Manazine #5

Page 1


Assalamu'aykum Warahmatullah Wabarakatuh Apa kabar sahabat sekalian? Semoga kita semua selalu berada dalam limpahan rahmat-Nya Alhamdulillah, akhirnya kami, Tim Redaksi ManaZine, bisa berjumpa kembali dengan sahabat sekalian yang dirahmati Allah swt. Ok, langsung aja ya... Tahukah sahabat tema apa yang ingin kami angkat dalam ManaZine #5 ini? Coba tebak! Kalau sahabat sekalian udah lihat headline covernya, past sudah bisa mengirangira.

Ya, benar! Tema yang kami angkat adalah tentang Jati Diri. Kenapa mesti Jati Diri? Memang ada apa dengan jati diri? Bukankah kita sudah tahu siapa nama kita, orang tua kita, saudara kita, dan teman-teman kita? Memang sahabat, kita sudah mengenali diri kita di “permukaan�. Jangan salah! Banyak kisah yang menceritakan tentang pencarian jati diri seseorang dengan belajar, berkelana dunia, bahkan sampai menantang maut. Itu semua mereka lakukan untuk mengerti siapa sih diri mereka sebenarnya. Kita tidak akan membahas jati diri kita secara personal. Tetapi kami mencoba untuk membahas jati diri yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim. Kok jadi formal begini ya bahasanya? Nggak papa kan? Kita diciptakan oleh Dzat Yang Menggenggam Kehidupan ini pasti ada tujuannya. Dan sudah seharusnya kita mengetahui tujuan apa itu dan bagaimana perjalanan kita dalam berjalan menuju tujuan itu. Sudah sesuaikah? Melencengkah? Konstan/ jalan di tempatkah? Atau justru bertentangan dengan tujuan penciptaan kita? Lho, bahasanya jadi formal lagi deh. Ok ok, untuk lebih jelasnya, silakan simak ManaZine #5 ini! Diijinkan untuk memperbanyak dan mempublikasikan copy-an majalah ini tanpa seizin Tim Redaksi. Plagiat tidak diijinkan. Sahabat, kita tahu bahwa manusia tidaklah sempurna. Kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT, bukan? Oleh karena itu, kami, Tim Redaksi ManaZine , berharap pada Allah agar Sahabat sekalian berkenan memeberikan kritik, saran, komentar terhadap kami. Silakan kirim via email. Akhir kalimat, terima kasih. Selamat membaca! Selamat menegakkan agama-Nya! Keep Fight! Wassalamu'alaykum warahmatullah wabarakatuh...


salam redaksi _02 daftar isi _03

preface_04

05_

krisis identitas keislaman

07_

generasi muslim sejati, geneasi muslim harapan

08_

pemuda Islam, tunjukan jati dirimu!!!

lainnya

berita kampus_13 agenda JMMI_15

Pelindung : Allah SWT, Rektor ITS, Ketua TPK Islam Penasihat : Refi Efendi (Ketua umum JMMI ITS), Amir Amruddin (Kadept Syika), Imro'atul Qoniah (Kopidept Syika) Pemimpin Umum : Muhammad Muizzuddin (Kadiv Media), Ayyu Fityatin (Kopidiv Media) Pimpinan Redaksi : Nanda Iriawan Ramadhan Reporter : Ririn, Faishal Mufiedl-Anshary Layouter : Fathul Ali, Intan Cheria, Ninis Publikasi & Distribusi : Zendi Bayu Permana, Yufita Kontributor : Erik Sugianto, Bahtiar Rifai Septiansyah

17_isu keislaman 18_kisah 20_info sehat 21_iptek 22_review 24_iptek

25_poems


S

eorang remaja tengah duduk di serambi utara masjid. Dengan bersandar pada salah satu tiang, dia berusaha meluruskan tulang punggungnya yang mulai letih. Wajahnya kelelahan. Sorot matanya menandakan cahaya semangatnya tengah meredup. Lemas tubuhnya mengisyarakatkan melemahnya kokohnya pendirian yang selama ini ia perjuangkan. Tidak seperti biasanya, dia terlihat tak berdaya. “Lemes banget sih, sakit?” sapa sahabatnya yang baru saja selesai shalat. Remaja itu mengangguk, isyarat tidak membenarkan perkataan sahabatnya. “Trus, kenapa?” “Nggak papa.” Jawabnya si Remaja itu. Si Sahabat tidak percaya begitu saja. Dia terus mendesak si Remaja agar mau mengatakan apa sebenarnya terjadi. Dan berhasil, si Remaja akhirnya menceritakan masalahnya. Ceritanya, semalam si Remaja diajak oleh teman-teman sekelasnya, selain si Sahabat, untuk jalan-jalan keliling kota. Awalnya si Remaja menolak. Tapi teman-temannya tersebut malah mengolokolok bahkan mengancam si Remaja akan mengasingkannya jika tidak menerima ajakan tersebut. Denga terpaksa, karena taku diasingkan dan dihina, si Remaja mau diajak keliling kota bersama teman-temannya. ***** Dentuman musik disko mennggema di ruangan tersebut. Aroma minuman keras dan asap rokok begitu menusuk hidung si Remaja. Teman-temannya berjingkrak-jingkrak tidak jelas. Dia tidak tahan, dia ingin muntah di dalam ruangan itu. “Hey sob, coba ni minuman. Kamu bakalan melayang. Aku jamin deh.” Seorang temannya yang berjalan terhuyung-huyung menyodorkan sebuah botol minuman keras padanya. Dia menolak, “Ah, nggak gaul kamu!” Remaja tetap menolak. Tapi temannya kembali mengulani ancamannya tadi. Tidak segan-segan dia malah mengepalkan tinju pada Remaja. Remaja pun gentar. Botol tersebut diambil oleh Remaja. Tubuhnya gemetar ketika tangan kanannya mengangkat botol

