EDISI I SELASA, 13 Agustus 2019
JURNAL PKK MAHASISWA BARU UB
Kavling 10 Tulis dan Kabarkan!
Jalur Maut Perguruan Tinggi
SESAK – Mahasiswa Baru Berjajar Menghadap Panggung Menyaksikan Pembukan Raja Brawijaya (Foto: Nuril)
MALANG-KAV.10 Praktik percaloan untuk masuk ke instansi pendidikan sudah dilakukan Hatari (bukan nama sebenarnya) sejak SMP. Ia mengatakan bahwa di sistemnya ada dua jalur untuk masuk ke Universitas. Yang pertama, jalur tes, dimana calon mahasiswa akan diberi kisi-kisi dan diharuskan untuk belajar. Jalur maut merupakan jalur yang kedua dimana calon mahasiswa tinggal “ambil kursi”. Calon mahaiswa tetap ikut tes, namun hanya formalitas. Tes bisa diwakilkan jika tidak berkenan datang dan voila! Calon mahasiswa tersebut sudah dapat masuk ke Universitas tersebut. Hatari menjelaskan bahwa ada beberapa metode di sistemnya. Salah satunya pada tes SBMPTN tahun 2014, ia memberi HP kecil kepada para klien nya yang akan digunakan untuk memberi kode terhadap jawaban tiap soal pada saat tes. “Pasti ada kerjasama lah sama pengawas. Cuman kan biar gak kelihatan pake HP yang kecil, nanti jawabannya lewat situ, lewat getar. Jawaban A, berarti getar sekali. Dulu itu ada kaya nomor 1 sampai 10, lalu stop. Nanti kalo sudah sampe sepuluh, itu getar lama. Itu berarti nomor sebelas, ” jelasnya. Perihal kursi yang dijualbelikan, Hatari mengatakan bahwa sistem kursi yang dijualbelikan merupakan kursi yang menjadi “jatah” bagi petinggi kampus. “Kamu pasti punya temenlah, seperti keponakannya dekan, atau anaknya dekan. Nah yang dijual itu ya jatah itu tadi. Kita yang masarin. Itu dulu, kalo sekarang gak tahu masih gitu atau enggak. Kan atasannya orang dalam sendiri. Orang Universitas sendiri pasti. Ya mungkin rektor gak tahu, tapi bawahannya pasti tahu. Permainan pasti ada. Kalo
nggak ada ya nggak mungkin anak-anak ngasih info aku,” ujarnya. “Tahun ini ada info juga ke Universitas Negeri. Tapi aku nggak main. Tapi kan udah penutupan. Jadi sistemnya tuh sekarang lewat jalur mandiri, bukan SBMPTN. Mandiri kan anak konglomerat yang main, nah itu dimanfaatin. Kalo SBMPTN kan ikut Menteri, jadi gabisa. Kalo dulu bisa, sekarang gabisa. Kalo mandiri itu antar universitas. Jadi kita kongkalikongnya itu antar universitas. Yang berani bayar mahal, masuk. Ya nepotisme juga sih, kalo kenal, ya didahulukan, dihold,” tambahnya. Uang yang dihasilkan Hatari sebagai calo berkisar antara 5-200 juta per klien. Pada saat ia memasukkan klien ke salah satu universitas di Fakultas Kedokteran, ia mematok harga 800 Juta dan diberi 1 Milyar oleh kliennya. Kelebihan 200 juta itu masuk ke kantong timnya, dan itu belum tambahan bonus yang diberikan oleh atasannya. Hingga saat ini, Hatari tidak tahu menahu mengenai siapa yang menjadi atasannya. Komunikasi yang digunakan Hatari ke atasannya menggunakan gawai dan bersifat anonim. “Pentolanya aku gak tahu. Modelnya itu kayak gini loh, aku itu kayak umpan. Misal aku umpan, kalo aku ketangkep, ya aku gabisa lapor ke atas, karena ngga kenal kan. Sistemnya gitu. Cuman keuntunganku kalo aku ngga ketangkep aku dapat bonus, itupun kalo dapet target. Kalo gak dapat target, mau dipanggil polisi pun, punya bukti apa? Gak ada,” tambahnya. Hatari pun tak risau ketika tidak mengetahui siapa atasannya, karena yang penting ia mendapatkan uang. “Yang atasan itu di back up sama hukum. Nah kita kan jadi umpan. Aku begitu tau anak-anak ada yang ke tangkap itu langsung berhenti. Tahun 2016 kalo gak salah pernah kejadian. Waktu SBMPTN. Itu aku langsung berhenti. Ternyata omongannya keliru, katanya kita di back up, ternyata enggak. Kita ikan teri, masih ada kakap,” ujarnya (Bersambung ke hal 4)
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS UNIVERSITAS BRAWIJAYA
I
SUSUNAN REDAKSI
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
Diterbitkan Oleh: Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa Universitas Brawijaya Pelindung : Rektor Universitas Brawijaya Pembimbing : Asfi Manzilati Penanggung jawab : Debbie Julia G. Pemimpin Redaksi : Oky Prasetyo Redaktur Pelaksana : Triska Kharismaningrum Reporter : Silvi Wira Uswatun H, Abdul Hadi, Q. Rahmatika Rosida, Satrio Langlang B, Priska Salsabiila, M. Ghani Makarim, Oktavio Aegis, Jamilatun Faidah, Anggik Kurniawan Editor : Abdi Rafi Akmal, Tri Supriansyah, Ivan Yusuf, Ima Dini Shafira, Gemilang Ayu, Aprilia Tri Wahyu, Nuril Z. Fanani, Triska Kharismaningrum Karikatur : Dewa O. Prabawa, M. Ghani Makarim, Priska Salsabiila, Satrio Langlang B Layouter : Diana C. T. Purba, Shafa Anindya N. A. Sirkulasi dan Pemasaran : Ima Dini Shafira, Anggik Kurniawan, Silvi Wira U. H
Kritik dan saran bisa disampaikan langsung ke alamat kami di sekretariat bersama Gedung UKM ruang 2.4 UAPKM UB atau bisa menghubungi 081334435548 (Debbie) atau 085339044563 (Oky) Setiap Wartawan Jurnal PKK Maba dibekali kartu pers dan seragam
2
GABUNG’O REK!!!
