Komunikasi Edisi 302 Januari-Februari 2016

Page 1



DAFTAR ISI

Lingkaran Konsekuensi Logis Mahasiswa Berprestasi UM Siapapun yang berpotensi, apapun bidangnya, dapat diberikan kesempatan untuk belajar di UM. Langkah awal untuk mendukung hal itu adalah melalui seleksi mahasiswa baru. Seleksi tanpa melihat latar belakang ekonomi, sosial, maupun budaya.Simak ulasannya dalam rubrik Laporan Utama.

19

6

SALAM REDAKSI 4 SURAT PEMBACA 5 LAPORAN UTAMA

Newton Indonesia, Sang Pencetus Thunderstorm Algorithm Karya yang melalang buana di dunia internasional. Ide tak hanya didapat dari pembicaraan bersama para kolega, tapi juga lahir dalam aktivitas seharihari. Menjadi salah satu tokoh penting dunia beliau kantongi. Simak cerita selengkapnya dalam rubrik Profil.

OPINI 10 SEPUTAR KAMPUS 12 PROFIL CERITA MEREKA 22 PUSTAKA 24 INFO AGAMA 28

26

P3YC:

UP TO DATE 30

Pergerakan untuk Perubahan

KOMIK 31

Sebagai upaya pengenalan kemaritiman, para peserta Pelindo III Youth Camp, diajak berkeliling ke wilayah di bawah naungan Pelindo III. Simak selengkapnya di rubrik Info.

WISATA LAPORAN KHUSUS 34 RANCAK BUDAYA 36

32

Napak Tilas Kehidupan Masyarakat Sulawesi Tenggara

Sambil menyelam minum air. Menyinggahi tempat wisata Sulawesi Tenggara banyak memberikan khazanah pengetahuan bagi kontingen UM dalam ajang Pimnas. Simak perjalanan selengkapnya di rubrik Wisata.

Tahun 38 Januari-Februari 2016 |

3


Salam Redaksi

dok. Pribadi

Bidik Calon Mahasiswa

W

Berprestasi

Oleh Drs. Kadim Masjkur, M.Pd

akil Rektor bidang akademik mengajak mahasiswa untuk mengembangkan budaya berprestasi dan menghargai prestasi. Sementara itu Wakil Rektor bidang kemahasiswaan menyatakan, penghargaan terhadap prestasi juga sesuai dengan visi UM menjadi perguruan tinggi unggul dan menjadi rujukan. Menyenangkan sekali, dua pimpinan sama-sama menganggap penting memberikan penghargaan terhadap prestasi mahasiswa. Masalahnya adalah bagaimana memaknai prestasi yang disebutkan di atas. Akankah prestasi bidang kurikuler dan non-kurikuler tetap dipandang sebagai dua hal yang terpisah satu sama lain? Akankah prestasi bidang non kurikuler dihargai secara tidak signifikan dibandingkan dengan prestasi bidang akademik–kurikuler? Barangkali pandangan inilah yang selama ini bergulir di sebagian civitas akademik UM. Indikatornya sederhana, beberapa mahasiswa mengeluh dan merasa mendapatkan respon negatif ketika harus meminta izin tidak mengikuti perkuliahan dengan alasan pada saat bersamaan mengikuti kegiatan ekstra kurikuler. Ketika mempertimbangkan penerimaan calon mahasiswa baru, prestasi calon mahasiswa yang dapat dipertimbangkan adalah prestasi yang sesuai dengan program studi yang dipilih oleh calon mahasiswa. Sekedar contoh, calon mahasiswa pernah meraih Juara I tingkat nasional di bidang bela diri ingin masuk ke prodi matematika misalnya. Kejuaraan bela diri yang dia miliki sulit bahkan tidak bisa dipertimbangkan sebagai “senjata tambahan” ” untuk masuk ke program studi matematika melalui jalur prestasi. Salahkah jika mahasiswa matematika berprestasi di bidang bela diri? Jawabannya jelas “tidak”, justru mereka “luar biasa”. Faktanya selama ini UM telah kehilangan banyak kesempatan untuk memperoleh potensi dari calon mahasiswa. Banyak kasus yang telah tercatat beberapa tahun lalu. Seorang calon mahasiswa diketahui sebagai pemenang I MTQ tingkat propinsi. Calon ini sangat berminat untuk masuk ke UM, tetapi kemudahan hanya diberikan jika yang bersangkutan masuk ke prodi bahasa arab. Padahal calon ini berkeinginan belajar di Fakultas Ekonomi. Akhirnya calon ini “ditangkap” oleh perguruan tinggi lain dan sekaligus beralih posisi menjadi kompetitor mahasiswa UM dalam berbagai event kompetisi. Tahun 2015, menjadi era baru dalam memandang prestasi mahasiswa di Universitas Negeri Malang. Pada tahun tersebut mulai digalakkan untuk lebih proaktif mendukung prestasi non-akademik. Langkah awal yang bisa ditempuh adalah melalui proses seleksi

mahasiswa baru. Rupanya kebijakan ini memang serius. Pentingkah membidik calon mahasiswa berprestasi untuk masuk UM? Dalam berbagai pengisian borang, perolehan prestasi mahasiswa menjadi salah satu indikator kinerja. Prestasi mahasiswa tidak bisa dipersiapkan secara instan. Kita harus berani mengambil strategi dengan membidik calon pemenang yang sudah “75%” siap tanding. 25% sisanya adalah porsi pembinaan dan pengembangan yang harus difasilitasi oleh UM. Strategi ini akan memberikan harapan besar. Tahun-tahun berikutnya diharapkan mahasiswa UM akan banyak menyumbangkan prestasi untuk almamater tercinta, terlebih lagi jika strategi ini didukung dengan kebijakan rektor. Bagaimana mengubah potensi yang telah dibidik menjadi prestasi? Hal terpenting dalam mewujudkan prestasi mahasiswa UM adalah mengembangkan budaya. Kegiatan ekstrakurikuler diharapkan. harus mampu bersinergi dan kegiatan kurikuler-perkuliahan untuk memberikan peluang berprestasi. Tidak ada gunanya kebijakan dan semua langkah menjaring siswa berprestasi untuk masuk UM jika setelah masuk UM tidak difasilitasi dengan pembinaan untuk meraih prestasi yang lebih tinggi. Wakil Rektor III beserta jajarannya harus siap mengambil alih tanggungjawab terhadap perolehan prestasi mahasiswa. Terus bagaimana dengan mahasiswa? Mahasiswa harus memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan diri. Pintu kebijakan telah dibuka, langkah ke arah perolehan prestasi telah dipersiapkan, penghargaan bagi siapapun yang berprestasi juga telah dirumuskan. Setiap mahasiswa UM harus merasa ikut bertanggungjawab untuk menambah catatan prestasi melalui berbagai event lomba maupun karya. Pada saat mengikuti berbagai lomba atau event, mahasiswa janganlah mengembangkan pemikiran bahwa sedang berjuang untuk “mengharumkan” nama UM. Berpikirlah bahwa mengikuti lomba adalah kesempatan untuk menunjukkan diri kepada publik bahwa anda layak menjadi juara. Ketika mahasiswa memperoleh prestasi, UM akan ikut tercatat dalam perolehan prestasi itu. Tetapi sebenarnya prestasi itu bukan milik UM, prestasi tersebut akan dibawa peraihnya kemanapun setelah lepas dari pendidikan di UM. Prestasi adalah milik peraihnya, bukan milik siapa-siapa. Selamat berjuang mahasiswaku! Penulis adalah dosen Pendidikan Fisika dan Ketua Pengarah Majalah Komunikasi.

KOMUNIKASI • Majalah Kampus Universitas Negeri Malang • Jl. Semarang No. 5 Gedung A3 Lt. 3 Telp. (0341) 551312 Psw. 354 • E-mail: komunikasi@um.ac.id • Website: http://komunikasi.um.ac.id KOMUNIKASI diterbitkan sebagai media informasi dan kajian masalah pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Berisi tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, dan gagasan orisinil yang segar. Redaksi menerima tulisan para akademisi dan praktisi yang ditulis secara bebas dan kreatif. Naskah dikirim dalam bentuk softdata dan printout, panjang tulisan 2 kwarto, spasi 1.5, font Times New Roman. Naskah yang dikirim belum pernah dimuat atau dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya. Redaksi dapat menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah artinya. Tulisan dalam Komunikasi tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Isi diluar tanggung Jawab percetakan PT. Antar Surya Jaya Surabaya.

4 | Komunikasi Edisi 302

STT: SK Menpen No. 148/ SK DITJEN PPG/STT/1978/ tanggal 27 Oktober 1978

Pembina Rektor (Ah. Rofi’uddin) Penanggung Jawab Wakil Rektor III (Syamsul Hadi) Ketua Pengarah Kadim Masjkur Anggota Amin Sidiq Ketua Penyunting A.J.E. Toenlioe Wakil Ketua Djajusman Hadi Anggota Ali Imron Sri Rahayu Lestari Didik Dwi Prasetya Yusuf Hanafi Sukamto Ike Dwiastuti Teguh Prasetyo Redaktur Pelaksana Nida Anisatus Sholihah Editor Rizky Imaniar Roesmanto Layouter Dio Lingga P. Monica Widyaswari Desainer dan Ilustrator Aji Setiawan Reporter Binti Muroyyanatul A. Iqlima Pratiwi Muhammad Ajrul Mahbub Rodli Sulaiman Novi Fairuzatin A. Cattetiana Dhevi Arni Nur Laila Iven Ferina Kalimata Shintiya Yulia Frantika Maria Ulfah Maulani Firul Khotimah M. Faris Alfafan Khalilan Administrasi Taat Setyohadi Imam Khotib Rini Tri Rahayu Imam Sujai Lusy Fina Tursiana Astutik Agus Hartono Badrus Zaman Habibie Distributor Jarmani


Surat Pembaca

Liputan Kampus II Sawojajar

Rindu, Mahasiswa PGSD

Empat ranah mencoba merengkuh keemasan diri para calon agen of change. Cover Story

Repro Internet

Waalaikumsalam Wr. Wb. Terima kasih Rindu yang telah setia menikmati dan meluangkan waktunya untuk mengapresiasi Majalah Komunikasi. Mengenai peliputan di wilayah Kampus II UM akan kami usahakan. Namun, lengkap rasanya jika para civitas Kampus II UM ikut berpartisipasi dengan menghubungi Redaksi melalui email atau telepon yang tertera jika mengetahui ada informasi kegiatan. Redaksi

Aji Setiawan

Assalamualaikum Wr. Wb. Redaksi, saya pembaca setia Majalah Komunikasi. Sangat disayangkan tidak adanya peliputan mengenai kegiatan-kegiatan yang diadakan Kampus II UM di Sawojajar. Saya berharap untuk edisi ke depannya, Komunikasi dapat memayungi juga kegiatan di Kampus II UM. Terima kasih.

Ancaman terbesar bagi keberhasilan hidup kita bukan berasal dari menggantungkan cita-cita setinggi langit hingga tak mampu mencapainya secara penuh. Namun berasal dari pematokan cita-cita terlalu datar hingga mudah mencapainya. Michelangelo

ilustrasi oleh Aji Setiawan

Tahun 38 Januari-Februari 2016 |

5


Laporan Utama

LINGKARAN KONSEKUENSI LOGIS Mahasiswa Berprestasi UM

P

erluasan akses untuk memperoleh pendidikan berkualitas mulai dari tingkat dasar hingga pedidikan tinggi tetap menjadi isu yang harus segera diatasi. Menurut Dr. Syamsul Hadi, M.Pd., M.Ed., selaku Wakil Rektor III Universitas Negeri Malang (UM), kualitas institusi pendidikan dan peserta didik sangat beragam. Faktor geografis dan ekonomi berpengaruh terhadap dua hal tersebut. Jika melihat pesera didik, banyak anak berpotensi yang secara ekonomi belum beruntung. Sehingga upaya peningkatan kualitas pendidikan telah banyak dilakukan oleh pemerintah, salah satunya beasiswa bidikmisi. Selaras dengan upaya itu, UM juga memberi kesempatan pada siswa yang dinilai potensial dan berprestasi untuk belajar di kampus ini. “Harapannya, bisa memperkuat posisi Indonesia di mata internasional dalam kemampuan

bidang lain dan beragam,” terang Syamsul. Penghargaan terhadap prestasi juga sesuai dengan visi UM menjadi perguruan tinggi unggul dan jadi rujukan. Di mana prestasi turut menjadi tolak ukur untuk pribadi yang unggul. Siapa pun yang potensial, apa pun bidangnya, diberikan kesempatan untuk belajar di UM. Hal senada diungkapkan oleh Prof. Dr. Hariyono, M.Pd. Budaya berprestasi menjadi strategi untuk menghasilkan mahasiswa yang berkualitas. Meritokrasi, Wakil Rektor (WR) I itu, mengistilahkan budaya ini, yaitu budaya yang menghargai suatu prestasi. Menurut Hariyono, langkah awal untuk mendukung hal itu adalah melalui seleksi mahasiswa baru. Sehingga UM sepenuhnya mempertimbangkan prestasi calon mahasiswa. Bukan melihat dari latar belakang ekonomi, sosial, maupun budaya. “Karena memang kita membawa misi kebangsaan. Jadi siapa yang dapat berprestasi lebih akan kita hargai,” tutur dosen Fakultas Ilmu Sosial itu.

Pada tahun-tahun sebelumnya UM memang lebih fokus pada prestasi akademik. Namun, sejak tahun 2015 mulai digalakkan untuk lebih proaktif mendukung prestasi nonakademik. Dapat berupa bidang olahraga, tari, maupun bidang keagamaan. Menurut Hariyono, alasannya sederhana, jika sudah berprestasi biasanya mempunyai kedisiplinan dan ketekunan yang tinggi. “Kita memang membutuhkan orang-orang yang mempunyai disiplin diri,” papar ayah dari tiga anak itu. Namun, standar kualitas bagi calon mahasiswa tidak sepenuhnya mutlak. Hal ini disebabkan UM menyediakan kuota 20% untuk mahasiswa berasal dari luar Jawa Timur. Untuk daerahdaerah yang fasilitas pendidikannya belum baik, UM memberikan perlakuan tersendiri. Peluang untuk Siswa Berprestasi Melalui peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Nomor 45 tahun 2015,

Foto: Ajrul

> Sosialisasi kepada sekolah MAN 1 Gresik dan SMA Assaadah yang melakukan kunjungan ke UM.


UM mempunyai wewenang daya tampung maksimal 30% untuk diatur secara mandiri. Jumlah kuota itu, akan digunakan sebagian untuk penerimaan mahasiswa jalur prestasi. “Pada Februari, kita akan mulai untuk melakukan sosialisasi SNMPTN,” jelas Hariyono. Drs. Raden Johanes Herry Soewito, Kabag Akademik menambahkan, pada sosialisasi tersebut, UM sekaligus menyosialisasikan jalur prestasi yang baru dibuka tahun 2016 ini. Jalur prestasi digunakan untuk mewadahi siswa yang memiliki prestasi bidang akademik maupun nonakademik. Untuk akademik, yaitu siswa dengan nilai Ujian Nasional (UN) tiga tertinggi tingkat provinsi. Sedangkan untuk nonakademik, diperuntukkan siswa yang mendapatkan prestasi tiga besar tingkat provinsi pada bidang olahraga dan seni. Selain itu, di bidang keagamaan UM membuka peluang bagi siswa yang hafal Alquran minimal dua puluh juz. Apresiasi untuk sekolah yang mendapatkan penghargaan pakta integritas dari Kemendikbud juga diberlakukan. Di mana sekolah-sekolah tersebut telah melaksanakan UN dengan jujur. Sehingga, nilai delapan puluh antara sekolah yang mendapatkan penghargaan itu dengan yang tidak akan menjadi berbeda. Selain itu, bagi juara I, II, atau III olimpiade yang diadakan di UM maka juga berkesempatan untuk masuk di kampus ini. Dengan catatan jurusan yang akan dimasuki sesuai dengan bidang olimpiade yang diikuti. Menurut Syamsul, UM harus lebih proaktif mencari bibit unggul anak berprestasi. Ketika ada anak menjuarai suatu event bertaraf regional, nasional, bahkan internasional, harus dilihat dahulu siapa pihak penyelenggaranya, siapa pesertanya, dan lain sebagainya. Kredibilitas penyelenggara harus diperhitungkan. UM harus selektif berjenjang. “Saya rasa temanteman di jurusan semua tahu tahapnya dan mana lembaga yang kredibel sesuai bidang masing-masing,” tutur Syamsul. Secara nasional jalur masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terbagi menjadi tiga jalur, yaitu Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), dan seleksi mandiri. Masingmasing PTN harus menyediakan lokasi daya tampung mahasiswa baru minimal 40% melalui SNMPTN dan minimal 30% untuk SBMPTN. Sehingga untuk optimalisasi kuota mahasiswa baru, perlu diadakan kajian terhadap perkembangan akademik. Menurut Hariyono, terdapat fakta bahwa prestasi akademik mahasiswa jalur SBMPTN lebih baik dari SNMPTN. Hal ini karena persaingannya melalui jalur tes sehingga pengukurannya lebih valid. Selain itu,

dok. Pribadi

Laporan Utama

> Prof. Dr. Hariyono, M.Pd, selaku Wakil Rektor I

kebanyakan mahasiswa yang diterima jalur SNMPTN adalah perempuan. “Ternyata perempuan itu lebih disiplin dan lebih telaten. Maka nilai rapor siswa perempuan rata-rata lebih bagus dari laki-laki,” papar dosen kelahiran Malang tersebut. Menurut dosen yang favorit makan pecel ini, di sisi lain, lebih banyaknya perempuan yang diterima jalur SNMPTN dapat mengubah perspektif gender dalam masyarakat. Selain itu, track record mahasiswa juga menentukan peluang siswa yang berasal dari sekolah yang sama untuk diterima jalur SNMPTN. “Kita nanti dalam SNMPTN tidak hanya mengandalkan rapor dari yang bersangkutan. Namun, juga kakak kelasnya berhasil atau tidak di UM. Selain itu juga dengan mempertimbangkan prestasi yang telah didapatkan,” tambahnya. Pihaknya melakukan kajian terhadap prestasi mahasiswa. Sosialisasi Dengan apa yang telah diperoleh UM baik dari segi akreditasi maupun prestasi, membuat UM tetap diminati oleh masyarakat. Terlihat dari beberapa sekolah yang mengundang pihak UM untuk sosialisasi ataupun banyaknya kunjungan dari sekolah ke UM. “Hampir setiap hari ada sekolah-sekolah tertentu yang datang,” ungkap WR I. Ketika ada kunjungan dari sekolah ke UM, pihak yang menyambut adalah bagian Hubungan Masyarakat (Humas). Dalam kunjungan itu, bagian Humas mempresentasikan cara-cara yang dapat ditempuh siswa untuk bisa kuliah di UM sekaligus beasiswa bidikmisi. Keunggulannya, tahun 2016, beasiswa

bidikmisi di UM kuotanya lebih banyak dibandingkan PTN lain di Malang, yaitu 1.200 mahasiswa. Ditambah lagi, beasiswa bidikmisi ini dapat digunakan untuk Jalur Mandiri, jika siswa tidak lolos SNMPTN atau SBMPTN. UM juga memiliki Jalur Mandiri dan Jalur Prestasi. Bagian Humas juga memaparkan fakultas-fakultas di UM berikut keketatan persaingan pada masingmasing program studi. Selain itu, dijelaskan profil UM, sejarahnya hingga alumni yang sukses. Tak ketinggalan, bagian Humas juga memberi motivasi agar para siswa lebih giat belajar dan berusaha, rajin beribadah, dan berbakti pada kedua orang tua. Secara umum, media promosi UM didukung oleh banyak aspek. Mulai dari penggunaan website hingga menawarkan kerja sama dengan pemerintah daerah, yaitu melalui mahasiswa jalur kerja sama. Kajian Prakti Lapangan (KPL) yang dahulu dikenal dengan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yang diwajibkan untuk mahasiswa program studi pendidikan, secara tidak langsung menjadi media promosi UM. Melalui KPL mahasiswa memperkenalkan UM pada masyarakat, terutama siswa di sekolah tempat KPL. “Saya yakin, siswa di tempat mahasiswa kita KPL akan ada yang bertanya tentang jurusan yang ada di UM,” tuturnya yakin. Menurut Hariyono, Majalah Komunikasi yang dikelola pihak Kemahasiswaan UM juga menjadi salah satu media promosi UM. Segmentasi pembaca Majalah Komunikasi tidak hanya warga UM, namun juga masyarakat luar UM. Dosen yang lahir pada 27 Desember 1963 itu menambahkan, Majalah Komunikasi dapat memberi ruang prestasi literasi. Menurutnya, akan lebih bagus jika tulisan-tulisan yang

Tahun 38 Januari-Februari 2016 |

7


> Bapak Syamsul ketika diwawancarai kru Komunikasi sebelum memulai aktivitasnya.

hendak dimuat di majalah harus melalui presentasi dan dinyatakan lolos. “Hal ini dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan keorisinalan ide secara lisan dan mengurangi plagiasi,” terangnya. Ketika dihadapkan dengan kenyataan bahwa ada siswa yang di Malang tidak kuliah di UM, justru memilih PTN yang ada di luar Malang, Hariyono mengatakan, itu hal yang lumrah dalam teori sosial. “Dia akan kenal dan tahu bahwa Indonesia itu beragam,” ungkapnya. Dengan seseorang keluar dari daerahnya, dia akan lebih bijak. Hal ini merupakan gejala sosial positif yang baik untuk Indonesia. Integrasi kebangsaan pun tidak harus dipaksa. Meskipun demikian, Hariyono menambahkan, UM mempunyai tanggung jawab moral untuk tetap menawari siswa dari sekolah-sekolah di Malang untuk masuk UM. Peningkatan Potensi Mahasiswa Hal terpenting dalam membentuk mutu mahasiswa adalah adanya kemauan untuk lebih baik. Hal ini juga disadari oleh WR I. Sehingga ia berharap agar kegiatan ekstrakurikuler mampu bersinergi dan kegiatan perkuliahan untuk memberikan motivasi untuk berprestasi. “Menurut saya prestasi-prestasi mahasiswa tidak bisa hanya berasal dari satu lini saja. Namun, semua unit di UM harus saling bekerja sama,” ungkap Hariyono. Dosen yang memiliki moto “Kesederhanaan pangkal kejujuran” ini berharap besar pada mahasiswa yang berada di pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) universitas dan BEM fakultas. “Seharusnya banyak program untuk meningkatkan kualitas akademik mahasiswa,” tuturnya. Hal ini penting, kata Hariyono, sebab tidak ada gunanya menjaring siswa berprestasi untuk masuk UM tetapi di UM tidak diolah agar

8 | Komunikasi Edisi 302

Foto: Ajrul

Laporan Utama

prestasinya meningkat. Hal-hal di atas dibenarkan pula oleh WR III. Ketika para mahasiswa berpotensi dan berprestasi sudah disaring oleh pihak akademik dan masuk UM, maka giliran pihak Kemahasiswaan bertugas mengolah agar prestasi itu terus berkembang. Mahasiswa UM memiliki peluang besar untuk mengembangkan diri. UM telah menyediakan lebih dari tiga puluh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). UKM-UKM itu fokus pada berbagai bidang: agama, olahraga, beladiri, seni, menulis, retorika, dan lain sebagainya. “UKM harus betulbetul menjadi wadah bagi mahasiswamahasiswa potensial yang sudah kita jaring untuk bisa berunjuk kerja semaksimal mungkin,” tegas dosen yang hobi menonton film garapan Walt Disney itu. Menurut Syamsul, faktor pengembangan diri ini ada dua, yang pertama faktor dirinya sendiri. “Setelah masuk ya jangan enakenak,” tegas dosen yang sangat menyukai weci dan rawon. Mahasiswa harus memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan diri. Karena itu dia harus bergabung dengan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh UM. Yang kedua adalah faktor ketersediaan infrastruktur, baik sistem maupun fasilitas fisik di UM. Jika anak mempunyai potensi tinggi, tetapi tidak difasilitasi oleh infrastruktur sistem dan infrastruktur fisik yang memadahi bisa jadi tidak berkembang. “Kalau ada event-event lomba, UM akan ikut aktif berpartisipasi. Kita akan terus kembangkan dengan target-target tertentu,” kata WR yang juga asli Malang. Menurutnya, mahasiswa harus terus didorong untuk berkembang dan difasilitasi untuk berkembang. Baru kemudian dipantau. Kalau memang tidak mampu menunjukkan potensi yang sesungguhnya ya perlakuannya berbeda. “Dia difasilitasi, tentu harusnya menunjukkan sesuatu yang

terbaik, bagi dirinya sendiri sebenarnya,” tegas Syamsul. Dosen yng lahir pada 22 Agustus 1961 tersebut menambahkan, kalau institusi kan sebenarnya nunut saja. Kalau mahasiswa berprestasi, setelah mereka lulus, UM itu selesai. Tetapi begitu lulus, dia akan gunakan prestasinya seumur hidupnya. “Nah, ini yang sering dilupakan anak-anak. Saya ini berjuang untuk UM. Iya. Tetapi setelah anda lulus belajar di sini, prestasi anda itu bukan untuk dosen, bukan untuk UM, tetapi untuk anda sendiri,” jelas Pak WR III sambil tergelak. Sebenarnya yang bersangkutan itu akan memperoleh manfaat-manfaat yang sangat tinggi. Yang UM pikirkan itu, bahwa para mahasiswa ke depan harus mempunyai peluang berkarir yang sebaik-baiknya. Dosen yang rutin minum kopi agak pahit setiap pagi ini menganalogikan hal itu seperti hubungan anak-anak dengan orang tua. Orang tua selalu berjuang untuk kepentingan anaknya. Kalau anaknya bagus, orang tua hanya katut saja. Kuncinya ada pada anak sendiri. Manfaat yang terbesar ya anak itu sendiri. “Itu saya kira implikasi saja, konsekuensi logis saja. Tetapi yang kami harapkan adalah mahasiswa ini belajar, potensinya berkembang bagi masa depan mereka. Jadi kepentingannya ini lebih pada mahasiswa yang bersangkutan, tentu bukan untuk jangka pendek, tetapi jangka panjang,” terang Syamsul. Mengenai peran Ormawa dalam mendukung prestasi mahasiswa, Yunindyo Sasmito, ketua BEM FE 2015 angkat bicara. Ia mengungkapkan bahwa pengurus BEM FE telah merancang program kerja yang sepenuhnya untuk mahasiswa. Beberapa di antaranya dalam bidang pelatihan kepemimpinan berupa LKMM-TD dan kompetisi karya ilmiah dengan nama National Economic Fair (NEF). “Meskipun program kerja NEF baru dicetuskan tahun ini, tetapi antusiasime peserta luar biasa,” ungkapnya. Mengingat sedikitnya jumlah mahasiswa FE yang masuk dalam Pimnas, Dekan pun memberikan arahan untuk lebih giat dalam penulisan PKM. Sehingga untuk ke depan departemen pendidikan BEM FE berinisiatif untuk membuat program kerja yang bermanfaat di bidang karya tulis. Sebagai pemimpin dari organisasi kemahasiswaan fakultas, pria asal Magetan itu menyadari akan kontribusi kepada mahasiswa, fakultas, hingga universitas. Oleh karena itu, ia tidak mengharapkan BEM FE sebagai event organizer (EO). Menurutnya mereka juga memiliki kegiatan akademik yang nyata. “Perlu digarisbawahi tujuan kami pun bukanlah keuntungan tentunya. Tujuan kami adalah mengenalkan FE, mengenalkan UM, serta memberikan kepuasan kepada mahasiswa baru,” jelasnya.


Yunindyo berpendapat, BEM FE perlu bekerja sama dengan pihak fakultas, sebaliknya, fakultas juga harus percaya penuh terhadap mereka dalam mengambil peran dalam beberapa kegiatan akademik. Ia tidak ingin BEM menjadi kambing hitam apabila ada mahasiswa yang tidak mengetahui informasi kampus. “BEM FE 2015 sudah banyak berperan dalam mengenalkan kampus, tentunya melalui program kerja yang seimbang,” pungkas Yunindyo. Berbeda dengan Yunindyo, Erens Levian Rahman memiliki pandangan berbeda. Mahasiswa yang pernah menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan ketua Dewan Mahasiswa Fakultas (DMF) Sastra itu menganggap, rata-rata Ormawa di pemerintahan berperan sebagai EO. “EO yang tidak dibayar, capek, emosi yang kadang tidak baik,” > Mengabadikan momen kunjungan bersama para jajaran guru dan siswa. tuturnya. Menurut Erens, masih ada pandangan keliru terhadap program kerja di kalangan pengurus. Bahwa berpendapat, seharusnya Ormawa di seharusnya pengurus membuat program pemerintahan dapat mewadahi wawasan, kerja yang meskipun sedikit tetapi visi bakat dan minat mahasiswa sesuai bidang dan misinya sukses. Juga manfaatnya bisa masing-masing. Menurut mahasiswa dirasakan seluruh mahasiswa, bukan hanya asal Madiun ini, program kerja yang yang aktif di Ormawa saja. Agar mahasiswa menghabiskan uang dalam jumlah besar tidak hanya kuliah-pulang kuliah-pulang. dalam waktu singkat bahkan hanya semalam Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia itu harus dihindari. “Lebih baik membuat program kerja yang dapat dikelola berkesinambungan dan berkelanjutan,” ungkapnya. Semua Ormawa hendaknya memegang Tridarma perguruan tinggi dalam menentukan program kerja. Erens mengambil contoh kegiatan pengabdian. Sebagai mahasiswa, menurutnya pengabdian menjadi hal yang harus dilakukan apalagi banyak mahasiswa yang sudah mendapat materi di kelas. Ditambah lagi, UM terkenal sebagai kampus pencetak guru. “Tridarma harus dilakukan dengan baik agar program kerja yang dilakukan tidak muspra,” tegas mahasiswa yang hobi touring ini.

Foto: Ajrul

Kata Mereka

> Abd. Salam, salah satu guru MAN 1 Gresik ketika memberikan kesannya tentang UM.

Drs. Abd. Salam, M.Sc., salah seorang guru dari MAN 1 Gresik mengaku, sekolahnya sengaja mengadakan program kunjungan ke kampus-kampus yang ada di Malang, termasuk UM. Program ini bertujuan memotivasi para siswa agar bertambah greget melanjutkan kuliah. “Kami memilih Malang karena secara umum Malang terkenal sebagai kota pendidikan dan sangat kondusif dari segi apa saja untuk belajar,” tuturnya. Salam menambahkan, perguruan-perguruan

Foto: Ajrul

Laporan Utama

tinggi yang ada di Malang letaknya saling berdekatan. Dia berharap, para siswanya nanti bisa berinteraksi dengan beragam orang sehingga menambah wawasannya. Salam juga memiliki pandangan tersendiri terhadap UM. “UM, dulunya kan IKIP, sudah banyak mencetak guru profesional,” ungkapnya. Sementara itu, Lilik Mahfiah, guru dari SMA Assaadah, mengungkapkan kerabatnya sudah banyak yang diterima di UM. “Kondisi di UM di luar dugaan saya. Pada awalnya saya pikir masuk UM sulit. Tetapi setelah anak saya diterima, banyak keluarga dan alumni SMA Assaadah yang juga ikut diterima,” tuturnya. Selain itu, ia juga berpendapat bahwa orang-orang yang ia ketahui pernah belajar di UM terkesan lebih mandiri. Selain itu, Ibu Lilik juga mengenal beberapa alumni UM yang telah sukes, salah satunya menjadi kepala sekolah. Seperti halnya rombongan dari MAN 1 Gresik, Lilik memang sengaja membawa siswa-siswanya untuk mengunjungi kampus yang ada di Malang. Ia berharap kunjungan ini dapat memberikan motivasi. “Ingin tahu mendalam mengenai UM,” ungkapnya ketika diwawancara kru Komunikasi. “Fasilitasnya lengkap, bagus,” kata Bahtiar Fauzi, salah satu siswa MAN 1 Gresik, peserta kunjungan UM. Siswa yang ingin masuk UM Jurusan Teknik Informatika ini mengaku sengaja memilih UM karena ingin mendapat pengalaman yang berbeda. Orang tuanya juga mendukung keinginan itu. Selain itu, motivasinya juga lahir karena ada seorang tetangganya yang kuliah di UM.Yana/Ajrul

Tahun 38 Januari-Februari 2016 |

9


Opini

ilustrasi oleh Aji Setiawan

Refleksi Pendidikan Indonesia Oleh Heri Kiswanto

P

endidikan menempati dimensi sentral dalam perkembangan kehidupan manusia. Fungsi dan peran pendidikan bangsa tidak terlepas dari kehidupan politik, ekonomi, hukum, kebudayaan, dan pendidikan itu sendiri, meskipun pendidikan tidak bisa melaksanakan peran masing-masing aspek kehidupan manusia. Keadaan yang melanda bangsa dapat direfleksikan sebagai gambaran logis dari keadaan pendidikan suatu bangsa. Misalnya, politik Indonesia tidak terlepas dari krisis pendidikan. Walaupun pendidikan tidak melaksanakan fungsi politik, tetapi politik tanpa pendidikan tidak akan bisa menjalankan fungsi politik dengan baik.

10 | Komunikasi Edisi 302

Dari sini, kita bisa melihat bagaimana pendidikan memegang peran yang sangat strategis dalam membangun masyarakat Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan aparatus pendidikan dalam mengembangkan pendidikan Indonesia ke arah yang lebih signifikan. Hal ini membuat produk pendidikan adalah fokus pemerhati masa depan Indonesia. Kurikulum bisa dikatakan sebagai kerangka yang menyusun pendidikan. Pengembangan kurikulum di Indonesia telah dilakukan beberapa kali guna memperoleh produk pendidikan yang bisa menjalankan aspek-aspek kehidupan manusia dengan baik, sesuai dengan cita-cita kemerdekan Indonesia.

Kurikulum 75 hingga kurikulum 2013 adalah bukti pengembangan kerangka pendidikan Indonesia yang disusun untuk tujuan tertentu yang berkembang sesuai perkembangan zaman. Namun, dari pengalaman masa lalu Indonesia, kita bisa melihat betapa krisis pendidikan telah memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Pada masa Orde Baru, politik dijadikan panglima. Segala kegiatan diarahkan kepada berbagai usaha untuk mencapai tujuan politik. Kecenderungan dalam politik, ekonomi, dan kebudayaan pada waktu itu juga menyerang dunia pendidikan. Praksis pendidikan diarahkan kepada proses indoktrinasi dan menolak segala unsur


Opini budaya yang datangnya dari luar. Dengan sendirinya pendidikan tidak difungsikan untuk meningkatkan taraf kehidupan rakyat. Selain itu, pada masa Orde Baru, pendidikan menjadi alat penyeragaman. Diakui bahwa banyak yang telah dicapai oleh pembangunan selama Orde Baru. Dari salah satu bangsa termiskin di dunia menjadi kelompok bangsa-bangsa yang berpendapatan menengah. Namun, dalam aspek politik segala sesuatu diarahkan kepada uniformitas dalam berpikir dan bertindak. Masyarakat homogen sebagai produk dari rezim Orde Baru menghasilkan berkembangnya kelas menengah yang lamban dan lemah; tidak kreatif dan produktif, dan diarahkan oleh birokrasi yang kaku. Pada posisi yang sama, keadaan politik dan sosial yang homogeni telah mematikan kehidupan demokrasi. Pendidikan juga telah mengingkari kebhinekaan. Keadaan kehidupan sosial politik, hukum, dan kebudayaan tercermin dalam sistem pendidikan nasional hanya untuk mencapai tujuan kuantitatif. Toleransi kehidupan bersama dalam kehinekaan berkurang, bahkan dipertajam dengan berbagai bentuk primordialisme dan diskriminasi. Krisis menyeluruh yang telah membawa masyarakat dan bangsa Indonesia ke dalam keadaan terpuruk bermula dari krisis moneter. Lalu berubah menjadi krisis ekonomi dan berakhir pada krisis kepercayaan. Hingga kini, krisis kepercayaan menjadi aspek dominan dalam kebudayaan kita. Karena pendidikan merupakan proses pembudayaan maka krisis yang kita alami saat ini adalah refleksi dari krisis pendidikan nasional. Terdapat hubungan yang berkaitan antara pendidikan dan kebudayaan. Tidak ada kebudayaan tanpa pendidikan, dan pendidikan selalu berada pada lingkup kebudayaan hingga memiliki peran mengembangkan budaya. Tilaar berpendapat, reformasi yang berkesinambungan adalah reformasi yang didukung oleh proses pendidikan sebagai proses pembudayaan. Pengawal Pendidikan Perguruan Tinggi memiliki peran yang sangat strategis dalam bidang pendidikan Indonesia. Salah satunya sebagai rujukan dalam penyelenggaraan Tridarma Perguruan

Tinggi, yaitu menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Bisa dikatakan bahwa perguruan tinggi juga memiliki peran sebagai pengawal pendidikan. Dimana pendidikan nasional disusun, direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi oleh perguruan tinggi. Dalam perkembangannya perguruan tinggi berhasil menyelenggarakan pendidikan dengan menggunakan pendekatan yang efektif dan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi; menyelenggarakan penelitian dalam berbagai disiplin ilmu yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan kesejahteraan masyarakat; dan melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui penerapan ilmu pengetahuan. Betapa pendidikan telah mengembangkan berbagai aspek kehidupan masyarakat dalam kebudayaannya yang semakin mutakhir. Tantangan dunia internasional kini menjadi sebuah tren yang disiapkan berbagai negara untuk ikut berpartisipasi sebagai Nation-State yang berkembang dan bermartabat. Tantangan dunia internasional telah menginspirasi pendidikan nasional yang diarahkan untuk tujuan partisipatif dan peningkatan kualitas level pendidikan nasional pada ajang internasional. Kurikulum 2013 telah disusun sebagai salah satu pengembangan tujuan pendidikan pada era kontemporer di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari tujuan salah satu bidang studi pada kurikulum 2013, yaitu: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Dari tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan semakin menguatkan pendapat bahwa pendidikan nasional telah dalam proses menjawab tantangan global. Pelaksanaan sistem pendidikan nasional ternyata menuai berbagai masalah. Salah satunya dapat diindikasi dari pendapat

orang tua wali yang menyatakan, “Lebih baik guru zaman dulu dari pada guru zaman sekarang.� Pernyataan ini memberikan fakta bahwa guru sebagai panglima yang mengawal pendidikan nasional ternyata kurang memiliki kompetensi yang memadai. Keadaan ini sebenarnya juga memiliki keterkaitan antara peran perguruan tinggi dalam sistem pendidikan Indonesia. Oleh karena guru merupakan salah satu produk dari perguruan tinggi. Mobilitas yang telah dilakukan oleh perguruan tinggi telah banyak mengalami perkembangan, yang terindikasi dari kualitas Pendidikan Nasional yang signifikan. Namun, guru sebagai panglima pengawal pendidikan nasional, hanya sekian persen yang benarbenar menjadi panglima pengawal dalam mengimplementasikan kurikulum sebagai kerangkan pendidikan. Kesenjangan antara kurikulum in document dan kurikulum in action telah lepas dari pengawasan pengawal pendidikan nasional. Hal ini ditandai dengan fakta tidak jarang guru yang hanya melakukan pembelajaran on the book dan mindset yang penting ngajar. Padahal, sumber belajar yang dirancang dalam Kurikulum 2013 adalah sumber belajar yang berdimensi lokal sehingga menumbuhkan kemampuan berpikir kritis terhadap permasalahan yang dialami, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan Kurikulum 2013 guna menjawab tantangan global. Mobilitas dan kontrol yang diungkapkan oleh Aiko Kurasawa merupakan konsep yang strategis dalam melaksanakan kurikulum 2013. Perguruan tinggi yang terus mengembangkan pendidikan pada berbagai disiplin ilmu sebagai mobilitas yang patut dibanggakan. Namun, guru sebagai salah satu produk perguruan tinggi seakan kurang mendapat pengawasan terhadap pelaksanaan kurikulum yang berimbas pada anggapan negatif mengenai kompetensi guru. Pengawasan terhadap kesenjangan kurikulum in document dan kurikulum in action menjadi faktor strategis untuk menguatkan perannya sebagai pengawal pendidikan. Penulis adalah mahasiswa Teknik Sipil. Opini ini Juara III kategori Opini Kompetisi Penulisan Rubrik Majalah Komunikasi 2015.

Tahun 38 Januari-Februari 2016 |

11


Foto: Maulani

Seputar Kampus

Menyelami Ruh Esai Sastra di Kafe Pustaka

“M

embaca karya sastra yang baik selalu membangkitkan rasa tercengang saya terhadap dunia. Maka menulis esai tentangnyaadalahikhtiaruntukmengikhlaskan ketercengangan itu,” begitulah kira-kira Tia Setiadi menggambarkan kecintaannya pada karya sastra. Jumat (29/01) Pelangi Sastra memperbincangkan karya keduanya berjudul “Petualangan yang Mustahil” bersama Guru Besar UM, Prof. Dr. Djoko Saryono di Kafe Pustaka. Buku keduanya ini berisi tujuh esai sastra yang memuat unsur-unsur yang berbeda pada setiap judul. “Saya menghadirkannya seperti kembang yang warna-warni. Tidak satu jenis kembang saja. Keragaman cara pandang saya ini yang kemudian memunculkan gaya yang berbeda dari tujuh esai itu,” ungkap penulis asal Yogyakarta ini. Melalui karyanya ini, Tia ingin menunjukkan bagaimana sastra itu dibahas. Sastra ditulis dengan cara yang unik dan tidak terlalu kaku. Setelah beberapa waktu lalu menerbitkan buku kumpulan puisi, kali ini Tia menawarkan gagasan-gagasan yang baru kepada pembaca. Menulis esai panjang tentu membutuhkan waktu yang lama serta

12 | Komunikasi Edisi 302

ketekunan untuk kemudian dihadirkan dalam sebuah karya yang lain. Hal ini juga dialami oleh Tia Setiadi. Ia mulai menulis esai pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2014 dengan berbagai proses yang telah dilalui. “Saya endapkan bacaan itu dalam waktu yang biasanya lama bahkan beberapa di antaranya sangat lama. Berharihari, berbulan-bulan, bahkan terkadang bertahun-tahun. Sebelum pada akhirnya saya menuliskannya,” jelas Tia, Pemenang Hadiah Sastra Majelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA) tahun 2013 pada karyanya, Tangan yang Lain. Lelaki yang pernah menempuh pendidikan di UGM ini juga hadir di tengah-tengah pembaca dengan karya-karya terjemahan. Salah satunya Surat-Surat kepada Penyair Muda, yang diterbitkan tahun 2012 dan di antaranya juga diterbitkan melalui jurnal. Menurutnya, seorang manusia esai memiliki sudut pandang yang berbeda dengan penulis cerpen, penyair ataupun lainnya. Penulis esai mengungkapkan pertanyaanpertanyaan daripada menghadirkan jawaban. Pertanyaan tersebut kemudian membuat berpikir ulang terhadap pandanganpandangan yang telah mereka pilih.

> Bapak Djoko (tengah), berpartisipasi dalam mengapresiasi karya Pelangi Sastra.

Terkadang membongkar keyakinan lama dan baru membawa ke dalam dimensi yang belum ada. Gaya penulisan esai Tia tentu banyak dipengaruhi oleh tokoh karya-karya yang ia baca. Salah satunya adalah sastrawan yang memiliki pandangan liberal dan terbuka, Goenawan Mohamad. Sabtu (30/01) Tia Setiadi juga berbagi ilmu dalam Kelas Menulis Esai Sastra di tempat yang sama. Demi menghadirkan suasana yang kondusif peserta dibatasi sekitar 50 orang. Karya-karya esai yang telah dibuat oleh masing-masing peserta dikuliti dengan detail oleh ahlinya. Banyak yang mengeluhkan tentang cara mengawali tulisan yang baik. Tia mengungkapkan bahwa untuk memulai tulisan harus dibekali dengan perbendaharaan kata yang luas. Selain itu dapat memunculkan bahasa yang unik, namun tetap dapat dimengerti secara umum oleh pembaca. “Keunikan esai sastra terletak pada sudut pandangnya. Seorang penulis esai mencoba menghadirkan ambiguitas yang menganggu orang kemudian membuat penilaian terhadap cara pandangnya sendiri,” tambah Tia.Maulani


dok. Panitia

Seputar Kampus

Center of Interest, Harga Mati Sebuah Tulisan

P

impinan Redaksi Harian Radar Malang, Abdul Muntholib, kembali menduduki kursi pemateri di Ruang Rapat Gedung A3 Lantai III. Berbeda dengan Pelatihan Jurnalistik tahun lalu, kali ini Rabu (03/02), ia mengupas dan mengevaluasi setiap berita maupun artikel yang sudah ditulis oleh kru Komunikasi. Berbagai masukan dan revisi membuka setiap mata kru tentang kesalahan dari tulisan masing-masing. Tak hanya mengkritisi setiap kata dan kalimat, ia juga memberikan materi mengenai teknik penulisan yang baik. Sering kali banyak ideide kreatif yang terlintas di otak. Namun, ada dinding tinggi yang kerap menjadi penghalang ketika mulai menulis, yaitu bagaimana mengawali tulisan dengan lead yang cantik dan menarik. Lead merupakan paragraf pertama dalam berita atau tulisan yang mengandung gambaran umum mengenai isi. Paragraf ini diupayakan menarik pembaca agar tetap membaca sampai selesai. Kesulitan lain dalam mengemas berita adalah menyusun alur berita yang runtut. Solusinya adalah menetapkan judul di awal. Ini akan memudahkan penulis mengarahkan berita sehingga menciptakan kronologis alur yang mengalir. Suatu kebiasaan bagi siapapun yang hendak menulis, menganggap bahwa penetapan judul itu terletak di akhir penulisan setelah seluruh teks selesai dirangkai. Banyak hal yang bisa digali dari Muntholib, tapi jalannya acara tidak berhenti sampai di sini. Pemateri kedua, Kholid Amrullah, Redaktur Pelaksana Harian Radar Malang datang dengan senyumnya yang ramah. Ia menantang setiap kru secara spontan untuk menuliskan lead berita dalam waktu lima menit. Seketika terlihat seakan-akan otak para kru berputar di atas kepala mereka. Senyuman tersungging sesaat ketika topik sudah didapat dan tintatinta tergores halus di kertas-kertas putih. Redaktur yang berasal dari Blitar ini bisa membawa suasana dengan santai. Bahkan pada saat kesalahan lead dikritik, bukan perasaan malu atau tersinggung yang tercipta, malah renyah tawa yang terdengar memenuhi ruang. Pemberian contoh pembenaran lead secara nyata membuat para kru lebih mudah memahami. Memangkas beberapa kalimat yang tidak efektif dan bertele-tele serta kalimat klise yang normatif (kalimat yang semua orang sudah tahu walaupun tidak dituliskan) mampu

> Para kru Komunikasi bersama narasumber, Bapak Kholid Amrullah.

menggiring berita menjadi tulisan yang berbobot. Center of interest juga merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan dalam lead. Menemukan kunci inti dari topik yang ditulis sangat berguna agar tulisan berada dalam ranah fokus yang spesifik. Memang menulis itu seharusnya mengikuti inspirasi yang mengalir seperti air. Namun, perlu ada batasan agar tulisan tidak ngglambyar kemana-mana. Tidak segenggam dua genggam ilmu yang bisa dikantongi para kru. Berbagai jenis tulisan dibahas satu persatu seperti artikel, karya ilmiah, karya populer, opini, esai, serta beberapa trik untuk menggali ide kreatif nakal yang berargumentasi. Nakal yang berarti positif untuk mengkritik dengan adanya bukti data yang mendukung. Setiap detail informasi yang disuguhkan harus valid. Walaupun proses tempuh untuk mendapatkan data dan informasi sangatlah menyulitkan. Kholid bercerita mengenai pengalamannya dan bawahannya ketika mengalami cara dan jalan sulit untuk mendapatkan detail informasi. Yang menjadi momok, pembaca hanya ingin mengetahui hasil cetakan tinta yang tersodor di depan mata tanpa peduli tentang perjalanan mendapatkan berita tersebut. Mencari data dan informasi dalam setiap berita ibarat mencari resep bumbu dari masakan. Seluruh bumbu yang pas dan sesuai disajikan kepada redaktur kemudian diolah menjadi suatu berita final yang cantik. Di balik itu semua, ada hal yang membuat para jurnalis bisa membusungkan dadanya. Bukan dalam artian sombong. Mereka mengetahui segala informasi lebih dulu dari pada orang lain. Berada di tempat yang tidak semua orang bisa menjangkaunya. Menjadi seorang jurnalis tidak mementingkan namanya dikenal orang. Cukup mengenal orang-orang penting yang berpengaruh sehingga bisa lebih cepat mengetahui segala peristiwa menarik yang terjadi. Pengalaman dan pembelajaran banyak diserap dari dua pemateri ini. Motivasi dan dorongan banyak tercurah. Kesan dan kesenangan dari menulis menjadi tauladan yang menarik. “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah menulis adalah bekerja untuk keabadian�.Maria Tahun 38 Januari-Februari 2016 |

13


dok. Panitia

Seputar Kampus

Borno Aksi Mendapat Kutukan Kutu

S

iapa yang tak tergelitik melihat aksi penari Tuntas sedang mencari kutu. Sepintas Tari Tuntas layaknya seperti tarian pada umumnya. Namun siapa sangka, diakhir tarian muncul adegan mencari kutu. Sejenak penonton dibuat bingung oleh aksi mereka, tak lama hal tersebut malah mengocok perut para penonton. Tari garapan Agus Eko Suryanto tersebut terinspirasi dari tradisi petan-petan (mencari kutu) yang dilakukan oleh ibu-ibu untuk mempererat komunikasi pada zaman dahulu. “Aktivitas sosial seperti ini tidak pernah kita lihat. Orang-orang lebih suka pergi ke salon karena dianggap lebih efektif,” ungkap pemilik nama panggung Nyi Roro Dadak Purwo. Nama Tuntas pada awalnya memiliki arti Tumo Terbatas. Namun pada akhirnya, karena keterbatasan waktu dan kesibukan dari sang pembuat koreografer, Tari Tuntas tersebut diberi nama Tuntas dengan makna “selesai”. Agus menambahkan bahwa tari kreasi tersebut mengadopsi serta mensterilisasi ragam gerak etnik Banyuwangi.

14 | Komunikasi Edisi 302

> Lenggok gemulai tari Gambyong dengan ayunan cunduk menurnya yang cantik.

Penonton yang datang disambut oleh alunan merdu musik gamelan yang mengiringi fire dance di pelataran UKM Sanggar Tari dan Karawitan-Asri Kusuma (STKAK). Tarian tersebut sekaligus menandakan perayaan HUT ke-35 UKM STK-AK dimulai. Usai aksi fire dance, penonton digiring memasuki sanggar tempat pagelaran itu digelar. Mengambil dari kata bahasa Inggris, born yang artinya lahir sehingga menjadi “Borno Aksi” ialah konsep dari perayaan HUT STK-AK tahun ini. “Pemilihan konsep tersebut, diharapkan melahirkan karyakarya baru dari penari-penari serta pengurus yang baru pula di STK-AK,” ungkap Agustina Maulintamami selaku Ketua Pelaksana. Tari daerah seperti, Tari Gambyong Pareanom dari Surakarta dan Tari Glipang dari Probolinggo ikut mewarnai pertunjukan yang diselenggarakan pada Jumat (29/01). Tari Glipang ialah tari yang dimainkan oleh laki-laki yang tergabung dalam seni karawitan. Ketika mereka tampil, sorak sorai penonton bergemuruh. Pasalnya, hal tersebut merupakan penampilan pertama

mereka dalam menari. Meskipun mereka dari seni karawitan, penampilan mereka tidak kalah dengan penampilan dari penari perempuan pada umumnya. Ada pula Tari Mijil yang merupakan tarian kreasi serta Tari Kutilang yang dipentaskan oleh penari cilik. Penari cilik tersebut berasal dari MI Khodijah yang merupakan asuhan salah satu anggota UKM STK-AK. Aksi mereka begitu lincah dan membuat penonton terkesan oleh aksi lucu mereka. Umur tak membatasi mereka untuk berkarya. Orang tua mereka ikut mendampingi pula. “Itu anak saya. Dia masih kelas dua SD,” ujar orang tua dari salah satu penari cilik dengan bangga. Perayaan ulang tahun yang ke-35 tersebut dihadiri oleh anggota UKM yang ada di UM. UKM yang berbasis Seni Tari dan Karawitan tersebut tidak hanya menampilkan Seni Tari dan Karawitan saja. UKM lainnya, seperti Blero, Opus 275 dan Teater Hampa turut meramaikan HUT STK-AK. Dimeriahkan pula Kos Atos, fire dance Malang, dan Rumah Serem.Shintiya


Foto: Ajrul

Seputar Kampus

Pasangan Bupati Ini Termuda di Indonesia

U

niversitas Negeri Malang (UM) baru saja kedatangan tamu istimewa. Bupati Trenggalek terpilih, Emil Elistianto Dardak, M.Sc., Ph.D., hadir untuk memberikan kuliah tamu pada Rabu (27/01) lalu di Aula Utama Gedung A3. Ia yang sebelumnya telah datang untuk berbincang dengan para petinggi UM, sengaja diundang kembali untuk memberikan motivasi. Khususnya untuk calon pemimpin muda yang berada di Organisasi Mahasiswa (Ormawa) UM. Kang Emil, begitu ia disapa, gencar menjadi sorotan sejak mendaftarkan diri sebagai calon Bupati Trenggalek periode 2015—2020. Ya, dengan menggandeng calon wakil bupati yang tergolong sangat muda, yaitu Mochamad Nur Arifin yang masih berusia 25 tahun. Dalam paparannya, ia beralasan bahwa hasil dari pikiran anak muda akan lebih inovatif dari yang tua. Hal ini terlihat dari gerakan I Love Trenggalek yang digagas Kang Ipin bersama rekan. Gerakan baru yang mampu mendorong partisipasi kaum muda dalam masyarakat. “Kita tidak sedang membagi tugas. Namun, ingin mengkolaborasikan antara dua pikiran,” kata pria lulusan Ritsumeikan Asia Pacific University itu. Pasangan yang disebut-sebut termuda

> Emil Dardak saat mengisi kuliah tamu.

ini mendulang keberhasilan dengan memperoleh 76% suara. Tidak hanya itu, mereka juga mampu meningkatkan partisipasi masyarakat pemilu dengan menggerakkan pemuda dan wanita. Hal ini mampu menepis cibiran orang yang meremehkan kapasitasnya. Dulu pasangan nomor dua ini dikatakan sebagai calon bupatinya PAUD. “Saya senang saja. Minimal guru PAUD ikut mendukung,” tutur Emil. Kemenangan pasangan ini tidak luput dari peran orang-orang di belakangnya. Sebagai cucu dari tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Mohammad Dardak, menjadikan Emil disegani. Selain itu ia juga mendapat dukungan penuh dari istri, Arumi Bachsin. Lain halnya dengan Nur Arifin, ia adalah anak tukang becak yang banting setir menjadi pengusaha panci. Setelah ayahnya meninggal, ia meneruskan usaha tersebut. Kuliah tamu dengan gaya dialog dan tidak menggurui, Emil bercerita pengalamannya. Pria kelahiran Jakarta ini mengaku senang berdialog kritis. Sehingga, ia sengaja mengajak mahasiswa untuk berpikir, “Karena berpikir pada dasarnya merupakan filosofi dari pendidikan,”jelas Emil. Lewat cerita ketika berkecimpung di Word Bank ia menekankan pada kemauan untuk melakukan yang lebih dari yang diminta. Dari sanalah mampu

menunjukkan kapasitas kepada atasannya. Selain itu, anak dari Hermanto Dardak ini mengaku terinspirasi kata bijak dari poster yang sering dikumpulkan ayahnya. “Success is when opportunity and preparation meet,” ungkapnnya. Menurut Wakil Rektor (WR) III, Dr. Syamsul Hadi, M.Pd., M.Ed, kuliah tamu itu diadakan sebagai ajang untuk memetik ilmu dari pemimpin muda Indonesia. Karena pada dasarnya kapasitas yang dilihat, bukan siapa orangnya. Syamsul mengambil contoh walikota Surabaya, Tri Rismaharini, yang penampilannya nampak sederhana. “Sepertinya saya tidak pernah melihat Bu Risma pakai lipstik,” ujarnya. WR III juga lah yang berinisiatif untuk terlaksananya acara ini. Persiapan dilakukan dengan sangat singkat, namun tetap bisa menarik antusias mahasiswa UM. “Eman kalau cuma berbincang-bincang dengan pimpinan saja,” tambah dosen Teknik ini. Kegaiatan ini dinilai baik oleh peserta. Salah satunya Greta Ahmad Bukhori, perwakilan dari HMJ Ilmu Keolahragaan. Ia mengaku mendapatkan tambahan referensi untuk bekal menjadi pemimpin. “Pembicara sangat istimewa. Masih muda sudah menjadi pemimpin. Ia bisa dijadikan panutan pemuda lainnya,” ungkap Greta.Ajrul

Tahun 38 Januari-Februari 2016 |

15


dok. Panitia

Seputar Kampus

Tampil Berani, Lahirkan Inovasi Produk

M

ahasiswa Desain Grafis Multimedia (DGM) menghasilkan produk andalan. Bermacam-macam desain kemasan dan produk inovatif dipamerkan di Lobi Gedung Program Keahlian Bisnis dan Industri (PKBI) Rabu (20/01) lalu. Tidak ada batasan ide, karya-karya yang dipajang nampak lebih kreatif. Aneka makanan, sablon kaos, dan kerudung yang menonjolkan segi desain menjadi gebrakan baru di lembaga pelatihan ini. Bagaimana tidak, pameran yang pada tahun sebelumnya hanya khusus untuk fotografi kini berkembang menjadi pameran produk yang lebih luas. “Untuk pameran ini tidak ada tema secara khusus. Hanya saja disetiap produk mereka akan menciptakan tema sendiri dengan karya yang telah dibuat. Juga harapan untuk ke depannya, PKBI semakin keren dengan kegiatan yang seperti ini,” ujar Diah Palupi sebagai Ketua Pelaksana pameran. Ketika kontribusi desain mengubah barang biasa menjadi barang bernilai jual tinggi, orang belum tentu memikirkannya. Tak hanya rasa dan penyajian, tapi bagaimana desain packaging dan cara penjualan adalah tolak ukur yang patut dipertimbangkan. Seperti kreasi mahasiswa DGM, yakni Aris Fried Chicken (AFC), Loyangku, Badass, Gendhis, Mr.Ku, Sale pisang, Tea House, dan BurgerKu. Hal tersebut dapat mengukur kemampuan strategi penjualan. Di samping memikirkan kelanjutan untuk menjual produk, tapi juga menciptakan peluang-peluang baru. AFC, produk ayam goreng buatan Aris menambah peluang baru pada produk makanan siap saji. Produk makanan lainnya, yakni martabak mini yang manis, imut, dan lezat dengan nama Loyangku. Dinamakan Loyangku harapannya apabila telah memiliki toko sendiri, bentuk penyajiannya dikemas dalam Loyang. Produk handmade menjadi keunggulan tersendiri bagi karya kreatif Rifqoh Fitri Indah Sari. Lain halnya dengan Sale pisang yang dikemas menggunakan tas jinjing. Pada umumnya sale pisang digoreng setelah dijemur tetapi kali ini pembuatanya langsung dari pisang masak lalu digoreng tanpa gula. Tak hanya membuat kreasi makanan manis, cita rasa gurih pun disuguhkan dalam pameran. Contohnya krupuk upil dengan merek Mr.Ku. Berbeda dengan krupuk upil biasanya kali ini Dyki Ryansyah P

16 | Komunikasi Edisi 302

> Para mahasiswa kreatif unjuk kebolehan menciptakan produk inovasi.

memberi sentuhan rasa balado dan barbeque. Senada dengan Dyki, kripik tempe dengan tagline “Satu? Mana Cukup!!” ala Nurul Sa’adah ikut serta dipamerkan mengusung nama Krip krip Tempe. Karya asli buatan mahasiswa lainnya adalah Badass. Karya Ahmad Nawa Tsabat tersebut merupakan produk sablon kaos. Harga yang dipasang untuk sebuah kaos pun relatif terjangkau. Satu buah kaos dipatok Rp 80.000,00. “Simple and hard” tagline dari produk ini bermaksud menghadirkan konsep gambar yang simple, tetapi memiliki warna yang kuat. Tak hanya itu, terdapat produk jilbab buatan Atik Nurhayati yang tak mau kalah saing. Gendhis adalah brand untuk jilbab yang dijahit sendiri tersebut, dengan kisaran harga Rp 30.000,00 sampai Rp 60.000,00. Semua produk yang dipamerkan dengan niat sebagai tugas Ujian Akhir Semester (UAS), ternyata tidak berhenti. Produk-produk tersebut akan tetap dikembangkan sehingga mampu bersaing di pasaran. “Kalau mendesain tidak perlu pintar, jualan tidak perlu jago. Ketika kamu menginginkan desain maka lakukanlah. Perbanyak referensi. Kalau jualan perbanyaklah melihat, mencoba, dan jangan takut melakukannya,” tegas Dimas Yuono SW, S.Sos pembimbing design advertising. Jadwal UAS baru dimulai pada awal Februari memang sedikit berbeda dengan jadwal perkuliahan pendidikan sarjana. Penyebabnya program keahlian tersebut ditempuh hanya dalam satu dan dua tahun. Akibatnya perkuliahan aktif dilaksanakan lebih akhir, yakni Oktober. PKBI UM masih belum banyak diketahui oleh masyarakat internal maupun eksternal UM. Padahal, lembaga ini telah berhasil menciptakan lulusan yang kompeten dan ahli dalam bidangnya. Dulunya lembaga pelatihan tersebut berada di bawah naungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M). Pendidikan serupa bentukan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), yakni Pendidikan Aplikasi Bisnis dan Teknologi Informasi Universitas Negeri Malang (PABTI UM). Kedua program tersebut memasuki babak baru pada tahun ajaran 2015/2016 dalam proses penggabungan sebagai unit diklat pusat bisnis UM. Harapannya dengan adanya kegiatan pameran lembaga tersebut dapat lebih dikenal.Iven


Foto: Rodli

Seputar Kampus

Meet Up, dari Sejarah hingga Kebijakan 1%

F

orum Mahasiswa Bidikmisi Universitas Negeri Malang (Formadiksi UM) mengadakan meet up untuk Penanggung Jawab Jurusan se-UM. Rangkaian meet up tersebut dilaksanakan Sabtu (23/01) di Aula BEM Fakultas Teknik UM. Formadiksi merupakan sebuah forum bagi para mahasiswa bidikmisi yang terdapat di UM. Forum ini berdiri sebagai forum segala hal tentang informasi mahasiswa bidikmisi dibagikan. ”Di sini kita dapat memperoleh informasi yang bermanfaat dan berguna khususnya bagi mahasiswa bidikmisi, serta kita dapat menyampaikan pendapat di forum ini. Namun, terkadang beberapa pertanyaan yang kami ajukan kurang bisa menjawab sepenuhnya apa yang kita tanyakan kepada narasumber,” ungkap Yoga, salah satu peserta. Acara meet up ini merupakan agenda untuk mempererat dan menyatukan sesama Penanggung Jawab Jurusan se-UM. Acara

> Seksama, para penanggng jawab mendengarkan materi tentang keorganisasian.

yang dihadiri delegasi semua fakultas kali ini dibagi menjadi beberapa acara inti. Sesi pertama membahas sejarah Formadiksi, sesi kedua keorganisasian di penanggung jawab setiap jurusan, dan sesi ketiga pembahasan proker kebijakan 1%. Sesi pertama diisi oleh Riski Hermawan yang memamparkan sejarah awal terbentuknya Formadiksi UM. Awal mula organisasi ini terbentuk hingga menjadi organisasi terstruktur seperti sekarang ini. Dilanjutkan materi tentang keorganisasian di penanggung jawab setiap jurusan yang diisi oleh Moh. Khoirul Anam. Sesi ini menjelaskan struktur Penanggung Jawab Jurusan yang akan diusulkan pada Musyawarah Tahunan Formadiksi UM. Materi terakhir tentang kebijakan 1% yang disampaikan oleh Zulfatus Sholikah. Kebijakan 1% ini adalah kebijakan seluruh anggota menyisakan sedikit uang yang nantinya akan digunakan untuk berbagai keperluan organisasi ataupun ada

keperluan mendadak. Misalnya anggota yang membutuhkan dana mendadak ataupun kegiatan Formadiksi di luar kampus. “Tujuan diadakannya acara ini, yaitu wadah untuk saling mempererat kekeluargaan antara mahasiswa bidikmisi. Nantinya kita akan akan membentuk penanggung jawab setiap jurusan di semua fakultas. Ini dikarenakan penanggung jawab belum merata di setiap fakultas. Untuk ke depannya semoga yang berkumpul tidak hanyak penanggung jawab saja, tapi juga mahasiswa bidikmisi yang lain,” ungkap Binti Isti’towatul Isti’aroh selaku Ketua Panitia. Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2015 yang akrab disapa Tya ini juga berharap nantinya setelah terbentuknya penanggung jawab setiap jurusan akan lebih mempermudah informasi tentang berbagai hal tentang bidikmisi kepada seluruh mahasiswa yang menerima bidikmisi di UM.Rodli

Tahun 38 Januari-Februari 2016 |

17


dok. Panitia

Seputar Kampus

Bangga, Rancang Busana Kontes Ratu Internasional

T

eknik kembali bangga. Universitas Negeri Malang (UM) semakin mendunia. Membawa nama Indonesia, melalui karyanya, Agus Sunandar, S.Pd., M.Sn. raih penghargaan The Best National Costume dalam ajang Miss Tourism Queen of The Year International 2015 pada (31/12). Bertempat di Ballroom Hotel Marriot Putrajaya Kuala Lumpur, kostum rancangan Presiden Malang Flower Carnival (MFC) Community ini diperagakan oleh perwakilan Indonesia, Delvia Wirajaya sang runner up 1 Puteri Pariwisata Indonesia 2015. Bangga sudah pasti. Apalagi dengan rancangan Alumni Pascasarjana Seni dan Desain ITB ini, nama Indonesia kembali harum di kancah internasional. Pasalnya, Indonesia terakhir kali mengukir prestasi dalam ajang bergengsi ini tahun 2010. “Saya tidak pernah membayangkan sebelumnya untuk mendapatkan Juara I. Terpilih menjadi desainer wakil Indonesia saja, saya sudah sangat bangga, dan merupakan pengakuan yang luar biasa terhadap kemampuan saya sebagai akademisi fashion dari UM”, ungkapnya. Menjadi desainer terpilih dalam event besar tentu adalah mimpi dan harapan

18 | Komunikasi Edisi 302

ribuan desainer tanah air, bahkan manca negara sekalipun. Yayasan El Jhon, sponsor dan penyelenggara event ini bersama Kementerian Pariwisata Indonesia sangat selektif dalam memilih desainer yang akan mewakili Indonesia. Banyak hal yang harus dilakukan oleh semua desainer agar terpilih. Di antaranya adalah mengajukan portofolio dan desain-desain terbaiknya. Tak terkecuali dosen kelahiran 8 Mei ini, ia juga mengajukan diri. Berbekal pengalamannya dalam bidang fashion Avantgarde dan pengalamannya membawa nama MFC Community perform di luar negeri, akhirnya ia terpilih. “Tentu hal itu sudah menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya, di negara yang besar ini, sayalah yang terpilih,” tuturnya. Mendesain dan membuat kostum dalam kurun waktu tujuh hari adalah tantangan terbesar baginya. Setelah diskusi singkat dengan sang pemakai, ia memutuskan untuk mengambil tema yang bersumber dari Malang, yaitu Prajna Paramitha. “Bukan sosok putri Kendedesnya yang ingin saya tampilkan, melainkan nilai-nilai filosofi putri Kendedes yang cantik dan pandai. Nilai-nilai itulah yang ingin saya

> Delvia, bangga mengenakan kostum rancangan Agus Sunandar.

tampilkan dalam kostum yang saya buat sebagai representasi wanita Indonesia,” katanya. Atas torehan prestasi membanggakan ini, membuktikan bahwa Tata Busana UM memang berkualitas tidak hanya di level nasional tapi juga internasional. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi UM, yaitu menuju reputasi internasional. “Reputasi Internasional kampus kita ini akan bisa segera tercapai jika karya-karya ilmiah, seni dan desain kita diakui dan mendapatkan apresiasi dunia internasional,” tambahnya. Berkat penghargaan ini pula, (24/01) ia diundang untuk memberikan workshop singkat pembuat fashion carnival serta menjadi juri kehormatan pada Fashion Degree 2016, Fashion Departement, Universitas Teknologi Mara Malaysia (UTM). Melalui akun pribadinya, Delvia Wirajaya sangat mengapresiasi karya Alumni Sarjana Pendidikan Seni Rupa UM ini. “I'm very proud wearing the Best National Costume for Miss Tourism Queen of The Year Competition. Thanks to Mr. Agus Sunandar as designer of this beautiful costume, congratulations for the very talented man,” tulisnya.Novi


Profil

Newton Indonesia,

Sang Pencetus Thunderstorm Algorithm

Ilmuwan Universitas Negeri Malang yang berpengaruh di dunia.

dok. Pribadi

Laki-laki yang menapaki masa keemasan Inspirasi lahir dari fenomena kehidupan Dikenal lewat publikasi tanpa batasan menjadikan diri pribadi yang cekatan Banyak negara telah disinggahi Tokoh penting dunia beliau kantongi Memacu diri lebih berani Gapai lagi asa yang lebih tinggi Nama : A.N. Afandi, ST, MT, MIAEng, MIEEE, PhD Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 16 Juni 1972 Pendidikan : Doktor, Kumamoto University, Japan Unit kerja : Teknik Elektro, Fakultas Teknik UM Jabatan : • International Relation Development of UM • Kaprodi S1 Teknik Elektro • Pembina Power and Energy Systems Community • Ketua KBK Sistem Daya dan Energi • Vice Chair of Power and Energy Society IEEE Indonesia

INOVASI INTERNASIONAL • Harvest Season Artificial Bee Colony (HSABC) algorithm • Over Rate Emission Coefficient (OREC) technique • Dominant Penalty Factor (DPF) approach ORGANISASI INTERNASIONAL • International Association of Engineers and Scientists • World Association of Science Engineering • International Forum in Power System Application • Integrated Micro Hydro Development and Application Program • Indonesia National Committee on Large Dam • Institute of Electrical Engineers of Japan • Energy Systems and Technology Benchmarking Association • Society of Asean Scientists and Engineers • PENGHARGAAN TERBARU • 2013 : The 4th innovation newsletter of scientific research publishing • 2015 : Dosen berprestasi 1 tingkat FT • 2015 : Dosen berprestasi 1 tingkat UM • 2015 : Who’s Who 2016 of Marquis version KONTRIBUSI • International Conference on Information & Communication Technology and Systems (ICTS 2015); Scientific Committee.

• • • •

International Conference on Electrical Engineering, Informatics, and Its Education (CEIE 2015); International Partnership. Power & Energy Systems Community (PESC); TEUM. Supervisor. Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE); Vice chair of PES IEEE Indonesia. International Seminar on Application for Technology of Information and Communication (ISemantic2016); Conference’s Committee.

RISET DAN PUBLIKASI PILIHAN TERBARU • 2012: A novel evolutionary computation based on a new intelligent theories on the HSABC • 2013: Hajime Miyauchi. A New Approach Computation for Determining Committed Power Outputs of Economic Power System Operation using HSABC Considering Space Areas, TMPST, KYUSHU • 2013: Hajime Miyauchi. A New Evolutionary Method for Solving a Combined Economic and Emission Dispatch, EPE, USA • 2013: Hajime Miyauchi. A New Evolutionary Method for Solving a Combined Economic and Emission Dispatch, APPEEC, CHINA • 2013: Hajime Miyauchi. Application of Harvest Season Artificial Bee Colony Algorithm to Economic Load Dispatch of Power System Operation with Pollutant Emissions, CPES, NIIGATA

Tahun 38 Januari-Februari 2016 |

19


Profil

Sebelum di UM, Bapak dimana? Sebelumnya saya kerja di Jakarta, terus pindah-pindah. Salah satunya ke industri. Kemudian saya masuk UM sekitar akhir 1999 hingga sekarang. Di sini saya merasa nyaman, dalam artian saya bisa bekerja, tapi tetap bisa berkarya. Selama ini Bapak terdengar sangat sibuk, bagaimana tanggapan keluarga? Kalau sibuk, saya melihat bahwa keluarga saya mendukung. Asal masih bisa membagi. Kadang kalau ada konferensi dimana gitu, keluarga saya ajak. Untuk membagi pengalaman, sekalian juga membuka wawasan. Sehingga anak, istri, keluarga bisa punya pandangan.Ooh, kita sebenarnya bisa maju bahkan ke jenjang international. Di sini saya menanamkan motivasi pada mereka. Karena menurut saya, anak-anak sekarang lebih mudah menyerap dari contoh praktis daripada cuma dibilangin tapi yang bilangin nggak pernah menjalankan. Dengan begini, pengalaman yang saya dapatkan, mereka juga bisa merasakan dan saya yakin support mereka akan jauh lebih besar.

sana banyak paper saya yang masuk dan bisa diakses. Kemudian di Cina, terakhir di sana tahun 2014. Kemudian 2015 itu saya konsentrasikan ke jurnal. Jadi saya memang mengurangi karena pada saat itu keluarga baru kembali ke sini sehingga saya perlu menetap karena mereka masih adaptasi. Untuk negara lainnya, yaitu Jepang, Korea, dan Indonesia. Untuk selanjutnya, saya sedang memilih, Negara yang belum saya kunjungi dan ada potensial, saya pasti akan ke sana. Nah, kalau untuk saat ini, saya ingin ikut distinguished lecture. Itu memberi kuliah di luar negeri, jadi kita diundang oleh badan organisasi internasional. Kemudian setiap tahun kita berkeliling memberi kuliah, seperti tour kuliah tamu. Nah, kalau UM bisa masuk link itu saya rasa mampu mengangkat dengan cepat. Karena tiap tahun kan distinguish-nya kan banyak Negara. Jadi bisa lebih cepat berkembang. Saya berharap, saya atau siapapun nanti bisa ikut sehingga dengan begitu tetap nama UM yang dibawa.

Selama ini Bapak telah melakukan konferensi di mana saja? Kalau publikasi konferensi sebenarnya banyak yang sudah saya lakukan. Barubaru ini saya banyak menghadiri forumforum internasional. Di sana saya bisa bertemu banyak kolega dan menciptakan link-link baru. Beberapa di antaranya di Amerika dan Eropa. Kebetulan di

Sejak kapan Bapak menulis dan mempublikasi? Oh ya, kalau publikasi itu tidak hanya sejak di Jakarta. Publikasi saya yang pertama itu ketika saya mahasiswa. Jadi gini, dulu itu saya penulis puisi, kemudian penulis cerpen remaja kemudian masuk dunia pers. Setelah berkecimpung di dunia

dok. Pribadi

Bagaimana Bapak bisa menjadi salah satu tokoh yang karyanya berpengaruh di dunia? Sebenarnya saya hanya aktif dalam membuat artikel dan jurnal. Untuk tiga tahun terakhir ini kebetulan hasil karya saya banyak diterima dan dicari. Itu pengaruhnya apa sih? Kalau pengaruh sebenarnya pandangan itu kan selalu berubah, mana yang lebih baik atau enak saja. Jadi sesuatu yang baru itu pasti dicari orang karena tertarik untuk mempelajari, mengundang, mendiskusikan, atau mengetahui lebih jauh. Itu sangat penting bagi pengembangan pengetahuan, terutama untuk sepuluh tahun terakhir. Jadi kebaruan-kebaruan itu pasti ada dan dicari orang. Untuk kali ini di UM sangat penting bagi kita untuk maju lewat gagasan. Hasilnya ide-ide saya lebih terkenal dibandingkan pencetusnya. Meskipun di tataran nasional sebenarnya kita sudah mapan, bukan berarti berhenti. Sekarang perlu kita tingkatkan ke tataran internasional. Lewat siapa? Bisa lewat dosen-dosennya, mahasiswa, atau karyawannya. Sehingga gebrakangebarakan yang mengindikasikan kita maju itu perlu ditunjukkan. Kita harus berani bicara, supaya mereka akan berpikir ternyata ada kekuatan baru di UM. Fokus saya di UM sekarang adalah bagaimana UM bisa go international. Jadi kalau orang berpikir saya merupakan orang yang berpengaruh itu sebenarnya tidak. Cuma gagasan-gagasan saja yang kebetulan banyak diterima.

> Afandi bersama keluarga.


Profil

Bagaimana mendapatkan ide-ide dalam karya Bapak? Begini, saya sering bicara ke kolega-kolega kalau kita mau cari ide sekalian yang out of the box. Untuk karya terbaru ini saya dapat ide ketika di rumah mertua. Waktu itu ada hujan badai. Saya lihat ada badai yang menyambarnya bermacam-macam. Kemudian ada satu badai yang besar menyambar dengan keras, kemudian saya berpikir pasti menyambar sesuatu. Ternyata benar, beberapa hari kemudian ketika saya ke sana lagi saya diberitahu mertua bahwa ada rumah yang tersambar. Nah, kemudian saya berpikir di beberapa tempat sekitar rumah kena, tapi kenapa di sini tidak? Akhirnya saya berpikir, ini nampaknya ada sebuah sistem. Dari sinilah kemudian saya menciptakan intelijen sistem badai. Di paper nanti saya beri nama Thunderstorm Algorithm. Itulah yang akan menjadi ide kreatif saya di tahun 2016 ini. Paper ini sebenarnya sudah jadi, hanya sekarang nunggu momen yang tepat untuk mempublikasikannya.

dok. Pribadi

pers saya masuk ke industri. Tapi, karena di industri saya hanya bisa meneliti tanpa bisa menulis, saya keluar dan masuk menjadi dosen. Di sini saya semakin berkembang lagi, karena waktu yang saya miliki lebih banyak untuk menulis. Kalau orang melihat yang sekarang saja ya nggak bisa, belajar itu kan prosesnya panjang dan tidak mudah. Tapi saya rasa kalau sudah terbiasa menulis itu pasti cepat, tinggal punya ide saja langsung dituangkan. Bahkan saya kalau sudah menemukan ide langsung saya tuangkan semuanya sampai habis, bahkan tidak tidurpu tak masalah. Kalau sudah begitu keluarga sudah hafal, saya biasanya fokus tidak bisa diganggu dulu sampai selesai. Kalau sudah selesai ya sudah, saya tinggal. Saya biarkan ide saya mengendap dulu. Baru nanti kalau longgar saya buka-buka lagi, saya baca.

> Afandi saat mengikuti ajang 20th The International Conference on Electrical Enginerering.

Bagaimana Bapak mengakses komponen-komponen penelitian yang sulit didapatkan? Nah itulah perlunya kita melakukan inovasi. Kalau misalnya apa yang kita perlukan itu tidak ada, lantas apakah kita harus berhenti untuk meneliti? Ya tidak. Inovasi itu kan juga bisa kita jadikan lahan penelitian. Kalau semua peralatan sudah ada buat apa kita meneliti? Kita kan ya cuma tinggal mempraktikkannya saja. Untuk saat ini UM sedang menggagas lab center. Di sana nanti semua lab dijadikan satu sehingga siapapun yang perlu ke lab lainnya bisa memperoleh akses dengan lebih mudah. Selain itu, dengan adanya lab center, UM tidak akan kekurangan peralatan karena mereka dapat bersinergi satu sama lain. Misalnya elektro bisa join dengan mesin. Mereka dapat bersama-sama menghasilkan suatu hal yang baru. Kalau ini dilakukan, bisa jadi lumbunglumbung publikasi dan UM tidak akan kehabisan karyakarya. Kalau itu dikelola dengan benar setiap kolaborasi antar jurusan akan dapat menghasilkan hal yang baru dan cita-cita UM go international bisa cepat tercapai.Iqlima

dok. Pribadi

Untuk paper terbaru ini, dimanakah Bapak akan melakukan publikasi? Saya ingin untuk kali ini melakukannya di Indonesia. Karena kemarin ketika saya dikabarkan masuk nominasi dalam pemilihan tokoh penting sedunia yang diusulkan Asia Pasifik. Di katalognya ternyata saya mewakili Jepang. Untungnya ketika saya urus itu bisa diganti ke Indonesia.

> Sepak terjang Afandi menjadi pembicara hingga ke luar negeri.

Tahun 38 Januari-Februari 2016 |

21


Makiatul Madaniah, Juara I Hifdzil Quran 10 Juz MTQ Nasional 2015.

dok. Pribadi

Cerita Mereka

Terbit Fajar Hingga Mega Merah Muroja’ah,

dalam Gelap Bertahajud Makiatul Madaniah gadis sederhana nan ulet penghafal qalam illahi. Beranjak dengan latar belakang terpilin bak pintalan benang pudar. Ia tak henti banting tulang meskipun dalam ruang broken home.

M

enapaki golden age, Makia tak pernah merasakan hangat dekapan kedua orang tua. Meski sangat mudah didapat oleh anak-anak seusianya. Kesendirian dan peran tunggal sang ibulah yang tegar mendidik Makia dan ketiga saudaranya. Di tengah gencatan ekonomi dari segala arah yang menyusuri kehidupannya, Makia tak henti banting tulang untuk ia dan sang ibu. Tak heran jika ia sangat nriman tinggal di pesantren bertahun-tahun. Yang bahkan hampir tak ada ruang privasi di dalamnya. Satu dan menyatu dengan beragam ras dan karakter ia temui. Tak perlu megah dengan kerlipan lampion di seluruh atap ruang. Begitu pula saat penulis menemui Makia di pesantren Malang. Walaupun di tengah pemukiman padat dan di pinggir

kota. Tak ada yang mengetahui jika di daerah tersebut memiliki pesantren hafidz. Pesantren tak bernama di bawah naungan Drs. H. Muhammad Asrukin di pemukiman padat Klaseman. Memasuki gang sempit di balik pemukiman berlantai dua. “Mari silahkan masuk, maaf saya tidak bisa keluar karena memang harus berada di pondok,” sapa Makia. Makia tak sedikitpun menghabiskan waktu untuk sekadar berhahahihi di tempat umum. Pilihan untuk menetap di pesantren seusai perkuliahan ia lakoni. “Saya lebih baik muroja’ah hafalan saya daripada harus berkerumun dengan banyak orang, yang ada akan menimbulkan ghibah di dalamnya,” kata Makia. Ia tak sanggup jika harus melumuri hati dan pikirannya dengan hal-hal yang menimbulkan kemudaratan. “Jika saya hanya sedikit saja menaruh kesal


Cerita Mereka mengetahui hanya ustadz dan ustadzahnya di pesantren. Makia masih belum berniat untuk menyampaikan semua hal baik itu pada keluarga. Yang ia pikirkan bahwa itu belum cukup sebagai bukti untuk membanggakan keluarga. Tidak membutuhkan waktu lama Makia dalam menghafal, hanya dari Aliyah kelas X. Berjalannya waktu dan sang ibu juga tak sempat bertandang ke tempatnya. Sudah menjadi kebiasaan sejak pesantren di SMP jarang ada keluarga yang datang. Hingga akhirnya wisuda akbar Hafidz Quran tergelar. Makia pun mengundang sang ibu. Baru saat itu ia perlahan menjawab semua doa-doa ibu yang belum sempat terucap pada sang anak. Semua hadiah perjalanan hidup Makia karena Allah, belum selesai sampai di situ. Hingga ia membangun dan menemukan prinsip dari dalam dirinya. “Hidup-hidupilah Alquran dan jangan mencari penghidupan dari Alquran,” ucap Makia. Karena semua perjalanan itu menghadiahkan Makia dari mulai bebas biaya sekolah dari awal hingga lulus dan tidak pernah meminta bulanan pada orang tua atau ketiga kakaknya yang telah berkeluarga semua. Dan menjadi lirikan guru baru di sekolahnya untuk mengangkatnya sebagai anak. Sang guru yang telah melihat track record Makia, memberanikan diri tidak hanya sekadar mendidik namun menjadi putri kecil di tengah keluarganya. Namun hal itu juga diimbangi dengan tetap menjalin hubungan baik pada sang ibu. Orang tua angkat Makia yang menjadi pelengkap perjalanannya selama ini. Makia melanjutkan pendidikannya dengan meraih beasiswa bidikmisi S1 Pendidikan Bahasa Arab. “Awalnya kenapa

saya harus berada di kampus UM yang tidak ada lingkungan Alquran yang kental dan tidak ada embel-embel religi di dalamnya. Mungkin kehidupan di dalam layaknya sinetron-sinetron bergaya hedon. Namun, semua itu tak terbukti saya alami,” kata Makia. Beranjak dari bangku kuliah di UM lah semua ilmu dan hafalannya mampu terekam dengan jelas. Makia yang sering menjuarai hifdzil maupun musabaqoh fahmul quran di tingkat regional hingga MTQ Mahasiswa Nasional XIV 2015 di UI. Ketika Ning (duta) Pasuruan ini semester tiga yang menjawarai Hifdzil Quran 10 juz di kancah nasional. “Jangan banyak keluar nak sebelum semuanya selesai, dan tahajudmu. Karena semua harapan jika belum istiqomah bertahajud, sama saja dengan bohong dan belum bermakna kamu berharap dan memohon,” kenang Makia ketika menelfon dari Jakarta pada tetangganya untuk berbicara dengan sang ibu. Dari situ ia mampu menyampaikan dengan gamblang pada ibu dan saudaranya. Bahwa ia tidak akan mempermalukan beliau yang telah mendidik dan menimang Makia dengan cara mereka sendiri. Makia menjadi asisten guru besar Ahmad Fuad sebagai pengajar di PAI di Poltekes Malang. Tidak tanggung-tanggung pula selama di bangku perkuliahan ini ia juga menjadi da’i di berbagai acara di wilayah Malang dan Pasuruan. Di balik itu semua, Makia menyampaikan ilmunya sebagai ustadzah bagi anak-anak kecil yang ingin menghafal Alquran. “Ini cara saya untuk tetap mengalirkan ilmu yang saya miliki agar selalu bertambah dan bermanfaat bagi sesama,” tutup Makia.Arni

Foto: Dio

pada orang. Itu yang akan merugikan diri saya sendiri. Hafalan saya tidak akan sampai dan batas mana saya harus melanjutkan. Astagfirullah, itu sangat membuat hati saya tersiksa,” tegas Makia. Makia memulai kembali menjaga hafalan dan bukan sekadar tuntas hafal 30 Juz. Ia terus mengulang-ngulang hafalan dengan setoran pada Kyai Asrukin. Memang ia menyadari bahwa bukan hanya sebatas hafal 30 juz dan hilang, namun juga tetap dijaga. Muroja’ahlah kuncinya. Dari kesabaran, keuletan, dan ketawadukan Makia dalam menjaga hafalan. Usahanya pula yang selama ini mewujudkan mimpi sang orang tua yang tertunda pada putra-putrinya sebagai hafidz Quran. Sang ibu yang sempat tidak memperbolehkan dan tidak mengetahui niat bersih Makia untuk menghafal Alquran. Dengan kekhawatiran sang ibu jika putraputrinya tidak mampu menjaga ayatayat Allah dengan utuh. Sang ibu telah mengatakan “Apa mungkin kamu bisa jadi penghafal Quran? Untuk menjaganya saja susah sekali.” Ditambah dengan ketiga kakaknya yang selalu memandang sebelah mata kemampuannya. “Bahwa aku cukup di rumah saja dan tidak usah neko-neko. Apa yang perlu diandalkan pada keluarga yang serba terbatas dan kekurangan,” Namun itu semua menjadi pecutan niat yang kokoh dan utuh pada diri Makia. Jika ia mampu menjadi seberkas cahaya untuk keluarga. Perlahan namun pasti. Makia yang sejak SMP tinggal di pesantren, cerdas dan mampu menyerap ilmu-ilmu dari berbagai kitab. Pendalaman ilmu agama yang kuat dan bagus serta diimbangi dengan pengetahuan yang ada di bangku Tsanawiyah pada umumnya. Ia mampu mengalirkan pengetahuan tersebut ke seluruh aliran darah dan berwujud dengan perilaku serta pola pikirnya. Tak jauh pada makna nama pemberian dari ayahnya, Makiatul Madaniah yang berarti kota Makkah dan Madinah. Kota dimana kedua orang tuanya ke baitullah dengan benih suci Makia di rahim. Nama itu terwujud maknanya di antara kota bersejarah umat muslim dengan kelahiran Rasullah dan para sahabat. Sang ibu dan saudaranya juga tak mengetahui jika selama di pesantren hingga SMA, Makia telah berusaha hatam hafalan Alquran. Semua keluarga belum ada yang

> Teduhnya Makia saat mengalunkan ayat-ayat Ilahi.

Tahun 38 Januari-Februari 2016 |

23


Pustaka

Berawal dari Purnama Kedua Belas

Oleh Sahrul Romadhon

Repro Internet (Mockup)

Judul Penulis Penerbit Cetakan Tahun Tebal

N

: Ayah : Andrea Hirata : PT. Bentang Pustaka :5 : 2015 : 412 halaman

ovel dengan judul Ayah adalah novel terbitan ke-9 karya Andrea Hirata yang telah mewarnai dunia sastra. Kedelapan novel yang pernah ditulis oleh Andrea Hirata di antaranya Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov, Padang Bulan, Cinta di Dalam Gelas, Sebelas Patriot, dan Laskar Pelangi Sang Book. Pemenang New York Book Festival 2013 ini, kembali berkisah dengan ciri khas utama daerah Belitong yang menjadi primadona proses kreatif Andrea Hirata. Novel dengan judul Ayah diterbitkan pertama kali pada bulan Mei 2015, telah beranak pinak pada cetakan yang kelima tepatnya bulan Agustus 2015. Nama besar Andrea Hirata dan setting Belitung sepertinya telah menjadi magic tersendiri bagi penikmat karya sastra khususnya novel. Seperti dikisahkan Amiru begitulah susunan sintaktik awal yang ditawarkan oleh penulis pada lembar pembuka. Novel yang menggunakan alur campuran ini mampu memikat pembaca dengan kisah cinta tak berujung tokoh Sabari yang merupakan ayah pertama dari Amiru. Sabari menjadi figur seorang ayah sempurna dalam imajinasi penulis. Bisa dikatakan, untuk membuka dan memaknai novel ini, kunci utama yang harus diperhatikan adalah tokoh Sabari pemuda asli dari Kampung Belantik, Belitong. Pada awalnya, sosok Sabari adalah sosok yang tak percaya akan kata cinta. Bahkan, Sabari berucap baginya cinta adalah perbuatan buruk yang dilindungi hukum. Akan tetapi,

24 | Komunikasi Edisi 302

kisah cinta Sabari bermula ketika ujian akhir SMP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Sabari menjadi sosok Isaac Newton Bahasa Indonesia karena kemasyurannya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Puisi menjadi keahliaan utamanya. Pada akhir ujian secara tiba-tiba dia terperanjat oleh seorang anak perempuan bernama Marlena. Singkat cerita, Sabari sampai dewasa begitu gandrung terhadap Marlena. Sebaliknya, Marlena tak sedikitpun menanggapi pesona cinta dari Sabari. Meskipun cinta Sabari telah mendarah daging sampai jenjang SMA bahkan masa-masa dewasa saat Sabari telah bekerja. Tak sedikitpun Marlena “menoleh” ke arah Sabari. Berbanding terbalik dengan Marlena yang sering berganti-ganti pasangan. Sampai pada suatu ketika, Marlena mengalami “kecelakaan” buah dari sikapnya yang sering berganti-ganti pacar. Marlena “berisi”, sontak Markoni yang menjadi ayah Marlena muntap. Peristiwa tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh Sabari. Sabari rela menikahi Marlena. Pernikahan itupun menggemparkan Kampung Belantik termasuk kedua sahabat Sabari, yaitu Ukun dan Tamat yang tak percaya bahwa pada akhirnya Sabari dapat mewujudkan impiannya mempersunting gadis manis, berlesung pipit, dan bermata indah. Seiring berjalannya waktu, malang kembali berawan dalam kehidupan Sabari. Setelah menikah dengan Marlena, Sabari hanya mengasuh anak dari Marlena. Dia menjadi sosok ayah sekaligus seorang Ibu bagi anaknya yang bernama Amiru dengan nama panggilan Zorro. Marlena jarang pulang ke rumah yang didirikan sendiri oleh Sabari buah dari tabungannya. Akan tetapi, peristiwa tersebut tidaklah hanya membawa kesengsaraan bagi Sabari. Sabari menjadi Ayah yang Bersembunyi bagi si anak rimba akibat dari perilaku Marlena. Sabari rela meninggalkan semua pekerjaannya, yang kemudian membuka warung sembako dan memelihara kambing agar lebih dekat merawat Zorro. Sekarang Sabari tahu bahwa dia dilahirkan untuk menjadi seorang ayah. Tangannya yang kasar dan kuat seperti besi adalah agar dia tak gampang lelah menggendong Zorro. Dia gemar berpuisi dan berkisah agar dapat bercerita setiap malam dan membesarkan anaknya dengan puisi. Sabari memeluk anaknya serasa memeluk awan. Sial tak dapat diterka, Marlena kemudian menceraikan Sabari secara sepihak. Tidak hanya itu saja, Marlena merebut paksa Zorro yang telah mengendap menjadi pelita hati Sabari di sebuah taman kota ketika mereka sedang bermain bersama. Betapa terkikisnya hati Sabari. Marlena kemudian mengelilingi kota-kota besar di wilayah Sumatera, seperti Bengkulu, Padang, Medan, Palembang, Jambi, sampai ke Aceh. Bahkan Marlena menikah dengan beberapa pria, yaitu Manikam, JonPijareli, dan Amirza. Ketiga tokoh tersebut juga merupakan gambaran sosok-sosok lakilaki yang telah gagal membina rumah tangga. Sosok seorang ayah yang tak mampu memelihara kata kesetiaan sehingga perceraianlah yang menjadi mazab pernikahan. Zorro dalam perkembangannya menjadi seorang anak yang mampu beradaptasi dengan sangat baik ketika sang Ibu mengharuskan hidup nomaden tempat dan ayah. Zorro bahkan menjadi sosok anak mampu berpuisi seperti apa yang telah didengarnya sewaktu bersama Subari, meskipun Zorro sama sekali telah samar-samar mengenal sosok Sabari. Hal tersebut dikarenakan ketika terakhir serumah dengan Sabari, Zorro masih dibawah usia lima tahun. Beberapa kali Zorro menanyakan kepada Sang Ibu tentang sehelai robekan kain yang menjadi penenang harinya. Namun, Marlena selalu mengalihkan pembicaraan. Padahal robekan kain tersebut adalah kenangan terakhir yang diberikan Subari di taman kota tempat terakhir Zorro dijemput secara paksa oleh Marlena. Tak kunjung mendapatkan kabar dari Zorro, Sabari mengalami depresi hebat. Ukun dan Tamat berinisiatif untuk membawa pulang kembali Marlena dan Zorro. Berdasar keterangan dari Zuraida sahabat Marlena. Enam kota beserta para mantan suami telah dikunjungi oleh Ukun dan Tamat. Lantas bagaimana akhir dari kisah ini? Satu cuplikan yang sangat berkesan adalah tiga kata Sabari, Ingat, Boi, dalam hidup ini semuanya terjadi tiga kali. Pertama aku mencintai Ibumu. Kedua aku mencintai Ibumu. Ketiga


Pustaka aku mencintai Ibumu. Marlena pun tak ketinggalan menyampaikan pesan sebelum maut menjemput, dia ingin dimakamkan di dekat makam Sabari dan di bawahnya tertulis purnama kedua belas. Novel ini memiliki ragam bahasa bermajas sederhana namun mudah dipahami. Penulis memberikan banyak sentuhan puitis melalui beberapa puisi yang diwakilkan oleh tokoh Sabari. Sosok seorang karakter ayah tidak hanya diwakili oleh Sabari melainkan banyak ragam karakter yang coba dibandingkan secara tidak langsung dengan Sabari. Di samping itu, jika kita belajar ilmu psikolinguistik, penulis secara ekstrinsik memasukkan kajian ilmiah berupa teori pemerolehan bahasa oleh Chomsky yang diwakili oleh tokoh Zorro atau Amiru. Zorro mampu menyimpan beberapa kata

Modal Sebuah Totalitas

yang sebelumnya diajarkan oleh Sabari melalui kapling minda (tempat menyimpan pemerolehan bahasa) yang merupakan bekal kodrati dalam otak setiap manusia. Nilai yang terkandung dalam buku ini adalah karakter kesempurnaan pria ketika layak dipanggil Ayah. Novel dengan judul Ayah ini cocok dibaca berbagai kalangan. Seperti halnya remaja, dewasa, calon ayah atau bahkan dapat dijadikan sebagai kajian penelitian psikolinguistik dalam pembelajaran sastra. Sosok Sabari yang begitu mencintai anak dan bekerja keras bagi keluarga. Sosok Sabari yang hanya mengenal satu makna cinta, yaitu Marlena sang purnama kedua belas. Penulis adalah mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia. Pustaka ini Juara Harapan I kategori Pustaka Kompetisi Penulisan Rubrik Majalah Komunikasi 2015

Oleh Rintahani Johan Pradana

Penulis Alih bahasa Tahun Terbit Judul Buku Kota Terbit Penerbit Jumlah halaman

: Daniel Goleman : Agnes Cynthia : 2015 : FOCUS : Pendorong Kesempurnaan yang Tersembunyi : Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama : x + 339 halaman

Repro Internet (Mockup)

S

etiap manusia memimpikan sebuah pekerjaan maupun suatu karya bisa diselesaikan dengan sempurna. Namun disadari atau tidak, nafsu yang begitu besar ini kerap tidak berbanding dengan usaha dan tenaga yang dikeluarkan. Ditambah lagi, godaan tidak henti-hentinya datang sebagai ujian terhadap kesungguhan. Alhasil, mimpi berupa kesempurnaan hasil akhir menjadi angan yang tak pernah tergapai. Daniel Goleman, mantan wartawan sains New York Times, memberikan sebuah kunci agar kesuksesan dalam suatu pekerjaan bisa diraih. Dalam buku yang diterjemahkan oleh Agnes Cynthia ini beragam contoh kasus dikemukakan oleh Goleman. Kurangnya fokus dalam melakukan pekerjaan kerap menjadi penghambat utama kegagalan seseorang untuk mendapatkan hasil yang memuaskan atau sekedar mendapatkan apresiasi yang membanggakan dari orang lain. Kunci dari sebuah totalitas untuk mendapatkan keberhasilan menurut Goleman tidak lain adalah fokus. Dalam karya yang terdiri dari tujuh bab ini, Goleman mencoba mengajak pembaca untuk menggali potensi dan mengembangkan kemampuan diri dalam rangka meningkatkan kinerja. Pelatihan dan pengembangan mental senantiasa diperlukan untuk mencapai hal yang maksimal dalam sebuah pekerjaan. Salah satu penyebab minimnya fokus dalam rangka memberikan totalitas pada pekerjaan adalah perkembangan teknologi. Menarik untuk dicermati bahwa teknologi merupakan sebuah penemuan yang dikembangkan oleh manusia, namun sering kali teknologi justru mempengaruhi serta menguasai hampir keseluruhan waktu yang dimiliki oleh manusia. Pertanyaan menarik coba dilontarkan oleh Goleman, bisakah kita benar-benar fokus dalam membaca buku? Ataukah perhatian kita sudah mulai teralihkan pada media sosial yang ada dalam smartphone? Hal tersebut menurut Goleman amat wajar. Pikiran seseorang akan mengembara sekitar 40% dari total waktu, saat dia membaca teks. Namun, apabila seseorang mampu memberikan perhatian yang lebih lama untuk membaca, maupun pekerjaan lainnya, maka menurut Goleman kesuksesan akan bisa dicapai. Totalitas dalam berkarya dapat tercapai bila seseorang mampu menyadari potensi dalam diri, mengenali objek sebagai bentuk fokus terhadap pihak lain diluar dirinya, dan bisa keluar dari zona kenyamanan untuk melihat serta menjalani tantangan yang lebih besar. Ketiga rumusan tersebut merupakan kunci sebuah totalitas dalam berkarya. Ketiga rumusan tersebut juga dapat membantu menemukan keseimbangan dalam hidup untuk mencapai kebahagiaan dan produktivitas. Buku ini secara keseluruhan sangat menarik dalam memberikan solusi untuk mencapai sebuah kesuksesan. Goleman banyak menggunakan pendekatan-pendekatan sains dalam menjelaskan pendapatnya. Beberapa istilah terkait sains dan perkembangan kepribadian manusia dipadukan oleh Goleman dalam memperkuat gagasannya. Sehingga pembaca seakan

mendapatkan sebuah penjelasan yang amat logis. Mengenai hal tata bahasa, buku hasil terjemahan ini sudah baik dalam menyampaikan maksud yang terkandung dalam tiap kalimat. Penggunaan catatan kaki untuk istilah-istilah sains yang mungkin kurang dikenali oleh pembaca awam, tentu mempermudah proses pemahaman terhadap bacaan. Sebagai sebuah buku bertemakan motivasi, tentu hadirnya karya Goleman ini membangkitkan semangat untuk menikmati dan mencintai sebuah pekerjaan secara total. Penulis adalah mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan Sejarah. Pustaka ini Juara Harapan II kategori Pustaka Kompetisi Penulisan Rubrik Majalah Komunikasi 2015. Tahun 38 Januari-Februari 2016 |

25


dok. Panitia

Info

> Kebersamaan berbeda suku dan pulau untuk mendukung kemaritiman Indonesia

S

ebagai wujud kepedulian terhadap generasi muda, Perusahaan Pelabuhan Indonesia III Persero kembali mengadakan Pelindo III Youth Camp. Program yang diadakan setiap dua tahun sekali ini terus dikembangkan pihak Humas dengan harapan Pelindo III dapat dikenal luas oleh para generasi muda, khususnya mahasiswa yang kelak akan menjadi mitra. Menurut keterangan Wahyu Widodo selaku pembuka kegiatan Pelindo III Youth Camp, Tahun ini Pelindo III tidak hanya mengundang perwakilan mahasiswa dari universitas di wilayah Jawa timur saja. Perusahaan yang kini sedang gencar melakukan pembangunan proyek-proyek baru ini juga mengundang perwakilan mahasiswa dari seluruh universitas terpilih yang berada dalam wilayah kerja Pelindo III, termasuk NTB dan NTT. Pemilihan universitas ini dilakukan dengan mempertimbangkan akreditasi yang diperoleh setiap universitas. Sebagai universitas pemeroleh akreditasi A di Jawa Timur, Universitas Negeri Malang (UM) tentu turut berpartisipasi dalam kegiatan yang dilaksanakan selama tiga hari tepatnya pada 12-14 Desember 2015. UM pun mengirimkan lima delegasinya sebagai peserta Pelindo III Youth Camp. Dari

26 | Komunikasi Edisi 302

kelima delegasi tersebut, tiga di antaranya merupakan perwakilan dari Majalah Komunikasi UM, satu perwakilan dari BEM universitas, dan satu perwakilan dari UKM ASC. Selain bertujuan untuk mengenalkan Pelindo III dan proyek-proyek di dalamnya pada para mahasiswa, program ini juga menjadi ajang menambah teman dari berbagai wilayah serta mengasah kreativitas, kemampuan leadership, dan manajemen tanpa mengenal SARA pada setiap mahasiswa. Hal ini ditegaskan oleh laki-laki yang berperawakan tegap dalam prosesi pembukaan bahwasanya selama kegiatan ini berlangsung seluruh mahasiswa adalah sama. Mereka semua adalah peserta Pelindo III Youth Camp 2015. Sebagai upaya pengenalan pada para peserta, perusahaan BUMN yang bergerak di bidang kepelabuhanan ini tidak hanya sekedar memberikan penjelasan melalui power point saja namun mengajak peserta untuk turut terjun langsung ke proyekproyek yang sedang digarap Pelindo III. Beberapa lokasi yang sempat dikunjungi adalah Pelabuhan Gapura Surya Nusantara, Pelabuhan Teluk Lamong, JIIPE, dan Terminal Peti Kemas. Sebagai penutup dari kegiatan yang

bertemakan Movement for a Better Future ini, humas mengagendakan kegiatan yang berbeda dari generasi sebelumsebelumnya. Untuk mengimbangi besarnya proyek yang digarap, Pelindo juga meningkatkan keaktifannya dalam kegiatan pelestarian lingkungan. Dalam kesempatan kali ini para peserta diajak turut serta dalam melakukan penanaman 1000 bibit mangrove secara massal. Kegiatan yang dilaksanakan di pesisir Pulau Galang ini dipimpin langsung oleh Edi Priyanto selaku Kepala Humas Pelindo III. Tak berhenti sampai di sini, upaya tindak lanjut pun telah kembali dicanangkan pihak Humas. Pelindo III Goes to Campus. Program ini merupakan tindak lanjut dalam upaya untuk lebih mengenalkan Pelindo III pada dunia perkampusan. Dalam pelaksanaannya Pelindo III akan dibantu oleh alumni Pelindo III Youth Camp yang berperan sebagai duta Pelindo III di universitas masing-masing. �Pelindo III Goes to Campus rencananya mau kami buat satu bulan sekali. "Nah, nanti kira-kira UM punya acara apa kami support, yang pasti kegiatannya bisa dikemas untuk acara Pelindo III Goes to Campus juga,� tutur Dila salah satu Humas. Iqlima


Info

Metamorfosis Ubi dan Singkong Jadi Pelangi

> Hasil dan proses kreativitas para mahasiswa offering OO.

�Wirausaha itu bukan mimpi, tapi dibangun dari mimpi.� erwirausaha layaknya menjadi bos dan karyawan dalam sekali waktu. Terlebih lagi dalam usaha yang baru dimulai. Menjadi dalang dalam konsep sekaligus melakoni konsep tersebut. Pemikiran dan perencanaan yang matang mutlak dibutuhkan. Hal yang paling penting adalah pengalaman dan tameng mental yang kuat. Jungkir balik karena uji coba dan gagal. Tidak sekali dua kali. Namun, harus berulang-ulang. Seperti mahasiwa di salah satu offering Jurusan Manajemen, offering OO. Selama dua pekan ini (01-09/02), mereka dilatih untuk memiliki jiwa wirausahawan. Memupuk mental dan menarik urat malu. Kegiatan yang dilakukan sebagai salah satu tugas yang harus dipenuhi dalam Mata Kuliah Kewirausahaan yang dibimbing oleh Wahju Wibowo. Selasa, (02/02), terlihat mahasiswa offering OO mondar-mandir di Gedung Fakultas Ekonomi dan sekitarnya. Membawa nampan atau kotak berisi beberapa jajanan yang tak asing di mata. Agar-agar. Itu adalah tema jajanan saat itu. Mereka diminta menyulap agaragar yang harganya murah menjadi berbagai inovasi jajanan yang menarik sehingga bisa dijual dengan nilai jual yang tinggi. Salah satu konsep dalam berwirausaha adalah bagaimana mengubah sesuatu yang murah menjadi sesuatu yang bernilai. Mengasah pikiran bagaimana untuk menginovasikan hal yang belum pernah terpikir oleh orang. Tergambar dalam pekan kedua, (09/02), bertemakan ubi atau singkong, mahasiswa offering OO harus bekerja ekstra untuk memutar otak bagaimana membuat inovasi baru. Ubi dan singkong. Makanan yang sudah mulai tersingkir oleh era modernisasi. Bagaimana tidak? Banyak anak muda sekarang ini yang lebih suka meletakkan makanan cepat saji (fastfood), junkfood, ataupun makanan instan di nampan mereka dari pada jajanan tradisional. Sayangnya, sebagian besar dari mereka terlalu pintar

B

untuk tidak mengetahui bahaya dari makanan cepat saji tersebut. Ya, kesadaran akan bahaya makanan cepat saji terkesampingkan oleh aroma dan inovasinya. Problematika yang memprihatinkan. Jika ditilik, hal ini dapat diatasi dengan pengimbangan agar makanan tradisional tidak kalah bersaing. Mengkader para generasi muda untuk mengembangkan potensi jajanan tradisional yang lebih sehat. Pengarahan dan cerita mengenai banyaknya inovasi makanan tradisional yang muncul, membangkitkan keingingan untuk berwirausaha. Berbekal tekad dan niat, keinginan tersebut terealisasi saat mahasiswa offering OO menyulap ubi dan singkong menjadi warna-warni baru. Ada yang membuat kue talam. Ubi yang dikukus layaknya apem. Ada yang membuat telo buntel. Ubi yang diselimuti dengan kulit pangsit dan cokelat. Seperti pelangi dengan banyak warna, olahan lain juga banyak variasi seperti roket singkong, bola-bola telo, bola-bola singkong, ongol-ongol, ubi meses susu, stik ubi, lumpia bonyok, lumpur ubi ungu, pancake, dan lain-lain. Menjajakan makanan tidaklah semudah yang dibayangkan. Berjalan ke sana kemari, menghampiri beberapa mahasiswa dan dosen yang tertangkap mata. Membuang rasa malu, menawarkan produk satu per satu dan mencapai target penjualan dalam waktu yang berbatas. Namun, senyuman harus tetap tersungging ketika semua itu berujung pada lambaian tangan dan perkataan,“Tidak Mas, tidak Mbak.� Perjuangan itu hanya secuil dari apa yang harus ditempuh ketika benar-benar terjun langsung ke masyarakat untuk membuka usaha kecil baru. Segala upaya harus dikerahkan. Tidak menunda-nunda waktu ketika terlintas ide kreatif. Menggembleng mental menjadi sekuat baja. Namun, hal yang perlu diingat ketika berwirausaha adalah besar ataupun kecil usaha yang kita bangun, kita adalah bosnya.Maria Tahun 38 Januari-Februari 2016 |

27


Agama

Gafatar, Ajaran Millenaris Lama yang Diperbarui Oleh Yusuf Hanafi

H

ampir sebulan terakhir, organisasi kemasyarakatan (ormas) Gerakan Fajar Nusantara alias Gafatar menjadi buah bibir yang diperbincangkan secara luar di mass media tanah air, baik cetak maupun elektronik. Hal itu dipicu oleh aksi pengusiran terhadap sedikitnya 1.124 orang bekas anggota ormas Gafatar dari kediaman mereka di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Puncaknya adalah saat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat mengeluarkan fatwa sesat bagi ormas tersebut. Dalam jumpa pers di gedung MUI, Jakarta, Rabu (03/02) tahun lalu, Ketua Umum MUI Pusat, KH Ma’ruf, mengemukakan dasar atas fatwa sesat terhadap Gafatar. “Mereka sesat karena merupakan metamorfosis al-Qiyadah al-Islamiyah dan menjadikan Ahmad Musadeq sebagai pemimpinnya,” kata KH Ma’ruf kepada wartawan (http://www.bbc.com). Gafatar, dalam pandangan MUI Pusat, juga sesat karena menganut ajaran Millah Abraham. “Millah Abraham mencampuradukkan agama Islam, Nasrani, dan Yahudi. Terhadap mereka yang meyakini paham itu, maka dinyatakan murtad dan keluar dari ajaran Islam,” ujar Ma’ruf (http://www.bbc.com). Masih dalam kesempatan yang sama, Ketua Komisi Fatwa MUI Hasanuddin AF meminta pemerintah mengembalikan aset yang dimiliki ribuan orang mantan anggota Gafatar. Menurutnya, hak-hak warga eks Gafatar harus dipenuhi walau mereka telah dinyatakan sesat. Fenomena munculnya ajaran-ajaran yang dapat dikatakan sebagai sempalan dari agama-agama besar, terutama Islam, menjadi fakta yang menarik. Tulisan ini akan mencoba membedah keyakinan ormas Gafatar secara ringkas dari sudut pandang Islam.

Gafatar, Sesatkah? Beberapa ajaran Gafatar yang mendorong Majlis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa sesat adalah sebagai berikut. Pertama, Nabi Muhammad bukanlah nabi terakhir. Sesudahnya akan ada lagi nabi dan rasul. Pengikut Gafatar harus mengakui

28 | Komunikasi Edisi 302

bahwa pemimpinnya Ahmad Musadeq adalah nabi dan rasul yang dimaksud itu. Menurut mereka, hal ini sesuai dengan perkataan Muhammad bahwa nanti di akhir zaman akan muncul Mesias sang pembebas, yaitu al-Masih yang dijanjikan oleh Allah (al-Masih al Maw`ud) yang akan dibangkitkan dari bangsa A’jam (bukan bangsa Arab). Karenanya, pengikut Gafatar harus membaca syahadat sesuai dengan keyakinannya bahwa al-Masih al-Maw`ud adalah Rasulullah, sehingga syahadatnya berbunyi: “Asyhadu an la ilaha illa Allah wa asyhadu anna al-Masih al-Maw`ud Rasullullah”. Kedua, aliran ini tidak mewajibkan pengikutnya untuk menjalankan shalat lima waktu, berpuasa, zakat, dan ibadah haji yang menjadi rukun Islam. Karena menurut aliran ini, fase yang sedang ditempuh saat ini adalah fase Makkah, bukan Madinah. Sesuai dengan yang dialami Muhammad, pada fase Makkah tidak ada perintah melakukan ibadah mahdhah, seperti: shalat, puasa, haji dan lain-lain. Sementara itu, yang menjadi garapan fase ini adalah perbaikan akidah, sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu yang membutuhkan perbaikan akidah jahiliyah. Maka dengan demikian, menurut aliran ini, shalat, puasa dan haji belum saatnya diwajibkan. Aliran Gafatar, pada dasarnya mengandung kesamaan dengan beberapa aliran yang telah mencuat sebelumnya, seperti Ahmadiyah dan Lia Eden (Salamullah). Isu yang dikembangkan pun tidak jauh berbeda dengan isu sentral Ahmadiyah dan yang lain, bahwa Isa al-Masih al-Maw`ud atau al-Mahdi akan datang memperbaiki kualitas kehidupan manusia menjelang hari terakhir tiba. Dalam realitas, keyakinan semacam ini tidak hanya manjadi milik agama Islam semata, melainkan juga disepakati oleh agama lain dan dikenal dengan istilah millenarian. Millenarian adalah gerakan religius yang didorong oleh harapan akan tibanya keselamatan dengan ciri-ciri berikut. Pertama, keselamatan itu bersifat kolektif, dengan pengertian dapat dinikmati oleh semua pengikut gerakan tersebut. Kedua, bersifat


Agama

terrestrial, dengan pengertian bahwa ia akan terwujud di atas dunia ini dan bukan di akhirat nanti. Ketiga, bersifat segera, dengan pengertian bahwa keselamatan tersebut akan tiba dengan segera tanpa terduga-duga. Keempat, bersifat total, dengan pengertian bahwa keselamatan tersebut secara total akan mengubah kehidupan di atas dunia. Sehingga yang terjadi bukanlah perbaikan semata-mata, tetapi penyempurnaan terhadap keadaan-keadaan di atas dunia ini. Kelima, dilaksanakan oleh agensi-agensi yang secara sadar dipandang sebagai kekuatan supernatural. Dalam Islam, persoalan al-Masih al-Maw’ud merupakan masalah kontroversial yang mengundang para ulama menulis berbagai macam buku sesuai dengan keyakinan pendapatnya. Ibn Hajar alHaitami misalnya, ia menulis buku yang isinya memperkuat adanya al-Masih al-Maw`ud, yang menurutnya identik dengan al-Mahdi al-Muntadhar (yang dinantikan). Abdul Mun`im al-Namir menulis buku yang isinya melemahkan semua riwayat yang terkait dengan al-Mahdi al-Muntadlar dan al-Masih al-Maw`ud, dan Syekh alMutawali Sya’rawi yang menjelaskan bahwa Isa akan turun lagi ke bumi sebagai pengikut ajaran yang dibawa Muhammad. Isu inilah yang merangsang aliran-aliran baru yang muncul belakangan ini. Di samping karena adanya faktor kebingungan seseorang yang masuk ke dalam dunia mistis tanpa adanya kematangan akidah. Selanjutnya, mengapa aliran ini mendapat respon yang cukup baik, khususnya di kalangan pemuda? Azyumardi Azra menyatakan, lakunya ajaran sesat di kalangan anak muda itu lantaran masyarakat kini mengalami kondisi yang serba tidak menentu. Anak-anak muda tersebut berusaha mencari seorang pemimpin yang dapat dipercaya dan dapat menerima krisis identitas mereka. “Dalam sosiologi keagamaan, ada yang disebut harapan eskatologis. Dalam harapan ini, anak muda percaya bahwa pemimpin mereka adalah juru penyelamat, Imam Mahdi, atau apa pun yang akan menyelamatkan mereka,� ujarnya (http://id.wordpress.com). Harapan itu terbit, karena pemahaman agama mereka belum

mempunyai dasar yang kuat. Akibatnya, kata Azra, mereka mengalami misleading dalam pencarian. Faktor berikutnya yang turut berperan: adanya kecenderungan pembiaran umat oleh para pemuka agama sehingga dimanfaatkan penyebar aliran baru. Di sinilah, kepiawaian menjual ajaran itu muncul. Mereka dengan intens mendatangi dan menawarkan bimbingan. Epilog Gafatar adalah nama sebuah ormas baru yang mengusung paham sempalan lama, yakni ajaran Millenarian. Ormas yang berasal dari reinkarnasi kelompok al-Qiyadah al-Islamiyah (yang dibubarkan oleh Pemerintah RI tahun 2008) itu dipimpin oleh Ahmad Musadeq (seorang PNS keturunan Betawi, yang tahun 2008 divonis empat tahun penjara). Ia mengaku sebagai nabi dan rasul dengan gelar al-Masih al-Maw`ud yang menggemparkan nusantara. Tak heran, MUI secara tegas menyatakan bahwa ajarannya itu bertentangan dengan Islam bahkan telah menodai dan mencemari citra Islam. Pengikut aliran ini terdiri dari kalangan dewasa dan pemuda yang mayoritasnya belum banyak paham agama dan terhimpit kemiskinan. Last but not least, setelah mengetahui seluk-beluk keyakinan Gafatar, bagaimana sebaiknya kita bersikap terhadap ormas Gafatar? Apakah kita harus menghakimi dan mengusirnya? Jangan! Kita tidak boleh bertindak sembarangan. Kita tidak boleh main hakim sendiri terhadap pengikut Gafatar. Ajaran Gafatar memang menyimpang, tetapi tidak dengan alasan itu kita boleh main hakim sendiri. Sebab, sangat mungkin pengikut agama baru Millah Ibarahim itu awam dan tidak tahu tentang agama Islam yang haq. Oleh karena itu, sikap terbaik kita adalah berusaha mengajak mereka kembali kepada Islam dengan cara yang terbaik (bil hikmah wal mauidhah hasanah). Wallahu a’lam Penulis adalah dosen Jurusan Sastra Arab dan anggota penyunting Majalah Komunikasi. Tahun 38 Januari-Februari 2016 |

29


dok. Pribadi

Up To Date

The 3rd Asian Youth Forum: Wakili Pemuda Indonesia

> Percaya diri, Wahidyawati mewakili Indonesia saat prestasi.

T

he 3rd Asian Youth Forum (AYF3) pada 12-14 Agustus 2015 di Asian Development Bank (ADB) Headquarters yang dilaksanakan dalam rangka memperingati UN International Youth Day (12 Agustus). Acara ini mengemban misi pemahaman dasar bagi masyarakat internasional serta mengakui pemuda sebagai pemegang peran penting dalam proses pembangunan adalah cikal bakal diselenggarakan forum-forum yang melibatkan pemuda untuk mengambil keputusan penting demi kesejahteraan hidup manusia yang lebih baik. Melalui tema, “Investing in Youth: Engagement, Education, Employment, and Entrepreneurship”, AYF3 menangani tantangan ketenagakerjaan muda di Asia untuk memanfaatkan bonus demografi di Asia melalui partisipasi pemuda dan keterlibatan dalam menghasilkan dan menciptakan solusi inovatif. Salah satu forum yang berkembang adalah Asia Pasific Youth Exchange 2016 yang telah berhasil diikuti oleh Wahidyawati Dewi Mahdiana, mahasiswi tahun kedua Pendidikan Ekonomi FE. Asia Pacific Youth Exchange (APYE) 2016 sebagai realisasi nyata kontribusi pemuda di Asia Pasifik mengimplementasikan Sustainable Development Goals (SDGs). APYE 2016 diselenggarakan oleh Urban Youth Academy dengan sponsor utama ADB. APYE 2016 bukan sekedar konferensi biasa. Sekitar 150 pemuda terpilih dari seluruh Asia Pasifik meliputi Korea Selatan, Taiwan, Pakistan, Nepal, Malaysia, Vietnam, Myanmar, Kamboja, India, Filipina, dan Indonesia. APYE 2016 diselenggarakan selama dua minggu (03-17/01) di beberapa tempat, yaitu ADB Headquarters, Laguna Lake, dan Holiday Inn Galleria, Manila. Rangkaian kegiatan APYE 2016 adalah Leadership Development and Training oleh keynote speaker yang ahli di bidangnya, Local Immersion sebagai wujud pemuda melakukan aksi nyata pengimplementasian Sustainable Development Goals yang merupakan tema dari APYE 2016 dan ditutup dengan International Youth Conference serta pemaparan

30 | Komunikasi Edisi 302

proposal project di bidang Education, Water, Consumption and Production, Energy dan Life Below Water. APYE 2016 ditutup dengan deklarasi dari setiap perwakilan negara yang menyatakan komitmen menjalankan peran pemuda mewujudkan SDGs. Peserta yang notabene adalah mahasiswa, bersama-sama membuat proyek baru dengan tema SDGs. Dari tujuh belas subtema hanya lima proposal yang terpilih dan mendapat kesempatan untuk presentasi di depan para petinggi ADB. Suatu kebanggaan bagi Wahidyawati karena dalam konferensi ini dia terpilih menjadi perwakilan pemuda Indonesia untuk menyampaikan deklarasi. “Saya merasa beruntung dapat mengikuti konferensi ini, selain menjadi delegasi untuk menyampaikan proyek. Hal yang mengejutkan, saya juga ditawari untuk jadi volunteer mengajar di Filipina,” ungkap mahasiswi yang tergabung dalam UM Mengajar ini. Wahidyawati juga menjelaskan bahwa dirinya memanfaatkan terbukanya era masyarakat ekonomi ASEAN, karena sebagai insan akademis, ia berharap masyarakat Indonesia terutama pelajar dapat memanfaatkan momen ini sebaik-baiknya untuk menggali potensi dan membuka wawasan kepemimpinan.Catte


Oleh Amalia Rahma Keke

Tema Komik Edisi depan 303 (Maret-April 2016) adalah Hari Kartini Komik bentuk soft file dan print out dapat dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung A3 Lantai III UM atau via email: komunikasi@ um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Maret 2016. Ukuran komik 21x25 cm full color. Tahun 38 Januari-Februari 2016 |

35


Wisata

NAPAK TILAS KEHIDUPAN MASYARAKAT SULAWESI TENGGARA Oleh Choirun Nisa Ristanty

U

niversitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara menjadi tuan rumah Pimnas XXVIII pada September tahun lalu. Tidak banyak orang tahu kalau ternyata “Haluoleo” yang disematkan untuk nama kampus tersebut ternyata adalah nama pejuang asli Sulawesi Tenggara. Ketika harus kembali ke Malang, kami tidak hanya membawa pulang kenangan, beberapa medali oleh tim UM, serta oleh-oleh kacang mete khas Kendari. Namun, kami juga membawa pulang banyak khazanah pengetahuan tentang kehidupan masyarakat Sulawesi Tenggara. Setelah berjuang selama beberapa hari di medan lomba, saya dan beberapa tim UM berkesempatan berwisata sejarah di Museum Negeri Sulawesi Tenggara yang tidak jauh dari hotel yang kami tempati. Sebelum sampai ke museum, kami diajak untuk melihat tugu MTQ yang berfungsi sebagai alun-alun Kendari dan sangat dekat dengan kantor Walikota. Tugu tersebut merupakan tugu fenomenal yang disebut MTQ Square. Disematkan nama tersebut karena merupakan tugu persatuan ketika MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) Nasional ke-21 diselenggarakan tahun 2006 di kota ini. Namun sayangnya, karena beberapa hal yang mungkin berkaitan dengan politik, tugu yang merupakan landmark kota Kendari sekaligus yang dielu-elukan sebagai “Monas” Kendari ini tidak terawat dan pembangunannya tidak diselesaikan. Puas mendengar kisah tentang tugu MTQ, kami langsung meluncur ke Museum Negeri Sulawesi Tenggara. Di halaman museum, saya sudah disambut dengan kerangka paus biru yang memenuhi halaman museum tersebut. Kerangka paus tersebut sepanjang 12 meter yang diawetkan sekitar 18 tahun lalu dan ditemukan di pesisir pantai Desa Lakansai, Kabupaten Buton. Uniknya, kerangka paus itu ditemukan di area palung Buton yang merupakan salah satu palung terdalam di Indonesia. Sangat menarik perhatian, semua pengunjung mengabadikan momen bersama kerangka paus yang memiliki nama ilmiah balacnopetra musculus tersebut. Masuk ke area utama museum Negeri Sulteng ini, pengunjung umum hanya dikenai biaya Rp 3000. Gedung museum ini memiliki arsitektur yang khas dengan kombinasi tradisional dan modern. Arsitekturnya mirip dengan rumah adat salah satu suku khas Sulteng yaitu suku Buton. Museum ini menyajikan sepuluh kelompok koleksi yang dibagi ke dalam dua lantai, yaitu lantai satu untuk koleksi yang berhubungan dengan koleksi geologi, biologi, dan teknologi. Sedangkan lantai dua untuk memamerkan koleksi etnografi, arkeologi, histori, numismatik, filologi, keramik, dan kesenian. Masuk ke area koleksi pertama, saya jadi ingat tentang pelajaran IPS ketika SD dan SMP. Saya berdecak kagum karena telah menginjakkan kaki ke kota yang merupakan salah satu penghasil terbesar nikel, aspal, baja dan batu onix di Indonesia. Di sini menyajikan fakta bahwasanya Sulawesi Tenggara memang kaya akan batu alam terutama di kabupaten Buton. Bergerak sedikit ke

32 | Komunikasi Edisi 302

depan, saya terpana dengan koleksi biologi di museum ini. Kata pendamping tim UM yang merupakan orang asli Sulteng, koleksi biologi ini merupakan koleksi kebanggaan masyarakat. Pasalnya, di sini banyak sekali hewan awetan yang merupakan hewan langka endemis yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Contoh binatang endemis itu adalah anoa, kus kus, babi rusa, burung alap-alap, rangkong dan kupu-kupu beraneka warna. Tidak hanya hewan darat, Sulteng punya jenis hewan laut yang langka untuk jenis kerang, kepiting, dan tiram mutiara. Untuk koleksi teknologi, kebanyakan koleksi bersumbu pada alat-alat untuk berlayar dan memancing karena memang wilayah Sulteng dikelilingi perairan laut yang luas. Meskipun begitu, ada pula koleksi untuk sistem pertanian. Berjalan lebih jauh lagi, saya belajar banyak tentang suku-suku di Sulteng melalui koleksi etnografi. Di dalam koleksi ini dipamerkan beberapa baju adat, alatalat rumah tangga dan kain serta alat tenunnya dari suku Buton dan suku Tolaki. Di sini juga diperlihatkan diorama “mbandu”, yaitu sistem perjodohan salah satu suku Sulteng. Lebih mencengangkan lagi, di sini dipamerkan sebuah peti mayat prasejarah yang disinyalir digunakan sebelum Islam datang dan ditemukan di goa Tanggulesi, desa Lelewawo. Berjalan lagi ke depan, ada koleksi histori dari kerajaan Buton, yaitu tombak dan pedang serta alat perang seperti meriam yang diperkirakan digunakan pada abad ke-17/18. Untuk koleksi numismatik lebih fokus kepada sistem mata uang dan alat tukar pembelian yang terjadi di Sulteng. Pergi ke Sulteng, tidak lengkap rasanya jika tidak tahu perkembangan Islam di sana. Pada koleksi filologi, dipamerkan beberapa bukti perjalanan penyebaran Islam di Sulawesi Tenggara yang ditandai dengan kitab Alquran tulisan tangan. Ada pula naskah lontara yang beraksara Bugis, berbahan kayu dan digunakan untuk melihat hari-hari baik. Di koleksi keramik, ditemukan pula beberapa koleksi keramik dinasti Ming dan dinasti Ching. Pada koleksi kesenian, diperlihatkan alat musik tradisional suku Tolaki yang dinamakan ore-ore. Alat musik ini terbuat dari tembaga atau tulang yang dilubangi, lalu diberi tali. Di Museum Nusantara ini, pengunjung bisa melihat lebih jauh bagaimana asalasul kehidupan di pulau ini. Menarik! Itulah yang dapat saya simpulkan dari wisata edukatif kultural ini. Penulis adalah alumnus Sastra Inggris Universitas Negeri Malang


Repro Internet

Wisata

> Menjulang megah tugu perhiasan menghias sudut kota.

Tahun 38 Januari-Februari 2016 |

33


Repro Internet

Laporan Khusus

Siakad Semakin Eye-Catching

T

erhitung sejak Januari 2016 pihak Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) UM mengubah tampilan Sistem Informasi AkademikOnline (Siakad). Sebelumnya perubahan pada segi tampilan Siakad telah dilakukan secara bertahap. Pada tahun 2013 berupa tampilan website, tahun 2014 pengadaan atau sistem informasi yang belum ada, serta tahun 2015 yang berfokus pada penataan website seuniversitas. “Sejak pertama launching sekitar tahun 2011/2012 hingga saat ini banyak teknologi baru. Sehingga dengan segala pertimbangan, ada beberapa desainnya yang dianggap terlalu lama dan dirasa kurang efisien dalam menyampaikan informasi. Seiring dengan hal tersebut, ada kebijakan dari bidang WR I bahwa ada alur yang harus diubah dari sisi Kartu Rencana Studi (KRS). Jadi ya waktunya tepat untuk mengubah tampilannya juga,” jelas Muhammad Jauharul Fuadi S.T, M.T. selaku Kepala Pusat TIK. Menurut fungsi dasar memang tidak ada yang diubah dari tampilan Siakad

34 | Komunikasi Edisi 302

lama, namun fungsi tambahannya tampak pada progress IP yang dapat menujukkan perkembangan nilai dari semester ke semester. “Dari sistem memang tidak ada yang diubah, datanya masih tetap sama namun cara penyajiannya yang diubah. Kalau yang kemarin masih berupa angka dan tabel sekarang diperkaya dengan adanya grafik dan ada beberapa bagian yang diberi sorotan. Fokusnya sekarang menampilkan IPK, berapa jumlah sks yang telah diambil dan lebih eye-catching. Berbeda dengan tampilan lama dimana angka-angka tersebut lebih tenggelam di dalam,” tambah Jauharul. Beberapa mahasiswa pun memberikan penilaian yang positif juga negatif sesuai dengan sudut pandang masing-masing individu. Salah satunya Ikhsan (Psikologi, 2014). “Tampilan Siakad yang baru secara visual menarik, tetapi servernya untuk log in saat mengambil jatah KRS masih sulit.” Hal ini tentu mendapat tanggapan dari Kepala PTIK bahwa kecenderungan mahasiswa untuk mengambil jatah KRS pada hari

pertama membuat server yang sudah dipersiapkan melebihi kapasitas awal dari yang biasanya. Misalnya dua server menjadi enam bahkan sembilan tidak dapat mengatasi jumlah akses user. Penambahan server juga tidak bisa langsung dari satu menjadi tiga puluh. Harus ada sinkronisasi dan lain-lain. Peningkatan yang semacam ini juga sedang ditangani oleh pihak PTIK sehingga akses yang sangat banyak itu dapat didistribusikan. Sejalan dengan kebijakan universitas, terdapat sedikit modifikasi pada sistem pengambilan KRS. Mahasiswa diperbolehkan memilih kelas yang berbeda dari kelas aslinya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan komunikasi antar mahasiswa satu angkatan. Semakin banyak relasi diharapkan akan menambah wawasan. Seperti yang dituturkan oleh Kepala PTIK, “Tidak ada lagi ini dosen ini jatah kelasku, atau sebaliknya. Adanya sistem pengambilan KRS baru ini memang untuk menambah relasi mahasiswa satu angkatan, agar tidak hanya itu-itu saja yang dikenal.”Maulani


Laporan Khusus

> Para dewan penyunting dan segenap kru Komunikasi mengabadikan kolase keberhasilan.

Komunikasi Bangga

Sabet Bronze Winner Isprima etelah mendapat penghargaan dari Serikat Perusahaan Pers (SPS) tahun 2014 lalu, kru Majalah Komunikasi Universitas Negeri Malang (UM) tidak berpuas diri. Terbukti 2016 ini, SPS kembali mempercayakan piala Bronze Winnernya lewat Indonesia Student Print Media Awards (Isprima). Mendapatkan Bronze Winner yang setara juara tiga tersebut bukan perkara mudah. Sejumlah 58 entri dari 21 Perguruan Tinggi se-Indonesia berkompetisi memperebutkan tropi. Majalah Komunikasi Edisi Juli-Agustus 2015 berhasil menyabet tropi dalam kategori The Best of Java Magazine. Di edisi tersebut, Komunikasi menyajikan Car Free Day dalam laputnya, sampul muka pun bergambar sepeda pancal yang dikemas unik, menarik, dan sesuai dengan

S

konten. Keseragaman warna pun ditampilkan dalam cover edisi 299 tahun 2015 tersebut. Penerimaan entri via online dilakukan selama tiga bulan, mulai 9 November hingga 9 Januari 2016. Namun, karena animo pendaftaran peserta yang luar biasa, SPS pusat memperpanjang waktu penyerahan entri awarding. Setelah melewati tahapan entri panjang, penjurian dilakukan selama dua hari, Senin—selasa (18—19/1), di Aula SPS Pusat, Gedung Dewan Pers lantai 6, Jakarta. Kriteria penilaian meliputi aspek desain grafis 25%, ide/gagasan kreatif 25%, branding 15%, foto jurnarlisme 20%, dan komunikasi 15%. Kriteria ini dinilai ketat oleh para dewan juri dari praktisi di bidangnya masing-masing, yakni Gunawan Alif (aspek komunikasi massa), Ndang Sutisna (ide kreatif), Arief Prabowo (marketing/ pengiklan), Oscar Motulloh (fotografi), dan Janoe Arijanto (branding). Puncak acara Isprima digelar di Hotel Golden Palace, Mataram, Lombok, Selasa

(09/02). Ibukota Nusa Tenggara Barat ini dipilih sebagai tempat penyerahan awards paling bergengsi bagi industri media cetak nasional. Pada saat yang bersamaan kota itu juga menjadi tuan rumah Hari Pers Nasional (HPN) 2016. Tidak hanya Isprima, malam penghargaan ini juga untuk media cetak komersial seIndonesia yakni Indonesia Print Media Awards (IPMA), media internal korporasi dan lembaga, Indonesia inhouse Magazine Awards (InMA), desain rubrik anak muda di Suratkabar Harian di Indonesia Indonesia Young Readers Awards (IYRA). “Kita patut bangga dengan pencapaian ini karena kita telah mampu bersaing dengan perguruan tinggi se-Indonesia,” terang A.J.E. Toenlioe. Ketua Penyunting Komunikasi UM tersebut menambahkan, pencapaian ini harus kita jadikan motivasi agar Komunikasi lebih baik, berkualitas, kreatif mengemas konten dan selalu ditunggu para pembacanya. Nida


Rancak Budaya

Selepas Bapak Hilang Oleh Raisa Izzhaty

ilustrasi oleh Aji Setiawan

A

ku masih ingat benar wajah Bapak yang biru ketika pulang ke rumah. Aku tanya Bapak kenapa. Bapak diam tidak menjawab. Ibu yang menjawab. Bapakmu nabrak tembok, Nduk. Saat itu aku percaya bahwa Bapak benar-benar nabrak tembok. Bapak memang kerapkali menabrak sesuatu. Pernah mata kanannya nyaris buta. Kata Ibu, Bapak habis nabrak truk tentara. Truk tentara kan besar sekali, pikirku. Bisa-bisanya Bapak menabrak truk tentara. Kecerobohan Bapak

36 | Komunikasi Edisi 302

itu ternyata menurun kepadaku. Terutama pada jempol kakiku yang sedikit-sedikit nabrak meja. Ah, berbicara tentang Bapak, aku jadi sedikit haru. Dulu, waktu aku masih kecil, aku selalu dibawa Bapak ke pasar malam. Pasar yang buka pukul enam sore hingga tengah malam, yang menjual banyak hal, tapi yang paling kusuka adalah banyaknya lampu yang menyala berwarna-warni. Saat itu di rumah, lampu hanya nyala hingga pukul delapan malam. Padahal rumah kami

tidak terlalu jauh dari kota. Bapak selalu menggendongku adikku di punggungnya dan menggandeng tanganku. Aku masih ingat bau shampo orang-aring di rambut Bapak yang keriting. Aku juga masih ingat suara pelo Bapak ketika menawariku arum manis. Bahkan kecup Bapak di pipiku tak bisa aku lupa. Teman Bapak banyak sekali. Ibu menyebut mereka teman seperjuangan. Entah apa yang mereka perjuangkan saat itu aku tak benar-benar mengerti dan


Rancak Budaya peduli. Kerapkali ketika teman-teman Bapak datang, rumah kami yang sempit itu makin terasa sempit. Ruang tamu kami yang tak memiliki perabot kecuali meja kecil dengan vas bunga yang bunganya sudah berdebu. Biasanya teman-teman Bapak duduk di lantai beralaskan tikar anyam bambu yang sudah usang. Meski angin bertiup begitu menusuk, percakapan di antara mereka seketika membuat ruangan itu hangat. Ibu jarang sekali ikut bercakap dengan temanteman Bapak. Kata Ibu, “Kakean ngomongno politik iku bahaya,”. Artinya, terlalu banyak berbicara tentang politik itu berbahaya. Saat itu politik di telingaku masih terdengar seperti merek sebuah mesin, entah mesin cuci, mesin fotokopi, atau mesin mobil. Bapak tak pernah menyuguhkan apaapa pada teman-temannya. Bukan pelit. Tapi Bapak membiarkan teman-temannya mengambil apapun secara mandiri di dapur. Buatku, itu sangat romantis. Bapak tak ingin merepotkan Ibu. Tapi, temanteman Bapak selalu membawa bekal sendiri ketika bertamu ke rumah kami meskipun Bapak sudah membebaskan mereka untuk mengambil apapun atau membuat apapun di dapur. Mungkin mereka mengerti, bahwa tak ada apa-apa yang bisa mereka ambil atau buat di dapur sempit itu. Oh ya, satu hal lagi yang unik ketika Bapak menerima tamu. Bapak selalu menyuruhku menyalakan televisi dan mengeraskan volumenya. Rumah jadi riuh. Dengan orang-orang yang bercakap-cakap di televisi dan di ruang tamu. Bapak. Bapak. Bapak. Sudah lama aku tak mencium bau Bapak. Sudah tujuh belas tahun sejak hari di mana Bapak pergi malam-malam dan tak kembali lagi. Kata orang Bapak di penjara. Aku tidak percaya. Orang-orang itu wedhus. Bagaimana bisa Bapakku dipenjara. Bapak orang baik. Meskipun Bapak kadang-kadang aneh. Ya, bagaimana tidak aneh. Pernah suatu hari ketika Bapak sedang makan nasi goreng di meja makan, aku muncul di hadapannya. Tiba-tiba Bapak langsung berdiri lalu kabur terbirit-birit sambil berteriak “Tuyul!”. Ia lalu bersembunyi di rumah tetangga hampir satu jam sebelum dijemput paksa oleh Ibu. Usut punya usut, itu karena nasi goreng yang Bapak buat telah Bapak campur dengan jamur mushroom yang biasa hidup di kotoran sapi. Jamur itu ternyata menimbulkan efek fantasi yang berlebih. Harus aku tegaskan, sekali lagi, Bapakku orang baik. Kalau tidak baik, ia tak mungkin punya banyak teman. Kalau tidak baik, mana mungkin sampai sekarang ia dicari banyak orang. Dibela di mana-mana atas nama hak asasi manusia. Wajahnya terpampang di televisi setiap bulan Mei. Video baca puisinya terpampang di youtube dengan ratusan ribu penonton. Hingga

semua orang bisa berkata hanya ada satu kata: Lawan! Bapakku benar-benar orang baik. *** Selepas Bapak hilang, kami juga turut hilang. Bukan raga kami yang hilang. Tapi jiwa dan semangat kami. Kata orang-orang Ibu mendadak gila. Tiba-tiba ia berbicara sendiri. Seperti berbicara pada Bapak karena pakai Bahasa Jawa dan mesra sekali. Tiba-tiba ia setiap pagi membuat kopi yang biasanya ia suguhkan pada Bapak. Padahal di antara kami tak ada yang minum kopi. Saat itu dalam pikirku, kami harus berjuang. Ya, kami harus berjuang keluar dari segala kehampaan itu. Selepas Bapak pergi adalah sisa-sisa keikhlasan yang tak sepenuhnya kami ikhlaskan. Dengan sisa-sisa kenangan kami tentang Bapak, kami kembali mengais banyak hal yang bersangkutan dengan malam di mana Bapak menghilang. “Fit, ojo melu-melu Bapakmu. Dadio uwong sing biasa wae. Kowe ancene sing nduwe lambe, tapi uwong-uwong iku iso nggunting ilatmu sak kareppe dewe,” pesan Ibu padaku. Ibu, aku tidak bisa tinggal diam. Bukan hanya atas hilangnya Bapak. Tapi hilangnya akal hati nurani semua orang. Hati nurani yang seharusnya mendasari banyak hal di muka bumi ini. *** Tadi pagi saat aku melihat televisi, Ibuku menjerit. Kami sedang menonton berita tentang kancil yang mati. Aku jadi ingat Bapak. Bapak dulu sering bercerita tentang dongeng si kancil. Kancil yang cerdik. Bapak tidak pernah berkata bahwa kancil itu licik. Kata Bapak, hanya ada dua orang licik di dunia ini. Pertama, yang punya uang dan kedua yang punya jabatan. Sudah. Hanya itu, Fit. Hati-hati dengan dua orang itu. Kata Bapak saat itu. Kalau Bapak masih ada, mungkin Bapak akan kembali mendongengiku dongeng si Kancil. Tapi Bapak tidak ada. Banyak orang bilang Bapak sudah mati. Mayatnya dikubur di suatu tempat. Aku tidak percaya. Kata Ibu, kalau memang benar Bapak sudah mati, pasti arwahnya mendatangi kami. Entah itu lewat mimpi atau kejadian-kejadian gaib. Tapi, aku tak pernah bertemu dengan Bapak. Entah itu di mimpi, di dapur, kamar, atau kuburan. Adikku sering bermain peran. Seolah-olah Bapak sedang bersama kami. Ia sering berdiskusi dengan ‘bapak’ tentang burung ocehan peliharaannya, tentang ia yang sekarang sudah mulai merokok, tentang ia yang telah mimpi basah. Adikku hanya berbicara pada tembok, kadang guling. Untung saja aku masih waras. Aku rindu Bapak. Tapi, aku tidak pernah membayangkan Bapak ada di sini. Tidak pernah sekalipun aku bertingkah sinting seperti adikku dan Ibu. Bukan aku tak ingin. Tapi aku ingat

kata-kata Bapak dulu. “Kalau semua orang wis dadi edan, kamu jangan ikut-ikut edan. Sing selamet iku sing ora melok-melok edan.” *** Sebelum Bapak hilang, Bapak sempat berlari. Kalau ini aku tahu sebabnya. Suatu malam saat kami menonton televisi, Bapak menyuruh kami diam tiba-tiba. Kami mendengar suara langkah kaki sepatu bersol tebal di depan rumah kami. Esoknya, rumah kami didatangi lima orang tentara. Mereka mencari Bapak. Tapi ternyata mereka tak tahu penampakan Bapak itu seperti apa. Mereka mencari tapi tak tahu yang mana. Ibu bilang pada mereka, Bapak tidak ada. Padahal Bapak sedang di dapur. Ketika Bapak lewat di depan tentara-tentara itu, Bapak mengaku sebagai adik Ibu dan ingin izin pulang. Mereka semua percaya. Bapak cerdik. Hari itu adalah pelarian Bapak yang pertama. Hari-hari berikutnya Bapak tidak ada di rumah. Hingga pada suatu hari, Ibu memasukkan seseorang ke dalam kamar. Ibu mematikan lampunya. Kata Ibu, aku tak boleh masuk ke kamar itu karena ada hantu. Aku yang kala itu sangat penasaran, mengambil kursi kemudian mengintip dari lubang angin. Aku teriak seketika. Ternyata Bapak. Bahkan kala itu, di rumah sendiri pun Bapak masih harus bersembunyi. *** Manusia tak memiliki nafsu. Tapi manusia adalah nafsu itu sendiri. Bapak, selepas Bapak pergi banyak yang berubah. Bapak berhasil. Bapak tak usah kembali, tak apa. Aku, Ibu, dan Adik telah baik saja. Kami telah melewati semua dengan hati yang begitu lapang. Mungkin saat ini Bapak telah menonton televisi. Menyaksikan kebebasan yang dulu Bapak perjuangkan. Bapak pasti rindu kopi dan singkong buatan Ibu. Bapak pasti rindu celotehan-celotehanku. Apa Bapak masih sering makan mushroom? Hati-hati. Nanti Bapak kira semua anak kecil itu tuyul. Apa Bapak masih pakai shampo orangaring? Semoga masih, ya, Pak. Kami juga masih pakai shampo orang-aring supaya tetap ingat Bapak. Sekarang, jika ada yang bilang Bapak adalah pembelot negara, aku yang akan melawan. Aku yang akan teriak. Bapakku bukan pembelot. Bapakku adalah seorang pahlawan yang hidup pada masa dimana bukan raga yang dijajah, tapi ideologi dan kebebasan. Bapak mungkin pergi. Tapi semangat Bapak terus ada. Selalu ada. Dan berlipat ganda. *** Penulis adalah mahasiswa Sastra Indonesia. Cerpen ini Juara II kategori Cerpen Kompetisi Penulisan Rubrik Majalah Komunikasi 2015

Tahun 38 Januari-Februari 2016 |

37


Aku dan Hujan Malamku Oleh Sudianto

Kenapa kau harus air Hujanpun menjawab. Karena aku kehidupan Aku suci dan bersih. Kenapa kau harus turun dari langit ke bumi, Hujanpun menjawab. Karena aku tahu makhluk hidup membutuhkanku Aku dingin dan menyejukkan. Kenapa kau harus turun secara bersamaan. Hujanpun menjawab. Karena aku tak terpisahkan Aku bersama dan kuat. Hujan, iramamu elok nan merdu. Kau suci dan bersih. Kau dingin dan menyejukkan. Kau tak terpisahkan, bersama dan kuat. Alangkah beruntungnya malam ini, Hujan merelakan untuk turun ke bumi, Tanpa rasa pamrih dan dengki, Hujanpun basahi daratan bumi ini. Rintik demi rintik, Air kian menggenang, Kau tak pernah lelah dan mengeluh, Untuk memberikan keberkahan. Aku iri padamu, Aku ingin sepertimu, Suci, menyejukkan dan kuat.

ilustrasi oleh Aji Setiawan

Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro. Puisi ini Juara III kategori Puisi Kompetisi Penulisan Rubrik Majalah Komunikasi 2015


Tak peduli pada sutera-sutera Jepang, acuh pula pada wol-wol Selandia Baru. Pada dunia dan anak cucu. Kelak mereka harus tahu bahwa kita punya songket. Keindahan hakiki miliki pertiwi.

Karena dermaga lebih mampu menggulirkan kisah penuh hikmah jika disejajarkan dengan bandara yang hanya tahu menggapai asa namun hanya sekejap mata.

Lokasi Fotografer

Lokasi Fotografer

: Sasak Sade, Nusa Tenggara Timur : Prasetio Utomo

Gairah akan suatu hal mampu mengalahkan apapun penghambatnya, entah itu cuaca atau suasana. Lokasi Fotografer

: Splendid Malang : Aji Setiawan

: Sorong, Papua : Dio Lingga Purwodani

Ketika suatu hal terjadi dan itu akan berulang untuk kesekian kali, terkadang yang lebih dirindukan adalah yang terjadi pertama kali. Rindu Malang Tempo Doeloeku yang dulu. Lokasi Fotografer

: Malang Tempo Doeloe (MTD) : Arni Nur Laila

Seluruh civitas akademika UM dapat mengirimkan karya fotografi dengan tema dan tempat bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung A3 Lantai III UM atau via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Maret 2016 disertai identitas diri, keterangan foto, dan lokasi.



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.