Kerja Ikhlas Menyenangkan
Batu AntaraKepercayaan Masyarakat, Agama dan Penjelasan Ilmiah
ISSN 0216-0790
Khairul Umami/inmas
02
DAFTAR ISI
06
30
Batu: Antara Kepercayaan Masyarakat, Agama dan Penjelasan Ilmiah
M. Daud Pakeh: Kehendak Allah Swt
Laporan Utama
Sosok
38
Resensi Agar Karakter Anak Lebih Terpola
20 Masjid
Miniatur Masjid Raya Baiturrahman
44 Tekno
Qiblat Tepat via Android
46 Sains
Istiwa A’zham: Waktunya Koreksi Arah Kiblat
Santunan - I/2015
03
SURAT
Ke Mana Majalah Santunan? Assalamua'alaikum WR.WB, Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri. Nama saya Fatir dari Bireuen. Saya bukan pegawai Depag Aceh. Namun, saya selalu mengikuti perjalanan Majalah Santunan. Saya sering membacanya di rumah adik ipar saya. Namun beberapa bulan ini saya sudah jarang mendapatkannnya. Sewaktu saya tanyakan ke ipar saya, dia menjawab tidak tahu. Pertanyaan saya mengapa beberapa bulan ini Santunan tidak terbit?
Wa’alaikium salam Wr.Wb. Bapak Fatir yang terhormat. Terimakasih atas pertanyaan saudara. Kami bangga, masih ada yang peduli dengan Majalah Santunan ini. Menjawab pertanyaan saudara, memang beberapa bulan ini Santunan tidak terbit. Ini karena ada perubahan pada struktur dan cara penerbitan Santunan. Sekilas sudah kami terangkan pada salam redaksi pada edisi ini. Terima Kasih. Tertanda, Redaksi
Pembina: Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh. Dewan Eksekutif: Kepala Bagian Tata Usaha, Para Kepala Bidang, Pembimas, Kepala Subbag pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh. Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi: Akhyar. Redaktur Eksekutif: Zulfahmi. Redaktur Kreatif: Ahsan Khairuna. Redaktur Foto: Khairul Umami. Editor/Penyunting: Juniazi, M. Yakub Yahya, Baihaqi, Alfirdaus Putra. Desain: Amwar Citra Hutabarat, Dedi Jufrizal, Hasma Diana. Fotografer: Fuzail, Fuadi, Zarkasyi. Sekretariat: Fajriah Bakri, Lia Nurhilaliah, Syahrul, Fieterson Joeliyus Mangunsong. Kontributor: Aparatur Sipil Negara Kementerian Agama Provinsi Aceh. Alamat Redaksi: Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Jln. Abu Lam U No. 9, Banda Aceh. http://aceh.kemenag.go.id email: humasaceh@kemenag.go.id 04
DARI REDAKSI
Perubahan
P
eralihan tahun, baik Hijriah maupun Masehi bagian dari pergantian waktu. Maka, makna dari pergantian itu adalah sebuah proses perubahan, walau terjadinya baru sekian detik. Seorang dikatakan berubah, menurut Syeikh Yusuf Qaradhawi, bila telah bergeser atau bergerak dari posisinya semula (yataharrak ‘an wujudh al awwal). Tanpa pergeseran atau pergerakan maka tak terjadi makna perubahan. Merupakan sunnatullah, bila terjadi perubahan atau pergantian tampuk pimpinan pada sebuah lembaga. Misalnya pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh. Lembaga yang sebelumnya dipimpin Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd beralih kepada Drs. H. M. Daud Pakeh. Kedua putra Aceh bersama pejabat eselon II lainnya dilantik langsung oleh Menteri Agama, Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin, M.Si pada tanggal 4 Maret 2015 di Auditorium Rasjidi Jalan Thamren Jakarta. Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd yang tidak lagi memimpin Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh dipercayakan menjadi kepala Biro Administrasi Umum Akademik dan Kemahasiswaan (AUAK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa. Dalam acara lepas sambut yang dihadiri seluruh Kakankemenag Kab/Kota dan seluruh jajaran Kanwil Kementerian Agama Aceh di aula Kanwil, kedua pimpinan menyatakan bahwa akan terus mengembangkan apa yang telah diraih dan dicapai masing-masing pimpinan bahkan secara spesifik Kakanwil Kemenag Aceh Drs. H. M. Daud Pakeh akan melakukan tiga M, yaitu; Pertama, meneruskan apa yang telah dilakukan Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd. Kedua adalah memperbaiki apa yang belum sesuai baik secara peraturan dan lain sebagainya. Ketiga adalah mengupayakan apa yang belum sempat dilakukan untuk membesarkan Kementerian Agama. Perubahan juga terjadi pada kepengurusan majalah Santunan. Mulai dari waktu terbit yang semula setiap bulannya menjadi dua bulan sekali. Timbul pertanyaan, apakah ini media ini mengalami kemunduran? Jawabannya adalah tidak, karena majalah yang akan diterbitkan tahun 2015 dicetak melalui anggaran DIPA. Ini sesuai dengan rekomendasi Rapat Koordinasi Informasi dan Hubungan Masyarakat tahun
Santunan - I/2015
2015 beberapa waktu yang lalu di Jakarta. Dalam rekomendasi tersebut ditekankan agar semua kanwil dapat menerbitkan majalah dinas dengan menggunakan dana APBN. Untuk edisi perdana versi APBN ini, Santunan akan membahas dua isu yang sedang berkembang di masyarakat dan Kementerian Agama. Batu dan Lima Nilai Budaya Kerja Kementerian Agama. Mengapa dua isu ini yang diangkat? Alasan Santunan sederhana saja, batu yang sedang menjadi trend saat ini tentunya kurang menarik jika tidak bahas melalui sisi agama. Lalu, untuk lima nilai budaya kerja, ini adalah mimpi kementerian agama untuk menjadi lembaga yang lebih baik. Tentunya harus terus disosialisasikan. Ada hal kecil yang menarik dari dua isu ini jika dikaitkan dengan pergantian tampuk pimpinan pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh. Ya, saat lepas sambut kakanwil beberapa waktu lalu, Kakanwil baru Daud Pakeh memberikan cindera mata berupa satu cincin dengan ikataan batu akik yang langsung dipakaikan ke jari Ibnu Sa’dan. Sementara untuk lima nilai budaya kerja, tentunya Daud Pakeh akan melanjutkan program Kementerian Agama RI yang “lahir” saat Ibnu Sa’dan masih memegang tampuk pimpinan untuk Kementerian Agama wilayah Aceh ini. Berbicara kembali tentang perubahan, Allah SWT berfirman: ”Sesungguhnya Allah sekalikali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri” (QS Al Anfal :53) Untuk lebih siap dalam menghadapi perubahan itu diperlukan lima syarat sebagai pendukung. Pertama, mindset pola pikir dan niat yang kuat untuk maju dan berubah. Kedua Knowledge yaitu ilmu sebagai landasan perubahan. Ketiga Strategic Plan, program unggulan sesuai ilmu dan human capital yang dimiliki. Keempat, act (amal) yaitu tindakan yang dapat mengubah kemungkinan menjadi kenyataan.Dan kelima, sikap pantang menyerah. Semoga pergantian kepemimpinan, pergantian kepengurusan majalah Santunan dan pergantian pejabat dan sebagainya, akan membawa kita kepada perubahan yang lebih terutama pada jajaran Kementrian Agama.***
Akhyar Pemimpin redaksi
05
LAPORAN UTAMA
Batu
Antara Kepercayaan Masyarakat, Agama dan Penjelasan Ilmiah oleh Khiththati Foto: Ahmad Ariska
06
ZING, Zing, Zing… Asap putih keluar dari gesekan antara batu dan mesin, suara itu terdengar lebih sering dengan jumlah suara yang lebih banyak di berbagai tempat di Aceh. Mereka bekerja mengasah batu dengan peralatan seadanya. Semakin banyak yang mengantri maka akan semakin bising tempat tersebut. Tren batu melanda seluruh wilayah Indonesia, di media massa sampai sosial media pembicaraan tentang hal ini menjadi bahan pembicaraan setiap harinya. Tidak sampai disitu di beberapa sudut kedai kopi topik ini menjadi pembicaraan utama terlebih dengan dilakukannya pameran di beberapa tempat. Di Banda Aceh sebagian anak muda berpendapat bomingnya batu ini hampir sama dengan banyak tren lainnya yang akan muncul dan segera tenggelam seperti halnya fenomena ikan louhan, tanaman anthurium, bunga euphorbia, beberapa tahun lalu sempat menyedot banyak perhatian. Namun tidak halnya dengan pengemar batu setengah mulia ini mereka meyakini bahwa hal ini akan bertahan lama. Ketua Gabungan Pecinta Batu Alam (GaPBA) Aceh Nasrul Sufi mengatakan kalau hal ini akan terus ada hingga beberapa tahun yang akan datang dan ini bukan fenomena sesaat seperti dulu. Ia juga memberi contoh bahwa peningkatan penjualan dan orang yang mulai melirik bisnis ini terus bertambah setiap tahunnya. “Kami mendata jumlah penggemar batu yang terus mengalami peningkatan. Dulu tahun 2011 penggemarnya hanya sekitar 30 orang dan kini 50.000 orang. Harga batu Aceh pun melonjak drastis dibandingkan tahun lalu,” ungkap Nasrul Sufi. Nasrul Sufi juga menjabarkan jika fenomena batu itu telah banyak membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat, bahkan GaPBA mencatat sekarang ada 15.000 orang yang memulai bisnis ini di seluruh Aceh. Harganya pun melonjak tinggi, contohnya saja Indocrase yang menjadi primadona di antara giok Aceh, setahun yang lalu harga bahan mentah dari petambangnya antara kisaran 400 ribu rupiah, namun kini naik menjadi 100 juta perkilogramnya untuk batu yang kualitas super. Di Aceh sendiri tidak hanya kaum lakilaki yang ikut dalam tren batu ini namun juga perempuan walaupun tidak mengetahui banyak informasi tentang hal ini. “Kayaknya indah saja, kalau diikat jadi mata kalung seperti bentu liontin,” ungkap Nana Muliana sambil tersenyum, “Saya punya juga yang diberikan oleh teman namun nggak tau itu apa nama dan warnanya karena belum saya asah,” tambahnya lagi. Hal yang sama juga dituturkan oleh Dahriani, Mahasiswi UIN Ar-Raniry ini juga menyimpan sebongkahan batu yang ia
Santunan - I/2015
07
LAPORAN UTAMA terima dari seorang teman. “Sampai saat ini masih ada di rumah, nggak tau apa namanya belum juga dipotong apalagi diasah sekarang ongkosnya mahal sekali 50 ribu sekali potong saja kalau mau boleh saya bawa tapi bayar ongkos potong saja,” ujarnya menawarkan. “Nanti kita asah yang cantik jangan besarbesar sekali nanti dikira dukun lagi,” tambahnya lagi sambil terkekeh kecil. Batu Giok atau di Indonesia lebih dikenal sebutannya sebagai batu akik, sebelum menjadi tren di tengah masyarakat selalu dikaitkan dengan hal yang mistis, terlebih bagi mereka yang memakai berbagai batu yang sudah berbentuk cincin di banyak jari mereka yang kemudian dikaitkan dengan ilmu perdukunan yang dikenal dengan sebutan batu aji atau batuan Ajimat. Dipercaya sebagai batu keberuntungan yang membawa banyak kelebihan seperti menolak bala, memikat, penglaris sampai pembawa kesaktian kepada pemakainya. Sehingga tak heran batu ini sering dikaitkan dengan hal-hal supranatural dan orang-orang yang mendalami ilmu tertentu seperti ilmu kebatinan. Perihal ini di sebuah naskah kuno tertulis bahwa batu giok digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, juga sebagai penolak setan atau roh jahat, sebuah catatan dari filsuf St. Hildegrade yang hidup pada era XII bahkan memberi panduan bagaimana caranya memakai batu Yacinth atau Yakut, di Indonesia disebut Biduri Langit yang diyakini beberapa orang sebagai penolak bala. Dalam catatan tersebut tertulis batu seperti itu digunakan dengan cara diputar-putar di sebuah roti, kemudian membaca sesuatu yang disebut mantra, kemudian roti diberikan kepada pasien untuk dimakan, maka seketika itu juga dia sembuh. Menurut Prof Muslim Ibrahim, Penasehat MPU (Majelis Permusyawaratan Ulama) Aceh, bahwa dalam pandangan agama percaya pada pertolongan, penyembuhan dan lainnya yang disebabkan oleh batu itu sudah syirik dan dalam tauhid mereka itu harus disyahadatkan kembali karena sudah mempunyai keyakinan bahwa kebaikan dan rezeki yang ada didatangkan karena memiliki benda tertentu, dalam hal ini adalah batu. “Seharusnya kita tetap berkeyakinan bahwa segala sesuatu itu datang dari Allah, dengan media tertentu ataupun tidak, misalnya percaya bahwa kesembuhan itu datang dari Allah melalui obat dan anjuran dokter yang kita patuhi,” ungkap Prof Muslim Ibrahim. “Ada segala tanda kebesaran Allah di setiap CiptaanNya di langit dan di bumi. Nah keberagaman kekayaan yang kita punyai juga merupakan salah satu dari tanda kebesaran itu agar kita terus bersyukur dan meningkatkan nilai-nilai iman dalam hati,” tambahnya lagi. 08
Data Fisik Batu Giok PEMERIAN
KETERANGAN
Batu Giok
Nama Pasaran atau nama perdagangan dari batu yang berwarna dasar hijau, yang disusun oleh beberapa kristal halus dari beberapa mineral.
a. Giok Jadeit
Nama Ilmiah dari batu giok yang disusun oleh mineral utama Jadeit Nama Ilmiah dari batu giok yang disusun oleh mineral utama Nefrite
b. Giok Nefrit Sifat Warna
Warna Dasar Hijau , variasi warna hijau muda hingga hijau tua, variasi hijau bintik-binti kebiruan, variasi hijau bintikbintik putih, variasi hijau binti-bintik coklat kotor.
Sifat pencahayaan
Tembus cahaya hingga kurang tembus cahaya
Sifat Kilap
Kilap Kaca hingga Kilap Lilin / Kilap Lemak
Kekerasan / Daya Gores
6,5 – 7 Skala Kekerasan Mohs. ( Batu Marmer 3-4; Batu Kapur 3 ; Besi Baja 5; Gibsum 2 ; Kaca gelas 6,5-6,7)
Berat Jenis
2,8 – 3,4. ( Kaca gelas 1,8-2,2 ; Batu Andesit 2,4 )
Sifat Penyerta lain
- Memiliki sifat menarik debu - Memiliki sifat Basa atau melawan asam
Rumus Kimia / Unsur Kimia
Mineral Jadeite (NaAlFeSi2O6), Mineral Nefrit ( CaMgFeSi4O11) Mineral Forsterit ( Mg2SiO4), Mineral Fayalite (Fe2SiO4) Mineral Diopsite ( CaMgSi2O6); Malakit (Cu2CO2).
Variasi Nama-nama
Giok Bacan, Giok Beutong, Giok Sungai Dareh, Giok Solar, Giok Biosolar, Giok Blimbing, Giok Gajih dll.
Sejarah Perkembangan
Bangsa Cina sebagai barang pemujaan berkekuatan magis oleh Dinasti Ming . Sumber : Sugeng Jarot; Distamben Aceh
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Faisal Adriansyah, mantan Kepala Distamben dan Ahli Geologi Aceh, “Kalau kita mempercayai bahwa kebaikan ataupun keburukan yang kita dapatkan karena pengaruh suatu benda seperti keris, tombak maupun batu cincin maka hal tersebut dalam pandangan Islam menjadi musyrik. Karena orang beriman hanya yakin semua yang terjadi atas kehendak Allah SWT.” “Kalau pertanyaannya apakah batu cincin yang kita pakai dapat mempengaruhi penampilan kita seperti orang menjadi segan, atau kita menjadi berwibawa, rezeki berlimpah, saya tidak bisa menjelaskan secara ilmiah. Namun perlu diketahui bahwa setiap batuan memiliki kandungan mineral yang beragam, baik kadar mineralnya maupun pewarnaan pada mineral. Apakah mineralmineral ini dapat mempengaruhi tubuh kita?
Misalnya kalau kita memakai batu tertentu terasa lebih sehat dari biasanya, atau merasa tenang atau merasa emosi lebih stabil. Boleh jadi ion-ion pada batuan mempengaruhi kondisi tubuh kita. Itu musti ada penelitian lebih lanjut dan Allah Maha Mengetahui dibandingkan kita,” tambahnya lagi. Nasrul Sufi dari GaPBA Juga mengigatkan masyarakat agar jangan mudah terperdaya dengan penjual batu giok yang mengatakan batu tertentu memiliki khasiat yang bersifat mistis pada pemakaiannya. “Itu bohong,” ujar Nasrul Sufi. Pengoleksi berbagai jenis batu ini juga mengatakan bahwa batu memang memiliki keindahan tersendiri sehingga banyak orang yang memburunya. “Batu Giok Aceh memang terkenal dengan keindahanya,” tambahnya sambil memperlihatkan batu yang tersemat di cincin miliknya.
Giok sebagai Mahar
Fenomena batu cincin telah memberi pengaruh yang sangat besar pada masyarakat, sampai timbul wacana untuk menjadikan giok sebagai mahar untuk pernikahan. Menurut Badruzzaman Ismail, Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) memang belum ada sebuah referensi tertulis tentang penggunaan batu cincin sebagai mahar di Aceh namun itu bukan berarti tidak boleh. “Mahar itu tidah harus mahal namun berharga, sedangkan batu cincin dari giok ini selain berharga juga sudah mahal sekarang.” Hal yang sama juga diungkapkan oleh Prof. Muslim “Kalau untuk mahar tidak masalah, kerena mahar itu merupakan sesuatu yang berharga atau dinilai berharga.” Bagaimana Hukum Memakai perhiasan pada laki-laki? Menurut Prof. Muslim Ibrahim memang tidak ada batasan bagi laki-laki dalam memakai batu cincin, kecuali tidak boleh memakai emas dan sutra karena itu sudah jelas ada larangannya, namun nanti kalau menyebabkan kemiripan, itu harus tetap diperhatikan terlebih jika nanti menyangkut riya. “Memakai banyak perhiasan batu karena ingin dipuji misalnya itu sudah termasuk riya, naik bahu sedikit kalau sudah dipuji misalnya. Walaupun kadar riya di masing masing orang itu berbeda. Namun beda halnya ketika benda itu dipakai untuk keperluan iklan agar barang dagangan tersebut dibeli oleh orang lain,” pesan Muslim Ibrahim. Rasulullah sendiri dalam sebuah riwayat disebutkan memakai sebuat cincin yang digunakan untuk stempel surat kenegaraan
Santunan - I/2015
Ahmad Ariska
yang tersemat di jarinya. Al-Hafidz Ibn Hajjar juga menyebutkan beberapa kemungkinan yang lain, mata cincin beliau berupa batu dari Habasyah. Mata cincinnya dari perak. Disebut dari Habasyah karena cirinya, bisa jadi ciri modelnya atau ciri ukirannya. Menurut Hilmi Aydin (2005) dalam bukunya "The Sacred Trusts", cincin Rasulullah SAW itu kini berada di Istana Topkapi (Topkapi Palace), atau dalam bahasa Turkinya Topkapi Sarayi Istanbul. Cincin tersebut semula berada di Madinah. Ketika Sultan Salim menjadi penguasa Turki Usmani, maka cincin tersebut dipindahkan ke Istanbul. Dan masih dipamerkan di sana sampai sekarang. Menurut Muslim Ibrahin segala sesuatu itu memang tidak boleh berlebih-lebihan karena menimbulkan hal-hal yang negatif. Sudah ada hadist Nabi yang menyinggung hal tersebut. “Makanya jangan sombong dan riya karena suatu saat nanti itu bisa menjadi ujian bagi kita. Orang miskin diuji dengan kemiskinannya, sedangkan yang kaya diuji dengan kekayaan yang dia miliki,” himbaunya. Al – Qur’an sendiri telah menggambarkan banyak hal tentang kekayaan yang terkandung di alam semesta. Dalam surat al-A’raf ayat 10 disebutkan “Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.”
Meluruskan pemahaman kebanyakan orang tentang dinginnya batu giok dapat meredam api dari gunung berapi, Faizal Ardiansyah berpendapat bahwa dinginnya batu giok tidak ada hubungannya dengan penangkal bagi tidak meletusnya gunung api. Apalagi giok memang tidak ditemukan pada wilayah gunung api aktif. Istilah batu giok dingin berkaitan dengan kearifan lokal di masyarakat. Dalam aspek geologi batu giok tidak lebih sebagai kumpulan mineral yang tersusun dari gabungan dua mineral atau lebih. Giok yang kaya mineral Jadeit selanjutnya disebut nama Jade (Jeid). Batu Giok kaya Nefrite disebut Giok Nefrit. Mineral yang menghasilkan batu Giok kelas permata tinggi yaitu kaya mineral Forsterit, permata Giok ini sangat hijau jernih, tembus pandang atau tembus sinar. “Giok itu nama kearifan lokal, karena batuan itu ada namanya menurut terminologi dan geologi,” ungkap Ahli Geologi yang kini menjadi Kepala Lembaga Administrasi (LAN) di Aceh. Dulu sebelum menjadi fenomenal seperti sekarang pengetahuan yang paling umum yang di ketahui oleh banyak orang bahwa batu giok ini berasal dari daratan tinggi Tiongkok. Menurut sejarah perkembangannya tempat asal ditemukannya batu giok jade di daerah Tibet, Cina dan Myanmar. Di Cina giok jade disebut dengan YU yang berarti batu mewah. Dalam perjalanan sejarah, seni dan kultur di Cina, batu jade selalu memiliki nilai khusus 09
LAPORAN UTAMA
Pengambilan secara serampangan tanpa memperhatikan aspek lingkungan akan merusak kondisi lingkungan yang ada seperti terdapatnya lobang-lobang besar yang dapat membahayakan bagi manusia dan binatang. Demikian juga penggalian di lereng-lereng bukit dapat menimbulkan longsor yang sangat tinggi. Bahkan secara kasar batu permata ini bisa dibandingkan dengan emas dan berlian. Menurut Faisal Adriansyah berbagai batu mulia yang ada di serambi mekah ini adalah batu permata asosiasi batu beku intrusi Granit-Granodiorit aneka permata Garnet, Zirkon, Topaz, Zamrut, Sapir, Krisopras, Krisokola, Kalimaya. Dari Gabro Peridotit didapat aneka permata Giok Nefret, Giok Jadeit, Giok Blackjade. Berasosiasi dengan Batuan Vulkanik akan diperoleh Cempaka Madu, Soleman, Cempaka Lavender, Cempaka Solar Mad, Kecubung Ulung, Kecubung Asihan, Biduri Pandan, Kecubung Teh, dan Kinyang Es. Daerah dengan prospek memiliki kandungan ini terdapat di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Subulussalam dan juga daerah lainnya di Aceh. Menurut Penelitian, dari 34 provinsi di Indonesia, hanya Jakarta yang tidak mempunyai batuan ini. Sementara batu mulia sepeti intan, saat ini hanya didapat di Kalimantan. Kemunculan batu giok ke permukaan saat ini diakibatkan adanya pengangkatan kulit bumi oleh gempa-gempa besar. Tidak hanya batu giok, mineral berharga lainnya seperti minyak dan gas bumi bisa kita eksplorasi hari ini karena adanya tenaga dasyat yang mengangkatnya ke permukaan berupa gempa besar “Bisa jadi gempa besar 26 Desember 2004 yang lalu juga mengangkat mineralmineral berharga sehingga memungkinkan untuk dapat diekploitasi manusia. Tentu hal ini membutuhkan penelitian lebih lanjut,” tutur Faisal Adriansyah. Selain itu menurut Dosen Unsyiah ini, secara geologis Indonesia termasuk di dalamnya Aceh adalah wilayah yang memiliki aspek geologi yang kompleks dan rumit. Hal ini dapat dilihat dari seringnya gempa terjadi di wilayah kita, demikian juga sebaran gunung api yang sangat banyak membentuk busur vulkanik. Di Aceh saat ini ada tiga gunung api aktif kelas A yaitu Seulawah Agam, Peut Sagoe dan Burni Telong. Sedangkan gunung api yang sudah tidak aktif namun masih terlihat aktifitasnya seperti sumber air panas dan belerang Kawah Jaboi di Pulau Weh, Sabang dan di Gayo Lesten Leuser. “Kalau kita amati sebaran batuan vulkanik hasil letusan gunung api di wilayah Aceh saat ini tersebar di banyak tempat, hal ini membuktikan bahwa dulunya bisa jadi ribuan tahun yang lalu ada gunung10
gunung api aktif yang cukup banyak di Aceh yang saat ini sudah padam.” papar Faisal Adriansyah Penjelasan ilmiah tentang terjadinya batuan di alam berawal dari magma yang ada di dalam bumi, ketika magma membeku menjadi batuan, dinamakan batuan beku. Magma adalah cairan silikat pijar yaitu material dari unsur logam dan bukan logam yang kaya unsur silika, suhu lebih 1200 derajat. Magma naik ke permukaan bumi melewati rakahan batuan yang terjadi akibat adanya gerakan dasyat gempa sejak jutaan tahun yang lalu. Apabila magma muncul ke permukaan bumi dapat membentuk tubuh gunung api atau lelehan lava. Sedangkan magma yang membeku di sela-sela rekahan bumi (tidak sampai kepermukaan) membentuk batuan beku dalam, istilah geologi dikenal sebagai “intrusi”. Intrusi batuan ini mempengaruhi batuan di sekitarnya yang dia lewati. Hasil dari interaksi magma dengan batuan sekitarnya menghasilkan mineral-mineral berharga. Apabila menghasilkan mineral bijih maka batuan intrusi tersebut kaya dengan mineral seperti emas, perak, tembaga, besi dsb. Sedangkan apabila menghasilkan mineral non bijih maka yang muncul adalah mineral-mineral batu mulia seperti batu giok yang sangat kita kenal di Aceh saat ini. Pembentukan batu Giok berasosiasi dengan batu beku yaitu batu beku basa hingga batu beku sangat basa. Batu beku basa yang dimakudkan adalah batu beku dengan kandungan Silika kurang dari 52 %. Ciri lain berwarna gelap yaitu hijau, hijau kebiruan, coklat. Batu beku ini disusun oleh mineral-mineral yang utama mineral dari Group (Kelompok) Olivine; Kelompok Piroxine, Kelompok Amfibole, Plagioklas basa. Mineral Piroksin Group yaitu yang terpenting adalah mineral Jadeite, Nefrite, Diopsite. Mineral Kelompok olivine yaitu Forterit dan Fayalit. Apa yang akan terjadi bila pengambilan batu ini tidak dikontrol dan dilakukan terus menerus? Dalam surah Ar Rum ayat 41, Allah telah berfirman “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia.” Keberadaan batu mulia di alam tidaklah massif dalam bentuk hamparan yang luas. Sesuai dengan proses kejadiannya maka batu mulia terbentuk terbatas hanya mengisi rekahan-rekahan batuan di kulit bumi dan
pada kedalaman yang cukup dalam dalam perut bumi. Kemunculannya ke permukaan karena adanya pengangkatan oleh tenaga yang dahsyat dalam bentuk gempa bumi. Selanjutnya batuan tersebut terpindah dari tempat asalnya melalui trasportasi sungai, sehingga masyarakat banyak menemukannya di alur-alur sungai. Sedangkan yang terdapat di bukit-bukit maupun dilereng-lereng bisa jadi masih sumber awal batuannya. “Dari aspek geologi itu terjadinya dari magma sisa dalam bumi di temukan dengan dua keadaan berbentuk glondongan di sungai atau di temukan di dekat hutan,” tutur Faisal Adriansyah. Pengambilan secara serampangan tanpa memperhatikan aspek lingkungan akan merusak kondisi lingkungan yang ada seperti terdapatnya lobang-lobang besar yang dapat membahayakan bagi manusia dan binatang. Demikian juga penggalian di lereng-lereng bukit dapat menimbulkan longsor. “Harus dilakukan reklamasi yang bisa menyelamatkan alam karena ekploitasi berlebihan bisa mendatangkan bencana, lobang-lobang itu harus segera ditutup,” tambahnya lagi. Hal yang senada juga dikatakan oleh Muslim Ibrahim “Mengambil secara berlebih an memang tidak ada larangan signifikan namun ada ayat al-Quran yang mengatakan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Jadi harus ada banyak pertimbangan.” Ia Juga mengigatkan jangan karena keserakahan manusia, alam menjadi rusak dan kemudian yang akan menanggungnya manusia itu sendiri. “Dengan adanya nikmat ini kita harus selalu bersyukur kepada Allah, jangan sampai ada yang rusak dan putus tali silaturrahmi hanya karena hal ini.” Faisal Adriansyah juga meminta Pemerintah melalui dinas teknis untuk melakukan pembimbingan dalam hal penambangan, demikian juga dalam hal pengolahan dan pemasarannya agar dapat memberi kesejahteraan kepada masyarakat. Saat ini yang sangat mengkhawatirkan menurut Faisal Adriansyah, batuan mentah dari bumi Aceh bisa saja berpindah keluar Aceh dan kemudian setelah diolah menjadi batu permata yang bagus dan tidak lagi bernama batu Aceh. Sementara di bumi Aceh sendiri batu aslinya lambat laun akan habis, karena pembentukan batu mulia tidak dapat diperbaharui dalam waktu singkat, ia membutuhkan proses ribuan bahkan jutaan tahun dan proses tektonik yang besar berupa gempa dahsyat.[Khiththati]
Zakat atas Batu Giok Zakat merupakan salah satu ibadah pokok dalam islam, berasal dari kata bahasa arab yang artinya membersihkan, bertumbuh dan berkah. Dalam terminologi hukum (Syara’) dapat diartikan sebagai pemberian tertentu dari harta tertentu kepada orang tertentu menurut syarat-syarat yang ditentukan. Hukum zakat adalah wajib ‘aini yang ditetapkan untuk diri pribadi dan tidak mungkin dibebankan kepada kepada orang lain walaupun dalam pelaksanaannya dapat diwakilkan kepada orang lain. Salah satu tujuan dan hikmah zakat dimuat dalam firman Allah dalam surat alHasyr ayat 7 yang artinya “... Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang kaya saja di antara kamu...” Menurut Prof. Muslim Ibrahim, zakat pada batu giok ada dua pendapat ulama, yang pertama mengatakan jika tidak disebutkan namanya dalam ketentuan wajib zakat maka tidak terkena zakat. Namun ada juga ulama yang berpendapat bahwa makna zakat ini nanti bisa diperluas lagi. “Nisabnya juga ada ulama yang menqiaskan atau menyamakan dengan nisab barang tambang atau zakat perdagangan bila menjadi barang dagang,” ujarnya. “Semua zakat harus diserahkan ke amil zakat, harus ada pengurus zakat baitul mal atau pengurus zakat desa,” tambahnya lagi. Zakat barang tambang atau terhadap apa-apa yang dikeluarkan dari dalam perut bumi dalam keadaan belum jadi, sebagian
ulama menyamakan zakat atas barang tambang ini seperti Harta Rikaz yaitu 1/5 dan ada juga yang menyamakan dengan zakat emas dan perak. Sedangkan yang di maksud dengan zakat harta perniagaan adalah segala sesuatu yang dipersiapkan untuk diperjualbelikan, hal ini seperti yang terdapat dalam surat al- Baqarah ayat 267. Sayed Muhammad Husen, Humas Baitul Mal Aceh menjelaskan tentang kewenangan badan ini untuk mengurusi masalah zakat. “Baitul Mal bekerja berdasarkan Qanun Nomor 10 Tahun 2007 yang memang di dalamnya tidak secara spesifik berbicara tentang batu giok dan jenis batu giok. Terkait zakat batu giok memang dapat diambil zakatnya dari sisi laba yang penghasilannya dalam 1 tahun bisa mencapai 94 Gram emas, maka wajib zakat 2,5% karena belum ada standar tentang batu giok. Zakat itu nantinya harus dibayar ke baitul mal baik yang terdapat di desa maupun di kabupaten kota atau propinsi. Namun kalau menyimpan untuk koleksi dan tidak ada niat untuk dijual itu tidak kena zakat.” Dalam Qanun Aceh Nomor 10 tahun 2007 tentang Baitul Mal disebutkan dalam Bab 4 pasal 18 tentang kewajiban mengeluarkan zakat harta termasuk di dalamnya zakat perdagangan dan juga pertambangan. Qanun tesebut juga menjabarkan berapa jumlah yang harus dikeluarkan sesuai dengan pasal 19 bahwa harta perdagangan yang kena zakat adalah Ahmad Ariska
Santunan - I/2015
yang telah mencapai nisab 94 gram emas pertahunnya wajib berzakat 2,5% setiap tahunnya, begitu juga dengan zakat barang tambang bila hasil produksi atau temuan mencapai nisabnya. “Dengan Qanun yang ada sudah bisa dikutip zakatnya, kalau usaha itu berbentuk perusahaan maka dia wajib bayar zakat 2,5% dari keuntungan laba bersih dan menurut data yang kami peroleh sudah ada yang membayar zakat atas giok di Aceh tengah,” ungkap Sayed Muhammad Husen. “Sosialisasi masih perlu dilakukan untuk hal ini, karena saat ini masih sangat terbatas pemahaman tentang zakat, dan Baitul Mal di Aceh masih baru belum kuat dalam mengarap sektor usaha dan kita akan menggarapnya mulai tahun ini berdasarkan raker tahun lalu di Langsa dan memang memotivasi para pedagang lebih sulit dari PNS karena terkait (kepercayaan) dan memang Amil zakat sendiri ada yang sudah memiliki trust yang baik, ada yang belum ini masih menjadi PR kita,” tambahnya. Ketua GaPBA Aceh Nasrul Sufi sangat mendukung jika nantinya batu giok ini akan menjadi barang yang menjadi wajib zakat asalkan regulasi dan aturannya sudah jelas. “Kalau bisa kita membuat standarisasi untuk batu giok ini agar lebih mudah ke depannya. Saya lebih suka ini kemudian menjadi bagian dari zakat juga,” ungkapnya. Namun menurut Faisal Adriansyah, membuat standar harga untuk giok bukanlah hal yang mudah karena di saat tertentu harga bisa menjadi sangat tinggi atau turun di saat yang lain. “Menentukan standar giok ini memang susah kalau batu mulia lainnya bisa 9 sampai 10 Karat seperti intan, berlian namun giok ini sendiri hanya mencapai 7 sampai 8 karat.” Potensi zakat untuk daerah Aceh sebenarnya cukup tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Baitul Mal tahun 2014 potensi zakat di Aceh ada sekitar 1,4 T, namun yang membayar ada sekitar 350 M dan itupun masih berupa zakat mal dari zakat penghasilan belum zakat jenis lainnya. Baitul Mal harus bisa memberi pemahaman yang baik tentang zakat. “Kepada para Da’i juga kita berharap agar menginformasikan sampai kepada masyarakat tentang pentingnya zakat. Aceh sendiri bisa jadi inspirasi bagaimana zakat dapat dikelola oleh negara, dan kita harus memberikan pemahaman lebih tentang islam yang juga berpengaruh pada pemahaman tentang zakat,” harap Sayed Muhammad Husen. [Khiththati] 11
LENSA
12
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh memberikan arahan pada apel perdana, Senin (9/3) di halaman kantor. Khairul Umami/inmas
Santunan - I/2015
13
LENSA
Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh, melantik Pejabat Eselon III dan Eselon IV di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Senin (9/3) di aula kantor. [Khairul Umami/inmas]
Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh menyampaikan materi pada FGD “Mencegah Berkembangnya Faham Radikalisme dan Aliran Sesat�, Selasa (31/3) di aula Machdum Sakti, Mapolda Aceh. [Khairul Umami/inmas]
Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh berdialog perwakilan dari Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) se-Aceh, Senin (30/3) saat audiensi di ruang rapat Kakanwil. [Khairul Umami/inmas] Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh, Kabag TU dan para Kepala Bidang, menggelar Rapat Pimpinan bersama Pejabat Eselon III se-Aceh, Rabu (18/3) di aula kantor. [Khairul Umami/inmas]
14
Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh menyematkan cincin kepada mantan Kepala Kanwil, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, pada acara lepas sambut Kakanwil, Rabu (18/3) di aula kantor. [Khairul Umami/inmas]
Santunan - I/2015
15
LENSA
Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh menyampaikan sambutan sebelum menutup acara Science and Art Contest for Light up Education to be Unbreakable Memory, (Rabu (1/4) di MAN Model Banda Aceh. [Khairul Umami/inmas]
Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh menyampaikan pengantar saat kunjungan silaturrahmi ke redaksi Harian Serambi Indonesia, Kamis (16/4) di kantor PT Aceh Media Grafika, Meunasah Manyang, Ingin Jaya. [Khairul Umami/inmas]
16
Tim dari Bagian Perancangan Undang-Undang Bid. Kesra, Deputi Bidang Perundang-undangan Setjen DPR RI melakukan pertemuan dengan Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Selasa (7/4) di aula kantor. [Khairul Umami/inmas] Pengendali Teknis dari Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI, Nur Endah Triwidyanti menyampaikan hasil temuan audit kinerja Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Jumat (17/4) di aula kantor. [Khairul Umami/inmas]
Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh, bersama para Kepala Bidang menyaksikan penandatanganan serah terima kas dan berkas aset Asrama Haji Aceh yang telah menjadi UPT. [Khairul Umami/inmas]
Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh menyaksikan pembukaan segel naskah soal ujian petugas haji, Kamis (23/4) di aula utama Asrama Haji Aceh. [Khairul Umami/inmas]
Santunan - I/2015
17
LENSA
18
Peserta ujian petugas haji, Kamis (23/4) di aula utama Asrama Haji Aceh. [Khairul Umami/inmas]
Santunan - I/2015
19
MASJID Khairul Umami
Miniatur
Masjid Raya Baiturrahman oleh Alfirdaus Putra
Alfirdaus Putra
A
rtistik, satu kata yang cukup menggambarkan keindahan Masjid Bujang Salim. Miniatur Masjid Raya Baiturrahman ini berdiri megah di pusat kota Krueng Geukueh, hanya 200 meter ke sebelah utara simpang empat ibukota Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Bujang Salim namanya, diambil dari nama Ampon Bujang panggilan terhadap T. Bujang Slamat bin Rhi Mahmud. Adapun pemberian nama Bujang Salim ini untuk
mengenang jasa beliau sebagai penggagas ide pendirian masjid dan juga sebagai penghargaan karena beliau adalah salah seorang Pahlawan kebanggaan Rakyat Aceh yang masyhur. Tahun 1920, Bujang Salim, seorang Ulee Balang Kecamatan Dewantara mem prakarsai untuk membangun sebuah masjid dengan mengundang Ulama dan tokoh masyarakat dalam Kecamatan Dewantara, beliau bermusyawarah menyampaikan
Luas Tanah: 95 x 80 m • Status Tanah: Wakaf • Arsitek Bangunan: H. Israwadi dan H. Kaslan • Luas Bangunan: 60 x 30 m • Jumlah Qubah: 5 buah • Daya Tampung: 3000 jamaah • Ketua BKM: Tgk. Jalaluddin H. Ibrahim • Imum Syiek: Tgk. Zainuddin Basyah ~ FASILITAS Ruang Ibadah • Ruang Iman dan Khatib • Sekretariat BKM • Ruang Bilal dan Sound System • Sekretariat Remaja Masjid • Perpustakaan • Taman Pemdidikan Anak dan Al Quran • Studio Radio Dakwah Suara Bujang Salim • Aula Masjid • Koperasi Masjid • Area Parkir Luas • Majalah Dinding • Tempat Wudhu yang nyaman.
20
idenya ingin mendirikan sebuah Masjid sebagai kebutuhan peribadatan, tempat musyawarah dan hal-hal lainnya untuk kegiatan keagamaan dan sosial bagi masyarakat, khususnya umat Islam di Kecamatan Dewantara. Dari hasil musyarawah tersebut dicapai kesepakatan untuk mendirikan Masjid yang mengambil lokasi di pusat kota yaitu di Keude Krueng Geukueh, di atas tanah yang diwakafkan oleh beliau. Sebelum dapat melaksanakan niat untuk mendirikan Masjid, Tahun 1921 beliau keburu dibuang ke Pulau Irian Jaya oleh kolonial Belanda, karena beliau adalah salah seorang tokoh Aceh yang sangat keras menentang Kolonial Belanda. Dalam rentang waktu 1923 hingga tahun 1961 Masjid itu dikelola sendiri oleh sang pahlawan. Walaupun dia harus rela dibuang ke berbagai daerah di Nusantara hingga ke Papua. Namun demikian, sang pahlawan tak jera dengan eksekusi yang dilakukan kolonial Belanda. Bukan itu saja, untuk menghilangkan pengaruhnya dari negeri ini, beliau diungsikan hingga ke Australia sampai-sampai memiliki keturunan di negeri Kanguru itu. Sepeninggal Ampon Bujang Slamat, masyarakat Dewantara tidak putus asa dan terus berusaha melaksanakan ide beliau agar di Dewantara berdiri sebuah Masjid yang megah. Maka pada Tahun 1922 ide Pendirian Masjid ini diteruskan oleh Ampon Hanafiah selaku Ulee Balang Pengganti T. Bujang Slamat. Dalam pendirian masjid ini beliau juga dibantu oleh beberapa tokoh masyarakat dan penduduk sekitar berupa
Alfirdaus Putra
Alfirdaus Putra
dana, pikiran dan tenaga sehingga rencana mulia tersebut berjalan dengan baik. Dari tahun ke tahun sejak didirikan, Pengembangan dan Pembangunan Masjid Jamik Bujang Salim terus ditingkatkan dan diperluas sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang semakin bertambah. Tgk. H. A. Gam dan Drs. H. Marzuki M. Amin pernah berurutan mencetuskan ide untuk memperluas masjid tersebut hingga sekarang menjadi ukuran 95 x 80 m. Masjid ini membawahi 8 Masjid dalam Kecamatan Dewantara kini ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Aceh Utara sebagai salah satu masjid yang
setara dengan Masjid Agung untuk wilayah barat Kabupaten Aceh Utara dimana pemerintah juga menggunakan Masjid ini untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pemerintahan di wilayah barat, sedangkan untuk wilayah tengah Masjid Agung Baiturrahim Lhoksukon dan wilayah timur Masjid Pase Panton Labu. Ketiga Masjid ini yang difungsikan pemerintah sebagai Masjid Agung atau Masjid Kabupaten dalam Kabupaten Aceh Utara yang merupakan tempat dipusatkannya kegiatan-kegiatan pemeritahan untuk masing-masing wilayah.***
dok. Remaja Masjid Bujang Salim
IMUM SYIEK
Santunan - I/2015
•
Tgk. Kali Hasan (1923 -1935) dari Gampong Keude Krueng Geukueh.
•
Tgk. Ali Raban (1935 - 1945) dari Gampong Uteun Geulinggang
•
Tgk. Ayah Kali (1945 - 1957) KUA Kecamatan Dewantara
•
Tgk. Puteh Adami (1957 - 1968) dari Gampong Pulo Rungkom
•
Tgk. H. Gadeng (1968 -1985) dari Gampong Uteun Geulinggang
•
Tgk H. Ramli H. Ibrahim (1985 -2009) dari Gampong Ulee Pulo
•
Tgk. Zainuddin Basyah (2009 - sekarang) dari Gampong Pulo Rungkom
21
MANAJEMEN
PPID
Kementerian Agama Penyedia Layanan Data dan Informasi Publik PPID
Lia Nurhilaliah, SHI Pengolah Data pada subbag Informasi dan Humas Kanwil Kemenag Aceh
22
adalah singkatan dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi. PPID dibentuk untuk melakukan pelayanan informasi public, bertanggung jawab melakukan penyediaan, penyimpanan, pendokumentasian, pelayanan dan pengamanan informasi public sebagaimana amanat dalam PP Nomor nomor 61 tahun 2010 tentang pelaksanaan Undang-undang nomor. 14 tahun 2008 mengenai keterbukaan informasi public. Regulasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama terkait dengan Pelayanan Informasi Publik dan menjadi dasar pembentukan PPID di unit-unit Kementerian Agama adalah Keputusan Menteri Agama Nomor 200 tahun 2012. Dalam KMA nomor 200 tahun 2012 berisi tentang pembentukan PPID Kementerian Agama, bahwa PPID di bentuk di setiap unit kerja Kementerian Agama mulai dari Sekjen, Irjen, Pinmas, seluruh Dirjen di Kementerian Agama, Balitbang, Kanwil , kabupaten/kota dan juga UIN/ IAIN/STAIN. KMA nomor 200 tahun 2012 secara tegas telah memutuskan bahwa yang menjadi Pejabat PPID di tingkat Pusat adalah Kepala Pusat Informasi dan Humas (Ka. PINMAS) dan Sekjen sebagai atasan langsung pejabat PPID. Di Kanwil kemenag provinsi yang menjadi Pejabat PPID adalah Kasubbag Informasi dan Humas dan sebagai atasan langsungnya adalah Kabag TU. Adapun pejabat PPID di tingkat kabupaten/kota adalah Kasubbag TU dan sebagai atasan langsungnya adalah Kepala Kankemenag Kabupaten/Kota. Mengingat pentingnya peran dan tanggung jawab dalam melayani masyarakat dan memberikan informasi public secara terbuka maka menjadi urgent pula untuk segera membentuk PPID di setiap unit kerja sebagaimana termaktub dalam KMA tersebut diatas. Untuk kelancaran kerja PPID dalam pelaksanaan pelayanan masyarakat maka
setiap pimpinan satker dapat membentuk panitia pengelola dan pelayanan informasi pada satker masing-masing. Berjalannya PPID dalam sebuah institusi merupakan salahsatu indicator komitmen nyata atas pelayanan prima kepada public, dengan tersedianya data-data secara transparan yang berhubungan dengan program lembaga/ kementerian, melalui proses yang mudah, mekanisme dan limit waktu proses yang jelas, juga tanpa biaya (gratis). Setiap orang ataupun lembaga baik pemerintah ataupun swasta berhak meminta pelayanan data kepada semua unit PPID di Kementerian Agama sebagaimana diatur dalam Undang-undang dan KMA. Namun demikian ada beberapa jenis data yang dikecualikan yang tidak dapat dipublikasikan maka lembaga berhak melakukan penolakan atas permintaan data yang disampaikan kepada PPID tersebut. Pada unit kerja Kanwil Kementerian Agama, Kasubbag Inmas selaku pejabat PPID sebagaimana KMA Nomor 200 Tahun 2012 diperkuat lagi de足 ngan surat edaran (SE) sekjen Nomor : SJ/B. VIII/2/HM.00/4044/2014 menegaskan bahwa salahsatu tugas fungsi Subbag Inmas yaitu memberikan pelayanan data, informasi dan layanan lain sesuai dengan tugas dan fungsinya kepada instansi/ lembaga lain dan masyarakat, termasuk diantaranya adalah; 1) mengkoordinasikan pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data lintas bidang/unit kerja lintas provinsi, 2) Mengelola layanan unit pelayanan informasi dan dokumentasi (PPID) unit kantor wilayah. Dengan demikian maka PPID dan Subbag Inmas sebagai pelaksana pengelola Informasi dan dokumentasi di Kanwil yang bertanggung jawab kepada Kabag TU dan Kakanwil, memiliki kewajiban menjalankan tugas pengumpulan data, pengolahan dan penyajian data serta informasi lembaga lintas bidang dan lintas unit kabupaten/
kota sebagai bahan ketersediaan data pada PPID unit Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh. Maka integrasi data dari seluruh bidang, subbag dan juga PPID Unit Kenkemenag Kabupaten/kota menjadi sebuah keharusan guna ketersedian data dan informasi yang akurat di PPID Kanwil Kemenag Provinsi Aceh. Kegiatan singkronisasi data dan pembaharuan data triwulan yang telah diagendakan oleh subbag Inmas mulai tahun 2015, merupakan tahapan yang menuntut kerjasama dan komitmen bersama untuk lembaga kementerian agama yang lebih transparan dan baik dalam penyediaan data ataupun pelayanan informasi public. PPID Unit Kanwil adalah muara akhir dari seluruh data dan informasi pada bidang-bidang, subbag dan seluruh Kankemenag Kabupaten/kota yang selajutnya bertugas untuk menyediakan dan melayani kebutuhan data dari masrayakat baik personal ataupun lembaga baik lembaga pemerintah ataupun swasta.. PPID unit Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota adalah muara akhir seluruh data yang ada pada seksi-seksi di lingkungan Kemenag Kabupaten/kota untuk kemudian diolah, disajikan atau disampaikan kepada public. Hingga tahun 2014 belum semua unit kerja Kementerian Agama di Provinsi Aceh memiliki PPID yang mapan. Sehingga masih perlu dilakukan penguatan kapasitas terkait pengelolaan PPID sehingga dapat berjalan dengan baik pada masa yang akan datang. Bimtek PPID menjadi agenda yang direncanakan akan dilaksanakan oleh Subbag Inmas Kanwil pada tahun ini melibatkan seluruh PPID Unit Kankemenag Kabupaten/kota. Kasubbag TU di Kankemenag Kabupaten/ kota sebagai pejabat pengelola informasi dan dokumentasi pada unit kerja Kankemenag Kabupaten/kota dapat membentuk tim/panitia pengelola untuk lebih mengoptimalkan kerja PPID, didukung pula dengan ruang dan alat kerja yang memadai. Ditargetkan dalam tahun 2015, PPID Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh data berjalan dengan baik dan seluruh Kemenag Kabupaten/kota sudah memiliki PPID dan dapat dikelola dengan baik. PPID Kementerian Agama telah memiliki standar operasional prosedur (SOP) yang diterbitkan oleh PPID Kementerian Agama (pusat) dan dapat dijadikan pedoman oleh seluruh PPID unit kerja Kementerian Agama se-Indonesia. SOP PPID dapat dilihat dan di download di website : ppid.kemenag.go.id. Dalam SOP PPID diantaranya mengatur tentang keberatan atas pemberian informasi public, dimana setiap pemohon dapat mengajukan kepada atasan PPID apabila terdapat pelayanan informasi yang tidak sesuai aturan, misalnya permintaan informasi tidak ditanggapi hingga batas waktu yang ditentukan (dalam SOP)
Santunan - I/2015
Sidang sengketa informasi antara GeRAK Aceh dan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, 2 Februari lalu di Komisi Informasi Aceh. Khairul Umami/inmas
bahkan pemohon dapat mengajukan pengaduan sengketa informasi kepada Komisi Informasi dan jika tidak dapat diselesaikan oleh Komisi Informasi, mungkin saja dapat berlanjut hingga ke Pengadilan menurut substansi kasus informasi yang disengketakan. Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh sendiri pernah menghadapi pengalaman terkait kasus sengketa informasi perihal Dipa Porseni Kementerian Agama Provinsi Aceh tahun 2013 yang diminta data oleh LSM Gerak Aceh melalui surat pada tanggal 4 November 2014. Akibat tidak segera dijawab hingga batas akhir waktu yang semestinya oleh Kanwil Kemenag Aceh, kemudian LSM Gerak mengajukan surat keberatan kepada Komisi Informasi sehingga akhirnya Kanwil Kemenag mendapat panggilan sidang dari Komisi Informasi Aceh atas sengketa informasi yang terjadi. Sidang dilakukan oleh Komisi Informasi Aceh kepada LSM Gerak sebagai pemohon dan Kanwil Kemenag sebagai Termohon. Putusan sidang kasus ini berakhir dengan putusan bahwa atas beberapa pertimbangan alasan kesalahpahaman diantara kedua belah pihak maka kedua belah pihak bersedia mengakhiri sengketa informasi publi dengan beberapa kesepakatan yang telah dipenuhi dan kasus ini selesai dengan baik. Dalam kasus ini pihak Gerak mengajukan permohonan data pada Kanwil Kemenag Aceh tentang DIPA Porseni tahun 2013, sementara Kanwil Kemenag Aceh dalam DIPA tahun 2013 memang tidak ada dana Porseni. Ini salahsatu point kesalahpahaman informasi yang disengketakan oleh LSM Gerak. “Disisi lain memang ada sedikit kelalaian dalam menanggapi surat yang diajukan oleh Gerak kepada Kanwil Kemenag Aceh,� kata Akhyar. Kasus tersebut akhirnya diselesaikan dengan baik, intinya semua itu menjadi pengalaman sebagai lembaga pemerintah yang juga pelayan masyarakat untuk selalu dapat menanggapi secara cepat dan tepat setiap permohonan informasi publik yang memang boleh dipublikasikan agar hal semacam ini tidak terulang pada institusi kita dimanapun berada. *** 23
BUDAYA
Perdebatan “Tuhan” dalam Syair Hamzah Fansuri Tak banyak dari kalangan sarjana sastra di Aceh yang menaruh minat untuk mengkaji karya sastra klasik ulama sufi terkenal Syeihk Hamzah Fansuri (w. 1607). Dalam sejarahnya ia dikenal sebagai tokoh pelopor lahirnya kesusastraan Melayu Indonesia. Para sarjana sastra di Aceh lebih berkutat pada karya-karya sastra modern yang dihasilkan pujangga baru atau sesudahnya. Sehingga banyak karya-karya sastra periode klasik di Aceh, seperti karya-karya Hamzah Fansuri tenggelam dari pemahaman mereka. Di tengah luputnya perhatian sarjana sastra di Aceh terhadap karya-karya Hamzah Fansuri, beraapa waktu lalu saya dihadiahkan sebuah buku oleh Dr. Syarifuddin, M.Ag, desen Fakultas Adab IAIN Ar-Raniry, judul bukunya: “Wujudiyah Hamzah Fansuri Dalam Perdebatan Para Sarjana; Kajian Hermeneutik Atas Karya-Karya Sastra Hamzah Fansuri”. Buku yang diterbitkan oleh Almahira Jakarta, Maret 2011, adalah Tesis dari Dr. Syarifuddin dalam menyelesaikan program S-2 (Pascasarjana) pada IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Buku setebal 200 halaman ini memang menarik untuk dibaca, terutama dalam memahami sejarah perdebatan tuduhan sesat terhadap penganut ajaran Wujudiyah Hamzah Fansuri di Aceh. Dalam buku ini setidaknya Dr. Syarifuddin telah menaaruh perhatiannya terhadap karya syair-syair Hamzah Fansuri, yang pernah menjadi polemik basar di Aceh. Karena sebagian ulama Aceh saat itu (akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17), terutama Syeihk Nuruddin Ar-Raniry menuduh Syeihk Hamzah Fansuri telah menyebarkan ajaran Islam yang sesat melalui syair-syairnya. Di sisi lain yang mebuat buku ini jadi menarik adalah di samping kita dapat memahami karyakarya sastra klasik Hamzah Fansuri, sedikitnya kita juga dapat mengatahui bagaimanya Syeihk Nuruddin Ar-Raniry—seorang ulama besar Aceh asal Ranir India yang pernah menjabat Qadhi Malikul Adil di kerajaan Aceh Darussalam pada masa Sultan Iskandar Stani (1636-1641 M)—ArRaraniry meng-klaim ajaran Wujudiyah yang dikembangkan Hamzah Fansury di Aceh saat itu adalah sebagai ajaran sesat. Sehingga, tidak sediki kitab-kitab Hamzah Fansuri atas fatwa Nuruddin Ar-Raniry ketika itu harus di bakar, dan pengikut Hamzah juga tidak sedikit yang dibunuh atas fatwa Nuruddin Ar-Raniry. 24
Memang dalam konsep Hamzah Fansuri, Tuhan adalah satusatunya pemilik wujud yang hakiki yang dipancarkan kepada alam.
Hamzah dan Tuhan Dalam buku ini, sang penulisnya memaparkan, akar dari tuduhan sesat yang dilancarkan Nuruddin Ar-Raniry terhadap Hamzah Fansuri, karena Hamzah dianggap sebagai ulama yang telah menyamakan “Tuhan dengan alam” melalui ajaran Wujudiyah yang dikembangkan. Dalam pemahaman Ar-Raniry Wujudiyah ini adalah zindiq (sesat) dan panteistis. Memang dalam konsep Hamzah Fansuri, Tuhan adalah satu-satunya pemilik wujud yang hakiki yang Dipancarkan kepada alam. Ibarat cahaya mata hari yang menerangi alam secara terus menerus. Jadi, alam dalam konsep Hamzah adalah wujud wahmi (bayangan) yang dipancarkan oleh cahaya. Sedangkan Allah adalah wujud hakiki yang memberikan bayangan kepada alam yang fenomenal. Konsep ini dapat difahami seperti dilukiskan Hamzah dalam syair yang sangat simbolik di bawah ini: Cahaya atar-Nya tiadakan padam Memberikan wujud pada sekalian alam Menjadikan mahkluk siang dan malam Ila abad al-abad tiada karam Syair di atas menurut penulis buku ini, sebenarnya Hamzah ingin memperlihatkan perbedaan esensial antara Tuhan dan alam. Karena dalam konsep Hamzah Fansuri, alam adalah penampakan (tajalli) Tuhan. Seperti ombak yang muncul dari laut yang dalam. Maka pada taraf ini Tuhan dalam pandangan Hamzah Fansuri adalah Musyabbah, serupa dengan mahkluknya pada tingkat tertentu. Atau secara analogis, dalam aspekNya yang imanen, Tuhan tidak terpisah dari menifestasi-manifestasinya. Laksana laut yang tak dapat dipisahkan dari ombaknya. Kansep ini juga dilukiskan Hamzah Fansuri dalam syairnya: Tuhan kita itu seperti bahr al-amiq Ombaknya penuh pada sekalian tariq Laut dan ombak keduanya rafiq Akhir ke dalamnya jua ombaknya ghariq Di sini dapat difahami bahwa Hamzah mentamsilkan zat Allah seperti bahr al-amiq (seperti laut yang dalam) yang tak terhingga. Tapi ini bukan berarti bahwa Hamzah telah mengindektikkan Tuhan dengan alam seperti yang dituduh Nuruddin Ar-Raniry. Syair di atas harus dianalogikan bahwa Hamzah Fansuri ingin mengatakan Tuhan itu adalah
Nab Bahany As budayawan, tinggal di Banda Aceh
mutlak keesaanNya, tidak terbatas oleh waktu dan tempat. Sebagaimana halnya ketidakterbatasan laut yang dalam dengan ombaknya. Ini mengandung makna bahwa Hamzah Fansuri mengakui bahwa Tuhan dalam esensiNya adalah Yang Tidak Tampak dan transenden (tanzih) secara total. Tidak dapat dilihat, diketahui dan didekati secara absolut. Ketidakmampuan Ar-Raniry Maka yang menjadi masalah di sini, atas dasar apa Syeihk Nuruddin Ar-Raniry melancarkan kecaman sesat terhadap ajaran Wujudiyah Hamzah Fansuri. Kalau Nuruddin Ar-Raniry beralasan bahwa dalam ajaran Hamzah telah menyamakan Tuhan dengan alam, alasan ini malah semakin menampakkan ketidakmampuan Ar-Raniry dalam menangkap simbul-simbul yang terkandung dibalik makna syair-syair Hamzah Fansuri. Seperti dijelaskan Dr. Syaifuddin dalam buku ini, sekiranya Nuruddin Ar-Raniry mampu menangkap “dari dalam teks” yang tersembunyi di balik syair-syair Hamzah, tentu Ar-Raniry tidak akan mengklaim Hamzah Fansuri telah kufur dan sesat. Tetapi, karena Ar-Raniry tidak mampu menangkap simbul-simbul dan makna ungkapan Hamzah yang metaforik dalam syair-syairnya, maka tak heran kalau Ar-Raniry melancarkan kecaman sesat atau mulhid terhadap ajaran Wujudiyah. Nuruddin Ar-Raniry dalam memahami pikiran Hamzah telah terjebak dalam makna lahir yang nampak di balik permukaan teks yang tersembunyi dalam syiar-syair Hamzah Fansuri. Misalnya, Hamzah mengungkapkan: “tamsilnya seperti biji pohon, pohonnya di dalam biji itu lengkap serta dalam biji itu. Maka nyatalah bahwa seru semsta alam sekaliannya adalah lengkap berujud dalam Haqq Ta’ala. Maka keluarlah alam daripadaNya, seperti pohon kayu yang ke luar dari bijinya”. Ungkapan Hamzah ini diterjemahkan Nuruddin ArRaniry bahwa Hamzah Fansuri telah mengajarkan paham bahwa Tuhan itu identik dengan alam. Padahal, yang ingin dikatakan Hamzah dalam ungkapan itu, Hamzah melihat Tuhan dari dua aspeknya, yaitu aspek al-batin (yang tidak nampak) dan al-zahir (yang nampak). Dua aspek ini ditamsilkan Hamzah Fansuri seperti pohon kayu yang masih tersembunyi di dalam sebutir biji. Pada taraf ini, Tuhan dalam pandangan Hamzah: Dia-lah Tuhan yang dalam esensiNya adalah yang
Santunan - I/2015
tidak tampak dan transenden (tanzih) secara total. Tapi Ar-Raniry telah menafsirkan lain dari apa yang diungkapkan Hamzah. Malah dengan ungkapan itu, Ar-Raniry mengatakan bahwa Hamzah telah menyamakan Tuhan dengan alam. Hasil kajian Dr. Syarifuddin ini, tampaknya makin terkuak ketidakmampuan Syeihk Nuruddin Ar-Raniry dalam menjangkau pikiran-pikiran Hamzah Fansuri. Hal ini bisa jadi karena Ar-Raniry adalah sosok ulama fiqih yang model pemikiran keislamannya banyak dipengaruhi oleh pemikiran Syeihk Ahmad Sirhindi (w. 1624) seorang ulama dari daerah asal Nuruddin Ar-Raniry di Ranir India. Di mana pemikiran Ahmad Sirhindi ini cenderung menolak pola-pola pemikiran keinslaman yang sufistik. Hal ini pula yang kemudian diterapkan Nuruddin Ar-Raniry di Aceh, ketika ia menjabat Qadhi Malikul Adil (Mufti Kejaraan Aceh) pada masa Pemerintahan Suthan Iskandar Shani (16361641 M). Sedangkan Syeihk Hamzah Fansuri adalah sosok ulama tasauf (ahli sufi) yang pemikirannya lebih banyak dipengaruhi oleh sufi-sufi terbesar dari Persia. Dalam sepanjang sejarah pemikiran Islam, antara ulama fiqh dengan ulama tasauf memang tidak pernah saling ketemu pemikirannya, keduanya selalu berkonflik, terutama dalam memahami persoalan Ketuhanan. Dan kerana konflik itu pula sehingga dalam perjalanan sejarahnya banyak ulama-ulama sufi akhirnya harus mengakhiri hidupnya di tiang eksekusi alias di bunuh. Kasus penjatuhan hukuman mati terhadap Al-Hallaj (w.922 M) adalah tragedi dunia sufi yang sangat memilukan. Demikian pula putusan penguasa kerajaan Demak di Jawa yang menghukum pancung Syeihk Siti Jenar karena dianggap sesat dengan mengembangkan ajaran Wahdatul Wujud (pemahaman sufi tingkat tinggi) juga tragedi yang dialami dunia sufi yang amat tragis. Seperti juga halnya yang dialami oleh murid-murid Syeihk Hamzah Fansuri di Aceh, mereka banyak yang dibunuh (dieksekusi) atas fatwa sesat yang dikeluarkan oleh Syeih Nuruddin Ar-Raniry ketika ulama dari Ranir India ini diberi jabatan Qadhi Malikul Adil di Kerajaan Aceh pada masa Sultan Iskandar Shani. Haruskah Nuruddin Ar-Raniry bertanggung jawab atas fatwanya sebagai awal dari terjadinya kekacauan kehidupan beragama di Aceh? Wallahu’alam.*** 25
LAPORAN KHUSUS Khairul Umami/inmas
Kerja Ikhlas Menyenangkan oleh Maldin
26
J
arum jam baru menunjukkan pukul 07.15 WIB. Gerbang Madrasah Aliyah Negeri Model Banda Aceh baru saja dibuka seorang anggota security. Seorang lelaki paruh baya memasuki halaman komplek sekolah tersebut sembari menyapa dan tersenyum kepada sejumlah dewan guru yang terlebih dahulu tiba. Dia adalah Drs. H. Mukhlis M.Pd, Kepala sekolah MAN Model Banda Aceh. Meski memiliki posisi tertinggi di sekolah tersebut, pria yang telah menyelesaikan magister pendidikan ini tetap meluangkan waktu untuk membaca surat yasin bersama siswa dan dewan guru setiap jumat pagi di halaman sekolah. “Melakukan sesuatu yang baik jangan hanya karena ingin dipandang baik, tapi lakukan secara ikhlas dari hati yang dalam, pekerjaan tersebut pasti menyenangkan,” ucapnya saat ditemui majalah Santunan pekan lalu. Menjalankan tugas di bawah kendali Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Mukhlis tidak merasa asing dengan penerapan lima budaya kerja yang diterapkan Kementerian Agama Indonesia. Lima budaya kerja tersebut yaitu, integritas, profesionalitas, inovasi, tanggung jawab dan keteladanan. Ya, kelima nilai budaya tersebut telah diperankan para dewan guru dalam mendidik siswa. Memaknai integritas, menurutnya, suatu keadaan yang menunjukkan satu
kesatuan sehingga memiliki sebuah potensi dan kemampuan untuk memancarakan kewibawaan dari aparatur sipil negara dan memiliki nilai kejujuran. Penerapannya dilakukan dengan mengarahkan semua warga sekolah memiliki nilai kewibaan yang akan memunculkan nilai kejujuran. “Orang lain kita suruh kerja, kita juga harus bekerja, siswa kita ajarkan untuk berbuat baik, kita harus harus lebih baik dulu, kita melakukan bimbingan kepada guru melalui komunikasi sehari-hari, juga melalui rapat bulanan untuk mengintrospeksi apa yang telah kita lakukan,” urainya. Bentuk motivasi bagi siswa, para dewan guru kerap memberikan dukungan terhadap kegiatan ekstra kurikuler yang dilakukan. Sementara sebagai inovasi terbaru bagi sekolah, kepala sekolah telah melakukan sebuah terobosan untuk tahun 2015, yaitu menjadikan MAN Model sebagai sekolah yang mengunakan sistem boarding school. Sejumlah siswa pilihan akan diasramakan dengan penguatan sejumlah ilmu pengetahuan baru agar mereka siap menghadapi tantangan dunia ke depan. “Hari ini siswa kita belum mampu bersaing di universitas luar negeri, padahal dana Aceh untuk itu banyak, faktornya mereka masih terbatas dalam bahasa,” tambahnya. Penerapan lima nilai budaya kerja di lingkungan sekolah Kementerian Agama hal yang biasa bagi mereka, karena budaya
tersebut cerminan dari dari keseharian yang telah mereka perankan, bagi mereka kerja bukan karena perintah kerja, melainkan dari hati nurani, dengan demikian lima budaya kerja tersebut akan terbentuk dengan sendirinya. Guru Ilmu Fiqh MAN Model Banda Aceh, Ahmad Muhadir, mengamini penerapan lima nilai budaya kerja yang diterapkan bukan suatu kendala bagi guru di sekolah tersebut. Karena menurutnya keseharian yang dilakukan para guru kepada murid tanpa terasa sudah mencakupi lima budaya kerja. “Jika bekerja sebagai abdi negara yang bertanggungjawab kepada Allah SWT maka budaya kerja tersebut akan tercermin dengan sendirinya kepada siswa,” ujar Muhadir. Lebih jauh guru Fiqh ini menyebutkan, penerapan lima nilai budaya kerja bukan tidak terkendala. Fasilitas pendukung peneladanan sering menjadi alasan, dirinya mencontohkan, saat shalat bersama siswa, mushalla yang tersedia tidak mencukupi daya tampung, siswa yang ingin kita ajak jamaah bersama guru sekaligus sulit terpenuhi. “Mau kita contohkan sesuatu terbentur kondisi,” ibanya. Bagi muhadir, menjalankan tugas sebagai abdi negara dengan penerapan lima nilai budaya kerja tersebut tidak menjadi beban baginya, karena melahirkan generasi yang handal dan beriman hanya perlu keseriusan dan keiklasan.***
Kertas Putih Kementerian Agama Penerapan lima budaya kerja di jajaran Kementerian Agama khususnya untuk Aceh merupakan awal program baru setelah Lukman Hakim Saifuddin dilantik sebagai Menteri Agama dalam kabinet Joko Widodo - Jusuf Kalla. Pascapelantikan ini, Kepala Kanwil Kementerian Agama Wilayah Aceh masih dijabat Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd. Kehadiran lima nilai budaya kerja dalam ruang lingkup Kementerian Agama Aceh saat itu dinilai bukan sebuah tantangan baru, karena budaya tersebut merupakan budaya keseharian di Aceh. “Ini hanya pengemasan untuk mudah diingat, dalam kehidupan sehari hari jajaran Kanwil Kementerian Agama di Aceh memang sudah mempraktekkannya,” jelasnya. Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd yang kini menjabat Kepala Biro Administrasi Umum Akademik dan Kemahasiswaan (AUAK) IAIN Zawiyah Cot Kala, Langsa,
Santunan - I/2015
mengatakan, pegawai Kementerian Agama berbeda dengan kementerian lainnya. Kementerian Agama ibarat kertas putih, sedikit tercoret akan terlihat kemana-mana. “Saya pernah ditelpon warga, ketika ada pegawai jajaran Kementerian Agama tidak ke mesjid, ini bukti kalau kita harus bisa memberi contoh, karena akan selalu dilihat,” katanya. Penerapan lima nilai budaya kerja bagi jajaran Kementerian Agama bukan hal yang sulit menurutnya, karena jika seorang bekerja dengan jujur sesuai keahlian dan bukan karena rutinitas, serta tanggung jawab terhadap pekerjaannya maka hasil kerjanya akan menjadi contoh bagi yang lain. “Berkerja jangan hanya rutinitas, pergi pagi pulang sore, harus ada hal baru yang positif, dan harus menghadapi tantangan jangan lari dari tanggung jawab,” sebutnya.
Khairul Umami/inmas
Semasa masih menjabat sebagai Kepala Kanwil, Ibnu tidak mempungkiri ada pegawainya yang sulit mengimplementasikan lima nilai budaya kerja tersebut dalam kesehariannya, yang dinilainya sudah bawaan keturunan. Sepeningalannya, dirinya berharap pegawai di jajaran Kementerian Agama Aceh untuk loyal terhadap pimpinan dan ikhlas bekerja. “Sudah masuk dalam system, ikutilah system, dan bekerja maksimal bisa membesarkan lembaga dan diri sendiri,” terangnya.[maldin]
27
LAPORAN KHUSUS
Khawatir Tergelincir,
Baik-baik di Atas Rel oleh Maldin
M
enteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin secara resmi telah meluncurkan lima nilai budaya kerja di lingkungan Kementerian Agama, pengenalan program kerja baru tersebut dilakukan di Sumatera Utara pada tanggal 5 Maret 2015. Penerapan lima nilai budaya kerja tersebut upaya pencitraan dari anggapan tidak baik yang selama ini menerpa Kementerian Agama, terkait dugaan korupsi,
28
penyelewengan dan penyalahgunaan jabatan. Lima nilai budaya kerja yang diluncurkan Kementerian Agama tersebut yaitu intergritas, professional, inovasi, tanggungjawab dan keteladanan. Bagi Kementerian Agama Wilayah Aceh hal tersebut bukan sebuah tantangan baru karena Aceh yang berada pada label Syariat Islam, penerapan lima nilai budaya kerja tersebut sudah menjadi tuntutan sebagai
pegawai yang dicap religius. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh menyebutkan, sejak diluncurkan beberapa waktu yang lalu, pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada jajarannya, meski kelima budaya tersebut dinilainya sebagai nilai agama yang dikembangkan masyarakat muslim di Aceh selama ini. “Di jajaran kita ini lima budaya tersebut adalah nilai-nilai yang berkembang dalam
Melakukan sebuah perubahan bukan semudah membalik telapak tangan, kami pimpinan harus menjadi contoh.
Khairul Umami/inmas
kehidupan,” sebutnya. Wilayah kerjanya sendiri sudah menerapkan nilai tersebut, namun demikian, dua daerah telah ditetapkan sebagai pilot project untuk melihat kemaksimalan penerapan lima nilai budaya kerja. Daerah itu yaitu Kantor Kementerian Agama Kota Banda Aceh sebagai gerbang Aceh dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Barat pilihan untuk Wilayah tengah aceh.
Santunan - I/2015
“Ada instrumen penilaian kinerja dari tim Irjen. Ketepatan waktu pelaksanaan tugas, kedisipilinan, tepat sasaran menggunakan anggaran,” sebutnya. Penerapan lima nilai budaya kerja di lingkungan Kementerian Agama Aceh meski dinilai mudah, namun tidak dipungkiri jika masih ada karakter yang sudah mengakar yang perlu pembinaan maksimal. “Melakukan sebuah perubahan bukan semudah membalik telapak tangan, kami
pimpinan harus menjadi contoh,” sebutnya. Kakanwil Aceh menjelaskan, budaya integritas ditanamkan bagi seluruh jajaran Kementerian Agama sehingga mampu menjalankan tugasnya penuh kedisiplinan. Aspek profesionalitas diperlukan agar pelaksanaan di berbagai fungsi di Kementerian Agama dapat dijalankan dengan baik. “Inovasi perlu, agar pekerjaan yang dilakukan tidak hanya bertumpu pada jadwal yang telah ada, tapi ada hal baru yang bisa dilahirkan, dan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan dengan melihat dari hasil kinerja,” kata Kakanwil. Sedangkan aspek keteladanan dibutuhkan untuk dapat membimbing masyarakat karena unsur Kementerian Agama merupakan wadah yang dinilai tempat orang yang mengerti agama. “Saya tidak akan menggunakan yang salah agar bawahan saya tidak salah,” ungkapnya. Untuk melihat hasil penerapan lima nilai budaya kerja yang telah digemborkan Kementerian Agama, Kepala Kanwil Kemeterian Agama Aceh, akan terus memantau dari apa yang telah dilakukan bawahannya, dengan cara melakukan pemeriksaan catatan kerja yang telah diberikan. “Jajaran Kementerian Agama Aceh diminta untuk menjalankan tugas sesuai dengan aturan dan perundang-undangan yang telah berlaku, dan tetap berkomitmen memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat,” ajaknya. Secara tegas Kakanwil ini menekankan untuk tidak ada yang menghambat jalur baik yang sedang dijalankan Kementerian Agama di Aceh. “Ikuti gerbong yang sedang kami jalankan, jangan turun jika bukan pada stasiun, dan jangan hambat jika tidak mau digilas,” urainya. Kita berharap intansi yang berada di bawah Kementerian Agama di seluruh Aceh bisa menjalankan lima nilai budaya kerja yang telah diterapkan tersebut. Karena dengan nilai tersebut akan menjadikan Kementerian Agama mampu memberikan yang terbaik kepada masyarakat di Aceh dan akan lebih dicintai nantinya. “Jika ada yang mulai tergelincir kembali ke rel aturan yang telah ada,” tutupnya.*** 29
SOSOK
Drs. H. M. Daud Pakeh
Kehendak Allah SWT oleh Maldin Foto: Khairul Umami/inmas
30
S
embari menjinjing sebuah buku catatan kecil, dengan tergesagesa memasuki ruangan kerjanya, dan sejumlah kertas yang sebelumnya ditinggalkan di atas meja dirapikan kembali. Raut muka kelelahan hampir tidak terlihat dari wajahnya, meski hari sudah menjelang sore kala itu. Sebuah kebiasaanya, pria ini tetap tersenyum saat bertemu dengan orang lain. Begitulah keseharian Drs. H. M. Daud Pakeh, Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Aceh, yang baru menjabat beberapa bulan terakhir. Menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh bukan sesuatu posisi yang di pernah dimimpikannya, baginya, jabatan tersebut kehendak ALLAH SWT. “Saya tidak ada target dalam kehidupan saya, Kakanwil bukan perencanaan,” terangnya. Lahir di Trienggadeng akhir bulan Desember 1960, Drs. H. M. Daud Pakeh dan dibesarkan dari keluarga yang kental agama. Itu terlihat dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah, digelutinya di madrasah swasta dan berdiam di pesantren. Dilihat dari kesuksesannya sulit rasanya untuk percaya kalau dulu beliau sempat mengalami masa-masa sulit. Menyelesaikan pendidikan Tarbiyah pada tahun 1987 tidak terus diangkat menjadi pegawai negeri sipil, namun harus bergelut sebagai abdi Negara dengan status honorer di Madrasah Aliyah Negeri Blang Paseh Sigli Kabupaten Pidie. Berjalan tahun demi tahun, prestasinya terus gemilang. Menjadi pegawai negeri sipil sebagai guru hingga pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah MAN Negeri 2 Mereudu kabupaten Pidie Jaya selama tiga tahun. Keuletan sebagai guru dan prestasi kerja yang baik pada tahun 1997, karirnya mulai meranjak naik, jabatan Kepala Seksi Bimbingan Ubudiyah pada Pendidikan Islam Kantor Departemen Agama Nanggroe Aceh Darussalam. Setelah itu, Putra kelahiran Trienggadeng ini menduduki beberapa posisi antara lain: Kassubag Kantor Departemen Agama Kota Banda Aceh, Kassubag kanwil Departemen Agama Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepala Kandepag Kota Sabang. “Dari Sabang saya kembali dipindahkan ke kanwil Aceh di bidang Haji dan Umrah, kemudian kembali dibebantugaskan sebagai kepala kantor kementerian agama wilayah Aceh Jaya,” urainya. Berwara wiri dari satu jabatan kepada jabatan yang lain dan dari satu kabupaten ke kabupaten yang lain menjadikan Drs Haji Daud Pakeh semakin mapan menguasai wilayah kerjanya. Tanggal 2 Maret 2015, sejarah baru baginya ketika Menteri Agama Republik Indoneia memintanya memimpin Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi Aceh. “Ada puluhan gerbong dibelakang saya yang harus saya tuntun, dan saya akan berusahan semaksimal mungkin, terutama bidang pendidikan. Kondisi Aceh sekarang, pendidikan benteng pembinaan umat,” tegasnya. Selain itu, menurutnya tonggak perjuangan bangsa menurutnya dimulai dari dari dayah, penguatan pendidikan dayah dan pendidikan sekolah formal akan kembali diperkuatkan untuk membangun Aceh ke arah yang lebih baik.***
Santunan - I/2015
31
DAYAH
Ruhul Fata
Institusi Pengkaderan Pemuda Menjadi Ulama oleh Zarkasyi Yusuf dok. Ist
VISI Mendidik para thalabah (santri) menjadi kader ulama yang memiliki ilmu Agama Islam yang kuat, berpegang teguh dengan Kitabullah dan sunnah Rasul memiliki kepribadian tangguh, berakhlak mulia, terampil, mandiri serta mampu mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari untuk menujuk kebahagiaan haqiqi. MISI 1. Membina dan menyebarkan I’tiqad Ahlussunnah Wal jama’ah. 2. Mengembangkan ajaran Islam di kalangan masyarakat atas jalur ulama salaf dan khalaf. 3. Menerapkan syari’at berlandaskan AlQur-an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas. 4. Memberantas segala bentuk kejahilan, khurafat dan bid’ah dhalalah (sesat). 5. Menyelenggarakan sistem pendidikan dan pengajaran dengan metode pembelajaran yang aktif sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas dibidang ilmu Syari’ah dan ‘Aqidah. 6. Mendidik para santri untuk memiliki kepribadian yang tangguh, berakhlak mulia, terampil dan mandiri. 32
S
eulimun, nama sebuah kota kecamatan di wilayah Aceh Besar yang terletak di pinggir jalan nasional Banda Aceh – Medan. Di kawasan inilah berdiri Dayah Salafi dengan arsitektur dan tata ruang megah. Terkesan didesain dengan konsep modern yang menyuguhkan pemandangan indah dan rapi dalam kawasan komplek dayah. Ruhul Fata, salah satu dayah salafiyah terbesar di Aceh yang terletak di gampong Seulimum kecamatan Seulimum Aceh Besar, berjarak lebih kurang 42 km dari Banda Aceh, ibu kota provinsi Aceh. Ruhul Fata didirikan oleh Al–Mukarram Syaikhuna Tgk. H. Abdul Wahhab bin ‘Abbas bin Sayed Al-Hadhrami (Abu Seulimeum) pada tahun 1946 M/1367 H. Beliau mendalami ilmu Agama Islam pada Al-Mukarram Syaikhuna Tgk. H. Ibrahim (Tgk. di Bireuen) atau Ayahanda Prof. Abdul Majid Ibrahim. Selanjutnya beliau belajar di dayah MUDI MESRA Samalanga pada tahun 1936 saat MUDI MESRA dipimpin oleh Tgk. H. Hanafiah Samalanga (Teungku Abi). Sepuluh tahun di sana, beliau menyelesaikan berbagai kitab yang diajarkan di Dayah, termasuk juga memperoleh Ijazah thariqat, yaitu thariqat syatariah.
Oleh gurunya, Abu Seulimum dilantik menjadi mursyid thariqat syathariyyah, shamadiyyah dan khulutiyyah. Abu Seulimeum adalah salah seorang ulama besar yang kharismatik dan disegani, beliau bagaikan pelita dalam bagi masyarakat untuk menyelesaikan setiap persoalan yang timbul di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Beliau juga dikenal sebagai ulama yang kritis terhadap pemerintah yang kurang memperhatikan kaidah dan hukum Islam dalam menjalankan roda pemerintahan. Dayah Ruhul Fata dibangun di atas tanah wakaf yang memiliki luas 10.686 m2, yang pada awal pendiriannya, dayah ini hanya memiliki beberapa balai pengajian. Pada saat itu santrinya hanyalah masyarakat di sekitar dayah, dengan jumlah santri 50 orang di bantu oleh 5 (lima) orang tenaga pengajar. Seiring perjalanan waktu, dayah ini semakin berkembang berkembang dan santrinya semakin bertambah banyak yang berasal dari luar kecamatan Seulimuem. Ruhul Fata adalah nama yang diberikan oleh Teungku Haji Hanafiah kepada dayah yang dipimpin oleh Abu Seulimuem, ini erat kaitannya dengan dengan sikap Abu Seulimeum yang sangat tegas dalam
mempertahankan prinsip kebenaran. Ruhul Fata memiliki arti jiwa dan semangat pemuda yang pantang menyerah terhadap berbagai macam bentuk kebathilan dan kejahatan, sebagaimana jiwa dan semangat pemuda Ashabul Kahfi dalam mempertahankan keyakinan mereka. Seiring dengan perkembangannya, Ruhul Fata mendapatkan beragam hambat an, terutama gejolak politik dan gangguan keamanan dalam negeri, seperti pemberontakan DI/TII di Aceh pada tahun 1953, PKI pada tahun 1965 dan konflik di Aceh, yang berdampak terhadap terganggunya proses pengajian. Dengan pertolongan Allah dan kegigihan serta sifat istiqamah beliau dalam berjuang mempertahankan kebenaran serta keikhlasan dalam menyebarkan ilmu Agama, serta didukung oleh konsistensi dan keberanian Beliau dalam melawan segala bentuk kedhaliman, khurafat dan bid’ah dhalalah (sesat). Akhirnya dayah Ruhul Fata tetap menjalankan kegiatan pengajian, bahkan telah berkembang menjadi salah satu dayah terbesar di Aceh yang memiliki peranan penting terhadap kemaslahatan ummat. Abu Seulimuem berpulang ke rahmatullah pada tahun 1996, kepemimpinan dayah dilanjutkan oleh putra Beliau Teungku Haji Mukhtar Luthfi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Abon Seulimeum. Abon Seulimum adalah alumni Dayah MUDI MESRA Samalanga, beliau meudagang di Samalanga selama 10 tahun sejak tahun 1974 hingga tahun 1984. Sebelum berangkat ke Samalanga, Abon juga menjadi santri Ruhul Fata terhitung mulai tahun tahun 1970 sampai dengan tahun 1974. Untuk jenjang pendidikan formal, beliau hanya menamatkan sekolah Dasar (SD) di Seulimuem (1964 – 1970). Di bawah kepemimpinan Abon
dok. Ist
Seulimuem, Ruhul Fata terus berkembang pesat dengan melakukan berbagai macam pembenahan dengan menerapkan kedisi plinan yang lebih ketat, penambahan jam belajar, perbaikan kurikulum dayah dan penambahan materi pelajaran, serta memperketat aturan proses belajar dan mengajar. Kemajuan lain adalah di bidang pembangunan terutama pembangunan sarana penunjang yang baru untuk menggantikan bangunan lama yang berkonstruksi kayu yang tidak layak untuk dipergunakan lagi, seperti pembangunan mesjid, ruang belajar, balai pimpinan, penambahan asrama santri dan memperbaiki dok. Ist
Santunan - I/2015
tata ruang yang lebih baik dari sebelumnya. Sampai saat ini Ruhul Fata dihuni oleh 1.450 orang santri laki-laki yang berasal dari Aceh dan luar Aceh, bahkan dari negeri jiran Malaysia dengan jumlah tenaga pengajar sebanyak 150 (seratus lima puluh). Dayah Ruhul Fata telah melahirkan banyak alumni yang telah jadi pemuka masyarakat di berbagai daerah di Aceh dan luar Aceh, sampai saat ini jumlah terdapat 33 dayah cabang yang tersebar di Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Banda Aceh, Aceh Utara, Lhokseumawe, Aceh Timur dan Aceh Jaya. Wadah alumni pun kini telah terbentuk yang diberi nama dengan Rabithah Alumni Dayah Ruhul Fata (RADAR), agar silaturrahmi antar alumni dapat selalu terjaga dan untuk lebih memudahkan dalam memecahkan persoalan yang timbul dalam masyarakat, Forum ini juga bertujuan untuk mendukung dan membantu pemerintah di bidang ‘aqidah islamiyah bila terjadi persoalan-persoalan di tengah masyarakat. Setiap hari kamis mulai pukul 10.00 – selesai para alumni ini berkumpul untuk mengikuti pengajian tingkat tinggi (dayah manyang) yang diasuh langsung oleh Abon Seulimuem. Tidak hanya itu, pertemuan rutin di Balee kulu juga menjadi sarana diskusi dalam mencari solusi permasalah di tengah masyarakat modern sekarang ini. Ruhul Fata benar-benar tumbuh sebagai institusi pendidikan yang mampu memacu semangat pemuda menjadi pembela Agama, mampu tampil terdepan dalam menegakkan kebenaran dan mempertahankan syiar Islam. Semoga Ruhul Fata tetap berjaya sesuai dengan harapan dan cita-cita Abu Seulimum sebagai pendirinya.*** 33
HUKUM
Penyusunan SOP di Lingkungan Kementerian Agama oleh Boy Abdaz [disarikan dari berbagai sumber]
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah serangkaian instruksi kerja tertulis atau perangkat lunak pengatur yang dibakukan (didokumentasikan) mengenai proses penyelenggaraan administrasi. Memuat tentang bagaimana dan kapan sesuatu harus dilakukan, di mana dan oleh siapa. SOP merinci tahapan suatu proses kerja atau prosedur kerja tertentu. Hal ini dimaksudkan agar prosedur kerja bersifat tetap, rutin, dan tidak berubah-ubah. Dasar hukum untuk penyusunan SOP di lingkungan Kementerian Agama secara khusus diatur dalam Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 164 Tahun 2010 yang berlandaskan kepada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, UndangUndang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per/21/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan, Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2010 tentang Perubahan Penyebutan Departemen Agama menjadi Kementerian Agama, dan Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama. SOP dimaksudkan untuk dapat digunakan oleh seluruh satuan organisasi/ kerja di lingkungan Kementerian Agama dalam rangka standarisasi prosedurprosedur penting dalam menyelenggarakan pelayanan. Karenanya KMA Nomor 164/2010 mendorong setiap unit kerja di lingkungan Kementerian Agama untuk menyusun SOP baik dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi maupun dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Tujuannya supaya adanya standardisasi 34
cara yang harus dilakukan dalam menyelesaikan pekerjaan untuk mengurangi kesalahan atau kelalaian dan menjamin proses yang telah ditetapkan dan dijadwalkan dapat berlangsung sebagaimana mestinya. SOP dapat menjamin tersedianya data untuk penyempurnaan proses serta meningkatkan akuntabilitas dengan rnelaporkan dan mendokumentasikan hasil dalam pelaksanaan tugas. Memberikan cara konkrit untuk perbaikan kinerja dan menghindari terjadinya variasi proses pelaksanaan kegiatan dan tumpang tindih merupakan fungsi lain dari SOP dan juga dapat membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan dengan mudah dapat mengidentifikasi terjadinya kesalahan prosedural serta memudahkan penelusuran terjadinya penyimpangan ataupun untuk langkah-langkah perbaikan ke depan. Setiap satuan organisasi/kerja di lingkungan Kementerian Agama, baik kantor pusat maupun instansi vertikal serta UPT harus menyusun SOP yang berpedoman pada Keputusan Menteri Agama. SOP disusun secara dinamis dan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknis masing-masing unit organisasi eselon I di lingkungan Kementerian Agama. Penyusunan SOP sekurang-kurangnya memuat; Uraian Prosedur, Syaratsyarat dan Gambar Format SOP. SOP disusun berdasarkan tata cara dan bentuk yang telah dibakukan sehingga dapat menjadi acuan yang sama (baku) dalam melakukan suatu tugas yang harus dapat dipertanggungjawabkan baik dari sisi isi, bentuk, prosedur, standar yang ditetapkan maupun dari sisi keabsahannya. Selain itu adanya keseimbangan hak dan kewajiban antara aparatur dan masyarakat sehingga
masing-masing pihak mempunyai tanggung jawab yang sama. SOP harus terkait dengan kegiatan administrasi umum lainnya baik secara langsung ataupun tidak langsung yang dapat menjamin terselesaikannya suatu tugas pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, tepat sasaran, menjamin kemudahan dan kelancaran secara procedural serta dapat menjamin kepentingan semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan tugas. SOP juga dapat menciptakan transparansi dalam pelaksanaan tugas. SOP harus ditulis secara jelas, sederhana dan tidak berbelit-belit sehingga mudah dimengerti dan diterapkan untuk satu kegiatan tertentu. SOP harus dapat menjadi pedoman yang terukur baik mengenai norma waktu, hasil kerja yang tepat dan akurat, maupun rincian biaya pelayanan dan tatacara pembayaran bila diperlukan adanya biaya pelayanan. SOP juga harus dapat memberikan kejelasan kapan dan siapa yang harus melaksanakan kegiatan, berapa lama waktu yang dibutuhkan dan sampai dimana tanggung jawab masing-masing pejabat/ pegawai. SOP harus mudah dirumuskan dan selalu bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan kebijakan yang berlaku, selain dapat menggambarkan alur kegiatan yang mudah ditelusuri jika terjadi hambatan. Di lingkungan Kementerian Agama, Menteri Agama menetapkan SOP untuk Unit Eselon I Kantor Pusat Kementerian Agama. Sedangkan untuk SOP Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, Perguruan Tinggi Agama Negeri, Balai, dan Lajnah ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Agama.***
SOP harus dapat menjadi pedoman yang terukur baik mengenai norma waktu, hasil kerja yang tepat dan akurat, maupun rincian biaya pelayanan dan tatacara pembayaran bila diperlukan adanya biaya pelayanan
KONSULTASI KELUARGA
Minta Cerai Assalamualaikum Wr. Wb. Bapak Pengasuh Konsultasi Keluarga BP4 Yth, Saya salah seorang guru/PNS pada salah satu Madrasah di Aceh Selatan. Saya menikah dengan seorang laki-laki berstatus duda dan juga seorang PNS. Namun demikian saya tidak mengetahui persisi status suami saya yang sebenarnya. Kami sudah tujuh tahun menikah dan sudah dikaruniai 2 orang anak putri dan putra. Saya berdomisili di Aceh Selatan, sementara suami di Bireun dan pulang satu bulan sekali. Itu sudah kami jalani dari awal pernikahan. Saya sangat mencintainya dan percaya penuh padanya. Setelah 3 tahun pernikahan dan sudah dikaruniai seorang buah hati, saya baru mengetahui bahwa suami saya ternyata masih mempunyai istri dan 4 orang anak. Suami tidak setia lahir batinnya dengan saya. Suami suka bergantiganti pacar. Semenjak itulah hati saya mulai tidak tenang dipenuhi rasa cemburu dan saya sudah dibohongi dengan status suami saya. Saya masih bertahan walaupun hati saya sakit dengan kebohongan itu. Pada awal pernikahan saya sudah meminta kepada suami agar mengurus pindah tugas saya ke Bireuen, suami menyetujui tapi tidak mau mengurus kepindahan saya dan saya diminta mengurusnya sendiri. Saya sudah mencoba sampai sekarang peluang itu masih gagal. sekarang suami jarang dalam masa enam bulan pulang sekali dan komunikasi sudah jarang dilakukan. Jika saya telpon sering tidak diangkat dengan berbagai alasan. Dari awal pernikahan, suami tidak memberi nafkah untuk kebutuhan sehari-hari. Saya tetap bertahan demi si buah hati kami. Anak-anak sering menanyakan kenapa ayahnya tidak pulang. Hati saya bertambah hancur mengingat perbuatan suami saya yang sudah tidak peduli. Saya mengatakan kepada suami agar kita berpisah saja karena saya sudah tidak sanggup lagi menjalani hidup sendiri dengan anak-anak tanpa ada suami di samping. Suami tidak menyetujui permintaan saya dan suami tidak berbuat apapun dengan masalah ini. Apakah sikap saya salah meminta untuk berpisah dan apa sebaiknya yang harus saya lakulkan dengan pernikahan saya. Saya tidak mau dimadu tapi di sisi lain saya tetap mencintainya. Terima kasih banyak atas jawabannya 05 Pebruari 2015 Laras (Bukan Nama Asli) Wa’alaikumussalam Wr.Wb. Ibu Laras yang baik, hidup ini diibaratkan seperti laut, sekali airnya meluap, di waktu lain airnya surut. Bahkan bisa berombak karena ditiup angin. Tamsil ini memberi makna bahwa hidup ini sewaktu-waktu tenang, damai, namun di waktu lain menjadi goyah, diliputi berbagai problema, bisa karena anak, isteri, suami, dan bisa juga terjadi karena pihak ketiga (orangtua dan mertua), seperti
Dr. H. Abd. Gani Isa, SH, M.Ag Ketua BP4 Provinsi Aceh
yang saudari alami saat ini. Untuk itu melalui rubrik ini pengasuh menyampaikan beberapa hal baik untuk saudari (sebagai isteri) maupun untuk suami: Pertama, lupakan kesalahan masa lalu, karena tak mungkin lagi kembali seperti saat sebelum menikah, sekarang yang perlu dibuat rencana adalah (a) fokuskan dengan tugas sebagai guru, (b) pikirkan dengan baik pendidikan buat anak-anak, yang masih membutuhkan kasih sayang orangtuanya, (c) disiplin dalam beribadah terutama shalat sertakan do’a kepada Ilahi Rabbi, kiranya selalu dalam lindungan-Nya. Karena bila yang terpikirkan problema rumah tangga terus menerus, maka berakibat bisa menimbulkan stress, depresi dan beragam penyakit lainnya. Kedua, Sudah menjadi sifat perempuan memang tak mau dimadu, namun tak begitu mudah juga meminta cerai. Karena bila seorang isteri meminta cerai tanpa alasan syar’i, ia tak akan dekat dengan bau surga. Islam membuka pintu cerai bila suami “zalim” mengabaikan kewajibannya, baik nafkah lahir maupun batin, dan istripun tak bisa sabar karenanya, atau sebab-sebab lain yang dapat mengancam keselamatan diri dan nyawa, atau bila terus mempertahankan rumah tangga, tak akan memndapatkan kebahagiaan. Namun disarankan selama masih ada cara-cara untuk ishlah, lakukan dengan baik, bisa melalui komunikasi, dialog dan musyawarah, apalagi pengakuan saudari, sebagai isteri yang baik masih sangat mencintainya. Ketiga, Seorang suami, atas dirinya terbebani kewajiban nafkah. Nafkah untuk isteri dan anak-anaknya. Sesuai ketentuan Undang-undang baik UU Nomor 1/1974, dan KHI, seorang suami yang memiliki dua isteri harus berlaku adil. Adil dalam nafkah, maskan dan adil dalam giliran waktu. Seorang suami PNS bila ingin berpoligami terlebih dahulu harus ada izin isteri pertama dan mendapatkan legalitas hukum dari PA/Mahkamah Syar’iyyah, yang menyatakan bahwa yang bersangkutan mampu berlaku adil. Selanjutnya kepada suami disarankan, agar membuktikan dirinya sebagai seorang suami yang “adil”, artinya berikanlah nafkah sesuai kemampuan dan pulanglah sesuai janji dan kesepakatan bersama dengan isteri. Ingat! do’a orang terzalimi tidak akan ditolak Allah SWT. Bila isteri yang terzalimi, dipastikan suami tak akan memperoleh berkah dan kebahagiaan hidup bersama isteri lainnya. Terakhir untuk anda berdua, disarankan agar berpikirlah secara matang dan penuh kedewasaan sebelum mengambil kesimpulan, karena bila keliru dalam mengambil kesimpulan akan menimbulkan penyesalan yang tak ada gunanya. Ingat anak-anak yang masih kecil, dan sangat membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tua. Demikian, semoga bermanfaat!***
Bagi pembaca atau masyarakat yang ingin berkonsultasi tentang keluarga, dapat juga mengirim surat ke alamat Redaksi Majalah Santunan Kanwil Kementerian Agama Aceh, Jl. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh, atau mengirim email ke humasaceh@kemenag.go.id. Terima kasih.
Santunan - I/2015
35
TAFSIR
Mengenal Fakir dan Miskin Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. al-Tawbah [9]: 60).
M Dr. Jabbar Sabil, MA
36
emerhatikan ayat di atas, dapat dipahami bahwa fakir dan miskin adalah dua kelompok yang berhak menerima zakat. Menurut Ibn Manzhur, secara etimologis kata alfaqir merupakan lawan kata al-ghani (kaya) sehingga memiliki kesamaan makna dengan kata al-miskin. Lalu ia mengutip pendapat yang membedakan dan yang menyamakan kata al-faqir dari kata al-miskin (Lisan al-‘Arab, jld. VII, hlm. 138). Al-Syafi‘i dan Hanbali mengatakan fakir adalah orang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan yang mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga lebih buruk dari miskin. Dalam hal ini, Wahbah al-Zuhayli kelihatan cenderung pada pendapat ini, sebab dalam ayat 60 surat al-Tawbah kata fakir lebih dahulu disebut dari kata miskin (Al-Zuhayli. 2005: 279). Berbeda dari al-Syafi‘i dan Hanbali, mazhab Hanafi dan Maliki justru melihat miskin lah yang lebih buruk dari fakir. Penulis menemukan, Ibn ‘Asyur al-Maliki yang telah merekonstruksi teori maqashid malah cenderung mengikuti pendapat ini dalam tafsirnya al-Tahrir wa al-Tanwir tanpa penjelasan memadai (Ibn ‘Asyur, jld. X, 1984: 235). Kiranya sikap ini menunjukkan kecenderungan mengikuti pendapat mazhab pada saat tarjih secara semantik (dilalah) tidak bisa dilakukan. Bagi penulis, dalam hal ini sikap moderat (tawasuth) telah dicontohkan oleh al-Qurthubi. Ia mengatakan bahwa pendapat yang menyatukan ontologi fakir dan miskin lebih dekat dengan kebenaran. Adapun lahiriah teks secara semantik (dilalah) menunjukkan bahwa kedua senif itu berbeda secara epistemologis, yaitu tingkat kebutuhan yang satu lebih besar dari yang lain (AlQurthubi, jld. VIII, t.th.: 144.). Sekilas pendapat ini terkesan kontradiktif, sebab bagaimana mungkin fakir dan miskin dinyatakan satu padahal Alquran membedakan keduanya? Masalah ini penulis dekati dengan penalaran kausasi (ta‘liliyyah) agar dapat melakukan abstraksi (tashawwur).
Penalaran ta‘lili berangkat dari komformitas (munasabah/kesesuaian) antara ketetapan hukum dengan objek hukum. Dalam hal ini, hak menerima zakat merupakan hukum (sebagai predikat dalam proposisi, yaitu ibahah/mubah), sedangkan fakir dan miskin adalah objek hukum (subjek dalam proposisi, yaitu al-mahkum bih). Proposisinya berbunyi: “Fakir dan miskin adalah orang yang mubah/boleh/berhak menerima zakat.” Perlu digarisbawahi bahwa al-mahkum ‘alayh yang dibebani taklif adalah amil atau muzakki. Hubungan antara hukum dengan objek hukum menunjukkan adanya komformitas (al-ma‘na al-munasib), yaitu kesesuaian antara hukum dengan objek hukum yang berlaku sebagai al-‘illah berupa kebutuhan (al-hajah). Namun al-‘illah di sini menjadi qashirah (tidak bisa digunakan untuk memperluas hukum [ta‘diyyat al-hukm] melalui kias), sebab penerima zakat ditentukan secara determinan (tawqifi) dalam ayat. Meski tidak bisa untuk kias, tetapi ma‘na munasabah ini bisa digunakan untuk mendefinisikan senif-senif itu, sebab ia berlaku bagi kedelapan senif yang disebutkan dalam ayat 60 di atas. Saat hendak mendefinisikan (ta‘rif) masingmasing senif, diperlukan ketuntasan di ranah ontologi (mahiyyah) untuk sampai pada predikabel (menentukan genus [jins], diferensia [fashl], aksidensia [‘aradh], spesies [naw‘], proporium [khash]). Pada tataran ini ditemukan bahwa ontologi fakir dan miskin adalah memiliki kebutuhan (al-hajah) yang sama, yaitu kebutuhan di ranah homeostatik (kebutuhan dasar). Ini jelas berbeda dengan kebutuhan pada amil, muallaf, budak, garim, sabilillah, dan ibn sabil yang ontologi kebutuhannya adalah sekunder. Dengan demikian, kebutuhan fakir dan miskin adalah sama secara ontologis, yaitu sama-sama kekurangan pada kebutuhan homeostatic (meminjam istilah Abraham Maslow). Melihat persamaan ontologi kebutuhan ini,
ditambah dengan adanya kekaburan dalam pendekatan semantik (dilalah), maka pembedaan oleh Alquran harus dilihat secara epistemologis (kayfiyyah). Penulis yakin pendekatan semantik dan sintaksis tidak bisa memberi solusi (murajjih) bagi pertentangan dua pendapat di atas. Dari itu diperlukan pendekatan baru yang holistik dengan menerapkan teori sistem. Teori sistem memberi paradigma holistik bagi para peneliti, sebab sebuah sistem terbuka bagi unit-unit yang berbeda dimensi tapi bersatu dalam tujuan. Dalam kasus ini, fakir dan miskin adalah sama dalam dimensi ontologis (mahiyyah), tapi berbeda dalam dimensi epistemologis (kayfiyyah). Tanpa kesadaran atas teori sistem, persamaan dan perbedaan fakir dengan miskin hanya dilihat dari satu perspektif/dimensi saja, maka kontradiksi tidak terhindarkan. Padahal ketika ditempatkan dalam dimensi masing-masing, keduanya tidak kontradiktif, bahkan saling melengkapi secara aksiologis (ghayah), yaitu jika dilihat dari kacamata tujuan syariat (maqashid al-syari‘ah). Sifat saling melengkapi ini semakin tegas saat menerapkan kaidah dari teori maqashid tentang pertingkatan maqashid. (Al-Yubi. 1998: 449.). Taklif syariat kembali kepada pemeliharaan maqashid al-syari‘ah pada makhluk, dan maqashid ini terbagi tiga, pertama dharuriyyah, kedua hajiyyah, dan ketiga tahsiniyyah. Berdasarkan kaidah ini, maka pembedaan antara fakir dan miskin dalam ayat harus dipahami sebagai maksud al-Syari‘ yang hendak memilah ‘jatah’ kelompok yang kebutuhan homeostatiknya (basic need) di tingkat primer (dharurah) dengan yang di tingkat sekunder (hajiyyah). Namun untuk dapat membuat definisi yang membedakan keduanya diperlukan langkah lain di ranah linguistik. Jika kata fakir dan miskin tidak bisa dibedakan maknanya secara semantik dalam arti konvensi linguistik (wadh‘ lughawi), maka cara pandang al-Qurthubi patut diterima, bahwa kedua kata ini berbeda dalam terminologi syarak (wadh‘ syar‘i). Cara pandang ini merupakan penerapan paradigma holistik (menyeluruh dan komprehensif) yang moderat (tawasuth), sebab paradigma linguistik justru menjebak pikiran dalam keterbatasan linguistik. Misalnya Ibn ‘Asyur, ia hanya terpikir tentang kemungkinan penyebutan kata “masakin” sebagai penguat (ta’kid) bagi kata “fuqara’” (karena kata “masakin” disebut setelah kata “fuqara’”). Ia tidak bisa keluar dari asumsi linguistik bahwa kata “fuqara’” dan “masakin” itu sama artinya. Lalu
Santunan - I/2015
...pembedaan antara fakir dan miskin dalam ayat harus dipahami sebagai maksud al-Syari‘ yang hendak memilah ‘jatah’ kelompok yang kebutuhan homeostatiknya (basic need) di tingkat primer (dharurah) dengan yang di tingkat sekunder (hajiyyah).
penyebutan kedua kata itu secara berdampingan pastilah sebagai ta’kid, kalau tidak ia akan berarti kesia-siaan. Padahal kesiaan adalah mustahil dalam Alquran. Berdasarkan paradigma holistik-moderat (menyeluruh dan pertengahan), adanya terminologi syarak (wadh‘ syar‘i) yang lepas dari konvensi linguistik (wadh‘ lughawi) bisa diterima akal. Ini berarti seseorang telah keluar dari paradigma linguistik, sehingga keberadaan terminologi syarak di luar konvensi linguistik tidak dianggap sebagai kontradiksi. Maka kedua kata itu harus dianggap sebagai terminologi khusus secara syar‘i sebagaimana bunyi kaidah ushuliyyah (Al-Najjar. 2013: 310). Apabila ditemukan sebuah lafaz (spesifik) dalam khithab al-Syari‘, maka ia harus dipertanggungkan atas referensi terminologi syar‘i itu sendiri. Memerhatikan kaidah ini, dapat disimpulkan bahwa pemaknaan kata fakir dan miskin tidak bisa disorot dari aspek konvensi linguistik (wadh‘ lughawi) saja. Melihat kata “fuqara’” dan “masakin” sebagai terminologi khusus syariat, maka urutan yang mendahulukan kata “fuqara’” dari “masakin” dapat diduga ada pengaruhnya. Sebab tidak jarang al-Syari‘ menjadikan urutan sebagai hal penting dalam ayat Alquran, misalnya urutan dalam wuduk. Maka ini menjadi proposisi universal (qadhaya jumaliyyah), yaitu kaidah umum yang dapat diterapkan pada objek yang didiskusikan pada tulisan ini. Maka dapat disimpulkan bahwa fakir lebih buruk dari miskin, dari itu dapat dibuat definisi berikut: 1. Fakir adalah orang yang mengalami krisis kebutuhan homeostatik pada tingkat dharurah. 2. Miskin adalah orang yang mengalami krisis kebutuhan homeostatik pada tingkat hajiyyah. Kedua kelompok orang ini harus dibantu, maka pemilahan ‘jatah’ bagi keduanya dalam penyaluran zakat lebih dapat mewujudkan maslahat. Jika pada suatu waktu kelompok fakir lebih sedikit dari miskin, maka bantuan untuk mereka lebih besar, dan ini cukup pantas kerena mereka mengalami kekurangan pada tingkat primer (dharurah). Sebaliknya jika pada suatu masa kelompok fakir lebih banyak dari miskin (misalnya akibat bencana alam), maka zakat bisa diarahkan untuk satu senif saja. Wallahu a‘lam.*** 37
RESENSI
Agar Karakter Anak Lebih Terpola
Judul Buku: Mendidik Karakter dengan Karakter Penulis: Ida S Widayanti Penerbit: Arga Tilanta, Jakarta Cetakan: Kedua, September 2012 Tebal: xlv + 142 halaman
Tentang Penulis Ida S. Widayanti, tinggal di kawasan Cibubur bersama suaminya Dadang Kusmayadi. Pernah kuliah di Politeknik ITB, Sastra UNPAD, Teknik Mesin ITB. Selama 12 tahun menjadi dosen Politeknik ITB. Kini bekerja di ESQ Leadership Center sebagai Pemimpin Redaksi ESQ-News. com dan Staf Ahli Predir ESQ LC. Ida S. Widayanti sangat concern terhadap dunia pendidikan dan pengasuhan anak (parenting). Secara rutin selama 12 tahun menjadi penulis tetap rubrik Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah. Buku-buku yang pernah ditulisnya antara lain; Belajar Bahagian Bahagia Belajar (Arga Publising, 2008). Bahagia Mendidik Mendidik Bahagia (Arga Publishing, 2009), Mengapa Surga di Telapak Kaki Ibu (Arga Publishing, 2010 sebagai co-writer), Untuk Anakanakku, Masyarakat, & Dunia (Arga Publishing, 2008 sebagai co-writer), 9 Pilot Mencari Tuhan (Arga Publishing, 2008), Mendidik Karakter dengan Karakter (Arga Publishing, 2012). Ulasan Buku Buku “Mendidik Karakter dengan Karakter” merupakan serial dari dua buku sebelumnya, Belajar Bahagia, Bahagia Belajar dan Bahagia Mendidik, Mendidik Bahagia. Buku ini merupakan kumpulan tulisan yang dimuat di rubrik Jendela Keluarga majalah Suara Hidayatullah. Rubrik yang diasuh Ida S. Widayanti ini memuat kisah keseharian keluarga. Satu hal yang menarik dalam buku ini, ketika sepenggal bait lagu Michael Jackson berjudul Childhood menjadi pembuka yang menggugah di bagian satu; “Have you seen my Childhood? I'm searching for the world that I come from Cause I've been looking around In the lost and found of my heart... No one understands me” Lagu ini tentu saja bercerita tentang masa kecil sang Pop Star dunia tersebut yang menghabiskan masa kecilnya dengan berlatih dan pementasan yang membuatnya tidak mempunyai cukup waktu untuk bermain sebagaimana layaknya anak-anak yang lain. Jacko -panggilan akrabnya- tak pernah punya masa kecil yang bahagia. Ia tumbuh menjadi sosok pencari kebahagiaan pada akhirnya. Sehingga dia membangun Neverland (sebuah taman bermain
38
impian), merombak wajahnya dan melakukan apa saja yang disukai dengan uang yang diperoleh. Namun kenyataannya, dia tetap merasa hampa tanpa kebahagiaan yang hakiki. Maka penulis buku ini pada halaman 8 menyebutkan bahwa, kebahagiaan masa kecil tampaknya sepele, namun sungguh sangat penting. Rasulullah SAW adalah contoh teladan ketika beliau memperlama sujud untuk memberi kesempatan kepada Hasan dan Husein bermain di atas punggungnya. Buku ini ditulis dengan gaya bahasa yang sederhana namun menyentil. Itulah kesan yang dapat dirasakan saat membaca setiap penggalanpenggalan kisahnya. Ida S. Widayanti telah menyajikan bacaan bagi pendidikan anak dalam keluarga dengan cara yang sederhana melalui kisah-kisah keseharian, seperti belajar dari apapun yang ia lihat, dengar, raba, cium, dan rasakan. Hal ini dapat mendorong setiap orang tua untuk menciptakan lingkungan terbaik bagi anakanaknya. Anak sebagai generasi penerus merupakan aset yang mendasar bagi perjalanan sebuah peradaban manusia. Membangun anak berkarakter menjadi sebuah syarat bagi kelanjutan peradaban. Buku Mendidik Karakter dengan Karakter menampilkan sebuah potensi bagi kehebatan anak yang sering dilupakan, bahwa anak memiliki ruang yang tak terbatas dalam dirinya untuk menyerap berbagai macam pengetahuan dari kehidupan di sekitarnya. Pembahasan tentang “bersyukur” pada Bagian Dua (angka tujuh) menyuguhkan bahasan yang menarik dengan menawarkan fakta sehari-hari ketika kebiasaan yang dialami orang tua bersama anak-anak mereka. Seperti bagaimana seharusnya orang tua menjelaskan rasa bersyukur kepada anak lewat perjalanan sepiring nasi yang terhidang di meja makan. Jika anak memahami betapa panjang proses nasi hingga terhidang di atas meja, ia tentu tidak akan menyia-nyiakan sepiring nasi yang ada dihadapannya. Di Bagian Empat disajikan “Pentingnya Mendengarkan”, yang mengisahkan tentang seorang ibu yang pada masa kecilnya harus menempuh perjalanan 60 km bersama ketiga saudaranya untuk pergi ke Sekolah Dasar, karena rumah tinggal mereka jauh di sebuah perkebunan di Jawa Timur. Namun semua kelelahan mereka terasa lenyap ketika pulang mereka disambut dengan hangat oleh ibunya di halaman rumah,
Juhaimi Bakri Sistim Informasi pada Bidang PAI Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh.
bagaikan tamu agung. Lalu ibunya dengan antusias mendengarkan setiap cerita anak-anaknya ibarat berita yang sangat penting. Kisah ini sederhana dan setiap orang tua mengalaminya. Namun sebenarnya tidak sederhana. “Didengarkan� adalah bagian dari kebutuhan anak. Jika di rumah anak-anak tidak mendapat tempat untuk curhat, maka mereka akan mencarinya di luar bersama teman-temannya. Ini yang sering diabaikan orang tua karena factor kesibukan. Padahal hasil riset menunjukkan remaja yang diberikan kesempatan berbicara dengan orang tua mereka akan memiliki daya tahan mental lebih baik terhadap lingkungan negatif. Banyak sekali dari anak-anak pelajaran penting yang dapat kita pelajarai. Kejujuran, kecerdasan, kelugasan, keberanian, kasih sayang, semangat pantang menyerah dan cinta menjadi aspek fitrah yang pasti dimiliki oleh setiap anak. Sedangkan jika ada anak yang tumbuh dengan tanpa hal-hal tersebut maka yang perlu dipertanyakan yakni lingkungan di mana sang anak berada. Buku ini dicetak pertama kali pada Februari 2012 dan kedua pada September 2012. Sangat layak menjadi bacaan di waktu senggang sambil menunggu buah hati pulang serta untuk
mengulang kembali memori lama yang telah hilang. Dengan membaca dan meresapi setiap kisahnya, pembaca dibawa pada sebuah cermin besar yang merefleksikan diri pada perilaku dalam keseharian bersama anak. Akhirnya semua kita sepakat bahwa anak dan keluarga adalah madrasah pertama penentu keberhasilan sebuah peradaban. Anak-anak mendapatkan pelajaran pertamanya dari orangtua dan keluarga. Seberapa keras kerja guru di sekolah, orangtua adalah cermin pertama tempat anakanak menatap diri. Bagaimana orangtua bersikap dan berbicara akan menjadi tolok ukur bagi anakanak nantinya. Mendidik karakter anak dengan karakter adalah sebuah jawaban bagi kebutuhan tersebut. Sehingga kita tidak akan mendengar penyesalan akhir anak kita, seperti terjemahan lirik lagu childhood, Michael Jackson; Sebelum anda menilai diriku Berusaha keras untuk mencintaiku Lihatlah kedalam nuranimu, lalu meminta Pernahkah anda melihat childhood (masa kecil) saya? ~ (Childhood-Michael Jackson). ***
Jika anak memahami betapa panjang proses nasi hingga terhidang di atas meja, ia tentu tidak akan menyianyiakan sepiring nasi yang ada di hadapannya.
Anak-anak bermain selonjoran di RA Buntul Siri, Kebayakan, Aceh Tengah. Khairul Umami/inmas
Santunan - I/2015
39
SISI LAIN
40
Sejumlah pengungsi etnis Rohingya yang terdampar dalam kondisi memprihatinkan di kuala Langsa, Jumat (15/5) memperoleh bantuan dari masyarakat setempat. Fakhrurradzie/acehkita.com
Santunan - I/2015
41
MADRASAH
Madrasah Penghasil Khattat oleh Alfirdaus Putra
Alfirdaus Putra
Madrasah Ibtidaiyyah Cot Gue dikenal sebutannya, dinisbatkan atas nama daerah tempat berdirinya madrasah ini, Cot Gue – Lam Kawee Kecamatan Darul Imarah. Madrasah Ibtidaiyyah yang berdiri dua tahun setelah kemerdekaan Indonesia ini pada awalnya merupakan Sekolah Rakyat
Indonesia (SRI) yang dibangun oleh Tgk. Ibrahim Ismail, tokoh Kuta Karang ketika itu , bersama para tokoh masyarakat lainnya untuk mendidik bagi putra putri bangsa dalam menyiapkan generasi pengisi kemerdekaan setelah diproklamirkan beberapa waktu sebelumnya. “Madrasah ini dulunya hanya
berdinding “bak meuria” (batang rumbia) ketika saya masih bersekolah di sini,” jelas Yusniati S.Pd.I. salah seorang guru mata pelajaran Qur’an Hadist yang merupakan salah satu alumni madrasah ini tahun 1971. Madrasah yang dipimpin oleh Amatan Azizah, S.Ag ini terus membenah diri baik dari
Kaligrafi dan Tahsin Qur’an Jadi Program Unggulan
Amatan Azizah. [Alfirdaus Putra]
“Madrasah ini pernah melahirkan khattat (red-ahli kaligrafi) berprestasi hingga tingkat provinsi dulunya,” tegas Amatan Azizah dengan penuh 42
keyakinan dan harapan. Kepala Madrasah ini menyebutkan beberapa alumni tenar di bidang kaligrafi yang pernah mengecap pembalajaran di madrasah itu. Diantaranya Ustaz Saifullah Reyeuk, Ustaz Yani, Ustaz Muhammad Ridha hingga Ustaz Mursalin dan Ustaz Tarmizi. Amatan Azizah nama lengkap beliau, Pendidikan Agama Islam IAIN Ar-Raniry almaternya. Lahir di Lhoknga 52 tahun silam, 08 Juni 1963 tepatnya. Sejak februari 2014 beliau menjadi nahkoda di Madrasah Ibtidaiyyah Cot Gue setelah sebelumnya menjadi Kepala MIN Lhoknga di kampong asalnya. Anak ketiga dari pasangan Muhammad Juned dan Abbasiyah ini berkeinginan
besar untuk memajukan MIN Cot Gue menjadi madrasah unggul yang mampu mengahasilkan putra putri cerdas nan bermanfaat bagi agama dan bangsa sebagaimana cita cita pendiri madrasah ini. Dalam mewujudkan impiannya, sang nakhoda ini ingin mencoba membuka kembali sejarah daerah Kuta Karang dan Cot Gue sebagai penghasil kaligrafer dengan program unggulan pembinaan kaligrafi dan tahsin qur’an di madrasah ini. Pilihan tahsinul qur’an menurut beliau adalah agar anak-anak muslim Aceh tidak buta Alquran ketika enam tahun menyelesaikan pembelajaran ibtidaiyyah di madrasah ini.
peningkatan infrastruktur maupun sumber daya gurunya. Ruang kelas yang nyaman, perpustakaan, kantin, dan laboratorium terus disempurnakan demi kenyamanan proses transfer ilmu di madrasah yang berada di atas bukit kecil daerah Kuta Karang ini. Dengan tekad semangat penuh keikhlasan dari para guru dan didukung oleh peran serta orang tua murid, masyarakat, dan pemerintah MIN Cot Gue telah berkembang dengan pesat. Madrasah ini telah dipercaya masyarakat untuk mengelola amanah orang tua dari 674 murid dengan 32 rombongan belajar. Kerja keras dari 28 guru dan karyawan MIN Cot Gue telah menempatkan madrasah ini sejajar dengan sekolah-sekolah unggulan di Kabupaten Aceh Besar baik dibidang prestasi akademis maupun non akademis. Para siswa berhasil unjuk prestasi di aneka perlombaan, tak heran jika pada setiap kegiatan adu prestasi di berbagai tingkatan, MIN Cot Gue selalu terdaftar sebagai pengukir prestasi gemilang. Sebut saja tartil qur’an, kaligrafi, rangking satu, qasidah rebana hingga sepak bola dan estafet, MIN Cot Gue selalu menjadi penantang utama bagi madrasah dan sekolah lainnya di tingkat kabupaten hingga Provinsi Aceh. Berbagai prestasi yang luar biasa dari madrasah ini terus dipupuk tidak hanya dengan kegiatan rutinitas belajar mengajar saja, akan tetapi pihak madrsasah, memberi support langsung dengan melakukan pembinaan-pembinaan di berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Tercatat dari hasil bincangbincang Santunan dengan Kepala Madrasah dan beberapa guru serta profil madrasah yang ada, MIN Cot Gue memiliki kegiatan non formal berupa pembinaan seni suara, seni musik, seni lukis, seni tari, pidato, rebana,
Alfirdaus Putra
Alfirdaus Putra
hingga tim sepak bola. Madrasah ini juga mengadakan perlombaan antar kelas secara rutin sebagai persiapan dan pelatihan mental bagi para siswa untuk mengikuti perlombaan yang lebih tinggi di tingkat Kabupaten hingga Provinsi. Rebana, khat/kaligrafi dan tartil menjadi unggulan yang semakin berkembang yang
senantiasa mengukir prestasi hingga tingkat provinsi yang menghasilkan para seniman, khattat dan qari, diantaranya mereka pernah menjadi juara 3 qasidah rebana dan juara 3 kaligrafi untuk tingkat provinsi serta juara 3 tartil qur’an kanak kanak pada MTQ Aceh Besar di Samahani beberapa waktu yang lalu. ***
PR E STAS I 2015
Juara 2 Tartil Quran MTQ XXXII Aceh Besar Juara 3 kaligrafi se Banda Aceh – A. Besar Abu Lam U Juara 1 rangking I se Banda Aceh – Aceh Besar Abu Lam U
2014
Juara 3 kaligrafi Porseni Prov. Aceh Juara 1 Nurul Fikri Cup Juara 1 lomba azan se Aceh Besar Juara 1 kaligrafi Porseni Aceh Besar Juara 3 rebana Porseni Aceh Besar Juara 3 busana muslimah Porseni Aceh Besar
2013
Juara 2 baca puisi se Aceh Besar Juara 2 Olimpiade Agama se Aceh Besar Juara 1 baca puisi se Aceh Besar Juara 3 Rangking I se Aceh Besar
Santunan - I/2015
Nama : Faiz Muzaffar Lahir : Teubalui, 17 Januari 2004 Ayah/Ibu : M. Ridha dan Khairani Kelas : V-1 Cita-cita : Astronot Prestasi : Juara 3 Kaligrafi Porseni Prov. Aceh Juara 1 Kaligrafi Porseni A. Besar Juara IV Kaligrafi TPA se Aceh Besar Juara 3 Kaligrafi se A. Besar - B. Aceh Nama : Hasan Al Banna Lahir : Lampeuneurut, 21 Oktober 2005 Ayah/Ibu : Bukhari, S.Ag. dan Nasruna Kelas : IV-1 Cita-cita : Pilot Prestasi : Juara 3 Tartil MTQ Aceh Besar Juara 3 Tartil Yayasan Raudhatul Quran se Aceh Juara 3 Tartil MTQ Abu Lam U se B. Aceh - A. Besar 43
TEKNO
Qiblat Tepat via Android oleh Alfirdaus Putra
Anda umat muslim yang kerap berpergian diluar daerah? tentunya shalat lima waktu tidak akan tertinggal dong! Nah, mungkin yang menjadi permasalahan adalah anda tidak akan selalu mengetahui arah kiblat yang tepat untuk shalat, terlebih jika daerah yang dikunjungi terasa asing dan memang berada di area wilayah yang sangat jauh dan belum pernah anda kunjungi. Perkembangan ilmu bumi, matematika, perbintangan, dan komputer sudahlah sangat maju. Saat ini sudah ada teknologi GPS (Global Positioning System) yang dapat menentukan posisi di muka bumi hampir tepat. Terlebih lagi perkembangan Informasi Teknologi (IT) tidak lagi hanya berbasis Personal Computer (PC) akan tetapi sudah menjalar ke dunia smartphone. Smartphone android menjadi pilihan tepat untuk tahu kemana arah seharusnya kita menghadap dalam shalat melalui berbagai aplikasi yang tertanam di dalamnya. Nah, sahabat Santunan, kali ini Santunan akan mengupas tuntas penentuan arah kiblat menggunakan mobile yang berbasis android. Langkah pertama pastikan smartphone anda sudah terkoneksi dengan internet baik menggunakan wifi maupun paket data. Coba ketikkan kata kunci qibla atau compas di playstore, akan muncul beberapa aplikasi untuk menentukan arah mata angin dengan menggunakan kompas, atau langsung arah kiblat jika sahabat Santunan mendownload aplikasi qibla. Semua aplikasi tersebut menggunakan teknologi GPS. Ada beberapa kelebihan & kekurangan bagi tiap-tiap aplikasi. Silahkan di download dan dicoba sendiri. Setelah menginstal aplikasi kiblat atau kompas sebaiknya pastikan posisi “pasti� anda dengan mengaktifkan GPS handphone androidnya. Setelah posisi pasti anda ketemu di google latitude atau menggunakan google maps atau boleh juga menggunakan aplikasi gpscompass (biasanya kegiga aplikasi tersebut adalah bawaan google, dapat dipastikan itu adalah lokasi anda sekarang (toleransi pergesaran ada sih.. yah paling maksimal radius 50 m). Pentingnya menentukan posisi ini adalah agar smartpohone sahabat Santunan tepat mendeteksi posisi kita berada sekarang. Jadi jangan sampai kita berada di Banda Aceh tetapi smartphone kita menunjukkan kita sedang berada di Bireuen, bias runyam arah kiblat kita, hehehehe. Oh iya, jangan lupa kalau mau pendeteksian lokasi kitanya lebih presisi lagi, lakukan pendeteksian di ruangan terbuka dimana langit terlihat jelas Selanjutnya setelah posisi kita terdeteksi, hidupkan langsung aplikasi kompas atau kiblat yang telah di download tadi. Bagi sahabat Santunan yang menggunakan kompas yang hanya menunjukkan arah yang dimulai dari 0 s/d 360 derjat, maka arahkan arah smartphone anda hingga menunjukkan angka 292 bagi anda berada di Banda Aceh, untuk daerah lain bervariasi antara 292 s/d 293 untuk wilayah Aceh. Sedangkan bagi sahabat Santunan yang menggunakan aplikasi kiblat kompass maka sahabat Santunan tidak perlu menentukan angka tersebut untuk arah kiblat, tetapi cukup mengarahkan jarum di kompas anda mengikuti arah kiblat yang telah ada di bagian depan 44
smartphone sahabat Santunan. Beda aplikasi terkadang beda pula logo kiblat yang dibuat, terkadang tulisan kiblat, terkadang pula gambar ilustrasi ka’bah, bahkan terkadang pula dengan menggunakan tanda jarum dan panah yang langsung menunjuk ke kiblat. Dari beberapa aplikasi kompas dan qiblat, penulis selama ini sering menggunakan qibla compass yang berlogo bulan dan bintang untuk menentukan arah kiblat, selain akurasinya tepat, qibla compass juga menentukan jarak dari posisi kita sekarang ke ka’bah ditambah lagi dengan jadwal waktu shalat yang juga sudah include di dalamnya. Hebat kan..!!?? Tapi perlu di ingat bahwa ketika sinyal lemah, GPSnya juga berkurang akurasinya. penulis pernah coba cek ketika berada di daerah Aceh Tamiang, posisi penulis berada di KUA Karang Baru, akan tetapi karena sinyalnya cuma satu garis maka dalam peta ditunjukkan bahwa penulis berada 1 km ke sebelah utaranya, di dalam persawahan. Nah sinyal smartphone juga berpengaruh lho, walaupun tidak signifikan, jadi aplikasi kiblatpun masih bisa diandalkan, apalagi tidak ada media lainnya. Nah, bagi anda yang punya smartphone android, praktis kan?. Ayo coba!***
KESEHATAN
Kulit Sehat dengan Wudhu oleh Amwar Citra Hutabarat
Kulit manusia mempunyai beberapa lapisan yang fungsi utamanya sebagai pembungkus tubuh, pada lapisan Epidermis adalah sebagai lapisan perlindungan tubuh dari berbagai ancaman kuman, racun, radiasi juga mengatur suhu tubuh, sebagai penyekat, peraba dan penyerap. Hal tersebut dijelaskan oleh Dr. Balqis, dokter pada puskesmas Lampupok Indrapuri. Dia juga menjelaskan bahwa untuk menjaga kulit berfungsi dengan baik, terjaga dari berbegai infeksi kuman dan penyakit kulit lainnya maka kebersihan dan kesehatan kulit mutlak harus diindahkan, dengan menjaga pH (red-derajat keasaman) dan kelembaban kulit. “Jika kulit kering, akan sangat berbahaya bagi kesehatan kulit dan sangat mudah terinfeksi kuman. Penyakit kulit seperti panu, kudis, jerawat dan lainnya, walau tidak parah, tetapi sangat rentan dan sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari,” jelas dr. Balqis. Penyakit-penyakit kulit tersebut umumnya terjadi disebabkan oleh kurangnya perilaku kesehatan yang baik dan tidak memperhatikan lingkungan. Untuk itu dari sekarang cobalah lebih memperhatikan gaya hidup yang sehat. Menurut Dr. Balqis, bagi ummat islam, wudhu adalah suatu hal yang biasa di lakukan, tapi banyak juga yang belum mengerti dan faham bahwa wudhu sangat bermanfaat untuk kesehatannya. Wudhu yang dilakukan dalam sehari semalam minimal lima kali, ternyata apabila kita lakukan dengan sempurna sangat bermanfaat untuk kebaikan dan kesehatan kita. Wudhu mampu merangsang pusat syaraf dalam tubuh manusia. Karena keselarasan air dengan wudhu dan titik-titik syaraf, kondisi tubuh senantiasa akan sehat. “Jadi apabila kita menghendaki manfaat kabaikan dari wudhu maka lakukanlah berwudhu dengan sempurna, sebab segala sesuatu apabila di lakukan dengan sempurna maka InsyaAllah akan menghasilkan yang maksimal,” jelasnya. Firman Allah dalam al-Qur'an: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan shalat, maka cucilah wajah-wajah kalian dan tangan-
Santunan - I/2015
tangan kalian sampai dengan siku, dan usaplah kepala-kepala kalian dan (cucilah) kaki-kaki kalian sampai pada kedua mata kaki.” (QS. Al-Maidah: 6) Membasuh kedua telapak tangan Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Laqith bin Shabrah, katanya, “Saya telah menemui Nabi Shallallahu'alaihiwasallam lalu beliau bersabda: "Jika kamu berwudlu maka silangilah jari-jari."( Imam Ahmad Hadits No 15786). Secara medis perintah diatas sangat bermakna, ternyata di bagian itulah berjalan serabut saraf, arteri, vena, dan pembuluh limfe. Penggosokan daerah sela–sela jari itu memperlancar aliran darah perifer (redterminal) yang menjamin pasokan makanan dan oksigen. WHO, PBB dan Organisasi kesehatan lainnya mengkampanyekan tanggal 15 Februari menjadi hari cuci tangan dunia, padahal umat Islam sudah membudayakan sejak abad ke-14 yang lalu. Kuman penyebab flu, diare, cacingan, hepatitis A menempel di tangan. Berkumur Berkumur berarti membersihkan rongga mulut. Sisa makanan sering mengendap atau tersangkut di antara sela gigi yang jika tidak dibersihkan (dengan berkumur-kumur atau menggosok gigi) akan menjadi mediasi pertumbuhan kuman. Berkumur dapat menjaga mulut dan tenggorokan dari radang dan menjaga gusi dari luka. Manfaat lainnya yang juga penting adalah menguatkan sebagian otot-otot wajah dan menjaga kesegarannya. Istinsyaq Istinsyaq adalah menghirup air melalui lubang hidung lalu ke rongga hidung sampai ke tenggorokan hidung (nasofaring). Hadist riwayat Muslim dari Abu Hurairah ra. berkata, “Rasulullah SAW bersabda: Apabila salah seorang dari kamu berwudhu, maka hiruplah air dengan lubang hidung, kemudian hembuskanlah”. Dengan istinsyaq dapat membersihkan selaput dan lendir hidung yang telah
tercemar oleh udara kotor dan kuman, maka hidung bersih dan bebas dari debu, bakteri dan mikroba dan terbebas dari radang dan bakteri, dan ini mencerminkan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Membasuh Wajah dan Kedua Telapak Tangan Wajah dan kedua telapak tangan menjadi tempat yang ideal untuk berkembang biaknya bakteri. Membasuh wajah dan kedua telapak tangan sampai ke siku memiliki manfaat dalam menghilangkan debu, mikroba dan bakteri penyebab masalah kulit wajah, seperti jerawat, komedo. Mengurangi depresi pada wajah, membantu peremajaan kulit, serta membantu kulit untuk bernafas yang sebelumnya tertutup oleh debu atau balutan make up. Membasuh sebagian rambut dan kedua telinga Membasuh sebagian rambut berarti mengusap sebagian kepala dengan air terutama pada ubun-ubun. Dengan mengusap sebagian kepala dapat membuat otak kita menjadi jernih dalam berpikir, mempertajam ingatan, mencegah kerontokan rambut dan terhindar dari penyakit pikun. Karena pada area tersebut terdapat titik-titik yang berhubungan dengan otak dan syaraf manusia. Dilanjutkan dengan membasuh kedua telinga berarti membersihkan kedua telinga dari kotoran, debu dan kuman yang menempel pada daun telinga dan lekukanlekukannya. Membasuh dan menggosoknya dapat merangsang titik pendengaran dan keseimbangan tubuh. Membasuh Kedua Telapak Kaki Membasuh kedua telapak kaki dengan memijat secara baik dapat mendatangkan perasaan tenang dan nyaman, karena telapak kaki merupakan cerminan seluruh perangkat tubuh. Orang yang berwudhu seakan-akan memijat seluruh tubuhnya satu-persatu, padahal ia hanya membasuh kedua telapak kakinya dengan air dan memijatnya dengan baik. *** 45
SAINS abbasvirjee/pinterest
Istiwa A‘zham,
Waktunya Koreksi Arah Kiblat oleh Alfirdaus Putra
M
Ingat tanggalnya!
engukur kiblat dengan matahari? Kenapa tidak! Peredaran matahari jika dilihat dari bumi akan selalu berpindah sebesar 23,5 derjat ke utara pada bulan Maret hingga September dan 23,5 derjat ke utara pada bulan sebaliknya. Ketika matahari bergerak ke Utara dengan posisi ka’bah yang berada pada 210 25‘ lintang utara, maka otomatis pada waktu tertentu matahari akan terada tepat diatas ka’bah. Saat inilah nilai azimuth matahari sama dengan nilai azimuth lintang geografis sebuah tempat. Maka di tempat tersebut terjadi istiwa a‘zham atau persinggahan utama. Peristiwa ini juga disebut rashdul qiblah, yaitu bayang bayang benda waktu
1. Tanggal 27 Mei (Tahun Kabisat) Saat di Mekah Matahari di puncak langit Ka’bah (Dzuhur)) Jam 12.17.52 Waktu Saudi, di Aceh pada saat itu jam 16.17.52 WIB. 2. Tanggal 28 Mei (Tahun Basithah) Saat di Mekah Matahari di puncak langit Ka’bah (Dzuhur) Jam 12.17.59 Waktu Saudi, di Aceh pada saat itu jam 16.17.59 WIB. 3. Tanggal 15 Juli (Tahun Kabisat) Saat di Mekah Matahari di puncak langit Ka’bah (Dzuhur) Jam 12.26.42 Waktu Saudi, di Aceh pada saat itu jam 16.26.42 WIB. 4. Tanggal 16 Juli (Tahun Basithah) Saat di Mekah Matahari di puncak langit Ka’bah (Dzuhur) Jam 12.26.48 Waktu Saudi, di Aceh pada saat itu jam 16.26.48 WIB. Tahun kabisat bulan februari berjumlah 29 hari sedangkan bashitah bulan februari 28 hari.
46
itu adalah bayang bayang kiblat. Dalam satu tahun Masehi, matahari dua kali singgah di atas ka’bah. Namun sepertinya masyarakat awam tidak banyak tahu tentang peristiwa ini meskipun pengetahuan ini sudah tua umurnya. Peristiwa ini terjadi pada 28 Mei, tepat pukul 12, 18 waktu mekkah dan 16 juli pukul 12.27 waktu mekkah. Bila di tahun kabisat, peristiwa ini akan terjadi pada 27 Mei dan 15 Juli. Tahun kabisat secara umum diartikan sebagai tahun yang habis dibagi 4, namun untuk abad baru (..., 1900, 2000, 2100, ...) mesti juga habis dibagi 400. Tahun ini jumlah harinya sebanyak 366, bukan 365, yang ditandai dengan adanya penambahan tanggal 29 pada bulan februari.***
Teknik Penentuan Arah Kiblat menggunakan Istiwa Utama 1. Tentukan lokasi masjid/mushalla/ langgar atau rumah yang akan diluruskan arah kiblatnya. 2. Sediakan tongkat lurus sepanjang 1 sampai 2 meter dan peralatan untuk memasangnya. Siapkan juga jam/ arloji yang sudah dikalibrasi waktunya secara tepat dengan radio/televisi/ internet. 3. Cari lokasi di samping Selatan atau di halaman masjid yang masih mendapatkan penyinaran matahari pada jam-jam tersebut serta memiliki permukaan tanah yang datar dan pasang tongkat secara tegak dengan bantuan pelurus berupa tali dan bandul. Persiapan jangan terlalu mendekati waktu terjadinya istiwa utama agar tidak terburu-buru. 4. Tunggu sampai saat istiwa utama terjadi amatilah bayangan matahari yang terjadi (toleransi +/- 2 menit) 5. Di Indonesia peristiwa Istiwa Utama terjadi pada sore hari sehingga arah bayangan menuju ke Timur. Sedangakan bayangan yang menuju ke arah Barat agak serong ke Utara merupakan arah kiblat yang tepat. 6. Gunakan tali, susunan tegel lantai, atau pantulan sinar matahari menggunakan cermin untuk meluruskan lokasi ini ke dalam masjid / rumah dengan menyejajarkannya terhadap arah bayangan. 7. Tidak hanya tongkat yang dapat digunakan untuk melihat bayangan. Menara, sisi selatan bangunan masjid, tiang listrik, tiang bendera atau benda-benda lain yang tegak. Atau dengan teknik lain misalnya bandul yang kita gantung menggunakan tali sepanjang beberapa meter maka bayangannya dapat kita gunakan untuk menentukan arah kiblat.***
Santunan - I/2015
Streetview - maps.google.com
Mengapa Matahari di atas Ka’bah? Miringnya sumbu rotasi bumi berimplikasi pada banyak hal. Salah satunya adalah berubah-ubahnya posisi semu matahari saat dilihat dari bumi. Hal ini merupakan efek yang muncul dari kombinasi kemiringan sumbu rotasi bumi dengan gerak bumi mengelilingi matahari. Maka, sepanjang tahun Masehi kita akan menyaksikan proyeksi posisi matahari di muka Bumi senantiasa bergeser dan bersifat siklik, yakni mulai dari garis khatulistiwa (pada 20/21 Maret) beringsut ke utara hingga menempati garis lintang 23,44 LU (20/21 Juni), lantas kembali lagi ke khatulistiwa (22/23 September). Kemudian, ke selatan hingga mencapai garis lintang 23,44 LS (21/22 Desember) untuk kemudian kembali lagi ke khatulistiwa. Jika sepanjang waktu tersebut posisi matahari diabadikan pada jam yang sama untuk tanggal-tanggal yang berbeda dengan selisih tanggal tetap, kita akan menjumpai pola khas menyerupai angka delapan yang bernama analemma. Siklus gerak semu matahari ini menjadi penjaga waktu (time-keeping) untuk sistem penanggalan berbasis matahari seperti kalender Masehi. Siklus ini juga menjadikan setiap titik mana pun di muka bumi yang terletak di antara garis lintang 23,44 LU hingga 23,44 LS akan mengalami situasi di mana matahari dapat menempati titik zenith-nya dalam bola langit horizon setempat. Dengan kata lain, di mana pun kita
berdiri, sepanjang masih berada di antara garis lintang 23,44 LU hingga 23,44 LS, akan terjadi situasi di mana matahari bakal tepat berada di atas kepala kita dalam dua kesempatan berbeda setiap tahun masehi. Jika hal ini terjadi, tak ada benda yang berdiri tegak lurus muka bumi atau paras air laut rata-rata yang memiliki bayangannya saat matahari mencapai puncak kulminasinya. Jadi, "hari tanpa bayangan" tak hanya sekedar terjadi di garis khatulistiwa saja. Bagi Jakarta, misalnya, fenomena hari tanpa bayangan akan terjadi setiap tanggal 4/5 Maret dan 8/9 Oktober. Kabah sebagai pusat kota suci Mekkah terletak pada garis lintang 21,427 LU sehingga juga mengalami fenomena hari tanpa bayangan yang sama, yakni pada tanggal 27/28 Mei pukul 12.17 dan 14/15 Juli pukul 12.27 waktu Mekkah setiap tahunnya. Namun, dengan konsepsi kiblat sebagai lingkaran berdiameter 45 km yang berpusat di Kabah, fenomena tersebut bakal terjadi pada 26-28/27-29 Mei dan 13-15/14-16 Juli, bergantung apakah tahun matahari yang sedang dijalani merupakan tahun kabisat atau bukan. Rentang waktu ini merupakan konsekuensi dari bergesernya proyeksi posisi matahari di muka Bumi sebesar rata-rata 20 km/hari ke arah utara/ selatan dari suatu tempat dalam kulminasi atasnya.*** [dikutip dari Muh Ma'rufin Sudibyo di sains.kompas.com]
47
OPINI
Pentingnya Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan A
Dra. Azizah Guru MTs Terpadu Kota Langsa
nak yang baik budi pekerti dan cerdas otaknya adalah harapan semua orang tua. Namun untuk memperolehnya, pada masa sekarang ini, merupakan suatu hal yang sangat sulit. Bahkan tidak sedikit orang tua yang harus mengurut dada jika melihat tingkah polah anaknya sehari-hari. Jangankan patuh ketika diberi perintah, malah ada yang berani membantah dengan kata-kata yang tidak sopan. Berdasarkan pengalaman penulis selaku seorang guru, yang sudah mengajar selama belasan tahun, ternnyata banyak anak-anak yang bermasalah dalam menerima pelajaran di sekolah berasal dari keluarga yang kurang peduli terhadap pendidikan anak-anaknya sejak mereka masih kecil. Tulisan yang penulis buat ini memang bukan hasil dari sebuah penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Namun hanya berdasarkan pengamatan sepintas dari sejumlah kasus yang penulis hadapi. Terutama saat penulis menemui masalah banyak anak-anak yang tidak bisa menerima pelajaran yang sudah penulis ajarkan berulangkali kepada mereka. Demikian juga dengan anak-anak yang tiap hari suka membuat onar, mengganggu teman-temannya, dan sering menunjukkan tingkah yang tidak baik dalam berbagai bentuk baik dalam tutur katanya maupun dalam bersikap. Karena penulis kehabisan cara mengajari mereka, maka penulis mengambil sauatu langkah mengundang orang tuanya. Ketika satu persatu orang tua dari anak-anak yang bermasalah itu penulis ajak bicara, terungkaplah nyaris semua anak-anak tersebut ternyata memiliki masalah di dalam keluarganya. Dan dari sinilah muncul ide
selama dalam kandungan, otak dan indra pendengaran anak sudah mulai berkembang, mereka dapat merasakan apa yang terjadi di luar kehidupan mereka. 48
untuk membagikan pengalaman ini melalui tulisan, dengan harapan semoga ada manfaatnya. Kembali pada hal yang penulis temui saat berbicara dari hati ke hati dengan orang tua dari anak-anak yang bermasalah tadi, berbagai cerita yang kurang enak terungkap dari pengakuan mereka. Antara lain seringnya terjadi cekcok dalam keluarga antara ayah dan ibu, dan ada anak yang malah tidak diharapkan kelahirannya. Sehingga tidak heran jika mereka pun kurang menghargai orang tuanya. Bertitik tolak dari fakta-fakta tersebut, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa pengaruh keluarga sangat menentukan baik buruknya karakter seorang anak. Bahkan berdasarkan pengamatan penulis terhadap sejumlah anak yang bagus prestasinya, dan ditambah lagi dengan bacaan dari sejumlah sumber, ternyata pendidikan kepada anak-anak agar mereka bisa menjadi anak-anak yang baik perlu diberikan sejak usia dini. Bahkan sejak mereka berada dalam kandungan. Karena pada dasarnya pendidikan anak sejak dalam kandungan adalah merupakan langkah awal untuk melanjutkan pendidikan setelah anak lahir. Untuk memperoleh seorang bayi yang sehat dan cerdas sesuai dengan harapan orang tua sebaiknya harus dimulai sejak jauh hari sebelum anak itu lahir. Antara lain harus dengan mempersiapkan kehamilan secara sah menurut agama kita yaitu agama Islam. Pertama-tama harus dimluai dengan memilih pasangan yang sehat lahir dan batin, kemudian tidak lupa berdoa disaat melakukan hubungan biologis, banyak membaca Al-Qur’an, selalu memilih makanan yang baik dan halal, menutup aurat dan tiap saat memohon kepada Allah supaya diberikan anak yang shalih/shalihah. Menurut hasil sejumlah penelitian, selama dalam kandungan, otak dan indra pendengaran anak sudah mulai berkembang, mereka dapat merasakan apa yang terjadi di luar kehidupan mereka. Sementara yang mempengaruhi otak dan indera pendengaran bayi di dalam kandungan antara lain emosi dan kejiwaan ibu, rangsangan yang terjadi di sekitar ibu, juga makanan yang ibu konsumsi. Demikianlah. ***
Inovasi
Tidak Selalu Terikat Aturan dan Anggaran P
endidikan, usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh setiap individu dalam siklus kehidupan sepanjang masa. Setiap individu membutuhkan pendidikan dan pembaharuan, sampai kapan dan di mana pun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan sulit melakukan pembaharuan kearah yang lebih baik. Banyak faktor yang menentukan keberhasil an pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan akan senantiasa berubah, berbeda dan bervariasi bergan tung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain faktor perkembangan ilmu pengeta huan, teknologi dan seni. Untuk itu perlu diadakan inovasi pendidikan. Suatu inovasi akan bermanfaat untuk memecahkan masalah pendidikan jika inova si tersebut diterima dan diterapkan oleh para tenaga kependidikan dalam mengelola pendidikan. Inovasi pendidikan akan terus menjadi pembahasan yang tidak akan ada habisnya bagi praktisi pendidikan atau orang-orang yang berada dalam dunia pen didikan, karena inovasi merupakan suatu tindakan pembaharuan yang akan terus dilaksanakan selama proses pendidikan masih berlangsung. Realita, untuk melakukan sebuah kegiatan seringkali para guru mengeluh dengan aturan dan ketersediaan anggaran yang dianggarkan dalam perencanaan sebelumnya, kalau sebuah kegiatan itu mestinya ada aturan dan anggaran yang tersedia, hal ini seringkali terdengar dalam ucapan tenaga kependidikan di sekolah maupun di dinasdinas, barangkali hal ini menjadi sebuah tradisi di lingkungan lembaga pendidikan di Aceh dewasa ini. Semua kegiatan bisa kita laksanakan di sekolah sejauh tidak bertentangan dengan peraturan dan regulasi yang ada, dan tidak semua kegiatan terikat dengan anggara rumah sekolah, walaupun sebuah kegiatan yang bagus tidak masuk dalam perenca naan anggara sekolah, namun kegiatan tersebut bisa dilaksanakan lewat iuran sesama guru untuk ke giatan pengembangan profesi guru dan sejenisnya, misalnya mengundang tenaga ahli ke sekolah untuk memberi materi kepada guru tentang pemantapan pemahaman kurikulum bagi guru dan juga tentang pemhaman guru mengenai pelaksanaan tugas dan tanggung jawab peserta didik.
Santunan - I/2015
Tatkala wacana inovasi digulirkan di sekolah oleh seorang guru atau kepala sekolah atau kepala Dinas akan melahirkan pro kontra, hal ini tidaklah menjadi berat, karena jika melihat secara historis orang tua kita terdahulu melaksanakan kegiatan keagamaan seperti perayaan Maulid, memperingati halal bi halal dan perayaan hari-hari besar Islam di lembaga Pendidikan agama di kampung-kampung itu terlaksana dengan sukses. Maka dari itu inovasi bukanlah suatu hal yang sulit dilkukan di sekolah, Suatu upaya dan terobosan terus menerus yang bisa dilakukan oleh seseorang untuk menjawab tantangan atau memecahkan berbagai permasalahan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup khususnya kualitas pendidikan di sekolah perlu adanya sesuatu yang baru dalam bidang pendidikan yang dinamakan inovasi pendidikan. Suatu inovasi benar-benar dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah pendidikan, jika inovasi itu dapat diterima dan diterapkan oleh para pelaksana kegiatan pendidikan (pendidik). Merujuk pada pandangan Owens dan Steinhoff dalam Mirfani (2003: 3) upaya perubahan di sekolah dapat dilakukan pada empat dimensi yaitu: 1) Dimensi personil, 2) Dimensi struktur, 3) Dimensi tugas, 4) Dimensi teknologi. Dimensi personil. Dalam hal ini upaya perbaik an biasa diarahkan pada perubahan-perubahan si kap dan persepsi, penguasaan dan pengintegrasian pengetahuan, perluasan dan penghalusan pengeta huan, penggunaan pengetahuan secara bermakna, serta kebiasaan-kebiasaan berfikir produktif. Dimensi struktur. Di sini upaya perubahan bisa dilakukan dalam penataan kembali pola pengorganisasian sekolah dan atau kelas. Dalam rangka manajemen berbasis sekolah antara lain hadir yang namanya Dewan/Komite sekolah. Dimensi tugas. Upaya perubahan pada komponen ini mengarah pada penataan kembali beban, wewenang, tanggung jawab, baik dalam pengajaran atau implementasi kurikulum, supervisi, tatalaksana kantor, maupun pelayanan lainnya. Dimensi teknologi. Yang dapat dilakukan dengan perekayasaan alat dan media pembelajaran, penataan kembali sarana prasarana sekolah, perekayasaan prosedur, metode, teknik kerja. Dalam manajaemaen berbasis sekolah prosedur, metode,
Faisal, S.Pd I Guru Honor MTsN Bambong dan Mahasiswa Pascasarjana UIN Ar-Raniry
dan teknik pengambilan keputusan dapat terjadi perekayasaan dari pola-pola sebelumnya. Sementara Hamidjojo (1974:17) berpendapat bahwa bidang-bidang inovasi pendidikan dapat dirinci menjadi Bidang peserta didik (pelajar), Bidang tujuan pendidikan pendidikan, Isi pelajaran, Media pembelajaran, Fasilitas pendidikan, Metode dan teknik komunikasi, dan Hasil pendidikan. Menurut Suryadi (2009: 67-68) dalam mening katkan mutu/kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui penilaian terhadap kinerja dan kelayakan sekolah, terutama terkait dengan Sembilan focus utama penilaian, yaitu Kurikulum/proses belajar mengajar, Manajemen sekolah, Organisasi/kelem bagaan sekolah, Sarana dan prasarana, Ketenagaan, Pembiayaan, Pesereta didik, Peran serta masyarakat, dan Lingkungan/budaya sekolah. Menurut Suharsaputra (2010 : 322) tahapantahapan tersebut adalah Guru sebagai pembelajar, Guru sebagai pengadopsi, Guru sebagai pengembang, dan Guru sebagai pencipta. Dari beberapa uraian di atas bahwa pelaksanaan manajemen inovasi di sekolah dapat dilakukan dalam berbagai aspek. Setiap sekolah pada umumnya telah memiliki visi, misi dan tujuan yang menjadi acuan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Menurut penulis untuk melakukan inovasi di sekolah ada berbagai macam upaya yang bisa dilakukan oleh guru di sekolah, untuk melakukan inovasi itu perlu adanya beberapa hal, sebagai berikut: 1. Kemauan yang kuat dalam diri seorang pendidik untuk selalu melakukan pembaharuan dan perubahan kearah yang lebih baik. 2. Sungguh-sungguh untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk pelayanan kepada Agama dan Bangsa 3. Utamakan Keikhlasan dalam berbuat, segala sesuatu akan terasa ringan kita lakukan, seumpama mel;aksanakan gotong royong bersama di sekolah. 4. Optimalkan semangat dari diri sendiri untuk ada rasa memiliki terhadap tugas dan tanggung jawab sebagai pencerah anak bangsa, 5. Selalu teguhkan dalam hati bahwa pekerjaan yang baik kita lakukan akan mendapat fahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. *** 49
LINTAS KEMENAG kemenag.go.id
M Daud Pakeh Jadi Kakanwil, Ibnu Sa’dan ke IAIN ZCK U sai zhuhur, Rabu (4/3), Menteri Agama memutasi dan melantik hampir 40 pejabat Eselon II (PusatDaerah), di Auditorium Prof HM Rasjidi, Kemenag RI, Jl. MH Thamrin, Jakpus. Drs H Ibnu Sa’dan MPd (Kakanwil Kemenag Aceh), salah satu yang dimutasi/ dilantik oleh Menag RI, Drs Lukman Hakim Saifuddin. Selainnya dari Aceh, ada Drs H M Daud Pakeh (Kakankemenag Aceh Jaya dan mantan Kabid Penyelenggaraan Haji-Umrah dan Zawa), Drs Junaidi, Drs Jakfar Yacob, dan DR H Zulkarnain Abdullah MA (pejabat lama di STAIN ZCK), juga ikut dilantik. Sehari sebelumnya, siang Selasa (3/3), dalam pelantikan Eselon III dan IV, di Aula Kanwil, Pak Ibnu (sapaan untuk Drs H Ibnu Sa’dan MPd) memang mengisyaratkan, akan meninggalkan Kanwil. Dalam mutasi dan pengambilan sumpah di Aula oleh Kanwil Kemenag Aceh, Kakanwil Kemenag Aceh, Drs H Ibnu Sa’dan MPd, memunculkan sejumlah ‘kejutan’, termasuk memutasi/‘tukar kursi’ para Kasubbag. Termasuk kejutan berupa ‘kata pamitan’ Kakanwil: “Ini mungkin kali terakhir saya melantik Saudara-saudara, sebab saya dapat sinyal dari Jakarta, termasuk saya salah satu yang diundang. Bahwa Rabu (4/3) ada 50
mutasi besar-besaran juga di Kemenag RI, Jakarta.” Hal ini disampaikan Kakanwil di hadapan Kabag TU, para Kakankemenag, para Kabid, para Pembimas, Kasi, Kasubbag, dan undangan, saat menyinggung soal ketidakbebasan PNS: pilih atasan, pilih mitra, pilih lokasi, dan pilih ruang kerja. “Nanti, mungkin akan ada Kakanwil baru, jadi jangan menggantung pada orang, Anda
akan kecewa….,” begitu kira-kira ajaknya, seraya menyebut, Kakankemenag Kota Sabang Drs H Taufiq Abdullah (sebelumnya Kakankemenag Kota Lhokseumawe) yang sakit, tak sempat dilantik Selasa (3/3), akan dilantik oleh Kakanwil baru, nanti. Akhirnya, teka-teki ‘usai pamitan Selasa’ itu terjawab, daun pohon beringin di halaman Kanwil pun gugur, dan lebah yang hinggap sejenak di atasnya pun terbang.[yyy]
Menag: Pejabat Tanpa Integritas dan Kejujuran Bisa Celaka Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengingatkan agar aparat Kementerian Agama memiliki integritas dan kejujuran, apalagi bagi pejabat sikap ini sangat penting. Karena pejabat yang tidak memiliki integritas dan kejujuran akan mencelakakan diri sendiri dan memiliki daya rusak bagi lingkungan kerja. “Pejabat yang tidak memiliki integritas dan kejujuran akan mencelakakan diri sendiri dan memiliki daya rusak bagi lingkungan kerja,” kata Menag pada sambutan pelantikan 39 pejabat meliputi para Rektor serta pejabat Eselon II Pusat dan Daerah, di Auditorium HM. Rasjidi, Gedung
Kemenag Jl. MH Thamrin Jakarta Pusat, Rabu (04/03). Menag juga meminta aparat Kementerian Agama untuk membuktikan kepada negara dan masyarakat, menjalankan tugas sesuai misi Kemenag, salah satunya mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa. “Mari buktikan kepada negara dan masyarakat bahwa Kementerian Agama yang besar jumlah pegawainya akan terus mewujudkan misi salah satunya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan berwibawa,” tandasnya.[kemenag.go.id]
Jamaah Haji Aceh akan Diangkut Pesawat Boeing 777 Kapasitas pesawat yang akan mengangkut Jamaah Calon Haji Embarkasi Aceh tahun 2015 ini lebih kecil dibanding pesawat tahun sebelumnya yang mampu mengangkut 440 orang dalam setiap kelompok terbang. Berdasarkan surat Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah yang ditandatangani oleh Direktur Pelayanan Haji dalam Negeri, Jamaah Calon Haji yang berangkat dari Embarkasi Aceh akan diangkut ke Tanah Suci dengan pesawat udara jenis Boeing 777 kapasitas 393 orang. Hingga saat ini pemerintah belum mengeluarkan ketentuan yang mengatur tentang jumlah kuota haji tahun 2015. Namun bila merujuk pada kouta haji Aceh tahun lalu maka jumlah Jamaah Calon Haji Aceh sebanyak 3.111 orang, ditambah TPHD seba nyak 29 orang, dan petugas Kloter sebanyak 40 orang, maka total seluruhnya yang akan
diberangkatkan mencapai 3.180 orang Berdasarkan data tersebut dapat diperkirakan bahwa jumlah kelompok terbang Jamaah Calon Haji yang berangkat dari Embarkasi Aceh tahun 2015 sebanyak
8 kloter penuh. Terdapat sisa sekitar 36 orang Jamaah Calon Haji dan mereka akan diberangkatkan bergabung dengan Embarkasi lain yang akan ditetapkan kemudian.[zainal/x]
Garuda Indonesia Boeing 777-300ER pengangkut JCH saat lepas landas di Bandara SIM. [Khairul Umami/inmas]
Setjen DPR Meeting dengan Kanwil, Bicarakan Soal Haji Setelah Embarkasi Haji Provinsi Aceh jadi UPT (Unit Pelakasana Teknis), dan kini disebut ‘UPT Asrama Haji’, beberapa perubahan pun mengikutinya, termasuk strukturnya. Ujung Maret, Selasa siang (31/3) Kepala UPT Asrama Haji Aceh pun dilantik, bersamaan dengan UPT Asrama Haji lainnya, di Kemenag RI, Jakarta. Di samping Eselon IIIb untuk Kepala UPT, Dirjen PHU, Prof DR Abdul Djamil MA juga melantik Eselon IVb dalam jabatan Kasubbag dan Kasi di UPT Asrama Haji. Sedangkan Kepala UPT Asrama Haji Aceh dijabat Drs H Taufiq Abdullah (foto). Drs H Taufiq ialah mantan Kakankemenag Kota Sabang, mantan Kakankemenag Kota
Lhokseumawe, dan mantan Kabag TU Kanwil. Lepas dengan pelantikan itu, sepekan kemudian, pagi Selasa (7/4) Kakanwil Kemenag Aceh Drs HM Daud Pakeh, menerima kunjungan tamu dari DPR RI. Tim dari Bagian Perancangan UndangUndang Bidang Kesra (Kesejahteraan Rakyat) Deputi Bidang Perundangundangan Setjen DPR RI melakukan pertemuan dengan Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil, di Aula Kanwil. Didampingi Kabag TU H Habib Badaruddin SSos, Kabid PHU Kanwil Kemenag Aceh Drs H Herman MSc dan jajarannya, serta beberapa Kabid lainnya, tamu dari lembaga legislatif itu, dipimpin
Kabid PHU Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. Herman, M.Sc memaparkan permasalahan penyelenggaraan haji pada pertemuan dengan tim dari Setjen DPR RI. [Khairul Umami/inmas]
Santunan - I/2015
Kepala Bagian Perancangan Undang-undang Bidang Kesra Deputi Bidang Perundangundangan Setjen DPR RI Reny Amir SH MM MLI. Sebelum Kakanwil dan Kabag dari Setjen sampaikan informasi dan pandangannya, Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Kabid PHU) Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs H Herman MSc, juga sampaikan sambutan. Dalam pengantar dan sambutan Kakanwil, pada pertemuan dengan tim dari dipimpin Bagian Perancangan UndangUndang Bidang Kesra, Deputi Bidang Perundang-undangan Setjen DPR RI itu, Kabid PHU menyampaikan beberapa hal, di antaranya soal kuota untuk AcehKepada Kepala Bagian Perancangan Undang-undang Bidang Kesra Deputi Bidang Perundangundangan Setjen DPR RI, Bu Reny Amir selaku Ketua Tim disampaikan sejumlah masukan yang akan menjai acuan bahasan di DPR. Menurut salah satu peserta rapat, H A Rani SH, Kasubbag Administrasi dan Keuangan UPT Asrama Haji Aceh (yang pekan lalu ikut dilantik), bahwa sekitar 97% warga Aceh in Muslim. Maka kuota pun mesti dibedakan dengan daerah lainnya. Jangan cuma 1 calon per mil dari jumlah penduduk. Jadi, ini kesempatan menyampaikan untuk adanya penambahan kuota kita.Juga di Aceh, banyak lansia (lanjut usia) yang moga menjadi prioritas, untuk didahulukan, dan ditambah jumlah kuota itu.[yyy] 51
LINTAS KEMENAG
Rektor UIN Lantik Enam Pejabat Baru
Nazarullah
Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry melantik enam pejabat baru di lingkungan kampus yang dipimpinnya, Senin (31/3) di Auditorium Ali Hasjmy Banda Aceh. Pelantikan itu untuk mengisi kekosongan pada beberapa jabatan di kampus tersebut. Pejabat yang dilantik antara lain, Dra. Nurasiah, MH sebagai Kepala Bagian Keungan dan Akuntansi menggantikan Drs. Junaidi yang telah dilantik sebagai Kepala Biro AUPK oleh Menteri Agama RI. Selanjutnya Drs. Rasyidin dilantik sebagai Kepala Bagian Perencanaan yang sebelunya dijabat oleh Nurasiah dan
Hasnawati, S.Ag sebagai Kepala Bagian Tata Usaha pada Fakultas Syariah dan Hukum. Rektor juga melanti empat Kepala Sub bagian antara lain, Bukhari sebagai Kasubbag Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni pada Fakultas Sains dan Teknologi; Sri Mulyani, S.Ag sebagai Kasubbag Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni pada Fakultas Syariah dan Hukum; Marzuki, SE sebagai Kasubbag Administrasi Umum dan Kepegawaian pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan; dan Drs. Saiful sebagai Kasubbag Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry.
Rektor Prof. Dr. H. Farid Wajdi Ibrahim, MA dalam amanatnya menyampaikan bahwa pelantikan ini juga ada kaitannya dengan pengakatan Drs. Junaidi sebagai kepala Biro AUPK UIN Ar-Raniry dan Drs. Jakfar Yacob sebagai Kepala Biro AAKK oleh Menteri Agama RI Lukman Hakim beberapa waktu yang lalu. “Selamat kepada para pejabat yang baru dilantik, kami ingatkan bahwa menduduki pada posisi yang baru merupakan penyegaran dan setiap yang baru itu enak, saya mengutip salah satu pesan yang disampaikan oleh salah seorang motivator, dikatakan bahwa ‘anda tidak akan berhasil menjadi pribadi yang baru jika anda berkeras untuk mempertahankan cara-cara lama anda’. Oleh karena itu diharapkan ke depan dengan tempat dan semangat yang baru akan lebih baik dan berkembang,” harap Farid. Farid menekankan, bahwah jabatan itu merupakan media, baik itu besar maupun kecilnya jabatan, itu media untuk mendekatkan diri kepada Allah dan sesama manusia, bukan sebaliknya menjadikan celah membuat onar, pengkhianatan dan hal lain yang tidak diinginkan, kesempatan yang didapat tidak terulang, maka mari jaga dan gunakan kesempatan dengan baik.[nat/y]
IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa Siapkan Enam Jenis Beasiswa
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa tahun ini memberikan enam jenis beasiswa kepada mahasiswa yang menempuh pendidikan pada lembaga tersebut. Hal itu disampaikan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa, Drs. H. Basri Ibrahim, MA, Rabu (22/4). Basri Ibrahim yang didampingi Kepala Biro AUAK IAIN Langsa, Drs. Ibnu Sa’dan, M.Pd menjelaskan bahwa beasiswa tersebut berasal dari berbagai sumber, seperti Kampus IAIN, Bank, Baitul Mal, serta APBN. Menurut Basri katagori beasiswa yang tersedia adalah beasiswa Bidikmisi yang sudah berjalan selama 3 tahun. Proses penjaringan beasiswa bidikmisi dilakukan 52
setelah calon mahasiswa dinyatakan lulus pada kampus IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa. “Calon mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi adalah mereka yang telah mendapatkan rekomendasi dari kepala sekolah SMA/MA melalui jalur Seleksi Prestasi Akademik Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SPANPTKIN), besaran beasiswa yang diterima oleh mahasiswa Rp 6 juta per semester selama 4 tahun,” ujar Basri yang dibenarkan Kepala Biro AUAK Ibnu Sa’dan. Selanjutnya beasiswa bagi mahasiswa miskin yang memiliki prestasi akademik yang baik, beasiswa yang bersumber dari APBN ini akan dialokasikan kepada 1.200 orang mahasiswa dengan besaran yang diperoleh Rp 1,2 juta per mahasiswa, beasiswa ini akan diberikan bagi mereka yang telah memiliki Kartu Hasil Studi (KHS). Selain itu ada beasiswa yang bersumber dari mitra kerja kampus tersebut, seperti dari Bank dan Baitul Mal.“Beasiswa dari Bank yang menjadi mitra kerja, diberikan untuk 10 orang, sedangkan dari Baitul Mal, baik dari Kota Langsa maupun Provinsi diberikan kepada 20 orang,” jelas Basri. Selanjutnya ada beasiswa bagi mahasiswa
yang memiliki prestasi ekstra di kampus, seperti berhasil memenangkan aneka kompetisi yang membawa harum nama IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa, mereka diberikan beasiswa berupa pembebasan uang kuliah. Basri juga menjelaskan bahwa IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa menggratiskan uang kuliah kepada mahasiswa tiga bersaudara, “Jika ada mahasiswa tiga bersaudara yang kuliah, maka satu orang akan digratiskan, kalau ada empat orang, berarti dua orang akan digratiskan,” ucapnya. Beasiswa Tahfidh Al-Quran juga tersedia di IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa. Bagi mahasiswa yang hafal Al-Quran 20 juz digratiskan uang kuliah selama 8 semester, 15 Juz gratis uang kuliah 6 semester dan 10 Juz gratis 4 semester, dan mereka akan diprioritaskan untuk mendapatkan beasiswa lainnya. Pemerintah Kota Langsa juga akan memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang selama kuliah dapat menghafal Alquran, “Jika ada mahasiswa yang selama kuliah dapat menghafal Al-Quran minimal 5 juz, Pemko Langsa akan memberikan beasiswa kepada mahasiwa tersebut,” jelas Basri. [yyy]
Juara Belakangan, yang Penting Kesan Mendalam Kakanwil Kemenag Aceh Drs HM Daud Pakeh bersama Menteri Agama Drs H Lukman Hakim Saifuddin memantau perkampungan Perkemahan Pramuka Nasional I, di Lapangan Tembak Akmil Magelang, usai pembukaan. [M Yakub/inmas]
Aneka lomba, seperti pentas seni dan ekspo teknologi terbarukan, digelar malam dalam Perkemahan Pramuka Madrasah Nasional (PPMN) ke 1, di Lapangan Tembak Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah. Selain itu, siang sejak usai pembukaan dan pemantaun kemah oleh Menag RI Drs H Lukman Hakim Saifuddin dan para Kakakanwil, peserta penuhi 10 anjungan milil Akmil itu untuk acara saka, kesiagaan, dan wawasan, termasuk jurnalistik. Namun, sebagian Kakanwil langsung pulang, tapi tidak bagi Aceh, yang diketuai Khairul Azhar SAg (Kasi Kesiswaan) itu. Hal yang menarik bagi kontingen Aceh ialah kebersamaan dengan Kakakanwil Kemenag Aceh Drs HM Daud Pakeh yang seharian dan malam ikut bersama adik-adik pramuka, dan pendamping. Pendamping putra Abdurrazak SPdI (MAN Meulaboh) dan pendamping putri Nadiatul Hikmah SAg (SMAN 1 Banda Aceh, Kwarda Pramuka Aceh). Sedangkan M Chairul Saleh SAg (Staf di Bidang Penmad) dan Fauziah Usman SPdI (MAN Model) selaku Pinkonda (Pimpinan Kontingen Daerah) terus koordinasi dengan pihak provinsi tuan rumah, kabupaten, kecamatan, kelurahan, RT dan RW di perkemahan. “Juara belakangan, yang penting kesan kita selama di sini,” kata Pak Kanwil memecahkan kebekuan saat makan bersama, di bawah tenta di bawah terik mentari Magelang. Tentu kesan makan nasi masakan anak pramuka dengan menu telur, kangkung, tempe, dan kerupuk. Menurut Kakanwil, ada Kakanwil yang perkampungan kontingennya saja tak tahu, sebab datang bersama Menteri dan pulang.
Santunan - I/2015
Selasa (11/5/2015), area sekitar 50 hektar untuk PPMN I meriah. Dalam sambutanya Menag H Lukman Hakim mengatakan, Kesuksesan hidup merupakan sebuah kenis cayaan dan harapan setiap orang. Setiap orang tua pasti berharap anaknya tumbuh menjadi anak yang sukses, anak yang mandiri dan mampu survive ditengah kompleksitas ujian hidup yang tidak selalu mudah. “Kecerdasan emosional dan spiritual diakui mempunyai peran yang lebih dominan dalam mengantarkan kesuksesan hidup seseorang dibandingkan dengan kecerdasan intelektual saja. Saya percaya kegiatan pramuka di Madrasah merupakan sebuah ajang yang positif dan strategis untuk mengasah dan menajamkan penguasaan Tapi Kakanwil Aceh, cari bambu, ikat pagar, kecerdasan majemuk,” ujar Menag. dan makan bersama di tenda. “Bagus ada ilmu banyak, dan nilai tinggi, Dalam tenda, Kakanwil juga bicarakan tapi jauh lebih baik, jika kita yang berilmu kemungkinan 2016 Aceh bisa tuan rumah mampu memimpin dan tampil di depan….,” untuk even nasional, meski ada yang belum urainya di Lapangan Tembak Akmil memungkinkan menginat anggaran dan Magelang itu. jarak sekali di ujung Sumatera bagi saudara Aceh kirim 16 peserta dari MAN Model dari ujung Papua. Banda Aceh (2), MAN Meulaboh (8), MAN Ada even misalnya MQK (Musabaqah Montasik (2), dan RIAB Aceh Besar (2 siswa). Qiraatil Kutub), Aksioma, Perkemahan Rombongan dilepaskan Ahad (10/5), terbang Pramuka Santri, dan Pentas PAI. “Namun via Jakarta-Yogya, kontingen langsung ke untuk KSM (Kompetisi Sains Madrasah) Magelang. Kontingen dilepaskan Kakanwil insya Allah kita siap,” janjinya. bersamaan dengan sirine pemadam yang Dalam even ini kontongen Aceh sebanyak padamkan api di Simbun Sibreh itu. 16 peserta membawa Ratoh Jaroe dan Likok Kabid Penmad Kanwil Drs H Efendi MSi Pulo. Dalam even itu juga Aceh membawa ada saat penutupan. Usai penutupan Kamis ekspo teknolog terbarukan dari madrasah malam (15/5), Aceh ikhlaskan juara untuk untuk soal memasak hemat energi pakai provinsi lain. Kontingen Aceh pulang ke kayu. Banda Aceh Sabtu malam (16/5), sebelumnya Sejak dibuka secara resmi oleh Menteri wisata ke Brobudur, Kebun Binatang dan Agama RI H. Lukman Hakim Saifuddin, Museum Yogya.[yyy] Kakanwil Kemenag Aceh Drs HM Daud Pakeh foto bersama kontingan pramuka Aceh di PPMN ke-1. [M Yakub/inmas]
53
AGENDA
Even Besar Urais Binsyar
di Awal Juni Bidang Urais dan Binsyar Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh akan melaksanakan even besar pada awal Juni nanti. Kegiatan dimaksud adalah Keluarga Sakinah Teladan, Kepala KUA Teladan, Lomba Karya Tulis Ilmiah di Bidang Kepenghuluan dan Hukum Islam dan Seleksi Baca Kitab bagi Penghulu. Kegiatan level provinsi itu akan diikuti oleh 23 kabupaten/kota se-Aceh. Rencananya acara tersebut akan berlangsung di Banda Aceh pada tanggal 1-3 Juni 2015. Kepala Bidang Urais dan Binsyar Kanwil Kemenag Provini Aceh berharap para peserta yang akan mengikuti agenda tersebut untuk mempersiapkan diri lebih baik lagi. "Kami berharap semua peserta untuk mempersiapkan diri dengan baik. Ini kegiatan besar, mereka hadir untuk mewakili daerah masing-masing dan jika terpilih akan mewakili Aceh ke tingkat nasional," kata H. Hamdan. [x]
Penyerahan hadiah untuk Keluarga Sakinah Teladan tahun 2013. [Khairul Umami/inmas]
KABUPATEN/KOTA
CALON KEPALA KUA TELADAN
CALON KELUARGA SAKINAH TELADAN
Kota Banda Aceh
M. Iqbal, S.Ag, MH dari KUA Ulee Kareng
H. M. Nasir Ibrahuim, SSt.FT dan Ainal Mardhiah
Kota Sabang
Zainuddin, S.Ag dari KUA Suka Karya
H. Nurdin Harun dan Hj. Maimunah
Kab. Aceh Besar
Drs. H. Rusli Yunus dari KUA Blang Bintang
H. Imran Abdullah, BA dan Hj. Elita M. Diah, S.P.d
Kab. Pidie
Muhammad Asri, S.Ag dari KUA Delima
H. Hasballah Kadir, S.Pd dan Hj. Rasyiodah Is, S.Pd
Kab. Aceh Utara
Lukmal Hamim, S.Ag dari KUA Nisam
Tgk. H. M. Yusuf Risyad dan Sarifah
Kab. Aceh Timur
Zaini R, S.Ag dari KUA Birem Bayeun
H. Anwar Abdullah dan Hasnidar
Kab. Aceh Tengah
Ikhsan, S.Ag dari KUA Pegasing
Drs. Tgk. H. Djauhar Ali dan Hj. Rahmawati, SKM
Kab. Aceh Barat
Drs. Mustafa Kamal dari KUA Sama Tiga
H. Sattri, S.IP dan Hj. Zuraidan Ibrahim
Kab. Aceh Selatan
Bakaruddin, S.Ag dari KUA Samadua
H. Abdul Karim, SE dan Hj. Hamaimah
Kab. Aceh Tenggara
Zainal Arifin dari KUA Lawe Alas
Syaharuddin Salim, SW.Ag dan Fairah
Kab. Simeulue
Dahlan, S.Ag dari KUA Teupah Barat
Mawardi dan Nurhainan
Kab. Aceh Singkil
Drs. Syamsuwir dari KUA Gunung Mariah
H. Rafli Nurdin, SE dan Hj. Suhaida
Kab. Bireuen
M. Kafrawi, S.Ag dari KUA Peusangan Selatan
H. Lahmuddin Ismail dan Hj. Yusraida, S. Pd
Kab. Aceh Tamiang
H. Ismail, S.Ag dari KUA Suruway
Drs. H. Kaharuddin. AR dan Hj. Nafsiah. OK, S.Pd
Kota Lhokseumawe
T. Abdul Jabar, S.Ag dari KUA Banda Sakti
Drs. A. Muthalib Hasan, M.Ag dan Hj. Inarat Usman, Sit. S.AG
Kota Langsa
Ir. Burhanuddin dari KUA Langsa Kota
H. Jasman, S.Pd.I dan Hj. Rasyidah Sulaiman, S.Pd.I
Kab. Abdya
Khairul Huda, SHI dari KUA Susoh
H. Abdurrahman dan Hj. Nursiah
Kab. Nagan Raya
Ismunadi, SHI dari KUA Kuala
H. Kamaruddin dan Hj. Sariyani
Kab. Aceh Jaya
Taisir, S.TH dari KUA Setia Bakti
H. Imam Jaya, SKM, M.Kes dan Hj. Mariah
Kab. Gayo Lues
Ridho, S.Th.I dari KUA Blang Kejeren
Drs. H. Ardina dan Hj. Selamah
Kab. Bener Meriah
Drs. Mukhlis Djumala dari KUA Wih Pesam
Drs. H. Yusrin Hasan dan Hj. Rasidah
Kab. Pidie Jaya
Kamilin, S.Ag dari KUA Jangka Buya
H. Abd. Rahman Ali dan Hj. Kamariah
Kota Subulussalam
Rusyda, S.Ag dari KUA Rundeng
H. Asri Nasution dan Hj. Rahima
54
KELUARGA BESAR KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI ACEH Mengucapkan Selamat atas Pelantikan
Drs. H. M. Daud Pakeh sebagai Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh
Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd sebagai Kepala Biro AUAK IAIN Zawiyah Cot Kala, Langsa
oleh Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin di Auditorium HM. Rasjidi, Gedung Kementerian Agama, Jakarta Rabu, 4 Maret 2015
Semoga dalam melaksanakan tugasnya selalu mendapat petunju dan lindungan Allah SWT. Santunan - I/2015
55
CATATAN
Reza Idria Dosen UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Kenapa Nabi Kembali? Antara Nabi dan Sufi Setiap bulan Ra’jab tiba kenangan saya kerap kembali kepada masa kanak, cerita-cerita dari mimbar yang memukau tentang Nabi SAW yang mengendarai Buraq dalam perjalanan satu malam, dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa. Lantas bergegas menuju Sidratul Muntaha tempat Allah SWT menempatkan Arasy-Nya. Semakin beranjaknya usia, selain kenangan, kini ada pertanyaan yang selalu membekas: kenapa setelah bertemu Allah, nabi kita mau kembali ke bumi? Bukankah tujuan dari ibadah dan pemujaan manusia kepada Tuhan adalah untuk mendapatkan derajat tinggi dan kesempatan bersua dengan-Nya? Kenapa Nabi SAW tak bersikeras dan memilih terus bersama Allah ketika telah menemukan kesempatan tersebut? Bukankah itu capaian akhir dari segenap hasratnya selagi berdiri, duduk dan berbaring? Pertanyaan-pertanyaan di atas tidak sepenuhnya datang dari pemikiran kanak saya, tidak juga dari mimbar, melainkan setelah membaca satu bagian dari risalah Allamah Mohammad Iqbal yang menggugah. The Reconstructions of Religious Thought in Islam atau rekonstruksi kembali pemikiran agama dalam Islam adalah sebuah buku lama Iqbal yang juga pernah diterjemahkan dengan menawan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ali Audah, Goenawan Mohammad dan Taufiq Ismail. Paragraf pertama bagian ke V dari kumpulan kuliahnya dibukukan tersebut, Iqbal memuat pernyataan seorang sufi bernama Abdul Quddus dari Gangoh: “Muhammad dari Arab telah meraih petala langit tertinggi lalu kembali, aku bersumpah demi Allah jika saja aku dalam posisi itu maka aku tidak akan pernah kembali.” Kutipan yang singkat tersebut menuntut satu telaah panjang, membentang apa makna terdalam dari tugas kenabian. Pertama kita bersyukur karena Allah telah memilih Muhammad SAW, nabi kita yang rendah hati, sebagai yang melaksanakan perjalanan Isra Mi’raj. Dan kita bersyukur bahwa Allah tidak memilih sang sufi yang egois, yang kita bisa tandai
56
dari bunyi sumpahnya. Dapat dibayangkan betapa malangnya kita bila Abdul Quddus sang sufi yang berangkat menuju hadirat tuhan dalam perjalanan ilahiah tersebut, maka kisah perjalanan Isra Mi’raj mungkin tak akan pernah sampai kepada kita. Tugas Kenabian Tulisan singkat ini adalah pengingat betapa sering kita memperingati Isra Mi’raj dengan penekanan pada “perjalanan”, yang tentu memukau karena penuh dengan kisah-kisah menakjubkan, namun kita lupa memberi penekanan yang setara kenapa nabi juga bergegas kembali. Hanya dalam satu malam. Nabi kita tidak meminta berlamalama di sana meski sudah berjumpa dengan Tuhan dan para pendahulunya yang telah lebih dulu bersemayam di tempat yang tinggi. Muhammad sang nabi tahu ada yang lebih mulia dan harus dijalani, mengabarkan sesuatu yang meski sudah diprediksi akan banyak memperoleh cemooh dan tentangan dari mereka yang menolak seiman dengannya. Dari sini kita memetik bahwa inti dari kenabian adalah kembali bersama ummat dan mengajarkan perubahan, dengan suara dan sikap lembut. Penuh kerendahan hati. Wahyu yang diterima langsung oleh nabi dari Allah pada malam Mi’raj itu masih terus bersemayam di bumi hingga kini. Demikian juga ayat-ayat lain yang terus berkumandang karena Allah telah menjamin kekekalannya. Muhammad sang rasul terakhir, penyempurna segala risalah ketauhidan dan kemanusiaan, telah menutup daftar penyampai wahyu. Namun Muhammad SAW telah mewariskan kepada mereka-mereka yang berilmu sebagai penerus tugas-tugas kenabian. Mereka hadir di tengah-tengah kita, dengan gema yang mendentam dari mimbar, ruang kelas, corong menara, radio, televisi, dan kini dalam berbagai variasi jejaring sosial media. Para pewaris tugas kenabian dari Muhammad telah berlipat ganda, berdiaspora, bermutasi ke dalam berbagai bentuk yang tidak pernah tercatat sebelumnya. Namun yang selalu penting dilihat adalah
Kenapa setelah bertemu Allah, nabi kita mau kembali ke bumi? Bukankah tujuan dari ibadah dan pemujaan manusia kepada Tuhan adalah untuk mendapatkan derajat tinggi dan kesempatan bersua dengan-Nya? Kenapa Nabi SAW tak bersikeras dan memilih terus bersama Allah ketika telah menemukan kesempatan tersebut? Bukankah itu capaian akhir dari segenap hasratnya selagi berdiri, duduk dan berbaring?
bagaimana interaksi kita dengan para pewaris tugas kenabian dari apa yang terjadi di sekitar kita, fenomena dan dampaknya. Bukan tanpa konteks jika seorang Iqbal mencoba mengangkat cerita tersebut dalam seri kuliah pemikirannya di tahun 1930-an. Kecenderungan menjadi ekslusif dan menciptakan jarak dari ummat adalah perilaku segelintir cendikiaÂwan muslim di Pakistan yang mengemuka ketika itu yang menciptakan kultus-kultus, dimulai dari pemujaan terhadap individu-individu, untuk kemudian membentuk lingkaran partisan dan klaim kebenaran. Sikap yang menurut Iqbal tidak akan menjadi satu kontribusi yang berarti bagi kesalehan sosial ummat Islam. Di atas segalanya, tugas kenabian dipisahkan dari kerendahan hati dan konteks kebutuhan ummat. Nyaris seratus tahun setelah risalah itu ditulis pun kita tidak bisa membacanya hanya sebagai pemikiran lama, karena gaungnya terasa amat penting akhir-akhir ini. Kita lihat, baca dan dengar bagaimana pewaris tugas kenabian tidak lagi berbicara kepada ummat yang satu, namun pada kelompok-kelompok dalam ummat. Mungkin kita tak bersepakat, tapi saya curiga petuah-petuah agama yang setiap pekan kita dengar dari mimbar-mimbar, atau retorika pemimpin yang menggunakan jargon agama di koran-koran yang seharusnya menjadi pengingat, namun ternyata sedikit sekali meninggalkan bekas dalam benak kita. Karena mungkin kita tidak merasa pesannya untuk kita, atau mengalihkan bahwa ada audience lain yang dituju oleh pesan tersebut. Namun juga, terhadap audience khusus dimana penerus tugas kenabian berbicara dengan lebih fokus, kita juga punya beberapa pertanyaan, kenapa sekian ribu orang yang hadir dalam sidang pengajian setiap pekan tetap menjadi orang yang berkenderaan serampangan ketika di jalanan, tetap menjadi pendengki dalam pergaulan, tetap menjadi koruptor di kantor, tetap menjadi kontraktor yang culas, pedagang yang riba, dan seterusnya. Mestinya ada yang terputus di sini, atau ada yang tak terengkuh. Dekat dari jarak namun jauh dari benak.
Santunan - I/2015
Selain iman kita yang kerap goyah, senantiasa bertambah dan berkurang seperti petikan dalam satu sabda nabi, mungkin seruan-seruan kebajikan itu juga tak kita dengar atau kita dapat dari teladan sikap, suara, dan pekerti yang rendah hati. Karena ada anasir yang ingin terus ditinggikan tanpa kehendak berjejak kembali ke bumi. Karena jika kita belajar dari inti terdalam bagaimana nabi membingkai tugasnya dalam menyampaikan wahyu, hal-hal tersebut itulah yang kita percayai dapat mengikat ummat yang satu.
...kenapa sekian ribu orang yang hadir dalam sidang pengajian setiap pekan tetap menjadi orang yang berkenderaan serampangan ketika di jalanan, tetap menjadi pendengki dalam pergaulan, tetap menjadi koruptor di kantor, tetap menjadi kontraktor yang culas, pedagang yang riba, dan seterusnya. Mestinya ada yang terputus di sini, atau ada yang tak terengkuh. Dekat dari jarak namun jauh dari benak.
Memahami Kenapa Nabi Kembali Memperingati Isra’ dan Mi’raj selayaknya adalah menekur kembali sebuah perjalanan pergi dan pulang. Menakar ulang makna membumikan risalah ilahi dengan kerendahan hati. Mengukur lagi berapa depa kebenaran wahyu yang dapat kita tangkap. Saya pikir ranah ingatan semacam ini akan mengajarkan semacam dialektika sikap untuk tak senantiasa mendesakkan sesuatu dengan sepihak yang berdampak pada terpecahnya ummat. Islam yang universal tentu tak harus berhenti sebagai jargon. Sebatas teriakan-teriakan di atas podium, atau sederet diktum yang tertera di spanduk-spanduk menjelang peringatan hari besar. Akibatnya dengan rendah diri kita jadi sibuk mematut-matut diri, mencari sekutu dan musuh di cermin besar kebudayaan orang seberang. Menjadi Barat atau menjadi Arab. Jatuh tanpa pernah sempat menjadi diri sendiri. Mengerucutkan dengan tanpa sadar tujuan wahyu agama telah disampaikan Muhammad, rasul kita yang agung, dengan suara dan hati yang rendah. Tanpa kerendahan hati selalu ada (atas nama keyakinan) kecaman paling pedas, muka paling beringas dan tinju paling keras yang akan membidik dan menumbuk jatuh tubuh-tubuh yang dianggap tidak sehaluan, tidak separtisan, meski pada saat bersamaan didahului klaim sedang menyampaikan sesuatu yang “rahmatan lil alamin�. Terus terang saya gemetar untuk hal-hal tersebut. Sejarah tak pernah kehabisan tinta untuk mencatat perkara berdarah semacam ini. *** 57
RENCANA KEGIATAN AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH TAHUN 2015
Provinsi Aceh No
KEGIATAN
PELAKSANAAN
TUP WAKTU
PIHAK YANG TERLIBAT
1
BAP-S/M Menyusun perencanaan jumlah dan alokasi Sekolah/Madrasah yang Maret 2015 akan di Akreditasi dengan koordinasi Disdik dan Kanwil Kemenag Provinsi
30 Hari
BAP-S/M
2
BAP-S/M mengumumkan kepada Sekolah/Madrasah untuk mendaftar akreditasi 1 s/d 10 April 2015 melalui Disdik Provinsi/Kabupaten/Kota dan Kanwil/Kemenag dan UPA
10 Hari
UPA & BAP-S/M
3
Disdik Prov/Kab/Kota dan Kanwil/Kemenag dan UPA mengusulkan Sekolah/ 10 s/d 19 Mei 2015 Madrasah yang akan diakreditasi
9 Hari
UPA & BAP-S/M
4
BAP-S/M menyampaikan perangkat Akreditasi kepada Sekolah/Madrasah
10 Hari
UPA & BAP-S/M
5
Sekolah/Madrasah mengisi instrumen data dan informasi pendukung dan 1 s/d 9 Juni 2015 instrumen Akreditasi
9 Hari
UPA & BAP-S/M
6
Sekolah/Madrasah mengirimkan isian instrumen akreditasi kepada BAP- S/M
14 Hari
UPA & BAP-S/M
7
BAP-S/M bersama asesor melakukan evaluasi isian instrumen dan audit 25 s/d 30 Juni 2015 dokumen untuk merekomendasikan kelayakan sekolah/Madrasah yang akan divisitasi
5 Hari
UPA, BAP-S/M & ASESOR
8
BAP-S/M menetapkan kelayakan Sekolah/Madrasah
1 s/d 15 Juli 2015
15 Hari
BAP-S/M
9
BAP-SM melakukan sosialisasi ke Kabupaten/Kota
s/d 30 Agustus 2015
3 Hari
BAP-S/M
10
BAP-S/M menugaskan asesor melaksanakan visitasi kesekolah/Madrasah
1 s/d 30 September 2015
30 Hari
UPA & BAP-S/M
11
Monitoring dan efaluasi (monef)
27 s/d 30 September 2015
4 Hari
BAP-S/M & BAN-S/M
12
BAP-S/M melakukan validasi hasil visitasi di UPA
1 s/d 6 Oktober 2015
6 Hari
BAP-S/M
13
BAP- S/M melakukan verifikasi hasil visistasi
8 s/d 15 Oktober 2015
8 Hari
BAP-S/M
14
Rakor II Membawa hasil
18 s/d 20 Oktober 2015
2 Hari
BAP-S/M
15
BAP-S/M menganalisis
21 s/d 28 Oktober 2015
7 Hari
BAP-S/M
16
BAP-S/M menetapkan hasil dan rekomendasi akreditasi
28 s/d 30 Oktober 2015
3 Hari
BAP-S/M & BAN-S/M
Â
a. Sidang Pleno
29 Oktober 2015
1 Hari
BAP-S/M & BAN-S/M
Â
b. Seminar
30 Oktober 2015
1 Hari
BAP-S/M & BAN-S/M
17
Surveilen
1 s/d 11 November 2015
10 Hari
BAP-S/M
18
BAP-S/M menerbitkan sertifikat hasil Akreditasi
15 s/d 20 November 2015
5 Hari
BAP-S/M
19
BAP-S/M melaporkan data dan hasil akreditasi kepada BAN-S/M dan pihak 1 s/d 15 Desember 2015 terkait
15 Hari
BAP-S/M
20
BAP-S/M mensosialisasikan hasil akreditasi kepada masyarakat (termasuk 15 s/d 30 Desember 2015 seminar)
15 Hari
BAP-S/M
20 s/d 30 Mei 2015
10 s/d 24 Juni 2015
Jadwal Kegiatan ini dapat dijadikan acuan persiapan kegiatan akreditasi Madrasah tahun 2015 di lingkungan Kankemenag Kabupaten/Kota. 58
foto ini dapat diunduh di web aceh.kemenag.go.id
Drs. H. M. Daud Pakeh
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh