Komunikasi Edisi 308 Januari-Februari 2017

Page 1



DAFTAR ISI Berbenah Transparansi Informasi Tahun 2016, kabar baik bagi UM lantaran masuk dalam sepuluh besar pemeringkatan keterbukaan informasi publik. Kegiatan tersebut diadakan Komisi Informasi Pusat (KIP) sebagai penilaian dalam menjalankan undangundang keterbukaan dan pelayanan informasi. Banyak hal yang dipersiapkan oleh pihak rektorat UM selama proses penilaian kala itu. Simak ulasannya dalam rubrik Laporan Utama!

19

6

SALAM REDAKSI 4

6

Giat Publikasi Bekal Mahasiswa Berprestasi

Peringatan Hari Sejuta Pohon: UM Sukseskan Program Kampus dalam Taman

31

LAPORAN UTAMA UP TO DATE 9 OPINI 10

Giat publikasi mengantarkan Fauzi Satriyo Wibowo menjadi Mawapres 3. Ide cemerlangnya tertuang di beberapa jurnal. Internet of Things (IoT) and Energy menjadi fokus publikasi yang dipilihnya. Tengok perjalanannya menuju prestasi di rubrik Profil!

24

SURAT PEMBACA 5

Semakin maraknya penerbangan pohon ilegal yang terjadi sekarang ini, melahirkan banyak gerakan guna menyelamatkan kawasan hijau yang semakin berkurang. Salah satunya gerakan penanaman seribu pohon yang digelar oleh UM untuk mewujudkan konsep kampus dalam taman. Simak selengkapnya di rubrik Laporan Khusus!

SEPUTAR KAMPUS 12 PROFIL CERITA MEREKA 22 INFO 24 PUSTAKA 28 PERNIK 29 LAPORAN KHUSUS WISATA RANCAK BUDAYA 34 KOMIK 38 LENSA UM 39

Menyelami Eksotisme Panorama Bahari Kecantikan pulau ini mampu memikat serta menggoda pengunjungnya untuk kembali. Sunset yang memesona serta eksotisme ketenangan membuat enggan untuk dilewatkan. Simak perjalanan selengkapnya dalam rubrik Wisata!

32

32

Tahun 39 Januari-Februari 2017|

3


Berkiprah

dok. Komunikasi

Salam Redaksi

STT: SK Menpen No. 148/ STT:DITJEN SK Menpen No. 148/ SK PPG/STT/1978/ SK DITJEN tanggal 27PPG/STT/1978/ Oktober 1978 tanggal 27 Oktober 1978

di Era Informasi Digital Oleh Didik Dwi Prasetya

S

ejarah mencatat ada empat era yang sudah dilalui dalam peradaban kehidupan manusia, yaitu prasejarah, agraria, industri, dan informasi. Berawal dari kehidupan yang sangat primitif dan nomaden, kemudian mulai bisa mengelola sumber daya alam, dilanjutkan dengan penggunaan tenaga-tenaga mesin, hingga pemanfaatan tenaga dan teknologi informasi digital seperti saat ini. Era informasi menandai revolusi besar aktivitas manusia yang lebih didominasi oleh pengelolaan informasi. Bagi golongan generasi sepuh, rasanya sulit memercayai bahwa zaman benar-benar telah berubah. Bagaimana tidak, informasi saat ini merupakan kebutuhan pokok bagi pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya. Pasal 28F UUD 1945 menyatakan “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”. Pemberlakuan Undang-Undang nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik (UU KIP) pada 30 April 2010 merupakan momentum penting dalam mendorong keterbukaan di Indonesia. Undang-undang ini telah memberikan landasan hukum terhadap hak setiap orang untuk memperoleh informasi publik. Keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik. Tentu saja, keterbukaan bukan berarti membuka habis informasi yang ada, karena ada jenis informasi publik yang terbuka dan dikecualikan. Pada prinsipnya, tingkat kemajuan suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh tingkat keterbukaan dan akses informasi publik. Semakin terbuka informasi, maka publik atau masyarakat akan semakin termotivasi untuk mengakses informasi dan berperan aktif dalam pembangunan. Keberadaan kontrol langsung semacam ini akan menjadikan badan publik semakin transparan dan akuntabel. Setiap badan publik mempunyai kewajiban dalam menyediakan dan melayani permohonan

informasi publik secara cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana. Adapun azas pelayanan informasi publik meliputi transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipatif, kesamaan hak, serta keseimbangan hak dan kewajiban. Sebagai salah satu badan publik, Universitas Negeri Malang (UM) memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan amanat undang-undang. Upaya ini dibuktikan melalui keseriusan lembaga dalam penataan informasi publik. Tidak sia-sia rasanya karena lagi-lagi UM mendapatkan prestasi peringkat ke tujuh dalam pemeringkatan akan keterbukaan informasi publik tahun 2016 tingkat nasional. Prestasi ini meningkat drastis dibandingkan tahun 2015 yang hanya berada pada posisi dua puluh besar. Majalah Komunikasi pun tidak tinggal diam dan berpangku tangan dalam hal pemenuhan kebutuhan informasi bagi sivitas akademika dan masyarakat. Berbagai informasi menarik dan inspiratif selalu menjadi komposisi apik di setiap edisi. Salah satu manifestasi komitmen Komunikasi tercatat pada kiprahnya dalam ajang bergengsi Indonesia Student Print Media Awards (Isprima) Serikat Perusahaan Pers (SPS) 2017 Tingkat Nasional. Jika tahun sebelumnya hanya meraih predikat Bronze Winner, tahun ini menyabet dua penghargaan sekaligus, yaitu Gold Winner (Juara 1) dan Silver (Juara 2). Tentu saja ini bukanlah akhir prestasi, melainkan proses panjang yang akan selalu ditingkatkan. Rasanya tidak akan ada habisnya jika kita membahas topik informasi, sebuah bidang ilmu besar yang telah melahirkan banyak subbidang ilmu spesifik di dalamnya. Sebuah fakta yang kita lihat dan rasakan sendiri, bagaimana informasi menjadi aset yang sangat berharga. Jika pada era agraria, premis yang berlaku adalah siapa yang memiliki sumber daya alam yang luas, maka dialah yang akan kaya. Sedangkan pada era industri, siapa yang memiliki pendidikan tinggi, maka dialah yang akan memiliki karier yang sukses. Berbeda lagi di era informasi siapa yang menguasai informasi, maka dialah yang akan menguasai dunia. Jadi, sudah saatnya kita ikut berkiprah mengibarkan prestasi di era informasi yang serba digital ini. Penulis adalah Anggota Penyunting Komunikasi dan Dosen FT/TE UM

KOMUNIKASI • Majalah Kampus Universitas Negeri Malang • Jl. Semarang No. 5 Gedung A3 Lt. 3 Telp. (0341) 551312 Psw. 354 • E-mail: komunikasi@um.ac.id • Website: http://komunikasi.um.ac.id KOMUNIKASI diterbitkan sebagai media informasi dan kajian masalah pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Berisi tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, dan gagasan orisinil yang segar. Redaksi menerima tulisan para akademisi dan praktisi yang ditulis secara bebas dan kreatif. Naskah dikirim dalam bentuk softdata dan printout, panjang tulisan 2 kwarto, spasi 1.5, font Times New Roman. Naskah yang dikirim belum pernah dimuat atau dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya. Redaksi dapat menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah artinya. Tulisan dalam Komunikasi tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Isi diluar tanggung Jawab percetakan PT. Antar Surya Jaya Surabaya.

4 | Komunikasi Edisi 308

Pembina Rektor (AH. Rofi’uddin) Penanggung Jawab Wakil Rektor III (Syamsul Hadi) Ketua Pengarah Kadim Masjkur Anggota Andoyo Ahmad Fahmi Ketua Penyunting A.J.E. Toenlioe Wakil Ketua Djajusman Hadi Anggota Ali Imron Sri Rahayu Lestari Didik Dwi Prasetya Yusuf Hanafi Sukamto Ike Dwiastuti Teguh Prasetyo Redaktur Pelaksana Nida Anisatus Sholihah Editor Amalia Safitri Hidayati Layouter Monica Widyaswari Fitrah Izul Falaq Desainer dan Ilustrator Aji Setiawan Krisnawa Adi Baskhara Reporter Muhammad Ajrul Mahbub Rodli Sulaiman Arni Nur Laila Shintiya Yulia Frantika Maria Ulfah Maulani Firul Khotimah Arvendo Mahardika Amey Karimatul Fadhilah Fanisha Amelia Dessy Herawati Akbar Rahmada Maulana Cintya Indah Sari Rosa Briliana Moch. Adi Yulianto Administrasi Taat Setyohadi Imam Khotib Rini Tri Rahayu Suhartono Ekowati Sudibyaningsih Astutik Agus Hartono Badrus Zaman Habibie Distributor Jarmani


Surat Pembaca

Media Sosial Komunikasi

Salam, Chandra Wijaya Mahasiswa Fakultas Teknik

Krisnawa Adi Baskhara

Assalamualaikum Wr. Wb. Saya Chandra Wijaya, mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik. Saya ingin mengapresiasi Komunikasi yang kini telah lebih aktif di media sosial. Kalau bisa informasi mengenai UM lebih digali lagi, terutama tentang kegiatan mahasiswa di tingkat jurusan. Website juga saya harapkan interfacenya lebih user friendly dan lebih sering update instagram juga. Terima kasih.

Transparansi informasi representasi dari pondasi dan prestasi.

Waalaikumsalam Wr. Wb. Dear Chandra. Terima kasih telah mengapresiasi Komunikasi dengan selalu mengikuti perkembangannya. Saat ini Komunikasi selalu berusaha meng-update setiap kegiatan di UM melalui instagram, web, dan facebook. Saran dari Chandra akan kami usahakan agar Komunikasi dapat lebih baik lagi ke depannya. Bagi semua sivitas akademika UM, dapat memfollow dan like Instagram dan Fanpage Komunikasi di: Ig: @Komunikasi_um dan Fb: http://www.facebook.com/MajalahKomunikasiUM. Semoga bermanfaat dan menginspirasi.

Cover Story

Repro Internet

Salam, Redaksi

ilustrasi oleh Aji Setiawan

When journalism is silenced, literature must speak. Because while journalism speaks with facts, literature speaks with truth. Seno Gumira Ajidarma

Tahun 39 Januari-Februari 2017|

5


Foto: Ajrul

Laporan Utama

bERBENAH transparansi informasi

Rektor UM membawa piagam pemeringkatan keterbukaan informasi publik

T

ahun lalu, Senin 19 Desember, dua perwakilan Humas bertolak dari Malang menuju Jakarta. Selang satu hari kemudian, tepatnya pada 20 November, rektor bersama Kepala Biro AKPIK menyusul untuk bersama-sama menghadiri suatu penganugerahan di Istana Negara. Lagi-lagi UM mendapatkan prestasi tingkat nasional. Kali ini dalam pemeringkatan akan keterbukaan informasi publik tahun 2016. UM meraih peringkat ke tujuh, di atas Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berada di posisi ke delapan. Memang perolehan ini masih jauh apabila dibandingkan dengan Universitas Indonesia yang menjadi juara pertama. Ketika tahun 2015, UM harus puas berada di dua puluh besar, sehingga tahun ini merupakan sebuah peningkatan. Selain itu, hanya UM lah perguruan tinggi eks-institut keguruan yang berhasil masuk dalam sepuluh besar kategori perguruan tinggi negeri. Pemeringkatan keterbukaan informasi publik merupakan penilaian akan penerapan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik serta Peraturan Komisi Informasi tentang Standar Layanan Informasi Publik. Kegiatan yang digagas oleh Komisi Informasi Pusat (KIP) ini terbagi menjadi tujuh kategori. Salah satunya kategori perguruan tinggi negeri. Masing-masing peserta akan melalui empat tahapan, yaitu pengiriman Self Assessment Quistionnare (SAQ), verifikasi SAQ, verifikasi lanjutan acak, dan visitasi. Tidak semua peserta pemeringkatan dapat menjalani tahap visitasi, karena panitia hanya akan mengunjungi lima belas badan publik yang mendapatkan nilai tertinggi di masing-masing kategori. Fokus penilaian pada tahap visitasi dikenal dengan 5KO (komitmen, koordinasi, komunikasi, kolaborasi, dan konsisten). Dari sinilah KIP melakukan pemeringkatan. Proses yang dilalui oleh UM sendiri berlangsung selama kurang lebih sembilan bulan, mulai April hingga Desember

6 | Komunikasi Edisi 308

2016. Secara teknis dan materiil, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumen (PPID) yang menyiapkan. Dengan tetap dibantu oleh anggota personalia yang sebagian berasal dari subbagian Humas. Menurut keterangan Dra. Aminarti Siti Wahyuni, Ketua Humas dan Kerjasama, persaingan dalam pemeringkatan ini sangat ketat. Berdasarkan data yang dipublikasikan KIP, terdapat 78 PTN yang turut serta. Yuni juga menjelaskan ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan panitia dalam penilaian, di antaranya bukti, aktivitas, dan komitmen pimpinan akan adanya PPID. Salah satu yang menjadi sumber pujian bagi UM adalah letak kantor PPID yang mudah diakses. Tempat tersebut merupakan pemanfaatan joglo di depan Gedung G1 yang tidak digunakan. “Tentunya ini dengan dukungan dari jajaran rektorat. Tanpa mereka, PPID tidak dapat memiliki ruangan sebagus ini,� ujar perempuan yang juga Koordinator Bidang Informasi dan Website itu. PPID, Unit Baru di UM Kantor PPID yang terletak di Jalan Mataram berbentuk persegi dengan dinding kaca. Apabila melihat sekilas, seakan-akan ruangan ini menyatu dengan gedung induk. Untuk menemukannya pun tidak sulit. Papan nama di pojok kiri halaman Gedung G1 yang dulunya menunjukkan keberadaan Kantor Pusat Informasi dan Komunikasi, Kantor Humas, dan Wakil Rektor (WR) IV kini ditambahkan PPID. Ketika beranjak ke dalam, pengunjung akan disambut dengan dua meja untuk menerima tamu. Satu meja untuk pelayanan informasi dan lainnya untuk pelayanan PPID. Bagi yang ingin berbincang-bincang dengan petugas, disediakan sofa cukup nyaman di sana. Sebagian besar pengunjung datang untuk menanyakan informasi seputar UM. Berdasarkan data yang diperoleh dari personalia


Laporan Utama dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) No. 59 tahun 2016 tentang Pelayanan Publik di lingkungan Kemenristek Dikti. Unggul Berkat Data yang Terintegrasi Sejak awal tahun, jabatan Amin sebagai PPID harus berganti karena surat pengangkatan oleh rektor itu berakhir pada 31 Desember 2016. Meskipun demikian, ia tetap memiliki harapan baik terhadap perkembangan PPID selanjutnya. Ia menekankan bahwa fokus dari pelayanan PPID adalah pada kualitas, bukan kuantitas. “Kita tidak mematok pengunjung setiap bulannya, tetapi kita akan layani dengan sebaik-baiknya,” ujar pria asal Bojonegoro itu. Ia juga menambahkan pelayanan di kantor PPID harus dilakukan secepat mungkin. “Jangan sampai hari ini mengajukan permohonan permintaan informasi atau dokumen, sedangkan ditanggapi oleh petugas beberapa hari kemudian,” tambahnya. Menurut keterangan yang diperoleh dari Amin, PPID UM sempat memperoleh apresiasi yang beragam dari kampus lain. Salah satu yang mendapat pujian adalah sistem data yang sudah terintegrasi. Informasi mengenai mahasiswa, dosen, maupun pegawai akan di-input-kan satu kali. Selanjutnya dapat digunakan untuk segala kebutuhan. Selisih data juga tidak akan ditemui, karena data yang digunakan di tingkat fakultas hingga tingkat universitas sama. Dengan demikian, personalia PPID pun menjadi lebih mudah tatkala ingin menggunakannya. Selain itu, data-data tersebut dapat diolah menjadi laporan yang juga menjadi dasar dalam mengambil keputusan. Kadang kala beberapa kampus lain masih belum bisa seperti itu. Hal inilah yang menjadi keunggulan UM. Meskipun dengan keunggulan dan prestasi

Foto: Ajrul

PPID, terdapat 176 permintaan informasi sepanjang tahun 2016 yang per bulannya berkisar antara 9-25 permohonan. Pada umumnya pemohon akan datang langsung untuk menemui petugas. Namun bagi yang tidak memungkinkan untuk datang tak perlu khawatir. Anggota personalia tersebut tetap bersedia dihubungi melalui surat, surel, maupun telepon. Sebelum informasi diberikan, pemohon terlebih dulu mengisi formulir yang berisi rincian informasi yang dibutuhkan dan tujuan penggunaannya. Tak lupa dengan melampirkan tanda identitas. Dikarenakan tidak semua informasi dapat diketahui publik, maka diklasifikasikan menjadi empat kategori. Diantaranya, informasi yang tersedia setiap saat, informasi yang diumumkan secara berkala, informasi yang wajib diumumkan secara serta-merta, dan informasi yang dikecualikan. Hal ini juga dipertegas oleh Drs. Amin Sidiq, M.Pd. selaku PPID ketika diwawancara. Menurutnya memang semua informasi dan dokumen yang berkaitan dengan UM perlu disediakan. Baik yang strategis maupun yang umum. Namun perlu pertimbangan maksud dan tujuan penggunaan sebelum dokumen benar-benar diserahkan pada pihak luar. “Kalau dokumen penting seperti keuangan kan tidak dapat dilihat sembarang orang. Itu privasi kita,” ungkap alumni IKIP Malang tahun 1983. Pengangkatan Amin sebagai PPID dilakukan melalui Surat Keputusan Rektor tertanggal 4 Januari 2016. Sedangkan untuk pertama kali, PPID UM diangkat pada tahun 2015 yang setiap tahunnya akan diperbarui. Dalam surat keputusan tersebut, tertulis bahwa pengangkatan pejabat ini guna membantu tugas rektor dalam pengelolaan informasi dan dokumentasi. Namun di balik itu, adanya PPID di setiap universitas adalah keharusan. Anjuran ini tertuang

Drs. Amin Sidiq, M.Pd. selaku PPID

yang telah diperoleh, Amin berharap PPID terus meningkatkan standarnya. Baginya UM perlu untuk terus mengikuti kebutuhan dan perkembangan zaman. “Dulu mungkin dokumen dalam bentuk kertas saja sudah cukup, tetapi sekarang harus menggunakan database,” demikian pria kelahiran 1 November itu berpendapat. Intinya, kualitas PPID akan terus ditingkatkan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan. Komitmen Pimpinan Adanya PPID di UM mencerminkan keterbukaan informasi universitas. Tidak hanya untuk mahasiswa, UM memberikan kemudahan akses informasi untuk masyarakat umum. Dalam hal ini, Wayan sebagai atasan PPID berharap penyediaan layanan publik ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Ia mengatakan bahwa sejauh ini masyarakat yang datang ke Kantor PPID menanyakan informasi beragam. Mulai dari persyaratan SNMPTN, program studi di setiap fakultas, jalur masuk UM, Uang Kuliah Tunggal (UKT), dan beberapa dari mereka yang hanya meminta brosur saja. Sementara itu, sebagian besar dari mahasiswa UM bertanya seputar fasilitas kampus, kebijakan parkir, serta tentang penggunaan Graha Cakrawala. Selain datang secara langsung, pencari informasi juga dapat mengunjungi website ppid.um.ac.id. Bagi yang ingin menyalurkan kritik dan saran juga dapat melalui laman web Kemenristek Dikti. Dengan dukungan penuh dari rektor dan jajaran UM, PPID akan terus dikembangkan baik dari segi layanan maupun data yang disajikan. Mengingat beberapa bulan ke depan akan ada penilaian kembali dari KIP, data-data yang belum di-input pada 2016 akan dilengkapi tahun ini. Wayan mengatakan bahwa data yang masih kurang telah disiapkan sebagai hasil dari evaluasi. Selain itu, ia merencanakan staf khusus yang akan ditempatkan di kantor PPID. Sehingga apabila sewaktu-waktu masyarakat atau mahasiswa membutuhkan informasi, akan ada yang siap untuk melayani. Namun, untuk saat ini, pembentukan pejabat khusus tersebut nampaknya belum menjadi prioritas. “Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk usulan ini. Ditambah lagi UM sedang menuju lembaga berbadan hukum,” begitu rektor menanggapi. Pemantauan kinerja PPID dilakukan secara berjenjang. Dalam hal ini, rektor berperan dalam hal koordinasi dan supervisi. Sedangkan untuk hal pengawasan salah satu layanan UM ini diserahkan langsung kepada WR IV. Selain itu, setiap satu minggu sekali diadakan rapat untuk membahas perkembangan dari hari ke hari. Sesekali rektor mengunjungi langsung Kantor PPID di tengahtengah agenda kerjanya. Wayan menuturkan bahwa PPID masih membutuhkan publikasi secara luas agar masyarakat mengenal sistem layanan Tahun 39 Januari-Februari 2017|

7


informasi UM yang baru. Salah satu yang digalakkan adalah melalui media online. Mahasiswa dirasa dekat dengan aktivitas ini. Oleh karena itu diharapkan mereka dapat turut andil dalam menyebarluaskan layanan terpadu UM. Demi memelihara prestasi tingkat nasional, akan disosialisasikan penyelenggaraan PPID tingkat fakultas pada tahun 2017. Tim pengelolanya juga akan dibentuk di sana. Sebelum direalisasikan perlu diadakan persiapan mulai dari penyediaan tempat dan staf khusus yang menangani masalah ini. Wayan memaparkan bahwa tidak ada perekrutan ulang staf. Namun akan memanfaatkan pegawai yang sudah ada. Misalnya dari Subbagian Umum atau Subbagian Akademik. Harapannya agar mereka bisa menangani sendiri permasalahan yang merujuk pada pimpinan fakultas. Agar pelayanan dapat berfungsi sebagaimana mestinya akan diadakan pelatihan pelayanan informasi bagi mereka. Sambutan Positif Pejabat Fakultas Wacana mengenai pembentukan PPID di tingkat fakultas disambut hangat oleh beberapa pihak. Salah satunya Dr. Roekhan, M.Pd. selaku WD II Fakultas Sastra. Ia menjelaskan bahwa selama ini mereka sudah terbuka akan informasinya. Sebelum bergabung dengan domain UM, mereka terlebih dulu sudah mempunyai website sendiri. “Kami siap memberikan informasi apapun mengenai Fakultas Sastra. Selama itu memang boleh,” papar pria yang gemar berpergian itu. Apabila benar-benar perlu dibentuk PPID tingkat fakultas, tidak banyak yang perlu disiapkan fakultas dengan lima jurusan itu. “Personil dan lokasi sudah tersedia. Apabila hasil rapat pimpinan sudah memutuskan, kami akan mulai melaksanakannya,” ungkapnya. Dosen Satra Indonesia tersebut berpendapat bahwa keterbukaan informasi di UM sifatnya lebih pada pelayanan terhadap keluhan civitas academica, termasuk dari orangtua wali. Oleh karena itu, apabila UM telah menyediakan fasilitas, maka mahasiswa dapat menyampaikan kritik, saran, dan masalahnya di sana. Keterbukaan akan informasi publik dianggap Roekhan sebagai kredit plus bagai perguruan tinggi. Ayah dari dua anak itu menyampaikan bahwa semakin tinggi akuntabilitas UM, maka semakin baik citranya. Keterbukaan informasi ini juga menjadi jembatan bagi masyarakat untuk mengukur sejauh mana pelaksanaan layanan di UM. Mengenai prestasi yang diperoleh UM dalam pemeringkatan keterbukaan publik, ia optimis untuk ke depan bisa lebih dari itu. “Sebagai pejabat, saya yakin UM bisa memperoleh capaian yang lebih tinggi. Beberapa hal bisa diperbaiki lagi,” ujar lulusan S3 UM tahun 2009 tersebut.

8 | Komunikasi Edisi 308

Foto: Ajrul

Laporan Utama

Rektor UM berpose bersama Ketua KIP, John Fresly

Keterbukaan informasi di tingkat fakultas tidak hanya dilakukan oleh Sastra saja. Hal yang sama dilakukan oleh pejabat di Fakultas Psikologi (FPPsi). Drs. Handayana, M.M., Kepala Bagian Tata Usaha FPPsi, mengungkapkan bahwa mereka mengoptimalkan penggunaan papan pengumuman dan halaman web sebagai media menyampaikan informasi. Setiap kegiatan yang ditujukan kepada mahasiswa akan selalu diumumkan. Bahkan sampai prestasi mahasiswa dan publikasi karya ilmiah oleh dosen dan mahasiswa akan dipublikasikan lewat website. Apresiasi Civitas Academica UM Selama ini, mahasiswa UM seringkali mengeluhkan alur pelayanan informasi yang rumit serta sumber yang tidak akurat. Hanang Ilham Yohana, Mahasiswa Berprestasi II UM 2016, mengatakan bahwa adanya PPID cukup membantu masyarakat dalam mengenal UM lebih dekat lagi. Masyarakat membutuhkan informasi yang detail, serta tidak banyak dari mereka yang memanfaatkan website dengan baik. Sehingga dengan disediakannya Kantor PPID sebagai layanan terpadu UM, mereka cukup menuju ke satu tempat. Kadek Dody Pranata, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Psikologi 2017, menambahkan bahwa PPID cukup memberikan kemudahan. Khususnya bagi masyarakat yang tidak mengenal lingkungan UM. Kantor PPID yang cukup strategis dapat dengan mudah dikenali oleh pencari informasi. Bagi warga UM sendiri, ini merupakan keuntungan dalam hal pemerolehan informasi. Menurutnya perlu dilakukan sosialisasi mengenai keberadaan PPID agar layanan ini dapat digunakan oleh

mahasiswa secara menyeluruh. Dukungan yang senada juga diutarakan Delia Puspita, Duta UM 2016. Kepada Komunikasi, ia menyatakan pendapat positifnya terhadap layanan yang disediakan secara terpusat oleh UM ini. Selama beberapa hari ia bertugas melayani pengunjung Kantor PPID. Mulai dari pukul delapan pagi hingga empat sore Delia bertugas secara bergiliran dengan Duta Kampus yang lain. Hal ini akan terus dilakukan hingga dimulainya perkuliahan pada tanggal 23 Januari. Mahasiswa semester empat ini juga mengatakan bahwa beberapa hari yang lalu (13/01) ada kunjungan dari luar Jawa, yakni rombongan dari SMA Islam Terpadu Peradaban Al-Izzah, Sorong, Papua menggali seputar informasi tentang UM di Kantor PPID. Berbeda dengan beberapa narasumber sebelumnya, Binti Muroyyana, salah satu alumni Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia mengaku tidak mengetahui apapun tentang keberadaan PPID. Baik itu lokasi kantor maupun fungsinya. Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Subbagian Akademik Fakultas Psikologi, Hari Santoso, S.H., M.Hum., Ia sempat kebingungan ketika dimintai pendapatnya mengenai adanya PPID karena belum tahu sama sekali tentang itu. “Kalau semisal ada peraturan yang mengharuskan adanya PPID di setiap fakultas, kami siap. Namun untuk saat ini belum ada pemberitahuan sama sekali,” papar pria asli Malang itu. Walaupun tidak mengenal PPID, namun ia masih mendengar berita tentang prestasi UM dalam pemeringkatan KIP tahun 2016 lalu. “Kalau tentang prestasi UM Bapak Rektor selalu menyampaikan pada setiap adanya pertemuan,” tutur pria Karangploso itu.Ajrul/Maulani


dok. Komunikasi

Up ToUp Date To Date

Redaktur Pelaksana dan Editor Majalah Komunikasi UM ketika menerima penghargaan Isprima

Komunikasi UM "Naik Kelas" di Ajang Isprima SPS 2017 Komunikasi UM berhasil meraih dua penghargaan sekaligus dalam kategori The Best of Java Magazine di Ajang Indonesia Students Print Media Awards (Isprima) Tingkat Nasional tahun 2017.

M

emasuki Hotel Millenium Jakarta Pusat pada Jumat (3/2) memang suasananya sangat hangat dan akrab. Para insan pers dari seluruh Indonesia saling menyapa, berjabat tangan, dan tersenyum. Kru Majalah Komunikasi juga hadir pada acara malam penganugerahan kreasi dan inovasi perwajahan media cetak nasional yang digelar Serikat Perusahaan Pers (SPS) tersebut. Namun, begitu berada di dalam Ballroom, kondisinya berubah. Rasa penasaran dan deg-degan menyelimuti para peserta yang hadir saat itu. Maklum, panitia masih merahasiakan juaranya. Sebanyak 792 surat kabar, majalah, dan tabloid seluruh Indonesia berpartisipasi dalam ajang tahunan bertajuk "Inovasi yang Menginspirasi" ini. Acara ini dibagi menjadi empat kategori, yakni Indonesia Print Media Magazine Awards (IPMA), Indonesia inhouse Magazine Awards (InMA), Indonesia Young Readers Awards (IYRA), dan Indonesia Student Print Media Awards (ISPRIMA). Pada ajang penghargaan pers bergengsi tingkat nasional tersebut, Majalah Komunikasi UM disebutkan dua kali berturut-turut oleh MC di tengah kemeriahan acara. Perwakilan Komunikasi yang hadir saat itu merasa haru dan bangga karena berhasil memboyong dua penghargaan sekaligus dalam kategori The Best of Java Magazine Isprima. Penghargaan yang diraih ialah Gold Winner (Juara 1) Komunikasi Edisi 307 November-Desember 2016 dan Silver Winner (Juara 2) dari Komunikasi Edisi 302 Januari-Februari 2016. Dari perolehan medali ini menunjukkan bahwa Majalah Komunikasi UM “naik kelas� karena tahun 2014 dan 2016 Komunikasi harus berbangga dengan medali Bronze Winner (Juara 3).

Direktur Eksekutif SPS, Asmono Wikan yang hadir pada acara tersebut mengapresiasi perwajahan sampul (cover) media cetak peserta yang berhasil memikat dewan juri. Peserta kategori Isprima tahun ini melonjak drastis dari 58 entri pada tahun 2016 meningkat menjadi 78 entri pada tahun 2017. Hal ini menunjukkan kenaikan yang signifikan, yakni 34% dibanding tahun lalu. Majalah Komunikasi berhasil mengalahkan 78 entri dari 30 perguruan tinggi negeri dan swasta se-Indonesia. Juri pada kategori Isprima adalah Nasihun Masha yang menilai bidang jurnalistik dan Asmono Wikan yang menilai ide kreatif dan desain. Acara ini digelar sebagai upaya untuk menghargai kreativitas insan pers dalam wujud perwajahan cover. Di tengah perubahan tren pola konsumsi media di Indonesia yang cenderung mulai bergeser ke medium digital, media cetak dituntut lebih kreatif mengemas konten, salah satunya melalui tampilan cover yang menarik. Kompetisi ini merupakan wahana mengukur pencapaian karya jurnalistik media cetak melalui kerja-kerja yang inovatif dan menginspirasi. Hadir dalam acara ini Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo), Rudiantara. Dalam sambutannya, Rudiantara mengajak kepada insan pers untuk berhati-hati pada berita hoax yang menjebak pembaca, “Saya mengapresiasi media cetak dan jurnalis yang tidak terjerat berita hoax, karena saat ini pemerintah sedang berupaya membasmi berita hoax,� tegasnya. Selain peserta Isprima, para sesepuh pers dan pimpinan perusahaan pers se-Indonesia hadir dalam acara tersebut. Empat belas tokoh pers yang dipandang berjasa dan berkontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan industri media cetak nasional mendapatkan penganugerahan yang diserahkan langsung oleh Menkominfo.Nida Tahun 39 Januari-Februari 2017|

9


Up Opini To Date

Memperteguh Semangat Kesetiakawanan Sosial Oleh Ade Setyawan Pratama

ilustrasi oleh Aji Setiawan

K

eberadaan penyandang disabilitas tidak akan pernah bisa kita pungkiri meskipun tidak seorang pun menghendakinya. Disabilitas yang disandang seseorang, merupakan bagian dari bentuk keragaman manusia dan kemanusiaan yang harus dihormati, dilindungi, serta dipenuhi hak asasinya demi terwujudnya keadilan maupun kesamaan hak dan kesempatan dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun kita harus mengakui, bahwa masih ada anggapan penyandang

10 | Komunikasi Edisi 308

disabilitas adalah bagian dari masalah sosial. Ditambah lagi dengan rasa belas kasihan yang berkepanjangan dari orangorang sekitar hingga akhirnya membuat para penyandang disabilitas akan semakin terperosok dalam ketidakpercayaan diri terhadap kemampuan yang sebenarnya mereka miliki. Pengertian inklusi merupakan sebuah pendekatan untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang semakin terbuka; mengajak masuk dan mengikutsertakan semua orang dengan berbagai perbedaan latar belakang,

karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik, budaya dan lainnya. Terbuka dalam konsep lingkungan inklusi, berarti semua orang yang tinggal, berada dan beraktivitas saling menghargai dalam lingkungan merasa aman dan nyaman mendapatkan hak dan melaksanakan kewajibannya. Dalam rangka membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang semakin terbuka bagi penyandang disabilitas, pada bulan April lalu, Pemerintah Indonesia telah menetapkan Undang Undang Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas sebagai landasan dalam


Opini royong, bersinergi untuk menciptakan hajat hidup penyandang disabilitas yang lebih baik. Selama ini masyarakat acuh karena beranggapan bahwa penyandang disabilitas merupakan masalah individu, dan seolah menjadi aib keluarga. Kita harus bertanya pada diri kita sendiri, apakah harus menjadi penyandang disabilitas terlebih dahulu sehingga kita baru mau merasakan dan ikut memperjuangkan hak-hak kita sendiri? Tentu saja kita tak memiliki pandangan demikian. Kita dapat melakukan internalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai kesetiakawanan sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam menyikapi pembangunan inklusi.

mewujudkan penghormatan, perlindungan, pemberdayaan, dan pemenuhan hak asasi manusia dan kebebasan dasar penyandang disabilitas secara penuh dan setara. Tersedia pula bantuan usaha ekonomi produktif bagi penyandang disabilitas, bagaimana agar mereka dapat lebih produktif dan mandiri secara ekonomi. Keberpihakan negara memang sudah saatnya untuk tidak lagi pada program-program belas kasihan, tetapi pada upaya menjadikannya sebagai subjek pembangunan yang tangguh dan produktif. Masyarakat bersama pemerintah seyogianya harus mampu bergotong-

Kesetiakawanan Sosial Kesetiakawanan sosial sebagai kearifan bangsa Indonesia ditegaskan dalam UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, kesetiakawanan sosial merupakan nilainilai dan semangat kepedulian sosial untuk membantu orang lain yang membutuhkan atas dasar empati dan kasih sayang. Kesetiakawanan sosial pada hakikatnya merefleksikan budaya dan kearifan nasional (nilai-nilai Pancasila) sekaligus jati diri bangsa Indonesia yang menekankan pada solidaritas kebangsaan, partisipasi sosial sesuai dengan kemampuan dari masing-masing masyarakat dan integrasi nasional karena kesamaan nasib, kesamaan kebangsaan, kesamaan nusantara, kesamaan kultural, dan bahasa sebagai modal sosial kebangsaan. Menciptakan kehidupan yang berlandaskan prinsip-prinsip kesetiakawanan sosial dalam membangun lingkungan yang terbuka tanpa diskriminasi (inklusi) dapat diwujudkan melalui beberapa aksi, penulis mencontohkan beberapa diantaranya di bidang lapangan pekerjaan, misalnya, pelaku usaha dapat mewujudkan rasa kesetiakawan sosial dengan melibatkan penyandang disabilitas sebagai tenaga kerja, tidak sedikit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang membuka usahanya dengan memberikan peluang kerja bagi penyandang disabilitas. Tujuannya tak lain adalah untuk memberdayakan penyandang disabilitas secara ekonomi. Semangat kepedulian inilah yang juga seharusnya dimiliki oleh setiap pelaku usaha, di saat banyak perusahaan atau pengusaha berlomba-lomba meninggikan kualifikasi untuk menerima pekerja. Tak terkecuali bagi mahasiswa, sebagai agen perubahan kita harus sadar bahwa kita memiliki tanggung jawab sosial. Sebagai aktualisasi dari rasa kesetiakawanan sosial untuk ikut serta menyongsong pembangunan inklusi, mahasiswa dapat memberikan bimbingan sosial maupun pelatihan keterampilan. Pemberian bimbingan sosial maupun pelatihan keterampilan bagi penyandang disabilitas

dapat berupa seminar keterampilan, seminar pemberdayaan penyandang disabilitas. Pelatihan keterampilan yang diberikan berupa membuat kerajinan tangan seperti vas bunga, tas, keranjang, anyaman tikar. Rasa kesetiakawanan sosial menjadi pelengkap terhadap tingginya intelektualitas mahasiswa. Dengan adanya rasa kesetiakawanan sosial, diharapkan mahasiswa bisa menjalankan perannya dengan baik dan optimal yaitu sebagai agen perubahan di masa sekarang maupun yang akan datang. Karena sejatinya pemimpin tak lahir karena ijazah, tapi oleh kerja keras dan kepedulian yang terus diasah. Apa arti ijazah yang menumpuk, jika kepedulian dan kepekaan tidak ikut dipupuk. Aktualisasi dari rasa kesetiakawanan sosial bahkan jauh lebih besar daripada apa yang telah penulis sebutkan. Kesetiakawanan sosial sebagai kearifan nasional hendaknya terus dipupuk dan diimplementasikan guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek penyelenggaraan negara dan masyarakat. Penulis yakin bahwa dalam rangka membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang semakin terbuka dengan mengikutsertakan semua orang dengan berbagai perbedaan latar belakang, status, kondisi, kemampuan, termasuk dengan penyandang disabilitas, jika dilandasi semangat dari nilai-nilai kesetiakawanan sosial dari seluruh elemen masyarakat. Dengan spirit nasionalisme tersebut, kebersamaan akan bangkit karena merasa saling memiliki dan senasib sepenanggungan tanpa ada rasa diskriminasi. Sebagai akhir dari tulisan ini, penulis mengajak kepada seluruh elemen negeri ini untuk mendukung dan memberikan keberpihakan kepada penyandang disabilitas. Mari kita saling bekerjasama wujudkan masyarakat yang paham isu disabilitas serta melibatkan penyandang disabilitas dalam setiap aspek kehidupan. Dukungan berbagai pihak melalui maksimalisasi dari peran masing-masing sangat membantu bagi kepercayaan diri penyandang disabilitas untuk dapat berkarya dan menggapai cita-citanya seperti manusia lainnya. Penulis juga mengajak kepada saudara-saudara penyandang disabilitas untuk terus bersemangat, mengasah dan meningkatkan keterampilan, terus bekerja keras dan berusaha. Tugas kita adalah terus berjuang menghadapi segala cobaan dan percayakan bahwa Tuhan pasti menyempurnakan hasil perjuangan kita. Sebab rencana terbaik akan disiapkan bagi setiap umat yang mau berjuang dan tak kenal putus asa. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu meridhoi dan membimbing kita semua. Jayalah Indonesiaku! Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Juara II Opini Kompetisi Penulisan Rubrik Majalah Komunikasi 2016

Tahun 39 Januari-Februari 2017|

11


Seputar Up To Date Kampus

N

ational University Debating Championship (NUDC) merupakan suatu ajang kompetisi mahasiswa melalui debat ilmiah untuk menunjang mahasiswa Indonesia agar mampu berpikir kritis dan analitis. Hal ini ditujukan agar mahasiswa Indonesia mampu bersaing dalam ajang nasional maupun internasional. Acara ini diikuti oleh seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia melalui tahap-tahap yang telah ditentukan. Universitas Negeri Malang (UM) mempersiapkan NUDC dengan sangat matang. Ada seleksi internal dari pihak kampus yang bertajuk “Universitas Negeri Malang Debating Championship” (UMDC). Seleksi ini dapat diikuti oleh semua mahasiswa UM untuk melangkah ke NUDC Jawa Timur. Dalam tahap seleksi akan dipilih tiga orang, satu sebagai adjudication dan dua sebagai debater. UMDC ini akan dilaksanakan tepatnya pada bulan Februari mendatang. NUDC melewati tujuh babak sebelum ke babak selanjutnya dan hanya diambil 32 tim dari seluruh Indonesia. Ini merupakan suatu persaingan yang ketat, karena persiapan para peserta sudah sangat matang. Namun tak disangka-sangka, UM masuk dalam lima besar bersama dengan UB, ITS, Unair, dan Unesa. Sebelumnya di UM sendiri sudah terdapat grup debat yang bernama Valiant. “Saat ini, dalam pemilihan wakil UM ke NUDC 2017, Valiant sedang mempersiapkan seleksi internal UMDC yang masih dalam proses pengerjaan,” ujar Teddy, salah satu anggota Valiant. Untuk persiapan dari UNDC, baik tahun lalu maupun tahun ini, anggota Valiant sudah sering mengadakan latihan debat, baik sparing ataupun individual speech, selain itu juga ada matter search yang membahas seperti ekonomi, politik, hukum, lingkungan hidup dan masih banyak lagi yang ada hubungannya dengan

dok. Panitia

NUDC, Saring Para Generasi Debater

Mahasiswa perwakilan UM yang lolos NUDC

permasalahan sekarang ini. Melihat tahun-tahun kemarin, anggota Valiant sering berlatih dengan cara mengikuti lomba-lomba debat selain NUDC. Pada persiapan NUDC pada tahun ini, anggota Valiant berusaha untuk memajukan tanggal seleksi dari kampus agar persiapan yang ditempuh lebih bagus, selain itu pula agar pelatihan intensifnya juga lebih lama. ”Dari kampus, saya juga berharap lebih mensupport lagi buat persiapan setelah ada yang terseleksi, bisa dengan kayak ngasih intensif trainning-nya lebih lama, atau dukung calon anakanak yang turun NUDC, biar bisa turun ke lomba-lomba lain sebelum debat NUDC,” ujar Lisa, salah satu anggota Valiant.Cintya

Taekwondo UM Borong Gelar Kejuaraan Nasional

12 | Komunikasi Edisi 308

oleh Ketua Pengurus Besar (PB) Taekwondo Indonesia, Letjen (Purn) TNI Marciano Norman. Selain itu, diikuti pula setidaknya sekitar 1.000 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Kalimantan, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dll. Di kesempatan lain, Humas UKM Taekwondo mengharapkan UKM ini bisa maju ke depannya, lebih berkembang dalam organisasi, dan bisa mengikuti turnamen-turnamen yang dapat meningkatkan skill mahasiswa dan tentunya membawa nama baik UM. ’’Syukur Alhamdulilah kita bisa menyabet sejumlah medali dalam ajang ini, semoga bisa menjadi motivasi temanteman ke depannya agar lebih

baik lagi. Kami juga sangat mengaharapkan agar UKM Taekwondo mempunyai tempat latihan indoor yang tetap, mengingat banyaknya minat mahasiswa terhadap taekwondo,’’ ujar Fasya Rafrita, Humas UKM Taekwondo sembari tersenyum lebar.Adi dok. Panitia

S

emester baru, semangat baru. Hal itulah yang menjadi dasar motivasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Taekwondo Universitas Negeri Malang (UM). Hal ini terbukti dalam ajang Malang Taekwondo Open 2017. Mereka telah memboyong sejumlah medali, antara lain dua emas dan satu perak kategori Poomsae, serta delapan emas dan sebelas perak katagori Gyeorugi. Tak kalah membanggakan juga, UKM ini menyabet kategori Senior Putri Terbaik yang diraih oleh Maisaroh, mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK). Acara ini diselenggarakan di Graha Politeknik Negeri Malang (Polinema) (28/01) dan dibuka

Atlet taekwondo setelah bertanding di Graha Polinema


Seputar Kampus

dok. Pribadi

kalyana mitra:

Kalyana Mitra di depan Candi Jawi

K

alyana Mitra merupakan sebuah komunitas yang bergerak dalam bidang edukasi. Komunitas yang berfokus pada bidang kesejarahan ini berada di kampus Universitas Negeri Malang (UM), tepatnya berada di Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Komunitas ini semakin menyedot perhatian mahasiswa, khususnya mahasiswa baru, untuk belajar sejarah dalam lingkup Jawa kuno. Komunitas yang didirikan oleh salah satu dosen Sejarah, yaitu Deny Yudo Wahyudi, S.Pd., M.Hum. ini diikuti oleh mahasiswa semester I sampai mahasiswa semester VIII. “Kalyana Mitra dibentuk bertujuan untuk belajar bersama, diskusi bersama. Jadi memang suatu kebutuhan bagi mahasiswa untuk berdiskusi. Pada awalnya beberapa mahasiswa yang sevisi berdiskusi tentang mata kuliahnya, dari beberapa ini mengajak temannya kemudian terbentuklah komunitas Kalyana Mitra yang berarti teman diskusi yang baik,� tutur Candra, pengurus Laboratorium Sejarah. Mahasiswa yang tergabung dalam komunitas ini bisa belajar banyak hal tentang mata kuliah yang diampunya. Jika ada permasalahan yang berkaitan dengan mata kuliah dan setelah didiskusikan masih terdapat masalah atau tidak paham, maka diperbolehkan menggunakan fasilitas Laboratorium Sejarah.

Dari Hobi Jadi Praktisi “Daya tarik mahasiswa untuk beberapa waktu ini memang di mata kuliah Sejarah Indonesia Kuno, terutama dalam mempelajari bahasa Jawa kuno," tutur Candra. Kumpulan mahasiswa ini mulai belajar aksara-aksara kuno, sejarah klasik masa Hindu Buddha, ikonografi arca, dan relief. Dalam kajian ikonografi, arca Hindu sangatlah banyak. Seperti halnya Syiwa, Ganesha, dan Durga sebagai dewa yang diarcakan. Komunitas yang berdiri pada Senin Kliwon, 2 November 2015 ini sangat menarik. "Selain belajar di dalam kelas ataupun di Laboratorium Sejarah, kita juga praktik membaca prasasti yang terkadang pola tulisannya berbeda dengan yang biasa dipelajari di dalam kelas,� ungkap Izzu, anggota Kalyana Mitra. Beberapa bulan yang lalu, para pecinta sejarah ini melakukan kunjungan ke situs-situs dan candi, seperti Candi Penataran, Candi Kidal, Candi Jawi, Patirthan Jolotundo, dsb. Hasil yang mereka dapat sangat memuaskan. Mereka mempelajari relief Sri Tanjung di pendopo teras Candi Penataran dan relief Garudeya di Candi Kidal. Selain itu, yang lebih menarik lagi, komunitas ini kerap diundang dalam acara komunitaskomunitas di UM, seperti mengisi atau membuat stand di acara inagurasi beberapa jurusan tertentu. Komunitas tersebut juga melayani jasa tour guide wisata sejarah. Tak jarang beberapa sekolah dasar yang berada

di sekitar kampus meminta bantuan mahasiswa yang tergabung dalam komunitas ini untuk memandu proses belajar mengajar di situs-situs bersejarah. Kalyana Mitra perlahan bisa menepis anggapan bahwa belajar sejarah itu membosankan. Upaya untuk memajukan komunitas ini sangat diharapkan. Seperti yang diungkapkan oleh Dimas, salah satu anggota, upaya pertama yang harus dilakukan ialah tetap melanjutkan kegiatan rutin dengan agenda yang lebih terarah, seperti adanya evaluasi di setiap pembelajaran agar kualitas lebih meningkat. Kedua, dengan mengadakan event-event dan kunjungan ke situs sejarah agar pengetahuan dapat berkembang, serta aktif dalam kegiatan-kegiatan yang menunjang organisasi, baik dalam segi hubungan dengan organisasi atau komunitas lain, maupun yang berkaitan dengan disiplin ilmu tentang Jawa kuno. Penyampaian materi sejarah perlu dikemas secara dinamis, sehingga minat untuk belajar sejarah dapat meningkat. Dengan begitu, persepsi bahwa mempelajari sejarah itu membosankan akan terus berkurang. Seperti yang dilakukan oleh Kalyana Mitra, pendidik bukan hanya memaparkan fakta-fakta sejarah yang ada, melainkan harus mampu memetik hikmah dari sejarah dan mengajak siswa sekaligus mahasiswa untuk belajar dari sejarah.Amey Tahun 39 Januari-Februari 2017|

13


Usaha florist yang ditekuni oleh Lipo

dok. Pribadi

dok. Pribadi

Seputar Kampus

Mahasiswa FIK yang

Sukses Berwirausaha

M

ahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UM tidak hanya terkenal dengan mahasiswanya yang rajin berolahraga dan penghasil banyak prestasi, ternyata mereka juga pintar dalam menghasilkan ladang usaha. Mereka tanpa ragu membangun usaha sendiri dengan semangat jiwa muda yang masih menggelora. Salah satu dari mereka yang mengambil langkah ini adalah Sheling Lipo Nagasibi. Sheling Lipo Nagasibi, selain menjadi anggota BEM FIK, mahasiswa semester VI ini mencoba perolehan di dunia usaha ternak cacing, “Awal usaha ini dari hobi memancing saya yang membutuhkan banyak cacing dan cacing di desa susah didapat, lagi pula untuk memulai usaha ini hanya membutuhkan ketelatenan dan modal usahanya kecil. Jadi cocok buat saya yang masih mahasiswa, hehe..” ujar mahasiswa yang biasa dipanggil Lipo itu. Usaha cacing ini dimulai sejak dia kuliah semester IV, usaha ini bisa dilakukan sembari tetap berkuliah karena perawatan cacing yang mudah, mulai dari pemberian makan dua-tiga hari sekali sampai pembuatan wadah cacing yang hanya memakai rak kayu selebar 3mx80cm. “Saya memanfaatkan limbah jamur dari budidaya jamur di lingkungan, kotoran sapi sebagai makanan cacing, dan semua itu saya peroleh secara gratis. Dengan adanya peternakan cacing ini saya mendapatkan laba sekitar Rp700-800.000/bulan, meliputi wilayah pemasaran Kecamatan Tugu, Trenggalek. Lumayan, kan,” pungkasnya. Penjualan dengan harga 1kg cacing senilai Rp50.000 membuat mahasiswa yang berasal dari Trenggalek ini ingin terus melebarkan usaha hingga ke luar daerah. Selain Lipo, ada Yusiano, mahasiswa semester VI Prodi S1 Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang memiliki usaha florist atau toko bunga, usahanya bisa dikatakan sukses karena pemasarannya sudah merambah hingga luar Pulau Jawa. “Awalnya ini usaha turun temurun dari kakek saya, terus saya mencoba membuka florist sendiri. Bermodal kebun bunga milik sendiri saya dapat memanen

14 | Komunikasi Edisi 308

Yusiano dengan usaha ternak cacingnya

bunga setiap hari dan mengirimnya ke Jogja hingga Kalimantan dan Sulawesi,” ujar mahasiswa asal Batu ini. Yusiano memiliki dua pegawai untuk merawat kebun bunganya, pegawai tersebut bertugas memetik bunga dan membungkus bunga untuk kemudian dikirim ke berbagai langganan yang sudah pasti, dari peruntungan laba sekitar Rp1.200.000/bulan, Yusiano mampu menggaji pegawainya Rp50.000/hari setiap lima jam kerja. Hambatan dalam usaha ini ketika pelanggan sepi, tetapi petani selalu panen dan menyetorkan bunga ke toko, maka banyak bunga yang terbuang, sehingga menyebabkan kerugian. “Karena saya banyak mengirim ke luar kota maupun pulau, saya pernah ketipu ketika saya mengirim ke Pulau Bali senilai Rp3.500.000, tapi ya gimana lagi, namanya juga usaha pasti ada untung ruginya,” tuturnya. Setiap pengirimannya, dia selalu menggunakan jasa travel dan cargo. Florist yang menanam lima macam bunga ini juga membatasi pembelian ketika stok di rumah tidak mencukupi. Bisa jadi karena gagal panen atapun terlalu banyak pesanan. ”Di musim penghujan seperti sekarang ini saya rugi banyak, karena bunga banyak yang busuk dan banyak yang terbuang ketika disortir, tetapi kerugian itu bisa ketutup dengan laba beberapa bulan ke depan. Kalau lagi musim menikah orderan saya banyak sekali,” ucap sang pemilik florist. Sebagai mahasiswa semester VI, dia selalu direpotkan dengan pesanan bunga yang terlalu banyak dari luar Kota Batu, sehingga sedikit menggangu aktivitas di kampus, tetapi selama dia bisa membagi waktu, masalah akan terselesaikan.Amey


Seputar Kampus

Akhiri UAS dengan Berbagi dan Mengabdi jian Akhir Semester (UAS) gasal pun berlalu, kini liburan selama satu bulan menanti mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Saat mahasiswa UM mengagendakan acara untuk mengisi dengan pulang ke kampung halaman atau liburan, sekelompok mahasiswa Bidikmisi yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Bidikmisi UM (Formadiksi UM) justru mengadakan acara bakti sosial. Formadiksi UM menyelenggarakan program kerja tahunan bertajuk “Formadiksi untuk Negeri” yang keempat (FUN#4). Namun ada yang berbeda dengan kegiatan FUN kali ini, pasalnya kegiatan kali ini menggabungkan dua kegiatan sekaligus, Bidikmisi Mengajar dan Bidikmisi Berbakti. “Formadiksi untuk Negeri (FUN) diadakan setiap bulan Desember, biasanya kami melakukan FUN dengan kegiatan Bidikmisi Berbakti. Namun pada kali ini kita menggabungkan kegiatan Bidikmisi Mengajar dan Bidikmisi Berbakti menjadi satu rangkaian acara FUN agar lebih efektif,” ujar Setyawati Yulandari yang lebih akrab disapa Yulan, Ketua Pelaksana FUN#4. Kegiatan FUN#4 ini dilaksanakan di Pantai Ngantep, Desa Tumpak Rejo, Kec. Gedangan, Kab. Malang selama empat hari (11-14/12), . “Pada awalnya ada dua pilihan, yaitu di Dampit dan Ngantep, tetapi kami melihat bahwa masyarakat Desa Tumpak Rejo yang berlokasi di Pantai Ngantep lebih membutuhkan bantuan, serta lokasinya pun tidak terlalu jauh dibandingkan dengan di Dampit,” tambah Yulan.

hasil kebun mereka kepada peserta dan memakannya bersama-sama. Serangkaian kegiatan yang padat pun telah dilakukan selama tiga hari, dan pada hari keempat merupakan hari terakhir mereka berada di sana. Acara ditutup dengan pembagian sembako secara langsung ke warga. Sekitar empat puluh sembako dibagikan kepada warga yang kurang mampu, anak yatim, dan jandajanda. Kegiatan ini juga didukung oleh Dinas Cipta Karya Kabupaten Malang yang memberikan bantuan berupa lima tong sampah dan pihak Perhutani yang memberikan benih pohon untuk kegiatan tanam pohon. Kegiatan FUN ini memberikan dampak positif bagi masyarakat, terlihat mereka sangat antusias dengan kedatangan Formadiksi UM sehingga terjalin keakraban antara warga desa dengan peserta FUN. Yulan, wanita asal Malang ini mengatakan bahwa acara FUN#4 ini begitu berkesan, karena dapat mengena di hati masyarakat. “Saya berharap untuk acara FUN ke depan semoga lebih banyak perusahaan swasta yang memberikan bantuan dalam kegiatan ini, karena kegiatan ini juga dilakukan bagi masyarakat, serta semoga kuota peserta FUN selanjutnya dapat lebih bertambah,” tambah Yulan. Adanya acara FUN ini memberi banyak pelajaran. Mahasiswa dapat bergabung langsung ke masyarakat, mempelajari nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, serta memahami karakter dari masyarakat. “Saya berharap, semua anggota Bidikmisi UM ke depannya bisa ikut berpartisipasi dan berkontribusi kepada masyarakat,”ungkap Anton.Fanisha

dok. Pribadi

U

FUN#4 diikuti sebanyak empat puluh peserta. Para peserta FUN antusias untuk membantu masyarakat yang berada di sana. Untuk sampai di sana, peserta FUN menaiki truk Brimob Ampeldento. “Bidikmisi itu berasal dari uang masyarakat yang dibayarkan melalui pajak kepada negara, maka sudah menjadi kewajiban bagi kita sebagai mahasiswa Bidikmisi untuk kembali dan mengabdi kepada masyarakat,” ungkap Anton Agus Setiawan, salah satu pengurus Formadiksi UM. Kegiatan FUN berlangsung selama empat hari dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan dan berguna bagi warga desa. Formadiksi UM melakukan bersih pantai setiap pagi bersama para warga. Selain kegiatan tersebut, juga terdapat kegiatan mengajar anak-anak desa, “Jika Aku Menjadi”, menanam pohon, dan memberikan pengajaran kepada ibu-ibu, seperti memasak dan keterampilan. Ibuibu diajarkan cara memasak nugget ikan tuna, selain itu diajarkan pula keterampilan membuat gelang dan gantungan kunci. Formadiksi UM memberikan pengajaran kepada ibu-ibu agar kelak dapat membantu perekonomian mereka dengan menjual makanan ataupun hasil keterampilan tersebut. Ada pula salah satu kegiatan “Jika Aku Menjadi”, kegiatan ini menjadi kegiatan yang menarik untuk dilakukan, pasalnya para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian menyebar di beberapa rumah warga yang kurang mampu dan membantu aktivitas warga sehari-hari, seperti berkebun. Para warga menyambut dengan gembira kegiatan ini, malahan ada warga yang memberikan

Formadiksi UM yang mengabdi di Pantai Ngantep

Tahun 39 Januari-Februari 2017|

15


dok. Panitia

Seputar Kampus

Pengurus Menwa antusias mengikuti kegiatan Latradis

KEGIATAN UKM MENGISI LIBURAN

16 | Komunikasi Edisi 308

banyak hal yang disampaikan, seperti Peraturan Penghormatan Militer (PPM), Peraturan Baris Berbaris (PBB), cara menerima tamu, bahkan cara berpakaian pun diajarkan di sini. "Masih banyak lagi, tetapi kami menekankan pada karakter mental dan fisik peserta,” imbuhnya. “Kalau dikatakan berat ya memang berat, apalagi bagi kami yang masih awam belum tahu sama sekali. Banyak kesan yang membekas di hati kami, salah satunya makan yang meniru gaya militer serta bangun di tengah malam dan masih banyak lagi,” imbuh M.Anang Dwi Cahyono , selaku peserta Latradis Lain di UKM Menwa 805 Wira Cendikia, lain pula di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Siar UKM Penulis (UKMP). Jika di UKM Menwa melaksanakan Latradis, LPM Siar UKMP juga tak kalah seru dan meriah, yaitu launching dan bedah majalah. Mengusung tema "INSIGHT:Di Balik Bayang Terpinggirkan", majalah ini membahas banyak hal, salah satu yang menjadi sorotan adalah potensi

wisata pasar barang bekas/rombengan malam (Roma). Launching tersebut dilaksanakan pada tanggal 19 Desember 2016 di Food Factory, Jalan Bendungan Sutami 317 C. Acara dimulai dengan sambutan Ketua Pelaksana, Sodwatul Widad Ardiana Putri dan dilanjutkan sambutkan dan pembukaan acara oleh Yurizal Santoso, Direktur Siar. Turut hadir juga anggota LPM, Ormawa, para alumni UKMP, bahkan komunitas kepenulisan se-Malang raya. “Terima kasih banyak kepada temanteman yang telah membantu dan bekerja keras sehingga acara berjalan sukses seperti ini. Dan para tamu undangan yang telah meluangkan waktu serta menyempatkan hadir di acara kami. Tak lupa harapan kami ke depannya acara bisa lebih besar, meriah dan seru pastinya. Dana yang masuk ke kami lebih besar lagi supaya majalah kami lebih bewarna lagi,” tutur Sodwatul Widad Ardiana Putri disusul dengan suara tawa. Adi

dok. Panita

T

ak terasa akhir semester gasal sudah di depan mata. Bayangan untuk tidur lebih lama, nongkrong hingga si penjual kopi tertidur, tidak dikejar-kejar dosen killer karena tugas, camping ke gunung ataupun ke pantai bersama teman ataupun sahabat, bahkan berjalan-jalan dengan orang terkasih dan tercinta pun sudah ada di benak pikiran para mahasiswa. Tapi itu semua tak berlaku lagi bagi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Resimen Mahasiswa (Menwa) 805/ Wira Cendikia Universitas Negeri Malang (UM), pasalnya mereka harus mengikuti kegiatan Latihan Tradisi Satuan (Latradis). Latradis dilaksanakan pada tanggal 17-21 Desember 2016 dan dilakukan dua tahap. Tahap pertama bertempat di area kampus, lebih tepatnya di Aula Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UM, sedangkan di luar kampus dilaksanakan di Bumi Perkemahan Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang atau lebih dikenal dengan Bedengan. Kegiatan ini diikuti sekitar tiga puluh peserta Menwa. Hebatnya, dalam kegiatan Latradis yang dilaksanakan di luar area kampus atau lebih dikenal dengan latihan berganda ini, baik peserta maupun panitia harus berjalan kaki kurang lebih sejauh 15 km. Rute yang dilalui pun tidak melewati jalan raya, tetapi melewati jalan tikus atau masuk keluar kampung, bahkan sesekali menyebrangi sungai. Di tengah perjalanan, para peserta maupun panitia sesekali juga menyanyinkan lagu ataupun yel-yel. Kegiatan ini memang kegiatan rutin tahunan dan dilaksanakan di awal libur semester. Mengapa demikian? "Supaya tidak menggangu jam kuliah peserta maupun panitia karena kegiatan ini semata," ujar Ivan Renaldi, Ketua Pelaksana Latradis sembari tersenyum lebar. Dalam kegiatan ini, ada

Kru Majalah Siar saat launching dan bedah majalah


Seputar Kampus MANUVER

UM Seragamkan Foto

Foto: Maria

untuk Ijazah Lebih Berkualitas

Proses pengambilan foto untuk ijazah

M

engantongi kelulusan tidak serta-merta selesai segala urusan. Para mahasiswa harus menempuh serentetan tahap mulai dari yudisium, penjajakan, penyerahan berkas, dan sebagainya. Sampai semuanya lengkap barulah mahasiswa tersebut bisa mengikuti wisuda pada periode yang ditentukan. Ada hal yang berbeda di Universitas Negeri Malang (UM) dari semestersemester lalu. Kali ini yudisium dan sidang bisa dilakukan tiap hari. Yudisium yang sebelumnya dilakukan secara bersamasama dalam suatu acara yang sakral dalam ruangan kini beralih hanya dengan mengurus dokumen-dokumen secara individu di fakultas. Begitu juga dengan foto ijazah, sekarang semua mahasiswa diwajibkan untuk berfoto di kampus. Seperti yang terlihat pagi ini (17/01), Gedung A3 dipenuhi mahasiswa yang antre untuk foto. Memakai setelan hitam putih beralmamater, mereka memadati lantai satu sampai pada teras gedung. Gebrakan baru yang ditempuh oleh UM adalah ijazah baru dengan foto langsung pada ijazah. Foto ijazah tersebut lebih mirip seperti foto yang ada di Kartu Tanda Penduduk (KTP) ataupun Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Berbeda dengan biasanya yang ditempel pada ijazah. Tujuannya adalah agar ijazah semakin berkualitas, karena UM sangat memperhatikan kesimetrisan foto ijazah. Di UM, foto yang diserahkan oleh mahasiswa untuk ijazah akan

dikelupas lapisan bagian belakang sampai tipis. Hal ini dilakukan agar foto lebih simetris dengan kertas ijazah. "Memang perlu kehati-hatian dan waktu yang lama, namun tetap dilakukan demi kualitas ijazah yang baik,” tutur Drs. R. J. Herry Soewtio, Kabag Akademik, saat di wawancarai di ruangannya. Foto ijazah di kampus dilakukan selama sepuluh hari (10-20/01). Sesuai dengan Surat Keputusan yang dikeluarkan pada tanggal 6 Januari, maka kegiatan ini masih dalam tahap perdana. Banyak kendala yang dihadapi. Beberapa fakultas pun juga masih dalam tahap transisi. “Perencanaan yang dilakukan kurang matang. Mahasiswa diwajibkan foto ijazah di kampus tapi juga masih harus foto sendiri untuk dikumpulkan di fakultas,” ujar Rizky Imaniar, mahasiswi Jurusan Sastra Indonesia. Memang harus maklum terhadap kondisi yang ada, karena program ini baru dilakukan pertama kali. Membludaknya antrean di pagi hari juga menjadi salah satu kendala yang ada. Pukul enam pagi, para mahasiswa sudah memenuhi area untuk mengambil blanko. Satu hari hanya disediakan dua ratus blanko. Itu pun banyak mahasiswa yang harus menanggung kecewa ketika sudah datang pagi-pagi, namun tidak kebagian blanko. “Saya sudah izin kerja selama dua hari, tapi masih saja kehabisan blanko untuk foto. Seharusnya jadwal diatur secara jelas, agar tidak menunggu siasia,” ungkap Ari Kusuma, mahasiswa Pascasarjana Jurusan Pendidikan Guru

PAUD. Kondisi yang terjadi tidak lantas membuat bagian Kabag Akademik berpangku tangan. Ia menyikapinya dengan membuat rencana yang lebih baik untuk semester depan, yaitu membuat jadwal foto untuk tiap fakultas. “Kalau kehabisan blanko coba saja datang lagi sekitar pukul setengah tiga atau pukul tiga. Jika antrean sudah habis dan jam kerja masih ada, maka bisa minta blanko foto lagi,” tipsnya. Walaupun perencanaan yang dibuat sudah melalui pemikiran yang matang, namun yang terjadi tidak seperti yang diharapkan. Waktu yang diakumulasikan adalah dua menit per orang. Jadi jika ada dua ratus blanko akan membutuhkan waktu empat ratus menit. Fakta yang terjadi adalah waktu yang dibutuhkan lebih lama. Tidak mudah untuk mengatur posisi, kerapian baju, posisi duduk, bahkan ekspresi wajah. Melakukan foto ijazah di kampus merupakan suatu program yang bagus untuk mengutamakan kualitas ijazah. Foto yang dihasilkan seragam dan terstandar. Selain itu, data ijazah juga lebih valid karena mahasiswa yang bersangkutan langsung bisa mengecek data ijazah mereka. Tidak sekali dua kali ijazah yang dikeluarkan memuat foto yang salah. Padahal ijazah hanya boleh dicetak satu kali. Hanya saja, untuk kedepannya diharapkan perencanaan lebih baik lagi. Tenaga tambahan untuk pemotret bisa ditambah untuk mempercepat antrean.Maria Tahun 39 Januari-Februari 2017|

17


Foto: Rosa

Seputar Kampus

Pemotongan tumpeng menandai peresmian Gedung FIS

GEDUNG BARU, SEMANGAT BARU Gedung impian yang lama dinanti, kini akhirnya jadi

G

edung Fakultas Ilmu Sosial (FIS) yang telah sah diresmikan oleh Rektor Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd., memiliki makna tersendiri bagi sivitas akademika FIS. Tempat perkuliahan yang sudah lama dinantikan akhirnya sudah bisa digunakan, walaupun beberapa fasilitas di gedung baru FIS belum dapat dipakai secara menyeluruh dalam kegiatan perkuliahan. Tepatnya pada hari Kamis, 3 November 2016, Gedung I FIS diresmikan secara simbolis dengan pemotongan pita pada pintu masuk gedung. Acara peresmian dihadiri oleh pejabat rektorat, seluruh dekan di lingkungan UM, pejabat FIS, dosen, dan perwakilan mahasiswa.Dengan adanya gedung baru, Rektor UM menegaskan kinerja tenaga pendidik maupun tenaga fungsional akademik harus ditingkatkan. Kemudia, acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh Dekan FIS, Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd., di lantai 7 Gedung FIS. Diiringi dengan lagu Jawa dan gamelan yang membuat suasana menjadi tenteram dan damai. Tidak lupa dalam acara ini disajikan panembrama dari mahasiswa Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan (HKn). Gedung FIS memiliki tujuh lantai yang merupakan salah satu gedung tertinggi di UM yang dilengkapi dengan

18 | Komunikasi Edisi 308

fasilitas modern, seperti pengadaan kamera monitor yang dipasang di setiap sudut ruangan, sehingga memudahkan petugas untuk mengawasi penggunaan ruangan.Sebelumnya, fakultas yang bernama FPIPS (Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial) ini dilebur pada tahun 1999 berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 93 tentang perluasan mandat IKIP Malang menjadi universitas. Tepatnya tanggal 17 Agustus 2009. Berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Negeri Malang No.047/KEP/ H32/OT/2009, FIS menaungi tiga jurusan. Jurusan Sejarah yang memiliki Program Studi Pendidikan Sejarah (S1) dan Ilmu Sejarah (S1), Jurusan Geografi memiliki Program Studi Pendidikan Geografi (S1), dan Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan yang memiliki Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (S1). “Saya merasa senang. Akhirnya Gedung FIS ini jadi dan sudah diresmikan sehingga bisa mencukupi kebutuhan ruang. Dulu awalnya kita pinjam di Gedung Anggrek dan kesulitan harus koordinasi. Harus ada yang piket di sana dan di sini. Setelah gedung ini selesai, ruangan sudah bisa dicukupi," tutur Dekan FIS UM, Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd. Beliau juga mengungkapkan bahwa dengan adanya gedung baru ini, kinerja dari tenaga pendidik maupun tenaga fungsional akademik terus ditingkatkan. Menyinggung mengenai prestasi, pada tahun 2016 prestasi mahasiswa mengalami peningkatan. Tahun-tahun sebelumnya,

mahasiswa cenderung aktif di organisasi kampus yang sering mengadakan olimpiade untuk siswa SMA. Menurutnya, selain aktif organisasi, mahasiswa juga harus ikut berprestasi. Hal ini seperti yang dilakukan mahasiswa Jurusan HKn yang mengikuti debat "Trilogy Pancasila" dan pernah menyandang gelar juara. Mahasiswa FIS juga merasakan hal yang sama dengan Dekan FIS. Jika dulu mereka harus kuliah di dua tempat, maka sekarang hanya satu taempat yang akan mereka tuju, yaitu Gedung I FIS. “Saya dulu semester satu di Gedung Anggrek. Dulu bangunannya layak, namun masih ada kursi yang berlubang walaupun hanya beberapa. Saya senang karena sekarang fasilitas gedungnya jadi lebih baik. Dan untuk mahasiswa yang sekarang ini menempati, tolong lebih menjaga dan merawatnya dengan baik,” ujar Arin Yunita, mahasiswi semester 9 Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Banyak harapan yang disampaikan oleh sivitas akademika FIS. Salah satunya dari Dekan FIS. “Untuk FIS ke depannya, yang jelas kita harus punya sinergi yang baik antara mahasiswa, tenaga pendidik, maupun tenaga fungsional yang lain karena dengan sinergi yang baik kita merasa bahwa FIS ini milik kita bersama dan harus kita jaga sekaligus kita perjuangkan untuk menjadi semakin baik,“ tuturnya. Dengan harapan yang besar untuk FIS, maka besar juga kerja keras yang harus dilakukan. sesuai dengan jargon FIS "Sae Fakultas Ilmu Sosial Viva Viva Sociale".Rosa


Giat Publikasi,

i s a t s e r p r e B a w s i s a h a M Bekal

dok. Pribadi

bekal awal Motivasi jadi l, m jurnal-jurna la a d t lu e rg e B andalan publikasi jadi keemasan menuju kiprah rget-target, ta n a g n e d t a Meles m ia gaet komponen ala teknologi a y n ju a m n a k sanding ni karya mumpu i d ja p la u rs te

Nama Lengkap Tempat Tanggal Lahir Alamat Riwayat pendidikan

Pengalaman Organisasi • • • • • •

: Fauzy Satrio Wibowo : Malang. 24 Agustus 1995 : Klayatan Gang 3, Sukun Pondok Indah Blok L 11, Malang : SDN Bandung Rejosari (2001-2007) SMPN 9 Malang (2007-2010) SMKN 4 Malang (2010- 2013) S1 Pendidikan Teknik Elektro UM (2013- sekarang)

Divisi Infokom - Divisi Kerohanian BEM FT UM (2013-2014) Sekretaris Umum - Divisi Kerohanian BEM FT UM (2014-2015) Programmer Art Robotics (KRSTI) (2015-2016) DIY Hack Embedded System (2015- sekarang) Sustainable Development (2016-sekarang) Sakura Science Club (2016- sekarang)


Profil Prestasi • • • • • • • • •

Proposal PKM lolos didanai skema PKM Teknologi 2013 Proposal PKM lolos didanai skema PKM Karsa Cipta 2015 Proposal PKM lolos didanai skema PKM Penelitian Eksakta 2015 Proposal PKM lolos didanai skema PKM Karsa Cipta 2016 Author di National Seminar Ketenagalistrikan dan Aplikasinya (SENKA) ITB -2015 Author di International Conference on Electrical, Informatics, and Its Education (CEIE) UM 2015 Author di Seminar Multimedia STIMIK Amikom Yogyakarta 2015 Presenter di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 28 Kendari, Sulteng 2015 Peringkat 6th Kontes Robot Indonesia-Robot Seni Tari (KRSTI), Jember 2016

S

iapa yang menyangka, kesukaanya bereskperimen ternyata membuahkan hasil yang manis. Putra dari pasangan Taufik Wahyu Utomo dan Dwi Indah Wahyu Mariana terpilih menjadi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) 3. Fauzy Satrio Wibowo, yang akrab disapa Fauzy tersebut, telah menuangkan ide cemerlangnya di beberapa jurnal yang sudah terpublikasi. Kini, ia tengah sibuk mengerjakan skripsi dan merampungkan beberapa paper yang sedang dikebutnya. Dalam kesibukannya tersebut, ia bersedia untuk diwawancarai kru Komunikasi. Berikut petikan wawancaranya! Apa yang menjadi motivasi Anda untuk ikut ajang Mawapres? Awalnya tidak ada pikiran untuk ikut. Tapi sama kakak tingkat angkatan 2012 disuruh mendaftar “Sudah dek, ikut saja”. Ya mungkin setiap mahasiswa ingin mencoba. Apa salahnya dicoba plus dilihat hadiahnya bebas uang UKT (Uang Kuliah Tunggal). Akhirnya saya ikut dan itu pun saya mengumpulkan berkasnya H-1 dari deadline.

• • • • • • • •

Peringkat 1st Mawapres Fakultas Teknik UM 2016 Peringkat 3rd Mawapres Universitas Negeri Malang 2016 Presenter di International Youth Symphosium of Agricuture, IPB 2016 Author di International Engineering Student Conference, UI 2016 Best 10 International Idea on Agrifood Problem, Turin, Italy 2016 Finalis di GEMASTIK 9 Smart Devices & Embedded System, UI 2016 Training and Seminar of Smart Technology for Construction of Ultra Low Carbon Society, Japan 2016 Student Exchange in Science (SAKURA), Japan 2016

Triyana, Bapak Muladi, Bapak Heru Wahyu, Bapak Puger, dan dosen-dosen Elektro yang telah menginspirasi dan membimbing. Orangtua ya kaget dan bersyukurlah bisa jadi Mawapres 3. Apa fokus kegiatan saat ini? Saat ini saya fokus mengerjakan skripsi dan mengerjakan beberapa paper dan publikasi. Apakah ini jurnal Anda yang pertama? Sudah beberapa kali membuat jurnal. Juga sudah ada beberapa yang terpublikasi. Sudah ada berapa jurnal yang sudah terpublikasi? Ada lima jurnal yang sudah terpublikasi. Kelima jurnal tersebut masuk ke dalam prosiding. Sedangkan paper yang sedang

saya kebut ini targetnya akan dimasukan ke jurnal The Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE). Apakah pernah jurnal yang Anda buat tidak terpublikasi? Pernah, ada tiga jurnal saya yang tidak terpublikasi. Itu disebabkan bahasanya yang terlalu umum, kemudian strukturnya salah dan grammarnya jelek. Jadi, kalau kita membuat jurnal ketiga komponen tersebut harus bagus. Disamping itu passing grade-nya terlalu tinggi. Jurnal yang Anda buat berfokus tentang apa? Selama ini saya fokusnya ke Internet of Things (IOT) and Energy. Kelima paper saya yang telah terpublikasi terkait itu.

Apa bakat yang menjadi modal utama Anda selama mengikuti seleksi Mawapres? Menurut saya, yang menjadi modal utama saya mengikuti seleksi Mawapres adalah keberuntungan dan karya tulis. Bagaimana tanggapan dosen dan teman- teman? Alhamdulilah support banget. Saya pikir, saya jadi Mawapres ini juga berkat dari yang namanya power electro unity. Jadi semua karya-karya saya berkat bantuan dari anggota Jurusan Elektro. Dan, saya sangat berterima kasih kepada Ibu Dyah Lestari, Ibu Siti Sendari, Ibu Yuni Rahmawati, Ibu Anik Nur Handayani, Ibu

20 | Komunikasi Edisi 308

Fauzy Satrio Wibowo bersama rombongan PIMNAS 28


Profil Mengapa Anda ingin mendalami Internet of Things and Energy (IOT)? Karena kedua bidang ilmu tersebut dari disiplin ilmu saya. Ditambah lagi, ketika kita sudah menerapkannya di kehidupan nyata insya Allah banyak manfaatnya bagi kehidupan kita. Misalnya, udara. Kita tidak tahu kondisi oksigennya berapa, Co2 nya berapa. Dengan fasilitas Internet of Things tersebut kita bisa mengakses kondisi parameter di lingkungan kita dengan rangkaian electrical, kemudian dengan rumus-rumus yang kita gunakan. Bagaimana Anda bisa menjadi Best 10 International Idea on Agrifood Problem di Turin, Italy ? Pada waktu itu, saya bersama Tim MOFEMENT, yang terdiri dari saya, Jimy Candra Gunawan, dan Deby Yangin Drajat membuat karya berbasis microalgae dengan integrasi sistem otomasi terpadu untuk mengembangbiakkan microalgae secara otomatis dan termonitoring. Hal tersebut dilakukan untuk mengembangkan ide food security. Jadi, food security itu seperti sistem atau metode yang kita gunakan dalam ketahanan pangan. Mengapa mengambil bidang tersebut ? Karena salh satu isu global saat ini adalah bagaimana cara kita mengolah suatu bahan, sehingga memenuhi aspek ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatkan pangan.

Apakah karya tersebut sudah diterapkan ? Masih belum diterapkan di lapangan. Namun, masih dalam bentuk prototype atau skala lab. Bisa Anda sebutkan 10 besar tersebut dari mana saja ? Ada dari Eropa, Afrika, dan tim MOFEMENT kita satu-satunya wakil dari Asia. Ketika itu diwakili oleh Jimy Candra Gunawan, karena dua orang tim lainnya, yaitu saya dan Deby Yangin Drajat berhalangan hadir. Bagaimana Anda menjadi presenter di International Youth Symposium of Agriculture, IPB 2016? Karya tulis Mawapres yang telah dibuat sebelumnya saya kirim ke komite IAAS (International Association of Student in Agriculture and Related Science) di IPB (Institut Pertanian Bogor), kemudian setelah melalui peer reviewing, alhamdulilah papernya kebetulan masuk dan diundang ke IPB. Paper yang Anda buat tersebut tentang apa? Tentang pemaksimalan ruang terbuka hijau di Kota Malang. Jadi membuat sistem dimana dapat mengetahui temperatur, kelembapan, Co, dan pemetaan yang optimal bagi ruang terbuka hijau secara realtime, baik lokal maupun interlokal. Sistem tersebut dapat berjalan dengan bantuan sensor dan unit processing. Hasil yang dikeluarkan berupa data suhu,

kelembapan, Co, dan rekomendasi pemetaan ruang terbuka hijau di Kota Malang. Bagaimana dengan paper Anda yang tidak terpublikasi ? Iya, dibuat evaluasi dan dibetulkan kembali. Setelah dibetulkan, jika ada konferensi yang masih satu tema, maka akan dicoba dimasukan dengan tambahantambahan penelitian yang dilakukan. Setelah menjadi Mawapres, apa tindakan Anda untuk memberi dampak positif kepada mahasiswa lain? Saling memotivasi dan belajar bersama. Karena masih banyak hal yang perlu dipelajari untuk menjadikan ilmu kita bermanfaat. Apa yang ingin direalisasikan selama kuliah? Saya ingin menjadikan ilmu yang dipelajari dapat diterapkan di kehidupan nyata sehingga bermanfaat. Terutama dalam bidang automation dan monitoring. Cita- cita Anda? Kalau cita-cita, saya ingin menjadi ilmuwan. Karena saya lebih suka pekerjaan atau hobi dimana passion dan kemampuan saya dapat bermanfaat bagi kehidupan orang banyak. Pesan untuk Mahasiswa UM? Dream is something that you can reach. Event though today you are powerless agains your dream. But if you believe in Allah SWT, insyaallah there is always get to achieve your dream.Shintiya

Fauzy Satria Wibowo bersama Prof. Matsumoto

Tahun 39 Januari-Februari 2017|

21


Cerita Mereka

dok. Pribadi

Jatuh Bangun Gapai Bangku Kuliah

*pemenang kompetisi Kisah Inspiratif Mahasiswa Bidikmisi UM tahun 2016

Dzinnu Roini berpose di sela-sela liburannya

T

erlihat dari bilik jendela dengan kaca yang buram dan pintu ruang E8 202 B yang tertulis Animasi di bawahnya. Ada Dzinnu Roini yang duduk dengan antusias mendengarkan ekspositori dari dosen. Kuliah minggu pertama di semester dua. Barangkali ia sedang mencerna dan menggambarkan banyak angan di kepalanya tentang kehebatan dosen pengampu mata kuliah Nirmana 3 Dimensi atau berkeliaran dengan imajinasinya sendiri. Dzinnu, panggilan akrabnya ketika di kampus saat ini. Perawakannya tenang dan hanya sesekali berbicara ketika

22 | Komunikasi Edisi 308

menurutnya penting saja. Namun, di balik pembawaannya yang demikian, ia mampu mengalahkan rongrongan pemikiran yang terdahulu ketika masih duduk di SMK. Ia merupakan siswa aktif di sekolahnya yang pernah mengemban amanah besar sebagai Ketua OSIS pada zamannya. Tidak dapat dipungkiri pula, konsistensinya dalam kemampuan berdiplomasi dan bersikap terbuka pada teman-temannya, perlahan tapi pasti, dapat melahirkan satu per satu prestasi di perkuliahan. Dzinnu, sebagai mahasiswa baru di Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) mampu menyabet IP 3,93. Angka fantastis untuk bisa dibanggakan dengan latar belakang mahasiswa


dok. Pribadi

Cerita Mereka

penerima Bidikmisi. Ia mulai menyerap segala materi yang bukan hanya tersimpan dalam memori saja, namun mulai terpatri dan mendarah daging dalam dunia desain, khususnya animasi. “Sebenarnya aku suka banget dan tertarik dengan dapur animasi, karena aku ingin memunculkan beberapa karakter yang islami namun juga bisa diterima oleh kalangan luas. Bukan hanya tokoh spiderman saja yang bisa diingat dan dibanggakan oleh orang-orang di seluruh negara,� begitulah impian mahasiswa pecinta futsal ini. Walaupun masih semester awal, karyanya tidak kalah bagus dengan yang lain. Hanya membutuhkan sedikit polesan dan ketekunan, serta intensitas jam terbang untuk membuat karyanya lebih bernyawa. Salah satu karya animasi yang telah dihasilkan, yakni Sickles the Cycle of Capitalism. Bercerita mengenai keserakahan penguasa dan para pemberi modal dengan pembangunan pabrik dimana-mana yang secara otomatis menghasilkan limbah pengubah ekosistem, serta memunculkan dinamika dalam sistem kemasyarakatan. Paket animasi tersebut mampu memikat Ima Kususmawati H., ` S.Sn., M.Ds., selaku dosen pendampingnya. Hanya tinggal menunggu karya-karya berikutnya yang tidak hanya bisa dinikmati estetikanya, tetapi juga memiliki nilai moral dan kehidupan yang bisa dipetik. Lelaki asli Lamongan ini tak hanya tertarik dengan dunia animasi dan desain-desain yang lain, tetapi juga dunia

Kiprah Dzinnu Roini ketika menjadi Ketua OSIS di SMK

kepenulisan dan religi. Sejak SMK, ia bergabung di Majelis Kajian Islam atau MKI yang berlanjut hingga kini, terutama MKI di wilayah Malang. Dzinnu telah berusaha menyeimbangkan kehidupan antara dunia dan keyakinannya untuk beragama. Berada di lingkungan keluarga yang sederhana sejak kecil tak memutuskan semangatnya untuk menimba segala ilmu yang dianggap bermanfaat. Begitu pula ia juga mencari-cari kebenaran mengenai hukum-hukum agama untuk ia yakini dan amalkan hingga kini. Hal baik tersebut juga tak luput ia realisasikan dengan sebuah tulisan, bukan hanya desain semata sebagai bidang keahliannya. Di semester-semester berikutnya, Dzinnu memiliki mimpi untuk bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Penulis (UKMP) UM yang tentunya bukan hanya sekadar wacana belaka. Ia ingin mendalami dunia kepenulisan karena melihat hasil cerita-cerita pendek yang telah dibuat dan tak ada satu pun yang rampung untuk bisa dinikmati secara utuh. Harapan Dzinnu untuk memiliki wadah bukan tanpa alasan. Kita tunggu saja karya-karya bombastis darinya. Bukan hanya hasil karya tulisan, namun juga animasi, bukan hanya animasi, tetapi juga substansi dakwahnya. Berbekal semua perjalanan dan pengalaman yang telah ia lewati, ia tuangkan dalam sebuah rangkai kata nun indah. Deretan kata dan kalimat yang mampu memikat para juri di ajang kompetisi “Kisah Inspiratif

Mahasiswa Bidikmisi UM�. Ia mampu menggulingkan ribuan peserta yang sama-sama menyusun bait-bait dari kehidupan dan perjuangan meraih kursi perkuliahan dengan biaya nol. Dzinnu berhasil menjadi jawara untuk kali ini. Para juri terpikat dengan gaya tulisannya yang khas dan cerita pengalaman yang dikemas secara unik dan apik. Mungkin tak jauh beda dengan cerita dari teman-teman yang lain, perjuangan jatuh bangun untuk bisa mencicipi yang namanya SKS maupun IPK. Dzinnu yang berkali-kali ditolak di berbagai perguruan tinggi kini telah menjadi mahasiswa DKV UM. Berada di kampus ini, ia memiliki banyak alasan walaupun tanpa ia sadari. Ketika ditanya, Dzinnu menjawab bahwa ia masuk ke sini dengan tes yang sederhana. Di balik itu semua, ketika melihat kisah yang ia tulis semasa menjadi Ketua OSIS, namun tidak mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi SNMPTN karena kebijakan dari sekolah, padahal itulah yang sangat ia harapkan. Betapa terpukul dirinya. Tetapi dengan segara ia bangkit untuk memiliki keinginan keras agar bisa berkuliah. Karena ia tak ingin seperti saudaranya yang tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam bangku kuliah walaupun sebenarnya selalu juara 1 dari SD sampai SMA. Ia tak ingin mengulangi sejarah keluarganya hingga ia memiliki tekad untuk bisa berkuliah tanpa membebankan orangtua. Selamat datang pioner pejuang negeri ini! Kita nanti setiap karyakaryamu yang bermanfaat.Arni

Tahun 39 Januari-Februari 2017|

23


Foto: Rodli

Info

sentuh pendidikan

HMJ Teknologi Pendidikan ketika mengajar di Bajulmati

Daerah Terpencil dan Anak Jalanan

M

alang, sebuah kota yang dikenal banyak orang dengan keanekaragamannya, baik dari sisi budaya, masyarakat, maupun sosial. Sebuah kota yang dikenal pula sebagai salah satu kota pendidikan, hal ini dikarenakan Malang memiliki banyak perguruan tinggi negeri maupun swasta yang terkenal hingga seluruh Indonesia dan menjadi salah satu tujuan pendidikan. Di balik itu semua, Malang tak luput dari berbagai permasalahan. Salah satu permasalahan yang cukup mendasar yaitu tentang pemerataan pendidikan. Meskipun mendapat gelar sebagai kota pendidikan, namun permasalahan pendidikan belum mampu teratasi seluruhnya, terutama di wilayah pinggiran kota ataupun yang berada di pelosok desa yang juga termasuk wilayah Kabupaten Malang. Tentu Universitas Negeri Malang (UM), selaku kampus yang memiliki sumbangsih besar terhadap pendidikan Indonesia cukup berperan penting dalam mengatasi masalah tersebut. Mungkin kita sudah tak asing lagi dengan program yang digalakkan oleh beberapa kampus pendidikan, yaitu Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T). Program ini mengirim sarjana terbaiknya untuk mengabdi di daerah

24 | Komunikasi Edisi 308

yang masih membutuhkan sentuhan pendidikan. Selain itu, ada pula gerakan mahasiswa UM lainnya yang peduli akan pendidikan dan ikut andil dalam pemerataan pendidikan, khususnya di Kota Malang. Salah satunya adalah program bakti sosial yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Teknologi Pendidikan. Mereka menghabiskan sebagian waktunya untuk mengabdi di wilayah Bajulmati, Kabupaten Malang yang dilaksanakan dari tanggal 15 sampai 19 Desember 2017. “Kami memilih wilayah Bajulmati karena di daerah tersebut merupakan salah satu wilayah yang pendidikannya sangat tidak diperhatikan, pendidikan yang kita lihat selama ini di kota belum menyentuh hingga wilayah sana,” ungkap Agus, Ketua Pelaksana. Ada beberapa kegiatan utama yang diadakan, yaitu mengajar ke sekolah memang membutuhkan. Selain itu, mereka juga melatih guru-guru yang berada di wilayah tersebut untuk mengenal teknologi komputer guna dijadikan sebagai salah satu fasilitas yang digunakan untuk membantu kemajuan pendidikan di wilayah Bajulmati. Tidak cukup sampai di situ, mereka juga melakukan penanaman bakau di wilayah pesisir Bajulmati. “Kami juga melakukan penanaman bakau di sepanjang hulu sungai, sempat kejadian

banjir besar beberapa tahun di wilayah ini karena hutan bakau yang rusak,” tambah mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan angkatan 2015 ini. Gerakan sosial lainnya juga dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) yang bertajuk "FIP Mengajar". Sedikit berbeda dengan HMJ Teknologi Pendidikan yang memfokuskan pada pemerataan pendidikan di wilayah yang tertinggal, gerakan sosial yang dikoordinasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (BEM FIP) ini berfokus pada anak jalanan. Dalam kegiatan kali ini, BEM FIP melaksanakan rangkaian kegiatan untuk mengajar anak jalanan yang dilaksanakan setiap Minggu pada bulan November hingga Desember. “Yang kami ajarkan pelajaran sekolah sama sopan santun, soalnya lingkungan di sini keras dan kebanyakan anak-anak di sana butuh kasih sayang lebih,” jelas Dimas Jabbarrianto, selaku penanggung jawab kegiatan FIP Mengajar. Dia juga berharap agar mahasiswa, khususnya warga Fakultas Ilmu Pendidikan UM, tidak hanya terfokus pada kegiatan yang berada dalam kampus saja, tetapi juga lebih peka terhadap kondisi lingkungan di masyarakat yang sebenarnya. Karena mahasiswa pada hakikatnya mengabdi kepada dan untuk masyarakat, bukan hanya sibuk berkegiatan di kampus.Rodli


dok. BIPA

dok. Panitia

Info

Peserta workshop CLS mengabadikan momen di depan Perpustakaan Pusat UM

BIPA UM:

Kiblat Penyelenggara Pendidikan Bahasa Asing Oleh Mustika dan Choirunisa Ristanty

U

nit Pelaksana Teknis (UPT) Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di Fakultas Sastra (FS), Universitas Negeri Malang merupakan salah satu institusi BIPA yang ‘kuat’ di Indonesia. Unit ini secara rutin melaksanakan program pembelajaran bahasa dan budaya Indonesia kepada mahasiswa internasional. Program pembelajaran yang bersifat rutin tersebut antara lain: 1) Program Darmasiswa, 2) Program KNB, 3) In-country Program kerjasama UM dengan Universitas Walailak Thailand, 4) Critical Language Scholarship (CLS), 5) Indonesian Overseas Program, 6) Program Magang mahasiswa dari Yala Rajabath University Thailand. Selain itu, Unit BIPA ini berhasil menelurkan guru BIPA yang banyak dikirim ke luar negeri oleh Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK), Badan Bahasa Kemendikbud RI. Terkait dengan program CLS, Unit BIPA yang berada di bawah naungan FS ini sejak tahun 2010 telah dipercaya oleh American Councils untuk menjadi tuan rumah CLS. Program yang disponsori oleh Departemen Luar Negeri Amerika ini menawarkan beasiswa bagi mahasiswa Amerika untuk belajar bahasa asing yang dianggap penting oleh Amerika. Program CLS dilaksanakan di berbagai negara, antara lain India, Rusia, Arab, China, Jepang, Korea, Turki, Arzerbaijan, dan Indonesia. Selama tujuh tahun, American Council menyelenggarakan CLS, CLS Indonesia dianggap berhasil dalam menyelenggarakan program CLS. Indikator keberhasilan ini dapat dilihat dari perkembangan kemampuan bahasa Indonesia mahasiswa. Dari tahun 2010–2016, mahasiswa yang tadinya berada di tingkat sangat dasar, setelah program selesai setidaknya mahasiswa ini akan meningkat menjadi tingkat menengah atas (intermediate high) berdasarkan standar

ukur the American Council on Teaching Foreign Language (ACTFL). Berkat keberhasilan ini, BIPA UM dipercayai sebagai tempat penyelenggara workshop bertajuk ‘CLS Capacity Building Workshop’ selama lima hari (5-9/12). Workshop ini pertama kali diadakan dan merupakan ajang untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang penyelenggaraan dan pengelolaan program CLS dari berbagai negara penyelenggara CLS. “Selama ini, rapat organisasi selalu diadakan di Amerika. Untuk kali pertama, rapat penting diselenggarakan di negara penyelenggara CLS (Indonesia). Thank you for hosting us,” ungkap Janice, selaku perwakilan dari American Council. Perwakilan negara yang hadir diantaranya adalah perwakilan dari Korea (4 orang), Jepang (3 orang), India (12 orang), Arjebaijan (1 orang), dan Amerika (3 orang). Masing-masing negara perwakilan diberi kesempatan untuk mempresentasikan tentang pelatihan staff, pemilihan guru, pemilihan host family, dan pemilihan tutor (language partner). Salah satu panel diskusi yang paling menarik adalah tentang pengalaman mengajar mahasiswa CLS yang spesial. Kebanyakan karakteristik mahasiswa yang dipilih untuk mengikuti program CLS adalah mahasiswa yang pintar, cerdas, dan merasa superior sehingga instruktur banyak mengalami tantangan dan kesulitan. Namun, hal tersebut adalah tantangan tersendiri bagi setiap instruktur karena dituntut bisa bersikap lebih cekatan dalam menghadapi masalah. Di akhir acara, semua peserta berwisata keliling Malang dan Batu. Selain untuk mempromosikan UM, acara ini juga untuk mempromosikan wisata Malang Raya. Penulis adalah pengajar BIPA UM Tahun 39 Januari-Februari 2017|

25


Info

Kembali Eksisnya

Radio Teknologi Pendidikan etelah lama vakum, kini Radio Teknologi Pendidikan (TEP) akhirnya sudah mulai aktif kembali. Pada tahun 2011 silam, Radio TEP sempat mati suri dan tidak terurus lagi setelah pemancarnya tersambar petir. Mulai dari situlah radio ini sudah tidak bisa mengudara lagi. Hingga pada akhirnya, muncul gagasan baru untuk menghidupkan kembali Radio TEP pada tahun 2015. Meskipun lama menjadi wacana, namun pada awal bulan tahun 2016, radio ini sudah mulai aktif kembali setelah dibentuknya struktur organisasi, jadwal siaran, dan progam kerja. ”Berkat semangat dan kerja keras dari kru Radio TEP FM, khususnya dari mahasiswa angkatan 2014, yang juga dibantu oleh kakak tingkat yang memelopori berdirinya kembali Radio TEP agar berfungsi lagi sebagaimana mestinya,” pungkas Dicky Candra Kurniawan, Director Radio TEP. Radio TEP ini adalah radio milik Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, yang kedudukannya di bawah naungan langsung Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan. Fasilitas yang ada dalam Radio TEP ini sebagian besar dari Jurusan Teknologi Pendidikan itu sendiri. Tujuan dan manfaat radio ini didirikan adalah untuk memberikan informasi yang up to date di kalangan jurusan, fakultas, bahkan dalam lingkup Universitas Negeri Malang (UM). ”Apalagi dalam Jurusan Teknologi Pendidikan sendiri ada mata kuliah Audio Radio, jadi Radio TEP ini diharapkan bisa menjadi wadah dalam belajar dan menampung bakat minat serta aspirasi dari mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan di bidang radio,”ulas Dicky Candra Kurniawan. Keanggotan Radio TEP saat ini berasal dari mahasiswa angkatan tahun 2014 dan 2015. Akan tetapi, bagi mahasiswa baru angkatan tahun 2016 tidak usah berkecil hati, karena semester depan akan dibuka open recruitment bagi mahasiswa angkatan tahun 2016. ”Cuma karena kita di bawah jurusan, jadi untuk anggota baru yang kita ambil itu adalah khusus dari mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan,” pungkas Hayyu

Foto: Dessy

S

Desy Setiawati, Manager Financial Radio TEP. Mengenai jadwal siarannya, saat ini radio TEP belum ada jadwal on air. Hal tersebut dikarenakan pemancarnya masih rusak, sehingga belum bisa mengudara lagi. Akan tetapi, hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan, karena pendengar masih bisa menikmati siaran off air, yaitu setiap hari Senin-Jumat. Jadi sebelum sampai ke pendengar, kru melakukan streaming terlebih dahulu. ”Jadi kita rekaman dulu, selanjutnya hasil rekaman tersebut akan di upload ke web streaming kita. Jadi yang didengar oleh pendengar itu bukan siaran langsung, melainkan siaran yang sebelumnya sudah kita rekam, ” tutur Hayyu Desy Setiawati. Progam kerja Radio TEP diantaranya adalah open recruitmen anggota baru, kunjungan radio, radio trip, dan masih banyak lagi. Selain aktif di radio, kru Radio TEP ini juga aktif dalam media sosial. Hal ini terbukti dengan eksisnya Radio TEP di Instagram @ radiotepfm. Di sosial media tersebut, kru Radio TEP memberikan banyak sekali informasi yang mengedukasi mahasiswa seputar radio, seputar UM, serta informasi dalam lingkup yang lebih umum. Keunggulan dari Radio TEP ini ialah menjadi salah satu alat teknologi yang akrab dengan pengguna atau pemiliknya. Pastinya banyak orang yang jarang sekali atau bahkan tidak pernah duduk beramai-ramai dalam sebuah grup untuk mendengarkan radio bersama, karena biasanya radio ini sering didengarkan pada saat penikmat sedang sendiri, seperti di kamar tidur atau di mobil. Selain itu, radio juga dapat menyangkut aspek pribadi. Suara penyiar serasa lebih dekat dengan penikmat radio. Keunggulan lainnya, yaitu siaran radio yang dapat memberikan kehangatan. Banyak juga penikmat radio yang mengganggap bahwa penyiar radio adalah sosok teman, selain menyiarkan berita, juga menyiarkan kata-kata yang menginspirasi. Ada pula siaran musik untuk anak muda. Selain keunggulan, Radio TEP ini juga memiliki sedikit kelemahan. Salah satu kelemahannya yaitu siaran pada Radio TEP yang sementara masih belum ada jadwal on air, jadi belum bisa mengudara. Namun kekurangan tersebut tidak membuat kru Radio TEP ini menjadi patah semangat.Dessy

26 | Komunikasi Edisi 308

Kru Radio TEP UM


dok. Humas

dok. Humas

Info

Bawa Hafiz Quran Termuda di Dunia,

Syekh Kamil mengajak jamaah untuk mengamalkan Alquran

Ulama Mesir Kunjungi UM

M

embaca Alquran merupakan salah satu ibadah yang wajib hukumnya bagi umat Islam. Tidak hanya membaca, menghafalkannya pun mendapat keutamaan. Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Daud, Rasulullah bersabda “Di antara perbuatan mengagungkan Allah adalah menghormati orang Islam yang sudah tua, menghormati orang yang menghafal quran yang tidak berlebihlebihan dalam mengamalkan isinya, dan tidak membiarkan Alquran tidak diamalkan serta menghormati kepada penguasa yang adil.” Universitas Negeri Malang (UM) sebagai salah satu perguruan tinggi negeri yang mengedepankan pengembangan keimanan dan ketakwaan sivitas akademika, melalui Yayasan Masjid Al Hikmah, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Badan Dakwah Masjid (BDM) Al Hikmah, dan Alquran Study Club (ASC) mengundang salah seorang hafiz (penghafal) Alquran yang cukup tersohor di kalangan umat Islam, yakni Syekh Dr. Kamil El-Laboody dari Mesir, Jumat (27/01) selepas salat Jumat. Pada kesempatan yang dibungkus dalam acara kuliah tamu tersebut, Syekh Kamil juga membawa serta seorang anaknya yang juga hafiz Quran, Syekh Tabarak Kamil El-Laboody. Syekh Kamil membuka kuliah tamunya dengan mengulas bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah dan ada di dunia ini memiliki hikmah. “Namun tidak semua orang mampu bersyukur atas hikmah yang ada, dan bahkan berani tidak beriman,” urainya. Oleh karena itu, sambungnya, Alquran diturunkan selain sebagai pedoman hidup manusia juga sebagai media agar manusia dapat mengambil hikmah dari segala penciptaan. Selanjutnya, ia memperkenalkan anak pertamanya, Syekh Tabarak. Ia mulai menghafal Alquran sejak usia empat tahun dan telah menyelesaikan hafalannya dalam kurun waktu 1,5 tahun. “Selain itu, ia juga saya ajari untuk mempelajari asbabun nuzul (sebab turunnya ayat) yang dihafalkan, serta hadits-hadits yang berkaitan dengan ayat tersebut,” sambung ulama kelahiran Tanta, Mesir, 4 Januari 1976 ini. Dalam kuliah tamu yang disajikan dengan bahasa Arab dan diterjemahkan menjadi bahasa Indonesia tersebut, beberapa orang dari ratusan jamaah yang hadir mencoba untuk mengetes hafalan surat yang dimiliki Syekh Tabarak. “Beberapa surat seperti Al Maidah memiliki banyak awalan ayat yang sama seperti ‘yaa

ayyuhal ladzi’, sehingga perlu dibaca kata-kata setelahnya juga agar mengerti ayat nomor berapa yang ditunjuk,” ujar Syekh Kamil. Syekh Tabarak sangat lancar menjawab soal-soal yang diberikan oleh jamaah. Ditanya mengenai tips agar memiliki anak yang hafiz, ia menjawab bahwa hal tersebut telah ia rencanakan dengan istrinya, Dr. Rasya Abdul Mun’in El-Gayyar sejak sebelum kehamilan. “Ketika kehamilan istri saya juga sering membacakan surat Al Baqarah dan Ali Imran, begitu juga ketika sedang menyusui dan menggendong,” kata dosen di Batterjee Medical College, Jeddah, Arab Saudi ini. “Saya juga memberikan hadiah ketika anak-anak berhasil menambah hafalan Alqurannya, yakni dengan mengajak jalan-jalan atau membelikan sesuatu,” tambahnya. Perlu diketahui Syekh Kamil memiliki tiga orang anak, dua laki-laki, dan satu perempuan. Syekh Tabarak memiliki adik yakni Yazid Tamamuddin El-Laboody yang dinobatkan sebagai hafiz termuda di dunia yang mampu mengkhatamkan Alquran pada usia 4,5 tahun. Begitu juga dengan adik mereka yaitu Zeenah El-Laboody, yang berhasil menghafal Alquran dalam jangka waktu kurang dari lima tahun. Salah seorang jamaah menanyakan tentang apakah orang Arab lebih mudah menghafal Alquran ketimbang orang Indonesia. Jawaban sebaliknya justru dilontarkan oleh Syekh Kamil. “Anakanak Arab umumnya memulai menghafal ketika masih balita, sehingga hanya menirukan orangtuanya meskipun tanpa mengerti artinya. Orang Indonesia akan lebih mudah karena ia harus mengerti ayat yang dihafal sekaligus artinya, apalagi sekarang ada Alquran yang terjemahannya per kata,” urainya. Metode mendidik Syekh Kamil agar anaknya dapat menghafal Alquran sangat menginspirasi banyak orang, sehingga membuatnya menyusun sebuah buku dan membuka sekolahsekolah hafiz di berbagai belahan dunia. “Selain di Mesir, sekolah yang saya dirikan juga terdapat diantaranya di negara Arab Saudi, Oman, Malaysia, dan Indonesia,” jelasnya. Ia juga menambahkan bahwa di Indonesia sudah beberapa kota yang dikunjunginya untuk mengadakan pelatihan-pelatihan hafiz Quran. “Kemarin saya baru ke Sidoarjo, dan di Malang sini sudah ada empat titik sekolah penghafal Alquran,” ujarnya. Salah satu siswa binaannya yang cukup berhasil adalah Fawwaz asal Sidoarjo, yang merupakan finalis kompetisi Hafiz Indonesia RCTI 2016.Arvendo Tahun 39 Januari-Februari 2017|

27


Repro Internet (MockUp)

Pustaka

Ketaksaan Indonesia dalam Pandangan Indonesianis

Judul Buku Penulis Penerbit Cetakan Tebal

: Ini dan Itu Indonesia Pandangan Seorang Jerman : Berthold Damshäuser : PT Komodo Books : Mei 2015 : 223 halaman

Oleh Zahro Rokhmawati

P

ernahkah kita membaca sebuah buku dan terasa mendapatkan sebuah pekerjaan rumah setelah membacanya? Tentu pernah. Dalam hal ini berarti kita masih dituntut untuk memikirkan apa maksud dari yang telah kita baca. Jika kita tak merasa terbebani, maka hal yang harus dipikirkan selanjutnya itu adalah suatu hal yang menarik. Itulah yang akan kita rasakan ketika membaca buku karya seorang Indonesianis Berthold Damshäuser yang berjudul Ini dan Itu Indonesia Pandangan Seorang Jerman. Ya, penulis berkebangsaan Jerman ini merupakan penerjemah bahasa JermanIndonesia dan sebaliknya. Buku yang ia tulis ini banyak berisi tentang pengalaman ketika mengajar bahasa Indonesia dan ia sering mengalami ketaksaan atau ambiguitas pada bahasa Indonesia di Universitas Bonn Jerman. Buku setebal 223 halaman ini merupakan kumpulan dari beberapa kolom Pak Trum alias Berthold Damshäuser yang dimuat di Majalah Tempo dari tahun 2004-2015. Selain itu, ada beberapa tulisannya yang dimuat di jurnal Internasional. Tak ketinggalan pula ada cerita-cerita tentang beberapa orang Indonesia yang berpengaruh dalam perjalanan penulis sebagai seorang penerjemah serta ada sebuah cerpen karya seorang Indonesianis ini. Pada tulisan pertama yang berjudul Bahasa Pancasila, berisi sebuah cerita tentang bahasa Indonesia dalam teks Pancasila. Di situ penulis menceritakan saat mengajar di kelas Bahasa Indonesia membahas imbuhan ke-an. Para mahasiswa berupaya memahami Pancasila secara filologis: memaknakan

28 | Komunikasi Edisi 308

kata dan kalimat dengan berpedoman pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan akal sehat. Pada saat baru memasuki sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa, mahasiswa sudah dibuat kebingungan. Pertanyaan mereka mengapa “Ketuhanan” yang dianggap esa, bukan “Tuhan” saja. Yang esa itu Tuhan, mengapa harus “Ketuhanan”. Dengan jujur, ia berkata pada buku ini bahwa ia kesulitan menjawabnya, namun ia harus menghadapi kepelikan yang terus berlanjut di kelasnya. Kemudian ia mengalihkan untuk mengurus sila ketiga dan kelima. Namun, sila keempatlah yang membuat mahasiswa lebih tertarik padahal menurut Berthold Damshäuser sila itu merupakan sila yang paling rahasia, yakni: “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan”. Akhirnya dengan ketegasan namun dengan senyum kalemnya, ia mengatakan para perumus Pancasila memang terlalu jatuh cinta pada imbuhan “kean”. Menurutnya, penulisan “Kerakyatan” memang seharusnya ditulis “rakyat”, karena memang rakyat yang perlu dipimpin. Tapi, pemahaman yang lain juga benar, mengingat “kerakyatan” menurut KBBI juga berarti “demokrasi”. Pada akhirnya cerita pada bagian pertama ini ia tutup dengan guyonannya yang khas. Berlanjut pada halaman-halaman lain, Berthold Damshäuser yang merupakan pemimpin redaksi Orientierungen (sebuah jurnal tentang kebudayaan-kebudayaan Asia) ini juga menceritakan hal-hal menarik lainnya yang ia alami saat mengajar Kelas Bahasa Indonesia. Salah satunya berjudul Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Dunia.

Saat itu diskusi di kelasnya bertema “Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Dunia” yang melibatkan Berthold Damshäuser sebagai dosennya dan mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia di Universitas Bonn Jerman. Ia mengatakan kepada mahasiswanya bahwa bahasa yang telah dipelajari sejak lima tahun dengan tekun dan tabah itu akan berpeluang besar menjadi ‘bahasa internasional’. Namun, pendapat itu langsung mendapat banyak komentar dari para mahasiswa, baik komentar yang pro maupun yang kontra. Komentar yang pro mengatakan bahasa Indonesia masih akan sulit menjadi bahasa internasional, salah satunya yang membuat mereka ragu adalah pidato presiden Indonesia yang masIh banyak bertaburan istilah Inggris. Hal itu membuat keraguan pada mereka bahwa kosakata bahasa Indonesia tidak mencukupi untuk menyampaikan hal-hal pelik, atau yang berpidato lebih suka pada bahasa Inggris. Masalah-masalah yang sangat kompleks ini malah dipikirkan oleh bangsa lain. Hal inilah yang membuat buku ini menarik untuk dibaca. Banyak sekali informasi tentang bahasa, sastra, budaya, dan semua tentang Indonesia yang ada dalam buku ini. Dengan tulisannya yang cerdas, ringan, dan humoris mampu menyajikan hal-hal yang jarang terpikirkan oleh kita bangsa Indonesia yang menjadi penutur asli bahasa Indonesia. Selain itu, menyelami Indonesia melalui tulisan Indonesianis menimbulkan kemenarikan dan rasapenasaran tersediri bagi pembacanya. Selamat membaca! Penulis adalah mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia UM dan Juara II Kompetisi Majalah Komunikasi UM Kategori Pustaka 2016


Pernik

Lukis Wayang di Kampung Sanan

Foto: Fanisha

K

ampung Sanan di Kelurahan Purwantoro yang dikenal sebagai sentra industri tempe Kota Malang ini, mulai November 2016 dikenal juga sebagai kampung lukis. Para warga mewujudkan kampung lukis ini dengan melukis beraneka gambar di tiap tembok-tembok rumah warga Sanan. Lukisan yang digambar pun berbeda-beda, setiap RT memiliki tema yang berbeda. RT 01, RW 15 memiliki tema pewayangan, ada bermacammacam tokoh pewayangan yang dilukis di tembok-tembok rumah warga. Namun, dibalik lukisan tokoh pewayangan yang indah ini ternyata ada beberapa lukisan yang digambarkan oleh mahasiswa. Askha Bulkafi, mahasiswa Fakultas Sastra UM berpartisipasi dalam mewujudkan keindahan kampungnya. Ada empat lukisan tokoh pewayangan yang telah dia lukis

secara individu, yaitu Srikandi, Togok, Petruk, dan Anoman. Selain itu, satu lukisan yang digambar bersama-sama warga yaitu gapura wayang. “Saya senang menggambar, tetapi selama ini belum pernah menggambar di tembok. Jadi awalnya ingin membantu warga dan menambah pengalaman,” mahasiswa angkatan 2016 ini. Kegiatan melukis tokoh wayang yang dilakukan oleh Askha dimulai pada bulan Desember 2016 ketika liburan Ujian Akhir Semester Gasal. Ia mengatakan bahwa melukis ia lakukan pada malam hari, pukul 21.00 WIB hingga dini hari. Dari empat tokoh pewayangan, yang paling sulit adalah gambar Anoman. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa UM ini mengaku membutuhkan waktu kira-kira lima hari untuk menyelesaikannya. “Melukis Anoman itu yang paling sulit, karena perlu

menambahkan api-api dan media untuk melukisnya pun besar,” ujarnya. Sedangkan Srikandi, Togok, dan Petruk hanya membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari . Bukan hanya kesulitan itu saja, adanya musim hujan yang sedang terjadi juga membuat proses pelukisan mengalami hambatan. Tetapi, tidak mengendorkan semangatnya untuk melanjutkan lukisan tokoh pewayangan di beberapa tembok rumah warga. “Kampung Sanan menyediakan lahan bagi mahasiswa yang ingin menuangkan ilmu melukis di kampung Lukis ini. Saya juga turut senang ada mahasiswa yang dengan sukarela menyumbangkan ilmunya. Jadi ilmunya tidak hanya dinikmati oleh dirinya sendiri, melainkan oleh warga kampung juga”, ungkap Baiturrochman, warga Kampung Sanan. Warga Kampung Sanan telah menyediakan semua keperluan untuk mengecat bagi siapa saja yang ingin menuangkan idenya di kampung ini. Hal ini pun menjadi kesempatan bagi Askha dalam menyalurkan bakat dan ide yang dia miliki. Mahasiswa tidak hanya dituntut aktif di dalam proses pembelajaran, tetapi juga aktif di lingkungan masyarakat. Secara langsung ia telah melaksanan misi UM yang ketiga, menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat melalui penerapan ilmu kependidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, ilmu sosial budaya, seni dan atau olahraga. Selain menyalurkan ilmu yang telah dimiliki, terjun ke masyarakat juga dapat menuai berbagai hal postif. “Menurutku, ikut serta di masyarakat itu seru, bertemu dengan banyak orang yang pintar menggambar jadi nambah ilmu. Selain itu, karyaku juga bisa dilihat banyak orang dan secara langsung diapresiasi oleh masyarakat,” tuturnya.Fanisha

Lukisan wayang semar di tembok rumah warga

Tahun 39 Januari-Februari 2017|

29


dok. Komunikasi

Laporan Khusus

Kru Komunikasi berfoto bersama di depan Kantor Bali Post

Kunjungan Jurnalistik Kru Komunikasi:

Belajar Kearifan Lokal Pers Pulau Seribu Dewa angi semerbak dupa, indahnya ornamen dewadewa di setiap sudutnya, serta deretan wayang Bali menyambut kedatangan Kru Komunikasi Universitas Negeri Malang (UM) ke Majalah Bali Post yang terletak di Jalan Kepundung, Denpasar, Senin (09/01). Senyum ramah para karyawan yang mengenakan seragam bermotif kotakkotak hitam putih khas Pulau Dewata pun turut menyapa kami. Di Aula, kami telah disambut oleh Pemimpin Redaksi Bali Travel News, I Gede Palgunadi. Bali Travel News merupakan salah satu unit usaha dari Kelompok Media Bali Post. Dengan oplah lebih dari 110.000 eksemplar per hari, kelompok Media Bali Post adalah market leader media massa di Bali dan Nusa Tenggara, karena produk mereka yang menyeluruh di segala bidang media massa. Sejak didirikan Ketut Nadha pada 1948, Bali Post yang merupakan kelompok media tertua di kawasan Nusa Tenggara ini setia dengan tagline Pengemban Pengamal Pancasila. “Di Bali ini berbagai macam adat istiadat bersatu, selain dari dalam negeri juga banyak pendatang bahkan dari luar negeri. Semua itu dapat hidup dengan harmonis di Bali dengan meneladani falsafah Pancasila,” ujar Gede Palgunadi. Bali Post merasa bertanggung jawab untuk turut menjaga keberagaman tersebut. Selain itu, dalam setiap berita Bali Post, selalu disisipkan filsafat kearifan lokal yakni Ajeg Bali. Ajeg Bali secara umum merupakan semua bentuk kegiatan yang bercita-cita menjaga identitas orang Bali. “Konsep Ajeg Bali dalam setiap berita adalah wujud konsistensi kami dalam rangka melestarikan identitas orang Bali,” tambah pria yang pernah mengenyam pendidikan di Hubungan Internasional Universitas Airlangga tersebut. Salah satu isu yang Bali Post konsisten untuk memberitakan adalah isu reklamasi Tanjung Benoa yang dinilai bertentangan dengan konsep Ajeg Bali. “Selain itu juga biota laut yang hidup di kawasan tersebut juga terancam eksistensinya, sehingga kami wajib menyuarakannya,” pungkas mantan redaktur Bali Post ini. Setelah puas berbagi ilmu di Bali Post dan beberapa kru melontarkan pertanyaan seputar pengelolaan media massa, rombongan Komunikasi melanjutkan perjalanan ke redaksi

W

30 | Komunikasi Edisi 308

Harian Tribun Bali, Jalan Prof. Ida Bagus Mantra, Gianyar. Redaksi Komunikasi disambut hangat oleh Manajer Berita, Kander Turnip dan beberapa wartawan yang kebetulan sedang bertugas di sana. “Sebelum terbit waktu itu, kami mengadakan kunjungan ke tokoh-tokoh masyarakat, pemerintah daerah, dan ormas-ormas, istilahnya sowan dulu dan mohon izin,” ungkap Kander. Karena berita-beritanya yang ringan dan memiliki kedekatan dengan masyarakat, Tribun Bali dapat langsung diterima oleh masyarakat Pulau Dewata saat itu. “Istilahnya proximity lah. Masyarakat akan tertarik jika berita itu sama-sama berasal dari daerahnya, atau berhubungan dengan kenaikan harga-harga bahan pokok yang sangat mempengaruhi mereka,” ujar Kander. Mantan Koordinator Liputan Tribun Jabar ini juga menjelaskan bahwa koran Tribun Bali berkonsep ke arah free newspaper for all. “Lihat saja ini harganya, hanya Rp1.000,00 untuk 32 halaman yang banyak warnanya seperti ini. Sebenarnya untuk biaya cetak kami membutuhkan kirakira Rp1.600,00, tapi semua itu dapat ditutupi dengan banyaknya iklan-iklan yang masuk,” kata pria asli Batak tersebut. Selain bergerak di bidang media cetak, Tribun Bali juga terkenal dengan situs webnya yang sering menyebarkan berita-berita yang cepat viral. “Judul yang digunakan harus menimbulkan rasa ingin tahu,” papar pria yang pernah berkarier di Tribun Pontianak itu. “Lihat saja, setidaknya setiap jam, hampir setiap menit pasti ada berita baru di web Tribun Bali, dan beritanya selalu menarik. Semuanya yang mengerjakan ya mereka ini,” ujarnya sambil menunjuk para redaktur web yang sedang menyunting berita dari para wartawan yang ada di lapangan. Di samping web, sosial media juga sangat berperan dalam penyebaran berita di masa ini. Tribun Bali eksis di Facebook, Twitter, dan Instagram. “Yang menjadikan viral itu kan ya dari situ (media sosial), sekali share, langsung diikuti ribuan orang yang sama-sama penasaran dan ingin berbagi berita yang baru dibacanya,” jelas Kander. Setelah mendengarkan pemaparan, kru Komunikasi diajak untuk melihat proses pencetakan Koran Tribun Bali. “Selain mencetak koran, kami juga menerima pesanan dari luar seperti brosur pusat perbelanjaan dan pencetakan buku-buku. Surat suara Pemilihan Presiden 2014 lalu juga dicetak di sini,” tutup Kander.Arvendo


dok. Komunikasi

Laporan Khusus

Rektor UM berfoto bersama setelah menanam pohon

Peringatan Hari Sejuta Pohon:

UM Sukseskan Program Kampus dalam Taman anggal 10 Januari diperingati masyarakat di berbagai belahan dunia, khususnya para pecinta lingkungan sebagai Hari Sejuta Pohon. Tidak terkecuali warga Universitas Negeri Malang (UM). UM memperingati hari tersebut dengan menggelar kegiatan Gerakan Penanaman Seribu Pohon pada Selasa (10/01) yang dipusatkan di sebelah selatan Stadion Cakrawala. Acara ini dihadiri oleh Rektor UM, Prof. Dr. Ahmad Rofi’uddin, M.Pd., para wakil rektor, dekan, mitra kerja UM, dan segenap jajaran pimpinan di lingkungan UM. Dalam laporannya, Wakil Rektor II selaku Ketua Pelaksana, Prof. Dr. Wahjoedi, M.E. M.Pd. menyampaikan bahwa panitia telah berhasil mengumpulkan 1.612 bibit tanaman. Jenis tanaman yang berhasil dihimpun terdiri atas tanaman buah, bukan buah, dan tanaman langka, yang berjenis antara lain mahoni, mangga, kelengkeng, sirsak, kesemek, jengkol, kluwih, pete, kemiri, coklat, pala, kopi, durian, rambutan, trembesi, kelapa sawit, zaitun, kurma, dan ara. Bibit-bibit tanaman tersebut merupakan donasi dari Unit Pelaksana Teknis Taman Hutan Raya (UPT Tahura) R. Soerjo Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, mitra kerja UM, dan seluruh sivitas akademika baik unit kerja, lembaga, maupun perorangan. “Panitia awalnya hanya menargetkan 1.000 tanaman saja, namun respon dan dukungan sivitas akademika UM dalam kegiatan ini cukup tinggi,” tutur Wahjoedi. Dosen Fakultas Ekonomi tersebut juga menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan implementasi dari makna simbolik lambang UM yang mengandung unsur kalpataru besar berwarna hijau yang melambangkan kesadaran pentingnya wawasan kelestarian lingkungan hidup dalam penerapan ilmu sosial budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan olahraga. “Kami (pimpinan UM) berkewajiban mewujudkan hal tersebut. Kemungkinan di 2017 akan diadakan lomba lingkungan hidup antar fakultas agar lebih hijau,” ujar Wakil Rektor II. Perwakilan donatur dari UPT Tahura R. Soerjo, Yogiantoro, menjelaskan bahwa kegiatan penghijauan bukan hanya tanggung jawab dari instansi pemerintah, dalam hal ini Dinas

T

Kehutanan Provinsi Jawa Timur, namun menjadi tanggungjawab semua lapisan masyarakat terutama generasi muda. “Mahasiswa yang merupakan generasi muda kami harap partisipasinya agar lebih aktif dalam melaksanakan kegiatan penghijauan untuk mewujudkan alam yang indah, bersih, dan segar,” pesannya saat menyerahkan 250 bibit mahoni kepada UM yang dilaksanakan di Kantor UPT Tahura R. Soerjo, Jalan Simpang Panji Suroso 144, Senin (9/1). Dalam penyerahan tersebut UM diwakili oleh Kepala Biro AKPIK, Drs. Andoyo, S.I.P, M.M. Sementara itu, rektor menjelaskan bahwa UM memiliki program 60% bangunan dan 40% ruang hijau di kampus, yakni dengan menerapkan konsep ‘kampus di dalam taman’. Prinsipnya, UM terus fokus menanam ribuan bibit tanaman, baik jenis tanaman kayu, buah, dan bunga, sehingga mampu menghadirkan suasana belajar yang asri dan teduh di setiap sudut kampus. “Selain membangun konsep kampus dalam taman, manfaat dari kegiatan penanaman pohon ini akan menghasilkan oksigen yang diperlukan bagi makhluk hidup. Pepohonan berfungsi menyerap karbondioksida sehingga udara menjadi bersih,” ujar rektor. Sejauh ini, di seluruh lingkungan UM sudah ada sekitar 5.000 pohon, termasuk pohon hasil kegiatan Gerakan Penanaman Seribu Pohon. “Mungkin nanti akan ditambahkan lagi tanamannya, misalnya menjadi 10.000. Penanamannya bisa menggunakan pot,” jelasnya. Pohon-pohon tersebut, menurut rektor, selain meneduhkan lingkungan kampus juga hasilnya dapat dinikmati dan dapat diaplikasikan untuk pembelajaran. “Untuk tanaman-tanaman langka, bisa untuk konservasi di kebun percobaan biologi,” tambahnya. Salah seorang mahasiswi, Dhea menilai positif kegiatan tersebut. “Semoga UM bisa lebih sering mengadakan acara-acara seperti ini,” ujar mahasiswi Biologi FMIPA tersebut. Hal senada dikemukakan Ramanda Galang, mahasiswa Fakultas Sastra. Menurutnya, gerakan tersebut sangat bermanfaat karena dapat membantu melestarikan bumi. “Acara seperti ini harus diadakan berkesinambungan agar UM semakin hijau dan udara di kampus menjadi asri,” ujarnya yang merupakan mahasiswa baru Prodi Desain Komunikasi Visual.Arvendo Tahun 39 Januari-Februari 2017|

31


Wisata

Pesona Pulau Dewata:

dok. Komunikasi

Menyelami Eksotisme Panorama Bahari

Menikmati semilir angin pantai Pandawa

P

esona Pulau Dewata selalu memanjakan penikmatnya. Bukan saja keindahan alamnya, kearifan lokal yang dimilikinya menjadi nilai plus yang patut dibanggakan. Hampir di setiap sudut pulau cantik ini mampu memikat pengunjungnya, menggoda kita untuk kembali berkunjung ke pulau sini. Jika sudah menyebut Pulau Dewata, maka kita akan langsung mengenalinya. Ya, pulau itu ialah Bali. Bagi yang pernah berkunjung ke pulau ini, pertama kali yang akan terbayang ialah pantainya. Rasanya kurang lengkap apabila bertandang ke Pulau Bali tanpa menyinggahi pantainya. Mengawali tahun 2017, rombongan dari kru Komunikasi bertandang ke pulau yang mendapat julukan “Pulau Seribu Pura� itu. Seperti kata pepatah, menuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina, kali ini kru Komunikasi menimba ilmu jurnalistik sampai ke seberang Pulau Jawa. Bali Post dan Tribun Bali menjadi tujuan kami untuk menimba ilmu jurnalistik. Kedatangan kami disambut hangat oleh mereka. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, kami berhasil mengorekngorek dapur redaksi mereka.

32 | Komunikasi Edisi 308

Selepas menimba ilmu, apa salahnya mencicipi debur ombak pulau yang mayoritas penduduknya beragama Hindu tersebut. Pilihan kami jatuh ke Pantai Kuta. Pantai ini memang sudah cukup populer. Barangkali wisatawan asing pun, jika ke Bali tak akan melewatkan untuk berkunjung ke pantai ini. Kami sampai di Pantai Kuta pukul 17.00 WITA. Jika di Pulau Jawa pukul 17.00 matahari sudah hampir tenggelam, maka di Pantai Kuta ini matahari masih enggan beranjak pergi. Senja akan tiba sekitar pukul 18.30 WITA. Karena kepopulerannya tersebut, pantai yang terletak di Kecamatan Kuta tersebut tak pernah sepi pengunjung. Di Pantai Kuta, kami banyak menemui orang-orang yang membawa sebilah papan yang hendak meluncur melenggoklenggok seirama ombak. Ombaknya yang ramah membuat pantai ini menjadi surganya peselancar, baik yang sudah ahli maupun bagi pemula. Selain berselancar, pengunjung juga dapat berenang di pantai ini. Namun jika ingin berenang, perlu diperhatikan juga bendera yang terpasang di pinggir pantai. Apakah saat itu diperbolehkan berenang atau tidak. Kegiatan lainnya yang dapat dilakukan ialah berjemur. Hal ini banyak dilakukan oleh wisatawan mancanegara. Sangat


Keseruan mengunjungi objek wisata Bali

Pandawa mendapat julukan tersebut disebabkan letaknya yang memang tersembunyi yang ditutupi oleh tebing-tebing kapur yang tinggi. Setelah pemerintah sekitar membenahi akses menuju Pantai Pandawa, pantai ini mulai dikenal oleh masyarakat luas. Apabila telah terlihat tebing-tebing kapur yang menjulang di kanan-kiri itu menandakan bahwa debur ombak Pantai Pandawa akan segera terdengar. Decak kagum akan segera berkumandang ketika melintas tebing kapur yang terpahat rapi sedangkan di depan mata memandang telah tampak warna biru. Begitu indah ketika langit sedang cerah seolah birunya laut bercampur dengan birunya langit ditambah ombaknya yang bergerak dengan penuh ketenangan semakin membuat eksotis pantai ini. Pantai ini pernah dikenal dengan nama Pantai Melasti, kemudian pantai ini berubah nama menjadi Pantai Pandawa, karena di goa-goa tebing kapur berdiri patung lima pandawa. Tebing-tebing kapur serta patung lima pandawa tersebut dapat menjadi spot yang apik untuk mengabadikan momen. Tidak puas hanya dengan berjalan-jalan sepanjang pantai, pengunjung dapat pula bermain kano. Pantai Pandawa menjadi penutup perjalanan kami selama dua hari di Pulau Bali.Shintiya

dok. Komunikasi

disayangkan, kami harus segera beranjak dari pantai ini sebelum matahari kembali ke peraduannya, padahal pantai ini terkenal pula dengan sunset-nya yang mempesona. Keesokan harinya, kami berpelesir ke Tanjung Benoa dan Pantai Pandawa. Pukul 09.00 WITA kami menuju Tanjung Benoa seraya check out dari hotel. Sesampainya di tempat tujuan, terik matahari langsung menyambut kami. Tanjung Benoa terletak di Kecamatan Kuta Selatan dengan berbagai macam water sport yang menjadi ciri khas dari tempat ini. Akan tetapi, jika tak ingin bermain permainan air, pengunjung dapat menyewa perahu untuk menyeberang ke penangkaran penyu di Pulau Penyu. Kami juga mengunjungi Puja Mandala untuk beribadah salat dhuhur. Puja Mandala adalah sebuah kompleks tempat peribadatan lima agama yang ada di Indonesia. Lima agama tersebut yakni Islam, Katolik, Kristen, Buddha, dan Hindu. Usai ke Puja Mandala, destinasi berikutnya ialah pantai yang dilekatkan dengan sebutan “Secret Beach�. Pantai

dok. Komunikasi

dok. Komunikasi

dok. Komunikasi

dok. Komunikasi

dok. Komunikasi

Wisata

Kru saat mengabadikan momen di Puja Mandala

Tahun 39 Januari-Februari 2017|

33


Rancak Budaya

Autumn

di Kaki Gunung Ungaran Oleh Dina Chirotul Ramadhani

D

i bawah kaki langit yang heningnya begitu menenangkan-saat sang surya mulai merekahkan cahaya kemerahannya dari ufuk timur, masih lekat dalam ingatan Aleen bagaimana tangisnya pecah, meluap, meledak-ledak saat menyaksikan jasad sang suami terbujur kaku di pangkuannya penuh dengan lumuran darah. Gunung Ungaran. Meninggalkan indah detik-detik terakhir kisah cintanya bersama Li Wei sebelum suara tembakan terdengar dan tepat menembus dada kiri Li. Awalnya Li Wei hanyalah seorang lelaki

34 | Komunikasi Edisi 308

biasa yang memiliki usaha kecil di bidang tekstil. Ia lahir dan dibesarkan di Shanghai, sebuah kota pelabuhan kecil di Cina. Hidup penuh kesederhanaan dan kecukupan hingga pada akhirnya ia terpaksa hengkang dari negeri kelahirannya karena kondisi ekonomi Cina yang semakin memburuk setelah Perang Dunia II. Di tengah hiruk pikuknya ekspansi Jepang ke Pasifik, Li ikut merantau bersama saudagar Cina lainnya menuju kota pelabuhan yang sangat ramai di seberang Semenanjung Malaya—Kota Semarang. Kota itu terletak di antara dua kota pelabuhan—Batavia dan Surabaya—

yang juga sangat terkenal di kalangan pedagang. Bersamaan dengan dongeng harta karun kerajaan Eropa di negeri yang dikenal dengan sebutan “Atlantis” itu, ia membangkitkan harapannya untuk mulai merajut benang-benang keberuntungan. Dari Shanghai, ia berlayar dengan sebuah kapal dagang yang membawanya menyeberangi Laut Cina Selatan. Sesampainya di Pelabuhan Laut Semarang, ia sangat terkejut melihat kota pelabuhan yang sedemikian ramai. Kapalkapal dagang yang besar bersandar di hamparan tepi laut pelabuhan. Berbagai pedagang dari penjuru dunia seperti


Rancak Budaya

ilustrasi oleh Krisnawa Adi Baskhara

Belanda, Cina, Melayu hingga Arab pun ada di sana. Rempah-rempah adalah barang dagangan utamanya. Lada, pala, cengkeh, jintan, dan ketumbar melimpah ruah bagaikan seonggok emas yang keberadaannya begitu bernilai dan sangat diperhitungkan bagi para pedagang. Semilir angin harapan pun mulai mengisi rongga dada Li yang menganga selama belasan tahun. Li mulai belajar berbisnis rempahrempah dan menjadi penyuplai bahan baku rempah ke pusat-pusat pabrik di berbagai kota. Tak sampai di situ, Li juga mulai merambah ke bisnis tekstil

karena kecintaannya pada dunia tekstil dari semasa kecil di Cina. Dalam darah Li memang mengalir deras sifat pekerja keras dari sang ayah. Ia takkan pernah berhenti sebelum apa yang ia inginkan berhasil terenggut. Ia pun meleburkan unsur kesenian Cina dan Jawa dalam kain batik produksinya. Selanjutnya ia membuka beberapa toko kecil di sekitar Semarang untuk mendistribusikan kain batik tersebut. Bak gumpalan salju kecil yang jatuh mendinginkan hati, di tengah kesendirian yang panjang, kesibukan bisnis yang tak berjeda, kerinduan akan rumah kecilnya di Cina semakin memuncak. Awal Oktober adalah saat-saat terindah di Cina di mana daun-daun hijau berganti warna menjadi kuning muda, kuning keemasan, kuning tua, merah muda, merah tua, merah keemasan, oranye, coklat muda, atau coklat tua dan mulai berguguran tertiup angin, melambai-lambai seakan mengucapkan selamat tinggal. Ia ingin segera pulang, berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara di kampung halaman. Namun saat ini ia masih belum puas dengan hasil rantauannya. Keuntungan dari bisnis rempah dan tekstil tidaklah cukup untuk membahagiakan keluarganya. Apalagi semenjak Kota Semarang digadaikan oleh pemerintah Susuhunan Surakarta karena telah berhutang dalam jumlah besar kepada VOC untuk biaya perang, pemerintah Belanda meraup begitu banyak pajak dan upeti dari para pedagang sehingga laba yang didapat semakin kecil. Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah merupakan salah satu daerah distribusi kain batik produksi Li karena masyarakat Tuntang sering mengenakan batik dalam keseharian. Di sana ia berkenalan dengan seorang gadis—Aleen Cornor. Rona kulit kuning langsat membuatnya tak pernah disangka sebagai keturunan Belanda. Kecantikannya memancarkan kedamaian. Tatapan mata yang teduh, begitu jernih dan alami seindah pesona perempuan Asia sejati. Gadis sembilan belas tahun ini sangatlah ramah dan akrab dengan masyarakat Tuntang meskipun ayahnya—William Lucas Cornor—dikenal sangat bengis dalam memerintah tanah Jawa. Aleen adalah salah satu pelanggan setia Li. Ia sangat mencintai kesenian daerah terutama batik. Aleen selalu berkunjung ke toko Li setiap dua minggu sekali untuk membeli kain batik buatannya. Pesona Aleen benar-benar telah meluluhkan rasa, menyentuh relung jiwa, menuai buah cinta Li. Setiap kali Aleen datang berkunjung, hatinya bergetar hebat. Syaraf dan otot seakan membeku saat menatap wajah gadis jelita itu dari jarak yang cukup dekat. Sudah berkali-kali

ia mengalihkan pikirannya tentang Aleen, berkali-kali pula ia menepis jauh perasaan itu namun apa daya, ia telah tenggelam dalam lautan asmara. Selama beberapa hari kemudian Li sengaja menutup toko untuk mencoba melupakan Aleen. Namun wajah bening Aleen bagai tak hilang dari pelupuk mata. Tutur suaranya yang lembut membuat hati Li semakin tertawan. “Inikah cinta? Beginikah rasanya? Terasa hangat mengaliri syaraf. Terasa sejuk di hati. Oh Tuhan, izinkanlah aku mencintainya.” Isak Li setiap tengah malam. Hari selanjutnya Li mulai membuka tokonya kembali. Sudah ia sangka bahwa hari itu Aleen akan datang. Tak lama berselang, Aleen datang dengan didampingi pelayan pribadi yang sangat ia percaya. Setelah menentukan pilihan, Aleen akhirnya membeli tujuh helai kain batik. Saat Li membungkus kain itu, ia menyelipkan secarik kertas merah jambu di dalam lipatan kain. Kertas itu berisi ungkapan hati yang selama ini terpendam kepada Aleen. Sesampainya di rumah, Aleen yang hendak melihat kain yang ia beli, jatuhlah kertas merah jambu itu. Segera ia mengambilnya dan mulai membaca. Kepada Nona Aleen Cornor, Tak pernah ku sangka sebelumnya, tak pernah pula aku merencanakannya. Semua ini bagaikan hembusan angin yang arahnya tak menentu. Tak bisa ditebak. Begitu pula hati ini. Sungguh aku tak berdaya. Rasa ini mengakar sedemikian kuat di dalam relungrelung hatiku. Berhari-hari sudah aku meratapi hal ini. Mengapa bisa terjadi? Setiap aku mencoba melupakanmu, setiap saat itulah gelora cintaku semakin membara, semakin deras mengalir bagai ombak badai di lautan. Aku mencintaimu Aleen. Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Seperti itulah perasaanku padamu saat ini. Maafkan aku karena telah lancang membiarkan rasa ini bertahan begitu lama. Li Wei Hati Aleen tersentak. Gayung pun bersambut. Aleen ternyata juga mencintai Li. Begitu berbahagianya Aleen sesaat setelah membaca surat tersebut. Bunga-bunga cinta bermekaran dalam hatinya. Rasa cinta yang tak kalah besar membuatnya menulis surat balasan untuk Li. Kepada Li Wei, Aku telah mengetahui betapa dalam rasa cintamu padaku. Begitu mengharu biru hingga menyiksa batinmu. Tak bisa kuingkari, aku pun mengalami hal yang sama. Kaulah cintaku yang pertama. Selama ini aku sangat mengagumimu. Lewat kain batikmu itulah rasa ini berawal. Lamarlah aku segera untuk mengobati kahausan jiwa ini dengan secangkir air cinta kita.

Tahun 39 Januari-Februari 2017|

35


Rancak Budaya Aleen Cornor Setelah tahu isinya seluruh tubuh Li seakan tak ada tulang yang menopangnya. Sungguh di luar dugaannya. Bahagia, heran, bingung, gundah, cemas larut menjadi satu dalam hatinya. Tak terlalu lama setelahnya, Li memutuskan untuk melamar Aleen. Pagi itu, Li berjalan ke arah pusat kota Semarang. Tujuannya sangatlah jelas yaitu menuju rumah dinas Gubernur Jenderal William Lucas Cornor. Beberapa saat kemudian, ia telah sampai di hadapan sebuah benteng yang begitu megah dan kokoh sebagai penanda bahwa ia akan segera memasuki kawasan pemerintahan Belanda. Dua orang prajurit telah siap menghadang Li. Deruan hati, keinginan menggapai sebuah cinta telah memberanikan kakinya melangkah tanpa keraguan. “Siapa kau?” tanya salah satu prajurit setengah membentak. “Aku Li Wei, ingin bertemu Gubernur Jenderal William Lucas Cornor berkaitan dengan Nona Aleen Cornor.” Sesaat kedua prajurit itu saling menatap seakan berbincang melalui batin mereka. Akhirnya mereka pun membuka gerbang besar itu. Salah satu dari mereka mengantar Li masuk, menuju sebuah bangunan megah bercorak arsitektur Belanda bergaya Indis yang melankoli. Melewati loronglorong panjang yang gelap. Sampailah di sebuah ruangan besar. Setelah beberapa saat menunggu, datanglah seorang lelaki berbadan tinggi tegap, berkumis tebal dengan mengenakan seragam Jenderal. Dia mempersilahkan Li duduk. Tanpa ditanya Li segera mengutarakan tujuannya untuk melamar Aleen. “Perkenalkan Tuan, saya Li Wei. Tujuan saya datang kemari adalah untuk melamar putri Tuan yang bernama Aleen Cornor.” “Melamar putriku katamu?” jawabnya sambil tertawa kecil. “Kami saling mencintai satu sama lain. Izinkanlah hubungan cinta kita berlabuh ke sebuah pernikahan yang suci.” “Apa kau bercanda? Tidak akan pernah kuserahkan putriku padamu! Orang pribumi sepertimu tak pantas bersanding dengan Aleen. Enyah kau dari tempat ini!” Pembuluh otak Li nyaris pecah pada saat itu menahan remuk redam kepedihan batin yang tak terkira. Begitu juga Aleen. Aleen yang mendengar percakapan ayahnya dengan Li di balik pintu, kakinya seperti lumpuh seketika karena tak mampu menahan nestapa jiwa. Ayah Aleen menolak lamaran Li lantaran ia sangat membenci orang pribumi. Dianggapnya orang-orang pribumi hanyalah makhluk kelas rendah yang tak pantas mendapatkan kesetaraan dengan bangsa barat. Maklum saja, keluarga Aleen memang keluarga bangsawan terpandang. Ayahnya seorang gubernur Jenderal yang

36 | Komunikasi Edisi 308

sangat terhormat di Belanda. Ibunya juga tak kalah terhormat, seorang lady berpendidikan tinggi, ekonom lulusan Prancis yang memegang jabatan penting dan sangat dihormati kalangan elit politik negeri kincir angin. Bila dibandingkan dengan Li, tentu bukanlah apa-apa. Li hanyalah seorang pemuda yang masih baru merintis bisnis kecil. Pendapatannya setahun pun tak sebanding dengan setengah gaji orangtua Aleen satu bulan saja. Bermingggu-minggu setelah kejadian itu, Aleen tak pernah terlihat lagi berjalan-jalan di luar rumah. Begitu juga Li. Sampai akhirnya datanglah sepucuk surat Aleen yang diantarkan oleh pelayan kepercayaannya. Kepada Li Wei, Aku akan datang ke rumahmu malam ini. Bawalah aku bersamamu, pergi jauh dari sini. Aku sudah tak tahan merasakan gejolak jiwa yang membelengguku setiap saat. Aku sangat mencintaimu. Aleen Cornor Ketika tengah malam tiba, Aleen telah bersiap-siap kabur lewat pekarangan yang jarang dijaga oleh prajurit. Mengendapendap mengenakan jubah hitam menuju rumah Li yang berada di seberang sungai. Saat akan melintasi jembatan, tiba-tiba seorang lelaki dari belakang mendekap Aleen dan menyeretnya menuju kegelapan. “Siapa kau?” tanya Aleen dengan suara menjerit. Jari telunjuknya menyentuh bibir Aleen. Ketika lelaki itu membuka penutup wajahnya, betapa terkejutnya Aleen bahwa lelaki itu adalah Li. Mereka berdua pun berpelukan di bawah sinar rembulan malam itu. Keduanya pun bergegas pergi dengan menumpang pada sebuah truk bekas mengangkut sapi ke arah timur karena terpaksa tidak punya ongkos. Keesokan harinya, mereka tiba di Kecamatan Ungaran Barat. Selanjutnya mereka juga menumpang pada mobil pick up yang menuju ke arah barat. Akhirnya sampailah mereka di sebuah desa yang berada di bawah kaki Gunung Ungaran. Sementara itu, di kediaman Aleen, ayahnya sangat terkejut ketika mengetahui putri semata wayangnya itu telah menghilang. Tidak ada yang mengetahui kemana hilangnya Aleen, bahkan pelayan kepercayaannya. Teringatlah ia pada seorang pemuda yang waktu itu hendak melamar Aleen, tetapi ia tolak mentahmentah. “Pasti dia pelakunya!”. Segera gubernur jenderal itu mengerahkan sebanyak seribu serdadunya untuk melacak keberadaan Aleen. “Bunuh lelaki itu!” Begitu besar pengorbanan cinta mereka. Aleen Cornor yang awalnya seorang putri bangsawan, hidup dalam kehormatan dan kenyamanan, rela meninggalkan seluruh kemewahan hidupnya hanya demi cinta. Sama halnya dengan Li Wei. Seorang

pemuda yang berjuang di negeri orang untuk menggapai hidup yang lebih layak bersama keluarga kecilnya di Cina pun harus rela terkorbankan demi cinta. Di Desa Kalisidilah mereka memulai hidup baru sebagai sepasang suami-istri. Ruswati dan Sujono adalah nama samaran yang mereka gunakan agar terlihat membaur dengan masyarakat. Lembahlembah membentang melekuk-lekuk seakan melukiskan garis hidup mereka. Di sana Li bekerja sebagai petani, sedangkan Aleen berjualan sayur di pasar. Hidup yang mereka lalui meski sepahit empedu masih terasa manis di hati. Hari-hari mereka lewati dengan penuh cinta dan kasih sayang. Hingga suatu ketika, di sore hari, terdengar suara tembakan dari arah barat. Aleen yang sedang berjualan pun terkejut. Warga seketika berhamburan, berlarian menuju sumber suara. Ternyata tembakan itu berasal dari sawah yang ada di barat pasar. Saat Aleen tiba di sana, warga sudah bergerombol, melingkupi sesuatu. Setelah mendekat, ia melihat suaminya telah tergeletak di atas tanah dengan lumuran darah di dada. “Tidaak! Suamiku!” jerit Aleen sambil memeluk Li. Di kaki langit sebuah senja yang menyiratkan cahaya keemasan, masih tajam mata Li menatap wajah sang istri yang penuh dengan linangan air mata. Hati Aleen dipenuhi rasa sesal yang mendalam. “Mengapa harus berakhir seperti ini?”. Li dibunuh oleh prajurit ayahnya saat menyiangi sawah. Sungguh! Aleen tak mampu menahan air matanya yang mengucur begitu saja. Di bawah kaki Gunung Ungaran selepas kepergian Li, ranting pohon yang biasanya tertutup hijau daun kini tampak menjalar keluar seakan ada kelegaan, namun sepi.. Terang sinar matahari menembus sela-sela daun yang tersisa di ranting. Daun-daun berjatuhan dari tangkainya terhembuskan oleh angin yang membawa udara kegelisahan. Daun-daun yang jatuh akhirnya membentuk tumpukan yang berserakan di atas tanah menambah drama musim gugur yang melukiskan gejolak jiwa Aleen. Ungaran, 7 September Untuk kekasihku, Manakala hati menggeliat mengusik renungan. Mengulang kenangan saat cinta menemui cinta. Suara sang malam dan siang seakan berlagu. Saat kau tak lagi di sisiku, bintang-bintang seakan meledak di kegelapan malam. Namun, di beningnya malam ini. Kala rembulan meremang sendu. Kurangkai bayangmu dalam angan. Kurengkuh dalam dekapan rindu. Biarlah kusimpan semua kenangan itu dalam hatiku—Aleen. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Matematika dan Juara II Kompetisi Penulisan Majalah Komunikasi Kategori Cerita Pendek


Bidadari Hatiku Oleh Riris Arientya

Dengarlah Wahai kawan Aku pun memiliki bidadari Namun, bidadariku berbeda Ia tidaklah bersayap Kulitnya tidaklah putih Telapak tangannya tidaklah halus Rambutnya tidaklah hitam tergerai Namun ketahuilah kawan Dengan kedua tangannya lah Aku belajar arti kehidupan Meski terkadang ku sering bertanya Adakah hidup ini selalu mudah? Dengan kelembutan hatinya Ia pun menjawab Kemudahan akan engkau peroleh Ketika engkau sabar menjalaninya Oh.. Bidadari hatiku Merekahlah senyum ketulusanmu Menenangkan kegundahan hatiku Mendekap saat ku terjatuh Merengkuh kedua pundakku Menemani dalam suka dukaku Penulis adalah mahasiswa Bimbingan Konseling dan Juara II Puisi Kompetisi Penulisan Rubrik Majalah Komunikasi 2016


Oleh Amalia Rahma Keke

Seluruh civitas akademika UM dapat mengirimkan karya komik dengan tema bebas dalam bentuk soft Seluruh civitas akademika UM dapat mengirimkan karya berupa komik dengan tema bebas dalam bentuk file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung A3 Lantai III UM atau via email: soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung A3 Lantai III UM atau via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Maret2016 2017disertai disertaiidentitas lokasi foto identitas diri (nama, komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 November diridan (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP). fakultas, jurusan, dan nomor HP) Tahun 39 Januari-Februari 2017|

38 | Komunikasi Edisi 308

35


Membaca tatapan tajamnya, cerminan konsistensi seni dan tradisi.

Sang fajar mengintip enggan di bilik-bilik langit, membias dengan elegan.

Memberangkatkan perahu impian pada rumah-rumah rindu.

Kelopak ialah mahkota pada sekar atau bahkan menjadi dunia bagi seseorang. Seluruh civitas akademika UM dapat mengirimkan karya fotografi dengan tema dan tempat bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung A3 Lantai III UM atau via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Maret 2017 disertai lokasi foto dan identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP)



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.