswa. Pendaftar dengan usia 7 tahun atau lebih memperoleh bobot skor 10, usia 6 tahun 7 bulan sampai dengan 6 tahun 11 bulan memperoleh bobot nilai 8. Kemudian, usia 6 tahun sampai dengan 6 tahun 6 bulan memperoleh bobot nilai 6, dan usia 5 (lima) tahun 6 bulan sampai dengan
5 tahun 11 bulan memperoleh bobot nilai
4. “Bila skor usia sama, maka melihat waktu pendaftaran,” ujarnya.
Liputan
“Kebanyakan orang tua telah mempersiapkan kemampuan akademis putra-putrinya sejak dini sebelum memasuki jenjang SD. Anak-anak tersebut telah mendapatkan pelajaran membaca, menulis, dan berhitung. Padahal, ada hal yang tak kalah penting yang harus disiapkan. Yakni, perkembangan psikologis anak,” kata Suhadianto, Rabu (14/6).
Dosen Fakultas Psikologi Untag Surabaya ini tak memungkiri, kebanyakan orang tua terlalu terburu-buru dalam mendidik putra-putrinya. Akhirnya mereka kurang memperhatikan perkembangan psikologis sang buah hati. Bahkan, masih usia 5 atau 6 tahun sudah disuruh untuk sekolah. “Akibatnya banyak anak yang secara akademis sudah siap, tetapi secara psikologis belum matang. Sehingga mereka tidak mampu menghadapi beban sekolah,” kata Hadi, sapaan akrabnya. Misalnya, lanjut Hadi, ketika anak mendapatkan tugas yang lebih besar dan lebih banyak dari sebelumnya. Mereka yang belum matang perkembangan psikologisnya akan mudah putus asa. Kemudian merasa tidak dapat menyelesaikan
Haji 2023
Kisah Penjual Tahu yang Akhirnya Pergi Haji