itu melewati kepalanya dan akan menuangkan minuman terlarang itu ke dalam mulutnya. Bayangan neraka menyala-nyala di bawah kakinya. Tapi apa daya, kehormatan sebagai seorang remaja yang gaul akan sirna jika tidak ia lakukan hal itu. “Neraka Dunia” yang dibuat oleh te m an -te m an n y a te lah m e n gg o yah k an pendirian yang selama ini dia simpan dalam relung hatinya. “Piarr…. Ayo cepat pulang! Ngapain kalian masih di sini? Pulang !” Suara tegas seorang polisi membuyarkan kegemerlapan tempat itu. Semuanya pontang-panting menghindarkan diri dari razia dadakan tengah malam. ***** “Untung ada polisi! Kalau tidak, aku nggak tahu gimana selanjutnya! Aku takut kalau Allah telah membenci dan menghinakanku.” Remaja menangis di hadapan Sahabat. Sahabat hanya tersenyum dan membiarkan Remaja berhenti menangis lebih dulu. Suara yang gemetar dan pecah tangisnya cukup meyakinkan bahwa Remaja telah menyesal hampir masuk ke dalam jurang mematikan. Lalu Sahabat pun bercerita tentang kondisi kaum muslimin saat ini yang pergaulannya terlalu longgar dan krisis identitas. Kemudian bercerita tentang jati diri seorang hamba Allah yang seharusnya dan bagaimana generasi yang menjadi dambaan.

Cerita diatas hanya sekelumit kondisi pemuda muslim saat ini, bahkan bisa jadi kondisinya lebih dari itu (semoga tidak). Dan semua telah menyadari, mungkin bisa jadi kita merasakan sendiri kondisi seperti itu. Kenapa ini semua bisa terjadi?


P

ernahkan kita merenung sejenak dan bertanya pada diri ini, sudah yakinkah kita dengan keIslaman ini? Jika jawabannya iya, mengapa masih saja ada yang meminta kepada selain Allah? Padahal Dialah pencipta kita. Sebesar apakah cinta kita pada Allah dan Rasul-Nya? Kalau sudah cinta, mengapa kita masih malas beribadah? Padahal ibadah adalahtujuan kita diciptakan. Lalu, sebesar apakah kepercayaan kita terhadap kebenaran Islam? Jika sudah percaya mengapa kita selalu menjelekkan/ menuduh muslim yang lain? Bukankah sesama muslim itu bersaudara? Kemudian, seberapa bangga kita terhadap Islam? Jika sudah bangga, mengapa kita masih malu menunjukkan jati diri kita sebagai muslim? Padahal dengan keislaman inilah kita bisa mencicipi surga kelak (amin). Kita rehat sejenak dulu kawan, tulisan ini bukan untuk menginterogasi sahabat sekalian. Tapi memang butuh ketegasan untuk menghadapi kondisi-kondisi di atas. Sebenarnya itulah yang terjadi pada diri banyak saudara kita, atau bahkan kita sendiri, mengalami krisis identitas yang tidak kita rasakan. Krisis identitas inilah yang menyebabkan ummat muslim tidak yakin akan potensi dan kekuatannya. Krisis ini terjadi karena dua faktor, eksternal dan internal. Faktor eksternal ialah akibat dari Ghazwul Fikri atau perang pemikiran yang terus digencarkan oleh kaum barat. Sebagai contoh sederhana, apa saja yang datang dari barat s e l a l u k i t a banggakan dan bahkan kita ikuti (menjadi style) mulai dari film, gaya rambut, pakaian, minuman, h i n g g a

budaya hidup yang “menjijikkan” lainnya. Sebenarnya perang pemikiran ini begitu sederhana, yaitu orang barat ingin agar pemuda Muslim mengakui eksistensi mereka. Akibatnya, secara perlahan kita akan mengikuti dan lama-kelamaan timbullah rasa bangga terhadap cara hidup mereka. Dari situlah identitas keislaman kita berkurang terusmenerus hingga pemuda Muslim lupa akan tugasnya terhadap Allah karena sibuk menjadi follower orang-orang barat. Jika ingin membuktikan dampak ghazwul fikri ini, tanyakan saja pada diri kita sendiri. Lebih banyak mana waktu yang kita habiskan untuk ngaji dan sholat dibanding nonton film, hang out, pacaran, dsb? Tidak perlu keraskeras menjawabnya, cukup di dalam hati saja. Misi perang pemikiran ini terlihat begitu sederhana, hanya menjauhkan umat muslim dari Tuhannya. Hal ini telah disebutkan dalam QS. Al Baqarah [2]: 217: “Dan tiada henti-hentinya mereka selalu memerangi kalian sehingga kalian murtad dari agama kalian, jika mereka mampu….”. Tapi ingat, dari sinilah segalanya terkikis. Terutama sikap (akhlaq). Perhatikan saja perilaku/ sikap kita, terutama dalam bergaul. Banyak di kalangan pemuda muslim yang lebih senang dikategorikan 'gaul' dari pada mengikuti contoh rasul. Sebenarnya apa sih parameter gaul? Para pemuda lebih asyik pacaran, buka-bukaan aurat (kecantikan tubuh), menghabiskan waktu malam dengan nongkrong, minum2, dan berkunjung ke tempat hura-hura, dengan beranggapan bahwa ini adalah tren. Seperti itukah gaul? Padahal itu artinya kita telah terobsesi untuk menjadi follower (pengikut) “mereka”, dan tanpa kita sadari sebenarnya mereka 'tertawa' dan senang melihat bangganya pemuda muslim menjadi follower-nya. Berikutnya ialah Faktor Internal, yang sebenarnya paling penting karena hal ini (sejatinya) dapat menjadi tameng kekuatan diri kita agar terus dekat dengan Rabb semesta alam. Faktor internal ini berupa hawa nafsu atau keinginan. Setiap jiwa kita pasti memiliki keinginan, hasrat, atau desire karena ini memang fitrah kita sebagai manusia.


Keinginan itu akan menimbulkan pikiran/ ide, dari ide timbullah keyakinan. Dari situlah kita menyimpulkan sesuatu lalu mengambil sebuah keputusan untuk dilakukan (Ibnul Qayyim). Intinya, dari keinginan akan lahir tindakan. Yang jadi masalah ialah apakah tindakan itu selalu ke jalan yang benar/baik atau tidak. Karena dalam hidup ini kita selalu diberikan dua pilihan, yaitu jalan kebaikan dan jalan keburukan, sebagaimana firman Allah QS. Asy Syams: 8, “maka kami ilhamkan kepadanya jalan keburukan dan jalan taqwa (kebaikan).” Mari kita buktikan dengan studi kasus matematis berikut ini. Coba deh kita perhatikan mahasiswi muslim di kampus kita! Berapa banyak dari mereka yang tidak memakai kerudung? Padahal jika ditanya, apakah perempuan harus menutup aurat, pasti mereka menjawab “iya”. Lalu apakah kecantikan rambut yang dimilikinya termasuk aurat? Mereka pun akan menjawab “iya”. Tapi mengapa mereka tidak menutupinya? Berapa banyak dari mereka (masih mahasiswa) yang pacaran sambil berpegangan tangan atau menyentuh bagian tubuh lawan jenisnya?

Padahal jika mereka ditanya apakah hal itu dibolehkan, pasti dengan tegas ataupun tersipu malu mereka menjawab “tidak”. Atau yang lebih dahsyat lagi, para pejabat yang memiliki pendidikan sangat baik, sekelas mentri agama, dan mereka pun kaya, tapi berapa banyak dari mereka yang masih korupsi (mengambil uang haram)? Dan jika ditanya apakah korupsi itu boleh, saya rasa anda (pembaca) pun akan tahu jawabannya. Semoga Allah mengampuni dan memberi hidayah kepada kita semua (amin). Begitulah kondisi sekitar kita, dengan mudahnya hawa nafsu mengelabui pikiran jernih manusia yang sebenarnya kita pun tahu mana yang baik dan mana yang buruk.Kita pun tidak perlu khawatir karena tidak semua nafsu/keinginan pasti menjerumus pada kemaksiatan, ada juga (bahkan banyak) yang berakhir kejalan taqwa, yang sering kita sebut fastabiqul khairat. Dan terakhir, jika kita compare Pemuda dulu dengan sekarang, sebut saja Pemuda Kahfi yang menyelamatkan keimanannya dengan bersembunyi di dalam gua, atau pangeran muda Muhammad Al-Fatih sang penakluk Konstantinopel, hingga Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi yang menjinakkan kota suci Yarussalem dalam Perang Salib. Mereka semua para pemuda muslim yang sukses di generasinya. Lalu bagaimana dengan kita? Tetap terdiamkah kita dengan kondisi ini? Ingat..!! perubahan itu pasti terjadi, tinggal siapa yang jadi Panglima dan siapa yang tetap setia menonton...??

Semoga kita bisa menjadi pemuda muslim yang bermanfaat bagi muslim lainnya, menjadi inspirasi bagi muslim tetangganya, dan menjadi panutan bagi sekitar kita.

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, " Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya, dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosadosanya dengan hal tersebut." (HR.Bukhari dan Muslim)


D

ari generasi ke generasi selalu ada kisah yang menarik untuk dikupas dalam percaturan dunia kemusliman. Mulai dari generasi salafus sholih (terdahulu), generasi di masa-masa kekhalifahan, generasi tajdid (pembaharu) hingga kini generasi yang saya dan sahabat hadapi saat ini. Sayangnya, tidak banyak yang bisa dibanggakan oleh generasi kita saat ini, karena banyak kita temukan potret buram pemuda-pemuda muslim saat ini. Kelam bahkan seram. Bagaimana tidak, pemuda saat ini dibelenggu oleh narkoba, HIV/AIDS, seks bebas, tawuran, serta gaya hidup yang serba bebas Generasi Muslim Sejati harus berupaya mengembalikan kaidah kesuksesannya pada Islam. Coba saja kita lihat generasi salafus sholih contohnya, bagaimana Islam dalam catatan sejarah, para pemuda seperti Ali bin Abi Thalib atau Usamah bin Zaid menjadi sosok pemuda yang hidupnya hanya untuk Islam. Seorang Umar bin Khaththab yang

Kemudian yang harus dilihat adalah bagaimana waktu kita tidak terbuang untuk yang sia-sia. Al-Hasan rahimahullah pernah berkata : “Diantara tsahabat berpalingnya Allah Subhanahu Wata'ala dari seorang hamba adalah Allah menjadikan kesibukannya pada hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.“ Generasi yang menjadi agent of change, mampu memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya, dan Islam sangat menganjurkan hal ini. Itulah sekelumit deskripsi generasi harapan umat dan ini. Sudah saatnya selamatkan generasi Muslim dan menjadi Generasi Muslim Sejati. Muslim save the world!


(Words by Amir Amruddin)

P

emuda, sebuah fase kehidupan yang penuh dengan potensi. Dalam teori psikologi, fase kehidupan manusia dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu masa anak-anak, masa muda, dan masa tua. Massa anak-anak merupakan masa pertumbuhan dan tingkat ketergantungan manusia kepada orang tuanya masih tinggi, Masa muda merupakan masa puncak dari fase kehidupan manusia. Pada masa inilah, manusia memiliki energi fisik, akal, dan semangat yang mantap. Di masa tua, potensi manusia tersebut akan redup, lalu semakin redup, dan padam hingga akhirnya kembali ke asalnya. Dengan kata lain kembali ke tanah (liang lahat-red). Saking besarnya potensi di masa muda, masa ini diibaratkan api yang menyala-nyala. Seperti yang dikatakan oleh bang Rhoma “masa muda masa yang berapi-api�. Ya, api bisa memberikan kehangatan dan sekaligus membahayakan, karena bisa membakar apa saja di depannya. Begitu dahsyatnya energi pemuda. Sampai-sampai dalam bahasa revolusi, pemuda dianggap sebagai tenaga paling revolusioner. Hal ini dikarenakan secara psikologis, manusia mencapai puncak hamasah (gelora semangat) dan quwwatul jasad (kekuatan fisik) pada usia muda. Nggak percaya? Buktinya, jejak-jejak sejarah seringkali di ukir oleh orang-orang luar biasa di usia yang sangat muda. Indonesia bisa memproklamirkan kemerdekaan pada tangal 17 Agustus, tidak lain karena ke-ngeyel-an pemuda Indonesia saat itu.

Sejarah Islam juga telah memperlihatkan bahwa pemuda memiliki peran penting dalam perkembangan sejarah , sebut saja sahabat nabi Usamah bin Zaid, pada usia 17 tahun telah menjadi panglima perang, Mushab bin umair, diutus Rasulullah untuk berdakwah di Madinah pada usia 24 tahun, dan Ali bin Abi Thalib menyelamatkan Rasulullah ketika peristiwa Hijrah yang saat itu sahabat Ali berusia sekitar 8 tahun. Lebih jauh lagi, sekitar abad 7-13 M terjadilah masa-masa puncak kejayaan Islam. Pada saat itu juga, ilmu kedokteran berkembang dengan sangat pesat dan beberapa dokter terkemuka lahir pada saat itu. Salah seorang pemuda muslim di antaranya adalah Ibnu Sina (dibarat dikenal dengan nama Avicenna). Selain Avicenna, masih banyak tokoh-tokoh pemuda Islam yang lain yang muncul dari berbagai bidang, seperti Ibnu Rushd (Averroes), Abu Raihan Al-Biruni, Abu Al-Qasim Al-Zahrawi (Albucasis), Al-Khwarizmi, dan juga Al-Kindi. Pada tahun 1453 M, seorang penglima pemuda Islam yang masih berusia 21 tahun, berhasil meruntuhkan kekuatan super power Byzantium Konstantinopel. Siapakah dia??? Dia adalah Muhammad Al Fatih. Ada lagi kisah pemuda Kahfi yang fenomenal dan diabadikan dalam Al Qur'an, “ Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada


mereka

petunjuk� (Surah al-Kahfi:13) pendar menawan seorang muslim. Dan saksikan, bahwa aku seorang muslim “ Dengan usia yang begitu belia Jati diri tidak akan bisa tumbuh mereka pemuda Islam telah berhasil sendiri, jati diri muslim tersebut butuh mengukir sejarah di peradaban manusia. pembinaan dan butuh pengembangan. Bagaimana dengan kita? Jejak sejarah apa Salah satu sarana untuk membina dan yang telah kita ukir ? Renungkanlah dalam- membentuk jati diri seorang pemuda Islam dalam sahabat. adalah mamahami Islam berdasarkan Al Salah satu faktor utama yang Q u r ' a n d a n s u n n a h . menyebabkan pemuda Islam berhasil Bila disederhanakan, sekurangmengukir sejarah adalah mereka memiliki jati ku ra n g nya a d a 1 0 ka ra k te r ya n g diri Islam yang begitu kuat. Pemuda Islam merefleksikan jati diri yang seharusnya haruslah bangga atas ke-Islam-annya, tidak dimiliki oleh pemuda Islam, antara lain; malu mengakui jati dirinya sebagai seorang Aqidah yang mantap, ibadah yang benar, muslim. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, jati akhlak yang mulia, jasmani yang kuat dan diri berarti identitas yang melingkupi jiwa, kokoh, intelek dalam berfikir, pandai semangat, sikap, dan perilaku. Jati diri dalam mengatur waktu, mengalahkan hawa konteks Islam berarti keyakinan jiwa, nafsunya, urusannya selalu teratur, mandiri semangat, sikap, dan perilaku yang dihiasi dalam segala hal, dan karakter yang terakhir dengan nilai-nilai Islam. Dengan kekuatan jati adalah berkontribusi untuk orang lain. dirinya, pemuda Islam akan mampu Begitulah, sahabat sekalian, nilaimelejitkan segala potensinya untuk mengukir nilai Islami mestinya benar-benar menjiwai prestasi dan berkontribusi untuk sesama, kehidupan kita. Dengan begitu, semua untuk bangsa, terlebih lagi untuk Islam. potensi yang ada pada diri kita bisa Dalam buku Saksikan Bahwa Aku dimunculkan dan dilejitkan. Siapa lagi yang Seorang Muslim, Salim A. Fillah menulis, akan mengukir prestasi emas peradaban �Menjadi muslim adalah menjadi kain putih. kalau bukan kita, pemuda Islam ??? Maka, Lalu Allah mencelupnya menjadi warna pemuda Islam, tunjukkanlah jati dirimu !!! ketegasan, kesejukan, keceriaan, dan cinta; rahmat bagi semesta alam. Aku jadi rindu pada pelangi itu, pelangi yang memancarkan celupan warna Ilahi. Telah tiba saatnya, derai berkilau Islam tak lagi terpisahkan dari


(Words by Bahtiar Rifai Septiansyah)

T

ak ada petir, tak ada hujan, malam minggu Amin pergi ke tongkrongan Boy di ujung Gang Kelinci. "Min, udah adzan tuh. Biasanya kamu yang pegang mik,". Boy menyapa setengah mengejek. "Bosan aku Boy," balas Amin dengan wajah murung.

Dilihatnya kawan-kawan Boy yang begitu ceria. Sambil memetik gitar, alunan lagu "Slank� terlihat lebih cool saat diiringi asap-asap nikotin. Amin adalah seorang ketua remaja masjid, sebuah organisasi yang anggotanya hanya satu orang: Amin sendiri. Sudah lama sebenarnya ia memendam keinginan untuk "bebas". Amin muda memang tampan, tapi sayang, kurang gaul. "Udah Min...masalah tobat ada waktunya. Tapi kalau masa muda, terbatas man!" Joni nyeletuk dengan mata ngantuk. Amin jadi berpikir. Apakah masa mudanya hanya digadaikan begitu saja pada kegiatan milik orang-orang yang sudah "bau tanah". Selagi ia berpikir, beberapa wanita datang menghampiri Komunitas Gang Kelinci. Setelah tegur sapa, mereka duduk rapat-rapat lalu ikut bernyanyi. Amin masih terlihat canggung. "Nih minum!". Boy menawarkan dengan ramah. Tanpa pikir panjang Amin menyambut

botol itu. "Ah, pahit sekali!". Boy tertawa. "Lama-lama kau juga terbiasa,". Diajaklah Amin bermain kartu domino. Rasanya penat itu hilang seketika. Amin merasa, inilah kawan yang ia cari selama ini. Sebuah kegembiraan dari jalan keheningan yang ia tempuh. Sesuatu tentang harta, hura, jiwa, wanita, dan segala atribut kehidupan, sayang kalau tak diraih detik ini juga. Malam pertama begitu berkesan. Setelah itu, suara Amin tak lagi membuncah dari corong pengeras di atap masjid. Ia makin larut dalam status barunya: "anak gaul". Beberapa hari berselang, seorang berbadan tegap datang ke gang kelinci. Besok paginya ramai orang bergosip sambil memegang koran. Dibacanya dengan nada risih headline koran setempat. "Seorang pemuda berkopiah, overdosis di pelukan PSK,". *** Ibnu Qoyim pernah mengulas kisah "Laila Majenun" yang tersohor itu di salah satu kitabnya. Tokoh utamanya Qais, anak seorang pembesar suku yang jatuh cinta pada Laila, wanita mempesona pujaan banyak pria. Mereka sudah saling jatuh cinta, bahkan "setengah" mengikat janji ketika umur belasan. Saat Qais dewasa, ia diajak ayahnya mengembara ke luar negeri. "Tunggu aku Laila," pesannya sebelum pergi.


Tahun demi tahun berlalu, alangkah kagetnya Qais. Didapatinya Laila telah menjadi istri seorang kaya di desanya. Kabarnya, Laila tak sabar menunggu Qais.Tapi cinta terlanjur merasuk dalam jiwa Qais, tak pedulilah ia dengan tepukan sebelah tangan. Akalnya hilang setengah. Tiada hari tanpa berkeliling kampung sambil memanggil-manggil nama Laila. "Aku siap menunggu suamimu mati,". Puluhan wanita muda coba didatangkan. Pikir ayahnya, bila itu bisa mengobati hati Qais yang rapuh. Namun tidak. Tiada kata yang keluar dari mulutnya kecuali Laila. Laila sendiri diam, hanya bisa mengasihani dari jauh. "Hidupku hampa". Lalu Qais berlari ke sebuah hutan setelah masyarakat tak lagi menerima keberadaannya. Beberapa hari kemudian, ia diketemukan sekarat diterkam hewan buas. Seluruh penduduk hadir ke pembaringannya. Di dekat Qais, duduk seorang pemuka yang sedang membimbingnya mengucap syahadat. Hadirin terkejut ketika mulut Qais mengembang. "Laila…dimanakah engkau?". Lalu nafasnya berhenti. Di Spanyol, empat abad lampau, Don Quixote terbit dan jadi legenda. Kisahnya membawa nafas satir, menyindir ilusi hidup yang penuh getir. Seorang bangsawan tua yang kesepian bersama buku-buku kepahlawanan di perpustakaannya. Ia larut dalam heroisme para ksatria. Kisah yang sebenarnya berisi khayalan sekaligus omong kosong. Berbekal pedang berkarat dan baju besi kusam, ia pergi bersama kudanya yang ringkih, Rocinante. Dipikirnya ia seorang ksatria, padahal orang lain melihatnya tak lebih seperti orang kurang waras. Ia tak peduli. Ia tetap memandang dirinya bagai seorang ksatria dalam suatu “perjuangan suci”, menegakan keadilan dan kebenaran.

Sigmund Freud. Dimana Id merupakan nalar primitif manusia yang membimbingnya pada tindakan tertentu, bukan karena takdir Tuhan. Atau juga cara berpikir Nietzsche yang merasa bahwa dunia ini tidak ada apa-apa. Lahirhidup-mati, nihil tak berarti. Kini, dari layar monitor, “Dahsyat” sukses membuat alay-alay serempak menyembah SM*SH. Dari luar negeri, MTV bekerjasama dengan Bob Marley menggelar kampanye, ”Mari…nikmati dunia dengan mariyuana”. Zuckenberg telah memberi kita “hidayah” tentang cara cepat menjadi terkenal. Donald Trump juga berhasil mencuci otak kita, bahwa hidup itu untuk kaya. Segala macam berlian dunia dihadapkan pada kita, vulgar luar biadab. Bukankah itu yang kita harapkan selama ini? Hidup riang, nama beken, dan segala macam atribut yang membuat kita tak canggung hidup bertetangga. Ingat. Sebagai muslim, kita memang solat. Tapi lupa kalau sebelum salam kita sudah, pppsssttt…kentut! Apakah kemajenunan ini benar-benar sudah akut? Pahamkah kita pada “Wahn”. Yang kata Rasulullah bisa mengalahkan jumlah kaum beriman. Saat ini, petunjuk jalan terlihat buram! Padahal kita di sini hanya duduk mampir dari sebuah perjalanan panjang. Kehidupan sebenarnya bukan di sini. Tuh...di sana, di bawah gugur bunga pohon Kamboja. Jangan bicara umur, Izrail tidak pernah razia KTP! “Kami datang dengan sekelompok manusia. Yang mencintai kematian. Sebagaimana kalian mencintai kehidupan” (“Gema Intifadah” By Teater Kanvas)

Padahal musuhnya hanyalah: alang-alang, orangorangan sawah, sampai kincir angin yang dianggapnya sebagai raja dari segala musuh. Bersama Sancho Panza, kawan sesama kurang warasnya, ia berusaha bertempur habis-habisan. Singkat cerita, ia sadar, ini semua hanyalah ilusi yang ia buat sendiri. Popularitas (semu) sebagai seorang ksatria yang selama ini ia cari, pupus sudah. Ia mati dalam angan-angan kosong. Kalau sudah begini, angan saya selalu bertanya. “Mengapa kita lahir ke bumi? Apa yang seharusnya dilakukan saat di bumi? Dan kemana kita setelah mati?”. Falsafah barat melalui Sartre bilang bahwa "man is condemned to be free". Pendapat Sartre agak berdekatan dengan konsep “Id-Ego-Superego” [

11 ]

manazine


Dari Tsauban bin Bajdad, ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Hampir saja bangsa-bangsa berkumpul menyerang kalian sebagaimana mereka berkumpul untuk menyantap makanan di nampan”. Salah seorang sahabat bertanya, “Apakah karena sedikitnya jumlah kami pada saat itu?”. Beliau menjawab, “Bahkan pada saat itu jumlah kalian banyak, tetapi kalian seperti buih, buih aliran sungai. Sungguh Allah benar-benar akan mencabut rasa takut pada hati musuh kalian dan sungguh Allah benar-benar akan menghujamkan pada hati kalian rasa wahn.” Kemudian seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta kepada dunia dan takut mati.” (H.R. Abu Daud dan Ahmad)

www.masjid.its.ac.id



Belajar tidak hanya dilakukan di dalam kelas melalui kuliah dan seminar. Belajar bisa dilakukan di mana dan kapan saja. Seperti yang dilakukan Jama'ah Masjid Manarul 'Ilmi ( JMMI) ITS ini. Tidak ingin pesertanya bosan, JMMI mengadakan outbond di lapangan segitiga dekat Taman Alumni ITS (27/2). Seperti apa outbond dan pelajarannya? Materi outbond kali ini merupakan salah satu dari materi-materi yang dimasukkan ke dalam acara Program Studi Islam (PSI) 1. Materi ini diberikan untuk mengajak peserta berolahraga dan memahami hikmah dari setiap kegiatan yang dilakukan. Selain itu materi ini bertujuan agar acara tidak selalu terkesan terlalu formal. Jika terlalu formal, peserta bisa merasa bosan. Setelah melakukan pemanasan, peserta melakukan beberpa game. Di antaranya adalah tiup balon, lingkaran kertas, becak-becakan, ular, dan menara manusia. Setiap game mempunyai makna dan hikmah yang diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan masing-masing. Contohnya, lingkaran kertas. Permainan ini berusaha menunjukkan semuanya menjadi mungkin dengan memanfaatkan hal kecil menjadi sesuatu yang luar biasa. Tidak hanya itu, permainan lain juga mempunyai hikmah tersendiri. Salah satunya adalah game tiup balon. Game dimaksudkan untuk menguji keberanian peserta. “Kita tahu bahwa semua masalah akan terpecahkan, tapi terkadang kita takut dan tidak berani menghadapinya,� ungkap Amar selaku panitia. Permainan yang paling melibatkan emosi peserta adalah permainan ular. Pada game ini dua kelompok akan bertanding untuk dapat merebut tali sebagai ekor lawannya. Mereka harus menghadang lawannya dengan menggunakan otot dan akal. Serius namun membuat peserta lain yang melihatnya tertawa. Karena tak jarang mereka harus rela berguling-guling untuk mendapat ekor musuhnya. Strategi sangat diperlukan dalam game ini. “Ayo kita kalahkan mereka dengan menggulingkan mereka,� teriak Fahri menyemangati peserta yang lain. Walaupun terlihat lelah, peserta tetap terlihat senang. Di akhir materi o u t b o n d , p e s e r ta d i ku m p u l ka n melingkar. Mereka diajak berdiskusi bersama untuk mengambil hikmah dari setiap game yang dilakukannya tadi.


Minggu (3/4), setelah melalui perdebatan yang sengit, akhirnya Muktamar Dakwah Kampus (MDK) ITS menghasilkan kesepakatan bersama. Muktamar yang dihelat atas kerjasama Jamaah Masjid Manarul Ilmi (JMMI), Lembaga Dakwah jurusan (LDJ) dan lembaga Dakwah Daerah Otonomi Politeknik (LDDOP) berlangsung ramai dan penuh antusiasme. Teater A, ITS Online - Koordinator Tim Pengonsep MDK ITS atau Tim Sinergisitas, Farizi Rachman mengatakan, secara umum ada empat bidang yang disepakati dalam MDK ITS. "Yang kita sepakati bidang Kaderisasi, Kelembagaan, Syiar dan Keputrian," ungkap mahasiswa Statistika ITS ini. Farizi menjelaskan, ada dua poin utama yang disepakati dalam bidang kederisasi. Yaitu pelaksanaan jenjang kaderisasi mulai pelaksana acara, pembagian kader sampai pendampingan serta kesepakatan standarisasi materi tiap tahapan kaderisasi. "Dua itu poin utamanya, walaupun ada kesepakatan lain seperti penyelarasan jadwal pelaksanaaan dan lainnya," jelasnya S e d a n g ka n p a d a b i d a n g kelembagaan disepakati posisi antara JMMI, LDJ dan LDDOP serta hak dan kewajiban ketiga lembaga dakwah tersebut. Selain itu, standarisasi kesekretariatan, tempat sekretariat dan keuangan juga menjadi poin kesepakatan. "Sekretariat JMMI nanti menjadi sekretariat bersama lembaga dakwah ITS," terang pemuda yang juga Ketua Umum LDJ Statistika ini. \Selain masalah kaderisasi, syiar Islam

juga menjadi bahasan dalam muktamar. Setelah melewati tahap musyawarah, kedepan permasalahan syiar akan lebih difokuskan di tingkat jurusan dan wilayah Forum Silahturahmi Lembaga Dakwah Jurusan (FSLDJ). Kemudian bidang ke p u t r i a n l e b i h m e nye p a kat i mengenai kaderisasi bersama keputrian dan syiar bersama satu wilayah lembaga dakwah se-ITS. "Juga disepakati pelaksanaan harihari besar Islam bersama," cetus mahasiswa asal Madura ini. Sementara itu, salah satu peserta MDK ITS Ahmad Fauzi menyebutkan, selain ajang untuk membuat kesepakatan bersama, MDK ITS juga forum untuk silaturahim antar pengurus lembaga dakwah di ITS. "Kita jarang ada momen seperti ini yang dihadiri pengurus seluruh lembaga dakwah di ITS, dan sebaiknya dilakukan setahun sekali," ucapnya.(rik/yud)


Taman Santri Manarul Ilmi

Mabit Sabit Outbond

Forum Silaturahmi JMMI

Kautsar

Pelatihan Keterampilan Al Karim


Ahaa… Saya tak menyangka Maidan Tahrir akan menjadi pusat rakyat Mesir meluapkan amarah. Disanalah berbaring mumi-mumi Fir'aun yang 12 jumlahnya. Meski harus merogoh kocek 100 Pound, tapi Museum di Tahrir itu selalu padat adanya. Di tepiannya, sungai Nil membentang. Para penyembah syahwat biasa dinner sambil menyaksikan tarian perut di kapal yang disulap menjadi restoran mengapung. Bagi yang tak biasa, juga disediakan tarian sufi. Ajang syahwat dan syubhat itu tarifnya 100 Pound. Itulah cerita mahasiswa saat kami berjalan-jalan. Bagi saya, untuk bisa menikmati makan malam di atas sungai Nil, cukup dengan 3 Pound di atas perahu-perahu tradisional. Yaumul Ghadhab. Itulah titel yang dipergunakan rakyat Mesir untuk menurunkan Hosni –ghoiru- Mubarok Januari lalu. Titel itu konon pernah dipakai Mesir untuk melawan Inggris dan Prancis juga di Januari 1952. Perlawanan yang menginspirasi Gamal Abdun Nasr untuk menasionalisasi Terusan Suez masa itu. Tapi Yaumul Ghadhab kali ini jelas berbeda. Inilah hari kemarahan rakyat terhadap rezim tiran agen Amerika dan Israel. Yaumul Gadhab, juga pernah digunakan oleh Dr. Safar Hawali dalam sebuah bukunya, Hari Kemarahan, Akankah dimulai dari Intifadhah Rajab. Mantan dekan Aqidah Universitas Ummul Quro itu, memaparkan ramalan kehancuran Israel justru dari perspektif Taurat dan Injil. Tuhan akan marah saat Israel dalam puncak kejahatannya (rijsah khorob). Saya lebih senang menghubungkan-hubungkan Yaumul Ghadhab di Mesir dengan indikasi hancurnya Israel. Meski tidak cukup syarat, sekurang-kurangnya berusaha memupuk harapan dan menghibur diri. Karena Israel tak bisa dilepaskan dari Mesir. Mesir begitu strategis bagi Israel. Publik mafhum, selama ini rezim Mesir hidup dari melacur terhadap Amerika-Israel. Mesir menjadi Negara Arab pertama yang menggelar perdamaian dengan Israel di Camp David 1979. Sebuah kenaifan yang membuat Anwar Sadat 'dihukum mati' oleh rakyatnya. Saat di Cairo, staf atase politik pernah bercerita kepada saya bahwa Mesir selama ini mendapat gratifikasi dari Amrik $ US 1.5 Milyar/tahun. Masing-masing 1.2 M dalam bentuk bantuan militer dan 300 juta untuk ekonomi. Itu jumlah fulus yang tak sedikit. Maka jangan heran, jika dalam kasus Gaza misalnya, sikap Pemerintah Mesir lebih Israel dari Israel. Di dalam negeri sendiri, rezim Hosni dikenal sangat otoriter. Seorang kawan yang bekerja di KBRI Cairo pernah bercerita saat mengantarkan saya ke bandara, 'Antum ingat zaman Suharto? Rezim di sini dua kali lipat lebih otoriter.' Ini selaras ungkapan yang popular di kalangan mahasiswa bahwa 'dinding pun bisa berbicara'; sebentuk penggambaran betapa bahwa Mesir adalah Negara intelejen. Mabahits

(intel) disebar di setiap sudut gang; menjadi tukangtukang sapu, bawwab (penjaga flat), bahkan mahasiswa. Mereka merasa perlu memonitor sampai dengus nafas bahkan –maaf- bunyi kentut rakyatnya. Rakyat diteror. Tak heran jika kebencian terhadap rezim Hosni pun begitu mengakar-rumput. Sampai jika jalanan macet, sopir-sopir akan berteriak: 'Ini gara-gara Hosni'. Korupsi yang merajalela membuat rakyat tak sejahtera, gaji tak cukup, dan pengangguran dimana-mana. Lahirlah bujangbujang tua yang tak mampu kawin. Jadi bahan bakar kebencian itu sudah ada. Syarat untuk sebuah revolusi telah siap. Ada Mesir sebagai antek Israel, sikap represif Hosni, dan perut lapar rakyat. Semua menjadi faktor yang saling berkait dan menyempurnakan. Ibarat kompor gas, kompor dan tabung telah tersedia, yang belum ada selama ini hanya 'pemantik apinya'. Kelompok jihadis biasa menyebutnya sebagai miftah shiroo' (pemicu konflik). Kata kunci 'keramat' ini belakangan banyak disebut para ideolog jihad. Mereka mengevaluasi bahwa aksi gerakan jihadis selama ini lebih sebagai 'aksi sepihak' yang tak didukung masyarakat oleh sebab gagal menghadirkan 'trigger'. Dan rakyat Mesir telah mendapat 'miftah perdana' itu; terinspirasi oleh rakyat Tunisia yang berhasil menggulingkan penguasanya. Kita berharap, negaranegara Arab lain segera menyusul. Karena antek Amerika bukan hanya Mesir tapi juga penguasa Arab lainnya. Yaman bergolak. Yordan demikian juga. Saudi waspada. Hammam Said, tokoh oposisi Yordan bahkan berkata, 'Revolusi Mesir akan meluas ke seluruh Timur Tengah, dan masyarakat Arab akan menumbangkan para Tiran Arab yang beraliansi dengan Amerika.’ Masih banyak PR berat bagi rakyat Mesir menyangkut penguasa pasca Hosni, juga arah perubahan yang secara kasat mata masih dalam bingkai nasionalisme. Kandidat yang mulai muncul belumlah ideal. Apalagi jika yang tampil adalah Omar Sulaiman, mantan Ketua Intelejen itu. Jenderal didikan Amerika ini jelas agen utama Israel. Kita berharap ada angin baru di Mesir. Kita berharap Mesir menemukan pemimpin yang mandiri dan tidak mau didikte Amerika. Dan semoga blogade Gaza bisa segera diakhiri, dan Al-Quds bisa direbut kembali. - Disarikan dari “Mesir, Yaumul Ghadab” yang ditulis oleh Bambang Sukirno (Direktur Penerbit Buku Jazeera, Solo).




