MODIFIKASI TEMPAT CUKUR
Ketua MINIKOMM 06 Refi Fauzan Editor In Chief Ayesha Mitza Redaksi Muthi Syakirah Narendra Dipta Nyra Malika Regina Purnama Desain Firzal Muhammad Gilbert Aldo Jessica Michelle Ariqo Mutiara Salsabila Zahra
VOL 06
Multimedia Aaron Manuel Catharina Audrey Supervisor Gevin Timotius Pininta Taruli Marsella Ho Jeremia Edward Yovine Rachellea Allisha Shenny
Pangkas rambut merupakan pelayanan pemotongan rambut untuk pria yang relatif murah dan sederhana. Pelayanan ini sudah ada sejak sekitar 200 tahun sebelum masehi dan masih hidup hingga sekarang. Namun dengan cepat maraknya barbershop, pangkas rambut pun semakin berkurang. Dalam edisi MINIKOMM vol. 06, kami membahas kehadiran kedua tempat cukur rambut yang berada di Bandung dan perbandingan antara kedua tempat tersebut dalam segi arsitektur. Dimulai dari analisis fungsi ruang cukur rambut sampai proses perancangan seorang arsitek untuk membangun barbershop. MINIKOMM adalah mini-zine yang didedikasikan untuk memaparkan isu arsitektur lokal kepada masyarakat umum. Tujuan publikasi adalah untuk memperkenalkan Kommunzine yang merupakan publikasi utama dari Kommunars, Wadah Minat Media Jurnalistik Arsitektur UNPAR.
Budaya pemotongan rambut pria di Indonesia
2
Mengenali pangkas rambut 8 Mengetahui lebih dalam tentang barbershop 12 Ruang yang dicari masyarakat
16
Ekstra 17
MODIFIKASI TEMPAT CUKUR
BUDAYA PEMOTONGAN RAMBUT PRIA DI INDONESIA Penulis : Refi Fauzan & Ayesha Mitza
Pada dekade 1910-an, gambaran tukang cukur yaitu seorang lelaki tua yang berdiri di bawah pohon rindang tepi jalan, dengan peci di kepala dan gunting di tangan kanan. Orang-orang dari negeri Barat turut mengubah konsep lawas orang Asia Tenggara terhadap rambut. Para orang kaya Eropa mencitrakan diri sebagai sosok terhormat melalui potongan rambut pendek dan lelaki terhormat tidak lagi berambut panjang seperti perempuan.
VOL 06
Karuan mencukur rambut telah menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia, namun di masa tersebut hanya ada beberapa warga yang bisa mencukur rambut, maka mereka menjadikan pangkas rambut sebagai profesi dan pada akhirnya menimbulkan bisnis pangkas rambut di Indonesia
2
Dalam budayanya, ada juga tempat pangkas rambut yang mengadaptasi gaya Eropa, yang biasa kita kenal sebagai barbershop dan faktanya, dibuat dalam waktu yang bersamaan dengan pangkas rambut. Cara orang Eropa memandang dan merawat rambut berbeda dengan warga lokal, oleh karena itu sebagian warga Eropa membuka usaha cukur rambut untuk melayani pejabat Belanda dan orang Eropa di Hindia Belanda. Seiring jalannya waktu, usaha tersebut berkembang menjadi barbershop.
sumber : www.brilio.net
3
MODIFIKASI TEMPAT CUKUR
“Barbershop, karena konotasinya barbershop lebih profesional. Namun lihat dari harga juga, memang lebih mending pangkas rambut, cuma barbershop biasanya lebih nyaman dan lebih clean.” Dandy Mahasiswa Hukum UNPAR
Karena eksistensi kedua cabang budaya masih ada hingga sekarang, manakah yang masyarakat lebih memilih?
“Lebih milih barbershop. Karena lebih terjamin, lebih bersih, dan lebih nyaman.” Epen Mahasiswa HI UNPAR
VOL 06
“Biasa potong di pangkas rambut, karena dekat dari tempat kerja dan bisa dipijat.” Dion Pelayan Kafe
4
Adi Pegawai, Bandung
“Barbershop karena relasi, temen gue ada yang punya.” Gio Mahasiswa HI UNPAR
“Barbershop. Jujur gue milih itu juga karena gua enggak pernah ke pangkas rambut, takutnya jelek. Soalnya harganya murah gitu, kayak sepuluh ribuan… Takut jelek aja sih. Bahkan gue pernah ke tempat cukur rambut yang harganya tiga puluh ribuan aja bisa enggak sesuai ekspektasi gitu.” Kristo Mahasiswa Arsitektur UNPAR
“Barbershop, karena lebih rapih, terus harganya enggak beda jauh sama pangkas rambut. Eggak milih pangkas rambut karena dulu pernah nyobain dan hasilnya pitak di kepala.” Patrick Mahasiswa Desain Interior Universitas Kristen Maranatha
“Ya barbershop lah, lebih trusted dibandingin pangkas rambut. Di barbershop alatnya juga sudah lebih memadai, kalau di pangkas rambut alat-alatnya seadanya banget.” Rizaldi Mahasiswa Antropologi UNDIP
“Pangkas rambut, karena murah. Sebenarnya saya enggak tau bedanya apa sama barbershop, cuma [barbershop] kelihatannya lebih eksklusif.” Obur Supir Proyek
“LEBIH MILIH PANGKAS RAMBUT ATAU BARBERSHOP?”
“Pangkas rambut, karena pertama - nyaman, bisa ngobrol, enggak mempertimbangkan tempat yang harus mewah; kedua - terkadang di barbershop mengikuti tren tapi belum tentu bisa cocok dengan bentuk kepala; dan ketiga saya memang punya langganan sendiri.”
5
6
Barbershop merupakan layanan yang menawarkan pemotongan rambut dan shaving (mencukur kumis dan janggut) dan sudah menempati beberapa tempat umum sehingga mudah ditemui dan diakses, seperti di tepi jalan besar dan di dalam mall. Jika dibandingkan dengan pangkas rambut yang pada umumnya terletak di dalam gang atau di tepi jalanan kecil, pangkas rambut tetap memiliki fungsi dan tujuan yang sama bahkan, memiliki harga yang lebih murah dan menggunakan cara yang lebih cepat dan efisien. Situasi ini memulai pertanyaan mengenai mengapa dua fasilitas yang memiliki fungsi dan tujuan yang sama memiliki lokasi penempatan yang berbeda, bahkan berlawanan. Memang ada beberapa perselisihan antara barbershop dan pangkas rambut, namun apakah hal tersebut faktor yang besar sehingga membuat kedua pihak sangat berbeda? Ade Farolan, Ketua Indonesia Barbershop Association, mengungkapkan bahwa pada dasarnya pangkas rambut tradisional sama dengan barbershop. “Pangkas rambut tradisional itu juga barbershop sebenarnya, hanya fasilitasnya lebih minim. Semakin tinggi taraf hidup masyarakat, kenyamanan dan kebersihan menjadi poin penting yang dilihat oleh para pelaku bisnis. Akhirnya mereka bikin barbershop,� tuturnya. Jika memang penampilan ruang yang berkaitan dengan kebersihan dan kenyamanan itu penting, berarti apakah desain dari suatu tempat (dalam kasus ini pangkas rambut maupun barbershop) mempengaruhi daya tarik masyarakat?
“APAKAH DESAIN MEMENGARUHI DAYA TARIK MASYARAKAT?� 7
MODIFIKASI TEMPAT CUKUR
VOL 06
MENGENALI PANGKAS RAMBUT
8
PANGKAS RAMBUT DENI
SUASANA DALAM PANGKAS RAMBUT Penulis : Nyra Malika & Regina Purnama
Terletak di Jalan Ciumbuleuit No. 30 RT 07/ RW 10, Pangkas Rambut Deni telah berdiri selama kurang lebih 20 tahun. Dalam bangunan seluas 4 x 4 meter persegi ini terdapat dua buah kursi pangkas rambut yang sudah berumur, satu buah cermin tegak di depannya, satu buah cermin miring di belakang kedua kursi, serta sebuah rak kecil sebagai tempat penyimpanan peralatan pangkas rambut.
Pangkas rambut ini tidak memiliki area cuci rambut, karena menurut pemilik, tidak dibutuhkan saat proses pemangkasan. Banyaknya aktivitas dan perabot di dalam area yang kecil dengan satu pintu di tengah dan tiga buah jendela, sirkulasi udara di dalamnya terasa kurang nyaman.
9
MODIFIKASI TEMPAT CUKUR
VOL 06
Dunia pangkas rambut sudah lekat dengan Pak Deri (40) dan Pak Dadan (30) yang sudah menekuni profesi ini selama lebih dari 18 tahun. Mereka mulai belajar secara autodidak sejak meninggalkan bangku SMA di desa di Garut yang memang terkenal karena banyak warganya yang berprofesi sebagai pemangkas rambut, dan sekarang mereka sudah menjadi anggota PPRG (Persatuan Pangkas Rambut Garut), yaitu organisasi perkumpulan pemangkas rambut asal Garut yang tersebar di seluruh Indonesia.
10
Pak Dadan juga bercerita tentang keprihatinannya sebagai penjual jasa, yaitu ketidakstabilan jumlah pelanggan, yang semakin dirasakan pada masa libur perkuliahan, juga karena banyaknya saingan baru berupa barbershop. Menurut Pak Dadan, selisih harga yang tidak begitu jauh membuat banyak pelanggan lebih memilih barbershop dikarenakan fasilitas yang lebih lengkap dan suasana yang lebih nyaman, meskipun sesungguhnya pemangkas rambut di pangkas rambut lebih berpengalaman dibanding mereka yang bekerja barbershop.
Keadaan berkurangnya pangkas rambut disebabkan oleh mayoritas orang yang lebih memilih untuk membayar ekstra demi suasana ruang yang lebih nyaman dan bukan mengutamakan keahlian pemangkas rambut. Hal ini juga menyebabkan kesenggangan jumlah pelanggan antara usaha pangkas rambut dan barbershop, yang sebenarnya esensinya sama.
Pak Dadan, Pemangkas rambut
11
VOL 06
MODIFIKASI TEMPAT CUKUR
MENGETAHUI LEBIH TENTANG BARBERSHOP 12
DE FRED BARBERSHOP
KETERBATASAN RUANG DALAM TEMPAT CUKUR Penulis : Narendra Dipta
De Fred Barbershop yang terletak di daerah Dago memiliki luas ruang sekitar 2 x 3 meter. Walaupun ruangan ini memiliki dimensi yang terbatas, namun ruang ini tetap nyaman dan mempunyai fasilitas yang lengkap dengan aspek fungsionalitas yang tinggi. Hal ini tercapai karena sebagian besar dinding penutup ruangan tersebut memakai kaca, sehingga ruangan tidak terasa sempit dan menyatu dengan ruang luar. Sementara itu, dari aspek fungsionalitas, penataan furnitur dan alat perkakas rambut terdapat lengkap dan tertata dengan rapi. Hal ini mempermudah barber man untuk melakukan kegiatan potong rambut. Namun, karena luas ruangan terbatas hanya dapat melayani satu orang pelanggan, pelanggan lain yang ingin memangkas rambutnya harus menunggu di area cafĂŠ yang terletak di belakang barbershop. Barber man juga merasa bahwa ia tidak memiliki ruang gerak yang cukup saat memangkas rambut pelanggan. Secara keseluruhan fasilitas barbershop ini lengkap dan memiliki suasana yang nyaman. Tetapi, karena luas ruangan ini terbatas, ruangan tersebut sangat meminimalkan ruang gerak pemangkas dan pelanggan.
13
MODIFIKASI TEMPAT CUKUR
PERSPEKTIF ARSITEK TERHADAP PERANCANGAN BARBERSHOP Penulis : Muthi Syakirah
VOL 06
Gubah Ruang merupakan suatu biro arsitek yang berdiri dari tahun 2010 dengan basis di Bandung. Didirikan oleh Angga Adhi Susilo., ST., IAI yang merupakan lulusan Itenas angkatan 2002, Gubah Ruang umumnya mengerjakan proyek pribadi seperti rumah tinggal. Adapun proyek nonpribadi yang didesain seperti ruko, taman kota, barbershop, dan lainnya. Barbershop yang didesain oleh Gubah Ruang adalah Abata Barbershop, dengan arsiteknya merupakan Pak Angga sendiri yang terletak di daerah Buah Batu, Bandung.
14
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Angga, kenyamanan dalam ruang dapat dilihat dari penyesuaian dengan ergonomi tubuh manusia. Di zaman sekarang sudah banyak tempat umum yang didesain dengan penampilan yang indah tetapi tidak memiliki ruang yang fungsional dan kurang nyaman bagi para pengunjung. Oleh karena itu, ukuran ruang dan pemilihan furnitur yang sesuai dalam proses perancangan dianggap penting bagi Pak Angga.
Q : Bagaimana proses perancangan barbershop ini? A : Awalnya sih dari keinginan pemiliknya, terus lihat sekitar area tersebut kompetitornya gimana. Akhirnya studi banding dengan yang sudah ada. Amati, tiru, modifikasi. Artinya melihat kekurangan pada bangunan yang sudah ada dan kita maksimalkan di proyek kita. Q : Saat merancang barbershop ini, apakah anda menggunakan referensi atau preseden? A : Jelas, kayaknya kalo arsitek pasti pake sih. Masa kita mau desain sesuatu tapi gak tau standarnya gimana. Ya minimal pertama dari kursinya seperti apa, ukurannya seperti apa. Abata barbershop tuh cuma sebatas entah garasi entah apa warna ijo. Dan emang kondisinya begitu. Berdebu, tripleks dimana-mana, unfinished, atapnya asbes, maksud saya jelek banget. Akhirnya makeover-nya berhasil. Jadi dingin, adem gitu.
Q : Diantara gaya barbershop Eropa dan pangkas rambut lokal, jika harus memilih salah satu sebagai referensi desain, anda pilih yang mana? Kenapa? A : Kalo pribadi ya, Eropa, lah. Karena standar di Indonesia itu tingkat kenyamanan tidak diperhatikan, ergonominya tidak (diperhatikan), duduk dan posisi tingginya enggak ada kenyamanan. Secara keseluruhan memang ke Eropa. Tapi bukan dari desain ya, tapi lebih ke fungsi. Akhirnya mau enggak mau itu (ergonomi) kebawa ke desain. Q : Menurut anda, apakah desain sesuatu fasilitas publik seperti restoran atau barbershop mempengaruhi daya tarik orang untuk mengunjungi tempatnya? A : Betul yah, jaman sekarang tuh desain penting banget. Tapi jangan lupa, kenyamanan itu lebih penting dari apa yang pertama tadi saya bahas. Tentang keergonomisan tempat. Ada tempat yang instagramable banget, tapi pas kamu duduk disitu enggak nyaman. Tapi kalo yang namanya nyaman, pasti nyaman.
15
MODIFIKASI TEMPAT CUKUR
RUANG YANG DICARI MASYARAKAT Penulis : Ayesha Mitza
VOL 06
Dewasa ini masyarakat umum termasuk arsitek sangat memprioritaskan kenyamanan ruang yang mereka huni. Ukuran ruang yang menyesuaikan ergonomi tubuh manusia merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh orang lain, dan dalam kasus ini, barbershop dipandang sebagai tempat yang lebih bagus karena dapat membuat para pelanggan merasa lebih nyaman daripada pangkas rambut.
16
Selain perihal tersebut, menurut kami barbershop dan pangkas rambut adalah dua budaya pemotongan rambut yang sama karena selain fasilitas barbershop yang lebih canggih, keduanya memiliki fungsi, tujuan, dan kegunaan ruang yang sama. Dengan menjawab kekurangan pangkas rambut, maka barbershop merupakan bentuk modernisasi dari pangkas rambut. Walaupun kedua fasilitas ini memiliki penampilan ruang yang berbeda, mereka pada dasarnya tempat yang sama, hanya pendapat kita semua yang membuatnya memiliki kesenjangan antara kedua tipe tempat.
GAMBAR YUK!
*Kreasikan gaya rambutnya
17
minikomm by kommunars