jongArsitek!
jongarsitek@gmail.com
Selamat menikmati.. Desain menginspirasi
Except where otherwise noted, content on this magazine is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 License
“Well, when we came back back to Rotterdam, everything there was orderly, straight and clean, as terribly boring as many cities look today, which are actualy not cities but suburbs. I noticed at the time how i much i’d liked it in Indonesia, how provisional and unfinished everything was there. How lively chaos is, for example, the markets, all the trading and haggling is done beneath the open sky. Anyone who’s ever experienced that will find our sterile shopping zones unappealing. ”. Rem Koolhaas; Talking Architecture - Interviews with architects (2008)
3
JongEDITORIAL! oleh : Danny Wicaksono edisi 11, mari memulai dengan segar...
kekuasaan seorang arsitek atas sebidang ruang alam. Akan selalu ada keberadaan makhluk dan hal-hal mutlak lainnya yang tidak boleh di kesampingkan begitu saja. Variabel-variabel kehidupan yang bersiklus dan kemudian mewajarkan hidup kita. Agak berbeda dari edisi-edisi sebelumnya, saya persembahkan editorial ini untuk kontrol, sesuatu yang langka saya lihat di banyak karya arsitek-arsitek muda di Indonesia. Terlalu sering arsitektur di bangsa ini termakna lebih rendah daripada potensi kemuliaan yang mungkin dapat di hadirkannya. Dan terlalu banyak dari mereka yang terlalu cepat berpuas atas karya yang sudah di hasilkannya. Hidup ini adalah perjalanan, dan arsitektur adalah penjelajahan. Yang sudah kita pilih dan harus kita pertanggung jawabkan.
Suatu pagi menyadarkan saya, bahwa lebih penting menjadi manusia yang baik daripada menjadi arsitek yang hebat. Tidak bermain menjadi “tuhan�, namun bersikap pantas, sebagai seorang manusia yang berarsitektur dan mencipta ruang. Mudah untuk mencoret dan mencipta bentuk. Bermain dengan plastisitas atau geometri janggal yang membuat beberapa orang bersepakat atas keindahan yang coba ditawarkan. Namun berapa banyak yang kemudian sadar atas kodrat mereka sebagai manusia, dan bernegoisasi dengan ego mereka untuk membuat sebuah ruang yang bermakna lebih dari apa yang kasat mata? Bagi saya, menjadi seorang arsitek berarti sebuah tanggung jawab hidup untuk menghadirkan ruang bagi manusia lainnya. Bertanggung jawab kepada sang pencipta, atas semua intervensi kita terhadap alam, dan semua ciptaannya. Alam ini bukan kertas kosong, tempat selamat membaca semuanya, semoga mengaris bermacam derajat bisa dirangkai dan ter- ginspirasi.... hubungkan untuk mewujud menjadi bangunan. Ego pun rasanya jadi terlalu liar, jika harus tersalurkan lewat bentuk tanpa makna, yang merayakan
Kontributor
tanpa basa basi, anda bisa mengecek profil mereka langsung ke Facebook dan media sosialweb lainnya.
dona paramita http://puffydona.multiply.com
Danny Wicaksono http://www.facebook.com/profile. php?id=537977711
Noviardi Prasetya Glenn Chajadi http://www.facebook.com/profile.http://www.facebook.com/profile.php?id=835774447&ref=mf php?id=72867975
Rafael Arsono http://www.facebook.com/profile.php?id=621537643
Realrich Syarief Sou Fujimoto http://www.sou-fujimoto.com/ http://www.facebook.com/profile.php?id=693261239
p10
p18
jongTulisan
jongGamba
Mensana In Corpore San
Konsep VS Detail
p20
jongGambar Final Wooden House
p30
jongTulis
2 jam bersama K
p8
jjongArsitek! E d i s i 1 1 , 2 0 0 9 | d e s a i n m e n g i n s p i r a s i
p4
jongFoto
my shoes on vacation
jongEditorial
sambutan dari redaksi kita
ar
no
san
Koolhaas
p34
jongGambar Learning Park
8
myshoesonvacatio
jjongArsitek! E d i s i 1 1 , 2 0 0 9 | d e s a i n m e n g i n s p i r a s i
9
on
by : dona paramita
10
MENSANA IN C (Di dalam tubuh
11
CORPORE SANO h yang sehat, tersimpan jiwa yang kuat) oleh Realrich Syarief
12
Design dari Rumah Sakit Akademik UGM ini terinspirasi dari analogi peredaran darah dalam tubuh manusia, dimana pusat dari site diibaratkan sebagai jantung yang merupakan pusat kegiatan rumah sakit Universitas Gadjah Mada dan jalinan sirkulasi manusia sebagai struktur pembuluh darah utama yang membentuk sirkulasi di dalam massa bangunan. Kriteria rancangan yang ingin dicapai ada 3 , 1) Mengambil tema yang dekat dengan dunia kedokteran dan akademis menimbang fungsinya sebagai Teaching Hospital, 2) konfigurasi bangunan yang tropis, dan 3) mengakomodasi fungsi – fungsi sesuai dengan standar – standar yang berlaku. Gagasan Rancangan Rumah Sakit Akademik (RS Akademik). Sebagai sebuah RS Akademik mengemban dua peran sekaligus yaitu memberikan pelayanan kesehatan umum (Standar Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas B yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Medik dan Gigi Spesialistik Tahun 2005) serta peran sebagai center for excellent dengan menggunakan forum program pendidikan dan penelitian. RS Akademik UGM akan dikelola oleh
Unit Pelaksana Teknis UGM. Melalui Unit Pelaksana tersebut, RS Akademik UGM siap dikelola dan berorientasi kepada tercapainya kinerja operasional dan finansial rumah sakit yang baik dengan tetap mengedepankan fungsi sosial sebuah rumah sakit. Disamping RS Akademik UGM sebagai RS pelayanan kesehatan umum juga sebagai RS pelayanan spesialis (misal : Pelayanan Jantung dan Kardo Vaskuler Invasive, Pelayanan Ginjal, Pelayanan Bedah Jantung, Pelayanan Mata spesialistik). Orientasi Bangunan didesain dengan menggunakan arah orientasi bangunan Utara - Selatan. Keadaan ini meminimalisasi cahaya matahari langsung dari arah barat masuk ke bangunan dalam konteks area yang ada di daerah tropis. Pemilihan bentuk atap massa bangunan hunian menggunakan atap joglo untuk menonjolkan budaya jawa dan konteksnya untuk memenuhi konstruksi yang efisien dan mengakomodasi iklim tropis. Mengingat besarnya KDB, mengakibatkan lahan yang bisa terbangun hanya maksimal 20%, sehingga massa bangunan dipecah-pecah menjadi massa kecil. Pemecahan massa bangunan ini juga dimaksudkan untuk memaksimalkan ca-
jjongArsitek! E d i s i 1 1 , 2 0 0 9 | d e s a i n m e n g i n s p i r a s i
13
jjongArsitek! E d i s i 1 1 , 2 0 0 9 | d e s a i n m e n g i n s p i r a s i
view.interior
haya matahari yang masuk dan penghawaan alami. Dengan memecah massa bangunan menjadi kecil maka didapat pengaturan optimum single loaded corridor. Secara Umum, daerah hunian yang berisi rawat inap dan asrama dipisahkan dengan fungsi publik didesain secara berdekatan namun dengan pemisahan vertikal yang jelas. Fasilitas rawat inap diletakkan di lantai 2 dan fungsi public diletakkan di lantai dasar dan lantai 1. Potensi site memiliki 2 akses masuk dari sisi barat dan timur. Strategi yang di pakai untuk akses sirkulasi pemisahan daerah public di sisi barat dan daerah yang privat di sisi timur dengan pertimbangan sisi barat yang memiliki densitas lebih tinggi untuk kendaraan bermotor, Jalan sebelah barat memiliki lebar lebih besar, 12 meter, sedang-
kan jalan sebelah timur, 9meter. Oleh karena itu, jalur masuk utama atau umum diletakkan disebelah timur sedangkan jalur privat dan emergency masuk dari sebelah timur. Fungsi Layanan konsultasi rawat jalan diletakkan di sisi barat bangunan. Di daerah sisi barat diletakkan fungsi pelayanan poliklinik umum, poliklinik gigi, pelayanan spesialis dan radiologi. Hal ini menyebabkan daerah public diletakkan di sisi barat. Fasilitas yang terdapat di sisi timur termasuk instalasi bedah, laboratorium dan beberapa fasilitas penunjang. Fasilitas penunjang yang terdapat di sisi barat termasuk auditorium, bangunan penerima dan fungsi pelayanan. Di dalam fasilitas pelayanan sendiri terdapat poliklinik umum, poliklinik gigi, pelayanan spesialis dan radiologi. Auditorium diletakkan di daerah sisi area karena akses publik yang langsung dan
jjongArsitek! E d i s i 1 1 , 2 0 0 9 | d e s a i n m e n g i n s p i r a s i
view.entrance
dimungkinkan untuk mengakomodasi fungsi - fungsi public yang membutuhkan akses lebih cepat dan lebih besar. Fungsi Layanan konsultasi rawat jalan diletakkan di sisi barat bangunan. Pemulasaran Jenazah diletakkan di sisi belakang site, beserta dengan sirkulasi privat menuju daerah belakang seperti asrama, perpustakaan. UGD di diletakkan dekat terhadap jalan masuk darurat untuk mempermudah akses langsung mobil ambulance ke instlasai gawat darurat. Landsekap dan ruang public terbuka. Ruang - ruang taman diletakkan di dalam podium sebagai pelataran dalam yang dirasakan oleh pengunjung begitu memasuki Rumah Sakit Akademik Universitas Gajah Mada. Ruang taman ini juga sebagai tempat untuk
membudidayakan taman obat tropis Indonesia dan selain berfungsi untuk meneduhkan , taman ini juga berfungsi sebagai tempat penelitian herbal. Ruang terbuka publik diletakkan di lantai 2 [atap podium] sehingga menciptakan ruangan relaksasi bagi pasien dan plaza terbuka di atas langit. Dengan cara ini rumah sakit menjadi rumah sehat yang mendorong orang untuk sehat dari kegiatan relaksasi yang didiukung oleh segi arsitektural. Ketua tim: Realrich Sjarief Anggota : Meirisa Trinkawati Mondrich Sjarief
18
- Konsep vs Detail Danny Wicaksono Dalam arsitektur ada dua hal penting yang harus selalu dipikirkan dan berjalan paralel (tetapi dalam ruang pikir yang berbeda) yaitu Konsep dan Detil. Konsep bicara tentang mimpi, sedangkan detil bicara tentang realita. Adalah konsep besar yang membuat sebuah bangunan besar, tetapi adalah detil-detil kecil yang membuat sebuah bangunan bekerja, dan sebuah karya arsitektur yang baik adalah sebuah karya yang pemikiran konseptual tentang ruang dan pemikiran detilnya berbanding seimbang, 100% : 100%. Tidak ada yang satu lebih dari yang lain, keduanya harus di pikirkan dengan fokus dan energi yang sama. Bagi banyak arsitek muda, lebih mudah bicara tentang konsep-konsep arsitektural, tapi sedikit yang mengerti detil, padahal pada kenyataannya, detil harus menunjang konsep besar, karena detil lah yang merangkai elemen-elemen bangunan menjadi satu bangunan utuh. Sebuah konsep diatas kertas tidak akan pernah terbangun tanpa rangkaian lantai
dinding dan atap, sama seperti masing-masing elemen itu tidak akan terbangun tanpa elemenelemen kecil yang merangkai mereka. Konsep yang besar, tidak akan ada artinya tanpa detil yang baik, karena biar bagaimanapun dan sampai kapanpun, 90% dari pengalaman manusia atas arsitektur, ada di dalam ruang dengan luas, seluas ruang sensasi panca indera mereka. Konsep besar mungkin berbicara tentang hubungan antara bangunan dengan sekelilingnya, tetapi detil berbicara tentang hubungan antara ruang dengan penggunanya. Sampai kapanpun saya rasanya tidak akan pernah lupa kesan yang saya dapatkan ketika mengunjungi “Bird’s Nest� karya Herzog&DeMeuron di Beijing. Dari jarak lebih dari 2Km, bangunan itu adalah salah satu bangunan paling menakjubkan yang pernah saya alami. Kami yang datang dari “Ring Road 5� benar-benar tersentak ketika bangunan itu muncul dari balik bangunan tinggi yang kini bertebaran
jjongArsitek! E d i s i 1 1 , 2 0 0 9 | d e s a i n m e n g i n s p i r a s i
di setiap sudut kota Beijing. Rasanya seperti di tampar oleh kemegahannya. Letaknya yang amat berjarak dari bangunan-bangunan di sekellingnya membuatnya bisa dirasakan penuh. Berdiri anggun dengan kompleksitas, namun outline bentuknya yang tidak bersudut membuatnya tampak sangat elegan. Meskipun baru saja selesai di bangun, dia seperti wanita berusia senja, berwajah cantik yang tersenyum kepada siapa saja. Sebuah karya arsitektur yang saya yakin, membuat semua penduduk Cina menepuk bangga dada mereka. Tapi semua kekaguman itu kemudian berubah. Dari jarak 200 meter semua detil bangunan itu mulai kelihatan, dan sangat mengejutkan. Rasanya penentuan detil, harus lebih dari sekedar latar belakang estetika. Akan sangat menyenangkan dan mungkin lebih berguna, jika rangkaian-rangkaian detil membawa kepada kemungkinan-kemungkinan ruang baru yang bisa
mendefinisi kembali pemahaman tentang ruang. Ketika hal ini terjadi, maka inilah saat ketika konsep besar dan detil kecil bertemu dengan mutual, dan bukan tidak mungkin arsitektur yang terbangun kemudian menjadi fenomenal. Saya adalah pemimipi. Bahkan mungkin terlalu sering bermimpi. Saya sering bermimpi membuat sebuah arsitektur yang belum pernah di pikirkan oleh siapapun. Menciptakan sebuah preseden ruang baru yang bisa memperkaya khasanah arsitektur indonesia. Tetapi setiap selesai bermipi saya selalu teringat realita bangunnya, disinilah titik ketika arsitektur berubah menjadi bangunan. Arsitektur bukan lagi awang-awang tentang hubungan ruang, program, dan konsepkonsep besar tentang rasa ruang. Arsitektur bukan lagi sketsa-sketsa atau tulisan 15 paragraf yang menjabarkan latar belakang penciptaannya. Arsitektur, dalam pikiran saya, harus kemudian mewujud menjadi bangunan, menyata dari gambar-gambar render program 3 dimensi apapun.
