1
WARUNG ROKOK : INVISIBLE & INVINCIBLE
Ketua MINIKOMM 07 Muhammad Arsy Editor In Chief Andika Raihan Redaksi William Kevin Aurelia Dorothy Kirana Syifa Ananda Kevin Design Aldrianta Adnan P. M. Rayza Gaharza Favian Rifqi Safna Nadifa Multimedia Zhula Andita Rayhan Naufal Marlene Audrey
VOL 07
Supervisor Gevin Timotius Pininta Taruli Marsella Ho Jeremia Edward Yovine Rachellea Allisha Shenny
Warung rokok terlahir dari kebutuhan akan rokok yang lekat dengan masyarakat. Ia timbul secara spontan di mana terdapat keramaian aktivitas seperti di sebelah pangkalan ojek atau di pinggir simpangan jalan. Dari penempatannya yang seakan-akan “menyempil�, penggunaan ruang warung rokok harus pandai dan seefisien mungkin agar dapat mewadahi fungsi warung rokok itu sendiri. Walaupun warung rokok memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat, masyarakat itu sendiri kurang sadar akan pentingnya warung rokok. Edisi MINIKOMM Vol. 07 ini akan membahas ruang warung rokok yang keberadaannya kurang disadari dalam kehidupan masyarakat tetapi masih membawa dampak dan pengaruh yang signifikan pada masyarakat sekitar. MINIKOMM adalah mini-zine yang didedikasikan untuk memaparkan isu arsitektural lokal kepada umum. Tujuan publikasi adalah untuk memperkenalkan KOMMUN ZINE yang merupakan publikasi utama dari kommunars, wadah minat jurnalistik arsitektur UNPAR.
1-4
Invisible Invincible
5-6
Warung Rokok, Ia yang Luput dari Pandangan
7-8
Warung Rokok terhadap Lingkungan
9-10
‌Namun Bagaimana Menurut Mereka?
11-14
Warung Rokok : Compact Architecture?
15-18
Keabadian Warung Rokok
19-20
Inilah Kata Masyarakat...
21-24
Penutupan dan Ekstra
“Di Indonesia terdapat 2,5 juta gerai yang menjadi pengecer rokok” “65,19 juta orang Indonesia adalah perokok” “1 bungkus rokok di Indonesia dapat dibeli dengan harga kurang jadi US$ 1, salah satu harga terendah di dunia”
“34% orang Indonesia adalah perokok”
VOL 07
“79,8% dari perokok membeli rokoknya di kios, warung, atau minimarket” “1 dari 4 pemuda Indonesia merokok setiap hari” “76% dari pria dewasa di Indonesia adalah perokok”
Sumber: Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA) Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) WHO Global Health Observatory Data Repository
Warung Rokok di Ciumbuleuit Titik persebaran warung rokok
2
VOL 07
WARUNG ROKOK : INVISIBLE & INVINCIBLE
3
Tanpa disadari, warung rokok adalah sesuatu yang timbul dari kebutuhan masyarakat. Jika seseorang ingin mencari warung rokok, ia tinggal menyelusuri jalan hingga bertemu dengan pangkalan ojek ataupun simpangan jalan. Niscaya, ada warung rokok didekatnya.
Jika dipikirkan, terdapat banyak sekali warung rokok, namun keberadaan warung rokok sendiri pasti tidak terlintas dalam pikiran. Tidak mengganggu, seakan-akan tersembunyi; invisible. Tidak jarang juga terdapat warung rokok yang terletak bersebelahan dengan minimarket. Rendah hati namun gagah tak tergeserkan dari minimarket; warung rokok invincible. 4
WARUNG ROKOK : INVISIBLE & INVINCIBLE
Warung Rokok, Ia yang Luput dari Pandangan Penulis : Kirana Syifa
Pernahkah terlintas di pikiranmu tentang kehadiran warung rokok di jalanan, yang secara tidak disadari ia memenuhi kebutuhan dan berpengaruh pada kelangsungan hidup masyarakat? Ketika berjalan kaki di pinggir jalan, tidak jauh sering kali terlihat jajaran warungwarung, termasuk warung rokok di seluk beluk jalanan, di depan atau di samping gedung-gedung besar, perumahan, serta wilayah aktivitas masyarakat yang bervariasi dimana kamu bisa membeli kebutuhan pribadimu sehari-hari. Selain fungsi utamanya menyediakan rokok, warung rokok juga menyediakan kudapan kecil, minuman, tempat duduk-duduk dan beristirahat, berteduh, dan lain sebagainya bagi orang yang melintas serta warga sekitar.
VOL 07
Nyatanya, warung rokok jarang sekali dikenal sebagai the go-to place, apalagi menjadi topik pembicaraan. Adanya toko-toko swalayan seperti minimarket dan supermarket yang mencolok, lebih dikenal, dan memiliki fasilitas lebih lengkap menjadi salah satu alasan keberadaan warung rokok kurang diperhatikan.
Masyarakat rentan abai pada kehadiran warung rokok boleh jadi disebabkan oleh skalanya yang kecil dan umumnya hanya memakan ruang kurang lebih satu petak; ia terlihat tetapi tidak menonjol dan tidak begitu menarik perhatian. Kehadirannya kurang diperhatikan dan diapresiasi oleh masyarakat. Ia bersifat invisible, seolah-olah tersembunyi dan tidak terlihat. Namun jika dilihat dari sisi baiknya, sifat invisible pada warung rokok tidaklah sepenuhnya memiliki konotasi negatif. Faktanya peletakan warung rokok di pinggir jalan maupun seluk beluk jalanan atau gang kecil tidak menjadi sebuah masalah. Ia jauh dari pernyataan “merugikan masyarakat� karena memang tidak mengganggu sirkulasi manusia maupun kendaraan yang melintas, dan tidak menyebabkan kemacetan. Di balik itu, warung rokok memiliki keistimewaan tersendiri; ia merupakan produk dari demand dan kebiasaan hidup masyarakatnya, dan juga menjadi bagian dari sebuah kebudayaan. Warung rokok yang invisible ini akan tetap berada di tempatnya selama kebutuhan masyarakat masih sama. Rendah hati, ia menunggu dihampiri.
5
6
WARUNG ROKOK : INVISIBLE & INVINCIBLE
Warung Rokok terhadap Lingkungan Penulis : WIlliam Kevin
VOL 07
Pada dasarnya warung rokok sangat akrab dengan masyarakat Indonesia, seolah-olah sudah melebur dalam budaya. Dalam konteks fungsi secara umum, warung rokok memenuhi kebutuhan masyarakat dengan mudah, terlebih karena warung rokok dapat berdiri di mana saja. Secara spesifik, aktivitas warung rokok sangatlah sederhana. Pengunjung cukup datang menuju gerobak kemudian membeli suatu hal yang diinginkan tanpa antrean. Jika membeli rokok, di samping warung rokok terdapat pemantik api yang sudah disediakan oleh penjual. Perbedaan lain yang mendasari warung rokok dengan toko minimarket adalah mudahnya masyarakat berkompromi dengan si penjual, misalnya di warung rokok orang bisa membeli rokok per batang (ngeteng) sedangkan di minimarket harus membeli rokok per bungkus. 7
Karena fungsi warung rokok yang sederhana, maka penjual cukup satu atau dua orang saja. Ruang yang dirancang haruslah memadai kegiatan penjual yang menunggu warungnya, harus ergonomis, dan juga harus nyaman bagi pengunjung yang datang. Di sisi penjual tentu harus memiliki syarat ruang yang dapat mengakomodasi sang penjual dalam beragam posisi seperti duduk, jongkok maupun berdiri. Semua ini harus dirancang dengan baik sehingga penjual didalamnya merasa nyaman. Bahkan di dalam warung rokok zaman sekarang terdapat televisi sehingga si penjual dapat menonton sambil menjaga warungnya. Bagi pembeli, fasilitas yang ada harus dicapai dengan mudah, misalnya pemantik api yang dipasang. Selain itu, banyak juga warung yang menaruh kulkasnya di luar sehingga pembeli dengan mudah mencapainya. Namun, ada juga beberapa warung rokok yang masih konvensional dalam meracik minuman, yang masih menggunakan es batu tumbuk, dengan air panas dalam termos atau bahkan jerigen. Dilihat dari kacamata yang lebih luas, faktanya warung rokok dapat ditemukan di banyak tempat, dan hampir seluruh wilayah di Indonesia mempunyai warung rokok. Warung rokok seolah-olah tidak membutuhkan ruang besar atau ruang luas untuk menaruh gerobak mereka. Dalam kenyataannya, warung rokok dapat berdiri di mana saja dan kapanpun tanpa perizinan yang jelas, seperti sudah melebur dalam budaya masyarakat Indonesia. Warung rokok pun tidak terlalu mengganggu efisiensi ruang kota karena warung rokok hanya membutuhkan space yang kecil tidak seperti warung makan atau warung tegal pada umumnya yang membutuhkan luasan yang besar. Warung rokok rasanya sudah sangat akrab dengan masyarakat sekitar. Mereka tidak ingin warung rokok hilang; warung rokok adalah tempat berkumpul mahasiswa, tukang parkir, dan masih banyak lagi. Selain berkumpul, sebagian orang senang bergaul, bergurau, dan adu sapa dengan si penjual.
8
WARUNG ROKOK : INVISIBLE & INVINCIBLE
‌Namun Bagaimana Menurut Mereka? Penulis : Andika Raihan
Studi fungsi warung rokok sudah dibahas, namun bagaimana dengan pengalaman ruang menurut para pengguna ruang dalam warung rokok itu sendiri? Dua pedagang warung rokok menjelaskan pengalaman mereka dalam ruang warung rokok.
VOL 07
Seperti warung rokok pada umumnya, warung rokok di pertigaan Jl. Menjangan ini menjual rokok, minuman, dan kudapan ringan. Pemanfaatan ruangnya dirancang khusus untuk tujuan ini dan hanya untuk tujuan ini saja. Yang membedakannya dari warung rokok di sekitarnya adalah bahwa pemiliknya, Pak Panjun, tidak membangunnya sendiri, melainkan beliau membeli kios tersebut dari pabrik sehingga terdapat suatu kesan kemodernan.
9
Kesan kemodernan ini tidak membebaskan warung rokok ini dari kesan sempit. Namun, ternyata pengalaman ruang dalam warung ini berbeda dari kesan yang diberikan. “Sudah nyaman, sih.� ujarnya. Bahkan, Pak Panjun menyatakan bahwa beliau dapat melakukan aktivitas sembahyang, tidur, membaca, menulis, mengaji dan juga berdagang dalam ukuran ruang sedemikian. Hal ini juga dibantu oleh minimnya keperluan peralatan dan perabot; beliau mengatakan bahwa untuk aktivitas berdagang, beliau hanya memerlukan etalase untuk memperlihatkan barang dagangannya. Warung rokok Pak Panjun terletak bersebelahan dengan pangkalan ojek. Kalau dipikir-pikir, warung rokok memiliki hubungan yang dekat-secara harafiahdengan pangkalan ojek. Sudah menjadi suatu hal yang lumrah untuk melihat warung rokok bersebelahan dengan pangkalan ojek. Pak Panjun menyatakan bahwa pangkalan ojek di sebelah warung miliknya telah ada terlebih dahulu.
Mungkin anda pernah kehabisan bensin motor dan saat menelusuri jalan Ciumbuleuit untuk mencari pompa bensin mini, anda menemukan sebuah warung rokok di pertigaan Jl. Bukit Tunggul yang menyediakan pengisian bensin. Warung rokok ini adalah milik Pak Mahfud. “Biasanya banyak yang bertanya kalau ada tempat isi bensin atau enggak, jadi akhirnya saya bikin aja, biar saling bantu.” ujarnya saat menjelaskan fenomena warung rokok yang juga melayani pengisian bensin. Diapit di antara pompa bensin mini dan pangkalan ojek, warung rokok ini juga berkesan sempit. Namun, seperti halnya Pak Panjun, beliau sudah cukup nyaman dengan ruang yang ada. Bahkan, keperluan peralatan dan perabot untuk aktivitas berdagang menurut Pak Mahfud hanya perlu barang dagangan. “Kalau bisa sih, lemari. Tapi kalau enggak ada juga samasama saja.” katanya.
Kedua warung rokok ini-seperti warung rokok lainnya-berkesan sempit, namun menurut penggunanya, ruang dalam kedua warung ini nyaman. Kedua warung rokok ini juga terletak bersebelahan dengan pangkalan ojek; salah satunya muncul setelah terdapat keberadaan pangkalan ojek sedangkan satunya lagi memunculkan keberadaannya pangkalan ojek, seakanakan warung rokok merupakan oase penyedia rokok, minuman, dan kudapan ringan bagi lingkungannya. Namun, apa yang memungkinkannya untuk dapat dibangun secara fleksibel? Ukuran warung rokok yang kecil inilah yang memberi warung rokok ‘wewenang’ untuk dapat dibangun secara fleksibel. Sebagai konsekuensi, setiap segi penggunaan ruang harus se-efisien mungkin. Hal ini dibantu oleh minimnya keperluan peralatan ataupun perabot. Namun, menurut Pak Panjun dan Pak Mahfud, ruang yang lahir dari tuntutan efisiensi ini bukannya tidak nyaman, tapi sebaliknya. Bahkan, ruang yang terkesan sempit dapat mewadahi beragam aktivitas.
10
WARUNG ROKOK : INVISIBLE & INVINCIBLE
Warung Rokok: Compact Architecture? Cassandra, co-founder Rawhaus.id “Dulu saya basenya arsitek, tapi gak mau jadi arsitek. Kenapa? Karena saya merasa arsitek itu egois. Kita mendirikan bangunan besar, mewahmewah tapi dampak lingkungannya sangat tinggi. Buat apa? Kenapa tidak mendirikan bangunan yang simpel saja, compact tapi juga tidak high-maintenance?�
Definisi compact architecture? Compact architecture menurut saya sih tidak mesti kecil sebetulnya, tapi efisien. Jadi mau sebesar apapun, harus efisien. Kalau misalnya kecil tapi tidak efisien, ya bukan compact juga sebenernya, kecil doang kan. Kalau menurut saya sih lebih ke efisiensi ruang compact-nya tuh bagaimana.
VOL 07
Kenapa rumah Rawhaus kecil, karena menurut kami dengan compact dan kecil ini, jadi meningkatkan efisiensi dari orang yang menghuninya. Kamu tidak mesti capek-capek membersihkan rumah atau memikirkan perawatan. Secara waktu dan energi juga lebih efisien, dan dari carbon footprint-nya juga lebih sedikit. Dengan rumah dan ruangan yang kecil mungkin jadi tidak mengonsumsi energi. Kadang didesain sedemikian rupa supaya ruangannya cuma segini, jadi kita tidak mau mengonsumsi sesuatu yang tidak dibutuhkan sebetulnya. Jadi, dari compact living dan ruangan yang kecil itu ingin menciptakan gaya hidup yang minimalis dan tidak konsumtif.
11
instagram.com/rawhaus.id/
Dengan lahan yang ada di Indonesia, menurut anda compact architecture itu sepenting apa? Apakah orang harus menyadari eksistensi compact architecture atau ada alternatif yang lebih baik lagi? Sebetulnya tergantung dari orangnya tinggal dimana. Tapi gini, kalau di kawasan urban pasti penting sekali compact architecture. Lahan itu semakin mahal, kan. Tergantung orangnya juga, misalnya dia punya uang banyak dia mau buat rumah besar, yaudah. Tapi sebenernya buat apa sih membuat rumah besar? Apakah efisien? Secara energi pasti konsumsi energinya lebih tinggi, carbon footprint-nya jadi lebih besar. Secara efisiensi juga, orang itu akan lebih ribet mengurus rumahnya, dan konsumsinya pasti lebih tinggi. Sebenarnya itu pilihan hidup seseorang, sih. Mungkin saya dapat dibilang idealis, tapi bagi saya efisien saja, tidak boros, tidak berlebihan dan sesuai kebutuhan saja.
Menurut anda apakah compact architecture hanya dapat diterapkan ke rumah, atau apakah bisa diterapkan juga ke bangunan lainnya dalam lingkungan kita? Sebenarnya semuanya bisa dibuat compact. Tapi balik lagi masalahnya pada public space, kebutuhan dan ambience dari setiap orang berbeda-beda. Tidak semua orang nyaman dengan compact atau minimalism. Bagaimana caranya nih, supaya compact tapi bisa mengakomodasi semuanya. Sebenarnya itu tantangan untuk si arsitek.
12
WARUNG ROKOK : INVISIBLE & INVINCIBLE
Menurut anda, apakah warung rokok itu compact architecture?
VOL 07
Iya, compact sih, secara arsitektur. Tapi balik lagi arsitektur tuh apa sih definisinya? Firmitas, utilitas, dan venustas. Mungkin dari dua poin dia memenuhi, tapi dari segi estetisnya, kalian sebagai arsitek bagaimana nih? Warung rokok itu kan yang compact jadi arsitektural. Bisa didefinisikan sebagai arsitektur.
13
Tapi disamping penampilannya yang kurang memadai, menurut anda apakah warung rokok perlu dipertahankan? Kalau saya sendiri tidak merokok, saya tidak suka perokok dan tidak mendukung merokok. Jadi yaudah, mending toko kelontong saja tapi tidak warung rokok. Kalau saya secara personal, karena saya tidak merokok, bagi saya ditiadakan saja, jadikan warung biasa saja. Tapi mungkin dampaknya baik untuk komunitas yang ada disitu. Communal space untuk tukang ojek, dan sebagainya, sebenarnya bisa difungsikan seperti itu.
Ruang warung rokok yang timbul dari suatu kebutuhan sangat menuntut efisiensi. Namun, dari tuntutan efisiensi ini justru terciptalah ruang yang dapat mewadahi berbagai aktivitas bagi penggunanya dan juga memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat.
14
Keabadian Warung Rokok Penulis : Aurelia Dorothy
Legal atau Tidak? Bagaimana dengan legalitas warung rokok? Tidak terdapat peraturan daerah maupun undang-undang yang secara khusus melarang didirikannya warung rokok, tetapi terdapat beberapa kasuskasus tertentu dimana warung rokok digusur dan dilarang berdiri. Dalam usaha mengantisipasi dan menanggulangi kebudayaan merokok yang marak di kalangan yang semakin muda di Indonesia, pemerintah banyak melakukan kampanye dan proyek-proyek untuk menghadapi fenomena ini. Agenda pemerintah inilah yang kadang menjadi lawan dari keberadaan warung rokok yang semakin merajalela di Indonesia. Semakin banyak kawasan-kawasan bebas rokok sehingga banyak warung rokok yang dahulu berada di suatu tempat terpaksa pindah ataupun digusur. Keberadaan mereka sendiri tidak mengganggu secara fisik, tetapi fungsi dan kegiatan yang dilakukan di sekitar warung tersebut yang menyebabkan ia perlu disingkirkan dari kawasan tertentu.
Selain dikarenakan kegiatan yang dilakukan pada warung rokok sendiri, pemerintah juga fokus pada iklan-iklan rokok yang suka berada pada warungwarung ini karena dapat menggiring semakin banyak kepala untuk masuk dalam kebudayaan merokok yang berusaha ditanggulangi. Pemerintah akhirnya melakukan berbagai usaha dari pemberian peringatan bahaya merokok hingga melarang sepenuhnya iklan-iklan rokok. Dalam pendiriannya, warung rokok juga lebih bebas dan lebih seenaknya dalam bermunculan di daerah sekitar anda. Kebanyakan pemilik warung rokok tidak membuat IMB (Izin Mendirikan Bangunan), sehingga sebenarnya keberadaan mereka tidak legal. Tetapi, dikarenakan keberadaannya yang invisible-nya yang tidak mengganggu dibanding dengan pedagang kaki lima, warung rokok sendiri lebih jarang kita dengar mengalami penggusuran sehingga mereka menjadi invincible.
16
WARUNG ROKOK : INVISIBLE & INVINCIBLE
Dunia Tanpa Warung Rokok
VOL 07
Andaikan dalam sekejap tak ada lagi warung rokok, bagaimana dengan budaya yang telah terbangun di sekitarnya? Banyak yang akan merasa kehilangan, dari pemilik warung rokok itu sendiri yang terenggut mata pencaharian utama untuk menghidupi keluarganya hingga para langganan seperti tukang parkir, satpam, pemuda maupun pemudi yang kerap singgah dan bercakap selagi menghabiskan senja. Orang-orang ini harus beralih mencari tempat tongkrongan baru yang mungkin tak lagi sedekat warung rokok yang hampir selalu ada di setiap 200 meter. Kebudayaan yang dikatakan dapat mendekatkan berbagai kalangan menjadi susah lagi dikembangkan karena yang tersisa hanya minimarket terdekat, tanpa pemantik yang digantung, rokok yang dijual per-batang, hingga pedagang yang sudah mengenal anda.
17
Proses berbelanja di warung rokok juga lebih efisien waktu. Tidak ada antrian menuju kasir, tidak ada tawaran “mas/mba, sekalian dibeli pulsanya�. Transaksi yang dilakukan jauh lebih sederhana, ambil yang kita mau, bayar, pergi/ lanjut “nongkrong�. Di minimarket kita harus langsung bayar setelah beli, sedangkan di warung kita bisa mencomot, makan, lalu bayar sehingga alurnya lebih sederhana jika ingin menambah setelah makan/minum.
Jika tak ada lagi warung rokok yang selalu ada dekat anda setiap dibutuhkan, maka akan lebih banyak orang-orang yang beralih pergi ke minimarket, sedangkan keberadaan warung rokok sendiri sangat membantu perekonomian kalangan menengah ke bawah yang secara tidak langsung juga mengembangkan daerah sub-urban. Ketika gang-gang dan jalanan yang kita lewati tak lagi diramaikan dengan keberadaan si gerai kubus beserta tempat duduk yang selalu saja ada isinya, mungkin saat itulah kita baru akan merasakan hilangnya kebudayaan yang sudah merajalela di Indonesia ini.
18
“ Warung rokok atau minimarket? � Inilah kata masyarakat..
“Kalau minimarket biayanya besar, terus untungnya gak bisa untuk bantu orang. Kalau beli di warung rokok bisa menghidupi pemilik warung yang lebih membutuhkan, untuk kaum menengah kebawah untuk makan.” Pak Robi, UNK Driver Ojol
“Kalau di warung rokok kita bisa beli ketengan, bisa eceran, gak harus bungkusan. Jadi kita bisa lebih hemat kalau beli di warung rokok.” Pak Adi, 50 Tahun Satpam
“Saya pilih warung rokok karena jarak ke warung rokok lebih dekat. Di minimarket harus menunggu antrean dulu, di warung mah bisa langsung beli. Yang penting, di warung mah bisa ketengan, terus langsung ngudud sambil nongkrong disana.” Mas Udin Samsudin, 36 Tahun Satpam
“Kalau untuk kuli bangunan dan masyarakat sekitar, warung rokok jauh lebih berguna. Di warung rokok juga kita bisa lewat dan makan cepat.”
“Warung rokok biasa jadi tempat nongkrong. Kalo ke minimarket, aing paling mager ditanyain “pulsanya mas” atau “koreknya sekalian?”. Kalau warung rokok juga bisa ganjel perut kalau laper, beli roti biasanya. Kalau di warung rokok juga bisa dekat sama penjualnya, jadi bisa bayar nanti-nanti. “ Muhammad Ghani, 18 Tahun Mahasiswa UNPAR
“Warung rokok memperhemat karena bisa diketeng. Kalau di minimarket ngantri, di warung rokok tidak perlu ngantri karena gaada kasir. Demo sih kalau warung rokok satu Bandung ditutup. Warung rokok biasanya jadi tempat nongkrong anak-anak, bisa kenalan sama banyak orang dari sekolah lain.” Anggardo Prasetya, 18 Tahun Mahasiswa UNPAR
“Kita kalau pada nongkrong pasti di warung rokok, sambil ngopi. Pasti keberatan, terutama buat para peroko, kalau warung rokok ditutup. Soalnya kalau berhenti rokok, susah. Sehari saya bisa habisin hampir 3 bungkus rokok. Kalau beli di minimarket, harga sih sama, yang bikin repot masuknya harus berpakaian rapih. rokok, sambil ngopi.” Pak Sardi, 65 Tahun Satpam
Nabil Abdillah Azhar, 17 Tahun Mahasiswa UNPAR
20
VOL 07
WARUNG ROKOK : INVISIBLE & INVINCIBLE
21
Candu tembakau bebas diumbar Memberi rayan bagi yang haus Memasak hidangan untuk yang lapar Ia menjawab semua sekaligus Menunggu dalam kesunyian Tanpa mendengar tawa kebahagiaan Yang sebelumnya menghidupkan Kini larut dalam keresahan Tiap hari kita lewati Tanpa kita sadari Terselubung dekat kasat mata dengan tegar menunggu kawannya Inilah gaung warung Yang tak pernah merasa agung Apakah kita terlalu meremehkannya? Apakah kita benar-benar memerlukannya?
VOL 07
WARUNG ROKOK : INVISIBLE & INVINCIBLE
23
24
minikomm by kommunars