Kajian Perancangan Arsitektur - Konsep Dasar Fenomologi Dan Pengaruh Dalam Arsitektur

Page 9

KAJIAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

KONSEP DASAR FENOMOLOGI DAN PENGARUH DALAM ARSITEKTUR.

Dosen: Ir. Petrus Rudi Kasimun, M.ars Asisten Dosen : Ir. Stephanus Huwae, M.T. Disusun Oleh:

Jeremy Vincent / 315170028

Kajian Perancangan Arsitektur JURUSAN ARSITEKTUR, FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA 2020

Kita lahir, hidup, sekolah, bekerja dan terus melakukanya hingga akhir hayat, atau suatu momentum besar yang daapt menggetarkan kehidupan ini. Kita sudah terbiasa akan rutinitas ini, atau terkadang jenuh. Itulah mengapa perlu waktu untuk merengung dan memikirkan kembali kehidupan ini, namun apakah yang kita lakukan itu sudah benar, atau sebenarnya kita belum menyadari apa pada kehidupan ini.

Filosofi merupakan satu dari berbagai pendekatan untuk merefleksikan dan merenung kilas balik perbuatan kita, secara general, atau sekitarnya dengan memahami berbagai elemen di kehidupan ini yang kita sadari, maupun tidak. Para filsuf juga memiliki berbagai pendekatan yang berbeda dalam memahami kehidupan ini, namun Martin Heidegger mencoba untuk mendalami lebih mendasar, dan paling dasar lagi mengenai eksistensi realita ini. Meskipun terlihat sederhana, ini lah bagianyang paling sulit karena harus mengkaji serta memahami setiap unsur yang ada pada realita dimensi ini, hingga menebus batas dimensi yang terdapat ketuhanan.

Meskipun mempertanyakan sesuatu yang mempertanyakan kerohaniawan, Heidegger sebenarnya tidak menolak, namun juga tidak memasukan dalam hidupnya. Tetapi ia justru melihat secara nyata dan mempertanyakan mengapa hal rohani tersebut, yang kita percayai justru kita lupakan dalam hidup kita.

Sehingga kajian ini akan membahas bagaimana pemikiran Heidegger, serta “idolanya” seperti Husserl dan Hölderlinagar mudah dipahami oleh pembaca, serta menjadi satu dari sekian pertimbangan arsitek dalam merancang. Apalagi profesi ini seringkali dianggap menjadi “Tuhan” karena mampu menciptakan suatu ruang yang dapat mempengaruhi hidup penghuninya hingga akhir hayatnya.

Jakarta, 3 Oktober 2020

Jeremy Vincent pada malam oktober hening di tengah pandemi

i

DAFTAR ISI

Kata pengantar …...........................................................................................i

Daftar isi.........................................................................................................ii

Daftar gambar iii

BAB I MEREFLEKSIKAN ADA DAN TIADA 1

BAB II MERENUNGKAN DASEIN............................................................4

BAB III MEMAKNAI WAKTU...................................................................6

BAB IV MEMIJAKI KEMBALI KE BUMI DENGAN PUITIS................8

BAB V HEIDEGGER UNTUK ARSITEK(TUR) 11

5.1 Pertimbangan Pemahaman dan parameter 11 5.1.1. Bahasa...................................................................................................11 5.1.2. Poetic Measuring...................................................................................11 5.1.3 Making Sense.........................................................................................11 5.1.4. Otentik 11 5.2 Aplikasi Puitis pada Arsitektur 11 BAB VI PENUTUP.......................................................................................13 LAMPIRAN ................................................................................................15

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : evolusi manusia 3

Gambar 2 : peradaban manusia....................................................................3

Gambar 3 : keseharian manusia....................................................................4

Gambar 4 : the secret life of walter mitty ....................................................5

Gambar 5 : tabel struktur sorge dan ekstasis waktu 6

Gambar 6 : film click 7

Gambar 7 : kepercayaan animisme dengan sekitarnya..................................8

Gambar 8 : kesibukan duniawi.....................................................................9

Gambar 9 : kemarahan tuhan 10

Gambar 10 : karya eko prawoto 12

Gambar 11 : 911 memorial park 12

Gambar 12 : merefleksikan perjalanan manusia.............................................13

iii

MERREFLEKSIKAN

ADA dan TIADA

Saat kita lahir, semesta terlihat sudah menerima kita, semakin besar maka akan semakin mengenal apa yang ada di dunia ini. Kemudian semakin tumbuh dan berkembang, maka kita “terpaksa” harus membiasakan diri dengan apa yang sudah terjadi di dunia ini. Semuanya terlihat secara kompleks dan secara sistematis, sehingga sulit untuk bertahan hidup bila kita tidak mampu mengadaptasikannya. Sehingga karena sistem tersebut, manusia semakin tenggelam dalam realita keseharian pada “nasib” yang sudah ditentukan masing-masing. Banyak yang menerimanya namun banyak juga yang mencari jati dirinya serta tujuan di kehidupan ini, atau mempertanyakan apa yang sebenarnya ada pada realita ini.

Manusia terus mencari dan tidak akan puas, sehingga munculah istilah Fenomenologi yang berasal dari bahasa Yunani (phainómenon) yang tampak, logos yang berarti ilmu. Sehingga fenomologi adalah sebuah disiplin ilmu dan studi yang memperhatikan penampakan (fenomena) akuisisi pengalaman, serta bagaimana sebuah kesadaran yang dapat mempertanyakan bagaimana pengalaman dan bagaimana pengalaman tersebut terbentuk. Pengalaman yang terlihat dapat berupa pengalaman subjektif dan intensionalitasnya dan mencoba memahami dan menganalisis berbagai kondisi dengan latar belakang sosial, budaya, bahasa, hingga berbagai kemungkinan intensionalitas yang terjadi pada semesta ini. Berbagai pemikrian filsuf ini memicu berbagai pemahaman yang menimbulkan perdebatan pro dan kontra, karena sifatnya yang tak terbatas. Namun hal ini lah yang coba dikaji ulang oleh Martin Heidegger, seorang filsuf dari Messkirch Jerman. Setelah “diajarkan” dan memahami fenomologi oleh Edmund Husserl, ia mulai melihat fenomena dengan pendekatan berbagai ontologi dan mencoba memahaminya dari dasarnya secara menyeluruh, bukan hanya melihat dan menginterprestasikanya semata-mata tanpa mencoba memahaminya. Sehingga bersifat tidak reduksionistis dalam memahami ada dan tiadanya pada realitas ini dengan pehamanaya akan Sein und Zeit (ada dan ruang). Namun sebelum memahanimya, kita harus bersifat seperti pemula yang akan belajar hal yang baru, karena akan menjadi berbeda dan semakin kaya melihat pengalaman karena melihat sudut pandang atau perspektif yang lain

1 BAB
I

Kemudian sebelum memahami ada dan tiada, tentu kita perlu merefleksikan apa yang ada di diri kita, dansekitarnya, mengapa kitadapatmelihat danmemahami apayangterlihat olehkita,menurut Heidegger manusia sudah memiliki kesadaran akan dirinya, peristiwa dan kejadian sekitarnya, namun karena keseharian dan pandangan yang sudah ada, kesadaran tersebut semakin tenggelam dalam keseharian yang padat ini, sehingga ia tidak menjadi otentik lagi. Sehingga selain bersifat seperti pemula, tentu perlu adanya perenungan di tengah keheningan agar pemikiran dapat murni dan tajam dalam memahami realiatas ini.

Marilah kita melihat kenapa kita menerima nasib, lalumengapa kita melakukan akivitas seharihari kita serta, apakah kitamelakukanya karena ingin, atau terpaksa melakukaya secara sada, atau sudah terbawakeseharian. Sehinggadalammembuatkesehariantembus pandang, melaluiDasein(Adadisana, atau yang berarti kesadaran akan disana) manusia dikatakan sebagai penciptakan berbagai hal agar manusia dapat memahami secara nyata melihat pada keseharianya. Misalnya, manusia sudah terbiasa akan tata krama, sistem perdagangan dengan menggunakan uang, sekolah agar kehidupan kita maju, serta mempercayai pemerintahan yang mengatur kehidupan bernegara kita. Nyaman, senang, benci, ataupun menolak dengan kedaan tersebut, kita sudah nyaman dan membiasakan diri karena sistem tersebut sudah kita kenal pada saat lahir di dunia ini, dan sudah terbentuk beratus-ratus hingga beriburibu tahun yang lalu. Padahal dahulu manusia bisa hidup Bahagia dan dikatakan maju karena sistem tersebut, dan hanya menggantungkan hidupnya pada Pemegang kekuasaan tertinggi, yakni kepala suku, roh nenek moyang, ataupun sang pemegang dan pencipta semesta yang tidak terlihat.

Manusia memiliki kelebihan intuisi dalam mengenali keadaan sekitar, serta menganalisis berbagai kemungkinan yang ada untuk keberlangsungan kehidupan dan kebudayaan manusia. Kita melakukan berbagai hal yang ambisius agar mencapai hasil yang terlihat oleh manusia sebagai bagian dari kemajuan jaman. Sehingga kita menciptakan yang ada, padahal sebenarnya tidak ada, namun yang ada kita hilangkan menjadi tidak ada. Misalnya keseimbangan alam, ekosistem, mata rantai dan kepercayaan akan yang maha kuasa, namun karean intangible dan lebih percaya akan tangible sistem yangkitabuat,makakitacenderugmeninggalkanitu. itulahmengapamanusiaseringkali terjebakdalam keseharian dan tidak menyadari akan yang tidak tangible.

2

Gambar 2Peradaban,manusiaterusberevolusidanmenciptakansistemdariapayang intangible menjadi tangible versimanusia, meskipunkemajuan beberapa kali jatuh sepertiyangterjadipada kekaisaranromawimenuju jaman kegelapan. Namun manusia terus bangkit dan terus menyempurnakan sistem

Manusia selalu meninggalkan bukti-bukti kehebatan mereka pada setiap jamannya, sehingga dalam Dasein, yang mempertanyakan kembali mengenai eksitensinya karena mansuia tidak ingin terhapus jejak peradaban mereka. Sehingga akan semakin larut dalam keseharian dan memperkaya sistem yang membuat tangibe

3
Gambar 1 Evolusi manusia yang ambisus dan selalu mencari panutan tertinggi sebagai panutan dan “mentor” kehidupan, kepercayaan animisme dan kerohaniwan yang akhirnya di tinggalkan karena kemajuan sistem manusia.

BAB II

MERENUNGKAN DASEIN

Dasein sebagai yangada, danhadirdisanamenjadi lanjutan dariada dantiada,iamuncul karena sifat mengada-ngada (Seide) manusia akibat ingin mewujudkan ada yang tangible, serta hadir dan ada disana. Namun pada akhirnya sebagian manusia mulai mempertanyakan, kenapa bisa terjadi hal seperti itu dan kenapa harus ada, sehingga dalam mencari proses menuju eksitensinya terdapat istilah Dasein sebagai proses bertanya kenapa harus ada. Manusia akan menyadari proses ini pada saat merasa tertekan, cemas ataujenuh dalamlingkaran keseharian hidup danmulai mempertanyakan eksistensinya, itulah mengapa di saat merenung, sebuah dasein dapat muncul. Dalam Dasein terdapat proses ada yang otentik dan Das Man yang sebagai hasil dari proses kelarutan dalam keseharian. Sehingga melalui ‘membukakan hati”, menjadi “pemula”, dan merenung akan keseharian akan ada melalui dasein “ada” serta mendalami karakter, maka hati akan terbawa lebih dalam kepada lubuk dan nuraini dalam mencapai sebuah dasein

4
Gambar 3 keseharian sudah digambarkan secara umum dengan siklus hidup diatas, seakan-akan sulit terlepas dan menjadi standar dalam keseharian.

Sehingga melalui pehaman dua gambar diatas, apa yang kita anggap di dunia ini hanyalah buatan dan khayalan akibat pemahaman keseharian yang terkesan harus kita ikuti. Namun begitu mempertanyakan eksistensi dan jati dirinya secara mednalam, maka akan sebuah perjalanan dalam mencari jati diri dan nurani untuk lebih terbuka tentang siapa dirinya dan passion apa yang dicarinya. Sehinga seorang individu akan menjadi terbuka dan lebih otentik akan dirinya dalam memaknai berbagai fenomena dan kehidupan ini.

5
Gambar 4 The Secret Life of Walter Mitty, sebuah film yang menceritakan keseharian seorang pegawai Majalah LIFE yangakhirnya menemukanjati dirinya dan terlepas darikeseharianya ketikamelakukanberpetualang secara tidak sengaja ke Islandia.

MEMAKNAI WAKTU

Dasein sebagai salah satu pemikiran telah mencoba memahami ada dan langkah dalam menjalani hidup ini, namun terdapat satu hal yang krusial dalam arus realita ini, yakni waktu. Ia tidak terlihat ada, namun kita menyadari kehadiranya sehingga bagaimana eksistensinya dapat memaknai yang mempengaruhi ke ontentikan dan inontetik dalam Dasein

Struktur Sorge Mendahului Sudah ada di dalam unia Bermukim pada entitas di dunia in Momen Eksistensialitas Faktisitas Kejatuhan Gerak Eksistensial Kematian Keterlemparan keseharian

Ekstasis Waktu Masa Depan Masa Lalu Masa Kini Waktu Otentik Antisipasi Mengambil Kembali Momen Visi

Waktu Inotentik Menunggu-nunggu Kelupaan Kehadiran

Gambar 5 Tabel Struktur Sorge dan Ekstasis Waktu pada buku Heidegger dan Mistik Keseharian

Keotentikdan dalam inontetik dalam merupakan wujud dalam sikap memaknai eksitensial diri karena menghargai ia sebagai kesinambungan hidup antara keseharian, masa lalu, dan masa depan. Sehingga wujud menghargainya seringkali terlihat dalam pembuatan jadwal, janji pertemuan, atau melakukan pemwahyuan akan dirinya dalam melanjutkan makna dan menikmati hidup yang mungkin sudah lama terlupakan dalam keseharian.

Namun bila diperhatikan, kehadiran dalam waktu terjadi karena rasa cemas, seperti apa yang akan terjadi di kedepanya, ataukah kejadian buruk di masa lalu yang dapat terulang lagi. Sehingga momen inilah manusia dapat kembali mempertanyakan eksistensialitas dalam keseharianya karena intangible. Setiap prediksi dan jadwal adalah wujud dari tangible dalam memaknai kehadiran dasein, meskipun belum, tidak, atau akan hadir disitu agar dapat otentik merasakanya, namun terdapat satu hal yang sulit diterima oleh manusia namun sudah terlihat jelas oleh kita, yakni kematian.

6
BAB III

Ia tidak dapat dirasakan, namun terlihat dengan jelas meskipun tidak tau kapan akan kita rasakan. Padahal ini adalah hal yang normal pada setiap mahluk hidup yang akan terjadi, apalagi ia merupakan bagian dari user agreement yang secara alami terjadi pada saat kita menerima hidupdi bumi ini, seperti keseharian. Seperti teman sekolah SD, lalu berpindah berpindah teman SMA, hingga berpindah berganti menjadi pasangan hidup, teman SD dan SMA sudah tidak besama karena masamasa sekolah sudah “mati dan sirna”, namun kita memaknai itu sebagai hal yang secara alamiah terjadi. Sehingga dalam mementukan sikap kecemasan akan waktu ini, dapat dimaknai Das Man yang menerima kematian dan sekaan-akan lari dari kecemasan itu, atau Dasein yang otentik membuka diri, dan mengantisipasi dalam menentukan langkah hidup. Sehingga kita dapat menentukan langkahlangkah dalam memaknai hidup ini agar waktu yang berharga tidak terbuang.

Gambar 6 Film Click yang menceritakan bagaimana waktu di percepat oleh mesin waktu akibat cemas pada hal yang tidak terlihat, namun akhirnya malah merusak dan membuang momen beserta sisa hidup beharganya. Sehingag ia memaknai hidup dan jati dirinya mendekati “kematianya”.

7

MEMIJAKI KEMBALI KE BUMI DENGAN PUITIS

Kita terbiasa denganhidupyangserba terstruktur padamasa ini, sehinggaterkadang pertanyaan akan eksistensi diri memang selalu terjadi, hal ini juga coba dijabarkan oleh Friedrich Hölderlin dengan mencoba menjadi puitis. Puitis bukan dimaknai sebagai literatur, namun intisari dari keresahan hati dalam hidup ini yang coba dituangkan dalam pemikiran syair bait yang membuka pikiran. Keserahan yang dirasakan oleh Hölderlin kembali kepada dasar dari kehidupan ini, seperti yang coba dijabarkan oleh Heidegger, iamelihat mengenai bagaimana memaknai kembali bumi, alam, semesta, roh, dan yang maha kuasa pada realitas ini.

Tuhan sudah memberi bumi yang indah sebagai tempat berpijak, sehingga segala isinya termasukmanusiadapat bekerjasamadalammenyeimbangkansetiapentitasdi bumi ini. Manusiahidup dalam memahami apa yang ada di bumi ini, bergantungpadanya, mengucap syukur pada bumi ini, serta roh nenek moyang dan yang maha kuasa. Namun manusia yang terus berevolusi mulai menciptakan pemaknaan baru dalam hunian dan hidup ini menurut pengukuran manusia, agar tercapainya berkat pada bumi ini. Karena pengukuran yang terlihat tersebut, manusia akhirnya semakinterjerumus dengan siklus yang mereka ciptakan, dan menjauh dari alam, semesta, dan yang maha kuasa karena terasa tidak penting, tidak terlihat, dan bisa mandiri tanpanya.

8 BAB
IV
Gambar 7 Kepercayaananimismeyangbergantungdenganalam, rohnenekmoyang, danyangmahakuasadalam membimbing kehidupan. Fanatik, namun nyatanya menjaga dwelling on the earth.

Semakin lama, waktu semakin beranjak, pengukuran makna dwelling manusia sebagai jati dirinya pun mulai rancu. Aktivitas di luar rumah menciptakan istilah first place, second place, dan third place dalam memaknai ruang. Rumah sebagai area hunian pun akhirnya hanya menjadi ruang singgah dalam kesementaraan kita, makna itu hilang danakhirnya tercipta berbagai ruang yang entahapa makna dimana jiwa dan jati diri kita sebagai manusia dapat muncul serta menjadi dwelling. Apalagi istilah tersebut menciptaka sebuah standarisasi yang mungkin harus kita ikuti agar jiwa dan makna dalam memahami fungsi ruang relung dapat terlihat, namun akhirnya justru standar tersebut malah dapat menghilangkan pribadi manusia yang unik karena di sama ratakan. Padahal sudah sejak awal manusia memiliki peran yang berbeda, tidak ada yang Namanya ayah rumah tangga bersama ibu rumah tangga di suatu rumah, harus memiliki peran yang berbeda agar dapat saling berkesinambungan yang entah mungkin tetap menajdi ibu rumah tangga, atau ibu wanita karir.

Tidak hanya peran, namun ruang relung dapat dimaknai dengan sama, bagaimana perbedaan venakular timur, barat, Indonesia, Jepang, dan Vietnam memiliki perbedaan dan cara pandang dalam menemukan relungnya. Itu juga tidak dapat disamaratakan karena menghilangkan nilai-nilai venakular dan kelokalan yang sudah terjadi semenjak beratus-ratus tahun yang lalu, atau bahkan semenjak manusia berada di bumi ini.

9
Gambar 8 kesibukan duniawi yang akhirnya mempertanyakan apakah dwelling menurut individu masing-masing

Namun manusia tidak pernah puas, ia terus mengukur setiap standar, mencoba memahami dala kemampuan tangible-nya agar dapat mengkaji parameternya. Melihat materialisme sebagai standar kejayaan versi manusia, hingga akhirnya mencoba mengukur yang menantang yang maha kuasa, sebagai yang tidak terlihat, namun ada untuk dibuktikan, manusia tidak bisa melihatnya, namun sadar akan kemarahanya yang dapat digambarkan melalui petir, bencana alam, hingga peristiwa malang menimpanya. Namun manusia terus tidak bertobat dan semakin mencoba mengukur berkat yang dapat ia nikmati hingga akhirnya terpuruk.

Hingga akhirnya manusia merenung dan sambil terpuruk melihat kebawah pada saat sedang sulit, lalu melihat keatas untuk melihat pengharapan, padahal langit sulit digapai dan hanya bisa berandai-andai, apakah yang ia bisa menggapai diatas, atau meminta ampun dengan yang diatas. Padahal bumi lebih mudah dipijak dan seharusnya kita melihat kebawah agar dapat semakin membumi untuk memaknai mengapa kita diletakan dibumi yang kita pijaki, kembali memaknai makna di bumi, keseimbangan dan kesinambunganya, bukan diatas langit yang luas nan sulit untuk dipijak dan diukur

10
Gambar 9 Kemarahan Tuhan ditengah era pemasan global, rasisme, terroristme, fanatisme. Namun akhirnya hanya melihat sebagai bangunan historis masa lalu, bukan fungsi yang mendekatkan kembali pada yang Maha Kuasa.

HEIDEGGER

UNTUK ARSITEK(TUR)

Heidegger setelah melihat semuanya saling terikat, begitupun dengan Hölderlin, bagaimana bangunan dan dwelling dapat menjadi suatu kesinambungan dan dapat mewujudkan dimana hati mu di ruang itu berada, maka jiwa mu disana. Istilah hunian terus berkembang, namun terguncang pada era perang, hingga krisis perumahan di zaman modern ini. Maka sebelum membahas lebih lanjut, mari kita melihat kembali apa yang dapat menjadi pemikiran kita sebagai arsitektur:

5.1 Pertimbangan Pemahaman dan parameter:

5.1 1 Bahasa

Dari permainan visual, hingga menjadi abjad sebagai penerjemah pemikiran antar individu, bagaimana bahasa mewakilkan pemikiran dan mewakili penguasaan manusia dan era yang terjadi. Ia menjadi simbol yang ingin pahami, dimengerti agar terjadi dialog rasa yang terjalin sebagai pemersatu hati, rasa, dan pemikiran.

5.1

2. Poetic Measuring

Hunian sebagai jiwa dari ruang relung adalah anugrah penuh pahala yang penting dalam mencapai ruang relung. Jiwa tidak dapat dibohongi karena relung dari jiwa merupakan ekspresi alamiag manusia dalam mencari home, bukan house. Sehingga puitis dalam arti memaknai hati dan relung agar manusia kembali membumi, menjiwai dirinya menjadi satu kesatuan kesimbangan dengan bumi beserta anugrahnya.

5.1 3 Making Sense

Keseharian dan pengalman individu membentuk, serta memperlihatkan bagaimana manusia dalam memahami making sense. Pengertian sebagai penjelasan dan pencerahan yang dipahami sebagaiprosesmelalui oengalamanagardapatditerima,sehinggaintuisi manusiamenjadi kunci dalam memaknai sense-nya.

5.1.4.

Otentik

Keotentikannya sebagai “arsitektonik”, manusia yang kreatif mengukur, serta mewujudkan pesan dari jiwa, relung, dan pemikiran manusia melalui wujud yang tangible seperti tulisan, patung, rumah, dan minumen agar mudah making sense dan dapat melihat serta menerima keontetikan individu.

11
BAB V

5.2 Aplikasi Puitis pada Arsitektur

Arsitek sebagai “perwakilan” yang dapat menjembatanispiritual, keseimbangan, keinginan, relung, dan Hasrat berperan penting disini. Setiap karya dapat menjadi puitis bila memahami ke-empat point diatas untuk mewujudkan suatu karya yang menjiwai karakter tersebut. Arsitek dapat memaknainya dengan melihat jiwa kelokalitas area seperti tapak, material, lingkungan, dan berbagai entiatas yang ada pada era tersebut untuk memberi

12
rasa hormat pada sekitar, dan penghuni yang akan menempatinya. Gambar 10 Karya Eko Prawoto yang memaknai kembali kelokalitas dengan material, dan keseimbanganya agar saling menghargai untuk mencapai keseimbangan tanpa melukainya. Gambar 11 911 Memorial Park yang mengembalikan fungsi public space yang ikut hancur pada serangan September 2001 lalu, namun tetap hormat pada air mancur bekas Twin Tower yang memberi kesan jiwa yang hilang. Namun taman dan sekitarnya memberi ketenangan dan pengahrapan bagi hiruk pikuk warga Manhattan, New York untuk dwell on earth

BAB VI PENUTUP

13
6.1. Mari merefleksikan kembali sejarah perjalanan kita dari lampau dan pengharapan kedepanya, yang menimbulkan chaos ditengah order dan menjadi chaotic order.

Heidegger mencoba melihat mengapa dari suatu hal yang sederhana, selama awal mulanya keberadaan manusia dapat menklukan dan menciptakan berbagai hal yang hanya mudah dimengerti oleh manusia, bila ia juga ikut tenggelam dan mengerti. Sesuatu yang tangible dan yang dapat di parameterkan oleh kita justru membuat kita semakin menjauh jati diri kita, dan semakin cemas dalam menjalani hidup. Ia ingin kita sadar dan mulai membuka diri dengan segala keumungkinan dalam melawan arus standarisasi, dan arus lainya di dunia agar menjadi otentik, sehingga melalui Dasein, kita dapat menemukan siapakah kita dengan melihat segala yang ada dengan menyelam pada dasarnya.

Hal ini lah kemudianmenurut dari poerty, Language, Thought oleh Hölderlinyang mencoba mempertanyakan kembali eksistensi manusia dengan melihat hal yang paling dasar. Ia mencoba mengarahkan agar jiwa dari relung atau poetic dapat dikeluarkan agar dapat menjadi bahasa dalam memahami eksitensi yang menyeimbangkan kehidupan fana ini dengan sekitarnya. poetic dan relung harus bersahabat dengan sekitarnya, sehingga mengajarkan membuka pemikiran agar tidak egois, dan menerima yang ada pada realitas ini, bukan menaklukan dan melawanya.

Sehingga dalam Heidegger for Archietcts, bagaimana seorang arsitek sebagai agen yang dapat mempengaruhi hidup seseorang, memahami fenomena tersebut agar tidak merusak keseimbangan yang ada. Maka arsitek dapat membantu menjembatani manusia menciptakan keontetikan berdasarkan jati diri, resah dan ketenangan, relung hati, pemikiran,dan jiwa poetically yang saling berkesinambungan dengan segala entiats di realita ini. Sehingga kepalsuan dan kebingungan manusia dapat tersapu oleh pengharapan yang manusiawi pada hidup ini

14
Gambar 6.2 Karya-karya yang menjembatani ontentik, dan poetically yang arsitek dapat wujudkan melalui tulisan, ataupun desain arsitektural.

LAMPIRAN

HARDIMAN, F. Budi. 2016. Heidegger dan Mistik Keseharian. Kepustakaan Populer Gramedia: Jakarta.

HEIDEGGER, Martin. 2001. Being and Time. Blackwekk Publishing: United Kingdom

2001. Poetry, Language, Thought Harper & Row: New York.

SHARR, Adam.2007. Thinkers for Architects 02: Heidegger for Archietcts. Routledge: New York.

ARMAND Avianti, 2018 Arsitektur Yang Lain Gramedia Pustaka 2018: Jakarta.

15

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.