Car Free Day Jumat: Cara UM Cintai Bumi Sejak 15 Mei 2015 lalu UM telah menerapkan Car Free Day (CFD) setiap Jumat. Gagasan itu muncul dari agenda tahunan yang diadakan oleh UKM Jonggring Salaka, kemudian disahkan lewat SK rektor menjadi agenda mingguan. Simak ulasan dibalik program CFD dalam rubrik Laporan Utama.
12
DAFTAR ISI 6
SALAM REDAKSI 4 SURAT PEMBACA 5 LAPORAN UTAMA
Akun Instagram
OPINI 10
untuk Pahlawan yang Terlupakan
UP TO DATE
Hargai jasa para pahlawan terdahulu. Sebuah kalimat yang lambat laun mulai hilang maknanya. Para veteran yang ikut berjasa bagi negara sekarang hidup dalam fasilitas yang tak layak. Melihat hal ini, beberapa anak muda melakukan gerakan dengan membuat akun Instagram. Simak bagaimana perjuangan mereka dalam rubrik Up to Date.
SEPUTAR KAMPUS 13
CERITA MEREKA 22 PUSTAKA 24
Mutiara dari
WISATA
Majalah Komunikasi
Kuliah adalah golden oppotunity. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Choirun Nisa Ristanty. Delapan semester telah ia lalui dengan menuai banyak prestasi. Mulai dari medali emas dan perak dalam Pimnas hingga menjadi Mawapres 2 UM. Simak cerita selengkapnya dalam rubrik Profil.
PROFIL
LAPORAN KHUSUS 28 INFO 30
19
AGAMA 32 RANCAK BUDAYA 34
Balikpapan, Tak Melulu Soal Pantai
26
Ketika mengunjungi Balikpapan tak hanya tentang hamparan hutan atau pantai. Banyak destinasi wisata yang patut untuk dicoba agar masyarakat lebih mengenal Balikpapan. Simak gambaran selengkapnya di rubrik Wisata.
Tahun 37 Juli-Agustus 2015 |
3
Salam Redaksi
Buatlah
STT: SK Menpen No. 148/ SK DITJEN PPG/STT/1978/ tanggal 27 Oktober 1978
Oleh Ali Imron
D
i bulan Agustus ini, paling tidak ada tiga peristiwa penting yang dialami oleh civitas akademika UM. Pertama, hari kemerdekaan RI 17 Agustus, sebagaimana yang dialami oleh seluruh warga negara RI. Kedua, Munas dan reuni akbar alumni UM. Ketiga, penerimaan mahasiswa baru UM tahun 2015. Tiga momentum penting ini, kerap menjadikan kita merasa bangga. Bangga dengan negeri kita, karena saat dijajah semua merasakan penderitaan lahir batin. Sementara setelah merdeka, bisa merasakan indahnya kemerdekaan dan makin merasakan kemakmuran hidup. Bangga menjadi alumni UM, karena berkat asuhan selama di UM-lah, kini para alumni banyak yang merajut kesuksesan di segala bidang kehidupan. Bangga menjadi mahasiswa baru UM, karena telah lolos melalui seleksi yang sangat ketat, mengalahkan kandidat mahasiswa yang tidak diterima di UM. Yang patut direfleksi, cukupkah kebanggaan kita atas Indonesia dan atas UM tercinta? Cukupkah kita bangga, dengan pemberian besar yang kita terima dari Indonesia dan UM? Jika posisi kita, hanyalah menjadi “pembangga” atas pemberian Indonesia dan UM, maka sungguh, derajat kita berada di poisisi sebagai penerima, dan tidak pernah di posisi sebagai pemberi. Kalau kita tidak membangun kesadaran diri, makin lama kita bisa terjerembab dalam kubangan “pemeras” Indonesia dan sekaligus “pemeras” UM. Dengan kata lain, kita hanya ingin mendapatkan “sesuatu” dari Indonesia dan UM selanjutnya tidak pernah terlintas untuk memberi kepada Indonesia dan UM. Oleh karena itu, sudah saatnya kita mengubah mindset, yaitu menjadikan Indonesia dan UM bangga dengan diri kita. Sebagai warga negara, buatlah Indonesia bangga dengan prestasi spektakuler dan kontribusi yang dapat kita persembahkan untuk ibu pertiwi. Sebagai alumni UM, buatlah UM bangga dengan prestasi gemilang yang kita torehkan ke masyarakat. Sementara itu, sebagai mahasiswa baru buatlah UM bangga dengan prestasi cemerlang di bidang akademik dan non akademik sehingga makin mengharumkan nama besar UM. Wahai mahasiswa UM, kebesaran UM yang kini kita nikmati, berkat prestasi-prestasi gemilang mahasiswa UM terdahulu yang proses pencapaiannya dengan memeras otak,
mengerahkan seluruh tenaga, menguras keringat, bersimbah peluh, dan air mata. Apa yang dapat kita berikan ke UM, jika ketika menjadi mahasiswa tidak meningkatkan militansi belajar dan mencapai prestasi gemilang yang bisa membanggakan UM? Jangan hanya membanggakan prestasi UM yang telah ditorehkan oleh mahasiswa terdahulu. Buatlah UM bangga dengan prestasiprestasimu sebagai mahasiswa. Teruslah belajar dan berkarya. Wahai para alumni, kesuksesan sebagai alumni UM, berkat tangan dingin pendidik tulus di kampus ini. Almamater UM niscaya akan bangga, jika para alumni tidak hanya ingin dapat dari UM, tetapi lebih banyak memberi ke UM. Mengabdi dan berprestasi di bidang masing-masing seraya membawa keharuman nama besar UM. Almamater selalu menunggu kontribusimu, tidak hanya untuk UM, tetapi juga untuk Indonesia. Wahai warga besar UM!, apa yang dikau nikmati kini berkat jasa para pendahulumu. Dimana saat bekerja di UM seraya berjalan kaki, mengendarai sepeda angin, motor butut, dan mobil second yang untuk bisa berjalan saja kadang-kadang harus juga di dorong lebih dulu. Mereka bekerja dalam generasi zaman. Menulis dengan tangan, mengetik dengan mesin ketik, memutar mesin stensil, menghapus dengan tipe-ex atau stipo. Sementara itu, untuk makan sehari-harinya, memasak sendiri beras jatah PNS yang dahulu kala terkenal “apek” itu. Para pendahulumu telah mengabdi dengan dedikasi karena penuh kesyukuran. Karena itu, buatlah UM bangga dengan kinerja, optimalisasi pelayanan, karya, dan prestasi, karena kini dikau telah berkendara motor roda dua dan empat yang penuh kilau, bekerja dengan komputer, berkomunikasi dengan gadget modern. Semoga, dengan mindset baru ini, aktivitas belajar, kinerja, prestasi, kualitas, dan peringkat kita terus meningkat sejajar dan bahkan melampau perguruan tinggi lain. Namun, jika sebaliknya (hanya berharap selalu diberi oleh UM), kita bisa terjerembab pada posisi sebaliknya, yaitu turun ke peringkat yang lebih rendah. Nah, sekali lagi, buatlah UM bangga! Penulis adalah penyvunting Majalah Komuniukasi, Koordinator Prodi Manajemen Pendidikan S2 dan S3 Pascasarjana UM.
KOMUNIKASI • Majalah Kampus Universitas Negeri Malang • Jl. Semarang No. 5 Gedung A3 Lt. 3 Telp. (0341) 551312 Psw. 354 • E-mail: komunikasi_um@ymail.com • Website: http://komunikasi.um.ac.id KOMUNIKASI diterbitkan sebagai media informasi dan kajian masalah pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Berisi tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, dan gagasan orisinil yang segar. Redaksi menerima tulisan para akademisi dan praktisi yang ditulis secara bebas dan kreatif. Naskah dikirim dalam bentuk softdata dan printout, panjang tulisan 2 kwarto, spasi 1.5, font Times New Roman. Naskah yang dikirim belum pernah dimuat atau dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya. Redaksi dapat menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah artinya. Tulisan dalam Komunikasi tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Isi diluar tanggung Jawab percetakan PT. Antar Surya Jaya Surabaya.
4 | Komunikasi Edisi 299
dok. Pribadi
UM Bangga
Pembina Rektor (Ah. Rofi’uddin) Penanggung Jawab Wakil Rektor III (Syamsul Hadi) Ketua Pengarah Kadim Masjkur Anggota Amin Sidiq Ketua Penyunting A.J.E. Toenlioe Wakil Ketua Djajusman Hadi Anggota Ali Imron Sri Rahayu Lestari Didik Dwi Prasetya Maziatul Churiyah Yusuf Hanafi Redaktur Pelaksana Nida Anisatus Sholihah Editor Rizky Imaniar Roesmanto Layouter Dio Lingga P. Monica Widyaswari Desainer dan Ilustrator F. Anwar Aji Setiawan Reporter Choirun Nisa Ristanty Binti Muroyyanatul A. Iqlima Pratiwi Muhammad Ajrul Mahbub Rodli Sulaiman Novi Fairuzatin A. Cattetiana Dhevi Arni Nur Laila Selvi Widiariastuti Iven Ferina Kalimata Shintiya Yulia Frantika Maria Ulfah Maulani Firul Khotimah M. Faris Alfafan Khalilan Administrasi Taat Setyohadi Imam Khotib Rini Tri Rahayu Imam Sujai Lusy Fina Tursiana Astutik Badrus Zaman Habibie Distributor Jarmani
Surat Pembaca
Kompetisi Ilustrasi
Widya, Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah
Ketika kayuhan kakimu lebih bermakna dari sekedar kepulan asap kuda besi. Cover Story
Repro Internet
Waalaikumsalam Wr. Wb. Widya yang berbahagia, sebelumnya terima kasih atas saran positif yang diberikan. Untuk pengadaan kompetisi selain menulis akan kami pertimbangkan. Redaksi
F. Anwar
Assalamualaikum Wr. Wb Redaksi Komunikasi, saya adalah penikmat majalah Komunikasi setiap edisinya. Sepengetahuan saya Komunikasi rutin melaksanakan kompetisi menulis setiap tahunnya. Apakah ada rencana untuk mengadakan kompetisi lain seperti kompetisi ilustrasi untuk sebuah rubrik di dalam majalah Komunikasi? Salam hangat Komunikasi,
Perbedaan antara gagal dan sukses bukanlah pada kesempatan, tetapi pada tindakan di setiap datangnya kesempatan. Deddy Corbuzier
ilustrasi oleh F. Anwar
Tahun 37 Juli-Agustus 2015 |
5
Laporan Utama
ilustrasi oleh Aji Setiawan
Car Free Day Jumat:
Cara UM Cintai Bumi|
M
ulai 15 Mei 2015, UM memberlakukan Car Free Day (CFD) setiap Jumat. “CFD bagian dari upaya hemat energi, menjaga kampus aman, nyaman, tenang, dan tidak bising,” terang Prof. Dr. Ah. Rofi’uddin, M.Pd. Menurut Rektor UM tersebut, arah ke depan kalau bisa bukan hanya Jumat, tapi setiap hari. UM ingin agar CFD sebagai pilot project. Jika ketika hari bumi UM bisa melakukan CFD, maka UM ingin melanjutkan CFD untuk bisa menjaga kelestarian alam, hemat bahan bakar minyak, menjaga keindahan
6 | Komunikasi Edisi 299
dan kenyamanan, menikmati bagaimana rindangnya kampus, dan menikmati bagaimana nyamannya kampus kita ini tanpa bising kendaraan. Menjadi Kampus Hijau Hal serupa juga diungkapkan oleh Prof. Dr. Wahjoedi, M.E., M.Pd., Wakil Rektor II UM tersebut menjelaskan bahwa latar belakangnya, UM sudah mempunyai visi misi yang tertuang dalam renstra UM, menjadi kampus hijau, artinya kampus dalam taman. Dengan terwujudnya kampus
hijau ini, harapannya bisa mendukung kepentingan akademis. “Udara segar dengan banyak tanaman hijau. Warga yang tinggal juga bisa semakin sehat, ya dosen, mahasiswa, pegawai sehingga kita bisa mengurangi polusi sementara di sisi lain kendaraan luar biasa banyak,” terang Pak Wahjoedi. Menurut Pak Wahjoedi, semua yang peduli terhadap lingkungan bisa disebut penggagas CFD. Rektor yang dahulu, Prof. Dr. Suparno sudah memulai dengan memperbanyak taman. “Bersamaan dengan itu, ketika saya memimpin
Laporan Utama
> Prof.
melaksanakan CFD di UM. “Sudah tiga tahun (2013-2015) CFD setiap 22 April dilaksanakan, dan banyak respon positif,” tutur mahasiswa Teknik Elektro ini. Respon positif datang dari berbagai pihak terhadap CFD setiap hari bumi. Salah satunya adalah respon positif dari Rektor UM periode 2014-2019. Menurut penuturan Dany, pada saat ada CFD yang dilaksanakan oleh BEM UM, beliau memberikan respon bahwasanya jalan kaki menuju gedung adalah perjalanan yang sehat. Beliau juga menambahkan, dengan jalan kaki, beliau bisa “kenal konco lawas”. Menurut Hadiono, Ketua Umum MPA Jonggring Salaka 2014, CFD juga gencar dilaksanakan pada tahun 2014 karena Prof. Dr. Suparno, (rektor periode tersebut) mempunyai gagasan “kampus dalam taman”. “Gagasan kampus dalam taman tersebut sejalan dengan CFD yang UKM kami laksanakan, meskipun hanya satu hari, tapi hal tersebut sangat berarti untuk bumi,” tutur mahasiswa yang sebentar lagi diwisuda ini.
Dr. Wahjoedi, M.E., M.Pd., Wakil Rektor II
pascasarjana, saya hijaukan pascasarjana engan taman,” tutur Pak Wahjoedi. Waktu awal-awal mengajukan anggaran yang cukup besar, beliau dinilai dan dikritik, dana sekian besar kok hanya untuk membangun taman. Namun, setelah taman jadi, banyak yang senang karena mendukung kegiatan akademis dan semua ikut menikmati. Sekarang pun semua fakultas sudah bergerak membangun taman-taman. “Siapa saja boleh mengaku menjadi penggagas CFD. Tapi, saya simpulkan ide menggagas adalah dari semua komponen kampus yang punya kepedulian terhadap lingkungan,” tegas Wakil Rektor II. Uji Coba CFD Pemberlakuan CFD setiap Jumat ini merupakan masa uji coba. “Satu tahun ini akan kita evaluasi,” ungkap Pak Rektor. UM akan melihat seperti apa respon warga kampus. Jika warga UM menghendaki setiap Jumat, ya akan diperhatikan. Tapi, jika warga UM menghendaki setiap hari, maka harus dilihat apakah fasilitas-fasilitas pendukung pemberlakuan CFD sudah terpenuhi. Cara evaluasi yang akan dilakukan, yaitu berkomunikasi dengan seluruh unit di UM. “Evaluasinya kita amati saja. Keluhan-keluhan. Dalam perjalanan ini kan kita berkomunikasi ke semua civitas, semua fakultas, dosendosen, mahasiswa, dan pegawai. Penyebaran angket itu mungkin terakhir,” terang Pak Wakil Rektor II. CFD merupakan sesuatu yang baru, jadi jelas banyak masalah yang terjadi. Namun, menurut Wakil Rektor II, tentu lebih banyak yang merasa senang, sehat, kampus nyaman, dan tidak bising dengan hiruk pikuk sepeda motor. Ada pula individuindividu yang sudah tidak nyaman dengan
jalan kaki merasa terganggu, misalnya yang sedang sakit atau sudah sepuh. Menurut beliau, sebenarnya itu alasan yang belum terbiasa saja. “Saya kira kalau sudah terbiasa, maka akan merasa senang, sehat, dan segar,” tuturnya. UM akan terus berbenah diri untuk bisa mewujudkan kampus semakin hijau dan CFD setiap hari. Menurut Pak Rektor, masih banyak yang harus disiapkan. Fasilitasfasilitas untuk mengantisipasi kendala yang muncul masih perlu disiapkan, misalnya sepeda angin untuk perpindahan antarunit. UM juga akan menyiapkan selasar-selasar antargedung. Kondisi hujan juga harus diantisipasi oleh UM. Ring road UM belum semua jadi. Rencananya, setelah ring road jadi, orang yang hendak masuk UM harus parkir di pinggiran kampus. Mereka akan masuk unit mana, lalu menentukan mau parkir di mana. Ketika semua sudah siap, CFD akan diberlakukan setiap hari. Pak Rofi’uddin berharap UM benarbenar bisa membuat kampus yang sejuk dan warganya sehat karena ada gerak fisik. “Kenyamanan, kesejukan, keindahan, dan kesehatan yang kita inginkan untuk bisa terwujud melalui program-program itu,” ungkap Pak Rektor. Sejarah CFD dan UKM Jonggring Salaka Menurut Dany Novariyanto, yakni Ketua Umum MPA Jonggring Salaka 2015, CFD di UM pertama kali digagas oleh Ketua Umum MPA Jonggring tahun 2013 bernama Wisnu Saputra jurusan PGSD 2009. Konsep ini diaplikasikan sebagai bentuk cinta manusia terhadap bumi dengan mengurangi polusi udara dari mobil dan sepeda motor di sekitar area UM. Maka dari itulah setiap 22 April yang merupakan hari bumi, Jonggring
Cerita di balik CFD Pada saat CFD di UM, bukan hanya respon positif saja yang masuk. Respon negatif pun datang bertubi-tubi apalagi pada saat pertama kali CFD ini dilaksanakan oleh UKM Jonggring. “Persiapannya harus matang, Mbak. Kalau tidak, akan banyak masalah,” ungkap Dany. Untuk pelaksanaan CFD setiap hari bumi, Dany dan rekannya harus mulai melobi rektorat untuk membuatkan surat resmi berbentuk pengumuman terhadap pelaksanaan CFD di kampus. Pengumuman ini sangat krusial mengingat banyak sekali mahasiswa, dosen, dan staff yang menggunakan mobil dan sepeda motor. Selain itu, mahasiswa Jonggring menyewa beberapa becak untuk mengangkut dosen yang sepuh dan bagi civitas yang membutuhkan. Becak ini disediakan di beberapa titik masuk UM seperti gerbang Jalan Surabaya, Jalan Gombong, Jalan Ambarawa, dan Jalan Semarang. Becakbecak ini disediakan gratis bagi civitas akademi UM yang membutuhkan. “Yang mengayuh becaknya adalah mahasiswa dari UKM Jonggring. Dari kami gratis Mbak untuk yang mau naik becak kami, namun kami yang membayar untuk sewa becaknya. Kadang-kadang ada juga dosen yang baik hati memberi uang untuk jajan anak-anak yang mengayuh becaknya,” terang Dany. Selain becak, ada juga gerobak untuk mengangkut makanan dan bahan-bahan jualan bagi penjual warung di dalam kampus. “Ini yang paling penting, Mbak. Banyak sekali protes dari penjual, apalagi pada saat pertama kali dilaksanakan di UM pada saat hari bumi,” gagas Hadiono yang berasal dari kota Mojopahit alias Mojokerto. Ia menuturkan bahwasanya pada saat pertama kali dilaksanakan, ada adu mulut antara Tahun 37 Juli-Agustus 2015 |
7
Laporan Utama
Ditambah dan Dibenahi
mereka. “Kalau mereka tidak diberi fasilitas kendaraan khusus seperti contohnya gerobak, maka akan terjadi friksi,” terang Dany. Adanya kendaraan khusus untuk pedagang akan memudahkan mereka membawa barang dagangan mereka ke dalam area kampus. CFD akan mudah dilaksanakan dan didukung oleh banyak orang jika memang pelaksanaannya tidak akan merugikan salah satu pihak atau beberapa pihak. Kata Mereka
Agar CFD di UM menjadi program yang berkelanjutan dan tepat guna, menurut Dany Novariyanto dan Hadiono, ada beberapa fasilitas kampus yang dibenahi dan ditambah. “Apalagi ada wacana CFD ini akan dilaksanakan setiap hari, itu akan menjadi PR besar untuk UM,”ungkap mereka bersamaan. Menurut mereka, fasilitas yang harus disediakan oleh UM adalah adanya trotoar. Jika diamati di dalam kampus UM, jumlah trotoar di UM memang sangat terbatas dan tidak banyak. “Seharusnya, untuk mengakomodasi pejalan kaki di UM, harus ada trotoar untuk pejalan kaki di sepanjang kawasan UM,” jelas Hadiono. Selain trotoar, UM juga harus menyediakan sepeda di dalam kampus. Berkaca dari kampus lain, pelaksanaan CFD lebih efektif jika ada sepeda di dalam kampus. Pembelian sepeda ini pun bertahap. Kalaupun ada sepeda, sepeda itu harus mempunyai branding kampus agar tidak bisa dibawa ke luar kampus dan menghindari aksi pencurian. “Untuk jumlah pasti saya tidak begitu paham, namun karena bertahap, bisa jadi kampus UM untuk tahap awal bisa membeli seratus sepeda. Lalu untuk tahap berikutnya bisa menambah jumlah sepeda lagi. Kalau tidak dimulai sekarang untuk berinvestasi sepeda, lalu kapan lagi?” jelas Hadiono. Kalau ada sepeda, fasilitas yang diperlukan mahasiswa agar CFD berjalan lancar adalah lahan parkir khusus untuk sepeda dan pertugas yang berkewajiban mengatur sepeda. Satpam di UM juga harus peduli dan peka dengan hal tersebut. Untuk lahan parkir di UM sudah mulai dibenahi karena sudah ada di luar kampus. Maksudnya, semua berada di sentral dekat dengan gerbang masuk sehingga memudahkan mereka untuk memarkir sepeda dan tidak begitu mengganggu pejalan kaki di dalam kampus. Selain lahan parkir, kanopi untuk pejalan kaki juga harus ada. Selain untuk pejalan kaki agar tidak kepanasan dan kehujanan selama berjalan kaki, kanopi untuk sepeda motor juga harus direncanakan. UM juga tidak boleh lupa dengan keberadaan penjual kantin di sekitar area UM. Untuk pedagang, seharusnya disediakan fasilitas kendaraan khusus untuk mereka. Hal ini dikarenakan sebelum menjual makanan atau minuman, mereka butuh membawa barang-barang untuk mempersiapkan kantin
Menanggapi CFD UM, Bapak Sumartono, Komandan Satpam UM menjelaskan bahwa dirinya mengambil dua poin, pertama untuk kesegaran dan kesehatan. Dengan dipaksakan berjalan kaki, orang bisa olahraga, supaya sehat. Kedua, bisa menikmati keindahan kampus, tidak berbau apa pun, dan bisa menikmati kicauan burung dalam kampus. Menurutnya, dengan diberlakuan CFD ini, UM dianjurkan untuk perbaikan tempat. “Ini sebenarnya untuk menyusun kekuatan. Sampai di mana kekuatan kita, terutama lahan parkir. Ini saja masih liburan, belum nanti ketika hari efektif kuliah dan setiap hari CFD,” tutur Pak Martono. Jika dari segi keamanan, menurut Pak Martono, semuanya bisa dibuat aman, bergantung dalam pelaksanaan. Bukan perkara aman dahulu, tapi sambil mengukur kekuatan. Pihaknya sudah terbiasa menjaga keamanan dan mengecek STNK. Satpam lain, yaitu Bapak Heni S. yang berjaga di pos satpam FS menuturkan bahwasanya ide untuk CFD ini sangat bagus sekali untuk mengurangi polusi di kampus. Namun, kadangkala dirinya kewalahan setiap hari Jumat untuk menata sepeda motor yang diparkir semaunya sendiri. “Yang mebuat sedikit capek adalah untuk menata sepeda motor. Banyak sekali sepeda motor yang keluar masuk sehingga tidak bisa mengecek dan mengawasi satu-persatu,” tegasnya. Saat ditanya tentang wacana pelaksanaan CFD setiap hari di kampus, Bapak Heni yang bekerja di UM Selama empat tahun ini hanya tersenyum sambil berkata, “Ya…gak apa–apa, Mbak! Asal ada banyak petugas yang diperbantukan untuk mengawasi keluar masuknya sepeda motor,” Respon lain datang dari ketua UKM IPRI, Muhammad Bayu Erdiansyah. Menurutnya, regulasi untuk CFD itu terlalu mendadak dan terburu-buru. Ia berpikir bahwasanya lebih baik jika ada sosialisasi terlebih dahulu dan dibenahi lagi dalam sarana dan prasarana yang ada di UM. Mahasiswa yang juga tutor BIPA ini tidak masalah dengan program CFD karena ia sendiri setiap hari berjalan kaki, namun kadang kala ia merasa kurang nyaman dan aman berjalan kaki karena tidak banyak lajur khusus untuk pejalan kaki. “Saya berharap dengan adanya CFD ini bukan malah banyak konflik, tapi malah menjadikan suasana UM lebih kondusif dan lebih nyaman.” CFD juga berdampak terhadap pengguna
penjual es dengan mahasiswa Jonggring. “Pada saat itu penjual es mengacungkan golok es untuk membelah esnya karena marah tidak boleh masuk UM. Namun setelah itu, masalah ini bisa diredam. Untuk tahun berikutnya, penjual es sudah paham ada CFD setiap tanggal 22 April dan dia tidak masalah,” terangnya. Maka dari itu ia menyimpulkan, pada saat CFD dilaksanakan, harus ada evaluasi yang bertahap.
