MINIKOMM 03 - Kepemilikan Ruang Publik

Page 1

MINIKOMM

Minikomm Desember 2018

Isu Kepemilikan Ruang Publik

Vol. III


KEPEMILIKAN RUANG PUBLIK

Ruang publik adalah unsur kota yang dekat dengan masyarakat. Sebuah ruang yang umum, terbuka, dan dapat menjadi destinasi wisata. Sudah menjadi hak bagi warga kota untuk dapat menikmati ruang tersebut dengan leluasa. Namun, jangka hidup ruang publik di Indonesia, terutama kota Bandung, tidaklah lama. Masyarakat kerap kali meninggalkan jejak sampah dan vandalisme setelah puas berkunjung. Dalam edisi MINIKOMM vol. 03 ini, kami membahas keberadaan ruang publik di kawasan kota Bandung dan interaksinya dengan perancang serta penggunanya, dari skala lingkungan kota yang besar hingga skala lingkungan kampus yang kecil sebagai refleksi dari realita ruang publik.

VOL 03

MINIKOMM adalah mini-zine yang didedikasikan untuk memaparkan isu arsitektur lokal kepada masyarakat umum. Tujuan publikasi adalah untuk memperkenalkan KOMMUN ZINE yang merupakan publikasi utama dari KOMMUNARS, Wadah Minat Jurnalistik Arsitektur UNPAR.


TABLE OF CONTENTS

Ruang Publik: dari Alun-Alun hingga Taman Kota Realita `

Ari Priyanto Memanusiakan Arsitektur Pemaparan Kita Tidak Sadar Selasar Sunaryo Dari Seniman Untuk Masyarakat Sunaryo Sutono Seni dan Ruang Joddy Jeremy & Wilson Tandanu Kebiasaan Buruk dalam Ruang Baik Ruang Publik: Tamatan Ekstra


KEPEMILIKAN RUANG PUBLIK

Ruang Publik: dari Alun-Alun hingga Taman Kota

VOL 03

Penulis: Yovine Rachellea

1


Sejarah perencanaan Kota Bandung sudah ada sejak zaman kolonial di mana pusat kotanya berada pada Alun-alun Bandung. Pada tahun 1811, Alun-Alun Bandung dibangun satu tahun setelah perpindahan ibu kota dari Krapyak ke Cikapundung. Pada zaman itu, Alun-Alun Bandung dikenal sebagai ruang publik pertama di Kota Bandung sekaligus sebagai simbol kewibawaan, kekuasaan pemerintah, dan pusat kebudayaan Bandung. Makna ruang publik pada zaman ini sudah tidak lagi sama. Ruang publik yang tadinya menjadi suatu hal yang eksklusif seperti pusat pemerintahan dan kebudayaan, kini menjadi terbuka untuk umum. Pengguna ruang publik bukan lagi dari kaum elit, namun dari seluruh kalangan masyarakat. Banyak wisata populer di kalangan masyarakat yang berbentuk ruang publik, terkenal terutama karena aspek kenyamanan dan estetikanya. Hubungan baik antar pengguna dengan ruang alam seharusnya tercermin dalam ruang publik yang responsif terhadap penggunanya. Akan sangat ideal jika ruang publik memberikan kesan, memori, dan hubungan kepada pengguna, sesama pengguna, juga ruang alam. Pada akhirnya, pengelola ruang publik memberikan solusi dengan membatasi ruang gerak publik agar publik tidak dengan mudah merusak fasilitas ruang publik. Semakin lama ruang publik tidaklah lagi terasa milik publik.

2


KEPEMILIKAN RUANG PUBLIK

3

Penulis: Ahimsa Sirait

VOL 03

Realita

Sumber: infobdg

Coretan-coretan berantakan dan sampah-sampah yang berserakan mengotori ruang publik di Bandung. Sampah plastik warna-warni menyelimuti pojok-pojok, baretanbaretan mencoreng fasilitas yang ada dengan namanama yang tidak dikenal. Ruang publik di Kota Bandung menjadi identik dengan visual yang berantakan, yang disebabkan oleh warga yang kurang memiliki kesadaran.


Sumber: Pikiran Rakyat

Kesadaran warga yang masih minim akan kebersihan dan kepemilikan tercerminkan dalam ruang publik.