NARAHUBUNG: WA-Ivan (085732938034) WA-April (085759904145) LINE @taz3417q IG @uapkm_ub YouTube Kavling 10 Media
KAVLING10.COM SELASA, 13 AGUSTUS 2019
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS MAHASISWA
Pasokan Energi Baru
Selamat datang mahasiswa baru Universitas Brawijaya tahun ajaran 2019/2020. Berbahagialah sebab status “mahasiswa” yang sekarang kalian sandang diimpikan oleh ratusan ribu calon mahasiswa lain di luar sana yang kurang beruntung dalam tahap seleksi. Kami juga turut bersuka cita atas kebahagiaan kalian. Kehadiran kalian –mahasiswa baru– bagaikan pasokan energi baru bagi kehidupan kampus. Secara spesifik, unit aktivitas seperti kami ini (UAPKM Kavling10) menyambut gembira para calon anggota. Regenerasi ini menjadi harapan banyak unit aktivitas mahasiswa, lembaga eksekutif dan legislatif untuk terus menggerakkan roda organisasi. Kalian menjadi penerus bagi mahasiswa yang sudah semakin tua untuk terus menetap di kampus. Sekaligus menjadi harapan supaya ada inovasi yang lebih segar bagi organisasi serta aktivitas di dalamnya. Kemudian, secara umum, tambahan sekitar 15 ribu mahasiswa baru menjadi energi baru dalam menghidupkan perjuangan mahasiswa. Jika mengharapkan setengah dari jumlah tersebut aktif mengawal isu-isu kampus dan nasional dirasa terlalu naif, maka rasanya sah saja jika hanya mengharapkan sekelumit jiwa di sana yang sudah bertekad menempuh jalan peraktivisan. Kalaupun ternyata ketertarikan mahasiswa baru terhadap dunia peraktivisan semakin rendah karena kalah pamor dengan dunia akademik, maka setidaknya teruslah mengawal isu yang dekat dengna mahasiswa. Apabila masih bingung isu seperti apa, mungkin saya bisa sarankan isu PTN-BH. Peralihan status UB dari BLU (Badan Layanan Umum) menjadi PTN-BH memang menjadi perhatian banyak mahasiswa sejak 2016 lalu. Sejumlah aksi menolak PTN-BH sudah dilaksanakan berkali-kali. Opini menolak PTN-BH rasa-rasanya juga berhamburan di media sosial. Harapannya, UB gini-gini aja dan tidak perlu mengubah statusnya. Meski belakangan ini, kesiapan UB menyongsong status PTN-BH semakin menggema. Peralihan status tersebut membuat UB punya otonomi mengelola akademik dan non-akademiknya. Non-akademik yang dimaksud salah satunya adalah sektor keuangan. UB punya wewenang lebih besar mengurus pengelolaan dana, baik itu pemasukan dan pengeluaran.
EDITORIAL
Wewenang ini diberikan lantaran kucuran dana dari pemerintah akan disetop apabila sebuah PTN mendapat status “BH” di belakangnya (PTN-BH). Peluang baiknya, usaha yang dimiliki UB bisa berkembang karena pengelolaannya lebih leluasa. Peluang terburuknya, apabila usaha-usaha tersebut gagal menghidupi UB, maka UB akan sangat bergantung pada UKT mahasiswa yang bisa saja dinaikkan sewaktu-waktu tanpa persetujuan mahasiswa. Berbanding terbalik dengan gema kesiapan UB menyongsong PTN-BH yang semakin santer, gema penolakan atau setidaknya pengawalan dari mahasiswa malah semakin lemah. Suara mahasiswa –yang diwakili BEM Fakultas– yang pada awalnya satu suara, sempat pecah pada aksi terakhir pada 2 Mei 2019 lalu. Tuntutan menolak PTN-BH mungkin terlihat tidak relevan lagi dengan kondisi UB yang semakin siap menjadi PTN-BH. Oleh karenanya, sejumlah BEM lebih mengusulkan pengawalan UB menjadi PTN-BH. Pecahnya suara mahasiswa sekaligus berkurangnya gema penolakan menjadi tanda bahwa isu ini kian terpinggirkan dari agenda aksi mahasiswa. Penyebabnya bisa jadi karena isu PTNBH terlalu lama terkatung-katung tanpa kepastian yang jelas. Pihak rektorat pun sulit memberi kepastian terkait statusnya, selain “sebentar lagi” dan “sudah siap”. Atau bisa jadi juga disebabkan karena rektorat berhasil “memberi pengertian” kepada mahasiswa bahwa tidak ada salahnya menjadi PTN-BH. Intinya, semakin santer rektorat mengatakan “siap” menjadi PTNBH, semakin lemah pula volume “menolak” dari mahasiswa. Selain itu, para mahasiswa yang masih vokal menyuarakan penolakan juga tidak bisa dijamin bertahan selamanya. Mereka juga mau lulus, lur. Perjuangan menolak PTN-BH mau tidak mau dititipkan kepada kalian, para mahasiswa baru Universitas Brawijaya. Kalian adalah regenerasi perjuangan pergerakan mahasiswa. Kalian layaknya energi baru dan amunisi tambahan dalam menyikapi isu sarat kepentingan seputar kampus, mahasiswa, dan masyarakat. Terlepas nantinya dari orientasi kuliah kalian menjadi kupu-kupu (kuliah-pulang), kunang-kunang (kuliah-nangkring), atau kura-kura (kuliah-rapat), narasi mengawal kebijakan kampus dan negara seharusnya terus ditampakkan. Terlepas nantinya dari standing position pro atau kontra, akal sehat dan argumen logis mesti terus dijunjung. Khususnya dalam mengawal isu PTN-BH ini, suara-suara baru dari kalian diharapkan mampu memecah kesunyian sekaligus menentukan pilihan manakah yang tepat bagi kesejahteraan seluruh elemen Brawijaya. Sebelum mengawali fatamorgana kehidupan kampus yang terlihat nyaman, ada baiknya kalian mengawali kehidupan kampus dengan membaca tulisan kami. Tulisan ini mengawali edisi pertama dari tiga edisi yang akan diterbitkan selama masa PK2MU dan PKK Maba Fakultas. Tulisan kami berkutat mengenai persoalan hari pertama PK2MU, mulai dari perkusi mob, jumlah mahasiswa baru, kondisi acara di salah satu venue, dan semacamnya. Ada pula opini mengenai industrialisasi pendidikan. Kami rasa, buletin kami merupakan pengantar yang ringan dan pas untuk menyongsong aktivitas perkuliahan. Sekali lagi, kami ucapkan selamat datang. Selamat menikmati masa perkuliahan yang mungkin sudah lama kalian dambakan. Jangan lupa bahwa kuliah adalah pijakan terakhir sebelum melompat ke dalam kolam kehidupan yang lebih serius. Menulislah sepanjang-panjangnya dan berkaryalah sebanyak-banyaknya. Kalian adalah energi baru perjuangan mahasiswa.