8 | Komunikasi Edisi 299
> Bapak
Sumartono, Komandan Satpam UM
mobil. Niken Pranandari, S.Pd yang merupakan pengajar BIPA di CLS UM mengaku sedikit kurang nyaman dengan adanya CFD di UM. “Beberapa gerbang di UM tidak menyediakan lahan parkir untuk mobil seperti di Gerbang Ambarawa, jadi saya harus memutar balik lagi untuk pergi ke tempat parkir yang ada lahan parkirnya. Padahal, gedung tujuan saya dekat dengan gerbang UM Ambarawa, namun saya harus memarkir mobil di area Jalan Semarang yang relatif jauh dari Gedung Sastra,” jelasnya. Dia juga mengeluhkan tentang jam CFD yang tidak sampai sore. “Kadang-kadang mobil saya sendiri di tengah-tengah bundaran pantai dekat Gedung Sasana Budaya UM,”. Ia berharap sebelum CFD benar-benar diimplementasikan setiap hari, lahan parkir untuk mobil disediakan terlebih dahulu. Dany juga berharap agar ada sinergi antara pejabat UM dengan mahasiswa UM, khususnya UKM di UM. “Saya mewakili UKM Jonggring siap membantu menyukseskan program ini”. Namun, ia berharap agar mahasiswa UKM Jonggring dilibatkan untuk berpartisipasi aktif menyampaikan gagasan untuk evaluasi CFD ini. “Kami sudah tiga tahun melaksanakan CFD di UM, jadi mungkin sedikit banyak bisa memberikan saran dan perbaikan yang konstruktif”. Ia juga menambahkan bahwasanya bekerja sama dengan tukang becak di area UM bisa menjadi alternatif yang bagus, hal ini disebabkan banyak dosen sepuh yang enggan berjalan kaki karena sedikit capek. “Adanya becak bisa jadi simbiosis mutualisme dan tidak akan menjadi masalah jika dikelola dengan baik,” tutupnya.Tanty/Yana
Opini
ilustrasi oleh Aji Setiawan
Konsep Berdikari Bung Karno dan Prospeknya Oleh Linda Afriana
B
ila seseorang membaca pemikiran berdikari Bung Karno, terlihat ada distorsi antara kesan umum dan apa yang tertulis. Disebutkan bahwa konsep berdikari Bung Karno bukan dimaksudkan untuk menghilangkan kerja sama antar bangsa, tetapi justru memperbanyak. Yang ditentang adalah kerja sama yang tidak didasarkan kesederajatan antar bangsa, seperti dulu terjadi pada masa penjajahan, dengan merujuk kembali kepada yang telah diuraikan maka berdikari dapat ditarik pada posisi spesialisasi yang pada gilirannya membentuk hubungan antar bangsa yang saling tergantung. Setiap bangsa pasti memiliki sejarahnya sendiri termasuk Indonesia, dan bangsa itulah yang menguasai seluk beluk sejarah itu, dengan demikian spesialis dalam pemanfaatan warisan masa lalu baginya. Hal ini tidak saja berlaku dalam bidang politik dan sosial lain, tetapi juga dalam bidang ekonomi. Setiap sistem ekonomi ternyata dibangun atas nilai-nilai universal disertai nilai-nilai lokal, yang sering mempunyai andil besar bagi sukses atau gagalnya pembangunan ekonomi. Kegagalan Federasi Rusia yang secara langsung menggunakan sistem ekonomi pasar negara barat, adalah contoh tepat, dilanda krisis berat, dan perlu melakukan usaha penataan kembali dari berbagai prasarana ekonomi, seperti kelembagaan yang sesuai. Seperti Yunani,
10 | Komunikasi Edisi 299
yang sudah di kategorikan menjadi negara bangkrut oleh dunia karena hutang yang luar biasa kepada Federal Reserve dan hanya mengandalkan pemasukan dari sektor pariwisata saja. Tidak mengejutkan melihat nama Yunani bertengger di posisi dua dengan rasio utang terhadap GDP sebesar 161% . Hal itu tidak terjadi pada RRC, karena kultur ekonomi pasar dalam skala kecil ternyata tidak dihancurkan oleh pemerintah komunis Cina, dan perubahan pada sistem ekonomi pasar pun berlangsung secara gradual. RRC tidak langsung menggunakan rejim devisa bebas ala Indonesia, dan situasi ini turut melindungi RRC dari krisis 1997 lalu. Lalu bagaimana mencapai sasaran kemandirian dalam ekonomi global saat ini? Segi vital yang perlu diperhatikan ialah bagaimana membangun serta memperbanyak modus kerja sama yang saling menguntungkan, menjunjung kedaulatan tiap-tiap negara, dan juga harus mengedepankan kesederajatan hubungan. Komunikasi harus berlangsung dua arah dua logis, dan lembaga multilateral PBB harus menjaga kepentingan umum global untuk memelihara dan meningkatkan perdamaian. Seperti awal mula pemerintahan JokowiJK, awal tahun 2015 Indonesia semakin mesra membangun kerja sama multirateral dengan China dalam segala bidang. Apakah terdapat unsur lain di dalamnya ? Siapa yang
tahu. Lagi-lagi program IMF ternyata buta pada dimensi manusia dari pembayaran hutang, karena lembaga itu mendahulukan tuntutan pembayaran hutang dari tuntutan mengatasi kemelaratan masyarakat luas. Namun, harus pula meneliti para pejabat dalam negeri, apakah mereka telah pula mengutamakan kepentingan rakyat banyak, terutama kaum miskin. Dalam konteks ini, peran para pemimpin, yang umumnya terdiri dari para pejabat tinggi negara, para pelaku bisnis atau akademisi, hendaknya selalu mengedepankan kedaulatan dan kemerdekaan bangsanya. Sebagaimana telah dinyatakan di depan, sistem ekonomi pasar tidaklah berada dalam vakum, ruang hampa, tetap akan berada dalam sistem nilai, serta sejarah masa lalu. Sistem nilai terkait dengan kehidupan kenegaraan tercantum dalam konstitusi negara itu. Konstitusi setiap negara pasti mengedepankan nilainilai besar bangsa tersebut, yang sebagian diuraikan secara lebih detil dalam pasalpasalnya. Demikianlah bahwa UUD-1945 mendepankan demokrasi ekonomi, yang pada intinya menyatakan peran semua warga negara dalam kegiatan ekonomi, dan harus diarahkan pada peningkatan kemakmuran semua, bukan untuk perorangan atau kelompok. Penulis adalah mahasiswa Ekonomi dan Studi Pembangunan
Opini
Kampus Nyaman Tanpa Asap Kendaraan Oleh Zulkarnain Nasution
M
ungkin kita sudah tidak asing lagi dengan kata Car Free Day. Hampir di setiap kota di Indonesia saat ini memiliki kegiatan rutin car free day yang biasanya diadakan seminggu sekali atau sebulan sekali. Car Free Day (CFD) yang berarti hari tanpa kendaraan biasanya dihiasi dengan berbagai acara sehat seperti jalan santai, bersepeda, senam pagi, dan lain-lain. Kegiatan ini awalnya bertujuan untuk mengurangi jumlah polusi udara. Di mana kita ketahui saat ini bumi sedang mengalami global warming. Udara merupakan faktor yang paling penting dalam kehidupan kita. Namun, karena saat ini lebih banyak pembangunan gedung-gedung bertingkat dan pabrik menyebabkan kualitas udara menurun. Udara segar semakin sulit untuk ditemukan dan berganti dengan asapasap pabrik serta knalpot kendaraan. Diadakannya CFD inilah diharapkan bisa sedikit mengendalikan pencemaran udara. Kegiatan ini juga bisa mengurangi ke tergantungan masyarakat untuk menggunakan kendaraan bermotor atau alat transportasi yang menghasilkan polusi. Pada dasarnya hari bebas kendaraan bermotor bertujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menurunkan ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor. CFD sangat menguntungkan bagi diri kita sendiri. Mulai menjaga kondisi kebugaran badan hingga manfaat untuk orang lain dan lingkungan hidup. Berawal dari berbagai manfaat yang dijanjikan, maka pimpinan UM telah mencanangkan Hari Bebas Kendaraan Bermotor di kampus UM setiap Jumat mulai pukul 07.00-15.00 WIB. Pada awalnya satu hari bebas asap kendaraan bermotor di kampus UM di berlakukan satu tahun sekali pada saat memperingati hari bumi sedunia yang jatuh pada 22 April. Kegiatan ini dipelopori oleh UKM Pecinta Alam Jonggring Salaka dan kolaborasi dengan UKM lainnya yang ada di UM. Untuk mendukung terselenggaranya kegiatan tersebut, Rektor UM menberikan surat edaran kepada segenap civitas akademika untuk mendukung dan ber partisipasi menyukseskan gerakan tersebut dengan menempatkan kendaraan bermotor pada tempat parkir yang telah diatur oleh panitia penyelenggara yang juga sudah berkoordinasi dengan Ormawa dan pihak keamanan UM. Sistem parkir dikonsep menjadi sistem parkir terpusat, yaitu: (a) kendaraan yang lewat Jalan Surabaya tempat
ilustrasi oleh Aji Setiawan
parkir sepeda motor pada lahan parkir FPPsi, untuk lahan parkir mobil terletak di halaman depan Gedung A1, A2, dan A3; (b) kendaraan yang lewat Jalan Semarang lahan parkir sepeda motor di jalan menuju Pujasera, sedangkan parkir mobil di depan KOPMA dan samping timur Gedung Sasana Budaya; (c) kendaraan yang lewat Jalan Cakrawala lahan parkir mobil di halaman samping Graha Cakrawala serta basement Gedung Graha Cakrawala, sedangkan parkir sepeda motor di sekitar Sasana Krida sampai halaman Asrama putra; (d) kendaraan yang lewat Jalan Ambarawa tempat parkir diarahkan pada lahan parkir baru dekat pos satpam Gedung D8; (d) gerbang FIK, gerbang FIS, dan gerbang UPT Pusat Pengkajian Pancasila ditutup. Kini penerapan CFD di UM berdasarkan kebijakan rapat pimpinan adalah sebagai berikut: (a) sebagai salah satu upaya menyediakan ruang publik bagi civitas akademik UM diperlukan kawasan yang nyaman, sehat, dan bebas dari kendaraan bermotor; (b) memberlakukan hari Jumat sebagai hari bebas kendaraan bermotor di lingkungan UM mulai pukul 06.00-14.30 WIB; dan (c) pelaksanaan CFD mulai diberlakukan pada Jumat, 15 Mei 2015. Kini tanpa terasa kebijakan pimpinan UM tentang pelaksanaan CFD sudah berjalan dua bulan lebih. Pada setiap Jumat jalan sekitar kampus UM juga terlihat banyak mahasiswa yang berjalan kaki dan bersepeda menuju gedung kuliah masing-masing. Dengan begitu, lingkungan kampus akan terbebas dari polusi yang disebabkan oleh asap kendaraan dan kesehatan para warga kampus juga akan terjaga. Sebagai generasi muda harapan bangsa, mahasiswa dituntut untuk kritis dalam berbagai masalah termasuk ancaman pemanasan global. Mungkin dampak positif dari CFD tidak banyak kita rasakan dengan langsung, tapi kita sudah berkontribusi untuk sedikit menghambat globalisasi untuk bumi ini. UM sebagai kampus ternama dan pertama di Kota Malang yang sudah menerapkan CFD. Mengapa kegiatan CFD ini ditetapkan pada hari Jumat, kemungkinan besar pada hari itu merupakan hari aktivitas berolahraga bagi warga UM. Pencanangan CFD sebagai upaya pemulihan kualitas udara yang diikuti dengan pengukuran kualitas udara dan untuk mengkampanyekan penyadaran masyarakat tentang pentingnya udara bersih dan segar. Selain itu, CFD memberikan edukasi kepada masyarakat agar menggunakan kendaraan pribadinya secara bijaksana dan efisien. Untuk mencapai upaya-upaya tersebut, kita dukung program Car Free Day yuk! Penulis adalah Pembina Jonggring Salaka dan Dosen PLS UM Tahun 37 Juli-Agustus 2015 |
11
Up To Date
Akun Instagram untuk Pahlawan yang Terlupakan @ketimbang.ngemis @ketimbang.ngemis.malang
Menginjak usia kemerdekaan Republik Indonesia ke-70 tahun, pemerintah masih saja meninggalkan beberapa hal untuk diselesaikan. Salah satunya adalah keberadaan veteran yang terlantarkan, jauh dari sorot hidup sejahtera. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1967, negara perlu memberikan penghargaan kepada mereka yang telah menyumbangkan tenaganya secara aktif atas dasar sukarela dalam ikatan kesatuan bersenjata baik resmi maupun kelaskaran dalam memperjuangkan, membela, dan mempertahankan Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun, kenyataannya masih banyak dari pahlawan bangsa ini yang bahkan tidak disadari eksistensinya oleh masyarakat, apalagi mendapatkan fasilitas yang layak. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya” (Pidato Bung Karno pada Hari Pahlawan 10 November 1961) Tidak harus menunggu negara yang bertindak, generasi muda pun bisa. Inilah yang membawa komunitas Ketimbang Ngemis Indonesia menjadi salah satu penggerak perubahan. Ketimbang Ngemis merupakan komunitas dalam instagram yang mengajak netizen untuk mengapresiasi mereka yang berjuang memenuhi kebutuhan ekonominya dengan jalan tidak mengemis walaupun dalam keadaan apapun. Ketimbang Ngemis tersebar diberbagai regional dan salah satunya adalah regional Malang. Ironisnya, salah satu veteran bahkan masuk ke dalam akun Ketimbang Ngemis. Hal ini dikonfirmasi oleh founder @ketimbang.ngemis.malang, Akidahtul Firmanulah.
12 | Komunikasi Edisi 299
Repro Internet
“Tidak seorang pun menghitunghitung berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya” (Pidato Bung Karno pada HUT Proklamasi 1956)
“Memang benar, beliau adalah Pak Sumadikun, umurnya sudah menginjak sembilan puluh tahunan, pekerjaan yang dilakukan memberi stiker anti narkoba dengan bayaran seikhlasnya”, jelas Akidahtul. Menurutnya, pahlawan seperti Pak Sumadikun yang telah berjasa besar kepada negara harus mendapatkan kehidupan yang sangat layak. Ketimbang Ngemis memposting gambar yang disertai deskripsi kondisi serta alamat tempat beliau-beliau biasa menawarkan jasa atau dagangannya, mengajak netizen yang berada di regional setempat berbaik hati membeli maupun menggunakan jasa mereka. Bahkan keberadaan akun ini telah menghasilkan sumbangan sukarela dari netizen untuk membantu orang-orang yang berada dalam akun tersebut. Seperti halnya saat ramadan lalu. “Alhamdulillah memang respon para netizen sangat positif terhadap kehadiran akun ini, harapannya generasi muda dapat lebih bersyukur atas nikmat yang diberikan, berterimakasih kepada mereka yang telah berjasa, bantu mereka yang sedang berjuang, karena kesejahteraan Indonesia adalah tanggungjawab kita bersama”, ujar mahasiswa yang biasa disapa Kiki tersebut. “Untuk teman-teman semua bisa follow akun Ketimbang Ngemis Malang di sosial media instagram @ketimbang.ngemis.malang dan mari berkontribusi dalam proses menyejahterakan Indonesia dengan membantu sesama”, tutupnya. Sebagai generasi muda yang berbudi, mari buka mata, hati, dan telinga, masih banyak hal kecil yang bisa kita mulai untuk membantu sesama, tidak perlu menunggu pemerintah melakukan hal besar. Harapan di usia ke-70 tahun kemerdekaan ini, semoga pemerintah dapat lebih memerhatikan para veteran, yang pada zamannya telah menukarkan hidupnya untuk berdirinya negeri ini.Catte “Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan meminta-minta, apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, daripada makan bistik tapi budak.” (Ir. Soekarno)
Seputar Kampus
Coloring Our Togetherness
dok. Komunikasi
S
epoian angin yang menyeruak menghempas dahan dan melambaikan hamparan ilalang yang diapit gedung megah. Menyambut para pejuang paper berita untuk merehatkan sejenak dari rutinitas selama satu semester terakhir. Mengukir cerita merajut kehangatan canda dan tawa di balik schedule setiap insan yang berbeda. Saling sapa menebar kata yang tak jarang menuai gelak tawa antarsatu dan yang lain. Warna-warni pita, balon, dan dresscode menambah simpulan senyum yang semakin merekah. Ramadan yang berlalu beberapa hari tepat pada 30 Juni 2015 memberi makna hari yang semakin memendek tanpa terasa dahaga. Berawal dari behind the scene untuk mengisi sebuah cover belakang majalah Komunikasi dengan rentetan persiapan. Dari meniup balon yang tak sedikit jumlahnya, menggunting dan melipat ragam pita hingga menjadi ornament yang menarik. Tak luput buah beragam warna menjadi pelengkap nampan-nampan saji. Senyum sana senyum sini dengan kilatan flash kamera. Cukup menjadi hiburan tersendiri untuk seluruh kru Komunikasi dari kepenatan rutinitas di luar penerbitan. Bertempat di taman belakang gedung kebanggaan UM, Graha Cakrawala semua cerita ringan hingga berat tertumpah ruah melebur menjadi satu kesatuan. Tak luput merancang agenda besar ke depan mengenai isi yang akan tertulis di edisi 299 dengan sedikit evaluasi dari penerbitan sebelumnya. Dikoordinasi oleh Nida Anisatus Sholihah dan dihadiri oleh Bapak Mistaram yang menjadi palu persetujuan dari segala ulasan dan ide, dari kami para kru Komunikasi. Lembaranlembaran kertas rancangan yang menjadi alur penerbitan, takdhim kami isi satu persatu dengan tema dan judul beserta narasumber yang akan terkorek informasinya.
> Kebersamaan kru Komunikasi
Matahari mulai tersingsing di ufuk barat berganti siluet rembulan yang mulai mengintip tanpa malu. Lantunan adzan magrib bersahutan dengan merdunya terbawa hempasan angin ke segala arah tanpa tersadar bahwa waktu cepat berlalu. Walau belum usai pembicaraan rancang terbit dengan semua kru, sembari gelas mika berisi warna-warni jeli melayang diantara bongkahan bening es dan seduhan air gula menemani diskusi yang terbawa ringan di bawah kerlap-kerlip lampion. Hingga usai semua agenda dan siap meluncur lapangan keesokan hari. Tak akan kami akhiri perjalanan bersama pada hari ini, akan ada canda dan tawa yang berikutnya dengan penuh makna.Arni
Perayaan Kemerdekaan AS ala Indonesia
> Salah satu penampilan mahasiswa CLS pada perayaan kemerdekaan AS.
Foto: Shintiya
B
erada di negara orang bukan berarti tidak dapat merayakan hari kemerdekaan negaranya. Mahasiswa program Critical Language Scholarship (CLS) asal Amerika Serikat (AS) mendapat kesempatan itu. Mereka merayakan hari kemerdekaan AS ke-239 yang jatuh pada Sabtu (04/07) lalu di Indonesia. Bertempat di halaman Gedung D8 FS, peringatan kemerdekaan AS ala Tujuh Belas Agustusan itu diselenggarakan. Sebanyak 26 mahasiswa ikut berpartisipasi langsung dalam agenda hari itu. Mereka berpartisipasi dalam perlombaan dengan desain ala Tujuh Belas Agustusan yang dimulai pukul 14.30 WIB. Terdapat lima lomba yang dipersiapkan panitia. Lombalomba tersebut, yakni memasukkan bola ke dalam keranjang dengan menggunakan gelas yang diikat dengan tali pada pinggang antara dua orang. Lomba selanjutnya ialah lomba kelereng. Peserta dengan ditutup matanya membawa kelereng menggunakan sendok yang kemudian diberi pengarahan oleh partner bermainnya. Kemudian memasukkan benang ke dalam jarum. Selanjutnya menebak kata, yang mana dua orang saling berhadapan, salah satunya memakai topi kerucut yang sudah tertempel sebuah kata untuk ditebak oleh orang yang tidak memakai topi. Setelah berhasil menebak, peserta yang memakai topi berlari dan menggantungkan topi tersebut pada gantungan yang telah disediakan panitia. Dan lomba yang terakhir menyusun kalimat acak menjadi kalimat yang benar. Rangkaian acara selanjutnya, dilanjutkan dengan pentas dari
masing-masing kelas yang bertempat di Aula AVA FS Gedung E6 Lantai II. Dalam hal ini, mahasiswa CLS terbagi dalam enam kelas. Sebelum pentas seni, terlebih dahulu dibuka dengan semua mahasiswa CLS menyanyikan lagu Indonesia Raya di atas panggung dan sebaliknya para tutor dan guru menyanyikan lagu kebangsaan Amerika Serikat. Shintiya
Tahun 37 Juli-Agustus 2015 |
13
Seputar Kampus
dok. Fakultas Sastra
Pengantin Jawa Memikat Mahasiswa Amerika
> Proses simulasi resepsi pengantin jawa oleh mahasiswa Amerika.
I
ringan denting gamelan menggelayut syahdu menemani prosesi pernikahan adat Jawa. Semua kalangan di bumi pertiwi pasti tidak asing dengan istilah “injak telur”, “siraman”, hingga “midodareni”. Mayoritas hanya mengenal tanpa mengerti makna dibalik itu semua. Sampai pada mahasiswa mancanegara yang tertarik untuk mendalami serentetan prosesi ini. Mulai dari lamaran hingga resepsi yang dihadiri oleh berbagai tamu undangan. Tepat pada (09/07) mahasiswa Critical Language Sholarship (CLS)yang terbagi dari enam kelas mengikuti simulasi pengantin adat Jawa yang bertempat di
Gedung D8 Fakultas Sastra. Seluruh rangkaian prosesi dijalankan penuh khidmat sebagaimana mestinya. Mempelai laki-laki dan perempuan diperankan oleh Garik Cruise Sadovy dari kelas Tambora dan Annisah Smith dari kelas Sinabung. “Pembagian peran dari mulai pengantin, orang tua, MC, dan sebagainya dibagi menurut karakter dan kemampuan berbahasa Indonesianya”, jelas Nila selaku guru di salah satu kelas. Uniknya mereka mendapatkan kelas dengan namanama gunung yang ada di Indonesia. Ada kelas Semeru, Agung, Krakatau, Sinabung, Merapi, dan Tambora sebagai kelas advance serta kelas intermediet. Sebagai tuan rumah dari hajatan mempelai, yaitu dari kelas Tambora. Persiapan dari beberapa hari sebelumnya telah mampu menciptakan aura percaya diri dari mahasiswa tersebut. Roleplaying dari pernikahan adat Jawa bagai mendayung tiga pulau terlampaui. Ini dikarenakan mahasiswa dapat mengenal budaya nusantara, melatih perbendaharaan bahasa Indonesia, dan mengasah kepekaan terhadap sesama. “Saya bisa belajar filsafat dari setiap prosesi karena ada makna dibalik semuanya. Seperti saat harus injak telur, sungkem, maupun siraman”, tutur Garik sang mempelai laki-laki dengan baju adat Jawanya. Mereka menyampaikan beberapa kata sambutan yang ditulis sendiri walaupun masih mendapat bantuan dari para guru dan tutor. “Kejutan yang akan saya berikan nanti saat sambutan dengan sebuah naskah yang saya siapkan”, gelak Jones selaku bapak dari mempelai laki-laki. Apresiasi yang membanggakan terpancar dari setiap mahasiswa. Mereka juga membiasakan senyum, sapa, dan salam seperti kebiasaan pribumi dengan celetukan renyahnya. Kerja sama antara pemerintahan Amerika dan Indonesia yang ditempatkan di UM menjadikan sarana untuk memperkenalkan budaya dan tradisi Indonesia khususnya yang ada di Malang. Mahasiswa yang tergabung dalam CLS keenam program dari BIPA FS, bermula dari Juni hingga Agustus. Mereka menjalankan rutinitas layaknya mahasiswa Indonesia.Arni
dok. pribadi
Summer Camp 2015: Tengok Budaya China
> Peserta Summer Camp mengabadikan keakraban dengan sesama teman baru.
W
aktu libur semester genap di kampus UM memanglah panjang. Lalu bagaimana jika liburan diisi sambil belajar? Siapa yang rela menyia-nyiakan kesempatan ini. Senin (22/06), UM ikut andil dalam Summer Camp di China, suatu event yang merupakan program pengenalan kebudayaan China yang diadakan untuk mempererat hubungan diplomatik dan persahabatan antara Indonesia dengan China. UM sebagai salah satu dari enam Pusat Bahasa Mandarin (PBM) di Indonesia mengirimkan 21 peserta dan sembilan peserta dari UMM. Lima PBM lain, yaitu Universitas Al Azhar Jakarta (UAI), UNESA, Universitas Hasanudin Makassar, Universitas Tanjungpura Pontianak, dan Universitas Kristen Maranatha Bandung masing-masing juga mengirimkan tiga puluh perwakilannya. Awal keberangkatan, para peserta menuju ke UAI untuk mengikuti acara gathering, pengarahan, dan perbekalan (22-23/06). Di sini
14 | Komunikasi Edisi 299
masing-masing PBM unjuk kebolehan. Bertemakan negara China, mereka menampilkan lagu, gemulai tarian, dan lain sebagainya. Setelah transit di Hongkong, akhirnya para peserta menapakkan kaki di Beijing (24/06). Dilanjutkan dengan kunjungan ke Imperial Palace dan Temple Of Heaven, Wangfujing. Esok harinya (25/06), mereka dirangkul dalam upacara penyambutan oleh Confucius Institute di kantor pusat, mengunjungi Tian’anmen Square dan Forbiden City, sebuah bangunan kekaisaran China. Mereka melanjutkan berjalan-jalan di Tembok Besar China (26/06). Mereka menyusuri langkah demi langkah di setiap jalannya, tapi tidak sampai jauh mereka sudah kembali karena ada pepatah yang mengatakan “Hanya orang bodoh yang akan mencari ujung dari tembok tersebut”. Masih di hari yang sama, mereka mendatangi Water Cub dan Capital Museum. Berangkat dari Beijing, tibalah rombongan UM di kota Guilin (28/06). Mereka tinggal di sebuah asrama milik Guangxi Normal University (GXNU). Setelah prosesi pembukaan, mereka melaksanakan ujian bahasa Mandarin untuk menentukan level mereka. Membuka mata terhadap budaya asing memanglah menyenangkan. Namun perlu diingat sesuatu itu pasti ada baik buruk yang harus dipilah. Seperti pengakuan dari Andi Fikar Zaidan, mahasiswa Manajemen, “Hal yang saya tidak sukai adalah logat mereka yang keras, serta pengguna motor yang kurang sopan dan teratur”. Namun dibalik itu semua, yang saya kagumi dari budaya China adalah mereka tidak terlalu menerima budaya luar masuk ke negara mereka bahkan orang yang mengerti bahasa inggris pun terbatas. Walaupun begitu, negara China tumbuh menjadi lebih keren, mengembangkan, dan menjaga kelestarian budaya mereka, tetapi tetap bisa eksis di mata dunia”, kenang Marsya Aulia Rizkita, salah satu peserta dari Jurusan Manajemen.Maria
Seputar Kampus
Sayonara Kontingen Pomda dan Kafilah MTQMN
dok. pribadi
R
asa haus akan prestasi tak pernah hilang dari UM. Kamis (30/07) lalu, UM kembali melepaskan kontingen-kontingen menuju kejuaran. Kali ini UM melepas dua kontingen yang berbeda cabang kejuaraan, yakni kontingen Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah (Pomda) dan kafilah MTQMN. Acara pelepasan yang dilaksanakan di Gedung Rektorat Lantai I ini turut dihadiri para peserta kejuaraan, para dosen pendamping, para pejabat yang beberapa di antaranya Rektor UM, Wakil Rektor III, Kepala BAKPIK, Para Dekan, dan pegawai kemahasiswaan. Dalam kejuaraan tahun ini, kontingen Pomda akan mengikuti kejuaraan di tempat yang berbeda-beda. Cabang olahraga dipecah di empat kota, yaitu Malang, Jember, Surabaya, dan Kediri. Hal ini dikarenakan tidak tersedianya arena pertandingan yang sesuai standar untuk setiap cabang olahraga di satu kota sehingga para atlet akan bertanding secara terpisah sesuai cabang olahraga yang diikutinya. Mengingat prestasi yang telah ditorekan tahun lalu dalam bidang tenis, karate, pencak silat, serta tenis meja tahun ini UM turut serta dalam sebelas cabang olahraga, dengan melepas 130 atlet sebagai perwakilannya. Melihat sisi lain, kejuaraan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional ke-14, akan dilakanakan di Universitas Indonesia (UI), Depok. Kontingen yang beranggotakan 28 peserta ini berbeda dari tahun sebelumnya. Tahun ini UM mengantarkan kafilah-kafilah yang mewakili setiap fakultas. Dari fakultas MIPA dan Teknik masing-masing terdapat tiga perwakilan, untuk Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Sosial, dan Fakultas Pendidikan Psikologi masing-masing satu mahasiswa, dan Fakultas Sastra diwakili sebanyak sembilan belas mahasiswa. Dengan membawa harapan dapat mempertahankan gelar juara umum, kafilah yang telah menjalani masa pembinaan semenjak Maret, yang kemudian diikuti dengan proses karantina, hingga kegiatan magang ini mengikuti tiga belas cabang
> Acara pelepasan kafilah MTQMN UM.
kejuaraan. Selama prosesi pelepasan, keantusiasan yang tergambar tak pernah lepas sedikit pun dari wajah setiap peserta kontingen. Prosesi pelepasan ini diawali dengan laporanlaporan dari kontingen Pomnas serta Kafilah MTQ, kemudian dengan teriring doa dan restu dari seluruh civitas, Bapak Rofi'uddin, selaku Rektor UM melepas kontingen atlet muda dan kafilah menuju medan kejuaraan. Dalam pelepasannya beliau menekankan kejujuran dan sportivitas untuk setiap peserta kejuaraan. Acara ini ditutup dengan foto dan makan bersama.Iqlima
KSPM Road To School
Foto: Catte
M
enjadi salah satu pelopor investasi muda, Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) FE UM berbagi pengetahuan kepada siswa-siswi di dua belas SMA/SMK/MA Kota Malang. Dengan berbekal pengetahuan seputar investasi dan perangkatnya, KSPM memulai sosialisasi yang bertajuk, “4S: SitStand-Sprint-Success, to be Young Investor” sejak (05/08) lalu. Sosialisasi pertama berlangsung di MAN 03 Malang, dengan total peserta 120 siswa-siswi kelas 11 IPS. Materi seputar investasi, pasar modal, dan pegalaman trading saham disampaikan oleh Lisa Rahayu Ningsih, mahasiswi jurusan Manajemen dan Betty Dian Rini, mahasiswi jurusan Pendidikan Akuntansi. Selain mendapatkan pengetahuan seputar saham, siswa-siswi juga mendapat kesempatan untuk simulasi trading saham dengan menggunakan beberapa kode perusahaan yang listing atau tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti Pakuwon Jati Tbk. (PWON), Waskita Karya Persero Tbk. (WSKT), Nusantara Infrastructure (META), Adaro Energy Tbk. (ADRO). Simulasi dilakukan dengan menganalisis perubahan harga saham yang terjadi di papan harga saham, kemudian dengan modal yang diberikan peserta harus melakukan jual beli saham dengan mempertimbangkan selisih harga yang ada untuk memeroleh keuntungan penjualan saham yang disebut capital gain. Tiga kelompok simulasi dengan capital gain terbanyaklah yang akan mendapatkan hadiah. Dengan semangat peserta meneliti papan harga saham yang tiap menitnya mengalami perubahan harga, kemudian mencatat transaksi dan menyerahkannya kepada broker atau pialang yang bertugas untuk mencocokkan harga (matching). Setelah itu transaksi yang telah disetujui broker akan dipindahkan ke kertas transaksi untuk penghitungan akhir. “Memang bagian paling menyenangkan di simulasi trading, karena peserta sangat antusias dalam berkompetisi, panitia juga aktif dalam membimbing adik-adik yang bertanya”, jelas Bagus Wahyu Kurniawan, Ketua Pelaksana RTS.
> Lisa Rahayu N sedang membimbing adik-adik MAN 3 Malang dalam acara sosialisasi.
Menurut mahasiswa yang biasa dengan panggilan Awan ini, kegiatan sosialisasi pasar modal bertujuan untuk menumbuhkan jiwa investasi pemuda saat ini, karena mengingat rendahnya angka sadar investasi masyarakat Indonesia. Padahal independensi pasar modal sangatlah penting bagi kekuatan ekonomi suatu negara. Selain itu, perspektif masyarakat mengenai pasar modal masih abuabu, dalam artian, berinvestasi masih menjadi hal asing yang ditakuti karena dianggap berisiko tinggi. “Jangan takut untuk berinvestasi, jangan takut untuk mengambil risiko, karena terlambat berinvestasi berarti terlambat menyelamatkan kesejahteraan negeri”, tutupnya. Catte Tahun 37 Juli-Agustus 2015 |
15
Seputar Kampus
Foto: Maulani
Sambut Maba dengan Kegiatan Akademik
> Penyampaian materi NAPSA oleh ketua BNN kota Malang.
K
egiatan Pengenalan Kehidupan Perguruan Tinggi (PKPT) tahun akademik 2015/2016 kembali digelar di Graha Cakrawala UM. Senin (10/08) Rektor UM Prof. Dr. Ah. Rofi’uddin, M.Pd membuka serangkaian kegiatan yang dihadiri 6.823 mahasiswa baru. Jumlah tersebut terdiri atas: 911 mahasiswa baru FIP, 984 mahasiswa FS, 883 mahasiswa baru FMIPA, 1335 mahasiswa baru FE, 1288 mahasiswa baru FT, 458 mahasiswa baru FIK, 763 mahasiswa baru FIS, dan 201 mahasiswa FPPsi. Mereka merupakan yang terseleksi dari 123.504 pendaftar di UM. Bisa dikatakan jika mahasiswa
yang diterima adalah 5,3 % dari seluruh total peminat. Hal ini membuktikan bahwa persaingan untuk memperebutkan bangku perkuliahan di UM sangat ketat. Merujuk pada Surat Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan No. 01/ DJ-Belmawa/SE/VII/2015 bahwa perguruan tinggi mendapat amanat untuk menghasilkan intelektual, ilmuan, profesional yang berbudaya dan kreatif toleran, demokratis, berkarakter tangguh, serta berani membela kebenaran untuk kepentingan bangsa. Kegiatan PKPT di UM murni bersifat akademis dengan materi kegiatan yang menyenangkan untuk mengasah multi kecerdasan mahasiswa, yaitu kecerdasan spiritual, intelektual, emosi, dan sosial. Kegiatan ini dilaksanakan berbasis kelas dengan pemateri : Wakil Rektor I, Wakil Rektor II, Dr. Umi Dayati, M.Pd, Tim UKM, Ketua BNN Kota Malang, Danrem 083 Baladhika Jaya Malang, Kapolresta Malang, DPM, BEM, pendamping UKM IMAKRIS, Kepala Biro AKPIK, Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, DMF & BEMFA, Pustakawan, Dosen Konselor, dan Kajur/ Kaprodi masing-masing jurusan. Salah satu materi yang diberikan adalah mengenai NAPSA oleh Bapak Henry Budiman, Ketua Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Malang. Materi ini dinilai perlu diberikan untuk menambah pengetahuan seputar narkotika yang saat ini sudah marak terjadi penyalahgunaannya, terutama di kalangan mahasiswa. “Kalian patut berbangga, karena UM merupakan kampus terbersih dari narkotika di Kota Malang,” pungkas Bapak Henry disambut tepuk tangan mahasiswa. Selama lima hari, mahasiswa baru juga mendapat materi tentang tata krama kehidupan kampus, akademis, administrasi, dan lain sebagainya. Melalui kegiatan PKPT ini diharapkan mahasiswa baru akan mendapatkan pemahaman mengenai kehidupan kampus dengan baik.Maulani
Foto: Rodli
Bingkisan Ramadan
> Pembukaan acara pembagian infak dan shodaqoh oleh jajaran petinggi serta alumni PLS.
I
katan alumni Pendidikan Luar Sekolah UM salurkan infak dan shodaqoh yang berupa bingkisan ramadan pada Senin pagi (06/07). Kegiatan ini bertempat di Gedung Kuliah Bersama FIP sebagai posko utama pembagian bingkisan ramadan. Serta nantinya bingkisan tersebut akan dibagikan ke beberapa wilayah di Malang serta beberapa daerah di luar Malang.
16 | Komunikasi Edisi 299
“Awalnya kegiatan ini muncul dari grup whatsapp, muncul ide dari beberapa alumni untuk mengumpulkan dana dalam rangka membantu kaum duafa. Akhirnya disepakati dengan cara menyalurkan paket ramadan ini. Paket seharga Rp 100.000 yang didalamnya berisikan beras 5 kg minyak goreng 1 liter, kecap 1 liter, gula, dan beberapa bungkus mie instan," ungkap Bapak Mutadzakir selaku panitia pembagian bingkisan ramadan. Acara sosial ini dihadiri oleh beberapa alumni Pendidikan Luar Sekolah, dekan FIP, Ketua ikatan alumni Pendidikan Luar Sekolah, Ketua ikatan alumni UM, tenaga kontrak FI, serta beberapa masyarakat yang mewakili penerima bingkisan ramadan ini. Setelah acara berlangsung, panitia yang bertugas segera membagikan bingkisan tersebut ke wilayah sasaran masing-masing. “Alhamdulilah teman-teman sangat antusias sekali sehingga bisa mengumpulkan terakhir itu sekitar 30-an juta dan itu diwujudkan dalam wujud paket secara resmi ada 286 paket yang siap untuk disalurkan kepada yang berhak menerima. Sasarannya ada beberapa tempat, terutama untuk wilayah yang pernah menjadi tempat kegiatan jurusan PLS, seperti PPL. Ada desa Jabung, Kucur Sidorajayu, Karangduren, Bajulmati, Telogowaru, serta yang agak jauh, yaitu Wates Lekok. Paket ini juga ditujukan untuk tenaga kontrak FIP UM,” tambah beliau di akhir wawancara.Rodli
Seputar Kampus
Berbagi Sesama Tunas Bangsa
Foto: Iven
R
amadan adalah waktu yang tepat untuk melaksanakan kegiatan sosial. Banyak aksi sosial yang dapat dilakukan, seperti membantu bagi yang kurang mampu baik dalam bidang materi, ilmu pengetahuan maupun hal – hal bermanfaat lainya. UKM Gerakan Mahasiswa Anti Napza (German) yang aktif dalam kegitan sosial juga tak mau ketinggalan. Rumah belajar Tunas Bangsa adalah target yang telah dibidik menjadi sasaran utama. Dua sekat pembeda antara ruangan sebuah rumah dengan terasnya yang diubah sedemikian rupa menjadi ruang belajar mengajar. Tidak ada kesan mewah yang ditunjukkan dari tempat belajar tersebut. Hanya deretan papan kayu yang ditata secara berjajar menyerupai sebuah dinding dengan hiasan poster yang menjadi pendukung proses belajar mengajar. Beralaskan tikar dan meja–meja kecil yang menjadi tumpuan dalam proses belajar, sarana prasarana sederhana itu harus mereka terima untuk menimba ilmu. Sederhana, itulah penggambaran untuk rumah belajar yang menuntun tunas bangsa menuju kedewasaan. Mereka para tunas bangsa baik dari kalangan kurang mampu maupun anak jalanan turut merasakan pendidikan. Beralamat di Jalan Tanjung Putrayudha No. 2 Kelurahan Tanjung RT 16 RW 11, rumah belajar tersebut dibantu oleh relawan dari UM, UB, UMM maupun UIN. Sabtu (27/06), genap sepuluh hari ramadan, UKM German melancarkan kegiatan sosial di sana. Mulai pukul 16.00 serentetan acara berlangsung penuh tawa serta canda tak luput juga didalamnya diadakan sosialisasi mengenai bahaya narkoba. Sosialisasi dilakukan dengan variatif sehingga mudah dipahami dan menyenangkan. Usai acara sosialisasi adalah saat yang paling ditunggu, yaitu berbuka bersama, sembari menunggu bedug di pukul lalu adzan berkumandang semuanya asyik
> Kehangatan yang ada di acara bakti sosial.
foto bersama. “Sebenarnya target acara ini adalah anak jalanan, tapi jika dilihat dari kondisi serta masanya pasti kurang jadi kami memilih Rumah Belajar Tunas Bangsa agar lebih efektif”, ujar Bayu, Ketua Pelaksana kegiatan baksos. Selama acara pastinya ada banyak kesulitan dikarenakan anak-anak yang susah diatur. Namun, hal itu menjadi menarik dan menantang sehingga kegiatan ini terlaksana dengan baik, tambahnya. Kegiatan seperti ini sangat dianjurkan mengingat tidak ada batasan bagi kita untuk berbagi pada sesama.Iven
Gigih Berbuah Umroh Gratis
M
engikuti ajang kejuaraan tingkat nasional tentu sangat membanggakan terlebih jika dapat memenangkan hadiah utama. Fery Fauzi (Sastra Arab, 2009) bersama timnya berhasil menyabet Juara I Cerdas Cermat Alquran (CCQ) dalam ajang Pekan Tilawatil Quran (PTQ) ke-46 yang berlangsung di Palu, Sulawesi Tengah (25/06). Selain itu Shovi Maryam (Sastra Arab, 2014) juga meraih Juara I dalam bidang Tausiyah. Tidak tanggung-tanggung, pihak penyelenggara menghadiahkan umroh gratis bagi masingmasing pemenang. Proses seleksinya pun diakui sangat panjang mulai dari tingkat daerah, propinsi, dan nasional. “Awalnya dihubungi langsung oleh pihak RRI Malang untuk ikut seleksi di tingkat daerah karena kami merupakan runner up nasional pada ajang yang sama tahun 2014 di Banda Aceh. Alhamdulillah, kami juara sehingga berhak untuk mengikuti seleksi tingkat Provinsi di RRI Surabaya. Di Surabaya, kami kalah dari tuan rumah dengan margin skor yang sangat tipis dan hanya menjadi runner up. Dalam Musabaqah tersebut disinyalir ada lima sampai tujuh pertanyaan yang menguntungkan tuan rumah, yaitu pertanyaan tambahan seputar RRI Surabaya,” ungkap Fery Fauzi, yang merupakan wisudawan terbaik program sarjana pada Wisuda Semester Genap September 2013. Pada saat yang sama RRI Jakarta mengirimkan undangan untuk mengikuti seleksi di RRI Pusat. Hal ini mendapat dukungan penuh dari RRI Malang mengingat kecewa dengan proses seleksi RRI Surabaya yang terkesan dipersulit. Setelah lolos seleksi di Jakarta akhirnya dua tim yang merupakan mahasiswa dan alumnus UM berhak mewakili kafilah RRI Jakarta dalam ajang Pekan Tilawatil Quran (PTQ) ke-46
tahun 2015 di Palu Sulawesi Tengah. Keikutsertaan Shovi dan Fery bukan kali pertama dalam kegiatan serupa. Berbekal semangat mempelajari kandungan Alquran lebih dalam, Fery pun telah banyak memenangkan lomba tingkat universitas maupun nasional. “Ahamdulillah, tiga tahun berturut-turut semenjak keikutsertaan pertama kali di universitas, saya juara I Musabaqah Fahmil Quran (MFQ)/ Cerdas Cermat Alquran (CCQ) di tingkat universitas dan sekali di tingkat FS”, jelasnya. Ia juga pernah meraih juara I Musabaqah Syarhil Quran dan juara II Debat Bahasa Inggris ke-Alquran-an tingkat universitas. Begitu juga dengan Shovi, ia juga telah banyak menjuarai perlombaan dalam bidang tausiyah. Salah satunya, Shovi berhasil masuk sepuluh besar setelah menyisihkan ribuan peserta dalam ajang bergengsi Akademi Sahur Indonesia (AKSI) yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun TV nasional tahun 2014 lalu. Dalam sebuah kompetisi sering kali ditemui hambatan. Namun, ada baiknya jika hal ini disikapi dengan terus berusaha dan memupuk semangat dari dalam diri. Mengikuti lomba juga tidak semata-mata ingin memperoleh hadiah saja, tapi juga sebagai pembelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Menurut Fery Fauzi, dengan mengikuti perlombaan dapat mengukur kemampuan diri sehingga dapat menjadi refleksi untuk senantiasa mengembangkan potensi diri serta menjalin silaturahmi dengan orang-orang yang memiliki minat dan wawasan tentang Alquran dari berbagai daerah.Maulani
Tahun 37 Juli-Agustus 2015 |
17
Munas & Reuni Akbar: Berdayakan Alumni
Foto: Ajrul
> Tari gandrung sebagai pembuka acara Munas.
> Acara pembukaan Musyawarah Nasional (Munas).
S
ebagai agenda empat tahunan IKA UM, Musyawarah Nasional (Munas) telah dihelat pada Sabtu (08/08). Kegiatan dihadiri oleh pengurus pusat dan perwakilan dari 29 pengurus wilayah IKA UM. Agenda dimulai dengan laporan pertanggungjawaban PP IKA UM periode 2011-2015 dan diakhiri dengan pemilihan ketua umum yang baru. Dari hasil sidang ,ditetapkan Prof. Dr. M. Bambang Banu Siswoyo, MM sebagai ketua umum periode 2015-2019. Dalam Munas tersebut juga dibahas mengenai program kerja untuk empat tahun ke depan. Dimana program-program yang dihasilkan selaras dengan pemberdayaan alumni dalam rangka perkembangan UM. Jabatan ketua umum yang selama delapan tahun dipegang oleh Drs. Murdibjono, M.A. telah digantikan Bambang Banu. Periode sebelumnya ia menjabat menjadi Ketua I atau setara dengan wakil ketua. Dalam sambutannya, Murdibjono berharap adanya beberapa pengurus wilayah baru di kota-kota yang belum memilikinya. “Berkaca dari delapan tahun yang lalu, kita belum mempunyai pengurus wilayah sama sekali. Hanya berupa wadah yang bernama IKA UM. Namun, pada akhir kepengurusan ini sudah ada 29 pengurus wilayah dan 12 masih dalam tahap perencana. Saya berharap dalam waktu dekat dapat dikukuhkan pengurus wilayahnya”, papar Murdibjono. Sebagai bahan masukan untuk kepengurusan ke depan, dihadirkan narasumber untuk memaparkan program dan kegitan Ikatan Alumni dari perguruan tinggi lain. Dr. Subanji, M.Si yang juga anggota dari IKA ITB menjelaskan mengenai beberapa program dan tindakan pengurus kepada mahasiswa. Ia mengungkapkan bahwa IKA ITB juga ikut memberikan ucapan selamat datang kepada mahasiswa baru di sana. Setelah terpilih ketua umum beserta jajarannya yang baru, kegiatan dilanjutkan dengan pengukuhan pengurus yang dilaksanakan di Gedung Graha Cakrawala. Bambang Banu selaku Ketua Umum, Prof. Dr. Moh. Ainin, M.Pd. sebagai Ketua I, Drs. Bambang Mudjino sebagai Ketua II, Drs. H. Sutrisno, S.Pd., M.Pd. sebagai Ketua III, Dra. Fatmawati sebagai Sekretaris I, Drs. Taat Setyohadi sebagai Sekretaris II, dan Drs. H. Achmad Zunaedi sebagai bendahara pun dikukuhkan malam itu. Peresmian jabatan yang khidmat, tapi tetap meriah dilakukan oleh Wakil Rektor III, Dr. Syamsul Hadi, M.Pd, M.Ed. Ia menyampaikan apresiasi kepada para pengurus IKA UM dalam rangka dedikasi mereka untuk alumni. Dalam momentum pergantian kepengurusan tersebut, Syamsul Hadi berharap agar apa yang telah dirintis oleh ketua umum sebelumnya mampu ditingkatkan kembali. Ia juga berpesan, para alumni dapat ikut serta dalam pengembangan institusi UM. “Salah satu tolak ukur dari suatu perguruan tinggi adalah alumni sehingga mereka mampu memberikan kontribusi untuk almamaternya”, ungkap Syamsul hadi. Sebagai penyemarak perhelatan malam itu, ditampilkan seni tari kontemporer. Dibawakan oleh mahasiswa Jurusan Seni Tari dan Musik dengan mengusung tema keanekaragaman
18 | Komunikasi Edisi 299
budaya yang ada di Indonesia. Kemudian diakhiri oleh mahasiswa Fakultas Teknik dengan pertunjukan kostum Malang Flower Carnival. Sebagai puncak dari serangkaian kegiatan Munas, hadir ratusan alumni UM memadati lapangan Graha Cakrawala dalam acara Reuni Akbar, Minggu (09/08). Acara dimulai dengan temu santai lintas fakultas. Dalam sesi ini para alumni saling menghidupkan kenangan semasa kuliah satu sama lain. Ditambah lagi dengan fun game yang menguji pengetahuan tentang UM dari mulai berdiri hingga sekarang. Tak ayal menjadi ajang untuk unjuk kebolehan dari tiap jurusan dan angkatan. Waktu pelaksanaan reuni ini memang berurutan dengan pelaksanaan Munas. Kepada kru Komunikasi, Bambang Banu menjelaskan bahwa pemilihan waktu ini memang disengaja. Alasannya, agar keputusan yang telah dibuat dalam Munas dapat tersampaikan kepada alumni. “Jadi ada dua program yang telah dihasilkan dari Munas kemarin. Pertama, pemberdayaan serta peningkatan potensi alumni. Kedua, meningkatkan keterlibatan alumni dalam pengembangan kampus. Harapannya program-program kami tetap bersinergi dengan kepentingan alumni”, jelas Bambang Banu yang juga merupakan Guru Besar FE. Sebagai ketua umum yang baru, Bambang Banu masih ingin adanya pembenahan intern IKA UM. Dari keseluruhan pengurus pusat yang telah dikukuhkan, hampir semuanya adalah dari civitas akademika UM. Bambang Banu ingin ada keterlibatan alumni yang bukan civitas akademika UM dalam kepengurusan selanjutnya. “Jika ada orang luar yang memiliki potensi kita bisa memanfaatkannya dengan menjadikan pengurus bahkan menjadi ketua umum,” pungkas Bambang Banu. Kemeriahan Reuni Akbar tidak hanya sampai di sini. Setelah puas saling bercengkerama dan saling mengenal alumni dari fakultas lain, mereka pun diarak keliling kampus. Dalam arak-arakan napak tilas kampus ini, peserta diantarkan untuk menuju ke fakultasnya masing-masing. Panitia yang bertugas untuk menyambut alumni pun tidak kalah semangat dengan peserta. Mereka telah menyiapkan konsep temu alumni dengan unik dan menarik. Mulai dari penampilan live music, pesta kebun, maupun pesta kuliner. Jika melihat Jurusan Sastra Inggris FS, para alumni disambut dengan alunan tembang kenangan. Sesekali ada peserta yang menyumbangkan suaranya untuk menghibur yang lain. Namun, berbeda lagi dengan di FMIPA. Setelah lelah berjalan keliling kampus, peserta disuguhi dengan gerobak-gerobak makanan tradisional. Misalnya saja soto, cendol, sate hingga martabak telur.Ajrul
Profil
Mutiara dari
Majalah
Komunikasi
Lahir dari cangkang menjelma mutiara Sosok perempuan melenggang cantik nan ceria Adat santun hingga tekun tumbuh dalam jiwanya Berpikir kritis dan dinamis wujud citra dirinya Dia ada bagaikan kilauan emas Rendah hati sebagai insan pendidik yang cerdas Melalang buana menyabet penghargaan dengan tangkas Di ajang Pimnas merebut medali emas prestasi nasional diraih dengan pantas
Nama : Choirun Nisa Ristanty TTL : Banyuwangi, 19 Juli 1993 Alamat : Jalan Banyuwangi No. 17 A Banyuwangi Riwayat pendidikan • SD Negeri 1 Kepatihan Banyuwangi (1999-2005) • SMP Negeri 1 Banyuwangi (2005-2008) • SMA Darul ‘Ulum 2 BPPT Jombang (2008-2011) • Universitas Negeri Malang, S1 Pendidikan Bahasa Inggris (2011-sekarang) Pengalaman organisasi • Founder dan koordinator Inspiring Youth Educators (IYE) Chapter Malang (2013-sekarang) • Reporter Majalah Komunikasi UM (2011-sekarang) • Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) Universitas Negeri Malang (2012-sekarang) Prestasi • LO ASEAN School Games cabang olahraga pencak silat 2012 • 20 besar esai UGM Egsa-fair Geografi 2012 • Delegasi Indonesia International Interfaith Summit 2012 • Juara 1 lomba menulis feature dalam Journalistic Festival tingkat nasional 2012 • Juara 2 lomba menulis cerpen dalam Journalistic Festival tingkat nasional 2012 • Delegasi Jawa Timur untuk Youth For Climate Camp (YFCC) 2013 • Juara 1 lomba menulis cerpen dalam Journalistic Festival tingkat nasional 2012
Profil Volunteer Indonesia Youth Forum Bandung 2013 Delegasi UM untuk Pelindo Youth Camp 2013 Peserta terbaik ke-3 Pelindo Youth Camp 2013 se-Jawa Timur Pemenang 3 putri Duta Bahasa Jawa Timur 2013 Delegasi provinsi Jawa Timur untuk ICN oleh Prasetya Mulya Business School 2014
I
a sering dikenal sebagai mahasiswa yang penuh dengan prestasi, mahasiswa yang aktif, guru yang cerdas, dan reporter yang kritis, demikian pribadi Choirun Nisa Ristanty. Baru-baru ini ia mendapat peringkat dua dalam pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat Universitas. Walaupun harus berpuas diri dengan posisi runner up, lantas tidak membuatnya menyesal dan patah semangat. Tujuan awal ia mendaftar Mawapres bukan hanya untuk menang. Namun, membuat UM mampu bersaing dengan universitas lain di tingkat nasional. “Intinya ingin menjadikan UM lebih maju”, tuturnya. Menjadi Mawapres 2 bukan hal yang baru bagi Tanty. Sejak masih mahasiswa baru ia mulai mencoba-coba untuk memulai menjajal berbagai lomba. Mulai dari esai, pidato, cerpen bahkan PKM sudah pernah ia coba. Sepanjang tahun 2014-2015, sudah ada lima PKM-nya yang didanai. Hingga pada tahun 2014 ia bersama tim nya mampu mengharumkan nama UM dalam Pimnas ke 27. Ia mendapat medali emas untuk kategori presentasi. Pada pertengahan Juli lalu kru Komunikasi mendapat kesempatan untuk mewawancarai Tanty. Ketika itu ia masih disibukkan dengan berbagai kegiatan mengajar untuk program Critical Language Scolarship (CLS). Berikut hasil wawancaranya.Anda sebagai Mawapres 2 UM, bagaimana perasaannya? Pastinya bahagia dan bersyukur. Walaupun tidak menjadi Mawapres 1, paling tidak nama FS tidak menurun. Artinya, tahun lalu ada mahasiswa Sastra juga mendapatkan peringkat yang sama dengan saya sekarang. Ada rasa kecewa? Ndak sih. Tidak perlu ada yang dikecewakan. Memang dalam kompetisi harus ada yang menang dan kalah. Malah menjadi motivasi saya untuk terus berprestasi. Walaupun jatah kuliah hanya tinggal sebentar, karena saya diwisuda September tahun ini. Saya memang mengakui jika Isnawati pantas mendapatkan predikat Mawapres 1. Apa yang membuat Anda berpikir untuk mendaftar menjadi Mawapres? Ada rasa geregetan untuk menyuarakan Mawapres UM di tingkat nasional. Tahun-tahun sebelumnya memang belum ada perwakilan UM yang mampu untuk itu. Untungnya, Isnawati sudah bisa masuk dalam sepuluh besar Mawapres Nasional. Awalnya motivasi berasal dari Pimnas. Jika dalam Pimnas mampu membawa satu medali emas dan satu perak, sehingga UM masuk dalam sepuluh besar. Maka dalam bidang Mawapres juga pasti bisa. Anda sering disebut sebagai mahasiswa yang mempunyai banyak prestasi dan aktivitas di luar kuliah, apakah itu mendukung saudara dalam seleksi Mawapres? Pastinya iya. Dalam seleksi tidak hanya dilihat dari bobot kegiatan akademik tetapi juga non akademik. Pada level universitas, sertifikat yang kita dapatkan akan menjadi kredit plus untuk kita. Sementara itu, untuk level nasional juga akan dilihat kegiatan sehari-hari dari mahasiswa itu. Sebenarnya tidak hanya untuk pemilihan Mawapres saja. Karena di UM, ketika wisuda akan ada yang namanya wisudawan terbaik non akademik. Dari kabar yang didengar, saya menjadi nominasi dari FS.
20 | Komunikasi Edisi 299
• Mawapres 1 Fakultas Sastra 2014 • Medali Emas Presentasi Pimnas 27 Semarang Dikti bidang PKM-M 2014 • Juara 1 Lomba penulisan Kreatif BKKBN tingkat nasional 2015 • Mawapres 2 UM 2015
Untuk saat ini apa yang menjadi kesibukan Anda? Menjadi guru di Surya Buana, mengajar les privat, reporter di majalah kampus Komunikasi, dan juga menulis di rubrik citizen reporter harian Surya. Selain itu, menjadi tutor BIPA untuk program In country dan guru BIPA untuk program CLS. Bagaimana awalnya sehingga Anda mampu untuk memperoleh pretasiprestasi itu? Sebelumnya saya adalah mahasiswa yang biasa-biasa saja. Dengan IPK standar, di > Trophy dan hadiah dari PELINDO III sebagai peserta kelas tidak begitu aktif, dan terbaik ketiga delegasi dari Komunikasi. di HMJ juga tidak. Dari sana saya mulai berpikir tidak bisa selamanya seperti ini. Kompetisi di luar sana lebih dari yang sekarang saya hadapi. Sebagai contoh sekarang banyak yang bisa Bahasa Inggris, tetapi tidak semua mempunyai nilai plus. Itulah yang ingin saya capai. Memperoleh nilai plus, yang akan saya gunakan ketika masuk dunia kerja. Semenjak SMA saya memang suka mengikuti lomba-lomba. Alhasil, ketika kuliah merasa lebih tertantang. Saat menjadi mahasiswa baru saya mulai mencari info tentang kegiatan kepemudaan dan lomba. Saya suka lomba yang berhubungan dengan pidato dan menulis. Baik menulis feature, berita, maupun cerpen. Minat Anda di bidang apa? Sebenarnya tertarik pada menulis dan retorika. Ketika SMA retorika saya mengungguli kemampuan menulis. Namun, entah mengapa sekarang malah terbalik. Saat ini lebih aktif untuk menulis. Bagaimana mendapatkan inspirasi untuk bahan tulisan Anda? Dengan banyak membaca. Bisa dibilang membaca adalah makanan super untuk menulis. Dengan membaca berarti menambah kosakata. Selain itu dari menonton televisi acara berita dan traveling. Traveling disini bukan hanya berupa plesiran, tetapi juga mengikuti berbagai konferensi dan sejenisnya. Setiap dari traveling saya usahakan untuk menulis pengalaman tersebut. Hitung-hitung untuk memberikan informasi sekaligus mengasah kemampuan menulis. Kemampuan menulis Anda ada sejak kapan? Saya sendiri tidak seberapa mengerti sejak kapan. Tapi, yang pertama menyadari kemampuanku adalah Ibu. Ternyata setelah dipikir-pikir sejak SMP memang saya banyak menulis, begitu juga SMA dan kuliah. Apalagi di kampus lebih diasah lagi di Komunikasi. Dari sejak maba saya sudah menulis di Citizen Reporter di Surya. Banyak Feed Back dari redaktur, Ibu Tru Hatmaningsih. Ternyata, teman-teman sudah mengenali tulisanku walaupun tanpa membaca nama penulisnya. Ini berarti saya sudah punya gaya bahasa sendiri walaupun saya sendiri tidak menyadarinya.
dok. pribadi
• • • • •
dok. pribadi
Lalu bagaimana menyalurkan bakat sehingga menghasilkan prestasi? Pertama harus punya passion. Tekuni dan kemudian mencari wadah agar orang mampu menghargai kemampuan kita. Punya passion, tetapi tidak dikembangkan itu nonens. Zaman sekarang internet semakin mudah diakses. Jadi, tidak ada alasan lagi jika tidak tau info wadah untuk kemampuan kita. Dari wadah-wadah itulah karakter kita terbentuk. Dengan banyaknya komunitas yang diikuti dan jaringan yang dimiliki, mampu untuk mendewasakan kita. Seperti halnya minat saya pada pendidikan. Untuk itu saya mempunyai wadah Inspiring Youth Educators (IYE). Suatu organisasi yang bergerak di bidang pendidikan secara umum. Meskipun saya bukan mahasiswa kependidikan, tapi setiap orang adalah pendidik, bukan hanya guru. IYE sendiri dibentuk oleh peserta konferensi yang diadakan oleh Sampoerna School tahun 2012. Saya termasuk salah satu founder dari organisasi itu. Lalu jika Anda aktif dalam bidang penulisan, apakah ada korelasi dengan apa yang didapatkan di kuliah? Apa yang saya dapatkan dari kuliah sangat bermanfaat untuk menulis application letter, mendaftar konferensi, maupun untuk mencari pekerjaan yang membutuhkan Bahasa Inggris.
> Choirun Nisa Ristanty saat menjadi salah satu tutor.
dok. pribadi
dok. pribadi
Profil
Bagaimana Anda memulai karir menjadi citizen reporter? Saya mendapat informasi dari teman-teman bahwa di UM jika kita mampu menulis di media massa akan dihargai seratus ribu. Surya termasuk salah satu yang dapat dihargai oleh UM. Namun, saya tidak lantas menulis, tetapi membaca-baca terlebih dahulu artikel yang telah dimuat. Baru setelah itu mencoba ntuk membuat artikel sendiri. Sueneng banget ketika tulisan pertama dimuat. Itu tentang jaran kepang di car free day. Sampai sekarang sudah seratus lebih tulisan yang pernah saya kirimkan. Ada sekitar dua puluh sampai tiga puluh tulisan yang ditolak. Alasannya, artikel terlalu biasa, tidak menggigit, maupun out of date. Namun, dari sanalah saya banyak belajar, dapat membandingkan artikelku sesudah dan sebelum di edit. Apa yang membuat Anda betah menjadi reporter, khususnya untuk Komunikasi? Pastinya bangga. Mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai para petinggi UM. Tidak semua juga dapat mengikuti seminar yang diadakan oleh UM secara gratis. Melakukan tugas liputan sekaligus menambah ilmu. Anda telah mampu menjadi guru bahkan sebelum lulus, tantangannya apa? Tantangannya adalah membagi waktu. Awalnya pesimis untuk mampu lulus tepat waktu. Menjadi guru, mengajar les privat, organisasi, Komunikasi, CLS, pengerjaan PKM, dan skripsi semua saya lakukan di semester delapan. Syukur, semua dapat berjalan dengan mulus. Saya sampai menangis ketika menyerahkan draft untuk skripsi. Tidak menyangka mampu melewati semua itu. Hikmahnya, lakukan semampumu. Jika sudah mengambil keputusan maka jalani. Jangan mundur lantaran mempertimbangkan konsekuensinya. Sebenarnya, saya bingung ketika ditawari menjadi guru. Mau menerima tawaran atau tidak. Walaupun pada akhirnya saya tetap menerima dengan mengorbankan yang lain. Padahal kita tidak boleh melakukan satu hal
> Choirun Nisa Ristanty melakukan pengabdian di Lapas Lowokwaru.
dengan menyampingkan hal lain. Semua harus seimbang. Bisa atau tidaknya terserah yang di atas. Pendapat orang tua mengenai kesibukan Anda seperti apa? Kadang ada kekecewaan, kadang juga ada kebanggaan. Kecewa karena adanya kesibukan menjadi jarang pulang. Kalau orang tua ingin menelfon harus dijadwal dahulu. Tidak hanya ibu dan bapak yang kecewa, teman-teman juga. Sering jika ada reuni, pernikahan, atau ada yang meninggal tidak bisa dengan mudah meninggalkan Malang. Bukan saya tidak serawungan, tapi waktuku sudah terbagi untuk lainnya. Apakah Anda sudah puas dengan apa yang dilakukan selama kuliah? Belum puas. Masih ada keinginan untuk bisa keluar negeri. Manusia kan tidak boleh berpuas diri. Walaupun kadang juga menyesal kenapa hanya sebatas ini. Kenapa saya tidak mulai menargetkan segala sesuatunya sejak SMA? Tapi semua akan aku balas setelah kuliah nanti.Ajrul
Tahun 37 Juli-Agustus 2015 |
21
Cerita Mereka
k. do A BIP
> Senyum darah Indonesia-Amerika, Miss Annisah.
Perpaduan Tiga Nilai dalam Satu Raga
S
iang itu Annisah keluar dari kelasnya. Suasana kampus sepi, tak seramai ketika hari efektif kuliah. Ia ramah menyapa orang yang ditemui di sepanjang jalannya. Tanpa ragu, senyumnya yang manis ia berikan pada orang yang sisipan dengannya. Lesung yang ada di pipinya membuat gadis yang lahir pada 09 Juli 1995 itu semakin memesona. Alisnya tebal. Rambutnya pirang menjuntai hingga bahu. Annisah merupakan salah satu mahasiswa Critical Language Scholarship (CLS), yaitu program beasiswa yang diselenggarakan oleh pemerintah Amerika, diperuntukkan bagi mahasiswa Amerika yang ingin memperdalam bahasa-bahasa penting bagi Amerika. Ada 16 bahasa dunia yang dianggap penting oleh pemerintah Amerika. Salah satunya adalah bahasa Indonesia dan merupakan satu-satunya bahasa yang penting bagi Amerika di kawasan Asia Tenggara. Program CLS sudah berjalan selama enam tahun sejak 2010. Nama lengkapnya Annisah Fatma Smith. Nama itu cukup membuat heran setiap orang yang pertama kali mengenalnya. Bagi telinga kebanyakan orang, terutama orang Amerika, nama itu bukanlah nama orang Amerika. Nama itu mewakili nama Islam, Indonesia, dan Amerika. Ya, sebab darah Amerika dan darah Batak mengalir dalam tubuhnya. Memiliki nama pemberian neneknya itu, Annisah suka. Ia bangga ketika harus menjelaskan bahwa namanya mengandung unsur budaya yang berbeda
22 | Komunikasi Edisi 299
dan merepresentasikan nama orang muslim, Indonesia, sekaligus Amerika. Ayahnya, Philip Smith, bekerja di sebuah perusahaan pesawat terbang sebagai konsultan. Hal itulah yang membuat Philip bertemu dengan Nina Simatupang, perempuan yang melahirkan Annisah. Kala itu Philip mengurusi pesawat yang memberangkatkan haji orang-orang Medan. Di sana ia bertemu dengan Nina. Hatinya pun tertambat pada orang Islam, jadilah ia mualaf. Pekerjaan ayahnya di perusahaan pesawat membuat keluarga Annisah sering pindah. Annisah dilahirkan di Kuala Lumpur, lalu menetap di sana selama sembilan tahun. Karena pekerjaan ayahnya, pada 2004 mereka pindah ke Kota Atlanta, Provinsi Georgia. Ketika awal tinggal di Amerika, sering kali gadis yang berusia dua puluh tahun itu harus menjelaskan pada temanteman atau guru-guru barunya terkait namanya yang aneh, bagi orang-orang Amerika. “Dulu ketika saya baru pindah ke Amerika, banyak teman yang tidak pernah bertemu dengan orang muslim, jadi mereka menganggap saya jahat,” tutur Annisah. Berbeda ketika ia masih sekolah di Malaysia, ia sekolah di sekolah internasional. Anak bungsu dari enam bersaudara itu sudah terbiasa bertemu dengan orang-orang yang memiliki budaya beragam. Banyak temannya yang tidak mengetahui di mana Indonesia atau ternyata Indonesia memiliki penduduk muslim lebih banyak
dibanding negara Timur Tengah. Mereka berpikir bahwa orang muslim selalu mengenakan jilbab. “Dulu sulit sekali, saya merasa semua orang jahat sekali sama saya. Kasihan, saya masih kecil, kenapa semua orang pikir saya jahat karena saya muslim?” keluhnya. Namun, sang ibu selalu mendukung dan menguatkan dirinya agar tidak membenci orang-orang yang menganggapnya jahat. Mereka hanya tidak mengerti. Annisah hanya harus mengajari, membuat mereka mengerti. Bapak dan ibunya selalu kompak dalam mendidik anak-anaknya. Mahasiswa Hubungan Internasional School of International Service Washington DC itu dididik dengan budaya yang beragam. Sang ibu tak membiarkannya lupa bahwa ia memiliki darah Indonesia. Semua dicampur. Budaya Islam, budaya Indonesia, dan budaya Amerika pun sudah dikenalkan padanya sedari ia kecil. “Ibu saya dari kecil sudah menekankan bahwa kamu Indonesia, jangan lupa, ya!” terang gadis yang hobi membaca dan berenang itu. Annisah tak diizinkan keluar malam oleh sang ibu, terlebih ketika kuliah di Washington DC. Awalnya ia marah. Banyak teman yang mengucilkannya karena tak pernah ikut keluar malam, party. Tapi, lama-lama Annisah mengerti dan menurut. Ia hanya menonton TV, belajar bersama temannya atau menelepon ibunya. Untungnya ada satu temannya asli Albania yang memiliki budaya sama, yaitu
Cerita Mereka mempelajari bahasa Indonesia, Annisah ingin melanjutkan kuliahnya. Ia ingin mengambil S2 dan fokus pada kebijakan lingkungan. Ia ingin kerja untuk deforestasi lingkungan, green peace, dan semua tentang hutan dan lingkungan untuk Indonesia. “Ya ampun, saya melihat Indonesia, itu negeri ibu saya, kenapa begitu? Sumatera dan Kalimantan deforestasinya sudah banyak. Kalau ini tetap saja, dua puluh tahun lagi pohonpohon di Sumatera dan Kalimantan bisa habis,” paparnya khawatir. Annisah mau membantu Indonesia untuk membuat lingkungan yang bagus. Annisah sangat cinta Indonesia. Ia akan mempelajari banyak hal di berbagai tempat untuk nantinya kembali ke Indonesia dan menyelamatkan hutan-hutan Indonesia. Tak menutup kemungkinan ia akan menikah dengan orang Indonesia. “Orang mana pun, tidak apaapa, kata ibu yang penting dia muslim, ya,” tuturnya sambil mengulur senyum. Annisah berpesan untuk orang-orang asli Indonesia agar mencoba budaya yang berbeda karena ada banyak budaya yang mirip Indonesia. “Kita harus banyak belajar, masih banyak yang belum kita tahu. Ambil banyak cerita dari banyak orang. Jika belum bisa datang ke tempat-tempat jauh, ada buku, ada internet,” tegasnya. Moto gadis perpaduan tiga budaya itu adalah “Kapal laut tetap aman di pelabuhan, tapi itu bukan takdirnya”.Yana
dok. BIPA
sang kakek. Setiap Ramadan, sang kakek membuka gerbang rumahnya dan memberi makan orang-orang miskin, mengajak mereka berbuka puasa. Kecintaanya pada budaya Indonesia membuatnya ingin kembali ke Indonesia. Ia selalu rindu pada keluarganya, ia selalu rindu pada Indonesia. Ia rindu Ramadan dan hari raya di Indonesia. Sejak sebelas tahun di Amerika, Annisah hanya dua kali berkunjung ke Indonesia karena tiketnya mahal. “Saya mau, insyaAllah kembali di Indonesia untuk kerja,” tuturnya mantap. Maka, salah satu cara yang ia lakukan adalah mempelajari bahasa Indonesia. Annisah membuat aplikasi untuk program CLS. Awalnya ia bingung, karena ia juga sangat ingin mempelajari bahasa Arab. Lalu, ia berkonsultasi dengan dosennya. Sang dosen memberi masukan bahwa Annisah telah mengikuti kelas bahasa Arab di kampus selama dua tahun. Annisah juga telah mampu berbicara bahasa Indonesia, tapi masih informal karena belum pernah belajar bahasa Indonesia di kelas. Jika Annisah mau bekerja di Indonesia, maka ia harus belajar bahasa Indonesia yang formal. Annisah pun membuat aplikasi program CLS untuk bahasa Indonesia. Awalnya ia pesimis aplikasinya tidak diterima. Ia pikir tidak apa-apa, meski tidak diterima, ia masih bisa pulang ke Indonesia. Tapi, ternyata aplikasinya diterima dan ia bisa belajar bahasa Indonesia gratis. Menurut Annisah, program CLS sangat bagus. Ia suka. Ada banyak orang, beragam budaya sehingga ia bisa belajar banyak hal. “Ketika mengikut CLS, saya jadi ooooh, ini saya bicara bahasa apa, Indonesia, Melayu, Jawa, Batak. Saya bingung,” tuturnya sambil tertawa. Ia sudah sering mendengar kosakatakosakata yang ada. Sebelumnya, Annisah malu. Malu karena sebagai orang Indonesia, ia hanya sedikit berbicara bahasa Indonesia. Namun, setelah mengikuti CLS, ia tak lagi malu. Ia merasa guru-guru di CLS sangat baik dan mau membantunya. Keluarganya yang heterogen membuatnya mengenal sedikit-sedikit banyak bahasa. Keluarga di Indonesia campur, omnya dari Sunda, ada tantenya orang Dayak, ada yang dari Banyuwangi, ada pula yang di Surabaya. “Jadi semua campur. Jadi ke mana-mana ada saudara. Enak. Keluarga saya semua dekat,” ungkapnya senang. Semua keluarga dan sepupunya yang di Amerika pun suka dengan Indonesia. Sebab, sang ibu selalu cerita serta mengenalkan budaya muslim dan budaya Indonesia sehingga mereka paham. “Semua keluarga saya baik,” katanya bangga. Setelah mengikuti program CLS dan
> Annisah ketika mengunjungi industri keramik.
dok. BIPA
tidak boleh sering keluar malam. Kakakkakaknya pun demikian, tak sering keluar malam. Lagi pula, Annisah kasihan pada ibu dan bapaknya. Ia sadar bahwa biaya kuliahnya mahal sehingga ia tidak mau keluar untuk membeli barang ini itu yang tidak terlalu penting. Annisah merupakan mahasiswa yang aktif mengikuti kegiatan di kampus dan luar kampus. Satu-satunya anak perempuan Philip itu juga bekerja untuk membantu sang ayah membiayai kuliahnya yang mahal. Baginya, bekerja tidak apa-apa, sudah biasa, nanti insyaAllah pasti sukses. Berbeda dengan mahasiswa yang ketika kuliah tidak terbiasa bekerja, nanti ketika lulus mereka bingung mau bekerja apa. Annisah bekerja di School of International Service untuk membuat penelitian dan membantu dosen-dosen menyusun jadwal konferensi. “Dua kali dalam seminggu kerja di rumah orang,” tutur gadis yang juga hobi berlari itu. Orang-orang di sekitar kampusnya bekerja di pemerintahan, jadi mereka orang kaya. Annisah harus mengantarjemput anak-anak mereka, mengajak bermain serta mengajari matematika dan bahasa. Annisah juga bekerja untuk membantu orang-orang yang hendak mencari rumah, menyewa rumah, kamar, apartemen atau kos. “Saya sibuk sekali, karena saya membantu bapak dan ibu saya untuk membayar,” ungkapnya. Selain bekerja untuk membiayai kuliahnya, Annisah juga aktif mengikuti kegiatan sosial. Ia mengikuti Peer Health Exchange, dua kali dalam seminggu mengajar anak SMA tentang kesehatan. “Saya suka banget mengajar,” katanya dengan gaya memanjangkan huruf u. Di bidang olah raga, Annisah mengaku paling hobi bermain softball bahkan sebelumnya ia ingin kuliah fokus ke softball. Tapi, karena biayanya mahal, maka ia mengurungkan niat itu. Saat ini ia aktif mengikuti tim softball di kampusnya. Inspirasi mengajar itu ia dapat dari sang ibu sedangkan inspirasi semangat bekerja itu dari bapak. “Saya suka sekali anak-anak. Ayo kita bermain, ayo kita belajar,” ungkapnya bersemangat. “Inspirasi saya dari kakek Indonesia,” tuturnya bangga. Kakeknya dahulu adalah bupati di Kisaran, sekitar dua jam dari Medan. Sang kakek membangun sekolah agama Islam untuk hafid Quran, juga rumah sakit. “Kakek dan nenek saya sangat baik, tapi sudah meninggal semua,” katanya haru. Belum pernah ia bertatap muka dengan sang kakek. Selama ini ia hanya mendengar cerita dari ibu dan kakak-kakaknya. Meskipun demikian, inspirasi terbesarnya untuk belajar tentang Indonesia adalah dari
> Annisah mengikuti kegiatan di kelas.
Tahun 37 Juli-Agustus 2015 |
23
Pustaka
Pekik Kemerdekaan Sang Jugun Ianfu
Repro Internet
Oleh Ardi Wina Saputra
Judul buku Penulis Cetakan Tebal Penerbit
J
: Jugun Ianfu : E. Rokajat Asura : I (Pertama), Maret 2015 : 321 halaman : Edelwiss
angan panggil aku Miyako! Kalimat larangan itu terpatri jelas di bawah judul novel Jugun Ianfu. Trauma mendalam serta siksa batin yang tajam membuat para Jugun Ianfu anti dengan nama-nama Jepang yang telah disematkan padanya. Jugun Ianfu berarti budak seks Jepang. Namanya juga budak, perlakuan majikan padanya tentu kasar dan semenamena. Namun, di tengah bengisnya serdadu-serdadu Jepang, Miyako atau Lasmirah mampu untuk tetap bertahan. Bahkan melawan. Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno berpesan hendaknya rakyat harus berdikari. Berdiri di bawah kaki sendiri. Merdeka! Kata merdeka tidak muncul pasca kemerdekaan, tapi kata itu justru meletup membara ketika perang masih berlangsung. Bangsa ini tidak akan merdeka, tanpa mental-mental merdeka yang dimiliki oleh rakyatnya. Novel Jugun Ianfu menyajikan sepercik semangat kemerdekaan itu. Dikisahkan seorang wanita Yogyakarta bernama Lasmirah bercita-cita menjadi penyanyi terkenal. Suasana perang nampaknya tak menyurutkan mental Lasmi untuk memadamkan cita-cita yang telah dipupuk sejak kecil. Ayah Lasmi bekerja sebagai abdi dalem Keraton dan setiap malam, Laksmi diperkenankan untuk ikut menonton bahkan berlatih musik-musik keroncong bersama para pembesar dan Ndoro yang baik hati. Menyanyi adalah cara paling efektif untuk menghibur rasa sepinya semenjak ditinggal sang ibunda. Bermodalkan suara emas dan paras rupawan, Laksmi
24 | Komunikasi Edisi 299
memberanikan diri untuk mengikuti ajakan Zus Mer dan Bang Zul untuk ke Borneo. Mereka berdua adalah seniman dan orang ternama di daerah tempat tinggal Laksmi. Siapa sangka, gadis bertubuh indah ini dijual pada Jepang untuk dijadikan Jugun Ianfu. Ia bersama beberapa wanita lain diangkut truk ke Surabaya lalu dinaikkan kapal laut menuju Borneo. Sesampainya di Borneo, ia ditaruh di Asrama Telawang. Di tempat inilah babak baru kehidupan Lasmirah dimulai. Ia dipaksa setiap hari harus melayani kenpetai Jepang. Belum lagi perlakuan kasar yang diberikan oleh para kenpetai itu. Sejak menginjakkan kaki di Asrama Telawang, nama Lasmirah berubah menjadi Miyako Asrama Telawang dikelola oleh Tuan Cikada, ia sangat keras menjurus kasar dalam memperlakukan para Jugun Ianfu. Terlebih pada Miyako. Kekasarannya pada Miyako sungguh melampaui batas. Hal itu karena Miyako selalu berani bersikap menuntut keadilan. Bahkan dengan keras Miyako pernah berkata pada Cikada,�Hidup mati bukan tuan yang menentukan, tetapi Tuhan� (hlm 296). Itu menunjukkan bahwa Miyako siap mati demi menuntut keadilan. Tentu jawaban demikian berbuah siksaan. Meskipun sering disiksa, Miyako tak henti-hentinya menyuarakan kebenaran. Itulah yang membuat para Jugun Ianfu simpati padanya. Sikapnya yang berani dan cerdas, juga mampu memantik perhatian Pramudya, salah satu tentara PETA mantan anggota KNIL yang saat itu ditugaskan di Borneo. Lelaki gagah berparas tampan itu juga berasal dari Jawa. Benih cinta mulai tumbuh di sini. Layaknya kemerdekaan, cinta juga butuh diperjuangkan. Cinta Pram pada Miyako tidaklah mudah. Hal tersebut karena Yamada, laksamana Jepang yang sering menggunakan jasa Miyako, juga menyatakan perasaan yang sama. Kisah cinta segi tiga membalut nafas kehidupan Miyako di Borneo. Bahkan Pram dan Yamada sering terlibat konflik fisik. Tujuan keduanya sama, memerdekakan Miyako. Pram dengan taktik jitunya ingin membawa Miyako kembali ke Yogya. Sementar itu, Yamada, dengan janji dan rayuan gombalnya ingin membawa Miyako ke Jepang. Perjuangan mencapai cinta Miyako seiring dengan perjuangan para tentara pribumi untuk lolos dari cengkeraman Jepang. Latar cerita yang diambil melemparkan ingatan pembaca pada masa kekejaman Jepang di tahun 1942-1945. Sesekali bahkan dilemparkan lagi lebih jauh ke tahun 1935-1936 ke masa kecil Lasmirah. Yogyakarta, Surabaya, dan Borneo merupakan tiga tempat yang sering dideskripsikan dalam cerita. Novel yang ditulis E. Rokajat Asura ini mampu membuat pembaca miris dengan kata-kata yang diciptakannya. Kekerasan fisik Jepang dan kekerasan hati Miyako dipaparkan secara gamblang. Meskipun bercerita tentang Jugun Inafu, tapi pemaparan sungguh jauh dari kesan seksual, apalagi porno. Keintiman digambarkan secara tersirat dengan halus tanpa menimbulkan interpretasi berlebihan. Meskipun demikian ada hal utama yang harus diperhatikan, yaitu pembatas fragmen. Sangat jarang atau bahkan hampir tidak ada pembatas fragmen di setiap bab, membuat pembaca yang belum terbiasa dengan novel akan kelelahan untuk mengimajinasikan cerita. Sering tiba-tiba penulis mengaitkan peristiwa yang dialami tokoh dengan masa lalunya. Tanpa pembatas fragmen hal itu akan menyulitkan pembaca. Lepas dari kekurangannya, novel ini mampu menggetarkan sanubari pembaca terlebih dalam berjuang menyikapi penderitaan. Kemauan untuk berdikari dan merdeka yang ditunjukkan oleh Lasmirah serasa menampar pembaca untuk lebih terlecut lagi semangatnya mempertahankan kemerdekaan. Jugun Ianfu bukan hanya menyadarkan pembaca pada luka lama Ibu Pertiwi, tapi sekaligus menyadarkan kembali bahwa kemerdekaan tidaklah mudah untuk diperoleh. Merdeka! Penulis adalah mahasiswa S2 Pendidikan Bahasa Indonesia
Pustaka
Petualangan Mencari Majikan Terjahat Oleh Novia Anggraini
Judul film Sutradara Produser Rilis Pengisi suara
: Minions : Pierre Coffin dan Kyle Balda : Illumination Entertainment : Juli, 2015 : Sandra Bullock, Pierre Coffin, Jon Hamm, et.al.
Repro Internet
M
inions merupakan film ketiga yang mengangkat cerita lucu tentang makhluk kuning bernama minion. Setelah dua film yang dirilis Illumination Entertainment sebelumnya mendulang sukses, yakni Despicable Me (2010) dan Despicable Me 2 (2013), kali ini film Minions (2015) dimaksudkan untuk menjadi presekuel dari dua film sebelumnya. Secara garis besar, film ini menceritakan tentang kehidupan awal para minion sebelum akhirnya menjadi kaki tangan Gru, seorang penjahat kejam yang telah kita kenal melalui sekuel Despicable Me. Ada persamaan dan perbedaan yang nampak menonjol dari film ini apabila dibandingkan dengan kedua film sebelumnya. Persamaannya terletak pada sifat bodoh dan teledor minion yang konsisten digambarkan oleh sang sutradara. Sementara perbedaannya terletak pada posisi minion sebagai tokoh utama dalam film ini, sedangkan pada dua film sebelumnya minion hanya menjadi tokoh sampingan sebab yang menjadi tokoh utamanya ialah seorang penjahat kelas dunia bernama Gru. Dalam film Minions, diceritakan bahwa para minion kecil hidup di dalam air dalam bentuk larva. Setelah dewasa, para minion tersebut keluar dari dalam air dan hidup di darat secara berkelompok. Sejak kecil mereka telah memiliki naluri untuk mengikuti hewan-hewan yang lebih besar dan buas. Oleh karena itu, ketika hidup di darat para minion tersebut berupaya mencari penjahat terkejam untuk dijadikan majikan. Sayangnya, kebodohan dan kedunguan merekalah yang justru membuat majikan mereka mati meregang nyawa. Mulai dari T-Rex, manusia gua, Fir’aun, hingga drakula, semuanya mati hingga membuat minion kehilangan semangat hidupnya sebab tak lagi memiliki majikan. Bagian selanjutnya mengisahkan seorang minion bernama Kevin yang memutuskan untuk pergi mengembara demi mencari majikan baru. Dengan didampingi oleh Stuart dan Bob, ketiga minion tersebut akhirnya meninggalkan gua es tempat mereka tinggal selama ini. Pengembaraan mencari majikan baru berujung pada pertemuan Kevin dkk dengan Scarlett Overkill, penjahat wanita paling terkenal di masa itu. Sebagai sang majikan, Scarlett memberikan misi kepada ketiga minion untuk mencuri mahkota Ratu Inggris. Sebuah kejutan terjadi ketika ketiga minion melakukan pencurian mahkota. Bukannya ditangkap, Bob justru dilantik menjadi raja karena berhasil mencabut pedang kerajaan yang tertanam di sebuah batu. Akibat kejadin tersebut, Scarlett menganggap para minion berkhianat padanya. Demi menghilangkan kesalahpahaman yang terjadi, Raja Bob mengubah hukum negara dan memberi jalan bagi Scarlett Overkill untuk menjadi Ratu Inggris. Namun, dendam Scarlett tak kunjung sirna. Ia mengurung para minion tersebut dan berniat menyiksanya. Namun, Kevin dkk akhirnya menemukan jalan keluar dan malah secara tidak sengaja menggagalkan upacara penobatan Scarlett. Scarlett pun bertambah marah. Ia menangkap Bob dan Stuart, serta mengancam akan membunuh kedua minion jika Kevin yang pada saat itu berhasil kabur tidak segera menemuinya. Sementara itu, Kevin yang berusaha kabur dari kejaran para pengikut Scarlett, menemukan sebuah mesin persembunyian yang ternyata membuat tubuhnya menjadi sebesar raksasa. Dengan tubuh yang sebesar raksasa, Kevin berhasil menyelamatkan Stuart dan Bob, serta melawan kejahatan Scarlett. Kevin, Stuart, dan Bob mendapatkan hadiah dari Ratu Inggris karena telah berhasil melawan Scarlett. Namun, Scarlett tidak berputus asa dan kembali melakukan kejahatan dengan mencuri mahkota Ratu Inggris dengan tangannya sendiri. Di tengah jalan, ada seorang penjahat kecil yang merebut
mahkota hasil curian Scarlett. Penjahat itu ialah Gru kecil. Menyaksikan kejahatan Gru, para minion seolah menemukan seorang majikan jahat yang sempurna. Pasukan minion pun segera mengejar Gru yang kabur setelah sukses mencuri mahkota Ratu Inggris dari Scarlett. Kisah para minion dalam presekuel Minions ini sukses digarap dengan animasi dan spesial efek yang berkualitas tinggi. Kerja sama antara dua sutradara, yakni Pierre Coffin dan Kyle Balda mampu menghadirkan karakter-karakter baru yang unik dan berbeda dari dua film sebelumnya. Selain itu, warga negara Indonesia patut berbangga sebab dalam film ini terselip beberapa kosakata Bahasa Indonesia yang digumamkan oleh para minion, seperti ‘terima kasih’ dan ‘celana’. Ada juga beberapa bahasa asing lain yang diucapkan oleh minion melalui gumaman-gumaman aneh mereka. Film animasi bergenre komedi dan aksi ini menjadi pilihan tepat untuk ditonton bersama keluarga. Tetapi, perhatian dan bimbingan khusus dari orang tua sangat diperlukan karena film ini banyak memuat pesan negatif tentang kehidupan penjahat-penjahat yang bangga dengan hasil kejahatannya. Nah, selamat berpetualang bersama minion untuk mencari majikan terjahat di dunia! Penulis adalah mahasiswa Sastra Indonesia
Tahun 37 Juli-Agustus 2015 |
25
dok. pribadi
Wisata
Tak Melulu Soal Pantai Oleh Rizky Imaniar Roesmanto
B
anyak orang mengira, Balikpapan adalah ibukota dari propinsi Kalimantan Timur. Padahal sebenarnya ibukota dari propinsi yang luas akan wilayah hutannya ini adalah Samarinda. Balikpapan berkembang pesat menjadi kota madya yang sering dikunjungi orang untuk merantau mengadu nasib atau hanya untuk menghabiskan waktu liburan dengan berwisata. Balikpapan memang terkenal dengan wisata pantainya yang tak bisa dihitung dengan jari tangan. Dilihat dari letak geografisnya, di sepanjang sisi sebelah barat kota ini terhampar lautan luas yang berpotensi menjadi spot-spot pantai yang indah. Misalnya saja, pantai Manggar, Lamaru, Melawai, dan Monumen atau Monpera. Namun, jika dieksplor lebih dalam, Balikpapan tak melulu berbicara soal pantai. Ada wisata-wisata lain yang tak kalah untuk dicicipi keindahannya. Berawal dari memanfaatkan waktu yang dihimpit padatnya kegiatan semester akhir, saya memutuskan untuk pulang menemui kedua orang tua selama tiga belas hari. Keinginan merayakan lebaran bersama yang akhirnya terealisasi. Tepat pukul 06.00 WIB, saya berangkat dari terminal Probolinggo menuju terminal Surabaya. Menggunakan bis non-patas dengan bawaan yang seabrek menemani saya membelah kemacetan jalanan hingga sampai di terminal Bungurasih sekitar pukul setengah sembilan. Setelah sampai di Bungurasih, saya masih
26 | Komunikasi Edisi 299
harus berpindah menggunakan taksi untuk menuju Bandara Juanda. Pukul 09.30 saya tiba di terminal keberangkatan domestik Bandara Juanda. Tiket sudah saya persiapkan jauh-jauh hari. Penerbangan pukul 13.05 WIB dengan menggunakan maskapai Lion Air. Setelah melakukan check-in dan lain-lainnya, pesawat membawa saya menuju Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman meskipun sempat di delay hingga take-off pukul 14.00. Tepat pukul 16.25 WITA saya sampai dengan utuh tak kurang satu apapun di Bandara Balikpapan. Hari pertama dan kedua hanya saya habiskan untuk melepas kerinduan dengan kedua orang tua di rumah. Memasuki hari ketiga, ada saudara saya dari Jawa juga berkunjung ke Balikpapan. Pukul 08.00 WITA kami pun memutuskan untuk jalan-jalan menikmati suasana kota. Mobil terus melaju dari Balikpapan ke arah Samarinda. Destinasi pertama adalah wisata Batu Dinding yang konon katanya adalah wisata baru yang akhir-akhir ini diminati penikmat alam. Memasuki kilo ke 45 ada sebuah gang bergapura di sebelah kiri jalan bertuliskan “Jalan Batu Dinding�. Kami memasuki jalan yang hanya cukup untuk satu kendaraan roda empat tersebut dan mengikuti jalurnya. Beberapa ratus meter terlewati, hamparan kebun buah naga mulai menyapa. Saya yang notabene penggila buah naga takjub melihat tanaman
Wisata
dok. pribadi
takjub, dan kehabisan kata kata selain ucap syukur atas alam yang Allah titipkan pada manusia. Satu persatu dari kami mulai menyebrangi jembatan sambil menikmati ciptaan-Nya. Setelah turun dari jembatan, kami beristirahat sejenak dan memutuskan untuk pulang karena waktu sudah mulai beranjak sore. Keesokan harinya, rencana kami adalah mengunjungi The Borneo Orangutan Survival (BOS Foundation) dan penangkaran buaya Teritip. Namun, lagi-lagi harus menelan kekecewaan karena wisata tersebut ditutup untuk sementara waktu. Sepuluh hari masih tersisa sebelum saya kembali ke Jawa. Sisa hari tersebut saya habiskan pergi ke Pantai Lamaru, Pasar Inpres (Kebun Sayur) membeli buah tangan untuk teman dan saudara, serta mengisi lagi semangat dengan berkumpul bersama orang tua sebelum berjuang kembali di tanah perantauan. Hari ketigabelas, saya kembali ke Jawa dan menuju ke Malang untuk memulai aktivitas. Sungguh tiga belas hari yang sangat berkualitas. Balikpapan, kota yang nantinya ingin saya kunjungi lagi dan lagi. Karena menyebut Balikpapan bukan hanya sekedar pantai atau hutan yang rindang. Masih banyak hal yang bisa diekspos dan dieksplor untuk lebih mengenalkan Balikpapan kepada dunia luar. Ayo berkunjung ke Balikpapan! Penulis adalah mahasiswa Sastra Indonesia
> Salah satu trek menuju Canopy Bridge. dok. pribadi
buah naga yang begitu banyak dengan buah berwarna merah segar menggantung begitu menggiurkan dan siap untuk dipanen. Tak hanya itu, jalanan yang pada awalnya beraspal, lambat laun berganti menjadi tanah berwarna coklat muda khas Kalimantan, membuat kami semakin terpesona. Tanjakan dan turunan bukit yang kami lewati memang membuat sedikit pusing, tapi tak menurunkan semangat sedikit pun untuk meneruskan perjalanan. Sekitar lima kilometer perjalanan sudah ditempuh hingga jalan yang kami lewati mulai menyempit. Kami berhenti di sebuah warung makan untuk bertanya kebenaran jalan yang diambil menuju Batu Dinding. Alhamdulillah, ternyata kami berhenti bukan sekedar di warung makan melainkan pos pemberhentian terakhir sebelum melanjutkan perjalanan. Perjalanan untuk sampai ke Batu Dinding ternyata tidak bisa dilanjutkan menggunakan mobil. Kami harus menggunakan sepeda motor (di sana juga tersedia ojek dengan tarif Rp 20.000) atau berjalan kaki. Sungguh disayangkan, pada hari tersebut tidak ada tukang ojek yang beroperasi. Sementara itu, jika harus berjalan kaki kami masih harus menempuh sekitar tiga kilometer dan pada saat itu posisi kami semua sedang menjalankan ibadah puasa. Karena kami takut di tengah perjalanan tidak kuat dan membatalkan puasa, maka kami harus ikhlas mengurungkan niat menyelesaikan perjalanan menuju Batu Dinding. Kami pun memutuskan untuk berfoto-foto menikmati kebun buah naga. Memutar otak, kami memikirkan destinasi kedua untuk membayar kekecewaan kami. Perjalanan coba kami lanjutkan kembali ke arah Balikpapan. Mulai dengan browsing internet, akhirnya kami menemukan destinasi kedua, Bukit Bangkirai. Bukit Bangkirai adalah kompleks wisata berupa perbukitan dengan alamnya yang sangat asri. Memasuki kilo 38 Kecamatan Samboja, jika dari arah Balikpapan maka kami harus belok ke kiri dengan perjalanan sekitar enam kilometer. Kembali lagi disuguhi pemandangan indah, kanan dan kiri masih sangat hijau berupa pohon-pohon yang menjulang tinggi. Perjalanan terus berlanjut hingga menemui sebuah jalan gapura bertuliskan Bukit Bangkirai (jika ke kanan jalan menuju ke desa Semoi Sepaku). Setelah memasuki gapura, kendaraan harus terus melaju sekitar tiga kilometer hingga memasuki kompleks wisata Bukit Bangkirai. Di kompleks wisata Bukit Bangkirai ada hal yang wajib untuk dicoba, yaitu Canopy Bridge. Canopy Bridge adalah jembatan yang menggantung setinggi tiga puluh meter di atas pohon. Canopy Bridge mempunyai empat buah jembatan yang menghubungkan lima batang pohon. Wisatawan akan dikenakan biaya Rp 25.000 untuk dapat merasakan sensasi di atas jembatan gantung. Adrenalin saya tertantang untuk mencobanya. Setelah membeli tiket, kami tidak lantas dihadapkan pada Canopy Bridge. Kami masih harus melewati hutan yang di sulap menjadi trek menuju Canopy Bridge. Uniknya, setiap trek di sini dinamai dengan nama Menteri Perhutani dari masing-masing periode jabatan. Trek pertama berjarak 150 meter. Di sepanjang jalan menyusuri hutan, kami banyak menemukan pohon yang sangat besar dan menjulang tinggi bernama Bangkirai. Akhirnya saya paham mengapa wisata ini disebut wisata Bukit Bangkirai. Dilanjutkan trek kedua sepanjang 300 meter dan trek ketiga 100 meter. Rasa lelah mulai terasa ditambah lagi kami harus menaiki kompleks anak tanggamenyerupai menara menempel di batang pohon setinggi 30 meter untuk mencapai jembatannya. Terbayar sudah. Kaki yang lelah berjalan dan menaiki anak tangga terbayar dengan apa yang terhampar di depan mata. Hijau, sejuk,
> Hamparan kebun buah naga
Tahun 37 Juli-Agustus 2015 |
27
Laporan Khusus
Welcome to
ilustrasi oleh Aji Setiawan
"the Kingdom"
U
M kembali dihangatkan dengan suasana tahun ajaran baru. Kehangatan ini muncul seiring dengan berdatangannya para mahasiswa baru yang turut bergabung menjadi anggota keluarga besar UM. Dengan tambahan anggota keluarga dari jalur SNMPTN sebanyak 2645 mahasiswa dan jalur SBMPTN sebanyak 2104 mahasiswa, tentu suasana UM kembali hidup selepas libur semester genap. Jumlah ini meningkat sebesar 10.6% dibandingkan tahun lalu yang total berjumlah 4292. Untuk memenuhi kuota, tahun ini UM membuka jalur mandiri untuk sekitar dua ribu mahasiswa. Jumlah ini tentunya tidak dibagi sama rata untuk setiap jurusan, melainkan menyesuaikan dengan kapasitas yang masih tersedia. Adanya kebijakan pembayaran uang gedung khusus pada mahasiswa jalur mandiri yang dimulai tahun ini, pada mulanya cukup mempengaruhi jumlah pendaftar. Menurut Bapak Taat selaku Kasubag Kemahasiswaan, jumlah pendaftar yang biasanya telah lebih dari tiga ribu dalam tiga hari, pada tahun ini bahkan hingga menjelang pengumuman SBMPTN belum mencapai dua ribu pendaftar. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama. Seusai pengumuman SBMPTN jumlah pendaftar justru meningkat drastis hampir mencapai 6000 walaupun waktu pendaftaran hanya tersisa dua hari. Pada tahun ajar 2015/2016 ini, mahasiswa baru jalur SNMPTN dan SBMPTN di Fakultas Sastra terdapat sebanyak 290 mahasiswa, Fakultas Ekonomi sebanyak 420 mahasiswa, Fakultas Ilmu Pendidikan 647 mahasiswa, Fakultas Pendidikan Psikologi menerima 66 mahasiswa, Fakultas Ilmu Sosial 247 mahasiswa, Fakultas teknik 386 mahasiswa, Fakultas Ilmu Keolahragaan 148 mahasiswa, serta Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam sebanyak 236 mahasiswa. Seperti halnya awal masuk sekolah, menjadi mahasiswa baru pun merupakan suatu langkah untuk membuka lembar baru. Menjadi mahasiswa yang bagaimanakah empat tahun mendatang? Hal ini terkadang terlintas dalam benak. Apabila ingin aktif berorganisasi, mengembangkan bakat minat, dan menorehkan prestasi ada UKM-UKM yang siap membimbing. Jika ingin aktif di organisasi pemerintahan, ada ormawaormawa yang menanti penerus mereka. Bahkan, apabila ada mahasiswa baru yang ingin berprestasi tapi tak tergabung suatu organisasi pun UM memiliki program-program tersendiri,
28 | Komunikasi Edisi 299
beberapa di antaranya, yaitu Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), kejuaraan di berbagai bidang olahraga, olimpade, dan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ). Segala prestasi dan kesuksesan yang telah ditorehkan para mahasiswa UM baik dalam bidang olahraga, MTQ, olimpiade, PKM, dan lain sebagainya tak pernah luput dari usaha yang keras, tekad yang kuat, belajar, dan bangkit dari sebuah kegagalan. Begitu pulalah yang dilakukan oleh Mauli Fajar yang berhasil meraih banyak penghargaan, bahkan turut serta dalam kejuaraan tingkat ASEAN. “Kegagalan itu pasti dialami semua atlet untuk mencapai prestasi yang bagus, tetapi bedanya bagaimana cara kita agar bisa mengolah pola pikir dan bangkit kembali. Tidak terus putus asa, saya berlatih dan berlatih lagi untuk mencapai prestasi yang akan datang�, tutur atlet tenis meja tingkat ASEAN itu. Choirun Nisa Ristanty pun sebagai pemeroleh medali emas dan perak untuk poster di Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas) dalam kategori PKM pengabdian kepada masyarakat tentu harus mampu bersaing dengan para mahasiswa dari berbagai universitas se-Indonesia, termasuk UI, UGM, ITB, UNPAD, UNAIR, UB, dan universitas lainnya. Begitu pula Dwi Ratih yang telah menjadi penulis di banyak tempat, termasuk yang telah diterbitkan oleh pihak Gramedia. Sebagai mahasiswa tingkat akhir tentu tidak mudah untuk tetap menulis ketika masih menyusun skripsi, tetapi rupanya Dwi Ratih justru membuat keduanya berjalan seiringan. Mengangkat pembuatan novel sebagai tema skripsinya, membuatnya dapat melampaui dua pulau dalam sekali dayung. “Kalau seseorang ingin bermimpi, maka lakukanlah, jangan hanya tidur. Karena kesuksesan itu pasti membutuhkan kerja yang lebih keras. Big dream, big effort�, tuturnya. Dalam proses menekuni suatu bidang, merasa jenuh merupakan suatu hal yang lumrah, begitu pula dengan Tanty, Fajar, dan Ratih. Mereka terkadang melakukan hobi masing-masing untuk mengatasi kejenuhan yang dialami. Menurut Dwi Ratih, menonton film merupakan hal yang biasa dilakukannya ketika merasa jenuh. Selain sebagai hiburan terkadang menonton film juga dapat membangkitkan imajinasi sehingga akan muncul kembali ide-ide cerita. Namun, refreshing itu hanya dilakukan sebentar. Ketika rasa jenuh sudah hilang atau berkurang, mereka akan kembali ke dalam rutinitas, menekuni bidang yang didalaminya.Iqlima
Oleh Rohman Taufik
Tema Komik Edisi depan 300 (September-Oktober 2015) adalah Hari Ulang Tahun (Dies Natalis) UM Komik bentuk soft file dan print out dapat dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung A3 Lantai III UM atau via email: komunikasi_um@ymail.com selambat-lambatnya tanggal 25 September 2015. Ukuran komik 21x25 cm full color.
Tahun 37 Juli-Agustus 2015 |
1929
> Fara Nisa dan M. Mukhlis Saktiyawan bersama Mr. Jianbo Xiao, Ph.D (Ketua Penyelenggara).
dok. pribadi
Info
Menggugah Wawasan Internasional lewat Publikasi Artikel
“T
untutlah ilmu meskipun sampai negeri China”, itulah sebuah pepatah yang hampir semua orang mengetahuinya. Pepatah itulah yang membuat M. Mukhlis Saktiyawan dan Fara Nisa, mahasiswa Pendidikan Kimia UM mencari info lomba internasional. Akhirnya setelah searching mereka menemukan informasi kegiatan Internatioanal Symposium. Acara tersebut diberi nama International Symposium Phytochemicals In Medicine and Food (ISPMF) 2015, di Shanghai, China. Acara ini merupakan acara konferensi internasional tahunan yang
30 | Komunikasi Edisi 299
diadakan oleh Phytochemicals Society Asia (PSA) dan Phytochemicals Society Europe (PSE) yang bertujuan untuk melaporkan hasil penelitian dalam optimalisasi penggunaan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan untuk berbagai kebutuhan hidup terutama untuk penggunaan obat dan makanan di zaman modern ini. Semua paper ilmiah yang sudah lolos seleksi telah dipublikasikan secara online di http://www. nume.de/index.php/nume dengan nomor DOI serta dalam Journal of Nutrition and Medicine (ISSN:2195-0083) yang didukung oleh BVT Technologies, Guiyang Medical
University, Bentham Science, Antpedia, Amapseec, ThermoFischer Scientific, Tauto Biotech. Persiapan dan Penelitian untuk mengiikuti acara tersebut dilakukan sejak November 2014, mereka sudah mempersiapkan diri untuk membuat paper yang berjudul berjudul “Phytochemicals And Power Test Inhibition Spoon Leaf Extract (Plantago major L.) and Fruit Sugar-Apple (Annona squamosa L.) On Xanthine Oxidase Activity”, setelah persiapaan selesai, Sakti dan Fara segera mengirimkan karya tulis mereka dan dua minggu kemudian mereka mendapat
dok. pribadi
Oleh M. Mukhlis Saktiyawan
Info pesawat Sakti dan Fara berangkat dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng menuju Pudong International Airport di Shanghai, China. Melakukan transit di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia. Dalam detik-detik keberangkatannya, Sakti yang merupakan Mawapres 1 FMIPA 2015 ini masih merasa takut dan was-was khususnya terkait makanan disana, terlebih di China lama puasa ramadan sekitar tujuh belas jam. Dengan optimistis, Sakti dan Fara menginjakkan kaki di Bandara Internasional Pudong Shanghai, China pada tanggal 26 Juni dini hari. Setelah menunggu beberapa lama transportasi metro atau KRL Shanghai, akhirnya kami menuju ke tempat penginapan. Setelah melakukan registrasi, acara dibuka dengan opening address oleh Jianbo Xiao, Zhi-Hong Jiang, Simon Gibbons, dan Mei Han. Setelah itu ada Plenary Session oleh Keynote Speaker, antaranya PL 1: Fitotoxicsaponins from Agavaceae oleh Fransisco A. Macias (Spanyol), PL 2: Antiaging-from discovery to clinical study oleh Chin Kun Wang (Taiwan), PL 3: Phytochemicals : Potential Sources of new antiinfectives and psychoactivies oleh Simon Gibbons (UK). Pada hari itu juga kami harus melakukan presentasi pukul 11.55-12.15 kami presentasi dengan kode SL 5 atau di ruang 3# dengan topik sesi: Bioactivity of Natural Products. Kami menjadi pemakalah termuda bersama delegasi dari Sri Lanka yang masih
mengenyam pendidikan sarjana. Selain itu, ada juga peserta yang berprofesi researcher, dosen, dan kebanyakan mahasiswa S2 dan S3. Kebanggan tersendiri bagi kami bisa mengikuti event bergengsi tersebut. Setelah hari pertama selesai, konferensi tersebut tetap berlangsung hingga hari keempat, dan berjalan sangat baik. Pada hari ketiga, siang hingga malam hari para peserta diajak untuk excursion ke beberapa tempat di Shanghai, antara lain Zhujiajiao dan peserta juga diajak naik kapal laut untuk mengelilingi indahnya kota Shanghai pada malam hari, dan selanjutnya para peserta diundang makan malam bersama dan disuguhi penampilan khas China mulai bela diri hingga musik. Pada hari terakhir terdapat beberapa pengumuman apresiasi dari panitia terhadap para pemakalah yang sangat antusias dan dilakukan upacara penutupan oleh panitia. Sebuah pengalaman yang membuka wawasan keilmuan dan persaudaraan untuk tetap ikut andil dalam perkembangan dunia international khususnya sektor teknologi kimia. Sudah saatnya seluruh mahasiswa dituntut untuk menulis dan publikasi jurnal internasional maupun nasional, terlebih terdapat dukungan dari WR 1 akan diberlakukannya bebas skripsi terhadap mahasiswa yang dapat mempublikasikan hasil karyanya sendiri melalui jurnal yang direkomendasikan oleh UM. Ayo bersedekah melalui Tulisan! Inilah Identitas Ilmuwan. Penulis adalah mahasiswa FMIPA
dok. pribadi
dok. pribadi
pemberitahuan melalui email bahwa karya tulis mereka lolos untuk dipresentasikan pada tanggal 26-29 Juni di The Conference Central of Shanghai Normal University, 100 Guilin Rd, Shanghai 200234, China, nama tempat presentasi di Shanghai dan waktu bertepatan dengan bulan ramadan sehingga mereka akan melewati ramadan di China. Panitia menyertakan undangan dalam email, dan ketentuan revisi karya tulis karena masih terdapat beberapa kalimat dari karya tulis tersebut belum sesuai dengan ketentuan panitia. Setelah melakukan beberapa revisi yang diinginkan panitia, karya tulis tersebut dikirimkan kembali kepada panitia dan dinyatakan diterima oleh panitia. “Keberangkatan kami untuk mengikuti kegiatan ISPMF 2015 ini didukung dan disponsori oleh UM dan DIKTI�, terang sakti yang juga merupakan Presiden BEM FMIPA UM 2014. Selanjutnya, Sakti dan Fara mulai sibuk dengan penyiapan segala keberangkatan mulai dari visa, tiket pesawat, serta penginapan saat di China. Pengurusan visa dilakukan di kantor visa China di Surabaya membutuhkan waktu sekitar seminggu dan sempat berkali-kali pulang-pergi Malang-Surabaya karena terdapat berkas yang kurang. Untuk penginapan, Sakti mencari mahasiswa Indonesia yang studi di China, dan akhirnya bisa membantu mencarikan penginapan dengan harga yang minimal namun setara dengan hotel. Pada tanggal 25 Juni pukul 13.15 WIB
> M. Mukhlis Saktiyawan di Zhujiajiao.
> Fara Nisa di Zhujiajiao.
Tahun 37 Juli-Agustus 2015 |
31
Agama
Tidak Sadarkan Diri
Oleh Ahmad Sultan Arifuddin
ilustrasi oleh Aji Setiawan
S
ungguh waktu itu berjalan detik demi detik dan terus berputar maju tak pernah mundur, hingga masa yang dahulu terasa hanya selama kedipan mata. Ketika waktu terus berjalan perlu kita renungi dan pikirkan untuk diri sendiri, “Apakah selama ini kita dikuasai waktu, atau selama ini kita menguasai waktu?� Jawabannya pasti beragam dan mempunyai alasan tersendiri. Namun, terlepas dari itu semua sudah bisa dipastikan bahwa kita akan meninggalkan waktu (mati). Selama kita masih hidup, kita akan tetap terikat dengan waktu. Tetapi, ingatlah bahwa setelah jatah hidup kita habis di dunia, kita akan memasuki ruang di mana waktu sudah tak berarti lagi, yaitu akhirat. Tempat di mana tak ada jam yang berputar serta tak ada siang dan malam. Ketika di dunia, waktu terlewati dengan kesalahan. Menyesali dan memperbaikinya sekarang masih bisa. Syukurlah bagi kita yang mau memperbaiki dan tak
32 | Komunikasi Edisi 299
mengulangi menggunakan waktu dengan salah. Tetapi ingat, waktu yang sudah kita lewati di dunia ini semuanya akan dipertanggungjawabkan kegunaanya di tempat yang tidak terikat waktu, yaitu “akhirat�. Untuk itu, mari kita gunakan berjalannya waktu yang masih bisa kita rasakan ini dengan melakukan hal yang bermanfaat dan sebaik mungkin sebelum jatah kita menikmati waktu di dunia habis. Sebagai umat yang beriman kita pasti sudah pernah melewati waktu yang sangat mulia dan berharga, yaitu ramadan. Begitu juga ramadan yang baru saja meninggalkan kita. Tak terasa ramadan begitu cepat berlalu, apakah ramadan berlalu begitu saja bagi kita? Sudah berapa kali kita mejumpai ramadan? Apa saja yang kita dapat dalam setiap ramadan yang kita lalui? Adakah perubahan dalam diri kita setelah ramadan berlalu? Ataukah kita selalu sia-sia dalam memanfaatkan setiap momentum ramadan? Apa kita sudah pasti bisa bertemu ramadan lagi?
Semua pertanyaan itu hanya bisa dijawab oleh diri kita pribadi dengan merenung pada saat kita berjumpa dengan ramadan dan setelahnya. Sungguh kita sangat rugi apabila ramadan berlalu tanpa ada sesuatu pun yang berubah pada diri kita. Sungguh sangatlah celaka bagi kita yang bisa menjumpai ramadan, namun kita justru tidak semakin baik. Ramadan adalah waktu paling mulia dan paling istimewa yang telah diberikan Tuhan kepada seluruh manusia. Tidak untuk umat muslim saja, namun untuk seluruh manusia. Memang perintah berpuasa hanya untuk orang yang beriman tetapi berkah waktu ramadan ini bisa menyebar ke semua manusia. Salah satu realita yang bisa kita tangkap, yaitu dari segi perekonomian. Tidak memandang dari suku atau agama apa pun, ketika ramadan, omzet pemasukan pedagang naik berlipat ganda karena tingkat kebutuhan masyarakat di Indonesia meningkat drastis daripada waktu selain
Agama
ramadan. Itulah mengapa waktu ramadan selalu ditunggu-tunggu oleh seluruh pedagang. Terkhusus bagi kita yang beragama muslim, ramadan merupakan sebuah waktu berharga di mana kita diberi kesempatan oleh Allah untuk berlombalomba dalam kebaikan dengan imbalan pahala yang dilipat gandakan. Perkara yang mubah seperti tidur dan diam saja ketika berpuasa juga mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT, bahkan khusus untuk ganjaran orang yang berpuasa adalah langsung dari Allah sendiri yang memberikan. Subhanallah, sungguh betapa besar nikmat yang bisa kita peroleh di bulan ramadan. Sungguh sangat rugi apabila di antara kita ada yang tidak bisa mendapatkan apa-apa dari waktu yang mulia ini. Di dalam bulan mulia ini terdapat suatu hal tersirat yang apabila seorang mukmin sedang mengerjakannya pasti akan merasakannya, yaitu pendidikan
nafsu. Nafsu adalah sebuah fitrah yang dianugerahkan Tuhan kepada setiap manusia. Pada saat ramadan, nafsu dididik untuk tidak mengalahkan akal dan hati nurani manusia dengan jalan berpuasa. Kita dituntut untuk memerangi nafsu agar tidak melakukan hal-hal yang menyebabkan puasa batal atau pahala puasa hilang. Menahan makan ketika lapar, menahan minum ketika haus, dan menahan diri dari perkara yang membatalkan pahala puasa seperti berbohong atau menggunjingkan orang lain. Itulah sebuah perang nyata yang harus dilawan jika ingin menjadi golongan orang-orang yang bertakwa. Namanya saja perang, pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Selama satu bulan penuh kita berperang dengan nafsu untuk berpuasa menahan dari yang membatalkan puasa dan pahala puasa di bulan ramadan, tidak lain supaya kita menjadi pemenang, sehingga setelah ramadan berlalu akan datang sebuah perayaan kemenangan yang diidam-
idamkan, yaitu hari raya idul fitri. Di sini kita bisa menilai pada diri sendiri untuk merasakan bahwa kita sedang menikmati kemenangan atau tidak. Seorang pemenang akan merasakan fitrah atau kesucian alami sebagai seorang manusia terlahir kembali, seperti saling memaafkan dan mengakui kesalahan yang diperbuat sehingga timbullah kedamaian dan keharmonisan dalam beribadah dan bersosial. Dalam rangka menikmati waktu yang masih bisa kita rasakan, alangkah baiknya kita teruskan hasil dari sebuah pendidikan pada bulan ramadan dalam kehidupan sehari-hari. Bila setelah nafsu kita terdidik ketika menjalankan ibadah puasa dapat berimbas ke dalam sebuah hubungan yang indah dengan Allah dan sesama, kenapa tidak diteruskan? Agar waktu yang masih bisa kita nikmati ini berjalan dengan damai dan aman. Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Tahun 37 Juli-Agustus 2015 |
33
Rancak Budaya
Potongan Kenangan dalam Stoples Rempeyek Laron
ilustrasi oleh Aji Setiawan
Oleh Teguh Dewangga
K
antor terasa begitu lengang dan hangat, sangat bertolak belakang dengan hawa dingin yang menggelayuti udara luar. Semua temantemanku telah beranjak pulang. Meskipun hujan turun dengan deras, namun mereka lebih memilih untuk bergegas ke rumah, segera bertemu istri dan buah hati, lantas menyisakan diriku yang tengah berdiam diri. Dari atas, aku dapat memandangi bocah pengamen yang buncah dan tengah bermandikan rinai hujan. Tubuh mungilnya masih sigap berdiri sembari mengalunkan suara nyanyian di setiap jendela mobil. Payung yang berwarna-warni tampak berjalan di bawah langit malam, terkadang berhenti cukup lama di pinggir jalan menunggu bus datang atau bergerak mundur agar tidak terkena cipratan genangan air akibat gilasan ban mobil. Semakin lama kupandangi, jendela di hadapanku semakin berembun. Seolah memburamkan semua ingatan yang tengah aku buka. Aku memilih membuka jendela berembun tersebut. Dengan
34 | Komunikasi Edisi 299
begitu, tempias hujan menelisik wajahku yang nampak muram. Dari ujung mataku, aku melihat laron yang terbang masuk dan segera mengarah ke sinar lampu putih yang menyala terang. Perangainya seperti bocah bebal. Berterbangan dan mengitari lampu dengan suka cita. Kepak sayapnya kini membawa ia beralih dan hinggap di stoples kaca, di ujung meja kerjaku. Stoples kaca yang penuh kenangan. Laron tersebut rupanya sedang sengaja membuka potongan kisah yang pahit, dan menghujam nuraniku yang masih rapuh akibat duka. Mataku terasa kebas, penglihatanku terhalangi bias air mata yang mulai menetes. Potongan kenangan tersebut masih segar di ingatanku. *** Semenjak kecil aku hanya mengenal sosok seorang ibu. Tak ada sepotong kenangan pun yang menjadi memoar tentangku dan bapak. Ingatanku yang masih muda tak dapat mengikat kejadian yang telah lewat. Yang aku tahu bapak telah kawin dengan orang lain. Orang-orang mengatakan bapakku kawin dengan seorang ratu. Ratu
Pantai Selatan. Bapak dahulu seorang nelayan, biasa mencari ikan tengiri untuk bahan kerupuk yang dibuat ibu. Tapi, ia tak pernah kembali. Boleh jadi ia lebih senang berdampingan dengan Ratu Pantai Selatan. Dan dirinya lebih nyaman hidup di sana, bersenandung dengan ombak, dan bercengkrama dengan hewan-hewan laut yang beraneka warna. Kami tinggal di gubuk sederhana, hanya berdiri dengan topangan kayu kelapa yang telah lapuk, ditutup dengan genteng dan berdindingkan anyaman bambu. Tak cukup untuk menghangatkan kami dari hawa dingin yang menusuk. Terlebih ketika hujan deras, airnya kian menggerus pondasi rumah kami. Membuat keluarga kami semakin nelangsa. Ibuku dengan peluh yang membasahi dahinya masih berada di dapur, sedangkan aku dengan Wawan duduk di dekat tungku sembari menghangatkan badan yang mulai membeku. Mataku berkilat diterpa cahaya api yang meremang. Jingga dan panas. Ibu menuangkan adonan ke dalam penggorengan. Membentuk rempeyek
Rancak Budaya yang lebar dan renyah. Tentu saja Wawan yang kala itu masih berumur tiga tahun tak sanggup membendung air liur dan akhirnya jatuh menetes membasahi telapak kakiku. Adonan tepung tersebut meluncur pelan ke bawah, membentuk gurat lukisan dari tangannya. Adonan kekuningan tersebut perlahan mengeras dan semakin menguning pekat. Aku menatap dengan sabar, berharap ibu membuat rempeyek yang lebih besar sehingga aku dapat menyantapnya dengan puas. Bagi Wawan bukan adonan tepung renyah yang membuat air liurnya tak habis-habis, melainkan bulir-bulir kecokelatan itulah yang tak sanggup membendung air liurnya. Bulirbulir laron yang sayapnya sudah tanggal menyisakan tubuh yang bergelimpangan di atas adonan kuning. Laron-laron tersebut tersebar secara acak. Terkadang membentuk suatu koloni di atas adonan tepung. Atau tercecer begitu saja, karena ibu mengaduk adonan dengan asal. Mengetahui Wawan yang masih melelehkan air liurnya ibu segera mengambil piring besi dari rak piring kusam milik kami. Membuka tempat periuk nasi tiwul. Aroma manisnya segera menguar dan uap keputihan memenuhi seisi dapur. Tangan ibu yang berlumuran minyak dan adonan dengan cekatan mereguk nasi tiwul tersebut. Melebarkannya di atas piring supaya uap panas segera berbaur dengan udara lembab. Wawan yang tak sabar segera berdiri, menyambut uluran tangan ibu yang membawa sepiring nasi. Dan ibu segera mengambil rempeyek laron yang telah ia tiriskan. Nasi tiwul dan rempeyek laron tersebut masih panas. Bukan maksud ibu untuk melepuhkan mulut anaknya, namun agar badan kita segera terisi makanan yang hangat. Wawan merasakan setitik kenikmatan tersebut dengan lidah yang memerah. Ia mencongkel rempeyek laron dengan tangan yang bergetar dan kepanasan. Badan laron yang berada di tengah congkelan akan mengeluarkan daging keputihannya. Aku lebih baik menunggu ibu selesai memasak, dan lebih baik pula aku tetap menghangatkan badanku. Setelah ibu selesai masak aku pasti akan memilih rempeyek yang lebih besar, dan meminta nasi tiwul yang lebih banyak. Setelah Wawan selesai makan, ibu
mengambil piringnya. Kini piring bekas Wawan makan telah berisi periuk nasi tiwul yang lebih banyak. Tangan kananku berlumuran minyak yang masih hangat serta bongkahan rempeyek yang sangat besar. Banyak sekali laron yang menempel pada adonan tepung. Aku tak sanggup membayangkan bagaimana rasanya mengecap daging berwana putih milik mereka yang gurih, terlebih lagi di tambah gurihnya adonan tepung milik ibu. “Laron itu sebenarnya asalnya dari orang mati, Nak. Rayap-rayap makan orang mati, terus keluar dan berubah menjadi laron.” Aku hampir tersedak mendengar ucapan ibu. “Tapi tak apa, daripada perut kita kosong,” ujar ibu sekali lagi. Aku menelan nasi tiwul seolah menelas gumpalan kapas. Baru kali ini ibu berkata seperti itu. Tapi, sekelebat aku tak memikirkannya lagi. Entah mengapa aroma gurih dan renyahnya rempeyek ini seolah dapat membuyarkan perkataan ibu. Sehabis makan, kami bergegas mandi. Menenteng gayung dan mengguyur badan dengan air kecokelatan. Lantas dari kami masing-masing akan membawa satu buah baskom berisi air. Ini sudah seperti kebiasaan bagi kami. Dari samping rumah, kami akan mengamati beberapa lubang yang terdapat di permukaan tanah. Mengamati beberapa lubang yang tengah di lewati laron. Menangkapnya satu persatu lantas menghantamkan tubuh kecilnya ke baskom air. Terkadang jika hujan turun selepas sore, saat orang-orang tengah berangkat ke musala, aku bersama Wawan membawa baskom ke salah satu beranda rumah milik orang terkaya di kampungku. Lampu-lampunya yang megah akan mengundang ratusan laron untuk mendekat. Mengerubunginya dengan senang. Aku dan Wawan mengambili dengan cekatan laron-laron yang telah jatuh atau yang sedang di atas lantai. Memegang sayap kecokelatannya agar badannya tak hancur oleh tangan-tangan kami. Lantas, menceburkan tubuh-tubuh cokelat laron tersebut. Si pemilik rumah hanya mengintip dari jendela, kelambu ungu menghalangi kaca namun aku tahu bahwa ada sepasang mata yang mengamati lekat-lekat kelakuan kami.
“Dik, cari laron buat rempeyek lagi ya?” tanya sepasang mata yang tadi mengintip di celah kelambu ungu secara tiba-tiba. Cuping hidungnya begitu mancung dan matanya agak sipit. Wawan segera mengangguk, aku lekas tersenyum sembari memandangi tanganku yang penuh dengan rontokan sayap-sayap laron. “Masuk dulu, ayo makan sama kakak. Ada daging ayam di dalam, daripada makan laron terus.” Wawan terlihat buncah mendengar tawaran itu. Sebelum ia mengangguk setuju aku segera menarik tangannya dan menggeleng dengan memberi isyarat dengan roman muka yang menolak. Aku teringat pantangan ibu. Semelarat apa pun kita, tak elok jika makan harus meminta belas kasih. Kami memang keluarga miskin. Dan ibu tak akan membiarkan kami diberi makan oleh tangan-tangan orang lain. Lagipula aku lebih suka daging laron yang garing dibanding ayam. Wawan menunduk lemas dan seret langkahnya terasa berat. Aku membiarkannya saja, kelak aku berjanji akan membawa keluarga ini keluar dari keterpurukan hidup yang menghimpit. *** Hujan tak kunjung memberikan tanda reda. Gemerlap lampu-lampu mobil terlihat seperti kunang-kunang. Nyalak suara klakson terdengar buas di sela-sela jalan yang semakin basah. Laron yang tadi berterbangan entah telah jatuh di mana, aku masih menunggu laron-laron berikutnya. Namun, ini bukan pedesaan yang syarat dengan rayap yang keluar dari lubang dan terbang menjadi laron. Tapi di ujung meja kerjaku stoples kaca tersebut masih saja kupandangi. Stoples rempeyek laron. Rempeyek kekuningan yang sedikit berminyak dan nampak gurih. Rempeyek yang baru dibuat dan pasti masih renyah. Namun aku tak ingin memakannya. Itu stoples rempeyek terakhirku. Stoples rempeyek yang dibuat seminggu yang lalu, sebelum ibuku meninggal dan dikubur. Aku melihat laron tersebut terbang kembali, perasaanku menjadi buncah. Ia terbang ke arahku, lantas hinggap di lengan tangannku. Aku mendengarnya. Laron tersebut menyapaku. Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif
Tahun 37 Juli-Agustus 2015 |
35
Rancak Budaya
Batik Singa Malangan Oleh Mistaram
> Motif hias batik Singa Malangan (lengkap), yang terdiri dari motif hias pokok, motif hias tambahan, motif hias tanahan/lemahan, dan motif hias.
> Motif hias pokok (utama), yaitu Tugu Kota Malang. Motif hias ini didampingi oleh motif hias Ikal Singa dan Suluran.
B
ercerita tentang batik Malangan, perihal itu memang dirasa unik dan menarik. Pasalnya nama Malang itu sendiri mempunyai sejarah panjang. Keberadaannya bermula dari sejarah Kerajaan Kanjuruhan pada abad ke-8 Masehi, sampai kini menjadi Malang Raya, yaitu Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu. Bila kita tengok keberadaan sejarah tersebut, ada candi peninggalan sejarah, yaitu Candi Badut yang merupakan candi tertua di Jawa Timur. Hal itu membuktikan bahwa keberadaan Malang sudah ada sejak pra Majapahit. Menurut catatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, wilayah cekungan Malang telah ada sejak masa purbakala menjadi kawasan pemukiman. Banyaknya sungai yang mengalir di sekitar tempat ini membuatnya cocok sebagai kawasan pemukiman. Wilayah Dinoyo dan Tlogomas diketahui merupakan kawasan pemukiman prasejarah. Selanjutnya, berbagai prasasti (misalnya Prasasti Dinoyo), bangunan percandian dan arca-arca, bekas-bekas pondasi batu bata, bekas saluran drainase, serta berbagai gerabah ditemukan dari periode akhir Kerajaan Kanjuruhan (abad ke-8 dan ke-9) juga ditemukan di tempat yang berdekatan. Nama "Malang" sampai saat ini masih diteliti asal-usulnya oleh para ahli sejarah. Para ahli sejarah masih terus menggali sumber-sumber untuk memperoleh jawaban yang tepat atas asal-usul nama "Malang". Sampai saat ini telah diperoleh beberapa hipotesa mengenai asalusul nama Malang tersebut. Malangkucecwara yang tertulis di dalam lambang kota itu, menurut salah satu hipotesa merupakan nama sebuah bangunan suci. Nama bangunan suci itu sendiri diketemukan dalam dua prasasti Raja Balitung dari Jawa Tengah. Dua prasasti tersebut, yaitu prasasti Mantyasih tahun 907 dan prasasti 908 yang ditemukan di satu tempat antara Surabaya-Malang. Namun, dimana
36 | Komunikasi Edisi 299
letak sesungguhnya bangunan suci Malangkucecwara itu, para ahli sejarah masih belum memperoleh kesepakatan. Satu pihak menduga letak bangunan suci itu ada di daerah gunung Buring, satu pegunungan yang membujur di sebelah timur kota Malang dimana terdapat salah satu puncak gunung yang bernama Malang. Berdasarkan kearifan lokal dan catatan sejarah tersebut digunakan sebagai salah satu sudut pandang dalam upaya untuk merancang batik Malangan. Rancangan batik dilahirkan pada tahun 2008 oleh tiga orang, yaitu: Mistaram, Dwi Cahyono, dan Nurhayati. Tiga orang tersebut mempunyai tugas pokok dan fungsi masing-masing. Mistaram yang berasal dari Jurusan Seni dan Desain UM sebagai pakar artistiknya, Dwi Cahyono dari Dewan Kesenian Malang (DKM) sebagai pakar budaya, dan Nurhayati dari Unisma dan praktisi pembatik sebagai pakar di bidang ekonomi dan pasarnya. Mistaram dan Dwi Cahyono mendapat mandat dari Ketua PKK Kota Malang untuk mendesain batik Malangan yang diberi nama Batik Singa Malangan. Nama tersebut diramu dari berbagai permasalahan, yaitu dari hasil lomba desain batik Kota Malang Tahun 2008. Lima besar terpilih akan dijadikan salah satu bahan pemikiran untuk melakukan perancangan Batik Singa Malangan. Selain itu, kedua pakar tersebut secara intensif mendalami artefak kota Malang, yaitu Candi Badut dan Tugu Kota Malang. Kedua artefak tersebut dicoba untuk dicermati unsur-unsurnya dan dijadikan suatu tatanan dalam perancangan Batik Malangan. Dari kedua artefak tersebut ditemukan motif khas batik yang dapat dijadikan unsur dasar (lemahan/tanahan), motif hias pokok, dan motif hias tambahan (pendukung). Oleh karena itu, proses perancangan batik Singa Malangan akhirnya memenuhi persyaratan untuk diajukan hak patennya. Batik Singa Malangan yang berhasil dirancang tersebut digunakan sebagai batik yang multi fungsi. Pertama, batik dapat dipakai sebagai seragam pegawai negeri sipil dan guru di lingkungan Kota Malang. Kedua, batik tersebut dapat dijadikan bahan untuk Jas Batik Khas Malangan. Ketiga dapat juga digunakan sebagai “kain panjang� untuk wanita. Untuk itu pada kisaran tahun 2008-2012 batik Singa Malangan dianggap sebagai sebuah artefak kota Malang. Batik Singa Malangan mempunyai tiga hal yang dapat ditinjau dari sudut pandang kebudayaan. Pertama, batik Singa Malangan sebagai hasil pemikiran dan ide yang berdasar dari kearifan lokal. Kedua, batik Singa Malangan mempunyai aktivitas proses penciptaan yang mempunyai multi fungsi. Ketiga, batik Singa Malangan sebagai benda budaya. Secara detail wujud batik Singa Malangan seperti berikut: (1) motif hias pokok adalah Tugu Kota Malang, diwujudkan dalam berbagai motif hias dukungannya, seperti bunga teratai dari Ikal Rambut Singa. Motif hias dukungan lainnya adalah suluran yang menyebar ke seluruh arah mata
Rancak Budaya angin; (2) motif hias dasar (lemahan/tanahan) adalah rangkaian dari isian (isen-isen) dari dua motif hias, yaitu motif hias Wajik (segi empat miring) dan motif hias bunga Kenanga yang ditata sedemikian rupa sehingga menjadi suatu rangkaian yang berjajar ke seluruh arah; (3) motif hias pinggiran yang dirancang dalam bentuk motif hias yang berjajar, terdiri dari motif hias yang agak besar dan motif hias kecil yang mendampinginya. Bila dikupas dari segi pemaknaaan, Batik Singa Malangan ini mempunyai arti dan nilai yang mendalam. Hal ini dikarenakan dalam prosesnya dilakukan kajian tentang sejarah dari sisi sosiologi dan antropologi.
Batik Singa Malangan ini bisa dikembangkan oleh siapapun, tetapi perlu di ingat bahwa PKK Kota Malang telah mengajukan hak paten Batik Singa Malangan ini. Untuk pengembangannya, pakar desain batik akan melakukan revitalisasi dan akan diseminarkan dengan berbagai pihak yang terkait yang mewakili lembaga dan masyarakat. Perancangan ke depan, revitalisasi Batik Singa Malangan ini akan diajukan sebagai pakaian khas bagi warga masyarakat, baik untuk siswa sekolah, para guru, Komite Sekolah, dan pejabat di lingkungan Pemda Kota Malang. Penulis adalah dosen Seni Rupa
Bagaimana Jika Aku Memberimu Puisi? Oleh Ahmad Basri
Bagaimana jika aku memberimu puisi? Yang isinya adalah baris-baris namamu Lalu kupanjatkan ia keharibaan-Nya Agar segala getir selalu manis untukmu Bagaimana jika aku memberimu puisi? Segala yang berhubungan dengan hujan adalah cucuran tiap mantra Lalu mendongengkanmu tentang kebaikan Bagaimana jika aku memberimu puisi? Maka bersuka kepada-Nya adalah memujamu dalam diam Bagaimana jika aku memberimu puisi? Bilamana kau terlelap Kupalingkan selimutku di tubuhmu Agar setiap yang kau impikan adalah segala doa yang terhantar Penulis adalah mahasiswa Sastra Indonesia
ilustrasi oleh Aji Setiawan
Tahun 37 Juli-Agustus 2015 |
37
Senin 27 Agustus 2015 Jurusan Bahasa Inggris FS UM mengadakan farewell party untuk melepas Drs. Murdibjono, M.A. yang memasuki masa pensiun setelah mengabdi sebagai dosen bahasa Inggris di FS UM selama 39 tahun. Farewell party diselenggarakan di Panderman Resto, hotel Aria Gajayana, Malang. Di acara yang dihadiri oleh para dosen bahasa Inggris dan dekan FS, Prof. Dra. Hj. Utami Widiati,M.A., Ph.D., serta ketua Jurusan Bahasa Inggris Dr. Johannes Ananto Prayogo, M.Pd, M.Ed., Prof. Dr. H. Ali Saukah, M.A. salah satu dosen senior di Jurusan Bahasa Inggris, sahabat Bapak Murdibjono yang memasuki masa purna bakti. Inilah puisi yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Ali Saukah, M.A. untuk sahabatnya.
Puisi Kenangan Seorang Sahabat Tiga puluh sembilan tahun berlalulah sudah, Tiga puluh sembilan tahun seorang lelaki terselimuti rasa gundah, Terjangkiti rasa gelisah, Tiga puluh sembilan tahun penantian, Tiga puluh sembilan tahun terbelenggu oleh dua pilihan, Panggilan mendidik anak bangsa, Atau panggilan bermain musik untuk para pemirsa, Ternyata Tuhan menghendaki dua-duanya, Mendidik anak bangsa ya, Bermusik ria juga ya, Membuat banyak orang jadi bingung bertanya-tanya, Atau jadi lega penuh ceria, Atau campur aduk antara bingung dan ceria, Karena ada pendidik yang suka menghibur, Karena ada peghibur yang suka memberi pitutur, Yang benar pekerjaan tetapnya mengajar hobinya menghibur, Atau hobinya mengajar pekerjaan tetapnya menghibur, Namun sekarang semuanya menjadi lega, Akhirnya keputusan Tuhan telah tiba, Atas Maha Kasih Tuhan Yang Maha Kuasa, Saat ini terlepaslah belenggu memilih dua pilihan yang sama-sama sangat disuka, Bermain musik hobinya dan sekaligus pekerjaan tetapnya, Rasa gundah dan gelisah sudah saatnya sirna, Kebebasan memilih satu pilihan akhirnya tiba, Kebebasan bermusik ria akhirnya bisa terlampiaskan juga, Tak ada lagi itu jadwal buatan penguasa, Tak ada lagi itu tanda-tangan pembuktian bahwa dia ada, Tak ada lagi itu undangan-undangan upacara, Tak ada lagi itu yang berkuasa yang mengatur dirinya, Karena dia telah menjadi penguasa atas dirinya, Namun ingat masih ada yang kekal sebagai penguasa bagi dirinya, Tentulah Tuhan yang Maha Kuasa, Dan.. Ayo tebak siapa dia...Arwiyati Murdibyana...istrinya tercinta...
ilustrasi oleh Aji Setiawan
Malang, 24 Juli 2015 Dari Sahabat dekat, Ali Saukah
Rinduku berujung sendu, ketika waktu tak kunjung bersatu, merengkuh pun adalah kepalsuan yang pilu.
Bertahtakan mahkota indah, berselempangkan jubah, pemimpin ada untuk menuntun langkah.
Lokasi : Lapangan Voli Pantai sebelah utara Fotografer : Aji Setiawan
Lokasi : Lapangan parkir Gedung Graha Cakrawala Fotografer : Dio Lingga Purwodani
Barisan selasar berjejer sejajar, menepis panasnya terik akan sinar. Karena di penghujung, yang maju adalah siapa yang tak pernah gentar. Lokasi : Taman antara Gedung H3 dan H4 Fotografer : Mokh. Sholihul Hadi Malam ketiga di musim penghujan, cahaya rembulan berpendar keemasan, tatkala warna ciptakan kisah awal sebuah perjalanan. Seluruh civitas akademika UM dapat mengirimkan karya fotografi dengan tema dan tempat bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung A3 Lantai III UM atau via email: komunikasi_um@ymail.com selambat-lambatnya tanggal 25 September 2015 disertai keterangan foto dan lokasi.
Lokasi : Lapangan A2 Fotografer : Dio Lingga Purwodani