JUROS UAPKM UB 2018 #3

Page 1

Dosen HI UB: Orang Eksakta Rentan Terpapar Radikalisme masuk dan bertarung secara ide dan gerakan. Mahasiswa itu silakan mencari,” usul Yusli.

MELENGGANG-Pejalan kaki melenggang di depan Masjid Raden Patah (Foto:Nuril)

MALANG–KAV.10 Dosen Hubungan Internasional UB Yusli Effendi menyebut orang-orang eksakta yang lebih tertarik pada kegiatan-kegiatan berorientasi radikalisme. Kampus-kampus teknik di Indonesia itu lebih banyak simpatisan radikal daripada yang lain. Ia menyebut para pelaku pengemboman didominasi insinyur dan dokter. Orang-orang eksakta terbiasa berpikir logis, sesuai hierarki, keteraturan, dan kepastian. Sementara, orang-orang ilmu sosial lebih terbiasa melihat perbedaan karena biasa melakukan perdebatan akan suatu persoalan. “Filkom dan beberapa fakultas eksakta itu lebih reseptif untuk menerima ide-ide baru soal khilafah ini. Maka, teman-teman eksak ini diberikan perlakuan yang berbeda,” tambah Yusli. Di wilayah Malang, Yusli mengatakan terdapat dosen yang bersimpati pada sistem khilafah, tetapi belum ada catatan yang pergi ke Suriah untuk berjihad. Namun mahasiswa menurutnya ada yang pergi ke Suriah. “Kampus adalah wilayah akademis, semua ide boleh ada di kampus asalkan ada mekanisme kritik. Kalau diskusi, diskusi terbuka lah, jangan tertutup, jangan eksklusif. Jangan tertentu misalnya hanya orang Islam yang semester 1 yang bisa dimanipulasi otaknya kemudian diajak diskusi,” tegasnya. Saat ditemui di kantornya (13/08), Yusli berpendapat bahwa UB itu kampus yang ambigu. Ia menyebut saat Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) belum dilarang, HTI bisa dapat akses masuk di UB, tetapi Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (OMEK) dilarang. Ia menyebut ini tidak berimbang. “Maka akhirnya berkembang gitu di antara usulan teman-teman kampus menentang radikalisme, salah satunya biarkan OMEK

Menurut Koordinator Pencegah BNPT Hamli, radikalisme dan terorisme tidak tersebar hanya di kampus besar saja, tetapi hampir seluruh kampus di Indonesia. Terutama kampus yang berada di Pulau Jawa, misalnya UI, ITB, IPB, ITS, Undip, UB dan Unair. Sedangkan di luar Jawa ada Universitas Riau, Universitas Hasanudin, Universitas Halu Oleo. Hasil investigasi Kepolisian RI menjadi dasar BNPT menentukan adanya radikalisme dan terorisme di dalam kampus. “Pelaku-pelakunya sekarang itu kebanyakan berlatar belakang anak-anak sekolahan. Ini yang bikin kita semakin repot menghadapinya. Kalau orang ini berpendidikan cuma SMP, SMA, SD, mereka itu karakternya cuma scary jadi cuma perang-perang. Nah kalau sudah setingkat lulusan mahasiswa ada yang S2 itu otaknya itu sudah beda,” papar Hamli. Dosen Fakultas Hukum UB Faizin Sulistio menyatakan bahwa kampus perlu membentuk kebijakan kontra radikalisme dengan membuat konsep, mendefinisikan ulang radikalisme yang ada di kampus, membuat daftar kampus yang terpapar radikalisme, serta memahami gejala dan model radikalisasinya. Konsep tersebut dijadikan suatu kurikulum yang membentuk suatu pola pendidikan kampus. “Jadi kita membentuk suatu kehidupan kampus yang lebih toleran. Jika terjadi gejala-gejala intoleran, bisa dikritisi ulang,” ungkap Faizin. Perkembangan terbaru, UB telah merancang peraturan mengenai penanggulangan penyebarluasan paham organisasi dan pelanggaran kesusilaan. Berkas rancangan peraturan ini salah satunya memuat daftar paham organisasi terlarang dan terorisme yang berisi Partai Komunis, HTI, Lia Eden, Negara Islam Indonesia, Gerakan Fajar Nusantara, Satrio Piningit Weteng Buwono, ISIS, serta Jamaah Ansharut Daulah. (jef/nzf/nur)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.