4 minute read

suARA CEo

Next Article
PRofil

PRofil

Ruly Firmansyah, Dirut PT Pelayaran Bahtera Adhiguna

Berhasil Menjadi Price Setter & Dongrak Profit

Advertisement

JaKarta - tidak banyak pihak yang mengenal Pt Pelayaran Bahtera adhiguna, anak usaha Pt Perusahaan listrik negara yang fokus dalam pengangkutan batu bara. Padahal, kebutuhan batu bara Pln sekitar 100 juta metric ton, harus diangkut dari Kalimantan dan sumatera ke wilayah lain, terutama Pltu di Jawa. untuk mengetahui lebih detail, Majalah listrik indonesia mewawancarai Dirut PT Bahtera Adhiguna Bapak Ruly Firmansyah. Berikut ini petikan wawancaranya. Zuchri

Bagaimana karier Bapak di PLN?

Banyak tangan Allah yang bantu. Saya masuk PLN usia tertua di angkatan saya, 29 tahun. Saya masuk PLN pada 1994. Sebelumnya, saya bekerja di bank selama 4 tahun sejak 1990. Saya ditempatkan di Jakarta. Saya dipindah menjadi karyawan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) pada 1997. Pada 1999, saya pindah ke Surabaya, PJB Pusat di Surabaya, karena saya lolos ikut program S2 ITB kelas dari Surabaya.

Kemudian, pada 2011, ikut fit and proper test untuk menjadi direktur di salah satu anak usaha PLN di Halmahera. Namun, saya tidak lolos. Sebulan kemudian saya dipanggil lagi untuk menjadi GM pembangkitan wilayah Sumatera Bagian Selatan di Palembang. Sejak menjadi GM itu, status saya sebagai pegawai PT PJB yg ditugas karyakan ke PLN. Lalu saya kembali ke PLN Pusat menajdi Kepala Divisi Operasi Kalimantan. Kemudian saya dipercaya menjadi Dirut Bahtera Adhiguna mulai Februari 2019 sampai sekarang.

Bagaimana setelah menjadi Dirut Bahtera Adhiguna?

Bapak bisa lihat gesture saya, happy. Apalagi revenue Bahtera Adhiguna naik. Ketika masuk ke perusahaan yang sudah establish, tidak terlihat hasilnya. Kalau masuk ke perusahaan yang masih berkembang, seperti Bahtera Adhiguna, bisa terlihat hasilnya. Kalau diversifikasi usaha bisa berjalan baik, ini akan semakin maju.

Price setter [acuan tarif pengangkutan batu bara] berhasil kami realisasikan. Dulu gagal sehingga harga [tarif pengangkutan batu bara] tinggi. Sekarang kami buktikan bahwa kami bisa mengembangkan bisnis lain. Kapal tidak perlu banyak juga, tetapi profit bisa naik.

Bagaimana volume pengangkutan batu bara?

Profit Bahtera Adhiguna selama JanuariMei 2020 naik tinggi, sampai 153% menjadi Rp86,6 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp34,7 miliar. Pendapatan juga naik, volume pengangkutan batu bara juga naik selama Januari-Mei 2020 mencapai 11,5 juta metric ton.

Kami sudah membuat rencana (RKAP) 2020 untuk mengangkut kargo. Ternyata, dalam perjalanannya terjadi banyak perubahan.

Kami harus kreatif mencari pasar baru, dan kami bisa fight [berkompetisi dengan pemain lain], Walaupun kami di bawah grup PLN, tetapi tetap fight, ada kontrak di luar kita [PLN], kami ikut fight, alhamdulillah menang, kami berani bersaing.

BIODATA

Nama: Ruly Firmansyah

Pendidikan:

S2 Manajemen Administrasi Bisnis ITB

Karier:

- 15 Februari 2019-sekarang

Dirut PT Pelayaran Bahtera Adhiguna - 15 Agustus 2017-25 Februari 2019

Kadiv Pengembangan Regional

Wilayah Kalimantan - 28 Agustus-14 Agustus 2017 Kadiv

Operasi Regional Kalimantan - 26 Februari 2015-28 Agustus 2015 GM

UP Jawa-Bali - 22 Oktober 2011-26 Februari 2015 GM

Pembangkitan Sumbagsel - 22 Februari 2011-19 Oktober 2011

Kepala Satuan Pengadaan PT PJB

Motto Hidup:

Ketika Anda memberanikan diri untuk mencoba, sebenarnya Anda telah berhasil dalam satu hal, yaitu tidak lagi dikalahkan oleh rasa takut. Jadi, dalam RKAP, sebagian justru turun karena permintaan listrik turun. Namun, kami mendapatkan pekerjaan [pengangkutan batu bara] baru yang diambil. Kami harus kreatif mencari pasar baru dan bisa fight [berkompetisi dengan pemain lain]. Walaupun kami di bawah grup PLN, tetapi tetap fight, ada kontrak di luar kita [PLN], kami ikut fight, alhamdulillah menang. Kami berani bersaing.

Apa Strategi Bahtera Adhiguna?

Kami mulai melakukan diversifikasi usaha. Tidak sepenuhnya pengangkutan batu

bara karena tidak tahu bagaimana arah ke depan soal batu bara. Kalau suatu saat pengangkutan batu bara turun karena adanya tekanan global soal batu bara yang kurang ramah lingkungan, kami sudah siap melalui diversifikasi usaha. Saya ingin Bahtera terintegrasi untuk menguasai seluruh kegiatan di laut. Saat ini masih fokus transportasi batu bara.

Ada 4 diversifikasi usaha. Pertama, backhaul cargo. Begitu kapal bongkar batu bara, kapal kembali dengan mengangkut barang lain seperti MTU [material transmisi utama], MDU [material distribusi utama], dan barang pembangkit utama yang mendarat di Jawa [untuk kemudian diangkut ke luar Jawa].

Kedua, jetty management, ada 38 jetty terminal khusus. Kami akan berusaha mengeola jetty kita, berikut sama maintenance, coal management, kami kelola smua, itu luar biasa. Ketiga, pengerukan dermaga. Pengerukan seharusnya dapat, beberapa titik sudah dikaji. Keempat, transportasi darat.

Apa tujuan diversifikasi usaha?

Sekarang masih fokus batu bara. Dalam 5 tahun ke depan, kami berharap pendapatan sudah imbang antara bisnis baru dan batu bara, 50%:50% pada 2024. Oleh Karena itu, kami ingin terintegrasi dari hulu-hilir.

Bahtera memiliki berapa kapal?

Kami memiliki 10 kapal. Seharusnya tahun ini akan beli lagi 10 kapal, sudah proses lelang. Namun, karena pandemi Covid-19, PLN menahan likuiditas, mengetatkan anggaran, akhirnya tender 10 kapal di-hold ke tahun depan. Pada 2019, kami mengangkut batu bara sekitar 20 juta metric ton, kami mengangkut 10 juta metric ton dan 10 juta metric ton diangkut pakai kapal pihak lain. Tahun ini menargetkan 25 juta metric ton.

Apa saja tantangan Bahtera Adhiguna ke depan?

Pertama, soal polusi dan lingkungan. Saya khawatir ke depan semakin ketat. Ke depan ada arah pengurangan PLTU, sehingga Bahtera Adhiguna harus mitigasi melalui diverfisikasi usaha. Jika ke depan, pengangkutan batu bara turun, kami sudah punya bantalan yang telah disiapkan dari sekarang.

Kedua, pemerintah juga mengeluarkan wajib penggunaan kapal Indonesia dalam pengangkutan batu bara, termasuk untuk ekspor. Jika regulasi ini berjalan efektif, kapal Indonesia akan banyak terpakai untuk ekspor batu bara.

Ketiga, salah satu regulasi International Maritime Organization (IMO) tentang pengunaan bahan bakar minyak (BBM) low sulfur MFO atau LSMFO. Namun, SLMFO belum banyak, tetapi semua kapal wajib pakai bahan bakar jenis tersebut. Oleh karena itu, harga sempat melonjak, tetapi sekarang sudah bagus. Mulai Januari 2020 pakai LSMFO.

This article is from: