EDISI III KAMIS, 15 Agustus 2019
JURNAL PKK MAHASISWA BARU UB
Kavling 10 Tulis dan Kabarkan!
Masuk Tahap Akhir, 2020 UB Diperkirakan Menjadi PTN-BH
PERTEMUAN - Ketua Panitia PTN-BH UB Abdul Latief (Foto: Abdi)
MALANG-KAV.10 Sebanyak sebelas Perguruan Tinggi Negeri (PTN) telah mengukuhkan diri menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) sejak UU No. 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi diberlakukan. Secara khusus, UU tersebut mengatur soal peralihan status PTN yang semula Badan Layanan Umum (BLU) menjadi PTN-BH. Dengan status tersebut, sebuah PTNBH diperbolehkan mengelola badan usaha dan menyelenggarakan layanan pendidikan tinggi. Dalam waktu dekat ini, nampaknya jumlah PTN-BH akan bertambah. Dua PTN yang saat ini sedang mengusulkan dokumen menjadi PTN-BH adalah Universitas Sebelas Maret, Solo dan Universitas Brawijaya (UB), Malang. Khusus UB sendiri sudah memasuki tahap akhir, yakni perbaikan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Statuta beserta Naskah Akademik. Ketua Panitia PTN-BH UB Abdul Latief mengatakan, proses tersebut paling cepat diselesaikan pada akhir tahun mendatang. “Kalau saya memperkirakan tahun 2020 UB sudah menjadi PTN-BH, walaupun nanti ada masa transisi selama masa tiga sampai lima tahun,” jelasnya ketika ditemui pada Selasa (13/8) di Fakultas Pertanian. Masa transisi diperlukan untuk menyusun sejumlah regulasi baru di internal kampus terkait dengan pelaksanaan PTN-BH. Masa transisi tersebut memakan waktu yang tidak sebentar karena harus menyusun sejumlah regulasi untuk menjalankan perangkat yang ada. Latief menuturkan, apabila berkaca pada Universitas Padjadjaran, maka ada sekitar ratusan regulasi yang harus dipersiapkan.
Wacana UB menjadi PTN-BH sebenarnya sudah mengemuka sejak 2016 lalu. Mahasiswa merespons wacana tersebut dengan menyatakan menolak PTNBH pada setiap aksi tahunan tanggal 2 Mei. Wacana tersebut semakin menguat pada akhir tahun 2018 lalu, setelah UB mengirimkan dokumen-dokumen yang diperlukan. Latief menjelaskan bahwa perancangan RPP tidak semudah yang dibayangkan karena alur pengesahannya yang cukup panjang. “RPP itu tidak semudah yang kita pikirkan. Pertama kita harus ke Kemenkumham, lalu Kemsetneg, baru ke Presiden,” ujarnya. RPP yang dimaksud berupa statuta perguruan tinggi, yaitu peraturan dasar suatu perguruan tinggi yang mencakup visi, misi, bendera, hymne, hingga rencana pengembangan induk. Menurut Latief, RPP dan Naskah Akademik telah dikirimkan pada Selasa (13/8) lalu. Selanjutnya, pihak UB berencana menggencarkan sosialisasi terkait PTN-BH dengan membentuk sebuah tim. “Kenapa sosialisasi itu dilakukan, karena sekarang diperjelas langkahnya. Kami sudah membagi diri menjadi dua tim, tim sosialisasi dan tim untuk melancarkan jalannya SK presiden,” pungkasnya. Meski sudah memasuki tahap akhir, salah satu anggota Komite Pendidikan (KP) Novada Purwadi terus menolak upaya tersebut. Novada merupakan bagian dari tim riset KP yang mendalami persoalan tentang PTN-BH. Menurutnya, pendapatan masyarakat masih terlalu kecil untuk membiayai pendidikan seorang diri. Sedangkan apabila kampus statusnya menjadi badan hukum maka kampus tersebut dibebankan pajak. Hal ini akan berdampak pada biaya pendidikan tinggi yang semakin mahal karena pihak kampus perlu mendapat lebih banyak pemasukan. Pemberlakuan pajak bagi PTN-BH tertera dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-34/PJ/2017 tentang Penegasan Perlakuan Perpajakan bagi Perguruan Tinggi Badan Hukum. Menurutnya, peraturan tersebut berpotensi mengganggu kesehatan keuangan kampus sebab keuntungan kampus dari anak usaha yang dimiliki akan berkurang.
(Bersambung ke hal 4)
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS UNIVERSITAS BRAWIJAYA
I
SUSUNAN REDAKSI
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
Diterbitkan Oleh: Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa Universitas Brawijaya Pelindung : Rektor Universitas Brawijaya Pembimbing : Asfi Manzilati Penanggung jawab : Debbie Julia G. Pemimpin Redaksi : Oky Prasetyo Redaktur Pelaksana : Triska Kharismaningrum Reporter : Silvi Wira Uswatun H, Abdul Hadi, Q. Rahmatika Rosida, Priska Salsabiila, M. Ghani Makarim, Nuril Z. Fanani, Tri Supriansyah, Anggik Karuniawan Editor : Abdi Rafi Akmal, Tri Supriansyah, Ivan Yusuf, Ima Dini Shafira, Gemilang Ayu, Aprilia Tri Wahyu, Nuril Z. Fanani, Triska Kharismaningrum Karikatur : Dewa O. Prabawa, M. Ghani Makarim, Priska Salsabiila, Satrio Langlang B Layouter : Diana C. T. Purba, Shafa Anindya N. A. Sirkulasi dan Pemasaran : Ima Dini Shafira, Anggik Kurniawan, Silvi Wira U. H
Kritik dan saran bisa disampaikan langsung ke alamat kami di sekretariat bersama Gedung UKM ruang 2.4 UAPKM UB atau bisa menghubungi 081334435548 (Debbie) atau 085339044563 (Oky) Setiap Wartawan Jurnal PKK Maba dibekali kartu pers dan seragam
2
GABUNG’O REK!!!
NARAHUBUNG: WA-Ivan (085732938034) WA-April (085759904145) LINE @taz3417q IG @uapkm_ub YouTube Kavling 10 Media
KAVLING10.COM KAMIS, 15 AGUSTUS 2019
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS MAHASISWA
EDITORIAL
Mahasiswa: Welcome To The Jungle! Ingat, kalian telah bermetamorfosa. Buktikan bahwa menjadi ‘Maha’ bukan lagi perihal siapa yang patuh kepada siapa, siapa yang lebih unggul dari siapa, atau mungkin segala hal yang berkutat dengan kepentingan angka. Namun, beranikan diri bahwa kalian yang menjadi ‘Mahasiswa’ adalah sosok baru yang menyokong masa depan dengan cara kalian masing-masing. Mulailah terbiasa dengan prinsip kebenaran yang kalian bangun. Dengan dalih kebenaran yang tumbuh dari kesucian pikiran dan idealisme yang alami, serta dapat membebaskan sanubari kalian untuk bergerak menuntaskan keadilan dalam suatu kebenaran demi kontribusi kemanusiaan. Minimal, pada diri kalian sendiri. Mahasiswa! Agen perubahan katanya Akbarkan sumpah mahasiswa beserta makna Jangan hanya mengejar IPK Rakyat tak butuh angka Mereka perlu aksi nyata -Najwa Sihab Tanah Borneo, 7 Mei 2017 Itulah cuplikan dari catatan Najwa Sihab tentang Mahasiswa. Seperti memberikan pesan bagi mahasiswa agar bisa membuka mata masing-masing bahwa sejatinya mereka adalah harapan bagi generasi bangsa. Menjadi mahasiswa tak hanya soal capaian gelar diploma atau pun sarjana. Tidak cukup dengan konteks siswa SMA yang bermetamorfosa menjadi mahasiswa. Tapi ini tentang bagaimana memaknai kata ‘Maha’ yang ada di sana. Selamat datang untuk kalian, wahai Mahasiswa baru! Kami selaku awak Kavling10 mengucapkan beribu-ribu selamat dari jauh, dengan harapan buletin jurnal ospek edisi ketiga ini tidak hanya tersampaikan di tangan kalian saja, tapi juga sempat terbaca dan hinggap di pikiran kalian akan pesan yang ada di dalamnya. Puji Tuhan, hingga detik ini kami masih bisa memberikan kabar melalui coretan pena yang mungkin tidak seberapa. Jika kalian berpikir masa pengenalan kampus murni berasal dari mereka yang bertugas merapikan barisan kalian, mengatur apaapa yang harus kalian pakai mulai dari ujung kepala hingga kaki, mengajak bernyanyi di akhir acara pengenalan kampus, lalu dari mereka yang biasa mengatakan: “Jalannya dipercepat! Jangan ambil selebaran apapun!”, semoga tidak melenakan kalian. Karena sesungguhnya kami yang seringkali terabaikan ini, juga merupakan bagian dari akses agar kalian bisa memaknai lebih jauh arti pengenalan kampus itu sendiri. Jangan hanya menunduk patuh saat lutut mendadak penat berjalan dan berdiri lama, tapi juga diam-diam memahami dinamika dan segala polemik yang ada di dalam kampus.
Cukup bayangkan ini semua ibarat sebuah permainan seru di dalam hutan rimba. Halo Mahasiswa! Welcome to the jungle! Kehidupan akan terasa sangat nyata ketika dikontemplasikan sedang berada di alam. Banyak kemungkinan yang akan ditemui, seperti mendengar berbagai hewan yang berebut untuk saling mengaum dan seakan sedang mengikuti kontes perlombaan ‘Siapa yang mengaum lebih keras’, lalu kalian secara naluriah tanpa diminta akan mengikuti kata hati untuk berusaha bertahan hidup, atau bisa jadi suatu ketika diterkam hewan buas saat kalian sedang lengah. Tapi jangan lupa, bahwa ketika kalian berusaha untuk segera keluar dari hutan, kalian tidaklah sendirian. Jangan sungkan untuk saling mengulurkan tangan, dan merayap dengan rotan kemanusiaan. Hutan sama halnya dengan kampus, hewan lain adalah penyebutan secara kiasan pun dari kawan dan lawan kalian sendiri, sementara penggambaran ‘Hewan yang mengaum’ merupakan upaya-upaya untuk menginvasi kekuatan kekuasaan yang ada di kampus. Baik secara politik, maupun dari yang terkecil seperti IPK dan lingkungan sosial yang akan kalian jelajahi di sini. Bahkan jauh sebelum tulisan ini ditulis, kami meyakini bahwa ada semacam pondasi yang sudah mulai terbangun dalam pikiran kalian. Tentang rencana setelah lulus, dan memilih Universitas sebagai langkah berikutnya untuk menggapai segalanya yang dirasa belum selesai. Sekali lagi, Selamat bagi kalian mahasiswa baru yang masih bertahan dan tekun mengikuti serangkaian acara pengenalan kampus. Jangan lupa untuk mengenal kampus tidak hanya dari fasilitas dan fokus menggali ilmu di bangku perkuliahan saja. Tapi galilah segala hal yang berhubungan dengan dinamika kampus, mulai dari isu terkini yang ada di fakultas kalian masing-masing, kebijakan kampus, perihal PTN-BH serta akreditasi, permasalahan di civitas akademika, dan lain sebagainya. Kenalilah segala hal dengan cermat, agar nantinya kalian bisa mengetahui apa yang semestinya dilakukan sebagai mahasiswa. Janganlah takut untuk berdinamika, karena mahasiswa memang selayaknya untuk bergerak dan memberikan aksi nyata. Illustrasi Oleh: Diana
www.kavling10.com - Ig: @uapkm_ub - Line: @taz3417q
3
BERITA
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
Jam Kedatangan Maba Fapet Berbeda dengan Himbauan Menristekdikti hanya memuat tata tertib dan petunjuk pelaksanaan. Selebihnya diserahkan ke pihak panitia PKK Maba fakultas.
JALAN - Maba Fapet berjalan menuju venue (Foto: Priska
MALANG-KAV.10 Fakultas Peternakan (Fapet) dalam kegiatan PKK Maba menerapkan peraturan mengenai kedatangan maba pada pukul 05.30 WIB. Padahal Menristekdikti Mohamad Nasir menghimbau jam kedatangan maba pada pukul 07.00 WIB dan tidak lebih awal dari itu. Diketahui pula dari peraturan fakultasfakultas lain bahwa peraturan mengenai kedatangan maba lebih awal dari jam 07.00 WIB. Ketua Pelaksana PKK Maba Fapet Ahmad Shokhibul menyatakan bahwa jam kedatangan maba telah disesuaikan dengan fakultas lainnya. “Jam kedatangan ditentukan panitia namun dilakukan koordinasi dengan fakultas lain untuk menyiasati datangnya maba dari gerbang (Fapet, red),” ujarnya. Dalam peraturan Rektor UB mengenai PKK Maba, tidak terdapat aturan mengenai jam kedatangan. Peraturan
(sambungan dari hal 1)
“Ketika suatu entitas menjadi badan hukum sendiri, dia wajib bayar pajak. Dengan adanya PTN-BH, berarti ada kewajiban dari kampus untuk bayar pajak pada negara, dan jelas dananya bisa berkurang,” pungkasnya saat ditemui pada (14/08). Peralihan status BLU menjadi PTN-BH ini turut membawa dilema bagi orientasi penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi. Kewenangan mendirikan anak usaha membuat fokus perguruan tinggi terpecah sebagai penyelenggara bisnis yang komersil pula. Hal tersebut diperjelas oleh Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 111/PUU-X/2012 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi terhadap UUD RI 1945, yang berbunyi: “Menjalankan dua peran secara bersamaan bukanlah pekerjaan mudah. Apalagi dua peran tersebut memiliki karakter yang jauh berbeda, bahkan cenderung bertolak belakang. Penyelenggaraan pendidikan berorientasi pada pelayanan, sedangkan bisnis bersifat komersial yang orientasinya jelas mencari keuntungan.
4
Kepala Humas UB Kotok Gurito mengakui bahwa UB tidak menerapkan himbauan Menristekdikti. Hal ini dikarenakan UB menyesuaikan dengan kondisi fakultas. “Kalau di UB misalnya kita datangkan agak siangan nanti jalanan sekitar UB sudah padat. Maka dari itu kita datangkan lebih pagi supaya tidak mengganggu lalu lintas,” terangnya. Sejauh ini, jam kedatangan maba di Fapet tidak bermasalah karena pada dasarnya tidak melanggar peraturan rektor. Namun, Ahmad menerangkan bila himbauan Menristekdikti nantinya diwajibkan untuk diterapkan di semua kampus, akan dilakukan penyesuaian peraturan mengenai PKK Maba lebih lanjut. “Jika memang peraturan dari Kemenristekdikti seperti itu mungkin bisa disesuaikan dengan jadwal selama kegiatan. Jadi kami harus berkoordinasi dengan dekanat dulu mengenai hal ini. Untuk kedepannya mungkin bisa disesuaikan dengan peraturan Kemenristekdikti tapi juga dipertimbangkan dari keadaan di universitas masing-masing,” tutur Ahmad menanggapi perihal ini. (psa/fir) Dengan posisi seperti itu, sangat sukar untuk berharap PTN BH akan mampu menjaga orientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Alih-alih begitu, dikhawatirkan yang mungkin akan terjadi adalah komersialisasi pendidikan”. Menanggapi kemungkinan pecah fokus dalam pengelolaan pendidikan, Latief menjelaskan bahwa hal itu tidak akan terjadi karena dosen tetap fokus pada mengajar. “Itu sebabnya pengembangan usaha itu harus diserahkan kepada pihak ketiga untuk pengelolaannya. Dosen jangan disuruh mengurus seperti itu. Kami harus profesional dalam mengelola biar bisa untung,” tambah Latief. Sementara itu, Novada menemukan bukti bahwa dosen sulit dipisahkan dalam pengelolaan anak perusahaan. Misalnya, jajaran komisaris PT. Daya Makara milik Universitas Indonesia yang diisi oleh profesor dari unviersitas tersebut. Ada juga sejumlah dosen yang menempati posisi manajer PT. LAPI ITB milik Institut Teknologi Bandung. (ara/gem/atw)
KAMIS, 15 AGUSTUS 2019
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS MAHASISWA
BERITA
Maraknya Pembocoran Ospek, Panitia Menyiasati dengan Merevisi Penugasan Baru
MALANG-KAV.10 Kehadiran penjual penugasan ospek mengiringi PKK Maba UB tahun ini. Penjual penugasan ospek bahkan sudah membocorkan penugasan PKK Maba Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) terlebih dahulu sebelum diumumkan ke mahasiswa baru. Namun Pihak panitia menyiasati dengan cara merevisi penugasan baru.
terlepas dari peran panitia PKK Maba sendiri yang terlibat di dalamnya. “Kayaknya orangnya mempunyai jaringan luas dan dia pasti punya bawahan-bawahan yang masuk di dalam kepanitiaan. Kenapa pada akhirnya bisa ketahuan duluan, saya sih mikirnya begitu,” lanjut Hasbiyallah.
Ketua Pelaksana PKK Maba FISIP Hasbiyallah Amartya mengakui bahwa panitia PKK Maba FISIP telah mengantisipasi bocornya penugasan ke maba. “Makanya kita untuk menyiasati itu (dengan cara, red) setelah launching, kita lihat apa barang bawaan yang sekiranya dia post gitu kan. Ada revisi di kita untuk menyiasatinya. Misalkan dia sudah mengeluarkan penugasan buku, nanti dari kita direvisi. Kita ganti bentuknya, warnanya. kurang lebih seperti itu sih. Itu secara mendadak jadi penjualnya juga tidak siap,” tuturnya.
Menanggapi perihal ini, Kepala Humas UB Kotok Gurito juga mengatakan pihak kampus tidak masalah mengenai penjual penugasan PKK Maba. Menurutnya, selama penjualan dilakukan di luar kampus, pihak UB tidak bisa menghalangi.
Bocornya penugasan juga diindikasikan berasal dari besarnya jaringan penjual penugasan ospek. Tidak pula
“Mereka kan tahu-tahu menyediakan perlengkapan gitu. Mungkin dari mahasiswanya sendiri ada yang tidak sengaja memberitahu lalu ditangkap oleh warga sekitar sini. Tapi itu musiman kok. Sejak zaman saya kuliah juga sudah ada yang seperti itu,” tambahnya. (psa/ok)
WWW.KAVLING10.COM
www.kavling10.com - Ig: @uapkm_ub - Line: @taz3417q
5
BERITA
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” - Pramoedya Ananta Toer
Renovasi Gedung A FIB Bertepatan dengan PKK Maba FIB MALANG-KAV.10 Pelaksanaan PKK Maba Fakultas Ilmu Budaya (FIB) tahun ini menggunakan Gedung B FIB. Kondisi ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang selalu menggunakan Gedung A. Pemindahan lokasi acara karena renovasi yang sedang dilakukan di gedung tersebut. “PKK Maba tahun ini memang diadakan di Gedung B, padahal setiap tahun diselenggarakan di Gedung A. Soalnya gedung A sedang ada reovasi takutnya bisa mengganggu mobilisasi dan keselamatan maba, makanya dipindahkan saja,” kata Ketua Pelaksana PKK Maba FIB Muhammad Hasbullah Isnaini. Kepala Tata Usaha FIB Mamik Eko Supatmi mengatakan pemindahan ini supaya memberikan rasa nyaman bagi maba yang mengikuti jalannya acara. “Kan selama pembangunan ini menyebabkan banyak debu di mana-mana yang dapat mengganggu kesehatan para maba, belum lagi masih ada pekerja bangunan yang bisa saja kalau ada maba bisa mengganggu pekerjaan mereka,” tambahnya.
6
Mamik menjelaskan renovasi yang bersamaan dengan PKK Maba FIB karena ada prosedur yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Meski begitu, ia menyatakan maba tetap merasa nyaman menjalani kegiatan acara di Gedung B. “Semuanyakan ada prosedur yang panjang seperti menentukan anggaran, ada yang perlu dikomunikasikan lagi, membuka pelelangan, dan ada yang menang dalam lelang rektorat,sehingga kebetulan pembangunan bisa dilakukan sekarang,” kata Mamik. Pembangunan dan renovasi dilakukan di lantai 1 dan lantai 2 Gedung A. Di lantai 1 sedang dilakukan pemindahan ruang Layanan Kemahasiswaan yang sebelumnya berada di lantai 4. Selain itu ada pembangunan musala dan Self Accesment Center (SAC). Sedangkan di lantai 2 sedang ada penambahan ruang kelas dan pembuatan koridor untuk memamerkan karya mahasiswa. (trk/ara)
KAMIS, 15 AGUSTUS 2019
OPINI
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
Milenial dan Apa yang M Oleh: Ivan Tanah air adalah sebuah buku yang terbuka, setiap generasi harus mengisinya dengan karya. Najwa Shihab Rasanya tidak akan asing di telinga kita tentang apa itu milenial? Sebuah generasi yang baru-baru ini ditemukan oleh para peneliti demografi untuk mengklasifikasikan mereka yang lahir dalam rentang tahun 90-an hingga 2000-an. Meski definisi tentang milenial punya beragam versi, tetapi ada satu persamaan yang selama ini diiyakan oleh masyarakat kita. Milenial itu generasi yang bermasalah. Hah, kok bisa? Bisa dong, mari kita tengok di seluruh lini media kita. Sudah berapa banyak media yang memberitakan bahwa milenial itu adalah generasi rentan dan beresiko, addicted generation, generasi mager, gabut, suka ngutang dan eh yang belakang gak deng. Sebagai seseorang yang juga tergabung dalam generasi milenial, saya sangat jengah dengan beragam pernyataan tersebut. Meski tidak semuanya salah, tetapi rasanya sangat tidak adil jika generasi milenial dikaitkan sebagai biang masalah. Ada beberapa hal yang masyarakat kita tidak pernah dengar soal milenial. Menilik lebih jauh tentang milenial. Bahasan yang akan lebih cocok untuk dibahas adalah tentang seberapa dekat mereka dengan teknologi. Perkembangan pesat dunia teknologi baru-baru ini secara tidak langsung turut membentuk kepribadian milenial menjadi generasi yang melek teknologi. Imbasnya, Milenial tidak hanya menjadi rujukan bagi generasi sebelumnya untuk bertanya seputar bagaimana sih caranya mengoperasikan facebook atau bagaimana cara berchit-chat ria lewat whatssapp. Generasi Milenial juga mengemban sebuah permasalahan baru bahwa mereka itu terlalu akrab dengan gawai. Sedikit-sedikit pasti main gawai, ngopi pun tidak luput dari sekedar scroll update-an terbaru di beranda sosial media mereka. Akibatnya, milenial dianggap sebagai generasi yang adiktif akan teknologi. Meski anggapan tersebut tidak semuanya salah, tetapi satu hal yang jarang disoroti oleh kita adalah bahwa penetrasi teknologi di kehidupan kita memang sangat besar. Mulai dari pelayanan pendidikan, transaksi pembayaran, atau bahkan soal urusan lapar. Semuanya sudah bisa diakses dengan mudah lewat teknologi.
8
Penetrasi tersebut selain membantu kemudahan aktifitas harian kita juga sangat berdampak pada bagaimana milenial berpikir. Pernyataan berikutnya yang akan disematkan oleh milenial adalah mereka generasi instan. Apa-apa harus cepat? Lantas apa yang salah dengan sesuatu yang cepat? Toh, Bukannya sudah menjadi kelaziman dimasyarakat kita bahwa keefektifan waktu adalah hal yang selalu di nomor satukan. Ah, bukan begitu maksudnya, generasi instan itu generasi yang tidak mencintai proses? Hmm... Pernyataan ini agak menggelitik. Jika milenial tidak mencintai proses karena mereka instan. Tentu aplikasi ojek yang gaungnya sudah nasional itu tidak akan pernah dinikmati oleh kita. Bagaimana susahnya owner aplikasi tersebut membangun startupnya mulai dari meyakinkan tukang ojek konvensional untuk mau beralih ke daring sampai bagaimana dia juga harus meyakinkan masyarakan untuk mau menggunakan aplikasi itu. Semuanya adalah proses, dan faktanya pemilik serta pelaku ide kreatif tersebut adalah milenial. Sebuah generasi yang katanya tidak mencintai proses. Ketidakadilan berikutnya soal milenial adalah mereka itu tidak melek politik. Eh, siapa yang
KAMIS, 15 AGUSTUS 2019
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS MAHASISWA
OPINI
Mereka Tak Pernah Dengar Yusuf bahwa milenial itu generasi yang open-minded. Ingin tahu buktinya? Kuy mampir ke warungwarung kopi sekitar atau sekedar hangout sebentar dengan para milenial ke tempat nongkrong mereka. Atau jika memang masih belum sempat, bolehlah dicek di beranda berita kita tentang kontroversi dari pemikiran millenial. Mulai dari penerimaan akan orientasi seks yang berbeda, equality dari patriarki atau bahkan soal toleransi beragama yang sayangnya lagi sangat riskan sekali di negeri kita. Jika pemikiran konservatif sebelumnya lebih sibuk memikirkan bagaimana tatanan sosial dibangun dari tradisi yang kaku dan statis. Milenial keluar dari zona nyamannya untuk mendobrak segala pemikiran yang sudah tidak lagi sezaman.
Illustrasi oleh: Oka
bilang? Apa argumen itu dibangun dari hasil survei pemilu kemarin yang bilang bahwa mayoritas golput di Indonesia itu milenial? Hmm. Bolehlah bolehlah. Tapi menurutku itu masih belum adil. Dan juga belum bisa dijadikan tolak ukur bahwa milenial tidak melek politik. Tumbuh di zaman politk yang sudah krisis akan toleransi, hoax, dan budaya intrik sensasional telah mengikis kepercayaan milenial akan tokoh politik. Paradigma berfikir milenial yang lebih skeptis dan modern membuat mereka lebih selektif untuk menentukan suaranya pada salah seorang calon yang capable atau kalo memang belum ada mereka lebih memilih untuk golput. Bukankah itu jauh lebih baik dibandingkan mengkhianati moral hanya karena tuntutan konformitas bahwa memilih itu menyelesaikan masalah? Lagipula, sekarang sudah ada partai baru lho yang mengkhususkan perhatiannya pada milenial. Yang banyak kader partainya juga masih milenial. Bukan maksud promosi, nih tetapi hal tersebut hanya upaya untuk membantah bahwa milenial itu nggak melek politik. Dan apa yang masyarakat kita tidak pernah dengar soal milenial yang terakhir adalah
Mereka sadar bahwa dunia ini bergerak. Ada jutaan kemungkinan-kemungkinan baru yang seharusnya dibumikan untuk menciptakan tatanan kehidupan baru yang lebih relevan. Tentang patriarki, misalnya. Tradisi usang yang selalu menomorsatukan laki-laki itu kerap kali mencederai perempuan sebagai pihak yang tidak punya otoritas. Mulai dari otoritas akan tubuh, pemikiran hingga soal urusan bagaimana seharusnya perempuan bersikap selama ini diatur sangat ketat oleh para pelaku patriarki. Milenial yang jengah akan kondisi itu berusaha untuk memecah rantai patriarki dengan beragam cara. Mulai dari memviralkan petisi tentang perlindungan pelecehan seksual, membuat komunitas perempuan hingga mengajukan gagasan akan equality di ranah perpolitikan sudah millenilas lakukan. Dan terakhir, untuk saya, untuk kita atau untuk siapapun yang sedang berusaha untuk meyakinkan masyarakat bahwa milenial itu tidak seutuhnya buruk. Kuy, bikin perbaikan bersama. Yakinkan pada siapapun bahwa menjadi milenial bukan berarti menjadi masalah. Dan jangan biarkan sepuluh atau dua puluh tahun kedepan sejarah menulis kita sebagai generasi biang keladi. Karena milenial bukan hanya soal identitas, tapi soal kita dan apa yang kita upayakan. .
www.kavling10.com - Ig: @uapkm_ub - Line: @taz3417q
9
BERITA
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
Tingkatkan Kedisiplinan, FH Berikan Aturan Rambut 2-4-2 Jika tidak sesuai dengan ketentuan, maka maba akan diberikan peringatan dan pemisahan barisan. Bagi maba yang masih melanggar di hari kedua, langsung dilakukan eksekusi pemotongan asal oleh Disma. “Para pelanggar kita suruh berdiri dan langsung di eksekusi. Ada sekitar enam maba yang rambutnya kami potong asal, ” ujar Rizki Wijayanti selaku Koordinator Acara.
Rapi - Maba sedang berbaris rapih (foto : silvi)
MALANG-KAV.10 Sehubungan dengan stigma negatif tentang Fakultas Hukum (FH) terkait ospek yang mudah, tahun ini untuk mengusir stigma tersebut panitia PKK Maba FH memberlakukan peningkatan kedisiplinan. Upaya yang dilakukan yaitu dengan pemberian aturan rambut 2-42 bagi maba putra yang berlaku selama rangkaian ospek berlangsung. Ketika ditemui Senin (12/08), Ketua Pelaksana PKK Maba FH M.Rafi Faried Karim membeberkan hal tersebut sebagai bentuk dari keseragaman bagi para Maba FH. “Yang pertama terkait keseragaman, tetapi dibalik itu kita ingin memberikan pesan bahwa sebenarnya itu terkait dengan stigma bahwa ospek FH ini serius dan santai, tapi juga tidak terlalu santai hingga digampangkan,” ujarnya.
Diakui oleh Amrinadhif Akbar Rosyada selaku Koordinator Monitoring dan Evaluasi (Monev), adanya peraturan tersebut juga menuai perbedaan pendapat. “Sempat menuai pro dan kontra dari para dosen, karena menurut mereka hal itu dianggap sebagai hal yang tidak terlalu penting,” ujarnya. Meski begitu, adanya peraturan ini mendapat respon positif bagi Zaki salah seorang maba FH, ia mengatakan hal tersebut dinilai berdampak baik untuk meningkatkan kedisiplinan bagi maba. “Adanya peraturan itu baik aja biar rapih, yang namanya rambut nanti juga tumbuh lagi dan kalau untuk kerapihan kenapa enggak sih?,” tuturnya. (sah/gem)
Pengawasan dalam aturan keseragaman ini dilakukan dengan pengecekan detail rambut menggunakan penggaris oleh panitia Disiplin Mahasiswa (Disma).
10
KAMIS, 15 AGUSTUS 2019
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS MAHASISWA
PUISI
(Senior) itas Kampus
Bulan agustus Hari menerima kata “lulus� Berbekal doa nan tulus Semangat kulangkahkan kakiku Menuju kampus berwarna biru Namun Lagi, lagi, lagi Kumasuki kampus hanya tuk dapat cacian pilu Dengan kedok pengenalan kampus baru Serta kasta kakak-beradik itu Yang tua, yang paling benar Yang tua, yang paling tahu Yang muda tahu apa? Yang muda diam saja! Begitulah singkatnya kehidupan di kampus itu Hanya sekedar senioritas-senioritas melulu!
Puisi Oleh: Silvi Illustrasi Oleh: Priska
www.kavling10.com - Ig: @uapkm_ub - Line: @taz3417q
11
BERITA
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
FP Berlakukan Aturan Rambut 1-2-1 “Nanti Disma (Disiplin Mahasiswa) akan membawa penggaris, apabila dirasa cukup panjang dan tidak sesuai dengan peraturan maka akan langsung dipotong,” imbuhnya. Alfian Maulana, salah satu maba yang rambutnya melanggar ketentuan, mengungkapkan bahwa dirinya sempat di potong dua kali yaitu di hari pertama dan hari kedua ospek oleh Panitia Disma PKK Maba FP. “Iya mas, rambut saya di potong dua kali,” jelas Alfian. Berjajar - Maba duduk sambil menunggu acara selanjutnya (Foto: Nuril)
MALANG-KAV.10 Fakultas Pertanian (FP) berlakukan aturan rambut 1-2-1 cm bagi maba. Peraturan yang dimaksud yakni, panjang rambut samping kanan dan kiri satu cm sementara dua cm di bagian atas. Mengenai panjang rambut ini termasuk dalam aturan yang telah disepakati oleh panitia ospek PKK Maba FP. “Kami panitia poster tetap kekeh untuk menerapkan aturan yang telah disepakati,” tegas M. Maulana Nasution selaku ketua pelaksana PKK Maba FP. Mekanisme pengukuran rambut maba dilakukan oleh Disma (Disiplin Mahasiswa). Apabila rambut maba melebihi panjang yang telah ditentukan, maka rambut maba akan dipotong oleh panitia PKK Maba FP yang bersangkutan.
Ia beralasan bahwa dirinya datang ke Malang H-6 sebelum pelaksanaan ospek berlangsung. Sehingga rambutnya tumbuh kembali setelah dipotong di kota asalnya. “Saya datang ke Malang enam hari sebelum pelaksanaan ospek mas, jadi rambut saya tumbuh lagi,” ujarnya. Ia juga beralasan dririnya belum terbiasa dan belum mengetahui lingkungan Malang ini. Tetapi alasan di atas tidak dimaklumi oleh panitia karena hal tersebut sudah dapat di atasi di jaman sekarang ini. “Ya saya rasa hal seperti itu cukup mudah diatasi ya mas, karena mesin pencarian juga sudah canggih,” tutur Maulana. (nur/lia)
Maba Meningkat, Rindam Maba Vokasi Selenggarakan Dua Kloter MALANG-KAV.10 Berbeda dengan sebelumnya, kegiatan Resimen Induk Daerah Militer (Rindam) yang merupakan serangkaian dari acara PKK Maba Fakultas Pendidikan Vokasi dilaksanakan sebanyak dua kloter di Dodikjur dan Bela Negara. Kloter pertama dilaksanakan mulai hari ini sampai tanggal 19, sementara untuk kloter kedua mulai Minggu, tanggal 19 sampai 23 Agustus. Ketua Pelaksana PKK Maba Vokasi Muhammad Abdurrohman juga mengatakan bahwa total yang berpartisipasi ada sebanyak 1692 maba. “Jumlah yang ikut rindam diwajibkan untuk mahasiswa baru, ada sekitar 1691 maba,” ucapnya. Saat ditemui awak kavling10 salah seorang maba Vokasi bernama Muhammad Wahfiudin menjelaskan bahwa terdapat 36 cluster yang nantinya akan dibagi menjadi dua, dengan aturan kloter satu untuk cluster satu sampai 16, sementara kloter dua adalah cluster 17 sampai 36. “Aku cluster 36, untuk yang besok sampai tanggal 19 itu cluster 1
12
sampai 16.” jelasnya. Tujuan kegiatan Rindam adalah untuk pembekalan kedisiplinan mahasiswa. Kegiatan ini juga merupakan bagian yang dimasukkan ke mata kuliah kewarganegraan selama satu semester. “Kebetulan rindam ini juga masuk ke dalam mata kuliah kewarganegaraan selama satu semester.” ujar Abdurrohman. Ketika ditanya mengenai pendapatnya sebelum mengikuti Rindam, Wahfiudi menganggap bahwa Rindam sebenarnya akan menyerupai kegiatan baris-berbaris. Ia mengaku senang sebab akan mendapat kesempatan berlatih secara militer. “Buat menambah wawasan kemiliteran gitu. Kan biasanya gak banyak anak tahu pendidikan militer,” ucap maba tersebut dengan ekspresi antusias. (abh/ism)
KAMIS, 15 AGUSTUS 2019
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS MAHASISWA
BERITA
Berbeda dengan Tahun Sebelumnya, FKG Menetapkan Biaya Pemeriksaan Kesehatan
MALANG-KAV.10 Berbeda dengan tahun kemarin, tiga fakultas menetapkan biaya untuk pemeriksaan kesehatan diantaranya Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) dan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG). Pemeriksaan kesehatan pada tahun ini tidak hanya general check up, tes urine dan tes radiologi menjadi syarat untuk memenuhi pemeriksaan kesehatan. Bendahara PKK Maba FKG Naura Shafa mengatakan bahwa adanya penetapan biaya bagi ketiga fakultas tersebut. Ia mengatakan adanya penambahan pemeriksaan kesehatan membutuhkan alat-alat yang canggih dan terbilang cukup mahal, mungkin itu yang menjadi indikasi adanya penetapan biaya pada tahun ini.
“Benar sekali (penetapan biaya bagi ketiga fakultas, red). Pada tahun ini khususnya maba FKG ditetapkan biaya untuk pemeriksaan kesehatan hal itu sebenarnya wajar, karena pemeriksaan kesehatan pada tahun ini sudah meliputi tes urine dan tes radiologi sebagai syarat wajib. Pada tahun sebelumnya hanya general
check up saja sebagai syarat wajib, maka dari itu tahuntahun sebelumnya tidak ditetapkan biaya sepersenpun,” ujarnya. Maba FKG Diva Mutiara Afina juga memperkuat pernyataan dari Naura. Ia mengatakan, bahwa adanya penetapan biaya untuk pemeriksaan kesehatan. “Kebetulan saya masuk FKG dari jalur mandiri untuk penepatan biaya dari pihak fakultas bisa mencapai hampir satu juta rupiah dan itu sudah termasuk psikotes. Sebenarnya biayanya cukup mahal, tetapi saya tidak terlalu keberatan karena itu sudah mencakup semua,” ungkapnya. Sedangkan, Maba FKG Puri Rahayu mengatakan bahwa ia tidak harus membayar biaya pemeriksaan kesehatan karena mendapatkan beasiswa. “Mungkin saya agak berbeda dengan maba FKG lainnya dari jalur snmptn, sbmptn, dan mandiri karena saya mendapat beasiswa. Mungkin yang membedakan selain tidak ditetapkan biaya, hanya dari tempat pemeriksaan kesehatannya saja,” tambahnya. (lyc/atw)
Karena Status Hukum, Komunitas Tidak Ikut di PKK Maba Filkom MALANG-KAV.10 Komunitas di Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) tidak diikutkan dalam PKK Maba tahun ini. Hal ini dikarenakan landasan hukum komunitas tersebut masih belum resmi. Sehingga pada PKK Maba hanya melibatkan pihak Lembaga Otonom (LO) dan Lembaga Semi Otonom (LSO). Kepala Pelaksana PKK Maba Filkom Khairi Ubaidah membenarkan hal tersebut. Menurutnya terdapat perbedaan antara komunitas dengan LO maupun LSO yang ada di Filkom. “Kalau dari komunitas sendiri kan resminya itu belum ada. Jadi untuk kemarin selama upacara kenapa kita cuma ada lembaga otonom sama semi otonom, karena landasan hukum dan segala macamnya itu strukturalnya itu udah jelas lembaga sama semi otonom, sedangkan kalau komunitas dari struktural kurang, tapi walaupun sudah ada strukturnya tapi landasan hukum itu belum,” tuturnya. Ia juga menambahkan bahwa status komunitas di Filkom berkaitan dengan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Filkom. “Komunitas itu benar legal dibawah DPM dan mungkin lebih spesifiknya lagi kan membawahi laboratorium kan biasanya, untuk setiap tahunnya yang diundang sambutan
itu lembaga-lemabaga yang dibawahi oleh BEM sedangkan komunitas itu diundang saat Open House,” tambahnya. Sedangkan , salah satu anggota DPM Filkom Syarief Taufik H justru mengatakan sebaliknya bahwa telah terjadi perubahan pada akhir-akhir ini tentang status keberadaan komunitas di Filkom. “Di akhir-akhir ini itu ada pergantian, kalau dulu itu komunitas masih dibawahin DPM tapi dalam UU sekarang sudah direvisi kalau komunitas itu hanya sekedar komunitas,“ ujarnya. Ia juga mengatakan bahwa pihak DPM hanya sebatas dalam upaya mengadvokasikan atau hanya dalam pengesahan komunitas itu menjadi LSO. “Kalau dari DPM itu ya sekedar semisal komunitas ini dikatakan layak dan mereka berniat (menjadi LSO, red). Namun semisal mereka minta tolong ingin diperkenalkan seperti itu juga bisa nanti kita advokasikan aspirasi mereka,” lanjutnya. Disisi lain, salah satu anggota dari Basic Computing Community (BCC) salah satu komunitas di Filkom Okza Pradhana mengatakan ia tidak tahu menahu soal revisi UU tersebut. “Wah kurang tahu aku kalau itu, sepengetahuanku komunitasku dibawahin sama Laboratorium Komputer Dasar,” ucap Ketua Public Relation BCC Filkom UB.(akn/ok)
www.kavling10.com - Ig: @uapkm_ub - Line: @taz3417q
13
TENTANG KAVLING
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
Kenali, Pahami, Jangan Terburu-buru Memaki
Illustrasi Oleh: Diana
Sekali lagi selamat mahasiswa barutelah melalui tiga hari seremonial penerimaan. Tiga hari sudah pengenalan kampus dan fakultas kepada mahasiswa baru berlangsung. Ini berarti, tiga edisi Buletin Jurnal Ospek dari kami yang seharusnya kalian terima. Pertanyaannya sudahkah kalian menikmati hasil peliputan dari kami? Karena tulisan akan menjadi mandul ketika tidak sampai pada tangan pembaca. Jika sudah sampai pada tangan kalian, semoga kebenaran yang kami sampaikan menambah wawasan kalian tentang dinamika kampus yang sedang terjadi. Selama tiga hari ini, banyak diantara mahasiswa baru yang enggan mengambil buletin kami. Entah karena mendapat teriakan ‘’jangan terima selebaran’’ atau malah bingung apa sebenarnya apa dan siapa Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UAPKM) yang sering dipanggil Kavling10. Maka biarkan kami menjelaskan apa dan siapa Kavling10 ini. UAPKM (Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa) adalah lembaga yang bergerak di bidang Jurnalistik. Diresmikan pada tanggal 16 April 1983 dengan SKK no. 002/SK/BKK/1983. Secara mendetail, UAPKM memiliki beberapa aspek yang dapat dikenali, misal logo. Logo UAPKM berbentuk segitiga terbalik dengan background warna merah dan tangan yang menunjuk ke atas serta di bawahnya ada pena. Filosofi dari logo tersebut yakni bentuk segitiga melambangkan salah satu bentuk berita. Sedangkan untuk warna merah melambangkan keberanian, dan tangan yang
14
menunjuk ke atas melambangkan kebenaran yang dijunjung tinggi. Kemudian, pena adalah lambang dari alat perjuangan yang digunakan, simbol dari dunia tulis menulis. Disisi lain, di dalam nama UAPKM itu sendiri masih terselip nama “Kavling 10” sebagai identitas pengenal. Menurut sejarah, Nama Kavling 10 adalah nama sebuah diskusi eksternal yang melibatkan semua pihak, khususnya mahasiswa. Nama Kavling10 diambil dari nama Sekertariat yang terletak di gedung UKM nomor Kav.10. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, nama Kavling 10 mulai melekat menjadi identitas tersendiri bagi awak UAPKM. Hingga hari ini, nama Kavling 10 tetap diperdengarkan dan masih dipakai oleh awak UAPKM sebagai identitas memperkenalkan diri. Berpegang teguh pada independensi dan misi kontrol sosial, membuat tulisan Kavling10 terkadang menjadi sebuah ancaman. Di tengah gencarnya intimidasi terhadap pers mahasiswa, Kavling10 masih beroptimis selalu bisa mendistribusikan tulisan-tulisannya. Walaupun ancaman karena menyampaikan kebenaran selalu ada baik terhadap individu maupun keorganisasian. Alih-alih akan membuat kebenaran bisa dibungkam, hal-hal yang terjadi justru membuat kami semakin percaya bahwa kebenaran harus selalu disampaikan. Teringat Goenawan Mohamad pernah mengatakan bahwa di hari-hari penuh fitnah ini, membela yang benar tidak cukup hanya disimpan dalam hati. Maka Menulislah.
KAMIS, 15 AGUSTUS 2019
Komik Oleh: lyc
Illustrasi Oleh: Lang