1 minute read

Pelajar Belum Merdeka Belajar

Kasus Kekerasan Masih Tinggi

Surabaya, Memorandum

Advertisement

Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun ini mengambil tema Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar. Selain itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi juga mencanangkan bahwa bulan Mei 2023 menjadi Bulan Merdeka Belajar. Namun, di balik itu, kekerasan terhadap pelajar masih terjadi di sekolah. Hal ini menandakan bahwa, pelajar belum sepenuhnya merdeka.

Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2023, Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim memberikan sejumlah catatan. Salah satunya terkait kekerasan anak yang tinggi dan masih terjadi di lingkungan sekolah. Berdasarkan data tahunan yang dirilis oleh LPA Ja-

Momentum Peningkatan Pendidikan

Surabaya, Memorandum

Anggota Komis A

DPRD Kota Surabaya

Josiah Michael mengatakan, Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2023 menjadi momentum peningkatan pendidikan di Surabaya. Meskipun pendidikan di Surabaya sudah cukup baik, tetapi masih banyak pekerjaan rumah atau hal yang harus ditingkatkan.Termasuk masih banyaknya kasus kekerasan di lingkungan sekolah yang dialami siswa.

Lebih lajut kata Josiah, Pendidikan di Surabaya seperti di kota lain di Indonesia pada umumnya, terjadi ketimpangan fasilitas antara sekolah satu dengan yang lain. Contoh sekolah swasta dengan swasta maupun swasta dengan pemerintah.

“Saya kira perlunya pemerataan fasilitas sekolah-sekolah ini, ada banyak cara yang bisa ditempuh, semisal sekolah swasta yang mampu membantu swasta yang tidak mampu,” kata Josiah, Selasa (2/5).

Selain itu, Josiah mendorong agar batasan uang sekolah juga perlu di tetapkan, pendidikan itu memberikan ilmu. “Tapi kita lihat banyak sekolah-sekolah swasta yang menarik uang sekolah tinggi dengam dalih fasilitas yang lengkap, padahal menurut pengamatan saya patut diduga sekolah seolah ini hanya profit oriented saja. Ini yang tidak boleh dibiarkan,” tandasnya.

Selain dari segi fasilitas, kita bisa bilang pendidikan kita (secara nasional) masih tidak bisa menciptakan siswa yang siap bekerja. “Selain itu sekolah sekolah vokasi juga masih jarang,” pungkasnya. (alf/ono) ningkat lebih dari 100% dibanding tahun 2021. Dari 363 menjadi 734 kasus.

Sepanjang tahun 2022 tercatat terjadi peningkatan yang signifikan terkait kasus kekerasan pada anak. Jenis kasus tersebut meliputi seksual, penelantaran, eksploitasi, ekonomi, fisik, psikis, hingga penculikan pada anak.

“Jumlah seluruh kekerasan yang terkolekting di kita ada 734 kasus kekerasan pada anak selama 2022. Jumlah tersebut meningkat dari 363 kasus (tahun 2022) menjadi 734 kasus,” ungkap Ketua Bidang Divisi Data dan Informasi serta Litbang LPA Jatim, M Isa Ansori, Selasa (2/5). Isa merinci, data tersebut dikumpulkan berdasarkan laporan langsung yang diterima oleh LPA Jatim dan diambil dari media.

Rinciannya, 158 kasus

Tahun nelantaran, 138 kasus ABH, 161 kasus kekerasan fisik, 8 kasus kekerasan psikis, 19 kasus

Isa menuturkan, peningkatan tersebut terjadi karena pada 2022

Wali Kota Minta Orang

Tua Lebih Peduli

PARA orang tua agar peduli terhadap keberadaan anak ketika berada di luar rumah. Sebab, pengawasan terhadap anak tidak bisa hanya dilakukan oleh para guru di lingkungan sekolah. Imbauan ini disampaikan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Dari release yang diterima Memorandum, Wali Kota Eri usai

This article is from: