jongArsitek! 3.5

Page 1


“in what way may we modulate some future possible relationship between creativity and homeostatis or, let us say, between imaginative capacity and the now all-too-evident limitation of biosphere� (Frampton,2006))


jongArsitek! E di si 3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

3

jongArsitek!

jongarsitek@gmail.com

Selamat menikmati.. Desain menginspirasi

Except where otherwise noted, content on this magazine is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 License

foto : Paskalis Khrisno Ayodyantoro


JongEDITORIAL! oleh : Danny Wicaksono

Politik menenggelamkan semuanya. Apa yang lebih penting dari kekuasaan? Di negara ini, sepertinya tidak ada. Bagi sedikit orang, kekuasaan adalah hal yang paiing penting. Apapun caranya harus di dapatkan. Mungkin setelah uang, hal berikutnya yang harus dicari adalah kekuasaan. Bagi banyak yang lain, hal ini kemudian adalah hal yang menarik untuk diperhatikan, diperbincangkan dan diberitakan. Arsitektur, terpinggirkan. Dialami seharihari, namun luput dari perhatian mendalam yang membuatnya layak dijadikan bahan perbincangan publik. Di dalam negara yang terlalu sibuk dengan urusan mencari selamat posisi, diri dan jabatan; serta citra diri, korupsi dan selera pasar, arsitektur yang baik sangat sulit untuk kemudian diperbicangkan, apalagi di wacanakan oleh masyarakat luas.

Bagi yang muda, adalah sebuah keadaan yang sangat baik, berkembang dalam era tanpa dogma. Namun akan sangat buruk, jika keadaan tanpa preseden ini tidak diikuti dengan rasa lapar untuk mencari tahu dan kerja keras untuk memikirkan halhal baru, yang dapat mengisi kekosongan wacana. Wacana adalah pintu gerbang menuju inovasi. Makin banyak dan makin luas wacana yang ada, makin besar pula peluang hadirnya inovasi-inovasi baru dalam arsitektur Indonesia. Berwacana adalah kemewahan, sekaligus kewajiban orang-orang muda dalam budaya sebuah bangsa. Seperti di edisi-edisi sebelumnya, jongArsitek! edisi 3.5 kali ini, diisi oleh orang-orang muda dari seluruh dunia yang membagi pemikiran-pemikiran mereka. Ada beberapa rekan baru, dari beberapa negara yang ikut berkontribusi, ada rekan-rekan lama, dan ada juga rekan yang sedikit lebih tua, namun berjiwa sangat muda (ini yang paling penting). Kami melepas usia sebagai faktor penentu “muda�, karena kami meyakini, tua adalah saat ketika kita tak ingin ada yang berubah lagi. Kami bawa mereka ke ranah publik, dengan harapan ada letupan-letupan ketidak-puasan dan ketidak-setujuan atau pemahaman mendalam, yang sama-sama dapat melahirkan ide-ide segar lainnya. Kami harap dapat memicu pertukaran pemikiran yang lebih dalam.

Namun, apabila kita menyadari keadaannya, menerima konsekuensinya dan sadar dalam berusaha untuk mencapai tujuan menjadi lebih baik, tidak diperhatikan adalah keadaan yang paling baik untuk berkembang. Tidak adan- Selamat membaca jongArsitek! ya dukungan (yang memungkinkan untuk adanya 3.5, semoga dapat menginspirasi. titipan-titipan yang mungkin merusak objektifitas) atau ketidak-setujuan (yang dapat berujung pada danny wicaksono pembatasan), membuat kita bebas untuk berkembang, baik kearah yang lebih baik atau kearah yang lebih buruk.


Kontributor

jongArsitek! E di si 3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

tanpa basa basi, anda bisa mengecek profil mereka langsung ke Facebook dan media sosialweb lainnya.

Muh Darman Yibo Xu http://www.facebook.com/pro- http://www.facebook.com/profile.php?id=1520678414 file.php?id=712637538

Christopher Ong http://www.facebook.com/christophersurya

Errik Irwan Wibowo Charles Dewanto http://www.facebook.com/pro- http://www.facebook.com/ file.php?id=1465105016 charles.dewanto

David Hutama http://www.facebook.com/david.hutama

Mauludianti Wulansari twitter.com/tantisofyan

Rama Aditya


p4

j o n g E d i t o r i a l sambutan dari redaksi kita

p12

p8

j o n g F o t o muh darman

j o n g K a r y a Equall Wall

p18

j o n g K a r y a Rumah Tumbuh Moduler

p24

j o n g K a r y a Arsitektur dan Publikasi

foto : Varani Kosasih

p26

j o n g K a r

una bella giornata nella cittĂ di m


jongArsitek! E di si 3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

p38 y a

milano.

j o n g K a r y a

p36

Super Councourse

j o n g K o m i k

daftar isi

Gerundelan Arsitek


8


jongArsitek! E di si 3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

9

muh darman



jongArsitek! E di si 3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

11


CASTLE SFORZA

MAP OF MILAN AND SPANISH WALL

12

VIEW FROM THE EAST ALONG THE STREET

IDENTITY

MEMORY, ILLLUSION

PORTA VOLTA SITE


EQUAL WALL

jongArsitek! E di si 3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

2008_CULTURE CENTER PLAZA_MILAN_ITALY_WITH FABRIZIO INTROINI EQUAL WALL_WALL FOR EQUITY CONCEPT: Around Milan, there is a Spanish wall which was built in 17th century. Nowadays it was either ruined place or built residence. Several doors are situated along the wall. Porta Volta, the site of the cultural plaza, which is wasteland now, is one of it. It situates in the north east of the city, which used to be the toll station from Como to Milan. The project is to reuse the wasteland into a cultural center plaza. It includes the landscape and urban design of the plaza and 14 pavilions for 14 different countries. We created an EQUAL WALL around the site. It not only means the homage to the historical Spanish wall, but also provides an UTOPIA for the 14 different cultures inside the site. Furthermore, this site is right at the center point of all the minority communities in Milan. The seperation created by the wall indicates the absolute equity inside the plaza. The facade of used the vertical green which creates a beneficial micro environment.

ACTIVITIES + SPACE TYPO

First Year Architecture Studio Project Yibo Xu-Xianya Xu-Fabrizio Introini Professor : Cino Zucchi

13

CONCEPT


14


jongArsitek! E di si 3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i SECTIONS

ACTIVITIES + SPACE TYPO

LAYERS OF LANDSCAPE

VIEW IN THE PLAZA VIEW TO PORTA VOLTA, ANDPLAZA ENTRANCE

15

VIEW IN THE PLAZA

14 PAVILIONS FOR 14 CULTURES

MASTERPLAN


16


jongArsitek! E di si 3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

17


jongArsitek! Edisi 3 .5, 2 01 0 | de sa i n m e n gi n spi ra si

RUMAH TUMBUH M MAULUDIANTI WULANSARI RAMA ADITYA

18

Kebutuhan akan hunian rumah+sehat merupakan salah satu isu yang akan ada di negara ini. Menjadi tanggung jawab kita untuk selalu mengembangkan konsep konsep rumah murah yang dapat di terapkan Rumah murah+sehat selayaknya dilihat sebagai suatu sistem keseluruhan yang menyangkut desain bangunan, proses konstruksi, prilaku pengguna bangunan dan lain lain. Metode konstruksi pre-fabrikasi yang sudah di kembangkan di Indonesia seharusnya dapat digunakan secara umum bukan hanya digunakan untuk bangunan pasca bencana,.


jongArsitek! E di si 3. 3, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

MODULER

19


KONSEP RUANG + MASSA Supaya murah, maka sesedikit mungkin membangun struktur di tapak. Dengan sedikitnya struktur yang terbangun maka penggunaan ruang luar harus dimaksimalkan sehingga mendukung ekstensi ruang dalam. Ruang luar merupakan ekspansi dari pemanfaatan ruang dalam, baik secara fungsi maupun orientasi (view)

Ruang luar dijadikan ‘simpul’ sirkulasi

Ruang terbuka tidak terputus

Area penerima langsung ke simpul area

Ekspansi ruang dalam

ruang terbuka hijau

banyaknya ruang terbuka memungkinkan cahaya matahari masuk dengan maksimal

KONSEP RUMAH SEHAT cross ventilation

dinding berongga (susunan bata dgn celah)

20

panggung

Lantai 2

K. tidur utama + tangga + k.mandi + walk in closet

bata

Lantai 1 Living—Dining—Kitchen + tangga

x4

K. tidur

bambu

2

bilik

120

1

120

?

gypsum/ multipleks

kombinasi

Dengan menggunakan risha, memungkinkan fleksibilitas penggunaan material pengisi struktur. Disesuaikan dengan budget dan ketersediaan bahan di pasaran. Dan memungkinkan secara bertahap melakukan pengembangan, misal; pada tahap awal hanya menggunakan bilik, kemudian seiring dengan kesesuaian budget diganti menjadi bata. Pengambangan tersebut relatif mudah + murah karena semua elemen knock down dan lahan yg perlu diisi ukurannya sesuai modul material di pasaran.

11 modul

Area basah : k.mandi, toilet, area cuci

tahap 1

3

240

4

KONSEP RUMAH MURAH

tahap 2

Dengan menggunakan RISHA : 1. Waktu pengerjaan relatif singkat 2. Tenaga kerja yang dibutuhkan relatif seditkit 3. Sistem bongkar—pasang (knock down) 4. Moduler sudah bagus tanpa perlu di-finishing 5. Irit di biaya pondasi, karena hanya pondasi setempat 6. Memudahkan kemungkinan rumah tumbuh

tahap 3

tahap final

Sirkulasi udara maksimal Penetrasi sinar matahari maksimal Floor to floor yang efektif Material tanpa finishing Atap sederhana Grid struktur sesuai modul material

+


PENGGUNAAN ELEMEN STRUKTUR jongArsitek! E di si RISHA

3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

P3

detail sambungan P2

P1 120 x 30 x 10

P2 120 x 20 x 10

P3 30 x 30 x 30

TAHAPAN PENGEMBANGAN PENGGUNAAN RISHA PADA DESAIN

P1

P1 + P2 + P3

1 modul 3x3x3 terdiri dari : 1. P1 : 24 buah 2. P2 : 8 buah 3. P3 : 8 buah

3x3x3

21

bila hanya 1 lantai, balok cukup 1 buah

bila 2 lantai, balok menjadi double

lantai menggunakan dek kayu, agar dapat mengikuti sistem risha yang bersifat knock-down

Pengembangan modul risha yang diaplikasikan pada desain, terdiri dari : 1. P1 2. P2 3. P3 4. Papan kayu 2x20x300 5. Balok kayu 6/15 6. Pondasi setempat

: 24 buah : 8 buah : 12 buah : 14 buah : 4 buah : 4 buah

panggung

dengan menggunakan sistem risha, model hanya membutuhkan pondasi-pondasi setempat —sloof gantung


DESAIN

Denah Lantai 1

c

d

Denah Lantai 2

c

e

c c

a

b e

a b

22

Denah Atap

c

e a. Area Living—Dining—Kitchen b. Area penerima c. Kamar tidur d. Area basah : kamar mandi, toilet, area cuci e. Area multi fungsi / ekspansi ruang dalam

a. Kamar tidur utama b. Walk-in closet c. Kamar mandi

Tampak Utara

Tampak Timur

Potongan Melintang

Potongan Memanjang

0

1

2

3

5

0

1

2

3

5


jongArsitek! E di si 3. 5, 3, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

23


Arsitektur dan Publikasi David Hutama 24

Media, saat ini, menjadi satu agen mandiri yang mampu menentukan arah pesan. Sebagai hub, media berpengaruh besar dalam membawa pembaca/pendengar/penikmatnya meneropong dan memahami sebuah subyek. Hal ini melahirkan sebuah tegangan kondisi yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Masyarakat, sebagai pembaca/pendenganr/ penikmat mempunyai posisi kuat untuk menentukan diterima atau tidaknya suatu pesan sehingga bagaimana membungkus dan menyampaikan pesan tersebut menjadi aspek penting. Beragamnya media dan majunya teknologi publikasi membuat publikasi cetak tidak lagi memonopoli. Publikasi melalui jejaring sosial maya seperti facebook dan twitter menjadi jauh lebih ampuh, cepat dan massal. Lalu bagaimana sekarang sebaiknya dunia arsitektur (arsitek, penulis arsitektur, pengguna, dan sebagainya) memberdayakan perkembangan dunia publikasi yang pesat ini? Mempublikasikan arsitektur, jika memang tujuan dasarnya adalah untuk memberikan informasi agar masyarakat mampu mengapresiasi obyek tersebut dengan utuh, tentu tidak bisa sekedar foto-foto indah semata. Takdir dari sebuah karya arsitektur adalah untuk dialami dan ditinggali dan bukan untuk diamati apalagi menjadi sebuah komoditi visual. Oleh karena itu sebuah publikasi arsitektur harus sebisa mungkin mendekatkan si pembaca kepada pengalaman ‘mengalami’ tersebut melalui gambar-gambar, diagram, ataupun foto-fotonya. Secara umum pemahaman terhadap skala dan proporsi, hubungan satu ruang dan ruang lainnya, dan pembagian daerah privat-publik(dua aspek terakhir ini dalam bahasa arsitektur dikenal dengan istilah programing) adalah informasi minimal yang diperlukan untuk mengapresiasi arsitektur. Tanpa informasi-informasi ini, sebuah tulisan atau publikasi mungkin sulit mempunyai bobot dan kualitas yang mampu mengedukasi dan membantu masyarakat untuk mengapresiasi arsitektur dengan baik. Tentu dibandingkan foto, informasi-informasi berupa denah, potongan, apalagi diagramdiagram tidak memanjakan pembaca. Namun justru pada titik ini peran seorang penuli arsitektur menjadi penting untuk menentukan bobot, kualitas dan kredibilitas sebuah publikasi arsitektur; Sejauh mana ia mempunyai misi dan pernyataan dari sebuah karya arsitektur atau memang hanya ingin menjadi katalog belaka. Pada titik ini si penulis


jongArsitek! E di si 3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

atau editor, jika publikasi tersebut adalah kompilasi dari banyak karya, berperan sebagai Kritikus atau kurator yang menentukan arah pesan bagaimana karya-karya dalam publikasi tersebut ingin dipahami dan diapresiasi. Termasuk bagaimana sebaiknya misi dan pernyataan ini disampaikan dengan mempertimbangkan jenis dan pasar dari publikasi tersebut. Sebuah kritik arsitektur memang tidak dimaksudkan untuk menebak apa yang dipikirkan oleh si perancang. Seorang kritikus, justru memang menyampaikan interpretasinya dari karya-karya yang diulasnya. Obyek dari sebuah kritik adalah karya arsitektur dan bukan sosok arsitek-nya walau kadang berhubungan. Oleh karena itu, jelas memang subyektifitas dari sang kritikus tidak bisa dihindari dan juga tidak perlu dihindari. Bias subyektifitas ini yang justru mendorong terjadinya diskusi, pertanyaan, perdebatan, dan segala dinamika yang mampu membawa pemahaman kita tentang arsitektur ke tingkat yang lebih baik lagi. Jelas sebagai apa dan bagaimana arsitektur dipublikasikan tidak ada rumus wajibnya. Tiap media pun mempunyai peran dan konsumennya masing-masing sehingga tidak bisa diperlakukan dan diperbandingkan secara seimbang. Namun penulis arsitektur harus mampu menempatkan dirinya sebagai pihak yang mandiri tanpa semata-mata didorong oleh pasar apalagi untuk sekedar mengiklankan diri sendiri (vested interest). Etika penulisan dan penyuntingan, termasuk pengkurasian, adalah parameter etis yang bila dilanggar akan menjatuhkan kredibilitas si penulis dan karya-karya yang masuk di dalam publikasi tersebut. Northrop Frey dalam bukunya “anatomy of criticism” menyatakan bahwa fungsi dari seorang kritikus adalah untuk mengungkap hal-hal yang mungkin belum disadari oleh si pelaku dan penikmat karya. Kritikus bertugas memberikan koridor pemahaman tertentu sehingga sebuah karya menjadi punya bobot lebih bagi masyarakat awam. Sebuah peran dan tanggungjawab yang sulit mengingat bagaimanapun juga sebuah publikasi menjadi tidak berhasil jika masyarakat tidak bisa mencernanya, sebagus apa pun isi dari publikasi tersebut. Namun saya rasa fungsi dan peran ini lah yang dibutuhkan oleh masyarakat arsitektur di Indonesia. Semoga dengan makin maraknya publikasi arsitektur, peran kritikus ini juga semakin banyak yang mau mengemban sehingga arsitektur tidak melulu dipandang sebagai komoditi mahal semata oleh masyarakat kita. “Here is one,” said the Archdeacon. And, throwing open the window of his cell, he pointed with his finger to the immense church of Notre-Dame, which, with the black outline of its towers cut on a starlit sky, its stone sides and monstrous body, seemed a double-headed sphinx seated in the middle of the city. The Archdeacon for a while considered the gigantic edifice, then, stretching with a sigh his right hand toward the printed book that lay open on the table, while his left hand pointed at Notre-Dame, he said, “Alas! This will kill that!” Coictier, who had eagerly approached the book, could not help crying: “Why, what is so frightening about this? ‘Glossa in epistolas D. Pauli, Norimbergœ, Antonius Roburger, 1474?’ It is not new. It is a book of Pierre Lombard, the master of sentences. Is it because it is printed?” (Victor Hugo, The Hunchback of Notre-Dame)

25


una bella giornata nella cittĂ di milano. 26

Christopher Ong

una bella giornata nella cittĂ di milano. (cittĂ di il passato, il presente, il futuro.) Benvenuti a Milano ! Selamat datang di Milan. Menjejakkan kaki di Milan setelah bepergian dari kota lain di Italia, Stazione Centrale menyambut dan melepas setiap individu yang berpergian menggunakan kereta api ke seluruh penjuru Italia, dan juga ke negara Eropa lain seperti Perancis dan Swiss yang berbatasan langsung dengan Italia. Mata kita langsung disambut dengan kemegahan bangunan yang merupakan stasiun utama kereta api di Milan yang dibangun pada tahun 1906 untuk menggantikan stasiun kereta api yang sebelumnya digunakan pada tahun 1864 hingga tahun 1930-an. Mencoba menerka gaya arsitektur yang digunakan, pada jaman ia dibangun, gaya Liberty dan Art Deco memang dominan ditemui di bangunan ini.


jongArsitek! E di si 3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

Keluar dari Stazione Centrale, kita disuguhi sebuah piazza besar, yang sangat jamak ditemui di Milan. Begitu banyak piazza-piazza yang akan ditemui di seluruh pelosok kota, yang menjadi penanda lokasi serta pusat kegiatan masyarakat kota Milan. Biasanya sebuah area ditandai dengan sebuah piazza, atau sebuah ‘porta’ atau gerbang. Menuju pusat kota, kita bisa menyewa taksi, menaiki bus, tram, atau metro subway. Kesemuanya sangat nyaman dan terintegrasi satu sama lain dengan baik. Sebelumnya, jangan lupa membeli tiket jika tidak ingin membayar puluhan euro sebagai denda karena tidak memiliki tiket. Di Milan, petugas dari moda transportasi selalu berjaga di setiap titik pemberhentian untuk memeriksa tiket setiap pengguna kendaraan massal. Lebih baik membeli tiket untuk 1 hari seharga 1 euro, atau 10x perjalanan seharga 9 euro daripada harus membayar denda puluhan euro.

Ke pusat kota dengan taksi biasanya menghabiskan 20-30 euro, sedangkan dengan menggunakan moda transportasi massal, hanya sekitar 1-10 euro saja. Tiket bisa dibeli mesin-mesin tiket yang dapat ditemui di setiap pemberhentian metro, atau dapat dibeli di toko-toko dengan logo T (tabbachi). Biasakan menyapa siapa pun yang akan diajak bicara, atau ketika hendak membeli sesuatu : Buon Giorno (selamat pagi) atau Buona Sera (selamat sore/malam). Ketika sudah selesai, biasakan untuk mengucapkan : Grazie (terima kasih) dan Ciao atau Arrivederci (bye). Jika hendak mengucapkan permisi, atau maaf cukup mengatakan : Scusi atau Scusa.

27


28

‘Milan’. Jika anda coba mencarinya di sebuah mesin pencari online, maka akan keluar sekitar 139.000.000 juta hasil, dan mayoritas berhubungan dengan klub sepak bola Inter Milan ataupun AC Milan. Namun Milan bukanlah hanya sebuah kota yang mengagungkan sepak bola, well setidaknya menurut orang-orang Italia khususnya, ‘God comes first, then family, then soccer. It’s a religion.” Begitu menurut salah satu pegawai bank di Milan yang saya temui, dan nampaknya mewakili suara setiap individu di setiap pelosok kota Milan. Kebanyakkan boleh saja memasang muka masam dan ‘jutek’ terhadap foreigners, namun begitu anda mulai mengajak mereka berdiskusi soal sepak bola, mata mereka mulai berbinar, dan mereka mulai berbicara panjang lebar soal sepak bola. Tips untuk mengambil hati orang Italia, calccio e una tazza di caffè. Untuk pemerhati dan komunitas moda, Milan Fashion Week adalahsalah

satu event penting yang tidak boleh dilewatkan dalam rangkaian pertunjukkan moda yang biasanya dimulai di Milan, Paris, New York, dan kemudian London. Merk-merk seperti Valentino, Gucci, Versace, Prada, Armani, dan Dolce &Gabbana semua berpusat disini. Dan setiap bulan April setiap tahunnya, Milan mengadakan sebuah expo berskala internasional yang tidak boleh dilewatkan oleh para desainer dan pecinta desain, Salone del Mobile. Menurut Wikipedia, kota Milan sendiri memiliki luas 183.77km2 (bandingkan dengan Jakarta 662.3km2, New York City 789.4 km2, Paris 105.4 km2, dan London 1,572.1 km2). Dengan jumlah penduduk sekitar 1.3 juta orang, Milan dan area metropolitannya menempati urutan kelima terbesar di Eropa dan merupakan yang terbesar di Italia. Dibandingkan dengan kota-kota lain di Italia, Milan


jongArsitek! E di si 3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

dianggap sebagai salah satu kota yang tidak terlalu menarik dari sisi tujuan wisata, kecuali untuk berbelanja. Dari sisi perkotaan, Milan dapat dikatakan cukup mapan. Seperti kota-kota di Eropa lainnya, Milan memiliki moda transportasi yang terintegrasi dengan baik. Yang perlu diperhatikan adalah cara mengemudi penduduk Milan yang cenderung sama dengan bajaj dan angkot di Jakarta. Perjalanan menuju pusat kota yakni Piazza Del Duomo, biasanya memakan waktu 2030 menit. Dari sana, kita bisa menuju ke semua pelosok Milan dengan menggunakan moda-moda transportasi massal yang tersedia. Pedestrian di Milan pun tertata dengan rapi dan memadai. Petunjuk serta penanda jalan sangat informatif dan tersedia di setiap ujung jalan, sehingga berjalan kaki di sekitar pusat kota sangat amat mudah dan mungkin untuk dilakukan. Petunjuk nama jalan terintegrasi dengan dinding pada bangunan di setiap ujung jalan.

29

Piazza Del Duomo merupakan pusat kota Milan. Katedral Duomo merupakan landmark paling penting bagi kota Milan dan merupakan gereja Gothic terbesar di dunia, serta merupakan gereja Katolik yang terbesar ke-2 di dunia. Jalur-jalur tram yang ada di sekitar piazza telah digunakan sejak puluhan tahun lalu dan sampai sekarang pun masih digunakan secara aktif. Bahkan beberapa kereta tram pada masa tersebut masih ada yang beroperasi hingga sekarang. Piazza ini, serupa dengan misalnya Trafalgar Square London, Shibuya Tokyo, Bundaran HI Jakarta, Times Square New York, atau Arch de Triomphe Paris. Di sebelah kiri Duomo, adalah Galleria Vittorio Emanuelle yang merupakan pusat perbelanjaan tertua di dunia. Pemerintah kota Milan amat sangat memperhatikan proses konservasi dan integrasi bangunanbangunan lama di dalam kota dengan unsur-unsur kontemporer. Tidak ada pihak yang bias secara sembarangan merubah, menghancurkan, atau merenovasi sebuah bangunan, bahkan sebuah bangunan toko atau flat berusia puluhan tahun sekalipun tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan pihak perijinan bangunan dan konservasi di Milan. Bukan berarti pemerintah kota Milan tidak menyukai hal-hal yang berbau kontemporer. Instalasi-instalasi kontemporer banyak ditemui pada event-event besar, khususnya di piazza-piazza yang menjadi pusat kegiatan masyarakat kota Milan.


Seperti misalnya, pada acara LED : Milan Lighting Festival 2010 yang baru saja diadakan, seluruh pelosok kota Milan ‘berhias diri’ dengan berbagai jenis instalasi lighting kontemporer, bahkan di beberapa bangunan historikal-nya, tanpa merusak fisik bangunan tersebut sama sekali.

30

display yang dilakukan, sehingga setiap kali, wajah kota berubah secara tidak disengaja. Jika anda rajin membuka review-review online tentang arsitektur dan desain online, anda tentu familiar dengan butik Viktor&Rolf di Milan di mana semua elemen disajikan secara terbalik upside-down. Sayang sekali butik ini tidak lagi beroperasi sejak tahun 2008.

Seperti halnya kota-kota lain di Eropa, Milan sangat memperhatikan unsurunsur historikal dalam perkembangan kota-nya. Salah satu hal yang menarik adalah apabila sebuah Yang menarik juga bangunan umum sedang adalah bagaimana window direnovasi atau sedang display di setiap toko di dibangun, maka mereMilan menjadi sebuah kul- ka menutupnya dengan tur dan reliji. Setiap toko sangat “kota”. Mereka meseperti berlomba-lomba nutupnya dengan ‘cover’ menyajikan penampilan yang diprint dengan imej yang terunik untuk mena- bangunan tipikal Italia. rik setiap calon pelanggan Sekilas mata, pejalan kaki yang lewat. Setiap toko atau pengemudi mobil timemiliki shopfront dengan dak menyadari bahwa area jendela kaca yang besar, tersebut sedang dalam dan karena didukung konstruksi, seperti pada dengan sistem pedestrian gambar di samping ini. yang memadai, window Kebanyakkan bangunan shopping menjadi sebuah di Milan tetap mempertakegiatan rutin bagi para hankan fasadenya, namun Milanese. Setiap bulan, unsur kontemporer banyak ada saja perubahanditemui dalam desain inteperubahan tampilan rior bangunan-bangunan

tersebut. Yang paling jamak adalah penggabungan antara unsur historikal dan kontemporer dalam pengolahan interior bangunan di Milan, dan juga dikarenakan ketat-nya peraturan bangunan menyangkut konservasi bangunanbangunan kuno di Milan, khususnya di Italia. Secara keseluruhan, Milan memang kota yang sangat bernapaskan seni dan desain. Kesemuanya terintegrasi dengan baik, tanpa bermaksud saling meniadakan satu sama lain. Setiap individu dipacu kreativitas-nya untuk melahirkan inovasi-inovasi, ide-ide, dan konsepkonsep baru dalam turut berpartisipasi membangun


jongArsitek! E di si 3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

dan memajukan kota-nya, serta industri seni dan desain secara keseluruhan. Hal ini kembali lagi kepada tradisi, kultur, dan perkembangan historikal Italia yang memang telah melahirkan banyak produksi seni dan desain sejak abad ke 15 pada masa Renaissance, bahkan sejak masa Kerajaan Romawi yang memang berpusat di Italia.

Lapar ? Milan memiliki puluhan bahkan ratusan restaurant yang menyajikan berbagai jenis makanan dari berbagai penjuru dunia. Area Brera dan Navigli identik dengan wisata kuliner dan kehidupan malam-nya yang unik dan hidup. Brera menyajikan restauran-restauran dengan pilihan harga yang lebih tinggi, sedangkan Navigli menjadi favorit bagi kaum muda Milanese karena harganya yang lebih terjangkau. Seperti Clarke Quay di Singapore, Navigli berada di sebelah kiri dan kanan sebuah sungai yang melintas di Milan. Pada hari Minggu di setiap akhir bulan, sering diadakan vintage market yang menjual berbagai jenis barang-

31


barang antik. Dengan tetap mempertahankan kondisi arsitektural-nya yang historikal, Navigli dan Brera secara kontras menyajikan kehidupan masyarakat urban kontemporer yang sangat modern. Saat ini Milan tengah menjalani proses urban re-design. Konstruksi-konstruksi sedang dijalankan untuk merehabilitasi area-area industry di sekitar periferi yang sudah tidak lagi digunakan. Projek CityLife berada disebuah lokasi yang dulunya digunakan sebagai pusat eksibisi, area baru di Santa Giulia, dan proyek Porta Nuova di zona Garibaldi-Repubblica. Banyak arsitek terkenal yang dilibatkan seperti Renzo Piano, Norman Foster, Zaha Hadid, Massimiliano Fuksas, Arata Isozaki, Herzog & deMeuron, dan Daniel Libeskind. Modernisasi besar-besaran di Milan berkaitan erat dengan World Expo yang akan diadakan di Milan pada tahun 2015 nanti. Setelah terakhir kali diadakan di Shanghai pada tahun 2010, dan akan diselenggarakan di Korea Selatan pada tahun 2012, maka untuk kedua kali-nya sejak 1906, World Expo akan diadakan kembali diadakan di Milan.

32

Seperti terlihat pada gambar di atas, kota Milan yang berpusat pada Piazza Del Duomo, dan membentuk perluasan kota secara konsentris sirkular ke tepi pusat kota. Pada tahun 1906, World Expo yang diselenggarakan di Milan mengambil lokasi dimana CityLife sekarang berada. Pada rentang waktu 2001-2005, secara perlahan Fieracitymilano yang tadinya ada di dekat pusat kota, dipindahkan ke Rho (lihat peta) untuk kemudian memperluas perkembangan ekonomi kota di daerah periferi dan


jongArsitek! E di si 3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

mengosongkan area berpotensi di tengah kota. Porta Nuova merupakan daerah bekas industri di area Garibaldi yang kini berkembang pesat sebagai pusat bisnis dan perkantoran di Milan. Gedung-gedung tinggi banyak ditemui di daerah ini serta di Garibaldi-Repubblica. Sangat sulit menemui gedung dengan tinggi lebih dari 5-6 lantai di Milan dan seluruh Italia. Sedangkan area Santa Giulia merupakan pengembangan baru ke arah periferi kota yang memang belum tersentuh dalam perencanaan tata kota Milan. Porta Nuova merupakan proyek redesign untuk sebuah area di tengah kota Milan yang dulunya merupakan bekas jalur kereta api, industry yang terbengkalai, dan bahkan sisa-sisa bangunan yang hancur pada Perang Dunia II. Kini dengan luas area total 290.000sqm, Porta Nuova akan memiliki fasilitas mulai dari residensial, kantor, institusional, eksibisi, hotel, budaya, dan retail. Dilengkapi pula dengan sistem pedestrian dan ruang-ruang hijau. Arsitek yang terlibat meliputi Cesar Pelli, KPF, Pei Cobb, dan 17 biro arsitek lainnya.

33


jongArsitek! Edisi 3 .5, 2 010 | de sa i n m e n gi n spi ra si

Santa Giulia merupakan konsep pengembangan proyek residensial yang terintegrasi dengan konsep natural living oleh Sir Norman Foster. Di atas lahan seluas 1.200.000sqm, akan dibangun taman kota dan juga bangunan-bangunan residensial.

34

Proyek CityLife merupakan yang paling ambisius, adalah sebuah proyek redevelopment di sebuah area historikal yang sebelumnya adalah area eksibisi (fair) yang ada sejak tahun 1930-an. Kini Zaha Hadid, Arata Isozaki, dan Daniel Libeskind masingmasing akan mendesain 3 buah bangunan yang akan berdiri di atas lahan seluas 366.000sqm tersebut.


Milan Expo 2015 menjadi tolak ukur semua pengembangan-pengembangan baru di atas. Expo berskala internasional ini mendorong pengembangan-pengembangan baru di sekitar dan di dalam kota Milan untuk dapat mendukung kelangsungan expo ini. Dengan tema “feeding the planet, energy for life�, setiap negara akan membangun instalasi-nya masing-masing dan turut berperan serta dalam menciptakan inovasiinovasi baru dalam hal sumber daya makanan bagi masyarakat dunia yang akan mencapai angka 9 milyar pada 2040, serta memperkenalkan makanan khas dari masing-masing negara.

Milan adalah sebuah kota yang terlarut dalam masa lalu, mencoba menikmati ke-kini-an, dan antusias menghadapi masa depan. Tidak takut akan suatu perubahan, dan mencoba keluar dari zona aman yakni masa lalu, namun tidak kemudian mentah-mentah melupakannya. Setiap kota harusnya mencoba untuk menghormati kekayaan masa lampau, namun tidak takut menghadapi masa depan yang penuh kemungkinan dan tantangan baru. Bagi saya, setiap kota memiliki jiwa-nya sendiri. Milan berhasil mengangkat potensi kota dan penduduknya menjadi suatu identitas diri. Ia tahu, desain, seni, makanan, serta kearifan dan warisan masa lalu adalah identitas kota-nya. Membandingkan dengan kampung halaman, Jakarta sebenarnya tidak kalah hebat. Hanya saja, menurut saya Jakarta belum bisa menemukan jati diri kota-nya. Sebenarnya tidak perlu melihat ke kanan dan kiri terlalu banyak. Rumput tetangga pasti lebih hijau. Jakarta perlu melihat ke dalam lebih banyak, daripada sibuk membandingkan diri dengan kota lain dan beranggapan semakin banyak mall dan pencakar langit, semakin menjadi modern dan akhirnya kehilangan identitas diri. Questo è tutto da me, spero che possa ispirare un po ‘. Ciao

35


jongArsitek! Edisi 3 .5, 2 010 | de sa i n m e n gi n spi ra si

36


37


Super-Concourse University of Canberra: Campus Design Idea Competition 2010

38

Ambisi Super-Concourse adalah sebuah arsitektural proposal yang memikirkan relasi antara ilmu pedagogi dan ruangan pendidikan kontemporer. Kita ingin menambahkan dari laporan kompetisi bahwa aristektur bukan sekedar memberikan animasi ke kehidupan di dalam universitas. Bangunan-bangunan tua sekeliling concurse (tempat terbuka) tidak cukup lagi membendung kebutuhan universitas ke masa depan. Kita perlu ingat saat ini adalah era open-source learning, di dalam dunia pendidikan juga otomatis mengalami semacam evolusi. Informasi digital dapat berpindah tempat tanpa waktu. Kebutuhan ruang fisik akan menurun sedangkan ruang digital akan berkembang. Sir Ken Robinson (ahli perkembangan dan inovasi sumber daya manusia) menegaskan bahwa ‘standar kurikulum pendidikan telah berubah menjadi sebuah sistem industri yang bersaing.’ Setiap individu memiliki potensi berbeda, bagaimana pendidikan dan arsitektur dapat mengupas potensi tersebut untuk berkembang? Kompetisi untuk mendesign concourse memberikan kami sebuah tantangan apakah arsitektur bisa memberi suara dan identitas kepada setiap pengguna universitas dari pelajar sampai pengajar? Apakah dibutuhkan arsitektur yang flexibel untuk menambah umur dan kesuburan sebuah bangunan? Arsitektur: Proposal Super-Concourse lahir dan memberikan fondasi untuk pendidikan ke masa depan. Dibutuhkan tiga tahap yang saling membangun.


jongArsitek! E di si 3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

Tahap Satu (Fondasi) Lansekap yang tidak beraturan beringinan untuk membingkai sebuah ruang umum terbuka yang menanggapi alam sekitar. Jarak dan kedekatan antara ruang satu dan yang lain memberikan koneksi visual mengelilingi kegiatan di dalam kampus. Integrasi struktur langit-langit menyatukan kampus dan memberikan kerangka kepada sistem untuk tahap berikut.

39


40


jongArsitek! E di si 3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

41


Tahap Dua (Evolusi) Tahap kedua bertujuan mengakomodasi program lama dan baru diatas lantai dasar concourse dan dibawah rangka langit-langit. Ruang perantara berperan menjadi volume universitas baru. Perkenalan teknologi-teknologi ke dalam lingkungan pendidikan di masa depan membutuhkan ruang dan volume yang flexibel. ‘Built-in’ infrasturktur di dalam kolom jaringan memberikan akses dan kemudahan instalasi modular unit. ‘Klip-on’ dan rel memberikan pergerakan modular unit setelah instalasi. Di tahap kedua, volume-volume mengapung dan mulai memadati ruang perantara... 42


jongArsitek! E di si 3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

43


Tahap Tiga (Revolusi) Tahap tiga bertujuan untuk mengkonservasi bangunan-bangunan tua di sekitar concourse dan memberikan identitas baru. Mengadaptasi bangunan-bangunan tua juga memberikan keuntungan jangka panjang yang dapat mengikuti pertumbuhan Super-Concourse. Contohnya bangunan no.8 akan diadaptasi menjadi gedung arsip, sedangkan bangunan no.1 diadaptasi menjadi ruang tambahan pusat universitas. Pembongkaran bangunan no.2 (gedung ruang kelas) dan no.10 (gedung komputer) bertujuan untuk pembangunan ‘cross-concourse’ yang memberikan sirkulasi kepada pengguna universitas. 44

Proposal Super-Concourse ini memberi peran baru kepada Universitas Canberra sebagai pelopor pendidikan kontemporer di Australia. Tujuan proposal ini bukan untuk memberi sebuah solusi tetapi sebuah kritik eksistensi arsitektur dalam memenuhi perkembangan ke masa depan. Perubahan dan kebutuhan akan terus saling bersaing... Team Members:

Charles Dewanto, CJ Foo, Lorenzo Ju, Yenny Kusuma, Louis Wong, Maggie Chu, Tze Ek, Ng


jongArsitek! E di si 3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

45


KENGO KUMA jakarta

46


jongArsitek! E di si 3. 5, 2 0 1 0 | d e s a in m e n g in s p ir a s i

47

f ot o ol e h : a ga m dw i p r a b o w o & d it a w is n u w a rd h a n i



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.