19
20
Let me start with some other titles I had in mind for this contribution. ‘Building Beijing, building the bird’s nest’, ‘Ignorance, disinterest and repetition, factors determining the worldwide design discourse’, ‘Why (most of) architectural journalism sucks’, ‘Architectural journalism and the terror of the template’, ‘A golden medal for mediocrity, the analysis of architectural reviews during the Beijing Olympics’,...
jjongArsitek! E d i s i 1 1 , 2 0 0 9 | d e s a i n m e n g i n s p i r a s i
SOU FUJIMOTO FINAL WOODEN HOUSE Kumamoto, Japan Design: 2005–06 Construction: 2007–08 Architects: Sou Fujimoto Architects— Sou Fujimoto, principal-in-charge; Hiroshi Kato, project team Clients: Kumamura Forestry Association Consultants: Jun Sato Structural Engineers—Jun Sato, structural; Sirius Lighting Office— H i r o h i t o To t s u n e , l i g h t i n g G e n e r a l c o n t r a c t o r : Ta n a k a g u m i C o n s t r u c t i o n — To s h i h i k o S h i r a k i Structural system: wood Major materials: wood, exterior and interior Site area: 89.30 m2 Built area: 15.13 m2 To t a l f l o o r a r e a : 1 5 . 1 3 m 2 ( n o t i n c l u d i n g l o f t ; 7 . 5 m 2 )
21
〃 〃 〃 〃 〃 〃 〃 〃 350
11
10
10
05
05
01
01
200
350 〃
建物H=4050 木部H3850
11
X00
X11
22
X00
C
Y11
Y00
W=4200
W=4200
A面
B面
X11
I t h o u g h t oY11 f m a k i n g a n u l t i mY11 ate wooden architecture. It was conceived by just mindlessly stacking 350mm square L u m b e r i s Be x t r e m e l y v e r s aD tile. In an ordinary wooden architecture, lumber is effectively differentiated according to functions in various localities precisely because it is so versatile. Columns, beams, founY00 Y00 dations, exterior walls, interior walls, ceilings, floorings, insulations, f u r n i s h i n g s , s X00 t a i r s , Aw i n d o X11w f r a m e s , m e a n i n g a l l . H o w e v e r , I t h o u g h t i f lumber is indeed so versatile then why not create architecture by one rule that fulfills all of these functions. I envisioned the creation of new spatiality that preserves primitive conditions of a harmonious entity before various functions and roles differentiated. T h e r e a r e n o s e p a r a t i o n s o f f l o o r, w a l l , a n d c e i l i n g h e r e . A p l a c e t h a t o n e t h o u g h t w a s a f l o o r b e c o m e s a c h a i r, a c e i l i n g , a w a l l f r o m v a r i ous positions. The floor levels are relative and spatiality is perceived d i f f e r e n t l y a c c o r d i n g t o o n e ’s p o s i t i o n . H e r e , p e o p l e a r e d i s t r i b u t e d three-dimensionally in the space. This is a place like an amorphous landscape with a new experience of various senses of distances. Inh a b i t a n t s d i s c o v e r, r a t h e r t h a n b e i n g p r e s c r i b e d , v a r i o u s f u n c t i o n a l ities in these convolutions.
jjongArsitek! E d i s i 1 1 , 2 0 0 9 | d e s a i n m e n g i n s p i r a s i
11
11
10
10
〃 〃 〃 〃 〃 〃 〃 〃 350
05
11 10
350 〃
01
11
11
10
10
05
05
01
05
X11
X00
Y00
W=4200
01
Y11
W=4200
01
01
200
建物H=4050 木部H3850
05
X00
X00
C面
C
X11
W=4200
A面
B面
X11 Y11
B
D
Y00
Y00
A
D面
W=4200
Y11
X00
Y11
X11
Y00
This bungalow no longer fits the category of wooden architecture. If wooden architecture is merely something made from wood, then wood itself surpasses the architectural procedures to directly become a “place where people live” i n t h i s b u n g a l o w. I t i s o f a n e x i s tence akin to primitive conditions before architecture. Rather than just a new architecture, this is a new origin, a new existence.
Sou Fujimoto
23
24
jjongArsitek! E d i s i 1 1 , 2 0 0 9 | d e s a i n m e n g i n s p i r a s i
25
26
jjongArsitek! E d i s i 1 1 , 2 0 0 9 | d e s a i n m e n g i n s p i r a s i
27
28
jjongArsitek! E d i s i 1 1 , 2 0 0 9 | d e s a i n m e n g i n s p i r a s i
29
30
- 2 Jam Bersama Koolhaas Rafael Arsono
Saya terkejut mendengar kabar kuliah dari Rem Koolhaas, dua hari sebelum hari H. Walaupun berita tentang waktunya masih simpang-siur, akhirnya saya bisa hadir di tengah kuliah dari salah satu arsitek terpenting dunia saat ini, yang diadakan tepat pukul 15.30 di kampus Politecnico Milano Bovisa. Koolhaas membuka kuliahnya dengan gambar Seattle Public Library. Di awal lecture, dia bilang tidak ingin sekedar membahas proyekproyek saja. Dia ingin bicara tentang arsitektur di dunia saat ini yang dipengaruhi pasar global pada dua titik. Pertama, pasar global menggeser peran archistar sebagai brand. Sebagai contoh Bilbao Guggenheim sebagai cap dari seorang Gehry, yang kemudian mendesain sesuatu yang mirip untuk Guggenheim Abu Dhabi. Gelombang ekonomi yang dahsyat ini menghendaki arsitek-dan arsitekturnya--menjadi icon. Semakin heboh bentuknya, semakin atraktif kotanya (baca: mendatangkan banyak turis dan pendapatan daerah).
Pada titik tersebut, arsitek menjadi setara dengan salesman. Kebutuhan terhadap icon muncul untuk menjawab kebutuhan metropolis baru yang haus akan pengakuan dunia, seperti Beijing dan Shanghai dan areal baru yang siap disulap menjadi ‘keajaiban dunia abad-21’, yaitu gurun-gurun di Timur Tengah, seperti Dubai dan Abu Dhabi. Keadaan ini mendorong biro-biro arsitek kecil-yang namanya nggak pernah kita dengar sama sekali--muncul dengan desain instant, meniru para stararchitect. Koolhaas menunjukkan rendering proyek Zaha Hadid dan Libeskind yang ‘dipalsu’ biro-biro kecil. Lantas dimana bedanya yang asli dan palsu?? (retorik, tentu saja banyak). Masalahnya, hal ini merupakan titik dimana arsitektur sudah capek, dan menjauhkan arsitektur itu sendiri dari hakikatnya. Koolhaas mengajak para arsitek muda untuk me-
jjongArsitek! E d i s i 1 1 , 2 0 0 9 | d e s a i n m e n g i n s p i r a s i
big size project, which automatically makes the building iconic.” Koolhaas juga mengenang terakhir kali dia merancang tipologi rumah tinggal, yaitu Maison Bordeoux. Dia mengaku bahwa gelombang ekonomi global menggeser OMA jauh dari proyek rumah tinggal yang menurut dia sangat intimate dan menyita perhatian yang sama besarnya dengan mendesain bangunan skala besar. intermezzo...setelah penghuni Maison Bordeoux meninggal dunia, saat ini rumahnya dirawat oleh pembantu keluarga tersebut, sehingga keadaannya masih bagus kecuali atapnya bocor di ruang TV.
nemukan pemikiran lain untuk arsitektur. Dalam hal ini, OMA keluar dari jalur being iconic. Untuk proyek di Dubai, dengan tema simplicity, mereka mendesain gedung raksasa, tinggi 300 meter, lebar 200 meter, dengan ketebalan hanya 21 meter, yang berisikan kantor, hotel dan apartemen dengan interupsi fasilitas publik di lantai dasar, tengah, dan rooftop. Buat saya, it’s just a matter of style, it’s bigness is still be iconic. Benar saja, pada sesi tanya-jawab setelah presentasi tepat satu jam, salah satu mahasiswa menanyakan posisi OMA yang nggak jelas, antara being iconic sama nggak iconic tapi jadinya iconic. Saya rasa hanya itu pertanyaan menantang sore itu. Dan jawaban Koolhaas (yang saat itu juga menggunakan translator untuk menampung pertanyaan bahasa Itali), kira-kira demikian : “...i guess our approach has to be clear to start from the question of function and needs, not just about being iconic. You can not avoid not to be iconic because you have super-
Kedatangan Koolhaas tentu saja bukan kebetulan, gosipnya OMA hendak menangani kawasan kampus Politecnico Milano (disingkat Polimi) Bovisa, yang berada di pinggiran kota Milan, keadaannya seperti kota mati, sangat sepi. Polimi Bovisa dikenal memiliki professor dan pengajar yang fanatik terhadap sejarah serta cenderung konservatif. Sementara tempat saya kuliah, Polimi Leonardo, lebih terbuka terhadap hal-hal baru. Herannya, kenapa Bovisa mengundang Koolhaas untuk mengembangkan kawasannya?? jawabannya belum jelas, namun dapat dipastikan Koolhaas tidak mengambil pendekatan yang sama dengan proyek “Dubai”. Selepas acara, tepuk tangan pengunjung yang berjubel seperti tepukan nonton opera, lama, seakan meminta Koolhaas untuk bicara lagi. Menurut saya dia cerdas dan intellegent. Dia menjawab dengan sangat lugas dan tidak bertele-tele, seakan secara emosional tidak terikat dengan proyek yang banyak dikritik orang. Satu hal lagi, selain kurus, botak, dan matanya berkantong, seperti yang kita liat di foto, Koolhaas itu tinggi banget, saya se-dagunya dia, Rafael Arsono
31
32
- Schools Out ? Glenn Chajadi Thom Mayne, Toshiko Mori, I.M.Pei, Phillip Johnson, Yoshio Taniguchi, etc. What is the common denominator for all this so-called “starchitects” from different eras? They all took their graduate studies at the Harvard Graduate School of Design in Boston, Massachusets. How much their education factored in their eventual success is very hard to measure. But I think we can all be sure that having a graduate degree in architecture wouldn’t hurt your chances in the architectural waters that you will navigate in. I know, I know, architecture is best educated outside the classroom, by travelling, learn the trade by jumping straight to the field. But for every self-thought Tadao Andos out there, there seems to be ten others that have a significant educational background. While there are plenty good grad programs here in Indonesia, when there’s a chance of taking one abroad, I think for most of us it would be lying if we don’t choose to pick the latter. If you have
a passion for teaching and being involved in an academic settings, getting a masters degree allows you to be a lecturer yourself here and/or abroad. After school is finished, young architects have the opportunity to work for the many different architectural offices in their respective cities. This is a very good opportunity to learn different office cultures, organizations, design methodologies and hopefully absorbs a lot of things that they can take back home to advance the architectural scene here at home. The usual suspects are of course the Harvards, MITs, Cornells, AAs, out there. But looking at the latest Architectural Records and other publications, more and more young and upcoming promising young architects got their M.Arch from the more, dare I say, less known schools out there. ETH Zurich, Politecnico di Milano, SciArc, IAAC, and TU Delft, to name a few. The global nature of today’s culture helps these other schools getting
jjongArsitek! E d i s i 1 1 , 2 0 0 9 | d e s a i n m e n g i n s p i r a s i the type of names to teach and lecture that once an M.Arch in the AA is £23,453 for a 16-month only the best schools are be able to get. I mean, programme, with living in London, travelling costs God knows how these architects maintain a busy for study trips, among other expenditures, it could office and still teach at the same time, but look at set you back around (total) £44,000, thats almost Jacques Herzog, listed as lecturer in Harvard and 694 million rupiahs. Lets go to the US shall we, also ETH Zurich, all the while still juggling massive and I’m going to pick a mid-range school in a city projects in 3 different continents. He must’ve been that is not too expensive. University of Virginia in taking his vitamin C religiously. Or at least his staff Charlottesville, Virginia, has a good programme, it are. The internet and the more widening range of cost $11,100 per semester, so for a 2-year M.Arch multiple publications also helps their graduates to programme, along with other living expenses, it market themselves easier than their predecessors will cost you (total) $80,400, thats around 911 that relied on relations and networks that makes million rupiahs. The IaaC (Institut d’arquitectura graduates from bigger schools have clear advan- avancada de Catalunya) is a new 3-term, 12 tage. So there are a lot more good options for a months Master in Advance Architecture program graduate education today than ever. in Barcelona that costs €12.500, and with living Theres 4 major categocost, the total would be ries in choosing the right approximately €21,380, graduate programme for which is around 321 milyou. First, Each school lion rupiahs. has their own, well, I’ll As a comparison as to be doomed if I say style, the necessity to get a so I say, focus. Harvard master’s degree for us with its buildable comthat is planning on buildplex geometry, Columing a career in Indonesia, bia with its blobopolis, in the United States, it is Auburn University with its actual real-world build- mandatory by the AIA (American Institute of Archiing and social responsibility. So pick the one that tects) to have a masters degree (or a professional really excites you. Second on the list is the location 5 year B.Arch degree) in order to get a professionof the school, which is a huge part of the educa- al architectural licence, well, subject to passing tion itself. If you’re going to school in New York for a few not so easy tests that is. Here, you barely example, the city itself is a living, breathing labo- need a S-1 in architecture to practicing as an arratory of architecture and urbanism. Third is the chitect (not for long if the IAI has their way in the lecturers, professors, that you will learn to know in legal system, something that I am a big supporter the process is priceless in your future careers. The of myself). Most of the well-known and succesfull network that you get from attending some of these architects we have here in the country are holders schools are also priceless in future careers. Job of Bachelors degree from local universities. Look offers, clients, recognition and publications might how they have turn out. Some of their excellent come from the people that you went to school works have braced the latest Phaidon “big book” with, or people that know these people. Fourth, of contemporary architecture. And each looked and this is probably the most vital, is of course the right in place among the Harvard, MIT, Yale, gradmoney. If you can find a scholarship that take you uates’ works that reside just a couple pages beto breeze through, then great. But for most of us fore and after. Finally, your built portfolio is worth probably need to be good super savers, and may- ten times your educational background to potenbe be a little bit nicer to the parents. And explain tial clients, and this goes universally almost anyto them why is it again you need their retirement where. So, many young architects would rather savings to torture yourself sleepless for another have professional experience for two years, rather two years. than a academic education. The money issue brings us to a “bleaker” side of Now all these are still the tip of the iceberg. Go going to school abroad. The current global eco- find out for yourself which school is right for you, nomic situation makes it really hard, financially, to go to the website, ask for the booklet, calculate rationalize the need to go abroad to get your grad- your potential expenses, ask around those who uate education. Although there is a whole range of has actually done it. You have to find it deep programmes that you can pick that would fit your within you, and your wallet, to go abroad for a budget. Let me give you three varying examples: Master’s degree. Its worth it. If its for you.
“ The money issue brings us to a “bleaker” side of going to school abroad. “
33
34
jjongArsitek! E d i s i 1 1 , 2 0 0 9 | d e s a i n m e n g i n s p i r a s i
35
Learning Park oleh : Noviardi Prasetya Team sayembara: Adi Putra Utama, Noviardi Prasetya, Monica Renata, dan Yori Antar. Teringat ketika kecil, bermain bersama teman-teman kompleks di halaman belakang sebuah klinik yang pada waktu itu masih memiliki taman hijau yang bebas diakses oleh public, begitu segar dan menyenangkan. Cahaya matahari pun masih mencuri-curi masuk melalui gerombolan pohon angsana yang menjulang tinggi, terbentang hamparan rumput yang luas,dan kicau burung bersahut-sahutan disana. Tempat itu merupakan ‘surga’ masa kecilku.Ketika itu saya belum menyadari betapa berharganya sebuah taman hijau seperti itu, yang ternyata akan menjadi sebuah pemandangan yang langka di kota seperti Jakarta nantinya..
36
Ruang kota kita dalam perkembangannya menjadi sangat menekan, dan menyiksa. Jakarta adalah kota yang luas namun sempit, luas secara area kota yang mencapai 661,52 Km², namun secara ruang sangat sempit, begitu keluar rumah langsung bertemu dengan jalan aspal yang dikuasai kendaraan beroda, bahkan untuk berjalan kaki pun sulit menemukan pedestrian yang layak. Untuk bermain pun, anak –anak harus berbagi dengan mobil yang melintas. Menyingkir ketika ada mobil yang akan lewat dan kembali menggiring bola atau kembali mengayunkan raket setelah di-interupsi oleh kendaraan yang melintas. Dengan kasat mata kita sudah dapat membandingkan dengan kota-kota lain diseluruh dunia melalui pencitraan satelit google earth bahwa kota Jakarta merupakan “kota merah” yang cukup chaos,berbeda sekali dengan banyak kota besar lain di dunia yang masih nampah hijau dan tertata. Bila membandingkan kondisi ini, berarti banyak generasi sekarang yang sudah kehilangan ‘surga’ masa kecil mereka. Mereka telah kehilangan
makna akan sebuah ruang hijau,ruang sosial dan kultur, mereka menjadi acuh tak acuh akan alam. Mungkin kondisi ’Green Defisit‘ ini selain merusak daerah resapan juga ikut mempengaruhi perilaku sosial masyarakat yang semakin sensitive dan mudah meledak. Maka sangatlah perlu untuk menyadarkan kembali dan menciptakan kerinduan masyarakat akan ruang hijau, Meredam penatnya kota dengan sebuah ruang yang manusiawi, ruang untuk me-refresh tubuh dan pikiran. Kegelisahan ini berusaha dijawab dalam desain Taman Tebet dalam sayembara yang diadakan oleh Dinas Pertamanan Kota Jakarta pada tahun 2008. Menghidupkan kembali fungsi ruang hijau dan menghembuskan nafas-nafas sosial kedalam Taman Tebet. Sehingga taman tersebut dapat menjadi social generator bagi lingkungan sekitarnya, masyarakat akan berkumpul dan bersosialisasi diantara pepohonan rindang dan kicau burung, anak-anak akan bermain dalam taman tematik bebas dan aman dari interupsi kendaraan,remaja berolahraga atau sekedar menghirup udara segar
jjongArsitek! E d i s i 1 1 , 2 0 0 9 | d e s a i n m e n g i n s p i r a s i
rumput, kotak pohon bambu kuning, kotak angsana, dll), ada kotak untuk bermain, kotak pasir, kotak belajar, dan lainnya.
dipagi hari. Desain berangkat dari kondisi eksisting taman yang terbagi dua bagian utama oleh sebuah sungai kecil, kemudian ditentukan zoning fungsi didasarkan pada potensi alam setempat serta kondisi eksisiting lahan yang penuh dengan pohon rimbun, sehinga bentukan taman dirancang menyesuaikan dengan pohon eksisiting tanpa mencederai tapak berlebihan. Tiga kaidah utama diterapkan dalam pengembangan rancangannya, yaitu Space, Event, dan Movement . Bernard Tshumi sudah berhasil menerapkannya pada Parc de la Villette-nya di Paris, Perancis. Ketiga kaidah ini kemudian dijabarkan kedalam fungsi dan dipetakan kedalam site untuk mewadahi kebutuhan lokal setempat. Bagian barat yang berupakan pulau kecil difungsikan untuk taman tematik dengan membagi area tersebut kedalam kotak-kotak 10x10 m dan diisi dengan tema yang berbeda-beda, ada kotak untuk mengenal macam-macam jenis tanaman,(kotak anggrek, kotak untuk jenis-jenis
Sedangkan untuk daerah timur dibentangkan fungsi-fungsi budaya, landscape seolah-olah diregangkan keatas dan diselipkan fungsi-fungsi ruang sebaguna dan galeri dibawahnya, diatasnya terus menyambung padang rumput yang naik turun dan berakhir pada sebuah amphiteater untuk pertunjukan seni. Arsitektur menyatu dengan alam, menghindari apa yang dikatakan oleh Aaron betsky, architecture’s original sin. Sisi barat dan timur dipisahkan dan dihubungkan sebuah sungai, sepanjang sungai dihamparkan pedestrian walk selebar 3m sehingga dapat memberikan suasana yang nyaman dan menyenangkan, selain itu juga diletakan gasebogasebo untuk singgah dan beristirahat menikmati pemandangan sungai. Taman ini akan dipenuhi pengalaman-pengalaman ruang yang kaya, kegiatan sosial dan kultular yang menyatu sehingga masyarakat akan tumbuh dan belajar disana, belajar mengerti dinamika kehidupan kota besar yang sangat heterokultular, belajar bertoleransi terhadap orang lain, belajar berbudaya, belajar mencintai dan menghargai alam, belajar hidup sehat, dan belajar pentingnya sebuah ruang hijau.(nop)
37
socialitur
media acara dan sosialisasi event arsitektur
Pecha Kucha Bandung courtesy bree & Yulianti Tanyadji
38
jjongArsitek! E d i s i 1 1 , 2 0 0 9 | d e s a i n m e n g i n s p i r a s i
39