www.kavling10.com - Ig: @uapkm_ub - Line: @taz3417q
3
BERITA
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
80 Penari Sambut Maba Dalam Upacara Penyambutan PK2MU
“Kami akan mengajari mereka bagi yang belum memiliki talenta menari setelah itu, kami mempersiapkan selama hampir satu bulan untuk persiapan PK2MU dan sebelum PK2MU kami melakukan gladi bersih dan mempersiapan kostum” Ujar Mahasiswa Fakultas Kedokteran 2017.
Judul : Pertunjukan. Sebanyak 80 penari tampil dalam upacara penyambutan PK2MU (Foto : faidah)
MALANG-KAV.10 Sama seperti pada tahun sebelumnya, Unitantri ikut serta dalam upacara penyambutan PK2MU di Lapangan Rektorat. Sejumlah 80 penari dilibatkan menjadi penampil dengan membawa konsep tari Rama Sinta, Reog Ponorogo, dan Gandrung. Noviana Nurcahyani selaku Penanggungjawab Unitantri mengungkapkan, persiapan di tahun ini dengan membuka open recruitment bagi seluruh Mahasiswa Universitas Brawijaya meskipun belum memiliki talenta dalam bidang menari. (Sambungan dari hal 1) Baru-baru ini praktik percaloan juga terjadi dilingkungan UB. Hal ini dibuktikan dengan ditangkapnya Calo UB pada pertengahan Juli lalu (15/7). Kasubbag Humas Polres Malang Marhaeni mengatakan bahwa semua berawal ketika pihak keamaan UB sedang patroli menyusuri setiap tempat di UB, lalu melihat dua pemuda yang mencurigakan sedang menyebarkan selebaran yang berisikan daftar harga untuk masuk suatu jurusan di UB. Saat dimintai keterangan, mereka tetap bersikeras dengan jawaban yang sama yaitu hanya disuruh untuk menyebarkan, tidak ada niat lainnya. Sayangnya, karena tidak cukup bukti maka alibi tersebut diterima, tersangka dibebaskan. Tersangka merupakan mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi Swasta. Hingga saat ini, polisi masih dalam proses penyidikan. Kasus penangkapan calo kemarin, merupakan kasus penangkapan calo pertama yang ditangani oleh Polres Malang. Marhaeni menjelaskan tahun-tahun sebelumnya tidak ada kejadian seperti itu. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kasus ini masih sulit diproses karena kerancuan dari pihak terkait (red. orang tua korban) , jika mereka merasa itu bukan suatu hal yang perlu dilaporkan. “Kalau si korban merasa nyaman-nyaman saja dan belum ada laporan ke kita ya
4
Ia juga menambahkan setelah berbagai proses open recruitment akhirnya terkumpul sebanyak 80 penari dari berbagai fakultas. Pada tahun lalu jumlah penari sebanyak 75 penari sedangkan, pada tahun ini jumlah penari mengalami peningkatan yakni sebanyak 80 penari setelah membuka open recruitment pada tanggal 28 juli hingga 31 juli 2019. “Kami membuka dua gelombang dan tidak ada ketentuan dalam open recruitment kali ini” lanjutnya. Dalam penampilannya, Unitantri membagi dari berbagai venue diantaranya 57 penari di Lapangan Rektorat dan sisanya di venue lainnya. 57 penari ini melambangkan bahwa nama angkatan pada Raja Brawijaya 2019 yakni Adyatama 57. (fai/atw) kita tidak bisa proses. Kita bisa melakukan proses, jika ada laporan dari masyarakat baru kita tindak lanjuti. Misalnya menurut sistem kekeluargaan suap itu adalah rasa terimakasih. Tapi kan kedepannya dapat memperburuk citra universitas tersebut,”ujar Marhaeni. Menanggapi hal tersebut, Rektor UB Nuhfil Hanani mengatakan bahwa berita mengenai jalur belakang UB beredar tiap tahunnya. “Saya selalu membuat surat edaran, kemudian dimasukkan ke web, dimasukkan ke macam-macam, bahwa tidak ada namanya pintu belakang. Karena di luaran beredar masuk Brawijaya bayar sekian. Nah ternyata benar-benar ada pada waktu ditangkap oleh “panitia”. Kemudian kita laporkan pada pihak kepolisian,” Di akhir wawancara, Nuhfil menerangkan telah memberi pengarahan kepada para dekan. “Hati-hati semuanya, ngga boleh ada permainan macam-macamnya, tidak boleh ada uang. Jadi Insya Allah bersih lah disini. Tapi kan dimanfaatkan pihak luar. Jadi, jamannya Prof Bisri, dulu itu, ada tamu datang ke Prof Bisri, ngomong-ngomong di dalem, terus dia keluar lah, dibuat menipu bahwa sudah setuju rektornya. Dan sudah ditangkap dan sudah dihukum.” (fir/trk/lia)
SELASA, 13 AGUSTUS 2019
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS MAHASISWA
BERITA
KAVLING10.COM KAVLING10
Perkusi Mob Masih Temui Kendala dalam Eksekusinya Ketua Pelaksana PK2MU, Sulung Prasasti saat ditemui pada (13/8) juga mengatakan dengan adanya perkusi mob ini diharapkan bisa menjadi contoh untuk berinovasi. “Intinya kita pengen berinovasi supaya ke depannya bisa jadi kampus percontohan,” ujarnya.
TERATUR - Maba mempersentasikan perkusi mob di Lapangan Rektorat
MALANG-KAV.10 PK2MU yang dilaksanakan hari ini menampilkan mob sebagai salah satu rangkaian rutin. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang menggunakan tampah sebagai medium, tahun ini perkusi dipilih sebagai media untuk penampilan mob, namun masih ditemui pula beberapa kendala. Wakil Koordinator Acara, Arina Sofi mengatakan perkusi mob dipilih karena ingin membuat ide baru yang berbeda dengan yang lain. “Jadi kita ingin membuka sebuah ide baru yang jarang ditemui. Kampus-kampus lain masih berpikir menggunakan mob seperti mob kertas atau yang lainnya.
Ia menambahkan, selain konsep yang berbeda perkusi mob dianggap tidak sesulit mob tahuntahun sebelumnya jika dilihat dari aspek konsep dan persiapan akan jauh lebih mudah. “Perkusi mob juga tidak terlalu banyak melibatkan coding-coding (kode gerakan, red). Kesulitannya ditemui di bagian penyelarasan suara, tapi mungkin itu bisa dilatih sebelum-sebelumya. Jadi kita kan ada video tutorial untuk maba, buat ada gambaran,” tambahnya. Maba FPIK Elvina Eka Dwi Ningtyas berpendapat senada bahwa kesulitan perkusi mob memang terdapat di bagian tempo gerakan. “Awal-awalnya sulit soalnya kita belum tahu itu temponya gimana. Menurut saya sih video tutorialnya juga cukup membantu, cuma kalau tidak lihat secara langsung itu kurang efektif,” ujarnya. (ros/gem)
www.kavling10.com - Ig: @uapkm_ub - Line: @taz3417q
5
BERITA
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
Tidak Hadirkan Pembicara, PK2MU fasilitas-fasilitas kampus, dari fasilitas perpustakaan, klinik, RSUB, Buna, dan sebagainya untuk Fokus Berikan Sosialisasi Kampus mengembalikan rohnya PKK Maba,” ujarnya ketika ditemui pada Minggu (11/08).
Adapun sosialisasi tersebut disampaikan oleh empat narasumber dari tiap lembaga dengan durasi waktu 40 sampai 45 menit. “Pelaksanaanya nanti kita model bentuk panel gitu, karena untuk menghemat waktu mungkin sesi pertanyaan dibuka untuk tiga sampai lima orang penanya,” ujar Sulung Prasasti Sifatahjati selaku Ketua Pelaksana PK2MU. FOKUS - sosialisasi fasilitas kampus di sakri (Foto: Aegis)
MALANG-KAV.10 Sempat diramaikan dengan hadirnya salah satu tokoh nasional Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sebagai pembicara di PK2MU pada tahun sebelumnya, hari ini PK2MU cukup memberikan sosialisasi pengenalan terhadap kampus tanpa menghadirkan tokoh nasional dengan mengusung tema “Gerak Brawijaya Lestari Indonesia”.
Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan kedepannya tidak ada lagi mahasiswa yang tidak tahu menahu mengenai fasilitas yang tersedia. “Jadi supaya maba tahu fasilitas apa saja yang ada di UB, terus bagaimana cara memanfaatkannya, karena selama ini mahasiswa lama juga belum tentu tahu kan ya fasilitas yang ada di UB ini” lanjutnya.
“Jadi berdasarkan keputusan Rektor sendiri bersama Wakil Rektor III, PK2MU tahun ini difokuskan seperti
Sulung juga menambahkan bahwa dari pihak Raja Brawijaya mengaku sempat mengajukan kepada Rektorat untuk mendatangkan tokoh nasional dalam rangkaian PK2MU, namun usul ini kemudian ditolak. “Dari kami sebenarnya sudah ada pengajuan tokoh nasional supaya itu jadi motivasi untuk Maba, cuma dari pihak Rektorat sendiri tidak mengijinkan dengan alasan PK2MU harus jadi materi yang diberikan terkait dengan wawasan pengenalan kampus,” pungkasnya. (sah/ism)
MALANG-KAV.10 Penyambutan maba penyandang disabilitas dilakukan secara khusus dengan meibatkan relawan Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) yang bertugas medampingi Maba. Perlakuan khusus ini mendapat sambutan positif oleh maba penyandang disabilitas yang merasa terbantu ketika mengikuti rangkaian Raja Brawijaya. “Pelayanannya sangat bagus dan kita dikasih volunteer, jadi lebih dipermudah. Terus dengan adanya SPV bisa terbantu dalam segala hal,” kata Mahqomam Mahmuda salah seorang maba disabitas fisik. Perlakuan khusus maba penyandang diabilitas sudah terlihat ketika mobilisasi maba memasuki lapangan rektorat, tempat berlangsungnya upacara penyambutan . Mereka masuk melalui pintu Gerbang Veteran Utama yang diperuntukan khusus untuk maba disabiltas dan awak media. Koordinator SPV Muhammad Zakhy Fitra Gusri mengungkapkan bahwa penjemputan maba disabiltas dilakukan dengan mengunakan mobil ambulans. Mobilisasi ini dilakukan terlebih dahulu dibandingkan dengan barisan mahasiswa lainnya.
”Untuk mobilisasi lewat Gerbang Veteran Utama masuk pakai ambulans,” ujarnya. Perlakuan khusus lain adalah tidak dilibatkannya maba penyadang disabilitas membuat formasi mob. Ketidakikutsertaan maba disabilitas karena kekhawatiran terhadap kondisi mereka. Selain itu, pelaksanaan formasi mob memerlukan waktu yang lama. “Karena keberlangsungan mob ini cukup panjang, kita melihat kondisi teman-teman tidak memungkinkan,” ujar Zakhy. Setelah upacara penyambutan, mahasiswa disabiltas yang tidak mengikuti mob dimobilisasi terlebih dahulu dengan ambulans yang sama ke tempat acara berikutnya, di Samantha Krida. Mahasiswa disabilitas menempati barisan khusus di dalam gedung. Zakhy menjelaskan, barisannya berada di tribun sebelah kiri dari panggung. Ia menambahkan, jumlah mahasiswa disabilitas di barisan tersebut sektiar 40 orang. Ada pula pendamping dari PSLD dan SPV. “Ada sekitar 20 pendamping dari PSLD da nada pendamping juga dari SPV,” pungkasnya. (abh/ara)
Koordinator Humas PK2MU Nur Fitriani menjelaskan bahwa hal ini disesuakan dengan keputusan dari Wakil Rektor III, bahwa sosialisasi bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa baru mengenai fasilitasfasilitas yang ada di UB.
Pelayanan Panitia Raja Brawijaya 2019 Disambut Positif Oleh Mahasiswa Disabilitas
6
SELASA, 13 AGUSTUS 2019
OPINI
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
BELENGGU INDUSTRIALISASI Oleh: Oky “Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan� ― Tan Malaka Pendidikan barangkali mampu meniti menjadi seseorang menjadi lebih berarti, menempati ruang dan waktu di sepanjang usia anak didik. Proses pendidikan dalam perjalanannya memiliki sekat formal, sekat non-formal dan sekat informal. Pada sekat formal, anak didik melewati waktunya dalam lembaga-lembaga formal yang dibentuk oleh pemerintah dan mempunyai perlindungan yang bernama kurikulum. Biasanya sistem ini disebut oleh masyarakat sebagai persekolahan. Sementara pada sekat non-formal proses pendidikannya lebih mendekat kepada proses humanisasi pendidikan atau biasanya disebut pendidikan melalui pendekatan sosial dengan melihat tatanan kondisi masyarakat. Pendidikan Non-formal biasa dijumpai dalam lembaga-lembaga pendidikan non-formal. Adapun yang bersifat informal yakni pendidikan melalui pendekatan kekeluargaan, atau pergaulan sekitar. Sederhana memang, proses pendidikan yang harus dilalui anak didik dalam memperoleh pendidikan. Namun, apakah tidak disadari bahwa dalam pendidikan mempunyai suatu kepentingan di dalam prosesnya dan hasil dari pendidikan itu sendiri. Apabila ditilik lebih mendalam, ternyata pendidikan yang harus dilalui oleh anak didik tidak sesederhana itu. Pendidikan pasti melibatkan orang lain atau lembagalembaga sosial baik formal, informal dan non-formal. Melalui lembaga-lembaga terkait pendidikan, anak didik seharusnya dituntut bersosialisasi untuk mendapatkan suatu wawasan atau ilmu pengetahuan. Berbagai hal tersebut kemudian diolah oleh anak untuk mengarungi kehidupan yang panjang di masa depan. Proses pendidikan pasti berpihak atau tidak netral. Hal tersebut, kemudian menjadikan pendidikan itu menjadi persaingan kepentingan antar kausalitas penguasa dan kausalitas orang tertindas, sekali lagi pendidikan selalu memihak. Memang proses pendidikan pasti memiliki fungsi kepentingan. Baik kepentingan yang bersifat individu atau lembaga-lembaga sosial maupun untuk kepentingan anak didik itu sendiri. Ini seringkali bersifat
8
ideologis atau secara memaksa. Penekan secara ideologi biasanya bersifat kotor, atau tidak beretika. Kausalitas sistem pendidikan secara umum adanya seorang pengantar atau pengajar yang berkomunikasi dengan anak didik. Secara tidak sadar apapun perilaku dan moral maupun segala bentuk ajaran yang diberikan oleh pihak pengajar akan selalu dianut oleh anak didiknya. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Paulo Freire, menurutnya sebuah pendidikan adalah sebuah pembebasan, karena saat kita mengharapkan pendidikan yang humanis, itu artinya kita sedang berjuang melawan pendidikan yang dehumanis yaitu pendidikan yang menjadikan guru sebagai pemeran utama dan murid harus menerima apapun yang disampaikan oleh pengajar atau seorang pengantar. Sedangkan anak didiknya tidak diberikan ruang gerak yang bebas sehingga yang dicetak bukanlah anak didik yang kritis, namun menjadi anak didik yang seperti robot. Paulo Freire menyebut pendidikan seperti ini sebagai “Pendidikan Sistem Bank�, dimana seorang pengajar sebagai nasabah yang akan mengisi, dan anak didiknya adalah rekening kosong yang siap diisi. Sistem pendidikan formal lebih menekankan persaingan individualitas dan keberpihakan kepada
SELASA, 13 AGUSTUS 2019
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS MAHASISWA
OPINI
I DALAM SISTEM PENDIDIKAN Prasetyo Orde Baru yang terasa hingga masa sekarang bahwa pendidikan lebih difokuskan pada pertumbuhun kuantitatif dari pada perkembangan aspek-aspek kualitatif, sehingga keberpihakan terhadap sikap pendidikan mengarah ke kuantitas sebagai anak terdidik, kualitasnya bisa dikatakan terabaikan. Di Tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama mengenai rendahnya mutu pendidikan, menimbulkan kondisi anak didik dalam pergaulannya sebagai yang telah menjadi kultur sekolah, anak didik menjadi nakal atau tidak bermoral.
kualitas sederatan teori ilmu pengetahuan. Sistem pendidikan formal juga melepaskan anak didiknya dengan kondisi sosial masyarakat. Penekanan sistem pendidikan formal jauh lebih mengekang terkait aturan-aturan intelektualitas untuk mendominasi keberadaan satu sama lain. Praktik-praktik liberalis-kapitalis mampu merangsek masuk dalam sistem pendidikan hari ini. Ini menjadi fokus tujuan sistem pendidikan, karena tujuan pendidikan formal ialah mencetak manusia yang mampu menguasai alat produksi. Fenomena yang terjadi hari ini terkait sistem pendidikan adalah penguasa alat produksi mampu meretas kepada kekuasaan kaum intelektual yang menganggap belajar dan mengajar sebagai politik, yang menggugah kesadaran anak didik untuk membuang kepentingan-kepentingan kaum tertindas. Benar kata Giroux, menurutnya pendidikan harus meretas batas-batas persekolahan, masuk dalam wilayah publik, dan bersifat politis. Tugas tersebut berarti membuat pedagogis menjadi lebih bersifat politis, dan membuat politis lebih bersifat pedagogis. Suatu hal yang menyedihkan terjadi dalam masa
Dari konstruksi tersebut menimbulkan adanya pandangan terhadap sistem pendidikan terkait tidak pantasnya pendidikan formal yang berujung secara paksa. Membuat paradigma anak didik secara tidak langsung untuk lebih memikirkan terhadap kepentingan individu masing-masing. Oleh karena itu pendidikan mestinya memiliki konsep yang sesuai dengan kondisi tatanan masyarakat sosial. Paradigma tersebut mulai merosot ketika pendidikan mengarah pada praktekpraktek liberalis dan kapitalis serta segala bentuk penindasan. Sementara pendidikan semakin jauh dari realitas kebutuhan masyarakat, namun semakin dekat dengan kepentingan-kepentingan penguasa alat produksi. Tan Malaka pernah meletakkan landasan dasar pendidikan, yakni pendidikan adalah dasar untuk melepaskan bangsa dari keterbelakangan dan kebodohan serta belenggu ImperialismeKolonialisme. Penekanan pada sistem pendidikan mengenai hal-hal yang disebutkan Tan Malaka, adalah yang pertama memberi senjata yang cukup buat mencari kehidupan dalam dunia kemodalan (berhitung, membaca, menulis). Kedua memberi hak terhadap anak didik, diharuskan dengan jalan pergaulan sosial kemasyrakatan. Ketiga maupun terakhir meletakkan kepentingan atau keberpihakan terhadap berjuta-juta kaum tertindas atau biasa disebut rakyat jelata.
www.kavling10.com - Ig: @uapkm_ub - Line: @taz3417q
9
BERITA
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
Kapasitas Membeludak, Sejumlah Maba Terpaksa Dipindahkan
BERDESAKAN - Maba duduk berhimpitan di dalam Gedung Samantha Krida (Foto: Aegis)
MALANG-KAV.10 Membeludaknya jumlah maba yang menempati Gedung Samantha Krida memengaruhi kenyamanan dan konsentrasi peserta selama mengikuti rangkaian acara. Keadaan ini dikeluhkan oleh salah satu maba Muhammad Ammar Imaddudin, Program Pendidikan Vokasi cluster 16, yang menempati gedung tersebut. Ia mengeluhkan bahwa cara duduknya dirasa kurang nyaman. “Kalau cara duduk kurang nyaman sih, masalahnya kan terlalu banyak peserta (maba, red), jadi kalau menurut ku sih, terlalu banyak peserta tapi terus dipaksa, jadi nggak nyaman buat kita nya” keluhnya saat ditemui di luar Gedung Samantha Krida. Selain cara duduk yang dikeluhkan, ia juga mengatakan bahwa keadaan di dalam gedung berdesak-desakan. Walaupun begitu, ia merasa masih bisa berkonsentrasi selama mengikuti acara.
10
“Sebenarnya kalau desek-desekan itu kan tergantung kita (maba, red) nya sendiri. Cuma kalau saya masih bisa konsentrasi” ujarnya. Kejadian pemindahan beberapa maba ke venue lain karena Gedung Samantha Krida sudah terlalu penuh oleh peserta menjadi kritik utama yang disampaikan. Permasalahan ini disoroti oleh Ketua Komisi III, Advokasi DPM UB Demietrius Seto Prasetyo. “Ya sebenarnya itu kurang bagus ya, kurang relevan gitu ya, karena kita sebagai panitia yang ada disini juga harusnya sudah bisa me-range berapa total mahasiswa disini dan jumlah nya tuh harus tepat sasaran karena estimasi waktu juga perlu diperhatikan ya” tegasnya. Ia juga mengeluhkan ketepatan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh koordinator bidang panitia terkait walaupun, yang bersangkutan berada di venue. “Ada, tapi ya mohon maaf banget kalo dibilang kondisinya mereka nggak menetap dalam satu venue dan sangat disayangkan kurang bisa mengambil keputusan tepat” keluhnya. Sejauh ini, belum ada langkah konkret dari tim pengawas yang terdiri dari kira-kira tujuh anggota DPM yang berasal dari perwakilan masing-masing fakultas dan pusat. Hal ini dikarenakan persoalan teknis sepenuhnya milik panitia pelaksana. “Kalau dari kami, kami disini belum bisa mengambil langkah lebih dalam teknisnya, karena itu sepenuhnya milik pelaksana, kita disini hanya mengawasi” ujarnya. (obp/atw)
SELASA, 13 AGUSTUS 2019
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS MAHASISWA
PUISI
Coretan Mahasiswa di Dinding
Aku bermimpi hidup disuatu impian Dimana ilmu air hujan jatuh ke permukaan Dan kita sungai-sungai yang menampung Gerombolan ikan hidup menumpang Mengalirkan ke penjuru mata angin Mengalirkan sampai bermuara ke lautan Adalah patih dengan hati tak mudah patah Diri adalah abdi walau tak abadi Ratu ialah manusia butuh saat sakit menjalar ke seluruh tubuh Yang hidup bersama pada suatu masa Dengan genggaman tenaga menyusuri anak tangga Barangkali karya selaksa kisah Kisah yang dicerita pada kekasih bercita Karya baru pada pagi hari rabu Di bawah pancar sinar matahari mengitari negeri ini Hidup miskin tak dapat dihindar, sejahtera tak kunjung hadir
Puisi Oleh: Anggik Illustrasi Oleh: Priska
www.kavling10.com - Ig: @uapkm_ub - Line: @taz3417q
11
BERITA
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
ATASI MACET, PANITIA PULANGKAN MAHASISWA UB KEDIRI LEBIH CEPAT
Situasi ini praktis membuat Maba UB Kediri mendapat materi yang tidak sama banyak dengan Maba UB Malang. Untuk mengatasi hal tersebut Koordinator UB SC (Sport Center), Farhan Aziz menyatakan bahwa panitia akan memberikan kekurangan materi pada hari kamis mendatang di UB Kediri. “Nah itu hari kamis nanti DPM kesana untuk ngenalin (materi, red) lagi, jadi kayak diganti gitu lho.” Terang Farhan ketika ditemui di UB SC.
Foto : Rangkaian Mahasiswa di UB SC. (Foto: Lang)
MALANG-KAV10. Pelaksaan PK2MU UB RAJA Brawijaya 2019 tahun ini diikuti seluruh Maba UB Kediri yang berjumlah sekitar 300 orang. Sayangnya, dari seluruh rangkaian kegiatan PK2MU, Maba UB Kediri terpaksa tidak dapat mengikuti kegiatan tersebut secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan ada tindakan pemulangan yang dilakukan panitia untuk mengantisipasi kemacetan seusai acara berlangsung. “Mereka dipulangkan terlebih dahulu ya, karena nanti takutnya crowded (ramai, red) di jalan, posisinya kan kalo pulangkan macet ya, ya nanti mereka dipulangkan duluan.” Kata Sulung Prasasti selaku ketua pelaksana.
Maba UB Kediri sendiri tiba di kota Malang pada pukul 4 pagi dengan 6 bus yang semua mobilisasinya diurus langsung oleh kampus. Mereka kemudian langsung dimobilisasi menuju Masjid Raden Patah untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah dan setelah itu menyebar ke cluster masing-masing. “Mereka berangkat kesini menggunakan 6 bis, untuk keberangkatannya ee tadi sampai disini pukul 4 pagi itu langsung dimobilisasikan ke MRP (Masjid Raden Patah) untuk sholat subuh sama ee sarapan kemudian dileburkan ke ee ke cluster masing-masing, jadi Maba Kediri gak terpusat tapi terpecah di beberapa cluster.” Tutup CO SPV, Zakhy Fitra Gusri. (lg/njp)
Panitia Tidak Konsisten Terhadap Maba Terlambat MALANG-KAV.10 Ada yang berbeda dalam rangkaian PK2MU tahun ini. Mulai pukul 06.00 WIB, pintu gerbang Jalan Veteren BNI ditutup panitia. Sementara gerbang yang lain tidak boleh dilalui oleh maba. Pada pukul 06.52 WIB terdapat satu orang maba yang terlihat datang terlambat melewati gerbang Jalan Veteran BNI. Menurut maba dari FEB (Fakultas Ekonomi Bisnis) Fikri Adiansyah ia mengaku dipulangkan. “Saya bangun telat, jadi saya terburu-buru datang ke UB. Tiba-tiba saja ban motor saya bocor, ini yang membuat saya telat datang dan konsekuensinya saya terpaksa dipulangkan oleh pihak korlap,” ujarnya. Namun hal ini tidak terjadi pada maba FISIP (Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Bagas Aditya, mengaku ia terlambat, tetapi tidak dipulangkan oleh pihak Koordinator Lapangan dan tetap mengikuti rangkaian PK2MU.
12
“Saya bangun kesiangan, tetapi kata kating FH (Fakultas Hukum, red) saya masih boleh masuk maksimal pukul 05.50,” ujar Maba FISIP tersebut. Wakil Koordinator Lapangan Yusuf Wardhana mengatakan bahwa maba yang terlambat tetap diperbolehkan untuk mengikuti rangkaian PK2MU, hanya saja dipisahkan dari barisan para maba yang sudah datang tepat waktu. “Untuk mengenai maba yang telat. Dari panitia PK2MU tidak ada ganjaran yang signifikan. Hanya saja untuk maba yang telat kita sendirikan dari cluster yang sudah ada,” ujarnya saat ditemui (11/8). Dari pantauan awak Kavling10.com masih ada beberapa maba yang diperbolehkan masuk melewati Gerbang Jalan Veteran pada sekitar pukul enam lewat. (lyc/ok)
SELASA, 13 AGUSTUS 2019
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS MAHASISWA
Kuota Maba Meningkat, PK2MU Tambah Venue Baru MALANG-KAV.10 Mengulang seperti tahun sebelumnya, kuota maba UB tahun ini kembali mengalami peningkatan. Peningkatan maba tersebut menyebabkan penambahan venue baru yakni Aula Filkom saat kegiatan PK2MU. Ketua Pelaksana PK2MU Sulung Prasasti Sifatahjati saat ditemui awak kavling pada Senin (12/8) juga mengiyakan hal tersebut. "Iya, sebenernya dari awal hanya merencanakan plotingan panitia itu tiga venue saja. Kemudian di tengah jalannya kepanitian tiba-tiba kita dapat kabar, kalau mabanya itu bertambah dari tahun sebelumnya, akhirnya kita tambah venue satu lagi," Ujarnya. Tidak seperti PK2MU di tahun 2016 lalu yang menggunakan venue Graha Medika,
BERITA
“Sebenernya kita udah ke Graha Medika cuman ke Graha Medika itu kita kesusahan untuk mendapatkan izin. Ya mungkin dari FK nya juga mereka banyak persiapan di hari kedua,” tambah Sulung. Selain itu, alasan pemilihan Aula Filkom dikarenakan beberapa hal mulai dari jaraknya yang dekat dengan venue utama sampai fasilitas yang ada di Aula tersebut. “Iya mungkin yang pertama alasannya dekat dengan venue utama, ya sakri sama gor pertamina karena kita ada switch rundown switch pengisi acara gitu antar venue akhirnya kita nyari venue yang terdekat gitu, terus kemudian akses sama fasilitas dari filkom juga memadai,” tuturnya. Sementara itu, Rektor UB Nuhfil Hanani mengungkapkan ketika Konferensi Pers bahwa penambahan kuota maba pada tahun ini sebesar kurang lebih seribu mahasiswa. “Kita pada tahun ini menerima 13.054 mahasiswa S1 dan 1.676 dari vokasi. Tambahannya kurang lebih seribu-an (dari tahun lalu, red),” ujarnya. (akn/ism)
Kejelasan Jumlah Maba yang Meningkat saat PK2MU Terdapat Perbedaan Klarifikasi Sulung membenarkan adanya penambahan jumlah maba yang mengikuti PK2MU dari tahun sebelumnya. “Penambahannya sekitar 3500-4000 mahasiswa baru (dari tahun lalu, red),” ujarnya.
Kolaborasi - Mahasiswa baru bersiap melakukan megakolaburasi (Foto: Priska)
MALANG-Kav.10 Tahun ini UB menerima maba Sarjana dan Pendidikan Vokasi dengan total sebesar kurang lebih 14.700 orang. Jumlah ini menjadikan UB kampus dengan mahasiswa paling banyak se-Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Rektor UB Nuhfil Hanani pada saat upacara pembukaan PK2MU Raja Brawijaya 2019. Terdapat penambahan kuota penerimaan untuk tahun ini dibanding tahun sebelumnya. “Jadi kuota sebenarnya itu 14.500. Cuma mungkin yang baru daftar ulang sekitar 13.500”, Ujar Ketua Pelaksana Rabraw 2019 Prasasti Sulung ketika ditanya pehihal jumlah maba yang akan mengikuti kegiatan PK2MU (12/8).
Berbeda dengan Sulung, Rektor UB menyatakan bahwa penambahan maba Sarjana dan Pendidikan Vokasi hanya sekitar seribu orang. Jumlah itu belum termasuk maba dari luar negeri. “Kita pada tahun ini menerima 13.054 mahasiswa baru S1 dan 1.676 dari Vokasi. Tambahannya kurang lebih seribuan (dari tahun lalu, red),” Ujar Rektor UB. Peningkatan kuota penerimaan ini ditunjang dengan penambahan dosen. Pada tahun ini pihak rektorat menargetkan rasio jumlah dosen dan mahasiswa sebesar 1:25. Angka ini menurut Rektor UB menurun dari tahun sebelumnya. “Kita kan dapat tambahan dosen 146 dosen PNS. Belum yang non-PNS,” tambah Rektor UB. Namun data yang telah dihimpun dan menurut pantauan awak kavling10. com, pada tahun 2018 sebanyak 13.259 maba masuk UB. Namun, hanya sebanyak 11.141 maba telah daftar ulang. (psa/ok)
www.kavling10.com - Ig: @uapkm_ub - Line: @taz3417q
13
TENTANG KAVLING
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
Kebenaran yang Harus Diabadikan
menjadi tempat bagi mahasiswa yang sedang berjuang menyampaikan kebenaran dalam keabadian. Melalui bidang jurnalistik, UAPKM UB mewadahi mereka-mereka yang ingin mengulurkan tangan dan mengasah kedalaman pikirnya. Demi misi suci menyampaikan kebenaran.
Illustrasi Oleh: Diana
“Selamat berjuang, karena selamat datang tidak lah cukup bagi mahasiswa” - ucapan naif. Selamat kepada mahasiswa baru yang telah memasuki salah satu lagi fase kehidupan. Satu lagi langkah untuk mengukir sejarahnya sendiri. ‘’Hari ini secara resmi kalian akan menyandang gelar ‘Maha’ di depan kata siswa,’’ kalimat ini akan sering terdengar di telinga kalian pada semester awal perkuliahan. Tapi tentang bagaimana memaknai dengan benar peralihan siswa menjadi mahasiswa, rasanya masih simpang siur. Betulkah mahasiswa yang benar ialah sosok yang digambarkan sebagai Agent of Change, Iron Stock, dan Social Control? Seperti yang digaungkan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi.
UAPKM memiliki sejarah yang panjang. Dilatarbelakangi oleh rezim represif Orde Baru pasca peristiwa Malari (Malapetaka Lima belas Januari) tahun 1974 dan bekunya IPMI sebagai wadah aktualitas pers mahasiswa nasional, wadah dari terbentuknya kelompok diskusi mulai marak pada tahun 1980-an. Hal ini terbentuk dari suatu kesadaran akan pentingnya suara kritis mahasiswa. Begitu pula dengan keberadaan UAPKM sebagai awal dari kelompok studi mahasiswa UB yang mendirikan organisasi di bidang jurnalistik. Para pendirinya terdiri dari Kumara (Fakultas Hukum), Hasyim (Fakultas Ilmu Administrasi), Riza Pahlevi (Fakultas Ilmu Administrasi), Andar Pradana (Fakultas Hukum), Deny FAM (Fakultas Hukum), dan Mondry (Fakultas Peternakan). Dalam proses menulis, tidak melulu tentang menyusun diksi atau menyampaikan apa saja yang diperoleh. Namun, perjalanan untuk menulis akan mengantarkan kita pada menalar suatu peristiwa, membaca banyak situasi, mencoba untuk membuat media sekreatif mungkin lalu disampaikan kepada pembaca.
Menjadi mahasiswa, akan semakin akrab dengan mantra tua “mahasiswa adalah penyambung lidah rakyat.” Menyampaikan kebenaran, meneruskan keadilan dan nilai kemanusiaan yang harus diperjuangkan. Jika berteriak, suaramu hanya terdengar di telinga orang-orang sekitarmu. Gaungmu hilang, seiring waktu. Namun tidak halnya dengan menulis, yang mampu menembus banyak kepala tanpa digusur pergantian waktu. Menyampaikan kebenaran dalam keabadian.
Hanya segelintir orang yang berani bertahan menyampaikan kebenaran. Karena berjuang dijalan ini butuh banyak waktu, tenaga dan pikiran. Alhasil, lebih banyak yang memilih ikut arus mahasiswa budak proker dan lulus secepat mungkin. Hanyalah orang-orang yang memiliki tanggungjawab atas bangsanya yang mampu dituntun berani untuk menyudahi retaknya keadilan. Bukankah imbuhan ‘Maha’ harus dipertanggungjawabkan? Mari mulai perjuanganmu sebagai mahasiswa! Mulailah menulis untuk menyampaikan kebenaran dalam keabadian.
Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UAPKM) UB atau akrab dipanggil Kavling10 telah 36 tahun
Salam Pers Mahasiswa!
14
SELASA, 13 AGUSTUS 2019