EDISI II RABU, 14 Agustus 2019
JURNAL PKK MAHASISWA BARU UB
Kavling 10 Tulis dan Kabarkan!
Fenomena Kos Muslim : Ekspresi Beragama di kota Pendidikan
Potret - Pagar depan persewaan kos muslim (Foto: Triska)
MALANG-KAV.10 Kota Malang mendapat julukan sebagai kota pendidikan bukan tanpa alasan. Faktanya, Malang memang memiliki lebih dari 60 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta. Mahasiswa di Malang yang berasal dari berbagai daerah pun akhirnya menjadi ladang usaha bagi masyarakat sekitar untuk mendirikan rumah kos. Jenis yang ditawarkan pun beragam, seperti: kos yang murah, mahal, kos putra, kos putri, kos campuran, dan sebagainya. Uniknya, dari sejumlah fenomena kos tersebut ada fenomena kos yang jarang sekali menjadi sorotan, yaitu fenomena kos muslim. Ketika ditelusuri, keberadaan kos muslim tersebut terpusat di beberapa titik terutama yang lokasinya berdekatan dengan Universitas. Secara fisik, fenomena kos muslim tersebut tidak hanya terlihat sebagai wilayah kosan yang memasang label “muslim” dalam promosinya. Hal tersebut seperti diungkapkan Tutik salah seorang pemilik kos muslim, walaupun rumah kos yang ia sewakan memasang label “muslim”, Tutik merasa tidak masalah dengan hadirnya mahasiswa yang beragama lain. Baginya hal ini sebagai bentuk rasa saling menghargai dan menghormati antar agama. “Kalau saya bebas nak, menghargai agama lah. Mentang mentang kita orang islam, terus ada orang Kristen mau kos ditolak, itu sih saya nggak begitu. Malah saya masukkan aja, itu kan bentuk saling menghargai agamanya masing masing,” Ujar Tutik saat ditemui awak kavling pada Senin, (12/08) di Sumbersari. Namun ia juga tidak membantah bahwa fenomena kos muslim tersebut juga ada dilingkungan tinggalnya. Tutik menjelaskan bahwa dia pernah mendapat-
kan tugas untuk mencari satu anak agar menempati kamar kosong di rumah kos sebelah, dan kebetulan ada seorang anak yang sedang membutuhkan. Namun karena anak tersebut diketahui beragama Kristen, akhirnya ia diusir saat sudah berjalan beberapa saat menghuni kamar tersebut. “Kalo di saya nggak pernah nolak non islam. Kalo di sana pernah. Kan ibu dari area sini ke sana yang pegang, ibu bagian yang nyari anak kosannya. Nah ibu yang di sebelah sana itu, pernah ada satu kamar kosong, terus saya masukin anak. Pas ketahuan nonis eh dikeluarkan. Diusir,” Pungkasnya berapi-api. Menanggapi fenomena tersebut, Dosen Sosiologi UB Ghenta Mahardika, yang memfokuskan penelitiannya pada Sosiologi Ruang mengatakan bahwa fenomena ini bukan mengarah pada intoleransi tetapi secara lebih spesfiik mengerucut kepada tren kegagalan kepercayaan masyarakat Malang pada sebuah struktur baru yang timbul akibat adanya mahasiswa pendatang. “Bukan konteks toleransi justru karena kalo saya menggunakan perspektif fungsional, ini adalah tren kegagalan kepercayaan pada struktur sosial yang ada sekaligus juga kecemburuan sosial. Ini juga nanti akan memunculkan diferensiasi dan stratifikasi artinya akan ada pengelompokkan yang awalnya tidak ingin ada perbedaan sebenarnya,” Ujarnya ketika dihubungi awak kavling10 melalui sambungan telepon. Ketika disinggung apakah ada kepentingan ekonomi dalam penerapan label “kos muslim” tersebut, Ghenta menampik bahwa hal tersebut. Ia juga menambahkan fenomena itu terjadi karena adanya ketakutan dari masyarakat akan masuknya nilainilai baru yang dibawa orang dengan agama yang berbeda dari mereka. Senada dengan fenomena di atas, Miranda mahasiswa UB yang beragama Kristen pun mengalami hal serupa. Uniknya, Miranda mendapatkan penolakan di tempat kos yang secara terang-terangan tidak melabeli kos muslim dalam promosi tempatnya.
(Bersambung ke hal 4)
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS UNIVERSITAS BRAWIJAYA
I
SUSUNAN REDAKSI
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
Diterbitkan Oleh: Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa Universitas Brawijaya Pelindung : Rektor Universitas Brawijaya Pembimbing : Asfi Manzilati Penanggung jawab : Debbie Julia G. Pemimpin Redaksi : Oky Prasetyo Redaktur Pelaksana : Triska Kharismaningrum Reporter : Silvi Wira Uswatun H, Abdul Hadi, Q. Rahmatika Rosida, Satrio Langlang B, Priska Salsabiila, M. Ghani Makarim, Oktavio Aegis, Anggik Kurniawan Editor : Abdi Rafi Akmal, Tri Supriansyah, Ivan Yusuf, Ima Dini Shafira, Gemilang Ayu, Aprilia Tri Wahyu, Nuril Z. Fanani, Triska Kharismaningrum Karikatur : Dewa O. Prabawa, M. Ghani Makarim, Priska Salsabiila, Satrio Langlang B Layouter : Diana C. T. Purba, Shafa Anindya N. A. Sirkulasi dan Pemasaran : Ima Dini Shafira, Anggik Kurniawan, Silvi Wira U. H
Kritik dan saran bisa disampaikan langsung ke alamat kami di sekretariat bersama Gedung UKM ruang 2.4 UAPKM UB atau bisa menghubungi 081334435548 (Debbie) atau 085339044563 (Oky) Setiap Wartawan Jurnal PKK Maba dibekali kartu pers dan seragam
2
GABUNG’O REK!!!
NARAHUBUNG: WA-Ivan (085732938034) WA-April (085759904145) LINE @taz3417q IG @uapkm_ub YouTube Kavling 10 Media
KAVLING10.COM RABU, 14 AGUSTUS 2019
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS MAHASISWA
EDITORIAL
Undercover Pengenalan Kehidupan Kampus Sederhananya adalah panitia yang di dalam kampus mempunyai hubungan kekeluargaan (anggota/simpatisan/fanatik) di luar kampus. Artian entitas di luar kampus itu adalah suatu organisasi yang tidak memiliki naungan dalam internal kampus. Tapi secara tidak langsung memiliki hubungan erat di dalam kampus. Perlu diingat bahwa tidak semua panitia memiliki hubungan erat terhadap konteks di atas, mereka sebagian berasal dari kalangan independen.
Illustrasi Oleh: Oka
Teruntuk kalian mahasiswa baru, jangan terlalu bereuforia terhadap pengenalan kampus. Pengenalan kampus identik dengan pengenalan mahasiswa baru terhadap lingkungan kampus. Kalian pastinya banyak melihat sambutan rektor, jajaran-jajaran kampus, pengenalan internal kampus, produk-produk kampus, prestasi kampus, panitia-panitia pengenalan kampus, hingga berita yang versi kampus (namun berita kami tidak laku di kalian, kalian enggan menerimanya). Hal ini yang biasanya disebut dengan embel-embel nama baik kampus.
Permasalahan ideologi, semua organisasi atau komunitas lebih jauh lagi perseorangan memiliki identitas atau ideologi masing-masing. Tujuannya adalah dari mengantarkan keberpihakan sikap untuk keberpihakan sikap itu sendiri. Menyoroti perihal organisasi luar kampus, organisasi tersebut terkenal dengan keberpihakan sikap serta mengantarkan suatu ideologi dengan jelas. Memang ini merupakan jalan dalam menjadi mahasiswa yang katanya memiliki gelar “Maha”, yang mempunyai ideologi. Namun dalam praktiknya, ideologi itu diperas sedemikian rupa dan diubah ke fokus tujuan mulia yang kami sebut “Politik Kampus”, alih-alih menjadi aktivis kampus yang membela rakyat tertindas malah menjadikan sebuah alat untuk menguasai jabatan tertinggi mahasiswa. lebih tepatnya mengincar posisi sebagai Presiden Mahasiswa.
Namun dalam pengenalan kampus seringkali lalai atau sengaja menyembunyikan dinamika kampus, atau sebutan kasarnya bobroknya kampus. Seperti halnya detail-detail permasalahan UB dari PTN-BH, kondisi perparkiran yang kurang, mahalnya UKT, mahasiswa yang terlalu betah di kampus, hingga maba harus didoktrin ini-itu untuk pengkaderan.
Perlu diingat juga bahwa tidak semua organisasi luar kampus bermain nakal seperti itu. Ada yang benar-benar memperjuangkan ideologi mereka dengan jalan yang benar. Hal ini yang kami rasakan akhir-akhir ini. Perubahan ini mungkin terjadi ketika pasca jatuhnya rezim Soeharto kala itu, yang dimana sama-sama tidak memiliki lagi musuh (Tirani) untuk dilawan.
Bersulang demi kebaikan nama mahasiswa, mari bersama memprakarsai sebuah ideologi bagi mahasiswa itu sangat penting. Mahasiswa tanpa beremblem ideologi rasanya kurang memiliki identitas atau sikap terhadap suatu fenomena sosial yang terjadi.
Ada yang lebih menarik lagi dalam konteks ideologi organisasi luar kampus, akhir-akhir ini muncul gerakan baru yang kami sebut organisasi “berbaju hitam” yang dimana mereka adalah antitesis dari gerakan organisasi luar kampus. Gerakan ini sebenarnya tidak ada bedanya dengan organisasi luar kampus. Jatuhnya juga mencari jabatan tertinggi di kampus.
Barangkali ada suatu ancaman terkait memilih suatu keberpihakan untuk berpikir, silakan hubungi kami. Kami serius, silakan hubungi kami. Karena kami dan kamu harus peduli dan solidaritas serta menjadi garda terdepan dalam pembelaan suatu tindakan berpikir yang merdeka. Hal tersebut merupakan pekerjaan yang suci tanpa embel-embel agama. Dalam konteks sekarang misalnya dalam kepanitiaan pengenalan kampus, yang kalian lihat mungkin hanya panitia yang bekerja untuk melayani mahasiswa baru dalam mengenalkan kehidupan kampus. Namun kalau dilihat dalam perspektif lain, panitia tidak hanya bekerja untuk melayani mahasiswa, panitia memiliki kepentingan di dalamnya. Yakni kepentingan menjaring mahasiswa baru.
Dari sini kalian telah membaca sedikit dinamika di kampus, yang tidak diberikan saat pengenalan mahasiswa baru. Jangan menjadi pecundang dalam menjemput suatu ideologi, ketika ideologi itu bernaung dalam diri seseorang. Seharusnya ia mampu untuk menunaikan hak dan perintah ideologi untuk memberi jalan tengah terhadap ketidakmampuaan yang termajinalkan. Bukan saling berajang menjadi presiden mahasiswa. Jangan takut untuk berdinamika di dalam kampus, dibalik kepentingan pasti ada jalan untuk memperjuangkan yang tertindas.
www.kavling10.com - Ig: @uapkm_ub - Line: @taz3417q
3
BERITA
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
Berhenti di Wakil Dekan, Akibatnya Peluncuran Penugasan Mendadak MALANG-KAV.10 Penugasan PKK Maba Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) 2019 baru diluncurkan pada Minggu 11 Agustus 2019 atau tiga hari sebelum acara dimulai. Hal ini dikeluhkan langsung oleh salah satu maba FISIP karena dirasa terlalu mendadak.
Maba FISIP Jurusan Ilmu Pemerintahan, Nabila Ayu Safira mengeluhkan bahwa peluncuran tugas PKK Maba lebih mendadak dibandingkan fakultas lain. Ia membandingkan penugasan PKK Maba FIA dengan FISIP yang dinilai jauh lebih mudah karena terdapat tugas individu dan kelompok. “Iya, di Fakultas FIA misalkan, ada tugas individu sama tugas kelompok bikin video dan harus diupload. Lumayan sulit, harus ada kerja kelompok dulu. Di FISIP itu cuma ngerjain nulis sejarah FISIP dan sejarah perkembangan mahasiswa dari tahun 1908 – 1998. Itu gampang soalnya ada di Google,” ujarnya. Permasalahan ini diketahui langsung oleh Ketua Pelaksana PKK Maba FISIP 2019 Hasbiyallah Amartya. Ia mengornfirmasi bahwa panitia sudah selesai terkait
(sambungan dari hal 1)
“Iya pernah. Jadi kan rencananya aku mau cari-cari kos kan. Ya biasalah nanya-nanya via whatsapp. tanya fasilitas nya apa harganya berapa, terus disitu benar-benar nggak tertulis kos putri muslim jadi ya aku nanya-nanya dong. Sorry sebelumnya agamaku kristen. ya kalo difikir-fikir ya nggak mungkin juga kan aku kos di kos putri muslim,” tuturnya memulai cerita. Miranda melanjutkan, dia ditolak ketika mencoba menghubungi pemilik kos melalui whatsapp. Sang pemilik kos secara terang-terangan mengatakan bahwa tidak ingin mengambil resiko, apabila penghuni non islam menyebarkan budaya baru seperti: membawa simbol salib, membawa makanan babi, dan sebagainya terhadap lingkungan sosial dalam rumah kos tersebut. “Oh maaf kalo kamu kristen saya pertimbangin dulu ya soalnya saya takut aja ada lambing-lambang salib. Saya takut dimarahin keluarga saya. keluarga saya gamau kalo terima yg non-is karena ada lambing-lambang salib nanti takutnya entah itu kalung atau apapun. nanti juga kan ada kejadian nyebarin makanan babi ke anak kos,” ungkap Miranda menirukan perkataan pemilik kos yang menolaknya karena agamanya kristen. Sementara itu dari perspektif islam sendiri, Ustadz Hendra Ubay mengatakan bahwa alasan menolak mahasiswa non-muslim untuk menyewa kamar kos dengan ketakutan akan makanan haram, seperti yang dilakukan oleh pemilik kos yang menolak miranda tidak bisa dijadikan dasar.
4
penugasan namun terdapat kesulitan saat diajukan ke wakil dekan.
“Dari PDD (Divisi publikasi, red) clear sebenarnya. Cuma masalahnya di birokrat (Dekanat, red). Karena sebenarnya sekarang dari wakil dekannya minta seperti itu,” Ujarnya saat ditemui di Kedai Kopi Sarijan, Malang (11/8). Amartya menuturkan bahwa materi penugasan PKK Maba FISIP memang harus disetujui oleh wakil dekan. Mekanismenya panitia membuat desainnya kemudian nanti dilaporkan kepada wakil dekan. “Nanti wakil dekan ngecek. Mungkin nanti ada revisi, ada apa gitu, nanti setelah dari wakil dekan, baru bisa di unggah,” jelasnya. Pihaknya juga mengaku sempat berulang kali konfirmai ke wakil dekan, terkait persetujuan penugasan. Namun hanya sebagian yang diterima, “Belum tentu di ACC, namun ada sebagian besar yang di ACC,” ujarnya. (obp/ok) Beliau juga mengungkapkan bahwa pertimbangan mendasar yang harus difikirkan adalah soal beberapa aturan yang mengikat pada diri seorang muslim. “Alasannya pemilik kosan menolak orang nonis kos karena takut makanan haram tidak ke sana seharusnya malah yg harus dipikirkan adalah beberapa aturan, misalnya masalah aurat yaitu masalah Muslimah saja didepan orang kafirah yang perempuan dia harus menggunakan jilbab atau maksudnya menutup auratnya secara sempurna. Maksudnya kalo dia sekamar otomatis tidak ada keleluasan untuk membuka jilbab dan lain-lain adab itu yg seharusnya diterapkan. Pertimbangannya itu yg paling mendasar,” ujarnya Tidak berhenti disitu, Ustadz Hendra Ubay turut memberikan solusi praktis apabila pemilik kos hendak menyewakan kamarnya untuk mahasiswa yang berbeda agama yaitu dengan cara memberikan ruangan khusus yang terpisah dengan mahasiswa yang beragama islam, “Tapi solusinya sebenarnya dia tidak bisa dijadikan satu kamar dengan orang muslim akan sulit nanti dlm menjaga aurat dan lain-lain mungkin solusinya asalkan terpercaya maka ditempatkan di kamar gimana begitu atau dilantai atas atau bawah yg memang tidak djadikan satu dengan orang islam,” ujarnya. “Yah, you know lah di Indonesia ini masih gampang banget keganggu sama ha-hal agama. Iya aku mau gimana lagi yaudah. Karena gamau debat atau gimana yaudah gampang nggak usah ditanggapin,” tutup Miranda mengakhiri. (njp/ism/oka)
RABU, 14 AGUSTUS 2019
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS MAHASISWA
BERITA
KAVLING10.COM Maba FIA Bertambah, 1200 Maba Ikuti PKK Maba
Senada dengan hal tersebut, Ketua pelaksana PKK Maba FIA Imaduddin Al Azzam mengungkapkan bahwa penambahan maba FIA murni dari Rektorat. “Dari kebijakan rektorat. Jadi fakultas tidak bisa mengganggu gugat atau bertindak sesuatu tentang itu,” pungkasnya.
DUDUK-Maba sedang mengikuti pembukaan PKK Maba FIA (Foto: Rosi)
MALANG-KAV.10 Sebanyak 1200 mahasiswa baru mengikuti PKK Maba FIA tahun ini. Kenaikan jumlah mahasiswa tersebut bukan tanpa alasan. Hal ini didasari oleh kebijakan dari Rektorat untuk menutupi jumlah kuota maba yang di tahun sebelumnya tidak melakukan daftar ulang. Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Mohammad Rozikin mengatakan bahwa penambahan kuota mahasiswa dibuat agar jumlah mahasiswa FIA tidak berkurang banyak. “Karena tahun lalu yang tidak daftar ulang ada 20 persen. Jadi kebijakan rektorat untuk mengantisipasi dengan menambahkan 10-15 persen dari semua kuota, nantinya apabila terjadi lagi tetapan kuota jumlah mahasiswa yang diterima di UB itu tidak berkurang banyak,” jelasnya.
Dari pihak Fakultas pun tidak keberatan dengan kebijakan ini. Bahkan Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Mohammad Rozikin mengakui hal itu. “Alhamdulillah kami juga mengukur dari kemampuan. Daya tampung kami itu dari dosen 1:30 atau 1:26 masih proposional. Dari ruangan masih mencukupi,” tuturnya. Sedangkan Ketua pelaksana PKK Maba FIA menuturkan bahwa panitia PKK Maba sempat terkejut dengan peningkatan jumlah maba. “Dari panitia sendiri sempat shock. Kaget. Awalnya kita tidak merasa akan mencapai seribu dan juga dikatakan dari dekanat tapi ternyata mencapai seribu. Tapi kita juga udah siap-siap insyaAllah,” ujarnya ketika ditemui awak kavling. Ia juga menambahkan bahwa hal ini tidak mempengaruhi persiapan panitia, “Untuk kondisi panitia sama sekali tidak ada perubahan saat mahasiswa baru telah masuk, tetap menyesuaikan kondisi. seperti ketika pleton yang disiapkan ada 33 tinggal dibagi aja mahasiswanya masuk ke tia pleton.” Jelasnya. (ros/ism)
www.kavling10.com - Ig: @uapkm_ub - Line: @taz3417q
5
BERITA
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
Penugasan Bermerek Buku Sinar Dunia (Sidu) Terkait dengan penugasan merek buku tersebut maba Hanya Kebetulan Jurusan Desain Interior, Jalu Arzi Prasetya mengaku
tidak menemui kesulitan ketika mencari buku merek Sidu isi 58 lembar. Ia menceritakan bahwa ia langsung mendapatkan buku tersebut di toko buku. “Sementara saya nyari tadi malam sih nggak masalah soalnya saya ke toko buku langsung dapet,” ujarnya ketika ditemui awak kavling10 di Gor Pertamina.
Tumpukan - Buku penugasan maba dikumpulkan di depan GOR Prtamina. (Foto: Hadi)
MALANG-KAV.10 Mahasiswa baru Pendidikan Vokasi mengumpulkan penugasan setelah pembacaan peraturan PKK Maba Vokasi 2019 pagi ini (14/8). Diantara penugasan yang tercantum dalam daftar penugasan maba harus membawa buku yang spesifik menggunakan merek Sidu (Sinar Dunia) yang berisi 58 lembar. Ketua Panitia PKKMB Vokasi 2019 Muhammad Abdurrohman, menyatakan bahwa pemilihan merek Sidu dalam penugasan tersebut hanya kebetulan karena panitia tidak menemukan buku dengan isi 58 lembar selain merek tersebut. “Sebenarnya nggak ada penyebutan merek ya, ketemunya itu yang tebalnya segitu,” Ujarnya.
Didalam penugasan buku merek Sidu, ada penugasan lain tentang mengisi Jinggle Vokasi dan penugasan esai bertema Fungsi Mahasiswa. Pihaknya mengatakan bahwa ia belum mengisi Jinggle Vokasi. Untuk yang penulisan esai ia hanya menyelesaikan sebanyak dua lembar penuh. “Saya satu muka, kemudian satu muka full,” tambahnya. Adapun yang menarik terhadap poin-poin yang ditulis Arzi di dalam esainya. Ia mengaku hanya mengingat satu poin yang ia tulis bahwa mahasiswa berperan sebagai kontrol sosial. “Yang saya ingat cuma sosial kontrol mas,” jelas Arzi. Nantinya Panitia akan mengumpulkan penugasan setiap penyelenggaraan PKKMB Vokasi. penugasan dikumpulkan di pagi hari dan langsung dikoreksi oleh panitia SPV dan dikembalikan kepada maba di sore hari menjelang mobilisasi kepulangan. “Buku ini akan terus berlanjut sampai krima-krima (sebutan lain ospek di vokasi, red) selanjutnya,” pungkas Ketua Panitia. (abh/ njp)
Panitia FKG UB Tentukan Buku Panduan Maba Sebagai Syarat Kelulusan MALANG-KAV.10 Panitia PKKMaba FKG (Fakultas Kedokteran Gigi) tentukan buku panduan khusus maba sebagai syarat kelulusan. Buku panduan tersebut berisi syaratsyarat kelulusan, tugas-tugas maba dan pelanggaran sebagai ketentuan maba untuk memenuhi poin-poin yang diberikan oleh pihak panitia. Ketua Pelaksana PKKMaba FKG Syaiful Anwar mengatakan bahwa selain mengikuti peraturan di buku panduan maba wajib untuk mengikuti dua syarat yang sudah ditentukan, dua syarat tersebut memiliki penilaian yang berbeda. Jika syarat tersebut tidak dipatuhi maka maba diwajibkan untuk mengulang tahun depan. “Jadi, ada dua syarat yang harus diikuti syarat tersebut berisi tentang penilaian pengadilan dan penilaian dari pihak panitia. Penilaian pengadilan berisi 100 persen nilai keadilan, sedangkan penilaian kita berisi nilai-nilai kekeluargaan mahasiswa,” ujarnya.
6
Maba FKG Hayunanda Fadhila Rachmi mengaku belum tahu bagaimana sistem penilaian PKKMaba, tapi dengan menyelesaikan tugas yang sudah diberikan oleh panitia bisa menjadi indikator kelulusan ospek. “Saya belum tahu, tapi menurut saya kalau mengerjakan sesuai tugas yang sudah diberikan, memakai atribut yang lengkap, dan datang tepat waktu mungkin itu salah satu penilaian PKKMaba,” ujar maba tersebut. Maba FKG Bagas Parulian Sitinjak juga menyetujui ketidaktahuan bagaimana sistem penilaian PKKMaba, ia menambahkan jika tidak mengikuti kententuan tersebut maka akan ada pengurangan nilai. “Saya juga belum tahu bagaimana sistemnya, mungkin jika tidak mengikuti atau melanggar kententuan mungkin ada hukumannya, pengurangan poin, dan bahkan bisa tidak lulus PKKMaba,” tambahnya. (lyc/atw)
RABU, 14 AGUSTUS 2019
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS MAHASISWA
BERITA
Dianggap Mudah, FH Ketatkan Peraturan Kelulusan Ospek
Serius - Maba sedang menunggu sambutan dekan (Foto: Gemilang)
MALANG-KAV.10 Fakultas Hukum (FH) tahun ini memberlakukan pengetatan kelulusan bagi mabanya. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesan bahwa ospek merupakan bagian penting dari dunia perkuliahan serta mengubah stigma negatif tentang FH yang ospeknya dinilai mudah bagi mahasiswa. Rizki Wijayanti selaku Koordinator Acara saat ditemui (12/8) mengatakan pengetatan itu dilakukan melalui penguatan legitimasi yang diwujudkan dalam penambahan peraturan-peraturan dan sanksi terkait dengan ospek bagi maba FH. “Untuk tahun ini, kita beri gebrakan legitimasi dengan adanya peraturan dekan, ada tatib dari acara, monev (monitoring dan evaluasi, red), kemudian SOP kapel,� ujarnya. Pengetatan tersebut dilakukan karena menurutnya berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada tahun-tahun belakangan, ospek FH dinilai masih kurang maksimal dalam hal penerapan hukum yang mengatur terkait hal itu, sehingga banyak pihak yang menggampangkan.
“Untuk tahun lalu, ada pengumuman terkait kriteria kelulusan dapat dari dekanat kalau nggak lulus ospek nggak bisa ikut beasiswa. Hanya saja penerapannya antara panitia inti dengan jajaran dekanat tidak berjalan optimal, artinya bisa dianggap bahwa tahun lalu penegakkanya nihil dan semua di luluskan� ujar Ketua Pelaksana M. Rafi Faried Karim. Lebih lanjut ia mengatakan terdapat tiga kriteria penilaian kelulusan ospek diantaranya: 50 persen kehadiran, 20 persen penugasan, dan 30 persen pembuatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Bagi maba yang mendapat jumlah nilai dibawah 75%, sanksinya berupa pernyataan tidak lulus dan tidak mendapatkan serifikat kelulusan. Sertifikat tersebut berguna untuk pendaftaran beasiswa, pendaftaran Lembaga Otonom (LO) dan Lembaga Semi Otonom (LSO), serta diwajibkan untuk mengulang tahun depan. (sah/gem)
OPINI
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
Gak Kenyang
Oleh: Aprilia
Manusia adalah serigala bagi manusia yang lain – Hobbes Sejak balita hingga dewasa, sejak alarm berdering hingga kita tidur lagi, kita sibuk berjuang untuk mengalahkan yang lain. Kita mengalami semua itu dan dididik untuk selalu berkompetisi termasuk, untuk bersaing dalam merebut pencapaian. Kita dididik untuk menjadi manusia yang kuat, mengalahkan ketakutan dan orang lain. Mulai dari kita kecil hingga menempuh bangku pendidikan, kita berlomba-lomba untuk mendapat nilai terbaik, mengalahkan teman sendiri, mendapat piala dan penghargaan. Hingga pada akhirnya, hidup ini hanya bicara tentang kesuksesan. Ketika kita berjuang dalam sekolah pun kita pada akhirnya akan menemukan orang-orang kompetitif dan hanya ada dua golongan antara pemenang dan pecundang. Ke-produktifan yang kita miliki ini membuat kita mengejar gelar dan jabatan. Kita menginginkan sebuah prestasi dan pengakuan atas kompetisi diri. Kita ingin menunjukkan bahwa eksistensi diri yang kita miliki diakui oleh yang lain. Seorang tokoh psikolog Amerika Alfie Khon mengatakan bahwa hidup bagi kita sudah menjadi suksesi konteks yang tak berkesudahan. Hal itu diperkuat karena hidup tidak pernah berhenti dari kata kompetisi. Kompetisi adalah bagian dari kita yang sudah mendarah daging, bertahan lama dalam hidup dan untuk menunjukkan seberapa kuat kita dalam bersaing. Kompetisi sendiri dapat dibedakan kedalam dua hal yaitu kompetisi struktural dan kompetisi yang disengaja. Jika kompetisi struktural ini mengacu pada situasi dimana adanya hubungan menang atau kalah yang bersifat eksternal. Sedangkan, kompetisi disengaja ini mengacu pada sebuah sikap secara intern karena menyakut keinginan seseorang untuk menjadi nomor satu. Secara sederhana, dengan adanya kesuksesan dalam berkompetisi artinya akan ada kegagalan bagi orang lain. Jika kita melihat kompetisi dalam dunia pendidikan, kita akan mengejar kemenangan. Karena, dengan menjadi menang kita menunjukkan bahwa kita mampu dan mendapat pengakuan atas kemampuan diri sendiri. Akan tetapi, disisi lain muncul juga persaingan hingga
8
membuat ego kita semakin tinggi. Jiwa sebagai makhluk sosial akan hilang. Kompetisi membuat orang-orang lupa bahwa terkadang kita menggunakan berbagai cara untuk mengalahkan yang lain. Semakin banyak individu berusaha mencapai tujuannya yang tidak dapat dicapai, hal inilah yang akan menjadi inti dari kompetisi. Disisi lain, konteks dalam kompetisi bukan hanya mengenai sebuah perebutan tetapi, pada pencapaian tujuan dengan hanya mendapat status yang berharga. Dalam kompetisi struktural hanya akan menunjukkan satu individu yang menjadi terbaik. Berkompetisi membuat kita selalu menginginkan untuk menjadi pemenang. Apa yang sesungguhnya hilang jika hidup ini hanya mengenai kompetisi? Kita akan menggeser kenyataan bahwa setiap manusia adalah makhluk sosial. Sejatinya mari kita berefleksi sejenak. Jika menempuh pendidikan sekolah menengah selalu tentang kompetisi, lantas sebagai mahasiswa bagaimana dunia kompetisi itu menjadi tantangan yang sangat menakutkan. Kita bisa menegok perilaku Soekarno tentang sifatnya ketika menyontek dibangku perkuliahan. Presiden pertama Indonesia menyontek sebagai bentuk
RABU, 14 AGUSTUS 2019
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS MAHASISWA
OPINI
Berkompetisi Terus?
Tri Wahyu
sempat ramai disalah satu akun media sosial membuka pikiran kita bahwa organ ekstra bisa memanfaatkan relasi kuasa golongan mereka untuk bisa mendapatkan beasiswa. Melalui kekuasaaan kompetisi bisa menjadi ajang yang tidak adil, melukai perasaan dan melunturkan kemanusiaan. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa, berebut mahasiswa baru didepan gerbang dengan embelembel kemudahan nilai, beasiswa dan sejumlah prestasi lainnya terlihat begitu menarik. Meraup sejumlah keuntungan dengan mengabaikan orang lain adalah hal yang tidak benar. Mari berpikir wahai kaum peduli keadilan dan kemanusian!!!
Illustrasi oleh: Diana
kerjasama. Ketika berada dibangku perkuliahan, ia bekerja sama dengan seorang temannya bertukar jawaban matematika. Sosok Soekarno ini menekankan bahwa baginya menyontek bukan perkara buruk karena disana muncul gotong royong. Melalui ujian akan timbul kompetisi untuk mengalahkan yang lain. Ujian membuat teman seolah-olah adalah musuh yang harus dikalahkan. Dalam dunia perkuliahan, kita akan melihat kompetisi terjadi dalam lingkup politik kampus. Coba tengok saja, bagaimana adanya berbagai golongan organ ekstra yang berlomba-lomba mencari kader mahasiswa baru untuk menggait mereka menjadi anggota. Pada posisi yang sama adanya organ ini memiliki kekuatan di kampus untuk bisa mengajukan bantuan beasiswa hanya dengan adanya relasi. Mungkin, kita tidak bisa membuktikan apapun itu. Tetapi, kita tidak bisa menutup mata dan telinga terhadap berbagai isu seperti itu yang akhir-akhir ini sedang mencuat di kampus. Seharusnya kita bisa merefleksikan efek dari kuatnya relasi ini hanya mementingkan golongan kelompok saja.
Bukan tidak mungkin bahwa adanya kompetisi menjadi sebuah syarat akan kepentingankepentingan. Kita bisa saja menggeser nilai-nilai kemanusian dan hanya memprioritaskan golongan. Hidup kita akan selalu berada pada kompetisi yang lebih berat. Ibarat dua orang merebutkan semangkuk sup terus-terusan, bukankah itu akan membuat perut kita penuh. Apakah kita sebagai manusia tidak lelah mengejar dan selalu ingin menjadi pemenang. Padahal dengan menjadi bersatu kita menumbuhkan nilai-nilai kebersamaan. Menjadi mahasiswa tidak terus-terusan untuk berkompetisi, seperti kisah Soekarno yang justru menjadikan menyontek sebuah bentuk dari gotong royong. Maka, dengan mengumpulkan persatuan membuat kita sebagai mahasisa memupuk kemanusiaan. Langkah ini tentu lebih baik, dari pada merebutkan sebuah posisi dalam berkompetisi. Dengan memilih gotong royong tidak ada yang salah jika hidup ini kita nikmati tanpa perlu mengalahkan orang lain. Pada dasarnya kita memiliki tingkat kesuksesan masing-masing tanpa perlu dikejar-kejar.
Mencuatnya edaran mengenai beasiswa PPA yang
www.kavling10.com - Ig: @uapkm_ub - Line: @taz3417q
9
BERITA
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
Terobosan Baru Sistem Penilaian PKKMaba Filkom
Selaras dengan hal itu, Kepala Divisi Pendamping Rafif Fathi Misbah mengatakan memang terjadi perubahan tahun ini dimana nilai cluster berpengaruh terhadap anggota cluster tersebut. “Jadi poin kelompok (cluster,red.) ini ada nilai defaultnya yang awalnya itu taruhlah seratus poin, jika ada anggotanya itu melakukan pelanggaran maka akan dikurangi dan akan mempengaruhi kelulusan dari anggota kelompoknya masing-masing,” terangnya.
Berbaris-Maba mengikuti upacara pembukaan PK2Maba Filkom. (Foto: Anggik)
MALANG-KAV.10 Sistem Penilaian PKKMaba Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) mengalami perubahan dari tahun lalu, jika tahun lalu hanya dengan penilaian individu. Pada tahun ini yang dinilai ialah individu dan cluster. Hal itu merupakan terobosan baru yang dilakukan oleh panitia PKKMaba Filkom. Ketua Pelaksana PKKMaba Filkom Khairi Ubaidah membenarkan hal tersebut, ketika awak kavling10 temui pada Selasa (13/8) kemarin. “Kalau yang tahun lalu itu individualnya saja, sedangkan yang tahun ini individualnya ada jadi tanggung jawab dia sebagai individu itu ada, tapi tanggung jawab dia sebagai kelompok itu juga ada. Jadi bedanya mungkin disitu enggak cuma penilaian secara individu untuk penugasan dan lain lain,” ucapnya.
10
Selain itu, ia juga menambahkan bahwa penilaian individu didasarkan pada penugasan, kehadiran dalam rangkaian ospek serta keaktifan di kelas, sedangkan untuk cluster memiliki penilaiannya sendiri. “Kalau cluster itu lebih ke pelanggaran. Pelanggaran yang bertambah tambah tadi bakal mengurangi nilai dari kelompoknya,”lanjutnya. Disisi lain, maba putri Hanifatul Izza berpendapat bahwa sistem penilaian tersebut menimbulkan efek positif dalam kelompok untuk mempererat hubungan satu sama lain. “Menurut saya itu membuat tali silaturahmi yang lebih erat dan kalau kalau ada yang enggak sesuai dengan teman-teman yang lain itu kesalahan kita sendiri kenapa kita enggak membantu satu dengan yang lainnya gitu,” ujarnya. (akn/trk)
RABU, 14 AGUSTUS 2019
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS MAHASISWA
PUISI
Dua Delapan Delapan Kosong Mungkin ini kali pertama Tiba tiba duniamu gelap Menyisakan suara titik-titik Dalam dua delapan delapan kosong Matamu tertidur Tanganmu berayun Langkahmu melamban Menuju arah tak menentu Setengah ragamu menghampiri Memecah ombak kesunyian Mengajak berdua berdialog malam Mengarungi masa yang terlewat Tiap detik yang berlari Tiap kata yang berkoar Tiap tawa yang berderai Membuatmu lupa diri barang sejenak
Awal ketakutanmu telah hilang kemana Saat kenyataan malah melempar kebahagian Lalu kamu dapat segalanya Nyaman, hangat, dan bermakna Ku beritahu sedikit sesuatu Hidup terang tidak selalu senang Hidup padam tidak selalu sedih
Puisi Oleh: Rosi Illustrasi Oleh: Priska
Jalanlah dulu ke bagian tengah Kamu akan melihat yang sebenarnya Tapi juga janganlah kau berenak-enak Mungkin ini kali terakhir Berjumpa pada episode tambahan Yang entah kapan akan kembali
www.kavling10.com - Ig: @uapkm_ub - Line: @taz3417q
11
BERITA
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
Fapet Bantah Penugasannya Terkait dengan OMEK Tertentu mengawasi jalannya PKK Maba di Fapet. Menurutnya, terdapat rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar. Acara yang disusun juga harus sejalan dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
Tumpukan - Buku penugasan maba Fapet UB (Foto: Priska)
MALANG-KAV.10 PKK Maba Fakultas Peternakan (Fapet) tahun ini memberikan tugas membuat esai dengan tema “Kampus Brawijaya sebagai Candradimuka Mahasiswa menuju Sosok Mandiri”. Sempat beredar isu di kalangan mahasiswa bahwa tema dari penugasan esai yang diberikan berkaitan dengan suatu Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (OMEK) tertentu. Ketua Pelaksana PKK Maba Fapet Akhmad Sokhibul membantah isu tersebut. Menurutnya, kata “cadradimuka” berarti penggemblengan diri. “Dari Divisi Acara kemarin sudah melakukan klarifikasi ke saya itu (tema penugasan esai, red) diambil dari buku Mahabarata. Jadi bukan menjurus ke organisasi tertentu atau ke golongan tertentu,” jelas Ahmad. Wakil Dekan III Fapet Agus Susilo menanggapi isu tersebut dengan menyatakan bahwa pihak dekanat
“Kita sudah sejak awal melarang karena peraturan menteri kan sudah melarang untuk organisasi ekstra masuk kampus. Kita berusaha melakukan pengawasan. Jadi 24 jam tidak boleh ada simbolsimbol (organisasi ekstra, red). Kita berusaha mensterilkan selama ada kegiatan PKK Maba,” jelas Wadek III Fapet. Untuk kedepannya, Fapet tetap tidak akan mengizinkan adanya simbol-simbol organisasi ekstra pada saat PKK Maba sampai adanya peraturan baru dari Kemenristekdikti mengenai hal ini. Penugasan itu sendiri sudah diumumkan sejak lima hari yang lalu dan dikumpulkan pada PKK Maba hari ini. Penugasan yang diberikan dimuat dalam bentuk buku bersampul coklat oranye yang dikerjakan secara individu. Selain penugasan membuat esai, ada juga penugasan lainnya. “Penugasannya itu kita ada untuk menulis mars UB sama esai. Ada juga menempel denah lingkungan Fapet agar mereka tahu di Fapet itu ada gedung-gedung apa saja,” ujar Ahmad. (psa/ara)
Dana dan Data Maba Telat pada PKKMaba FKH MALANG-KAV.10 Kucuran dana dari pihak dekanat kepada panitia PKKMaba Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) terlambat turun. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Ketua Pelaksana Boski Munthe. Keterlambatan ini diakibatkan oleh mepetnya SK Rektor yang turun sehingga mempengaruhi kebijakan fakultas. Boski menerangkan keterlambatan ini menjadi salah satu kendala bagi panitia. “Kalau PKKMaba yang sekarang itu ya Insya Allah bisa berjalan. Dananya sudah turun juga,” ujar Boski. Lebih lanjut Boski menjelaskan bahwa pihak akademik FKH terlambat memberikan data maba kepada panitia. “Secara garis besar sudah siap semuanya, cuman yang kita sayangkan kemarin itu data mahasiswa sangat lambat keluarnya. Jadi kita cari cara sendiri gimana mengetahui mahasiswa kita berapa, siapa saja. Itu baru muncul kira-
12
kira minggu kemarin kalau tidak salah,” terangnya. PKKMaba dengan 200 peserta ini mengusung nilai moral tentang rasa kebanggaan dan rasa memiliki. Menurut Boski hal ini karena mahasiswa FKH ratarata memiliki rasa kebanggaan yang rendah dan kurangnya rasa memiliki. Boski menaruh harapan pada maba untuk dapat memperbesar rasa memiliki dan kebanggaan sebagai mahasiswa FKH. “Yang paling pengen kita tekanin itu rasa kebanggaan, rasa kebanggaan sebagai dokter hewan juga rasa saling memiliki. Karena kita kan sedikit orangnya. Sudah sedikit orangnya, jangan sampailah terjadi perpecahan dalam diri sendiri gitu kan. Kalau kita ribut di dalam sendiri, ketika kita diganggu oleh orang luar kita mau berharap sama siapa gitu,” pungkasnya. (lg/fir)
RABU, 14 AGUSTUS 2019
UNIT AKTIVITAS PERS KAMPUS MAHASISWA
BERITA
Kecerobohan Panitia Berimbas Bocornya Atribut Bawaan Maba MALANG-KAV.10 Sempat terdengar isu mengenai bocornya dresscode PKK Maba Fakultas Pertanian (FP). Dresscode yang dipakai saat mengikuti rangkaian PKK Maba FP yaitu berpakaian hitam putih, nametag , slayer hijau, tas hitam, gantungan Inari. Sayangnya, atribut bawaan tersebut sempat bocor ke mahasiswa baru melalui grup maba di media sosial. Hal tersebut dibenarkan adanya oleh Ketua Pelaksana M. Maulana Nasution ia mengatakan bahwa ”Saya di beri tahu teman saya yang kebetulan masuk di grup maba,” ujarnya. Tersebarnya dresscode PKK Maba FP secara tidak sengaja dilakukan oleh salah satu oknum panitia PKK Maba FP. Oknum tersebut telah mendapatkan sanksi berupa teguran dari pihak panitia PKK Maba FP.
Ketika ditanyai oleh awak kavling10.com terkait identitas oknum tersebut. Panitia tidak mau membeberkan. Meskipun maba telah mengetahui dresscode PKK Maba FP sebelumnya, namun pihak panitia tidak mengganti keseluruhan dari atribut bawaan tersebut, “Sebenarnya sama saja dengan dresscode awal, yang membedakan hanya ada di slayer yang di tambah dengan nama dan angkatan,” Jelas Maulana. Tersebarnya atribut bawaan tersebut terjadi karena oknum panitia ingin menjelaskan dresscode kepada maba FP yang menanyakan hal tersebut. Namun, secara tidak sengaja oknum panitia PKK Maba FP malah menjelaskan semuanya, “Sebenarnya, panitia hanya ingin menjelaskan pada maba yang bingung. Tetapi, tidak sengaja dijelaskan semuanya,” Ujar Sabil Fajar selaku CO Acara. Ia mengakui bahwa panitia PKK Maba FP telah melakukan keteledoran atas bocornya atribut bawaan peserta ospek. Ia menambahkan bahwa, “Memang itu ada sedikit keteledoran dan kecerobohan dari panitia,” ujarnya. (nzf/ok)
Acara PKK Maba FIB Bertajuk Peksiminas MALANG-KAV.10 PKK Maba di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) berbeda dengan tahun sebelumnya mulai dari tema, tempat yang awalnya di FIB gedung A dipindah ke FIB gedung gedung B dengan alasan keselamatan maba. Maba juga diharuskan mengikuti Peksiminas (Pekan Seni Mahasiswa Nasional) ,lalu dipersiapkan menuju PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) melalui medium penugasan essai dan abstrak. “Peksiminas dari PKK Maba ini kita mengusung tiga hasil diantaranya adalah Peksiminas dimana kita mencari ide-ide berbakat untuk dikirim ke ajang karya kreatifitas mahasiswa ,lalu kedua Kita mencoba mengangkat kemampuan mereka dalam menulis untk mempersiapkan mereka dalam ajang pimnas dbantu fonetik(Uni aktifitas fakultas FIB, red.) dan dosen-dosen yang mumpuni”, ungkap Muhammad Hasbullah Isnaini selaku ketua pelaksana PKKMaba FIB.
“Yang digunakan untuk seleksi Peksiminas yang berbeda dengan tahun lalu. Tahun ini kami menyuruh maba membuat video tentang ciri khas kotanya masingmasing semacam review budaya-budaya tersendiri kota mereka baru di upload ke sosmed dan membuat poster secara kelompok secara bebas tanpa ada tema lalu diseleksi untuk acuan Peksiminas,” jelasnya. Dari maba sendiri menanggapi bahwa penugasan di FIB tidak berat. “Tugas yang diberikan panitia FIB setahu saya tidak lebih berat dari fakultas lain,” terang Elok Oktarosa maba prodi Sastra Jepang. Namun dari maba lain merasa kesulitan menrjakan video. “Emang ini masih baru mengerjakan video jadi harus belajar dasar-dasar editing lagi,”tambah Muhammad Gilang Riskiva maba prodi Pendidikan Bahasa Inggris.(trk/atw)
Pernyataan yang sama juga keluar dari Wakil Ketua Pelaksana Ade Vanreza terkait penugasan maba.
www.kavling10.com - Ig: @uapkm_ub - Line: @taz3417q
13
TENTANG KAVLING
JURNAL PKK MAHASISWA BARU 2019
Persma Bukan Humas Kampus Selamat berjuang teman-teman mahasiswa baru pada langkah awal menapaki jalan ninjamu! merdeka tanpa interfensi dari pihak manapun. Hal ini menjelaskan bahwa menjadi persma berarti berdaulat dalam menyampaikan kebenaran lewat tulisan-tulisan yang menjadi media utama dalam melakukan perlawanan. Berbeda dari hal tersebut, humas kampus merupakan penyaji informasi yang sarat akan interfensi oleh pihak kampus. Sehingga apa yang disajikan merupakan “pesanan” tidak tertulis yang harus disajikan.
Illustrasi Oleh: Diana
Ada seribu jalan menuju Roma, ada seribu jalan menuju apa yang kalian cita-citakan. Menjadi sebuah perenungan memilih jalan yang tidak banyak dilalui karena penuh perjuangan atau memilih jalan yang banyak dilalui mahasiswa lain karena lebih praktis dan pragmatis. Masing-masing jalan yang dipilih tidak akan membawa cara berakhir yang sama. Jalan tersebut akan membentuk penyikapan yang berbeda dalam menjunjung amanah ‘gelar’ di belakang nama kita. Jika pada awal tulisan tercantum dua macam jalan yang bisa dipilih; terjal atau yang praktis, maka menjadi insan persma merupakan pilihan yang pertama. Pers Mahasiswa atau biasa dikenal Persma merupakan sebuah wadah yang bergerak dalam bidang jurnalistik dengan tujuan menyampaikan sebuah kebenaran kepada pembaca. Pernyataan yang sering dilontarkan perihal persma dan humas kampus ialah Persma sama dengan humas kampus. Padahal jika menilik singkat sejarahnya, persma sangat erat dengan perjuangan-perjuangan melawan ketidakadilan dengan independensi yang terawat. Sehingga untuk memberi penjelasan mengenai pertanyaan yang muncul diawal paragraf bukanlah hal yang sulit. Karena hal tersebut sangat kontras untuk disandingkan.
Perbedaan lain yang perlu untuk diyakini dalam artian praktis yaitu persma berfungsi sebagai kontrol sosial dalam kebijakan kampus. Baik yang telah atau sedang direncanakan. Hal tersebut berdampak pada isu-isu yang disajikan akan cenderung mengkritik sebuah kebijakan.Namun, hal ini justru akan menjadi penyeimbang pemberitaan humas yang telah diterima pembaca. Dari segi struktural, persma mungkin menjadi salah satu lembaga yang menjunjung tinggi sisi kultural dalam organisasinya. Walaupun pada umumnya lembaga formal atau organisasi berjalan kaku, persma justru mengedepankan sisi humanis dalam organisasi formal tersebut. Karena dari humanisme ini lah sebenarnya persma akan terus hidup dan menemukan arah geraknya. Sedangkan humas kampus merupakan lembaga yang lebih struktural dan terjamin perihal regenerasi. Memang perihal pernyataan bahwa persma sama saja dengan humas kampus sulit ditepis lantaran sebagian persma memang terpaksa atau memilih arah gerak menjadi humas kampus. Walaupun kami bersaudara dalam satu naungan kampus, kami tidak kembar. Kami tidak pula tumpang tindih dalam arah pemberitaan. Namun layaknya asupan gizi makanan untuk tubuh manusia, pemberitaan juga harus memiliki ‘gizi’ yang berimbang untuk asupan pemahaman pembaca.
Arah gerak persma berfokus pada kerja-kerja kemanusiaan dengan menyajikan sebuah tulisan
14
RABU, 14 AGUSTUS 2019
Komik Oleh: M. Ghani Makarim
Illustrasi Oleh: Oka