Selesai makan, biasanya kita akan mengantuk. Mengapa ini terjadi? Bisa jadi karena nasi yang kita ambil terlalu banyak, atau juga juga karena langsung makan buah setelah makan nasi. Lho kok? Bukankah makan buah itu sehat dan dianjurkan? Biasanya, dalam sajian makanan, susunan penyajian buah berada setelah lauk pauk dan kerupuk. Kemudian orang yang mengambilnya pun akan mengikuti mengambil buah setelah mengambil lauk pauk dan begitu juga urutan makannya. Paradigma yang berkembang selama ini adalah makan buah setelah makan nasi. Hal ini masih menjadi habit yang belum hilang di kalangan masyarakat. Padahal pola makan ini tidak baik untuk kesehatan. Orang menganggap mengonsumsi buah setelah makan akan sangat baik, karena buah adalah pencuci mulut yang alami. Padahal makan buah sesudah makan, akan membuat perut menjadi kembung karena dipenuhi dengan udara. Menurut Ilmu Biologi, setelah nasi masuk ke dalam tubuh, maka akan diproduksi LTryptophan, yaitu asam amino yang menjadi bahan dasar terbentuknya niacin, vitamin B. Niacin sendiri akan dipakai untuk memproduksi serotonin, zat penghantar sinyal di otak yang dapat menimbulkan perasaan nyaman dan menyebabkan kita jatuh tertidur. Makanan yang kaya karbohidrat seperti nasi, akan merangsang pankreas untuk memproduksi insulin, yang akan menyimpan makanan dalam tubuh. Beberapa asam amino lain yang tadinya terkandung di dalam darah bersamasama dengan L-Tryptophan, akan masuk ke dalam sel otot. Akibatnya, akan terjadi peningkatan pada konsentrasi relatif L-Tryptophan dalam darah dan serotonin yang terbentuk membuat kita mengantuk. Itulah mengapa sebabnya setelah makan berat biasanya kita akan mengantuk dan ingin tidur. Perlu diingat, buah merupakan bahan makanan yang mengandung fruktosa sehingga dapat pula menimbulkan peningkatan kadar insulin. Dan untuk itu, makan buah dianjurkan sebelum makan nasi karena untuk menghindari kerja berat dari pankeras menghasilkan insulin. Jika makan nasi lebih dulu, pankreas akan bekerja berat untuk mengolah nasi dan protein yang ada dalam lauk pauk dan memerlukan waktu berjam-jam. Sehingga, jika buah dimakan setelah makan nasi, maka buah yang sudah berada di dalam perut akan mengalami antrian yang panjang untuk diproses sehingga menjadi busuk. Hal ini dikarenakan sifat buah yang tak bisa bertahan lama. Kita tentu pernah melihat apel yang sudah terkelupas kemudian terlalu lama dibiarkan maka lama-lama akan berubah warna menjadi kuning dan bisa membusuk. Itu hanya didiamkan dan hanya terkena udara. Lalu bagaimana jika dicampur olahan makanan di dalam perut kita? Sudah pasti lebih dulu membusuk sebelum dapat diproses.

Pola makan buah sebelum makan nasi ini juga diterapkan oleh Rasulullah SAW. Tak heran, selama hidupnya Rasul terkenal tak pernah sakit, karena menjalankan pola hidup sehat, salah satunya dengan menerapkan pola makan buah sebelum nasi. Hal menarik yang dilakukan seorang peneliti Dr Stephen Carr Leon yang untuk keperluan thesisnya pernah melakukan pengamatan selama 8 tahun di Israel. Ia mendapatkan hasil bahwa orang Yahudi (Israel) terkenal cerdas karena salah satunya mereka sangat menjaga pola makan, yaitu dengan membiasakan makan buah sebelum makan nasi. Selain juga mereka sangat menjaga prinsip untuk tidak makan daging dan ikan secara bersamaan. Anak-anak Yahudi di Israel dibiasakan untuk makan buah-buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan heran jika dalam jamuan makan di rumah mereka, dihidangkan buah-buahan terlebih dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah-buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk. Dan akibatnya sangat lemah dan sulit untuk memahami pelajaran di sekolah.


Kereta eksekutif dari Gubeng menuju Stasiun Gambir kota Jakarta selama 12-15 jam. Kereta ekonomi perlu 24 jam untuk menempuh jarak yang sama. Dan pesawat terbang hanya dalam waktu 3 jam telah sampai pada tujuan. Hari Akhir tidak akan tiba hingga ‌ waktu berjalan dengan cepatnya. (H.R. Bukhari). Demikian yang disabdakan Rasulullah ketika bercerita tentang tanda–tanda akhir zaman. Di sepanjang sejarah, sudah ada suatu hubungan langsung antara kekayaan dan kekuatan rakyatnya dengan teknologi transportasinya. Masyarakat-masyarakat yang memiliki kemampuan untuk mengadakan sistem transportasi yang efektif dapat meningkatkan taraf kemajuan mereka. Maka itulah yang diceritakan padamu adalah sepenggal kisah yang membuka tulisan ini. Si kaya bisa melakukan perjalanan pulang pergi Jakarta-Surabaya dalam sehari, tapi si miskin baru bisa pulang kembali setelah 2 hari. Jarak-jarak yang sangat jauh akan dilintasi dengan waktu singkat. (H.R. Ahmad, Musnad). Pesan dari hadist di atas cukup jelas. Pada akhir zaman, jarakjarak yang sangat jauh akan ditempuh dalam waktu yang singkat oleh kendaraankendaraan baru. Pada zaman dewasa ini, pesawat terbang supersonik, kereta api, dan kendaraan-kendaraan canggih lainnya dapat membuat perjalanan yang dulunya hanya bisa ditempuh selama berbulan-bulan menjadi dapat ditempuh dalam sekian jam saja. Hebatnya, untuk melakukan perjalanan tersebut kita dapat merasa lebih mudah, nyaman, dan aman. Dalam hal ini, isyarat yang diriwayatkan dalam hadist tadi telah menjadi kenyataan. Al-Qur'an menyebutkan kendaraan-kendaraan yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi modern: Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (Q.s. an-Nahl: 8). Di sini, kita dapat memikirkan dengan mendalam makna ungkapan “waktu akan berjalan dengan cepatâ€? dalam hadist pertama, dari apa yang telah diceritakan sebelumnya. Jelaslah, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. Pada waktu akhir zaman, tugas-tugas akan dirampungkan dalam waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan dengan kurun-kurun waktu lainnya. Sungguh, kemajuan-kemajuan dalam sains telah memungkinkan adanya peluang di hampir semua hal untuk dapat diselesaikan dalam waktu yang jauh lebih singkat dan hasil yang jauh lebih baik. Sebuah h a d i s t s e r u p a m e n g u a t k a n p a n d a n g a n i n i : Saat Akhir tidak akan tiba sebelum waktu menyusut, setahun bagaikan sebulan, sebulan bagaikan sepekan, sepekan bagaikan sehari, sehari bagaikan sejam, dan sejam bagaikan nyala lilin.(H.r. Tirmizi). Referensi : saga-islamicnet.com


m

rang Musli

Saks

a Aku Seo ikan Bahw

.)

ityatin L.H

yyu F (Edited by A


Bagian 4: Menenun Jalinan Cinta



“Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada salat dan saum?” Sahabat menjawab, “Tentu saja!” Rasulullah pun kemudian menjelaskan, “Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka, (semua itu) adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” (H.R. Bukhari-Muslim).





Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.