4 minute read

Serahkan SK­KKP Ekosistem

Mangrove Daerah

rubahan iklim global dan bisa dijadikan contoh daerah lain.

Advertisement

“Potensi mangrove di Jatim ini saya liat terus dikembangkan. Tadi bahkan tidak hanya menanam mangrove tapi kita juga menanam pohon keras lainnya, kemudian melepas burung dan ikan. Dan upaya ini menjadi aksi nyata untuk ikut serta menjaga alam, menjaga lingkungan, dan menyelamatkan bumi dari perubahan iklim global,” katanya.

menjadi salah satu cenderamata saat gelaran KTT G20 di Bali beberapa waktu lalu.

Tidak hanya itu, adapula batik yang menggunakan pewarna alam dari mangrove, kue­kue yang berbahan dasar tepung mangrove, serta produk makanan hasil mangrove lainnya seperti sirup.

“Jadi ini sebetulnya punya dampak ekonomi yang bagus sekali selain juga dampak ekologi untuk lingkungan. Karena kita berharap bahwa mangrove ini akan menjadi penahan abrasi. Selain mangrove kita juga tadi menanam cemara udang. Dalam banyak referensi cemara udang itu bisa memiliki ketahanan hidup sampai 500 tahun. Jadi kalau menahan abrasi yang kuat selain mangrove adalah cemara udang,” urainya.

“Apalagi ditinjau dari sisi fisik, biologi, ekonomi maupun sosial. Manfaat hutan mangrove antara lain menahan abrasi pantai, habitat biota laut, menahan angin, menahan infiltrasi air laut, ecotourism serta menyerap dan menyimpan karbon 4 sampai dengan 5 kali lebih besar dibandingkan dengan hutan tropis di daratan,” imbuhnya.

Lebih lanjut menurutnya, upaya menjaga ekosistem mangrove ini juga menjadi bagian dari menjaga daya dukung alam dan lingkungan. Hal ini penting mengingat saat ini banyak negara di dunia mengalami perubahan iklim global. Serta beberapa waktu belakangan terjadi cuaca ekstrem atau bencana hidrometeorologi di sejumlah daerah.

“Oleh karena itu Mari kita membangun daya dukung dan keseimbangan alam dengan nandur, nandur dan nandur. Kalau kita menanam dan tanaman itu bisa tumbuh subur, maka kita juga nandur kehidupan melalui sedekah oksigen. Bayangkan kalau makin banyak yang kita tanam dan mereka memanfaatkan dari apa yang sudah kita tanam, Insyaallah ini akan jadi amal jariyah kita semua,” katanya.(rls)

Mengenal Wisata Pulau Lusi di Sidoarjo

Perlu diketahui Pulau Lusi bisa disebut sebagai satunya satunya pulau yang terbentuk dari endapan lumpur Lapindo. Pulau Lumpur Sidoarjo (Pulau Lusi) terletak di sebelah tenggara Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur.

Gubernur Khofifah di wisata Bahari Tlocor

DALAM kesempatan ini, Gubernur Khofidah turut menyerahkan Surat

Keputusan (SK) Gubernur Jatim tentang Kelompok Kerja

Pengelolaan (KKP) Ekosistem

Mangrove Daerah Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari unsur Kementerian

LHK, OPD terkait Pemerintah

Provinsi Jawa Timur, TNI­AL, BPN, Akademisi, pegiat dan pemerhati mangrove serta tokoh masyarakat.

SK Kelompok Kerja Mang­ rove Daerah (KKMD) Jatim ini diantaranya diserahkan kepada OPD Prov. Jatim (Ka. Dinas Perikanan Dan Kelautan Prov. Jatim), UPT

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Lantamal V Surabaya, Akademisi (Universitas Airlangga Surabaya),

Masyarakat Pegiat Mangrove.

Kelompok kerja ini men­ jadi bagian dari kolaborasi kelembagaan lintas sektor dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Jawa Timur.

Kelompok kerja ini nantinya akan merumuskan roadmap pelestarian dan pengelolaan mangrove di Jatim.

Selanjutnya, adanya Asuransi Angkutan Air bagi pengunjung Pulau Lusi yang diluncurkan Bupati Sidoarjo, diapresiasi oleh Gubernur Khofifah. Menurutnya, asuransi ini menjadi bentuk perlindungan bagi masyarakat yang berwisata ke Pulau Lusi Sidoarjo.

“Artinya berwisata di Pulau

Lusi sudah dengan perlindungan artinya ada penguatan perlindungan dan mudah­mudahan ini akan memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitar Pulau Lusi,” katanya.

