Edisi 1, Maret 2012
JMMI TPKI ITS Santun dan Bersahabat
Alhamdulillahirabbil 'alamin wa Bismillahirrahmanirrahim, Syukur tak henti-hentinya terucap ke hadirat Allah SWT, Manarul 'Ilmi (MI) Edisi Perdana ini bisa terbit di antara pembaca. Manarul 'Ilmi adalah 'sesuatu' dari usaha merger zine Departemen Media JMMI dengan LMZIS. MI hadir dengan membawa warna warni rindu dan cinta Rasul di Rabiul Awal. Kami sajikan ragam tema seputar kampus, serta mengulas sedikit shirah (sejarah) Rasulullah saw dari kelahiran, praNubuwwah, Masa Nubuwah hingga wafat. Selain itu, menguarkan opini Leadership juga tidak ketinggalan. MI edisi perdana ini juga spesial menampilkan cerpen pemenang Lomba Cerpen Nasional RDK'32 yang sangat menyentuh lengkap dengan refleksi/renungan dalam ‘embun’ untuk menjadikan cinta-cinta kita kepada Muhammad saw lebih besar dan menggunung. MI hadir dengan harapan bisa menjadi salah satu media yang islami, inspiratif, terpercaya, solutif, dan bermanfaat bagi segenap pembaca. So, nantikan MI edisiedisi selanjutnya. Grab Fast!
Penerbit: Media JMMI Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan LMZIS Pelindung: Allah SWT, Rektor ITS, Ketua TPK Islam Penanggung Jawab: Ikhsan Nugraha Pemimpin Redaksi: Diana Aqidatun Nisa Wakil Pemimpin Redaksi: Dian Anteri Editor: Faishal Mufied Al-Anshary, Halimatus Sa'dyah, Nanda Iriawan Ramadhan, Siti Musabikha Reporter: Churnia Sari, Fatah Nurdin Hamsyah, Lenzy Andre Famela, Arinda Nur Lathifah, Hanny Adiati Desain dan Layout: Fathul Ali Percetakan dan Sirkulasi: Salman Al Farisyi Marketing dan Iklan: Muafaq Kontributor: Erik Sugianto
Makkah 9 atau 12 Robiul Awwal 571 Masehi, ketika berita tentang pasukan Gajah dan Burung dari Neraka itu masih jadi perbincangan hangat. Hari ini dunia masih kehausan. Jantungnya mulai kering dari cinta, rahmat, dan keadilan. Sudah hampir 600 tahun masa kelahiran al-Masih berlalu dan orang-orang Masehi telah menjauhi ajaran tauhid. Sedangkan orang-orang Yahudi telah mengubur dalam-dalam wasiat Musa, mereka kembali menyembah lembu yang terbuat dari emas. Setiap orang dari mereka memiliki lembu emas yang khusus. Demikianlah, paganisme telah mengakar di bumi. Bahkan di Ka'bah, Rumah Allah yang dibangun Ibrahim dan Ismail sekalipun. Sementara itu di tempat yang jauh dari Mekah, Romawi menyerupai burung rajawali. Kekuatannya memang melemah, namun belum sampai hilang sama sekali. Sedangkan di belahan timur dari utara negeri Arab, orang-orang Persia menyembah api dan air. Khosrou, sang Penguasa Persia, pengamal ajaran Zarathustra yang mendiktator. Tak boleh satupun titahnya yang tak dijalankan. Persia pun semakin tenggelam dalam paganisme, menyembah api abadi. Ketika akar tauhid mulai tercerabut, dalam kondisi seperti itu lahirlah seorang bayi di kota Makkah. Dia, sosok yang ditunggu para perindu kembalinya tauhid. Sosok yang sebelum lahirnya mampu memanggil para yahudi untuk berbondong-bondong bermigrasi ke oase Yastrib dengan harapan sang Rasul lahir dari rahimrahim wanita mereka. Sosok itu, perkenalkan, namanya Muhammad. Artinya Yang Terpuji. Satu nama yang sebelumnya sangat jarang dipakai oleh bangsa arab pada waktu itu. Orang-orang Quraisy pada waktu itu sampai
bertanya kepada kakek Rosulullah, Abdul Muthalib: "Nama apa yang engkau berikan kepada cucumu? Mengapa kamu tidak memakai narna-nama kakekkakeknya dan nama-nama yang biasa dipakai di kalangan mereka." Abdul Muthalib menjawab: "Aku ingin Allah SWT memujinya di langit dan manusia memujinya di bumi." Rasulullah SAW lahir dalam keadaan yatim. Beliau ditinggalkan oleh Abdullah, sang ayah saat beliau dalam rahim sang ibunda Tak lama setelah dilahirkan, Aminah ibunda Rasulullah SAW, seringkali memeluk Rasulullah kecil dengan erat. Ia melihat bahwa banyak dari wanitawanita yang menyusui tidak berkenan untuk mengasuhnya. Sudah menjadi tradisi yang berkembang di Mekah di mana keluarga-keluarga yang mulia mengirim anaknya ke kawasan dusun agar anak tersebut menyerap dan menghirup udara segar serta memperoleh mainan yang memadai. Dan biasanya wanita-wanita yang menyusui anakanak lebih tertarik menyusui anak-anak dari orangorang kaya. Namun ketika bayi yang ditemuinya berasal dari keluarga yang fakir, maka wanita-wanita yang biasa menyusui tidak berminat kepadanya. Adalah Halimah binti Abi Dzuaib, seorang wanita dari bani Sa'ad yang waktu itu langsung jatuh hati, ingin menjadi ibu susu Rasulullah SAW. Allah menumbuhkan kasih sayang di hatinya. Halimah menyusui dan mengasuh Rasulullah kecil hingga Rasulullah berumur 6 tahun. Dan selepas asuhan Halimah, ujian demi ujian sebagai bentuk tarbiyah dari Allah di mulai.
Ada begitu banyak hikmah dalam setiap frame kisah perjalanan Rasulullah. Hikmah yang tak akan pernah cukup jika dituliskan dalam selembar dua lembar kertas A4. Tulisan-tulisan dalam zine ini hanyalah sekedar introduksi bagi kita untuk mengingat sosok yang mengubah pandangan dunia, min adz dzulumaati ila an nuur (dari kegelapan menuju cahaya). Sosok yang mengenalkan kita kepada Rabb kita. Sosok yang Allah memerintahkan kita, untuk senantiasa bershalawat atasnya. Shollu 'ala Rosulallah: Allahumma sholli 'ala Muhammad [hs] “Jika kisahmu di ulang seribu tahun setelah kepergianmu, maka mereka yang mencintaimu akan merasakan kehilangan yang sama dengan para sahabat yang menyaksikan hari terakhirmu, wahai Lelaki yang cintanya tiada pernah berakhir. Mereka membaca kisahmu, ikut tersenyum bersamamu, bersedih karena penderitaanmu, membuncah bangga oleh keberhasilanmu, dan berair mata ketika mendengar berita kepergianmu. Seolah engkau kemarin ada di sisi, dan esok tiada lagi� (Tasaro GK, Muhammad : Para Pengeja Hujan) Sumber: # Shafiyurrahman Al Mubarrakfury : Ar Rahiqil Makhtum # Sulaiman An Nadwi : Shirah Nabawiyah
M
uhammad SAW setelah 25 tahun dari kenabiaannya, Beliau bersama para sahabatnya telah menguasai 22 negara dari negara-negara yang ada kala waktu itu. Bahkan 30 tahun setelah kenabiannya, telah terkumandangkan Laa ilaaha illallah, Muhammadar Rasulullah sampai ke tanah Cordova, Tazakistan, dan kawasan Sungai Indus. Itulah prestasi agung dari seseorang yang terpilih dan semenjak kecil sudah dipersiapkan dan dibentuk menjadi Super Leader. Rasulullah terlahir yatim, tanpa sambutan peluk cium dari sang Ayah, Abdullah dan tak lama setelah itu, Ibunya, Aminah pun meninggal. Setelah dalam asuhan dalam kurun waktu yang tidak lama sang kakek, Abdul Muthalib pun wafat. Kepergian yang memilukan ini agar Beliau sanggup menanggung kehidupan dengan segala ujiannya, tumbuh sebagai pribadi yang kuat, dan sebagai persiapan untuk membawa tugas memberikan petunjuk kepada Semesta Alam.
Rasulullah tumbuh di perkampungan pedalaman Bani Sa'ad sehingga lebih terjamin pertumbuhannya dan penggunaan bahasa akan lebih fasih. Para pakar pendidikan mengatakan bahwa anak yang dididik di kota mayoritas kurang taja m nalarnya dan kurang kuat tekadnya. Orang-orang besar di dunia, dunia Barat sekalipun, semuanya berasal dari pedesaan. Kehidupan di kota memasung potensi manusia, kecuali orang-orang yang mendapat rahmat dari Alloh. Terbukti, tidak ada orang yang lebih fasih, lancar, dan piawai berbicara di depan umum dibandingkan Rasulullah. Apabila Beliau naik ke atas mimbar, kata-kata yang disampaikannya meresap ke dalam hati dan mendorong pendengarnya untuk berempati. Itulah Muhammad SAW. Saat dalam buaian sang kakek yang juga Pemimpin Quraisy terhormat pada waktu itu, Muhammad kecil sudah belajar ilmu strategis politik dan kenegaraan. Dalam kurun waktu dua tahun, sang kakek selalu dekat dengan cucunya dan penuh kasih, sebab ia melihat tanda-tanda bahwa cucunya itu kelak akan menoreh prestasi agung. Lalu, dilanjutkan oleh sang paman, Abu Thalib, yang paling sederhana kehidupannya sehingga tidak jarang Muhammad kecil harus membantu ekonomi keluarga. Pengalaman masa kecil seperti inilah yang menjadi basic psikologis Beliau ketika menjadi seorang wirausahawan di kemudian hari. Pekerjaan menggembala ternak merupakan pekerjaan yang umum dilakukan oleh para nabi dan rasul, seperti Musa AS, Daud AS, dan Isa AS. Begitu juga Muhammad SAW pernah menggembalakan ternak penduduk Mekkah. Pekerjaan menggembala ternak merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian leadership dan manajemen yang baik. Dengan harus mampu mencari padang gembalaan yang subur (path-finding), lalu mampu mengarahkan (directing) ternak ke padang gembala. Disamping itu, harus mampu mengendalikan (controlling) ternak agar tidak tersesat, juga melindungi (protecting) hewan ternak dari gangguan pemangsa dan pencuri. Dan dalam proses gembalaan, masih terdapat banyak waktu untuk melakukan perenungan (reflecting) tentang berbagai hal. Ini semua fungsi kepemimpinan dan manajemen yang memang digariskan Alloh SWT kepada calon Rasul terakhir yang akan mengemban risalah kenabian dan memimpin umat. Dua belas tahun usia Muhammad SAW, Beliau ikut pamannnya berdagang ke Syria (sebuah internship atau magang usaha dan dagang). Lalu di usia 17 tahun Muhammad memulai usaha mandiri sebagai manager atau agen perdagangan regional dengan modal dari Khadijah dan dari para investor lain karena mereka tidak sanggup menjalankan usaha sendiri dari dana mereka dan senang dengan kejujuran bisnis Muhammad. Sehingga terbuka luas peluang dunia bisnis dengan cara menjalankan modal orang lain,
baik dengan upah (fee based) maupun dengan sistem bagi hasil (profit sharing) yang pada akhirnya menjadi bussines owner dan aliansi dengan investor hingga mencapai skala bisnis internasional sampai daerah Bahrain dan Yordania. Sejarah mencatat bahwa setelah menikah dengan Khadijah, Muhammad as a Trader bertindak sebagai manajer sekaligus mitra usaha istrinya. Beliau tahu bagaimana cara agar perdagangan bisa berhasil dan sifat yang dapat merusak bisnis seperti kecurangan dalam timbangan, menyembunyikan kecacatan barang jual, riba, gharar (trading in risk), dll. Pertengahan usia 30-an, Muhammad menjadi investor yang artinya sudah mencapai apa yang diistilahkan Robert Kiyosaky sebagai kebebasan uang (financial freedom) dan waktu. Sehingga mulai memiliki banyak waktu untuk memikirkan kondisi masyarakat dan sering uzlah (menyendiri) ke Gua Hira' sampai turun wahyu pertama dan memulai periode kenabian (nubuwwah) sebagai seorang utusan Alloh SWT. Berkat perjuangannya, suara adzan berkumandang dimana-mana dan shalat didirikan di hampir seluruh penjuru bumi. Shalallahu 'ala Muhammad. Shalallahu 'alaihi Wassalam.[sm] You were so caring and kind Your soul was full of light You are the best of mankind Muhammad Khaira Khalqillah Shollu 'ala Rasulillah, Habib Al Mustafa Peace be upon The Messenger The Chosen One (Maher Zein : The Choosen One) Sumber: # Muhammad SAW The Super Leader Super Manager; Dr. Muhammad Syafii Antonio, M. Ec # Al-Qur'an Berjalan, Potret Keagungan Manusia Agung; Dr. 'A'id 'Abdullah al-Qarni
Rasul pun akhirnya keluar mengimami shalat. Setelah selesai, beliau menyampaikan Q. S. Al Kahfi ayat 18. Para sahabat yang memahami makna dari surat langsung menangis tersedusedu. Karena mereka merasa rasul telah mendekati ajal. “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (Q.S. Al Kahfi : 110) Setelah itu beliau pulang. Matahari semakin tinggi, langit menguning, tapi pintu rumah Rasulullah SAW masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan kening yang berkeringat sehingga membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidur beliau. Sang putri, Fatimah Azzahra dengan sigap merawat nabi yang menjadi rahmat bagi semesta alam tersebut. Beberapa saat kemudian, terdengar suara ketukan pintu diiringi ucapan salam. “Assalamu'alaykum warahmatullah wabarakatuh,” ucap tamu tersebut. Fatimah menjawab. “Siapa yang di luar?” Tanya Fatimah. “Saya. Salamkan kepada Rasulullah, bahwa saya sudah datang,” “Siapa yang di luar, anakku?” tanya Rasulullah. “Tak tahulah aku ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang. Beliau mengatakan bahwa tamu yang dimaksud telah masuk ke dalam rumah. Fatimah bingung, karena tidak ada satu pun tamu yang dilihatnya. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut, Izrail as.” kata Rasulullah SAW, tangis Fatimah pun meledak. Mendengar kabar ayahanda yang selama ini mecintainya, pemimpin terbaik di dunia akan pergi meninggalkan dunia.
P
agi itu, menjelang Subuh, kaum Muslimin dibingungkan oleh ketidakbiasaan Rasulullah saw. Karena tidak kuat menahan sakit yang diderita, beliau, melalui Ali bin Abi Thalib ra., meminta Abu Bakar Ash Siddiq ra. untuk menjadi imam Shalat Subuh. Tapi Abu Bakar menolak. “Kalau masih ada Rasulullah, tidaklah pantas saya mengimami Shalat Subuh,” tukas Abu Bakar.
Kehadiran Izrail tanpa disertai Jibril as. membuat Rasulullah tidak bersedia dicabut nyawanya untuk saat itu. Memang, sebelum turun ke bumi, Allah telah memberi pesan jika Nabi Muhammad tidak bersedia dicabut nyawanya, maka Izrail diperintah Allah untuk kembali. Dan benar saja, Rasulullah tidak bersedia nyawanya dicabut saat itu juga. Beliau hanya akan bersedia nyawanya dicabut jika Jibril juga datang.
Sebenarnya, Jibril awalnya ikut menyertai Izrail. Tetapi setelah sampai di langit pertama, Jibril berhenti, tidak melanjutkan perjalanan. “Lanjutkan saja Izrail, aku tidak tega melihat nyawa orang yang paling aku sayangi engkau cabut,” ucap Jibril. Mendengar permintaan Rasul untuk mendatangkan Jibril, maka malaikat maut tersebut kembali ke langit pertama. Akhirnya Jibril pun datang menghadap Rasulullah saw lalu bertanya kepada beliau ada keperluan apa sampai memanggil dirinya. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah? ” tanya Rasululllah SAW dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar kabar ini? ” tanya Jibril lagi. “Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah m e n d e n ga r A l l a h b e r f i r m a n ke p a d a ku : 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya',” kata Jibril. Mendengar jawaban tersebut, wajah beliau te r l i h a t s a n ga t l e ga . B e l i a u ke m u d i a n mempersilakan Izrail untuk mencabut nyawanya. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah keringat, urat-urat lehernya pun terlihat menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” lirih Rasulullah mengaduh. Mata Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam. Jibril membuang muka. Sunyi, hening, semua berada dalam ketegangan, kesedihan, dan kepiluan menghadapi perpisahan yang mencekam. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?”Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal?” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku”. Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Sambil menahan sakit yang luar biasa, beliau terlihat hendak membisikkan sesuatu. Ali bin Abi Thalib
mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah. “Ummati, ummati, ummati. (Umatku, umatku, umatku),” ucap beliau lirih. Secara perlahan, dari ujung kaki merambat ke lutut, diteruskan hingga ke pusar, dan hingga tenggorokan ruh beliau dicabut. Begitu sampai di tenggorokam, seharusnya orang biasa tidak sanggup lagi berbicara sepatah kata pun. Karena saat nyawa telah sampai di tenggorokan, Malaikat Jibril as. menjalankan tugasnya. Jika orang yang meninggal adalah orang yang shaleh, maka Jibril akan menegapkkan sayapnya yang sebelah kanan yang menggambarkan surga dengan segala keindahannya. Sembari berkata,“Ini tempatmu nanti di surga. Di surga Allah yang penuh kenikmatan,”. Karena terlalu senangnya melihat keindahan surga, maka orang tesebut tidak sanggup bicara sepatah kata pun. Namun jika yang meninggal adalah orang yang durhaka kepada Allah, maka Jibril akan mengepakkan sayapnya yang sebeleh kiri yang memperlihatkan kengerian api neraka yang menyala-nyala. Karena saking takutnya, orang tersebut tidak dapat berkata apa-apa. Tapi karena Rasulullah SAW adalah orang yang ma'shum (dijaga), maka Jibril tidak perlu mengepakkan sayapnya. Sehingga Rasulullah pun tetap bisa mengatakan, “Ushikum bis Shalat, wama Malakat Aimanukum” (Peliharalah shalat dan peliharalah orangorang lemah di antaramu). Kemudian, Rasulullah menghembuskan nafasnya yang terakhir. Innalillaahi wa inailaihi rajiuun.[nir] Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS Ali Imran : 144) Sumber : # Kitab Dakoikul Akbar # MP 3 Ustadz Yusuf Mansyur-Saat Terkahir Rasulullah # http://filsafat.kompasiana.com/2010/10/27/tanpadiabagaimanakah-nasib-kita/
H
anya dengan seruan, Ustman bin Affan yang waktu itu hendak berdagang ke tanah Syam ( saat ini tanah Syam menjadi beberapa negara seperti Suriah, Yordania, Palestina, dan Lebanon) dengan membawa barang dagangan yang dimuat 200 ekor unta membatalkan kepergiannya dan menyerahkan semua barang dagangan plus untanya kepada penyerunya. Tidak hanya itu, kemudian ia pulang dan kembali dengan membawa 900 unta lengkap dengan pelananya, 100 ekor kuda, dan ditambah 1000 dinar (1 dinar sama dengan 4.25 gram emas). Dan jika di total dan diuangkan, saat ini total harta yang di sumbangkan Ustman lebih dari Rp 10 Milyar. Tidak mau kalah , setelah mendengar seruan yang sama Umar Bin Khattab menginfakkan separo dari seluruh hartanya. Dan lebih mengejutkan lagi Abu Bakar Asy Sidiq, ia menyumbangkan seluruh harta yang dimilikinya. Bahkan Ali bin Abi Thalib yang hanya mempunyai 4 dinnar pun ikut menyumbangkannya. Siapa penyeru itu, sehingga semua muslim pada waktu bersamaan sangat patuh padanya? Ya, beliau Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu tahun 9 H turun perintah untuk melaksanakan perang Tabuk. Jika pada perang sebelumnya Rasullullah tidak pernah memberitahu tempat peperangan, namun pada perang ini Rasullulah memberitahukan dengan jelas tempat tujuan perang, yakni di Tabuk melawan bangsa Romawi. Kondisi pada saat itu musim panas dan dalam kondisi paceklik yang sangat panjang. Namun ketika hendak berangkat, kebun-kebun kurma berbuah dan panen. Dalam beberapa sumber, pada perang ini, pasukan muslim berjumlah 30.000 orang dan akan menghadapi 40.000 pasukan Romawi. Dan sebelum perang, Rasulullah mengumumkan kepada seluruh umat muslim Madinah, Makkah, dan wilayah lainnya bahwa akan berperang. Tujuannya, Rasulullah memobilisasi umat muslim saat itu. Sebab dilancarkan perang ini karena tersebar kabar dari pedagang yang biasanya berdangan di Syam, bahwa bangsa Ro m aw i ya n g merupakan kerajaan terkuat saat itu sedang
melakukan persiapan besar-besaran untuk menyerang Madinah yang menjadi pusat kota umat muslim. Ini terjadi kerena ketidakberhasilan 200.000 pasukan Romawi mengalahkan 3000 pasukan muslim yang dipimpin Khalid bin Walid pada Perang Mu'tah. Walaupun sudah mengumpulkan banyak perbekalan perang, namun akomodasi untuk Perang Tabuk masih kekurangan. Dalam perjalanan pun kaum muslimin mengalami kesulitan yang luar biasa. Dikisahkan, setiap tiga prajurit hanya mendapatkan satu ekor unta, pasukan muslim menggunakan dedaunan untuk membasahi mulut, dan terpaksa menyembelih unta walaupun sangat sedikit daging dan airnya. Tiba di Tabuk, tidak terjadi apa-apa. Tidak ada pasukan musuh dan petempuran. Rupanya pasukan Romawi mengurungkan niatnya untuk berperang dan kembali ke negerinya, kalah sebelum perang. Tidak lama kemudian Yohana ,seorang pemimpin kabilah (daerah) Ailah menemui Rasulullah SAW, dan menyatakan kesediaannya bergabung ke umat muslim dan membayar jizyah (upeti), disusul kemudian penduduk Jarba dan Adzrag yang mengikuti jejak kabilah Ailah. Pasukan muslim datang dengan keberanian, dan pulang membawa kemenangan tanpa berperang, bahkan beberapa kabilah menyerah dan bersedia membayar jizyah. Ini adalah kemenangan kedua pasukan muslimin atas Romawi yang sebelumnya kontak senjata dalam perang Mu'tah. Ketika itu pasukan muslimin di bawah kepemimpinan Khalid bin Walid, kehilangan tiga pemimpin pasukan muslimin dari kalangan sahabat yang gugur. Memang pada perang ini tidak menghancurkan pasukan Romawi, namun hanya bisa memukul mundur. Tapi sudah membuat pasukan muslim diperhitungkan dan ditakuti Romawi. Pasukan muslim datang ke Tabuk untuk mempertahankan kedaulatan dari serbuan negeri asing, sekaligus membuktikan kekuatan kaum muslimin yang sesungguhnya. Meski untuk itu mereka harus
menempuh perjalanan yang panjang, sulit, melelahkan, dan penuh dengan penderitaan. Bahkan dalam beberapa riwayat, waktu itu diibaratkan gurun pasir seperti api yang membara dan cuaca panas seperti membakar kulit. Jalan menuju Tabuk menorehkan cerita sarat pelajaran berharga. Para pejuang sejati merelakan diri untuk membela agama, kebenaran, menjaga kedaulatan, dan menunjukan eksistensinya di depan musuh yang ingin menyerbu dan menghancurkan islam. Rasulullah sendiri, bukanlah tipe pemimpin yang seenaknya sendiri. Dalam setiap peperangan, ketika pulang perang, beliau selalu berada di garis paling belakang, karena beliau tidak ingin menjadi orang yang sombong ketika perang dimenangkan. Namun, ketika
Dakwah Islamiyah merupakan kebutuhan bagi setiap individu muslim. Setiap muslim memiliki kecenderungan di hatinya untuk mendapatkan ilmu dan nilai-nilai dalam rangka melenyapkan dahaga ilmu dalam jiwanya. Dalam kaitannya dengan kehidupan sesama muslim, maka dakwah erat kaitannya dengan keadaan saling nasehat menasehati antar sesama muslim dalam kebaikan (agama). Firman Allah Ta'ala : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.� (Al-'Ashr 103: 1-3) ITS memiliki masjid yang megah yang saat ini setelah selesai direnovasi mempunyai kapasitas sekitar 4000 orang. Dengan kapasitas sebesar itu, masjid Manarul Ilmi ITS telah mampu mengakomodir kebutuhan civitas akademika ITS untuk kegiatan sholat jum'at. Sedangkan dalam hal dakwah dan kegiatan ke-Islaman masjid ITS memiliki Lembaga yang sejak masjid ini didirikan telah aktif melayani jamaah, yang bernama Jamaah Masjid Manarul Ilmi (JMMI). JMMI ini telah dikenal oleh para civitas akademika ITS sebagai sebuah Lembaga yang konsen dalam mensyiarkan nilai-nilai Islam di kampus
berangkat dan menuju perang beliau selalu di posisi paling depan untuk memberikan keteladanan keberanian karena Allah SWT. Keberanian inilah yang membuat orang Romawi takut dan akhirnya pulang. Perjuangan menuju Tabuk adalah jalan menggapai impian dan cita-cita. Seperti jalan hidup kita, setiap impian meminta perjuangan dan pengorbanan. Layaknya sebuah perjuangan, penderitaan pasti lebih banyak dari kesenangan. Tetapi, dibalik perjuangan itu terselip jaminan keberhasilan dari-Nya, meski kadang-kadang kita tidak menyadari. Kaum muslimin tidak tahu bahwa bangsa Romawi mengurungkan niat untuk berperang. Bagi kaum muslimin, itu tidak penting. Karena yang penting bagi mereka saat itu adalah mereka telah menunjukan perjuangan untuk Rabb dan Rasul-Nya hingga tujuan akhir adalah mendapatkan Ridha-Nya.[es]
ITS ini. Mungkin karena memang historinya yang sudah puluhan tahun ini yang menjadikan JMMI mudah dikenal di ITS. Selain JMMI, Lembaga dakwah ke-Islaman yang memiliki akses legal di kampus ITS adalah Lembaga Dakwah Jurusan yang kita singkat dengan LDJ. Di sebagian jurusan, LDJ menginduk pada Himpunan Mahasiswa Jurusan, sedangkan di sebagian jurusan yang lain menginduk pada JMMI. LDJ ini berjalan selaras dengan JMMI dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan dakwah dan ke-Islaman di kampus ITS tercinta ini. Di masjid Manarul Ilmi selain JMMI juga terdapat Lembaga yang khusus menangani kegiatan keuangan. Nama Lembaga ini adalah LMZIS yang merupakan kepanjangan dari Lembaga Manajemen Zakat Infak dan Shadaqoh. Tugas utama dari Lembaga ini adalah melayani jamaah masjid dan civitas akademika ITS dalam hal penerimaan dan penyaluran zakat, infak, dan shadaqoh. Jika di analogkan dalam sebuah Negara Islam, maka peran sebagai baitul mal inilah yang dijalankan oleh LMZIS. Dana yang dikelola disalurkan dan dimanfaatkan untuk fakir miskin sekitar ITS, beasiswa mahasiswa ITS yang tidak mampu, dana kegiatan JMMI, kegiatan LDJ, dan yang yang relevan. Selain melalui berbagai Lembaga Ke-Islaman intra
cara sholat yang benar, prinsip-prinsip wala' wal bara', manhaj, kedudukan al Qur'an dan sunnah, zakat yang benar, thoharoh, ibadah yang lainnya. Mungkin banyak kegiatan halaqohhalaqoh ataupun dauroh dauroh tetapi terasa kering dari ilmu karena bahasannya lebih banyak ke perkara perkara sosial semata dan ada kesan agama seakan dipaksakan. Mengapa demikian? Karena : “Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.” (Al Amru bil Ma'ruf wan Nahyu 'anil Mungkar, hal. 15). Sehingga wajib hukumnya untuk mendahulukan ilmu.
kampus di atas, ada juga kegiatan ke-Islaman yang sifatnya lokal diselenggarakan oleh unit-unit tertentu di kampus. Seperti contohnya adalah kegiatan pengajian rutin di perpustakaan pusat, kegiatan kajian jaringan dosen ITS, dan yang lain sebagainya. Dengan fakta di atas, sebenarnya urusan kegiatan kerohanian di ITS sudah semarak. Dan ini perlu dipertahankan demi kebaikan kita bersama. Demi peningkatan ruhiyah dan kafaah ke-Islaman kita civitas akademika ITS sebagai seorang muslim. Adapun kalau kita pilah pilah, selain di atas maka akan kita dapati berbagai potensi kekuatan dakwah dan kegiatan ke-Islaman di ITS yang diantaranya adalah sebagai berikut : Ø Kegiatan ke-Islaman di ITS sudah merupakan bagian kehidupan civitas akademika ITS. Sehingga sudah merupakan bagian denyut nadi keseharian di ITS sudah sejak lama. Sehingga kita tidak perlu lagi merintis bagaimana mendirikan sebuah acara ke-Islaman. Semua sudah ada dan tinggal menjaga keistiqomahannya saja. Mulai dari kajian, bakti sosial, ceramah-ceramah, seminar, dan yang lain sebagainya sudah ada. Ø
Lembaga legal yang mendukung. Di antaranya adalah JMMI, LMZIS, dan LDJ-LDJ di berbagai jurusan atau program studi.
Ø
Mayoritas civitas akademika ITS adalah muslim.
Ø
Masjid yang besar dan luas. Dengan masjid yang besar dan luas, berbagai kegiatan ke-Islaman akan mudah dilaksanakan dan dengan jumlah peserta yang besar pula.
Dengan potensi di atas, akses dakwah menjadi mudah. Karena semua elemen mendukung kegiatan dakwah Islamiyah. Namun demikian bukan berarti tanpa hambatan sama sekali. Tantangan itu akan selalu ada. Karena di dunia ini tidak ada yang sempurna. Semua pasti ada tantangan dan hambatannya. Adapun tantangan umum yang ada terjadi di sebagian besar dakwah pemuda, diantaranya adalah sebagai berikut : Ø Kurangnya kajian kajian ilmiah keagamaan. Mungkin kegiatan ke-Islaman adalah banyak dan sering. Akan tetapi untuk kajian ilmiah khusus yang membahas tentang ilmu dan hukumhukum dalam agama ini dengan merujuk langsung pada dalil dan kitab-kitab induk terbilang masih sangat kurang. Sehingga ada saja jamaah yang belum mengerti aqidah yang benar,
Allah Ta'ala berfirman : “Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” QS. Az-Zumar :9) Minimnya ilmu dapat mengakibatkan kesalahan kesalahan dalam amalan. Sampai-sampai Imam Bukhori menulis bab khusus tentang “Ilmu sebelum berucap dan beramal” dalam sohihnya. Yang dimaksud dengan ilmu disini tentu saja adalah segala sesuatu yang berasal dari qoolallah (Al Qur'an) dan qoolarrasul (sunnah). Ø
Minimnya kapabilitas keilmuan para da'i mudanya. Ini sekaligus kritikan bagi para pemuda agar lebih meningkatkan semangat tolabulilmnya. Hendaknya para pemuda aktif menghadiri majlis-majlis ilmu yang didalamnya membahas perkara-perkara dan hukum-hukum dalam agama ini. Yang di dalamnya mengajarkan kitab-kitab dan tulisan tulisan para ulama pendahulu kita. Karena ilmu akan tersampaikan dengan cara mengkaji dan membaca kitab-kitab tersebut. Alhamdulillah halaqohhalaqoh rutin telah ada bahkan banyak. Namun bagaimana jadinya jika seseorang menyampaikan sesuatu yang dia tidak memiliki sesuatu itu padanya? Tentu mustahil adanya. Itulah yang terjadi pada sebagian besar halaqoh-halaqoh yang ada. Imam Asyafi'i berkata : “Belajarlah (agama, pen) karena tidak ada seorangpun yang dilahirkan dalam keadaan berilmu, dan tidaklah orang yang berilmu seperti orang yang bodoh. Sesungguhnya suatu kaum yang besar tetapi tidak memiliki ilmu maka sebenarnya kaum itu adalah kecil apabila terluput darinya
keagungan (ilmu). Dan sesungguhnya kaum yang kecil jika memiliki ilmu maka pada hakikatnya mereka adalah kaum yang besar apabila perkumpulan mereka selalu dengan ilmu.” (Aadaabu Thaalibil 'Ilmi hal.18-22) Ø Fanatisme golongan. Fanatisme merupakan penyakit kronis yang ada pada umat Islam ini. Diantara fenomena fanatisme golongan adalah mereka menganggap bahwasanya madzhabnya, ormasnya, partainya, ustadznya dan seterusnya adalah yang benar sedangkan yang selainnya salah. Diantara mereka ada yang tidak mau menikah kecuali dengan yang sekelompok pengajiannya, diantara mereka tidak mau berma'mum shalat kecuali dengan yang semadzhab, diantara mereka tidak mau menerima kebenaran yang bukan datang dari kelompoknya dan seterusnya. Sesungguhnya agama ini dibangun di atas pondasi yang sama yakni Al Qur'an dan Sunnah. Barangsiapa berselisih maka kembalikanlah kepada Al Qur'an dan Sunnah, bukan kepada madzab, ormas, partai, ataupun ulamanya saja. Allah berfirman : “Taatlah kepada Allah, taatlah kepada Rasul-Nya, serta kepada ulil amri kalian. Jika kalian berselisih, kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kalian memang beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama bagi kalian dan lebih baik akibatnya” (QS. An Nisa: 59) Rasulullah bersabda : "Barangsiapa yang keluar (melepaskan diri) dari ketaatan (kepada penguasa) dan menyelisihi AlJama'ah, lalu ia mati, maka ia mati dalam keadaan mati jahiliyyah. Dan barangsiapa yang berperang di bawah bendera fanatisme dan marah karena fanatik terhadap kelompoknya, atau mengajak ummat untuk bersikap fanatik terhadap golongannya, ataupun membela kefanatikan, lalu ia terbunuh, maka bangkainya adalah bangkai jahiliyyah. Dan barangsiapa yang keluar memerangi ummatku yang baik maupun yang durhaka dari mereka, dan tidak perduli dengan orang yang beriman di antara mereka, dan tidak menyempurnakan janji kepada orang yang mengikat perjanjian dengannya, maka dia bukan termasuk golonganku, dan akupun bukan golongannya." (HR. Muslim 1848). Ada sebagian dari kita kaum muslimin, terutama yang masih muda-muda bahwa hanya karena beda organisasi terjadi saling serang dan saling hantam. Hanya karena perbedaan
ormawa terjadi friksi dan saling telikung. Ini merupakan budaya jahiliyah. Yang seharusnya dilakukan bagaimana? Adalah budaya ilmiah. Hendaknya dalam berdakwah dengan ilmu dan yang disampaikanpun adalah ilmu. Mungkin benar adanya bahwa pemahaman yang menyimpang, kemaksiatan, dan segala bentuk yang bertentangan dengan syariat yang lain adalah salah dan tidak dibenarkan dalam Islam. Namun cara mendakwahinya adalah harus dengan ilmiah. Harus dengan bukti bukti kongkrit dan logis dengan menunjukkan dimana letak kesalahannya. Bukan dengan emosi dan saling serang. Dan disinilah salah satu letak pentingnya ilmu, yaitu agar dapat membantah pemikiran pemikiran maupun amalan yang menyimpang dengan metode ilmiah. Sebuah metode yang wajib dijunjung seorang mahasiswa dan civitas akademika tentunya. Allah berfirman : "Serulah mereka ke jalan tuhanmu dengan hikmah, pelajaran yang baik dan debatlah mereka dengan cara yang baik.” [AnNahl : 125] Bahkan ada banyak kejadian, bahwa d a k wa h te l a h d i a ra h ka n u nt u k menggiring mad'u ke jamaahnya. Semakin bagus dakwah diukur dengan semakin banyaknya orang yang mau masuk ke dalam jamaahnya. Dan yang lebih jauh lagi adalah adanya sistem baiat. Maksudnya adalah agar si mad'u tidak berani keluar dari jamaahnya karena telah disumpah. Seperti yang terjadi pada jamaah jamaah yang terkena pemahaman khowarij. Demikian. Na'udzubillah...Untuk yang demikian ikutilah nasehat Rasulullah dalam potongan hadits Hudzaifah Al Yaman (yang panjang) berikut : “.....Tinggalkan semua firqah, meskipun kamu harus menggigit akar pohon hingga kamu mati dan kamu dalam keadaan seperti itu .”(Bukhari dalam Shahih-nya (3606), Muslim dalam Shahihnya (1847), Imam Ahmad dengan panjang (V/386), 403 dan secara ringkas (V/391,396), dengan ringkas dengan lafazh-lafazh yang berbeda-beda (V/494), Abu Dawud As-Sijistani (3244), dengan lafazh berbeda (4246) dan AnNasa'i dalam Al Kubra (V/17,18). ) Wallahua'lam.
TRANSAKSI
Budi Prasojo, ST, MT.
Mengetahui, Ketua LM - ZIS ITS
Drs. Mansur Sutedjo, SIP,Msi
Kadep Keuangan
LAPORAN KEUANGAN PERIODE BULAN JANUARI 2012 1 - 27 (JANUARI ‘12) SALDO
I
ni kisah tentang seorang ayah dan anak. Sang ayah bekas budak. Selama menjadi budak, libur Jumat sebagaimana ditetapkan kesultanan dimanfaatkan untuk habis-habisan bekerja. Dengan dirham demi dirham yang terkumpul, satu hari dia minta izin untuk menebus dirinya pada sang majikan. “Tuan,” ujarnya, “Apakah bisa dengan membayar harga senilai dengan berapa engkau membeliku dulu, aku akan bebas?” “Ya. Bisa,” ujar sang majikan. “Baik, ini dia.” katanya sambil meletakkan bungkusan uang itu di hadapan tuannya. “Allah 'Azza wa Jalla telah membeliku dari Anda, lalu Dia membebaskanku. Alhamdulillah.” “Maka engkau bebas karena Allah,” ujar sang tuan takjub. Dia bangkit dari duduknya dan memeluk sang budak. Dia hanya mengambil separuh harga yang tadi disebutkan. Separuh lagi diserahkannya kembali. “Gunakanlah ini,” katanya berpesan, “Untuk memulai kehidupan barumu sebagai orang yang merdeka. Aku berbahagia menjadi sebagian Tangan Allah yang membebaskanmu!” Penuh syukur dan haru, dengan disergap khawatir, dia pamit. “Aku tidak tahu wahai Tuanku yang baik,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca, “Apakah kebebasan ini rahmat ataukah musibah. Aku hanya berbaik sangka kepada Allah.” Tahun demi tahun berlalu. Orang tersebut telah menikah. Tetapi sang istri meninggal ketika menyelesaikan tugasnya, menyempurnakan susuan sang putra hingga usia dua tahun. Maka dibesarkan putera semata wayangnya itu dengan penuh kasih. Dididiknya anak lelaki itu untuk memahami agama dan menjalankan sunnah Nabi, juga agar bersikap ksatria dan berjiwa merdeka. “Anakku,” katanya di suatu pagi, “Ayahmu ini dulu seorang budak. Ayahmu ini separuh manusia di mata agama dan sesama. Tetapi selalu kujaga kehormatan dan kesucianku, maka Allah memuliakanku dengan membebaskanku. Dan jadilah kita orang yang merdeka. Ketahuilah Nak, orang bebas yang paling merdeka adalah dia yang bisa memilih caranya untuk mati dan menghadap Ilahi!” Sang anak mengangguk-angguk. Sang ayah mengeluarkan kantong berpelisir emas. Dinar-dinar di dalamnya bergemerincing. “Mari mempersiapkan diri,” bisiknya. “Mari kita beli yang terbagus dengan harta ini untuk dipersembahkan dalam jihad di jalan-Nya. Mari
kita belanjakan uang ini untuk mengantar kita pada kesyahidan dengan sebaik-baik tunggangan.” Siangnya, mereka pulang dari pasar dengan menuntun seekor kuda perang berwarna hitam. Kuda itu gagah. Surainya mekar menjumbai. Tampangnya mengagumkan. Matanya berkilat. Giginya rapi dan tajam. Kakinya kekar dan kukuh. Ringkiknya pasti membuat kuda musuh bergidik. Semua tetangga datang untuk mengaguminya. Mereka menyentuhnya, mengelus surainya. “Kuda yang hebat!” kata mereka. “Kami belum pernah melihat kuda seindah ini. Luar Biasa! Mantap sekali! Berapa yang kalian habiskan untuk membeli kuda ini?” Anak beranak itu tersenyum simpul. Yah, itulah simpanan yang dikumpulkan seumur hidup. Para tetangga ternganga mendengar jumlahnya. “Wah,” seru mereka, “Kalian masih waras atau sudah gila? Uang sebanyak itu dihabiskan untuk membeli kuda? Padahal rumah kalian reyot nyaris roboh. Untuk makan besok pun belum tentu ada!” Kekaguman di awal tadi berubah menjadi cemooh. “Tolol!” kata salah satu. “Tak tahu diri!” ujar yang lain. “Pandir!” “Kami tak tahu, ini rahmat atau musibah. Tapi kami berprasangka baik kepada Allah,” ujar mereka. Para tetangga pulang. Ayah dan anak itu pun merawat kudanya dengan penuh cinta. Makanan si kuda dijamin kelengkapannya; rumput segar, jerami kering, biji-bijian, dedak, air segar, kadang bahkan ditambah madu. Si kuda dilatih keras, tapi tak dibiarkan lelah tanpa mendapat hadiah. Kini mereka tak hanya berdua, melainkan bertiga. Bersama-sama menanti panggilan Allah ke medan jihad untuk menjemput takdir terindah Sepekan berlalu. Di sebuah pagi buta ketika sang ayah melongok ke kandang, dia tak melihat apapun. Kosong. Palang pintunya patah. Beberapa jeruji kayu terkoyak remuk. Kuda itu hilang! Berduyun-duyun para tetangga datang untuk mengucapkan bela sungkawa. Mereka bersimpati pada cita tinggi kedua anak ayah itu. Tapi mereka juga menganggap keduanya kelewatan. “Ah, sayang sekali!” kata mereka, “Padahal itu kuda terindah yang pernah kami lihat. Kalian memang tidak beruntung. Kuda itu hanya hadir sejenak untuk memuaskan ambisi kalian, lalu Allah membebaskannya dan mengandaskan cita-cita kalian!” Sang ayah tersenyum sambil mengelus kepala anaknya. “Kami tak tahu,” ucap serempak keduanya, “Ini rahmat atau musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah.” Mereka pasrah. Mereka mencoba untuk menghitung-hitung uang dan mengira-ngira, kapan bisa membeli kuda lagi. “Nak,” sang ayah menatap putranya, “Dengan atau tanpa kuda, jika panggilan Allah datang, kita harus m e n y a m b u t n y a .” S i a n a k
mengangguk mantap. Mereka kembali bekerja tekun seakan tak terjadi apapun. Tiga hari kemudian, saat shubuh menjelang, kandang kuda mereka gaduh dan riuh. Suara ringkikan bersahut-sahutan. Terkejut dan terjaga, ayah dan anak itu berlari ke kandang sambil membenahi pakaiannya. Di kandang itu mereka temukan kuda hitam yang gagah bersurai indah. Tak salah lagi, itu kuda mereka yang pergi tanpa pamit tiga hari lalu! Tapi kuda itu tak sendiri. Ada belasan kuda lain bersamanya. Kuda-kuda liar! Itu pasti kawan-kawannya. Mereka datang dari stepa luas untuk bergabung di kandang si hitam. Mungkinkah kuda punya akal jernih? Mungkinkah si hitam yang merasa mendapatkan layanan terbaik di kandang seorang bekas budak mengajak kawan-kawannya bergabung? Atau tahukah mereka bahwa mendatangi kandang itu berarti bersiap bertaruh nyawa untuk kemuliaan agama Allah, kelak jika panggilanNya berkumandang? Atau memang itu yang mereka inginkan? Ketika hari terang, para tetangga datang dengan takjub. “Luar biasa!” kata mereka. “Kuda itu pergi untuk memanggil kawan-kawannya dan kini kembali membawa mereka menggabungkan diri!” Mereka semua mengucapkan selamat pada pemiliknya. “Wah, kalian sekarang kaya raya! Kalian orang terkaya di kampung ini!” Tapi si pemilik kembali hanya tersenyum. “Kami tak tahu, ini rahmat atau musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah.” Hari berikutnya dengan bahagia, sang putra mencoba menaiki salah seekor kuda itu. Sukacita dia memacunya ke segala penjuru. Satu saat, kuda liar itu terkejut ketika berpapasan dengan seekor lembu yang lepas dari kandang di persimpangan. Dia meronta keras, dan sang penunggang terbanting. Kakinya patah. Dia meringis kesakitan. Para tetangga datang menjenguk. Mereka menatap anak itu dengan pandangan penuh iba. “Kami turut prihatin” kata mereka. “Ternyata kuda itu tidak membawa berkah. Mereka datang membawa musibah. Alangkah lebih beruntung yang tak memiliki kuda, namun anaknya sehat sentausa!” Tuan rumah tersenyum lagi. “Kami tak tahu, ini rahmat atau musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah.” Hari berikutnya, hulubalang raja berkeliling negeri. Dia mengumumkan pengerahan pasukan untuk menghadapi tentara musuh yang telah menyerang perbatasan. Semua penduduk yang sehat jasmani dan rohani wajib bergabung untuk mempertahankan negeri. Sayang, perang ini sulit dikatakan sebagai jihad di jalan Allah karena musuh yang hendak dihadapi adalah sesama Muslim. Mereka hanya berbeda kesultanan. “Nak,” bisik sang ayah ke telinga sang putra yang terbaring tak berdaya, “Semoga Allah menjaga kita dari menumpahkan darah sesama Muslim. Allah Maha Tahu, kita ingin berjihad di jalanNya. Kita sama sekali tak hendak beradu senjata dengan orang-orang beriman. Semoga Allah membebaskan diri kita dari beban itu!” Mereka berpelukan. Petugas pendaftaran mendatangi tiap rumah dan membawa para pemuda yang
memenuhi syarat. Saat memasuki rumah ayah dan anak pemilik kuda, mereka mendapai putranya terbaring di tempat tidur dengan kaki terbebat, disangga kayu dan dibalut kain. “Ada apa dengannya?” “Tuan prajurit,” kata sang ayah, “Anak saya ini begitu ingin membela negeri dan dia telah berlatih untuk itu. Tetapi kemudian dia jatuh dari kuda ketika sedang mencoba menjinakkan kuda liar kami. Kakinya patah.” “Ah, sayang sekali!” kata Sang Hulubalang. “Padahal kulihat dia begitu gagah. Dia pasti akan menjadi seorang prajurit tangguh. Tapi baiklah. Dia tak memenuhi syarat. Maafkan aku, aku tak bisa mengikutsertakannya!” Dan hari itu, para tetangga yang ditinggal pergi putraputranya menjadi prajurit mendatangi si pemilik kuda. “Ah, nasib!” kata mereka. “Kami kehilangan anak-anak lelaki kami, tumpuan harapan keluarga. Kami melepas mereka tanpa tahu apakah mereka akan kembali atau tidak. Sementara putramu tetap bisa di rumah karena patah kakinya. Kalian begitu beruntung! Allah menyayangi kalian!” Tuan rumah ikut bersedih melihat mendung di wajah-wajah itu. Kali ini bapak dan anak itu tak tersenyum. Tapi ucapan mereka kembali bergema, “Kami tak tahu, ini rahmat atau musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah.” Sebulan kemudian, kota itu dipenuhi ratapan para ibu dan isak tangis para istri. Sementara para lelaki hanya termangu dan tergugu. Kabarnya telah jelas. Semua pemuda yang diberangkatkan perang tewas di medan tempur. Tapi agaknya para warga telah belajar banyak dari ayah beranak pemilik kuda. Seluruh penduduk kota kini menggumamkan kalimat indah itu. “Kami tak tahu ini rahmat atau musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah.” Singkat cerita, tak berapa lama kemudian panggilan jihad yang sebenarnya bergema. Pasukan Mongol dipimpin Hulagu Khan menyerbu wilayah Islam dan membumihanguskannya hingga rata dengan tanah. Orang-orang tak berperikemanusiaan itu mengalir bagai air bah meluluhlantahkan peradaban. Ayah dan anak itu pun menyongsong janjinya. Mereka bergegas menyambut panggilan dengan kalimat agungnya, “Kami tak tahu, ini rahmat atau musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah!” Mereka memang menemui syahid. Tapi sebelum itu, ada selaksa nikmat yang Allah karuniakan kepada mereka untuk dirasai. Sang anak pernah tertangkap pasukan Mongol dan dijual sebagai budak. Dia berpindahpindah tangan hingga kepemilikannya jatuh kepada AlKamil, seorang Sultan Ayyubiyah di Kairo. Ketika pemerintahan Mamluk menggantikan wangsa Ayyubiyah di Mesir, kariernya menanjak cepat dari komandan kecil menjadi panglima pasukan, lalu Amir wilayah. Terakhir, setelah wafatnya AzZahir Ruknuddin Baibars, dia diangkat menjadi Sultan. Namanya Al-Manshur Saifuddin Qalawun. (Dikutip dari buku “Dalam Dekapan Ukhuwah,” karya Salim A. Fillah)
S
Ya h u d i mereka
epuluh ribu massa gabungan dari kaum musyrikin yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb, berencana menyerang umat muslim di Madinah. Hasutan dari Bani Nadhir telah membulatkan tekad melakukan serangan itu.
Mengetahui jumlah pasukan musyrikin yang besar itu, muncul perasaan khawatir dalam diri umat Islam. Rasulullah saw selaku panglima tertinggi mengadakan musyawarah dengan pasukannya dan mengatur strategi yang tepat dalam menghadapi pasukan Quraisy tersebut. Dalam musyawarah, Salman Al Farisy berpendapat supaya menghadang tentara kafir dengan cara membuat parit yang besar disekeliling Kota Madinah yang terbuka. ”Wahai Rasulullah.. dahulu ketika kami di Parsi jika takut akan serbuan tentera kuda maka kami akan menggali parit disekitar kami.” Begitulah ucapannya untuk meyakinkan Rasulullah dan pasukan muslim yang ada di forum. Kaum Muslimin mengagumi usulan itu dan menyetujuinya. Kemudian bersama Rasulullah saw kaum Muslimin keluar dari kota Madinah dan b e r ke m a h d i l e r e n g g u n u n g S i l a d e n g a n membelakanginya. Rasulullah dan kaum Muslimin mulai menggali parit yang memisahkan mereka dengan musuh mereka. Waktu itu jumlah kaum Muslimin sebanyak tiga ribu orang. Di dalam proses penggalian, diriwayatkan oleh Bukhari dari Jabir. Ia mengisahkan, “Ketika kami sedang
menggali p a r i t dalam perang k h a n d a q , kami menemukan t a n a h yang sangat keras. Serta merta kami mengaduk annya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Tiba-tiba saja beliau berkata, “Aku akan turun (ke dalam parit).” Lalu beliau berdiri. Sementara perutnya diganjal dengan batu. Sedangkan kami sudah tiga hari tidak merasakan makanan. Kemudian beliau mengambil cangkul, lalu menghantamkannya ke tanah keras itu. Di tangan beliau, tanah itu berubah menjadi lunak bagaikan pasir.” Melihat perkembangan Rasulnya dan pasukan muslim, Jabir ra meminta ijin sebentar kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah ijinkanlah aku untuk pulang sebentar.“ Jabir ra hendak menanyakan kepada istrinya tentang keberadaan makanan di rumahnya. Istri Jabir ra menginformasikan bahwa mereka hanya mempunyai gandum dan seekor anak kambing. Kemudian anak kambing itu disembelih dan ditumbuk. Mereka berencana membuat roti. Jabir ra kembali, “Ya Rasulullah saw, aku ada sedikit makanan. Datanglah engkau ke rumahku bersama seorang atau dua orang sahabatmu.“ Tanya Nabi saw, “Berapa banyakkah makanan itu?“ Setelah kusebutkan jumlah makanan itu beliau berkata, “Itu cukup banyak dan baik. Kemudian Nabi saw berteriak memanggil, “Wahai para penggali parit, mari kita datang. Sesungguhnya Jabir telah memasak makanan besar.“ Padahal makanan itu sangat sedikit. Sungguh Allah telah memberikan mukjizat memperbanyak makanan yang dibuat istri Jabir ra untuk seluruh kaum muslimin yang ikhlas berperang di jalan Allah. Salah satu perang besar yang sempat membuat pasukan muslim gentar ini dikenal dengan Perang Khandaq yang berarti Parit. Di dalamnya terdapat pesona kepemimpinan Rasulullah dalam memimpin pasukan muslim. Rasulullah SAW tidak memerintahkan kaum Muslimin untuk menggali parit sementara dia sendiri pergi ke istana mengawasi mereka dari kejauhan.
Beliau juga tidak datang kepada mereka dalam suatu pesta yang meriah untuk meletakkan batu pertama pertanda dimulainya pekerjaan kemudian setelah itu pergi meninggalkan mereka, sebagaimana layaknya para pejabat negeri ini. Tetapi Rasulullah saw secara langsung berperan aktif menggali bersama para sahabatnya sampai pakaian dan badannya kotor bertaburan debu dengan tanah galian sebagaimana para sahabatnya. Mereka bersahut-sahutan mengucapkan senandung ria, maka beliau pun ikut bersenandung untuk menggairahkan semangat mereka. Mereka merasakan letih dan lapar, maka beliau pun yang paling letih dan lapar di antara mereka. Itulah hakekat persamaan antara penguasa dan rakyat, antara orang kaya dan orang miskin, antara pemimpin negara dan rakyat jelata. Ketika Jabir ra mengajak makan secara terbatas kepada Nabi saw dan beberapa sahabat, beliau memanggil para sahabatnya untuk menikmati hidangan besar di rumah Jabir. Beliau tidak ingin menikmati sendiri kenikmatan itu. Rasulullah memiliki pandangan bahwa dirinya dan para sahabatnya adalah saling takaful (sepenanggungan). Saling berbagi rasa baik dalam suka atau pun duka. Satu kisah, Perang Khandaq, dari banyak catatan perjalanan Muhammad, Rasulullah SAW, bisa menggambarkan bahwa beliau layak dikategorikan, apa yang disebut oleh Jim Collins dan John Maxwell, sebagai pemimpin level 5. Jim Collins dalam bukunya, Good to Great, menyebutkan pesona kontradiksi pemimpin level 5, antara ambisi dan kerendah hatian. Rasulullah SAW menciptakan hasil yang besar dengan menjadi katalis dari perubahan masayarakat jahiliyah menjadi masyarakat b e ra d a b . N a m u n d i s a t u s i s i b e l i a u memperlihatkan kesederhanaan, menghindari pujian berlebihan dan tidak menyombongkan diri. Beliau memperlihatkan kegigihannya dalam berdakwah, seberapapun sulitnya demi mencapai tujuan besar dalam jangka panjang. Namun beliau bekerja dalam kesunyian, tenang dalam menghadapi tantangan dan tetap mantap dalam mengambil keputusan. Mengandalkan standard yang jelas dalam memotivasi, melalui perkataan dan perbuatan beliau, bukan sekedar kharisma sebagai seorang nabi. Nabi SAW menentukan standard yang besar dan panjang dalam membangun umat Islam. Namun beliau menyalurkan ambisi besar tersebut untuk Umat Islam, bukan dirinya
pribadi. Rasulullah SAW, selayaknya seorang pemimpin besar, tidak memikirkan bagaimana kebesaran Islam bisa terwujud hanya di generasinya. Namun beliau menyiapkan para pengganti untuk mewujudkan hasil yang lebih hebat. Para sahabat Rasulullah, yang menjadi kader beliau adalah para insan berkualitas yang kelak mampu mengekspansi Islam ke seluruh penjuru dunia. Sebagai seorang makhluk yang bernama manusia, Rasulullah menyadari pernah melakukan kesalahan-kesalahan. Beliau tidak melihat keluar, menyalahkan orang lain dan faktor eksternal atas kegagalan yang terjadi. Sholat malam yang tidak pernah putus dan lantunan istighfar telah menjadi rutinitas beliau, sebagai bentuk syukur dan ketakutan kepada Allah SWT. Namun di satu sisi, beliau menisbatkan keluar atas kesuksesan yang diraih. Beliau menyadari bahwasannya kemenangan adalah karunia Allah yang wajib disyukuri. Beliaupun cukup sering memuji para sahabatnya yang mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu. Sejalan dengan Jim Collins, John Maxwell menyebut kepemimpinan level 5 ini sebagai spiritual leader, tampak dari perilakuperilakunya yang merupakan cerminan dari pergulatan batin dalam jiwanya (inner voice). Orang-orang seperti ini tidak mencerminkan kebengisan, melainkan ketulusan hati. Ia bisa saja mengalami benturan-benturan, tetapi semua itu bukanlah kehendaknya pribadi. Rasulullah SAW ternyata juga dicaci maki dan diancam dibunuh oleh musuh umat Islam, tetapi satu hal yang jelas, ia diikuti oleh banyak orang karena dirinya dan apa yang ia suarakan. Kaum muslimin patuh karena respek terhadapnya dan risalahnya. Sekalipun jasad beliau sudah tiada, n a m u n j i wa p e r j u a n ga n m e n e ga k ka n Kalimatullah tetap menghujam di dalam sanubari setiap mukmin sampai sekarang. Tidaklah berlebihan jika beliau tergolong sebagai seorang Great Leader, dan selayaknya kita meneladani beliau, tidak terkecuali dalam rangka menjadi seorang pemimpin bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan Negara. “Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suri teladan yang baik.� (Al-Ahzab: 21) Wallahu a'lam bishawab Dalu Nuzlul Kirom Mahasiswa Teknik Elektro ITS 2007
Jika raga ini adalah ragaku, maka tak akan pernah aku biarkan Kau menyentuhnya sedikit pun Jika jiwa ini sepenuhnya milikku, maka Kau tak memiliki hak untuk mengambilnya Jika nyawa ini ada karena eksistensiku, maka tak akan bisa Kau memaksanya meninggalkan diriku Tapi, itu semua hanya “jika” dan hanya “jika” ----------||----------
Krieeett.. Pagi buta. Sebelum surya sempat tersenyum di langit Saemun tinggal. Pintu pagar dari besi tua yang telah berkarat itu ia buka. Dengan sisasisa tenaga yang ia miliki setelah semalam tubuhnya remuk dimangsa oleh preman jalanan. Langkahnya sedikit cepat pagi ini. Sambil mendekap sebuah kantung ia mencoba mengatur nafas. Kantung kresek hitam yang ia lihat saja selama perjalanan. Kadang ia usap, kadang semakin erat ia dekap. 1 jam 12 menit sudah kakinya menyusuri jalanan ibu kota di kala hanya suara gesekkan sapu lidi dan aspal yang ia dengar. Yang meramaikan jalanan pun baru sekawanan orang sejenisnya. Tukang sapu. Diletakkannya bungkusan hitam yang sejak tadi ia bawa, dan kemudian diraihnya sapu lidi dengan tongkat panjang yang telah disediakan. Embun pagi Batavia menetes, membasahi dedaunan. Jua peluhnya yang menetes membasahi baju kusam yang sudah 2 hari dipakainya. Riak angin pagi yang nakal, yang mengajak dedaunan berlari, sering kali membuatnya harus bekerja dua kali. Dan peluh itu bukan lagi bagai embun, tapi bagai gerimis pagi buta. Kini, saatnya surya mengganas. Tepat berada di atas kepala. Dan dia pun masih berada di pelataran jalan. Bukan, bukan menyapu jalan. Hanya menjajakan mainan anak-anak yang terbuat dari cangkang siput. Cangkang siput yang ia hias dengan cat minyak warna merah dan putih. Cangkang siput yang sering membuatnya digebuki preman jalanan. Satu, dua orang menghampiri dagangannya. Melihat, mengamati, mengernyitkan dahi lalu pergi. Saemun hanya bisa menatap sayu para bocah yang terlihat tertarik pada mainan cangkang itu. Mengingatkan pada dirinya kala masih berumur 5 tahun. Mengingatkan pada tubuh mungilnya yang terlalu sering berenang di muara air Sarasabunta.
Atau pada kedua kakinya yang terbiasa ia gunakan untuk memanjat pohon aren demi seliter dua liter air nira. Air nira yang hendak dibuatnya menjadi beberapa keping gelamai. Gelamai mak Imah yang digemarinya. Mak Imah yang menjadi ibu asuhnya sejak ia dalam buaian, sejak bayi, sejak cerita orang desa bahwa ia anak haram pelacur desa terngiang di telinganya. Hingga suatu ketika telinganya tuli, karena mak Imah mati. Dan mengharuskannya menjadi perantau. Perantau malang yang hanya berbekal sejarah para infantri yang selalu diceritakan mak Imah sebelum tidurnya. Prrriiiit!!!Priiit!! Bunyi peluit itu membuyarkan lamunannya. “Petugas Ketertibaaannn!!!”, teriak beberapa orang di sekitarnya. Pedagang-pedagang kecil pun berhamburan. Begitu pula Saemun. Secepat kilat ia berlari. Tanpa ingat cangkang-cangkang yang ia pampang tak punya daya yang sama untuk menyelamatkan diri. Ia terengah-engah. Tubuh yang selama 66 tahun di titipkan padanya sudah mulai renta, tua. Ia berhenti. Menyandarkan punggung di dinding bangunan tua Batavia. Sekedar mengambil nafas dengan jenak. Beginikah? Batinnya bicara. Dan pertanyaan itu yang selalu di ungkapkannya dalam hati setiap kali kejadian seperti ini terjadi. Mungkin dulu ia tak usah merantau, sesalnya terkadang muncul. Dimanapun ia menginjakkan kaki di Negara ini, pastilah sama saja. Sesuap nasi menjadi seperti bahan bakar minyak yang amat langka bagi orang sepertinya. Manusia menjadi budak harta, dan terpenjara. “Duh Gusti!! Astaghfirullah.” Tiba-tiba jantung yang dari tadi ia coba tenangkan, kini berdetak kencang lagi. Ia meninggalkan sesuatu. Hartanya yang paling
berharga. Bukan, bukan cangkang-cangkang itu. Tapi, benda yang ada di dalam kresek hitam itu. Tertinggal. Tanpa pikir panjang, ia putuskan untuk kembali ke tempat dimana para petugas ketertiban sekarang tengah mengobrak-abrik pedagang kaki lima sepertinya. Matanya lincah mencari bungkusan hitam itu. Jantungnya semakin berdegup tak beraturan. Teriakan para petugas yang beringas tak ia hiraukan. Biarlah. Tangannya menjarah setumpukan barang yang ada di dekat tempat ia berjualan tadi. “ Ya A l l a h , i j i n k a n a w a k t a t a p mamilikinyo.”, pintanya. Dan akhirnya ia temukan. Di dekapnya erat bungkusan itu. Namun… “Ayo ikut kami!.” Teriak seorang petugas ketertiban padanya. Tanpa perlawanan, hanya bisa pasrah ia masuk ke dalam sebuah mobil box. Entah mau di bawa kemana. Lagi-lagi tak ia pedulikan. Baginya, apa yang ada dalam dekapannya yang terpenting. Benda yang 50 tahun lebih menemani perjalanan hidupnya. Menjadikannya manusia merdeka di tengah kemerdekaan semu negerinya. Benda yang menghaturkan penghambaannya kepadaNya. Krieeet.. krieettt…. Mirip suara pintu pagar besi tua rumahnya ketika dibuka. Dan memang seseorang sedang membuka sebuah pintu yang terbuat dari besi tua, berkarat. Namun bukan pintu pagar, melainkan pintu bui. Dimasukkannya Saemun ke dalam sel oleh beberapa petugas yang tadi membawanya. Sel dengan dinding yang terlalu dingin untuk lelaki tua sepertinya. Lembab. Sinar matahari pun enggan berkunjung. ----------||---------Fajar lagi-lagi belum menyingsing, dikala mata sayunya terbuka. Ia pun duduk bersila. Meraih bungkusan hitam itu, dan perlahan membukanya. Senyum kecil terlihat di bibirnya yang sudah mulai keriput, kering. Diusapnya benda yang berada di dalamnya. Ditiupnya debu-debu yang menempel, lalu dimasukkannya kembali ke dalam kresek hitam. “Allahu Akbar.” Suaranya menggema. Memantul di dinding sel. Subuh yang sunyi. Sesunyi shubuh terakhirnya bersama Mak Imah di sebuah masjid kecil kuno di kampungnya dulu.
“ …. Jika anakanda jadi besar, tutur dan kata janganlah kasar, janganlah seperti orang sasar, Banyak orang menaruh gusar. Tutur yang manis anakanda tuturkan, perangai yang lembut anakanda lakukan, hati yang sabar anakanda tetapkan, perasaan orang anakanda fikirkan…” Syair Raja Ali Haji yang disenandungkan Mak Imah kala itu masih menancap kuat di benaknya. Terlalu tua mungkin baginya untuk meneruskan lakon di syair itu. Dan mungkin jua terlalu lelah. Terlalu berat di masa ia hidup sekarang. Masa dimana kata raja menjadi tuan, dan orang kebanyakan menjadikannya firman Tuhan. “… Inilah nasihat ayahanda tuan, kepada anakanda muda bangsawan, nafsu yang jahat anakanda lawan, supaya kita jangan tertawan…” Tersirat kembali senandung Mak Imah, penggemar berat Raja Ali Haji. Dan memang benar adanya. Manusia sedang tertawan. Tak memiliki kebebasan. Menjadi budak-budak dengan tuan dunia. Dan ia pun sekarang tengah tertawan. Namun tertawan dengan segenap kebebasan yang ada padanya. Tertawan bersama kemerdekaan yang tak semua orang bisa meraihnya. “Mak, awak tak jadi budak. Awak mardeka, Mak.” Matanya lagi-lagi tertuju pada bungkusan hitam. Perlahan ia raih, ia raba, lalu ia buka. Untuk kesekian kalinya, senyuman hangat menyambut dari bibirnya. Diiringi dengan dua tetes air matanya. Tetes air mata yang membuat fajar menjadi pecundang, karena embun pagi buta belum sempat menyapa dunia. Ia keluarkan benda yang ada di dalam bungkusan hitam yang sudah sedikit dimakan rayap itu. Ditatapnya dalam-dalam. Dipeluknya erat-erat. Ditatapnya lagi dalam-dalam. Kemudian dibacanya huruf per huruf yang ada. “Bismillaahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillaahirabbil'alamiin. Arrahmaanirrahiim. Maalikiyaumiddiin. Iyyakana'budu wa iyyaakanasta'iin….” Sebuah al-qur'an tua peninggalan Mak Imah. Al-qur'an yang membuatnya tak menjadi b u d ak. Men jad i man u sia merd eka yan g menghamba padaNya, di tengah dera menghampirinya bagai banjir bandang. Di tengah tangis yang kerap kali memecundangi fajar.
7, 8
1 3
9
4
10
2
5
6
Mendatar 2. Nama istri Rasul yang menyebabkan turunnya surat An-Nur ayat 11 yang berisi pembelaan Allah pada tuduhan bohong (Qishshatul ifki) terhadap beliau. 3. Nama desa tempat ibunda Rasul Siti Aminah dimakamkan. 5. Nama pembantu Siti Khadijah yang menemani Rasul berdagang di negeri Syam. 6. Perkataan, kesaksian perbuatan dan pernyataan nabi Muhammad yang dijadikan sebagai dasar hukum kedua setelah Al Qur'an. 8. Nama salah satu cucu nabi Muhammad 10. Nama surat dalam Al-Qur'an yang terletak setelah Surat Muhammad, berarti “kemenangan�. Menurun 1. Gua tempat Rasul menerima wahyu pertama kali. 4. Pendeta Nasrani yang melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad. 7. Nama belakang penulis buku The 100: A ranking of the Most Influential Persons in History, yang menempatkan nabi Muhammad pada urutan pertama dalam bukunya. 9. Bacalah
Hadiah berupa pulsa sebesar 5 ribu rupiah bagi 3 pemenang pertama. Jawaban dikirim ke manarulilmizine@gmail.com
Nama Motto Email
: Halimatus Sa'dyah : ” Bismillah maka Keajaiban” : aisyah2nd@gmail.com
a. Lulusan Terbaik 2 : MI MIFTAHUL ULUM (2002) b.Lulusan Terbaik 1 dan peraih NEM Tertinggi Kecamatan Tarik (2005) c. Wakil Kabupaten Mojokerto di OSN cabang Fisika (2007) d. Juara III Lomba Karya Tulis Islam Dirjen Dikti (2006) e. Juara 1 Cerpen Wanita Majalah An Nida (2005) f. Juara II Lomba Karya Tulis AlQuran Departemen Agama (2006) g. 50 Karya Terbaik Student Innovation Award , ISTECS (2010) dengan judul Implementation of Artificial Neural Networks in Nutrition Advisor Software for Completed and Balanced Nutrition h. Penerima beasiswa kuliah pendek, Netherland Fellowship Program, Communication StudiesUniversity of Twente (2010) Akhwat pendiam dengan segudang prestasi ini lahir di kota yang cukup sibuk dengan lumpurnya, Sidoarjo. Seorang aktifis lembaga dakwah kampus JMMI, yang juga dibesarkan dalam naungan Lembaga Dakwah Jurusan SITC dan kehidupan jurnalistik yang cukup memukau. Tidak heran jika beliau mendapat amanah untuk menjadi sekretaris Departemen Media, kiprahnya dalam dunia “writing” cukup mempesona, beliau bahkan pernah menimba ilmu jurnalistik lapangan dengan berprofesi sebagai wartawan freelance di salah satu surat kabar yang tersohor di Indonesia. Meskipun dididik dalam dunia informatika, muslimah yang kerap disapa Dea ini cukup menguasai ilmu media, bahasa dan sastra. Sungguh pilihan yang cerdik, karena beliau mengarahkan semua bakatnya untuk berjuang dijalan Allah dengan berkontribusi dalam media Islam melalui organisasi dakwah di ITS, ”JAMAAH MASJID MANARUL ILMI alias JMMI”. Usul punya usut, sebelum maupun setelah menjadi aktivis, Dea mempunyai rute perjalanan yang cukup cantik sebagai seorang muslimah prestatif masa kini.
Dimana muslim di Indonesia sedang dilanda krisis kepercayaan diri beliau justru sibuk untuk mendedikasikan identitasnya bahwa seorang muslim itu layak ada di barisan terdepan. Hijab yang dipakainya tak sedikitpun membuat nyalinya ciut dalam pergerakan untuk meraih prestasi. Ketika ditanyai menegenai motivasi ada hal unik yang terucap dari beliau “saya sangat kagum dengan sosok Habibie jadi saya ingin seperti beliau, bisa mengharumkan nama bangsa dengan berprestasi di luar negeri”. Maha Suci Allah, semangatnya untuk bisa berkiprah layaknya BJ Habibie ternyata langsung dikabulkan oleh Allah ketika beliau berusia 14 tahun. Dengan umur yang masih cukup belia itu Dea sudah bisa menghirup udara kota Chicago, USA, sebagai perwakilan Indonesia dalam program ”Youth Exchange Student”. Selain dituntut mahir dalam bahasa asing, beliau juga harus siap menghadapi manusia-manusia yang mempunyai pandangan sedikit “aneh” terhadap muslim. Ada satu pertanyaan dari temanya yang sampai sekarang masih dengan jelas termemori dipikiranya, sangat sederhana, namun cukup membuat logika pemikiranya berpikir keras,” Mengapa sholat kalian harus 5x?”.“Waktu itu saya masih kecil jadi saya jawab seadanya, Em..ketika kita bermain sepak bola maka mau tidak mau kita harus taat dengan peraturan wasit, kalau tidak taat maka kita akan terkena hukuman, bahkan bisa dikeluarkan dari lingkarang permainan. Nah dalam melakukan apapun, saya mengibaratkan seperti sebuah permainan bola, yang wasitnya adalah ALLAH SWT yang telah mewajibkan kita seorang muslim untuk sholat 5 kali. Jika tidak, bisa-bisa kontrak bermain kita dicabut. Padahal belum sempat menikmati apapun, layaknya pemain bola yang mendapat kartu merah”. Not bad answer, untuk gadis berusia 14 tahun. Selusin prestasi yang lain juga mampu ia raih, saat beliau duduk dibangku SMA. Dan ketika kuliah lagi-lagi kegigihanya telah berhasil membuat Allah menyukai perjuanganya dan memberikan hadiah terbaik sesuai dengan cita-citanya. Pada tahun kedua beliau berhasil menaiki satu tangga lagi untuk meraih impian terbesarnya. Dan yang paling menajubkan beliau kesana untuk mengikuti program “Neteherland
fellowship program” anehnya ilmu yang didapatkan sama sekali tidak ada kaitanya dengan jalur akademisnya. Lalu apa beliau tidak kerepotan, dengan bijak Dea menjawab “Repot? Nggak kok, kalau itu memang takdir Allah, saya yakin Allah pasti akan membantu kita”. Jawaban tersebut ternyata benarbenar tidak hanya dimulut saja. Meskipun beliau sangat disibukan dalam dunia jurnalistik, akademis beliau sama sekali tidak terganggu bahkan beliau masih sanggup menerima tawaran untuk research tentang sejarah islam di Malysia dan yang paling membanggakan, dengan kerja keras dan keyakinan yang mantab tiket beasiswa FastTrack ke Jerman untuk menempuh S2 dan S3 telah ada dalam genggamnya. Prestasi-prestasi yang sangat luar biasa, yang hanya didasari dengan niat yang lurus dan keyakinan akan datangnya bantuan Allah SWT ketika kita benar- benar berusaha meraihnya. Meskipun kegiatanya cukup banyak dan
Kunjungan JMMI ke Himatekk
Berbagi keceriaan bersama adik binaan
merepotkan jika dibayangkan, akhwat yang satu ini tetap tawadzun dalam segala bidang, dakwah ataupun akademis adalah dua hal yang tidak dapat saling dipisahkan. Karena dakwah, kita semangat berprestasi di bidang akademis. Dan dengan akademis yang mantap, maka sudah selayaknya dakwah menjadi jalan terbaik kita sebagai wujud rasa syukur atas karunia Allah yang tidak pernah ada ujungnya. Jika seorang muslimah saja bisa membetangkan sayap seperti itu, apalagi seorang muslim atau seorang pemuda-pemudi lainya. Identitas patut dibanggakan bukan dijadikan penghalang. Sebelum diskusi diakhiri, beliau dengan optimis berkata “When the prayer has been concluded, disperse within around the world, look for the grace of Allah. Finden das wunder. Vivat….” . Ketika kita berjalan dalam rangka mendekati Allah, maka Allah akan berlari untuk meyambut kita. Terus berdakwah dan terus berkarya agar Allah senatiasa menaungi gerak dan usaha kita. [churnia]
Taman Santri Manarul
Seru. Main Sepakbola
Idul Adha 1433 Hijriyah
Suasana saat pemberian materi di PSI 2
Suasana saat PSI 3
Suasana saat pemotongan daging, Idul Adha 1433 H
Apel pagi dulu, sebelum memulai rangkaian kegiatan PSI 3
Foto bareng pembicara
juga beberapa mahasiswa dari Unair. Namun menurut Lulu, mereka tidak dibebankan kewajiban yang sama dengan peserta lainnya yang berasal dari ITS. "Dari lingkungan saja sudah beda, jadi kita tidak mewajibkan mereka macam-macam," ujar Lulu. Selain dari Unair, peserta lain juga datang dari PENS dan PPNS. Namun berbeda dari kampus sebelumnya, kedua politeknik ini memang mendapat undangan khusus dari JMMI. Lulu mengakui, lembaga dakwah di kedua politeknik tersebut masih berbentuk Lembaga Dakwah Daerah Otonomi Politeknik (LDDOP) di bawah JMMI. "Walaupun secara birokrasi sudah berpisah, di lembaga dakwah kita masih satu," ungkap Lulu. Antusias peserta juga datang dari dalam kampus sendiri. Sedikitnya terdapat sekitar 450 mahasiswa yang mendaftar sebagai peserta. Jumlah tersebut jauh melampaui target peserta yakni 200 pendaftar. "Kami sampai kewalahan menerima peserta yang mendaftar," tutur mahasiswa asal Garut ini.
K
esuksesan sebuah organisasi sangat bergantung pada keberadaan kader-kader berkualitas. Tidak heran, setiap organisasi selalu berlomba-lomba untuk mencetak kader-kader terbaiknya. Hal inilah yang disadari oleh Jamaah Masjid Manarul Ilmi (JMMI) ITS. Oleh karena itu, bertempat di Gedung Pasca Sarjana digelarlah Program Studi Islam (PSI) 1 sebagai agenda kaderisasi awal. Acara ini berlangsung selama tiga hari sejak Jumat (24/2).
Banyaknya mahasiswa yang mendaftar, diakui Lulu, menjadi masalah tersendiri bagi panitia kegiatan. Mahasiswa Jurusan Matematika ini menceritakan, karena masalah ini panitia harus menutup pendaftaran sebelum waktu yang telah ditentukan. Namun dibalik itu, Lulu juga mengaku senang akan hal tersebut. Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak mahasiswa ITS yang tertarik untuk mendalami agama Islam."Insya Allah mereka adalah kader-kader terbaik yang mampu mewujudkan Indonesia madani," tutur Lulu.
*** Gedung Pasca Sarjana, ITS Online - Acara ini mengambil tema Expert: Excelent in attitude, Perfect in Academics and Full of Talent. Tema ini sengaja dipilih untuk mencetak kader yang berani dan mampu menanggapi isu-isu global yang sedang terjadi. Lulu Fajar Ramadhan, ketua panitia acara tersebut menyebutkan bahwa alumni PSI 1 ini diharapkan mampu menjadi pionir pembela agama Islam diranah mereka masingmasing. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, PSI 1 kali ini tidak hanya diikuti oleh mahasiswa ITS saja, melainkan
Muhammad Lutfi Ramadhani, salah seorang peserta, mengaku senang mengikuti acara ini. Menurut mahasiswa Jurusan Desain Produk Industri ini, PSI 1 sangat berbeda dengan event-event lainnya di ITS. "Di sini persaudaraanya lebih terasa dan lebih menyeluruh," selorohnya. Terakhir, Dani berharap agar persaudaraan yang terjalin di PSI 1 tidak luntur di kemudian hari. "Semoga kita semua bisa mewujudkan kebersamaan dalam persaudaraan Islam," tutupnya. (ram/esy) Sumber: www.its.ac.id
Kejawan dan Medokan. Fajar menjelaskan, acara ini memang bertujuan untuk mengenali bakat tersembunyi dari anak-anak tersebut. Menurut mahasiswa Jurusan D3 Teknik Kimia ini, hal tersebut penting untuk bisa mengembangkan mereka dalam bingkai islami yang kuat. Ia juga menuturkan, kegiatan ini merupakan bentuk pelayanan BPU terhadap tumbuh kembang anak. Hal ini juga sejalan dengan tagline yang diangkat BPU yaitu Melayani Umat. "Melayani umat bisa dimulai dengan membantu anak-anak," ujarnya. Dalam festival ini, terdapat beberapa kegiatan yang dilombakan yaitu menghafal surat-surat pendek, menggambar dan mewarnai. Fajar menceritakan bahwa pada awalnya lomba yang ingin diadakan adalah lomba menghafal saja. Namun, lomba tersebut dirasa
K
egiatan menghafal boleh jadi membosankan bagi
anak-anak. Namun berbeda bila kegiatan tersebut
dikemas dalam bentuk yang lebih menyenangkan. Oleh
kurang mewakili minat anak-anak. "Takutnya, tidak ada peserta yang mau ikut karena membosankan," tuturnya.
karena itu, pada Minggu (4/3) Badan Pelayanan Umat (BPU) JMMI menggelar lomba menghafal Alquran bagi anak-anak. Lomba ini juga disertai dengan lomba menggambar dan mewarnai.
Namun, panitia tidak patah arang. Untuk menyiasati hal tersebut maka digelarlah lomba menggambar dan mewarnai untuk menarik perhatian mereka. "Alhamdulillah, antusias mereka bagus walaupun ada
*** Masjid Manarul Ilmi, ITS Online - Acara ini bertajuk Festival Anak Sholeh dan Sholehah (FASS). Fajar Metrys Hidayatullah selaku Steering Committee (SC) menyebutkan bahwa kegiatan ini merupakan sub kegiatan utama dari gawe besar BPU yang bertajuk Mega Ukhuwah Melayani Umat (Muamalat). "Acara ini nantinya akan diikuti oleh beberapa kegiatan lainnya seperti try out dan seminar parenting," ujarnya. Festival ini diikuti oleh sekitar 90 orang peserta dari empat daerah binaann BPU. Yaitu, Keputih, Gebang,
yang sempat menangis minta pulang," selorohnya sambil tertawa. Fajar berharap, dari festival ini anak-anak tersebut bisa menemukan bakat-bakat tersembunyi mereka. Selain itu, ia juga berharap agar kegiatan ini bisa menumbuhkan kecintaan mereka terhadap agama Islam. "Nantinya, mereka akan bisa mengembangkan bakat mereka dalam bingkai Islam," tutupnya. (ram/esy) Sumber: www.its.ac.id
kreatifitas mentor selama menjalankan perannya. Tujuan ini disambut baik oleh Agus Suyanto, salah satu pembicara yang hadir dalam Sekolah Mentor. ''Mentoring menjadi salah satu cara untuk melakukan pendidikan moral bagi mahasiswa,'' kata Agus di awal penyampaian materi. Dengan urgensi peran itulah, mentoring disajikan dengan format yang mampu menarik hati mahasiswa peserta mentoring. Di samping itu, inovasi dan kreatifitas seorang mentor dalam mentoring ternyata menjadi salah satu faktor yang menentukan masa depan mentoring di ITS. ''Alat dan cara yang digunakan dalam mentoring harus tepat,'' kata Agus. Kiat menjadi mentor yang kreatif pun dibagikan Agus ketika membawakan materi yang bertajuk Menyentuh Hati Dengan Mentoring. Kreatifitas dapat diwujudkan dengan mengubah cara penyampaian mentoring yang monoton. ''Gunakan kisah sehari-hari untuk menyisipkan nilai-nilai dari materi mentoring,'' tandasnya.
K
esuksesan program mentoring salah satunya ditentukan oleh kualitas sang mentor. Demi mempersiapkan mentor berkualitas, Badan Penyelenggara Mentoring (BPM) JMMI menyelenggarakan Sekolah Mentoring untuk seluruh mentor di ITS, Minggu (4/3). Acara yang berlangsung di Gedung SCC lantai 3 ini diselenggarakan sebagai ajang meningkatkan skill para mentor. *** Gedung SCC, ITS Online - Sekolah Mentoring ini merupakan inovasi program baru BPM JMMI. ''Sebelumnya ada Daurah Mentor dan Training for Mentor (TFM), sekolah mentor ini menggabungkan antar keduanya,'' kata Rizki Amalia, salah satu panitia dalam Sekolah Mentor. Tujuan penggabungan ini, menurut mahasiswi yang akrab disapa Kiki ini sebagai usaha untuk meningkatkan efektivitas dari acara tersebut. Program Sekolah Mentor dirancang khusus dengan tiga tahapan. Setiap tahapan menghadirkan materi yang berbeda. ''Rencananya akan ada tiga kali Sekolah Mentor dengan tingkatan materi yang berbeda di setiap tahap,'' ungkap Kiki. Kiki dan panitia Sekolah Mentor berharap, dengan mengumpulkan seluruh mentor ITS dapat meningkatkan kapasitas dan
Dengan mengubah pola penyampaian materi tersebut, menurut Agus dapat mempermudah penyerapan materi mentoring. ''Kesederhanaan penyampaian materi akan lebih mudah diterima dan bertahan lama dalam ingatan seseorang ,'' ungkap Agus menambahkan. Tak sampai distu, Agus juga menyebutkan, seorang mentor layaknya dapat menceburkan diri dalam penyampaian materinya sesuai dengan sudut pandang seorang peserta mentoring (mente, red). ''Mentoring kita akan menjadi membosankan ketika mentor mengabaikan sudut pandang seorang mente,'' kata Agus. Kiki juga mengungkapkan, seluruh rangkaian Sekolah Mentor bertujuan untuk membentuk pribadi seorang mentor yang berdedikasi, berkarakter, dan bermanfaat. ''Kami ingin menumbuhkan rasa bangga ketika seseorang menjadi mentor dan siap menjadi seorang teladan,'' katanya. (anl/fz) Sumber: www.its.ac.id Sahabat sekalian ingin memberikan komentar, kritik, saran, request tulisan, atau ingin menyumbangkan tulisan di MI ini? Kirim saja ke email kami (manarulilmizine@gmail.com). Dan kunjungi juga website kami di ww.masjid.its.ac.id
Judul buku Penulis Penerbit Tahun terbit
: CHENG HO, Penyebar Islam dari China ke Nusantara : Tan Ta Sen : PT Kompas Media Nusantara : Juni 2010
O
rang-orang Malaka mengang gap Cheng Ho sebagai ikon Islam yang teguh menunjukkan pengaruh dan kekuasaan signifikan orang muslim di dalam tubuh istana kekaisaran Ming. Hingga saat ini mayoritas masyarakat Asia Tenggara masih menganggap Cheng Ho sebagai pahlawan muslim. Namun, siapa sebenarnya Cheng Ho? Sejauh mana kiprah dan peran armada Cheng Ho dalam penyebaran Islam di Bumi Nusantara? Semenjak abad ke-20, pembicaraan ilmiah mengenai penyebaran Islam di Asia Tenggara didominasi oleh teori asal-usul Arab dan India dan kiprah mereka dalam penyebaran Islam di Indonesia. Sementara teori asal-usul China yang disinyalir menyumbang peran dalam penyebaran Islam di Nusantara belum dieksplorasi secara mendalam. Teori tersebut kemudian dikenal dengan nama “Gelombang Ketiga� yang memunculkan argumen arus penyebaran Islam bukan hanya dibawa oleh saudagar Timur Tengah, melainkan China turut mengambil peran penting akan hal tersebut. Banyak buku berbicara mengenai kiprah Cheng Ho di bumi Nusantara. Siapakah Cheng Ho? Cheng Ho dik enal sebagai komandan Armada China yang singgah di Nusantara atas perintah ekspedisi dari Dinasti Ming. Namun, kedatangan armada Cheng Ho sebagai utusan dari Dinasti Ming di China disinyalir memiliki
sumbangsih peran penyebaran Islam di Nusantara. Penulis Tan Ta Sen dalam disertasinya menguatkan bukti kebenaran teori Gelombang Ketiga dengan berdasar pada literarur naskah kuno dari zaman imperium China serta mencocokkan peninggalan arsitektur di Nusantara. Buku ini semula merupakan hasil penelitian disertasi Tan Ta Sen tentang kajian teori asal-usul China dengan menyertakan bukti budaya material dan tekstual yang kuat. Di lain pihak, buku ini lebih sekedar melakukan telaah sejarah Cheng Ho di Nusantara. Tan Ta Sen melakukan kajian budaya mulai dari awal sampainya peradaban Islam di China, yang dimulai dari interaksi pedagang arab muslim sebagai awal masuknya Islam di China. Dengan literatur yang dijadikan pedoman oleh penulis, topik-topik dalam buku ini dibahas dengan mengambil perspektif Dinasti Ming dan China perantauan di Nusantara. Tan Ta Sen menelisik pemikiran tentang identitas orang-orang Muslim China awal di Jawa dengan melakukan kajian dari lingkungan budaya yang berlaku pada masa itu. Topik Cheng Ho dan Islam di Asia Tenggara dibahas dengan meletakkan Cheng Ho dalam Konteks kontak budaya yang luas. Pemaparan dilakukan dengan menghadirkan situasi kontak budaya yang bersifat damai sehingga mendorong terjadinya penularan, perpindahan, dan peralihan agama dengan melibatkan umat Islam dari daratan China, Arab, India, namun tetap mempertahankan konteks asli budaya masing-masing bagian masyarakat.[arinda]
Miris. Itulah yang akan dirasakan jika pencabutan beberapa Peraturan Daerah (perda) terkait miras dilakukan. Sembilan perda terkait miras dinilai bermasalah oleh Kementerian Dalam Negeri, perda itu dinilai tidak sesuai Keppres No. 3 Tahun 1997. Beberapa contohnya adalah Perda Kota Tangerang No.7/2005 tentang Pelarangan, Pengedaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol, Perda Kota Bandung No. 11/2010 tentang Pelarangan, Pengawasan, dan Pengendalian Minuman Beralkohol; dan Perda Kabupaten Indramayu No.15/2006 tentang Larangan Minuman Beralkohol. Penetapan sembilan perda miras sebagai perda bermasalah dilihat banyak pihak sebagai sebuah langkah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dalam mencabut perda-perda tersebut. Akan tetapi, pihak Kemendagri menolak anggapan tersebut. Kemendagri mengatakan bahwa pihaknya hanya melakukan 'klarifikasi' terhadap perda agar tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi. Kemendagri mengatakan pihaknya mempermasalahkan beberapa perda miras dengan memakai acuan Keppres No. 3 Tahun1997, dimana ada tiga golongan minuman keras yakni A dengan kadar etanol 1-5 %, B dengan kadar 5-20%, dan C dengan kadar 20-55%. "Dalam Keppres disebutkan bahwa yang kandungan etanolnya 0-5 persen itu boleh bebas (beredar)," itulah perkataan Mendagri yang ditulis dalam sebuah media massa. Dan perlu diketahui salah satu jenis minuman keras dengan kadar etanol 0-5 % adalah bir. Keputusan untuk menjadikan sembilan perda miras sebagai perda bermasalah merupakan keputusan yang patut dipertanyakan. Kalaupun kemendagri menyangkal mencabut perda-perda itu, langkah kemendagri tersebut tetap saja bisa dinilai sebagai penghambatan atau pelemahan peraturan daerah terkait miras. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa peraturan mengenai miras di Indonesia masih belum jelas dan tegas. Padahal, telah diketahui bahwa miras erat kaitannya dengan tindak kriminalitas dan berbagai hal negatif. Keberadaan miras di tengah-tengah masyarakat tentu meresahkan banyak pihak. Acapkali miras menjadi penyulut terjadinya berbagai kriminalitas seperti perampokan, pencurian, pembunuhan, ataupun tawuran. Hal ini tentu saja menjadi ancaman bagi kenyamanan dan keamanan di dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, sebuah peraturan yang jelas dan tegas terkait larangan miras harus segera dibuat. Dalam islam, meminum minuman keras tentu saja hukumnya haram. Hal ini telah jelas terdapat di dalam alQuran dan hadits. Larangan meminum miras (khamr) diturunkan secara bertahap melalui beberapa ayat. Hal ini dikarenakan pada masa itu minum khamr sudah menjadi kebiasaan orang Arab sejak zaman jahiliyah. Tahapan dalam larangan meminum khamr dimulai dari diturunkannya Surat Al-Baqarah : 219, Surat An-Nisaa' : 43, sampai Surat Al-Maidah : 90-91. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaithan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). [QS. Al-Maidah : 90-91] Indonesia sebagai sebuah negara dengan penduduk mayoritas islam sebaiknya harus berani menerapkan aturan larangan meminum miras bagi warga negaranya; minimal dan terutama larangan bagi warga negara yang beragama islam. Selain itu, pemerintah juga bisa mencontoh kebijakan beberapa negara yang telah berhasil mengatasi masalah miras secara brilian (baik dari perspektif islam maupun perspektif masyarakat secara umum). Itulah langkah kecil yang seharusnya dilakukan pemerintah, bukan malah melemahkan beberapa perda miras yang merupakan ujung tombak dalam mengatasi masalah miras. Entah, apa alasan sebenarnya yang melatarbelakangi keputusan kemendagri. Yang pasti, keputusan itu patut dipertanyakan dan disesalkan. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika pemerintah segera memperbaiki peraturanperaturan terkait miras, mulai dari aturan tertinggi sampai terendah. Mungkin, selain “langkah kecil” yang telah dijelaskan sebelumnya, pemerintah bisa juga melakukan langkah besar dalam mengatasi miras. Penutupan pabrik miras. Mungkin ada yang bertanya, “Tetapi, itu kan mengurangi pendapatan negara atau daerah?”. Selain itu, “Kan itu bisa menambah pengangguran?”. Jawabannya, “Apa iya?” Akan tetapi, ”Akankah negara ini hancur jika tidak punya pabrik miras?”, “Tidak adakah pendapatan negara atau daerah selain dari pabrik miras?”, “Apakah dengan adanya pabrik miras meningkatkan moral bangsa?”, “Apakah dengan adanya pabrik miras menjadikan bangsa ini cerdas dan sejahtera?”. Jawabannya, “Anda tidak perlu menjawabnya” Dua hal yang pasti. Pertama, islam mengharamkan meminum minuman keras. Larangan meminum miras telah jelas terdapat dalam al-Quran dan hadits. Kedua, meminum miras jelas memiliki banyak mudarat. Setiap hati nurani atau hati kecil seorang manusia tentu mengiyakan. Dengan tidak bebasnya peredaran miras di Indonesia dan tidak adanya warga meminum miras, tentu akan memberikan efek positif bagi kehidupan masyarakat. Terlebih lagi, hal itu tentu saja akan memberikan secercah harapan bagi terbentuknya bangsa Indonesia yang bermoral dan cerdas. Wallahu'alam.[fhl]
“Sesungguhnya diantara tanda-tanda datangnya kehancuran suatu bangsa ialah diangkatnya pengetahuan agama dan didukungnya sifat jahil (bodoh) tentang agama, diminumnya minuman keras secara terangterangan, dan dilakukan perzinaan secara meluas dan terang-terangan.” [HR. Bukhari]
Sahabat ingin bertanya dan melakukan konsultasi? Kami menyediakan kolom konsultasi. Pertanyaan apapun berhubungan dengan Islam kami tampung. Baik tentang akidah, fiqih, iptek, media, munakahat (nikah), hubungan laki-laki dan perempuan, sosial, dll. Bukankah Islam itu luas? So, bagi sahabat yang ingin melakukan konsultasi, kirim saja pertanyaan ke (0856-4921-6471) via sms dengan format Nama_Jurusan_Email_Pertanyaan