Sumber: tribunnews

4 Sumber: infobdg


KEPEMILIKAN RUANG PUBLIK

VOL 03

Foto: Jerrick Makani

Foto: Ahimsa Sirait

5


Ari Priyanto

Memanusiakan Arsitektur Penulis: Joshua Toindo & Mas Reva

Identitas Kota Bandung tercermin dengan adanya ruang publik sebagai wadah yang memberikan interaksi antara manusia dengan lingkungan sekitarnya. Menurut perancang Forest Walk Babakan Siliwangi, Ari Priyanto, adanya ruang publik menjadi jembatan penghubung antar masyarakat dengan lingkungan alam di tengah Kota Bandung. Melalui ruang publik tersebut, Ari memilki visi untuk menumbuhkan rasa kepemilikan ruang publik kepada masyarakat Bandung. Ruang publik ini berawal dari salah satu janji kampanye ex-Walikota Kota Bandung, Ridwan Kamil, yang menggagas sayembara ruang publik di Babakan Siliwangi. Kang Emil berencana mengembalikan fungsi hutan kota tersebut, yang pada awalnya akan dijadikan hotel. Tujuannya agar masyarakat Bandung dapat merasakan alam di tengah kota. Dari sayembara tersebut Pak Ari Priyanto berkontribusi membuat rancangan Forest Walk Babakan Siliwangi yang mewadahi interaksi antara manusia dengan hutan kota.

Bagi Ari, dengan melestarikan hutan kota sekaligus memberi ruang publik akan menumbuhkan rasa kepemilikan pada masyarakat untuk saling menjaga fasilitas tersebut. “Memanusiakan arsitekturnya”, adalah pesan dari Ari Priyanto terhadap setiap pengguna ruang publik. Pesan tersebut dimaksudkan agar masyarakat dapat menghargai ruang publik dengan baik. Masyarakat seringkali salah mengartikan makna keberadaan ruang publik, misalnya hanya memperlakukan ruang publik sebagai latar belakang foto. Namun dengan fenomena tersebut, masyarakat akan lebih tertarik untuk berkunjung. “Tidak ada yang salah dari pandangan orang-orang, justru dengan fokus instagramable merupakan salah satu solusi dari tujuan awal ruang publik, memberikan wadah interaksi antara manusia dengan alamnya, dengan menyebarluaskan kepeduliannya lewat foto Instagram”, ujar Ari Priyanto.

6


KEPEMILIKAN RUANG PUBLIK

“gak tau, mungkin pemerintah.” “semua kalangan, bebas milik siapa aja asal gak ngerusak dan ngerugiin.”

“kotamadya. dikelola pemerintah.” “milik pemerintah kota.”

menurut kalian, itu punya siapa? “hm gatau.”

VOL 03

“mungkin dikelolanya sama pemerintah ya.

“sebenernya kita yang sering kesini juga sih jadi kalau dateng kesini juga seenggaknya sampah dibawa lagi, ya milik semua sih.”

7

“punya pemda kayaknya.”


“ya ditangan orang itu sendiri yang datang kesini.”

“semua yang dateng kesini.”

“ya itu, kebersihan kotamadya.”

“ditangan penggunanya, kalo habis makan dibiarin aja, kalo buang sampah juga sesuai yang mana organik yang mana engga. kadangkadang kita yang bersihin jadi harus ada kesadaran masyarakat juga.”

berarti yang atas kebersihannya siapa? “hmm, biasanya ada abangabangnya juga sih.”

“mungkin pemerintah juga, yang mengelola tempat ini.”

“menurut aku warga juga punya tanggung jawab ya. bukan berarti ini milik pemerintah otomatis yang bersihin pihak pemerintah aja. harus ada kesadaran masyarakat juga”

“ada petugas kebersihan biasanya sore keliling, kalo gak ada satpol pp ada dinas yang keliling.”

8


KEPEMILIKAN RUANG PUBLIK

Pemaparan

Kita Tidak Sadar Penulis: Ahimsa Sirait

Pagar-pagar dan tembok yang tadinya menghalangi ruang publik kini sudah tidak ada, membuka akses kepada seluruh kalangan masyarakat. Ruang publik kini mengundang masyarakat Bandung untuk datang menggunakanya. Kepemilikan untuk ruang publik dikembalikan kembali pada masyarakat.

Namun saat dibukanya kembali ruang publik, sikap masyarakat turut membawa dampak yang kurang baik. Sikap masyarakat dalam menggunakan dan menjaga ruang publik memprihatinkan. Ruang publik di Bandung menjadi identik dengan vandalisme dan sampah yang berserakan.

VOL 03

Hanya sebagian masyarakat yang menyadari pentingnya menjaga ruang publik. Belum semua menyadari tanggung jawab dalam menjaga ruang publik yang merupakan milik bersama. Mereka belum sadar bahwa dengan mengotori ruang publik akan berdampak pada diri mereka sendiri dan orang lain.

9


10


VOL 03

KEPEMILIKAN RUANG PUBLIK

Instalasi Ruang Lawangkala Pameran Tunggal Sunaryo Sutono untuk 20 Tahun Selasar Sunaryo Art Space Foto: Sofian Johan

11


Selasar Sunaryo

Dari Seniman Untuk Masyarakat Penulis: Ahimsa Sirait & Joshua Toindo

Perancangan Selasar Sunaryo Art Space sebagai ruang publik didasari oleh terciptanya ruang-ruang komunal yang ada. Para pengunjung dapat merasakan ruang publik dalam bentuk art gallery, cafe, souvenir shop, ataupun amphitheater yang terletak di taman. Tidak hanya itu, Sunaryo sebagai seniman dan pemilik Selasar Sunaryo juga memamerkan koleksi pribadinya. Penyampaian yang dirancang beliau secara keseluruhan berupa sebuah metafora yang melambangkan linearitas hidup membawa jalan pengunjung memasuki kompleks Selasar Sunaryo.

Ruang-ruang yang terdapat di Selasar Sunaryo membawa pengunjung untuk berkeliling mengeksplorasi tiap ujungnya. Jalan berliku-liku yang mengikuti kontur tanah memberi kesan natural ditambah dengan naungan pohon dan lantai bata, teras kota, dan rumput. Pepohonan yang menaungi Selasar Sunaryo memberi suasana yang hangat dan nyaman meskipun suhu udara yang relatif dingin. Suasana seakan membawa pengunjung untuk berbincang dan berdiskusi, sambil menjelajahi kompleks Selasar Sunaryo, memancing obrolan yang mendalam dan sambil menikmati suguhan karya seniman Indonesia yang dikemas secara kontemporer.

Sebagai seniman, beliau merancang Selasar Sunaryo dengan tujuan memfasilitasi pengunjung serta kebutuhannya untuk menyimpan karya seninya dan seniman lain. Kembali kepada tujuan adanya ruang publik, beliau memiliki visi untuk mengenalkan dan memberikan rasa kepemilikan kepada masyarakat Bandung terhadap seni dan alam Indonesia.

12


KEPEMILIKAN RUANG PUBLIK

Sunaryo Sutono

Seni dan Ruang

VOL 03

Penulis: Yovine Rachellea & Gevin Timotius

Foto: Kenjie Elton

13


Setelah mengunjungi Selasar Sunaryo, kami mewawancarai Sunaryo Sutono selaku pemilik dari selasar tersebut untuk lebih tahu lagi pendapatnya tentang seni dan ruang.

Apa hubungan seni dan ruang menurut Pak Sunaryo? Karya seni dan ruang publik saling memengaruhi. Bagi saya, karya seni dan karya arsitektur tidak jauh berbeda, sebab meliputi skala proporsi dan perspektif manusia sebagai tolok ukur utama. Bagaimana tujuan dari dibangunnya SSAS secara publik? Saya membuat selasar itu tahun 1998, untuk menyimpan karya pribadi dan kegiatan kesenian publik. Mencapai selasar itu memerlukan usaha, maka ketika para pengunjung mencapai SSAS, mereka mendapat nilai lebih. Seakan SSAS adalah reward setelah melewati perjalanan yang cukup sulit. SSAS saya persembahkan kepada komunitas seni dan masyarakat agar dapat bertemu dan berinteraksi.

Apa peran SSAS dalam komunitas seni? Dulu, ketika saya menjadi dosen, saya menyadari bahwa seniman muda yang baru lulus masih canggung dalam memilih karir. Di sana, saya hadir untuk membimbing mereka dan menghubungkan mereka dengan lingkungan yang bisa mengapresiasi mereka. Dalam kesempatan yang sama, saya ingin mengedukasi masyarakat tentang dunia seni. Menurut Bapak, siapakah yang memiliki SSAS? Pada tahun dimana selasar dibuka hanya 1000 pengunjung yang datang. Namun sekarang untuk satu event saja bisa datang 1000 pengunjung. Bukan dari komunitas seni saja, namun dari mahasiswa dan siswa SMA menjadi bagian dari selasar ini. Selasar ini terbuka dan menjadi milik siapa pun yang mau datang dan mengenal seni.

Untuk Sunaryo, ada dua macam pendekatan seni: seni sebagai ekspresinya sendiri dan seni yang beliau baktikan kepada masyarakat. Ruang beliau pergunakan sebagai media agar sudut pandangnya dapat dimengerti dan dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Demikian pun arsitek harus memanfaatkan ruang untuk menggugah emosi dan perasaan orang yang melewatinya.

14


KEPEMILIKAN RUANG PUBLIK

Wilson Tandanu & Joddy Jeremy

Kebiasaan Buruk dalam Ruang Baik Penulis: Joshua Toindo & Yovine Rachellea

Foto: Jerrick Makani

Boleh ceritakan bagaimana awal mula adanya renovasi Taman FISIP dan bagaimana proses desainnya?

VOL 03

Awalnya dimulai dari ketua himpunan arsitektur 2017-2018 dan Wakil Dekan 3, Pak Felix. Waktu itu beliau sendiri yang mengajukan ide untuk merancang ruang publik di area PPAG Unpar. Ide pertama beliau berupa selasar di lantai 1A PPAG, lalu meluas dan mencakup Taman FISIP yang sekarang menjadi lokasi Taman FISIP. Taman FISIP adalah ruang publik yang terletak di lingkungan UNPAR. Terletak di antara Gedung PPAG untuk Fakultas Teknik dan Gedung 3 untuk FISIP menjadikan taman ini ruang publik yang menghubungkan mahasiswa kedua fakultas tersebut. Simak cerita Joddy Jeremy dan Wilson Tandanu sebagai arsitek dibalik renovasi Taman FISIP mengenai kepemilikan ruang publik ini. 15

Berarti, apakah desain taman ini dikhususkan untuk mahasiswa teknik? Jadi kita sebenarnya merancang satu taman ini agar sifatnya umum ke semua orang. Dulu mahasiswa arsitektur gak punya tempat buat kerja dan nongkrong kecuali ruang himpunan. Kami pisahkan kebutuhan mahasiswa arsi sama mahasiswa lain apa aja.


Bagaimana dengan rasa kepemilikan ruang publik ini? Kami bikin solusi dengan menyesuaikan zona dan furniturnya. Jujur, menurut kami desain taman ini paling cocok dipakai sama mahasiswa arsitektur karena yang mendesain adalah mahasiswa arsitektur. Mungkin untuk rasa kepemilikan di tahun-tahun ini menurun karena makin lama orang-orangnya makin individual.

Jadi, apakah menurut kalian arsitektur itu bisa mempengaruhi kebiasaan? Justru arsitek itu meminimalisir dampak kebiasaan buruk orang dengan menghasilkan solusi desain berdasarkan kebiasaan itu. Kebiasaan pengguna harus mendukung desain arsitek supaya bisa berfungsi secara maksimal. Pengguna yang datang lebih dulu harus sadar kalau ini ruang publik, ga cuma mereka yang pakai tapi ada orang lain yang bakal pakai tempat ini.

Nah kalau mahasiswa Unpar sudah memiliki rasa kepemilikan, setiap hari taman dan SC Teknik selalu dipakai, tapi saat semuanya selesai taman dan SC berantakan, gimana pendapat kalian? Ya itu kembali lagi ke kebiasaan orang Indonesia. Sebenarnya kita semua sudah punya rasa memiliki taman dan SC ini, tapi bagi banyak orang ada petugas kebersihan, jadinya ya gak mereka beresin. Lebih kayak “suka-suka gue�, ga ada tanggung jawabnya. Kami risih juga, kami sudah rancang taman sebaik mungkin tapi kok yang datang masih buang sampah sembarangan. Yang harus diperbaiki buat kita itu kebiasaan dan tanggung jawab penggunanya sih.

Foto: Jerrick Makani

Ada kah kata-kata atau pesan penutup dari kalian? Kami merancang taman FISIP sedemikian rupa agar bisa meminimalisir dampak dan mengintervensi perilaku mahasiswa yang masih jorok di ruang publik. Kalau perihal kebersihan, seharusnya sudah menjadi kewajiban dan kebiasaan dari tiap pribadi. Sangat disayangkan kalau taman sudah dibuat dengan baik namun ituitu lagi yang menghambat keberlangsungannya. Seperti masyarakat Jepang yang sudah punya kebiasaan yang baik dan didukung ruang publik yang juga baik. 16


KEPEMILIKAN RUANG PUBLIK

Ruang Publik: Tamatan Penulis: Gevin Timotius

VOL 03

Ruang publik sebagai wadah masyarakat. Melekat, tapi kita tidak sadar. Ada yang berjuang demi terciptanya ruang itu, Memberikan karyanya secara cuma-cuma. Namun saat ruang itu terlalu nyaman, kita meremehkan, melupakan orang lain. Rusak semua, coret semua, sampah semua. Sadarkah ruang itu bukan kepunyaanmu semata?

17


Mata Waktu yang Fana (2018) Pameran Tunggal Sunaryo Sutono untuk 20 Tahun Selasar Sunaryo Art Space Foto: Sofian Johan

18


KEPEMILIKAN RUANG PUBLIK

Ekstra

VOL 03

Oleh: Anastasya Dwita

19


Supervisors Aldy Nisar Amyra Salsabila Anastasia Nathania Ardhisty Shafira Ariel Latasha Randy Rizki Sarah Adeline Zharfan Hadyansyah Editor in Chief Gevin Timotius Desain Marsella Ho Sofian Johan Jerrick Makani Redaksi Yovine Rachellea Ahimsa Sirait Joshua Toindo Mas Reva Publikasi dan Dokumentasi Nur Shadrina Anastasya Dwita Special Thanks Kenjie Elton follow our instagram: @kommunars


minikomm by kommunars


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.