Rentetan Aksi Teror Bom Ciderai Umat Beragama
INFOGRAFIS - Beberapa rentetan aksi teror di Indonesia
MALANG.KAV-10 Potensi konflik antar elemen umat beragama di Indonesia masih cukup tinggidan dinamis dengan munculnya berbagai kasus teror atas dasar agama. Permasalahan yang sedang ramai dibicarakan yakni isu radikalisme dan terorisme yang kembali mencuat karena aksi teror bom di Surabaya tanggal 13-14 Mei 2018 berlokasi di Gereja Santa Maria Tak Bercela, GKI Diponegoro dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS). Hubungan dan kepercayaan antar umat beragama kembalimenghadapi tantangan. Koordinator Pencegah BNPT Hamli saat ditemui di Fakultas Hukum UB memaparkan situasi konflik. “Surabaya meledak tiga bom.Sudah sekitar 210 orang ditangkap. Polisi itu tidak semena-mena, kalau pak jaksa tidak menerima ya sudah tidak. Akhirnya meledak duluan,” ungkapHamli. Seseorang bisa di sebut radikal ketika orang tersebut terdampak paparan radikalisme, bisa dilihat dalam tiga dimensi yaitu tataran pemikiran, tataran attitude, tataran aksi. “Ada tiga dimensi dalam radikalisme yaitu tataran pemikiran, tataran attitude, tataran aksi. Dulu baru aksi bisa dilakukan tindakan,” jelas Hamli. Meski berpotensi sangat kecil untuk dikatakan radikalisme yang mengarah pada aksi terorisme. Disini radikalisme yang menyangkut pautkan pada tindakan dan pemikiran keras terhadap aksi-aksi yang memicu terjadinya terorisme. “Karakteristik mereka yang radikal biasanya adalah muda kemudian laki-laki, kemudian juga memahami agama secara literal,” ujar Yusli dalam seminar Fakultas Hukum UB (13/08). Dalam respon BNPT dalam menanggulangi aksi teror di Indonesia. BNPT mengupayakan deradikalisasi lebih cepat
penanganannya. Namun, sejauh ini tindakantindakan yang dilakukan BNPT lebih banyak mengarah setelah terjadinya kasus. “Tidak bisa merencanakan preventive justice (sistem tindakan yang diambil oleh pemerintah dengan mengacu pada pencegahan langsung kejahatan,red). Sebelum mereka melakukan (identifikasi,red) persiapan itu dilakukan densus 88 agar tidak salah orang,” ujar Hamli. Berbeda dengan Hamli, Dosen Hubungan Internasional UB Yusli Effendi menegaskan perlu bukti yang lebih kuat mengenai isu kampus sebagai sarang teroris. “Banyak orang protes apakah benar kampus itu produsen teroris, harus bedakan antara batasan radikal dan teroris. Karena kalau ini masuk ke radikal itu adalah pelaku teror, ada data yang menunjukkan bahwa kasus tersebut memproduksi perilaku teror,” Yusli menanggapi. Yusli mengatakan dalam menanggulangi radikalisme harus berhati-hati karena soal mengorbankan kebebasan. “Bisa mengorbankan kebebasan. Baik kebebasan akademik maupun kebebesan sipil,” tambahnya lagi. Yusli juga menanggapi bahwa wewenang kekuasaan bisa memepengaruhi pengambilan keputusan dalam konteks kebijakan radikalisme. “Disini kita mereaksi bukan merespon. Ini yang harus kita hati-hati. Negara juga harus kita lihat bagaimana penyalahgunaan kekuasaan jangan sampai melebihi wewenangnya,” tambahnya lagi. (atw/odp/sad)
Diterbitkan Oleh: Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa Universitas Brawijaya Pelindung : Nuhfil Hanani Pembimbing : Asfi Manzilati Penanggung jawab : Andika Prasada Yanuar Sitorus Pemimpin Redaksi : M.Nuris Hisyam Ramadhani Redaktur Pelaksana : Debbie Julia Gibson Reporter : Alfin Zaenal, Abdi Rafi, Tri Supriyansyah, Niken Damayanti, Qotrunnada Arifaiza, Ivan Yusuf, Ima Dini Shafira, Triska Kharismaningrum, Hendra Dwi Prasetyo, Gemilang Ayu Maulida, Rinto Leonardo S, Sinta Martani Nababan, Septa Silalahi, Dewa O. Prabawa, Nerma Handik Suwardana Editor : Debbie Julia Gibson, Aprilia Tri Wahyu N, Juniar Elsya F, Lulu Nafis F, Nuril Zainal Fanani, Oky Dwi P, Ainun Syahida Atsari Karikatur : Dewa O. Prabawa Layouter : Diana C. T. Purba Sirkulasi dan Pemasaran : Andryan Hugo, Ima Dini Shafira, Gemilang Ayu M
Kritik dan saran bisa disampaikanlangsung ke alamat kami di sekretariat bersama Gedung UKM ruang 2.4 UAPKM UB atau bisa menghubungi 081252363922 (Andika)
Setiap Wartawan Jurnal PKK Maba dibekali kartu pers dan seragam
NARAHUBUNG: WA: 082244832371 (Nuril Z) LINE: @taz3417q (Kavling10)
KAVLING10.COM
Tradisi PKK Maba, Kekacauan Akal Sehat terdengar lantang dan menguras tenaga. Aplikasi penerapan jargon digunakan saat mahasiswa ingin menonton pertandingan antar fakultas,yang kadang malah berujung keributan. Selepas itu tidak dibahas di skripsi maupun laporan. Ada tradisi untuk membatasi interaksi di PKK Maba. Alasannya agar mudah mengatur maba yang masih terbawa suasana sekolah. Maba cenderung suka berbicara dengan teman seangkatan daripada, contohlah dekan fakultas, dosen, karyawan, maupun panitia, apalagi koordinator lapangan dengan berbagai istilah. Panjang perdebatan, intinya: Simpan energi untuk jargon dan mobilisasi, karena keduanya merupakan bentuk interaksi yang melelahkan. Ditambah dengan ceramah satu arah bagai serial televisi, lengkap sudah penderitaan. If children live with criticism, they learn to condemn. If children live with hostility, they learn to fight. If children live with fear, they learn to be apprehensive. If children live with pity, they learn to feel sorry for themselves. Dorothy Law Nolte –Children Learn What They Live SALAM PERS MAHASISWA!!! Puji Tuhan apabila Buletin Pengenalan Kehidupan Kampus (PKK) Maba sampai di tangan pembaca sejak hari pertama. Hal tersebut menandakan bahwa akal sehat masih terjaga, dan tentu saja kebebasan menerima dan menyebarluaskan informasi. Bagi yang tidak sempat merasakan kedahsyatan pembukaan tingkat universitas, jangan bersedih. Toh kehadiran Maba bukan hal utama. Yang penting fase pertama eksistensi kampus tercapai. Terutama pencitraan sebagai kampus anti radikalisme. Jangan coba-coba jadi radikal kalau belum siap bertemu intel di kampus. Di hari kedua hiruk-pikuk PKK Maba, saatnya lebih mengenal bagaimana penyambutan mahasiswa baru di 16 fakultas.Ketika jargon fakultas sudah mulai diteriakkan, disana muncul keganjilan. Dari yang berusaha menebar semangat ala perjuangan hingga menyebut nama hewan,
Jadi apakah Maba siap untuk mendengar kalimat seperti, “TIDAK ADA INTERAKSI!!” atau “LANGKAHNYA DIPERCEPAT!!” yang disambung dengan kata “JANGAN LARI!!” secara lebih intens? Atau memikirkan ulang manfaat PKK Maba? Syukur kalau sempat terbesit pertanyaan mendasar, “Kenapa ada PKK Maba?” sehingga PKK Maba bisa lebih terbuka. Belum lagi masalah para birokrat yang menjadi pemangku kebijakan. kira-kira mampukah menjawab tantangan yang demikian, ditengah kacaunya kebijakan kampus kita? Mungkin itu saja, dan sebagian besar tradisi tidak berlaku ketika menjalani masa perkuliahan. Jangan mengira harus botak sampai lulus. Ketika jadi mahasiswa, urusan panjang rambut hanya menjadi masalah kontrak kuliah dengan dosen anti gondrong. Atau pelarangan untuk merias wajah bagi mahasiswi, tinggal perhatikan saja wajah akun media sosial mahasiswi gaul di kampus. Yang pasti sedikit contoh kekacauan dari PKK Maba ini sepantasnya direnungkan, agar tidak menjadi ‘lingkaran setan’. Gali esensinya, buang tradisi nirfaedah. Selamat membaca!
Perubahan Manajerial Vokasi Tergantung DUDI program studi di Vokasi “Karena Dikti kan tahun 2017 membuat edaran bahwa semua program studi itu diminta untuk menyesuaikan nama dengan nomenklatur, makanya kita sesuaikan nama sesuai dengan nomenklatur, jadi semua di Indonesia itu namanya sama,” ujar Sovia
KHIDMAT - Maba Vokasi sedang menyanyikan lagu Indonesia Raya (Foto: Rinto)
MALANG-KAV.10 Pembukaan PKK Maba Vokasi UB, maba Vokasi diberikan sambutan hangat dari dekan dan ketua program studi vokasi. Tahun ini vokasi mengalami banyak perubahan dan perbedaan program studi. Ketua Pelaksana PKKMaba Vokasi UB 2018 Maula Akbar, ia mengatakan bahwa penghilangan salah satu program studi di Vokasi, dikarena dialihkan ke program studi Manajemen Perhotelan dengan jenjang D4 “Salah satu faktornya mungkin karena sumber daya dosennya kurang, dan lebih mengarah kepada D4-nya yaitu manajemen perhotelan,” ujar maul, panggilan akrabnya. Hal itu juga didukung dengan penjelasan Sovia Rosalin sebagai Kordinator Humas PKKMaba Vokasi dari pihak Dosen, bahwa memang ada perubahan dan penghilangan
Dekan Vokasi Darmawan Octo Soetjipto memberikan penjelasan mengenai perubahan nama jurusan atau prodi di Vokasi, diantaranya diubahnya nama Manajemen Informatika menjadi Sistem Informasi, hilangnya program studi Usaha Perjalanan Wisata jenjang Diploma (D3) di Vokasi, dll. Perubahan nama program studi dibutuhkan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Proses manajerial dan teknis operasional di Vokasi karena terdapat kerjasama dengan DUDI. Selain itu prodi Vokasi secara umum tergantung dengan kebutuhan pasar. “Karena memang sama dengan permintaan DUDI kemarin itu, proses penghilangan program studi itu karena peminatnya menurun dan akhirnya tenaga serapannya berkurang, dan cenderung kepada manajemen perhotelan yang D4 salah satunya,” ujarnya. (agn/lnf)
Setiap Maba FKG Punya Nama Medis MALANG-KAV.10 Hal unik dari PKK Maba FKG tahun ini adalah pemberian nama medis oleh panitia pada setiap maba. Sejumlah 106 maba dibagi menjadi enam kelompok, yang tiap kelompok terdiri dari 15-19 orang. Pemberian tiap nama kelompoknya berdasarkan departemen yang ada dalam kedokteran gigi, misalnya departemen bedah mulut hingga departemen orthodesia. Pembagian nama setiap maba juga tidak acak, namun terkait dengan nama kelompoknya. “Di FKG kan banyak sekali istilah-istilah medis ya. Kita kasih nama medis supaya pas kuliah mereka ini udah pernah tau nama itu di ospek, sudah familiar,” ungkap Ketua Pelaksana Kenzie Reezkytama. Ia menambahkan bahwa maba harus mencari artikel dari nama medisnya masing-masing agar bisa memahami
istilah medis secara mendalam. Panitia juga mewajibkan maba untuk menghafal nama medis maba lain supaya tidak hanya hafal satu nama saja. Maba FKG Yacob Felix Leonardo Sihombing, mengatakan bahwa nama medisnya hanya berlaku di dalam lingkungan FKG selama PKK Maba dan tidak berlaku di lingkungan luar FKG. Ia mendapat nama Periodontal pocket yang artinya penyakit di rahang gigi, dan ia tidak keberatan menghafal nama medis tersebut. “Selama ospek ini berlangsung kita pakai nama medis. Harus dihafalkan karena nama medis itu yang paling utama,” tambahnya. (gem/jef)
Terbatas Waktu, FMIPA undur Materi anti-Radikalisme MALANG-KAV.10 “Untuk PKK Maba tahun ini karena masalah durasi waktu yang terbatas, kami lebih kepada orientasi pendidikan” ujar wakil Dekan III FMIPA Darjito S.Si M Si ketika diwawancarai dalam acara pembukaan PKK Maba FMIPA di Gedung Graha Sainta FMIPA UB. Sedangkan untuk mencegah radikalisme berkembang di FMIPA, ia menyatakan PKK Maba akan difokuskan pada orientasi pendidikan secara etika dan aturan-aturan dalam pergaulan. “Sebenarnya kalau seluruh civitas akademika memahami dan mentaati seluruh aturan, paham semacam radikalisme tidak akan berkembang. Paham radikalisme berkembang karena ada aturan yang dilanggar, oleh sebab itu dalam PKK Maba tahun ini kita lebih menekankan pada hal tersebut,” tegas Darjito. Lebih lanjut ia menambahkan FMIPA akan membentuk tim deradikalisasi yang beranggotakan mahasiswa pascasarjarana. “Tim deradikalisasi akan kita terjunkan dalam acara Krida Mahasiswa. Selain itu secara reguler
mulai tahun kita akan menanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada mahasiswa,” jelasnya. Senada dengan hal tersebut ketua pelaksana PKK Maba FMIPA Yuda Alldiansyah menuturkan untuk materi radikalisme akan dimasukan dalam rangkaian Probinmaba atau Krida Mahasiswa. “Untuk isu radikalisme akan kita masukan dalam Probinmaba hari kedua, dalam acara tersebut juga akan ada penanaman nilai tentang empat peran mahasiswa, kita juga akan memberikan materi tentang bagiamana menangani peham radikalisme dan mejaga keutuhan bangsa dari paham radikalisme,” ujar mahsiswa jurusan kimia 2016 itu. (nh/lia)
KAVLING10.COM
Maba FKH UB Ditatar Kedisiplinan dan Nasionalisme FKH masih berkorelasi dengan isu radikalisme yang sedang banyak diperbincangkan.“Tahun ini kita sangat menggembleng kedisiplinan, nasionalisme dan budaya. Dari rektor sendiri juga kemarin karena ada isu hangat mengenai radikalisme,” jelas Amin.
FOKUS - Polisi memberikan materi kedisiplinan (Foto: Ivan)
MALANG-KAV.10 Maba Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) ditempa untuk memiliki sikap disiplin, sopan santun, berbudaya dan beretika positif dalam PKK Maba yang diselenggarakan di Kampus II Dieng. Hal ini menurut Kapel PKK Maba FKH Malikul Amin penting dimiliki oleh seorang dokter hewan. “Korelasinya dengan profesi dokter hewan sangat ada. Setiap profesi kan memiliki kode etik, kode etik itu menilai etika, setiap dokter wajib mendahulukan pasiennya. Itu etika di dokter hewan sendiri,” ujar mahasiswa angkatan 2016 itu. Ia juga menambahkan bahwa tema kedisiplinan dan nasionalisme yang diangkat untuk kegiatan PKK Maba di
Senada dengan hal tersebut, menurut Wakil Dekan III Edhie Sujarwo untuk mendukung terwujudnya sikap nasionalis dan disiplin pemateri yang mengisi acara berasal dari TNI Angkatan Darat, alumni dan beberapa dokter hewan. “Terkait pemateri banyak, ada Prof Hendrawan tentang radikal, Koramil, Alumni, Industri, ada lagi dari praktek-praktek dokter hewan,” terangnya. Saat diwawancara oleh awak kavling, ia juga sempat mengeluhkan mahasiswa sekarang yang kurang disiplinan mengikuti kegiatan akademik kampus. “Terkait dengan kedisiplinan, kemudian kesopanan kan banyak sekali mahasiswa yg diajar itu rame gitu lho,” tuturnya. (vjp/lia)
Alasan Dibalik Essay Intoleransi 1000 Kata PKK Maba FEB melatih jiwa kepenulisan maba, kan dengan menulis, nantinya akan mudah diingat dan essay yang sudah ditulis juga akan kita bahas, kita ingin mengetahui pendapat temen temen maba mengenai isu intoleransi,” ujarnya.
MABA FEB - sarapan bersama di lapangan fakultas (Foto: Triska)
MALANG-KAV.10 Dewasa ini sedang maraknya permasalahan isu Intoleransi di Indonesia yang merambat di dunia internet. Tak seperti tahun sebelumnya, PKK Maba FEB (Fakultas Ekonomi dan Bisnis) UB 2018, maba diberi tugas offline essay 1000 kata mengenai isu Intoleransi dan solusinya. Berbeda dengan tahun kemaren tugas essay ditulis dengan tagan. Banyak alasan dibalik penugasan ini, sesuai ungkapan Tazky Theosofi, Ketua Pelaksana PKK Maba FEB salah satu alasan teknisnya adalah meminimalisasi adanya plagiarisme, “Ya biar dia nggak copas, biar dia paham,” ujarnya Senada dengan penjelasan tersebut, Faiz selaku Divisi Acara juga menegaskan agar maba terlatih dalam kepenulisan, “Untuk bentuk fisik, bertujuan untuk
Sementara untuk alasan diangkatnya isu intoleransi dan solusinya ini, supaya maba yang sedang dalam masa transisi bisa menambah pemahaman mengenai pentingnya toleransi, sesuai tutur Reza selaku Koordinator Humas. “Jadi kita tidak bisa memberikan penugasan yang tidak mempunyai esensial. Nulis 1000 kata itu untuk membangun pola pikir, dan kreativitas. Tujuannya ingin memahamkan mahasiswa tentang bagaimana sih pentingnya toleransi, tentang beragama, adat, seperti itu. Agar tidak terjadi perpecahan dan lain lain,” Ujarnya. Sementara itu, salah seorang maba jurusan Ekonomi Islam mengatakan perihal sulitnya essay yang terletak pada teknis pengerjaan dan ide, “Tugas yang paling sulit yang essay, yang tulis tangan. Kendala lain saya sih dari di idenya,” ungkap Dinda Nur Riska Ramadhani. (Ter/lnf)
Surat Sakit Salah, Mala Fapet Ikuti PKK Maba Lagi MALANG-KAV.10 Mahasiswa lama (Mala) 2017 ikuti PKK Maba Fakultas Ilmu Peternakan (Fapet) yang bertempat di halaman lapangan parkir. Sebanyak 39 mala dinyatakan tidak lulus melalui pengumuman yang disampaikan Official Akun Resmi BEM Fapet. Mala yang dinyatakan tidak lulus tahun lalu diwajibkan mengikuti ospek susulan ditahun berikutnya, hal itu juga sesuai dengan SK Rektor Bab VII Pasal 13 tahun 2018. Ketua Pelaksana Naufal Majid mengatakan bahwa ada sejumlah penilaian yang menentukan mahasiswa dinyatakan tidak lulus. “Tahun lalu itu,” sambungnya “dari segi penugasan, kehadiran tidak memenuhi atau tahun-tahun sebelumnya dinyatakan tidak lulus dan diharuskan mengikuti ospek susulan ditahun berikutnya. Itu (mengulang, red) sangat penting karena sertifikat ospek digunakan sebagai syarat untuk kelulusan.” Wakil Dekan III Fapet Osfar Sjofyan mengatakan bahwa mahasiswa yang tidak ikut PKK Maba harus memberikan surat pernyataan kematian dari RT/RW dan jika sakit harus memberikan surat pernyataan sakit dari Klinik UB. “Jika tidak masuk, suratnya harus dari Klinik UB. Tadi malam ada laporan bahwa ada orang tua meninggal ya saya ijinkan tapi ada surat kematian
dari
RT RW itu gak apa apa,” ungkapnya.
Menanggapi hal tersebut, salah satu mala yang dinyatakan tidak lulus Arjuna Gaga Sakti mengatakan bahwa dirinya mengulang PKK Maba dikarenakan sakit dan meskipun sudah memberikan surat keterangan dokter kepada panitia namun, tetap dinyatakan tidak lulus. “Saya mengulang ospek sebab pada saat ospek inti saya tidak masuk dikarenakan sakit,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa dirinya tidak mengetahui jika surat sakit harus dari Klinik UB. “Saya tidak tahu (surat sakit harus dari Klinik UB, red). Walaupun sudah memberikan surat dokter, kalau tidak ikut yang dianggap tidak hadir,” tambahnya. Dari Rangkaian PKKMaba Fapet, Mala yang mengikuti PKK Maba tahun ini diharuskan membayar Rp. 350.000 dan dari 39 Mala yang dinyatakan tidak lulus hanya tujuh Mala yang hadir. (azk/atw)
Imbas Laten Isu Ra
Oleh: Nuri Mei kemarin bisa dibilang bulan penuh teror, khususnya tanggal 8 hingga 14 Mei yang menjadi saksi rentetan aksi terorisme di beberapa tempat. Selain pada teror di Surabaya―yang disebut sebagai aksi terorisme pertama di dunia melibatkan satu keluarga, perhatian saya juga tertuju pada munculnya nama dua perempuan, Dita Siska Millenia dan Siska Nur Azizah yang diduga berupaya melakukan penyerangan aparat di Mako Brimob. Polisi yang mencokok keduanya menemukan gunting di dalam tas Siska. Ketika diperiksa, awalnya Siska mengaku gunting itu untuk “jaga-jaga” bila mereka tak lolos masuk, namun kepada Tempo ia menganulir keterangan tersebut. Ia beralasan hanya ingin membantu suplai makanan teroris kelompok Aman Abdurrahman yang terlibat kerusuhan berdarah di dalam tahanan. Siska yang merupakan mahasiswa semester keenam salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung tergabung dalam gruptelegram “Turn Back Crime”, dari situlah ia mulai memanen pandangan soal akidah dan syariat Islam, ketauhidan, jihad, Negara Islam (Daulah Islamiyah/ Islamic State/IS) serta konsep lain yang identik dengan yang kita istilahkan sebagai radikalisme.Ketika ditelisik rupanya Siska juga sempat aktif mengikuti pengajian Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW9) dan mengaku telah berbaiat pada ISIS sejak Oktober 2017. Siska barangkali hanya salah satu fragmen yang tampak di media atas fenomena masyarakat Indonesia yang terdoktrin paham radikal. Saya pribadi juga punya pengalaman akan hal ini, kawan karib saya tiba-tiba menyebut dirinya bersimpati akan misi gerakan IS dalam sebuah obrolan. Berbekal menggali informasi secara mandiri lewat video, facebook dan laman internet, ia bahkan sempat berharap bisa berangkat ke Suriah. Untungnya terakhir kali saya ngobrol dengan dia, pandangan soal jihad dalam dirinya tak lagi membara. Tak dinyana kasus Siska berentet pada hal-hal lain, mulai dari rilis Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terkait kampus-kampus terpapar radikalisme, hingga respon kampus soal tuduhan ini, termasuk UB yang bergerak cepat dengan menggelar pelbagai diskusi perihal tema ini dan menyiapkan beberapa kebijakan sebagai langkah antisipasi dan penanggulangan. Rektor baru UB, Nuhfil Hanani menyatakan UB telah
memiliki empat cara menangkal radikalisme. Langkah awal profiling pandangan civitas akademik soal paham radikal diyakini perlu ditempuh untuk menentukan model pendampingan yang sesuai. Pendekatan sosiologis, penguatan dan pendampingan kegiatan keagamaan di kampus, pembinaan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), serta pemberdayaan organisasi ekstra ia sebutsebagai langkah ideal merespon fenomena ini. Perlu menjadi perhatian bahwa jangan sampai kepanikan atas isu ini melahirkan respon kebijakan yang salah kaprah. Tentu saya bersepakat bahwa persoalan terorisme memang bukan perkara yang bisa dianggap remeh, ancamannya nyata dan ada di sekitar kita. Namun salah-salah, isu ini membuat kita seketika antipati dan menjatuhkan vonis negatif pada aneka kegiatan pengajian atau lembaga keagamaan. Diskusi-diskusi dalam mimbar akademik juga terancam makin direpresi atas alasan kegawatan fenomena ini―yang meskipun selama ini juga telah beberapa kali terjadi pembubaran diskusi di UB termasuk
adikalisme Kampus
is Hisyam* ada di area UB, atau jangan-jangan ada yang menyamar menjadi mahasiswa dan pegawai? Saya bukannya alergi dengan keberadaan intel ataupun militer di area kampus, bukan juga bermaksud terlalu mendramatisir hal ini. Meski ketentuan hukum tidak melarang aparat masuk kampus, namun perguruan tinggi dengan kebebasan mimbar akademiknya punya batasan yang jelas terkait peran aparat di area kampus, bahwa polisi hadir dalam situasi tertentu saja, sisanya cukup petugas keamanan kampus yang mengambil tindakan termasuk mengamankan aksi demonstrasi yang digelar di area kampus. Begitu pula militer, Resimen Mahasiswa (Menwa) saya kira sudah cukup menjadi wakil mereka di dalam kampus, yang mana sejak 2015 Menwa diaktifkan kembali di bawah komando tentara dari yang sebelumnya di bawah pengawasan kampus. Menwa juga mendapat payung hukum dari negara yang artinya mendapat subsidi langsung untuk kegiatan dan programnya serta mendapatkan latihan khusus oleh kesaturan tentara. bedah buku ‘Salju di Aleppo’ karya Dina Y Sulaeman yang dibubarkan atas desakan salah satu ormas dengan alasan sang penulis terafiliasi dengan paham Syiah. Nuhfil akan mewajibkan semua organisasi dan panitia kegiatan di dalam kampus untuk melapor, meski tidak merinci hal yang mesti dilaporkan. Apakah diskusi informal yang seringkali terbangun lewat obrolan santai juga menjadi obyek pelaporan ini? Tentu mengkhawatirkan bila kebijakan tersebut justru akhirnya menebas kebebasan gerak ekspresi mahasiswa. Nuhfil sempat berujar pada media bahwa ia tak mempermasalahkan masuknya intelijen ke area kampus untuk deteksi potensi terorisme. Pemerintah nasional juga memberi sinyal yang sama. Ketua DPR RI Bambang Soesatyo meminta intel dikirim untuk memonitor kampus. Soal hal ini saya tidak begitu sepakat, meski tanpa sepengetahuan kita selama ini intel sudah hadir di sekitar kita. Di tengah peserta diskusi publik, diantara wajah-wajah penjual jajanan yang
Masuknya aparat di area kampus lazim dikonotasikan sebagai upaya merepresi gerakan mahasiswa sebagai warisan trauma Orde Baru. Watak militerisme yang lekat dengan arogansi, kekerasan dan kesewenang-wenangan menjadi kengerian yang mudah dibayangkan. Tidak seharusnya adanya hal ini menggiring mahasiswa jadi makin ciut dan takut dalam menggemakan kebenaran dan gagasan lewat aksi demonstrasi maupun kritik lewat tulisan. Pendapat saya mungkin terlihat sebagai kontradiksi, bagaimana mampu mengantisipasi jejaring radikalisterorisme yang geraknya terselubung tanpa dukungan aparat yang juga mampu bergerak secara terselubung seperti intelijen. Tapi ini memang dilema yang nyata adanya. Menangkal terorisme butuh strategi penanganan yang kompleks, tapi dibenturkan dengan hak masyarakat di alam demokrasi menuntut perumus kebijakan untuk bijak bertindak. Mahasiswa juga harus makin awas dan mawas. Mempelajari filsafat menjadi penting untuk belajar menjadi arif dan kritis, sehingga kita tidak begitu sajatergiring doktrin bagai kuda bendiditunggang kusirnya. *Mahasiswa Hubungan Internasional UB
Potongan Rambut Elegan ala Maba Fakultas Teknik
PIDATO - Dekan FT UB sedang menyampaikan pidato di Lapangan Dekanat Fakultas Teknik (Foto: Abdi)
MALANG-KAV.10 Selama beberapa tahun terakhir, Fakultas Teknik (FT) memberlakukan peraturan yang selalu sama setiap tahunnya. Peraturan tersebut terkait dengan potongan rambut pendek ukuran 1 cm bagi seluruh mahasiswa baru laki-laki. Bagi sebagian besar orang, ketentuan tersebut dirasa tidak memiliki arti khusus. Tetapi Dekan FT, Pitojo Tri Juwono, memiliki pandangan tersendiri terkait dengan peraturan tersebut. “Ini salah satu cara maba teknik memberi contoh tampil elegan sebagai sosok pemuda dan pemimpin yang kita harapkan bagus ke depan. Kalau punya potongan rambut pendek, kita harap spiritnya muncul,” kata Pitojo. Meski tidak ada peraturan tertulis yang mengatur potongan rambut selama satu semester, Pitojo menegaskan itu sebagai komitmen bersama. Ia menjelaskanbahwa menjadi mahasiswa itu harus rapi. Ia juga menambahkan, “Saat mereka jadi maba kita buktikan bahwa mereka harus rapi dulu. Walaupun rapi itu sebenarnya normatif, tapi kami menginterprestasikan bahwa rapi itu ya seragam.” Ketua Pelaksana PKK Maba FT Reza Aliansyah juga berkomentar mengenai aturan rambut pendek bagi mahasiswa baru. Ia menerangkan bahwa memang tidak ada kewajiban dari Dekanat terkait ketentuan
itu. Tetapi dengan ketentuan seperti itu, panitia jadi mudah dalam mengontrol mahasiswa baru. Seperti yang Reza sampaikan, pengontrolan itu terkait dengan kewajibannya sebagai panitia, “Jadi kami sebagai panitia punya kewajiban untuk menjaga dan melindungi mahasiswa kami.” Terkait dengan kegiatan mengontrol mahasiswa baru, Dekan FT Pitojo pun sempat menjelaskan bahwa dengan ketentuan yang semacam itu akan memudahkan mereka mendeteksi mahasiswa baru yang menggunakan kendaraan. Jika tidak ada ketentuan semacam ini, pihak Dekanat akan sulit membedakan mahasiswa baru dan mahasiswa lama yang menggunakan kendaraan. “Ini kan juga perintah dari Rektor supaya di semester pertama tidak membawa kendaraan,” tutup Pitojo. Sejauh ini, aturan mengenai rambut pendek bagi mahasiswa baru laki-laki FT hanya terdapat di Peraturan PKK Maba Fakultas Teknik 2018 yang sudah ditandatangani oleh Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan. Selain itu, tidak ada peraturan lain yang mengatur bahwa mahasiswa baru lakilaki harus memiliki potongan rambut pendek ukuran 1 cm selama satu semester. (ara/ain)
FIA Gunakan Aksara Jawa untuk Penugasan MALANG-KAV.10 Penugasan seperti barang bawaan makanan dan minuman untuk maba Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) diinformasikan menggunakan Bahasa Indonesia, tetapi disamarkan dalam Aksara Jawa. Dari ratusan aksara yang ada di Indonesia, Aksara Jawa dipilih untuk menginformasikan penugasan kepada mahasiswa baru. Padahal 914 maba FIA berasal dari berbagai daerah, tidak hanya dari Jawa. Hal ini membuat Rifki Alwani maba jurusan Administrasi Publik mengutarakan keresahan dalam pengerjaan penugasan tersebut. “Aku kan dari Jakarta asli Sumatra, bukan orang Jawa asli. Jadi cukup sulit. Harus minta diterjemahkan sama orang yang bener-bener tahu Aksara Jawa,” ungkapnya. Berbeda dari Rifki, salah satu maba FIA jurusan Perpajakan Jessica Ida Hutagaol mengomentari penugasan tersebut
dapat tuntas iaselesaikan dengan bantuan dari teman-temannya melalui grup Line. “Kita di grup itu kalo ada yang mengerti langsung diinfokan ke grup. Jadi kita sudah langsung mengerti,” terang Jessica. Sekretaris Pelaksana PKK Maba Dimas Rizky Dwi Sandiana menjelaskan bahwa penugasan ini disesuaikan dengan tema yang diusung yaitu nasionalis dan berbudaya. Dimas menjelaskan awalnya ada obrolan untuk menggunakan aksara lain, namun kembali lagi bahwa UB berada di Jawa Timur. “Alangkah lebih baiknya menyesuaikan dengan budaya yang ada di Jawa Timur, harapannya sihkaya gitu,” jelasnya lebih lanjut.(fir/odp)
FP Tekankan Maba Paham Tri Dharma Perguruan Tinggi
tentang menjadi mahasiswa. Pada masa awal pengenalan kampus, maba masih dalam tahap transisisi dari kehidupan sekolah menengah dan sedang mencari jati dirinya sebagai mahasiswa. “Jadi mereka menjadi mahasiswa yang sudah diberikan pilihan dan ibaratnya gambaran menjadi mahasiswa. Mahasiswa harus mendidik masyarakat, mahasiswa harus mengabdi pada masyarakat,” ungkapnya.
DUDUK - Maba duduk berdasarkan kelompok masingmasing di Gazebo Raden Wijaya (Foto: Niken)
MALANG-KAV.10 POSTER (Program Orientasi Studi Terpadu) FP UB 2018 menekankan maba untuk memahami Tri Dharma Perguruan Tinggi secara mendalam lewat penugasan kepada maba. Selain tugas offline dengan membuat buku khusus, ada juga tugas online yakni membuat video. Setiap maba wajib menyampaikan pendapatnya tentang pendidikan, pengabdian masyarakat, ataupun tekonologi dan inovasi lewat video berdurasi maksimal tiga menit. Ketua Pelaksana POSTER FP 2018 M. Izaq Mustaqim, menjelaskan bahwa pemilihan tema Tri Dharma Perguruan Tinggi bertujuan agar maba memiliki gambaran
Maba Agroekoteknologi Meida Hendrik, menjelaskan videonya yang menyorot kurangnya perhatian masyarakat terhadap pertanian di Indonesia. Ia memilih topik teknologi dan inovasi agar masyarakat lebih memperhatikan pertanian dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi. “Karena pertanian sangat penting. Jadi, kita perlu mengembangkan teknologi,” ujarnya. Panitia akan memberikan hadiah kepada tiga maba dengan video paling menarik. Hadiah ini akan diumumkan pada besok yang merupakan hari terakhir rangkaian acara POSTER FP 2018. (ken/jef)
PKK Maba FH Hadirkan Tokoh Nasional Alumni UB. MALANG-KAV.10 Pelaksanaan PKK Maba Fakultas Hukum (FH) UB 2018 mengangkat nama angkatan Candradimuka. Candradimuka ini diharapkan bisa mendapatakan orientasi perguruan tinggi dan pembangunan karakter. Ketua Pelaksana PKK Maba FH Daniel Maradong Panjaitan menjelaskan arti pemberian nama angkatan Candradimuka. Candradimuka merupakan sebuah cerita perwayangan yang diartikan sebagai sebuah kawah yang ada di Jawa Tengah. “Kalau kita lihat sejarah adalah tempat Gatot Kaca menempah dirinya dengan ilmunya segala macam pakai kekuatan itu meumpamakan FH,” ujar Daniel.
FH untuk negeri diisi oleh Ketua Tim Pengacara Novel Baswedan dan yang kedua oleh Koordinator Lembaga Bantuan Hukum Malang. Talkshow yang kedua yaitu bangga FH Brawijaya. Harapan dihadirkan Mantan wakil ketua H. Achmad Sodiki oleh panitia sendiri adalah agar maba FH 2018 lebih mengarah termotivasi untuk menjadi tokoh-tokoh nasional. “Karena beliau termasuk tokohtokoh besar nya di fakultas Hukum. Cukup besar namanya di kancah nasional,” ujar Sajida.
Menghadirkan pemateri-pemateri yaitu mantan Wakil Makamah Konstitusi, Ketua tim Pengacara Novel Baswedan yang di KPK dan Koordinator Lembaga Bantuan Hukum Malang. Ketiga tokoh-tokoh ini merupakan alumni UB. Daniel memaparkan alasan mengundang tokoh-tokoh tersebut. “Saya ingin mendorong Role model baru soalnya kan kalau kita badingin memang lawyer-lawyer LBH dan lawyer lainnya pasti kalah dengan mantan Wakil MK,” tegas Daniel.
Inti tema yang diusung adalah menciptakan mahasiswa yang berintegritas, Humanis, dan Kritis. Hal ini didukung dengan ucapan Wakil Dekanat III Arif Zainudin bahwa lulusan dari mahasiswa FH menjadi lulusan yang berprofesional, humanis, etis dan religius. “Maba dididik menjadi seorang yang profesional di bidang hukum kemudian nantinya menjadi seorang yang humanis, memanusiakan manusia, etis mengutamakan etika, moral dan religius,” tegas Arif. (spt/sad)
Koorditanor Acara PKK Maba FH Sajida Humaira menjelaskan terdapat dua talkshow. Talkshow pertama
Pengajuan Dana Membeludak, Filkom Pangkas Dana Kegiatan Mahasiswa Menanggapi masalah pemangkasan uang kegiatan mahasiswa tersebut pihak Filkom telah mengadakan rapat yang nantiya uang pendanaan mahasiswa Filkom akan di bagikan secara merata. “kemarin kami sudah melakukan rapat dekanat hasilnya dana untuk kegiatan diturunkan demi pemerataan dana tersebut,” imbuhnya. Sistem pembagian dana secara merata di ambil oleh pihak dekanat Filkom agar mahasiswa yang mengajukan pendanaan kegiatan mahasiswa pada akhir tahun ini juga mendapatkan dana kegiatan yang sama. ”Apabila saya memberi akibatnya mahasiswa yang mengajukan pada akhir tahun tidak kebagian,” lanjutnya. UPACARA - Jajaran Dekanat Filkom dalam penyambutan PKK Maba (Foto: Hendra)
MALANG-KAV.10 Ketua senat Filkom, Wayan Fidaus Mahmudy resmi menurunkan porsi pendanaan kegiatan mahasiswa. Hal ini seiring dengan banyaknya mahasiswa mengajukan dana kegiatan. “Pendanaan kegiatan sudah di baku 300 juta, sebelumnya sampai 8-10 juta dikarenakan banyak yang mengajukan,” ungkapnya.
Sementara itu, ketua pelaksana PKK Maba Filkom Julia Ferlin mengatakan bahwa penurunan dana oleh pihak dekanat Filkom tidak berdampak pada kegiatan tahun ini karena keperluan PKK Maba pada tahun ini lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. “Dampak Dana kegiatan tidak terasa karena keperluan saat ini tidak terlalu banyak dari tahun sebelumnya,” ujarnya. (dra/nzf)
Tujuh karikatur Representasikan Program Studi FIB MALANG-KAV.10 Tujuh karikatur tokoh penting dunia dipasang di beberapa pohon pada area depan boulevard Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yang digunakan untuk kegiatan PKK Maba hari ini. Ketua Pelaksana PKK Maba FIB Maulfi Syaiful Rizal menyampaikan bahwa tokoh itu dijadikan sebagai karikatur untuk mewakili setiap program studi. Tujuh tokoh tersebut adalah W. S Rendra, Victor Hugo, Haruki Murakami, Affandi, Confucius, Koentjaraningrat dan Shakespeare. Pemilihan tokoh dipilih berdasarkan banyaknya karya dan selalu menjadi rujukan bagi orang lain. “ Filosofinya seperti yang saya sebutkan tadi koentjaraningrat bukunya banyak sekali dirujuk dalam setiap teori atau setiap matakuliah yang ada di antropologi, jadi itu bisa dikatakan sebagai bapak kebudayaan. Kemudian WS Rendra adalah sastrawan besar, beliau menghasilkan banyak karya yang ditampilkan dalam pementasan drama maupun puisi, “ ujarnya.
Maulfi juga menambahkan dengan adanya representasi tokoh tersebut, diharapkan maba memiliki sifat yang sama atau bisa mengambil contoh bagaimana tokoh tersebut menghasilkan karyanya. “ Prosesnya bagaimana kemudian bisa mengambil intisari kehidupan dari tokoh-tokoh tadi. Harapannya itu nanti bisa menjadi teladan untuk mahasiswa baru.” Menyetujui hal tersebut, Mahasiswa baru Pendidikan Bahasa Indonesia Raja Virgandi Agustin menyatakan bahwa secara tidak langsung adanya karikatur itu menambah wawasan mahasiswa baru tentang tokoh tersebut. “ Tentu saya termotivasi setelah tahu tokoh itu, seperti affandi itu karakter-karakternya memotivasi saya menjadi insan yang lebih baik,” ujar mahasiswa asal Tanjung Pinang tersebut. (nad/lnf)
Simulasi Paper Mob Perdana di RAJAWALI FTP TP SOLID itu jargonnya kita jadi kita itu ingin lebih memperkenalkan jargonnya kita lagi. Terus kalau buat yang RAJAWALI namanya acara kita sendiri jadi karena acaranya RAJAWALI,” tutur Koordinator Acara RAJAWALI FTP 2018 Aisyi Sakina saat ditanya mengenai esensi paper mob. SERENTAK - Simulasi paper mob RAJAWALI FTP (Foto: Sinta)
MALANG-KAV.10 Rangkaian Acara Jelajah Almamater Berwawasan Lingkungan (RAJAWALI) Fakultas Teknologi Pertanian(FTP) UB 2018 berlangsung di Gedung Samantha Krida. Tahun ini mereka menampilkan pertunjukan paper mob yang melibatkan seluruh mahasiswa baru yang hadir pada rangkaian pertama. Ketua Pelaksana RAJAWALI FTP 2018 Akmal Abil Ghiffari menyebut paper mob sebagai inisiatif barudari panitia. “Kita ingin membawa inovasi di tahun ini,” ujar Akmal. Melalui dua bentuk tulisan yang dihasilkan dari paper mob ini terkandung makna tersendiri yang khususnya ditujukan kepada maba. Adapun dua tulisan yang ditampilkan yaitu “SATU KOMANDO TP SOLID” yang merupakan jargon FTP dan “RAJAWALI FTP 2018”. Kedua bentuk tulisan itu bertujuan memperkenalkan identitas FTP kepada para maba. “Kalau yang pertama kan tulisannya itu SATU KOMANDO
Walaupun begitu pada saat mobilisasi paper mob panitia terlihat sibuk ketika memberikan instruksi kepada para maba. Hal ini karena ada beberapa maba yang keliru saat membolakbalik kertas sesuai dengan kode yang diinstruksikan. Kondisi tersebut berlangsung kurang lebih dalam waktu setengah jam. “Jadikan sebenarnya ini baru awal kan jadi kita kayak baru mencoba aja. Tapi kalau berdasarkan hasilnya tadi bisa lumayanlah soalnya kan baru awal jugakan kita,” ucap Aisyi. Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu mahasiswi baru saat diwawancarai seputar kesan terhadap atraksi paper mob ini. Sinta Rahma Hudanis mahasiswi THP 2018 mengatakan bahwa paper mob ini bagus untuk diadakan. ”Bagus kok paper mob-nya,” kata Sinta dengan wajah bersemangat. Hal ini dibuktikan dengan adanya tepuk tangan yang meriah dari para maba FTP saat adegan paper mob selesai dilakukan.(sin/sad)
Partisipasi Politik dalam Konteks Pembangunan Kampus “Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.� Tan Malaka Di negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi sangat diperlukan partisipasi masyarakat untuk menunjang kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kegiatan partisipasi politik dilakukan warga negara untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan dengan tujuan mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan pemerintah. Salah satu kegiatan yang menunjukan adanya partisipasi politik dalam sebuah negara adalah pembuatan dan pelaksanaan keputusan itu termasuk modernisasi politik. Modernisasi menjadi karakteristik pembangunan di Indonesia dimana terdapat tuntutan– tuntutan ke arah perkembangan cepat untuk mencapai target-target pembangunan. Menurut Ramlan Surbakti, partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara menentukan segala keputusan menyangkut atau mempengaruhi hidupnya. Partisipasi politik berarti keikutsertaan warga negara (yang tidak mempunyai kewenangan) mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Indikatornya adalah keikutsertaan warga negara dalam pembuatan serta pelaksanaan kebijakan publik dan dilakukan oleh warga negara. Partisipasi politik merupakan hal utama dalam masyarakat yang berhubungan dengan pemerintah. Partisipasi politik bukan sekedar keterlibatan masyarakat dalam pemilihan umum, tetapi juga partisipasi politik dalam kehidupan sehari-hari yang berurusan dengan modernisasi pembangunan di Indonesia.
haruslah dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pandangan ini menunjukkan asas demokrasi dalam konsep pembangunan nasional. Masyarakat terlibat secara langsung bukan karena mobilisasi, melainkan sebagai partisipasi dengan landasan kesadaran. Dalam proses pembangunan, masyarakat tidak semata-mata diperlakukan sebagai obyek, tetapi sebagai subyek dan aktor atau pelaku. Dalam konteks pembangunan di kampus tercinta Universitas Brawijaya akan tepat mengenai sasaran, terlaksana dengan baik dan bermanfaat hasilnya jika dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa. Pembangunan harus dilakukan secara terencana dengan baik dan harus menyentuh kebutuhan riil mahasiswa, sehingga pembangunan dilakukan di kawasan kampus menyentuh keinginankeinginan mahasiswa dan tidak melenceng dari kebutuhan riil. Dalam pembangunan kampus, partisipasi politik dilihat dari proses pembuatan keputusan Musyawarah. Proses ini tidak semata di dominasi oleh segelintir elite kampus, melainkan juga melibatkan unsur-unsur lain. Keterlibatan berbagai pihak, dalam hal ini adalah mahasiswa luas, merupakan salah satu kunci dalam keberhasilan pembangunan.
Menurut Huntington dan Nelson, Partisipasi politik ialah kegiatan warga negara yang bertujuan mempengaruhi pengambilan kebijakan pemerintah. Indikatornya diantaranya partisipasi politik menyangkut kegiatankegiatan, bukan sikap politik. Subyek partisipasi politik adalah warga negara biasa, bukan orang profesional di bidang politik. Kegiatan partisipasi politik untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah yang mempunyai wewenang politik. Partisipasi politik mencakup semua kegiatan mempengaruhi pemerintah, terlepas tindakan itu memunyai efek atau tidak. Partisipasi politik menyangkut partisipasi otonom dan partisipasi dimobilisasikan.
Menurut Siagian (2007:142), tugas pembangunan merupakan tanggung jawab seluruh mahasiswa dan bukan tugas segelintir elite semata-mata. Perencanaan pembangunan dan pelaksanaannya harus berorientasi ke bawah dan melibatkan mahasiswa luas. Dengan cara ini segelintir elite mampu menyerap aspirasi masyarakat banyak, sehingga pembangunan yang dilaksanakan dapat memberdayakan dan memenuhi kebutuhan mahasiswa. Mahasiswa harus menjadi pelaku dalam pembangunan, mahasiswa perlu saling gotong royong untuk dapat merumuskan sendiri permasalahan yang dihadapi, merencanakan langkah-langkah yang diperlukan, melaksanakan rencana yang telah diprogramkan, menikmati produk yang dihasilkan dan melestarikan program yang telah dirumuskan dan dilaksanakan.
Menurut
Andika P. Y. Sitorus
Kartasasmita
(1996:63),
pembangunan