Sementara itu, Deputi

Bidang Koordinasi Penge­ lolaan Lingkungan dan Ke­ hutanan Kemenko Marvest

Nani Hendiarti mengatakan bahwa Provinsi Jatim merupakan provinsi unggul karena meraih banyak penghargaan di tingkat nasional termasuk di bidang lingkungan hidup.

Untuk itu pelaksanaan Fes­ tival Mangrove ini menjadi aksi nyata dan aksi konkret dalam upaya mencegah pe­

Sebagai informasi, Jawa Timur memiliki kawasan mangrove terluas se­Pulau Jawa sebesar 27.221 Ha atau 48% dari kawasan mangrove di Pulau Jawa. Tercatat dari Tahun 2020­2022 telah dilaksanakan penanaman mangrove di pesisir Jawa Timur melalui dana APBD, APBN, dan penanaman mangrove Gubernur bersama para pihak seluas 1.516,57 Ha atau sejumlah 5.662.418 batang bibit mangrove.

Dalam acara ini juga turut dilakukan pengobatan gratis bagi masyarakat sekitar, pameran produk turunan mangrove, serta Bantuan Bibit Pohon Penghijauan untuk ‘Shodaqoh Oksigen’ bagi masyarakat Sidoarjo. Juga Peluncuran Penjaminan Asuransi Angkutan Air bagi pengunjung Pulau Lusi oleh Bupati Sidoarjo.

Turut hadir beberapa Kepala OPD di lingkungan Pemprov Jatim, IKA Unair, akademisi, pegiat lingkungan, organisasi masyarakat seperti Muslimat NU, tokoh masyarakat, dan para anggota pramuka. (rls)

Pulau seluas ± 93,4 Ha terbentuk dari endapan lumpur yang berasal dari bencana semburan lumpur panas yang terjadi di Porong, Sidoarjo. Selama hampir 12 (dua belas) tahun lumpur yang meluap dibuang ke Sungai Porong, lalu aliran sungai menghantarkan lumpur yang kemudian membentuk pulau baru. Warga sekitar menamakan pulau yang baru terbentuk dengan sebutan Pulau Sarinah atau Pulau Lusi (Lumpur Sidoarjo).

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengatakan bahwa Kab. Sidoarjo adalah kabupaten penyangga atau daerah delta. Sidoarjo punya garis pantai sepanjang

33 km dan sebanyak 29,9 persen adalah berbentuk tambak. Pertambakan ini sangat bergantung ekosistem lingkungannya. Apalagi Sidoarjo bagian timur merupakan daerah industri.

“Jadi seperti udang windu hanya di beberapa tempat bisa hidup karena ketidakseimbangan lingkungan, ketidakseimbangan antara industri yang masif dengan pelestarian lingkungn. Semoga dengan adanya pelaksanaan festival mangrove ini memberi semangat kita untuk terus menjaga lingkungan sekitar,” pungkasnya.

Pulau Lusi dianugerahi sebagai destinasi terpopuler kedua di Indonesia pada

Anugerah Pesona Indonesia (API) 2019. Spot yang jadi primadona pengunjung Pulau Lusi adalah camping ground. Di spot ini, pengunjung bisa bermalam dengan mendirikan tenda di pinggir kali Porong yang eksotis.

Untuk sampai di Pulau Lusi, kamu harus mengun­ jungi dermaga. Lanjutkan dengan menyusuri Sungai Porong sejauh 25 kilometer dengan menggunakan perahu bermotor atau boat Salah satu tempat favorit destinasi pulau ini adalah gazebo di pinggir aliran sungai yang bisa dijadikan spot foto. Jalan setapak yang dipenuhi dengan pepohonan rindang membuat pemandangan semakin memesona. Jangan lewatkan untuk berswafoto. Spot andalan adalah hutan mangrove di tengah sungai Porong. Tempat tersebut menyediakan jalan setapak yang bisa dijadikan spot foto Pulau Lusi dikelola oleh kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat dan bekerja sama dengan pemerintah daerah Sidoarjo untuk terus mengembangkan daerah, menjadi Kawasan Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove (PRPM). Dengan begitu, di masa yang akan datang, Kawan GNFI bisa menikmati wisata sekaligus mengambil peran untuk belajar melestarikan bakau.

Perjalanan menuju Pulau Lusi membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit. Jauh dari kata membosankan, Kawan GNFI akan menyusuri Sungai Porong yang mengalir searah dengan terbit dan tenggelamnya matahari. Kondisi tersebut membuat pemandangan menjadi lebih eksotis, terutama di pagi dan sore hari. Tak heran, salah satu aktivitas menyenangkan sepanjang wisata ini adalah menikmati sunset dan sunrise. (rls)

This article is from: